Anda di halaman 1dari 21

PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA (IKN) DALAM PEMBANGUNAN

EKONOMI DI INDONESIA

Tugas Mata Kuliah Pemikiran Politik Barat

BAIKAL FIRDAUS ROYJUL HUDA


0404202012 0404203014

Marzuki Manurung. S,Sos. M,Sos

Marzukimanurung07@gmail.com

ABSTRACT

Law has a very important role to encourage the economic growth of the Indonesian
nation. The National Capital City (IKN) was designed from the start as a catalyst to
unlock Indonesia's economic potential as a whole, encourage growth, create jobs, and
reduce poverty, by making the National Capital (IKN) a symbol of national identity and a
new center of economic gravity that is expected to bring a multiflier effect by making the
growth epicenter more evenly distributed to areas outside Java to support the
development of Indonesia-centric towards Advanced Indonesia 2045. With economic
development and legal development in line so that the function and role of law can
accommodate the provisions that must be regulated by the economic sector.

Keywords: National Capital, Economy, Law

ABSTARAK

Hukum memiliki peranan yang sangat penting guna mendorong pertumbuhan


ekonomi bangsa Indonesia. Ibu Kota Negara (IKN) sejak awal dirancang sebagai
katalis untuk membuka potensi ekonomi Indonesia secara keseluruhan,
mendorong pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi
kemiskinan, dengan menjadikan Ibu Kota Negara (IKN) sebagai simbol identitas
bangsa serta pusat gravitasi ekonomi baru yang diharapkan dapat
membawa multiflier effect dengan menjadikan episentrum pertumbuhan yang
akan semakin merata ke wilayah luar Jawa guna mendukung pembangunan
Indonesia Sentris menuju Indonesia Maju 2045. Dengan pembangunan ekonomi
dan pembangunan hukum yang sejalan agar fungsi dan peran hukum dapat
mengakomodir ketentuan-ketentuan yang harus diatur oleh bidang perekonomian.

Kata kunci: Ibu Kota Negara, Ekonomi, Hukum


A. Pendahuluan

Hampir setiap negara di dunia menganut paham welfare state (negara


kesejahteraan) dan menjadikannya sebagai tujuan bernegara begitupun Indonesia.
Salah satu upaya dalam mewujudkan welfare state adalah melalui pembangunan
ekonomi nasionalnya. Landasan pembangunan ekonomi nasional Indonesia dapat
kita temukan dalam Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia 1945
sebagai grundnorm dan Pancasila dalam kedudukannya sebagai staat fundamental
norm. Hukum dalam hal ini memiliki andil tersendiri dalam upaya menumbuhkan
ekonomi suatu negara guna mencapai pembangunan ekonomi nasional. Hukum
sangat berperan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia 1.

Sebagai alat rekayasa sosial ( Law as a tool social engineering) sebagaimana


telah terlahir dari konsep pemikiran Roscoe Pound, hukum yang berkembang
dalam masyarakat memiliki peran sesuai dengan fungsinya sehingga dapat
berpengaruh dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi dan
pembangunan hukum harus sejalan agar fungsi dan peran hukum dapat
mengakomodir ketentuan-ketentuan yang harus diatur oleh bidang perekonomian.
Sebagai contoh, guna menunjang perekonomian nasional Indonesia tak dapat
menutup diri dari era pasar global sehingga ketentuan yang disepakati secara
internasional harus pula diakomodir oleh ketentuan hukum di Indonesia.

Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik yang tentunya


berbeda dengan negara-negara berkembang lain. Dengan melakukan ratifikasi
perjanjian internasional bidang perdagangan tidak menutup kemungkinan
membuahkan hasil yang berbeda dibandingkan negara-negara lainnya. Friedman
mengatakan bahwa budaya hukum suatu masyarakat mempengaruhi tegaknya
hukum dalam masyarakat tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut

1
Dewa Ayu, M.K.P.S dan I. Gusti, N. P, “Fungsi Hukum dalam Pembangunan
Ekonomi”, file:///C: / Users /user /Downloads / 6246-10303-1-SM.pdf.Hal:1-2., (Diakses pada
9/4/2022).
antara lain adalah politik, letak geografis, latar belakang pendidikan, budaya,
lingkungan dan yang tidak kalah penting adalah ekonomi2.

Berangkat dari hal tersebutlah kiranya hukum memiliki peranan yang sangat
penting guna mendorong pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Sebagai
penerus bangsa yang turut prihatin juga menerima kenyataan bahwa Indonesia
telah menghadapi krisis masa depan bangsa, peneliti ingin terlibat juga dalam
memberikan kontribusi pemikiran melalui peran hukum dalam mendorong
dinamika pembangunan perekonomian Indonesia. Sesuai dengan amanat Pasal 33
ayat (4) Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia 1945 menyatakan
bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, Indonesia memiliki jati diri yang
termaktub dalam konstitusi yang menjadi landasan dalam pembangunan
perekonomian nasional3.

IKN sejak awal dirancang sebagai katalis untuk membuka potensi ekonomi
Indonesia secara keseluruhan, mendorong pertumbuhan, menciptakan lapangan
kerja, dan mengurangi kemiskinan, dengan menjadikan IKN Nusantara sebagai
simbol identitas bangsa serta pusat gravitasi ekonomi baru yang diharapkan dapat
membawa multiflier effect dengan menjadikan episentrum pertumbuhan yang
akan semakin merata ke wilayah luar Jawa guna mendukung pembangunan
Indonesia Sentris menuju Indonesia Maju 2045 4.

Isu tentang kebijakan pembangunan nasional mengemuka kembali dan


dilekatkan dengan agenda pemindaan ibu kota negara. pada tanggal 26 Agustus
2019 mengumumkan pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Provinsi Kalimantan

2
Maryanto, “Pengaruh Globalisasi dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia”, http://
maryanto.blog.unissula.ac.id/2011/10/07/pengaruh-globalisasi-terhadap-hukum-
ekonomiindonesia. (Diakses pada 09/4/2022).
3
T. Mulya Lubis, “Peran Hukum dalam Perekonomian di Negara Berkembang”,(
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,1986), hal. 72.
4
https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/PANSUS-RJ-20211215-032457-7896.pdf. Di
akses Pada Tanggal 7 Mei 2022.
Timur. Pemerintah mengemukakan alasan utama dari pemindahan IKN keluar
Pulau Jawa adalah pemerataan ekonomi. Aktivitas pemerintahan dan bisnis yang
berpusat di Pulau Jawa khususnya DKI Jakarta, telah menghambat pertumbuhan
pusat-pusat perekonomian baru di luar Pulau Jawa. Kepala Bappenas, Bambang
Brodjonegoro, menambahkan bahwa kesenjangan daerah secara agregat telah
menghambat angka pertumbuhan ekonomi secara nasional. Dengan rencana
pemindahan IKN, pemerintah berharap dapat mengakselerasi pemerataan
ekonomi sekaligus mengurangi kesenjangan antara Pulau Jawa dan luar Pulau
Jawa5.

Landasan kebijakan pemerintah dalam pemindahan ibu kota negara,


ketimpangan antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa terjadi pada banyak aspek.
Dari aspek populasi, jumlah penduduk di Pulau Jawa mencapai 56,56% dari total
penduduk Indonesia. Di sisi lain jumlah penduduk yang menempati wilayah selain
Pulau Jawa berada di bawah angka 10% (kecuali penduduk Sumatera sebesar
21,78%). Besarnya populasi menyebabkan daya dukung Pulau Jawa semakin
menurun, terutama dalam hal penyediaan lahan dan air bersih. Khusus untuk DKI
Jakarta, kemacetan dan kurangnya akses transportasi publik menyebabkan
kerugian ekonomi sebesar Rp56 triliun per tahun6.

Dari aspek ekonomi, sebesar 58,49% kontribusi Pendapatan Domestik


Regional Bruto (PDRB) nasional disumbang oleh Pulau Jawa, di mana wilayah
DKI Jakarta dan sekitarnya menyumbang sebesar 20,85%. Ironisnya, wilayah lain
hanya mampu berkontribusi kurang dari separuh kontribusi PDRB dari Pulau
Jawa. Kontribusi ini juga berbanding lurus dengan laju pertumbuhan ekonomi di

5
Sahat Aditua Fandhitya Silalahi, Dampak Ekonomi dan Resiko dalam Pemindahan Ibu
Kota Negara” Jurnal Info Sngkat, Vol XI, No.16/II/Puslit/Agustus/2019, hal. 2.
6
Bappenas, “Dampak Ekonomi dan Skema Pembiayaan Pemindahan Ibu Kota”
https://www.setneg.go.id/baca/index/ikn_nusantara_magnet_pertumbuhan_ekonomi_baru_dan_sm
art_city. Di akses Pada Tanggal. 07 Mei 2022.
mana Pulau Jawa mencatat angka 5,61% pada tahun 2017; lebih tinggi
dibandingkan mayoritas wilayah lain di Indonesia 7.

Besarnya PDRB di Pulau Jawa tidak terlepas dari keberadaan industri dan
bisnis yang sudah lama terbangun. Menurut data Badan Pusat Statistik pada
triwulan-I 2019 secara nasional Pulau Jawa menyumbang PDRB sebesar 59,03%.
Khusus untuk DKI Jakarta, pembangunan infrastruktur transportasi seperti jalan
tol, Mass Rapid Transit, dan Light Rapid Transit berperan besar dalam
mendorong laju pertumbuhan PDRB. Keberadaan industri dan infrastruktur
tersebut akan membawa dampak langsung terhadap percepatan peningkatan
pendapatan masyarakat 8.

Konsep pertumbuhan menekankan bahwa pusat perekonomian tidak akan


muncul secara alami. Pusat pertumbuhan ekonomi baru tidak akan muncul tanpa
dorongan inovasi dan teknologi oleh perusahaan/industri yang beraglomerasi di
suatu wilayah. Skema hinterland memungkinkan sebuah wilayah yang sudah
stabil dapat memberikan dampak ekonomi kepada wilayah yang berlokasi di
sekitarnya. Teori inilah yang menjelaskan perkembangan ekonomi di wilayah
penyangga DKI Jakarta dan Pulau Jawa secara umum semakin cepat
dibandingkan wilayah lain. Dengan demikian pemerintah harus mengintervensi
percepatan pertumbuhan yang terlalu berpusat di DKI Jakarta dan Pulau Jawa
dengan cara pemindahan IKN dan membentuk wilayah pertumbuhan ekonomi
baru.

Dengan lahirnya gagasan pemindahan ibo kota negara, akan sangat


berdampak terhadap perputaran ekonomi yang sangat luar biasa terhadap
pertumbuhan ekonomi bangsa. terciptaannya suatu tatanan baru dengan
pemindahan ibu kota negara di harapkkan bisa menopang pertumbuhhan ekonomi.
Dampak jelas gagasan pemeindahan Ibu Kota Negara akan menuai pro dan kontra

7
Hartati, Enny Sri, “Urgensi Pemindahan Ibu Kota Negara”, Di akses Kompas, 7 Mei
2022, hal.1.
8
Nurzaman, S. S, “Perencanaan wilayah dalam konteks Indonesia”.( Bandung: Penerbit
ITB. 2012), hal. 3.
di kalangan masyarakat yang telah ditargetkan akan rampung pada tahun 2024.
Akan tetapi sejauh mana peran hukum dalam menciptakkan pertumbuhan
ekonomi yang berkesinambunggan dengan peraturan yang diatas Pasal 33 Ayat 4
Undang-Undang Dasar.

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas dalam artikel ini ialah “Dinamika Hukum
dan resiko pemindahan Ibu Kota Negara dalam Mendorong Perekonomian dalam
pemindahhan Ibu Kota Negara ditinjau Pasal 33 Ayat 4 Undang-Undang Dasar
1945.”.

C. Metode Penelitian

Penulisan artikel ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif dengan


pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka (library research) dan
dokumen.

D. Pembahasan
1. Dinamika Hukum dan resiko pemindahan Ibu Kota Negara dalam
Mendorong Perekonomian dalam pemindahhan Ibu Kota Negara
ditinjau Pasal 33 Ayat 4 Undang-Undang dasar 1945.
a) Dinamika Hukum dalam Kebijakkan mendorong pembangunan
Ekonomi

Pembangunan nasional dapat dimaknai sebagai agenda state


building yang teah berlangsung pasca kemerdekaan. Hal tersebut
diwujudkan melalui pelaksanaan fungsi utama negara, yakni fungsi
regular (regular function) yang meliputi fungsi politik, diplomatik,
yuridis, administratif, serta fungsi pembangunan (developing
function) yang dimaksudkan sebagai suatu perubahan terencana
secara terus menerus guna mencapai kondisi perbaikan yang telah
ditetapkan9.

Pembangunan nasional sebagai elemen penting dalam state


building tentu saja harus dipahami sebagai peristiwa yang kompleks
yang memerlukan suatu perencanaan dimana pemerintah memiliki
peranan sentral didalamnya bahwa perencanaan pembangunan di
negara maju menekankan pada tiga pendekatan utama, yakni
perencanaan ekonomi, manajemen pembangunan fisik, serta
manajemen administrasi publik dan analisis kebijakan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa secara teoritis, studi perencanaan pembangunan
merupakan suatu studi yang bersifat multidisiplin dan dapat
menghasilkan sistem ketatanegaraan yang telah dipraktekkan sebagai
konsekuensi amandemen Undang Undang Dasar 1945 selama 4 kali,
juga karena telah adanya haluan pembangunan nasional yang lebih
partisipatif sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
dan Undang-Undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN 10). Pembangunan
nasional dimaknai sebagai pembangunan ekonomi dimana upaya
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi perhatian
utama.

Pengaruh nyata dari pemikiran Barat dalam kebijakan


pembangunan di Indonesia dapat ditelusuri dalam konsep
pembangunan yang diadopsi semasa Orde Baru. Pemikiran Rostow
tentang Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi memberikan pengaruh
besar terhadap kerangka konseptual para perencana pembangunan

9
Meriam Budiarjo, “Dasar-Dasar Ilmu Politik”, (Gramedia Pustaka, Jakarta. 2007),
hal.17.
10
Susanti Bivitri dalam Badan Pengkajian MPR Tindaklanjuti Rekomendasi Amandemen
UUD 1945, https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5d9f1b8aa7b44/badan-pengkajian-
mprtindaklanjuti rekomendas iamandemen-uud-1945? diakses 09/04/2022.
dalam menyusun strategi pembangunan nasional jangka panjang.
Menurut Rostow untuk mencapai kemajuan suatu negara perlu
mengadopsi tahapan perkembangan masyarakat yang secara linier
harus dilalui, yakni traditional society (masyarakat tradisional),
preconditions for take-off (prakondisi menuju tinggal landas), take-
off (tinggal landas), drive to maturity (menuju kedewasaan), and age
of high mass consumption (masyarakat konsumsi tinggi11).

Perencanaan pembangunan adalah William Arthur Lewis yang


menulis tentang The Principles of Economic Planning; A Study
Prepare for Fabian Society. Menurutnya, perencanaan sebagai
upaya pemerintah untuk mewujudkan target yang telah ditetapkan
secara teratur dan konsisten melalui proses anggaran yang saling
terkait. Perencanaan pembangunan akan berisi ribuan detil yang
harus disatukan dan menghasilkan ribuan keputusan dan perintah
administratif. Kerumitan itulah yang menurut Lewis 12.

Kerangka konseptual yang mempengaruhi suatu perencanaan


pembangunan pada akhirnya ketika diratifikasi menjadi kebijakan
maka akan melalui serangkaian proses pembentukan suatu produk
hukum sebelum difungsikan sebagai pedoman dalam pembangunan
nasional suatu negara. Dalam pengalaman Indonesia, kebijakan
perencanaan pembangunan nasional diratifikasi dalam produk
hukum berupa Ketetapan MPR sebagaimana model GBHN dimasa
Orde Baru, dan SPPN/RPJPN yang dinyatakan dalam bentuk UU.
Baik Ketetapan MPR maupun UU merupakan produk hukum yang
dihasilkan dari proses politik13.

