Dikerjakan Oleh:
Periati Ginting
5616220044
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCASILA
1
JALAN SRENGSENG RAYA - JAKARTA SELATAN
Nilai : ( )
Dosen Pengampu:
H. DJAFAR AL BRAM
Dr. (USU), SH., MH., SE., MM., Bc.KN., CPM., S.AP., M.AP., M.IP. (UI)
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Indonesia Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
4
bernegara didominasi dan ditentukan dari besarnya penerimaan pajak. Dari tahun
ke tahun terlihat bahwa penerimaan pajak terus meningkat dan memberi andil
besar dalam penerimaan negara, oleh sebab itu penerimaan dari sektor pajak selalu
dikatakan primadona dalam membiayai pembangunan nasional. 2
2
http://saveindonesiakita.blogspot.co.id/2014/05/peran-pajak-dalam-pembangunan-negara.html,
Irvan Mulana, diunduh tanggal 27 Maret 2017
3
Pajak menjadi salah satu sektor pendapatan yang diandalkan oleh negara. Bagaimanapun melalui
sektor pajaklah, Indonesia mampu menggerakkan perekonomiannya hingga saat ini. Peran pajak
di Indonesia sendiri cukup vital,karena sejumlah pembangunan daerah diseluruh Indonesia
memang masih mengandalkan sektor pajak untuk membiayai itu semua. Sebut saja pembangunan
sarana dan pra-sarana umum seperti jembatan, jalan raya, rumah sakit atau puskesmas,pasar dan
sarana pendidikan seperti sekolah, dan pengadaan alutsista kemiliteran. Pajak memberi manfaat
agar setiap lapisan masyarakat akan mendapatkan rasa yang aman dan nyaman. Hal ini
dikarenakan subsidi-subsidi barang primer atau sekunder yang saat ini dibutuhkan masyarakat
juga berasal dari pajak.
4
Bambang S, Pengawasan Intensifikasi Pembayaran PPh pasal 21dalam upaya Intensifikasi pada
KPP Solo , Surakarta: Skripsi UMS, 2004, hlm.16
5
John dan Thomson, Flash Pajak Penghasilan Orang Pribadi 2006, Jakarta : PT. Natio Info
Solusindo, , 2005, hlm 32
5
juga merupakan cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai
pembangunan. Jenis pungutan di Indonesia terdiri dari pajak Negara (pajak pusat),
pajak daerah, retribusi daerah, bea dan cukai dan penerimaan Negara bukan pajak.
Salah satu pos Penerimaan Asli Daerah (PAD) dalam anggaran pendapatan belanja
6
daerah (APBD) adalah pajak daerah.
Dari pemaparan di atas, betapa pentingnya peran dan fungsi pajak dalam
pembangunan dan kemajuan perekonomian Bangsa. Ketertiban dan kemajuan
bidang perpajakan integral dengan pembangunan nasional. Namun dalam
kenyataannya sering pula kita kita lihat hal-hal yang bertentangan dengan rule-rule
yang telah digariskan. Contoh di lapangan misalnya pejabat pajak
menyelewengkan pajak atau mengkorupsi uang pajak, manipulasi pajak. Disisi
6
Irvan Mulana, Op.Cit.
7
Imam Wahyutomo. Pajak. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1994. hlm.7-8
6
Wajib Pajak, tidak jarang kita temui juga wajib Pajak yang nakal dan tidak jujur
dalam pelaporan pajaknya dan lebih seringnya tidak terkontrol. Dengan demikian
tujuan sebagaimana digaraiskan di awal sulit untuk dicapai. Oleh karena itu untuk
mengethui lebih detail dan jelas maka, dalam Makalah ini penulis akan untuk
mengkaji tentang: Peran Pajak Bagi Pembangunan Nasional Untuk
Kesejahteraan Rakyat
8
Penulis menggunakan Format Makalah berdasarkan buku panduan Tesis Program Magister Ilmu
Hukum Universitas Pancasila. Lihat. Buku Pedoman Penyusunan Tesis Program Magister Ilmu
Hukum Fakultas Hukum, Jakarta: Universitas Pancasila. Jakarta, 2013.
9
Ibid. UUD 1945
10
Pajak memiliki salah satu fungsi, yaitu fungsi budgetair (sumber penerimaan negara). Pajak
merupakan sumber utama pendapatan negara. Fungsi penting ini telah berjalan sejak zaman
kerajaankerajaan, pemerintahan Hindia Belanda, pemerintahan pendudukan Jepang, dan juga
sejak masa kemerdekaan sampai sekarang, disunting pada tanggal 27 Maret 2017.
7
1.3. Pertanyaan Penelitian11
Dari uraian di atas, maka penulis akan mengkaji dan menganalisis tentang
Konsep Pajak beserta landasarn teorinya dan peran serta fungsinya dalam
pembangunan di Indonesia. Penelitian akan dibatasi dengan kerangka masalah
sebagai berikut:
Ada dua tujuan dari penelitian ini yaitu Tujuan Umum dan Tujuan Khusus.
Tujuan Umum, selain untuk memenuhi kewajiban mahasiswa memenuhi tugas Mata
Kuliah Hukum Pajak pada Semester dua di Program Studi Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Pancasila yaitu Penulis ingin meneliti dan belajar serta mengetahui lebih terang
dan jelas tentang konsep perpajakan dan peran pajak daam pembangunan Nasional.
1. Manfaat Keilmuan
- Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan
11
Pertanyaan penelitian adalah pertanyaan masalah dalam istilah standar makalah umum, istilah
pertanyaan penelitian digunakan berdasarkan buku panduan Tesis Program Magister Ilmu Hukum
Universitas Pancasila. Lihat. Buku Pedoman Penyusunan Tesis Program Magister Ilmu Hukum
Fakultas Hukum, Jakarta: Universitas Pancasila. Jakarta, 2013.
8
cukup jelas bagi pengembangan disiplin ilmu hukum pada umumnya dan hukum
perdata pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
Sumber data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang
terdiri dari:
1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni: Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Ketentuan Umum Perpajakan,
sumber peraturan perundang-undangan lain yang mengatur tentang topik yang
dibahas.
2) Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer, buku – buku, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum
12
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), 2005.
hlm. 96.
9
yang termuat dalam media massa, internet dengan menyebut nama situsnya, serta
artikel – artikel yang relevan dengan topik penelitian.
3) Bahan tertier adalah bahan pendukung di luar bidang hukum seperti kamus
ensiklopedia atau majalah yang terkait dengan Perikatan yang timbul dari Kuasa.
10
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.13
“Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung
dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
13
Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum
Dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2009, Bab I Pasal 1 Angka 1.
14
Mardiasmo, 2009, Pajak dan Perpajakan, Yogyakarta: Andi, hlm. 1.
11
Perubahan Atas Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat
Paksa Dan Pelaksanaan Penagihan Seketika Dan Sekaligus.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2010 Tentang Prosedur Penerbitan
Kembali Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, Dan Atau Surat Tagihan Pajak.
9. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-82/PJ/2010 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-
36/PJ/2010 Tentang Prosedur Penerbitan Kembali Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Dan Atau
Surat Tagihan Pajak.
15
Muhammad Rusjdi, 2007, PPh Pajak Penghasilan, Jakarta: Indeks, hlm. 17.
16
Mardiasmo, Op. Cit, hlm. 13.
12
dan keadilan sosial”. Berbagai ketentuan masalah ekonomi dan kesejahteraan
rakyat terdapat didalam pasal-pasal 27 ayat (2), 31, 32, 33, dan 34. Pasal 27 ayat
(2) menentukan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, Pasal 31 menentukan bahwa tiap-tiap
warganegara berhak mendapat pengajaran. Sementara itu, Pasal 32 menentukan
mengenai tugas pemerintah untuk memajukan kebudayaan nasional, dan pasal 34
menentukan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Sedang pasal 33 mengatur mengenai masalah ekonomi, yang menganut sistem
kekeluargaan, dan menentukan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi
rakyat dan bumi dan air, dan kekayaan alam yang ada diatasnya dikuasai oleh
negara.
17
UUD 1945, Op.Cit.
13
Setelah amandemen atas UUD 1945, khususnya dengan amandemen
kedua, pasal-pasal mengenai ekonomi dan kesejahteraan rakyat ditambah, yaitu
dengan pasal 28H yang berbunyi:
1. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
4. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.18
Dari uraian tersebut di atas, menurut penulis dapat disimpulkan bahwa Neagara
Indonesia menganut paham Welfare State atau Negara Kesejahteraan (paling tidak
dalam tataran das sollen).
18
UUD 1945, Op.Cit., Pasal 28
14
hukum bukan lagi memobilisasi dan mengalokasikan sumber-sumber daya alam,
melainkan diserahkan kepada pemerintah dalam kerangka negara kesejahteraan.19
Didalam UUD 1945, kesejahteraan sosial menjadi judul khusus Bab XIV
yang didalamnya memuat Pasal 33 tentang sistem perekonomian dan Pasal 34
tentang kepedulian negara terhadap kelompok lemah (fakir miskin dan anak
telantar) serta sistem jaminan sosial. Ini berarti, kesejahteraan sosial sebenarnya
merupakan flatform sistem perekonomian dan sistem sosial di Indonesia.
Sehingga, sejatinya Indonesia adalah negara yang menganut faham “Negara
Kesejahteraan" (welfare state) dengan model “Negara Kesejahteraan Partisipatif”
(participatory welfare state) yang dalam literatur pekerjaan sosial dikenal dengan
istilah Pluralisme Kesejahteraan atau welfare pluralism. Model ini menekankan
bahwa negara harus tetap ambil bagian dalam penanganan masalah sosial dan
penyelenggaraan jaminan sosial (sosial security), meskipun dalam
operasionalisasinya tetap melibatkan masyarakat.21 Sedangkan menurut Mubyarto,
Kedua pasal tersebut merupakan suatu hubungan kausalitas yang menjadi dasar
disahkannya UUD 1945 oleh para pendiri negara, karena baik buruknya
19
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, hlm. 135.
20
M. Yamin Tahun 1959 dalam Naskah Persiapan UUD 1945: Risalah Sidang BPUPKI/PPKI,
Sekretariat Negara RI, Jakarta, hlm. 299, disunting di website:
http://skripsiane.blogspot.co.id/2012/10/negara-kesejahteraan.html, pada tanggal 31 Maret 2017.
21
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial, Teks 9
Januari 2008, h. 34 dapat diunduh di URL : http://www.dniks.org/newsletter/NA-ruu-kesos-
20080109.pdf
15
Perekonomian Nasional akan ikut menentukan tinggi rendahnya Kesejahteraan
Sosial.22
22
Ibid.
23
Negara modern sebagai personifikasi dari tata hukum merupakan bentuk penyederhanaan atau
generalisasi yang dilakukan Hans Kelsen berdasarkan perspektif teori hukum murni, dimana
negara hanya dipandang sebagai fenomena hukum, sebagai badan hukum, yakni korporasi. Lihat
dalam Hans Kelsen, 2010, Teori Umum Hukum dan Negara : Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif
Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-Empirik, Alih bahasa oleh : Soemardi. Cet, III. Bee Media
Indonesia, Bandung, h. 225.
24
Skripsiane. Op.Cit.
25
John Rawls, A Theory of Justice – Teori Keadilan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 3
16
Adil adalah salah satu sifat yang harus dimiliki oleh manusia dalam rangka
menegakkan kebenaran kepada siapa pun tanpa kecuali, walaupun akan merugikan
dirinya sendiri. Secara terminologis, adil berarti “mempersamakan sesuatu dengan
yang lain, baik dari segi nilai maupun dari segi ukuran, sehingga sesuatu itu
menjadi tidak berat sebelah dan tidak berbeda satu sama lain.26
Pertama: Setiap orang mempunyai hak yang sama atas kebebasan dasar yang
paling luas, seluas kebebasan yang sama bagi semua orang
Kedua :Ketimpangan sosial dan ekonomi mesti diatur sedemikian rupa sehingga
(a) dapat diharapkan member keuntngan semua orang, dan (b) semua
posisi dan jabatan terbuka bagi semua orang.
26
Erwan, “Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hukum”, (Disertasi doktor Universitas
Sumatera Utara, Medan, 2014), hlm. 23.
27 John Rawls, Op.Cit., hlm. 4
17
Prinsip-prinsip ini ditata dalam tata urutan dengan prinsip pertama
mendahului prinsip kedua. Urutan ini mengandung arti bahwa pemisahan dari
lembaga-lembaga kebebasan setara yang diperlukan prinsip pertama tidak bisa
dijustifikasi oleh, atau digantikan dengan, keuntungan sosial dan ekonomi yang
lebih besar. Distribusi kekayaan dan pendapatan, serta hierarki otoritas, harus
sejalan dengan kebebasan warga Negara dan kesamaan kesempatan.
(2) Keadilan Khusus, yakni keadilan yang didasarkan pada asas kesamaan atau
proporsionalitas, yang dibedakan menjadi tiga, yaitu:
28
Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak: Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat, Teori,
Dogmatik, dan Praktik Hukum (Seri PEngayaan Hukum Perikatan), (Bandung: Mandar Maju
2012), hlm. 37-38
29
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum. (Bandung: Alumni, 1986), hlm. 51
18
BAB II
Berbagai teori dan definisi pajak telah diberikan oleh para ahli. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut.
30
Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum
Dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009, Bab I Pasal 1 Angka 1.
19
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, dalam disertasinya yang berjudul "Pajak
Berdasarkan Asas Gotong Royong” (Dalam disertasi di Universitas Padjajaran
tahun 1964) menyatakan: "Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang
yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hokum, guna menutup
biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan
umum”. Dengan mencantumkan istilah iuran wajib, ia mengharapkan terpenuhinya
ciri , bahwa pajak dipungut dengan bantuan dari dan kerja sama dengan Wajib
Pajak, sehingga perlu pula dihindari penggunaan istilah paksaan.31
Adapun Rochmat Sumitro berpendapat bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang-undang (Yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa-jasa timbal (Kontra-prestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.32
31
http://multikulturindonesia.blogspot.co.id/2011/05/definisi-pajak.html, disunting pada tanggal 5
April 2017
32
Mardiasmo,2009, Pajak dan Perpajakan, Yogyakarta: Andi, hlm. 1.
33
http://ekonomikieta.blogspot.co.id/2009/05/sejarah-perpajakan-di-indonesia-secara.html, Bung
Tama, diunduh pada Tanggal 30 Maret 2017.
20
maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari
barang, untuk menutup belanja pemerintah”.34
Dari definisi dan penjelasan di atas, ciri-ciri pajak dapat diuraikan antara
lain :
6. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari
pemerintah
34
Djafar Albram, Modul Kuliah, Buku Ajar Ketujuh, Mata Kuliah Perpajakan Nasional
Kepatuhan SPT dan NPWP, Fakultas Hukum Program Pascasarjana Kenotariatan, Universitas
Pancasila Jakarta, TA.2016-2017, hlm.19
35
Ibid.
36
Ibid.hlm.20
21
7. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung. 37
b. Pajak yang dipungut karena perbuatan diantaranya pajak lalu lintas kekayaan,
pajak lalu lintas hukum, pajak lalu lintas barang, serta pajak atas pamakaian.
37
Multikulturindonesia. Op.Cit.
38
Bung Tama.Op.Cit
39
Ibid.
22
e. Pajak langsung atas pemakaian seperti pajak rumah tangga, pajak anjing, bea
lelang.
23
9. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-82/PJ/2010 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-
36/PJ/2010 Tentang Prosedur Penerbitan Kembali Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Dan Atau
Surat Tagihan Pajak.
40
Muhammad Rusjdi, PPh Pajak Penghasilan, Jakarta: Indeks, 2007, hlm. 17.
41
Mardiasmo, Op. Cit, hlm. 13.
24
dikembalikan kepada rakyat karena memang sifatnya hanya untuk kepentingan
sepihak dan seolah-olah ada tekanan secara psikologis karena kedudukan raja yang
lebih tinggi status sosialnya dibandingkan rakyat. 42
Dalam perkembangannya, sifat upeti yang diberikan oleh rakyat tidak lagi
hanya untuk kepentingan raja saja, tetapi sudah mengarah kepada kepentingan
rakyat itu sendiri. Artinya pemberian kepada rakyat atau penguasa digunakan
untuk kepentingan umum seperti untuk menjaga keamanan rakyat, memelihara
jalan, pembangun saluran air, membangun sarana sosial lainnya, serta kepentingan
umum lainnya.Perkembangan dalam masyarakat mengubah sifat upeti (pemberian)
yang semula dilakukan cuma-cuma dan sifatnya memaksa tersebut, yang
kemudian dibuat suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa
tetap ada, namun unsur keadilan lebih diperhatikan. Untuk memenuhi unsur
keadilan inilah maka rakyat diikutsertakan dalam membuat aturan-aturan dalam
pemungutan pajak, yang nantinya akan dikembalikan juga hasilnya untuk
kepentingan rakyat sendiri.43
42
https://tsaniataxindonesia.wordpress.com/sejarah-pajak-di-indonesia/, diunduh pada Tanggal 30
Maret 2017.
43
Ibid.
25
9. Undang-undang Pajak Radio;
1. UU Pajak Penjualan Tahun 1951 yang diubah dengan UU No. 2 Tahun 1968;
2. UU No. 21 Tahun 1959 tentang Pajak Dividen yang diubah dengan Undang-
undang No. 10 Tahun 1967 tentang Pajak atas Bunga, Dividen, dan Royalti;
3. UU No. 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa;
5. UU No. 8 Tahun 1967 tentang Tata Cara Pemungutan PPd, PKK, dan PPs
atau Tata Cara MPS-MPO.
1. UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP);
44
Terlalu banyaknya undang-undang yang dikeluarkan mengakibatkan masyarakat mengalami
kesulitan dalam pelaksanaannya. Selain itu, beberapa undang-undang di atas ternyata dalam
perkembangannya tidak memenuhi rasa keadilan, dan masih memuat unsur-unsur colonial.
45
Ibid.
26
5. UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (BM).
5. UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
46
Ibid.
27
6. UU No. 34 Tahun 2000 tentang PDRD; serta
47
Pada tahun 2002, dengan menimbang bahwa Badan Penyelesaian Sengketa Pajak belum
merupakan badan peradilan yang berpuncak di Mahkamah Agung maka dibentuklah suatu
Pengadilan Pajak dengan UU No. 14 Tahun 2002 sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997.
48
Ibid.
28
semua orang Inggris, bahwa perwakilan yang dipilih oleh mereka dapat menarik
pajak.49
49
“No taxation without representation” refers to the slogan from 1750s and 1760s that
encapsulates the prime grievance of the Thirteen Colonies. It is actually part of a sermon given by
Jonathan Mayhew in 1750. It was also one of the causes of the American Revolution. The lack of
representation in the British Parliament was a clearly a violation of the rights of the colonists.
Thus, taxation and all other laws that affected the colonists directly and indirectly were not
constitutional at all. During the American Revolution, there were only a few British citizens that
were represented and they were not even a part of the colonies. The phrase summarizes the
sentiments that caused the English Civil War, as told by John Hampden. He said in the ship
money case who said that an “English King has no right to demand and an English subject has no
right to refuse.” Disunting dari http://totallyhistory.com/no-taxation-without-representation/ pada
tanggal 31 Maret 2017.
50
Pada masa sebelum terbit Magna Carta tahun 1215, di Inggris masyarakat pernah menolak
membayar pungutan pajak (upeti) kepada Raja. Tidak ada pajak tanpa keterwakilan rakyat di
parlemen atau wakil rakyat yang membela kepentingan rakyat. Sejak adanya Magna Carta,
slogan “No taxation without representation” populer. Pajak dipungut harus berdasarkan undang-
undang yang disahkan parlemen, tidak ada pungutan pajak oleh pemerintah kecuali didasari
undang-undang yang disahkan dewan perwakilan rakyat. http://isnan-wijarno.com/2012/03/no-
taxation-without-representation/ Isnan Ijarno, Disunting pada tanggal 7 April 2017
51
http://isnan-wijarno.com/2012/03/no-taxation-without-representation/ Isnan Ijarno, Disunting
pada tanggal 7 April 2017
29
“Orang Bijak Taat Pajak”, “Lunasi Pajaknya, Awasi Penggunaannya”,
“Pajak Menyatukan Hati, Membangun Negeri, hingga “Bangga Bayar Pajak”,
merupakan beberapa slogan yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak hingga
saat ini.52 Slogan-slogan tersebut dimaksudkan oleh Direktorat Jenderal pajak
untuk memberikan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
membayar pajak.
STP diterbitkan apabila pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar,
Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda administrasi
dan/atau bunga. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat
52
http://www.pajak.go.id/content/article/slogan-merakyat-pajak-meningkat, disunting pada tanggal
7 April 2017.
53
Hasan, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak dalam tulisannya di website:
http://www.pajak.go.id/content/article/slogan-merakyat-pajak-meningkat, dengan judul Slogan
Merakyat, Pajak Meningkat pada di publikasikan pada hari Senin, 18 Nopember 2013 - 18:19,
diunduh pada tanggal 7 April 2017.
30
kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung.
Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat
Ketetapan Pajak.
Apabila utang pajak yang tercantum dalam Surat Ketetapan di atas tidak
atau kurang dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran, maka dapat
segera dilaksanakan tindakan penagihan aktif.
a. Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan oleh juru sita agar Penanggung
Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
(UU PPSP Pasal 1 ayat ( 9) ).
b. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab
atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. (UU PPSP Pasal 1 ayat (3) ).
31
c. Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat
ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. (UU PPSP Pasal 1 ayat (8)).
d. Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang, Jasa
Penilai dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak. (UU PPSP
Pasal 1 ayat (13)).
e. Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang
dilaksanakan oleh Juru sita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu
tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari
semua jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak. (UU PPSP Pasal 1 ayat
(11)).
f. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan
pajak. (UU PPSP Pasal 1 ayat (12)).
g. Pencegahan adalah larangan bersifat sementara terhadap Penanggung Pajak
tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasar alasan
tertentu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (UU PPSP Pasal 1
ayat (20)).
h. Penyitaan adalah tindakan Juru sita Pajak untuk menguasai barang
Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak
menurut peraturan perundang-undangan.(UU PPSP Pasal 1 ayat (14) ).
i. Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung
Pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu. (UU PPSP Pasal 1 ayat
(21)).
j. Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran
harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau
calon pembeli. (UU PPSP Pasal 1 ayat (17)).”
32
menyebabkan pajak yang harus dibayar bertambah, tidak atau kurang bayar setelah
lewat tanggal jatuh tempo pembayaran pajak yang bersangkutan. Dalam bidang
administrasi perpajakan dikenal beberapa bentuk tindakan penagihan yaitu
penagihan pasif, penagihan aktif dan penagihan dengan surat paksa.
1) Penagihan Pasif
Penagihan pasif adalah tindakan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak
dengan cara memberikan himbauan kepada Wajib Pajak agar melakukan
pembayaran pajak sebelum tanggal jatuh tempo. Penagihan pajak dilakukan
dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP), SKPKB, SKPKBT, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang
menyebabkan jumlah pajak terutang menjadi lebih besar. Penagihan pasif
merupakan tugas pengawasan fiskus atau kepatuhan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajibannya sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.
2) Penagihan Aktif
Penagihan aktif adalah penagihan yang didasarkan pada STP, SKPKB, SKPKBT
yang jatuh temponya telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan yaitu 1 bulan terhitung mulai dari STP, SKPKB, SKPKBT diterbitkan.
Penagihan aktif ini merupakan kelanjutan dari penagihan pasif, oleh sebab itu
dalam upaya penagihan ini fiskus berperan aktif, dalam arti tidak hanya mengirim
STP atau SKP tetapi juga akan diikuti dengan tindakan dan dilanjutkan dengan
pelaksanaan lelang.
Adam smith (1723-1790) dalam bukunya an inquiry into the nature and
causes of the wealth of nations (terkenal dengan nama wealth of nations)
mengemukakan empat asas pemungutan pajak yang lazim disebut “the four
33
cannons maxims taxation“. Suatu aturan hukum tentang pajak yang adil harus
memenuhi syarat :54
54
Dyah Safira, Jurnal Asas-asas pemungutan Pajak, disunting dari website :
https://www.academia.edu/16440118/Asas-asas_pemungutan_pajak pada tanggal 31 Maret 2017.
34
Menurut Menurut W.J Langen:55
Asas politik finansial berarti pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara
harus memadai sehingga dapat membiaya pembangunan dan mendorong
perekonomian negara.
2. Asas ekonomi
Asas ini mengemukakan bahwa penentuan objek pajak harus tepat sasaran,
seperti pada penetapan pajak pendapatan dan pajak barang mewah.
3. Asas keadilan
55
Ibid.
56
Ibid.
35
Pemungutan pajak harus berlaku secara umum, adil dan tidak diskriminatif
4. asas administrasi
5. Asas yuridis
Asas yuridis yaitu segala pungutan pajak harus dilakukan berdasarkan undang
undang.
2. Asas yuridis
Pada asas ini lebih berfokus pada permasalahan bahwa hukum
yang memayungi pajak harus dinyatakan secara tegas yang berbentuk keadilan
bagi negara maupun rakyatnya. Jadi intinya pajak itu harus berdasar UU itu
artinya bahwa setiap pajak pasti harus mendapat persetujuan DPR. Jadi disini
dalam penetepan pajak rakyat pun terlibat dengan diwakilkan oleh DPR.
3. Asas ekonomis
Disini berarti bahwa pajak berfungsi sebagai pengatur budgeter dan pajak
disini diharapkan bias mengatur perekonomian. Lewat berbagai kebijakan
mengenai pajak.
4. Asas financial
Menurut asas ini bahwa pajak harus dilaksanakan dengan asas efektif dan
efisien. Efisien berarti biaya pemungutan pajak harus serendah mungkin
dibandingkan dengan perolehan pajak yang diterima..
36
Adapun teori-teori dasar hak Negara memungut pajak dari rakyat menurut R.
Santoso Brotodiharjo (dalam Djafar Albram), dalam bukunya Pengantar Ilmu
Hukum Pajak adalah sebagai berikut:57
1. Teori Asuransi
2. Teori Kepentingan
57
Djafar Albram, Op.Cit. hlm.32
37
baktinya kepada negara dan negara akan memberi rakyatnya perlindungan,
pelayanan, dan sebagainya.
Menurut teori asas daya beli, pajak dipungut dari rakyat akan menimbulkan
dampak yang baik kepada kedua balah pihak. Negara menyedot uang rakyat
dari pajak dan negara juga menyalurkan kembali uang pajak kepada
masyarakat secara tidak langsung. Alasan kesejahteraan rakyat dijadikan dasar
pemungutan pajak.
6. Teori Pembangunan
38
BAB III
58
Konsideran Undang-undang Republik IndonesiaNomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan
Pajak
39
- Keengganan Malakukan pelaporan Pajak.
40
monitoring SPT Tahunan, untuk tahun pajak 2010, wajib pajak yang melaporkan
SPT Tahunan sebanyak 6.388.498 wajib pajak. Jumlah ini kemudian meningkat
menjadi 9.891.120 di tahun 2011 dan untuk tahun pajak 2012, hingga tanggal 30
September 2013, sebanyak 9.921.066. Sementara itu, jumlah wajib pajak terdaftar
yang wajib SPT per 31 Desember 2012 sebanyak 17.731.736 wajib pajak. Maka
rasio 55,95 persen untuk tingkat kepatuhan di tahun pajak 2012 belum dapat
dikatakan tinggi jika kita melihat kembali SE-06/PJ/2012 tentang Target Rasio
Kepatuhan Penyampaian SPT untuk Tahun Pajak 2012. Dalam surat edaran
tersebut, Dirjen Pajak memberikan target rasio terendah sebesar 60 persen, ini pun
hanya untuk wilayah Pulau Nusa Tenggara dan Papua.
41
dampaknya akan dirasakan oleh sektor swasta sebagai rekanan pemerintah. Untuk
menjadi negara maju, kita memerlukan dana yang besar. 62
62
http://www.pajak.go.id/content/news/peran-pajak-terhadap-pembangunan-nasional-dan-
daerah/Kamis, 22 Mei 2014 - 11:06 , diunduh pada tanggal 31 Maret 2017.
63
Ibid.
64
http://kangom.blogspot.co.id/2013/10/peran-pajak-dan-fungsi-pajak-dalam.html, disuntung pada
tanggal 31 Maret 2017
42
habis sedangkan pemnerimaan pajak selalu dapat diperbarui sesuai dengan
perkembangan ekonomi dan masyarakat itu sendiri.
Di tinjau dari fungsinya, pajak sendiri terbagi atas 4 bagian, antara lain
sebagai berikut:65
1. Fungsi budgeter/anggaran
Sebagai sumber devisa negara, pajak memang memiliki peran vital didalam
mencukupi kebutuhan-kebutuhan pengeluaran negara. Karena bagaimanapun,
melalui pajaklah pemerintah dapat menjalankan tugas-tugas rutinnya sebagai
kepala negara dan melaksanakan berbagai agenda pembangunan. Untuk saat ini,
mungkin pungutan pajak digunakan pemerintah sebagai pembiayaan belanja
pegawai, pengadaan barang, pemeliharaan disejumlah pra-sarana umum, dan
masih banyak lainnya. Pemerintah hingga saat ini masih mengupayakan untuk
mengoptimalkan pendapatan dari sektor pajak guna memenuhi pembiayaan
pembangunan yang kian hari memang selalu meningkat.
2. Fungsi regulered/pengatur
3. Fungsi stabilitas
65
http://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/fungsi-pajak-dalam-pembangunan, disunting pada
tanggal 31 Maret 2017.
66
Ibid.
43
menstabilkan harga-harga barang didalam negeri, sehingga diharapkan angka
inflansi dalam negeri akan dapat selalu dikendalikan dengan baik. Untuk
menstabilkan harga barang dan menekan angka inflansi dalam negeri, peran
pemerintah sangat diperlukan. Dalam hal ini pemerintah harus mulai mengatur
jalannya peredaran uang dalam lingkup masyarakat, pemungutan pajak,
danpenggunaan dana hasil pajak dengan efektif dan efisien.
Sistem perpajakan yang diterapkan oleh negara memang bersifat wajib dibayarkan
bagi setiap lapisan masyarakat, baik dari kalangan perkotaan hingga pedesaan
sekalipun. Hal ini dimaksudkan agar pembangunan yang diprogramkan oleh
pemerintah mampu terealisasikan secara merata, mulai dari perkotaan hingga
pelosok nusantara. Pajak yang diterima negara akan otomatis dikelola oleh
pemerintah untuk mencukupi semua aspek kepentingan umum, mulai yang
mencangkup sarana umum, insfrastruktur jalan, dan masih banyak lainnya. Hingga
saat ini, pemerintah masih mengupayakan setiap program-programnya
terdistribusikan secara merata sehingga kesejahteraan masyarakatpun semakin
terjamin.67
1. Fungsi Stabilitas
67
Ibid.
68
Djafar Albram, Op.Cit. hlm.24
44
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan masyarakat.
69
Alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945
45
Royong”, maka Pembangunan Nasional 2015 - 2019 akan diarahkan untuk
mencapai sasaran utama yang mencakup:70
2) ekonomi makro;
2) pendidikan;
3) kesehatan;
6) pembangunan masyarakat;
1) kedaulatan pangan;
3) kedaulatan energi;
70
Disunting dari website : http://www.pajak.go.id/sites/ pada tanggal 31 Maret 2017.
46
E. Sasaran pembangunan kewilayahan dan antar wilayah pemerataan, yang
meliputi pembangunan antar wilayah, antara lain peran wilayah dalam
pembentukan PDB Nasional, pembangunan perdesaan,
pengembangan kawasan perbatasan, pembangunan daerah tertinggal,
pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi luar Jawa, dan
pembangunan kawasan perkotaan;
2) penegakan hukum;
71
Ibid.
47
baik berupa barang ataupun jasa, berasal daripajak.72 Perekeonomian negara sama
halnya dengan perekonomian rumah tangga, 73 dimana mengenal sumber-sumber
penerimaan dan pos-pos pengeluaran. Pajak sendiri merupakan sumber utama
penerimaan negara. Oleh karena itu, apabila masyarakat tidak taat akan pajak
maka seluruh kegiatan negara akan sulit terpenuhi. Dengan membayar pajak
masyarakat akan mendapatkan manfaat-manfaat dalam bentuk :
5. Dana Pemilu
72
Disunting dari website: https://hasim319.wordpress.com/2010/05/18/pajak-urat-nadi-kehidupan-
bangsa/ pada tanggal 1 Maret 2017.
73
Norman Juansyah, disuntng dari websit :
https://www.academia.edu/26044889/Peran_pajak_dalam_perekonomian_Indonesia, pada
tanggal
48
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
49
4.1.2 Peran Pajak dalam Pembangunan Nasional
Dari urgensi peran dan fungsi pajak tersebut dapat pula disimpulkan bahwa
pemungutan dan atau pengelolaan pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan akan berakibat program pembangunan terhambat.
Tingkat kesadaran pajak masyarakat/wajib pajak dan juga kejujuran dan integritas
fiskus dalam hal ini sangat berpengaruh besar.
50
4.2 Saran
Dari uraian-uraian di atas Saran yang dapat penulis sampaikan adalah pemerintah
dalam penegakan hukum pajak harus secara intensive memperhatikan dan
mengawasi pemungutan pajak, termasuk pengawasan oknum direktorat jenderal
pajak. Dismaping perlunya penyuluhan dan publikasi terus menerus tentang pajak
kepada masyarakat.
51
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Hans Kelsen, Teori Umum Hukum dan Negara : Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif
Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-Empirik, Alih bahasa : Soemardi. Cet, III.,
Bandung: Bee Media Indonesia,2010.
John Rawls. A Theory of Justice – Teori Keadilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
John dan Thomson, Flash Pajak Penghasilan Orang Pribadi 2006, Jakarta : PT. Natio
Info Solusindo, 2005.
52
C. Skripsi, Thesis dan Desertasi
Dr. Djafar Albram, Modul Kuliah, Buku Ajar Ketujuh, Mata Kuliah Perpajakan
Nasional Kepatuhan SPT dan NPWP, Fakultas Hukum Program Pascasarjana
Kenotariatan, Universitas Pancasila Jakarta, TA.2016-2017
D. Peraturan Perundang-undangan
E. Media Internet
http://multikulturindonesia.blogspot.co.id/2011/05/definisi-pajak.html, disunting
pada tanggal 5 April 2017
https://tsaniataxindonesia.wordpress.com/sejarah-pajak-di-indonesia/, disunting
pada Tanggal 30 Maret 2017.
http://kangom.blogspot.co.id/2013/10/peran-pajak-dan-fungsi-pajak-dalam.html,
disuntung pada tanggal 31 Maret 2017
http://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/fungsi-pajak-dalam-pembangunan,
disunting pada tanggal 31 Maret 2017.
53
https://hasim319.wordpress.com/2010/05/18/pajak-urat-nadi-kehidupan-
bangsa/, disunting pada tanggal 1 Maret 2017.
F. Jurnal
M. Yamin Tahun 1959 dalam Naskah Persiapan UUD 1945: Risalah Sidang
BPUPKI/PPKI, Sekretariat Negara RI, Jakarta, hlm. 299, disunting di website:
http://skripsiane.blogspot.co.id/2012/10/negara-kesejahteraan.html, pada
tanggal 31 Maret 2017.
G. Wawancara
Wawancara dengan Lisa Wijayanti (WP Pribadi), karyawan Perusahaan Swasta di
Jakarta, 26 Maret 2017.
Wawancara Ibu Aini Agustin (WP Pribadi), karyawan Perusahaan Swasta di Jakarta
, pada tanggal 27 Maret 2017.
54