Anda di halaman 1dari 236

Draft Naskah Buku

AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH


SKPD BERBASIS AKRUAL : KONSEP
DAN APLIKASI

Oleh :
Prof. Dr. Nunuy Nur Afiah, Ak., CA.
Sri Mulyani, MSi., Ak., CA.
Adhi Alfian, MAk., MiM.

Bandung, Juli 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan


Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat
menyelesaikan naskah buku mengenai “Akuntansi Pemerintah
Daerah SKPD Berbasis Akrual: Konsep Dan Aplikasi”. Buku ini
merupakan serial karya tulis yang membahas tentang perlakuakn
akuntansi pemerintah daerah, khususnya tentang perlakuan
akuntansi pada entitas SKPD. Pada seri lainnya akan ada
pembahasan khusus tentang akuntansi untuk entitas PPKD.
Buku ini sangat berguna untuk dijadikan pegangan bagi
pegawai Pemerintah Daerah, instruktur yang bergerak di bidang
pengelolaan keuangan daerah, mahasiswa akuntansi
pemerintahan, dan masyarakat umum untuk mengetahui praktik
Akuntansi Pemerintahan yang dijalankan pada Entitas Akuntansi
(SKPD). Struktur buku disajikan dengan terstruktur dari mulai
konsep dasar sistem pemerintahan, konsep akuntansi, praktik
akuntansi dalam transaksi-transaksi tertentu, sampai kepada kode
akun dan format pelaporan. Mudah-mudahan dengan
diterbitkannya buku ini dapat memberikan kontribusi dalam
peningkatan kualitas pengelolaan Akuntansi Pemerintahan di
Indonesia, khususnya pada Entitas Akuntansi (SKPD).
Secara khusus Kami ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada keluarga yang telah mendukung; seluruh
pimpinan dan rekan kerja di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Padjadjaran, khususnya di Departemen Akuntansi;
seluruh instansi pemerintah di Indonesia yang telah menjadi rekan
diskusi dan berbagi pengalaman terkhusus dari Kementerian
Dalam Negeri, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan
Pemerintah Kota; seluruh rekan-rekan di Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI), khususnya dari Kompartemen Akuntan
Pemerintahan dan Akuntan Pendidik; serta tim penerbit sehingga
buku ini dapat dinikmati pembaca di seluruh penjuru negeri.
Dengan segala kerendahan hati Kami mengakui bahwa
masih terdapat banyak kekurangan dari buku ini, Kami sangat
berharap segala masukan yang membangun dalam rangka
penyempurnaan buku ini. Mudah-mudahan Allah SWT masih
memberi kekuatan kepada Kami untuk terus melengkapi buku ini.
Aamiin.

Bandung, Juli 2019

Penulis
PROFIL PENULIS

Prof. Dr. Nunuy Nur Afiah, SE., MSi., Ak., CA. Menyelesaikan
pendidikan S1 Akuntansi di Universitas Padjadjaran pada tahun
1985. Tahun 1995 menyelesaikan pendidikan S2 di program
Magister Sains spesialisasi pada Ilmu Akuntansi di Universitas
Padjadjaran. Tahun 2004 menyelesaikan studi Doktoral di Doktor
Sains Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran dengan
mengambil spesialisasi pada Akuntansi Sektor Publik. Saat ini
penulis menduduki jabatan sebagai Guru Besar Departemen
Akuntansi, FEB Universitas Padjadjaran, dengan mengampu mata
kuliah Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Pemerintahan,
Manajemen Stratejik Pemerintahan, dll.
Sri Mulyani, SE., MSi., Ak., CA. Menyelesaikan pendidikan S1
Akuntansi di Universitas Padjadjaran pada tahun 1991, kemudian
melanjutkan pendidikan Magister Sains di bidang Akuntansi pada
Universitas Padjadjaran. Berstatus sebagai Dosen Tetap di
Departemen Akuntansi, FEB Universitas Padjadjaran selama lebih
dari 20 tahun, dengan spesialisasi pengajaran pada bidang
Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Sektor Publik. Penulis juga
aktif menjalankan kegiatan penelitian dan pengabdian pada
masyarakat sesuai dengan bidang keahliannya, khususnya terkait
dengan pengimplementasian sistem akuntansi berbasis akrual
pada berbagai instansi pemerintah daerah di Indonesia.
Adhi Alfian, SE., MAk., MiM. Menyelesaikan pendidikan S1
Akuntansi pada tahun 2010 di Universitas Padjadjaran. Penulis
melanjutkan studi dengan mengikuti program Master Double
Degree di ESC Troyes Prancis dengan mengambil spesialisasi
Management Control lulus pada tahun 2015 dan Magister
Akuntansi Universitas Padjadjaran dengan spesialisasi Sistem
Informasi Akuntansi lulus pada tahun 2016. Saat ini penulis
berstatus sebagai Dosen Tetap Departemen Akuntansi, FEB
Universitas Padjadjaran, dengan mengampu mata kuliah Teknologi
Informasi untuk Akuntansi, Metode Analisis dan Pengembangan
Sistem, Sistem Informasi Akuntansi Pemerintahan, dll.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................. 1


BAB 1 KONSEP DASAR AKUNTANSI PEMERINTAH
DAERAH ........................................................... 1
1. Konsep Umum Good Governance dan Otonomi
Daerah .................................................................. 1
Good Governance .................................................. 1
Otonomi Daerah .................................................... 6
2. Bentuk Sistem Pemerintahan di Indonesia ............ 7
3. Perencanaan, Penganggaran, Pelaksanaan, dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah ............... 8
Perencanaan dan Penganggaran ............................ 9
Pelaksanaan atau Realisasi Anggaran.................. 14
Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah ............. 15
4. Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah .................. 16
Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintah Daerah 16
Dasar Pengakuan ................................................ 20
Rekening Perubahan SAL .................................... 20
Konsep HOBO dalam Pencatatan Akuntansi
Pemerintah Daerah .............................................. 22
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah .................. 23
BAB 2 KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI
PEMERINTAH ................................................. 35
1. Tujuan Kerangka Konseptual .............................. 35
2. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan .......... 36
3. Unsur Laporan Keuangan .................................... 38
Laporan Realisasi Anggaran ................................ 39
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih .......... 40
Neraca ................................................................. 40
Laporan Operasional............................................ 42
Laporan Arus Kas ................................................ 42
Laporan Perubahan Ekuitas ................................ 42
Catatan Atas Laporan Keuangan ......................... 42
4. Bagan Akun Standar ........................................... 43
5. Asumsi Dasar ...................................................... 52
6. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan ........ 53
7. Kendala Informasi Yang Relevan dan Handal ....... 57
BAB 3 AKUNTANSI PENDAPATAN ............................ 59
1. Konsep Umum Pendapatan.................................. 59
Pendapatan-LO dan Pendapatan-LRA .................. 59
Sumber Pendapatan ............................................ 60
Pendapatan Asli Daerah ...................................... 61
Pendapatan Dana Perimbangan/Transfer ............ 62
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ............... 64
2. Pengakuan Pendapatan ....................................... 64
3. Pengukuran Pendapatan...................................... 66
4. Penyajian Pendapatan ......................................... 66
5. Pengungkapan Pendapatan ................................. 69
6. Prosedur Akuntansi Pendapatan di SKPD ............ 70
7. Jurnal Standar Pendapatan ................................. 73
8. Simulasi Pencatatan Akuntansi Pendapatan........ 76
BAB 4 AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA ............... 81
1. Konsep Umum Beban dan Belanja....................... 81
Klasifikasi Beban dan Belanja.............................. 82
Beban Operasi ..................................................... 82
Belanja Operasi ................................................... 83
Belanja Modal ...................................................... 84
Metode Pembelanjaan .......................................... 86
2. Pengakuan Beban dan Belanja ............................ 87
3. Pengukuran Beban dan Belanja .......................... 88
4. Penyajian Beban dan Belanja .............................. 89
5. Pengungkapan Beban dan Belanja ...................... 90
6. Prosedur Akuntansi Beban dan Belanja di SKPD . 92
7. Jurnal Standar Beban dan Belanja ...................... 96
8. Simulasi Pencatatan Akuntansi Beban dan Belanja
.......................................................................... 101
BAB 5 AKUNTANSI KEWAJIBAN ........................... 106
1. Konsep Umum Kewajiban .................................. 106
Kewajiban Jangka Pendek dan Kewajiban Jangka
Panjang ............................................................. 106
2. Pengakuan Kewajiban ....................................... 109
3. Pengukuran Kewajiban ...................................... 110
4. Penyajian Kewajiban .......................................... 112
5. Pengungkapan Kewajiban .................................. 113
6. Prosedur Akuntansi Kewajiban di SKPD ............ 115
7. Jurnal Standar Kewajiban ................................. 115
8. Simulasi Pencatatan Akuntansi Kewajiban ........ 116
BAB 6 AKUNTANSI ASET TETAP ........................... 120
1. Konsep Umum Aset Tetap.................................. 120
Perolehan Secara Gabungan .............................. 121
Pertukaran dan Donasi Aset .............................. 122
Penyesuaian Setelah Perolehan ......................... 122
Penyusutan ....................................................... 123
Konstruksi Dalam Pengerjaan ........................... 124
Pengukuran Berikutnya Terhadap Pengakuan Awal
.......................................................................... 125
Aset Bersejarah ................................................. 125
Penghentian dan Pelepasan ............................... 125
2. Pengakuan Aset Tetap ....................................... 126
3. Pengukuran Aset Tetap ...................................... 127
4. Penyajian Aset Tetap.......................................... 128
5. Pengungkapan Aset Tetap .................................. 128
6. Prosedur Akuntansi Aset Tetap di SKPD ............ 130
7. Jurnal Standar Aset Tetap ................................. 132
8. Simulasi Pencatatan Akuntansi Aset Tetap ........ 133
BAB 7 AKUNTANSI ASET LAINNYA ........................ 138
1. Konsep Umum Aset Lainnya .............................. 138
Tagihan Jangka Panjang .................................... 138
Kemitraan dengan Pihak Ketiga ......................... 139
Aset Tidak Berwujud.......................................... 139
Aset Lain-lain .................................................... 140
Amortisasi ......................................................... 141
2. Pengakuan Aset Lainnya.................................... 142
3. Pengukuran Aset Lainnya .................................. 146
4. Penyajian Aset Lainnya ...................................... 148
5. Pengungkapan Aset Lainnya .............................. 149
6. Prosedur Akuntansi Aset Lainnya ...................... 150
7. Jurnal Standar Aset Lainnya ............................. 151
8. Simulasi Pencatatan Akuntansi Aset Lainnya .... 152
BAB 8 AKUNTANSI PIUTANG ................................. 157
1. Konsep Umum Piutang ...................................... 157
Piutang Berdasarkan Pungutan ......................... 157
Piutang Berdasarkan Perikatan ......................... 158
Piutang Berdasarkan Tuntutan Ganti Rugi........ 160
Penyisihan Piutang Tak Tertagih ....................... 160
Penghentian Pengakuan Piutang ....................... 161
Penghapusbukuan Piutang (write-off) ................ 162
Penghapustagihan Piutang ................................ 163
Penerimaan Kembali Piutang yang Telah
Dihapustagih dan Dihapusbuku ........................ 164
2. Pengakuan Piutang............................................ 165
3. Pengukuran Piutang .......................................... 166
4. Penyajian Piutang .............................................. 169
6. Prosedur Akuntansi Piutang .............................. 171
7. Jurnal Standar Piutang ..................................... 172
8. Simulasi Pencatatan Akuntansi Piutang ............ 173
BAB 9 AKUNTANSI PERSEDIAAN .......................... 177
1. Konsep Umum Persediaan ................................. 177
Sistem Pencatatan Persediaan ........................... 177
Metode Penilaian Persediaan ............................. 179
2. Pengakuan Persediaan....................................... 180
3. Pengukuran Persediaan ..................................... 181
4. Penyajian Persediaan ......................................... 183
5. Pengungkapan Persediaan ................................. 183
6. Prosedur Akuntansi Persediaan ......................... 184
7. Jurnal Standar Persediaan ................................ 185
8. Simulasi Pencatatan Akuntansi Persediaan ....... 187
BAB 10 AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS ......... 190
1. Konsep Umum Kas dan Setara Kas ................... 190
Klasifikasi .......................................................... 190
2. Pengukuran Kas dan Setara Kas ....................... 192
3. Penyajian Kas dan Setara Kas ........................... 193
4. Pengungkapan Kas dan Setara Kas ................... 193
5. Jurnal Standar Kas dan Setara Kas ................... 193
6. Simulasi Pencatatan Akuntansi Kas dan Setara Kas
.......................................................................... 194
BAB 11 AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN,
PERUBAHAN, DAN OPERASI YANG TIDAK
DILANJUTKAN............................................... 196
1. Koreksi Kesalahan ............................................. 196
2. Perubahan Kebijakan Akuntansi ....................... 199
3. Perubahan Estimasi Akuntansi ......................... 200
4. Operasi yang Tidak Dilanjutkan ........................ 200
5. Prosedur Koreksi di SKPD.................................. 202
6. Jurnal Standar dan Simulasi Pencatatan Koreksi
.......................................................................... 202
7. Simulasi Pencatatan Akuntansi ......................... 205
BAB 12 LAPORAN KEUANGAN SKPD ..................... 207
1. Tujuan dan Tanggung Jawab Pelaporan Keuangan
SKPD ................................................................. 207
2. Laporan Realisasi Anggaran ............................... 209
3. Laporan Operasional.......................................... 215
4. Neraca ............................................................... 218
5. Laporan Perubahan Ekuitas .............................. 221
6. Catatan atas Laporan Keuangan ........................ 222
DAFTAR PUSTAKA ................................................ 226
BAB 1
KONSEP DASAR AKUNTANSI PEMERINTAH
DAERAH

1. Konsep Umum Good Governance dan Otonomi


Daerah

Good Governance
Good Governance adalah suatu suatu konsep di
mana proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya
dapat dipertanggung-jawabkan secara bersama-sama
sebagai hasil dari suatu konsensus yang dicapai oleh
pemerintah, warga negara dan sektor swasta dalam
penyelenggaraan pemerintahan dalam suatu negara.
Good Governance terdiri dari delapan karakteristik
utama, yaitu partisipasi, tegaknya supremasi hukum,
transparansi, responsif, orientasi kepada konsensus,
kesetaraan, efektif dan efisien, akuntabilitas, dan visi yang
strategis.
a. Partisipasi
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam
pengambilan keputusan, baik secara langsung
maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah
yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi
menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan
kebebasan berkumpul dan mengungkapkan
pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara
konstruktif. Partisipasi bermaksud untuk menjamin
agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan
aspirasi masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi
berbagai isu yang ada, pemerintah daerah
menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat
dapat mengutarakan pendapatnya. Jalur komunikasi

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 1


ini meliputi pertemuan umum, temu wicara,
konsultasi dan penyampaian pendapat secara
tertulis. Bentuk lain untuk merangsang keterlibatan
masyarakat adalah melalui perencanaan partisipatif
untuk menyiapkan agenda pembangunan,
pemantauan, evaluasi dan pengawasan secara
partisipatif dan mekanisme konsultasi untuk
menyelesaikan isu sektoral.

b. Supremasi Hukum
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan
perumusan-perumusan kebijakan publik
memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum.
Sehubungan dengan itu, dalam proses mewujudkan
cita good governance, harus diimbangi dengan
komitmen untuk menegakkan rule of law dengan
karakter-karakter antara lain sebagai berikut:
Supremasi hukum (the supremacy of law), Kepastian
hukum (legal certainty), Hukum yang responsip,
Penegakkan hukum yang konsisten dan non-
diskriminatif, Indepedensi peradilan. Kerangka
hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang
bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang
menyangkut hak asasi manusia.

c. Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan atas semua
tindakan dan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan
kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan di dalam memperoleh
informasi yang akurat dan memadai. Tranparansi
dibangun atas dasar arus informasi yang bebas.
Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan
informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus
memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.

2 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


Sehingga bertambahnya wawasan dan pengetahuan
masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintahan. Meningkatnya kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintahan, meningkatnya
jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam
pembangunan dan berkurangnya pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan.

d. Responsif
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan
harus berusaha melayani semua pihak yang
berkepentingan. Dalam konteks praktek lapangan
dunia usaha, pihak korporasi mempunyai
tanggungjawab moral untuk mendukung
bagaimana good governancedapat berjalan dengan
baik di masing-masing lembaganya.
Pelaksanaan good governance secara benar dan
konsisten bagi dunia usaha adalah perwujudan dari
pelaksanaan etika bisnis yang seharusnya dimiliki
oleh setiap lembaga korporasi yang ada didunia.
Dalam lingkup tertentu etika bisnis berperan sebagai
elemen mendasar dari konsep CSR (Corporate Social
Responsibility) yang dimiliki oleh perusahaan. Pihak
perusahaan mempunyai kewajiban sebagai bagian
masyarakat yang lebih luas untuk memberikan
kontribusinya. Praktek good governance menjadi
kemudian guidence atau panduan untuk operasional
perusahaan, baik yang dilakukan dalam kegiatan
internal maupun eksternal perusahaan. Internal
berkaitan dengan operasional perusahaan dan
bagaimana perusahaan tersebut bekerja, sedangkan
eksternal lebih kepada bagaimana perusahaan
tersebut bekerja dengan stakeholder lainnya,
termasuk didalamnya publik.

e. Orientasi kepada Konsensus


Menyatakan bahwa keputusan apapun harus
dilakukan melalui proses musyawarah melalui

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 3


konsesus. Model pengambilan keputusan tersebut,
selain dapat memuaskan semua pihak atau sebagian
besar pihak, juga akan menjadi keputusan yang
mengikat dan milik bersama, sehingga ia akan
mempunyai kekuatan memaksa (coercive power) bagi
semua komponen yang terlibat untuk melaksanakan
keputusan tersebut. Paradigma ini perlu
dikembangkan dalam konteks pelaksanaan
pemerintahan, karena urusan yang mereka kelola
adalah persoalan-persoalan publik yang harus
dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Semakin
banyak yang terlibat dalam proses pengambilan
keputusan secara partisipasi, maka akan semakin
banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang
terwakili. Tata pemerintahan yang baik menjembatani
kepentingan-kepentingan yang berbeda demi
terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam
hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok
masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal
kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.

f. Kesetaraan
Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan
pelayanan. Semua warga masyarakat mempunyai
kesempatan memperbaiki atau mempertahankan
kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan
menciptakan kepercayaan timbal-balik antara
pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan
informasi dan menjamin kemudahan di dalam
memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
Informasi adalah suatu kebutuhan penting
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah
daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap
tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya
kepada masyarakat. Pemerintah daerah perlu
mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti
melalui brosur, leaflet, pengumuman melalui koran,
radio serta televisi lokal. Pemerintah daerah perlu

4 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara
mendapatkan informasi.

g. Efektif dan Efisien


Untuk menunjang prinsip-prinsip yang
telah disebutkan di atas, pemerintahan yang baik dan
bersih juga harus memenuhi kriteria efektif dan
efisien yakni berdaya guna dan berhasil-guna.
Kriteria efektif biasanya di ukur dengan parameter
produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya
kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan
lapisan sosial. Agar pemerintahan itu efektif dan
efisien, maka para pejabat pemerintahan harus
mampu menyusun perencanaan-perencanaan yang
sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat, dan
disusun secara rasional dan terukur. Dengan
perencanaan yang rasional tersebut, maka harapan
partisipasi masyarakat akan dapat
digerakkan dengan mudah, karena program-program
itu menjadi bagian dari kebutuhan mereka. Proses-
proses pemerintahan dan lembaga-lembaga
membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga
masyarakat dan dengan menggunakan sumber-
sumber daya yang ada seoptimal mungkin.

h. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat
publik terhadap masyarakat yang memberinya
kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka.
Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor
swasta dan organisasi-organisasi masyarakat
bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun
kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan.
Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu
dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang
bersangkutan. Instrumen dasar akuntabilitas adalah
peraturan perundang-undangan yang ada, dengan
komitmen politik akan akuntabilitas maupun

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 5


mekanisme pertanggungjawaban, sedangkan
instrumen-instrumen pendukungnya adalah
pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan
kinerja penyelenggara pemerintahan dan sistem
pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas.

i. Visi Strategis
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis
untuk menghadapi masa yang akan datang. Para
pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang
luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang
baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan
akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan
perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus
memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan,
budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif
tersebut.

Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Asas otonomi adalah prinsip dasar
penyelenggaraan Pemerintah Daerah berdasarkan Otonomi
Daerah.
Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada hakikatnya, Otonomi Daerah diberikan kepada
rakyat sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang
diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan yang diberikan oleh
Pemerintah Pusat kepada daerah dan dalam

6 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Daerah dan DPRD
dengan dibantu oleh perangkat daerah.
Penyerahan sumber keuangan daerah baik berupa
pajak daerah dan retribusi daerah maupun berupa dana
perimbangan merupakan konsekuensi dari adanya
penyerahan urusan pemerintahan kepada daerah yang
diselenggarakan berdasarkan asas otonomi.

2. Bentuk Sistem Pemerintahan di Indonesia

Keberadaan pemerintah dalam suatu sistem tata


negara berfungsi sebagai lembaga yang membantu
masyarakat dalam menjalankan fungsi penyusunan
peraturan dan regulasi; menyediakan barang atau jasa
layanan publik; sampai kepada mekanisme
pendistribusian kembali pendapatan menggunakan
berbagai mekanisme seperti pajak, retribusi, jaminan
kesehatan masyarakat, atau mekanisme lainnya. Ruang
lingkup fungsi kerja yang dijalankan tersebut akan
berdampak pada dimensi yang cukup luas mencakup
aspek politik, ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Pemerintahan yang efektif setidaknya dapat
bermanfaat dalam mendorong proses pengambilan
keputusan menjadi lebih baik, meningkatkan efisiensi
penggunaan sumber daya, dan memperkuat akuntabilitas
pengelolaan sumber daya.
Secara substansial, terdapat tiga lingkup
pemerintahan dalam sistem pemerintahan Republik
Indonesia, yaitu Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Daerah
yang terbagi menjadi Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota. Pemerintah yang lebih luas cakupannya
memberi arahan pada pemerintahan yang cakupannya
lebih sempit. Adanya pemerintah yang menghasilkan
pendapatan pajak atau bukan pajak yang lebih besar
mengakibatkan diselenggarakannya sistem bagi hasil,
alokasi dana umum, hibah atau subsidi antar entitas
pemerintahan.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 7


3. Perencanaan, Penganggaran, Pelaksanaan, dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Fungsi pengelolaan keuangan merupakan salah
satu aspek penting dalam pelaksanaan pemerintah daerah.
Pengelolaan keuangan yang baik akan berdampak pada
kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan pemerintahan
dan pelayanan pada masyarakat.
Kompetensi dan kapabilitas pengelola keuangan,
yang ditunjang oleh tim yang solid akan menghasilkan
keseimbangan yang harmonis dalam memperoleh,
menggunakan, mencatat, sampai kepada melaporkan
sumber daya keuangan yang dikelola. Sejalan dengan
pelaksanaan fungsi pengelolaan berbasis desentralisasi,
pemerintah daerah juga diberikan kewenangan untuk
mendelegasikan tugas-tugas pengelolaan keuangan sampai
level unit kerja yang paling kecil. Akan tetapi dalam
menentukan pendelegasian wewenang dimaksud, perlu
dilakukan penyesuaian dengan kemampuan dan
ketersediaan sumber daya pendukungnya. Sehingga
pelaksanaan desentralisasi tidak menimbulkan
permasalahan baru yang disebabkan ketidaksiapan dari
berbagai komponen sistem terkait.
Lingkup keuangan daerah meliputi:
a. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan
retribusi daerah serta melakukan pinjaman.
b. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak
ketiga.
c. Penerimaan daerah.
d. Pengeluaran daerah.
e. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh
pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang,
barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perusahaan daerah.

8 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah
daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.

Perencanaan dan Penganggaran


Pada konteks perencanaan daerah, perencanaan
merupakan proses penyusunan visi, misi dan program
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dengan
mempertimbangkan faktor ketersediaan sumber daya yang
dimiliki daerah secara efektif dan efisien serta
mempertimbangkan aspek berkelanjutan dari ketersediaan
sumber daya tersebut. Proses perencanaan pembangunan
daerah dilakukan dengan melalui beberapa proses sebagai
berikut:
a. Proses Politik. Pemilihan langsung Presiden dan
Kepala Daerah menghasilkan rencana pembangunan
hasil proses politik, khususnya penjabaran visi dan
misi dalam RPJM.
b. Proses Teknokratik. Perencanaan dilakukan oleh
perencana profesional atau lembaga/unit organisasi
yang secara fungsional melakukan perencanaan.
c. Proses Partisipatif. Perencanaan yang melibatkan
masyarakat (stakeholder), antara lain melalui
Musrenbang.
d. Proses Top-Down dan Bottom-Up. Perencanaan yang
aliran prosesnya dilakukan oleh pemerintaan yang
cakupannya lebih luas kepada pemerintah yang
cakupannya lebih kecil dan aliran proses yang
dilakukan dengan pemerintah yang cakupannya lebih
kecil mengajukan kepada pemerintah yang
cakupannya lebih luas.

Ruang lingkup pembangunan daerah meliputi


tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan rencana pembangunan daerah yang terdiri
atas:

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 9


a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) untuk periode 20 tahun.
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daera
(RPJMD) untuk periode 5 tahun.
c. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) untuk
periode 1 tahun.
d. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RK
SKPD) untuk periode 1 tahun.

Perencanaan pembangunan daerah dilakukan


dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Harus merupakan satu kesatuan dalam sistem
perencanaan pembangunan nasional dan
dikoordinasikan, disinergikan, serta
diharmonisasikan oleh perangkat daerah yang
membidangi perencanaan pembangunan daerah.
b. Dilakukan oleh pemerintah daerah bersama para
pemangku kepentingan berdasarkan peran dan
kewenangan masing-masing.
c. Mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana
pembangungan daerah.
d. Dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang
dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika
perkembangan daerah dan nasional.

Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan


dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan,
belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam
satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu
secara sistematis untuk satu periode.
Anggaran pendapatan meliputi estimasi pendapatan
yang dijabarkan menjadi alokasi estimasi pendapatan.
Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang dijabarkan
menjadi otorisasi kredit anggaran (allotment). Anggaran
pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan dan

10 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


pengeluaran pembiayaan. Akuntansi anggaran
diselenggarakan pada saat: anggaran disahkan,
dialokasikan dan dipertanggungjawabkan.
Mardiasmo (2009) menjelaskan bahwa terdapat
delapan fungsi anggaran pada instansi pemerintah, yaitu:
a. Sebagai alat perencanaan. Anggaran dibuat untuk
merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan
oleh, berapa biaya yang dibutuhkan, dan estimasi
luaran dan hasil yang diharapkan.
b. Sebagai alat pengendalian. Anggaran dapat dijadikan
alat kendali/deteksi apabila terjadi overspending,
underspending, ataupun belanja yang tidak sesuai
dengan sasaran. Selain itu pengendalian juga terkait
dengan alat monitor kondisi keuangan dan
pelaksanaan operasional program dan kegiatan.
c. Sebagai alat kebijakan fiskal. Anggaran digunakan
untuk memdorong, memfasilitasi, dan
mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat
sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
d. Sebagai alat politik. Anggaran merupakan dokumen
politik sebagai bentuk komitmen dan kesepakatan
kerja antara eksekutif dan legislatif.
e. Sebagai alat koordinasi dan komunikasi. Anggaran
digunakan sebagai alat koordinasi dan komunikasi
antar bagian dalam suatu instansi pemerintah.
f. Sebagai alat penilaian kinerja. Anggaran menjadi
dasar penilaian kinerja eksekutif yang dilihat dari
pencapaian target anggaran dan efisiensi penggunaan
anggaran.
g. Sebagai alat motivasi. Anggaran digunakan untuk
memotivasi eksekutif agar bekerja secara ekonomis,
efisien, dan efektif dalam mencapai target dan tujuan
pemerintah.
h. Sebagai alat menciptakan ruang publik. Anggaran
hasil dari sebuah proses penganggaran yang
melibatkan peran serta anggota masyarakat dalam
perumusannya.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 11


Dokumen penganggaran padan instansi pemerintah
di Indonesia dikenal sebagai APBN dan APBD. Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sementara Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Penganggaran APBN/APBD meliputi formulasi
kebijakan anggaran serta perencanaan operasional
anggaran. Formulasi kebijakan anggaran berkaitan dengan
kebijakan fiskal, sedangkan perencanaan operasional
anggaran lebih ditekankan pada alokasi sumber daya
keuangan.
Pelaksanaan anggaran di pemerintahan Indonesia
dilakukan oleh dua fungsi, yaitu fungsi perbendaharaan
yang kewenangannya dipegang oleh Bendaharan Umum
Negara/Daerah (BUN/BUD) dan fungsi pelaksana
anggaran yang keweangannya dipegang oleh kepala Satuan
Kerja. Kedua fungsi tersebut memiliki kewenangan yang
berbeda dalam pelaksanaan anggaran. Fungsi
perbendaharaan memiliki kewenangan antara lain
melaksanakan penerimaan dan pengeluaran, mengelola
utang dan piutang, dan mengelola investasi dan barang
milik. Sementara pelaksana anggaran berfungsi untuk
melaksanakan program-program kerja yang telah disahkan
oleh legislatif melalui APBN/APBD, dan melakukan
pemungutan penerimaan serta melakukan pembayaran
atas beban APBN/APBD.
Secara akuntansi, perbedaan struktur anggaran
APBN dan APBD terletak pada anggaran transfer. Pada
pemerintah pusat, pencatatan akun transfer dicatat
sebagai akun tersendiri, sedangkan pada pemerintah
daerah anggaran transfer menjadi bagian anggaran
pendapatan untuk transfer pendapatan, dan menjadi
bagian anggaran belanja untuk transfer belanja. Secara
lebih lengkap penjelasan mengenai bagian ini akan dibahas
pada bab yang membahas tentang pendapatan dan belanja.

12 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


Adapun secara umum hubungan antara Perencanaan dan Penanggaran pada instansi
pemerintah Pusat dan Daerah dapat digambarkan sebagai berikut :

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 13


Pelaksanaan atau Realisasi Anggaran
Realisasi anggaran merupakan pelaksanaan
anggaran yang telah disahkan oleh DPR/DPRD.
Pelaksanaan realisasi anggaran meliputi realisasi
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.
Pelaksanaan realisasi anggaran dilakukan oleh seluruh
satuan kerja dan oleh fungsi perbendaharaan (BUN/BUD).
Pembiayaan, beberapa jenis pendapatan, dan belanja
hanya bisa dianggarkan dan direalisasikan oleh BUN/BUD.
Hal ini terkait dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku di pemerintahan Indonesia, yang menyatakan
bahwa jenis pendapatan dan belanja tertentu serta
pembiayaan hanya bisa dilakukan oleh fungsi
perbendaharaan.
Seperti yang sudah diuraikan pada bagian
sebelumnya, pelaksanaan anggaran pemerintahan di
Indonesia dilakukan oleh dua fungsi, yaitu fungsi
perbendaharaan (entitas pelaporan) dan fungsi pelaksana
anggaran (entitas akuntansi). Entitas pelaporan adalah
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan lembaga yang
menurut peraturan perundang-undangan diharuskan
menyusun laporan keuangan. Sementara entitas
akuntansi didefinisikan sebagai satuan kerja dari mulai
tingkat kemeterian/lembaga sampai ke tingkat unit
pelayanan teknis (UPT) untuk pemerintah pusat, dan
untuk pemerintah daerah dari mulai dinas/badan/
lembaga sampai tingkat UPT dan kecamatan.
Pada pemerintah daerah, pelaksanaan akuntansi
realisasi anggaran menerapkan akuntansi hubungan
Kantor Pusat dan Kantor Cabang (head office and branch
office), dimana yang berperan sebagai kantor pusat adalah
entitas pelaporan, dan yang berperan sebagai kantor
cabang adalah OPD/SKPD sebagai perangkat daerah.
Sebagai kantor pusat, entitas pelaporan melakukan
penggabungan laporan dari seluruh perangkat daerah.
Transaksi yang melibatkan entitas pelaporan sebagai
kantor pusat dan perangkat daerah sebagai kantor cabang
merupakan Transaksi Antar Kantor.

14 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Sesuai dengan tahun anggaran yang berlaku di
pemerintahan Indonesia, pelaporan keuangan dilakukan
atas penyelenggaraan realisasi perencanaan/anggaran dari
mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember
untuk tahun anggaran yang bersangkutan. Fungsi
pelaporan keuangan diselenggarakan oleh entitas
pelaporan dan entitas akuntansi, sesuai dengan
kewenangan pengelolaan keuangan dan pencatatan yang
sudah diberikan. Pada entitas pelaporan, fungsi pelaporan
dilaksanakan oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan
(PPK), dan pada entitas akuntansi dilaksanakan oleh PPK
pada masing-masing Satuan Kerja.
Kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang
telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam
pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur
pada suatu periode pelaporan dilakukan untuk
kepentingan :
a. Akuntabilitas.
b. Manajemen.
c. Transparansi.
d. Keseimbangan Antargenerasi.
e. Evaluasi Kinerja.

Sementara itu fungsi pelaporan keuangan pokok


yang perlu dibuat terdiri dari :
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL).
c. Neraca.
d. Laporan Operasional (LO).
e. Laporan Arus Kas.
f. Laporan Perubahan Ekuitas.
g. Catatan atas Laporan Keuangan.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 15


Selain laporan keuangan pokok, entitas pelaporan
wajib menyajikan laporan lain dan/atau elemen informasi
akuntansi yang diwajibkan oleh ketentuan perundang-
undangan (statutory reports). Laporan keuangan yang
dibuat harus memenuhi karakteristik kualitatif sebagai
berikut :
a. Relevan.
b. Andal.
c. Dapat dibandingkan.
d. Dapat dipahami.

Laporan Keuangan dibuat dengan mengacu pada


prinsip-prinsip akuntansi berikut:
a. Basis Akuntansi.
b. Prinsip Nilai Historis.
c. Prinsip Realisasi.
d. Prinsip Substansial mengungguli bentuk formal.
e. Prinsip Periodisitas.
f. Prinsip Konsistensi.
g. Prinsip Pengungkapan Lengkap.
h. Prinsip Penyajian Wajar.

4. Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah

Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintah Daerah


Proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan
transaksi dalam akuntansi menggunakan sistem
berpasangan (double entry). Sistem pencatatan
berpasangan berarti catatan penjurnalan suatu transaksi
keuangan digolongkan kedalam dua sisi pencatatan untuk
mengetahui apa yang didapatkan entitas dan apa yang
dikeluarkan sebagai konsekuensi/imbal baliknya. Sistem

16 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


pencatatan tersebut biasa dikenal dengan pengelompokkan
debit-kredit.
Sistem pencatatan berpasangan berdasarkan pada
logika persamaan dasar akuntansi dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Persamaan Akuntansi dalam Neraca
Persamaan akuntansi Neraca laporan keuangan akan
menyajikan hubungan antara Aset di satu sisi dengan
Kewajiban dan Ekuitas pada sisi lainnya, yang
dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS

 Aset, merupakan sumber daya ekonomi yang


dimiliki/dikuasai/dapat diukur dengan satuan
moneter tertentu. Dalam persamaan dasar
akuntansi, Aset merupakan wujud kekayaan
yang mempunyai nilai uang yang setara dengan
sumber asal wujud kekayaan tersebut diperoleh,
yaitu Kewajiban dan Ekuitas. Artinya
penambahan nilai Aset pasti terjadi karena
adanya penambahan nilai Kewajiban dan/atau
Ekuitas. Berlaku juga sebaliknya, berkurangnya
nilai Aset merupakan dampak dari pengurangan
nilai Kewajiban dan/atau Ekuitas pada entitas
tersebut.
 Kewajiban didefinisikan sebagai hutang kepada
pihak ketiga sebagai akibat transaksi masa
lampau yang berdampak pada kewajiban entitas
untuk membayarnya pada masa kini, atau
karena penerimaan yang sudah didapatkan dan
perlu dibayarkan kembali dalam bentuk
barang/manfaat tertentu. Dalam persamaan
dasar akuntansi, peningkatan nilai Kewajiban
dapat menyebabkan peningkatan nilai Aset
dan/atau penurunan nilai Ekuitas. Demikian
pula sebaliknya, penurunan nilai Kewajiban
akan mengakibatkan penurunan nilai Aset
dan/atau peningkatan nilai Ekuitas.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 17


 Ekuitas merupakan nilai kekayaan bersih dari
pemilik/pemodal yang merupakan selisih antara
jumlah Aset dengan Kewajiban. Dalam
persamaan dasar akuntansi, penambahan nilai
Ekuitas akan mengakibatkan naiknya nilai Aset
dan/atau turunnya Kewajiban. Demikian pula
sebaliknya, pengurangan nilai Ekuitas dapat
menyebabkan turunnya nilai Aset dan/atau
naiknya Kewajiban.

b. Persamaan Akuntansi untuk Laporan Realisasi


Anggaran (LRA)
Selain pendekatan persamaan Aset, Kewajiban, dan
Ekuitas seperti yang telah disampaikan pada bagian
sebelumnya; persamaan akuntansi juga melakukan
penggolongan transaksi keuangan yang dilakukan
dengan membandingkan antara Pendapatan dan
Belanja. Pada sistem akuntansi pemerintahan di
Indonesia, klasifikasi tersebut ditambahkan dengan
konsep Pembiayaan berupa Penerimaan Pembiayaan
serta Pengeluaran Pembiayaan pada sisi lainnya.
Selisih antara Pendapatan dengan Belanja
pemerintah daerah akan menimbulkan surplus atau
defisit, dimana akan terjadi surplus apabila nilai
Pendapatan lebih besar daripada Belanja. Defisit
terjadi apabila nilai Pendapatan lebih kecil daripada
Belanja.
Surplus yang didapatkan akan dialokasikan ke
Pengeluaran Pembiayaan Daerah, artinya Surplus
yang didapatkan tersebut akan menambah nilai
Pengeluaran Pembiayaan. Sebaliknya jika terjadi
Defisit akan ditutup dari Penerimaan Pembiayaan
Daerah, artinya nilai Defisit akan ditutupi dengan
mengurangi nilai Penerimaan Pembiayaan yang
dimiliki Pemerintah Daerah.

18 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


Dengan demikian Persamaan LRA didefinisikan
sebagai berikut:
Pendapatan – Belanja = Surplus/Ddefisit

Kemudian dapat dikembangkan menjadi:


Pendapatan – Belanja = Pengeluaran Pembiayaan -
Penerimaan Pembiayaan
atau
Belanja + Pengeluaran Pembiayaan = Pendapatan +
Penerimaan Pembiayaan

 Pendapatan Daerah merupakan seluruh


penerimaan pada Rekening Kas Umum Daerah
yang menambah ekuitas dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali.
 Belanja Daerah adalah semua pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi
ekuitas dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali.
 Surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang
antara pendapatan dan belanja selama satu
periode pelaporan.
 Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang
perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun
anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran
pemerintah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit atau memanfaatkan surplus
anggaran.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 19


Dasar Pengakuan
Akuntansi Keuangan pada pemerintah daerah
merupakan bagian dari pelaksanaan fungsi Pengelolaan
Keuangan Daerah yang berfokus pada pelaksanaan proses
pencatatan, pengikhtisaran, dan pelaporan transaksi
keuangan yang terjadi pada setiap tahun anggaran
berjalan. Untuk dapat melaksanakan fungsi dimaksud,
setiap transaksi yang terjadi harus dapat diidentifikasikan
karakteristik pencatatan yang harus dibuat, terutama
terkait dengan berapa besar yang dicatat, apa saja
komponen yang perlu dimasukkan, sampai kapan harus
dicatat.
Prinsip yang dijelaskan diatas biasa disebut dengan
prinsip pengakuan akuntansi. Basis pengakuan secara
garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu basis kas
(cash basis) dan basis akrual (accrual basis).
Pengakuan dengan basis kas akan berdampak pada
proses pengakuan transaksi dilakukan ketika terjadi serah
terima atau alur masuk dan keluar pada Kas Umum
Daerah. Sedangkan pengakuan dengan basis akrual
dilakukan ketika telah adanya serah terima hak/kewajiban
atas sumber daya yang ditransaksikan, walaupun transfer
dalam bentuk uang kas atau setara kas belum dilakukan.
Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan,
transaksi yang berhubungan dengan akun pendapatan,
belanja, transfer, dan pembiayaan diakui dengan basis kas.
Sementara itu seluruh transaksi yang berhubungan
dengan aset, kewajiban, dan ekuitas diakui dengan basis
akrual.

Rekening Perubahan SAL


Pada pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah,
dimungkinkan terjadinya situasi yang menyebabkan
terdapat sisa lebih pembiayaan anggaran dan sisa kurang
pembiayaan anggaran yang disebut sebagai Saldo
Anggaran Lebih (SAL). SAL ini merupakan akumulasi sisa
lebih pembiayaan anggaran dan sisa kurang pembiayaan

20 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


anggaran yang dapat terjadi karena beberapa hal, seperti
misalnya anggaran yang tidak terserap seluruhnya. Konsep
SAL ini serupa dengan laba ditahan (retained earning) yang
terdapat pada perusahaan swasta.
SAL merupakan akumulasi Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (SiLPA)/Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran
(SiKPA) tahun anggaran yang lalu dan tahun anggaran
yang bersangkutan setelah tutup buka, ditambah/
dikurangi dengan koreksi pembukuan. SAL diperoleh
dengan terlebih dahulu memperhitungkan Surplus/Defisit
dan SiLPA/SiKPA.
Surplus/Defisit diperoleh dari realisasi Pendapatan
dikurangi realisasi Belanja. Sementara SiLPA/SiKPA
diperoleh dari Surplus/Defisit ditambah realisasi
Pembiayaan Bersih selama 1 (satu) periode pelaporan. SAL
akhir periode pelaporan diperoleh dari SAL awal periode
pelaporan ditambah SiLPA/SiKPA ditambah atau dikurangi
Koreksi Pembukuan SAL dan dikurangi penggunaan SAL
selama 1 (satu) periode pelaporan.
a. Penyimpanan Dana Saldo Anggaran Lebih (SAL)
Pada akhir tahun anggaran dana SAL yang diperoleh
akan disimpan pada:
 Bendahara Umum Daerah dalam bentuk
Rekening Milik Bendahara Umum Daerah.
 Bendahara Pengeluaran dalam bentuk uang
persediaan.
 Bendahara satuan kerja Badan Layanan Umum
Daerah dalam bentuk Rekening Kas Badan
Layanan Umum Daerah, kas tunai (cash on
hand).

b. Penggunaan dan Pengelolaan SAL


SAL diutamakan untuk digunakan dalam rangka
membiayai defisit APBD tahun anggaran berjalan.
Penggunaan SAL sesuai ketentuan perundang-
undangan mengenai APBD. SAL dilaporkan setiap
periodenya dalam bentuk Laporan Perubahan Saldo

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 21


Anggaran Lebih sebagai bagian dari Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

Konsep HOBO dalam Pencatatan Akuntansi Pemerintah


Daerah
Konsep Home Office (Kantor Pusat) dan Branch Office
(Kantor Cabang) atau yang sering disebut HOBO tidak
hanya terdapat di intansi swasta, tetapi juga terdapat di
instansi pemerintahan termasuk Pemerintah Daerah. Pada
instansi swasta konsep HOBO digunakan untuk
mengkonsolidasikan pencatatan akuntansi antara kantor
pusat dengan kantor cabang. Sementara pada instansi
pemerintah daerah konsep HOBO juga digunakan hampir
serupa, yaitu untuk mengkonsolidasikan catatan
akuntansi induk instansi daerah yang dalam hal ini
disebut sebagai Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah
(PPKD) dengan unit kerja pelaksana yang disebut sebagai
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Konsep HOBO saat ini dianggap lebih tepat
digunakan untuk menggambarkan pola hubungan antara
instansi induk (PPKD) dan unit pelaksana (SKPD) yang
diterapkan pada instansi Pemerintah Daerah di Indonesia,
dibandingkan dengan struktur hubungan induk dan anak
(parent & subsidiary) dengan beberapa alasan:
a. Instansi induk-unit pelaksana bukan entitas yang
masing-masing berdiri sendiri, melainkan suatu
kesatuan.
b. Antara instansi induk-unit pelaksana tidak terjadi
transfer income dalam pengertian profit.
c. Unit pelaksana dimiliki 100% oleh pemerintah
daerah.

Pada pelaksanaan operasionalnya, antara induk


(PPKD) dan unit pelaksana (SKPD) akan terdapat banyak
transaksi internal. Contoh transaksi internal adalah
pemberian Uang Persediaan (UP) dari PPKD ke SKPD. Atas
transaksi tersebut PPKD akan mencatat pengurangan kas

22 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


yang berpindah posisi kas saja ke SKPD yang akan
mencatat penambahan kas. Atas transaksi tersebut PPKD
tidak mencatat pengeluaran kas tersebut sebagai beban,
dan SKPD pun tidak boleh mencatatnya sebagai
pendapatan. Kemudian pada setiap akhir periode PPKD
melakukan konsolidasi pencatatan akuntansi sehingga
saldo kas pemerintah daerah secara keseluruhan tidak
berubah, namun hak kepemilikannya sudah berpindah
dari PPKD ke SKPD.
Sebagai konsekuensi dari konsep HOBO ini,
diperlukan kontrol pencatatan antara PPKD dan SKPD
dengan menggunakan akun resiprokal (reciprocal account)
sebagai akun jembatan untuk mencatat transaksi-
transaksi internal yang dilakukan oleh PPKD dan SKPD.
Akun resiprokal tersebut adalah akun RK SKPD (Rekening
Koran SKPD) yang ada di PPKD untuk mencatat arus kas
dari/kepada SKPD, dan akun RK PPKD (Rekening Koran
PPKD) yang ada di SKPD sebagai arus kas dari/kepada
PPKD.
Akun RK SKPD terdapat dalam kelompok Aset di
Neraca PPKD, sedangkan Akun RK PPKD terdapat dalam
kelompok Ekuitas pada Neraca SKPD. Ketika terdapat
aliran dana dari PPKD ke SKPD, seolah-olah PPKD
memberikan tambahan modal atau investasi kepada SKPD
sehingga akun RK SKPD di sisi Aset PPKD akan bertambah
dan akun RK PPKD di sisi ekuitas SKPD juga bertambah.
Ketika terdapat aliran dana dari SKPD ke PPKD, seolah-
olah SKPD mengembalikan modal atau investasi kepada
PPKD sehingga akun RK SKPD di sisi Aset PPKD akan
berkurang dan akun RK PPKD di sisi ekuitas SKPD juga
berkurang.

Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah


Akuntansi adalah suatu sistem. Sistem adalah
suatu kesatuan yang terdiri atas subsistem-subsistem atau
kesatuan yang lebih kecil, yang berhubungan satu sama
lain dan memiliki tujuan tertentu. Suatu sistem mengolah
masukan (input) menjadi keluaran (output). Input sistem

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 23


akuntansi adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk
dokumen atau formulir. Output-nya adalah laporan
keuangan. Di dalam proses akuntansi, terdapat beberapa
catatan yang dibuat. Catatan-catatan tersebut adalah
jurnal, buku besar, dan buku pembantu.
Sistem akuntansi dapat dijelaskan secara rinci
melalui siklus akuntansi. Yang dimaksud dengan siklus
akuntansi adalah serangkaian tahapan yang harus dilalui
untuk merubah input dalam bentuk dokumen transaksi
keuangan sehingga menghasilkan ouput berupa laporan
keuangan.
Tahapan-tahapan dalam Siklus Akuntansi
Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut:
a. Analisa Transaksi.
Yang dimaksud dengan transaksi adalah peristiwa-
peristiwa ekonomi dari suatu entitas yang tercatat.
Tujuan dari analisis transaksi adalah pertama untuk
mengidentifikasikan jenis-jenis akun yang terkait,
dan kemudian untuk menentukan apakah
dibutuhkan debit atau kredit pada akun tersebut.
Dengan melakukan analisis ini sebelum membuat
ayat jurnal akan sangat membantu dalam memahami
ayat-ayat jurnal baik yang sederhana maupun yang
rumit.
Urutan peristiwa didalam proses pencatatan dimulai
dengan transaksi. Bukti transaksi adalah berupa
dokumen-dokumen sumber, misalnya surat
ketetapan pajak/retribusi daerah (SKPD/SKRD),
tanda bukti penerimaan (TBP), dll. Bukti ini akan
dianalisis untuk menentukan pengaruh transaksi
pada akun-akun tertentu. Dengan demikian, dalam
menganalisis transaksi juga dilakukan identifikasi
dokumen sumber yang akan digunakan sebagai dasar
pencatatan transaksi keuangan ke dalam Jurnal.

24 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


b. Tahapan menjurnal transaksi.
Jurnal merupakan catatan kronologis dan sistematis
atas seluruh transaksi keuangan sebuah entitas.
Dalam melakukan pencatatan transaksi ke dalam
jurnal digunakan metode double-entry dimana setiap
transaksi akan dicatat di sisi debit dan sisi kredit.
Dalam penulisan jurnal, terdapat beberapa aturan
yang telah menjadi kesepakatan bersama dalam
akuntansi, yaitu:
 Jurnal dicatat secara kronologis berdasarkan
tanggal
terjadinya kejadian/transaksi keuangan.
 Akun yang berada di sisi debit dicatat terlebih
dahulu daripada akun yang berada di sisi kredit.
 Akun yang berada di sisi kredit dicatat menjorok
ke kanan.
 Pencatatan dilakukan pada saat terjadinya
kejadian/transaksi keuangan.

Ada dua basis yang akan digunakan dalam


pencatatan akuntansi di Pemerintah Daerah yaitu
basis akrual dan basis kas. Dengan demikian, akan
terdapat 2 (dua) jenis jurnal untuk melakukan
pencatatan atas transaksi-transaksi dalam sistem
akuntansi pemerintah daerah. Pertama adalah jurnal
yang akan mencatat transaksi-transaksi secara
akrual khususnya transaksi terkait akun neraca dan
laporan operasional. Untuk selanjutnya jurnal jenis
ini akan disebut Jurnal LO dan Neraca. Kedua adalah
jurnal yang akan mencatat transaksi-transaksi yang
merupakan realisasi anggaran berdasarkan basis kas.
Jurnal ini melengkapi jurnal LO ketika suatu
transaksi yang dicatat merupakan transaksi realisasi
anggaran (LRA) dan terdapat aliran kas masuk
(pendapatan dan penerimaan pembiayaan) dan aliran
kas keluar (belanja, transfer, dan pengeluaran

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 25


pembiayaan). Untuk selanjutnya jurnal jenis ini akan
disebut Jurnal LRA.

c. Buku Besar
Proses klasifikasi transaksi dari jurnal ke buku besar
dikenal dengan istilah Posting. Buku besar adalah
kumpulan catatan transaksi per akun. Setiap akun
memiliki satu buku besarnya masing-masing
sehingga jumlah buku besar yang dimiliki sebuah
entitas sama banyaknya dengan jumlah akun yang
dimilikinya. Buku besar dibuat dalam sebuah format
tertentu dan dengan aturan tertentu yang telah
disepakati. Tiap buku besar memuat informasi nama
SKPD, nama rekening, kode rekening, pagu APBD dan
pagu perubahan APBD sebagai kontrol, batas
maksimal transaksi untuk masing-masing akun tidak
boleh melebihi pagu anggarannya terutama untuk
pagu anggaran belanja dan pengeluaran pembiayaan.
Sebelum melakukan posting, terlebih dahulu
memasukkan semua saldo awal untuk akun-akun
Aset, Kewajiban dan Ekuitas yang diperoleh dari
Neraca Awal Tahun ke dalam buku besarnya masing-
masing. Ketika transaksi periode berjalan telah
dimulai, tiap transaksi yang telah dicatat dalam jurnal
kemudian diposting ke buku besar.

d. Neraca Saldo
Setelah selesai melakukan proses klasifikasi
transaksi ke dalam buku besar, tahap selanjutnya
adalah menyusun neraca saldo. Neraca saldo
merupakan ikhtisar buku besar. PPK-SKPD dan PPK
PPKD (dalam fungsi sebagai SKPD) melakukan
rekapitulasi saldo saldo buku besar menjadi neraca
saldo. Angka-angka saldo dari semua akun buku
besar dipindahkan ke kolom neraca saldo dalam
worksheet, sesuai dengan posisi debit atau kredit
dalam saldo di buku besar masing-masing. Neraca

26 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


saldo merupakan sebuah daftar yang memuat nama
setiap buku besar (kode rekening) dan saldonya pada
tanggal tertentu.

e. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian dibuat di akhir periode akuntansi
agar pendapatan dapat dicatat pada saat dihasilkan,
dan beban diakui pada saat terjadinya. Jurnal
penyesuaian dibutuhkan untuk memastikan
diterapkannya prinsip pengakuan pendapatan
(revenue recognation principle) dan prinsip
penandingan (matching principle). Meskipun dalam
akuntansi pemerintah prinsip penandingan ini tidak
mendapat penekanan sebagaimana dipraktekkan
dalam akuntansi komersial. Jurnal penyesuaian
memungkinkan pelaporan aset, kewajiban, dan
ekuitas yang tepat di Neraca, serta jumlah
surplus/defisit yang tepat di Laporan Operasional
untuk periode berjalan. Jenis-jenis jurnal
penyesuaian. Ada 2 kelompok yaitu: beban dibayar
dimuka (prepayment) dan akrual. Pembayaran
dimuka (prepayment) terdiri atas:
 Beban dibayar dimuka (prepaid expenses).
Beban yang dibayar dimuka secara tunai dan
dicatat sebagai aset sebelum digunakan atau
dikonsumsi. Contoh: perlengkapan kantor,
asuransi, dan depresiasi.
 Pendapatan diterima dimuka atau pendapatan
yang belum dihasilkan (unearned revenue). Uang
tunai yang diterima dan dicatat sebagai
kewajiban sebelum pendapatannya dihasilkan.
Contoh: pendapatan pajak reklame, pendapatan
sewa.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 27


Sementara pendekatan akrual. Terdiri atas:
 Akrual pendapatan (accrued revenues).
Akrual pendapatan pada dasarnya adalah
piutang, yaitu pendapatan yang telah dihasilkan
namun belum diterima uangnya atau belum
dicatat. Contoh: piutang pajak.
 Akrual beban (accrued expenses).
Akrual beban pada dasarnya adalah utang, yaitu
beban yang telah terjadi namun belum
dibayarkan uangnya atau belum dicatat.
Contoh: bunga untuk utang, sewa, pajak, gaji
atau honorarium.

f. Menyusun Neraca Saldo Disesuaikan


Setelah semua jurnal penyesuaian dicatat dan
diposting, Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
(Adjusted Trial Balance) disusun berdasarkan akun-
akun buku besar. Tujuan dari Neraca Saldo Setelah
Penyesuaian (Adjusted Trial Balance) adalah
membuktikan kesamaan saldo total debit dan saldo
total kredit di buku besar setelah seluruh jurnal
penyesuaian dibuat. Akun-akun yang terdapat di
Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial
Balance) berisikan seluruh data yang dibutuhkan
untuk menyusun laporan keuangan.

g. Langkah Opsional Menyusun Neraca Lajur


(Worksheet)
Langkah-langkah opsional jika neraca lajur
(worksheet) disusun, maka tahap d); e); dan f)
dimasukkan dalam worksheet.
Neraca lajur (worksheet) merupakan alat bantu yang
digunakan dalam menyusun laporan keuangan.
Langkah-langkah dalam penyusunan laporan
keuangan sesuai dengan kertas kerja yang dibuat

28 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


terdiri atas: Neraca saldo, Jurnal Penyesuaian, Neraca
Saldo setelah Penyesuaian.

h. Menyusun Laporan Keuangan. Asas penyusunan


laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari:
 Laporan keuangan dapat disusun langsung dari
Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Adjusted
Trial Balance). Neraca Saldo setelah penyesuaian
yang telah dihasilkan pada tahapan sebelumnya
menjadi dasar dalam penyusunan laporan
keuangan entitas. Tiga laporan keuangan yang
dapat langsung dihasilkan dari Neraca Saldo
setelah penyesuaian adalah Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO) dan
Neraca. LRA disusun dari Neraca Saldo setelah
penyesuaian kelompok kode rekening 4, 5, 6,
dan 7. LO disusun dari Neraca Saldo setelah
penyesuaian kelompok kode rekening 8 dan 9.
Sementara Neraca disusun dari Neraca Saldo
setelah penyesuaian kelompok kode rekening 1,
2, dan 3.
 Penyusunan LRA
LRA disusun dengan cara memasukkan nilai
saldo akun akun Pendapatan-LRA, Belanja,
Transfer, dan Pembiayaan. Total Pendapatan-
LRA dikurangi total Belanja dan Transfer akan
menghasilkan Surplus/Defisit-LRA. Kemudian
Surplus/DefisitLRA ditambah dengan
Penerimaan Pembiayaan dan dikurangi dengan
Pengeluaran Pembiayaan akan menghasilkan
SiLPA atau SiKPA.
Perlu diperhatikan bahwa dalam format LRA
sebagaimana yang diilustrasikan dalam SAP
berbasis akrual tidak dirinci berdasarkan kode
rekening per rincian obyek sehingga perlu
berhati-hati dalam mengelompokkan
Pendapatan-LRA, Belanja, Transfer, dan
Pembiayaan. Berikut akan disajikan contoh

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 29


pengelompokan Belanja dari akun buku besar
kedalam format LRA.

i. Menjurnal dan Memposting Ayat Jurnal Penutup


Setelah membuat LRA, langkah selanjutnya adalah
membuat Jurnal Penutup LRA untuk menutup akun-
akun terkait anggaran (opsi bagi yang mencatat jurnal
anggaran) dan realisasinya. Jurnal penutup ini
berfungsi untuk membuat saldo dari akun-akun
terkait anggaran (opsional) dan realisasinya menjadi
nol pada akhir periode setelah dilakukan penutupan.
Cara menutup akun akun tersebut adalah dengan
mencatatnya pada posisi lawannya (kebalikan dari
saldo normalnya). Akun Pendapatan-LRA yang pada
saat realisasi dijurnal pada sisi kredit, maka ketika
ditutup akan dicatat di sisi debit. Akun Belanja yang
pada saat realisasi dijurnal pada sisi debit, maka
ketika ditutup akan dicatat di sisi kredit. Begitu juga
dengan akun Transfer, akun Penerimaan
Pembiayaan, akun Pengeluaran Pembiayaan, akun
Estimasi Pendapatan, akun Apropriasi Belanja dan
akun Estimasi Perubahan SAL. Jumlah sisi debit
harus sama dengan sisi kredit.
Setelah melakukan penutupan atas akun-akun
terkait anggaran (opsional) dan realisasinya, maka
akan diperoleh Neraca Saldo setelah penutupan LRA
dimana seluruh akun nominal akan bersaldo NOL.
Setelah jurnal penutup dilakukan posting ke buku
besar masing-masing. Saldo Ekuitas akan
mencerminkan total ekuitas yang dibentuk dari
transaksi kas yang diakumulasikan pada saldo akhir
SAL dan dari transaksi akrual yang diakumulasi dari
Surplus/Defisit LO. Surplus/Defisit LRA dan
Pembiayaan Neto ditutup ke SiLPA yang kemudian
akan ditutup ke Ekuitas SAL. Sedangkan akun
sementara “PERUBAHAN SAL” akan ditutup ke
“EKUITAS”.

30 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


j. Penyusunan LO
LO disusun dengan cara memasukkan nilai saldo
kelompok akun Pendapatan-LO dan Beban ke dalam
format LO. Total PendapatanLO dikurangi dengan
total Beban akan menghasilkan Surplus/Defisit-LO.
Surplus/Defisit-LO ini nantinya akan mempengaruhi
nilai Ekuitas dalam Neraca.
Sama seperti format LRA, format LO sebagaimana
yang diilustrasikan dalam SAP berbasis akrual juga
tidak dirinci berdasarkan kode rekening per rincian
obyek sehingga perlu berhati-hati dalam
mengelompokkan Pendapatan-LO dan Beban. Berikut
akan disajikan contoh pengelompokkan Beban dari
Neraca Saldo ke format LO. LO disajikan dengan
menyandingkan nilai Pendapatan-LO dan Beban di
tahun berjalan dengan tahun sebelumnya.
Setelah membuat LO, langkah selanjutnya adalah
membuat Jurnal Penutup LO untuk menutup akun-
akun terkait Pendapatan-LO dan Beban. Jurnal
penutup ini berfungsi untuk membuat saldo dari
akun-akun Pendapatan-LO dan Beban menjadi nol
pada akhir periode setelah dilakukan jurnal penutup.
Cara menutup akun-akun tersebut adalah dengan
mencatatnya pada posisi lawannya (kebalikan dari
saldo normalnya). Akun Pendapatan-LO yang pada
saat transaksi dijurnal pada sisi kredit, maka ketika
ditutup akan dicatat di sisi debit. Akun Beban yang
pada saat transaksi dijurnal pada sisi debit, maka
ketika ditutup akan dicatat di sisi kredit. Selisih dari
Pendapatan-LO dan Beban akan dimasukkan ke akun
Surplus/Defisit-LO.
Jika Pendapatan-LO lebih besar daripada Beban,
maka Surplus/Defisit LO akan berada di sisi kredit.
Namun, jika Beban lebih besar daripada Pendapatan-
LO, maka Surplus/Defisit-LO akan berada di sisi
debit. Jumlah sisi debit harus sama dengan sisi
kredit.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 31


Setelah melakukan penutupan atas akun-akun
Pendapatan-LO dan Beban, maka seluruh akun
nominal akan bersaldo NOL setelah jurnal penutup
dilakukan posting ke buku besar masing masing.
Saldo Ekuitas akan mencerminkan total ekuitas yang
dibentuk dari transaksi kas yang diakumulasikan
pada saldo akhir SAL dan dari transaksi akrual yang
diakumulasi dari Surplus/Defisit LO.

k. Penyusunan Neraca
Neraca disusun dengan cara memasukkan nilai saldo
kelompok akun Aset, Kewajiban, dan Ekuitas ke
dalam format Neraca. Total Aset harus sama dengan
total Kewajiban ditambah dengan Ekuitas.
Surplus/Defisit-LO akan menambah Ekuitas jika
nilainya positif (surplus) dan akan mengurangi
Ekuitas jika nilainya negatif (defisit).
Saldo Ekuitas akan mencerminkan total ekuitas yang
dibentuk dari transaksi kas yang diakumulasikan
pada saldo akhir SAL dan dari transaksi akrual yang
diakumulasi dari Surplus/Defisit LO.
Sama seperti format LRA dan LO, format Neraca
sebagaimana yang diilustrasikan dalam SAP berbasis
akrual juga tidak dirinci berdasarkan kode rekening
per rincian obyek sehingga perlu berhati-hati dalam
mengelompokkan Aset, Kewajiban, dan Ekuitas.
Berikut akan disajikan contoh pengelompokkan Aset
Tetap dari Neraca Saldo ke format Neraca. Neraca
disajikan dengan menyandingkan nilai Aset,
Kewajiban, dan Ekuitas per akhir periode berjalan
dengan periode sebelumnya.
Setelah membuat Neraca, langkah selanjutnya adalah
membuat Jurnal Penutup Akhir untuk menutup
Surplus/Defisit-LO. Jurnal Penutup Akhir ini
berfungsi untuk memasukkan unsur Surplus/Defisit-
LO ke dalam Ekuitas.

32 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


Cara menutup akun-akun tersebut adalah dengan
mencatatnya pada posisi lawannya. Akun
Surplus/Defisit-LO jika saat Jurnal Penutup LO ada
di sisi debit, maka ketika Penutup Akhir dicatat di sisi
kredit. Sementara itu, jika akun Surplus/Defisit-LO
saat Jurnal Penutup LO ada di sisi kredit, maka
ketika Penutup Akhir dicatat di sisi debit. Untuk
penyeimbang sisi debit dan kredit Jurnal Penutup
Akhir adalah akun Ekuitas. Jumlah sisi debit harus
sama dengan sisi kredit.
Setelah melakukan penutupan atas Surplus/Defisit-
LO, maka akan diperoleh Neraca Saldo Akhir dimana
tidak terdapat lagi akun Surplus/Defisit-LO karena
sudah masuk ke dalam nilai Ekuitas.

l. Penyusunan LPE
LPE disusun dengan cara memasukkan nilai awal
Ekuitas yang diperoleh dari Neraca Awal Tahun ke
dalam format LPE, diakumulasi dengan
Surplus/Defisit-LO tahun berjalan, Dampak
Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan
Mendasar sehingga menghasilkan Ekuitas Akhir. Nilai
Ekuitas Akhir yang ada di LPE harus sama dengan
nilai Ekuitas yang ada di Neraca. LPE disajikan
dengan menyandingkan nilai perubahan Ekuitas
tahun berjalan dan tahun sebelumnya.

m. Menyusun Laporan Perubahan SAL


Laporan Perubahan SAL disusun dengan cara
memasukkan nilai SAL awal tahun yang merupakan
nilai SAL akhir tahun sebelumnya ke dalam format
Laporan Perubahan SAL dikurangi dengan
Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan
Tahun Berjalan. Hasilnya kemudian diakumulasikan
dengan SiLPA/SiKPA tahun berjalan yang diperoleh
dari LRA, diakumulasikan dengan Koreksi Kesalahan
Pembukuan Tahun Sebelumnya serta lain-lain yang

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 33


mempengaruhi nilai SAL sehingga akan diperoleh
nilai SAL akhir.

n. Penyusunan LAK
LAK disusun dengan mengklasifikasikan arus kas
masuk dan arus kas keluar ke dalam kategori
aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas
pendanaan, dan aktiviats transitoris. Informasi
terkait arus kas masuk dan arus kas keluar dapat
diperoleh dari LRA karena LRA disusun berdasarkan
arus kas masuk dan keluar. Selain itu, informasi kas
masuk dan keluar bisa juga diambil dari catatan BKU
bendahara.

34 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


BAB 2
KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI
PEMERINTAH

1. Tujuan Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini merumuskan konsep yang


mendasari penyusunan dan pengembangan Standar
Akuntansi Pemerintahan. Kerangka konseptual ini
bertujuan sebagai acuan bagi :
a. Penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya.
b. Penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi
masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar.
c. Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai
apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan
standar.
d. Para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan
informasi yang disajikan pada laporan keuangan yang
disusun sesuai standar.

Kerangka konseptual ini berfungsi sebagai acuan


dalam hal terdapat masalah akuntansi yang belum
dinyatakan dalam standar akuntansi pemerintahan.
Dalam hal ini pertentangan antara kerangka
konseptual dan standar, maka ketentuan standar
diunggulkan relatif terhadap kerangka konseptual ini.
Dalam jangka panjang, konflik demikian diharapkan dapat
diselesaikan sejalan dengan pengembangan standar
akuntansi pemerintahan di masa depan.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 35


2. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah


ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam
informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat
normatif yang diperlukan agar laporan keuangan
pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki :
a. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan jika
informasi yang termuat di dalamnya dapat
mempengaruhi keputusan pengguna dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu
atau masa kini dan memprediksi mas depan, serta
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka
di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan
keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan
maksud penggunaannya. Informasi dikatakan relevan
jika :
 Memiliki manfaat umpan balik
Informasi memungkinkan pengguna untuk
menegaskan atau mengoreksi ekspektasi
mereka di masa lalu.
 Memiliki manfaat prediktif
Informasi dapat membantu pengguna untuk
memprediksi masa yang akan datang
berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa
kini.
 Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehinga
berpengaruh dan berguna dalam pengambilan
keputusan.

36 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


 Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah
disajikan selengkap mungkin, mencakup semua
informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan dengan memperhatikan
kendala yang ada. Informasi yang
melatarbelakangi setiap butir informasi utama
yang termuat dalam laporan keuangan
diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan
dalam penggunaan informasi tersebut dapat
dicegah.

b. Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari
pengertian yang menyesatkan dan kesalahan
material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta
dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi
jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat
diandalkan maka penggunaan informasi tersebut
secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang
andal memenuhi karakteristik :
 Penyajian Jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar
dapat diharapkan untuk disajikan.
 Dapat diverifikasi
Informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian
dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang
berbeda, hasilnya tetap menunjukan simpulan
yang tidak berbeda jauh.
 Netralitas
Informasi diarahkan kepada kebutuhan umum
dan tidak berpihak kepada kebutuhan pihak
tertentu.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 37


c. Dapat diandalkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan
akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan
laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan
keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.
Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan
eksternal. Perbandingan secara internal dapat
dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan
akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila
entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan
akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah
menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik
daripada kebijakan akuntansi yang sekarang
diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada
periode terjadinya perubahan.

d. Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam
bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas
pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas
pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk
mempelajari informasi yang dimaksud.

3. Unsur Laporan Keuangan

Laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan


pelaksanaan anggaran (budgetary reports), laporan
finansial, dan CALK. Laporan pelaksanaan anggaran terdiri
dari LRA dan Laporan Perubahan SAL. Laporan finansial
terdiri dari Neraca, LO, Laporan Perubahan Ekuitas dan
Laporan Arus Kas. Sedangkan CALK merupakan laporan
yang merinci atau menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos
laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial

38 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari
laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial.
Basis yang digunakan untuk laporan pelaksanan
anggaran adalah basis kas, sedangkan untuk laporan
finansial menggunakan basis akrual. Basis kas digunakan
untuk mencatat transaksi pendapatan-LRA, belanja,
transfer, dan pembiayaan. Basis ini digunakan karena
anggaran disusun menggunakan basis kas, sehingga
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) disusun berdasarkan
basis kas. Basis kas ini mengakui transaksi pendapatan –
LRA dan penerimaan pembiayaan pada saat kas diterima
di Rekening Umum Kas Negara/Daerah, dan mengakui
belanja, transfer, serta pengeluaran pembiayaan pada saat
kas dikeluarkan dari Rekening Umum Kas Negara/Daerah.
Basis akrual digunakan untuk mencatat
pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban dan ekuitas. Basis
akrual ini mengakui pendapatan-LO pada saat hak untuk
memperoleh pendapatan telah terpenuhi, dan mengakui
beban pada saat kewajiban yang mengakibatkan
penurunan nilai kekayaan bersih telah terjadi. Aset,
kewajiban dan ekuitas diakui pada saat terjadinya
transaksi, atau pada saat kejadian atau lingkungan
berpengaruh pada keuangan pemerintah.

Laporan Realisasi Anggaran


LRA menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan
pemakaian sumber daya keangan yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam
satu periode pelaporan.
Unsur yang secara langsung dicakup oleh LRA
terdiri dari Pendapatan-LRA, Belanja, Transfer dan
Pembiayaan. Masing-masing unsur dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara
Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pemerintah
lainnya yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 39


periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah.
b. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara
Umum Negara/Daerah yang mengurangi Saldo
Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperolej
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
c. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang
oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas
pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan
dana bagi hasil.
d. Pembiayaan adalah setiap penerimaan/pengeluaran
yang tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas
yang perlu dibayar kembali dan/atau akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang
dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan
pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman
dan hasil divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara
lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok
pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain
dan penyertaan modal oleh pemerintah.

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih


Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo
Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.

Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu
entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas
pada tanggal tertentu. Unsur-unsur yang dicakup oleh

40 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


Neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Masing-
masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai
dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat,
serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah
dan budaya. Aset dikategorikan menjadi aset lancar
dan nonlancar. Aset lancar adalah aset yang jika
diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau
dimiliki atau dijual dalam waktu 12 bulan, aset yang
tidak dapat dimasukan dalam kriteria tersebut
diklasifikasikan sebagai aset nonlancar. Aset lancar
meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek,
piutang, investasi jangka pendek dan persediaan.
Aset nonlancar meliputi investasi jangka panjang,
aset tetap, dana cadangan dan aset lainnya.
b. Kewajiban adalah hutang yang timbul dari peristiwa
masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan
aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Kewajiban dikelompokan dalam kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban
jangka pendek merupakan kewajiban yang
diselesaikan dalam waktu kurang dari 12 bulan
setelah tanggal pelaporan, kewajiban yang tidak
termasuk dalam kriteria tersebut dikategorikan
kewajiban jangka panjang.
c. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban
pemerintah. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari
saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 41


Laporan Operasional
Laporan operasional menyajikan ikhtisar sumber
daya ekonomi yang menambah ekuitas dan
penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan dalam suatu periode pelaporan. Unsur yang
dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional
terdiri dari Pendapatan-LO, Beban, Transfer, dan Pos-pos
luar biasa.

Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas
sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi,
pendanaan dan transitoris yang menggambarkan saldo
awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas
pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur
yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari
penerimaan dan pengeluaran kas.

Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan Atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan
naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam LRA,
Laporan Perubahan SAL, LO, LPE, LAK dan Neraca. CALK
juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi
yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi
lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan
di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta
ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar. CALK
mengungkapkan/menyajikan/menyediakan hal-hal
sebagai berikut :

42 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


a. Mengungkapkan informasi umum tentang entitas
pelaporan dan entitas akuntansi.
b. Menyajikan informasi tentang kebijakan
fiskal/keuangan dan ekonomi makro.
c. Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan
selama tahun pelaporan berikut kendala dan
hambatan yang didapati dalam pencapaian target.
d. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan
laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas
transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting
lainnya.
e. Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing
pos yang disajikan pada lembar muka laporan
keuangan.
f. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang
belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan.
g. Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan
untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan
dalam lembar muka laporan keuangan.

4. Bagan Akun Standar

Bagan akun standar adalah akun-akun yang biasa


dilakukan penjurnalan yang merupakan akun neraca dan
LRA/LO, seperti berikut :

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 43


PEMERINTAH DAERAH ......
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31
DESEMBER 20X1 dan 20X0
Uraian Anggaran Realisasi % Realisasi
20X1 20X1 20X0
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi
Daerah
Pendapatan hasil
Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah
PENDAPATAN TRANSFER
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan
Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
TRANSFER PEMERINTAH
PUSAT LAINNYA
Dana Otonomi Khusus
Dana Keistimewaan
Dana Penyesuaian
TRANSFER PEMERINTAH
DAERAH LAINNYA
Pendapatan Bagi Hasil
Pajak
Bantuan Keuangan
LAIN-LAIN PENDAPATAN
YANG SAH
Pendapatan Hibah
Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
JUMLAH PENDAPATAN
BEBAN
BEBAN OPERASI
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
BEBAN TRANSFER

44 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


Beban Transfer Bagi Hasil
Pajak Daerah
Beban Transfer Bagi Hasil
Pendapatan Lainnya
Beban Transfer Bantuan
Keuangan ke Pemda
Lainnya
Beban Transfer Bantuan
Keuangan ke Desa
Beban Transfer Bantuan
Keuangan Lainnya
Beban Transfer Dana
Otonomi Khusus
DEFISIT NON OPERASIONAL
BEBAN LUAR BIASA
JUMLAH BEBAN
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Barang
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Jumlah Belanja Operasi
BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan
Mesin
Belanja Gedung dan
Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan
Jaringan
Belanja Aset Tetap
Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Jumlah Belanja Modal
BELANJA TAK
TERDUGA
JUMLAH BELANJA
JUMLAH BEBAN &
BELANJA
TRANSFER
TRANSFER
PENDAPATAN KE
KABUPATEN/KOTA
Bagi hasil pajak
Bagi hasil retribusi

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 45


Bagi hasil pendapatan
lainnya
TRANSFER/BANTUAN
KEUANGAN
Bantuan keuangan ke
pemerintah daerah
lainnya
Bantuan keuangan
lainnya
JUMLAH TRANSFER
JUMLAH BELANJA DAN
TRANSFER
SURPLUS/DEFISIT
PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan SilPA
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan
Negara yang Dipisahkan
Pinjaman Dalam Negeri –
Pemerintah Pusat
Pinjaman Dalam Negeri –
Pemerintah Daerah
Lainnya
Pinjaman Dalam Negeri –
Lembaha Keuangan
Negara
Pinjaman Dalam Negeri –
Lembaha Keuangan Bank
Pinjaman Dalam Negeri –
Lembaga Keuangan
Bukan Bank
Pinjaman Dalam Negeri –
Obligasi
Pinjaman Dalam Negeri –
Lainnya
Penerimaan Kembali
Pinjaman kepada
Perusahaan Negara
Penerimaan Kembali
Pinjaman kepada
Perusahaan Daerah
Penerimaan Kembali
Pinjaman kepada Pemerintah
Daerah Lainnya
PENGELUARAN PEMBIAYAAN

46 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


Pembentukan Dana
Cadangan
Pemb. Pokok Pinjaman
Dalam Negeri-Pemerintah
Pusat
Pemb. Pokok Pinjaman
Dalam Negeri—Pemda
Lainnya
Pemb. Pokok Pinjaman
Dalam Negeri-Lembaga
Keuangan Bank
Pemb. Pokok Pinjaman
Dalam Negeri-Lembaga
Keuangan Bukan Bank
Pemb. Pokok Pinjaman
Dalam Negeri-Obligasi
Pemb. Pokok Pinjaman
Dalam Negeri-Lainnya
Penyertaan Modal
Pemerintah Daerah
Pemberian Pinjaman Kepada
Perusahaan Negara
Pemberian Pinjaman Kepada
Perusahaan Daerah
Pemberian Pinjaman Kepada
Pemerintah Daerah Lainnya
PEMBIAYAAN NETO
Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 47


PEMERINTAH DAERAH ......
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31
DESEMBER 20X1 dan 20X0
Uraian 20X1 20X0 Kenaikan/ %
Penurunan
KEGIATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah
Jumlah Pendapatan Asli
Daerah
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH
PUSAT - DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya
Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan Transfer
Dana Perimbangan
TRANSFER PEMERINTAH
PUSAT - LAINNYA
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Jumlah Pendapatan Transfer
Lainnya
Total Pendapatan Transfer
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG
SAH
Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah Pendapatan Lain-lain
yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN

48 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


BEBAN
BEBAN OPERASIONAL
Beban Pegawai
Beban Barang dan Jasa
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan
Beban Lain-lain
Jumlah Beban Operasi
BEBAN TRANSFER
Beban Transfer Bagi Hasil
Pajak Daerah
Beban Transfer Bagi Hasil
Pendapatan Lainnya
Beban Transfer Bantuan
Keuangan ke Pemda Lainnya
Beban Transfer Bantuan
Keuangan ke Desa
Beban Transfer Bantuan
Keuangan Lainnya
Jumlah Beban Transfer
JUMLAH BEBAN
JUMLAH SURPLUS/DEFISIT
DARI OPERASI
SUPRLUS/DEFISIT DARI
KEGIATAN NONOPERASIONAL
SURPLUS
NONOPERASIONAL
DEFISIT NONOPERASIONAL
SURPLUS/DEFISIT SEBELUM
POS LUAR BIASA
POS LUAR BIASA
PENDAPATAN LUAR BIASA
BEBAN LUAR BIASA
JUMLAH POS LUAR BIASA
SURPLUS/DEFISIT - LO

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 49


NERACA
PEMERINTAH PROVINSI XXX
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31
DESEMBER 20X1 dan 20X0
Uraian 20X1 20X0
ASET
ASET LANCAR
Kas di kas daerah
Kas di bendahara umum
Kas di bendahara penerimaan
Kas di BLUD
Investasi jangka pendek
Piutang pajak
Piutang retribusi
Penyisihan piutang
Belanja dibayar dimuka
Bagian lancar pinjaman kepada
perusahaan negara
Bagian lancar pinjaman kepada
perusahaan daerah
Bagian lancar pinjaman kepada
pemerintah pusat
Bagian lancar pinjaman kepada
pemerintah daerah lainnya
Bagian lancar tagihan penjualan
angsuran
Bagian lancar tuntutan ganti rugi
Piutang lainnya
Persediaan
JUMLAH ASET LANCAR
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi nonpermanen
Pinjaman kepada perusahaan negara
Pinjaman kepada perusahaan daerah
Pinjaman kepada pemerintah daerah
lainnya
Investasi dalam surat utang negara
Investasi dalam proyek pembangunan
Investeasi nonpermanen lainnya

50 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


Jumlah investasi nonpermanen
Investasi permanen
Penyertaan modal pemerintah daerah
Investasi permanen lainnya
Jumlah investasi nonpermanen
JUMLAH INVESTASI JANGKA
PANJANG
ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan mesin
Gedung dan bangunan
Jalan, irigasi dan jaringan
Aset tetap lainnya
Konstruksi dalam pengerjaan
Akumulasi penyusutan
JUMLAH ASET TETAP
ASET LAINNYA
Tagihan penjualan angsuran
Tuntutan perbendaharaan
Tuntutan ganti rugi
Kemitraan pihak ketiga
Aset tak berwujud
Aset lain-lain
JUMLAH ASET LAINNYA
JUMLAH ASET TIDAK LANCAR
JUMLAH ASET
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-
Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-
Pemerintah Daerah Lainnya
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-
Lembaga Keuangan Bank
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-
Lembaga Keuangan Bukan Bank

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 51


Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-
Utang Jangka Pendek Lainnya
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA
PENDEK
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
Utang Dalam Negeri-Pemerintah Daerah
Lainnya
Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan
Bank
Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan
Bukan Bank
Utang Dalam Negeri-Obligasi
Utang Jangka Panjang Lainnya
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA
PANJANG
JUMLAH KEWAJIBAN

5. Asumsi Dasar

Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di


lingkungan pemerintah adalah anggapan yang diterima
sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar
standar akuntansi dapat diterapkan , yang terdiri dari:
a. Kemandirian Entitas
Asumsi kemandirian entitas, berarti bahwa setiap
unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri
dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan
keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit
instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan.
Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah
adanya kewenangan entitas untuk menyusun
anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung
jawab penuh. Entitas bertanggung jawab atas
pengelolaan aset dan sumber daya di luar neraca
untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya,
termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan
sumber daya dimaksud, utang-piutang yang terjadi

52 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


akibat keputusan entitas, serta terlaksana atau tidak
terlaksananya program yang telah ditetapkan.

b. Kesinambungan Entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa
entitas pelaporan akan berlanjut keberadaannya.
Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak
bermaksud melakukan likuidasi atas entitas
pelaporan dalam jangka pendek.

c. Keturukuran Dalam Satuan Uang


Laporan keuangan entitas pelaporan harus
menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat
dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar
memungkinkan dilakukannya analisis dan
pengukuran dalam akuntansi.

6. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan


dimaksudkan sebagai ketentuan yang dipahami dan ditaati
oleh pembuat standar dalam menyusun standar,
penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam
melakukan kegiatannya, serta pengguna laporan keuangan
dalam memahami laporan keuangan yang disajikan.
Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam
akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah:
a. Basis akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan
keuangan pemerintah adalah basis akrual, untuk
pengakuan pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban
dan ekuitas. Dalam hal peraturan perundangan
mewajibkan disajikannya laporan keuangan dengan
basis kas, maka entitas wajib menyajikan laporan
demikian.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 53


Basis akrual untuk LO berarti bahwa pendapatan
diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan
telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh
entitas pelaporan dan beban diakui saat kewajiban
yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan
bersih telah terpenuhi walaupun kas belum
dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Pendapatan
seperti bantuan pihak luar/asing dalam bentuk jasa
disajikan pula pada LO.
Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan
berdasar basis kas, maka LRA disususn berdasarkan
basis kas, berarti bahwa pendapatan dan penerimaan
pembiayaan diakui pada saat kas diterima di
Rekening Umum Kas Negara/Daerah atau oleh
entitas pelaporan, serta belanja, transfer, dan
pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas
dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah. Namun demikian, bilamana
anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan
basis akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis
akrual.
Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset,
kewajiban dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat
terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau
kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan
pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau
secara kas diterima atau dibayar.

b. Nilai Historis
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas
yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan
untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas
yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban di masa yang akan datang dalam
pelaksanaan kegiatan pemerintah.

54 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada
penilaian yang lain karena lebih objektif dan dapat
diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis
dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban
terkait.

c. Realisasi
Bagi pemerintah, pendapatan basis kas yang tersedia
yang telah diotirisasikan melalui anggaran
pemerintah suatu periode akuntansi akan digunakan
untuk membayar utang dan belanja dalam periode
tersebut. Mengingat LRA masih merupakan laporan
yang wajib disusun, maka pendapatan atau belanja
basis kas diakui setelah diotorisasi melalui anggaran
dan telah menambah atau mengurangi kas.
Prinsip layak temu biaya-pendapatan dalam
akuntansi pemerintahan tidak dapat penekanan
sebagaimana dipraktekan dalam akuntansi
komersial.

d. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal


Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan
wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya
disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut
perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi
dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek
formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau
peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek
formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan
dengan jelas dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.

e. Prinsip periodisitas
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas
pelaporan perlu dibagi meniadi periode-periode
pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan
posisi sumber daya yang dimilikinya dapat

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 55


ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah
tahunan. Namun periode bulanan, triwulan, dan
semesteran juga dianjurkan.

f. Prinsip konsistensi
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada
kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh
suatu entitas pelaporan. Hal ini tidak berarti bahwa
tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode
akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode
akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat
bahwa metode yang baru diterapkan mampu
memberikan informasi yang lebih baik dibandingkan
metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan
metode ini diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan
Keuangan.

g. Prinsip pengungkapan lengkap


Laporan keuangan menyajikan secara lengkap
informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi
yang dibutuhkan pengguna laporan keuangan dapat
ditempatkan pada lembar muka laporan keuangan
atau Catatan Atas Laporan Keuangan.

h. Prinsip penyajian wajar


Laporan keuangan menyajikan dengan wajar LRA,
Laporan Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK, LPE dan
CALK.
Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan
sehat diperlukan bagi penyusun laporan keuangan
ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan
keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui
dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya
dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam
penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat
mengandung unsur kehati-hatian pada saat

56 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian
sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan
terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu
rendah. Namum demikian, penggunaan
pertimbangan sehat tidak memperkenankan,
misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi,
sengaja menetapkan aset atau pendapatan yang
terlampau rendah, atau sengaja mencatat kewajiban
atau belanja yang terlalu tinggi, sehingga laporan
keuangan menjadi tidak netral atau tidak handal.

7. Kendala Informasi Yang Relevan dan Handal

Kendala informasi akuntansi dan laporan keuanan


adalah setiap keadaan yang tidak memungkinkan
terwujudnya kondisi yang ideal dalam mewujudkan
informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan
dan handal akibat keterbatasan atau karena alasan-alasan
kepraktisan. Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam
informasi akuntansi dan laporan keuangan pemerintah
yaitu:
a. Materialitas
Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan
keuangan pemerintah hanya diharuskan memuat
informasi yang memenuhi kriteria materialitas.
Informasi dipandang material apabila kelalaian
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat
informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan
keuangan.

b. Pertimbangan Biaya dan Manfaat


Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya
melebihi biaya penyusunannya. Oleh karena itu,
laporan keuangan pemerintah tidak semestinya
menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 57


kecil dari biaya penyusunannya. Namun demikian,
evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses
pertimbangan yang substansial. Biaya itu juga tidak
harus dipikul oleh pengguna informasi yang
menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati
oleh pengguna lain di samping mereka yang menjadi
tujuan informasi, misalnya penyediaan informasi
lanjutan kepada kreditor mungkin akan mengurangi
biaya yang dipikul oleh suatu entitas pelaporan.

c. Keseimbangan antar Karakter Kualitatif


Keseimbangan antar karakter kualitatif diperlukan
untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di
antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan
dipenuhi laporan keuangan pemerintah. Kepentingan
relatif antar karakteristik dalam berbagai kasus
berbeda, terutama antara relevansi dan keandalan.
Penentuan tingkat kepentingan antara dua
karakteristik kualitatif tersebut merupakan masalah
pertimbangan profesional.

58 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


BAB 3
AKUNTANSI PENDAPATAN

1. Konsep Umum Pendapatan

Pendapatan secara umum didefinisikan sebagai arus


manfaat ekonomis yang masuk, berasal dari aktivitas
suatu organisasi dan berdampak pada kenaikan ekuitas
yang bukan merupakan kontribusi dari penanam modal.
Azas umum dalam penerimaan pendapatan daerah
terdiri dari :
a. Semua penerimaan pendapatan daerah dalam rangka
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dikelola
dalam APBD.
b. Setiap satuan kerja yang mempunyai tugas
memungut dan /atau menerima pendapatan daerah
wajib melaksanakan pemungutan dan/atau
penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan.
c. Penerimaan satuan kerja dilarang digunakan
langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.
d. Penerimaan satuan kerja berupa uang atau cek harus
disetor segera ke rekening kas umum daerah.
e. Setiap penerimaan pendapatan harus didukung oleh
bukti yang lengkap dan sah

Pendapatan-LO dan Pendapatan-LRA


Berbeda dengan organisasi bisnis, pada instansi
pemerintah pencatatan akuntansi pendapatan dibagi
menjadi dua bagian, yaitu Pendapatan-LRA dan
Pendapatan-LO. Pendapatan-LRA didefinisikan sebagai
penerimaan oleh Bendahara Umum Daerah atau oleh

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 59


entitas pemerintah lainnya yang menambah Saldo
Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak
perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Sementara
Pendapatan-LO merupakan hak pemerintah daerah yang
diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa Pendapatan-LRA dicatat dengan basis kas, hal ini
dibuktikan dengan pendapatan yang baru bisa diakui pada
saat kas diterima di Rekening Kas Umum Daerah atau oleh
entitas pelaporan. Sementara Pendapatan-LO dicatat
dengan menggunakan basis akrual, dimana pendapatan
diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah
terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas
Umum Daerah atau oleh entitas pelaporan.
Pada prinsipnya pencatatan pendapatan dalam dua
jenis rekening tersebut dilandasi atas dua kepentingan
pencatatan, yaitu:
a. Media pelaporan realisasi anggaran (LRA).
b. Media pelaporan kinerja keuangan (LO).

Sumber Pendapatan
Sumber pendapatan pada instansi pemerintah
daerah berasal dari:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri dari:
 Pajak Daerah.
 Retribusi Daerah.
 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan.
 Lain-lain PAD yang Sah.
b. Pendapatan Dana Perimbangan/Pendapatan
Transfer, terdiri dari:
 Bagi Hasil/DAU/DAK/Pendapatan Transfer
Pemerintah Pusat.
 Pendapatan Transfer Pemerintah Lainnya.

60 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah
Lainnya.
 Bantuan Keuangan.
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, terdiri dari:
 Pendapatan Hibah.
 Dana Darurat.
 Pendapatan Lainnya.

Pendapatan Asli Daerah


Pendapatan Asli Daerah (PAD) didefinisikan sebagai
sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah
masing-masing dan diperoleh dengan dasar peraturan
daerah mengacu pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pajak daerah adalah pungutan yang dilakukan
Pemerintah Daerah berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku. Pajak daerah ini dapat dibedakan dalam dua
kategori yaitu pajak daerah yang ditetapkan oleh peraturan
daerah dan pajak negara yang pengelolaannya dan
penggunaannya diserahkan kepada daerah.
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Adalah penerimaan yang berupa hasil perusahaan milik
daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, yang terdiri dari bagian laba Perusahaan
Daerah Air Minum, bagian laba lembaga keuangaan bank,
bagian laba lembaga keuangan non bank, bagian laba
perusahaan milik daerah lainnya dan bagia laba atas
penyertaan modal/investasi kepada pihak ketiga.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Meliputi
hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dapat
dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga dan komisi,
potong ataupun bentuk lain sebagai akibat penjualan dan
atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 61


Pendapatan Dana Perimbangan/Transfer
Pelaksanaan otonomi daerah dalam sistem
pemerintahan di Indonesia juga berdampak pada
pengelolaan pendapatan yang bersumber dari lingkup
pemerintah lain. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab
sebelumnya, secara substansial lingkup pemerintahan di
Indonesia dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu pemerintah
pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota, dengan adanya prinsip pemisahan entitas
antar pemerintahan berdampak pada pengakuan
pendapatan yang diperoleh dari instansi pemerintah lain
yang diakui sebagai pendapatan transfer. Sistem transfer
pendapatan antar pemerintah tersebut dapat berupa bagi
hasil, alokasi dana umum maupun khusus, subsidi, atau
bantuan antar entitas pemerintahan.
Sebagai contoh pemerintah pusat yang melakukan
pungutan pajak kepada sebuah perusahaan pertambangan
di Kabupaten A, Provinsi X. Berdasarkan kesepakatan
bersama antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten,
dan dikarenakan sumber daya yang diambil juga
merupakan hak masyarakat daerah, sehingga Pemerintah
Kabupaten A dan Pemerintah Provinsi X akan memperoleh
bagi hasil atas pungutan pajak oleh Pemerintah Pusat
sesuai prosentase yang telah disepakati, untuk
dimanfaatkan dalam kegiatan pembangunan di daerah
masing-masing.
Sementara itu Dana Alokasi Umum (DAU)
merupakan bentuk pengalokasian dana kepada setiap
Daerah Otonom (Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota) di
Indonesia setiap tahunnya sebagai dana pembangunan.
Tujuan DAU adalah sebagai pemerataan kemampuan
keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan
Daerah dalam rangka pelaksanaan fungsi desentralisasi.
Pengalokasian DAU bersifat block grant, sehingga
penggunaan dana DAU diserahkan kepada masing-masing
daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah
masing-masing.
Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan alokasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dari Pemerintah

62 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


Pusat kepada Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional. Berbeda dengan tujuan
pengalokasian DAU, pengalokasian pendapatan DAK pada
Pemerintah Daerah harus dialokasikan untuk membiayai
suatu program/kegiatan tertentu yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Pada proses pencatatan akuntansinya, DAU
maupun DAK diakui sebagai salah satu komponen belanja
pada APBN, dan menjadi komponen pendapatan pada
APBD.
Adapun ketentuan pengalokasian DAK terdiri dari:
a. Kriteria umum: dirumuskan berdasarkan
kemampuan keuangan daerah yang tercermin dari
penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja
PNSD.
b. Kriteria khusus: dirumuskan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang mengatur
penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik
daerah.
c. Kriteria teknis, yang disusun berdasarkan indikator-
indikator yang dapat menggambarkan kondisi sarana
dan prasarana, serta pencapaian teknis pelaksanaan
kegiatan DAK di daerah.

Terkait dengan pendapatan dalam bentuk bantuan


keuangan, bantuan dimaksud dapat bersifat umum dan
khusus yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan
yang sah. Pemberian bantuan keuangan didasarkan pada
pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal,
membantu pelaksanaan urusan pemerintahan daerah,
maupun kebutuhan-kebutuhan khusus tertentu yang
bersifat mendesak dan penting. Pada umumnya
Pemerintah Daerah tidak memperoleh bantuan keuangan
secara rutin, bantuan keuangan hanya diperoleh pada
kondisi tertentu.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 63


Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Hibah Tidak Mengikat diartikan bahwa pemberian
hibah tersebut ada batas akhirnya tergantung pada
kemampuan keuangan daerah dan kebutuhan atas
kegiatan tersebut dalam menunjang penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Hibah berasal dari pemerintah,
pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga,organisasi
swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan,
dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat.
Dana Darurat Dari Pemerintah adalah dana yang
berasal dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah yang
mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa,
dan/atau krisis solvabilitas. Dana darurat dari pemerintah
dalam rangka penanggulangan korban atau kerusakan
akibat bencana alam. Pemerintah mengalokasikan Dana
Darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan
mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional
dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat
ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan sumber
APBD.

2. Pengakuan Pendapatan

Dikarenakan pencatatan akuntansi pendapatan


dibagi menjadi dua bagian seperti yang sudah disampaikan
sebelumnya, maka proses pengakuan pendapatannya pun
berbeda antara kedua akun pendapatan tersebut. Untuk
Pendapatan-LO, pendapatan akan diakui pada saat:
a. timbulnya hak atas pendapatan tersebut (earned);
atau
b. pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk
sumber daya ekonomi.

Sementara untuk Pendapatan-LRA diakui pada saat:


 kas diterima di Rekening Kas Umum Daerah;
 diterima oleh SKPD; atau

64 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


 diterima entitas lain diluar pemerintah daerah atas
nama BUD.

Berdasarkan sumber, sifat dan prosedur


penerimaan pendapatan; proses pengakuan pendapatan
diklasifkasikan kedalam beberapa alternatif:
a. Pengakuan pendapatan didahului dengan adanya
penetapan. Pada proses penetapan tersebut akan
ditentukan jumlah uang yang akan diterima
pemerintah daerah. Ketika dokumen penetapan telah
disahkan, pemerintah daerah mencatat pendapatan
ini sebagai pendapatan LO karena secara riil uang
belum diterima. Ketika proses pembayaran telah
dilakukan dan uang telah diterima oleh pemerintah
daerah, dilakukan pencatatan akuntansi pendapatan
LRA.

b. Pengakuan pendapatan yang diterima secara


langsung. Contoh yang banyak terjadi misalnya
terkait pendapatan pajak yang didahului dengan
penghitungan sendiri oleh wajib pajak (self
assessment) dan dilanjutkan dengan pembayaran
oleh wajib pajak berdasarkan perhitungan tersebut.
Pendapatan ini diakui sebagai pendapatan LO dan
Pendapatan LRA secara bersamaan ketika
pembayaran sudah dilakukan.
Namun kemudian apabila pada saat pemeriksaan
ditemukan kurang bayar maka akan diterbitkan surat
ketetapan kurang bayar yang mekanisme pengakuan
pendapatannya mengikuti mekanisme yang didahului
penetapan. Sedangkan apabila dalam pemeriksaan
ditemukan lebih bayar maka akan diterbitkan surat
ketetapan lebih bayar yang akan dijadikan pengurang
pendapatan.

c. Pengakuan pendapatan ini terkait mekanisme


pengelolaan pendapatan yang pembayarannya
dilakukan di muka untuk memenuhi kewajiban
selama beberapa periode ke depan. Pendapatan LO

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 65


diakui ketika periode yang bersangkutan telah terlalui
atau setelah diterbitkan penetapan berupa Surat
Ketetapan (SK) atas pendapatan terkait, sedangkan
pendapatan LRA diakui pada saat uang telah
diterima.

3. Pengukuran Pendapatan

Pendapatan-LRA dan Pendapatan-LO diukur dan


dicatat berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan pendapatan/penerimaan bruto, dan tidak
mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan
dengan pengeluaran). Dalam hal besaran pengurang
terhadap pendapatan bruto (biaya) bersifat variabel
terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat diestimasi
terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka
asas bruto dapat dikecualikan.
Pendapatan yang diperoleh dalam mata uang asing
diukur dan dicatat pada tanggal transaksi menggunakan
kurs tengah Bank Indonesia.

4. Penyajian Pendapatan

Pendapatan LO disajikan pada Laporan Operasional


(LO) dan Pendapatan LRA disajikan pada Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) sesuai klasifikasi dalam BAS. Berikut
merupakan contoh penyajian pendapatan dalam Laporan
Realisasi Anggaran:

66 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


SKPD ......
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31
DESEMBER 20X1 dan 20X0
Uraian Anggaran Realisasi % Realisasi
20X1 20X1 20X0
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI
DAERAH
Pendapatan Pajak
Daerah
Pendapatan Retribusi
Daerah
Pendapatan Hasil
Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah
Jumlah Pendapatan
Asli Daerah
PENDAPATAN
TRANSFER
TRANSFER
PEMERINTAH PUSAT -
DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil
Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan
Transfer Dana
Perimbangan
TRANSFER
PEMERINTAH PUSAT –
LAINNYA
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Jumlah Pendapatan
Transfer Lainnya
Total Pendapatan
Transfer
LAIN-LAIN
PENDAPATAN YANG
SAH
Pendapatan Hibah

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 67


Pendapatan Dana
Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah Pendapatan
Lain-lain yang Sah
JUMLAH
PENDAPATAN

Berikut merupakan contoh penyajian pendapatan


dalam Laporan Operasional:
SKPD ......
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31
DESEMBER 20X1 dan 20X0
Uraian 20X1 20X0 Kenaikan/ %
Penurunan
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI
DAERAH
Pendapatan Pajak
Daerah
Pendapatan Retribusi
Daerah
Pendapatan Hasil
Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah
Jumlah Pendapatan
Asli Daerah
PENDAPATAN
TRANSFER
TRANSFER
PEMERINTAH PUSAT -
DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil
Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan
Transfer Dana
Perimbangan

68 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


TRANSFER
PEMERINTAH PUSAT -
LAINNYA
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Jumlah Pendapatan
Transfer Lainnya
Total Pendapatan
Transfer
LAIN-LAIN
PENDAPATAN YANG
SAH
Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana
Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah Pendapatan
Lain-lain yang Sah
JUMLAH
PENDAPATAN

5. Pengungkapan Pendapatan

Hal-hal yang harus diungkapkan dalam Catatan


atas Laporan Keuangan terkait dengan pendapatan adalah:
a. penerimaan pendapatan tahun berkenaan setelah
tanggal berakhirnya tahun anggaran;
b. penjelasan mengenai pendapatan yang pada tahun
pelaporan yang bersangkutan terjadi hal-hal yang
bersifat khusus;
c. penjelasan sebab-sebab tidak tercapainya target
penerimaan pendapatan daerah;
d. informasi lainnya yang dianggap perlu.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 69


6. Prosedur Akuntansi Pendapatan di SKPD

Apabila digambarkan menggunakan diagram alir, alur prosedur pengelolaan akuntansi


pendapatan terdiri dari:
a. Contoh prosedur pendapatan yang didahului dengan penetapan
Pelaksana
No. Kegiatan PPKD/Dinas y ang
Wajib Pajak Bendahara Penerimaan PPK
Berwenang

M enetap kan Surat Ketetap an Pajak


1.
(SKP) Daerah

2. SKP disamp aikan p ada Wajib Pajak

3. SKP didistribusikan kep ada PPK

Berdasarkan SKP tersebut, WP akan


melakukan p embay aran p ajak kep ada
4. Bendahara Penerimaan dengan
meny erahkan SKP y ang sebelumny a
diberikan oleh dinas y ang berwenang

M embuat Tanda Bukti Pembay aran


5.
(TBP)

Atas p ajak y ang diterima tersebut,


Bendahara Penerimaan akan mengisi
6. Surat Tanda Setoran (STS) dan
melakukan p eny etoran ke Kas
Daerah

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


70
b. Contoh prosedur pendapatan yang diterima secara langsung
Pelaksana
No Kegiatan PPKD/Dinas yang Bendahara
Wajib Pajak PPK
Berwenang Penerimaan

M elakukan perhitungan terhadap


1.
pajak terhutang

2. M elakukan pembayaran pajak

M engeluarkan Tanda Bukti


Pembayaran (TBP) dan
3. menyerahkan salinannya kepada
PPKD/Dinas yang berwenang, PPK,
dan WP

M enyetorkan pendapatan yang telah


4.
diterima ke rekening kas daerah

Bendahara TBP, PPKD/Dinas yang


5. berwenang akan melakukan
pemeriksaan

Bendahara TBP, PPKD/Dinas yang


6. berwenang menerbitkan surat
ketetapan

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 71


c. Contoh prosedur pendapatan yang pembayarannya dilakukan di muka untuk beberapa
periode
Pelaksana
No Kegiatan PPKD/Dinas y ang
Wajib Pajak Bendahara Penerimaan
Berwenang
M elakukan p erhitungan terhadap
1. p ajak terhutang dilanjutkan dengan
melakukan p embay aran p ajak

M engeluarkan Tanda Bukti


Pembay aran (TBP) dan
meny erahkan salinanny a kep ada
2. PPKD/Dinas y ang berwenang
sebagai dasar p emeriksaan, kep ada
PPK sebagai dasar p encatatan, dan
kep ada WP

M engisi STS dan meny etorkan


p embay aran p ajak tersebut ke
3. PPKD. Salinan STS tadi kemudian
didistribusikan oleh Bendahara
Penerimaan ke PPK.

M elakukan p roses p emeriksaan.


Berdasarkan hasil p emeriksaan,
PPKD/Dinas y ang berwenang akan
4.
mengeluarkan Surat Ketetap an y ang
kemudian diserahkan kep ada PPK
sebagai dasar p encatatan.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


72
7. Jurnal Standar Pendapatan

Jurnal-jurnal yang diperlukan terkait dengan


pencatatan akuntansi pendapatan ini diantaranya:
a. Pencatatan pendapatan yang didahului dengan
penetapan:
 Jurnal untuk mengakui pendapatan pajak
daerah
Dr. Piutang Pajak… xxx
Cr. Pendapatan…-LO xxx

 Jurnal untuk mencatat penerimaan pembayaran


dari WP
Dr. Kas di Bendahara xxx
Penerimaan
Cr. Piutang Pajak… xxx

Dr. Perubahan SAL xxx


Cr. Pendapatan Pajak... – xxx
LRA

 Jurnal untuk mencatat penyetoran ke Kas


Daerah
Dr. RK PPKD xxx
Cr. Kas di Bendahara xxx
Penerimaan

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 73


b. Pencatatan pendapatan yang diterima secara
langsung:
 Jurnal untuk mencatat Penerimaan Pembayaran
Pajak dari WP
Dr. Kas di Bendahara xxx
Penerimaan
Cr. Pendapatan Pajak…- xxx
LO

Dr. Perubahan SAL xxx


Cr. Pendapatan Pajak... – xxx
LRA

 Jurnal untuk mencatat penyetoran pendapatan


ke rekening kas daerah
Dr. RK PPKD xxx
Cr. Kas di Bendahara xxx
Penerimaan

 Jurnal untuk mencatat pengakuan utang


kepada wajib pajak akibat lebih bayar
Dr. Pendapatan…-LO xxx
Cr. Utang xxx

 Jurnal untuk mencatat pengakuan piutang dari


wajib pajak akibat kurang bayar
Dr. Piutang Pendapatan… xxx
Cr. Pendapatan…-LO xxx

74 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


c. Pencatatan pendapatan yang pembayarannya
dilakukan di muka untuk beberapa periode:
 Jurnal untuk mencatat pengakuan pembayaran
pajak dari WP
Dr. Kas di Bendahara xxx
Penerimaan
Cr. Pendapatan Diterima xxx
Dimuka

Dr. Perubahan SAL xxx


Cr. Pendapatan Pajak... - xxx
LRA

 Jurnal untuk mencatat penyetoran ke kas


Daerah
Dr. RK PPKD xxx
Cr. Kas di Bendahara xxx
Penerimaan

 Jurnal untuk mencatat pengakuan pendapatan


pajak
Dr. Pendapatan Diterima xxx
Dimuka
Cr. Pendapatan Pajak… - xxx
LO

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 75


8. Simulasi Pencatatan Akuntansi Pendapatan

Berikut ini merupakan contoh pencatatan akuntansi


untuk transaksi pendapatan yang akan dicatat oleh PPK-
SKPD:
a. Pada tanggal 17 November 200X Dinas Pendapatan
Daerah menerima Pendapatan XXX sebesar
Rp65.000.000,00, sebagai hasil penjualan aset
daerah yang tidak dipisahkan.
PEMERINTAH KOTA XXX
TANDA BUKTI PEMBAYARAN
NOMOR BUKTI 01
a) Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu Citra Gantika Telah menerima uang sebesar
Rp 65.000.000,00
b) (dengan huruf enam puluh lima juta rupiah)
c) Dari : PT. Sejahtera Abadi
Alamat : Jl. Padjadjaran no. 45 XXX
d) Sebagai pembayaran : XXX

Kode rekening e) Jumlah


(Rp)
65.000.000

f) Tanggal diterima uang : 17 November 200X

Mengetahui,
Bendahara Penerimaan Pembayar/Penyetor

ttd
ttd
Citra Gantika
NIP. 180 099 309 Yuliza Yazid

Lembar Asli : Untuk pembayar/penyetor/pihak ketiga


Salinan 1 : Untuk Bendahara
Penerimaan/Bendahara Pembantu
Salinan 2 : Arsip

76 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


Jurnal akuntansi untuk mencatat transaksi
penerimaan pendapatan penjualan aset daerah yang
tidak dipisahkan tersebut adalah sebagai berikut:

Nomor Jumlah (Rp)


Tanggal Uraian Ref
Bukti Debit Kredit
1 2 4 5 6 7
17/11/2 TBP-01 Kas di Bend 65.000.000
00X Penerimaan
Pendapatan 65.000.000
xxx-LO
Perubahan SAL 65.000.000
Pendapatan 65.000.000
xxx-LRA

b. Pada tanggal 17 November 200X Dinas Pendapatan


Daerah mengakui pendapatan pajak dari XXX sebesar
Rp10.000.000 untuk periode waktu november 200x
SURAT KETETAPAN
PEMERINTAH NO. URUT :
PAJAK
KOTA XXX 01
(SKP)
MASA : November
TAHUN : 200X

NAMA
: ….
: Jl. Merdeka No. 7
ALAMAT
XXX
NOMOR POKOK : 1567845672567
WAJIB RETRIBUSI
(NPWR)
TANGGAL JATUH : 16 November 200X
TEMPO
URAIAN
JUMLAH
No. KODE REKENING PAJAK
(RP)
DAERAH
1. XXX 10.000.000
2.
Jumlah
Ketetapan
Pokok
Retribusi :

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 77


Jumlah
Sanksi :
a. Bunga
b. Kenaikan
Jumlah 10.000.000
Keseluruhan
:
Dengan huruf : Sepuluh juta rupiah
PERHATIAN :
a. Harap penyetoran dilakukan pada Bank / Bendahara
Penerimaan Citra Gantika
b. Apabila SKR ini tidak atau kurang dibayar lewat waktu
paling lama 30 hari setelah SKR diterima atau (tanggal
jatuh tempo) dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% per bulan.
XXX, 17 November 200X
Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran

ttd

Dr. H. Satia Putra., M.M.


NIP. 140 080 791
----------------------------------------potong di sini------------------
----------------------
NO. URUT :
01
TANDA TERIMA
NAMA XXX , 17 November 200X

Yang menerima,
ttd
Citra Gantika
NIP. 180 099 309

78 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


Bentuk jurnal akuntansi untuk mencatat transaksi
penerimaan pendapatan layanan jasa tersebut adalah:

Nomor Jumlah (Rp)


Tanggal Uraian Ref
Bukti Debit Kredit
1 2 4 5 6 7
17/11/2 SKP-01 Piutang Pajak 10.000.000
00X xxx
Pendapat 10.000.000
an Pajak
xxx- LO

c. Pada tanggal 17 November 200X disetorkan ke Kasda


seluruh pendapatan pada hari tersebut dengan
menggunakan STS.
PEMERINTAH KOTA XXX
SURAT TANDA SETORAN
(STS)
STS No. 03 Bank : YYY
No. Rekening : xx.xxx.xx

Harap diterima uang sebesar Rp65.000.000,00


(dengan huruf) (Enam Puluh Lima Juta
Rupiah)

Dengan rincian penerimaan sebagai berikut:


Kode Uraian Rincian Jumlah (Rp)
Rekening Obyek
Pendapatan XXX 65.000.000

TOTAL 65.000.000

Uang tersebut diterima pada tanggal 17


November 200X

Mengetahui,

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 79


Kepala Unit Organisasi Bendahara Penerimaan

ttd Ttd

Dr. H. Satia Putra., Citra Gantika


M.Kes
NIP. 140 080 791 NIP. 180 099 309

Tembusan:
Lembar 1 PPK-SKPD
Lembar 2 Kantor Kas Daerah
Lembar 3 Bagian Keuangan c.q. Subbag
Pembukuan
Lembar 4 Arsip

Dilampiri Slip Setoran Bank

Jurnal akuntansi untuk mencatat transaksi penyetoran


pendapatan kepada Kas Daerah adalah sebagai berikut:

Nomor Jumlah (Rp)


Tanggal Uraian Ref
Bukti Debit Kredit
1 2 4 5 6 7
17/11/ STS-03 RK-PPKD 65.000.000
200X
Kas di 65.000.000
Bendahara
Penerimaan

80 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


BAB 4
AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

1. Konsep Umum Beban dan Belanja

Senada dengan prinsip akuntansi pendapatan,


pencatatan pengeluaran pada sistem akuntansi
pemerintahan juga menganut dua prinsip pencatatan.
Pengeluaran pada sistem akuntansi pemerintahan
dikelompokkan menjadi beban yang merupakan
pengakuan berbasiskan prinsip akrual, dan belanja yang
berbasis kas.
Secara konseptual beban didefinisikan sebagai
penurunan ekuitas berupa pengeluaran atas konsumsi
aset maupun timbulnya kewajiban. Sedangkan belanja
dapat didefinisikan sebagai arus kas keluar dari Rekening
Kas Umum Negara/Daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih.
Secara lebih lengkap beberapa perbedaan antara
beban dan belanja, terdiri dari:
No. Beban Belanja
1. Diukur dan diakui Diukur dan diakui
dengan basis akuntansi dengan basis akuntansi
akrual kas
2. Merupakan unsur Merupakan unsur
pembentuk Laporan pembentuk Laporan
Operasional (LO) Realisasi Anggaran (LRA)
3. Menggunakan Kode Menggunakan Kode
Akun 9 Akun 5

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 81


Klasifikasi Beban dan Belanja
Beban dan belanja diklasifikasikan berdasarkan
beban/belanja operasi dan belanja modal. Secara lebih
lengkap pengelompokkan tersebut terdiri dari:
a. Beban Operasi:
 Beban pegawai.
 Beban barang.
 Beban hibah.
 Beban penyusutan aset tetap/amortisasi.
 Beban penyisihan piutang.
 Beban lain-lain/tidak terduga.
b. Belanja Operasi:
 Belanja pegawai.
 Belanja barang dan jasa.
 Belanja hibah.
 Belanja bantuan sosial.
c. Belanja Modal:
 Belanja tanah.
 Belanja peralatan dan mesin.
 Belanja gedung dan bangunan.
 Belanja jalan, irigasi, dan jaringan.
 Belanja aset tetap lainnya.
 Belanja aset lainnya.

Beban Operasi
Pada SKPD, beban operasi didefinisikan sebagai
seluruh jenis beban yang telah dapat diakui dan dicatat
untuk menjalankan fungsi tugas kerja di instansinya.
Beban pegawai merupakan seluruh beban yang
muncul akibat penggunaan jasa pegawai dalam
menjalankan tugas dan fungsi unit organisasi pemerintah.
Contoh kelompok beban operasi terdiri dari beban gaji,
tunjangan, uang makan, dan uang lembur PNS, dll.
Beban barang adalah beban yang muncul akibat
pembelian barang habis pakai yang digunakan dalam
proses produksi barang dan/jasa yang dipasarkan maupun

82 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


tidak dipasarkan maupun pengadaan barang yang
kemudian akan dijual kepada masyarakat. Contoh yang
termasuk dalam beban barang yaitu beban persediaan
ATK.
Beban hibah merupakan kelompok beban
pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa kepada
pemerintah lainnya, perusahaan negara/daerah,
masyarakat dan organisasi kemasyarakatan yang bersifat
tidak wajib dan tidak mengikat.
Beban penyusutan aset tetap/amortisasi
merupakan jenis beban yang muncul akibat pengakuan
atas penggunaan manfaat potensial suatu aset tetap
berwujud.
Beban penyisihan piutang adalah beban yang
muncul akibat penggunaan cadangan atas estimasi jumlah
tidak tertagihnya piutang.
Beban lain-lain/tidak terduga adalah beban yang
tidak dapat dikategorikan sebagai beban pegawai, beban
barang, beban hibah, beban penyusutan aset
tetap/amortisasi, dan beban penyisihan piutang. Contoh:
Beban bunga.

Belanja Operasi
Belanja operasi merupakan jenis pengeluaran yang
dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari SKPD yang
memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara
lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga,
subsidi, hibah, bantuan sosial.

Belanja pegawai merupakan pengeluaran yang


dilakukan pemerintah untuk memberikan imbalan berupa
kompensasi dalam bentuk uang/barang yang diberikan
kepada pegawai negeri, pejabat negara, dan pensiunan
serta pegawai honorer yang bertugas di dalam maupun di
luar negeri atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam
rangka mendukung tugas dan fungsi unit organisasi

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 83


pemerintah. Contoh: Belanja gaji, tunjangan, uang makan,
dan uang lembur PNS.
Belanja barang dan jasa merupakan kegiatan
belanja yang dilkeluarkan dalam upaya pembelian barang
dan/atau jasa habis pakai yang digunakan dalam proses
produksi barang dan/jasa yang dipasarkan maupun tidak
dipasarkan maupun pengadaan barang yang kemudian
akan dijual kepada masyarakat. Contoh: belanja keperluan
perkantoran, sewa gedung, dan pembayaran listrik.
Belanja hibah adalah perjanjian antara pemberi
hibah dan penerima hibah dengan mengalihkan hak dalam
bentuk uang/barang/jasa berupa transfer yang bersifat
sukarela, tidak wajib, tidak mengikat, tidak perlu dibayar
kembali, dan tidak terus menerus serta dilakukan.
Belanja bantuan sosial merupakan pemberian
barang/jasa oleh pemerintah kepada masyarakat guna
menghindari kemungkinan risiko sosial yang merupakan
peristiwa pemicu terjadinya kerentanan sosial. Contoh:
Belanja jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
rehabilitasi sosial.

Belanja Modal
Belanja modal adalah jenis pengeluaran untuk
perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi
manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal
meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah,
gedung dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud.
Belanja tanah adalah seluruh pengeluaran untuk
memperoleh tanah secara kontraktual hingga tanah
tersebut siap digunakan diantaranya terdiri dari:
a. Biaya
pengadaan/pembelian/pembebasan/penyelesaian.
b. Biaya balik nama.
c. Biaya pengosongan, penimbunan, perataan dan
pematangan tanah.

84 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


d. Biaya pembuatan sertifikat tanah.
e. Biaya administratif.

Belanja peralatan dan mesin adalah seluruh


pengeluaran terkait pengadaan peralatan dan mesin yang
digunakan dalam pelaksanaan kegiatan yaitu:
a. Biaya pembelian.
b. Biaya pengangkutan.
c. Biaya instalasi.

Belanja gedung dan bangunan adalah seluruh


pengeluaran untuk memperoleh gedung dan bangunan
secara kontraktual hingga gedung dan bangunan siap
digunakan yaitu:
a. Biaya pembelian.
b. Biaya konstruksi.
c. Biaya pengurusan IMB.
d. Biaya notaris.
e. Biaya pajak (kontraktual).

Belanja jalan, irigasi dan jaringan merupakan


seluruh pengeluaran untuk memperoleh jalan, irigasi dan
jaringan hingga siap digunakan yaitu:
a. Biaya konstruksi.
b. Biaya penambahan/penggantian untuk
meningkatkan masa manfaat.
c. Biaya penambahan nilai aset.

Belanja modal lainnya adalah pengeluaran yang


diperlukan dalam kegiatan pembentukan modal untuk
pengadaan/pembangunan belanja modal lainnya selain

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 85


belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, serta jalan, irigasi dan jaringan; dengan catatan
bahwa barang/aset dimaksud tidak dimaksudkan untuk
dijual dan diserahkan kepada masyarakat. Pengeluaran
yang termasuk kedalam belanja modal lainnya ini terdiri
dari:
a. Kontrak sewa beli (leasehold).
b. Pengadaan/pembelian barang kesenian (art pieces).
c. Barang-barang purbakala untuk museum.
d. Hewan ternak.
e. Buku dan jurnal ilmiah.

Belanja Modal Badan Layanan Umum (BLU)


merupakan pengeluaran untuk pengadaan/perolehan/
pembelian aset yang digunakan dalam rangka
penyelenggaraan operasional BLU.

Metode Pembelanjaan
Pelaksanaan kegiatan belanja pada SKPD dapat
dilakukan dalam berbagai cara, penggunaan metode
pembelanjaan yang berbeda dilatarbelakangi oleh
perbedaan jenis belanja, otorisasi kegiatan belanja yang
dilakukan, sumber dana, dan metode
pertanggungjawaban. Pengelompokkan metode belanja
yang dapat dilakukan SKPD terdiri dari:
a. Langsung (LS) adalah metode pembayaran secara
Iangsung dari rekening Bendahara Umum Daerah
kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak
kerja atau surat perintah kerja Iainnya; dan juga
untuk pembayaran gaji dengan jumlah, penerima,
peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang
dokumennya disiapkan oleh PPTK.
b. Uang Persediaan (UP) adalah permintaan uang muka
yang bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak
dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

86 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


c. Ganti Uang Persediaan (GU) adalah metode belanja
yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk
permintaan penggantian uang persediaan yang tidak
dapat dilakukan dengan pembayaran Iangsung.
d. Tambahan Uang Persediaan (TU) adalah metode
pembelanjaan yang diajukan oleh bendahara
pengeluaran untuk permintaan tambahan uang
persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang
bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk
pembayaran Iangsung dan uang persediaan.

2. Pengakuan Beban dan Belanja

Berdasarkan perbedaan karakteristiknya maka


beban dan belanja memiliki proses pengakuan yang
berbeda antara satu dan lainnya. Beban diakui ketika:
a. Timbul kewajiban. Peralihan hak dari pihak lain ke
pemerintah tanpa adanya kas keluar dari kas umum
daerah. Contohnya tagihan biaya utilitas seperti
telepon, air, listrik.
b. Terjadi konsumsi aset. Pengeluaran kas pada pihak
lain tanpa didahului timbulnya kewajiban maupun
konsumsi aset nonkas dalam kegiatan operasional
pemerintah. Contohnya pihak pemerintah mengikuti
pelatihan yang diadakan perguruan tinggi, namun
biaya pelatihan belum dibayarkan.
c. Terjadi penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa. Penurunan nilai aset yang disebabkan oleh
penggunaan aset maupun berlalunya waktu.
Contohnya beban penyusutan dan amortisasi atas
aset yang dikelola oleh pemerintah.

Sedangkan belanja diakui ketika:


a. Terjadi pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah
setelah pengesahan definitif oleh fungsi BUD.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 87


Contohnya pembayaran belanja modal pada suatu
SKPD dengan mekanisme LS.
b. Pertanggungjawaban atas pengeluaran disahkan oleh
pengguna anggaran yang telah diverifikasi oleh PPK-
SKPD (khusus pengeluaran bendahara pengeluaran).
Contohnya belanja pengadaan ATK pada suatu SKPD.
c. Mengacu pada peraturan perundangan yang
mengatur Badan Layanan Umum Daerah. Belanja
pada BLUD sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Khusus untuk pengakuan beban, terdapat dua


pendekatan untuk pencatatan yang dapat dilakukan.
Pengakuan beban dilakukan melalui dua pendekatan yang
berbeda karena terdapat perbedaan waktu dalam
mengonsumsi barang yang dibeli. Pendekatan pengakuan
beban dimaksud terdiri dari:
a. Pendekatan Beban. Dicatat sebagai beban ketika
pembelian barang dan jasa akan digunakan maupun
dikonsumsi segera mungkin.
b. Pendekatan Aset. Dicatat sebagai persediaan ketika
pembelian barang dan jasa yang sifatnya berjaga jaga
atau untuk digunakan dalam satu periode anggaran
(1 tahun).

3. Pengukuran Beban dan Belanja

Beban diukur berdasarkan akumulasi keseluruhan


transaksi yang terjadi selama periode pelaporan.
Sedangkan pengukuran belanja meliputi jumlah kas keluar
dari Rekening Kas Umum Daerah dan/atau Rekening
Bendahara Pengeluaran berdasarkan azas bruto.

88 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


4. Penyajian Beban dan Belanja

Beban disajikan dalam Laporan Operasional (LO)


dan belanja disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran
(LRA). Berikut merupakan contoh penyajian belanja dalam
Laporan Realisasi Anggaran:
SKPD ......
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31
DESEMBER 20X1 dan 20X0
Uraian Anggaran Realisasi % Realisasi
20X1 20X1 20X0
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Jumlah Belanja
Operasi
BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan
Mesin
Belanja Gedung dan
Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi
dan Jaringan
Belanja Aset Tetap
Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Jumlah Belanja
Modal
Jumlah Belanja

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 89


Berikut merupakan contoh penyajian beban dalam
Laporan Operasional:
SKPD ......
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31
DESEMBER 20X1 dan 20X0
Uraian Anggaran Realisasi Kenaikan/ (%)
20X1 20X1 Penurunan
BEBAN
BEBAN OPERASI
Beban Pegawai
Beban Barang Jasa
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan
Beban Lain-lain
Jumlah Beban
Operasi
JUMLAH BEBAN

5. Pengungkapan Beban dan Belanja

Hal-hal yang harus diungkapkan dalam Catatan


atas Laporan Keuangan terkait dengan beban dan belanja
adalah:
a. Beban
 Rincian beban per SKPD.
 Penjelasan atas unsur-unsur beban yang
disajikan dalam laporan keuangan lembar
muka.
 Informasi lainnya yang dianggap perlu.
b. Belanja
 Rincian beban per SKPD.

90 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


 Penjelasan atas unsur-unsur beban yang
disajikan dalam laporan keuangan lembar
muka.
 Informasi lainnya yang dianggap perlu.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 91


6. Prosedur Akuntansi Beban dan Belanja di SKPD

Beban-Belanja dengan Mekanisme UP

Pelaksana
No. Kegiatan Bendahara
PPK-S KPD PPTK PA/KPA
Pengeluaran
M enyiapkan NPD/Daftar
1.
Honor/NPP

M emverifikasi NPD/Daftar
2.
Honor/NPP

Setelah diverifikasi, NPD/Daftar


3. Honor/NPP tersebut diserahkan
kepada PA/KPA untuk diotorisasi

M elakukan pembayaran atau transfer


4.
dana ke PPTK atau pihak ketiga

Bukti pembayaran atas transaksi


tersebut oleh Bendahara Pengeluaran
6.
akan diserahkan kepada PPK untuk
dicatat

92 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


Beban-Belanja dengan Mekanisme LS

Pelaksana
No. Kegiatan
PPTK PPK-S KPD PA/KPA Kuasa BUD
M enyiapkan daftar gaji/BAST/bukti
transaksi lainnya. Berita Acara
1
tersebut selanjutnya disampaikan
kepada PPK untuk diverifikasi
M emverifikasi daftar gaji/BAST/
2 bukti transaksi lainnya, kemudian
membuatkan Draft SPM

M enandatangani SPM lalu


3
menyerahkannya ke Kuasa BUD

4 M enerbitkan SP2D

M enerima SP2D yang sudah


5
diotorisasi Kuasa BUD

6 M encatat dalam jurnal akuntasi

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 93


Beban-Belanja dengan Mekanisme GU

Pelaksana
No. Kegiatan
PPTK PPK-S KPD PA/KPA Kuasa BUD

M enyiapkan bukti-bukti transaksi


1.
dan menyerahkannya kepada PPK

M embuat draft SPM dan diserahkan


2.
kepada PA/KPA

M enandatangani SPM dan


3.
menyerahkannya ke Kuasa BUD

M enerbitkan SP2D dan


4.
menyerahkannya ke Kuasa BUD

M enerima SP2D dan


5 mendistribusikannya ke PPK untuk
dicatat

6 M enerima SP2D dan mencatatnya

94 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


Beban-Belanja dengan Mekanisme TU

Pelaksana
No. Kegiatan Bendahara
PPK-S KPD PA/KPA Kuasa BUD
Pengeluaran

1. M elakukan pengajuan tambahan uang

M embuat persetujuan tambahan


2.
uang

M embuat draft SPM dan diserahkan


3.
kepada PA/KPA

M enandatangani SPM dan


4.
menyerahkannya ke Kuasa BUD

M enerbitkan SP2D dan


5
menyerahkannya ke Kuasa BUD

M enerima SP2D dan


6 mendistribusikannya ke PPK untuk
dicatat

7 M enerima SP2D dan mencatatnya

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 95


7. Jurnal Standar Beban dan Belanja

Jurnal-jurnal yang diperlukan terkait dengan


pencatatan akuntansi beban dan belanja diantaranya:
a. Pencatatan beban dan belanja pegawai:
 Jurnal untuk mencatat pembayaran biaya
pegawa secara langsung (Mekanisme LS)
Dr. Beban Gaji… xxx
Cr. RK PPKD…- LO xxx

Dr. Belanja Gaji… xxx


Cr. Perubahan SAL…- LRA xxx

 Jurnal untuk mencatat pembayaran biaya


pegawai melalui bendahara pengeluaran
(Mekanisme LS)
Dr. Kas di Bendahara xxx
Pengeluaran
Cr. RK PPKD… xxx
Dr. Beban Gaji xxx
Cr. Kas di bendahara xxx
pengeluaran...- LO

Dr. Belanja Gaji xxx


Cr. Perubahan SAL... – xxx
LRA

 Jurnal untuk mencatat pembayaran biaya


pegawai melalui bendahara pengeluaran
(Mekanisme UP/GU/TU)
Dr. Beban Pegawai xxx
Cr. Kas Bendahara xxx
Pengeluaran…- LO

96 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


Dr. Belanja Pegawai xxx
Cr. Perubahan SAL... – xxx
LRA

b. Pencatatan beban dan belanja barang/jasa/modal:


1. Pendekatan Beban
 Jurnal untuk mencatat pembelian secara kredit
untuk langsung digunakan
Dr. Beban Persediaan ATK xxx
Cr. Utang Belanja ATK…- xxx
LO

 Jurnal untuk mencatat pembayaran utang


melalui mekanisme LS
Dr. Utang Belanja ATK xxx
Cr. RK PPKD...- LO xxx

Dr. Belanja ATK xxx


Cr. Perubahan SAL...- LRA xxx

 Jurnal untuk mencatat pembayaran utang


melalui mekanisme UP/GU/TU
Dr. Utang Belanja ATK xxx
Cr. Kas di Bendahara xxx
Pengeluaran...- LO

Dr. Belanja ATK xxx


Cr. Perubahan SAL...- LRA xxx

 Jurnal untuk mencatat hasil stock opname


barang
Dr. Persediaan ATK xxx
Cr. Beban ATK xxx

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 97


2. Pendekatan Aset
 Jurnal untuk mencatat pembelian secara kredit
untuk digunakan dalam satu periode
Dr. Persediaan ATK xxx
Cr. Utang Belanja ATK…- xxx
LO

 Jurnal untuk mencatat pembayaran utang


melalui mekanisme LS
Dr. Utang Belanja ATK xxx
Cr. RK PPKD...- LO xxx

Dr. Belanja ATK xxx


Cr. Perubahan SAL...- LRA xxx

 Jurnal untuk mencatat pembayaran utang


melalui mekanisme UP/GU/TU
Dr. Utang Belanja ATK xxx
Cr. Kas di Bendahara xxx
Pengeluaran...- LO

Dr. Belanja ATK xxx


Cr. Perubahan SAL...- LRA xxx

 Jurnal untuk mencatat hasil stock opname ATK


(metode periodik)
Dr. Beban ATK xxx
Cr. Persediaan ATK xxx

98 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi


c. Pencatatan Hibah dan Bantuan Sosial:
1. Pendekatan Beban
 Jurnal untuk mencatat utang pembelian oleh
SKPD yang langsung dihibahkan
Dr. Beban Barang ... yang xxx
akan diserahkan kpd
Masyarakat
Cr. Utang Belanja Barang xxx
… yang akan
diserahkan pada
pihak ketiga...- LO

 Jurnal untuk mencatat pembayaran utang


pembelian dengan mekanisme LS
Dr. Utang Belanja Barang ... xxx
yang akan diserahkan
pada pihak ketiga
Cr. RK PPKD...- LO xxx

Dr. Belanja barang ... xxx


dihibahkan kepada
Masyarakat
Cr. Perubahan SAL...- xxx
LRA

 Jurnal untuk mencatat hasil stock opname


pembelian SKPD
Dr. Persediaan Barang ... xxx
yang akan diserahkan
kepada pihak ketiga
Cr. Beban Barang ... yang xxx
akan diserahkan
kepada pihak
ketiga...- LO

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 99


2. Pendekatan Aset
 Jurnal untuk mencatat utang pembelian SKPD
yang akan dihibahkan kepada pihak ketiga
Dr. Persediaan Barang yang xxx
akan diberikan kpd Pihak
ketiga
Cr. Utang Belanja xxx
Barang…- LO

 Jurnal untuk mencatat pembayaran utang


pembelian SKPD kepada rekanan dengan
mekanisme LS
Dr. Utang Belanja Barang xxx
Cr. RK PPKD…- LO xxx

Dr. Belanja Hibah kpd xxx


kelompok Masyarakat
Cr. Perubahan SAL…- xxx
LRA

 Jurnal untuk mencatat penyerahan hibah


Dr. Beban Barang yang akan xxx
diserahkan kpd
Masyarakat
Cr. Persediaan barang xxx
yang akan
diserahkan kpd
Masyarakat...- LO

d. Pencatatan Beban Penyusutan dan Amortisasi


Dr. Beban Penyusutan... xxx
Cr. Akumulasi Penyusutan…- xxx
LO

100 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
e. Pencatatan Beban Penyisihan Piutang
Dr. Beban Penyisihan Piutang... xxx
Cr. Penyisihan Piutang…- LO xxx

8. Simulasi Pencatatan Akuntansi Beban dan


Belanja

Berikut ini merupakan contoh pencatatan akuntansi


untuk transaksi beban dan belanja yang akan dicatat oleh
PPK-PPKD:
a. Pada tanggal 17 Januari 200X Dinas Pertamanan
melakukan pengadaan ATK seharga Rp
10.000.000,00, dimana proses pengadaan ATK
tersebut dimaksudkan untuk segera digunakan pada
tahun anggaran bersangkutan. Pembayaran
dilakukan dengan mekanisme LS. Pembelian ATK
tersebut oleh Bendahara Pengeluaran belum
dilakukan Pembayaran, barang yang dibeli telah
diterima oleh Penyimpan Barang dengan Berita Acara
Serah Terima Barang dari Rekanan.
PEMERINTAH KABUPATEN XXX
BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG
NOMOR 5
Yang bertandatangan dibawah ini:
1 Nama
Jabatan
Dalam hal ini bertindak atas nama ..... Yang
selanjutnya disebut PIHAK KESATU
2 Nama
Jabatan
Dalam hal ini bertindak atas nama ..... Yang
selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA sepakat untuk


melakukan Serah Terima Barang Milik Daerah dengan
ketentuan sebagai berikut:

PASAL 1
...

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 101
PASAL 2
a.
b.
c.

PASAL 3
...

PIHAK KESATU PIHAK KEDUA

ttd ttd

Citra Gantika Yuliza Yazid


NIP. 180 099 309

MENGETAHUI/MENYETUJUI

ttd

xxx
NIP.

Berdasarkan kejadian tersebut maka PPK-SKPD akan


melakukan jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nomor Uraian Ref Jumlah (Rp)
Bukti Debit Kredit
17/1/200x BAST- Beban 10.000.000
5 persediaan
ATK
Utang 10.000.000
Belanja
ATK

102 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
b. Berdasarkan pengadaan tanggal 17 Januari pada
Dinas Pertamanan, pihak terkait melakukan
pembayaran dengan menerbitkan SP2D LS belanja
tersebut tertanggal 9 Februari 200X.
PEMERINTAH KABUPATEN XXX
SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D)
NOMOR 13
Nomor SPM : Dari :
Tanggal : Tahun Anggaran :
SKPD :
Bank/Pos :
Hendaklah memindahbukukan dari Rekening Nomor ....
Uang Sebesar Rp ..... (Terbilang ........)
Kepada :
NPWP :
No. Rekening :
Bank/Pos :
Untuk Keperluan :
Kode Rekening Uraian Jumlah (Rupiah)

Jumlah
....., tanggal xx/xx/20xx
Kuasa BUD

ttd

Yuliza Yazid

Berdasarkan pembayaran tersebut PPK-SKPD akan


mencatat dengan jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nomor Uraian Ref Jumlah (Rp)
Bukti Debit Kredit
9/2/200x SP2D- Utang 10.000.000
13 Belanja
ATK
RK PPKD 10.000.000

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 103
Tanggal Nomor Uraian Ref Jumlah (Rp)
Bukti Debit Kredit
9/2/200x SP2D- Belanja ATK 10.000.000
13 Perubahan 10.000.000
SAL

c. Pada tanggal 8 Maret 200X Dinas Pertamanan


melakukan pengadaan pembangunan taman
kota sebesar Rp 50.000.000. Atas kegiatan
belanja tersebut bendahara pengeluaran
mengajukan proses pembayaran pada tanggal 20
April 200X setelah pembangunan taman kota
selesai dikerjakan dengan diterbitkannya Berita
Acara Serah Terima Pekerjaan.
PEMERINTAH KABUPATEN XXX
SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D)
NOMOR 17
Nomor SPM : Dari :
Tanggal : Tahun Anggaran :
SKPD :
Bank/Pos :
Hendaklah memindahbukukan dari Rekening Nomor
....
Uang Sebesar Rp ..... (Terbilang ........)
Kepada :
NPWP :
No. Rekening :
Bank/Pos :
Untuk Keperluan :
Kode Rekening Uraian Jumlah (Rupiah)

Jumlah
....., tanggal
xx/xx/20xx
Kuasa BUD

ttd

Yuliza Yazid

104 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Berdasarkan transaksi tersebut fungsi akuntansi
akan mencatat jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nomor Uraian Ref Jumlah (Rp)
Bukti Debit Kredit
20/4/200x SP2D- Taman 50.000.000
17 kota
RK 50.000.000
PPKD

Tanggal Nomor Uraian Ref Jumlah (Rp)


Bukti Debit Kredit
20/4/200x SP2D- Belanja 50.000.000
17 pengadaan
taman kota
Peruba 50.000.000
han
SAL

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 105
BAB 5
AKUNTANSI KEWAJIBAN

1. Konsep Umum Kewajiban

Secara umum kewajiban dapat didefinisikan sebagai


pengurang nilai kekayaan bersih yaitu utang yang timbul
dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah daerah. Karakteristik esensial kewajiban
adalah kewajiban masa kini pemerintah yang dalam
penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber
daya ekonomi di masa yang akan datang. Kewajiban
pemerintah daerah dapat muncul akibat melakukan
pinjaman kepada pihak ketiga, perikatan dengan pegawai
yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada
masyarakat luas, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas
lainnya, atau kewajiban kepada pemberi jasa.
Setiap pos kewajiban SKPD harus secara jelas
disajikan informasi jumlah yang perlu dipenuhi pada setiap
periode/jatuh temponya. Informasi tentang tanggal jatuh
tempo kewajiban bermanfaat untuk menilai likuiditas dan
solvabilitas suatu entitas. Informasi tentang tanggal
penyelesaian kewajiban seperti utang ke pihak ketiga dan
utang bunga juga bermanfaat untuk mengetahui kewajiban
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek atau
jangka panjang.

Kewajiban Jangka Pendek dan Kewajiban Jangka


Panjang
Pada pemerintah daerah, kewajiban dikelompokkan
menjadi dua bagian berdasarkan waktu jatuh tempo
penyelesaiannya. Pembagian tersebut terdiri dari:

106 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
a. Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban yang diharapkan akan dibayar paling lama
12 bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka
pendek pada SKPD antara lain terdiri dari:
 Utang perhitungan fihak ketiga (PFK). Utang
pemerintah kepada pihak lain yang disebabkan
kedudukan pemerintah sebagai pemotong pajak
atau pungutan lainnya. Contoh: PPh, PPN, Iuran
askes, Taspen, dan Taperum.
 Utang bunga. Utang kepada kreditur sebagai
imbalan atas pemakaian uang yang dipinjamkan
kepada perusahaan.
 Bagian lancar utang jangka panjang. Bagian
utang jangka panjang yang akan jatuh tempo
satu tahun yang akan datang.
 Pendapatan diterima dimuka. Pendapatan yang
telah diterima meskipun pendapatan tersebut
belum sepenuhnya menjadi hak perusahaan
dalam periode tersebut.
 Utang belanja. Utang yang muncul akibat
pembelian barang secara kredit. Contoh: Utang
belanja bahan pakai habis
 Utang jangka pendek lainnya. Utang yang tidak
dapat dikategorikan sebagai utang PFK, utang
bunga, bagian lancar utang jangka panjang,
pendapatan diterima dimuka, dan utang
belanja.

b. Kewajiban Jangka Panjang


Kewajiban jangka panjang umumnya merupakan
jenis kewajiban yang diharapkan akan dibayar dalam
waktu lebih dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
Suatu kewajiban tetap diklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka panjang meskipun kewajiban
tersebut jatuh tempo dan akan diselesaikan dalam

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 107
waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan, jika
memenuhi persyaratan berikut ini:
 Jangka waktu aslinya adalah untuk periode
lebih dari 12 bulan.
 Entitas bermaksud untuk mendanai kembali
(refinance) kewajiban tersebut atas dasar jangka
panjang.
 Maksud tersebut didukung dengan adanya
suatu perjanjian pendaan kembali (refinancing),
atau adanya penjadwalan kembali terhadap
pembayaran, yang diselesaikan sebelum
pelaporan keuangan disetujui.

Kewajiban jangka pendek dapat diubah


pengklasifikasiannya sebagai kewajiban jangka
panjang jika:
 Pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak
meminta pelunasan sebagai konsekuensi
adanya pelanggaran.
 Terdapat jaminan bahwa tidak akan terjadi
pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 bulan
setelah tanggal pelaporan.

Sementara itu contoh kewajiban jangka panjang


terdiri dari:
 Utang dalam negeri. Utang yang dimiliki
pemerintah yang berasal dari pemberi pinjaman
dalam negeri oleh penduduk atau pihak lain.
 Utang jangka panjang lainnya. Utang yang
bukan berasal dari pemberi pinjaman dalam
negeri.

108 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
2. Pengakuan Kewajiban

Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa


pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan,
dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai
penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.
Kewajiban didahului dengan adanya suatu peristiwa
yang mengakibatkan terjadinya konsekuensi keuangan
terhadap entitas SKPD. Peristiwa dimaksud dapat berupa
suatu kejadian internal dalam suatu entitas seperti proses
perubahan bahan baku menjadi suatu produk, ataupun
berupa kejadian eksternal yang melibatkan interaksi
antara suatu entitas dengan lingkungannya seperti
transaksi dengan entitas lain, bencana alam, kehilangan,
perusakan, maupun kerusakan. Kemudian peristiwa
tersebut mengakibatkan timbulnya suatu transaksi yang
melibatkan transfer sesuatu yang mempunyai nilai.
Transaksi mungkin terjadi dengan diikuti dengan adanya
pertukaran ataupun tanpa pertukaran. Pembedaan antara
transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran
sangat penting untuk menentukan saat pengakuan
kewajiban. Disamping itu terdapat kelompok pengakuan
kewajiban yang didasari dengan kejadian yang berkaitan
dengan pemerintah dan kejadian yang diakui pemerintah.
Perbedaan keempat jenis pengakuan kewajiban tersebut
dapat dijelaskan lebih lengkap dalam:
a. Transaksi dengan pertukaran (exchange transactions).
Kewajiban pada transaksi ini diakui ketika SKPD
menerima barang atau jasa sebagai ganti janji untuk
memberikan uang atau sumber daya lain di masa
depan, contohnya utang atas belanja ATK.
b. Transaksi tanpa pertukaran (non-exchange
transactions). Kewajiban pada jenis transaksi ini
diakui ketika SKPD berkewajiban memberikan uang
atau sumber daya lain kepada pihak lain di masa
depan secara cuma-cuma, tanpa SKPD mendapatkan
sesuatu dari entitas yang menerima sumber daya.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 109
Contoh dari transaksi ini seperti hibah kepada
masyarakat atau transfer pendapatan kepada entitas
tertentu yang telah dianggarkan sebelumnya.
c. Kejadian yang berkaitan dengan pemerintah
(government-related events). Kewajiban ini terjadi
mengikuti kejadian yang tidak didasari transaksi
namun berdasarkan adanya interaksi antara
pemerintah dan lingkungannya. Kewajiban ini diakui
ketika pemerintah daerah berkewajiban
mengeluarkan sejumlah sumber daya ekonomi
sebagai akibat adanya interaksi pemerintah daerah
dan lingkungannya, misal ganti rugi atas kerusakan
pada kepemilikan pribadi yang disebabkan aktivitas
pemerintah daerah. 

d. Kejadian yang diakui pemerintah (government-
acknowledge events). Kewajiban diakui ketika
pemerintah daerah memutuskan untuk merespon
suatu kejadian yang tidak ada kaitannya dengan
kegiatan pemerintah yang kemudian menimbulkan
konsekuensi keuangan bagi pemerintah, misal
pemerintah daerah memutuskan untuk
menanggulangi kerusakan akibat bencana alam di
masa depan. 


3. Pengukuran Kewajiban

Kewajiban memiliki proses pengukuran yang


berbeda-beda berdasarkan jenis kejadiannya. Pengukuran
kewajiban di bagi menjadi:
a. Kewajiban Jangka Pendek:
 Utang kepada Pihak Ketiga
Pemerintah daerah mengakui kewajiban atas
jumlah yang belum dibayarkan untuk
memperoleh barang atau jasa ketika pemerintah
daerah menerima hak atas barang atau jasa.
Contoh: Mencatat pembangunan fasilitas oleh

110 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
kontraktor atau peralatan berdasarkan realisasi
fisik kemajuan pekerjaan sesuai dengan berita
acara kemajuan pekerjaan. Jumlah kewajiban
yang disebabkan transaksi antar-unit
pemerintahan harus dipisahkan dengan
kewajiban kepada unit non-pemerintahan.
 Utang Transfer
Utang transfer diakui dan dinilai sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Utang Bunga
Utang bunga dicatat sebesar nilai bunga yang
telah terjadi dan belum dibayar dan diakui pada
setiap akhir periode pelaporan sebagai bagian
dari kewajiban yang berkaitan. 

 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
Utang PFK dicatat sebesar saldo
pungutan/potongan yang belum disetorkan
kepada pihak lain di akhir periode. 

 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Bagian lancar utang jangka panjang dicatat
sejumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu
12 bulan setelah tanggal pelaporan.
 Kewajiban Lancar Lainnya
Pengukuran kewajiban lancar lainnya
disesuaikan dengan karakteristik masing-
masing pos tersebut. Contoh: biaya yang masih
harus dibayar pada saat laporan keuangan
disusun. 


b. Kewajiban Jangka Panjang


 Utang yang tidak diperjualbelikan
Utang yang tidak diperjualbelikan memiliki nilai
nominal sebesar pokok utang dan bunga

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 111
sebagaimana yang tertera dalam kontrak
perjanjian dan belum diselesaikan pada tanggal
pelaporan, misal pinjaman dari World Bank. 

 Utang yang diperjualbelikan
Utang yang diperjualbelikan pada umumnya
berbentuk sekuritas utang pemerintah.
Sekuritas utang pemerintah dinilai sebesar nilai
pari (original face value) dengan
memperhitungkan diskonto atau premium yang
belum diamortisasi. Jika sekuritas utang
pemerintah dijual tanpa sebesar nilai pari, maka
dinilai sebesar nilai parinya. Jika sekuritas
utang pemerintah dijual dengan harga diskonto,
maka nilainya akan bertambah selama periode
penjualan hingga jatuh tempo. Sementara itu,
jika sekuritas dijual dengan harga premium,
maka nilainya akan berkurang selama periode
penjualan hingga jatuh tempo.

4. Penyajian Kewajiban

Kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan


pengelompokkan kewajiban jangka pendek dan kewajiban
jangka panjang sebagai berikut:
NERACA
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
Uraian Anggaran Realisasi
20X1 20X0
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri –
Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri –
Pemerintah Daerah Lainnya

112 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri –
Lembaga Keuangan Bank
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri –
Lembaga Keuangan bukan Bank
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri –
Obligasi
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Lainnya
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri – Pemerintah
Pusat
Utang Dalam Negeri – Pemerintah
Daerah Lainnya
Utang Dalam Negeri – Lembaga
Keuangan Bank
Utang Dalam Negeri – Lembaga
Keuangan bukan Bank
Jangka Panjang Lainnya
Utang Dalam Negeri – Pemerintah
Pusat
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
JUMLAH KEWAJIBAN

5. Pengungkapan Kewajiban

Kewajiban SKPD harus diungkapkan secara rinci


dalam bentuk daftar skedul utang untuk memberikan
informasi yang lebih jelas kepada pemakainya. Secara lebih
lengkap hal-hal terkait kewajiban yang perlu disajikan
terdiri dari:
a. Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka
panjang yang diklasifikasikan berdasarkan pemberi
pinjaman.
b. Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah
berdasarkan jenis sekuritas utang pemerintah dan
jatuh temponya.
c. Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan
dan tingkat bunga yang berlaku.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 113
d. Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban
sebelum jatuh tempo.
e. Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:
 Pengurangan pinjaman.
 Modifikasi persyaratan utang.
 Pengurangan tingkat bunga pinjaman.
 Pengunduran jatuh tempo pinjaman.
 Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman.
 Pengurangan jumlah bunga terutang sampai
dengan periode pelaporan.
f. Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam
bentuk daftar umur utang berdasarkan kreditur. 

g. Biaya pinjaman.
h. Perlakuan biaya pinjaman.
i. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada
periode yang bersangkutan.
j. Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.

114 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
6. Prosedur Akuntansi Kewajiban di SKPD

Pelaksana
No. Kegiatan
PPTK PPK-S KPD
M elakukan pembelian/
1. pengadaan barang/jasa
berdasarkan kebutuhan kegiatan
M enerima barang berdasarkan
nota pesanan dibuktikan dengan
2.
Berita Acara Serah Terima
Barang (BAST)

M enyiapkan dojumen
3.
pembayaran

M enandatangani SPM dan


4.
menyerahkannya ke Kuasa BUD

7. Jurnal Standar Kewajiban

Jurnal-jurnal yang diperlukan terkait dengan


pencatatan akuntansi kewajiban diantaranya:
a. Pencatatan utang atas pengadaan/pembelian ATK:
 Jurnal untuk mencatat pengakuan terjadinya
utang pada saat pengadaan/pembelian ATK
(Pendekatan Beban)
Dr. Beban ATK… xxx
Cr. Utang Belanja Bahan xxx
Pakai Habis…- LO
 Jurnal untuk mencatat pengakuan terjadinya
utang pada saat pengadaan/pembelian ATK
(Pendekatan Aset)
Dr. Persediaan Alat Tulis Kantor xxx
Cr. Utang Belanja Bahan xxx
Pakai Habis…-LO

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 115
b. Pencatatan pembayaran utang:
 Jurnal untuk mencatat pembayaran utang pada
saat pembayaran/pelunasan
Dr. Utang Belanja Bahan Pakai xxx
Habis
Cr. RK PPKD...-LO xxx

Dr. Belanja ATK xxx


Cr. Perubahan SAL...- LRA xxx

8. Simulasi Pencatatan Akuntansi Kewajiban

Berikut ini merupakan contoh pencatatan akuntansi


untuk transaksi kewajiban yang akan dicatat oleh PPK-
SKPD:
a. Berdasarkan Perjanjian Kredit dengan durasi 2 tahun
antara Pemerintah Provinsi XXX dengan BPD pada 26
November 201X, pihak terkait menerima Nota Kredit
yang menunjukkan telah masuknya uang ke rekening
kas daerah senilai Rp 100.000.000,00. Berikut
merupakan gambaran Nota Kredit dimaksud:
PT. Bank XXX Nota Kredit : 04
Bandung, 26 November 20XX
Kepada : Pemerintah Provinsi XXX
Kami kredit rekening Saudara Rp 100.000.000
sejumlah
Sehubungan dengan : Pinjaman PT Bank XXX

Jangka Panjang
Terbilang : seratus juta rupiah

(tanda tangan yang berwenang)

123456 838 9943 0123456789 40 0003000000000

116 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Atas informasi tersebut, fungsi Akuntansi SKPD
mengakui adanya kewajiban jangka panjang dengan
mencatat jurnal:

Tgl No. Uraian Ref Jumlah (Rp)


Bukti Debit Kredit
26 Nota Kas di 100.000.000
Nov Kredit- bendahara
20XX 04 penerimaan
Utang dalam 100.000.000
negeri sektor
perbankan

Tgl No. Uraian Ref Jumlah (Rp)


Bukti Debit Kredit
26 Nota Perubahan SAL 100.000.000
Nov Kredit- Pinjaman 100.000.000
20XX 04 dalam negeri
Bank XXX

b. Pada tanggal 27 November 20XX, Pemerintah Provinsi


menerbitkan SP2D LS untuk pembayaran kewajiban
jatuh tempo senilai Rp 200.000.000,00.

PROVINSI XXX SURAT PERINTAH


PENCAIRAN DANA (SP2D)
No. 100
Nomor SPM : ... Dari : Kuasa BUD
Tanggal : 27 November 20XX Tahun Anggaran : 200X
PPKD : ...
Bank/Pos : XXX
Hendaklah memindahbukukan dari bukti Rekening Nomor ...
Uang sebesar Rp 200.000.000 (Terbilang dua ratus juta rupiah)
Kepada : Bank XXX
NPWP : 1.1.1.1.1
No. Rekening : 1.1.0.1
Bank : ...
Bank/Pos : ...
Keperluan Untuk : Pembayaran Pinjaman
NO KODE URAIAN JUMLAH (Rp)
REKENING
123456789 1.1.0.1 Pembayaran Rp
Pinjaman 200.000.000
Jumlah Rp
200.000.000
Potongan-potongan : ...

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 117
NO Uraian (No. Jumlah (Rp) Keterangan
Rekening)
1 Iuran wajib - -
pegawai negeri
2 Tabungan - -
perumahan
pegawai
3 ... - -
Jumlah - -
Informasi : (tidak mengurangi jumlah pembayaran SP2D)
SP2D yang dibayarkan
Jumlah yang diminta Rp 200.000.000-
Julah potongan Rp -,-
Jumlah yang dibayarkan Rp 200.000.000,-
Uang sejumlah :
Lembar 1 : Bank yang Bandung, tanggal 27
ditunjuk November 20XX
Lembar 2 : Pengguna Kuasa Bendahara Umum
Anggaran
Daerah
Lembar 3 : Arsip Kuasa
BUD
Lembar 4 : Pihak ketiga
Lembar 5 : Bagian (nama lengkap)
akuntansi PPKD NIP

Atas informasi tersebut, fungsi Akuntansi SKPD


mengakui adanya kewajiban jangka panjang dengan
mencatat jurnal:
Tgl No. Uraian Ref Jumlah (Rp)
Bukti Debit Kredit
27 SP2D Utang dalam 200.000.000
Nov LS-100 negeri sektor
20XX perbankan
Kas di 200.000.000
bendahara
pengeluaran

Tgl No. Uraian Ref Jumlah (Rp)


Bukti Debit Kredit
27 SP2D Pembayaran 200.000.000
Nov LS-100 pokok
20XX pinjaman
kepada bank
Perubahan 200.000.000
SAL

118 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
c. Pada tanggal 28 November 20XX, berdasarkan
Dokumen Perjanjian Utang, fungsi akuntansi SKPD
menyiapkan bukti memorial terkait pengakuan
bagian utang jangka panjang yang harus dibayarkan
tahun ini senilai Rp 300.000.000,00, maka fungsi
Akuntansi SKPD mengakui adanya kewajiban jangka
panjang dengan mencatat jurnal:
Tgl No. Uraian Ref Jumlah (Rp)
Bukti Debit Kredit
28 Bukti Utang dalam 300.000.000
Nov Memor negeri sektor
20XX ial perbankan
Bagian 300.000.000
lancar
utang
dalam
negeri
sektor
perbankan

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 119
BAB 6
AKUNTANSI ASET TETAP

1. Konsep Umum Aset Tetap

Secara umum aset tetap dapat didefinisikan sebagai


aset berwujud dengan masa manfaat lebih dari dua belas
bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk
digunakan, dalam kegiatan pemerintah daerah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan
dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas,
pengklasifikasian tersebut terdiri dari:
a. Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap adalah
tanah yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah
daerah dengan maksud untuk digunakan dalam
kegiatan operasional pemerintah daerah serta berada
dalam kondisi siap pakai.

b. Peralatan dan Mesin


Peralatan dan mesin yang dikelompokkan sebagai
aset tetap adalah peralatan dan mesin yang dimiliki
dan dikuasai pemerintah daerah atau dimanfaatkan
oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap pakai.
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan
kendaraan bermotor, alat elektronik, inventaris
kantor, dan peralatan dalam kondisi siap lainnya
yang nilainya signifikan serta memiliki masa manfaat
lebih dari 12 bulan.

120 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
c. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan yang dikelompokkan sebagai
aset tetap adalah gedung dan bangunan yang dimiliki
dan dikuasai oleh pemerintah daerah dengan maksud
untuk digunakan dalam kegiatan operasional
pemerintah daerah serta berada dalam kondisi siap
pakai.

d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan


Jalan, irigasi, dan jaringan yang dikelompokkan
sebagai aset tetap adalah jalan, irigasi, dan jaringan
yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah
daerah serta berada dalam kondisi siap pakai.

e. Aset Tetap Lainnya


Aset tetap lainnya adalah aset tetap yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas,
yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah daerah
dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan
operasional pemerintah daerah serta berada dalam
kondisi siap pakai.

f. Konstruksi dalam Pengerjaan


Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap
yang sedang dalam proses pembangunan, yang pada
tanggal laporan keuangan belum selesai dibangun
seluruhnya.

Perolehan Secara Gabungan


Menentukan alokasi harga gabungan biaya
perolehan dari masing-masing aset berdasarkan
perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang
bersangkutan. Apabila dalam suatu pengerjaan konstruksi
menggunakan pinjaman yang mencakup beberapa jenis
pekerjaan yang penyelesaiannya jatuh pada waktu yang

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 121
berbeda-beda, maka jenis pekerjaan yang sudah selesai
tidak diperhitungkan biaya pinjamannya. Biaya pinjaman
hanya dikapitalisasi untuk jenis pekerjaan yang masih
dalam proses pengerjaan.

Pertukaran dan Donasi Aset


Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran
secara keseluruhan atau pertukaran sebagian, baik atas
aset yang serupa maupun yang tidak serupa. Nilai aset atas
pertukaran yang dilakukan diukur berdasarkan nilai wajar
aset yang diperolehya itu atau nilai ekuivalen atas nilai
tercatat aset yang dilepas setelah disesuaikan dengan
jumlah setiap kas atau setara kas dan kewajiban lain yang
ditransfer/diserahkan.
Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran
atas suatu aset yang serupa yang memiliki manfaat yang
serupa dan memiliki nilai wajar yang serupa. Suatu aset
tetap juga dapat dilepas dalam pertukaran dengan
kepemilikan aset yang serupa. Dalam keadaan tersebut
tidak ada keuntungan dan kerugian yang diakui dalam
transaksi ini. Biaya aset yang baru diperoleh dicatat
sebesar nilai tercatat (carrying amount) atas aset yang
dilepas.
Aset donasi/sumbangan diukur berdasarkan nilai
wajar pada saat perolehan yang kemudian diakui sebagai
pendapatan operasional. Segala biaya yang dikeluarkan
dan berhubungan dengan perolehan aset donasi akan
diperhitungkan sebagai pengeluaran lainnya.

Penyesuaian Setelah Perolehan


Pada proses pengelolaan aset tetap dimungkinkan
terjadinya kegiatan pengeluaran tambahan. Pengeluaran
setelah perolehan awal atas suatu aset tetap yang
memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan
besar memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang
dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan
standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat

122 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
aset yang bersangkutan. Namun demikian pemerintah
daerah dapat menentukan kriteria tertentu untuk
menentukan apakah suatu pengeluaran perlu
dikapitalisasi atau tidak.
Pemerintah daerah dimungkinkan pula untuk
melakukan penambahan masa manfaat aset tetap yang
disebabkan oleh adanya peningkatan kapasitas aset tetap
baik berupa overhaul, perbaikan, pengembangan, ataupun
renovasi. Proses penambahan masa manfaat dilakukan
dengan membuat ketentuan mengenai batasan dan syarat
penambahan masa manfaat untuk masing-masing jenis
aset tetap.

Penyusutan
Penyusutan merupakan alokasi yang sistematis atas
nilai perolehan suatu aset tetap yang dapat disusutkan
(depreciable assets) selama masa manfaat aset yang
bersangkutan. Penyusutan merupakan penyesuaian nilai
yang terus menerus sehubungan dengan penurunan
kapasitas suatu aset, baik penurunan kualitas, kuantitas,
maupun nilai. Penurunan kapasitas terjadi karena aset
digunakan dalam operasional suatu entitas. Namun tidak
semua aset tetap perlu disusutkan karena tidak semua
jenis aset tetap mengalami penurunan nilai, tanah dan
konstruksi dalam pengerjaan adalah jenis aset tetap yang
tidak mengalami penyusutan.
Penyusutan dilakukan dengan mengalokasikan
biaya perolehan suatu aset menjadi beban penyusutan
secara periodik sepanjang masa manfaat aset. Metode yang
dapat digunakan dalam penyusutan antara lain:
a. Metode garis lurus (straight line method)
Metode garis lurus menghitung penurunan nilai aset
dengan rumus:
harga perolehan − estimasi nilai sisa
beban penyusutan =
estimasi masa manfaat

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 123
b. Metode saldo menurun ganda (double declining
balance method)
Metode ini menghitung penurunan nilai aset dengan
rumus:
beban penyusutan
100%
= x 2 x harga perolehan
masa manfaat aset

c. Metode unit produksi (unit of production method).


Metode unit produksi menghasilkan perhitungan
alokasi jumlah beban penyusutan periodik yang
berbeda-beda tergantung jumlah penggunaan aset
tetap dalam produksi. Metode ini paling tepat
digunakan jika unit manfaat dari aset bersifat spesifik
dan terkuantifikasi. Metode ini menghitung
penurunan nilai aset tetap dengan rumus:
beban penyusutan
harga perolehan − estimasi nilai sisa
= x tingkat produksi
estimasi masa manfaat produksi

Konstruksi Dalam Pengerjaan


Konstruksi dalam pengerjaan merupakan suatu
kondisi dimana penyelesaian pengerjaan suatu aset tetap
melebihi dan/atau melewati satu periode tahun anggaran,
sehingga belum bisa dicatat sebagai suatu aset tetap secara
penuh. Secara lebih lengkap suatu aset berwujud harus
diakui sebagai konstruksi dalam pengerjaan jika:
a. Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa
yang akan datang berkaitan dengan aset tersebut
akan diperoleh.
b. Biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal.
c. Aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.

124 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Konstruksi dalam pengerjaan diklasifikasikan
sesuai dengan kelompok aset tetapnya, selain tanah.
Klasifikasi konstruksi dalam pengerjaan tersebut
mencakup: peralatan dan mesin; gedung dan bangunan;
jalan, irigasi dan jaringan; serta aset tetap lainnya. Apabila
proses pengerjaan/pembangunan secara substansi telah
selesai dikerjakan serta telah dapat memberikan manfaat
sesuai dengan tujuan perolehannya, maka pencatatan atas
aset dimaksud harus dipindahkan berdasarkan klasifikasi
aset tetap yang bersangkutan.

Pengukuran Berikutnya Terhadap Pengakuan Awal


Nilai aset tetap disajikan dengan berdasarkan pada
biaya perolehan aset tetap dikurangi akumulasi
penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan
penilaian kembali (revaluasi), maka nilai aset tetap akan
disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun
aset tetap dan akun ekuitas. Penilaian kembali hanya
diterapkan pada penilaian untuk periode pelaporan
selanjutnya, bukan pada saat perolehan awal. Meskipun
pada umumnya pelaksanaan penilaian kembali tidak
diperkenankan pada instansi pemerintah di Indonesia.

Aset Bersejarah
Aset bersejarah disajikan dalam bentuk unit dalam
Catatan Atas Laporan Keuangan dengan tanpa nilai.
Sedangkan biaya perolehan, konstruksi, peningkatan,
maupun rekonstruksi harus dibebankan dalam Laporan
Operasional sebagai beban tahun terjadinya pengeluaran
tersebut termasuk seluruh beban yang menjadikan aset
bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada
pada periode berjalan.

Penghentian dan Pelepasan


Apabila suatu aset dilepaskan maupun dihentikan
penggunaannya dan tidak memberikan manfaat ekonomi

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 125
masa yang akan datang, maka aset tetap tersebut
dieliminasi dari Neraca dan diungkapkan dalam Catatan
Atas Laporan Keuangan. Apabila suatu aset tetap
dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah daerah dan
tidak memenuhi definisi aset tetap maka harus
dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai yang
tercatat.

2. Pengakuan Aset Tetap

Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa


depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan
handal. Suatu aset tetap akan diakui ketika terdapat bukti
bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut telah
berpindah dengan adanya bukti secara hukum seperti akta
dan sertifikat kepemilikan.
Kriteria yang harus dipenuhi untuk dapat diakui
sebagai aset tetap adalah:
a. Berwujud.
b. Memiliki masa manfaat lebih dari dua belas bulan.
c. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
d. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi
normal entitas.
e. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk
digunakan.
f. Merupakan objek pemeliharaan atau memerlukan
biaya/ongkos untuk dipelihara.
g. Nilai rupiah pembelian barang material atau
pengeluaran untuk pembelian barang tersebut
memenuhi batasan minimal kapitalisasi aset tetap
yang telah ditetapkan oleh entitas pemerintah daerah
yang berwenang. Pengeluaran belanja barang yang
tidak memenuhi kriteria aset tetap akan
diklasifikasikan sebagai persediaan/aset lainnya.

126 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan
operasional pemerintah daerah tidak memenuhi definisi
aset tetap dan harus disajikan di pos aset lainnya sesuai
dengan nilai tercatatnya.

3. Pengukuran Aset Tetap

Pada dasarnya aset tetap dinilai dengan biaya


perolehan. Biaya perolehan suatu aset tetap adalah
seluruh biaya yang dapat didistribusikan secara langsung
dalam membawa aset tersebut ke kondisi siap bekerja
untuk digunakan sesuai tujuannya, seperti harga beli,
harga konstruksi, bea impor, dan lain sebagainya. Apabila
penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan
tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap dinilai dengan
nilai wajar pada saat perolehan.
Dalam keadaan suatu aset yang dikonstruksi/
dibangun sendiri, suatu pengukuran yang dapat
diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi pihak
eksternal dengan entitas tersebut untuk perolehan bahan
baku, tenaga kerja dan biaya lain yang digunakan dalam
proses konstruksi.
Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan
cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja,
bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya
perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga
listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang
terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap
tersebut. Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya
aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset
tersebut diperoleh.
Pengukuran untuk konstruksi dalam pengerjaan
pun menggunakan formulasi perhitungan yang sama.
Namun demikian atas pertimbangan proses pengerjaan
yang masih sedang dilakukan, nilai nominal konstruksi
dalam pengerjaan harus dapat diukur berdasarkan biaya
perolehannya.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 127
Pengukuran aset tetap harus memperhatikan
kebijakan tentang ketentuan nilai satuan minimum
kapitalisasi aset tetap. Jika nilai perolehan aset tetap di
bawah nilai satuan minimum kapitalisasi maka atas aset
tetap tersebut tidak dapat diakui dan disajikan sebagai aset
tetap. Aset-aset tersebut diperlakukan sebagai
persediaan/aset lainnya.

4. Penyajian Aset Tetap

Berikut merupakan contoh penyajian aset tetap


dalam Neraca:
PEMERINTAH DAERAH ......
NERACA
PERIODE .....
Uraian Anggaran Realisasi
20X1 20X0
ASET
ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap

5. Pengungkapan Aset Tetap

Hal-hal yang harus diungkapkan dalam Catatan


atas Laporan Keuangan terkait dengan aset tetap adalah:
a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan
nilai tercatat (carrying amount).

128 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir
periode yang menunjukkan:
 Penambahan.
 Pelepasan.
 Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai,
jika ada.
 Mutasi aset tetap lainnya.


c. Informasi penyusutan, meliputi:


 Nilai penyusutan.
 Metode penyusutan yang digunakan.
 Masa manfaat atau tarif penyusutan yang
digunakan.
 Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan
pada awal dan akhir periode.

d. Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:


 Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap.
 Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang
berkaitan dengan aset 
tetap.
 Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam
konstruksi.
 Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap. 


e. Aset bersejarah diungkapkan secara rinci, antara lain


nama, jenis, kondisi dan lokasi aset dimaksud.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 129
6. Prosedur Akuntansi Aset Tetap di SKPD

a. Perolehan aset tetap


Pelaksana
No. Kegiatan
PPTK PPK-S KPD Penggunaan Anggaran Kuasa BUD

M enyiapkan Berita Acara Serah


1.
Terima yang diserahkan kepada PPK

2. M embuat bukti memorial aset tetap

M embuat draft SPM LS Barang dan


3.
Jasa

4. M enandatangani SPM LS

M elakukan pembayaran atas


pembelian aset tetap dengan
5.
menerbitkan SP2D LS Barang dan
Jasa.

M elakukan pencatatan akuntansi


6.
setelah pembayaran dilakukan

130 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
b. Pelepasan aset tetap
Pelaksana
No. Kegiatan
Pengelola Barang Kepala Daerah Pengguna Anggaran PPK-SKPD

M enyiapkan Berita Acara Serah


1.
Terima yang diserahkan kepada PPK

2. M embuat bukti memorial aset tetap

M embuat draft SPM LS Barang dan


3.
Jasa

4. M enandatangani SPM LS

M elakukan pembayaran atas


pembelian aset tetap dengan
5.
menerbitkan SP2D LS Barang dan
Jasa.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 131
7. Jurnal Standar Aset Tetap

Jurnal-jurnal yang diperlukan terkait dengan


pencatatan akuntansi Aset Tetap diantaranya:
a. Jurnal penambahan aset tetap pada SKPD:
Dr. Aset Tetap xxx
Cr. Utang Belanja Modal xxx

b. Jurnal pembayaran perolehan aset tetap dengan


metode LS ketika SP2D LS terbit:
Dr. Utang Belanja Modal xxx
Cr. RK PPKD xxx

Dr. Belanja Modal xxx


Cr. Perubahan SAL xxx

c. Jurnal pembayaran perolehan aset tetap dengan


metode UP/GU/TU berdasarkan bukti pembayaran:
Dr. Aset Tetap xxx
Cr. Kas di Bendahara xxx
Pengeluaran

Dr. Belanja Modal xxx


Cr. Perubahan SAL xxx

Pembelian aset tetap menggunakan mekanisme LS


diakui berdasarkan bukti transaksi berupa Berita Acara
Penerimaan Barang atau Berita Acara Serah Terima,
sedangkan pembelian aset tetap menggunakan mekanisme
UP/GU/TU diakui berdasarkan bukti pembayaran belanja.

132 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
8. Simulasi Pencatatan Akuntansi Aset Tetap

Berikut ini merupakan contoh pencatatan akuntansi


untuk transaksi terkait aset tetap yang akan dicatat oleh
PPK-SKPD:
a. Pada tanggal 7 Juni 200X, BPBD Pemerintah Kota
XXX membeli 3 unit kendaraan operasional dengan
bukti Berita Acara Serah Terima Barang atas
pembelian tersebut seharga Rp700.000.000/unit.
PEMERINTAH KOTA XXX
BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG
NOMOR 1
Yang bertandatangan dibawah ini:
1 Nama
Jabatan
Dalam hal ini bertindak atas nama ..... Yang selanjutnya
disebut PIHAK KESATU
2 Nama
Jabatan
Dalam hal ini bertindak atas nama ..... Yang selanjutnya
disebut PIHAK KEDUA

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA sepakat untuk


melakukan Serah Terima Barang Milik Daerah dengan
ketentuan sebagai berikut:

PASAL 1
...

PASAL 2
a.
b.
c.

PASAL 3
...

PIHAK KESATU PIHAK KEDUA

ttd ttd

Citra Gantika Yuliza Yazid

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 133
NIP. 180 099 309

MENGETAHUI/MENYETUJUI

ttd

xxx
NIP.

Berdasarkan dokumen tersebut fungsi akuntansi


mencatat pengakuan aset tetap dengan jurnal sebagai
berikut:
Tanggal Nomor Uraian Ref Jumlah (Rp)
Bukti Debit Kredit
7/6/200x BAST- Kendaraan 700.000.000
1 operasional
Utang 700.000.000
Belanja
Modal
Peralatan
dan Mesin

b. Pada tanggal 7 Juli 200X, SKPD menerbitkan SP2D


LS untuk pembayaran pembelian kendaraan yang
telah dilakukan.
PEMERINTAH KOTA XXX
SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D)
NOMOR 24
Nomor SPM : Dari :
Tanggal : Tahun Anggaran :
SKPD :
Bank/Pos :
Hendaklah memindahbukukan dari Rekening Nomor ....
Uang Sebesar Rp ..... (Terbilang ........)
Kepada :
NPWP :
No. Rekening :
Bank/Pos :
Untuk Keperluan :
Kode Rekening Uraian Jumlah (Rupiah)

134 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Jumlah
....., tanggal
xx/xx/20xx
Kuasa BUD

ttd

Yuliza Yazid

Berdasarkan dokumen tersebut PPK-SKPD BPBD


mencatat pelunasan hutang dan pengakuan belanja
modal dengan jurnal:
Tanggal Nomor Uraian Ref Jumlah (Rp)
Bukti Debit Kredit
7/7/200x SP2D- Utang Belanja 700.000.000
24 Modal
Peralatan dan
Mesin
RK PPKD 700.000.000

Tanggal Nomor Uraian Ref Jumlah (Rp)


Bukti Debit Kredit
7/7/200x SP2D- Belanja Modal 700.000.000
24 Pengadaan
Kendaraan
Operasional
Perubahan 700.000.000
SAL

c. Pada tanggal 20 Juli 200X, BPBD bekerja sama


dengan BUMD setempat untuk berpindah kantor
dengan cara menukarkan gedung lama dengan
gedung baru dan menerima tambahan kas atas
perpindahan tersebut sebesar Rp50.000.000. Gedung
lama harga perolehannya adalah Rp2.000.000.000
dan akumulasi depresiasinya adalah
Rp1.500.000.000. sedangkan gedung baru memiliki
nilai Rp 600.000.000.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 135
PEMERINTAH KOTA XXX
BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG
NOMOR 2
Yang bertandatangan dibawah ini:
1 Nama
Jabatan
Dalam hal ini bertindak atas nama ..... Yang selanjutnya
disebut PIHAK KESATU
2 Nama
Jabatan
Dalam hal ini bertindak atas nama ..... Yang selanjutnya
disebut PIHAK KEDUA

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA sepakat untuk


melakukan Serah Terima Barang Milik Daerah dengan
ketentuan sebagai berikut:

PASAL 1
...

PASAL 2
a.
b.
c.

PASAL 3
...

PIHAK KESATU PIHAK KEDUA

ttd ttd

Citra Gantika Yuliza Yazid


NIP. 180 099 309

MENGETAHUI/MENYETUJUI

ttd

xxx
NIP.

136 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Jurnal untuk transaksi tersebut terdiri dari:
Tanggal Nomor Uraian Ref Jumlah (Rp)
Bukti Debit Kredit
20/7/200 BAST- Gedung 600.000.000
x 2 (Baru)
Kas 50.000.000
Akumulasi 1.500.000.000
Depresiasi
Gedung
(lama)
Gedung 2.000.000.000
(lama)
Surplus 150.000.000
Penjuala
n Aset
dan
Banguna
n

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 137
BAB 7
AKUNTANSI ASET LAINNYA

1. Konsep Umum Aset Lainnya

Secara umum aset lainnya dapat didefinisikan


sebagai sumber daya milik pemerintah daerah yang
mampu memberikan manfaat ekonomi dan jasa potensial
di masa depan dengan tingkat materialitas dan
kompleksitas yang cukup signifikan dalam mempengaruhi
laporan keuangan. Kelompok aset yang diklasifikasikan
sebagai aset lainnya adalah jenis aset yang tidak dapat
diklasifikasikan sebagai aset lancar, investasi jangka
panjang, aset tetap dan dana cadangan.
Contoh dari kelompok aset ini diantaranya yaitu aset
tidak berwujud seperti paten, goodwill, lisensi; tagihan
jangka panjang; dan aset hasil kemitraan dengan pihak
ketiga seperti kerja sama pemanfaatan, bangun guna
serah, bangun serah guna, dan sewa. Adapun secara lebih
rinci atas jenis aset lainnya dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Tagihan Jangka Panjang
Tagihan Penjualan Angsuran. Merupakan jumlah
yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah daerah
secara angsuran kepada pegawai/kepala daerah
pemerintah daerah. Contoh: Penjualan kendaraan
perorangan dinas kepada kepala daerah dan penjualan
rumah golongan III.
Tuntutan Ganti Kerugian Daerah. Merupakan
jumlah uang atau barang yang dapat dinilai dengan uang
yang harus dikembalikan kepada negara/daerah oleh
seseorang atau badan yang telah melakukan perbuatan
melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

138 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Sewa. Perubahan klasifikasi aset tetap menjadi aset
lainnya kerjasama/kemitraan-sewa yang diakui pada saat
terjadi perjanjian kerjasama/kemitraan.
Kerjasama Pemanfaatan. Pendayagunaan Barang
Milik Daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu
dalam rangka peningkatan penerimaan daerah dan sumber
pembiayaan lainnya yang diakui pada saat terjadi
perjanjian kerjasama/kemitraan berupa perubahan
klasifikasi aset dari aset tetap menjadi asset lainnya
kerjasama-pemanfaatan (KSP).
Bangun Guna Serah (BGS). Pemanfaatan aset
pemerintah daerah oleh pihak ketiga/investor di mana
pihak ketiga/investor mendirikan bangunan dan/atau
sarana lain berikut fasilitasnya serta mendayagunakannya
dalam jangka waktu tertentu, kemudian menyerahkan
kembali bangunan dan atau sarana lain berikut
fasilitasnya kepada pemerintah daerah setelah berakhirnya
jangka waktu yang disepakati (masa konsesi). Dalam
perjanjian ini pencatatannya dilakukan terpisah oleh
masing-masing pihak.
Bangun Serah Guna (BSG). Pemanfaatan aset
pemerintah daerah oleh pihak ketiga/investor, di mana
pihak ketiga/investor mendirikan bangunan dan/atau
sarana lain berikut fasilitasnya yang kemudian diserahkan
kepada pemerintah daerah untuk dikelola sesuai dengan
tujuan pembangunan aset tersebut.

Aset Tidak Berwujud


Goodwill. Kelebihan nilai yang diakui oleh
pemerintah daerah dari selisih antara nilai entitas
berdasarkan pengakuan suatu transaksi
peralihan/penjualan kepentingan/saham dengan nilai
buku kekayaan bersih perusahaan.
Lisensi. Izin yang diberikan oleh pemilik hak paten
atau hak cipta kepada pihak lain berdasarkan perjanjian
pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 139
suatu Hak Kekayaan Intelektual yang diberi perlindungan
dalam jangka waktu dan syarat tertentu.
Hak Paten atau Hak Cipta. Hak yang diperoleh
karena adanya kepemilikan kekayaan intelektual atau atas
suatu pengetahuan teknis atau suatu karya yang dapat
menghasilkan manfaat bagi pemerintah daerah. Selain itu
dengan adanya hak ini dapat mengendalikan pemanfaatan
aset tersebut dan membatasi pihak lain yang tidak berhak
untuk memanfaatkannya.
Royalti. Nilai manfaat ekonomi yang akan/dapat
diterima atas kepemilikan hak cipta/hak paten/hak
lainnya pada saat hak dimaksud akan dimanfaatkan oleh
orang, instansi atau perusahaan lain.
Software. Software yang bukan merupakan bagian
tak terpisahkan dari hardware komputer tertentu dan
dapat digunakan di komputer lain.
Hasil Kajian/penelitian yang memberikan manfaat
jangka panjang. Suatu kajian atau pengembangan yang
memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial dimasa
yang akan datang yang dapat diidentifikasi sebagai aset.
Aset Tak Berwujud Lainnya. Aset tak berwujud yang
tidak dapat dikelompokkan ke dalam jenis aset tak
berwujud yang ada.
Aset Tak Berwujud dalam Pengerjaan. Aset tak
berwujud yang diperoleh secara internal yang jangka waktu
penyelesaiannya melebihi satu tahun anggaran atau
pelaksanaan pengembangannya melewati tanggal
pelaporan.

Aset Lain-lain
Aset yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai
tagihan jangka panjang, kemitraan dengan pihak ketiga,
dan aset tak berwujud.

140 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Amortisasi
Seluruh aset tak berwujud dengan masa manfaat
terbatas akan mengalami amortisasi pada setiap akhir
periode. Amortisasi adalah penyusutan terhadap aset tidak
berwujud yang dialokasikan secara sistematis dan rasional
selama masa manfaatnya.
Terdapat tiga metode amortisasi yaitu garis lurus,
saldo menurun, dan unit produksi. Metode amortisasi yang
digunakan harus menggambarkan pola konsumsi entitas
atas manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan.
Apabila pola tersebut tidak dapat ditentukan secara andal,
maka metode yang digunakan adalah metode garis lurus.
d. Metode garis lurus (straight line method)
Metode garis lurus menghitung penurunan nilai aset
dengan rumus:
harga perolehan − estimasi nilai sisa
beban amortisasi =
estimasi masa manfaat

e. Metode saldo menurun ganda (double declining


balance method)
Metode ini menghitung penurunan nilai aset dengan
rumus:
100%
beban amortisasi = x 2 x harga perolehan
masa manfaat aset

f. Metode unit produksi (unit of production method).


Metode unit produksi menghasilkan perhitungan
alokasi jumlah beban amortisasi periodik yang
berbeda-beda tergantung jumlah penggunaan aset.
Metode ini paling tepat digunakan jika unit manfaat
dari aset bersifat spesifik dan terkuantifikasi. Metode
ini menghitung penurunan nilai aset dengan rumus:
beban amortisasi
harga perolehan − estimasi nilai sisa
= x tingkat produksi
estimasi masa manfaat produksi

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 141
2. Pengakuan Aset Lainnya

Setiap kelompok aset lainnya memiliki proses


pengakuan yang berbeda antara satu dan lainnya. Berikut
karakteristik pengakuan aset lainnya:
a. Tagihan Jangka Panjang
 Tagihan Penjualan Angsuran
Sejumlah angsuran atas penjualan aset
pemerintah daerah kepada pegawai/kepala
daerah pemerintah daerah. Contoh tagihan
penjualan angsuran antara lain adalah
penjualan kendaraan perorangan dinas kepada
kepala daerah dan penjualan rumah golongan
III.
 Tagihan Tuntutan Kerugian Daerah
Ganti kerugian adalah sejumlah uang atau
barang yang dapat dinilai dengan uang atau
badan yang telah melakukan perbuatan
melawan hukum baik disengaja maupun
merupakan suatu kelalaian. Tuntutan ganti rugi
diakui setelah putusan berupa Surat Keputusan
Pembebanan Penggantian Kerugian (SKP2K)
terbit.

b. Kemitraan dengan Pihak Ketiga


 Sewa
Sewa diakui ketika terjadi perubahan klasifikasi
aset dari aset tetap menjadi aset lainnya
kerjasama/kemitraan-sewa.
 Kerja Sama Pemanfaatan (KSP)
Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan
barang milik daerah oleh pihak lain dalam
jangka waktu tertentu dalam rangka
peningkatan penerimaan daerah dan sumber

142 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
pembiayaan lainnya. KSP diakui ketika terjadi
perubahan klasifikasi aset dari aset tetap
menjadi aset lainnya kerjasama-pemanfaatan.
 Bangun Guna Serah – BGS (Build, Operate,
Transfer-BOT)
Kerjasama berupa pemanfaatan aset pemerintah
daerah oleh pihak ketiga/investor yang
mendirikan bangunan dan/atau sarana lain
berikut fasilitasnya serta mendayagunakannya
dalam jangka waktu tertentu untuk kemudian
diserahkan kembali kepada pemerintah daerah
setelah jangka waktu yang telah disepakati
(masa konsesi) berakhir. Pencatatan dalam
perjanjian ini dilakukan secara terpisah oleh
masing-masing pihak.
BGS dicatat sebesar nilai aset yang diserahkan
oleh pemerintah daerah kepada pihak
ketiga/investor dan disajikan secara terpisak
dari Aset Tetap.
 Bangun Serah Guna – BSG (Build, Transfer,
Operate – BTO)
BSG adalah pemanfaatan aset pemerintah
daerah oleh pihak ketiga/investor berupa
pendirian bangunan dan/atau sarana lain
berikut fasilitasnya yang kemudian akan
diserahkan kepada pemerintah daerah untuk
dikelola sesuai dengan tujuan pembangunan
aset tersebut.
BSG diakui pada saat
pengadaan/pembangunan gedung dan/atau
sarana berikut fasilitasnya selesai dan siap
digunakan untuk digunakan/dioperasikan.
Penyerahan aset oleh pihak ketiga/investor
kepada pemerintah daerah disertai dengan
kewajiban pemerintah daerah untuk melakukan
pembayaran kepada pihak ketiga/investor.
Pembayaran oleh pemerintah daerah dapat
dilakukan secara bagi hasil.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 143
c. Aset Tidak Berwujud (ATB)
 Goodwill
Kelebihan nilai atas selisih antara pembelian
kepentingan/saham dengan nilai buku
kekayaan bersih perusahaan.
 Hak Paten atau Hak Cipta
Kepemilikan akan kekayaan intelektual,
pengetahuan teknis, atau karya yang dapat
menghasilkan manfaat bagi pemerintah daerah
serta dapat mengendalikan pemanfaatan aset.
 Royalti
Nilai manfaat ekonomi yang akan/dapat
diterima atas kepemilikan hak cipta/hak
paten/hak lainnya pada saat hak dimaksud
akan dimanfaatkan oleh orang, instansi atau
perusahaan lain. 

 Software
Software yang diakui sebagai ATB memiliki
karakteristik berupa adanya hak
istimewa/eksklusif atas software berkenaan dan
bukan merupakan bagian tak terpisahkan dari
hardware komputer tertentu sehingga dapat
digunakan di komputer lain.
 Lisensi
Izin yang diberikan pemilik hak paten atau hak
cipta yang diberikan kepada pihak lain
berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk
menikmati manfaat ekonomi dari suatu Hak
Kekayaan Intelektual yang diberi perlindungan
dalam jangka waktu dan syarat tertentu. 

 Hasil kajian/penelitian yang memberikan
manfaat jangka panjang
Suatu kajian atau pengembangan yang
memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial

144 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
dimasa yang akan datang yang dapat
diidentifikasi sebagai aset. 

 Aset Tak Berwujud Lainnya
Jenis aset tak berwujud yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam jenis aset tak berwujud
yang ada.
 Aset Tak Berwujud dalam Pengerjaan
Pengeluaran dalam rangka pengembangan
suatu aset tak berwujud yang diperoleh secara
internal dengan jangka waktu penyelesaian
melebihi satu tahun anggaran atau pelaksanaan
pengembangannya melewati tanggal pelaporan.
Sesuatu diakui sebagai aset tidak berwujud jika
dan hanya jika:
- Kemungkinan besar diperkirakan manfaat
ekonomi di masa datang yang diharapkan
atau jasa potensial yang diakibatkan dari
ATB tersebut akan mengalir kepada entitas
pemerintah daerah atau dinikmati oleh
entitas.
- Biaya perolehan atau nilai wajarnya dapat
diukur dengan andal. 


d. Aset Lain-Lain
Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari
penggunaan aktif pemerintah karena rusak berat,
usang, dan/atau aset tetap yang tidak digunakan
karena sedang menunggu proses pemindahtanganan
(proses penjualan, sewa beli, penghibahan,
penyertaan modal).

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 145
3. Pengukuran Aset Lainnya

a. Tagihan Jangka Panjang


 Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nilai
nominal dari kontrak/berita acara penjualan
aset yang bersangkutan. 

 Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai nominal
dalam SKP2K dengan dokumen pendukung
berupa Surat Keterangan Tanggungjawab
Mutlak (SKTJM). 


b. Kemitraan dengan Pihak Ketiga


 Sewa
Sewa dinilai sebesar nilai nominal dari
kontrak/berita acara penjualan aset yang
bersangkutan. 

 Kerjasama Pemanfaatan (KSP)
Kerjasama pemanfaatan dinilai sebesar nilai
bersih yang tercatat pada saat perjanjian atau
nilai wajar pada saat perjanjian, dipilih yang
paling objektif atau paling berdaya uji.
 Bangun Guna Serah – BGS (Build, Operate,
Transfer – BOT)
BGS dicatat sebesar nilai buku aset tetap yang
diserahkan oleh pemerintah daerah kepada
pihak ketiga/investor untuk membangun aset
BGS tersebut. 

 Bangun Serah Guna – BSG (Build, Transfer,
Operate – BTO)

146 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
BSG dicatat sebesar nilai perolehan aset tetap
yang dibangun yaitu sebesar nilai aset tetap
yang diserahkan pemerintah daerah ditambah
dengan nilai perolehan aset yang dikeluarkan
oleh pihak ketiga/investor untuk membangun
aset tersebut. 


c. Aset Tidak Berwujud


Aset tak berwujud diukur dengan harga perolehan,
yaitu harga yang harus dibayar entitas pemerintah
daerah untuk memperoleh suatu aset tak berwujud
hingga siap untuk digunakan dan mempunyai
manfaat ekonomi yang diharapkan dimasa datang
atau jasa potensial yang melekat pada aset tersebut
akan mengalir masuk ke dalam entitas pemerintah
daerah tersebut.
Biaya untuk memperoleh aset tak berwujud dengan
pembelian terdiri dari:
 Harga beli, termasuk biaya import dan pajak-
pajak, setelah dikurangi dengan potongan harga
dan rabat.
 Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara
langsung dalam membawa aset tersebut ke
kondisi yang membuat aset tersebut dapat
bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.
Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung adalah:
- Biaya staf yang timbul secara langsung
agar aset tersebut dapat digunakan.
- Biaya professional yang timbul secara
langsung agar aset tersebut dapat
digunakan.
- Biaya pengujian untuk menjamin aset
tersebut dapat berfungsi secara baik. 

Pengukuran aset tak berwujud yang diperoleh secara

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 147
internal adalah:
 Aset Tak Berwujud dari kegiatan pengembangan
diakui sebesar biaya perolehan yang meliputi
biaya yang dikeluarkan sejak memenuhi kriteria
pengakuan. 

 Pengeluaran atas unsur tidak berwujud yang
awalnya telah diakui oleh entitas sebagai beban
tidak boleh diakui sebagai bagian dari harga
perolehan aset tak berwujud di kemudian hari.
 Aset tak berwujud yang dihasilkan dari
pengembangan software komputer, maka
pengeluaran yang dapat dikapitalisasi adalah
pengeluaran tahap pengembangan aplikasi. 


Aset yang memenuhi definisi dan syarat pengakuan


aset tak berwujud, namun biaya perolehannya tidak
dapat ditelusuri dapat disajikan sebesar nilai wajar.

d. Aset Lain-lain
Seluruh aset lain-lain dicatat sebesar nilai
tercatat/nilai bukunya.

4. Penyajian Aset Lainnya

Berikut merupakan contoh penyajian aset lainnya


dalam Neraca:
PEMERINTAH DAERAH ......
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
Uraian 20X1 20X0
ASET
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tuntutan Perbendaharaan
Tuntutan Ganti Rugi

148 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-Lain
Jumlah Aset Lainnya

5. Pengungkapan Aset Lainnya

Hal-hal yang harus diungkapkan dalam Catatan


atas Laporan Keuangan terkait dengan aset lainnya adalah:
a. Besaran dan rincian aset lainnya.
b. Kebijakan amortisasi atas Aset Tidak Berwujud.
c. Kebijakan pelaksanaan kemitraan dengan pihak
ketiga (sewa, KSP, BOT dan BTO).
d. Informasi lainnya yang penting. 


Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 149
6. Prosedur Akuntansi Aset Lainnya

No. Pelaksana
Kegiatan Bendahara Bendahara
Pengguna Anggaran PPK-S KPD
Penerimaan S KPD Pengeluaran S KPD
1 M enyiapkan dan menyampaikan
dokumen-dokumen atas transaksi
yang terkait dengan proses
pelaksanaan sistem akuntansi aset
lainnya ke PPK-SKPD

2 M engotorisasi
penerimaan/pengeluaran aset lainnya

3 M encatat transaksi/kejadian aset


lainnya berdasarkan bukti-bukti
transaksi yang sah ke Buku Jurnal
Umum

150 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
7. Jurnal Standar Aset Lainnya

Jurnal-jurnal yang diperlukan terkait dengan


pencatatan akuntansi aset lainnya antara lain:
a. Pencatatan Aset Tidak Berwujud:
 Jurnal untuk mencatat perolehan aset tidak
berwujud
Dr. Aset Tidak Berwujud xxx
Cr. Utang Belanja... xxx

 Jurnal untuk mencatat pembayaran atas


perolehan aset tidak berwujud (Mekanisme
UP/GU/TU)
Dr. Utang Belanja... xxx
Cr. Kas di Bendahara xxx
Pengeluaran

 Jurnal untuk mencatat pembayaran atas


perolehan aset tidak berwujud (Mekanisme LS)
Dr. Utang Belanja... xxx
Cr. RK PPKD xxx

 Jurnal untuk mencatat realisasi anggaran


terhadap perolehan aset tidak berwujud
Dr. Belanja Barang/Jasa... xxx
Cr. Perubahan SAL xxx

b. Pencatatan Aset Lain-Lain:


 Jurnal untuk mencatat penghentian
penggunaan aset tetap
Dr. Aset Lain-Lain... xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan... xxx
Cr. Aset Tetap… xxx

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 151
8. Simulasi Pencatatan Akuntansi Aset Lainnya

Berikut ini merupakan contoh pencatatan akuntansi


untuk transaksi terkait aset lainnya yang akan dicatat oleh
PPK-SKPD:
a. Pada tanggal 10 Agustus 200X, BPKA Pemerintah
Kota XXX melakukan pembelian perangkat lunak
aplikasi komputer untuk keperluan kantor dengan
bukti pembayaran berupa kuitansi seharga
Rp50.000.000.
PT. XXX
KUITANSI PEMBAYARAN
NOMOR BUKTI 18
Sudah diterima uang sejumlah Rp 50.000.000,00. Dengan
huruf Lima puluh juta rupiah, dari:
Pembeli : BPKA Pemerintah Kota XXX
Alamat : Jl. Wastukencana no. 13
Sebagai pembayaran : Pembelian perangkat lunak aplikasi
komputer untuk keperluan kantor

10 Agustus 200X
Kasir, Pembayar/Penyetor

ttd ttd

Citra Gantika Yuliza Yazid

Jurnal akuntansi untuk mencatat transaksi


penerimaan pendapatan penjualan aset daerah yang
tidak dipisahkan tersebut adalah sebagai berikut:

Nomor Jumlah (Rp)


Tgl Uraian Ref
Bukti Debit Kredit
1 2 4 5 6 7
10/8/20 kui-18 Perangkat 50.000.000
0X Lunak Aplikasi
Kas di 50.000.000
bendahara
pengeluaran

152 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
b. Pada tanggal 19 Agustus 200X, BPKA Pemerintah
Kota XXX menerima serah terima barang atas
pembelian perangkat lunak aplikasi penatausahaan
arsip digital yang dikembangkan pihak ketiga dengan
nilai kontrak sebesar Rp350.000.000.

PEMERINTAH KOTA XXX


BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG
NOMOR 3

Yang bertandatangan dibawah ini:


1 Nama
Jabatan
Dalam hal ini bertindak atas nama ..... Yang
selanjutnya disebut PIHAK KESATU
2 Nama
Jabatan
Dalam hal ini bertindak atas nama ..... Yang
selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA sepakat untuk


melakukan Serah Terima Barang Milik Daerah dengan
ketentuan sebagai berikut:

PASAL 1
...

PASAL 3
...

PIHAK KESATU PIHAK KEDUA

ttd ttd

Citra Gantika Yuliza Yazid


NIP. 180 099 309

MENGETAHUI/MENYETUJUI

ttd

xxx
NIP.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 153
Atas transaksi tersebut, petugas pencatat transaksi
akan membuat jurnal sebagai berikut:

Nomor Jumlah (Rp)


Tgl Uraian Ref
Bukti Debit Kredit
1 2 4 5 6 7
19/8/ bast-3 Perangkat Lunak 350.000.000
200X Aplikasi
Utang Belanja 350.000.000
Perangkat
Lunak Aplikasi

c. Pada tanggal 1 September 200X, BPKA melakukan


pembayaran atas pengadaan perangkat lunak
aplikasi penatausahaan arsip digital yang dengan
menerbitkan SP2D-LS.
PEMERINTAH KOTA XXX
SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D)
NOMOR 12
Nomor SPM : Dari :
Tanggal : Tahun Anggaran :
SKPD :
Bank/Pos :
Hendaklah memindahbukukan dari Rekening Nomor ....
Uang Sebesar Rp ..... (Terbilang ........)
Kepada :
NPWP :
No. Rekening :
Bank/Pos :
Untuk Keperluan :
Kode Rekening Uraian Jumlah (Rupiah)

Jumlah
....., tanggal xx/xx/20xx
Kuasa BUD

ttd

Yuliza Yazid

154 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Atas transaksi tersebut fungsi akuntansi akan
mencatat dengan jurnal:
Tgl Nomor Uraian Ref Jumlah (Rp)
Bukti Debit Kredit
1/9/ SP2D- Utang Belanja 350.000.000
200x 12 Perangkat Lunak
Aplikasi
RK PPKD 350.000.000

Tgl Nomor Uraian Ref Jumlah (Rp)


Bukti Debit Kredit
1/9/ SP2D- Belanja Jasa 350.000.000
200x 12 Konsultasi
Pembuatan
Perangkat Lunak
Aplikasi
Perubahan SAL 350.000.000

d. Pada tanggal 31 Desember 200X, BPKA melakukan


perhitungan amortisasi atas perangkat lunak
penatausahaan arsip digital yang telah digunakan
selama 5 bulan. Metode amortisasi yang digunakan
adalah garis lurus, diperkirakan umur manfaat
perangkat lunak tersebut selama 5 tahun atau 60
bulan.
Perhitungan atas beban armotisasi tersebut yaitu:
5
Beban Amortisasi = 𝑅𝑝350.000.000 𝑥= 𝑅𝑝29.166.667
60
Atas transaksi tersebut pihak berwenang akan
melakukan pencatatan akuntansi dengan rincian:

Nomor Jumlah (Rp)


Tgl Uraian Ref
Bukti Debit Kredit
1 2 4 5 6 7
31/12/ Beban 29.166.667
200X amortisasi
Perangkat 29.166.667
Lunak
Aplikasi

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 155
Nomor Jumlah (Rp)
Tgl Uraian Ref
Bukti Debit Kredit
1 2 4 5 6 7
31/12/ Akumulasi 29.166.667
200X amortisasi
Beban 29.166.667
amortisasi

156 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
BAB 8
AKUNTANSI PIUTANG

1. Konsep Umum Piutang

Piutang didefinisikan sebagai manfaat masa depan


yang diakui saat ini yang merupakan hak pemerintah
untuk menerima pembayaran dari entitas lain termasuk
wajib pajak/bayar atas kegiatan yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Piutang di lingkungan pemerintahan
umumnya terjadi karena adanya tunggakan pungutan
pendapatan dan pemberian pinjaman serta transaksi
lainnya yang menimbulkan hak tagih dalam rangka
pelaksanaan kegiatan pemerintahan.
Berdasarkan peristiwa yang menyebabkannya
timbul, piutang diklasifikasikan menjadi piutang
berdasarkan pungutan, perikatan, tuntutan ganti rugi, dan
transfer antar pemerintah.

Piutang Berdasarkan Pungutan


Piutang berdasarkan pungutan pada umumnya
terjadi dengan didahului adanya pengakuan pendapatan
yang seharusnya sudah menjadi hak pemerintah daerah,
namun karena satu dan lain hal hak tersebut belum dapat
secara langsung didapatkan oleh entitas yang terkait.
Dalam hal demikian, akan timbul piutang oleh pemerintah
daerah. Apabila diklasifikasian secara lebih jelas, jenis
piutang berdasarkan pungutan ini dapat dikelompokkan
menjadi piutang pajak, piutang retribusi, dan piutang
Pendapatan Asli Daerah (PAD) lainnya.
Piutang pajak merupakan piutang yang timbul atas
pendapatan pajak yang berhak dipungut oleh masing-
masing entitas pemerintah daerah sebagaimana diatur

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 157
dalam undang-undang perpajakan atau peraturan daerah
tentang perpajakan, yang belum dilunasi sampai dengan
akhir periode laporan keuangan. Berdasarkan ketentuan
perundang-undangan tentang Pajak dan Retribusi Daerah,
pajak daerah dibedakan untuk tingkat pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota.
Piutang atas pajak daerah dapat timbul karena
tunggakan pajak yang belum dilunasi oleh Wajib Pajak
(WP). Tunggakan ini terjadi karena perbedaan penetapan
pajak dalam SKP dengan jumlah yang telah dilunasi oleh
WP. Selanjutnya kekurangan bayar itu diwujudkan dengan
terbitnya Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
(SKPDKB).
Sementara piutang atas retribusi timbul karena
sampai tanggal laporan keuangan ada tagihan retribusi
sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan Retribusi
Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan,
belum dilunasi oleh wajib bayar retribusi. Selanjutnya jika
sampai tanggal laporan keuangan ada jumlah retribusi
yang belum dilunasi, maka akan diterbitkan Surat Tagihan
Retribusi Daerah (STRD).
Piutang karena potensi PAD lainnya dapat terdiri
dari hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan seperti
bagian laba BUMD dan lain-lain PAD seperti bunga,
penjualan aset yang tidak dipisahkan pengelolaannya,
tuntutan ganti rugi, denda, penggunaan aset/pemberian
jasa pemda dan sebagainya. PAD lainnya ini pada
umumnya berasal dari hasil perikatan yang akan dibahas
dalam bab tersendiri.

Piutang Berdasarkan Perikatan


Jenis-jenis piutang berdasarkan perikatan disajikan
menurut bentuk perikatan yang mendasarinya, yaitu
berdasarkan pemberian pinjaman, jual-beli, pemberian
jasa, dan kemitraan.
Piutang berdasarkan pemberian pinjaman
merupakan jenis piutang yang berasal dari pinjaman oleh

158 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
suatu entitas pemerintah kepada pemerintah
daerah/pemerintah lainnya, perorangan, BUMN/BUMD,
perusahaan swasta atau organisasi lainnya. Ketentuan dan
persyaratan timbulnya piutang dituangkan dalam suatu
naskah perjanjian pinjaman antara pihak-pihak terkait,
dan pengakuan timbulnya piutang, dilakukan pada saat
terjadi realisasi pengeluaran dari kas daerah. Piutang
tersebut berkurang apabila terjadi penerimaan angsuran
pokok pinjaman di rekening kas daerah. Jenis-jenis
pinjaman yang diberikan oleh pemerintah bermacam-
macam antara lain:
a. Piutang yang timbul dari penerusan pinjaman luar
negeri (Subsidiary Loan Agreement/SLA) yaitu
Rekening Dana Investasi (RDI) dan Rekening
Pembangunan Daerah (RPD).
b. Piutang yang timbul dari Dana Bergulir, yang diatur
dalam Bultek Dana Bergulir.

Piutang yang timbul dari kegiatan jual-beli, pada


umumnya berasal dari peristiwa pemindahtanganan
barang milik daerah. Pemindahtanganan barang milik
daerah dapat dilakukan dengan cara dijual, dipertukarkan,
dihibahkan atau disertakan sebagai modal pemerintah
setelah memenuhi ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Timbulnya piutang atau hak untuk menagih,
harus didukung dengan bukti yang sah mengenai
pemindahtanganan barang milik daerah.
Piutang karena kemitraan terjadi karena pada masa
waktu tertentu yang disepakati pemerintah daerah
memperoleh pendapatan berdasarkan kesepakatan yang
disetujui terlebih dahulu dalam perjanjian. Berdasarkan
naskah perjanjian, dapat diketahui adanya hak tagih
pemerintah kepada mitra. Piutang atas peristiwa ini timbul
pada saat diitandatanganinya perjanjian kemitraan yang
menimbulkan hak tagih kepada entitas dan dicatat sebagai
aset di neraca.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 159
Piutang Berdasarkan Tuntutan Ganti Rugi
Piutang atas tuntutan ganti rugi timbul karena
adanya hak tagih yang disebabkan pelaksanaan tuntutan
ganti rugi yang telah diputuskan/ditetapkan oleh pihak
yang berwenang sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku karena adanya kerugian daerah dalam suatu
keadaan/kegiatan. Berdasarkan karakteristiknya piutang
atas tuntutan ganti rugi ini timbul karena dua hal:
a. Piutang yang berasal dari akibat Tuntutan Ganti Rugi
(TGR)
TGR merupakan piutang yang timbul karena
pengenaan ganti kerugian daerah kepada pegawai
negeri bukan bendahara, sebagai akibat langsung
ataupun tidak lagsung dari suatu perbuatan
melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai
tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas
yang menjadi kewajibannya. TGR dikenakan oleh
pimpinan di lingkup pemerintah daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Piutang yang timbul dari akibat Tuntutan
Perbendaharaan (TP)
TP dikenakan kepada bendahara yang karena lalai
atau perbuatan melawan hukum mengakibatkan
kerugian daerah. Tuntutan Perbendaharaan
dikenakan oleh BPK sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Penyisihan Piutang Tak Tertagih


Dalam praktik pengelolaan piutang, terdapat kondisi
di mana piutang tidak dapat diterima sehingga
menghasilkan penyisihan piutang tak tertagih. Penyisihan
piutang tak tertagih merupakan taksiran nilai piutang yang
kemungkinan tidak dapat diterima pembayarannya dimasa
akan datang dari seseorang dan/atau korporasi dan/atau
entitas lain. Penyisihan piutang juga merupakan upaya
pemerintah daerah untuk menjaga agar nilai piutangnya

160 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
sama dengan nilai bersih yang dapat direalisasi (net
realizable value).
Nilai penyisihan piutang tak tertagih tidak bersifat
akumulatif tetapi diterapkan setiap akhir periode anggaran
sesuai perkembangan kualitas piutang. Pemerintah
menilai kualitas piutang untuk penyisihan piutang tak
tertagih berdasarkan kualitas umur piutang,
jenis/karakteristik piutang, dan diterapkan dengan
modifikasi tertentu tergantung kondisi debitor. Pemilihan
dasar penyisihan ini hendaknya didasarkan pada hasil
analisis atas data, pengalaman historis, maupun kebijakan
dan upaya yang ditempuh pemerintah dalam menetapkan
dan menagih piutang.
Penyisihan piutang tak tertagih bukan merupakan
penghapusan piutang. Dengan demikian, nilai penyisihan
piutang tak tertagih akan disajikan di neraca, selama
piutang pokok masih tercantum atau belum dihapuskan.
Pemerintah daerah perlu membuat aturan tersendiri
sebagai dasar dalam menghitung penyisihan piutang.
Dalam menetapkan kebijakan akuntansi penyisihan
piutang yang didasarkan pada umur piutang sebaiknya
dibedakan menurut jenis piutang, baik dalam menetapkan
umur maupun penentuan besaran yang akan disisihkan.
Jenis piutang sangat bervariasi dan kemungkinan tidak
tertagih juga sangat bervariasi, sangat tergantung pada
karakteristik piutang yang bersangkutan. Namun demikian
secara umum biasanya kelompok piutang dikategorikan
menjadi lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet.

Penghentian Pengakuan Piutang


Suatu piutang pada prinsipnya dihentikan apabila
piutang dimaksud sudah dibayar tunai/lunas atau karena
suatu hal sehingga tagihan tersebut dianggap
selesai/lunas. Penghentian tanpa pelunasan oleh debitur
dapat terjadi karena penghapusan. Penghapusan piutang
dikenal dengan dua cara yaitu: penghapusan bersyarat dan
penghapusan mutlak.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 161
Penghapusan secara bersyarat dilakukan dengan
menghapuskan piutang daerah dari pembukuan tanpa
menghapuskan hak tagih. Sementara itu penghapusan
secara mutlak dilakukan dengan menghapuskan hak tagih
daerah. Hapus buku merupakan suatu prosedur kebijakan
internal dimana pemerintah daerah menghapus catatan
atas piutang suatu entitas atau meng-nol-kan nilai piutang
bersangkutan. Tujuan hapus buku adalah menampilkan
aset yang lebih realistis dan ekuitas yang lebih tepat, dan
kemungkinan berdampak pula pada besaran pendapatan
(revenue). Sementara hapus tagih merupakan penghentian
proses perdata penagihan yang dilakukan pemerintah
daerah untuk meminta debitur melunasi hutangnya.
Substansi hukum penghapustagihan mempunyai
konsekuensi menghapuskan catatan (hapus buku).

Penghapusbukuan Piutang (write-off)


Penghapusbukuan piutang dibuat berdasarkan
berita acara atau keputusan pejabat yang berwenang.
Secara umum, kriteria penghapusbukuan adalah sebagai
berikut:
a. Penghapusbukuan harus memberi manfaat, yang
lebih besar daripada kerugian penghapusbukuan.
 Memberi gambaran obyektif tentang
kemampuan keuangan entitas akuntansi dan
entitas pelaporan.
 Memberi gambaran ekuitas lebih obyektif,
tentang penurunan ekuitas.
 Mengurangi beban administrasi/akuntansi,
untuk mencatat hal-hal yang tak mungkin
terealisasi tagihannya.
b. Perlu kajian yang mendalam tentang dampak hukum
dari penghapusbukuan pada neraca pemerintah,
apabila perlu, sebelum difinalisasi dan diajukan
kepada pengambil keputusan penghapusbukuan.

162 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
c. Penghapusbukuan berdasarkan keputusan formal
otoritas tertinggi yang berwenang menyatakan hapus
tagih perdata dan atau hapus buku (write off).
Pengambil keputusan penghapusbukuan melakukan
keputusan reaktif (tidak berinisiatif), berdasar suatu
sistem nominasi untuk dihapusbukukan atas usulan
berjenjang yang bertugas melakukan analisis dan
usulan penghapusbukuan tersebut.

Penghapustagihan Piutang
Penghapustagihan adalah sebuah keputusan yang
sensitif, penuh dengan konsekuensi ekonomi,
kemungkinan hilangnya hak tagih dan atau hak menerima
tagihan. Oleh karena itu, penghapustagihan suatu piutang
harus berdasarkan berbagai kriteria, prosedur dan
kebijakan yang menghasilkan keputusan hapus tagih yang
defensif bagi pemerintah secara hukum dan ekonomi.
Penghapustagihan piutang dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh
karena itu upaya hapus tagih tidak dapat dilakukan sendiri
secara langsung oleh satuan kerja yang berpiutang, tetapi
harus mengikuti ketentuan yang berlaku.
Adapun kriteria penghapustagihan piutang terdiri
dari:
a. Penghapustagihan karena mengingat jasa-jasa pihak
yang berutang untuk menolong pihak berutang dari
keterpurukan yang lebih dalam. Misalnya kredit UKM
yang tidak mampu membayar.
b. Penghapustagihan sebagai suatu sikap menyejukkan,
membuat citra penagih menjadi lebih baik,
memperoleh dukungan moril lebih luas menghadapi
tugas masa depan.
c. Penghapustagihan sebagai sikap berhenti menagih,
menggambarkan situasi tak mungkin tertagih melihat
kondisi pihak tertagih.
d. Penghapustagihan untuk restrukturisasi penyehatan
utang, misalnya penghapusan denda, tunggakan

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 163
bunga dikapitalisasi menjadi pokok kredit baru,
rescheduling dan penurunan tarif bunga kredit.
e. Penghapustagihan setelah semua ancangan dan cara
lain gagal atau tidak mungkin diterapkan. Misalnya
kredit macet dikonversi menjadi
saham/ekuitas/penyertaan, dijual (anjak piutang),
jaminan lelang.
f. Penghapustagihan sesuai hukum perdata umumnya,
hukum kepailitan, hukum industri, hukum pasar
modal, hukum pajak, melakukan benchmarking
kebijakan/peraturan write off di negara lain.
g. Penghapustagihan secara hukum sulit atau tidak
mungkin dibatalkan, apabila telah diputuskan dan
diberlakukan, kecuali cacat hukum.
Penghapusbukuan (writedown maupun write off)
masuk ekstrakomtabel dengan beberapa sebab
misalnya kesalahan administrasi, kondisi misalnya
debitur menunjukkan gejala mulai mencicil teratur
dan alasan misalnya dialihkan kepada pihak lain
dengan haircut mungkin akan dicatat kembali
menjadi rekening aktif intrakomtabel.

Penerimaan Kembali Piutang yang Telah Dihapustagih


dan Dihapusbuku
Suatu piutang yang telah dihapustagihkan dan
ternyata di kemudian hari diterima pembayaran/
pelunasannya, maka terhadap penerimaan kembali atas
piutang yang telah dihapustagihkan tersebut baik yang
telah dilakukan penyisihan pada tahun berjalan maupun
tahun sebelumnya, diakui sebagai pendapatan lain-lain.
Suatu piutang yang telah dihapusbukukan, ada
kemungkinan diterima pembayarannya, karena timbulnya
kesadaran dan rasa tanggung jawab yang berutang.
Terhadap penerimaan kembali piutang yang dilakukan
penyisihan dan dihapusbukukan pada tahun berjalan
diakui sebagai pengurang beban sedangkan terhadap
penerimaan kembali piutang yang dilakukan penyisihan

164 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
pada tahun sebelumnya dan dihapusbukukan pada tahun
berjalan, penerimaan kas diakui sebagai pendapatan lain-
lain.

2. Pengakuan Piutang

Secara umum, piutang diakui ketika klaim/hak


untuk menagih
Pada SKPD piutang dapat diakui ketika:
a. Surat ketetapan/dokumen yang sah telah diterbitkan.
b. Surat penagihan telah diterbitkan dan penagihan
telah dilaksanakan.
c. Belum dilunasi sampai dengan akhir periode
pelaporan.

Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan hak tagih,


yaitu peristiwa yang timbul dari pemberian pinjaman,
penjualan, kemitraan, dan pemberian fasilitas/jasa, diakui
sebagai piutang dan dicatat sebagai aset di neraca, apabila
memenuhi kriteria:
a. Harus didukung dengan naskah perjanjian yang
menyatakan hak dan kewajiban secara jelas.
b. Jumlah piutang dapat diukur.
c. Telah diterbitkan surat penagihan dan telah
dilaksanakan penagihan.
d. Belum dilunasi sampai dengan akhir periode
pelaporan.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 165
3. Pengukuran Piutang

Pengukuran piutang pendapatan adalah sebagai


berikut:
a. Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai
dengan tanggal pelaporan dari setiap tagihan yang
ditetapkan berdasarkan surat ketetapan kurang
bayar yang diterbitkan.
b. Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai
dengan tanggal pelaporan dari setiap tagihan yang
telah ditetapkan terutang oleh Pengadilan Pajak
untuk Wajib Pajak (WP) yang mengajukan banding.
c. Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai
dengan tanggal pelaporan dari setiap tagihan yang
masih proses banding atas keberatan dan belum
ditetapkan oleh majelis tuntutan ganti rugi.
d. Disajikan sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan (net realizable value) untuk piutang
yang tidak diatur dalam peraturan perundang-
undangan.

Piutang pendapatan diakui setelah diterbitkan surat


tagihan dan dicatat sebesar nilai nominal yang tercantum
dalam tagihan. Secara umum unsur utama piutang adalah
potensi pendapatan, artinya piutang ini terjadi karena
pendapatan yang belum disetor ke kas daerah oleh wajib
setor. Oleh karena setiap tagihan oleh pemerintah wajib
ada keputusan, maka jumlah piutang yang menjadi hak
pemerintah daerah sebesar nilai yang tercantum dalam
keputusan atas penagihan yang bersangkutan.
Pengukuran atas peristiwa-peristiwa yang
menimbulkan piutang yang berasal dari perikatan, adalah
sebagai berikut:

166 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
a. Pemberian pinjaman
Piutang pemberian pinjaman dinilai dengan jumlah
yang dikeluarkan dari kas daerah dan/atau apabila
berupa barang/jasa harus dinilai dengan nilai wajar
pada tanggal pelaporan atas barang/jasa tersebut.
Apabila dalam naskah perjanjian pinjaman diatur
mengenai kewajiban bunga, denda, commitment fee
atau biaya-biaya pinjaman lainnya, maka pada akhir
periode pelaporan harus diakui adanya bunga, denda,
commitment fee atau biaya lainnya pada periode
berjalan yang terutang (belum dibayar) pada akhir
periode pelaporan.

b. Penjualan
Piutang dari penjualan diakui sebesar nilai sesuai
naskah perjanjian penjualan yang terutang (belum
dibayar) pada akhir periode pelaporan. Apabila dalam
perjanjian dipersyaratkan adanya potongan
pembayaran, maka nilai piutang harus dicatat
sebesar nilai bersihnya.

c. Kemitraan
Piutang yang timbul diakui berdasarkan ketentuan-
ketentuan yang dipersyaratkan dalam naskah
perjanjian kemitraan.

d. Pemberian fasilitas/jasa
Piutang yang timbul diakui berdasarkan fasilitas atau
jasa yang telah diberikan oleh pemerintah pada akhir
periode pelaporan, dikurangi dengan pembayaran
atau uang muka yang telah diterima.

Pengukuran berikutnya (subsequent measurement)


terhadap Pengakuan awal. Piutang disajikan berdasarkan
nilai nominal tagihan yang belum dilunasi tersebut

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 167
dikurangi penyisihan kerugian piutang tidak tertagih.
Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penghapusan
piutang maka masing-masing jenis piutang disajikan
setelah dikurangi piutang yang dihapuskan.
Pemberhentian pengakuan. Pemberhentian
pengakuan piutang selain pelunasan juga dikenal dengan
dua cara yaitu: penghapustagihan (write-off) dan
penghapusbukuan (write down). Hapus tagih yang
berkaitan dengan perdata dan hapus buku yang berkaitan
dengan akuntansi untuk piutang, merupakan dua hal yang
harus diperlakukan secara terpisah.
Penghapusbukuan piutang adalah kebijakan intern
manajemen, merupakan proses dan keputusan akuntansi
untuk pengalihan pencatatan dari intrakomptabel menjadi
ekstrakomptabel agar nilai piutang dapat dipertahankan
sesuai dengan net realizable value-nya. Tujuan hapus buku
adalah menampilkan aset yang lebih realistis dan ekuitas
yang lebih tepat. Penghapusbukuan piutang tidak secara
otomatis menghapus kegiatan penagihan piutang.
Penerimaan tunai atas piutang yang telah
dihapusbukukan. Suatu piutang yang telah
dihapusbukukan, ada kemungkinan diterima
pembayarannya, karena timbulnya kesadaran dan rasa
tanggung jawab yang berutang. Terhadap kejadian adanya
piutang yang telah dihapusbukukan, ternyata di kemudian
hari diterima pembayaran/ pelunasannya maka
penerimaan tersebut dicatat sebagai penerimaan kas pada
periode yang bersangkutan dengan lawan perkiraan
penerimaan pendapatan atau melalui akun Penerimaan
Pembiayaan, tergantung dari jenis piutang.

168 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
4. Penyajian Piutang

Piutang disajikan sebagai bagian dari Aset Lancar.


Berikut adalah contoh penyajian piutang dalam Neraca:
PEMERINTAH DAERAH ......
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
Uraian 20X1 20X0
ASET
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Penyisihan Piutang
Belanja Dibayar Dimuka
Bagian Lancar Pinjaman kepada
Perusahaan Negara
Bagian Lancar Pinjaman kepada
Perusahaan Daerah
Bagian Lancar Pinjaman kepada
Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Pinjaman kepada
Pemerintah Daerah Lainnya
Bagian Lancar Tagihan Penjualan
Angsuran
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi
Piutang Lainnya

5. Pengungkapan Piutang

Hal-hal yang harus diungkapkan dalam Catatan


atas Laporan Keuangan terkait dengan piutang adalah:
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
penilaian, pengakuan dan pengukuran piutang.
b. Rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk
mengetahui tingkat kolektibilitas.
c. Penjelasan atas penyelesaian piutang.
d. Jaminan atau sita jaminan jika ada. Khusus untuk
tuntutan ganti rugi/tuntutan perbendaharaan juga
harus diungkapkan piutang yang masih dalam proses
penyelesaian, baik secara damai maupun pengadilan.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 169
Penghapusbukuan piutang harus diungkapkan
secara cukup dalam Catatan atas Laporan Keuangan agar
lebih informatif. Informasi yang perlu diungkapkan
misalnya jenis piutang, nama debitur, nilai piutang, nomor
dan tanggal keputusan penghapusan piutang, dasar
pertimbangan penghapusbukuan dan penjelasan lainnya
yang dianggap perlu.

170 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
6. Prosedur Akuntansi Piutang

Pelaksana
No. Kegiatan Bendahara
PPK-S KPD
Penerimaan

1 M embuat SPJ atas pendapatan

M encatat dan membukukan semua


penerimaan ke dalam buku kas
2
penerimaan SKPD

M encatat transaksi/kejadian piutang


berdasarkan bukti-bukti transaksi
3 yang sah dan valid ke Buku Jurnal
LRA dan Buku Jurnal LO dan
Neraca

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 171
7. Jurnal Standar Piutang

Jurnal-jurnal yang diperlukan terkait dengan


pencatatan akuntansi piutang antara lain:
a. Jurnal untuk mencatat penerbitan SKR Daerah
Dr. Piutang xxx
Cr. Pendapatan...-LO xxx

b. Jurnal untuk mencatat pembayaran oleh Wajib


Retribusi
Dr. Kas di Bendahara Penerimaan xxx
Cr. Piutang...-LO xxx

Dr. Perubahan SAL xxx


Cr. Pendapatan...-LRA xxx

c. Jurnal untuk mencatat setoran langsung Wajib


Retribusi ke kas daerah pada Bank yang ditunjuk
Dr. RK PPKD xxx
Cr. Pendapatan...-LO xxx

Dr. Perubahan SAL xxx


Cr. Pendapatan...-LRA xxx

d. Jurnal untuk mencatat pembayaran yang bersumber


dari piutang pada saat Nota Kredit dari bank diterima
Dr. RK PPKD xxx
Cr. Piutang…-LO xxx
Dr. Perubahan SAL xxx
Cr. Pendapatan…-LRA xxx

172 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
8. Simulasi Pencatatan Akuntansi Piutang

Berikut ini merupakan contoh pencatatan akuntansi


untuk transaksi terkait piutang yang akan dicatat oleh
PPK-SKPD:
a. Pada tanggal 17 Juni 200X, Dinas Pendapatan
Pemerintah Kabupaten XXX mengeluarkan SKR
Daerah atas Retribusi Pengujian Kendaraan sebesar
Rp500.000,00, namun wajib retribusi belum
melakukan pembayaran atas SKR Daerah yang
dikeluarkan tersebut.
PEMERINTAH SURAT KETETAPAN
NO. URUT :
KABUPATEN RETRIBUSI
101
XXX (SKR) DAERAH
MASA : Juni
TAHUN : 200X

NAMA
: ….
ALAMAT : Jl. Merdeka No. 7 XXX
NOMOR : 1567845672567
POKOK
WAJIB
RETRIBUSI
(NPWR)
TANGGAL : 16 November 200X
JATUH
TEMPO
URAIAN
No KODE REKENING RETRIBUSI JUMLAH (RP)
DAERAH
1. Retribusi 500.000
PKB
2.
3.
Jumlah
Ketetapan
Pokok
Retribusi :
Jumlah
Sanksi :

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 173
a. Bunga
b. Kenaikan
Jumlah 500.000
Keseluruhan
Dengan huruf : lima ratus ribu rupiah
PERHATIAN :
a. Harap penyetoran dilakukan pada Bank / Bendahara
Penerimaan xxx
b. Apabila SKR ini tidak atau kurang dibayar lewat
waktu paling lama 30 hari setelah SKR diterima atau
(tanggal jatuh tempo) dikenakan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% per bulan.
XXX, 17 Juni 200X
Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran

ttd

Dr. H. Satia Putra., M.M.


NIP. 140 080 791
----------------------------------------potong di sini------------------
----------------------
NO. URUT :
01
TANDA TERIMA
NAMA XXX , 17
November 200X

Yang menerima,
:
ttd
Citra Gantika
NIP. 180 099
309

174 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Maka berdasarkan hal tersebut dicatat jurnal:

Nomor Jumlah (Rp)


Tanggal Uraian Ref
Bukti Debit Kredit
1 2 4 5 6 7
17/6/20 SKRD- Piutang Retribusi 500.000
0X 101 PKB
Pendapatan 500.000
Retribusi
PKB- LO

b. Dua hari berselang Wajib Retribusi dengan SKR


Daerah no.101 melakukan pembayaran atas
Retribusi Pengujian Kendaraan sebesar
Rp500.000,00. Pembayaran dilakukan melalui loket
yang berada di tempat pengujian kendaraan. Atas
transaksi tersebut PPK-SKPD akan mencatat jurnal
sebagai berikut:

Nomor Jumlah (Rp)


Tanggal Uraian Ref
Bukti Debit Kredit
1 2 4 5 6 7
19/6/20 SKRD- Kas di Bendahara 500.000
0X 101 Penerimaan
Piutang 500.000
Retribusi PKB

Nomor Jumlah (Rp)


Tanggal Uraian Ref
Bukti Debit Kredit
1 2 4 5 6 7
19/6/20 SKRD- Perubahan SAL 500.000
0X 101 Pendapatan 500.000
Retribusi PKB
- LRA

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 175
c. Berdasarkan data piutang retribusi yang dikelola
Dinas Pendapatan didapatkan saldo piutang retribusi
sebesar Rp180.000.000 per tanggal 31 Desember
200X. Berdasarkan catatan dan skedul saldo piutang
yang dimiliki, Dinas Pendapatan menetapkan kualitas
piutang retribusi sebagai berikut:
Kualitas Jumlah % Taksiran Penyisihan
Tidak Tertagih Piutang
Lancar 100.000.000 0,5% 500.000
Kurang 50.000.000 10% 5.000.000
Lancar
Ragu-ragu 15.000.000 50% 7.500.000
Macet 15.000.000 100% 15.000.000
28.000.000

Berdasarkan perhitungan dengan pendekatan


kualitas piutang maka didapatkan Beban Penyisihan
Piutang tahun ini sebesar Rp 28.000.000,00. PPK
SKPD akan mencatat penyisihan piutang dengan
jurnal sebagai berikut:

Nomor Jumlah (Rp)


Tanggal Uraian Ref
Bukti Debit Kredit
1 2 4 5 6 7
31/12/2 memoria Beban Penyisihan 500.000
00X l Piutang Retribusi
Penyisihan 500.000
Piutang Retribusi

176 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
BAB 9
AKUNTANSI PERSEDIAAN

1. Konsep Umum Persediaan

Secara umum persediaan merupakan bagian dari


aset lancar, berupa barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam mendukung kegiatan operasional
pemerintah, serta barang-barang yang akan dijual maupun
diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Suatu aset dapat diklasifikasikan sebagai
persediaan ketika memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Barang atau perlengkapan (supplies) berupa barang
habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak pakai
habis seperti komponen peralatan dan pipa, maupun
barang bekas pakai seperti komponen bekas yang
digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah.
b. Bahan atau perlengkapan (supplies) berupa bahan
baku pembuatan alat-alat pertanian dan lain
sebagainya yang akan digunakan dalam proses
produksi.
c. Barang dalam produksi yang dimaksudkan untuk
dijual atau diserahkan kepada masyarakat berupa
alat-alat pertanian setengah jadi.
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat seperti hewan/tanaman dalam
rangka kegiatan pemerintahan.

Sistem Pencatatan Persediaan


Persediaan dicatat dalam akuntansi dengan metode
perpetual atau periodik, secara lengkap perbedaan kedua

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 177
sistem pencatatan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Metode Perpetual
Metode perpetual menuntut dilakukannya
pemutakhiran setiap terjadi perubahan posisi akun
persediaan. Implikasi dari metode perpetual,
pemutakhiran posisi akun persediaan melalui
pendekatan aset dengan menjurnal akun “Beban
Persediaan” di debit dan akun “Persediaan” di kredit
dilakukan tiap kali terdapat transaksi terkait dengan
persediaan. Implikasi lainnya, di akhir periode tidak
lagi dibutuhkan jurnal penyesuaian.
Perlu diketahui bahwa pengakuan persediaan dengan
pendekatan beban tidak dikenal dalam metode
pencatatan perpetual. Metode perpetual umumnya
digunakan untuk jenis persediaan yang berkaitan
dengan operasional utama di SKPD dan
membutuhkan pengendalian yang kuat. Contohnya
adalah persediaan obat-obatan di RSUD, persediaan
pupuk di dinas pertanian, dan lain sebagainya. Dalam
metode perpetual, pengukuran pemakaian persediaan
dihitung berdasarkan catatan jumlah unit yang
dipakai dikalikan dengan nilai per unit sesuai metode
penilaian yang digunakan.

b. Metode Periodik
Dalam metode periodik, fungsi akuntansi tidak
langsung mengkinikan nilai persediaan ketika terjadi
pemakaian. Jumlah persediaan akhir diketahui
dengan melakukan perhitungan fisik (stock opname)
pada akhir periode. Pada akhir periode inilah dibuat
jurnal penyesuaian untuk mengkinikan nilai
persediaan.
Implikasi metode periodik atas pengakuan persediaan
dengan pendekatan asset harus mengakui beban atas
pemakaian persediaan hingga akhir periode.
Pengakuan beban tersebut akan dicatat dengan

178 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
menjurnal ‘Beban Persediaan” di debit dan
“Persediaan” di kredit. Sedangkan implikasi metode
periodik atas pengakuan persediaan dengan
pendekatan beban harus menyesuaikan nilai beban
yang terjadi untuk satu periode tersebut dan
memunculkan nilai persediaan yang tersisa dengan
menjurnal “Persediaan” di sisi debit dan “Beban
Persediaan” di sisi kredit.
Metode ini dapat digunakan untuk persediaan yang
sifatnya sebagai pendukung kegiatan SKPD,
contohnya adalah persediaan ATK di sekretariat
SKPD. Dalam metode ini, pengukuran pemakaian
persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi fisik,
yaitu dengan cara saldo awal persediaan ditambah
pembelian atau perolehan persediaan dikurangi
dengan saldo akhir persediaan dikalikan nilai per unit
sesuai dengan metode penilaian yang digunakan.
Apabila dalam perjalanan pengelolaan persediaan
terjadi selisih nilai antara catatan persediaan
menurut bendahara barang/pengurus barang atau
catatan persediaan menurut fungsi akuntansi dengan
hasil stock opname. Dimana selisih persediaan
tersebut terjadi karena persediaan hilang, usang,
kadaluarsa, ataupun rusak; maka apabila selisih
persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah
yang normal, maka selisih persediaan ini
diperlakukan sebagai beban. Jika selisih persediaan
dipertimbangkan sebagai suatu jumlah yang
abnormal, maka selisih persediaan ini diperlakukan
sebagai kerugian daerah.

Metode Penilaian Persediaan


Untuk menentukan nilai persediaan yang dimiliki
masing-masing entitas terdapat tiga metode yang dapat
digunakan. Ketiga metode tersebut adalah:
a. Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO Method). Dalam
metode ini, nilai barang yang pertama kali dibeli
merupakan nilai barang yang dipakai/dijual/

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 179
diserahkan pertama kali. Dengan demikian nilai
persediaan akhir dihitung dimulai dari harga
pembelian terakhir.
b. Metode Rata-Rata Tertimbang. Dalam metode ini,
harga pokok merupakan harga rata-rata dari
keseluruhan barang yang dimiliki oleh pemerintah
daerah. Dengan demikian nilai persediaan dihitung
juga berdasarkan harga ratarata.
c. Harga Pembelian Terakhir. Metode ini digunakan
apabila setiap unit persediaan nilainya tidak material
dan bermacam-macam jenis. Nilai persediaan
dihitung berdasarkan harga pembelian terakhir.

2. Pengakuan Persediaan

Suatu entitas mengakui persediaan ketika potensi


manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah daerah
dan memiliki nilai atau biaya yang dapat diukur dengan
andal atau ketika persediaan diterima maupun hak
kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.
Selain mengakui persediaan, suatu entitas pun harus
mengakui beban persediaannya. Terdapat dua pendekatan
pengakuan beban persediaan, yaitu:
a. Pendekatan Aset
Diakui ketika persediaan telah digunakan atau
dikonsumsi. Pendekatan aset digunakan ketika
maksud penggunaan persediaan adalah selama satu
peride akuntansi dan persediaan dengan maksud
berjaga-jaga. Contohnya adalah persediaan obat di
rumah sakit dan persediaan di sekretariat SKPD.

b. Pendekatan Beban
Diakui ketika pembelian persediaan langsung dicatat
sebagai beban persediaan. Pendekatan beban
digunakan ketika maksud penggunaan persediaan

180 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
adalah untuk waktu yang segera/tidak dimaksudkan
untuk digunakan sepanjang satu periode akuntansi.
Contohnya adalah persediaan untuk suatu kegiatan.

Pada akhir periode, sering kali muncul selisih


persediaan antara catatan persediaan menurut bendahara
barang/pengurus barang atau catatan persediaan menurut
fungsi akuntansi dengan hasil stock opname yang
disebabkan oleh persediaan yang hilang, usang,
kadaluarsa, maupun rusak. Terdapat dua perlakuan
selisih persediaan yaitu:
a. Beban. Digunakan ketika jumlah selisih persediaan
dipertimbangkan sebagai hal yang normal.
b. Kerugian Daerah. Digunakan ketika jumlah selisih
persediaan dipertimbangkan sebagai hal yang
abnormal.

3. Pengukuran Persediaan

Persediaan memiliki proses pengukuran yang


berbeda-beda berdasarkan jenis perolehannya.
Pengukuran persediaan dibagi menjadi:
a. Biaya Perolehan
Digunakan ketika persediaan diperoleh dengan
pembelian yang meliputi harga pembelian, biaya
pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya
yang dapat dibebankan pada perolehan persediaan
secara langsung setelah dikurangi oleh potongan
harga, rabat, dan pengurang biaya perolehan lainnya.
Contoh: Dinas Kesehatan membeli obat-obatan
senilai Rp100.000.000. Dari pembelian tersebut
terdapat biaya pengiriman sebesar Rp2.000.000.
Maka nilai persediaan sebesar:

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 181
Biaya Perolehan = Pembelian + biaya pengiriman
= Rp100.000.000+Rp2.000.000 = Rp102.000.000

b. Harga Pokok Produksi


Digunakan ketika persediaan diperoleh dengan
produksi sendiri yang meliputi biaya langsung terkait
produksi persediaan dan biaya tidak langsung yang
dialokasikan secara sistematis.
Contoh: Dinas Kehutanan memproduksi minyak kayu
putih yang kemudian akan dijual kepada masyarakat.
Biaya untuk membuat minyak kayu putih terdiri atas
bahan baku senilai Rp75.000.000, gaji pekerja
sebesar Rp25.000.000, serta biaya overhead senilai
Rp 5.000.000. Berdasarkan informasi tersebut, nilai
persediaan sebesar:
Nilai persediaan = Biaya Langsung + Biaya Tidak
Langsung
= Rp75.000.000+Rp25.000.000+Rp5.000.000
= Rp105.000.000

c. Nilai Wajar
Digunakan ketika persediaan diperoleh dengan cara
lainnya seperti donasi maupun hewan dan tanaman
yang dikembangbiakkan meliputi nilai tukar aset atau
penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami
dan berkeinginan melakukan transaksi wajar (arm
length transaction).
Contoh: Dinas Pertanian menerima donasi berupa
pupuk dari pabrik pupuk sebanyak 100 ton.
Berdasarkan hasil survei di pasar, harga pupuk per
ton adalah Rp1.000.000. Maka nilai persediaan
pupuk dinilai sebesar:
100 ton x Rp1.000.000 = Rp100.000.000.

182 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
4. Penyajian Persediaan

Persediaan disajikan sebagai bagian dari Aset


Lancar. Berikut adalah contoh penyajian persediaan dalam
Neraca:
NERACA
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
Uraian 20X1 20X0
ASET
ASET LANCAR
Persediaan

5. Pengungkapan Persediaan

Hal-hal yang harus diungkapkan dalam Laporan


Keuangan Pemerintah Daerah adalah:
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
pengukuran persediaan.
b. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang
atau perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan
masyarakat, barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam proses produksi, barang yang
disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat, dan barang yang masih dalam proses
produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang
masih dalam proses produksi yang dimaksudkan
untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
c. Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi
rusak atau usang.


Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 183
6. Prosedur Akuntansi Persediaan

Pelaksana
No Kegiatan Bendahara
PPTK Penyimpan Barang PPK-S KPD
Pengeluaran S KPD
M enyiapkan dokumen atas
1 x
pengadaan persediaan
M enyiapkan dan menyampaikan
2 dokumen atas transaksi pembelian
persediaan

M enyiapkan dan menyampaikan


3
dokumen atas pengelolaan persediaan

4 M elakukan stock opname persediaan

M elakukan proses pencatatan


5 akuntansi persediaan dari mulai
barang masuk sampai habis

184 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
7. Jurnal Standar Persediaan

Jurnal-jurnal yang diperlukan terkait dengan


pencatatan akuntansi persediaan antara lain:
a. Pencatatan persediaan dengan Metode Periodik:
 Jurnal untuk mencatat pembelian persediaan
(Mekanisme UP)
Dr. Persediaan… xxx
Cr. Kas di Bendahara xxx
Pengeluaran…-LO
Dr. Belanja Persediaan… xxx
Cr. Perubahan SAL…-LRA xxx

 Jurnal untuk mencatat pembelian persediaan


(Mekanisme LS)
Dr. Persediaan... xxx
Cr. Utang Belanja Barang xxx
dan Jasa…

Dr. Perubahan SAL xxx


Cr. Pendapatan Pajak... – xxx
LRA

 Jurnal untuk mencatat penyetoran ke Kas


Daerah
Dr. RK PPKD xxx
Cr. Kas di Bendahara xxx
Penerimaan

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 185
b. Pencatatan pendapatan yang diterima secara
langsung:
 Jurnal untuk mencatat Penerimaan Pembayaran
Pajak dari WP
Dr. Kas di Bendahara xxx
Penerimaan
Cr. Pendapatan Pajak…- xxx
LO

Dr. Perubahan SAL xxx


Cr. Pendapatan Pajak... – xxx
LRA

 Jurnal untuk mencatat penyetoran pendapatan


ke rekening kas daerah
Dr. RK PPKD xxx
Cr. Kas di Bendahara xxx
Penerimaan

 Jurnal untuk mencatat pengakuan utang


kepada wajib pajak akibat lebih bayar
Dr. Pendapatan…-LO xxx
Cr. Utang xxx

 Jurnal untuk mencatat pengakuan piutang dari


wajib pajak akibat kurang bayar
Dr. Piutang Pendapatan… xxx
Cr. Pendapatan…-LO xxx

186 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
c. Pencatatan pendapatan yang pembayarannya
dilakukan di muka untuk beberapa periode:
 Jurnal untuk mencatat pengakuan pembayaran
pajak dari WP
Dr. Kas di Bendahara xxx
Penerimaan
Cr. Pendapatan Diterima xxx
Dimuka

Dr. Perubahan SAL xxx


Cr. Pendapatan Pajak... - xxx
LRA

 Jurnal untuk mencatat penyetoran ke kas


Daerah
Dr. RK PPKD xxx
Cr. Kas di Bendahara xxx
Penerimaan

 Jurnal untuk mencatat pengakuan pendapatan


pajak
Dr. Pendapatan Diterima xxx
Dimuka
Cr. Pendapatan Pajak… - xxx
LO

8. Simulasi Pencatatan Akuntansi Persediaan

Berikut ini merupakan contoh pencatatan akuntansi


persediaan yang akan dicatat oleh PPK-SKPD:
a. Pada tanggal 1 Februari 200X, Biro Hukum
Pemerintah Provinsi XXX membeli persediaan
sebanyak 15 box bolpen dan 30 tinta printer untuk
keperluan administrasi kantor. Harga bolpen per box
adalah Rp 50.000,00/box dan harga tinta printer

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 187
adalah Rp100.000,00/pcs. Fungsi akuntansi akan
mencatat jurnal dengan pendekatan aset:

Nomor Jumlah (Rp)


Tanggal Uraian Ref
Bukti Debit Kredit
1 2 4 5 6 7
1/2/ Persediaan ATK 3.750.000
200X
Kas di 3.750.000
bendahara
pengeluaran
Belanja ATK 3.750.000

Perubahan 3.750.000
SAL

b. Pada tanggal 15 Februari 200X, telah digunakan


persediaan sebanyak 5 box bolpen dan 10 tinta
printer.

Nomor Jumlah (Rp)


Tanggal Uraian Ref
Bukti Debit Kredit
1 2 4 5 6 7
15/2/ Beban 1.250.000
200X persediaan ATK
Persediaan 1.250.000
ATK

c. Pada tanggal 31 Desember 200X, dilakukan stock


opname atas bolpen dan tinta printer, namun
demikian terdapat 2 box bolpen yang rusak dan tidak
dapat digunakan kembali. Atas kerusakan tersebut
fungsi akuntansi melakukan penyesuaian catatan
persediaan dengan membuat jurnal sebagai berikut:

188 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Nomor Jumlah (Rp)
Tanggal Uraian Ref
Bukti Debit Kredit
1 2 4 5 6 7
31/12/ Beban 100.000
200X persediaan ATK
Persediaan 100.000
ATK

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 189
BAB 10
AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS

1. Konsep Umum Kas dan Setara Kas

Secara umum kas dapat didefinisikan sebagai aset


terlikuid berupa uang tunai maupun saldo simpanan di
bank yang siap dijabarkan/ dicairkan menjadi kas kapan
pun serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan.
Setara kas pada pemerintah daerah ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan kas jangka pendek atau untuk
tujuan lainnya. Untuk memenuhi persyaratan setara kas,
investasi jangka pendek harus segera dapat diubah
menjadi kas dalam jumlah yang dapat diketahui tanpa ada
risiko perubahan nilai yang signifikan. Oleh karena itu,
suatu investasi disebut setara kas kalau investasi
dimaksud mempunyai masa jatuh tempo kurang dari tiga
bulan dari tanggal perolehannya.
Kas dan setara kas pada pemerintah daerah
mencakup kas yang dikuasai, dikelola dan berada di bawah
tanggung jawab bendahara umum daerah (BUD) maupun
kas yang dikuasai, dikelola dan berada di bawah tanggung
jawab selain bendahara umum daerah.

Klasifikasi
Kas dan setara kas pada pemerintah daerah
mencakup kas yang dikuasai, dikelola dan dibawah
tanggung jawab bendahara umum daerah (BUD) dan kas
yang dikuasai, dikelola dan di bawah tanggung jawab
selain bendahara umum daerah, misalnya bendahara
pengeluaran. Kas dan setara kas yang yang dikuasai dan
dibawah tanggung jawab bendahara umum daerah terdiri
dari:

190 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
a. Kas:
 Kas di Kas Daerah:
- Kas di Kas Daerah. Sejumlah kas yang
berada pada pos kas dalam pemerintah
daerah.
- Potongan Pajak dan Lainnya.
- Kas Transitoris. Kas yang telah diterima
namun belum menjadi hak pemerintah
daerah.
- Kas Lainnya. Kas yang tidak dapat
diklasifikasikan menjadi kas di kas daerah,
potongan pajak, maupun kas transitoris.
 Kas di Bendahara Penerimaan:
- Pendapatan yang Belum Disetor.
Pendapatan yang telah diterima namun
belum disetorkan pada kas negara.
- Uang Titipan. Penyediaan uang yang
dititipkan mencukupi persediaan kas
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
 Kas di Bendahara Pengeluaran:
- Sisa Pengisian Kas UP/GU/TU. Sejumlah
kas yang merupakan sisa dari pengisian
kas uang persediaan (UP), ganti uang
persediaan (GU), dan tambahan uang
persediaan (TU).
- Pajak di SKPD yang Belum Disetor.
Sejumlah pajak di SKPD yang belum
disetorkan pada kas daerah.
- Uang Titipan. Penyediaan uang yang
dititipkan mencukupi persediaan kas
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
 Kas di BLUD:
- Kas Tunai BLUD. Sejumlah kas yang
dimiliki oleh badan layanan umum daerah.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 191
- Kas di Bank BLUD. Sejumlah kas milik
badan layanan umum daerah yang
disimpan dalam bank.
- Pajak yang Belum Disetor BLUD. Sejumlah
pajak yang belum disetorkan pada kas
negara oleh badan layanan umum daerah.
- Uang Muka Pasien RSUD/BLUD. Sejumlah
uang berupa uang muka dari pasien rumah
sakit umum daerah/badan layanan umum
daerah.
- Uang Titipan BLUD. Penyediaan uang yang
dititipkan mencukupi persediaan kas
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

b. Setara Kas
 Deposito kurang dari 3 bulan.
 Surat Utang Negara/Obligasi kurang dari 3
bulan.

2. Pengukuran Kas dan Setara Kas

Kas dicatat menggunakan nilai nominal yaitu


sebesar nilai rupiahnya, sedangkan kas dalam bentuk
valuta asing dicatat menggunakan kurs tengah bank
sentral pada tanggal neraca untuk mengkonversi valuta
asing tersebut menjadi rupiah.

192 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
3. Penyajian Kas dan Setara Kas
PEMERINTAH DAERAH ...
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
Uraian 20X1 20X0
ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di BLUD
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pajak
Jumlah Aset Lancar

4. Pengungkapan Kas dan Setara Kas

Hal-hal yang harus diungkapkan dalam Catatan


atas Laporan Keuangan terkait kas dan setara kas adalah:
a. rincian kas dan setara kas;
b. kebijakan manajemen setara kas;
c. informasi lainnya yang dianggap penting.

5. Jurnal Standar Kas dan Setara Kas

Jurnal-jurnal yang diperlukan terkait dengan


pencatatan akuntansi kas dan setara kas mengikuti
transaksi penerimaan kas dan pengeluaran kas pada
sistem akuntansi Pendapatan-LO, Beban, Aset, Kewajiban,
dan Ekuitas.
Setiap penambahan kas dan setara kas dicatat pada
sisi debit, sedangkan setiap pengurangan kas dan setara
kas dicatat pada sisi kredit.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 193
Berikut jurnal standar kas dan setara kas:
 Jurnal untuk mencatat penambahan kas dan
setara kas
Dr. Kas dan Setara Kas xxx
Cr. Pendapatan-LO / Aset xxx
/ Kewajiban / Ekuitas

 Jurnal untuk mencatat pengurangan kas dan


setara kas
Dr. Beban/Aset/Kewajiban/ xxx
Ekuitas
Cr. Kas dan Setara Kas xxx

6. Simulasi Pencatatan Akuntansi Kas dan Setara


Kas

Berikut ini merupakan contoh pencatatan akuntansi


untuk transaksi kas dan setara kas yang akan dicatat oleh
PPK-SKPD:
a. Pada tanggal 11 Januari 200X, Sekretariat Daerah
Kabupaten XXX menerima pembayaran lahan kantor
yang disewakan sebesar Rp 10.000.000,00 dengan
bukti setor bank nomor 07/29/VII/17, fungsi
akuntansi akan mencatat jurnal sebagai berikut :
Tanggal No Uraian Debit Kredit
Bukti
11 Bukti Kas di 10.000.000
Januari setor bendahara
200x 07/29/ penerimaan
VII/17 Pendapatan 10.000.000
lain-lain - LO

194 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Tanggal No. Uraian Debit Kredit
Bukti
11 Bukti Perubahan SAL 10.000.000
Januari setor Pendapatan 10.000.000
200x 07/29/ lain-lain -LRA
VII/17

b. Pada tanggal 13 Januari 200X, Sekretariat Daerah


mengeluarkan Surat Keputusan Kepala Daerah
tentang persetujuan pemberian bantuan keuangan
kepada Karang Taruna sebesar Rp 65.000.000,
berdasarkan Surat Keputusan tersebut fungsi
akuntansi akan mencatat jurnal sebagai berikut:
Tanggal No Uraian Debit Kredit
Bukti
13 SP2D Bantuan 65.000.000
Januari LS keuangan
200x Kas di 65.000.000
bendahara
pengeluaran

Tanggal No Uraian Debit Kredit


Bukti
13 SP2D Bantuan 65.000.000
Januari LS keuangan
200x Perubahan 65.000.000
SAL

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 195
BAB 11
AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN,
DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

1. Koreksi Kesalahan

Kesalahan dalam akuntansi ialah penyajian akun


maupun pos yang tidak sesuai dengan kenyataannya dan
memiliki pengaruh terhadap laporan keuangan periode
berjalan atau periode sebelumnya. Berikut penyebab
kesalahan umum dalam pelaporan keuangan:
a. Keterlambatan penyerahan bukti transaksi oleh
pengguna anggaran.
b. Kesalahan perhitungan.
c. Kesalahan penerapan standar dan kebijakan
akuntansi.
d. Kesalahan interpretasi fakta.
e. Kecurangan atau kelalaian.

Apabila suatu kesalahan memiliki pengaruh


signifikan terhadap laporan keuangan, maka keandalan
laporan keuangan tersebut dapat diragukan. Oleh karena
itu, dalam menjaga keandalan suatu laporan keuangan,
seorang akuntan dapat melakukan koreksi kesalahan.
Koreksi merupakan tindakan perbaikan atau penyesuaian
secara akuntansi agar akun/pos yang tersaji dalam
laporan keuangan entitas sesuai dengan kenyataan
sebenarnya. Koreksi kesalahan diungkapkan pada Catatan
atas Laporan Keuangan.
Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan
dapat ditemukan pada periode berjalan maupun periode di

196 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
masa depan. Kesalahan dalam konsep akuntansi dapat
diklasifikasikan menjadi:
a. Kesalahan Tidak Berulang
 Terjadi pada periode berjalan
Apabila laporan keuangan periode tersebut
belum diterbitkan, maka koreksi dilakukan pada
akun pendapatan-LRA, belanja, pendapatan-LO,
maupun beban.
Contoh : pengembalian retribusi lebih bayar
yang diterima pada tahun yang bersangkutan
kepada seorang Wajib Retribusi karena terjadi
kesalahan perhitungan oleh Wajib Retribusi.
 Terjadi pada periode sebelumnya
Kesalahan jenis ini bisa terjadi pada saat yang
berbeda, yakni yang terjadi dalam periode
sebelumnya namun laporan keuangan periode
tersebut belum diterbitkan dan yang terjadi
dalam periode sebelumnya dan laporan
keuangan periode tersebut sudah diterbitkan.
Keduanya memiliki perlakuan yang berbeda.
- Laporan Keuangan Belum Diterbitkan
Apabila laporan keuangan belum
diterbitkan, maka dilakukan dengan
pembetulan pada akun yang
bersangkutan, baik pada akun
pendapatan-LRA atau akun belanja,
maupun akun pendapatan-LO atau akun
beban.
Contoh: tambahan pembayaran kepada
konsultan penyedian jasa karena
kesalahan perhitungan PPN. Kesalahan
diketahui pada awal tahun periode
berikutnya sebelum laporan keuangan dan
laporan pajak diterbitkan.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 197
- Laporan Keuangan Sudah Diterbitkan
Koreksi kesalahan atas pengeluaran
belanja (sehingga mengakibatkan
penerimaan kembali belanja) yang tidak
berulang yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan menambah posisi kas,
apabila laporan keuangan periode tersebut
sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun pendapatan lain-
lain–LRA. Dalam hal mengakibatkan
pengurangan kas dilakukan dengan
pembetulan pada akun Saldo Anggaran
Lebih.
Koreksi kesalahan atas penerimaan
pendapatan yang tidak berulang yang
terjadi pada periode-periode sebelumnya
dan menambah maupun mengurangi
posisi kas, apabila laporan keuangan
periode tersebut sudah diterbitkan,
dilakukan dengan pembetulan pada akun
kas dan akun ekuitas.
Contoh: pengembalian pajak lebih bayar
yang diterima pada tahun sebelumnya.
Proses pengembalian baru dilakukan
setelah 1 periode akuntansi karena harus
melalui proses penelitian dan pemeriksaan
terlebih dahulu.

b. Kesalahan Berulang dan Sistematik


Kesalahan berulang merupakan kesalahan alamiah
dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan
akan terjadi secara berulang. Kesalahan berulang
tidak memerlukan koreksi melainkan dicatat pada
saat terjadi pengeluaran kas untuk mengembalikan
kelebihan pendapatan dengan mengurangi
pendapatan-LRA maupun pendapatan-LO yang
bersangkutan.

198 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
2. Perubahan Kebijakan Akuntansi

Konsistensi merupakan salah satu hal terpenting


dalam laporan keuangan. Para pengguna laporan
keuangan perlu membandingkan laporan keuangan suatu
entitas pelaporan dari waktu ke waktu sehingga kebijakan
akuntansi yang digunakan harus diterapkan secara
konsisten. Meski demikian, perubahan kebijakan
akuntansi akibat perubahan peraturan perundangan
maupun perubahan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang diperkirakan dapat meningkatkan keandalan laporan
keuangan tidak dapat dihindari.
Selain karena perubahan peraturan dan standar
akuntansi pemerintahan, perubahan kebijakan akuntansi
juga dapat terjadi apabila diperkirakan bahwa perubahan
tersebut akan menghasilkan informasi mengenai posisi
maupun kinerja keuangan secara lebih relevan dan lebih
andal. Setiap perubahan kebijakan akuntansi yang terjadi
harus disajikan pada Laporan Perubahan Ekuitas dan
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Berikut adalah contoh perubahan kebijakan
akuntansi:
a. Perubahan basis akuntansi.
b. Perubahan kriteria kapitalisasi.
c. Perubahan metode akuntansi.
d. Perubahan estimasi akuntansi.

Namun demikian terdapat beberapa hal yang


membuat perubahan kebijakan akuntansi tidak dapat
dilakukan. Perubahan kebijakan akuntansi tidak
mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Adopsi suatu kebijakan akuntansi pada peristiwa
atau kejadian yang secara substansi berbeda dari
peristiwa atau kejadian sebelumnya.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 199
b. Adopsi suatu kebijakan akuntansi baru untuk
kejadian atau transaksi yang sebelumnya tidak ada
atau yang tidak material.

3. Perubahan Estimasi Akuntansi

Estimasi akuntansi merupakan estimasi terkait


elemen-elemen dalam laporan keuangan berdasarkan
pertimbangan atas informasi andal yang tersedia.
Perubahan estimasi akuntansi dapat terjadi apabila
terdapat informasi atau perkembangan baru dalam pola
penggunaan, tujuan penggunaan aset, maupun kondisi
lingkungan entitas.
Dampak perubahan estimasi akuntansi harus
disajikan pada Laporan Operasional dalam periode
perubahan dan periode selanjutnya serta harus
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Apabila tidak memungkinkan, maka alasan tidak
mengungkapkan dampak perubahan harus diungkapkan.

4. Operasi yang Tidak Dilanjutkan

Pada umumnya, penyajian laporan keuangan suatu


operasi dilakukan sampai operasi tersebut selesai
dilaksanakan. Namun dalam kenyataannya terdapat
beberapa kondisi di mana suatu misi atau kegiatan suatu
entitas pemerintah dihapuskan oleh peraturan, sehingga
operasi, kegiatan, program, proyek, atau kantor terkait
tugas pokok tersebut dihentikan.
Menanggapi kondisi tersebut, entitas pemerintahan
tetap menyajikan segmen yang dihentikan meskipun
jumlahnya adalah nol untuk tahun berjalan guna
mempertahankan komparabilitas laporan keuangan.
Selain itu, pendapatan dan beban tetap dilaporkan seolah-
olah operasi tersebut berjalan hingga akhir tahun laporan

200 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
keuangan meskipun pada kenyataannya operasi tersebut
dihentikan pada suatu tahun berjalan.
Namun suatu kondisi bukan merupakan bagian dari
penghentian operasi apabila:
a. Penghentian berlangsung secara evolusioner/alamiah
seperti penurunan permintaan, pergantian
kebutuhan, dan alasan sejenis lainnya.
b. Fungsi tersebut tetap ada.
c. Hanya beberapa jenis subkegiatan dalam suatu fungsi
pokok dihapus, sedangkan selebihnya berjalan
seperti biasa. Misalnya relokasi program ke wilayah
lain.
d. Menutup suatu fasilitas dengan utilisasi amat rendah,
menghemat biaya, atau pun menjual sarana operasi
tanpa mengganggu operasi tersebut.

Sama dengan kondisi lainnya dalam bab ini, apabila


suatu entitas tidak melanjutkan suatu kegiatan operasi
harus melaporkannya di dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Berikut adalah hal-hal yang harus diungkapkan
pada Catatan atas Laporan Keuangan suatu entitas
memiliki operasi yang tidak dilanjutkan:
a. Hakikat operasi.
b. Kegiatan.
c. Program.
d. Proyek yang dihentikan.
e. Tanggal efektif penghentian.
f. Cara penghentian.
g. Pendapatan dan beban tahun berjalan sampai tanggal
penghentian apabila dimungkinkan.
h. Dampak sosial atau dampak pelayanan.
i. Pengeluaran aset atau kewajiban terkait pada
penghentian.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 201
5. Prosedur Koreksi di SKPD

Pelaksana
No. Kegiatan
PPK-SKPD PA/KPA/PPKD

M engecek dan memastikan


1 kesalahan pencatatan yang telah
terjadi

M engkonfirmasikan kesalahan
2
pencatatan kepada PA/KPA

M emverifikasi kesalahan
3
pencatatan yang telah terjadi

M engotorisasi perbaikan sesuai


4
dengan kesalahan yang terjadi

M elakukan koreksi atas kesalahan


5 yang terjadi sesuai mekanisme
koreksi yang ada

6. Jurnal Standar dan Simulasi Pencatatan


Koreksi
Jurnal-jurnal yang diperlukan terkait dengan
pencatatan koreksi diantaranya:
a. Pencatatan kesalahan tidak berulang:
 Kesalahan tidak berulang pada periode berjalan
 Contoh jurnal semula:
Dr. Kas di Kas Daerah xxx
Cr. Pendapatan Hibah xxx
... – LO

202 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Dr. Perubahan SAL xxx
Cr. Pendapatan Hibah xxx
... – LRA

 Contoh jurnal koreksi:


Dr. Pendapatan Hibah dari xxx
Pemerintah... – LO
Cr. Kas di Kas Daerah xxx

Dr. Pendapatan Hibah dari xxx


Pemerintah... – LRA
Cr. Perubahan SAL xxx

 Kesalahan tidak berulang pada periode


sebelumnya
Laporan Keuangan Belum Diterbitkan
- Contoh jurnal semula:
Dr. Beban Pegawai – LO xxx
Cr. RK PPKD xxx

Dr. Belanja Pegawai – LRA xxx


Cr. Perubahan SAL xxx

- Contoh jurnal koreksi:


Dr. Kas di Kas Daerah xxx
Cr. Pendapatan Lainnya xxx
– LO

Dr. Perubahan SAL xxx


Cr. Pendapatan Lainnya xxx
– LRA

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 203
Laporan Keuangan Sudah Diterbitkan
- Contoh jurnal semula
Dr. Beban Gaji Pokok PNS – xxx
LO
Cr. Kas di Bendahara xxx
Pengeluaran

Dr. Beban Gaji Pokok PNS – xxx


LRA
Cr. Perubahan SAL xxx

- Contoh jurnal koreksi:


Dr. Kas di Kas Daerah xxx
Cr. Ekuitas – LO xxx

Dr. Perubahan SAL xxx


Cr. Surplus/Defisit LRA xxx

b. Pencatatan Kesalahan Berulang:


 Jurnal untuk mencatat penerimaan pendapatan
pajak
Dr. Kas di Kas Daerah xxx
Cr. Pajak... – LO xxx

Dr. Perubahan SAL xxx


Cr. Pajak... – LRA xxx

 Jurnal untuk mencatat kelebihan pembayaran


Dr. Pajak... – LO xxx
Cr. Kas di Kas Daerah xxx

Dr. Pajak... – LRA xxx


Cr. Perubahan SAL xxx

204 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
7. Simulasi Pencatatan Akuntansi

Berikut ini merupakan contoh pencatatan


akuntansi koreksi kesalahan yang akan dicatat oleh PPK-
SKPD:
a. Pada tanggal 25 April 200X, terdapat kelebihan
pembayaran atas pajak hotel yang diterima dari Hotel
Kembang pada tanggal 20 April 200X sebesar
Rp7.000.000,00. Atas kelebihan tersebut Dinas
Pendapatan Kabupaten XXX melakukan
pengembalian dana dan mencatat jurnal akuntansi
sebagai berikut:
Tgl Nomor Uraian Ref Jumlah (Rp)
Bukti Debit Kredit
25/4/ Bukti Pajak Hotel – LO 7.000.000
200x transfer Kas di 7.000.000
no 17 bendahara
penerimaan

Tgl Nomor Uraian Ref Jumlah (Rp)


Bukti Debit Kredit
25/4/ Bukti Pajak Hotel – LO 7.000.000
200x transfer Perubahan 7.000.000
no 17 SAL

b. Pada tanggal 30 Mei 200X terjadi penambahan


belanja pegawai bulan November tahun sebelumnya
sebesar Rp 20.000.000, karena salah penghitungan
jumlah honor yang disebabkan oleh perubahan
standar perhitungan. Atas kesalahan tersebut fungsi
akuntansi mencatat jurnal akuntansi sebagai berikut:
Tgl Nomor Uraian Ref Jumlah (Rp)
Bukti Debit Kredit
30/5/ SP2D Beban Honor 20.000.000
200x no 17 Pegawai – LO
Kas di 20.000.000
bendahara
pengeluaran

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 205
Tgl Nomor Uraian Ref Jumlah (Rp)
Bukti Debit Kredit
30/5/ SP2D Belanja Honor 20.000.000
200x no 17 Pegawai – LRA
Perubahan 20.000.000
SAL

c. Pada tanggal 3 Juni 200X ditemukan kesalahan


pencatatan belanja cetak sebesar Rp 1.000.000,00
(transaksi tanggal 19 Februari 200X), yang
seharusnya belanja ATK dengan menggunakan
UP/GU. Atas kesalahan tersebut fungsi akuntansi
mencatat jurnal akuntansi sebagai berikut:
Tgl Nomor Uraian Ref Jumlah (Rp)
Bukti Debit Kredit
3/6/200x Berita Beban 1.000.000
acara Persediaan
koreksi ATK – LO
Beban 1.000.000
Cetak –
LO

Tgl Nomor Uraian Ref Jumlah (Rp)


Bukti Debit Kredit
3/6/200x Berita Belanja 1.000.000
acara Persediaan
koreksi ATK – LRA
Belanja 1.000.000
Cetak –
LRA

206 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
BAB 12
LAPORAN KEUANGAN SKPD

1. Tujuan dan Tanggung Jawab Pelaporan


Keuangan SKPD

Laporan Keuangan merupakan laporan terstruktur


mengenai posisi keuangan beserta transaksi-transaksi
yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi para
penggunanya yang terdiri namun tidak terbatas pada:
a. Masyarakat.
b. Wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga
pemeriksa.
c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses
donasi, investasi, dan pinjaman.
d. Pemerintah.

Secara umum informasi yang disajikan dalam


laporan keuangan dibutuhkan untuk keperluan
perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.
Namun demikian SKPD dapat menentukan bentuk dan
jenis informasi tambahan untuk kebutuhan sendiri di luar
jenis informasi yang diatur dalam kerangka konseptual
maupun standar-standar akuntansi yang dianut. Tujuan
pelaporan keuangan secara lebih lengkap terdiri dari:
a. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan
penggunaan sumber daya keuangan.
b. Menyediakan informasi mengenai kecukupan
penerimaan periode berjalan untuk membiayai
seluruh pengeluaran.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 207
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber
daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas
serta hasil-hasil yang telah dicapai.
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas
mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi
kebutuhan kasnya.
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan
dan kondisi entitas berkaitan dengan sumber-sumber
penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak
dan pinjaman.
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi
keuangan entitas, apakah mengalami kenaikan atau
penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan
selama periode pelaporan.

Pada dasarnya laporan keuangan disusun mengacu


pada standar dalam rangka meningkatkan keterbandingan
laporan keuangan terhadap anggaran, antar periode
maupun antar entitas. Tujuan umum laporan keuangan
adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,
realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil
operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan.
Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan
keuangan berada pada pimpinan SKPD, di mana dalam
satu set laporan keuangan terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran.
b. Laporan Operasional.
c. Neraca.
d. Laporan Perubahan Ekuitas.
e. Catatan atas Laporan Keuangan.

208 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Setiap komponen laporan keuangan harus
diidentifikasi secara jelas sehingga dapat memberikan
pemahaman yang memadai dengan cara menyajikan:
a. Nama entitas yang membuat laporan keuangan atau
sarana identifikasi lainnya.
b. Cakupan laporan keuangan (entitas tunggal atau
konsolidasian).
c. Tanggal pelaporan atau periode yang dicakup oleh
laporan keuangan sesuai dengan komponennya.
d. Mata uang pelaporan.
e. Tingkat ketepatan yang digunakan dalam penyajian
angka-angka pada laporan keuangan.

2. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran disajikan sebagai


sumber informasi mengenai realisasi pendapatan-LRA,
belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan
suatu entitas pelaporan berdasarkan anggarannya dalam
menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
disepakati legislatif dan eksekutif sesuai dengan aturan
perundang-undangan.
Selain berguna dalam memprediksi sumber daya
ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah, Laporan Realisasi Anggaran pun dapat
menyediakan informasi mengenai indikasi perolehan dan
penggunaan sumber daya ekonomi yang mencakup:
a. Pelaksanaan kegiatan secara efektif, efisien, dan
hemat.
b. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan anggarannya
(APBN/APBD).
c. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 209
Suatu entitas menyajikan Laporan Realisasi
Anggaran sekurang-kurangnya sekali dalam setahun dan
selambat-lambatnya enam bulan setelah berakhirnya
tahun anggaran. Apabila periode pelaporan lebih pendek
atau lebih panjang dari satu tahun, maka entitas
diharuskan mengungkapkan informasi berikut dalam
Catatan Atas Laporan Keuangan:
a. Alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu
tahun.
b. Fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam
Laporan Realisasi Anggaran dan catatan-catatan
terkait tidak dapat diperbandingkan.

Berikut merupakan contoh penyajian Laporan


Realisasi Anggaran pada suatu SKPD:
PEMERINTAH DAERAH ......
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31
DESEMBER 20X1 dan 20X0
Uraian Anggaran Realisasi % Realisasi
20X1 20X1 20X0

PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI
DAERAH
Pendapatan Pajak
Daerah
Pendapatan
Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil
Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Lain-lain PAD yang
sah
Jumlah
Pendapatan Asli
Daerah
PENDAPATAN
TRANSFER

210 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
TRANSFER
PEMERINTAH
PUSAT - DANA
PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil
Pajak
Dana Bagi Hasil
Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi
Khusus
Jumlah
Pendapatan
Transfer Dana
Perimbangan
TRANSFER
PEMERINTAH
PUSAT – LAINNYA
Dana Otonomi
Khusus
Dana Penyesuaian
Jumlah
Pendapatan
Transfer
Pemerintah Pusat
– Lainnya
TRANSFER
PEMERINTAH
PROVINSI
Pendapatan Bagi
Hasil Pajak
Pendapatan Bagi
Hasil Lainnya
Jumlah Transfer
Pemerintah
Provinsi
Total Pendapatan
Transfer
LAIN-LAIN
PENDAPATAN YANG
SAH
Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana
Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah
Pendapatan Lain-
lain yang Sah

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 211
JUMLAH
PENDAPATAN
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Jumlah Belanja
Operasi
BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan
dan Mesin
Belanja Gedung dan
Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi
dan Jaringan
Belanja Aset Tetap
Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Jumlah Belanja
Modal
BELANJA TAK
TERDUGA
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja
Tak Terduga
Jumlah Belanja
TRANSFER
TRANSFER/BAGI
HASIL PENDAPATAN
KE DESA
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi
Bagi Hasil
Pendapatan Lainnya
Jumlah Transfer
Bagi Hasil
Pendapatan ke
Desa
JUMLAH
BELANJA DAN
TRANSFER
SURPLUS/DEFIS
IT

212 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
PEMBIAYAAN
PENERIMAAN
PEMBIAYAAN
Penggunaan SILPA
Pencairan Dana
Cadangan
Hasil Penjualan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Pinjaman Dalam
Negeri – Pemerintah
Pusat
Pinjaman Dalam
Negeri – Pemerintah
Daerah Lainnya
Pinjaman Dalam
Negeri – Lembaga
Keuangan Bank
Pinjaman Dalam
Negeri – Lembaga
Keuangan Bukan
Bank
Pinjaman Dalam
Negeri – Obligasi
Pinjaman Dalam
Negeri – Lainnya
Penerimaan Kembali
Pinjaman kepada
Perusahaan Negara
Penerimaan Kembali
Pinjaman kepada
Perusahaan Daerah
Penerimaan Kembali
Pinjaman kepada
Perusahaan Daerah
Lainnya
Jumlah
Penerimaan
PENGELUARAN
PEMBIAYAAN
Pembentukan Dana
Cadangan
Penyertaan Modal
Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok
Pinjaman Dalam
Negeri – Pemerintah
Pusat

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 213
Pembayaran Pokok
Pinjaman Dalam
Negeri – Pemerintah
Daerah Lainnya
Pembayaran Pokok
Pinjaman Dalam
Negeri – Lembaga
Keuangan Bank
Pembayaran Pokok
Pinjaman Dalam
Negeri – Lembaga
Keuangan Bukan
Bank
Pembayaran Pokok
Pinjaman Dalam
Negeri – Obligasi
Pembayaran Pokok
Pinjaman Dalam
Negeri – Lainnya
Pembayaran
Pinjaman kepada
Perusahaan Negara
Pembayaran
Pinjaman kepada
Perusahaan Daerah
Pembayaran
Pinjaman kepada
Pemerintah Daerah
Lainnya
Jumlah
Pengeluaran
PEMBIAYAAN
NETO
Sisa Lebih
Pembiayaan
Anggaran

214 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
3. Laporan Operasional

Laporan Operasional disajikan sebagai sumber


informasi mencakup pendapatan-LO, beban,
surplus/defisit dari operasi, kegiatan non operasional,
surplus/defisit sebelum pos luar biasa, dan pos luar biasa
mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas
guna menyediakan informasi mengenai:
a. Beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk
menjalankan pelayanan.
b. Operasi keuangan secara menyeluruh untuk
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi,
efektivitas, dan kehematan perolehan serta
penggunaan sumber daya ekonomi.
c. Informasi yang berguna dalam memprediksi
pendapatan-LO yang akan diterima untuk mendanai
kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode
mendatang dengan cara menyajikan laporan secara
komparatif.
d. Penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan
peningkatan ekuitas (bila surplus operasional).

Suatu entitas menyajikan Laporan Realisasi


Anggaran sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
Apabila periode pelaporan lebih pendek dari satu tahun,
maka entitas diharuskan mengungkapkan informasi
berikut dalam Catatan Atas Laporan Keuangan:
a. Alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu
tahun.
b. Fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam
Laporan Operasional dan catatan-catatan terkait
tidak dapat diperbandingkan.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 215
Berikut merupakan contoh format penyajian
Laporan Operasional pada suatu SKPD:
PEMERINTAH DAERAH
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31
DESEMBER 20X1 dan 20X0
Uraian Anggaran Realisasi Kenaikan/ (%)
20X1 20X0 Penurunan

KEGIATAN
OPERASIONAL
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI
DAERAH
Pendapatan Pajak
Daerah
Pendapatan Retribusi
Daerah
Pendapatan Hasil
Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang
Dipisahkan
Pendapatan Asli
Daerah Lainnya
Jumlah Pendapatan
Asli Daerah
PENDAPATAN
TRANSFER
TRANSFER
PEMERINTAH PUSAT
- DANA
PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil
Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan
Transfer Dana
Perimbangan
TRANSFER
PEMERINTAH PUSAT
LAINNYA
Dana Otonomi
Khusus
Dana Penyesuaian

216 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Jumlah Pendapatan
Transfer Lainnya
TRANSFER
PEMERINTAH
PROVINSI
Pendapatan Bagi Hasil
Pajak
Pendapatan Bagi Hasil
Lainnya
Jumlah Pendapatan
Transfer
Pemerintah
Provinsi
Jumlah Pendapatan
Transfer
LAIN-LAIN
PENDAPATAN YANG
SAH
Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana
Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah Pendapatan
Lain-lain yang Sah
JUMLAH
PENDAPATAN
BEBAN
Beban Pegawai
Beban Persediaan
Beban Jasa
Beban Pemeliharaan
Beban Perjalanan
Dinas
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan
Beban Transfer
Beban Lain-lain
JUMLAH BEBAN
SURPLUS/DEFISIT
DARI OPERASI
SURPLUS/DEFISIT
DARI KEGIATAN NON
OPERASIONAL
Surplus Penjualan
Aset Nonlancar

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 217
Surplus Penyelesaian
Kewajiban Jangka
Panjang
Defisit Penjualan Aset
Nonlancar
Defisit Penyelesaian
Kewajiban Jangka
Panjang
Surplus/Defisit dari
Kegiatan Non
Operasional Lainnya
JUMLAH SURPLUS
/ DEFISIT DARI
KEGIATAN NON
OPERASIONAL
SURPLUS/DEFISIT
SEBELUM POS
LUAR BIASA
POS LUAR BIASA
Pendapatan Luar
Biasa
Beban Luar Biasa
POS LUAR BIASA
SURPLUS/DEFISI
T – LO

4. Neraca

Neraca merupakan laporan yang menggambarkan


posisi keuangan suatu entitas khususnya mengenai posisi
aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Setiap
entitas mengklasifikasikan asetnya ke dalam aset lancar
dan nonlancar, serta mengklasifikasikan kewajibannya
menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang.
Secara lebih lengkap Neraca menyajikan secara
komparatif posisi keuangan dengan membandingkan
periode saat ini dan periode sebelumnya atas pos-pos
berikut:
a. Kas dan setara kas.
b. Investasi jangka pendek.

218 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
c. Piutang pajak dan bukan pajak.
d. Persediaan.
e. Investasi jangka panjang.
f. Aset tetap.
g. Kewajiban jangka pendek.
h. Kewajiban jangka panjang.
i. Ekuitas.

Entitas yang menyajikan Neraca dimungkinkan


menyajikan informasi posisi keuangan diluar dari sembilan
poin diatas. Penyajian atas pos-pos selain yang disebutkan
diatas dapat disajikan dalam Neraca jika Standar
Akuntansi Pemerintahan mensyaratkan, atau jika
penyajian diperlukan untuk menyajikan secara wajar
posisi keuangan entitas.
Berikut merupakan contoh format penyajian Neraca
pada suatu SKPD:
PEMERINTAH DAERAH ...
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
Uraian 20X1 20X0
ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Penerimaan
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Penyisihan Piutang
Belanja Dibayar Dimuka
Bagian Lancar Pinjaman kepada
Perusahaan Negara
Bagian Lancar Pinjaman kepada
Perusahaan Daerah
Bagian Lancar Pinjaman kepada
Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Pinjaman kepada
Pemerintah Daerah Lainnya

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 219
Bagian Lancar Tagihan
Penjualan Angsuran
Bagian Lancar Tuntutan Ganti
Rugi
Piutang Lainnya
Persediaan
Jumlah Aset Lancar
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen
Pinjaman Jangka Panjang
Investasi dalam Surat Utang
Negara
Investasi dalam Proyek
Pembangunan
Investasi Nonpermanen Lainnya
Jumlah Investasi
Nonpermanen
Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah
Daerah
Investasi Permanen Lainnya
Jumlah Investasi
Permanen
Jumlah Investasi
Jangka Panjang
ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap
DANA CADANGAN
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tuntutan Ganti Rugi
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-lain
Jumlah Aset Lainnya
JUMLAH ASET
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

220 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
(PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Jangka
Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Belanja
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah Kewajiban
Jangka Pendek
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri – Sektor
Perbankan
Utang Dalam Negeri - Obligasi
Premium (Diskonto) Obligasi
Utang Jangka Panjang Lainnya
Jumlah Kewajiban
Jangka Panjang
JUMLAH KEWAJIBAN
EKUITAS
EKUITAS
JUMLAH KEWAJIBAN
DAN EKUITAS DANA

5. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Perubahan Ekuitas menggambarkan


pergerakan ekuitas suatu entitas. Laporan Perubahan
Ekuitas disusun dengan menggunakan data ekuitas awal
dan data perubahan ekuitas periode berjalan yang salah
satunya diperoleh dari surplus/defisit Laporan
Operasional.
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-
kurangnya pos:
a. Ekuitas awal.
b. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan.
c. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/
mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari
dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 221
kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan
mendasar, misalnya:
 Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan
yang terjadi pada periode-periode sebelumnya.
 Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset
tetap.
d. Ekuitas akhir.

Di samping itu, suatu entitas pelaporan menyajikan


rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam
Laporan Perubahan Ekuitas dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
Berikut merupakan contoh format penyajian
Laporan Perubahan Ekuitas pada suatu SKPD:
PEMERINTAH DAERAH ...
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31
DESEMBER 20X1 DAN 20X0
Uraian 20X1 20X0
Ekuitas Awal
Surplus/Defisit – LO
Dampak Kumulatif Perubahan
Kebijakan/Kesalahan Mendasar:
Koreksi Nilai Persediaan
Selisih Revaluasi Aset Tetap
Lain-Lain
Ekuitas Akhir

6. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan laporan


yang disusun untuk meningkatkan transparansi Laporan
Keuangan dan penyediaan pemahaman yang lebih baik
atas informasi keuangan pemerintah guna meningkatkan
pemahaman pembaca Laporan Keuangan secara luas serta
untuk menghindari kesalahpahaman di antara
pembacanya.

222 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
Suatu entitas berusaha untuk meningkatkan
kualitas Laporan Keuangan dengan cara menyajikan
pengungkapan yang memadai pada Catatan atas Laporan
Keuangannya, yang mencakup:
a. Informasi umum tentang entitas pelaporan dan
entitas akuntansi:
 Domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta
jurisdiksi tempat entitas tersebut berada.
 Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan
kegiatan pokoknya.
 Ketentuan perundang-undangan yang menjadi
landasan kegiatan operasionalnya.

b. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan


ekonomi makro:
 Perbedaan mengenai realisasi dan posisi
keuangan/fiskal periode berjalan dengan
periode sebelumnya.
 Asumsi ekonomi makro yang digunakan.
 Kebijakan fiskal pemerintah.

c. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun


pelaporan berikut kendala dan hambatan yang
dihadapi dalam pencapaian target:
 Nilai target total (APBD).
 Nilai realisasi total.
 Prosentase perbandingan antara target dan
realisasi.
 Alasan utama terjadinya perbedaan antara
target dan realisasi.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 223
d. Informasi tentang dasar penyajian laporan keuangan
dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih
untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya:
 Dasar Penyajian Laporan Keuangan.
- Asumsi kemandirian entitas.
- Asumsi kesinambungan entitas.
- Asumsi keterukunan dalam satuan uang
(monetary measurement).
 Kebijakan Akuntansi.
- Entitas pelaporan.
- Basis akuntansi yang digunakan.
- Dasar pengukuran yang digunakan.
- Sejauh mana penerapan kebijakan
akuntansi digunakan.
- Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang
diperlukan untuk memahami laporan
keuangan.

e. Rincian dan penjelasan masing-masing pis yang


disajikan pada lembar muka laporan keuangan:
 Anggaran.
 Realisasi.
 Prosentase pencapaian.
 Penjelasan atas perbedaan antara anggaran
dan realisasi.
 Perbandingan dengan periode yang lalu.
 Penjelasan atas perbedaan antara periode
berjalan dan periode yang lalu.
 Rincian lebih lanjut pendapatan-LRA
menurut sumber pendapatan.

224 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi
 Rincian lebih lanjut belanja menurut
klasifikasi ekonomi, organisasi, dan fungsi.
 Rincian lebih lanjut pembiayaan.
 Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.

f. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar


Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam
lembar muka laporan keuangan.

g. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian


yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan:
 Penggantian manajemen pemerintahan selama
tahun berjalan.
 Kesalahan manajemen terdahulu yang telah
dikoreksi oleh manajemen baru.
 Komitmen atau kontijensi yang tidak dapat
disajikan pada neraca.
 Penggabungan atau pemekaran entitas tahun
berjalan.
 Kejadian yang mempunyai dampak sosial.

Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi 225
DAFTAR PUSTAKA

Afiah, Nunuy Nur. 2009. Akuntansi Pemerintahan:


Implementasi Akuntansi Keuangan Pemerintah
Daerah. Jakarta: Kencana.
Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu
Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Kieso, Donald E. et al. 2016. Intermediate Accounting. 16th
Edition. Wiley.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta:
Andi.
Ritonga dan Abdul Halim. 2012. Akuntansi Sektor Publik
dan Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba
Empat.
Romney, Marshall B. and Paul J. Steinbart. 2015.
Accounting Information System. 13th Edition. Pearson.
Pemerintah RI. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah. Jakarta.
Pemerintah RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Jakarta.
Pemerintah RI. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64
Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah
Daerah. Jakarta.

226 Akuntansi Pemerintahan Daerah SKPD Berbasis Akrual : Konsep dan Aplikasi

Anda mungkin juga menyukai