ANALISIS DAMPAK RENCANA INVESTASI JEMBATAN SELAT SUNDA TERHADAP PROVINSI LAMPUNG
DAN BANTEN
Handini Pradhitasari(1), Ibnu Syabri(2)
(1)
(2)
Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
Abstrak
Perdagangan antarwilayah terjadi didorong oleh factor endowment dan saling ketergantungan.
Ketersediaan infrastruktur yang memadai akan memudahkan mobilitas faktor produksi yang pada
gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Investasi infrastruktur transportasi di satu
daerah akan mempengaruhi wilayah lainnya. Hal ini terjadi karena interaksi antarsektor dan
antarwilayah memberikan efek perluasan dan efek timbal balik. Interaksi perdagangan antara Pulau
Jawa dan Sumatra mulai menunjukkan kepadatan yang berdampak pada delay dan inefisiensi
ekonomi. Isu ini direspon pemerintah melalui rencana investasi Jembatan Selat Sunda (JSS) yang
bernilai Rp. 150 triliun. Besarnya nilai investasi JSS merupakan injeksi bagi perekonomian Provinsi
Lampung dan Banten, namun akan berdampak pula bagi Pulau Sumatra dan Jawa serta nasional
pada skala yang lebih luas. Besaran dampak dan wilayah limpahan dari investasi JSS dapat diketahui
dengan menggunakan metode Interregional Input Output (IRIO). Melalui model IRIO, nilai
investasi JSS sebagai shock pada wilayah Lampung dan Banten memberikan efek pengganda output
yang jauh melebihi nilai investasinya. Melalui multiplier model IRIO antarprovinsi, diketahui bahwa
investasi JSS terhadap Provinsi Banten dan Lampung akan dirasakan 90% oleh provinsi provinsi
Pulau Jawa, khususnya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Riau, Sumatra Utara dan Sumatra
Selatan. Implikasi dari studi ini adalah memberikan gambaran mengenai sektor sektor dan wilayah
yang akan terdampak secara signifikan dari rencana pembangunan JSS, serta korelasinya dengan
rencana kegiatan prioritas yang akan dikembangkan pada koridor ekonomi Jawa dan Sumatra,
khususnya Provinsi Lampung dan Banten.
Kata-kunci : dampak, investasi, IRIO, JSS, multiplier effect
1. Pengantar
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan
perairan yang luas memiliki keragaman sumber
daya, baik sumber daya alam maupun manusia.
Perbedaan potensi faktor faktor produksi ini
membentuk keunikan sektor di masing masing
wilayah yang memicu timbulnya perdagangan
antarregion. Perdagangan antarregion terjadi
karena keterkaitan antarregion, dimana satu
daerah tidak mampu menyediakan semua input
untuk produksi serta output untuk dikonsumsi
masyarakat, sehingga memerlukan pasokan dari
daerah lain (Simehate, 2009).
Pada kenyataannya, kondisi wilayah yang
didominasi oleh perairan merupakan tantangan
dalam pemerataan pembangunan nasional yang
turut mempengaruhi ketersediaan infrastruktur
serta perdagangan antardaerah. Hal ini ditandai
kutub
pertumbuhan. Fenomena ini dapat ditunjukkan
oleh parameter demografi dan PDRB, dimana
lebih dari 80% populasi dan proporsi
pendapatan nasional berasal dari kedua pulau
ini.
Sebagai pintu gerbang antara Pulau Sumatra
dan Pulau Jawa, Provinsi Lampung dan Banten
memiliki peran yang penting dalam hal akses
kegiatan ekonomi dan logistik nasional. Saat ini,
sarana penyeberangan yang tersedia belum
cukup memadai pergerakan barang yang terus
tumbuh. Berdasarkan data Angkutan Sungai
dan Penyeberangan (ASDP), diketahui bahwa
telah
terjadi
peningkatan
volume
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 2 SAPPK No.1 | 1
Analisis Dampak Rencana Investasi Jembatan Selat Sunda terhadap Provinsi Lampung dan Banten
penyeberangan
kendaraan
barang
dan
penumpang serta kebutuhan logistik sebesar 20
persen dalam kurun waktu sembilan tahun.
Peningkatan
arus
pergerakan
juga
memperlihatkan bahwa arus lalu lintas barang
dan penumpang di Pelabuhan Merak
Bakhaueni sudah sangat padat. Pada beberapa
titik kritis jalur perangkutan barang ditemukan
adanya penyempitan (bottle neck) sehingga
menimbulkan kemacetan dan penundaan
(delay) yang berdampak pada inefisiensi
ekonomi. Hal ini menandakan bahwa terjadi
transaksi perdagangan yang kuat antara dua
wilayah tersebut sehingga dibutuhkan suatu
sarana penghubung atau infrastruktur penguat
konektivitas yang handal.
Salah satu upaya pemerintah dalam menjawab
isu transportasi ini sekaligus mengembangkan
sektor sektor ekonomi antara Pulau Sumatra
dan Pulau Jawa adalah melalui rencana
pengembangan Kawasan Strategis Nasional
(KSN) Selat Sunda dengan pembangunan
Jembatan Selat Sunda (JSS) sebagai pusat
pertumbuhan kawasan. Pembangunan JSS
merupakan salah satu kegiatan utama dalam
masterplan
percepatan
dan
perluasan
perekonomian
Indonesia
(MP3EI)
yang
bertujuan untuk menghubungkan Banten dan
Lampung sebagai kawasan ekonomi yang
terintegrasi.
Keterhubungan antara Lampung dan Banten
melalui JSS akan bermanfaat bagi efisiensi
sistem
distribusi
logistik
nasional,
mengembangkan pusat pusat pertumbuhan
ekonomi baru, percepatan ekonomi karena
pergeseran kegiatan industri di Sumatra, serta
peluang mengembangkan sektor pariwisata.
Dalam perspektif regional, pembangunan JSS
akan sangat berdampak bagi wilayah kaki
jembatan, yakni Provinsi Lampung dan Banten
khususnya dalam hal pergeseran kegiatan
ekonomi.
Saat ini, struktur perekonomian KSN Selat
Sunda, khususnya Provinsi Lampung masih
bertumpu
pada
sektor
pertanian
dan
diperkirakan mampu bergeser ke arah indutri
manufaktur, termasuk agrobisnis. Pembangunan
akan membuka akses bagi kegiatan ekonomi
baru
sekaligus
menciptakan
keterkaitan
antarsektor (linkages effect). Salah satu rasional
dari pengembangan KSN SS adalah
mendorong agar ekspansi industri manufaktur
2 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 2 SAPPK No.1
Handini Pradhitasari
output
antarregional.
Infrastruktur merupakan salah satu faktor yang
dapat memperlancar arus perdagangan dan
mobilisasi faktor faktor produksi, khususnya
infrastruktur yang mampu menghasilkan efek
tumpahan
(spill
over)
(Eberts,
1990).
Infrastruktur
transportasi
menjadi
faktor
pengikat antara sub wilayah (intraregion)
dengan wilayah luarnya. Investasi infrastruktur
di satu wilayah akan berpengaruh terhadap
wilayah lainnya melalui hubungan ekspor
impor antardaerah (Metzler, 1950 dalam
Simehate, 2009). Hubungan antarwilayah ini
dipicu oleh keterkaitan antarsektor ekonomi,
sehingga ketika akan menciptakan multiplier
effect ketika terjadi peningkatan permintaan dari
luar wilayah.
Keterkaitan antarregion dan antarsektor ini
semakin kuat bila didorong oleh ketersediaan
infrastruktur
yang
memadai,
karena
Analisis Dampak Rencana Investasi Jembatan Selat Sunda terhadap Provinsi Lampung dan Banten
dan
Handini Pradhitasari
Koefisien
perdagangan
antarregion
dapat
dan
b. Multiplier Income
Analisis ini bermanfaat untuk mengetahui akibat
dari permintaan akhir peningkatan akhir suatu
sektor terhadap pendapatan semua sektor.
dimana:
= Multiplier tenaga kerja tipe I sektor j
= Multiplier tenaga kerja biasa sektor j
= Matriks kebalikan Leontief terbuka
b.
Analisis Dampak Rencana Investasi Jembatan Selat Sunda terhadap Provinsi Lampung dan Banten
c.
dimana:
X = dampak terhadap pembentukan output
I = dampak terhadap pendapatan rumah
tangga
L = dampak terhadap penyerapan kerja
Y = investasi sektoral
(I-A)-1 = matriks kebalikan Leontief terbuka
= koefisien pendapatan
= koefisien tenaga kerja.
a. Provinsi Lampung
Provinsi Lampung memiliki konsentrasi kegiatan
yang tinggi di sektor angkutan jalan rel,
tanaman perkebunan, dan tanaman bahan
makanan. Secara umum, hampir semua level
sub regional (kabupaten) memiliki keunggulan di
sektor pertanian (LQ rata rata lebih besar dari
1). Sementara itu, keunikan terjadi di Kabupaten
Lampung Utara melalui sektor pertambangan
dan penggalian (LQ=5,46).
Gambar 3
Struktur LQ Kabupaten dan Kota Provinsi
Lampung
Sumber: data BPS berbagai sumber, diolah
Gambar 2
Alur Metodologi Analisis
Sumber: hasil analisis, 2014
b. Provinsi Banten
Provinsi Banten memiliki kegiatan unggulan
pada sektor industri pengolahan, Listrik, Gas
dan Air bersih serta perdagangan, hotel dan
restoran. Pada beberapa kabupaten/kota
terdapat konsentrasi relatif yang jauh melebihi
konsentrasi wilayah provinsi, diantaranya: Kab.
Lebak dengan sektor pertambangan dan
penggalian, Kota Serang (Konstruksi), Kab.
Tangerang (Utilitas) serta Kota Tangerang
Selatan (Jasa jasa).
5. Pembahasan
5.1 Ekonomi Basis
Identifikasi terhadap sektor sektor unggulan
masing masing wilayah. Menandakan
konsentrasi relatif sektor di suatu wilayah
(provinsi) terhadap wilayah yang lebih luas
(nasional).
6 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 2 SAPPK No.1
Gambar 4
Struktur LQ Kabupaten dan Kota Provinsi
Banten
Sumber: data BPS berbagai sumber, diolah
Handini Pradhitasari
Gambar 5
Proporsi Input Antara Provinsi Lampung
Tabel IRIO 2005, diolah
b. Provinsi Banten
Strukur input produksi Provinsi Banten sebagian
besar (68%) adalah berasal dari wilayahnya
sendiri komposisi lokal dan 15% komposisi
domestik untuk kegiatan produksi. Sektor
penghasil output terbesar di Provinsi Banten
adalah industri lainnya (Share: 58%), diikuti
oleh sektor hotel dan restoran (8,7%) dan
sektor bangunan lainnya dengan share sebesar
8,4%.
employment
a. Provinsi Lampung
Peningkatan permintaan akhir beberapa sektor
di Provinsi Lampung yang akan berdampak
cukup besar bagi peningkatan output di wilayah
sendiri dan wilayah lainnya (interregional)
adalah peternakan dan hasil-hasilnya, industri
makanan, minuman dan tembakau (IMMT) serta
Listrik, gas dan air bersih (LGA). Sektor sektor
yang mampu membangkitkan pendapatan
rumah tangga (multiplier income) di provinsi ini
adalah prasarana pertanian, jalan, jembatan dan
pelabuhan serta pengangkutan dan komunikasi.
Sektor sektor yang mampu membangkitkan
kesempatan kerja (multiplier employment) di
provinsi ini adalah industri pengolahan, Listrik,
gas dan air bersih dan konstruksi.
b. Provinsi Banten
Peningkatan permintaan akhir beberapa sektor
di Provinsi Banten yang akan berdampak cukup
besar bagi peningkatan output secara intra dan
interregional adalah industri lainnya, hotel dan
restoran serta bangunan lainnya. Sektor
sektor
yang
mampu
membangkitkan
pendapatan rumah tangga di Provinsi ini adalah
IMMT, LGA dan perdagangan. Adapun sektor
sektor
yang
mampu
membangkitkan
kesempatan kerja (multiplier employment) di
provinsi ini adalah industri pengolahan,
perdagangan, hotel dan restoran dan Jasa
jasa.
5.4 Sektor sektor kunci perekonomian
Merupakan sektor sektor yang memiliki indeks
daya penyebaran (backward linkage index) dan
indeks derajat kepekaan (forward linkage index)
di atas rata rata sektor lainnya, sehingga
memiliki daya tarik (kebutuhan input) ataupun
daya dorong (pemakaian output).
Gambar 6
Proporsi Input Antara Provinsi Banten
Tabel IRIO 2005, diolah
a. Provinsi Lampung
Sektor sektor kunci Provinsi Lampung ada
lima, yaitu: Peternakan dan hasil-hasilnya,
IMMT, Industri Lainnya, Bangunan lainnya serta
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 2 SAPPK No.1 | 7
Analisis Dampak Rencana Investasi Jembatan Selat Sunda terhadap Provinsi Lampung dan Banten
Riau (1%)
Adapun sektor sektor yang akan terdampak
akibat investasi JSS di Provinsi Banten dan
Lampung adalah sektor jalan, jembatan dan
pelabuhan, industri lainnya, dan jasa jasa.
b. Dampak terhadap Provinsi Lampung
Provinsi Lampung akan mengalami peningkatan
output signifikan pada sektor jalan, jembatan
dan pelabuhan, hotel dan restoran serta industri
lainnya, dengan dampak output total sebesar
Rp. 187,17 triliun atau meningkat sebesar Rp.
37,17 triliun dari nilai investasi JSS. Selain
perubahan output, peningkatan juga terjadi
pada unsur pendapatan rumah tangga, dengan
total dampak sebesar Rp. 44,04 triliun. Investasi
JSS juga akan mempengaruhi kebutuhan tenaga
kerja. Melalui efek penggandaan tenaga kerja,
diketahui
bahwa
investasi
JSS
akan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar
5,1 juta orang dengan peningkatan tenaga kerja
terbesar pada sektor perdagangan, hotel dan
restoran.
Bila dikorelasikan dengan sektor basis Provinsi
Lampung, maka dampak output JSS akan
dirasakan oleh wilayah yang memiliki basis
sektor konstruksi (jalan, jembatan dan
pelabuhan), industri pengolahan dan jasa
jasa, yaitu: Kab. Lampung Tengah, Pesawaran,
Lampung Barat, Lampung Timur, Lampung
Utara dan Tulang Bawang.
Handini Pradhitasari
W.P,
Lakshmanan,
T.R.
2004.
Analisis Dampak Rencana Investasi Jembatan Selat Sunda terhadap Provinsi Lampung dan Banten
Transportation
University.
Studies,
Boston
41-124.
Output
Multiregional
Jawa
Timur,
Bali
dan
Nusa Tenggara Barat. Disertasi Fakultas
Setiawan,
S.
2009.
Analisis Intensitas
Perdagangan Intradaerah dan Antardaerah
Berdasarkan Data IRIO 2000 dan 2005. Skripsi
Simehate,