Anda di halaman 1dari 104

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Sekolah Pascasarjana Tesis Magister (Perencanaan Wilayah dan Perdesaan)

2018

Analisis Kontribusi Usaha Mikro Kecil


Menengah (UMKM) Terhadap
Pengembangan Wilayah di Kecamatan
Medan Johor Kota Medan

Harahap, Juliana Khairina


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/6058
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS KONTRIBUSI USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN
MEDAN JOHOR KOTA MEDAN

DRAFT TESIS

Oleh :

JULIANA KHAIRINA HARAHAP


147003054/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS KONTRIBUSI USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN
MEDAN JOHOR KOTA MEDAN

DRAFT TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

JULIANA KHAIRINA HARAHAP


147003054/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Tanggal Lulus :

Telah diuji pada

Tanggal Januari 2017

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua :

Anggota :

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS KONTRIBUSI USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN
MEDAN JOHOR KOTA MEDAN

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama periode 2011 – 2013


menunjukkan perlambatan yang berarti. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada
tahun 2011 sebesar 7,69%. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Kota Medan
menurun menjadi sebesar 7,63%, pada tahun 2013 kembali menurun menjadi 4,30
%. Namun sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh dari 8,67% pada
tahun 2011 menjadi 9,40% pada tahun 2013. Penelitian dilaksanakan di
Kecamatan Medan Johor Kota Medan tentang Analisis Kontribusi Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan
Medan Johor Kota Medan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian diperoleh
bahwa UMKM berperan dalam penyerapan tenaga kerja karena memiliki rata-rata
penyerapan tenaga kerja responden penelitian sebanyak 7,37 orang (604/82).Hasil
analisis regresi, faktor modal, jumlah tenaga kerja, tempat usaha, pendidikan
formal, pendidikan informal, dan legalitas badan usaha secara simultan
mempengaruhi pendapatan UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan.
Secara parsial variabel modal, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan formal
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan UMKM di
Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Sedangkan variabel dummy tempat usaha,
pendidikan informal dan legalitas badan usaha tidak menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap pendapatan UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan.
Peran UMKM terhadap pengembangan wilayah dapat dilihat dari penyerapan
tenaga kerja, daya beli masyarakat, tingkat pendapatan dalam membiayai hidup
keluarga, dan dukungan infrastruktur . Selain itu berkembangnya ekonomi lokal
dimana terjadinya peningkatan PDRB Kota Medan. Pengembangan ekonomi lokal
dapat menciptakan pekerjaan baru dan merangsang kegiatan ekonomi daerah
sebagai efek multiplier dari berkembangnya UMKM. Dengan adanya UMKM
diharapkan berkembangnya ekonomi lokal sehingga berdampak terhadap
peningkatan pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kata kunci: UMKM, penyerapan tenaga kerja dan pengembangan wilayah

i
Universitas Sumatera Utara
CONTRIBUTION ANALYSIS OF MICRO SMALL AND MEDIUM
ENTERPRISES ON THE REGIONAL DEVELOPMENT IN THE
SUB-DISTRICT MEDAN JOHOR, MEDAN CITY

ABSTRACT

Economic growth of the city of medan over a period of 2011 - 2013 shows
retarding which means .Economic growth of the city of medan in the year 2011 at
7,69 % .In 2012 the economic growth of the city of medan the number decreased
to 7,63 % as much as , in 2013 further decline being 4,30 % .But the trade sector ,
hotel and restaurant growing from 8,67 % in 2011 being 9,40 % in 2013.
Research conducted in the sub-district of Medan Johor on Analysis of
Contributions of Micro, Small and Medium Enterprises to the Regional
Development in the sub-district of Medan Johor, Medan City. The analytical
method used in this research is descriptive analysis and multiple regression
analysis. The results of the study obtained that micro small and medium
enterprises had a role in employment because it has the average employment
respondents research as many as 7.37 people ( 604 / 82 ). The results of the
analysis regression, factors capital, the amount of labor, place of business, formal
education, informal education, and legality business entity simultaneously affect
income micro small and medium enterprises in the sub district Medan Johor of
the city of Medan.In partial variable capital, the amount of labor, and formal
education significant influence against revenue micro small and medium
enterprises in the sub district Medan Johor of the city of Medan.While dummy
variable place of business, informal education and legality business entity does
not show a clear significant impact on income micro small and medium
enterprises in the sub district Medan Johor of the city of Medan. The role of micro
small and medium enterprises to regional development can be seen from
employment , purchasing power of the community , level of income to fund family
life , and infrastructure support .In addition the local economy where an
increased occurrence of PDRB of the city of medan .Economic development local
can create a new job and stimulate regional economic activities as the effect
multiplier of the micro small and medium enterprises .With the micro small and
medium enterprises expected the local economy so that have an impact on
improve economic growth , and increase public welfare.

Keywords: Micro Small and Medium Enterprises, employment and regional


development

ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

Juliana Khairina Harahap lahir di Medan, 1 Juli 1991, dari pasangan

Drs. H. Syahrul Mulia Harahap, SH, M.Si dan Ibunda Hj.Masna Barus dan

merupakan anak empat dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Dasar tahun 2003 di SD Angkasa 1

Medan. Pada tahun 2006 menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama

pada SMP Negeri 2 Medan dan tahun 2009 menyelesaikan pendidikan Sekolah

Menengah Atas di SMA Negeri 2 Medan. Kemudian pada tahun 2014

menyelesaikan pendidikan di IPDN.

Sejak tahun 2014 sampai sekarang aktif bekerja sebagai PNS di

Pemerintahan Kota Medan. Tahun 2014 mengikuti pendidikan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam bidang studi Perencanaan

Pembangunan Wilayah Pedesaan (PWD).

iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi Rabbil ’Alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal dengan judul: “Analisis Kontribusi Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Medan Johor

Kota Medan”. Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah

dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis telah banyak mendapat bantuan,

masukan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada

yang terhormat Bapak Dr. Rujiman, MA. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing

yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada

penyusun hingga tesis ini selesai.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, MS, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE, selaku Ketua Program Studi

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Sekolah

Pascasarjana USU Medan.

iv
Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Dr. Rujiman, MA, dan Bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut. M.Si

selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran untuk memotivasi, mengarahkan serta memberikan bimbingan dalam

penyusunan tesis ini.

4. Seluruh dosen pengajar yang telah banyak memberikan bantuan sejak awal

perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini.

5. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Drs. H.

Syahrul Mulia Harahap, SH, M.Si dan Ibunda Hj.Masna Barus yang telah

mengasuh, membesarkan, mendidik dan mendo’akan dan selalu memberi

motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

6. Kepada suami tercinta Arfan Marwazi Pulungan, S.IP, yang telah memberikan

dukungan , pengertian , perhatian dan doa dalam penyusunan tesis ini.

Akhirnya atas segala kekurangannya, kepada semua pihak dalam kaitan

dengan proses penyusunan tesis ini serta selama dalam proses pendidikan saya

menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya dan penulis yakin bahwa

kekurangan banyak terdapat dalam tesis ini. Oleh karena itu, masukan dan saran

yang membangun sangat penulis butuhkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Amiin.

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Medan, Januari 2017


Penulis

Juliana Khairina Harahap

v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .............................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................. 1


1.2. Perumusan Masalah ......................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................. 6
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 6

2.1. Penelitian Terdahulu ....................................................... 8


2.2. Usaha Mikro Kecil dan Menengah .................................. 13
2.2.1. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah ....... 13
2.2.2. Tujuan dan Peranan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah ............................................................. 15
2.2.3. Karakteristik Usaha Mikro Kecil dan Menengah ... 18
2.2.4. Tantangan dan Permasalahan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah ...................................................... 20
2.3. Pengembangan Wilayah .................................................. 25
2.4. Tenaga Kerja .................................................................. 27
2.4.1. Pengertian Tenaga Kerja ........................................ 27
2.4.2. Kesempatan Kerja .................................................. 28
2.4.3. Penyerapaan Tenaga Kerja .................................... 29
2.5. Kerangka Pemikiran ........................................................ 30
2.6. Hipotesis Penelitian ........................................................ 31

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 32

3.1. Jenis Penelitian ............................................................... 32


3.2. Lokasi Penelitian ............................................................. 32
3.3. Jenis dan Sumber Data .................................................... 32
3.4. Populasi dan Sanpel Penelitian ........................................ 33
3.5. Metode Pengumpulan Data ............................................. 34
3.5.1. Teknik Pengumpulan Data ..................................... 34

vi
Universitas Sumatera Utara
3.5.2. Alat Pengumpulan Data ........................................ 34
3.5.2. Skala .................................................................... 35
3.6. Teknik Analisis Data ....................................................... 36
3.7. Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 42

4.1. Hasil Penelitian ............................................................... 42


4.1.1. Gambaran Umum Kota Medan ............................. 42
4.1.2. Keadaan Geografis Kecamatan Medan Johor ......... 51
4.1.3. Karakteristik Responden ....................................... 54
4.1.4. Peran UMKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja
di Kecamatan Medan Johor .................................. 57
4.1.5. Pengaruh Faktor Modal, Jumlah Tenaga Kerja,
Tempat Usaha, Pendidikan Formal, Pendidikan
Informal, dan Legalitas Badan Usaha terhadap
Pendapatan UMKM di Kecamatan Medan Johor ... 58
4.1.6. Kontribusi UMKM terhadap Pengembangan
Ekonomi Wilayah Kota Medan ………………… 69

4.2. Pembahasan .................................................................... 71


4.2.1. Peran UMKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja
di Kecamatan Medan Johor ................................. 71
4.2.2. Pengaruh Faktor Modal, Jumlah Tenaga Kerja,
Tempat Usaha, Pendidikan Formal, Pendidikan
Informal, dan Legalitas Badan Usaha terhadap
Pendapatan UMKM di Kecamatan Medan Johor 72
4.2.3. Kontribusi UMKM terhadap Pengembangan
Ekonomi Wilayah Kota Medan ………………… . 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 81


5.1. Kesimpulan ..................................................................... 81
5.2. Saran .............................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 83


LAMPIRAN .................................................................................... 86

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

3.1. Populasi dan Sampel Pelaku UMKM per Kelurahan ………... 33


4.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Medan Untuk Tahun
2015 Berdasarkan Kecamatan ……………………………… 46

4.2. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Tahun


2011-2015……………………………………………………. 46

4.3. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun


2011-2015…………………………………………………….. 47
4.4. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Medan Tahun 2013 –
2015 …………………………………………………………. 48

4.5. Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2013 – 2015 ........ 50


4.6. Luas Wilayah Kecamatan Medan Johor dirinci Berdasarkan 52
Kelurahan Tahun 2015 ……………………………………….
4.7. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per
Km2 dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Johor
Tahun 2015 ………………………………………………….. 53
4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Umur …………………… 54
4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …………... 55
4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ……………… 55
4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja …... 56
4.12. Peran UMKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja …………….. 57
4.13. Kolmogorov – Smirnov Test ………………………………… 60
4.14. Hasil Analisis Uji Asumsi Multikolinieritas ………………… 61
4.15. Uji Glesjer ……………………………………………………. 64
4.16. Koefisien Determinasi ……………………………………….. 65
4.17. Hasil Uji Simultan …………………………………………… 65
4.18. Uji Statistik-t …………………………………………………. 66
4.19. Daya Beli Masyarakat ……………………………………….. 69
4.20. Peran UMKM dan Membiayai Keluarga 70

viii
Universitas Sumatera Utara
4.21. Dukungan Infrastruktur ……………………………………… 71
4.22. PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Kota Medan Tahun 2013 – 2015 .................. 77

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ……………………………… 30

4.1. Peta Administrasi Kota Medan ………………………………. 44

4.2. Peta Administrasi Kecamatan Medan Johor …………………. 52

4.3. Hasil Uji Normalitas Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Pendapatan UMKM ………………………………………….. 59

4.4. Hasil Uji Heteroskedekasitas Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Pendapatan UMKM …………………………. 63

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1. Tabulasi Data Karakteristik Responden dan Variabel


Penelitian

2. Tabulasi Data Transformasi Ln Variabel Penelitian

3. Hasil Analisis Regresi

xi
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting

dalam perekonomian Indonesia, terutama ditinjau dari segi jumlah unit usaha dan

daya serap tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam

Kemenkop dan UKM (2010) menunjukkan 99,99% dari keseluruhan pelaku usaha

di Indonesia merupakan UMKM, sisanya sebesar 0,01% merupakan Usaha Besar

(UB). Jika ditinjau dari segi penyerapan tenaga kerja, UMKM mampu menyerap

rata-rata 97,17% tenaga kerja. Sementara kontribusi rata-rata UMKM terhadap

Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu sebesar 57,88%.

Meskipun demikian, peranan ekspor non migas UMKM jauh lebih kecil

dibandingkan dengan UB. Jumlah UMKM yang mencapai 99,99% dari total

pelaku usaha hanya mampu menyumbang nilai ekspor non migas sebesar rata-rata

18,2%. Sementara UB dengan jumlah usaha hanya sebesar 0,01% dari total pelaku

usaha mampu menyumbangkan nilai ekspor non migas yang lebih tinggi, yaitu

dengan rata-rata 81,8%.

Tujuan dari pembangunan adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan inovasi di dalam masyarakat

tersebut. Oleh sebab itu dibutuhkan rumusan kebijakan dari lembaga eksekutif

maupun legislatif untuk menumbuhkembangkan industri dalam negeri sebagai

prasyarat meningkatkan pendapatan negara. Perkembangan industri pada sebuah

negara sangat menopang pertumbuhan ekonomi, sehingga salah satu strategi yang

diambil oleh pemerintah adalah memberdayakan dan menumbuhkan Usaha Mikro

1
Universitas Sumatera Utara
2

Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai basic pembangunan ekonomi kerakyatan.

Sejarah telah menunjukkan bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di

Indonesia tetap eksis dan berkembang meski terjadi krisis ekonomi yang telah

melanda negeri ini sejak tahun 1997. Hingga tahun 2011 UMKM mampu

memberikan andil besar terhadap penerimaan negara dengan menyumbang 61,9%

pemasukan produk domestik bruto (PDB) melalui pembayaran pajak, yang

diuraikan sebagai berikut : sektor usaha mikro menyumbang 36,28% PDB, sektor

usaha kecil 10,9%, dan sektor usaha menengah 14,7% melalui pembayaran pajak.

Sementara itu, sektor usaha besar hanya menyumbang 38,1% PDB melalui

pembayaran pajak (BPS, 2011).

Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan salah satu entitas pelaku

ekonomi yang eksistensinya mendominasi terhadap perekonomian bangsa, baik

diperkotaan maupun pedesaan. Menurut Urata (2000), peran UMKM dilihat dari

kedudukannya yaitu sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai

sektor, seperti penyedia lapangan kerja terbesar, berperan dalam hal

pengembangan kegiatan ekonomi daerah dan pemberdayaan masyarakat, pencipta

pasar baru dan inovasi, dan untuk UMKM yang sudah mampu melakukan

perdagangan internasional UMKM tersebut tentu mampu memberikan sumbangan

dalam menjaga neraca pembayaran melalui sumbangannya dalam menghasilkan

ekspor.

Dilihat dari Kedudukan Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam

perekonomian nasional yang sangat penting, terutama karena jumlahnya yang

banyak serta perannya terhadap penyerapan tenaga kerja yang begitu besar dan

kontribusinya terhadap PDRB nasional. Disamping itu UMKM juga memiliki

ketahanan yang cukup kuat terhadap krisis ekonomi, sebagaimana pada saat

Universitas Sumatera Utara


3

terjadinya krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997- 1998an, dimana kondisi

waktu itu usaha kecil, mikro, dan menengah terbukti lebih kebal daripada

perusahaan besar yang justru banyak mengalami kebangkrutan.

Di tingkat daerah khususnya kota Medan, dapat melihat bahwa secara

umum pertumbuhan perekonomian kota Medan tidak terlepas dari kontribusi

UMKM. Hal ini dapat dilihat dari jumlah UMKM-nya yang cukup banyak,

dengan jumlah lebih kurang 242.890 unit UMKM yang terdiri dari jenis usaha

perdagangan jasa, industri kerajinan dan aneka usaha lainnya, dimana

kelembagaannya belum tertata secara maksimal baik itu soal perizinan maupun

aspek legalitasnya sehingga jumlah UMKM di Kota Medan masih belum pasti.

Adapun jenis-jenis UMKM yang ada di Kota Medan yaitu usaha dibidang kuliner,

jasa percetakan, pembuatan kerajinan tangan dan sebagainya.

Proporsi jumlah pengusaha mikro, kecil dan menengah mencapai 99,8 %

dari total usaha ekonomi yang ada di kota Medan. Artinya, jumlah UMKM

mencapai hampir 500 kali lipat dari jumlah usaha besar. Meski demikian,

kontribusi UMKM ke kota Medan diperkirakan baru mencapai 39,8 % sedangkan

usaha besar mencapai 60,2 %. Hal ini menunjukkan kuatnya sektor usaha besar

dan masih terbatasnya sektor UMKM (BPS Sumatera Utara, 2014).

Kecamatan Medan Johor sebagai salah satu kecamatan di Kota Medan

Provinsi Sumatera Utara telah berkembang UMKM dengan jenis usaha seperti :

usaha kerajinan tangan, sepatu, kue, makanan dan minuman. Keberadaan UMKM

di Kecamatan Medan Johor Kota Medan memberi dampak positif bagi

pengentasan masalah kemiskinan dan pengangguran dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidup rumah tangganya.

Universitas Sumatera Utara


4

Namun demikian, perkembangan UMKM masih dihadapkan pada berbagai

persoalan sehingga menyebabkan lemahnya daya saing terhadap produk impor.

Persoalan utama yang dihadapi UMKM, antara lain keterbatasan infrastruktur dan

akses pemerintah terkait dengan perizinan dan birokrasi serta tingginya tingkat

pungutan. Dengan segala persoalan yang ada, potensi UMKM yang besar itu

menjadi terhambat. Meskipun UMKM dikatakan mampu bertahan dari adanya

krisis global namun pada kenyataannya permasalahan-permasalahan yang

dihadapi sangat banyak dan lebih berat. Hal itu dikarenakan selain dipengaruhi

secara tidak langsung krisis global tadi, UMKM harus pula menghadapi persoalan

domestik yang tidak kunjung terselesaikan seperti masalah upah buruh,

ketenagakerjaan dan pungutan liar, korupsi dan lain-lain.

Kuncoro (2009) mengungkapkan bahwa masalah dasar yang dihadapi

UMKM adalah kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar

pangsa pasar, kelemahan dalam struktur permodalan, kelemahan dalam bidang

organisasi dan manajemen sumber daya manusia, keterbatasan jaringan usaha

kerja sama antar pengusaha kecil, iklim usaha yang kurang kondusif, pembinaan

yang kurang terpadu serta kurangnya kepercayaan masyarakat dan kepedulian

terhadap usaha kecil.

Menurut Dipta dalam Julita dan Sari (2015) menyampaikan apabila

Indonesia tidak mendorong daya saing dan nilai tambah atas barang/produk yang

diproduksi, maka Indonesia dapat kehilangan perannya di kawasan dan menjadi

objek kemajuan pembangunan di kawasan tanpa memperoleh keutungan yang

maksimal. Oleh karena itu, program kebijakan penguatan daya saing telah

mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, antara lain penguatan UKM

nasional. Hal tersebut penting untuk memfasilitasi UMKM nasional yang berdaya

Universitas Sumatera Utara


5

saing tinggi, inovatif, dan kreatif, serta mampu melakukan perluasan pasar dari

Komunitas Ekonomi ASEAN.

Hasil penelitian Nurhajati (2005) menyatakan bahwa persoalan yang

dihadapi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sehingga sulit berkembang

antara lain ketidakmampuan dalam manajemen, lemahnya kemampuan dalam

pengambilan keputusan, kurang berpengalaman, dan lemahnya pengawasan

keuangan. Menghadapi persoalan-persoalan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) yang telah dikemukan di atas, pemerintah sebagai pihak penyelenggara

negara telah melakukan berbagai upaya yang sekaligus menunjukkan komitmen

untuk meningkatkan kinerja dan daya saing ekonomi Indonesia. Komitmen

tersebut secara institusi ditunjukkan melalui pembentukan kementerian yang

menangani Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sejak zaman pemerintah

orde baru (Nursalam, 2010).

Fenomena berkembangnya UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota

Medan ini dianggap memberi pengaruh terhadap pengembangan ekonomi wilayah

di Kecamatan Medan Johor Kota Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapatlah

dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini sebagai berikut ;

1. Bagaimana peran UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan dalam

penyerapan tenaga kerja ?

2. Apakah modal, jumlah tenaga kerja, tempat usaha, pendidikan formal,

pendidikan informal, dan legalitas badan usaha berpengaruh terhadap

pendapatan UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan ?

Universitas Sumatera Utara


6

3. Bagaimana kontribusi UMKM terhadap pengembangan ekonomi wilayah

Kota Medan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Menganalisis peran UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan dalam

penyerapan tenaga kerja.

2. Menganalisis pengaruh faktor modal, jumlah tenaga kerja, tempat usaha,

pendidikan formal, pendidikan informal, dan legalitas badan usaha terhadap

pendapatan UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan.

3. Menganalisis kontribusi UMKM terhadap pengembangan ekonomi wilayah

Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para peneliti lain,

pemerintah maupun masyarakat luas.

1. Bagi Pemerintah Kota Medan, penelitian ini berguna dan bermanfaat dalam

menyangkut kebijakan penanganan masalah UMKM.

2. Bagi Peneliti, penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan, terutama menyangkut ilmu perencanaan dan pengembangan

wilayah perdesaan dan perkotaan.

3. Penelitian ini juga berguna dan bermanfaat bagi masyarakat yang bergerak

dalam bidang UMKM, sehingga manfaat dan strategi pengembangannya pada

masa mendatang dapat lebih dioptimalkan.

Universitas Sumatera Utara


7

4. Hasil penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi para peneliti lain yang

berminat melakukan kajian dan menindaklanjuti penelitian sejenis.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang telah melakukan penelitian mengenai

Usaha Mikro Kecil dan Menengah, antara lain adalah Nurafuah (2015) dengan

judul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) di Provinsi Jawa Tengah”. Usaha kecil dan menengah di Jawa Tengah

sebagai sektor andalan dalam penyerapan tenaga kerja pada kenyataannya

cenderung fluktuatif. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana korelasi

jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor usaha kecil dan

menengah di Provinsi Jawa Tengah, bagaimana korelasi nilai investasi terhadap

penyerapan tenaga kerja pada sektor usaha kecil dan menengah di Provinsi Jawa

Tengah, bagaimana korelasi upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja

pada sektor usaha kecil dan menengah di Provinsi Jawa Tengah. Tujuan yang

ingin di capai dalam penelitian ini adalah menganalisis korelasi jumlah unit usaha

terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor usaha kecil dan menengah di

Provinsi Jawa Tengah, menganalisis korelasi nilai investasi terhadap penyerapan

tenaga kerja pada sektor usaha kecil dan menengah di Provinsi Jawa Tengah,

menganalisis korelasiupah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja pada

sektor usaha kecil dan menengah di Provinsi Jawa Tengah. Kesimpulan yang

diperoleh dengan pengujian korelasi jumlah UKM mempunyai hubungan terhadap

jumlah penyerapan tenaga kerja, investasi mempunyai hubungan terhadap jumlah

penyerapan tenaga kerja dan upah minimum juga mempunyai hubungan terhadap

8
Universitas Sumatera Utara
9

jumlah penyerapan tenaga kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bagi

pengelola UKM sebaiknya memanfaatkan rekan bisnis pelatihan usaha, buku dan

internet dalam mencari informasi pasar dan cara manajemen usaha agar usahanya

dapat berkembang lebih efektif.

Hapsari, Hakim dan Soeaidy (2014) dengan judul “Pengaruh Pertumbuhan

Usaha Kecil Menengah (UKM) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi di

Pemerintah Kota Batu)”. UKM merupakan penyumbang PDB terbesar nasional

sampai saat ini. Oleh karena itu Pemberdayaan UKM mutlak diperlukan. Kota

Batu merupakan salah satu kota yang menarik dan berpotensi untuk

pengembangan Dunia Usaha dan Pariwisata. Pemberdayaan UKM dan sektor

pariwisata di Kota Batu berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan

perekonomian baik secara individu maupun keseluruhan (PAD) Kota Batu. Untuk

mengetahui signifikansi hubungan antara pemberdayaan UKM dan pertumbuhan

ekonomi daerah di Kota Batu maka dilakukan pengujian secara bersama-sama dan

parsial terhadap variabel-variabel pemberdayaan UKM yang meliputi jumlah

UKM, tenaga kerja UKM, Modal UKM dan Laba UKM. Dari hasil pengujian

regresi panel secara bersama-sama ditemukan bahwa Pemberdayaan UKM

berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Kota

Batu. Dan dari hasil pengujian secara parsial variabel jumlah UKM dan tenaga

kerja UKM tidak ditemukan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi di Kota Batu, sedangkan untuk variabel Modal UKM dan Laba UKM

ditemukan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan Ekonomi di Kota

Batu.

Universitas Sumatera Utara


10

Rahim dan Karana (2014) melakukan studi mengenai “Karakteristik

Operasional Usaha Mikro di Kota Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis operasional usaha mikro di kota

Medan ditinjau dari modal, pendapatan, tenaga kerja, dan waktu beroperasi.

Peninjauan operasional usaha mikro ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

tahapan pengembangan usaha dengan tingkat modal yang lebih besar. Usaha

mikro adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh

kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya

sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat,

tanpa mengabaikan peranan usaha besar dan badan usaha milik pemerintah. Hasil

penelitian menunjukan sebanyak 37.4% pelaku usaha mikro membutuhkan modal

sebesar 3-6 juta rupiah. 35.9% menyatakan membutuhkan modal sebesar 0-3 juta

rupiah. 17.5% menyatakan membutuhkan 6-9 juta rupiah.Ini menunjukkan

bahwasannya untuk memulai usaha mikro tidak membutuhkan modal yang besar,

seperti ditunjukkan hanya 8.6% pelaku usaha mikro yang membutuhkan modal

lebih dari 9 juta rupiah.

Sadhana (2013) melakukan studi mengenai “ Analisis Peranan Usaha Kecil

dan Menengah terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang”. UKM

memainkan peran dinamis yang potensial dalam meningkatkan pasokan baru serta

persaingan, menyesuaikan dan mengembangkan teknologi, menciptakan ragam

pasar baru, dan meningkatkan kesempatan kerja dan hasil penjualan. Dalam

pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu di gambarkan sebagai sektor

yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya

berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor

Universitas Sumatera Utara


11

tradisional maupun modern. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-

variabel yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di kota Malang. Dengan

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Perdagangan kota Malang.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis linier

berganda. Dari model ekonometrika yakni Analisis Regresi Berganda keempat

variabel modal (x1), volume penjualan (x2), jenis usaha (x3), dan lama usaha (x4)

yang berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Malang

adalah variabel modal usaha dan volume penjualan.

Raselawati (2011) melakukan penelitian mengenai "Pengaruh

Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada

sektor UKM di Indonesia". Hasil penelitian menyimpulkan bahwa variabel ekspor

UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia pada tahun 2000

sampai 2009. Sedangkan tenaga kerja UKM berpengaruh positif tetapi tidak

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia pada

tahun 2000 sampai 2009.

Tuah (2010) melakukan penelitian mengenai “Analisis Kontribusi Usaha

Kecil dan Menengah dalam Perkembangan Sektor Riil di Kota Tanjungbalai”.

Penelitian ini menitikberatkan kepada kontribusi usaha kecil dan menengah

(UKM) dalam perkembangan sektor riil Kota Tanjungbalai berdasarkan klaster

usaha. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Sumber data primer akan diperoleh dari para pengusaha mikro dan kecil

non pertanian pada sektor usaha seperti perdagangan dan restoran, industri rumah

tangga dan jasa yang berjumlah 419 UKM. Metode analisis yang digunakan

Universitas Sumatera Utara


12

dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, suatu metode analisa data yaitu

dengan mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasikan, menganalisa

kemudian diinterprestasikan agar dapat memberikan gambaran atau ketegasan

tentang masalah yang diteliti serta matrik SWOT yang artinya penulis

mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman kemudian

menentukan faktor Internal dan Eksternal untuk mendapatkan strategi

pengembangannya. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Kontribusi UKM

dalam menyerap tenaga kerja di Kota Tanjungbalai mengalami peningkatan

disebabkan ekonomi tidak mengalami gejolak serta perekonomian masih stabil.

Sedangkan kontribusi UKM terhadap investasi ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kenaikan PDRB tersebut, antara lain ada beberapa usaha sejenis

yang sama seperti UKM tapi dimiliki oleh usaha besar sehingga secara tidak

langsung berpengaruh terhadap kenaikan PDRB sektor riil. Sedangkan kontribusi

UKM terhadap PDRB mengalami penurunan yang lumayan disebabkan

munculnya pesaing-pesaing baru dalam produk usaha yang sejenis. Salah satu

cara yang perlu ditempuh oleh Pemerintah Kota Tanjungbalai adalah dengan

meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya yang masih terbatas,

memberikan pelatihan agar mampu menciptakan produk yang inovatif dan

menarik bagi konsumen, terus menerus memberikan penyuluhan bagi pelaku

UKM untuk segera memiliki izin usaha karena merupakan salah satu syarat untuk

mendapatkan kemudahan dalam pinjaman dari Dinas Koperasi Pemerintah Kota

Tanjungbalai.

Tejasari (2008) melakukan penelitian mengenai "Peranan Sektor Usaha

Kecil dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi

Universitas Sumatera Utara


13

di Indonesia". Hasil penelitian menyimpulkan bahwa jumlah unit usaha, Kredit

Modal Kerja dan PDB UKM secara signifikan mempunyai pengaruh yang positif

terhadap penyerapan tenaga kerja. Sedangkan, Kredit Investasi dan pendapatan

per kapita secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga

kerja. Dan Tenaga kerja dan investasi secara signifikan berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan Jumlah unit UKM positif tetapi tidak

signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Dan juga nilai ekspor

berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap perumbuhan ekonomi.

Suprihatin (2006) melakukan penelitian mengenai "Pengaruh investasi,

ekspor dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur 1993-

2004". Hasil penelitian menyimpulkan bahwa nilai koefisien regresi variabel

investasi adalah 0,241 sehingga bila investasi naik 1 persen maka PDRB akan

naik sebesar 0,241 % dan signifikan secara parsial. Nilai koefisien regresi variabel

ekspor adalah 0,287 sehingga bila ekspor naik 1 persen maka PDRB akan naik

sebesar 0,287 % dan signifikan secara parsial. Nilai koefisien regresi variabel

tenaga kerja adalah 0,823 sehingga bila tenaga kerja naik 1 persen maka PDRB

akan naik sebesar 0,823 % dan signifikan secara parsial.

2.2. Usaha Mikro Kecil dan Menengah

2.2.1. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha

yang mampu memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan ekonomi secara

luas kepada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan

pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam

mewujudkan stabilitas nasional (Iman dan Adi, 2009).

Universitas Sumatera Utara


14

Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang

langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain : Menurut Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2008 UMKM memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik`orang perorangan atau badan usaha

milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni : a. Memiliki kekayaan bersih

paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling

banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah

atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni : a. Memiliki kekayaan bersih

lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil

atau usaha besar yang memenuhi kriteria : a. Memiliki kekayaan bersih lebih

dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta`rupiah) sampai dengan paling banyak

Universitas Sumatera Utara


15

Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM berdasarkan

kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga

kerja 5 orang sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan

usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang.

Menurut Kementrian Keuangan Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 316/KMK 016/1994 tanggal 27 Juni 1994 bahwa Usaha Kecil sebagai

perorangan/badan usaha yang telah melakukan kegiatan /usaha yang mempunyai

penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp. 600.000.000,- atau asset (aktiva)

setinggi-tingginya Rp. 600.000.000.- (diluar tanah dan bangunan yang ditempati).

Contohnya Firma, CV, PT, dan Koperasi yakni dalam bentuk badan usaha.

Sedangkan contoh dalam bentuk perorangan antara lain pengrajin industri rumah

tangga, peternak, nelayan, pedagang barang dan jasa dan yang lainnya.

Dari berbagai pendapat di atas, pengertian UMKM dilihat dari berbagai

aspek, baik dari segi kekayaan yang dimiliki pelaku, jumlah tenaga kerja yang

dimiliki atau dari segi penjualan/omset pelaku UMKM.

2.2.2. Tujuan dan Peranan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Asas diberdayakan dan dikembangkannya usaha mikro, kecil, dan

menengah adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang Undang No. 20

Tahun 2008, yaitu berasaskan:

a. kekeluargaan;

Universitas Sumatera Utara


16

b. demokrasi ekonomi;

c. kebersamaan;

d. efisiensi berkeadilan;

e. berkelanjutan;

f. berwawasan lingkungan;

g. kemandirian;

h. keseimbangan kemajuan; dan

i. kesatuan ekonomi nasional.

Prinsip pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang

dicanangkan oleh UU No. 20 Tahun 2008 adalah :

a. penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri;

b. perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan;

c. pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai

dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

d. peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan

e. penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.

Tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang diharapkan

dapat diwujudkan adalah :

a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang,

dan berkeadilan;

b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan

Universitas Sumatera Utara


17

c. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan

daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan

ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Tujuan usaha mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu bertujuan menumbuhkan dan

mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional

berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Usaha mikro mempunyai peran yang penting dalam pembangunan ekonomi,

karena intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan investasiyang lebih

kecil, sehingga usaha mikro lebih fleksibel dalam menghadapi dan beradaptasi

dengan perubahan pasar. Hal ini menyebabkan usaha mikro tidak terlalu

terpengaruh oleh tekanan eksternal, karena dapat mengurang impor dan memiliki

kandungan lokal yang tinggi. Oleh karena itu pengembangan usaha mikro dapat

memberikan kontribusi pada diversifikasi ekonomi dan perubahan struktur

sebagai prakondisi pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang stabil dan

berkesinambungan. Disamping itu tingkat penciptaan lapangan kerja lebih tinggi

pada usaha mikro dari pada yang terjadi di perusahaan besar (Sutrisno dan Sri,

2006).

Kementerian Koperasi dan UKM dalam Neddy (2006) mengemukakan

bahwa peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian

Indonesia paling tidak dapat dilihat dari :

1. Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai

sektor penyedia lapangan kerja yang terbesar

Universitas Sumatera Utara


18

2. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan

pemberdayaan masyarakat

3. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi

4. Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.

Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui

berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran

strategis UMKM menurut Bank Indonesia antara lain: jumlahnya yang besar

danterdapat dalam setiap sektor ekonomi; menyerap banyak tenaga kerja dan

setiap investasi menciptakan lebih banyak kesempatan kerja; memiliki

kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan

jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga terjangkau.

2.2.3 Karakteristik UMKM

UMKM tidak saja berbeda dengan Usaha Besar (UB), tetapi didalam

kelompok UMKM itu sendiri terdapat perbedaan karakteristik antara Usaha

Mikro (UMi), Usaha Kecil (UK), dan Usaha Menengah (UM) dalam sejumlah

aspek yang mudah dilihat sehari-hari di Negara Sedang Berkembang, termasuk

Indonesia. Aspek-aspek tersebut termasuk orientasi pasar, profil dan pemilik

usaha, sifat dari kesempatan kerja di dalam perusahaan, sistem organisasi dan

manajemen yang diterapkan di dalam usaha, derajat mekanisme di dalam proses

produksi, sumber-sumber dari bahan baku dan modal, lokasi tempat usaha,

hubungan-hubungan eksternal, dan derajat keterlibatan perempuan sebagai

pengusaha.

Selain hal-hal tersebut, menurut laporan BPS tahun 2006 dalam Tambunan

(2012), terdapat perbedaan antara UMi, UK, dan UM dalam latar belakang atau

Universitas Sumatera Utara


19

motivasi pengusaha melakukan usaha. Perbedaan motivasin pengusaha

sebenarnya harus dilihat sebagai karakteristik paling penting untuk membedakan

antara UMKM dan UB, maupun antar sub-kategori di dalam kelompok UMKM

itu sendiri. Menurut laporan tersebut, sebagian pengusaha mikro di Indonesia

mamunyai latar belakang ekonomi, yakni ingin memperoleh perbaikan

penghasilan. Ini menunjukan bahwa pengusaha mikro berinisiatif mencari

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari.

Disamping itu, latar belakang menjadi pengusaha mikro karena faktor keturunan,

yaitu meneruskan usaha keluarga. Dalam hal ini, banyak faktor keluarga yang

masih dominan, yakni jika orang tuanya seorang nelayan maka anaknya pun akan

menjadi nelayan, dan seterusnya. Sedangkan alasan ideal pengusaha mikro adalah

merasa telah dibekali keahlian tertentu. Alasan lain menjadi pengusaha mikro

adalah tidak ada kesempatan untuk berkarir dibidang lain.

Selanjutnya, Tambunan (2012) menjelaskan, latar belakang pengusaha kecil

lebih beragam dari pada pengusaha mikro, walaupun latar belakang ekonomi juga

merupakan alasan utama, tetapi sebagian lain mempunyai latar belakang lebih

realistis dengan melihat prospek usaha kedepan dengan kendala modal terbatas.

Sebagian besar pengusaha kecil di Indonesia mempunyai alasan berusaha karena

adanya peluang bisnis dan pangsa pasar yang aman dan besar. Ada juga sejumlah

pengusaha kecil beralasan bahwa itu karena faktor keturunan/warisan, dibekali

keahlian dan membuka lapangan kerja baru bagi warga setempat. Meski masih

terdapat sejumlah pengusaha yang beralasan karena tidak ada kesempatan

dibidang lain dengan berbagai macam alasan, misalnya pendidikan formal yang

Universitas Sumatera Utara


20

rendah, atau kondisi fisik yang tidak memungkinkan. Hal ini menunjukan bahwa

pengusaha kecil mempunyai alasan yang lebih baik daripada UMi.

2.2.4. Tantangan dan Permasalahan UMKM

Sebagaimana diketahui dari berbagai studi, bahwa dalam mengembangkan

usahanya, UMKM menghadapi berbagai kendala baik yang bersifat internal

maupun eksternal, permasalahan-permasalahan tersebut antara lain: aksesbilitas,

manajemen, permodalan, teknologi, bahan baku, informasi dan pemasaran,

infrastruktur, birokrasi dan pungutan, kemitraan. Dari beragamnya permasalahan

yang dihadapi UMKM, nampaknya permodalan tetap menjadi salah satu

kebutuhan penting guna menjalankan usahanya, baik kebutuhan modal kerja

maupun investasi (Sri dalam Afifah 2012).

Menurut Dwiwinarno dalam Haryadi (2010), ada beberapa faktor

penghambat berkembangnya UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) antara

lain kurangnya modal dan kemampuan manajerial yang rendah. Meskipun

permintaan atas usaha mereka meningkat karena terkendala dana maka sering kali

tidak bisa untuk memenuhi permintaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan

kemampuan untuk mendapatkan informasi tentang tata cara mendapatkan dana

dan keterbasan kemampuan dalam membuat usulan untuk mendapatkan dana.

Kebanyakan UMKM dalam menjalankan usaha tanpa adanya perencanaan,

pengendalian maupun juga evalusi kegiatan usaha. Menurut Andang dalam Afifah

(2012), permasalahan UMKM dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Permasalahan yang bersifat klasik dan mendasar pada UMKM

(basicproblems), antara lain berupa permasalahan modal, bentuk badan

Universitas Sumatera Utara


21

hukumyang umumnya non formal, sumber daya manusia (SDM),

pengembangan produk dan akses pemasaran;

2. Permasalahan lanjutan (advanced problems), antara lain pengenalan dan

penetrasi pasar ekspor yang belum optimal, kurangnya pemahaman terhadap

desain produk yang sesuai dengan karakter pasar, permasalahan hukum yang

menyangkut hak paten, prosedur kontrak penjualan serta peraturan yang

berlaku di negara tujuan ekspor;

3. Permasalahan antara (intermediate problems), yaitu permasalahan dari instansi

terkait untuk menyelesaikan masalah dasar agar mampu menghadapi

persoalan lanjutan secara lebih baik. Permasalahan tersebut antara lain dalam

hal manajemen keuangan, agunan dan keterbatasan dalam kewirausahaan.

Dengan pemahaman atas permasalahan di atas, akan dapat ditengarai

berbagai problem dalam UMKM dalam tingkatan yang berbeda, sehingga solusi

dan penanganannyapun seharusnya berbeda pula. Menurut I Gusti dalam Afifah

(2012) tantangan yang dihadapi UMKM dan Koperasi, antara lain :

1. Teknologi. Penelusuran studi mengatakan bahwa komoditi yang dihasilkan

pengusaha mikro, kecil dan menengah & koperasi masih mempergunakan

teknologi relatif rendah. Sementara negara maju lainnya pengembangannya

berorientasi kepada teknologi maju. Berangkat darisituasi tersebut daya saing

produknya didaerah relatif kalah bersaing dibanding produk-produk dari

negara-negara yang sudah berorientasi pada teknologi maju. Kendala

penggunaan teknologi terbesar adalah biayanya yang cukup besar (mahal).

Sering terjadi peluang pasar meningkat tetapi tak mampu memanfaatkannya

Universitas Sumatera Utara


22

karena tidak tersedianya teknologi yang memungkinkan peningkatan

produktivitas.

2. Sumber Daya Manusia (SDM). Selama ini sebagian besar tenaga kerja yang

bergerak dalam usaha mikro, kecil dan menengah & koperasi bukan

merupakan tenaga kerja yang profesional, yang mampu mengelola usaha

dengan baik.

3. Manajemen. Manajemen Pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah & Koperasi

merupakan salah satu faktor daya saing yang sangat penting. Banyak

perusahaan yang punya teknologi, sumber daya manusia dengan skill yang

memadai dan modal yang cukup, namun kinerja masih belum memenuhi

harapan.

4. Permodalan. Perkembangan permodalan para pengusaha mikro, kecil dan

menengah hingga kini masih relatif lambat, dan karenanya masih sering

memerlukan bantuan baik dari pemerintah maupun dari pengusaha besar.

Modal adalah bagian yang tak terpisahkan dalam usaha pengembangan suatu

bisnis, karena itu akses modal baik yang berwujud kredit, barang produksi

merupakan sarana yang sangat diperlukan dalam meningkatkan daya saing

pengusaha mikro, kecil dan menengah dan koperasi. Kalangan perbankan

masih sering menilai para pengusaha mikro, kecil dan menengah & koperasi

belum Bankable.

5. Organisasi dan Kelembagaan. Masih banyak terjadi bahwa perusahaan-

perusahaan yang termasuk UMKM & Koperasi belum menunjukkan kejelasan

prinsip-prinsip organisasi seperti kejelasan tujuan, kejelasan misi, kejelasan

aktivitas, kejelasan rentang kendali. Adalah kenyataan pada umumnya para

Universitas Sumatera Utara


23

Pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah & Koperasi sering menggunakan tipe

organisasi yang sangat sederhana yang akibatnya berpengaruh terhadap

perkembangan dan peningkatan daya saing.

Hasil studi Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

menunjukkan bahwa usaha mikro memiliki permasalahan yang dapat

diidentifikasikan sebagai berikut (Joko dan Sri, 2006):

1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung mengikuti kaidah

administrasi standar, sehingga datanya tidak up to date. Hal tersebut

mengakibatkan sulitnya menilai kinerja usaha mikro.

2. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat ketat

3. Modal terbatas

4. Pengalaman manajerial perusahaan terbatas.

5. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan penekanan

biaya untuk mencapai efesiensi yang tinggi.

6. Kemampuan pemasaran, negosiasi dan diversifikasi pasar yang terbatas.

7. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal yang rendah,

karena keterbatasan sistem administrasi.

Menurut Tulus (2002), beberapa permasalahan yang sering dihadapi

UMKM, khususnya industri kecil (IK) dan industri rumah tangga (IRT) antara

lain:

1. Kesulitan pemasaran. Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala

yang kritis bagi perkembangan UMKM. Salah satu aspek yang terkait dengan

masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar domestik

dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun di pasar ekspor.

Universitas Sumatera Utara


24

2. Keterbatasan financial. UMKM, khususnya di Indonesia menghadapi dua

masalah utama dalam aspek finansial: mobilisasi modal awal (start-up

capital) dan akseske modal kerja dan finansial jangka panjang untuk investasi

yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun

pada umumnya modal awal bersumber dari modal (tabungan) sendiri

atausumber-sumber informal, namun sumber-sumber permodalan ini sering

tidak cukup untuk kegiatan produksi.

3. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM). Keterbatasan SDM juga

merupakan salah satu kendala serius bagi banyak usaha mikro dan kecil di

Indonesia, terutama dalam aspek-aspek enterpreunership, manajemen, teknik

produksi, pengembangan produk, engineering design, quality control,

organisasi bisnis, akuntansi, dataprocessing, teknik pemasaran, dan penelitian

pasar.

4. Masalah bahan baku. Keterbatasan bahan baku (dan input-input lainnya) juga

sering menjadi salah satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau

kelangsungan produksi bagi banyak usaha mikro dan kecil di Indonesia. Hal

ini dikarenakan jumlah ketersediaan bahan baku yang terbatas serta harga

bahan baku yang tinggi.

5. Keterbatasan teknologi. Keterbatasan teknologi khususnya usaha-usaha

rumah tangga (mikro), disebabkan oleh banyak faktor di antaranya,

keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru atau untuk

menyempurnakan proses produksi, keterbatasan informasi mengenai

perkembangan teknologi atau mesin-mesin dan alat-alat produksi baru, dan

keterbatasan SDM yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru atau

Universitas Sumatera Utara


25

melakukan inovasi-inovasi dalam produk maupun proses produksi. Dalam

hasil survei BPS terhadap IK dan IRT menunjukkan bahwa masalah yang

paling sering disebut adalah keterbatasan modal dan kesulitan dalam

pemasaran. Sedangkan keterbatasan SDM dan teknologi modern ternyata

bukan merupakan masalah yang serius bagi banyak pengusaha di IK dan IRT.

2.3. Pengembangan Wilayah

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah,

meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. Konsep pengembangan wilayah di

Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang menggabungkan dasar-dasar

pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk

penerapannya yang bersifat dinamis (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010). Di dalam

sebuah wilayah terdapat berbagai unsur pembangunan yang dapat digerakkan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Unsur dimaksud seperti sumber

daya alam (natural resources), sumber daya manusia (human resources),

infrastruktur (infrastructure), teknologi (technology) dan budaya (culture)

(Miraza, 2005).

Pengembangan wilayah yaitu setiap tindakan pemerintah yang akan

dilakukan bersama-sama dengan para pelakunya dengan maksud untuk mencapai

suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan

administratif di mana wilayah itu menjadi bagiannya, dalam hal ini Negara

Kesatuan Republik Indonesia (Mulyanto, 2008). Menurut Sirojuzilam (2005)

pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat

wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak

penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata banyak

Universitas Sumatera Utara


26

sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha

masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun

kualitasnya.

Beragam paradigma teori pengembangan wilayah di atas, bukan saling

bertentangan, namun dalam penggunaannya dapat bersinergi. Hal ini sejalan

dengan prinsip dasar yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang Nasional (UUPR), yang mengandung muatan

proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, serta pengendaliannya.

Konsep dasar penataan ruang wilayah dan kota dengan pendekatan pengembangan

wilayah pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

menjamin lingkungan hidup yang berkelanjutan dengan memperhatikan

comparative advantage di suatu wilayah, serta mengeleminir kesenjangan

pembangunan dengan mengurangi kawasan-kawasan yang miskin, kumuh dan

tertinggal.

Pembangunan wilayah bertujuan untuk mencapai pertumbuhan pendapatan

perkapita yang cepat, menyediakan dan memperluas kesempatan kerja,

memeratakan pendapatan, memperkecil disparitas kemakmuran antar

daerah/regional serta mendorong transformasi perekonomian yang seimbang

antara sektor pertanian dan industri melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang

tersedia tapi dengan tetap memperhatikan aspek kelestariannya (sustainable)

(Todaro 2000).

Pada hakekatnya pembangunan wilayah bertujuan untuk menciptakan

berbagai alternatif yang lebih baik bagi setiap anggota masyarakatnya guna

mencapai cita-citanya. Penciptaan berbagai alternatif tersebut dicirikan oleh

Universitas Sumatera Utara


27

adanya proses transformasi ekonomi dan struktural melalui peningkatan kapasitas

produksi dan produkstivitas rata-rata tenaga kerja, peningkatan pendapatan,

penurunan disparitas pendapatan, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar

golongan masyarakat ke arah yang lebih adil, serta transformasi kultural dan tata

nilai. Perubahan yang terjadi diharapkan lebih mengarah kepada perbaikan mutu

hidup dan kehidupan masyarakat (Nasoetion, 1999).

Tingkat hidup/kesejahteraan dicerminkan oleh semakin banyak tersedianya

kebutuhan fisik dibarengi dengan perbaikan mutu kehidupan yang meliputi mutu

lingkungan fisik, pola konsumsi, rasa aman, tersedianya alternatif jenis pekerjaan

yang dapat dimasuki. Dengan demikian upaya peningkatan kesejahteraan

masyarakat akan dapat tercapai dan semakin terbukanya kesempatan bagi

masyarakat untuk melakukan pengembangan diri.

2.4. Tenaga Kerja

2.4.1. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah modal bagi bergeraknya roda pembangunan. Jumlah

dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan

berlangsungnya proses demografi. Dalam kegiatan proses produksi, tenaga kerja

merupakan faktor yang terpenting, karena manusia yang menggerakan semua

sarana produksi seperti bahan mentah, tanah , air dan sebagainya.

Meningkatnya jumlah penduduk tidak hanya mengakibatkan meningkatnya

kebutuhan akan pangan, sandang, perumahan tapi juga perlunya perluasan

kesempatan kerja. Penduduk sebagai sumber dari persediaan tenaga kerja akan

menimbulkan suatu dilema bila jumlahnya tidak seimbang dengan kemampuan

sektor ekonomi. Dilema yang terjadi adalah banyaknya pengangguran maupun

Universitas Sumatera Utara


28

setengah pengangguran dan paling tidak akan banyak terjadi ketidaksesuaian

antara pendidikan dengan pekerjaan yang ditangani.

Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal

1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan UU No. 25 tahun 2007 tentang

ketenagakerjaan, ketetapan batas usia kerja penduduk Indonesia adalah 15 tahun.

Simanjuntak (2001) menjelaskan bahwa tenaga kerja adalah penduduk yang

sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan melakukan

kegiatan lain seperti bersekolah atau mengurus rumah tangga, dengan batasan

umur 15 tahun. Sitanggang dan Nachrowi (2004) menyatakan bahwa tenaga kerja

adalah sebagian dari keseluruhan penduduk yang secara potensial dapat

menghasilkan barang dan jasa. Sehingga dari pernyataan tersebut dapat

disimpulkan bahwa tenaga kerja adalah sebagian penduduk yang dapat

menghasilkan barang dan jasa bila terdapat permintaan terhadap barang dan jasa.

2.4.2. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja mengandung pengertian bahwa besarnya kesediaan usaha

produksi untuk mempekerjakan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses

produksi, yang dapat berarti lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia

untuk bekerja yang ada dari suatu saat dari kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja

dapat tercipta apabila terjadi permintaan tenaga kerja di pasar kerja, sehingga

dengan kata lain kesempatan kerja juga menujukkan permintaan terhadap tenaga

kerja (Sudarsono, 1998). Perluasan kesempatan kerja merupakan suatu usaha

untuk mengembangkan sektor-sektor penampungan kesempatan kerja dengan

Universitas Sumatera Utara


29

produktivitas rendah. Usaha perluasan kesempatan kerja tidak terlepas dari faktor-

faktor seperti, pertumbuhan jumlah penduduk dan angkatan kerja, pertumbuhan

ekonomi, tingkat produktiuvitas tenaga kerja, atau kebijaksanaan mengenai

perluasan kesempatan kerja itu sendiri.

2.4.3. Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja menjelaskan tentang hubungan kuantitas tenaga

kerja yang dikehendaki dengan tingkat upah. Permintaan pengusaha atas jumlah

tenaga kerja yang diminta karena orang tersebut dapat meningkatkan jumlah

barang atau jasa yang diproduksi dan kemudian dijual kepada konsumen. Adanya

pertambahan permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja bergantung kepada

pertambahan permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang diproduksi

(Simanjuntak, 2001).

Menurut Kuncoro (2002), penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya

lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin dari banyaknya jumlah penduduk

bekerja. Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor

perekonomian. Terserapnya penduduk bekerja disebabkan oleh adanya

permintaan akan tenaga kerja. Oleh karena itu, penyerapan tenaga kerja dapat

dikatakan sebagai permintaan tenaga kerja.

Penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal

dan faktor internal. Faktor eksternal tersebut antara lain tingkat pertumbuhan

ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga. Sedangkan faktor

internal yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja meliputi tingkat upah,

produktivitas tenaga kerja, modal, serta pengeluaran tenaga kerja non upah.

Universitas Sumatera Utara


30

2.5. Kerangka Pemikiran

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha

yang mampu memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan ekonomi secara

luas kepada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan

pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam

mewujudkan stabilitas nasional. Pemberdayaan UMKM di Kecamatan Medan

Johor akan berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan pengembangan wilayah

melalui pengembangan ekonomi lokal. Dalam meningkatkan pendapatan pelaku

UMKM dipengaruhi oleh modal, jumlah tenaga kerja, tempat usaha, pendidikan

formal, pendidikan informal dan legalitas badan usaha Adapun kerangka

pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 2.1.

UMKM

Penyerapan Tenaga Kerja Peningkatan Pendapatan

Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Pendapatan UMKM

Modal
Jumlah Tenaga Kerja
Tempat Usaha
Pendidikan Formal
Pendidikan Informal
Legalitas Badan Usaha

Pengembangan Wilayah
Kecamatan Medan Johor
Kota Medan
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Universitas Sumatera Utara


31

2.6. Hipotesis Penelitian

Faktor modal, jumlah tenaga kerja, tempat usaha, pendidikan formal,

pendidikan informal dan legalitas badan usaha berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pendapatan UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menurut jenis data dan analisisnya dapat dikelompokkan

menjadi dua hal utama yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah

data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar. Data kuantitatif adalah data

berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (scoring). Jenis penelitian

menurut tingkat ekplanasinya adalah kuantitatif/asosiatif/korelasional, yaitu

analisis datanya menggunakan statistik inferensial, dengan tujuan mengetahui

derajat hubungan dan bentuk pengaruh antara variabel bebas dengan variabel

terikat. karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar dua

variabel atau lebih (Rusiadi, dkk, 2014).

3.2. Lolaksi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Johor Kota Medan dengan objek

penelitian Analisis Kontribusi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terhadap

Pengembangan Wilayah. Pemilihan lokasi dilakukan di seluruh wilayah kelurahan

Kecamatan Medan Johor.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi :

1. Data primer, yang diperoleh melalui serangkaian pertanyaan yang diajukan

kepada responden baik yang berbentuk kuisioner maupun wawancara.

2. Data sekunder, diperoleh dari instansi terkait seperti BPS, Bappeda dan Dinas

Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Medan, dan

32
Universitas Sumatera Utara
33

data yang bersumber dari instansi terkait yang mendukung dalam penelitian

ini.

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelaku Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) Kecamatan Medan Johor yang berjumlah 452 unit usaha

(BPS Kota Medan dan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan, 2015).

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara probability sampling yaitu teknik

pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi setiap unsur (anggota)

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sangadji dan Sopiah, 2010).

Selanjutnya dengan menggunakan rumus Slovin maka diperoleh jumlah sampel

sebanyak 81,88 orang dan dibulatkan menjadi 82 orang sampel responden.

Perinciannya adalah sebagai berikut :

N 452
n = = = 452/5,52 = 81,88
1+ Nd² 1 + (452 x 0,01)

Keterangan :

n = Sampel

N = Populasi

d = Presesi (10%) = 0,1

Tabel 3.1. Populasi dan Sampel Pelaku UMKM per Kelurahan


No Kelurahan Jumlah (Orang) Sampel (Orang)
1 Kwala Bekala 70 70/452 x 82 = 13
2 Gedung Johor 65 65/452 x 82 = 12
3 Kedai Durian 104 104/452 x 82 = 19
4 Suka Maju 67 67/452 x 82 = 12
5 Titi Kuning 80 80/452 x 82 = 14
6 Pangkalan Masyhur 66 66/452 x 82 = 12
Jumlah 452 82
Sumber : BPS Kota Medan (2015)

Universitas Sumatera Utara


34

Sampel responden diambil secara proporsional pada masing-masing

kelurahan.

3.5. Metode Pengumpulan Data

3.5.1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data primer, dilakukan dengan teknik kuisioner. Kuisioner

disusun, dibuat dan digandakan sebanyak jumlah responden, untuk kemudian

disebarkan dengan cara mendatangi langsung pelaku UMKM di Kecamatan

Medan Johor Kota Medan yang dipilih sebagai sampel sesuai dengan syarat

dan ketentuan di atas. Tujuan penyebaran kuisioner ini adalah untuk menggali

data tentang profil responden, pendapatan yang diperoleh, modal usaha,

jumlah tenaga kerja, tempat usaha, pendidikan formal, pendidikan informal,

dan legalitas badan usaha. Sedangkan wawancara dilakukan terhadap

informan penelitian yang dianggap mengetahui dan memiliki informasi yang

dibutuhkan untuk mendukung data penelitian ini.

2. Pengumpulan data sekunder, dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan dan

dokumentasi dari berbagai instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS),

Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan, Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (Bappeda) Kota Medan, Kantor Camat Medan Johor, serta

perpustakaan mengenai hasil-hasil penelitian terdahulu serta literatur yang

mendukung studi ini.

Universitas Sumatera Utara


35

3.5.2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipakai pada penelitian ini adalah :

1. Pedoman wawancara dilakukan dengan bertemu langsung masyarakat

responden untuk menggali informasi secara mendalam melalui pokok-pokok

pertanyaan yang dijadikan pegangan peneliti.

2. Kuesioner dilakukan dengan bertemu langsung masyarakat responden

dengan cara memberikan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan untuk

dijawab pelaku UMKM yang sudah disediakan alternatif jawabannya.

3.5.3. Skala

Skoring dilakukan terhadap jawaban dari responden terhadap item

pertanyaan dalam kuesioner (angket). Dalam pemberian bobot dan scoring

digunakan skala Likert yaitu skala untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang terhadap fenomena sosial, dimana fenomena

sosial tersebut telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya

disebut variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi indikator variabel. (Sugiyono, 2003).

Analisis skoring digunakan untuk memberikan penilaian terhadap indikator-

indikator setiap variabel sehingga dapat diketahui bobot masing-masing parameter

yang telah ditentukan sebelumnya. Skala penilaian untuk masing-masing

parameter tersebut digunakan untuk mempermudah pelaksanaan penilaian.

Masing-masing parameter dalam penilaian ini mempunyai ukuran yang sama,

dengan demikian penilaiannya dapat dilakukan dengan menjumlahkan angka dari

masing-masing parameter tersebut, cara ini disebut dengan judgment of similarity.

Ukuran masing-masing parameter tersebut dinyatakan dalam obyek psikologi

Universitas Sumatera Utara


36

yang bentuknya dapat berupa segala sesuatu yang berkaitan dengan rasa yang

menghasilkan pengaruh kognitif misalnya kesediaan seseorang maupun penolakan

terhadap sesuatu hal.

Jawaban yang diberikan responden terhadap kuesioner yang diberikan untuk

keperluan analisis diberi bobot nilai tertentu yaitu:

1. Untuk alternatif jawaban positif (a) diberi nilai atau skor 5, yang berarti

sangat setuju dan nilai 1 jika jawaban negatif.

2. Untuk alternatif jawaban positif (b) diberi nilai atau skor 4, yang berarti

setuju dan nilai 2 jika jawaban negatif.

3. Untuk alternatif jawaban positif dan negatif (c) diberi nilai atau skor 3, yang

berarti cukup setuju.

4. Untuk alternatif jawaban positif (d) diberi nilai atau skor 2, yang berarti

tidak setuju dan nilai 4 jika jawaban negatif.

5. Untuk alternatif jawaban positif (e) diberi nilai atau skor 1, yang berarti

sangat tidak setuju dan nilai 5 jika jawaban negatif.

3.6. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab perumusan masalah pertama peran UMKM di Kecamatan

Medan Johor Kota Medan dalam menyerap tenaga kerja menggunakan analisis

deskriptif kuantitatif, yaitu dilakukan dengan cara menganalisis data dari jawaban

responden pelaku usaha mengenai jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam usaha

yang dikelola pelaku UMKM di Kecamatan Medan Johor. Selain itu data

penyerapan tenaga kerja pada pelaku UMKM diperoleh dari Dinas Koperasi dan

UMKM Kota Medan dan BPS Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


37

Untuk menguji perumusan masalah kedua dan hipotesis penelitian yang

faktor modal, jumlah tenaga kerja, tempat usaha, pendidikan formal, pendidikan

informal, dan legalitas badan usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pendapatan pelaku UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan

menggunakan analisis regresi berganda dengan rumus :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + µ

Dimana :

Y = Pendapatan UMKM (rupiah/bulan)

X1 = Modal (rupiah/bulan)

X2 = Jumlah tenaga kerja (orang)

X3 = Tenpat usaha (dummy : 1 = legal dan 0 = tidak legal)

X4 = Pendidikan formal (tahun)

X5 = Pendidikan informal (dummy : 1 = ada dan 0 = tidak ada)

X6 = Legalitas badan usaha (dummy : 1 = ada izin dan 0 = tidak ada)

Β0 = Konstanta

µ = Error term

β1…β8 = Koefisien regresi

Untuk menjawab perumusan masalah ketiga kontribusi UMKM terhadap

pengembangan ekonomi wilayah Kota Medan menggunakan analisis deskriptif,

yaitu dilakukan dengan menjelaskan kontribusi UMKM terhadap pengembangan

ekonomi wilayah Kota Medan.

3.6.1. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier,

yang secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah

Universitas Sumatera Utara


38

ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan

yang terbentuk. Untuk itu perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik yang

terdiri dari :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas untuk mengetahui normal tidaknya distribusi faktor gangguan

(residual) . Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis

grafik adalah dengan grafik histogram dan melihat normal probability plot

yaitu dengan membandingkan distribusi kumulatif dengan distribusi normal.

Sedangkan uji statistik dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness

dari residual.

2. Uji Multikolinieritas

Interpretasi dari persamaan regresi linier secara implisit bergantung pada

asumsi bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling

berkorelasi. Jika dalam sebuah persamaan terdapat multikolinieritas, maka

akan menimbulkan beberapa akibat, untuk itu perlu dideteksi

multikolinieritas dengan besaran-besaran regresi yang didapat, yakni :

a. Variasi besar (dari taksiran OLS.

b. Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar maka standar error besar,

sehingga interval kepercayaan lebar)

c. Uji-t tidak signifikan. Suatu variabel bebas yang signifikan baik secara

subtansi maupun secara statistik jika dibuat regresi sederhana, bisa tidak

signifikan karena variasi besar akibat kolinieritas. Bila standar error

terlalu besar, maka besar pula kemungkinan taksiran koefisien regresi

tidak signifikan

Universitas Sumatera Utara


39

d. R2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari uji-t.

e. Terkadang nilai taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai nilai

yang tidak sesuai dengan substansi, sehingga tidak menyesatkan

interpretasi.

3. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak

terjadi heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dilakukan dengan melihat

ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan

ZPRED. Dasar analisisnya dapat dilihat :

a) Jika titik-titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang,

melebar kemudian memyempit) maka mengidentifikasikan telah terjadi

heterokedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka nol pada sumbu y maka tidak terjadi heterokedastisitas.

3.6.2. Uji Kesesuaian

Suatu masalah yang erat hubungannya dengan penaksiran koefisien regresi

adalah kesesuaian (goodness of fit) regresi sample secara keseluruhan. Kebaikan

sesuai diukur dengan koefisien determinasi R2, yang mengatakan proporsi variasi

variabel tidak bebas yang dijelaskan oleh variabel yang menjelaskan. R 2 ini

mempunyai jangkauan antara 0 dan 1, semakin dekat ke 1 maka semakin baik

kesesuiannya.

Universitas Sumatera Utara


40

Pengujian satistik dilakukan dengan menggunakan uji-t (t-test) dan uji-F (F-

test) serta perhitungan nilai koefisien determinasi R2. Uji-t dimaksud untuk

mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial. Sedangkan uji-F

dimaksudkan untuk mengetahui signikasi statistik koefisien regresi secara

bersama. Koefisien determinasi R2 bertujuan untuk melihat kekuatan variabel

bebas menjelaskan variabel tidak bebas.

3.7. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Pelaku UMKM adalah anggota masyarakat Kecamatan Medan Johor yang

memiliki usaha mikro, kecil dan menengah.

2. Pendapatan adalah penghasilan kotor yang diterima responden setiap bulan

(rupiah)

3. Modal yang dimaksud adalah modal lancar, yakni total pembelian bahan-

bahan baku yang akan dipergunakan untuk kebutuhan produksi atau berjualan

setiap bulan (rupiah)

4. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat dipekerjakan pelaku

UMKM dalam mengelola usahanya (orang).

5. Tempat usaha adalah legalitas tempat usaha yang dikelola pelaku UMKM

(dummy : 1 = legal dan 0 = tidak legal).

6. Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan akhir yang diselesaikan pelaku

UMKM (SD =6 tahun; SMP = 9 tahun; SMA = 12 tahun dan S1 = 16 tahun)

7. Pendidikan informal adalah ada tidaknya pelatihan yang diikuti pelaku

UMKM (dummy : 1 = ada dan 0 = tidak ada)

8. Legalitas badan usaha adalah pelaku UMKM dalam mengelola usahanya

memiliki badan usaha (dummy : 1 = ada dan 0 = tidak ada).

Universitas Sumatera Utara


41

9. Pengembangan wilayah adalah terciptanya kesempatan kerja bagi anggota

masyarakat serta terjadinya peningkatan pendapatan para pelaku UMKM di

Kecamatan Medan Johor Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kota Medan

Secara internal ada 3 (tiga) aspek pokok yang mempengaruhi

penyelenggaraan pemerintahan daerah Kota Medan, yaitu (1) kondisi geografis,

(2) kondisi demografis, dan (3) kondisi sosial ekonomi daerah. Ketiga aspek

tersebut merupakan potensi yang dimiliki Pemerintah Kota Medan sehingga dapat

menjadi modal dasar pembangunan Kota Medan dan sekaligus dapat menjadi

tantangan bagi keberlangsungan pembangunan Kota Medan di masa mendatang.

4.1.1.1. Kondisi Geografis Kota Medan

Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan,

fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional

maupun nasional. Bahkan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan

sering digunakan sebagai barometer dan tolok ukur dalam pembangunan dan

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa

maka secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab

berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara sehingga relatif dekat

dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang, Kuala Lumpur

Malaysia dan Singapura.

Berdasarkan pertimbangan dinamika pembangunan kota, luas wilayah

administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perubahan. Pada tahun 1951,

42
Universitas Sumatera Utara
43

Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 Tanggal 29 September 1951

yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha yang meliputi 4 kecamatan

dengan 59 kelurahan.Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya

Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September

1951 agar daerah Kota Medan diperluas menjadi 3 (tiga) kali lipat.

Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973,

Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang

terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Kemudian, berdasarkan luas

administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri

Nomor 140/2271/PUOD tanggal 5 Mei 1986 ditetapkan pemekaran kelurahan

menjadi 144 kelurahan.

Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I

Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang

pendefinitipan 7 kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1992 tentang

Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan

dimekarkan kembali menjadi 21 kecamatan dengan 151 kelurahan dan 2.001

lingkungan.

Universitas Sumatera Utara


44

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kota Medan

Universitas Sumatera Utara


45

Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi 3°30’ - 3°43’ Lintang

Utara dan 98°35’ - 98°44’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km2.

Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan topografi

yang cenderung miring ke Utara dan menjadi tempat pertemuan 2 sungai penting,

yaitu sungai Babura dan sungai Deli.

Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut

dan secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang

4.1.1.2. Kondisi Demografis Kota Medan

Masyarakat Kota Medan merupakan masyarakat yang memiliki

kemajemukan meliputi unsur agama, suku, etnis budaya dan adat istiadat.

Kehidupan yang penuh kemajemukan tersebut dapat berjalan cukup baik dan

harmonis yang dilandasi rasa kebersamaan dan saling toleransi serta memiliki rasa

kekeluargaan yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa karakter masyarakat

Kota Medan memiliki sifat keterbukaan dan siap menerima perubahan konstruktif

dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


46

Tabel 4.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Medan Untuk Tahun 2015
Berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan Jumlah Penduduk Persentase (%)
1. Medan Tuntungan 85.613 3.87
2. Medan Johor 132.012 5.93
3. Medan Amplas 123.850 5.48
4. Medan Denai 146.061 6.69
5. Medan Area 98.992 4.56
6. Medan Kota 74.439 3.43
7. Medan Maimun 40.663 1.87
8. Medan Polonia 55.949 2.52
9. Medan Baru 40.540 1.87
10. Medan Selayang 106.150 4.73
11. Medan Sunggal 115.785 5.32
12. Medan Helvetia 150.721 6.81
13. Medan Petisah 63.374 2.92
14. Medan Barat 72.683 3.34
15. Medan Timur 114.720 5.13
16. Medan Perjuangan 95.882 4.41
17. Medan Tembung 137.178 6.31
18. Medan Deli 181.460 8.06
19. Medan Labuhan 117.472 5.31
20. Medan Marelan 162.267 6.94
21. Medan Belawan 98.113 4.51
Jumlah 2.210.624 100
Sumber : BPS Kota Medan, 2016

Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan selama periode tahun 2011-

2015 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Tahun
2011-2015
Indikator Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah
Penduduk 2.117.224 2.122.804 2.135.516 2.191.140 2.210.624
(orang)
Laju
Pertumbuhan - 0.26 0.60 2.60 0.89
Penduduk (%)
Sumber : BPS Kota Medan, 2016

Berdasarkan data BPS Kota Medan diketahui ada peningkatan jumlah

penduduk Kota Medan dari tahun 2011-2015. Jumlah penduduk Kota Medan

2.117.224 jiwa pada tahun 2011 menjadi 2.212.804 jiwa pada tahun 2012 dengan

Universitas Sumatera Utara


47

laju pertumbuhan sebesar 0,26%. Pada tahun 2013 penduduk Kota Medan

berjumlah 2.135.516 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,69% dari

jumlah penduduk tahun 2012. Jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2014

meningkat menjadi 2.191.140 jiwa dengan laju pertumbuhan 2,60%. Pada tahun

2015 jumlah penduduk Kota Medan 2.210.624 jiwa atau tumbuh sebesar 0,89%

dari tahun sebelumnya. Dilihat dari laju pertumbuhannya, penduduk Kota Medan

mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor

alami, seperti tingkat kelahiran, kematian dan arus urbanisasi.

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Kota Medan dari tahun ke

tahun maka rasio kepadatan penduduk Kota Medan juga mengalami peningkatan

dikarenakan luas wilayah Kota Medan yang tidak mengalami perubahan (tetap).

Tabel 4.3. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2011-2015
Indikator Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah
Penduduk 2.117.224 2.122.804 2.135.516 2.191.140 2.210.624
(orang)
Luas Wilayah
265.1 265.1 265.1 265.1 265.1
(km2)
Kepadatan
7987 8008 8056 8265 8339
Penduduk
Sumber : BPS Kota Medan, 2016

Rasio kepadatan penduduk Kota Medan mengalami peningkatan dari 7.987

jiwa/Km2 pada tahun 2011 menjadi 8.008 jiwa/Km2 pada tahun 2012. Pada tahun

2013 kepadatan penduduk Kota Medan meningkat menjadi 8.056 jiwa/Km2. Pada

tahun 2014 kepadatan penduduk kembali meningkat menjadi 8.265 jiwa/Km2 dan

pada tahun 2015 meningkat kembali menjadi 8.339 jiwa/Km2. Dilihat dari rasio

kepadatan penduduk tersebut maka kepadatan penduduk Kota Medan relatif

termasuk tinggi sehingga untuk masa mendatang menjadi salah satu tantangan

demografi yang harus diantisipasi. Oleh karena itu, kecenderungan semakin

Universitas Sumatera Utara


48

menyempitnya luas lahan berpeluang terjadinya ketidakseimbangan antara daya

dukung dan daya tampung lingkungan yang ada.

4.1.1.3. Kondisi Perekonomian Kota Medan

Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan gambaran dari aktifitas

perekonomian masyarakat di suatu daerah, disamping juga dapat digunakan

sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan dari pelaksanaan pembangunan itu

sendiri. Berdasarkan indikator PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000,

pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama periode 2013 – 2015 menunjukkan

perlambatan yang berarti. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 2013

sebesar 5,36%. Pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Kota Medan meningkat

menjadi sebesar 6,08%, pada tahun 2015 menurun menjadi 5,74 %. Selanjutnya

apabila dianalisis secara sektoral, perlambatan ekonomi Kota Medan dapat dilihat

pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Medan Tahun 2013 – 2015
No Lapangan Usaha Pertumbuhan (%)
2013 2014 2015
1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.09 6.39 5.01
2. Pertambangan dan Penggalian -3.00 -5.01 -4.40
3. Industri Pengolahan 1.93 2.72 1.37
4. Pengadaan Listrik dan Gas -16.73 -0.42 -7.13
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 3.86 6.67 8.01
6. Konstruksi 8.43 8.95 8.09
7. Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda
Motor 8.64 9.14 5.53
8. Transportasi dan Pergudangan -11.76 -11.99 2.68
9. Penyediaan Akomodasi dan makan Minum 6.55 9.63 8.36
10. Informasi dan Komunikasi 9.93 9.55 9.51
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 6.98 4.78 5.57
12. Real Estate 8.04 8.70 7.51
13. Jasa Perusahaan 6.78 6.66 4.94
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 7.29 7.60 2.83
15. Jasa Pendidikan 8.30 8.16 8.54
16. Jasa Kesehatan 9.87 11.81 9.95
17. Jasa Lainnya 8.25 8.05 6.97
PDRB 5.36 6.08 5.74
Sumber : BPS Kota Medan, 2016

Universitas Sumatera Utara


49

Pada tahun 2015 lapangan usaha yang mengalami penurunan dari tahun

2013 terjadi pada sektor lapangan usaha pertambangan dan penggalain, industri

pengolahan, konstruksi, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda

motor, informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, real estate, jasa

perusahaan, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, dan

jasa-jasa lainnya. Sementara itu, lapangan usahayang tumbuh secara signifikan

yaitu pertanian, pengadaan listrik dan gas, pengadaan air, pengelolaan sampah,

limbah dan daur ulang, transportasi dan perdagangan, penyediaan akomodasi dan

makan minum, jasa pendidikan, dan jasa kesehatan.

Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya kemampuan

masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan

menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan memproduksi

barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi. Untuk mengetahui struktur

perekonomian Kota Medan dapat dilihat dari kontribusi setiap sektor dalam

pembentukan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku.

Berdasarkan Tabel 4.5. menunjukkan bahwa struktur ekonomi Kota Medan

relatif tidak mengalami pergeseran selama periode 2013 – 2015. Untuk sektor

perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor merupakan sektor

yang paling besar peranannya terhadap pembentukan PDRB Kota Medan dan

diikuti sektor konstruksi dan industri pengolahan. Sedangkan sektor ekonomi

yang berkontribusi rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian, diikuti

sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah,

limbah dan daur ulang.

Universitas Sumatera Utara


50

Tabel 4.5. Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2013 – 2015


No Lapangan Usaha Kontribusi (%)
2013 2014 2015
Primer 1.2 1.19 1,19
1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.2 1.19 1.19
2. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0
Sekunder 34.42 34.66 34.40
3. Industri Pengolahan 16.47 16.17 15.54
4. Pengadaan Listrik dan Gas 0.13 0.11 0.09
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.17 0.18 0.18
6. Konstruksi 17.65 18.2 18.59
Tersier 64.38 64.15 64.41
7. Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda Motor 23.83 24.67 24.77
8. Transportasi dan Pergudangan 7.99 6.56 6.38
9. Penyediaan Akomodasi dan makan Minum 2.75 2.95 3.07
10. Informasi dan Komunikasi 5.15 4.94 4.88
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 7.47 7.35 7.27
12. Real Estate 7.83 8.06 8.29
13. Jasa Perusahaan 2.41 2.45 2.46
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
1.89 1.91 1.93
Wajib
15. Jasa Pendidikan 2.71 2.76 2.73
16. Jasa Kesehatan 1.31 1.42 1.53
17. Jasa Lainnya 1.04 1.08 1.1
PDRB 100 100 100
Sumber : BPS Kota Medan, 2016

Apabila dianalisis lebih jauh, struktur perekonomian Kota Medan

menunjukkan bahwa kontribusi sektor primer cenderung semakin menurun selama

periode 2013 – 2015, yakni dari 1,2 % pada tahun 2013 menjadi 1,19% di tahun

2015 atau turun sebesar 0,01%. Begitupun kontribusi sektor sekunder yang

mengalami penurunan sebesar 0,02% dari 34,42% pada tahun 2013 menjadi

34.40% di tahun 2015. Namun untuk kontribusi sektor tersier menunjukkan

kecenderungan yang meningkat selama periode tersebut yakni dari 64,38% pada

tahun 2013 menjadi 64,41% pada tahun 2015 atau mengalami peningkatan sebesar

0,03%.

Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa struktur atau pola

perekonomian Kota Medan telah bergeser dari sektor pertanian (agraris) ke sektor

sekunder atau sektor jasa yang merupakan ciri spesifik dari daerah perkotaan. Hal

Universitas Sumatera Utara


51

ini sejalan dengan fenomena di daerah perkotaan dimana mata pencaharian

penduduk mengarah kepada sektor-sektor non agraris. Gejala ini bisa dipahami

karena beberapa faktor yang menyebabkan antara lain luas lahan pertanian di

daerah perkotaan sangat sempit sehingga daya serap tenaga kerja sektor pertanian

semakin sedikit dan tidak memungkinkan bagi penduduk untuk memiliki lahan

pertanian yang cukup luas serta lahan diperkotaan merupakan barang berharga

dan bernilai sangat tinggi sehingga dari segi ekonomis dimungkinkan untuk

kegiatan sektor lainnya, seperti kawasan industri, pertokoan ataupun permukiman.

4.1.2. Keadaan Geografis Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan

dengan luas wilayah 16,96 Km2 dengan rasio luas wilayah adalah 11,57%

terhadap luas wilayah Kota Medan. Kecamatan Medan Johor berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Polonia

Sebelah Selatan : Kabupaten Deli serdang

Sebelah Barat : Kecamatan Medan Tuntungan

Sebelah Timur : Kecamatan Medan Amplas

Secara geografis wilayah Kecamatan Medan Johor terletak antara 03o 53’

Lintang Utara dan 98o 67’ Bujur Timur. Daerah ini terletak pada ketinggian 3 m di

atas permukaan laut, dengan keadaan iklim dipengaruhi oleh angin laut dengan

kelembaban dan curah hujan yang relatif tinggi. Suhu rata-rata 21o C – 32o C.

Universitas Sumatera Utara


52

Gambar 4.2. Peta Administrasi Kecamatan Medan Johor

Wilayah pemerintahan Kecamatan Medan Johor meliputi 6 kelurahan

dengan luas wilayah setiap Kelurahan di Kecamatan Medan Johor dapat dilihat

pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Luas Wilayah Kecamatan Medan Johor dirinci Berdasarkan


Kelurahan Tahun 2015
No. Kelurahan Luas (Km2) %
1. Kwala Bekala 5,50 32,43
2. Gedung Johor 3,15 18,57
3. Kedai Durian 0,98 5,79
4. Suka Maju 1,52 8,96
5. Titi Kuning 1,81 10,67
6. Pangkalan Masyhur 4,00 23,58
Medan Johor 16,96 100
Sumber : Kecamatan Medan Johor Dalam Angka, Tahun 2016

Universitas Sumatera Utara


53

Pada Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa Kelurahan Kwala Bekala

memiliki luas wilayah terbesar di Kecamatan Medan Johor yaitu 5,50 Km2

(32,43%). Kemudian diikuti dengan Kelurahan Pangkalan Masyhur seluas 4,00

Km2 (23,58 %), Kelurahan Gedung Johor seluas 3,15 Km2 (18,57 %), Kelurahan

Titi Kuning seluas 1,81 Km2 (10,67 %), Kelurahan Suka Maju seluas 1,52 Km2

(8,96%), dan Kelurahan Kedai Durian seluas 0,98 Km2 (5,79%).

Jumlah penduduk Kecamatan Medan Johor hingga akhir tahun 2015

berjumlah 130.414 jiwa yang dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per


Km2 dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Johor
Tahun 2015
No. Kelurahan Jumlah Luas Wilayah Kepadatan
Penduduk (Km2) Penduduk per
(Jiwa) Km2
1. Kwala Bekala 34.210 5,50 6.220
2. Gedung Johor 24.211 3,15 7.689
3. Kedai Durian 6.989 0,98 6.132
4. Suka Maju 10.160 1,52 6.684
5. Titi Kuning 22.017 1,81 12.164
6. Pangkalan Masyhur 32.817 4,00 8.204
Medan Johor 130.414 16,96 7.690
Sumber : Kecamatan Medan Johor Dalam Angka, Tahun 2016

Pada Tabel 4.7. di atas dapat dilihat bahwa Kelurahan Titi Kuning

memiliki kepadatan penduduk yang paling tinggi yaitu 12.164 jiwa/Km2, diikuti

dengan Kelurahan Pangkalan Masyhur dengan kepadatan penduduk 8,204

jiwa/Km2, Kelurahan Gedung Johor dengan kepadatan penduduk 7.689 jiwa/Km2,

selanjutnya Kelurahan Suka Maju dengan kepadatan penduduk 6.684 jiwa/Km2

dan Kelurahan Kwala Bekala dengan kepadatan penduduk 6.220 jiwa/Km2.

Sedangkan Kelurahan Kedai Durian memiliki kepadatan penduduk yang sangat

Universitas Sumatera Utara


54

rendah dibandingkan kelurahan lain di Kecamatan Medan Johor dengan kepadatan

penduduk 8.132 jiwa/Km2. Berdasarkan angka tersebut, kepadatan penduduk

sudah cukup tinggi karena di atas 100 orang/Km2.

4.1.3. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dilihat karakteristik responden

UMKM adalah sebagai berikut:

4.1.3.1.Umur

Responden UMKM umumnya berumur sekitar 20 tahun sampai dengan >

50 tahun seperti tertera pada Tabel 4.8. di bawah ini.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Umur


Umur Responden (tahun) Jumlah Responden Persentase
20-30 16 19,51
31-40 34 41,46
41-50 20 24,39
51-60 12 14,64
Total 82 100,00
Sumber : Data Primer diolah, 2016

Berdasarkan Tabel 4.8. dapat diketahui bahwa responden UMKM di

Kecamatan Medan Johor berumur 20-30 tahun sebanyak 16 orang (19,51%),

berumur 31-40 tahun sebanyak 34 orang (41,46%), berumur 41-50 tahun

sebaynyak 20 orang (24,23 %) dan berumur 51-60 tahun hanya sebanyak 12 orang

(14,64%). Hasil ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden UMKM di

Kecamatan Johor berumur 20-60 tahun, dan secara umum responden UMKM

berada pada usia produktif untuk dapat melakukan kegiatan usaha dalam mencari

nafkah untuk keluarga.

Universitas Sumatera Utara


55

4.1.3.2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden UMKM umumnya laki-laki dan ada juga

perempuan seperti tertera pada Tabel 4.9. di bawah ini.

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis kelamin Jumlah Responden Persentase
Laki-laki 63 76,83
Perempuan 19 23,17
Total 82 100,00
Sumber : Data Primer diolah, 2016

Berdasarkan Tabel 4.9. dapat diketahui bahwa mayoritas responden UMKM

di Kecamatan Medan Johor adalah laki-laki yakni sebanyak 63 orang (76,83 %),

sedangkan sisanya yakni perempuan sebanyak 19 orang (23,17 %). Hasil ini

menunjukkan bahwa responden laki-laki masih merupakan tulang punggung

keluarga dalam mencari nafkah.

4.1.3.3. Pendidikan

Tingkat pendidikan responden UMKM umumnya adalah pendidikan SMP

dan SMA seperti tertera pada Tabel 4.10 di bawah ini.

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan


Pendidikan Terakhir Jumlah Responden Persentase
SMP 17 20,73
SMA 52 63,42
DI/D3/Sarjana 13 15,85
Total 82 100,00
Sumber : Data Primer diolah, 2016

Berdasarkan Tabel 4.10. diketahui bahwa responden yang pendidikan

terakhir SMP sebanyak 17 orang (20,73%), SMA sebanyak 52 orang (63,42%),

sedangkan tamatan D1/D3/Sarjana sebanyak 13 orang (15,85%). Hasil ini

menunjukkan bahwa responden UMKM di Kecamatan Medan Johor mayoritas

berpendidikan SMA.

Universitas Sumatera Utara


56

4.1.3.4. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja responden UMKM umumnya antara 2 sampai dengan

27 orang hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.11. berikut ini.

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja


Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Responden Persentase
(orang)
2 19 23.17
3 12 14.63
4 7 8.54
5 6 7.32
6 10 12.20
8 11 13.41
9 2 2.44
10 3 3.66
12 2 2.44
24 5 6.10
25 1 1.22
26 1 1.22
27 3 3.66
Total 82 100,00
Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Pada Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa distrubisi responden berdasarkan

kategori jumlah tenaga kerja yang paling dominan adalah 2 orang sebanyak 19

responden (23.17 %), diikuti dengan jumlah tenaga kerja 3 orang sebanyak 12

responden (14,63%), jumlah tenaga kerja 8 orang sebanyak 11 responden

(13,41%), jumlah tenaga kerja 6 orang sebanyak 10 responden (12,20%), jumlah

tenaga kerja 4 orang dan 5 orang masing-masing sebanyak 7 responden (8,53%)

dan 6 responden (7,32%), jumlah tenaga kerja 24 orang sebanyak 5 responden

(6,10%), jumlah tenaga kerja 10 orang dan 27 orang masing-masing sebanyak 3

responden (3,66 %), jumlah tenaga kerja 9 orang dan 12 orang masing-masing

sebanyak 2 responden (2,44 %), dan jumlah tenaga kerja 25 orang dan 26 orang

masing-masing sebanyak 1 responden (1,22%). Beragamnya jumlah tenaga kerja

menunjukkan bahwa yang menjadi responden penelitian ini telah melibatkan

Universitas Sumatera Utara


57

masyarakat dengan jumlah tenaga kerja yang beragam, dan menggambarkan

bahwa kegiatan UMKM di Kecamatan Medan Johor melibatkan masyarakat yang

memiliki jumlah tenaga kerja 2 sampai dengan 27 orang.

4.1.4. Peran UMKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kecamatan Medan


Johor

Kesempatan berusaha dan kerja membutuhkan sumber daya manusia. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa UMKM dapat menyerap tenaga kerja, hal ini

dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Peran UMKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja


No Tenaga Kerja Jumlah Responden Penyerapan Tenaga Kerja
(Orang) Jumlah Persentase Jumlah Pesentase
(orang) (%) (orang) (%)
1 2 19 23.17 38 6.29
2 3 12 14.63 36 5.96
3 4 7 8.54 28 4.64
4 5 6 7.32 30 4.97
5 6 10 12.20 60 9.93
6 8 11 13.41 88 14.57
7 9 2 2.44 18 2.98
8 10 3 3.66 30 4.97
9 12 2 2.44 24 3.97
10 24 5 6.10 120 19.87
11 25 1 1.22 25 4.14
12 26 1 1.22 26 4.30
13 27 3 3.66 81 13.41
Jumlah 82 100,00 604 100,00
Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Pada Tabel 4.12. dapat dilihat bahwa peran UMKM dalam menyerap

tenaga kerja cukup besar, hal ini dapat dilihat dari 82 responden secara

keseluruhan memiliki tenaga kerja. Tabel 4.12 juga menunjukkan bahwa peran

UMKM di Kecamatan Medan Johor dalam penelitian ini mampu menyerap tenaga

kerja sebanyak 604 orang. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata penyerapan

tenaga kerja responden penelitian sebanyak 7,37 orang (604/82). Jumlah

Universitas Sumatera Utara


58

masyarakat yang mengelola UMKM di Kecamatan Medan Johor sebanyak 452

orang. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja

UMKM di Kecamatan Johor sebanyak 3.329 orang (452 x 7,37).

4.1.5. Pengaruh Faktor Modal, Jumlah Tenaga Kerja, Tempat Usaha,


Pendidikan Formal, Pendidikan Informal, dan Legalitas Badan Usaha
terhadap Pendapatan UMKM di Kecamatan Medan Johor

Pengujian untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

UMKM di Kecamatan Johor dilakukan dengan analisis regresi berganda. Analisis

regresi dilakukan untuk menetahui kekuatan dan arah hubungan antara variabel

dependen yaitu pendapatan UMKM dengan variabel independen : faktor modal,

tenaga kerja, tempat usaha, pendidikan formal, pendidikan informal, dan legalitas

badan usaha. Teknik estimasi variabel dependen yang melandasi analisa regresi

tersebut dinamakan Ordinary Least Square (OLS). Menurut Gujarati (2003)

asumsi utama yang mendasari model regresi linear klasik dengan menggunakan

model OLS adalah:

1. Model regresi linear artinya linear dalam parameter : Yi = β1 + β2 Xi + u i

2. Nilai X diasumsikan non stokastik, artinya nilai X dianggap tetap dalam

sampel yang berulang

3. Nilai rata-rata kesalahan adalah nol, atau E(u i / Xi) = 0

4. Homoskedastisitas, artinya varian kesalahan sama untuk setiap periode sama

dan dinyatakan dalam bentuk matematis Var (u i / Xi) = δ2

5. Tidak ada autokorelasi antar kesalahan (antara ui dan uj tidak ada korelasi)

6. Antara u i dan Xi saling bebas, sehingga Cov (u i / Xi) = 0

7. Jumlah observasi n, harus lebih besar daripada jumlah parameter yang

diestimasi (jumlah variabel bebas)

Universitas Sumatera Utara


59

8. Adanya variabilitas dalam nilai X (nilai X harus berbeda)

9. Model regresi telah dispesifikasi secara benar atau tidak ada bias (kesalahan)

spesifikasi dalam model yang digunakan dalam analisa empiric

10. Tidak ada multikolinearitas yang sempurna antarvariabel bebas.

4.1.5.1. Uji Asumsi Klasik

4.1.5.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas menguji apakah dalam model regresi, variabel independen

dan variabel dependen, keduanya terdistribusikan secara normal atau tidak, maka

pengujian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS. Normalitas data

dalam penelitian dilihat dengan cara memperhatikan penyebaran data (titik) pada

Normal PPlot of Regression Standardized Residual dari variabel terikat.

Persyaratan dari uji normalitas data adalah jika data menyebar di sekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak

mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.3. Hasil Uji Normalitas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan


UMKM

Universitas Sumatera Utara


60

Berdasarkan hasil pengolahan data, seperti terlihat pada Gambar 4.2. di

peroleh hasil bahwa semua data berdistribusi secara normal dan tidak terjadi

penyimpangan, sehingga data yang dikumpulkan dapat diproses dengan metode-

metode selanjutnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan sebaran data

yang menyebar disekitar garis diagonal pada “Normal P-Plot of Regresion

Standardized Residual” sesuai gambar di atas, sehingga dapat dikatakan bahwa

model regresi dalam penelitian ini berdistribusi normal.

Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual antara

lain adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S

dilakukan dengan membuat hipotesis :

Ho : Data residual tidak berdistribusi normal

Ha : Data residual berdistribusi normal

Untuk menentukannya maka kriterianya adalah :

Ho diterima apabila nilai signifikansi (Asymp.Sig) < 0,05

Ha diterima apabila nilai signifikansi (Asymp.Sig) > 0,05

Tabel 4.13. Kolmogorov – Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 82
a,,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .02696027
Most Extreme Absolute .092
Differences
Positive .092
Negative -.046
Kolmogorov-Smirnov Z .829
Asymp. Sig. (2-tailed) .497
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Universitas Sumatera Utara


61

Hasil uji statistik pada Tabel 4.13. menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-

Smirnov Z sebesar 0,829 dan signifikansinya pada 0,497 dan nilainya di atas α =

0,05 (Asymp.Sig = 0,497 > 0,05) sehingga hipotesis Ha diterima yang berarti data

residual berdistribusi normal.

4.1.5.1.2. Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan terdapat problem Multikolinieritas. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian ada

tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks

korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance

Inflation Factor) dan Tolerance-nya. Nilai dari VIF yang kurang dari 10 dan

tolerance yang lebih dari 0,10 maka menandakan bahwa tidak terjadi adanya

gejala multikolinearitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi

tersebut tidak terdapat problem multikolinieritas.

Tabel 4.14. Hasil Analisis Uji Asumsi Multikolinearitas


Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Modal .149 6.704
Jumlah Tenaga Kerja .111 8.973
Tempat Usaha .196 5.110
Pendidikan Formal .353 2.833
Pendidikan Informal .783 1.277
Legalitas Badan Usaha .159 6.303
a Dependent Variabel: Pendapatan

Hasil analisis diperoleh bahwa nilai VIF dan tolerance sebagai berikut :

a. Variabel modal (X1) mempunyai nilai VIF sebesar 6,704 dan tolerance

sebesar 0,149

Universitas Sumatera Utara


62

b. Variabel jumlah tenaga kerja (X2) mempunyai nilai VIF sebesar 8,973 dan

tolerance sebesar 0,111.

c. Variabel tempat usaha (X3) mempunyai nilai VIF sebesar 5,100 dan tolerance

sebesar 0,196.

d. Variabel pendidikan formal (X4) mempunyai nilai VIF sebesar 2,833 dan

tolerance sebesar 0,353.

e. Variabel pendidikan informal (X5) mempunyai nilai VIF sebesar 1,277 dan

tolerance sebesar 0,783.

f. Variabel legalitas badan usaha (X6) mempunyai nilai VIF sebesar 6,303 dan

tolerance sebesar 0,159.

Dari ketentuan yang ada bahwa jika nilai VIF < 10 dan tolerance > 0,10

maka tidak terjadi gejala multikolinearitas dan nilai-nilai yang didapat dari

perhitungan adalah sesuai dengan ketetapan nilai i. VIF dan tolerance, dan dari

hasil analisis di atas dapat diketahui nilai toleransi semua variabel independen

(modal, jumlah tenaga kerja, tempat usaha, pendidikan formal, pendidikan

informal, dan legalitas badan usaha) lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10

maka dapat disimpulkan bahwa variabel independennya tidak terjadi

multikolinieritas sehingga model tersebut telah memenuhi syarat asumsi klasik

dalam analisis regresi.

4.1.5.1.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan

melihat grafik scatterplots.

Universitas Sumatera Utara


63

Gambar 4.4. Hasil Uji Heteroskedekasitas Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Pendapatan UMKM

Hasil analisis dengan menggunakan program SPSS di atas dapat diketahui

bahwa titik-titik yang menyebar secara acak baik di atas maupun dibawah angka

nol, pada sumbu Y serta tidak membentuk pola atau kecenderungan tertentu pada

diagram plot, sehingga dapat mengidentifikasikan tidak terjadi adanya

heteroskedastisitas dan model regresi tersebut layak digunakan untuk

memprediksi pendapatan UMKM. Jadi dapat disimpulkan secara keseluruhan

bahwa model regresi yang memenuhi syarat uji asumsi klasik.

Uji Glesjer mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap

variable independen (Ghozali, 2005). Adapun hasil uji glesjer terdapat pada Tabel

4.15 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


64

Tabel 4.15. Uji Glesjer


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .141 .091 1.552 .125
Modal -.011 .006 -.540 -1.922 .058
Jumlah tenaga kerja .008 .007 .367 1.131 .262
Tempat Usaha -.006 .008 -.181 -.741 .461
Pendidikan Fornal .023 .018 .228 1.249 .216
Pendidikan Informal .005 .004 .145 1.183 .240
Legalitas Badan Usaha -8.227E-5 .009 -.002 -.009 .993
a. Dependent Variable: abs_res1
Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Hasil yang terlihat menunjukkan koefisien parameter untuk variabel

independen tidak ada yang signifikan yaitu modal = 0,058 > α = 0,05, jumlah

tenaga kerja = 0,262 > α = 0,05, tempat usaha = 0,461 > α = 0,05, pendidikan

formal = 0,216 > α = 0,05, pendidikan informal = 0,240 > α = 0,05, dan legalitas

badan usaha = 0,993 > α = 0,05. Maka dapat disimpulkan model regresi tidak

terdapat heteroskedastisitas.

4.1.5.2. Uji Statistik

4.1.5.2.1. Hasil Uji Koefisien Determinasi ( R2 )

Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model

regresi yang dapat lihat dari nilai R Square. Untuk mengetahui pendapatan

UMKM yang disebabkan beberapa faktor antara lain : modal, jumlah tenaga kerja,

tempat usaha, pendidikan formal, pendidikan informal dan legalitas badan usaha

dapat dilihat melalui besarnya koefisien determinasi.

Universitas Sumatera Utara


65

Tabel 4.16. Koefisien Determinasi


Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .999a .999 .999 .02802
a. Predictors: (Constant), Legalitas Badan Usaha, Pendidikan Informal, Pendidikan Fornal,
Modal, Tempat Usaha, Jumlah tenaga kerja
b. Dependent Variable: Pendapatan
Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Hasil perhitungan nilai R Square adalah 0,999. Hal ini berarti 99,9 persen

pendapatan UMKM dapat dijelaskan oleh variabel independen (modal, jumlah

tenaga kerja, tempat usaha, pendidikan formal, pendidikan informal dan legalitas

badan usaha) di atas, sedangkan sisanya yaitu 0,1 persen dijelaskan oleh variabel-

variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.

4.1.5.2.2. Hasil Uji Simultan (Uji F)

Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel

independent secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel

dependent. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel. 4.17. Hasil Uji Simultan


Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 57.686 6 9.614 12247.487 .000a
Residual .059 75 .001
Total 57.745 81
a. Predictors: (Constant), Legalitas Badan Usaha, Pendidikan Informal, Pendidikan Fornal, Modal,
Tempat Usaha, Jumlah tenaga kerja
b. Dependent Variable: Pendapatan
Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Uji statistik secara simultan dengan tingkat probabilitas 0,000, dengan

demikian dapat disimpulkan P = 0,000 < α = 0,05, yang berarti Ha diterima. Ini

berarti bahwa variabel independen (modal, jumlah tenaga kerja, tempat usaha,

Universitas Sumatera Utara


66

pendidikan formal, pendidikan informal dan legalitas badan usaha) signifikan

dalam menjelaskan pendapatan UMKM.

4.1.5.2.3. Hasil Uji Parsial (Uji-t)

Pada uji statistik secara parsial dengan nilai t kritis (critical value) pada df =

(n-k), dimana n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel independen

termasuk konstanta. Untuk menguji koefisian regresi parsial secara individu dari

masing-masing variabel bebas dapat dilihat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18. Uji Statistik-t


Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.446 .151 9.554 .000
Modal .906 .010 .909 95.216 .000
Jumlah tenaga kerja .089 .012 .085 7.674 .000
Tempat Usaha .005 .014 .003 .360 .720
Pendidikan Fornal .067 .030 .014 2.230 .029
Pendidikan Informal .005 .007 .003 .634 .528
Legalitas Badan Usaha .006 .016 .004 .402 .689
a. Dependent Variable: Pendapatan

Pada Tabel 4.18. tersebut, uji statistik t diperoleh, sebagai berikut :

1. Variabel modal dengan tingkat probabilitas 0,000. Dengan demikian dapat

disimpulkan P = 0,000 < α = 0,05, tolak hipotesis Ho dan terima hipotesis

Ha yang menyatakan modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pendapatan UMKM.

2. Variabel jumlah tenaga kerja dengan tingkat probabilitas 0,000. Dengan

demikian dapat disimpulkan P = 0,000 < α = 0,05, tolak hipotesis Ho dan

terima hipotesis Ha yang menyatakan jumlah tenaga kerja berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pendapatan UMKM.

Universitas Sumatera Utara


67

3. Variabel tempat usaha dengan tingkat probabilitas 0,720. Dengan demikian

dapat disimpulkan P = 0,720 > α = 0,05, tolak hipotesis Ha dan terima

hipotesis Ho yang menyatakan tempat usaha berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap pendapatan UMKM.

4. Variabel pendidikan formal dengan tingkat probabilitas 0,029. Dengan

demikian dapat disimpulkan P = 0,029 < α = 0,05, tolak hipotesis Ho dan

terima hipotesis Ha yang menyatakan pendidikan formal berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pendapatan UMKM.

5. Variabel pendidikan informal dengan tingkat probabilitas 0,528. Dengan

demikian dapat disimpulkan P = 0,528 > α = 0,05, tolak hipotesis Ha dan

terima hipotesis Ho yang menyatakan pendidikan informal berpengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap pendapatan UMKM.

6. Variabel legalitas badan usaha dengan tingkat probabilitas 0,689. Dengan

demikian dapat disimpulkan P = 0,689 > α = 0,05, tolak hipotesis Ha dan

terima hipotesis Ho yang menyatakan legalitas badan usaha berpengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap pendapatan UMKM.

Berdasarkan Tabel 4.18. dan uraian di atas maka dengan demikian dapat

disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Y= 1,446 + 0,906X1 + 0,089 X2 + 0,005X3 + 0,067X4 + 0,005X5 + 0,006X6

Model persamaan regresi berganda tersebut bermakna :

1. Nilai konstanta sebesar 1,446 artinya apabila variabel independen (modal,

jumlah tenaga kerja, tempat usaha, pendidikan formal, pendidikan informal,

dan legalitas badan usaha) dianggap konstan, maka pendapatan UMKM

sebesar ln 1,446.

Universitas Sumatera Utara


68

2. Variabel modal berpengaruh positif terhadap pendapatan UMKM dengan nilai

koefisien sebesar 0,096, artinya setiap penambahan ln 1, variabel modal akan

menaikkan pendapatan UMKM sebesar ln 0,096.

3. Variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan

UMKM dengan nilai koefisien sebesar 0,089, artinya setiap penambahan ln 1,

variabel jumlah tenaga kerja akan menaikkan pendapatan UMKM sebesar ln

0,089.

4. Variabel tempat usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan UMKM

dengan nilai koefisien sebesar 0,005, artinya setiap penambahan ln 1, variabel

tempat usaha akan menaikkan pendapatan UMKM sebesar ln 0,005.

5. Variabel pendidikan formal berpengaruh positif terhadap pendapatan UMKM

dengan nilai koefisien sebesar 0,067, artinya setiap penambahan ln 1, variabel

pendidikan formal akan menaikkan pendapatan UMKM sebesar ln 0,067.

6. Variabel pendidikan informal berpengaruh positif terhadap pendapatan

UMKM dengan nilai koefisien sebesar 0,005, artinya setiap penambahan ln 1,

variabel pendidikan informal akan menaikkan pendapatan UMKM sebesar ln

0,005.

7. Variabel legalitas badan usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan

UMKM dengan nilai koefisien sebesar 0,006, artinya setiap penambahan ln 1,

variabel legalitas badan usaha akan menaikkan pendapatan UMKM sebesar ln

0,006.

Universitas Sumatera Utara


69

4.1.6. Kontribusi UMKM terhadap Pengembangan Ekonomi Wilayah Kota


Medan

4.1.6.1. Daya Beli Masyarakat

Daya beli masyarakat merupakan kemampuan masyarakat untuk membeli

produk yang diusahakan pelaku UMKM. Daya beli masyarakat rendah jika

keyakinan untuk membeli produk pelaku UMKM berada antara 0 sampai dengan

40%, daya beli masyarakat sedang jika keyakinan untuk membeli produk pelaku

UMKM berada antara 41 sampai dengan 60%, daya beli masyarakat tinggi jika

keyakinan untuk membeli produk pelaku UMKM berada antara 61 sampai dengan

100%. Untuk mengetahui daya beli masyarakat terhadap produk UMKM dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.19. Daya Beli Masyarakat


Daya Beli Jumlah Responden Persentase
Tinggi 28 34,15
Sedang 35 42,68
Rendah 19 23,17
Total 82 100
Sumber : Data Primer diolah, 2016

Tabel 4.19 terlihat bahwa daya beli masyarakat terhadap produk UMKM

yang dominan adalah pada daya beli sedang sebanyak 35 responden (42,68%),

diikuti daya beli tinggi sebanyak 28 responden (34,15%) dan daya beli rendah

sebanyak 19 responden (23,17%). Hasil ini menunjukkan daya beli masyarakat

terhadap produk UMKM cukup baik karena hanya 19 responden (23,17%) pelaku

UMKM yang menunjukkan daya beli rendah dan 63 responden (76,83%) berada

pada daya beli sedang dan daya beli tinggi.

Universitas Sumatera Utara


70

4.1.6.2. Pendapatan Masyarakat

Tingkat pendapatan UMKM dalam membiayai hidup keluarga terlihat

bahwa sebanyak 76 responden (92,68%) telah mampu dalam membiayai keluarga,

sedangkan 6 responden (7,32%) belum mampu untuk membiayai hidup keluarga.

Tabel 4.20. Peran UMKM dalam Membiayai Keluarga


Tingkat Pendapatan Jumlah Responden Persentase
Mampu 76 92,68
Belum Mampu 6 7,23
Total 82 100
Sumber : Data Primer diolah, 2016

Tabel 4.20 terlihat bahwa sebanyak 90% UMKM di Kecamatan Medan

Johor Kota Medan dalam penelitian ini mampu membiayai hidup keluarga dari

pendapatan yang dikelolanya. Kondisi ini menunjukkan bahwa peran UMKM

dalam pengembangan wilayah dari segi tingkat pendapatan dalam membiayai

hidup keluarga sudah cukup baik karena pendapatan UMKM mampu membiayai

hidup keluarga. Terjadinya peningkatan pendapatan maka terjadi peningkatan

taraf hidup mereka. Keadaan ini diharapkan memberikan kontribusi peningkatan

pendapatan daerah dan nasional. Oleh karena itu peranan UMKM mempunyai

peran penting dalam mewujudkan tujuan pemerataan pembangunan.

4.1.6.3. Dukungan Infrastruktur

Dukungan infrastruktur merupakan ketersediaan pasar, modal kredit,

teknologi informasi, dan aksesibilitas jalan dalam menunjang kegiatan pelaku

UMKM. Untuk mengetahui dukungan infrastruktur terhadap kegiatan pelaku

UMKM dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


71

Tabel 4.21. Dukungan Infrastruktur dalam Kegiatan Pelaku UMKM


Daya Beli Jumlah Responden Persentase
Baik 22 26,83
Cukup 31 37,80
Rendah 29 35,37
Total 82 100
Sumber : Data Primer diolah, 2016

Tabel 4.21 terlihat bahwa tanggapan responden terhadap dukungan

infrastrukrur dalam kegiatan pelaku UMKM yang dominan berada pada kategori

cukup sebanyak 31 responden (37,80%), diikuti kategori rendah sebanyak 29

responden (35,37%), dan kategori baik sebanyak 22 responden (26,83%). Hasil

ini menunjukkan dukungan infrastruktur cukup baik karena hanya 29 responden

(35,37%) yang menyatakan dukungan infrastruktur rendah sedangkan 53

responden (64,63%) menyatakan dukungan infrastruktur cukup dan baik.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Peran UMKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kecamatan Medan


Johor

Keberadaan UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan tidak terlepas

dari latar belakang sulitnya memperoleh pekerjaan di sektor formal akibat tingkat

pendidikan yang rendah, terjadinya pemutusan hubungan kerja akibat krisis

moneter, dan tidak memiliki modal untuk membuka usaha dalam skala besar.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa peran UMKM dalam

menyerap tenaga kerja cukup besar, dalam penelitian ini mampu menyerap tenaga

kerja sebanyak 604 orang (Tabel 4.12). Peran UMKM dalam menyerap tenaga

kerja secara langsung dan tidak langsung mengurangi tingkat pengangguran.

Secara langsung UMKM berusaha untuk tidak menjadi pengangguran dan secara

tidak langsung dapat mengurangi tingkat pengangguran dengan menyerap tenaga

Universitas Sumatera Utara


72

kerja. Kondisi ini memberikan dampak positif terhadap Pemerintah Kota Medan,

hal ini disebabkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan tingkat

pengangguran. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurafuah (2015)

yang menyimpulkan bahwa UKM mempunyai hubungan terhadap jumlah

penyerapan tenaga kerja, investasi mempunyai hubungan terhadap jumlah

penyerapan tenaga kerja dan upah minimum juga mempunyai hubungan terhadap

jumlah penyerapan tenaga kerja.

4.2.2. Pengaruh Faktor Modal, Jumlah Tenaga Kerja, Tempay Usaha,


Pendidikan Formal, Pendidikan Informal, dan Legalitas Badan Usaha
terhadap Pendapatan UMKM di Kecamatan Medan Johor

a. Modal

Modal yang digunakan pelaku UMKM berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pendapatan UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Hasil ini

sesuai dengan teori Cobb-douglas yang menyatakan bahwa output produksi

dipengaruhi oleh modal. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan modal yang tinggi

maka akan meningkatkan jumlah hasil produksi, karena dalam proses produksi

dibutuhkan biaya-biaya yang digunakan untuk pembelian bahan, peralatan dan

membayar gaji karyawan.

Modal adalah faktor yang mempunyai peran cukup penting dalam proses

produksi, karena modal diperlukan ketika pengusaha hendak mendirikan

perusahaan baru atau untuk memperluas usaha yang sudah ada, tanpa modal yang

cukup maka akan berpengaruh terhadap kelancaran usaha, sehingga akan

mempengaruhi pendapatan yang diperoleh. Sesuai dengan karakteristik skala

usahanya, UMKM tidak memerlukan modal dalam jumlah yang terlalu besar

(Ashari, 2006).

Universitas Sumatera Utara


73

Menurut Todaro (1998) masalah utama yang dihadapi pekerja sektor

informal adalah menyangkut keterbatasan modal kerja. Oleh karenanya,

pemberian kredit lunak akan sangat membantu unit-unit yang lebih banyak,

sehingga pada akhirnya akan menciptakan pendapatan dan lapangan kerja yang

lebih banyak lagi. Untuk dapat meningkatkan modal, pekerja sektor informal

memperoleh kemudahan memperoleh kredit lunak dari lembaga-lembaga

keuangan/perbankan. Hasil penelitian tersebut di atas sejalan dengan hasil

penelitian Utari dan Dewi (2014) membuktikan bahwa modal secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan UMKM di kawasan Imam

Bonjol Denpasar Barat. Hasil penelitian Tohar (2003) memperlihatkan bahwa

pendapatan pedagang sektor informal dipengaruhi secara signifikan oleh variabel

modal kerja yang dikeluarkan.

b. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan

UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Hasil ini menunjukkan semakin

meningkat jumlah tenaga kerja maka pendapatan pelaku UMKM akan meningkat.

Hasil ini sesuai dengan teori Cobb-douglas yang menyatakan bahwa output

produksi dipengaruhi oleh tenaga kerja. Menurut pelaku UMKM bahwa jumlah

tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap banyaknya hasil produksi karena dalam

proses produksi masih menggunakan mesin manual jadi lebih banyak

membutuhkan tenaga kerja.

Mulyadi (2003) mengemukakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk dalam

usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara

yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaaan terhadap tenaga

Universitas Sumatera Utara


74

mereka,dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Machfudz

(2007) menyatakan bahwa faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor

produksi yang penting untuk diperhatikan dalam proses produksi dalam jumlah

yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya lapangan kerja tetapi juga kualitas

dan macam tenaga kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tohar

(2003) yang menyimpulkan bahwa pendapatan pedagang sektor informal

dipengaruhi secara signifikan oleh variabel tenaga kerja.

c. Tempat Usaha

Tempat usaha yang digunakan pelaku UMKM berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap pendapatan UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan.

Hasil ini menunjukkan bahwa tempat usaha yang memiliki legalitas akan

meningkatkan pendapatan pelaku UMKM, namun belum dapat mempengaruhi

pendapatan UMKM secara signifikan.

d. Pendidikan Formal

Pendidikan formal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan

UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Pendidikan merupakan bentuk

investasi dalam bidang sumber daya manusia yang berperan dalam memacu

pertumbuhan ekonomi. Investasi ini merupakan investasi jangka panjang karena

manfaatnya baru dapat dirasakan setelah sepuluh tahun (Atmanti, 2005). Menurut

Simanjuntak (2001:70) hubungan tingkat pendapatan pada tingkat pendidikan

yaitu karena dengan mengasumsikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

maka akan semakin tinggi pula tingkat produktivitas karyawan dan pada akhirnya

mempengaruhi tingkat pendapatan. Hasil penelitian tersebut di atas sejalan dengan

hasil penelitian Utari dan Dewi (2014) membuktikan bahwa tingkat pendidikan

Universitas Sumatera Utara


75

secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan UMKM di

kawasan Imam Bonjol Denpasar Barat. Hasil penelitian Saraswati (2008)

menyebutkan pendidikan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan karyawan serta pendidikan secara parsial berpengaruh nyata dan

positif terhadap pendapatan karyawan.

e. Pendidikan Informal

Pendidikan informal berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

pendapatan UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Hasil ini

menunjukkan bahwa pendidikan informal yang dilakukan dalam bentuk pelatihan

akan meningkatkan pendapatan pelaku UMKM, namun belum dapat

mempengaruhi pendapatan UMKM secara signifikan.

f. Legalitas Badan Usaha

Legalitas badan usaha berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

pendapatan UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Hasil ini

menunjukkan bahwa legalitas badan usaha yang memiliki izin akan meningkatkan

pendapatan pelaku UMKM, namun belum dapat mempengaruhi pendapatan

UMKM secara signifikan.

4.2.3. Kontribusi UMKM terhadap Pengembangan Ekonomi Wilayah Kota


Medan

Pengembangan wilayah dalam penelitian ini dilihat kesejahteraan

masyarakat yang meliputi penyerapan tenaga kerja dan tingkat pendapatan

UMKM dalam membiayai hidup keluarga. Adanya penyerapan tenaga kerja dan

berkecukupanya pendapatan UMKM dalam membiayai hidup keluarga maka

pengembangan wilayah berjalan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


76

Manning dan Effendi (1996) keberadaan sektor informal sangat besar

jasanya dalam menyerap arus migrant yang setiap saat terus bertambah di wilayah

kota. Sektor ini memberikan andil cukup besar di sektor ketenaga kerjaan, karena

mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak yang tidak tertampung di

sektor formal, sekaligus meningkatkan pendapatan rata-rata penduduk.

Tabel 4.20 di atas terlihat bahwa sebanyak 90% UMKM di Kecamatan

Medan Johor Kota Medan dalam penelitian ini mampu membiayai hidup keluarga

dari pendapatan yang dikelolanya. Kondisi ini menunjukkan bahwa peran UMKM

dalam pengembangan wilayah dari segi tingkat pendapatan dalam membiayai

hidup keluarga sudah cukup baik karena pendapatan UMKM mampu membiayai

hidup keluarga. Terjadinya peningkatan pendapatan UMKM maka terjadi

peningkatan taraf hidup mereka. Keadaan ini diharapkan memberikan kontribusi

peningkatan pendapatan daerah dan nasional. Oleh karena itu peranan UMKM

mempunyai peran penting dalam mewujudkan tujuan pemerataan pembangunan.

Keberadaan UMKM juga mampu menciptakan multiplier efek terhadap

pengembangan ekonomi lokal dimana keberdaan UMKM telah mendorong

peningkatan permintaan terhadap bahan baku, seperti dari pertanian, industri

pengolahan, transportasi dan pergudangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 4.22.

Berkembangnya ekonomi lokal akan dapat meningkatkan permintaan tenaga

kerja dan variasi peluang kerja tersedia untuk penduduk setempat, kondisi ini akan

berdampak terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, dan jangka panjang dapat meningkatkan penerimaan

pemerintah daerah dari sektor pajak dan retribusi.

Universitas Sumatera Utara


77

Tabel 4.22. PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha Kota Medan Tahun 2013 – 2015
No Lapangan Usaha PDRB (Rp.Milyar)
2013 2014 2015
1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1582046.6 1750471.3 1956171.08
2. Pertambangan dan Penggalian 2469.6 2402.3 2349.4
3. Industri Pengolahan 21681108.9 23881025.5 25590997.4
4. Pengadaan Listrik dan Gas 165732 161196.83 144185
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
229273 260168.3 301299
Ulang
6. Konstruksi 23229959.69 26884308.99 30608286.2
7. Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda
31360899.4 36433790.1 40784734.9
Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 10512653.8 9683408.1 10498242.5
9. Penyediaan Akomodasi dan makan Minum 3619627.5 4357450.9 5052908.7
10. Informasi dan Komunikasi 6776710.2 7297736.5 8035463.3
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 9827560.2 10853922.9 11964874.9
12. Real Estate 10306414.4 11906215.7 13643390.8
13. Jasa Perusahaan 3169678.8 3622950.3 4051891.5
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
2482795.6 2822970 3172216
Sosial Wajib
15. Jasa Pendidikan 3560104.4 4076433.2 4486244.2
16. Jasa Kesehatan 1729980.1 2097361.7 2526069
17. Jasa Lainnya 131604644.4 147683863.4 164628276.4
PDRB 1367630.2 1592050.8 1808952.5
Sumber : BPS Kota Medan, 2016

Keberadaan UMKM dalam hal ini Usaha Mikro di Kecamatan Medan Johor

Kota Medan pada beberapa sisi telah memberi warna tersendiri bagi kota, karena

telah mampu memberikan alternatif bagi warga masyarakat untuk mendapatkan

barang-barang yang dibutuhkan dengan harga yang terjangkau. Usaha Mikro

merupakan struktur kelompok usaha terbawah dalam jenjang dunia perdagangan,

tak sedikit pengusaha besar merintis usahanya sebagai Usaha Mikro diawal

karirnya.

Umumnya keberadaan Usaha Mikro tidak terlepas dari sektor formal yaitu

pertokoan, dimana secara tidak langsung terjadi interaksi antara dua sektor yang

berbeda tersebut. Melihat keberadaan Usaha Mikro yang merupakan kegiatan

sektor ekonomi marginal (kecil-kecilan), maka kondisi di atas sangat menentukan

banyak sedikitnya barang dagangan Usaha Mikro, karena didukung oleh lokasi

yang ditata Pemerintah, maka kelengkapan barang dagangan merupakan salah

Universitas Sumatera Utara


78

satu cara untuk menarik masyarakat untuk membeli barang dagangan Usaha

Mikro

Pemberdayaan UMKM dalam hal ini Usaha Mikro melalui penataan

berpengaruh terhadap pengembangan wilayah, dimana dari aspek ekonomi akan

meningkatkan kegiatan ekonomi yang terjadi di sekitar wilayah. Aspek sosial

dapat meningkatkan ketertiban dan kenyaman bagi Usaha Mikro maupun

masyarakat yang membeli. Dari aspek lokasi dapat mengorganisir penataan ruang

bagi Usaha Mikro sehingga tidak terjadi kesemrawutan lalu lintas.

Berdasarkan studi-studi yang pernah dilakukan, misalnya Miraza (1989),

Zahrah (2003), menyimpulkan bahwa pekerjaan sektor informal telah berhasil

menurunkan tingkat urbanisasi dan para pekerjanya dilahirkan di daerah kota atau

setidaknya telah lama tinggal di kota. Dengan demikian pekerja sektor informal

tidak melulu kaum migrant yang berasal dari desa. Sehingga masalah sektor

informal erat kaitannya dengan masalah kemiskinan dan kesempatan kerja yang

tersedia di perkotaan. Sektor informal tidak lain merupakan bagian dari kota,

jalinan paling istimewa antara sektor informal dengan lingkungan adalah

menyangkut pertukaran timbal balik antara kota dan desa serta cara produksinya

masing-masing.

Keberadaan UMKM turut memberikan sumbangan bagi perkembangan dan

kegiatan usaha. Tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan sektor informal tersebut

telah memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi ekonomi lokal dalam

suatu wilayah bahkan di dalam suatu kabupaten/kota dimana terdapatnya sektor

informal tersebut.

Jumlah masyarakat miskin tidak saja akan semakin bertambah di kota, tetapi

akibat semakin terpolarisasinya sektor formal dan informal dapat menimbulkan

Universitas Sumatera Utara


79

berbagai kecemburuan sosial yang menjurus pada munculnya disorganisasi sosial.

Barangkali akibat-akibat negatif seperti ini, sejak dini perlu segera diantisipasi.

Jangan sampai demi sekedar mengejar keindahan kota, Usaha Mikro yang

sesungguhnya besar jasanya, lalu dijadikan kambing hitam dan terpaksa menjadi

korban obsesi kemajuan yang belum jelas kemana arahnya.

Pihak pemerintah harus segera menyadari bahwa rakyat miskin yang selama

ini dilihat dengan nada minor, pengganggu ketertiban, bisul pembangunan dan

ungkapan sejenis lainnya, sesungguhnya memiliki potensi swadaya yang sangat

berharga jika diarahkan dengan baik. Jika usaha membuat kota menjadi

metropolis dengan jalan mengeliminasi ruang gerak masyarakat miskin, bukan

saja dapat mematikan potensi kemandirian itu, tetapi pada saat yang sama

sesungguhnya hal itu dapat menjadi bumerang yang menghancurkan

pengembangan kota itu sendiri.

Upaya memaksimalkan peran UMKM dalam hal ini Usaha Mikro dalam

pembangunan, sering dihadapkan pada dilema, pada satu sisi pemerintah ingin

memberi kemudahan fasilitas bagi rakyat kecil perkotaan untuk mencari nafkah

melalui berbagai sumberdaya yang tersedia, namun di sisi lain pemerintah juga

ingin menciptakan suasana kehidupan kota yang bersih, rapi dan asri. Sikap

ambivalen pemerintah itu terlihat melalui slogan-slogan dukungannya terhadap

pembinaan usaha rakyat kecil (notabene pedagang kreatif lapangan), sehingga

perlu didorong dan dikembangkan. Pada saat yang sama, pemerintah tidak henti-

hentinya melakukan upaya penggusuran demi memperindah kota sehingga

mempersempit ruang gerak pedagang kreatif lapangan.

Untuk itu diharapkan adanya peran Pemerintah Kota Medan dapat

memberdayakan UMKM (Usaha Mikro) dalam pengembangan wilayah lebih

Universitas Sumatera Utara


80

ditingkatkan dengan melakukan pembinaan dan penataan terhadap pedagang

kreatif lapangan. Pembinaan UMKM dapat dilakukan dengan memberikan

pelatihan kewirausahaan kepada UMKM dan membentuk perkumpulan dan

koperasi sehingga usaha mereka dapat lebih maju dalam mengembangkan

usahanya. Selain itu perlu adanya rencana alokasi tempat kepada UMKM dengan

mempertimbangkan wilayah-wilayah mana yang dapat dibuat lokasi usaha untuk

berjualan sehingga perencananan kota akan berjalan dengan baik, dimana

keindahan tata kota tetap terjaga dan kenyamanan masyarakat dalam berlalu lintas

tidak terganggu sehingga membuat masyarakat nyaman untuk menikmati

makanan dan minumnan.

Berdasarkan kenyataan di atas, salah satu pilihan dan kebijakan pemerintah

untuk mengatasi permasalahan di bidang ini adalah melakukan pembinaan dan

perbaikan kondisi usaha atau tindakan yang mengarah kepada terciptanya iklim

usaha yang kondusif dengan memberikan kelonggaran serta meminimumkan

pembatasan terhadap sektor informal. Pekerja sektor informal ini perlu dibina

dengan baik supaya memberikan manfaat yang wajar bagi mereka sendiri dan

tidak menimbulkan kerugian sosial bagi masyarakat.

Dinas Koperasi dan UMKM Kota tidak memperoleh kontribusi dana dan

melakukan pungutan liar pada UMKM, tetapi membantu promosi setiap ada

kegiatan. Permasalahan UMKM, selain faktor modal adalah adanya pungutan liar.

Menurut responden pungutan liar pada sektor Usaha Mikro yang tidak memiliki

tempat usaha secara resmi yaitu bangunan atau warung/kios dapat berupa uang

sampah dan bayar uang preman untuk tempat melakukan usaha. Pada sektor usaha

kecil dan menengah yang memiliki tempat usaha dan legalitas badan usaha

dilakukan oleh oknum preman dengan mengatasnamakan organisasi atau lembaga.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. UMKM berperan dalam penyerapan tenaga kerja karena memiliki rata-rata

penyerapan tenaga kerja responden penelitian sebanyak 7,37 orang (604/82).

2. Hasil analisis regresi, faktor modal, jumlah tenaga kerja, tempat usaha,

pendidikan formal, pendidikan informal, dan legalitas badan usaha secara

simultan mempengaruhi pendapatan UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota

Medan. Secara parsial variabel modal, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan

formal menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan UMKM di

Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Sedangkan variabel dummy tempat

usaha, pendidikan informal dan legalitas badan usaha tidak menunjukkan

pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan UMKM di Kecamatan Medan

Johor Kota Medan.

3. Peran UMKM terhadap pengembangan wilayah dapat dilihat dari penyerapan

tenaga kerja, daya beli masyarakat, tingkat pendapatan dalam membiayai hidup

keluarga, dan dukungan infrastruktur . Selain itu berkembangnya ekonomi lokal

dimana terjadinya peningkatan PDRB Kota Medan. Pengembangan ekonomi

lokal dapat menciptakan pekerjaan baru dan merangsang kegiatan ekonomi

daerah sebagai efek multiplier dari berkembangnya UMKM. Dengan adanya

UMKM diharapkan berkembangnya ekonomi lokal sehingga berdampak

81
Universitas Sumatera Utara
82

terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

5.2. Saran

1. UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan perlu diberdayakan, hal ini

disebabkan UMKM memiliki usia produktif dan dapat mengurangi

pengangguran.

2. Pemerintah Kota Medan perlu memberikan modal pinjaman, pelatihan, dan

penataan lokasi bagi UMKM untuk dapat mengelola usahanya agar dapat

berkembang.

3. Perlu adanya kebijakan Pemerintah Kota Medan dalam menanggani keberadaan

Usaha Mikro dengan menata keberadaan Usaha Mikro, sehingga dapat memiliki

lokasi usaha yang menetap dan memperoleh hasil pajak dan retribusi dari

keberadaan Usaha Mikro yang tertata, serta dapat memiliki keindahan dan

kenyamanan kota.

4. Perlu adanya kebijakan Pemerintah Kota Medan dalam memberikan dukungan

infrastruktur untuk kegiatan pelaku UMKM dengan menyediakan sarana dan

prsarana pasar, teknologi informasi, permodalan dan aksesibilitas jalan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan. 2015. Kecamatan Medan Johor Dalam
Angka.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2011. Produk Domestik Bruto. (online),


http://www.bps.go.id/ index.php?news=730.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2011. Berita Resmi Statistik UKM.


http://www.scribd.com/doc/16888581/Berita - Resmi - Statistik- Ukm.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hapsari, P.P., A. Hakim dan S. Soeaidy. 2014. Pengaruh Pertumbuhan Usaha


Kecil Menengah (UKM) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi di
Pemerintah Kota Batu). Wacana, Vol. 17 (2) : 88-96. Universitas
Brawijaya, Malang.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2010
http://www.depkop.go.id/sandingan_data_umkm_2010.pdf.

Kuncoro, Haryo. 2002. Upah Sistem Bagi Hasil dan Penyerapan Tenaga Kerja,
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 7(1): 45-54.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Ekonomika Indonesia: Dinamika Lingkungan Bisnis di
Tengah Krisis Global. UPP STIM YKPN. Yogjakarta.

Mankiw, N. G. 2006. Teori Makro Ekonomi. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Miraza, B.H. 2005. Peran Kebijakan Publik Dalam Perencanaan Wilayah.


Wahana Hijau. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Vol.1
Nomor 2 Desember 2005.

Mulyanto. H.R. 2008. Prinsip-Prinsip Pengembangan Wilayah. Graha Ilmu.


Yogyakarta.

Nasoetion, L. I. 1999. Pendekatan Agropolitan dalam rangka Pembangunan


Wilayah dan Pedesaan. Makalah Seminar Nasional Pembangunan
Wilayah dan Pedesaan. IPB. Bogor.

Nurafuah. 2015. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) di Provinsi Jawa Tengah. Economics Development
Analysis Journal (EDAJ), Vol. 4(4) :363-371. Universitas Negeri Semarang.

83
Universitas Sumatera Utara
84

Nurhajati. 2005. Paradigma Baru Pengembangan Usaha Kecil Menengah untuk


Meningkatkan Daya Saing Ekonomi. Skripsi. UNISMA, Malang.

Nursalam. 2010. Pemberdayaan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Masyarakat


Desa Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri. Skripsi, Malang.

Rahim, A dan H. Kirana. 2014. Karakteristik Operasional Usaha Mikro di Kota


Medan. Seminar Nasional IENACO, hal. 492-509.

Raselawati, A. 2011. Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah


terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada sektor UKM di Indonesia. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta.

Sadhana, N. B. 2013. Analisis Peranan Usaha Kecil dan Menengah terhadap


Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang. Jurnal Imiah. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang. 16 hal.

Simanjuntak, P.J. 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas


Ekonomi UI. Jakarta.

Sirojuzilam. 2005. Regional Planning and Development. Wahana Hijau. Jurnal


Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Vol.1 Nomor 1 Agustus 2005.

------------- dan Mahalli, K. 2010. Regional. Pembangunan, Perencanaan dan


Ekonomi. USU Press. Medan.

Sitanggang, I., R., dan Nachrowi, Djalal, 2004. Pengaruh Struktur Ekonomi pada
Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral: Analisis Model demometrik di 30
Propinsi pada 9 Sektor di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan
Indonesia, Vol. 5(1) : 103-133.

Sudarsono. 1988. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Universitas Terbuka. Jakarta.

Sugiyono. 2003. Statistik Nonparametris Untuk Peneltian. Bandung : Alfabeta.

Sukirno, S. 2006. Pengantar Teori Makroekonomi. PT. RajaGrafindo Persada,


Jakarta.

Suprihatin, N. 2006. Pengaruh Investasi, Ekspor dan Tenaga Kerja terhadap


Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur 1993-2004. Skripsi. Fakultas
Ekonomi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Suryana, 2013. Ekonomi Kreatif. Salemba Empat, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


85

Tejasari, M. 2008.. Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan
Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Todaro, M. P.. 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Erlangga, Jakarta.

Tuah. 2010. Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan
Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Tesis. Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan


Menengah.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi

Variables Entered/Removed
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Penjualan, Pendidikan Informal, Tempat Usaha, . Enter
Pendidikan Formal, Jumlah tenaga kerja, Legalitas
Badan Usaha, Modala
a. All requested variables entered.

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .999a .999 .999 .02802
a. Predictors: (Constant), Legalitas Badan Usaha, Pendidikan Informal, Pendidikan Fornal, Modal,
Tempat Usaha, Jumlah tenaga kerja
b. Dependent Variable: Pendapatan

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 57.686 6 9.614 12247.487 .000a
Residual .059 75 .001
Total 57.745 81
a. Predictors: (Constant), Legalitas Badan Usaha, Pendidikan Informal, Pendidikan Fornal, Modal,
Tempat Usaha, Jumlah tenaga kerja
b. Dependent Variable: Pendapatan

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.446 .151 9.554 .000
Modal .906 .010 .909 95.216 .000
Jumlah tenaga kerja .089 .012 .085 7.674 .000
Tempat Usaha .005 .014 .003 .360 .720
Pendidikan Fornal .067 .030 .014 2.230 .029
Pendidikan Informal .005 .007 .003 .634 .528
Legalitas Badan Usaha .006 .016 .004 .402 .689
a. Dependent Variable: Pendapatan

Universitas Sumatera Utara


Uji Normalitas

Uji Kolmogorov – Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 82
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .02696027
Most Extreme Differences Absolute .092
Positive .092
Negative -.046
Kolmogorov-Smirnov Z .829
Asymp. Sig. (2-tailed) .497
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Universitas Sumatera Utara


Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics


Tolerance VIF
1 (Constant)
Modal .149 6.704
Jumlah Tenaga Kerja .111 8.973
Tempat Usaha .196 5.110
Pendidikan Formal .353 2.833
Pendidikan Informal .783 1.277
Legalitas Badan Usaha .159 6.303
a Dependent Variabel: Pendapatan

Uji Heteroskedastisitas

Uji Glesjer
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .141 .091 1.552 .125
Modal -.011 .006 -.540 -1.922 .058
Jumlah tenaga kerja .008 .007 .367 1.131 .262
Tempat Usaha -.006 .008 -.181 -.741 .461
Pendidikan Fornal .023 .018 .228 1.249 .216
Pendidikan Informal .005 .004 .145 1.183 .240
Legalitas Badan Usaha -8.227E-5 .009 -.002 -.009 .993
a. Dependent Variable: abs_res1
Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai