Oleh
MARDALENA
047018032 / IEP
Oleh :
MARDALENA
047018032 / IEP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
Judul Tesis
Nama Mahasiswa
Nomor pokok
Program Studi
Menyutujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ramli, MS
Ketua
Direktur
Sekolah Pascasarjana
Ketua
: Dr. Ramli, MS
Anggota
ABSTRACT
Mardalena, 2007, The Factors Influence the Decision of Customer for Saving at Syariah
Bank in Medan, under the supervision io Dr. Ramli, MS (Chairman) and Dr. Irsyad
Lubis M.Sos.Sc (member)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan Rahmat serta TaufikNya kepada penulis sehingga tesis ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya shalawat dan salam hendaknya
dilimpahkan Allah terhadap junjungan Rasulullullah Muhammad Saw yang telah
mengembangkan risalah sebagai pedoman hidup yang paling sempurna dan haq untuk
keselematan bagi manusia dan rahmat bagi alam semesta.
Tesis yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat
Dalam Memilih Bank Syariah Di Medan ini merupakan karya ilmiah akhir bagi penulis
dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ilmu Ekonomi
Pembangunan, Sekolah PascaSarjana Unversitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis DTM&H,
Sp.A(K) atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Megister pada program
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Suamtera Utara, Prof. Dr. T.
Chairunnisa B, M.Sc atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Megister.
3. Ketua Program Studi Dr. Murni Daulay, M.Si atas bimbingan selama perkuliahan.
4. Kepada komisi pembimbing yang terdiri dari Dr. Ramli, MS dan Dr. Irsyad Lubis
M.Soc. Sc atas bimbingan dan saran yang mereka berikan.
5. Kepada komisi pembanding yang terdiri dari Dr. Murni Daulay, M.Si, Drs.
Iskandar Syarif, MA dan Wahyu. A. Pratomo, M.Si atas bimbingan dan saran
yang diberikan
6. Kepada semua Dosen pada Program Megister Ilmu Ekonomi Pembangunan atas
segala ilmu yang diberikan kepada penulis.
7. Kepada rekan-rekan mahasiswa serta pegawai dan karyawan atas bantuan dan
kerjasama
dengan baik.
8. Kepada orang tua penulis H. Yurnalis Somad dan Marnelis yang memberikan
perhatian, motivasi, semangat,
Mardalena
: Mardalena
Tempat/Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
HP
: 081361256353
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1987-1993
Tahun 1993-1996
Tahun 1996-1999
Tahun 1999-2000
: D1 Informatika Komputer
Tahun 2000-2004
Tahun 2005-2007
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6
2.1 Bank Syariah ............................................................................................ 6
2.2 Dasar Falsafah Bank Syariah .................................................................. 8
2.3 Peranan Perbankan Syariah ..................................................................... 9
2.4 Bank Konvensional ................................................................................. 10
2.5 Pelayanan ................................................................................................. 12
2.6 Konsep Bunga Di Kalangan Non Muslim ............................................... 15
2.7 Prinsip Bagi Hasil .................................................................................... 17
2.8 Perbedaan Bagi Hasil Dan Bunga ........................................................... 21
2.9 Keputusan Masyarakat ............................................................................ 23
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Judul
Halaman
2.1
3.1
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
4.13
4.14
4.15
4.16
4.17
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Judul
Halaman
2.1.
4.1
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ................................................................................................... 62
Lampiran 2 Skor Penilaian .......................................................................................... 65
Lampiran 3 Hasil Estimasi ........................................................................................... 68
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Ekonomi adalah sisi yang tidak terpisahkan dari dimensi kehidupan umat
manusia. Dalam bidang ekonomi, salah satu hal yang sangat urgen sekaligus sebagai
pembeda antara sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi konvensional adalah
menyangkut dengan sistem perbankan, khususnya mengenai suku bunga. Dalam sistem
ekonomi konvensional, suku bunga merupakan variabel penting bahkan suatu hal yang
tidak dapat dipisahkan dengan varaibel-variabel ekonomi lain, sementara Islam
menganggap bahwa suku bunga merupakan bentuk riba yang dilarang keras oleh Allah
SWT.
Dalam kitab suci Al Quran Allah SWT sering menyebutkan bahwa riba itu akan
mendatangkan kemudharatan atau akan membuat pihak lain teraniaya. Pada bagian
lain dikemukankan bahwa riba tidak akan mendatangkan keselamatan, bahkan hanya
akan menimbulkan kesengsaraan. Dalam Islam, disamping mencapai tujuan-tujuan
material harus juga dipertimbangkan faktor nilai, karakter luhur manusia, keutuhan
social dan pembalasan Allah di akhirat nanti. Singkatnya kegiatan-kegiatan ekonomi
tidak saja semata-mata untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan material, tapi terlebihlebih kegiatan tersebut haruslah bernilai ibadah di mata Allah SWT.
Pendirian bank Syariah, merupakan suatu indikasi akan kemudharatan sistem
bunga atau riba. Dan ditegaskan dengan lahirnya fatwa MUI (16/12/2003) tentang
haramnya berbagai bunga yang dikukuhkan Januari 2004. Keluarnya beberapa fatwa
nasional masih sangat kecil, yaitu sebesar Rp.15,3 triliun (1,3 %) meskipun aset
perbankan syariah mencapai rata-rata pertumbuhan lebih dari 80% per tahun pada periode
1998-2004. Demikian pula yang terjadi pada dana pihak ketiga pada akhir tahun 2004
telah mencapai Rp.11,6 triliun (1,2%) dan penyaluran dana sebesar Rp.11,5 triliun
(1,7%).
Sedikitnya ada empat hal yang menjadi tujuan pengembangan perbankan yang
berdasarkan prinsip syariah (Islam), yaitu (Dhani Gunawan :2005): (1) memenuhi
kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak dapat menerima konsep bunga; (2)
terciptanya dual banking system di Indonesia yang mengakomodasikan baik perbankan
konvensional maupun perbankan syariah yang akan melahirkan kompetisi yang sehat dan
perilaku bisnis yang berdasarkan nilai-nilai moral; (3) mengurangi risiko sistemik dari
kegagalan sistem keuangan di Indonesia; (4) mendorong peran perbankan dalam
menggerakkan sektor riil dan membatasi spekulasi atau tidak produktif karena
pembiayaan ditujukan pada usaha-usaha yang berlandaskan nilai-nilai moral.
Pandangan sistem perbankan konvensional
sistem perbankan yang menggunakan nilai nilai agama dalam pengembangan usahanya.
Tapi masih banyak umat Islam yang menyimpan uangnya di bank konvensional.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti akan melakukan pengkajian ilmiah
yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mepengaruhi Keputusan Masyarakat Dalam
Menabung Pada Bank Syariah Di Medan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian
ini adalah :
Apakah pendidikan, pendapatan, usia, dan jarak berpengaruh terhadap keputusan
masyarakat dalam menabung pada bank syariah di Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
untuk mengetahui apakah pendidikan, pendapatan, usia, dan jarak berpengaruh
terhadap keputusan masyarakat dalam menabung pada bank syariah di Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan bank syariah di Indonesia.
2. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya yang ada relevansi dengan
penelitian ini.
3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk seluruh stake holder, bagi bank
syariah di Medan. Dalam membuat kebijakan untuk mengupayakan visi dan misi
perbankan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank Syariah
Bank Syariah adalah lembaga keuangan perbankan yang operasionalnya dan
produknya dikembangkan berlandaskan Alquran dan Hadis Nabi Saw (Muhammad,
2004:94). Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang
yang pengopersiannya disesuaikan dengan prinsip syariah.
Esensi Bank Syariah tidak hanya dilihat dari ketiadaan sistem riba dalam seluruh
transaksinya, tetapi didalamnya terdapat sistem yang membawa manusia mendapatkan
kebahagiaan lahir dan batin. Ada beberapa ciri utama Bank Syariah (Muhammad,
2002:99) diantaranya :
1. Beban Biaya
Besarnya beban biaya tidak kaku dan dapat dilakukan tawar-menawar dalam batasanbatasan yang wajar. Beban biaya hanya dikenakan sampai batas waktu yang telah
disepakati bersama. Dalam suatu kontrak baru untuk menyelesaikannya.
2. Tidak Menggunkan Persentase
Pembebanan kewajiban membayar dalam semua kontrak bank syariah selalu
dihindarkan penggunaan persentase, karena akan mempunyai potensi untuk
melipatgandakan.
3. Menciptakan rasa kebersamaan
Sebagai lembaga bisnis, Bank Syariah, seperti bank-bank lainnya harus memiliki
daya tarik ekonomi. Namun pertimbangan ekonomi bukan merupakan pertimbangan
dasar, ada hal lain yang lebih penting, yaitu moral. Karena itu produk-produk yang
diberikan Bank Syariah tidak pernah lepas dari aturan syariah. Selalu ada pertimbangan
yang bersifat ukhrawi, yaitu pertimbangan halal dan haram.
Keberadaan perbankan syariah di tanah air telah mendapatkan pijakan kokoh
setelah adanya Paket Derelugasi, yaitu yang berkaitan dengan lahirnya Undang Undang
Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang direvisi melalui Undang Undang Nomor 10 Tahun
1998. Dengan demikian bank ini adalah yang beroperasi dengan prinsip bagi hasil. Bagi
hasil adalah prinsip yang berdasarkan syariah dalam melakukan kegiatan usaha bank.
Syariat Islam sebagai suatu syariat yang dibawa Rasul terakhir yang mempunyai
keunikan tersendiri, yang bukan saja komprehensif tetapi juga universal (SyafiI Antonio,
5:2000) .
Komprehensif merupakan seluruh aspek kehidupan manusia baik ritual maupu sosial
(Ibadah maupun muamalah). Ibadah dengan tujuan untuk menjaga ketaatan, dan
harmonisasi hubungan antara manusia dengan kholiqNya. Sedangkan muamalah untuk
menjadi rule of game dalam keberadaan manusia sebagai makhluk sosial.
Universal diterapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir nanti. Keuniversalan
ini akan tampak jelas sekali terutama dalam bidang muamalah, bukan saja luas dan
flkeksibelbahkan tidak memberiakan special treatmen bagi muslim dan membedakannya
dari non muslim. Kenyataan ini tersirat dalam suatu ungkapan yang diriwayatkan oleh
sayyidina Ali, yang artinya: dalam bidang muamalah kewajiban mereka adalah
kewajiban kita dan hak mereka adalah hak kita (Syafii Antonio, 2000).
penduduk Indonesia yang kebutulan muslim, namun lebih kepada adanya keunggulan
atau manfaat lebih dari perbankan syariah dalam menjembatani ekonomi.
Dalam sistem perbankan konvensional, selain berperan sebagai jembatan antara
pemilik dana dan dunia usaha, perbankan juga masih menjadi penyekat antara keduanya
karena tidak adanya transferability risk dan return. Sistem perbankan syraiah yaitu
perbankan menjadi menejer investasi, wakil, atau pemegang amanat (custadion) dari
pemilik dana atas investai di sektor rill. Dengan demikian, seluruh keberhasiln dan resiko
dunia uasha atau pertumbuhan ekonomi secara langsung didistribusikan kepada pemilik
dana sehingga menciptakan suasana harmoni. Hal ini untuk menghindari terjadinya gap
antara sumber dana dengan investasi (saving investment gap). Skema produk perbankan
syariah secara alamiah merujuk kepada dua katagori kegiatan ekonomi yakni produksi
dan distribusi. Katagori pertama difasilitasi melalui skema profit sharing (mudharabah)
dan partnership (musyarakah), sedangkan kegiatan distribusi manfaat hasil hasil produk
dilakukan melalui skema jual beli (murobaha) dan sewa menyewa (ijarah).
transaksi,
kepentingan
pihak-pihak
yang
melakukan
interaksi
2.5 Pelayanan
Perusahaan yang ingin berkembang dan mendapatkan keunggulan kompetitif harus
dapat memberikan produk berupa barang atau jasa yang berkualitas dengan harga yang
bersaing, penyerahan lebih cepat, dan pelayanan yang baik kepada para pelanggan.
Untuk memenuhi kepuasan pelanggan pada industri jasa, pelayanan sangat penting
dikelola perusahaan dengan baik.
Pelayanan merupakan penilaian atau sikap secara menyeluruh yang berhubungan
dengan pelayanan sebagai hasil dari perbandingan antara harapan pelanggan dan persepsi
atas kinerja pelayanan sebanarnya (Berry, et. al; Gronroos dalam Lewis, 1993). Gronross
(dalam Parasurman, 1985) menyatakan ada dua tipe dari pelayanan yakni:
1. Technical Quality meliputi apa yang sebenarnya dirasakan oleh pelanggan dari
pelayanan yang didapatinya.
2. Functional Quality meliputi cara bagaimana pelayanan tersebut disampaikan.
Kinerja yang dituntut dari suatu jasa dapat memberikan kepuasan bagi konsumen, hal ini akan memberikan pelayanan yang
berkualitas bagi industri jasa.
Ada lima dimensi pelayanan yang sering digunakan untuk menilai kualitas pelayanan,
menurut Parasuraman, et al dalam Lupiyoadi (1985) yaitu:
1. Tangibles (bukti fisik) yaitu kemampuana suatu perusahaan dalam menunjukkan
eksisitensinya kepada pihak eksternal meliputi fasilitas fisik, perlengkapan dan
peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.
2. Reliability (Keandalan) yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan
sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
3. Responsiveness (ketanggapan) yaitu kemauan untuk membantu dan memberikan
pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi
yang jelas.
4. Assurance (jaminan) yaitu pengetahuan, kesopanan, dan kemampuan para pegawai
perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan.
5. Emphaty (perhatian) yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual
kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginannya.
Kemampuan perusahaan dalam memberikan eksistensinya dan pelayanan yang sesuai yang dijanjikan, akan memberikan
kepercayaan bagi pelanggan. Kesopanan dan pengetahuan para pegawai akan menumbuhkan rasa percaya dan akan menciptakan
suasana yang baik antar pelanggan dan pegawai perusahaan.
Di antara referensi paling tua mengenai riba adalah yang ditemukan pada naskah
keagamaan India kuno sebagaimana disarikan dengan amat baik oleh Jain (1929, dalam
Ali Mutasowifin, 2003: 8) karyanya Indigenous Banking in India. Catatan awal
diturunkan dari teks Vedic India kuno (2000-1400 SM) di mana pemungut riba disebut
berulang kali dan diinterpretasikan sebagai pemberian pinjaman dengan bunga. Hal ini
juga ditemukan pada teks Sutra (700-100 SM), serta Jatakas dalam Budha (600-400 SM).
Pada masa inilah perasaan jijik pada riba diekspresikan. Misalnya, adanya larangan bagi
kasta Brahmana dan Kshatriya meminjamkan uang dengan memungut bunga.
Namun demikian, pada abad kedua Masehi, riba telah menjadi istilah yang lebih
relatif, sebagaimana termaktub pada Laws of Manu saat itu: Stipulated interest beyond
the legal rate being against [the law], cannot be recovered; they call that a usurious way
(of lending) (Jain, 1929). Perdebatan makna riba ini tampaknya terus berlanjut hingga
kini, di mana meskipun secara prinsip masih dikutuk, namun riba hanya merujuk pada
bunga yang diterapkan di atas batas yang diterima masyarakat umum, dan tidak lagi
dilarang atau dikontrol dengan cara yang signifikan.
Kecaman terhadap riba, yang dalam bahasa Yahudi dikenal sebagai neshekh,
memiliki akarnya dalam beberapa bagian Perjanjian Lama yang menyatakan pemungutan
bunga sebagai hal yang dilarang dan hina (Visser, 1998), misalkan dalam Keluaran 22: 25
yang menyebutkan: Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat-
Ku, orang yang miskin di antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang
penagih hutang terhadap dia: janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya.
Larangan mempraktekkan riba juga dimuat dalam Imamat 25: 35-37 yang
menyatakan,Apabila Saudaramu jatuh miskin, sehingga tidak sanggup bertahan di
antaramu, maka engkau harus menyokong dia sebagai orang asing dan pendatang, supaya
ia dapat hidup di antaramu. Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba darinya,
melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu dapat hidup di antaramu.
Janganlah engkau memberi uangmu kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu
janganlah kauberikan dengan meminta riba.
Meskipun terdapat akarnya dalam agama Yahudi, debat mengenai riba oleh
Lembaga-Lembaga Gereja Kristen berlangsung selama lebih dari seribu tahun. Pada abad
keempat Masehi, Gereja Katholik Roma melarang pemungutan riba bagi para rohaniwan,
aturan yang kemudian diperluas bagi kalangan awam pada abad kelima. Pada abad
kedelapan, di bawah Charlemagne, mereka bahkan menekan lebih dalam dan
mendeklarasikan pemungutan riba sebagai tindakan kriminal (Visser, 1998 dalam Ali
Mutasowifin, 2003: 10)
Akan tetapi, seiring dengan perkembangan komersialisasi, gerakan pro-bunga
juga mulai tumbuh. Munculnya protestanisme serta pengaruh prokapitalismenya juga
berhubungan dengan perubahan ini, meskipun harus dicatat bahwa baik Luther maupun
Calvin juga berkeberatan terhadap praktek riba, namun meyakini bahwa hal semacam itu
tidak dapat digeneralisasi dan diterapkan secara universal. Namun demikian, meskipun
larangan riba tidak termaktub secara khusus dalam Kitab Perjanjian Baru, banyak yang
meyakini Lukas 6:34-35 sebagai ayat yang mengecam praktik pemungutan bunga. Ayat
tersebut menyatakan,Dan, jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena
kamu berharap akan menerima sesuatu daripadanya, apakah jasamu? Orang-orang
berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima
kembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada
mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar
dan kamu akan menjadi anak-anak Tuhan Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap
orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.
(Mutasowifin, 2003: 10
Bagi Masyarakat debitur hanya memiliki keahlian dan skill tetapi tidak punya
modal sama sekali, jenis pembiayaan yang sesuai adalah pembiayaan mudharabah. Fatwa
Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN - MUI) Nomor 07/DSNMUI/IV/2000 menjelaskan yang dimaksud dengan pembiayaan mudharabah adalah akad
kerja sama suatu usaha antara dua pihak, dengan pihak pertama (shahibul mal) dalam hal
ini bank, menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua (mudharib) dalam hal ini
Masyarakat debitur, bertindak selaku pengelola. Keuntungan dari usaha ini dibagi di
antara mereka sesuai kesepakatan yang ada dalam akad.
Dalam skema pembiayaan ini, bank akan meminjamkan seratus persen modalnya
kepada Masyarakat debitur untuk dikelola dalam suatu proyek atau usaha. Modal tersebut
harus dikembalikan apabila sudah tidak diperlukan lagi. Sebaliknya Masyarakat debitur
sebagai pengelola dana (mudharib) harus dapat memegang amanah atas modal yang
diterima. Artinya, ia hanya menggunakan modal dimaksud untuk keperluan proyek atau
usaha yang disepakati serta memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan oleh bank
sebagai pemilik dana/ shahibul mal (Dadan Suryapraja,2006).
Keuntungan dari hasil proyek/usaha akan dibagi-hasilkan sesuai nisbah (rasio)
yang disepakati. Apabila terjadi kerugian, maka kerugian dimaksud dapat ditanggung
baik oleh bank maupun Masyarakat debitur, tergantung dari prinsip bagi hasil yang
disepakati.
Dalam skema ini ada dua prinsip bagi hasil, yaitu revenue sharing dan profit/loss
sharing. Dalam revenue sharing, jumlah yang dibagi-hasilkan adalah penghasilan kotor
sebelum dikurangi dengan biaya operasional. Sedangkan dalam profit/loss sharing,
jumlah yang dibagi-hasilkan adalah laba/rugi bersih setelah seluruh biaya operasional
diperhitungkan.
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional MUI (DSN-MUI), untuk kemaslahatan
disarankan untuk menggunakan prinsip revenue sharing. Pada umumnya bank syariah
mengikuti fatwa tersebut dengan tujuan untuk menghindari moral hazzard yang mungkin
dilakukan oleh Masyarakat debitur, misalnya dengan cara menaikkan biaya operasional
yang tidak perlu.
Bagi Masyarakat yang memiliki keahlian, skill dan sebagian modal, jenis
pembiayaan yang tepat adalah pembiayaan musyarakah. Menurut Fatwa DSN-MUI
Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000, musyarakah adalah pembiayaan kerja sama antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai
kesepakatan.
Dalam hal ini bank syariah dan Masyarakat, masing-masing akan menggabungkan
sejumlah modal sesuai porsi yang disepakati. Modal dapat diwujudkan dalam bentuk
uang tunai maupun materi yang telah disepakati nilainya. Kemudian modal itu dikelola
oleh Masyarakat debitur untuk mengembangkan usaha atau proyek. Seperti halnya dalam
skema mudharabah, Masyarakat harus juga harus bersikap amanah. Keuntungan dan
kerugian yang terjadi dibagikan kepada para pihak sesuai dengan kontribusi modalnya.
Dengan demikian, pilihan apakah akan menggunakan mudharabah atau
musyarakah, sangat ditentukan oleh kondisi modal Masyarakat. Bank syariah pada
umumnya lebih condong kepada pembiayaan musyarakah, karena risiko usaha
ditanggung oleh kedua belah pihak. Sedangkan untuk mudharabah, bank syariah hanya
akan menyalurkannya kepada Masyarakat debitur yang telah terbukti amanah dan
profesional di dalam usahanya. Kemudian, debitur tersebut dalam kurun waktu lama telah
memberikan kontribusi yang signifikan kepada bank. Hal ini dilakukan bank dalam upaya
menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran dana masyarakat (prudential
banking).
Dalam menarik dana masyarakat, produk bank syariah yang menggunakan prinsip
bagi hasil adalah tabungan dan deposito. Tabungan merupakan simpanan masyarakat
yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lain yang
dipersamakan dengan itu (Dadan Suryapraja,2006).
Sedangkan deposito adalah simpanan berjangka yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian Masyarakat penyimpan dengan
bank (Dadan Suryapraja,2006). Berdasarkan kedua definisi itu, produk dana bank
syariah sama dengan yang berlaku di bank konvensional. Bedanya terletak pada
penggunaan prinsip bunga. Bank syariah tidak menggunakan instrumen bunga sementara
bank konvensional menerapkan bunga.
Prinsip bagi hasil dalam tabungan dan deposito biasanya dikenal dengan
mudharabah mutlaqah yang berarti bank sebagai mudharib bebas menyalurkan dana
dimaksud kepada berbagai bentuk dan jenis pembiayaan. Dalam istilah akuntansi dikenal
sebagai investasi tidak terikat (ITT), penyalurannya dibatasi oleh syarat-syarat dari
pemilik dana (shahibul mal). Contoh dari penyaluran dana ITT adalah pembiayaan
channelling dan executing.
Sebagaimana prinsip bagi hasil yang diterapkan pada sisi pembiayaan, yaitu revenue
sharing, dalam produk dana pun digunakan prinsip yang sama. Masyarakat penabung dan
deposan akan mendapatkan bagi hasil yang dihitung berdasarkan pendapatan bank kotor,
sebelum dikurangi dengan biaya operasional bank.
Bagi hasil
dipinjamkan
yang diperoleh
Keputusan Masyarakat
Keputusan adalah keadaan akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi
label pengambilan keputusan (McGrew dan Wilson dalam Salusu, 1996:51). Keputusan
berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan, namun tidak
merupakan pilihan antara yang benar dan yang salah, yang justru sering terjadi ialah
pilihan antara yang hampir benar dan yang mungkin salah (Drucker, 1990 dalam
Salusu, 1996:51).
Setiap keputusan mempunyai kadar kehebatan yang berbeda-beda. Ada keputusan
yang tidak mempunyai makna berarti, sebaliknya ada yang mempunyai makna global
yang luar biasa, dan ada keputusan yang sederhana. Menurut Brinckloe (1977) bahwa
sebenarnya ada empat tingkat keputusan:
1. Keputusan otomotik (oatomatic decisions): keputusan ini dibuat sangat sederhana,
meski sederhana informasi tetap diperlukan. Hanya informasi yang ada akan
melahirkan satu keputusan.
2. Keputusan berdasarkan informasi yang diharapkan (expected information decisions):
informasi yang ada sudah memberi aba-aba untuk mengambil keputusan, akan tetapi
keputusan belum segera dibuat karena informasi itu masih perlu dipelajari.
3. Keputusan berdasar berbagai pertimbangan (factor weghting decision):informasi
informasi yang didapat harus dikumpulkan dan dianalisa. Faktor faktor yang berperan
dalam informasi itu dipertimbangkan dan diperhitungkan. Antara informasi yang satu
dengan yang lain dibandingkan, kemudian dicari yang paling banyak memberi
keuntungan atau kesenangan.
4. Keputusan berdasarkan ketidakpastian berganda (dual uncertainty decision):
merupakan keputusan yang palin komplek. Jumlah informasi yang dperlukan semakin
banyak, dalam setiap informasi yang sudah ada atau yang akan diharapkan terdapat
ketidakpastian. Itulah sebabnya dikatakan dual uncertainty ketidakpastian
berganda. Semakin luas ruang lingkup dan semakin jauh dampak dari suatu
keputusan, semakin banka informasi yang dibutuhkan dan semakin tinggi
ketidakpastiannya.
hipotesis
dalam
penelitian
ini
ada
beberapa
variabel
PENDAPATAN
KEPUTUSAN
MASYARAKAT
USIA
JARAK
BANK
SYARIAH
yang
Maka
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan masyarakat dalam menabung pada Bank Syariah. Dalam
penelitian ini masyarakat yang diteliti adalah yang menabung di bank syariah, dengan
menggunakan data primer.
3.2 Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Kota Medan yang terdiri dari dua
puluh satu (21) kecamatan. Dari dua puluh satu diambil 3 kecamatan yaitu: Kecamatan
Medan Kota, Medan Petisah dan Medan Tembung.
Penentuan daerah penelitian ditetapkan secara purposive (sengaja). Alasan penetuan
daerah penelitian ini: pertama, sebagai mewakili tipe-tipe kecamatan yaitu perkotaan,
sedang dan pinggiran, dan di tiga kecamatan ini terdapat bank syariah
3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari
responden melalui wawancara langsung dan kuesioner. Sampel kecamatan di Sumatera
Utara ditentukan sebanyak 3 kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di Medan. Alasan
mengambil 3 kecamatan karena kecamatan tersebut terdapat bank syariah. Daerah ini
juga mewakili tipe-tipe kecamatan yaitu perkotaan, sedang dan pinggiran yang terdiri dari
kecamatan Medan Kota, kecamatan Medan Petisah, dan Kecamatan Medan Tembung.
Kuesioner yang telah disediakan untuk responden terlebih dahulu diuji coba
sehingga data-data yang diperoleh lebih akurat. Untuk itu dilakukan uji reabilitas agar
kemampuan alat uji dapat diukur atau valid (Singarimbun dan effendy, 1989).
3.5 Model Analisa
Model analisa untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
masyarakat dalam menabung pada Bank Syariah di Medan dapat berbentuk fungsi
sebagai berikut:
KM= f( Pd, Pt, Us, Jmt) (1)
Dari fungsi tersebut, dispesifikasikan kedalam bentuk model ekonometrika sebagai
berikut:
KM= a0 + a1Pd + a2Pt + a3Us + a4Jmt + u .(2)
Dimana:
KM = Keputusan Masyarakat
Pd = Pendidikan
Pt = Pendapatan
Us = Usia
Jmt = Jarak Mudah Ditempuh
a
= Konstanta / intercept
= Koefisien Regresi
= Error Term
Sub Varabel
Konsep Variabel
Jenis Data
Agama
Keyakinan yang dianut oleh Ordinal
(a1)
Pendidikan
(a2)
Varaiabel
Independent
(a)
Pendapatan
responden.
Formal
terakhir
yang Ordinal
diselesaikan responden
Jumlah seluruh pengahasilan Ordinal
(a3)
keluarga.
Usia
(a4)
Jarak
Variabel
Dependent
(KM)
Jarak
dari
Tempuh
responden
(a5)
menabung.
Keputusan
Masyarakat
(KM)
Pilihan
tempat
ke
bank
tinggal Ordinal
tempat
responden
menentukan bank
dalam Ordinal
tidak signifikan. Suatu variabel bebas secara substansi maupun secara statistik jika dibuat
regresi sederhana bias tidak signifikan karena variasi besar akibat kolinieritas. Bila
standar error terlalu besar, maka besar pula kemungkinan taksiran koefisien regresi tidak
signifikan, (4) R2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari t-test. Terkadang
nilai taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan
substansi sehingga dapat menyesatkan interpretasi.
b. Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi dalam model regresi linear berganda adalah varian setiap
disturbance term (ui) yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas
adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan 2. Jadi heteroskedastisitas
muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varian
yang konstan dari suatu observasi ke observasi lainnya.
Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dalam model penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan White Heteroskedastisity Test (White Test), yaitu
dengan membandingkan nilai Obs-R atau X hitung terhadap X tabel, dengan kriteria
penilaian sebagai berikut :
1
Jika nilai Obs-R atau X2hitung > X2tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa
ada masalah heteroskedastisitas dalam model empiris yang digunakan, tidak dapat
ditolak.
Jika nilai Obs-R atau X2hitung < X2tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa
ada masalah heteroskedastisitas dalam model empiris yang digunakan, ditolak.
c. Uji Linieritas
Uji yang sangat popular untuk menguji masalah linieritas adalah uji yang
dikembangkan oleh J-B Ramsey tahun 1969 yang dikenal dengan RESET Test. Uji ini
sebenarnya didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas sosok atau tidak
dimasukkan dalam suatu model estimasi. Untuk menerapkan uji RESET, terlebih dahulu
dibuat asumsi atau keyakinan bahwa fungsi yang benar adalah fungsi linier.
Dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel, kriteria keputusan sebagai berikut:
1. Jika Fhitung > Ftabel (Prob. < 0.05), maka hipotesis yang menyatakan bahwa spesifikasi
model yang digunakan dalam bentuk fungsi linier benar ditolak
2. Jika Fhitung < Ftabel (Prob. > 0.05), maka hipotesis yang menyatakan bahwa spesifikasi
model yang digunakan dalam bentuk fungsi linier diterima.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Fisik Wilayah
4.1.1 Kecamatan Medan Kota
Kecamatan Medan Kota merupakan perkotaan Medan terletak pada 20-30
derejat Lintang Utara dan 98-44 derejat Lintang Timur. Kecamatan Medan Kota
berbetasan dengan:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Timur.
Sebeleh Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas/Medan Denai.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimun.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai/Medan Area.
Tabel 4.1 Luas dan Jumlah Penduduk Perkelurahan Kecamatan Medan Kota
Kelurahan
Luas Km2
% Luas Kecamatan
Susi Rejo I
0.90
14.28
Siti Rejo I
0.45
7.41
Sudi Rejo II
0.76
12.06
Teladan Barat
0.98
15.56
Teladan Timur
0.71
11.26
Pasar Merah Barat 0.32
15.08
Kota Matsum III
0.31
5.00
Sei. Rengas I
0.29
4.60
Pandau Hulu
0.35
5.56
Pusat Pasar
0.46
7.30
Pasar Baru
0.22
3.49
Mesjid
0.28
4.44
Jumlah
6.03
106.04
Sumber: Data BPS Medan, 2006
Jumlah Penduduk
8.009
8.015
12.891
10.907
8.641
4.204
4.023
6.394
6.227
3.991
4.501
5.138
82.941
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk paling banyak adalah
kelurahan Sudi Rejo II 12.891 jiwa/ Km2, kemudian diikuti dengan kelurahan Teladan
Barat dengan jumlah penduduk 10.907 jiwa/ Km2, dan kelurahan Teladan Timur 8.641
jiwa/ Km2. Kemudian jumlah penduduk yang berada pada kelurahan Sei. Rengas I dan
Pandu Hulu I dengan masing-masing jumlah penduduk 6.394-6227 jiwa/ Km2, jumlah
penduduk yang sedikit berada pada kelurahan Pusat Pasar 3.991 jiwa/ Km2.
Tabel 4.2 Statistik Penduduk Kec. Medan Kota Berdasarkan Mata Pencarian
Kelurahan
PNS Swasta
Susi Rejo I
481
463
Siti Rejo I
376
401
Sudi Rejo II
329
420
Teladan Barat
543
484
Teladan Timur
631
270
Pasar Merah Barat 260
256
Kota Matsum III
188
522
Sei. Rengas I
1.045
Pandau Hulu
12
1.070
Pusat Pasar
48
1.056
Pasar Baru
738
Mesjid
127
587
Jumlah
2.995 7.312
Sumber: Data BPS Medan, 2006
ABRI
12
31
90
38
13
46
5
7
212
Petani
-
Pedagang
427
417
481
619
383
216
648
1.194
1.085
1.066
1.043
519
6.904
Pensiun
181
188
173
196
154
130
94
2
4
27
29
1178
Berdasarkan tabel di atas kondisi penduduk dapat dilihat berdasarkan mata pencarian
(profesi) paling banyak adalah swasta 7.312 orang dan pedagang 6.904 orang, kemudian
pegawai negeri 2.995 orang dan pensiun 1.178 orang. Mata pencaharian yang paling
sedikit adalah ABRI 212 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang
mendominasi berdasarkan mata pencarain adalah swasta dan pedagang. Artinya
masyarakat membutuhkan jasa keuangan untuk pengembangan usahanya.
Jumlah Penduduk
11.058
10.276
8.914
8.813
6.226
9.462
12.158
66.926
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk paling banyak
berada di kelurahan Sei. Putih Barat 12158 jiwa/ Km2, kemudian diikuti dengan
kelurahan Sei. Sikambing dengan jumlah penduduk 11.058 jiwa/ Km2, dan kelurahan
Petisah Tengah 10.276 jiwa/ Km2. Jumlah penduduk yang sedang berada pada kelurahan
Sekip dan Sei. Putih Timur dengan masing-masing jumlah penduduk 8.914 dan 8.831
jiwa/ Km2. Jumlah penduduk yang sedikit berada pada kelurahan Sei. Putih Timur 16.226
jiwa/ Km2. Luas daerah Kecamatan Medan Petisah lebih besar dibandingkan Kecamatan
Medan Kota.
Tabel 4.4 Statistik Penduduk Kec. Medan Petisah Berdasarkan Mata Pencarian
Kelurahan
PNS Swasta
Sei. Sikambing
264
2.310
Petisah Tengah
287
2.410
Sekip
136
2.510
Sei. Putih Timur II 160
2.531
Sei. Putih Timur I 240
1.620
Sei. Putih Tengah 389
1.490
Sei. Putih Barat
321
1.451
Jumlah
1.797 14.322
Sumber: Data BPS Medan, 2006
ABRI
14
32
5
10
6
50
4
121
Petani
2
6
16
15
39
Pedagang
1.890
2.970
1.140
1.690
349
1.246
1.315
10.600
Pensiun
-
antara Kota Medan dan Deli Serdang. Dilihat dari infra struktur Kecamatan Medan
Tembung masih belum tertata bagus jika dibandingkan dengan Kecamatan Medan Kota
dan Medan Petisah, sehingga jumlah kantor bank syariah lebih banyak di Medan Kota
dan Medan Petisah dibandingkan Kecamatan Medan Tembung.
Tabel 4.5 Luas dan Jumlah Penduduk Perkelurahan Kecamatan Medan Tembung
Kelurahan
Luas Km2
% Luas Kecamatan
Indra Kasih
1.49
19.15
Sidorejo Hilir
1.16
14.91
Sidorejo
1.19
13.30
BantenTimur
0.89
11.44
Bandar Selamat
0.90
11.57
Banten
1.51
19.40
Tembung
1.64
8.23
Jumlah
7.78
100
Sumber: Data BPS Medan, 2006
Jumlah Penduduk
23.957
17.525
22.068
13.891
20.041
30.287
9.373
11.5074
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang paling
banyak berada kelurahan Banten yaitu 30.287 jiwa/ Km2, kemudian diikuti dengan
kelurahan Indra Kasih dengan jumlah penduduk 23.957 jiwa/ Km2, dan kelurahan
Sidorejo 22.068 jiwa/ Km2. Kemudian jumlah penduduk yang berada pada kelurahan
Bandar Selamat dan Sidorejo Hilir dengan masing-masing jumlah penduduk 20.041 dan
17.525 jiwa/ Km2, jumlah penduduk yang sedikit berada pada kelurahan Tembung 9373
jiwa/ Km2. Jumlah penduduk Medan Tembung lebih besar dibandingkan Kecamatan
Medan Kota dan Petisah, tapi luas wilayah yang kecil. Artinya di Kecamatan Medan
Tembung penduduknya padat. Hal ini berarti bahwa kesempatan perbankan syariah lebih
besar untuk menarik masayrakat menabung di bank syaraiah.
Tabel 4.6 Statistik Penduduk Kec. Medan Tembung Berdasarkan Mata Pencarian
Kelurahan
PNS Swasta ABRI
Indra Kasih
536
5.724 229
Sidorejo Hilir
417
4.982
58
Sidorejo
868
2.746
92
BantenTimur
272
4.917
45
Bandar Selamat
636
1.324
94
Banten
438
1.436
67
Tembung
216
317
36
Jumlah
3.403 21.446 621
Sumber: Data BPS Medan, 2006
Petani
15
11
11
26
37
Pedagang
343
386
4.084
1.965
523
786
937
9.024
Pensiun
85
148
372
119
145
121
94
1.084
184.056 juta pada tahun 2001. Namun pada tahun 2002 DPK mengalami penurunan
menjadi Rp 117.150 juta. Pada tahun-tahun berikutnya, yaitu tahun 2003-2005 DPK
kembali mengalami peningkatan.
Tabel 4.7 Pertumbuhan DPK Perbankan Sumatera Utara dan Perbankan Syariah
di Sumatera Utara
Bank
Konvensional
(jutaan rupiah)
27.689.065
32.025.271
34.579.736
40.006.698
45.196.054
47.573.797
Bank
Pertumbuhan
Syariah
Tahun
(%)
(jutaan rupiah)
2000
29.095
2001
15,7
184.056
2002
8
117.150
2003
15,7
285.412
2004
13
586.185
2005
5,3
704.815
11,54
Rata-Rata
Sumber : Bank Indonesia, Laporan Tahunan 2005 dan diolah
Pertumbuhan
(%)
532,6
-36,4
143,6
105,4
20,2
153,08
Sebagai perbandingan umum, pertumbuhan DPK bank syariah dari tahun 2000 ke
tahun 2001 meningkat sebesar 532,6%, sementara DPK perbankan konvensional adalah
15,7%. Akan tetapi, dari tahun 2001 ke 2002 terjadi penurunan yang cukup drastis pada
DPK perbankan syariah sebesar -36,4%, sementara perbankan konvensional adalah 8%.
Pertumbuhan rata-rata DPK bank syariah tahun 2000-2005 adalah 153,08% sedangkan
pertumbuhan rata-rata DPK bank konvensional adalah 11,54%.
600
500
persen
400
300
Syariah
200
Konvensional
100
0
-100
tahun
Gambar 4.1. Pertumbuhan DPK Perbankan Sumatera Utara dan Perbankan Syariah di
Sumatera Utara
Sumber : Bank Indonesia, 2005 (data diolah)
Untuk perkembangan produk DPK bank syariah mengalami pertumbuhan yang
negatif pada tahun 2001-2002 yaitu sebesar -36,4%. Setelah itu pertumbuhan bank
syariah semakin membaik, walaupun tahun 2004-2005 petumbuhannya tidak begitu
tinggi, yaitu sebesar 20,2 %.
Tabel 4.8 Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Suku, dan Profesi
No
A
B
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
1. Laki-Laki
2. Perempuan
Suku
1. Batak
2. Minang
3. Jawa
4. Melayu
Profesi
1. PNS
1. Pegawai Swasta
2. Wiraswasta
3. Mahasiswa
2. Lain-lain (Ibu Rumah Tangga, Guru, dll)
Jumlah
(%)
62
58
51,6
48,4
38
29
40
13
31,6
24,2
33,4
10,8
22
27
8
30
33
18,3
22,5
6,70
25,0
27,5
1
2
JENIS BANK
Bank Syariah
Bank Syariah & Konvensional
Jumlah
JUMLAH
(orang)
(%)
60
60
120
50,00
50,00
100,00
Agama
Jumlah
(orang)
Islam
106
Non Islam
14
Jumlah
120
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (Data diolah)
(%)
88,3
11,6
100,00
Tabel 4.10 memperlihatkan bahwa responden dari tiga kecamatan yang diteliti
mayoritas beragama Islam sebanyak 106 orang atau 88,3%, lebih besar dibandingkan
yang beragama non Islam sebanyak 14 orang atau 11,6%. Walaupun penabung yang
beragama non Islam hanya 11,6%, namun hal ini menunjukkan bahwa kehadiran Bank
syariah dapat diterima oleh masyarakat non Islam. Angka ini menunjukkan walaupun
tidak banyak, bahwa kehadiran bank syariah bisa diterima oleh agama lain. Bank syariah
tidak hanya memberikan pelayanan kepada umat Islam tetapi juga memberikan pelayanan
kepada agama lain, karena sesungguhnya agama Islam adalah agama yang
rahmatanlilalamin.
Frekuensi
( orang )
Persentase
(%)
SMU
46
Diploma
36
S1
31
S2
7
Jumlah
120
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (Data diolah)
38,3
30,0
25,9
5,80
100,00
Dari tabel 4.11 di atas, diketahui bahwa responden yang mempunyai jumlah
terbanyak berdasarkan tingkat pendidikan adalah responden yang memiliki tingkat
pendidikan SMU sebanyak 46 orang atau 38,3 % dari keseluruhan responden, responden
yang memiliki tingkat pendidikan Diploma sebanyak 36 orang atau 30,0 % dari
keseluruhan responden, responden yang memiliki tingkat pendidikan S1 sebanyak 31
orang atau 25,9 %. Tingkat pendidikan S2 sebanyak 7 orang atau 5,8 % dari keseluruhan
responden yang ada. Dari ketiga kecamatan ini bahwa pendidikannya menengah ke atas,
hal
ini
berarti
bahwa
masyarakat
ini
tidak
mudah
dipengaruhi
dan
akan
Frekuensi
( orang )
12
85
22
1
120
Persentase
( %)
10,0
70,9
18,3
0,80
100,00
Rp.
3.510.000 Rp. 4.500.000 sebanyak 22 orang atau 18,3 % dari keseluruhan responden,
responden yang memiliki tingkat pendapatan antara Rp. 250.000 Rp 2.000.000
sebanyak 12 orang atau 10,0 % dari keseluruhan responden. Responden yang memiliki
tingkat pendapatan antara >Rp. 4.500.000 sebanyak 1 orang atau 0,8 %. Dari ketiga
kecamatan ini pengahasilannya rata-rata diatas Rp 2.000.000. Dengan tingkat pendapatan
yang seperti ini akan memungkinkan masyarakat untuk menabung pada institusi
perbankan, sehingga kehadiran institusi perbankan pada lokasi penelitian dianggap tepat.
4.4.6 Tabel Silang Antara Pendidikan dan Pendapatan
Tabel 4.13 Tabulasi Silang Antara Pendidikan dan Pendapatan
Pendidikan
Pendapatan
Rp. 250.000 Rp. 2.000.000
>Rp. 4.500.000
SMU
10
30
DIPLOMA
26
S1
24
S2
JUMLAH
12
85
22
Tabulasi silang antara pendidikan dan pendapat di atas bahwa, tingkat pendidikan
SMU yang pendapatannya Rp. 250.000
pendapatanya Rp. 2.010.000 - Rp. 3.500.000 sebanyak 30 orang, dan yang pendapatanya
Rp. 3.510.000 - Rp. 4.500.000 sebanyak 6 orang. Untuk tingkat pendidikan Diploma
yang pendapatannya Rp. 250.000
pendapatanya Rp. 2.010.000 - Rp. 3.500.000 sebanyak 26 orang, dan yang pendapatanya
Rp. 3.510.000 - Rp. 4.500.000 sebanyak 8 orang. Untuk tingkat pendidikan S1 yang
pendapatannya Rp. 250.000
2.010.000 - Rp. 3.500.000 sebanyak 24 orang, dan yang pendapatanya Rp. 3.510.000 -
Rp. 4.500.000 sebanyak 7 orang. Dan tingkat pendidikan S2 yang pendapatannya Rp.
250.000
- Rp. 2.000.000 tidak ada, yang pendapatanya Rp. 2.010.000 - Rp. 3.500.000
sebanyak 5 orang, dan yang pendapatanya Rp. 3.510.000 - Rp. 4.500.000 sebanyak 1
orang, serta pendapatannya > Rp. 4.500.000 sebanyak 1 orang
4.4.7 Karekteristik Tingkat Usia
Responden dibagi dalam lima yaitu kelompok usia 20 29 tahun, kelompok usia
30-39 tahun, kelompok usia 40-49 tahun, dan kelompok usia 50-59 tahun. Untuk
mengetahui proporsi usia, dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini.
Tabel 4.14 Karekteristik responden berdasarkan usia
Usia Responden
20-29 Tahun
30-39 Tahun
40-49 Tahun
50-59 Tahun
Jumlah
Sumber : Data Primer diolah
Frekuensi
( orang )
30
65
20
5
120
Persentase
(%)
25.0
54.2
16.6
4.20
100,00
Dari tabel 4.14 di atas, diketahui bahwa kelompok responden yang mempunyai
jumlah terbanyak berdasarkan tingkat usia adalah responden yang berusia 30-39 tahun
sejumlah 65 orang atau 54.2 % dari keseluruhan responden, responden yang berusia 2029 tahun sejumlah 30 orang atau 25 % dari keseluruhan responden, responden yang
berusia 40-49 tahun sejumlah 20 orang atau 16.6 % dari keseluruhan responden, dan
responden yang berusia 50-59 tahun sejumlah 5 orang atau 4.2 % dari keseluruhan
responden yang ada. Dari data di atas ketiga kecamatan ini rata-rata usia 20-40 tahun,
artinya ditingkat usia yang dewasa ini responden lebih baik untuk membuat keputusan.
Baik itu dalam menabung atau kasus yang lain.
Frekuensi
orang
1 km - 5 km
72
5.1 km 10 km
33
10.1 km 15 km
11
15.1 km 20 km
4
Jumlah
120
Sumber: Hasil Penelitian 2007 (Data diolah)
Persentase
(%)
60.0
27.5
9.2
3.3
100,00
Dari tabel 4.15 di atas diketahui bahwa, responden yang mempunyai jumlah
terbanyak berdasarkan jarak mudah dicapai responden dari rumah ke bank tempat
menabung adalah responden yang jaraknya antara 1 km 5 km sebanyak 72 orang atau
60 % dari keseluruhan responden, responden yang jaraknya antara 5.1 km 10 km
sebanyak 33 orang atau 27.5 % dari keseluruhan responden, responden yang jaraknya
antara 10.1 km 15 km sebanyak 11 orang atau 9.2 % dari keseluruhan responden.
Responden yang jarak tempuhnya antara 15.1 km 20 km sebanyak 4 orang atau 4.3 %.
Dari ketiga kecamatan ini rata-rata jarak responden untuk menabung mudah di capai,
artinya minat masyarakat untuk menabung di bank syariah lebih besar. Masyarakat lebih
ingin menabung ditempat yang lebih dekat dari rumahnya, karena bisa lebih hemat
dengan ongkos dan waktu.
4.5 Hasil Estimasi Keputusan Masyarakat dalam Memilih Bank Syariah dan
Varaiabel yang Mempengaruhinya
Untuk menguji hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini maka dilakukan
estimasi, bagaimana pengaruh pendidikan, pendapatan, jarak tempuh, dan usia secara
bersamaan terhadap keputusan masyarakat pada bank syariah, ditunjukkan persamaan
regresi berikut ini:
Tabel 4.16 Hasil Estimasi Variabel-Variabel Penelitian
Variabel
Konstanta
Pendidikan (x1)
Pendapatan (x2)
Usia (x3)
Jarak (x4)
Koefesien
0.202319
0.096623
0.138189
0.213730
0.243370
t_stat
1.109260
2.502377
2.048986
4.305530
5.177909
Prob
0.2696
0.0137
0.0427
0.0000
0.0000
= 0.40
R2
F_tabel = 0.000000
Fhitung = 19.65
Sumber: Lampiran 3
Dilihat dari nilai F-statistik menunjukkan Fhitung (19.65) > Ftabel (0.000000), signifikan
pada tingkat keyakinan 99% ( 1%), artinya adalah sangat signifikan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa terdapat pendidikan, pendapatan, usia dan jarak mudah di capai
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan nasabah.
Koefisien determinasi menunjukkan R2 = 0.40 berarti adalah varaibel- variabel
tersebut (pendidikan, pendapatan,usia, dan jarak mudah dicapai) mempunyai pengaruh
sebesar 40 % terhadap keputusan responden untuk menjadi nasabah pada bank syariah,
sedangkan sisanya sebesar 60 % adalah disebabkan faktor-faktor lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
4. 6 Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan dibahas mengenai analisa data berdasarkan hasil penyebaran
kuisioner kepada responden yang terpilih. Berdasarkan data dari kuisioner tersebut maka
dapat diketahui keputusan masyarakat dalam memilih bank syariah atau bank
konvensional di Medan.
Untuk melihat pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap keputusan masyarakat
dalam memillih bank syariah atau bank konvensional di Medan, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
4.6.1
Variabel Pendidikan
dapat dilihat bahwa t_statistiknya 2.5023 lebih besar dari nilai probabiliti 0.0137
( = 5% ). Berarti nilai probabiliti pendidikan
terhadap keputusan dalam memilih bank syariah. Hal ini berarti tingkat
pendididikan yang tinggi akan mempengaruhi minat menabung seseorang, maka
akan lebih mudah menerima bank syariah.
4.6.2
Variabel Pendapatan
Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai koefisien regresi dari faktor pendapatan
adalah berbanding lurus dengan keputusan dalam memilih bank syariah. Hal ini
terlihat dari koefesien regresi (0.1381), ini berarti adanya pengaruh searah antara
pendapatan seseorang dengan keputusan dalam memilih bank syariah. Dimana
semakin tinggi tingkat pendapatan atau penghasilan maka keputusannya dalam
memilih bank syariah juga semakin tinggi. Berdasarkan hasil uji t-statitik dapat
dilihat bahwa t_statistiknya 2.0489 lebih besar dari probabiliti 0.427 ( = 5% ).
Berarti nilai probabiliti pendapatan
keputusan dalam memilih bank syariah. Hal ini berarti tingkat pendapatan yang
tinggi akan mempengaruhi minat menabung seseorang, maka akan lebih mudah
menerima bank syariah.
4.6.3
Varaibel Usia
Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai koefisien regresi dari faktor usia adalah
berbanding lurus dengan keputusan dalam memilih bank syariah. Hal ini terlihat
dari koefesien regresi (0. 2137), ini berarti adanya pengaruh searah antara usia
seseorang dengan keputusan dalam memilih bank syariah. Dimana semakin tinggi
tingkat usia seseorang maka keputusannya dalam memilih bank syariah juga
semakin tinggi. Berdasarkan hasil uji t-statitik dapat dilihat bahwa t_statistiknya
4.3055 lebih besar dari probabiliti 0.000 ( = 1% ). Berarti nilai probabiliti usia
berpengaruh sebesar 0.000 terhadap keputusan dalam memilih bank syariah. Hal
ini berarti tingkat usia yang tinggi akan mempengaruhi minat menabung
seseorang, maka akan lebih mudah menerima bank syariah.
4.6.4
Variabel Jarak
Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai koefisien regresi dari faktor jarak dari
rumah ke bank tempat menabung adalah berbanding lurus dengan keputusan
dalam memilih bank syariah. Hal ini terlihat dari koefesien regresi (0.2433), ini
berarti adanya pengaruh searah antara jarak tempuh seseorang dengan keputusan
dalam memilih bank syariah. Dimana semakin dekat jarak rumah ke bank tempat
menabung maka keputusannya dalam memilih bank syariah juga semakin tinggi.
Hal ini disebabkan orang-orang yang jarak tempuh dekat akan mudah memilih
bank syariah. Berdasarkan hasil uji t-statitik dapat dilihat bahwa t_statistiknya
5.1779 lebih besar dari probabiliti 0000 ( = 1% ). Berarti nilai probabiliti jarak
yang mudah dicapai
memilih bank syariah. Hal ini berarti jarak yang dekat akan mempengaruhi minat
menabung seseorang, maka akan lebih mudah menerima bank syariah.
Keterangan
] Dapat mempertahankan syariat Islam
dengan
prinsip
syariah
Jumlah
5 orang
9 orang
dengan
yang baik
kenyaman
an
pelayanan
65 orang
78 orang
80 orang
34 orang
28 orang
ditingkatkan
3. Terkait
dengan
harapan
kepada
bank
syariah
agar dapat
berkemba
ng cepat
49 orang
76 orang
nasabah
UKM
dan
retail 36 orang
perorangan/profesional
] Semoga bank syariah mampu mengatasi 41 orang
kemiskinan bangsa Indonesia
] Utamakan
kemashlahatan
umat,
bukan 62 orang
orientasi bisnis
] Membuka cabang di pusat perbelanjaan / 70 orang
bisnis
] Fasilitas ATM ditambah
34 orang
50 orang
82 orang
Bab V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uarain dan hasil analisis yang telah dikemukan pada bab
sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengujian hipotesis penelitian membuktikan bahwa variabel pendidikan, variabel
pendapatan (Pt),
R2 = 0.40 berarti beberapa variabel tersebut ( pendidikan, pendapatan, usia dan jarak
mudah dicapai) mampu menjelaskan sebesar 40 % terhadap keputusan responden
untuk menjadi nasabah pada bank syariah, sedangkan sisanya sebesar 60 % adalah
jelaskan faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
5.2 Saran
Dari hasil studi empiris yang dilakukan, maka dibuat beberapa saran dan
kebijakan untuk pihak-pihak terkait antara lain sebagai berikut:
1. berdasarkan kesimpulan diatas bahwa varaibel usia dan jarak merupakan variabel
yang utama dan memberikan kontribusi palinh besar dalam hubungannya dengan
keputusan masyarakat dalam menabung pada bank syariah di Medan. Oleh karena
itu untuk mempengaruhi keputusan masyarakat dalam menabung pada bank
syariah dapat dilakukan dengan membuka unit syariah
2. Untuk mempengaruhi keputusan masyarakat menabung di bank syariah dapat
dilakukan langkah-langkah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap
bank syariah agar masyarakat mengerti tentang perbankan syariah. Hal ini dicapai
dengan cara menggugah perhatian (awareness) dan membangun pengetahuan
(knowledge). Komposisi pesan yang sesuai bagi tahapan ini adalah lebih
menekankan kepada pendekatan moral (dari sisi agama) dengan dilengkapi
penjelasan rasional.
3. Bagi peneliti yang berminat untuk mengkaji bank syariah dalam ruang lingkup
yang berbeda, disarankan untuk meneliti variabel-variabel lain yang mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap keputusan dalam menabung pada bank
syariah di Medan.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Syafii, 2001, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insani, Jakarta.
Arif, Sritua, 1993, Metode Penelitian Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Chapra, Umar, 2001, Masa Depan Ilmu Ekonomi Sebuah Tinjauan Islam, Gema Insani
Press, Jakarta.
Djamaluddin, Malik, 1994, Dasar-Dasar Pemasaran Jilid I, Prenhalindo, Jakarta.
Karim, Adiwarma, 2001, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Gema Insani Perss,
Jakarta.
Muhammad, 2002, Kebijakan iskal Dan Moneter Dalam Ekonomi Islam, Salemba Empat,
Jakarta.
Manurung, Prathama, 2004, Uang Perbankan Dan Ekonomi, Jakarta.
R. Barbara, Lewis, Servic Quiality, The International journal Of Bank Marketing, Vol
11, Issue, 67.p.19-25.
Remy, Sjahdeni, 1999, Perbankan Islan Dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.
Sugiono, 1999, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.
Somantri, Mama, H, 2002, Cetak Biru Pengembangan Perbankan SyariahIndonesi,
Jakarta.
Susanto, Anang Arif, 2004, Membangun Loyalitas Nasabah Bank Syariah, Yogyakarta.
Sumitro, Wrakum, 1997, Asas-Asas Perbankan Islam Dan Lembaga Terkait BAMUI dan
TAKAFUL di Indonesia, PT. Raja Grafindo, Jakarta.
Lampiran 1: KUESIONER
KUESIONER
BAPAK/IBU/SAUADARA YANG TERHORMAT,
MOHON KESEDIAAN BAPAK/IBU/SAUDARA UNTUK MEMBUAT MENGISI
KUESIONER YANG TELAH DISEDIAKAN BERKAITAN DENGAN PENELITIAN
TENTANG KEPUTUSAN MASYARAKAT DALAM MEMILIH BANK SYARIAH DI
MEDAN. PERTANYAAN BERIKUT INI BERTUJUAN UNTUK STATISTIK
RESPONDEN.
KAMI
AKAN
MENJAGA
KERAHASIAAN
JAWABAN
Laki-Laki
Perempuan
Suku
:
Batak
Minang
Jawa
Melayu
Profesi
:
PNS
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Mahasiswa
Lain-Lain
Bagian II Pertanyaan
Tempat Menabung
Bank Syariah
Bank Konvensional
Agama
:
Islam
Non Islam
Pendidkan
SMU
Diploma
S1
S2
Pendapatan
Rp. 250.000
- Rp. 2.000.000
Usia
:
20-29 Tahun
30-39 Tahun
40-49 Tahun
50-59 Tahun
Jarak Tempuh :
1 km - 5 km
5 km 10 km
10 km 15 km
15 km 20 km
Bagian III Saran Untuk Bank Syariah
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
......................................................................................................
PD
PT
3
3
2
2
1
2
1
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
1
1
1
1
1
1
1
2
2
3
3
3
3
2
1
2
3
3
3
1
1
2
2
2
2
Us
3
3
3
3
2
2
2
2
4
2
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
1
3
2
2
3
3
2
2
2
2
3
2
3
2
2
3
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
Jmt
1
3
3
3
4
3
3
3
2
2
4
2
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
4
3
2
2
3
3
2
2
2
2
3
2
3
2
2
3
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
3
4
2
2
2
3
3
2
2
1
1
1
1
2
2
1
1
2
4
3
2
1
4
1
2
4
1
1
1
2
2
1
2
3
2
1
2
2
2
1
2
1
1
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
1
1
3
3
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
3
3
2
2
3
3
1
3
1
1
1
2
4
4
4
2
2
2
2
1
1
1
4
2
2
1
2
2
3
2
3
3
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
3
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
1
1
2
4
3
2
1
4
1
2
1
1
1
1
2
2
1
2
3
3
3
1
3
3
2
2
1
2
1
1
1
1
2
2
2
2
1
1
2
2
3
1
1
1
1
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
2
1
2
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
2
1
1
3
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Dependent Variable: KM
Method: Least Squares
Date: 07/08/07 Time: 22:19
Sample: 1 120
Included observations: 120
Variable
Coefficient
PD
0.096623
PT
0.138189
JTM
0.243370
USS
0.213730
C
0.202319
R-squared
0.406048
Adjusted R-squared 0.385388
S.E. of regression
0.393575
Sum squared resid
17.81362
Log likelihood
-55.82093
Durbin-Watson stat
0.622251
Prob.
0.0137
0.0427
0.0000
0.0000
0.2696
1.491667
0.502027
1.013682
1.129828
19.65455
0.000000
2.368441
17.49709
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 07/08/07 Time: 22:24
Sample: 1 120
Included observations: 120
Variable
Coefficient
C
-0.204564
PD
0.063328
PD^2
-0.010170
PT
0.047278
PT^2
-0.012067
USS
0.222430
USS^2
-0.035583
JTM
-0.011730
JTM^2
-0.009723
R-squared
0.145809
Adjusted R0.084246
squared
S.E. of
0.166104
regression
Sum squared
3.062534
resid
Log likelihood
49.82231
Durbin-Watson
1.649494
stat
Probability
Probability
0.021553
0.025330
Prob.
0.2589
0.4574
0.5932
0.7308
0.6881
0.0161
0.0728
0.9016
0.6576
0.148447
0.173576
-0.680372
Schwarz criterion
-0.471310
F-statistic
Prob(F-statistic)
2.368441
0.021553