2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/6058
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS KONTRIBUSI USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN
MEDAN JOHOR KOTA MEDAN
DRAFT TESIS
Oleh :
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
DRAFT TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh :
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Ketua :
Anggota :
ABSTRAK
i
Universitas Sumatera Utara
CONTRIBUTION ANALYSIS OF MICRO SMALL AND MEDIUM
ENTERPRISES ON THE REGIONAL DEVELOPMENT IN THE
SUB-DISTRICT MEDAN JOHOR, MEDAN CITY
ABSTRACT
Economic growth of the city of medan over a period of 2011 - 2013 shows
retarding which means .Economic growth of the city of medan in the year 2011 at
7,69 % .In 2012 the economic growth of the city of medan the number decreased
to 7,63 % as much as , in 2013 further decline being 4,30 % .But the trade sector ,
hotel and restaurant growing from 8,67 % in 2011 being 9,40 % in 2013.
Research conducted in the sub-district of Medan Johor on Analysis of
Contributions of Micro, Small and Medium Enterprises to the Regional
Development in the sub-district of Medan Johor, Medan City. The analytical
method used in this research is descriptive analysis and multiple regression
analysis. The results of the study obtained that micro small and medium
enterprises had a role in employment because it has the average employment
respondents research as many as 7.37 people ( 604 / 82 ). The results of the
analysis regression, factors capital, the amount of labor, place of business, formal
education, informal education, and legality business entity simultaneously affect
income micro small and medium enterprises in the sub district Medan Johor of
the city of Medan.In partial variable capital, the amount of labor, and formal
education significant influence against revenue micro small and medium
enterprises in the sub district Medan Johor of the city of Medan.While dummy
variable place of business, informal education and legality business entity does
not show a clear significant impact on income micro small and medium
enterprises in the sub district Medan Johor of the city of Medan. The role of micro
small and medium enterprises to regional development can be seen from
employment , purchasing power of the community , level of income to fund family
life , and infrastructure support .In addition the local economy where an
increased occurrence of PDRB of the city of medan .Economic development local
can create a new job and stimulate regional economic activities as the effect
multiplier of the micro small and medium enterprises .With the micro small and
medium enterprises expected the local economy so that have an impact on
improve economic growth , and increase public welfare.
ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Drs. H. Syahrul Mulia Harahap, SH, M.Si dan Ibunda Hj.Masna Barus dan
pada SMP Negeri 2 Medan dan tahun 2009 menyelesaikan pendidikan Sekolah
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Kota Medan”. Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
masukan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
yang terhormat Bapak Dr. Rujiman, MA. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing
Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, MS, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
iv
Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Dr. Rujiman, MA, dan Bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut. M.Si
selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan
4. Seluruh dosen pengajar yang telah banyak memberikan bantuan sejak awal
Syahrul Mulia Harahap, SH, M.Si dan Ibunda Hj.Masna Barus yang telah
6. Kepada suami tercinta Arfan Marwazi Pulungan, S.IP, yang telah memberikan
dengan proses penyusunan tesis ini serta selama dalam proses pendidikan saya
kekurangan banyak terdapat dalam tesis ini. Oleh karena itu, masukan dan saran
Amiin.
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .............................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x
vi
Universitas Sumatera Utara
3.5.2. Alat Pengumpulan Data ........................................ 34
3.5.2. Skala .................................................................... 35
3.6. Teknik Analisis Data ....................................................... 36
3.7. Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................... 40
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
viii
Universitas Sumatera Utara
4.21. Dukungan Infrastruktur ……………………………………… 71
4.22. PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Kota Medan Tahun 2013 – 2015 .................. 77
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
xi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
dalam perekonomian Indonesia, terutama ditinjau dari segi jumlah unit usaha dan
daya serap tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam
Kemenkop dan UKM (2010) menunjukkan 99,99% dari keseluruhan pelaku usaha
(UB). Jika ditinjau dari segi penyerapan tenaga kerja, UMKM mampu menyerap
Meskipun demikian, peranan ekspor non migas UMKM jauh lebih kecil
dibandingkan dengan UB. Jumlah UMKM yang mencapai 99,99% dari total
pelaku usaha hanya mampu menyumbang nilai ekspor non migas sebesar rata-rata
18,2%. Sementara UB dengan jumlah usaha hanya sebesar 0,01% dari total pelaku
usaha mampu menyumbangkan nilai ekspor non migas yang lebih tinggi, yaitu
tersebut. Oleh sebab itu dibutuhkan rumusan kebijakan dari lembaga eksekutif
negara sangat menopang pertumbuhan ekonomi, sehingga salah satu strategi yang
1
Universitas Sumatera Utara
2
Sejarah telah menunjukkan bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di
Indonesia tetap eksis dan berkembang meski terjadi krisis ekonomi yang telah
melanda negeri ini sejak tahun 1997. Hingga tahun 2011 UMKM mampu
diuraikan sebagai berikut : sektor usaha mikro menyumbang 36,28% PDB, sektor
usaha kecil 10,9%, dan sektor usaha menengah 14,7% melalui pembayaran pajak.
Sementara itu, sektor usaha besar hanya menyumbang 38,1% PDB melalui
Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan salah satu entitas pelaku
diperkotaan maupun pedesaan. Menurut Urata (2000), peran UMKM dilihat dari
pasar baru dan inovasi, dan untuk UMKM yang sudah mampu melakukan
ekspor.
banyak serta perannya terhadap penyerapan tenaga kerja yang begitu besar dan
ketahanan yang cukup kuat terhadap krisis ekonomi, sebagaimana pada saat
terjadinya krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997- 1998an, dimana kondisi
waktu itu usaha kecil, mikro, dan menengah terbukti lebih kebal daripada
UMKM. Hal ini dapat dilihat dari jumlah UMKM-nya yang cukup banyak,
dengan jumlah lebih kurang 242.890 unit UMKM yang terdiri dari jenis usaha
kelembagaannya belum tertata secara maksimal baik itu soal perizinan maupun
aspek legalitasnya sehingga jumlah UMKM di Kota Medan masih belum pasti.
Adapun jenis-jenis UMKM yang ada di Kota Medan yaitu usaha dibidang kuliner,
dari total usaha ekonomi yang ada di kota Medan. Artinya, jumlah UMKM
mencapai hampir 500 kali lipat dari jumlah usaha besar. Meski demikian,
usaha besar mencapai 60,2 %. Hal ini menunjukkan kuatnya sektor usaha besar
Provinsi Sumatera Utara telah berkembang UMKM dengan jenis usaha seperti :
usaha kerajinan tangan, sepatu, kue, makanan dan minuman. Keberadaan UMKM
Persoalan utama yang dihadapi UMKM, antara lain keterbatasan infrastruktur dan
akses pemerintah terkait dengan perizinan dan birokrasi serta tingginya tingkat
pungutan. Dengan segala persoalan yang ada, potensi UMKM yang besar itu
dihadapi sangat banyak dan lebih berat. Hal itu dikarenakan selain dipengaruhi
secara tidak langsung krisis global tadi, UMKM harus pula menghadapi persoalan
kerja sama antar pengusaha kecil, iklim usaha yang kurang kondusif, pembinaan
Indonesia tidak mendorong daya saing dan nilai tambah atas barang/produk yang
maksimal. Oleh karena itu, program kebijakan penguatan daya saing telah
nasional. Hal tersebut penting untuk memfasilitasi UMKM nasional yang berdaya
saing tinggi, inovatif, dan kreatif, serta mampu melakukan perluasan pasar dari
dihadapi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sehingga sulit berkembang
menangani Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sejak zaman pemerintah
Kota Medan ?
sebagai berikut :
Kota Medan.
1. Bagi Pemerintah Kota Medan, penelitian ini berguna dan bermanfaat dalam
2. Bagi Peneliti, penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu
3. Penelitian ini juga berguna dan bermanfaat bagi masyarakat yang bergerak
4. Hasil penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi para peneliti lain yang
TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Mikro Kecil dan Menengah, antara lain adalah Nurafuah (2015) dengan
judul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) di Provinsi Jawa Tengah”. Usaha kecil dan menengah di Jawa Tengah
jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor usaha kecil dan
penyerapan tenaga kerja pada sektor usaha kecil dan menengah di Provinsi Jawa
pada sektor usaha kecil dan menengah di Provinsi Jawa Tengah. Tujuan yang
ingin di capai dalam penelitian ini adalah menganalisis korelasi jumlah unit usaha
terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor usaha kecil dan menengah di
tenaga kerja pada sektor usaha kecil dan menengah di Provinsi Jawa Tengah,
sektor usaha kecil dan menengah di Provinsi Jawa Tengah. Kesimpulan yang
penyerapan tenaga kerja dan upah minimum juga mempunyai hubungan terhadap
8
Universitas Sumatera Utara
9
jumlah penyerapan tenaga kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bagi
pengelola UKM sebaiknya memanfaatkan rekan bisnis pelatihan usaha, buku dan
internet dalam mencari informasi pasar dan cara manajemen usaha agar usahanya
sampai saat ini. Oleh karena itu Pemberdayaan UKM mutlak diperlukan. Kota
Batu merupakan salah satu kota yang menarik dan berpotensi untuk
perekonomian baik secara individu maupun keseluruhan (PAD) Kota Batu. Untuk
ekonomi daerah di Kota Batu maka dilakukan pengujian secara bersama-sama dan
UKM, tenaga kerja UKM, Modal UKM dan Laba UKM. Dari hasil pengujian
Batu. Dan dari hasil pengujian secara parsial variabel jumlah UKM dan tenaga
ekonomi di Kota Batu, sedangkan untuk variabel Modal UKM dan Laba UKM
Batu.
Medan ditinjau dari modal, pendapatan, tenaga kerja, dan waktu beroperasi.
Peninjauan operasional usaha mikro ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
tahapan pengembangan usaha dengan tingkat modal yang lebih besar. Usaha
mikro adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh
sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat,
tanpa mengabaikan peranan usaha besar dan badan usaha milik pemerintah. Hasil
sebesar 3-6 juta rupiah. 35.9% menyatakan membutuhkan modal sebesar 0-3 juta
bahwasannya untuk memulai usaha mikro tidak membutuhkan modal yang besar,
seperti ditunjukkan hanya 8.6% pelaku usaha mikro yang membutuhkan modal
memainkan peran dinamis yang potensial dalam meningkatkan pasokan baru serta
pasar baru, dan meningkatkan kesempatan kerja dan hasil penjualan. Dalam
berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Perdagangan kota Malang.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis linier
variabel modal (x1), volume penjualan (x2), jenis usaha (x3), dan lama usaha (x4)
UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia pada tahun 2000
sampai 2009. Sedangkan tenaga kerja UKM berpengaruh positif tetapi tidak
usaha. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Sumber data primer akan diperoleh dari para pengusaha mikro dan kecil
non pertanian pada sektor usaha seperti perdagangan dan restoran, industri rumah
tangga dan jasa yang berjumlah 419 UKM. Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, suatu metode analisa data yaitu
tentang masalah yang diteliti serta matrik SWOT yang artinya penulis
mempengaruhi kenaikan PDRB tersebut, antara lain ada beberapa usaha sejenis
yang sama seperti UKM tapi dimiliki oleh usaha besar sehingga secara tidak
munculnya pesaing-pesaing baru dalam produk usaha yang sejenis. Salah satu
cara yang perlu ditempuh oleh Pemerintah Kota Tanjungbalai adalah dengan
UKM untuk segera memiliki izin usaha karena merupakan salah satu syarat untuk
Tanjungbalai.
Kecil dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi
Modal Kerja dan PDB UKM secara signifikan mempunyai pengaruh yang positif
kerja. Dan Tenaga kerja dan investasi secara signifikan berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan Jumlah unit UKM positif tetapi tidak
ekspor dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur 1993-
investasi adalah 0,241 sehingga bila investasi naik 1 persen maka PDRB akan
naik sebesar 0,241 % dan signifikan secara parsial. Nilai koefisien regresi variabel
ekspor adalah 0,287 sehingga bila ekspor naik 1 persen maka PDRB akan naik
sebesar 0,287 % dan signifikan secara parsial. Nilai koefisien regresi variabel
tenaga kerja adalah 0,823 sehingga bila tenaga kerja naik 1 persen maka PDRB
Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang
1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik`orang perorangan atau badan usaha
paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah
2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni : a. Memiliki kekayaan bersih
lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
3. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil
atau usaha besar yang memenuhi kriteria : a. Memiliki kekayaan bersih lebih
dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta`rupiah) sampai dengan paling banyak
bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga
usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang.
Nomor 316/KMK 016/1994 tanggal 27 Juni 1994 bahwa Usaha Kecil sebagai
Contohnya Firma, CV, PT, dan Koperasi yakni dalam bentuk badan usaha.
Sedangkan contoh dalam bentuk perorangan antara lain pengrajin industri rumah
tangga, peternak, nelayan, pedagang barang dan jasa dan yang lainnya.
aspek, baik dari segi kekayaan yang dimiliki pelaku, jumlah tenaga kerja yang
a. kekeluargaan;
b. demokrasi ekonomi;
c. kebersamaan;
d. efisiensi berkeadilan;
e. berkelanjutan;
f. berwawasan lingkungan;
g. kemandirian;
dan berkeadilan;
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu bertujuan menumbuhkan dan
karena intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan investasiyang lebih
kecil, sehingga usaha mikro lebih fleksibel dalam menghadapi dan beradaptasi
dengan perubahan pasar. Hal ini menyebabkan usaha mikro tidak terlalu
terpengaruh oleh tekanan eksternal, karena dapat mengurang impor dan memiliki
kandungan lokal yang tinggi. Oleh karena itu pengembangan usaha mikro dapat
pada usaha mikro dari pada yang terjadi di perusahaan besar (Sutrisno dan Sri,
2006).
bahwa peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian
pemberdayaan masyarakat
Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui
strategis UMKM menurut Bank Indonesia antara lain: jumlahnya yang besar
danterdapat dalam setiap sektor ekonomi; menyerap banyak tenaga kerja dan
kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan
UMKM tidak saja berbeda dengan Usaha Besar (UB), tetapi didalam
Mikro (UMi), Usaha Kecil (UK), dan Usaha Menengah (UM) dalam sejumlah
usaha, sifat dari kesempatan kerja di dalam perusahaan, sistem organisasi dan
produksi, sumber-sumber dari bahan baku dan modal, lokasi tempat usaha,
pengusaha.
Selain hal-hal tersebut, menurut laporan BPS tahun 2006 dalam Tambunan
(2012), terdapat perbedaan antara UMi, UK, dan UM dalam latar belakang atau
antara UMKM dan UB, maupun antar sub-kategori di dalam kelompok UMKM
Disamping itu, latar belakang menjadi pengusaha mikro karena faktor keturunan,
yaitu meneruskan usaha keluarga. Dalam hal ini, banyak faktor keluarga yang
masih dominan, yakni jika orang tuanya seorang nelayan maka anaknya pun akan
menjadi nelayan, dan seterusnya. Sedangkan alasan ideal pengusaha mikro adalah
merasa telah dibekali keahlian tertentu. Alasan lain menjadi pengusaha mikro
lebih beragam dari pada pengusaha mikro, walaupun latar belakang ekonomi juga
merupakan alasan utama, tetapi sebagian lain mempunyai latar belakang lebih
realistis dengan melihat prospek usaha kedepan dengan kendala modal terbatas.
adanya peluang bisnis dan pangsa pasar yang aman dan besar. Ada juga sejumlah
keahlian dan membuka lapangan kerja baru bagi warga setempat. Meski masih
dibidang lain dengan berbagai macam alasan, misalnya pendidikan formal yang
rendah, atau kondisi fisik yang tidak memungkinkan. Hal ini menunjukan bahwa
permintaan atas usaha mereka meningkat karena terkendala dana maka sering kali
tidak bisa untuk memenuhi permintaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
pengendalian maupun juga evalusi kegiatan usaha. Menurut Andang dalam Afifah
desain produk yang sesuai dengan karakter pasar, permasalahan hukum yang
persoalan lanjutan secara lebih baik. Permasalahan tersebut antara lain dalam
berbagai problem dalam UMKM dalam tingkatan yang berbeda, sehingga solusi
produktivitas.
2. Sumber Daya Manusia (SDM). Selama ini sebagian besar tenaga kerja yang
bergerak dalam usaha mikro, kecil dan menengah & koperasi bukan
dengan baik.
merupakan salah satu faktor daya saing yang sangat penting. Banyak
perusahaan yang punya teknologi, sumber daya manusia dengan skill yang
memadai dan modal yang cukup, namun kinerja masih belum memenuhi
harapan.
menengah hingga kini masih relatif lambat, dan karenanya masih sering
Modal adalah bagian yang tak terpisahkan dalam usaha pengembangan suatu
bisnis, karena itu akses modal baik yang berwujud kredit, barang produksi
masih sering menilai para pengusaha mikro, kecil dan menengah & koperasi
belum Bankable.
Pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah & Koperasi sering menggunakan tipe
2. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat ketat
3. Modal terbatas
7. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal yang rendah,
UMKM, khususnya industri kecil (IK) dan industri rumah tangga (IRT) antara
lain:
yang kritis bagi perkembangan UMKM. Salah satu aspek yang terkait dengan
dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun di pasar ekspor.
capital) dan akseske modal kerja dan finansial jangka panjang untuk investasi
merupakan salah satu kendala serius bagi banyak usaha mikro dan kecil di
pasar.
4. Masalah bahan baku. Keterbatasan bahan baku (dan input-input lainnya) juga
sering menjadi salah satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau
kelangsungan produksi bagi banyak usaha mikro dan kecil di Indonesia. Hal
ini dikarenakan jumlah ketersediaan bahan baku yang terbatas serta harga
hasil survei BPS terhadap IK dan IRT menunjukkan bahwa masalah yang
bukan merupakan masalah yang serius bagi banyak pengusaha di IK dan IRT.
(Miraza, 2005).
suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan
administratif di mana wilayah itu menjadi bagiannya, dalam hal ini Negara
wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak
masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun
kualitasnya.
Konsep dasar penataan ruang wilayah dan kota dengan pendekatan pengembangan
tertinggal.
antara sektor pertanian dan industri melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang
(Todaro 2000).
berbagai alternatif yang lebih baik bagi setiap anggota masyarakatnya guna
golongan masyarakat ke arah yang lebih adil, serta transformasi kultural dan tata
nilai. Perubahan yang terjadi diharapkan lebih mengarah kepada perbaikan mutu
kebutuhan fisik dibarengi dengan perbaikan mutu kehidupan yang meliputi mutu
lingkungan fisik, pola konsumsi, rasa aman, tersedianya alternatif jenis pekerjaan
dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan
kesempatan kerja. Penduduk sebagai sumber dari persediaan tenaga kerja akan
1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk
sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan melakukan
kegiatan lain seperti bersekolah atau mengurus rumah tangga, dengan batasan
umur 15 tahun. Sitanggang dan Nachrowi (2004) menyatakan bahwa tenaga kerja
menghasilkan barang dan jasa bila terdapat permintaan terhadap barang dan jasa.
produksi, yang dapat berarti lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia
untuk bekerja yang ada dari suatu saat dari kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja
dapat tercipta apabila terjadi permintaan tenaga kerja di pasar kerja, sehingga
dengan kata lain kesempatan kerja juga menujukkan permintaan terhadap tenaga
produktivitas rendah. Usaha perluasan kesempatan kerja tidak terlepas dari faktor-
kerja yang dikehendaki dengan tingkat upah. Permintaan pengusaha atas jumlah
tenaga kerja yang diminta karena orang tersebut dapat meningkatkan jumlah
barang atau jasa yang diproduksi dan kemudian dijual kepada konsumen. Adanya
(Simanjuntak, 2001).
lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin dari banyaknya jumlah penduduk
permintaan akan tenaga kerja. Oleh karena itu, penyerapan tenaga kerja dapat
Penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal
dan faktor internal. Faktor eksternal tersebut antara lain tingkat pertumbuhan
produktivitas tenaga kerja, modal, serta pengeluaran tenaga kerja non upah.
Johor akan berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan pengembangan wilayah
UMKM dipengaruhi oleh modal, jumlah tenaga kerja, tempat usaha, pendidikan
UMKM
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Pendapatan UMKM
Modal
Jumlah Tenaga Kerja
Tempat Usaha
Pendidikan Formal
Pendidikan Informal
Legalitas Badan Usaha
Pengembangan Wilayah
Kecamatan Medan Johor
Kota Medan
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
pendidikan informal dan legalitas badan usaha berpengaruh positif dan signifikan
METODE PENELITIAN
menjadi dua hal utama yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah
data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar. Data kuantitatif adalah data
berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (scoring). Jenis penelitian
derajat hubungan dan bentuk pengaruh antara variabel bebas dengan variabel
terikat. karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar dua
2. Data sekunder, diperoleh dari instansi terkait seperti BPS, Bappeda dan Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Medan, dan
32
Universitas Sumatera Utara
33
data yang bersumber dari instansi terkait yang mendukung dalam penelitian
ini.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelaku Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Kecamatan Medan Johor yang berjumlah 452 unit usaha
(BPS Kota Medan dan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan, 2015).
pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sangadji dan Sopiah, 2010).
N 452
n = = = 452/5,52 = 81,88
1+ Nd² 1 + (452 x 0,01)
Keterangan :
n = Sampel
N = Populasi
kelurahan.
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka teknik
Medan Johor Kota Medan yang dipilih sebagai sampel sesuai dengan syarat
dan ketentuan di atas. Tujuan penyebaran kuisioner ini adalah untuk menggali
dokumentasi dari berbagai instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS),
3.5.3. Skala
digunakan skala Likert yaitu skala untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
sosial tersebut telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya
disebut variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur
yang bentuknya dapat berupa segala sesuatu yang berkaitan dengan rasa yang
1. Untuk alternatif jawaban positif (a) diberi nilai atau skor 5, yang berarti
2. Untuk alternatif jawaban positif (b) diberi nilai atau skor 4, yang berarti
3. Untuk alternatif jawaban positif dan negatif (c) diberi nilai atau skor 3, yang
4. Untuk alternatif jawaban positif (d) diberi nilai atau skor 2, yang berarti
5. Untuk alternatif jawaban positif (e) diberi nilai atau skor 1, yang berarti
Medan Johor Kota Medan dalam menyerap tenaga kerja menggunakan analisis
deskriptif kuantitatif, yaitu dilakukan dengan cara menganalisis data dari jawaban
responden pelaku usaha mengenai jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam usaha
yang dikelola pelaku UMKM di Kecamatan Medan Johor. Selain itu data
penyerapan tenaga kerja pada pelaku UMKM diperoleh dari Dinas Koperasi dan
faktor modal, jumlah tenaga kerja, tempat usaha, pendidikan formal, pendidikan
informal, dan legalitas badan usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Dimana :
X1 = Modal (rupiah/bulan)
Β0 = Konstanta
µ = Error term
Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier,
yang secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah
yang terbentuk. Untuk itu perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik yang
terdiri dari :
1. Uji Normalitas
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis
grafik adalah dengan grafik histogram dan melihat normal probability plot
Sedangkan uji statistik dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness
dari residual.
2. Uji Multikolinieritas
b. Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar maka standar error besar,
c. Uji-t tidak signifikan. Suatu variabel bebas yang signifikan baik secara
subtansi maupun secara statistik jika dibuat regresi sederhana, bisa tidak
tidak signifikan
interpretasi.
3. Uji Heterokedastisitas
lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak
ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan
heterokedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di
sesuai diukur dengan koefisien determinasi R2, yang mengatakan proporsi variasi
variabel tidak bebas yang dijelaskan oleh variabel yang menjelaskan. R 2 ini
kesesuiannya.
Pengujian satistik dilakukan dengan menggunakan uji-t (t-test) dan uji-F (F-
test) serta perhitungan nilai koefisien determinasi R2. Uji-t dimaksud untuk
(rupiah)
3. Modal yang dimaksud adalah modal lancar, yakni total pembelian bahan-
bahan baku yang akan dipergunakan untuk kebutuhan produksi atau berjualan
4. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat dipekerjakan pelaku
5. Tempat usaha adalah legalitas tempat usaha yang dikelola pelaku UMKM
(2) kondisi demografis, dan (3) kondisi sosial ekonomi daerah. Ketiga aspek
tersebut merupakan potensi yang dimiliki Pemerintah Kota Medan sehingga dapat
menjadi modal dasar pembangunan Kota Medan dan sekaligus dapat menjadi
Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan,
fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional
maupun nasional. Bahkan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan
sering digunakan sebagai barometer dan tolok ukur dalam pembangunan dan
berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara sehingga relatif dekat
dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang, Kuala Lumpur
administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perubahan. Pada tahun 1951,
42
Universitas Sumatera Utara
43
yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha yang meliputi 4 kecamatan
1951 agar daerah Kota Medan diperluas menjadi 3 (tiga) kali lipat.
administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri
lingkungan.
Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi 3°30’ - 3°43’ Lintang
Utara dan 98°35’ - 98°44’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km2.
Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan topografi
yang cenderung miring ke Utara dan menjadi tempat pertemuan 2 sungai penting,
Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut
kemajemukan meliputi unsur agama, suku, etnis budaya dan adat istiadat.
Kehidupan yang penuh kemajemukan tersebut dapat berjalan cukup baik dan
harmonis yang dilandasi rasa kebersamaan dan saling toleransi serta memiliki rasa
kekeluargaan yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa karakter masyarakat
Kota Medan memiliki sifat keterbukaan dan siap menerima perubahan konstruktif
Tabel 4.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Medan Untuk Tahun 2015
Berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan Jumlah Penduduk Persentase (%)
1. Medan Tuntungan 85.613 3.87
2. Medan Johor 132.012 5.93
3. Medan Amplas 123.850 5.48
4. Medan Denai 146.061 6.69
5. Medan Area 98.992 4.56
6. Medan Kota 74.439 3.43
7. Medan Maimun 40.663 1.87
8. Medan Polonia 55.949 2.52
9. Medan Baru 40.540 1.87
10. Medan Selayang 106.150 4.73
11. Medan Sunggal 115.785 5.32
12. Medan Helvetia 150.721 6.81
13. Medan Petisah 63.374 2.92
14. Medan Barat 72.683 3.34
15. Medan Timur 114.720 5.13
16. Medan Perjuangan 95.882 4.41
17. Medan Tembung 137.178 6.31
18. Medan Deli 181.460 8.06
19. Medan Labuhan 117.472 5.31
20. Medan Marelan 162.267 6.94
21. Medan Belawan 98.113 4.51
Jumlah 2.210.624 100
Sumber : BPS Kota Medan, 2016
Tabel 4.2. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Tahun
2011-2015
Indikator Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah
Penduduk 2.117.224 2.122.804 2.135.516 2.191.140 2.210.624
(orang)
Laju
Pertumbuhan - 0.26 0.60 2.60 0.89
Penduduk (%)
Sumber : BPS Kota Medan, 2016
penduduk Kota Medan dari tahun 2011-2015. Jumlah penduduk Kota Medan
2.117.224 jiwa pada tahun 2011 menjadi 2.212.804 jiwa pada tahun 2012 dengan
laju pertumbuhan sebesar 0,26%. Pada tahun 2013 penduduk Kota Medan
berjumlah 2.135.516 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,69% dari
jumlah penduduk tahun 2012. Jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2014
meningkat menjadi 2.191.140 jiwa dengan laju pertumbuhan 2,60%. Pada tahun
2015 jumlah penduduk Kota Medan 2.210.624 jiwa atau tumbuh sebesar 0,89%
dari tahun sebelumnya. Dilihat dari laju pertumbuhannya, penduduk Kota Medan
tahun maka rasio kepadatan penduduk Kota Medan juga mengalami peningkatan
dikarenakan luas wilayah Kota Medan yang tidak mengalami perubahan (tetap).
Tabel 4.3. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2011-2015
Indikator Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah
Penduduk 2.117.224 2.122.804 2.135.516 2.191.140 2.210.624
(orang)
Luas Wilayah
265.1 265.1 265.1 265.1 265.1
(km2)
Kepadatan
7987 8008 8056 8265 8339
Penduduk
Sumber : BPS Kota Medan, 2016
jiwa/Km2 pada tahun 2011 menjadi 8.008 jiwa/Km2 pada tahun 2012. Pada tahun
2013 kepadatan penduduk Kota Medan meningkat menjadi 8.056 jiwa/Km2. Pada
tahun 2014 kepadatan penduduk kembali meningkat menjadi 8.265 jiwa/Km2 dan
pada tahun 2015 meningkat kembali menjadi 8.339 jiwa/Km2. Dilihat dari rasio
termasuk tinggi sehingga untuk masa mendatang menjadi salah satu tantangan
sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan dari pelaksanaan pembangunan itu
sendiri. Berdasarkan indikator PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000,
perlambatan yang berarti. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 2013
sebesar 5,36%. Pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Kota Medan meningkat
menjadi sebesar 6,08%, pada tahun 2015 menurun menjadi 5,74 %. Selanjutnya
apabila dianalisis secara sektoral, perlambatan ekonomi Kota Medan dapat dilihat
Tabel 4.4. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Medan Tahun 2013 – 2015
No Lapangan Usaha Pertumbuhan (%)
2013 2014 2015
1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.09 6.39 5.01
2. Pertambangan dan Penggalian -3.00 -5.01 -4.40
3. Industri Pengolahan 1.93 2.72 1.37
4. Pengadaan Listrik dan Gas -16.73 -0.42 -7.13
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 3.86 6.67 8.01
6. Konstruksi 8.43 8.95 8.09
7. Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda
Motor 8.64 9.14 5.53
8. Transportasi dan Pergudangan -11.76 -11.99 2.68
9. Penyediaan Akomodasi dan makan Minum 6.55 9.63 8.36
10. Informasi dan Komunikasi 9.93 9.55 9.51
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 6.98 4.78 5.57
12. Real Estate 8.04 8.70 7.51
13. Jasa Perusahaan 6.78 6.66 4.94
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 7.29 7.60 2.83
15. Jasa Pendidikan 8.30 8.16 8.54
16. Jasa Kesehatan 9.87 11.81 9.95
17. Jasa Lainnya 8.25 8.05 6.97
PDRB 5.36 6.08 5.74
Sumber : BPS Kota Medan, 2016
Pada tahun 2015 lapangan usaha yang mengalami penurunan dari tahun
2013 terjadi pada sektor lapangan usaha pertambangan dan penggalain, industri
pengolahan, konstruksi, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
motor, informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, real estate, jasa
yaitu pertanian, pengadaan listrik dan gas, pengadaan air, pengelolaan sampah,
limbah dan daur ulang, transportasi dan perdagangan, penyediaan akomodasi dan
barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi. Untuk mengetahui struktur
perekonomian Kota Medan dapat dilihat dari kontribusi setiap sektor dalam
relatif tidak mengalami pergeseran selama periode 2013 – 2015. Untuk sektor
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor merupakan sektor
yang paling besar peranannya terhadap pembentukan PDRB Kota Medan dan
sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah,
periode 2013 – 2015, yakni dari 1,2 % pada tahun 2013 menjadi 1,19% di tahun
2015 atau turun sebesar 0,01%. Begitupun kontribusi sektor sekunder yang
mengalami penurunan sebesar 0,02% dari 34,42% pada tahun 2013 menjadi
kecenderungan yang meningkat selama periode tersebut yakni dari 64,38% pada
tahun 2013 menjadi 64,41% pada tahun 2015 atau mengalami peningkatan sebesar
0,03%.
perekonomian Kota Medan telah bergeser dari sektor pertanian (agraris) ke sektor
sekunder atau sektor jasa yang merupakan ciri spesifik dari daerah perkotaan. Hal
penduduk mengarah kepada sektor-sektor non agraris. Gejala ini bisa dipahami
karena beberapa faktor yang menyebabkan antara lain luas lahan pertanian di
daerah perkotaan sangat sempit sehingga daya serap tenaga kerja sektor pertanian
semakin sedikit dan tidak memungkinkan bagi penduduk untuk memiliki lahan
pertanian yang cukup luas serta lahan diperkotaan merupakan barang berharga
dan bernilai sangat tinggi sehingga dari segi ekonomis dimungkinkan untuk
dengan luas wilayah 16,96 Km2 dengan rasio luas wilayah adalah 11,57%
terhadap luas wilayah Kota Medan. Kecamatan Medan Johor berbatasan dengan :
Secara geografis wilayah Kecamatan Medan Johor terletak antara 03o 53’
Lintang Utara dan 98o 67’ Bujur Timur. Daerah ini terletak pada ketinggian 3 m di
atas permukaan laut, dengan keadaan iklim dipengaruhi oleh angin laut dengan
kelembaban dan curah hujan yang relatif tinggi. Suhu rata-rata 21o C – 32o C.
dengan luas wilayah setiap Kelurahan di Kecamatan Medan Johor dapat dilihat
Pada Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa Kelurahan Kwala Bekala
memiliki luas wilayah terbesar di Kecamatan Medan Johor yaitu 5,50 Km2
Km2 (23,58 %), Kelurahan Gedung Johor seluas 3,15 Km2 (18,57 %), Kelurahan
Titi Kuning seluas 1,81 Km2 (10,67 %), Kelurahan Suka Maju seluas 1,52 Km2
Pada Tabel 4.7. di atas dapat dilihat bahwa Kelurahan Titi Kuning
memiliki kepadatan penduduk yang paling tinggi yaitu 12.164 jiwa/Km2, diikuti
4.1.3.1.Umur
sebaynyak 20 orang (24,23 %) dan berumur 51-60 tahun hanya sebanyak 12 orang
Kecamatan Johor berumur 20-60 tahun, dan secara umum responden UMKM
berada pada usia produktif untuk dapat melakukan kegiatan usaha dalam mencari
di Kecamatan Medan Johor adalah laki-laki yakni sebanyak 63 orang (76,83 %),
sedangkan sisanya yakni perempuan sebanyak 19 orang (23,17 %). Hasil ini
4.1.3.3. Pendidikan
berpendidikan SMA.
27 orang hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.11. berikut ini.
kategori jumlah tenaga kerja yang paling dominan adalah 2 orang sebanyak 19
responden (23.17 %), diikuti dengan jumlah tenaga kerja 3 orang sebanyak 12
responden (3,66 %), jumlah tenaga kerja 9 orang dan 12 orang masing-masing
sebanyak 2 responden (2,44 %), dan jumlah tenaga kerja 25 orang dan 26 orang
penelitian menunjukkan bahwa UMKM dapat menyerap tenaga kerja, hal ini
Pada Tabel 4.12. dapat dilihat bahwa peran UMKM dalam menyerap
tenaga kerja cukup besar, hal ini dapat dilihat dari 82 responden secara
keseluruhan memiliki tenaga kerja. Tabel 4.12 juga menunjukkan bahwa peran
UMKM di Kecamatan Medan Johor dalam penelitian ini mampu menyerap tenaga
kerja sebanyak 604 orang. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata penyerapan
regresi dilakukan untuk menetahui kekuatan dan arah hubungan antara variabel
tenaga kerja, tempat usaha, pendidikan formal, pendidikan informal, dan legalitas
badan usaha. Teknik estimasi variabel dependen yang melandasi analisa regresi
asumsi utama yang mendasari model regresi linear klasik dengan menggunakan
5. Tidak ada autokorelasi antar kesalahan (antara ui dan uj tidak ada korelasi)
9. Model regresi telah dispesifikasi secara benar atau tidak ada bias (kesalahan)
dan variabel dependen, keduanya terdistribusikan secara normal atau tidak, maka
dalam penelitian dilihat dengan cara memperhatikan penyebaran data (titik) pada
Persyaratan dari uji normalitas data adalah jika data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak
mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
peroleh hasil bahwa semua data berdistribusi secara normal dan tidak terjadi
metode selanjutnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan sebaran data
Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual antara
lain adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S
Hasil uji statistik pada Tabel 4.13. menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-
Smirnov Z sebesar 0,829 dan signifikansinya pada 0,497 dan nilainya di atas α =
0,05 (Asymp.Sig = 0,497 > 0,05) sehingga hipotesis Ha diterima yang berarti data
4.1.5.1.2. Multikolinieritas
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka
korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance
Inflation Factor) dan Tolerance-nya. Nilai dari VIF yang kurang dari 10 dan
tolerance yang lebih dari 0,10 maka menandakan bahwa tidak terjadi adanya
Hasil analisis diperoleh bahwa nilai VIF dan tolerance sebagai berikut :
a. Variabel modal (X1) mempunyai nilai VIF sebesar 6,704 dan tolerance
sebesar 0,149
b. Variabel jumlah tenaga kerja (X2) mempunyai nilai VIF sebesar 8,973 dan
c. Variabel tempat usaha (X3) mempunyai nilai VIF sebesar 5,100 dan tolerance
sebesar 0,196.
d. Variabel pendidikan formal (X4) mempunyai nilai VIF sebesar 2,833 dan
e. Variabel pendidikan informal (X5) mempunyai nilai VIF sebesar 1,277 dan
f. Variabel legalitas badan usaha (X6) mempunyai nilai VIF sebesar 6,303 dan
Dari ketentuan yang ada bahwa jika nilai VIF < 10 dan tolerance > 0,10
maka tidak terjadi gejala multikolinearitas dan nilai-nilai yang didapat dari
perhitungan adalah sesuai dengan ketetapan nilai i. VIF dan tolerance, dan dari
hasil analisis di atas dapat diketahui nilai toleransi semua variabel independen
informal, dan legalitas badan usaha) lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10
bahwa titik-titik yang menyebar secara acak baik di atas maupun dibawah angka
nol, pada sumbu Y serta tidak membentuk pola atau kecenderungan tertentu pada
variable independen (Ghozali, 2005). Adapun hasil uji glesjer terdapat pada Tabel
independen tidak ada yang signifikan yaitu modal = 0,058 > α = 0,05, jumlah
tenaga kerja = 0,262 > α = 0,05, tempat usaha = 0,461 > α = 0,05, pendidikan
formal = 0,216 > α = 0,05, pendidikan informal = 0,240 > α = 0,05, dan legalitas
badan usaha = 0,993 > α = 0,05. Maka dapat disimpulkan model regresi tidak
terdapat heteroskedastisitas.
regresi yang dapat lihat dari nilai R Square. Untuk mengetahui pendapatan
UMKM yang disebabkan beberapa faktor antara lain : modal, jumlah tenaga kerja,
tempat usaha, pendidikan formal, pendidikan informal dan legalitas badan usaha
Hasil perhitungan nilai R Square adalah 0,999. Hal ini berarti 99,9 persen
tenaga kerja, tempat usaha, pendidikan formal, pendidikan informal dan legalitas
badan usaha) di atas, sedangkan sisanya yaitu 0,1 persen dijelaskan oleh variabel-
demikian dapat disimpulkan P = 0,000 < α = 0,05, yang berarti Ha diterima. Ini
berarti bahwa variabel independen (modal, jumlah tenaga kerja, tempat usaha,
Pada uji statistik secara parsial dengan nilai t kritis (critical value) pada df =
(n-k), dimana n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel independen
termasuk konstanta. Untuk menguji koefisian regresi parsial secara individu dari
pendapatan UMKM.
Berdasarkan Tabel 4.18. dan uraian di atas maka dengan demikian dapat
sebesar ln 1,446.
0,089.
0,005.
0,006.
produk yang diusahakan pelaku UMKM. Daya beli masyarakat rendah jika
keyakinan untuk membeli produk pelaku UMKM berada antara 0 sampai dengan
40%, daya beli masyarakat sedang jika keyakinan untuk membeli produk pelaku
UMKM berada antara 41 sampai dengan 60%, daya beli masyarakat tinggi jika
keyakinan untuk membeli produk pelaku UMKM berada antara 61 sampai dengan
100%. Untuk mengetahui daya beli masyarakat terhadap produk UMKM dapat
Tabel 4.19 terlihat bahwa daya beli masyarakat terhadap produk UMKM
yang dominan adalah pada daya beli sedang sebanyak 35 responden (42,68%),
diikuti daya beli tinggi sebanyak 28 responden (34,15%) dan daya beli rendah
terhadap produk UMKM cukup baik karena hanya 19 responden (23,17%) pelaku
UMKM yang menunjukkan daya beli rendah dan 63 responden (76,83%) berada
Johor Kota Medan dalam penelitian ini mampu membiayai hidup keluarga dari
hidup keluarga sudah cukup baik karena pendapatan UMKM mampu membiayai
pendapatan daerah dan nasional. Oleh karena itu peranan UMKM mempunyai
infrastrukrur dalam kegiatan pelaku UMKM yang dominan berada pada kategori
4.2. Pembahasan
dari latar belakang sulitnya memperoleh pekerjaan di sektor formal akibat tingkat
moneter, dan tidak memiliki modal untuk membuka usaha dalam skala besar.
menyerap tenaga kerja cukup besar, dalam penelitian ini mampu menyerap tenaga
kerja sebanyak 604 orang (Tabel 4.12). Peran UMKM dalam menyerap tenaga
Secara langsung UMKM berusaha untuk tidak menjadi pengangguran dan secara
kerja. Kondisi ini memberikan dampak positif terhadap Pemerintah Kota Medan,
penyerapan tenaga kerja dan upah minimum juga mempunyai hubungan terhadap
a. Modal
terhadap pendapatan UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Hasil ini
dipengaruhi oleh modal. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan modal yang tinggi
maka akan meningkatkan jumlah hasil produksi, karena dalam proses produksi
Modal adalah faktor yang mempunyai peran cukup penting dalam proses
perusahaan baru atau untuk memperluas usaha yang sudah ada, tanpa modal yang
usahanya, UMKM tidak memerlukan modal dalam jumlah yang terlalu besar
(Ashari, 2006).
pemberian kredit lunak akan sangat membantu unit-unit yang lebih banyak,
sehingga pada akhirnya akan menciptakan pendapatan dan lapangan kerja yang
lebih banyak lagi. Untuk dapat meningkatkan modal, pekerja sektor informal
penelitian Utari dan Dewi (2014) membuktikan bahwa modal secara parsial
UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Hasil ini menunjukkan semakin
meningkat jumlah tenaga kerja maka pendapatan pelaku UMKM akan meningkat.
Hasil ini sesuai dengan teori Cobb-douglas yang menyatakan bahwa output
produksi dipengaruhi oleh tenaga kerja. Menurut pelaku UMKM bahwa jumlah
tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap banyaknya hasil produksi karena dalam
usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara
yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaaan terhadap tenaga
produksi yang penting untuk diperhatikan dalam proses produksi dalam jumlah
yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya lapangan kerja tetapi juga kualitas
dan macam tenaga kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tohar
c. Tempat Usaha
Tempat usaha yang digunakan pelaku UMKM berpengaruh positif dan tidak
Hasil ini menunjukkan bahwa tempat usaha yang memiliki legalitas akan
d. Pendidikan Formal
investasi dalam bidang sumber daya manusia yang berperan dalam memacu
manfaatnya baru dapat dirasakan setelah sepuluh tahun (Atmanti, 2005). Menurut
maka akan semakin tinggi pula tingkat produktivitas karyawan dan pada akhirnya
hasil penelitian Utari dan Dewi (2014) membuktikan bahwa tingkat pendidikan
e. Pendidikan Informal
menunjukkan bahwa legalitas badan usaha yang memiliki izin akan meningkatkan
UMKM dalam membiayai hidup keluarga. Adanya penyerapan tenaga kerja dan
jasanya dalam menyerap arus migrant yang setiap saat terus bertambah di wilayah
kota. Sektor ini memberikan andil cukup besar di sektor ketenaga kerjaan, karena
mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak yang tidak tertampung di
Medan Johor Kota Medan dalam penelitian ini mampu membiayai hidup keluarga
dari pendapatan yang dikelolanya. Kondisi ini menunjukkan bahwa peran UMKM
hidup keluarga sudah cukup baik karena pendapatan UMKM mampu membiayai
peningkatan pendapatan daerah dan nasional. Oleh karena itu peranan UMKM
pengolahan, transportasi dan pergudangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 4.22.
kerja dan variasi peluang kerja tersedia untuk penduduk setempat, kondisi ini akan
Tabel 4.22. PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha Kota Medan Tahun 2013 – 2015
No Lapangan Usaha PDRB (Rp.Milyar)
2013 2014 2015
1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1582046.6 1750471.3 1956171.08
2. Pertambangan dan Penggalian 2469.6 2402.3 2349.4
3. Industri Pengolahan 21681108.9 23881025.5 25590997.4
4. Pengadaan Listrik dan Gas 165732 161196.83 144185
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
229273 260168.3 301299
Ulang
6. Konstruksi 23229959.69 26884308.99 30608286.2
7. Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda
31360899.4 36433790.1 40784734.9
Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 10512653.8 9683408.1 10498242.5
9. Penyediaan Akomodasi dan makan Minum 3619627.5 4357450.9 5052908.7
10. Informasi dan Komunikasi 6776710.2 7297736.5 8035463.3
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 9827560.2 10853922.9 11964874.9
12. Real Estate 10306414.4 11906215.7 13643390.8
13. Jasa Perusahaan 3169678.8 3622950.3 4051891.5
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
2482795.6 2822970 3172216
Sosial Wajib
15. Jasa Pendidikan 3560104.4 4076433.2 4486244.2
16. Jasa Kesehatan 1729980.1 2097361.7 2526069
17. Jasa Lainnya 131604644.4 147683863.4 164628276.4
PDRB 1367630.2 1592050.8 1808952.5
Sumber : BPS Kota Medan, 2016
Keberadaan UMKM dalam hal ini Usaha Mikro di Kecamatan Medan Johor
Kota Medan pada beberapa sisi telah memberi warna tersendiri bagi kota, karena
tak sedikit pengusaha besar merintis usahanya sebagai Usaha Mikro diawal
karirnya.
Umumnya keberadaan Usaha Mikro tidak terlepas dari sektor formal yaitu
pertokoan, dimana secara tidak langsung terjadi interaksi antara dua sektor yang
banyak sedikitnya barang dagangan Usaha Mikro, karena didukung oleh lokasi
satu cara untuk menarik masyarakat untuk membeli barang dagangan Usaha
Mikro
masyarakat yang membeli. Dari aspek lokasi dapat mengorganisir penataan ruang
menurunkan tingkat urbanisasi dan para pekerjanya dilahirkan di daerah kota atau
setidaknya telah lama tinggal di kota. Dengan demikian pekerja sektor informal
tidak melulu kaum migrant yang berasal dari desa. Sehingga masalah sektor
informal erat kaitannya dengan masalah kemiskinan dan kesempatan kerja yang
tersedia di perkotaan. Sektor informal tidak lain merupakan bagian dari kota,
menyangkut pertukaran timbal balik antara kota dan desa serta cara produksinya
masing-masing.
kegiatan usaha. Tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan sektor informal tersebut
telah memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi ekonomi lokal dalam
informal tersebut.
Jumlah masyarakat miskin tidak saja akan semakin bertambah di kota, tetapi
Barangkali akibat-akibat negatif seperti ini, sejak dini perlu segera diantisipasi.
Jangan sampai demi sekedar mengejar keindahan kota, Usaha Mikro yang
sesungguhnya besar jasanya, lalu dijadikan kambing hitam dan terpaksa menjadi
Pihak pemerintah harus segera menyadari bahwa rakyat miskin yang selama
ini dilihat dengan nada minor, pengganggu ketertiban, bisul pembangunan dan
berharga jika diarahkan dengan baik. Jika usaha membuat kota menjadi
saja dapat mematikan potensi kemandirian itu, tetapi pada saat yang sama
Upaya memaksimalkan peran UMKM dalam hal ini Usaha Mikro dalam
pembangunan, sering dihadapkan pada dilema, pada satu sisi pemerintah ingin
memberi kemudahan fasilitas bagi rakyat kecil perkotaan untuk mencari nafkah
melalui berbagai sumberdaya yang tersedia, namun di sisi lain pemerintah juga
ingin menciptakan suasana kehidupan kota yang bersih, rapi dan asri. Sikap
perlu didorong dan dikembangkan. Pada saat yang sama, pemerintah tidak henti-
usahanya. Selain itu perlu adanya rencana alokasi tempat kepada UMKM dengan
keindahan tata kota tetap terjaga dan kenyamanan masyarakat dalam berlalu lintas
perbaikan kondisi usaha atau tindakan yang mengarah kepada terciptanya iklim
pembatasan terhadap sektor informal. Pekerja sektor informal ini perlu dibina
dengan baik supaya memberikan manfaat yang wajar bagi mereka sendiri dan
Dinas Koperasi dan UMKM Kota tidak memperoleh kontribusi dana dan
melakukan pungutan liar pada UMKM, tetapi membantu promosi setiap ada
kegiatan. Permasalahan UMKM, selain faktor modal adalah adanya pungutan liar.
Menurut responden pungutan liar pada sektor Usaha Mikro yang tidak memiliki
tempat usaha secara resmi yaitu bangunan atau warung/kios dapat berupa uang
sampah dan bayar uang preman untuk tempat melakukan usaha. Pada sektor usaha
kecil dan menengah yang memiliki tempat usaha dan legalitas badan usaha
5.1. Kesimpulan
2. Hasil analisis regresi, faktor modal, jumlah tenaga kerja, tempat usaha,
Medan. Secara parsial variabel modal, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan
tenaga kerja, daya beli masyarakat, tingkat pendapatan dalam membiayai hidup
81
Universitas Sumatera Utara
82
masyarakat.
5.2. Saran
1. UMKM di Kecamatan Medan Johor Kota Medan perlu diberdayakan, hal ini
pengangguran.
penataan lokasi bagi UMKM untuk dapat mengelola usahanya agar dapat
berkembang.
Usaha Mikro dengan menata keberadaan Usaha Mikro, sehingga dapat memiliki
lokasi usaha yang menetap dan memperoleh hasil pajak dan retribusi dari
keberadaan Usaha Mikro yang tertata, serta dapat memiliki keindahan dan
kenyamanan kota.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan. 2015. Kecamatan Medan Johor Dalam
Angka.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2010
http://www.depkop.go.id/sandingan_data_umkm_2010.pdf.
Kuncoro, Haryo. 2002. Upah Sistem Bagi Hasil dan Penyerapan Tenaga Kerja,
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 7(1): 45-54.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Ekonomika Indonesia: Dinamika Lingkungan Bisnis di
Tengah Krisis Global. UPP STIM YKPN. Yogjakarta.
Nurafuah. 2015. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) di Provinsi Jawa Tengah. Economics Development
Analysis Journal (EDAJ), Vol. 4(4) :363-371. Universitas Negeri Semarang.
83
Universitas Sumatera Utara
84
Sitanggang, I., R., dan Nachrowi, Djalal, 2004. Pengaruh Struktur Ekonomi pada
Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral: Analisis Model demometrik di 30
Propinsi pada 9 Sektor di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan
Indonesia, Vol. 5(1) : 103-133.
Tejasari, M. 2008.. Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan
Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tuah. 2010. Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan
Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Tesis. Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Penjualan, Pendidikan Informal, Tempat Usaha, . Enter
Pendidikan Formal, Jumlah tenaga kerja, Legalitas
Badan Usaha, Modala
a. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .999a .999 .999 .02802
a. Predictors: (Constant), Legalitas Badan Usaha, Pendidikan Informal, Pendidikan Fornal, Modal,
Tempat Usaha, Jumlah tenaga kerja
b. Dependent Variable: Pendapatan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 57.686 6 9.614 12247.487 .000a
Residual .059 75 .001
Total 57.745 81
a. Predictors: (Constant), Legalitas Badan Usaha, Pendidikan Informal, Pendidikan Fornal, Modal,
Tempat Usaha, Jumlah tenaga kerja
b. Dependent Variable: Pendapatan
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.446 .151 9.554 .000
Modal .906 .010 .909 95.216 .000
Jumlah tenaga kerja .089 .012 .085 7.674 .000
Tempat Usaha .005 .014 .003 .360 .720
Pendidikan Fornal .067 .030 .014 2.230 .029
Pendidikan Informal .005 .007 .003 .634 .528
Legalitas Badan Usaha .006 .016 .004 .402 .689
a. Dependent Variable: Pendapatan
Uji Heteroskedastisitas
Uji Glesjer
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .141 .091 1.552 .125
Modal -.011 .006 -.540 -1.922 .058
Jumlah tenaga kerja .008 .007 .367 1.131 .262
Tempat Usaha -.006 .008 -.181 -.741 .461
Pendidikan Fornal .023 .018 .228 1.249 .216
Pendidikan Informal .005 .004 .145 1.183 .240
Legalitas Badan Usaha -8.227E-5 .009 -.002 -.009 .993
a. Dependent Variable: abs_res1
Sumber : Data Primer Diolah, 2016