11
WW Rostow, “The Stages of Economic Growth”( A NonCommunist Manifesto,
London: University Press),hal. 4
12
Ade Reza Hariyadi, “Dinamika Kebijakan Perencanaan Pembangunan Nasional
Indonesia”, Jurnal Desentralisasi Dan Kebijakan Publik (JDKP) Vol. 02 No. 02. September 2021.
Daniel Lev, “Hukum dan Politik di Indonesia; Kesinambungan dan
13

Perubahan”, (LP3ES. Jakarta 1990),hal. 19-20.


Selama berkuasa, Orde Baru berhasil menetapkan dua produk
GBHN yang ditetapkan melalui Tap MPR No.IV/MPR/1973 yang
memuat Pola Umum Pembangunan Nasional terdiri dari Pola Dasar
Pembangunan Nasional, Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang,
dan Pola Umum Pembangunan Lima Tahun Kedua yang menjadi
dasar bagi pembangunan jangka Panjang tahun 1969-1993, serta
GBHN 1993-2019 yang ditetapkan oleh Tap MPR No. II/MPR/1998.
GBHN ini kemudian menjadi dasar bagi pemerintah untuk
menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahunan yang dikenal
dengan REPELITA I hingga X yang seluruhannya merupakan
tahapan PJP I dan PJP II yang menjadi target pemerintah Orde Baru.
Kekuasaan Orde Baru yang hegemonik, memunculkan masalah
dalam pembangunan nasional, terutama menyangkut maraknya
praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), pelanggaran HAM,
utang luar negeri, oligarki ekonomi, dan kebijakan ekonomi yang
terlalu liberal.

Perubahan fundamental terjadi setelah reformasi ketika sejumlah


kalangan menilai bahwa tidak adanya GBHN dianggap bahwa
Indonesia tidak memiliki pedoman dalam menyelenggarakan
pembangunan nasional yang berkelanjutan. Hal tersebut dikaitkan
dengan dihapusnya GBHN sebagai konsekuensi amandemen UUD
1945 yang memangkas kewenangan MPR dalam menyusun dan
menetapkan GBHN. Padahal, Indonesia telah memiliki kerangka
kebijakan perencanaan pembangunan nasional yang baru melalui UU
No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (UU SPPN) dan UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Nasional Jangka Panjang 2005-2025 (UU RPJPN).
Meski tidak sama persis, RPJP dimaksudkan untuk menggantikan
fungsi dari pada GBHN yang telah dihapuskan. RPJPN harus dilihat
sebagai suatu kesatuan yang saling melengkapi dan telah menutup
peluang inkosistensi secara horizontal dari segi subtansi peraturan.
Selain itu, ruang lingkup materi yang diatur jelas, sehingga tidak
terjadi pengulangan norma yang telah diatur didalam peraturan
perundangan yang mendelegasikan terhadap peraturan
pelaksananya14.

sering kali dilupakan bahwa terjadi perubahan situasi politik


akibat demokratisasi yang makin membuka ruang bagi publik untuk
terlibat dalam agenda strategis negara, termasuk untuk berpartisipasi
dalam perencanaan pembangunan nasional. Begitu pula dengan
peranan partai politik sebagai hulu dari pada kekuasaan.

Dalam setiap pemaknaan hukum para ahli memiliki istilah yang


berbeda-beda, akan tetapi tetap dalam pemaknaan yang sama.
Dengan itu sesuai apa yang dikemukakan Utrecht “bahwa hukum
merupakan kumpulan aturan baik berupa perintah maupun larangan
yang memaksa masyarakat yang dikenai oleh hukum tersebut untuk
patuh dan menaatinya”. M. T. Cicero percaya bahwa hukum
merupakan the highest reason yang tertanam sebagai kontrol
terhadap manusia mengenai perilaku yang boleh tidaknya dilakukan
oleh manusia. Sementara Rudolf von Jhering mengakui bahwa
hukum merupakan aturan – aturan yang bersifat memaksa 15.

Bentuk perlindungan terhadap hak dan kepentingan masyarakat


terwujud melalui hukum formal yang bertujuan untuk mencapai
pembangunan ekonomi nasional melalui kebijakan – kebiakan
pemerintah yang tertuang dalam hukum formal tersebut. Sehingga
peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia tidak mustahil untuk
tercapai. Sebagaimana dikemukakan oleh Rachmadi Usman terkait

14
Yessi Anggraini, “Perbandingan Perencanaan Pembangunan Nasional Sebelum dan
Sesudah Amandemen Undang-Undang Dasar 1945”, Justisia Jurnal Ilmu Hukum. Volume 9 No. 1.
Januari-Maret 2015.hal. 20.
15
Abdul R. saliman, “Hukum Bisnis untuk Perusahaan :Teori dan Contoh Kasus”,
(Prenadamedia Group, Jakarta. 2015), hal. 7.
“sifat publik atau privat-nya kaidah- kaidah dalam hukum ekonomi
yang mengatur kehidupan ekonomi suatu negara bukanlah hal yang
perlu untuk dikhawatirkan mengingat urgensi dari hukum sendiri
untuk berperan dalam meningkatkan pembangunan ekonomi
nasional tanpa melihat sifat dari kaidah hukum itu sendiri16”.

Djamester A. Simarmata menafsirkan demokrasi ekonomi setara


dengan ekonomi kerakyatan yang dianut oleh bangsa Indonesia.
Definisi ekonomi kerakyatan dapat kita temukan dalam penjelasan
Pasal 33 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
bahwa ekonomi kerakyatan merupakan system ekonomi yang mana
semua lapisan masyarakat memiliki kontribusi dalam proses
produksi dikerjakan oleh semua dan anggota masyarakat
berkesempatan untuk memilikinya. Sehingga, tercapainya suatu
demokrasi ekonomi dapat ditandai dengan keikutsertaan anggota-
anggota masyarakat dalam setiap kegiatan produksi17.

Hampir semua orang memahami bahwa kegiatan ekonomi


berujung pada menguntungan, laba/profit. Sehingga prinsip klasik
kegiatan ekonomi yang menghendaki keuntungan sebesar- besarnya
dengan modal sekecil- kecilnya sangat berbeda secara prinsip dengan
hukum yang bersifat membatasi tindakan serta perilaku manusia.
Itulah sebabnya mitos yunani kuno memandang ekonomi dan hukum
secara prinsip adalah hal yang berbeda dan saling kontradiksi.
Pandangan tersbut menurut penulis tidaklah selamnya benar, karena
hukum dan ekonomi seperti dijelaskan sebelumnya memiliki kaitan
erat dan saling melengkapi dalam tujuan yang sama pembangunan
nasional.

16
Rachmadi Usman,” Hukum Ekonomi dalam Dinamika”, (Djambatan, Jakarta. 2014),
hal. 56
17
D. A, Simarmata, Reformasi Ekonomi”,( Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI,
Jakarta. 1998), hal. 117.
Tolak ukur yang dapat digunakan untuk menentukan suatu bangsa
itu termasuk bangsa berkembang ataukah bangsa maju (developed
countries) adalah dengan melihat tingkat hidup masyarakatnya.
Sehingga pembangunan ekonomi gencar dilakukan oleh negara
berkembang untuk dapat meningkatkan taraf hidup masyarakatnya18.
Sehingga prodak- prodak hukum yang sudah diundangkan dalam
peningkkatan ekonomi, harusnya lebih di utamakkan. Sehingga
proses- proses yang sudah dituangkkan dalam undang- undang itu
bisa teraktualisasikan dalam perkembangan ekonomi. Dengan
lahirnya Peraturan rancangan Pemindahan Ibu Kota Negara dapat
berdampak baik terhadap pertumbuhan perekonomian bangsa ini.

Yang menjadikkan ketimpangan dalam tujuan proyek besar


tersebut dalam pemindahan Ibu Kota Negara, dimana pemindahan
ibu kota negara ini dinilai tergesa-gesa dalam pemindahannya.
Harusnya kebijakkan ini di masukkan dalam SPPN/RPJPN atupun
yang sekarang dalam rancangan Pokok-Pokok Haluan Negara
(PPHN), agar kebijakkan strategis ini bisa di lanjutkkan di estafet
kememimpinan yang baru nantinya. Agar resiko yang di
timbbulkkan untuk pertumbuhan ekonomi bangsa tidak mengalami
inflasi.

b) Dampak pemindahan ibu kota negara serta resiko yang di


timbulkkan dalam pembangunan ekonomi.
Bappenas dalam kajiannya menyatakan bahwa pemindahan IKN
akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional
dengan prediksi kenaikan PDRB sebesar 0,1%. Bappenas
menyatakan bahwa kenaikan PDRB bersumber dari pemanfaatan
sumberdaya daya potensial seperti pembukaan lahan untuk keperluan
infrastruktur produktif dan pembukaan lapangan kerja bagi

18
Y. Sri Susilo, “Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi”,( Universitas Atma
Jaya Yogyakarta (UAJY),Yogyakarta. 2002 ), hal.1.
sumberdaya manusia terampil yang selama ini belum termanfaatkan.
Secara spesifik Bappenas memperhitungkan akan terjadi
peningkatan upah tenaga kerja bagi wilayah sekitar yang
dicerminkan dengan kenaikan price of labour sebesar 1,37%19
Tabel.1.
Wilayah Kontribusi PDRB Pertumbuhan
(%) Ekonomi (%)
Sumatera 21,66 4,30
Kalimantan 8,20 4,33
Jawa 58,49 5,61
Sulawesi 6,11 6,99
Maluku & Papua 2,43 4,89
Sumber. Bapenas 2020
Di sisi lain rencana pemindahan IKN juga berdampak terhadap
kenaikan inflasi secara nasional. Bambang Brodjonegoro
memperkirakan akan terdapat kenaikan inflasi sebesar 0,2% selama
proses perpindahan IKN. Kenaikan inflasi berasal dari perbaikan
pendapatan masyarakat yang tentunya juga diikuti oleh kenaikan
harga barang kebutuhan pokok.
Namun inflasi tersebut diperkirakan tidak akan terlalu
mempengaruhi daya beli secara nasional karena kenaikan harga
hanya terpusat di lokasi IKN baru dan wilayah sekitarnya20. Untuk
memastikan perkembangan IKN baru, Bappenas merencanakan akan
memberikan insentif bagi pelaku usaha untuk berinvestasi. Bambang
Brodjonegoro memperkirakan secara nasional akan terjadi
peningkatan arus perdagangan sebesar 50% sebagai dampak

19
Badan Pusat Statistik, “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I-2019, Berita
Resmi Statistik”, No. 39/05/Th.XXII, 7 Mei 2022.
20
Liputan6.com. “Pemindahan Ibu Kota Dongkrak Inflasi 2%”,
https://www.liputan6.com/bisnis/ read/3998755/pemindahan-ibu-kotadongkrak-inflasi-02-persen?,
diakses 7 Mei 2022.
pertumbuhan kawasan industri di IKN yang terhubung dengan
wilayah lain di Indonesia 21.
Momentum penambahan porsi investasi dan perdagangan
selayaknya dibarengi dengan kebijakan prioritas hilirisasi industri.
Dengan demikian akan tercipta lapangan pekerjaan yang dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus meningkatkan
PDRB lokal. Dengan bauran kebijakan tersebut, pemindahan IKN
diprediksi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nasional
dengan tingkat inflasi yang terjaga. Secara agregat kesejahteraan
masyarakat di lokasi IKN baru akan meningkat dan berpotensi untuk
mengurangi ketimpangan ekonomi antara Pulau Jawa dan luar Pulau
Jawa.
Selain potensi ekonomi, pemindahan IKN juga memiliki risiko
yang harus diantisipasi oleh Pemerintah. Risiko pertama terkait
pembiayaan dari keperluan pemindahan IKN. Bappenas
memperhitungkan bahwa ada dua skenario kebutuhan total
pembiayaan berdasar desain dari IKN, yaitu sebesar Rp466 Triliun
dan Rp323 Triliun. Skenario kebutuhan pembiayaan sangat
bergantung kepada fungsi pemerintahan dan jumlah Aparatur Sipil
Negara (ASN) yang akan dipindahkan. Kebutuhan pembiayaan
meliputi pembangunan fungsi utama, fungsi pendukung, fungsi
penunjang, dan pengadaan lahan. Proyek pembangunan ‘kota baru’
menuntut penyediaan infrastruktur yang masif.
Karakteristik proyek infrastruktur adalah memiliki risiko jangka
panjang terutama berasal dari kinerja proyek yang belum tentu sesuai
dengan spesifikasi yang diharapkan. Di sisi lain pihak swasta tentu
mengharapkan realisasi keuntungan yang sesuai dengan kalkulasi di
awal proyek. Dengan prinsip pembagian risiko, pemerintah harus
benar-benar memperhatikan perjanjian kerja sama dengan pihak

21
Antaranews.com, “Pemindahan Ibu Kota”, https://www.antaranews.com/
berita/965428/pemindahan-ibukota-ke-kalimantan-diyakinitingkatkan-arus-perdagangan, diakses 7
Mei 2022.
badan usaha atau swasta sehingga kualitas IKN baru beserta
infastruktur pendukung dapat sesuai dengan spesifikasi yang
mendukung jalannya pemerintahan dan tidak lagi memberikan beban
tambahan bagi APBN.
Sementara dari sisi makro, Ikatan Pengusaha Real Estate
Indonesia (REI) memperkirakan kenaikan inflasi akan lebih besar
daripada perhitungan Bappenas. REI memperkirakan kontribusi
inflasi terbesar berasal dari kenaikan harga lahan, apalagi terdapat
luasan lahan yang dikuasai hanya oleh beberapa pihak22. Keberadaan
para spekulan juga dapat memperbesar kemungkinan meningkatnya
harga lahan secara tidak terkendali. Untuk mengantisipasi hal ini
pemerintah harus merencanakan lokasi dan tata ruang wilayah secara
tepat disertai dengan pengadaan yang sedapat mungkin berasal dari
lahan yang dikuasai negara atau BUMN. Penggunaan lahan tersebut
dapat dilakukan dengan skema pendayagunaan aset yang tidak
membebani anggaran negara. Dengan demikian risiko tingginya
inflasi yang berasal dari kenaikan harga lahan dapat diminimalisir.
c) Ibu Kota Negara dalam peningkatan perekonomian perpekstif Pasal
33 Ayat 4 Undang-Undang Dasar 1945.
Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945 merupakan pesan moral dan
pesan budaya dalam konstitusi Republik Indonesia di bidang
kehidupan ekonomi. Pasal ini bukan sekedar memberikan petunjuk
tentang susunan perekonomian dan wewenang negara mengatur
kegiatan perekonomian, melainkan mencerminkan cita-cita, suatu
keyakinan yang dipegang teguh serta diperjuangkan secara konsisten
oleh para pimpinan pemerintahan23.

22
Tribunnews.com, “Pemindahan Ibu Kota“, https://
kaltim.tribunnews.com/2019/08/21/pemindahan-ibu-kota-rei-kaltimkhawatir-inflasi-tinggi-bisa
gagalkanpenetapan-lokasi-ibu-kota-baru, diakses 7 Mei 2022.
23
Bagir Manan, “Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara”,( Bandung:
Mandar Maju, 1995), hal. 45.
Sejak Indonesia Merdeka dan menetapkan Undang Undang Dasar
1945 telah dengan tegas digariskan kebijakan nasional untuk
melakukan “transformasi ekonomi dan transformasi sosial”.
Mengenai transformasi ekonomi adalah mengubah sistem ekonomi
kolonial yang subordinasi menjadi sistem ekonomi nasional yang
demokratis. Sistem ekonomi kolonial adalah sistem ekonomi yang
didasarkan paham individualisme atau asas perorangan, mengikuti
ketentuan Wetboek van Koophandel (WvK/KUHD 24). Sistem
ekonomi nasional adalah sistem ekonomi berdasarkan paham
demokrasi ekonomi Pasal 33 Ayat 4 Undang Undang Dasar 1945.
Berkaitan dengan tugas transformasi ekonomi ini, maka negara
secara imperatif harus memiliki komitmen tegas untuk menyusun
perekonomian (termasuk kultur ekonomi dan bisnis) ke arah paham
ekonomi yang berdasar pada paham “usaha bersama dan asas
kekeluargaaan”, kemudian menanggalkan sistem ekonomi kolonial
ekonomi yang berdasar pada “asas perorangan” atau paham
individualisme25.
Namun kenyataannya hampir sebagian besar produk perundang-
undangan yang ditetapkan mengarah kepentingan individual yang
dimana aturan aturan yang ditetapkan mengarah keuntungan
kapitalisnme, sehingga mengalami ketimpangan sosial. Amanat yang
dimaktumkkan dalam pasal 33 ayat 4 uud 1945 sudah jelas
mengarahkkan ekonomi yang demokratis. Pemindahan ibu kota
negara ini adalah gagasan yang sangat luar biasa dalam peningkkatan
perekonomian bangsa ini. akan tetapi dalam pembetukkan regulasi
dalam pemindahan ibu kota negara ini banyak menanbrak aturan-
aturan diataas tanpa kanjian yang matang dalam pembentukkan
aturannya.

24
Soekarno, Lahirnya Pantja-Sila: Pidato Pertama tentang Pancasila, Blitar: Departemen
Penerangan Republik Indonesia, 2003, hal. 22-23.
25
Soeharsono Sagir ,”Pengertian ekonomi kerakyatan menurut, Jimly Asshiddiqie,
Konstitusi Ekonomi”, (Penerbit Kompas,jakarta, 2010), hal. 354.
Mengenai ketentuan Undang Undang Dasar 1945 yang
memberikan kewenangan kepada negara untuk menguasai “cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat
hidup orang banyak” tidaklah dimaksudkan demi kekuasaan semata
dari negara, tetapi mempunyai maksud agar negara dapat memenuhi
kewajibannya sebagaimana disebutkan dalam Pembukaan Undang
Undang Dasar 1945,yaitu;
“melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum” dan
juga “mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia26”.
Makna yang terkandung dalam penguasaan negara tersebut
dimaksudkan bahwa negara harus menjadikan penguasaan terhadap
cabang-cabang produksi yang dikuasainya itu untuk memenuhi tiga
hal yang menjadi kepentingan masyarakat, yaitu:
1) ketersediaan yang cukup;
2) distribusi yang merata, dan
3) terjangkaunya harga bagi orang banyak 27.

Demokrasi Ekonomi, yang mengutamakan kemakmuran


masyarakat dan bukan kemakmuran orang-seoran, artinya
mengutamakan kebersamaan (mutualisme), bukan berdasar
individualisme.

Pemindahan ibu kota negara ini telah memeperhatikkan unsur-


unsur yang tekandung dalam pasal 33 ayat 4 Undang-Undang Dasar
1945 yaitu “bahwa perekonomian nasional diselenggarakan
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan

26
R.M Ananda B. Kusuma, “Bagaimana Menginterpretasikan Konstitusi Kita,” Jurnal
Konstitusi, Volume 1 Nomor 3, Jakarta, 2005, hal. 157.
27
Ibid, hal. 47.
kesatuan ekonomi nasional”. upaya Indonesia membangun kota
baru yang smart, kota baru yang kompetitif di tingkat global,
membangun sebuah lokomotif baru untuk transformasi Indonesia
yang berbasis inovasi dan berbasis teknologi dan green economy.

IKN Nusantara akan didukung dengan smart transportation yakni


sistem transportasi kota yang dirancang berbasis integrasi
pengembangan transportasi publik, sepeda, dan pedestrian dengan
menerapkan Integrated Information System, Intelligent Transport
System, dan Innovative Public Transportation Network serta
mempromosikan kendaraan hemat bahan bakar dan ramah
lingkungan (electric car). ari sisi pemanfaatan energi, IKN
Nusantara akan menggunakan Teknologi Smart Grid memanfaatkan
matahari sebagai sumber listrik, menggantikan listrik yang
bersumber dari batu bara sehingga mengurangi jumlah CO2 serta
mampu mengontrol distribusi energi listrik ketika sedang jam
puncak dengan distribusi listrik menggunakan jaringan kabel bawah
tanah.

Di samping itu, pemanfaatan green building yang ditandai oleh


peningkatan efisiensi energi, pengurangan konsumsi air dan bahan,
dan peningkatan kesehatan dan lingkungan, penggunaan peralatan
yang hemat energi dan ramah lingkungan, penggunaan energi
terbarukan, peningkatan kualitas udara dengan heating and
cooling system, dan penggunaan sistem pencahayaan alami.

Smart City yang akan mewarnai IKN Nusantara akan


menjadikannya sebagai sebuah kota yang sehat, efisien, dan
produktif ramah pejalan kaki dan pengguna sepeda serta
menyediakan layanan keamanan dan kesehatan serta pendidikan new
smart metropolis yang mampu menjadi pusat inovasi berkelas
dunia.
Kebijakan pemindahan ibu kota yang telah diputuskan oleh
pemerintah dan DPR dalam proses panjangnya telah melalui diskusi
dan perencanaan yang matang, ditandai dengan tahapan kajian
kebijakan yang komprehensif, di mana syarat formil dalam
pembahasan UU telah mengikuti aturan perundang undangan yang
berlaku, juga dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan,
akademisi, kalangan kampus, masyarakat lokal pemangku adat
hingga kesultanan di Kalimantan Timur serta penyerapan aspirasi
dari masyarakat Indonesia.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkkan Ibu Kota Negara baru


adalah sebagai awal dimana peranan hukum menciptakkan pembangunan
ekonomi di Indonesia. Pada dasarnya perpindahan ibu kota negara ini memang
sudah menjadi wacana yang baik untuk memberi dampak peningkatan terhadap
perekonomian bangsa ini, akan tetapi pemindahan ibu kota negara terlalu tergesa-
gesa dalam pelaksanaan pemindahannya. Data analasis yang terbirkkan Bappenas
Tentang Pendapatan Domestik Bruto (PDRB) Nasional mengalami peningkatan
0.1% akan tetapi disisi lain akan mengalangimi peningkatan Inflasi 0,2%. Ini
mennujukan kesenjangan baru, dengan Pembangunan yang tidak merata.
pemindahan ibu kota negara ini memang tepat dimana peletakkan hukum dalam
membangun peerkonomian bangsa.

Pembentukkan peraturan perundang-undangan yang terburu tanpa


memperhatikkan apa yang sudah di amanatkkan pasal 33 ayat 4 Undang-Undang
Dasar 1945, tidak bisa dijalankkan dengan baik dengan misi pemindahan Ibu Kota
Baru ini. Harusnya Pemindahan Ibu Kota Negara ini dimasukkan kedalam
Rancangan Pembangunan Jangka Panjang(RPJN). Agar bangsa ini bisa fokus
dalam pemulihan perekonomian pasca covid 19 yang sempat merajalela di
indonesia yang mengakitbatkkan ketidak stabillan perekonomian bangsa saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

T. Mulya Lubis, “Peran Hukum dalam Perekonomian di Negara


Berkembang”,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,1986.

Nurzaman, S. S, “Perencanaan wilayah dalam konteks Indonesia”. Bandung:


Penerbit ITB. 2012.

Meriam Budiarjo, “Dasar-Dasar Ilmu Politik”, Gramedia Pustaka, Jakarta. 2007.

WW Rostow, “The Stages of Economic Growth” A NonCommunist Manifesto,


London: University Press.

Daniel Lev, “Hukum dan Politik di Indonesia; Kesinambungan dan Perubahan”,


LP3ES. Jakarta 1990.

Abdul R. saliman, “Hukum Bisnis untuk Perusahaan :Teori dan Contoh Kasus”,
Prenadamedia Group, Jakarta. 2015.

Rachmadi Usman,” Hukum Ekonomi dalam Dinamika”, Djambatan, Jakarta.


2014.

D. A, Simarmata, Reformasi Ekonomi”,Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI,


Jakarta. 1998.

Y. Sri Susilo, “Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi”,Universitas


Atma Jaya Yogyakarta (UAJY),Yogyakarta. 2002.

Bagir Manan, “Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu


Negara”,Bandung: Mandar Maju, 1995.

Soeharsono Sagir ,”Pengertian ekonomi kerakyatan menurut, Jimly Asshiddiqie,


Konstitusi Ekonomi.

Jurnal

Sahat Aditua Fandhitya Silalahi, Dampak Ekonomi dan Resiko dalam


Pemindahan Ibu Kota Negara” Jurnal Info Sngkat, Vol XI,
No.16/II/Puslit/Agustus/2019.

Ade Reza Hariyadi, “Dinamika Kebijakan Perencanaan Pembangunan Nasional


Indonesia”, Jurnal Desentralisasi Dan Kebijakan Publik (JDKP) Vol. 02 No.
02. September 2021.
Yessi Anggraini, “Perbandingan Perencanaan Pembangunan Nasional Sebelum
dan Sesudah Amandemen Undang-Undang Dasar 1945”, Justisia Jurnal Ilmu
Hukum. Volume 9 No. 1. Januari-Maret 2015.

R.M Ananda B. Kusuma, “Bagaimana Menginterpretasikan Konstitusi Kita,”


Jurnal Konstitusi, Volume 1 Nomor 3, Jakarta, 2005.

Website

Dewa Ayu, M.K.P.S dan I. Gusti, N. P, “Fungsi Hukum dalam Pembangunan


Ekonomi”, file:///C: / Users /user /Downloads / 6246-10303-1-SM.pdf.

Maryanto, “Pengaruh Globalisasi dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia”,


http:// maryanto.blog.unissula.ac.id/2011/10/07/pengaruh-globalisasi-terhadap-
hukum-ekonomiindonesia.

https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/PANSUS-RJ-20211215-032457-
7896.pdf.

Bappenas, “Dampak Ekonomi dan Skema Pembiayaan Pemindahan Ibu Kota”


https://www.setneg.go.id/baca/index/ikn_nusantara_magnet_pertumbuhan_eko
nomi_baru_dan_smart_city.

Susanti Bivitri dalam Badan Pengkajian MPR Tindaklanjuti Rekomendasi


Amandemen UUD 1945,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5d9f1b8aa7b44/badan-pengkajian-
mprtindaklanjuti rekomendas iamandemen-uud-1945.

Liputan6.com. “Pemindahan Ibu Kota Dongkrak Inflasi 2%”,


https://www.liputan6.com/bisnis/ read/3998755/pemindahan-ibu-
kotadongkrak-inflasi-02-persen.

Antaranews.com, “Pemindahan Ibu Kota”, https://www.antaranews.com/


berita/965428/pemindahan-ibukota-ke-kalimantan-diyakinitingkatkan-arus-
perdagangan.

Anda mungkin juga menyukai