Anda di halaman 1dari 8

Perancangan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Warmadewa.

SKENARIO DESAIN FASILITAS WISATA DENGAN


PENDEKATAN PLACEMAKING DI PELABUHAN BENOA
Ni Wayan Nurwarsih
(1)

(1)

| NIK. 230700323

Perancangan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Warmadewa.

Abstrak

Perencanaan failitas wisata Pelabuhan Benoa sangat relevan dengan pendekatan


Placemaking karena pendekatan ini dapat menjadi katalis dalam mengangkat keunikan
sebuah tempat, sebagai upaya untuk meningkatkan image dan kualitas pelabuhan
benoa yang sebelumnya kurang menarik akibat tidak adanya perhatian terhadap
potensi-potensi yang mampu memfasilitasi beragam aktifitas pada pengguna
transportasi publik di pelabuhan. Didukung dengan program perumusan kegiatan dan
injeksi kegiatan baru, perencanaan fasilitas wisata ini diharapkan dapat mendukung dan
membuahkan akselerasi output positif yang berperan penting dalam eksistensi
pelabuhan sebagai tempat dermaga kapal pesiar yang nyaman, selain sebagai tempat
pertemuan berbagai bangsa dan berkegiatan wisata.
Kata-kunci : Fasilitas wisata, Placemaking, Pelabuhan

Fasilitas pariwisata pelabuhan saat ini


belum mampu memberikan kenyamanan
untuk wisatawan. Perencanaan fasilitas
yang
dilakukan
hanya
sebatas
perencanaan
fasilitas
kepariwisataan
untuk dermaga dan di titik beratkan pada
zona-zona yang nantinya dikembangkan
sebagai
arena
wisata
perairan,
kebudayaan dan ruang-ruang berkumpul
dan bertemu.
Pembahasan
dititik
beratkan
pada
permasalahan dan potensi yang terdapat
di Pelabuhan Benoa, terutama mencakup
permasalahan
dan
potensi
(1)
Perencanaan
terminal
penumpang,
fasilitas penunjang kegiatan marina dan
fasilitas wisata di pelabuhan, (2) Sinergi
fasilitas dengan lingkungan hutan bakau
dan lingkungan laut, (3) Prasarana dan
sarana lingkungan wisata, (4) Kegiatan
budaya dan pariwisata di Pelabuhan.
Batasan dilakukan terhadap isu dan
permasalahan yakni berfokus pada konsep

desain
urban
arsitektural
dan
perencanaan pelabuhan sebagai tempat
wisata dengan injeksi aktivitas baru yang
di terjemahkan dalam fasilitas wisata
pelabuhan dengan konsep Placemaking.
Placemaking berperan sebagai
wadah
untuk menampung kegiatan wisata, sosiokultural masyarakat dan basis dari
kegiatan
di
pelabuhan
untuk
menghidupkan kegiatan selama 24 jam
dengan perencanaan skenario kegiatan.
Maksud perlakuan ini juga sebagai
interpretasi pernyataan akan kebenaran
teori dibidang arsitektur dan konsep
pariwisata pelabuhan yang memiliki nilai
rekreasi, kenyamanan, pendidikan dan
pengalaman.
Lokasi
Perencanaan
berlokasi
di
Wilayah
Administratif Desa Pedungan, Kecamatan
Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Saat ini
Benoa
merupakan
pelabuhan
Jurnal ARSITEKTUR 02 | 1

Nama Penulis 1

internasional (kelas II) jenis pelabuhan


umum, beralamat di Jl. Raya Pelabuhan
Benoa Denpasar.
Perencanaan fasilitas pariwisata yang
akan direncananakan hanya sebatas
fasilitas wisata dan rekreasi, fasilitas sosio
kultural, fasilitas komersial perairan,
terminal pernumpang, serta perencanaan
spot-spot ruang publik di areal pelabuhan.
Perencanaan fasilitas ini menempati areal
seluas 71.000m2 pada areal reklamasi
lahan.

dan pada akhirnya dapat menjadi tolak


ukur
untuk
merencananakan
injeksi
kegiatan wisata dalam bentuk skenario
kegiatan,
guna
mencari
kesesuaian
perencanaan fasilitas pariwisata dengan
potensi yang ada di Pelabuhan Benoa. Dan
bagaimana mewujudkan pelabuhan yang
representatif yang dapat menampung
kedatangan wisatawan yang memadai.
Tujuan Perancangan
Menciptakan tempat untuk fasilitas wisata
pelabuhan yang repfresentatif, melalui
perumusan ulang kegiatan yang saling
bersinergi sebagai alternatif wisata baru di
pinggir
pelabuhan
benoa,
untuk
masyarakat lokal dan mancanegara.
Kriteria
Dengan kriteria sebagai, (a)Sesuai dengan
potensi pelabuhan benoa, (b)Tetap terikat
dengan fungsi dan kegiatan sekitar,
(c)Memadukan
konsep
harmonisasi
lingkungan untuk menciptakan bangunan
baru, (d)Dapat menampung kegiatan
sosio-kulutural masyarakat, wisatawan
lokal
dan
internasional,
(e)Dapat
membawa orang bersama-sama untuk
menciptakan identitas lokal pada salah
satu simpul transportasi pelabuhan.
Placemaking

Gambar 1. Peta Lokasi daerah Perencanaan.


Sumber : Google map 2012 & RBTL Kota
Denpasar 2010.

Isu
Bagaimana
merencananakan
dan
menempatkan fasilitas wisata yang tepat

Placemaking berasal dari tahun 1960-an,


ketika visioner seperti Jane Jacobs and
William
Whyte
menawarkan
ide-ide
inovatif tentang merancang kota yang
melayani orang-orang, bukan hanya untuk
mobil dan pusat perbelanjaan. Karya
mereka
berfokus
pada
pentingnya
lingkungan hidup dan ruang publik yang
mengundang orang untuk berkumpul. Jane
Jacobs menganjurkan kepemilikan warga
melalui unsur penting untuk menciptakan
kehidupan sosial di ruang publik.
Placemaking adalah pendekatan multifaceted untuk desain, perencanaan dan
pengelolaan ruang publik. Sederhananya,
melibatkan, melihat, mendengarkan, dan
mengajukan pertanyaan dari orang-orang
Jurnal ARSITEKTUR 02 | 2

Nama Penulis 1

yang tinggal, bekerja dan bermain di


ruang
tertentu,
untuk
menemukan
kebutuhan dan aspirasi mereka. Informasi
ini kemudian digunakan untuk membuat
visi bersama untuk tempat itu. Visi dapat
berkembang
dengan
cepat
menjadi
strategi
pelaksanaan
(Metropolitan
Planning Council of Chicago, 2012).
Dengan penekanan pada pembentukan
citra pelabuhan pariwisata,
harus
memiliki makna dari lingkungan yang
berasal dari budaya lokal setempat,
seperti yang diutarakan oleh (NorbergSchulz dalam Zahnd,1999),sebuah place
adalah sebuah space yang memiliki suatu
ciri khas tersendiri.
Salah satu strategi penguatan identitas
sebuah
tempat
adalah
dengan
pengembangan dan perbaikan sejumlah
aspek yang terdapat di sebuah kawasan
yang menurut (Garnham; 1985), yakni
dengan
mengembangkan
dan
memperbaiki aspek-aspek berikut: (1)
Permeabilitas kawasan, yakni kemudahan
memandang dan bersirkulasi ke arah
dalam maupun keluar kawasan, (2)
Orientasi visual, (3) Sense of place, (4)
Titik masuk (entry point) dan gerbang
masuk kawasan, (5) Pedestrian life, (6)
Preservation Area, (7) Lokasi bangunan
maupun struktur yang dianggap penting
untuk citra kawasan, (8) Hubungan
kawasan dengan lingkungan luarnya.
Kualitas yang dapat dicapai dalam
mengembangakn placemaking ialah :
dapat diakses, ada orang yang terlibat,
ruang adalah kenyamanan dan memiliki
citra yang baik, dan yang terakhir adalah
asociable Tempat di mana orang saling
bertemu.
Dapat disimpulkan bahwa komponen
placemaking yang harus dipenuhi untuk
mengembalikan
atau
menguatkan
identitas
dan
perencanaan
fasilitas
pariwisata Pelabuha Benoa adalah akses
dan linkages, kenyamanan dan citra dari
tempat
tersebut,
aktivitas
dan
penggunanya
serta
keramahan
masyarakat. Melalui komponen-komponen
tersebut, maka interaksi akan terjadi antar

bangunan, jalan, dan ruang luarnya


(komponen fisik), antar aktifitas satu
dengan yang lain dan citra yang muncul
akibat dari adanya interaksi antar
masyarakatnya (sosiabilitas).
Konsep
Menciptakan place untuk mengajak orang
melakukan kegiatan yang berbeda dalam
satu ruang pelabuhan, dalam kurun waktu
yang sama demi upaya menghidupkan
pelabuhan selama 24 jam. Perancangan
dilakukan dengan memberikan stimulasi
dari
rangkaian
skenario
efektivitas
kegiatan untuk melihat seberapa intens
ruang
dipergunakan,
kemudian
disesuaikan untuk peletakan fasilitas yang
direncanakan. Pemikiran dalam bentuk
skenario
perancangan,
dengan
memasukkan kontrol kebutuhan (needs)
dan diluar dari pada yang dibutuhkan
(visioning).
Program Fasilitas
Pelabuhan identik dengan bangunan
terminal, dari sinilah pusat aktivitas dan
fungsi bangunan akan diukur, bagaimana
terminal
ini
sebagai
pembentuk
placemaking yang kehadirannya akan
membentuk dan meningkatkan kualitas
pelabuhan.
Penjelasannya
terminal
dijadikan poros utama dan menjadi sumbu
pergerakan mulai muncul.
Secara terstruktur, aspek desain yang
akan diwadahi dan dikembangkan adalah
sebagai berikut :
1.

Sosial-Kultural

Media bagi umat hindu yang ada di


lingkungan
Pelabuhan
Benoa
untuk
interaksi sosial, yang mewadahai kegiata
ritual tiap bulan dan tahunan dengan
menyediakan ruang berupa pelataran
untuk bangunan suci, wantilan untuk
tempat berkumpul dan latihan kegiatan
seni. Zona ini memiliki akses tersendiri
untuk parkir dan akses menuju laut. Tetap
bisa dinikmati dari zona lain tetapi
Jurnal ARSITEKTUR 02 | 3

Artikel Skenario Desain Fasilitas Wisata Dengan Pendekatan Placemaking Di Pelabuhan Benoa

pengunjung tidak dapat secara menuju ke


zona ini.
2.

Pariwisata

Mewadahi
kegiatan
rekreasi
dan
pariwisata. Tempat ini merupakan area
berkumpul dan bersosialisasi antara
pengunjung serta tempat untuk mewadahi
komunitas seni yang sering menggunakan
pelabuhan
sebagai
tempat
untuk
berkumpul. Terdiri dari plaza, playground,
boardwalk yang menerus sepanjang tepi
pantai dan promenade sebagai ruangruang terbuka dan penghubung antar
bangunan.
Sedangkan
untuk
bangunannya sendiri terdiri dari Aquarium
& museum, market festival, tent caf,
gazebo, food area dan public boat.
3.

Komersial Umum

wisata lain karena adanya aspek marina


yang
masuk
dalam
perancangan.
Penciptaan karakter visual akan dimulai
dari banguan terminal yang menjadi
bagian penting dari marina. Di bentuk
secara kreatif dan tetap memasukkan
unsur lokal setempat untuk dapat menjadi
hirarki dan menjaga kualitas visual.
Aspek tersebut kemudian dikompilasikan
oleh fasilitas dan diletakkan sesuai
komposisinya
yang
mengacu
pada
implementasi desain normatif, serta akses
menuju/ diorientasikan kearah laut. Lantai
dasar terhubung dari satu fungsi ke fungsi
yang lain dengan pedestrian yang secara
jejak
visual
mudah
dikenali.
Titik
berkumpul menjadi yang utama yang
akan
membantu
untuk
mengakses
keseluruh fungsi yang menyebar.

Maksud dari area ini adalah, area yang


mewadahi semua kebutuhan pengguna
pelabuhan, dan tidak ada otoritas khusus
untuk masuk ke area ini. Di peruntunkan
bagi
semua
pihak
wisatawan
dan
kalangan masyarakat. Terdiri dari deretan
toko dengan beragam fungsi, shopping
arcade boardwalk dan promenade yg
menerus. Ada faktor ekonomi yang masuk
didalamnya dan faktor ini harus tetap
disesuaikan dengan karakter kawsan dan
calon pengguna.
4.

Komersial Khusus

Mewadahi kegiatan yang lebih personal


dan privat, terdiri dari club yacht, bar and
bistro serta hotel. Dikatakan sebagai
komersial
khusus,
karena
masih
mewadahi
aspek
ekonomi,
tetapi
pengguna yang masuk pada kawasan ini
memiliki otoritas yang lebih privat.
Sebagai
contoh,
jika
hendak
mempergunakan club yacht, pengguna
harus terdaftar atau memang memiliki
yacht.
5.

Marina

Perencanaan fasilitas wisata Pelabuhan


Benoa, akan berbeda dengan fasilitas
4 | Jurnal ARSITEKTUR 02

Gambar 2. Pembagian Zona dan Peletakannya.


Peletakan
pola
zonasi
pada
daerah
perencanaan disesuaikan dengan kriteria pada
analisis kegiatan yang disinergikan dengan pola
peletakan bangunan di BALI.

Kolaborasi Konsep
Perencanaan kawasan di Pulau Bali tidak
terlepas dari konsep Arsitektur Tradisional
Bali. Konsep ini mempunyai pirinsip
penyesuaian sebagai bentuk keleluasaan
untuk
melakukan
reintrepertasi
dan
improvisasi
secara
terus
menerus,
sehingga menjadikan tradisi sebagai
warisan yang lentur, fleksibel dan
menjawab kebutuhan jaman. Konseptual
perancangan arsitektur tradisional Bali
berdasarkan pada nilai tata ruang.

Nama Penulis 1

Penerapan konsep tersebut dalam desain


perencanaan
adalah
dengan
mengaplikasikan konsep sumbu pada
masterplan dengan menggunakan bentuk
ragam hias untuk mendapatkan ruangruang yang dinamis, walaupun hanya
secara dua dimensi. Konsep sumbu yang
dimaksud adalah :
a.

b.

c.

Nilai zoning mengacu kepada nilai-nilai


fisik dunia, maka arah dominan ke
Utara (gunung) dibandingkan dengan
ke Timur.
Penempatan
elemen-elemen
pelabuhan
(fasilitas
wisata)
disesuaikan antara nilai fungsi dengan
nilai zoningnya.
Memasukkan konsep "Natah" (ruang
terbuka
antar
bangunan)
yang
merupakan
embrio
dalam
pembentukan suatu wadah yang
mengandung arti yang sangat penting
dalam membentuk orientasi bangunan
ke arah dalam. Orientasi demikian
dapat
menciptakan
suasana
kebersamaan.

kekuatan kualitas visual juga dimasukkan,


sehingga
bentuk
promenade
baru
dihasilkan,
yang
menyebabkan
pengalaman ruang dalam berjalan kaki.
Perencanaan
natah
sebagai
pusat
orientasi
pada
satu
zona,
akan
memudahkan penyebaran fungsi yang
sesuai dengan nilai tata letak yang ada di
Bali. Masing-masing pusat orientasi ini
tidak harus berdiri sendiri, karena akan
ada keterkaitan antara pusat orientasi
satu dengan yang lainnya. Pusat orientasi
ini bisa dihubungkan dengan pedestrian,
jalan,
ataupun
bangunan.
Dengan
dihubungkannya pusat-pusat tersebut,
maka diharapkan akan terjadi interaksi
antara kegiatan satu dengan yang lainnya.

Gambar 4. Injeksi Konsep natah


usulan titik orientasi pada masterplan.

Gambar 3. Kolaborasi zona, placemaking dan


sumbu ritual di Bali. Bentuk dominan yang
digunakan adalah bentuk lingkaran, karena
bentuk tersebut, meiliki sifat yang stabil,
terpusat dan dapat menyatukan bentuk
geometris yang berbeda.

Pada bentuk linier yang mengarah pada


sumbu ritual, kegiatan tersebar secara
fungsional, mengikuti pola linier. Tersusun
secara teratur mengikuti garis menerus
kearah kiri dan kanan. Kemudian dengan
pengaplikasian placemaking, tidak hanya
kegiatan fungsional yang diwadahai tetapi

sebagai

Gambar 5. Penataan Massa dan Ruang pada


Perancangan.

Simulasi Desain
Proses perancangan perencanaan fasilitas
wisata Pelabuhan Benoa ini terbagi dalam
3 tahap, yakni zoning, blok plan/ siteplan
dan
tatanan
masa
(arsitektural).
Jurnal ARSITEKTUR 02 | 5

Artikel Skenario Desain Fasilitas Wisata Dengan Pendekatan Placemaking Di Pelabuhan Benoa

Perencanaan zonning pada blokplan/


siteplan dilakukan secara makro dan berurutan tidak berdiri sendiri. Hal ini
dikarenakan pola kegiatan dan aktivitas
yang dimasukkan terkait secara fungsi
dan dilakukan secara bersamaan.

Pada tahap awal perancangan dihasilkan


zoning
kawasan,
maka
selanjutnya
ditentukan usulan penempatan fasilitas
yang disesuaikan dengan kegiatan yang
terjadi di pelabuhan. Penempatan fasilitas
dimulai dari zona 1 zona 5.

Pembentukan pusat orientasi dihubungkan


oleh promenade dan
dikembangkan
fungsi yang disesuaikan dengan zona
yang sudah direncanakan. Hal utama yang
diperhatikan
adalah
mengenai
karakteristik perencanaan fasilitas tepi air,
akses, linkage dan citra kawasan ini.
Ruang-ruang yang ada pada site, selain
digunakan sebagai peletakan fasilitas,
juga dirancangan sebagai ruang terbuka.
Yang menjadi bagian pentingnya dan akan
menjadi pengalaman yang berbeda adalah
pemanfaatan
ruang
yang
langsung
berbatasan
dengan
pinggir/
tepi
pelabuhan
dan
langsung
dapat
mengakses laut. Pemanfaatan ruangruang ini antara lain sebagai playground,
docking kapal, jogging area dan jalur
sepeda.

Gambar 7. Pembagian zona pada daerah


perancangan.

Zona 1 (sosial-budaya) :bangunan


suci,
wantilan yang diusulkan sebagai pusat
orientasi beserta public utility dan parkir.

Gambar 8. Suasana kegiatan pada zona 1.

Gambar
6.
Masterplan
Pelabuhan Benoa.

6 | Jurnal ARSITEKTUR 02

Fasilitas

wisata

Zona 2 ( pariwisata)
:museum
&
aquarium, plaza sebagai orientasi ,
dermaga penyewaan boat, plaza, public
utility, retail/ kios yang difokuskan pada
kios makanan nusantara yang dilengkapi
dengan deretan gazebo sebagai ruang
tunggu
dan
bersantai
keluarga,
playground, amphiteater sebagai sarana
untuk memfokuskan kegiatan bersama
seperti konser dan pentas seni, boardwalk,
promenade dan parkir.

Nama Penulis 1

Gambar 9. Suasana kegiatan pada zona 2.

Gambar 11. Suasana kegiatan pada zona 5.

Zona 3 (komersial Umum) :market festival,


amphiteater, dermaga penyewaan boat,
retail pasar ikan, public utility, retail dan
kios, boardwalk, promenade, kolam pasir
dan dilengkapi dengan area parkir bagian
selatan untuk parkir sepeda motor, mobil
dan bus.

Berdasarkan arahan RTRW Bali dan kondisi


fisik lingkungan kawasan Teluk Benoa,
pengembangan
Pelabuhan
Benoa
direkomendasikan dapat diperluas untuk
melengkapi
dermaga
dan
fasilitas
pelabuhan pariwisata. Sebagai pelabuhan
penumpang dan pariwisata, Pelabuhan
Benoa perlu mengembangkan fasilitasnya
seperti: dermaga, kolam pelabuhan, kolam
marina, mengingat posisi Pelabuhan
Benoa yang sangat strategis terletak
sangat
dekat
dengan
bandara
internasional
Ngurah
Rai
sehingga
berpeluang sebagai tempat alih moda
bagi penumpang pesawat udara untuk
memanfaatkan kapal laut ke tempat
tujuannya.

Gambar 10. Suasana kegiatan pada zona 3.

Implementasi pendekatan placemaking


disini
adalah,
bagaimana
dengan
placemaking skenario kegiatan dibuat
dengan memadupadankan visi dan misi
yang dimiliki, untuk merumuskan kegiatan
yang ada di Pelabuhan Benoa. Dengan
adanya rumusan kegiatan tersebut akan
menghasilkan
kegiatan
yang
sering
terjadi, kemudian untuk menghidupkan
kawasan pelabuhan, maka dilakukan
injeksi kegiatan baru. Hasilnya adalah
fasilitas pariwisata dengan segala macam
fungsinya mampu menjadi tempat yang
dapat mewadahi semua kegiatan dan
aktivitas yang sangat berbeda (budaya,
sosial, wisata, rekreasi dan marina) dalam
satu simpul kawasan pelabuhan dalam
satu waktu yang bersamaan.

Zona
4
(komersial
khusus)
:yacht
clubbouse, docking yacht kecil, docking
sailling yach, docking yacht besar, hotel,
bar, boardwalk, promenade, kolam pasir.

Gambar 10. Suasana kegiatan pada zona 4.

Zona 5 (marina)
:terminal
penumpang (office, information center
dan fasilitas termnal lain), landmark
pelabuhan, dermaga cruise.

Dari pembentukan skenario kegiatan


tersebut lahirlah sinergi yang dibentuk

Jurnal ARSITEKTUR 02 | 7

Artikel Skenario Desain Fasilitas Wisata Dengan Pendekatan Placemaking Di Pelabuhan Benoa

melalui
keunikan
yang
Pelabuhan Benoa, yakni :

muncul

di

1.

Peletakan promenade pada sisi timur


pelabuhan (harborfron broadwalk )
sebagai representasi untuk menikmati
sunset dan hutan bakau yang dapat
dilihat dari pulau serangan, dimana
pulau ini berbatasan langsung dengan
pelabuhan benoa

2.

Terjadinya zona sosial-Kultural, akibat


dari adanya kegiatan adat dan
keagamaan yang sering berlangsung
pada
Pelabuhan
Benoa,
selain
representasi dari konsep ritual bali
dimana dalam satu kawasan harus
terjadi
toleransi
antara
manusia
dengan
Tuhan,
manusia
dengan
manusia
dan
manusia
dengan
lingkungan
Terjadinya
zona
marina
yang
melahirkan
sebuah
terminal
penumpang, untuk mewadahi kegiatan
berlabuhnya cruise yang sekaligus
disinergikan dengan kegiatan wisata
dan rekreasi. Dari terminal inilah visual
kawasan
dan
keberlangsungan
kehidupan
di
pelabuhan
terukur,
terminal menjadi hirarki utama dari sisi
pelabuhan

3.

4.

Penerapan konsep desain Arsitektur


Tradisional Bali yang biasanya di
aplikasikan
pada
rumah
tinggal,
ternyata mampu diaplikasikan secara
makro dalam penentuan titik orientasi
dan menghubungkannya dari satu
orientasi ke orientasi lainnya

Daftar Pustaka
Bohl, Charles C. 2002. Placemaking :
Developing Town Centers, Main Streets,
And Urban Villages. Urban Land Institute
West Washington.
Brown, Lance Jay, FAIA. Dixon, David, FAIA.
Gilham, Oliver, AIA. 2009. Urban Design :

8 | Jurnal ARSITEKTUR 02

for an Urban century Placemaking for


People. John wiley & sons, Inc - United
States of America.
Friedman, John. 2010 Place and PlaceMaking in Cities, Planning Theory &
Practice, Vol. 11, No. 2, 149165.
Hill, McGraw. 1994 Waterfronts Cities
Reclaim Their Edge, United States of
America. Copyrigth Act Of 1976.
Menin, Sarah. 2003. Constructing Place :
Mind and Matter. Routledge 11 New
Fetter Lane, London
Meyer, Han. 1999 City and Port :
Transformation Of Port Cities Londo,
Barcelona, New York, Rotterdam.
International Book Netherlands.
Nesbitt, Kate. 1996. Theorizing A New
Agenda For Architecture : An Anthology
of Architectural Theory 1965-1995.
Princeton Architectural Press New York.
Pearson, Michael. N. 1998. Port Cities and
Intruders : The Swahili Coast, India and
Portugal in the Early Era. The Johns
Hopkins University PressUSA.
Planning Council, Metropolitan. 2008
Project for Public Spaces and
Metropolitan Planning Council : A Guide
to Neighborhood Placemaking in
Chicago.7-8.
Scarrott, Martin. 1999. Sport, Leisure and
Tourism Information Sources : A guide for
researchers. Great Britain by Biddles Ltd,
Guildford.
Seamon, David. 2010 Theories of Place,
Nos. 10497 (Arch 715) & 19675 (Arch
815).
Sudarma, I Nengan. 1984. Konsepsi Tri
Hita Karana Dalam Pelestarian Eksistensi
Desa Adat. Orasi Ilmiah : pada Upacara
Piodalan Ekawingsatitama Warsa (Dies
Natalis XXI) Lan Wisuda Sarjana III
Institut Hindu Dharma Denpasar Bali.
The Metapolis Dictionary of Advances
Architect : City, Technology and Society
in the information age.
Walljasper , Jay. 2007 The Great
Neighborhood Book : A Do-it-Yourself
Guide to Placemaking, Java Indonesian
Rijsttafel Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai