Anda di halaman 1dari 58

Bab IV

Simulasi Perancangan Pelabuhan Pariwisata

Pada bab ini akan dilakukan simulasi perancangan pelabuhan pariwisata


internasional pada Pelabuhan Benoa. Simulasi perancangan berikut ini
menggunakan bahan dari hasil kajian literatur dan analisis yang dilakukan pada
bab sebelumnya. Sebelum dilakukan simulasi perancangan terlebih dahulu
dilakukan penyusunan skenario, strategi, prinsip dan konsep perancangan.
Simulasi perancangan meliputi seluruh kawasan pelabuhan dalam bentuk blok
plan dan rencana yang lebih detail pada area penunjang pelabuhan pariwisata.

4.1. Asumsi dan Skenario


Untuk menyusun skenario perancangan maka terlebih dahulu disusun
asumsi perancangan. Asumsi disusun berdasarkan pengamatan lapangan dan
wawancara dengan pihak pengelola pelabuhan, PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia
III Cabang Benoa, untuk mendapatkan prakondisi kawasan perancangan menjadi
pelabuhan pariwisata. Asumsi tersebut yaitu:
1. Pemerintah Provinsi Bali, Departemen Budaya dan Pariwisata dan PT.
(Persero) Pelindo III merencanakan pengembangan kawasan Pelabuhan
Benoa menjadi pelabuhan pariwisata bertaraf internasional.
2. PT (Persero) Pelindo III sebagai pengelola telah menyetujui kerjasama
operasi dengan pihak swasta dengan sistem BOT (built, operate and
transfer), dengan masa kontrak 25 tahun.

Pengembangan kawasan pelabuhan, yang merupakan fasilitas publik,


sangat tergantung pada kebijakan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III. Skenario
pengembangan kawasan pelabuhan Benoa diarahkan berada dibawah koordinasi
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III selaku pengelola pelabuhan. Skenario
pengembangannya yaitu:

104
1. Kawasan pelabuhan yang terdiri dari empat zona dibagi lagi menjadi
beberapa area pengembangan yang lebih kecil berdasarkan fungsi dan
blok, sehingga tercipta lingkungan dengan keanekaragaman visual.
2. Pengembangan kawasan pelabuhan melibatkan beberapa pihak swasta
dengan sistem BOT, dibawah koordinasi PT. (Persero) Pelabuhan
Indonesia III. Koordinasi ini penting untuk menjaga integrasi berbagai
fungsi pada area pelabuhan dan menjaga terpenuhinya kepentingan
oprasional pelabuhan.
3. Sistem BOT akan memberikan keuntungan bagi kedua pihak, baik
pengembang (swasta) maupun PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III
(pemerintah). Pihak swasta berperan dalam penyediaan dana
pembangunan fisik dan mendapat keuntungan selama masa perjanjian
BOT. Pemerintah sebagai pemilik lahan akan mendapatkan insentif dan
pajak dari aktifitas kawasan. Setelah 25 tahun semua fasilitas yang telah
dibangun oleh pihak swasta tersebut diserahkan kembali pada pengelola
pelabuhan.
4. Untuk menjaga kelancaran operasional pelabuhan sehari-hari maka area
dermaga dan infrastruktur pelabuhan penting lainnya tetap dikuasai dan
dikelola oleh PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III.

4.2. Strategi Pengembangan


Strategi pengembangan adalah langkah-langkah penataan ruang dan
pengelolaan yang perlu dilakukan untuk mencapai visi dan misi
pembangunan/penataan area yang telah ditetapkan. Strategi pengembangan
meliputi strategi ekonomi, strategi sosial-budaya, dan strategi lingkungan. Semua
strategi tersebut bertujuan untuk mewujudkan visi Pelabuhan Benoa sebagai
pelabuhan pariwisata internasional yang berkelanjutan.

4.2.1. Strategi Ekonomi


Pelabuhan Benoa sebagai turnaround cruise port, dari segi ekonomi
memiliki potensi yang sangat menguntungkan. Adanya asumsi wisatawan

105
mancanegara yang diturunkan oleh kapal pesiar dengan jumlah 2000 orang sekali
berlabuh, merupakan potensi yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Pengembangan pelabuhan pariwisata ini akan memberikan peluang bagi
pelabuhan Benoa sebagai gerbang perdagangan internasional bagi Pulau Bali yang
akan memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi regional maupun
nasional.
Strategi yang diajukan untuk mencapai maksud tersebut yaitu:
1. Menyediakan area komersial yang cukup luas yang banyak diminati oleh
para investor lokal maupun asing.
2. Menyediakan kondisi lingkungan yang menarik bagi berbagai perusahaan
untuk membuka kantor pada kawasan pelabuhan dalam jangka waktu yang
lama
3. Menghubungkan pelabuhan dengan kawasan sekitar, terutama bandar
udara internasional, dengan jaringan transportasi publik yang baik
4. Kualitas design pada tata bangunan dan public domain yang mendukung
agenda ekonomi dan sense of place kawasan.
5. Menjadikan budaya retail sebagai pilar utama bagi pengembangan strategi
ekonomi. Retail diarahkan pada tenant yang beragarm yang memiliki
inovasi dan orisinalitas.
6. Menyediakan fasilitas Hotel berbintang lima sebagai anchor tenant yang
akan dapat meningkatkan nilai investasi pada kawasan.
7. Konsisten melakukan pemasaran dan promosi dalam skala global tentang
potensi bisnis, retail, pariwisata dan rekreasi yang dimiliki oleh pelabuhan
Benoa.

4.2.2. Sosial – Budaya


Kawasan pelabuhan merupakan kawasan resor yang terbuka. Interaksi
sosial dan budaya yang erat, yang ditunjukkan oleh keramahan lokal pada
wisatawan akan memberi kesan tersendiri, sehingga wisatawan menjadi betah dan
akan berkunjung lagi. Pengunjung akan membaur dengan berbagai aktifitas
pelabuhan. Pada waktu-waktu tertentu diselenggarakan berbagai festival yang

106
berhubungan dengan air yang juga mementaskan berbagai kesenian tradisional
Bali. Strategi ini dapat memperkuat sense of place Bali pada kawasan pelabuhan
pariwisata.
1. Akses dan pergerakan
Sebagai sebuah urban resor yang terbuka maka kawasan pelabuhan Benoa
akan dengan mudah dicapai dan dijelajah oleh pengunjung. Strategi yang
ditawarkan yaitu:
a. Hampir 50% kawasan merupakan ruang terbuka hijau yang dapat
diakses oleh publik dengan berjalan kaki.
b. Menyediakan promenade yang menerus menghubungkan semua tepian
pelabuhan.
c. Akan terdapat beragam kondisi peralihan darat dengan air sehingga
pengunjung dapat bersentuhan dengan air.
d. Rute dan jadwal transportasi publik yang tetap dan pasti,
menghubungkan pelabuhan dengan kawasan lain disekitarnya.
e. Kawasan pelabuhan dikembangkan dengan berorientasi pada transit
sehingga dapat meminimalkan kebutuhan lahan parkir.
f. Mendesain jalan baru pada kawasan sebagai upaya untuk memisahkan
transportasi pengunjung dengan kegiatan operasional pelabuhan seperti
truk kontainer dan pengangkut olahan ikan.
2. Sosial
Pelabuhan pariwisata ini merupakan tempat yang memiliki potensi untuk
menyediakan lingkungan yang berkualitas bagi pekerja, wisatawan lokal
dan mancanegara untuk berinteraksi. Hal ini dapat dicapai dengan
menyediakan berbagai sarana dan fasilitas dengan konsep mixed use,
untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan selama 24 jam.
Strategi yang lain yang cukup ampuh untuk menciptakan interaksi sosial
adalah dengan menyediakan ruang-ruang terbuka bagi pengunjung
sehingga mereka dapat berkumpul dan melakukan berbagai kegiatan yang
bersifat spontanitas.

