Anda di halaman 1dari 7

Kepemimpinan Gotong Royong dan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan

Latar Belakang

Kementerian Pertahanan dalam (Strategi Pertahanan Negara, 2015) menyebutkan adanya beberapa
ancaman endemi antara lain penyakit HIV/AIDS, H5N1 Influenza atau flu burung, Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS), H1N1 Influenza dan H7N9 Influenza atau flu burung varian baru. 1
Ancaman –ancaman endemi ini merupakan petanda awal dalam sebuah strategi perang hibrida yang
terkait dengan perang dimasa depan. Ancaman-ancaman alamiah ini dapat menjadi tantangan nyata
dimasa depan dengan menggunakan kemampuan ilmu bioteknologi. Perkembangan ilmu bioteknologi
dapat menjadi ukuran kekuatan suatu negara. Misalnya, China yang dengan cepat dapat menekan
penyebaran Covid-19 dan berhasil mengatasi dampak ekonomi yang ditimbulkan. Kebijakan protokol
kesehatan dilakukan dengan masif dan sangat ketat seperti karantina wilayah, pelacakan kontak, isolasi
dan rapid test secara massal.

Ketika Covid-19 mulai merebak di Indonesia, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menerbitkan
Peraturan Perintah Pengganti Undangundang (Perpu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Virus Corona. Pada Pasal
2 Perpu tersebut, pemerintah dimungkinkan untuk merelaksasi pembatasan defisit anggaran lebih dari 3
persen. Disebutkan di pasal tersebut bahwa batasan defisit anggaran boleh melampaui 3 persen dari
Produk Domestik Bruto (PDB) selama masa penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
dan/atau untuk menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas
sistem keuangan paling lama sampai dengan berakhirnya Tahun Anggaran 2022. 2

Kebijakan fiskal tahun 2021 akan diarahkan untuk melanjutkan program penanganan kesehatan,
perlindungan sosial, dan program lain untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi. Pemerintah
telah menyusun framework kebijakan pemulihan ekonomi 2021 yang secara garis besar berfokus pada
tiga hal yaitu intervensi kesehatan, termasuk program vaksinasi. Kedua, program perlindungan sosial.
Ketiga, reformasi hukum dan perundang-udangan, termasuk di dalamnya UU Cipta Kerja, reformasi
birokrasi, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain,” Menurut Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang
Pengeluaran Negara Kunta Wibawa Dasa Nugraha.3

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan adanya dampak dari Pandemi Covid-19 terhadap angka
penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin pada bulan pada Maret 2019 sebesar 25,14 juta orang.
Kemudian pada Maret 2020 sebesar 26,42 juta orang. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2021
mencapai 27,54 juta orang. Jumlah penduduk miskin Maret 2021 naik 1,12 juta orang. Sementara itu,
tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh rasio gini adalah sebesar 0,385
per September 2020. Angka ini meningkat 0,005 poin dibandingkan dengan Rasio Gini September 2019
yang sebesar 0,380.4
Di masa Pandemi dengan status PKPM level 4, masih mau menuliskan tentang nilai-nilai
keindonesiaan. Nilai nilai gotong royong yang secara alamiah menjadi identitas, yang mewarnai budaya
bangsa Indonesia. Kita patut bersyukur sekaligus bangga bahwa pendiri bangsa seperti Soekarno, pada
masa pengasingannya, Ia mendapatkan penglihatan, pesan yang dalam tentang kekayaan dan
keberagaman budaya Indonesia. Penglihatan tersebut kemudian menjadi salah satu pemikirannya
tentang membangun bangsa.

Tradisi dan Tantangan Nilai-Nilai Gotong Royong

Gotong royong menjadi kepribadian dan karakter dari masyarakat Indonesia. Tradisi gotong royong
merupakan budaya asli Indoensia. Misalkan tradisi Wuat Wa’i di Kabupaten Manggarai, tradisi Rambu
Solo’ di Toraja, tradisi Morakka’bola di Sulawesi Selatan, tradisi MarsIalapari di Mandailing, tradisi
Sinoman di Jawa, tradisi Nganggung di Kabupaten Bangka. Budaya ini memiliki nilai moral yang baik
dalam kehidupan masyarakat.

Rumusannya yang disampaikan oleh Ir. Soekarno pada Pidatonya tanggal 1 Juni 1945. “ Gotong royong
adalah paham yang dinamis, lebih dinamis dari ‘kekeluargaan’ Saudara-saudara! Kekeluargaan adalah
suatu faham yang statis, tetapi gotong royong menggambarkan suatu usaha, suatu amal, suatu pekerjaan,
yang dinamakan anggota yang terhormat, satu karyo, satu gawe. Marilah kita menyelesaikan karyo,
gawe, pekerjaan, amal ini, bersama-sama! Gotong royong adalah pembanting tulang bersama,
pemerasan keringat bersama, perjuangan Bantu-binantu bersama. Amal semua buat semua. Holobis-
kontul baris buat kepentingan bersama! Itulah gotong royong!” 5 Oleh karena itu, kita patut bersyukur
bahwa para pendiri negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah bersepakat menetapkan Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gotong royong mempunyai arti bekerja bersama-sama
(tolong-menolong, bantu-membantu) di antara anggota-anggota suatu komunitas. Menurut Widayati
(2020), gotong royong merupakan istilah dalam bekerja sama yang dilakukan untuk mencapai tujuan
bersama. Gotong royong memiliki tujuan adalah untuk mencapai kepentingan bersama dan
meningkatkan rasa solidaritas. Yudi Latif, PhD menyampaikan bahwa dasar dari semua komponen
dalam Pancasila adalah gotong royong. Memang gotong royong tidak tercantum secara eksplisit dalam
kelima sila dalam pancasila, namun, gotong royong merupakan intisari dari dasar negara Indonesia
tersebut. "Kelima nilai Pancasila harus diaktualisasikan berdasarkan nilai-nilai gotong royong. Yudi
Latif, PhD juga menekankan bahwa manusia memiliki kewajiban moral untuk bergotong royong.
Diharapkan gotong royong lebih dari sekedar ikatan di dalam suku, namun juga antar kesukuan. 6

Kisah pengasingan Soekarno di tujuh penjara, merupakan kisah lain dari cerita tentang perjuangan
menuju Indonesia yang dicita-citakan. Untuk mencapai cita-cita tersebut, diperlukan kebijakan
pembangunan yang berkelanjutan. Meneruskan cita-cita Soekarno. Belajar dari cerita sejarah
pengasingan Soekarno, hal ini memberikan pesan kepada kita agar tetap melanjutkan amanat untuk
mengisi kemerdekaan, melanjutkan pembangunan ekonomi dan sosial. Khsusnya pada situasi sulit
seperti Pandemi saat ini. Situasi sulit yang dapat menghambat bangsa Indonesia untuk mempersiapkan
diri menuju tahun emas 2045. Walau situasi sulit dan terbatas dalam mengatasi pokok persoalan
Pandemi, namun kita diajak untuk merenungi kisah Soekarno selama di pengasingan dan bersama-sama
fokus pada perbaikan untuk mengatasi persoalan guna mencapai tujuan bangsa.

Dalam kondisi pandemi, Indonesia memiliki potensi untuk memanfaatkan faktor kekuatan bangsa
seperti sumber kekayaan alam dan bonus demografi untuk kemajuannya. Lebih jauh dari cerita sumber
kekayaan alam yang menjadi perebutan bangsa-bangsa lain. Yang menjadi pertanyaan adalah
kemampuan kepemimpinan nasional membangun dan melanjutkan kerjasama strategis dalam
pengelolaan kekayaan alam ? Kerjasama yang menguntungkan dari sisi keekonomian pada dampak
berganda dari kehadiran investasi.

