Anda di halaman 1dari 230

IDEOLOGI KADER HMI

DALAM PEMBANGUNAN KEPEMIMPINAN


KEPEMUDAAN DI KOTA MEDAN

TESIS

OLEH :

SUWANDI SIMANGUNSONG
147003048/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


IDEOLOGI KADER HMI
DALAM PEMBANGUNAN KEPEMIMPINAN
KEPEMUDAAN DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam
Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH :

SUWANDI SIMANGUNSONG
147003048/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


Judul : IDEOLOGI KADER HMI DALAM
PEMBANGUNAN KEPEMIMPINAN
KEPEMUDAAN DI KOTA MEDAN
Nama : Suwandi Simangunsong
Mahasiswa
NIM : 147003048

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ridwan Hanafiah, SH. MA Dr. Agus Purwoko, S. Hut. M.Si


Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE Prof. Dr. Robert Sibarani, MS

Tanggal Lulus : 12 Januari 2017

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji pada

Tanggal 12 Januari 2017

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : 1. Dr. Ridwan Hanfiah, SH, MA
Anggota : 2. Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si
3. Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE
4. Prof. Dr. H.B. Tarmizi, SE, SU
5. Dr. Irsyad Lubis, M.sos.Sc

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

Judul Tesis

“ IDEOLOGI KADER HMI DALAM PEMBANGUNAN KEPEMIMPINAN


KEPEMUDAAN DI KOTA MEDAN”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu

dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini telah penulis cantumkan

sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebahagian Tesis

ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat pada bagian-bagian

tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang

penulis sandang dan sanksi lainya sesuai dengan perundang-undangan yang

berlaku.

Medan 01 Januari 2017

Penulis,

Suwandi Simangunsong

Universitas Sumatera Utara


IDEOLOGI KADER HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)
DALAM PEMBANGUNAN KEPEMIMPINAN
KEPEMUDAAN DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)


Dalam Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) dalam Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskripif
dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuisioner yang disebarkan pada Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Cabang Medan dengan jumlah sample sebanyak 98 responden. Dan dianalisis
dengan menggunakan program SPSS versi 17.0. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan yang positif antara Kader
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota
Medan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung = 6,214 > t tabel = 1,66, serta nilai
signifikansi 0,000 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) juga memiliki Hubungan
signifikan yang positif Dalam Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota
Medan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung = 6,291 > t tabel = 1,66, serta nilai
signifikansi 0,000 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Serta Ada hubungan signifikan yang positif antara Penerapan Ideologi HMI
Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah
Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan. Hal ini dilihat dari
nilai t hitung = 7,533 > t tabel = 1,66, serta nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

Kata Kunci: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kader, Ideologi,


Pembangunan, Dan Kepemimpinan Kepemudaan

Universitas Sumatera Utara


THE IDEOLOGY OF MEMBER OF ISLAMIC STUDENTS ASSOCIATION
(HMI) IN THE YOUTH LEADERSHIP
DEVELOPMENT IN MEDAN
ABSTRACT

The title of this research is the ideology of member of islamic students


association (HMI) in the Youth Leadership Development in Medan. The purpose
of this research is to find out relationship between the ideology of member of
islamic students association in the Youth Leadership Development in Medan. The
method used in this research is descriptive analysis method with quantitative
approach. Data was collected by using questionnaires and distributed to the
Islamic Students Association (HMI) medan’s Branch with sample used by 98
respondents. And analyzed by using SPSS program, version 17.0. The research
outcome showing that there is a significant with positive relationship between
variable conditions member of Islamic Students Association (HMI), that was
showed by t value = 6,214 > t table = 1,66, and significant value 0,000 < 0,05. It
can concluded that Ho denied dan Ha accepted. Variable of ideology members of
Islamic Students Association (HMI) also has significant with positive relationship
in the Youth Leadership Development in Medan. That was showed by t value =
6,291 > t table = 1,66, and significant value 0,000 < 0,05. It can concluded that
Ho denied dan Ha accepted. And has also a significant with positive relationship
between Variable of applicability of HMI ideology to members of the Islamic
Students Association (HMI) in eclipsed the problem of Youth Leadership
Development in Medan. that was showed by t value = 7,533 > t table = 1,66, and
significant value 0,000 < 0,05. It can concluded that Ho denied dan Ha accepted.

Keywords: Islamic Students Association (HMI), Member, Ideology,


Development, and Youth Leadership.

ii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Tiada kata terindah yang penulis dapat ucapkan, selain rasa syukur atas

segala limpahan Rahmat yang telah diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan tesis ini. hanya kepadanyalah penulis berserah diri dan

bertawakkal. Shalawat serta salam kepada Habibullah Nabi Besar Muhammad

SAW yang mana syafaat beliau sangat kita harapkan di dunia dan akhirat kelak.

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini,

untuk itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-

pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan ini. Ucapan

terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia yang telah

memberikan beasiswa kepada penulis dan juga rekan-rekan dari organisasi

kepemudaan yang lain sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang S2.

2. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, MS., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE., selaku Ketua Program Studi

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Ridwan Hanafiah, SH, MA Selaku pembimbing I dan Bapak Dr.

Agus Purwoko, S.Hut, M.Si selaku pembimbing II yang telah membimbing

dan memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

iii

Universitas Sumatera Utara


5. Bapak Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE, Bapak Prof. Dr. H.B. Tarmizi,

SE, SU dan Bapak Dr. Irsyad Lubis, M.sos.Sc selaku komisi pembanding

yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.

6. Bapak Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd, Bapak Amiruddin Siahaan, M.Pd (UIN

SU Medan), Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar M.Si, Bapak Prof. Dr. Khairil

Ansari, M.Pd (UNIMED) yang telah memberikan dukungan rekomendasi

akademis. Dan Sahabat saya, Mirza Zamzami (Ketua Umum HMI Cabang

Medan Periode 2013-2015) yang telah memberikan dukungan rekomendasi

organisatoris.

7. Kedua orang tua saya, Ayahanda Usman Simangunsong dan Ibunda

Syawaliyah yang saya cintai dan sayangi dunia akhirat, Terima kasih atas doa

dan dukungannya selama ini, tak lelah dan henti-hentinya memberikan

didikan, dukungan moril, materil, kepada penulis.

8. Saudara-saudara tercinta Bang Herman Simangunsong, Bang Herlin

Simangunsong, Kak Herna Simangunsong, Bang Hersan Simangunsong,

Amd. Kom dan adik saya Jefri Simangunsong. yang telah mendampingi

penulis dan rela berbagi waktu kebersamaan hingga hari ini.

9. Keluarga besar HMI Cabang Medan, kakanda alumni, senior, rekan-rekan

seperjuangan, teman-teman dan sahabat-sahabat saya sekalian yang

berhimpun bersama dalam wadah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) baik

secara nasional, regional, maupun Lokal yang juga memberikan kontribusi

besar kepada penulis secara ideologis, efistimologis, ontologis, dan aksiologis

bukan hanya dalam penyelesaian tesis ini namun dalam mencapai cita-cita

bersama “Terbinanya insan akademis pencipta pengabdi yang bernafaskan

iv

Universitas Sumatera Utara


Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang

diridhai Allah SWT” dengan kompetensi 5 kualitas insan cita.

10. Seluruh dosen dan staf administratif Program Studi Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjan Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dari awal

hingga akhir perkuliahan.

11. Seluruh rekan – rekan mahasiswa PWD Kelas Kemenpora Angkatan II atas

kebersamaannya sampai hari ini dan insya Allah di masa-masa berikutnya.

12. Seluruh keluarga besar yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini dan selalu

memberikan semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tesis ini.

13. Seluruh kader HMI Cabang Medan yang menjadi responden, dalam penelitian

ini telah membantu penulis dalam pengumpulan data-data.

Penulis menyadari benar tesis ini masih memiliki kekurangan dan tidak

mendekati kesempurnaan karna kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Namun

harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga

kiranya Allah SWT memberikan rahmat, hidayah serta ridha-nya dalam

kehidupan kita ini atas kebaikan dan kemurahan hati bapak/ibu, saudara/I

sekalian. Amin.

Medan, Januari 2017


Penulis,

Suwandi Simangunsong

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Suwandi Simangunsong tempat dan tanggal lahir Sei Sembilang 06 Desember

1991, dari pasangan suami istri Muslim, Ayah Usman Simangunsong dengan Ibu

Syawaliyah, anak ke lima dari enam bersaudara Herman Simangunsong (abang

pertama) Herlin Simangunsong (abang kedua) Herna Simangunsong (kakak

anak ke tiga) Hersan Simangunsong (abang ketiga anak ke empat) dan Jefri

Simangunsong (adik, anak ke enam).

Penulis mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1996

sampai 2002 di MIS Pend. Islamiyah Sei Sembilang Kabupaten Asahan.

Kemudian mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2002 sampai

2005 di MTs Alwasliyah Kedaisianam Kabupaten Batu Bara. Selanjutnya

mengikuti dan menyelesaikan pedidikan pada tahun 2005 sampai 2008 di MAS

Alwasliyah Kedaisianam Kabupaten Batu Bara. Untuk kesarjanaan penulis

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan tinggi pada tahun 2008 sampai 2013 di

Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN SU Medan). Untuk gelar

Magister penulis mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Pascasarjana

pada tahun 2014 sampai 2017 di Universitas Sumatera Utara Medan (USU) kelas

kerjasama Kementrian Pemuda dan Olah raga Republik Indonesia (Kemenpora

RI) pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan.

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ....................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1


1. 1 Latar Belakang Masalah......................................................... 1
1. 2 Rumusan Masalah .................................................................. 13
1. 3 Tujuan Penelitian ................................................................... 13
1. 4 Manfaat Penelitian ................................................................. 14
1. 5 Kerangka Berpikir .................................................................. 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................ 18


2.1 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ....................................... 18
2.1.1 Sejarah dan Latar Belakang Didirikannya HMI .......... 18
2.1.2 Tujuan HMI ................................................................. 21
2.1.3 HMI dan Masyarakat Cita ........................................... 22
2.1.4 Strategi Mision HMI dalam Pembangunan Manusia .. 26
2.2 Sejarah HMI Cabang Medan ................................................ 29
2.2.1 Periodesasi Kepengurusan HMI Cabang Medan
Sejak 1952 Sampai Sekarang ....................................... 36
2.2.2 Fase-fase Perkembangan HMI Cabang Medan ............ 39
2.2.3 Fase Pengokohan dan Pertumbuhan HMI 1952-1963 .. 39
2.2.4 Fase Tantangan 1964-1965 .......................................... 43
2.2.5 Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru
dan Angkatan 66 (1966-1968) ..................................... 48
2.2.6 Fase Pembangunan Nasional 1969-1985 ..................... 50
2.3 Ideologi Kaderisasi HMI Dalam Pembangunan Kepemudaan 55
2.3.1 Pengertian Ideologi ...................................................... 55
2.3.2 Ideologi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) .............. 59
2.3.3 Kaderisasi .................................................................... 63
2.3.3.1 Pengertian Kader ............................................. 63
2.3.3.2 Pengertian Kaderisasi ...................................... 64
2.3.3.3 Proses Kaderisasi ............................................. 66
2.3.3.2.1 Kaderisasi Informal .......................... 66
2.3.3.2.2 Kaderiasi Formal .............................. 67
2.3.4 Perkaderan HMI dan Pembangunan Pemuda .............. 69
2.3.5 Defenisi Pemuda dan Mahasiswa ................................ 72
2.4 HMI Dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah .................. 74
2.4.1 Posisi Dan Peran Kader HMI Dalam Mengawal
Pembangunan Daerah ................................................... 74
2.4.2 Lima Kuliatas Insan Cita HMI dan Pembangunan

vii

Universitas Sumatera Utara


Manusia ....................................................................... 77
2.5 Pembangunan Manusia .......................................................... 83
2.5.1 Indeks Pembangunan Manusia .................................... 86
2.5.2 Komponen Komponen IPM ........................................ 87
2.5.2.1 Indeks Harapan Hidup ..................................... 87
2.5.2.2 Indeks Pendidikan............................................ 88
2.5.2.3 Indeks Hidup Layak......................................... 88
2.6 Pemerintah dan Pembangunan Kepemudaan ......................... 89
2.6.1 Tujuan Inti Pembangunan Kepemudaan ..................... 89
2.6.2 Potensi dan Masalah Pemuda ...................................... 90
2.6.2.1 Potensi Pemuda .............................................. 90
2.6.2.2 Masalah Pemuda ............................................ 91
2.6.2.3 Kondisi Pemuda ............................................. 92
2.6.2.4 Penyadaran Pemuda ....................................... 93
2.6.2.5 Pemberdayaan Pemuda .................................. 94
2.6.2.6 Strategi Pemberdayaan Pemuda ..................... 95
2.6.2.7 Pengembangan Pemuda.................................. 95
2.6.2.8 Upaya Mewujudkan Pemuda Berdaya Saing . 96
2.6.2.9 Kepemimpinan Pemuda ................................. 97
2.6.2.10 Kewirausahaan Pemuda ................................. 98
2.5.2.10.1 Lapangan Usaha Pemuda ............... 98
2.5.2.10.2 Status Pekerjaan Pemuda ............... 98
2.5.2.10.3 Pengembangan Kewirausahaan
Pemuda ......................................... 99
2.5.2.10.4 Identifikasi Kegitan
Kewirausahaan.... ........................... 100
2.6.2.11 Kepeloporan Pemuda ..................................... 101
2.5.2.11.1 Kepeloporan dan Perubahan
Zaman ............................................ 102
2.5.2.11.2 Strategi Pengembangan
Kepeloporan Pemuda ..................... 102
2.7 Kualitas Sumber Daya Manusia ............................................. 103
2.7.1 Pengertian Kualitas Sumber Daya Manusia ................ 103
2.7.2 Pengertian Sumber Daya Manusia .............................. 105
2.7.3 Pengembangan Sumber Daya Manusia ....................... 107
2.7.4 Pelatihan dan Pengembangan SDM ............................ 108
2.7.5 Urgensitas Pengembangan Sumber Daya Manusia ..... 109
2.7.6 Faktor yang Mempengaruhi Pengemabangan SDM ... 110
2.7.6.1 Faktor Internal ................................................. 110
2.7.6.2 Faktor Ekternal ................................................ 111
2.8 Penelitian Relevan .................................................................. 111
2.9 Kerangka Konsep .................................................................... 113
2.10 Hipotesis Penelitian ............................................................... 115

viii

Universitas Sumatera Utara


BAB III METODE PENELITIAN ............................................ 116
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 116
3.2. Jenis Penelitian....................................................................... 117
3.3. Populasi dan Sampel .............................................................. 118
3.3.1. Populasi ....................................................................... 118
3.3.2. Sampel ......................................................................... 120
3.4. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 121
3.4.1. Kuesioner..................................................................... 121
3.4.2. Wawancara .................................................................. 122
3.4.3. Studi Pustaka ............................................................... 122
3.4.4. Studi Dokumentasi ....................................................... 122
3.5. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 122
3.5.1. Periode Persiapan ........................................................ 123
3.5.1.1. Perumusan Instrumen Penelitian ..................... 123
3.5.1.2. Pembuatan dan Penyusunan Kuesioner ........... 124
3.5.1.3. Penggandaan Kuesioner .................................. 134
3.5.2. Periode Pelaksanaan Penelitian .................................... 134
3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian .... 134
3.7. Pengujian Validitas dan Reabilitas ........................................ 137
3.7.1. Uji Validitas ............................................................... 137
3.7.2. Uji Reabilitas.............................................................. 138
3.8. Model Analisis Data dan Uji Hipotesis ................................. 139
3.8.1. Uji Chi Kuadrat (²) Beberapa Proporsi....................... 139
3.8.2. Uji Korelasi .................................................................. 140
3.9.Pengujian Asumsi Klasik ........................................................ 141
3.9.1. Uji Normalitas ............................................................ 142
3.9.2. Uji Multikolinieritas ................................................... 142
3.9.3. Uji Auto Korelasi ....................................................... 143
3.9.4. Uji Heteroskedastisitas ............................................... 143

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................... 145


4.1.Karakteristik Responden ......................................................... 145
4.1.1. Keanggotaan ................................................................ 145
4.1.2. Jenis Kelamin .............................................................. 146
4.1.3. Tingkat Pendidikan ...................................................... 147
4.1.4. Pekerjaan ..................................................................... 149
4.2.Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................. 150
4.2.1. Uji Validitas ................................................................ 150
4.2.2. Uji Realibilitas ............................................................. 152
4.3. Uji Asumsi Klasik .................................................................. 154
4.3.1. Uji Normalitas ............................................................. 154
4.3.2. Uji Multikoliniearitas .................................................. 156
4.3.3. Uji Auto Korelasi ........................................................ 157
4.3.4. Uji Heterokedastisitas ................................................. 158
4.4.Analisis Data dan Uji Hipotesis .............................................. 159
4.4.1. Uji Chi Kuadrat ........................................................... 159
4.4.1.1. Kader Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) Dalam Pembangunan Kepemudaan

ix

Universitas Sumatera Utara


di Kota Medan ................................................ 159
4.4.1.2. Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) Terhadap Pembangunan
Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan . 160
4.4.1.3. Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader
Himpunan Mahasiwa Islam(HMI)
Dalam Mengatasi Masalah Pembangunan
Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan . 161
4.4.2. Uji Korelasi .................................................................. 162
4.4.2.1. Hubungan Kader
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI
Dalam Pembangunan Kepemudan
di Kota Medan ................................................ 163
4.4.2.2. Hubungan Ideologi Kader
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Dalam Pembangunan Kepemimpinan
Kepemudaan di Kota Medan .......................... 165
4.4.2.3. Hubungan Penerapan Ideologi HMI
terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) Dalam Mengatasi Pembangunan
Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan 167
4.5. Pembahasan ............................................................................ 170

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................... 172


5.1. Kesimpulan ............................................................................ 172
5.2. Saran ...................................................................................... 173

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 174


LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................... 181

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


1.1 Indeks Pembangunan Manusia Kota Medan……………... 11
2.1 Prakarsa dan Pendiri HMI di Medan…………………... 34
2.2 Nama-nama Ketua Umum Badan Koordinasi (Badko)
HMI Sumatera Utara……………………………………... 35
2.3 Nama-nama Ketua Umum HMI Cabang Medan Hasil
Musyawarah Anggota…………………………………….. 36
2.4 Nama-nama Ketua Umum HMI Cabang Medan Hasil-
hasil Konferensi HMI Cabang Medan 37
Lanjutan……………………
2.5 Nama-nama Ketua Umum HMI Cabang Medan Hasil-
hasil Konferensi HMI Cabang Medan 38
Lanjutan……………………
2.6 Profil Tingkat Pembangunan Kepemudaan Indonesia
Periode Tahun 2009-2013………………………………... 92
2.7 Program Pengembangan Kepemudaan…………………… 96
2.8 Ciri Masyarakat dan Kehidupannya……………………… 101
3.1 Tingakat Jawaban Instrumen Penelitian………………….. 121
3.2 Rumusan Instrumen Ideologi Kader
HMI………………….................................................... 123
3.3 Indikator dan Pertanyaan Penelitian……………………… 125
4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Keanggotaan…….. 145
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……. 146
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 147
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan………… 149
4.5 Hasil Uji Validitas………………………………………... 151
4.6 Hasil Uji Validitas Lanjutan……………………………… 151
4.7 Realiability Statistic……………………………………… 153
4.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test…………………. 154
4.9 Uji Multikolinearitas……………………………………... 156
4.10 Uji Auto Korelasi………………………………………… 157

xi

Universitas Sumatera Utara


4.11 Uji Chi Kuadrat Kader Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota
Medan……………........................................................ 160
4.12 Uji Chi Kuadrat Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan
Kepemudaan di Kota
Medan…………………………………………………….. 161
4.13 Uji Chi Kuadrat Penerapan Ideologi Kader Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah
Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota
Medan…………………………….................................. 162
4.14 Uji Korelasi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota
Medan……………...……………………………………... 163
4.15 Uji Korelasi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan 164
lanjutan…………...……………………………………...
4.16 Uji t Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap
Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan……………... 165
4.17 Uji Korelasi Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan
Kepemudaan di Kota Medan……………………………... 165
4.18 Uji t Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di
Kota Medan………………………………………………. 167
4.19 Uji Korelasi Penerapan Ideologi Kader Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah
Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota
Medan…………………………………………………….. 168
4.20 Uji t Penerapan Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah Pembangunan
Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan……………. 169

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


1.1 Kerangka Berpikir……………………………………….. 17
2.1 Arsitektur Pembangunan Kepemudaan………………….. 89
2.2 Lapangan Usaha Pemuda………………………………... 98
2.3 Statatus Pekerjaan Pemuda……………………………… 98
2.4 Pertumbuhan dan Investasi……………………………… 99
2.5 Proses Pertumbuhan……………………………………... 100
2.6 Kerangka Konsep Penelitian…………………………….. 114
4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Keanggotaan……. 146
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…... 147
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan……………………………………………….. 148
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan……….. 150
4.5 Uji Normalitas…………………………………………… 155
4.6 Uji Heterokadastisitas…………………………………… 158

xiii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

I Quesioner Penelitian…………………………………….. 181

II Data Tabulasi Jawaban Responden……………………… 185

III Hasil Uji Validitas dan Reabilitas……………………….. 190

IV Uji Asumsi Klasik……………………………………….. 192

V Uji Chi Kuadrat………………………….......................... 194

VI Uji Korelasi dan Uji t………………………………….. 196

VII Tabel Distribusi Chi-Square……………………………... 199

VIII Tabel Korelasi R………………………………………… 201

IX Tabel Durbin-Watson……………………………………. 206

X Tabel Distribusi t………………………………………… 208

xiv

Universitas Sumatera Utara


xv

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam pembahasan ini menguraikan cara lain dalam memandang dimensi

dalam pembangunan, yaitu melihatnya sebagai sumber daya manusia. Istilah

sumber daya manusia mengandung bias ekonomi. Manusia dianggap semata-

semata sebagai faktor produksi bukan sebagai makhluk kultural. Karena manusia

dilihat sebagai faktor produksi, maka wacana tentang sumber daya manusia jadi

berbeda dari faktor kultural dalam pembangunan. Disini orang berbicara tentang

produktivitas, tentang daya kerja manusia. Tujuan dari kajian sumber daya

manusia adalah dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kompetensi manusia

dalam produksi. Untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi ini, manusia

perlu meningkatkan pendidikan, pelatihan dan kesehatannya . Kualitas seorang

manusia sebagai sebuah faktor produksi dianggap ditentukan oleh kondisi

fisiknya, tingkat pendidikannya dan keterampilan yang dimilikinya. Manusia yang

berkualitas tinggi adalah manusia yang sehat badannya dan memperoleh cukup

pendidikan dan pelatihan.

Pemerintah telah memberikan acuan normatif dan regulasi yang berkaitan

dengan pembangunan kepemudaa Undang-Undang No 40 Tahun 2009 tentang

Kepemudaan; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007

Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 –

2025; Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 Tentang Pengembangan

Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda serta Penyediaan Prasarana dan Sarana

Universitas Sumatera Utara


2

Kepemudaan; Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2013 Tentang Susunan

Organisasi, Personalia, dan Mekanisme Kerja Lembaga Permodalan

Kewirausahaan Pemuda (LPKP); Peraturan Presiden No 5 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) Tahun 2010-2014; Rencana

Kerja Pemerintah (RKP) Tiap Tahun; Rencana Strategis (Renstra) Kementeriaan

Pemuda & Olahraga Republik Indonesia Tahun 2009-2014; Rencana Kerja dan

Anggaran Kementerian & Lembaga (RKAKL) Kementerian Pemuda & Olahraga

RI Tiap Tahun; Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 0059 Tahun

2013 Tentang Pengembangan Kepemimpinan Pemuda; Peraturan Menteri Pemuda

dan Olahraga Nomor 0033 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan

Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).

Pemuda merupakan faktor kunci dalam pembangunan suatu bangsa.

Di Indonesia pada tahun 2025 yang akan datang disebut sebagai tahun

emasnya, dengan ditandai jumlah penduduk pemudanya tinggi. Dari data BPS

yang ada saat ini dapat diprediksi tahun 2025 jumlah penduduk usia muda dalam

masa produktif akan mencapai jumlah tertinggi. Saat itu seharusnya Indonesia

bisa menjadi bangsa yang lebih produktif sehingga Indonesia Emas bukan

sekedar jargon belaka. Pemuda sebagai faktor penggerak dalam pembangunan

disebut juga sebagai aset dalam melaksanakannya. Potensi pemuda sebagai

aset tidak begitu saja muncul dengan sendirinya. Diperlukan usaha untuk

mengubah potensi pemuda ini menjadi aset dalam pembangunan. Usaha

mengubah potensi pemuda menjadi aset tentu merupakan tugas bersama semua

komponen bangsa, utamanya adalah pemerintah sebagai pemangku kebijakan.

Salah mengelola potensi anak-anak muda ini akan menjadi hal yang negatif.

Universitas Sumatera Utara


3

Kesalahan dalam pengelolaan potensi pemuda akan menjadi sebuah beban dan

masalah dalam pembangunan. Pemuda yang menjadi aset pembangunan

adalah mereka yang selalu mengerjakan hal-hal positif dalam kehidupan mereka.

Pemuda yang akan menjadi beban, terlibat kegiatan-kegiatan negatif seperti

tawuran, penyalahgunaan narkoba, sex bebas dan hal negatif lainnya

(Irawanto, 2006). Pemuda merupakan dua sisi mata uang dalam konteks

sebagai aset sekaligus beban pembangunan. Saat ini permasalahan seputar

pemuda masih terus berulang dari zaman ke zaman. Pada Tahun 2007,

pemerintahan Presiden SBY bersama DPR menyetujui Undang-Undang Nomor

7 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Salah

satu yang ditetapkan di dalamnya adalah permasalahan pembangunan pemuda.

Dalam UU No. 7 tersebut ada enam hal yang menjadi hambatan

pembangunan pemuda (Kemenpora, 2010: 12), yakni.

1. Rendahnya kesempatan pemuda untuk memperoleh pendidikan,

2. Rendahnya tingkat partisispasi angkatan kerja pemuda

3. Belum serasinya kebijakan kepemudaanan di tingkat nasional maupun

daerah.

4. Rendahnya kemampuan kewirausahaan di kalangan pemuda.

5. Tingginya tingkat pengangguran terbuka pemuda

6. Maraknya masalah-masalah sosial di kalangan pemuda, seperti

kriminalitas, premanisme, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (Napza,

dan HIV/AIDS.

Berdasarkan UU. NO. 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan Pasal 1 dan 3

yang berbunyi Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode

Universitas Sumatera Utara


4

penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30

(tiga puluh) tahun. Pembangunan kepemudaan bertujuan untuk terwujudnya

pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggungjawab,

berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan,

dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Apabila tujuan pembangunan kepemudaan itu terwujud maka akan

tercipta pemuda kota Medan yang berkualitas, sehingga pemuda tersebut akan

menjadi aset besar bagi kota Medan dalam pembangunan daerah yang

berkelanjutan.

Berbicara Pembangunan kepemudaan tentunya Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) telah mengambil peran dalam melakukan kaderisasi kepemudaan.

HMI adalah suatu organisasi mahasiswa yang berdiri pada masa pemerintahan

Orde Lama, dan didirikan di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947, di

kampus Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jalan Setyodiningratan yang diprakarsai

oleh seorang mahasiswa tingkat I, Sekolah Tinggi Islam (STI) yang diperakarsai

Lafran Pane. Pada awalnya ide untuk mendirikan organisasi ini adalah karena

melihat kondisi pemerintahan yang tidak stabil pada masa 1947, yang sedang

bergejolak akibat terjadinya Agresi Militer yang dilakukan oleh Belanda untuk

kembali menguasai Indonesia, membawa pengaruh cukup besar terhadap ke

hidupan berbangsa dan bernegara, untuk menguji jiwa nasionalisme bangsa

Indonesia, agresi besar-besaran yang dilakukan Belanda telah melanggar

Perjanjian Linggarjati, yang mengakui bahwasanya Indonesia telah berdaulat dan

Universitas Sumatera Utara


5

menjadi suatu negara merdeka. Hal inilah yang mengantarkan para penduduk

Indonesia semua termasuk para pelajar untuk kembali mempertahankan Indonesia

dari cengkeraman pihak asing yang ingin menguasai kembali Indonesia.

Lahirnya HMI di saat perang untuk mempertahankan kemerdekaan dimana

seluruh bangsa berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Republik

Indonesia. Masyarakat dan mahasiswa bersatu untuk melawan imperialisme

Belanda. Lahirnya HMI tidak terlepas dari hukum proses masyarakat, yaitu

adanya differensiasi dengan integrasinya di dalam masyarakat setelah melalui

masa-masa agresi. Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal

berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang ke merdekaan, HMI terjun

Ke gelanggang pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda,

membantu pemerintah, baik langsung memegang senjata api dan bambu runcing,

sebagai staff, penerangan, penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI

di Madiun 18 September 1948, Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro

membentuk Corps Mahasiswa (CM), dengan Komandan Hartono dan wakil

Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas

pemberontakkan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-

gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam kesumat PKI

terhadap HMI tertanam (Agussalim Sitompul, 1995).

Keberadaan pemuda-pemuda HMI di Kota Medan tidak terlepas dari

Pikiran dan ide pokok dari Lafran Pane kemudian menjadi gagasan unuk

mendirikan HMI di Medan diawali dengan kebutuhan bersama untuk memberikan

sumbangsih nyata mempertahankan kemerdekaan Indonesia, maka kelompok

mahasiswa Islam berupaya secara mandiri dengan semangat mengisi kemerdekaan

Universitas Sumatera Utara


6

Indonesia dengan pembangunan bersama masyarakat. Semangat itulah yang

menyatukan potensi mahasiswa Islam di Medan, yang membutuhkan organisasi

yang dapat menampung pikiran-pikiran yang inovatif dalam segala bidang

kehidupan yang dinafasi suasana ke- Islaman. Buku MOP HMI Cabang Medan

(tanpa tahun) Pikiran di atas merupakan awal mula yang mempertemukan

beberapa mahasiswa dari fakultas kedokteran USU, dan mahasiswa UISU yaitu,

OK. Rachmat Bakri, Deliar Noer, Ahmad Soepomo dan Amir Husein, bersepakat

mendirikan HMI di Medan. Setelah beberapa orang sepakat maka berdirilah HMI

di Medan pada tanggal 10 Nopember 1952 di aula UISU, Jl Sisingamangaraja.

Pada awal mulanya Himpunan Mahasiswa Islam berdiri, bertujuan untuk

mempertahankan kemerdekaan Indonesia, begitu juga dengan HMI Cabang

Medan yang kemudiannya juga berdiri untuk bertujuan turut berperan serta

mengisi kemerdekaan, juga sebagai patron pergerakan mahasiswa. HMI yang

pada saat itu baru berdiri mulai mensosialisasikan diri ketengah-tengah kancah

kehidupan organisasi, dengan melakukan konsolidasi dengan mahasiswa-

mahasiswa yang ada di universitas di Medan. Dan hasil ini mendapat hasil yang

positif dengan berdirinya Komisariat UISU sebagai komisariat pertama yang

menjadi anggota HMI Cabang Medan, yang kemudian disusul dengan Fakultas

Kedokteran USU, Fakultas Hukum USU, dan Universitas HKBP Nomensen. Dari

sinilah langkah awal Himpunan Mahasiswa Islam cabang Medan mengkokohkan

diri menjadi organisasi mahasiswa di Medan (Buku MOP HMI Cabang medan).

Sekarang HMI Cabang Medan banyak diminati para pemuda intelektual

yang berstatus mahasiswa untuk berproses dalam menempah kualitas diri dalam

mengikuti kaderisasi yang dilakukan HMI, Itu terlihat jelas sebaran komisariat-

Universitas Sumatera Utara


7

komisariat yang tersebar dikampus-kampus besar di Kota Medan seperti USU

tediri dari 11 komisariat diantaranya, HMI Komisariat FE USU, HMI Komisariat

FK USU, HMI Komisariat FKM USU, HMI Komisariat FKG USU, HMI

Komisariat FH USU, HMI Komisariat FP USU, HMI Komisariat FISIP USU,

HMI Komisariat FT USU, HMI Komisariat FMIPA USU, HMI Komisariat PAAP

USU, HMI Komisariat FIB USU. UNIMED terdiri 7 komisariat diantaranya, HMI

Komisariat FT UNIMED, HMI Komisariat FIP UNIMED, HMI Komisariat FBS

UNIMED, HMI Komisariat FIK UNIMED, HMI Komisariat FIS UNIMED, HMI

Komisariat FE UNIMED, HMI Komisariat FMIPA UNIMED. UIN – SU terdiri

dari 4 komisariat penuh dan 1 komisariat persiapan diantaranya, HMI Komisariat

Tarbiayah UIN-SU MEDAN, HMI Komisariat FS UIN-SU MEDAN, HMI

Komisariat FU UIN-SU MEDAN, HMI komisariat FD UIN SU, dan HMI

komisariat persiapan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN SU. Kampus swasta

terdiri dari 7 komisariat penuh diantaranya, HMI Komisariat Universitas Islam

Sumatera Utara (HMI Komisariat UISU), HMI Komisariat Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Sumatera Utara (HMI Komisariat FE UISU), HMI Komisariat

Fakultas Sastra Universitas Islam Sumatera Utara (HMI Komisariat FASAS

UISU), HMI Komisariat Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara

(HMI Komisariat FP UISU), HMI Komisariat Universitas Medan Area (UMA),

HMI Komisariat Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (HMI Komisariat

UMSU) dan HMI Komisariat Institut Teknologi Medan (HMI Komisariat ITM).

Dengan dinamika yang panjang pasang surut pertumbuhan komisariat -komisariat

HMI Cabang Medan tetaplah ada seperti HMI Komisariat HKBP Nomensen yang

tidak lagi ada dan pindahnya HMI Komisariat FIK dan FIS UNIMED dibawah

Universitas Sumatera Utara


8

naungan HMI Cabang Persipan Deliserdang, Jadi jumlah komisariat dibawah

naungan HMI Cabang Medan terdiri dari 28 komisariat penuh dan satu komisariat

persiapan total 29 komisariat (Sumber Ketua Umum HMI Cabang Medan Periode

2014-2015). .

Dalam peningkatan kualitas kader dengan merujuk kepada peraturan

Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga. Himpunan Mahasiswa Islam ini

berperan sebagai organisasi perjuangan, perkaderan, agar dapat memperjuangan

segala aktivitas ummat dan terus beregenerasi maka HMI juga mengadakan

beberapa program perkaderan yang berlandaskan dengan konstitusi HMI yang

sesuai dengan tujuan organisasi, yaitu terbinanya insan akademis, pencipta,

pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya

masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Terbentuknya HMI

sebagai organisasi mahasiswa Islam mulai berperan sebagai penampung dan

penyalur aspirasi mahasiswa Islam yang ada di Medan. Terbentuknya HMI di

Medan merupakan bentuk kesadaran serta tanggung jawab dari tokoh-tokoh Islam

dan pimpinan pengurus untuk bersatu dan bahu membahu dalam membina

mahasiswa muslim agar lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada

Allah SWT melalui organisasi mahasiswa. HMI juga berusaha mewujudkan cita-

cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dalam mencapai masyarakat adil

dan makmur, yang diridhoi Allah SWT dalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 khususnya di Kota Medan.

Medan sebagai kota yang berkembang dan terdiri dari masyarakat yang

berbagai macam ragam suku, etnis, sosial, kebudayaan, agama, pendidikan,

ekonomi, yang menetap di kota Medan merupakan wujud kemajemukan sebagai

Universitas Sumatera Utara


9

miniatur Indonesia. Ini akan membentuk kualitas sumberdaya pemudanya yang

berbeda pula, HMI telah lama hadir di Kota Medan memberikan kontribusi bagi

peningkatan dan keseragaman kualitas sumberdaya pemuda. Keikutsertaan HMI

dalam pembangunan sumberdaya Pemuda Kota Medan, Terlihat Jelas banyaknya

tokoh-tokoh Pemuda Kota Medan yang lahir dari rahim HMI, dari politsi,

birokrat, peneliti, dosen, guru besar, tokoh agama Merupakan wujud nyata peran

serta pemuda HMI dalam pembangunan manusia Kota Medan.

Standar pembangunan manusia yang menjadi kesepakatan antara lain

berhak untuk bisa membaca dan menulis, untuk hidup sehat, untuk bisa

mendapatkan penghasilan yang layak, untuk mendapat rumah yang memadai, dan

untuk hidup sebagai satu bangsa dengan damai dan aman. Diharapkan dengan

desentralisasi atau yang lebih populer disebut otonomi daerah dapat memotivasi

daerah-daerah tingkat propinsi maupun kabupaten/kota untuk lebih

memprioritaskan mengurangi kemiskinan dan mempersiapkan diri dalam

sumberdaya manusia yang handal.

Apapun komponen spesifik atas “kehidupan yang lebih baik” itu,

pembangunan di semua masyarakat paling tidak memiliki tiga tujuan inti yaitu

peningkatan ketersediaan kebutuhan pokok, peningkatan standar hidup, dan

perluasan pilihan ekonomis dan sosial setiap individu. Adanya kemiskinan di

dalam suatu wilayah merupakan potret bahwa pembangunan itu secara umum

kurang berhasil sehingga pada dasarnya keberhasilan pembangunan suatu wilayah

tergantung pada kegiatan pembangunan dan pemerataan hasil-hasilnya. Seperti

daerah pada umumnya, dengan adanya desentralisasi pembangunan di Kota

Universitas Sumatera Utara


10

Medan tidak hanya tertuju pada pembangunan ekonomi saja tetapi pembangunan

manusia juga merupakan prioritas utama, penduduk ditempatkan sebagai objek

dan sekaligus subjek pembangunan. Konsep ini menempatkan manusia sebagai

titik pusat dan sekaligus modal dasar kekuatan, menjadi faktor yang dominan dan

menjadi sasaran utama bagi pembangunan itu sendiri. Pemerintah kota Medan

melalui misi dan agenda-agenda pembangunannya secara eksplisit telah

melaksanakan pembangunan manusia.

Pada tahun 1996, untuk pertama kalinya Badan Pusat Statistik (BPS) dan

United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia mempublikasikan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai alat tolok ukur pembangunan

manusia. IPM mengukur aspek-aspek yang relevan dengan pembangunan manusia

melalui indeks komposit yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu kesehatan,

pendidikan, dan pendapatan (daya beli).

Pada saat ini IPM dianggap lebih mencerminkan hasil-hasil pembangunan

yang berfokus pada pembangunan manusia. Sejak diterbitkan dan dipublikasikan

IPM menjadi suatu perbincangan yang hangat sebagai alat ukur tunggal dan

sederhana. IPM sangat cocok sebagai alat ukur kinerja pembangunan khususnya

pembangunan manusia yang dilakukan di suatu wilayah pada waktu tertentu atau

secara spesifik IPM merupakan alat ukur kinerja dari pemerintahan suatu wilayah.

Publikasi tentang IPM memberikan semangat terhadap propinsi-propinsi bahkan

kabupaten/kota dengan melakukan hitungan IPM untuk kepentingan daerahnya.

Upaya untuk menghitung IPM sampai ke tingkat kabupaten/kota sangat penting

karena proses desentralisasi yang berjalan di Indonesia memindahkan sebagian

Universitas Sumatera Utara


11

besar proses pembangunan ke tangan pemerintah daerah dan masyarakat lokal.

Untuk itu, tentu dibutuhkan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi setempat

dengan dukungan data yang lebih memadai bagi semua kabupaten/kota di

Indonesia.

Upaya-upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumberdaya dapat

dilihat dari berbagai aspek yaitu pendidikan, kesehatan, kesejahteraan ekonomi

maupun aspek non fisik dalam hal ini agama dan budaya. Dan aspek ekonomi

sangat berpengaruh terhadap pembangunan manusia karena Aspek ekonomi

antara lain adalah kepemilikan lahan, kualitas rumah, pendapatan keluarga,

pengeluaran kesehatan sedangkan aspek sosial dapat dilihat dari hal-hal seperti

fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, kesehatan ibu dan balita dan lain-

lain.Pada kenyataannya, besaran nilai IPM tidak menjamin tingkat kesejahteraan

masyarakat akan tinggi atau tidak menjamin tingkat kemiskinan masyarakat akan

rendah.

Menurut data BPS-Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011-2014 Indeks

Pembangunan Manusia di kota Medan adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 Indeks Pembangunan Manusia Kota Medan


Tahun 2010-2014

Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014


Indonesia 66,53 67,09 67,70 68,31 68,90
Sumatera Utara 67,09 67,34 67,74 68,36 68,87
Medan 77,02 77,54 77,78 78,00 78,26

Universitas Sumatera Utara


12

Himpunan Mahasiswa Islam sebagai wadah organisasi Pemuda yang

berstatus mahasiswa memiliki jaringan berbasis kampus tentu memiliki tanggung

jawab terhadap masyarakat dan bangsa sebagai wujud Tri Darma Perguruan

Tinggi. Pemuda yang identik dengan kecerdasan cara berfikir dan ilmu

pengetahuan yang luas tentunya harus memiliki peran aktif di masyarakat. HMI

telahpun berjuang panjang dalam sejarah Indonesia dan mempunyai visi

perjuangan berkelajutan dengan cara rekrutmen dan ditempah dalam perkaderan

adalah upaya nyata menciptakan pemimpin pemimpin ummat dan bangsa yang

berkualiatas dan berdaya saing, Tentunya suatu keniscayaan untuk memiliki

kualitas sumber daya manusia yang tinggi bagi Pemuda HMI.

Himpunan Mahasiswa Islam yang berazas dan berpahaman bahwa Islam

menjadi dasar berpijakan dalam berorganisasi tentunya yang di tuntut adalah

menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan akademisi yang

baik, aktif di masyarakat dan berkarakter menjaga nilai nilai yang islami

berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist. Ini melekat pada diri kader HMI sebagai

wujud implementasi dari Nilai Dasar Perjuangan HMI (NDP HMI) sebagai

ideologi organisasi, yang begitu populer diprakarsai oleh tokoh pembaharu

pemikiran Islam di Indonesia Nurkholis Majid (Cak Nur). Oleh karenanya

perkaderan dan training yang terstruktur rapi dan berjenjang seperti Basic

Training (LK I), Intermedite Training (LK II), Advance Training (LK III) juga

Senior Course (SC), Training Of Trainer (TOT) dan lainya yang bersifat Formal,

Informal, dan Non Formal, di harapkan mampu menghasilkan kualitas sumber

daya Pemuda Kota Medan yang di cita-citakan.

Universitas Sumatera Utara


13

Berdasarkan permasalahan di atas, maka sangat penting untuk diteliti

tentang “Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam

Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada hubungan signifikan yang positif antara Kader Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) dalam Pembangunan Kepemudaan di Kota

Medan?

2. Apakah ada hubungan signifikan yang positif antara Ideologi Kader

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam Pembangunan Kepemimpinan

Kepemudaan di Kota Medan ?

3. Apakah ada hubungan signifikan yang positif antara penerapan Ideologi

HMI Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam

Mengatasi Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota

Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara Kader Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota

Medan.

Universitas Sumatera Utara


14

2. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara Ideologi Kader Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) dalam Pembangunan Kepemimpinan

Kepemudaan di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara Penerapan Ideologi HMI

Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam Mengatasi

Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat dirumuskan secara teoritis dan praktis. Secara

teoritis berhubungan dengan metodologi dan secara praktis berhubungan dengan

dampak hasil penelitian (Endra, 2006).

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teroritis

1. Bagi objek penelitian, sebagai bahan pertimbangan serta memberikan

masukan kepada pemuda khususnya Kader HMI Cabang Medan yang

beraktivitas di Kota Medan dalam pembangunan kepemimpinan

kepemudaan di Kota Medan

2. Bagi akademika, semoga dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi

kemajuan dunia pendidikan khususnya Pascasarjana PWD USU dan

sebagai penambah khazanah sebagai langkah penciptaan Ilmu.

b. Manfaat Praktis

Bagi penulis, semoga dengan penelitian ini dapat menambah wawasan

bagi penulis serta tambahan pengetahuan sekaligus untuk mengembangkan

pengetahuan penulis.

Universitas Sumatera Utara


15

1.5 Kerangka Berpikir

1. Kerangka alur pemikiran penelitian ini adalah sebagai berikut, Himpunan

Mahsiswa Islam Islam (HMI) adalah Organisasi mahasiswa yang bersifat

eksternal (bukan dari lembaga internal kampus) yang beranggotakan para

Pemuda yang berstatus mahasiswa yang mempunyai visi dan misi

menyiapkan kader berkulitas dan berdaya saing.

2. Melalui Ideologi Kader Himpunan Mahsiswa Islam Islam (HMI)

diharapkan dapat membangun kepemimpinan kepemdaan di kota Medan

yang lebih baik lagi, maka kader kader Himpunan Mahsiswa Islam Islam

(HMI) ditempah dengan membentuk pemuda yang tangguh baik dari segi

fisik dan non fisik. Melalui kualifikasi kemampuan yang dimiliki seperti 5

kualitas insan cita HMI yakni insan akademis, insan pencipta, insan

pengabdi, insan bernafas Islam dan insan yang bertanggung jawab atas

terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridai Allah SWT. Ini

dilakukan melalui pola perkaderan dengan pendidikan, pelatihan dan

pengembangan perspektif HMI secara berjenjang, Latihan Kader I (Basic

Training) Latihan Kader II (Itermedite Training) dan Latihan Kader III

(Advan Training) untuk dalam upaya pembangunan kepemudaan baik di

Himpunan Mahasiswa Islam Islam (HMI) sendiri maupun masyarakat.

3. Pemuda yang beriman dan bertakwa; (Karakter), Berakhlak mulia;

(Karakter), Demokratis; (Karakter), Bertanggungjawab; (Karakter),

Sehat, cerdas, kreatif, inovatif, dan mandiri; (Kapasitas), Berjiwa

kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan. (Karakter

dan Kapasitas), Berdaya saing; (Daya Saing) (Implementasi UU No. 40

Universitas Sumatera Utara


16

Tahun 2009 tentang Kepemudaan Pasal 3) Hal ini dapat dilihat dari

kerangka pikir sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


17

IDEOLOGI KADER INTI PELAYANAN KEPEMUDAAN


HIMPUNAN MAHASASISWA ISLAM (PEMERINTAH)
(HMI)

PERAN
KADER HMI PERAN
PEMERINTAH

LK I LK II LK III
(Basic Training) (Intermedite (Advan
Penyadaran Pemberdayaan Pengembangan
Training) Training)

Apektif Kognitif Psikomotorik


Berkarakter Berkapasitas Berdaya Saing
Insan Akademis Insan Pengabdi

Insan Pencipta Insan Bernafas


Islam Kepemimpinan

Insan Bertanggung Jawab Atas Pemuda Maju Keirausahaan


Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur
Yang Diridahi Allah SWT Kepeloporan

Pemuda Insan Kamil

PEMBANGUNAN KEPEMIMPINAN
KEPEMUDAAN DI KOTA MEDAN

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

2.1.1 Sejarah dan Latar Belakang Didirikanya HMI

Sejak tahun 1970, HMI telah dijadikan sebagai obyek studi oleh para

mahasiswa. Dari penelitian yang diadakan, diakhri dengan menyusun karya ilmiah

dalam bentuk skripi atau tesis, dibawa ke forum ujian, sehingga memperoleh

kesarjanaan. Buku sejarah perjuangan HMI telah banyak mengundang perhatian

di kalangan intern HMI sendiri maupun di luar HMI. Jika hendak memahami dan

mempelajari pembaharuan yang dicanangkan HMI, secara murni dan mendasar,

tidak boleh tidak melihat kepada ide dasar yang telah diletakkan oleh pemrakarsa

pendiri HMI Lafran Pane tahun 1947. Ide dasar pembaharuan yang dirintis dan

diperjuangkan HMI sejak berdiri hingga sekarang meliputi lima aspek. Pertama

aspek ke-agamaan, kedua aspek kebudayaan, ketiga aspek politik, keempat aspek

pendidikan, dan kelima aspek ekonomi.

Menurut Agussalim sitompul (1984) Banyak kaum pelajar yang menganut

Agama Islam, malu mengaku secara terus terang bahwa ia beragama Islam.

Dianggapnya Agama Islam itu lebih rendah. Sebaliknya orang Barat serta Agama

Kristen jauh lebih tinggi derajatnya. Hal ini terjadi menurut Lafran Pane karena

Agama Islam itu belum dipelajari secara mendalam. Padahal menurut Al-qur’an

dan penyelidikan, bukan Agama Islam itu yang kolot, tetapi penganutnyalah yang

kolot. Hakekat Agama Islam itu tidak dapat diterapkannya dalam kehidupan

sehari-hari. Agam Islam itu dapat memenuhi keperluan-keperluan manusia di

18

Universitas Sumatera Utara


19

semua waktu dan tempat, artinya mampu menyelaraskan diri dengan keadaan dan

keperluan masyarakat di manapun juga.

Melihat kondisi umat Islam yang demikian, menurut pemuda Lafran Pane,

menyadari perlunya melakukan suatu pembaharuan yang menyangkut berbagai

aspek kehidupan, agar umat Islam terbebas dari situasi dan keadaan serta iklim

yang tidak menguntungkan. Tindakan melakukan gerakan pembaharuan, mutlak

memerlukan alat perjuangan berupa organisasi. Dari latar belakang ini, timbullah

ide untuk mendirikan suatu organisasi sebagai alat perjuangan, guna mewujudkan

cita-cita luhur. Atas prakarsa Lafran Pane, di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari

1947 didirikanlah Himpunan Mahasiswa Islam, disingkat HMI. Untuk pertama

kalinya tujuan HMI dirumuskan, yang terdiri dari dua tujuan, yaitu: Pertama,

Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat

Indonesia. Kedua, Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam.

Agussalim sitompul (1976) Tujuan pertama mengandung tiga aspek

pembaharuan yang meliputi aspek politik, ekonomi dan pendidikan. Tujuan kedua

mengandung dua aspek pembaharuan, terdiri dari aspek agama dan kebudayaan.

Inilah ide dasar yang telah diletakkan oleh Lafran Pane, sebagai pemrakarsa

berdirinya HMI, untuk mengadakan pembaharuan kehidupan di kalangan umat

Islam Indonesia, sehingga umat Islam terbebas dari serba keterbelakangan,

kebodohan dan kemiskinan. Drs, Agussalim Sitompul menyebutkan bahwa latar

belakang berdirinya HMI yang pokok ialah karena waktu sebelum HMI berdiri

dunia perguruan tinggi dan kemahasiswaan dipengaruhi unsur-unrus dan sistem

pendidikan Barat yang mengarah kepada sekulerisme.

Universitas Sumatera Utara


20

Kegiatan perkaderan HMI ibarat sekolah tempat mengembangkan kwalitas

anggota, membina dan meningkatkan kemauan dan kemampuannya agar tercapai

tujuannya. Berarti kegiatan HMI merupakan pendidikan kader, dengan sasaran

anggota-anggota HMI dalam tiga hal. Pertama, watak dan kepribadiannya, Kedua,

kemampuan ilmiah, Ketiga, keterampilannya.

Bertitik tolak dari tujuan HMI, maka masa menjadi anggota HMI pada

hakekatnya merupakan masa pembinaan dan pembentukan pribadi, sehingga

kedudukan mereka sebagai kelompok masyarakat yang secara akademis maupun

sosial berada dalam pase pembentukan. Dengan arah untuk mencapai tujuannya,

yaitu terbinanya Insan yang berkwalitas lima. Diantaranya; pertama Insan

akademis, kedua Insan pencipta, ketiga Insan pengabdi, keempat Insan

bernafaskan Islam, kelima Insan yang bertanggungjawab.

Agussalim Sitompul (1997) Suatu organisasi pembaharu tidak muncul

begitu saja, tanpa didukung syarat minimal, sehingga memungkinkan dirinya

dapat merealisir cita-cita pembaharuannya. Syarat pertama, dasar organisasi. Pasal

4 Anggaran Dasar HMI menyebutkan, dasar organisasi ini adalah Islam. Lebih

lanjut dijelaskan dalam rumusan Kepribadian HMI. Rumusan esensi Kepribadian

HMI adalah berdasarkan Muqaddimah Anggaran Dasar HMI, Latar Belakang

Sejarah HMI, Dasar dan Tujuan HMI, Kedudukan HMI Dalam Situasi Sekarang

dan Peranan HMI di Masa Mendatang. Syarat kedua, tujuan organisasi. Syarat

ketiga, usaha. Syarat keempat, sifat. Syarat kelima, perlengkapan

organisasi. Syarat keenam, gagasan-gagasan atau ide yang diperjuangkan dan

dilaksanakan di luar program kerja. Syarat ketujuh, respon berupa jawaban yang

diberikan langsung oleh HMI dalam menggapai beberapa masalah yang timbul

Universitas Sumatera Utara


21

dalam negeri. Syarat kedelapan, massa media atau publikasi yang dipergunakan

untuk menyebarkan ide-ide organisasi. Disamping itu, untuk menyempurnakan

perkaderan HMI, ditetapkanlah metode training perkaderan HMI. Penyempurnaan

berikutnya telah dapat dikeluarkan buku pedoman perkaderan HMI.

2.1.2 Tujuan Himpunan Mahsiswa Islam (HMI)

Himpunan Mahasiswa Islam, sebagai organisasi pergerakan mahasiswa,

yang berfungsi sebagai organisasi pengkaderan, yang berdasarkan pasal 4

Angaran Dasar HMI memiliki tujuan “Terbinanya insan akademis, pencipta,

pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertangung jawab atas terwujudnya

masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” memiliki tugas untuk

menciptakan kader-kader calon penerus bangsa yang memiliki kualitas insan cita.

HMI yang sepanjang jaman sejak berdirinya hingga saat ini telah terbukti dan

mampu melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas, hari ini dihadapkan

pada tantangan baru untuk mengaktualisasi mission dan nilai-nilai pengkaderan

HMI guna melahirkan kader-kader baru yang mampu menghadapi tantangan

zaman, yang salah satu tantangan saat ini adalah tentu saja berperan aktif pada

pembangunan kualitas sumber daya manusia.

Zaman terus berkembang dan manusia terus dituntut untuk selalu bergerak

dinamis mengikuti perkembangan zaman. HMI yang didirikan pada masa

kemerdekaan hingga saat ini telah mengalami berbagai macam transformasi dan

aktualisasi nilai-nilai guna menjawab tantangan di setiap zaman, sehingga HMI

masih terus dapat aktif berkontribusi bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Pemuda dan mahasiswa pada khususnya, hari ini mengalami berbagai

macam benturan kebudayaan dan ideologi yang tak ayal menimbulkan berbagai

Universitas Sumatera Utara


22

macam permasalahan negatif seperti kerusakan moral, krisis nilai, apatisme,

pragmatisme dan lain sebagainya. Mahasiswa yang digadang-gadang sebagai

indicator kemajuan bangsa di masa depan pun cukup terombang ambing dengan

adanya fenomena tersebut. HMI hadir ke dalam tengah-tengah kehidupan

mahasiswa berusaha menawarkan untuk menanamkan nilai-nilai guna

menyelesaikan segala permasalahan tersebut.

Himpunan Mahasiswa Islam sebagai organisasi berbasis mahasiswa yang

merupakan kaum intelektual, generasi kritis, dan memiliki profesionalisme harus

mampu menjadi agen pembaharu di tengah masyarakat dan kehidupan bangsa.

Karena mahasiswa memiliki kekuatan yang luar biasa dalam tatanan kehidupan

bangsa dan negara, maka seluruh gerak perubahan yang terjadi di bangsa ini

dimotori oleh kelompok mahasiswa

Begitu juga dengan menghadapi persoalan saat ini. Kader HMI disatu sisi

harus mampu memperbaiki keadaan sekitar, khususnya dikalangan mahasiswa,

disisi lain ia juga harus mampu mengaktualisasikan nilai-nilai HMI untuk

mempersiapkan diri guna pembangunan manusia yang lebih baik.

2.1.3 HMI dan Masyarakat Cita

Hubungan antara individu dan masyarakat merupukan aktualisasi dari

kualitas insan cita menuju masyarakat cita, Ini telah diatur dalam konstisusi HMI

angaran dasar yang berbunyi Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi,

yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil

dan makmur yang diridhai Allah SWT. Dari tujuan inilah dapat dirumuskan

kualitas insan cita dan masyarakat cita. Himpunan Mahasiswa Islam sebenarnya

tidak begitu bertanggung jawab apalagi meberikan garansi bahwa orang yang

Universitas Sumatera Utara


23

masuk HMI akan memiliki kualifikasi insan cita. Untuk itulah mengapa dalam

rumusan tujuan HMI digunakan kata terbina bukan pembina.

Azhari Akmal Tarigan (2007) Sasaran pertama adalah menyangkut manusia

secara pribadi. Setiap orang menurut HMI dituntut untuk mampu memberikan

pengorbanan untuk mencapai tujuan yang lebih besar dengan syarat agar

kepentingan yang lebih besar itu tidak merenggut milik yang berharga bagi

setaiap orang yaitu kebebasan untuk berfikir. Pemabngunan yang berorintasi

kedepan melakukan kajian yang terus menerus yang strategiskualitatif, baik

kegitan keilmuan maupun prakarsa-prakarsa intelektual untuk mencarai pemikiran

alternatif- alternatif yang sesuai tidak cukup dihadirkan dalam citra melainkan

terbukti dalam realitas, agar tirani intelektual tidak muncul.

Tiga ciri yang terintegrasi dalam diri kader HMI diataranya :

1. Seorang kader berkiprah dan terbentuk kepribadianya dalam oraganisasi

taat azaz aturan dan berbagai ketentuan yang ada sperti NDP dalam

pemahaman yang integral dengan UUD 1945 dalam pengoperasian

organisasi. Berpegang teguh pada AD/ART, pedoman perkaderan dan

ketentuan lainnya

2. Kader harus memiliki komitmet tinggi dan konsisten dalam

memperjuangan kebenaran.

3. Kader memiliki kemampuan kualitatif dalam dirinya sebagai tulang

punggung oragnisasi, sehingga mampu menyangga kesatuan kumpulan

manusia organisasi, sehingga mampu menyangga kesatua kumpulan

manusia yang benar. Jadi hal yang ditekankan pada seorang kader adalah

terletak pada unsur-unsur kualitatif dalam dirinya. Kader HMI adalah

Universitas Sumatera Utara


24

anggota HMI yang telah menjalani proses pengkaderan sehingga memiliki

ciri, integritas, kepribadian, iman, ilmu dan amal yang mencitrakan HMI

sehingga siap mengeban tugas dan aman dalam kehidupan beragama,

bermasyarakat berabangsa dan bernegara.

Azhari Akmal Tarigan (2007) Sasaran kedua adalah masyrakat secara

keseluruhan. Menurut HMI kebijakan pembangunan yang diambil untuk

menjalankan mekanisme pembangunan nasional disemua bidang harus tetap

bertumpu pada ralitas, tumbuh dan berkembang dalam seluruh lapisan

masyarakat. Hal itu tidak saja menyangkut aspirasi dan kemampuan adaptasi

berdadasarkan tingkat kekuatan yang dimiliki akan tetapi terlih pada filsafat

hidupnya yang justru menjadi sumber sistem dan tata nilai moral untuk

mendukung kelangsungan hidup budayanya.

Adapun kualitas masyarakat cita HMI sebagai ultimate goal dari misi

HMI diataranya :

1. Kualitas masyarakat akademis

a. Berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, mampu berfikir rasional,

kritis

b. Memiliki kemampuan teoritis mampu mempormulasikan apa yang

diketahui dan dirahasiakan, selalu berprilaku sekelilingnya dengan

penuh kesadaran.

c. Sanggup berdiri dengan lapangan ilmu pengetahuan baik secara

teoritis maupun teknis dan sanggup bekerja secara ilmiah, yaitu secara

bertahap, teratur, mengarah kepada tujuan sesuai dengan prinsip –

prinsip perkembangan dan pembaruan (reformasi)

Universitas Sumatera Utara


25

2. Kualitas masyarakat pencipta

a. Sanggup melihat kemungkinan – kemungkinan lain yang lebih dari

sekedar yang ada

b. Berjiwa penuh dengan gagasan – gagasan kemajuan selalu mencari

perbaikan dan pembaruan (reformasi)

c. Bersifat independen, terbukadan tidak isolatif (‘uzulah)

d. Mampu melaksanakan kerja kemanusiaan (amal shaleh) yang

disemangati ajaran Islam.

3. Kualitas masyarakat pengabdi

a. Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau

untuk sesama ummat manusia.

b. Sadar membawa tugas manusia pengabdi, bukan hanya membuat

dirinya baik, tetapi juga mebuat kondisi sekelilingnya menjadi

baik.

4. Kualitas Masyarakat yang Bernafaskan Islam

a. Islam telah menjiwai dan memberi pedoman pola pikir dan pola

lakunya tanpa memakai merek atau simbol Islam. Dengan

demikian Islam telah menafasi dan menjiwai karya – karyanya.

b. Ajaran Islam telah berhasil membentuk unity of personallity

pribadi diri masyarakat tersebut. Nafas Islam telah membentuk

pribadi yang integrted tercegah dirinya dari split personality,

sehingga tidak pernah ada dilema antara dirinya sebagai warga

negara dan dirinya sebagai muslim. Masyarakat demikian telah

Universitas Sumatera Utara


26

mampu mengintegrasikan masalah suskesnya pembangunan

nasional bangsa ke dalam perjuangan umat Islam Indonesia.

5. Kualitas Masyarakat Yang Bertanggung Jawab Atas Terwujudnya

Masyarakat Adil dan Makmur Yang Diridhai Allah SWT.

a. Bermoral, artinya sanggup memikul akibat-akibat dari

perbuatannya. Ia juga sadar untuk menempuh jalan yang benar

diperlukan keberanian moral.

b. Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi

persolan-persoalan dan jauh dari sikat apatis.

c. Rasa tanggung jawab dan rasa taqwa kepada Allah SWT, yang

menggugah untuk masyarakat adilmakmur yang diridhai oleh

Allah SWT.

d. Korektif terhadap setiap lankah yang berlawanan dengan usaha

mewujudkan masyarakat adil makmur.

e. Percaya pada pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya

sebagai khlifah fil al-ard yang harus melaksankan tugas – tugas

kemanusiaan (amal saleh)

2.1.4 Strategi Mision HMI Dalam Pembangunan Manusia

Strategi mission dalam menciptan insan kamil dan masyarakat madani

merupakan wujud dari kualitas SDM. Agussalim Sitompul (2002) Perkaderan

menjadi komitmen Idiologi dan harga mati bagi organisasi yang lahir pada 5

Februari 1947, komitmen Ke-Islaman dan ke-Indonesiaan yang melandasi

perjuangan organisasi ini yang ikut berperan aktif dalam pembangunan manusia

Indonesia. Telah di jelaskan di muka bahwa fungsi HMI sebagai organisasi

Universitas Sumatera Utara


27

Perkaderan, maka seluruh aktivitasnya harus dapat memberi kesempatan

berkembang bagi kualitas-kualitas pribadi anggota-anggotanya. Sifat kekaderan

HMI dipertegas dengan tujuan HMI dalam pasal 5 Anggaran Dasar HMI. Tujuan

ini telah memberi tuntutan perkaderan HMI harus terarahkan pada pembentukan

lima kualitas Insan Cita yaitu, insan akademis, pencipta, pengabdi, yang

bernafaskan Islam insan yang bertanggung jawab dalam mewujudkan Indonesia

yang adil dan sejahtera. Manusia yang di cita-citakan HMI tentunya bukan hanya

wacana yang ada dalam konstitusi dan pedoman perkaderan semata, namun

terwujud dalam bentuk aksi.

Dalam realitas investasi untuk mengembangkan SDM sangat strategis

bahkan dapat dikatakan bahwa bahwa masa depan ditentukan oleh keberhasilan

pembangunan manusia. Masyarakat atau bangsa yang yang tidak memperdulikan

kualitas SDM akan tertinggal dari masyarakat lain. Sejak kelahirannya 70

tahunyang lalu, HMI telah menetukan pilihan yang berfunsi sebagai organisasi

kader, ini merupakan peran HMI dalam meningkatkan kualitas SDM. Agussalim

Sitompul, (2008) Sumber daya manusia telah dibentuk HMI lewat perkaderan –

perkaderan yaitu SDM yang berkualitas dengan kualifikasinya diantaranya adalah:

1. Kader HMI merupakan hamba Allah yang zuhud dan tawaduk, taat

beribadah, Sehingga berpengaruh dalam kehidupan bermsyarakat,

berbangsa dan bernegara, Baik secara indiviual, komunal dan organisasi.

2. Sebagai pemuda, Kader HMI memiliki sifat kejuangan yang senantiasa

peka dan militan menjawab kehidupan lingkungan sekiatarnya, sehingga

mampu tampil usaha amar makruf nahi mungkar secara ikhlas.

Universitas Sumatera Utara


28

3. Sebagai warga masyarakat, kader HMI adalh sesorang warga negara yang

memiliki akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga

menjadi panutan masyrakat sekitarnya

4. Sebagai mahasiswa, Kader HMI adalah seorang yang berpendidikan

tinggi, tekun belajar sehingga dapat mengembangkan kemampuan

ilmiahnya yang selalu didayagunakan bagi lingkungannya.

5. Sebagai pemimpin, Kader HMI adalah seoarang yang bersifat amanah,

adil, benar, jujur, tanpa pamrih, serta penyeru, pengayom, penyatu,

sekaligus tegas, berilmu terampil

6. Seorang Kader HMI adalah sebagai pemuda, sebagai mahasiswa, sebagai

calon sarjana, sebagai calon intelektual dan sebagai calaon pemimpin

bangsa.

7. Anggota HMI adalh moral force atau kekuatan moral yang mempunyai

kemampuan untuk melakukan amar makruf nahi mungkar guna

menciptakan lingkungan sendiri sesuai dengan ajaran Islam dan tuntutan

moral.

8. Anggota HMI adalah affan garde atau kader pelopor yang dapat

mengambil inisiatif, prakarsa pertama dalam setiap situasi dan kondisi

unutuk memenuhi tuntutan yang senatiasa terus berubah.

9. Anggota HMI adalah ulama intelektual dan intelektual ulama, yaitu

anggota HMI yang memiliki pengetahuan yang seimbang antara ilmu

agama dan ilmu umum bagi sarjana umum dan sebaliknya memiliki

pengetahuan yang seimbang antra ilmu umum dan agama bagi sarjana

agama.

Universitas Sumatera Utara


29

Pada konsep pelatihan kader Basic Training (Latihan Kader I), Intermedite

Training (Latihan Kader II) dan Advance Training (Latihan Kader III), pelatihan

didesain sedemikian rupa upaya memenuhi kebutuhan dasar zaman akan tetapi

tidak menghilangkan penanaman ideologi organisasi. Sehingga karakter manusia

yang dihasilkannya bukan pribadi yang cacat mental dan cacat jiwa. Yang pada

akhirnya terwujud dalam profil kader ideal, yaitu Muslim Intelektual dan

profesional. atas dasar komitmen itulah yang sehingga HMI masih konsisten

dalam pembentukan Suber Daya Manusia (SDM) Indonesia kearah yang lebih

baik.

2.2 Sejarah HMI Cabang Medan

Peran pemuda bukan hanya dijumpai pada saat sekarang ini saja, akan

tetapi sudah berlangsusng sepanjang kehidupan manuasia. Dalam hal ini kita

dapat memandang ke masa silam, dimana sejarah membuktikan bahwa pemuda

telah banyak menetuakan perjalanan historis suatu Bangsa atau Negara.

Kenyataan dalam sejrah bahwa dari kalangan pemudalah mulainya langkah awala

terhadap gerakan perjuangan kebangsaaan. Ditunjang oleh berbagai faktor yang

mempengaruhinya dan telah berseminya kesadaran akan pentingnya nasionalisme,

para pemuda telah merintis perjuangan bercorak baru.

Pergerakan yang dilakukan oleh para pemuda terus berlanjut sampai

dengan pendudukan fasisme Jepang menduduki Indonesia. Dalam hai ini

meskipun para pemuda mendapat tekanan yang keras namun gerakan pemuda

tidak pernah padam. Begitu pula halnya dengan bangsa Indonesia di dalam

merebut dan mempertahankan kemerdekaannya maupun selama pemerintahan

orde lama. SEMA (Senat Mahasiswa) menjadi saksi bahwa pemuda merupakan

Universitas Sumatera Utara


30

ujung tombak dan mengemban tanggung jawab dalam menghadapi tantangan

zamannya.

Lahirnya Organisasi-organisasi kepemudaan pada masa lalu memberikan

gambaran bahwa keinginan untuk membentuk wadah bagi para pemuda telah

tumbuh semenjak lama. Wadah kaderisasi generasi muda agar bersatu dan lebih

banyak berpartisipasi demi Bangsa dan Negara dimana masing-masing ingin

menunjukkan eksistensinya sesuai dengan tuntutan waktu. Bagi sebuah oragnisasi,

melebarkan ruang gerak organisasi adalah sangat penting dimana dengan

munculnya cabang-cabang HMI yang membawahi komisariat di Sumatera Utara

khususnya kota Medan terdapat berbagai organisasi kemahasiswaan sebagai

tempat berkumpul dan bersatunya peran mahasiswa. Wadah tersebut juga sebagai

sarana pembinaan diri, untuk menuangkan aspirasi, berkomunikasi dan mengenal

wataka satu sama lain. Perlu diingat bahwa setiap organisasi memiliki

karakteristik tersendiri sebagai corak yang mewarnai identitasnya. Salah satu

diantaranya banyaknya wadah kemahasiswaan dan kepemudaan adalah Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) yang lahir di yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947.

Kelahirannya yang diprakarsai oleh Lapran Pane dan dideklarasikan di kampus

STI “(Sekolah Tinggi Islam) adalah untuk menampung aspirasi Mahasiswa Islam

yang ada pada saat itu. Di Sumatera Utara HMI baru lahir pada tanggal 10

November 1952 yang diprakarsai oleh O.K Rachmad Bakrie, Amir Husein, dan

Deliar Noer yang dideklarasikan di aula II Universitas Islam Sumatera Utara.

Diawalai dengan kebutuhan bersama untuk memberikan sumangan yang

nyata dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia, maka

keleompok mahasiswa Islam berupaya secara tegas dan nyata untuk menegakan

Universitas Sumatera Utara


31

ajaran Islam di kalangan sendiri dan seterusnaya menjadi bagian dan semangat

mengisi kemerdekaan dengan pembangunan. Semangat inilah yang memuncak

dan meledak dan menjadi kenyataan sebagai suatu pilihan cderdas untuk

menyatukan potensi mahasiswa Islam dimedan dan organisasi tersebut harus

mampu menampung pikiran-pikiran Islam yang inovatif (pembaharu) dalam

segala bidang yang dilandasi nuansa keislaman dan semangat itupun tidak

mengkin terselenggara dengan baik kalau negara Republik Inonesia dalam

kekacauan, menderita dan bodoh.

Pendidikan hanya untuk kalangan tertentu dan ajaran Islam hanya dilihat,

diamalkan secara parsial, maka organisasi ini harus mampu mempertahankan,

meningkatkan dan mengamalkan ajaran Islam khususnya dikalangan masyarakat

pada umumnya. Pikiran di ataslah yang mempertemukan tiga orang ketika itu

untuk mendikusiakan bersama teman-teman yang lain. Seorang diantaranya O.K

Rachmad Bakrie yang ketika itu berada di Jakarta untuk menghubungi teman-

temannya yang sudah bergabung dalam wadah HMI dengan Deliar Noer yang

ketika itu merupakan aktifis HMI. Akhirnya O.K Rachmad Barie menulis pada

teman-temannya di Medan, bahwa telah ada wadah yang menampung semanagat

mereka yaitu HMI. Sekembalinya O.K Rachmad Bakrie dari jakarta, pada

pertengahan Mei 1952 di rumah orang tunya di Padang Bulan, O.K Rachmad

Bakrie (Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam Sumatera Utara) bersama Ahmad

Soepomo (Mahasiswa Tingkat Pertama Kursus Dinas C Angkatan 1) yang juga

manatan walikota Binjai dan Amir Husein Nasution (Mahasiswa Tingkat Pertama

Fakultas Kedokteran UISU) bersepakat mendirikan HMI di Medan. Setelah

beberapa temannya setuju atas didirikannya HMI di Medan tanggal 1 November

Universitas Sumatera Utara


32

1952 pukul 09.00 WIB di Aula PTII (UISU) Jl. Sisingamangaraja No. 2 Medan,

dengan cara mendiskusiakan dan dengan semanagat yang telah bulat maka

diproklamirkanlah HMI di Medan, pertemuan dihadiri oleh kurang lebih 15 orang

mahasiswa UISU dan beberapa mahasiswa dari kursus B-1 Karenanya pulalah

dengan anggota dibawah 25 orang baru dapat dibentuk HMI Komisariat UISU

Medan atau Sumatera Utara. Ini merupakan Cabang HMI Pertama diluar pulau

Jawa sekaligus titik awal fase pertumbuhan perkembangan HMI di Medan.

Beberapa menggu kemudian tepatnya pada forum konferensi HMI di Komisariat

Medan Sumatera Utara mengajukan diri untuk dinyatakan sebagai Cabang HMI

karena telah memungkinkan persyaratan konstitusional.

Setelah dinyatakan sebagai Cabang maka HMI mulai membentuk sebuah

kepengurusan yang nantinya akan bersinergi dengan Pengurus Besar HMI yang

berada di pusat sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

HMI. Kepengurusan I yang dibentuk untuk mengemban amanah perjuangan HMI

di Medan diketua oleh O.K Rachmad Bakrie dengan masa Periodesasi pengurusan

1952-1957. Pada periode ini pemilihan ketua umum masih dipilih berdasarkan

penujukan langsung terhadap mandataris ketua umum HMI Cabang Medan

pertama kalinya.Pengurus yang bertanggung jawab terhadap berjalannya roda

organisasi sesuai dengan yang dicitacitakan selama ini yaitu membina insan

akademis yang bernafaskan Islam yang diridhai Allah SWT. Susunan

kepengurusan HMI Cabang Medan Periode 1952-1957 sebagai berikut:

Penasehat – penasehat

1. Bapak Muda Siregar

2. Bapak Dr. Ahmad Sofyan

Universitas Sumatera Utara


33

3. Bapak Abdul Hakiem

4. Bapak H. Adnan Lubis

5. Bapak Overste A. Thalib

Pengurus Harian

Ketua Umum : OK. Rachmat Bakrie

Ketua I : Ahmad Soepomo

Ketua II : T. Hamid

Sekrertaris I : Amir Husein Nasution

Sekretaris II : Yusuf Hanifah

Seksi-Seksi

Bidang Keuangan : Agus Herman

Bidang Penerangan : Malidin Ma’arif

Bidang Olahraga : Aryaf P. Saudin

Abdul Halim Nasution

Bidang Pendidikan : Amiruddin Nasution

Bidang kemasyarakatan: Mawardi Nasution

Bidang Keputrian : Yusra Oloan Nasution.

Semangat dan aktivitas HMI Cabang Medan mendapat dukungan dari

berbagai pihak seperti perguruan tinggi seperti Bachrum Jamil (mantan Ketua

Yayasan UISU). Usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan HMI yang diselenggarakan

Universitas Sumatera Utara


34

saat itu adalah mengadakan komunikasi dan kerja sama dengan mahasiswa Islam

sekaligus memperkenalkan HMI, juga mengadakan ceramah, diskusi yang

semakin lama mendapat sambutan dari kalangan mahasiswa, pemuda dan cerdik

Cendikiawan karena relevan dengan perkembangan ilmu dan Islam serta mampu

menjawab gejala dikalangan masyarakat dan pendidikan. Hal ini membuat HMI

merupakan bagian yang tak terpisahkan andil dan perannya dalam meningkatkan

kualitas dan citra perguruan tinggi dan kalangan mahasiswa.

Tabel 2.1 Pemrakarsa dan Pendiri HMI di Medan

No Nama

1 Dr. OK rachmat Bakrie

2 H. ahmad Soepomo SH

3 Tengku Hamid

4 Letkol Pol. Dr. Amir Husein

5 Dr.H.M. Yusuf Hanafiah

6 Drs. H. Maidin Ma’arif

7 Arsyad R. Saudin

8 Dr. H. Abdul Halim Nst.

9 H. Mawardi Noor, SH

10 H. Makharda Najid Nst

11 Yusra Adlan

12 Mustafa Abu Bakar

13 Alm. Abdul Hakim Nst

14 Cut Hamied

15 Mayor Purn. Minir Kasim, SH

Universitas Sumatera Utara


35

Kota medan telah dua kali menjadi tuan rumah kongres HMI, pertama

pada tanggal 24 – 31 Desember 1957 yang diketuai oleh OK. Rachmat Bakrie dan

yang kedua pada tanggal 21-29 Mei yang diketuai oleh Ludhi Awaluddin mantan

ketua umum HMI cabang Medan 1957-1980. Figure-figure ketua umum Badan

Koordinasi (Badko) HMI Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Nama-nama Ketua Umum Badan Koordinasi (Badko) HMI


Sumatera Utara
No Nama Periodesasi

1 Dr. Usman Pelly 1966 – 1968

2 Dr.H. OK Rachmat Bakrie 1968 – 1971

3 H. Zainuddin Tanjung 1971 – 1974

4 Drs. H. Sufri helmi Tanjung 1974 – 1976

5 Bachtiar Camsyah, B.A. 1976 – 1979

6 Drs. Alfian Andri 1979 – 1981

7 Alex Topani 1981 – 1983

8 Dr. Abidiansyah Siregar 1983 – 1986

9 Drs. Syu’aibun Manurung 1986 – 1988

10 Andrian daulay 1988 – 1990

11 Alwi Mujahid 1990 – 1992

12 Muzzakir Ridhja 1992 – 1994

13 Ucok K.L saragih/ Imam Fahmi (Pj) 1994 – 1996

14 Dadang Dermawan 1996 – 1998

15 Robert 2000 – 2002

16 Imam Saleh Ritongau 2003 – 2005

Universitas Sumatera Utara


36

17 Yusuf pasaribu 2005 – 2008

18 Samsir Pohan 2008 – 2010

19 Dedy Andika Syahputra 2010 – 2012

20 Anggia Ramadhan 2013- 2016

2.2.1 Periode Kepengurusan HMI Cabang Medan sejak 1952 Sekarang

Sejak berdirinya HMI cabang Medan pada tahun 1952 sampai sekarang

telah terjadi pergantian kepengurusan sebanyak 48 kali periodisasi, yang mana

melalui musyawarah anggota dari 1952 sampai tahun 1960 sebanyak 8 kali

pergantian, Sedangkan melalui hasil-hasil Konferensi Cabang Medan mulai tahun

1961sampai tahun 2015 dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 2.3 Nama-nama Ketua Umum HMI Cabang Medan Hasil


Musyawarah Anggota

NO Nama Periodesasi

1. Dr. H. OK. Rachmat Bakrie 1952 – 1954

2. Dr. H. OK. Rachmat Bakrie 1954 – 1955

3. Drs. H. Syaiful Wahyudi 1955 – 1956

4. Dr. H. Hading Hakim 1956 – 1957

5. Prof. Dr. H.M. Yusuf Hanafiah 1957 – 1958

6. M. Yusuf Siregar 1958 – 1959

7. Said Hasan/Dr.H.Habibah 1959 – 1960

8. Dr.T. Suhaimi Harun, SKM 1960 – 1961

Universitas Sumatera Utara


37

Tabel 2.4 Nama-nama Ketua Umum HMI Cabang Medan Hasil-hasil


Konferensi HMI Cabang Medan Lanjutan
NO Nama Periodesasi

9. H. Umaruddin 1961 – 1962

10. Drs.M. Thalib Thahir 1962 – 1963

11. Drs.M. Thalib/ ir. Sri Reshna 1963 – 1964

12. Dr.H. Bachtiar Fanani Lubis 1964 – 1965

13. Dr. Zakaria Siregar 1965 – 1966

14. Dr. Zakaria Siregar 1966 – 1967

15. H. Zainuddin Tanjung, BA 1967 – 1968

16. H. Zainuddin Tanjung, BA 1968 – 1969

17. Bactiar Chamsyah, BA 1969 – 1970

18. Ir.T.Marzuki Ya’kub 1970 – 1971

19. Aminuddin 1971 – 1972

20. Azasky, S.H 1972 – 1973

21. Husni husein, M.Sc 1973 – 1974

22. Chaidir Siregar, SH 1974 – 1975

23. Amir Syarif Siregar, S.H 1975 – 1976

24. Dr.T. harmon Mawardi 1976 – 1977

25. Ir.Ludhy Awaludin Thayoe 1977 – 1979

26. Drs. Ghazali Husni.S 1979 – 1980

27. Drs. Muhammad Abidinsyah Siregar 1981 – 1982

28. Drs. M. Zahrin Piliang 1983 – 1984

29. Drs. Sya’aibun Manurung 1984 – 1985

Universitas Sumatera Utara


38

Tabel 2.5 Nama-nama Ketua Umum HMI Cabang Medan Hasil-hasil


Konferensi HMI Cabang Medan Lanjutan
NO Nama Periodesasi

30. Annur Parlindungan 1985 – 1986

31. Amirwan L. 1986– 1987

32. Irgan Chairul mahfiz 1987 – 1988

33. Wahid Khusairi 1988 – 1990

34. Sugih Pramono 1990 – 1992

35. Isfan Dahrian 1993 – 1994

36. Ucok Raufdy 1994 – 1995

37. Riswal Hanafi Siregar 1995 – 1996

38. Ahmad Sani 1996 – 1997

39. Wahyu Triono 1998 – 1999

40. Syamsul Qomar 1999 – 2000

41. Agusli Matondang 2000 – 2001

42. T. Nurzahen 2002 – 2003

43. M. Fauzi Siregar 2003 – 2004

44. Bahmid Pulungan 2005 – 2006

45. Ranu Putra Armidin 2007 – 2008

46. Dedy Andika Syahputra 2009 – 2010

47. Hendra Hidayat 2010- 2012

48. Mirza Zamzami 2013- 2015

Universitas Sumatera Utara


39

2.2.2 Fase-fase Perkembangan HMI Cabang Medan

Danu Irawadi (2008) Untuk lebih mengetahui secara medeteail mengenai

sejarah perkembangan HMI Cabang Medan, Penulis akan menguraikan fase-fase

perkembangan HMI Cabang medan kedalam beberpa fase. Dimana dalam setiap

fase akan coba dijelaskan langkah-langkah para kader HMI yang telah dilakukan

untuk mengembangkan HMI Cabang Medan

2.2.3 Fase Pengokohan dan Pertumbuhan HMI (1952-1963)

Fase ini merupakan fase dimana pengurus HMI Cabang Medan mulai dari

kepengurusan tahun 1952 sampai dengan kepengurusan tahun 1963 melakukan

pengokohan dan pertumbuhan HMI di Medan. Dalam fase pengokohan dan

pertumbuhan terdapat periodesasi kepengurusan HMI cabang Medan yaitu:

kepengurusan periode Dr. H. O.K Rachmad Bachrie, SH (Alm) 1992-1955, Drs.

H Syaifullah Mahyudin. MA Tahun 1995-1996, Dr. H. Gading Hakim tahun

1996-1957, Prof. Dr. H.M. Yusuf Hanafiah tahun 1957-1958, M. Yuzar Siregar

tahun 1958-1959, Said Hasan-Dr.H. Habibah Hanum tahun 1959-1960, Dr. T.

Suhaini Harum tahun1960-1961, H. Umaruddin tahun 1961-1962, Drs. M. Thaib

Tahir tahun 1962-1963.

Sebagai suatu organisasi yang baru saja berdiri tentu saja yang lazim

dilakukan ialah melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang dalam hal ini

diwakilkan oleh mahasiswa karena pada dasarnya HMI ini merupakan organisasi

kemahasiswaan yang berbasiskan Islam. Bentuk sosialisasi yang pertama sekali

dilakukan oleh kepengurusan yang dipimpin O.K Rachmad Bakrie tersebut yaitu

dengan memperkenalkan HMI kepada para mahasiswa yang berada di

Universitas Sumatera Utara


40

Universitas Islam Sumatera Utara. Karena sebagian besar deklator dari HMI di

Medan ini berasal dari Universitas tersebut. Usaha-usaha yang dilakukan untuk

memperkenalkan HMI kepada mahasiswa yang berkuliah di UISU tersebut

dengan jalan melakukan dikusi-diskusi yang rutin dilakukan dengan melibatkan

orang-orang yang tertarik dengan kehadiran HMI.

Sebagai suatu organisasi yang baru saja terbentuk, tentu saja sanagatlah

berat beban yang dipikul oleh kepengurusan yang dipimpin oleh O.K Rachmad

Bakrie untuk memperkenalkan HMI dan kemudian mengajak mahasiswa-

Mhasiswa Islam terutama yang ada di UISU untuk masuk da bergabung menjadi

anggota HMI. Oleh sebab itu, beliau menyusun strategi agar para mahasiswa

tersebut mau datang dan kemudian tertarik untuk bergabung dengan HMI.

Langkah-langkah persuasif seperti dengan pendekatan secara person ke person

kerap dilakukan utnuk mengajak para mahasiswa tersebut bergabung di samping

melalui cara-cara sosialisasi diskusi-diskusi. Sama halnya dengan yang dilakukan

oleh para pendiri HMI dipusat, pendekatan melalui oarang-orang yang dekat

dengan mereka untuk mengajak bergabung dengan HMI juga dilakukan. Di

samping itu, kepengurusan periode I ini juga terus melakukan koordinasi dengan

PB HMI di Jakarta guna mendapatkan informasi-informasi tentang HMI secara

lebih mendalam. Informasi-informasi tersebut berupa aturan-aturan organisasi

HMI maupun kebjakan-kebijakan yang telah dibuat oleh PB HMI, yang nantinya

akan dimanfaatkan untuk mengembangkan HMI di Medan. Dikarenakan

keterbatasan media komunikasi pada itu sehingga informasi yang diperlukan

tersebut terlambat samapai kepada HMI Cabang Medan. Hal ini tentu saja

berimplikasi secara tiadak langusng kepada gerak dan langkah HMI Cabang

Universitas Sumatera Utara


41

Medan di dalam melakukan sosialisasi dan pengembangan HMI di kota Medan.

Sebagai suatu organisasi yang masih baru, maka pengurus HMI Cabang Medan

melakukan silaturahmi dengan organisasi-organisasi yang telah lama terbentuk

yang ada dikota Medan maupun dengan pemerintah kota Medan. Hal ini

dilakukan disamping untuk memperkenalakan diri juga sebagai salah satu cara

untuk memperkuata jaringan kerja sama guna memperlancar program-program

kerja yang telah dibuat oleh pengurus HMI Cabang Medan untuk

mengembangkan HMI di kota Medan. Karena awal pembentukan HMI ini

dimulai dari UISU, maka untuk lebih mengembangkan HMI tidak hanya di UISU

saja maka pengurus HMI Cabang Medan melakuakan sosialisasi kepada

universitas-universitas lain yang di kota Medan seperti Universitas Sumatera

Utara (USU), Universitas Nomensen dan lain sebagainya. Adapun Maksud dari

sosialisasi ini juga agar nantinya di universitas-universitas tersebut dapat juga

terbentuk HMI sebagai suatu organisasi mahasiswa Islam. Usaha ini akhirnya

tidak sia-sia terbukti dengan berdirinya beberapa komisariat baru di Universiatas

Sumatera Utara (USU) dan Nomensen.

Sealanjutnya setelah langka-langkah pengokohan baik ineternal maupun

eksternal berhasil dilakukan dalam arti masyarakat khususnya para mahasiswa

Islam yang ada di kota Medan telah mengenal HMI maka langkah selanjutnya

yang dilakukan kepengurusan HMI Cabang Medan ialah melakukan

pertumbuhan HMI. Pertumbuhan HMI disini ialah dengan memperkuat peran

HMI didalam kehidupan berbangsadan bernegara terutama di kota Medan. Hal

ini dilakukan dengan tidak lupa berkoordinasi denga PB HMI karena sebagai

oraganisasi yang memiliki jenjang terstrutural tentu saja HMI Cabang Medan

Universitas Sumatera Utara


42

harus mendukung kebijakan-kebijakan yang telah di buat oleh PB HMI. Di

tambah lagi dengan kondisi negara Indonesia yang baru selesai perang

kemerdekaan dan keadaan Negara yang belum stabil.

Beberapa peristiwa yang disikapi oleh HMI pada masa itu antara lain

Pemilu tahun 1955, dan perkembangan ajaran komunisme di Indonesia. Adapun

beberapa kebijakan PB HMI yang secara otomatis juga harus dilakukan atau

didukung oleh setiap kader HMI yang ada didaerah khususnya di HMI Cabang

Medan ialah: Dalam menghadapi pemilihan umum, menyerukan kepada segenap

anggota HMI supaya memilih salah satu partai Islam menyatakan komunisme

bertentangan dengan Islam Medesak Pemerintah agar pelajaran agama diajarkan

di sekolah negeri maupun swasta dari SD sampai perguruan tinggi. Mendesak

pemerintah supaya mengeluarkan Undang-undang Perguruan Tinggi Penegasan

Independensi HMI

Kebijakan-kebijakan PB HMI di atas, oleh HMI Cabang Medan

kemudian disosialisasikan kepada seluruh kader HMI yang ada dikota Medan

agar dilakuakan tindak lanjut. Tindak lanjut yang dilakukan HMI Cabang Medan

tersebut antara lain: dengan melakukan konsolidasi di kalangan kader HMI

Cabang Medan yang terdapat di beberapa universitas dan tergabung dalam

beberapa komisariat untuk melaksanakan kebijakan PB HMI tersebut.

Konsolidasi yang dilakukan lebih ditekankan kepada pemberian muatan

intelektual tentang bahaya nya ideologi komunisme jika dibiarkan berkembang di

negara yang beragama. Hal ini dilakukan setelah Partai Komunisme Indonesia

menjadi salah satu Partai yang memperoleh suara terbanyak pada Pemilihan

Umum tahun 1955. Disamping pemberian muatan intelektual mengenai

Universitas Sumatera Utara


43

bahayanya ideologi komunis, tindakan lain yang dilakauakn adalah dengan

membuat selebaran-selebaran atau brosur yang isinya menajak masyarakat untuk

tidak mengikuti ajaran komunis, melakukan pertemuan dengan para tokoh

masyarakat, tokoh agama untuk menyatukan visi guna menghadapi bahaya

komunis yang nantinya diharapakan para tokoh-tokoh ini dapat menyapaikan

kepada masyarakat umum lainnya mengenai bahayanya ajaran komunis ini.

2.2.4 Fase Tantangan (1964-1965)

Fase tantangan merupakan fase yang menggugat eksistensi HMI di

Indonesia. Pada fase ini HMI secara nasional mendapat tekanan yang sangat kuat

untuk dibubarkan yang berasal dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam hal

ini Partai Komunis Indonesia melakukan fitnah terhadap organisasi HMI karena

dianggap HMI merupakan penghalang bagi usaha mereka untuk menguasai

Republik Indonesia. PKI beranggapan HMI merupakan organisasi yang dapat

disejajarkan dengan Masyumi, PSI, GPII yang telah berhasil mereka bubarkan

pada tahun 1960 dan 1963 mealui fitnah dikarenakan HMI memiliki jumlah

anggota yang banyak sebagai calon Sarjana dan Pemimpin. Ditambah lagi HMI

merupakan salah satu organisasi yang memegang peranan di dalam memberantas

Pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948. Oleh sebab itulah mengapa PKI

sangat dendam terhadap keberadaan HMI di Indonesia.

Ada beberapa tuduhan yang dibuat oleh PKI sebagai dalih untuk

membubarkan HMI, antara lain ialah:

1. HMI anti Pancasila dan UUD 1945

Universitas Sumatera Utara


44

2. HMI antim Bung Karno, dan tidak setia kepada Pimpinan Besar Revolusi

(PBR), Panglima Tertinggi ABRI, Presiden Soekarno.

3. HMI anti manifesto Politik (Manipol) dan Undang-undang Dasar,

sosialisme Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin,

kepribadian Indonesia.

4. HMI terlibat PRRI tanggal 15 februari 1958 dan PERMESTA

(perjuanagan semesta) tanggal 2 maret 1957.

5. HMI anak kandung partai terlarang, Masyumi.

6. HMI pro Malaysia,

7. HMI kontra revolusi, reaksioner dan kepala batu

8. HMI antek nekolim dan imperialisme, kompador Amerika dan agen CIA.

9. HMI antek Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia.

10. HMI terlibat dalam percobaan pembunuhan pembunuhan Presiden

Soekarno dalam peristiwa cikini tanggal 30 November 1957, dijalan

Cendrawasih Makasar tahun 1964.

11. HMI anti persatuan Bangsa

12. HMI adalah setan kota (pernyataan yang dikeluarkan bebrapa harian yang

ada di Indonesia yang di backing oleh PKI mengenai HMI).

Fitnah yang dilancarkan komunis ini adalah merupakan tuduhan yang

tidak jelas atau tanpa fakta, hanya isapan jempol belaka. Dari fitnah yang

dituduhkan oleh PKI kepada HMI ini merupakan salah satu cara PKI untuk

menghilangkan jejak terhadap pemberontakan yang mereka lakukan pada tahun

1948. Tuduhan itu semua adalah tuduhan sepihak yang dilontarkan PKI yang

tidak senang dan rela jika HMI jaya.

Universitas Sumatera Utara


45

Pemerintah Indonesia sendiri tidak perbah melontarkan tuduhan yang keji

tersebut kepada HMI. Sebagai akibat dari fitnah yang dilakukan PKI terhadap

HMI berakibat sangat besar terhadap perkembangan HMI di daerah-daerah. Di

daerah-daerah berrmunculan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh antek-antek

PKI menuntut pembubaran HMI. Gerakan-gerakan tersebut antara lain:

Pelarangan kader HMI untuk melakukan aktifitas keorganisasian

dibeberapa universitas, seperti yang terjadi di Fakultas Hukum Universitas

Brawijaya di Jember, Mengeluarkan HMI dari DEMA dan SEMA dikarenakan

terlalu dominannya peran HMI dalam kegitan kemahasiswaan di Perguruan

Tinggi dengan perkiraan HMI semakin lama akan semakin kecil dan pada

akhirnya akan membubarkan diri dengan sendirinya. Sebagai akibat dari

keluarnya kebijakan ini di hampir semua Universitas kecuali Perguruan Tinggi

Islam dan IAIN, anggota HMI dikeluarkan dari DEMA dan SEMA, Panitia Masa

Perkenalan, serta kegitan lain yang menyangkut posisi kecuali kepanitiaan PHBI

(Panitia Hari Besar Islam)

Memfitnah HMI lewat pamplet gelap. Hal ini terjadi pada tanggal 21 dan

22 Juli 1964, masyarakat Yogyakarta digemparkan dengan munculnya pamplet-

pamplet gelap yang tersebar di seluruh pelososk kota, yang bernada memusuhi

HMI, karena isinya jelas memfitnah HMI, seperti, Buabarka HMI, HMI kontra

Revolusi HMI pro Malaysia, HMI kaki tangan Masyumi, DI,TII. HMI anti Bung

Karno dan lain-lain.

Anggota dan Alumni HMI disingkirkan, Prof. Drs. Lafran Pane sebagai

tokoh pendidri HMI dan IKIP Yogyakarta adalah orang yang harus disingkirkan

Universitas Sumatera Utara


46

dari IKIP Yogyakarta, karena jelas Lafran Pane adalah HMI, sebagaimana

terdapat catatan harian Nurdin AS, yang berhasil digeledah di stasiun Tugu

Yogyakarta, sepulang dari menghadiri Kongres Ke 3 CGMI di Jakarta bulan

September 1965 sebagai hasil diskusi CGMI tanggal 25 Maret 1965 mengenai

IKIP Yogyakarta. Walaupun demikian banyak gerakan yang dilakukan oleh PKI

untuk membubarkan HMI akan tetapi HMI tetap mendapat dukungan dari

beberapa kalangan, dukungan tersebut antara lain: H. Dul Arnomo dalam

pidatonya saat penerimaan jabatan Rektor Universitas Brawijaya mengatakan

adanya pelarangan HMI di Universitas Brawijaya adalah tidak benar, pelanggaran

itu bukan wewenang universitas atau pimpinannya. Beliau mengharapkan HMI

agar lebih berkembang dari yang sudah-sudah.

Presiden Soekaro dalam kawatnya No. 295/K/1964,tanggal 22 Juni 1964

telah merestui usaha Latihan Kader Dakwah yang diselenggarakan oleh Lembaga

Dakwah Mahasiswa Islam(LDMI) HMI di Bandung TANGGAL 23 Juli sampai

dengan 3 Agustus 1964. Beliau menyampaikan melalui Brigjend Sucipto, SH

kapada HMI “Go Ahead HMI” (HMI jalan terus) H. Anwar Cokroaminoto, Ketua

Dewan Parta PSII 6 Juli 1964 mengatakan “Menurut sepengetahuan saya, HMI

tidak pernah menjadi anak kandung Partai Masyumi, bahkan tindakannya

menunjukkan keregasan sikap terhadap anggota dan cabangnya yang

menyeleweng dari ketentuan, karena itu saya sendiri iri tidak melihat adanya

alasan membubarkan HMI. Saya anjurkan supaya HMI bekerja terus dengan

tenang.

Hal di atas meruapakan sedikit dari banyaknya dukungan yang diberikan

kepada HMI untuk menghadapi fitnah yang dilancarkan oleh PKI untuk

Universitas Sumatera Utara


47

membubarkan HMI. Di HMI Canbang Medan sebagai salah satu Cabang HMI di

luar Pulau Jawa juga mengalami dampak atas fitnah yang dilakukan PKI secara

Nasioanal kepada organisasi HMI. Kepengurusan HMI Cabang Medan yang pada

saat itu dipimpin oleh Drs. M. Thalib Tahir-Ir Sri Resna mengalami berbagai

macam gangguan yang dilakuan oleh antek-antek PKI. Akan tetapi para kader

HMI di Kota Medan Telah menyadari konsekwensi yang harus mereka hadapi

ketika HMI menyatakan perang terhadap ajaran komunis yang disebarkan oleh

PKI di Indonesia. Salah satu bentuk dari tekanan yang dilakukan oleh antek-antek

PKI di kota Medan untuk menghempang jalan roda organisasi HMI yaitu

dikeluarkan HMI dari DEMA dan SEMA di Universitas Sumatera Utara melalui

Intruksi Presidium USU dimana salah seorang anggotanya adalah Gubernur

Sumatera Utara Ulung Sitepu, yang oleh Mahmilub Medan telah divonis mati

karena tersangkut Gestapu PKI. Disamping itu, intimidasi yang dilakuan oleh para

antek-antek PKI terhadap anggota HMI yang vokal di dalam menentang

keberadaan PKI di kota Medan sangat terasa sekali. Bentuk intimidasi tersebutn

seperti menyebarkan fitnah keji terhadap keberadaan para pengurus HMI, dengan

pernyataan yang menyatakan bahwa pengurus HMI Cabang Medan dan kader

HMI Cabang Medann tidak Pancasilais, kontra revolusi, anti Soekarno dan

menentang UUD 1945. Atau intimidasi melalui teror secara fisik kepada para

pengurus HMI Cabang Medan.

Gangguan-ganguan yang dilakukan oleh PKI terhadap HMI Cabang

Medan dan berlangusung secara Nasional juga memberi hikmah yang dalam bagi

para kader HMI. Hikmah yang dapat diambil ialah: HMI tetap survive, HMI

tambah matang berpikir, berbuat dan bertindak dalam perjuangan, HMI tambah

Universitas Sumatera Utara


48

pengalaman dan yakin akan kekuatan diri sendiri, HMI semakin terkenaldi dalam

dan diluar negeri, Terjadi kristalisasi dalam tubuh HMI yiitu minggirnya mereka

yang ragu-ragu dan peranan HMI dalam perjuangan bangsa Indonesia.

2.2.5 Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru dan Angkatan 66

(1966-1968)

Fase ini adalah fase kemenangan HMI atas PKI dan berakhirnya tantangan

dari PKI dan antek-anteknya yang ingin membubarkan HMI. Suasana

pengganyangan HMI berubah menjadi suasana kebebasan tanpa tekanan dan

intimidasi. Kalau pada fase tantangan HMI yang dituntut PKI dan antek-anteknya

untuk dibubarkan, tetapi tidak berhasil. Tetapi dengan pemberontakan PKI yang

gagal, yang kemudian melahirkan Orde Baru, HMI berbalik menuntut agar PKI

dan organisasi mantelnya dibubarkan dan dilarang di Indonesia dapat terwujud.

Pada fase ini PB HMI di pimpin oleh Nurcholish Madjid dan HMI Cabang Medan

dipimpin oleh Drs. M. Thaib Tahir-Ir. Sri Resna.

Fase ini diawali dengan gagalnya pemberontaan PKI pada tanggal 30

September 1965 untuk menggulingkan Pemerintah Republik Indonesia di bawah

pimpinan Presiden Soekarno. Dengan gagalnya pemberontakan PKI tersebut

membuktikan bahwa selama ini yang ingin menggulingkan pemerintah Indonesia

bukanlah golongan Islam seperti fitnah yang telah mereka buat kepada golonga-

golongan Islam selama ini melainkan PKI itu sendiri.

Pada fase ini HMI bersama-sama kekuatan mahasiswa yang anti PKI

tampil mempelopori kebangkitan Angkatan 66. Wakil Ketua PB HMI pada waktu

itu Mar’ie Muhammad mengambil inisiatif mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa

Universitas Sumatera Utara


49

Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1965. Dalam KAMI ini HMI menunjukkan

superioritasnya dengan massa terbesar setiap kali melakukan aksi demonstrasi.

Dalam setiap demonstrasi yang dilakukannya, KAMI selalu menuntut untuk

membubarkan PKI, rombak kabinet, serta turunkan harga. Demonstrasi yang

dilakukan KAMI kerap mendapat tantangan Pemerintah RI pada waktu itu

dikarekan sebagian besar menteri yang ada pada waktu itu disinyalir masih

merupakan anggota PKI atupun antek-antek PKI. Oleh sebab itu, perjuangan

KAMI lakukan sampai mengambil korban yaitu tewasnya Arief Rahma Hakim

ditembak oleh pasukan Cakrabirawa. Gugurnya Arief Rahman Hakim ini

membuat aksi massa cepat berkobar dimana-mana.

Akhirnya Presiden Soekarno memberikan perintah dan wewenang penuh

kepada Letjend Soeharto untuk memulihkan keamanan. Yang selanjutnya disusul

dengan keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret 1966. Disusul dengan Kepres

Nomor 1/3/1966 tanggal 12 Maret 1966, Partai Komunis Indonesia besrta seluruh

organisasi mantelnya dibubarkan dan dinyatakan terlarang di seluruh wilayah

kekuasaan RI. Pada HMI Cabang Medan, gerakan untuk menuntut pembubaran

PKI sejalan dengan yang dilakukan oleh PB HMI, Terlebih lagi sejak gugurnya

Arief Rahman Hakim akibat tembakan senjata pasukan Cakrabirawa. Gerakan

menuntut pembubaran PKI khususnya di kota Medan yang dikoordinir oleh HMI

beserta elemen-elem organisasi mahasiswa lainnya yang tergabung dalam KAMI

semakain jelas dilakukan oleh HMI Cabang Medan dalam hal ini sebagai

perpanjang tangan PB HMI terus melakukan koordinasi untuk mensinergiskan

gerakan di kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


50

Hal ini diakukan agar tidak terjadi suatu gerakan yang bertentangan

dengan maksud dantujuan yang telah digariskan dalam tuntutan KAMI yang lebih

dikenal dengan TRITURA. Disamping itu juga agar gerakan yang dilakukan dapat

memberikan tekanan yang sangat besar terhadap pemerintah Indonesia yang saat

itu masih dipimpin oleh Presiden Soekarno. Setelah kejatuahan Orde Lama

dibawah pimpinan Presiden Soekarno, tekanan yang diterima oleh kader-kader

HMI dan elemen mahasiswa yang tergabung KAMI masih terus dirasakan. Hal ini

dikarenakan HMI masih terus berjuang untuk membersihkan pemerintah

Indonesia dari sisa-sisa orde lama dan PKI yang masih ada.

Cabang-cabang Himpunan Mahasiswa Islam juga mengalami intimidasi

yang dilakukan oleh masa-masa yang masih mendukung Presiden Soekarno.

Termasuk yang dialami oleh HMI Cabang Medan. Akan tetapi dengan keteguhan

hati dari pegurus HMI Cabang Medan pada masa itu, segala intimidasi baik yang

berbentuk fisik maupun psikologis dapat dihadapi oleh kader-kader HMI di kota

Medan dengan tabah. Intimidasi ini terus terjadi seiring dengan perjuangan para

kader HMI di daerah-daerah dan secara nasional untuk membersihkan sisa-sia

orde lama yang masih bercokol di Indonesia hingga pada akhirnya mencpai

puncak ketika digantinya Presiden Soekarno dan diangkatnya Jenderal Soeharto

pada Sidang UmumV MPRS pada tanggal 21 sampai dengan 30 Mare 1968.

2.2.6 Fase Pembangunan Nasional (1969-1985)

Fase ini merupakan fase setelah runtuhnya pemerintahan Orde Lama yang

digantikan oleh Pemerintahan Orde Baru dibawah pimpinan Jenderal Soeharto

pada fase peran HMI tidak lagi dikonsentrasikan pada urusan politik dalam negeri

Indonesia, akan tetapi lebih dikonsentrasikan pada pembenahan organisasi HMI

Universitas Sumatera Utara


51

yang cukup lama porak poranda sebagai akibat permasalahan politik dalam

negeri. Ditambah lagi sebagai akibat dari peran serta HMI yang berhasil

menggulingkan pemerintah Orde Lama dibawah pimpinan Soekarno. Antusias

mahasiswa untuk masuk ke HMI sangat tersa secra nasional.

Kalau pada awal berdirinya HMI, HMI lah yang mencari mahasiswa untuk

mau masuk menjadi anggota HMI, sekarang mahasiswalah yang mencari HMI.

Gejala itu sudah nampak sewaktu HMI diganyang PKI, tetapi mencapai puncak di

masa Orde Baru. Hal ini memberikan penyadaran bagi segenap kader dan

pengurus HMI di seluruh Indonesia bahwa pertambahan kuantitas anggota harus

diikuti dengan peningkatan kualitas. Oleh sebab itu , pasca runtuhnya Orde Lama

yang digantikan oleh pemerintah Orde Baru, HMI harus membenahi internal

organisasinya.

Pembenahan Internal yang dilkukan melitputi struktur organisasi, pola

perkaderan, garis-garis besar haluan organisasi, serta tentu saja menyusun

program kerja HMI yang di sesuaikan dengan kondisi Negara yang ada di HMI

baik dari tingkat Komisariat, Cabang, Badko, hingga PB, Mekanisme yang

digunakan melalui lembaga pengambilan keputusan ysng sds dsn berlsku di

masing-masings tingkatan seperti Rapat Anggota Komisariat (RAK) ditingkat

Komisariat, Konferensi ditngkat Cabang dan Kongres di tingkat Pengurus Besar

(Nasional). Kongres yang dilakukan PB HMI secara nasional yang melibatkan

Pengurus HMI Cabang, Badko HMI se-Indonesia serta PB HMI ini yang

merumuskan garis-garis besar tujuan organisasi serta pembenahan internal

organisasi HMI. Bentuk-bentuk pembenahannya internal organisasi yang

dilakukan ialah:

Universitas Sumatera Utara


52

1. Penyusnan format pengkaderan kader HMI. Dari penyusunan format

pengkaderan ini akhirnya berhasil dirumuskan jenjang-jenjang training

yang harus dilalui oleh para kader dan calon kader.

2. Pembenahan administrasi sekretariat HMI

3. Penyusunan Nilai-nilai Dasar Perjuangan yang merupakan ruhnya para

kader HMI didalam memperjuankan persoalan keummatan di Indonesia

4. Memperluas jaringan kerja sama dengan organisasi luar HMI tidak hanya

dengan organisasi yang ada didalam negeri tetapi juga dengan organisasi

kemahasiswaan Islam yang ada diluar negeri.

5. Memperluas Cabang-cabang HMI ke daerah-daerah seluruh Indonesia

maupun ke luar negeri di mana banyak mahasiswa Islam yang kuliah dan

belajar di sana.

Akan tetapi pembenahan internal ini tidak juga melupan peran HMI

sebagai organisasi penyumbang terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh

pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Soeharto. Walupun secara langusng

HMI mempunyai peranan di dalam meanikkan Soeharto dan Orde Baru sebagai

penguasa di Republik Indonesia, Akan tetapi HMI tidak mau terlena dengan

kondidi tersebut. HMI tidak mau dijadikan anak eamas oleh Pemerintah

Indonesia, sehingga melupakan peran HMI sebagai organisasi yang memikirkan

persoalan keummatan yang ada di Indonesia.

Tidak jarang HMI pada fase pembangunan nasional ini mendapat tekanan

dari pemerintah di bahwah pimpinan Soeharto, Salah satu bentuk tekanan tersebut

ialah ketika Pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1985,

tanggal 17 Juni 1985 tentang organisasi kemasyrakatan, di mana dalam Undang-

Universitas Sumatera Utara


53

undang tersebut diatur bahwa organisasi kemasyrakatan yang ada di Indonesia

harus berazazkan kepad Pancasila dan UUD 1945. Hal ini banyak terjadi

penolakan dikalangan kader HMI didaerah-daerah, baik yang mendukung

pemberlakuann azas ini maupun yang menolak azaz ini. Wacana akan

diberlakukannya azaz ini sebelumnya telah dikembangkan sejak dimulainya

Kongres ke-15 HMI di Medan. Sebelum berlangsungnya Kongres ini telah

memunculkan isu akan diberlakukannya azaz tunggal untuk semua organiasi

kemasyarakatan yang ada di Indonesia. Kemudian pada Kongres ke-16 di Padang

tahun 1986, HMI menerima aza Pancasila disahkan Pada Kongres ke-15 di

Medan, pro dan kontra atas diberlakukannya azaz tunggal ini nampak terasa.

Hal ini diawali oleh pernyataan salah seoarang alumni HMI yang menjabat

Mentri pada pemerintahan Soeharto pada waktu itu yaitu Abdul Gafur untuk

meminta kepada HMI mengganti azaz Islamnya menajdi azaz Pancasila.

Dikarenakan tidak ada kata sepakat dari para peserta Kongres di dalam menyikapi

persoalan azaz tunggal ini, akhirnya Kongres di Medan ini hanya melahirkan

rekomendasi bagi Pengurus Besar Himpunan Mahasisw Islam (PB HMI) terpilih

untuk melakukan penelitian apakah HMI menerima Undang-undang Nomor 8

Tahun 1985 tersebut atau tidak.

Sehingga pada akhirnya pada Kongres ke-16 HMI di Padang, HMI

merubah azaznya dari Islam menjadi Pancasila. Pada saat itu kebijakan azaz

tunggal mulai menguat tahun 1982, HMI tetap bertegu mempertahankan Islam

sebagai Azaz organisasi. Hal ini terlihat kemudian saat HMI menggelar kongres

ke-15 di Medan dan menegaskan bahwa dasar HMI tetap Islam. Pada perjalannan

HMI selanjutnya, amanah dari Kongres Meda untuk mempertahankan Azaz Islam

Universitas Sumatera Utara


54

tidak saja memperoleh penafsiran yang berbeda melaikan juga melahirkan sikap

dan kebijakan yang berbeda antara Pengurs Besar dengan Cabng-cabang utama

HMI.

Hal ini terlihat ketika PB HMI yang ketuanya dijabat Harry Azar Aziz

melaporkan sikapnya tentang penerimaan azaz tunggal Pancasila. Munculnya

HMI MPO berdasarkan Surat Keputusan Bersama Cabang –cabang utama yang

menghadiri forum bersama secara nasional pada Milad HMI XXXVII tanggal 14

sampai 16 Februari di Jakarta. Pada forum ini Oraganisasi(MPO) HMI, yang

kemudia dikenal dengan sebuta HMI MPO. Majelis ini dibentuk berdasarkan

Surat keputusan bersama Cabang-cabang Utama. Perubahan azaz ini mendapat

reaksi keras dari kader-kader HMI menjadi azaz Pancasila. Penolkan yang

diberikan berupa keluarnya sebahagian anggota HMI karena mereka anggap

sudah tidak sesuai lagi dengan niat awal pembentukan HMI.

Penguduran diri sebagai kader HMI terjadi hampir seluruh HMI Cabang

yang di daerah-daerah. Di HMI Cabang Medan sendiri, beberapa kader HMI yang

menolak HMI memilih azaz Pancasila mengundurkan diri sabagai anggotan HMI,

antara lain, Zahrin Pilian, Usman Pelly. Bagia HMI, banyaknya anggota yang

mundur sebagai anggota HMIsebagai akibat azaz Pancasila ini merupakan

kebebasan berpikir yang tidak bisa dihalang-halangi. Dan tidak ada sanksi yang

diberikan atas sikapa yang diambil oleh sebahagian kader HMI tersebut. Dan itu

semua dilakukan tidak lain karena keinginan untuk mempertahankan keberadaan

HMI tersebut, Karen ada kekhawatiran dari presiden saat itu yakni Soeharto akan

pertumbuhan kalangan Islam yang mungkin akan menggoerogoti

kepemimpinannya.

Universitas Sumatera Utara


55

Didalam mensikapi kebijakan pemerintah tentang pergantian dasar ormas

tersebut oleh umat Islam ditamnggapi dalam empat sikap.

1. Menerima tanpa banyak persoalan. Sikap yang demikian ini antara lain

ditunjukn oleh NU dan kelompok lain yang memiliki hubungan dengan

pemerintah atau partai partai pemerintah pada saat itu, dengan alasan

bahwa pancasila tidak bertentangan dengan Islam

2. Menerimanya akantetapi menunggu adanya Undang-undang formal yang

dianut pemerintah, dan kebanyak ormas Islam sikap kedua ini, termasuk

Muhammadiyah.

3. Bersikap apatis, yaitu mereka yang berpendidikan rendah dan selalu

mendukung kehendak pemerintah. Sikap ketiga ini merupakan sikap

mayoritas ummat Islam.

4. Menolak sma sekali kebijakan pemerintah tersebut. Yang termasuk sikap

keem[at ini ditujukan oleh Pelajar Islam Indonesia (PII), dan gerakan

Pemuda Marhaenis, termasuk juga HMI yang tidak setuju dengan

perubahan azaz ini yaitu HMI Majelis Penyelamat Organisasi (MPO).

2.3 Ideologi Kaderisasi HMI Dalam Pembangunan Kepemudaan

2.3.1 Pengertian Ideologi

Ideologi berasal dari kata Yunani Idein, yang berarti melihat, atau Idea

yang berarti rawut muka, perawakan, gagasan, buah pikiran, dan logia yang

berarti ajaran. Dengan demikian Ideologi ajaran atau ilmu tentang gagasan dan

buah pikiran (science des ideas). Di dalam ensiklopedia populer Politik

Pembangunan Pancasila, ideologi merupakan cabang filsafat yang mendasari

ilmu-ilmu seperti pedagogi, etika, dan politik.

Universitas Sumatera Utara


56

Konsep tentang Ideologi pertama kali muncul ditengah-tengah dampak

revolusi Prancis. Konsep ini diciptakan pada tahun 1797 oleh Antoine destut de

Tracy, salah seorang anggota kelompok filosof yang diberi tanggung jawab oleh

konvensi revolusi menjalankan Institut de France yang baru berdiri, khusus untuk

menyebarkan gagasan Pencerahan. Dalam bukunya Elements d’Ideologie yang

ditulis antara tahun 1801 dan 1815, de Traci mengusulkan sebuah ilmu

pengetahuan baru tentang pikiran, yaitu idea-logy yang akan menjadi dasar bagi

semua sains (Mc Leland: 2005).

Ideologi dalam arti praktis ialah kesatuan gagasan-gagasan dasar yang

disusun secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan

kehidupanya, baik yang individual maupun yang sosial. Penerapan Ideologi dalam

kehidupan kenegaraan disebut “Politik”. Karena itu sering terjadi bahwa ideologi

dimanfaatkan untuk tujuan tertentu, misalnya merebut kekuasaan.

Ideologi dalam kehidupan kenegaraan dapat diartiakan sebagai suatu

konsensus mayoritas warga negara tentang nilai-nilai dasar yang ingin

diwujudkan dengan mendirikan negara. Dalam hal ini sering disebut juga

Philosofische Grondslag atau Weltanschauung yang merupakan pikiran–pikiran

terdalam, hasrat terdalam warga negaranya, untuk diatasnya didirikan suatu

negara.

Para pakar, seperti Padmo Wahjono dalam Subandi (2012) Mengartikan

ideologi sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh dari ide-ide dasar. Pakar

hukum tata negara ini ideologi merupakan suatu kelanjutan atau konsekuensi dari

pada pandangan hidup bangsa, falsafah hidup bangsa, dan akan berupa

Universitas Sumatera Utara


57

seperangkat tata nilai yang dicita-citakan akan direalisir didalam kehidupan

berkelompok. Ideologi mengandung kegunaan untuk memberikan stabilitas arah

dalam hidup berkelompok dan sekaligus memberikan dinamika gerak menuju

tujuan masyarakat atau bangsa.

Dalam perspektif yang berbeda Pakar ekonomi Mubyarto dalam Subandi

(2012) mengartikan bahwa ideologi adalah sejumlah doktrin,kepercayaan dan

simbol-simbol sekelompok masyarakat atau bangsa. Selain itu M. Sastrapratedja

dalam Subandi (2012) mengartikan bahwa ideologi ialah seperangkat gagasan

atau pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang diorganisir suatu sistem

yang teratur. Dalam hubungan inifungsi penting ideologi antara lain adalah untuk

membentuk identitas kelompok atau bangsa dan fungsi mempersatukanya.

Ideologi mempunyai kecenderungan untuk memisahkan in group (kita) dari out

group (mereka). Bila dibandingkan dengan agama, yang berfungsi

mempersatukan orang dari berbagai pandangan, bahkan dari berbagai ideologi,

maka sebaliknya ideologi mempersatukan orang-orang dari berbagai agama.

Maka dari itu ideologi juga berfungsi untuk mengatasi berbagai konflik atau

ketegangan sosial menjadi solidarity making dengan mengangkat berbagai

perbedaan kedalam tata nilai lebih tinggi.

Dalam fungsi pemersatuan dilakukan dengan merelativir keseragaman,

misalnya dengan semboyan “kesatuan dalam perbedaan dan perbedaan dalam

kesatuan” dan pada kasus tertentu ideologi juga dapat menciptakan tata nilai lebih

tinggi.

Universitas Sumatera Utara


58

Menurut Soediman Kartohadiprodjo dalam Subandi (2012), adanya

semboyan tersebut telah menjadi salah satu ekspresi jiwa bangsa Indonesia yang

turun temurun, yang asas-asasnya terdapat dalam hukum adat.

Kemudian Soerjanto Poespwardojo dalam Subandi (2012) seorang pakar

sosiologi-budaya, mengartikan ideologi adalah kompleks pengetahuan dan nilai,

yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau masyarakat untuk

memahami jagatraya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk

mengolahnya.

Dari perspektif yang berbeda Franz Magnis Suseno dalam Subandi (2012)

mengartikan ideologi dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, dan

kurang tepat istilah ideologi dipergunakan untuk segala kelompok cita-cita, nilai

dasar, dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman

normatif. Dalam arti ini keyakinan bahwa Negara dan kesetiakawanan akan

disebut ideologi. Penggunaan kata “ideologi” oleh kebanyakan penulis dianggap

tidak tepat, bahkan menyesatkan. Apalagi pada banyak orang kata ideologi

langsung menimbulkan asosiasi negatif. Orang biasanya tidak rela cita-citanya

disebut ideologi. Tetapi karena dalam bahasa Indonesia, dengan mengikuti cara

bicara yang terutama ditemukan dalam negara-negara komunis (yang mengaku

marxisme–leninisme sebagai “ideologi yang mereka banggakan), maka Franz

Magnis Suseno menggunakan kata ideologi sebagai sesuatau yang positif, yaitu

sebagai nilai-nilai dan cita-cita yang luhur, yaitu dalam arti sebagai “ideologi

terbuka”. Karena pada dasarnya ideologi terbagi atas dua berdasarkan sistem

berfikirnya yaitu ideologi terbuka dan ideologi tertutup.

Universitas Sumatera Utara


59

2.3.2 Ideologi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Sejak awal HMI telah mencantumkan “Menegakkan dan mengembangkan

ajaran agama Islam” sebagai salah satu tujuannya, di samping “Mempertahankan

dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia”. Dengan demikian, Islam telah

dijadikan sebagai landasan organisasi. Dalam hal ini HMI tidak mendasarkan diri

pada “mazhab” tertentu, walau kemudian dalam pola pemikirannya HMI

cenderung sebagai kelompok intelektual muslim pembaharu.

Dari sanalah HMI menuangkan pemahaman keislamannya yang

tertampung dalam sebuah buku pedoman yang diberi nama Nilai Dasar

Perjuangan (NDP). NDP merupakan gambaran bagaimana seorang HMI

memahami Islam sebagaimana tercantum dalam al-Quran. Secara doktrin, yang

terkandung dalam NDP bukanlah ajaran yang bertentangan dengan Islam,

melainkan merupakan formulasi kembali atas al-Quran sehingga tertuang menjadi

suatu kepribadian bagi kader HMI dalam mewujudkan amanat Tuhan

sebagai khalifah fil-ardhi.

NDP adalah landasan ideologis perjuangan HMI, sebagai ruh yang

mendorong moral pergerakan kader. Pemahaman terhadap NDP diharapkan dapat

menumbuhkan kepercayaan diri kader akan keyakinan ilahiahnya, membangun

semangat humanisme dalam interaksi dengan sesama manusia, dan sebagai

sumber nilai moral yang mengiringi ilmu pengetahuan untuk diabdikan bagi

kemanusiaan. Dengan demikian nilai-nilai NDP bisa menjadi identitas yang khas

bagi kader-kader HMI.

Rumusan NDP seperti yang kita lihat sekarang bukanlah hasil yang sekali

jadi, melainkan hasil perkembangan pemikiran dan penghayatan mendalam atas

Universitas Sumatera Utara


60

sejarah perjuangan HMI secara keseluruhan. Bahkan kalau kita hitung jarak antara

berdirinya HMI dengan perumusan NDP, tercatat waktu lebih 20 tahun.

Secara sosiologis, NDP dirumuskan dalam kancah pertarungan ideologi-

ideologi besar yag ada pada saat itu. Nasionalisme Bung Karno, Komunisme PKI,

dan Sosialisme PSI adalah ideologi-ideologi yang secara umum berebut pengaruh.

Di samping itu yang juga mendorong perumusan NDP adalah perlawatan

Nurcholish Madjid ke Amerika (Oktober 1968) atas beasiswa sebagai pemimpin

mahasiswa dari Council for Leaders and Specialist, Washington. Namun

menurutnya yang banyak memberikan terhadap sikap dan gagasannya bukan itu,

melainkan kunjungannya ke beberapa negara di Timur Tengah (Turki, Libanon,

Syiria, Irak, Kuwait, Saudi, Sudan dan Mesir) selama empat bulan setelah

lawatannya ke Amerika.

Faktor-faktor berikut dikemukakan Cak Nur sebagai hal yang

menginspirasikan perumusan NDP: pertama, tidak adanya bacaan yang

komprehensif dan sistematis tentang ideologi Islam. Kedua, kecemburuan

terhadap anak-anak muda komunis yang oleh partainya disediakan buku pedoman

kecil berjudul Pustaka Kecil Marxis (PKM).Ketiga, ketertarikan terhadap buku

kecil yang ditulis oleh Willy Eihleir, Fundamental Values and Basic Demand of

Democratic Socialis. Tulisan ini merupakan upaya reformasi ideologis bagi partai

sosialis demokrat Jerman di Jerman Barat.

Karena itu jelas bahwa dari latar belakang perumusannya Nurcholish

Madjid ingin menempatkan NDP sebagai idelogi bagi HMI, yang diharapkan

dapat menandingi ideologi-ideologi lain yang berkembang pada saat itu.

Secara garis besar, ada tujuh persoalan yang dibahas dalam NDP, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


61

1. Dasar-dasar Kepercayaan

2. Pengertian-pengertian Dasar tentang Kemanusiaan

3. Kemerdekaan Manusia (ikhtiar) dan Keharusan Universal (Takdir)

4. Ketuhanan Yang Maha Esa dan Perikemanusiaan

5. Individu dan Masyarakat

6. Keadilan Sosial dan Ekonomi

7. Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan. Ketujuh persoalan itu secara

sederhana dapat diintisarikan dalam tiga kata: iman, ilmu, amal.

Iman, adalah bentuk kepercayaan yang paling mendasar dalam diri

manusia. Hidup yang benar dimulai dengan iman yang benar. Iman yang benar

adalah percaya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, disertai takwa, yaitu

keinginan mendekat serta kecintaan kepadaNya. Manusia berhubungan dengan

Tuhan dalam bentuk penghambaan atau penyerahan diri (islam), berupa ibadah

(pengabdian formil/ritual). Ibadah mendidik individu agar tetap ingat kepada

Tuhan dan berpegang teguh pada kebenaran sebagaimana dikehendaki oleh hati

nurani yang hanif. Dengan ibadat, manusia dididik untuk memiliki

kemerdekaannya, kemanusiaannya, dan dirinya sendiri; sebab ia telah berbuat

ikhlas, yaitu memurnikan pengabdian hanya kepada kebenaran (Tuhan) semata-

mata. Inilah yang disebut tauhid. Lawannya adalah syirik, yaitu memperhambakan

diri kepada sesuatu selain Tuhan. Syirik merupakan kejahatan terbesar bagi

kemanusiaan karena sifatnya yang meniadakan kemerdekaan asasi.

Tuhan adalah mutlak. Kebenaran Tuhan dengan demikian bersifat mutlak.

Yang selain Tuhan (baca: manusia) adalah relatif. Namun sudah merupakan tugas

sejarah bagi yang relatif ini untuk terus-menerus berupaya mencapai Yang

Universitas Sumatera Utara


62

Mutlak, karena dari sanalah manusia berasal dan kepada-Nyalah manusia

kembali. Kembali kepada-Nya berarti menuju kepada Kebenaran. Namun

Kebenaran yang sifatnya mutlak tidak mungkin dicapai oleh manusia. Manusia

hanya dapat mencapai kebenaran-(kebenaran) yang relatif. Untuk itu manusia

memerlukan ilmu, yang merupakan alat manusia untuk mencari dan menemukan

kebenaran-kebenaran itu. Sekalipun relatif, kebenaran-kebenaran itu merupakan

tonggak sejarah yang mesti dilalui manusia dalam perjalanan menuju Kebenaran

Mutlak.

Ilmu adalah pengertian yang dipunyai oleh manusia secara benar tentang

alam dan dirinya sendiri. Hubungan manusia dengan alam bersifat penguasaan

dan pengarahan. Alam tersedia bagi manusia untuk kepentingan pertumbuhan

kemanusiaan. Penguasaan dan pengarahan itu tidak mungkin dilaksanakan tanpa

pengetahuan tentang hukum-hukum-Nya yang tetap (sunnatullah). Pengetahuan

itu dapat dicapai dengan mendayagunakan intelektualitas rasionalitas secara

maksimal.

Manusia adalah makluk sosial, hidup di antara dan bersama manusia-

manusia lain dalam hubungan tertentu. Oleh karena itu manusia tidak mungkin

dapat memenuhi kemanusiaannya dengan baik tanpa berada di tengah sesamanya.

Iman dan ilmu saja tidaklah berarti apa-apa jika tidak diterapkan dalam bentuk

kerja nyata bagi kemanusiaan. Inilah yang disebut amal. Kerja kemanusiaan atau

amal saleh mengambil bentuknya yang utama dalam usaha yang sungguh-

sungguh secara esensial menyangkut kepentingan manusia secara keseluruhan,

yaitu menegakkan keadilan dalam masyarakat sehingga setiap orang memperoleh

harga diri dan martabat sebagai manusia. Usaha ini disebut amar ma’ruf.

Universitas Sumatera Utara


63

Lawannya disebut nahi munkar, yaitu mencegah segala bentuk kejahatan dan

kemerosotan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam bentuk yang lebih konkrit, usaha ini

diwujudkan misalnya melalui pembelaan terhadap kaum lemah dan tertindas, serta

usaha ke arah peningkatan nasib dan taraf hidup mereka yang wajar dan layak

sebagai manusia.

Dengan integrasi iman, ilmu, dan amal itulah manusia akan mampu

memenuhi kodratnya, yaitu sebagai hamba di hadapan Tuhan dan sebagai khalifah

di hadapan alam. Cita-cita ideal HMI kiranya tertuang dalam NDP tersebut.

menjadi manusia kreatif yang mampu berinovasi dalam kerja-kerja nyata demi

mempertinggi harkat kemanusiaan (amal saleh); disertai ilmu sebagai alat untuk

melakukan itu; dan tentu saja dilandasi oleh iman yang benar.

2.3.3 Kaderisasi

2.3.3.1 Pengertian Kader

Menurut AS. Hornby dalam kamusnya Oxford Advanced Learner’s

Dictionary dikatakan bahwa “Cadre is small group of people who are specially

chosen and tarined a particular purpose” Jadi pengertian kader adalah “

Sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan akan menjadi

tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar”. Hal ini dapat

dijelaskan, Pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi,

mengenal aturan-aturan permainan organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai

dengan selera pribadi. Bagi HMI aturan-aturan itu sendiri dari segi nilai adalah

Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dalam pemahaman memaknai perjuangan sebagai

alat untuk mentransformasikan nilai-nilai ke-Islaman yang membebaskan

(Leberation Force) dan memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas

Universitas Sumatera Utara


64

(Musrhad’afin). Sedangkan dari segi operasionalisasi organisasi adalah AD/ART

HMI, pedoman perkaderan dan pedoman ketentuan organisasi

lainnya. Kedua, seorang kader mempunyai komitmen yang terus menerus

(permanen), tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah

(konsisten) dalam memperjuangkan dan melaksanakan

kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang

punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas manusia

yang lebih besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi adalah aspek

kualitas. Keempat, seorang keder memiliki visi dan perhatian yang serius dalam

merespon dinamika sosial lingkungannya dan mampu melakukan ” sosial

engineering”.

2.3.3.2 Pengertian kaderisasi

Redatin Parwadi Jurnal Wawasan Volume 12, Nomor 1, (2006) adapun

pengertian kaderisasi adalah proses mempersiapkan calon-calon pemimpin suatu

organisasi untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang. Tujuan kaderisasi

adalah mempersiapkan calon-calon pemimpin demi kesinambungan organisasi,

sehingga jika terjadi pergantian pemimpin dapat berjalan mulus karena sudah

dipersiapkan. Dengan demikian pengangkatan seorang pemimpin sebaiknya

melalui proses kaderisasi.

Dengan adanya kaderisasi, diharapkan organisasi akan bertahan dalam

waktu cukup lama, tidak bersifat ad-hoc dalam mengemban visi dan

melaksanakan misinya. Pepatah Belanda mengatakan on mis baar, yang kalau

diterjemahkan secara bebas berarti tidak ada di dunia ini atau organisasi apapun

yang tidak tergantikan. Pada saatnya seorang pemimpin secara alamiah atau sebab

Universitas Sumatera Utara


65

lain pasti akan turun dan digantikan oleh yang lain. Apalagi bagi pemimpin

oganisasi modern, yang anggotanya terdiri dari manusia-manusia yang

mempunyai pemikiran rasional, mempunyai wawasan ke depan, serta semakin

tidak populernya teori “timbulnya pemimpin karena dilahirkan”. Pemimpin

tumbuh dan berkembang karena melalui proses pembinaan dan dimatangkan oleh

lingkungan. Sistem pengkaderan di dalam suatu organisasi akan sangat tergantung

dari besar kecilnya organisasi, lingkup atau bidang kegiatan yang menjadi misi

pokok, sistem nilai yang dianut, serta eksistensi organisasi, apakah sementara atau

jangka panjang.

Nanang Fattah, (2000) Kader pada mulanya adalah suatu istilah militer

atau perjuangan yang berasal dari kata carde yang definisinya adalah pembinaan

yang tetap sebuah pasukan inti (yang terpercaya) yang sewaktu-waktu

diperlukan. Pius A. Partanto dan M. Dahlan A- Barry, (1994) Kader dalam

kamus ilmiah populer adalah orang yang dididik untuk menjadi pelanjut

tongkat estapet suatu partai atau organisasi tunas muda dan dalam kamus

Induk Istilah Imiah Seri Intelektual. M. Dahlan Al-Barry, L. Lya sofyan yacub

(2003) di sebut bahwa kader adalah generasi penerus atau pewaris dimasa

depan (dalam organisasi, pemerintahan atau partai politik)Dalam kata lain

kader adalah orang yang diharapkan akan memegang pekerjaan penting

dalam organisasi. Kader diartikan sebagai orang yang diharapkan akan

memegang jabatan atau pekerjaan penting di pemerintahan, partai dan lain-

lain. Sedangkan pengkaderan adalah proses mempersiapkan seseorang untuk

menjadi penerus di masa depan, yang akan memikul tanggung jawab

penting di lingkungan suatu organisasi.

Universitas Sumatera Utara


66

Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (2006) Dalam

suatu organisasi ada ketentuan priode kepemimpinan seseorang; Adanya

penolakan dari anggota kelompok, yang menghendaki pemimpinnya diganti,

baik secara wajar maupun tidak wajar. ; Proses alamiah, menjadi tua dan

kehilangan kemampuan dalam memimpin; Kematian.

2.3.3.3 Proses Kaderisasi

2.3.3.3.1 Kaderisasi Informal

Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (2006) Untuk

melahirkan seorang kader yang berkualitas diperlukan proses dengan jangka

waktu yang cukup lama. Seluruh kehidupan seseorang sejak masa kanak-kanak

dan masa remaja merupakan masa kaderisasi untuk menjadi pemimpin dalam

upaya membentuk pribadi, agar memiliki keunggulan dalam aspek-aspek yang

dibutuhkan untuk mampu bersaing. Kaderisasi disebut juga proses pendidikan

termasuk proses belajar disekolah, peluang yang diberikan orang tua (pendidikan

keluarga) peluang dalam kurikulum dan program ekstra kurikulum dan

program ekstra kurikulum serta lingkungan. Kepribadian positif harus dipupuk

sejak dini dan seumur hidup. Dari proses tersebut seseorang dapat

mengurangi, mengubah, menghilangkan aspek-apek negatif. Usaha

mengembangkan kepribadian positif itu tergantung kepada orang tua, karena

disekolah terfokus pada kurikulum, waktu belajar dan pengajar terbatas, dan

hanya berorientasi pada intelektual. kaderisasi Informal terdapat beberapa

indikator atau kriteria kelebihan.Berkepribadian positif; Gigih; Mempunyai

loyalitas; Mempunyai dedikasi terhadap organisasi; Memiliki sifat dan sikap

pasrah kepada tuhan yang maha esa sebagai penentu yang mutlak.

Universitas Sumatera Utara


67

2.3.3.3.2 Kaderisasi Formal

Perkataan formal menunjukan bahwa usaha mempersiapkan seseorang

calon kader dilakukan secara berencana, teratur dan tertib, sistematis, terarah,

dan disengaja usaha itu bahkan dapat diselenggarakan secara melembaga,

sehingga semakin jelas sifat formalnya. Untuk itu proses kaderisasi mengikuti

suatu kurikulum yang harus dilaksanakan selama jangka waktu tertentu dan

berisi bahan-bahan teoritis serta bahan-bahan lain sebagai pendukungnya.

Kaderisasi tersebut di atas memiliki nilai positif karena mempunyai

daya dorong bagi peningkatan prestasi melalui kompetisi atau persaingan sehat

seperti jujur dan sportif. Sebaliknya juga akan berfungsisebagai motivasi

untuk menumbuhkan dan mengembangkan kerja sam, karena untuk berprestasi

tidak mungkin diwujudkan lagi. Usaha kaderisasi internal yang bersifat formal,

dapat ditempuh dengan beberapa cara sebagai berikut: Memberi kesempatan

menduduki Jabatan Pemimpin pembantu ; Latihan kepemimpinan didalam atau di

luar organisasi; Untuk memberikan kesempatan kepada anggota organisasi

untuk; mengikuti program memepersiapkan calon pemimpin, yang

diselenggarakan dalam jangka waktu tertentu; Memberikan tugas belajar.

Schuler, Randell S., Susan E, (1997) Untuk mempersiapkan calon pemimpin

yang berkualitas dalam suatu organisasi, perlu dilakukan kegiatan kaderisasi

Kaderisasi kepemimpinan secara formal dan bersifat eksternal dilakukan

sebagai berikut. Menyeleksi sejumlah generasi muda lulusan lembaga pendidikan

jenis dan jenjang tertentu, untuk diangkat memimpin satu unit yang sesuai atau

ditugaskan magang sebelum memimpin unit di maksud; Menyeleksi sejumlah

Universitas Sumatera Utara


68

generasi muda lulusan lembaga pendidikan jenis dan jenjang tertentu, kemudian

ditugaskan belajar pada lembaga pendidikan yang lebih tinggi, di dalam atau

luar negri.; Memesan sejumlah generasi muda dari lembaga pendidikan

formal dengan program khusus atau spesialisasi, sesuai dengan bidang yang

dikelola organisasi pemesan ; Menerima sejumlah generasi muda dari suatu

lembaga pendidikan untuk melakukan kerja praktik di lingkungan organisasi.

Dari pengamatan bilamana ditemukan generasi muda yang dinilai memenuhi

persyaratan untuk dikaderkan menjadi pemimpin, dapat ditawari pekerjaan

setelah tamat.; Memberikan beasiswa atau tunjangan belajar pada anak-anak

yatim piatu atau yang orang tuanya tidak mampu, sebagai mahasiswa yang

berprestasi, dilingkungan sekolah atau perguruan tinggi yang sesuai dengan

kebutuhan organisasi. Setelah tamat langsung ditempatkan pada jalur yang

memberi peluang baginya untuk melatih dan mempersiapkan diri menjadi

pimpinan secara bertahap.

Schuler, Randell S., Susan E, (1997) Faktor pertama yang harus

diperhatikan dalam organisasi adalah manusia, ia merupakan aset termahal

dan terpenting. Manusia ibarat urat nadi kehidupan dari sebuah organisasi

ditentukan oleh faktor manusia yang mendukungnya. Veithzal Rivai, (2006)

Sumberdaya manusia (human resources) dapat diklasifikasikan menjadi dua

aspek, yaitu kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah sumber

daya manusia (populasi penduduk) yang sangat kontribusinya. Sedangkan apek

kulitas menyangkut mutu dari sumber daya manusia yang berkaitan dengan

kemampuan fisik maupun kemampuan nonfisik (kecerdasan non mental)

Universitas Sumatera Utara


69

yang menyangkut kemampuan bekerja, berfikir, dan keterampilan-keterampilan

lainnya.

2.3.4 Perkaderan HMI dan Pembagunan Pemuda

Hasil-hasil Kongres HMI XXVII di Depok tentang Pedoman Perkaderan

(2010), Dalam menjalankan fungsinya sebagai organisasi kader HMI

menggunakan pendekatan yang sistematik dalam keseluruhan proses

pengkaderannya. Semua bentuk aktifitas perkaderan disusun dengan semangat

integralistik untuk mengupayakan tercapainya tujuan organisasi. Maka dari itu

HMI memberikan keterangan yang jelas dan tegas terkait sistem perkaderan pada

pedoman perkaderannya.

Melihat HMI berfungsi sebagai organisasi kader, maka seluruh aktifitasnya

harus memperhatikan kualitas para anggotanya. Sifat kader HMI dipertegas dalam

tujuan pasal 4 anggaran dasar HMI dan usaha-usaha pada pasal 5 AD HMI.

Tujuan ini mengarahkan kemana perkaderan itu dibawa dan output dan inputnya

itu semua terdapat pada usaha yang harus dilakukan.

Kader HMI haruslah berkualitas dan mempunyai nilai lebih dari mahasiswa

lainnya. Kader HMI merupakan Human Material yang di hadapi HMI untuk

dibina dan di kembangkan supaya mereka yang memiliki kualitas-kualitas sebaga

imahasiswa yang terampil atau ahli dalam bidang keimuannya.

Sebagai kadermereka memiliki kesadaran untuk berlatih dan mengembangkan

potensi pribadinya guna menyongsong masa depan umat, peradaban, bangsa,

Negara Indonesia. Sebagai pejuang mereka ikhlas, bersedia berbuat dan berkorban

guna mencapai cita-cita umat Islam dalam menopang peradaban dan kemajuan

bangsa Indonesia kini dan mendatang. Inilah yang menjadi landasan kaderisasi

Universitas Sumatera Utara


70

pendidikan di lingkungan HMI. Seperti HMI Cabang Medan haruslah membina

kader dengan wawasan keilmuan dan wawasan kepemimpinan sesuai fungsi dan

perannya.

Berarti kegiatan dan aktifitas HMI merupakan pendidikan kader (kaderisasi)

dengan sasaran anggota-anggota HMI dalam hal: (A) Watak dan

Kepribadiaannya yaitu dengan memberikan kesadaran agama, akhlak dan watak

yang menjelma menjadi individu yang beriman, berakhlak luhur, memiliki watak

ontektik serta memiliki pengabdiaan dalam arti hakiki. (B) Kemamapuan

Keilmuan yang Luas, Yaitu dengan membina anggota sehingga memiliki

keilmuaan dan pengetahuan serta kecerdasan dan kebijaksanaan. Seorang kader

HMI dituntut sebagai intelektual yang paripurna yang tidak hanya pakar pada

bidang keilmuannya akan tetapi ia akan memperluas cakrawala keilmuannya

ditambah dengan kecerdasan dan kebijaksanan karena ia sadar seebagai hamba

Allah yang mempunyai tanggung jawab sosial. (C) Keterampilannya. Pandai dan

cerdas menerjemahkan ide juga pikiran dalam praktik. Dengan terbinanya tiga

sasaran tersebut maka terbinalah lima insan cita HMI yang beriman berilmu dan

beramal.

Dengan demikian terbinanya tiga sasaran tersebut. Maka terbinalah insan

cita HMI yang ber-Iman, ber-Ilmu dan ber-Amal. Tujuan HMI telah memberikan

gambaran tentang insan cita.

Agus Salim Sitompul, (2006) HMI mempunyai peran dan berpartisipasi

aktif, konstruktif bersama-sama pemerintah Indonesia menciptakan kondisi yang

kondusif dalam semua aspek kehidupan bangsa. HMI harus bekerjasama dengan

pemerintah, dan berani mengambil sikap kooperatif dan kritis terhadap

Universitas Sumatera Utara


71

pemerintah dalam melayani rakyatnya. Kebijaksanaan harus sesuai dengan ajaran

Islam (yang komperhensif, dinamis, progresif dan adil) yang memihak kepada

kepentingan rakyat menyerukan dan amal ma’ruf nahi munkar. HMI juga harus

berpartisifasi aktif dalam meningkatkan harkat martabat peradaban bangsa

Indonesia dalam bidang pendidikan, ekonomi, kebudayaan sosialpolitis dan

dimensi lainnya untuk mencapai amanat pancasila dan UUD 45, yakni masyarakat

adil dan makmur.

Maka dari itu semua jelaslah HMI mempunyai peran serta dalam

pembangunan Bangsa dan Negara ini. Untuk melaksanakan pembangunan, faktor

yang sangat diperlukan adalah ilmu pengetahuan dan mengetahui medan

perjuangan. Sebagai pengabdi Negara, kader HMI di gamabarkan sebagai

pemimpin yang dibutuhkan oleh umat yaitu dengan menjadi negarawan yang

“problem solver”yaitu tipe “administrator” disamping ilmu pengetahuan

diperlukan pula adanya iman/akhlak, sehingga mereka mampu melaksanakan

tugas kerja kemanusiaan (amal saleh). Manusia yang demikian mempunyai

garansi yang obyektif untuk menghantarkan bangsa Indonesia ke dalam suatu

kehidupan yang sejahtera adil dan makmur serta kebahagiaan, agar terwujudnya

bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat, menghargai HAM, serta

menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dengan tegas tertulis dalam Pembukaan

UUD 1945 dalam alinea kedua.

Universitas Sumatera Utara


72

2.3.5 Defenisi Pemuda dan Mahasiswa

Untuk selanjutnya kita melihat pengertian kata muda menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (1984) muda yaitu belum sampai setengah umur. Dalam

kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda

dan kaum muda. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau kaum muda

memiliki definisi beragam. Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik

sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami

perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia

pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus

yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Secara internasional,WHO

menyebut sebagai young people dengan batas usia 10 - 24 tahun, sedangkan usia

10-19 tahun disebut adolescenea atau remaja. International Youth Year yang

diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun

sebagai kelompok pemuda.

Dalam buku pola dasar dan pengembangan generasi muda (1987)

disebutkan Jika dilihat dari segi biologis, terdapat istilah-istilah bayi, anak,

remaja, pemuda dan dewasa. Bayi 0-1 tahun, anak 1-12 tahun, remaj, 12-15

tahun, pemuda 15-30 tahun, dewasa, 30 tahun keatas. Jika dilihat dari segi budaya

atau fungsional maka dikenal istilah-istilah anak, remaja, dan dewasa. Anak 0-12

tahun, remaja 13-18 tahun, dewasa 18-21 tahun keatas

Dimuka pengadilan manusia berumur 18 tahun sudah dianggap dewasa.

Untuk tugas-tugas negara 18 tahun sering diambil sebagai batas dewasa, Tetapi

menurut hak seperti hak pilih, ada yang mengambil 18 tahun, ada yang

Universitas Sumatera Utara


73

mengambil 21 tahun sebagai permulaan dewasa. Dilihat dari segi psikologis dan

budaya, maka pematangan pribadi ditentukan pada usia 21 tahun. Jika dilihat dari

angkatan kerja ditemukan istilah tenaga muda. Tenaga muda adalah calon-calon

yang dapat diterima sebagai tenaga kerja yang diambil antara 18-22 tahun. Dilihat

dan segi idioiogis, politis, maka generasi muda adalah calon pengganti generasi

terdahulu dalam hal ini berumur antara 18-30 tahun, dan kadang-kadang sampai

umur 40 tahun. Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang

lingkup tempat pemuda berada yaitu Siswa, usia 6-18 tahun, masih ada di bangku

sekolah, mahasiswa Universitas atau perguruan tinggi, usia antara 18-25, pemuda

di luar lingkungan adalah maupun perguruan tinggi, usia antara15-30 tahun.

Berdasarkan UU. No. 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan Pasal 1 yang

berbunyi Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting

pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga

puluh) tahun. menurut Sarwono (1978) adalah setiap orang yang secara resmi

terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar

18-30 (tiga tahun). Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat

yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa

juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan

masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat.

Didalam PP No.30 tentang pendidikan tinggi disebutkan bahwa mahsiswa

adalah anggota masyarakat yang berada pada tataran elit karena kelebihan yang

dimilikinyanya. Mempunyai ke-khasan fungsi, baik itu peran maupun tanggung

jawab.

Universitas Sumatera Utara


74

Definisi tentang pemuda di atas lebih pada definisi teknis berdasarkan

kategori usia sedangkan definisi lainnya lebih fleksibel. Dimana pemuda, generasi

muda, kaum muda baik yang berstatus mahasiswa maupun tidak. adalah mereka

yang memiliki semangat pembaharu dan progresif. Pemuda dan mahasiswa adalah

individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun

belum memiliki pengendalian emosi yang stabil. Pemuda dan mahasiswa

menghadapi masa perubahan sosial maupun kultural. Menilik dari sisi usia maka

pemuda merupakan masa perkembangan secara biologis dan psikologis. Oleh

karenanya pemuda selalu memiliki aspirasi yang berbeda dengan aspirasi

masyarakat secara umum. Dalam makna yang positif aspirasi yang berbeda ini

disebut dengan semangat pembaharu. Berdasarkan UU. NO. 40 Tahun 2009

tentang kepemudaan Pasal 2, Kepemudaan adalah berbagai hal yang berkaitan

dengan potensi, tanggung jawab, hak, karakter, kapasitas, aktualisasi segala hal

yang berkaitan dengan kepemudaan.

Dari pendapat di atas diambil suatu pengertian bahwa pemuda dan

mahasiwa adalah sekalian orang yang mempunyai usia muda belum setengah

umur dan mempunyai kesamaan dalam masa, hidupnya, akibat pengalaman yang

mirip dan keterikatan yang sama, bersikap kritis dan proresif.

2.4 HMI Dalam Pembangunan Wilayah

2.4.1 Posisi Dan Peran Kader HMI Dalam Mengawal Pembangunan


Daerah

Telah di jelaskan sebelumnya bahwa fungsi HMI sebagai organisasi

Perkaderan, maka seluruh aktivitasnya harus dapat memberi kesempatan

berkembang bagi kualitas-kualitas pribadi anggota-anggotanya. Sifat kekaderan

Universitas Sumatera Utara


75

HMI dipertegas dengan tujuan HMI dalam pasal 5 Anggaran Dasar HMI. Tujuan

ini telah memberi tuntutan perkaderan HMI harus terarahkan pada pembentukan

lima kualitas Insan Cita yaitu, insan akademis, pencipta, pengabdi, yang

bernafaskan Islam insan yang bertanggung jawab dalam mewujudkan Indonesia

yang adil dan sejahtera. Manusia yang di cita-citakan HMI tentunya bukan hanya

wacana yang ada dalam konstitusi dan pedoman perkaderan semata, namun

terwujud dalam bentuk aksi.

HMI mempunyai peran dan berpartisipasi aktif, konstruktif bersama-sama

Pemerintah Indonesia menciptakan kondisi yang kondusif dalam semua aspek

kehidupan bangsa. HMI harus bekerjasama dengan pemerintah, dan berani

mengambil sikap kooperatif dan kritis terhadap pemerintah dalam melayani

rakyatnya. Kebijaksanaan harus sesuai dengan ajaran Islam (yang komperhensif,

dinamis, progresif dan adil) yang memihak kepada kepentingan rakyat

menyerukan dan amal ma’ruf nahi munkar. HMI juga harus berpartisifasi aktif

dalam meningkatkan harkat martabat peradaban bangsa Indonesia dalam bidang

pendidikan, ekonomi, kebudayaan sosialpolitis dan dimensi lainnya untuk

mencapai amanat pancasila dan UUD 45, yakni masyarakat adil dan makmur.

Maka dari itu semua jelaslah HMI mempunyai peran serta dalam

pembangunan Bangsa dan Negara ini. Untuk melaksanakan pembangunan, faktor

yang sangat diperlukan adalah ilmu pengetahuan dan mengetahui medan

perjuangan. Sebagai pengabdi Negara, kader HMI di gamabarkan sebagai

pemimpin yang dibutuhkan oleh umat yaitu dengan menjadi negarawan yang

“problem solver”yaitu tipe “administrator” disamping ilmu pengetahuan

diperlukan pula adanya iman/akhlak, sehingga mereka mampu melaksanakan

Universitas Sumatera Utara


76

tugas kerja kemanusiaan (amal saleh). Manusia yang demikian mempunyai

garansi yang obyektif untuk menghantarkan bangsa Indonesia ke dalam suatu

kehidupan yang sejahtera adil dan makmur serta kebahagiaan, agar terwujudnya

bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat, menghargai HAM, serta

menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dengan tegas tertulis dalam Pembukaan

UUD 1945 dalam alinea kedua.

Menurut HMI, kebijakan pembangunan yang diambil untuk menjalankan

mekanisme pembangunan nasional disemua bidang harus tetap bertumpu pada

ralitas, tumbuh dan berkembang dalam seluruh lapisan masyarakat. Hal itu tidak

saja menyangkut aspirasi dan kemampuan adaptasi berdadasarkan tingkat

kekuatan yang dimiliki akan tetapi terlih pada filsafat hidupnya yang justru

menjadi sumber sistem dan tata nilai moral untuk mendukung kelangsungan hidup

budayanya.

Seorang Kader HMI bekali oleh daya nalar baik secara rasio maupun

kalbu memungkin kita memilki penilain terhadap kondisi bangsa sekarang ini.

Sebagai oraganisasi kader, HMI hadir dalam mempersiapkan kader-kadernya

dalam melakukan sosial control terhadap dinamika persoalan yang terjadi di

tengah-tengah masyrakat. Memberikan pengawasaan secara optimal terhadap

persoalaan bangsa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari mission

himpunan mahasiswa islam dalam pengbdian kepada masyarakat. Peran serta

HMI dalam mengawal pembangunan daerah sangat di harapkan. HMI di harapkan

mampu memberikan kontribusi besar dalam mengawal jalannya roda pemerintah

ke arah yang benar. Sehingga, optimalisasi otonomi daerah bisa memenuhi terget

dalam memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Konsekuensi atas adanya

Universitas Sumatera Utara


77

prinsip otonomi dan azas desentralisasi yang melahirkan local government atau

pemerintah daerah ini menuntut pemerintah daerah untuk mampu mengurusi

kepentingan rumah tangganya sendiri dengan pengelolaan kebijakan dan biaya

sendiri. Sedangkan hubungan antara pemerintah pusat kepada daerah hanya

sebatas melakukan pengawasan. Praktek penyelenggaraan pemerintahan daerah ,

pembangunan, dan pelayanan publik ini harus berdasar atas good governance atau

tata pemerintahan yang baik.

Disini peran dari publik juga sangat diperlukan dalam melakukan

pengawasan atas berjalanya pemerintahan daerah yang berprinsip pada good

governance. HMI sebagai organisasi mahasiswa yang didalamnya memiliki tujuan

untuk mewujudkan masyarakat adil makmur diharapkan turut andil dalam

pengawasan terhadap pemerintah. Dengan dihuni oleh kader-kader intelektual,

HMI diharapka juga dapat memberikan konstribusi dalam mewujudkan

pemerintahan yang baik. Posisi HMI sebagai agen of control dan duduk dalam

posisi non struktural dalam pemerintah menuntut HMI dapat melakukan

pengawasan atas pengambilan kebijakan yang dilakukan pemerintah daerah yang

berhubungan dengan masyarakat. Mempengaruhi wacana dalam pemerintah demi

terwujudnya masyarakat adil makmur haruslah berani dilakukan oleh kader-kader

HMI.

2.4.2 Lima Kualitas Insan Cita HMI Dan Pembangunan Manusia

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang juga sebagai sebuah organisasi

kemahasiswaan, bukan hanya berfungsi sebagai organisasi massa tetapi juga

merupakan organisasi pengkaderan. Dimana selain merupakan tempat

berkumpulnya orang-orang dengan tujuan yang sama, organisasi pengkaderan

Universitas Sumatera Utara


78

juga memiliki tangung jawab untuk terus mencari kader-kader baru, mendidiknya

dalam sebuah pelatihan, serta melakukan pengawasan dan aktivitas untuk

mengambangkan potensi kader yang kesemuanya itu diatur dalam sebuah sistem

yang diciptakan oleh organisasi pengkaderan itu sendiri. Visi merupakan suatu

tujuan atau angan-angan yang dicita-citakan. Visi Intelektual HMI tercantum

dalam pasal 4 AD HMI yang berbunyi : “Terbinanya insan akademis, pencipta,

dan pengabdi yang berbafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya

masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT” Pembahasan akan tujuan HMI

tersebut kemudian termaktub dalam hasil kongres dalam tafsir tujuan dan

membahas mengenai lima kualitas insan cita, yang terdiri dari :

1. Kualitas Insan Akademis

Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional,

obyektif, dan kritis. Memiliki kemampuan teoritis, mampu

memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku

dan menghadapi suasana sekelilingnya dengan kesadaran. Sanggup berdiri

sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya,

baik secara teoritis maupun tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah

yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan

prinsip-prinsip perkembangan.

Aktualisasi untuk saat ini adalah sebagai insan akademis,

dihadapkan pada kehidupan yang serba praktis dengan berbagai

kepentingan asal menguntungkan seperti ini, terkadang kita mengorbankan

status akademisi kita dan lebih memilih untuk menjadi pelacur intelektual.

Kader HMI tetap harus menjaga independensi akademisnya,

Universitas Sumatera Utara


79

mengesampingkan kepentingan-kepentingan praktis, melakukan inovasi-

inovasi sesuai dengan bidang ilmunya guna mendukung dan

mensukseskan bangsanya dalam pembangunan kualitas sumber Daya

Pemuda. Bukan malah mengabdi kepada kepentingan asing yang bisa

merugikan bangsanya.

2. Kualitas Insan Pencipta :

Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari

sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk

baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa yang ada (yaitu

Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari

perbaikan dan pembaharuan. Bersifat independen dan terbuka, tidak

isolatif, insan yang menyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya

dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah. Dengan

ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja

kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.

Aktualisasinya dalam permasalahan yang ada saat ini khususnya

terhadap pembangunan sumber daya pemuda, kader HMI harus berpikiran

terbuka, melakukan inovasi-inovasi, mampu melihat peluang-peluang

seperti peluang pengembangan ekonomi dan budaya.

3. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi

Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau

untuk sesama umat. Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya

hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya

menajadi baik. Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang

Universitas Sumatera Utara


80

bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan

ilmunya untuk kepentingan sesamanya.

Aktualisasinya dalam permasalahan yang ada saat ini khususnya

pembangunan sumber daya pemuda, kader HMI harus memiliki kesadaran

social, sehingga ia tidak hanya mencari keuntungan untuk dirinya sendiri,

namun ia juga mampu membangun lingkungan masyarakatnya, sehingga

bisa sejahtera bersama-sama.

4. Kualitas Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan

pengabdi yang bernafaskan Islam

Ajaran islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir

dan pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi

pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal

Islam. Dengan demikian Islam telah menapasi dan menjiwai karyanya.

Ajaran Islam telah berhasil membentuk unity personality dalam

dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari

split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga

negara dan dirinya sebagai muslim insan ini telah mengintegrasikan

masalah suksesnya dalam pembangunan nasional bangsa kedalam

suksesnya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.

Aktualisasinya dalam permasalahan yang ada saat ini khususnya

dalam pembangunan sumber daya pemuda kader HMI dituntut untuk tetap

berpegang teguh pada ajaran-ajaran islam, berhubungan dengan Negara

asing tentu saja didalamnya terdapat transfer-transfer nilai dan kebudayaan

yang kadang bertentangan dengan islam.

Universitas Sumatera Utara


81

5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil

makmur yang diridhoi oleh Allah SWT :

Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam dan

bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang

diridhaai oleh Allah SWT. Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang

dari perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan

adanya keberanian moral. Spontan dalam menghadapi tugas, responsip

dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis. Rasa

tanggungjawab, takwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk

mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam me wujudkan

masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Korektif terhadap

setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat

yang adil dan makmur. Percaya pada diri sendiri dan sadar akan

kedudukannya sebagai khallifah fil ard yang harus melaksanakan tugas-

tugas kemanusiaan.

Pada pokoknya insan cita HMI merupakan Man of future insan

pelopor yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap

terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi

cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara

kooferatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Ideal type dari hasil

perkaderan HMI adalah “man of inovator”. Penyuara Idea of Progress

insan yang berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan

jujur tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Dengan

memiliki kualitas insan cita tersebut, diharapkan kader-kader HMI mampu

Universitas Sumatera Utara


82

berperan lebih dalam pembangunan manusia Man of future dan man of

inovator guna tercapainya kesejahteraan masyarakat serta memajukan

bangsanya Indonesia

Lima Kualitas Insan Cita haruslah menjadi pegangan yang teguh bagi

kader HMI untuk ikut berperan aktif dalam upaya mewujudkan masyarakat adil

makmur. Peran aktif dalam pengawalan kebijakan pemerintah dan peran aktif

dalam membantu pemerintah daerah untuk mewujudkan masyarakat adil makmur

diemban dengan penuh rasa tanggung jawab dengan tetap berpegang pada visi

intelektual HMI. Mengadakan kajian interen, guna pembahasan akan isu lokal

daerah masing-masing, lalu kemudian diangkat dalam tataran wilayah

(provinsi/kabupaten/kota), duduk bersama dengan stageholder pemerintahan

daerah merupakan salah satu bentuk upaya untuk ikut serta dalam mengawal

pemerintahan daerah agar berjalan dengan baik sesuai dengan prinsip-prinsip

pemerintahan yang baik.

Hasil dari perkaderan HMI yang memiliki visi intelektual yang dijabarkan

dalam Lima kualitas insan cita diharapakan menjadikan kader HMI sebagai man

of inovator di daerahnya masing-masing. Salah satu peran kader HMI dari sekian

banyak cara untuk dapat ikut dalam upaya menciptakan tata pemerintahan yang

baik. Ketika muncul suatu permasalahan, masalah tersebut kita ibaratkan adalah

sebuah air. Masalah harus diatasi atau ditanggulangi. Masalah dipecahkan dengan

jalan membuat saluran khusus dan kemudian meninggikan tanggul bendungan

lebih tinggi ketimbang permukaan air yang ada dibendungan agar airnya tidak

meluap. Ini artinya, ketika muncul suatu permasalahan yang kompleks didalam

masyarakat, kader HMI haruslah tanggap dan mampu bertindak untuk bisa sedikit

Universitas Sumatera Utara


83

memberikan jalan keluar akan permasalahan yang sedang muncul. Fungsi

pengawasan bagi mahasiswa yaitu memberikan saran dan opini terkait

permasalahn yang muncul di permukaan. Ikut membantu pemerintah daerah

dalam menyelesaikan jalan keluar permasalahan. Inilah yang disebut pembuatan

jalur khusus, yaitu secara tanggap akan masalah yang muncul, lalu memberikan

penangglangan awal kepada masyarakat dan kemudian sembari duduk bersama

dengan stageholder pemerintahan daerah mencari jalan keluar atas permaslahan

yang muncul, agar tidak meluap seperti air bendungan yang berlebihan. Seperti

Teori Broken Window yaitu “apabila ada suatu permasalahan yang didiamkan,

maka akan muncul persoalan-persoalan yang lain”. Sama halnya seperti analogi

bendungan. Ketika air meluap dan tanggul tidak ditinggikan, maka akan muncul

masalah baru yaitu jebolnya tanggul dan menyebabkan banjir. Sangatlah perlu

dipahami dengan baik mengenai visi intelektual HMI yang tertuang dalam pasal 4

AD HMI. Karena kader HMI sebagai kader bangsa, sebagai insan akademis, dan

sebagai khalifah fir’ad memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat adil

makmur dan menjalankan tugas-tugas kemanusiaan.

2.5 Pembangunan Manusia

Definisi Pembangunan Manusia menurut UNDP (1995) (United Nation

Development Program) adalah suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan

bagi penduduk. Jika mengacu pada pengertian tersebut, maka penduduk menjadi

tujuan akhir dari pembangunan, sedangkan upaya pembangunan merupakan

sarana (principal means) untuk tujuan tersebut. Definisi ini lebih luas dari definisi

pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam

konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta

Universitas Sumatera Utara


84

dipahami dari sisi manusianya, bukan hanya dari sisi pertumbuhan ekonomi.

Dari definisi yang diberikan oleh UNDP tersebut mencerminkan bahwa

manusia dalam suatu wilayah selayaknya memiliki dan diberikan pilihan-pilihan

yang luas dan dibutuhkan dukungan dari pemerintah guna memberikan sarana

bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dan mengambil keputusan sesuai

dengan pilihan yang diambilnya. Paradigma tersebut memunculkan pilihan-

pilihan yang lebih luas bagi masyarakat seperti kebebasan politik, ekonomi dan

sosial serta kesempatan untuk menjadi lebih kreatif dan produktif sesuai dengan

hak-hak manusia yang menjadi bagian dari paradigma tersebut.

Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal

pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan,

pemberdayaan UNDP, (1995). Secara ringkas empat hal pokok tersebut

mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Produktivitas. Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan

produktivitas dan berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan

pendapatan dan nafkah. Pembangunan ekonomi, dengan demikian

merupakan himpunan bagian dari model pembangunan manusia.

2. Pemerataan. Penduduk harus memiliki kesempatan/peluang yang sama

untuk mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan

sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh

akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat

dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif

yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

Universitas Sumatera Utara


85

3. Kesinambungan. Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus

dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua

sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui.

4. Pemberdayaan. Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan

proses yang akan menentukan bentuk arah kehidupan mereka, serta untuk

berpartisipasi dan mengambil manfaat dari proses pembangunan.

Arief Budiman (2000) Pembangunan manusia pada hakikatnya adalah

memperluas pilihan bagi masyarakat dengan tujuan akhir mencapai kesejahteraan

tiap-tiap anggota masyarakat sehingga pembanguan manusia dalam hal ini juga

mencakup berbagai aspek lainnya yaitu selain aspek ekonomi terdapat pula aspek

sosial, politik, budaya serta aspek lainnya untuk menjadikan manusia lebih

produktif dalam berkegiatan. Dengan demikian paradigma pembangunan manusia

mencakup dua sisi yaitu berupa informasi kapabilitas manusia seperti perbaikan

taraf kesehatan, pendidikan dan keterampilan. Sisi lainnya adalah pemanfaatan

kapabilitas mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, kultural,

sosial dan politik.

UNDP, (1995) Aspek pembangunan manusia ini dapat dilihat dari Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia ini merupakan

salah satu alternatif pengukuran pembangunan selain menggunakan Gross

Domestic Bruto. Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh

negara atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka

harapan hidup, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat dan tingkat

pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang layak.

Universitas Sumatera Utara


86

Tingkat pendidikan dan kesehatan individu penduduk merupakan faktor

dominan yang perlu mendapat prioritas utama dalam peningkatan kualitas sumber

daya manusia. Dengan tingkat pendidikan dan kesehatan penduduk yang tinggi

menentukan kemampuan untuk menyerap dan mengelola sumber-sumber

pertumbuhan ekonomi baik dalam kaitannya dengan teknologi sampai

kelembagaan yang penting dalam upaya meningkatkan tingkat kesejahteraan

penduduk itu sendiri yang semuanya bermuara pada aktivitas perekonomian yang

maju.

2.5.1 Indeks Pembangunan Manusia

Menurut UNDP (1995) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah

pengukuran perbandingan dari angka harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan

standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk

mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang

atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan

ekonomi terhadap kualitas hidup.

Indeks ini dikembangkan oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan

Mahbub ul Haq (1990) seorang ekonom pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari

Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics.

Sejak itu dipakai oleh program pembangunan PBB pada laporan HDI tahunannya.

Indeks ini lebih fokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya

sekedar pendapatan perkapita yangs elama ini digunakan dan indeks ini juga

berguna sebagai jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang

lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya.

Universitas Sumatera Utara


87

Indeks pembangunan manusia merupakan indeks komposit yang digunakan

untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam tiga hal mendasar

pembangunan manusia, yaitu: lama hidup, yang diukur dengan angaka harapan

hidup ketika lahir dan angka kematian bayi (infant mortality rate); pendidikan

yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk

usia 15 tahun ke atas; dan standar hidup yang diukur dengan pengeluaran per

kapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli. Nilai indeks ini berkisar

anatara 0-100.

2.5.2 Komponen-komponen IPM

2.5.2.1 Indeks Harapan hidup

Menurut UNDP (1995) Indeks Harapan Hidup menunjukkan jumlah tahun

hidup yang diharapkan dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan

memasukkan informasi mengenai angka kelahiran dan kematian per tahun

variabel diharapkan akan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus hidup

sehat masyarakat. Sehubungan dengan sulitnya mendapatkan informasi orang

yang meninggal pada kurun waktu tertentu, maka untuk menghitung angka

harapan hidup digunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel).

Data dasar yang dibutuhkan dalam metode ini adalah rata-rata anak lahir hidup

dan rata-rata anak masih hidup dari wanita pernah kawin. Secara singkat, proses

penghitungan angka harapan hidup ini disediakan oleh program Mortpak. Untuk

mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan cara menstandartkan angka harapan

hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya.

Universitas Sumatera Utara


88

2.5.2.2 Indeks Pendidikan

Penghitungan Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indikator yaitu angka

melek huruf (Lit) dan rata-rata lama sekolah (MYS). Populasi yang digunakan

adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas karena pada kenyataannya penduduk

usia tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. Batasan ini diperlukan agar

angkanya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang

berusia kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah

sehingga belum pantas untuk rata-rata lama sekolahnya. Kedua indikator

pendidikan ini dimunculkan dengan harapan dapat mencerminkan tingkat

pengetahuan (cerminan angka Lit), dimana Lit merupakan proporsi penduduk

yang memiliki kemampuan baca tulis dalam suatu kelompok penduduk secara

keseluruhan. Sedangkan cerminan angka MYS merupakan gambaran terhadap

keterampilan yang dimiliki penduduk.

2.5.2.3 Indeks Hidup Layak

Untuk mengukur dimensi standar hidup layak (daya beli), UNDP

mengunakan indikator yang dikenal dengan real per kapita GDP adjusted. Untuk

perhitungan IPM sub nasional (provinsi atau kabupaten/kota) tidak memakai

PDRB per kapita karena PDRB per kapita hanya mengukur produksi suatu

wilayah dan tidak mencerminkan daya beli riil masyarakat yang merupakan

concern IPM. Untuk mengukur daya beli penduduk antar provinsi di Indonesia,

BPS menggunakan data rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih dari Survei Sosial

Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh

masyarakat Indonesia dan telah distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah

dan antar waktu yang disesuaikan dengan indeks PPP (Purchasing Power Parity).

Universitas Sumatera Utara


89

2.6 Pemerintah dan Pembangunan Kepemudaan

2.6.1 Tujuan Inti Pembangunan Kepemudaan

Sakhyan Asmara, (tanpa tahun) Deputi Bidang Pengembangan Pemuda

Kemepora merumuskan tujuan inti pembangunan kepemudaan sebagai berikut:

1. Pemuda yang beriman dan bertakwa; (Karakter)

2. Berakhlak mulia; (Karakter)

3. Demokratis; (Karakter)

4. Bertanggungjawab; (Karakter)

5. Sehat, cerdas, kreatif, inovatif, dan mandiri; (Kapasitas)

6. Berjiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan.

(Karakter & Kapasitas)

7. Berdaya saing; (Daya Saing)

ARSITEKTUR PEM BAN GUNAN NASIO NAL KEPEM UDAAN

PEM UDA M AJU


SASARAN PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN
INDIVIDU KELOMPOK LEMBAGA

PELAKSANA KEBIJAKAN KEPEMUDAAN


PEMERINTAH
PEMERINTAH MASYARAKAT
DAERAH
PENGEMBANGA
PEMBERDAYAA
PELAYANAN
PENYADARAN

PELAYANAN PELAYANAN
N

KEBIJAKAN KEPEMUDAAN (PEMERINTAH/KEMENTERIAN)


SEBAGAI REGULATOR DAN FASILITATOR (NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN
KRITERIA)

POTENSI KEPEMUDAAN MASALAH KEPEMUDAAN

Drs. H. Sakhyan Asmara, M.SP–Deputi BidangPemberdayaanPemuda 5

Gambar 2.1 Arsitektur Pembangunan Kepemudaan

Universitas Sumatera Utara


90

2.6.2 Potensi dan Masalah Pemuda

2.6.2.1 Potensi Pemuda

Berdasrkan sumber proyeksi data single years BPS Tahun (2009)

1. Banyaknya jumlah pemuda usia 16 sampai 30 tahun ± 62 juta jiwa atau 27

% dari jumlah penduduk Indonesia.

2. Asumsi jumlah unit Organisasi Kepemudaan (OK) terus meningkat (±

277.298 OK dari tingkat nasional sampai kelurahan-desa);

3. Peran pemuda dapat diandalkan sebagai agen perubahan, kontrol sosial,

dan kekuatan moral;

4. Kapasitas dan kualitas pemuda dapat dikembangkan sebagai penentu masa

depan bangsa;

5. Terdapat peluang pemuda sebagai kekuatan sosial ekonomi bangsa;

6. Pemuda adalah pengemban misi dalam meningkatkan harkat dan martabat

bangsa.

7. Aspek demografi: pemuda adalah komponen terbesar dalam struktur

penduduk Indonesia.

8. Aspek fisiologis: pemuda adalah usia di mana seseorang mengalami

puncak kesehatan dan kebugaran, yang tentu dapat menjadi modal untuk

mendongkrak produktivitas kerja.

9. Aspek psikologis: pemuda memiliki mentalitas sebagai seorang pemberani

yang mendobrak kejumudan zaman, pembaharu, inovator, dan pelopor.

10. Aspek sosiologis: pemuda memiliki interaksi sosial yang luas dalam

pergaulannya dengan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara


91

11. Aspek politis: pemuda relatif bisa diterima oleh semua pihak, karena

belum menanggung beban dan kesalahan politik masa lalu.

2.6.2.2 Masalah Pemuda

Dalam UU No. 7 (RPJPN) ada bebarapa hal yang menjadi hambatan

pembangunan pemuda (Kemenpora, 2010), yakni.

1. Masih relatif rendahnya tingkat partisipasi sekolah pemuda;

2. Masih relatif rendahnya tingkat pendidikan pemuda;

3. Masih relatif tingginya tingkat pengangguran pemuda;

4. Masih relatif rentan terhadap perilaku menyimpang di kalangan pemuda

(narkoba, sex bebas, pornoaksi, pornografi,);

5. Adanya kecenderungan aktivitas pemuda lebih banyak di kota dari pada di

desa;

6. Adanya kecenderungan merebaknya sikap pragmatisme dan hedonisme di

sebagian kalangan pemuda;

7. Adanya kecenderungan munculnya perilaku kekerasan di sebagian

kalangan pemuda;

8. Adanya kecenderungan sikap acuh tak acuh terhadap masalah moral dan

akhlaq mulia di sebagian kalangan pemuda;

9. Adanya kecenderungan meredupnya nasionalisme di sebagian kalangan

pemuda;

10. Masih terbatasnya prasarana dan sarana pembangunan kepemudaan;

11. Belum maksimalnya koordinasi 21 Kementerian dan Lembaga yang

mempunyai program kepemudaan.

Universitas Sumatera Utara


92

2.6.2.3 Kondisi Pemuda

1. Berdasarkan data yang diperoleh dari United Nations Population Division,

menyatakan bahwa jusmlah pemuda di Dunia mencapai 1,809.6 juta jiwa

dari sekitar 7,2 M pemuda Indonesia.

2. Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik, (2013) ini jumlah pemuda

mencapai 62,6 juta orang. Itu artinya, rata-rata jumlah pemuda 25 persen

dari proporsi jumlah penduduk secara keseluruhan sekitar 250 Juta

penduduk Indonesia.

3. Secara umum persebaran jumlah pemuda di Pulau Jawa menempati posisi

pertama dengan persentase 57,94 persen. Kemudian, Pulau Sumatera dan

sekitarnya memiliki persentase 21,71 persen, Pulau Sulawesi dan

sekitarnya (8,13 persen), Pulau Kalimantan (5,78 persen), Pulau Bali dan

Nusa Tenggara (5,2 persen) dan Papua (1,2 persen).

Tabel 2.6
PROFIL TINGKAT PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN INDONESIA
PERIODE TAHUN 2009 - 2013

r 2009-
No. INDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013 Status r Keterangan
2013
1 Proporsi pemuda (%) 25.04 26.23 25.69 25.50 24.79
2 Jumlah pemuda (juta jiwa) 57.81 62.34 61.95 62.53 61.75
PENDIDIKAN
3 Angka Partisipasi Sekolah 17.07 17.10 17.48 17.80 21.16 1.49 Lambat
4 Rata-rata lama sekolah 9.41 9.56 9.47 9.67 9.84 1.04 Sangat lambat
5 Angka melek huruf (%) 99.10 98.32 98.56 98.90 99.08 -1.17 Sangat lambat
6 Proporsi pendidikan SMA (%) 30.93 33.99 31.33 33.10 35.33 1.59 Menengah
7 Proporsi pendidikan tinggi (%) 6.18 6.20 6.46 6.86 6.89 0.93 Sangat lambat
KETENAGAKERJAAN
8 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 62.69 64.40 63.44 62.90 61.16 -1.42 Sangat lambat
9 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 10.07 19.59 8.37 8.32 14.69 0.00
10 Proporsi yang bekerja (%) 52.61 51.78 55.07 54.50 52.18 -0.98 Sangat lambat
11 Tingkat Wirausaha Pemuda 26.44 26.44 22.78 19.30 18.30 -1.82 Sangat lambat
KESEHATAN
12 Tingkat Kesehatan 87.30 88.84 90.48 89.70 91.70 2.51 Cepat

Sumber: Badan Pusat Statistik


r = shortfall indeks

Universitas Sumatera Utara


93

Bappenas, (2014) Kualitas dan kapasitas pemuda masih rendah, ditunjukkan

dengan angka partisipasi sekolah usia 16-18 tahun (61,06 persen), usia 19-24

tahun (15,84 persen), dan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan sebagian

besar lulusan SMP (32,03 persen) dan SMA (39,96 persen) (BPS, 2012).;

Keterampilan dan kecakapan hidup, serta kemandirian pemuda belum optimal,

ditunjukkan dengan tingkat pengangguran pemuda sebesar 8,32 persen, dan

pemuda berwirausaha sendiri (10,90 persen) dan berwirausaha dibantu buruh

(8,41 persen) (Statistik Kepemudaan, 2012); Permasalahan sosial di kalangan

pemuda seperti penyalahgunaan narkoba, kriminalitas, kekerasan dan tawuran

pelajar; Kepeloporan dan kepemimpinan pemuda masih terbatas, ditunjukkan

dengan terbatasnya pemuda yang menjadi anggota parlemen serta kepemimpinan

dan kepeloporan pemuda di berbagai bidang.

2.6.2.4 Penyadaran Pemuda

Menurut Sakhyan Asmara, (tanpa tahun) Deputi Bidang Pengembangan

Pemuda Kemepora

1. Aspek Psikologi: pemuda merupakan usia pencarian jati diri yang

memiliki tingkat kerawanan sosial cukup tinggi.

2. Usia pemuda sedang mengalami proses pembelajaran (learning process)

atau proses sosialisasi.

3. Sosialisasi memiliki arti penting dalam pembentukan karakter dan jati diri

pemuda. Karena sosialisasi merupakan proses transmisi kebudayaan, nilai

dan norma dari satu generasi ke generasi berikutnya. Melalui proses

Universitas Sumatera Utara


94

sosialisasi, pemuda akan belajar mengetahui dan memahami tingkah

pekerti-tingkah pekerti apakah yang harus dilakukan, dan yang harus

ditinggalkan. Pendekatan Sosialisasi:

a. Sosialisasi Otoriter: sosialisasi nilai dan norma yang mengandung

aturan-aturan keharusan yang biasanya dilaksanakan dengan paksaan

(biasanya oleh pihak yang lebih senior, seperti orangtua, guru)

b. Sosialisasi Ekualitas: sosialisasi atas dasar asas kesamaan dan kooperasi

antara yang mensosialisasi dan yang disosialisasi (dilakukan oleh teman

sepermainan)

2.6.2.5 Pemberdayaan Pemuda

Sakhyan Asmara, (tanpa tahun) Deputi Bidang Pengembangan Pemuda

Kemepora

1. Pemberdayaan pemuda adalah kegiatan membangkitkan potensi dan peran

aktif pemuda

2. Pemberdayaan pemuda dilaksanakan secara terencana, sistematis, dan

berkelanjutan untuk meningkatkan potensi dan kualitas jasmani, mental

spiritual, pengetahuan, serta keterampilan diri dan organisasi menuju

kemandirian pemuda.

3. Pemberdayaan pemuda ini difasilitasi oleh Pemerintah, pemerintah daerah,

masyarakat, dan organisasi kepemudaan

Universitas Sumatera Utara


95

2.6.2.6 Strategi Pemberdayaan Pemuda

Sakhyan Asmara, (tanpa tahun) Deputi Bidang Pengembangan Pemuda

Kemepora

1. Menciptakan Iklim atau Suasana yang memungkinkan potensi pemuda

berkembang. Mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan

potensi yang dimiliki serta upaya untuk mengembangkannya.

2. Memperkuat Potensi yang dimiliki pemuda; Menyediakan input dan

membuka peluang (akses)

3. Melindungi agar potensi pemuda dapat berkembang, Mencegah terjadinya

persaingan yang tidak seimbang serta kemungkinan terjadinya eksploitasi

yang kuat atas yang lemah

4. Dukungan Program Pembangunan yang memberdayakan, Program

pembangunan diarahkan untuk dapat memberdayakan pemuda.

2.6.2.7 Pengembangan Pemuda

Amar Ahmad, (Tanpa Tahun) Asisten Deputi Bidang Pengembangan

Pemuda Kemepora

1. Pengembangan pemuda dilaksanakan secara terencana, sistematis, dan

berkelanjutan untuk meningkatkan potensi kepemimpinan, kepeloporan,

dan kewirausahaan pemuda.

2. Pengembangan pemuda difasilitasi oleh Pemerintah, pemerintah daerah,

masyarakat, dan organisasi kepemudaan

Universitas Sumatera Utara


96

Tabel 2.7 Program Pengembangan Kepemudaan

Pengembangan Dilaksanakan Melalui

Pengembangan Kegiatan

Kepemimpinan mengembangkan

potensi

keteladanan,

keberpengaruhan,

serta

penggerakan

pemuda

Pengembangan Kegiatan mengembangkan potensi

Kewirausahaan keterampilam dan kemandirian berusaha.

Pengembangan Kepeloporan Kegiatan mengembangkan potensi dalam

merintis jalan, melakukan terobosan, menjawab

tantangan, dan memberikan jalan keluar atas

berbagai masalah.

2.6.2.8 Upaya Mewujudkan Pemuda Berdaya Saing

Amar Ahmad, (Tanpa Tahun) Asisten Deputi Bidang Pengembangan

Pemuda Kemepora

1. Pengembangan kepemimpinan pemuda adalah kegiatan mengembangkan

potensi keteladanan, keberpengaruhan, serta penggerakan pemuda.

Universitas Sumatera Utara


97

2. Pengembangan kewirausahaan pemuda adalah Kegiatan mengembangkan

potensi keterampilan dan kemandirian berusaha.

3. Pengembangan kepeloporan pemuda adalah Kegiatan mengembangkan

potensi dalam merintis jalan, melakukan terobosan, menjawab tantangan,

dan memberikan jalan keluar atas pelbagai masalah.

2.6.2.9 Kepemimpinan Pemuda

Jenis Kepemimpinan Berdasarkan Asal-Usul Legitimasi (Max Weber):

1. Kepemimpinan Tradisional, legitimasi kepemimpinan yang diperoleh

berdasarkan kepercayaan agama dan tradisi

2. Kepemimpinan Kharismatik, legitimasi kepemimpinan yang diperoleh

karena kharisma yang dimiliki

3. Kepemimpinan Legal-Rasional, legitimasi kepemimpinan yang diperoleh

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang telah disepakati

bersama

4. Kaderisasi kepemimpinan pemuda masih didasarkan pada patronase,

ditandai dengan mayoritas pemuda di Parlemen berasal dari keluarga

pejabat, politisi, pengusaha, artis.

5. Kaderisasi kepemimpinan yang berorientasi patronase akan menyuburkan

praktik korupsi dan nepotisme.

Universitas Sumatera Utara


98

6. Kaderisasi kepemimpinan pemuda secara alamiah dibutuhkan iklim

pendidikan yang mendukung: demokratisasi, produktivitas, berwawasan

ke depan, jiwa kepemimpinan dan keteladanan, serta kecakapan hidup.

2.6.2.10 Kewirausahaan Pemuda

Berdasarkan data BPS RI-Sakernas Agustus 2011 terlihat pada gambar

sebaran lapangan pekerjaan dan status pekerjaan pemuda sebagai berikut:

2.6.2.10.1 Lapangan Usaha Pemuda

Gambar 2.2 Usaha Pemuda

2.6.2.10.2 Status Pekerjaan Pemuda

Gambar 2.3 Pekerjaan Pemuda

Universitas Sumatera Utara


99

a. Sebagian besar pemuda bekerja sebagai buruh/karyawan (46,83%)

b. Pemuda yang berwirausaha masih rendah, yaitu sebesar 22,84% dengan

rincian: berusaha sendiri (12,68%), dan berusaha dibantu buruh (10,16%).

c. Sebagian besar pemuda bekerja di bidang Pertanian (29,18%) dan

Perdagangan (22,32%).

d. Perlu didorong pemuda bekerja di sektor industri, jasa dan keuangan

(sektor usaha masa depan)

2.6.2.10.3 Pengembangan Kewirausahaan Pemuda

Hamka Hendra Noer, (Tanpa Tahun) Asisten Deputi Bidang

Pengembangan Pemuda Kemepora

Gambar 2.4 Pertumbuhan dan Investasi

Universitas Sumatera Utara


100

Tahap Pertumbuhan Usaha dan Intervensi yang Dibutuhkan:

a. Pre start-up stage: wirausahawan mengalami kesulitan dalam hal

perencanaan bisnis (perencanaan teknis, penentuan target pasar, strategi

pemasaran) dan mental untuk berwirausaha.

b. The start-up stage: wirausahawan menghadapi kesulitan cash flow. Di

mana modal awal sudah terkuras untuk persiapan membuka usaha, belanja

barang dagangan, peralatan, sewa lokasi, gaji pegawai, Sementara omset

masih rendah.

c. Early-growth stage: wirausahawan mengalami krisis permodalan untuk

melakukan ekspansi bisnis.

d. Later-growth stage: wirausahawan menghadapi masalah sistem

manajemen, regenerasi kepemimpinan, perluasan pasar, inovasi bisnis dan

industrialisasi.

2.6.2.10.4 Identifikasi Kegiatan Kewirausahaan

Hamka Hendra Noer, (Tanpa Tahun) Asisten Deputi Bidang

Pengembangan Pemuda Kemepora

Gambar 2.5 Proses Pertumbuhan

a. Intervensi kegiatan menumpuk pada Tahap Pre Start-Up dan The Start-

Up, sedangkan Tahapan lainnya belum ada yang melakukan intervensi.

Universitas Sumatera Utara


101

b. Perlu ada sinergi antara K/L agar tidak terjadi tumpang tindih

(overlapping) dalam melakukan kegiatan pengembangan kewirausahaan

pemuda.

c. Perlu mendorong K/L dan instansi terkait (Kemen Perindustrian, Kemen

Perdagangan, Perbankan, Kawasan Industri dan Perdagangan, Pusat

Perbelanjaan) untuk berpartisipasi dalam pengembangan kewirausahaan

pemuda

2.6.2.11 Kepeloporan Pemuda

Sakhyan Asmara, (tanpa tahun) Deputi Bidang Pengembangan Pemuda

Kemepora bahwa Evolusi Masyarakat dan Kebutuhan Kompetensi

Tabel 2.8 Ciri Masyrakat dan Kehidupannya

Masyarakat Mekanik Masyarakat Organik

Ciri Kehidupan Kompetensi Ciri Kehidupan Kompetensi

a. Pembagian kerja 1. Fisik a. Pembagian kerja 1. Fisik

rendah 2. Mental tinggi 2. Mental

b. Solidaritas kuat b. Solidaritas lemah 3. Intelektual

c. Hukum represif c. Hukum restitutif 4. Jaringan

dominan dominan

d. Individualitas d. Individualitas

rendah tinggi

e. Ketergantungan e. Ketergantungan

rendah tinggi

f. Bersifat primitif- f. Bersifat industrial-

pedesaan perkotaan

Universitas Sumatera Utara


102

2.6.2.11.1 Kepeloporan dan Perubahan Zaman

Kompetensi yang diperlukan pemuda untuk menjadi pemuda pelopor

selalu berubah sesuai perkembangan zaman:

a. Era 1928: kepeloporan pemuda dihadapkan pada tantangan membangun

entitas negara-bangsa Indonesia

b. Era Millenium (2000): kepeloporan pemuda dihadapkan pada tantangan

globalisasi dan modernisasi.

c. Kepeloporan adalah sikap berdiri di muka, merintis, membuka jalan, dan

memulai sesuatu, untuk diikuti, dilanjutkan, dikembangkan, dan dipikirkan

oleh yang lain.

2.6.2.11.2 Strategi Pengembangan Kepeloporan Pemuda

a. Pemuda perlu memiliki: concept, competence, connection, dan

confidence untuk menjadi pemuda pelopor di era globalisasi dan

modernisasi (Moss Kanter, 1994).

b. Peningkatan peran Organisasi Kepemudaan dan organisasi sosial

lainnya sebagai wadah pengembangan kepeloporan pemuda (Ginanjar

Kartasasmita, 1997).

c. Menumbuhkan inovasi dan kreativitas pemuda (M. Budi Setiawan,

M.Eng, 2009)

Universitas Sumatera Utara


103

2.7 Kualitas Sumber Daya Manusia

2.7.1 Pengertian Kualitas Sumber Daya Manusia

Beberapa ahli memberikan pengertian kualitas sumber daya manusia.

Sumber daya manusia merupakan daya yang bersumber dari manusia. Daya yang

bersumber dari manusia dapat juga disebut tenaga atau kekuatan (energi atau

power). Sesuatu yang harus utuh dan berkualitas, dapat dilihat dari aspek yang

relative mudah untuk dibangun sampai ke aspek yang relative rumit.

Sesuai dengan masalah yang kan dibahas, peneliti mengajukan teori

kualitas sumber daya manusia yang dikemukakan oleh Sedarmayanti (2001)

dalam buku Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, mengemukakan

bahwa Kualitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah

dipenuhi berbagai persyaratan, spesifikasi, dan harapan.

Pengertian Sumber Daya Manusia dikemukakan pula oleh Sedarmayanti

(2001) dalam buku Sumber Daya manusia dan produktivitas Kerja bahwa sumber

Daya Manusia adalah tenaga kerja atau pegawai di dalam suatu organisasi yang

mempunyai peran penting dalam mencapai keberhasilan.

Pengertian lain dikemukakan oleh Nawawi (1997) dalam buku

Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Kompetitif”, adalah sebagai

berikut, Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di suatu organisasi

(disebut juga personal tenaga kerja, atau karyawan).

Salim (1996) dalam bukunya Aspek Sikap Mental dalam Manajemen

sumber Daya Manusia mengemukakan pengertian Kualitas Sumber Daya Manusia

sebagai berikut, Kualitas Sumber Daya Manusia adalah nilai dari perilaku

Universitas Sumatera Utara


104

seseorang dalam mempertanggungjawabkan semua perbuatannya baik dalam

kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2009) menjelaskan bahwa kualitas

sumber daya manusia adalah menyangkut dua aspek yaitu aspek fisik (kualitas

fisik) dan aspek non fisik (kualitas non fasik) yang menyangkaut kemampuan

bekerja, berpikir dan keterampilan.

Sedangkan Menurut Ndraha (1997) mengatakan bahwa pengertian kualitas

sumber daya manusia, yaitu: Sumber Daya Manusia yang berkualitas adalah

sumber daya manusia yang mampu menciptakan bukan saja nilai komparatif,

tetapi juga nilai kompetitif – generatif – inovatif dengan menggunakan energi

tertinggi seperti intelligence, creativity, dan imagination, tidak lagi semata-mata

menggunakan energi kasar seperti bahan mentah, lahan, air, energi otot, dan

sebagainya.

Sebagai bahan perbandingan, penulis juga mengemukakan pengertian

kualitas sumber daya manusia menurut Matindas (1997) mengemukakan bahwa

Kualitas Sumber Daya manusia adalah sumber daya manusia yang bukan hanya

memiliki kesanggupan untuk menyelesaikan pekerjaannya, melainkan juga untuk

mengembangkan dirinya serta mendorong pengembangan diri rekan-rekannya.

Pengertian Kualitas Sumber Daya Manusia menurut Danim (1996) dalam

bukunya Transformasi Sumber Daya Manusia, sebagai berikut, Kualitas Sumber

Daya Manusia adalah sumber daya yang memenuhi kriteria kualitas fisik dan

Universitas Sumatera Utara


105

kesehatan, kualitas intelektual (pengetahuan dan keterampilan), dan kualitas

mental spiritual (kejuangan).

2.7.2 Pengertian Sumber Daya Manusia

Pengertian sumber daya manusia dan penerapannya sering kali masih

belum sejalan dengan keinginan organisasi. Sementara keselarasan dalam

mengelola SDM menjadi faktor utama kesuksesan jalannya sebuah organisasi.

Sonny Sumarsono (2003) Sumber Daya Manusia atau human recources

mengandung dua pengertian. Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat

diberikan dalam proses produksi. Dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas

usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa. Pengertian kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu

bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti

mampu melakukan kegiatan yang mempunyai kegiatan ekonomis, yaitu bahwa

kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau

masyarakat.

Mary Parker Follett Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu seni

untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain

untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain

tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.

Definisi ini, yang dikemukakan oleh Mary Parker Follett, mengandung arti

bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-

orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlakukan, atau

dengan kata lain dengan tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara


106

Manajemen memang dapat mempunyai pengertian lebih luas dari pada itu,

tetapi definisi di atas memberikan kepada kita kenyataan bahwa kita terutama

mengelola sumber daya manusia bukan material atau finansial. Di lain pihak

manajemen mencakup fungsi-fungsi perencanaan (penetapan apa yang akan

dilakukan), pengorganisasian (perencanaan dan penugasan kelompok kerja),

penyusunan personalia (penarikan, seleksi, pengembangan, pemberian

kompensasi, dan penilaian prestasi kerja), pengarahan (motivasi, kepemimpinan,

integrasi, dan pengelolaan konflik) dan pengawasan.

M.T.E. Hariandja (2002) Sumber Daya Manusia merupakan salah satu

faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain

seperti modal. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Mathis dan Jackson (2006)

SDM adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk

memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai

tujuan organisasi.

Demikian pula menurut The Chartered Institute of Personnel and

Development (CIPD) dalam Mullins (2005). Sumber daya manusia dinyatakan

sebagai strategi perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan untuk mengelola

manusia untuk kinerja usaha yang optimal termasuk kebijakan pengembangan dan

proses untuk mendukung strategi.

Hasibuan (2003) Pengertian Sumber Daya Manusia adalah kemampuan

terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya

Universitas Sumatera Utara


107

dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya

dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.

SDM terdiri dari daya fikir dan daya fisik setiap manusia. Tegasnya

kemampuan setiap manusia ditentukan oleh daya fikir dan daya fisiknya. SDM

atau manusia menjadi unsur utama dalam setiap aktivitas yang dilakukan.

Peralatan yang handal atau canggih tanpa peran aktif SDM, tidak berarti apa-apa.

Daya pikir adalah kecerdasan yang dibawa sejak lahir (modal dasar) sedangkan

kecakapan diperoleh dari usaha (belajar dan pelatihan). Kecerdasan tolok ukurnya

Intelegence Quotient (IQ) dan Emotion Quality (EQ).

2.7.3 Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan sumber daya manusia (human resource development) secara

makro adalah suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam

rangka mencapai suatu tujuan pembangunan bangsa. Proses peningkatan disini

mencakup perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan sumber daya manusia.

Bila bicara secara mikro maka sumber daya manusia yang dimaksud adalah

tenaga kerja, pegawai, atau karyawan (employee) dimana terdapat proses

perencanaan pendidikan, pelatihan, pengelolaan tenaga atau karyawan untuk

mencapai hasil yang optimal yang dapat berupa jasa maupun benda atau

uang. Istilah pengembangan sering disamakan dengan pelatihan.

Pengembangan (development) menunjuk kepada kesempatan-kesempatan

belajar (learning opportunities) yang di desain guna membantu pengembangan

para pegawai. Kesempatan yang demikian tidak terbatas pada upaya perbaikan

Universitas Sumatera Utara


108

performance pegawai pada pekerjaannya yang sekarang. Pengembangan

mempunyai skope yang lebih luas dibandingkan dengan pelatihan.

Bentuk organisasi tradisional yang hirarkis akan digantikan dengan bentuk

jaringan (network) yang lebih memberdayakan kerjasama kelompok. Melalui

organisasi yang demikian setiap individu akan memiliki informasi dengan mudah.

Pengembangan karir akan didasarkan kepada berbagai bentuk tugas-tugas

ketimbang urutan posisi jabatan bagaikan urutan tangga-tangga ke arah yang lebih

tinggi. Dalam jangka pendek, dapat diartikan sebagai pengembangan pendidikan

dan pelatihan untuk memenuhi segera tenaga ahli tehnik, kepemimpinan, tenaga

administrasi. Pengertian di atas meletakan manusia sebagai pelaku dan penerima

pembangunan. Tindakan yang perlu dilakukan dalam jangka pendek adalah

memberikan pendidikan dan latihan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja

terampil. Wexley dan Yukl (1976) mengemukakan : training and development are

terms reffering to planned efforts designed facilitate the acquisiton of relevan

skills, knowledge, and attitudes by organizational members

2.7.4 Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Secara pragmatis program pelatihan dan pengembangan memiliki dampak

positif baik bagi individu maupun organisasi. Smith (1997) menguraikan profil

kapabilitas individu berkaitan dengan keterampilanl yang diperoleh dari pelatihan

dan pengembangan. Seiring dengan pengusaan keahlian atau keterampilan

penghasilan yang diterima individu akan meningkat. Pada akhirnya hasil pelatihan

dan pengembangan akan membuka peluang bagi pengembangan karier individu.

Universitas Sumatera Utara


109

Dalam konteks tersebut peningkatan karier atau promosi ditentukan oleh

pemilikan kualifikasi keterampilan.

Sementara dalam situasi sulit dimana organisasi cenderung mengurangi

jumlah karyawannya, pelatihan dan pengembangan memberi penguatan bagi

individu dengan memberi jaminan job security berdasarkan penguasaan

kompetensi yang dipersyaratkan organisasi. Disaat kompetisi antar organisasi

berlangsung sangat ketat, persoalan produktivitas menjadi salah satu penentu

keberlangsungan organisasi disamping persoalan kualitas dan kemampuan SDM.

Program pelatihan dan pengembangan SDM dapat memberi jaminan pencapaian

ketiga persoalan tersebut pada peringkat organisasional.

2.7.5 Urgensitas Pengembangan Sumber Daya Manusia

Menurut Notoatmodjo Soekidjo (2003) dalam bukunya Manajemen Sumber

Daya Manusia, bahwa pengembangan Sumber Daya Manusia mencakup beberapa

kebutuhan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, sebagai berikut:

1. Kebutuhan fisiologis, Kebutuhan dasar bagi manusia yang masih bersifat

fisik atau kebendaan (sandang, pangan, papan)

2. Kebutuhan jaminan keamanan, Secara naluri manusia membutuhkan rasa

aman untuk bebas dari segala bentuk ancaman baik secara fisik maupun

psikologis dan social.

3. Kebutuhan yang bersifat social, Hidup berkelompok merupakan kebutuhan

manusia sebagai makhluk social. Untuk itu seseorang tidak hanya menjadi

anggota satu kelompok saja tetapi oleh beberapa organisasi atau kelompok

social.

Universitas Sumatera Utara


110

4. Kebutuhan yang bersifat pengakuan atau penghargaan, Manusia pada

dasarnya ingin dihargai dan memperoleh pengakuan dari orang lain atau

kelompoknya sehingga ia merasa memiliki harga diri.

5. Kebutuhan akan kesempatan mengembangkan diri, Realisasi dalam

pengembangan diri manusia sangat penting. Misalnya melalui pendidikan

yang lebih tinggi, pelatihan peningkatan kemampuan dan sebagainya.

2.7.6 Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Sumber Daya Manusia

2.7.6.1 Faktor Internal

Notoatmodjo Soekidjo (2003) Faktor internal mencakup keseluruhan

kehidupan organisasi yang dapat dikendalikan baik oleh pimpinan maupun oleh

anggota organisasi yang bersangkutan.

1. Misi dan tujuan organisasi. Untuk mencapainya perlu perencanaan yang

baik serta implementasi perencanaan tersebut harus secara tepat sehingga

diperlukan kemampuan tenaga dan hanya dicapai dengan pengembangan

SDM.

2. Strategi pencapaian tujuan. Kemampuan karyawan dalam memperkirakan

dan mengantisipasi keadaan diluar yang mempunyai pengaruh terhadap

organisasinya sehingga dapat memperhitungkan dampak yang akan terjadi.

3. Sifat dan jenis kegiatan. Pelaksanaan kegiatan yang dibuat oleh organisasi

akan mempengaruhi pola pengembangan sumber daya manusianya.

Contoh kegiatan teknis akan berbeda dengan kegiatan ilmiah.

4. Jenis teknologi yang digunakan.Sarana dan prasarana pendukung SDM

dalam bekerja di oraganisasi menjadi perhatian pula.

Universitas Sumatera Utara


111

2.7.6.2 Faktor Eksternal

1. Kebijaksanaan pemerintah. Baik melalui perundang-undangan, peraturan-

peraturan pemerintah, surat keputusan menteri dan pejabat pemerintah,

kesemuanya merupakan arahan yang harus diperhitungkan pemerintah.

2. Sosio-budaya masyarakat. Hal tersebut tidak dapat diabaikan karena

organisasi didirikan untuk kepentingan masyarakat.

3. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Organisasi harus

mengikuti perkembangan jaman yang sekarang semakin pesat dengan

tindakan karyawan memilih teknologi yang tepat untuk organisasinya.

2.8 Penelitian Relevan

Adapun penelitian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas sumber

daya manusia adalah sebagai berikut :

1. Penelitan yang berjudul peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam

upaya pencapaian visi badan kepegawaian daerah kota Surakarta yang di

teliti oleh Riska Aprillia Prawitasari (2009) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan anatara peningkatan kualitas sumber daya

manusia dengan pencapaian visi bdana kepegawaian daerah di Surakarta.

2. Penelitian yang berjudul Peran Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi

Kepulauan Riau Dalam Meningkatkan Kapasitas Pemuda Perbatasan, yang

di teliti oleh Rubaitul Halifah (2014) menunjukkan Hasil penelitian

menunjukkan bahwa peran Dinas Pemuda dan Olah Raga dalam

meningkatkan Kapasitas pemuda perbatasan adalah sangat penting,

hal ini sesuai dengan Perda Kepri No. 5 Tahun 2007 tentang

Universitas Sumatera Utara


112

Kewenangan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, senada dengan

UU No. 40 tentang Kepemudaan. Dalam bentuk kinerja realitasnya,

peran Dinas Pemuda dan Olah Raga Provinsi Kepulauan Riau dapat

dibuktikan dengan berbagai macam kegiatan, misal nya bidang

terwujudnya nya pemuda kader pemimpin bangsa, Wirausahawan,

menciptakan peran pemuda yang memiliki wawasan kebangsaan, dan

Mewujudkan Pemuda generasi bebas narkoba.

3. Penelitian yang berjudul Analisis Pembangunan Pemuda Indonesia (Studi

Indikator Pembangunan Pemuda Indonesia) dengan kata kunci

Pembangunan Pemuda, Pemuda, Youth Development Index, Permasalahan

pemuda, karakter pemuda, indikator pembangunan. Diteliti oleh saudara

Juni Supri Yanto program studikajian ketahanan nasional konsentrasi

kajian stratejik pengembangan kepemimpinan pada tahun 2009

menunjukkan hasil bahwa Pemuda adalah harapan bangsa. Melalui

pembangunan pemuda diharapkan pemuda dapat dipersiapkan agar kelak

mampu menjadi penerus. Tesis ini membahas mengenai pembangunan

pemuda, aspek-aspek apa saja yang menjadi perhatian dan prioritas dalam

pembangunan pemuda Indonesia. Metode Penelitian yang digunakan

adalah metode kualitatif dengan sifat eksploratif. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan April-Mei 2009. Hasilnya menyebutkan ada dua

kelompok besar permasalahan pemuda. Pertama kelompok permasalahan

yang sistemik dimana pemuda tidak dapat me nghindarinya, penyebabnya

adalah faktor eksternal. Kedua, kelompok permasalahan karakter pemuda,

penyebabnya adalah faktor internal diri pemuda. Selain itu, penelitian ini

Universitas Sumatera Utara


113

menghasilkan juga domain-area dan indikator untuk pengukuran

pembangunan pemuda Indonesia.

2.9 Kerangka Konsep

1. Himpunan Mahsiswa Islam sebagai organisasi perkaderan yang memiliki

jenjang, strutur dan tingkatan yang bersifat formal, informal dan non

formal. dalam training dan pelatihan seperti Basic Training (LK I),

Intermedite Training (LK II) dan Advance Training (LK III). Sedangkan

training pelatihan non formal Senior Course (SC) Training of Trainer

(TOT) dan training pelatihan informal seperti Up Grading, Folow Up dan

sebagainya.

2. Sebagai kader, Pemuda HMI memiliki kualifikasi kemampuan yang

disebut dengan 5 kualitas insan cita.

Universitas Sumatera Utara


114
18

x Variabe y

Kader Himpunan Mahasiswa


Islam (HMI)

Pembangunan
Ideologi Kader Ideologi Kader Himpunan
Kepemimpinan Kepemudaan
HMI Mahasiswa Islam (HMI) Di Kota Medan

Penerapan Ideologi Himpunan


Mahasiswa Islam
(HMI)Terhadap

Gambar 2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


115
18

2.10 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan yang bersifat sementara sehingga perlu

pembuktian Widodo, (2014). Karena ia merupakan dugaan sementara maka

hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk pernyataan dan sikron dengan perumusan

masalah dan tujuan penelitian.

Berdasarkan defenisi diatas maka peneliti menentukan hipotesis dalam

penelitian ini adalah

1. Terdapat hubungan signifikan yang positif antara Kader Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan

Kepemudaan di Kota Medan.

2. Terdapat hubungan signifikan yang positif antara Ideologi Kader

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan

Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan.

3. Terdapat hubungan signifikan yang positif antara Penerapan Ideologi HMI

Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi

Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


116

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan Ibu Kota Sumatera Utara.

Pertimbangan penelitian dilaksanakan di Kota Medan disebabakan bahwa awal

berdirinya HMI di Sumatera Utara adalah di Kota Medan, Melihat potensi

perkembangan perguruan tinggi begitu pesat sebagai objek dan subjek HMI dalam

perekrutan kader, Kemudian berkembang kedaerah-daerah dan sekarang ada 8

Cabang penuh dan 1 Cabang Persiapan, diataranya HMI Cabang Medan, HMI

Cabang Binjai, HMI Cabang Langkat, HMI Cabang Asahan, HMI Cabang

Labuhan Batu Raya, HMI Cabang Siantar, HMI Cabang Sidempoan, HMI Cabang

Madina dan HMI Cabang Persiapan Tapanuli tengah Tapanuli utara.

Lokasi penelitian ditentukan secara Purposive, berdasarkan pertimbangan

sebagai berikut:

1. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi yang tumbuh dan

berkembang pada era perjuangan kemerdekaan, artinya organisasi ini telah

banyak mencatat sejarah sebagai wujud pembangunan manusia dan masih

tetap eksis sampai sekarang, memiliki alumnus-alumnus yang telah

mengabdikan diri bagi Bangsa dan Negara.

2. Himpunan Mahsiswa Islam (HMI) telah lama hadir, Tumbuh berkembang

dan besar di Kota Medan dan di Kota – Kota Besar dan kecil di penjuru

Nusantara Republik Indonesia.

116

Universitas Sumatera Utara


117

3. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merekrut para Pemuda yang berstatus

Mahasiswa yang terdapat diperguruan negeri dan swasta, Baik yang masih

berkembang maupun telah maju dan besar.

4. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Medan Bertempat di Jl. Adi

nugoro 15 di Kota Medan sebagai sekretariat berhimpun.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016 sampai dengan bulan

Agustus 2016 setelah dinyatakan lulus pada seminar proposal tesis yang

dilaksanakan pada tanggal 13 Juni 2016.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif, yaitu mengungkap hubungan antar variabel dan

dinyatakan dalam angka serta menjelaskannya dengan membandingkan dengan

teori-teori yang telah ada dan menggunakan teknik analisi data yang sesuai

dengan variabel dalam penelitian. Variabel dalam penelitian ini yaitu Ideologi

kader HMI sebagai variabel bebas independen (x) dan pembangunan

kepemimpinan kepemudaan di Kota Medan sebagai variabel terikat dependen (y),

Pengumpulan data dilakukan dengan cara survey (Singarimbun 2011) menyatakan

penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menyebar

kuesioner sabagai alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pelaksaan menurut

(Singaribun 2011) adalah, Merumuskan masalah penelitian dan menentukan

Universitas Sumatera Utara


118

tujuan survei; Menetukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan;

Pengambilan sampel; Pembuatan kuesioner; Pekerjaan lapangan; Pengolahan

data; Analisa dan pelaporan.

Peneliti mengumpulkan data dan fakta berdasarkan pengamatan situasi

yang wajar (alamiah) sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi atau dimanipulasi

(Kaelan. 2005). Dalam metode survei instrumen penelitian menggunakan

pertanyaan-pertanyaan terstruktur, terukur dan sistematis yang sama kepada

kelompok tertentu sesuai dengan sasaran penelitian yang kemudian seluruh

jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah dan dianalisis. Langkah dari

metode survei terdiri dari pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan analisa

data kemudian membuat kesimpulan dan terkhir menyusun hasil penelitian yang

dalam bentuk tesis. Penelitian ini akan menggambarkan Ideologi pemuda

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam pembangunan kepemudaan di Kota

Medan.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi dari suatu objek atau subjek yang

memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiono, 2007).

Populasi dalam penelitian ini meliputi anggota biasa HMI Cabang Medan

sebanyak 4200 ini diambil melalui manupulasi data dengan metode yang

diterapkan oleh konstitusi HMI dalam peranikan jumlah utusan dalam Konferensi

tingkat cabang HMI. Rumusnya sebagai berikut. Banyaknya utusan Komisariat

Universitas Sumatera Utara


119

dalam Konferensi Cabang ditentukan dari jumlah Anggota Biasa dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Sn = a.px-1

di mana :

x adalah bilangan asli (1, 2, 3, 4, ….)

Sn = Jumlah Anggota Biasa

a = 150 (seratus lima puluh)

p = Pembanding = 3 (tiga)

x = Jumlah Utusan

Jumlah Anggota Jumlah Utusan

50 s/d 149 : 1 orang utusan

150 s/d 449 : 2 orang utusan

450 s/d 1.349 : 3 orang utusan

1.350 s/d 4.049 : 4 orang utusan

4.050 s/d 12.149 : 5 orang utusan

12.150 s/d 36.449 : 6 orang utusan

Himpunan Mahasiswa Islam cabang Medan memiliki 28 komisariat penuh

dan 1 komisariat persiapan. Dalam pelaksanaan konferensi cabang masing-masing

komisariat penuh memiliki 2 utusan (mewakili 150 anggota biasa), sedangkan

Universitas Sumatera Utara


120

komisariat persiapan hanya memliki hak meninjau. Dalam penetapan populasi

peneliti mengambil angka populasi minimum sebanyak 150 X 28 = 4200 Anggota

Biasa.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang akan diteliti,

sampel merupakan bagian penting untuk diteliti. Dalam penelitian ini sampel

ditetapkan mengikuti pendapat Slovin. Untuk menentukan besarnya jumlah

responden atau sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin (Bambang Prasetyo:

2005) yaitu sebagai berikut:

𝑁
n=
1 + N𝑒 2

Keterangan : n = Sampel

N = Populasi

e = Tingkat kesalahan penarikan sampel 10% dan tingkat

kepercayaan 90%. Sehingga berdasarkan rumus Slovin

tersebut, maka jumlah sampel yaitu:

4200
n=
1 + 4200 (0.1)2
4200
n=
43
n = 97, 67 98 Responden

Dari perhitungan di atas maka sampel yang diambil dalam penelitian ini

adalah sebanyak 98 orang.

Universitas Sumatera Utara


121

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Kuesioner

Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan menggunakan

metode survei dengan menggunakan instrumen kuesioner. Metode kuiesioner

dilakukan dengan tertutup rating scale. Tertutup maksudnya kuesioner tersebut

diberikan langsung kepada responden baik secara tatap muka maupun

menggunakan media elektronik yang tidak mengurangi kualitas data penelitian.

Selanjutnya data tersebut dioalah kembali dengan pendekatan deskriptif

kuantitatif sehing dapat dianalisis menggunakan statistik dan

menginterpretasikannya dalam hasil penelitian atau tesis.

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis instrumen angket untuk mengukur

variabel Ideologi kader HMI dan pembangunan kepemimpinan kepemudaan di

kota Medan dengan menggunakan skla likert yaitu Kuesioner skla pengukuran

interval. Skla pengukuran interval merupakan skala pengukuran yang banyak

digunakan untuk mengukur fenomena atau gejala sosial, dimana pihak responden

diminta melakukan rangking terhadap preferensi tertentu sekaligus meberikan

nilai (rate) terhadap preferensi tersebut. Skla Likert mempunyai gradasi dari

sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2007), lihat tabel berikut:

Tabel 3.1 Tingkat Jawaban Instrumen Penelitian

Bobot 1 2 3 4 5

Skor 0%-20 % 21%-40% 41%-60% 61%-80% 81%-100%

Tingkatan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

Jawaban Sangat Tidak Tidak Kurang Setuju Sangat

Setuju Setuju Setuju Setuju

Universitas Sumatera Utara


122

3.4.2 Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Esterberg dalam Sugiyono (2013:231) Wawancara dilakukan Saudara

Ketua Umum HMI Cabang Medan Periode 2014-2015.

3.4.3 Studi Pustaka

Studi kepustakaan dilakukan peneliti sebagai pengumpulan informasi

ilmiah untuk mendukung pemecahan topik masalah yang diangkat oleh peneliti.

Informasi itu dapat diperoleh dari Jurnal-jurnal ilmiah, buku-buku-ilmiah,

karangan-karangan ilmiah dan sumber ilmiah lainnya baik cetak maupun

elektronik, yang relepan terhadap penelitian.

3.4.4 Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang tertulis atau

dicetak mereka dapat berupa catatan anekdot, surat, buku harian, dan dokumen-

dokumen. Suharsaputra (2014)

3.5 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan bersifat primer dan skunder. Data primer adalah

data yang sangat penting diambil langsung dari responden yaitu anggota biasa

HMI Cabang Medan, yang dikumpulkan dari instrumen penelitian berupa

kuesioner yang secara lansung baik oleh responden tanpa perantara dan

dikumpulkan langsung oleh peneliti tanpa perantara pula.

Universitas Sumatera Utara


123

Sedangkan data skunder adalah data yang bersifat penunjang informasi

yang duigunakan untuk mendukung hasil penelitian yang lebih kongkrit, ini

diambil melalui wawancara, studi pustaka dan studi dokumentasi.

3.5.1 Periode Persiapan

3.5.1.1 Perumusan instrument penelitian

Kisi-kisi instrumen penelitian ini disusun secara sistematis sesuai dengan

rumusan masalah, pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Dalam kisi-kisi

penelitian tercantum judul penelitian, variabel, sub variabel, indikator, daftar

pertanyaan-pertanyaan penelitian, responden, teknik pengumpulan data dsn no

item. Kisi-kisi ini berfungsi untuk acuan pengumpulan data berupa angket dan

pedoman wawancara.

Tabel 3.2 Rumusan Instrumen Ideologi Kader HMI

Variabel x Indikator x Indikator y Variabel y


Kualitas Insan
Akademis
Kualitas Insan
Pencipta
Kualitas Insan Pembangunan
Ideologi Pengabdi Kepemimpinan Kepemimpinan
Kader HMI Kualitas Insan Kepemudaan
Bernafas Islam Di Kota Medan
Kualitas Insan
Bertanggun
Jawab

Universitas Sumatera Utara


124

3.5.1.2 Pembuatan dan Penyusunan Kuesioner

Dalam menentukan pertanyaan-pertanyaan harus mengacu kepada

indikator-indikator yang telah disusun pada kisi-kisi instrumen. Pembuatan dan

penyusunan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pembuatan dan penyusunan angket dalam penelitian ini dialakukan setelah

kisi-kisi instrumen disusun.

2. Pembuatan dan penyusunan angket dalam penelitian ini mengacu kepada

kepada indikator pada kisi-kisi instrumen.

3. Pembuatan dan penyusunan angket dalam penelitian ini dikategorikan

kedalam lima alternatif jawaban pilihan.

4. Pembuatan dan penyusuna angket dalam penelitian ini menyertakan

petunjuk pengisian.

Universitas Sumatera Utara


125

Tabel 3.3 Indikator dan Pertanyaan Penelitian

Variabel Defenisi Indikator No. Pertanyaan Skala


Item Pengukuran
Kader HMI Anggota HMI yang telah Kualitas Insan 1. Kader HMI Likert
Akademis Berpendidikan Tinggi
menjalani proses
pengkaderan merupakan
cita-cita HMI masa kini
dan yang akan datang
serta tetap berorientasi
kepada azas dan Syari’at
Islam sehingga memiliki
ciri kader dengan
integritas kepribadian
utuh, beriman, berilmu
dan beramal saleh
sehingga siap
mengemban tugas dan
amanah dalam kehidupan

Universitas Sumatera Utara


126

beragama,
bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara
2. Kader HMI Memiliki Likert
Pengetahuan Yang
Luas
3. Kader HMI berpikir Likert
rasional
4. Kader HMI berpikir Likert
obyektif dan kritis
5. Kader HMI memiliki Likert
kemampuan teoritis
6. Kader HMI mampu Likert
memformulasikan apa
yang diketahui dan
dirahasiakan
7. Kader HMI Likert
menghadapi suasan
sekelilingnya dengan
kesadaran
8. Kader HMI sanggup Likert
berdiri sendiri dengan
ilmu pilihannya, baik
secara teoritis maupun
tekhnis

Universitas Sumatera Utara


127

9. Kader HMI sanggup Likert


bekerja secara ilmiah,
yaitu secara bertahap,
teratur, mengarah pada
tujuan sesuai dengan
prinsip-prinsip
perkembangan.
Ideologi Kader Formulasi Al-Quran dan Kualitas Insan 10. Kader HMI mampu Likert
HMI Pencipta melihat kemungkinan-
Hadist yang tertuang
kemungkinan lain
dalam nilai-nilai dasar (peluang)
perjuangan (NDP) HMI
yang menjadi dasar
landasan ideologis kader
HMI
11. Kader HMI bergairah Likert
besar untuk
menciptakan bentuk-
bentuk baru yang lebih
baik (Penemuan dan
Pengembangan)
12. Kader HMI berjiwa Likert
penuh gagasan-
gagasan penuh
kemajuan

Universitas Sumatera Utara


128

Kualitas Insan 13. Kader HMI selalu Likert


Pengabdi mencari perbaikan dan
pembaharuan
14. Kader HMI bersifat Likert
independen (bebas
merdeka) tidak isolatif
(terkungkung
terbelenggu)
15. Kader HMI ikhlas dan Likert
sanggup berkarya
demi kepentingan
orang banyak
16. Kader HMI sadar Likert
membawa tugas insan
pengabdi
17. Kader HMI bukan Likert
hanya membuat
dirinya baik tetapi
juga membuat kondisi
sekelilingnya menjadi
baik
18. Kader HMI ikhlas Likert
mengamalkan ilmunya
untuk kepentingan
sesama

Universitas Sumatera Utara


129

Penerapan Mewujudkan insan Kualitas Insan 19. Kader HMI Likert


Ideologi Kader Bernafas Islam membentuk unity of
beriman, berilmu,
HMI personalityc (pribadi
beramal yang kreatif yang utuh), pribadi
yang integrated
mampu berinovasi dalam
(integritas diri)
kerja-kerja nyata demi tercegah dari split
personality
mempertinggi harkat-
(kepriabadian ganda)
harkat kemanusiaan
20. Kader HMI bermoral, Likert
sanggup memikul dari
akibat-akibat
perbuatannya dan
sadar untuk
menempuh jalan yang
benar diperlukan
keberanian moral
21. Kader HMI Likert
menjadikan Islam
sebagai pedoman
setiap pola tindak,
pola laku.

Universitas Sumatera Utara


130

Kualitas Insan 22. Kader HMI spontan Likert


Bertanggung dalam menghadapi
Jaawab Atas tugas
Terwujudnya
Masyarakat
Adil Makmur
Yang di ridhai
Allah SWT
23. Kader HMI responsif Likert
(cepat tanggap) dalam
menghadapi
persoalan-persoalan
dan jauh dari sikap
apatis (acuh)
24. Kader HMI memiliki Likert
rasa tanggung jawab
dan taqwa kepada
Allah SWT
25. Kader HMI berperan Likert
aktif dalam suatu
bidang untuk
mewujudkan
masyarakat adil
makmur yang diridhai
Allah SWT

Universitas Sumatera Utara


131

26. Kader HMI korektif Likert


setiap langkah yang
berlawanan dengan
usaha mewujudkan
masyarakat adil
makmur
27. Kader HMI percaya Likert
pada diri sendiri dan
sadar akan
kedudukannya sebagai
khalifah fi al- ard
(Pelestari dan penjaga
bumi beserta isinya)
yang harus
melaksankan tugas-
tugas kemanusiaan
Pembangunan Menciptakan Pemuda Kepemimpinan 28. Kader HMI Likert
Kepemimpinan Melakukan
Yang Berkarakter,
Kepemudaan perencanaan
di Kota Medan Berkapasitas, Dan pengembangan
kepemimpinan
Berdaya Saing Tinggi Di
pemuda dengan
Kota Medan meningkatkan potensi
keteladanan

Universitas Sumatera Utara


132

29. Kader HMI Likert


Melakukan
perencanaan
pengembangan
kepemimpinan
pemuda dengan
meningkatkan potensi
keberpengaruhan
30. Kader HMI Likert
Melakukan
perencanaan
pengembangan
kepemimpinan
pemuda dengan
meningkatkan potensi
penggerakan pemuda
sebagai kekuatan
moral, control social
dan agen perubahan
yang
berwawasankebangsaa
n

Universitas Sumatera Utara


133

31. Kader HMI Likert


Mengebangkan
Motivasi Kepada
Pemuda Untuk
Bertindak dalam
menghadapi arus
perubahan
32. Kader HMI Likert
memberikan Inspriasi
(penemuan ide baru)
Kepada Pemuda
33. Kader HMI Likert
Mengorganisir setiap
permasalahan pada
kelompok pemuda
34. Kader HMI Likert
Membangkitkan
Kesadaran dan
kepedulian Pemuda

35. Kader HMI Melakukan Likert


Pelatihan dan training-
training seperti LK I,
LK II, LK III,SC,TOT
dsb dengan muatan-
muatan kepemimpinan.

Universitas Sumatera Utara


134

3.5.1.3 Penggandaan Kuesioner

Instrumen pengumpulan data penelitian yang telah disusun secara sistematis

kemudia diperbanyak sesuai kebutahan penelitian. Dalam penelitian ini angket

kuesioner digandakan sebanyak 98 instrument angket untuk 98 orang responden.

3.5.2 Periode Pelaksanaan Penelitian

Periode ini adalah tahap pelaksanaan yang dilakukan setelah proposal

penelitian Tesis ini diterima untuk diteliti pada kolokium SPS USU atau setelah

dinyatakan lulus seminar proposal.

Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi penyebaran angket

kuesioner kepada responden yaitu anggota biasa HMI Cabang Medan sebanyak 56

orang dengan cara bertemu lansung dan sistem online seperti via facebook dan

email untuk mendapatkan efektifitas dan efisiensi waktu tanpa mengurangi

kualitas data penelitian.

3.6 Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Konstruksi variebel yang di bangun untuk memberikan penjelasan suatu

konsep diperlukan defenisi variabel yang tegas dan termasuk ukuran variabelnya.

Adapun defenisi variable dan ukuran variabel dalam penelitian ini dapat

dijelaskan sebagai berikut.

1. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Lahir pada era perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia

tepatnya pada tanggal 05 Februari 1947 yang memiliki tujuan Membina

Pribadi Muslim yang akademis, pencipta pengabdi yang bernafaskan Islam

Universitas Sumatera Utara


135

dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang

diridhai Allah SWT, yang berkarakter Kemahasiswaan, Keislaman dan

Keindonesian. Fungsi dan peran nya sebagai pemuda dan mahasiswa maka

HMI memilik tiga peran yaitu sebagai agen perubahan, kontrol sosial,

kekuatan moral.

2. Kader Himpunan Mahasiswa Islam

a. Kader memiliki fungsi tersendiri yaitu, tenaga penggerak orgnisasi,

calom pemimpin dan sebagai benteng organisasi

b. Secara kualitatif, kader memiliki mutu, kesanggupan kerja

c. Kader adalah tenaga penggerak organisasi yang memahami sepenuhnya

dasar idiologi perjuangan.

d. Pada Kongres HMI VIII 1966 merumuskan pengertian Kader

i. Kader adalah Cita-cita HMI masa kini dan yang akan datang dan

tetap berorientasi kepada azas dan syariat Islam. Definisi dan

pengertian ini setidaknya terdapat 3 ciri yang beritegrasi dalam diri

seorang kader.

ii. Seorang Kader adalah bergerak dan terbentuk dalam organisasi.

Kader Mengenal aturan main Organisasi sesuai dengan ketentuan

yang ada. NDP dalam pemahaman yang integralistik dengan

Pancasila dan UUD 1945, dari segi operasionalisasi 0rganisasi

berpegang dan mematuhi AD/ART HMI, pedoman perkaderan dan

sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


136

e. Seorang kader memiliki :

i. Komitmen yang tinggi secara terus menerus, konsisten dalam

pejuangan dan melaksanakan kebenaran.

ii. Bakat dan kualitas sebagai tulang punggung yang mampu

menyangga kesatuan dan kumpulan manusia yang lebih besar.

iii. Kader HMI adalah anggota HMI yang telah menjalani proses

perkaderan sehingga memiliki ciri kader dengan integritas

kepribadian yang utuh, beriman, berilmu dan beramal saleh sehingga

siap mengemban tugas dan amanah dalam kehidupan beragama,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Pembangunan kepemudaan pada hakekatnya adalah upaya untuk

mewujudkan pemuda Indonesia yang berdaya saing, yang dilakukan

melalui:

a. Penyadaran kepemimpinan pemuda adalah kegiatan menyadarkan

potensi keteladanan, keberpengaruhan, serta penggerakan pemuda.

b. Pemberdayaan kepemimpinan pemuda adalah Kegiatan

memberdayakan potensi keterampilan dan kemandirian berusaha

pemuda.

c. Pengembangan kepemimpinan pemuda adalah Kegiatan

mengembangkan potensi dalam merintis jalan, melakukan terobosan,

menjawab tantangan, dan memberikan jalan keluar atas pelbagai

masalah.

Universitas Sumatera Utara


137

4. Pembangunan

Pada hakekatnya, adalah proses perubahan yang terus menerus

untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu.

Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang

bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa

saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu

dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara

umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses

untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah,

2005). Secara sederhana pembangunan adalah suatu proses perubahan ke

arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana

(Ginanjar Kartasasmita, 1994)

5. Kualitas Sumber Daya Manusia

Adalah menyangkut dua aspek yaitu aspek fisik (kualitas fisik) dan

aspek non fisik (kualitas non fasik) yang menyangkaut kemampuan

bekerja, berpikir dan keterampilan. (Soekidjo Notoatmodjo, 2009 ).

3.7 Pengujian Validitas dan Reabilitas

Pengumpulan data tidak akan mencapai tujuannya apabila alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data tidak valid dan reliabel. Maka dari itu perlu

dilakukan uji validitas dan realibilitas instrument penelitian.

3.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang membuktikan bahwa apa yang diamati

peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi didalam dunia kenyataan,

Universitas Sumatera Utara


138

dan apakah penjelasan yang diberikan memang sesuai dengan yang sebenarnya

terjadi. Pengukuran ini juga bertujuan untuk mengetahui kebenaran data yang

diperoleh dengan instrument, yakni instrument itu sungguh-sungguh mengukur

variabel yang sesungguhnya. Validitas berhubungan dengan keakuratan sebuah

kuesioner. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

nilai r hasil Corrected Item Total Correlation. Pengujian dilakukan dengan

software SPSS 17.0 (Statistic Package for The Social Science 17.0) for windows

dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika rhitung > rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid.

2. Jika rhitung < rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

3.7.2 Uji Reabilitas

Reliabilitas adalah sesuatu instrumen yang merujuk pada konsistensi hasil

perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan orang atau kelompok

orang yang sama dalam waktu berlainan atau digunakan oleh kelompok orang

yang berbeda dalam waktu yang sama atau berlainan. Pengujian reliabilitas

dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu

instrumen dan hasil pengujian tersebut merupakan ukuran yang benar dari sesuatu

yang diukur. Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi jawaban kuesioner.

Dalam penelitian ini reliabilitas diukur dengan menggunakan metode Alpha

Cronbach dengan menggunakan program SPSS 17.0. Nilai alpha yang diperoleh

akan dibandingkan dengan rtabel. Apabila nilai alpha lebih besar daripada rtabel,

maka instrumen tersebut dapat disebut reliabel.

Universitas Sumatera Utara


139

Rumus Coefficient Alpha Croncbach

𝑀 𝑉𝑋 𝑀 𝑉𝑥
rtt = (𝑉𝑦 − ) = (1 − )
𝑀−1 𝑉𝑦 𝑀−1 𝑉𝑦

Keterangan: M = Jumlah butir pertanyaan

Vx = Variasi butir-butir

Vy = Variasi total

Indikator pengukuran reliabilitas yang dibuat oleh J.P. Gurlford dengan

taraf kepercayaan 95% dengan kriteria rhitung < rtabel adalah sebagai berikut :

0,00 ≤ rhitung ˂ 0,20 : Reliabilitas sangat rendah

0,20 ˂ rhitung ˂ 0,40 : Reliabilitas rendah

0,40 ˂ rhitung ˂ 0,60 : Reliabilitas sedang/cukup

0,60 ˂ rhitung ˂ 0,80 : Reliabilitas tinggi

0,80 ˂ rhitung ˂ 1,00 : Reliabilitas sangat tinggi

3.8 Model Analisis Data dan Uji Hipotesis

3.8.1 Uji Chi Kuadrat (²) Beberapa Proporsi

Perhitungan Uji Chi Kuadrat beberapa proporsi dilakukan melalui aplikasi

SPSS. Perhitunagan ini dilakukan untuk mencari hubungan antara 2 variabel

penetapan hipotesis awal dan hipotesis alternatif Sudjana (2005)

Uji Beberapa Proporsi :

H0 : setiap proporsi bernilai sama

H1 : ada proporsi yang bernilai tidak sama

Universitas Sumatera Utara


140

Rumus Uji  2

Data dalam pengujian ketergantungan dan beberapa proporsi disajikan

dalam bentuk tabel kontingensi. bentuk umum tabel kontingensi  berukuran r

baris x k kolom

( total kolom) x (total baris)


frekuensi harapan 
total observasi

r,k
(oij  eij ) 2
 
2

i,j 1 eij

derajat bebas = (r-1)(k-1)

r : banyak baris

k : banyak kolom

oi,j : frekuensi observasi baris ke-i, kolom ke-j

ei,j : frekuensi ekspektasi baris ke-i, kolom ke-j

3.8.2 Uji Korelasi

Analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) digunakan untuk

mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah

hubungan yang terjadi. Koefisien korelasi sederhana menunjukkan seberapa besar

hubungan yang terjadi antara dua variabel. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1

sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel

semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel

semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y naik)

dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun).

Universitas Sumatera Utara


141

Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi

koefisien korelasi sebagai berikut:

0,00 - 0,19 = sangat rendah

0,20 - 0,39 = rendah

0,40 - 0,59 = sedang

0,60 - 0,79 = kuat

0,80 - 1,0 = sangat kuat

Pengujian koefisien korelasi sederhana dilakukan dengan membandingkan

hasil uji t hitungdengan hasil t tabel, dengan criteria pengujian sebagai berikut:

Ho : Tidak tedapat hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel

Ha : Tedapat hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y.

Kesimpulan

Ho : Diterima jika nilai t hitung < nilai t tabel, dan nilai signifikansi > 0,05.

Ho : Ditolak jika nilai t hitung > nilai t tabel, dan nilai signifikansi < 0,05.

3.9 Pengujian Asumsi Klasik

Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier,

yang secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah

ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan

yang terbentuk. Untuk itu perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik yang

terdiri dari:

Universitas Sumatera Utara


142

3.9.1 Uji Normalitas

Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data.

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ini perlu karena untuk

melakukan uji t, mengansumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi

tidak valid untuk jumlah sampel kecil, dengan ketentuan:

Ho: Data berdistribusi normal

Ha: Data tidak terdisribusi normal

Jika nilai sig α > 0,05, maka Ho diterima

Jika nilai sig α < 0,05, maka Ho ditolak

Selain itu normalitas sebuah data dapat dideteksi dengan melihat

persebaran data atau titik pada sumbu diagonal dari residualnya.

1. Data dikatakan terdistribusi normal, jika data atau titik menyebar disekitar

garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

2. Sebaliknya data dikatakan tidak terdistribusi normal, jika data atau titik

menyebar jauh dari arah garis atau tidak mengikuti diagonal.

3.9.2 Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya hubungan

antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dalam model regresi.

Jika dalam model terdapat multikolinearitas maka model tersebut memiliki

kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan

ketepatan yang tinggi. Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya

Universitas Sumatera Utara


143

multikolinearitas adalah dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model

regresi.

1. Jika nilai VIF lebih kecil dari 10,00, maka tidak terjadi multikolinearitas

pada tdata tersebut.

2. Jika nilai VIF lebih besar dari 10,00, maka terjadi multikolinearitas pada

data tersebut.

3.9.3 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi adalah untuk mengetahui adanya korelasi antara

variabel gangguan sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam model

sampel kecil maupun dalam sampel besar. Salah satu cara untuk menguji

autokorelasi adalah dengan percobaan d (Durbin-Watson), dengan ketentuan:

0 < d < dl Autokorelasi Positif

dl ≤ d ≤ du Tidak Dapat Disimpulkan

4-dl < d < 4 Autokorelasi Negatif

4-du ≤ d ≤ -dl Tidak Dapat Disimpulkan

du < d < 4-du Tidak Ada Autokorelasi

3.9.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan uji

heteroskedastisitas, yaitu uji grafik plot, uji park, uji glejser, dan uji white.

Pengujian pada penelitian ini menggunakan Grafik Plot antara nilai prediksi

Universitas Sumatera Utara


144

variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Tidak terjadi

heteroskedastisitas apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di

atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. (Imam Ghozali, 2011).

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karateristik Responden

4.1.1 Keanggotaan

Dari hasil kuesioner yang diperoleh, data karakteristik responden

berdasarkan keanggotaannya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Karateristik Responden Berdasarkan


Keanggotaan

Keanggotaan Frekuensi Persentase (%)

LK I 70 71
LK II 26 27
LKIII 2 2
Jumlah 98 100
Sumber: data diolah

Dari tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah

anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan tingkat keanggotaan LK I

yaitu sebanyak 71 orang atau 71%, anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

dengan tingkat keanggotaan LK II sebanyak 26 orang atau 27% dan sisanya 2

orang atau 2% adalah anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan tingkat

keanggotaan LK III.

145

Universitas Sumatera Utara


146

Keanggotaan
LK I LKII LKIII

2%

27%

71%

Gambar 4.1 Karateristik Responden Berdasarkan


Keanggotaan

4.1.2 Jenis Kelamin

Dari hasil kuesioner yang diperoleh, data karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Karateristik Responden Berdasarkan


Jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 70 71
Perempuan 28 29
Jumlah 98 100
Sumber: data diolah

Dari tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah

berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 70 orang atau 71% dan sisanya 28 orang

atau 29% adalah berjenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan karena Kader

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) lebih banyak laki-laki dari pada perempuan.

Universitas Sumatera Utara


147

Jenis Kelamin

29%

Laki-laki
Perempuan

71%

Gambar 4.2 Karateristik Responden Berdasarkan


Jenis Kelamin

4.1.3 Tingkat Pendidikan

Data karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.3 Karateristik Responden Berdasarkan


Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Persentase


Frekuensi
Pendidikan (%)

S1 72 73
S2 25 26
S3 1 1
Jumlah 98 100
Sumber: data diolah

Universitas Sumatera Utara


148

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 dari sampel berjumlah 98 orang

menunjukan bahwa jenjang Sarjana (S1) sebanyak 72 orang, kemudian jenjang

Magister (S2) sebanyak 25 orang dan jenjang Doktor (S3) hanya 1 orang.

Tingkat Pendidikan Pendidikan


Frekuensi

72

25

S1 S2 S3

Gambar 4.3 Karateristik Responden Berdasarkan


Tingkat Pendidikan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa responden paling

banyak adalah responden yang berpendidikan terakhir Sarjana (S1) dan Magister

(S2). Hal ini dikarenakan mayoritas kader HMI berasal dari latar belakang

pendidikan Sarjana Sarjana (S1). Sebagian dari responden dengan tingkat

pendidikan Sarjana (S1) merupakan mereka yang telah bekerja dan masih aktif di

HMI.

Universitas Sumatera Utara


149

4.1.4 Pekerjaan

Data karakteristik responden berdasarkan pekerjaannya adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.4 Karateristik Responden Berdasarkan


Pekerjaan

Pekeraan Frekuensi Persentase (%)


Mahasiswa 72 74
PNS 8 8
Wiraswasta 8 8
Lainnya 10 10
Jumlah 98 100
Sumber: data diolah

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa kelompok Mahasiswa yang menjadi

responden sebanyak 72 orang (74%), kelompok Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang

menjadi responden sebanyak 8 orang (8%), kelompok pekerjaan Wiraswata

sebanyak 8 orang (8%), kelompok lainnya sebanyak 10 orang (10%).

Universitas Sumatera Utara


150

Pekerjaan
Frekuensi

72

8 8 10

Mahasiswa PNS Wiraswasta Lainnya

Gambar 4.4 Karateristik Responden Berdasarkan


Pekerjaan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi

responden paling banyak adalah responden yang memiliki pekerjaan sebagai

Mahasiswa danPegawai Negeri Sipil (PNS). Ini dikarenakan yang menjadi

responden daalam penelitian ini adalah kader HMI yang masih aktif.

4.2 Uji Validitas Dan Reabilitas

4.2.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang membuktikan bahwa apa yang diamati

peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi didalam dunia kenyataan,

dan apakah penjelasan yang diberikan memang sesuai dengan yang sebenarnya

terjadi. Pengukuran ini juga bertujuan untuk mengetahui kebenaran data yang

diperoleh dengan instrument, yakni instrument itu sungguh-sungguh mengukur

variabel yang sesungguhnya. Validitas berhubungan dengan keakuratan sebuah

Universitas Sumatera Utara


151

kuesioner. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

nilai r hasil Corrected Item Total Correlation. Pengujian dilakukan dengan

software SPSS 17.0 (Statistic Package for The Social Science 17.0) for windows

dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika rhitung > rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid.

2. Jika rhitung < rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas


Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

P1 154.64 92.768 .337 .904

P2 154.72 93.356 .279 .905

P3 154.63 92.462 .408 .903

P4 154.69 92.957 .339 .904

P5 154.92 92.550 .260 .906

P6 154.77 91.336 .367 .904

P7 154.88 91.387 .356 .904

P8 154.72 92.511 .382 .904

P9 154.74 92.048 .365 .904

P10 154.73 91.022 .497 .902

P11 154.81 90.838 .445 .903

P12 154.85 90.213 .460 .903

P13 154.72 90.243 .518 .902

P14 154.69 91.452 .460 .903

P15 154.65 90.992 .496 .902

P16 154.66 91.153 .497 .902

P17 154.77 90.759 .467 .902

P18 154.84 90.262 .482 .902

P19 154.66 90.370 .535 .901

Universitas Sumatera Utara


152

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Lanjutan


Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

P20 154.71 89.835 .539 .901

P21 154.68 90.322 .535 .901

P22 154.84 89.148 .563 .901

P23 154.82 89.450 .536 .901

P24 154.80 89.381 .514 .902

P25 154.80 90.123 .524 .901

P26 154.76 90.249 .551 .901

P27 154.84 89.128 .522 .901

P28 154.70 91.283 .457 .903

P29 154.68 91.414 .448 .903

P30 154.65 92.229 .390 .903

P31 154.74 92.398 .392 .903

P32 154.86 92.206 .379 .904

P33 154.65 92.827 .362 .904

P34 154.70 92.396 .380 .904

P35 154.71 92.309 .387 .904


Sumber: data diolah

Kolom Corrected Item Total Correlation (rhitung ) pada tabel 4.9 di atas

merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item yang akan digunakan

untuk menguji validitas instrumen. Dalam hal ini rtabel ditetapkan sebesar 0,1966

dan diperoleh dari setiap pertanyaan bahwa rhitung bernilai positif dan rhitung >

rtabel, maka pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.

4.2.2 Uji Reabilitas

Reliabilitas adalah sesuatu instrumen yang merujuk pada konsistensi hasil

perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan orang atau kelompok

orang yang sama dalam waktu berlainan atau digunakan oleh kelompok orang

Universitas Sumatera Utara


153

yang berbeda dalam waktu yang sama atau berlainan. Pengujian reliabilitas

dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu

instrumen dan hasil pengujian tersebut merupakan ukuran yang benar dari sesuatu

yang diukur. Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi jawaban kuesioner.

Dalam penelitian ini reliabilitas diukur dengan menggunakan metode Alpha

Cronbach dengan menggunakan program SPSS 17.0. Nilai alpha yang diperoleh

akan dibandingkan dengan rtabel. Apabila nilai alpha lebih besar daripada rtabel,

maka instrumen tersebut dapat disebut reliabel. Indikator pengukuran reliabilitas

yang dibuat oleh J.P. Gurlford dengan taraf kepercayaan 95% dengan kriteria

rhitung < rtabel adalah sebagai berikut :

0,00 ≤ rhitung ˂ 0,20 : Reliabilitas sangat rendah

0,20 ˂ rhitung ˂ 0,40 : Reliabilitas rendah

0,40 ˂ rhitung ˂ 0,60 : Reliabilitas sedang/cukup

0,60 ˂ rhitung ˂ 0,80 : Reliabilitas tinggi

0,80 ˂ rhitung ˂ 1,00 : Reliabilitas sangat tinggi

Tabel 4.7 Hasil Uji Reabilitas


Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.905 35

Dari tabel diatas, diperoleh nilai cronbach’s alpha 0.905 (temasuk

memiliki tingkat reabilitas sangat tinggi), dengan demikian data reliebel dan

kuisioner dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk penelitian.

Universitas Sumatera Utara


154

4.3 Uji Asumsi Klasik

4.3.1 Uji Normalitas

Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data.

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ini perlu karena untuk

melakukan uji t, mengansumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi

tidak valid untuk jumlah sampel kecil, dengan ketentuan:

Ho: Data berdistribusi normal

Ha: Data tidak terdisribusi normal

Jika nilai sig α > 0,05, maka Ho diterima

Jika nilai sig α < 0,05, maka Ho ditolak.

Dengan menggunakan tingkat kepercaayaan 0,05, diperoleh hasil

distribusi normal sebagai berikut:

Tabel 4.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual

N 98
a,,b
Normal Parameters Mean .0000000

Std. Deviation 1.77480673

Most Extreme Differences Absolute .049

Positive .036

Negative -.049

Kolmogorov-Smirnov Z .484

Asymp. Sig. (2-tailed) .973

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Universitas Sumatera Utara


155

Dari tabel diatas dapat dilihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,973 lebih besar

dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa data tersebut normal.

Selain dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, normalitas sebuah

data dapat dideteksi dengan melihat persebaran data atau titik pada sumbu

diagonal dari residualnya.

1. Data dikatakan terdistribusi normal, jika data atau titik menyebar disekitar

garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

2. Sebaliknya data dikatakan tidak terdistribusi normal, jika data atau titik

menyebar jauh dari arah garis atau tidak mengikuti diagonal.

Gambar 4.5 Uji Normalitas

Universitas Sumatera Utara


156

Dari gambar di atas, Data tersebut dapat dikatakan terdistribusi normal,

karena data atau titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal.

4.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya hubungan

antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dalam model regresi. Jika

dalam model terdapat multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan

standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan yang

tinggi. Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas adalah dengan

melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi.

1. Jika nilai VIF lebih kecil dari 10,00, maka tidak terjadi multikolinearitas

pada tdata tersebut.

2. Jika nilai VIF lebih besar dari 10,00, maka terjadi multikolinearitas pada

data tersebut.

Tabel 4.9 Uji Multikolinearitas

a
Coefficients

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics

Std.
Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 12.880 3.047 4.227 .000

X1 .231 .087 .254 2.659 .009 .655 1.528

X2 .116 .082 .157 1.411 .162 .483 2.072

X3 .235 .075 .357 3.120 .002 .456 2.195

a. Dependent Variable: Y

Universitas Sumatera Utara


157

Dari tabel di atas nilai VIF lebih kecil dari 10,00, dengan kata lain bahwa

tidak terjadi multikolinearitas pada tdata tersebut.

4.3.3 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi adalah untuk mengetahui adanya korelasi antara

variabel gangguan sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam model

sampel kecil maupun dalam sampel besar. Salah satu cara untuk menguji

autokorelasi adalah dengan percobaan d (Durbin-Watson), dengan ketentuan:

0 < d < dl Autokorelasi Positif

dl ≤ d ≤ du Tidak Dapat Disimpulkan

4-dl < d < 4 Autokorelasi Negatif

4-du ≤ d ≤ -dl Tidak Dapat Disimpulkan

du < d < 4-du Tidak Ada Autokorelasi

Tabel 4.10 Uji Autokoelasi

b
Model Summary

Change Statistics
Std. Error
R Adjusted of the R Square F Sig. F Durbin-
Model R Square R Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson
a
1 .662 .439 .421 1.803 .439 24.474 3 94 .000 1.916

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

b. Dependent Variable: Y

Dari tabel di atas nilai Durbin-Watson adalah sebesar 1,916, dan nilai du

sebesar 1,734. Dengan ketentuan du < d < 4-du, maka dapat kita lihat 1,734 <

1,916 < 2,265. Artinya bahwa data tersebut tidak terjadi autokorelasi.

Universitas Sumatera Utara


158

4.3.4 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan uji

heteroskedastisitas, yaitu uji grafik plot, uji park, uji glejser, dan uji white.

Pengujian pada penelitian ini menggunakan Grafik Plot antara nilai prediksi

variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Tidak terjadi

heteroskedastisitas apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di

atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. (Imam Ghozali, 2011: 139-143).

Gambar 4.6 Uji Heterokedastisitas

Universitas Sumatera Utara


159

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa Tidak terjadi heteroskedastisitas

pada data tersebut karena tidak ada pola yang jelas pada gambar tersebut, serta

titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.

4.4 Analisis Data Dan Uji Hipotesis

4.4.1 Uji Chi Kuadrat

Uji Chi-kuadrat digunakan untuk menguji kebebasan antara dua sampel

(variabel) yang disusun dalam tabel baris kali kolom atau menguji keselarasan

dimana pengujian dilakukan untuk memeriksa ketergantungan dan homogenitas

apakah data sebuah sampel yang diambil menunjang hipotesis yang menyatakan

bahwa populasi asal sampel tersebut mengikuti suatu distribusi yang telah

ditetapkan. Oleh karena itu, uji ini dapat juga disebut uji keselarasan (goodness of

fit test), karena untuk menguji apakah sebuah sampel selaras dengan salah satu

distribusi teoritis (seperti distribusi normal, uniform, binomial dan lainnya). Uji

Chi-kuadrat dapat juga dilakukan untuk mencari hubungan antara 2 variabel

penetapan hipotesis awal dan hipotesis alternatif Sudjana (2005). Pengambilan

keputusan dan interprestasi:

1. Jika Sig di atas 0,05 maka Ho diterima

2. Jika Sig di bawah 0,05 maka Ho ditolak

4.4.1.1 Uji Chi Kuadrat Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam

Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan

Hasil Pengujian secara statistik antara variabel Kader Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) dalam Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan dapat

dilihat dari tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


160

Tabel 4.11 Uji Chi Kuadrat Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 169.551 110 .000

Likelihood Ratio 116.665 110 .314

Linear-by-Linear Association 27.825 1 .000

N of Valid Cases 98

a. 132 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .01.

Hasil analisis statistik menunjukkan nilai signifikansi = 0,000 ≤ 0,05

berarti disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara Kader Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan.

Selain dengan nilai signifikansi, ada tidaknya hubungan antara Kader Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan

dapat dilihat dari perbandingan nilai Chi-Square hitung dengan Chi-Square tabel.

Dimana diperoleh nilai Chi-Square hitung sebesar 169,551 dan lebih besar dari

nilai Chi-Square tabel sebesar 135,480.

4.4.1.2 Uji Chi Kuadrat Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan

Hasil Pengujian secara statistik antara variabel Ideologi Kader Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di

Kota Medan dapat dilihat dari tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


161

Tabel 4.12 Uji Chi Kuadrat Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan
Kepemudaan di Kota Medan
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 277.113 143 .000

Likelihood Ratio 143.611 143 .470

Linear-by-Linear Association 28.318 1 .000

N of Valid Cases 98

a. 168 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .01.

Hasil analisis statistik menunjukkan nilai signifikansi = 0,000 ≤ 0,05

berarti disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara Ideologi Kader

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota

Medan. Selain dengan nilai signifikansi, ada tidaknya hubungan antara Ideologi

Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan

di Kota Medan dapat dilihat dari perbandingan nilai Chi-Square hitung dengan

Chi-Square tabel. Dimana diperoleh nilai Chi-Square hitung sebesar 277,113 dan

lebih besar dari nilai Chi-Square tabel sebesar 171,907.

4.4.1.3 Uji Chi Kuadrat Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam Mengatasi Masalah

Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan

Hasil Pengujian secara statistik antara variabel Penerapan Ideologi HMI

Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam mengatasi Masalah

Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan dapat dilihat dari

tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


162

Tabel 4.13 Uji Chi Kuadrat Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam Mengatasi
Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan
di Kota Medan
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 229.936 143 .000

Likelihood Ratio 131.503 143 .745

Linear-by-Linear Association 36.033 1 .000

N of Valid Cases 98

a. 168 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .01.

Hasil analisis statistik menunjukkan nilai signifikansi = 0,000 ≤ 0,05

berarti disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara Ideologi Kader

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam memberikan solusi Pembangunan

Kepemudaan di Kota Medan. Selain dengan nilai signifikansi, ada tidaknya

hubungan antara Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam

memberikan solusi Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan dapat dilihat dari

perbandingan nilai Chi-Square hitung dengan Chi-Square tabel. Dimana diperoleh

nilai Chi-Square hitung sebesar 229,936 dan lebih besar dari nilai Chi-Square

tabel sebesar 143,246.

4.4.2 Uji Korelasi

Analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) digunakan untuk

mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah

hubungan yang terjadi. Koefisien korelasi sederhana menunjukkan seberapa besar

hubungan yang terjadi antara dua variabel. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1

Universitas Sumatera Utara


163

sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel

semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel

semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y naik)

dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun).

Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien

korelasi sebagai berikut:

0,00 - 0,19 = sangat rendah

0,20 - 0,39 = rendah

0,40 - 0,59 = sedang

0,60 - 0,79 = kuat

0,80 - 1,0 = sangat kuat

4.4.2.1 Hubungan Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam

Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan

Hasil Pengujian secara statistik untuk variabel Kader Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) dalam Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan dapat

dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.14 Uji Korelasi Kader Himpunan Mahasiswa


Islam (HMI) dalam Pembangunan Kepemudaan
di Kota Medan
Correlations

X1 Y
**
X1 Pearson Correlation 1 .536

Sig. (2-tailed) .000

N 98 98

Universitas Sumatera Utara


164

Tabel 4.15 Uji Korelasi Kader Himpunan


Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Pembangunan
Kepemudaan di Kota Medan lanjutan
X1 Y
**
Y Pearson Correlation .536 1

Sig. (2-tailed) .000

N 98 98

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Hasil analisis statistik menunjukkan nilai Pearson Correlation untuk

Variabel Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) (X1) terhadap variabel

Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan (Y) adalah sebesar 0,536. Hasil ini

lebih besar dibandingkan dengan r tabel sebesar 0,1986. Ini menunukkan bahwa

variabel Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memiliki hubungan terhadap

variabel Kepemimpinan Kepemudaan (Y) dengan nilai koefisien korelasi sedang

tetapi positif. Artinya, jika nilai variabel Kader Himpunan Mahasiswa Islam

(HMI) naik maka nilai variabel terikat Kepemimpinan Kepemudaan juga akan

mengalami kenaikan.

Pengujian koefisien korelasi sederhana adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak tedapat hubungan yang signifikan antara Kader Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan

Kepemudaan, jika nilai t hitung < nilai t tabel dan nilai signifikansi >

0,05.

Ha : Tedapat hubungan yang signifikan antara Kader Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan, jika

nilai t hitung > nilai t tabel dan nilai signifikansi < 0,05.

Universitas Sumatera Utara


165

Tabel 4.16 Uji t Kader Himpunan Mahasiswa


Islam (HMI) dalam Pembangunan Kepemudaan
di Kota Medan
a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Std.
Model B Error Beta t Sig.

1 (Constant) 16.677 3.221 5.177 .000

X1 .488 .079 .536 6.214 .000

a. Dependent Variable: Y
Hasil analisis statistik menunjukkan nilai t hitung sebesar 6,214. Jika

dibandingkan dengan t tabel sebesar 1,66, maka nilai t hitung > nilai t tabel

(6,214 > 1,66) serta nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Artinya, Tedapat hubungan

yang signifikan antara Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap

Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan.

4.4.2.2 Hubungan Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam

Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan

Hasil Pengujian secara statistik hubungan Ideologi Kader Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di

Kota Medan dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.17 Uji Korelasi Ideologi Kader Himpunan


Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Pembangunan
Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan
Correlations

X2 Y
**
X2 Pearson Correlation 1 .540
Sig. (2-tailed) .000

N 98 98
**
Y Pearson Correlation .540 1
Sig. (2-tailed) .000

N 98 98
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Universitas Sumatera Utara


166

Hasil analisis statistik menunjukkan nilai Pearson Correlation untuk

Variabel Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) (X2) terhadap

variabel Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan (Y) adalah sebesar 0,54.

Hasil ini lebih besar dibandingkan dengan r tabel sebesar 0,1986. Ini

menunjukkan bahwa variabel Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

memiliki hubungan terhadap variabel Kepemimpinan Kepemudaan (Y) dengan

nilai koefisien korelasi sedang tetapi positif. Artinya, jika nilai variabel Ideologi

Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) naik maka nilai variabel terikat

Kepemimpinan Kepemudaan juga akan mengalami kenaikan.

Pengujian koefisien korelasi sederhana adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak tedapat hubungan yang signifikan antara Ideologi Kader Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan

Kepemudaan, jika nilai t hitung < nilai t tabel dan nilai signifikansi >

0,05.

Ha : Tedapat hubungan yang signifikan antara Ideologi Kader Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan

Kepemudaan, jika nilai t hitung > nilai t tabel dan nilai signifikansi <

0,05.

Universitas Sumatera Utara


167

Tabel 4.18 Uji t Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam


(HMI) dalam Pembangunan Kepemimpinan
Kepemudaan di Kota Medan
a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Std.
Model B Error Beta t Sig.

1 (Constant) 20.348 2.599 7.828 .000

X2 .398 .063 .540 6.291 .000

a. Dependent Variable: Y

Dari Hasil analisis statistik di atas dapat dilihat bahwa nilai t hitung

sebesar 6,291. Jika dibandingkan dengan t tabel sebesar 1,66, maka nilai t hitung

> nilai t tabel (6,291 > 1,66) serta nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Artinya,

Tedapat hubungan yang signifikan antara Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan.

4.4.2.3 Hubungan Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) dalam Mengatasi Masalah Pembangunan

Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan

Hasil Pengujian secara statistik hubungan Penerapan Ideologi HMI

Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah

Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan dapat dilihat dari

tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


168

Tabel 4.19 Uji Korelasi Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader


Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam Mengatasi Masalah
Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan
Correlations

X3 Y
**
X3 Pearson Correlation 1 .609

Sig. (2-tailed) .000

N 98 98
**
Y Pearson Correlation .609 1

Sig. (2-tailed) .000

N 98 98

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil analisis statistik menunjukkan nilai Pearson Correlation untuk

Variabel Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam

(HMI) Dalam Mengatasi Masalah Pembangunan (X3) terhadap variabel

Kepemimpinan Kepemudaan (Y) adalah sebesar 0,609. Hasil ini lebih besar

dibandingkan dengan r tabel sebesar 0,1986 . Ini menunjukkan bahwa variabel

Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Dalam Mengatasi Masalah Pembangunan memiliki hubungan terhadap variabel

Kepemimpinan Kepemudaan (Y) dengan nilai koefisien korelasi yang kuat dan

positif Artinya jika nila variabel Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah Pembangunan

unan naik maka nilai variabel Kepemimpinan Kepemudaan juga akan mengalami

kenaikan.

Universitas Sumatera Utara


169

Pengujian koefisien korelasi sederhana adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak tedapat hubungan yang signifikan antara Penerapan Ideologi HMI

Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi

Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan, jika nilai t hitung <

nilai t tabel dan nilai signifikansi > 0,05.

Ha : Tedapat hubungan yang signifikan antara Penerapan Ideologi HMI

Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi

Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan, jika nilai t hitung >

nilai t tabel dan nilai signifikansi < 0,05.

Tabel 4.20 Uji t Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader Himpunan


Mahasiswa Islam (HMI) dalam Mengatasi Masalah Pembangunan
Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan
a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Std.
Model B Error Beta t Sig.

1 (Constant) 20.335 2.175 9.350 .000

X3 .400 .053 .609 7.533 .000

a. Dependent Variable: Y

Dari Hasil analisis statistik di atas dapat dilihat bahwa nilai t hitung

sebesar 7,533. Jika dibandingkan dengan t tabel sebesar 1,66, maka nilai t hitung

> nilai t tabel (7,533 > 1,66) serta nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Artinya,

Tedapat hubungan yang signifikan antara Penerapan Ideologi HMI Terhadap

Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah

Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan.

Universitas Sumatera Utara


170

4.5 Pembahasan

Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memiliki hubungan dengan

Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan. Masing-masing

variabel menunjukkan hubungan yang positif dan searah serta signifikan terhadap

Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan. Hal ini dapat dilihat dari nilai

korelasi yang bernilai positif dan nilai signifikan yang dibawah 0,05.

Sebagaimana diketahui pada bab sebelumnya bahwa HMI memiliki 5

kualitas insan cita sebagai modal sosial pembangunan manusia, Sebagai

organisasi pengkaderan, HMI memiliki pedoman-pedoman khusus dalam

mempersiapkan kadernya guna menghadapi tantangan zaman. Setiap kader

dituntut untuk bisa memiliki kualitas insan cita, sesuai apa yang tertera di dalam

tujuan HMI. Manusia yang di cita-citakan HMI tentunya bukan hanya wacana

yang ada dalam konstitusi dan pedoman perkaderan semata, namun terwujud

dalam bentuk aksi.

Sebagai pengabdi Bangsa, Negara dan Agama, kader HMI di gamabarkan

sebagai pemimpin yang dibutuhkan oleh umat yang mampu mengatasi masalah-

masalah yang dialami umat. Seiring berjalannya waktu, HMI banyak melahirkan

pemimpin-peminpin yang dibutuhkan umat, seperti di bidang politik dan

pemerintahan diantaranya, Bactiar Chamsyah (Mantan Menteri Sosoal RI Ke-

25) Irgan Chairul Mahfidz (Anggota DPR RI Periode 2009-2014 dan Tahun 2014-

2019), tetapi Kader-kader HMI juga banyak berada di bidang pendidikan

diantaranya, Prof. Dr. H.M. Yusuf Hanafiah ( Mantan Rektor USU),

Prof. Dr. Hj. Djanius Djamin, SH., MS (Mantan Rektor UNIMED dan juga

anggota DPRD Medan Tahun 1968 Selama Dua Periode), Almarhum Prof. Dr.

Universitas Sumatera Utara


171

Nur Ahmad Fadhil Lubis, MA (Mantan Rektor dan Pemrakarsa IAIN SU

bertranformasi menjadi UIN SU Medan) Prof. Dr. Usman Pelly (Ketua Yayasan

UISU). Dan masih banyak lagi alumni-alumni HMI yang berkarir bidang

ekonomi, kewirausahaan, hukum, sosial budaya dan agama. Ini membuktikan

bahwa HMI dengan ideologinya mampu menciptakan kader-kader yang

dibutuhkan umat disegala bidang kehidupan dengan kompetensi 5 kualitas

kualitas insan cita dalam pembangunan daerah. Tidak hanya di Pemerintah Pusat

tetapi juga didaerah seperti Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan signifikan yang positif antara Kader Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan. Hal ini

dilihat dari nilai t hitung = 6,214 > t tabel = 1,66, serta nilai signifikansi

0,000 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Yang

artinya bahwa terdapat hubungan signifikan yang positif antara Kader

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan

Kepemimpinan Kepemudaan.

2. Ada hubungan signifikan yang positif antara hubungan Ideologi Kader

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Pembangunan Kepemimpinan

Kepemudaan di Kota Medan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung = 6,291 > t

tabel = 1,66, serta nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Dapat disimpulkan

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Yang artinya bahwa Tedapat hubungan

signifikan yang positif antara Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam

(HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan.

3. Ada hubungan signifikan yang positif antara Penerapan Ideologi HMI

Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi

Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan. Hal

ini dilihat dari nilai t hitung = 7,533 > t tabel = 1,66, serta nilai signifikansi

172
Universitas Sumatera Utara
173

0,000 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Yang

artinya bahwa Tedapat hubungan signifikan yang positif antara Penerapan

Ideologi HMI Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam

Mengatasi Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, maka

peneliti memberikan saran – saran sebagai berikut :

1. Bagi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kota Medan untuk terus

meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitas

pemuda khususnya dibidang kepemimpinan, seperti memberikan

pelatihan-pelatihan kepemimpinan. Untuk mengulang kembali fase

kebangkitan HMI 1966-1968.

2. Bagi Pemerintah Kota Medan, harus meningkatkan program-program

pemberdayaan pemuda tidak hanya dibidang olahraga tetapi dibidang

organisasi kepemudaan agar tercipta pemimpin-pemimpin baru penerus

generasi bangsa. Seperti memberdayakan kembali organisasi kepemudaan

di setiap kelurahan, organisasi kemahasiswaan ditiap kampus dan lain

sebagainya.

3. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini mungkin masih banyak terdapat

kekurangan sehingga penulis menyarankan untuk menyempurnakan

penelitian ini pada masa-masa yang akan datang secara

berkesinambungan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ali, F, dan Effendy, B. 1986. Merambah Jalan Baru Islam, Rekonstruksi


Pemikiran Islam Indonesia Masa Orde Baru, Bandung: Mizan.

Arifin, S, dan Toborani. 1994. Islam Pluralisme Budaya dan Politi,


Sipress.

Barry, M.D. Al dan Lya, S.Y. 2003. Kamus Induk Istilah lmiah ; Seri
Intelektual, Surabaya, Target Press, h. 33, 349.

Bratakusumah, D.S Dan Riyadi. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Budiman, A. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta. Gramedia Putaka


Utama

Danim, S. 1996. Transformasi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdikbud, 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Esposito, J.L. 1994. terj. Alwiyah Abdurrahman dan Missi, Ancaman Islam
Mitos Atau Realitas?, Bandung: Mizan.

Fattah, N. 2000. Landasan Manajement pendidikan, Bandung: PT. Remaja


Rosada karya, cet Ke-3, h.54-56.

Friedman. 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGD.

Gibson, I. and Donnelly. 1995. Oragnizations, 8 Ed. Alih bahasa oleh: Nunur
Ardiani, 1996, Organisasi, Edisi 8 Jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara.

174

Universitas Sumatera Utara


175

Gottschalk, L. 1985. Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta:


UI Press.

Ghozali, I. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hartono. 2004 Statistik:Untuk Penelitian Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Hariandja, M. T.E, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo.

Hasibuan, M. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT. Bumi


Aksara

Hasil-hasil Kongres HMI XXVII. Depok. 2013. tentang Pedoman Perkaderan.


Depok: tanpa penerbit hlm. 301-392.

Hidayat, K dan Putut, W. 2008. Reinventing Indonesia, menemukan kembali


masa depan bangsa. Jakarta Mizan.

HMI Cabang Medan. Periode 2014-2015. Buku Panduan MOP, Medan: tanpa
penerbit.

Hornby, A.S. 2006. Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Oxford University


Press,

Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang filsafat. Yogyakarta:


Paradigma.

Kanter, R. M. 1977, Restoring People to The Hearth of the Organization of the


Future, in the Organization Future. San Francisco: Jossey Bass Publisher.

Karim, M.R. 1995. Dinamika Islam di Indonesia: Suatu tinjauan Sosial dan
Politik, Yogyakarta: Hanindita.

Universitas Sumatera Utara


176

Kartasasmita, G. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan


Dan Pemeraan. Jakarta : PT. Pustaka Cidesindo.

Kartodirjo. S. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah,


Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama.

Korver, A.P.E. 1985. Sarekat Islam Gerakan ratu Adil? Jakarta: Grafiti Press.

Kuntowijoyo. 1993. Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

------------------.1991. Paradigma Islam, Interpretasi Untuk Aksi, Bandung: Mizan.

Naim, M. 1979. Merantau, Pola Migrasi Suku Minangkabau, Yogyakarta:


Gajah Mada University Press.

Nasution, H. 1995. Islam Rasional, Bandung: Mizan.

Nawawi, Hadari. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnisyang


Kompetitif. Gajah Mada University-Press, Yogyakarta

Ndraha, T. 1997. Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Noer, D. 1983. Islam, Pancasila dan Azaz Tunggal, Jakarta: Perkhidmatan.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. RinekaCipta. Jakarta

Notoatmojo, S, 2009. Pengembangan sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka


Cipta.

Mathis, R dan Jackson, W.2006. Human Resources Development (Track MBA


Series/Terjemahan). Jakarta; Prestasi Pustaka

Universitas Sumatera Utara


177

Matindas, R. 1997. Manajemen SDM Lewat Konsep Aku. Jakarta : PT. Pustaka
Utama Grafiti.

Mullins, J. W., Orville C. Walker Jr., Jean C. L, and Harper W. B. 2005.


Marketing Management : A Strategic Decision Making Approach, Fift
Edition. New York : The Mc Graw – Hill companies.

Pandapotan, S. 2006. Proses Adaptasi Etnis Jawa Asal Solo di Kota Medan,
Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Partanto, P.A., Muhammad, D.A. 1994. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya:


Arkola, hal. 293-294

PB HMI. 2006. Hasi-hasil Kongres XXV 2006, Makasar: tanpa penerbit.

Pelly, U. 1989. Hubungan Antar Kelompok Etnis, Beberapa Kerangka


Teoritis Dalam Kasus Kota Medan dalam Interaksi Antar Suku Bangsa
Yang Majemuk, Jakarta: Deapartemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Prasetyo B, Dan Lina M.J. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Penerbit PT.Raja Grafindo Persada.

Prima, B. 2011. Pemuda dan Pergerakannya, Online: 16 Juli 2011, tersedia:


http://www.kompasiana.com/yhoeldy/nilai-nilaisejarahpergerakanpemuda-
indonesia_550f39a4a333117732ba7fd

Rahman, Fazlur. 1980. Tema-tema Pokok Al-Qur’an, ter. Anas Mahyuddin,


Bandung: Pustaka.

Rahardjo, D.M. 1993. Intelektual Inteligensia dan Perilaku Politik Bangsa,


Risalah Cendikiawan Mulim, Bandung: Mizan.

Rais, Amien, M. 1994. Cakrawala Islam, Antara Cita dan Fakat, Bandung:
Mizan.

Universitas Sumatera Utara


178

Redatin, P. 2006. Kaderisasi organisasi dalam Perubahan. Jurnal Wawasan, Juni


2006, Volume 12, Nomor 1

RI. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009


tentangKepemudaan. Jakarta: Sinar Grafika

Rivai, V.2006. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta : PT Raja


Grafindo persada cet ke- 3 hal 85, 86, 90,91

Robbin, S.P. 1990, Organization Theory: Stucture, Design and.

Schuler, R.S., Susan E. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi


Abad ke-21 Edisi Enam jilid 1, Jakarta: Erlangga.

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Jakarta:


Mandar Maju.

Sembiring, K.P. 1997, Corak dan Pola Hubungan Sosial Antara Golongan dan
Kelompok Etnik di Daerah Perkotaan, Jakarta: Depaetemen Pendidikan
dan Kebudayaan.

Singarimbun, M, dan Sofian, E. 2011. Metode Penelitian Survei, Jakarta: Pustaka


LP3ES.

Sitopul, A. 1976. Sejarah Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam Tahun


1947-1975, Surabaya: Bina Ilmu

----------------------. 1984. HMI Dalam Pandangan Seorag Pendeta. Jakarta:


PT Gunung Agung.

----------------------. 1995. Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam Tahun 1947-


1993, Jakarta: Intermasa.

Universitas Sumatera Utara


179

----------------------. 1997. 50 Tahun HMI Mengayuh di Antara Cita dan Kritik.


Yogyakarta: Aditya Media.

----------------------.1997. HMI dan Relevansinya Dengan Sejarah Perjuangan


Bangsa. Jakarta: Aditya Media.

----------------------. 1997. Citra HMI. Yogyakarta: Aditya Media.

----------------------. 2002. Menyatu Dengan Ummat Menyatu Dengan Bangsa:


Pemikiran Keislaman Keindonesiaan HMI 1947-1997. Jakarta: Logos.

----------------------. 44 Indikator Kemunduran HMI. hlm. 38.

Smith, SE dan Read, DJ. 1997. Mycorrhizal Symbiosis. Second edition.Academic.


London: Press. Harcourt Brace & Company Publisher.

Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu Penghatar, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, hal, 268.

Subadi. 2009. Sekilas Tentang Terjadinya Sumpah Pemuda, Online, 30 Oktober


2009, Selenkapnya: http://www.kompasiana.com/yhoeldy/nilai-nilai-
sejarah-pergerakan-pemuda-indonesia_550f39a4a333117732bafd7

Subandi. 2012. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Alfabeta.

Subirin, A. 2007. Budaya Organisasi, Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


Dan R&D. Bandung: ALFABETA

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


Dan R&D. Bandung: ALFABETA

Universitas Sumatera Utara


180

Suharsaputra, U. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Tindakan.


Bandung: Refika Aditama

Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi ke-6. Bandung : Tarsito

Sumarsono, S. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia Dan Ketenaga


Kerjaan. Jogyakarta : Graha Ilmu.

Tarigan, Azhari Akmal. 2007. Islam mazhab HMI : tafsir tema besar nilai dasar
perjuangan (NDP). Cipayung, Ciputat: Kultura.

Udaya, J. 1994. Teori Organisasi: Struktur, Desain & Aplikasi, Jakarta: Arcan.

Yosita, L. 2006. Kepemimpinan Pemuda Indonesia, Apakah Akar


Permasalahannya? Pemenang Hiburan 3 dalam Lomba Menulis Esai
Kepemudaan, memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-78, 28 Oktober
2006, yang diadakan oleh Kemenpora bekerja sama dengan Forum
Lingkar Pena (FLD

Wexley dan Yukl. 1976. Menadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Kuesioner

KUESIONER
IDEOLOGI KADER HMI DALAM PEMBANGUNAN KEPEMIMPINAN
KEPEMUDAAN DI KOTA MEDAN

No Urut Respoden :

Bagian I
Kepada responden mohon untuk meluangkan waktunya. Pernyataan pada
bagian I merupakan pernyataan yang berhubungan dengan identitas lokasi dan
karakteristik responden.
A. Identitas Keanggotaan
 Anggota Biasa l : LK I Tahun ........../ LK II Tahun .............../
LK III Tahun……….(Coret Yang Tidak
Perlu)
 Asal Komisariat : ......................................................................
 Organisasi Selain HMI : .................................Jabatan…...…………..
B. Karakteristik Responden
 Nama : .................................................................
 Alamat : .................................................................
 Usia saat ini : .......... tahun
 Jenis kelamin:
a. Laki-laki
b. Perempuan
 Status tingkat pendidikan
a. S 1
b. S 2
c. S 3
 Pekerjaan
a. Mahasiswa
b. Wiraswasta
c. PNS
d. Lainnya.........................(tulis)

181
Universitas Sumatera Utara
182

Bagian II

Pernyataan pada bagian II (pernyataan yang berkaitan dengan faktor


penarikan hubungan variable dalam penelitian ini, “Ideologi Kader HMI Dalam
Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan Di Kota Medan”). Oleh karena itu
Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan tanda cek () pada salah satu kolom
jawaban yang sesuai dengan pilihan yang di inginkan. Dengan alternative pilihan,
1. Sangat Tidak Setuju (STS), 2. Tidak Setuju (TS), 3. Kurang Setuju (KS), 4.
Setuju (S) 5. Sangat Setuju (SS)

1. Variabel Kader HMI


Indikator Kualitas Insan Akademis
STS TS KS S SS
NO Pertanyaan 1 2 3 4 5
1. Kader HMI Berpendidikan Tinggi

2. Kader HMI Memiliki Pengetahuan Yang Luas

3. Kader HMI berpikir rasional

4. Kader HMI berpikir obyektif dan kritis

5. Kader HMI memiliki kemampuan teoritis

6. Kader HMI mampu memformulasikan apa yang diketahui dan


dirahasiakan

7. Kader HMI menghadapi suasan sekelilingnya dengan kesadaran

8. Kader HMI sanggup berdiri sendiri dengan ilmu pilihannya, baik


secara teoritis maupun tekhnis

9. Kader HMI sanggup bekerja secara ilmiah, yaitu secara bertahap,


teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip
perkembangan.

2. Variabel Ideologi Kader HMI


A. Indikator Kualitas Insan Pencipta
STS TS KS S SS
NO Pertanyaan 1 2 3 4 5
1. Kader HMI mampu melihat kemungkinan-kemungkinan lain
(peluang)

2. Kader HMI bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk


baru yang lebih baik (Penemuan dan Pengembangan)

Batas usia responden dalam penelitian ini 18 s/d 30 tahun


Universitas Sumatera Utara
183

3. Kader HMI berjiwa penuh gagasan-gagasan penuh kemajuan

B. Indikator Kualitas Insan Pengabdi


STS TS KS S SS
NO Pertanyaan 1 2 3 4 5
1. Kader HMI selalu mencari perbaikan dan pembaharuan

2. Kader HMI bersifat independen (bebas, merdeka) tidak isolatif


(terkungkung, terbelenggu)

3. Kader HMI ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang


banyak

4. Kader HMI sadar membawa tugas insan pengabdi

5. Kader HMI bukan hanya membuat dirinya baik tetapi juga


membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik

6. Kader HMI ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan


sesama

3. Variabel Penerapan Ideologi Kader HMI


A. Indikator Kualitas Insan Bernafaskan Islam
STS TS KS S SS
NO Pertanyaan 1 2 3 4 5
1. Kader HMI membentuk unity of personalityc (pribadi yang
utuh), pribadi yang integrated (integritas diri) tercegah dari split
personality (kepriabadian ganda)
2. Kader HMI bermoral, sanggup memikul dari akibat-akibat
perbuatannya dan sadar untuk menempuh jalan yang benar
diperlukan keberanian moral

3. Kader HMI menjadikan Islam sebagai pedoman setiap pola


tindak, pola laku.

B. Indikator Kualitas Insan Bertanggung Jawab Atas


Terwujutnya Masyarakat Adil dan Makmur Yang di STS TS KS S SS
Ridhai Allah SWT
NO Pertanyaan 1 2 3 4 5
1. Kader HMI spontan dalam menghadapi tugas

2. Kader HMI responsif (cepat, tanggap) dalam menghadapi


persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis (acuh)

3. Kader HMI memiliki rasa tanggung jawab dan taqwa kepada


Allah SWT

Batas usia responden dalam penelitian ini 18 s/d 30 tahun


Universitas Sumatera Utara
184

4. Kader HMI berperan aktif dalam suatu bidang untuk


mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT

5. Kader HMI korektif setiap langkah yang berlawanan dengan


usaha mewujudkan masyarakat adil makmur

6. Kader HMI percaya pada diri sendiri dan sadar akan


kedudukannya sebagai khalifah fi al- ard (Pelestari dan penjaga
bumi beserta isinya) yang harus melaksankan tugas-tugas
kemanusiaan

4. Variabel Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di


Kota Medan
Indikator Kepemimpinan
STS TS KS S SS
NO Pertanyaan 1 2 3 4 5
1. Kader HMI Melakukan perencanaan pengembangan
kepemimpinan pemuda dengan meningkatkan potensi
keteladanan
2. Kader HMI Melakukan perencanaan pengembangan
kepemimpinan pemuda dengan meningkatkan potensi
keberpengaruhan
3. Kader HMI Melakukan perencanaan pengembangan
kepemimpinan pemuda dengan meningkatkan potensi
penggerakan pemuda sebagai kekuatan moral, control social dan
agen perubahan yang berwawasankebangsaan
4. Kader HMI Mengebangkan Motivasi Kepada Pemuda Untuk
Bertindak dalam menghadapi arus perubahan

5. Kader HMI memberikan Inspriasi (penemuan ide baru) Kepada


Pemuda

6. Kader HMI Mengorganisir setiap permasalahan pada kelompok


pemuda

7. Kader HMI Membangkitkan Kesadaran dan kepedulian Pemuda

8. Kader HMI Melakukan Pelatihan dan training-training seperti


LK I, LK II, LK III, SC, TOT dsb dengan muatan-muatan
kepemimpinan.

Hormat Peneliti,
Medan, 14 Juni 2016

Suwandi Simangunsong
NIM: 147003048

Batas usia responden dalam penelitian ini 18 s/d 30 tahun


Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Data

Tabulasi Jawaban Responden

P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
Respo P P P P P P P P P
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
nden 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4
2 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5
3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4
5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5
6 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
7 4 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5
8 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 3 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5
9 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5
10 5 5 5 5 3 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4
11 5 5 5 5 3 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4
12 4 4 5 5 3 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5
13 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
14 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5
15 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4
16 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5
17 5 4 4 5 3 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4
18 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5
19 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5
20 4 5 4 4 3 3 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4

185
Universitas Sumatera Utara
186

Tabulasi Jawaban Responden Lanjutan

P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
Respo P P P P P P P P P
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
nden 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
21 5 5 4 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5
22 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5
24 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
25 5 5 5 5 4 3 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5
26 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5
27 5 4 5 5 4 3 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 4 4 5 4 4
28 5 5 4 4 4 3 3 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 3 5 5 5 4 4 5 4 5
29 4 5 5 5 5 3 3 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4 5 5 4 4 5 4 4
30 3 4 5 4 5 4 3 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5
31 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5
32 5 5 5 5 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4
33 5 4 5 5 3 4 5 4 4 5 4 3 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4
34 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 3 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4
35 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5
36 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5
37 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
38 4 4 5 4 3 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
39 5 4 4 5 5 5 3 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5
40 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 5
41 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5
42 4 5 5 5 3 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4

Universitas Sumatera Utara


187

Tabulasi Jawaban Responden Lanjutan

P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
Respo P P P P P P P P P
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
nden 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
43 5 4 5 5 3 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 3 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4
44 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 3 5 4 5 5 4 4 5 4
45 5 4 5 5 4 4 3 4 3 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5
46 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5
47 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 3 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4
48 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4
49 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5
50 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5
51 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5
52 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4
53 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 3 3 5 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4
54 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4 4
55 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 3 5 5 4 4 4 4 3 5 4 5 4 3 3 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5
56 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 5 3 5 4 3 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5
57 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5
58 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 5 4 4 5 5 4
59 4 4 4 4 4 3 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4
60 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4
61 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4
62 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 5 4 3 4 3 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4
63 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4
64 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5

Universitas Sumatera Utara


188

Tabulasi Jawaban Responden Lanjutan

P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
Respo P P P P P P P P P
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
nden 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
65 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5
66 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4
67 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5
68 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
69 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5
70 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
71 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4
72 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4
73 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
74 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5
75 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4
76 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5
77 5 5 5 4 4 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5
78 5 4 4 4 5 5 3 4 3 4 3 3 3 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 3 4 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4
79 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5
80 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5
81 4 5 5 4 4 3 5 5 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 5 4 4 4 4 4 5
82 3 3 4 5 3 5 5 4 5 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 5 5 5 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4
83 4 5 4 4 4 3 4 4 5 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 5 5
84 4 5 4 4 4 5 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3
85 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5
86 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5

Universitas Sumatera Utara


189

Tabulasi Jawaban Responden Lanjutan

P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
Respo P P P P P P P P P
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
nden 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
87 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5
88 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4
89 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3 3 5 4 4 5 4 4 3 4 3 3 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4
90 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4
91 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5
92 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5
93 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4
94 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4
95 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5
96 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5
97 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5
98 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas

3.1 Hasil Uji Validitas

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

P1 154.64 92.768 .337 .904

P2 154.72 93.356 .279 .905

P3 154.63 92.462 .408 .903

P4 154.69 92.957 .339 .904

P5 154.92 92.550 .260 .906

P6 154.77 91.336 .367 .904

P7 154.88 91.387 .356 .904

P8 154.72 92.511 .382 .904

P9 154.74 92.048 .365 .904

P10 154.73 91.022 .497 .902

P11 154.81 90.838 .445 .903

P12 154.85 90.213 .460 .903

P13 154.72 90.243 .518 .902

P14 154.69 91.452 .460 .903

P15 154.65 90.992 .496 .902

P16 154.66 91.153 .497 .902

P17 154.77 90.759 .467 .902

P18 154.84 90.262 .482 .902

P19 154.66 90.370 .535 .901

P20 154.71 89.835 .539 .901

P21 154.68 90.322 .535 .901

P22 154.84 89.148 .563 .901

P23 154.82 89.450 .536 .901

P24 154.80 89.381 .514 .902

190

Universitas Sumatera Utara


191

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

P25 154.80 90.123 .524 .901

P26 154.76 90.249 .551 .901

P27 154.84 89.128 .522 .901

P28 154.70 91.283 .457 .903

P29 154.68 91.414 .448 .903

P30 154.65 92.229 .390 .903

P31 154.74 92.398 .392 .903

P32 154.86 92.206 .379 .904

P33 154.65 92.827 .362 .904

P34 154.70 92.396 .380 .904

P35 154.71 92.309 .387 .904

3.2 Hasil Reabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.905 35

Universitas Sumatera Utara


192

Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik

4.1 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual

N 98
a,,b
Normal Parameters Mean .0000000

Std. Deviation 1.77480673

Most Extreme Differences Absolute .049

Positive .036

Negative -.049

Kolmogorov-Smirnov Z .484

Asymp. Sig. (2-tailed) .973

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Universitas Sumatera Utara


193

4.2 Uji Multikolinearitas

a
Coefficients

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics

Std.
Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 12.880 3.047 4.227 .000

X1 .231 .087 .254 2.659 .009 .655 1.528

X2 .116 .082 .157 1.411 .162 .483 2.072

X3 .235 .075 .357 3.120 .002 .456 2.195

a. Dependent Variable: Y

4.3 Uji Autokorelasi

b
Model Summary

Std. Error Change Statistics

R Adjusted of the R Square F Sig. F Durbin-


Model R Square R Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson
a
1 .662 .439 .421 1.803 .439 24.474 3 94 .000 1.916

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

b. Dependent Variable: Y

4.4 Uji Heterokedastisitas

Universitas Sumatera Utara


194

Lampiran 5. Uji Chi Kuadrat

5.1 Uji Chi Kuadrat Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap

Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 169.551 110 .000

Likelihood Ratio 116.665 110 .314

Linear-by-Linear Association 27.825 1 .000

N of Valid Cases 98

a. 132 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .01.

5.2 Uji Chi Kuadrat Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 277.113 143 .000

Likelihood Ratio 143.611 143 .470

Linear-by-Linear Association 28.318 1 .000

N of Valid Cases 98

a. 168 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .01.

Universitas Sumatera Utara


195

5.3 Uji Chi Kuadrat Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah

Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 229.936 143 .000

Likelihood Ratio 131.503 143 .745

Linear-by-Linear Association 36.033 1 .000

N of Valid Cases 98

a. 168 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .01.

Universitas Sumatera Utara


196

Lampiran 6. Uji Korelasi dan Uji t

6.1 Hubungan Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam

Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan

Correlations

X1 Y
**
X1 Pearson Correlation 1 .536

Sig. (2-tailed) .000

N 98 98
**
Y Pearson Correlation .536 1

Sig. (2-tailed) .000

N 98 98

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Std.
Model B Error Beta t Sig.

1 (Constant) 16.677 3.221 5.177 .000

X1 .488 .079 .536 6.214 .000

a. Dependent Variable: Y

Universitas Sumatera Utara


197

6.2 Hubungan Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam

Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan

Correlations

X2 Y
**
X2 Pearson Correlation 1 .540

Sig. (2-tailed) .000

N 98 98
**
Y Pearson Correlation .540 1

Sig. (2-tailed) .000

N 98 98
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 20.348 2.599 7.828 .000

X2 .398 .063 .540 6.291 .000

a. Dependent Variable: Y

Universitas Sumatera Utara


198

6.3 Hubungan Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah Pembangunan

Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan

Correlations

X3 Y
**
X3 Pearson Correlation 1 .609

Sig. (2-tailed) .000

N 98 98
**
Y Pearson Correlation .609 1

Sig. (2-tailed) .000

N 98 98

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 20.335 2.175 9.350 .000

X3 .400 .053 .609 7.533 .000

a. Dependent Variable: Y

Universitas Sumatera Utara


199

Lampiran 7. Tabel Distribusi Chi-Square

Universitas Sumatera Utara


200

Tabel Distribusi Chi-Square Lanjutan

Universitas Sumatera Utara


201

Lampiran 8. Tabel Korelasi R

Universitas Sumatera Utara


202

Tabel Korelasi R Lanjutan

Universitas Sumatera Utara


203

Tabel Korelasi R Lanjutan

Universitas Sumatera Utara


204

Tabel Korelasi R Lanjutan

Universitas Sumatera Utara


205

Tabel Korelasi R Lanjutan

Universitas Sumatera Utara


206

Lampiran 9. Tabel Durbin-Watson

Universitas Sumatera Utara


207

Tabel Durbin-Watson Lanjutan

Universitas Sumatera Utara


208

Lampiran 10. Tabel Distribusi t

Universitas Sumatera Utara


209

Tabel Distribusi t Lanjutan

Universitas Sumatera Utara


210

Tabel Distribusi t Lanjutan

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai