Anda di halaman 1dari 131

Dewan Direksi

Penanggungjawab : Direktur Jenderal Anggaran


Penasehat : Direktur Sistem Penganggaran
Pemimpin Redaksi : Kasubdit Standar Biaya
Redaktur Pelaksana : Kasubdit Transformasi Sistem Penganggaran
Kasubdit Teknologi Informasi Penganggaran
Kasubdit Evaluasi Kinerja Penganggaran
Penyunting/Editor : Kepala Seksi Riset dan Pengembangan Standar Biaya
Staf Redaktur : Yuliardi Muliawan
Achmad Fauzan Sirat
A.A. Nova Swandana
Niken Ajeng Lestari
Lies Kurnia Irwanti
Desain Grafis : Andryan Puji Prapbono
Penyunting Penyelia/Reviewer : Drs. Parluhutan Hutahean, M.A.
Muchamad Amrullah, S.Sos., MM.
Dr. Ir. Uka Wikarya, M.Si.
Keuangan : Indro Trikuntjoro
Israfenny Simangunsong
Tata Usaha dan Sirkulasi : Kepala Subbag Tata Usaha Direktorat Sistem Penganggaran
Faizal Dwi Aulia
Muhammad Aji Wibowo
Trio Kurnia Dianto

Alamat:
Direktorat Sistem Penganggaran
Direktorat Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan
Gedung Sutikno Slamet Lantai 4
Jalan Dr Wahidin Nomor 1 Jakarta Pusat 10710
Email: dsp.dja@kemenkeu.go.id

Kajian yang ditulis pada jurnal ini merupakan pendapat pribadi dan tidak mencerminkan
kebijakan institusi dimana penulis bekerja.
KATA PENGANTAR

Upaya efisiensi alokasi anggaran adalah usaha yang terus menerus perlu dioptimalkan.
Oleh karena itu, jurnal Sistem Penganggaran Sektor Publik terus berupaya melakukan
perbaikan. Perbaikan tersebut dilakukan dengan melakukan proses review oleh ahli terkait
dalam penyusunan kajian.

Peer review dalam kajian-kajian dimaksud antara lain Drs. Parluhutan Hutahean, M.A.
sebagai widya iswara utama dan Muchamad Amrullah dari Pusdiklat Anggaran dan
Perbendaharaan, serta Dr. Ir. Uka Wikarya, M.Si dari Universitas Indonesia.

Adapun kajian-kajian dalam jurnal Sistem Penganggaran Sektor Publik volume 2 tahun
2017 ini adalah sebagai berikut.
1. Telaah atas kewenangan Kementerian Keuangan (c.q. Ditjen Anggaran) dalam menilai
kelayakan proposal anggaran kementerian/lembaga
2. Kajian pengelolaan biaya dalam sistem penganggaran
3. Kajian atas implementasi PMK Nomor 195/PMK.02/2014 tentang Standar Struktur Biaya
4. Sinkronisasi kebijakan honorarium standar biaya dalam kerangka single remunerasi
penganggaran berbasis kinerja
5. Kajian indeksasi
6. Metode monitoring dan evaluasi standar biaya keluaran
7. Memadukan konsep standar biaya keluaran umum riset dengan fleksibilitas
pertanggungjawaban penggunaan dana
8. Pengaruh kebijakan at cost terhadap alokasi anggaran perjalanan dinas

Hasil kajian di atas diharapkan dapat memberikan kontribusi dan gambaran yang
komprehensif dalam upaya efisiensi alokasi anggaran belanja negara.

Semoga bermanfaat.

Direktur Sistem Penganggaran

Agung Widiadi

ii
ISSN 2549-9858
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................................ ii


Daftar Isi .......................................................................................................................................................iii
Telaah Atas Kewenangan Kementerian Keuangan (C.q. Ditjen Anggaran) Dalam Menilai
Kelayakan Proposal Anggaran Kementerian/Lembaga .............................................................. 1
Kajian Pengelolaan Biaya Dalam Sistem Penganggaran .......................................................... 25
Kajian Atas Implementasi PMK Nomor 195/PMK.02/2014 Tentang Standar Struktur
Biaya ............................................................................................................................................................. 32
Sinkronisasi Kebijakan Honorarium Standar Biaya Dalam Kerangka Single Remunerasi
Penganggaran Berbasis Kinerja ........................................................................................................ 49
Kajian Indeksasi....................................................................................................................................... 71
Metode Monitoring Dan Evaluasi Standar Biaya Keluaran.................................................... 82
Memadukan Konsep Standar Biaya Keluaran Umum Riset Dengan Fleksibilitas
Pertanggungjawaban Penggunaan Dana ....................................................................................... 98
Pengaruh Kebijakan At Cost Terhadap Alokasi Anggaran Perjalanan Dinas .................112

iii
TELAAH ATAS KEWENANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN (C.Q. DITJEN
ANGGARAN) DALAM MENILAI KELAYAKAN PROPOSAL ANGGARAN
KEMENTERIAN/LEMBAGA
Achmad Fauzan Sirat
Email: afsirat05@gmail.com

Intisari

Tujuan utama penelitian ini adalah menjawab pertanyaan adakah kewenangan kementerian
keuangan melakukan penliaian kelayakan proposal anggaran kementerian/lembaga. Telaah
dilakukan berkenaan dengan aspek filosofis yuridis esensi dari tugas Kementerian Keuangan
dalam mencapai tujuan bernegara. Sejalan dengan itu, telaah dilakukan dengan mengulas
landasan hukum yang melandasi kewenangan yang dimiliki oleh Kementerian Keuangan
sebagai pengejawantahan dari aspen sebelumnya. Hasil penelitian menyatakan bahwa
Kementerian Keuangan memiliki kewenangan untuk melakukan penilaian kelayakan dan
efisiensi kebutuhan dana sebagaimana tercantum dalam PP 90/2010 tentang Penyusunan
RKAKL. Namun dalam melaksanakan tugas fungsinya, Kementerian Keuangan kurang memiliki
pedoman yang cukup untuk melakukan penilaiannya mengingat tidak ada elaborasi lebih
mengenai bagaimana penilaian kelayakan dilakukan.

Kata Kunci: Kewenangan, Penilaian, Kelayakan, Sistem Penganggaran, RKAKL.

1. PENDAHULUAN Dalam pembentukannya, APBN


melalui suatu proses yang dikenal dengan
1.1 Latar Belakang
sebagai siklus APBN. Siklus ini merupakan
APBN merupakan wujud rangkaian kegiatan yang melibatkan
pengelolaan keuangan negara demi berbagai pihak guna memastikan APBN
terciptanya tujuan bernegara sebagaimana terbentuk sesuai dengan tujuan tersebut.
tercantum dalam alinea IV Pembukaan Hal yang sering tidak disadari oleh banyak
UUD 1945. Segala tema seperti pro-poor, pihak memahami bahwa siklus APBN
pro-growth, dan pro-job; pembangunan sendiri hanya terbatas pada penyusunan
berkelanjutan dan lain-lain, dicantumkan APBN. Padahal penyusunan sendiri
dalam APBN merupakan salah satu bukti seharusnya merupakan sebuah sub sistem
yang ditunjukkan bahwa keuangan negara yang menjadi bagian dari sistem
diarahkan untuk terciptanya tujuan bangsa pengelolaan keuangan negara yang lebih
dimaksud. APBN merupakan instrumen besar. Dimana secara keseluruhan sistem
kebijakan fiskal yang memiliki peran ini terdiri atas penyusunan, pelaksanaan
penting dalam kehidupan bernegara, oleh dan pertanggungjawaban APBN. Dengan
karenanya APBN perlu dikelola secara kata lain APBN bukan sesuatu yang
terbuka, transparan, bertanggung jawab, berhenti hanya karena APBN telah
dan digunakan sebesar-besarnya untuk disetujui oleh DPR, namun masih ada
kemakmuran rakyat. rangkaian kegiatan lain guna memastikan
tujuan bernegara tersebut tercapai.

1
Proses dalam penyusunan APBN Kementerian Keuangan c.q. DJA dalam
sendiri dimulai dengan pembicaraan awal pelaksanaan tugasnya adalah wujud
untuk membahas asumsi yang akan pelaksanaan check and balance antar
digunakan, dan diakhiri dengan pemerintah merupakan salah satu pihak
pengesahan dokumen pelaksanaan yang secara intensif mengawal
anggaran yang menjadi dasar legal penyusunan anggaran dari sejak
pelaksanaan kebijakan guna mencapai pembahasan asumsi awal sampai
tujuan bernegara. Dalam proses ini, disahkannya dokumen pelaksanaan
interaksi, baik secara internal pemerintah anggaran.
maupun antara pemerintah dan DPR,
1.2 Rumusan Masalah
terjadi untuk menjamin bahwa APBN telah
dikelola secara terbuka dan bertanggung Sebagaimana diuraikan dalam latar
jawab untuk sebesar-besarnya belakang, beberapa pertanyaan muncul
kemakmuran rakyat. yaitu:
Berbeda dengan tahap 1. Apa inti yang menjadi tugas
pelaksanaan dan pertanggung jawaban, Kementerian Keuangan (cq. DJA) dalam
penyusunan APBN menyedot perhatian pengelolaan APBN tersebut?
lebih mengingat proses tidak hanya 2. Apakah Kementerian Keuangan (cq.
mengingat proses ini berada di awal DJA) memiliki kewenangan dalam
namun menjadi kunci masuknya suatu menilai kelayakan proposal anggaran
tindakan yang akan membebani keuangan Kementerian/Lembaga?
negara. Hal ini merupakan alasan mengapa 3. Jika memiliki kewenangan tersebut,
suatu mekanisme check and balances pada Apakah Kementerian Keuangan (cq.
tahap penyusunan APBN perlu dibuat agar DJA) memiliki kapabilitas yang cukup
setiap tindakan yang tercantum dalam untuk melaksanakan kewenangannya?
APBN memang ditujukan untuk sebesarnya
kemakmuran rakyat. 1.3 Tujuan dan Manfaat
Menilik lebih jauh mengenai proses Tulisan ini bertujuan untuk
dalam penyusunan APBN, terdapat banyak mengulas kewenangan Kementerian
pertanyaan mengenai kewenangan Keuangan (cq. DJA) sebagaimana dimaksud
masing-masing pihak dalam proses dalam PP 90/2010 DJA mengenai penilaian
tersebut maupun pertanyaan mengenai kelayakan. Bahasan diutamakan pada
bagaimana kewenangan itu akan pertanyaan utama mengenai adakah
dilaksanakan. Menjawab pertanyaan kewenangan tersebut, kapan dilakukan
tersebut, kajian ini mencoba mengulas dan bagaimana hal itu dilakukan
kewenangan masing-masing pihak dan berkenaan dengan peraturan-
bagaimana kewenangan tersebut perundangan yang ada.
seharusnya dilaksanakan. Jika fungsi check Untuk mencapai tujuan tersebut,
and balance mengacu pada pola hubungan tulisan ini akan menyajikan secara sepintas
antara pemerintah dan parlemen, antara mengenai proses dalam penyusunan APBN
CFO dan COO, serta dalam internal COO. termasuk pihak-pihak terkait di dalamnya

2
guna memberikan sedikit gambaran kepandaian; biji; ponten: rata-rata -- mata
mengenai bagaimana APBN disusun pelajarannya adalah sembilan; sekurang-
sebelum akhirnya mengulas lebih jauh kurangnya -- tujuh untuk ilmu pasti baru
mengenai bagaimana kewenangan dapat diterima di akademi teknik itu; 4
Kementerian Keuangan (cq. DJA) banyak sedikitnya isi; kadar; mutu: -- gizi
dilakukan. berbagai jeruk hampir sama; suatu karya
Tulisan ini bermanfaat guna sastra yg tinggi -- nya; 5 sifat-sifat (hal-hal)
mengetahui nilai strategis posisi yg penting atau berguna bagi
Kementerian Keuangan (cq. DJA) dalam kemanusiaan: -- tradisional yg dapat
penyusunan APBN. Hal ini membawa mendorong pembangunan perlu kita
manfaat lanjutan yakni guna memberikan kembangkan; 6 sesuatu yg
landasan mengenai apa yang perlu menyempurnakan manusia sesuai dng
dibangun dalam mendukung posisi serta hakikatnya: etika dan -- berhubungan erat.
mitigasi atas risiko dalam pelaksanaan Sedangkan penilaian (n) sendiri bermakna
tugasnya. sebuah proses, cara, perbuatan menilai;
pemberian nilai (biji, kadar mutu, harga).
1.4 Ruang Lingkup
Dimana Menilai (v) adalah 1
Sebagaimana diketahui bahwa memperkirakan atau menentukan
proses penyusunan APBN melibatkan nilainya; menghargai: pedagang itu belum
banyak pihak dalam pelaksanaannya, dapat ~ harga intan itu; 2 memberi nilai;
sehingga akan sangat banyak sekali detail menganggap: ia ~ perkumpulan tari itu
yang akan diulas terkait dengan terlalu mementingkan pemasukan uang; 3
kewenangan masing-masing pihak jika memberi angka (biji): saya berani ~ tujuh
tidak ada pembatasan atas bahasan dalam untuk gambar itu.
penelitian ini. Untuk itu, penelitian ini Menurut KBBI, kata kelayakan
dibatasi pada kewenangan yang ada pada berasal dari kata layak yang memiliki dua
Kementerian Keuangan c.q. Ditjen makna yaitu: 1) wajar; pantas; patut dan 2)
Anggaran untuk melakukan penilaian mulia; terhormat. Sedangkan kelayakan (n)
kelayakan. sendiri merupakan kata layak dengan
mendapatkan imbuhan ke-an sehingga
2. TELAAH PUSTAKA memiliki makna 1) perihal layak (patut,
pantas); kepantasan; kepatutan; 2) perihal
2.1 Penilaian Kelayakan
yg dapat (pantas, patut) dikerjakan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Berkenaan dengan dua makna
Indonesia (KBBI), kata penilaian berasal tersebut dapat disimpulkan bahwa
dari kata nilai (n) yang memiliki 6 makna penilaian kelayakan adalah suatu proses
yaitu: 1 harga (dl arti taksiran harga): memperkirakan suatu nilai apakah sesuatu
sebenarnya tidak ada ukuran yg pasti hal layak/patut/pantas dikerjakan. Dalam
untuk menentukan -- intan; 2 harga uang kenyataannya, proses dimaksud dapat
(dibandingkan dng harga uang yg lain): -- berbentuk banyak hal, baik dalam aspek
rupiah terus menurun; 3 angka formil dalam penilaian kelayakan proyek

3
atau bahkan dalam aspek yang tidak formil 3) Nilai
penilaian kelayakan pakaian yang Aspek ini berkaitan dengan
dikenakan oleh seseorang. hasil/kesimpulan atas proses dan
Penilaian atas suatu kelayakan kriteria yang ada. Dengan kata lain,
dapat bersifat subjektif dan judgmental nilai merupakan hasil akhir dari
belaka sehingga hasil penilaian yang akan mekanisme dan kriteria yang sudah
cenderung bervariasi. Tanpa adanya ditetapkan sebelumnya. Namun
aspek-aspek yang mengontrol variasi atas demikian nilai belum menjadi indikasi
hasil penilaian menjadi besar yang dapat dari kelayakan, namun sebagai poin
mengakibatkan berkurangnya kredibilitas antara sebelum kelayakan.
penilaian tersebut. Untuk itu, penilaian 4) Keputusan
kelayakan memerlukan aspek pengontrol Aspek ini berkaitan penentuan apakah
dimaksud untuk mengurangi variasi atas suatu nilai dikatakan layak atau patut
penilaian seperti misalnya bagaimana untuk dikerjakan. Aspek terakhir ini
proses penilaian dilakukan, adakah kriteria merupakan hasil dari keseluruhan
yang digunakan untuk melakukan proses yang meliputi pencarian nilai
penilaian. dan menggunakan nilai dalam
Berkenaan dengan hal tersebut mengambil keputusan.
maka dapat disimpulkan bahwa penilaian
2.2 Teori Checks and Balances dalam
kelayakan memiliki 4 aspek penting yang
Sistem Bernegara
perlu dipersiapkan guna meningkatkan
kredibilitas penilaian, yakni: Konsep Checks and Balances
1) Proses pertama kali muncul pada abad
Aspek ini berkaitan dengan mekanisme pertengahan, dengan dilandasi oleh ajaran
bagaimana penilaian dilakukan, klasik tentang pemisahan kekuasaan
sehingga adanya ekspektasi bahwa (separation of power). Hal yang menjadi
untuk kasus yang sama akan ditangani esensi dari fungsi check and balances
sama sehingga akan mengarah pada adalah jika tidak ada satupun cabang
kesimpulan yang sama. pemerintahan yang memiliki kekuasaan
2) Adanya Kriteria dominan, serta dapat dipengaruhi oleh
Aspek ini berkaitan ukuran yang cabang lainnya.
menjadi dasar atas suatu penilaian Secara etimologis, checks and
sesuatu. Jika proses berkenaan dengan balances terdiri dari dua suku kata, yakni
mekanisme, kriteria berkenaan dengan checks and balances. Suku kata pertama
substansi yang diukur. Adanya kriteria memiki arti adanya porsi untuk ikut
memiliki dua manfaat, yakni memeriksa/menilai/ mengawasi/mencari
memberikan arah yang jelas mengenai informasi dan konfirmasi terhadap suatu
faktor yang akan dinilai, dan keadaan (the right to check); sedangkan
mengurangi subyektifitas dalam proses suku kata kedua merujuk pada alat untuk
penilaian. mencari keseimbangan pandangan atas
suatu kondisi (the means to actively

4
balance out imbalances). Secara idiom, melemahkan fungsi, mengurangi
check and balances dapat diartikan suatu independensi, atau mengurangi
tindakan untuk ikut memeriksa/menilai/ kewenangan lembaga lain yang justru akan
mengawasi/mencari informasi dan mengganggu kinerja lembaga yang
konfirmasi terhadap suatu keadaan guna bersangkutan.
mencari keseimbangan pandangan atas Dengan demikian, checks and
kondisi tersebut. balances sesungguhnya bukanlah tujuan
Konsep Checks and Balances ini dari penyelenggaraan negara. Konsep ini
merupakan instrumen yang sangat penting lebih merupakan elemen pemerintahan
dalam desain hubungan antar lembaga demokratis, bersih dan kuat, serta
kekuasaan mengingat secara alamiah mendorong perwujudan good society,
manusia yang mempunyai kekuasaaan melalui penyempurnaan tata hubungan
cenderung menyalahgunakan, dan kerja yang sejajar dan harmonis diantara
manusia yang mempunyai kekuasaan tak pilar-pilar kekuasaan dalam negara.
terbatas memiliki pasti akan
1. Konsep Konstitusionalisme
menyalahgunakannya. Adagium yang
menyatakan bahwa absolutely power Sebelum membahas mengenai
tends to corrupt but absolute power konsep konstitusionalisme, terlebih dahulu
corrupts absolutely masih relevan dengan perlu diulas mengenai kata konstitusi. Kata
kondisi saat ini. Banyak contoh yang ada konstitusi memiliki arti harfiah sebagai
dalam kehidupan sehari-hari bangsa yang pembentukan. Kata ini berasal dari bahasa
dapat menjadi contoh atas kondisi saat ini, Perancis yaitu constituir yang bermakna
seperti misalnya perlukah lembaga membentuk dan bahasa latin, yang
superbody. Keinginan untuk membatasi merupakan gabungan dua kata yakni cume
kekuasaan dapat terlihat dari dan statuere. Bentuk tunggalnya contitutio
perkembangan konsep bernegara dari yang berarti menetapkan sesuatu secara
konsep social contract sampai dengan bersama-sama dan bentuk jamaknya
konsep negara konstitusi1. constitusiones yang berarti segala sesuatu
Dalam pola hubungan antara yang telah ditetapkan.
lembaga sebagai alat negara, esensi pokok Ada beberapa pengertian
dari prinsip checks and balances ini adalah mengenai konstitusi diantaranya adalah
menjamin adanya kebebasan dari masing- pengertian yang diberikan menurut James
masing cabang kekuasaan negara sekaligus Bryce (C.F. Strong, 1966:11) yaitu
menghindari terjadinya interaksi atau constitution is a collection of principles
campur tangan dari kekuasaan yang satu according to which the powers of the
terhadap kekuasaan lainnya. Dengan kata government, the rights of the governed,
lain, upaya menciptakan keseimbangan and the relations between the two are
tersebut tidak dilakukan dengan adjusted. Dengan demikian secara

1
Rusma Dwiyana, Konsep Konstitusionalisme,
Pemisahan Kekuasaan, Dan Checks And Balances
System (Sebuah Tinjauan Konseptual Dan Praktis)

5
sederhana yang menjadi objek dalam oleh hak-hak individu (limited government
konstitusi adalah pembatasan terhadap subject to a bill of individual rights); (7)
tindakan pemerintah, hal ini ditujukan Pengawasan atas kepolisian (controlling
untuk memberikan jaminan terhadap hak- the police); (8) Kontrol sipil atas militer
hak warga negara dan menjabarkan (civilian control of the military); and (9)
bagaimana kedaulatan itu dijalankan. Kekuasaan negara yang dibatasi oleh
Mengenai peranan konstitusi konstitusi (no state power, or very limited
dalam negara, C.F Strong (1966:12) and strictly circumscribed state power, to
mengibaratkan konstitusi sebagai tubuh suspend the operation of some parts of, or
manusia dan negara serta badan politik the entire, constitution).
sebagai organ dari tubuh. Organ tubuh Kesembilan elemen dari konstitusi
akan bekerja secara harmonis apabila tersebut dapat dikelompokkan menjadi
tubuh dalam keadaan sehat dan dua yang berkaitan dengan fungsi
sebaliknya. Negara ataupun badan-badan konstitusi sebagai berikut:
politik akan bekerja sesuai dengan fungsi a. membagi kekuasaan dalam negara
yang telah ditetapkan dalam konstitusi. yakni antar cabang kekuasaan negara
Berdasarkan pengertian dan (terutama kekuasaan legislatif,
peranan konstitusi dalam negara tersebut eksekutif, dan yudikatif) sehingga
maka yang dimaksud dengan konsep terwujud sistem checks and balances
konstitusionalisme adalah konsep dalam penyelenggaraan negara.
mengenai supremasi konstitusi. Adnan b. membatasi kekuasaan pemerintah
Buyung Nasution (Negara Hukum atau penguasa dalam negara.
Konstitusionalisme, 1995:111) Pembatasan kekuasaan itu mencakup
menyatakan bahwa konstitusi merupakan dua hal: isi kekuasaan dan waktu
aturan main tertinggi dalam negara yang pelaksanaan kekuasaan. Pembatasan
wajib dipatuhi baik oleh pemegang isi kekuasaan mengandung arti bahwa
kekuasaan dalam negara maupun oleh dalam konstitusi ditentukan tugas serta
setiap warga negara. wewenang lembaga-lembaga negara.
Louis Henkin (2000) menyatakan
2. Konsep Pemisahan Kekuasaan (The
bahwa konstitusionalisme memiliki
Separation of Power) Dalam Negara
elemen-elemen sebagai berikut: (1)
pemerintah berdasarkan konstitusi Sejalan dengan premis bahwa
(government according to the secara alamiah manusia yang mempunyai
constitution); (2) pemisahan kekuasaan kekuasaaan cenderung menyalahgunakan,
(separation of power); (3) Kedaulatan dan manusia yang mempunyai kekuasaan
rakyat dan pemerintahan yang demokratis tak terbatas memiliki kecenderungan
(sovereignty of the people and democratic untuk menyalahgunakannya maka dalam
government); (4) Riview atas konstitusi ketatanegaraan diperlukan implementasi
(constitutional review); (5) Independensi pemisahan kekuasaan. Dasar pemikiran
kekuasaan kehakiman (independent atas Pemisahan kekuasaan adalah
judiciary); (6) Pemerintah yang dibatasi kekuasaan akan membahayakan bagi

6
warga negara bila kekuasaan yang besar and balances adalah upaya untuk membagi
tersebut dimiliki oleh orang perorangan kekuasaan yang ada ke dalam cabang-
maupun kelompok. Pemisahan kekuasaan cabang kekuasaan dengan tujuan
adalah suatu metode memindahkan mencegah dominannya suatu kelompok.
kekuasaan ke dalam kelompok-kelompok, Bila seluruh ketiga cabang kekuasaan
dengan demikian akan menjadi lebih sulit tersebut memiliki checks terhadap satu
untuk disalahgunakan. sama lainnya, checks tersebut
Menurut Jimly Asshiddiqie dipergunakan untuk menyeimbangkan
(2000:2), konsep pemisahan kekuasaan kekuasaan. Suatu cabang kekuasaan yang
secara akademis dapat dibedakan antara mengambil terlalu banyak kekuasaan
pengertian sempit dan pengertian luas. dibatasi lewat tindakan cabang kekuasaan
Dalam pengertian luas, konsep pemisahan yang lain. Checks and Balances diciptakan
kekuasaan (separation of power) untuk membatasi kekuasaan pemerintah.
mencakup pengertian pembagian Hal tersebut dapat tercapai dengan men-
kekuasaan yang biasa disebut dengan split pemerintah dalam kelompok-
istilah division power(distribution of kelompok persaingan yang dapat secara
power). Pemisahan kekuasaan merupakan aktif membatasi kekuasaan kelompok
konsep hubungan yang bersifat horizontal, lainnya. Hal ini akan berakhir bila ada suatu
sedangkan konsep pembagian kekuasaan kelompok kekuasaan yang mencoba untuk
bersifat vertikal. Secara horizontal, menggunakan kekuasaannya secara ilegal.
kekuasaan negara dapat dibagi ke dalam Contoh sederhana dari konsep ini
beberapa cabang kekuasaan yang adalah hak veto yang dimiliki oleh Presiden
dikaitkan dengan fungsi lembaga-lembaga Amerika Serikat. Presiden memiliki
negara tertentu, yaitu legislatif, eksekutif, kekuasaan yang signifikan terhadap
dan judikatif. Sedangkan dalam konsep legislatif, yang memungkinkan presiden
pembagian kekuasaan (distribution of untuk menuntut bagian tertentu dalam
power atau division of power) kekuasaan meloloskan rancangan undang-undang
negara dibagikan secara vertikal dalam atau bahkan mem-veto nya. Hasilnya
hubungan “atas-bawah”. adalah presiden dapat bekerja sama
dengan legislatif untuk meningkatkan
3. Konsep Checks and Balances System
kekuasaan federal, dan sebagai peringatan
Check and balances system adalah terhadap legislatif untuk tidak melakukan
sistem dimana orang-orang dalam tindakan preventif untuk memperluas
pemerintahan dapat mencegah pekerjaan kekuasaannya. Dalam kasus Indonesia,
pihak yang lain dalam pemerintahan jika veto diejawantahkan dengan pengeluaran
mereka meyakini adanya pelanggaran produk hukum PERPU (Peraturan
terhadap hak. Pengawasan (checks) Pemerintah Pengganti Undang-Undang).
sebagai bagian dari checks and balances
adalah suatu langkah maju yang sempurna.
Mencapai keseimbangan lebih sulit untuk
diwujudkan. Gagasan utama dalam checks

7
2.3 Teori Kewenangan dan Batas memiliki makna yang sama dengan
Kewenangan wewenang karena kekuasaan yang dimiliki
oleh Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif
1. Kekuasaan, Kewenangan, dan
adalah kekuasaan formal. Kekuasaan
Wewenang
menurut Miriam Budiardjo adalah
Dalam literatur ilmu politik, ilmu kemampuan seseorang atau sekelompok
pemerintahan, dan ilmu hukum sering orang manusia untuk mempengaruhi
ditemukan istilah kekuasaan, kewenangan, tingkah laku seseorang atau kelompok lain
dan wewenang. Penggunaan istilah sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu
tersebut dalam praktiknya sering sesuai dengan keinginan dan tujuan dari
dipertukarkan satu dengan yang lain. Guna orang atau Negara5. Agar dapat dijalankan,
memberikan gambaran atas istilah-istilah kekuasaan membutuhkan penguasa atau
tersebut akan diulas mengenai makna organ sehingga Negara itu dikonsepkan
masing-masing. sebagai himpunan jabatan-jabatan (een
Kekuasaan biasanya berbentuk ambten complex) di mana jabatan-jabatan
hubungan dalam arti bahwa “ada satu itu diisi oleh sejumlah pejabat yang
pihak yang memerintah dan pihak lain yang mendukung hak dan kewajiban tertentu
diperintah” (the rule and the ruled)2. berdasarkan konstruksi subyek-
6
kewajiban .
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat
terjadi kekuasaan yang tidak berkaitan Kewenangan sering disejajarkan
dengan hukum. Kekuasaan yang tidak dengan istilah wewenang. Ateng syafrudin
berkaitan dengan hukum oleh Henc van berpendapat ada perbedaan antara
Maarseven disebut sebagai “blote pengertian kewenangan dan wewenang7
match”3, sedangkan kekuasaan yang yakni antara kewenangan (authority,
berkaitan dengan hukum oleh Max Weber gezag) dengan wewenang (competence,
disebut sebagai wewenang rasional atau bevoegheid). Kewenangan adalah apa yang
legal, yakni wewenang yang berdasarkan disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang
suatu sistem hukum ini dipahami sebagai berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh
suatu kaidah-kaidah yang telah diakui serta undang-undang, sedangkan wewenang
dipatuhi oleh masyarakat dan bahkan yang hanya mengenai suatu bagian tertentu saja
diperkuat oleh Negara4. dari kewenangan dimana di dalam
Dalam hukum publik, wewenang kewenangan terdapat beberapa
berkaitan dengan kekuasaan yang wewenang (rechtsbe voegdheden).
berkaitan dengan hukum. Kekuasaan

2
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, 4
A. Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998), h. 35- Moral dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia,
36 (Yogyakarta: Kanisius, 1990), h. 52
3
Suwoto Mulyosudarmo, Kekuasaan dan Tanggung 5
Miriam Budiardjo, Op Cit, h. 35
Jawab Presiden Republik Indonesia, Suatu 6
Rusadi Kantaprawira, Op Cit, h. 39
Penelitian Segi-Segi Teoritik dan Yuridis 7
Ateng Syafrudin, Menuju Penyelenggaraan
Pertanggungjawaban Kekuasaan, (Surabaya: Pemerintahan Negara yang Bersih dan Bertanggung
Universitas Airlangga, 1990), h. 30 Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV,( Bandung,
Universitas Parahyangan, 2000), h. 22

8
Wewenang merupakan lingkup kewenangan yang asli atas dasar konstitusi
tindakan hukum publik, lingkup wewenang (UUD). J.G. Brouwer10 berpendapat bahwa
pemerintahan, yang meliputi wewenang atribusi merupakan kewenangan yang
membuat keputusan pemerintah diberikan kepada suatu organ (institusi)
(bestuur), wewenang dalam rangka pemerintahan atau lembaga Negara oleh
pelaksanaan tugas, dan wewenang dalam suatu badan legislatif yang independen.
memberikan wewenang serta distribusi Kewenangan ini adalah asli, yang tidak
wewenang utamanya yang ditetapkan diambil dari kewenangan yang ada
dalam peraturan perundang-undangan. sebelumnya. Badan legislatif menciptakan
Secara yuridis, pengertian wewenang kewenangan mandiri dan bukan perluasan
adalah kemampuan yang diberikan oleh kewenangan sebelumnya dan memberikan
peraturan perundang-undangan untuk kepada organ yang berkompeten. Delegasi
menimbulkan akibat-akibat hukum8. adalah kewenangan yang dialihkan dari
Menurut H.D. Stoud wewenang dapat kewenangan atribusi dari suatu organ
dijelaskan sebagai keseluruhan aturan- (institusi) pemerintahan kepada organ
aturan yang berkenaan dengan perolehan lainnya sehingga delegator (organ yang
dan penggunaan wewenang pemerintah telah memberi kewenangan) dapat
oleh subjek hukum publik dalam hukum menguji kewenangan tersebut atas
publik9. namanya, sedangkan pada Mandat, tidak
Berdasarkan beberapa pengertian terdapat suatu pemindahan kewenangan
di atas, dapat disimpulkan bahwa tetapi pemberi mandat (mandator)
kewenangan (authority) memiliki memberikan kewenangan kepada organ
pengertian yang berbeda dengan lain (mandataris) untuk membuat
wewenang (competence). Kewenangan keputusan atau mengambil suatu tindakan
merupakan kekuasaan formal yang berasal atas namanya.
dari konstitusi seperti undang-undang,
2. Kewenangan dan Konsekuensi atas
sedangkan wewenang adalah suatu
Kewenangan
spesifikasi dari kewenangan yang
memberikan subyek hukum yang Sebagaimana diuraikan diatas
kewenangan oleh undang-undang untuk bahwa kewenangan adalah kekuasaan
melakukan sesuatu yang tersebut dalam formal sehingga perlu landasan hukum
kewenangan itu. yang atas kewenangan tersebut. Landasan
Kewenangan selalu dilandasi oleh hukum ini merupakan tidak hanya aspek
kewenangan yang diperoleh dari konstitusi legal atas kewenangan tersebut untuk
baik secara atribusi, delegasi, maupun melakukan administrasi pemerintahan
mandat. Suatu atribusi menunjuk pada namun juga mencegah terjadinya tumpang

8
Indroharto, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Administrasi terhadap Tindakan Pemerintah,
Baik, dalam Paulus Efendie Lotulung, Himpunan (Bandung: Alumni, 2004), h.4
Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, 10
J.G. Brouwer dan Schilder, A Survey of Dutch
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), h. 65 Administrative Law, (Nijmegen: Ars Aeguilibri,
9
Stout HD, de Betekenissen van de wet, dalam 1998), h. 16-17
Irfan Fachruddin, Pengawasan Peradilan

9
tindih serta penyalahgunaan kewenangan dipersilahkan untuk memilih pengadilan
antara sesama pejabat adaministrasi dalam hal mengajukan gugatan atas
pemerintahan. Hal-hal tersebut akan seorang pejabat negara. Untuk sistem
menimbulkan konsekuensi hukum bagi Belanda dan Inggris, kesalahan jabatan
pejabat adminisrasi baik pada tataran digugat melalui peradilan administrasi
hukum administrasi negara, hukum pidana sedangkan untuk kesalahan pribadi terjadi
maupun dalam tataran hukum perdata. perubahan diantara keduanya. Dimana
Berkenaan dengan konsekuensi dalam sistem Belanda gugatan diajukan
hukum, terdapat beberapa perbedaan melalui pengadilan umum sedangkan
penerapan bergantung pada doktrin dalam sistem Inggris gugatan diajukan
hukum yang melandasi. Doktrin di Inggris melalui pengadilan perdata.
dan Prancis tidak mengenal doktrin Hal lain yang menjadi
pembagian wewenang, fungsi dan tugas permasalahan berkenaan dengan
seperti di Belanda. Kedua negara ini kewenangan dan konsekuensinya adalah
mengenal adanya konsep “delegation of bagaimana suatu tindakan dikatakan
power“ dimana pejabat yang menerima melampaui kewenangan atau tidak.
wewenang bertanggung jawab mutlak atas Berkenaan dengan hal tersebut tiap
pelaksanaan serta akibat dari pelaksanaan doktrin memberikan pembedaaan sebagai
wewenang itu. Namun demikian, doktrin berikut:11
Prancis mengenal doktrin pemisahan 1. Doktrin Belanda yaitu : onrechtmatige
kesalahan antara kesalahan pribadi atau daad dengan unsur
kesalahan jabatan. Dimana kriteria yang a. Perbuatan itu bertentangan
dipakai dalam pemisahan kesalahan dengan peraturan perundang -
tersebut adalah: undangan yang berlaku,
a. Apakah kesalahan pribadi itu dilakukan b. Bertentangan dengan kewajiban
dalam jabatan, hukum si pelaku,
b. Apakah kesalahan itu dilakukan dengan c. Bertentangan dengan kesusilaan,
mengatas namakan jabatan, d. Bertentangan dengan azas
c. Adakah alat-alat dan perlengkapan yang kepatutan, ketelitian, dan sikap
digunakan pada saat dilakukan hati-hati.
kesalahan merupakan milik jabatan; Sedangkan doktrin onrechtmatige
dimana akumulasi dari ketiga kriteria over heidsdaad;
tersebut menjadikan kesalahan pribadi a. Bertentangan dengan peraturan
menjadi kesalahan jabatan. Namun dalam perundangan yang berlaku,
praktiknya Pancis sendiri menganut paham b. Menyalahgunakan wewenang,
gabungan mengingat sulitnya memisahkan c. Sewenang-wenang,
kesalahan pribadi dan jabatan. Sehingga d. Bertentangan dengan azas
konsekuensinya adalah masyarakat pemerintahan yang baik.

11
Rum Riyanto S, Kewenangan Pejabat l/150-artikel-keuangan-umum/20230-
Administrasi di Indonesia, kewenangan-pejabat-adminstrasi-di-indonesia,
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artike diakses tanggal 8/7/2015

10
2. Doktrin Prancis 2) Duty of care ; kewajiban untuk
a. Ultra vires dengan unsur bewrbuat berhati-hati,
1) Aspek prosedur : mengabaikan 3) Preach of duty ; pelanggaran
syarat proseduril yang telah di terhadap kewajiban, untuk
tetapkan, bertindak berhati-hati,
2) Aspek substantif : 4) The are of Risk ; medan resiko
a) Tindakan administrasi dari suatu perbuatan agar tidak
dilakukan oleh badan atau menimbulkan kerugian bagi,
pejabat yang salah, orang lain.
b) Tindakan administrasi b. Grouns of Action ; unsurnya,
dilakukan oleh pejabat atau 1) Lack of Action ; melakukan
badan yang tidak di tunjuk tindak administrasi tetapi
untuk itu, pejabat atau badan itu tidak
c) Tindakan dilakukan oleh cukup kewenangan ;
pejabat atau badan, 2) Infrigement of an assential
melampai wewenang, prosedural requirement ;
d) Tindakan itu dilakukan tidak melakukan pelanggaran
sesuai dengan tujuan pelanggaran terhadap
hukum, syarataal dan materiil prosedur
e) Tindakan yang dilakukan administrasi,
oleh pejabat yang 3) Infrigement of Treaty or of any
berwenang tetapi rule law relating its application
pengunaan wewenangnya : melakukan pelanggaran
melampaui waktu yang jauh terhadap perjanjian publik
yang akan datang. atau prinsip-prinsip hukum,
b. Detournement de Pouvoir yang seharusnya di terapkan,
1) Menggunakan wewenang 4) Misuse of power ;
untuk kepentingan peribadi, menyalahgunakan wewenang,
2) Menggunakan wewenang Doktrin-doktrin atau ajaran-ajaran
untuk kepentingan golongan. dalam ilmu hukum tersebut berguna
c. Abus de droit untuk menilai apakah suatu perbuatan
1) Tindakan administrasi negara administrasi pemerintahan itu telah
dilakukan dengan sesuai dengan kewenangannya.
mengabaikan perundang- Ajaran-ajaran tersebut dapat
undangan, pula di pergunakan baik dalam
2) Tindakan administrasi tidak konteks peradilan tata usaha negara,
berdasarkan undang-undang. maupun dalam peradilan pidana
3. Doktrin Inggris, terutama dalam tindak pidana korupsi,
a. Law of Tort dengan unsur :. dimana penyalahan gunaan
1) A certain of conduct ; kewenangan oleh pejabat
pelanggaran kode etik, pemerintahan termasuk sebagai

11
tindakan kriminal, jika tindakan itu Hal umum yang menjadikan kesalahan
merugikan keuangan negara. jabatan menjadi lingkup pidana adalah
Berkenaan dengan tindakan kesalahan tersebut dilakukan dengan
pidana, Kitab Undang-undang Hukum melawan hukum. Jika tidak, kesalahan
Pidana mencantumkan hal pidana jabatan tersebut tidak dapat dikategorikan
dalam jabatan pada BAB XXVIII dalam lingkup pidana.
Kejahatan Jabatan dari Pasal 413
3. METODE PENELITIAN
sampai dengan Pasal 437. Secara
substansi Kejahatan Jabatan dapat 3.1 Metode Penelitian Kualitatif
berupa sebagai berikut:
1. Menolak atau sengaja Menurut Sukmadinata (2005) dasar
mengabaikan perintah untuk penelitian kualitatif adalah
Komandan Angkatan Bersenjata konstruktivisme yang berasumsi bahwa
2. Memerintahkan untuk melawan kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif
ketentuan undang-undang dan suatu pertukaran pengalaman sosial
3. Melakukan penggelapan, yang diinterpretasikan oleh setiap individu.
pembiaran yang berujung Peneliti kualitatif percaya bahwa
penggelapan, atau membantu kebenaran adalah dinamis dan dapat
penggelapan aset yang berada ditemukan hanya melalui penelaahan
dalam tanggung jawabnya terhadap orang-orang melalui interaksinya
4. Memalsukan catatan untuk dengan situasi sosial mereka (Danim,
kepentingan pemeriksaan 2002).
5. Memaksa seseorang untuk Gaya penelitian kualitatif berusaha
melakukan, tidak melakukan atau mengkonstruksi realitas dan memahami
membiarkan sesuatu maknanya, sehingga penelitian ini biasanya
6. Menggunakan sarana paksaan, baik sangat memperhatikan proses, peristiwa
untuk memeras pengakuan, dan otentisitas.12
maupun untuk mendapatkan Penelitian kualitatif mengkaji
keterangan, diancam dengan perspektif partisipan dengan strategi-
pidana penjara paling lama empat strategi yang bersifat interaktif dan
tahun. fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan
7. Menguntungkan diri sendiri atau untuk memahami fenomena-fenomena
orang lain secara melawan hukum sosial dari sudut pandang partisipan.
8. Melampaui kekuasaan atau tanpa Dengan demikian arti atau pengertian
mengindahkan cara-cara yang penelitian kualitatif tersebut adalah
ditentukan dalam peraturan umum penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek alamiah dimana peneliti

12
Gumilar Rusliwa Somantri, Memahami Metode
Kualitatif, Makara, Sosial Humaniora, Vol.9, No.2,
Desember 2005: 57-65;

12
merupakan instrumen kunci (Sugiyono, pemaparan data pada umumnya
2005). menjawab pertanyaan-pertanyaan
Ada lima ciri pokok karakteristik mengapa dan bagaimana suatu
metode penelitian kualitatif yaitu: fenomena terjadi. Untuk itu peneliti
1) Menggunakan lingkungan alamiah dituntut memahami dan menguasai
sebagai sumber data bidang ilmu yang ditelitinya sehingga
Penelitian kualitatif menggunakan dapat memberikan justifikasi
lingkungan alamiah sebagai sumber mengenai konsep dan makna yang
data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi terkandung dalam data.
dalam suatu situasi sosial merupakan 3) Tekanan pada proses bukan hasil
kajian utama penelitian kualitatif. Tekanan penelitian kualitatif ada pada
Peneliti pergi ke lokasi tersebut, proses bukan pada hasil. Data dan
memahami dan mempelajari situasi. informasi yang diperlukan berkenaan
Studi dilakukan pada waktu interaksi dengan pertanyaan apa, mengapa,
berlangsung di tempat kejadian. dan bagaimana untuk mengungkap
Peneliti mengamati, mencatat, proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa
bertanya, menggali sumber yang erat yang dilakukan, mengapa dilakukan
hubungannya dengan peristiwa yang dan bagaimana cara melakukannya
terjadi saat itu. Hasil-hasil yang memerlukan pemaparan suatu proses
diperoleh pada saat itu segera disusun mengenai fenomena tidak dapar
saat itu pula. Apa yang diamati pada dilakukan dengan ukuran frekuensinya
dasarnya tidak lepas dari konteks saja. Pertanyaan di atas menuntut
lingkungan di mana tingkah laku gambaran nyata tentang kegiatan,
berlangsung. prosedur, alasan-alasan, dan interaksi
2) Memiliki sifat deskriptif analitik yang terjadi dalam konteks lingkungan
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif di mana dan pada saat mana proses itu
analitik. Data yang diperoleh seperti berlangsung. Proses alamiah dibiarkan
hasil pengamatan, hasil wawancara, terjadi tanpa intervensi peneliti, sebab
hasil pemotretan, analisis dokumen, proses yang terkontrol tidak akan
catatan lapangan, disusun peneliti di menggambarkan keadaan yang
lokasi penelitian, tidak dituangkan sebenarnya. Peneliti tidak perlu
dalam bentuk dan angka-angka. mentaransformasi data menjadi angka
Peneliti segera melakukan analisis untuk mengindari hilangnya informasi
data dengan memperkaya informasi, yang telah diperoleh. Makna suatu
mencari hubungan, membandingkan, proses dimunculkan konsep-
menemukan pola atas dasar data konsepnya untuk membuat prinsip
aslinya (tidak ditransformasi dalam bahkan teori sebagai suatu temuan
bentuk angka). Hasil analisis data atau hasil penelitian tersebut.
berupa pemaparan mengenai situasi 4) Bersifat induktif
yang diteliti yang disajikan dalam Penelitian kualitatif sifatnya induktif.
bentuk uraian naratif. Hakikat Penelitian kualitatif tidak dimulai dari

13
deduksi teori, tetapi dimulai dari pembinaan yang dilakukan kepala
lapangan yakni fakta empiris. Peneliti sekolah. Ketepatan informasi dari
terjun ke lapangan, mempelajari suatu partisipan (kepala sekolah dan guru)
proses atau penemuan yang tenjadi diungkap oleh peneliti agar dapat
secara alami, mencatat, menganalisis, menginterpretasikan hasil penelitian
menafsirkan dan melaporkan serta secara sahih dan tepat.
menarik kesimpulan-kesimpulan dari Berdasarkan ciri di atas dapat
proses tersebut. Kesimpulan atau disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
generalisasi kepada lebih luas tidak tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan
dilakukan, sebab proses yang sama sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan
dalam konteks lingkungan tertentu, berdasarkan lingkungan alami. Data dan
tidak mungkin sama dalam konteks informasi lapangan ditarik maknanya dan
lingkungan yang lain baik waktu konsepnya, melalui pemaparan deskriptif
maupun tempat. Temuan penelitian analitik, tanpa harus menggunakan angka,
dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, sebab lebih mengutamakan proses
teori dibangun dan dikembangkan dari terjadinya suatu peristiwa dalam situasi
lapangan bukan dari teori yang telah yang alami. Generalisasi tak perlu
ada. Prosesnya induktif yaitu dari data dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi
yang terpisah namun saling berkaitan. terjadi dalam konteks dan situasi tertentu.
5) Mengutamakan makna Realitas yang kompleks dan selalu berubah
Penelitian kualitatif mengutamakan menuntut peneliti cukup lama berada di
makna. Makna yang diungkap berkisar lapangan.
pada persepsi orang mengenai suatu Setidaknya terdapat lima jenis
peristiwa. Misalnya penelitian tentang metode penelitian kualitatif yang banyak
peran kepala sekolah dalam digunakan menurut Dr. Gumilar
pembinaan guru, peneliti R.Sumantri yaitu: Observasi Terlibat,
memusatkan perhatian pada Analisa Percapakan, Analisa Wacana,
pendapat kepala sekolah tentang guru Analisa Isi, dan Pengambilan Data
yang dibinanya. Peneliti mencari Ethnografis13. Observasi terlibat biasanya
informasi dari kepala sekolah dan melibatkan seoarang peneliti kualitatif
pandangannya tentang keberhasilan langsung dalam intervensi sosial. Analisa
dan kegagalan membina guru. Apa Percakapan pada umumnya memusatkan
yang dialami dalam membina guru, perhatian pada percakapan dalam sebuah
mengapa guru gagal dibina, dan interaksi. Analisa Wacana lebih fokus pada
bagaimana hal itu terjadi. Sebagai penggunaan bahasa, dimana perhatian
bahan pembanding peneliti mencari yang besar tertuju pada praktek dan
informasi dari guru agar dapat kontekstualitas. Analisis Isi mengkaji
diperoleh titik-titik temu dan dokumen berupa kategori dari makna.
pandangan mengenai mutu Sedangkan Pengambilan data enthografis

13
Gumilar Rusliwa Somantri, op. Cit, 57-65

14
yang relatif tidak terstruktur berfokus pada 3.4 Pengolahan Data
pengngalian tekstur dan alir pengalaman
Sebagai dijelaskan mengenai esensi
selektif dari responden melalui proses
penelitian kualitatif, penelitian ini
interaksi secara mendalam dan bebas.
berusaha menelaah lebih dalam mengenai
Berkenaan dengan penjelasan
keweanangan yang dimiliki oleh
diatas, Metode yang digunakan dalam
Kementerian Keuangan berkenaan dengan
penelitian ini adalah Metode kualitatif
Proposal Anggaran. Berkenaan dengan hal
dengan penekanan pada analisis isi dari
tersebut, peraturan terkait dikupas pasal
suatu peraturan.
per pasal termasuk dengan ketentuan
3.2 Objek penelitian dalam lampirannya. Pengkajian difokuskan
pada kewenangan yang diturunkan dari
Objek dalam penelitian ini adalah
pengaturan tersebut.
peraturan mengenai kewenangan pihak-
pihak yang terlibat dalam suatu siklus 4. PEMBAHASAN
penganggaran: dari tahap perencanaan
sampai dokumen anggaran disahkan. 4.1 Kajian Aspek Filosofis Yuridis
Sebagai suatu objek, peraturan ini akan Dalam rangka mencapai tujuan
ditelaah secara isi mengenai keterkaitan bernegara sebagaimana tercantum dalam
dengan kewenangan yang menjadi objek Pembukaan UUD 1945 perlu dibentuk
dari penelitian. pemerintahan negara guna mencapai
3.3 Jenis Data tujuan tersebut, dimana pembentukan
pemerintahan negara tersebut
Peraturan-peraturan yang menjadi menimbulkan konsekuensi hak dan
data dalam penelitian ini adalah: kewajiban negara yang dapat dinilai
a. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 dengan uang yang perlu dikelola dalam
tentang Keuangan Negara suatu Sistem Pengelolaan Keuangan
b. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Negara. Selanjutnya wujud pengelolaan
tentang Perbendaharaan Negara keuangan negara guna mencapai tujuan
c. Peraturan Pemerintah Nomor 90 bernegara dimaksud termaktub dalam
Tahun 2010 tentang Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Rencana Kerja Anggaran (APBN) yang berisi hak dan kewajiban
Kementerian/Lembaga negara yang dapat dinilai dengan uang.
d. PMK No.136/PMK.01/2014 tentang Mengingat APBN dimaksudkan untuk
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan mencapai tujuan bernegara, maka
RKAKL penyusunan APBN perlu dijaga sedemikian
e. Peraturan Menteri Perencanaan rupa untuk memastikan proses yang
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Tata Cara terbuka dan bertanggung jawab untuk
Penyusunan Inisiatif Baru Peraturan sebesarnya kemakmuran rakyat.
dimaksud merupakan data sekunder APBN berisi hak dan kewajiban
terkait dengan kebutuhan penelitian negara dalam rangka menyelenggarakan
ini. fungsi pemerintahan untuk mencapai

15
tujuan negara. Untuk itu, dalam Penyusunan APBN sebagai bagian
penyusunannya APBN perlu awal siklus anggaran negara berdasarkan
memperhatikan aspek-aspek keuangan konstruksi hukumnya diadakan untuk
yang berkesinambungan yakni harus maksud pemenuhan kewajiban negara
memperhatikan seberapa besar dalam rangka menyelenggarakan fungsi
kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dalam mencapai tujuan
pemerintahan negara serta kemampuan bernegara. Kewajiban negara ini kemudian
negara dalam menghimpun pendapatan. dilaksanakan oleh kementerian
Dengan demikian, pelaksana negara/lembaga, yang merupakan pihak
pemerintahan negara tidak dapat berlaku yang menerima kuasa selaku pengguna
semena-mena menyelenggarakan anggaran/pengguna barang dari Presiden.
pemerintahan negara tanpa Implikasi hukumnya adalah kementerian
memperhatikan kemampuan untuk negara/lembaga mempunyai kewajiban
membiayai hal tersebut. Hal ini sangatlah mempertanggungjawabkan penggunaan
penting mengingat ketidakmampuan anggaran dan barang kepada Presiden
untuk menyadari kondisi berkenaan akan sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan
berakibat tidak tercapainya tujuan keuangan negara.
bernegara itu sendiri karena negara akan Menteri Keuangan, selaku
kehilangan kemampuannya untuk pembantu Presiden, mendapatkan mandat
membiayai pencapaian tujuan bernegara sebagai kuasa yang ditunjuk untuk
dimasa yang akan datang. Berkenaan pengelolaan APBN. Pemberian kuasa
dengan itu, UU 17 Tahun 2003 tentang pengelolaan APBN kepada Menteri
Keuangan Negara memberikan mandat Keuangan merupakan perbuatan hukum
untuk selalu mempertahankan kelebihan Presiden yang menciptakan kekuasaan
biaya atas pendapatan dibawah 3% (ref: atau kewenangan kepada Menteri
pasal 12 UU 17/2003). Keuangan untuk melakukan sesuatu atau
Pemerintahan Negara adalah menuntut sesuatu kepada pihak lain,
sistem penyelenggaraan pemerintahan dalam hal ini kementerian negara/lembaga
Indonesia dengan Presiden sebagai atau pihak ketiga, guna melaksanakan
pemegang kekuasaan pemerintahan peraturan perundang-undangan terkait
negara tertinggi sesuai dengan Pasal 4 ayat dengan pengelolaan APBN. Perbuatan
(1) UUD 1945. Berdasarkan Ketentuan hukum ini berlandaskan pada Pasal 6 ayat
Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 terdeviasi (2) huruf a UU Nomor 17 Tahun 2003,
kekuasaan Presiden dalam pengelolaan sehingga menjadi kehendak Presiden
keuangan negara. Secara yuridis, secara mandiri agar Menteri Keuangan
kekuasaan memegang pengelolaan mengelola APBN sebatas kuasa yang telah
keuangan negara hakikatnya juga untuk diberikannya.
menjamin penyelenggaraan pemerintahan Sebagai penerima kuasa untuk
negara dan pelayanan publik, dalam melakukan pengelolaan APBN, Menteri
konteks penyediaan pendanaan. Keuangan mempunyai tugas menyusun
kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi

16
makro, menyusun rancangan APBN dan memastikan suatu proses yang baik (good
Perubahan APBN, mengesahkan dokumen governance) dapat tercipta dan
pelaksanaan anggaran, melakukan dilaksanakan. Hal inilah yang kemudian
perjanjian internasional di bidang dikenal sebagai suatu sistem pengelolaan
keuangan, melaksanakan pemungutan keuangan negara merujuk pada UU 17
pendapatan negara yang telah ditetapkan Tahun 2003 dan UU 1 Tahun 2004. Sistem
dalam undang-undang, melaksanakan ini dibangun guna memastikan bahwa hak
fungsi bendahara umum negara, dan kewajiban yang tercantum dalam
menyusun laporan keuangan yang APBN dimaksudkan untuk sebenar-
merupakan pertanggungjawaban benarnya kepentingan negara dalam
pelaksanaan APBN, dan melaksanakan mencapai tujuannya.
tugas-tugas lain di bidang pengelolaan Untuk itu, penilaian kelayakan guna
fiskal berdasarkan ketentuan undang- memastikan bahwa hak dan kewajiban
undang. yang tercantum dalam APBN digunakan
Menteri Keuangan dalam untuk kepentingan negara perlu
melaksanakan hal yang menjadi tugasnya memperhatikan aspek-aspek yakni
dapat membuat kebijakan guna bagaimana proses dilakukan, apa saja
memastikan tujuan atas penugasan kriteria yang ditetapkan, nilai apa yang
tersebut dapat dicapai. Untuk itu berbagai didapat dari proses tersebut, dan
produk hukum dihasilkan sebagai wujud bagaimana nilai diejawantahkan bagi
kebijakan untuk tercapainya tujuan dari pengambilan keputusan. Sebagaimana
pelaksanaan tugasnya. Kebijakan atau aspek-aspek tersebut diupayakan guna
keputusan tersebut menurut I Gede Pantja mengurangi variasi atas hasil penilaian
Astawa14 dalam arti luas dapat berupa yang berujung pada pengambilan
salah satu dari tiga kelompok yakni: (1) keputusan. Untuk itu pihak yang
wettlijk regelling (peraturan perundang- berkewenangan perlu menyusun sistem
undangan) seperti UUD, undang-undang, untuk memastikan hal tersebut di atas
peraturan pemerintah, peraturan dapat dilakukan dengan baik sebagai suatu
pemerintah pengganti undang-undang, proses yang governance.
peraturan presiden, peraturan menteri,
4.2 Kajian Aspek Landasan Hukum
peraturan daerah, dan lain-lain; (2)
beleidsregels (peraturan kebijakan), Ketentuan yang menjadi landasan
seperti instruksi, surat edaran, dalam mengelola APBN adalah sebagai
pengumuman dan lain-lain; dan (3) berikut:
beschikking (penetapan), seperti surat a. UU 17/2003 tentang Keuangan Negara
keputusan dan lain-lain. b. UU 1/2004 tentang Perbendaharaan
Kebijakan tersebut pada dasarnya Negara
merupakan alat bantu administratif dalam
melaksanakan kewenangan untuk

14
Arif Christiono Soebroto, kedudukan hukum Perencanaan Pembangunan Nasional.
peraturan/kebijakan dibawah Peraturan Menteri www.birohukum.bappenas.go.id

17
c. PP 90/2010 tentang Penyusunan keuangan negara sebagai bagian dari
Rencana Kerja Anggaran kekuasaaan pemerintahan kepada pihak-
Kementerian/Lembaga pihak yang mengelola keuangan negara.
d. PMK 136/PMK.01/2014 tentang Menteri Keuangan menurut ketentuan ini
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan mendapatkan mandat selaku pengelola
RKAKL mengatur ruang lingkup fiskal dan wakil pemerintah dalam
penelaahan kepemilikan kekekayaan yang dipisahkan.
e. Peraturan Menteri Perencanaan Selaku pengelola fiskal, Menteri Keuangan
Nomor 1/2011 tentang Tata Cara memiliki tugas seperti sebagaimana
Penyusunan Inisiatif Baru tercantum dalam pasal 8 UU 17/2003.
Ketentuan dalam UU 17/2003 Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut,
menyebutkan bahwa APBN merupakan Menteri Keuangan berdasarkan ketentuan
rencana keuangan tahunan pemerintahan yang ada berkuasa untuk melakukan
negara yang disetujui oleh DPR (Pasal 1) pengaturan-pengaturan yang lebih detail
dan merupakan wujud pengelolaan mengenai pengelolaan keuangan negara.
keuangan negara yang ditetapkan tiap Berkenaan dengan APBN, Menteri
tahun dengan undang-undang (pasal 11). Keuangan bertugas untuk menyusun
Kekuasaan pengelolaan keuangan negara Rancangan APBN dan mengesahkan
merupakan bagian dari kekuasaan dokumen pelaksanaan anggaran. Menteri
pemerintahan dimana Presiden bertindak Keuangan, dalam menyusun rancangan
selaku Kepala Pemerintahan (pasal 6). APBN, perlu menjaga kesesuaian
Selanjutnya kekuasaan tersebut kebutuhan penyelenggaran pemerintahan
dikuasakan (mandat) kepada Menteri negara dan kemampuan dalam
Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil menghimpun pendapatan negara. Hal ini
pemerintah dalam kepemilikan kekayaan dikenal sebagai kesinambungan fiskal
yang dipisahkan; dikuasakan (mandat) (fiscal sustainability) sebagai bagian upaya
kepada menteri/pimpinan lembaga selaku pengelolaan fiskal. Selain itu, Menteri
pengguna anggaran/pengguna barang K/L Keuangan perlu memastikan kesesuaian
yang dipimpinnya; diserahkan (delegasi) kesepakatan yang terdapat dalam APBN
kepada gubernur/bupati/walikota selaku dengan apa yang dituangkan dalam
kepada pemerintahan daerah untuk dokumen pelaksanaan anggaran. Hal ini
mengelola keuangan daerah dan mewakili melandasi perlunya pengesahan dokumen
pemerintah daerah dalam kepemilikan pelaksanaan anggaran mengingat segala
kekayaan daerah yang dipisahkan; tidak hal yang tertuang dalam dokumen
termasuk kewenangan dibidang moneter, tersebut akan membebani negara. Dalam
yang antara lain mengeluarkan dan melakukan segala penugasan dimaksud,
mengedarkan uang, yang diatur dengan sangat memungkinkan Menteri Keuangan
undang-undang (pasal 6 ayat (2)). membentuk suatu mekanisme yang
Ketentuan tersebut menjelaskan dibutuhkan guna efektifitas pelaksanaan
mandat atau delegasi yang diberikan tugasnya dan melaksanakan kaidah umum
Presiden dalam menjalankan pengelolaan praktik penyelenggaraan tata

18
kepemerintahan yang baik (ref. Pasal 2 dimaksud walaupun kata layak tidak
PP90/2010). dielaborasi lebih mengenai layak dari sisi
Dalam penyusunan RKAKL yang mana.
sebagaimana tercantum dalam PP 90/2010 Dalam peraturan yang menjadi
tentang RKAKL, proses dimulai dari turunan dari PP 90/2010, Menteri
penetapan arah kebijakan dan prioritas Keuangan melalui produk hukum yang
pembangunan nasional oleh Presiden. dikeluarkan tidak mengulas lebih lanjut
Proses dilanjutkan dengan penyusunan mengenai bagaimana suatu usulan dikaji,
rencana Insiatif baru dan indikasi namun memberikan guidence bagaimana
kebutuhan anggaran yang telah mengevaluasi sebagaimana tercantum
diselaraskan dengan arah kebijakan dan dalam PMK 249/PMK.02/2011 tentang
prioritas pembangunan nasional. Dalam Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas
proses tersebut, Kementerian Keuangan Pelaksanaan RKAKL. Jika melihat esensi
dan Kementerian Perencanaan yang termaktub dalam judul PMK
menjalankan peran untuk mengevaluasi 249/PMK.02/2011, hal yang dilakukan
pelaksanaan program dan kegiatan yang adalah bagaimana mengevaluasi atas
sedang berjalan, dan mengkaji usulan pelaksanaan program dan kegiatan
inisiatif baru berdasarkan prioritas berjalan. Sedangkan untuk sesuatu yang
pembangunan serta analisa pemenuhan akan dilaksanakan, dimana kajian atas
kelayakan dan efisiensi indikasi kebutuhan usulan seharusnya ada, lebih tepatnya
dananya (ref. Pasal 7 ayat (4)). adalah substansi yang ada dalam
Kementerian Perencanaan sendiri pengaturan tentang Petunjuk Penyusunan
dimandatkan untuk mengoordinasikan dan Penelaahan RKAKL. Dimana esensi
pelaksanaan evaluasi dan pengintegrasian yang dibangun dalam peraturan tersebut
hasil evaluasi dan melakukan pengaturan adalah bukan kajian atas usulan, namun
mengenai penyusunan Inisiatif Baru. kata yang digunakan adalah penelaahan.
Dalam konstruksi ini, Kementerian Berkenaan dengan penelaahan
Keuangan memiliki kewenangan maksud dari penelaahan RKAKL
berdasarkan PP 90/2010 untuk melakukan sebagaimana tercantum dalam Peraturan
evaluasi atas pelaksanaan program dan Menteri Keuangan Nomor
kegiatan berjalan serta melakukan kajian 136/PMK.02/2014 tentang Petunjuk
atas usulan insiatif baru. Hal ini dilakukan Penyusunan dan Penelaahan RKAKL adalah
berdasarkan pada dua hal pokok yakni: (1) memastikan hal-hal sebagai berikut:
apakah program dan kegiatan yang akan 1. Rencana Kinerja yang dituangkan
dibiayai sesuai arah kebijakan dan prioritas dalam RKAK-KL konsisten dengan yang
nasional, dan (2) apakah program dan tertuang dalam RKP;
kegiatan tersebut layak dan efisien. Pokok 2. Untuk mencapai rencana kinerja
yang pertama memiliki penekanan pada tersebut dialokasikan dana yang efisien
apakah ini sesuai dengan kebijakan umum dalam tataran perencanaan;
Pemerintah. Sedangkan pokok yang kedua 3. Dalam pengalokasiannya telah
merupakan aspek teknis atas usulan mengikuti ketentuan penerapan

19
anggaran terpadu, penganggaran terdapat komponen yang berbeda dalam
berbasis kinerja, dan kerangka penghitungan alokasinya karena hal
pengeluaran jangka menengah. tersebut berkenaan alokasi anggaran yang
Selanjutnya ruang lingkup efisien. Secara umum didalam pengaturan
penelaahan sebagaimana tercantum ini, tidak ada klausul yang membahas
dalam Peraturan Menteri Keuangan ini mengenai kelayakan.
terdiri dari: Dilain pihak, Peraturan Menteri
1. Penelaahan Kriteria Administratif Perencanaan Nomor 1/2011 tentang Tata
Bertujuan meneliti kelengkapan dari Cara Penyusunan Inisiatif Baru
dokumen yang digunakan dalam forum memposisikan Kementerian Keuangan
penelaahan untuk (ref.BAB III):
2. Penelaahan Kriteria Substantif 1. melakukan penilaian atas kelayakan
Bertujuan untuk meneliti kesesuaian, Proposal Inisiatif Baru, terutama dari
relevansi, dan/atau konsistensi dari sisi anggaran dan memposisikan
setiap bagian RKAKL, yang terdiri atas: Kementerian Perencanaan guna
a. Kesesuaian data dalam RKAKL melakukan penilaian dari sisi kebijakan
dengan Pagu Anggaran/Alokasi (policy)
Anggaran K/L (DJA) 2. Melakukan penilaian atas kemampuan
b. Kesesuaian antara kegiatan, penyerapan anggaran dan saving yang
keluaran, dan anggarannya (DJA) dilakukan Kementerian dan Lembaga
c. Relevansi komponen/tahapan 3. Melakukan pengecekan kepatutan
dengan keluaran (DJA) sesuai dengan kebijakan anggaran
d. Konsistensi pencatuman sasaran Melihat konstruksi pengaturan
kinerja K/L dengan RKP (Bappenas) yang membagi kewenangan dimaksud,
e. Konsistensi pencatuman prakiraan secara eksplisit dikatakan bahwa
maju untuk 3 (tiga) tahun ke depan Kementerian Keuangan memiliki
(DJA) wewenang untuk melakukan hal
Dalam konteks ini, pengaturan ini sebagaimana disebutkan, dimana
menempatkan penelaahan sebagai bagian dikatakan bahwa penilaian atas kelayakan
mengkonfirmasi dari beberapa hal yang proposal inisiatif baru adalah dari sisi
telah dilakukan sebelumnya dalam proses anggaran dengan katagori yang
penganggaran, namun tidak spesifik pada ditentukan. Selanjutnya, dijelaskan kriteria
penilaian atas usulan baru baik dari sisi yang menjadi dasar dari penilaian proposal
kelayakan dan efisiensi. Lebih lanjut dalam dengan dari sisi anggaran yakni:
pengaturan dimaksud sebenarnya 1. Kesesuaian Anggaran: kesesuaian
dibedakan juga penanganan untuk alokasi parameter, komponen unit jelas, biaya
yang sudah ada ditahun sebelumnya dan proposional.
alokasi inisiatif baru, namun demikian 2. Kepatutan Anggaran: Sesuai SBU/SBK,
secara subtansi tidak ada perbedaan dalam Konsistensi Biaya,
penangangannya mengingat dalam aspek Penghematan/efisiensi
efisiensi adalah berkenaan apakah

20
3. Sumber Pendanaan: Sumber dari untuk memastikan bahwa negara tidak
realokasi anggaran, Target yang kehilangan kemampuan dalam membiayai
direlokasi tetap dapat dicapai. kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan
bernegara. Oleh karena itu, Menteri
Dimana 3 kriteria tersebut merupakan
Keuangan berkepentingan untuk
bagian dari 10 kriteria penilaian inisiatif
memaksimalkan sumberdaya yang berada
baru.
dalam pengelolaannnya berdasarkan
Berdasarkan hal tersebut diatas
prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang
maka, dapat disimpulkan bahwa melalui
baik, misalnya optimasi penerimaan dan
peraturan ini kata kelayakan dielaborasi
pengeluaran, serta mencari pembiayaan
lebih mendalam dalam Peraturan Menteri
yang menguntungkan jika dibutuhkan
Perencanaan Nomor 1/2001 tentang Tata
untuk melaksanakan kegiatannya.
Penyusunan Inisiatif Baru dengan
Berdasarkan kewenangan yang diperoleh,
menambahkan kriteria yang diperlukan
Menteri Keuangan selayaknya membuat
dari sisi anggaran. Selain itu, kata
aturan yang memadai untuk mendukung
kelayakan juga disandingkan dengan kata
pelaksanaan wewenang tersebut,
kepatutan dari sisi kebijakan anggaran
terutama pada saat penyusunan APBN
dimana kedua kata tersebut secara harfiah
sebagai bentuk pengelolaan keuangan
memiliki arti yang sama.
negara.
4.3 Kesimpulan Aspek Filosofis Yuridis dan Namun demikian pada saat
Aspek Landasan Hukum undang-undang diturunkan lebih lanjut,
konstruksi hukum sebagaimana tercantum
Berdasarkan bahasan atas kedua dalam PP90/2010 membagi kewenangan
aspek tersebut dapat ditarik benang merah pemerintahan berkenaan dengan
berkenaan dengan tujuan negara secara penyusunan RKAKL kepada Kementerian
umum, dimana Presiden mandat kepada Keuangan dan Bappenas. Pada pengaturan
Menteri Keuangan selaku untuk tersebut dinyatakan bahwa kedua institusi
pengelolaan APBN. Mandat ini didapat dimaksud memiliki kewenangan untuk
mengingat Presiden secara Undang- melakukan evaluasi atas pelaksanaan
undang Dasar menjadi pemegang kegiatan yang sudah ada dan analisa
kekuasaan tertinggi pemerintahan negara. pemenuhan kelayakan dan efisiensi
Hal ini tercantum dalam ketentuan pada indikasi kebutuhan dana.
pasal 6 ayat (2) huruf a UU Nomor 17 tahun Mengingat kewenangan
2003. Sehingga walaupun kewenangan membutuhkan panduan dalam
Menteri Keuangan tersebut adalah dalam pelaksanaannya, maka aturan turunan
undang-undang tidak dapat dikatakan yang menjadi produk Menteri Keuangan
bahwa kewenang tersebut diperoleh tidak menggunakan kata kajian atas usulan
secara atribusi. mengenai penilaian kelayakan, namun
Substansi kewenangan yang menggunakan istilah penelaahan
didapat oleh Menteri Keuangan berkenaan sebagaimana dimaksud dalam PMK
dengan pengelolaan keuangan adalah 136/PMK.02/2014. Walaupun demikian

21
secara desain, waktu penelaahan 2. Berdasarkan landasan hukum yang
sebagaimana dimaksud dalam PMK ada, Kementerian Keuangan (cq. DJA)
tersebut diposisikan sebagai bagian memiliki kewenangan dalam menilai
konfirmasi atas hal yang telah dilakukan kelayakan proposal anggaran
sebelumnya dalam siklus anggaran. Dilain Kementerian/Lembaga sebagai
pihak, kata-kata penilaian kelayakan tercantum dalam PP90/2010. Namun
dinyatakan lebih jelas dalam Permen demikian pelaksanaan atas tugas
Perencanaan No.1/2011. tersebut tidak diatur lebih lanjut dalam
Hal yang perlu mendapatkan aturan pelaksanaan atas kewenangan
perhatian adalah bahwa kedua peraturan tersebut.
adalah peraturan mandiri, namun 3. Kewenangan yang tercantum dalam PP
didalamnya mengatur berkenaan dengan 90/2010 tidak dijelaskan lebih lanjut
kewenangan pihak lain yang berada diluar didalam aturan pelaksanaannya
atau secara horisontal. Hal yang mengingat kata-kata penilaian
memerlukan perhatian adalah apakah kelayakan tidak digunakan secara
kewenangan yang dimandatkan oleh eksplisit namun digunakan kata
atasan dapat dialihkan berdasarkan penelaahan. Penelahaan ini secara
peraturan yang dibuat sendiri. Seharusnya substanstif berbeda dengan kata
peraturan tersebut jika mengatur proses penilaian kelayakan mengingat
dari institusi lain perlu dibuat sebagai penelaahan berdasarkan peraturan
peraturan bersama. yang mengatur merupakan bagian
mengkonfirmasi dari beberapa hal
5. PENUTUP yang telah dilakukan sebelumnya
5.1 Kesimpulan dalam proses penganggaran.
4. Kewenangan yang memberikan
Berdasarkan pembahasan yang kapabiltas lebih mengenai penilaian
sudah disampaikan sebelumnya guna kelayakan lebih banyak diatur dalam
menjawab pertanyaan penelitian, dapat Peraturan Menteri Perencanaan
disampaikan hal-hal sebagai berikut: Nomor 1/2011 tentang Tata Cara
1. Tugas Kementerian Keuangan Penyusunan Inisiatif Baru, yang secara
Kementerian Keuangan (cq. DJA) dalam teori kewenangan terkesan tanggal
pengelolaan APBN adalah memastikan mengingat kewenangan diperoleh dari
bahwa negara tidak kehilangan peraturan yang dikeluarkan oleh
kemampuan dalam membiayai institusi yang selevel.
kegiatan-kegiatan dalam mencapai
5.2 Saran
tujuan bernegara. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengoptimalisasi Berdasarkan hasil penelitian ini,
pendapatan dan pengeluaran, serta dapat disampaikan beberapa saran sebagai
mencari pembiayaan yang berikut:
menguntungkan jika dibutuhkan untuk 1. Esensi dari PP90/2010 pada saat
melaksanakan kegiatannya. memunculkan institusi lain sebagai

22
bagian dari pelaksanaan UU 17/2003 tugas institusi lain dalam menjalankan
pada dasarnya mencoba mengadopsi kewenangannya.
konsepsi check and balance dalam 2. Perlu adanya pengaturan internal guna
pelaksanan tugas dan fungsi, namun mendukung proses yang dilaksanakan
demikian pengaturan salah satu berkenaan dengan penyusunan APBN
institusi yang mengatur institusi lain terutama berkenaan dengan
seharusnya dibentuk dalam konstruksi kewenangan penilaian kelayakan
Peraturan Bersama. Hal ini mengingat anggaran. Dalam hal ini pengaturan
konsepsi check and balance tidak standar biaya dapat menjadi instrumen
berarti mengkooptasi pelaksanaan atas kelayakan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Hukum Acara Mahkamah Konstitusi,


Hasil Penelitian, Jakarta.
Ateng Syafrudin, Menuju Penyelenggaraan Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu
Pemerintahan Negara yang Bersih Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka
dan Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Utama, 1998)
Justisia Edisi IV,( Bandung, MTI (Masyarakat Transparansi Indonesia),
Universitas Parahyangan, 2000) Tanpa Tahun, Keputusan Presiden
Gumilar Rusliwa Somantri, Memahami Yang Menyimpang Periode 1993-
Metode Kualitatif, Makara, Sosial 1998.
Humaniora, Vol.9, No.2, Desember Nasution, Adnan Buyung, 1995, Aspirasi
2005: 57-65 Pemerintahan Konstitusional di
Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan Indonesia: Studi Sosio-Hukum
Moral dalam Pembangunan differences Konstituante 1956-1959,
Masyarakat Indonesia, (Yogyakarta: Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
Kanisius, 1990) Nasution, Mirza 2004, Negara Dan
Indroharto, Asas-Asas Umum Konstitusi, makalah, Medan: FH-USU
Pemerintahan yang Baik, dalam Rum Riyanto S, Kewenangan Pejabat
Paulus Efendie Lotulung, Himpunan Administrasi di Indonesia,
Makalah Asas-Asas Umum http://www.bppk.kemenkeu.go.id/p
Pemerintahan yang Baik, (Bandung: ublikasi/artikel/150-artikel-
Citra Aditya Bakti, 1994), keuangan-umum/20230-
J.G. Brouwer dan Schilder, A Survey of kewenangan-pejabat-adminstrasi-di-
Dutch Administrative Law, indonesia, diakses tanggal 8/7/2015
(Nijmegen: Ars Aeguilibri, 1998), Rusma Dwiyana, Konsep
Kuat, CF. 2008, Konstitusi-Konstitusi Politik Konstitusionalisme, Pemisahan
Modern: Studi PERBANDINGAN Kekuasaan, Dan Checks And Balances
TENTANG Sejarah dan Bentuk- System (Sebuah Tinjauan Konseptual
Bentuk Konstitusi Dunia, Terjem. SPA Dan Praktis)
Teamwork, Cet. II, Jakarta: Nusa Stout HD, de Betekenissen van de wet,
Media. dalam Irfan Fachruddin, Pengawasan
Mahkamah Konstitusi RI Dan Konrad Peradilan Administrasi terhadap
Adenauer Stiftung 2005, Tindakan Pemerintah, (Bandung:
MEKANISME Impeachment dan Alumni, 2004),

23
Subekti, Valina Singka, 2008, Menyusun Wardani, Kunthi Dyah, 2007, Impeachment
Konstitusi Transisi: Pergulatan Dalam ketatanegaraan Indonesia,
Kepentingan Dan Pemikiran hearts Yogyakarta, UII Press.
Proses Perubahan UUD 1945,
Jakarta: Rajawali Press. DOKUMEN
Suwoto Mulyosudarmo, Kekuasaan dan
Tanggung Jawab Presiden Republik Undang-Undang No. 17 Tahun 2003
Indonesia, Suatu Penelitian Segi-Segi tentang Keuangan Negara
Teoritik dan Yuridis Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang
Pertanggungjawaban Kekuasaan, Perbendaharaan Negara
(Surabaya: Universitas Airlangga, Undang-Undang No. 15 Tahun 2004
1990), tentang Pemeriksaan Pengelolaan
Thaib, Dahlan, Jazim Hamidi, Dan Ni'matul dan Tanggung Jawab Keuangan
Huda, 1999, Teori dan Hukum Negara
Konstitusi, Jakarta: Rajawali. Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010
Utomo, Tri Widodo W., Tinjauan Kritis tentang Penyusunan Rencana Kerja
TENTANG Pemerintah Dan Anggaran Kementerian/Lembaga
Kewenangan Pemerintah * Menurut PMK No.136/PMK.01/2014 tentang
Hukum Administrasi Negara, hearts Petunjuk Penyusunan dan
Jurnal Unisia, No. 55 / XXVIII / I / Penelaahan RKAKL
2005, hal. 28-43, Yogyakarta: UII Peraturan Menteri Perencanaan No. 1
Press. Tahun 2011 tentang Tata Cara
Penyusunan Inisiatif Baru

24
KAJIAN PENGELOLAAN BIAYA DALAM SISTEM PENGANGGARAN

Intisari

Secara de jure, amanat pelaksanaan performance based budget telah berumur lebih
dari satu dekade tertulis dalam UU 17 tahun 2003. Secara de facto, bisa jadi belum seperti
harapan. Kondisi ini disinyalir karena dalam proses penganggaran masih terjebak dalam detail
per item belanja, termasuk didalamnya upaya penerapan prinsip let the manager manage
yang masih sarat dengan pendekatan line item.
Kajian ini berupaya memaparkan peran strategis costing dalam mewujudkan tujuan
performance based budgeting beserta langkah merealisasikannya. Kajian ini menggunakan
metode telaah literatur, peraturan yang ada dilakukan analisa dan dituangkan dalam
pemikiran untuk pengembangan penerapannya khususnya dalam sisi pengelolan biaya.
Pada akhir Kajian ini, ditekankan bahwa perbaikan pengaturan costing melalui standar
biaya yang disempurnakan dari waktu ke waktu adalah modal dasar dalam mewujudkan
efisiensi di level alokasi dan pelaksanaan dalam kesatuan sistem penganggaran.

Kata kunci: biaya, performance based budget, standar biaya, costing

1. PENDAHULUAN pihak yang dianggap paling mengetahui


dan paling bertanggung jawab tentang
1.1 Latar Belakang
bagaimana cara untuk mencapai output
Secara yuridis (de jure) kehendak yang diperjanjikan atas penggunaan
untuk mempraktekkan Performace Based alokasi anggaran, dan (2) pada saat
Budgeting telah diamanatkan dalam UU bersamaan K/L (managers) diasumsikan
No 17 tentang Keuangan Negara, namun memang dapat dipercaya (amanah) dalam
setelah hampir 10 (sepuluh) tahun membelanjakan anggarannya untuk
diundangkan, boleh jadi dalam prakteknya mencapai output yang diperjanjikan secara
(de facto) masih belum seperti harapan, efisien dan efektif, sehingga apabila dalam
seperti masih tercampur dengan rasa Line pelaksanannya terdapat pelanggaran maka
Item Budgeting. mereka harus dimintakan
Performance Based Budgeting pertanggungjawabannya.
mensyaratkan bahwa terlaksananya
1.2 Identifikasi Masalah
prinsip let managers manage akan berjalan
baik manakala: (1) adanya kepercayaan Permasalahan belum sempurnanya
(trust) dari Kementerian Keuangan selaku penerapan Performance Based Budgeting
Chief Financial Officer (CFO) kepada K/L utamanya karena proses penganggaran
(managers) selaku Chief Operational yang ada masih sering terperangkap
Officer (COO) untuk mengurus hal-hal yang dengan hal-hal detail item-per-item
detail dan mengikat hal-hal yang strategis belanja, yang melebihi dari orientasi pada
(capaian output), didasarkan pada hasil (output) – itu sendiri. Hal lain yang
anggapan bahwa K/L (managers) adalah juga ikut memperkeruh kondisi ini adalah
25
penerapan prinsip let managers manage pemikiran untuk pengembangan
pada K/L pada saat pelaksanaan anggaran, penerapannya khususnya dalam sisi
yang juga masih sangat kental dengan pengelolan biaya.
pendekatan item-item belanja yang sering
3. TINJAUAN PUSTAKA
melebihi dari upaya pencapaian output
secara efisien dan efektif. 3.1 Peranan Standar Biaya
1.3 Tujuan Upaya untuk mengoptimalkan
peran standar biaya (costing) dalam sistem
Kajian ini dimaksudkan untuk
penganggaran perlu berangkat dari
memaparkan peran strategis standar biaya
pemikiran tentang perlunya mencermati
(costing) dalam mewujudkan tujuan
kembali atas pengaturan three in one (satu
performance based budgeting, dan
dan lainnya saling melengkapi, saling
langkah-langkah untuk merealisasikannya.
menguatkan, dan harus saling bekerja
2. METODOLOGI PENELITIAN paralel), yaitu antara: (1) indikator kinerja,
(2) standar biaya (costing) dan (3) evaluasi
Kajian ini menggunakan metode
kinerja dalam mensukseskan pelaksanaan
telaah literature, peraturan yang ada
Performance Based Budgeting.
dilakukan analisa dan dituangkan dalam

Gambar 1. Hubungan instrumen penganggaran

Hubungan ketiga instrumen dan dampak (impacts) dari alokasi


performance based budgeting tersebut anggaran akan dirasa secara riil oleh
dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, masyarakat. Hal ini menguatkan keyakinan
rumusan output secara tepat beserta tentang urgensi untuk mengawal
indikatornya merupakan cerminan terwujudnya rumusan output dan
seberapa efektif nantinya akan mampu indikator kinerja K/L di tingkat pusat dan
menopang mencapaian kegiatan, program SKPD di tingkat daerah dalam suatu

26
arsitektur kinerjayang makin baik dari anggaran dengan tujuan kinerja yang
waktu ke waktu. Kedua, standar biaya diharapkan dari alokasi anggaran agar
(costing) merupakan pengisi rumah dapat terlaksana sesuai dengan yang telah
struktur program sebagai alat agar alokasi diperjanjikan dalam indikator kinerja
anggaran dapat dilakukan secara efisien output sampai dengan impact kepada
dan ekonomis dalam pencapaian output. masyarakat. Dari ketiga instrumen
Hal ini mengedepankan pentingnya tersebut selanjutnya indikator output dan
allocative efficiency dalam perencanaan costing yang memadai diperlukan agar
anggaran dan operational efficiency dalam monev dapat berjalan sesuai tujuan.
pelaksanaan anggaran dengan Rumusan output yang tepat dan memadai
menggunakan prinsip let managers merupakan prasyarat agar costing dapat
manage. Sedangkan ketiga, evaluasi dilaksanakan secara baik pada saat proses
kinerja yang dilaksanakan melalui alokasi anggaran. Selanjutnya, hasil monev
monitoring dan evaluasi (monev) menjadi juga dibutuhkan untuk proses costing
pilar/alat untuk mengawal dan dalam alokasi anggaran periode
membandingkan antara pelaksanaan berikutnya.

Gambar 2. Costing Dalam Penganggaran

BIAYA
Volume Output berkorelasi
PROGRA Langsung dgn total biaya :
Biaya Output =
BIAYA BIAYA Vol x Sat Biaya/Indeks
KEGIA KEGIA
Volume BIAYA BIAYA
Output OUTPUT OUTPUT
berkorelasi REMUNERASI
scr tdk  Gaji Pokok
langsung  Tunj  PP/
dgn total KEPPRES
Struktural/
 Ijin Prinsip
biaya: Fungs. Menkeu
BIAYA Cost Center
Biaya BIAYA  Tunj.
KOMPONEN KOMPONEN (Vol X Indeks)
Output = Kinerja
total biaya (Vol X Indeks)  Honorarium
Tetap
komponen Dinas Cipta
Karya
SETARA
PMK STANDAR BIAYA
STANDAR
Pemda
BIAYA

Standar biaya (costing) dalam anggaran. Salah satu alasannya adalah


sistem penganggaran mempunyai peran karena karakteristik K/L dan SKPD
yang sangat penting untuk menjamin (pengguna anggaran) saat ini cenderung
terwujudnya keekonomian dan efisiensi untuk menggunakan anggaran dengan

27
harga maksimal dan perlunya prinsip biaya yang ditetapkan baik berupa standar
keadilan untuk pembiayaan suatu biaya keluaran sebagai acuan perhitungan
kegiatan/aktivitas yang sama bagi seluruh anggaran dalam RKAKL. Lebih lanjut diatur
pengguna anggaran. Untuk mewujudkan bahwa standar biaya merupakan salah satu
peran standar biaya yang makin instrument penting dalam penyusunan
berkontribusi positif dalam sistem alokasi anggaran, sebagaimana diatur
penganggaran, CFO sebagai otoritas dalam pasal 5 ayat (3) PP Nomor 90 Tahun
perencanaan keuangan K/L dan SKPD 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja
harus melakukan langkah-langkah dalam dan Anggaran Kementrian/Lembaga,
menerapkan efisiensi belanja negara, salah bahwa penyusuaan RKAKL menggunakan
satu caranya melalui penetapan standar instrument indikator kinerja, standar biaya
biaya, yang meliputi: (1) standar biaya dan evaluasi kinerja. Standar biaya
masukan (SBM), dan (2) standar biaya meliputi merupakan satuan biaya yang
keluaran (SBK). Mengingat Standar biaya ditetapkan sebagai acuan penghitungan
merupakan instrumen efisiensi dalam kebutuhan anggaran dalam Rencana Kerja
penerapan Performance Based Budgeting, dan Anggaran Kemetrian
maka pengembangan standar biaya Negara/Lembaga, baik berupa Standar
(costing) akan diarahkan pada Biaya Masukan maupun Standar Biaya
pengembangan standar biaya yang keluaran. Standar Biaya Masukan (SBM)
berorientasi pada hasil atau penyusunan adalah satuan Biaya berupa harga satuan,
standar biaya berbasis output dalam tariff, dan indeks yang digunakan untuk
bentuk penyusunan Standar Biaya menyusun biaya komponen masukan
Keluaran (SBK). Seharusnya SBK secara kegiatan. Sedangkan Standar Biaya
bertahap dikembangkan ke arah full- Keluaran (SBK) adalah besaran biaya yang
costing (dengan mengecualikan komponen dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah
gaji dan biaya administrasi pada tahap keluaran kegiatan yang merupakan
awalnya) dengan menggunakan akumulasi biaya komponen masukan
pendekatan activity based costing. Apabila kegiatan.
hal ini telah dilakukan, maka alokasi Untuk pengelolaan biaya dalam
anggaran akan didasarkan pada alokasi proses alokasi dan pelaksanaan anggaran
biaya output yang dihasilkan oleh K/L atau atas kegiatan yang dananya bersumber
SKPD yang bersangkutan. dari APBN dan APBD perlu adanya
pengembangan sistem costing (costing
4. PEMBAHASAN
system) secara konsisten dari waktu ke
4.1 Pengembangan Standar Biaya waktu sesuai tuntutan perkembangan
jaman. Costing system pada hakekatnya
Untuk penerapan standar biaya diperlukan untuk melakukan perkiraan
yang bersuber dari APBN, dalam pasal 3 jumlah alokasi dana untuk berbagai jenis
ayat (1) UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang pengeluaran di dalam suatu K/L atau SKPD.
Keuangan Negara diatur bahwa yang Standar analisis belanja ini perlu dilakukan
dimaksud standar biaya adalah satuan untuk menghasilkan alokasi anggaran

28
berbasis aktivitas yang lebih akurat, pengguna anggaran bahwa penyusunan
sehingga setiap anggaran yang dikeluarkan SBK merupakan bagian dari upaya efisiensi
didasarkan atas proses penghitungan yang belanja negara. Namun demikian,
wajar dan rasional. pengembangan konsep SBK terus
Costing system tersebut diperlukan dilakukan secara bertahap agar perubahan
agar dapat mendorong K/L atau SKPD yang terjadi dapat berjalan dengan baik
selaku COO untuk melaksanakan prinsip dan dapat diterima oleh pihak-pihak yang
ekonomi, efisiensi dan efektifitas secara berkepentingan.
berkesinambungan. Costing system Beberapa hal penting yang
diperlukan untuk menjamin implementasi merupakan area pengembangan SBM
Penganggaran Berbasis Kinerja, dan adalah: (1) Peningkatan kualitas dan
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah cakupan SBM, dan mencarikan penataan
agar dapat berjalan sesuai harapan, yaitu pengaturan terhadap satuan-satuan biaya
tercapainya keseimbangan ekonomis, yang berlaku spesifik pada setiap
efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, pengguna anggaran untuk menjamin
dalam pengembangan pengelolaan biaya efisiensi anggaran, (2) Makin
disektor publik yang bersumber dari APBN mengintensifkan keterlibatan pengguna
dan APBD perlu dicermati esensi anggaran dalam penyusuna SBM, dan (3)
penggunaan pendekatan menerapkan Menggeser penggunaan SBM ke pengguna
biaya berbasis aktivitas (Activity Based anggaran dengan menguatkan peran
Costing). aparat pengawasan dalam memantau
Standar Biaya Masukan (SBM) saat pelaksanaan SBM oleh pengguna
ini telah menjadi tools bagi pengguna anggaran.
anggaran dalam melakukan penyusunan Sedangkan beberapa area
dokumen perencanaan anggaran. Selain pengembangan SBK antara lain dengan
itu, standar biaya juga diperlukan untuk cara: (1) Pengembangan costing
membatasi pengeluaran-pengeluaran yang methodologies, dan (2) pengembangan
terkait dengan tambahan penghasilan bagi benchmarking atas SBK yang telah ada
pegawai, karena dengan belum berlakunya untuk diterapkan pada tahun berbeda,
sistem remunerasi secara penuh, saat ini wilayah berbeda, atau pengguna anggaran
banyak pengguna anggaran yang masih yang berbeda. Kondisi saat ini, SBK sebagai
mengalokasikan honorarorium yang alat efisiensi kurang mendapat tanggapan
seharusnya sudah menjadi bagian dari positif dari pengguna anggaran karena
sistem remunerasi sehingga perlu beberapa hal: (1) keengganan pengguna
pembatasan melalui standar biaya. anggaran untuk melakukan efisiensi, (2)
Sedangkan untuk Standar Biaya Keluaran Hukum penerapan SBK belum menjadi
(SBK), saat ini penyusunannya masih kewajiban, (3) Pengguna anggaran belum
dilakukan hanya untuk biaya langsung merasa menerima manfaat secara nyata
(direct cost) yang terkait langsung dalam atas penerapan SBK, (4) Yang sudah
pencapaian suatu output, dengan fokus menerapkan SBK justru merasa sering
pada proses pembelajaran kepada diaudit daripada yang belum menerapkan

29
SBK. Hal-hal tersebut selanjutnya perlu Upaya untuk menjadikan SBK sebagai
disikapi dengan seksama, dan dituangkan suatu kewajiban bagi pengguna anggaran
dalam peraturan merupakan upaya pengembangan yang
penting untuk dilakukan. SBK sebagai
4.2 Langkah-Langkah Pengembangan
keharusan tersebut dilakukan untuk ha-hal
Untuk mencapai tujuan tertentu secara bertahap melalui proses
pengembangan standar biaya tersebut di penelaahan secara prudent yang akan
atas, reformulasi pengaturan teknis dijadikan sebagai baseline (angka dasar)
standar biaya tidak saja dalam bentuk untuk output-output sejenis. Untuk
penetapan (besichking) dalam bentuk mendukung proses ini perlu disusun
satuan-satuan biaya dan angka-angka costing methodolgy sebagai proses
untuk setiap tahunnya, tetapi juga dalam efisiensi terhadap output-output yang
bentuk pengaturan (regelling) yang berupa dihasilkan pengguna anggaran. Kalau hal
pedoman mengelola biaya oleh pengguna ini sudah tertata, langkah berikutnya
anggaran yang berlaku untuk jangka lebih adalah alokasi output-output yang bersifat
panjang. Pengaturan standar biaya yang dukungan manajemen (gaji dan
berlaku untuk sepanjang tahun tersebut manajemen kantor) didistribusikan kepada
mencakup prinsip-prinsip dan pedoman- output-output teknis sehingga yang tersisa
pedoman costing untuk menjamin adalah output teknis saja sebagai dasar
alllocative efficiency dan operational alokasi anggaran setiap pengguna
efficiency. anggaran. Untuk mendukung alokasi
output bersangkutan maka perlu pedoman
Gambar 3. Pengaturan Standar Biaya bagaimana suatu output dicapai melalui
BENTUK tahapan-tahapan atau komposisi biaya
PENGATURAN SB tertentu sehingga dalam pencapaian suatu
output menjadi jelas biaya-biaya yang
Regelling Beschikking diperlukan.
Secara lebih rinci, langkah-langkah
• Bersifat • Bersifat tahunan pengembangan dari aspek kebijakan,
jangka • Penetapan
panjang satuan2 biaya sistem dan SDM adalah sebagai berikut:
• Pengaturan baik SBM
maupun SBK a. Aspek Kebijakan
penerapan
standar biaya termasuk Pengembangan standar biaya diarahkan
struktur biaya
kepada pencapaian keekonomiasan
1. Panduan 1. PMK & Surat alokasi dan efisiensi belanja negara
penerapan SBM Menkeu ttg SBM
2. Panduan 2. PMK SBK
dalam rangka mendukung penerapan
penerapan SBK, 3. PMK/Surat anggaran berbasis kinerja. Untuk
3. Panduan Menkeu ttg
penerapan Standar Struktur pengembangan ini perlu koordinasi
Standar Struktur Biaya & Indeksasi secara lebih inten antara CFO dengan
Biaya &
Indeksasi) COO dan para praktisi penganggaran,
khususnya mengenai metodologi

30
pembiayaan sebagai upaya untuk adanya upaya-upaya yang lebih
mendorong percepatan penerapan SBK. strategis dengan memperluas
b. Aspek Kesisteman kerjasama dengan pihak lain untuk
Pengembangan standar biaya harus pengembangannya. Beberapa bentuk
sejalan dengan sistem perencanaan kerjasama pengembangan Standar
yang berlaku (Renstra, Renja, Biaya antara lain dalam bentuk
Penganggaran itu sendiri (RKA-K/L atau kerjasama terkait costing methodology
RKA SKPD), dokumen pelaksanaan dengan pihak kampus, pelaksanaan
anggaran dan pertanggungjawaban survey dengan BPS dan/atau institusi
kinerja (LKPP dan LAKIP). Dari aspek Kementerian Keuangan yang memiliki
kelembagaan, perlu dikaji kembali kantor daerah, dan terkait capasity
keberadaan unit yang building dan bantuan konsultan dapat
bertanggungjawab menangani seluruh bekerjasama dengan lembaga-lembaga
elemen yang terdapat di dalam Standar internasional yang bersedia
Biaya, dan dalam kerangka penerapan memberikan bantuan atau hibah untuk
full-costing maka upaya untuk kepentingan pengembangan standar
mensinergikan penanganan standar biaya tersebut.
biaya dan remunerasi merupakan hal
5. PENUTUP
urgent dalam kerangka proses
reorganisasi. Dari sisi Teknologi Upaya-upaya percepatan
Informasi, perlu dikembangkan Sistem pengembangan standar biaya merupakan
Informasi/Teknologi Informasi (SI/TI) salah satu pilar penting dan urgent untuk
dalam rangka pengolahan data hasil mewujudkan pencapain tujuan
survey dan penetapan besaran standar implementasi Performance Based
biaya secara elektronik. Budgeting. Penerapan Performance Based
c. Aspek Sumber Daya Manusia Budgeting sudah dilaksanakan sejak
Peningkatan kapasitas SDM yang ditetapkannya UU No 17 tahun 2003,
memadai untuk mengembangkan tetapi karena hasilnya masih jauh dari
norma akuntansi biaya pada sektor harapan maka saat sekarang dan
publik/pemerintahan sebagai upaya selanjutnya merupakan momentum
penerapan efisiensi atas anggaran penting untuk mewujudkan peningkatan
berbasis kinerja. Peningkatan SDM kualitas implementasinya. Pengaturan
dimaksud meliputi SDM padai CFO, COO Standar Biaya yang telah ada saat ini dari
dan Aparat Pemeriksa Fungsional waktu ke waktu makin membaik
melalui program intensif semacam merupakan modal dasar untuk
PPAKP (pada akuntansi pemerintahan) pengembangan standar biaya yang lebih
dengan tekanan pengetahuan proses sempurna, agar standar biaya betul-betul
perencanaan dan costing methodology. menjadi instrumen yang makin efektif
d. Aspek pengembangan kerjasama dalam mewujudkan allocative efficiency
Pengembangan standar biaya tidak dan operational efficiency dalam sistem
hanya cukup dilaksanakan sendiri. Perlu penganggaran.

31
KAJIAN ATAS IMPLEMENTASI PMK NOMOR 195/PMK.02/2014
TENTANG STANDAR STRUKTUR BIAYA

Lies Kurnia Irwanti


Email: emailnyalies@gmail.com

1. PENDAHULUAN Dalam UU Keuangan Negara secara


tegas menyatakan bahwa Pemerintah
1.1 Latar Belakang
diwajibkan menyusun anggaran dengan
Reformasi dalam bidang menggunakan pendekatan anggaran
pengelolaan keuangan negara ditandai terpadu, kerangka pengeluaran jangka
dengan lahirnya paket peraturan menengah dan penganggaran berbasis
perundang-undangan bidang keuangan kinerja. Selain itu juga meminta
negara yang salah satunya adalah Undang- diterapkannya prinsip pengelolaan
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara yang meliputi
Keuangan Negara. Pemberlakuan UU akuntabilitas yang berorientasi pada hasil,
Keuangan Negara tersebut telah profesionalitas, proporsionalitas,
membawa perubahan yang cukup keterbukaan dalam pengelolaan dan
signifikan. Sistem pengelolaan keuangan dilakukannya pemeriksaan keuangan oleh
negara mengalami perombakan badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.
menyeluruh untuk mengatasi kelemahan Berdasarkan sistem penganggaran dan
sistem penganggaran yang ada. Menurut prinsip-prinsip tersebut diharapkan terjadi
Nunuy (2012) kelemahan dimaksud, yaitu: perubahan sejak penyusunan, pelaksanaan
1. masih terjadinya inefisiensi yaitu hingga pertanggungjawaban anggaran.
terjadinya penghamburan keuangan Reformasi di bidang keuangan
negara, negara sesungguhnya merupakan
2. duplikasi penganggaran akibat adanya reformasi pada dua sisi dalam praktek
kemiripan kegiatan yang dibiayai pengelolaan keuangan Negara, yaitu
anggaran rutin dan anggaran pertama dari sisi sistem dengan
pembnagunan misalnya, diindikasikan mewujudkan pengelaan keuangan negara
sebagai penyebab pemborosan yang mengikuti kaedah yang mendorong
keuangan negara, praktek yang mendorong transparansi,
3. selain itu, masih ditemui pola-pola akuntabilitas dan profesionalisme
pengelolaan keuangan negara yang pengelolaan keuangan negara. Kedua, dari
tertutup, tidak profesional dan tidak sisi intern penyelenggaraan negara
proposional sehingga sulit untuk diharapkan ada suatu spirit yang melandasi
mewujudkan good-governance dan penyelenggara keuangan negara yang
clean-government yang sudah menjadi memiliki integritas sehingga cukup
tuntutan masyarakat. memadai untuk melaksanakan konsepsi
‘let the manager manage’.

32
Namun dari pelaksanaan yang telah digunakan dalam penelitian merupakan
berjalan selama satu dekade ini dari kedua data sekunder mengenai pagu
sisi tersebut yaitu sisi sistem dan sisi intern Kementerian Negara/Lembaga pada saat
dalam mewujudkan konsepsi “let manager perencanaan anggaran untuk tahun
manage”masih ditemukannya kelemahan anggaran 2016 yang diambil dari Business
pada aspek perencanaan dan Intelligence (BI). Selain itu, tidak semua
penganggaran dimana perencanaan dan Kementerian Negara/Lembaga diteliti,
penganggaran yang berlaku saat ini belum tetapi hanya beberapa dari hasil
ditunjang dengan metode analisis dan penyamplingan. Oleh karena itu,
costing yang memungkinkan alokasi diharapkan ke depan akan dilanjutkan
penganggaran dilakukan dengan kajian yang lebih komprehensif.
transparan dan akuntabel mencapai
2. LANDASAN TEORI
efisiensi dan efektivitas yang optimal.
Memperhatikan kondisi tersebut, maka 2.1 Terminologi dan Dasar Hukum
masih diperlukan kajian sistem Beberapa istilah yang sering
penganggaran yang pada penelitian kali ini digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
akan melihat efisiensi komponen utama 1. Kementerian Negara adalah perangkat
dan pendukung dalam biaya birokrasi di pemerintah yang membidangi urusan
Indonesia yang telah ditetapkan sebagai tertentu dalam pemerintahan.
kebijkan dalam Peraturan Menteri 2. Lembaga adalah organisasi non
Keuangan Nomor 195/PMK.02/2014 Kementerian dan instansi lain pengguna
tentang Standar Struktur Biaya. anggaran yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas tertentu
1.2 Pertanyaan Penelitian
berdasarkan UUD Tahun 1945 atau
Pada penelitian ini akan menjawab peraturan perundang-undangan
pertanyaan sejauh mana implementasi lainnya.
PMK Nomor 195/PMK.02/2014 tentang 3. Rencana Kerja dan Anggaran
Standar Struktur Biaya yang telah Kementerian Negara/Lembaga (RKA-
diamanatkan untuk diterapkan pertama K/L) adalah dokumen rencana keuangan
kali pada tahun anggaran 2016. tahunan K/L yang disusun menurut
bagian anggaran K/L.
1.3 Tujuan Penelitian
4. Standar Struktur Biaya (SSB) adalah
Penelitian yang dilakukan dalam batasan komposisi biaya atas suatu
kajian ini bertujuan melakukan analisis atas keluaran (output)/kegiatan/program
implementasi kebijakan Standar Struktur tertentu yang ditetapkan oleh Mneteri
Biaya yang telah ditetapkan dalam PMK Keuangan selaku pengelola fiskal (Chief
Nomor 195/PMK.02/2014. Financial Officer).
5. Populasi adalah wilayah generalisasi
1.4 Pembatasan Masalah yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik
Dalam penelitian ini karena
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
keterbatasan peneliti, maka data yang

33
untuk dipelajari dan kemudian ditarik RKA-K/L atas Bagian Anggaran yang
kesimpulannya. Populasi bukan hanya dikuasainya.”
orang, tetapi juga objek dan benda- 4. Amanat PMK No. 71/PMK.02/2013
benda alam yang lain. Populasi juga Pasal 26 bahwa “dalam rangka
bukan sekedar jumlah yang ada pada mendukung efisiensi alokasi biaya
objek/subjek yang dipelajari, tetapi dalam penyusunan RKA-K/L, Menteri
meliputi seluruh karakteristik/sifat yang Keuangan menetapkan Standar Struktur
dimiliki oleh subjek atau objek yang Biaya dan Indeksasi.”
diteliti (Nana Syaodih Sukmadinata,
2.2 Rencana Kerja dan Anggaran
2009).
Kementerian Negara/Lembaga
6. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
(RKA-K/L)
karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Sampel merupakan kelompok kecil yang Penyusunan anggaran dalam
secara nyata diteliti dan ditarik dokumen RKA-K/L merupakan bagian dari
kesimpulan (Nana Syaodih penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Sukmadinata, 2009). Belanja Negara (APBN), selain
Dasar hukum yang melandasi RencanaDana Pengeluaran Bendahara
perlunya penyusunan RKA-K/L dan Umum Negara (RDP-BUN). Secara garis
penerapan SSB, yaitu: besar, proses penyusunan RKA-K/L
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 (UU mengatur tiga materi pokok, yaitu
No.17/2003) tentang Keuangan Negara pendekatan penyusunan anggaran,
Pasal 3 (1) bahwa “Keuangan Negara klasifikasi anggaran dan proses
dikelola secara tertib, taat pada penganggaran.
peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, 2.2.1 Pendekatan Penyusunan
dan bertanggung jawab dengan Anggaran
memperhatikan rasa keadilan dan
Sesuai dengan amanat Undang-
kepatutan.”
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
2. UU No.17/2003 Pasal 14 (1) bahwa
Keuangan Negara, penyusunan anggaran
“Dalam rangka penyusunan rancangan
oleh K/L mengacu kepada tiga pilar sistem
APBN, menteri/pimpinan lembaga
penganggaran, yaitu:
selaku pengguna anggaran/pengguna
1. Pendekatan Penganggaran Terpadu
barang menyusun rencana kerja dan
Penyusunan anggaran terpadu
anggaran kementerian negara/lembaga
dilakukan dengan mengintegrasikan
tahun berikutnya.”
seluruh proses perencanaan dan
3. Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun
penganggaran di lingkungan K/L untuk
2010 (PP No. 90/2010) tentang
menghasilkan dokumen RKA-K/L
Penyusunan Rencana Kerja dan
dengan klasifikasi anggaran menurut
Anggaran Kementerian
organisasi, fungsi dan jenis belanja.
negara/Lembaga Pasal 4 (2) bahwa
Integrasi atau keterpaduan proses
“Menteri/Pimpinan Lembaga selaku
perencanaan dan penganggaran
Pengguna Anggaran wajib menyusun
34
dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi organisasi, fungsi dan jenis belanja
dalam penyediaan dana untuk K/L baik (ekonomi) yang bertujuan untuk melihat
yang bersifat investasi maupun untuk besaran alokasi anggaran menurut:
keperluan biaya operasional. 1. Klasifikasi Menurut Organisasi K/L
2. Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) Klasifikasi organisasi mengelompokkan
PBK merupakan suatu pendekatan alokasi anggaran belanja sesuai dengan
dalam sistem penganggaran yang struktur organisasi K/L dan BUN.
memperhatikan keterkaitan antara Organisasi diartikan sebagai K/L atau
pendanana dan kinerja yang BUN yang dibentuk untuk
diharapkan, serta memperhatikan melaksanakan tugas tertentu
efisiensi dalam pencapaian kinerja berdasarkan Undang-Undang Dasar
tersebut. Kinerja merupakan prestasi Negara Republik Indonesia Tahun 1945
kerja yang berupa keluaran (output) dan peraturan perundangan-undangan
dari suatu kegiatan atau hasil dari suatu yang berlaku. Suatu K/L dapat terdiri
program dengan kuantitas dan kualitas atas unit-unit organisasi (Unit Eselon I)
yang terukur. yang merupakan bagian dari suatu K/L.
3. Kerangka Pengeluaran Jangka Suatu unit organisasi dapat didukung
Menengah (KPJM) oleh satker yang bertanggung jawab
KPJM adalah pendekatan penyusunan melaksanakan kegiatan dari program
nggaran berdasarkan kebijakan, dengan unit Eselon I atau kebijakan pemerintah
pengambilan keputusan yang dan berfungsi sebagai Kuasa Pengguna
menimbulkan implikasi anggaran dalam Anggaran dalam rangka pengelolaan
jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran. Sementara itu, BUN
anggaran. Sesuai dengan amanat UU merupakan pejabat yang diberi tugas
Nomor 17 Tahun 2003, dalam untuk melaksanakan fungsi bendahara
penerapan KPJM, K/L menyusun umum negara sebagaimana yang diatur
prakiraan maju dalam periode tiga dalam Undang-undang.
tahun ke depan, dna hal tersebut 2. Klasifikasi Menurut Fungsi
merupakan keharusan yang harus Fungsi adalah perwujudan tugas
dilkaukan setiap tahun, bersamaan kepemerintahan di bidang tertentu
dengan penyampaian RKA-K/L. yang dilaksanakan dalam rangka
Pendekatan penyusunan anggaran mencapai tujuan pembangunan
tersebut terus mengalami perbaikan dan nasional, sedangkan Subfungsi
penyempurnaan, dan diwajibkan menjadi merupakan penjabaran lebih
acuan bagi pemangku kepentingan bidang lanjut/lebih detail dari deskripsi fungsi.
penganggaran dalam merancang dan Subfungsi terdiri atas kumpulan
menyusun anggaran. program dan program terdiri atas
kumpulan kegiatan. Yang dimaksud
2.2.2 Klasifikasi Anggaran
program adalah penjabaran kebijakan
Klasifikasi anggaran merupakan K/L di bidang tertentu yang
pengelompokan anggaran berdasarkan dilaksanakan dalam bentuk upaya yang
berisi satu atau beberapa kegiatan
35
dengan menggunakan sumber daya termasuk honorarium dan vakasi yang
yang disediakan untuk mencapai hasil diberikan dalam rangka pelaksanaan
yang terukur sesuai dengan misinya kegiatan untuk menghasilkan barang
yang dilaksanakan instansi atau dan/atau jasa. Belanja Barang terdiri
masyarakat dalam koordinasi K/L yang atas Belanja Barang (Operasional dan
bersangkutan. Non-Operasional), Belanja Jasa, Belanja
3. Klasifikasi Jenis Belanja K/L Pemeliharaan, Belanja Perjalanan,
Jenis belanja atau klasifikasi menurut Belanja Badan Layanan Umum (BLU),
ekonomi dalam klasifikasi belanja serta Belanja Barang Untuk Diserahkan
digunakan dalam dokumen anggaran Kepada Masyarakat/Pemda.
baik dalam proses penyusunan,
2.2.3 Proses Penganggaran
pelaksanaan dan
pertanggungjawaban/pelaporan Proses penganggaran merupakan
anggaran. Namun penggunaan jenis uraian mengenai proses dan mekanisme
belanja dalam dokumen tersebut penganggarannya, dimulai dari Pagu
mempunyai tujuan berbeda. Berkenaan Indikatif sampai dengan penetapan Pagu
dengan proses penyusunan anggaran Alokasi Anggaran K/Lyang bersifat final.
dalam dokumen RKA-K/L, tujuan Sistem penganggaran tersebut harus
penggunaan jenis belanja dimaksudkan dipahami secara baik dan benar oleh
untuk mengetahui pendistribusian pemangku kepentingan (stakeholder) agar
alokasi anggaran ke dalam jenis–jenis dapat dihasilkan APBN yang kredibel dan
belanja. Dalampengelolaan keuangan dapat dipertanggungjawabkan.
terdapat jenis belanja sebagai berikut:
a. belanja pegawai 2.3 Standar Struktur Biaya (SSB)
b. belanja barang dan jasa
Salah satu upaya meningkatkan
c. belanja modal
kualitas penganggaran khususnya terkait
d. belanja pembayaran kewajiban
dengan efisiensi, maka perlu pengaturan
utang
perubahan unsur-unsur biaya untuk
e. belanja subsidi
menghasilkan sebuah output. Pengaturan
f. belanja hibah
perubahan unsur biaya terutama untuk
g. belanja bantuan sosial
unsur-unsur yang tidak memberikan nilai
h. belanja lain-lain
tambah pada peningkatan layanan
Belanja Barang dan Jasa adalah
pemerintah. Sejalan dengan hal tersebut,
pengeluaran untuk pembelian barang
pada Pasal 26 dalam PMK No.
dan/atau jasa yang habis pakai untuk
71/PMK.02/2013 tentang Pedoman
memproduksi barang dan/atau jasa
Standar Biaya, Standar Struktur Biaya dan
yang dipasarkan maupun yang tidak
Indeksasi dalam Penyusunan RKA-K/L
dipasarkan dan pengadaan barang yang
mengamanatkan bahwa dalam rangka
dimaksudkan untuk diserahkan atau
mendukung efisiensi alokasi biaya, Menteri
dijual kepada masyarakat/Pemerintah
Keuangan menetapkan standar struktur
Daerah (Pemda) dan belanja perjalanan.
biaya dalam PMK No. 195/PMK.02/2014
Dalam pengertian belanja tersebut
36
tentang Standar Struktur Biaya. Standar jaringan yang diperlukan untuk
Struktur Biaya merupakan salah satu alat jaminan ekonomi sektor publik agar
untuk mendukung efisiensi alokasi biaya perekonomian dapat berfungsi
dalam penyusunan RKA-K/L melalui dengan baik. Contoh: jalan, kereta
penilaian kewajaran komposisi biaya api, air bersih, bandara, kanal,
tertentu dari suatu keluaran (output)/ waduk, pengolahan limbah, dan
kegiatan/program tertentu yang berupa sebagainya.
batasan besaran atau persentase tertentu. b. Output barang non infrastruktur,
Standar Struktur Biaya berfungsi sebagai yaitu output kegiatan yang
acuan bagi K/L dalam menyusun komposisi merupakan barang baik berwujud
pembiayaan suatu keluaran maupun tidak berwujud yang tidak
(output)/kegiatan/program tertentu dalam berupa jaringan yang bukan
penyusunan RKA-K/L dan sebagai salah termasuk barang infrastruktur.
satu alat penelaahan untuk menilai Contoh: kendaraan, software
kewajaran pembiayaan atas suatu aplikasi, dan sebagainya.
keluaran (output)/ kegiatan/program yang 2. Keluaran (output) Jasa, yang terdiri dari:
sejenis/serumpun. a. Output jasa regulasi/birokrasi, yaitu
Tujuan utama dari pengaturan SSB output yang dihasilkan dari suatu
adalah untuk meminimalisasi biaya kegiatan dalam rangka pembuatan
birokrasi dalam menghasilkan pelayanan peraturan atau pendukung
kepada masyarakat. Biaya atas suatu administrasi birokrasi. Bentuk
keluaran (output) terdiri dari biaya utama output tersebut dapat berupa
dan biaya pendukung. Biaya utama norma, standar, dan lain-lain.
merupakan komponen pembiayaan b. Output jasa layanan non-regulasi,
langsung dari pelaksanaan langsung dari yaitu output dari suatu kegiatan
pelaksanaan suatu kebijakan dan yang merupakan layanan dari suatu
berpengaruh terhadap pencapaian instansi pemerintah. Contoh: SP2D,
keluaran (output). Sedangkan biaya layanan BOS, dan sebagainya.
pendukung (penunjang) merupakan Standar Struktur Biaya
komponen pembiayaan yang digunakan diberlakukan pada keluaran (output) jasa
dalam rangka menjalankan dan mengelola layanan non-regulasi. Pemberlakuan SSB
kebijakan. dilakukan dengan membatasi besaran
Pada tahap awal, penerapan SSB biaya pendukung tertinggi yang diizinkan
dilakukan pada level keluaran (output). dari total biaya keluaran (output) jasa
Penetapan besaran SSB merujuk pada jenis layanan non-regulasi. Batasan besaran
keluaran (output)dalam RKA-K/L yang biaya pendukung tertinggi yang diizinkan
dikelompokkan sebagai berikut: yaitu sebesar 45% dari total biaya keluaran
1. Keluaran (output) Barang, yang terdiri (output) jasa layanan non-regulasi.
dari:
a. Output barang infrastruktur, yaitu
output kegiatan yang merupakan
barang berwujud dan atau berupa
37
3. METODOLOGI PENELITIAN keterbatasan penulis, pada penelitian yang
lebih ke arah deskriptifkuantitatif ini, maka
3.1 Jenis Penelitian
perlu dilakukan pengambilan sampel
Penelitian ini adalah penelitian (sampling) untuk menentukan K/L mana
deskriptif yang menggunakan pendekatan saja yang akan diteliti dalam hal penerapan
kuantitatif. Mely G. Tan (dalam SSB di dalam RKA-K/L-nyadi tahun 2016.
Soejono:22) mengatakan bahwa penelitian Dalam suatu penelitian, metode
deskriptif bertujuan menggambarkan sampling menjadi salah satu aspek yang
secara tepat sifat-sifat suatu individu, penting dan diperlukan, karena akan
keadaan, gejala atau kelompok tertentu. menentukan validitas eksternal dari hasil
Dalam penelitian ini akan digambarkan penelitian, dalam arti menentukan
pengimplementasian kebijakan Standar seberapa luas atau sejauhmana
Struktur Biaya di tahun anggaran 2016. keberlakuan atau generalisasi kesimpulan
hasil penelitian. Dengan demikian, kualitas
3.2 Subjek dan Objek Penelitian sampling akan menentukan kualitas
kesimpulan suatu penelitian. Oleh karena
Subjek dalam penelitian ini adalah
itu, setiap kelemahan dalam metode
birokrasi di Indonesia (K/L). Objek
sampling akan menyebabkan kelemahan
penelitian adalah output jasa layanan non-
kesimpulan, kelemahan ramalan atau
regulasi dan pagu himpunan RKA-KL dari
dalam tindakan yang mendasarkan pada
K/L yang telah dipilih sebagai sampel.
hasil penelitian tersebut (Zainuddin, 2011).
3.3 Jenis Data Dalam metode sampling dikenal
istilah strata, yaitu mengelompokkan unit-
Data merupakan kumpulan
unit dalam populasi menjadi strata,
informasi yang diperoleh dari suatu
dengan tujuan untuk efisiensi penggunaan
pengamatan, dapat berupa angka,
metode sampling atau untuk keperluan
lambang atau sifat. Data yang digunakan
lain seperti domain penyajian (daerah
merupakan data sekunder, yaitu data
perkotaan dan daerah pedesaan atau
terkait output dan pagu himpunan RKA-K/L
daerah terpencil dan bukan daerah
dari K/L yang terpilih menjadi sampel.
terpencil). Penggunaan stratifikasi untuk
3.4 Metode Pengolahan Data efisiensi metode sampling adalah dengan
mengusahakan pengelompokkan elemen
Pada penelitian ini pada prinsipnya yang karakteristiknya lebih homogen.
ingin mengetahui penerapan salah satu Pengelompokkan unit sampling ke dalam
bagian dari kebijakan standar biaya, yaitu strata yaitu membagi N unit sampling
standar struktur biaya (SSB) yang saat ini menjadi N1 , N 2 ,..., N L yang masing-masing
telah ditetapkan dalam PMK Nomor menunjukkan jumlah unit dalam strata,
195/PMK.02/2014 tentang Standar yaitu strata ke-1, ke-2, dan seterusnya
Struktur Biaya. Birokrasi di Indonesia
sampel dengan ke- L. L menunjukkan
terdiri dari banyak Kementerian Negara
banyak strata yang dibentuk pada populasi
dan Lembaga yang saat ini jumlahnya
(Muhardi Kahar, 2010).
mencapai 87 K/L. Oleh karena

38
Selain metode sampling yang akan penduduk Indonesia menempati peringkat
digunkaan, ukuran sampel pun merupakan ke-4 pada tahun 2015 sebagai negara
hal yang tak kalah penting dalam sebuha dengan jumlah penduduk terbesar di dunia
penelitian. Pada dasarnya tidak ada aturan yitu sebanyak 255,708,785 orang (Divisi
baku mengenai pengambilan ukuran dari Kependudukan PBB, 2015). Dengan kondisi
sampel selama sampel sudah mewakili geografis dan demografis tersebut, maka
karakteristik dari populasi. Beberapa ahli diperlukan pemerintah yang kuat untuk
memberikan gambaran mengenai jumlah menjalankan pemerintahan. Salah satu
sampel yang berbeda-beda , akan tetapi usaha menjalankan pemerintahan yang
pertimbangan jenis dan bidang penelitian baik, Indonesia membagi tugas dan fungsi
sebaiknya dijadikan acuan untuk memilih kepada 87 Kementerian Negara/Lembaga.
ukuran sampel. Gay dan Diehl (1992) pada Guna menjalankan tugas dan fungsi yang
kajian penelitian untuk kelas bisnis dan melekat pada setiap K/L, maka pemerintah
manajemen memberikan saran ukuran memberikan anggaran di setiap tahunnya.
sampel minimal, sebagai berikut:
4.1 Pemilihan Sampel Penelitian
a. penelitian deskriptif, jumlah sampel
minimum adalah 10% dari populasi, Selaras dengan amanat dalam UU
b. penelitian korelasi, jumlah sampel No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
minimum adalah 30 subjek,
Negara pada Pasal 3 (1) mengamanatkan
c. penelitian kausal perbandingan,
bahwa keuangan negara dikelola secara
jumlah sampel minimum adalah 30
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
subjek per grup,
bertanggung jawab, maka salah satunya
d. penelitian eksperimental, jumlah
sampel minimum adalah 15 subjek per dibuat kebijakan terkait standar struktur
grup. biaya. Guna menilik penerapan kebijakan
tersebut, dalam penelitian ini akan dipilih
4. PEMBAHASAN beberapa K/L untuk dijadikan sebagai
sampel yang diamati.
Negara Kesatuan Republik
Delapan puluh tujuh K/L dimaksud
Indonesia adalah suatu negara
dan pemilihan K/L yang dijadikan sampel
berkembang yang wilayahnya merupakan
disajikan dalam Tabel 4.1.
kepulauan terbesar di dunia. Jumlah

Tabel 4.1 Daftar Kementerian Negara/Lembaga di Indonesia (2016)

K/L Unit Pagu HRPA 2016 Rata-rata Pagu/Unit Urutan per


Kuartil
052 WANTANNAS 1 45.958.904.000 45.958.904.000 1
074 KOMNAS HAM 1 93.956.146.000 93.956.146.000 2
108 KPPU 1 116.460.861.000 116.460.861.000 3
110 OMBUDSMAN RI 1 146.332.581.000 146.332.581.000 4
084 BSN 1 146.877.155.000 146.877.155.000 5
100 KY RI 1 148.874.879.000 148.874.879.000 6
087 ANRI 1 166.687.386.000 166.687.386.000 7
078 PPATK 1 190.000.000.000 190.000.000.000 8
085 BAPETEN 1 190.772.897.000 190.772.897.000 9

39
K/L Unit Pagu HRPA 2016 Rata-rata Pagu/Unit Urutan per
Kuartil
034 KEMENKO POLKAM 1 192.678.497.000 192.678.497.000 10
111 BNPP 1 200.599.529.000 200.599.529.000 11
048 KEMEN PAN RB 1 205.386.227.000 205.386.227.000 12
007 KEMENSETNEG 10 2.223.653.489.000 222.365.348.900 13
114 KEMEN SETKAB 1 222.786.973.000 222.786.973.000 14
106 LKPP 1 240.792.573.000 240.792.573.000 15
120 KEMENKO MARITIM 1 250.000.000.000 250.000.000.000 16
077 MK 1 250.368.908.000 250.368.908.000 17
118 BPKPB & PB SABANG 1 261.385.354.000 261.385.354.000 18
086 LAN 1 273.146.483.000 273.146.483.000 19
064 LEMHANNAS 1 314.258.703.000 314.258.703.000 20
109 BPW SURAMADU 1 318.550.954.000 318.550.954.000 21
113 BNPT 1 331.914.878.000 331.914.878.000 22
119 BAKAMLA 1 334.830.911.000 334.830.911.000 1
041 KEMEN BUMN 1 345.000.000.000 345.000.000.000 2
035 KEMENKO EKON 1 361.614.997.000 361.614.997.000 3
019 KEMENPERIND 9 3.339.228.559.000 371.025.395.444 4
104 BNP2TKI 1 415.046.706.000 415.046.706.000 5
026 KEMENAKER 9 3.804.804.724.000 422.756.080.444 6
115 BAWASLU 1 446.928.781.000 446.928.781.000 7
090 KEMENDAG 9 4.036.639.999.000 448.515.555.444 8
010 KEMENDAGRI 11 4.968.104.645.000 451.645.876.818 9
001 MPR 2 953.302.827.000 476.651.413.500 10
029 KEMEN LHK 13 6.301.022.231.000 484.694.017.769 11
036 KEMENKO KESRA 1 487.378.446.000 487.378.446.000 12
105 BPLS 1 500.048.585.000 500.048.585.000 13
065 BKPM 1 520.901.324.000 520.901.324.000 14
095 DPD 2 1.069.594.539.000 534.797.269.500 15
088 BKN 1 555.214.115.000 555.214.115.000 16
040 KEMENPAR 9 5.643.327.228.000 627.036.358.667 17
057 PNRI 1 701.101.136.000 701.101.136.000 18
067 KEMEN DES PDTT 10 7.269.302.065.000 726.930.206.500 19
011 KEMENLU 10 7.286.391.486.000 728.639.148.600 20
056 KEMEN AGRARIA TR / 9 6.585.290.739.000 731.698.971.000 21
BPN
059 KEMENKOMINFO 7 5.220.956.623.000 745.850.946.143 22
082 LAPAN 1 777.498.642.000 777.498.642.000 1
051 LSN 1 805.446.595.000 805.446.595.000 2
020 KEMEN ESDM 11 8.894.063.961.000 808.551.269.182 3
080 BATAN 1 814.880.249.000 814.880.249.000 4
116 LPP RRI 1 864.423.065.000 864.423.065.000 5
083 BIG 1 865.537.644.000 865.537.644.000 6
013 KEMENHUMHAM 11 10.131.575.923.00 921.052.356.636 7
0
117 LPP TVRI 1 930.262.532.000 930.262.532.000 8
081 BPPT 1 977.094.382.000 977.094.382.000 9
103 BNPB 1 986.902.448.000 986.902.448.000 10
093 KPK 1 1.101.130.137.000 1.101.130.137.000 11
121 BEKRAF 1 1.157.724.467.000 1.157.724.467.000 12

40
K/L Unit Pagu HRPA 2016 Rata-rata Pagu/Unit Urutan per
Kuartil
112 BPKPB & PB BATAM 1 1.169.799.756.000 1.169.799.756.000 13
079 LIPI 1 1.216.088.234.000 1.216.088.234.000 14
047 KEMEN PP & PA 1 1.269.331.578.000 1.269.331.578.000 15
044 KEMEN KOP & UKM 1 1.277.994.952.000 1.277.994.952.000 16
005 MA 7 8.964.879.492.000 1.280.697.070.286 17
066 BNN 1 1.416.122.988.000 1.416.122.988.000 18
055 KEMENPPN/BAPPENAS 1 1.463.944.435.000 1.463.944.435.000 19
032 KEMEN KP 10 15.801.192.731.00 1.580.119.273.100 20
0
050 BIN 1 1.592.602.925.000 1.592.602.925.000 21
075 BMKG 1 1.607.180.481.000 1.607.180.481.000 1
063 BPOM 1 1.617.444.585.000 1.617.444.585.000 2
089 BPKP 1 1.678.602.257.000 1.678.602.257.000 3
076 KPU 1 1.716.479.187.000 1.716.479.187.000 4
004 BPK 2 3.600.864.073.000 1.800.432.036.500 5
107 BASARNAS 1 1.987.727.561.000 1.987.727.561.000 6
027 KEMENSOS 7 15.289.443.575.00 2.184.206.225.000 7
0
002 DPR 2 4.659.970.787.000 2.329.985.393.500 8
018 KEMENTAN 12 32.853.133.229.00 2.737.761.102.417 9
0
092 KEMENPORA 1 2.851.638.316.000 2.851.638.316.000 10
015 KEMENKEU 12 40.499.457.364.00 3.374.954.780.333 11
0
023 KEMENDIKBUD 13 49.232.799.474.00 3.787.138.421.077 12
0
068 BKKBN 1 3.864.657.742.000 3.864.657.742.000 13
006 KEJAKSAAN 1 4.706.013.339.000 4.706.013.339.000 14
042 KEMENRISTEK & PT 7 37.987.978.612.00 5.426.854.087.429 15
0
054 BPS 1 5.656.879.192.000 5.656.879.192.000 16
025 KEMENAG 10 58.482.058.585.00 5.848.205.858.500 17
0
022 KEMENHUB 8 50.160.359.782.00 6.270.044.972.750 18
0
024 KEMENKES 8 64.804.497.001.00 8.100.562.125.125 19
0
033 KEMEN PU & PERA 12 103.812.178.082.0 8.651.014.840.167 20
00
012 KEMENHAN 5 95.919.798.831.00 19.183.959.766.20 21
0 0
060 POLRI 1 67.232.730.717.00 67.232.730.717.00 22
0 0

Dalam penelitian deskriptif, menurut Gay disampaikan di atas, dari populasi K/L di
dan Diehl (1992) jumlah sampel minimum Indonesia, maka jumlah sampel
adalah 10% dari populasi. Seperti telah minimumnya yaitu 8,7 atau 9 K/L.

41
Penelitian ini menggunakan metode (S3)dan strata empat (S4). Dari masing-
sampling sistematik berstrata. Strata yang masing strata tersebut dipilih beberapa K/L
dimaksud dilihat dari jumlah unit dan pagu sebagai sampel.Sebagai contoh, diambil
setiap K/L. Dari jumlah unit dan jumlah dari S2 yaitu data ke-2, data ke-12 dan data
pagu tersebut, dihitung rata-rata pagu per ke-22 yang dipilih sebagai sampel.
unit (rata-rata tertimbang). Strata satu (S1) Berdasarkan pertimbangan peneliti,
yaitu kelas yang berisi K/L yang rata-rata Kementerian Keuangan sebagai pembuat
tertimbang pagunya 25% dari rata-rata kebijakan SSB perlu dijadikan sebagai
tertimbang pagu yang terendah sampel. Jadi, keseluruhan terdapat sebelas
(menggunakan metode kuartil), kemudian sampel yang digunakan dalam penelitian
seterusnya ada strata dua (S2), strata tiga ini.

Tabel 4.2 Daftar Kementerian Negara/Lembaga Terpilih Menjadi Sampel

Strata Ke- Urutan per K/L Sampel


Kuartil
I 1 Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas)
11 Badan Nasional Pengelola Perbatasan(BNPP)
21 Badan Pengembangan Wilayah (BPW) Suramadu
II 2 Kementerian Badan Usaha Milik Negara (Kemen BUMN)
12 Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
(Kemenko Kesra)
22 Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)
Strata Ke- Urutan per K/L Sampel
Kuartil
III 3 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kemen ESDM)
13 Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam (BPKPB & PB Batam)
IV 4 Komisi Pemilihan Umum (KPU)
11 Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
14 Kejaksaan Republik Indonesia

4.2 Output Jasa Layanan Non-Regulasi dapat membahayakan masyarakat


dan negara, peningkatan kesadaran
Output jasa layanan non-regulasi hukum masyarakat dan melakukan
yaitu output dari suatu kegiatan yang penyidikan terhadap tindak pidana
merupakan layanan dari suatu instansi tertentu berdasarkan undang-undang.
pemerintah. Layanan yang dimaksudkan Output jasa layanan non-regulasi dari
yaitu layanan yang merupakan penjabaran Kejaksaan antara lain laporan
tugas dan fungsi dari instansi pemerintah. pengawasan aliran kepercayaan
Pada sub bab ini akan diuraikan tugas dan masyarakat di Kejaksaan Tinggi (1102
fungsi K/L sampel dan output yang 003), pelaksanaan pers gathering pada
termasuk output jasa layanan non-regulasi. satker kejaksaan di daerah (1103 008)
1. Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang dan penanganan perkara tindak
Nomor 16 Tahun 2004 tentang pidana umum khusus (1108 007).
Kejaksaan Republik Indonesia, tugas 2. Berdasarkan Peraturan Presiden
dan wewenang Kejaksaan diantaranya Nomor 28 tahun 2015 tentang
pengawasan aliran kepercayaan yang Kementerian Keuangan dan Peraturan

42
Menteri Keuangan Nomor penyiapan program aneka energi baru
234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan energi terbarukan (4033 011).
dan Tata Kerja Kementerian 4. Kementerian Koordinator Bidang
Keuangan, tugas dan fungsi Pembangunan Manusia dan
Kementerian Keuangan Republik Kebudayaan mempunyai tugas
Indonesia antara lain, menyelenggarakan koordinasi,
menyelenggarakan urusan sinkronisasi dan pengendalian urusan
pemerintahan di bidang keuangan Kementerian dalam penyelenggaraan
negara untuk membantu presiden pemerintahan di bidang
dalam menyelenggarakan pembangunan manusia dan
pemerintahan negara dan perumusan, kebudayaan. Beberapa fungsi dari
penetapan, dan pelaksanaan Kemenko Kesra yaitu koordinasi dan
kebijakan di bidang penganggaran, sinkronisasi perumusan, penetapan,
pajak, kepabeanan dan cukai, dan pelaksanaan kebijakan K/L yang
perbendaharaan, kekayaan negara, terkait dengan isu di bidang
perimbangan keuangan, dan pembangunan manusia dan
pengelolaan pembiayaan dan risiko. kebudayaan, pengelolaan barang
Beberapa output jasa layanan non- milik/kekayaan negara yang menjadi
regulasi di Kementerian Keuangan tanggung jawab Kementerian
antara lain, rumusan kebijakan Koordinator Bidang Pembangunan
kerjasama internasional (1676 001), Manusia dan Kebudayaan dan lain
laporan rekomendasi kebijakan sebagainya. Oleh karena itu, output
potensi penerimaan negara (1740 jasa layanan non-regulasi dari
007) dan laporan pemantauan dini Kemenko Kesra antara lain usulan
perkembangan ekonomi makro (1741 rekomendasi kebijakan di bidang
001). warisan budaya (2542 001), usulan
3. Tugas dan fungsi Kementerian ESDM rekomendasi kebijakan bidang
antara lain membantu presiden dalam kependudukan dan KB (2546 001), dan
menyelenggarakan sebagian urusan usulan rekomendasi kebijakan di
pemerintahan di bidang energi dan bidang keolahragaan (2553 001).
sumber daya mineral, perumusan 5. Pasal 2 Peraturan Presiden Republik
kebijakan nasional, kebijakan Indonesia Nomor 54 Tahun 2015
pelaksanaan dan kebijakan teknis di Tentang Kementerian Komunikasi dan
bidang energi dan sumber daya Informatika menyatakan bahwa
mineral, serta penyampaian laporan Kementerian Komunikasi dan
hasil evaluasi, saran dan Informatika mempunyai tugas
pertimbangan di bidang tugas dan menyelenggarakan urusan
fungsi departemen kepada presiden. pemerintahan di bidang komunikasi
Output jasa layanan non-regulasi dari dan informatika untuk membantu
Kementerian ESDM antara lain, Presiden dalam menyelenggarakan
monitoring dan evaluasi (1887 003), pemerintahan negara. Selanjutnya
laporan penyiapan rumusan program pada Pasal 3 menyatakan bahwa
pengelolaan di bidang mineral dan beberapa fungsi Kemenkominfo yaitu
batubara (1904 001), dan laporan perumusan dan penetapan kebijakan

43
di bidang pengelolaan sumber daya memimpin tahapan kegiatan
dan perangkat pos dan informatika, Pemilihan Umum. Guna mendukung
penyelenggaraan pos dan informatika, tugas tersebut, output jasa layanan
penatakelolaan aplikasi informatika, non-regulasi KPU yaitu, Penyuluhan
pengelolaan informasi dan komunikasi Peraturan Perundang-undangan
publik, pelaksanaan penelitian dan Pemilu dan Pemilukada (3363 013),
pengembangan sumber daya manusia Bimbingan teknis penyelenggaraan
di bidang komunikasi dan informatika, Pemilukada (3364 006), dan lain-lain.
dan pelaksanaan bimbingan teknis dan 7. Ruang lingkup tugas utama BNPP
supervisi atas pelaksanaan adalah mengelola Batas Wilayah
pengelolaan sumber daya dan Negara dan meningkatkan
perangkat pos dan informatika, kesejahteraan masyarakat di kawasan
penyelenggaraan pos dan informatika, perbatasan yang merupakan
penatakelolaan aplikasi informatika, kristalisasi dari amanat Undang-
pengelolaan informasi dan komunikasi Undang Nomor 43 Tahun 2008 pasal
publik. Berdasarkan tugas dan 15 dan Peraturan Presiden Nomor 12
fungsinya tersebut, beberapa output Tahun 2010 pasal 3, yaitu menetapkan
jasa layanan non-regulasi dari kebijakan program pembangunan
Kemenkominfo yaitu, Layanan perbatasan, menetapkan rencana
Perumusan dan Evaluasi Peraturan kebutuhan anggaran,
Perundang-undangan Kementerian mengkoordinasikan pelaksanaan dan
Kominfo (3011 001), Layanan melaksanakan evaluasi, dan
Komunikasi dan Informasi Publik pengawasan terhadap pengelolaan
Kementerian Kominfo (3017 001), Batas Wilayah Negara dan Kawasan
Layanan pengamanan jaringan Perbatasan. Output jasa layanan non-
internet (3059 001), dan regulasi dari BNPP antara lain,
Kebijakan/Regulasi di Bidang Penetapan kebijakan program
Telekomunikasi (3064 001). pengelolaan batas negara wilayah
6. Dalam Pasal 10 Undang-undang darat (4039 023), Perencanaan
Nomor 3 Tahun 1999 tentang kebutuhan anggaran pengelolaan
Pemilihan Umum dan Pasal 2 batas negara wilayah darat (4039 024),
Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun Evaluasi dan pengawasan pengelolaan
1999 tentang Pembentukan Komisi lintas batas negara (4041 034).
Pemilihan Umum dan Penetapan 8. Visi BP Batam yaitu menjadikan
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kawasan Batam sebagai Kawasan
Umum Komisi Pemilihan Umum, Ekonomi terkemuka Asia Pasifik dan
dijelaskan bahwa untuk melaksanakan kontributor utama pembangunan
Pemilihan Umum, KPU mempunyai Ekonomi Nasional. Serta misi-nya
tugas kewenangan antara lain adalah mewujudkan Pulau Batam
merencanakan dan mempersiapkan sebagai daerah industri hijau
pelaksanaan Pemilihan Umum, berorientasi ekspor dan mewujudkan
menerima, meneliti dan menetapkan Pulau Batam menjadi kawasan wisata
Partai-partai Politik yang berhak bahari unggul dan transhipment
sebagai peserta Pemilihan Umum, dan perdagangan internasional. Beberapa

44
output jasa layanan non-regulasi BP pelaksanaan kebijakan di bidang
Batam yaitu, barang dan jasa yang pembinaan BUMN. Tugas pokok dan
dilelang melalui elektronik lelang fungsi tersebut berdasarkan pada
(5128 001), layanan perijinan lalu Peraturan Menteri Badan Usaha Milik
lintas barang (5129 001) dan Dokumen Negara Nomor Per-06/MBU/2014
Legalitas Kavling Siap Bangun yang tentang Organisasi dan Tata Kerja
diselesaikan (5133 002). Kementerian BUMN. Output jasa
9. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun layanan non-regulasi di Kementerian
2008 tentang Pembentukan Badan BUMN antara lain, peraturan
Pengembangan Wilayah Surabaya- perundang-undangan (2618 001) dan
Madura (BPW Suramadu) yang dokumen pelaksanaan pembinaan
kemudian disempurnakan dengan BUMN bidang usaha perkebunan dan
Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun kehutanan (2622 002).
2009 tentang Pembentukan Badan 11. Dewan Ketahanan Nasional
Pengembangan Wilayah Surabaya- (Wantannas) merupakan lembaga
Madura (BPW Suramadu) memiliki negara yang berkedudukan di bawah
tugas dan fungsi untuk melaksanakan dan bertanggung jawab kepada
pengelolaan, pembangunan dan Presiden. Wantannas mempunyai
fasilitasi percepatan kegiatan tugas membantu Presiden dalam
pembangunan wilayah Suramadu. menyelenggarakan pembinaan
Output jasa layanan non-regulasi BPW ketahanan nasional guna menjamin
Suramadu antara lain laporan pencapaian tujuan dan kepentingan
pelaksanaan promosi pengembangan nasional Indonesia. Beberapa output
klaster/kawasan (3966 023) dan jasa layanan non-regulasi dari
operasional dan pemeliharaan Wantannas, yaitu kebijakan sistem
infrastruktur kawasan (3970 014). nasional bidang lingkungan alam
10. Kementerian Badan Usaha Milik (5649 001), kebijakan politik dan
Negara (Kementerian BUMN) memiliki strategi bidang politik nasional (5653
tugas pokok yaitu menyelenggarakan 001) dan kebijakan penginderaan dan
urusan di bidang pembinaan BUMN perkiraan ancaman bidang lingkungan
dalam pemerintahan untuk strategi nasional (5656 001).
membantu Presiden dalam Gambaran persentase jumlah
menyelenggarakan pemerintahan output jasa layanan non regulasi terhadap
negara. Sedangkan salah satu fungsi seluruh jenis output dari kesebelas K/L
dari Kementerian BUMN yaitu sampel disajikan pada tabel berikut.
perumusan dan penetapan

45
Tabel 4.3 Persentase Output Jasa Layanan Non Regulasi Terhadap Seluruh Jenis Output

Output JLNR Total Output Persentase Output JLNR


No. K/L
Jumlah Pagu Jumlah Pagu Jumlah Pagu
1. Kejaksaan 505 861.982.780.000 674 4.706.013.339.000 74,93% 18,32%
2. Kemenkeu 1.481 4.322.057.116.000 3.728 30.958.001.840.000 39,73% 13,96%
3. Kemen ESDM 1.431 2.265.385.346.000 3.010 8.894.063.961.000 47,54% 25,47%
4. Kemenkokesra 221 333.514.065.000 286 487.378.446.000 77,27% 68,43%
5. Kemenkominfo 1.049 3.296.118.755.000 1.541 5.220.956.623.000 68,07% 63,13%
6. KPU 52 189.412.665.000 128 1.716.479.187.000 40,63% 11,03%
7. BPW Suramadu 3 9.000.000.000 8 40.260.000.000 37,50% 22,35%
8. BNPP 153 129.446.600.000 251 200.599.529.000 60,96% 64,53%
9. BPKPB & PB Batam 81 92.203.788.000 337 1.169.799.756.000 24,04% 7,88%
10. Kemen BUMN 261 119.371.471.000 450 345.000.000.000 58,00% 34,60%
11. Wantannas 21 5.861.562.000 48 36.420.683.000 43,75% 16,09%
Sebelas K/L terpilih tersebut ditarik
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas
data rincian total pagu himpunan RKA-K/L,
diperoleh informasi bahwa output jasa
kegiatan, output, komponen dan sifat
layanan non-regulasi di seluruh K/L berada
biaya-nya dari business intelligence.
di bawah 75% dari seluruh output yang
Selanjutnya, output yang dimiliki
dimilikinya. Bahkan di beberapa K/L output
dipisahkan jenisnya yang merupakan
jasa layanan non-regulasinya di bawah
output jasa layanan non-regulasi. Jenis
50%. Hal itu berarti bahwa sebenarnya
output inilah yang diuraikan jenis biayanya
upaya pengefisienan anggaran melalui
(biaya utama dan biaya pendukung). Hasil
kebijakan standar struktur biaya masih
perhitungan yang telah dilakukan tampak
memiliki ruang yang cukup besar untuk
pada Tabel 4.4 berikut.
dikembangkan dengan memperhatikan
ketiga jenis output yang lainnya.

Tabel 4.4 Persentase Biaya Pendukung Output Jasa Layanan Non-Regulasi

No. K/L Total Pagu Output JLNR Biaya Utama Biaya Pendukung Persentase
1. Kejaksaan 861.982.780.000 825.163.811.000 36.818.969.000 4,27143%
2. Kemenkeu 4.322.057.116.000 4.300.024.939.000 22.032.177.000 0,50976%
3. Kemen ESDM 2.265.385.346.000 2.079.828.774.000 185.556.572.000 8,19095%
4. Kemenkokesra 333.514.065.000 302.077.542.000 31.436.523.000 9,42585%
5. Kemenkominfo 3.296.118.755.000 3.094.379.961.000 201.738.794.000 6,12050%
6. KPU 189.412.665.000 184.064.835.000 5.347.830.000 2,82338%
7. BPW Suramadu 9.000.000.000 0 9.000.000.000 100%
8. BNPP 129.446.600.000 126.130.648.000 3.315.952.000 2,56164%
9. BPKPB & PB Batam 92.203.788.000 89.830.232.000 2.373.556.000 2,57425%
10. Kemen BUMN 119.371.471.000 119.371.471.000 0 0%
11. Wantannas 5.861.562.000 4.388.722.000 1.472.840.000 25%

Tabel 4.4 dimaksud berisikan total pagu output jasa layanan non-
informasi nama sebelas K/L yang dijadikan regulasi. Biaya utama sendiri merupakan
sampel. Masing-masing K/L dirincikan total biaya komponen yang berpengaruh secara
pagu untuk output jasa layanan non- langsung terhadap keluaran (output)/ sub
regulasi, biaya utama dan biaya pendukung keluaran (sub output). Sedangkan biaya
dari output jasa layanan non-regulasi, serta pendukung merupakan biaya komponen
persentase biaya pendukung terhadap yang tidak berpengaruh secara langsung
46
terhadap keluaran (output)/ sub keluaran penentuan suatu biaya termasuk biaya
(sub output). Kedua jenis biaya ini utama atau pendukung serta penentuan
ditentukan oleh sistem pada saat kategori output mana yang merupakan
penginputan data RKA-K/L berdasarkan output jasa layanan non-regulasi perlu
Rincian Anggaran Biaya (RAB). mendapatkan pedoman atau patokan yang
Persentase biaya pendukung lebih jelas.
output jasa layanan non-regulasi dari
5. PENUTUP
sebelas K/L yang terpilih sebagai sampel
bervariasi. Persentase terendah yaitu dari 5.1 Kesimpulan
Kementerian Keuangan sebesar 0,51%. Hal
ini sekaligus membuktikan bahwa Implementasi PMK Nomor
Kementerian Keuangan sebagai pembuat 195/PMK.02/2014 tentang Standar
kebijakan berhasil memberikan contoh Struktur Biaya yang telah diamanatkan
kepada K/L lain dalam menerapkan untuk diterapkan pertama kali pada tahun
kebijakan SSB. Selain itu delapan K/L lain anggaran 2016 telah dilaksanakan oleh K/L
juga berhasil menerapkan kebijakan SSB dengan baik. Kesimpulan tersebut
dalam RKA-K/Lnya di tahun anggaran 2016 diperoleh dari penarikan sampel yang
ini. Namun demikian, terdapat satu K/L dipilih menggunakan metode sampling
yang dalam output-nya tidak terdapat berstrata dari jumlah populasi 87 K/L. Dari
biaya utama, tetapi hanya biaya sebelas K/L yang menjadi sampel output
pendukung, yaitu BPW Suramadu.Di jasa layanan non-regulasinya berada di
samping itu, terdapat pula K/L yang dapat bawah 75% dari seluruh output yang
dikatakan unik lainnya karena dia hanya dimilikinya. Bahkan di beberapa K/L output
memiliki biaya utama tetapi tidak memiliki jasa layanan non-regulasinya di bawah
biaya pendukung, yaitu Kementerian 50%. Sepuluh K/L telah
BUMN. mengimplementasikan kebijakan SSB
Kejadian pada BPW Suramadu dan dengan baik dengan persentase biaya
Kementerian BUMN memang pendukung terkecil oleh Kementerian
memungkinkan terjadi. Akan tetapi, hal Keuangan sebesar 0,51%. Selain itu
tersebut perlu menjadi perhatian karena terdapat dua K/L yang memiliki kejadian
apabila dinilai secara awam merupakan unik, yaitu BPW Suramadu yang hanya
sesuatu yang ganjil. Dalam suatu kegiatan memiliki biaya pendukung dan
terdapat output yang akan dicapai. Guna kementerian BUMN yang hanya memiliki
mencapai output tersebut, lazimnya, biaya utama dalam output jasa layanan
diperlukan biaya utama dan biaya non-regulasinya.
pendukung. Oleh karena itu, menurut
5.2 Saran
peneliti untuk lebih mendalami perihal
evaluasi pelaksanaan implementasi Berdasarkan hasil analisis dalam
kebijakan SSB perlu memperhatikan penelitian ini, masukan yang dapat kami
apakah output jasa layanan non regulasi sampaikan, sebagai berikut.
dilakukan selama beberapa tahun 1. Batasan besaran biaya pendukung
berturut-turut atau tidak. Selain itu juga dalam output jasa layanan non-
47
regulasi dapat diturunkan, yang Penganggaran Berbasis Kinerja yang
apabila kebijakan untuk menurunkan Berkualitas, Jakarta.
ditempuh maka perlu dilakukan Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992), Research
Methods for Business and
penentuan besaran batasannya
Management, New York: MacMillan
dituangkan dalam kajian tersendiri. Publishing Company.
2. Penerapan Standar Struktur Biaya juga (Source:http://www.eurekapendidik
perlu dipertimbangkan untuk an.com/2015/09/defenisi-sampling-
ditetapkan pada jenis output lainnya dan-teknik-sampling.htmlDisalin dan
seperti jasa layanan regulasi karena Dipublikasikan melalui Eureka
mengingat persentase jumlah output Pendidikan).
Kahar, Muhardi. (2010). Modul Survei
jasa layanan non-regulasi berada tidak
Sampel, Jakarta.
lebih dari 75% yang berarti masih ada Neuman, W. L. (2007). Basic of Social
peluang inefisiensi dalam hal proporsi Research: Qualitative and
biaya pendukung dari sebuah output Quantitative Approaches, Second
jasa layanan regulasi. Edition. Pearson Education, Inc.
3. Standar Struktur Biaya perlu dilihat PMK Nomor 143/PMK.02/2015 tentang
tidak hanya pada output jasa layanan Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan RKA-K/L dan
non-regulasi dalam satu tahun
Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan
anggaran, tetapi pada satu kesatuan Anggaran.
alokasi untuk kegiatan yang memiliki PMK Nomor 195/PMK.02/2014 tentang
output jasa layanan non-regulasi yang Standar Struktur Biaya.
sama selama beberapa tahun seperti Soejono. 2005. Metode Penelitian
pada kasus BPW Suramadu. Deskriptif. Rineka Cipta: Yogyakarta.
Sukmadinata, Nana Syaodih, 2009, Metode
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Afiah, Nunuy Nur, 2012, Pengembangan Zainuddin, M. (2011). Metodologi
Metode Costing untuk Penguatan Penelitian Kefarmasian dan
Peran K/L dan Peran Strategis DJA Kesehatan. Surabaya: Airlangga
dalam Mendukung Implementasi University Press.

48
SINKRONISASI KEBIJAKAN HONORARIUM STANDAR BIAYA DALAM
KERANGKA SINGLE REMUNERASI PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA

Achmad Fauzan Sirat


Email: af.sirat05@gmail.com

1. PENDAHULUAN berjalan efektif dalam menunjang


pencapaian kinerja.
1.1 Latar Belakang
Berkenaan dengan sistem
Penganggaran berbasis kinerja lahir penggajian, diskusi hangat terjadi
dari suatu keinginan bahwa mengenai demarkasi antara honorarium
menghubungkan antara alokasi dengan sebagai produk dari standar biaya dan
kinerja pemerintah yang didanai. remunerasi sebagai bentuk penggajian
Penganggaran berbasis kinerja, dilain kepada pegawai pemerintah. Saat
pihak, memiliki sisi-sisi lain sebagai kebijakan remunerasi digulirkan sejak
konsekuensi dari suatu pilihan sistem. tahun 2007 terdapat semangat
Salah satu konsekuensi ini adalah pilihan menghapuskan praktik pemberian honor
dalam penggajian/kompensasi yang tersebar dalam beberapa kegiatan
berdasarkan kinerja. dan dimasukkan dalam suatu tatanan
Standar biaya sebagai salah satu penghasilan terintegrasi, dikenal sebagai
instrumen penganggaran berbasis kinerja single remuneration system. Hal ini,
memiliki peran penting dalam praktik disadari ataupun tidak, sejalan dengan
penganggaran di Indonesia. Sebagai prinsip Unified Budget yang
sebuah instrumen, standar biaya menjadi mengitegrasikan pekerjaan proyek dalam
kunci efisiensi baik dalam rangka alokasi satu managemen dengan pekerjaan rutin.
dan pelaksanaan anggaran. Namun Namun demikian, dalam praktiknya
demikian, aspek efisiensi dari sebuah masih timbul beberapa honorarium
standar biaya tersebut perlu untuk selalu disamping pemberian remunerasi. Bahkan
ditandingkan dengan efektifitas demarkasi antara biaya honor dan
pelaksanaan kegiatan yang dialokasikan. remunerasi menjadi tidak terang dan
Dengan kata lain, sebagai sebuah pilar dirasa cenderung overlap. Kondisi ini
standar biaya memiliki dua sisi ditimbulkan dari kurangnya keberadaan
pertimbangan dalam penyusunannya kriteria bagaimana suatu kegiatan
yakni efisiensi sebagai pertimbangan membutuhkan tambahan honorarium atau
utama dan efektifitas sebagai tidak.
pertimbangan penyeimbang mengingat
1.2 Rumusan Masalah
alokasi efisien bukan berarti suatu
pelaksanaan pekerjaan tidak dapat Berdasarkan uraian diatas, sinkronisasi
dari kebijakan honorarium perlu dilakukan

49
dengan remunerasi dan agar menjadi diterapkan dalam birokrasi akhir-akhir ini.
komprehensif harus dimulai dari Dalam beberapa kajian disebutkan bahwa
pembuatan kriteria. Dalam membuat pada dasarnya terdapat beberapa
kriteria perlu pemetaan mengenai pertimbangan dalam melakukan
kegiatan dan kajian mendalam mengenai performance-based compensation
aspek-aspek apa yang mempengaruhi tersebut terutama dalam menarik talenta
sehingga dapat dikelompokkan dengan terbaik untuk bekerja di tempat tertentu,
baik. terutama pada bidang pemerintahan (Beth
J. Asch 2015). Terlebih lagi dalam kajian
1.3 Tujuan
lain disebutkan bahwa adanya hubungan
a. Apa perbedaan antara Honorarium yang sangat kuat antara kompensasi yang
dan Remunerasi? didasarkan oleh kinerja dengan
b. Aspek-aspek yang productivitas kerjanya (Paarsch adn
mempengaruhi/perlu Shearer 1999, 2000: Lazaer 2000; Haley
dipertimbangkan pemberian honor? 2003; Badiera Barankay, and Rasul 2005,
c. Bagaimana seharusnya pemberian 2007). Namun demikian disisi lain
honor dipetakan dan dikelompokkan? pendekatan ini memiliki dampak lain yang
d. Apakah seharusnya kriteria-kriteria merupakan konsekuensi dari pilihan
dapat ditetapkan sebagai patokan kebijakan dimaksud yang berujung pada
kebijakan honorarium? hasil yang sebaliknya. Konsekuensi
tersebut terjadi karena sulitnya
2. METODOLOGI PENELITIAN
pengukuran kinerja individu pegawai,
Kajian ini berupa kajian eksplorasi kehadiran tujuan perusahaan yang
berkenaan dengan kerangka kebijakan berbagai macam, tarikan atas pengambilan
honorarium. Kajian eksplorasi ini bagian keputusan dengan berbagai dimensi, serta
dari kajian kualitatif yang mencoba adanya kebutuhan yang bervariasi atas
merangkai suatu kerangka kerja menilai kinerja organisasi.
kelayakan suatu honor atau setidaknya
Gambar 1. Kompensasi trade off antara
pengelompokannya. Kajian dilakukan
kinerja dan pengalaman (deffered
dengan melakukan kajian pustaka dari compensation)
referensi ilmiah yang bereputasi dan
kerangka peraturan yang sudah
diaplikasikan saat ini.

3. LANDASAN TEORI

3.1 Performance-Based Compensation vs


Seniority-Based Compensation

Performance-based compensation
menjadi topik yang sangat hangat sejalan
dengan meningkatkan pemberlakuan Pada dasarnya terdapat dua arus
prinsip-prinsip berbasis kinerja yang utama sistem kompensasi yang dipakai dan
50
sering diulas dalam beberapa literature, kompensasinya. Shingo Takahashi et.al
yakni performance-based compensation (2014) menyatakan bahwa para peneliti
dan seniority based compansation. Secara ilmu sosial telah mengenal bahwa kontrak
konsepsi, performance-based yang hanya berdasarkan satu indikator
compensation sangat berbeda dengan kinerja yang bisa diidentifikasi cenderung
seniority based compansation. Penjelasan menghasilkan respon yang tidak
sederhana dapat merujuk pada gambar semestinya. Sebagai contoh jika salesman
diatas. Pendekatan Performance-based dihargai berdasarkan jumlah
Compensation akan membawa penjualannya, maka dia akan lebih
pembayaran upah pada level yang sama berfokus pada pekerjaan tersebut tanpa
dengan kinerja yang dicapai. Sedangkan memperhatikan bahwa salesman tersebut
pada seniority-based compensation upah memiliki tugas lain yakni menchoaching
yang diberikan akan lebih rendah juniornya. Oleh karena itu, dalam
dibandingkan kinerja yang dicapai namun beberapa hal besaran kompensasi yang
pada seiring dengan berjalannya waktu dikaitkan dengan kinerja harus dibuat
(senioritas) tingkat upah akan mendekati dalam proporsi yang tepat. Dengan
tingkat kinerja dimana pada titik tertentu demikian konsepsi pay-for-performance
akan akan melewati tingkat kinerja memiliki prasyarat: yakni rumusan kinerja
tersebut. yang tepat (dengan multi indikator, jika
Kedua konsep tersebut memiliki memungkinkan) dan besaran kompensasi
keunggulan dan kelemahan masing- yang berkaitan dengan kinerja harus
masing, dimana performance-based dibuat tidak terlalu jauh (dalam berbagai
compensation mengedepankan referensi 20% atas besaran kompensasi).
current/immediate output sedangkan Khusus hal yang terakhir, Lazaer
seniority-based compensation (2000) menyatakan bahwa praktik dalam
mengedepankan steadiness atau sektor privat mengindikasikan pemberian
keberlangsungan. Gambar diatas kompensasi lebih sering tidak secara
menjelaskan juga mengenai fenomena explisit terkait dengan indikator kinerja
yang dikenal dengan sebutan “deffered tertentu, misalnya tingkat penjualan.
compensation” dimana surplus kinerja Namun lebih pada indikator yang lebih
akan dikompensasikan dengan defisit jelas seperti jumlah jam kerja. Dari sisi
kinerja dikemudian hari. Berkenaan besaran atau jumlah yang dikaitkan
dengan hal tersebut, perbedaan mendasar dengan kinerja, menurut Parent (1999)
berkenaan dengan dua konsepsi tersebut hanya berkisar 9.4 persen dari semua
adalah bagaimana kedua konsep tersebut pembayaran dibayarkan berdasarkan
menangani isu loyalitas dan kestabilan kinerja individu seperti tingkat penjualan,
pendapatan bagi sebuah individu. dan 14.2 persen dibayar berupa bonus.
Hal yang sangat menarik berkenaan Bahkan dalam beberapa kajian
dengan pay-for-performance adalah diindikasikan bahwa disparitas
bagaimana konsep ini dapat menggiring pendapatan atas top performance dan the
prilaku pekerja kepada hal yang menjadi lowest tidak begitu signifikan (Medoff and
indikator utama dalam penentuan besaran
51
Abraham, 1980; Baker, jensen, and dengan hal tersebut Tohardi (2002)
Murphy, 1988). menyatakan bahwa pada dasarnya
Hal yang menjadi simpulan dari kompensasi itu dapat dibagi menjadi dua
poin ini setidaknya ada ketiga hal. Pertama bagian: direct compensation dan indirect
adalah tambahan penghasilan yang compensation.
dikaitkan dengan suatu kinerja merupakan Selanjutnya menurut Hariandja
praktik yang lumrah berkenaan dengan (2002) Kompensasi pelengkap merupakan
pemberian kompensasi kepada pegawai. salah satu bentuk pemberian kompensasi
Hal kedua adalah bahwa tambahan berupa penyediaan paket benefit dan
tersebut dapat menjadi pemicu kenaikan program- program pelayanan karyawan,
kinerja dan sekaligus penurunan atas dengan maksud pokok untuk
kinerja, mengingat ada tidaknya indikator mempertahankan keberadaan karyawan
yang cukup tepat berkenaan dengan sebagai anggota organisasi dalam jangka
pemberian kompensasi tersebut. Terakhir panjang. Dengan perkataan lain
adalah bagaimana besaran tambahan kompensasi pelengkap adalah upaya
tersebut tidak terlampau jauh penciptaan kondisi dan lingkungan kerja
dibandingkan dengan kompensasi yang menyenangkan dan tidak secara
dasarnya dan diantara rekan sejawat. langsung berkaitan dengan prestasi kerja.
Jenis-Jenis Gaji/Direct
3.2 Definisi Berkenaan dengan
Compensation:
kompensasi bagi pegawai
1. Gaji/Upah: terminologi gaji atau upah
Sebelum membahas lebih jauh, biasanya merujuk pada penerimaan
berikut disampaikan berbagai perspektif secara periodik yang menjadi dasar
mengenai sistem pemberian kompensasi dari pengupahan, sedangkan gaji
dari suatu pekerjaan. biasanya ditujukan untuk pembayaran
a) Gaji (Payroll) vs tunjangan (fringe pada bagian “white-collar” dan upah
benefit)15 dalam Praktik di Dunia untuk “blue-collar”.
Privat 2. Bonus & Komisi: terminologi ini
Kompensasi bagi pegawai terdiri merupakan pembayaran tambahan
dapat berupa gaji (payroll) maupun yang berkaitan dengan suatu kinerja
tunjangan (fringe benefit). Pada dasarnya tertentu, misalnya target penjualan.
gaji dan tunjangan merupakan manfaat 3. overtime pay/lembur: terminologi ini
yang didapat oleh karyawan atas jasa yang merujuk pada pembayaran atas
diberikan pada perusahaan yang memakai kelebihan waktu yang dilakukan
jasanya. Namun terdapat perbedaan pekerja dalam menyelesaikan
antara keduanya, yakni Gaji adalah pekerjaannya. Pembayaran overtime
penghasilan utama sedangkan tunjangan tersebut pada dasarnya tidak
(fringe benefit) merupakan tambahan menyeluruh dengan dua hal yang
penghasilan kepada pegawai. Sejalan

15
Referensi utama: Payroll Accounting http://www.accountingcoach.com/payroll-
,Acccounting Coach diakses pada tanggal accounting/explanation/2
6/11/2015
52
menjadi dasar pertimbangan, yakni: diperhitungkan sebagai biaya pokok
tanggungjawabnya dan tingkat pembentukan barang modal tersebut.
pembayarannya. Selain itu, kompensasi bagi karyawan juga
Jenis-Jenis Tunjangan Fringe dikecualikan dari suatu kegiatan dimana
Benefit/Indirect Compensation tidak ada hubungan pemberi kerja dan
1. payroll taxes and costs pekerja, seperti Kontraktor, dan self-
o Social Security employed outworkers (pekerja
o Medicare lepas/bukan pegawai tetap).
o federal income tax Demarkasi atas kompensasi pada
o state income tax pegawai dan klasifikasi dengan tidak
o state unemployment tax adanya hubungan pekerjaan dapat
o federal unemployment tax dijelaskan pada bagian dalam GFS Manual
o worker compensation insurance sebagai berikut:
2. employer paid benefits - Kompensasi diberikan kepada pekerja
o holidays yang bukan merupakan pegawai dari
o vacations pemerintah/instansi tertentu harus
o sick days dimasukkan sebagai bagian dari belanja
o insurance (health, dental, vision, barang
life, disability) - Hubungan kerja terjadi saat terjadi suatu
o retirement plans perjanjian, baik tertulis maupun tidak,
o profit-sharing plans formal maupun tidak, antara institusi
dan individu, atas kesepakatan kedua
b) GFS Manual Definition16
belah pihak, dimana individu pekerja
Kompensasi pada pegawai adalah
dimaksud bekerja dengan imbalan
jumlah total remunerasi, baik dalam
remunerasi baik dalam bentuk uang
bentuk kas maupun natura, yang terutang
ataupun natura.
pada seseorang dalam hubungan pemberi
- Jika seseorang dikontrak untuk
kerja dan pekerja sebagai kompensasi dari
mengerjakan sebuah tugas yang
pekerjaan yang dilakukan pekerja dalam spesifik, disarankan hal tersebut
suatu period. Sejumlah yang dibayarkan dilakukan secara tanpa adanya
tersebut merupakan pertukaran atas jasa hubungan pekerja dan pemberi kerja,
karyawan baik tenaga kasar maupun namun dibentuk dalam hubungan
intelektual yang dilibatkan dalam proses kontraktual antara institusi dan individu
produksi yang terjadi dalam suatu unit tersebut.
organisasi. Namun demikian, dalam Sebuah indikasi apakah telah
kategori ini tidak termasuk dalam terjadi hubungan pekerja dengan pemberi
kompensasi kepada karyawan yang kerja dapat dilakukan dengan
diberikan pada pembentukan barang menggunakan kaidah sebagai berikut:
modal mengingat hal tersebut akan

16
Government Finance Statistics manual 2014 –
Washington, DC: International Monetary Fund,
2014
53
1. Ada tidaknya pengendalian baik untuk pekerja menggunakannya: seperti
mengendalikan secara personal atau barak, kabin, dormitori, huts dll.
untuk mengarahkan bagaimana 4. Makanan khusus yang diberikan dan
pekerjaan dilakukan; dibtuhkan secara khusus dalam suatu
2. apakah seorang pekerja membayar kondisi kerja tertentu, pada saat
sendiri sosial contribution yang ada perjalanan dinas dan pada saat
atau tidak. melakukan pekerjaan.
3. Apakah seseorang mendapatkan 5. Perubahan fasilitas, kamar mandi dlsb
benefit lain yang diberikan oleh yang dibutuhkan pada tempat kerja
pemberi kerja kepada pekerjanya 6. Fasilitas pertolongan pertama,
(misalnya: tunjangan, fasilitas, pemeriksaan kesehatan atau lainnya
pembayaran/tunjangan pajak dan lain yang dibutuhkan pada pekerjaan.
sebagainya.) Walaupun pegawai membelinya dan
Beberapa penggunaan barang atau dilakukan penggantian atas
jasa yang digunakan oleh pemerintah yang pembeliaannya nanti, hal tersebut tetap
tidak masuk secara langsung dalam proses masuk sebagai bagian dari penggunaan
produksi namun dikonsumsi oleh pegawai barang dan jasa, bukan sebagai gaji atau
dalam melaksanakan proses tersebut. tunjangan dari pegawai.
Secara umum, ketika barang atau jasa Menurut GFS, kompensasi kepada
digunakan oleh pegawai atas kemauan pegawai baik dalam bentuk kas atau
atau dalam penguasan waktu mereka natura, diluar social contribution payable
untuk kepentingan/kebutuhan pribadi for employers, dapat berupa:
pegawai, barang atau jasa tersebut a. Gaji Dasar/Hutang Gaji yang dibayar
merupakan remunerasi in kind (dalam secara periodik, termasuk pada yang
bentuk natura). Namun demikian, ketika dibayar atas dasar piece rate atau
penggunaan barang dan jas tersebut tunjangan khusus dari lembur atau
adalah suatu keharusan agar pegawai pemberian tunjangan saat bekerja jauh
dapat melaksanakan tugasnya, maka hal dari domisili atau pada daerah
tersebut akan diperhitugkan sebagai berkecamuk atau berbahaya,
penggunaan barang dan jasa atau bukan tunjangan expatriaton saat bekerja
bagian dari remunerasi. Contohnya: jauh di luar negeri, dan lain sebagainya.
1. Alat yang digunakan dalam pekerjaan b. Tunjangan Tambahan (Supplementary
2. Pakaian atau alat lain yang konsumen allowances) yang dibayar secara
scara umum tidak akan reguler, contoh tunjangan perumahan,
menggunakan/membeinya atau kecuali social benefit;
dipakai dan yang digunakan secara c. Gaji/Tunjangan lain pada pegawai yang
khusu pada saat melakukan kerja for pergi dalam waktu singkat, misalnya:
example, protective clothing, overalls, liburan atau cuti;
or uniforms; d. Tunjangan tambahan tahunan, seperti
3. Jasa Akomodasi pada tempat kerja bonus and “13th month” pay;
atau tempat sejenisya yang tidak dapat e. Bonus Ad hoc atau pembayaran khusus
dimiliki oleh rumahtangga dimana yang terhubung langsung dengan
54
skema umum pemberian insentif Termasuk dalam jenis (natura):
dalam perusahaan; 1. Makanan dan minuman yang
f. Komisi, gratifikasi , dan tips yang disediakan secara teratur, termasuk
diterima oleh pegawai: ini harus unsur subsidi dari kantin kantor (untuk
dimasukkan dalam pembayaran untuk alasan praktis, tidak perlu untuk
layanan yang diberikan oleh unit membuat estimasi untuk makanan dan
mempekerjakan pekerja, bahkan minuman yang dikonsumsi sebagai
ketika mereka dibayarkan langsung bagian dari aparat hiburan resmi atau
kepada karyawan oleh pihak ketiga. selama perjalanan bisnis)
Mereka dengan demikian dianggap 2. Pakaian atau alas kaki yang karyawan
sebagai dibayar oleh pekerja kepada dapat memilih untuk memakai sering di
karyawan . luar tempat kerja dan di tempat kerja
Hal ini tidak termasuk : 3. layanan Perumahan atau akomodasi
1. Penggantian perjalanan , relokasi , atau dari jenis yang dapat digunakan oleh
biaya terkait dibuat oleh karyawan semua anggota rumah tangga yang
ketika mereka mengambil pekerjaan karyawan milik
baru atau diwajibkan oleh majikan 4. Layanan kendaraan atau barang tahan
mereka untuk memindahkan rumah lama lainnya disediakan untuk
mereka ke bagian berbeda negara atau penggunaan pribadi karyawan
ke negara lain 5. Barang dan jasa yang dihasilkan oleh
2. Penggantian biaya yang dikeluarkan majikan, seperti perjalanan gratis di
oleh karyawan pada peralatan, pesawat terbang atau kereta api
perlengkapan, pakaian khusus, atau pemerintah
barang-barang lainnya yang diperlukan 6. Olahraga, rekreasi, atau fasilitas
secara eksklusif, atau terutama, untuk liburan bagi karyawan dan keluarga
memungkinkan mereka untuk mereka
melaksanakan pekerjaan mereka 7. Transportasi ke dan dari tempat kerja,
mengecualikan manfaat sosial gratis atau parkir bersubsidi, ketika
dibayarkan oleh pemerintah kepada dinyatakan harus
karyawan mereka dalam bentuk : 8. harus dibayar untuk
3. Anak, pasangan, keluarga, pendidikan , 9. penitipan anak untuk anak-anak
atau tunjangan lainnya sehubungan karyawan
tanggungan 10. Nilai dari bunga oleh majikan ketika
4. Pembayaran dilakukan pada full , atau mereka memberikan pinjaman kepada
dikurangi , tingkat upah atau gaji untuk karyawan di dikurangi atau bahkan nol
pekerja absen dari pekerjaan karena tingkat bunga untuk keperluan
sakit , luka karena kecelakaan , cuti membeli rumah, kendaraan, furniture,
hamil , etc.10 atau barang atau jasa lainnya (jumlah
5. pembayaran pesangon kepada pekerja ini juga dicatat sebagai piutang bunga
atau korban mereka yang kehilangan seperti yang dijelaskan dalam ayat
pekerjaan mereka karena redundansi , 11. Dalam kasus perusahaan publik, upah
ketidakmampuan , kematian, dll dan gaji dalam bentuk juga dapat
55
mencakup saham bonus atau saham yang mempengaruhi pemberian
dibagikan kepada karyawan. kompensasi.
Kontribusi sosial dibayar oleh pengusaha Menurut Tohardi (2002) faktor-faktor yang
untuk dana sosial keamanan, dana pensiun mempengaruhi besar kecilnya kompensasi
yang terkait dengan ketenagakerjaan, atau antara lain adalah produktivitas,
skema asuransi sosial tenaga kerja terkait kemampuan untuk membayar, kesediaan
lainnya untuk mendapatkan hak untuk untuk membayar, penawaran dan
benefit sosial bagi karyawan mereka. permintaan tenaga kerja, organisasi
c) Honorarium karyawan, dan peraturan perundang-
Dalam pengertian yang didapat undangan. Senada dengan pendapat
dari web wikipedia.org, honorarium adalah tersebut, Hasibuan (2003) menyebutkan
pembayaran ex-gratia (yaitu pembayaran faktor-faktor yang mempengaruhi
yang dilakukan tanpa adanya keharusan besarnya kompensasi, antara lain sebagai
atau kewajiban hukum dari yang berikut: Penawaran dan permintaan
memberikan) dibuat untuk seseorang atas tenaga kerja, Kemampuan dan kesediaan
jasanya sesuai kapasitasnya selaku relawan perusahaan, Serikat buruh/Organisasi
atau untuk jasa yang secara tradisi tidak karyawan, Pemerintah dengan undang-
diberikan pembayaran. Pembayaran undang Keppres, Biaya hidup/Cost of
seperti Ini digunakan oleh kelompok- living, Posisi jabatan karyawan, Pendidikan
kelompok seperti sekolah atau klub dan pengalaman kerja, Kondisi
olahraga untuk membayar pelatih untuk perekonomian nasional, dan Jenis dan sifat
biaya mereka. Contoh lain termasuk pekerjaan.
pembayaran untuk pembicara tamu di Berdasarkan pendapat diatas dapat
sebuah konferensi untuk menutupi disimpulkan bahwa posisi jabatan
perjalanan , akomodasi, atau waktu karyawan, jenis pekerjaan yang dilakukan
persiapan mereka. dan kemampuan perusahaan tersebut
Dengan kata lain dari pengertian untuk membayar merupakan faktor-faktor
tersebut, kata honorarium mengacu pada yang mempengaruhi besar kecilnya
pemberian sebagai bentuk penghargaan pemberian balas jasa dan kompensasi
kepada seseorang mengingat biasanya hal terhadap karyawan. Dalam konteks
yang dilakukan bukan sesuatu yang kebutuhan penyusunan standar biaya,
dibayar. Hal inilah yang melandasi selayaknya posisi dan jenis pekerjaan yang
bagaimana standar atas pemberian akan diberikan kompensasi menjadi
penghargaan tersebut tidak terdapat di perhatian dalam perumusan besaran.
pasar. Namun demikian ada hal lain yang tidak
kalah penting yakni bagaimana pemberi
3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi kerja (pemerintah) mampu membayar atas
Besarnya Kompensasi jasa yang diberikan tersebut. untuk itu,
selain dari posisi penerima, pertimbangan
Organisasi atau perusahaan dalam
dari sisi pemberi berupa ketersediaan dana
setiap pemberian kompensasi kepada
(fiscal space) harus menjadi perhatian.
karyawan mempunyai beberapa faktor

56
Secara umum dari beberapa hal sesuatu yang diperjanjikan pada saat
yang menjadi rujukan dalam kajian ini perikatan kerja antara pekerja dan
dapat ditarik beberapa kesimpulan yang pemberi kerja. Dalam praktik, gaji tidak
dapat digunakan sebagai kerangka pikir dibedakan baik dibayar harian,
dalam penetapan honor beserta mingguan, bulanan. Hal yang menjadi
besarannya. adapun beberapa kriteria pokok untuk mengidentifikasi gaji ada
yang perlu dilakukan sebagai berikut: kesepakatan awal sebelumnya dan
1. Pembuatan Klasifikasi Kompensasi kompensasi apa yang menjadi
Kepada Pegawai imbalannya.
2. Pengelompokan Kompensasi b. Tunjangan
3. Formulasi Penghitungan Besaran Tunjangan merupakan tambahan
4. Penentuan Besaran penghasilan pegawai yang diberikan
Berkenaan dengan hal tersebut, baik yang dibayarkan bersamaan
proposal disampaikan sehubungan dengan dengan gaji ataupun tidak, misalnya
penetapan klasifikasi yang akan menjadi tunjangan istri, tunjangan anak,
kerangka pikir dalam kajian ini. tunjangan pajak, tunjangan jabatan
termasuk juga bonus dan komisi.
Gambar 2. Kerangka Pikir Single Tunjangan lebih bersifat optional. Pada
Remunerasi umumnya tunjangan biasanya sejalan
dan dibayarkan atas dasar gaji
pegawai. Hal yang membedakan
adalah proporsi antara keduanya yang
secara umum menempatkan gaji pada
tempat yang lebih besar.
c. Honorarium
Honorarium merupakan pembayaran
yang diberikan kepada seseorang yang
melaksanakan penugasan diluar
Terdapat empat kuadran kesepakatan kerja awal atau sebagai
pemberian pemberi kerja kepada pegawai pembayaran atas pekerjaan yang
yang dapat dijadikan kerangka pikir dalam dilakukan tanpa hubungan pekerja dan
pengambilan kebijakan kompensasi. pemberi kerja. seperti keanggotaan
Adapun empat kuadran tersebut adalah dalam tim.
sebagai berikut: d. Fasilitas
a. Gaji Fasilitas merupakan pemberian sarana
Gaji merupakan pembayaran secara yang diberikan untuk kelancaran dalam
berkala kepada pegawai sebagai pelaksanaan tugas. Pengertian sarana
bentuk imbalan atas jasa yang diterima dalam hal ini adalah alat yang
dari pegawai. Termasuk didalamnya digunakan dalam pelaksanaan
adalah pembayaran overtime (lembur). tugasnya. Dalam perkembangan, alat
Dasar filosofi dari gaji adalah segala tersebut dapat diberikan dalam uang
untuk kepentingan pelaksanaan tugas.
57
Contoh dari fasilitas adalah kendaraan 4. PEMBAHASAN
operasional, baju seragam, peralatan
4.1 Kebijakan Honorarium Standar Biaya
kerja dsb.
dari Tahun ke Tahun
Konsekuensi dari pengelompokkan
tersebut akan berakibat pada pendekatan 4.1.1 Alokasi Belanja terkait dengan
yang perlu dilakukan berkenaan dengan Penghasilan Pegawai
perumusan kebijakan terkait dengan
segala kompensasi kepada pegawai. Alokasi belanja pegawai dari tahun
Secara konsepsi penerapan standar biaya ke tahun meningkat, seiring dengan
harus mempertimbangkan 3 aspek secara meningkatnya satuan gaji pokok sebanyak
bersamaan, yakni: 6% selama tahun 2009-2014 dan
a. Aspek fiskal pemberian tunjangan kinerja pada
Setiap penetapan standar biaya akan kementerian/lembaga sejak tahun 2008.
mempengaruhi besaran biaya Peningkatan total gaji dan tunjangan yang
dialokasikan dari kemampuan melekat pada gaji sejak 10 tahun terakhir
keuangan daerah yang tersedia beranjak dengan laju peningkatan sebesar
(kapasitas fiskal daerah). Oleh karena 13% selama lima tahun terakhir. Sejalan
itu, penetapan standar biaya seefisien dengan hal tersebut peningkatan
mungkin mengingat perubahan tunjangan kinerja juga stabil dengan laju
(kenaikan) standar biaya dapat peningkatan lebih tinggi dengan rata-rata
mengurangi alokasi pada sektor yang sebesar 36%.selama lima tahun. Hal yang
lain. menarik adalah penurunan alokasi untuk
b. Efektifitas honor tetap (seperti honor penilik sekolah,
Setiap standar biaya yang ditetapkan vakasi dll) serta lembur yang secara
harus diupayakan agar dapat tradisional dikenal dengan tingkat
membiayai kegiatan secara efektif. penurunan rata-rata 26% selama kurun
Adanya aspek fiskal tidak berarti waktu yang sama. Hal ini menunjukaan
kegiatan akan menjadi tidak terbiayai bahwa dalam satu sisi kebijakan
secara tuntas. Oleh karena itu, remunerasi telah berhasil mengubah
memastikan standar biaya ditetapkan paradigma alokasi kedalam sistem
pada angka rasional menjadi penting penggajian tunggal. Namun disisi lain
sebagai salah satu pertimbangan. kerangka sistem penggajian tunggal mulai
c. Efek Sistem meninggalkan sistem overtime, jika
Penetapan standar biaya juga harus diperlukan waktu lebih dalam
mempertimbangkan keberadaan melaksanakan pekerjaan. Selain itu sistem
satuan biaya lainnya, khususnya satuan lama berkenaan dengan insentif tambahan
biaya yang dasar perhitungannya atau juga mulai ditinggalkan. Hal ini tergambar
jenisnya sama. Hal ini berarti juga pada secara ringkas dalam grafik 1.
saat terdapat perubahan disatu
standar akan berefek secara relatif
pada standar biaya lainnya.

58
Grafik 1. Komposisi Belanja Pegawai 2005-2015 (dalam juta)

Grafik 2 menggambarkan output kegiatan, yakni honor-honor tim


bagaimana perilaku biaya birokrasi terkait pelaksana kegiatan, berkembang secara
dengan honor atau yang ada kaitannya rata-rata 16% selama 5 tahun terakhir
dengan penghasilan pegawai selama kurun dengan nilai total tertinggi sampai dengan
waktu 2008-2015. Dalam grafik tersebut, Rp. 13 trilyun. Hal ini masih cukup tinggi
alokasi yang dimasukkan sebagai mengingat semangat penggajian secara
pertimbangan adalah berkenaan dengan tunggal serasa belum cukup efekif jika
honor tim Adhoc pengelola keuangan, dilihat dari perkembangan atas
honor tim terkait dengan output, dan pembayaran honor dimaksud.
honor narasumber. Alokasi honor Terakhir, berkenaan dengan
pengelola keuangan meningkat sejalan pembayaran honor narasumber, data
dengan perkembangan jumlah satker dan menunjukkan hal yang lebih menarik
ini merupakan mandat tetap atas mengingat pertumbuhan alokasi
pengelolaan keuangan yang ada. Perilaku mengalami kenaikan sebesar 33% selama
biaya ini tidak mengkhawatirkan kurun waktu sama tol dan, secara proporsi,
mengingat kontrol atas satuan biaya ini alokasi pada tahun 2015 sudah mencapai
sudah sangat jelas baik dari sisi penerima separuh dari alokasi honorarium tim
maupun jumlah yang dapat diberikan. pelaksana kegiatan.
Dilain pihak, perkembangan honor terkait

59
Grafik 2. Honor Adhoc dan Belanja Honor lainnya (dalam juta)

Dari deskripsi data tersebut diatas, Biaya Masukan lainnya. Kebijakan ini
dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan terangkum dalam Peraturan Menteri
remunerasi yang ada selama ini belum Keuangan Nomor 71/MK.02/2013.
cukup efektif menekan laju pertumbuhan Sedangkan terkait dengan gaji dan
honor-honor adhoc yang selama ini tunjangan (remunerasi) tertuang dalam
berjalan. Hal ini dibuktikan dengan produk kebijakan yang berbentuk
peningkatan atas gaji serta tunjangan Keputusan Presiden. Saat ini, pemrosesan
dengan honor-honor adhoc lainnya. PMK Standar Biaya dan SBM lainnya
Kedua, penurunan honor tetap dan lembur dilakukan pada Direktorat Sistem
yang selama ini menjadi penghasilan Penganggaran sedangkan Keppres
bersifat variable bagi pegawai diganti mengenai gaji dan tunjangan diproses
dengan alokasi honor adhoc. Ketiga, pada Direktorat Harmonisasi Peraturan
kebijakan honor adhoc dan honor lainnya Penganggaran.
sedikit banyak berpengaruh pada perilaku Perkembangan rumusan kebijakan
K/L dalam mengalokasikan dananya, honorarium yang tercantum dalam
terutama untuk hal yang bersifat variabel. Peraturan Menteri Keuangan tentang
Standar Biaya Masukan terlihat sangat
4.1.2 Bentuk Rumusan Kebijakan
dinamis sebagai mana dapat dilihat pada
Honorarium
tabel 1. Baik dari sisi pengelompokannya,
Kebijakan Honorarium dalam besaran honorariumnya atau bahkan
standar biaya tertuang dalam tiga bentuk masuk tidaknya dalam sebuah pengaturan.
produk, yakni Peraturan Menteri Dinamika pengelompokan honor terlihat
Keuangan tentang Standar Biaya Masukan dari perubahan atas penempatan jenis
yang dikeluarkan tahunan, Peraturan honorariumnya dari tahun ke tahun.
Menteri Keuangan yang dikeluarkan Dinamika juga berlaku pada uraian
tersendiri berkenaan dengan honorarium penjelasan atas honorarium dimaksud.
tertentu, dan Surat Persetujuan Standar Walaupun tidak sedinamis yang lain,

60
besaran honorarium berubah pada
beberapa bagian secara parsial sehingga
perubahan terlihat beragam.

Tabel 1. Daftar Honor SBM dari Tahun ke Tahun


No 2016 2015 2014 2013 2012
1. Honor Penanggung Honor Penanggung Honor Penanggung Honor Penanggung Honor
Jawab Pengelola Jawab Pengelola Jawab Pengelola Jawab Pengelola Penanggung
Keuangan Keuangan Keuangan Keuangan Jawab Pengelola
Keuangan
2. Honor Penanggung Honor Penanggung Honor Penanggung Honor Penanggung Honor
Jawab Pengelola Jawab Pengelola Jawab Pengelola Jawab Pengelola Penanggung
Keuangan pada Keuangan pada Keuangan pada Keuangan pada Jawab Pengelola
satker yang khusus satker yang khusus satker yang khusus satker yang khusus Keuangan pada
mengelola belanja mengelola belanja mengelola belanja mengelola belanja satker yang
pegawai pegawai pegawai pegawai khusus
mengelola
belanja pegawai
3. Honor Pengadaan Honor Pengadaan Honor Pengadaan Honor Pengadaan Honor
Barang/Jasa Barang/Jasa Barang/Jasa Barang/Jasa/ULP Pengadaan
Barang/Jasa/ULP
4. Honor Perangkat Honor Perangkat
ULP ULP
5. Honor Penerima Honor Penerima Honor Penerima Honor Penerima Honor Penerima
Hasil Pekerjaan Hasil Pekerjaan Hasil Pekerjaan Hasil Pekerjaan Hasil Pekerjaan
6. Honor Pengelola Honor Pengelola Honor Pengelola Honor Pengelola Honor Pengelola
PNBP PNBP PNBP PNBP PNBP
7. Honor Pengelola Honor Pengelola Honor Pengelola Honor Pengelola Honor Pengelola
SAI SAI SAI SAI SAI
8. Honor Honor Honor Honor Honor
Pengurus/Penyimp Pengurus/Penyimp Pengurus/Penyimp Pengurus/Penyimp Pengurus/Penyim
an BMN an BMN an BMN an BMN pan BMN
9. Honor Kelebihan Honor Kelebihan Honor Kelebihan Honor Kelebihan
Jam Perekayasaan Jam Perekayasaan Jam Perekayasaan Jam Perekayasaan
Honorarium
Peneliti
Honor Kelebihan
Jam Penelitian
10. Honor Penunjang Honor Penunjang Honor Penunjang Honor Penunjang
Penelitian/Perekay Penelitian/Perekay Penelitian/Perekay Penelitian/Perekay
asaan asaan asaan asaan
11. Honor Narasumber Honor Honor Kegiatan Honor Kegiatan Honor Kegiatan
(Narasumber, Seminar Seminar Seminar
Moderator, (Narasumber dan (Narasumber dan (Narasumber dan
Pembawa Acara, Moderator) Moderator) Moderator)
Panitia,
Narasumber LN)
Honor Panitia Honor Panitia Honor Panitia
Seminar Seminar Seminar
12. Honor Penyuluh Honor Penyuluh Honor Penyuluh Honor Penyuluh Honor Penyuluh
Pegawai P3 Pegawai P3 Non Pegawai Non Pegawai Non Pegawai
Negeri Negeri Negeri
13. Satuan Biaya Satuan Biaya
Operasional Operasional
Penyuluh Penyuluh

61
No 2016 2015 2014 2013 2012
14. Honor Rohaniwan Honor Rohaniwan Honor Rohaniwan Honor Rohaniwan
15. Honor Tim Honor Tim Honor Tim Honor Tim Honor Tim
Pelaksanan Pelaksanan Pelaksanan Pelaksanan Pelaksanan
Kegiatan dan Kegiatan dan Kegiatan dan Kegiatan dan Kegiatan dan
Sekretariat Tim Sekretariat Tim Sekretariat Tim Honor Sekretariat Honor Sekretariat
pelaksanan pelaksanan pelaksanan Tim pelaksanan Tim pelaksanan
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan
16. Honor Tim Honor Tim Honor Tim Honor Tim Honor Tim
Penyusun Penyusun Penyusun Penyusun Penyusun
Jurnal/Buletin/Maj Jurnal/Buletin/Maj Jurnal/Buletin/Maj Jurnal/Buletin/Maj Jurnal/Buletin/M
alah/Pengelola alah/Pengelola alah/Pengelola alah/Pengelola ajalah/Pengelola
Website Website Website Website Website
17. Honor Honor Honor Honor Honor
Penyelenggaran Penyelenggaran Penyelenggaraan Penyelenggaraan Penyelenggaraan
Sidang Sidang Sidang Sidang Sidang
Internasional Internasional Internasional Internasional Internasional
Honor Honor Honor
Penyelenggaraan Penyelenggaraan Penyelenggaraan
Workshop Workshop Workshop
Internasional Internasional Internasional
Biaya Narasumber Biaya Narasumber Biaya
LN LN Narasumber LN
18. Honor Vakasi dan Honor Vakasi dan Honor Vakasi dan Honor Vakasi
Penyelenggaraan Penyelenggaraan Penyelenggaraan Penyelenggaraan Penyelenggaraan
Ujian dan Vakasi Ujian Ujian Ujian Ujian
19. Honor Honor Pengajar
Penyelenggaraan DIKLAT
Kegiatan DIKLAT
20. Satuan Biaya Uang Satuan Biaya Uang Satuan Biaya Uang Satuan Biaya Uang Satuan Biaya
Makan ASN Makan ASN Makan PNS Makan PNS Uang Makan PNS
21. Satuan Biaya Uang Satuan Biaya Uang Satuan Biaya Uang Satuan Biaya Uang Satuan Biaya
Lembur dan Uang Lembur dan Uang Lembur dan Uang Lembur dan Uang Uang Lembur dan
Makan Lembur Makan Lembur Makan Lembur Makan Lembur Uang Makan
Lembur
22. Satuan Biaya Uang Satuan Biaya Uang Satuan Biaya Uang Satuan Biaya Uang Satuan Biaya
Rapat dalam Rapat dalam Rapat dalam Rapat dalam Uang Rapat
Kantor Kantor Kantor Kantor dalam Kantor
23. Satuan Biaya Uang Satuan Biaya Uang
Saku Pemeriksaan Saku Pemeriksaan
dalam lokasi dalam lokasi
perkantoran yang perkantoran yang
sama sama
24. Honor Satpam, Honor Satpam, Honor Satpam, Honor Satpam, Honor Satpam,
pengemudi, pengemudi, pengemudi, pengemudi, pengemudi,
Petugas Kebersihan Petugas Petugas Petugas Petugas
dan Pramubakti Kebersihan dan Kebersihan dan Kebersihan dan Kebersihan dan
(per Prop) Pramubakti Pramubakti Pramubakti Pramubakti
(per Prop) (per Prop)

Daftar tersebut diatas merupakan dikelompokkan honor-honor tersebut


honorarium yang tercantum dalam PMK terdiri dari:
SBM dari tahun ke tahun. Jika

62
1. Honor terkait pejabat terkait pengelola pokok untuk golongan tertentu, tarif
keuangan/pejabat lembur dan lainnya.
pengadaan/kebendaharaan; Dari sekian banyak honor yang
2. Honor terkait penelitian (kelebihan tercantum, honor pejabat terkait
penelitian/perekayasaan dan pengelolaan
penunjang penelitian/perekayasaan) keuangan/pengadaan/kebendaharaan
3. Honor terkait dengan penyuluhan
diformulasikan secara bersamaan
(honor dan biaya operasional)
menggunakan metode point factor.
4. Honor tim ad hoc (pelaksana
Sedangkan honor lainnya diformulasikan
kegiatan/jurnal/majalah/sidang
secara terpisah. Dengan demikian, patut
internasional dll)
5. Honor Penyelenggaraan ujian dan
diduga bahwa konsistensi perhitungan
vakasi yang bisa dijaga secara kesisteman tidak
6. Honor terkait Lembur/Uang Makan menyeluruh.
Lembur Selain kebijakan Honorarium yang
7. Honor terkait dengan pelaksanaan dimasukkan dalam PMK Standar Biaya
Rapat Masukan diatas, terdapat beberapa
8. Honor terkait dengan Biaya honorarium yang dikeluarkan dalam
Pemeriksaan yang menjadi TUSI bentuk Standar Biaya Masukan Lainnya.
9. Honor terkait dengan perikatan tenaga Adapun kebijakan yang menjadi contoh
kontrak dari bentuk ini antara lain: honorarium
(satpam/pengemudi/pramubakti/kebe dokter internship, pemberian uang
rsihan)
pengamanan bagi petugas Bea dan Cukai.
Pada umumnya honorarium
Kebijakan ini pada umumnya dikeluarkan
diformulasikan berdasarkan metode point
dalam bentuk surat persetujuan Menteri
factor. Metode ini meliputi identifikasi
Keuangan atas dasar usulan dari
variabel yang mempengaruhi bobot
Kementerian/Lembaga namun demikian
masing-masing posisi dalam jabatan
tidak menutup kemungkinan kebijakan ini
tertentu dan penentuan dasar perhitungan
diangkat dalam bentuk satu Peraturan
besaran. Variable yang diidentifikasi terdiri
Menteri tersendiri. Bahkan dalam
dari tanggung jawab, risiko pekerjaan,
beberapa hal, kebijakan honorarium yang
kompleksitas pekerjaan, pendidikan formal
dikeluarkan dalam bentuk surat
yang dibutuhkan dan pangkat/golong
persetujuan diintegrasikan dengan
minimal yang dibutuhkan untuk
kebijakan umum standar biaya masukan
menduduki jabatan tersebut. Kelima
dalam Peraturan Menteri. Perumusan
variabel tersebut nantinya akan menjadi
SBML tersebut terkadang didasarkan atas
indeks yang membedakan antara tingkat
perhitungan mandiri pengusul dengan
jabatan dalam kelompok jabatan tertentu.
konfirmasi lebih lanjut atas perhitungan
Sedangkan terkait dengan dasar
yang ada.
perhitungan, besaran yang diacu adalah
Hal tersebut diatas menghasilkan
sama untuk satu kelompok jabatan
setidaknya dua kondisi yang menjadi risiko
tertentu. Besaran ini dapat berupa gaji
dalam perumusannya, yakni: konsistensi
atas klasifikasi dan konsistensi atas dasar
63
perhitungan. Pada akhirnya, risiko terberat Sedangkan berkenaan dengan
adalah kebijakan honorarium akan indikator yang terakhir, efek dari
mengalami penurunan kredibiltas dalam penetapan merupakan akibat yang muncul
perumusannya. Untuk mengurangi risiko setelah kebijakan ini digulirkan. Pada
tersebut, suatu kriteria yang dapat beberapa kebijakan, pertimbangan
menjaga konsistensi atas dua kondisi matang harus benar-benar dilakukan
dibutuhkan. Klasifikasi dapat dikaitkan mengingat dapat saja efek berikutnya dari
dengan konsepsi pemberian kompensasi kebijakan tersebut adalah berkaitan
atas pekerjaan secara komprehensif. dengan penyediaan alokasi dana pada
Sedangkan dasar perhitungan besaran dokumen anggaran. Sebagai contoh
akan mengikuti metode yang menjadi kenaikan 10% pada tarif uang makan PNS
dasar penghitungan pada setiap klasifikasi akan berefek bagi negara setidaknya
yang ada. tambahan dana 10% dari 4 juta pegawai.
Kompleksitas tersebut semakin
4.1.3 Kompleksitas Rumusan Kebijakan
menjadi kendala sekaligus tantangan
Honorarium
mengingat belum ada kriteria yang
Sebagai konsekuensi atas bentuk disepakati dalam perumusan kebijakan
kebijakan yang berbeda beda, lebih lanjut. Dilain pihak, kriteria standar
kompleksitas atas Rumusan Kebijakan untuk kebijakan honorarium perlu ada
Honorarium pun tidak sama. Hal ini dapat guna adanya kepastian penanganan. Untuk
dilihat dari setidaknya dalam tiga indikator, itu kesepakatan atas kriteria standar dalam
yakni: baru tidaknya rumusan honorarium, perumusan kebijakan honorarium adalah
waktu penyelesaian, dan efek penetapan. sebuah kebutuhan mendasar dalam
Rumusan kebijakan baru akan berbeda kerangka single remunerasi pada
dengan kebijakan honorarium yang sudah penerapan pengangaran berbasis kinerja.
ada. Hal ini dikarenakan rumusan
4.2 Usulan Formulasi Kebijakan Umum
kebijakan baru harus mempertimbangkan
Honorarium Standar Biaya
dasar perhitungan dari awal, sedangkan
kebijakan yang sudah ada biasanya sudah 4.2.1 Evaluasi Rumusan Kebijakan
lebih stabil dari cara perhitungan dan hal- Honorarium
hal lain yang menjadi pertimbangan.
Sebagaimana dibahas pada bab
Indikator berikutnya adalah
sebelumnya, gambaran perumusan
berkenaan dengan waktu penyelesaian.
kebijakan honorarium memiliki celah
Panjang pendeknya waktu penyelesaian
kebijakan yang perlu segera diisi. Adapun
rumusan kebijakan dapat mengindikasikan
celah tersebut berkenaan dengan kriteria
kompleksnya kebijakan yang akan diambil.
perumusan honorarium dalam kerangka
Hal ini dapat terjadi karena luasnya ruang
single remunerasi. Kriteria tersebut akan
koordinasi, tidak adanya benchmark, dan
memperjelas demarkasi antara
kurangnya pengaturan yang akan menjadi
kompensasi langsung (direct) dan tidak
dasar dari kebijakan.
langsung (indirect) dalam satu kerangka
kompensasi terhadap pegawai.
64
Secara umum honor-honor kesepakatan kerja awal, bersigat adhoc
tersebut jika diklasifikasikan dalam dan tidak terus menerus. Sedangkan
kerangka 4 kuadran menjadi sebagai fasilitas merupakan pemberian sarana
berikut: yang diberikan untuk kelancaran dalam
pelaksanaan tugas.
Gaji Tunjangan
1. Honor terkait pejabat Termasuk dalam kelompok gaji
terkait pengelola adalah honor pejabat pengelola
keuangan/pejabat keuangan/pejabat
pengadaan/kebendahar
aan; pengadaan/kebendaharaan. lembur dan
2. Honor terkait uang makan lembur, honor
Lembur/Uang Makan
Lembur
penyelenggaraan ujian dan vakasi, honor
3. Honor Penyelenggaraan terkait dengan perikatan tenaga kontrak,
ujian dan vakasi honor terkait dengan penelitian, dan honor
4. Honor terkait dengan
perikatan tenaga terkait dengan penyuluhan. Lembur/uang
kontrak makan lembur dan penyelenggara ujian
(satpam/pengemudi/pr
dan vakasi masuk dalam kategori pertama
amubakti /kebersihan)
5. Honor terkait penelitian mengingat keduanya pada dasarnya
(kelebihan semacam overtime atas pelaksanaan
penelitian/perekayasaa
n dan penunjang
tugas. Lembur bagi pekerja kantor dan
penelitian/perekayasaa penyelenggaraan ujian/vakasi bagi
n) pendidik merupakan pelaksanaan
6. Honor terkait dengan
penyuluhan (honor) pekerjaan diluar jam operasional utama.
Honor Fasilitas Pekerja kantor akan bekerja diluar jam
1. Honor Tim adhoc 1. Honor kerja, sedangkan untuk pendidik overtime
(pelaksana terkait
kegiatan/jurnal/majalah dengan terjadi pada saat diluar jam mengajar.
/sidang internasional penyuluhan Sedangkan honor yang diberikan pada
dll) (biaya
2. Honor terkait penelitian operasional)
pekerja dengan perikatan kontrak dan
(penunjang 2. Biaya Penyuluh masuk pada kategori pertama
penelitian/perekayasaa Pemeriksaa karena hal inilah yang menjadi sejatinya
n) n yang
menjadi penghasilan utama pekerja atas jasa yang
TUSI diberikan.
Dalam kelompok tunjangan
Adapun dasar dalam terdapat tidak terdapat dalam peraturan
pengelompokan tersebut adalah standar biaya masukan eksisting.
sebagaimana diulas dalam definisi. Gaji Kelompok honor ini merupakan biasanya
merupakan pembayaran secara berkala terkait dengan penggunaan tunjangan
kepada pegawai yang termasuk secara umum yang biasa dituangkan dalam
didalamnya pembayaran overtime. peraturan lainnya.
Tunjangan merupakan tambahan Sebagaimana ketentuan pada
penghasilan yang pada prinsipnya bersifat dasarnya yang masuk dalam kategori ini
optional. Honorarium adalah pembayaran adalah bagian penugasan diluar
atas penugasan yang berada diluar dari kesepakatan kerja awal (tugas tambahan).
65
Honorarium yang bersifat ad-hoc ini 1) Kerangka Single Remunerasi.
dimasukkan dalam kategori honorarium Kerangka Single Remunerasi adalah
karena pada dasarnya yang diberikan kerangka penghasilan dengan
merupakan bagian yang tidak memperhitungkan semua penghasilan
terdefinisikan pada saat perikatan yang diterima oleh seorang pekerja,
pekerjaan. atau dengan kata lain dengan sudut
Sedangkan untuk klasifikasi pandang adalah pekerja sebagai
terakhir, honororium terdiri dari Honor sebuah individu yang dipekerjakan.
terkait dengan penyuluhan (biaya Dalam sebuah artikel koran online,
operasional), dan Biaya Pemeriksaan yang remunerasi merupakan prasyarat
menjadi TUSI. Beberapa pengaturan honor menuju single salary system yang
tersebut pada dasar merupakan fasilitas diartikan bahwa seorang pegawai
yang diberikan oleh negara dalam hanya mendapatkan gaji dan tunjangan
pelaksanaan tugasnya. Secara substansi tanpa perlu mengharapkan lagi honor-
pengaturan dimaksud tidak termasuk honor yang berkaitan dengan
17
pelaksanaan tugasnya . Untuk itu
sebagai honor namun pemberian fasilitas
dalam bentuk pertanggung-jawaban pertimbangan dalam formulasi
lumpsum. Hal ini sama halnya jika seorang kebijakan standar biaya harus
pegawai diberikan uang transport pada memperhitungkan faktor tersebut.
saat tidak disediakan kendaraan dinas Terdapat setidaknya empat hal yang
untuk menuju lokasi penugasan. Biaya perlu dilpertimbangkan dalam
operasional penyuluh dan biaya kerangka single remunerasi tersebut,
pemeriksaan yang menjadi TUSI pada yakni:
dasarnya ada fasilitas yang diberikan a. apakah suatu pekerjaan merupakan
negara. pekerjaan utama atau pekerjaan
tambahan
4.2.2 Usulan Formulasi Kebijakan Standar b. seberapa banyak waktu yang
Biaya dibutuhkan dalam melaksanakan satu
Sehubungan dengan hasil evaluasi tugas
diatas usulan formulasi kebijakan standar c. seberapa besar porsi penghasilan
biaya akan berkisar dari pembedaan honor tambahan dibandingkan penghasilan
dan remunerasi dalam kerangka single utama (gaji dan tunjangan) yang
remunerasi, aspek-aspek yang diterima
mempengaruhi, pengelompokkan atau d. adakah duplikasi pemberian
kategorisasi pemberian honor dalam kompensasi atas pekerjaan antara
kerangka single remunerasi dan pekerjaan utama dan pekerjaan
standardisasi kriteria pada tiap kelompok. tambahan
Bahasan berikut adalah berkenaan dengan Keempat pertanyaan ini perlu
ke-empat faktor tersebut diatas. menjadi standar dalam menilai apakah

17
063221589/kpk-single-salary-system-bisa-
http://nasional.tempo.co/read/news/2010/01/26/ diterapkan-pasca-remunerasi diakses 11/02/2016
66
suatu usulan kebijakan masih dalam satu memperhitungkan pekerjaan tambahan
kerangka atau tidak. Pertanyaan pertama dimaksud. Sejatinya jika pekerjaan
berkenaan dengan esensi perikaatan tersebut masih terkait dengan pekerjaan
antara pemberi kerja dan pekerja yang utama dapat ditenggarai bahwa pekerjaan
secara alaminya tidak ada pemberi kerja tersebut masih dalam jangkauan pekerjaan
yang memberi pekerjaan kepada pekerja utama. Sebagai contoh, seorang petugas
untuk melakukan pekerjaan tambahan. lalu lintas mengatur lalu lintas pada kondisi
Perlu diingat perspektif yang dipakai normal atau pada saat kondisi ada
adalah pekerja tersebut. sehingga kecelakaan. Kondisi yang lebih
seandainya seseorang diangkat sebagai membutuhkan penanganan tidak
pramubakti dalam sebuah satker, bagi membuat pekerjaan tersebut menjadi
pekerja tersebut, itu adalah pekerjaan pekerjaan tambahan, namun demikian
utama. Sehingga atas pekerjaan tersebut mengingat dibutuhkan jam kerja lebih
diperoleh imbalan atas jasanya berupa gaji. untuk penanganan maka ha tersebut
Pertanyaan kedua berkenaan diperlakukan sebagai lembur atau
dengan pengujian bagaimana suatu overtime dari normal time.
pekerjaan merupakan pekerjaan 2) Aspek-aspek yang mempengaruhi
tambahan atau tidak. Jika proporsi waktu besaran dan pemberian honorarium.
pengerjaan pekerjaan tambahan lebih Terdapat banyak aspek yang
besar dibandingkan tugas utama, perlu mempengaruhi besaran dan
dievaluasi yang mana yang pekerjaan pemberian honorarium. Secara prinsip,
tambahan. besaran honorarium tidak boleh lebih
Pertanyaan ketiga berkenaan besar dari gaji dan tunjangan yang
dengan aspek psikologis dan keadilan menjadi alasan seseorang
antara tambahan pekerjaan dan tugas dipekerjakan. Hal ini berdasarkan
utama. Sebagaimana merujuk kondisi konsepsi multasking bahwa pekerja
multitasking, secara psikologis pekerja akan cenderung mengerjakan
akan cenderung mengerjakan apa yang pekerjaan yang memberikan reward
lebih menguntungkan dari sisi personal. tinggi dan mengesampingkan kinerja
Dalam konteks ini, jika penghasilan untuk yang unrewarded. Perilaku ini akan
tugas tambahan atau tambahan berakibat tidak baik secara
penghasilan lebih besar maka pekerja akan keseluruhan organisasi. Hal yang kedua
cenderung memilih tugas tambahan adalah perlu adanya level sesuai
tersebut mengingat rewardnya. Hal ini dengan tanggung jawab pekerjaan.
akan terlabih lagi jika reward yang Seorang superviser atau koordinator
diberikan bersifat variable terhadap tidak bisa disamakan dengan
pekerjaan. Secara konsepsi, lebih besar subordinatnya, mengingat
penghasilan tambahan dari pada kompleksitas dan tanggung jawabnya
penghasilan utama akan merusak konsep berbeda secara hierarki. Untuk itu,
keadilan dalam penggajian. besaran perlu memperhatikan hierarki
Terakhir, pertanyaan berkenaan tersebut. selain itu, faktor kompetensi
apakah atas penggajian utama sudah juga harus dipertimbangkan dalam
67
formulasi besaran sehingga top Merupakan alat, bahan, akomodasi
performer dengan middle performer atau biaya tambahan yang
berefek. Secara umum kompetensi bisa diberikan guna mendukung
dilihat dari berbagai indikator, seperti pelaksanaan pekerajaan
pengalaman kerja, pendidikan, atau 4) Standardisasi kriteria pada tiap
hasil evaluasi dari kinerja terdahulu. kelompok.
Berkenaan bagaimana honorarium Berkenaan dengan keempat kelompok
dapat diberikan, kebijakan selayaknya kebijakan standar biaya dalam
berfokus pada seberapa mungkin suatu kerangka single remunerasi, perlu
pekerjaan dikategorikan sebagai dibuat kriteria yang standar sebagai
tambahan yang tidak diperhitungkan penjelas dari definisi. Adapun kriteria
dalam kegiatan pekerjaan utama. yang menjadi usulan adalah sebagai
Dengan pengembangan dari empat berikut:
pertanyaan sebagaimana disampaikan a. Gaji
dalam subbab sebelumnya, perlu Sebagai basis kompensasi yang
dibuat suatu kategori untuk diberikan dalam rekrutmen pekerja
kemudahan dan konsistensi kebijakan maka kriteria yang perlu ada pada
standar biaya, khususnya berkenaan kategori ini adalah:
dengan honorarium. - Merupakan penghasilan utama
3) Kelompok honor dalam kerangka single atas suatu perikatan pekerja
remunerasi. dan pemberi kerja
Sebagaimana beberapa kali diulas, - Menjadi nilai acuan dalam
pengelompokkan kebijakan standar pemberian insentif lainnya
- Besaran diformulasikan
biaya adalah sesuatu yang penting
multitable
untuk formulasi kebijakan berikutnya.
b. Tunjangan
Sebagai usulan kerangka kebijakan
Sebagai sebuah opsi atas
single remunerasi utk formulasi
penghasilan dikaitkan dengan
kebijakan standar biaya, kelompok
suatu kondisi tertentu kriteria yang
tersebut adalah sebagai berikut:
perlu dimasukkan dalam kategori
a. Gaji
ini adalah:
Merupakan basis kompensasi yang
- Opsi penghasilan dikaitkan
diberikan dalam rekrutmen pekerja
tunjangan yang berlaku umum
b. Tunjangan
- Berlaku hanya pada beberapa
Merupakan opsi atas penghasilan
pegawai dan tidak seluruhnya
dikaitkan dengan suatu kondisi c. Honorarium
tertentu Sebagai tambahan penghasilan
c. Honorarium sebagaimana tambahan pekerjaan
Merupakan tambahan penghasilan diluar tugas utama kriteria untuk
sebagaimana tambahan pekerjaan kategori ini adalah:
diluar tugas utama - Merupakan kompensasi dari
d. Fasilitas tugas tambahan

68
- Besaran tidak melebihi dimaksud guna mencapai tujuan
penghasilan utama konsistensi.
- Merupakan kompensasi dari Honorarium dan remunerasi secara
tugas sekali, besaran mungkin konsepsi berbeda berkenaan apakah
tidak terkait dengan kompensasi tersebut diperoleh atas tugas
penghasilan utama utama atau tugas tambahan. Dalam
d. Fasilitas
praktik, terjadi ambiguitas dalam
Sebagai alat, bahan, akomodasi
penggunaannya istilah tersebut sebagai
atau biaya tambahan yang
contoh penyebutan honor satpam
diberikan guna mendukung
pramubakti yang secara konsepsi
pelaksanaan pekerjaan maka
seharusnya masuk sebagai gaji/remunerasi
kriteria pada kategori ini adalah:
satpam pramubakti mengingat pekerjaan
- Bukan tambahan penghasilan,
tersebut ada pekerjaan utama pada saat
namun penghindar pengurang
perikatan kontrak. Dengan demikian telah
gaji dan tunjangan
disampaikan cara-cara pemilhan antara
- Diberikan terkait dengan
pelaksanaan tugas honorarium dan remunerasi dengan
empat pertanyaan, yakni:
5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI a. apakah suatu pekerjaan merupakan
pekerjaan utama atau pekerjaan
5.1 Kesimpulan
tambahan
Salah satu kunci keberhasilan b. seberapa banyak waktu yang
sistem penggajian tunggal adalah dengan dibutuhkan dalam melaksanakan satu
konsistensi kebijakan lain terkait dengan tugas
penghasilan pegawai. Secara alamiah, c. seberapa besar porsi penghasilan
penghasilan bersifat variable menjadi salah tambahan dibandingkan penghasilan
satu konsekuensi atas pilihan sistem utama (gaji dan tunjangan) yang
berbasis kinerja dalam penganggaran. diterima
Untuk itu, peran penting standar biaya d. adakah duplikasi pemberian
perlu dijaga dengan konsistensi dalam kompensasi atas pekerjaan antara
perumusan kebijakan sebagai sebuah pekerjaan utama dan pekerjaan
instrumen dari penganggaran berbasis tambahan
kinerja, khususnya berkenaan dengan
selain empat pertanyaan tersebut
perumusan kebijakan honorarium dalam
sebagai alat untuk membedakan antara
kerangka single remunerasi. Konsistensi
honorarium dan remunerasi, perlu juga
dalam perumusan kebijakan tersebut
pengelompokkan atas bentuk lain yang
akan meningkatkan kredibilitas rumusan
seolah-olah ada diantara keduanya.
yang menjadi arti pentingnya standar biaya
Dengan demikian pengelompokkan
dalam penjaga efisiensi pada level mikro.
menjadi empat bagian yakni: Gaji,
Kajian eksploratif ini mengusulkan
Tunjangan, Honorarium, dan Fasilitas.
pendekatan dalam perumusan kebijakan
Keempat kelompok ini diupayakan guna

69
menjaga konsistensi kebijakan yang guna memperlakukan biaya yang tidak
diambil. termasuk dalam kelompok dimaksud.
Sejalan dengan pengklasifikasian
DAFTAR PUSTAKA
tersebut, besaran atas masing-masing
klasifikasi perlu dijaga keseimbangannya. Asch, Beth J. (2005), The Economic
Bagaimana penghasilan tambahan dijaga Complexities of Incentive Reforms,
agar tidak lebih besar dari penghasilan High-Performance Government:
utama demi kepentingan organisasi secara Structure, Leadership, Inscentives,
keseluruhan. pp.309-379
Becker, Gary (1976). The Economic
5.2 Rekomendasi Approach to Human Behavior.
Chicago: University of Chicago Press.
Sebagai rekomendasi, terdapat tiga Lazear, Edward (1995). Personnel
hal untuk dipertimbangkan: Economics. Cambridge: MIT Press.
a. kebijakan pengelompokan empat Lazear, Edward (1997). Personnel
Economics for Managers: New York:
bagian terkait dengan penghasilan
Wiley.
pegawai dapat digunakan sebagai
Prendergast, Canice (1999). The Provision
landasan pengelompokan awal untuk of Incentives in Firms, Journal of
kebijakan standar biaya. Economic Literature, Vol.37, No.1
b. Atas pengelompokan tersebut perlu (Mar., 1999), pp.7-63
penguatan kriteria sebagai rambu- Sandel, Michael J. (2013), Market
rambu untuk melakukan formulasi Reasoning as Moral Reasoning:
besaran satuannya. Why Economists Should Re-engage
c. Pengelompokan diatas berkenaan with Political Philosophy. Journal of
dengan pekerja yang bekerja secara Economic Persctives—volume 27,
tetap pada satu pemberi kerja, atas Number 4—Fall 2013- Pages 121-
satuan biaya penggunaan jasa tenaga 140
kontrak perlu dilakukan kajian lanjut Bahan Bimtek Kebijakan Standar Biaya
PMK SBM tahun 2012-2016

70
KAJIAN INDEKSASI

Lies Kurnia Irwanti


Email: emailnyalies@gmail.com

1. PENDAHULUAN Keuangan. Penerapan indeksasi KPJM


dalam kerangka teknik pembiayaan pada
1.1 Latar Belakang hakekatnya merupakan aspek mikro dari
Undang-Undang Nomor 17 Tahun penerapan penganggaran yang melebihi
2003 tentang Keuangan Negara dari satu tahun(KPJM). Penganggaran
mengamanatkan tiga pilar sistem dengan KPJM dimaksud dilaksanakan
penganggaran untuk penyusunan angaran dengan menggunakan konsep anggaran
oleh Kementerian negara/Lembaga (K/L). bergulir yang dilakukan dengan tiga
Ketiga pilar dimaksud yaitu penganggaran instrumen yaitu baseline, new initiative
terpadu, Penganggaran Berbasis Kinerja dan parameter. Angka indeksasi pada
(PBK) dan Kerangka Pengeluaran Jangka hakekatnya merupakan angka parameter
Menengah (KPJM). KPJM adalah yang merujuk pada angka perkiraan inflasi
pendekatan penyusunan anggran di tahun yang direncanakan t1 , t 2 , t 3  yang
berdasarkan kebijakan, dengan dilakukan penyesuaian merujuk kebijakan
pengambilan keputusan yang atas sebuah output. Pembiayaan dengan
menimbulkan implikasi anggaran dalam konsep indeksasi KPJM dimaksudkan untuk
jangka waktu lebih dari satu tahun memperbaiki kualitas prakiraan maju agar
anggaran. Sesuai dengan amanat UU No 17 sejalan prakiraan kebutuhan anggaran,
Tahun 2003, dalam penerapan KPJM, K/L pada saat perencanaan pembiayaan atas
menyusun prakiraan maju dalam periode sebuah output.
tiga tahun ke depan. Hal tersebut Selanjutnya penerpan KPJM
merupakan keharusan yang dilakukan dilakukan dengan penggunaan prakiraan
setiap tahun, bersamaan dengan maju dalam RKA-K/L yang dilakukan
penyampaian RKA-K/L. dengan indeks. Proses pendisiplinan
Sejalan dengan hal tersebut, penerapan indeksasi KPJM pada
Peraturan Menteri Keuangan Nomor hakekatnya merupakan bagian dari
71/PMK.02/2013 tentang Pedoman pembiayaan atas suatu output yang dalam
Standar Biaya, Standar Struktur Biaya, dan KPJM dilakukan dengan merujuk pada
Indeksasi dalam Penyusunan Rencana konsep baseline dan new initiative.
Kerja dan Anggaran Kementerian Indeksasi dilakukan untuk pembuatan
Negara/Lembaga, Indeksasi didefinisikan prakiraan maju (prakiraan kebutuhan
sebagai parameter penyesuaian yang pembiayaan) dari suatu output merujuk
digunakan untuk menghitung kebutuhan pada klasifikasi dan jenis biaya dari suatu
alokasi biaya tahun yang direncanakan dan output. Jenis output yang dimaksudkan
prakiranaan maju tahun anggaran yaitu Indeks Keluaran (Output) barang
berikutnya yang ditetapkan oleh Menteri infrastruktur, Indeks Keluaran (Output)
71
barang non infrastruktur, Indeks Keluaran 2. LANDASAN TEORI
(Output) jasa regulasi dan Indeks Keluaran
2.1 Rencana Kerja dan Anggaran
(Output) jasa layanan non-
Kementerian Negara/Lembaga (RKA-
regulasi.Berkenaan dengan kebijakan
K/L)
tersebut, tulisan ini mencoba
mendokumentasikan bagaimana sebuah Rencana Kerja dan Anggaran
angka indeks KPJM diformulasikan untuk Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L)
kepentingan reviu baseline dan angka adalah dokumen rencana keuangan
penyesuai sebagaimana dimaksudkan tahunan K/L yang disusun menurut bagian
dalam PMK Nomor 71 Tahun 2013. anggaran K/L. Penyusunan anggaran dalam
dokumen RKA-K/L merupakan bagian dari
1.2 Pertanyaan Penelitian
penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Pada kajian ini akan menyajikan Belanja Negara (APBN), selain Rencana
pendokumentasian penentuan angka Dana Pengeluaran Bendahara Umum
indeks KPJM dengan menjawab beberapa Negara (RDP-BUN). Secara garis besar,
pertanyaan berikut ini: proses penyusunan RKA-K/L mengatur tiga
1. Bagaimana metode untuk materi pokok, yaitu pendekatan
memformulasikan angka indeksasi? penyusunan anggaran, klasifikasi anggaran
dan dan proses penganggaran.
2. Berapa angka indeksasi untuk
2.1.1 Penganggaran Berbasis Kinerja
beberapa jenis output pada RKA-K/L
(PBK)
2018?
Sesuai dengan amanat Undang-
1.2 Tujuan Penelitian Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, penyusunan anggaran
Penelitian yang dilakukan dalam
oleh K/L mengacu kepada tiga pilar sistem
kajian ini bertujuan:
penganggaran, yaitu: Pendekatan
1. Menjelaskan metode yang digunakan
Penganggaran Terpadu, Penganggaran
untuk memformulasikan angka
Berbasis Kinerja (PBK), dan Kerangka
indeksasi, dan
Pengeluaran Jangka Menengah
2. Menentukan angka indeksasi untuk
(KPJM).Pendekatan penyusunan anggaran
beberapa jenis output pada RKA-K/L
tersebut terus mengalami perbaikan dan
2018.
penyempurnaan, dan diwajibkan menjadi
acuan bagi pemangku kepentingan bidang
1.3 Pembatasan Masalah
penganggaran dalam merancang dan
Pada penelitian ini karena menyusun anggaran.
keterbatasan peneliti, maka formulasi PBK merupakan suatu pendekatan
perumusan indeksasi menggunakan hasil dalam sistem penganggaran yang
yang telah disusun oleh akademisi, yaitu memperhatikan keterkaitan antara
Dr. Ir. Uka Wikarya, M.Si. pendanaan dan kinerja yang diharapkan,
serta memperhatikan efisiensi dalam

72
pencapaian kinerja tersebut. Kinerja penyusunan RKA-K/L, dimana bersama
merupakan prestasi kerja yang berupa dengan dua instrumen PBK lainnya, yaitu
keluaran (output) dari suatu kegiatan atau indikator kinerja dan evaluasi kinerja,
hasil dari suatu program dengan kuantitas digunakan pemerintah dalam pengelolaan
dan kualitas yang terukur. Agar penerapan APBN.
PBK dapat dioperasionalkan, PBK Pada Pasal 5 ayat (3) PP Nomor 90
menggunakan instrumen, sebagai berikut: Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana
1. indikator kinerja, merupakan Kerja dan Anggaran
instrumen yang digunakan untuk Kementerian/Lembaga:
mengukur kinerja, “Penyusunan RKA-K/L menggunakan
2. standar biaya, adalah satuan biaya instrumen indikator kinerja, standar biaya
yang ditetapkan baik berupa standar dan evaluasi kinerja”
biaya masukan dan standar biaya Amanat PMK No. 71/PMK.02/2013
keluaran maupun standar struktur tentang Pedoman Standar Biaya, Standar
biaya sebagai acuan perhitungan Struktur Biaya, dan Indeksasi dalam
kebutuhan anggaran, dan Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
3. evaluasi kinerja, merupakan penilaian Kementerian Negara/Lembaga Pasal 26
terhadap capaian sasaran kinerja, bahwa:
konsistensi perencanaan dan “dalam rangka mendukung efisiensi
implementasi, serta realisasi alokasi biaya dalam penyusunan RKA-K/L,
penyerapan anggaran. Menteri Keuangan menetapkan Standar
Struktur Biaya dan Indeksasi.”
2.1.2 Kebijakan Indeksasi Sebagai
Indeksasi sendiri didefinisikan
Bagian Standar Biaya
dalam PMK Nomor 71 Tahun 2013 dalam
Pelaksanaan reformasi Pasal 28 yaitu “indeksasi merupakan alat
penganggaran berdasarkan UU Nomor 17 yang digunakan untuk penghitungan
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara kebutuhan anggaran dalam kerangka
perlu dijaga konsistensi dan kelanjutannya pengeluaran jangka menengah.” Indeksasi
untuk menjamin terwujudnya digunakan oleh K/L untuk menyusun
penganggaran yang efektif dan efesien. penghitungan anggaran dasar (baseline)
Sejalan telah ditetapkannya PP Nomor 90 dan inisiatif baru. Penggunaan indeksasi
Tahun 2010 tentang RKA-K/L sebagai revisi dalam penghitungan anggaran dasar
PP 21 Tahun 2004 perlu dilakukan dilakukan untuk menyesuaikan
pemantapan penerapan Penganggaran perhitungan kebutuhan besaran biaya
Berbasis Kinerja (PBK). Revisi PP dimaksud keluaran (output) pada tahun anggaran
diantaranya dilatarbelakangi oleh perlunya yang direncanakan dan prakiraan maju
penguatan tentang konsep anggaran tahun anggaran berikutnya.
bergulir, penerapan parameter serta
2.2 Indeksasi
penambahan ketentuan tentang
pengukuran dan evaluasi kinerja. Standar Penerapan indeksasi KPJM dalam
biaya merupakan instrumen dalam kerangka costing (teknik perhitungan

73
biaya) merupakan aspek mikro dari Penetapan nilai indeksuntuk output
penerapan penganggaran yang melebihi dalam RKA-K/L, dikelompokkan sebagai
satu tahun anggaran dengan berikut:
menggunakan konsep anggaran bergulir. 1. Keluaran (output) Barang, yang terdiri
Konsep anggaran bergulir tersebut dari:
dilaksanakan dengan tiga instrumen, yaitu a. Output barang infrastruktur, yaitu
anggaran dasar (baseline), inisiatif baru output kegiatan yang merupakan
dan parameter. Angka indeksasi barang berwujud dan atau berupa
merupakan angka parameter yang jaringan yang diperlukan untuk
merujuk antara lain pada angka perkiraan jaminan ekonomi sektor publik agar
besaran inflasi dan kurs di tahun yang perekonomian dapat berfungsi
direncanakan t1 , t 2 , t 3  . Angka indeksasi dengan baik. Contoh: jalan, kereta
api, air bersih, bandara, kanal,
tersebut disusun sesuai klasifikasi output
waduk, pengolahan limbah, dan
dan jenis biaya atas sebuah output.
sebagainya.
Indeksasi KPJM digunakan untuk
b. Output barang non infrastruktur,
menyusun prakiraan maju/pagu
yaitu output kegiatan yang
kebutuhan alokasi biaya suatu dasar
merupakan barang baik berwujud
keluaran (output baseline) dan inisiatif
maupun tidak berwujud yang tidak
baru pada tahun anggaran yang
berupa jaringan yang bukan
direncanakan.
termasuk barang infrastruktur.
Fungsi utama indeksasi dalam
Contoh: kendaraan, software
rangka perencanaan anggaran berupa:
aplikasi, dan sebagainya.
1. Penghitungan pagu kebutuhan alokasi
2. Keluaran (output) Jasa, yang terdiri dari:
biaya suatu output pada tahun
a. Output jasa regulasi/birokrasi, yaitu
anggaran yang direncanakan bagi
output yang dihasilkan dari suatu
dasar output baseline.
kegiatan dalam rangka pembuatan
2. Penghitungan prakiraan maju tahun
peraturan atau pendukung
anggaran berikutnya bagi output
administrasi birokrasi. Bentuk
baseline dan insiatif baru.
output tersebut dapat berupa
Biaya atas suatu keluaran (output)
norma, standar, dan lain-lain.
terdiri dari biaya utama dan biaya
b. Output jasa layanan non-regulasi,
pendukung. Biaya utama merupakan
yaitu output dari suatu kegiatan
komponen pembiayaan langsung dari
yang merupakan layanan dari suatu
pelaksanaan langsung dari pelaksanaan
instansi pemerintah. Contoh: SP2D,
suatu kebijakan dan berpengaruh
layanan BOS, dan sebagainya.
terhadap pencapaian keluaran (output).
Penerapan indeksasi dilakukan
Sedangkan biaya pendukung (penunjang)
dengan tujuan dapat menghasilkan
merupakan komponen pembiayaan yang
perhitungan angka prakiraan maju yang
digunakan dalam rangka menjalankan dan
mencerminkan kebutuhan riil pada saat
mengelola kebijakan.
pelaksanaannya.Dalam pendekatan KPJM
disampaikan bahwa proyeksi biaya output
74
pada tahun direncanakan disesuaikan permintaan masyarakat terhadap
dengan angka indeks, dengan rumusan: barang dan jasa.
output  h arg a  kuantitas  indeks 2. cost inflation yaitu inflasi yang timbul
Jenis dan besarannya indeks yang akan naiknya biaya produksi untuk
ditetapkan terdiri atas: menghasilkan barang dan jasa.
1. Indeks untuk kebutuhan output 3. imported inflation, yaitu inflasi yang
layanan perkantoran belanja pegawai. timbul karena kenaikan harga barang
2. Indeks untuk kebutuhan output impor yang digunakan sebagai baham
layanan perkantoran belanja barang. mentah produksi di dalam negeri.
3. Indeks untuk komponen utama output 4. teori kuantitas yaitu pertambahan
barang infrastuktur. jumlah uang yang beredar di
4. Indeks untuk komponen utama output masyarakat, baik uang kartal maupun
barang non-infrastruktur. uang giral dan alat pembayaran
5. Indeks untuk komponen utama output lainnya.
jasa regulasi. Indeks harga adalah salah satu
6. Indeks untuk komponen utama output indikator ekonomi yang secara umum
jasa layanan non-regulasi. dapat menggambarkan tingkat
7. Indeks untuk komponen pendukung inflasi/deflasi harga barang dan jasa.
output barang infrastruktur. Indeks harga merupakan sebuah rataan
8. Indeks untuk komponen pendukung dari perubahan harga yang proporsional
output barang non-infrastruktur. pada suatu barang atau jasa tertentu
9. Indeks untuk komponen pendukung antara dua periode waktu. Indeks harga
output jasa regulasi. biasa digunakan untuk mengetahui ukuran
10. Indeks untuk komponen pendukung perubahan variabel-variabel ekonomi
output jasa layanan non-regulasi. sebagai barometer keadaan
perekonomian. Indeks hargadi Indonesia
2.3 Indeks Harga Konsumen (IHK)
dihitung dengan mengembangkan metode
Inflasi merupakan suatu keadaan agregatif tertimbang, yaitu metode
perekonomian yang menunjukkan adanya Laspeyres, metode Paasche dan metode
kecenderungan kenaikan tingkat harga tahun khas. Beberapa macam indeks harga
secara umum. Dikatakan tingkat harga yaitu:
umum karena barang dan jasa yang ada di 1. Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah
pasaran memiliki jenis dan jumlah yang angka yang menggambarkan
beraneka ragam. Sebagian besar dari perbandingan perubahan harga
harga-harga barang tersebut selalu barang dan jasa yang dihitung
meningkat dan mengakibatkan terjadinya dianggap mewakili belanja konsumen,
inflasi. Beberapa faktor penyebab inflasi, kelompok barang yang dihitung bisa
yaitu: berubah-ubah disesuaikan dengan
1. demand inflation, merupakan inflasi pola konsumsi aktual masyarakat.
yang timbul karena meningkatnya 2. Indeks Harga Produsen (IHP) adalah
perbandingan perubahan barang dan
jasa yang dibeli oleh produsen pada
75
waktu tertentu, yang dibeli oleh Data harga barang dan jasa yang
produsen meliputi bahan mentah dan dikumpulkan adalah harga di tingkat
bahan setengah jadi. Perbedaannya pedagang eceran dan merupakan harga
dengan IHK adalah kalau IHP transaksi. Observasi harga dilakukan
mengukur tingkat harga pada awal secara harian, mingguan, dua mingguan
sistem distribusi, IHK mengukur harga dan bulanan. Dari setiap kota, data harga
langsung yang dibayar oleh konsumen dikumpulkan pada beberapa pasar
pada tingkat harga eceran. Indeks tradisional maupun pasar modern yang
harga produsen biasa disebut juga mewakili harga di kota tersebut. Data dari
indeks harga grosir. masing-masing komoditas diperoleh dari 3
3. Indeks harga yang harus dibayar dan atau 4 outlet dan dikumpulkan langsung
diterima oleh petani. Indeks harga dari pemantauan harga.
barang-barang yang dibayar oleh
3. METODOLOGI PENELITIAN
petani baik untuk biaya hidup maupun
untuk biaya proses produksi, apabila 3.1 Jenis Penelitian
dalam menghitung indeks dimasukkan
unsur jumlah biaya hipotek, pajak, Penelitian ini adalah penelitian
upah pekerja yang dibayar oleh petani, deskriptif yang menggunakan pendekatan
indeks yang diperoleh disebut indeks kuantitatif.
paritas. Rasio antara indeks harga
3.2 Objek Penelitian
yang harus dibayar oleh petani dengan
indeks paritas dalam waktu tertentu Objek penelitian adalah data
disebut rasio paritas. faktor-faktor penyebab Indeks Harga
Komoditas barang dan jasa yang Konsumen (IHK).
dipilih dalam perhitungan IHK didasarkan
3.3 Jenis Data
pada Survei Biaya Hidup (SBH)
yangdilakukan oleh Badan Pusat Statistik Data merupakan kumpulan
(BPS). Barang dan jasa yang dipilih untuk informasi yang diperoleh dari suatu
disurvei diklasifikasikan menjadi 7 pengamatan, dapat berupa angka,
kelompok pengeluaran rumah tangga, lambang atau sifat. Data yang digunakan
yaitu: merupakan data sekunder, yaitu data yang
1. bahan makanan, diperoleh dari laman Badan Pusat Statistik.
2. makanan jadi, minuman, rokok, dan
tembakau, 3.4 Metode Pengolahan Data
3. perumahan, air, listrik, gas, dan bahan Pada kajian ini pada prinsipnya
bakar, ingin mengetahui berapa angka indeksasi
4. sandang, untuk tahun anggaran 2018. Untuk
5. kesehatan, menentukan angka indeksasi tersebut
6. pendidikan, rekreasi, dan olahraga, dilakukan dengan proyeksi inflasi melalui
serta pendekatan ekonometri. Setelah itu angka
7. transpor, komunikasi, dan jasa inflasi dijabarkan untuk menjadi indeks
keuangan.
76
dari sepuluh jenis output menggunakan 6. PElect: harga listrik rata-rata
regresi dan solver. Dalam kajian ini data 7. CONS: PDRB konsumsi rumah tangga
yang diperoleh diolah menggunakan atas dasar harga konstan 2000
bantuan perangkat lunak eviews, minitab, 8. INV: PDRB pembentukan modal tetap
dan microsoft excel. atas dasar harga konstan 2000
9. GC: PDRB pengeluaran konsumsi
4. PEMBAHASAN
pemerintah atas dasar harga konstan
4.1 Pemutakhiran Data Faktor 2000
Penyebab Inflasi Berdasarkan model yang diperoleh
tersebut, dilakukan simulasi dengan
Inflasi dapat disebabkan oleh bantuan perangkat lunak eviews. Data
beberapa faktor. Pada penelitian ini faktor- yang diperlukan untuk simulasi merupakan
faktor yang menyebabkan inflasi data runtun waktu dari tahun 2011 hingga
dinamakan variabel independen, 2020. Akan tetapi, saat ini sedang berjalan
sedangkan untuk inflasinya sendiri di tahun 2016, sehingga untuk data dari
dinamakan variabel dependen. Dalam tahun 2017 hingga 2020 diperoleh dari
rangka untuk mendapatkan angka hasil peramalan (forecasting). Metode
indeksasi yang akan digunakan pada tahun peramalan yang digunakan dalam
anggaran 2018, akan dilakukan terlebih penelitian ini yaitu exponential smoothing
dahulu proyeksi inflasi dengan pendekatan yang merupakan salah satu analisis deret
ekonometri. Model untuk waktu dan merupakan metode peramalan
memproyeksikan inflasi diperoleh dari dengan memberi nilai pembobot pada
hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ir. serangkaian pengamatan sebelumnya
Uka Wikarya, M.Si. menggunakan model untuk memprediksi nilai masa depan
panel dengan data historis tahun 2007- (Trihendradi, 2005).Peramalan yang
2011, model dimaksud yaitu: dilakukan untuk meng-update data
log CPI it    i  1 log M 1t   dibantu perangkat lunak minitab.Data-
 2 log NERt    3 log PBBM t   data yang di-update untuk digunakan
 4 log GAJIPNS t    5 log PElect t   dalam simulasi, yaitu:
 i log CONSit  INVit  GCit    i 1. Data nilai tukar rupiah terhadap dollar.
dengan keterangan untuk setiap variabel, Data yang digunakan yaitu data
sebagai berikut: bulanan dari tahun 2001 hingga tahun
1. CPI (Consumer Price Index): indeks 2016, kemudian hasil peramalannya
harga konsumen di provinsi untuk bulan Desember 2016.
2. M1: jumlah uang beredar Selanjutnya yang dimasukkan dalam
3. NER (Nominal Exchange Rate): nilai simulasi adalah rata-rata di tahun
tukar rupiah terhadap dollar 2016.
4. PBBM: harga rata-rata BBM premium 2. Data tarif listrik rata-rata (rupiah per
dan solar KWH). Data yang digunakan adalah
5. GAJIPNS: gaji pokok rata-rata PNS data tarif listrik bulanan yang
Golongan IIIa kemudian dirata-rata untuk
mendapatkan data tahunan.
77
3. Kenaikan gaji PNS (dalam %). Terkait 5. Rata-rata harga BBM transportasi
kebijakan pemerintah sejak tahun bersubsidi. Data yang digunakan yaitu
2016 tidak terdapat kenaikan gaji PNS, data terkini harga premium dan solar
maka untuk update data kenaikan gaji di tahun 2016 kemudian dirata-rata.
PNS diisi 0%. Data yang telah di-update tersebut
4. Jumlah uang beredar. Untuk data kemudian dijalankan program simulasi
tahun 2016, diramalkan dulu jumlah yang telah dibuat oleh Dr. Ir. Uka Wikarya,
uang beredar untuk bulan Desember M.Si. dengan kombinasi bantuan
2016, karena data yang tersedia dari perangkat lunak microsoft excel dan
BPS adalah data bulanan. Setelah eviews. Data asumsi faktor penyebab
didapatkan data bulan Desember inflasi yang telah di-update tersaji seperti
2016, selanjutnya dirata-rata selama dalam tabel berikut.
tahun 2016 untuk meng-update data
M1 di tahun 2016 untuk simulasi.
Tabel 4.1 Data Asumsi Faktor Penyebab Inflasi

Tahun Nilai Tukar Tarif Listrik Gaji PNS (%) Uang Beredar BBM
2011 8.776 700 10 634.788 4.500
2012 9.384 725 10 758.404 4.500
2013 10.459 798 6 842.934 6.065
2014 11.869 1.528 6 905.441 8.138
2015 13.389 1.506 6 999.281 7.255
2016 13.277 1.402 0 1.113.999 6.079
2017 13.428 1.536 0 1.207.058 6.021
2018 13.857 1.632 0 1.298.355 6.256
2019 14.285 1.729 0 1.389.651 6.490
2020 14.713 1.826 3 1.480.947 6.724

4.2 Angka Proyeksi Inflasi dan Indeksasi pada sasaran inflasi untuk tahun 2018 yang
ditetapkan melalui PMK
Indeks harga merupakan salah satu
Nomor93/PMK.011/2014 adalah sebesar
indikator ekonomi yang secara umum
3,5% dengan deviasi sebesar 1%. Angka
dapat menggambarkan tingkat inflasi
proyeksi inflasi tersebut dijabarkan pada
harga barang dan jasa. Oleh karena itu,
komponen-komponen yang membentuk
angka proyeksi inflasi yang diperoleh dari
angka inflasi global untuk tahun yang akan
hasil simulasi akan dijabarkan menjadi
diproyeksikan (2018). Langkah-langkah
angka indeks untuk kesepeuluh jenis
menjabarkan ke dalam tujuh komponen,
output yang ada di dalam RKA-K/L guna
sebagai berikut:
menjadi baseline.
1. Ambil data realisasi rincian inflasi per
Angka proyeksi inflasi yang
kategori barang menurut kelompok
diperoleh dari hasil simulasi untuk tahun
pengeluaran selama 10 tahun terakhir,
2018 yaitu 4,13%. Sebagai pembanding,
yaitu:

78
Tabel 4.2 Data Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran

Makanan
Perumahan, Pendidikan, Transpor,
Jadi,
Bahan Air, Listrik, Rekreasi Komunikasi,
Tahun Minuman, Sandang Kesehatan Umum
Makanan Gas, dan dan dan Jasa
Rokok, dan
Bahan Bakar Olahraga Keuangan
Tembakau
2016 5,17 4,90 1,72 3,53 3,58 2,68 -1,82 2,59
2015 4,93 6,42 3,34 3,43 5,32 3,97 -1,53 3,35
2014 10,57 8,11 7,36 3,08 5,71 4,44 12,14 8,36
2013 11,35 7,45 6,22 0,52 3,70 3,91 15,36 8,38
2012 5,68 6,11 3,35 4,67 2,91 4,21 2,20 4,30
2011 3,64 4,51 3,47 7,57 4,26 5,16 1,92 3,79
2010 15,64 6,96 4,08 6,51 2,19 3,29 2,69 6,96
2009 3,88 7,81 1,83 6,00 3,89 3,89 -3,67 2,78
2008 16,35 12,53 10,92 7,33 7,96 6,66 7,49 11,06
2007 11,26 6,41 4,88 8,42 4,31 8,83 1,25 6,59
Sumber: BPS, 2016

2. Estimasikan koefisien yang menjadi 3. Estimasikan nilai inflasi dari setiap


bobot dari masing-masing komponen komponen dengan nilai proyeksi
menggunakan program microsoft inflasi. Hal ini dilakukan dengan
excel dengan memilih menu “data bantuan microsoft excel pada menu
analysis”, “regression” selanjutnya “data” kemudian “solver” dan
masukkan variabel dependen di kolom masukkan “value of” sesuai dengan
y dan variabel independen di kolom x. angka proyeksi inflasi yaitu 4,13
kemudian klik “solve”.
Tabel 4.3 Koefisien Regresi Setiap
Variabel
Coefficients Standard Error
Intercept 0,009667984 0,146960465
X Variable 1 0,221371715 0,00941045
X Variable 2 0,162419423 0,017175724
X Variable 3 0,297458447 0,047206679
X Variable 4 0,064860965 0,015004597
X Variable 5 -0,0344791 0,038677624
X Variable 6 0,111752692 0,014645502
X Variable 7 0,161646792 0,011229772

Tabel 4.4 Nilai Proyeksi Inflasi Tiap Komponen di Tahun 2018


Cell Name Original Value Final Value Integer
$O$17 Bahan Makanan 4,412960999 4,412960999 Contin
$O$18 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 3,237769543 3,237769543 Contin
$O$19 Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 5,92972107 5,92972107 Contin
$O$20 Sandang 1,292978659 1,292978659 Contin
$O$21 Kesehatan 0 0 Contin
$O$22 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2,227747425 2,227747425 Contin
$O$23 Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 3,222367553 3,222367553 Contin

79
4. Besaran indeks ditetapkan dalam 5. Nilai indeksasi tiap komponen
penghitungan prakiraan maju pada dimasukkan dalam tabel per output
output: dan koefisien regresi yang didapatkan
a. Indeks Keluaran (Output) barang dijadikan sebagai bobot. Nilai indeks
infrastruktur; untuk setiap komponen diperoleh dari
b. Indeks Keluaran (Output) barang hasil perkalian bobot dengan estimasi
non infrastruktur; nilai inflasi tiap komponen di tahun
c. Indeks Keluaran (Output) jasa 2018, kemudian ditambahkan
regulasi; dan konstanta. Untuk lebih jelasnya
d. Indeks Keluaran (Output) jasa disajikan dalam tabel berikut:
layanan non-regulasi.

Tabel 4.5 Jenis Output dan Bobot Tiap Komponen


Proporsi Komponen
Jenis Output
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Layanan Perkantoran Belanja Pegawai 0,221 0,162 0,297 0,065 -0,034 0,112 0,162
Layanan Perkantoran Belanja Barang 0,221 0,162 0,297 0,065 - 0,112 0,162
Komponen Utama Keluaran Barang Infrastruktur - - 0,700 - - - 0,300
Komponen Utama Keluaran Barang Non-Infrastruktur - 0,200 0,550 - - - 0,250
Komponen Utama Keluaran Jasa Regulasi 0,221 0,162 0,297 0,065 -0,034 0,112 0,162
Komponen Utama Keluaran Jasa Non-Regulasi 0,221 0,162 0,297 0,065 -0,034 0,112 0,162
Komponen Pendukung Keluaran Barang Infrastruktur 0,221 0,162 0,297 0,065 -0,034 0,112 0,162
Komponen Pendukung Keluaran Barang Non-Infrastruktur 0,221 0,162 0,297 0,065 -0,034 0,112 0,162
Komponen Pendukung Keluaran Jasa Regulasi 0,221 0,162 0,297 0,065 -0,034 0,112 0,162
Komponen Pendukung Keluaran Jasa Non-Regulasi 0,221 0,162 0,297 0,065 -0,034 0,112 0,162

6. Guna kebutuhan penyesuaian angka komponen utama output barang


dasar (baseline) untuk tahun anggaran infrastruktur (5,13) dan output barang
2018, besaran indeksasi yang dapat non-infrastruktur (4,72). Jenis output
disarankan, yaitu: lainnya baik yang merupakan komponen
Tabel 4.6 Besaran Indeks untuk Tiap utama dan pendukung memiliki nilai
indeks sama dengan nilai proyeksi inflasi,
Jenis Output Indeks
yaitu 4,13.
Layanan Perkantoran Belanja Pegawai 4,130
Layanan Perkantoran Belanja Barang 4,130
5. PENUTUP
Komponen Utama Keluaran Barang Infrastruktur 5,127
Komponen Utama Keluaran Barang Non-Infrastruktur 4,724
Komponen Utama Keluaran Jasa Regulasi 4,130 5.3 Kesimpulan
Komponen Utama Keluaran Jasa Non-Regulasi 4,130
Komponen Pendukung Keluaran Barang Infrastruktur 4,130 Berdasarkan kajian yang telah
Komponen Pendukung Keluaran Barang Non-Infrastruktur 4,130
dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai
Komponen Pendukung Keluaran Jasa Regulasi 4,130
Komponen Pendukung Keluaran Jasa Non-Regulasi 4,130 berikut:
Jenis Output 1. Indeksasi dilakukan untuk pembuatan
prakiraan maju (prakiraan kebutuhan
Berdasarkan hasil penjabaran nilai pembiayaan) dari suatu output
proyeksi inflasi telah diperoleh indeks merujuk pada klasifikasi dan jenis
untuk masing-masing jenis output. biaya dari suatu output. Nilai indeks
Beberapa jenis output memiliki nilai indeks yang diperolehakan digunakan untuk
melebihi nilai proyeksi inflasi, yaitu kepentingan reviu baseline dan angka

80
penyesuai sebagaimana dimaksudkan komponen memungkinkan
dalam PMK Nomor 71 Tahun 2013. dikembangkan pada metode dan
2. Indeks harga merupakan salah satu proporsi komponen yang lebih tajam.
indikator ekonomi yang secara umum
dapat menggambarkan tingkat inflasi DAFTAR PUSTAKA
harga barang dan jasa. Oleh karena
itu, dalam merumuskan indeksasi Ardra. 2016. Jenis-jenis, Sifat, Sebab, dan
terlebih dahulu diproyeksikan nilai Asal Inflasi (diakses pada 13
inflasi dengan menggunakan variabel- Desember 2016
variabel penyebab inflasi. https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-
3. Model yang digunakan untuk makro/jenis-sifat-sebab-dan-asal-
memproyeksikan inflasi, yaitu: inflasi/)
log CPI it    i  1 log M 1t   Badan Pusat Statistik. 2016. Jakarta. Laman
 2 log NERt    3 log PBBM t  
https://www.bps.go.id/
Cladi, Emha. 2012. Makalah Inflasi dan
 4 log GAJIPNS t    5 log PElect t 
Indeks Harga. Barru. (diakses pada 13
  i log CONSit  INVit  GCit    i
Desember 2016
Dari model dimaksud, diperoleh angka https://emhaclady.wordpress.com/
proyeksi inflasi untuk 2018 sebesar 2012/03/08/makalah-inflasi-dan-
4,13%. indeks-harga/)
4. Untuk dapat digunakan sebagai angka Peraturan Menteri Keuangan Nomor
indeksasi, nilai proyeksi inflasi 71/PMK.02/2013tentang Pedoman
dijabarkan lebih lanjut dengan Standar Biaya, Standar Struktur
menggunakan regresi dan solver di Biaya, dan Indeksasi dalam
microsoft excel. Penyusunan Rencana Kerja dan
5. Angka indeksasi untuk masing-masing Anggaran Kementerian
jenis output diperoleh seperti pada Negara/Lembaga.
tabel 4.6. PMK Nomor 143/PMK.02/2015 tentang
Petunjuk Penyusunan dan
5.4 Saran
Penelaahan RKA-K/L dan
Berdasarkan kajian yang telah Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan
dilakukan, beberapa masukan yang dapat Anggaran.
kami sampaikan, sebagai berikut: Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun
1. Perlu meninjau kembali pemutakhiran 2010 tentang Penyusunan Rencana
data asumsi yang digunakan dalam Kerja dan Anggaran
membentuk rumusan model untuk Kementerian/Lembaga.
memproyeksikan inflasi dengan Trihendradi, C. 2005. SPSS 13: Step by Step
berkoordinasi dengan Badan Pusat Analysis Data Statistik. Andi Offset:
Statistik (BPS). Yogyakarta.
2. Pembobotan untuk merumuskan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
indeksasi pada masing-masing tentang Keuangan Negara.

81
METODE MONITORING DAN EVALUASI STANDAR BIAYA KELUARAN

Niken Ajeng Lestari


Email: niken3010@gmail.com

1. PENDAHULUAN hingga saat ini SBK dianggap kurang


penting dan kurang bermanfaat bagi
1.1 Latar belakang
beberapa kementerian negara dan
Berdasarkan ketentuan pasal 24 lembaga (K/L). Monev SBK menjadi salah
ayat (1) PMK No.71/PMK.02/2013 tentang satu alat untuk menampung berbagai kritik
Pedoman Standar Biaya, Standar Struktur dan saran dari K/L yang terkait dengan
Biaya, dan Indeksasi dalam Penyusunan pelaksanaan kebijakan SBK. Selain itu,
RKA K/L, Kementerian Keuangan dan/atau berdasarkan amanat pasal 24 ayat (2) PMK
K/L diamanatkan untuk melaksanakan No.71/PMK.02/2013, monev SBK
monitoring dan evaluasi (monev) dilakukan meliputi realisasi anggaran dan
penerapan standar biaya keluaran (SBK) komponen/tahapan dari SBK.
sesuai dengan kewenangannya. Hingga Berdasarkan beberapa hal yang
saat ini, baik dalam pelaksanaan tugas telah disebutkan di atas, dalam studi ini
kebijakan standar biaya maupun monev akan dikaji konsep monev SBK yang dinilai
penganggaran, belum dilakukan monev paling tepat atau yang dapat dilaksanakan
yang berkenaan dengan standar biaya yang dan sesuai dengan tujuannya. Metode
dalam hal ini adalah SBK. Di sisi lain, saat ini yang digunakan dalam menyusun kajian ini
juga belum terdapat pengaturan yang adalah kualitatif deskriptif dengan
menetapkan atau menjelaskan lebih rinci menggali informasi dari berbagai sumber
aspek apa saja yang perlu untuk dimonev. dan proses wawancara dan diskusi untuk
Monev SBK perlu dilaksanakan memperoleh informasi lebih lengkap.
karena selain sebagai bentuk pelaksanaan
1.2 Tujuan penelitian
peraturan perundang-perundangan, juga
penting untuk dilaksanakan dalam rangka 1. Mengetahui aspek-aspek dalam
perbaikan kebijakan penganggaran yang monev SBK
menjadi tugas utama dari Ditjen Anggaran. 2. Mengetahui indikator dari setiap
Selain itu hasil monev juga menjadi bahan aspek dalam monev SBK
pertimbangan dalam menyusun dan 3. Mengetahui tahapan monev SBK
menetapkan SBK di tahun anggaran
1.3 Pertanyaan penelitian
berikutnya sebagaimana diamanatkan
dalam pasal 24 ayat (3) PMK 1. Apa saja aspek-aspek dalam monev
No.71/PMK.02/2013. SBK?
Pelaksanaan monev SBK berperan 2. Apa saja indikator penilaian dari setiap
penting dalam hal pengembangan aspek dalam monev SBK?
kebijakan standar biaya terutama karena 3. Bagaimana tahapan monev SBK?

82
2. TINJAUAN PUSTAKA K/L diukur pada tataran keluaran kegiatan.
Pendekatan PBK diterapkan dengan cara
1.1 Kebijakan Penganggaran dan Standar
mengubah pola penganggaran dari
Biaya
berbasis masukan (input based) ke
Dalam penjelasan Undang-Undang berbasis keluaran (output based) dan
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan berbasis hasil (outcome based). Sejalan
Negara, terdapat 3 (tiga) pilar yang dengan hal itu, kebijakan standar biaya
diperlukan dalam sistem penganggaran, keluaran yang difungsikan sebagai tulang
yaitu penganggaran terpadu (unified punggung penerapan PBK juga mengalami
budget), kerangka pengeluaran jangka beberapa perubahan, antara lain sebagai
menengah (meduim term expenditure berikut:
framework) dan penganggaran berbasis 1. Pengalokasian anggaran berdasarkan
kinerja (performance based budgeting). rencana pencapaian keluaran
Dalam rangka mewujudkan PBK, sesuai PP (output)/sub keluaran (sub output)
No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan kegiatan yang mempunyai keterkaitan
RKA K/L, diperlukan adanya 3 instrumen dengan pelaksanaan tugas dan fungsi
yaitu: indikator kinerja, standar biaya, dan satuan kerja yang melekat pada
evaluasi kinerja. struktur organisasi K/L (money follow
PBK merupakan suatu pendekatan function);
penganggaran yang bertujuan untuk 2. Fleksibilitas dalam memilih sumber
meningkatkan akuntabilitas, efisiensi, dan data guna mencapai efisiensi dengan
efektivitas dengan menekankan bahwa tetap menjaga akuntabilitas (let
setiap penggunaan uang negara manager manage);
(anggaran) harus mempunyai nilai manfaat 3. Orientasi pada capaian keluaran
yang terukur bagi peningkatan kehidupan sesuai hasil yang diinginkan (output
masyarakat (value of money). Dengan and outcome oriented); dan
demikian, setiap perencanaan anggaran 4. Fokus pada maksimalisasi hasil atas
harus dapat dijelaskan hubungan antara penggunaan dana.
biaya yang dibutuhkan dengan ekspekasi Di sisi lain, dalam penerapan PBK, SBK
hasil yang akan dicapai dalam pengeluaran memiliki beberapa manfaat diantaranya
pemerintah, yang mana kegiatan adalah:
(activities) yang dibiayai harus 1. Memperbaiki kualitas perencanaan;
menghasilkan keluaran (output). Pada 2. Mempercepat penyusunan dan
akhirnya, gabungan dari beberapa penelahaan RKA K/L; dan
keluaran kegiatan dalam suatu program 3. Memudahkan pelaksanaan
akan mendukung pencapaian hasil monitoring dan evaluasi dalam
(outcome) yang diinginkan. pencapaian keluaran (output).
Dalam mewujudkan PBK, sistem
1.2 Standar Biaya Keluaran (SBK)
penganggaran diimplementasikan melalui
RKA K/L terdiri dari program, kegiatan, dan SBK adalah besaran biaya uang
keluaran. Kontrak kinerja masing-masing ditetapkan untuk menghasilkan keluaran

83
(output)/sub keluaran (sub output). SBK usulan dari pimpinan K/L atau pejabat yang
dapat terdiri atas. berwenang dengan mengatasnamakan
1. Indeks biaya keluaran yaitu SBK untuk pimpinan K/L. Dalam penyusunan SBK,
menghasilkan satu volume keluaran diperlukan adanya komponen/tahapan
(output), dan dengan tujuan untuk mengetahui.
2. Total biaya keluaran adalah SBK untuk 1. Proses pencapaian keluaran/sub
menghasilkan total volume keluaran keluaran yang akan dihasilkan,
(output). 2. Relevansi terhadap pencapaian
Penyusunan SBK dilakukan pada level keluaran/sub keluaran, baik terhadap
keluaran (output)/sub keluaran (sub volume maupun kualitasnya,
output) yang menjadi tugas dan fungsi K/L. 3. Keterkaitan dan kesesuaian antar
Keluaran (output)/sub keluaran (sub tahapan dalam mendukung
output) yang dapat diusulkan menjadi SBK pencapaian keluaran/sub keluaran.
mempunyai beberapa kriteria yaitu. Secara umum, komponen/tahapan dalam
1. Bersifat berulang pencapaian suatu keluaran/sub keluaran
2. Mempunyai jenis dan satuan yang menggambarkan pelaksanaan fungsi
jelas serta terukur, dan manajemen yang terdiri dari.
3. Mempunyai komponen/tahapan yang 1. Perencanaan (planning),
jelas. 2. Pengorganisasian (organizing),
SBK dalam proses penganggaran 3. Pelaksanaan (actuating), dan
berfungsi sebagai. 4. Monitoring, evaluasi, dan pelaporan
1. Batas tertinggi yang besarannya tidak (controlling).
dapat dilampaui,
2. Referensi penyusunan prakiraan maju, 1.3 Konsep Monitoring dan Evaluasi
3. Bahan penghitungan pagu indikatif Disarikan dari Subarsono dalam
K/L, dan/atau situs Sekretariat Kabinet, evaluasi
4. Referensi penyusunan SBK untuk kebijakan adalah kegiatan untuk menilai
keluaran (output) sejenis pada K/L tingkat kinerja suatu kegiatan. Evaluasi
yang berbeda. baru dapat dilakukan kalau suatu kebijakan
Di sisi lain, dalam rangka pelaksanaan sudah berjalan cukup waktu. Sedangkan
anggaran, SBK berfungsi sebagai estimasi monitoring dan evaluasi menurut Kusek
yaitu prakiraan besaran biaya yang dapat dan Rist (2004: 1) merupakan alat
dilampaui, antara lain karena perubahan manajemen publik yang dapat digunakan
komponen/tahapan dan/atau penggunaan oleh pembuat kebijakan dan pembuat
standar biaya yang dipengaruhi harga keputusan untuk mengetahui
pasar. perkembangan dan menunjukkan
SBK berlaku untuk pengaruh dari proyek, program, atau
beberapa/seluruh K/L yang penetapannya kebijakan tertentu.
oleh Menkeu dengan terlebih dahulu
berkoordinasi dengan K/L, atau juga
berlaku untuk satu K/L tertentu yang
penetapannya oleh Menkeu berdasarkan
84
2. METODOLOGI PENELITIAN komponen/tahapan. Selain itu, terdapat
aspek lain yang penting untuk dimonev
Kajian ini disusun dengan
terkait dengan SBK yaitu aspek konsistensi
menggunakan metode kualitatif berupa
dan pelaksanaan SBK. Berikut akan
telaah pustaka, antara lain: peraturan
diuraikan hal-hal yang lebih rinci dari 4
perundang-undang terkait dan sumber
aspek yang perlu dimonev dalam SBK.
lainnya yang relevan dengan materi kajian.
1. Realisasi Anggaran
3. PEMBAHASAN Aspek realisasi anggaran dalam
kaitannya dengan monev SBK ialah
3.1 Aspek-Aspek dalam Monev SBK membandingkan antara besaran SBK yang
ditetapkan, alokasi SBK dalam RKA K/L, dan
Berdasarkan amanat PMK
realisasi SBK. Berikut ilustrasi dari monev
No.71/PMK.02/2013, monev SBK meliputi
yang terkait dengan aspek realisasi
realisasi anggaran dan
anggaran (Gambar 1).
Gambar 1. Ilustrasi Monev SBK dari Aspek Realisasi Anggaran

PMK SBK Alokasi RKA K/L Realisasi

Aspek ini penting untuk dimonev terhadap hal tersebut. Analisis yang dapat
dalam rangka untuk mengetahui antara diperoleh dari kasus tersebut diantaranya
kebutuhan yang sebenarnya dari suatu SBK adalah.
yang telah ditetapkan. Di sisi lain, akan a. Hal tersebut boleh dilakukan selama
diketahui beberapa perilaku biaya suatu output A telah tercapai. Selanjutnya
K/L terhadap kebijakan SBK dalam proses pada tahun berikutnya K/L tersebut
perencanaan dan pelaksanaan kembali mengajukan SBK dengan
anggarannya. Ilustrasi sebagai berikut akan besaran Rp 50juta untuk menghasilkan
memberikan beberapa analisis mengenai 1 output A,
perilaku K/L terkait SBK. b. Hal tersebut tidak boleh dilakukan
Contoh kasus: karena K/L ditengarai sengaja
PMK SBK telah ditetapkan satuan biaya mengambil kesempatan untuk
untuk menghasilkan 1 output A sebesar Rp memperoleh alokasi anggaran yang
100juta. Pada RKA K/L, alokasi output A lebih besar padahal kebutuhannya tidak
adalah sama sebesar Rp 100juta, namun sebesar yang telah ditetapkan dalam
pada suatu waktu, K/L tersebut melakukan PMK SBK, dan
revisi anggaran yang menyebabkan sisa c. Semakin tidak dibenarkan apabila
dana untuk output A hanya sebesar Rp output A belum tercapai dan dana yang
50juta dan sisanya digeser untuk output dialokasikan telah terserap Rp 50juta
lainnya. saja.
Berdasarkan ilustrasi tersebut di Sementara itu, jika terdapat kasus
atas, tentu saja terdapat pro dan kontra yang sebaliknya dari ilustrasi di atas,

85
apabila SBK yang ditetapkan dalam PMK kesesuaian suatu usulan
ternyata realisasinya lebih besar daripada komponen/tahapan SBK dengan
yang ditetapkan, hal ini menjadi bahan membandingkan realisasi
review bagi penetapan SBK tahun komponen/tahapan SBK yang sama yang
berikutnya. SBK yang diajukan pada tahun telah dimonev.
berikutnya, dapat lebih tinggi dari tahun Komponen/tahapan SBK memang
sebelumnya, dengan tentu saja bukan merupakan bagian yang ditetapkan
memperhatikan realisasi SBK di tahun dalam PMK tentang SBK, namun demikian
sebelumnya dan beberapa rincian dalam proses pengajuan usulan SBK oleh
komponen/tahapannya. K/L kepada Kemenkeu harus menyertakan
2. Komponen/Tahapan pula rincian komponen/tahapan dengan
Monev aspek komponen/tahapan tujuan untuk mengetahui.
SBK adalah membandingkan antara a. Proses pencapaian output/sub output
komponen/tahapan dalam menghasilkan yang akan dihasilkan;
suatu output pada saat mengusulkan SBK b. Relevansi teradap pencapaian
dengan alokasi dalam RKA K/L dan dengan output/sub output, baik terhadap
realisasi SBK. Aspek ini penting untuk volume maupun kualitasnya;
dimonev dalam rangka mengetahui c. Keterkaitan dan kesesuaian antar
konsistensi dalam proses perencanaan tahapan dalam mendukung
penganggaran K/L dan pelaksanaannya. pencapaian output/sub output.
Selain itu, hasil monev komponen/tahapan Maka dengan demikian, berikut ilustrasi
dapat menjadi acuan dalam melakukan monev SBK dari aspek komponen/tahapan
penelaahan SBK yaitu untuk menilai (Gambar 2).
Gambar 2. Ilustrasi Monev SBK dari Aspek Komponen/Tahapan

Komponen/Tahapan Komponen/Tahapan Realisasi


Usulan SBK dalam RKA K/L Komponen/Tahapan

3. Konsistensi mengusulkan SBK dari tahun ke tahun


Aspek konsistensi memang bukan dengan memperhatikan beberapa hal
merupakan salah satu aspek yang lainnya. Selain itu, aspek konsistensi diukur
diamanatkan oleh peraturan perundang- juga dengan tujuan untuk mengetahui
undangan untuk dimonev terkait SBK, apakah SBK yang telah ditetapkan telah
namun hal ini dapat menjadi salah satu digunakan dalam proses penganggaran.
pertimbangan untuk dijadikan salah satu Terdapat berbagai opini terkait
aspek yang penting untuk dimonev. Aspek dengan SBK oleh K/L. Beberapa satker
konsistensi di sini adalah membandingkan merasakan bahwa dengan adanya SBK
antara SBK yang telah ditetapkan pada akan mempermudah proses perencanaan
tahun t dengan adanya usulan SBK pada penganggaran pada satkernya. Di sisi lain,
tahun t+1. Artinya, monev aspek justru terdapat satker yang merasa
konsistensi bertujuan untuk mengetahui bingung output apa yang bisa diusulkan
konsistensi perilaku K/L dalam hal

86
menjadi SBK. Hal ini mengindikasikan 4. Pelaksanaan SBK
beberapa hal yaitu. Tujuan dari monev SBK dari aspek
a. K/L kurang memahami tusi dan pelaksanaan adalah untuk menghimpun
kewenangan unitnya yang tergambar berbagai opini terkait dengan kebijakan
dari munculnya kebingungan dalam SBK. Beberapa hal yang dipertanyakan
merumuskan output yang sifatnya berupa pertanyaan terbuka mengenai
berulang yang dapat diusulkan beberapa hal seperti proses bisnis, proses
menjadi SBK. penganggaran, penelaahan, persetujuan,
b. K/L kurang memahami pentingnya dan pelaksanaan, revisi, dan lain sebagainya.
manfaat dari SBK. 4. Indikator Penilaian dalam Monev SBK
c. Kurang efektifnya transfer knowledge Sesuai dengan 4 aspek dalam
yang dilakukan oleh pihak DJA terkait monev SBK sebagaimana disebutkan di
SBK. atas, terdapat masing-masing indikator
Beberapa hal tersebut di atas, dapat yang menjadi penilaian dalam monev SBK.
menyebabkan diantaranya adalah terjadi Pada dasarnya, setiap indikator dipilih
keengganan K/L untuk mengusulkan SBK. untuk membandingkan antara SBK yang
Selain itu, adanya perubahan nomenklatur diusulkan dalam PMK dengan SBK yang
atau pun informasi yang tidak sempurna digunakan dalam proses perencanaan
menjadi alasan lain bagi K/L yang tidak anggaran dan pelaksanaannya. Berikut
mengajukan SBK. uraian indikator dari setiap aspek
Di sisi lain, hingga saat ini terdapat sebagaimana telah disebutkan di atas.
pula K/L yang telah mengajukan SBK dan 1. Indikator Realisasi Anggaran
ditetapkan dalam PMK namun tidak Penghitungan yang digunakan dalam
digunakan dalam proses perencanaan monev aspek realisasi anggaran
anggaran K/L tersebut. Alasan K/L menggunakan tehnik penghitungan
melakukan hal tersebut belum diketahui sederhana yaitu dengan melihat
namun dugaan sementara hanya untuk selisih dari angka SBK antara PMK SBK,
memenuhi permintaan dari pihak alokasi SBK pada RKA K/L, dan realisasi
Kementerian Keuangan (Ditjen Anggaran) SBK. Berikut uraian singkatnya dan
untuk setidaknya setiap eselon satu dokumen yang dibutuhkan dalam
mengajukan 1 buah SBK. melakukan monev.
Berdasarkan berbagai alasan a. Perbandingan besaran PMK SBK
tersebut, monev SBK dari aspek konsistensi dengan alokasi pada RKA K/L
bertujuan untuk menjaring informasi yang Indikator ini membandingkan
lebih lengkap mengenai konsistesi K/L antara besaran SBK yang telah
dalam mengusulkan SBK. Pada akhirnya ditetapkan pada PMK dengan
hasil dari monev ini dapat menjadi besaran SBK yang dialokasikan
masukan bagi DJA untuk melakukan dalam RKA K/L berkenaan. Maka
berbagai perbaikan dalam proses bisnis ilustrasinya adalah sebagai
penyusunan PMK SBK di tahun berikutnya. berikut.

87
Tabel 1. Indikator 1 dari Aspek Realisasi Anggaran

Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Standar Biaya Keluaran


Tahun XXXX
Nama Kementerian Negara dan Lembaga: ABCD
A. Aspek Realisasi Anggaran
Indikator:
A.1. Perbandingan besaran PMK SBK dengan alokasi pada RKA K/L
Besaran
No. Jenis SBK pada PMK SBK pada Selisih Keterangan
Alokasi
1.
2.

Analisis SBK 1:
Analisis SBK 2:

Pada tabel di atas ditunjukkan tentunya memiliki tahun anggaran


bahwa pada indikator 1 aspek yang sama misalnya PMK tentang
realisasi anggaran yang menjadi SBK Tahun Anggaran 2015
perhatian adalah selisih antara dibandingkan dengan Keppres
besaran SBK pada PMK SBK dan tentang Rincian Anggaran Belanja
besaran SBK yang telah Pemerintah Pusat Tahun Anggaran
dialokasikan pada RKA K/L. Hal ini 2015.
untuk mengetahui konsistensi b. Perbandingan alokasi RKA K/L
atau perilaku K/L dalam proses dengan realisasi anggaran
perencanaan anggaran terkait Indikator ini membandingkan
besaran SBK. antara besaran SBK yang
Dokumen yang digunakan digunakan dalam alokasi RKA K/L
dalam melakukan monev ini dengan SBK pada realisasi
adalah PMK tentang SBK dan anggaran K/L berkenaan. Maka
Keppres tentang Rincian Anggaran ilustrasinya adalah sebagai
Belanja Pemerintah Pusat. Tahun berikut.
dari kedua dokumen tersebut

88
Tabel 2. Indikator 2 dari Aspek Realisasi Anggaran
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Standar Biaya Keluaran
Tahun XXXX
Nama Kementerian Negara dan Lembaga: ABCD
A. Aspek Realisasi Anggaran
Indikator:
A.2. Perbandingan alokasi RKA K/L dengan realisasi anggaran
Besaran
No. Jenis SBK pada alokasi pada Selisih Keterangan
realisasi
1.
2.

Analisis SBK 1:
Analisis SBK 2:

Pada tabel di atas ditunjukkan 2015 dan dokumen realisasi


serupa dengan yang terdapat pada anggaran belanja K/L tahun
indikator 1 bahwa pada indikator anggaran 2015.
2 aspek realisasi anggaran yang 2. Indikator Komponen/Tahapan
menjadi perhatian adalah selisih Terdapat 2 indikator dalam monev
antara besaran SBK yang aspek komponen/tahapan SBK. Pada
digunakan dalam alokasi anggaran dasarnya untuk mengetahui
K/L dan besaran realisasi SBK. Hal konsistensi K/L usulan
ini untuk mengetahui perbedaan komponen/tahapan pada saat proses
besaran SBK pada saat alokasi pengajuan usulan SBK dengan
anggaran K/L (proses komponen/tahapan yang ditetapkan
perencanaan anggaran) dengan dalam RKA K/L dan juga dengan
realisasinya (proses pelaksanaan realisasi anggaran belanjanya.
anggaran). a. Perbandingan usulan
Dokumen yang digunakan komponen/tahapan dengan RKA
dalam melakukan monev ini K/L
adalah Keppres tentang Rincian Pada indikator ini membandingkan
Anggaran Belanja Pemerintah komponen/tahapan SBK yang
Pusat dan dokumen realisasi tertuang dalam dokumen usulan
anggaran belanja K/L. Serupa SBK yang telah ditetapkan dengan
dengan yang terdapat pada komponen/tahapan SBK yang
indikator 1, tahun dari kedua tertuang dalam dokumen
dokumen tersebut tentunya anggaran yang telah disahkan
memiliki tahun anggaran yang dalam Perpres tentang Rincian
sama misalnya Keppres tentang Anggaran Belanja Pemerintah
Rincian Anggaran Belanja Pusat. Indikator ini bertujuan
Pemerintah Pusat tahun anggaran untuk mengetahui konsistensi K/L
89
dalam mengajukan SBK dengan dengan indikator perbandingan
proses perencanaan anggarannya. usulan komponen/tahapan
Berikut ilustrasi monev SBK dengan RKA K/L.
Tabel 3. Indikator 1 dari Aspek Komponen/Tahapan

Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Standar Biaya Keluaran


Tahun XXXX
Nama Kementerian Negara dan Lembaga: ABCD
B. Aspek Komponen/Tahapan
Indikator:
B.1. Perbandingan usulan komponen/tahapan dengan RKA K/L
Komponen/Tahapan
No. Jenis SBK pada usulan pada RKA Perbedaan Keterangan
SBK K/L
1.
2.

Analisis SBK 1:
Analisis SBK 2:

b. Perbandingan usulan komponen/ pada dokumen realisasi anggaran.


tahapan dengan realisasi Indikator ini bertujuan untuk
Pada indikator ini membandingkan mengetahui konsistensi K/L dalam
komponen/tahapan SBK yang proses perencanaan anggaran
tertuang dalam dokumen dengan proses pelaksanaannya.
anggaran yang telah disahkan Berikut ilustrasi monev SBK
dalam Perpres tentang Rincian dengan indikator perbandingan
Anggaran Belanja Pemerintah usulan komponen/tahapan
Pusat dengan komponen/tahapan dengan realisasi.

Tabel 4. Indikator 2 dari Aspek Komponen/Tahapan


Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Standar Biaya Keluaran
Tahun XXXX
Nama Kementerian Negara dan Lembaga: ABCD
B. Aspek Komponen/Tahapan
Indikator:
B.2. Perbandingan usulan komponen/tahapan dengan realisasi
Komponen/Tahapan
No. Jenis SBK pada RKA K/L pada Perbedaan Keterangan
realisasi
1.
2.

Analisis SBK 1:
Analisis SBK 2:
90
3. Indikator Konsistensi a. Perbandingan jumlah SBK dalam
Pada indikator ini yang dimonev PMK SBK berdasarkan waktu
adalah berkenaan dengan SBK dalam Pada indikator pertama ini
proses pengajuan PMK hingga proses membandingkan banyaknya SBK
perencanaan penganggaran. Namun suatu K/L yang telah ditetapkan
yang menjadi perhatian pada aspek ini dalam PMK SBK pada tahun t
bukan besaran SBKnya tapi jumlah dengan jumlah SBK dari K/L yang
SBK, jenis output/sub output, dan sama dalam PMK SBK di tahun t+1.
penggunaan SBK dalam RKA K/L baik Berikut ilustrasi monev
dilihat dari jumlah yang dipakai perbandingan jumlah PMK SBK
maupun jenis output/sub output. berdasarkan waktu.
Berikut beberapa uraian indikator dari
aspek konsistensi.

Tabel 5. Indikator 1 dari Aspek Konsistensi


Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Standar Biaya Keluaran
Tahun XXXX
Nama Kementerian Negara dan Lembaga: ABCD
C. Aspek Konsistensi
Indikator:
C.1. Perbandingan jumlah SBK dalam PMK SBK berdasarkan waktu
No PMK SBK Keteranga
Indikator Perbedaan
. Tahun t Tahun t+1 n
1. Jumlah SBK

Analisis:

b. Perbandingan SBK berdasarkan PMK SBK tahun t dengan PMK SBK


jenis output/sub output tahun t+1. Berikut ilustrasi monev
Pada indikator kedua ini perbandingan SBK berdasarkan
membandingkan jenis output/sub jenis output/sub output.
output yang diusulkan K/L pada

91
Tabel 6. Indikator 2 dari Aspek Konsistensi

Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Standar Biaya Keluaran


Tahun XXXX
Nama Kementerian Negara dan Lembaga: ABCD
C. Aspek Konsistensi
Indikator:
C.2. Perbandingan SBK berdasarkan jenis output/sub output
No PMK SBK
Indikator Perbedaan Keterangan
. Tahun t Tahun t+1
1. Jenis output/sub a. SBK A a. SBK A
output b. SBK B b. SBK C
c. ... ...

Analisis:

c. Penggunaan SBK dalam RKA K/L


Indikator ini bertujuan untuk mengetahui perilaku K/L dalam hal penggunaan SBK
dalam proses perencanaan anggarannya. Indikator ini muncul karena terdapat
kenyataan bahwa SBK yang telah ditetapkan dalam PMK ternyata tidak digunakan K/L
dalam proses penyusunan dokumen anggarannya. Berikut ilustrasi monev
penggunaan SBK dalam RKA K/L.

Tabel 7. Indikator 3 dari Aspek Konsistensi


Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Standar Biaya Keluaran
Tahun XXXX
Nama Kementerian Negara dan Lembaga: ABCD
C. Aspek Konsistensi
Indikator:
C.3. Penggunaan SBK dalam RKA K/L
No
Indikator Jenis SBK Digunakan dalam RKA K/L Keterangan
.
1. Penggunaan SBK a. SBK A a. Ya
b. SBK B b. Tidak
c. ... ...

Analisis:

d. Penggunaan jumlah SBK dalam indikator ini yang menjadi


RKA K/L perhatian adalah antara jumlah
Serupa dengan indikator 3 di atas, SBK yang ditetapkan dalam PMK
indikator ini bertujuan untuk dengan banyak SBK yang
mengetahui penggunaan SBK digunakan dalam RKA K/L. Berikut
dalam RKA K/L namun dalam

92
ilustrasi monev penggunaan
jumlah SBK dalam RKA K/L.
Tabel 8. Indikator 4 dari Aspek Konsistensi
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Standar Biaya Keluaran
Tahun XXXX
Nama Kementerian Negara dan Lembaga: ABCD
C. Aspek Konsistensi
Indikator:
C.4. Penggunaan jumlah SBK dalam RKA K/L
Jumlah SBK
No Keteranga
Indikator Dalam Dalam RKA Perbedaan
. n
PMK K/L
1. Penggunaan jumlah
SBK dalam RKA K/L

Analisis:

5. Tahapan Monev SBK kesempatan ini dilakukan internalisasi


Pada tahapan monev SBK ini akan secara maksimal agar pentingnya dan
diuraikan pihak-pihak yang terlibat dan manfaat dari monev SBK maupun SBK
beberapa aktivitas yang dilakukan dalam sendiri dapat benar-benar dipahami
pelaksanaan monev SBK. Beberapa pihak bersama oleh Direktorat Anggaran
yang terlibat tentu saja tidak berbeda mengingat yang akan melakukan
dengan pihak-pihak yang terlibat dalam monev adalah Direktorat tersebut.
proses penyusunan SBK. Beberapa tahap Selain itu, perihal monev SBK
utama dalam pelaksanaan monev SBK juga perlu disampaikan pada beberapa
serupa dengan pelaksanaan monev lainnya kesempatan sosialisasi kebijakan yang
yaitu. diterbitkan oleh Direktorat Sistem
1. Persiapan, Penganggaran kepada K/L diantaranya
Pada tahap persiapan ini, pihak-pihak sosialisasi juknis RKA K/L dan
yang terlibat masih dalam lingkup kebijakan standar biaya yang
internal Direktorat Jenderal Anggaran disampaikan pada awal tahun
yaitu Direktorat Anggaran I, II, dan III anggaran. Penyampaian informasi ini
dan Direktorat Sistem Penganggaran. dilakukan untuk memberi K/L
Pada tahap awal Direktorat Sistem informasi terlebih dahulu di awal
Penganggaran melakukan bimbingan tahun penganggaran agar K/L dapat
teknis mengenai hal-hal penting lebih mempersiapkan diri baik dalam
terkait monev SBK mulai dari tujuan ketersedian waktunya, penyediaan
monev, manfaat monev, aspek-aspek datanya, dan pelaporannya.
yang dimonev, indikator-indikator 2. Pelaksanaan,
yang diukur, data yang diperlukan, dan Pada tahap pelaksanaan, pihak-pihak
bentuk pelaporannya. Dalam yang terkait sudah melibatkan 2 pihak

93
yaitu Direktorat Anggaran dan K/L SBK dan penyusunan SBK tahun
yang menjadi mitra kerjanya. Pada berikutnya.
tahap ini Direktorat Anggaran 3. Pelaporan.
menentukan satker K/L yang akan Pada tahap ini Direktorat Anggaran
dimonev. Selanjutnya Direktorat melakukan analisis terhadap hasil
Anggaran melakukan koordinasi awal monev dari masing-masing K/L yang
kepada setiap K/L bahwa akan menjadi mitra kerjanya. Hasil monev
dilakukan monev SBK dengan berbagai selanjutnya disampaikan kepada pihak
keperluan yang harus disiapkan. Pada eksternal DJA yaitu pimpinan K/L dan
kesempatan selanjutnya, setiap K/L juga pihak internal DJA yaitu Dirjen
diminta untuk menjawab berbagai Anggaran dengan tembusan ke
pertanyaan yang diajukan dalam Direktorat Sistem Penganggaran. Hasil
kuesioner monev SBK dan monev selain dapat menjadi bahan
menyampaikannya kepada Direktorat penelaahan atau penyusunan SBK
Anggaran. Pada proses ini diharapkan tahun berikutnya, juga dapat menjadi
terdapat dukungan teknologi bahan masukan dalam menyusun
informasi untuk membantu kebijakan SBK di tahun yang akan
kemudahan dan kelancaran monev. datang.
Aplikasi monev diharapkan dapat Berdasarkan uraian proses bisnis
terintegrasi dengan aplikasi SBK yang pelaksanaan monev SBK di atas, berikut
telah ada sehingga ke depannya ilustrasi proses bisnis tersebut yang
terdapat bank data SBK yang dapat disajikan dalam bentuk flowchart
digunakan dalam rangka penelaahan sederhana.

94
Gambar 3. Alur Sederhana Proses Bisnis Monev SBK

Persiapan Pelaksanaan Pelaporan

Dirjen Anggaran Dirjen Anggaran


menugaskan DSP mendapatkan
untuk melaksanakan laporan hasil monev
monev SBK SBK

DSP melakukan
bimtek monev SBK
kepada Direktorat
Anggaran

Direktorat Anggaran
Direktorat Direktorat Anggaran Pimpinan K/L
menentukan K/L yang
Anggaran melakukan analisis mendapatkan
akan dimonev dan
melakukan atas hasil monev laporan hasil monev
melakukan persiapan
monev ke K/L SBK SBK
monev SBK

DSP menerima
tembusan laporan
monev SBK

b. Komponen/tahapan,
5. KESIMPULAN DAN SARAN c. Konsistensi, dan
5.1 Kesimpulan d. Pelaksanaan.
3. Dari 4 aspek monev SBK tersebut,
Berdasarkan kajian di atas, dapat terdapat indikator dari masing-masing
beberapa kesimpulan yang dapat aspek yaitu.
diperoleh yaitu. a. Realisasi anggaran,
1. Tujuan dan manfaat dilakukannya 1) Perbandingan besaran PMK
monev SBK adalah SBK dengan alokasi pada RKA
a. Bahan penyusunan SBK bagi KL K/L
maupun Kementerian Keuangan 2) Perbandingan alokasi RKA K/L
dalam penelaahan SBK tahun dengan realisasi anggaran
berikutnya, b. Komponen/tahapan,
b. Alat untuk mengetahui perilaku 1) Perbandingan usulan
biaya (cost behaviour) K/L komponen/tahapan dengan
khususnya terkait dengan SBK, RKA K/L
dan 2) Perbandingan usulan
c. Memperoleh feedback dari K/L komponen/tahapan dengan
dan mengetahui keinginan K/L realisasi
atas suatu kebijakan dan c. Konsistensi, dan
pelaksanaan SBK. 1) Perbandingan jumlah SBK
2. Terdapat 4 aspek dalam monev SBK dalam PMK SBK berdasarkan
diantaranya adalah. waktu
a. Realisasi anggaran,

95
2) Perbandingan SBK berdasarkan tembusan kepada Direktorat
jenis output/sub output Sistem Penganggaran.
3) Penggunaan SBK dalam RKA
K/L 5.2 Saran
4) Penggunaan jumlah SBK dalam Dalam pelaksanaan monev SBK,
RKA K/L terdapat beberapa saran yang dapat
d. Pelaksanaan. diberikan agar monev dapat dilaksanakan
Pada aspek ini hanya akan secara lancar dan tujuan monev dapat
terdapat beberapa pertanyaan tercapai sesuai yang diharapkan.
terbuka mengenai beberapa hal 1. Pentingnya peran SBK dalam proses
seperti proses bisnis, proses penganggaran diharapkan dapat
penganggaran, penelaahan, dipahami oleh semua pihak di
persetujuan, pelaksanaan, revisi, lingkungan Kementrian Keuangan
dan lain sebagainya. khususnya Direktorat Jenderal
4. Tahapan monev SBK dibagi menjadi 3 Anggaran, mulai dari level pimpinan
pokok kegiatan utama yaitu yang tertinggi hingga pelaksana.
a. Persiapan 2. Dalam rangka mendukung kelancaran
Pada tahap kegiatan ini pada pelaksanaan SBK, diperlukan
dasarnya terdapat koordinasi dukungan tehnologi informasi berupa
antara DSP dengan Direktorat aplikasi atau hal lainnya sehingga
Anggaran yaitu DSP melakukan monev mudah dilaksanakan dan tidak
bimtek kepada Direktorat membebani DJA maupun K/L.
Anggaran mengenai monev SBK 3. Metode monev SBK perlu ditetapkan
dan Direktorat Anggaran mulai dalam bentuk peraturan perundang-
melakukan identifikasi K/L yang undangan sehingga dapat memiliki
akan dimonev sesuai dengan kekuatan hukum yang tetap.
pembagian mitra kerjanya.
b. Pelaksanaan DAFTAR PUSTAKA
Pada tahap ini Direktorat
Kusek, Jody Zall Kusek dan Ray C. Rist.
Anggaran melakukan monev
2004. Ten Steps To A Results-Based
kepada K/L dengan meminta K/L Monitoring And Evaluation System
mengisi beberapa kuesioner dan : a handbook for development
melengkapi beberapa yang practitioners. World Bank.
diperlukan dalam pelaksanaan Washington DC.
monev.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
c. Pelaporan
tentang Keuangan Negara
Pada tahap ini Direktorat
Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun
Anggaran melakukan analisis atas
2010 tentang Penyusunan Rencana
hasil monev SBK yang dilengkapi
Kerja Anggaran Kementerian Negara
oleh K/L kemudian melaporkan
dan Lembaga
hasil monev kepada Pimpinan KL
dan Dirjen Anggaran dengan
96
Peraturan Menteri Keuangan Nomor Biaya, dan Indeksasi dalam
71/PMK.02/2013 tentang Pedoman Penyusunan RKA K/L
Standar Biaya, Standar Struktur

97
MEMADUKAN KONSEP STANDAR BIAYA KELUARAN UMUM RISET
DENGAN FLEKSIBILITAS PERTANGGUNGJAWABAN PENGGUNAAN
DANA

Niken Ajeng Lestari


Email: niken3010@gmail.com

1. PENDAHULUAN bertanggung jawab. Atas permasalahan


tersebut, terdapat solusi yang ditawarkan
1.1 Latar Belakang
diantaranya adalah penerapan fleksibilitas
Dalam rangka penyusunan Standar pertanggungjawaban penggunaan dana
Biaya Keluaran yang bersifat umum atau untuk SBKU riset sehingga dana yang
SBK yang berlaku di seluruh Kementerian diberikan untuk kegiatan riset berlaku
Negara dan Lembaga (SBKU), terdapat selayaknya dana pengadaan barang/jasa
perilaku ekonomi dari suatu kelompok kepada pihak ketiga yang
tertentu atau unit yang ditengarai akan pertanggungjawabnya berupa kontraktual
menunjukkan perilaku yang tidak antara peneliti dan pemilik dana dengan
bertanggung jawab dalam melaksanakan batas waktu tertentu.
suatu kegiatan yang didanai dari anggaran Selain itu, fleksibilitas
pemerintah. Kegiatan tersebut adalah riset pertanggungjawaban dana bagi SBKU riset
atau penelitian yang pengalokasian juga dilatarbelakangi oleh suatu
dananya melalui SBK. permasalahan yang dihadapi para peneliti
Perilaku yang diperkirakan akan dalam melakukan pelaporan keuangan.
terjadi terkait kegiatan riset adalah Permasalahan tersebut diungkapkan oleh
perilaku di ranah pertanggungjawaban Kemenristekdikti dalam kajiannya
pelaksanaan kegiatan, dimana penerima mengenai perbaikan manajemen anggaran
dana riset, secara sengaja atau tidak, riset yaitu peneliti harus melaporkan
cenderung akan mencari-cari nota atau pertanggungjawaban keuangannya secara
tanda bukti pembayaran lainnya untuk individu. Hal ini cukup memberatkan
dijadikan lampiran pertanggungjawaban mengingat SPJ yang harus dilakukan adalah
dananya. Hal ini terjadi karena mulai dari pengadaan barang dan jasa,
berdasarkan pengalaman beberapa pemberian honor, pembayaran pajak, dan
peneliti, terdapat pengeluaran riset yang perjalanan dinas. Penyusunan SPJ dirasa
tidak terduga baik dalam jumlah yang lebih sulit daripada melakukan penelitian
besar maupun kecil dengan intesitas yang itu sendiri. Di sisi lain, hal ini membuat
cukup sering. fokus peneliti terpecah dan pada akhirnya
Berdasarkan dugaan tersebut, dapat berefek pada rendahnya kualitas
pengalokasian dana melalui SBK justru riset yang dihasilkan.
dinilai kurang efektif karena justru akan Dilatarbelakangi oleh beberapa hal
mendorong perilaku yang kurang tersebut, kajian ini disusun untuk mengkaji

98
lebih lanjut mengenai memadukan konsep mengenai fleksibilitas
SBKU riset dengan fleksibilitas pertanggungjawaban penggunaan
pertanggungjawaban dananya. Analisis dana bagi SBKU riset.
akan dilakukan dengan metode kualitatif 3. Mengetahui urgensi dari penerapan
dengan menguraikan terlebih dahulu fleksibilitas pertanggungjawaban
konsep dari fleksibilitas penggunaan dana bagi SBKU riset.
pertanggungjawaban penggunaan dana 4. Mengetahui isu-isu yang muncul
SBKU riset, kemudian mengkajinya dari sisi dengan adanya fleksibilitas
peraturan perundang-undangan, urgensi, pertanggungjawaban penggunaan
manfaat dan kendala dari konsep dana bagi SBKU riset.
fleksibilitas pertanggungjawaban dana
2. TINJAUAN PUSTAKA
bagi SBKU riset.
2.1 Kebijakan Standar Biaya Keluaran
1.2 Pertanyaan Penelitian
SBK adalah besaran biaya uang
Terdapat beberapa pertanyaan
ditetapkan untuk menghasilkan keluaran
yang ingin dijawab dari penyusunan kajian
(output)/sub keluaran (sub output). SBK
ini, diantaranya adalah:
dapat terdiri atas:
1. Bagaimana konsep fleksibilitas
3. Indeks biaya keluaran yaitu SBK untuk
pertanggungjawaban penggunaan
menghasilkan satu volume keluaran
dana SBKU riset?
(output), dan
2. Bagaimana kemungkinan dari sisi
4. Total biaya keluaran adalah SBK untuk
peraturan perundang-undangan
menghasilkan total volume keluaran
mengenai fleksibilitas
(output).
pertanggungjawaban penggunaan
Penyusunan SBK dilakukan pada level
dana bagi SBKU riset?
keluaran (output)/sub keluaran (sub
3. Apa urgensi dari penerapan
output) yang menjadi tugas dan fungsi K/L.
fleksibilitas pertanggungjawaban
Keluaran (output)/sub keluaran (sub
penggunaan dana bagi SBKU riset?
output) yang dapat diusulkan menjadi SBK
4. Apa saja isu-isu yang muncul dengan
mempunyai beberapa kriteria yaitu:
adanya fleksibilitas
1. Bersifat berulang
pertanggungjawaban penggunaan
2. Mempunyai jenis dan satuan yang
dana bagi SBKU riset?
jelas serta terukur, dan
1.3 Tujuan penelitian 3. Mempunyai komponen/tahapan yang
jelas.
Berdasarkan beberapa pertanyaan
SBK dalam proses penganggaran
tersebut, penyusunan kajian ini bertujuan
berfungsi sebagai.
untuk:
1. Batas tertinggi yang besarannya tidak
1. Menguraikan konsep SBKU riset yang
dapat dilampaui,
akan dibentuk.
2. Referensi penyusunan prakiraan maju,
2. Mengetahui kemungkinan dari sisi
3. Bahan penghitungan pagu indikatif
peraturan perundang-undangan
K/L, dan/atau
99
4. Referensi penyusunan SBK untuk 4. Monitoring, evaluasi, dan pelaporan
keluaran (output) sejenis pada K/L (controlling).
yang berbeda.
2.2 Pertanggungjawaban Penggunaan
Di sisi lain, dalam rangka pelaksanaan
Dana APBN
anggaran, SBK berfungsi sebagai estimasi
yaitu prakiraan besaran biaya yang dapat Dalam Peraturan Pemerintah
dilampaui, antara lain karena perubahan Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
komponen/tahapan dan/atau penggunaan Pelaksanaan APBN, penyelesaian tagihan
standar biaya yang dipengaruhi harga kepada negara atas suatu beban anggaran
pasar. belanja negara yang tertuang dalam APBN,
SBK berlaku untuk dilaksanakan berdasarkan hak dan bukti
beberapa/seluruh K/L yang penetapannya yang sah untuk memperoleh pembayaran.
oleh Menkeu dengan terlebih dahulu Pembayaran atas tagihan kepada negara
berkoordinasi dengan K/L, atau juga dilakukan secara langsung dari rekening
berlaku untuk satu K/L tertentu yang kas umum negara kepada yang berhak.
penetapannya oleh Menkeu berdasarkan Berdasarkan tagihan kepada
usulan dari pimpinan K/L atau pejabat yang negara, pejabat pembuat komitmen (PPK)
berwenang dengan mengatasnamakan menerbitkan dan menandatangani surat
pimpinan K/L. SBK yang berlaku untuk permintaan pembayaran (SPP) yang
beberapa K/L disebut sebagai Standar selanjutnya diuji terlebih dahulu oleh
Biaya Keluaran Khusus (SBKK) dan SBK yang pejabat penandatangan surat perintah
berlaku untuk seluruh K/L disebut sebagai membayar (PPSPM) sebelum diterbitkan
Standar Biaya Keluaran Umum (SBKU). surat perintah membayar (SPM) yaitu
Dalam penyusunan SBK, diperlukan dokumen yang diterbitkan pengguna
adanya komponen/tahapan dengan tujuan anggaran/kuasa pengguna anggaran
untuk mengetahui: (PA/KPA) atau pejabat lain yang ditunjuk
1. Proses pencapaian keluaran/sub untuk mencairkan dana yang bersumber
keluaran yang akan dihasilkan, dari DIPA atau dokumen lain yang
2. Relevansi terhadap pencapaian dipersamakan. Pengujian SPP yang
keluaran/sub keluaran, baik terhadap dilakukan oleh PPSPM tersebut meliputi:
volume maupun kualitasnya, a. Pemeriksaan secara rinci kelengkapan
3. Keterkaitan dan kesesuaian antar dokumen pendukung SPP,
tahapan dalam mendukung b. Penelitian ketersediaan pagu anggaran
pencapaian keluaran/sub keluaran. dalam dokumen isian pelaksanaan
Secara umum, komponen/tahapan dalam anggaran (DIPA),
pencapaian suatu keluaran/sub keluaran c. Pemeriksaan kesesuaian keluaran
menggambarkan pelaksanaan fungsi antara yang tercantum dalam dokumen
manajemen yang terdiri dari: perjanjian dengan keluaran yang
1. Perencanaan (planning), tercantum dalam DIPA,
2. Pengorganisasian (organizing), d. Pemeriksaan kebenaran atas hak tagih,
3. Pelaksanaan (actuating), dan paling sedikit meliputi:

100
1) Pihak yang ditunjuk untuk menerima struktur pelaporan, dan mendukung
pembayaran, proses pengambilan keputusan
2) Nilai tagihan yang harus dibayar, dan pemerintah yang lebih baik.
3) Jadwal waktu pembayaran. Penetapan pengunaan Bagan Akun
e. Pemeriksaan kesesuaian pencapaian Standar sebagai pedoman dalam
keluaran antara spesifikasi teknis yang mekanisme pengelolaan keuangan negara
disebutkan dalam dokumen didahului dengan pembentukan suatu
penerimaan barang/jasa dan spesifikasi kerangka dasar dalam bentuk single
teknis yang disebutkan dalam dokumen framework Bagan Akun Standar. Dengan
perjanjian, dan adanya single framework ini, maka Bagan
f. Pemeriksaan dan pengujian ketepatan Akun Standar memfasilitasi kebutuhan
penggunaan klasifikasi anggaran. klasifikasi para penggunanya. Bagan Akun
Dalam hal hasil pengujian sebagaimana Standar tidak hanya menyajikan akun yang
dimaksud di atas tidak memenuhi secara umum digunakan untuk tujuan
persyaratan, PPSBM wajib menolak pelaporan keuangan seperti akun aset,
menerbitkan SPM. kewajiban, modal, pendapatan, belanja,
pembiayaan, dan lain-lain, tetapi juga
2.3 Bagan Akun Standar
meliputi klasifikasi lain yang digunakan
Bagan Akun Standar yang dalam perencanaan dan penganggaran.
selanjutnya disingkat BAS adalah daftar Klasifikasi tersebut antara lain berupa kode
kodefikasi dan klasifikasi terkait transaksi organisasi, tempat pembayaran, lokasi
keuangan yang disusun secara sistematis kegiatan, program, kegiatan dan output
sebagai pedoman dalam perencanaan, yang dihasilkan. Penggunaan klasifikasi
penganggaran, pelaksanaan anggaran, dan yang sama tersebut, memerlukan
pelaporan keuangan pemerintah. kesepakatan dan komitmen antar
Kodefikasi ini digunakan dalam sistem yang pengguna Bagan Akun Standar.
terintegrasi. Integrasi dilaksanakan dengan Komitmen para pengguna Bagan
penggunaan klasifikasi atau kode Akun Standar baik dari Kementerian
pengukuran yang sama untuk setiap Keuangan, maupun Kementerian
tahapan dalam siklus pengelolaan Negara/Lembaga sangat diperlukan guna
keuangan negara. Melalui penggunaan mewujudkan amanat reformasi keuangan
klasifikasi yang sama pada tahapan negara dan mendukung proses integrasi
perencanaan, penganggaran hingga pengelolaan keuangan negara. Untuk
pertanggungjawaban, Bagan Akun Standar memenuhi hal tersebut, maka dibutuhkan
merupakan suatu pedoman dalam pembaruan terhadap pengelolaan
pencatatan seluruh transaksi keuangan keuangan Negara guna memenuhi prinsip-
pemerintah. Selain itu, Bagan Akun prinsip good governance. Pemutakhiran
Standar digunakan sebagai pusat aliran Bagan Akun Standar dilaksanakan secara
data dari sistem pengelolaan keuangan, terpadu dengan mendasarkan pada single
alat pengendalian disiplin fiskal melalui framework tersebut. Selain itu,
pengaturan pengendalian dan kerangka penggabungan klasifikasi anggaran dan
klasifikasi akuntansi membentuk
101
kumpulan kode berupa struktur Bagan Negara/Lembaga yang terdiri atas
Akun Standar. beberapa kegiatan,
Klasifikasi dalam BAS terdiri dari e. Output akan melekat pada pelaksanaan
segmen yang merupakan bagian dari BAS dan pencapaian suatu kegiatan,
berupa rangkaian kode sebagai dasar sehingga output merupakan kombinasi
validasi transaksi keuangan yang diakses dari kode kegiatan dan kode output,
oleh sistem aplikasi. Segmen dalam BAS dengan atribut antara lain berupa kode
terdiri dari 12 segmen yaitu segmen: fungsi dan kode sub fungsi,
a. Satker merupakan kode satker dengan f. Dana merupakan kombinasi dari kode
atribut antara lain berupa kode bagian sumber dana, kode cara penarikan, dan
anggaran dan kode eselon I yang kode nomor register yang
mencerminkan adanya unit yang mencerminkan adanya alokasi
bertanggung jawab dalam pencatatan pelaksanaan anggaran yangberasal dari
transaksi, sumber dana tertentu dan memiliki cara
b. KPPN merupakan kode KPPN dengan penarikan dana yangsesuai dengan
atribut antara lain berupa kode Kantor sumber dana tersebut,
Wilayah Direktorat Jenderal g. Bank merupakan kombinasi dari kode
Perbendaharaan. Segmen ini tipe rekening dan kode nomor rekening
menunjukan adanya fungsi tempat dengan atribut antara lain berupa kode
pemrosesan pembayaran melalui KPPN yang mencerminkan penggunaan
kantor pelayanan perbendaharaan di rekening bank berbeda dalam
bawah Ditjen Perbendaharaan pengelolaan anggaran oleh pemegang
Kementerian Keuangan, kas pemerintah yaitu Kuasa BUN yang
c. Akun merupakan kode akun. Kode akun dalam hal ini dilakukan oleh Direktorat
atau juga dikenal sebagai klasifikasi Pengelolaan Kas Negara selaku Kuasa
ekonomi, merupakan salah satu bagian BUN Pusat, dan KPPN selaku Kuasa BUN
penting yang menunjukan transaksi dan Daerah,
dampaknya pada laporan keuangan. h. Kewenangan merupakan kode
Kode akun ini akan mengalami kewenangan sebagai cerminan terdapat
perubahan karena adanyapenerapan berbagai kewenangan dalam proses
akuntansi berbasis akrual sehingga pelaksanaan anggaran. Terdapat 6
akun-akun yang ada akan menjadi akun kewenangan yaitu kewenangan kantor
akrual. Dalam penerapan akuntansi pusat, kator daerah, dekonsentrasi,
akrual, terdapat beberapa laporan yang tugas pembantuan, desentralisasi, dan
membutuhkan kode akun baru atau urusan bersama,
juga terkait dengan mapping dengan i. Lokasi merupakan kode Lokasi
akun operasional berbasis kas yang menunjukkan tempat berlangsungnya
sudah ada, kegiatan dan/atau penerima dana.
d. Program merupakan kombinasi dari Selain itu, dengan adanya kode lokasi,
kode bagian anggaran, kode eselon I, maka terdapat pengendaliananggaran
dan kode program yang menunjukkan atas alokasi pembagian Dana Bagi Hasil,
penjabaran kebijakan Kementerian dan bertujuan untuk transparansi
102
pengalokasian dana dalam transaksi pengembangan BAS ke depan akan
pengelolaan keuangan daerah, membutuhkan segmen baru yang
j. Anggaranmerupakan kode belum tertampung dalam segmen
anggaranyang menunjukkan beberapa kodefikasi BAS saat ini.
tahapan pencatatan transaksi keuangan
dalam siklus pengelolaan APBN. 2.4 Pengajuan Riset kepada Kementerian
Tahapan tersebut terdiri dari atas Riset, Teknologi, dan Perguruan
transaksi APBN, DIPA, realisasi, Tinggi
pengembalian realisasi, dan Pengajuan riset pada
penyesuaian akrual, Kemenristekdikti mengikuti pedoman
k. Antarentitasmerupakan kode Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional
antarentitas yang berisi Ditagihkan (SINas) yang berisi prosedur pengajuan
Kepada Entitas Lain (Due to) dan riset yang akan didanai dari APBN dan
Diterima Dari Entitas Lain (Due From) kriteria-kriteria yang harus dipenuhi.
sebagai lawan dari kode satker untuk Berikut alur pengajuan riset yang dibiayai
transaksi antar entitas, dan oleh APBN melalui Kemenristekdikti.
l. Cadangan merupakan kodefikasi yang
disediakan jika nantinya dalam
Gambar 1. Prosedur Pengajuan Proposal Insentif Riset SINas pada Kemenristekdikti

Pada prosedur tersebut, proses efisien serta accountable untuk


kerjasama riset serupa dengan proses pelaksanaan kegiatan,
pengadaan barang dan jasa dilihat dari 2. Melaksanakan rencana yang telah
kewajiban yang harus dipenuhi oleh disusun untuk mencapai sasaran dan
pengaju proposal. Berikut kewajiban yang keluaran yang telah ditentukan, serta
harus dipenuhi oleh pengaju proposal memenuhi semua ketentuan yang
insentif riset pada Kemenristekdikti yaitu diatur di dalam kontrak kerjasama
lembaga penerima berkewajiban untuk: dengan tim pengelola insentif riset
1. Mengembangkan organisasi dan SINas,
sistem manajemen yang efektif, dan

103
3. Pelaksanaan insentif riset SINas Sisa (Bila ada), serta (6) Hasil
selama 10 (sepuluh) bulan kalender, Evaluasi.
4. Bila terjadi keterlambatan 6. Membangun dan memantapkan
penyampaian pelaporan akhir atau kemitraan dengan sejumlah lembaga
tidak selesai sesuai jangka waktu yang penelitian, perguruan tinggi, industri,
telah ditetapkan akan dikenakan serta institusi lain yang terkait.
denda sebesar 1‰ (satu per seribu) 7. Mengamankan dan mengelola
untuk setiap hari keterlambatan atau teknologi yang dihasilkan melalui
maksimum 5% (lima persen) dari nilai perlindungan HKI meliputi: paten, hak
kontrak dan atau sangsi lain sesuai cipta, desain industri, rahasia dagang,
peraturan perundang yang berlaku. dan sebagainya.
5. Pencairan dana penyampaian laporan 8. Melakukan langkah promosi hasil
(hardcopy dan file elektronik), yaitu: litbang potensial:
a. Proposal untuk pencairan dana a. Mengembangkan mekanisme
termin 1 (30%). Dana diberikan transformasi teknologi dan
setelah menyampaikan proposal menyediakan dukungan teknis,
hasil perbaikan sesuai anggaran agar hasil litbang yang dibiayai
yang disetujui dan dokumen khususnya melalui Insentif Riset
administrasi keuangan. SINas dapat diadopsi oleh
b. Laporan Kemajuan Pertama untuk pengguna, industri atau
penarikan dana termin 2 (50%). masyarakat secara maksimal.
Dana diberikan setelah b. Melaporkan kemajuan kegiatan,
menyampaikan laporan kemajuan hambatan dan penyimpangan yang
teknis pertama setara dengan terjadi kepada Kementerian Riset
pemanfaatan dana30%. Dan Teknologi Secara periodik.
c. Laporan Kemajuan Kedua Untuk c. Menyediakan Informasi yang
penarikan dana Termin 3 (20%). diperlukan dalam rangka
Dana diberikan setelah monitoring dan evaluasi kinerja
menyampaikan laporan kemajuan Insentif Riset SINas.
Teknis kedua setara dengan d. Mengikuti pameran Iptek dan
pemanfaatan dana 50%. seminar yang diselenggarakan
d. Laporan akhir setara pemanfaatan Kementerian Riset dan Teknologi.
dana 100% Disampaikan saat
3. METODOLOGI PENELITIAN
kontrak kerjasama berakhir yang
meliputi: (1) Laporan Akhir Teknis, Metode penelitian yang digunakan
(2) Laporan Ringkas Hasil Litbang dalam menyusun kajian ini adalah metode
Sesuai Lampiran 7, (3) Daftar Hasil kualitatif. Substansi yang dikaji diperoleh
Litbang, (4) Surat Pernyataan Tidak melalui studi literatur mulai dari peraturan
Membeli Alat/Barang Modal, (5) perundang-undangan, kajian terdahulu,
Surat Pernyataan Setor Dana Sisa, serta berbagai literatur yang relevan
Dilengkapi dengan Bukti Setor Dana dengan tema kajian ini.

104
4. PEMBAHASAN berikutnya dan selanjutnya digunakan
untuk menilai seberapa layaknya
4.1 Konsep Fleksibilitas
pembentukan akun khusus SBKU riset
Pertanggungjawaban Penggunaan
dalam pengelolaan keuangan negara.
Dana SBKU Riset
4.2 Analisis Penerapan Fleksibilitas
Konsep fleksibilitas
Pertanggungjaaban Penggunaan
pertanggungjawaban penggunaan dana
Dana SBKU Riset
untuk SBKU riset, adalah serupa dengan
penerapan pada akun belanja lain-lain. 4.2.1 Aspek Hukum
Belanja lain-lain yaitu pengeluaran/belanja
Pada subbab ini, analisis penerapan
pemerintah pusat yang sifat
fleksibilitas pertanggungjawaban
pengeluarannya tidak dapat
penggunaan dana SBKU riset dilihat dari
diklasifikasikan ke dalam pos-pos
sisi hukum atau peraturan perundang-
pengeluaran lainnya (pegawai, barang,
undangan yang berlaku. Beberapa
modal, pembayaran utang/kewajiban,
peraturan yang berkaitan diantaranya
subsidi, hibah, dan bantuan sosial).
adalah peraturan yang berkenaan dengan
Pertanggungjawaban atas penggunaan
BAS, pelaksanaan APBN, dan peraturan
dana SBKU riset adalah
lainnya yang relevan.
pertanggungjawaban yang berupa
Dimulai dari Pasal 65 ayat (1)
penggunaan dana secara gelondongan dan
Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 2013
tidak perlu terdapat bukti-bukti
tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN,
pembayaran suatu barang/jasa yang
dalam hal penyelesaian tagihan kepada
digunakan seperti nota, kuitansi, dan struk.
negara atas suatu beban anggaran belanja
Pertanggungjawaban atas
negara yang tertuang dalam APBN,
penggunaan dana riset hanya berupa
dilaksanakan berdasarkan hak dan bukti
kesepakatan antara pihak-pihak yang
yang sah untuk memperoleh pembayaran.
berkepentingan. Kesepakatan tersebut
Pada pasal tersebut, pertanggungjawaban
berisi diantaranya progress penyelesaian
atas suatu penggunaan dana dari APBN,
riset, persentase dana yang dapat
tidak mensyaratkan dokumen yang sangat
dicairkan per progress riset, waktu
rinci. Hanya dipersyaratkan hak dan bukti
penyelesaian riset, tenggat waktu
yang sah untuk memperoleh pembayaran.
keterlambatan, konsekuensi apabila riset
Beberapa hal yang perlu dipastikan
terlambat diselesaikan atau tidak dapat
dalam pengajuan SPP diuraikan dalam
diselesaikan, dan hal lainnya yang
pasal 67 yaitu saat PPSPM menguji SPP
mengikat bagi penerima insentif riset.
atas suatu tagihan tertentu, harus
Hal ini menimbulkan beberapa
melakukan pengujian yang meliputi
pertanyaan atau isu yang memunculkan
kelengkapan dokumen SPP, ketersediaan
pro dan kontra atas penerapan fleksibilitas
pagu anggaran dalam DIPA, kesesuaian
pertanggungjawaban penggunaan dana
keluaran antara dokumen perjanjian
bagi SBKU riset. Isu-isu yang muncul akan
dengan DIPA, kebenaran hak tagih,
dibahas lebih lanjut pada subbab
kesesuaian keluaran antara dokumenn
105
penerimaan barang/jasa dengan dokumen komunikasi intensif dengan aparat dan
perjanjian, dan ketepatan penggunaan pemeriksa agar memiliki cara pandang
klasifikasi anggaran. yang sama pada saat melakukan audit atas
Analisis lain dari sisi hukum pelaksanaan kegiatan dalam rangka
selanjutnya adalah analisis dengan pencapaian output riset.
memperhatikan PMK
4.2.2 Aspek Urgensi
No.214/PMK.05/2013 tentang Bagan Akun
Standar. Peraturan ini juga perlu Analisis selanjutnya mengenai
diperhatikan karena pada penerapannya, rencana penerapan fleksibilitas
diharapkan dibentuk akun khusus bagi pertanggungjawaban penggunaan dana
SBKU riset sehingga dari sisi akuntansi akan bagi SBKU riset ialah dengan mengkaji
lebih akuntabel. urgensi dari hal tersebut. Dengan adanya
Pada pasal 5 PMK pertanggungjawaban secara “global” atau
No.214/PMK.05/2013 disebutkan bahwa tanpa pertanggungjawaban yang sangat
BAS dikelola oleh DJPB. Dalam rangka rinci dari penggunaan dana insentif riset,
pengelolaan BAS tersebut, DJPB dapat hal ini akan memudahkan para peneliti
melakukan pemutakhiran BAS yang dalam proses penyusunan risetnya.
dilakukan atas dasar usulan dan/atau Bentuk pertanggungjawaban
penetapan kebijakan. secara global akan mendukung kinerja
Berdasarkan hal tersebut, usulan peneliti dalam melakukan riset baik dari
pemutakhiran BAS dapat berasal dari K/L sisi kuantitas maupun kualitas riset yang
dan/atau unit eselon I di lingkungan dihasilkan. Dengan fokus pada penyusunan
Kemenkeu. Usulan tersebut disampaikan risetnya, hal ini mendorong para peneliti
kepada DJPB/DJA/DJPU sesuai dengan untuk menyusun riset sebanyak-
jenis segmen-segmennya. Selain itu, banyaknya dan peneliti akan lebih fokus
pemutakhiran BAS atas dasar penetapan pada kualitas risetnya daripada sibuk
kebijakan dapat disebabkan antara lain menyediakan segala bentuk nota atau
karena perubahan peraturan perundang- kuitansi sebagai bentuk
undangan dan/atau perubahan proses pertanggungjawaban atas penggunaan
bisnis pengelolaan keuangan. dana riset.
Berdasarkan beberapa analisis dari Berdasarkan pertimbangan-
sisi hukum tersebut di atas, penerapan pertimbangan tersebut, dilihat dari
fleksibilitas pertanggungjawaban urgensinya, maka penerapan fleksibilitas
penggunaan dana untuk SBKU riset tidak pertanggungjawaban penggunaan dana
memiliki permasalahan yang berarti. bagi SBKU riset dapat dilakukan. Namun
Hanya perlu terdapat koordinasi antara perlu ditekankan pada para peneliti bahwa
pihak-pihak terkait terutama DJPB sebagai dengan konsep pertanggungjawaban
pengelola BAS. Selain itu juga diperlukan tersebut, harus tetap mengedepankan
sosialisasi bagi seluruh pengelola asas pengelolaan keuangan negara
keuangan negara terkait hal ini mengingat sebagaimana diungkapkan dalam UU
SBKU akan berlaku bagi seluruh KL. Di No.17 Tahun 2003 yaitu keuangan negara
samping itu, juga perlu terdapat
106
dikelola secara tertib, taat pada peraturan sehingga pertanggungjawaban secara
perundang-undangan, efisien, ekonomis, global dari penggunaan dana ini tidak
efektif, transparan, dan bertanggung terdapat pro-kontra lagi.
jawab dengan memperhatikan rasa Berikut beberapa uraian mengenai
keadilan dan kepatutan. penentuan besaran SBKU riset. SBKU
ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan
4.2.3 Isu-Isu yang Muncul Pada Penerapan
berlaku bagi seluruh kementerian
Fleksibilitas Pertanggungjawaban
dan/atau lembaga. Agak berbeda dengan
Penggunaan Dana SBKU Riset
konsep penggunaan besaran SBM dan SBK
Dari beberapa uraian di atas, dalam perencanaan dan pelaksanaan
terdapat aspek lain yang perlu anggaran, khusus besaran SBKU riset,
diperhatikan dalam melakukan analisis dalam proses perencanaan dan
penerapan fleksibilitas pelaksanaan adalah batas tertinggi yang
pertanggungjawaban penggunaan dana tidak dapat dilampaui. Artinya, alokasi
bagi SBKU riset. Aspek tersebut adalah SBKU dalam proses perencanaan tidak
perlunya memperhatikan isu-isu yang boleh melebihi besaran yang telah
muncul dari penerapan fleksibilitas ditetapkan dan dalam pelaksanaan
pertanggungjawaban penggunaan dana anggaran juga terdapat aturan tertentu
yang tidak dapat diabaikan dan perlu yang menetapkan bahwa tidak semua
terdapat solusinya. Terdapat 3 isu yang alokasi SBKU riset diberikan bagi suatu
akan dibahas satu per satu dalam subbab proposal riset yang diajukan.
ini yaitu berkenaan dengan penentuan Dalam menentukan besaran yang
besaran SBKU riset itu sendiri, paling efisien, besaran SBKU disusun
akuntabilitas, dan pengukuran kinerja. berdasarkan kebutuhan riset yang selama
ini telah dilakukan atau berdasarkan
a. Penentuan Besaran SBKU Riset proposal-proposal riset yang telah
diajukan. Dari kisaran besaran tersebut,
Pembahasan akan dimulai dari isu
Kemenkeu c.q DJA melakukan exercise
bagaimana besaran SBKU riset itu disusun.
penghitungan secara detail dari kebutuhan
Isu yang muncul adalah apakah besaran
penyusunan riset per tahapan riset yang
SBKU riset yang telah ditetapkan, sudah
selanjutnya didiskusikan bersama-sama
dapat menjamin bahwa kebutuhan riset
baik dengan pihak internal maupun pihak
telah dapat terpenuhi. Sementara itu, jenis
eksternal DJA. Berdasarkan penghitungan
riset yang ada sangat beragam dan
secara detail tersebut, akan diperoleh
membawa konsekuensi kebutuhan
besaran tertentu dari SBKU riset yang
dananya juga cukup beragam pula. Isu ini
selanjutnya ditetapkan sebagai SBKU yang
mungkin tidak berhubungan langsung
menjadi lampiran dari Peraturan Menteri
dalam pertimbangan untuk menentukan
Keuangan tentang Standar Biaya Keluaran.
pembentukan akun khusus bagi SBKU riset,
Atas besaran SBKU tersebut, kebutuhan
namun hal ini menjadi penting untuk
dana riset yang telah disusun diharapkan
memastikan besaran SBKU adalah angka
telah sesuai dengan kebutuhan dalam
yang dinilai paling efisien dan optimal
penyusunan riset.
107
Di sisi lain, dibuat juga ketentuan- mengambil keuntungan sebanyak-
ketentuan tertentu dalam rangka banyaknya. Hal ini menyebabkan tidak
pengajuan anggaran riset sebagai bentuk terjaminnya akuntabilitas dari
kontrol dari pengelolaan keuangan negara. pertanggungjawaban dana riset.
Ketentuan tersebut diantaranya Menjawab atas kekhawatiran
ialahmenentukan grade riset dan besaran tersebut, setiap kebijakan tentu saja selalu
SBKU yang diberikan berdasarkan grade timbul moral hazard yang menyebabkan
tersebut. Artinya, dari proposal riset yang kebijakan tersebut tidak berjalan secara
diajukan, proposal akan direview oleh sempurna. Berkenaan dengan kebijakan
reviewerdan akan ditentukan grade pertanggungjawaban dana riset secara
risetnya. Selanjutnya berdasarkan grade global, timbulnya moral hazard dapat
yang telah ditentukan, akan diberikan diminimalisirkan dalam proses persetujuan
persentase besaran SBKU tertentu, suatu pengajuan dana riset melalui
misalnya riset grade A memperoleh 35% reviewer atas proposal riset yang diajukan.
dari besaran SBKU riset, riset grade B Selain itu, dari proses penetapan besaran
memperoleh 50% dari besaran SBKU riset, SBKU riset sendiri pun sudah dimulai
dan lain sebagainya. diantisipasi dengan menentukan besaran
Berdasarkan uraian di atas, dilihat SBKU yang dinilai paling efisien dan
dari proses penentuan besaran SBKU riset, optimal.
pertanggungjawaban dana secara global, Dengan demikian, isu akuntabilitas
tidak akan menimbulkan pro kontra karena yang muncul akibat adanya
besaran SBKU riset disusun dengan pertanggungjawaban secara global dari
metode yang cukup memadai sehingga penggunaan dana riset, sudah dapat
menghasilkan besaran SBKU yang dinilai dimitigasi risikonya. Maka pembentukan
paling efisien. Informasi ini perlu pertanggungjawaban dana secara global,
disosialisasikan pada seluruh K/L sehingga tidak akan menimbulkan pro kontra dari
memiliki persepsi yang sama atas SBKU sisi akuntabilitas. Hal ini juga penting untuk
riset. diinformasikan kepada pihak pemeriksa,
sehingga terdapat pemahaman yang sama
b. Akuntabilitas
dan tidak mempermasalahkan di masa
Isu selanjutnya yang menjadi yang akan datang.
perhatian adalah akuntabilitas dari
c. Pengukuran Kinerja
pertanggungjawaban penggunaan dana
riset secara global. Pertanggungjawaban Isu terakhir yang muncul dari
tanpa menyertakan bukti-bukti adanya kebijakan penerapan fleksibilitas
pembayaran secara rinci akan pertanggungjawaban penggunaan dana
menimbulkan moral hazard atau perilaku bagi SBKU riset adalah hilangnya alat yang
seseorang yang tidak peduli dengan suatu dapat digunakan Menteri Keuangan
risiko atau kerugian yang timbul. Artinya, sebagai chief Financial Officer (CFO) dalam
dengan adanya kebijakan ini, justru mengukur efisiensi melalui analisis varian.
dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk Analisis varian merupakan penghitungan

108
dengan membandingkan biaya output, 5. KESIMPULAN DAN SARAN
tahapan pencapaian output, dan detail
5.1 Kesimpulan
biaya pada saat perencanaan dan
pelaksanaannya. Analisis varian Berdasarkan beberapa uraian di
merupakan salah satu alat yang digunakan atas, berikut kesimpulan yang dapat
untuk menilai efisiensi yang diperoleh yaitu:
membandingkan biaya suatu output dari 1. Konsep penerapan fleksibilitas
dimensi antarwaktu, tempat, dan pertanggungjawaban penggunaan
pengguna anggaran sebagai pelaksana dana untuk SBKU riset adalah serupa
pencapaian output. dengan pertanggungjawaban pada
Perhitungan dengan alat ini tidak akun belanja lain-lain. Dengan
dapat dilakukan karena tidak ada informasi demikian, pertanggungjawaban atas
detail mengenai komponen biaya yang penggunaan riset hanya berupa
digunakan dari dana insentif riset yang penggunaan dana secara gelondongan
telah digunakan oleh peneliti. Hal ini dan tidak perlu terdapat bukti-bukti
terjadi karena pertanggungjawaban yang pembayaran suatu barang/jasa yang
diberikan oleh peneliti hanya berupa digunakan seperti nota, kuitansi, dan
penggunaan dana global dengan capaian struk. Pertanggungjawaban atas
penyusunan risetnya. penggunaan dana riset hanya berupa
Atas permasalahan tersebut, solusi kesepakatan 2 pihak antara PPK
yang dapat diberikan yaitu dengan tetap dengan penerima insentif riset
mewajibkan para peneliti untuk Pertanggungjawaban atas
memberikan rincian komponen biaya atas penggunaan dana riset hanya berupa
penggunaan dana insentif riset yang kesepakatan 2 pihak antara PPK
diperolehnya. Rincian tersebut berupa dengan penerima insentif riset.
ringkasan penggunaan dana seperti untuk Kesepakatan tersebut berisi
pembiayaan perjalanan dinas, biaya ATK, diantaranya progress penyelesaian
biaya pengadaan, dan lain sebagainya riset, persentase dana yang dapat
namun tidak perlu menyertakan bukti- dicairkan per progress riset, waktu
bukti pembayaran atas pembelian barang penyelesaian riset, tenggat waktu
atau penggunaan jasa tertentu. Dengan keterlambatan, konsekuensi apabila
demikian, dengan adanya rincian biaya riset terlambat diselesaikan atau tidak
tersebut, penghitungan efisiensi dapat dapat diselesaikan, dan hal lainnya
dilakukan dan selain itu, isu atas kurangnya yang mengikat bagi penerima insentif
akuntabilitas penggunaan dana riset juga riset.
dapat diminimalisir. 2. Berdasarkan beberapa analisis dari
beberapa peraturan perundang-
undangan yaitu PP No.45 Tahun 2013
dan PMK No.214/PMK.05/2013,
penerapan fleksibilitas
pertanggungjawaban penggunaan

109
dana untuk SBKU riset tidak memiliki kurangnya akuntabilitas, dan
permasalahan yang berarti dari sisi hilangnya alat bagi Menkeu dalam
hukum. Hanya perlu terdapat rangka menghitung efisiensi melalui
koordinasi antara pihak-pihak terkait analisis varian. Namun demikian dari
terutama DJPB sebagai pengelola BAS. setiap isu telah dapat mitigasi
Selain itu juga diperlukan sosialisasi risikonya sehingga diharapkan di masa
bagi seluruh pengelola keuangan yang akan datang tidak lagi muncul
negara terkait hal ini mengingat SBKU permasalahan
akan berlaku bagi seluruh KL. Di
5.2 Saran
samping itu, juga perlu terdapat
komunikasi intensif dengan aparat dan Atas beberapa kesimpulan yang
pemeriksa agar memiliki cara pandang telah diambil tersebut, berikut saran yang
yang sama pada saat melakukan audit dapat diberikan yaitu:
atas pelaksanaan kegiatan dalam 6. Saat fleksibilitas terhadap
rangka pencapaian output riset. pertanggungjawaban penggunaan
3. Dilihat dari urgensinya, penerapan dana SBKU riset direalisasikan, perlu
fleksibilitas pertanggungjawaban terdapat kontrol yang baik sehingga
penggunaan dana bagi SBKU riset akuntabilitas tetap terjaga.
dapat dilakukan. Namun perlu 7. Harus terdapat sosialisasi yang
ditekankan pada para peneliti bahwa dilakukan dalam memberikan
dengan konsep pertanggungjawaban pemahaman yang tepat kepada
secara global, harus tetap seluruh pihak yang terkait dengan
mengedepankan asas pengelolaan kebijakan ini. Beberapa pihak
keuangan negara sesuai UU No.17 diantaranya, pihak Kemenristekdikti,
Tahun 2003 yaitu keuangan negara JFA peneliti, pihak universitas atau
dikelola secara tertib, taat pada akademisi, pihak pemeriksa, BPK, Itjen,
peraturan perundang-undangan, dan pihak-pihak lain yang
efisien, ekonomis, efektif, transparan, berkepentingan, agar terdapat
dan bertanggung jawab dengan pemahaman yang sama sehingga
memperhatikan rasa keadilan dan terjadinya moral hazard dapat
kepatutan. diminimalisirkan.
4. Terdapat 3 isu yang muncul dalam
penerapan fleksibilitas DAFTAR PUSTAKA
pertanggungjawaban penggunaan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
dana bagi SBKU riset yaitu penentuan
tentang Keuangan Negara
besaran SBKU riset, akuntabilitas, dan
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
pengukuran kinerja. Isu-isu tersebut
tentang Pengadaan Barang dan Jasa
muncul akibat adanya kekhawatiran
Pemerintah
bahwa adanya fleksibilitas justru akan
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun
menimbulkan moral hazard dari para
2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan
peneliti untuk menggunakan dana
APBN
riset secara tidak bertanggung jawab,
110
Peraturan Menteri Keuangan Nomor Peraturan Menteri Keuangan Nomor
71/PMK.02/2013 tentang Pedoman 214/PMK.05/2013 tentang Bagan
Standar Biaya, Standar Struktur Akun Standar
Biaya, dan Indeksasi Dalam
Penyusunan RKA K/L

111
PENGARUH KEBIJAKAN AT COST TERHADAP ALOKASI ANGGARAN
PERJALANAN DINAS
AA Nova Swandana
Email: amertajati@gmail.com

INTISARI

Kebijakan penerapan mekanisme at cost pada perjalanan dinas membawa dampak


pro dan kontra. Sampai dengan saat ini belum ada penelitian yang berusaha membahas
mengenai pengaruh penerapan at cost tersebut. Penelitian ini merupakan tipe penelitian
korelasional yang berusaha untuk menemukan pengaruh atas kebijakan tersebut pada
alokasi anggaran perjalanan dinas dengan mengangkat variabel pagu anggaran, belanja
barang, uang harian, dan transportasi. Jangkauan penelitan ini mulai dari tahun 2005 hingga
2011. Untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan, digunakan metodologi analisis uji
beda dan regresi statistika. Analisis uji beda untuk menguji apakah terdapat perbedaan antara
sebelum dan sesudah penerapan at cost, dan regresi statistika untuk mengetahui secara lebih
mendetail hubungan antara variabel dengan mekanisme at cost. Hasil yang didapat dari
penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan alokasi pagu perjalanan dinas antara
sebelum dan sesudah penerapan at cost. Sedangkan variabel-variabel yang berpengaruh
terhadap perjalanan dinas adalah: uang harian, pagu perjalanan dinas, dan pagu belanja
barang. variabel-variabel tersebut mempengaruhi perjalanan dinas sebanyak 56%. Selain itu,
terdapat variabel lainnya yang memberikan kontribusi pengaruh sebesar 44% terhadap
perjalanan dinas.

Kata kunci: perjalanan dinas, at cost, lump sum, belanja negara, anggaran sektor publik

1. PENDAHULUAN 2007. Salah satu latar belakang keluarnya


PMK tersebut adalah pertimbangan bahwa
1.1 Latar belakang
pembiayaan untuk perjalanan dinas harus
Bicara mengenai perjalanan dinas sesuai dengan kebutuhan nyata dan
merupakan suatu hal yang menarik. Tidak memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan
hanya di negara berkembang seperti keuangan negara. Karena itu perlu
Indonesia, negara-negara maju pun dilakukan perubahan pada cara
memiliki permasalahan dalam pembayaran biaya perjalanan dinas, dari
mengefisienkan pengeluaran perjalanan sebelumnya diberikan secara gelondongan
dinas. Di Indonesia, semangat (lumpsum) menjadi dihitung sesuai dengan
mengefisienkan belanja negara tercermin kebutuhan riil (at cost) khususnya pada
dari dikeluarkannya PMK 45/PMK.05/2007 biaya transportasi dan penginapan.
tentang Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Perubahan tersebut diharapkan
Negeri Bagi Pejabat Negara,Pegawai menunjang pelaksanaan anggaran yang
Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap transparan dan akuntabel, dalam hal ini
(selanjutnya dalam tulisan ini disebut untuk menghindari peluang terjadinya
perjalanan dinas saja) pada tanggal 25 April praktek yang tidak sehat seperti

112
menambah jumlah hari perjalanan. Sistem yang berusaha menjawab apakah benar
at cost dipercaya mampu memberikan penerapan at cost tersebut berpengaruh
manfaat efisiensi, karena: terhadap alokasi anggaran.
1. Semua kebutuhan dalam pelaksanan
1.2 Tujuan Penelitian
perjadin difasilitasi
2. Pengeluaran benar-benar sesuai Tujuan penelitian ini adalah
kenyataannya untuk mendukung memberikan gambaran tentang ada
pencapaian output tidaknya pengaruh pada alokasi anggaran
3. Meminimalisir tujuan untuk sebagai dampak dari penerapan
menambah penghasilan sehingga mekanisme at cost pada perjalanan dinas.
perjadin dilakukan benar-benar dalam
kerangka mencapai output 1.3 Pertanyaan Penelitian
4. Memudahkan pelaksanaan
Pertanyaan penelitian ini adalah:
pemeriksaan karena terdapat bukti riil
1. Adakah perbedaan pada alokasi
Secara psikologis, penerapan
perjalanan dinas antara sebelum dan
metode at cost yang sesuai dengan
sesudah penerapan at cost?
kebutuhan nyata dianggap akan mampu
2. Variabel apakah yang paling
meningkatkan efisiensi perjalanan dinas
mempengaruhi perjalanan dinas?
sekaligus menurunkan tendensi
melakukan perjalanan dinas untuk 1.4 Pembatasan dan Perumusan Masalah
menambah penghasilan. Kenyataan bahwa
Penelitian ini berupaya memberi
pemerintahan daerah, pimpinan dan
jawaban ada tidaknya pengaruh
anggota DPRD juga mulai mengadopsi
penerapan metode at cost pada alokasi
sistem at cost ini dengan terbitnya
perjalanan dinas. Seluruh data perjalanan
Permendagri Nomor 16/2013 tentang
dinas pada APBN terekam dalam data
Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2013
server DJA, dan untuk mengaksesnya
telah menunjukkan bahwa at cost betul-
diperlukan interface. Interface yang
betul dipandang mampu meningkatkan
dibangun oleh DJA sekarang hanya
efisiensi perjalanan dinas.
memfasilitasi akses mulai dari tahun
Disisi lain, terdapat suara
anggaran 2005, sehingga data yang ideal
penolakan terhadap penerapan at cost.
tidak dapat diperoleh, diantaranya adalah
Arus penolakan terhadap kebijakan ini
volume perjalanan dinas. Selain itu,
mulai dari permintaan untuk kembali pada
beberapa perubahan yang terjadi terkait
metode lumpsum karena at cost ditengarai
perumusan output Kegiatan pada tahun
mengurangi penghasilan sampai dengan
2009-2010 telah membuat beberapa
anggapan bahwa at cost justru membawa
struktur data (diantaranya output) menjadi
konsekuensi lebih borosnya perjalanan
berubah dan berbeda antar tahun.
dinas yang dilakukan.
Pokok dari penelitian ini adalah
Kini telah genap 8 tahun semenjak
penerapan at cost, karena itu diperlukan
PMK 45/PMK.05/2007 diterbitkan,
titik kapan penerapan at cost tersebut
ternyata belum ada satupun penelitian

113
dilakukan. Meskipun semenjak PMK secara terencana dan konsisten dalam
45/PMK.05/2007 yang mengatur at cost mencapai tujuan tertentu.
menyatakan berlaku pada saat PMK Dalam lingkup publik, dikenal
tersebut diundangkan, pada penelitian ini adanya kebijakan publik. Kebijakan publik
digunakan asumsi bahwa penerapan at menurut Anderson (1975) adalah
cost dilaksanakan pada tahun 2008 dengan kebijakan kebijakan yang dibangun oleh
pertimbangan bahwa pada tahun 2007 badan-badan dan pejabat-pejabat
fasilitas yang mendukung terlaksananya pemerintah, di mana implikasi dari
mekanisme at cost belum tersedia dengan kebijakan tersebut adalah: 1) kebijakan
baik, dan baru pada tahun 2008 bisa publik selalu mempunyai tujuan tertentu
dikatakan cukup baik. atau mempunyai tindakan-tindakan yang
berorientasi pada tujuan; 2) kebijakan
2. TINJAUAN PUSTAKA publik berisi tindakan-tindakan
2.1 Teori kebijakan pemerintah; 3) kebijakan publik
merupakan apa yang benar-benar
Menurut definisi KBBI, kebijakan dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan
adalah : merupakan apa yang masih dimaksudkan
Kebijakan/ke·bi·jak·an/ n 1 kepandaian; untuk dilakukan; 4) kebijakan publik yang
kemahiran; kebijaksanaan; 2 rangkaian diambil bisa bersifat positif dalam arti
konsep dan asas yg menjadi garis besar merupakan tindakan pemerintah
dan dasar rencana dl pelaksanaan suatu mengenai segala sesuatu masalah
pekerjaan, kepemimpinan, dan cara tertentu, atau bersifat negatif dalam arti
bertindak (tt pemerintahan, organisasi, merupakan keputusan pemerintah untuk
dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, tidak melakukan sesuatu; 5) kebijakan
atau maksud sbg garis pedoman untuk pemerintah setidak-tidaknya dalam arti
manajemen dl usaha mencapai sasaran; yang positif didasarkan pada peraturan
garis haluan: perundangan yang bersifat mengikat dan
Menurut Ealau dan Pewitt (1973) memaksa
kebijakan adalah sebuah ketetapan yang
berlaku,dicirikan oleh perilaku yang 2.2 Teori alokasi anggaran
konsisten dan berulang baik dari yang Menurut definisi KBBI, alokasi
membuat atau yang melaksanakan adalah: Alokasi/alo·ka·si/ n Ek 1 penentuan
kebijakan tersebut. Menurut Titmuss banyaknya barang yg disediakan untuk
(1974) mendefinisikan kebijakan sebagai suatu tempat (pembeli dsb); penjatahan; 2
prinsip-prinsip yang mengatur tindakan penentuan banyaknya uang (biaya) yg
dan diarahkan pada tujuam tertentu dan disediakan untuk suatu keperluan:
menurut Edi Suharto (2008:7) menyatakan Pemerintah memberi -- dana kpd tiap desa
bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan untuk membangun gedung sekolah dasar;
yang memuat prinsip-prinsip untuk 3 Sos pembagian pengeluaran dan
mengarahkan cara bertindak yang dibuat pendapatan (di suatu departemen,
instansi, atau cabang perusahaan), baik dl

114
perencanaan maupun pelaksanaannya; 4 --; pekerjaan --; 3 v cak bertugas, bekerja
Man penentuan penggunaan sumber daya (dl jawatan pemerintah): di mana kau --
secara matematis (msl tt tenaga kerja, sekarang?;
mesin, dan perlengkapan) demi Berdasarkan definisi kedua kata
pencapaian hasil yg optimal; tersebut, dapat ditarik disimpulkan yang
Menurut Mardiasmo (2002:61): dimaksud dengan perjalanan dinas adalah
”Anggaran merupakan pernyataan perihal bepergian dari suatu tempat ke
mengenai estimasi kinerja yang hendak tempat yang lain karena bekerja. Dalam
dicapai selama periode waktu tertentu pelaksanaannya, karena perpindahan
yang dinyatakan dalam ukuran financial, tersebut memerlukan biaya-biaya maka
sedangkan penganggaran adalah proses kepada pegawai diberikan fasilitas
atau metoda untuk mempersiapkan suatu perjalanan dinas berupa uang harian, uang
anggaran.” transportasi, dan penginapan (jika
Untuk menyusun suatu anggaran, diperlukan). Pada prinsipnya, fasilitas
organisasi harus mengembangkan lebih tersebut merupakan biaya karena tidak
dahulu perencanaan strategis. Melalui bersifat menambah penghasilan.
perencanaan strategis terserbut, anggaran Pengaturan mengenai perjalanan
mendapatkan kerangka acuan strategis. Di dinas itu diatur oleh Menteri Keuangan
sini, anggaran menjadi bermakna sebagai selaku Chief Financial Officer dalam
alokasi sumber daya berupa keuangan Pemerintahan Republik Indonesia. Dalam
untuk mendanai berbagai program dan bentuk pengaturannya, Kewenangan
kegiatan. Menteri Keuangan tersebut didelegasikan
menjadi dua kewenangan yang diberikan
2.3 Perjalanan Dinas
kepada Direktorat Jenderal Anggaran yang
Definisi perjalanan dinas menurut mengatur mengenai besaran standar
KBBI: biayanya, dan Direktorat Jenderal
Per·Ja·lan·an n 1 perihal (cara, gerakan, Perbendaharaan yang mengatur mengenai
dsb) berjalan: krn kakinya cacat, ~ nya tidak mekanisme perjalanan dinasnya. PMK
sempurna; 2 kepergian (perihal bepergian) Nomor 45/PMK.02/2007 adalah terbitan
dr suatu tempat dsb ke tempat dsb yg lain: Direktorat Jenderal Perbendahaaran yang
ia mendapat kecelakaan dl ~ ke Jakarta; 3 bersifat mengatur mekanisme. Pada
jarak (jauh) yg dicapai dng berjalan dl perjalanannya, PMK tersebut melalui
waktu yg tertentu: jauhnya kira-kira dua beberapa kali revisi dan terakhir dicabut
jam ~; 4 perbuatan; kelakuan; tingkah laku: dengan PMK No.113/PMK.05/2012 yang
ia bertanya kpd saya bagaimana ~ pegawai tetap mempertahankan pengaturan
baru itu sebelum bekerja di sini; mekanisme at cost.
Di·nas 1 n bagian kantor pemerintah yg Terdapat dua klasifikasi perjalanan
mengurus pekerjaan tertentu; jawatan: -- dinas, yakni perjalanan dinas dalam negeri
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya; 2 n dan perjalanan dinas luar negeri.
segala sesuatu yg bersangkutan dng Perjalanan dinas dalam negeri diatur
jawatan (pemerintah), bukan swasta: surat dalam PMK Nomor 45/PMK.02/2007 jo.

115
PMK No.113/PMK.05/2012, Sedangkan Dalam UU Nomor 17 tahun 2003
untuk Perjalanan Dinas Luar Negeri diatur disebutkan dalam pasal bahwa keuangan
melalui Peraturan Menteri Keuangan daerah diserahkan kepada pemerintahan
Nomor 97/PMK.05/2010, Terdapat tiga daerah. Sebagai pembina keuangan daerah
komponen dalam perjalanan dinas yaitu dipegang oleh Kementerian Dalam Negeri.
uang harian, tranportasi, dan penginapan. Perjalanan dinas yang dilakukan oleh
Perlu disampaikan bahwa, pengaturan at Pemerintah Daerah, dan Pimpinan serta
cost dalam perjalanan dinas dalam negeri Anggota DPRD diatur dalam Peraturan
adalah pada komponen transportasi (tiket) Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia,
dan hotel. Sedangkan pada perjalanan yang terakhir adalah Permendagri Nomor
dinas luar negeri, hanya transportasi yang 37 Tahun 2014 yang (serupa dengan
diberikan at cost karena uang penginapan pengaturan pada APBN) mengatur uang
digabungkan dengan uang harian yang transportasi dan penginapan dibayar
diberikan secara lumpsum. secara at cost dan uang harian secara
Menurut kedua peraturan lumpsum.
tersebut, Perjalanan Dinas Dalam Negeri, Namun khusus untuk DPR yang
didefinisikan sebagai: perjalanan ke luar merupakan bagian dari
tempat kedudukan yang dilakukan dalam Kementerian/Lembaga, biarpun sama-
wilayah Republik Indonesia untuk sama menggunakan dana APBN,
kepentingan negara. Sedangkan perjalanan dinas Pimpinan dan Anggota
Perjalanan Dinas Luar Negeri, yang Dewan Perwakilan Rakyat Republik
didefinisikan sebagai: perjalanan baik Indonesia diatur tersendiri dalam
perseorangan maupun secara bersama Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun
untuk kepentingan dinas/negara, dari 1990 yang mengatur perjalanan dinas
Tempat Bertolak di Dalam Negeri ke untuk Pimpinan dan anggota DPR secara
Tempat Tujuan di Luar Negeri, dari Tempat lumpsum.
Kedudukan di Luar Negeri/ Tempat Terkait dengan sistem
Bertolak di Luar Negeri ke Tempat Tujuan penganggaran, perjalanan dinas
di Dalam Negeri, atau dari Tempat menempati pos akun belanja 524. Dalam
Kedudukan di Luar Negeri/Tempat penganggaran di Indonesia dikenal adanya
Bertolak di Luar Negeri ke Tempat Tujuan pembagian Jenis Belanja yang terdiri dari:
di Luar Negeri, yang dananya bersumber (1) Aset; (2) Kewajiban (3) Ekuitas Dana (4)
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Pendapatan; (5) Belanja; (6) Transfer untuk
Negara (APBN). daerah; (7) Pembiayaan. Dan (8) Non
Terdapat perbedaan antara Anggaran. Pengeluaran atau belanja dibagi
pengaturan perjalanan dinas yang menjadi (51) Belanja Pegawai, (52) Belanja
bersumber dari dana APBN dengan dana Barang (Belanja Perjalanan terdapat pada
APBD. Seorang analis anggaran sub Belanja Barang dengan akun 524), (53)
mengibaratkan keuangan negara sebagai Belanja Modal, (54) Pembayaran Utang
aliran sungai yang terbelah dua, menjadi (55) Belanja Subsidi (56) Belanja Hibah (57)
Anggaran Pusat dan anggaran Daerah. Belanja Bantuan Sosial, dan (58) Belanja

116
lain-lain. Pengaturan sebagaimana Kegiatan Paket meeting (berdasarkan
tersebut diatur melalui PMK Nomor standar biaya terdiri dari paket yang
91/PMK.05/2007 jo. PMK No. disediakan hotel untuk keperluan meeting
214/PMK.05/2013 tentang Bagan Akun terdiri dari half day/paket setengah hari-5
Standar. Bagan Akun Standar adalah daftar jam, fullday-paket sehari 8 jam, dan
kodefikasi dan klasifikasi terkait transaksi fullboard-paket termasuk menginap)
keuangan yang disusun secara sistematis sebagai fasilitasi dari rapat, seminar, dan
sebagai pedoman dalam perencanaan, sejenisnya yang dilaksanakan diluar kota
penganggaran, pelaksanaan anggaran, dan menggunakan akun 524119 Sesuai
pelaporan keuangan pemerintah Perdirjen Perbendaharaan No. PER-
Belanja Perjalanan dalam Negeri 22/PB/2013, dan Surat Dirjen PB No. S-
mendapat kode akun 52411, dan Belanja 4599/PB/2013.
Perjalanan Luar Negeri mendapat kode
2.4 At cost dan Lumpsum
akun 52421 dengan sub akun 6 digit
sebagaimana berikut: Salah satu latar belakang
Tabel 1.1 Akun dan Kode Akun dikeluarkannya PMK Nomor
Perjalanan Dinas Dalam dan Luar Negeri 45/PMK.05/2007 adalah pertimbangan
Belanja 524111 Belanja perjalanan
perjalanan dinas biasa bahwa pembiayaan untuk perjalanan dinas
dinas 524112 Belanja perjalanan harus sesuai dengan kebutuhan nyata dan
dalam dinas tetap memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan
negeri 524113 Belanja perjalanan keuangan negara. Kebutuhan nyata/riil
52411 dinas dalam kota
yang dimaksud ada didalam mekanisme at
524114 Belanja paket
meeting dalam cost yang merupakan anti tesis dari
kota mekanisme lumpsum.
524119 Belanja paket Mekanisme lumpsum itu sendiri
meeting luar kota berarti pembiayaan yang diberikan
sekaligus kepada yang menjalankan tugas,
Belanja 524211 Belanja perjalan sedangkan mekanisme at cost berarti biaya
perjalanan biasa – Luar
dibayarkan sesuai dengan pengeluaran
dinas luar Negeri
secara riil, dapat diberikan dimuka.
negeri 524212 Belanja Perjalanan
Berlawanan dengan mekanisme at cost
52421 dinas tetap – Luar
yang mana jika realisasi pengeluaran
negeri
524219 Belanja Perjalanan kurang dari yang diberikan maka sisanya
Lainnya –Luar harus dikembalikan, maka pada
Negeri mekanisme lumpsum jika pengeluaran
lebih kecil daripada pembiayaan yang
Komponen yang diatur dalam diberikan maka kelebihannya menjadi hak
pengaturan PMK 45 jo PMK 113 adalah yang menjalankan tugas.
terdapat dalam akun 524111 yang detilnya Perjalanan dinas dan kesejateraan
terdiri dari Belanja Uang Harian, Belanja pegawai merupakan isu sentral dari
Transportasi, dan Belanja Penginapan. penolakan atas pemberlakuan sistem at

117
cost. Merupakan rahasia umum bahwa tidak adanya hubungan antara variabel
sistem lumpsum memberikan peluang yang diteliti.
kepada pegawai untuk menabung Jenis data yang digunakan dalam
kelebihan uang yang diterimanya melalui studi ini ialah data panel berupa data
penghematan yang dilakukan. Misal, pooled yaitu kombinasi data yang memiliki
daripada memilih tiket perjalanan yang elemen runtun waktu dan crosssection
semestinya menggunakan tiket Garuda (Gujarati, 2004: 28). Data yang digunakan
sesuai standar perjalanan dinas, yang terdiri dari 63 K/L dengan waktu penelitian
bersangkutan lebih memilih menggunakan pada data anggaran tahun 2005 hingga
maskapai penerbangan lain yang harga 2011. Data panel dipilih karena beberapa
tiketnya di bawah harga tiket Garuda untuk keunggulan di antaranya (Baltagi, 2005: 4-
dapat mengambil keuntungan dari selisih 6):
harga tiket tersebut. Semenjak 1. Data panel yang merupakan gabungan
pemberlakuan at cost, hal tersebut tidak dua jenis data cross-section dan time
dapat dilakukan lagi yang mana hal series, mampu menyediakan data yang
tersebut berimbas pada kesejahteraan lebih banyak sehingga memberikan
pegawai yang melakukan perjalanan dinas informasi yang lebih banyak, lebih
karena secara otomatis tidak ada celah lagi beragam, sedikit kolinearitas
untuk melakukan penghematan antarvariabel, menghasilkan degree of
disebabkan yang dibayarkan sesuai dengan freedom lebih besar, dan lebih efisien;
harga tiket. 2. Dengan mempelajari unit cross-section
yang berulang-ulang, maka
3. METODE PENELITIAN penggunaan data panel lebih baik
3.1 Jenis Penelitian dalam mempelajari adanya perubahan
dinamis;
Menurut Kuncoro (2009, 10), 3. Dapat lebih baik mendeteksi dan
terdapat 5 jenis penelitian berdasarkan mengukur pengaruh suatu variabel
metode yang dilakukan dalam penelitian yang tidak diperoleh jika
tersebut yaitu: penelitian historis; mengobservasi dengan data murni
deskriptif; korelasional; kausal komparatif; cross-section atau murni time series.
dan eksperimental. Maka penelitian ini
4. Memungkinkan peneliti untuk
termasuk dalam jenis penelitian
mempelajari suatu model perilaku
korelasional yaitu penelitian yang
yang lebih kompleks.
bertujuan menentukan apakah terdapat
5. Secara sederhana, penggunaan data
asosiasi antara 2 variabel atau lebih, serta
panel dapat memperkaya analisis
seberapa jauh korelasi yang ada di antara
empiris yang mungkin tidak dapat
variabel yang diteliti. Namun terdapat
ditemukan jika hanya menggunakan
suatu hal yang perlu diperhatikan, bahwa
data runtun waktu saja atau data cross-
penelitian korelasi tidak menjelaskan
section saja.
sebab-akibat dari setiap variabelnya,
Data yang digunakan dalam kajian
melainkan hanya menjelaskan ada atau
ini diambil dari business inteligence (BI)

118
DJA, standar biaya masukan (SBM) untuk 3. Slope tetap dan intersep berbeda baik
besaran satuan biaya uang harian, satuan antarwaktu maupun antarprovinsi.
biaya uang tiket, dan satuan biaya 4. Slope dan intersep berbeda
penginapan. Data pagu yang digunakan antarprovinsi.
adalah data pagu Perpres. 5. Slope dan intersep berbeda
antarwaktu dan antarprovinsi.
3.2 Strategi identifikasi Terdapat beberapa metode yang
Perjalanan dinas dari setiap K/L secara umum digunakan untuk
merupakan hasil dari proses produksi mengestimasi model regresi dengan data
dengan memanfaatkan sumber daya yang panel yaitu:
tersedia dari beberapa variabel yaitu pagu 1. Koefisien tetap antarwaktu dan
K/L, belanja barang, dan uang harian. Maka individu (common effect)
fungsi produksi dari perjalanan dinas Pendekatan ini menggunakan
adalah: metode OLS biasa untuk mengestimasi
model data panel. Dalam pendekatan
Perjadin = f(PAGU, BBARANG, UHARIAN) ini tidak memperhatikan dimensi
Keterangan: individu maupun waktu. Diasumsikan
PAGU = pagu anggaran K/L bahwa perilaku data antarprovinsi
(Rupiah) sama dalam berbagai kurun waktu.
BBARANG = belanja barang K/L Bentuk model persamaan regresi
(Rupiah) secara umum sebagai berikut:
UHARIAN = besar uang harian sesuai Yit = β0+ β1Xit+ εit
SBU/SBM (Rupiah) Keterangan:
Secara umum dengan Yit = variabel dependen dari individu i
menggunakan data panel akan pada kurun waktu t
menghasilkan intersep dan slope koefisien Xit = variabel independen dari individu
yang berbeda pada setiap provinsi dan i pada kurun waktu t
setiap periode waktu. Dengan demikian, εit = error term
dalam mengestimasi model data panel,
2. Slope konstan dan intersep berbeda
akan tergantung dari asumsi yang dibuat
antarindividu (fixed effect)
tentang intersep, koefisien slope, dan
Asumsi pada common effect dinilai
variabel gangguannya. Beberapa
tidak mencerminkan kondisi
kemungkinan yang muncul yaitu
sebenarnya. Karakteristik dari
(Widarjono, 2009):
beberapa individu (provinsi) jelas akan
1. Intersep dan slope tetap sepanjang
berbeda. Salah satu cara paling
waktu dan provinsi. Maka perbedaan
sederhana untuk mengetahui adanya
intersep dan slope dijelaskan oleh
perbedaan adalah dengan
variabel gangguan.
mengasumsikan bahwa intersep
2. Slope tetap dan intersep berbeda
berbeda antarindividu (provinsi)
antarprovinsi.
sedangkan slopenya tetap sama

119
antarindividu (provinsi). Bentuk model Keterangan:
FE secara umum ialah: Yit = variabel dependen dari individu i
Yit = β0i+ β1Xit+ εit pada kurun waktu t
Keterangan: Xit = variabel independen dari individu
Yit = variabel dependen dari individu i i pada kurun waktu t
pada kurun waktu t εt = error term
Xit = variabel independen dari individu Dalam hal ini β0i tidak lagi tetap
i pada kurun waktu t tetapi bersifat random sehingga dapat
εit = error term dituliskan kembali dalam persamaan
Pada model tersebut intersep β sebagai berikut:
diberikan subkrip i untuk menunjukkan β0i = 𝛽0̅ + µi yaitu i = 1,….n
bahwa intersep dari seluruh individu 𝛽0̅ adalah parameter yang tidak diketahui
(provinsi) dimungkinkan berbeda. yang menunjukkan rata-rata intersep
Adanya perbedaan intersep dalam populasi dan µ adalah variabel gangguan
model fixed effect, ditangkap dengan yang bersifat random yang menjelaskan
penggunaan variabel dummy dalam adanya perbedaan perilaku provinsi secara
model estimasi. Tehnik ini dikenal individu. Dalam hal ini, variabel gangguan
dengan tehnik least squares dummy µi memiliki karakteristik sebagai berikut:
variables (LSDV). Penggunaan dummy E(µi) = 0 dan var(µi) = 𝜎𝜇2
juga bertujuan untuk mewakili Sehingga E(β0i) = 𝛽0̅ dan var(β0i) = 𝜎𝜇2
ketidaktahuan peneliti tentang model Maka persamaan RE menjadi:
yang sebenarnya. Yit = (𝛽0̅ + µi) + β1Xit + eit
3. Random effect = 𝛽0̅ + β1Xit + (eit + µi)
Penggunaan variabel dummy = 𝛽0̅ + β1Xit + vit
dalam model fixed effect (FE) membawa
konsekuensi berkurangnya derajat Yaitu vit = eit + µi yang berarti bahwa
kebebasan (degree of freedom) yang pada variabel gangguan vit terdiri dari dua
akhirnya mengurangi efisiensi parameter. komponen berupa variabel gangguan
Masalah ini dapat diatasi dengan secara menyeluruh eit (kombinasi time
penggunaan variabel gangguan (error series dan cross section) serta variabel
terms) yang dikenal dengan metode gangguan secara individu µi. Variabel
random effect (RE). Variabel gangguan dari gangguan µi adalah berbeda-beda
metode estimasi data panel ini, mungkin antarindividu tetapi tetap antarwaktu.
saling berhubungan antarwaktu dan Dengan demikian model RE juga disebut
antarindividu. sebagai error component model (ECM).
Asumsi yang digunakan adalah Asumsi yang berkaitan dengan
intersepnya merupakan variabel random variabel gangguan vit adalah sebagai
atau stokastik. Maka model RE secara berikut:
umum ialah a. Nilai harapan variabel gangguan nol
Yit = β0i+ β1Xit+ εt E(vit) = 0

120
b. Varian variabel gangguan of squares (RSS) dari masing-masing
homoskedastisitas Var(vit) = 𝜎𝜇2 + 𝜎𝑒2 model. Adapun uji F statistiknya adalah
c. Variabel gangguan dari provinsi yang sebagai berikut:
sama dalam periode yang berbeda (𝑅𝑆𝑆1 − 𝑅𝑆𝑆2 )⁄𝑚
𝐹=
saling berkorelasi cov (vit, vis) = 𝜎𝜇2 (t ≠ (𝑅𝑆𝑆2 )⁄(𝑛 − 𝑘)
s) Keterangan:
RSS1= residual sum of squares tehnik tanpa
d. Variabel gangguan dari provinsi yang
variabel dummy
berbeda tidak berkorelasi cov (vit, vjs) =
RSS2= residual sum of squares tehnik FE
0 (i ≠ j).
dengan variabel dummy
Adanya korelasi antara variabel gangguan m = jumlah restriksi atau pembatasan di
dalam model RE menyebabkan metode dalam model tanpa variabel dummy
OLS tidak bisa digunakan untuk mendapat n = jumlah observasi
estimator yang efisien. Metode yang tepat k = jumlah parameter dalam model FE
digunakan untuk mengestimasi model RE dengan hipotesis sebagai berikut:
adalah generalized least squares (GLS). H0 = common effect
Sebelum melakukan estimasi, H1 = fixed effect
terlebih dahulu dilakukan uji akar unit (unit Nilai statistik F hitung akan mengikuti
root) dari masing-masing variabel. Pada distribusi statistik F dengan derajat
dasarnya, uji akar unit dilakukan pada data kebebasan (df) sebanyak m untuk
panel untuk meningkatkan kekuatan dari numerator dan sebanyak n-k untuk
hasil estimasi (Baltagi, et al., 2007). denumetor. Maka jika F hitung lebih besar
Pemilihan tehnik estimasi model dari F statistik, maka menolak H0 yang
regresi data panel sebagaimana artinya model FE dengan tehnik LSDV
disebutkan di atas, ditentukan dengan adalah model data panel yang lebih tepat
beberapa uji statistik untuk menemukan dibandingkan dengan common effect (CE).
model terbaik yang digunakan untuk 2. Uji signifikansi RE
mengestimasi model regresi. Maka Selanjutnya perlu dilakukan pengujian lain
beberapa uji tersebut di antaranya: untuk memilih model data panel RE atau
1. Uji signifikansi FE CE yang sesuai untuk mengestimasi data
Keputusan untuk menambahkan panel. Pengujian ini menggunakan uji
variabel dummy untuk mengetahui Lagrange multiplier (LM) yang
bahwa intersep berbeda antarprovinsi dikembangkan oleh Breusch Pagan. Uji ini
dengan metode FE dapat ditunjukkan didasarkan pada nilai residual dari metode
dengan uji F statistik. Uji F ini OLS. Adapun nilai statistik LM dihitung
merupakan uji perbedaan dua regresi dengan formula sebagai berikut:
2 2
yang juga dikenal dengan uji Chow. Uji 𝑛𝑇 ∑𝑛𝑖=1[∑𝑇𝑡=1 𝑒̂
𝑖𝑡 ]
𝐿𝑀 = [ 𝑛 − 1]
F digunakan untuk mengetahui apakah 2(𝑇 − 1) ∑𝑖=1 ∑𝑡=1 𝑒̂𝑖𝑡2
𝑇

tehnik regresi data panel dengan FE 2 2


lebih baik dari model regresi data panel 𝑛𝑇 ∑𝑛𝑖=1(𝑇𝑒̂̅𝑖 )
= [ − 1]
tanpa variabel dummy. Hal ini 2(𝑇 − 1) ∑𝑛𝑖=1 ∑𝑇𝑡=1 𝑒̂𝑖𝑡2
dilakukan dengan melihat residual sum

121
Keterangan: perbedaan estimasi tersebut. Unsur
n = jumlah individu penting untuk uji ini adalah kovarian matrik
T = jumlah periode waktu dari perbedaan vektor [𝛽̂ − 𝛽̂𝐺𝐿𝑆 ]:
e = residual metode OLS
𝑉𝑎𝑟[𝛽̂ − 𝛽̂𝐺𝐿𝑆 ] = 𝑉𝑎𝑟[𝛽̂ ] + 𝑉𝑎𝑟[𝛽̂𝐺𝐿𝑆 ] −
dengan hipotesis:
H0 = common effect 𝐶𝑜𝑣[𝛽̂ , 𝛽̂𝐺𝐿𝑆 ] −
H1 = random effect 𝐶𝑜𝑣[𝛽̂ , 𝛽̂𝐺𝐿𝑆 ]′
Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi- Hasil metode Hausman adalah bahwa
squares dengan degree of freedom sebesar perbedaan kovarian dari estimator yang
jumlah variabel independen. Jika nilai LM efisien dengan estimator yang tidak efisien
lebih besar daripada nilai statistik chi- adalah nol, sehingga:
squares, maka H0 ditolak atau metode RE 𝐶𝑜𝑣[(𝛽̂ − 𝛽̂𝐺𝐿𝑆 ), 𝛽̂𝐺𝐿𝑆 ]
merupakan metode yang tepat dalam = 𝐶𝑜𝑣[𝛽̂ , 𝛽̂𝐺𝐿𝑆 ]
mengestimasi model regresi data panel − 𝑉𝑎𝑟[𝛽̂𝐺𝐿𝑆 ] = 0
daripada metode OLS. 𝐶𝑜𝑣(𝛽̂ , 𝛽̂𝐺𝐿𝑆 ) = 𝑉𝑎𝑟(𝛽̂𝐺𝐿𝑆 )
3. Uji signifikansi FE atau RE Maka jika disubtitusikan, menghasilkan
Terdapat 2 pertimbangan dalam kovarian matriks sebagai berikut:
menentukan pemilihan metode estimasi
data panel dengan FE atau RE, yaitu:
𝑉𝑎𝑟[𝛽̂ − 𝛽̂𝐺𝐿𝑆 ] = 𝑉𝑎𝑟[𝛽̂ ] − 𝑉𝑎𝑟[𝛽̂𝐺𝐿𝑆 ]
a. Keberadaan korelasi antara error terms
= 𝑉𝑎𝑟(𝑞̂)
eit dan variabel independen X
Selanjutnya mengikuti kriteria Wald, Uji
Jika diasumsikan terjadi korelasi antara
Hausman ini akan mengikuti distribusi Chi-
eit dan variabel independen X, maka
Squares sebagai berikut:
model RE lebih tepat. Begitu juga
𝑚 = 𝑞̂′𝑉𝑎𝑟(𝑞̂)−1 𝑞̂
sebaliknya, jika tidak ada korelasi
antara eit dan variabel independen X, yaitu 𝑞̂= [𝛽̂ − 𝛽̂𝐺𝐿𝑆 ] dan 𝑉𝑎𝑟(𝑞̂) =
maka model FE lebih tepat. 𝑉𝑎𝑟[𝛽̂ ] − 𝑉𝑎𝑟[𝛽̂𝐺𝐿𝑆 ] ,
b. Jumlah sampel dalam penelitian dengan degree of fredom sebanyak k
Jika sampel yang digunakan hanya jumlah variabel independen. Jika nilai
sebagian kecil dari populasi, maka akan statistik Hausman lebih besar dari nilai
diperoleh error terms eit yang bersifat kritisnya, maka model yang tepat adalah
random sehingga model RE lebih tepat. model FE.
Namun demikian, terdapat uji Selanjutnya mengikuti kriteria
formal yang dikembangkan oleh Hausman Wald, Uji Hausman ini akan mengikuti
mengenai uji statistik untuk memilih distribusi Chi-Squares, dengan degree of
menggunakan model FE atau RE. uji ini fredom sebanyak k jumlah variabel
didasarkan pada ide bahwa LSDV dalam independen. Jika nilai statistik Hausman
metode FE dan GLS adalah efisien, lebih besar dari nilai kritisnya, maka model
sedangkan metode OLS tidak efisien. Oleh yang tepat adalah model FE. Sedangkan
karena itu, hipotesis nolnya adalah hasil jika sebaliknya, maka model yang tepat
estimasi keduanya tidak berbeda sehingga adalah model RE. Beberapa hasil pengujian
uji Hausman dapat dilakukan berdasarkan

122
pemilihan model data panel tersebut hal yang menjadikan beberapa data K/L
dirangkum oleh Park (2011) yang diuraikan outlier sehingga perlu dikeluarkan dari
pada tabel sebagai berikut. sampel, yaitu K/L yang tidak secara
konsisten muncul dalam rentang waktu 7
Tabel 3.1 Pengujian Pemilihan Model
tahun tersebut.
Data Panel
Selain itu, terdapat pula K/L yang
sama sekali atau dalam rentang waktu
tertentu tidak memiliki biaya perjalanan
dinas, terhadap K/L seperti ini juga tidak
dijadikan sampel penelitian.

4. PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengolahan Data

Pengolahan data menggunakan Uji


Beda dan Regresi Statistika
3.3 Jenis data
4.1.1 Uji Beda
Jenis data yang digunakan adalah
data sekunder berupa observasi terhadap Untuk mengetahui adakah perbedaan
data anggaran kementerian antara sebelum dan sesudah penerapan at
negara/lembaga pada server DJA yang cost. Namun sebelumnya perlu dilakukan
diakses melalui business intelligence. Data uji normalitas untuk menilai bahwa
anggaran yang ada di server DJA dimulai pengujian yang dilakukan dapat terlaksana
dari TA 2005, meliputi pagu dan realisasi, dengan baik, maka terlebih dahulu perlu
sampai dengan data terakhir (saat dilakukan pengujian berdasarkan uji
penulisan ini) adalah data anggaran TA normalitas. Jika diperoleh normal maka
2015 yang belum mencakup data realisasi. pengukuran untuk mengetahui adakah
Data tersebut berupa data kuantitatif yang perbedaan antara sebelum dan sesudah
bersifat data rasio (berbentuk angka dalam penerapan at cost menggunakan uji T-test.
arti yang sesungguhnya). Data yang Jika hasil yang diperoleh tidak normal,
diambil adalah data anggaran perjalanan maka menggunakan metode Wilcoxon.
dinas dan total anggaran pada pagu Hasil uji normalitas ditunjukkan
Keppres APBN. pada tabel 4.1. Hasil uji tersebut
menunjukkan hasil bahwa terdapat
3.4 Populasi/sampel anormalitas (tidak normal). Karena hasil uji
yang tidak normal, maka pengujian harus
Populasi/sampel yang digunakan
dilakukan secara non parametrik
adalah Kementerian Negara/lembaga yang
menggunakan metode Wilcoxon.
menggunakan dana APBN pada kurun
Pengukuran menggunakan metode
waktu 2005 s.d 2011 (jangka waktu 7
Wilcoxon memperoleh hasil sebagai pada
tahun). Namun terkait dengan beberapa
tabel 4.2. Dari tabel 4.2 dapat kita lihat

123
bahwa Asymp. Sig (2 tailed) lebih kecil dari sesudah penerapan at cost. Artinya,
0.5% (0.00), yang menunjukkan bahwa penerapan at cost mempunyai pengaruh
terdapat perbedaan antara sebelum dan terhadap perjalanan dinas.

Tabel 4.1 Tabel Hasil Uji Normalitas

Tabel 4.2 Tabel Hasil Uji Wilcoxon

4.1.3 Regresi Statistika

Berdasarkan hasil regresi yang keseluruhan perjalanan dinas. Hal ini


didapatkan, ternyata variabel biaya tiket berarti terdapat faktor lain yang
dan biaya hotel tidak secara signifikan mempengaruhi sisa 54% dari keseluruhan
mempengaruh biaya perjalanan dinas biaya perjalanan dinas.
(hanya variabel tersebut yang lebih besar Lebih lanjut, dengan menggunakan
dari 0,5%, poin signifikansi). Artinya, metode OLS dapat secara lebih mendetail
seluruh variabel lain yaitu pagu perjalanan diketahui hubungan antara variabel
dinas, belanja barang, dan uang harian, dengan mekanisme at cost. Hasil estimasi
memiliki pengaruh signifikan yang perjalanan dinas K/L dengan metode OLS
mempengaruhi perjalanan dinas. Nilai R-sq ditunjukkan pada tabel 4.3.
(R Square) within yang diperoleh adalah
sebesar 0.4647. nilai ini bermakna bahwa
variabel yang dilibatkan disini
mempengaruhi sebanyak 46% dari

124
Tabel 4.3 Tabel Hasil estimasi 5. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Melalui pengukuran-pengukuran
sebagaimana dilakukan pada pembahasan,
diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan alokasi pagu
perjalanan dinas antara sebelum dan
sesudah penerapan at cost.
2. Variabel-variabel yang berpengaruh
terhadap perjalanan dinas adalah:
uang harian, pagu perjalanan dinas,
dan pagu belanja barang, dimana
Berdasarkan hasil estimasi tersebut
variabel-variabel ini mempengaruhi
di atas, dapat dijelaskan korelasi antara
perjalanan dinas sebanyak 56%. Selain
perjalanan dinas dengan variabel-variabel
itu, terdapat variabel lainnya yang
independen yang mempengaruhinya yaitu:
memberikan kontribusi pengaruh
a. Adanya perubahan 1 persen pada pagu
sebesar 44% terhadap perjalanan
anggaran K/L, akan meningkatkan pagu
dinas.
perjalanan dinas sebesar 0,0097
persen 5.2 Saran
b. Perubahan 1 persen belanja barang,
1. Berdasarkan hasil sebagaimana
akan meningkatkan pagu perjalanan
diperoleh sebelumnya, maka dalam
dinas sebesar 0,1269 persen
penelitian ini kami merekomendasikan
c. Perubahan 1 rupiah uang harian, akan
untuk tetap melanjutkan kebijakan
meningkatkan pagu belanja sebesar Rp
yang telah diambil, yaitu tetap
21.100.000.000
melanjutkan penerapan mekanisme at
d. Saat penerapan kebijakan at cost,
cost pada perjalanan dinas.
perjalanan dinas akan meningkat Rp
2. Untuk pengembangan yang lebih baik,
38.900.000.000.000 lebih besar
maka perlu dilakukan penelitian lebih
dibandingkan saat kebijakan lump-sum
lanjut mengenai pengaruh at cost
e. Pada saat kebijakan at cost, jika uang
dengan menggunakan data realisasi
harian meningkat Rp 1, maka
perjalanan dinas, dan jika
perjalanan dinas akan menurun
memungkinkan untuk melihat sampai
sebesar Rp 120.000.000 lebih besar
sejauhmana tingkat efisiensi yang
dibandingkan saat kebijakan lump sum
dihasilkan dari perubahan mekanisme
diterapkan.
tersebut, karena selama ini terdapat
anggapan bahwa penerapan at cost
berdampak pada meningkatnya
efisiensi perjalanan dinas.

125
DAFTAR PUSTAKA Prof.Dr. Sugiyono.2008. Metode Penelitian
Pendidikan.Bandung:Penerbit
Anderson, James A. (1975). Public Policy Alfabeta.
Making: Basic Concept in Political Rusdin Pohan, Metodologi Penelitian
Sciences. New York: Praeger Pendidikan, Lanarka Publisher,
University Series. Yogyakarta 2007.
Baltagi, Badi H, Georges Bresson, dan Alain Sarwo,jonathan.2006.Metode Penelitian
Pirotte. 2007. “Panel Unit Root Tests Kuantitatif dan Kualitatif
and Spatial Dependence.” Journal of .Jogja:Graha Ilmu
Applied Econometrics, 22(2), 339- Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian:
360. Suatu Pendekatan Praktek, PT Rineka
Baltagi, BH., et al., 2007, Testing for Serial Cipta, Jakarta, 2002.
Correlation, Spatial Autocorrelation, Suharto, Edi. 2008. Kebijakan Sosial
and Random Effect using Panel Data, Sebagai Kebijakan Publik.Bandung:
Journal of Econometrics, 140, 5-51. Alfabeta
Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, Tejoyuwono Notohadiprawiro dalam
Penerbit Andi Yogyakarta, 2002, 61- makalahnya: Metodologi Penelitian
74 dan Beberapa Implikasinya dalam
Park, Hun Myoung. 2011. Practical Guides Penelitian Geografi, Fakultas
to Panel Data Modeling: a step by Geografi UGM, Yogyakarta 1991.
step analysing using stata. Tersedia Titmuss, Richard, 1974, Sociol Policy: An
di: lntroduction, Alten and Unwin,
http://www.iuj.ac.jp/faculty/kucc62 London
5/method/panel/panel_iuj.pdf Umi Proboyekti dalam makalahnya: Apa itu
[2014, 8 Agustus]. Research, Riset atau Penelitian?,
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata.2009. Fakultas Teknik UKDW, Yogyakarta.
Metode Penelitian Pendidikan. Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika:
Bandung: Pt Remaja Rosdakarya. pengantar dan aplikasinya. Penerbit
Ekonisia. Yogyakarta.

126

Anda mungkin juga menyukai