Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH EKONOMI MONETER

KONDISI DAN TANTANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA


PASCA PANDEMI COVID-19

Dosen Pengampu:Pebri Hastuti,S.Pd,M.Pd

Oleh:
Wiwik A. Simbolon 7193240028
Putri Sri Nigie Pakpahan 7193540015
Ilmu Ekonomi A 2019

JURUSAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KONDISI DAN TANTANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA
PASCA PANDEMI COVID-19

Wiwik A Simbolon
7193240028
Program Studi Ilmu Ekonomi
arniantikasimbolon@gmail.com

Abstrak
Keberadaan dunia saat ini mengalami guncangan akibat pandemi Covid-19. Sejak ditetapkan oleh
organisasi kesehatan dunia (WHO) dengan status pandemi, bencana no-nalam ini semakin menyebar ke
berbagai daerah dan bahkan telah mengganggu semua aspek kehidupan masyarakat baik dari segi fisik,
sosial, maupun psikologis. Pandemi Covid-19 di Indonesia berdampak multi sektor khususnya sektor
perekonomian bangsa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi yaitu sebuah
metode riset yang berupaya mengungkap esensi universal dari fenomena yang dialami secara personal
oleh sekelompok individu (Cresswell: 1998). Dari rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan
Ihinggan III-2020 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jelas terlihat kerusakan pada
perekonomian yang disebabkan oleh Pandemi Covid-19. Dari sejarah pandemi yang terjadi di dunia, ia
akan berakhir untuk dua alasan: alasan medis dan alasan sosial.

Kata Kunci: Covid-19, Perekonomian Bangsa, Pertumbuhan Ekonomi

PENDAHULUAN
Keberadaan dunia saat ini mengalami guncangan akibat pandemi Covid-19. Tahun 2020
merupakan tahun yang berat bagi dunia ketika tiba-tiba muncul wabah Covid-19, yang awalnya
muncul secara lokal di Wuhan – China, lalu merebak dan memporak-porandakan sendi-sendi
perekonomian dunia. Sejak ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) dengan status
pandemi, bencana no-nalam ini semakin menyebar ke berbagai daerah dan bahkan telah
mengganggu semua aspek kehidupan masyarakat baik dari segi fisik, sosial, maupun psikologis.
Pandemi Covid-19 di Indonesia berdampak multi sektor khususnya sektor perekonomian
bangsa. Perekonomian bangsa Indonesia mengalami keterpurukan bahkan berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi RI mengalami kontraksi atau minus 3,49
persen pada quartal III.
Perkembangan krisis kesehatan yang berdampak pada ekonomi dunia ini praktis
membuat seluruh negara di dunia harus mundur dengan rencana-rencana strategis yang telah
ditetapkan semula untuk kemudian digantikan kebijakan tanggap darurat dengan memobilisasi
semua sumber daya untuk mengatasi wabah Covid-19. Lembaga think tank dan pemikir
strategis mengoreksi proyeksinya, terutama tahun 2020 yang kemungkinan akan terjadi
pelambatan, resesi, dan bahkan depresi ekonomi. Pembangunan di setiap Negara dipastikan
terganggu. Masing-masing negara merevisi APBN-nya dan menyediakan alokasi dana yang
besar untuk mengatasi wabah corona ini. Mengingat bahwa penyakit yang dating melalui virus
corona cukup mematikan (rata-rata sekitar 3-5% kematian dari korban yang telah terpapar
virus), lalu obat paten belum ditemukan, maka hanya solusi pencegahan yang menjadi jalan
terbaik untuk diupayakan agar masing-masing negara dapat melindungi setiap nyawa warganya.
Telah diberlakukan berbagai macam kebijakan oleh Pemerintah Indonesia dalam
merespon pandemic covid-19 ini. Salah satu kebijakannya yaitu pada awal bulan Maret 2020
telah diberlakunya social distancing, physical distancing bagi masyarakat Indonesia
(Hadiwardoyo, 2020). Setelah kebijakan ini berlaku, namun yang terjadi adalah masyarakat
tidak mematuhinya dengan baik karena masih kurangnya kesadaran yang dimiliki oleh
masyarakat dalam mengahadapi kasus ini, sehingga kebijakan ini dianggap kurang efektif.
Meskipun kebijakan tersebut telah berlaku dari awal maret 2020, ternyata masih adanya kantor
bahkan pusat-pusat perbelanjaan yang beroperasi dengan melibatkan orang banyak tetap
berjalan. Selain itu, masyarakat masih tidak memiliki rasa takut dalam beraktivitas diluar ruma.
Berlakunya kebijakan PSBB ini, maka dalam kurun waktu yang relative lama perkantoran dan
sebagian besar industri dilarang beroperasi untuk dan dampak dari kebijakan tersebut dapat
menyebabkan kerugian ekonomi dan mata rantai pasokan akan terkena dampaknya juga,
termasuk terganggunya produksi barang dan jasa (Misno, 2020).

