Anda di halaman 1dari 3

Latar belakang

Pembunuhan Engeline Megawe merupakan peristiwa kekerasan terhadap


anak perempuan berusia delapan tahun yang terjadi di Kota Denpasar,Bali pada tanggal 16
Mei 2015. Peristiwa ini menjadi populer dalam berbagai media di Indonesia diawali dengan
pengumuman kehilangan anak tersebut (semula disebut Angeline)  dari keluarga angkatnya
melalui sebuah laman di facebook berjudul "Find Angeline-Bali's Missing Child".
Besarnya perhatian dari berbagai pihak membuat terungkapnya kenyataan bahwa
Engeline selama ini tinggal di rumah yang tidak layak huni dan mendapat pengasuhan yang
kurang baik dari orangtua angkatnya bahkan mendapatkan penyiksaan baik fisik maupun
mental. Akibat sikap yang sangat tertutup dan tidak kooperatif dari ibu angkatnya, Margriet
Christina Megawe berusia 62 tahun, memunculkan dugaan bahwa Engeline hilang bukan karena
diculik melainkan karena dibunuh. Dugaan itu muncul ketika sebelum jenazahnya ditemukan.
Jasad Angeline kemudian ditemukan terkubur di halaman belakang rumahnya di Jalan Sedap
Malam, Denpasar, Bali, pada hari Rabu tanggal 10 Juni 2015, dalam keadaan membusuk tertutup
sampah di bawah pohon pisang setelah polisi mencium bau menyengat dan melihat ada
gundukan tanah di sana. Selanjutnya polisi menyelidiki lebih mendalam dan menetapkan dua
orang tersangka pembunuh, yaitu Agus Tay Hamba May (pembantu rumah tangga) dan Margriet
Christina Megawe (ibu angkatnya).
Penyelesaian kasus Angeline ditandai dengan Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Denpasar, Bali, memvonis Ibu angkat Angeline, Margriet Christina Megawe dengan hukuman
penjara seumur hidup. Margriet dinyatakan terbukti membunuh Angeline secara berencana.
Vonis hakim ini sesuai dengan tuntutan jaksa. Jaksa mengatakan Margriet melanggar pasal 340
KUHP dan dakwaan kedua melanggar pasal 76 ayat 1 Juncto Pasal 88 Undang-Undang 35 Tahun
2014 tentang perlindungan Anak, dan dakwaan ketiga melanggar pasal 76B jo pasal 77 UU
Perlindungan Anak.
Selain Margriet, Agus Tam Hamda May juga divonis 10 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri
Denpasar, Agus terbukti bersalah membantu pembunuh untuk menyembunyikan kematian
jenazah Angeline.
Penyelesaian kasus pembunhan Angeline sudah cukup tepat, karena sesuai dengan ketentuan
undang-undang. Diharapkan kedepannya integritas penegak hukum lebih baik, sehingga kasus
HAM yang terjadi dapat terselesaikan dengan baik.

Yang terjadi kepada angeline sendiri ini berupa kasus pelanggaran Hak Asasi Anak
diantaranya pelecehan seksual, penganiayaan, serta pembunuhan

Berdasarkan hasil penyeldikan kasus ini, ditemukakan bahwa factor yang menyebabkan
seseorang rela menghabisi nyawa orang lain karena warisan..

Berdasarkan kasus ini ada beberapa solusi yang dapat kita gunakan untuk mengatasi
kasus-kasus pelanggaran HAM pada anak, dengan kembali menegaskan hukum mengenaik Hak
Asasi Anak, sosialisasi tentang kejahatan terhadap anak, juga memberikan pengetahuan kepada
anak serta cara melindungi diri dari berbagai kejahatan, mulai dari penculikan,pelecehan,
bullying, sampai pembunuhan. Dengan begitu, diharapkan kejahatan terhadap anak dapat
berkurang dan perasaan aman dan nyaman diantara anak dapat meningkat.

SEBAB TERJADINYA PELANGGARAN HAM

Melihat perkembangan zaman sekarang kasus pelanggaran HAM semakin hari semakin
meningkat, kita dapat melihat di media, yang memberitakan banyak peristiwa seperti kasus
penganiayaan terhadap anak dibawah umur, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan,
penyiksaan yang berlebihan.
Setiap manusia memiliki hak untuk hidup atau sering disebut hak asasi manusia, mereka
berhak mendapat perlindungan di mata hukum. Namun hak asasi yang dimiliki oleh manusia
dibatasi oleh hak asasi manusia lainnya.
Seharusnya apabila mereka paham dengan hal di atas, selayaknya tidak seorangpun yang
boleh melanggar hak asasi manusia. kemudian menjadi pertanyaan besar mengapa pelanggaran
hak asasi masih banyak terjadi? Ada beberapa faktor sebab terjadinya Pelanggaran HAM sebagai
antara lain :

1. Faktor internal (faktor - faktor yang berasal dari dalam diri seseorang)
 Belum seimbangnya pelaksanaan hak asasi dan kewajiban asasi
 Belum adanya kesepahaman dan kesamaan mengenai konsep HAM
 Sikap individualisme
 Kurangnya kesadaran tentang HAM
 Rendahnya sikap toleransi
2. Faktor eksternal (faktor - faktor yang berasal dari luar diri seseorang)
 Lemahnya dan kurang berfungsinya lembaga-lembaga penegak hukum seperti polisi,
jaksa, dan pengadilan yang kurang maksimal dalam upaya penegakan HAM bagi pelaku
pelanggaran HAM. Penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan untuk kepentingan individu atau
kelompok terhadap kekuasaan yang kadang melegalkan segala cara, bahkan tidak masalah jika
harus melakukan pelanggaran HAM
 Penyalahgunaan kemajuan teknologi seperti melalui media televisi, surat kabar, telepon,
dan internet yang dapat menyebabkan kasus penculikan, pemerasan, bahkan berujung
pembunuhan, banyak memanfaatkan media ini.
 DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/claudianatasha/56360c384d7a6119141f84d8/kasus-angeline-
kasus-kompleks-pelanggaran-hak-asasi-anak

http://digilib.unila.ac.id/6264/14/BAB%20II.pdf

https://news.okezone.com/read/2016/02/04/340/1305142/jaksa-beberkan-motif-pembunuhan-
angeline

Anda mungkin juga menyukai