Kebijakan pemerintah saat ini dapat kita kutip dari pernyataan Menteri Perindustrian. Penumbuhan
industri berperan strategis mempercepat pemerataan pembangunan dan kesejahteraan di Indonesia.
Pasalnya, aktivitas industri selalu membawa efek berganda terhadap pertumbuhan ekonomi nasional
seperti melalui penyerapan tenaga kerja, peningkatan nilai tambah, dan penerimaan devisa. “Untuk itu,
kami bersama pemangku kepentingan tengah menyiapkan skema integrasi industri dari hulu sampai
hilir. Skema ini dapat menumbuhkan industri di Indonesia yang implikasinya bisa mendorong
pertumbuhan ekonomi,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis (23/3) 7.

Berdasarkan dari Laporan Investasi Dunia Aliran investasi asing langsung (FDI) ke negara-negara
berkembang di Asia meningkat sebesar 4% menjadi $535 miliar pada tahun 2020, mencerminkan
ketahanan di tengah kontraksi FDI global, (UNCTAD, 2021). Aliran ke Asia Timur naik 21% menjadi
$292 miliar, meningkat oleh pemulihan FDI di Hong Kong (Cina), yang melonjak sebesar 62% (menjadi
$119 miliar). Di Cina, pertumbuhan FDI meningkat pesat pada tahun 2020 (tumbuh sebesar 6%
menjadi $149 miliar), yang mencerminkan keberhasilan negara tersebut dalam mengatasi pandemi dan
pemulihan pertumbuhan PDB yang cepat. Pertumbuhan didorong oleh industri terkait teknologi, e-
commerce dan penelitian dan pengembangan. Di Asia Tenggara, mesin pertumbuhan FDI global selama
dekade terakhir, mencatat kontraksi FDI 25% menjadi $136 miliar. Singapura, Indonesia dan Vietnam,
penerima FDI terbesar di kawasan itu, semuanya mencatat penurunan FDI. FDI ke Singapura turun 21%
menjadi $91 miliar, ke Indonesia sebesar 22% menjadi $19 miliar, dan ke Vietnam sebesar 2% menjadi
$16 miliar. Langkah-langkah penguncian, gelombang infeksi COVID-19 berturut-turut, gangguan rantai
pasokan, penurunan pendapatan perusahaan, ketidakpastian ekonomi, dan rencana investasi yang
tertunda adalah alasan utama kontraksi.8

Dalam menghadapi tantangan ini, Indonesia telah mengdopsi peta jalan kebijakan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) yang diprakarsai oleh banyak negara di
dunia. Kebijakan TPB/SDGs sudah diadopsi menjadi Peraturan Presiden Nomor 59 tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, sebelum adanya Pandei Covid-19.
TPB/SDGs adalah tujuan pembangunan berkelanjutan yang meliputi pilar sosial, pilar ekonomi, pilar
lingkungan dan pilar kerjasama atau tata kelola secara terintegrasi. TPB/SDGs menguatkan paradigma
baru bahwa pembangunan harus dijalankan secara inklusif, tidak ada yang tertinggal (no one left behind)
dan terintegrasi secara holistik. Untuk melaksanakan TPB/SDGs sampai tingkat daerah, Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dan Kementerian Dalam Negeri bekerjasama
menyelenggarakan pertemuan regional untuk penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) TPB/SDGs.

Jika kita membaca data Pertumbuhan ekonomi periode 2015 – 2019 beberapa negara di kawasan Eropa,
Asia, Cina, Indonesia dan Amerika. Data menunjukan bahwa pertumbuhan negara ekonomi negara di
Asia antara lain India, Cina dan Indonesia, minimal 2 kali lebih tinggi dari negara Amerika dan Inggris
yang mewakili kawasan masing-masing. Pertumbuhan yang tinggi di Asia termasuk Indonesia
merupakan suatu peluang bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Pengaruh demografi,
globalisasi serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan berbanding lurus dengan kenaikan investasi di
negara kawasan asia. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil selama 2015-2019 dikawasan Asia
menggambarkan suatu situasi jangka menengah yang cukup baik untuk investasi.

Selain peluang, ada tiga tantangan utama di masa Pandemi Covid-19 ini. Tantangan pertama, pemulihan
kesehatan melalui vaksinasi sehingga memperkuat sistem imum komunitas dan tantangan kedua adalah
pemulihan ekonomi. Sektor ekonomi yang bertumbuh negatif mendekati resesi serta tantangan ketiga
adalah dampak-dampak yang ditimbulkan dengan adanya tantangan dibidang kesehatan dan ekonomi
tersebut.

Tantangan dalam pembangunan ekonomi di masa pandemi Covid-19 adalah pemenuhan kebutuhan
vaksin untuk mencapai pesersentasi yang cukup significant guna terciptanya daya imun komunitas
terhadap virus. Namun, tantangan yang lebih besar dari Pandemi ini adalah kehilangan momentum
negara untuk menjaga sumber kekayaan alam agar dapat digunakan optimal bagi kemakmuran rakyat.

Dengan adanya peluang dan tantangan ini, diperlukan kepemimpinan yang kuat dalam pengambilan
kebijakan dan implementasinya. Kememimpinan yang kuat didukung oleh kestabilitas tatanan politik
dan kemampuan sumberdaya manusia. Kapasitas sumber daya manusia merupakan kunci dalam
pembuatan peraturan dan kebijakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Walaupun peluang pertumbuhan ekonomi negara di Asia cukup tinggi, namun ancaman seperti
perubahan iklim, cuaca ekstrem, dan virus corona atau virus lainnya serta perkembangan teknologi akan
menjadi wajah baru ancaman dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Selain itu, tantangan
pembangunan Indonesai saat ini adalah masuknya pengaruh ideologi asing yang berbenturan dengan
ideologi Pancasila. Ideologi yang bertolak belakang ini, masuk dalam sendi-sendi tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Situasi sulit berupa tantangan dan ancaman yang dialami bangsa diatas akan menjadi titik lemah dalam
nilai tawar bangsa bagi pemulihan ekonomi di masa Pandemi dan tujuan untuk pembangunan
berkelanjutan. Semoga rekam sejarah reformasi tahun 1998 dapat menjadi pelajaran berarti. Bangsa
Indonesia sudah sangat cukup untuk belajar dari kehilangan momentum pemanfaatan sumber kekayaan
alam untuk pembangunan ekonomi.
Jika kita melihat lebih jauh lagi, ada persamaan dampak dari situasi krisis tahun 1998 dan pandemi ini.
Ketahanan ekonomi menjadi titik lemah dari kondisi bangsa sehingga kehilangan daya tawar untuk
untuk menyelamatkan dan memanfaatkan potensi-potensi strategis ekonomi bangsa baik sumber
kekayaan alam maupun non kekayaan alam.

Kepemimpinan dan Gotong Royong

Melihat kembali perjalanan Soekarno di masa pengasingannya. Ia tetap membangun pemikiran untuk
kemerdekaan Indonesia. Ditengah keterbatasannya di tempat pengasingan. Untuk itu, kita semua diajak
untuk berjuang melanjutkan cita-cita Soekarrno pada situasi yang sulit saat ini. Situasi yang pernuh
dengan kompleksitas persoalan baik yang sifatnya persoalan dalam negeri maupun persoalan luar negeri.

Dalam situasi ini, apakah sikap dan semangat gotong royong dapat menguatkan ketahanan bangsa?
Tentu jawaban yang sederhana adalah sikap kegotong royongan yang melekat kepada kepribadian
kepemimpinan nasional. Seperti apa yang dilakukan Soekarno. Dimasa pengasingannya untuk terus
membangun komunikasi dengan tokoh-tokoh yang berjuang untuk kemerdekaan serta masyarakat di
lokasi pengasingannya. Soekarno tidak merasa sendiri dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Apa yang dilakukan Soekarno menunjukan sikap kepemimpinan inklusi dalam mengatasi persoalan
yang muncul. Di situasi pandemi ini, kepemimpinan nasional yang inklusif dapat mendorong
masyarakat bangsa untuk bersama-sama menghadapi kesulitan guna keluar dari kedaruratan Pandemi
Covid19. Kepemimpinan yang memiliki komitmen yang kuat, berani, cermat, punya rasa penasaran
yang tinggi, memiliki cultural intelligence yang mumpuni serta dapat berkolaborasi. Kepemimpinan
nasional yang memiliki daya tahan dan berjiwa Pancasilais serta mampu mempersatukan seluruh
komponen bangsa. Kepemimpinan yang mendorong persatuan nasional guna menghadapi tantangan
secara bersama.

Kita tahu bahwa untuk membangun stabilitas ekonomi, penyediaan vaksin dapat menjadi faktor
geostrategis bangsa. Dilihat dari sudut pandang geostrategis ancaman Pandemi Covid19, bisa
digambarkan sebagai sebuah ancaman tak kelihatan yang dapat menghambat penerapan ekonomi
berkelanjutan. Penerapan ekonomi berkelanjutan dari sudut pandang geostrategis dapat diartikan
sebagai upaya maksimal dalam pemanfaatan potensi sumber kekayaan negara dengan memperhatikan
keunggulan strategis bangsa pada pusat pengaruh pertumbuhan ekonomi global di kawasan Asia serta
potensi demografi dan SKA yang menjadi peluang pertumbuhan investasi.

Sebagaai pemimpin agama Katolik di Indonesia, Kardinal Suharyo memberi pesan bagi umatnya dalam
menghadapi situasi pandemi ini. Pertama, bahwa ada pesan yang mau diperlihatkan Tuhan terhadap
arti dari situasi pandemi ini. Kedua, kita umat manusia diharapkan dapat berupaya menggunakan akal
pikirannya/pengetahuannya untuk mencari solusi untuk keluar dari dampak ini.
Penutup
Kepemimpinan nasional menjadi salah satu faktor strategis dan menentukan dalam proses
pembangunan nasional yang berkelanjutan serta penyelesaian masalah bangsa di tengah persaingan
global. Sebagai pemimpin nasional saat ini, seorang pemimpin dituntut memiliki pola pikir dan mental
model yang mampu melayani dan mampu memberikan stimulan serta keteladanan untuk mendorong
tumbuhnya motivasi yang dipimpin agar mampu berkreasi, berinovasi, dan berdedikasi. Pemimpin yang
memiliki semangat nilai-nilai gotong royong dalam menggerakan seluruh sumberdaya bangsa dalam
menghadapi perkembangan dinamis bangsa dari ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik dari
dalam maupun dari luar.
Dalam situasi krisis seperti Pandemi ini, diperlukan sikap kegotong royongan dan inklusi yang
melekat kepada kepribadian kepemimpinan nasional. Semoga kepemimpinan seperti Presiden Jokowi
atau di tingkat Propinsi seperti Gubernur Ganjar Pranowo menjadi pemimpin yang memiliki nilai dan
semangat gotong royong dalam mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjuta.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kemhan.go.id/wp-content/uploads/2016/04/BPPI-INDO-2015.
Muhyiddin, 2020 The Indonesian Journal of Development Planning, Volume 242 IV No. 2 – Juni 2020
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/e-magazine/media-keuangan/
https://ekonomi.bisnis.com/read/20210221/9/1358930/2021-pemerintah-tekan-angka-kemisikinan-
hingga-92-persen
https://puslitjakdikbud.kemdikbud.go.id/assets_front/images/produk/1-gtk/materi/Bakti_Utama-
Presentasi_Merawat_Modal_Sosial.pdf
https://www.kemenkopmk.go.id/mengurai-konsepsi-gotong-royong-dalam-pancasila
https://www.kemenperin.go.id/artikel/17329/Pemerintah-Siapkan-Skema-Integrasi-Industri-Hulu-Hilir
https://unctad.org/press-material/fdi-developing-asia-defied-pandemic-grew-4-2020-un-report

Penulis :

Yakobus Stefanus Muda


PPRA 55/2016

Anda mungkin juga menyukai