Anda di halaman 1dari 15

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI

MASA ORDE BARU

Disusun oleh:

1. Agung Wahyu Ramadhan


2. Allysa Nurul Shafwa
3. Muhammad Dwi Cahya
4. Ni Made Dyah Gayatri
5. Risma Devi Pebriani

Guru Pembimbing: Andy Harry Kusuma, S.Pd

SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2017-2018


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan
perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak
dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan
ekonomi dan pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian
yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan
mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara
tersebut.Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan
ekonomi. Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih
bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output
produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif,
bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan - perubahan dalam
struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam
lembaga, pengetahuan, dan teknik.
Kebijakan pemerintah mempengaruhi keadaan ekonomi nasional baik secara langsung
maupun tidak langsung. Campur tangan pemerintah di bidang ekonomi sangat diperlukan
baik dalam kebijakan fiscal maupun moneter. Kebijakan fiscal adalah kebijakan yang
digunakan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang sedang dihadapi.
Kebijakan fiscal diartikan sebagai langkah-langkah pemerintah dalam mengubah
pengeluarannya atau pemungutan pajaknya dengan tujuan mengurangi gerak naik turun
tingkat kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu, menciptakan tingkat kegiatan eknomi
dengan tingkat kesempatan kerja yang tinggi, tidak mengalami masalah inflasi, dan selalu
mengalami pertumbuhan ekonomi yang memuaskan.
Harus diakui bahwa orde baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto telah
berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam rentang waktu
yang cukup panjang. Pertumbuhan ini telah menimbulkan dampak positif maupun negatif.
Dalam rangka rehabilitasi dan stabilisasi ekonomi, pemerintah orde baru menerbitkan
kebijakan umum dan khusus, baik jangka panjang maupun pendek. Prioritas utama yang
dilakukan pemerintah adalah memerangi dan menanggulangi hiperinflasi yang mencapai
sekitar 650%.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan kebijakan pembangunan ekonomi pada masa orde baru ?


2. Bagaimana strategi kebijakan pembangunan ekonomi pada masa orde baru ?
3. Apa saja dampak dari kebijakan pembangunan ekonomi masa orde baru ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui perkembangan kebijakan pembangunan ekonomi pada masa orde


baru
2. Untuk mengetahui strategi kebijakan pembangunan ekonomi pada masa orde baru
3. Untuk mengetahui dampak-dampak dari kebijakan pembangunan ekonomi masa orde
baru
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Pada Masa Orde Baru

Pemerintahan Presiden Soekarno pada era Orde Lama dengan kebijakan –


kebijakannya dianggap rakyat Indonesia sebagai kepemimpinan yang kurang
menyenangkan karena krisis ekonomi yang sering melanda. Permasalahan ekonomi,
seperti memburuknya neraca perdagangan dan merosotnya devisa yang sebagian besar
merupakan akibat dari defisit anggaran pemerintah mendorong untuk dilaksanakan sebuah
“gebrakan” baru untuk mengatasi masalah - masalah yang melilit rakyat Indonesia tersebut
yang disebabkan kebijakan Soekarno yaitu anti - bantuan asing dan blokade terhadap
kreditor dan investor modal asing di dalam negeri.
Kebijakan - kebijakan Soekarno pun tumbang karena banyak masyarakat yang kecewa
terhadap sosialisme ala Indonesia versi Soekarno. Bersamaan dengan runtuhnya rezim
Soekarno, hilanglah slogan “politik sebagai panglima” yang dicanangkan oleh para
pendukung rezim itu, dan muncullah slogan baru “ekonomi sebagai panglima” yang
diciptakan oleh para pembuat pendapat umum yang sebelumnya ditindas oleh rezim
tersebut (Mas’oed 1989). Pendapat umum tersebut menekankan pada kebijakan
pembangunan ekonomi oleh pimpinan Orde Baru.Strategi ekonomi Orde baru berorientasi
pada kemungkinan swasta untuk berperan aktif dalam sistem ekonomi negara dan
pemanfaatan modal asing. Sturuktur social - ekonomi secara radikal dan mengabaikan
modal asing yang dipegang teguh pada masa pemerintahan Soekarno tidak lagi diterapkan,
namun berubah haluan dengan mengangap ekonomi gaya kapitalis diperlukan demi
stabilisasi, rehabilitasi, dan pembangunan. Orde Baru berdiri sebagai tonggak awal
kebutuhan akan modal asing dan melonggarkan arus investasi dan kreditor asing masuk
dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dalam negeri.
Dalam tulisan Mochtar Mas’oed (1989) disebutkan bahwa kebijakan pemerintah Orde
Baru dibuat dengan peraturan-peraturan dalam rangka mengubah tata cara pengelolan
ekonomi Indonesia. Peraturan-peraturan tersebut antara lain kebijaksanaan fiskal yang
mengatur pemotongan belanja pada APBN, perbaikan pengumpulan pajak seperti bea
masuk, pajak langsung, pajak pembelian dan penjualan, penghapusan subsidi dan
penyesuaian harga. Pada kebijaksanaan moneter, diciptakan suatu kebijaksanaan
pengetatan peredaran uang, tabungan deposito untuk mengendalikan peningkatan inflasi,
penanaman modal asing, serta pengembalian perusahaan - perusahaan yang diambil alih
oleh rezim sebelumnya.Selain itu juga kebijakan peningkatan liberalisasi perdagangan luar
negeri serta debirokratisasi dan detatisasi. Dalam tulisan Anne Booth (1999, 121) juga
disebutkan bahwa secara historis, Orde Baru berdampak pada transformasi struktural di
Indonesia yang melibatkan beberapa jenis industralisasi, proses produk agrikultural dan
sumber daya alam, substitusi impor untuk pasar domestik, dan manufaktur ekspor labor-
intensive.
Dari penjabaran di atas bisa diringkas bahwa ada dua pendekatan dalam menstabilkan
dan membangun ekonomi Indonesia pasca kemerdekaan yang dilaksanakan pada dua era
pemerintahan pemimpin yang berbeda. Kedua pendekatan tersebut adalah “berorientasi ke
luar”, yang berarti melakukan stabilisasi dan pembangunan ekonomi Indonesia dengan
memanfaatkan sumber - sumber luar negeri, sedangkan pendekatan pengkitiknya yaitu
“berorientasi ke dalam”, yang berarti stabilisasi dan pembangunan ekonomi dengan
memperkuat masyarakat bisnis pribumi, sedangkan bantuan dan investasi asing
dimanfaatkan dengan cara yang sangat hati - hati (Mas’oed 1989, 94 - 95).
Kendati kebijakan “berorientasi ke luar” yang diterapkan pada era Orde Baru bisa
dikatakan berhasil dengan indikasi peningkatan pendapatan ekspor yang mampu
mengimbangi deficit -defisit yang ada pada Orde Baru serta pencapaian salah satu tujuan
stabilisasi, yakni pengendalian inflasi dalam jangka pendek, namun kebijakan ini juga
berdampak negatif bagi sebagian rakyat Indonesia. Masalah baru muncul, antara lain
bertambahnya jumlah pengangguran dan setengah - pengangguran masalah kebangkrutan
bisnis pribumi terutama yang menjalankan industri skala menengah dan kecil akibat tak
mampu bersaing dengan produk impor yang gencar masuk ke dalam negeri, munculnya
pengusaha dukungan negara, serta muncul berbagai macam protes dan tekanan. Ironis
memang ketika terlihat berbagai pencapaian positif dari kebijakan ekonomi yang
“berorientasi ke luar” namun dalam waktu yang sama juga menciptakan kondisi yang
memprihatinkan bagi rakyat Indonesia sendiri. Namun tak dapat dipungkiri bahwa dalam
sistem ekonomi neoliberal dewasa ini memang keterlibatan modal asing dalam
perkembangan ekonomi Indonesia tetap dibutuhkan, sehingga bisa diasumsikan bahwa
orientasi yang efektif bagi Indonesia saat ini adalah kebijakan ekonomi “berorientasi ke
luar” meskipun tidak sepenuhnya kebijakan tersebut membawa dampak positif.
Dalam perkembangan pembangunan ekonomi ke depannya, yaitu pasca - reformasi,
selain kebijakan “berorientasi ke luar”, industrialisasi menjadi kebijakan lain yang harus
dilaksanakan. Industrialisasi adalah langkah awal untuk membawa perekonomian ke arah
yang lebih maju.Industrialisasi bertujuan memajukan sektor industri, sektor pertanian dan
bidang-bidang lainnya, termasuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Selain
itu, kebutuhan untuk memperbaiki infrastruktur dan pendidikan yang lebih baik juga perlu
menjadi prioritas untuk mencapai kesejahteraan rakyat.
Pada tahun 2020, Indonesia akan menjadi negara berdaulat selama tujuh dekade,
namun masih dipertimbangkan mengalami ketertinggalan dari ekonomi yang telah maju di
Eropa Barat, Amerika Utara, dan Asia Timur Laut. Indonesia mungkin akan melebihi
Malaysia atau Thailand atau Singapura. Bahkan jika tujuan ambisius dari rencana
perkembangan tersebut tercapai (seperti yang terencanakan sebelum terjadi crash pada
1997-1998), Indonesia akan tetap menjadi seperti dalam standard World Bank tahun 1977,
yakni sebuah negara dengan pendapatan menengah ke bawah (Booth 1999, 134). Oleh
karena itu dibutuhkan strategi baru untuk mendukung perkembangan pembangunan
ekonomi Indonesia yang benar-benar relevan dan sempurna dengan dampak negatif
seminimal mungkin demi tercapainya kesejahteraan rakyat dan kemajuan ekonomi
Indonesia di masa depan. Kebijakan tersebut berupa perlawanan terhadap gaya Soeharto
“crony capitalism” yang akan mendorong proses reformasi ke arah pencapaian pasar yang
lebih transparan, efisien, dan impartial productive (Boesuk 1999, 166-167).

B. Strategi Kebijakan Pembangunan Ekonomi Pada Masa Orde Baru

1. Mengembangkan koridor pembangunan ekonomi Indonesia dengan cara membangun


pusat-pusat perekonomian di setiap pulau. Selain mengembangkan klaster industri berbasis
sumber-sumber superior.Baik komoditas maupun sektor. Koridor pembangunan ekonomi
Indonesia terbagi dalam empat tahap :
a. Mengindentifikasikan pusat - pusat perekonomian, misalnya ibukota provinsi
b. Menentukan kebutuhan pengubung antara pusat ekonomi tersebut, seperti trafik
barang.
c. Validasi untuk memastikan sejalan dengan pembangunan nasional, yakni pengaturan
area tempat tinggal dengan sistem infrastruktur serta fasilitas.
d. Menentukan hubungan lokasi sektor fokus, guna menunjang fasilitas.Misalnya
menghubungkan area pertambangan dengan kawasan pemrosesnya.

2. Memperkuat hubungan nasional baik secara lokal maupun internasional. Hal ini bisa
mengurangi biaya transaksi, menciptakan sinergi antara pusat - pusat pertumbuhan dan
menyadari perlunya akses - akses ke sejumlah layanan. Seperti intra dan inter -
konektivitas antara pusat pertumbuhan serta pintu perdagangan dan pariwisata
internasional. Integrasi ekonomi merupakan hal terbaik untuk mencapai keuntungan
langsung dari konsentrasi produksi.Serta dalam jangka panjang, meningkatkan standar
kehidupan.
Saat ini, aktivitas ekonomi Indonesia terpusat di kota - kota, khususnya Jawa dan
Sumatra. Fasilitas transportasi yang bisa menyebabkan area industri tak menjangkau
pelosok.Pada jangka pendek, proyek-proyek yang perlu dibangun di Jawa adalah
TransJawa, TransJabodetabek, kereta jalur dua, Tanjung Priok. Pembangunan tersebut
diharapkan bisa berdampak langsung mengurangi kemiskinan di Jawa yang melebihi 20
juta jiwa, dua kali populasi miskin Sumatra yang sekitar tujuh juta jiwa. Pembangunan
infrastruktur di Jawa bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi.

3. Mempercepat kapabilitas teknologi dan ilmu pengetahuan nasional atau Iptek. Selain tiga
strategi utama ini, juga ada beberapa strategi pendukung seperti kebijakan investasi,
perdagangan dan finansial.Beberapa elemen utama di sektor Iptek adalah meningkatkan
kualitas pendidikan termasuk pendidikan kejuruan tinggi serta pelatihannya. Meningkatkan
level kompetensi teknologi dan sumber daya ahli. Peningkatan aktivitas riset dan
pengembangan, baik pemerintah maupun swasta, dengan memberikan insentif serta
menaikkan anggaran.Kemudian mengembangkan sistem inovasi nasional, termasuk
pembiayaannya.Saat ini, masalah utama yang dihadapi adalah kemampuan riset dan
pengembangan yang digunakan untuk mencari solusi teknologi.Kemampuan pengguna
untuk menyerap teknologi yang ada.Serta transaksi antara riset dan pengembangan sebagai
pemasok solusi teknologi dengan penggunanya tak terbangun dengan baik.

C. Dampak Dari Kebijakan Pembangunan Ekonomi Masa Orde Baru


Dalam setiap kebijakan pasti akan menimbulkan banyak dampak baik itu dampak positif
maupun dampak negative, begitu juga dengan kebijakan pembangunan ekonomi masa orde
baru yang mempunyai beberapa dampak diantaranya sebagai berikut :
Dampak Positif :
1. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan
pemerintah terencana dengan baik dan hasilnya pun dapat terlihat secara konkrit.
2. Indonesia mengubah status dari negara pengimpor beras terbesar menjadi bangsa
yang memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras).
3. Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan rakyat.
4. Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar yang
semakin meningkat.
5. Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan
pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000.
6. Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia
7. Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri
8. Pengangguran minimum

Dampak Negatif :
a. Kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih
650 % setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan
yang telah direncanakan pemerintah.
b. Perbedaan ekonomi antardaerah, antargolongan pekerjaan, antarkelompok dalam
masyarakat terasa semakin tajam.
c. Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (Marginalisasi sosial)
d. Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme)
e. Pembagunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil
kalangan masyarakat, pembangunan cenderung terpusat dan tidak merata.
f. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi
kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang demokratis dan berkeadilan.
g. Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tapi secara fundamental pembangunan
ekonomi sangat rapuh.
h. Pembagunan tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah
yang justru menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan
Irian. Faktor inilahh yang selantunya ikut menjadi penyebab terpuruknya
perekonomian nasional Indonesia menjelang akhir tahun 1997.
i. Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan
antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar
disedot ke pusat
j. Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan,
terutama di Aceh dan Papua
k. Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh
tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada dua pendekatan dalam menstabilkan dan membangun ekonomi Indonesia pasca
kemerdekaan yang dilaksanakan pada dua era pemerintahan pemimpin yang berbeda.
Kedua pendekatan tersebut adalah “berorientasi ke luar”, yang berarti melakukan
stabilisasi dan pembangunan ekonomi Indonesia dengan memanfaatkan sumber-sumber
luar negeri, sedangkan pendekatan pengkitiknya yaitu “berorientasi ke dalam”, yang
berarti stabilisasi dan pembangunan ekonomi dengan memperkuat masyarakat bisnis
pribumi, sedangkan bantuan dan investasi asing dimanfaatkan dengan cara yang sangat
hati-hati.

Adapun strategi kebijakan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut :


1. Mengembangkan koridor pembangunan ekonomi Indonesia dengan cara membangun
pusat-pusat perekonomian di setiap pulau. Selain mengembangkan klaster industri berbasis
sumber-sumber superior, baik komoditas maupun sektor.
2. Memperkuat hubungan nasional baik secara lokal maupun internasional. Hal ini bisa
mengurangi biaya transaksi, menciptakan sinergi antara pusat-pusat pertumbuhan dan
menyadari perlunya akses-akses ke sejumlah layanan.Seperti intra dan inter-konektivitas
antara pusat pertumbuhan serta pintu perdagangan dan pariwisata internasional.
3. Mempercepat kapabilitas teknologi dan ilmu pengetahuan nasional atau Iptek. Selain tiga
strategi utama ini, juga ada beberapa strategi pendukung seperti kebijakan investasi,
perdagangan dan finansial
Beberapa dampak dari kebijakan pembangunan ekonomi masa orde baru, sebagai berikut :

Dampak Positif :
a. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan pemerintah
terencana dengan baik dan hasilnya pun dapat terlihat secara konkrit.
b. Indonesia mengubah status dari negara pengimpor beras terbesar menjadi bangsa yang
memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras).
c. Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan rakyat.
d. Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar yang semakin
meningkat.
e. Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada
1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000.
f. Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia
g. Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri
h. Pengangguran minimum

Dampak Negatif :
1. Kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih
650 % setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan
yang telah direncanakan pemerintah.
2. Perbedaan ekonomi antardaerah, antargolongan pekerjaan, antarkelompok dalam
masyarakat terasa semakin tajam.
3. Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (Marginalisasi sosial)
4. Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme)
5. Pembagunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil
kalangan masyarakat, pembangunan cenderung terpusat dan tidak merata.
6. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi
kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang demokratis dan berkeadilan.
7. Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tapi secara fundamental pembangunan
ekonomi sangat rapuh.
8. Pembagunan tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah
yang justru menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan
Irian. Faktor inilahh yang selantunya ikut menjadi penyebab terpuruknya
perekonomian nasional Indonesia menjelang akhir tahun 1997.
9. Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan
antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar
disedot ke pusat
10. Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan,
terutama di Aceh dan Papua
B. Saran

Sebagai warga Negara yang baik, sebaiknya kita atau jika saya boleh mengatakan
harus maka kita harus turut mendukung serta ikut berpartisipasi dalam penerapan
kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah maka dari itu kepada pembaca
sekalian alangkah baiknya jika kita memberikan kritik atau saran kepada pemerintah untuk
menciptakan kebijakan-kebijakan yang lebih baik dari sebelumnya melalui media-media
yang telah disediakan.
Daftar Pustaka

Asril. “Kebijakan Ekonomi Orde Baru”. Diakses 2 Oktober 2017.


(http://wartasejarah.blogspot.co.id/2014/12/kebijakan-ekonomi-orde-baru.html?m=1)
Blog Pendidikan Indonesia. “Pembangunan Ekonomi di Indonesia”. Diakses 2 Oktober
2017. (http://www.sarjanaku.com/2012/12/pembangunan-ekonomi-di-indonesia.html).
Institut Pemerintahan Dalam Negeri. “Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional”.
Diakses 2 Oktober 2017. (http://perencanaan.ipdn.ac.id/kajian-
perencanaan/kajianperencanaan/sistemperencanaanpembangunannasionalsppn)
Ismail, Athaya. “Makalah Kebijakan Pembangunan Ekonomi. Diakses 2 Oktober 2017.
(http://athayaismail.blogspot.co.id/2014/09/makalah-kebijakan-pembangunan-
ekonomi.html?m=1)
Lampiran Pertanyaan
Moderator : Agung Wahyu Ramdhan
Sesi 1
1. Bagaimana kebijakan pemerintah orde baru salam memulihkan perekonomian dan
politik di Indonesia? (Okta Permata Sari)
2. Apa saja perbedaan asas-asas yang member corak dan watak kepada pembangunan
di masa orde baru? (Ria Lestari)
3. Apa maksud dari stabilitas nasional yang sehat dan dinamis dalam Trilogi
Pembangunan? (Enjang Purwati)
Jawab
1. Dengan pelaksanaan program jangka panjaang 25 tahun pelita I sampai pelita VI.
Salah satu contohnya adalah dalam pelaksanaan pelita I di bidang pertanian dimana
produksi mengalami peningkatan produksi beras rata-rata 4% setahun yang
menjadikan Indonesia menjadi negara swasembada pangan. Di bidang politik
sendiri mencapai kestabilan dengan stabilnya perekonomian yang
mempengaruhinya. (Ni Made Dyah Gayatri)
2. Asas manfaat yaitu pembangunan harus memiliki manfaat dalam pertumbuhan
ekonomi.
Asas usaha bersama yaitu pembangunan tidak hanya dilakukan oleh 1 pihak saja
tapi oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Asas demokrasi yaitu pembangunan yang mengutamakan kepentingan bersama.
Asas adil dan merata yaitu pembangunan dilakukan secara adil dan merata di
seluruh wilayah Indonesia.
Asas perikehidupan dan keseimbangan yaitu pembangunan yang memerhatikan
beberapa faktor seperti jika dilakukan dengan keterpaksaan tidak dengan
keseimbangan maka dapat menimbulkan kerugian pada bidang lain
Asas kesadaran hukum yaitu pembangunan yang berpedomanpada hukum.
Asas kepercayaan diri yaitu pembangunandilakukan dengan optimis secara matang
dan tanpa paksaan dari pihak lain.
(Allysa Nurul Shafwa)
3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis maksudnya adalah bahwa program-
program yang dilakukan pemerintah dapat berjalan dengan baik, stabil serta dengan
pergerakan yang lancar dan berkelanjutan. (M. Dwi Cahya)
Sesi II
1. Sebutkan dampak positif industrialisasi! (Reggi Agustin)
2. Mengapa terjadi krisis ekonomi pada pelita VI yang menyebabkan perekonomian
nasional menjadi runtuh? (Dimas Nugroho)
3. Strategi stabiilitas nasional yang sehat dan bersih apakah sudah berjalan sesuai
rencana?
Jawab
1. Dampak positif
1. Mampu membuka lapangan kerja baru
2. Menghasilkan kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat
3. Memperluas penggunaan barang mentah
4. Menambah penghasilan penduduk
5. Mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap negara lain
(Allysa Nurul Shafwa)
2. Karena adanya korupsi di kalangan pemerintah orde baru yang disebabkan oleh
munculnya crony capitalism ( kaum kapitalis di pemerintahan berdasar atasa
kekeluargaan). Kemudian banyaknya hutang-hutang pada bank swasta luar negeri
semakin memperburuk keadaan. Hutang-hutang tersebut tidak diperkirakan
sebelumnya karena pemerintah terlalu mengabaikan saran dari kelompok
masyarakat yang bergerak di bidang perbankan. (Ni Made Dyah Gayatri)
3. Pada pelita I sampai V, perekonomian berjalan lancar dan stabil. Namun pada
pelita VI, terjadilah krisis ekonomi yang menyebabkan pembangunan nasional
runtuh dan tidak stabil. (Risma Devi Pebriani)

Anda mungkin juga menyukai