Anda di halaman 1dari 171

KEBERLANJUTAN DANA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN

(SPP) EKS PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DALAM
PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DESA
DI KECAMATAN SEI RAMPAH
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS
OLEH:
DIMAS KURNIANTO
187024039

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan
bertujuan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan
berkelanjutan di tingkat desa. Salah satu kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan adalah
Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Kegiatan tersebut merupakan kegiatan
pemberian modal kepada kelompok-kelompok yang beranggotakan perempuan dari
Rumah Tangga Miskin (RTM). Dalam pengelolaan Dana SPP PNPM Mandiri
Perdesaan, lembaga yang bertanggung jawab adalah Badan Kerjasama Antar Desa
(BKAD) yang dibentuk oleh musyawarah antar desa dan ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Desa Bersama sesuai dengan Panduan PTO 2008. Implementasi
Undang-undang Desa No 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebabkan PNPM MPd
dihentikan dana bergulir yang merupakan peninggalan PNPM MPd diakhiri.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti keberlanjutan dana Simpan Pinjam
Perempuan (SPP) eks PNPM Mandiri Perdesaan dalam peningkatan ekonomi
masyarakat kecamatan Sei Rampah. Secara metodologi, penelitan ini menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah
dengan wawancara, Focused Group Discussion (FGD), dan observasi terhadap
proses dan hasil dari kegiatan SPP di kecamatan Sei Rampah serta melakukan
pengumpulan data sekunder berupa studi kepustakaan pada literatur, dokumen,
tulisan ilmiah dan studi penelitian sejenis yang berhubungan dengan masalah
penelitian. Analisis data dilakukan dengan mereduksi data, menyajikan data dan
menarik kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa keberlanjutan dana SPP
Eks PNPM MPd masih terus berlanjut dan berkembang dengan sangat baik dengan
manfaat yang cukup signifikan bagi peningkatan ekonomi masyarakat miskin.
Lembaga pengelola dana SPP Eks PNPM MPd adalah BKAD yang ditata kembali
melalui Musyawarah Antar Desa (MAD) yang ditetapkan sebagai keputusan
bersama kepala desa. Status kelembagaan BKAD masih bersifat ad hoc dan belum
bertransformasi menjadi sebuah badan hukum. Program Simpan Pinjam
Perempuan (SPP) Eks PNPM MPD belum bergabung menjadi sebuah unit usaha
dalam BUMDesa Bersama sehingga pengembangan usaha belum maksimal dan
pemanfaatan dan pinjaman belum merata bagi seluruh masyarakat rumah tangga
miskin.

Kata Kunci : PNPM Mandiri Perdesaan; Lembaga; Simpan Pinjam Perempuan;


Keberlanjutan, Peningkatan Ekonomi

i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

THE SUSTAINABILITY OF SPP (WOMAN SAVINGS AND LOAN) FUND


EX-PNPM (NATIONAL PEOPLE EMPOWERMENT PROGRAM
PROGRAM) MANDIRI PEDESAAN IN INCREASING VILLAGERS’
ECONOMY IN SEI RAMPAH SUB-DISTRICT SERDANG BEDAGAI
REGENCY

PNPM Village Independence is intended to accelerate poverty alleviation in an


integrated and sustainable way at villages. One of its activities is SPP (Woman
Savings and Loan) by providing capital for groups of RTM fioor family) women.
The institution which is responsible for this activity is BKAD (Inter-Village
Cooperative Body) established by negotiation among villages and stipulated by
the Village Heads, guided by PTO 2008. The implementation of Law No. 672014
on Village causes PNPM MPd is stopped and the revolving fund ofPNPM MPd is
eliminated. The objective of the research was to analyze the sustainability ofSPP
(woman Savings and Loan) Fund ex-PMPM Mandiri Pedesaan in increasing
villagers economy in Slei Rampah Sub-district. The research wed descriptive
qualitative method. The data were gathered by conducting interview, Focused
Group DiscusSlon (FGD), and observation for its process. Secondary data were
gathered by conducting library research, documentary study, scientific writings.
The gathered data were analyzed by reducing the data, presenting them, and
drawing the conclusion. The result of the research shows that the sustainability of
SIPP fund ex-PNPM MPd still exists and develops well and significantly for
increasing poor villagers’ economy. Besides that, BKAD is restructured through
the negotiation of MAD and stipulated by Kiffoge Heads. The institutional status
ofBKAD is still in adhoc and has not yet transformed to a legal entity. SPP ex-
PNPM MPd has not yet joined to be a business unit in Jointly BUMDes so that its
business development is not maximal and its use and loan are not equally
distributed to all poor families.

Keywords: PNPM Mandiri Pedesaan, Institution, iFoman Savings and Loan,


Sustainability, Increase in Economy

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Aalamiin, Dengan Rahmat Allah SWT, Penulis

dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Keberlanjutan Dana Simpan

Pinjam Perempuan (SPP) Eks Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri Perdesaan dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Desa Di

Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai”, yang merupakan salah satu

syarat mutlak untuk menyelesaikan proses pembelajaran pada Program Studi

Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Sumatera

Utara.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak

memperoleh bantuan dan dukungan baik itu moril maupun materil. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Prof. DR Runtung Sitepu, S.H., Mhum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara

2. Dr. Muryanto Amin, M.Si, selaku Dekan Fisipol Universitas Sumatera

Utara

3. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si Ketua Program Studi Magister Studi

Pembangunan, sekaligus Dosen Pembimbing 1 yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini

4. Prof. Dr. Humaizi, MA, selaku Pembimbing 2 yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini

iii
Universitas Sumatera Utara
5. Husni Thamrin, S.Sos, MSP selaku dosen penguji penulisan tesis

6. Drs. Agus Suriadi, M.Si selaku dosen penguji penulisan tesis

7. Para Dosen di Program Studi Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu

Sosial Politik Universitas Sumatera Utara

8. Nassaruddin Nst, S.Sos, M.M. Camat Sei Rampah yang telah memberi

masukan dan saran untuk penulisan tesis ini

9. Pengurus BKAD, Pengurus Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Eks PNPM

Mandiri Perdesaan Kecamatan Sei Rampah

10. Para Kepala Desa dan Tokoh masyarakat Kecamatan Sei Rampah

Kabupaten Serdang Bedagai

11. Rekan-rekan mahasiswa Tahun 2018 Program Studi Magister Studi

Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Sumatera Utara yang

menjadi teman diskusi dan bertukar pikiran yang baik

12. Pegawai dan Staf Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Serdang Bedagai

13. Bunda, Mbak Nissa, Mas Agil, Mas Faiz dan adik Alif adalah keluarga

tercinta yang merupakan benteng terakhir yang telah mendukung selama

penulis mengikuti Perkuliahan di Universitas Sumatera Utara

Tesis ini diharapkan menjadi wujud kontribusi selaku mahasiswa pada Program

Studi Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas

Sumatera Utara.

iv
Universitas Sumatera Utara
Tak ada gading yang tak retak, itu pribahasa yang tepat untuk tesis ini, Kami

telah berupaya maksimal, namun pasti masih banyak kekurangan, kelemahan dan

kesalahan. Menyadari bahwa tesis ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami

mohon kritik, masukan dan saran, demi melengkapi penulisan tesis ini.

Sebagai penutup, semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi penulis dan

bagi seluruh pembaca.

Medan, November 2020

Dimas Kurnianto

v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .............................................................................................................. i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi


DAFTAR TABEL................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x

BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 11

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 11

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 11

BAB II ....................................................................................................................14
2.1. Pembangunan Ekonomi Masyarakat Desa .................................. 14

2.1.1. Definisi Pembangunan Ekonomi ................................................. 14

2.1.2. Konsep Pembangunan Ekonomi Perdesaan ................................ 17

2.1.3. Konsep Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Kaitannya dengan


Pembangunan Ekonomi Desa .......................................................... 21

2.2. Teori Kelembagaan .......................................................................... 23

2.2.1. Pengertian Kelembagaan ................................................................. 23

2.2.2. Pembangunan Lembaga .................................................................. 26

2.3. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM


Mandiri) ........................................................................................... 28

2.3.1. PNPM Mandiri Perdesaan ............................................................... 28

2.3.2. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) ........................................... 35

vi
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Dana Bergulir ................................................................................... 36

2.3.4. Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) PNPM MPd ............... 38

2.3.5. Kelembagaan Pengelola Dana Bergulir SPP PNPM Mandiri


Perdesaan ......................................................................................... 41

2.4. Implikasi Undang-Undang No 6 Tahun 2014 .................................. 44

2.4.1. Pengakhiran PNPM Mandiri Perdesaan........................................... 44

2.4.2. Prespektif Kebijakan Publik ............................................................ 45

2.4.3. Lembaga Pengelola Dana Bergulir Eks PNPM MPd....................... 48

2.4.4. Program Dana Bergulir Eks PNPM MPd ........................................ 51

2.5. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 52

2.6. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 66

BAB III...................................................................................................................69

3.1. Jenis Penelitian....................................................................................... 67

3.2. Lokasi Penelitian .................................................................................... 71

3.3. Informan Penelitian ................................................................................ 72

3.4. Teknik pengumpulan Data ..................................................................... 74

3.5. Teknik Analisis Data............................................................................... 78

BAB IV ..................................................................................................................82

4.1. Hasil Penelitian ................................................................................ 82

4.1.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ............................................. 82

4.1.2. Program PNPM Mandiri Perdesaan ................................................. 89

4.1.3. Pengakhiran Program PNPM Mandiri ............................................. 90

4.2. Implementasi Keberlanjutan Pengelolaan Dana SPP Eks PNPM MPd


......................................................................................................... 92

4.2.1. Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Eks PNPM MPd ......... 92

4.2.2. Mekanisme Pengelolaan SPP Eks PNPM MPd ............................... 94

vii
Universitas Sumatera Utara
4.2.3. Kelompok Sasaran Program SPP Eks PNPM MPd ....................... 105

4.2.4. Kelembagaan Pengelola Dana Spp Eks PNPM MPd..................... 109

4.2.5. Analisis Keberlanjutan Dana SPP Eks PNPM MPd terhadap


Peningkatan Ekonomi RTM .......................................................... 123

BAB V..................................................................................................................145

5.1. Kesimpulan .................................................................................... 145

5.2. Saran .............................................................................................. 146

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 147

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1. Jadwal Penelitian ............................................................................. 73

4.1 Letak dan Geografi Kecamatan Sei Rampah, 2018......................... 87

4.2 Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL) dan Kontur

Tanah Menurut Desa di Kecamatan Sei Rampah, 2018 .................. 88

4.3 Letak Geografis Menurut Desa di Kecamatan Sei Rampah, 2018 . 89

4.4 Data sasaran penerima program kelompok SPP .............................. 107

4.5 Pengurus Harian BKAD Periode 2015-2020.................................. 110

4.6 Badan Pengawas Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Sei

Rampah Periode 2015-2020 ........................................................... 111

4.7. Unit pengelola (UPK) Kecamatan Sei rampah Periode

2015-2020 ......................................................................................... 112

4.8 Tim Pendanaan Kecamatan Sei Rampah Periode 2015-2020 ........ 112

4.9 Tim Verifikasi (TV) Kecamatan Sei Rampah Periode 2015-2020 . 112

4.10 Data Perkembangan Keuangan Kec. Sei Rampah periode 2015 -

2020 ................................................................................................ 128

4.11 Rekap Tabungan Anggota Kelompok di Kecamatan Sei Rampah

Kabupaten Serdang Bedagai............................................................ 130

4.12 Rekapitulasi Keuangan Kegiatan SPP Kabupaten Serdang Bedagai 142

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Bagan Alur Kegiatan PNPM .......................................................... 34

2.2 Bagan Alur Tahapan Kegiatan SPP ................................................ 41

2.3 Skema Kerangka Konsep Penelitian ............................................... 67

3.1 Komponen Analisis Data Model Interaktif...................................... 81

4.1 Peta Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai .................................... 83

4.2. Peta Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai ........... 85

4.3 SOP Perguliran SPP oleh BKAD ................................................... 98

4.4 Dasar Pembentukan BKAD ............................................................ 113

4.5 Skema Kelembagaan BKAD .......................................................... 115

4.6 Proses Pembentukan BKAD........................................................... 118

4.7 Hubungan Kelembagaan BKAD .................................................... 119

4.8 Fungsi BKAD Terhadap Pengembangan UPK ............................... 120

4.9 Kantor BKAD dan BUMDes Bersama Sei Rampah ...................... 123

x
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Desa suatu kesatuan masyarakat memiliki batas wilayah, beregulasi secara

hukum yang secara otonomi mempunyai kewenangan untuk menata dan mengelola

urusan pemerintahan dan kepentingan ditinjau inisiatif, kewenangan, latar belakang

dan atau ketentuan yang melekat baik secara kepemilikan (hak) dan kewajiban bagi

masyarakatnya. Dalam pasal pembuka pada Undang-undang yang mengatur

mekanisme pengaturan penyelenggaran desa khususnya pada ayat 1 menyatakan

bahwa kelembagaan, urusan pemerintahan desa juga diselaraskan menurut penataan

sistem dan bentuk pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI).

Sesuai Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 2 bahwa

sistem penyelenggaraan pemerintahan Indonesia telah mengamanatkan bahwa

Desa dipimpin oleh Kepala Desa sebagai kepala pemerintahan untuk

menyelenggarakan urusan dan fungsi pemerintahan, pembangunan, pembinaan,

kepentingan bahkan memberdayakan aspek-aspek kemasyarakatan desa di desa

pembangunan, pembinaan dan pemberdayaan kemasyarakatan desa. Selain itu

Kepala Desa dituntut agar mampu memberdayakan masyarakat desa dimulai

melahirkan dan meningkatkan inovasi melalui sumber daya masyarakatnya, secara

individu maupun kelompok kemudian dapat menghasilkan solusi atas berbagai

persoalan untuk mempersiapkan masyarakat yang memiliki kemandirian sehingga

1
Universitas Sumatera Utara
dapat terwujudnya dalam segi aspek peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat

desa.

Mendukung pengembangan potensi masyarakat desa, pemerintah

berinisiatif berupaya masyarakat dapat diberdayakan dan ditingkatkan

kesejahteraan melalui memberikan wawasan dan pendidikan, pembentukan

karakater, kemampuan personal, pemahaman diri agar dapat memanfaatkan

sumber-sumber daya melalui penetapan kebijakan atas program, kegiatan maupun

keikutsertaan sesuai esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.

Tepatnya pada tahun 2007, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan salah satu

mekanisme program pembangunan nasional yang diperuntukkan untuk

pemberdayaan dan percepatan penanggulangan kemiskinan masyarakat, yaitu

lahirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Bentuk

kebijakan pelaksanaan PNPM Mandiri terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan

(PNPM MPd), PNPM Mandiri Perkotaan (PNPM MPk) dan PNPM Mandiri

Wilayah Khusus dan Desa Tertinggal (PNPM-Mandiri.org).

PNPM MPd merupakan program naungan dari Departemen Jenderal

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) dari Kementerian Dalam Negeri.

Pembiayan pelaksanaan PNPM MPd berasal dari alokasi anggaran pemerintah

pusat yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), lalu alokasi

anggaran pemerintah daerah berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD). Pembiayaan untuk program pemberdayaan masyarakat miskin tersebut,

ada yang merupakan dari pendanaan dunia internasional baik pinjaman/bantuan

oleh sejumlah lembaga dari Bank Dunia dan turut memberikan kontribusi sumber

2
Universitas Sumatera Utara
dana terbesar terhadap keberlangsungan pelaksanaan program pemberdayaan

masyarakat di Indonesia ini.

PNPM MPd merupakan program integrasi yang dulunya lahir dari Program

Pengembangan Kecamatan (PPK). PNPM MPd adalah kebijakan program pusat

untuk melakukan gerakan berbasis pemberdayaan masyarakat dalam

penanggulangan kemiskinan di wilayah perdesaan. Pengelolaan PNPM MPd

berpedoman sesuai Petunjuk Teknis Operasional (PTO) yang secara jelas mengatur

para pelaku, proses alur dan mekanisme serta pendampingan program agar dapat

berjalan dengan baik. Masyarakat sebagai pelaku PNPM MPd juga memiliki andil

secara partisipatif pada setiap tahapan kegiatan, diawali proses perencanaan,

keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan alokasi dana sesuai kebutuhan

paling prioritas di desanya terhadap pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya.

Fasilitasi yang disediakan program PNPM MPd tidak hanya sebatas

pemberdayaan masyarakat/ kelembagaan lokal tetapi juga menyangkut kegiatan

pelatihan dan pendampingan bagi keterampilan/ kecakapan hidup (life skills) yang

berguna untuk pengembangan diri dan juga sebagai modal untuk dapat mandiri dan

menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Selain program pemberdayaan bagi

masyarakat, program PNPM MPd lainnya adalah dana bantuan secara langsung

bagi masyarakat (BLM). Dana BLM yang dialokasikan sebesar Rp. 750.000.000,-

sampai dengan Rp. 3.000.000.000,- per kecamatan berdasarkan tingkatan jumlah

penduduk. Salah satu kegiatan PNPM MPd yang didanai BLM adalah program

bergulir Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP). Program SPP merupakan

pinjaman tanpa syarat agunan dengan persentase bunga pengembalian pinjaman

lebih kecil dibandingkan dengan suku bunga pinjaman di bank. Pinjaman pada

3
Universitas Sumatera Utara
program SPP ini juga merupakan pinjaman tanggung renteng, yang berarti bahwa

tunggakan satu atau beberapa orang anggota kelompok menjadi tanggung jawab

kelompok secara keseluruhan.

Kehadiran program SPP yang diperuntukkan bagi ibu rumah tangga atau

kelompok wanita berperan mendukung peningkatan pendapatan ekonomi

masyarakat yang sering mengalami perubahan dari turun menjadi naik, atau bisa

juga sebaliknya. Pengguna manfaat SPP PNPM MPd menggunakan pinjaman

dengan baik dan benar-benar digunakan untuk berdagang kecil-kecilan dan juga

masyarakat yang ingin membuka usaha baru seperti: palawija, sembako, warungan,

makanan keliling dan juga makanan produksi rumahan. Awalnya masyarakat yang

tidak memiliki pekerjaan, setelah bergulirnya program ini memiliki pekerjaan

pokok sebagai wirausahawan baru dan ada juga yang membantu suami dalam

mengembangkan usaha sektor pertanian dan peternakan. Dengan usaha tersebut

kini mereka mampu untuk membiayai kehidupan rumah tangga mereka sehari-hari.

Sebelum ada program SPP, masyarakat juga banyak yang terjerat pinjaman kepada

rentenir sehingga mengakibatkan masyarakat tidak bisa terlepas dari jerat

kemiskinan. Setelah ada program SPP maka masyarakat yang semula meminjam ke

rentenir sekarang beralih ke SPP karena pengembalian bunga yang jauh lebih

rendah dibandingkan dengan rentenir.

Dengan adanya program SPP ditengah-tengah masyarakat menunjukkan

fakta bahwa ada beberapa perubahan nyata yang dapat dirasakan oleh masyarakat

sebagai pemanfaat program. Pada pogram ini yang menjadi kekuatan adalah

pendampingan yang dilakukan oleh fasilitator pendamping. Masyarakat yang

membuka usaha atau lapangan pekerjaan baru diberikan pelatihan sesuai dengan

4
Universitas Sumatera Utara
pelatihan yang dibutuhkannnya dalam menjalankan maupun mengembangkan

usahanya masing masing. Pelatihan yang diberikan diperoleh dari program

pemberdayaan yang diselenggarakan oleh pengelola atau para pelaku program

PNPM MPd. Pelatihan dan pendampingan yang diberikan oleh pendamping PNPM

Mandiri merupakan kunci dari keberhasilan dari program SPP tersebut. Dengan

adanya pelatihan dan juga pendampingan, masyarakat penerima manfaat dapat

mengembangkan usaha dan meraih keuntungan sehingga kesejahteraan masyarakat

dapat lebih meningkat. Penggunaan dana pinjaman SPP juga diawasi oleh

pendamping dan pelaku PNPM MPd sesuai tingkatan. Pengawasan dilakukan dari

mulai pendirian kelompok SPP, verifikasi pemanfaatan usulan sampai dengan

penggunaan pinjaman. Hal ini sangat membantu masyarakat miskin sebagai

penerima manfaat, sehingga pinjaman bergulir SPP tersebut benar-benar dapat

dioptimalkan.

Program PNPM MPd yang telah berjalan dalam kurun waktu tertentu telah

menghasilkan beberapa kemajuan di tingkat desa, terutama dalam bidang ekonomi.

Masyarakat miskin sangat terbantu dengan program SPP dimana pemberdayaan

kaum perempuan benar-benar diberdayakan sebagai tombak kemajuan ekonomi di

perdesaan. Hal ini telah membuktikan bahwa pengelolaan dana bergulir SPP PNPM

Mandiri berjalan dengan baik dan manfaatnya dapat terus dirasakan oleh

masyarakat (peminjam). Dari pengelolaan dana yang masih bergulir tersebut

tersebut tampak jelas bahwa program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) mempunyai

banyak manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya untuk

masyarakat rumah tangga miskin.

5
Universitas Sumatera Utara
Regulasi perundang-undangan pada Nomor 6 Tahun 2014 mengenai Desa

memberikan secercah asa, dorongan semangat terhadap jajaran pemerintahan dan

masyarakat desa dikarenakan dalam Undang-undang desa ini memberikan ruang

gerak cukup besar terhadap desa, agar memiliki kembali kewenangan otonom untuk

mengatur urusan kewenangan hak berdasarkan runut awal dan otoritas berskala

desa. Pendelegasian wewenang yang cukup besar ini membuat pemerintah pusat

memberikan dukungan penyelenggaraan otonomi desa dengan mengeluarkan

kebijakan dana transper langsung ke desa yaitu program Dana Desa. Namun dengan

terbitnya undang undang desa ini juga membuat pemerintah tidak lagi memberikan

program-program yang langsung kepada masyarakat/ desa tetapi harus

diintegrasikan dalam program dana desa.

Keberadaan program PNPM MPd sejak tanggal 31 Desember 2014 telah

dinyatakan resmi berakhir sehingga kelanjutan pengelolaan dan pengembangan

program eks PNPM MPd diserahkan dari Kementerian Dalam Negeri kepada

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Dampak

berakhirnya PNPM MPd meninggalkan permasalahan yang berkaitan dengan

kelanjutan program. PNPM MPd meninggalkan asset dalam bentuk infrastruktur

dan dana perguliran. Salah satu jejak peninggalan PNPM MPd yang masih ada dan

masih berjalan hingga saat ini yaitu BLM dan SPP.

Dana simpan pinjam perempuan selama ini dikelola dengan baik oleh para

pelaku PNPM MPd dan bergulir pada kelompok perempuan yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan rumah tangga miskin. Seiring berakhirnya program

PNPM MPd ini seharusnya dana perguliran tersebut tetap dipertahankan dan

dikelola untuk keberlanjutannya. Program tersebut membuat warga mulai khawatir

6
Universitas Sumatera Utara
dengan pemberitaan miring tentang dana yang sedang bergulir bagi masyarakat.

Berbagai issue yang menyebar di seluruh bagian Indonesia antara lain dana tersebut

harus dikembalikan ke kas negara kemudian aset PNPM MPd yang ada di UPK

Kecamatan dibagi saja untuk tiap-tiap desa, atau bahkan kredit tidak perlu

dikembalikan karena program telah selesai.

Keberlanjutan tentang dana SPP eks PNPM MPd menimbulkan

kekhawatiran masyarakat umum pengguna dana tersebut. Siapa pengelola yang

akan mempertanggungjawabkan dana dan kepemilikan asset program tersebut,

selain itu bagaimanakah pergulirannya, proses kontrol dan pertanggungjawaban

apakah sama sewaktu PNPM MPd masih berjalan. Oleh sebab itu untuk

menghindari issue-issue yang berkembang dan meresahkan masyarakat perlu

dibentuk wadah untuk mengelolanya. Tujuannya adalah agar dana tersebut tidak

lenyap begitu saja seiring dengan berakhirnya PNPM MPd. Pada masa transisi

pengakhirannya, perguliran dana SPP eks PNPM MPd dikelola oleh Badan

Kerjasama Antar Desa (BKAD) dan Unit Pengelola Kegiatan (UPK), yang diatur

oleh peraturan bersama Kepala Desa sebagai lembaga yang menaungi perguliran

dana eks PNPM MPd. Pembentukan BKAD tersebut merupakan upaya untuk

penyelamatan aset dan dana bergulir eks PNPM MPd akibat penghentian program.

Keberadaan dana eks PNPM MPd di Kabupaten Serdang Bedagai masih

relatif baik walaupun memiliki berbagai masalah terkait pengelolaan dana eks

PNPM MPd yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, karena tidak adanya

mekanisme pertanggungjawaban dana eks PNPM MPd yang diatur secara khusus

dalam Peraturan Perundang-undangan, dimana idealnya harus diatur di dalam

peraturan menteri atau sejenisnya. Kesempatan seperti ini dapat dimanfaatkan oleh

7
Universitas Sumatera Utara
oknum yang tidak bertanggungjawab dan tidak berdedikasi untuk memperkaya diri

sendiri atau kelompok. Ketiadaan petunjuk teknis dana eks PNPM MPd

menimbulkan banyak tafsir dari berbagai pihak, sebagaimana yang terjadi pada

Pemerintah Kabupaten Gresik yaitu adanya wacana pembagian dana eks PNPM

MPd kepada seluruh desa (https://duta.co/di-gresik-eks-dana-pnpm-jadi-rebutan,

17 Februari 2017).

Merujuk pengelolaan dana eks PNPM PPd di wilayah Kabupaten Serdang

Bedagai yakni di Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai, bahwa dana

program SPP masih terus bergulir dan pemanfaatan pinjaman SPP oleh ibu-ibu dari

rumah tangga miskin sesuai dengan tujuan awal dari pengembangan program BLM

tersebut. Keberlanjutan Dana bergulir eks PNPM MPd dengan pemanfaatan yang

tepat sasaran dapat diketahui dari beberapa kegiatan yang dilakukan Pemerintah

Kabupaten Serdang Bedagai antara lain adalah pada tanggal 22 Januari 2020,

Bupati Ir. H. Soekirman beserta Wakil Bupati H. Darma Wijaya menyerahkan dana

Rumah Tangga Miskin (RTM) kegiatan Eks PNPM MPd kecamatan se-Serdang

Bedagai. Dalam kegiatan tersebut diberikan penghargaan kepada Bonas Nasution,

seorang pedagang es tebu di Desa Firdaus Kecamatan Sei Rampah selaku penerima

manfaat program SPP dari Rumah Tangga Miskin (RTM) yang telah berhasil

memanfaatkan dana pinjaman tersebut untuk melakukan kegiatan usaha sehingga

dapat menghidupi dan mensejahterakan keluarganya. (https://mediacenter.

serdangbedagaikab.go.id/, 29 Januari 2019). Informasi tersebut menunjukkan

indikator keberhasilan program SPP Eks PNPM MPd di Kecamatan Sei Rampah.

Hal tersebut tidak lepas dari keberhasilan pengelola dana bergulir eks PNPM MPd

di Kecamatan Sei Rampah.

8
Universitas Sumatera Utara
Terbentuknya dan peranan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam

Undang-Undang Nomor 1 tahun 2013 menjadi landasan payung hukum untuk

pengelolaan dana-dana PNPM-Mandiri. Pada Undang-undang tersebut disebutkan

bahwa Lembaga Keuangan Mikro adalah lembaga keuangan yang secara khusus

memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik

melalui pinjaman atau pembiayaan terhadap usaha berskala kecil kepada anggota

dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi

pengembangan usaha dan tidak semata-mata untuk mencari laba atau profit. Sesuai

dengan undang-undang tersebut maka organisasi yang dibentuk untuk

menyelamatkan dana dari program PNPM Mandiri, dapat menjadi Lembaga

Keuangan Mikro dalam bentuk koperasi atau Perseroan Terbatas.

Sesuai dengan pengamatan awal peneliti, bahwa program Simpan Pinjam

Perempuan (SPP) Kecamatan Sei Rampah masih tetap berada dalam koordinasi dan

pengelolaan BKAD. BKAD sebagai lembaga yang menaungi dan menangani asset

SPP Eks PNPM MPd sudah dibentuk sejak berakhirnya PNPM Mandiri yaitu tahun

2015. Kegiatan kelompok Simpan Pinjam Perempuan terus berlanjut hingga saat

sekarang ini. Berdasarkan beberapa fakta tersebut, dapat diketahui bahwa

berakhirnya program PNPM MPd tidak mempengaruhi beberapa program dan

kegiatan yang dikelola oleh BKAD dan UPK eks PNPM MPd di beberapa

kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai khususnya di Kecamatan Sei Rampah.

Masyarakat dan Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kecamatan Sei Rampah masih

banyak yang memanfaatkan dana SPP tersebut sebagai modal usaha untuk

mengembangkan usaha perdagangan, pertanian, dan pengembangan peternakan.

9
Universitas Sumatera Utara
Kelompok- kelompok usaha masyarakat RTM di beberapa desa di kecamatan Sei

Rampah masih mendapatkan modal tambahan dari SPP tersebut.

Dengan merujuk kondisi tersebut di atas, maka peneliti berkeinginan untuk

melakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengelolaan dana eks PNPM MPd

khususnya pemberdayaan masyarakat bidang ekonomi yakni SPP eks PNPM MPd

di Kecamatan Sei Rampah karena tetap ada dan berkembang dengan baik walaupun

PNPM MPd sudah berakhir. Setelah berjalannya undang-undang tentang Desa

tersebut, ada beberapa permasalahan yang peneliti ingin ketahui dari keberlanjutan

program SPP di Kecamatan Sei Rampah ini yaitu tentang status kelembagaan

pengelola dana SPP eks PNPM MPd. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui

keberlanjutan dana SPP eks Program Kemandirian Masyarakat Perdesaan terhadap

pengembangan (eskalasi) perekonomian khususnya bagi masyarakat perdesaan

Kecamatan Sei Rampah. Penelitian yang peneliti lakukan ini sangat erat kaitannya

dalam program Studi Magister yang peneliti ambil yaitu Magister Studi

Pembangunan dimana yang menjadi arah kajian penelitian adalah kondisi, gejala,

peristiwa-peristiwa sosial yang dialami masyarakat Kecamatan Sei Rampah yaitu

tentang keberlanjutan program SPP Eks PNPM MPd dan status kelembagaan

setelah PNPM MPd. Referensi penelusuran informasi yang terkait dalam masalah

tersebut dapat ditemukan melalui penerbitan kajian secara ilmiah ataupun yang

diperoleh dari situasi lapangan sehingga mendukung terlaksananya penulisan

peneliti.

Ditinjau dari kajian uraian latar belakang di atas, maka penulis mengadakan

penelitian tentang “Keberlanjutan Dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Eks

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

10
Universitas Sumatera Utara
Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Desa Di Kecamatan Sei Rampah

Kabupaten Serdang Bedagai”.

1.2. Rumusan Masalah


Merujuk pada dasar pemahaman penjelasan di atas, dapat dirumuskan

persoalan-persoalan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana keberlanjutan dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP) eks PNPM

Mandiri Perdesaan dalam peningkatan ekonomi masyarakat desa di

Kecamatan Sei Rampah ?

2. Bagaimana status kelembagaan pengelola dana Simpan Pinjam Perempuan

(SPP) eks PNPM Mandiri Perdesaan dengan terbitnya Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis keberlanjutan dana simpan pinjam perempuan eks PNPM

Mandiri Perdesaan dalam usaha meningkatkan ekonomi masyarakat miskin

di desa-desa yang ada di Kecamatan Sei Rampah.

2. Mendeskripsikan status kelembagaan pengelola dana simpan pinjam

perempuan eks PNPM Mandiri Perdesaan dengan terbitnya Undang-

Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian yang diangkat oleh penulis diantaranya adalah :

1. Kepentingan Kajian Ilmiah

11
Universitas Sumatera Utara
Kajian persoalan dalam penelitian ini memberikan manfaat acuan dalam

segi ilmu pengetahuan pada segmentasi pendidikan bidang Manajemen

Studi Pembangunan, karena dari kajian penulisan dapat menjadi bahan

koreksi kinerja dan kontribusi kontribusi tentang pengembangan konsep

mengenai keberlanjutan dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP) eks PNPM

MPd dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat miskin. Hasil penelitian ini

sebagai khasanah pengetahuan dan penelitian khususnya dibidang

Manajemen Studi Pembangunan yang dapat dijadikan sebagai sumber

untuk kegiatan penelitian selanjutnya yang sejenis.

2. Kepentingan Praktis

a. Manfaat penelitian bagi masyarakat umum. Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan informasi dan menghasilkan solusi kepada

masyarakat agar mengetahui bagaimana keberlanjutan dana Simpan

Pinjam Perempuan (SPP) eks PNPM MPd dalam mengembangkan

ekonomi masyarakat desa. Masyarakat dari rumah tangga miskin dapat

ikut andil menjadi pengguna manfaat dan dapat menciptakan lapangan

pekerjaan baru sehingga kesejahteraan masyarakat menjadi lebih

meningkat;

b. Manfaat penelitian bagi Pengelola SPP Eks PNPM MPd, penelitian ini

hendaknya dapat menggerakan dorongan motivasi agar meningkatkan

pelayanan dan kerjasama dengan pihak lain yang dapat meningkatkan

kemajuan dari program SPP tersebut dan sebagai motivasi untuk segera

melakukan transformasi lembaga SPP ke dalam bentuk Badan Hukum

12
Universitas Sumatera Utara
c. Bagi Pemerintah Kabupaten, Kecamatan dan Desa, hasil kajian ini

hendaknya mampu berkontribusi memberikan sumber pengetahuan dan

menghasilkan jalan keluar dalam hal keberlanjutan dana Simpan Pinjam

Perempuan (SPP) eks PNPM MPd dalam peningkatan ekonomi

masyarakat desa dan dapat lebih memotivasi dan memfasilitasi

warganya yang tergolong miskin untuk mengikuti program SPP

tersebut.;

d. Terhadap Penulis, kajian penelitian ini dapat dimanfaatkan menjadi

sumber pengetahuan baru terkait program pemberdayaan dan perguliran

dana Simpan pinjam Perempuan (SPP) Eks PNMP Mandiri Perdesaan

sekaligus sebagai sumber dalam pembelajaran Manajemen Studi

Pembangunan.

13
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Ekonomi Masyarakat Desa

2.1.1. Definisi Pembangunan Ekonomi

Paradigma proses pembangunan ekonomi sangat memiliki keterkaitan

erat dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pembangunan ekonomi

mengalami peningkatan jika antara pendapatan penduduk secara penuh dan

pendapatan per kapita sejalan mengalami kenaikan dengan memperhitungkan

pertambahan penduduk disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur

ekonomi suatu negara.

Berkembangnya kegiatan perekonomian dan peningkatan kualitas taraf

hidup masyarakat telah menjadi indikator keberlangsungan pembangunan

ekonomi. Menurut Hudiyanto (2017: 14) bahwa pembangunan ekonomi

berjalan jika masyarakatnya memiliki kenaikan pendapatan per kapita dalam

kurun waktu yang panjang. Sedangkan menurut Kuncoro (2009: 32) adalah

suatu proses dimana pendapatan per kapita suatu negara kurun waktu yang

panjang mengalami peningkatan, dan jumlah penduduk yang hidup dibawah

garis kemiskinan tidak meningkat secara absolut dan distribusi pendapatan tidak

semakin timpang.

Arsyad (2016: 1.4) menjelaskan bahwa di penghujung tahun 1950-an,

pembangunan ekonomi tidak sepenuhnya berkembang karena kemampuan

ekonomi nasional yang bersifat relatif statis, pertumbuhan pembangunan ekonomi

membutuhkan jenjang waktu yang sangat panjang untuk dapat menaikkan dan

mempertahankan laju pertumbuhan GNP-nya hingga dapat mendekati angka 5

14
Universitas Sumatera Utara
sampai 7 persen atau lebih per tahun. Todaro dan Smith seperti yang dikemukakan

oleh Arsyad (2016: 1.5) mengemukakan bahwa ada tiga nilai kesuksesan

pembangunan ekonomi sebuah negara ditunjukkan oleh yaitu:

1. Masyarakat mampu meningkatkan pendapatannya untuk memenuhi

kebutuhan pokok (sustenance);

2. Memiliki tingginya rasa kepercayaan diri atau harga diri (self-esteem);

3. Tingginya kemampuan masyarakat dalam menentukan pilihannya

(freedom from survitable) yang merupakan salah satu dari hak mutlak

dari kehidupan manusia.

Terkait pemahaman pembangunan ekonomi yang diuraikan oleh para

ahli diatas, dapat disimpulkan beberapa konsep dasar makna pembangunan

ekonomi, antara lain :

1. Suatu metode perubahan yang berlangsung secaraterus menerus.

2. Tindakan masyarakat untuk meningkatkan penghasilan per kapita.

3. Peningkatan pendapatan berlangsung stabil secara terus terjadi dalam

waktu jangka panjang.

4. Transformasi nilai sosial dan kebudayaan menjadi sistem manajemen

kelembagaan. Makna sosial tersebut ditinjau atas dua faktor, yaitu

memperbaiki struktur organisasi (institusi) dan bidang regulasi (baik

formal maupun non formal).

Pembangunan ekonomi berarti pula sebagai suatu proses yang

menyebabkan antara lain:

1. Perubahan arah tujuan organisasi ekonomi, politik dan nilai sosial yang

awalnya bertolok ukur kebijakan pada suatu daerah menjadi kebijakan

15
Universitas Sumatera Utara
segmentasi di luar daerah.

2. Perlunya perubahan cara pandang masyarakat terhadap keinginan akan

besarnya jumlah anak dalam sebuah keluarga, sebab masih adanya suatu

keluarga untuk memiliki banyak anak menjadi keluarga kecil.

3. Mengubah arah pembentukan dan penguatan dalam metode investasi

yang dilakukan masyarakat. Mengubah pola perilaku melaksanakan

investasi berupa aset tidak produktif (menumpuk emas, membeli

properti dan sebagainya) mengarah investasi aset lebih produktif.

4. Mengubah cara, sikap hidup dan adat istiadat yang kurang mengerakkan

gairah laju perekonomian (misalnya perubahan sikap kedisplinan seperti

tidak tepat waktu, rendahnya rasa menghormati nilai prestasi perorangan

dan sebagainya).

Menurut Suryana (2000: 55), terdapat empat teori atau acuan model

pembangunan ekonomi yang dapat diterapkan khususnya dalam pembangunan

di Indonesia, yaitu:

1. Model pembangunan berorientasi pada pertumbuhan. Tujuan pokok

strategi ini adalah meningkatkan laju produksi (GDP);

2. Model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada proses terciptanya

lapangan kerja;

3. Model pembangunan yang berorientasi pada pengurangan dan

pengentasan kemiskinan;

4. Model pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan

dasar (The Bassic Necessary Oriented)

16
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Konsep Pembangunan Ekonomi Perdesaan

Kemajuan ekonomi adalah proses meningkatnya jumlah kapasitas

produksi suatu perekonomian yang diimplementasikan menjadi suatu bentuk

kenaikan pendapatan dalam skala nasional. Secara rillnya bahwa tujuan

kemajuan, perkembangan pembangunan ekonomi telah mendorong

menumbuhnya sektor ekonomi secara positif dan sebaliknya. Fungsi

pertumbuhan ekonomi adalah memperlancar kegiatan pembangunan ekonomi.

Rapanna (2017: 2), mengemukakan pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses

eskalasi jumlah pendapatan tanpa terkait dengan besarnya tingkat pertumbuhan

penduduk.

Perbedaan konsep pemahaman antara pembangunan ekonomi dan kemajuan

pertumbuhan dalam pandangan ekonomi dilihat dari keberhasilannya adalah:

1. Output keberhasilan pembangunan bersifat kualitatif yaitu adanya

bertambahnya nilai produksi, terjadinya perubahan dalam struktur produksi

dan penempatan (alokasi) input pada berbagai sektor perekonomian;

2. Tidak hanya berorientasi pada hasil secara kualitatif, pertumbuhan ekonomi

juga bersifat kuantitatif yaitu adanya kenaikan pendapatan dan tingkat

output produksi yang dihasilkan.

Mekanisme pemahaman pertumbuhan ekonomi secara sederhana mengacu

pada tingginya produksi agregat (output) bidang ekonomi. Sering kali, tetapi bukan

merupakan keharusan bahwa keuntungan agregat dalam suatu produksi memiliki

signifikasi pengaruh terhadap peningkatan produktivitas marginal rata-rata.Tentu

saja keadaan ini mengarahkan pada peningkatan pendapatan, memberikan suatu

keyakinan bagi calon konsumen agar membuka dompet mereka dan kemudian

17
Universitas Sumatera Utara
mengkonsumsi lebih banyak lagi. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa kualitas

kehidupan masyarakat secara materi mengubah menjadi meningkatnya standar

hidup lebih baik atau tinggi. Dalam ekonomi, umumnya pertumbuhan

digambarkan, diterjemahkan sebagai fungsi modal fisik, modal tenaga kerja

(sumber daya manusia), dan kemajuan teknologi. Singkatnya, meningkatkan

jumlah (kuantitas) atau mutu (kualitas) populasi usia kerja, maka alat yang harus

mereka gunakan, dan ilmu yang mereka miliki untuk menggabungkan tenaga kerja,

modal, dan bahan baku, akan mengarah pada peningkatan penghasilan secara

ekonomi.

Mengedepankan potensi yang berbasis kearifan lokal dalam kawasan

perdesaan yang mencakup struktur demografi masyarakat, karakteristik sosial

budaya dan fisik/geografis, pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi

desa-kota, sektor kelembagaan desa dan karakteristik kawasan pemukiman

merupakan ciri dari pembangunan perdesaan (Adisasmita, 2018: 20).

Ekonomi dan pembangunan perdesaan kerap kali disamakan dengan

pembangunan yang berorientasi produk hasil pertanian disebabkan sebagian besar

wilayah perdesaan, terutama yang ada pada negara-negara sedang berkembang,

umumnya mata pencaharian penduduknya bertumpu pada sektor pertanian. Oleh

karena itu pembangunan yang dilakukan lebih mengarah pada hasil pertanian.

Walaupun dalam realisasinya, pembangunan pertanian tidaklah sama dengan

pembangunan perdesaan. Cakupan pada membangun perdesaan memiliki cakupan

yang luas, tidak hanya sekedar pembangunan pertanian. Melainkan pembangunan

perdesaan juga harus menyesuaikan dengan kondisi geografis masing-masing

wilayah desa.

18
Universitas Sumatera Utara
Asumsi mengenai produktivitas ekonomi masyarakat perdesaan cenderung

lebih tertinggal dari pada masyarakat perkotaan dalam berbagai aspek, misalnya

dari aspek ekonomi, kemajuan teknologi, pendidikan hingga iklim politik di desa

juga cenderung lebih lambat pertumbuhannya dari pada di wilayah perkotaan.

Adanya kondisi demikian menjadi latar belakang penyebab terjadinya keinginan

perpindahan masyarakat perdesaaan menuju perkotaan guna mencari penghidupan

yang lebih layak. Demikian pula halnya arus bebas tenaga kerja dari desa ke kota

berlangsung secara besar-besaran. Sementara itu masalah angka kemiskinan yang

tinggi dan keterbelakangan masih merupakan tantangan dan masalah yang sering

dihadapi pemerintahan perdesaan. Oleh karena itu diperlukan adanya pembangunan

ekonomi perdesaan yang bisa menjawab dan menyelesaikan berbagai permasalahan

tersebut.

Secara umum pelaksanaan pembangunan ekonomi desa harus berlandaskan

untuk menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat

menikmati kehidupan yang kreatif, sehat dan juga memiliki angka harapan hidup

yang tinggi. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, terdapat prinsip-prinsip

pembangunan ekonomi perdesaan, yang meliputi:

1. Mengedepankan sikap keterbukaan (transparan) pada pengelolaan

pembangunan, termasuk dalam hal pendanaan, pemilihan kader,

pembangunan sistem, pelaksanaan program, dan lain sebagainya.

2. Memperkuat partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat desa.

3. Output pembangunaan ekonomi dapat dirasakan masyarakat desa. Tolok

ukur sasaran pembangunan ekonomi harus sesuai sehingga hasilnya bisa

dinikmati oleh keseluruhan masyarakat.

19
Universitas Sumatera Utara
4. Mempertanggungjawabkan pengelolaan dan penyelenggaran pemerintahan

desa. Mempersiapkan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang

dilakukan harus bisa dipertanggungjawabkan, dalam arti mencegah

penyalahgunaan penggunaan dana yang diterima.

5. Membuat landasan pembangunan ekonomi berkesinambungan

(sustainable). Program yang didesain seharusnya dapat berlangsung secara

terus-menerus atau berkelanjutan, sehingga peningkatan kesejahteraan

masyarakat desa berlangsung seterusnya, dan bukan hanya bersifat

sementara saja.

Sesuai prinsip-prinsip pembangunan ekonomi dalam desa dapat mencapai

target maka pembangunan perdesaan harus dilaksanakan dengan menggunakan

pola pendekatan yang sesuai dengan sifat dan karakteristik yang melekat pada

perdesaan. Menurut Syahza dan Suarman (2013: 128-129), idealnya dalam

melaksanakan pembangunan perdesaan harus dapat mengikuti empat upaya besar,

berupa strategi pokok pembangunan perdesaan yang saling berkaitan. Keempat

strategi pokok pembangunan perdesaan tersebut adalah:

1. Memberdayakan perekonomian kemasyarakatan desa. Dalam

mewujudkannya, dibutuhkan modal dan pelatihan untuk mempergunakan

dan memanfaatkan teknologi, menentukan startegi pemasaran agar dapat

membuat kemandirian pada masyarakat desa.

2. Peningkatan kualitas tenaga, keterampilan sumber daya manusia perdesaan.

Berkualitasnya sumber daya manusia bertujuan menjadi acuan, dasar untuk

mencapai peningkatan dan memperkuat produktivitas, keunggulan serta

daya saing desa.

20
Universitas Sumatera Utara
3. Terciptanya bangunan fisik terutama sarana dan prasarana akomodasi di

perdesaan. Prasarana perhubungan di wilayah perdesaan merupakan

kebutuhan mutlak, sebab tanpa prasarana perhubungan, tidak dapat memacu

ketertinggalan pembangunan masyarakat perdesaan.

4. Menata kelembagaan perdesaan baik yang bersifat formal maupun informal

secara terstruktur dan sistematis kinerja pengerjaannya. Melalui kehadiran

lembaga ini, maka pelayanan yang baik dapat menggiatkan perekonomian

pedesaan seperti lembaga keuangan.

2.1.3. Konsep Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Kaitannya dengan

Pembangunan Ekonomi Desa

Berdasarkan terminologinya awal kata pemberdayaan berasal dari kata

“daya” yang berarti kekuatan dan kemampuan. Papilaya yang dikutip oleh Zubaedi

(2007: 42), bahwa pemberdayaan adalah kemampuan atau upaya masyarakat

mendorong motivasi, dapat membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki

dan kemudian mengembangkan potensi dalam tindakan nyata. Berbeda dengan

pendapat Prijono dan Pranarka (1996: 77) mengungkapkan dua makna mengenai

pemahaman pemberdayaan, yaitu pemberian kekuasaan, mengalihkan kekuatasn

atau mendelegasikan otoritas kepada pihak yang kurang/ belum berdaya.

Sedangkan arti yang kedua pemberdayaan adalah memberikan kemampuan/

keberdayaan dan peluang kepada pihak lain untuk melakukan sesuatu.

Menurut pendapat Sumodiningrat, 2000 dalam Ambar Teguh, 2004: 78-79)

mengemukakan bahwa istilah pemberdayaan sebenarnya merupakan istilah yang

21
Universitas Sumatera Utara
khas Indonesia bukan Barat. Penulisan istilah barat menyebutkan bahwa

pemberdayaan merupakan “empowerment” atau memberi kekusaan. Kemudian

makna lain dari pemberdayaan adalah memberi daya yaitu “Energize”. Bertolak

dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa dalam konteks barat empowerment

merupakan pemberian kekuasaan daripada pemberian daya, konsep tersebut lahir

dari akibat suatu traksi atau pergulatan kekuasaan. Pada konteks Indonesia yang

disebut dengan pemberdayaan adalah merupakan usaha untuk memberikan daya,

atau meningkatkan (memperkuat) daya (Tri Winarni, 1998: 75-76). Berdasarkan

pemaknaan konsep pemberdayaan masyarakat sehingga inti dari pemberdayaan

adalah pengembangan (enabling), memperkuat potensi (empowering), kemandirian

(self reliance) (Winarni, 1998: 75).

Menggerakan pembangunan ekonomi masyarakat perdesaan membutuhkan

strategi program yang sasarannya dapat menjangkau lapisan masyarakat, maka

untuk dapat menerapkan pemberdayaan masyarakat desa secara tepatnya adalah

lahirnya kebijakan Program PNPM MPd. Tujuan kegiatan program ini

melaksanakan pemberdayaan bagi masyarakat yang tergolong sebagai rumah

tangga miskin agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Maka upaya

pemberdayaan masyarakat desa proses pemberdayaan dilakukan melalui tiga

pengertian atau matra pemberdayaan (empowerment setting) oleh pendapat Suharto

(2006: 66) dalam konteks pembangunan ekonomi yaitu:

1. Pendekatan secara mikro, mengintervensi pemberdayaan melalui

memperbaiki dan meningkatkan kualitas kehidupan (stress management)

serta membangun kepercayaan diri (crisis intervention) melalui bimbingan,

22
Universitas Sumatera Utara
konseling. Tujuan bimbingan dan pelatihan bagi kelompok simpan pinjam

untuk dapat menjalankan tugas-tugas kehidupannya.

2. Pendekatan secara mezzo, mengembangkan kesejahteraan mempergunakan

intervensi melalui media (sarana) kelompok simpan pinjam. Strategi yang

digunakan adalah melalui pendidikan, pelatihan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan serta sikap kelompok peminjan dalam

memcahkan permasalahan.

3. Pendekatan secara makro, memberdayakan melalui strategi tindakan

pemulihan ekonomi secara besar-besaran dan tepat agar masyarakat

memahami terjadinya perubahannya baik terhadap lingkungan secara lebih

luas seperti perumusan kebijakan, kampanye, aksi sosial, dan

pengorganisasian masyarakat.

2.2. Teori Kelembagaan


2.2.1. Pengertian Kelembagaan

Pada kajian ensiklopedia sosial, pengertian lembaga yang dikemukakan

oleh Macmillan dalam Saharuddin (2001: 1), merupakan seperangkat sistem yang

kompleks yang mencakup berbagai hal berhubungan dengan norma, keyakinan dan

nilai-nilai nyata berpusat pada kebutuhan-kebutuhan sosial dan serangkaian secara

penting dan berulang. Walaupun para sosiolog sosial telah memberikan batasan

tertentu tentang pengertian kelembagaan, namun pemahamannya masih sering

menjadi rancu bagi para peneliti sosial. Syahyuti (2011: 7) mengemukakan bahwa

makna kata institusi paling sering mengalami makna kerancuan kesalahpahaman

dalam menterjemahkan menjadi kata kelembagaan, sedangkan kata lembaga

diterjemahkan mempunyai persamaan kata dari organisasi.

23
Universitas Sumatera Utara
Secara harfiah kelembagaan asal kata adakah lembaga, merupakan aturan

dalam organisasi atau kelompok masyarakat, fungsinya untuk membantu

anggotanya agar dapat berinteraksi satu dengan yang lain hingga mencapai suatu

tujuan yang diinginkan (Ruttan dan Hayami: 1984 dalam repository UMY).

Pandangan Veblen dalam Yustika (2013: 43) bahwa kelembagaan merupakan

perubahan secara dramatis yang merupakan sekumpulan norma dalam mencapai

kondisi yang ideal. Namun pembinaan dan pengembangannya tidak dilaksanakan

secara kurang sempurna melalui kebiasaan pada masing-masing generasi individu

berikutnya. Oleh karena itu kelembagaan dapat dikatakan sebagai stimulus dan

petunjuk terhadap perilaku individu.

Hendropuspito (1989: 63), kerap menggunakan kata institusi daripada

lembaga sebagai suatu bentuk organisasi yang secara tetap tersusun dari pola-pola

kelakuan, peranan-peranan, dan relasi sebagai cara yang mengikat guna tercapainya

kebutuhan-kebutuhan sosial dasar. Unsur penting yang melandasi institusi antara

lain:

1. Kebutuhan sosial dasar (basic needs), merupakan sejumlah nilai material,

mental dan spiritual yang terjamin dan tidak dipengaruhi oleh faktor

kebetulan atau kerelaan seseorang;

2. Organisasi yang relatif tetap. Dasar pertimbangn harus mudah dipahami dan

kebutuhan yang dilayani tetap;

3. Organisasi yang terstruktur dan tersusun. Komponen penyusunnya bersifat

tetap mulai dari pola kelakuan, peranan sosial dan jenis antar relasi.

Kedudukan dan jabatan ditempatkan pada jenjang yang telah ditentukan

dalam struktur yang terpadu.

24
Universitas Sumatera Utara
Peran penting kelembagaan hadir di tengah-tengah masyarakat karena

perubahan kondisi dan lingkungan masyarakat juga dipenuhi oleh aturan-aturan

baku. Oleh karena itu kelembagaan berfungsi sebagai wadah atau media dalam

membentuk pengaturan terhadap pola perilaku dan pemenuhan kebutuhan manusia.

Secara mendasar berdirinya kelembagaan pada dasarnya juga memiliki maksud

serta tujuan yang tidak jauh berbeda dengan norma sosial, karena lembaga sosial

sebenarnya memang bagian dari produk norma sosial. Tujuan dari dibuatnya suatu

kelembagaan selain untuk mengatur dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia

secara memadai, juga sekaligus memberikan dampak agar kehidupan sosial warga

masyarakat bisa berjalan dengan tertib dan lancar sesuai dengan kaidah yang

berlaku.

Menurut Soekanto (2009: 173), fungsi lembaga di dalam masyarakat adalah

sebagai berikut:

1. Pedoman pada anggota masyarakat tentang bagaimana bertingkah laku atau

bersikap di dalam usaha untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

Dengan demikian lembaga sosial telah siap dengan berbagai nilai, norma

maupun kaidah-kaidah sosial yang dapat harus dipergunakan oleh setiap

anggota masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya;

2. Menjaga keutuhan masyarakat dari ancaman perpecahan atau disintegrasi

masyarakat. Norma-norma sosial yang terdapat dalam lembaga sosial akan

berfungsi untuk mengatur hubungan maupun memenuhi kebutuhan hidup

dari setiap warganya secara adil atau memadai, sehingga dapat terwujudnya

kesatuan yang tertib;

25
Universitas Sumatera Utara
3. Acuan dalam mengadakan sistem pengendalian sosial (social control).

Sanksi-sanksi atas pelanggaran norma- norma sosial menjad tolok ukur agar

setiap warga masyarakat tetap patuh dengan norma-norma sosial itu,

sehingga tertib sosial dapat terwujud.

Uraian tersebut lebih diperjelas oleh Nugroho (2004: 28) yang

mengemukakan ciri-ciri kelembagaan yaitu:

1. Secara pribadi bebas, dan anggotanya hanya melakukan tugas-tugas

impersonal dari jabatan-jabatannya;

2. Secara jelas memiliki hierarki jabatan;

3. Memiliki fungsi jabatan secara terperinci;

4. Penunjukan pejabat berdasarkan perjanjian kontrak;

5. Seleksi pejabat dilaksanakan atas dasar persyaratan dan kualifikasi khusus.

2.2.2. Pembangunan Lembaga

Peranan kelembagaan merupakan pusat pembelajaran bagi masyarakat yang

didalamnya memuat berbagai nilai kehidupan dari norma budaya, intelektual dan

spiritual. Kelembagaan harus memiliki fungsi kewenangan dan tugas secara jelas,

karena adanya pemberlakuan tugas dan wewenang dapat mempengaruhi dan

mengendalikan bagaimana tiap-tiap individu dapat bekerjasama mengelola segala

sumber yang ada untuk mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Lembaga sebagai

organisasi yang dibentuk untuk mendukung sekaligus melindungi hubungan

mendasarinya beserta pola-pola kegiatan tertentu maupun pembentukan fungsi-

fungsi dan jasa yang dihargai di dalam suatu lingkungan.

26
Universitas Sumatera Utara
Urgensi pembangunan sebuah lembaga merupakan suatu rangkaian dari

keseluruhan perencanaan, pembuatan struktur, dan petunjuk-petunjuk baru atau

penataan kembali sehingga berdirinya suatu organisasi meliputi:

1. Membuat, mendukung, dan memperkokoh hubungan normatif dan pola-

pola yang aktif.

2. Pembentukan fungsi-fungsi dan jasa yang dihargai oleh masyarakat.

3. Terciptanya sebuah teknologi baru yang menghubungkan lingkungan

sosialnya.

Menurut Esmen dalam Eaton dalam pembangunan lembaga dapat

dirumuskan sebagai perencanaan, penataan dana bimbingan dari organisasi baru

atau yang disusun kembali agar mewujudkan perubahan-perubahan dalam nilai-

fungsi, teknologi secara fisik dan sosial. Selain itu menetapkan, mengembangkan

dan melindungi hubungan-hubungan normatif dan pola-pola tindakan yang baru

dan memperoleh dukungan dan kelengkapan dalam lingkungan tersebut. Variabel-

variabel terwujudnya suatu kelembagaan antara lain:

1. Peran kepemimpinan yaitu orang yang aktif dalam perumusan doktrin dan

program yang mengarahkan operasi dan hubungan dengan lingkungan

lembaga;

2. Proyeksi, ekspetasi tentang spesifikasi nilai, tujuan, dan metode opersional

yang mendasari tindakan sosial;

3. Strategi, program yaitu tindakan tertentu yang berhubungan dengan

pelaksanaan dari fungsi dan jasa yang merupakan keluaran dari lembaga;

4. Sumber daya yaitu pemasukan berupa keuangan, fisik, manusia, teknologi

dan penerangan lembaga;

27
Universitas Sumatera Utara
5. Struktur Internal yaitu struktur dan proses yang diadakan untuk bekerjanya

lembaga.

Muliadi dalam Purwoko (Tyas dan Ruswanti, 2009: 38) mengemukakan

dua komponen utama dalam pelaksanaan suatu kebijakan kelembagaan yaitu

fungsional dan operasional. Komponen fungsional dalam hal ini adalah Pemerintah

sebagai lembaga yang menetapkan kebijakan dan komponen operasional adalah

badan pengelola sebagai pelaksana kebijakan.

2.3. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM


Mandiri)
2.3.1. PNPM Mandiri Perdesaan

Salah satu mekanisme program mengembangkan pemberdayaan masyarakat

mandiri khususnya di wilayah perdesaan diplot dalam PNPM Mandiri guna

memecahkan berbagai persoalan pembangunan di tanah air dapat dimanfaatkan

baik bagi individu maupun kepentingan kelompok. Tentunya memberdayakan

masyarakat di perdesaan memerlukan kebersamaan dan pendampingan secara

intensif dari berbagai perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak dalam

memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.

Penanggulangan kemiskinan dan membuka seluas-luasnya kesempatan kerja bagi

masyarakat miskin di perdesaan, sehingga pemerintah perlu menerapkan strategi

pengintegrasian dan mengentaskan kemiskinan berbasis masyarakat perdesaan

menjadi momentum inisiasi pemerintah Indonesia dalam meluncurkan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan.

Kebijakan PNPM Mandiri suatu program nasional yang merupakan dasar

dan acuan pelaksanaan penanggulangan ketidakmampuan ekonomi dan membuka

28
Universitas Sumatera Utara
lahan kerja baru yang berbasis pemberdayaan masyarakat. (Petunjuk Teknis

Operasional, 2008: 2). Pendekatan PNPM Mandiri Pedesaan secara komprehensif

tak dapat lepas dari Pengembangan Kecamatan (PPK) dan selama berjalannya

dinilai cukup berhasil. Beberapa keberhasilan PPK meningkatkan kesejahteraan

masyarakat perdesaan berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi

kelompok rakyat miskin yang efisiensi dan efektivitas. Disamping itu PPK juga

berhasil memperkuat institusi lokal dengan menumbuhkan kebersamaan dan

partisipasi masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui PPK melahirkan

harmonisasi agar mendorong inisiatif dan inovasi masyarakat dalam upaya

penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan atas pendanaan secara stimulan

dan penerapan pelaksanaan pendampingan.

Terwujudnya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan

merupakan visi PNPM MPd. Masyarakat yang sejahtera merupakan terpenuhinya

kebutuhan dasar masyarakat, sedangkan melahirkan pelaku-pelaku usaha yang

mandiri merupakan kemampuan mengorganisir diri lalu memobilisasi sumber daya

yang tersedia di sekitar lingkungan maupun yang berada di luar segmentasi

lingkungan serta mampu mengelola sumber daya untuk mengatasi masalah

kemiskinan. Penjabaran lima Misi program PNPM MPd mempunyai yaitu:

1. Peningkatan kapasitas individu dan kelembagaan;

2. Mendorong partisipatif dalam sistem pembangunan kelembagaan;

3. Efektifitas tugas dan tanggung jawab pemerintahan desa;

4. Penyediaan sarana dan prasarana bagi kebutuhan dasar dan ekonomi sosial

masyarakat masyarakat secara kuantitas dan kualitas;

5. Membangun dan memperluas jalinan kemitraan dalam pembangunan.

29
Universitas Sumatera Utara
Penyusunan strategi sangat diperlukan untuk mencapai tujuan visi dan misi

PNPM MPd diantaranya adalah memilih kelompok sasaran dari masyarakat miskin,

menguatkan sistem pembangunan partisipasif, serta mengembangkan kelembagaan

kerjasama antar desa. Maka berdasarkan visi, misi, dan strategi yang

dikembangkan, maka PNPM MPd memilih kebijakan pemberdayaan sebagai

pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan program. Melalui PNPM Mandiri

diharapkan mendorong masyarakat agar dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan

sehingga akhirnya mempunyai kemandirian melakukan kegiatan yang dapat

meningkatkan kualitas hidupnya.

Secara umum tujuan dikeluarkannya kebijakan PNPM MPd adalah

mempercepat penanggulangan kemiskinan berdasarkan pengembangan

kemandirian masyarakat melalui peningkatan kapasitas oleh masyarakat,

pemerintah lokal, serta penyediaan prasarana sosial dasar dan ekonomi. Adapun

tujuan khusus dari PNPM MPd meliputi:

1. Memperkuat partisipasi seluruh masyarakat terutama kelompok masyarakat

miskin, kelompok perempuan maupun kelompok masyarakat lain yang

rentan dengan mendorong melalui pengintegrasian sistem pembangunan

partisipatif masyarakat dengan sistem perencanaan pembangunan nasional

(SPPN) reguler.

2. Meningkatnya pengelolaan pembangunan partisipatif dengan

mendayagunakan potensi dan sumberdaya lokal.

3. Mengembangkan sinergi masyarakat serta kapasitas pemerintahan daerah

dan kelompok peduli setempat dalam menekan besarnya angka masyarakat

miskin.

30
Universitas Sumatera Utara
4. Meningkatnya modal sosial keuangan mikro dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat miskin.

Prinsip-prinsip dalam PNPM MPd juga dikenal dengan sebutan

SiKOMPAK (PTO PNPM, 2008: 10). Prinsip tersebut selain memiliki filosofi yang

mencermikan agar masyarakat bersatu padu mendukung berjalannya PNPM Mpd

sebagai berikut:

1. Tindakan pengelolaan keuangan secara terbuka dan mampu

dipertanggungjawabkan

Kemudahan mendapatkan saluran informasi dan kebijakan pengambilan

keputusan yang dapat dipantau ataupun diketahui oleh masyarakat sehingga

segala proses kegiatan bersifat terbuka dan hasilnya dipertanggunggugatkan

baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif.

2. Pemberian wewenang dan tanggung jawab

Penataan kegiatan pembangunan sektoral dan wilayah kewenangannya

oleh pemerintah pusat telah dilimpahkan kepada pemerintah daerah untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut

perundang-undangan yang berlaku.

3. Mengutamakan prinsip kemanusiaan terhadap masyarakat tidak mampu.

Pelaksanaan kegiatan PNPM MPd mengutamakan kebutuhan normatif bagi

masyarakat tidak mampu maupun komunitas masyarakat marginal.

4. Mendelegasikan sebagian wewenang daerah.

Pemerintah turut melibatkan elemen masyarakat agar memiliki kewenangan

secara mandiri dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan

secara swakelola pelaksanaan PNPM MPd.

31
Universitas Sumatera Utara
5. Partisipasi yang melibatkan peran masyarakat.

Mengikutsertakan keterlibatan masyarakat secara aktif pada tiap-tiap proses

pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong

menjalankan pembangunan.

6. Usulan kegiatan prioritas.

Para pemangku kepentingan pemerintahan daerah harus menempatkan

prioritas pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan masyarakat

dengan mendayagunakan secara optimal berbagai alat maupun potensi yang

sifatnya terbatas.

7. Pendekatan nilai-nilai kesamaan hak.

Pemberlakuan dalam memperoleh hak yang sama, baik laki-laki maupun

perempuan mempunyai keseimbangan dalam pembagian beban tanggung

jawab atas setiap tahap kegiatan pembangunan serta dapat menikmati hasil

pembangunan secara adil manfaat.

8. Pendekatan Kolaborasi dan Koordinasi.

Peran serta segala pihak yang memiliki kepentingan tanngung jawab dan

tugas dalam menanggulangi kemiskinan atas dorongan untuk mewujudkan

kerjasama dan koordinasi sinergitas antar pemangku kepentingan dalam

penanggulangan kemiskinan.

9. Program yang Terintegrasi.

Dalam menetapkan keputusan harus memenuhi urgensitas kepentingan

peningkatan kesejahteraan masyarakat bukan hanya saat ini tetapi dapat

memperhitungkan atas dampak yang berkelanjutan hingga di masa depan

dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

32
Universitas Sumatera Utara
Adapun Program PNPM MPd juga memiliki prinsip penting lainnya yakni:

1. Acuan peningkatan pembangunan manusia.

PNPM MPd senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat

manusia seutuhnya.

2. Asas Kebersamaan dalam Mufakat.

Setiap pengambilan keputusan pembangunan pemberdayaan masyarakat

dilakukan secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada

kepentingan masyarakat miskin.

Alur tahapan kegiatan PNPM dapat digambarkan sebagai berikut:

33
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1
Bagan Alur Kegiatan PNPM

Sumber: Dokumen BKAD 2019

Sasaran PNPM MPd pelaksanannya dilakukan secara bertahap yang

meliputi seluruh wilayah kecamatan perdesaan di seluruh tanah air Indonesia.

Kelompok yang menjadi tujuan sasaran PNPM MPd antara lain masyarakat yang

pendapatan sangat kecil di perdesaan, kelembagaan masyarakat perdesaan dan

kelembagaan pemerintah lokal. Dikarenakan PNPM MPd merupakan program

berbasis tahap perencanaan, pelaksanaan dan pendanaan secara bersama-sama,

maka harus disetujui dan memiliki kapabilitas secara terukur yang dimiliki oleh

pemerintah pusat dan daerah. Muara penyaluran dalam pendanaan PNPM MPd

disebut dengan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang sumber dananya

berasal dari:

1. Dana Asal dari APBN Pusat

2. Dana Asal dari APBD Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten

34
Universitas Sumatera Utara
3. Bantuan Swadaya Masyarakat Perdesaan dengan persentase nilai yang

berbeda.

4. Partisipasi serta dukungan oleh pihak ketiga, yaitu diantaranya pelaku dunia

usaha.

Selain penyaluran dana untuk mengembangkan kegiatan ekonomi

masyarakat miskin di perdesaan melalui BLM, PNPM MPd, adanya kegiatan

keuangan berupa Dana Bergulir. Dana Bergulir adalah alokasi dana dalam

memperkuat modal unit usaha dari Unit Pengelola Kegiatan (UPK) yang

diperuntukkan bagi kelompok masyarakat peminjam dana.

Pemanfaatan saluran bantuan menjadi sumber dana pelaksanaan PNPM

MPd menjadi modal ekonomi masyarakat dan pemerintah desa perlu mendapatkan

peran pendampingan dari fasilitator. Dimana peran pendampingan oleh fasilitator

ditujukan untuk memperkuat dan meningkatkan kapasitas masyarakat dan

pemerintahan lokal dalam mengelola kemandirian pembangunan tiap-tiap

wilayahnya.

2.3.2. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)

Penganggaran dan penyaluran Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)

merupakan alokasi dana yang mekanisme kegiatan pelaksanaannya ditujukan untuk

mendukung kegiatan Simpan Pinjam Kelompok (SPP) per kecamatan dengan

ketentuan maksimal 25% dari alokasi BLM. Kegiatan yang diutamakan dan akan

dibiayai oleh BLM merupakan kegiatan yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Dana bantuan berfungsi dalam program penanggulangan masyarakat miskin

atau rumah tangga berpenghasilan ekonomi rendah.

35
Universitas Sumatera Utara
2. Hasilnya memiliki dampak peningkatan ekonomi masyarakat dan

kelompok.

3. Dikelola secara langsung.

4. Dukungan sumber, potensi yang tersedia.

5. Memiliki aktualisasi diri untuk mengembangkan usaha berkelanjutan.

Jenis-jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan atau perbaikan sarana dan prasarana dasar yang dapat

memberi manfaat jangka pendek dan jangka panjang secara ekonomi bagi

masyarakat miskin

2. Pelatihan pengembangan keterampilan bagi masyarakat berupa peningkatan

maupun promosi layanan kesehatan dan pendidikan yang merupakan

3. Peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi yang

berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal

4. Penambahan permodalan simpan pinjam untuk Kelompok Perempuan

(SPP) yang berasal dari tumah tangga miskin.

2.3.3. Dana Bergulir

Tugas untuk mengakselerasi pengentasan kemiskinan maka PNPM MPd

melakukan kegiatan melalui pengelolaan Dana Bergulir, tujuannnya menunjang

kegiatan ekonomi masyarakat miskin yaitu memberi kemudahan bagi Rumah

Tangga Miskin (RTM) dalam menerima dana pembiayaan berbentuk kegiatan

Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Dana bergulir sendiri merupakan seluruh dana

program yang bersifat pinjaman dari Unit Pengelola Kegiatan (UPK) yang berasal

dari pengembalian pinjaman oleh kelompok-kelompok peminjam dan digunakan

36
Universitas Sumatera Utara
untuk mendanai pinjaman masyarakat yang disalurkan melalui kelompok-

kelompok masyarakat.

Ketentuan dasar pengelolaan kegiatan Dana Bergulir dilakukan mengarah

pada pelestarian, atau pemeliharaan dan pengembangan Dana Bergulir dengan

acuan dasar sebagai berikut :

1. Pemberdayaan kegiatan Dana Bergulir

Pelestarian penyediaan pembiayaan bagi usaha mikro ekonomi masyarakat

pada satu wilayah program. Penyediaan Dana Bergulir tersebut merupakan

hak masyarakat yang berdomisili pada wilayah program dan tidak

diperbolehkan memindahkan hak pelayanan kepada masyarakat di luar

lokasi wilayah;

2. Pendanaan usaha bagi RTM

Memberikan kemudahan akses pendanaan bagi RTM yang tidak dapat

mengakses lembaga keuangan formal dan informal

3. Pengelolaan Pengembangan

Pengelolaan Dana Bergulir tetap mengacu pada prinsip PNPM MPd yaitu

menanggulangi kemiskinan sehingga menumbuhkan ekonomi yang berbasis

masyarakat perdesaan.

4. Kelembagaan

Tetap menggunakan ketentuan tata cara, prosedur dalam mengelola dana

PNPM MPd yaitu UPK, Kelompok Peminjam, Tim Verfikasi, dan

sebagainya

5. Profesional

37
Universitas Sumatera Utara
Memberi kesempatan pada kelompok lain dalam menambah modal bagi

pelaku pinjaman melalui pembagian hasil laba UPK dengan insentif

Pengembalian secara Tepat Waktu (PWT).

2.3.4. Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) PNPM MPd

Bagian-bagian implementasi kegiatan PNPM MPd adalah kegiatan Simpan

Pinjam Perempuan (SPP) merupakan kegiatan pemberian modal dan menunjang

produktivitas khusus bagi perempuan dan mempunyai kegiatan simpan pinjam.

Penyaluran dana SPP bagi kelompok perempuan tersebut adalah modal usaha, baik

untuk membuka usaha baru maupun untuk memperluas usaha yang telah berjalan.

Adanya pinjaman tersebut dimaksudkan untuk mengurangi angka kemiskinan,

memperkuat kapasitas kelembagaan perempuan dengan harapan penyaluran dana

kredit tersebut akan menjadi bantuan modal pada perempuan sehingga mampu

meningkatkan pendapatan rumah tangganya (Gita, 2015: 37).

Melalui Petunjuk Teknis Operasional tahun 2008 bahwa Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan yang menyatakan bahwa

Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP) merupakan kegiatan

memberikan kebutuhan dana atau pembiayaan modal untuk kelompok perempuan

yang mempunyai kegiatan berbasis usaha simpan pinjam.

1. Sasaran Umum Penyaluran Dana

Memperkuat kemampuan kegiatan usaha simpan pinjam masyarakat

perdesaan, memiliki kemudahan dalam akses pembiayaan pinjaman usaha

skala usaha kecil, mengutamakan kepentingan dalam pendanaan sosial

dasar, dan kuatnya kapasitas kelembagaan kegiatan bagi kaum komunitas

38
Universitas Sumatera Utara
perempuan hingga menghidupkan kinerja awal dalam mengurangi rumah

tangga miskin dan terciptanya area lapangan kerja.

2. Sasaran Khusus Penyaluran Dana

a) Mengutamakan terpenuhinya kepentingan priorotas pendanaan usaha

ataupun sosial dasar

b) Memperluas peluang lapangan kerja bagi kaum perempuan untuk

mempercepat pertumbuhan ekonomi rumah tangga melalui suntikan

modal usaha.

c) Memberikan dorongan penguatan atas fungsi kelembagaan simpan

pinjam kaum perempuan.

Ketentuan dasar dalam Kegiatan Simpan Pinjam untuk kelompok

Perempuan (SPP) adalah sebagai berikut:

1. Akses penduduk miskin berlangsung secara terjangkau dan cepat untuk

mendapatkan jasa pelayanaan dan sumber pendanaan kebutuhan tanpa syarat

tertentu.

2. Terorganisir artinya pembiayaan kegiatan SPP disalurkan melalui kelompok

yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur baku hingga tahapan

pengelolaan simpanan maupun kredit berjangka.

3. Pencapaian keberdayaan masyarakat artinya proses pengelolaan kegiatan

SPP ditunjang oleh karakteristik individu bekerja secara profesional, SPP

dapat menjadi wadah perjuangan kaum perempuan untuk membangun,

melestarikan bahkan mengembangkan dana bergulir demi meningkatkan

perekonomian secara kontinue.

39
Universitas Sumatera Utara
4. Setiap keputusan pendanaan harus berorientasi pada mekanisme peningkatan

pendapatan, sehingga meningkatkan pertumbuhan aktivitas ekonomi

masyarakat perdesaan.

5. Pengelolaan dana bergulir harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat baik secara moral, teknis maupun administratif.

Ketentuan Kelompok SPP yaitu:

a. SPP yang dikelola dengan anggota berbasis kaum perempuan, antara satu

anggota dengan lainnya telah saling mengenal, menyelenggarakan

pertemuan secara rutin yang telah berjalan sekurang-kurangnya dalam

waktu satu tahun.

b. Mempunyai struktur kegiatan yang jelas serta memiliki mekanisme

pengelolaan dana simpanan berdasarkan peraturan yang telah disepakati.

c. Kelompok SPP memiliki modal dan simpanan anggota sebagai sumber dana

pinjaman yang diberikan kepada anggota.

d. Kegiatan usaha pinjaman kelompok masih berlangsung dengan dinamis.

e. Memiliki organisasi kelompok dan memenuhi kelayakan tata administrasi

secara sederhana

40
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2
Bagan Alur Tahapan Kegiatan SPP

Sumber: Dokumen PTO 2008

2.3.5. Kelembagaan Pengelola Dana Bergulir SPP PNPM Mandiri Perdesaan

Mekanisme tahapan pengucuran dana bergulir PNPM MPd merupakan

serangkaian kegiatan yang mencakup implementasi sampai dengan memenuhi

kewajiban penyaluran dana bergulir PNPM MPd kepada masyarakat. Penyaluran

dana bergulir memiliki pola yang berbeda dengan BLM. Hal tersebut didasari

dengan beberapa kondisi diantaranya sifat kepemilikan dana oleh masyarakat

peminjam, selain itu tingkat kompetisi antar kelompok peminjam beserta

keterlibatan pihak lain pada kegiatan PNPM MPd. Mekanisme pelaksanaan Dana

41
Universitas Sumatera Utara
Bergulir adanya interaksi secara langsung antara kelompok peminjam dengan

pihak UPK sebagai lembaga yang berperan secara langsung mengelola Dana

Bergulir PNPM Mandiri Perdesaan disesuaikan berdasarkan kebutuhan dan pola

perguliran dana. Namun demikian, perbedaan karakteristik tersebut tidak

bertentangan dengan tujuan, prinsip, ketentuan dasar program, sehingga

dibutuhkan mekanisme yang sesuai.

Kelembagaan pengelola dana bergulir SPP PNPM MPd antara lain:

1. Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD)

Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) adalah lembaga lintas desa yang

berfungsi melaksanakan pengorganisasian pengelolaan dana bergulir

diantaranya, menetapkan prosedur perguliran, penggunaan dana, memilh

menetapkan lembaga pengelolaan perguliran dan mengadakan musyawarah.

2. Unit Pengelola Kegiatan (UPK)

Lembaga operasional kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan untuk menjamin

keamanan, melakukan penilaian kelompok dan akuntabilitas penyaluran

Dana Bergulir dan membantu BKAD melalui MAD mengkoordinasikan

kegiatan pertemuan di kecamatan.

3. Tim Verifikasi (TV)

Lembaga yang bertugas untuk melakukan verifikasi proposal dan lapangan

untuk menetapkan kelayakan administrasi, pengembangan kelompok dan

kepengurusan rencana usaha kelompok yang akan didanai. Tim ini dibentuk

dan ditentukan oleh BKAD melalui Musyawarah Antar Desa.

4. Badan Pengawas UPK (BP-UPK)

42
Universitas Sumatera Utara
Lembaga yang dibentuk BKAD melalui MAD untuk melakukan kegiatan

monitoring, supervisi dan pengawasan membantu UPK dalam penanganan

fasilitasi tunggakan bermasalah difasilitasi melalui penyelenggaraan forum

MAD.

5. Tim Penyehatan Pinjaman

Memiliki peranan merekomendasi penilaian kelompok dan penentuan

kategori serta pola penanganan dan penyelesaian terhadap pinjaman

bermasalah melalui penyehatan pinjaman bermasalah. Tim ini bersifat ad-

hoc berjangka waktu sesuai dengan kebutuhan melaksanakan tugas tindakan

penyehatan pinjaman bermasalah

BKAD awalnya dibentuk untuk melindungi dan melestarikan hasil-hasil

program yang terdiri dari kelembagaan UPK, sarana-prasarana, hasil kegiatan

bidang pendidikan. Namun seiring perkembangan maupun kebutuhan yang

dihadapi masyarakat perdesaan, fungsi BKAD berkembang sebagai lembaga

pengelola pembangunan partisipatis, serta program/proyek dari pihak ketiga yang

bersifat antar desa.

BKAD merupakan instrumen pendukung program PNPM Mandiri

Perdesaan selain itu pengembangan amanah menjadi jalan keluar dari masalah

status dan payung hukum. BKAD merumuskan, membahas dan menetapkan

rencana strategis untuk pengembangan UPK dalam bidang pengelolaan dana

bergulir, pelaksanaan program, pelayanan usaha kelompok BKAD juga berperan

sebagai pengawas, pemeriksaan serta evaluasi kinerja UPK (PTO, 2008: 13)

memiliki kemampuan yang cukup untuk penerapan kebijakannya.

43
Universitas Sumatera Utara
2.4. Implikasi Undang-Undang No 6 Tahun 2014

2.4.1. Pengakhiran PNPM Mandiri Perdesaan

Berlakunya ketentuan pada Undang-Undang Republik Indonesia tentang

Desa membuat program PNPM Mandiri tidak lagi diterapkan khususnya di

perdesaan. Hal tersebut dikarenakan Undang-undang desa mengamanatkan

otonomi kepada desa untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pembangunan dan

pemberdayaan dalam wewenang pemerintahan desa. Program PNPM tersebut

dipastikan telah berakhir sejak 31 Desember Tahun 2014 yang lalu. Program PNPM

Mandiri dibawah naungan Kemendagri RI berakhir dan diserahkan kepada

Kemendesa. Adanya Perpres RI No 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa-PDTT),

menetapkan fungsi Kemendesa-PDTT merupakan kementerian dalam

Pemerintahan Indonesia yang mengurus dan berwenang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang pembangunan kawasan perdesaan, pemberdayaan

masyarakat desa, percepatan pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi,

serta membantu Presiden RI dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

Berdasarkan wewenang Kemendesa PDTT melaksanakan kebijakan

pengkonsolidasian dana BLM kegiatan PNPM MPd menjadi Dana Desa setelah

setelah diberlakukannya regulasi Undang-undang tentang Desa. Dengan demikian

keberlanjutan program PNPM MPd yang telah diintegrasikan sejalan menurut

kebijakan didalam Undang-undang Desa tersebut maka pelaksanaan PNPM MPd

pun dinyatakan telah berakhir. Meskipun hasil pelaksanaan PNPM MPd maupun

program sejenisnya dinyatakan berakhir namun penataan dan pengelolaan

kepemilikan asetnya berdasarkan peraturan dalam Undang-undang Desa.

44
Universitas Sumatera Utara
Terkait kebijakan pengakhiran PNPM MPd maka proses pengawasan dan

pendampingan harus dilaksanakan secara terbuka dan akuntabel memberikan

informasi kepada masyarakat desa secara utuh. Seluruh mekanisme dalam

mengakhiri berjalannya PNPM MPd bagi masyarakat perdesaan, maka

pengambilan keputusan juga bersifat partisipatif dengan melibatkan masyarakat

pelaku PNPM MPd melalui penyelenggaraan Musyawarah Desa atau Musyawarah

Antar Desa.

2.4.2. Prespektif Kebijakan Publik

Pengimplementasian sebuah kebijakan selalu ditentukan oleh 2 faktor yaitu

tindakan dan aksi dalam sistem dan mekanisme yang ditetapkan oleh kebijakan

tersebut. Lester dan Stewart dalam Agustino (2008: 196) menyatakan bahwa

implementasi kebijakan terdiri atas berbagai tahap hingga ditetapkan dalam

Undang-undang terkait yang membahas kebijakan tersebut untuk kemudian

diimplementasikan. Implementasi kebijakan merupakan aktivitas yang bersifat

administratif dimana Undang-undang dibentuk dari berbagai pandangan aktor,

organisasi, prosedur, dan teknik bekerja sama agar dapat mendukung tercapainya

tujuan serta mendapatkan hasil yang memuaskan.

Leo Agustino dalam bukunya tentang Dasar-Dasar Kebijakan Publik tahun

2008:198, mengemukakan suatu kesimpulan bahwa implemetasi kebijakan

interaksi antara tindakan dan tujuan yang akan dicapai sebagai tahap lanjutan dari

suatu formulasi kebijakan melalui mekanisme tertentu. Jika melihat dari berbagai

tahapan dalam penyusunan kebijakan seperti tahapan formulasi yang fokus pada

merancang strategi dalam mencapai tujuan yang akan dicapai maka pada tahapan

45
Universitas Sumatera Utara
implementasi sudah ada aksi dan prosedur pelaksanaan yang nyata agar bisa

mewujudkan tujuan yang diinginkan.

Dengan berakhirnya program PNPM MPd membuat pemerintah harus

merumuskan suatu kebijakan publik yang dapat menyelesaikan sejumlah masalah

atau segala sesuatu yang masih berjalan dalam program PNPM MPd. Ada sejumlah

dana yang besar di dalam lingkup PNPM harus jelas siapa yang mengelola,

bagaimana pengelolaan dan siapa yang akan mempertanggungjawabkan dana

tersebut. Selain itu bagaimana bentuk pengawasan yang harus dilakukan terkait

dana tersebut dan bagaimana keterkaitannya terhadap pertumbuhan ekonomi di

masyarakat. Karena dengan terbitnya undang-undang desa tersebut maka tidak

membuat program PNPM Mandiri berakhir begitu saja melainkan Pemerintah

Daerah mampu melanjutkan program pemberdayaan dengan mempergunakan

sumber-sumber daya lokal desa.

Sesuai implementasi kebijakan yang diutarakan oleh Smith bahwa terdapat

4 variabel yang sangat penting dan perlu diperhatikan (Tachjan, 2006: ) yaitu :

1. Kebijakan yang ideal (idealized policy), harus memiliki pola interaksi yang

sudah terstandarisasi dengan prosedur yang diberlakukan sebagai

penunjang kebijakan yang akan diimplementasikan.

2. Kelompok sasaran (target groups) menjelaskan mengenai aktor yang secara

langsung terkena dampak atas penerapan sebuah kebijakan dan akhirnya

kelompok sasaran ini harus mengadopsi pola baru dalam melakukan

komunikasi dan kegiatan lain yang diatur oleh pembuat kebijakan tersebut.

3. Organisasi pelaksana (implementing organization), merupakan lembaga

atau badan yang ditunjuk sebagai pelaksana sebuah kebijakan dan bisa juga

46
Universitas Sumatera Utara
merupakan instansi pemerintahan yang memiliki tanggung jawab penuh

atas terlaksananya kebijakan yang telah ditetapkan.

4. Faktor lingkungan (environmental factor), secara luas melihat seluruh

lingkungan dalam lingkup kebijakan yang berpengaruh mendukung

keberhasilan implementasi atas kebijakan yang dikeluarkan. Lingkungan

yang dimaksud bisa dilihat dari lingkungan ekonomi, situasi perpolitikam

lingkungan sosial dan budaya.

Variabel-variabel tersebut saling berhubungan dalam ikatan yang

mempengaruhi satu dengan yang lain. Jika antara variabel tersebut bisa terpenuhi

semua dalam proses implementasi sebuah kebijakan maka akan membantu

tercapainya tujuan-tujuan yang dirumuskan dalam kebijakan itu sendiri. Namun

sebaliknya, jika terdapat salah satu variabel yang tidak terpenuhi dalam sebuah

implementasi kebijakan maka akan mengganggu kelancaran pelaksanaan kebijakan

tersebut, memunculkan hambatan-hambatan dan tidak bisa mewujudkan tujuan

kebijakan yang ada. Implementasi kebijakan merupakan serangkaian aktivitas

untuk menerapkan suatu kebijakan atas kebijaksanaan atau keputusan sebelumnya

yang mencakup berbagai kebutuhan yang diperlukan, adanya aktor pelaksana yang

terlibat, jadwal pelaksanaan, dan penyusunan target waktu penyelesaian itu sendiri

yang sudah dirumuskan dari awal.

Kebijakan publik atau strategi yang telah ditentukan harus mempunyai

mekanisme acuan dan sasaran yang ingin dicapai. Agar mengetahui tujuan yang

sudah ditetapkan apakah dapat dicapai atau tidak maka kebijakan harus

diimplementasikan. Serangkaian aktivitas untuk menerapkan sebuah kebijakan atas

kebijaksanaan atau keputusan sebelumnya tidak terlepas menerapkan mekanisme

47
Universitas Sumatera Utara
kebijakan yang mencakup berbagai kebutuhan yang diperlukan, aktor pelaksana

yang terlibat, jadwal pelaksanaan, dan terakhir taget waktu penyelesaian itu sendiri

yang sudah dirumuskan dari awal. Implementasi merupakan tindakan yang bersifat

mencapai yang ingin dicapai (output) tetapi juga memiliki dampak (outcome). Jika

kebijakan publik hanya berhenti memiliki dampak yang hanya sampai pada tahap

pembentukan maka kegiatan pemberdayaan masyarakat menjadi stagnan, sebab

tidak adanya realisasi nyata dilakukan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang

telah ditentukan sehingga tidak memberikan keuntungan kepada kelompok sasaran.

Pemahaman kebijakan yang diambil pemerintah bagi publik (masyarakat)

dalam penelitian ini adalah pilihan yang dilakukan oleh institusi pemerintahan

terkait dalam hal ini adalah Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD),

Departement/ Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

yang membawahi sebuah program yaitu Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP)

yang merupakan keberlanjutan dari Program SPP Eks PNPM MPd.

2.4.3. Lembaga Pengelola Dana Bergulir Eks PNPM MPd

Setelah program PNPM MPd berakhir maka tetap perlu dilakukan usaha

melaksanakan pemberdayaan masyarakat ditangan pemerintah daerah berupa

pemindahan kepemilikan aset sarana dan prasarana lokal/desa dan penataan

lembaga pengelola dana bergulir. Proses pengakhiran PNPM MPd harus

dilaksanakanakan terbuka bagi masyarakat dan hasilnya dapat

dipertanggungjawabkan, melibatkan stake holder yang juga memiliki peranan

dalam substansi program PNPM MPd tersebut. Mekanisme pengambilan keputusan

secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat desa yang dilakukan dalam forum

musyawarah desa dan forum musyawarah antar desa dalam membiayai kegiatan-

48
Universitas Sumatera Utara
kegiatan penanggulangan kemiskinan. Tahapan kegiatan pengakhiran PNPM MPd

antara lain:

1. Proses sosialisasi kebijakan pengakhiran PNPM MPd

Agenda Musyawarah Desa antara lain:

a. Menelaah dan meneliti desa-desa yang memiliki aset sarana dan

prasarana hasil dari PNPM MPd,

b. Menelaah desa-desa yang belum menyelesaikan tahapan kegiatan

PNPM MPd tahun anggaran 2014 sampai dengan Musyawarah Desa

Serah Terima (MDST)

c. Penetapan jadwal penyelarasan BKAD dan penatan aset dana bergulir

agenda musyawarah antar desa (MAD).

2. Proses Penyelesaian Kegiatan PNPM MPd

Pendamping desa memfasilitasi penyelesaian seluruh tahapan kegiatan

PNPM MPd tahun anggaran 2014 dan melakukan kegiatan Musyawarah

Desa Serah Terima (MDST)

3. Senantiasa memberikan pembinaan dan melakukan pemantauan secara

intensif.

Pemerintah daerah berperan melakukan pembinaan dan pemantuan selama

berjalannya pelaksanaan proses pengakhiran PNPM MPD tahun anggaran

2014

4. Menyampaikan Laporan

Acuan, tata cara pelaporan hasil penyelesaian tahapan kegiatan PNPM MPd

tahun 2014 sampai dengan MDST mengikuti mekanisme pelaporan yang

berlaku dalam PNPM MPd

49
Universitas Sumatera Utara
Kepemilikan seluruh aset-aset dana bergulir hasil PNPM MPd adalah milik

masyarakat desa dalam satu wilayah kecamatan yang pengelolaannya diwakili oleh

Badan Kerjasama Antar Desa. Dengan berakhirnya PNPM MPd, maka pengelolaan

dana bergulir menjadi kewenangan dari BKAD yang dibentuk dalam Musyawarah

Antar Desa yang ditetapkan oleh Keputusan Kepala Desa Bersama. BKAD yang

telah dibentuk dalam pelaksanaan pengelolaan dana bergulir eks PNPM MPd tetap

diarahkan mengkoordinasikan kerjasama antar desa di bidang pengembangan usaha

ekonomi serta pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.

Menurut kententuan perundang-undangan secara hak dan kewajiban bahwa

kepemilikan aset hanya dapat dimiliki oleh subyek hukum. Subyek hukum yang

diakui adalah orang perorangan, badan hukum dan lembaga pemerintah. Oleh

karena kepemilikan DAPM bukan milik orang perorangan, dan bukan milik

lembaga pemerintah, maka diperlukan badan hukum untuk menegaskan status

kepemilikannya. Tujuan Terbentuknya Badan Hukum Terhadap Masyarakat adalah

untuk:

1. Masyarakat mempunyai hak kepemilikan dan mendapatkan akses

perlindungan secara hukum terhadap aset yang dimilikinya.

2. Adanya jaminan perlindungan bagi pengelola dalam petanggungjawaban

pengelolaan aset milik masyarakat

3. Pelaksanaan pengelolaan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dan

pengelolaan Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM)

dilaksanakan secara terpisah.

4. Pengembangan DAPM dalam wadah kerjasama dengan program

pemberdayaan masyarakat lainnya

50
Universitas Sumatera Utara
Dalam mengoptimalkan pengelolaan keuangan atau dana yang berbasis

dalam kegiatan PNPM MPd salah satunya adalah Koperasi. Koperasi merupakan

badan usaha berbadan hukum dapat dan dipertimbangkan oleh pengelolaan

kepemilikan DAPM. Selain itu ada juga Perkumpulan Berbadan Hukum (PBH)

dan Perseroan Terbatas (PT). Menurut penjelasan dalam UU No 17 Tahun 2013,

Perkoperasian adalah badan hukum yang didirikan oleh perorangan atau badan

hukum. Koperasi juga menerapkan pemisahan kekayaan/aset para anggotanya

sebagai modal untuk menjalankan usaha, selain itu Koperasi dalam pelaksanaanya

memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial dan budaya

sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.

Menurut aspek regulasi Perkumpulan Berbadan Hukum (PBH) adalah

sebuah bentuk badan hukum nirlaba yang didirikan berdasarkan staatsblad Nomor

64 Tahun 1870 tentang perkumpulan-perkumpulan berbadan hukum dan Undang-

undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Perseroan

Terbatas (PT). Sesuai penjelasan yang tercantum pada Undang-undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan

persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian. Kegiatan usaha dilaksanakan

dengan menggunakan modal dasar yang seluruhnya terbagi atas saham dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan (SE

No B.27/MENKO/KESRA/I/2014)

2.4.4. Program Dana Bergulir Eks PNPM MPd

Transformasi nama pengelolaan dana yang bergulir yang berasal eks dari

program nasional berbasis kemandirian masyarakat perdesaan menjadi Dana

Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) tetap merupakan aset milik

51
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dan pelaksanaannya juga tidak berhenti meskipun PNPM MPd sudah

berakhir. Selain itu juga penyaluran dana program Simpan Pinjam Perempuan

(SPP) demi usaha peningkatan kesejahteraan kelompok perempuan masih terus

berjalan dengan pendanaan dari DAPM. Bertindak sebagai penanggung jawab

operasional SPP Eks PNPM MPd adalah BKAD, sedangkan pengelolaan dilakukan

oleh Unit pengelola Kegiatan (UPK). Mekanisme pemanfaatan SPP Eks PNPM

MPd tidak lagi mengacu pada PTO PNPM MPd tahun 2008 melainkan pada

Standar Operasional Prosedur (SOP) yang termuat dalam acuan anggaran

dasar/anggaran rumah tangga (AD/ART) BKAD yang dibuat melalui dibentuknya

musyawarah bersama antar desa (MAD) dan ditetapkan sebagai Keputusan

Bersama Kepala Desa.

2.5. Penelitian Terdahulu


Sebagaimana adanya pembahasan secara mendalam dalam kajian penelitian

ini, penulis juga mengambil teori yang mempunyai relevansi terhadap judul yang

diangkat peneliti. Peneliti juga mengangkat kajian-kajian penelitian yang diangkat

oleh peneliti sebelumnya yang terkait tentang keberlanjutan dana Simpan Pinjam

Perempuan (SPP) Eks PNPM MPd dalam peningkatan ekonomi masyarakat desa.

Kajian atas penelitian-penelitian terdahulu akan membantu peneliti dalam

menelaah masalah yang akan dibahas. Dalam data dibawah ini dapat dilihat hasil

dari penelitian terdahulu yang objek penelitiannya relatif sama dengan yang akan

dilakukan penelitian. Hasil penelitian-penelitian tersebut sebagai berikut :

1. Dian Novitasari, Universitas Sebelas Maret tahun penelitian 2011, dengan

judul penelitian “Analisis Program PNPM Mandiri Terhadap Peningkatan

Pendapatan Masyarakat Miskin di Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali

52
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2009”. Metode Penelitian menggunakan metode analisis deskriptif

kualitatif dan uji beda dua mean untuk sampel berpasangan, teori yang

digunakan dalam penelitian adalah teori analisis. Berdasarkan hasil dalam

penelitian diperoleh kesimpulan :

a. Program PNPM Mandiri yang disalurkan Pemerintah Kabupaten

Andong Boyolali pada tahun 2009 terhadap masyarakat rumah tangga

miskin, berhasil menurunkan jumlah masyarakat rumah tangga miskin

dibandingkan jumlah masyarakat rumah tangga miskin pada tahun 2008

dan tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa adanya program PNPM

Mandiri dari pemerintah efektif untuk menurunkan jumlah masyarakat

rumah tangga miskin di Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

Karena selain memberikan bantuan pinjaman modal, program PNPM

Mandiri juga memberikan kegiatan pelatihan-pelatihan untuk para

anggotanya.

b. Pendapatan rumah tangga miskin setelah menjadi pemanfaat dari

program simpan pinjam kelompok perempuan (SPKP) PNPM Mandiri

mengalami peningkatan menjadi Rp. 137.500,00/bulan dibandingkan

tingkat rata-rata pendapatan sebelum menjadi pemanfaat.

Meningkatnya pendapatan pemanfaat atas bantuan dana PNPM MPd

yang menunjukkan bahwa bantuan yang diberikan memberikan

kontribusi yang besar dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga.

c. Hasil analisis uji beda dua mean berpasangan menunjukkan adanya

perbedaan rata-rata pendapatan masyarakat rumah tangga miskin

sebelum dan setelah ada program PNPM Mandiri. Sebelum ada

53
Universitas Sumatera Utara
program PNPM Mandiri rata-rata pendapatan masyarakat miskin

sebesar Rp. 743.316,33, sedangkan setelah ada program PNPM Mandiri

rata-rata pendapatan masyarakat rumah tangga miskin menjadi Rp.

880.816,33. Dengan adanya kenaikan pendapatan tersebut berarti

bahwa keberadaan program dari PNPM Mandiri memang dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat miskin di Kecamatan Andong

Kabupaten Boyolali.

2. Cahyanti Novika Masril, Institut Pertanian Bogor tahun penelitian 2011,

dengan judul penelitian “Tingkat Partisipasi Perempuan Terhadap Simpan

Pinjam Kelompok Perempuan (Spp) Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri (Pnpm-M) Perdesaan (Desa Dramaga, Kecamatan

Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)”. Teori yang digunakan

teori Partisipasi dengan metode kuantitatif dengan didukung data kualitatif.

Hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan :

a. Pada tahap perencanaan partisipasi anggota SPP di Desa Dramaga

masih sangat rendah masih sangat rendah, yakni sebesar 76 persen. Hal

ini terlihat dari kurang aktifnya anggota SPP dalam berbagai tahapan

partisipasi. Kemudian pada tahapan pelaksanaan keterlibatan anggota

juga masih sangat rendah, yakni sebesar 97 persen, selanjutnya pada

tahap monitoring evaluasi juga masih rendah. Ini terlihat dari angka

persentasi partisipasi responden yang masuk kategori rendah, yakni

sebesar 95 persen. Meski demikian hal yang berbeda terjadi pada tahap

pemanfaatan hasil. Pada tahap ini, partisipasi anggota masuk kategori

tinggi, yakni sebesar 100 persen. Hal ini menunjukkan bahwa

54
Universitas Sumatera Utara
partisipasi anggota SPP cenderung lebih tinggi pada keikutsertaan tahap

pemanfaatan hasil saja. Sedangkan pada tahapan lainnya masih sangat

rendah.

b. Secara statistik faktor kemampuan berpengaruh nyata terhadap tingkat

partisipasi anggota SPP, dimana p value = 0,079. Sedangkan faktor

kemauan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat partisipasi, dimana

p value = 0,.404, maka hipotesis yang menyebutkan bahwa “tingkat

partisipasi anggota SPP lebih banyak ditentukan atau didorong oleh

faktor kemauan (motif, harapan, kebutuhan, dan imbalan) ketimbang

oleh faktor kemampuan (pendidikan, pengalaman dan

kepemimpinan)”, ditolak.

c. Faktor pendorong memiliki pengaruh terhadap tingkat partisipasi

anggota SPP di Desa Dramaga, dimana P value= 0,076. Ini

mengindikasikan, bahwa partisipasi terjadi karena ada pengaruh dari

faktor pendorongnya.

d. Pada kajian ini ditemukan tingkat partisipasi anggota kelompok SPP

yang antara lain, diukur dari segi kehadiran dalam tahap proses

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi serta pemanfaatan

hasil, menunjukkan bahwa seluruh partisipasi angggota SPP yang

diteliti tergolong rendah sampai sedang disemua tahapan.

e. Data menunjukkan tingkat pengembalian dana SPP berjalan dengan

lancar diseluruh kelompok. Contohnya ada beberapa kelompok yang

terus menerus ikut, seperti kelompok Rose, Yulia, Sedap Malam dan

Anggrek (Lampiran 3). Situasi ini terjadi karena para anggota SPP

55
Universitas Sumatera Utara
umumnya enggan untuk mengikuti berbagai tahapan kegiatan yang

diadakan di Balai desa maupun dikantor UPK PNPM. Kegiatan-

kegiatan tersebut disamping menyita kegiatan mereka sebagai ibu

rumah tangga, juga cukup signifikan menelan dana untuk transportasi

menuju balai desa. Bagi rumah tangga anggota SPP yang tergolong

miskin, dana transportasi Rp.10.000 dalam satu kegiatan dibalai desa

maupaun di kantor UPK PNPM cukup menjadi beban. Hal ini tidak

tertangkap didalam pengukuran partisipasi yang basisnya hanya pada

frekuensi kehadiran.

3. Yulanita Cahya Chrystanti, Indah Ulli Wardati, Universitas Surakarta tahun

penelitian 2011 dengan judul penelitian “Sistem Pengolahan Data Simpan

Pinjam khusus Perempuan (SPP) Pada Unit Pengelola Kegiatan (UPK)

Mitra Usaha Mandiri Program Nasional Pemberdayan Masyarakat

Mandiri Perdesaan (PNPM MPd) Kecamatan Pringkuku Kabupaten

Pacitan”. Teori penelitian menggunakan teori Sistem dengan metode

penelitian Kualitatif maka kesimpulan dari hasil penelitian yaitu:

a. Admin mendapatkan kemudahan dalam mengoperasikan sistem.

b. Tampilan dari Sistem Pengolahan Data Simpan Pinjam Perempuan

tersebut cukup bagus dan menarik.

c. Implementasi Sistem Pengolahan Data Simpan Pinjam khusus

Perempuan dapat membantu permasalahan yang selama ini terjadi pada

Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Mitra Usaha Mandiri dengan cepat dan

mudah dalam melakukan proses penginputan maupun output data.

56
Universitas Sumatera Utara
d. Sistem Pengolahan Data Simpan Pinjam khusus Perempuan sudah

cukup sesuai dengan kebutuhan Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Mitra

Usaha Mandiri.

4. Purwati Lestarini, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Veteran

Semarang tahun penelitian 2013 dengan judul penelitian “Pengaruh Kredit

SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP Terhadap

Pendapatan Masyarakat”. Teori yang digunakan teori Analisis statistic

dengan pendekatan metode penelitian Kuantitatif dan hasil penelitian

menunjukkan bahwa:

a. Adanya pengaruh yang positif antara Kredit Simpan Pinjam kelompok

Perempuan (SPP) PNPM MP dengan meningkatnya pendapatan

(kesejahteraan hidup) masyarakat Desa Lanji Kecamatan Patebon

Kabupaten Kendal.

b. Analisis data yang dipergunakan mengenai program kredit SPP

(Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP menunjukkan

bahwa adanya kerjasama yang baik antara pengelola SPP (Simpan-

Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP dengan masyarakat ternyata

dapat mampu memberdayakan masyarakat desa untuk menggerakan

sektor rill di daerah Desa Lanji Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal

dalam mencapai kemajuan ekonomi dan kemakmuran bersama.

c. Pengujian hasil nilai thitung adalah 20,710, kemudian dikonsultasikan

dengan ttabel pada taraf signifikansi 5% maupun 1% dengan db = 22

sehingga diperoleh t(0,05:22) =1,717 dan t(0,1:22) = 2,508. Karena thitung

≥ ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa Ha yaitu pengaruh

57
Universitas Sumatera Utara
kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP

terhadap pendapatan masyarakat dapat diterima. Dengan demikian

semakin banyak masyarakat yang mengambil kredit SPP (Simpan-

Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP maka penghasilan

masyarakat Desa Lanji Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal akan

semakin baik.

5. Riki Tri Kurniawanto, Universitas Negeri Yogyakarta tahun penelitian 2014

mengambil judul penelitian “Pengaruh Pinjaman Modal Kegiatan Simpan

Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) Program PNPM Mandiri Perdesaan

Serta Sikap Wirausaha Terhadap Perkembangan Usaha Dan Peningkatan

Pendapatan Masyarakat Kec. Ambal Kabupaten Kebumen”. Teori yang

digunakan dalam penelitian adalah teori Wirausaha, pendekatan metode

penelitian adalah penelitian Kuantitatif dan diperoleh kesimpulan:

a. Hasil analisis menunjukkan antara pinjaman modal kegiatan SPP

program PNPM Mandiri Perdesaan terhadap perkembangan usaha tidak

berpengaruh secara positif dan signifikan bagi masyarakat Kecamatan

Ambal yang disebabkan beberapa faktor diantaranya, mayoritas

penduduk bermata pencaharian petani padi, masyarakat yang

merupakan anggota SPP program PNPM Mandiri umumnya berada

dalam tingkat golongan ekonomi ke bawah dan sebagian besar anggota

tidak mampu memanfaatkan dana bantuan secara maksimal pinjaman

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

58
Universitas Sumatera Utara
b. Hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien jalur sebesar 0,039 dan critical

ratio (t-hitung) 0,451 < t-tabel sebesar 1,995; serta nilai probabilitas

sebesar 0,652 (p>0,05).

c. Adanya pengaruh positif dan signifikan sikap wirausaha terhadap

perkembangan usaha. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur

sebesar 0,417 dan critical ratio (t-hitung) 4,820 > t-tabel sebesar 1,995;

dan probabilitas sebesar 0,000 (p<0,05).

d. Begitu pula halnya antara pinjaman modal kegiatan SPP program

PNPM Mandiri Perdesaan terhadap peningkatan pendapatan

masyarakat tidak terdapat pengaruh secara positif dan signifikan. Hal

itu ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur sebesar 0,089 dan critical ratio

(t-hitung) 1,387 < t-tabel sebesar 1,995; dan probabilitas sebesar 0,166

(p>0,05).

e. Adanya pengaruh positif dan signifikan ditunjukkan melalui variabel

sikap wirausaha terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Hal itu

ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur sebesar 0,338 dan critical ratio (t-

hitung) 4,816> t-tabel sebesar 1,995; dan probabilitas sebesar 0,000 (p

t-tabel sebesar 1,995; dan probabilitas sebesar 0,000 (p>0,05).

f. Variabel perkembangan usaha terhadap peningkatan pendapatan

masyarakat menunjukkan pengaruh secara positif dan signifikan

perkembangan usaha. Hal itu ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur

sebesar 0,527 dan critical ratio (t-hitung) 7,493> t-tabel sebesar 1,995;

dan probabilitas sebesar 0,000 (p>0,05).

59
Universitas Sumatera Utara
6. Gita Mulyasari, mengangkat kajian judul penelitian “Kajian Partisipasi

Perempuan Terhadap Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) PNPM

Mandiri di Kota Bengkulu” dari Universitas Bengkulu pada tahun 2015

Teori yang digunakan teori Partisipasi dengan pendekatan metode penelitian

Kuantitatif menggunakan angket atau kuesioner sebagai alat pengumpulan

data utama. Menurut hasil yang disimpulkan dalam penelitian adalah :

a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi aktif anggota

terhadap kegiatan simpan pinjam perempuan (SPP) sebesar 69,81% dan

persentase tingkat partisipasi tidak aktif anggota sebesar 30,19% pada

kegiatan simpan pinjam perempuan (SPP) di Unit Pengelola Kegiatan

(UPK) Gading Cempaka.

b. Tingginya partisipasi aktif anggota jauh lebih banyak dipengaruhi oleh

variabel antara lain, umur, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan

keluarga, dan persepsi anggota dibandingkan partisipasi tidak aktif

anggota terhadap kegiatan simpan pinjam perempuan (SPP).

7. Heryanto Susilo, Universitas Negeri Surabaya tahun penelitian 2015 dengan

judul penelitian “Dampak Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan (Pnpm-Mp) Program Simpan Pinjam Perempuan (Spp)

Terhadap Kesejahteraan Keluarga Di Desa Canga’an Kecamatan Kanor

Kabupaten Bojonegoro”. Teori yang digunakan teori Kesejahteraan dengan

metode penelitian Kualitatif dan ditarik kesimpulan:

a. Pelaksanaan PNPM-MP program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di

Desa Canga’an Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro tahun 2014

60
Universitas Sumatera Utara
dapat dinilai sesuai dengan ketentuan kelompok Simpan Pinjam

Perempuan (SPP).

b. PNPM-MP program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di Desa

Canga’an Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro berdampak pada

kesejahteraan keluarga. Hal ini ditunjukkan dengan dari anggota yang

berjunlah 9 orang mereka mampu mengelola dana pinjaman tersebut

untuk menambah permodalan usaha mereka, selain itu mereka juga

mampu meningkatkan pendapatan keluarga dari usaha yang mereka

jalankan, dari aspek perkembangan usaha, anggota SPP mampu

mengembangkan usaha hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah

barang dagangan serta meluasnya pemasaran, dan mereka juga mampu

untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, karena penghasilan tidak

hanya dari suami mereka.

c. Ada beberapa hal yang menjadi faktor yang mendukung keberhasilan

kegiatan. Hal ini terbukti dengan bertambahnya jumlah pinjaman dan

pemanfaat, faktor faktor tersebut antara lain: Faktor internal (Motivasi,

dukungan keluarga), dan faktor eksternal (persyaratan yang mudah,

bunga yang ringan, adanya dana pengembalian IPTW, tanpa jaminan

serta jangka waktu pengembalian ditentukan oleh kelompok).

d. Selain faktor pendukung ada beberapa faktor yang menghambat

keberhasilan program, faktor tersebut antara lain: Faktor internal

(tingkat pendidikan yang rendah,) dan faktor eksternal (sistem jaminan

tanggung renteng, evaluasi yang tidak terstruktur, kurangnya proses

pendampingan).

61
Universitas Sumatera Utara
8. Desy Setiyani Putri, Universitas Airlangga tahun penelitian 2017 dengan

judul penelitian “Study Deskriftif Dampak Keberlanjutan Program PNPM

Mandiri Perdesaan Terhadap Ketergantungan Bantuan Dana Stimulan

Pada Pengusaha Perempuan Di Dusun Carang Puspo Desa Carangrejo

Kabupaten Jombang Jawa Timur”. Teori yang digunakan teori

Ketergantungan dengan metode penelitian Kualitatif dan didapat

kesimpulan:

a. Program PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Jombang mengalami

keberlanjutan. Keberlanjutan yang dilakukan dalam Program PNPM

Mandiri Perdesaan yang dipicu oleh 4 indikator, yaitu: masyarakat belum

mandiri secara finansial disebabkan latar belakang mata pencaharian

yang belum mampu menyokong kebutuhan hidup sehari-hari,

ketergantungan tersedianya dana stimulan, tingginya partisipasi

masyarakat dalam keiikutsertaan program PNPM Mandiri Perdesaan dan

keberlanjutan pembamgunan infrastruktur desa sebagai pendorong

ekonomi desa.

b. Dampak atas ketergantungan yang muncul pada pengusaha perempuan

baru terhadap keberlanjutan Program PNPM Mandiri Perdesaan ini dapat

disebabkan oleh 2 faktor, yaitu : Secara internal, penurunan etos kerja

dari pengusaha perempuan dengan adanya bantuan dana stimulan

kelompok simpan pinjam perempuan, sehingga tidak perlu berusaha

secara maksimal dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Faktor

ketergantungan secara ekonomi masyarakat, merupakan salah satu

penyebab ketergantungan tersebut timbul. Keadaan ekonomi

62
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, khususnya pengusaha perempuan memang masih tergolong

belum stabil. Keadaan inilah yang akhirnya mendorong masyarakat

perempuan untuk menggunakan bantuan dana stimulan secara rutin,

disamping dipergunakan untuk modal, mengembangkan usahanya

melalui bantuan dana stimulan ini tak jarang digunakan oleh masyarakat

untuk biaya hidup sehari hari.

c. Dari keadaan ketergantungan yang timbul pada Pengusaha perempuan

dapat dibedakan menjadi 2 model ketergantungan berdasarkan

kegunaannya, yaitu :

1) Ketergantungan finansial pada pengusaha perempuan baru, dampak

ketergantungan finansial yang terjadi pada pengusaha perempuan

baru akibat keberlanjutan bantuan dana stimulan dari Program PNPM

Mandiri Perdesaan yang berupa simpan pinjam masyarakat

perempuan ini juga digunakan oleh para pengusaha perempuan untuk

memenuhi kebutuhan finansial mereka sehari hari.

2) Ketergantungan bantuan modal pada pengusaha perempuan. Program

PNPM Mandiri Perdesaan memberikan bantuan kepada masyarakat

perempuan berupa bantuan dana stimulan agar masyarakat

perempuan mampu mendirikan usaha sendiri, dengan begitu

masyarakat mampu meningkatkan pendapatan keluarganya. Sehingga

dampak ketergantungan yang timbul akibat adanya keberlanjutan

Program PNPM Mandiri Perdesaan juga pada ketergantungan modal

pada pengusaha perempuan.

63
Universitas Sumatera Utara
9. Tria Ratna Ningrum, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang tahun

penelitian 2018 dengan judul penelitian “Analisis Pelaksanaan Pinjaman

Dana Bergulir Pada Kelompok SPP (Simpan Pinjam Perempuan) Dalam

Persfektif Ekonomi Islam Studi Kasus Di Desa Sambirejo Kecamatan

Ngawen Kabupaten Gunungkidul”. Teori yang digunakan teori Ekonomi

Islam dengan metode penelitian Kualitatif dan mendapat kesimpulan:

a. Pelaksanaan pinjaman tanpa agunan pada Kelompok SPP di Desa

Sambirejo berjalan sesuai dengan teknis operasi dari BKAD UPK Tekun

Kec Ngawen Kab.Gunungkidul. Kemudahan dalam melakukan pinjaman

tidak memberatkan bagi kelompok SPP yang memiliki usaha kecil.

Prinsip pinjaman dana bergulir ini dapat dikategorikan sebagai aqad

ta‟awun yakni aqad yang bertujuan untuk saling tolong menolong.

Tolong menolong disini berarti penyedia manfaat tidak menyulitkan

kelompok SPP dalam proses mengajukan pinjaman dimana tidak adanya

jaminan atau agunan. Sehingga dalam perjanjian pinjaman dana bergulir

hanya berdasarkan kepercayaan (trust). Kelompok SPP bebas

berwirausaha dalam pemanfaatan dana bergulir seperti tiang Ekonomi

Islam yakni kepemilikan, kebebasan dalam berusaha dan kesejahteraan

sosial. Pinjaman ini dilaksanakan dengan asas suka sama suka dan saling

rela yang diekspresikan dalam kegiatan yang legal dan dapat

dipertanggungjawabkan. Asas suka sama suka dan rela dalam transaksi

harus terbuka dan transaparan. Pertanggungjawaban pengelolaan dana

bergulir dilakukan pada musyawarah antar Desa (MAD) sebagai forum

tertinggi dalam pengambilan keputusan.

64
Universitas Sumatera Utara
b. Pinjaman dana bergulir tidak menggunakan sistem Ekonomi Islam,

namun teknis pinjaman dana bergulir memiliki kemiripan dengan sistem

Ekonomi Islam.

10. Chrystanti (2011) dengan judul penelitian “Sistem Pengolahan Data

Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) Pada Unit Pengelola Kegiatan

(UPK) Mitra Usaha Mandiri Program Nasional Pemberdayan Masyarakat

Mandiri Perdesaan (PNPM MPd) Kecamatan Pringkuku Kabupaten

Pacitan”. Persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah Sistem

Pengolahan Data Simpan Pinjam Perempuan tersebut cukup bagus. Hasil

penelitian tersebut adalah Sistem Pengolahan Data Simpan Pinjam khusus

Perempuan sudah sesuai dengan kebutuhan Unit Pengelola Kegiatan (UPK)

11. Hadi sulistyo dan Rudy Handoko, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

tahun penelitian 2019 dengan judul penelitian “Kelembagaan Dana

Bergulir UPK Pasca Berakhirnya PNPM MPd di UPK Candipuro

Kabupaten Lumajang”. Teori yang digunakan teori Kelembagaan dengan

metode penelitian Kualitatif.

Hasil penelitian menyatakan bahwa kegiatan kelembagaan pengelola dana

bergulir terus berjalan dengan baik sebab sebagian besar masih mengacu

pada PNPM MPd PTO (standar operasional prosedur) dan tidak lagi berlaku

karena penghancuran PNPM MPd pada tahun 2015. Hal ini karena prinsip

dan aturan dalam PTO dianggap masih baik untuk digunakan dan diterapkan

dalam pengelolaan dana bergulir. Kelembagaan yang terbentuk setelah

program PNPM Mandiri Perdesaan meliputi BKAD, UPK, BP-UPK, Tim

Verifikasi dan Tim Pendanaan. Kendala institusional dana bergulir UPK

65
Universitas Sumatera Utara
Candipuro adalah belum dapat bekerja sama dengan pihak ketiga karena

belum memiliki status badan hukum. Oleh karena itu, direkomendasikan

bahwa lembaga pengelola dana bergulir di UPK Candipuro perlu segera

menentukan pemilihan badan hukum yang mengelola dana bergulir. Status

badan hukum berfungsi untuk melegalkan manajemen dan rolling dan

lembaganya, serta untuk membuka peluang untuk mengembangkan bisnis-

bisnis nyata lainnya, di samping tabungan dan pinjaman, serta kerja sama

dengan pihak ketiga.

Ditinjau kajian penelitian bahwa adanya perbedaan judul antara penelitian

terdahulu dengan kajian peneliti yaitu judul “Keberlanjutan Dana Simpan Pinjam

Perempuan (SPP) Eks Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Perdesaan Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Desa Di Kecamatan

Sei Rampah Kab. Serdang Bedagai”, Kemudian pada penelitian terdahulu

menggunakan metode penelitian pendekatan dan kuantitatif dengan berbagai

macam teori dan konsep. Pada penelitian sekarang ini menggunakan metode

penelitian bersifat empiris, demikian halnya telah ada dalam penelitian sebelumnya.

Namun pada kajian ini pendekatan metode dan teori memiliki perbedaan dimana

kajian penelitian sekarang ini menggunakan teori penataan kelembagaan,

implementasi kebijakan, dan peningkatan ekonomi.

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian merupakan susunan kerangka pemikiran

poenelitian dimulai tahap persiapan, penerapan di lapangan hingga penyelesaian

penelitian menjadi satu kesatuan yang saling memiliki keterkaitan. Temuan pada

66
Universitas Sumatera Utara
konsep penelitian digunakan bagi peneliti memudahkan tujuan pada dalam

penelitian. Kerangka konsep penelitian dijabarkan secara sistematis melalui

gambaran sebagai berikut:

Gambar 2.3
Skema Kerangka Konsep Penelitian

Sumber: Penelitian 2020

Program nasional bantuan kemandirian terhadap masyarakat desa menjadi

program strategis dari pemerintah nasional yang mempunyai tujuan untuk

pengentasan masyarakat dengan pendapatan dibawah angka pendapatan

masyarakat secara nasional. Salah satu bentuk program dari PNPM Mandiri

67
Universitas Sumatera Utara
Perdesaan adalah Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang diluncurkan pada tahun

2007. Meskioun Program PNPM MPd tersebut telah berakhir sejak 31 Desember

tahun 2014, namun masih adanya dana yang bergulir ditangan pelaku eks PNPM.

Hingga selanjutnya perguliran dana eks PNPM di beberapa daerah masih terus

berkembang dalam kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Eks PNPM MPd.

Pada Kecamatan Sei Rampah, sebagai lokasi penelitian diketahui bahwa program

tersebut dikelola oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) di bawah naungan badan

kelembagaan antar yang telah dibentuk kembali oleh lembaga musyawarah desa

untuk menyelamatkan dana perguliran Eks PNPM Mandiri yang masih ada pada

pengguna manfaat. Program SPP Eks PNPM MPd tetap berjalan sesuai dengan

pedoman prosedural yang telah ditetapkan melalui Musyawarah Antar Desa

(MAD). Dalam hal pengguna manfaat masih tetap terpusat pada perempuan-

perempuan dari Rumah Tangga Miskin (RTM). Pengguna manfaat dapat

melakukan peminjaman apabila sudah bergabung dalam suatu kelompok peminjam.

Syarat dan ketentuan peminjaman tertuang dalam SOP SPP Eks PNPM MPd.

Tujuan akhir dari program SPP Eks PNPM MPd adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat rumah tangga miskin.

68
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah faktor terpenting dalam kegiatan penelitian

terutama dalam penulisan karya ilmiah seperti tesis. Definisi metodelogi penelitian

secara umum menurrut Kristanto (2018: 3) adalah suatu kajian bersifat ilmiah yang

dipergunakan untuk menemukan permasalahan yang akan dianalisis untuk

keperluan tertentu dan menemukan solusi dari permasalahan yang diteliti. Metode

dibutuhkan agar tujuan ilmu pengetahuan yang berupa kebenaran objektif dapat

dibuktikan dan dapat dicapai maksud dan tujuan serta dapat

dipertanggungjawabkan keabsahannya.

Menurut Hilway dalam Lufiyah dan Fitrah (2017: 24), penelitian diartikan

sebagai sebuah metode studi yang dilakukan oleh sesorang dengan melakukan

penyelidikan suatu penelitian sampai didapatkannya penyelesaian yang tepat

terhadap masalah tersebut. Penelitian merupakan pengembangan terhadap

penemuan dengan menguji kebenaran atas suatu konsep, prinsip pengetahuan dan

pendidikan secara umum. Metode Ilmiah merupakan prosedur yang mencakup

tindakan pikiran dan langkah-langkah dalam perolehan pengetahuan dan

pengembangan pengetahuan secara ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan

sehingga pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia.

Berdasarkan beberapa pemahaman tentang metode penelitian tersebut,

maka dapat diambil satu pengertian bahwa metode penelitian adalah pola atau

teknik yang disusun secara sistematis dalam merumuskan masalah, mengumpulkan

informasi/data penelitian, sesuai dengan subjek/objek yang diteliti kemudian

menemukan pemecahan masalah/solusi. Metode penelitian sebaiknya jika

69
Universitas Sumatera Utara
disesuaikan dengan pemilihan subjek penelitian. Dalam melakukan penelitian perlu

diperhatikan penggunaan metode penelitian yang tepat. Jika metode yang

digunakan tidak tepat maka akan menimbulkan kesalahpahaman yang pada

akhirnya menyebabkan hasil penelitian bersifat tidak valid sehingga tidak dapat

dipertanggungjawabkan.

Kajian ini meneliti tentang keberlanjutan dari program Simpan Pinjam

Perempuan (SPP) Eks PNPM Mandiri Perdesaan dalam peningkatan ekonomi

masyarakat desa di Kecamatan Sei Rampah. Penelitian ini juga meneliti status

kelembagaan program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Eks PNPM MPd setelah

berakhirnya program PNPM MPd dan bagaimana peran Program SPP tersebut

dalam peningkatan ekonomi masyarakat desa di Kecamatan Sei Rampah.

Dari uraian di atas, karena peneliti meneliti tentang keberlanjutan program

Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Eks PNPM MPd dalam peningkatan ekonomi

masyarakat desa di Kecamatan Sei Rampah, maka peneliti menggunakan penelitian

bersifat kualitatif dengan pola pendekatan deskriptif. Pendekatan dengan metode

kualitatif memberikan pandangan bahwa manusia merupakan sesuatu dinamis,

aktif, kreatif, dan memiliki kemauan bebas. Dengan menggunakan metode

kualitatif bisa diperoleh data/informasi yang mendalam tentang subjek penelitian,

baik yang bisa diamati oleh indera ataupun yang tersembunyi (yang tidak diamati

oleh indera).

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian merupakan rangkuman kegiatan mengumpulkan, mengolah dan

menganalisis bahan kajian penelitian yang dikumpulkan dengan menerapkan pola

metode ilmiah secara efisien dan bersistematika. Penelitian ini penulis mengambil

70
Universitas Sumatera Utara
pendekatan teknik analisis kualitatif deskriptif. Teknik ini dilakukan dengan cara

menganalisis data yang telah terkumpul dan mengambil suatu kesimpulan

berdasarkan data temuan peneliti. Penelitian yang diarahkan untuk memberikan

indikasi, fakta-fakta atau kejadian–kejadian secara akurat dan berjenjang mengenai

sifat-sifat populasi dan daerah tertentu.

Menurut Lutfiyah dan Fitrah (2017: 36), penelitian dengan metode kualitatif

adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-

fenomena yang ada dan berlangsung saat ini dan lampau. Pada penelitian ini tidak

ada manipulasi atau pengubahan terhadap variabel-variabel bebas tetapi

menggambarkan suatu kondisi apa adanya.

3.2. Lokasi Penelitian


Peneliti menetapkan lokasi sasaran atau sumber permasalahan penelitian

terletak di Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Berdagai. Program SPP eks

PNPM MPd di Kecamatan Sei Rampah masih tetap ada dan berkembang cukup

baik yang merupakan wilayah perdesaan pada Kecamatan Sei Rampah. Hal tersebut

terlihat dari berbagai berita publikasi di media cetak dan media sosial yang

memberitakan tentang keberadaan program SPP di bawah pengelolaan UPK eks

PNPM MPd dalam naungan BKAD Kecamatan Sei Rampah. Oleh karena itu,

penulis merasa berminat atas suatu penelitian yang terkait tentang suatu

keberlanjutan atas dana simpan pinjam perempuan (SPP) eks PNPM MPd dan

status kelembagaannya UPK eks PNPM MPd.

Dalam jangka waktu selama kurang lebih 3 bulan penelitian dilaksanakan

dan dimulai dari bulan Agustus hingga dengan bulan Oktober 2020 di Kecamatan

Sei Rampah. Lokasi penelitian antara lain, di kantor Camat Kecamatan Sei

71
Universitas Sumatera Utara
Rampah, Kantor BKAD dan BUMDes Bersama Sei Rampah, Desa Firdaus, Desa

Pematang Ganjang, dan Desa Pergulaan.

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian

Tahun 2020

No Jenis Penelitian Juli Agustus September Oktober

1 Penyusunan √ √ √

Proposal

2 Pelaksanaan √ √ √ √ √ √ √

Penelitian

3 Mengkoding Data √ √ √

4 Menyusun Data √ √

5 Membuat laporan √ √ √

3.3. Informan Penelitian


Informan sebagai subjek penelitian yang dipilih memiliki dan mampu

menyajikan informasi seluas-luasnya bagi peneliti bukan hanya sekedar tanggapan

pada peneliti minta. Menurut Komariah dan Satori (2017: 2). Populasi atau sampel

menurut pendekatan kualitatif lebih tepatnya merupakan sumber data yang

berkompeten mengenai situasi sosial (Social Situation) dianggap mampu

menguasai jawaban atas kajian permasalahan peneliti. Menurut Spardley dalam

Sugiyono (2018: 297) mengatakan sumber data sama halnya situasi sosial tertentu

72
Universitas Sumatera Utara
(social situation) yang melekat pada subjek peneitian, terdiri dari tiga elemen yaitu:

lokasi penelitian (place), objek penelitian (actors), dan aktivitas (activity) yang

berinteraksi secara sinergis. Sehingga data diperlukan untuk mengetahui analisis

keberlanjutan dana simpan pinjam perempuan eks PNPM MPd dalam pertumbuhan

ekonomi masyarakat desa adalah data yang dikumpulkan melalui tanya jawab,

pengamatan mendalan dan bahan dokumentasi. Sumber data adalah

subjek/informan penelitian.

Adapun informan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Informan pelaku program SPP eks PNPM MPd di Kecamatan yaitu:

a. Camat Sei Rampah merupakan kepala pemerintahan di Kecamatan Sei

Rampah dan bertugas membina kegiatan eks PNPM MPd kepada desa-

desa di wilayah Kecamatan Sei Rampah,

b. Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) yang merupakan lembaga yang

menangani kelanjutan dana bergulir Eks PNPM MPd,

c. Unit Pengelola Kegiatan (UPK), merupakan unit yang mengelola

operasional kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Eks PNPM MPd

di kecamatan yang membantu BKAD mengkoordinasikan peretmuan-

pertemuan di kecamatan.

d. Badan Pengawas Unit Pengelola kegiatan (BP-UPK) yaitu badan yang

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas-tugas dan tanggung

jawab UPK

2. Informan pelaku program SPP eks PNPM MPd di desa yaitu:

a. Kepala Desa selaku kepala pemerintahan desa yang juga merupakan

pembina dari program eks PNPM MPd

73
Universitas Sumatera Utara
b. Kelompok masyarakat (ketua dan anggota kelompok) pengguna manfaat

dana bergulir SPP Eks PNPM Mandiri Perdesaan;

c. Tokoh masyarakat

Peneliti memilih informan penelitian tersebut karena sesuai pedoman

masalah yang akan dibahas atau diteliti. Pemilihan tokoh masyarakat disebabkan

narasumber dinilai memenuhi kriteria yaitu memperoleh informasi secara akurat

selain itu narasumber merupakan orang-orang yang memiliki perspektif lain dan

terlibat dalam kegiatan yang tengah diteliti guna melengkapi data informasi bagi

penelitian.

3.4. Teknik pengumpulan Data


Agar peneliti memperoleh data secara komprehensif, serta meninjau

kembali data dengan fokus dan tujuan penelitian, maka untuk memenuhi kebutuhan

data primer dalam penelitian melakukan upaya teknik pengumpulan data melalui:

1. Proses Tanya Jawab

Tanya Jawab (Wawancara) merupakan teknik pengumpulan data yang

banyak dipergunakan peneliti dalam penelitian kualitatif. Implementasi

proses percakapan secara langsung serta mendalam yang dilakukan antara

pewawancara dan informan mendapatkan suatu tujuan tertentu dan

mempergunakan suatu pedoman tertentu dalam tatap muka atau

menggunakan alat tertentu (Edi, 2016: 3). Dari pengertian tersebut dapat

disimpulkan wawancara adalah interaksi dan komunikasi yang dilakukan

oleh narasumber dan informan melalui tatap muka guna memperoleh

informasi tepat dalam rangka menjelaskan masalah, adanya solusi terhadap

suatu masalah penelitian dengan atau menggunakan alat tertentu.

74
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sutopo (2006: 72), pengertian wawancara mendalam adalah suatu

proses dalam mendapat informasi untuk tujuan penelitian dengan cara melakukan

tanya jawab dengan bertatap muka langsung maupun jarak jauh dengan responden

untuk mengeksplorasi masalah tertentu. Adapun pedoman wawancara dimana

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lebih lama.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam (In-depth

Interview). Wawancara mendalam dilakukan secara terarah dan intensif. Pada

penelitian kualitatif, mempersiapkan susunan daftar wawancara menjadi alat utama

penelitian yang dikombinasikan dengan observasi partisipan.

Saat melakukan wawancara, penulis melaksanakannya dalam lima tahap,

yaitu:

a. Menentukan informan yang akan diwawancarai;

b. Mempersiapkan kegiatan wawancara, sifat pertanyaan, alat bantu,

menyesuaikan waktu dan tempat, membuat janji;

c. Langkah awal, menentukan fokus permasalahan, membuat pertanyaan-

pertanyaan pembuka (bersifat terbuka dan terstruktur), dan mempersiapkan

catatan sementara;

d. Pelaksanaan wawancara dilakukan sesuai dengan jadawa yang sudah

disepakati dan persiapan yang dikerjakan;

e. menutup pertemuan

Dalam melakukan pertemuan dengan pewawancara, peneliti

mengedepankan suasana tidak tegang dan luwes agar tidak berlangsung dalam

situasi formal tetapi tidak mengesampingkan keseriusan tujuan permasalahan

75
Universitas Sumatera Utara
penelitian. Saat peneliti merasa ragu dengan informasi, keterangan yang berasal

dari subjek yang diwawancarai sehingga bisa membuktikannya dengan melakukan

observasi/pengamatan langsung.

2. Focused Group Discussion (FGD).

FGD adalah kegiatan diskusi dalam suatu grup untuk membahas masalah

tertentu secara sistematis dan terarah dalam suasana informal dan santai.

Teknis pelaksanaan FGD antara lain:

a. Jumlah pesertanya bervariasi antara 8-12 orang,

b. dilaksanakan dengan panduan seorang moderator.

Menurut Irwanto (2007: 1-2), FGD adalah proses pemahaman suatu makna

permasalahan penelitian melalui penggalian data dan informasi secara

mendalam dan sistematis bersifat spesifik melalui diskusi kelompok. Makna

dari FGD adalah:

a. Diskusi, suasana informal dan santai bukan secara formal seperti,

wawancara

b. Kelompok bukan individual

c. Terfokus membahas masalah tertentu bukan bebas

Kegiatan FGD ini peneliti lakukan bersama pengurus BKAD, UPK eks

PNPM MPd, dan beberapa ketua kelompok pelaku SPP.

3. Observasi

Mengumpulkan permasalahan dalam penelitian melalui

observasi/pengamatan secara langsung terhadap keadaan objek sasaran

penelitian. Sevilla dalam Siyoto dan Sodik, (2015: 82), mengemukakan

bahwa pengamatan adalah teknik pengumpulan data di mana seorang

76
Universitas Sumatera Utara
peneliti melakukan pengamatan pada masyarakat yang menjadi objeknya).

Ada beberapa alasan mengapa metode observasi dimanfaatkan yaitu:

a. Peninjauan pada lokasi penelitian berdasarkan pengalaman selama

proses penelitian. Pengamatan secara langsung di lapangan menjadi

instrumen yang efektif menguji suatu realitas. Hal tersebut dilakukan jika

data yang diperoleh peneliti masih diragukan kebenaran ilmiahnya.

b. Menurut Guba dan Lincoln dalam Fathoni (2006: 104), teknik

pengamatan merupakan teknik melihat dan mengamati secara individual

atau perseorangan, kemudian mencatat hal, sikap, perilaku atas suatu

kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat semua peristiwa dalam

situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun

pengetahuan yang langsung diperoleh dari data yang diobservasi

Dari beberapa alasan tersebut, maka peneliti semakin mantap untuk

menggunakan observasi/pengamatan dalam penelitian ini. Melalui

observasi ini, peneliti mencoba melihat secara langsung informasi terkait

Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) eks PNPM MPd dan memahami

dan mencari jawaban atas fenomena yang sebenarnya.

Sedangkan untuk teknik pengumpulan data sekunder, peneliti melakukan

studi kepustakaan pada literatur, dokumen, tulisan ilmiah lainnya dan studi

penelitian sejenis yang berhubungan dengan masalah penelitian yang

peneliti teliti. Peneliti juga melakukan pengklasifikasian informasi yang

diperoleh sesuai dengan kebutuhan dan pembagian yang penulis telah buat

untuk mempermudah dalam mencari data yang diperoleh nantinya.

77
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi tersebut dibagi menjadi dua yaitu data pendukung aspek

partisipasi dan pemberdayaan.

3.5. Teknik Analisis Data


Langkah selanjutnya dalam penelitian kualitatif adalah melakukan

pengolahan, penyusunan data informasi faktual penelitian. Menurut Nasution

dalam Sugiyono (2017: 336) adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan,

menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola, tema atau kategori.

Melakukan analisis data sebaiknya dilakukan sebelum terjun ke lapangan dimulai

merumuskan masalah, hingga berlangsung terus sampai akhir hasil penelitian.

Teknik analisis data kualitatif terdiri atas 3 jalur kegiatan yang terjadi secara

bersamaan yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan:

1. Reduksi data

Perolehan sumber data pendukung di lapangan dituangkan dalam bentuk

laporan baik secara terperinci ataupun berupa bentuk uraian. Laporan ini

akan terus bertambah sehingga dapat mengakibatkan semakin menumpuk

dan menyulitkan peneliti untuk menganalisisnya lebih lanjut jika tidak

segera diselesaikan. Oleh sebab itu, peneliti harus segera menyusun data

secara sistematis, memilih pokok yang penting. Reduksi data adalah

kegiatan merangkum hal-hal pokok, abstrak dan perubahan data kasar yang

muncul dari catatan-catatan (Miles, NM and Am Huberman dalam

Sugiyono 2017: 338). Proses ini berlangsung secara terus menerus selama

penelitian berlangsung dengan meliputi kegiatan meringkas data, mengkode

data, dan memilah tema. Ini dilakukan dengan cara melakukan seleksi ketat

78
Universitas Sumatera Utara
atas data yang diperoleh. Lalu membuat uraian singkat dari data tersebut dan

terakhir adalah menggolongkannya dalam data yang lebih luas.

Data yang setelah direduksi akan memudahkan peneliti untuk memilih dan

mengurutkan data berdasarkan informan yang terlibat dalam penelitian.

Peneliti kemudian membuat narasi untuk data tersebut dan

menyederhanakannya agar mudah dalam menyajikannya.

2. Menyajikan Data Informasi

Langkah kedua adalah menyajikan data penelitian berdasarkan aspek-aspek

yang diteliti. Penyajian data tersebut diambil dari data yang tersusun atas

sekumpulan informasi yang berkaitan dan memungkinkan dapat membuat

kesimpulan akhir dan pengambilan tindakan (Miles, NM and Am Huberman

dalam Sugiyono, 2017: 341). Bentuk penyajian data kualitatif meliputi

penjelasan yang bersifat narasi berbentuk memo, grafik dan tabel bagan

kategori sehingga memudahkan pemahaman atas penggabungan beberapa

informasi.

Bagi peneliti kualitatif menyajikan data berupa berupa aluran deskriptif

berfungsi untuk lebih mudah memahami alur tujuan penelitian, sedangkan

beberapa tabel dan gambar yang peneliti sajikan hanya sebagai pelengkap.

Penyajian data berupa teks deskriptif, penyajian data semacam ini peneliti

pilih karena menurut peneliti lebih mudah dipahami dan dilakukan.

3. Penarikan Gagasan Akhir

Langkah terakhir melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi sebagai

rangkuman seluruh informasi dan temuan yang diperoleh dari awal hingga

akhir. Proses penarikan kesimpulan meliputi dari pengumpulan data,

79
Universitas Sumatera Utara
mencari arti data, mencari kesinambungan pola dalam teori, memperoleh

penjelasan-penjelasan, konfigurasi yang mungkin, hubungan sebab akibat

dan proposi.

Kesimpulan awal masih bersifat sementara setelah diverifikasi dengan

meninjau ulang selama hasil penelitian selama proses penelitian. Tinjauan

ulang dilakukan membuat catatan, maupun melakukan pertemuan

konsultasi dengan dosen pembimbing, teman atau pihak yang terkait lainnya

serta melalui temuan atau salinan data lain yang dapat menunjang penarikan

kesimpulan (Miles and Huberman dalam Sugiyono, 2017: 345).

Dalam penelitian deskriptif kualitatif bahwa penarikan kesimpulan bersifat

induktif (dari yang khusus kepada yang umum). Titik tolak merupakan

penalaran penelitian induktif abstraktif, suatu logika yang bertitik tolak dari

“khusus ke umum”, bukan dari umum ke khusus”. Proses pengumpulan

maupun analisis data dilapangan menjadi dapat dipisahkan bersama aspek

yang lain, berlangsung secara simultan atau bersamaan. Fase atau alur

pengumpulan data berbentuk siklus, bukan linier. Huberman dan Miles

melukiskan siklusnya seperti terlihat pada gambar berikut ini

80
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1.
Komponen Analisis Data Model Interaktif

Sumber : Sugiyono 2017

81
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

4.1.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai

Berdasarkan tinjauan letak geografis Kabupaten Serdang Bedagai berada

pada posisi 3001’2,5’’ Lintang Utara - 3046’33’’ Lintang Utara dan 98044’22’’

Bujur Timur - 99019’01’’ Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter di

atas permukaan laut. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kawasan

pesisir Pantai Timur Sumatera Utara. Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

memiliki luas area mencapai 1 900,22 km2 (190.022 Ha) terdiri dari 17 Kecamatan

dan 243 Desa/Kelurahan.

Wilayah Serdang Bedagai juga mempunyai kawasan sungai sebanyak 24

sungai. Sungai Padang dan Bah Hilang menjadi kawasan sungai urutan pertama dan

kedua dalam posisi sungai yang terpanjang di Kabupaten Serdang Bedagai dengan

masing-masing panjang sungai mencapai 25.000 m2. Sedangkan sungai Sei

Mendaris dan Sei Rampah merupakan sungai terpendek, masing-masing 5.000 m2.

Begitu pula halnya ditemukan empat lokasi rawa/gambut berada dalam kawasan

Kabupaten Serdang Bedagai, pada setiap Kecamatan juga terdapat beberapa aliran

irigasi dimana sungai-sungai yang ada dalam kawasan Serdang Bedagai menjadi

sumber air irigasi.

82
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1.

Peta Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

Sumber: Kabupaten Serdang Bedagai dalam angka, 2020

Secara administratif letak wilayah Kabupaten Serdang Bedagai memiliki

batas-batas wilayah pada bagian utara berhadapan dengan Selat Malaka, lalu di

bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Simalungun, bagian selatan dengan

Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Batubara dan Kabupaten Simalungun di

bagian timur Kabupaten Serdang Bedagai.

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan pemekaran dari Kabupaten Induk

yakni Kabupaten Deli Serdang. Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai berada di

Kecamatan Sei Rampah. Pada tahun 2019 jumlah penduduk Kabupaten Serdang

Bedagai sebesar 616.396 ribu jiwa, dengan kisaran laki-laki 309.382 jiwa dan

83
Universitas Sumatera Utara
perempuan 307. 014 jiwa. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki 237 Desa dan 6

Kelurahan yang terbagi ke dalam 1.231 Dusun dan 37 Lingkungan.

Menurut data sensus penduduk bahwa selama pada tahun 2019 menjadi

kepadatan penduduk terbesar padi Kabupaten Serdang Bedagai yang mencapai

sebesar 324 orang/km2. Kecamatan Perbaungan menjadi wilayah kecamatan

penduduk tertinggi di Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu sebesar 942 orang/km2,

lalu Kecamatan Teluk Mengkudu 635 orang/km2, Sei Bamban 613 orang/km2.

Lalu Kotarih menjadi wilayah dengan kepadatan penduduk terendah sebanyak 105

jiwa/km2 setelah Kecamatan Bintang Bayu 114 jiwa/Km2.

Dicermati bahwa penyebaran penduduk bahwa wilayah Perbaungan

merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar yaitu sebesar 105 177 jiwa

atau sebesar 17,06 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Serdang Bedagai.

Jumlah penduduk terendah ada di Kecamatan Kotarih yaitu sebesar 8 216 orang

atau 1,33 persen.

4.1.1.2. Profil Kecamatan Sei Rampah

Kecamatan Sei Rampah merupakan kecamatan dengan ketinggian antara 7

sampai 16 meter di atas permukaan laut, terletak di posisi 3⁰63’ - 3⁰76’ Lintang

Utara dan 9⁰850’9⁰861’ - Bujur Timur. Luas wilayah Kecamatan Sei Rampah

adalah berupa daratan seluas 198, 90 km2.

Secara administratif wilayah Kecamatan Sei Rampah memiliki batas-batas

sebagai berikut, Kecamatan Teluk Mengkudu berbatasan bagian utara, lalu Sei

Bamban merupakan batas bagian selatan dari Kecamatan Sei Rampah, sedangkan

berbatasan bagian timur adalah Tanjung Beringin dan batas bagian barat

berhadapan dengan Dolok Masihul dan Pegajahan.

84
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Sei Rampah terdiri dari 17 desa. Desa terluas adalah Desa Tanah

Raja yaitu sebesar 29,05 km2 atau 14,6 % dari luas kecamatan. Sedangkan desa

dengan luas wilayah terkecil adalah desa Pergulaan, sebesar 3,55 km2 atau 1,78 %

dari luas kecamatan. Desa Rambung Sialang Tengah dan Desa Rambung Sialang

Hulu merupakan desa terjauh dari Kantor Camat Sei Rampah yaitu berjarak 21 km.

Sementara Desa Firdaus merupakan desa yang terdekat karena kantor camat berada

di desa ini yaitu berjarak 0 km. (BPS Serdang Bedagai, 2019).

Gambar 4.2.

Peta Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai

Sumber: Kecamatan Sei Rampah dalam angka 2019

85
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1
Letak dan Geografi Kecamatan Sei Rampah, 2019

KARAKTERISTIK PENJELASAN

(1) (2)

Letak wilayah 3⁰63’ - 3⁰76’ Lintang Utara

9⁰850’ - 9⁰861’ Bujur Timur

Luas wilayah 198, 90 Km2

Letak di atas permukaan laut 7 – 16 m di atas permukaan laut

Batas-batas wilayah

Utara

Selatan Kecamatan Teluk Mengkudu

Timur Kecamatan Sei Bamban

Barat Kecamatan Tanjung Beringin

Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan

Pegajahan

Jumlah desa 17 Desa

Jumlah dusun 105 Dusun

Sungai- sungai yang melintasi Sungai Rampah, Sungai Rambung, Sungai

Belutu dan Sungai Bedagai

Rata-rata hari hujan 16 Hari

Rata-rata curah hujan 203 mm

Jarak ibu kota kecamatan dengan 0 Km

ibu kota kabupaten

Sumber : Kecamatan Sei Rampah dalam angka 2019

86
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2
Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL) dan Kontur
Tanah Menurut Desa di Kecamatan Sei Rampah, 2019
No Desa Tinggi DPL Kontur Tanah
(m)
1 Rambung Sialang Tengah 28 Dataran

2 Rambung Sialang Hulu 27 Dataran

3 Pergulaan 24 Dataran

4 Sinah Kasih 18 Dataran

5 Sei Parit 11 Dataran

6 Rambung Estate 15 Dataran

7 Rambung Sialang Hilir 28 Dataran

8 Tanah Raja 19 Dataran

9 Simpang Empat 15 Dataran

10 Cempedak Lobang 12 Dataran

11 Silau Rakyat 11 Dataran

12 Pematang Ganjang 7 Dataran

13 Sei Rampah 10 Dataran

14 Sei Rejo 10 Dataran

15 Pematang Pelintahan 13 Dataran

16 Firdaus 12 Dataran

17 Firdaus Estate 17 Dataran

Sumber : Kecamatan Sei Rampah dalam angka 2019

87
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3
Letak Geografis Menurut Desa di Kecamatan Sei Rampah, 2019

No Desa Lintang Utara Bujur Timur

1 Rambung Sialang Tengah 3,4042 99,0015

2 Rambung Sialang Hulu 3,4143 99,0015

3 Pergulaan
3,4075 99,0072

4 Sinah Kasih 3,3877 99,0821

5 Sei Parit
3,4414 99,0999

6 Rambung Estate 3,4515 99,0497

7 Rambung Sialang Hilir 3,4676 99,0258

8 Tanah Raja
3,5377 99,0494

9 Simpang Empat
3,4577 99,0700

10 Cempedak Lobang 3,4805 99,0998

11 Silau Rakyat
3,4476 99,1016

12 Pematang Ganjang 3,4571 99,1261

13 Sei Rampah
3,4870 99,1340

14 Sei Rejo 3,4915 99,1491

15 Pematang Pelintahan
3,5266 99,1397

16 Firdaus 3,4996 99,1184

17 Firdaus Estate
3,4868 99,1085

Sumber : Kecamatan Sei Rampah dalam angka 2019

88
Universitas Sumatera Utara
4.1.2. Program PNPM Mandiri Perdesaan

Terkait dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri yang dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, terbagi atas tiga jenis yaitu, PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri

Perkotaan serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa yang tertinggal telah

diluncurkan dipenghujung akhir tahun 2006. Pencapaian tujuan dalam program ini

mempersiapkan pengembangan sarana dalam menguatkan fungsi

masyarakat/kelembagaan lokal berupa penyertaan pelatihan, serta menyalurkan

Dana dalam Bantuan Langsung kepada Masyarakat (BLM).

PNPM Mandiri Pedesaan merupakan program yang dicanangkan oleh

penerintah agar dapat dimanfaatkan masyarakat miskin secara terpadu dan

berkelanjutan sehingga masyarakat juga turut diperansertakan dari awal hingga

berakhirnya pelaksanaan program ini. Pada Kecamatan Sei Rampah sendiri, PNPM

MPd sudah mulai berkembang sejak program tersebut diluncurkan oleh Pemerintah

Pusat yaitu pada tahun 2007. PNPM MPd di Kecamatan Sei Rampah digunakan

sebagai pembiayaan mempercepat perluasan kesejahteraan ekonomi masyarakat

mulai dari perbaikan sarana dan prasarana yang dinilai memberi manfaat bagi

masyarakat miskin. Selain itu, diperuntukkan bagi kegiatan peningkatan pelayanan

medis, pendidikan, peningkatan keahlian, kemampuan kelompok usaha ekonomi

mikro, dan penambahan modal Simpan Pinjam untuk kelompok perempuan.

Mekanisme pembiayaan kegiatan yang dilakukan dalam program PNPM MPd

harus mengikuti Petunjuk Teknis Operasional (PTO) yang telah ditetapkan oleh

Pemerintah.

89
Universitas Sumatera Utara
Salah satu kegiatan PNPM MPd adalah Simpan Pinjam Perempuan (SPP).

Kegiatan tersebut merupakan kegiatan pemeberian modal kepada kelompok-

kelompok yang beranggotakan perempuan dari Rumah Tangga Miskin (RTM).

Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan memiliki sasaran target yaitu perempuan dari

rumah tangga miskin yang produktif yang memerlukan pendanaan untuk kegiatan

usaha yang tergabung dalam suatu kelompok yang sudah ada di masyarakat

Kelompok-kelompok.

Dalam pengelolaan dana SPP PNPM MPd, lembaga yang bertanggung

jawab adalah Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) yang dibentuk oleh

musyawarah antar desa dan ditetapkan dalam Keputusan Kepala Desa Bersama

sesuai dengan Panduan PTO 2008. BKAD adalah organisasi yang berperan sebagai

lembaga melakukan pengelolaan dan perencanaan pembangunan partisipasif,

menumbuhkembangkan bentuk-bentuk kegiatan kerjasama antar desa, melakukan

penyertaan dan memperkuat usaha-usaha pengelolaan aset bersifat produktif dan

meningkatkan kesadaran dan kemampuan keterampilan untuk pengelolaan program

pemberdayaan masyarakat. Pembentukan BKAD sesuai dengan undang-undang

tentang desa, PP No 72 dan 73/2005 dan surat edaran Mendagri tahun 2006 dalam

rangka pemeliharaan dan pelestarian hasil program sebelumnya yang kemudian

berkembang menjadi bentuk kerjasama antar desa. Periode masa kepenguruan juga

dibatasi yang dibahas dalam forum Musyawarah Antar Desa.

4.1.3. Pengakhiran Program PNPM Mandiri

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Desa No 6 tahun 2014 tentang

dana Desa maka program PNPM MPd harus dihentikan. Menindaklanjuti

pengakhiran program PNPM MPd, Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai

90
Universitas Sumatera Utara
mengeluarkan Surat Edaran No. 18.28/414.2/311/2015 tentang pengendalian

penyelesaian kegiatan PNPM MPd Tahun Anggaran 2014. Surat Edaran tersebut

memuat tentang percepatan kegiatan penyelesaian kegiatan yang berkaitan dengan

akuntabilitas penyelesaian kegiatan PNPM MPd.

Dalam petunjuk teknis penyelesaian kegiatan PNPM MPd termuat dengan

jelas langkah-langkah untuk penyelesaian kegiatan PNPM MPd. Mekanisme

Penggantian Specimen dan Administrasi

1. Badan kerjasama Antar Desa (BKAD) melaksanakan Musyawarah Antar

Desa (MAD) khusus untuk penyelesaian kegiatan PNPM MPd Tahun

Anggaran 2014 dengan agenda memilih 1 orang pelaku dari unsur BP-UPK,

anggota BKAD, atau Pendamping Lokal (PL) untuk pengganti specimen

fasilitator Kecamatan pada seluruh rekening daan BLM PNPM MPd.

2. Menetapkan dua orang pelaku sebagai pengganti pasilitator kecamatan

3. Membahas langkah sertifikasi hasil pekerjaan TPK.

Mekanisme Pelaporan dalam penyelesaian kegiatan PNPM MPd Tahun

Anggaran 2014 adalah:

a. Penyiapan laporan pelaksanaan PNPM MPd yang segelumnya dilakukan

fasilitator

b. Format dan jenis laporan mengacu pada petunjuk teknis PTO

c. Merekapitulasi dan melaporkan perkembangan penyelesaian kegiatan.

BKAD Sei rampah segera menindaklanjuti penyiapan kegiatan tersebut

tepat pada waktunya hal tersebut sesuai dengan keterangan yang

disampaikan Ketua BKAD Abdul Karim pada FGD yang dilakukan tanggal

22 September 2020.

91
Universitas Sumatera Utara
4.2. Implementasi Keberlanjutan Pengelolaan Dana SPP Eks PNPM MPd

4.2.1. Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Eks PNPM MPd

Program Simpan Pinjam bagi perempuan (SPP) adalah penyaluran bantuan

nonfisik dari PMPM MPd untuk masyarakat perempuan yang berasal dari Rumah

Tangga Miskin (RTM). Sumber dana SPP adalah 25 persen dari Bantuan Langsung

masyarakat (BLM). SPP dikelola oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dengan

mekanisme sesuai dengan ketentuan BKAD atau MAD yang mengacu pada tujuan

dan prinsip program. Pengurus UPK adalah masyarakat yang telah dipilih dan

terlibat secara langsung bertanggung jawab dalam pelaksanaan operasional sehari-

hari. dalam pengelolaan dana bergulir, UPK dibantu oleh Badan Pengawas-UPK

dan Tim Verifikasi dengan ketentuan yang tercantum dalam AD/ART BKAD.

Pada saat program PNPM MPd dihentikan akibat adanya implementasi

Undang-undang Desa No 6 Tahun 2014 tentang Desa, dana bergulir yang

merupakan peninggalan PNPM MPd masih ada dan tetap berkembang di

Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai, khususnya

program Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Menurut informasi yang peneliti dapat

ada beberapa kecamatan yang kegiatan program SPP nya masih berjalan dan

berkembang cukup baik yang dikelola oleh UPK di bawah naungan BKAD.

Walaupun ada juga Kecamatan yang setelah PNPM berhenti maka program tersebut

juga seperti lenyap begitu saja tanpa ada penyelesaian terhadap segala kewajiban

dan tanggung jawab dari program SPP tersebut.

Program PNPM MPd yang telah berjalan dalam waktu sekian tahun telah

menghasilkan beberapa kemajuan di tingkat desa, terutama dalam bidang ekonomi.

Masyarakat miskin sangat terbantu dengan program SPP dimana pemberdayaan

92
Universitas Sumatera Utara
kaum perempuan benar-benar diberdayakan sebagai tombak kemajuan ekonomi di

perdesaan. Pengakhiran program PNPM MPd dan pemberlakuan Undang-undang

desa tidak serta dapat memberikan penyelesaian solusi yang cepat dan tepat

terhadap desa penerima manfaat PNPM MPd.

Sejumlah dana yang sangat besar di dalamnya harus jelas siapa yang

mengelola, bagaimana pengelolaan dan siapa yang akan mempertanggungjawabkan

dana tersebut, selain itu bagaimana bentuk pengawasan yang harus dilakukan

terkait dana tersebut dan bagaimana keterkaitannya terhadap pertumbuhan ekonomi

di masyarakat. Karena dengan terbitnya undang-undang desa tersebut membuat

PNPM Mandiri kehilangan arah. Kondisi ini diakibatkan karena tidak adanya

perencanaan yang matang dalam proses pengakhiran program tersebut. Oleh karena

itu tugas BKAD dalam era eks PNPM MPd adalah menyelamatkan aset dan dana

yang bergulir di kelompok peminjam agar tetap dapat dirasakan manfaatnya oleh

masyarakat miskin.

Di kecamatan Sei Rampah, program SPP eks PNPM MPd masih terus

berjalan hingga sekarang. Manfaat dari keberlanjutan program eks PNPM ini masih

tetap dapat dirasakan oleh anggota kelompok penerima manfaat. Sesuai dengan

penuturan ketua kelompok Seroja, Ariani bahwa kelompok yang diketuainya masih

terus ikut andil dalam program SPP walaupun PNPM sudah tidak ada lagi. Anggota

kelompok Seroja setiap tahun masih melakukan peminjaman yang digunakan untuk

modal usaha dan dari pinjaman tersebut kegiatan usaha anggota kelompok menjadi

meningkat sehingga pendapatan juga ikut meningkat (wawancara, 2020).

93
Universitas Sumatera Utara
4.2.2. Mekanisme Pengelolaan SPP Eks PNPM MPd

Kebijakan pemerintah dalam mengimplementasikan program Simpan

Pinjam Perempuan (SPP) harus memenuhi standar prosedur dalam pelaksanaan

program tersebut. Dalam standar operasional kebijakan ini, selain memuat tentang

mekanisme pelaksanaan juga harus terdapat tujuan dari kebijakan itu sendiri. SPP

eks PNPM MPd di Kecamatan Sei Rampah yang dikelola oleh UPK, masih tetap

ada hingga sekarang walaupun tidak lagi mengikut aturan dan Petunjuk Teknis

Operasional (PTO) tahun 2008. Pedoman baru yang dibuat untuk pengelolaan SPP

eks PNPM MPd dibuat dalam Musyawarah Antar Desa dan ditetapkan dalam

Keputusan Kepala Desa Bersama.

Seperti yang dijelaskan oleh Sekretaris BKAD Kecamatan Sei Rampah

Lukman Nurhakim dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bersama

peneliti yang dilakukan di Kantor BKAD kecamatan Sei Rampah pada tanggal 12

September 2020 mengemukakan bahwa Pengelolaan dana eks PNPM tersebut

harus memiliki pedoman atau yang dahulu disebut PTO (Petunjuk Teknis

Operasional) dan kini PTO dimaksud tidak berlaku lagi sehingga harus menyusun

pedoman tersendiri. Pedoman yang disusun atau bisa juga disebut SOP merupakan

hasil kesepakatan dari Musyawarah Antar Desa (MAD). Abdul Karim, Ketua

BKAD Sei Rampah juga menambahkan bahwa meski ada aturan yang berubah

namun program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Eks PNPM MPd sudah memiliki

SOP yang jelas.

Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan pedoman dalam

pelaksanaan suatu kegiatan/pekerjaan yang sudah disusun secara sistematis untuk

memudahkan suatu pekerjaan. Pembuatan SOP harus memperhatikan prinsip-

94
Universitas Sumatera Utara
prinsip ketepatan dan kejelasan, efisiensi dan efektivitas, keterukuran. Keselarasan,

diperuntukkan hasilnya kepada pengguna, bersifat aktif, terukur kepatuhan dan

kepastian hukum. Dalam pembuatan SOP, BKAD tidak sendiri namun membentuk

tim khusus.

Dalam proses penataan dan pengalihan dana bergulir eks PNPM MPD

tersebut dilakukan dengan cara konsolidasi dana bantuan langsung masyarakat

(BLM) PNPM MPd menjadi dana desa yang disalurkan langsung melalui APB

Desa dan akan disalurkan kepada masyarakat melalui bantuan BKAD dan UPK

(data FGD: 2020). Berdasarkan ini maka prosedurnya adalah desa membuat dan

mengajukan rencana pembangunan RPJM Desa dan RKP Desa lalu

dimusyawarahkan dengan masyarakat untuk menentukan rencana pembangunan

desanya. Dari proses musyawarah tersebut akan disepakati rencana pembangunan

terpilih, dana, kebutuhan dan hal-hal administratif lainnya untuk melaksanakan

pembangunan tersebut.

Penentuan jasa pinjaman dilakukan secara musyawarah bersama antara

lembaga UPK eks PNPM MPd dengan kepala-kepala desa dalam MAD. Meskipun

jasa pinjaman tersebut cukup besar dibandingkan dengan kecamatan lain, namun

hal tersebut bukan menjadi suatu kendala apalagi pemberatan bagi para peminjam.

Besaran jasa 1,5 persen tersebut dialokasikan juga untuk kesejahteraan anggota

yang mana 0,5 persen untuk kelompok, 0,5 persen surplus dan 0,5 persen untuk

pengelola.

Setelah proposal diajukan maka tugas dari Tim Verifikasi untuk melakukan

verifikasi terhadap pengajuan pinjaman yang diajukan oleh kelompok-kelompok

95
Universitas Sumatera Utara
peminjam. Langkah-langkah verifikasi yang dilakukan oleh tim verifikasi adalah

sebagai berikut:

a. Tim Verifikasi melakukan pemeriksaan terhadap proposal dari kelompok

dan anggota kelompok yang mengajukan pinjaman, maka Tim Verifikasi

yang diajukan ke UPK. Batas pengajuan proposal oleh kelompok simpan

pinjam sebanyak 10 proposal;

b. Tim verifikasi melakukan pemeriksaan awal atas proposal pengajuan

pinjaman, dan jika ada kekurangan dalam proposal, maka kelompok

peminjam diberikan jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari untuk

melengkapi atau memperbaiki berkas pengajuan;

c. Hasil verifikasi akan diumumkan setelah selesainya proses verifikasi

dilaksanakan. Berdasarkan temuan tim verifikasi akan ditentukan

kelompok yang layak maupun kelompok yang tidak layak menerima

bantuan guliran dana (rekomendasi tim verifikasi);

d. Bagi kelompok yang tidak layak akan memperoleh tahapan pembinaan

dan penguatan;

e. Verifikasi pinjaman perguliran dilakukan oleh tim verifikasi perguliran

dan didampingi oleh UPK;

f. Tim Verifikasi melakukan kunjungan ke kelompok paling lambat 3 (tiga)

hari setelah diterimanya berkas dari UPK.

g. Sebelum melaksanakan tugasnya, tim verifikasi wajib memberitahukan

lewat surat kepada kelompok yang bersangkutan dengan tembusan

pemerintahan desa setempat dan anggota BKAD pada saat akan

melaksanakan kunjungan lapangan;

96
Universitas Sumatera Utara
h. Tim verifikasi dalam melaksanakan tugasnya wajib berkoordinasi

dengan pemerintah desa setempat, terutama perguliran;

i. Tim verifikasi berhak melakukan pemantuan dan pemeriksaan lapangan

untuk merujuk dan menyesuaikan isi proposal permohonan pinjaman

berdasarkan fakta yang ditemukan dilapangan;

j. Tim verifikasi berhak menghitung dan mengukur besaran permohonan

pinjaman dengan volume, jenis dan kemampuan usaha yang akan

dibiayai pinjaman perguliran;

k. Tim verifikasi mempunyai hak untuk merekomendasikan penurunan

besaran jumlah pengajuan, sesuai dengan fakta dilapangan;

l. Kegiatan verifikasi dilakukan secara bertahap hingga pada tingkat

anggota kelompok untuk mengetahui kondisi usaha dan atau hasil

rekomendasi dari masyarakat sekitarnya tentang situasi dan kondisi

anggota kelompok;

m. Terhadap kelompok yang sudah berjalan secara kelembagaan dan

administrasi kelompok maka verifikasi dapat dilakukan hanya sampai

tingkat kelompok saja;

n. Tim verifikasi memberikan rekomendasi akhir kepada UPK berupa

kelayakan kelompok dan tim pendanaan dan atau MAD perguliran

(kelompok baru) sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan

pinjaman perguliran. Hasil rekomendasi dapat dilaksanakan paling

lambat 2 (dua) hari setelah kunjungan lapangan;

97
Universitas Sumatera Utara
o. Apabila semua anggota tim verifikasi tidak dapat melaksanakan

kewajiban tugas, maka kewenangan tugas dialihkan kepada UPK untuk

melaksanakan verifikasi ke kelompok;

p. Setelah menerima rekomendasi dari tim verifikasi maka UPK dapat

memanggil ketua kelompok untuk menyampaikan tentang hasil

verifikasi, menyampaikan penegasan tentang sistematis penggunaan

dana bergulir, maupun lingkup peraturan lainnya mengenai pencairan

dana bantuan.

Gambar 4.3
SOP Perguliran SPP oleh BKAD

Sumber: Dokumen BKAD 2019

Persiapan rancangan bergulirnya dana turut dibahas dalam Forum

Musyawarah Antar Desa (MAD) secara bersamaan dengan Forum MAD regular

PNPM maupun Forum MAD yang dilaksanakan secara khusus. Masalah yang

98
Universitas Sumatera Utara
dibahas dalam Forum MAD tersebut meliputi, laporan perkembangan kegiatan,

neraca keuangan dan status dana yang siap disalurkan oleh UPK, memberikan

pertanggungjawaban keuangan apabila perguliran melebihi dana pengembalian

yang masuk dengan cara menutup laporan keuangan pada periode bersangkutan,

adanya tanggapan, usul dan saran berkaitan pengelolaan dana perguliran,

menetapkan peraturan jumlah dan daftar kelompok yang berhak berpartisipasi,

kapasitas maksimal dana yang akan digulirkan ke masing-masing kelompok,

kelompok yang sebelumnya telah mendapat dana maupun kelompok yang pernah

berpartisipasi tetapi belum mendapat dana;

1. Orientasi pemanfaatan modal usaha di UPK yang akan digulirkan;

2. Jumlah perguliran/proposal per kelompok;

3. Kriteria penilaian perguliran kegiatan yang harus dipenuhi oleh masing-

masing kelompok pengusul;

4. Jumlah jasa pinjaman yang harus dibayar;

5. Hukuman jika terjadi keterlambatan pengembalian dan pembayaran jasa

pinjaman sebagai berikut :

a. Apabila ada kelompok maupun anggota kelompok yang terlambat

membayar angsuran hingga dua kali angsuran, maka UPK diperkenankan

untuk mengumumkan di Papan Informasi UPK dan Papan Informasi

Desa tersebut;

b. Untuk kelompok yang menunggak lebih dari 3 bulan maka nama

kelompok berikut daftar anggota kelompok yang menunggak akan

diumumkan dalam Papan Informasi sebagai kelompok bermasalah.

Selanjutnya, apabila kelompok tersebut tetap tidak menghiraukan Surat

99
Universitas Sumatera Utara
Peringatan dari Kelembagaan, maka kelompok tersebut harus

memberikan jaminan fisik yang nilainya sesuai dengan nilai tunggakan

pinjaman, yang disertai dengan surat pernyataan penyerahan jaminan;

c. Jika kelompok tidak melunasi hutangnya pada jangka waktu yang sudah

ditentukan, maka kelompok tersebut tidak berhak lagi mendapatkan dana

SPP sampai hutang tersebut beserta jasanya dilunasi;

d. Bila perlu UPK bisa bekerjasama dengan pihak keamanan untuk

menyelesaikan Kolektibilitas Kelompok.

Implementasi pendanaan pinjaman perguliran melalui Musyawarah Antar

Desa (MAD) Perguliran, melalui legalitas dokumen seperti, penerbitan Berita

Acara dan Surat Penetapan Camat Perguliran atau daftar tunggu perguliran.

Evaluasi MAD perguliran juga menetapkan kelompok-kelompok yang layak

menerima dana maupun kelompok daftar tunggu yang belum jatuh tempo namun

telah selesai verifikasi dokumen-dokumen, kelengkapan administrasi. Penyediaan

dana perguliran juga akan menentukan apakah kelompok yang telah diverifikasi

tersebut segera menerima kucuran bahkan juga termaksud bagi kelompok yang

masuk dalam daftar tunggu. Ketentuan pencairan dana akan dilakukan oleh UPK

setelah selesainya proses penetapan kelompok layak dalam MAD perguliran atau

sesuai kebijakan dalam keputusan rapat khusus Tim Pendanaan.

Terhadap kelompok layak yang menempati daftar tunggu, pencairan dana

akan dilakukan sesuai waktu dan dana sudah tersedia di UPK pada setiap bulannya,

kemudian realisasi program yang telah berjalan kembali dibahas oleh tim

pendanaan. Demikian pula terhadap kelompok daftar tunggu yang belum

mendapatkan pencairan maka tim verifikasi harus melakukan konfirmasi ulang satu

100
Universitas Sumatera Utara
bulan sebelum jangka waktu pencairan. Hasil konfirmasi ulang tim verifikasi

terhadap kelompok daftar tunggu, diserahkan kepada UPK paling lambat 2 hari

setelah kunjungan lapangan. UPK setelah menerima hasil konfirmasi ulang dari tim

verifikasi lalu bersama dengan tim pendanaan membahas perihal alokasi

tersedianya dana serta membuat evaluasi terhadap kelompok yang layak mendapat

dana perguliran. Ketentuan peserta rapat tim pendanaan harus dihadiri oleh

pengurus UPK, anggota BKAD, anggota BP UPK, anggota tim verifikasi serta

fasilitator dan PjOK (jika masih dalam program).

Hal-hal yang harus dilakukan sebelum pencairan dana pinjaman antara lain:

1. Kelompok dan UPK wajib mempersiapkan Surat Perjanjian Kredit (SPK)

bermaterai sebelum pencairan dana dilaksanakan;

2. Kelompok wajib membuat surat kesanggupan mentaati peraturan pinjaman

perguliran yang berlaku, sebagaimana yang tercantum dalam dokumen

penyaluran dana;

3. Pencairan pinjaman langsung diberikan dari UPK ke anggota kelompok/

kelompok peminjam yang sudah ditetapkan dalam MAD perguliran atau

keputusan tim pendanaan;

4. Dana pinjaman tersebut harus diterima langsung oleh orang/ anggota yang

terkait sebagaimana yang tercatat di dokumen pencairan atau tidak bisa

diwakilkan oleh siapapun dan dibuktikan dengan membawa KTP asli;

5. Apabila anggota kelompok tidak hadir pada saat UPK menyalurkan dana

tersebut ke kelompok dengan alasan apapun maka UPK dapat menarik

kembali uang tersebut dan menyalurkannya kembali apabila anggota

101
Universitas Sumatera Utara
tersebut mengambilnya ke kantor UPK yang disertai oleh Ketua kelompok

dan membawa KTP asli;

6. Apabila ada anggota kelompok yang mengundurkan diri dari kelompok,

maka UPK wajib mengembalikan dana tersebut ke rekening dan

mencatatnya di buku kas;

7. Pencairan pinjaman dari UPK ke kelompok harus di umumkan dalam papan

informasi;

8. Pengembalian pinjaman (pokok + jasa) dibayarkan pemanfaat (anggota

kelompok) kepada pengurus kelompok (atau yang ditunjuk) untuk

disetorkan kepada UPK;

9. Pengembalian pinjaman ke UPK dilakukan sebelum dan tidak melebihi

tanggal jatuh tempo;

10. Membuat kesepakatan bersama dengan kelompok penyalur pinjaman

(channeling), atas mekanisme sistem angsuran bulanan antara UPK dengan

kelompok pada saat penyaluran dana;

11. Pembayaran angsuran yang sah dibuktikan dengan alat Bukti

pembayaran/kwitansi sah dan telah ditanda tangani oleh penyetor dan

penerima setoran (kasir atau bendahara UPK);

12. Pembayaran angsuran wajib dilaksanakan di Kantor UPK sesuai hari aktif

dan jam kerja;

13. Apabila ditemukan pada hari aktif kerja UPK tidak melaksanakan pelayanan

kepada masyarakat, dikarenakan sesuatu yang berkaitan dengan program

kerja, maka UPK wajib menginformasikan pada kelompok yang akan

membayar angsuran;

102
Universitas Sumatera Utara
14. Apabila jatuh tempo angsuran kelompok yang bertepatan dengan hari libur

nasional, maka batas angsuran dapat dimajukan satu hari sebelum libur dan

UPK wajib memberitahukan kepada kelompok mengenai jangka waktu

angsuran yang telah dimajukan tersebut.

Persyaratan kelompok peminjam antara lain:

1. Kelompok telah lunas pinjaman di UPK (tidak mempunyai tunggakan di

UPK);

2. Kelompok mempunyai kepengurusan yang terdiri atas : ketua, sekretaris

dan bendahara;

3. Jumlah anggota kelompok yang meminjam minimal 6 orang dan maksimal

15 orang dalam setiap kelompok;

4. Tidak diperbolekan satu anggota menggunakan lebih dari 1 identitas diri

apabila ditemukan akan mendapatkan sanksi

5. Ketua UPK wajib untuk melakukan pembinaan hanya satu kelompok

peminjam

6. Besarnya jumlah pinjaman untuk kelompok baru, ketua maksimal Rp.

2.000.000,- (dua juta rupiah), dan anggota maksimal Rp. 1.500.000,- (satu

juta limaratus ribu rupiah)

7. Bagi kelompok lama besarnya jumlah peminjam, ketua maksimal Rp

5.000.000,- dan anggota maksimal Rp. 4.000.000,-

8. Kelompok wajib mempunyai transaksi kegiatan yang dibekukan pada buku

catatan kas.

Dalam satu kelompok yang meminjam tidak boleh terdiri dari ayah, ibu,

anak dan anggota keluarga lainnya yang masuk dalam satu kartu keluarga.

103
Universitas Sumatera Utara
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengajukan proposal pinjaman antara lain:

1. Kelompok mmepersiapkan dan memenuhi isi kelengkapan dokumen yang

telah disyaratkan dan disediakan oleh UPK (diwajibkan untuk diisi peserta

kelompok tanpa dilimpahkan kewenangan tugasnya/dibuatkan orang lain)

2. Dokumen pengantar pengajuan (proposal) yang akan dsampaikan ke

lembaga UPK, terdiri dari uraian isi disertai fisik dokumen.

Berdasarkan paparan dokumen dari UPK tersebut, program SPP ini sudah

memiliki prosedur yang jelas dan terperinci. Dengan adanya prosedur tersebut

sangat membantu pelaksanaan program menjadi lancar dan sasaran kelompok dari

program tersebut memahami dengan jelas apa yang harus dilakukan agar bisa

menjalankan program tersebut.

Setelah memahami mengenai SOP dari program Simpan Pinjam Perempuan

maka selanjutnya adalah penting bagi kita untuk mengetahui tujuan dari program

tersebut. Dalam FGD yang peneliti lakukan pada tanggal 12 Oktober 2020,

Nurhayati (Ketua Unit Pengelola Kegiatan) mengemukakan tujuan dari program

ini, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat

miskin di perdesaan serta membantu agar masyarakat kita bisa mandiri dalam

pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. Dari proposal yang masuk

di UPK, terlihat bahwa pemanfaatan dana sebagian besar untuk pendanaan sektor

pertanian, pengembangan usaha peternakan, dan sektor perdagangan. Beliau

mengemukakan adanya program-program yang berakar dari masyarakat (bottom

up) seperti ini maka tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat saja tetapi

juga kemampuan masyarakat juga meningkat karena adanya keterlibatan

104
Universitas Sumatera Utara
masyarakat secara langsung atas perumusan, penentuan, dan pertanggungjawaban

atas program-program yang masyarakat jalankan.

Dalam kesempatan yang sama Camat Sei Rampah yaitu Nassaruddin

Nasution menambahkan bahwa tujuan dari program SPP adalah mensejahterakan

masyarakat bawah dan membantu memfasilitisasi mereka untuk memperbaiki

kehidupannya baik dari segi ekonomi dan sosialnya (data FGD 2020). Selaku

Camat yang aktif terlibat dan mengawasi jalannya program ini, beliau memperjelas

bahwa dampak positif sangat terasa di kecamatannya mulai dari banyaknya ibu-ibu

yang mulai terbuka pikirannya untuk bekerja dibidang usaha-usaha potensial

sampai pada kelancaran program dan keuntungan yang menjanjikan. Camat juga

melihat bahwa program ini sangatlah berpotensi untuk terus dilanjutkan karena

benar-benar memfasilitasi dan membuka jalan bagi warga untuk keluar dari

kemiskinan.

4.2.3. Kelompok Sasaran Program SPP Eks PNPM MPd

Perspektif kelembagaan desa dalam posisinya sebagai masyarakat bukan

sebagai satu kesatuan berbadan masyarakat hukum atau organisasi pemerintahan,

mengubah konsep Desayang menyatakan bahwa lembaga dan masyarakat sebagai

penerima manfaat program. Hadirnya konsep inilah yang membuahkan kebijakan

pemerintah pusat yaitu Bantuan Langsung bagi Masyarakat (BLM) yang muaranya

bersumber dari berbagai kementerian, yang diberikan bukan kepada Desa

melainkan kepada masyarakat. Maka berdasarkan kondisi tersebut, jelas bahwa

sasaran program SPP ini adalah rumah tangga tidak mampu tetapi produktif sangat

membutuhkan sumber alokasi dana kegiatan usaha ataupun kebutuhan sosial dasar

melalui kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang sudah ada di masyarakat

105
Universitas Sumatera Utara
dengan bentuk aktivitasnya yaitu dengan memberikan pinjaman dana sebagai

tambahan modal kerja bagi kelompok kaum perempuan yang mempunyai

pengendalian secara baik dana simpanan dan pinjaman (Petunjuk teknis PNPM

Perdesaan: 2008).

Tabel 4.4.
Data Sasaran Penerima Program Kelompok SPP

JUMLAH JUMLAH JUMLAH

NO NAMA DESA KELOMPOK PENERIMA PINJAMAN

SPP MANFAAT (Rp.)

1 Sei Rampah 6 256 1.191.500.000

2 Firdaus 6 173 1.214.500.000

3 Pergulaan 4 253 1.521.000.000

4 Cempedak Lobang 3 161 931.500.000

5 Sei Rejo 10 433 2.375.500.000

6 Pem. Pelintahan 3 92 625.000.000

7 Simpang Empat 3 148 876.000.000

8 Rambung Sialang 2 64 106.000.000

Hilir

9 Pem. Ganjang 1 23 80.000.000

10 Sinakasih 1 55 192.000.000

11 Rambung Estate 3 45 101.500.000

12 Silau rakyat 3 109 566.000.000

TOTAL 45 1812 9.780.500.000

Sumber: Data BKAD Kecamatan Sei Rampah

106
Universitas Sumatera Utara
Ngatemin selaku Ketua Tim Verifikasi Kec. Sei Rampah menambahkan

bahwa sasaran dari program kegiatan SPP ini adalah perempuan. Selain program

SPP terdapat program lain seperti kegiatan peningkatan kapasitas kelompok Usaha

Ekonomi Produktif (UEP) dan kegiatan pengelolaan dana bergulir. Beliau

menambahkan bahwa masyarakat desa merasakan banyak manfaat dan keuntungan

dari program ini secara material dan nonmaterial. Dari data yang ada terlihat bahwa

kelompok SPP di Kecamatan Sei Rampah mendapatkan surplus hingga ratusan juta

rupiah, jadi dapat disimpulkan bahwa Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP)

sudah tepat sasaran.

Dengan kata lain, program ini mencakup kepentingan dari, oleh, dan untuk

masyarakat itu sendiri. Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) merupakan

tonggak kegiatan memberikan modal bagi kelompok perempuan yang mempunyai

kegiatan simpan pinjam (AD/ART BKAD 2015). Tujuan, sasaran umum kegiatan

untuk menumbuhkembangkan kapasitas kegiatan simpan pinjam pedesaan,

kemudian menguatkan jalan masuk pendanaan usaha berskala mikro, pendanaan

sosial dasar, dan memperkuat kapasitas kelembagaan kegiatan kaum perempuan

serta mendorong menurunnya jumlah rumah tangga miskin dan terciptanya

lapangan kerja baru. Kegiatan kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP)

merupakan jalan keluar atau solusi mengurangi permasalahan kemiskinan di

perdesaan yaitu memberikan permodalan bagi kelompok perempuan dengan tingkat

suku bunga yang lebih kecil dari pada bank, diharapkan dapat membantu

masyarakat terutama kaum perempuan untuk dapat meningkatkan taraf hidup

dengan mengembangkan usaha yang dikelola.

107
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan ini sesuai dengan hasil Forum Group Discussion (FGD) yang

dikemukakan oleh narasumber Nurhayati yang merupakan Ketua UPK Kec. Sei

Rampah. Beliau menjelaskan bahwa program SPP ini memang dibuat untuk

masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan manfaatnya langsung dirasakan juga

oleh masyarakat. Beliau menambahkan bahwa sejak 2015-2019 terdapat 12 desa

yang menerima manfaat program tersebut dengan total 45 kelompok SPP tersebar

di 12 desa tersebut. Lebih rinci lagi jika dihitung secara individual maka total sekitar

525 orang anggota tetap yang mendapatkan manfaat dari adanya program SPP

tersebut. Narasumber mengemukakan usulan kepada BKAD tentang penguatan

ataupun penambahan modal agar dapat melayani lebih banyak lagi kelompok

peminjam sehingga manfaat SPP dapat dirasakan oleh seluruh warga masyarakat

khususnya perempuan-perempuan dari rumah tangga miskin.

Menanggapi hal tersebut, Lukman mengemukakan bahwa untuk

penambahan modal SPP peluang ada di Dana Desa oleh karena itu sebagai

pemecahan masalah hendaknya BKAD berintegrasi dengan BUMDesa Bersama

yang pembiayaannya dari Dana Desa. Dari hasil observasi peneliti melihat bahwa

BKAD dan BUMDes Bersama sudah menempati kantor yang sama, mengapa

sampai sekarang SPP tidak digabungkan ke dalam unit usaha BUMDes Bersama

sehingga permasalahan modal yang disampaikan Nurhayati dapat segera diatasi.

Camat Sei Rampah yaitu Nassaruddin Nasution mengemukakan bahwa bisa

saja BKAD dan BUMDes bersama bergabung menjadi satu lembaga sehingga lebih

solid lagi dalam pencapaian target dan program yang dijalankan. Hanya saja hal

tersebut sampai sekarang belum bisa terwujud dikarenakan untuk

mengintegrasikan BKAD dan BUMDesa Bersama menjadi satu masih ada beberapa

108
Universitas Sumatera Utara
kendala teknis antara lain belum semua desa di kecamatan Sei rampah yang sepakat

ikut bergabung dalam BUMDesa Bersama. Selain itu masalah yang belum

disepakati juga adalah penyertaan modal karena sudah ada beberapa desa yang

membuat BUMDes Simpan Pinjam padahal pengguna manfaat dari SPP Eks PNPM

MPd berasal dari seluruh desa. Namun demikian, pemerintah kecamatan akan terus

berupaya untuk memfasilitasi dan menjembatani agar kesepakatan tentang

pengintegrasian BKAD dengan BUMDes Bersama segera terwujud.

4.2.4. Kelembagaan Pengelola Dana Spp Eks PNPM MPd

4.2.4.1. Struktur Kelembagaan Pengelola Dana SPP eks PNPM MPd

Dalam rangka pengendalian dan penyelesaian kegiatan PNPM MPd Tahun

Anggaran 2014, maka pihak kecamatan Sei Rampah membentuk Badan Kerjasama

Antar Desa (BKAD) Kecamatan Sei Rampah pada tanggal 18 Maret 2015 melalui

Musyawarah Antar Desa (MAD) dan ditetapkan dengan keputusan bersama kepala

desa se-Kecamatan Sei Rampah. BKAD merupakan lembaga yang diharapkan

dapat melanjutkan dan mengendalikan program Eks PNPM MPd yang masih

berjalan hingga saat ini, sesuai dengan petunjuk pengakhiran program PNPM MPd.

Tabel 4.5

Pengurus Harian BKAD periode 2015-2020

No Nama Jabatan

1 Abdul Karim Ketua

2 Lukman Nur Hakim Sekretaris

3 Ikhwanul Hakim Bendahara

Sumber: Dokumen BKAD 2015

109
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu BKAD dalam melaksanakan tugas, membentuk unit-unit

kerja sebagai pelaksana operasional bidang-bidang kerjasama antar desa dalam

mendukung tata kelola lingkup kegiatan yang di kerjasamakan. Unit-unit kerja

tersebut ditetapkan dengan cara musyawarah oleh para Kepala Desa Se-Kecamatan

Sei Rampah dengan BAKD melalui proses musyawarah antar desa (MAD).

Adapun unit-unit kerja BKAD yang diperoleh dari hasil musyawarah antara

lain :

1. Unit Pengelola Kegiatan (UPK)

2. Badan Pengawas Unit Pengelola Kegiatan (BP-UPK)

3. Pendamping Lokal (Penlok)

4. Tim Pendanaan, dan;

5. Tim Verifikasi.

Tabel 4.6

Badan Pengawas Unit Pengelola Kegiatan (BP-UPK)

Kecamatan Sei Rampah Periode 2015-2020

No Nama Jabatan

1 Abdur Rahman Ketua

2 Anita, S.PdI Anggota

3 Syahrizal Anggota

Sumber : dokumen BKAD 2015

110
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7

Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Sei Rampah Periode 2015-2020

No Nama Jabatan

1 Nurhayati, SE Ketua

2 Bambang Khair Sekretaris

3 Darmawati Bendahara

Sumber : dokumen BKAD 2015

Tabel 4.8

Tim Pendanaan Kecamatan Sei Rampah Periode 2015-2020

No Nama Jabatan

1 Chandra Wahyuni Harahap Ketua

2 Syawaluddin Nasution Sekretaris

3 M. Johor Harahap Anggota

Sumber : dokumen BKAD 2015

Tabel 4.9

Tim Verifikasi (TV) Kecamatan Sei Rampah Periode 2015-2020

No Nama Jabatan

1 Ngatemin, S.Pd Ketua

2 Elmiati, S.AP Sekretaris

3 Sukirman, S.PdI Anggota

Sumber : dokumen BKAD 2015

Tugas dan Fungsi Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) yang diatur dalam

Keputusan Bersama Kepala Desa antara lain:

1. Tugas BKAD:

111
Universitas Sumatera Utara
a. Melaksanakan terselenggaranya hasil monitoring dan evaluasi atas

pelaksanaan kerjasama desa;

b. Pengawasan dan Tindak lanjut terhadap kinerja seluruh unit kerja yang

dibentuk oleh Badan Kerjasama Antar Desa;

c. Menyediakan fasilitasi dan melakukan koordinasi serta kerjasama Desa

dengan pihak ketiga;

d. Memberikan pertimbangan dan saran kepada masing-masing Kepala

Desa apabila ada permasalahan;

e. Sistem pembangunan partisifatif berasal dari masyarakat;

f. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada forum Musyawarah Antar Desa

2. Fungsi BKAD:

a. Pengawalan kegiatan perencanaan pembangunan partisipatif

b. Pengembangan aset produktif

c. Pengembangan kemitraan kegiatan antar desa

d. Pengorganisasian dan pengembangan kemampuan pengelolaan program-

program pemberdayaan masyarakat

4.2.4.2. Analisis Kelembagaan BKAD

Dalam implementasi kebijakan publik, organisasi pelaksana merupakan

lembaga atau badan yang ditunjuk sebagai pelaksana sebuah kebijakan dan juga

merupakan instansi pemerintahan yang memiliki tanggung jawab penuh atas

terlaksananya kebijakan yang telah ditetapkan (Smith dalam Tachjan, 2008: 38).

Abdul Karim sebagai Ketua Pengurus BKAD Sei Rampah menjelaskan bahwa

dalam program SPP ini maka organisasi pelaksananya adalah BKAD dan UPK.

112
Universitas Sumatera Utara
Tata pengelolaan BKAD yang telah disesuaikan dengan UU Desa Nomor 6

Tahun 2014 diharapkan bisa memberi kepastian hukum dalam kelahiran kembali

Desa dan BKAD secara perspektif yang memihak terhadap kepentingan

kesejahteraan masyarakat. Uraian tahapan perubahan dalam program PNPM MPd

diperhitungkan membuka peluang gerakan sosial bagi Pemerintahan Desa terhadap

masyarakatnya, dikarenakan PNPN MPd adalah salah satu sumber pembiayaan

besar Pembangunan Desa dan tonggak yang tangguh pada kelanjutan Pembangunan

Desa (data wawancara: 2020)

Gambar 4.4 Dasar Pembentukan BKAD

Sumber: Data BKAD Kecamatan Sei Rampah

Mewujudkan pembangunan kemandirian suatu desa yang diamanatkan

dalam Undang-Undang Tentang Desa setidaknya melalui langkah-langkah upaya

yang terus menerus untuk mendorong meningkatnya Pendapatan Asli Desa yang

merupakan Hak Urusan dan Kepentingan (Otonomi) desa dalam pengelolaan

sumber dana membiayai jalannya Pembangunan Desa.

113
Universitas Sumatera Utara
Salah satu elemen meningkatnya Pendapatan Asli oleh Desa dapat

dilakukan melalui penguatan kelembagaan Badan Kerjasama Desa (BKD) atau

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) sebagai badan yang melaksanakan hasil

evolusi PNPM–MPd dalam wadah Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) di

tingkat Kecamatan. Diamanatkan dengan UU No 6 Tahun 2014 diperlukan adanya

perubahan visi BKAD versi Petunjuk Teknis Operasional (PTO) PNPM MPd

menuju BKAD versi UU Desa. Perubahan secara teknis dalam wujud penataan

kelembagaan BKAD ini, bertujuan untuk eksistensi pergerakan pertumbuhan mulai

dari penetapan program menuju disahkannya perundang-undangan, sehingga

menjamin adanya perlindungan dan memiliki kekuatan hukum dan asas legalitas

pengelolaan UPK Dana Bergulir eks PNPM MPd.

Dalam proses transformasinya, BKAD tetap mengalami polemik karena

tidak adanya jaminan secara pasti dari aspek legalitas hukum sejak PNPM Mpd

selesai. Diharapkan adanya penataan kembali BKAD tidak hanya membawa

kepentingan organisasinya semata tetapi juga kepentingan masyarakat terutama

terkait upaya mengembangkan dan meletarikan asset PNPM MPd baik dalam

bentuk material maupun nonmaterial.

114
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5 Skema Kelembagaan BKAD

Sumber: Data BKAD Kecamatan Sei Rampah

Seperti dinyatakan dalam Pedoman Penataan dan Perlindungan Kegiatan

Permodalan PNPM MPd, Ditjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat

Desa, tanggal 27 Maret 2015, Bab V tentang Kepemilikan Aset Permodalan

Masyarakat / Dana Bergulir, Huruf (A) tentang Ketentuan Umum menyatakan

bahwa:

“Pada prinsipnya seluruh aset dana bergulir hasil PMPN-MPd adalah milik

masyarakat desa dalam satu wilayah kecamatan, yang selanjutnya perlu diatur tata

kelola kepemilikan dalam rangka tertib administrasi dan pertanggung-jawaban.”

Bagi pemerintahan Desa, lahirnya Undang-undang tentang Desa

menyediakan sarana atau wadah bagi pemerintahan melaksanakan penataan

kembali aset-aset dana bergulir merupakan hasil PMPN-MPd, melalui ketentuan

yang diatur dalam Pasal 92 ayat 3 UU Desa, yang memberikan mandat kepada Desa

untuk melakukan Kerjasama Antar Desa yang dilaksanakan oleh Badan Kerjasama

115
Universitas Sumatera Utara
Antar Desa (BKAD) yang tertuang dalam Peraturan Bersama Kepala Desa.

Selanjutnya pada pasal 144 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014

tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,

mengatur bahwa Badan Kerjasama Antar Desa terdiri atas pemerintah, anggota

badan permusyawaratan, kelembagaan lain dan tokoh masyarakat Desa. Ketentuan

tersebut tidak memberikan penjelasan lebih lanjut tentang unsur-unsur yang

dimaksud dalam Pasal 144 ayat (1) di atas (dokumen BKAD Kec Sei Rampah:

2020). Penjelasan lebih lanjut yang diatur dalam Pasal 144 ayat (2) sebatas

mengatur tentang susunan organisasi, tata kerja, dan pembentukan Badan Kerja

Sama sebagaimana dimaksud pada (1) ditetapkan dengan Peraturan Bersama

Kepala Desa. Berdasarkan ketentuan yang diatur memberikan kebebasan kepada

otoritas yang berkepentingan terhadap pembentukan Badan Kerjasama Antar Desa

khususnya kepada Kepala Desa melalui Peraturan Bersama Kepala Desa untuk

merencanakan formulasi Kerjasama Antar Desa (dokumen BKAD Kec Sei

Rampah: 2015).

Pengaturan dana bergulir dan aset eks PNPM MPd pada Kecamatan Sei

Rampah mengacu pada Pedoman Penataan dan Perlindungan Kegiatan Permodalan

PNPM MPd, Ditjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, tanggal 27

Maret 2015 mengatur bahwa (dokumen BKAD Kecamatan Sei Rampah: 2020):

1. Dana bantuan secara bergulir merupakan hasil pengelolaan dalam PNPM

MPd yang merupakan modal masyarakat diwakili Kepala Desa. Untuk itu

dana bergulir tersebut, dibagi secara menyeluruh kepada seluruh desa dalam

satu wilayah Kecamatan, dengan ketentuan bahwa pembagian yang

dimaksud diperuntukkan hanya keperluan pencatatan sebagai aset/ milik

116
Universitas Sumatera Utara
desa. Dengan demikian, tidak ada distribusi dana secara fisik, maupun

adanya proses transfer dana dari rekening UPK ke Desa.

2. Dana bantuan secara bergulir yang dikategorikan sebagai aset Desa,

penaataan secara keuangan wajib diserahkan kepada Badan Kerjasama

Antar Desa (BKAD) dengan menerbitkan Berita Acara oleh setiap Desa.

3. Memperkuat pengembangan usaha antar desa, implikasi dana bergulir dapat

dijadikan modal untuk pembentukan BUMDesa dan /atau BUM Desa

Bersama yang merupakan milik seluruh desa dalam satu wilayah

Kecamatan.

Proses penataan kelembagaan kerjasama antar desa dilakukan dengan asas

subsidiaritas yaitu kewenangan lokal berskala desa dimana proses dalam

mengambil sebuah keputusan dilakukan dalam lingkup lokal dengan

mempertimbangkan kepentingan bersama. Abdul Karim selaku Ketua Pengurus

BKAD Sei Rampah menjelaskan bahwa tahapannya dimulai dari pelaksanaan

Musyawarah Antar Desa (MAD), lebih dahulu diterbitkannya Peraturan Bersama

Kepala Desa (PERMAKADES) yang merupakan hasil kerja dari Tim Perumus

Penataan Kelembagaan BKAD (data wawancara: 2020). Kewajiban kinerja Tim

Perumus Penataan Kelembagaan BKAD adalah membuat RANPERDES BKAD,

RANPERMAKADES BKAD, Rancangan AD/ART BKAD dan standar

operasional prosedur BKAD, yang dibentuk oleh Eks. PJOK Kecamatan dan

BKAD versi PNPM dengan koordinasi dan kerjasama dari Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa (DPMD) Pemerintah Kabupaten (dokumen BKAD

Kecamatan Sei Rampah: 2020).

117
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 Proses Pembentukan BKAD

Sumber: Data BKAD kecamatan Sei Rampah

Kebijakan perancangan pembentukan BKAD menurut UU Desa ini,

memfokuskan pada pola pendelegasian kewenangan Desa dari Kepala Desa sebagai

Kepala Pemerintahan Desa kepada Badan Kerjasama Desa (BKD), melalui

kesepakatan dalam Musyawarah Desa. Pembentukan BKD kemudian diakui

dengan keluarnya SK Kepala Desa tentang penetapan dan/ atau pengangkatan 5

(lima) anggota BKD sebagai Utusan Perwakilan Desa yang bertugas mewakili

Pemerintahan Desa dalam Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD). Utusan Wakil

Desa memenuhi tugas mewakili Pemerintahan Desa dalam Forum Musyawarah

Antar Desa (MAD) untuk pengambilan keputusan yang bersifat strategis, termasuk

dalam pembentukan/pendirian BKAD.

118
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7 Hubungan Kelembagaan BKAD

Sumber: Data BKAD Kecamatan Sei Rampah

Badan hukum BKAD Kecamatan Sei Rampah yang berpadanan merupakan

berbentuk Perkumpulan Berbadan Hukum. Perkumpulan berbadan hukum

berdasarkan pada Staatblad 1870 Nomor 64 juncto Pasal 1653 sampai dengan Pasal

1665 Kitab Undang-undang Hukum Perdata juncto Peraturan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2014 tentang Pengesahan

Badan Hukum Perkumpulan diakui sebagai Badan Hukum (Dokumen BKAD

Kecamatan Sei Rampah: 2020). Objek pengelolaan BKAD berdasarkan syarat-

syarat yang diatur dalam UU Desa meliputi 3 (tiga) bidang pokok kerjasama antar

desa yaitu (dokumen BKAD Kecamatan sei rampah: 2020):

1. Mengembangkan kerjasama di bidang ekonomi

2. Menyelenggarakan bidang sosial kemasyarakatan

3. Melaksanakan kerjasama di bidang keamanan dan ketertiban

119
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8 Fungsi BKAD Terhadap Pengembangan UPK

Sumber: Data BKAD Kecamatan Sei Rampah

Selain BKAD, UPK adalah lembaga atau organisasi pelaksana yang sangat

penting dalam program SPP. BKAD berperan penting dalam pengembangan UPK

menjadi insititusi microfinance dan institusi eksekusi serta penghubung antara

organisasi pelaksana dengan sasaran program yaitu masyarakat. BKAD memiliki

kewajiban untuk melakukan perencanaan pengembangan, pelaksanaan dan

pengelolaan UPK, pengawasan UPK serta evaluasi kinerja dari UPK itu sendiri.

Menurut Nurhayati S.E sebagai Ketua UPK Kecamatan Sei Rampah awal

terbentuknya UPK Dana Bergulir PNPM MPd merupakan gerakan program inisiasi

yang digagas Pemerintah (Goverment driven development). Program yang bersifat

kemasyarakatan ini lebih difokuskan menata kemandirian masyarakat agar dapat

mempertahankan eksistensi keberadaan secara berkelanjutan bahkan memperbesar

jumlah bergulirnya dana bantuan tersebut menjadi milik masyarakat atau Desa

dalam kesatuan wadah BKAD.

120
Universitas Sumatera Utara
Adapun tugas-tugas dari UPK meliputi (dokumen BKAD Kecamatan Sei

Rampah):

1. Membantu pendampingan dan mempersiapkan penyusunan usulan dalam

tiap kegiatan KSM.

2. Melakukan pembinaan agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh

KSM ekonomi.

3. Melakukan administrasi dan pengelolaan keuangan pinjaman bergulir untuk

KSM.

4. Melaksanakan fasilitasi jalinan kemitraan (channeling) dengan pihak-pihak

lain yang mendukung progran ekonomi UPK.

Sedangkan tugas dari pengawas UPK adalah (dokumen BKAD Kecamatan

Sei Rampah):

1. Pengawasan, evaluasi dan audit terhadap UPK untuk mengukur ketaatan

kinerja operasional maupun pengelolaan keuangan berdasarkan indikator

yang berlaku.

2. Membimbing dan memberikan masukan kepada UPK dalam mengelola

Pinjaman Bergulir agar sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang telah

dibuat oleh LKM.

3. Melakukan pencatatan/pemeriksaan terhadap seluruh kegiatan pengelolaan

pinjaman bergulir baik di UPK maupun di KSM.

4. Mendorong dan membantu (bekerja sama) dengan pihak LKM, relawan dan

para perangkat desa dalam mensosialisasikan kegiatan pinjaman bergulir

terkait untuk meningkatkan partisipatif masyarakat.

121
Universitas Sumatera Utara
5. Bekerja sama dengan relawan dan para perangkat desa untuk membantu

pengumpulan angsuran pinjaman.

Berdasarkan variabel organisasi pelaksana dalam implementasi kebijakan

maka bisa dilihat bahwa Program SPP dengan organisasi pelaksananya BKAD

dibantu UPK telah memenuhi variabel ini dengan baik.

Saat ini UPK sedang dalam upaya bertransformasi dari UPK Dana Bergulir

PNPM MPd menuju BUM Desa setelah diberlakukannya UU No 6 Tahun 2014.

Transformasi ini dilakukan agar menjamin kepastian hukum dalam rangka

melestarikan dan mengembangkan aset Dana Bergulir PNPM MPd sama halnya

seperti transformasi BKAD.

Berdasarkan pada penelaahaan terkait tugas maupun tanggung jawab

kelembagaan BKAD di atas, peneliti mengamati bahwa transformasi yang tepat

untuk UPK dana bergulir dalam hal ini kelompok SPP PNPM MPd adalah

kerjasama BUM Desa Antar Desa dengan membentuk BUM Desa Bersama dalam

wadah BKAD. Kelompok SPP eks PNPM MPd diletakkan sebagai salah satu unit

usaha BUMDes Bersama dengan tetap menggunakan prinsip SIKOMPAK PNPM.

Namun, kondisi di lapangan didapati bahwa pada pelaksanaannya BUM Desa

Bersama sudah terbentuk namun belum terintegrasi secara lembaga dengan BKAD.

Walaupun kantor kedua lembaga tersebut berada di satu tempat yang sama.

Ada beberapa alasan teknis yang menyebabkan 5 Desa tersebut belum dapat

bergabung diantaranya;

1. Ada desa yang sudah mendirikan BUM Desa yang memilik usaha yang sama

(usaha sejenis) simpan pinjam juga.

122
Universitas Sumatera Utara
2. Ada desa yang belum dapat mengalokasikan penyertaan modal karena

kebutuhan masyarakat dalam pembangunan masih tinggi, sehingga lebih

memprioritaskan pembangunan infra struktur terlebih dahulu.

Dua kendala ini lah yang membuat UPK BKAD belum dapat diintegrasikan atau

bertanspormasi kedalam BUM Desa Bersama.

Gambar 4.9.
Kantor BKAD dan BUMDes Bersama Sei Rampah

Sumber: Dokumen BKAD 2018

4.2.5. Analisis Keberlanjutan Dana SPP Eks PNPM MPd terhadap

Peningkatan Ekonomi RTM

4.2.5.1. Faktor Penentu Keberlanjutan Program SPP Eks PNPM MPd

Seluruh lingkungan dalam lingkup kebijakan sungguh sangat

mempengaruhi kelancaran pelaksanaan dan pencapaian tujuan dalam suatu

kebijakan. Beberapa faktor lingkungan yang memengaruhi keberhasilan

implementasi kebijakan adalah lingkungan ekonomi, lingkungan politik,

lingkungan sosial dan budaya (Smith dalam Tachjan, 2008: 38). Untuk melihat ada

atau tidak pengaruh lingkungan yang mendukung kesuksesan program SPP di

123
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Sei Rampah maka peneliti mewawancarai Abdul Karim sebagai Ketua

Pengurus BKAD Sei Rampah. Faktor lingkungan juga berdampak pada kesuksesan

program SPP di kecamatan Sei Rampah, namun tidak semua faktor lingkungan

mempengaruhi salah satunya adalah faktor politik. Sedangkan faktor sosial dan

budaya serta ekonomi adalah yang paling mempengaruhi. Jika dilihat dari sosial

budaya masyarakat di Kecamatan Sei Rampah, Abdul Karim menilai tipe

masyarakat pedesaan yang komunal, rasa peduli tinggi, ikatan kuat antara sesama

warga menjadikan program Simpan Pinjam Perempuan secara berkelompok

berhasil. Berbeda jika dibandingkan dengan tipe masyarakat di perkotaan yang

lebih individual maka program kelompok seperti ini belum tentu sesuai jika

diterapkan. Ada tanggung jawab secara moral dan norma yang terbentuk didalam

masyarakat meski tidak tertulis seperti undang-undang namun norma-norma

tersebut membuat masyarakat menjalankan program dengan sungguh-sungguh dan

bertanggung jawab. Rasa tanggung jawab ini sangat penting dimiliki oleh

peminjam modal karena meskipun anggota kelompok akan menggunakan modal

untuk usaha yang berbeda atau bahkan bisa saja membangun usaha individu namun

pertanggungjawaban untuk level pertama adalah pada kelompok itu sendiri. Jika

ada satu anggota kelompok yang tidak bertanggung jawab maka akan merugikan

anggota kelompok peminjam. Jika ada satu atau lebih kelompok peminjam di satu

desa yang tidak bertanggung jawab maka akan terjadi kegagalan program SPP ini.

Namun di Kecamatan Sei Rampah hal semacam itu tidak terjadi. Terbukti dari

kelancaran program dan pembayaran pinjaman oleh anggota setiap kelompok

peminjam.

Dari sisi ekonomi, Abdul Karim mengatakan bahwa dorongan ekonomi

124
Universitas Sumatera Utara
adalah motivasi utama masyarakat untuk bergabung dalam program ini. Target dari

sasaran program adalah masyarakat miskin yang memang mengalami

permasalahan dengan perekonomian sehingga program tersebut merupakan

peluang bagi masyarakat untuk memperbaiki taraf hidup dan pendapatan. Selain

itu, program ini membuka pikiran para perempuan di Kecamatan Sei Rampah

bahwa sebagai perempuan juga bisa bermanfaat mensejahterakan kehidupan

melalui peningkatan penghasilan (income) keluarga. Jika pendapatan keluarga

meningkat maka berpengaruh pula pada meningkatnya pendapatan desa,

kecamatan, kabupaten, provinsi dan nasional. Kelompok SPP ini sangat layak

untuk terus dilanjutkan mengingat keberhasilanya dalam meningkatkan

perekonomian di berbagai level.

Peneliti juga mewawancarai Abdur Rahman sebagai Ketua Badan

Pengawas Unit Pengelola Kegiatan (BP-UPK) melihat faktor lingkungan yang

mempengaruhi keberhasilan program SPP di Kecamatan Sei Rampah didominasi

oleh lingkungan ekonomi. Rahman mencermati kondisi satu persatu para warga

yang bergabung dalam program tersebut dan mendapati bahwa warga berada pada

level ekonomi bawah sehingga kondisi ekonomi yang tidak baik itulah menjadi

motivasi bagi warga untuk berusaha meningkatkan kesejahteraan hidup. Jika hanya

kesadaran dan keinginan saja dari warga untuk keluar dari jurang kemiskinan

namun tidak ada bantuan dana dari pemerintah maka selamanya warga tidak akan

bisa keluar dari kemiskinan tersebut. Selain sebagai motivasi, warga menjadikan

ekonomi sebagai peluang untuk melihat jenis usaha yang akan dijalankan disekitar

tempat tinggalnya. Kondisi ini biasa diistilahkan dengan permintaan dan

penawaran. Salah satu peserta ada yang membuka salon karena memang disekitar

125
Universitas Sumatera Utara
rumahnya belum ada yang membuka salon sementara beberapa tetangga suka pergi

ke salon yang agak jauh dari lingkungan tempat tinggal mereka. Contoh lainnya

adalah salah satu peserta yang membuka rumah makan sederhana mengingat

makanan merupakan usaha dengan modal dan keuntungan yang cukup baik.

Rahman menambahkan bahwa penting sekali warga paham mengenai peluang

ekonomi, dengan dibantu oleh tim pendamping agar usaha bisa berjalan baik. Jika

tidak memahami permintaan pasar maka peluang ekonomi akan hilang dan modal

yang diberikan tidak akan bisa dikembalikan apalagi memberi keuntungan (data

wawancara: 2020).

Pendapat terakhir mengenai pengaruh lingkungan dalam program SPP di

Kecamatan Sei Rampah adalah dari Nurhayatai selaku Ketua UPK Kec.Sei

Rampah. Nurhayati menekankan dilihat dari sisi lingkungan sosial budaya

peminjam perempuan lebih telaten atau mendetail baik dalam perencanaan,

pelaksanaan dan pelaporan. Selain itu, beliau menambahkan bahwa ikatan yang

kuat diantara para perempuan dapat meningkatkan motivasi sesama mereka untuk

lebih solid sebagai kelompok peminjam yang menjalankan usaha. Para perempuan

yang menjadi kelompok peminjam selalu saling membantu, saling mendukung, dan

bertanggungjawab sehingga program SPP ini berhasil.

Berdasarkan uraian diatas maka variabel lingkungan juga terpenuhi yaitu

lingkungan ekonomi, sosial, dan budaya. Untuk lingkungan politik, para informan

sepakat bahwa itu tidak mempengaruhi berhasilnya program SPP di Kecamatan Sei

Rampah.

Smith dalam Tachjan (2008: 39) juga sudah memetakan adanya

kemungkinan jika implementasi kebijakan tidak berjalan lancar akibat adanya

126
Universitas Sumatera Utara
kontra selama proses pelaksanaan baik dari level masyarakat sampai pada level

pembuat kebijakan itu sendiri. Variabel lainnya yang mungkin muncul adalah

penolakan, ketegangan dan ketidaksesuaian. Jika hal ini terjadi maka akan

menciptakan pola interaksi baru dan mendorong terbentuknya berbagai institusi

sebagai bentuk respon atas ketegangan tersebut dan sebagai upaya menormalkan

kembali kondisi yang tegang dan tidak sesuai sebelumnya.

Program SPP di Kecamatan Sei Rampah berjalan dengan baik sehingga

tidak terjadi penolakan, ketegangan dan ketidaksesuaian. Dengan terpenuhinya

semua variabel di atas yaitu kebijakan yang ideal, kelompok sasaran, organisasi

pelaksana dan faktor lingkungan maka program SPP berhasil mencapai tujuannya

dan sangat layak untuk terus dilanjutkan.

4.2.5.2. Peningkatan Ekonomi Masyarakat RTM Pengguna Manfaat SPP Eks

PNPM MPd

Pelaksanaan SPP eks PNPM MPd di Kecamatan Sei Rampah dapat

dikatakan membantu dalam mensejahterakan masyarakat pengguna manfaat SPP.

Walaupun belum semua masyarakat yang tergolong miskin dapat ikut serta dalam

pemanfaatan program tersebut. Dari hasil Focus Group Discussion (FGD) yang

dilakukan peneliti bersama perwakilan kelompok SPP menyatakan bahwa dengan

adanya kelompok SPP eks PNPM membuat perempuan yang dulunya hanya bisa

diam dirumah sebagai ibu rumah tangga menjadi perempuan yang bisa mandiri

sehingga dapat membantu suami dalam mencari nafkah. Selain itu kegiatan Simpan

Pinjam Perempuan memiliki dampak positif yang begitu besar dalam peningkatan

perekonomian, misalnya para anggota kelompok dapat membuka berbagai jenis

usaha kecil sehingga dari hal tersebut sangat berdampak terhadap peningkatan

pendapatan keluarga.

127
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10

Data Perkembangan Keuangan Kec. Sei Rampah periode 2015-2020

Surplus di
Surplus
Modal Bunga Total modal Jumlah tahan Perkembangan Dana sosial
No Tahun ditahan
awal spp bank bergulir perguliran tahun kelembagaan rtm
tahun ini
berjalan
2014 809.385.635 415.690.157

1 2015 809.385.635 - 1.225.075.792 1.779.000.000 68.172.008 7.325.465 5.860.372 53.521.079

2 2016 809.385.635 750.00 1.279.347.800 1.779.000.000 125.546.713 22.330.462 17.864.369 80.885.790

3 2017 809.385.635 1.979.185 1.390.233.589 2.174.000.000 125.682.318 23.471.000 18.777.000 83.434.318

4 2018 809.385.635 2.413.519 1.443.667.906 2.013.500.000 90.735.844 21.518.000 12.345.000 56.872.844

5 2019 809.385.635 2.413.519 1.500.540.751 2.034.500.000 89.853.682 22.463.00 17.970.000 49.420.682

2020 809.385.635 723.000.000 67.273.362

TOTAL 9.780.500.000 499.990.565 97.107.927 72.816.741 324.134.713

Sumber: Data BKAD Kecamatan Sei Rampah

128
Universitas Sumatera Utara
Dari data diatas kita bisa melihat bahwa sejak dimulai pada tahun 2014-

2020 kondisi keuangan terus mengalami surplus atau keuntungan. Kita lihat dari

data surplus tahun berjalan di tahun 2015 sebesar Rp 68.172.008, ditahun 2016

sebesar Rp 125.546.713, ditahun 2017 sebesar Rp 125.682.318, ditahun 2018

sebesar Rp 90.735.844, ditahun 2019 sebesar Rp 89.853.682 dan ditahun 2020

sebesar Rp 67.273.362. Dari awal berjalan hingga tahun ini di 2020 terdapat total

Rp 499.990.565 surplus ditahan tahun berjalan. Surplus tahun berjalan terjadi di

tahun 2016 dan 2017 dengan total besaran surplus Rp 125.000.000,-. Sementara

total besaran surplus ditahan tahun ini yaitu 2020 adalah Rp 324.134.713. dari data

diatas kita bisa melihat bahwa sangat besar dampak yang diberikan dari program

ini kepada masyarakat.

Salah satu warga desa Firdaus, Aisiyah merupakan peminjam dana

perguliran 2019 mengatakan bahwa terdapat banyak sekali peningkatan dalam

hidupnya secara material dan non material. Aisiyah menambahkan bahwa dengan

adanya program ini beliau bisa menabung dan membantu meningkatkan pendapatan

rumah tangga. Selain itu juga mendapat banyak ilmu atas bimbingan dari para

pendamping yang membantu usahanya berjalan dengan lancar.

Warga lainnya yang peneliti wawancarai adalah Dewi Sri yang menerima

dana perguliran tahun 2018. Dewi menyampaikan bahwa adanya arahan, sosialisasi

dan diskusi antar kelompok SPP dengan pendamping sangat membantu kelancaran

usahanya. Tidak jarang juga para pendamping memberikan motivasi dan memberi

semangat kepada warga untuk terus berusaha maksimal dalam menjalankan

program masing-masing. Dewi mengakui dengan adanya program SPP ini dapat

membantu mewujudkan harapan anak-anaknya untuk bisa bersekolah sampai

129
Universitas Sumatera Utara
jenjang perkuliahan. Disaat ekonomi sulit seperti ini, Dewi tidak bisa

membayangkan apa yang terjadi pada keluarganya jika tidak ada program SPP ini.

Jika hanya mengharapkan penghasilan dari suaminya mungkin tidak akan bisa

memenuhi kebutuhan dari anak-anaknya (data wawancara: 2020).

Tabel 4.11. Rekap Tabungan Anggota Kelompok di Kecamatan Sei

Rampah Kabupaten Serdang Bedagai

Jumlah
Kelompok Jumlah
No Tabungan Keterangan
Desa Anggota
Anggota
1 Desa Sei Rampah
1. Karya Bersama/ 12 18.829.000
perguliran 2019
2. Harapan Jaya/ 15 12.716.000
perguliran 2019
3. Sejahtera/ perguliran 5 0 Kelompok tidak aktif
2019
4. Wardah/ perguliran 11 4.406.000
2019
5. Samawa/ perguliran 12 8.243.000
2019
6. Bunda/ perguliran 2019 10 8.757.000

Sub Total 64 52.951.000


2 Desa Pergulaan
7. Dahlia/ perguliran 2017 10 0 Kelompok tidak aktif
8. Mawar/ perguliran2020 10 0
9. Anggrek I/ perguliran 10 0 Kelompok tidak aktif
2016
10 0 Kelompok tidak aktif

130
Universitas Sumatera Utara
10. Anggrek II/ perguliran
2012 5 5.427.000
11. Rusa/ perguliran 2012 10 0
12.An-nisa/ perguliran
2020
Sub Total 55 5.427.000
3 Desa R. S. Hilir
13.Seri/ perguliran 2019 14 7.708.000
14.Aisyah/ perguliran2019 19 12.214.000
Sub Total 33 19.922.000
4 Desa Silau Rakyat
15. Serasi Jaya/ perguliran 10 0 Kelompok tidak aktif
2018
16. Nurul Iman/ perguliran 25 20.238.000
2019
17. Sri Rezeki/ perguliran 10 550.000
2019
18. Matahari/ perguliran 10 550.000
2020
Sub Total 55 21.338.000
5 Desa Sinakasih
19.Anugerah/ perguliran 5 0 Kelompok tidak aktif
2018
Sub Total 5 0
6 Desa Pematang Ganjang
20.Sri Kencana/ 8 2.229.000
perguliran 2019

Sub Total 8 2.229.000


7 Desa Firdaus
21.Jambu/ perguliran 2013 5 0 Kelompok tidak aktif
5 0 Kelompok tidak aktif

131
Universitas Sumatera Utara
22. Kelengkeng/ perguliran
2015 25 45.422.000
23. Aisiyah/ perguliran
2019 10 8.621.000
24. Melati/ perguliran 2019 11 9.330.000
25.Mekar Sari A/
perguliran 2019 9 5.096.000
26. Dewi-dewi/ Perguliran
2019

Sub Total 65 68.469.000


8 Desa Rambung Estate
27.Mekar Sari B/ 5 0 Kelompok tidak aktif
pergulirasn 2019
28.Habibi/ perguliran 8 8.818.000
2017
29.Sakinah/ perguliran 13 8.994.000
2019
Sub Total 26 17.812.000
9 Desa Sei Rejo
30. Kunyit/ perguliran 12 9.149.00
2019
31. Daun Sirih/ perguliran 22 32.911.000
2019
32. Mahkota Dewa/ 11 9.599.000
perguliran 2019
33. Rosela/ perguliran 5 0 Kelompok tidak aktif
2017
34. Jahe/ perguliran 2019 13 13.215.000
35.Kayu Manis/ 5 0 Kelompok tidak aktif
pergulirasn 2017
10 14.300.000

132
Universitas Sumatera Utara
36. Berkah/ perguliran
2018 13 14.153.000
37. Berkah Abadi/
perguliran 2019 10 11.293.000
38. An-Nisa/ perguliran
2019 13 8.994.000
39. Padi/ perguliran 2019
Sub Total 114 104.465.000
10 Desa Pematang
Pemelintahan
40.Maju Bersama/ 34 49.672.000
perguliran 2019
41.Kita Bisa/ perguliran 14 6.845.000
2019
42.Dewi Sri/ perguliran 10 0 Kelompok tidak aktif
2018

Sub Total 58 56.517.000


11 Desa Simpang Empat
43. Teratai/ perguliran 10 0 Kelompok tidak aktif
2016
44. Anggrek/ perguliran 22 23.693.000
2020
45. Mekar/ pergulirasn 10 0 Kelompok tidak aktif
2017
46. Berlian/ perguliran 10 0 Kelompok tidak aktif
2017

Sub Total 52 23.693.000


12 Desa Cempedak Lobang
47.Bukit Berbunga/ 11 36.532.000
perguliran 2019

133
Universitas Sumatera Utara
48. Bali Indah/ perguliran 10 0 Kelompok tidak aktif
2015
49. Sri Kandi/ perguliran 16 22.630.000
2020
50. Sri Rejeki/ perguliran 20 14.813.000 Kelompok tidak aktif
2019

Sub Total 57 73.975.000


TOTAL 593 446.798.000
Sumber: Data BKAD Kecamatan Sei Rampah

Dari data diatas dapat dilihat bahwa terdapat 17 kelompok peminjam dengan

keterangan bahwa kelompok tidak aktif. Adapun pengertian dari kelompok tidak

aktif adalah kelompok-kelompok yang sudah melunasi pinjamannya dan sudah

secara mandiri meneruskan usaha mereka. Adapun ketujuh belas kelompok tersebut

adalah 1 kelompok dari Desa Sei Rampah, 3 kelompok dari Desa Pergulaan, 1

kelompok dari Desa Silau Rakyat, 1 kelompok dari Desa Sinakasih, 2 Kelompok

dari Desa Firdaus, 1 kelompok dari Desa Rambung Estate, 2 kelompok dari Desa

Sei Rejo, 1 kelompok dari Desa Pematang Pemelintahan, 3 kelompok dari Desa

Simpang Empat dan 2 kelompok dari Desa Cempedak Lobang.

Kepala Desa Pergulaan Mariono mengatakan bahwa program SPP di

desanya sangat lancar dan tidak terjadi kendala yang berarti dimana setiap

kelompok mampu membayar cicilan pinjaman bahkan mendapat keuntungan yang

cukup baik. Dari data terlihat bahwa Desa Pergulaan memiliki kelompok terbanyak

yang tidak aktif karena sudah melunasi peminjaman dan melanjutkan usaha secara

mandiri. Mariono mengakui bahwa dirinya aktif mengawasi langsung program SPP

ini sampai kepada anggota kelompoknya melalui diskusi, motivasi dan juga sharing

informasi dalam pengelolaan usaha. Jadi, jika kita analisis lebih lanjut maka jelas

134
Universitas Sumatera Utara
terlihat bahwa secara finansial kesejahteraan dari kelompok dan anggota

kelompoknya lebih baik sehingga bisa melunasi pinjaman bahkan bisa terus

melanjutkan usaha kelompok mereka dengan mandiri.

Hal ini didukung dari hasil wawancara dengan Rini dari kelompok Serasi

Jaya dari Desa Silau Rakyat yang mengatakan bahwa dengan adanya bantuan SPP

maka kelompok mereka bisa membuka usaha bahkan melunasi pinjaman mereka

hanya dalam jangka waktu 2 tahun yaitu dari tahun 2018 – 2020. Rini

menambahkan bahwa tidak hanya mampu membayar pinjaman namun juga

keuntungan dari usaha mereka juga dibagikan kepada anggota kelompok sehingga

masing-masing anggota mendapatkan bagi hasil yang memuaskan. Menurut Rini,

selain membantu keuangan rumah tangga mereka, keuntungan dari usaha yang

dibagikan kepada anggota juga lebih dari cukup untuk menabung Pendidikan anak-

anaknya serta membeli beberapa hal yang diinginkan seperti baju dan lainnya (data

wawancara: 2020).

Sementara 33 kelompok lainnya yang masih aktif sebagai kelompok

peminjam juga mendapatkan keuntungan yang sangat baik sehingga tidak

mengalami masalah saat membayar cicilan pinjaman dan juga membagikan hasil

keuntungan kepada anggota-anggotanya. Dari 33 kelompok yang masih aktif

sebagai peminjam berasal dari dana perguliran tahun 2019 sehingga wajar saja jika

masih dalam proses pencicilan untuk melunasi hutang. Sinta dari kelompok

Harapan Jaya Desa Sei Rampah menjelaskan bahwa kelompoknya menerima dana

perguliran tahun 2019 dan sisa pinjaman yang harus dilunasi hanya sekitar 35%

lagi. Sinta menambahkan bahwa kelompoknya mengalami peningkatan pendapatan

dari tahun ke tahun bahkan saat pandemi seperti ini pun tidak terlalu berdampak

135
Universitas Sumatera Utara
pada kelompok usaha mereka. Sinta merasa sangat terbantu dengan adanya program

SPP ini secara material dan pengetahuannya karena mendapat ilmu dan juga

pendapatan yang sangat cukup untuk rumah tangganya (Data wawancara: 2020).

Jumlah nominal tabungan anggota pada tabel berasal dari 10% total jumlah

pinjaman para kelompok sebagai bentuk jaminan jika terdapat masalah dan kendala

dalam pembayaran. Jika kelompok peminjam sudah melunasi seluruh pinjaman

maka tabungan tersebut akan dikembalikan. Terlihat bahwa pihak dari UPK sudah

menyusun mekanisme management risk dengan sangat matang sehingga dana

tabungan tersebut dapat digunakan juga untuk menutupi pembayaran yang

menunggak atau apabila terjadi permasalahan finansial lainnya dalam kelompok

tersebut. Selain tabungan wajib yang memang diharuskan maka tabungan

kelompok juga dilakukan oleh setiap anggota kelompok pada saat membayarkan

angsuran di setiap bulannya dimana anggota kelompok juga menabung dengan

jumlah yang tidak ditentukan oleh ketua kelompok atau bendahara masing-masing.

Ini juga menjadi bentuk management risk dari masing-masing kelompok peminjam

jika nantinya ada anggota kelompok yang terlambat membayar atau membutuhkan

dana darurat maka tabungan kelompok tersebut dapat menjadi solusinya.

Dana dari tabungan kelompok dapat dipinjamkan kepada non anggota untuk

membuka usaha baru, yang nantinya orang yang dipinjamkan akan menjadi anggota

baru dalam kelompok tersebut. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan Fitri sebagai

ketua dari kelompok Sri Kencana dari Desa Pematang Ganjang yang mengatakan

bahwa saat melakukan setoran mereka dianjurkan untuk mengajak perempuan

lainnya bergabung dan menjadi anggota kelompok penerima manfaat program SPP.

136
Universitas Sumatera Utara
Seperti data yang sudah dipaparkan bahwa program ini baik saat masih

dikenal sebagai PNPM maupun setelah berubah menjadi SPP tidak hanya sekedar

memberi keuntungan bagi kelompok dan para anggotanya namun juga

meningkatkan kesejahteraan secara finansial dengan membantu meningkatkan

pendapatan rumah tangga dari setiap anggotanya dan juga meningkatkan

kesejahteraan non materi seperti pendidikan dan pengembangan kemampuan dari

para anggotanya yang awalnya tidak memiliki skill jadi memilikinya, yang tidak

memahami manajemen usaha dan manajemen keuangan jadi mampu sehingga

usahanya berjalan lancar serta banyak pengembangan aspek lainnya. Maka

pelaksanaan program SPP di Kecamatan Sei rampah sudah sesuai dengan tujuan

dan sasaran dari program SPP ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan dana atas usaha

ataupun sosial dasar, memberi peluang kaum perempuan dalam peningkatan

ekonomi rumah tangga melalui usaha, dan penguatan lembaga simpan pinjam.

Dalam kesempatan Forum Group Discussion (FGD), peneliti juga bertanya

kepada Chandra Wahyuni yang merupakan Ketua Pendanaan SPP di Kecamatan

Sei Rampah tentang mekanisme penyaluran dana hingga sampai kepada sasaran

dari program SPP itu sendiri. Beliau menjabarkan bahwa mekanisme penyaluran

dana masih sama seperti pada masa program PNPM sebelumnya. Bendahara

menerima setoran pinjaman dari kelompok SPP maka akan dimasukkan terlebih

dahulu ke rekening bank UPK. Ketika nanti pinjaman tersebut akan dicairkan maka

dana tersebut akan ditarik kembali dari rekening bank UPK agar tidak terjadi cash

on hand. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya

penggelapan dana dan juga memudahkan tracking pergerakan dana. Seluruh

kegiatan yang berhubungan dengan dana diawasi langsung oleh BPUPK

137
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Sei Rampah yaitu Abdur Rahman dan timnya dalam meminimalisir

adanya kemungkinan tunggakan maka BKAD Sei Rampah membuat kebijakan

dimana peminjam wajib menabung sebesar 10% ke BKAD dari total pinjaman dan

jika nantinya pinjaman lunas maka akan dikembalikan dan ditambah 5% per bulan

(6% per tahun) x besar tabungan, dalam pelaksanaanya, inisiatif dari BKAD Sei

Rampah ini sangat efektif dan tabungan yang merupakan jaminan pinjaman tersebut

diputar kembali untuk dipinjamkan pada kelompok, perorangan dan masyarakat

umum yang memerlukannya. Tidak hanya itu saja, BKAD Sei Rampah juga

membuat mekanisme lainnya untuk menanggulangi jika terjadi kemacetan dalam

pembayaran dengan menyarankan pendaftaran BPJS ketenagakerjaan bagi

kelompok peminjam diatas Rp.5.000.000,- sehingga jika mereka terdaftar dan

mengalami hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan dan meninggal dunia akan

mendapatkan santunan dari BPJS ketenagakerjaan. Hal ini disarankan karena

memang terdapat lima orang yang sudah meninggal dunia sebelum pihak BKAD

bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan. Setelah adanya kerjasama tersebut,

terdapat dua kali kejadian meninggal dunia atas nama Alm Alkausar dan Almh

Mariatun yang akhirnya mendapat santunan dari BPJS Ketenagakerjaan sebesar Rp.

42.000.000,-.

Sukirman, seorang tokoh masyarakat di Kecamatan Sei Rampah menilai

bahwa program SPP ini layak untuk disukseskan karena banyak manfaat yang

diperoleh untuk kemaslahatan warga-warga itu sendiri. Sukirman secara sukarela

membantu mempersuasi warga untuk bergabung dalam program ini. Tokoh

masyarakat seperti Sukirman yang dekat dengan warga dan memahami seluk-beluk

warga memberi semangat tersendiri bagi warga sekitar untuk bergabung dengan

138
Universitas Sumatera Utara
program SPP. Beliau mengakui bahwa dirinya kerap kali bertukar pikiran dengan

warga dan memberi masukan positif terkait program SPP bahkan beliau juga turut

mengedukasi beberapa suami yang istrinya ikut tergabung dalam program SPP.

Salah satu Kepala Desa yang desanya ikut dalam program SPP yaitu

Warianto, selaku Kepala Desa Sei Rejo menyetujui bahwa memang masyarakat

kelas bawah sangat sulit untuk bisa keluar dari jerat kemiskinan. Beliau

mengatakan bahwa meskipun ada keinginan dari warga desanya untuk

berwirausaha namun sulit sekali karena keterbatasan modal. Beliau menambahkan

bahwa banyaknya tawaran kredit dari bank juga tidak dapat dijangkau warga karena

harus menyertakan agunan atau jaminan sementara warganya tidak bisa

menjaminkan apapun. Meskipun ada beberapa Bank atau lembaga pinjaman lain

yang memberikan pinjaman modal tanpa agunan namun bunganya sangat tinggi

sehingga tetap tidak bisa memfasilitasi warga. Beliau menutup wawancara dengan

mengatakan bahwa program SPP inilah yang sesuai dengan kondisi warga desanya

dimana mekanismenya tidak memberatkan dan cicilan juga tidak membuat warga

pusing (Data wawancara: 2020).

Selain sebagai sarana sosialisasi, mekanisme ini menjadi salah satu cara dan

jaminan keberlanjutan dari program SPP yang tengah berjalan di Kecamatan Sei

Rampah. Jika dianalisa dari tahun ke tahun memang terlihat adanya peningkatan

jumlah kelompok dan jumlah anggota kelompok yang membuktikan bahwa

eksistensi dari program SPP ini sangat baik dimasyarakat. Selain itu adanya

tabungan dalam tiap kelompok menjadikan kelompok tersebut mandiri dalam

pendanaan.

139
Universitas Sumatera Utara
Secara lebih mendetail lagi, setelah adanya program SPP di Kecamatan Sei

Rampah maka dampak positifnya terhadap perbaikan ekonomi adalah peningkatan

kegiatan usaha, meluaskan kesempatan dan peluang kerja, peningkatan pendapatan

atau ekonomi rumah tangga yang berdampak juga pada meningkatnya ekonomi

desa, mengembangkan wawasan para anggota, dan memberi modal dengan cicilan

yang bagus sehingga terjangkau serta bisa berkelanjutan. Dalam upaya

meningkatkan usaha terlihat dari sejak PNPM sampai pada pembaharuan program

menjadi SPP jumlah anggota terus bertambah. Tidak hanya jumlah kelompok usaha

yang bertambah, namun juga kelompok-kelompok tersebut bisa terus

mengembangkan usahanya sampai sekarang. Lalu selanjutnya dengan masyarakat

bergabung ke program SPP maka secara otomatis membuka peluang kerja bagi para

perempuan di Kecamatan Sei Rampah. Dari yang awalnya kebanyakan hanya

menjadi buruh tani dan ibu rumah tangga maka beralih menjadi pengusaha kecil-

kecilan yang menjadi kesempatan serta peluang baru bagi perempuan di Kecamatan

Sei Rampah untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga dan mengembangkan

wawasannya. Untuk sektor pertanian, pemanfaaatan pinjaman SPP dapat digunakan

untuk pembelian pupuk dan pestisida. Pemanfaatan pinjaman SPP juga dirasakan

di bidang peternakan, contohnya di Desa Pergulaan dimana para peternak sapi dan

kambing memanfaatkan dana tersebut untuk menambah hewan ternaknya.

Jika masing-masing anggota kelompok mengalami peningkatan ekonomi

dan pendapatan rumah tangga maka akan berdampak positif juga pada

meningkatnya perekonomian di desa masing-masing yang menjadi tempat program

SPP dilaksanakan. Selain peningkatan finansial maka para ibu-ibu juga

memaparkan saat wawancara bahwa mereka banyak mendapatkan ilmu baru

140
Universitas Sumatera Utara
tentang mengelola kelompok, kerjasama, tanggung jawab, cara menjalankan usaha

yang baik dan cara mengelola keuangan yang baik. Jelas terlihat bahwa

pengembangan skill dari yang sebelumnya hanya sebagai buruh tani untuk

membantu suaminya menambah pendapatan atau hanya sebagai ibu rumah tangga

kini memiliki banyak pengetahuan tentang dunia usaha dan skill usaha yang baik.

Dengan berbagai mekanisme yang ditawarkan oleh program SPP ini, para

masyarakat merasa program ini sangatlah baik terjangkau secara modal, cicilan

peminjaman dan layak untuk terus dilanjutkan karena tiap kelompok juga

ditawarkan penambahan modal yang tentunya sesuai dengan mekanisme program

yang sudah ditentukan.

141
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12

Rekapitulasi Keuangan Kegiatan SPP Kabupaten Serdang Bedagai

Sumber: Dinas PMD 2020

142
Universitas Sumatera Utara
Berkaitan dengan kemajuan pengelolaan UPK Eks PNPM MPd Sei rampah,

untuk tingkat Kabupaten Serdang Bedagai Program SPP Eks PNPM MPd

Kecamatan Sei Rampah dapat dilihat dari tabel tersebut diatas menunjukkan surplus

yang sangat tinggi yaitu Rp 89.853. 682,- menempati urutan kedua tertinggi setelah

Kecamatan Pantai Cermin. hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan simpan

pinjam di kecamatan Sei Rampah berjalan dengan sangat baik sehingga dapat

menghasilkan surplus yang sedemikian itu. Dari hasil Musyawarah Antar Desa

(MAD) surplus tersebut dipergunakan untuk pembelian aset,dan penyaluran dana ,

dan pemberian sembako kepada RTM.

Dengan terus berlanjutnya Kegiatan SPP Eks PNPM MPd yang membantu

permodalan dan juga pendampingan kepada masyarakat yang mempunyai usaha

kecil dengan tujuan pemberdayaan kepada RTM maka program ini sangat tepat

guna untuk terus dikembangkan. Selaras dengan hal tersebut, peneliti melihat

bahwa pemberdayaan RTM dalam kegiatan SPP Eks PNPM MPd bersinergi

dengan aras mezzo dimana pemberdayaan menggunakan kelompok sebagai media

intervensi dengan menggunakan strategi melalui pendidikan, pelatihan,

pengetahuan dan keterampilan. RTM dapat mengembangkan dan peningkatan

usaha sehingga memperoleh keuntungan yang lebih besar yang ahirnya hasilnya

dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat itu sendiri. Sedangkan aras

makro dari pemberdayaan kegiatan SPP Eks PNPM MPd dapat dilihat bahwa

program SPP ini hasilnya dapat dirasakan oleh masyarakat miskin.

Program SPP ini juga memberdayakan keterlibatan tiap-tiap kelompok dan

juga memiliki prosedur yang jelas dan terperinci. Dengan adanya prosedur tersebut

sangat membantu pelaksanaan program menjadi lancar dan sasaran kelompok dari

143
Universitas Sumatera Utara
program tersebut memahami dengan jelas apa yang harus dilakukan agar bisa

menjalankan program tersebut. Keberhasilan dalam pengelolaan SPP tidak terlepas

dari kuatnya SOP yang dijalankan, terutama dalam memverifikasi usulan atau

permohonan pinjaman dari setiap kelompok yang mengajukan pinjaman. Selain

memahami mengenai SOP dari program Simpan Pinjam Perempuan maka

selanjutnya sangat penting untuk mengetahui tujuan dari program tersebut. Adapun

tujuan dari program SPP, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan

kerja masyarakat miskin di perdesaan serta membantu agar masyarakat untuk

mandiri dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.


Verifikasi usulan kelompok yang sangat selektif bertujuan agar kelompok

calon peminjam benar-benar yang membutuhkan untuk pengembangan usahanya,

jangan sampai masyarakat yang meminjam dana perguliran hanya untuk kebutuhan

sehari-hari dan konsumtif atau bergaya hedonis. Dari proposal yang masuk di UPK,

terlihat bahwa pemanfaatan dana sebagian besar untuk pendanaan sektor pertanian,

pengembangan usaha peternakan, dan sektor perdagangan. adanya program-

program yang berakar dari masyarakat (bottom up) maka tidak hanya meningkatkan

pendapatan masyarakat, kemampuan masyarakat juga meningkat karena adanya

keterlibatan masyarakat secara langsung atas perumusan, penentuan, dan

pertanggungjawaban atas program-program yang dijalankan. Dengan kata lain

program SPP ini memberikan dorongan yang kuat kepada kelompok kelompok

masyarakat perempuan yang produktif, atau masyarakat yang memiliki usaha

dalam meningkatkan pendapatan keluarga.

144
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Keberlanjutan dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP) eks PNPM MPd

dalam peningkatan ekonomi masyarakat desa di Kecamatan Sei Rampah

mempunyai kebermanfaatan yang cukup signifikan bagi pengguna manfaat

yakni bagi peningkatan ekonomi masyarakat peminjam dari Rumah Tangga

Miskin (RTM). Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang

memanfaatkan Dana Amanah Pemberdayaan masyarakat eks PNPM MPd

tetap berlanjut dengan menggunakan standar operasional yang diterapkan

oleh BKAD melalui musyawarah antar desa merupakan kebijakan dalam

keputusan bersama Kepala Desa. Standar operasional prosedur tersebut

tertuang dalam susunan AD/ART BKAD. Peminjaman dana SPP Eks

PNPM MPd merupakan kegiatan pemberian pinjaman kepada kelompok-

kelompok yang anggotanya perempuan dan memiliki usaha yang bertujuan

untuk mempercepat proses pemenuhan dana dalam peningkatan usaha.

Pemanfaatan dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Eks PNPM MPd cukup

beragam dalam usaha peningkatan ekonomi masyarakat miskin.

Pemanfaatan tersebut meliputi penambahan permodalan sektor

perdagangan, pertanian, dan peternakan.

2. Status kelembagaan pengelola dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP) eks

PNPM MPd dengan terbitnya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa masih tetap berada dalam pengelolaan dan tanggung jawab badan

kerjasama antar desa (BKAD) dan belum bertransformasi menjadi bentuk

145
Universitas Sumatera Utara
badan hukum seperti perseroan terbatas, koperasi atau lembaga keuangan

sehingga untuk pengembangan usaha masih belum dapat dioptimalkan

3. Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Eks PNPM MPD belum

bergabung menjadi sebuah unit usaha dalam BUMDesa Bersama sehingga

pengembangan usaha belum maksimal dan pemanfaatan dan pinjaman

belum merata bagi seluruh masyarakat rumah tangga miskin.

5.2. Saran
1. Dengan adanya surplus setiap tahunnya maka disarankan agar Kelompok

SPP eks PNPM MPd di jadikan Perseroan Terbatas (PT) sehingga dapat

menjadi sebuah Unit Usaha memiliki badan hukum yang tetap dan kuat

sesuai dengan harapan Pemerintah pada pengakhiran PNPM MPd tanpa

harus menghilangkan prinsip-prinsip dasar PNPM MPd.

2. Kelembagaan pengelolaan SPP eks PNPM MPd disarankan agar

diintegrasikan oleh lembaga yang berwenang ke dalam unit usaha BUM

Desa Bersama namun dalam pengembangan dan pengelolaannya tetap

menggunakan prinsip SIKOMPAK PNPM. Sedangkan untuk

pengembangan SPP dengan modal dana desa dikelola oleh unit khusus

dengan prinsip profit dan demand factual.

146
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2018. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan (Edisi Dua).

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Agustino, L. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung, Alfabeta

Arsyad, Lincolin. 2016. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Bratakusumah. D, dan Solihin, D. 2002. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Edi, F, R, S. 2016. Teori Wawancara Psikodiknostik. Yogyakarta: Leutikaprio

Fadhila Farhan. 2019. Analisis Efektivitas Pinjaman Dana Bergulir Eks PNPM

Mandiri Perkotaan dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Peminjam

Studi Kasus UPK BKM Mandiri Kelurahan Sunyaragi Kecamatan

Kesambi Kota Cirebon. Yogyakarta : Universitas Pembangunan Nasional

Veteran.

Faried, A. 2012. Studi Analisa Kebijakan. Bandung: PT Refika Aditama

Hanif Nurcholis. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Fathoni, A. 2006. Metodelogi Penelitian Dan Tehnik Penyusunan Skripsi. Jakarta:

Rineka Cipta

Irwanto, 2007. Focus Group Discussion: Sebuah Pengantar Praktis. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia

Komariah, A dan Satori, D. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Alfabeta

147
Universitas Sumatera Utara
Kristanto, V, H. 2018. Metodelogi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis

Ilmiah (KTI). Yogyakarta: Deepublish

Kurniawanto, Riki Tri . 2014. Pengaruh Pinjaman Modal Kegiatan Simpan Pinjam

Kelompok Perempuan (SPP) Program PNPM Mandiri Perdesaan Serta

Sikap Wirausaha Terhadap Perkembangan Usaha Dan Peningkatan

Pendapatan Masyarakat Kec. Ambal Kabupaten Kebumen. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Lutfiyah dan Fitrah, M. 2017. Metodelogi Penelitian; kualitatif, tindakan kelas, dan

Studi Kasus. Sukabumi: CV. Jejak

Masril Novika Cahyanti. 2011. Tingkat Partisipasi Perempuan Terhadap Simpan

Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri (PNPM-M) Perdesaan (Desa Dramaga, Kecamatan

Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Bogor: Institut

Pertanian Bogor.

Nugroho, D, Riant, 2006. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan

Evaluasi. Jakarta: Elex Media Komputindo

Pasolong. H. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung : CV.Alfabeta

Putri, Desy Setiyani. 2017. Studi Deskriptif Dampak Keberlanjutan Program

PNPM Mandiri Perdesaan Terhadap Ketergantungan Bantuan Dana

Stimulan Pada Pengusaha Perempuan Di Dusun Carangpuspo Desa

Carangrejo Kabupaten Jombang Jawa Timur (Skripsi). Surabaya:

Universitas Airlangga.

Rapanna, Patta dan Zulfikry Sukarno. 2017. Ekonomi Pembangunan. Makasar: CV

SAH MEDIA.

148
Universitas Sumatera Utara
Sinambela dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta : Bumi Aksara

Siyoto, S dan Sodik, M, A. 2015. Dasar metodologi Penelitian. Sleman: Literasi

Media Publishing

Soekanto, S. 2009. Sosiologi Sebagai pengantar (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Suharto, E, 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung:

Refika Aditama

Suharto, E. 2007. Analisis Kebijakan Publik, Panduan Praktis Mengkaji Masalah

dan Kebijakan Sosial. Edisi Revisi. Bandung: Alfabeta

Sutamihardja. 2004. Perubahan Lingkungan Global. Program Studi Pengelolaan

Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarja: IPB.

Sutopo. H. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS

Syafiie, K, I. 2006. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta, Rineka Cipta

Syahyuti, 2006. Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian.

Jakarta : Bina Rena Pariwara. Program-program Pembangunan Pertanian

dan Pedesaan

Tachjan. H 2008. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI.

Thoha, Miftah. 2009. Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

Tim Kordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Petunjuk

Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan, (Jakarta: 2008).

149
Universitas Sumatera Utara
Tunggal, Amin Widjaja. (2013). Internal Audit & Corporate Governance.

Harvarindo.

Yustika, A, E. 2013. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori dan Kebijakan.

Jakarta: Erlangga

Zubaedi, Wacana Pembangun Alternatif: Ragam Prespektif Pembangunan dan

Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Ar Ruzz Media

A. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Perkoperasian

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 12/PMK.05 Tahun 2012

tentang Penyusunan dan Pelaksanaan Program/Kegiatan Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Tahun Anggaran 2012 Dengan

Sumber Dana Dari Sisa Anggran Program/Kegiatan Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Tahun Anggaran 2011.

Peraturan Bersama Kepala desa No. 02/Tahun 2020 Tentang BKAD

Peraturan Presiden No 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa-PDTT)

B. Jurnal

Almasdi, Syahza dan Suarman. 2013. Strategi Pengembangan Daerah Tertinggal

dalam Upaya Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan. Jurnal

Ekonomi Pembangunan Vol. 14, No. 1 - 2013, hlm. 126-139.

150
Universitas Sumatera Utara
Andini, Ully Hikmah, Mochamad Saleh Soeaidy dan Ainul Hayat. Pemberdayaan

Ekonomi Masyarakat dari Desa Tertinggal Menuju Desa Tidak Tertinggal

(Studi di Desa Muktiharjo Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati). Jurnal

Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 12, Hal. 7-11 | 7.

Astuti Budi Prihartini. 2013. Efektivitas Dan Pengaruh Pnpm Mandiri Perdesaan,

Alokasi Dana Desa, Pendapatan Asli Desa Dan Jumlah Penduduk

Terhadap Jumlah Kepala Keluarga Miskin di Kabupaten Kebumen Tahun

2009-2011. Jurnal Media Pengkajian Manajemen dan Akutansi. 12 (2).

Cahya Yulanita, Indah UIII Wardati. 2011. Sistem Pengolahan Data Simpan

Pinjam Khusus Perempuan (SPP) Pada Unit Pengelola Kegiatan (UPK)

Mitra Usaha Mandiri Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan (PNPM MPd) Kecamatan Pringkuku Kabupaten

Pacitan. Journal Speed. Vol. 3, No. 1 – 2011.

Heryanto Susilo. 2015. Dampak Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan (Pnpm-Mp) Program Simpan Pinjam Perempuan

(Spp) Terhadap Kesejahteraan Keluarga Di Desa Canga’an Kecamatan

Kanor Kabupaten Bojonegoro. Pendidikan Non Formal Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Surabaya.

Lestarini Purwati. 2013. Pengaruh Kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok

Perempuan) PNPM-MP Terhadap Pendapatan Masyarakat. Jurnal

Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang. Vol. 01, No. 01 - 2013.

Mulyasari Gita. 2015. Kajian Partisipasi Perempuan Terhadap Kegiatan Simpan

Pinjam Perempuan (SPP) PNPM Mandiri di Kota Bengkulu. JSEP, Vol.

8, No. 1 - 2015.

151
Universitas Sumatera Utara
Ruttan VW and Hayami, Y. 1984. Toward a theory of induced institutional

innovation. Journal of Development Studies.Vol. 20:203-33.

Suandi, I Wayan. 2010. Eksistensi Kebijakan Publik dan Hukum Dalam

Pemerintahan Daerah. Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Udayana bali. Vol.I No. 01

Sulistyo Hadi, Rudi Handoko. 2019. Kelembagaan Dana Bergulir Upk Pasca

Berakhirnya PNPM MPd di Upk Candipuro Kabupaten Lumajang.

Journal of Innovation and Applied Technology. Vol. 05, No. 02 - 2019.

Syahza, almasdi. 2007. Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Perdesaan dengan Model Agroestate Berbasis Kelapa Sawit, dalam jurnal

ekonomi, Th.XII/02/Juli/2007, PPD&I Fakultas Ekonomi Tarumanegara,

Jakarta.

Tyas, W, P dan Kusmawanti, E. 2008. Kelembagaan Implementasi Program Kredit

Mikro Perumahan Di Kota Semarang. Jurnal Tehnik, Vol. 29 No. 1 Tahun

2008, ISSSN 0852-67

C. Website

https://duta.co/di-gresik-eks-dana-pnpm-jadi-rebutan

https://ekonomi.bunghatta.ac.id/index.php/id/artikel/275-pengertian-pertumbuhan-

ekonomi-definisi-teori-ciri-ciri-dan-faktor-yang

mempengaruhi#:~:text=Menurut%20pendapat%20Prof.%20Simon%20S

mith,jenis%20barang%20ekonomi%20kepada%20masyarakatnya.

http://eprints.walisongo.ac.id/9629/

152
Universitas Sumatera Utara
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_pedesaan#:~:text=Pembangunan%20

pedesaan%20adalah%20pembangunan%20berbasis,kota%2C%20sektor

%20kelembagaan%20desa%2C%20dan

http://journals.ums.ac.id/index.php/benefit/article/view/1381

https://portal-ilmu.com/pembangunan-ekonomi-pedesaan/

http://repository.unpas.ac.id/37364/4/BAB%20II.pdf
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Analisis+Program

+PNPM+Mandiri++Terhadap+Peningkatan+Pendapatan+Masyarakat+M

iskin+di+Kecamatan+Andong+Kabupaten+Boyolali+Tahun+2009.&btn

G=

https://harapanrakyatonline.com/bupati-hadiri-penguatan-kelompok-spp/

www.pnpmmandiri.or.id

153
Universitas Sumatera Utara
LA M P I R A N

Universitas Sumatera Utara


Lampiran I

Desain Rancangan Focused Group Discussion (FGD):

1. Membentuk Tim

Tim FGD terdiri atas:

a. Moderator, orang yang terlatih dan memahami masalah yang dibahas

sertatujuan penelitian;

b. Notulen: pencatat proses kegiatan;

c. Narahubung: Penghubung Peserta yaitu orang yang mengenal peserta dan

sebagai penghubung untuk memastikan kehadiran peserta;

d. Penyedia Logistik: berkaitan dengan penyediaan konsumsi dan akomodasi

2. Dokumentasi, dokumentasi FGD dilakukan dengan cara memotret, merekam

dan menjamin berjalannya alat-alat dokumentasi;

3. Memilih Tempat, untuk pelaksanaan FGD dilakukan di Kantor BKAD

Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai pada tanggal 22

September 2020 dan 12 Oktober 2020

4. Menyiapkan logistik seperti penyediaan konsumsi, alat ibadah dan akomodasi;

5. Jumlah Peserta, dalam pelaksanaan FGD jumlah peserta yang ideal adalah 7 –

11 orang. Untuk kegiatan FGD yang peneliti lakukan jumlah peserta ada 7 orang

yaitu:

Jenis
No Nama Usia Keterangan
Kelamin
1 Nassaruddin Laki-laki Camat Sei
Nasution Rampah
2 Abdul Karim Laki-laki Ketua BKAD
3 Lukman Nur Hakim Laki-laki Sekretaris BKAD

4 Nurhayati Perempuan Ketua UPK

a
Universitas Sumatera Utara
Lampiran I

5 Ngatemin Laki-laki Ketua TV


6 Abdur Rahman Laki-laki Ketua BP UPK
7 Chandra Wahyuni Perempuan Ketua tim
pendanaan

6. Pertanyaan Focused Group Discussion (FGD)

Pertanyaan dalam FGD berdasarkan:

a. Pengakhiran PNPM MPd

b. Keberlanjutan SPP Eks PNPM MPd

c. Kelembagaan Pengelola SPP Eks PNPM MPd

d. Mekanisme Penyaluran Pinjaman

e. Persyaratan Peminjam

f. Kelompok yang dapat melakukan pinjaman

g. Pengaruh SPP Bagi peminjam

h. Peran BP UPK terhadap keberlanjutan SPP Eks PNPM MPd

i. Saran dan solusi bagi pengembangan SPP Eks PNPM MPd

j. Kendala dalam pengawasan

7. Analisis Data dan Penyusunan Laporan FGD

Langkah-langkahnya dapat ditempuh sebagai berikut:

a. Mendengarkan dan melihat kembali rekaman FGD

b. Menulis kembali hasil rekaman secara utuh (membuat transkrip)

c. Membaca kembali hasil transkrip

Mencari masalah-masalah (topik-topik) yang menonjol danberulang-ulang muncul


dalam transkrip, lalu mengelompokkan menurutmasalah atau topik. Kegiatan ini
sebaiknya dilakukan oleh duaorang yang berbeda untuk mengurangi “bias” dan
“subjektifitas”.Pengkategorian dapat dilakukan dengan mengikuti topik dan
subtopik dalam Panduan diskusi. merujuk dari catatanyang dibuat selama proses
FGD berlangsung

b
Universitas Sumatera Utara
Lampiran II

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk mengumpulkan data tentang Keberlanjutan Dana Simpan Pinjam

Perempuan (SPP) Eks Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Perdesaan Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Desa Di

Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai, penulis melakukan

wawancara kepada pihak-pihak terkait antara lain:

1. Informan kunci yaitu:

Jenis
No Nama Usia Keterangan
Kelamin

1 Abdul Karim Laki-laki 52 thn Ketua BKAD


2 Nurhayati Perempuan 41 thn Ketua UPK
3 Ariani Perempuan 37 Thn Ketua Kelompok

Seroja

4 Rini Perempuan 39 thn Anggota


Kelompok
Peminjam

2. Informan Pelengkap:

Jenis
No Nama Usia Keterangan
Kelamin

1 Aisiyah Warga Masyarakat

2 Dewi Sri Warga Masyarakat

3 Mariono Kades Pergulaan

4 Sinta Warga masyarakat

5 Fitri Ketua Kelompok


Sri Kencana

a
Universitas Sumatera Utara
Lampiran II

Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat pedoman wawancara berupa


daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada para narasumber. Daftar pertanyaan
berikut ini ditujukan dalam rangka untuk mencari data penelitian tentang
“Keberlanjutan Dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Eks Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Dalam Peningkatan
Ekonomi Masyarakat Desa Di Kecamatan Sei RampahKabupaten Serdang
Bedagai”. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini akan dijadikan data untuk
melakukan analisis terhadap masalah penelitian. Adapun pertanyaan-pertanyaan
yang akan disampaikan sebagai berikut :
A. Daftar Pertanyaan Wawancara dengan pengelola program SPP eks PNPM

MPd di Kecamatan Sei Rampah

1. Bagaimana kelanjutan dari program PNPM MPd yang telah

dilaksanakan selama ini?

2. Siapakah yang bertanggung jawab untuk penyelamatan dana eks PNPM

MPd?

3. Bagaimanakah kelembagaan pengelola SPP eks PNPM MPd?

4. Bagaimana pengelolaan SPP Eks PNPM MPd?

5. Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh kelompok peminjam untk

dapat melakukan pinjaman?

6. Apakah pelaku SPP dapat mengembalikan pinjaman sesuai dengan

perjanjian?

7. Apakah ada usaha dari pengelola untuk mengantisipasi kemacetan

pengembalian pinjaman?

8. Apakah seluruh Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Sei Rampah dapat

terlayani untuk mendapatkan pinjaman dari SPP?

9. Bagaimanakah solusi agar semakin banyak RTM yang mendapatkan

pinjaman?

b
Universitas Sumatera Utara
Lampiran II

B. Daftar Pertanyaan Wawancara dengan pelaku program SPP eks PNPM MPd

di desa-desa se Kecamatan Sei Rampah:

1. Apa manfaat pinjaman SPP ini bagi RTM?

2. Apakah para peminjam dapat mengembalikan pinjaman tepat pada

waktunya?

3. Berapa maksimal jumlah peminjaman yang dapat dilakukan?

4. Apa yang dilakukan ketua kelompok untuk mengembangkan

kelompoknya agar dapat mengembalikan pinjaman tepat waktu?

5. Apakah seluruh masyarakat dari rumah tangga miskin dapat melakukan

pinjaman?

6. Bagaimana peran tokoh masyarakat dan kepala desa dalam kegiatan SPP

Eks PNPM MPd ?

7. Apakah program SPP ini dapat terus dilanjutkan?

c
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai