Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EKONOMI

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN PENDAPATAN NASIONAL

Disusun
ADELIA MAWARNI
XI IPS 2

SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG

KATA PENGANTAR

Pujisyukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan
karunia-Nya Makalah Ekonomi Kebijakan Pembangunan Nasional Dan Pendapatan Nasional
ini dapat diselesaikan tepat waktu.saya menyadari di dalam Makalah Ekonomi
Kebijakan Pembangunan Dan Pendapatan Nasional ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata saya
mengharapkan Makalah Ekonomi Kebijakan Pembangunan Nasional Dan Pendapatan Nasional
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar lampung, 22 November 2019

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II ISI
2.1 Perkembangan Orientasi di Indonesia
2.2 Macam-macam Kebijakan Ekonomi
2.3 Strategi Kebijakan Pembangunan Ekonomi
2.4 Campur Tangan Pemerintah Secara Konstitusional
2.5 Kebijaksanaan Pemerintah
2.6 Pengertian Pendapatan Nasional.
2.7 Konsep Pendapatan Nasional.
2.8 Perhitungan Pendapatan Nasional.
2.9. Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nasional.
BAB III PENUTUP
kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan
perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukdan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak
dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan
ekonomi dan pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikankapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu
negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil
di negara tersebut. Adanya pertumbuhanekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi. Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi
keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar
pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan
ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga
terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada
berbagaisektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah
tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam
satu periode, biasanya satu tahun. Arus pembayaran atas faktor produksi oleh sektor
perusahaan, pemerintah, ataupun luar negeri merupakan pendapatan bagi parapemilik
faktor produksi. Setiap orang akan memperoleh pendapatan karena membantu proses
produksi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Perkembangan Orientasi di Indonesia
2. Macam-macam Kebijakan Ekonomi
3. Strategi Kebijakan Pembangunan Ekonomi
4. Campur Tangan Pemerintah Secara Konstitusional
5. Kebijaksanaan Pemerintah
6. Pengertian Pendapatan Nasional.
7. Konsep Pendapatan Nasional.
8. Perhitungan Pendapatan Nasional.
9. Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nasional.

Tujuan Penulisan
Agar siswa dapat lebih memahami kebijakan pembangunan nasional dan pendapatan
nasional di negara kita. Diharapkan pula makalah ini dapat menjadi acuan belajar
dalam mempelajari kebijakan ekonomi.

BAB II
ISI

2.1 Perkembangan Orientasi Pembangunan di Indonesia

Pemerintahan Presiden Soekarno pada era Orde Lama dengan kebijakan-kebijakannya


dianggap rakyat Indonesia sebagai kepemimpinan yang kurang menyenangkan karena
krisis ekonomi yang sering melanda. Permasalahan ekonomi, seperti memburuknya
neraca perdagangan dan merosostnya devisa yang sebagian besar merupakan akibat dari
defisit anggaran pemerintah mendorong untuk dilaksanakan sebuah “gebrakan” baru
untuk mengatasi masalah-masalah yang melilit rakyat Indonesia tersebut yang
disebabkan kebijakan Soekarno yaitu anti-bantuan asing dan blokade terhadap
kreditor dan investor modal asing di dalam negeri.
Soekarno pun tumbang karena banyak masyarakat yang kecewa terhadap sosialisme ala
Indonesia versi Soekarno. Bersamaan dengan runtuhnya rezim Soekarno, hilanglah
slogan “politik sebagai panglima” yang dicanangkan oleh para pendukung rezim itu,
dan muncullah slogan baru “ekonomi sebagai panglima” yang diciptakan oleh para
pembuat pendapat umum yang sebelumnya ditindas oleh rezim tersebut (Mas’oed 1989).
Pendapat umum tersebut menekankan pada kebijakan pembangunan ekonomi oleh pimpinan
Orde Baru. Strategi ekonomi Orde baru berorientasi pada kemungkinan swasta untuk
berperan aktif dalam sistem ekonomi negara dan pemanfaatan modal asing. Sturuktur
sosial-ekonomi secara radikal dan mengabaikan modal asing yang dipegang teguh pada
masa pemerintahan Soekarno tidak lagi diterapkan, namun berubah haluan dengan
mengangap ekonomi gaya kapitalis diperlukan demi stabilisasi, rehabilitasi, dan
pembangunan. Orde Baru berdiri sebagai tonggak awal kebutuhan akan modal asing dan
melonggarkan arus investasi dan kreditor asing masuk dan berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi dalam negeri.
Dalam tulisan Mochtar Mas’oed (1989) disebutkan bahwa kebijakan pemerintah Orde
Baru dibuat dengan peraturan-peraturan dalam rangka mengubah tata cara pengelolan
ekonomi Indonesia. Peraturan-peraturan tersebut antara lain kebijaksanaan fiskal
yang mengatur pemotongan belanja pada APBN, perbaikan pengumpulan pajak seperti bea
masuk, pajak langsung, pajak pembelian dan penjualan, penghapusan subsidi dan
penyesuaian harga. Pada kebijaksanaan moneter, diciptakan suatu kebijaksanaan
pengetatan peredaran uang, tabungan deposito untuk mengendalikan peningkatan
inflasi, penanaman modal asing, serta pengembalian perusahaan-perusahaan yang
diambil alih oleh rezim sebelumnya. Selain itu juga kebijakan peningkatan
liberalisasi perdagangan luar negeri serta debirokratisasi dan deetatisasi. Dalam
tulisan Anne Booth (1999, 121) juga disebutkan bahwa secara historis, Orde Baru
berdampak pada transformasi struktural di Indonesia yang melibatkan beberapa jenis
industralisasi; proses produk agrikultural dan sumber daya alam, substitusi impor
untuk pasar domestik, dan manufaktur ekspor labor-intensive.
Dari penjabaran di atas bisa diringkas bahwa ada dua pendekatan dalam menstabilkan
dan membangun ekonomi Indonesia pasca kemerdekaan yang dilaksanakan pada dua era
pemerintahan pemimpin yang berbeda. Kedua pendekatan tersebut adalah “berorientasi
ke luar”, yang berarti melakukan stabilisasi dan pembangunan ekonomi Indonesia
dengan memanfaatkan sumber-sumber luar negeri, sedangkan pendekatan pengkitiknya
yaitu “berorientasi ke dalam”, yang berarti stabilisasi dan pembangunan ekonomi
dengan memperkuat masyarakat bisnis pribumi, sedangkan bantuan dan investasi asing
dimanfaatkan dengan cara yang sangat hati-hati (Mas’oed 1989, 94-95).
Kendati kebijakan “berorientasi ke luar” yang diterapkan pada era Orde Baru bisa
dikatakan berhasil dengan indikasi peningkatan pendapatan ekspor yang mampu
mengimbangi defisit-defisit yang ada pada Orde Baru serta pencapaian salah satu
tujuan stabilisasi, yakni pengendalian inflasi dalam jangka pendek, namun kebijakan
ini juga berdampak negatif bagi sebagian rakyat Indonesia. Masalah baru muncul,
antara lain bertambahnya jumlah pengangguran dan setengah-pengangguran masalah
kebangkrutan bisnis pribumi terutama yang menjalankan industri skala menengah dan
kecil akibat tak mampu bersaing dengan produk impor yang gencar masuk ke dalam
negeri, munculnya pengusaha dukungan negara, serta muncul berbagai macam protes dan
tekanan. Ironis memang ketika terlihat berbagai pencapaian positif dari kebijakan
ekonomi yang “berorientasi ke luar” namun dalam waktu yang sama juga menciptakan
kondisi yang memprihatinkan bagi rakyat Indonesia sendiri. Namun tak dapat
dipungkiri bahwa dalam sistem ekonomi neoliberal dewasa ini memang keterlibatan
modal asing dalam perkembangan ekonomi Indonesia tetap dibutuhkan, sehingga bisa
diasumsikan bahwa orientasi yang efektif bagi Indonesia saat ini adalah kebijakan
ekonomi “berorientasi ke luar” meskipun tidak sepenuhnya kebijakan tersebut membawa
dampak positif.
Dalam perkembangan pembangunan ekonomi ke depannya, yaitu pasca-reformasi, selain
kebijakan “berorientasi ke luar”, industrialisasi menjadi kebijakan lain yang harus
dilaksanakan. Industrialisasi adalah langkah awal untuk membawa perekonomian ke
arah yang lebih maju. Industrialisasi bertujuan memajukan sektor industri, sektor
pertanian dan bidang-bidang lainnya, termasuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Selain itu, kebutuhan untuk memperbaiki infrastruktur dan pendidikan
yang lebih baik juga perlu menjadi prioritas untuk mencapai kesejahteraan rakyat.
Pada tahun 2020, Indonesia akan menjadi negara berdaulat selama tujuh dekade, namun
masih dipertimbangkan mengalami ketertinggalan dari ekonomi yang telah maju di
Eropa Barat, Amerika Utara, dan Asia Timur Laut. Indonesia mungkin akan melebihi
Malaysia atau Thailand atau Singapura. Bahkan jika tujuan ambisius dari rencana
perkembangan tersebut tercapai (seperti yang terencanakan sebelum terjadi crash
pada 1997-1998), Indonesia akan tetap menjadi seperti dalam standard World Bank
tahun 1977, yakni sebuah negara dengan pendapatan menengah ke bawah (Booth 1999,
134). Oleh karena itu dibutuhkan strategi baru untuk mendukung perkembangan
pembangunan ekonomi Indonesia yang benar-benar relevan dan sempurna dengan dampak
negatif seminimal mungkin demi tercapainya kesejahteraan rakyat dan kemajuan
ekonomi Indonesia di masa depan. Kebijakan tersebut berupa perlawanan terhadap gaya
Soeharto “crony capitalism” yang akan mendorong proses reformasi ke arah pencapaian
pasar yang lebih transparan, efisien, dan impartial productive (Boesuk 1999, 166-
167).
2.2 Macam-Macam Kebijakan Ekonomi
Kebijakan ekonomi adalah beberapa peraturan atau batasan-batasan di bidang
ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tujuan dibuatnya kebijakan ekonomi adalah
untuk meningkatkan taraf hidup atau tingkat kesejahteraan masyarakat. Selain
kebijakan ekonomi diperlukan juga kebijakan nonekonmi, seperti kebijakan sosial
yang menyangkut masalah pendidikan dan kesehatan. Kebijakan ekonomi dibagi menjadi
3 macam, yaitu :
A. Kebijakan Mikro
Kebijakan mikro adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan pada semua perusahaan
tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan oleh atau disektor mana dan diwilayah
mana perusahaan yang bersangkutan beroperasi.
Contoh kebijakan pemerintah :
· Peraturan pemerintah yang mempengaruhi pola hubungan kerja (manajer dengan para
pekerja), kondisi kerja dalam perusahaan.
· Kebijakan kemitraan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil di semua
sektor ekonomi.
· Kebijakan kredit bagi perusahaan kecil di semua sektor dan lain-lain.
· Menetapkan harga minimum dan maksimum untuk melindungi produsen atau konsumen.
B. Kebijakan Meso
Kebijakan Meso di bagi menjadi 2 arti yaitu :
1. Kebijakan ekonomi meso dalam arti sektoral adalah kebijakan ekonomi yang khusus
ditunjukan pada sektor-sektor tertentu. Setiap departemen pemerintah mengeluarkan
kebijakan sendiri, yang bisa sama / berbeda, untuk sektornya. Kebijakan ini
mencangkup keuangan, distribusi, produksi, tata niaga, sistem pengadaan bahan baku,
ketenagakerjaan, termasuk system penggajian, investasi, jaminan sosial bagi bekerja
dan sebagainya.
2. Kebijakan ekonomi meso dalam arti regional adalah kebijakan ekonomi yang
ditunjukan pada wilayah tertentu.Misalnya, kebijakan industri regional dikawasan
timur Indonesia (KTI) yang menyangkup kebijakan industry regional, kebijakan
investasi regional, kebijakan fiscal regional, kebijakan pembangunan infrastruktur
regional, kebijakan pendapatan, dan pengeluaran pemerintah daerah,kebijakan
distribusi pendapatan regional, kebijakan pendapatan, kebijakan perdagangan
regional, dan sebagainya. Kebijakan ekonomi regional bisa dikeluarkan oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
. Kebijakan Makro
Kebijakan ini mencakup semua aspek ekonomi pada tingkat nasional, misalnya
kebijakan uang ketat (kebijakan moneter). Kebijakan makro ini bisa mempengaruhi
kebijakan meso (sektoral atau regional), kebijakan mikro menjadi lebih atau kurang
efektif. Instrumen yang digunakan untuk kebijakan ekonomi makro adalah tarif pajak,
jumlah pengeluaran pemerintah melalui APBN, ketetapan pemerintah dan intervensi
langsung di pasar valuta untuk mempengaruhi nilai tukar mata uang rupiah terhadap
valas. (Tulus Tambunan, 1996).
Berikut ini contoh kebijakan makro,yaitu :
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro
agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang
yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan
harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan. Dengan kata
lain,Kebijakan moneter adalah proses di mana pemerintah, bank sentral, atau
otoritas moneter suatu negara kontrol suplai uang, ketersediaan uang, dan biaya
uang atau suku bunga untuk mencapai menetapkan tujuan berorientasi pada pertumbuhan
dan stabilitas ekonomi. Kebijakan Moneter bertumpu pada hubungan antara tingkat
bunga dalam suatu perekonomian, yaitu harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan
pasokan total uang. Kebijakan moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol
salah satu atau kedua, untuk mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi,
inflasi, nilai tukar dengan mata uang lainnya dan pengangguran. Dimana mata uang
adalah di bawah monopoli penerbitan, atau dimana ada sistem diatur menerbitkan mata
uang melalui bank-bank yang terkait dengan bank sentral, otoritas moneter memiliki
kemampuan untuk mengubah jumlah uang beredar dan dengan demikian mempengaruhi
tingkat suku bunga.
Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
a) Kebijakan moneter kuantitatif
Kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif biasanya berupa campur tangan bank
sentral secara langsung terhadap kebijakan perbankan. Maksudnya, bank indonesia
berperan sebagai regulasi dan bertindak secara aktif dalam kegiatan pasar uang.
Adapun beberapa instrumen yang termaksud dalam kebijakan moneter
keantitatif,yaitu :
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual
atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah
jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila
ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat
berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain
diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau
singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan
tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan
uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah,
pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan
tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan
jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah
jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah
uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
b) Kebijakan moneter kualitatif
Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif biasanya berupa pengawasan dan imbauan
bank sentral kepada kegiatan perbankan. Maksudnya, bank sentral ( bank Indonesia)
tidak campur tangan secara langsung.
1. Pengawasan pinjaman secara selektif ( kredit selektif)
Yaitu kebijakan yang digunakan untuk mengendalikan dan mengawasi corak pinjaman dan
investasi yang dilakukan oleh bank-bank
2. Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan
jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan
pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah
uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk
memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian
2.3 Strategi Kebijakan Pembangunan Ekonomi di Indonesia
1. Mengembangkan koridor pembangunan ekonomi Indonesia dengan cara membangun pusat-
pusat perekonomian di setiap pulau. Selain mengembangkan klaster industri berbasis
sumber-sumber superior. Baik komoditas maupun sektor. Koridor pembangunan ekonomi
Indonesia terbagi dalam empat tahap :
· Mengindentifikasikan pusat-pusat perekonomian, misalnya ibukota provinsi.
· Menentukan kebutuhan pengubung antara pusat ekonomi tersebut, seperti trafik
barang.
· Validasi untuk memastikan sejalan dengan pembangunan nasional, yakni pengaturan
area tempat tinggal dengan sistem infrastruktur serta fasilitas.
· Menentukan hubungan lokasi sektor fokus, guna menunjang fasilitas. Misalnya
menghubungkan area pertambangan dengan kawasan pemrosesnya.

2. Memperkuat hubungan nasional baik secara lokal maupun internasional. Hal ini
bisa mengurangi biaya transaksi, menciptakan sinergi antara pusat-pusat pertumbuhan
dan menyadari perlunya akses-akses ke sejumlah layanan. Seperti intra dan inter-
konektivitas antara pusat pertumbuhan serta pintu perdagangan dan pariwisata
internasional. Integrasi ekonomi merupakan hal terbaik untuk mencapai keuntungan
langsung dari konsentrasi produksi. Serta dalam jangka panjang, meningkatkan
standar kehidupan.
Saat ini, aktivitas ekonomi Indonesia terpusat di kota-kota, khususnya Jawa dan
Sumatra. Fasilitas transportasi yang bisa menyebabkan area industri tak menjangkau
pelosok. Pada jangka pendek, proyek-proyek yang perlu dibangun di Jawa adalah
TransJawa, TransJabodetabek, kereta jalur dua, Tanjung Priok. Pembangunan tersebut
diharapkan bisa berdampak langsung mengurangi kemiskinan di Jawa yang melebihi 20
juta jiwa, dua kali populasi miskin Sumatra yang sekitar tujuh juta jiwa.
Pembangunan infrastruktur di Jawa bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi.
3. Mempercepat kapabilitas teknologi dan ilmu pengetahuan nasional atau Iptek.
Selain tiga strategi utama ini, juga ada beberapa strategi pendukung seperti
kebijakan investasi, perdagangan dan finansial. Beberapa elemen utama di sektor
Iptek adalah meningkatkan kualitas pendidikan termasuk pendidikan kejuruan tinggi
serta pelatihannya. Meningkatkan level kompetensi teknologi dan sumber daya ahli.
Peningkatan aktivitas riset dan pengembangan, baik pemerintah maupun swasta, dengan
memberikan insentif serta menaikkan anggaran. Kemudian mengembangkan sistem inovasi
nasional, termasuk pembiayaannya. Saat ini, masalah utama yang dihadapi adalah
kemampuan riset dan pengembangan yang digunakan untuk mencari solusi teknologi.
Kemampuan pengguna untuk menyerap teknologi yang ada. Serta transaksi antara riset
dan pengembangan sebagai pemasok solusi teknologi dengan penggunanya tak terbangun
dengan baik.
2.4 Campur tangan pemerintah dapat dibenarkan secara konstitusional
1. Dari isi pembukaan UUD 1945 dengan Pancasilanya, dapat disimpulkan bahwa
pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah haruslah diarahkan untuk :
a. Memajukan kesejahteraan umum
b. Memajukan kecerdasan kehidupan bangsa
c. Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
2. Dari isi Pasal 33 UUD 1945 bersama dengan pasal 34 dan pasal 27 ayat 2
mengandung amanat kepada pemerintah untuk menyelenggarakan kesejahteraan sosial
seluruh rakyat melalui :
a. Penguasaan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat
hidup orang banyak.
b. Penguasaan bumi, air dan kekayaan alam yang ada di dalamnya.
c. Pemeliharaan fakir miskin dan anak-anak terlantar
d. Penyediaan lapangan kerja

2.5kebijaksanaan Pemerintah
Tujuan utama atau akhir kebijakan ekonomi adalah untuk meningkatkan taraf hidup
atau tingkat kesejahteraan masyarakat. Diukur secara ekonomi, kesejahteraan
masyarakat tercapai bila tingkat pendapatan riil rata-rata per kapita tinggi dengan
distribusi pendapatan yang retif merata. Tujuan ini tidak bisa tercapai hanya
dengan kebijakan ekonomi saja. Diperlukan juga kebijakan non kebijakan ekonomi
saja. Diperlukan juga kebijakan non ekonomi, seperti kebijakan sosial yang
menyangkut masalah pendidikan dan kesehatan. Kebijakan ekonomi dan kebijakan non
ekonom harus saling mendukung.

Pengertian Pendapatan Nasional

Pendapatan Nasional => Salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai
kondisi perekonomian suatu negara adalah pendapatan nasional. Tujuan dari
perhitungan pendapatan nasional ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
tingkat ekonomi yang telah dicapai dan nilai output yang diproduksi, komposisi
pembelanjaan agregat, sumbangan dari berbagai sektor perekonomian, serta tingkat
kemakmuran yang dicapai (Sukirno, 2008, p55). Selain itu, data pendapatan nasional
yang telah dicapai dapat digunakan untuk membuat prediksi tentang perekonomian
negara tersebut pada masa yang akan datang. Prediksi ini dapat digunakan oleh
pelaku bisnis untuk merencanakan kegiatan ekonominya di masa depan, juga untuk
merumuskan perencanaan ekonomi untuk mewujudkan pembangunan negara di masa
mendatang (Sukirno, 2008, p57).

Pendapatan nasional dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang dihasilkan
dalam suatu negara (Sukirno, 2008, p36). Pengertian berbeda dituliskan dengan huruf
besar P dan N, dimana Pendapatan Nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima
oleh faktor produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam
suatu tahun tertentu (Sukirno, 2008, p36). Terdapat beberapa cara yang digunakan
dalam perhitungan pendapatan nasional, yaitu pendapatan nasional bruto dan
pendapatan domestic bruto

Konsep Pendapatan Nasional

Produk Domestik Bruto (GDP)


Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa
barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah
suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga
hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang
beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan
termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah
yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor atau disebut juga dengan
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) merupakan nilai pasar dari semua barang dan jasa
final yang diproduksi dalam sebuah negara pada suatu periode (Mankiw, 2006, p6),
meliputi faktor produksi milik warga negaranya sendiri maupun milik warga negara
asing yang melakukan produksi di dalam negara tersebut.

Pendapatan nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara

Produk Nasional Bruto (GNP)


Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama
satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga
negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan
asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut atau disebut juga dengan
Pendapatan Nasional Bruto (PNB) merupakan nilai barang dan jasa dalam suatu negara
yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut,
termasuk nilai produksi yang diwujudkan oleh faktor produksi yang digunakan di luar
negri, namun tidak menghitung produksi yang dimiliki penduduk atau perusahaan dari
negara lain yang digunakan di dalam negara tersebut (Sukirno, 2008, p35).

Produk Nasional Neto (NNP)


Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau
penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement). Replacement penggantian
barang modal/penyusutan bagi peralatan produski yang dipakai dalam proses produksi
umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan
kesalahan meskipun relatif kecil.

Pendapatan Nasional Neto (NNI)


Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung
menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor
produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang
dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada
pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.

Pendapatan Perseorangan (PI)


Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima
oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa
melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran
transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang
bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian
pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial
bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya.
Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak
laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba
yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk
beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran
pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan
dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi
bekerja).

Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)


Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap
untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi
tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari
personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax)
adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus
langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.

Penghitungan Pendapatan Nasional

Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:

Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa,


bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu
periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada
perusahaan.
Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan
suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu
periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai
jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).
Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk
membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode
tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran
yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga
(Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan
selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X − M)
Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :

g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%

g = tingkat pertumbuhan ekonomi PDBs = PDB riil tahun sekarang PDBk = PDB riil
tahun kemarin

Contoh soal :

PDB Indonesia tahun 2008 = Rp. 467 triliun, sedangkan PDB pada tahun 2007 adalah =
Rp. 420 triliun. Maka berapakah tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 jika
diasumsikan harga tahun dasarnya berada pada tahun 2007 ?

jawab :

g = {(467-420)/420}x100% = 11,19%

Tiga metode yang dapat digunakan untuk menghitung pendapatan nasional

1.Cara Pengeluaran

Digunakan di negara-negara maju, seperti Belanda, Inggris, Jerman dan Amerika


Serikat, dimana pendapatan nasional yang dihasilkan metode ini dapat memberi
gambaran tentang sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi atau sampai
dimana baiknya tingkat pertumbuhan yang dicapai dan tingkat kemakmuran yang sedang
dinikmati, serta memberikan informasi dan data yang dibutuhkan dalam analisis
makroekonomi (Sukirno, 2008, p37).
Perhitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran memiliki empat komponen
penting,

* Konsumsi rumah tangga adalah pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga,
termasuk barang tahan lama, barang tidak tahan lama, jasa dan biaya pendidikan
(Mankiw, 2006, p12), namun tidak termasuk investasi, seperti pembayaran asuransi
atau uang saku untuk anak (Sukirno, 2008, p38).

* Belanja pemerintah mencakup pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah, yang
dibedakan menjadi konsumsi dan investasi (Sukirno, 2008, p38). Yang termasuk dalam
konsumsi adalah pembayaran gaji dan tunjangan pegawai negri dan pembelian
inventaris, sedangkan yang termasuk investasi adalah pembangunan jalan raya,
sekolah, dan lain sebagainya. pembayaran jaminan social untuk fakir miskin, bantuan
untuk korban bencana alam dan subsidi lainnya tidak termasuk dalam belanja
pemerintah, melainkan termasuk dalam pembayaran transfer, karena tidak ada
barang/jasa yang diproduksi (Mankiw, 2006, p13).

* Investasi merupakan pembelian barang yang nantinya digunakan untuk memproduksi


barang/jasa lainnya (Mankiw, 2006, p12). Investasi dapat digolongkan menjadi
pengeluaran atas barang modal dan peralatan produksi, perubahan dalam nilai
inventori pada akhir tahun, dan pengeluaran untuk mendirikan bangunan (Sukirno,
2008, p39).

* Ekspor neto sama dengan pembelian produk dalam negri oleh orang asing (ekspor)
dikurangi dengan pembelian produk luar negri oleh warga negara tersebut (impor)
dalam periode yang sama (Mankiw, 2006, p13).

2.Cara Produk Neto

Produk neto dapat diartikan sebagai nilai tambah yang diciptakan dalam suatu proses
produksi (Sukirno, 2008, p42). Sehingga perhitungan pendapatan nasional dengan cara
neto diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah yang diwujudkan oleh perusahaan di
berbagai lapangan usaha dalam perekonomian negara tersebut. Cara ini dapat
memberikan informasi tentang seberapa besar pengaruh sektor-sektor tersebut
terhadap perekonomian negara.

3.Cara Pendapatan
Pendapatan nasional dengan cara pendapatan diperoleh dari penjumlahan pendapatan-
pendapatan yang terjadi, akibat penggunaan faktor produksi untuk mewujudkan barang
dan jasa (Sukirno, 2008, p44). Pendapatan tersebut digolongkan menjadi pendapatan
para pekerja (gaji/upah), pendapatan dari usaha perseorangan, pendapatan dari sewa,
bunga neto dan keuntungan perusahaan.

Dalam melakukan perhitungan pendapatan nasional, terdapat berbagai kendala,


terutama di Indonesia. Masalah tersebut antara lain adalah
* Ketersediaan data dan informasi, karena tidak semua kegiatan ekonomi
terdokumentasi dengan baik
* Pemilihan kegiatan produksi yang termasuk dalam perhitungan. Sebagai contoh
adalah kegiatan produksi dalam rumah tangga seperti mencuci dan memasak, menanam
palawijo untuk konsumsi pribadi, kegiatan yang menyalahi hukum seperti transaksi
jual beli obat terlarang dan prostitusi, serta tunjangan yang tidak berupa uang,
tidak termasuk dalam perhitungan pendapatan nasional.
* Penghitungan dua kali kerapkali terjadi ketika bahan yang sama dikonsumsi oleh
orang yang berbeda. Misalnya gula dan tepung yang dibeli oleh ibu rumah tangga
dapat dianggap sebagai barang jadi, namun jika bahan tersebut dibeli oleh bakery
shop, maka dianggap sebagai barang setengah jadi. Apabila nilai produksi tepung dan
gula dimasukkan dalam perhitungan produksi roti/kue, maka akan terjadi perhitungan
dua kali.
* Penentuan harga barang yang berlaku, karena tidak semua tempat menggunakan harga
yang sama, bergantung pada lokasi, musim, harga dollar, dan lain sebagainya.
* Investasi bruto dan investasi neto, dimana terdapat perbedaan akibat depresiasi,
terutama untuk menghitung investasi yang dilakukan oleh negara.
* Informasi kenaikan harga barang membutuhkan informasi indeks harga. Penentuan
indeks harga itu sendiri memiliki beberapa masalah, seperti penentuan barang yang
akan digunakan dalam perhitungan.

Manfaat Perhitungan Pendapatan Negara atau Nasional

Bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk mendapatkan
data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara
selama satu periode, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat
lain, diantaranya untuk mengetahui dan menelaah struktur perekonomian nasional.
Data pendapatan nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi
negara industri, pertanian, atau negara jasa. Contohnya, berdasarkan pehitungan
pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau
agraris, Jepang merupakan negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di
sektor jasa, dan sebagainya juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya
kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor
pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya. Data tersebut
juga digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu,
membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan
perumusan kebijakan pemerintah.

Faktor yang memengaruhi Pendapatan Nasional

Permintaan dan penawaran agregat


Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap
barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu
daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi
pada berbagai tingkat harga, sedangkan penawaran agregat menunjukkan hubungan
antara keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu.

Konsumsi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan nasional

Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut
akan menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat pengangguran dan
tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan
agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional
(pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran.
Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi akan
menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah pengangguran.

Konsumsi dan tabungan


Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam
suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan
tabungan (saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk
konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat hubungannya. Hal
ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang dikenal dengan psychological
consumption yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan
dengan pendapatan.

Investasi
Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran
agregat.

Data Pendapatan Nasional Negara Indonesia

PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA 2005-2009

Pendapatan Nasional disebut juga Produk Domestik Bruto(PDB) atau Gross Domestic
Product(GDP) adalah “Nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang
diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode dengan menggunakan faktor-
faktor produksi yang berada dalam perekonomian tersebut. Dalam konteks Negara,
Indonesia juga menghitung Pendapatan Nasionalnya dalam kurun waktu 1 tahun/periode.

Studi kasus mengenai pendapatan nasional indonesia

Dari data tersebut bisa kita simpulkan bahwa setiap tahunnya Indonesia mengalami
peningkatan Pendapatan Nasional. Indonesia juga menjadi salah satu negara dengan
PDB terbesar didunia. Pendapatan terbesar berada pada bidang Industri Pengolahan yg
berkisar di atas 25% dari PDB. Pada tahun 2005 Pendapatan Nasional Indonesia
terbesar dipasok dari sektor pertambangan sebesar Rp 491,28 triliuni. Dilihat dari
PDB tanpa Migas juga tidak terpaut jauh dari PDB dengan migas, itu berarti sektor
tersebut memberikan PDB yang cukup besar. Pendapatan Nasional Indonesia terkecil
berada pada sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang berkisar di bawah 1% dari PDB.
Sedangkan mulai dari tahun 2006 hingga 2009 sektor Industri yang paling besar
menyumbang Pendapatan Nasional. Dapat dikatakan bahwa Indonesia saat ini berkembang
menjadi Negara Industri walaupun Indonesia disebut sebagai negara Agraris. Mengapa
demikian ? Indonesia menpunyai peluang besar untuk menjadi Negara Industri dengan
SDM yang ada dan dengan adanya teknologi yang berkembang cukup pesat saat ini.
Dengan menjadikan Industri sebagai tonggak utama Pembangunan dan diberdayakannya
SDM yang ada, bukan tidak mungkin Indonesia dapat menciptakan peluang usaha guna
mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan serta meningkatkan derajat hidup
rakyat banyak.
Menurut VIVAnews – Pendapatan per kapita 2010 diperkirakan naik sekitar US$3.000
atau Rp27 juta per tahun. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman
Heriawan, kenaikan itu disebabkan dua faktor. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang
diperkirakan mencapai sekitar enam persen atau lebih, yang pada gilirannya akan
meningkatkan PDB. Dampaknya akan lebih bagus jika pertumbuhan PDB lebih cepat
dibanding laju pertumbuhan penduduk.

PERBANDINGAN PENDAPATAN NASIONAL

INDONESIA DENGAN NEGARA LAIN

Saya mengambil contoh perbandingan dengan malaysia, dari sisi pendapatan per
kapita, GNP Malaysia US$ 13.740 dan Indonesia US$ 3.830 media Malaysia menyebutkan,
puluhan ribu TKI menyeberang ke Malaysia memburu pekerjaan karena negeri ini jauh
lebih makmur ketimbang Indonesia.

Lantas bagaimana sesungguhnya kondisi ekonomi Indonesia dibandingkan dengan


Malaysia.

Untuk melihat kemakmuran kedua negara, banyak kalangan biasanya menggunakan ukuran
pendapatan kotor per kapita (GNP) sebuah negara. Di sini bisa dibandingkan GNP
antara Indonesia dengan Malaysia.

Jika mengacu pada data World Development Indicators database yang dirilis oleh Bank
Dunia pada 1 Juli 2009, Malaysia berada di urutan ke 79 dengan GNP per kapita
sebesar US$ 13.740 per tahun.

Sedangkan, Indonesia berada di urutan ke 146 dengan GNP per kapita sebesar US$
3.830 per tahun. Itu setara dengan Rp 38 jutaan per tahun.

Itu berarti GNP per kapita Malaysia 3,5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan
Indonesia. Artinya, penduduk Malaysia yang populasinya jauh lebih rendah
dibandingkan dengan Indonesia secara rata-rata lebih makmur dari Indonesia.

Populasi Malaysia pada 2008 sekitar 25 juta orang. Sedangkan jumlah penduduk
Indonesia 240 jutaan orang atau 10 kali lipat dibandingkan penduduk Malaysia.

Namun, jika membandingkan seberapa besar volume ekonominya secara nasional,


Indonesia jauh lebih besar dibandingkan Malaysia. Artinya, dilihat dari sisi
kekuatan ekonomi, Indonesia jauh lebih berpengaruh dibandingkan Malaysia.

Menurut data World Development Indicators database 2008 yang dirilis Bank Dunia
pada 1 Juli 2009, dilihat dari sisi produk domestik bruto (PDB), Indonesia jauh
lebih kaya ketimbang Malaysia. Indonesia berada di urutan ke-19 mengalahkan negara-
negara maju seperti Belgia, Swiss, Swedia, Norwegia, Denmark dan Arab Saudi.

Indonesia berada di bawah China, India, Australia dan Meksiko. Total PDB Indonesia
berdasarkan data Bank Dunia sebesar US$ 514 miliar atau sekitar Rp 5000 triliunan.

Dengan PDB sebesar itu, Indonesia adalah negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di
Asia Tenggara. Karena itu, Indonesia satu-satunya negara yang mewakili Asia
Tenggara dalam forum G-20, kumpulan 20 negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di
dunia. Selain Indonesia, di sini ada pula Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Jepang,
China, India, Rusia hingga Australia.

Sedangkan, kekuatan ekonomi Malaysia jauh berada di bawah Indonesia. Bahkan,


Malaysia juga kalah oleh Thailand, Afrika Selatan, Israel dan Nigeria sekalipun.
Malaysia berada di urutan ke 42 dengan total PDB sebesar US$ 194 miliar atau hampir
Rp 2000 triliunan. Artinya, kue ekonomi nasional Malaysia tidak sampai separuhnya
ekonomi Indonesia.

Dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata minimal 7 persen per tahun, Indonesia


diharapkan bisa mendongkrak pendapatan per kapita masyarakat.

Tak mengherankan, lembaga keuangan dunia seperti PricewaterhouseCoopers


memperkirakan Indonesia bakal menjadi kekuatan ekonomi baru dunia bersama Brazil,
Meksiko, Turki dan Rusia. Ekonomi Indonesia bakal jauh lebih maju dengan pendapatan
per kapita berkali lipat. .(Vivanews)

Pendapatan Nasional Singapura

Pendapatan Nasional Singapura diilustrasikan untuk periode 1998-2008 pada tabel


berikut.

Pendapatan Nasional Bruto (PNB) 1998 2003 2004 2005 2006 2007 2008
GNI dengan Harga Pasar 141,872.9 158,453.6 174,436.6 191,912.4 213,246.2
234,246.2 250,387.9
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Pasar 137,902.4 162,382.1 185,364.5
201,313.3 221,142.8 251,610.1 257,418.5
Laba Bersih Dari Luar Negeri 3970.5 -3928.5 -10927.9 -9400.9 -
7959.7 -17363.9 -7030.6
Disesuaikan pendapatan nasional bersih (dolar AS) di Singapura
Disesuaikan pendapatan nasional bersih (dolar AS) di Singapura adalah
154.009.974.260,18 pada tahun 2009, menurut laporan Bank Dunia, yang diterbitkan
pada tahun 2010. Bersih Disesuaikan pendapatan nasional (dolar AS) di Singapura
dilaporkan di 164.978.993.915,74 pada tahun 2008, menurut Bank Dunia. Halaman ini
termasuk data grafik sejarah, berita dan forecats untuk pendapatan nasional bersih
Disesuaikan (dolar AS) di Singapura. Singapura bersama dengan Hong Kong, Korea
Selatan dan Taiwan adalah salah satu dari Empat Macan Asia. Singapura memiliki
ekonomi pasar bebas sangat maju dan sukses. Ia menikmati PDB per kapita lebih
tinggi dari sebagian besar negara maju. Perekonomian sangat tergantung pada ekspor,
terutama dalam elektronik konsumen, produk-produk teknologi informasi, farmasi, dan
sektor jasa yang tumbuh.
DAMPAK PENDAPATAN NASIONAL UNTUK LUAR NEGRI
Masalah ekonomi sepertinya telah menjadi masalah paling rumit di Indonesia. Bisa
dikatakan demikian karena masalah tersebut tak jua mendapatkan jalan keluar..
Pemerintah terdiri dari presiden ,menteri dan staf-stafnya seringkali dituding
sebagai pihak yang paling bersalah atas ketidak mampuan Indonesia menangani masalah
perekonomian, namun nyatanya setelah beberapa periode pergantian “pemimpin” masalah
Ekonomi tetap saja tidak dapat diperbaiki, bahkan bisa dikatakan semakin parah.

Pendapatan nasional Indonesia menjadi tolak ukur seberapa jauh Indonesia telah
berkembang dari waktu ke waktu, dari segi perbaikan memang jika dilihat dari
pendapatan nasionalnya perekonomian Indonesia dikatakan meningkat, namun ada hal
lain yang juga tak mampu dipungkiri yaitu Hutan Negara Indonesia yang juga
dikatakan semakin meningkat.

Kegagalan Indonesia di masa lalu dalam mengelola utang telah menyebabkan sebagian
masyarakat alergi terhadap utang luar negeri dan menganggapnya sebagai beban yang
harus dibayar mahal. Besarnya utang luar negeri saat ini telah menimbulkan pro
kontra di kalangan masyarakat luas. Adanya utang yang sangat besar tersebut
merupakan suatu ancaman terhadap stabilitas ekonomi dan kemandirian bangsa
Indonesia jika tidak dikelola dengan baik.

Dikarenakan fungsi pendapatan nasional atau pendapatan perkapita membandingkan


tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dan tingkat ekonomi antar Negara, pendapatan
nasional Negara ini yag bisa dikatakan belum pada traf memadai juga dapat membuat
Negara kita menjadi bahan olok-olok Negara lain, kita ambil contoh amerika, tidak
dapat dipungkiri bahwa seringkali pemerintah Indonesia dikatakan “disetir” oleh
amerika, banya diantara kebijakan yang diambil pemerintah duduga memiliki campur
tangan dari amerka, ini terjadi karena amerika merasa Indonesia masih sangat
membutuhkan amerika dalam berbagai bidang perekonomian. Begitu pula dengan Negara-
negara lain yang kebanyakan berasal dari benua eropa dan amerika, Indonesia
dianggap lemah dan membutuhkan banyak bantuan dari luar negeri untuk mengkatkan
perekomiannya.

Tidak semua dampak yang ditimbulkan oleh adanya pendapatan nasional tersebut adalah
dampak buruk, ada dampak baik yang juga dibawa olehnya. Data pendapatan nasional
dapat yang digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industri,
pertanian, atau negara jasa, mengggolongkan Indonesia sebagai negara pertanian atau
agraris membuat hasil bumi Indonesia cukup dikenal berlimpah oleh Negara luar . Ini
meberikan dampak positif yaitu banyaknya Negara luar yang mengimport barang dari
Indonesia, mengingat pentingnya kenaikan tingkat eksport untuk mengukur pendapatan
nasiona tentunya hal ini sangat bermanfaat bagi Indonesia.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Hubungannya yaitu sangatlah erat artinya jika pendapatan nasional tinggi maka
pertumbuhan ekonomi akan semakin maju/ tinggi dan sebaliknya jika pendapatan rendah
maka nilai pertumbuhan ekonom pun rendah
DAFTAR PUSTAKA
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pembangunan-ekonomi-di-indonesia.html
http://andraina_af-fisip12.web.unair.ac.id/
http://perencanaan.ipdn.ac.id/kajian-perencanaan/kajian-perencanaan/
sistemperencanaanpembangunannasionalsppn
http://www.plengdut.com/2013/01/macam-macam-sistem-ekonomi.html
://gatrickflash.wordpress.com/2012/11/17/macam-macam-sistem-ekonomi/
DAFTAR PUSTAKA

http://yanhasiholan.wordpress.com/2011/06/06/pendapatan-nasional-indonesia-2005-
2009/
http://desyrisnawati312.blogspot.com/2011/03/konsep-pendapatan-nasional.html
http://www.bps.go.id/booklet/Boklet_Agustus_2010.pdf
http://yanhasiholan.wordpress.com/2011/06/06/pendapatan-nasional-indonesia-2005-
2009/
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_ekonomi_makro/
bab3_pendapatan_nasional_di_indonesia.pdf
http://www.g-excess.com/3384/teori-ekonomi-makro-dan-pendapatan-nasional/
http://heomicha.blogspot.com/2011/04/pendapatan-nasional-untuk-bagi-luar.html
http://www.tradechakra.com/economy/singapore/national-income-of-singapore-5.php
http://www.tradingeconomics.com/singapore/adjusted-net-national-income-us-dollar-
wb-data.html
http://id.wikipedia.org/wiki/pendapatannasional
http://siteresources.worldbank.org/DATASTATISTICS/Resources/GNI.pdf
http://meta-setiasih.blogspot.com/2009/12/pendapatan-nasional-di-indonesia.html
http://www.scribd.com/doc/14183802/pendapatannasional
http://www.scribd.com/doc/70356482/EKONOMI-MAKRO-Pendapatan-Nasional
http://dhiasitsme.wordpress.com/2011/05/08/pendapatannasional/
http://id.wikipedia.org/wiki/Produk_domestik_bruto
http://www.berita-terbaru.com/berita-nasional/mari-kita-hitung-kaya-mana-indonesia-
vs-malaysia.html
· http://finance.detik.com/read/2010/02/10/131037/1296658/4/pendapatan-per-
kapita-ri-naik-jadi-rp-243-juta-di-2009
http://bisnis.vivanews.com/news/read/197429-mengapa-pendapatan-per-kapita-
indonesia-naik-
Pengaruh Ekspor Pertanian dan Nonpertanian Terhadap Pendapatan Nasional: Studi
Kasus Indonesia Tahun 1981 – 2003 Hidayat Amir Kajian Ekonomi dan Keuangan, Volume
8, Nomor 4 Desember 2004

Anda mungkin juga menyukai