Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 6

PENGANTAR GEOGRAFI

Studi Kasus Analisa Spasial Interaksi


Interaksi Spasial Ekonomi Di Kalimantan Selatan

Dosen Pengampu :
Dr. Nasrudin, M.Sc.
Selamat Riadi, M.Pd.
Muhammad Effendi, M.Pd

Disusun Oleh :
Dinnur Aiga
NIM : 2010416220010

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
LATAR BELAKANG

Proses pembangunan pada dasarnya tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi


pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, namun lebih dari itu, pembangunan
memiliki perspektif yang luas. Todaro & Smith mendefiniskan pembangunan ekonomi adalah
suatu proses yang bersifat multidimensional, melibatkan perubahan-perubahan besar, baik
terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi kemiskinan,
ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi. Tolok ukur
keberhasilan pembangunan suatu daerah dapat dilihat dari pencapaian pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan kesenjangan pendapatan antar-penduduk dan antar-sektor. Penulisan ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh interaksi spasial ekonomi di Kalimantan Selatan
terhadap pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk kabupaten/kota di Kalimantan Selatan.
Variabel dependen pada penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota asal dan
tujuan, jumlah penduduk kabupaten/kota asal dan tujuan, serta jarak antara kabupaten/kota
asal dan tujuan.Kabupaten/kota tujuan menunjukkan kota pusat pertumbuhan yaitu
Banjarmasin dan provinsi asal menunjukkan 13 kabupaten/kota lainnya di Kalimantan
Selatan. Penulisan ilmiah ini menggunakan metode survey, yakni metode penelitian yang
dilakukan dengan non-eksperimen. Jenis penelitian ini adalah eksplanatory (menujukan
hubungan antar variabel). Beberapa penelitian yang serupa dengan penulisan ilmiah ini yakni;
[Irssyad,dkk.2018] melakukan penelitian mengenai interaksi spasial ekonomi di Indonesia,
hasil yang didapat yakni Interaksi spasial ekonomi dalam aspek ekonomi atau pertumbuhan
ekonomi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi
asal di Indonesia. Selain itu, [Maria,dkk.206] juga menulis mengenai Analisis Pusat
Pertumbuhan dan Autokorelasi Spasial di Kalimantan
PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Ekonomi di Kalimantan Selatan

Data pertumbuhan ekonomi di Kalimantan selatan diambil dari “Laporan


Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan Mei 2020” yang dibuat oleh Bank Indonesia (BI).
Data tersebut menyebutkan bahwa perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan I 2020
mengalami pertumbuhan dari 3,85% menjadi 5, 68 % (yoy). Sementara, kondisi ketenaga
kerjaan pada febuari 2020 mengalami penurunan dibandkng tahun sebelumnya. Akan tetapi,
secara umum pembangunan manusia Kalimantan Selatan terus mengalami kemajuan selama
periode 2010-2019.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH


Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III 2020 diprakirakan secara
bertahap tumbuh meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2020 meski dengan level
pertumbuhan yang relatif rendah, terutama bersumber dari peningkatan konsumsi RT, dan
investasi, di tengah perbaikan kinerja ekspor dan impor. Dari sisi penawaran, peningkatan
bersumber dari kinerja sektor pertanian, pertambangan, konstruksi, dan PHR. Secara
keseluruhan tahun 2020, perekonomian Kalimantan Selatan masih tumbuh positif, meski
melambat dibandingkan tahun sebelumnya, terutama dipengaruhi dampak Covid-19 yang
menahan kinerja konsumsi, investasi, dan ekspor. Pada sisi sektoral, perlambatan bersumber
dari melambatnya kinerja sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan, konstruksi,
dan PHR. Inflasi IHK tahunan (yoy) pada triwulan III 2020 diprakirakan lebih tinggi dari
triwulan II 2020, terutama didorong oleh kelompok Transportasi akibat pelonggaran aktivitas
angkutan udara serta kelompok makanan, minuman dan tembakau diprakirakan akibat
berlalunya musim panen pada triwulan II 2020. Secara keseluruhan tahun 2020, inflasi
diprakirakan lebih rendah dari tahun 2019 didorong terkendalinya inflasi seluruh komponen
utamanya kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta perlambatan konsumsi rumah
tangga dipengaruhi dampak COVID-19.

B. JUMLAH PENDUDUK Kalimantan Selatan


Penduduk merupakan semua orang yang berdomisislin di wilayah geografis tersebut.
Jumlah penduduk Kalimantan Selatan menurut data dari Badan Pusat Statistik Indonesia
sebanyak 3.626.616
C. PUSAT PERTUMBUHAN

Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang memiliki banyak
fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang
menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk melakukan kegiatan ekonomi di tempat
tersebut dan masyarakat senang datang untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di kota
tersebut, walaupun kemungkinan tidak ada interaksi antara usaha-usaha (Tarigan (2005)
dalam Sugiyanto, 2010: 204).

Dalam sistem regional, hubungan wilayah sebagai pusat pertumbuhan sangat


mempengaruhi perkembangan ekonomi nasional. Dalam [Irsyad,2018] Perroux (1955)
memformulasikan teori pusat pertumbuhan yang menyatakan bahwa pembangunan ataupun
pertumbuhan tidak terjadi pada seluruh bentuk spasial, akan tetapi hanya terbatas pada
beberapa bentuk spasial. Secara regional, bentuk spasial tersebut dimaksudkan sebagai suatu
kekuatan yang di dalamnya terdapat beberapa pusat. Setiap pusat mempunyai pancaran atau
penyebaran pengembangan ke luar dan sebaliknya juga memiliki kekuatan tarikan ke dalam.

D. INTERAKSI SPASIAL

Interaksi spasial merupakan pergerakan atau komunikasi antar wilayah yang


berbeda. Interaksi tersebut dapat berupa aliran ekonomi, aliran informasi, serta aliran
mobilitas. Dalam penulisan ini akan mengkaji mengenai interaksi spasial aliran
ekonomi di Kalimantan Selatan mengenai pengaruhnya.

Kalimantan Selatan merupakan provinsi dengan luas 36.985 km2 dengan jumlah
penduduk mencapai 3.626.616 penduduk.Provinsi ini terdiri dari 13 kabupaten/kota.
Banjarmasin merupakan pusat pusat pertumbuhan, dikarenakan Banjarmasin merupakan
ibu kota dari provinsi Kalimantan Selatan. Sebagai pusat pertumbuhan Banjarmasin
memberi banyak pengaruh terhadap daerha-daerah asalnya. Pengaruh yang diberikan
Banjarmasin sebagai pusat pertumbuhan seperti perpajakan daerah yang memberi
kontribusi besar untuk perekonomian Kalimantan Selatan. Selain itu, banyaknya usaha-
usaha seperti perhotelan, tempat hiburan, pusat perbelanjaan, dan lain-lain banyak
berkembang di Banjarmasin. Pembangunan kota Banjarmasin juga sangat
mempengaruhi terhadap daerah-daerah asal, karena pendistribusian barang ke pelosok-
pelosok pendalaman dipengaruhi oleh arus transportasi. Proses interaksi tersebut terjadi
karena Banjarmasin merupakan pusat pertumbuhan, dimana semua pembangunan dan
perkembangan dipusatkan pada kota Banjarmasin.

Sebagai contoh, Baanjarbaru merupakan kota yang berdekatan dengan pusat


pertumbuhan juga ikut mengalami pembangunan dan perkembangan yang pesat, ada
banyak usaha-usaha, hiburan, serta pusat perbelanjaan yang dibangun dibanjarbaru
karena pusat pertumbuhan yang maju. Di sisi lain, daerah-daerah seperti kota Baru
masih belum terlalu banyak pembangunan, serta barang-barang yang ada di kota Baru
hasil dari distribusi barang dari Banjarmasin,itu juga merupakan contoh pengaruh
adanya interaksi Banjarmasin sebagai pusat pertumbuhan terhadap daerah- daerah asal
lainnya.
KESIMPULAN
Data pertumbuhan ekonomi di Kalimantan selatan diambil dari “Laporan Perekonomian
Provinsi Kalimantan Selatan Mei 2020” yang dibuat oleh Bank Indonesia (BI). Data
tersebut menyebutkan bahwa perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan I 2020
mengalami pertumbuhan dari 3,85% menjadi 5, 68 % (yoy). Perekonomian Kalimantan
Selatan pada triwulan III 2020 diprakirakan secara bertahap tumbuh meningkat
dibandingkan dengan triwulan II 2020 meski dengan level pertumbuhan yang relatif
rendah, terutama bersumber dari peningkatan konsumsi RT, dan investasi, di tengah
perbaikan kinerja ekspor dan impor. Secara keseluruhan tahun 2020, perekonomian
Kalimantan Selatan masih tumbuh positif, meski melambat dibandingkan tahun
sebelumnya, terutama dipengaruhi dampak Covid-19 yang menahan kinerja konsumsi,
investasi, dan ekspor. Penduduk merupakan semua orang yang berdomisislin di wilayah
geografis tersebut. Dalam [Irsyad,2018] Perroux (1955) memformulasikan teori pusat
pertumbuhan yang menyatakan bahwa pembangunan ataupun pertumbuhan tidak terjadi
pada seluruh bentuk spasial, akan tetapi hanya terbatas pada beberapa bentuk spasial.
Secara regional, bentuk spasial tersebut dimaksudkan sebagai suatu kekuatan yang di
dalamnya terdapat beberapa pusat. Interaksi spasial merupakan pergerakan atau
komunikasi antar wilayah yang berbeda. Banjarmasin merupakan pusat pusat
pertumbuhan, dikarenakan Banjarmasin merupakan ibu kota dari provinsi Kalimantan
Selatan. Pengaruh yang diberikan Banjarmasin sebagai pusat pertumbuhan seperti
perpajakan daerah yang memberi kontribusi besar untuk perekonomian Kalimantan
Selatan. Sebagai contoh, Baanjarbaru merupakan kota yang berdekatan dengan pusat
pertumbuhan juga ikut mengalami pembangunan dan perkembangan yang pesat, ada
banyak usaha-usaha, hiburan, serta pusat perbelanjaan yang dibangun dibanjarbaru
karena pusat pertumbuhan yang maju. Di sisi lain, daerah-daerah seperti kota Baru
masih belum terlalu banyak pembangunan, serta barang-barang yang ada di kota Baru
hasil dari distribusi barang dari Banjarmasin,itu juga merupakan contoh pengaruh
adanya interaksi Banjarmasin sebagai pusat pertumbuhan terhadap daerah- daerah asal
lainnya. Interaksi spasial dalam aliran ekonomi di Kalimantan Selatan memiliki
pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dikabupaten/kota asal.Hal ini didasari
karena ikut sertanya kemajuan pembangunan pada daerah asal karena pusat
pertumbuhan mengalami kemajuan. selain itu, pendistribusiaan barang tergantung dari
jarak
DAFTAR PUSTAKA

Irsyad, M., & Syahnur, S. (2018). INTERAKSI SPASIAL EKONOMI DI


INDONESIA. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Pembangunan, 3(4), 475-483.
http://www.jim.unsyiah.ac.id/EKP/article/viewFile/10595/4423
Bank Indonesia (BI) diakses dari https://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-
regional/kalsel/Pages/LPP-Kalimantan-Selatan--Mei-2020.aspx , diakses pada
tanggal 19 November 2020 pada jam 00 : 22 WITA
Badan Pusat Statistik (BPS)
https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=264&wid=6300000000 ,
diakses pada tanggal 19 November 2020 pada jam 08 : 34 WITA
Pratiwi, M. C. Y., & Kuncoro, M. (2016). Analisis Pusat Pertumbuhan dan Autokorelasi
Spasial di Kalimantan: Studi Empiris di 55 Kabupaten/Kota, 2000–2012. Jurnal
Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, 16(2), 81-104.
https://www.researchgate.net/profile/Mudrajad_Kuncoro3/publication/32529276
5_Analisis_Pusat_Pertumbuhan_dan_Autokorelasi_Spasial_di_Kalimantan_Stu
di_Empiris_di_55_KabupatenKota_2000-
2012/links/5ba0c6f3a6fdccd3cb5f36bf/Analisis-Pusat-Pertumbuhan-dan-
Autokorelasi-Spasial-di-Kalimantan-Studi-Empiris-di-55-Kabupaten-Kota-
2000-2012.pdf

Anda mungkin juga menyukai