107
3. Budaya
Pelabuhan Benoa merupakan tempat pertama bagi wisatawan untuk
mengenal budaya Bali. Perkenalan ini bisa dalam bentuk pementasan
berbagai kesenian Bali untuk menyambut kedatangan para wisatawan.
Bentuk perkenalan yang lain adalah dengan menyelenggarakan berbagai
macam kegiatan dalam jangka waktu tertentu, seperti festival makanan
tradisional atau pameran kesenian.
Karakter budaya lokal yang menjadi ciri khas juga dapat terlihat pada
penempatan berbagai karya seni yang bernuansa tradisi sebagai eleman
lansekap dan pemakaian ornamen-ornamen tradisional pada bangunan.
4. Rekreasi dan edukasi
Pelabuhan selain sebagai tujuan wisata internasional juga merupakan
tempat rekreasi bagi masyarakat lokal dan pekerja pada pelabuhan,
sehingga diperlukan strategi khusus untuk menarik pengunjung lokal.
Strategi yang ditawarkan adalah menyediakan sarana rekreasi yang tidak
semata-mata hanya untuk bersenang-senang tapi juga memberikan
pengetahuan lebih bagi pengunjung, untuk itu diusulkan untuk
mengembangkan aquarium raksasa pada kawasan pelabuhan. Aquarium
ini akan memberikan pengunjung pengetahuan mengenai kehidupan
bawah laut.
Strategi berikutnya adalah menjadikan berbagai kegiatan eksisting
pelabuhan sebagai atraksi wisata, yang meliputi kegiatan pelabuhan ikan,
bongkar muat petikemas dan mereka yang memiliki hobi memancing.
5. Hunian dan hotel
Lokasi pelabuhan Benoa yang strategis, bagian dari jaringan transportasi
internasional serta berbagai kemudahan sarana dan fasilitas, memberikan
peluang untuk dikembangkannya fungsi hunian dan hotel. Fungsi hunian
yang dikembangkan dapat berupa apartemen, condominium dan
harbourfront villa, yang ditujukan bagi pekerja, ekspatriat, atau para
pemilik yatch sebagai second home.

108
4.2.3. Lingkungan
Lingkungan merupakan aset bagi sebuah kawasan wisata, sehingga
lingkungan pelabuhan harus terjaga kelestariannya, baik pada daratan maupun
pada perairannya. Di lain pihak aktivitas pelabuhan itu sendiri menghasilkan
limbah dan polusi yang dapat mengganggu kenyamanan pengunjung dan
kelestarian lingkungan. Untuk memperkecil dampak negatif dari pencemaran dan
polusi tersebut maka penanganan limbah padat dan cair seluruh kawasan yang
terintegrasi untuk kemudian dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kembali, selain
itu lansekap yang hijau juga dapat mengurangi dampak negatif polusi dari
kendaraan dan kapal yang berlabuh.

4.3. Prinsip Perancangan


Pelabuhan saat ini dikenal oleh masyarakat sebagai tempat bongkar muat
barang dan transit, yang merupakan daerah belakang. Anggapan tersebut harus
dirubah sehingga pelabuhan menjadi tempat tujuan wisata yang menarik bagi
pengunjung lokal maupun mancanegara. Pelabuhan pariwisata harus menjadi
jantung kegiatan bagi kawasan teluk Benoa. Prinsip perancangan berikut
merupakan usaha untuk menciptakan sebuah pelabuhan pariwisata yang menjadi
icon bagi kawasan Teluk Benoa, sebuah kawasan yang nyaman untuk, tinggal,
bekerja, bermain, transit dan rekreasi.
Prinsip perancangan ini merupakan penggabungan dari prinsip
perancangan normatif dari kajian literatur dan kasus dengan berbagai analisis
yang telah dilakukan pada kawasan perancangan. Prinsip perancangan pelabuhan
pariwisata internasional ini adalah menciptakan kawasan harbourfront resort yang
memiliki sense of place Bali, yang meliputi komponen-komponen perancangan
yang dikemukakan oleh Shirvani (1985).
Prinsip perancangan pelabuhan pariwisata secara garis besar dibagi
menjadi dua yaitu: prinsip perancangan bentuk tepi pelabuhan dan prinsip
perancangan tapak.

109
4.3.1. Prinsip Perancangan Bentuk Pelabuhan
Sebagaimana kita ketahui pulau Bali dikelilingi oleh lautan dan memiliki
gugusan pegunungan pada bagian tengah pulau yang terdiri dari Gunung Batu
Karu, Gunung Batur dan Gunung Agung. Sesuai dengan konsep mikro – makro
kosmos, maka untuk memperoleh karakter dasar pulau Bali tersebut dilakukan
dengan cara menganalogikan kawasan Pelabuhan Benoa sebagai Pulau Bali.
Analogi tersebut juga bertujuan untuk memberikan bentuk yang dinamis pada
pelabuhan pariwisata sekaligus menjadi landmark bagi kawasan Teluk Benoa.

Gambar 4.1. Analogi Pulau Bali pada Pelabuhan Benoa

Analogi Pulau Bali pada Pelabuhan Benoa dilakukan dengan cara


mentransformasikan bentuk kaki Pulau Bali pada lahan reklamasi tambahan.
Bentuk kaki pulau Bali tersebut tidak di copy begitu saja, akan tetapi disesuiakan
dengan fungsi yang akan ditampung pada lahan reklamsi tersebut, yaitu: marina
dan aquarium. Disamping itu pendekatan analogi tersebut juga
mempertimbangkan kondisi fisik dan infrastruktur Pelabuhan Benoa.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut yaitu:
1. Bentuk pelabuhan yang memanjang dan dikelilingi oleh perairan.
2. Hasil analisis tata guna lahan menunjukkan bahwa lahan yang masih dapat
direklamasi berada pada bagian utara pelabuhan tepatnya disebelah utara
zona marina eksisting.
3. Infrastruktur pelabuhan, yaitu: dermaga timur, selatan dan barat, yang
tetap harus berfungsi maksimal saat proses pembangunan berlangsung.

110
Prinsip perancangan bentuk pelabuhan harus memenuhi kriterea
perancangan, yaitu: integrasi, efisiensi, harmonisasi dengan lingkungan dan sense
of place. Prinsip perancangannya yaitu:
1. Bentuk pelabuhan harus terintegrasi dengan kawasan lain, terutama
dengan rencana pengembangan disebelah utara yang merupakan perluasan
dari zona marina. Integrasi tersebut dapat dicapai dengan merancang
promenade menerus yang menghubungkan kedua kawasan.
2. Bentuk pelabuhan harus efisien. Lahan hasil reklamasi yang memberikan
bentuk baru pada pelabuhan juga berfungsi sebagai marina, yaitu dermaga
bagi yatch dan boat, dengan kapasitas yang lebih besar dari marina
eksisting.
3. Harmonisasi dengan lingkungan sekitar. Lokasi lahan reklamasi
merupakan perairan yang relatif dangkal sehingga meminimalkan
kebutuhan pengurugan dan tidak terlalu merusak kehidupan bawah air.
4. Bentuk melengkung memberi karakter dinamis pada pelabuhan jika
dinikmati dari kapal pesiar, yang mendukung citra baru pelabuhan sebagai
kawasan rekreasi dan tujuan wisata. Bentuk melengkung juga memberi
kesan penyambutan (sense of arrival) bagi kapal pesiar yang berlabuh.

4.3.2. Prinsip Perancangan Tapak


Prinsip perancangan tapak dibagi menjadi dua berdasarkan lingkup
perancangan yaitu lingkup mezo dan lingkup mikro. Masing-masing lingkup
perancangan kemudian dibagi lagi berdasarkan komponen perancangan. Prinsip
perancangan tapak harus memenuhi kriteria perancangan, yaitu: integrasi,
efisiensi, lingkungan harmonis dan sense of place.
4.3.2.1. Prinsip Perancangan Tapak Lingkup Mezo
1. Tata Guna Lahan
a. Kawasan pelabuhan adalah kawasan dengan fungsi campuran yang terdiri
dari fungsi: hunian, retail, komersial, hiburan, rekreasi, transit, dan
berbagai aktivitas pelabuhan eksisting.

111
b. Fungsi baru yang merupakan sarana penunjang pariwisata harus
terintegrasi dengan fungsi eksisting pelabuhan.
c. Fungsi campuran pada pelabuhan disesuaikan dengan konsep sanga
mandala
d. Pusat-pusat aktivitas pada kawasan pelabuhan letaknya menyebar,
e. Kawasan pelabuhan terbuka bagi semua pengunjung dan menyatu dengan
masyarakat sekitar dan lingkungannya.
f. Aktivitas pelabuhan berlangsung selama 24 jam begitu pula berbagai
sarana penunjangnya sehingga meningkatkan vitalitas kawasan.
g. Masing-masing blok pada kawasan memiliki ruang terbuka hijau dengan
vegetasi lokal.

2. Tata Massa dan Bentuk Bangunan


a. Tata massa disesuaikan dengan konsep gunung-segara, dengan hirarki tata
massa semakin rendah kearah badan air.
b. Menciptakan integrasi kawasan dengan menyelaraskan langgam-langam
dan irama bangunan yang memiliki fungsi berbeda.
c. Bangunan mengakomodasi fungsi campuran secara vertikal (hunian,
kantor dan retail/komersial)
d. Fungsi campuran secara vertikal disesuaikan dengan konsep proporsi tri
angga (kepala, badan dan kaki).

3. Sirkulasi Kendaraan dan Parkir


a. Kawasan pelabuhan terhubung dengan airport internasional dan kawasan
lain dengan transportasi publik yang baik.
b. Menghubungkan pusat-pusat aktivitas yang berbeda dengan sistem transit
internal kawasan dan menyediakan parkir bersama.
c. Kawasan pelabuhan merupakan kawasan yang berorientasi transit dan
mengutamakan penggunaan transportasi publik yang akan berdampak pada
pengurangan penggunaan kendaraan bermotor dan meminimalkan
kebutuhan lahan parkir.

112
d. Menciptakan sirkulasi kendaraan yang efisien dengan memisahkan
sirkulasi kendaraan pengunjung dengan truk petikemas.

4. Jalur Pejalan Kaki


a. Kawasan pelabuhan merupakan kawasan yang berorientasi pada pejalan
kaki,
b. Jalur pejalan kaki memiliki sekuen yang menarik dan orientasi yang jelas,
mengarahkan pengunjung ke pusat-pusat aktivitas.
c. Menyediakan promenade yang menerus disepanjang tepi pelabuhan dan
akses pengunjung yang mudah ke badan air
d. Jalur pejalan kaki merupakan bagian dari jaringan ruang terbuka hijau
yang mengintegrasikan berbagai fungsi berbeda yang ada pada kawasan
e. Jalur pejalan kaki menyatu dengan lanskap dengan elemen pendukung
seperti: street furniture, art work, lightting dan signage

5. Ruang Terbuka
a. Ruang terbuka adalah bagian dari jaringan ruang terbuka hijau yang
menghubungkan kawasan dengan lanskap yang lebih luas.
b. Ruang terbuka sebagai ruang publik positif, yang berorientasi pada
aktivitas dan terbentuk dari tata massa bangunan.
c. Ruang terbuka sebagai ruang peralihan antar fungsi harus dapat dicapai
dengan berjalan kaki dari berbagai arah.
d. Ruang terbuka harus dinamis dapat mengikuti perubahan ekonomi, sosial
dan budaya.

6. Kegiatan Pendukung
a. Pada kawasan pelabuhan disediakan kegiatan pendukung yang beragam,
yang mendukung fungsi kawasan sebagai fungsi campuran.
b. Menjadikan aktivitas eksisting sebagai atraksi wisata, sekaligus
mendukung interaksi masyarakat lokal dengan wisatwan.

113
c. Melibatkan masyarakat lokal pada kegiatan pendukung sehingga dapat
memperkuat sense of place kawasan.

4.3.2.2. Prinsip Perancangan Tapak Lingkup Mikro


1. Tata Guna Lahan
a. Area perancangan adalah fungsi campuran dengan fungsi utama berupa
akomodasi pariwisata.
b. Fungsi campuran pada pelabuhan disesuaikan dengan konsep tri mandala,
c. Tiga core utama sebagai generator utama, yaitu: terminal penumpang,
hotel resor dan aquarium.
d. Diantara ketiga core tersebut terdapat fungsi peralihan (intermediate
space) berupa area komersial dan retail.
e. Fungsi-fungsi retail, komersial dan hiburan berlangsung selama 24 jam

2. Tata Massa dan Bentuk Bangunan


a. Pada level lantai dasar yang berfungsi sebagai area retail dan komersial
terdapat pembauran antara ruang dalam dan luar bangunan.
b. Bangunan-bangunan yang memiliki fungsi sebagai core utama kawasan
dirancang sebagai landmark kawasan.
c. Tata massa dirancang sehingga sinar matahari dapat masuk secara
maksimal kedalam bangunan,
d. Bangunan-bangunan menggunakan atap dengan bentuk limasan.
e. Menyediakan roof garden pada bangunan yang menggunakan atap datar
(beton).

3. Sirkulasi Kendaraan dan Parkir


a. Koridor jalan selain untuk sirkulasi kendaraan juga merupakan bagian dari
jaringan ruang terbuka tempat pengunjung berinteraksi, dan berlangsung
kegiatan ekonomi-sosial-budaya.
b. Menyediakan halte-halte bus yang dengan mudah dapat dicapai oleh
pengunjung dengan berjalan kaki

114
c. Menyediakan fasilitas transit interchange pada area terminal penumpang
yang melayani pengunjung, wisatawan dan pekerja pelabuhan.
d. Pada area perancangan (lingkup mikro), mengutamakan penggunaan alat
transportasi internal yang ramah lingkungan seperti sepeda atau buggy.
e. Parkir bersama kendaraan pribadi yang terpusat pada level basement dan
lantai dasar untuk meminimalisir sirkulasi kendaraan bermotor.

4. Jalur Pejalan Kaki


a. Pedestrian mall menghubungkan terminal penumpang internasional
dengan hotel resor.
b. Jalur pejalan kaki yang terlindung baik berupa arkad atau oleh vegetasi.
c. Jalur pejaln kaki memiliki orientasi yang jelas berupa vista-vista yang
dibentuk oleh tata bangunan
d. Menghubungkan pusat-pusat aktivitas di darat dengan tepi air, dengan
jalur pejalan kaki yang menerus.
e. Terintegrasi dengan bangunan, yang dapat menembus atau naik ke atap
bangunan.

5. Ruang Terbuka
a. Ruang terbuka harus fleksibel yang dapat mengakomodasi berbagai
kegiatan selama 24 jam.
b. Menyediakan vegetasi lokal pada ruang terbuka sebagai habitat bagi
hewan liar untukmenjaga keseimbangan ekologi pelabuhan sekaligus
memperkuat sense of place kawasan.
c. Elemen pendukung perancangan ruang terbuka publik dikoordinasikan
dengan seluruh kawasan dan diperlakukan sebagai art work
d. Menambahkan elemen air pada ruang terbuka yang juga berfungsi sebagai
penampung limbah air hujan.

115
6. Kegiatan Pendukung
a. Menyediakan area bagi cafe-cafe outdoor pada tepi air tempat pengunjung
manikmati aktivitas marina pada badan air.
b. Menyediakan dermaga khusus bagi mereka yang memiliki hobi
memnacing (fisherman wharf), yang sekaligus menjadi atraksi yang
menarik bagi pengunjung.

4.4. Konsep Perancangan


Konsep perancangan yang disampaikan berikut tidak hanya pada area
perancangan tapi mencakup seluruh kawasan pelabuhan. Hal ini dimaksudkan
agar tercipta sebuah kawasan urban yang terintegrasi dan memiliki sense of place
yang kuat.
Pembahasan konsep perancangan ini terbagi menjadi empat, yaitu: konsep
tata ruang tradisional, konsep public domain, konsep elemen pendukung
perancangan, dan konsep pelayanan utilitas

4.4.1. Konsep Tata Ruang Tradisional Bali


Konsep tata guna lahan berdasarkan tata ruang tradisional Bali adalah
berdasarkan orientasi dan hirarki kesucian. Penerapan konsep tata ruang
tradisional Bali pada pelabuhan pariwisata ini dimulai dengan menganalisis
kondisi eksisting pelabuhan dan kemudian menganalogikan pelabuhan sebagai
Pulau Bali. Hasil analisis dan analogi tersebut menjadi acuan untuk menghasilkan
bentuk dan pola tata ruang pada area perancangan.
1. Kondisi dan bentuk eksisting Pelabuhan
a. Kawasan Pelabuhan merupakan daratan yang dikelingi oleh lautan
b. Orientasi utama ke arah main land (Pulau Bali)
c. Tata ruang pada kawasan pelabuhan Benoa membentuk grid yang
dibentuk oleh jalan-jalan pada pelabuhan Benoa.
d. Pola sirkulasi kendaraan berorientasi pada boulevard yang
merupakan aksis utama kawasan dan membentuk 2 buah
persimpangan utama (pempatan agung).

116
Gambar 4.2. Arah orientasi dan analogi gunung – laut pada kawasan Pelabuhan Benoa

2. Analogi Pelabuhan Benoa sebagai Pulau Bali


a. Bentuk pelabuhan merupakan bentuk transformasi dari Pulau Bali
b. Bagian tengah pelabuhan dianalogikan sebagai pegunungan
(hirarki tertinggi) yang dikelilingi oleh dataran dan lautan.

117
c. Konsep gunung – laut diterjemahkan pada bentuk tata ruang
pelabuhan:
i. Gunung: hirarki tertinggi, bentuk formal, simetris,
mengikuti grid dan fungsi yang lebih formal yaitu
perkantoran.
ii. Peralihan gunung dengan laut: hirarki lebih rendah, bentuk
lebih informal, asimetris, mengikuti kurva dan fungsinya
berupa komersial dan retail.

Gambar 4.3. Analogi gunung – laut diwujudkan pada hirarki massa

d. Pelabuhan dibagi menjadi sembilan zona hirarki untuk menentukan


lokasi fungsi-fungsi baru terhadap fungsi-fungsi eksisting.

118
Gambar 4.4. Konsep Sanga Mandal pada Pelabuhan Benoa

e. Bentuk promenade yang merupakan bentuk kurva melengkung


bertujuan untuk memberikan kesan menyatu (integrasi) dengan
alami bagi semua kawasan pelabuhan. Bentuk melengkung
mewakili sifat alam yang natural dan dinamis lawan dari bentuk
grid yang merupakan buatan manusia. Bentuk lengkung juga
memberikan peralihan darat dengan laut yang lebih alami.

119
f. Peralihan dari bentuk grid ke bentuk lengkung memberikan kesan
pergerakan yang dinamis, yang akan menarik pengunjung untuk
berinteraksi dan bergerak diantara kedua area tersebut.

Gambar 4.5. Penyesuaian konsep Sanga Mandal pada fungsi Pelabuhan Benoa

3. Pempatan Agung
a. Kawasan pelabuhan terintegrasi oleh konsep pempatan agung,
yang menghubungkan sisi timur dengan barat pelabuhan.
b. Pada area perancangan juga menggunakan konsep pempatan
agung, yang menghubungkan tiga core utama yaitu terminal

120
penumpang, hotel resor dan aquarium berfungsi sebagai generator
pergerakan pengunjung.
c. Lokasi ketiga generator utama ini ditentukan berdasarkan:
i. Hirarki tata ruang (Sanga Mandala)
ii. Aksis utama pada kawasan (Pempatan Agung)
iii. Analisis kondisi fisik, view dan kebisingan

Gambar 4.6. Pempatan Agung menghubungkan sisi timur dan barat pelabuhan

121
Gambar 4.7. Konsep Gunung – Segara (laut) dan hirarki tata ruang tri mandala

Gambar 4.8. Konsep Pempatan Agung pada area perancangan

122
4.4.2. Konsep Perancangan Tapak
Konsep perancangan tapak terdiri dari enam bagian yang merupakan penjabaran
dari komponen perancangan, konsep tersebut yaitu:

4.4.2.1. Tata Guna Lahan


a. Kawasan Pelabuhan Benoa
1. Menambah lahan pelabuhan dengan reklamasi yang digunakan sebagai
landmark kawasan pelabuhan dan menampung fungsi berupa marina dan
aquarium.

Gambar 4.9. Reklamasi tambahan untuk fungsi marina dan aquarium

123
2. Menyesuaikan penempatan fungsi-fungsi baru dengan konsep sanga
mandala, fungsi eksisting pelabuhan dan kondisi fisik pelabuhan

Gambar 4.10. Pembagian kawasan Pelabuhan Benoa dengan konsep Sanga Mandala

3. Menambah fungsi perkantoran dan komersial pada area disebelah barat


boulevard untuk membangkitkan vitalitas pada area tersebut, serta
memberi keterkaitan secara fungsional dengan area disebelah timur
boulevard.

124
4. Mengusulkan pengolahan ikan dengan proses yang lebih modern dan
terpadu sehingga dapat mengintensifkan penggunaan lahan untuk area
perikanan.
5. Menyediakan ruang-ruang peralihan diantara fungsi-fungsi yang berbeda
yang dapat berupa ruang terbuka hijau ataupun koridor jalan, sehingga
memungkinkan bagi pekerja, penghuni atau pengunjungnya untuk
berinteraksi.
6. Mempertahankan fungsi ruang terbuka yang ada pada bagain barat daya
pelabuhan sebagai bagian dari waterfront promenade.

Gambar 4.11. Usulan tata guna lahan pada kawasan Pelabuhan Benoa

125
b. Area Perancangan
1. Pada kawasan terdapat tiga fungsi yang menjadi core utama yang
menjadi generator, yaitu: terminal penumpang, hotel resor dan
aquarium.
2. Membagi area perancangan menjadi tujuh blok pengembangan dengan
fungsi campuran sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing
lahan sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi ekonomi,
sosial-budaya dan lingkungan kawasan pelabuhan dan sekitarnya.

Gambar 4.12. Pembagian Blok pada area perancangan

126
3. Menyesuaikan penempatan fungsi-fungsi baru berdasarkan konsep tri
mandala, konsep gunung-segara, dan potensi kondisi fisik pelabuhan.
4. Pada area perancangan diusulkan menggunakan KDB yang rendah,
berkisar antar 45-35 %, dengan tujuan untuk memaksimalkan aktivitas
pada ruang terbuka dan prioritas pada penataan lansekapnya.

Tabel 4.1. Luasan blok dan lantai pada area perancangan

KDB Luas Luas


Luas KDB
Blok RDTR Ketinggian Lantai Lantai
Blok Usulan
Pengembangan Benoa Dasar Total
m2 % % m m2 m2
Blok 1 13693 60 45 15 6200 20359
Blok 2 26165 60 45 15 11900 39776
Blok 3 40000 50 35 15 13800 27000
Blok 4 73109 60 35 15 25500 72000
Blok 5 71814 50 40 15 28764 48475
Blok 6 19421 60 35 15 6800 8025
Blok 7 20038 60 35 15 7110 14117

5. Menyediakan fungsi hunian yang beragam, mulai dari apartemen


studio, condotel, villa sampai hotel.
6. Perkantoran untuk pengelola pelabuhan yang terdiri dari berbagai
badan pemerintah, disatukan pada blok yang sama (blok 1) sehingga
dapat memudahkan koordinasi diantara badan tersebut.
7. Blok 2 difungsikan untuk perkantoran sewa dan retail pada lantai
dasarnya. Blok ini juga menjadi gerbang utama area perancangan.
8. Terminal penumpang menempati blok eksisting (blok 3) karena
berhubungan dengan letak dermaga dan kolam pelabuhan untuk
berlabuhnya kapal pesiar. Pada blok ini ditambahkan fungsi transit
interchange yang lebih terintegrasi dengan terminal penumpang.
9. Blok 4 merupakan blok penghubung antara terminal penumpang
dengan hotel resor dan area tengah pelabuhan dengan tepi air bagian
timur. Pada blok ini terdapat fungsi apartemen bagi pekerja dan
ekspatriat, serta fungsi retail yang menempati area lantai dasar.

127
10. Fungsi hotel resor menempati blok 5. Blok ini merupakan blok
strategis karena berfungsi ganda sebagai gerbang bagi pengunjung
yang datang dari arah bandar udara internasional, disamping itu blok
ini terhindar dari kebisingan saat kapal pesiar berlabuh. Pada bagian
peri-peri blok, ditempatkan kegitan retail seperti café, restoran, butik
dan lain-lain.
11. Blok 6 difungsikan untuk marina village, tempat bagi semua kegiatan
yang berhubungan dengan marina. Pada blok ini akan terdapat second
home bagi para pemilik yatch, club house, penyewaan boat (water
taxi), olah raga bahari, dan retail yang menjual berbagai cinderamata.
Blok ini juga merupakan blok penghubung antara aquarium dengan
hotel resor dan semua area pelabuhan lainnya.
12. Pada Blok 7 terdapat aquarium, yang merupakan salah satu core utama
kawasan. Aquarium ini akan memberi pengetahuan pada pengunjung
mengenai berbagai kehidupan bawah laut, selain itu fungsi lainnya
adalah sebagai landmark kawasan pelabuhan Benoa. Kegiatan lain
yang ditampung pada blok ini adalah dermaga pemancingan
(fisherman wharf) dan tentu saja retail.

19%
Kantor
27% 16% Terminal
Retail
Apartemen
Hotel
3% Marina village
5% Aquarium
10%
21%
Gambar 4.13. Prosentase berbagai fungsi pada area perancangan

128
4.4.2.2. Tata Massa dan Bentuk Bangunan
1. Tata massa dan bentuk bangunan makin ke arah laut makin rendah dan
makin tidak formal yang menunjukkan hirarki bangunan yang makin
rendah ke arah air. Fungsi perkantoran dan hunian menempati hirarki
paling tinggi memiliki bentuk yang lebih formal dan dengan ketinggian
maksimum (paling tinggi 15 m atau 5 lantai) sedangkan fungsi retail dan
hiburan menempati hiraki lebih rendah dengan bentuk yang lebih informal.
Konfigurasi ini bertujuan untuk memberi kesan dinamis dan mengarahkan
pergerakan pengunjung dari boulevard ke arah badan air.

Gambar 4.14. Skyline melintang menunjukkan hirarki tata bangunan


yang semakin rendah ke arah badan air.

2. Tata massa dan bentuk bangunan pada kawasan perancangan dirancang


dengan bentuk yang organik, yang memungkinkan sinar matahari masuk
kedalam bangunan.
3. Fasade bangunan yang berorientasi ke dalam dan ke luar. Ke dalam
membentuk ruang terbuka positif (natah dalam arsitektur Bali) yang lebih
privat dan ke luar untuk ruang yang lebih publik.

Gambar 4.15. Konsep Natah dan orientasi fasade bangunan

129
Gambar 4.16. Tata massa yang membentuk natah (ruang positif)

4. Membedakan hirarki landmark menurut skala area orientasinya, yaitu pada


skala blok, area perancangan dan kawasan pelabuhan. Fungsi landmark
tersebut adalah: mempermudah orientasi pengunjung, menunjukkan hirarki
sebuah tempat terhadap lingkungannnya, dan menciptakan skyline
kawasan.

130
Gambar 4.17. Skyline memanjang pada area perancangan

5. Bangunan mengakomodasi fungsi campuran secara vertikal yang


disesuikan dengan konsep triangga (kepala, badan dan kaki). Area lantai
dasar (kaki) untuk fungsi komersial dan retail, lantai diatasnya (badan)
untuk fungsi hunian atau kantor dan paling atas berupa atap perisai
(kepala).

Gambar 4.18. Sinergi konsep Triangga dengan fungsi campuran pada bangunan

6. Bangunan dan lanskap yang saling mendukung dengan merancang ruang


dalam dan luar bangunan yang membaur pada level ground floor, terutama
pada area retail dan komersial, yang bertujuan untuk memperkuat integrasi
kawasan.
7. Menyelaraskan langgam-langgam bangunan terutama bangunan pada
fungsi eksisting pelabuhan. Salah satu caranya adalah menghilangkan
bangunan-bangunan yang bersifat semi permanen.
8. Fasade bangunan memiliki ritme yang selaras dan serasi. Pada bagian
sudut-sudut blok diberikan perlakuan khusus seperti perubahan ketinggian
dan set-back.
9. Bangunan-bangunan menggunakan bentuk atap perisai kecuali bangunan
yang memiliki fungsi khusu seperti terminal penumpang dan aquarium.
10. Tata massa membentuk vista-vista yang menarik, yang membantu
memberi pengunjung orientasi dan gambaran yang mudah diingat.

131
Gambar 4.19. Sense of arrival dan tata massa yang membentuk vista.

11. Hotel resor memiliki konfigurasi bujur sangkar dengan orientasi ketengah
dan keluar. Orientasi ketengah membentuk mandala yang memiliki
ketinggian maksimum pada tengah-tengah bujur sangkar. Sedangkan
keluar menghadap keempat penjuru mata angin dan menjadi pusat orietasi
bagi konfigurasi massa disekitarnya.
12. Fungsi terminal penumpang internasional terdiri dari tiga massa.
Bangunan pertama merupakan bangunan untuk kegiatan transit bagi
transportasi publik yang berupa bus dan taxi, bangunan kedua adalah

132
bangunan untuk kegiatan cek-in dan penanganan bagasi, sedangkan
bangunan ketiga adalah bangunan untuk lounge kedatangan dan
keberangkatan. Bangunan ketiga memiliki massa yang cukup gigantis
sehingga perlu disamarkan dengan menjadikannya bagian dari topografi,
dan bagian atapnya dapat berfungsi sebagai waving gallery.
13. Bangunan aquarium (sea world) yang terdapat pada tanjung buatan hasil
reklamasi berfungsi sebagai landmark kawasan pelabuhan pariwisata.
Bangunan ini juga sebagai penanda bahwa kapal pesiar telah sampai pada
pelabuhan Benoa (sense of arraival)

Gambar 4.20. Tiga core utama pada area perancangan

4.4.2.3. Sirkulasi Kendaraan dan Parkir


1. Infrastruktur jalan sangat penting dalam pembentukan struktur urban,untuk
itu diusulkan rencana jalan yang baru pada pelabuhan agar terjadi
kelancaran sirkulasi kendaraan namun tetap mempertahankan karakter
dasar pelabuhan, yaitu berupa grid-grid yang membentuk blok-blok pada
kawasan.
2. Sirkulasi bus dan kendaraan pengunjung terpisah dengan truk petikemas,
dengan maksud untuk menertibkan dan memberi kelancaran pada masing-
masing rute tersebut.
3. Pada titik transit diterapkan konsep kiss and ride bagi bus yang menaik
turunkan penumpang. Bus juga dapat menaik turunkan penumpang pada
halte bus yang disediakan pada titik-titik tertentu.

133
Gambar 4.21. Rencana jalan eksisting dan baru pada kawasan pelabuhan

4. Pusat-pusat aktivitas terhubung dengan sistem transit internal kawasan


yang berupa bus khusus untuk keperluan pengunjung. Hal ini juga
bertujuan untuk mencegah parkir kendaraan yang tidak terkontrol.
Pengunjung dapat parkir pada satu tempat dan berkeliling pelabuhan
dengan bus internal tersebut.
5. Transportasi internal pada area perancangan juga diusulkan menggunakan
kendaraan yang ramah lingkungan, seperti buggy atau sepeda.

134
Gambar 4.22. Pemisahan transportasi pengunjung dengan petikemas

6. Koridor jalan merupakan bagian dari jaringan ruang terbuka hijau dan
memiliki fungsi sosial. Koridor jalan dirancang sebagai tempat bagi
pengunjung untuk berinteraksi dengan menyediakan street furniture, art
work dan vegetasi yang sesuai. Pada koridor jalan juga harus
dimungkinkan untuk menampung kegiatan berupa parade atau pawai, serta
perpanjangan aktivitas di dalam bangunan seperti misalnya cafe out door.

135
Gambar 4.23. Pola sirkulasi kendaraan dan parkir pada kawasan pelabuha

7. Tempat parkir disediakan pada level lantai dasar dan basement. Parkir
basement terdapat pada blok perkantoran, yang juga diperuntukkan bagi
kendaraan pengunjung. Akan tetapi diharapkan dengan adanya transportasi
publik dan fasilitas transit yang baik penggunaan lahan parkir ini dapat
diminimalkan.

136
Gambar 4.24. Pola sirkulasi kendaraan dan parkir pada area perancangan

Tabel 4.2. Kebutuhan parkir untuk masing-masing fungsi


Kebutuhan
Fungsi
Parkir
Kantor 350
Terminal 400
Retail 725
Apartemen 95
Hotel 200
Marina village 100
Aquarium 130
Total (mobil) 2000

137
Gambar 4.25. Parkir pada podium dengan natah diatasnya

Gambar 4.26. Parkir pada basement dengan natah diatasnya

4.4.2.4. Jalur Pejalan Kaki


1. Membebaskan area dermaga barat (pelabuhan ikan) dari kendaraan
bermotor dan memprioritaskan untuk pejalan kaki.
2. Jalur pejalan kaki dirancang agar dapat menerus dan menghubungkan satu
node dengan node yang lain. Pada perancangan pelabuhan ini digunakan
konsep pedestrian mall yang menghubungkan tiga core utama kawasan.
Diantara ketiga core ini kemudian terdapat beberapa persimpangan yang
mengarahkan pejalan kaki kearah tepi air.

138
Gambar 4.27. Jalur pejalan kaki yang menerus menghubungkan berbagai pusat aktivitas

3. Tepi-tepi pelabuhan terhubung dengan promenade yang menerus. Akan


tetapi pada bagian apron dan lapangan petikemas tidak dapat diakses oleh
publik dengan bebas, mengharuskan promenade pada Pelabuhan Benoa
tidak dapat menerus dan harus dibelokkan ke arah tengah pelabuhan yang
kemudian bertemu pada ruang terbuka disebelah barat daya pelabuhan.

139
Gambar 4.28. Waterfront promenade menerus, menghubungkan berbagai area pada pelabuhan

4. Memisahkan jalur pejalan kaki dan kendaraan secara tegas. Jika terdapat
pertemuan antara jalur pejalan kaki dan kendaraan maka yang lebih
diprioritaskan adalah jalur pejalan kaki.
5. Selain jalur pejalan kaki yang terbuka juga terdapat yang terlindung oleh
kanopi atau vegetasi. Jalur pejalan kaki juga terdapat pada perimeter
bangunan berupa arcade, yang juga membantu pengunjung melakukan
window shoping.

140
6. Jalur pejalan kaki merupakan bagian dari jaringan ruang terbuka (lanskap),
sehingga memperkuat integrasi kaawasan. Jalur pejalan kaki dirancang
menembus bangunan dan ruang terbuka, memiliki sikuen yang menarik
dan oreintasi yang jelas.
7. Konsep pempatan agung pada area perancangan terlihat pada pusat area
komersial yang berupa persimpangan antara pedestrian mall yang
menghubungkan terminal penumpang dan hotel resor, dengan jalur utama
yang menghubungkan pempatan agung kawasan dengan tepi pelabuhan.

Gambar 4.29. Tiga core yang membangkitkan pergerakan pengunjung

141
Gambar 4.30. Jalur pejalan kaki dan arcade pada area perancangan

4.4.2.5. Ruang Terbuka


1. Ruang terbuka sebagai peralihan antara berbagai fungsi yang berbeda,
terhubung dengan jalur pedestrian dan berada pada jarak berjalan kaki.
2. Ruang terbuka merupakan bagian dari lanskap urban yang lebih luas yang
membentuk jaringan ruang terbuka hijau
3. Pada ruang terbuka juga berfungsi sebagai berlangsungnya berbagai
kegiatan yang dapat mempererat interaksi sosial-budaya diantara
pengunjung dan masyarakt lokal. Kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan

142
yang aksidental atau yang memang direncanakan oleng pihak pengelola.
Ruang terbuka dapat mengakomodasi kegiatan yang berlangsung selama
24 jam

Gambar 4.31. Jaringan ruang terbuka hijau sebagai penghubung fungsi-fungsi yang berbeda

4. Hirarki ruang terbuka dibagi menjadi tiga yaitu: publik, private dan ruang
peralihan antara publik dengan privat. Hal ini bertujuan untuk memberikan
pengawasan atau kontrol terhadap berbagai aktifitas dan menjadikan ruang
terbuka lebih aman dan dapat dipertanggungjawabkan.

143
Gambar 4.32. Hirarki ruang terbuka dan perpaduannya dengan waterscape

5. Ruang terbuka dengan vegetasi lokal sebagai habitat bagi hewan liar untuk
menjaga keseimbangan ekologi urban. Penggunaan elemen air dan
elemen-elemen alami lainnya pada ruang terbuka memberikan kesan alami
dan mengalir.
6. Pemanfaatan atap bangunan sebagai ruang terbuka hijau khususnya pada
bangunan yang memiliki atap dari beton, hal ini selain dapat
mendinginkan ruangan dibawahnya juga memberikan kontribusi positif
bagi lingkungan sekitar.

144
7. Ruang terbuka didesain agar memiliki pergerakan yang dinamis dan dapat
beradaptasi terhadap perkembangan sosial dan budaya.
8. Peralihan darat dengan air yang alami tapi tidak menghilangkan karakter
pelabuhannya.
9. Street furniture, art work, signage dan lighting yang dikoordinasikan
dengan seluruh kawasan, dan diperlakukan sebagai art work.

4.4.2.6. Aktivitas Pendukung


1. Pemanfaatan kegiatan pelabuhan sebagai atraksi wisata dapat memperkuat
citra kawasan sebagai sebuah tujuan wisata. Kegiatan yang terjadi pada
badan air dapat menarik pengunjung untuk berkumpul menikmati suasana
yang ada.
2. Pada titik-titik kemungkinan pengunjung berkumpul dapat disediakan
ruang bagi outdoor café atau pedagang kaki lima (PKL). PKL yang
diakomodasi pada kawasan ini adalah PKL yang dapat mengangkat
karakter kawasan sebagai sebuah resor urban.
3. Kegiatan lain yang dapat berlangsung pada tepi air adalah kegiatan
memancing yang dilakukan oleh mereka yang hobi memancing, sehingga
perlu disediakan dermaga khusus untuk kegiatan memancing ini
(fisherman wharf) yang juga sekaligus dapat berfungsi sebagai tempat
untuk menambatkan yatch atau boat.
4. Pada hari-hari tertentu diadakan berbagai kegiatan yang dapat menarik
pengunjung. Kegiatan ini dapat berupa pameran budaya pada ruang
terbuka, festival kapal layar internasional dan sebagainya.
5. Aktivitas penunjang yang mendukung aktivitas pelabuhan selama 24 jam.

145
Gambar 4.33. Aktivitas pendukung diantara ketiga core utama

4.4.3. Konsep Elemen Pendukung Perancangan


4.4.3.1. Tepi pelabuhan
1. Menciptakan hubungan yang lebih intim antara pengunjung dengan
air, dengan memasukkan air laut pada area perancangan.
2. Menggunakan tepi air yang berbeda untuk memberikan karakter
lansekap yang lebih alami.

146
3. Menciptakan tepi pelabuhan yang keras untuk keperluan berlabuhnya
yatch, water taxi dan lain-lain dalam bentuk boardwalk kantilever atau
ponton terapung.
4. Menciptakan tepi pelabuhan yang dapat memberikan peringatan dini
terhadap pasang surutnya air laut.

Gambar 4.34. Waterscape dengan dasar bergelombang

Gambar 4.35. Tepi pelabuhan eksisting

Gambar 4.36. Tepi pelabuhan yang dilengkapi dengan jetty atau ponton

147
4.4.3.2. Material
1. Material yang akan digunakan pada area perancangan adalah
percampuran berbagai material yang digunakan untuk paving
pedestrian, perkakas jalan, penerangan, kerb, dinding, permukaan
jalan, yang dipilih untuk memberikan ciri khas yang unik.
2. Material yang digunakan harus yang memiliki kualitas yang tinggi,
tahan lama dan minim perawatan dan juga harus ramah lingkungan.
3. Material yang digunakan adalah percampuran antara material modern
dan tradisional, alami dan buatan, yang harus dapat memperkuat sense
of place kawasan.
4.4.3.3. Vegetasi
1. Vegetasi yang digunakan pada area perancangan adalah vegetasi lokal
Bali, yang sesuai dengan lokasi, iklim dan cuaca tepi pantai. Vegetasi
yang digunakan juga harus bervariasi dan dikombinasikan dengan baik
dengan tujuan untuk memperkuat sense of place.
2. Vegetasi yang dipilih harus sesuai dengan fungsinya, minim perawatan
dan tidak membutuhkan banyak air.
4.4.3.4. Urban design yang sensitif air
1. Perancangan pelabuhan pariwisata ini berpeluang menjadi model
acuan perlindungan terhadap lingkungan dan konservasi air dalam
perancangan kota melalui pembangunan infrastruktur dan
pengendalian pembangunan.
2. Pengolahan air limbah yang terpadu agar dapat digunakan kembali
sesuai dengan kebutuhan dan peruntukannya.
3. Penampungan air hujan agar dapat digunakan kembali sebagai bagian
dari lansekap urban untuk memaksimalkan visual dan karakter
lingkungan serta memberi dampak positif terhadap iklim mikro
kawasan pelabuhan.
4. Penampungan air hujan dirancang untuk dapat menampung air
sebanyak-banyaknya yang digunakan untuk berbagai keperluan atau
disaring sebelum dibuang ke laut. Penampungan air hujan ini

148
dilakukan pada beberapa kolam yang terdapat pada area perancangan,
seperti pada area pedestrian mall dan terminal penumpang.
4.4.3.5. Public art
1. Kemampuan karya seni untuk menjadikan sebuah tempat memiliki
sense of destination membuat karya seni tersebut memiliki peranan
yang penting pada sebuah tempat (place). Karya seni publik yang
ditampilkan pada kawasan harus mendukung budaya lokal Bali.
2. Karya seni dapat menjadi focal point atau aksen bagi lingkungan
sekitar.
4.4.3.6. Tata informasi
1. Tata informasi pada kawasan urban resor ini harus terintegrasi dengan
baik dengan lingkungan sekitar. Papan reklame dipasang dengan
ukuran yang manusiawi, pada level mata manusia dan tidak
mendominasi lingkungan sekitar.
2. Pada titik-titik persimpangan disediakan rambu-rambu penunjuk arah
untuk menghindari kebingungan pengunjung. Ukuran dan warna dari
berbagai tata informasi harus mendukung karakter kawasan

4.4.4. Konsep Pelayanan Utilitas

Gambar 4.37. Konsep jaringan utilitas pada kawasan pelabuhan


(sumber http://www.marina-bay.sg)

149
Pelayanan utilitas pada kawasan pelabuhan yang berupa air, listrik,
telekomunikasi dan limbah dikoordinasikan oleh pengelola pelabuhan. Untuk air,
listrik dan telekominikasi diusulkan menggunakan terowongan bawah tanah untuk
memudahkan inspeksi perawatan dan tidak mengganggu visual kawasan
pariwisata.
Penanganan limbah kawasan pelabuhan juga dikoordinasikan oleh
pengelola pelabuhan akan tetapi dipisahkan dengan jaringan utilitas yang lain.
Penanganan limbah yang terdiri dari limbah padat, cair dan air hujan diarahkan
untuk dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kembali.

4.5. Gambar-gambar Perancangan

Gambar 4.38. Bentuk melengkung pada marina menambah kesan dinamis kawasan

Gambar 4.39. Tiga core utama memberi karakter yang kuat pada pelabuhan

150
Gambar 4.40. Site plan kawasan Pelabuhan Benoa (lingkup mezo)

151
Gambar 4.41. Site plan area perancangan (lingkup mikro)

152
Gambar 4.42. Potongan koridor jalan, dengan aktivitas penunjang pada kanan kiri jalan

Gambar 4.43. Jalan yang memiliki dua jalur dengan lebar 10 meter

153
Gambar 4.44. Set-back bangunan untuk parkir dan mengurangi dampak kebisingan jalan

Gambar 4.45. Potongan koridor pedestrian mall dengan arkade dan aktivitas penunjang

Gambar 4.46. Gerbang area perancangan didesain lebih formal terlihat pada median jalannya

154
Gambar 4.47. Terminal penumpang yang bersebelahan dengan dermaga kapal pesiar, menjadi
titik tolak perancangan.

Gambar 4.48. Titik transit pada terminal penumpang


melayani bus-bus dengan sistem kiss and ride

155
Gambar 4.49. Korodor jalan dibentuk oleh tata bangunan
yang memiliki vista berupa aquarium di kejauhan

Gambar 4.50. Rangkaian jetty pada marina yang menyambut kedatangan kapal pesiar.

156
Gambar 4.51. Ruang terbuka positif (natah) yang menjadi tempat berinteraksi antara pengunjung
dan masyarakt setempat.

Gambar 4.52. Hirarki tata massa dan lanskap yang alami memberi nuansa santai, seperti yang
diinginkan oleh para wisatawan.

157
Gambar 4.53. Proses pencapaian ke badan air dengan terlebih dahulu memperkenalkan pada
pengunjung tepi air dari kolam penampung air hujan.

Gambar 4.54. Bangunan aquarium yang merupakan landmark kawasan terletak pada lahan
reklamasi, yang juga dimanfaatkan sebagai tempat pemancingan ikan (fisherman wharf) bagi
pengunjung yang memiliki hobi memancing

158
Gambar 4.55. Suasana Pempatan Agung yang merupakan
pertemuan aksis-aksis utama area perancangan.

Gambar 4.56. Kolam penampungan air hujan pada koridor utama yang menghubungkan
terminal penumpang dengan hotel resor.

159
Gambar 4.57. Perkir pada terminal penumpang yang menyatu dengan lanskap dan bagian dari
jaringan ruang terbuka hijau.

Gambar 4.58. Hotel resor yang menyambut kedatangan calon penumpang kapal pesiar yang
datang dari arah bandar udara Ngurah Rai.

160
Gambar 4.59. Aktivitas penunjang berupa outdoor cafe merupakan tempat yang nyaman bagi
pengunjung untuk menikmati aktivitas yang terjadi pada badan air.

Gambar 4.60. Atap bangunan terminal penumpang merupakan ruang terbuka hijau yang berfungsi
sebagai waving gallery sekaligus tempat untuk menikmati pemandangan Teluk Benoa.

161

Anda mungkin juga menyukai