Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

“KONSEP AKUNTANSI REKENING


DALAM LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH”

KELOMPOK V :

NILAM NURRAHMI KELILAUW (B1C1 17 187)


NUR HALIFA (B1C1 18 168)
SAISYAH DELISARI ZERIN (B1C1 18 171)
NURANISA ANWAR (B1C1 18 172)
RIZKA AMALIA (B1C1 18 174)
MUHAMMAD AZHAR PRATAMA (B1C1 18 175)
AYUDIAH FREGA RAMADHANI (B1C1 18 177)
SRI MULIA GUSAYNUN (B1C1 18 212)

KELAS D

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan taufik-
Nya makalah ini dapat disusun dengan baik. Makalah ini merupakan materi tentang “Sistem
Pengendalian Manajemen Sektor Publik” yang disusun agar lebih mudah dimengerti oleh para
pembaca.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terimakasih kepada segenap pihak
yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, kami sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun menerima segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat bagi pembaca.

Kendari, November 2020

Kelompok V
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 2
1.3 Tujuan..................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat................................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
2.1 Laporan Arus Kas dan Entitas Pelaporan Keuangan.............................................. 3
2.2 Akuntansi Pendapatan Daerah ............................................................................... 6
2.3 Akuntansi Belanja Daerah ..................................................................................... 7
2.4 Akuntansi Pembiayaan ........................................................................................... 9
2.5 Akuntansi Surplus/Defisit ...................................................................................... 11
2.6 Akuntansi Aset ....................................................................................................... 11
2.7 Akuntansi Kewajiban ............................................................................................. 13
2.8 Akuntansi Ekuitas Dana.......................................................................................... 15
BAB III : PENUTUP.......................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 17
3.2 Saran ....................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
pedoman pengelolaan keuangan daerah, Keuangan Daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai
dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban. Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai
kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64
Tahun 2013 tentang penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada
pemerintah daerah, Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) merupakan suatu
instrumen penting yang harus disiapkan dalam rangka implementasi SAP berbasis akrual.
SAPD sebagai alat untuk mewujudkan prinsip-prinsip dasar yang telah ditetapkan oleh
SAP dan kebijakan akuntansi menjadi serangkaian prosedur pencatatan dengan
menggunakan akuntansi double entry melalui alat-alatnya berupa buku jurnal, buku
besar, neraca saldo, dan laporan keuangan itu sendiri.
Sebagai sebuah pedoman, SAPD menjelaskan siapa melakukan apa sekaligus
menegaskan transaksi apa dicatat bagaimana. Pedomena ini dapat diuraikan dalam sebuah
penjelasan langkah demi langkah yang dijelaskan melalui sebuah gambaran deskriptif
atau bagan alir. Intinya SAPD sebagai suatu pedoman dapat dipahami dan dilaksanakan
oleh para petugas khususnya fungsi akuntansi.
Hak dan kewajiban daerah tersebut perlu dikelola dalam suatu sistem
pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari
sistem pengelolaan keuangan Negara dan merupakan elemen pokok dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan daerah juga harus dilakukan
dengan cara yang baik dan bijak agak keuangan daerah tersebut bisa menjadi efisien
penggunaanya yang sesuai dengan kebutuhan daerah.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik
pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Apa dan bagaimana laporan arus kas dan entitas pelaporan keuangan pada
pemerintah daerah ?
2. Apa dan bagaimana akuntansi pendapatan daerah pada pemerintah daerah ?
3. Apa dan bagaimana akuntansi belanja daerah pada pemerintah daerah ?
4. Apa dan bagaimana akuntansi pembiayaan pada pemerintah daerah ?
5. Apa dan bagaimana akuntansi surplus/defisit pada pemerintah daerah ?
6. Apa dan bagaimana akuntansi aset pada pemerintah daerah ?
7. Apa dan bagaimana akuntansi kewajiban pada pemerintah daerah ?
8. Apa dan bagaimana akuntansi ekuitas dana pada pemerintah daerah ?

1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan
dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui laporan arus kas dan entitas pelaporan keuangan pada
pemerintah daerah.
2. Untuk mengetahui akuntansi pendapatan daerah pada pemerintah daerah.
3. Untuk mengetahui akuntansi belanja daerah pada pemerintah daerah.
4. Untuk mengetahui akuntansi pembiayaan pada pemerintah daerah.
5. Untuk mengetahui akuntansi surplus/defisit pada pemerintah daerah.
6. Untuk mengetahui akuntansi aset pada pemerintah daerah.
7. Untuk mengetahui akuntansi kewajiban pada pemerintah daerah.
8. Untuk mengetahui akuntansi ekuitas dana pada pemerintah daerah.

1.4 Manfaat
Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai
konsep akuntansi rekening dalam laporan keuangan pemerintah daerah.
2. Diharapkan dapat memberi informasi bagi kita semua sehingga dapat memperkaya
bahan kajian tentang konsep akuntansi rekening dalam laporan keuangan
pemerintah daerah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Laporan Arus Kas dan Entitas Pelaporan Keuangan


1. Laporan Arus Kas.
Suatu badan standar akuntansi keuangan di Amerika yaitu Financial
Accounting Standard Board, yaitu pernyataan No.95 memberikan definisi Laporan
Arus Kas sebagai berikut:
“ Laporan Arus Kas merupakan suatu laporan keuangan yang
menunjukkan atau menggambarkan arus masuk kas dan arus keluar kas, dan
perubahan bersih dalam kas yang berasal dari kegiatan operasi, kegiatan investasi
(dalam SAKD dibatasi  pada aktivitas transaksi aktiva tetap dan aset lainnya) dan
kegiatan pembiayaan dari   suatu entitas selama periode akuntansi tertentu (dalam
SAKD adalah tahun anggaran). Dan laporan ini juga merupakan suatu media yang
dapat menelusuri atau mencocokkan saldo awal kas dengan saldo kas pada akhir
tahun anggaran” 
Menurut Pernyataan Modul Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2
menyatakan bahwa LAK “menyajikan  informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi,dan saldo
kas dan setara kas pada tanggal pelaporan”. Diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
operasi, non keuangan, pembiayaan, dan non anggaran.
Dasar Hukum LAK dengan diberlakukannya UU No.22/1999 tentang
Pemerintah Daerah dan UU No. 25 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah serta aturan pelaksanaannya, khususnya UU No.7/2010 Pertanggung
Jawaban Atas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2009 pemerintah daerah seharusnya sudah menyiapkan Laporan
Keuangannya yang terdiri atas Laporan Perhitungan Anggaran, Nota Perhitungan,
Neraca dan Laporan Arus Kas.
Tujuan yang paling utama dari Laporan Arus Kas ini adalah untuk
memberikan informasi penting atau yang relevan mengenai penerimaan-
penerimaan dan pengeluaran-pengeluaran kas selama periode tahun anggaran yang
berguna untuk mengevaluasi pos-pos atau mata anggaran baik yang menyangkut
pos-pos pendapatan daerah maupun belanja daerah.
Untuk Aktivitas Operasi, arus masuk kas adalah realisasi penerimaan kas
yang diterima oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran yang
diklasifikasikan menurut jenis pendapatannya yaitu :
a.  Arus masuk kas dari Pendapatan Asli Daerah adalah realisasi
penerimaan kas dari potensi pendapatan di daerah yang ditetapkan
dengan suatu peraturan daerah (perda), terdiri atas:
 Pendapatan Pajak Daerah
 Pendapatan Retribusi Daerah
 Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lainnya
 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah
 b.  Arus masuk kas dari Pendapatan Dana Perimbangan adalah realisasi
penerimaan kas yang sumber dananya berasal dari penerimaan APBN
untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi
daerah, yang terdiri atas:
 Pendapatan Bagian Daerah dari PBB dan BPHTB
 Pendapatan Bagian Daerah dari Pajak Penghasilan
 Pendapatan Bagian Daerah dari SDA
 Dana Alokasi Umum
 Dana Alokasi Khusus
c.  Arus masuk kas dari Pendapatan Bagi Hasil dari Pemerintah Propinsi
(bagi Pemerintah Kabupaten/Kota) adalah realisasi penerimaan kas
untuk menampung pendapatan yang berasal dari bagi hasil yang
diterima dari pemerintah propinsi, terdiri atas:
 Pendapatan Bagi Hasil Pajak
 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
d.  Arus masuk kas dari Lain-Lain Pendapatan yang Sah adalah realisasi
penerimaan kas dari pendapatan selain Pendapatan Asli Daerah dan
Pendapatan Dana Perimbangan, terdiri atas:
 Pendapatan Hibah
 Pendapatan Dana Darurat
 Lain-Lain Pendapatan
Untuk Aktivitas Operasi, arus keluar kas adalah realisasi pengeluaran kas
yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran, yang
diklasifikasikan menurut jenis pengeluarannya, yaitu :
a.  Arus keluar kas untuk Belanja Operasi adalah realisasi pengeluaran kas
yang digunakan untuk kegiatan operasional penyelenggaraan
pemerintahan, terdiri atas:
 Belanja Pegawai
 Belanja Barang dan Jasa
 Belanja Pemeliharaan
 Belanja Perjalanan Dinas
 Belanja Pinjaman
 Belanja Subsidi
 Belanja Bantuan Sosial
 Belanja Operasi Lainnya
 Belanja Tak Tersangka
 b.  Arus keluar kas untuk Bagi Hasil Pendapatan adalah realisasi
pengeluaran kas untuk bagi hasil pendapatan dari Pemda Provinsi ke
Kabupaten/Kota atau dari Kabupaten/Kota ke Desa, terdiri atas:
 Bagi hasil pajak ke Kabupaten/Kota
 Bagi hasil pendapatan lainnya ke Kabupaten/Kota
 Bagi hasil pajak ke Desa
 Bagi hasil retribusi ke Desa
 Bagi hasil pendapatan lainnya ke desa

2. Entitas Pelaporan Keuangan


Dalam butir 19 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan lampiran II
PP  Nomor 24 tahun 2005 disebutkan bahwa “ Entitas pelaporan
adalah unit   pemerintahan daerah yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan”.
Entitas pelaporan adalah Pemerintah Daerah atau satuan organisasi di
lingkungan Pemerintah Daerah atau organisasi lainnya jika menurut
peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan
laporan keuangan. Pada ketentuan terdahulu, terdapat dua pilihan bagi pemda
dalam menentukan entitas pelapor. Kedua pilihan ini disebut dengan system
sentralisasi dan system desentralisasi pelaporan keuangan pemda.
 Namun, saat ini pemda diwajibkan menggunakan system desentralisasi
dalam pelaporan keuangannya. Dalam system ini, baik satuan kerja maupun bagian
keuangan atau BPKD melaksanakan akuntansi. Satuan kerja melaksanakan
akuntansi terhadap transaksi ekonomi yang terjadi pada bagiannya, hingga
menghasilkan laporan keuangan. Bagian keuangan atau BPKD akan
mengonsolidasikan (menggabungkan) laporan keuangan semua satuan kerja,
termasuk bagian keuangan atau BPKD itu sendiri untuk menyusun laporan
keuangan pemda secra keseluruhan.

2.2 Akuntansi Pendapatan Daerah


Dalam Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, pendapatan didefinisikan sebagai berikut :
“Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara / Daerah
 yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali.” 

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, mendefinisikan pendapatan


sebagai hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
Dari kedua definisi tersebut jelas terlihat bahwa pendapatan merupakan hak
pemerintah yang menambah nilai ekuitas dana pemerintah.
Kelompok pendapatan adalah sebagai berikut:
 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
 Dana Perimbangan (pendapatan transfer)
 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Dari kelompok pendapatan di atas, pada umumnya Pendapatan Asli Daerah


diterima dan wewenang pengelolaannya ada di Satker, sedangkan dua kelompok
pendapatan lainnya yaitu Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang
Sah diterima dan wewenang pengelolaannya ada di PPKD. Rincian dari kelompok PAD
menurut kedua peraturan pemerintah tersebut, yaitu:
 Pajak Daerah
 Retribusi Daerah
 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
 Lain-lain PAD yang sah

Transaksi pendapatan di Satker dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan


Satker (PPK-Satker). Transaksi ini dicatat harian pada saat kas diterima oleh bendahara
penerimaan atau pada saat menerima bukti transfer dari pihak ketiga.
Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi  pendapatan
di Satker ini adalah sebagai berikut :

Transaksi Dokumen Sumber

-  Surat Ketetapan Pajak Daerah

Penerimaan PAD -  Surat Ketetapan Retribusi Daerah


-  Surat tanda bukti pembayaran
-  Bukti penerimaan lainnya yang sah

2.3 Akuntansi Belanja Daerah


Definisi belanja menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 adalah sebagai
berikut :
“Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah
yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
 pemerintah.” 

Definisi lain dari belanja ini adalah seperti yang dijelaskan dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut :
“Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih.” 

Kedua definisi tersebut di atas menjelaskan bahwa transaksi belanja akan


menurunkan ekuitas dana pemerintah daerah.
Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi,
dan fungsi. Klasifikasi ekonomi meliputi belanja operasi, belanja modal, belanka tidak
terduga, dan transfer. Klasifikasi organisasi yaitu klasifikasi menurut unit organisasi
penggunaan anggaran. Klasifikasi fungsi yaitu klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-
fungsi utama pemda dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Belanja operasi adalah pengeluaran angggaran untuk kegiatan sehari- sehari
pemda yang member manfaat jangka pendek. Kelompok belanja operasi terdiri atas:
a.  Belanja pegawai
b.  Belanja barang c.  Belanja bunga
d. Belanja subsidi
e. Belanja hibah
f. Belanja bantuan social
g. Belanja bantuan keuangan

Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk asset tetap dan asset
lainnya member manfaat lebih ari satu periode akuntansi. Belanja modal termasuk:
a.  Belanja tanah
b.  Belanja peralatan dan mesin
c. Belanja modal gedung dan bangunan
d. Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan
e. Belanja asset tetap ainnya
f. Belanja asset lainnya

Belanja tidak terduga yaitu pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya
tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penggulangan bencana alam, bencana
social dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang angat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
Selanjutnya untuk keperluan penyajian Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD yang strukturnya didasarkan pada Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagaimana
diubah dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007, disusun sesuai Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang tercantum dalam PP No. 24 Tahun 2005.
2.4 Akuntansi Pembiayaan
Pembiayaan didefinisikan di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13
tahun 2006 sebagai berikut :
“  Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan / atau pengeluaran yang akan diterima kembali , baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun- tahun anggaran
berikutnya “. 

Peraturan Pemerintah No 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah,


mendefinisikan pembiayaan sebagai berikut :
“  Pembiayaan ( financing) adalah seluruh transaksi keuangan
pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar
kembali dan / atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun- tahun anggaran
berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan
untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran”. 

Pengakuan Aset merupakan pengakuan terhadap perolehan aset yang dilakukan


oleh SKPD. Pengakuan aset dan ekuitas sangat terkait dengan belanja modal yang
dilakukan oleh SKPD. Pengakuan Hutang, dalam hal ini adalah pengakuan
hutang perhitungan fihak ketiga di SKPD sangat terkait dengan transaksi
belanja yang mengharuskan pemotongan pajak atau potongan-potongan belanja lainnya.
Untuk dapat diakui sebagai asset tetap, suatu asset harus berwujud dan memenuhi
criteria:
1. Mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas bulan
2. Biaya peolehan asset dapat diuku secara andal
3. Tidak dimaksudkan untuk menjual dalam operasai normal entitas
4. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan

Dalam akuntansi pembiayaan adanya penerimaan dan pengeluaran


pembiayaan. Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang terdapat pada
rekening kas umum daerah. Kelompok penerimaan pembiayaan terdiri atas jenis
pembiayaan berikut:
1. Sisa lebih anggaran tahun lalu. Merupakan sumber pembiayaan yang berasal
dari sisa anggaran tahun laluyang mencakup ppenghematan belanja,
kewajiban pada pihak ketiga yang sampai pada akhir tahun belum
terselesaikan, sisa dana kegiatan lanjutan, dan semua pelampauan atas
peneriman daerah.
2. Pencarian dana cadangan. Merupakan sumber pembiayaan yang bersumber
dari penyisihan atas peneriaan daerah, kecuali dari dana alokasi khusus,
pinjaman daerah atau penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi oleh
pengeluaran tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3. Penerimaan pinjaman daerah. Merupakan sumber pembiayaan berasal dari
kegiatan meminjam dana termasuk menerbitkan obligasi.
4. Penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah. Merupakan sumber
pembiayan yang didapat dari diterimanya kembali sejumlah pinjaman yang
telah diberikan kepada pemerintah pusat atau pemda lainnya.
5. Penerimaan piutang daerah. Merupakan sumber pembiayaan yang berasal
dari pelunasan piutang pihak ketiga seperti penerimaan piutang daerah,
pemerintah pusat , pemda lainnya, lembaga keuangan bukan bank atau
bank, serta penerimaan piutang lainnya.
6. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. Merupakan
sumber pembiayaan yang berasal dari penjualan perusahaan milik
derah/BUMD, dan penjualan aset milik pemda yang dikerjasamakan
dengan pihak ketiga atau hasil divestasi penyertaan modal pemda.

Jenis pembiayaan yang ada meliputi pembentukan dana cadangan,


penyertaan modal (investasi) pemda, dan pembayaran pokok utang. Pengeluaran
daerah adalah sumber pembiayaan yang ditujukan untuk mengalokasikan
sueplus anggaran. Kelompok pembiayaan pengeluaran daerah terdiri atas jenis
pembiayaan berikut:
1. Pembentukan dana cadangan. Dana cadangan adalah dana yang
disishkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif
besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
2. Penyertaan modal (investasi pemda). Merupakan sumber
pembiayaan yang berupa kegiatan penyertaan modal (investasi).
3. Pembayaran pokok utang. Akun pembayaran pokok utang digunakan
untuk menggambarkan menganggarkan pembayaran kewajiban atas
pokok utang yang dihitung berdasarkan perjanjian pinjaman jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

2.5 Akuntansi Surplus atau Defisit


Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu periode
pelaporan. Defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama
satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama
satu periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit. Pada laporan realisasi
anggaran, surplus/deficit dicantumkan pada kolom paling kanan setelah kolom anggaran
setelah perubahan dan realisasi anggaran dan baris paling bawah.
Apabila terjadi surplus, diutamakan untuk pembayaran pokok
utang, penyertaan modal daerah, pemberiaan pinjaman kepada pemerintah pusat/pemda
lainnya dan atau untuk pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial. Surplus yang
terjadi pada tahun anggaran sebelumnya, disebut dengan sisa lebih perhitungan
anggaran (SiLPA). Jika terjadi defisit, pembiayaan untuk menutup defisit ini, di
antaranya dapat bersumber dari SiLPA tahun sebelumnya, pencairan dana cadangan,
hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman,
dan penerimaan piutang.

2.6 Akuntansi Aset


Setiap jenis aset dirinci menurut objek aset dan setiap objek aset dirinci menurut
rincian objek aset. Kode rekening aset selengkapnya dapat diamati pada bagian
lampiran.
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset jangka pendek jika diharapkan segera
untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu dua belas bulan
sejak tanggal pelaporan,atau berupa kas dan setara kas. Kelompok aset jangka pendek
meliputi aset berikut:
1. Kas daerah
2. Kas di bendahara penerimaan
3. Kas di bendahara pengeluaran
4. Investasi dalam saham
5.  Investasi dalam obligasi
6.  Piutang pajak
7. Piutang retribusi
8. Piutang dana bagi hasil
9. Piutang dana alokasi umum
10. Piutang dana alokasi khusus
11.  Piutang bagian jangka pendek penjualan angsuran
12.  Piutang ganti rugi ataskekayaan daerah
13.  Piutang hasil penjualan barang milik daerah
14.  Piutang dividen
15.  Piutang bagi hasil laba usaha perusahaan daerah
16.  Piutang fasilitas sosial dan umum
17.  Persediaan alat tulis kantor
18.  Persediaan alat listrik
19.  Persediaan material/bahan
20.  Persediaan benda pos
21.  Persediaan bahan bakar
22.  Persediaan bahan makanan pokok

Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki


selama lebih dari dua belas bulan. Investasi jangka panjang antara lain terdiri atas:
1. Investasi nonpermanen, yaitu investasi jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan, meliputi: pembelian surat utang
negara, penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan
kepada pihak ketiga, investasi non permanen lainnya.
2. Investasi permanen, yaitu investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki secara berkelanjutan, meliputi: penyertaan modal pemerintah
pada perusahaan negara/ perusahaan daerah, lembaga keuangan negara, badan
hukum milik negara, badan international dan badan hukum lainnya bukan
milik negara.

Kelompok ini terdiri dari aset berikut:


1.  Pinjaman pada perusahan Negara
2.  Pinjaman pada perusahaan daerah
3.  Pinjaman pada pemda lainnya
4.  Investasi dalam surat utang Negara
5.  Investasi nonpermanen lainnya
6. Penyertaan modal pemda
7. Penyertaan modal dalam proyek pembangunan
8. Penyertaan modal perusahaan patungan
9.  Investasi permanen lainnya

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari
dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum. Aset tetap terdiri atas:
1. Tanah
2. Peralatan dan mesin
3. Gedung dan bangunan
4. Jalan, jaringan, dan instalasi
5. Aset tetap lainnya
6.  Konstruksi dalam pengerjaan
7.  Akumulasi penyusutan

2.7 Akuntansi Kewajiban


Kelompok kewajiban meliputi kewajiban :
1.  Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban yang diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek
jika diharapkan dibayarkan dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal
pelaporan kewajiban yang harus dibayarkan kembali atau jatuh tempo dalam
satu periode akuntansi.
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa
lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain
karena penggunaan sumber pembiayaan yang berasal dari pinjaman.
Pinjaman tersebut dapat berasal dari masyarakat, lembaga keuangan,
pemerintah lain, atau lembaga internasional.
Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai
yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu
kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, alokasi/realokasi pendapatan ke
entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa lain. Kewajiban
pemerintah dapat juga timbul dari pengadaan barang dan jasa dari pihak
ketiga yang belum dibayar pemerintah pada akhir tahun anggaran.
Kelompok kewajiban janga pendek terdiri atas jenis kewajiban
berikut:
a.  Bagian jangka pendek kewajiban jangka panjang merupakan
bagian kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu
periode akuntansi.
 b.  Kewajiban belanja, merupakan belanja yang telah menjadi
kewajiban pemda namun belum dibayar.
c. Kewajiban pajak, merupakan pajak yang telah dipotong oleh
wajib pungut  pada entitas pemda dari wajib pajak, namun belum
disetor ke kantor pajak.
d. Pendapatan diterima dimuka, merupakan pendapatan yang kasnya
telah diterima oelh entitas pemda namun belum menjadi hak
pemda.
e. Kewajiban Perhitungan Pihak Ketiga (PPK), merupakan
kewajiban kepada pihak ketiga sebagai akibat transaksi keuangan
masa lalu yang masih harus dibayar kembali sebagai akibat
transaksi keuangan masa lalu yang masih harus dibayar kembali
atau jatuh tempo dalam satu periode akuntansi.
f. Kewajiban lain-lain, meliputi jangka pendek yang tidak dapat
diklasifikasikan dalam jenis kewajiban di atas.

2. Kewajiban Jangka Panjang


Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang harus dibayarkan
kembali atau jatuh tempo lebih dari satu periode akuntansi. Kelompok ini
terdiri atas jenis kewajiban berikut:
a. Kewajiban dalam negeri, merupakan kewajiban jangka panjang
kepada pihak ketiga di dalam negeri.
b.  Kewajiban luar negeri, merupakan kewajiban jangka
panjang kepada pihak ketiga di luar negeri.

2.8 Akuntansi Ekuitas Dana


Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan seleisih antara
aset dan kewajiban pemerintah. Setiap entitas pelaporan mengungkan secara terpisah
dalam neraca atau dalam catatan atas laporan keuangan ekuitas dana lancar, ekuitas
dana investasi dan ekuitas dana cadangan.
1. Ekuitas Dana Lancar.
Ekuitas dana lancar adalah selisih antara nilai total aset lancar dengan
total kewajiban jangka pendek. Ekuitas dana lancar terdiri dari :
a.  Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SilPA)
Perkiraan ini menampung akumulasi saldo SiLPA tahun
anggaran sebelumnya dan tahun anggaran berjalan. SiLPA tahun
anggaran berjalan diperoleh dari selisih antara realisasi
penerimaan dengan realisasi pengeluaran. Sedangkan SiLPA
tahun-tahun anggaran sebelumnya adalah  jumlah akumulasi
SiLPA yang tidak digunakan dari tahun anggaran -tahun anggaran
yang lalu.
b. Cadangan Piutang
Cadangan piutang merupakan kekayaan bersih
pemerintah yang tertanam dalam piutang jangka pendek.
Cadangan piutang timbul apabila terdapat pengakuan piutang
jangka pendek oleh pemerintah dan akan berkurang jumlahnya
bila terdapat penerimaan pembayaran dari piutang
yang bersangkutan atau terjadi penghapusan piutang sesuai
dengan keputusan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk
menghapus piutang-piutang tertentu yang kemungkinan besar
tidak dapat ditagih lagi.
Perkiraan atau pos-pos yang berkaitan dengan
pencatatan Cadangan Piutang adalah :
-  Bagian lancar Tagihan Penjualan Angsuran
-  Bagian lancar Pinjaman kepada BUMN/D dan
Lembaga lainnya
-  Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
-  Piutang Pendapatan (Pajak, Retribusi dan lain-
lain)
c.  Cadangan Persediaan
Perkiraan ini merupakan perkiraan yang
menampung kekayaan bersih pemerintah yang tertanam
dalam persediaan. Cadangan persediaan timbul pada saat
akhir tahun anggaran dan dilakukan penyesuaian untuk
mencatat adanya saldo persediaan berdasarkan hasil
inventarisasi fisik atas persediaan.
Pada awal tahun anggaran berikutnya, dilakukan
penyesuaian kembali atas perkiraan ini dengan cara
membuat jurnal balik.
d.  Dana yang harus Disediakan untuk Pembayaran Utang
Jangka Pendek.
Perkiraan ini merupakan pengurang kekayaan
bersih pemerintah dan penyajiannya dalam neraca disajikan
sebagai perkiraan lawan (offset account)  ekuitas dana
lancar. Perkiraan ini timbul apabila terdapat pengakuan
terhadap kewajiban jangka pendek oleh pemerintah,
misalnya utang biaya pinjaman, utang PFK, pengakuan atas
bagian lancar utang jangka panjang dan sebagainya.

2. Ekuitas Dana Investasi


Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah
yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset
lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang.
Ekuitas Dana Investasi terdiri dari:
a)  Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang.
b)  Diinvestasikan dalam Aset Tetap.
c) Diinvestasikan dalam Aset Lainnya (tidak termasuk Dana
Cadangan).
d) Dana yang Harus disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka
Panjang.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Laporan keuangan pemerintah daerah yang dihasilkan melalui proses akuntansi
merupakan bentuk transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan publik. Untuk
dapat menghasilkan laporan keuangan yang semakin baik (tantangan) dibutuhkan tenaga-
tenaga akuntansi terampil pada pemerintah daerah, hal ini dapatdilakukan melaui
kegiatan bimbingan teknis akuntansi bagi pegawai pemerintah daerah yang ditugaskan
sebagai pengelola keuangan atau melalui rekrutmen pegawai baru yang memiliki
kemampuan akuntansi keuangan daerah.
Disamping tenaga-tenaga akuntansi terampil tersebut, juga dibutuhkan adanya
sistem dan prosedur pembukuan yang memadai dan kebijakan akuntansi sebagai
pedoman pegawai dalam mengelola keuangan daerah.

3.2    Saran
Kami mengakui bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna,
untuk kedepannya jika ada kekurangan pada makalah ini, kami akan lebih
memperhatikan dan memperbaiki kekurangan tersebut, atas perhatian pembaca kami
ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, Prof. Dr. MBA, Akt, “Akuntansi Sektor Publik – Akuntansi Keuangan
Daerah” Edisi 3, Salemba Empat, 2007. 

Ikatan Akuntan Indonesia, “Standar Akuntansi Keuangan”, Buku Satu,Salemba Empat, 1994
.
Undang-Undang No.7 tahun 2010 Pertanggung Jawaban Atas Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009

Peraturan Pemerintah No 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 Tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.

Pokja IV Evaluasi Pembiayaan dan Informasi Keuangan Daerah, “Sistem Akuntansi


Keuangan Daerah”, Buku Satu Buku Dua dan Buku Tiga, 2002.

Sofyan Syafri Harahap, Drs., MSAc, “Teori Akuntansi Laporan Keuangan” Edisi2, Bumi
Aksara,1996.

Anda mungkin juga menyukai