KAJIAN TEORI
1. Perekonomian Indonesia
Menurut rujukan dari Bappenas, sistem ekonomi Indonesia, walaupun dengan
perumusan yang agak beragam, telah dimuat di berbagai ketetapan perundang-undangan. Dalam
Undang Undang Dasar 1945, khususnya Pasal 33, sistem ekonomi dirumuskan sebagai berikut:
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan” (ayat 1);
“Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara “(ayat 2); “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”
(ayat 3).
Ketiga ayat ini dimuat baik di UUD45 sebelum di amandemen maupun di UUD45
setelah diamandemen. Dari ketiga ayat ini sebenarnya telah tersirat jenis sistem ekonomi yang
dianut Indonesia. Namun pada UUD 1945, setelah diamandemen, ditambah ayat (4) yang secara
eksplisit merumuskan sistem ekonomi Indonesia, yaitu “Perekonomian nasional
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.
Suatu perumusan lain mengatakan bahwa : “ Dalam Demokrasi Ekonomi yang
berdasarkan Pancasila harus dihindarkan hal-hal sebagai berikut :
 
a. Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan
bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan
mempertahankan kelemahan struktural ekonomi nasional dan posisi Indonesia dalam
perekonomian
b. dunia.Sistem etatisme dalam arti bahwa negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat
dominan, mendesak dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi di luar
sektor negara.
c. Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam
berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakat dan cita-cita
keadilan sosial.” (GBHN 1993).
Selain di UUD 1945 dan GBHN 1993 itu, berbagai gagasan sistem ekonomi Indonesia
telah diutarakan oleh berbagai pakar ekonomi Indonesia. Misalnya pakar ekonomi senior
Indonesia mengatakan bahwa sistem ekonomi Indonesia “….pada dasarnya merupakan ekonomi
yang dijalankan oleh dunia usaha swasta walaupun perlu diatur oleh negara…” (Widjojo
Nitisastro. “The Socio-Economic Basis of the Indonesian State”, 1959).
Menurut UUD’45, sistem perekonomian pancasila tercermin dan dapat dilihat di dalam
pasal-pasal 23, 27, 33, dan 34. Sistem ekonomi yang diterapkan di Indonesia adalah Sistem
Ekonomi Pancasila yang mengandung demokrasi ekonomi. Ini berarti bahwa segala kegiatan
dalam hal ekonomi dilakukan dari, oleh dan untuk kepentingan rakyat dibawah pengawasan dari
pemerintah.
Meski Setiap sistem ekonomi punya ciri-ciri yang berbeda satu sama lain, namun ciri
yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 adalah :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
6. Negara tetap mengakui hak milik perorangan yang tidak bertentangan dengan
kepentingan publik.
7. Masyarakat adalah bagian yang penting dalam sistem ekonomi dengan kegiatan
produksi yang dilakukan, dipimpin, dan diawasi oleh masyarakat.
Merujuk pada kalimat terakhir dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
berbunyi bahwa tujuan bangsa adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, merupakan hal yang mendasari tujuan pembangunan sistem perekonomian
Indonesia. Ini membuat secara umum, tujuan ekonomi Indonesia mengikuti ide- ide dengan
garis besar :
 Peningkatan pendapatan perkapita negara.
 Perencanaan pembangunan ekonomi dan laju pertumbuhan ekonomi.
 Meningkatkan taraf hidup penduduk serta menyetarakannya.
 Memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.
 Mengurangi kesenjangan sosial.
 Meningkatkan kapasitas produksi
 Meningkatkan investasi.
 Menurunkan angka kemiskinan.
 Menciptakan keadilan dan kemakmuran masyarakat.
 Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan untuk peningkatan kualitas
hidup masyarakat.
2. Covid-19
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2)
adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut
COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada system pernapasan, infeksi
paru-paru yang berat, hingga kematian. Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari
coronavirus yang menular ke manusia. Walaupun lebih bayak menyerang lansia, virus ini
sebenarnya bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa,
termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus
Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019.
Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk
Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan. Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona,
virus yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski
disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki
beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan
keparahan gejala.
Karena COVID-19 adalah penyakit baru, banyak aspek mengenai bagaimana
penyebarannya sedang diteliti. Penyakit ini menyebar selama kontak dekat, seringkali oleh
tetesan kecil yang dihasilkan selama batuk, bersin, atau berbicara. Tetesan ditularkan, dan
menyebabkan infeksi baru, ketika dihirup oleh orang-orang dalam kontak dekat (1 hingga 2
meter, 3 hingga 6 kaki). Mereka diproduksi selama bernafas, namun karena mereka relatif berat,
mereka biasanya jatuh ke tanah atau permukaan.
Berbicara dengan suara keras melepaskan lebih banyak tetesan dari pada pembicaraan
normal. Sebuah penelitian di Singapura menemukan bahwa batuk yang tidak tertutup dapat
menyebabkan tetesan mencapai 4,5 meter (15 kaki). Sebuah artikel yang diterbitkan pada bulan
Maret 2020 berpendapat bahwa saran tentang jarak tetesan mungkin didasarkan pada penelitian
tahun 1930-an yang mengabaikan efek dari udara yang dihembuskan lembab yang hangat di
sekitar tetesan dan bahwa batuk atau bersin yang tidak terbuka dapat berjalan hingga 8,2 meter
(27 kaki) .
Setelah tetesan jatuh ke lantai atau permukaan, mereka masih dapat menginfeksi orang
lain, jika mereka menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian mata, hidung atau
mulut mereka dengan tangan yang tidak dicuci. Pada permukaan, jumlah virus aktif berkurang
dari waktu ke waktu hingga tidak lagi menyebabkan infeksi. Namun, secara eksperimental,
virus dapat bertahan di berbagai permukaan selama beberapa waktu, (misalnya tembaga atau
kardus selama beberapa jam, dan plastik atau baja selama beberapa hari). Permukaan mudah
didekontaminasi dengan desinfektan rumah tangga yang membunuh virus di luar tubuh manusia
atau di tangan. Khususnya, bagaimanapun desinfektan atau pemutih tidak boleh ditelan atau
disuntikkan sebagai tindakan perawatan atau pencegahan, karena ini berbahaya atau berpotensi
fatal.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi yaitu sebuah metode
riset yang berupaya mengungkap esensi universal dari fenomena yang dialami secara personal
oleh sekelompok individu (Cresswell: 1998). Data riset fenomenologis diperoleh dari berbagai
hasil wawancara yang dilansir dari berbagai media yang membahas mengenai pandemi Covid-
19 di Indonesia.
Medium yang berada di internet memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya
maupun interaksi, bekerja sama, berbagi, ber-komunikasi dengan pengguna lain dan membentuk
ikatan sosial secara virtual (lih. Fuchs: 2011). Tulisan ini menekankan analisisnya pada proses
penyimpulan komparasi serta dinamika hubungan fenomena yang diamati pada berbagai berita
tentang pandemik covid-19 di Indonesia dampaknya terhadap ekonomi secara nasional pasca
pandemi Covid-19. Data ditranskrip, lalu dengan merujuk pada rumusan masalah, peneliti
melakukan koding, klastering, labelling secara tematik dan melakukan interpretasi.
Sumber data:
a. www.bps.go.id
b. www.detik.com

c. www.cnbcindonesia.com

d. www.kompas.tv

e. www.bisnis.com

f. www.pasardana.id

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Covid-19 dan Ekonomi Indonesia
Sebagai negara terbuka, perekonomian Indonesia tidak kebal terhadap gejolak dunia
yang diakibatkan pandemi Covid-19. Berbagai badan ekonomi internasional seperti Bank Dunia
memperkirakan pandemi ini akan mengikis pertumbuhan ekonomi nasional hingga hanya
berada pada kisaran -3,5% sampai dengan 2,1% pada 2020. Senada dengan Bank Dunia, IMF
juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0.5% pada 2020. Hal ini jelas
merupakan sebuah koreksi tajam dari tingkat pertumbuhan sebesar 5,02% yang tercatat pada
2019. Demikian pula Sementara dari sisi sosial ekonomi, beberapa lembaga memperkirakan
akan terjadi tambahan antara 1,16 juta (+0.44%) hingga 9,6 juta (+3.6%) penduduk miskin pada
2020, yang tergantung pada derajat kerusakan ekonomi yang akan terjadi. Begitu juga, jumlah
penganggur diperkirakan akan bertambah sebesar 2,91 juta (2.17% angkatan kerja) hingga 5,23
juta (3.79% angkatan kerja) pada 2020.
Pasar keuangan domestik pun tak luput dari guncangan yang diakibatkan pandemi
Covid-19. Hal ini terlihat dari derasnya arus modal keluar yang tercatat mencapai sebesar
Rp.159,6 triliun antara Januari sampai April 2020. Jumlah capital outflow dalam rentang waktu
singkat ini merupakan yang terbesar yang pernah dialami Indonesia semenjak 2009. Di waktu
yang sama, volatilitas keuangan domestik juga tercatat meningkat yang ditandai dengan
melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di atas 33% pada Maret 2020, dan
terdepresiasinya nilai rupiah hingga menyentuh level Rp.16.505 per USD, meski saat ini sudah
menurun di level Rp.15.000 per USD. Imbal hasil (Yield) obligasi pemerintah Republik
Indonesia dengan tenor 10 tahun juga sempat meningkat ke level di atas 8% pada Maret 2020.
Dari rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan 1-2020 yang dikeluarkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) jelas terlihat kerusakan pada perekonomian yang disebabkan oleh
Pandemi Covid-19. Angka pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada
triwulan-1 2020 tercatat hanya sebesar 2,97% (year-on-year) yang merupakan angka
pertumbuhan terendah sejak 2001. Angka ini juga jauh lebih rendah dari prediksi Kementerian
Keuangan dan Bank Indonesia, yang sebelumnya masih memperkirakan pertumbuhan di kisaran
4%-5% pada triwulan-1 2020. Ada pun ekonomi Indonesia triwulan 1-2020 terhadap triwulan 4-
2019 sudah tercatat mengalami kontraksi sebesar -2.41%5. Dengan kata lain, sudah terjadi
penurunan besaran kue ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19. Perekonomian bangsa
Indonesia mengalami keterpurukan bahkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
pertumbuhan ekonomi RI mengalami kontraksi atau minus 5,32 persen pada quartal II dan
demikian jug pertumbuhan ekonomi RI mengalami kontraksi atau minus 3,49 persen pada
quartal III. Walau belum bisa dikatakan sebagai resesi (technical recession), yang per definisi
adalah penurunan besaran PDB selama dua triwulan berturut-turut, penurunan ini bisa
dipastikan berlanjut pada triwulan 2-2020 mengingat puncak pembatasan sosial terjadi pada
bulan April dan Mei 2020, yang baru akan terekam dalam data triwulan 2-2020.
Dari sisi pengeluaran, kontraksi PDB terbesar tercatat pada pengeluaran konsumsi
rumah tangga, yang memburuk sebesar 2,84 %, merupakan kontraksi konsumsi terbesar
semenjak 1999. Penurunan tajam pada belanja rumah tangga konsumen setidaknya disebabkan
dua hal: Pertama, meningkatnya jumlah pengangguran yang berdampak langsung pada
penurunan pendapatan dus belanja konsumsi rumah tangga. Kedua, peningkatan ketidakpastian
akibat pandemi Covid-19 menyebabkan dialihkannya konsumsi pada tabungan (precautionary
savings) oleh rumah tangga yang pendapatannya belum terlalu terdampak dari krisis akibat
pandemi ini.
Sudah barang tentu, tidak semua sektor dalam perekonomian memiliki heterogenitas
dampak. Beberapa sektor yang terpukul sangat kuat adalah sektor transportasi (1,27% dari
sebelumnya 7,55%), sektor konstruksi (-2,41%), serta industri pengolahan (-1,47%). Pukulan
berat yang dirasakan berbagai sektor ini sejatinya bisa diperkirakan sebelumnya dari berbagai
indikator lain, misalnya dari indikator penurunan jumlah kunjungan wisatawan asing yang
mencapai 64,11% antara Maret 2019 dan Maret 2020, serta Prompt Manufacturing Index Bank
Indonesia pada bulan April 2020 yang tercatat sebesar 27,5 yang merupakan angka terendah
sepanjang sejarah6. Sementara sektor lain yang masih relatif aman adalah sektor keuangan,
sektor kesehatan dan pekerjaan sosial yang masih tumbuh dominan sebesar 10.67% y-y
(sebelumnya: 8,49% y-y), dan 10,39% y-y (sebelumnya: 7.82 y-y), berturut-turut.
Indonesia juga tidak luput akan adanya kemungkinan terjebak pada bahaya deficit
anggaran yang tidak berkelanjutan. Ketika Covid-19 mulai merebak di Indonesia, Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo menerbitkan Peraturan Perintah Pengganti Undang-undang
(Perpu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan untuk Penanganan Pandemi Virus Corona. Pada Pasal 2 Perpu tersebut, pemerintah
dimungkinkan untuk merelaksasi pembatasan defisit anggaran lebih dari 3 persen. Disebutkan
di pasal tersebut bahwa batasan defisit anggaran boleh melampaui 3 persen dari Produk
Domestik Bruto (PDB) selama masa penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
dan/atau untuk menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau
stabilitas sistem keuangan paling lama sampai dengan berakhirnya Tahun Anggaran 2022.
Bentuk nyata yang dapat dilihat dari dampak covid terhadap ekonomi yang dapat
terlihat saat ini adalah kejadian PHK. Banyak karyawan yang dirumahkan dan berbagai
perusahaan bahkan terancam bangkrut. Sebanyak 114.340 perusahaan telah melakukan PHK
dan merumahkan tenaga kerja dengan total pekerja yang terkena telah mencapai angka
1.943.916 orang perusahan dengan persentase 77% sector formal dan 23% dari sector informal
(Kemnaker, 2020).
Jika pandemic ini berlangsung lama, kemungkinan besar jumlah tersebut akan terus
bertambah. Akibat hal tersebut, banyak aspek-aspek lain yang terkena, antara lain pekerja harian
lepas, pelaku UMKM, usaha restoran dan usaha lain yang melibatkan orang banyak. Dampak
ini secara otomatis akan mempengaruhi penurunan daya beli masyrakat yang mana perputaran
uang akan menjadi sangat minim ditengah masyarakat serta pada saat yang sama juga produksi
barang akan terbatas dan menyebabkan deficit perdagangan. (Kurniawansyah et al, 2020).
Dampak ekonomi dari Covid-19 ini akan menghentikan usaha hampir 24 juta orang di
Asia Timur dan Pasifik. Bank Dunia juga memperkirakan hampir 35 juta orang akan tetap
dalam kemiskinan. Bahkan, Bank Dunia memperkirakan jumlah orang yang hidup dalam
kemiskinan ekstrim akan meningkat hingga 922 juta di seluruh dunia (World Bank, 2020).
Apabila tidak dilakukan startegi pencegahan yang tepat dalam menangani pandemic ini, maka
pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan tertekan yang diprediksi oleh menteri keuangan
Indonesia. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan tertekan mencapai level 2,5%-0%.
Perekonomian di Indonesia terganggu akibat pandemic covid-19 ini juga terjadi pada
mekanisme pasar bukan berdampak hanya pada fundamental ekonomi riil saja. Terganggunya
mekanisme pasar ini dapat menlenyapkan surplus ekonomi yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran Terganggunya perekonomian di Indonesia, bukan pada fundamental ekonomi. Aspek
vital ekonomi antara lain supply, demand dan suppy-chain. Apabila ketiga aspek tersebut telah
terganggu maka akan terjadi krisis ekonomi di berbagai lapisan masyarakat Indonesia secara
merata. Kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap dampak ekonomi akibat pandemic
ini adalah masyarakat dengan pendapatan t yang dihasilkan dari pendapatan harian (Iskandar et
al, 2020).
Mekanisme pasar yang terganggu akibat dampak covid yang menyelenyapkan surplus
ekonomi, namun dampak dari covid-19 ini juga ada pengaruh positifnya terhadap perekonomian
Indonesia yaitu adalah akan terbukanya peluang baru pasar ekspor selain China. Dampak positif
dari pandemic ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk dapat memperkuat perekonomian
dalam negeri. Hal ini dikarenakan pandemic ini mengakibatkan pemerintah akan
memprioritaskan serta memperkuat daya beli di dalam Negeri saja. Dengan hal ini, pemerintah
bisa memanfaatkan dengan baik agar investasi tetap stabil walaupun pertumbuhan ekonomi
yang terjadi saat ini sedang terancam secara global (Hanoatubun, 2020).
Selain itu, Pemerintah diharuskan untuk mengambil kebijakan suku bungan dan diskon
harga tiket penerbangan dikarenakan pergerakan nilai tukar dan harga minyak yang terkontraksi
secara terus menerus. Hal ini dilakukan agar masyarakat tertarik untuk melakukan kunjungan
wisata. Otoritas bursa ditengah kepanikan pandemic ini, terpaksa memutuskan untuk
menghentikan transaksi short selling yang berguna untuk mengurangi tekanan yang dialami dan
volatilitas yang tinggi di pasar saham tanah air (Burhanuddin, 2020).
Dampak lain dapat terlihat juga pada sector pariwisata yaitu hotel, restoran maupun
pengusaha retail. Hotel mengalami penurunan okupansi hingga 40%. Wisatawan yang sepi juga
berdampak pada rumah makan atau restoran sekitar yang konsumen biasanya adalah wisatawan
tersebut. Sektor pariwisata yang lemah juga berdampak pada industry retail. Daerah yang
terdampak pada sector retail antara lain yaitu Jakarta, Manado, Bali, Kepulauan Riau, Bangka
Belitung, dan Medan (Hanoatubun, 2020).
Ditengah pandemic covid 19 ini, Bank Indonesia akan berusaha mempertahankan
perekonomian Indonesia yang sedang tidak stabil ini. Perekonomian Indonesia menurun hingga
5% dengan adanya pandemic ini yang suatu saat mungkin akan mengalami penurunan lagi jika
pandemic ini terus berlansung lama. Selain itu, terjadinya secara signifikan pelemahan indeks
harga saham dan beberapa perusahaan BUMN mengalami kerugian pada tahun ini.
Diperkirakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia bisa mencapai 2,5% jika pandemic covid-19
ini akan berlangsung lama.
2. Kapan dan Bagaimana Pandemi Akan Berakhir?
Kerusakan hampir merata di berbagai sektor yang disebabkan oleh Pandemi Covid-19
pada dasarnya disebabkan oleh sifat ketidakpastian (uncertainty) dan risiko fatal yang
diakibatkannya. Di mana selama belum dilakukannya tes secara masif dan ditemukannya vaksin
yang efektif, yang merupakan penyebab adanya assymetric information, maka segala aktivitas
dan kegiatan sosial akan dilingkupi ketidakpastian dan memiliki risiko. Risiko ini di Indonesia
belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Data terakhir hingga menunjukkan baik jumlah kasus
dan kematian terkonfirmasi akibat Covid-19 di Indonesia terus menunjukkan peningkatan.
Bahkan untuk jumlah kasus terkonfirmasi, Indonesia.
Dengan sederet kerusakan yang ditimbulkan pada berbagai sektor, pertanyaan yang
muncul kemudian kapankah Pandemi Covid-19 ini akan berakhir? Dari sejarah pandemi yang
terjadi di dunia, ia akan berakhir untuk dua alasan: alasan medis dan alasan sosial. Satu pandemi
berakhir karena alasan medis dengan ditemukannya vaksinasi yang bisa memberikan kekebalan
untuk melawan virus ini atau cara menghindarinya yang efektif. Sementara secara sosial,
pandemi akan berakhir bila masyarakat sudah mencapai satu tahap di mana kelelahan terhadap
rasa ketakutan yang disebabkan pandemi sudah terjadi sehingga diputuskan untuk kemudian
beradaptasi dengan hidup bersama risiko yang ada.
Demikian pula halnya dengan pandemi Covid-19, indikasi yang ada di berbagai negara
menunjukkan bahwa pandemi ini akan berakhir lebih dahulu secara sosial ketimbang berakhir
secara medis. Banyak negara berangsur mulai membuka diri dan melakukan relaksasi dari
kebijakan social distancing dan karantina yang dilakukan. Frustasi dan kelelahan terhadap
ketakutan terhadap virus ini secara sosial agaknya telah mencapai puncaknya, sehingga impuls
untuk kembali melakukan aktivitas secara normal sebagai makhluk sosial dan ekonomi sulit
untuk ditolak. Termasuk di Indonesia, pelonggaran atau lebih tepatnya mungkin pelanggaran
terhadap aturan social distancing menjadi suatu satu hal yang jamak terlihat dalam beberapa
waktu terakhir.
Tentu masih menjadi perdebatan yang hangat antar pakar kesehatan publik yang
menolak dilakukannya pelonggaran dan beberapa elemen di masyarakat, terutama dari kalangan
pengusaha, yang mengadvokasi segera diakhirinya pembatasan sosial yang ada. Satu perdebatan
yang rumit, di mana kedua belah pihak memiliki alasan yang sama-sama kuat. Perdebatan ini
tentu hanya bisa diakhiri dengan keputusan tegas yang diambil oleh pengampu kebijakan secara
nasional. Dan dalam hal ini, berkaca juga dari sejarah yang ada, argumen sosial dan ekonomi
hampir setiap saat dimenangkan dalam sebuah perdebatan kebijakan publik.

REKAYASA IDE
Analisis Upaya Pemerintah dalam Mengantisipasi Kondisi Perekonomian Indonesia
Sebagian tahapan proses kebijaksanaan, yang berada diantara penyusunan dan
konsekuensi yanag akan muncul oleh suatu kebijaksanaan tersebut marupakan definisi dari
sebuah kebijakan (Edwards III, 1980). Pada sebuah kebijakan terdapat 4 aspek yang saling
berhubungan dalam pelaksanaannya, yaitu aspek komunikasi, sumber daya, disposisi dan
struktur birokrasi (Wahyudi, 2016).
Berbagai macam kebijakan telah dibuat oleh Pemerintah Indonesia dalam menangani
kasus covid-19 ini Pemerintah harus memilih kebijakan dari jalur 2 arah dalam menangani
pandemic ini. Pemerintah harus melihat kebijakan pencegahan (substantive) dan memfokuskan
pada kebijakan yang mengatur perekonomian. Kedua kebijakan tersebut dilakukan secara
bersamaan yang menyebabkan tidak efektifnya implementasi dari kebijakan tersebut. Selain
tidak efektifnya implementasi kebijakan yang telah dibuat, kebijakan tersebut juga membuat
koordinasi antar pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak terjalin dengan baik (Budi
& Anshari, 2020). Tujuan yang ingin dicapai dari kebijakan tersebut yaitu pemutusan mata
rantai penyebaran virusnya dan perbaikan ekonomi pun belum bisa dicapai, bahkan cenderung
semakin parah (Kurniawansyah et al, 2020).
Pandemic covid 19 ini membuat pemerintah Indonesia telah mengeluarkan
regulasi/kebijakan terkait penanganannya. Adapun regulasi/kebijakan yang dimaksud antara lain
4 Keputusan Presiden, 2 Peraturan Presiden, 1 Peraturan Pemerintah, 1 instruksi Presiden da 1
Peratuaran Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Peraturan-peraturan yang telah dibuat
tersebut merupakan alternative pemecahan masalah yang dapat dilihat dari sisi kesehatan,
birokrasi, politik maupun keuangan Negara Indonesia yang diakibatkan dari pandemic covid-19
(Widianingrum & Mas’uid, 2020).
Sembilan regulasi yang telah dikeluarkan oleh pemerintah merupakan dasar kebijakan
alokasi, distribusi dan stabilisasi bisa dilakukan. Langkah pertama adalah pemerintah wajib
mengalokasikan input dan resources mumpuni kepada orientasi kebijakannya (Allocation
Policy), yaitu kepada kelompok rentan baru yang terkena dampak dari Covid-19 ini, diantaranya
kelompok usaha yang membutuhkan keramaian massa, kelompok pekerja harian lepas,
pedagang kaki lima, para buruh yang terdampak PHK, petani, masyarakat miskin, dan
Seterusnya (Eddyono et al., 2020).
Eksternalitas Covid-19 ini telah melemahkan peluang mereka dalam menghasilkan
pendapatan sehari-harinya, terjadinya PHK besar-besaran pada pekerja yang mencapai
1.943.916 orang yang terdiri dari 114.340 perusahaan. Kejadiaan ini akan mengalami
peningkatan angka yang terus meningkat apabila pandemic ini berlangsung lama. Selain itu,
dengan adanya himbauan “stay at home” kepada masyarakat akan mengakibatkan penurunan
penghasilan masyarakat dari rutinitasnya secara signifikan, aktivitas ekonomi menjadi sangat
terbatas, serta pengaruh lain yang mengikutinya (Mas’udi dan Winanti, 2020).
Keadaan ekonomi Indonesia tersebut masih lebih bagus di tingkat regional maupun
dunia. Beberapa negara mengalami kontraksi yang sangat dalam misalnya Singapura sebesar
41,2%, Amerika Serikat diperkirakan sekitar 10%, dan Inggris sekitar 15%. Sementara itu, Bank
Dunia memprediksi ekonomi global pada tahun 2020 akan mengalami kontraksi sebesar 5,2%
dan Indonesia 0,3%, merupakan negara kedua terbaik ekonominya sesudah Vietnam yang
diperkirakan pertumbuhan ekonominya positif.
Para pengamat ekonomi dan Lembaga Internasional (IMF, Bank Dunia, OECD)
memprediksi akan terjadi resesi ekonomi dunia pada tahun 2020. Resesi tersebut akan dialami
lebih dalam oleh negara-negara maju. Indonesia diperkirakan akan mengalami resesi namun
resesi ringan (mild recession) karena kontraksi ekonomi diperkirakan “hanya” sekitar -3%-0%
dan tidak akan berlangsung lama, sekitar 2 triwulan.
Sinergi dalam Pemulihan Ekonomi Nasional
Prediksi tersebut tentu membuat kita semakin optimis untuk melaksanakan kebijakan-
kebijakan pemulihan ekonomi nasional secara konsisten dan membangun kerjasama dari
seluruh komponen bangsa. Pemerintah Pusat mengambil kebijakan pemulihan ekonomi yang
holistic. Pelaksanaan kebijakan tersebut harus didukung oleh pemerintah daerah.
Pemda mempunyai peran strategis dalam mendorong percepatan dan efektivitas
pemulihan ekonomi nasional. Pemda memahami struktur ekonomi daerah, demografi, dan
kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Di samping itu, kebijakan APBD dapat disinergikan
untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi di daerah.
Di samping itu, masyarakat dan pelaku usaha termasuk UMKM juga mempunyai peran
yang strategis dalam mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia. Pemerintah memberikan
kemudahan/stimulus fiskal dan moneter, seyogyanya disambut dengan positif oleh pelaku usaha
dengan menggerakkan usahanya secara baik.
Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional
Pemulihan ekonomi nasional dilakukan dengan mengambil kebijakan fiskal dan
moneter yang komprehensif. Di samping itu, Pemerintah juga mengalokasikan dana APBN
untuk pemulihan ekonomi sebesar Rp 695,2 triliun.
Pemulihan ekonomi nasional diharapkan mulai terasa pada triwulan III. Meskipun tidak
bertumbuh positif, diharapkan ekonomi nasional tidak berkontraksi sebesar triwulan II.
Selanjutnya triwulan IV, diharapkan ekonomi nasional bertumbuh positif sehingga kontraksi
tahun 2020 bisa ditekan sekecil mungkin. Sementara itu, pada tahun 2021, diharapkan ekonomi
nasional akan mengalami recovery secara siginifkan.
Untuk mencapai tujuan di atas, terdapat 3 (tiga) kebijakan yang dilakukan yaitu
peningkatan konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas dunia usaha serta menjaga stabilitasi
ekonomi dan ekpansi moneter. Kebijakan tersebut dilaksanakan secara bersamaan dengan
sinergy antara pemegang kebijakan fiskal, pemegang kebijakan moneter dan institusi terkait.
Salah satu penggerak ekonomi nasional adalah konsumsi dalam negeri, semakin banyak
konsumsi maka ekonomi akan bergerak. Konsumsi sangat terkait dengan daya beli masyarakat.
Oleh sebab itu, Pemerintah telah mengalokasi anggaran sebesar Rp172,1 triliun untuk
mendorong konsumsi/kemampuan daya beli masyarakat. Dana tersebut disalurkan melalui
Bantuan Langsung Tunai, Kartu Pra Kerja, pembebasan listrik dan lain-lain. Pemerintah juga
mendorong konsumsi kementerian/Lembaga/pemerintah daerah melalui percepatan realisasi
APBN/APBD. Konsumsi juga diarahkan untuk produk dalam negeri sehingga memberikan
multiplier effects yang signifikan.
Pemerintah berusaha menggerakkan dunia usaha melalui pemberian insentif/stimulus
kepada UMKM dan korporasi. Untuk UMKM, pemerintah antara lain memberikan penundaaan
angsuran dan subsidi bunga kredit perbankan, subsidi bunga melalui Kredit Usaha Rakyat dan
Ultra Mikro, penjaminan modal kerja sampai Rp10 miliar dan pemberian insentif pajak
misalnya Pajak Penghasilan (PPh Pasal 21) Ditanggung Pemerintah. Untuk korporasi,
Pemerintah memberikan insentif pajak antara lain bebas PPh Pasal 22 impor, pengurangan
angsuran PPh Pasal 25 dan pengembalian pendahuluan PPN; menempatkan dana Pemerintah di
perbankan untuk restrukturisasi debitur. Pemerintah juga memberikan penjaminan modal kerja
untuk korporasi yang strategis, prioritas atau padat karya.
Dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional, Bank Indonesia menjaga
stabilisasi nilai tukar Rupiah, menurunkan suku bunga, melakukan pembelian Surat Berharga
Negara, dan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Tujuan penurunan suku bunga
adalah meningkatkan likuiditas keuangan untuk mendorong aktivitas dunia usaha.

KESIMPULAN DAN SARAN


Keberadaan dunia saat ini mengalami guncangan akibat pandemi Covid-19. Sejak
ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) dengan status pandemi, bencana no-nalam
ini semakin menyebar ke berbagai daerah dan bahkan telah mengganggu semua aspek
kehidupan masyarakat baik dari segi fisik, sosial, maupun psikologis. Pandemi Covid-19 di
Indonesia berdampak multi sektor khususnya sektor perekonomian bangsa. Sebagai negara
terbuka, perekonomian Indonesia tidak kebal terhadap gejolak dunia yang diakibatkan pandemi
Covid-19. Berbagai badan ekonomi internasional seperti Bank Dunia memperkirakan pandemi
ini akan mengikis pertumbuhan ekonomi nasional hingga hanya berada pada kisaran -3,5%
sampai dengan 2,1% pada 2020. . Angka pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia pada triwulan-1 2020 tercatat hanya sebesar 2,97% (year-on-year) yang merupakan
angka pertumbuhan terendah sejak 2001. Perekonomian bangsa Indonesia mengalami
keterpurukan bahkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi RI
mengalami kontraksi atau minus 5,32 persen pada quartal II dan demikian jug pertumbuhan
ekonomi RI mengalami kontraksi atau minus 3,49 persen pada quartal III.
Dengan sederet kerusakan yang ditimbulkan pada berbagai sektor, pertanyaan yang
muncul kemudian kapankah Pandemi Covid-19 ini akan berakhir? Dari sejarah pandemi yang
terjadi di dunia, ia akan berakhir untuk dua alasan: alasan medis dan alasan sosial. Satu pandemi
berakhir karena alasan medis dengan ditemukannya vaksinasi yang bisa memberikan kekebalan
untuk melawan virus ini atau cara menghindarinya yang efektif. Sementara secara sosial,
pandemi akan berakhir bila masyarakat sudah mencapai satu tahap di mana kelelahan terhadap
rasa ketakutan yang disebabkan pandemi sudah terjadi sehingga diputuskan untuk kemudian
beradaptasi dengan hidup bersama risiko yang ada.
Dari semua uraian di atas, penulis bermaksud menghadirkan sebuah harapan bahwa
pada pertengahan tahun 2020 virus Novel Corona akan dapat diatasi, bahkan sebelum vaksin
atau serum selesai diproses dan dapat diberikan kepada yang membutuhkan. Walaupun ada
analisis tentang kemungkinan munculnya virus baru sebelum COVID-19 teratasi, sebagai
masyarakat yang mempunyai Pancasila harus tetap yakin bahwa virus Corona tidak lagi menjadi
wabah yang mematikan karena masyarakat dengan bijaksana mematuhi protokol kesehatan
yang sudah dijalankan.
Dengan demikian, setelah pandemi ini berlalu, ada hal-hal yang tidak boleh dilupakan,
bahkan harus selalu dipegang dan dijadikan gaya hidup. Penulis memberikan beberapa
rekomendasi yang dapat dihayati dan dilaksanakan sebagai bentuk partisipasi aktif masyarakat
memutus penularan COVID-19: Rekomendasi pertama yang perlu dipertimbangkan adalah
bagaimana setiap komponen masyarakat menjadi pribadi yang tidak mudah dipecah belah oleh
keberagaman atas nama Suku, Agama, Ras, dan Golongan, karena hubungan yang dikehendaki
oleh Allah adalah sebuah relasi dan komunikasi, bukan hubungan transaksional atau hanya
bersifat manipulative apalagi koruptif. Rekomendasi berikutnya adalah agar seluruh masyarakat
selalu menjaga kesehatan agar mempunyai imunitas yang baik. Kebiasaan baru yang
disosialisasikan, yaitu 3M: mencuci tangan dengan sabun di bawah air yang mengalir, memakai
masker ketika berada di luar rumah, dan menjaga jarak perlu menjadi gaya hidup sehari-hari,
karena sebagai suatu komunitas, kesehatan diri sendiri akan berdampak pada kesehatan orang
lain. Itulah wujud konkrit pengamalan sila kedua.

DAFTAR PUSTAKA

Balakrishnan, V. (2020) The impact of COVID-19 on Singapore, our region, and the
world/Interviewer: CNBC. CNBC Asia Exclusive, CNBC, Singapore.

Bisnis.com, 2020. Toyota Dikabarkan Cari Pinjaman di Bank Jepang.


https://kabar24.bisnis.com/read/20200327/19/1218917/toyota-dikabarkan-cari-
pinjaman-di-bank-jepang. [Online] Tersedia: [20 Desember 2020].

BPS (2020). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I-2020. Jakarta 2020.


Cheung, H. (2020). Coronavirus: US unemployment claims hit 33.3 million amid virus. BBC
News Services.

Christensen, J. (2020, 3 June 2020). US should have a 'couple hundred million' doses of a
Covid-19 vaccine by the start of 2021, Fauci says. CNN. Retrieved from
shorturl.at/dgikW

Cnbcindonesia.com,2020. Jangan Khawatir, Ternyata Ini Tujuan Global Bond Terbesar RI!
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200413131523-4-151515/jangan-khawatir-
ternyata-ini-tujuan-global-bond-terbesar-ri. [Online] Tersedia: [20 Desember 2020].

Creswell, 1998. Qualitative Inquiry: Choosing Among Five Traditions. USA: Sage Publications
Inc

Detik.com, 2020. Jumlah Pekerja Dirumahkan dan Kena PHK Naik Jadi 1,5 Juta.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4973759/jumlah-pekerja-dirumahkan-
dan-kena-phk-naik-jadi-15-juta. [Online] Tersedia: [19 Desember 2020].

Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2020). Program Pemulihan Ekonomi Nasional


(PEN) [Press release]

Kolata, G. (2020, 10 May 2020). How Pandemics End. New York Times. Retrieved from
shorturl.at/eFJNS.

Kompastv, 2020. Imbas Wabah Corona, 30.000 lebih Narapidana dan Anak di Indonesia Segera
Bebas. https://www.kompas.tv/article/74094/imbas-wabah-corona-30-000-lebih-
narapidana-dan-anak-di-indonesia-segera-bebas?page=all. [Online] Tersedia: [19
Desember 2020].

Litbang Kompas (2020). Fasilitas Kesehatan Hadapi Covid-19 Indonesia.

OurWorldinData.org. (2020). CoronaVirus. shorturl.at/rtCMW

Pusparisa, Y. (2020). Hadapi Covid-19, Fasilitas Kesehatan Masih Terpusat di Jawa. from
katadata.co.id shorturl.at/iJOX3.

Sebayang, R. (2020, 29 May 2020). Korsel Geger, Kala New Normal Buat Gelombang 2
COVID-19. CNBC Indonesia.
Warjiyo, P. (2020). Koordinasi Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional [Press release].
Bank Indonesia.

Yeung, J. (2020, 5 May 2020). Two weeks of zero local infections: How Hong Kong contained
its second wave of Covid-19. CNN.

Yusuf, A. A. (2020). Not all “Covid” are created equal: Heterogenitas daerah dampak sosial-
ekonomi pandemi Covid-19. Presentasi pada focus group discussion Dampak Pandemi
Covid-19 terhadap pembangunan daerah. Direktorat Evaluasi Kinerja Pembangunan
Daerah. BAPPENAS,18 Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai