Anda di halaman 1dari 91

SKRIPSI

PENGARUH RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH, RASIO


EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN RASIO
EFISIENSI KEUANGAN DAERAH TERHADAP BELANJA
MODAL PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 2014-2016

OLEH :
ANITA G SARAGIH
140503130

PROGRAM STUDI S1-AKUNTANSI


DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MEDAN

Telah diuji pada


Tanggal 19 April 2018

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Pembimbing : Dr. Rina Br.Bukit, SE., MSi., Ak.


Penguji : Drs. Zainul Bahri Torong, MSi., Ak.
Pembanding : Drs. Firman Syarif, MSi., Ak.

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya


bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Rasio Kemandirian Keuangan
Daerah, Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, dan Rasio Efisiensi Keuangan
Daerah terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2014-2016” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun
sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Medan, 19 April 2018


Yang Membuat Penyataan,

Anita G Saragih
NIM : 140503130

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Pengaruh Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas


Pendapatan Asli Daerah dan Rasio Efisiensi Keuangan Daerah
terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota
di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2014-2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio kemandirian


keuangan daerah, rasio efektivitas pendapatan asli daerah dan rasio efisiensi
keuangan daerah terhadap Belanja Modal di Provinsi Sumatera Utara.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan metode sampel jenuh. Adapun sampel sebanyak 99 dengan 33
kabupaten dan kota dengan tahun pengamatan 3 tahun sebagai sampel. Teknik
analisis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan
bantuan program SPSS versi 22.0.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
Dirjen Perimbangan Keuangan yang berupa laporan keuangan pemerintah daerah
tahun 2014-2016. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata daerah
masih mempunyai tingkat rasio kemandirian keuangan daerah yang sangat rendah.
Tingkat rasio Efektivitas PAD menunjukkan rata-rata daerah yang kurang efektif
semua daerah mampu melampaui target penerimaan yang telah ditetapkan dan
tingkat Rasio Efisiensi Keuangan Daerah menunjukkan nilai yang baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio kemandirian keuangan daerah,
rasio efektivitas PAD, rasio efisiensi keuangan daerah secara simultan
berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Modal. Jika dianalisis secara
parsial, rasio efektivitas PAD, rasio efisiensi keuangan daerah berpengaruh
signifikan positif terhadap Belanja Modal dan rasio kemandirian keuangan daerah
berpengaruh signifikan negatif terhadap Belanja Modal

Kata Kunci : Belanja Modal, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio


Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Influence of regional financial independence ratio, the effectiveness ratio of


locally generated revenue, the efficiency of financial area
to the Capital Expenditure of the District / City
of the Province of North Sumatra
in 2014-2016

This study aims to determine of regional financial independence ratio, the


effectiveness ratio of locally generated revenue, the efficiency of financial area to
the Capital Expenditure of the regencies/cities of the Province of North Sumatra
in 2014-2016.
The samples used in this study were taken by using the saturated sample
method. The sample is 99 with 33 regencies and cities with 3 years observation
year as sample. Analysis technique in this research use multiple linear regression
analysis with help of SPSS program version 22.0.
This research uses quantitative descriptive research type. The data used in
this study is secondary data obtained from the Director General of Fiscal Balance
in the form of local government financial reports 2014-2016. From the data
obtained shows that the regional average still has a very low level of regional
financial independence ratio. The effectiveness ratio of locally generated revenue
rate indicates that the less effective regions mean that all regions are able to
exceed the predetermined revenue target and the the efficiency of financial area
Ratio level shows good value.
The results showed that the regional financial independence ratio, the
effectiveness ratio of locally generated revenue, efficiency of financial area
simultaneously significantly influence the Capital Expenditure. If analyzed
partially, the effectiveness ratio of locally generated revenue, the efficiency of
financial area has a significant positive effect on Capital Expenditure and the
regional financial independence ratio has a significant negative impact on
Capital Expenditure

Keyword : Capital Expenditure, regional financial independence ratio, the


effectiveness ratio of locally generated revenue, the efficiency of financial area

iii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

dan rahmatNya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio

Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, dan Rasio Efisiensi Keuangan Daerah

tehadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2014-2016”.

Selama penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan

bimbingan, dorongan, semangat, saran, dan doa dari berbagai pihak . Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada

keluarga terkhusus orangtua, ayahanda Mawaris Saragih, ibunda Rida Rostieli

Purba serta kakak saya Reza Maulana Saragih, dan adik saya Via Nela Vania

Saragih yang selalu mendoakan saya, memberikan semangat, dukungan baik

berupa moril dan materiil dan juga buat semua pengorbanan yang diberikan untuk

saya. Saya juga mengucapkan terimakasih banyak pula kepada

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE., MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., CPA. selaku Ketua

Departemen/Program Studi S1 Akuntansi dan Bapak Drs. Syahrul Rambe,

M.M.,Ak. selaku Sekretaris Departemen/Program Studi S1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Rina Br. Bukit, SE., MSi., Ak. sebagai dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta senantiasa ikhlas dalam

iv

Universitas Sumatera Utara


memberikan bimbingan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Demikian juga kepada Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, MSi., Ak. selaku

dosen penguji saya dan Bapak Drs. Firman Syarif, MSi., Ak. selaku dosen

pembanding yang telah memberikan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

memberikan banyak ilmu pengetahuan ke penulis selama menempuh studi

di FEB Universitas Sumatera Utara. Dan juga kepada Staf Tata Usaha dan

Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

yang telah membantu penulis selama studi.

5. Kepada teman-teman seperjuangan, mahasiswa S-1 Akuntansi FEB-USU

stambuk 2014 atas kebersamaan dan kerjasamanya selama ini, secara

khusus kepada Riska Anjani Sembiring, Ita Purnama Sari, Milpa Suriani

HTG, Tata Tarigan, dan Hanifa Yasmin. Begitu pula dengan Mareta

Hutajulu, Suci Azzura dan Aryanti Lubis yang sudah banyak membantu

selama menjalankan proses skripsi penulis sedari awal hingga akhir.

6. Kepada kakak-kakak senior di Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU,

khususnya kepada Patria A.H Saragih, Latifah Sinaga, Siti Hamdayani

Purba dan Diana Octavia. Terima kasih atas waktu, bantuan, perhatian,

kritik dan saran yang selalu ada untuk penulis.

7. Kepada teman-teman organisasi IMAS-USU, Marakas64, Fanbase EXO-

L, dan EXO yang sudah memberi motivasi, inspirasi dan semangat

terhadap penulis. Demikian juga kepada semua pihak yang tidak dapat

Universitas Sumatera Utara


disebutkan satu persatu yang dengan tulus dan ikhlas memberikan bantuan,

doa dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaa. Oleh karena itu saran dan kritik membangun sangat penulis

harapkan untuk kesempurnaan penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, April 2018

Yang Membuat Penyataan,

Anita G Saragih
NIM : 140503130

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................... ii
ABSTRACT ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 8
2.1 Tinjauan Teoritis ..................................................................... 8
2.1.1 Belanja Modal…………............................................... 8
2.1.2 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah....................... 10
2.1.3 Pendapatan Asli Daerah………………….................. 12
2.1.4 Rasio Efektivitas PAD................................................. 15
2.1.5 Rasio Efisiensi Keuangan Daerah............................. 17
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................ 18
2.3 Kerangka Konseptual .............................................................. 22
2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................. 24
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 27
3.1 Desain Penelitian ..................................................................... 27
3.2 Populasi dan Sampel ................................................................ 27
3.3 Jenis dan Sumber data ............................................................. 28
3.4 Metode Analisis Data .............................................................. 28
3.4.1 Uji Deskriptif Statistik ................................................. 28
3.4.2 Uji Asumsi Klasik ....................................................... 29
3.4.2.1 Uji Normalitas ............................................... 29
3.4.2.2 Uji Multikolinearitas ..................................... 29
3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas .................................. 30
3.4.2.4 Uji Autokorelasi ............................................ 31
3.4.3 Teknik Analisis Regresi Berganda .............................. 31
3.4.4 Uji Hipotesis ................................................................ 32
3.4.4.1 Uji Koefisien Determinan ............................. 32
3.4.4.2 Uji F atau Simultan.......................................... 33
3.4.4.3 Uji t atau Parsial…........................................... 34

vii

Universitas Sumatera Utara


3.5 Subjek dan Objek Penelitian ................................................... 35
3.6 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ............................... 35
3.6.1 Variabel Dependen ...................................................... 35
3.6.2 Variabel Independen .................................................... 36
3.6.2.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah .......... 36
3.6.2.2 Rasio Efektivitas PAD ..................................... 37
3.6.2.3 Rasio Efisiensi Keuangan Daerah ................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................. 39
4.1 Gambaran Umum Wilayah Sumatera Utara ............................ 39
4.2 Data Penelitian .............................................................. 40
4.2.1 Uji Statistik Deskriptif ................................................. 41
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ....................................................... 43
4.2.2.1 Uji Normalitas .............................................. 43
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ..................................... 47
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas .................................. 48
4.2.2.4 Uji Autokorelasi ............................................ 49
4.2.3 Uji Hipotesis .................................................................. 50
4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R²) ...................... 51
4.2.3.2 Uji T atau Uji Parsial ..................................... 52
4.2.3.3 Uji F atau Uji Simultan .................................. 55
4.2.4 Regresi Linear Berganda ............................................. 56
4.3 Analisis Hasil Pengujian Hipotesis ......................................... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 61
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 61
5.2 Saran ............................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 64
LAMPIRAN ................................................................................... 67

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman


1.1 Proporsi Belanja Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2014-2016 4
2.1 Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah ………………. 11
2.2 Kategori Tingkat Efektivitas PAD ………………………………. 16
2.3 Kategori Tingkat Efesiensi Daerah... …………………………….. 18
2.4 Tinjauan Peneliti Terdahulu ……………………………………... 18
3.1 Skala Pengukuran Variabel ………………………………………. 38
4.1 Desktiptive Statistic ………………………………………………. 42
4.2 One Sampel Kolmogorov-Smirnov ………………………………. 46
4.3 One Sampel Kolmogorov-Smirnov 46
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ………………………………………. 47
4.5 Uji Korelasi Spearmen 48
4.6 Uji Autokorelasi …………………………………………………. 50
4.7 Uji Adjusted R² ………………………………………………….. 51
4.8 Hasil Uji t ……………………………………………………….. 53
4.9 Hasil Uji F …………..…………………………………………… 55
4.10 Uji Regresi Linear Berganda …………………………………….. 56

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
1.1 Proporsi Belanja Modal…………………………………..…………..3
2.1 Kerangka Konseptual…………………………………..……………22
4.1 Grafik Histogram………………………….………….………………44
4.2 Normal P-P Plot………………………………………………………45
4.3 Diagram Scatterplot…………………………………….……………49

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Daftar Kabupaten dan Kota Sampel …...…………..……67
2 Data Penelitian …………………….…….………………68
3 Hasil Output Pengolahan Statistik SPSS 22.0………...…73

xi

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perubahan kepemimpinan nasional dari Orde Baru menuju

Orde Reformasi, pola hubungan antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah

Pusat mengalami perubahan yang ditandai dengan adanya Undang-undang Nomor

32 Tahun 2004 yang mengatur mengenai kewenangan pemerintah daerah untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan diarahkan untuk mempercepat kesejahteraan rakyat, termasuk

kewenangan untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah sendiri.

Keberhasilan otonomi daerah tidak terlepas dari kinerja pemerintah daerah

dalam mengelola keuangannya secara tertib, taat pada peraturan perundang-

undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab atau

akuntabilitas atau atas setiap dana yang dikelola oleh para pemangku kekuasaan

kepada masyarakat.

Dengan adanya otonomi, daerah diharapkan menjadi mandiri di dalam

pengelolaan keuangan yang ditandai dengan makin kuatnya Kapasitas Fiskal atau

PAD suatu daerah sehingga daerah tidak bergantung kepada pemerintah pusat

maupun Provinsi melalui Dana Perimbangan sesuai tujuan pelaksanaan otonomi

untuk mendukung terciptanya kemandirian daerah. Pemerintah daerah diharapkan

dapat mengelola Peningkatan PAD secara tepat dengan mengalokasikan dana

Universitas Sumatera Utara


tersebut pada jenis belanja yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang

pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan

kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah. Belanja

daerah dibagi menjadi dua, yaitu Belanja daerah langsung dan tidak langsung.

Belanja daerah langsung adalah belanja kegiatan belanja daerah yang dianggarkan

dan berhubungan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan

pemerintah daerah. Belanja daerah langsung dibagi menjadi belanja pegawai,

belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Sedangkan Belanja daerah tidak

langsung ialah kegiatan belanja daerah yang dianggarkan dan tidak memiliki

hubungan apapun secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

Belanja tidak langsung dibagi menjadi belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah,

bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga.

Berdasarkan dengan asas otonomi daerah, belanja langsung adalah belanja

yang seharusnya menjadi prioritas pemerintah, khususnya pada Belanja modal.

Belanja modal merupakan belanja pemerintah daerah yang mempunyai pengaruh

penting terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan akan memiliki daya

ungkit dalam menggerakkan roda perekonomian daerah. Oleh karena itu

pemerintah daerah seharusnya melakukan pergeseran komposisi belanja yang

nantinya dapat meningkatkan kepercayaan publik (Kuncoro, 2004:102).

Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja

modal untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada

kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara


tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Namun, banyak pemerintah

daerah yang tidak tepat dalam mengalokasikan anggaran belanjanya.

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Seperti yang

ditunjukkan pada grafik di bawah ini, proporsi Belanja Modal di Sumatera Utara

mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Namun tingkat proporsi

belanja modal Sumatera Utara dari tahun ke tahun masih termasuk rendah.

Gambar 1.1

Dalam jutaan
1.400.000

1.200.000
1.145.972
1.000.000
1.019.855
932.244
800.000
803.608
760.722
600.000 Belanja Modal
400.000

200.000

-
2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 1.1
Proporsi Belanja Modal
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2016

Sumber : direktorat jenderal perimbangan keuangan

Adapun perbandingan antara Belanja tidak langsung dengan belanja modal

dapat ditunjukkan oleh tabel berikut.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1.1
Proporsi Belanja Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2014-2016

Belanja Daerah 2012 2013 2014 2015 2016

Tidak langsung 6,279,156 5,985,677 4,969,775 6,037,175 7,188,137

Belanja Modal 803,608 760,722 1,145,972 932,244 1,019,855


(langsung)
Sumber : direktorat jenderal perimbangan keuangan

Berdasarkan tabel tersebut bisa disimpulkan bahwa belanja tidak langsung

di Pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara lebih besar dibandingkan belanja

modalnya. Seharusnya pemerintah dapat mengalokasikan proporsi belanja daerah

dengan lebih baik agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Keberhasilan otonomi daerah juga tidak terlepas dari kinerja keuangan.

Kinerja keuangan daerah dapat dihitung dengan menggunakan Rasio keuangan

daerah yang dilihat dari rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas, dan

rasio efisiensi keuangan daerah (Ardhini, 2011:2). Analisis rasio keuangan daerah

terhadap anggaran pendapatan belanja daerah perlu dilaksanakan (Halim,

2008:113). Rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai kemandirian keuangan

daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah, mengukur efisiensi

dan efektifitas dalam merealisasikan pendapatan daerah, mengukur sejauh mana

aktifitas Pemerintah Daerah dalam membelanjakan pendapatan daerahnya,

mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan

pendapatan daerah, melihat pertumbuhan atau perkembangan perolehan

pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu

(Halim, 2008:116).

Universitas Sumatera Utara


Rasio Kemandirian Keuangan Daerah mencerminkan keadaan otonomi

suatu daerah yang diukur dengan besarnya PAD terhadap jumlah total pendapatan

daerah, sehingga memunculkan permasalahan suatu daerah yang dikatakan

mandiri dapat meningkatkan jumlah belanja modal untuk pelayanan publik

(Ardhini, 2011:3). Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa

tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal pemerintah pusat

dan provinsi semakin rendah (Mahmudi, 2010:170).

Untuk Rasio Keuangan Efektivitas daerah adalah salah cara

membandingkan jumlah realisasi PAD dan target PAD yang dihitung berdasarkan

alokasi PAD tahun bersangkutan, sehingga suatu daerah dapat dikatakan efektif

apabila jumlah realisasi pendapatan lebih tinggi daripada target yang ditetapkan

(Ardhini, 2011:4). Sehingga kemampuan dan efektivitas keuangan daerah dalam

merealisasikan PADnya akan memperlihatkan tingkat kemandirian daerah dalam

mengelola potensi dan manajemen keuangan daerah (Sularso,dkk, 2011:113).

Rasio Keuangan Efisiensi Daerah adalah salah cara membandingkan total

pengeluaran daerah dengan total pendapatan daerah. Suatu daerah dikatakan

efisien jika pengeluaran daerah kecil dan total pendapatannya tinggi. Suatu

kegiatan dikatakan telah dikerjakan secara efisien jika pelaksanaan pekerjaan

tersebut telah mencapai hasil (output) dengan biaya (input) yang terendah atau

dengan biaya minimal diperoleh hasil yang diinginkan, jika nilai efisiensi tinggi

maka jumlah belanja diindikasikan sangat tinggi (Mahmudi, 2010:171).

Penelitian yang dilakukan oleh Ardhini (2011:2) menunjukkan hasil

bahwa tingkat kemandirian keuangan daerah berpengaruh negatif terhadap

Universitas Sumatera Utara


belanja modal, tingkat efektivitas berpengaruh signifikan terhadap belanja modal,

Efisiensi tidak perpengaruh terhadap belanja modal, sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Sularso (2011:113) bahwa rasio kemandirian dan efektivitas PAD

berpengaruh positif terhadap belanja modal.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melakukan penelitian mengenai

“Pengaruh Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas Pendapatan

Asli Daerah dan Rasio Efisiensi Keuangan Daerah terhadap Belanja Modal

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-

2016”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Apakah terdapat pengaruh rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas

PAD dan rasio efisiensi keuangan daerah secara simultan dan parsial terhadap

belanja modal daerah Provinsi Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas PAD,

rasio efisiensi keuangan daerah secara simultan dan parsial terhadap belanja

modal daerah Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Manfaat penelitian

Manfaat penelitian dalam menganalisis belanja modal Provinsi Sumatera Utara

dengan menerapkan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas

PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah adalah manfaat teoritis dan manfaat

praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

ditinjau dari teori Rasio Kemandiriaan Keuangan Daerah, rasio

Efektivitas PAD dan Rasio Efisiensi Keuangan Daerah terhadap Belanja

Modal daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

referensi atau sumbangan pemikiran Pemerintah Daerah di dalam

mengalokasikan belanja modal daerah.

b. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan media untuk belajar

memecahkan masalah secara ilmiah dan pengaruh penerapan teori

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas PAD dan

Rasio Efisiensi Keuangan Daerah terhadap belanja modal.

c. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan tambahan pengetahuan dan

sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dalam bidang yang

sama

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Belanja Modal

Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 53 mengemukakan bahwa

Belanja modal adalah anggaran pengeluaran APBD yang


digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap yang
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigrasi
dan jaringan, dan aset tetap lainnya

Dalam anggaran pengeluaran tersebut termasuk nilai

pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang

dianggarkan yang sebesar harga beli/bangun aset tetapi tidak termasuk

belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasi

pembelian/pembangunan untuk memperoleh setiap aset karena telah

dianggarkan pada belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa. Aset

tetap menurut Rudianto (2012:256) adalah “barang berwujud milik

perusahaan yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan

normal perusahaan, bukan untuk diperjual belikan.

PP Nomor 71 Tahun 2010 menjelaskan bahwa „belanja modal

merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi1 tahun

anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya

Universitas Sumatera Utara


akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan

pada kelompok belanja administrasi umum”. Belanja modal digunakan

untuk memperoleh aset tetap pemerintah daerah seperti peralatan,

infrastruktur, dan harta tetap lainnya.

Berdasarkan Permendagri No.13 Tahun 2006, jenis belanja modal

terdiri dari 5 antara lain sebagai berikut ini.

1. Belanja Modal Tanah


Belanja modal tanah adalah pengeluaran yang digunakan untuk
pengadaan /pembelian/pembebasan/penyelesaian, balik nama
dan sewa, pengosongan, pengurunga, pematangn tanah,
pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan
dengan perolehan hak asasi tanah dan sampai tanah dimaksud
dalam kondisi siap pakai.
2. Belanja Modal Peralatan Mesin
Belanja Modal Peralatan Mesin adalah pengeluaran yang
digunakan untuk pengadaan/penambahan/pergantian dan
peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta investasi kantor
yang memberikan manfaat lebih dari dua belas bulan dan sampai
peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran yang
digunakan untuk pengadaan/penambahan/pergantian dan
termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan,
pengelolaan, pembangunan gedung dan bangunan yang
menambah kapasitas gedung sampai gedung dalam kondisi siap
pakai.
4. Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan adalah pengeluaran
yang digunakan untuk
pengadaan/penambahan/pergantian/peningkatan
pembangunan/pembuatan serta perawatan dantermasuk
pengeluran untuk perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan
jalan, irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jala,
irigasi, dan jaringan dalam kondisi siap pakai.
5. Belanja Modal Fisik Lainnya
Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran yang
digunakan
untukpengadaan/penambahan/pergantian/peningkatan/pembang
unan/pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang
tidak dapat dikategorikan ke dalam kriteria belanja modal tanah,

Universitas Sumatera Utara


peralatan, mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan
jaringan. Yang termasuk dalam belanja modal ini adalah belanja
modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian,
barang purbakala, dan barang untuk museum, hewan ternak dan
tanaman, buku-buku dan jurnal ilmiah.

2.1.2 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (menunjukkan tingkat

kemapuan suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah,

pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar

pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah.

Rasio kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besarnya

pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang

berasal dari sumber lain (pendapatan transfer) antara lain : bagi hasil pajak,

bagi hasil pajakbukan pajak sumber daya alam, dana alokasi umum dan

alokasi khusus, dana darurat dan pinjaman (Abdul Halim 2008:L-5).

Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio kemandirian

adalah sebagai berikut.

RKDD menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber

dana eksternal. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa

tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal (terutama

pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah, dan dengan demikian pula

sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi

10

Universitas Sumatera Utara


masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi masyarakat

membayar pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat

kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi (Halim, 2008 : 233).

Sebagai pedoman dalam melihat pola hubungan dengan

kemampuan daerah (dari sisi keuangan) dapat dikemukakan tabel sebagai

berikut.

Tabel 2.1
Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah

Kemampuan Kemandirian Pola


Keuangan (%) Hubungan
Rendah Sekali 0% -25% Instruktif
Rendah 25% -50% Konsultatif
Sedang 50% -75% Partisipatif
Tinggi 75% -100% Delegatif
Sumber: Hersey, Paul and Blanchard, Kenneth (2003)

Secara konsepsional, pola hubungan antara pemerintah pusat

dengan pemerintah daerah, harus dilakukan sesuai dengan kemampuan

keuangan daerah dalam membiayai pelaksanaan pemerintahan dan

pembangunan. Ada empat macam pola hubungan hubungan situasional

yang dapat digunakan dalam pelaksanaan otonomi daerah (Halim,

2008:188).

1) Pola hubungan instruktif


dimana peranan pemerintah pusat lebih dominan daripada
kemandirian pemerintah daerah ( daerah yang tidak mampu
melaksanakan otonomi daerah).
2) Pola hubungan konsultatif

11

Universitas Sumatera Utara


yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah mulai berkurang
karena daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan
otonomi daerah.
3) Pola hubungan partisipatif
peranan pemerintah pusat sudah mulai berkurang, mengingat
daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati
mampu melaksanakan urusan otonomi daerah.
4) Pola hubungan delegatif
yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada karena
daerah telah benar -benar mampu dan mandiri dalam
melaksanakan otonomi daerah.

2.1.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Menurut Undang-Undang No.33 Tahun 2004 pasal 1, “ pendapatan

asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber

di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku “. Pendapatan

asli daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang asli digali di

daerah yang digunakan untuk modal dasar pemerintah daerah dalam

membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil

ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Menurut Undang-Undang

No.33 Tahun 2004 pasal 6, “ Sumber-sumber pendapatan asli daerah

terdiri dari : 1) pajak daerah, 2) retribusi daerah, 3) hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan, 4) lain-lain Pendapatan Asli Daerah

(PAD) yang sah”.

Adapun Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah PAD dapat

dikelompokkan menjadi di bawah ini.

12

Universitas Sumatera Utara


1. Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah


kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak daerah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Pajak Provinsi

b. Pajak Kota/Kabupaten

2. Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang

berasal dari retribusi. Retribusi daerah yang dapat dipungut oleh

pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dibagi menjadi tiga,

yaitu sebagai berikut.

a. Retribusi Jasa Umum

b. Retribusi Jasa Usaha

c. Retribusi Perizinan Tertentu

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan

Hasil pengelolaan milik daerah yang dipisahkan

merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan untuk

13

Universitas Sumatera Utara


diperinci menurut objek pendapatan yang mencakup 3 bagian

dibawah ini.

a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah

b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

negara

c. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

swasta atau kelompok usaha masyarakat.

4. Lain-lain PAD yang Sah

Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang

berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Transaksi ini

disediakan untuk mengakuntansikan penerimaan daerah. Jenis

pendapatannya meliputi objek pendapatan berikut ini.

a. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan

b. Jasa giro

c. Pendapatan bunga

d. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah

e. Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai

akibat dari penjualan, pengadaan barang, dan jasa oleh daerah

f. Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap

mata uang asing

g. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

h. Pendapatan denda pajak

14

Universitas Sumatera Utara


i. Pendapatan denda retribusi

j. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan

k. Pendapatan dari pengembalian

l. Fasilitas sosial dan fasilitas umum

m. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan

n. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan

o. Hasil pengelolaan dan bergulir

2.1.4 Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah

Rasio efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) menunjukkan

kemampuan pemerintah daerah dalam memobilisasi penerimaan PAD

sesuai dengan yang ditargetkan (Mahmudi 2010:143). Rasio efektivitas

PAD dihitung dengan cara membandingkan realisasi penerimaan PAD

dengan target penerimaan PAD atau yang dianggarkan atau ditargetkan di

APBD sebelumnya. Rumus rasio Efektivitas PAD ini adalah sebagai

berikut ini.

Berdasarkan persamaan diatas dapat dinyatakan bahwa semakin

besar realisasi PAD terhadap target penerimaan PAD, maka rasio

efektivitas keuangan daerah akan semakin besar atau sebaliknya. Semakin

tinggi rasio efektivitas keuangan daerah, maka daerah telah menggunakan

15

Universitas Sumatera Utara


APBD secara efektif dalam membiayai kegiatan atau program kerja dalam

rangka melaksanakan pembangunan dan mensejahterakan masyarakatnya

atau sebaliknya.

Kemampuan efektivitas pendapatan asli daerah dikategorikan

dalam 5 tingkat efektivitas yaitu sebagai berikut ini.

Tabel 2.2
Kategori Tingkat Efektivitas Daerah

Kemampuan Keuangan Rasio Efektivitas


Sangat efektif >100%

Efektif 90% -100%

Cukup efektif 80% -90%

Kurang efektif 60% -80%

Tidak efektif < 60%

Sumber: Hersey, Paul and Blanchard, Kenneth (2003)

Keterangan :

1) Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x > 100% ) berarti sangat efektif.

2) Jika diperoleh nilai 90% sampai dengan 100% ( 90% < x > 100% )

berarti efektif.

3) Jika diperoleh nilai 80% sampai dengan 90% ( 80% < x > 90%) berarti

cukup efektif.

4) Jika diperoleh nilai 60% sampai dengan 80% ( 60% < x > 80%) berarti

kurang efektif.

5) Jika diperoleh nilai kurang dari 60% ( x < 60% ) berarti tidak efektif

16

Universitas Sumatera Utara


2.1.5 Rasio Efisiensi Keuangan Daerah

Rasio Efisiensi Keuangan Daerah (REKD) menggambarkan

perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja keuangan

pemerintahan daerah dalam melakukan pemungutan pendapatan

dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau

dibawah 100%. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah

sebagai berikut :

Semakin kecil rasio efisiensi keuangan daerah berarti kinerja

keuangan pemerintah daerah semakin baik. Untuk itu pemerintah daerah

perlu menghitung secara cermat berapa besar biaya yang dikeluarkan

untuk merealisasikan seluruh pendapatan yang diterimanya sehingga dapat

diketahui apakah kegiatan pemungutan pendapatannya tersebut efisien

atau tidak. Hal itu perlu dilakukan karena meskipun pemerintah daerah

berhasil merealisasikan target penerimaan pendapatan sesuai dengan target

yang ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang memiliki arti apabila

ternyata biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan target penerimaan

pendapatannya itu lebih besar daripada realisasi pendapatan yang

diterimanya (Abdul Halim 2007:234).

Kemampuan efisiensi keuangan daerah dikategorikan dalam 3

tingkat efisiensi yaitu sebagai beikut.

17

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.3
Kategori Tingkat Efisiensi Daerah

Kriteria Efisiensi Persentase Efesiensi


>100% Tidak efisien

100% Efisiensi berimbang

< 100% Efisien

Sumber: Hersey, Paul and Blanchard, Kenneth (2003)

Keterangan :

1) Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x > 100% ) berarti Tidak Efisien.

2) Jika diperoleh nilai 100% berarti efisiensi berimbang..

3) Jika diperoleh nilai <100% berarti efisien.

2.2 Penelitian Terdahulu

Nama Variabel Teknik Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian
Ardhini Variabel Independen: Deskriptif Hasil penelitian ini
(2011) Rasio Keuangan kuantitatif menunjukkan bahwa
daerah tingkat Otonomi
berpengaruh negatif
Variabel Dependen: terhadap belanja modal.
Belanja modal Tingkat rasio efektivitas
berpengaruh signifikan
positif terhadap belanja
modal untuk pelayanan
publik. Tingkat
rasioefisiensi
berpengaruh signifikan
negatif terhadap belanja
modal untuk pelayanan
publik.
Hafidh (2013) Variabel independen : Deskriptif Ketiga rasio keuangan
Rasio Keuangan kuantitatif daerah menunjukkan
Daerah hasil yang positif dan
signifikan, akan tetapi
Variabel dependen: R2 hanya sebesar 0,38.

18

Universitas Sumatera Utara


Belanja Modal Artinya kinerja
keuangan yang diproksi
dari PAD tidak dapat
mempengaruhi belanja
modal publik. Belanja
modal mempengaruhi
PDRB secara positif
dan signifikan. Jadi,
model kinerja daerah
yang dinyatakan dalam
rasio keuangan daerah
tersebut hanya mampu
menerangkan
perubahan pada
variabel PDRB sebesar
35 persen.

Assyurriani Variabel Independen: Statistik Hasil Penelitian ini


(2015) Rasio Kemandirian, Deskriptif menunjukkan bahwa
Rasio Efektivitas, Uji Asumsi Rasio tingkat
Rasio Efisiensi , Klasik kemandirian daerah,
Rasio Efektivitas, Teknik rasio efektifitas , rasio
Rasio Pertumbuhan Analisis efisiensi, rasio
Uji aktivitas, rasio
Variabel Dependen: Hipotesis pertumbuhan secara
Belanja Modal bersama-sama
berpengaruh terhadap
belanja modal
Indratno Variabel Independen: Deskriptif Hasil penelitian ini
(2016) Rasio Keuangan kuantitatif menunjukkan bahwa
Daerah rasio kemandirian
daerah dan rasio
Variabel Dependen: efisiensi berpengaruh
Belanja Modal signifikan terhadap
alokasi belanja modal,
sedangkan
rasio efektivitas dan
rasio ketergantungan
daerah tidak
berpengaruh signifikan
terhadap
alokasi belanja modal.

19

Universitas Sumatera Utara


1. Ardhini (2011)

Judul penelitiannya adalah “Pengaruh rasio keuangan daerah

terhadap belanja modal untuk pelayanan publik dalam perspektif teori

keagenan (studi pada kabupaten dan kota di Jawa Tengah)”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan

daerah terhadap belanja modal untuk pelayanan publik dalam

perspektif teori keagenan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

tingkat Otonomi berpengaruh negatif terhadap belanja modal. Tingkat

efektivitas berpengaruh positif terhadap belanja modal untuk

pelayanan publik. Tingkat efisiensi berpengaruh negatif terhadap

belanja modal untuk pelayanan publik.

2. Hafidh (2013)

Judul penelitiannya adalah “pengaruh kinerja keuangan

terhadap belanja modal dan pertumbuhan ekonomi pada pemerintah

kabupaten dan pemerintah kota di Jawa Tengah”. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan terhadap belanja

modal dan pertumbuhan ekonomi pada pemerintah kabupaten dan

pemerintah kota di Jawa Tengah baik secara parsial maupun simultan

di daerah pemerintah kabupaten dan kota di Jawa tengah. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa Ketiga rasio keuangan daerah

menunjukkan hasil yang positif dan signifikan, akan tetapi R2 hanya

sebesar 0,38. Artinya kinerja keuangan yang diproksi dari PAD tidak

dapat mempengaruhi belanja modal publik. Belanja modal

20

Universitas Sumatera Utara


mempengaruhi PDRB secara positif dan signifikan. Jadi, model

kinerja daerah yang dinyatakan dalam rasio keuangan daerah tersebut

hanya mampu menerangkan perubahan pada variabel PDRB sebesar

35 persen.

3. Assyurriani (2015)

Judul penelitiannya adalah “ pengaruh rasio kemandirian

daerah, rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio efektivitas dan rasio

pertumbuhan terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten dan

pemerintah kota di Kepulauan Riau tahun 2010 – 2013”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio tingkat

kemandirian daerah, rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio aktivitas,

rasio pertumbuhan secara bersamaan berpengaruh terhadap belanja

modal baik secara parsial maupun simultan di daerah pemerintah

kabupaten dan kota di Kepulauan Riau. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa rasio tingkat kemandirian daerah, rasio

efektifitas, rasio efisiensi, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan secara

bersama-sama berpengaruh terhadap belanja modal.

4. Indratno (2016)

Judul penelitiannya adalah “Pengaruh rasio keuangan terhadap

alokasi belanja modal pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio

keuangan terhadap alokasi belanja modal baik secara parsial maupun

simultan di daerah pemerintah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa

21

Universitas Sumatera Utara


Tengah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rasio tingkat

kemandirian daerah, rasio efektifitas, rasio efisiensi, rasio aktivitas,

rasio pertumbuhan secara bersama-sama berpengaruh terhadap belanja

modal.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan

atau kaitan antara konsep-konsep atau variable-variabel yang akan diamati

ataudiukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012:112).

.Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu rasio

kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas pad dan rasio efisiensi keuangan

daerah, satu variable dependen yaitu belanja modal. Adapun yang menjadi

kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1
Rasio Kemandirian Keuangan
Daerah H1
( X1)

Rasio Efektivitas PAD Belanja


H2 H4 Modal
( X2)
(Y)

Rasio Efesiensi Keuangan H3


Daerah

( X3)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

22

Universitas Sumatera Utara


2.3.1. Hubungan Rasio Kemandirian Daerah Terhadap Belanja Modal

Apabila tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan

pihak eksternal pemerintah pusat dan provinsi rendah, maka

kemandirian suatu daerah akan semakin semakin tinggi. Akan

tetapi apabila kemandirian suatu daerah turun, maka

ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat akan semakin

tunggi. Dapat diindikasikan bahwa apabila kemandirian daerah

tinggi maka alokasi belanja modal dapat terealisasi dengan lancar.

Oleh karena itu Rasio Kemandirian Keuangan daerah berpengaruh

secara terhadap belanja modal.

2.3.2 Hubungan Rasio Efektivitas PAD terhadap Belanja Modal

Apabila Pemerintah daerah tidak dapat merealisasikan

pendapatan asli daerah yang direncanakan sesuai dengan target

yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah itu sendiri.

Akibatnya tuntutan dan kebutuhan masyarakat setempat cenderung

diabaikan sehingga pengalokasian belanja modal tidak terealisasi

dengan efektif dan dapat menghambat pembangunan dalam

meningkatkan fasilitas pelayanan publik.

2.3.3 Hubungan Rasio Efisiensi Terhadap Alokasi Belanja Modal

Suatu daerah dikatakan efisien jika pengeluaran daerah

kecil dan total pendapatannya tinggi. Suatu kegiatan dikatakan

23

Universitas Sumatera Utara


telah dikerjakan secara efisien jika pelaksanaan pekerjaan tersebut

telah mencapai hasil (output) dengan biaya (input) yang terendah

atau dengan biaya minimal diperoleh hasil yang diinginkan, jika

nilai efisiensi tinggi maka jumlah belanja diindikasikan sangat

tinggi.

2.4 Hipotesis Penelitian

Definisi hipotesis menurut Uma Sekaran (2011:103) adalah hubungan

yang diduga secara logis antar dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi

yang dapat diuji secara empiris. Berikut ini hipotesis dalam penelitian ini.

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (menunjukkan tingkat kemampuan

suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan

pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai

sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Pemerintah daerah sangat

menentukan dalam berhasil tidaknya menciptakan kemandirian daerah yang selalu

didambakan disetiap pemerintah daerah . Dapat diindikasikan bahwa apabila

tingkat kemandirian keuangan daerah tinggi maka alokasi belanja modal dapat

terealisasi dengan lancar.. Hal ini bisa dilihat pula pada penelitian Hafidh

(2013:119) yang menyatakan bahwa Rasio Kemandirian berpengaruh terhadap

Belanja Modal. Maka, dapat disimpulkan bahwa Hipoteisis saya Rasio

Kemandirian Keuangan daerah berpengaruh terhadap belanja modal.

H1 : rasio kemandirian keuangan daerah berpengaruh terhadap belanja

modal daerah Provinsi Sumatera Utara

24

Universitas Sumatera Utara


Rasio efektivitas PAD menunjukkan kemampuan pemerintah daerah

dalam memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang ditargetkan. Apabila

Pemerintah daerah tidak dapat merealisasikan pendapatan asli daerah yang

direncanakan sesuai dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah

itu sendiri, akan berakibatnya tuntutan dan kebutuhan masyarakat setempat

cenderung diabaikan sehingga pengalokasian belanja modal tidak terealisasi

dengan efektif Hal ini bisa dilihat pula pada penelitian Ardhini (2011:8) yang

menyatakan bahwa Rasio Efektivitas PAD berpengaruh terhadap Belanja Modal.

Maka, dapat disimpulkan bahwa Hipotesis saya Rasio Efektivitas PAD

berpengaruh terhadap belanja modal.

H2: rasio efektivitas PAD berpengaruh terhadap Belanja modal daerah

Provinsi Sumatera Utara

Rasio Efisiensi Keuangan Daerah berguna untuk mengukur tingkat

penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah. Pemerintah daerah dinilai

telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%.

Sebaliknya jika melebihi 100% maka mengindikasikan terjadinya pemborosan

anggaran. Daerah yang memiliki Efiensi yang baik akan mengalokasikan Belanja

Modalnya dengan baik. Hal ini bisa dilihat pula pada penelitian Indratno

(2016:13) yang menyatakan bahwa Rasio Efisiensi Keuangan Daerah berpengaruh

terhadap Belanja Modal. Maka, dapat disimpulkan bahwa Hipotesis saya Rasio

Efisiensi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap belanja modal.

25

Universitas Sumatera Utara


H3 : rasio efisiensi keuangan daerah berpengaruh terhadap Bealanja modal

daerah Provinsi Sumatera Utara

Hipotesis terakhir menunjukkan bahwa secara simultan seluruh variabel

independen yakni rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas PAD,

rasio efisiensi keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen yakni belanja modal. Dengan demikian, hipotesis ini akan menjelaskan

bagaimana rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas PAD, rasio

efisiensi keuangan daerah secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

kinerja keuangan daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara periode

2014 sampai dengan 2016.

H4 : rasio tingkat kemandirian keuangan daerah, rasio efektifitas PAD, dan

rasio efisiensi keuangan daerah berpengaruh secara simultan terhadap

Belanja modal daerah Provinsi Sumatera Utara

26

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono 2016:2). Penelitian ini dilakukan

melalui pendekatan ilmiah dan penelitian deskripsi kuantitatif yaitu melalukan

perhitungan-perhitungan terhadap keuangan yang diperoleh untuk memecahkan

masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini melihat Pengaruh

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah

dan Rasio Efisiensi Keuangan daerah terhadap Belanja Modal.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2016: 117).

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono 2013: 118). Teknik dalam pengambilan sampel penelitian

menggunakan teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2016:68) sampling

jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang

27

Universitas Sumatera Utara


dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota

populasi dijadikan sampel.

Berdasarkan hal tersebut, didapatkan sebanyak 99 sampel dari 33 Kabupaten/Kota

di Provinsi Sumatera Utara selama 2014-2016.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu

data yang disajikan dalam bentuk angka. Sumber data penelitian yang akan

digunakan adalah data sekunder dari dokumen laporan APBD dan laporan realiasi

APBD Provinsi Sumatera Utara yang diperoleh dari situs Direktorat Jendral

Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan (http://www.djpk.kemenkeu.go.id)

tahun 2014-2016.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik dengan

menggunakan software SPSS. Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahap

sebagai berikut : Statistik Desktiptif, Uji Asumsi Klasik, Teknik Analisis dan Uji

Hipotesis

3.4.1 Uji Statistik Deskriptif

Uji statistik dalam penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan

variabel-variabel penelitian dengan menggunakan rata-rata, standar

deviasi, maksimum dan minimum pada data.

28

Universitas Sumatera Utara


3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik adalah asumsi yang mendasari analisis regresi

dengan tujuan mengukur asosiasi atau keterikatan antarvariabel

bebas.Terdapat 4 (empat) pengujian terkait uji asumsi klasik yaitu uji

normalitas, uji multikolinearitas, ujiheteroskedastisitas dan uji

autokolerasi.

3.4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam

variabel yang digunakan dalam penelitian. Menurut Nugroho (2005:18)

“data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang

memiliki distribusi normal”. Maksud data yang terdistribusi normal

adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal dimana

datanya memusat pada nilai rata-rata dan median. Alat uji asumsi yang

digunakan adalah Kolmogorov Smirnov Test. Normalitas data dapat

dilihat melalui besarnya asymptotic significance. Adapun pedoman

pengambilan keputusan kenormalan distribusi adalah sebagai berikut,

jika signifikansi atau nilai probalititas (α) < 0,05, maka distribusi tidak

normal tapi (α) > 0,05, maka distribusi normal.

3.4.2.2 Uji Multikolinieritas

Menurut Sudarmanto (2013:224) “uji multikolinearitas

dimaksudkan untuk menguji ada tidaknya nya korelasi variabel-variabel

independen antara yang satu dengan yang lainnya”. Multikolinieritas

29

Universitas Sumatera Utara


adalah keadaan dimana terjadi hubungan linear yang sempurna atau

mendekati sempurna antara variabel independen dalam model regresi.

Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.

Metode pengujian yang digunakan yaitu dengan melihat nilai inflation

factor (VIF) dan tolerance pada model regresi. Jika nilai VIF kurang

dari 10 dan tolerance lebih dari 0,1 maka model regresi bebas dari

multikolinieritas.

3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah variasi

residual absolute sama atau tidak sama untuk semua pengamatan

Menurut (Sudarmanto ,2013:240). Model regresi yang baik tidak

diperbolehkan mengandung heteroskedastisitas. Uji ini bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance

dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance

dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas, dan jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan melihat grafik scatterplot, dengan dasar analisis (Ghozali,

2013:10).

30

Universitas Sumatera Utara


3.4.2.4 Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah kondisi dimana adanya hubungan antar

pengamatan atau observasi. Uji asumsi tentang autokorelasi sangat

penting untuk dilakukan tidak hanya pada data yang bersifat time series,

akan tetapi semua data yang diperoleh perlu diuji terlebih dahulu

autokorelasinya apabila akan dianalisis dengan regresi linear berganda.

Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem autokorelasi

(Ghozali,2013:107). Autokorelasi timbul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Autokorelasi

dapat diketahui melalui uji Durbin-Watson (DW test). Jika d lebih kecil

dibandingkan dengan dU atau lebih besar dari 4-dU, naka Ho ditolak

yang berarti terdapat autokorelasi. Jika d terletak diantara dU dan 4-dU,

maka Ho diterima yang berarti tidak ada autokorelasi.

3.4.3 Teknik Analisis Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda adalah analisis untuk mengetahui

pengaruh atau hubungan secara linear antara 2 atau lebih variabel independen

terhadap 1 variabel dependen, dan untuk memprediksi atau meramalkan suatu

nilai variabel dependen berdasarkan variabel independen (Priyatno,

2014:148). Analisis ini digunakan untuk menentukan hubungan antara

Belanja Modal daerah dengan variabel-variabel independen yaitu Rasio

Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah

dan Rasio Efisiensi Keuangan Daerah.

31

Universitas Sumatera Utara


Dalam penelitian ini, persamaan regresi yang digunakan adalah

sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +c

Keterangan :

Y = Belanja Modal

A = Konstanta

b1,b2,b3,b4 = Koefisien Regresi

X1 = Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

X2 = Rasio Efektivitas PAD

X3 = Rasio Efisiensi Keuangan Daerah

e = Error

3.4.4 Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui

apakah kesimpulan pada populasi dapat berlaku untuk populasi (dapat

digeneralisasi). Penelitian menguji hipotesis dengan melakukan uji pengaruh

simultan, uji parsial, dan koefisien determinasi.

3.4.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi merupakan ikhtisar yang menyatakan

seberapa baik garis regresi mencocokkan data (Ghozali,2013:171).

Nilai R² berkisar antara 0 sampai 1. Nilai yang kecil berarti

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

32

Universitas Sumatera Utara


amat terbatas. Sebaliknya, nilai yang mendekati satu berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3.4.4.2 Uji F (Uji Simultan)

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari

variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Pengambilan keputusan secara simultan didasarkan pada nilai

probabilitas yang diperoleh dari hasil pengolahan data SPSS Statistik

Parametrik (Ghozali, 2013:26) sebagai berikut:

a. Jika probabilitas < 0,05 atau nilai Fhitung > Ftabel pada taraf

signifikansi 0,05, maka hipotesis diterima yang berarti secara

bersama-sama variabel rasio kemandirian keuangan daerah,

rasio efektivitas PAD dan rasio efisiensi keuangan daerah

berpengaruh positif terhadap Belanja Modal.

b. Jika probabilitas > 0,05 atau Fhitung < Ftabel pada taraf signifikansi

0,05, maka hipotesis ditolak yang berarti secara bersama-sama

rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas PAD dan

rasio efisiensi keuangan daerah berpengaruh negatif terhadap

Belanja Modal.

Nilai probabilitas dari uji F dapat dilihat dari hasil pengolahan

program SPSS pada tabel ANOVA kolom sig atau significance.

33

Universitas Sumatera Utara


3.4.4.3 Uji t (Uji Parsial)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel

dependen, artinya Uji t digunakan untuk mengetahui secara parsial

apakah setiap variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependennya. Pengambilan keputusan uji hipotesis

secara parsial didasarkan pada nilai probabilitas yang diperoleh dari

hasil pengolahan data melalui program SPSS Statistik Parametrik

sebagai berikut:

a. Jika probabilitas < 0,05 atau nilai t hitung > ttabel pada taraf

signifikansi 0,05, maka hipotesis diterima yang berarti secara

parsial variabel rasio kemandirian keuangan daerah, rasio

efektivitas PAD dan rasio efisiensi keuangan daerah

berpengaruh positif terhadap Belanja Modal.

b. Jika probabilitas > 0,05 atau thitung < ttabel pada taraf signifikansi

0,05, maka hipotesis ditolak yang berarti secara parsial variabel

rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas PAD dan

rasio efisiensi keuangan daerah berpengaruh negatif terhadap

Belanja modal.

Pada uji t, nilai probabilitas dapat dilihat dari hasil pengolahan

program SPSS pada tabel coefficients kolom sig atau significance.

34

Universitas Sumatera Utara


3.5 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Belanja Modal daerah Provinsi

Sumatera Utara. Sedangkan objek pada penelitian ini adalah laporan realisasi

anggaran Provinsi Sumatera Utara tahun 2014-2016.

3.6 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan,

maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu

penelitian ilmiah yang termuat dalam operasional variabel penelitian. Menurut

Uma Sekaran (2011:115) mendefinisikan tentang pengertian “variabel adalah

adapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai”. Nilai bisa

berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama, atau pada waktu

yang sama untuk objek atau orang yang berbeda. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah variabel independen yaitu Rasio Kemandirian Keuangan

daerah, Rasio Efektivitas PAD dan Rasio Efisiensi Keuangan daerah serta variabel

dependen yaitu Belanja Modal.

3.6.1 Variabel Dependen

Menurut Uma Sekaran (2009:116) ”variabel dependen merupakan

variabel yang menjadi perhatian utama peneliti”. Variable dependen

merupakan variable terikat yang menjadi masalah dalam penelitian ini.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Belanja Modal.

Belanja Modal merupakan Belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya

melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan

35

Universitas Sumatera Utara


daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti

biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum.

Adapun rumus untuk menghitung besarnya belanja modal sebagai

berikut ini.

3.6.2 Variabel Independen

Menurut Uma Sekaran (2011:117) ”variabel independen adalah

variabel yang mempengaruhi variabel terikat (dependen), entah secara

positif atau negatif”.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah rasio kemandirian

keuangan daerah, rasio efektivitas pendapatan asli daerah dan rasio

efisiensi keuangan daerah pada kabupaten dan kota yang ada di Provinsi

Sumatera Utara pada tahun 2012-2014.

3.6.2.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD)

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD)

menunjukkan tingkat kemampuan suatu daerah dalam membiayai

sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada

masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai

sumber pendapatan yang diperlukan daerah.

Adapun rumus untuk menghitung rasio kemandirian

keuangan daerah adalah sebagai berikut :

36

Universitas Sumatera Utara


3.6.2.2 Rasio Efektivitas PAD

Rasio efektivitas PAD menggambarkan kemampuan

pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan

dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi

riil daerah. Semakin tinggi rasio efektivitas PAD, maka semakin

baik kinerja pemerintah daerah.

Adapun rumus untuk menghitung Rasio Efektivitas PAD

adalah sebagai berikut :

3.6.2.3 Rasio Efisiensi Keuangan Daerah

Rasio Efisiensi Keuangan Daerah (REKD) menggambarkan

perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang

diterima.

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini

adalah sebagai berikut :

37

Universitas Sumatera Utara


Adapun skala pengukuran variable pada penelitian ini adalah sebagai beikut :

Tabel 3.1
Skala Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala


Rasio Total pendapatan asli Rasio
Kemandirian daerah terhadap
Keuangan pendapatan transfer
Daerah
Rasio Efektivitas Perbandingan antara Rasio
PAD realisasi pendapatan
asli daerah dengan
Anggaran PAD
Rasio Efisiensi Jumlah realisasi Rasio
Keuangan belanja daerah
Daerah terhadap realisasi
pendapatan daerah
Belanja Modal Belanja Pemerintah Rasio
Daerah yang
manfaatnya melebihi
satu tahun anggaran

38

Universitas Sumatera Utara


39

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang berada di Pulau

Sumatera, terletak pada garis astronomis 1⁰ - 4⁰ LU dan 98⁰ - 100⁰ BT dengan

luas daratan 72.981,23 km² serta memiliki jumlah 419 pulau. Letak provinsi ini

termasuk wilayah yang strategis karena berada pada jalur perdagangan

internasional dan berdekatan dengan negara tetangga yaitu Negara Malaysia dan

Singapura. Adapun batas Wilayah Sumatera Utara sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Aceh dan Selat Malaka

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Riau

c. Sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia

d. Sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka

Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas 4

kelompok wilayah yaitu sebagai berikut :

a. Pesisir Timur

b. Pegungungan Bukit

c. Barisan Pesisir Barat

d. Kepulauan Nias

Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di ibukotanya yaitu Kota

Medan. Sebelumnya, Sumatera Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatera sesaat

Indonesia merdeka pada tahun 1945. Pada tahun 1950 Provinsi Sumatera dibentuk

39

Universitas Sumatera Utara


meliputi sebagian Aceh. Tahun 1956, Aceh dipisahkan menjadi daerah otonom

dari Provinsi Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara kepada 25 kabupaten, 8

kota, 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan/desa.

Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya

di Indonesia, yang dihuni oleh penduduk dari berbagai suku seperti Melayu,

Batak, Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa dan menganut berbagai aliran

kepercayaan lainnya. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP)

2010, penduduk Provinsi Sumatera Utara berjumlah 13.937.797 jiwa (seperlima

dari 237.641.326 jiwa penduduk Indonesia) dengan pertumbuhan 1,36% per tahun

sejak 2010. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 2015 adalah 191 jiwa per

km².

4.2. Data Penelitian

Data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah Laporan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah serta Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan

Belanja daerah Pemrerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara yaitu

pada tahun 2014 – 2016, sehingga jumlah sampel menjadi 99. Dari laporan

tahunan tersebut yang menjadi objek penelitian adalah Rasio kemandirian

keuangan daerah, Rasio Efektivitas PAD dan Rasio Efisiensi Keuangan daerah

dan Belanja Modal. Data diperoleh dari Departemen Keuangan Republik

Indonesia yaitu www.djpk.depkeu.go.id

Metode penelitian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

statistik dengan menggunakan model regresi linear berganda yang bertujuan untuk

40

Universitas Sumatera Utara


mengetahui hubungan dan pengaruh dari variabel bebas atau independen terhadap

variabel terikat atau variabel dependen.

Analisis data dimulai dengan mengolah data menggunakan SPSS 22.0

selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis dilakukan

dengan menggunakan regresi linaer berganda. Prosedur dimulai dengan

memasukkan semua variabel independen dan variabel dependen ke program SPSS

tersebut dan menghasilkan output-output sesuai dengan metode analisis data yang

telah ditentukan. Terdapat 33 kabupaten dan kota yang dijadikan sampel dan

diamati selama periode 2014 sampai dengan 2016.

4.2.1 Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisa data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau

generalisasi.

Untuk memberikan gambaran data pada variabel penelitian yang terdiri

dari Belanja Modal (Y), rasio kemandirian keuangan daerah (RKKD), rasio

efektivitas pendapatan asli daerah (REPAD), rasio efisiensi keuangan daerah

(REKD), maka dapat dijelaskan dengan analisis deskriptif yang meliputi nilai

minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi. Berikut ini akan dijelaskan

analisis desktiptif yaitu menjelaskan deskripsi data dari seluruh variabel yang

akan dimasukkan dalam model penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut:

41

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1
Deskrptif Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

BM 99 2.27 3.72 3.1309 .29932


RKKD 99 .71 4.58 2.2436 .80054
REPAD 99 3.03 5.39 4.6029 .41206
REKD 99 4.39 4.91 4.5954 .08983
Valid N (listwise) 99
Sumber : Hasil Output SPSS 22.0

Berdasarkan tabel diatas yang berasal dari hasil Output SPSS Versi 22.0

menunjukkan bahwa jumlah sampel atau N data valid yang akan diteliti adalah 99

sampel. Hasil uji statistik deskritif menunjukkan variabel dependen yaitu variabel

Belanja Modal (Y) memiliki skor terendah (minimum) adalah 2,27 dan skor

tertinggi (maximum) adalah 3,72. Dengan melihat nilai rata-rata (mean) Belanja

Modal (Y) sebesar 3,13. Untuk melihat tingkat penyimpangan data dapat dilihat

dari nilai standar deviasi. Standar deviasi (σ) menunjukkan seberapa jauh

kemungkinan nilai yang diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan. Pada

variabel Belanja Modal (Y) dapat diketahui standar deviasi sebesar 0,29. Hal ini

diartikan bahwa data variabel Belanja Modal (Y) dapat dikatakan baik karena nilai

standar deviasinya lebih kecil daripada nilai rata-ratanya (mean).

Variabel Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD) memiliki skor

terendah (minimum) adalah 0,71 dan skor tertinggi (maximum) adalah 4,58.

Dengan melihat nilai rata-rata (mean) RKKD sebesar 2,24 dan standar deviasi

42

Universitas Sumatera Utara


sebesar 0,80. Hal ini diartikan bahwa data variabel RKKD dapat dikatakan baik

karena nilai standar deviasinya lebih kecil daripada nilai rata-ratanya (mean).

Variabel Rasio Efektivitas PAD (REPAD) memiliki skor terendah

(minimum) adalah 3,03 dan skor tertinggi (maximum) adalah 5,39. Dengan melihat

nilai rata-rata (mean) RKKD sebesar 4,60 dan standar deviasi sebesar 0,41. Hal ini

diartikan bahwa data variabel RKKD dapat dikatakan baik karena nilai standar

deviasinya lebih kecil daripada nilai rata-ratanya (mean).

Variabel Rasio Efisiensi Keuangan Daerah (REKD) memiliki skor

terendah (minimum) adalah 4,39 dan skor tertinggi (maximum) adalah 4,91.

Dengan melihat nilai rata-rata (mean) RKKD sebesar 4,59 dan standar deviasi

sebesar 0,08. Hal ini diartikan bahwa data variabel RKKD dapat dikatakan baik

karena nilai standar deviasinya lebih kecil daripada nilai rata-ratanya (mean).

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Penggunaan model regresi berganda salah satu syaratnya adalah

dipenuhinya semua asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan

efisien. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan

program statistik. Asumsi Klasik yang harus dipenuhi adalah berdistribusi normal,

non-multikolinearitas, non-Autokorelasi, homoskedasitas.

4.2.2.1 Uji Normalitas

Sebelum dilakukan pengolahan data dengan menggunakan uji regresi,

terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas data dilakukan untuk

menganalisis apakah syarat persamaan regresi sudah dipenuhi atau belum.

43

Universitas Sumatera Utara


Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi

normal atau mendekati normal. Pengujian distribusi normal dapat dilakukan

dengan cara melihat histogram yang membandingkan data observasi dengan

distribusi yang mendekati normal. Selain itu uji normalitas dapat juga dilakukan

dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji normal probability plot

yang membandingkan distribusi kumulatif dari data yang sesungguhnya dengan

distribusi kumulatif dari data yang distribusi normal. Pengujian dilakukan dengan

menggunakan SPSS 22.0.

Gambar 4.1

Sumber data : Output SPSS 22.0, data yang diolah, 2017


Gambar 4.1
Grafik Histogram
Gambar 4.1 menggambarkan grafik residual distribusi normal

44

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.1 menggambarkan grafik residual distribusi normal yang berasal dari

data laporan anggaran dan realisasi APBD. Dapat dilihat dari grafik tersebut

bahwa residual secara normal dan berbentuk simetri, tidak melenceng ke kanan

atau kiri. Pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS 22.0. uji normalitas

yang kedua menggunakan uji normal profitability plot sebagai berikut :

Gambar 4.2

Gambar 4.2
P-Plot
Sumber data : Output SPSS 22.0, data yang diolah, 2018

Gambar 4.2 menggambarkan Grafik normal plot yang memperlihatkan titik-titik

penyebaran mengikuti arah garis diagonal dan menunjukkan pola yang tidak

melenceng ke kanan maupun ke kiri. Kondisi grafik tersebut dapat dikatakan

bahwa model regresi umumnya mempengaruhi asumsi normalitas, sehingga layak

digunakan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS 22.0.

45

Universitas Sumatera Utara


Pengujian normalitas yang terakhir adalah menggunakan uji

Kolomogorov-Smirnov dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual

N 99

a,b
Mean 0E-7
Normal Parameters
Std. Deviation .22067716
Absolute .051
Most Extreme Differences Positive .032
Negative -.051
Kolmogorov-Smirnov Z .509
Asymp. Sig. (2-tailed) .958

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Output SPSS 22.0

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diketahui bahwa Asymp. Sig. (2-tailed)

sebesar 0,958 yang nilainya lebih besar dari nilai signifikansi yang diharapkan

yaitu 0,05 (0.958 > 0.05), maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.

Tabel 4.3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
BM RKKD REPAD REKD

N 99 99 99 99

a,b
Mean 3.1309 2.1426 4.6099 4.5940
Normal Parameters
Std. Deviation .29932 .58752 .37680 .08285
Absolute .072 .051 .126 .116
Most Extreme Differences Positive .028 .039 .082 .112
Negative -.072 -.051 -.126 -.116
Kolmogorov-Smirnov Z .714 .504 1.251 1.154
Asymp. Sig. (2-tailed) .689 .961 .088 .140

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Output SPSS 22.0

46

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel 4.3 di atas, diketahui bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) Belanja

Modal sebesar 0,689, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah sebesar 0,961, Rasio

Efektivitas PAD sebesar 0,088 dan Rasio Efisiensi Keuangan Daerah sebesar

0,140 yang nilainya lebih besar dari nilai signifikansi yang diharapkan yaitu 0,05,

maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi

berganda yang diajukan ditemukan kolerasi yang kuat antara variabel-variabel

independen. Jika terjadi kolerasi yang kuat, maka terdapat masalah

multikolinieritas yang harus diatasi.

Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya multikolinieritas maka dilihat

melalui tolerance value yang mendekati angka 1 atau Variance Inflation Factor

(VIF) antara 1 sampai 10 maka tidak terdapat masalah multikolinieritas.

Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas

a
Coefficients

Model Unstandardized Standardize t Sig. Collinearity


Coefficients d Statistics
Coefficients

B Std. Error Beta Toleranc VIF


e

(Constant) -5.076 1.265 -4.012 .000

RKKD -.022 .040 -.042 -.548 .585 .951 1.051


1
REPAD .351 .064 .442 5.471 .000 .876 1.142

REKD 1.444 .289 .400 4.991 .000 .892 1.121

a. Dependent Variable: BM

Sumber : Hasil Output SPSS 22.0

47

Universitas Sumatera Utara


Tabel diatas menunjukkan hasil perhitungan nilai toleransi lebih dari 0,1. Selain

itu Varianve Inflation Factor (VIF) mempunyai nilai dibawah 10. Kesimpulan

dari uji multikolinearitas tersebuat adalah tidak terjadi multikolinearitas antar

variabel independen dalam model regresi.

4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi kesamaan variabel dari residual pada suatu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak ditemukan adanya

heterokedastisitas. Model pengujian heterokedastisitas yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah uji korelasi sperman dan uji scatter plot. Pengujian dilakukan

dengan menggunakan SPSS 22.0.

Tabel 4.5
Uji Korelasi Spearman
Correlations

RKKD REPAD REKD Absres

Correlation Coefficient 1.000 .164 .039 -.012

RKKD Sig. (2-tailed) . .105 .700 .905

N 99 99 99 99

Correlation Coefficient .164 1.000 .174 -.010

REPAD Sig. (2-tailed) .105 . .085 .922

N 99 99 99 99
Spearman's rho
Correlation Coefficient .039 .174 1.000 -.023

REKD Sig. (2-tailed) .700 .085 . .817

N 99 99 99 99

Correlation Coefficient -.012 -.010 -.023 1.000

absres Sig. (2-tailed) .905 .922 .817 .

N 99 99 99 99

Sumber : Output spss 22.00

48

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5 menggambarkan bahwa korelasi seluruh variabel independen

dengan unstandardized Coefficients nilai signifikannya lebih dari 0,05. Nilai

signifikan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah sebesar 0,905, Rasio Efektivitas

PAD sebesar 0,922 dan Rasio Efisiensi Keuangan Daerah sebesar 0,817. Sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa pada model regresi tidak ditemukan adanya

heteroskedastisitas.

Gambar 4.3

Gambar 4.3
Diagram Scatterplot
Sumber data : Output SPSS 22.0, data yang diolah, 2018

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pada periode t-1 (sebelumnya).

49

Universitas Sumatera Utara


Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Autokorelasi terjadi karena data observasi yang berurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari

autokorelasi (Ghozali, 2013:110). Hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini dapat

dilihat dari Durbin-Watson test pada tabel berikut ini :

Tabel 4.6
Uji Autokorelasi
b
Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate
a
1 .676 .456 .439 .22413 1.904

a. Predictors: (Constant), REKD, RKKD, REPAD


b. Dependent Variable: BM

Sumber : Hasil Output SPSS 22.0

Pada tabel Durbin-Watson untuk nilai n = 99 dan k = 3, diperoleh Data

dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai dw berada diantara dU dan 4 – dU

(dU < dw < 4 – dU). Berdasarkan tabel diperoleh nilai dU = 1,809 sehingga 4 –

1,736 = 2,264. Berdasarkan hasil diperoleh nilai dW = 1,904 nilai tersebut berada

diantara 1,736 sampai 2,264 sehingga tidak terjadi autokorelasi.

Atas dasar hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi masalah

autokorelasi dalam data yang digunakan untuk penelitian ini.

4.2.3 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis ditujukan untuk menilai ketetapan fungsi regresi

dalam menaksir nilai aktual yang diukur secara statistik melalui uji adjutes R

square, uji F dan uji t.

50

Universitas Sumatera Utara


4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R²)

Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

variabel independen dapat menjelaskan pergerakan variabel dependen dalam

persamaan atau model yang akan diteliti. Nilai koefisien determinasi adalah antara

0 dan 1. Apabila angka koefisien determinasi semakin mendekati 1 maka

kemampuan menjelaskan variabel independen terhadap variabel dependen adalah

semakin kuat, yang berarti variabel-variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Sedangkan nilai koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel-

variabeel independen dalam menjelaskan variasi variabel depenen adalah terbatas

(Ghozali, 2013:227). Hasil dari uji koefisien determinasi adalah :

Tabel 4.7
Uji Adjusted R²
b
Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate
a
1 .676 .456 .439 .22413 1.904

a. Predictors: (Constant), REKD, RKKD, REPAD


b. Dependent Variable: BM
Sumber : Hasil Output SPSS 22.0

Berdasarkan hasil uji adjusted R² pada tabel 4.7, besarnya nilai adjusted

R² dalam model regresi diperoleh sebesar 0,439. Hal ini menunjukkan bahwa

43,9% variasi variabel dependen Belanja Modal dapat dijelaskan oleh variabel

independen (rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas PAD, rasio

efisiensi keuangan daerah), sedangkan sisanya 56,1% dijelaskan oleh variabel atau

faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

51

Universitas Sumatera Utara


4.2.3.2 Uji t atau Uji Parsial

Uji parsial pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui secara individual

pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen atau secara parsial

terhadap variabel dependen. Derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,05.

Apabila nilai signifikansi lebih kecil dari derajat kepercayaan maka hipotesis

alternatif dapat diterima yang berarti suatu variabel independen secara parsial

mempengaruhi variabel dependen.

Kriteria uji :

a. Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima.

Jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka

hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak signifikan (Ha ditolak

dan Ho diterima). Artinya secara parsial variabel independen (Rasio

Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas PAD dan Rasio

Efisiensi Keuangan Daerah) tidak berpengaruh signifikansi terhadap

variabel dependen (Belanja Modal) artinya hipotesis ditolak.

b. Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak.

Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka

hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan (Ha diterima

dan Ho ditolak). Artinya secara parsial variabel independen (Rasio

Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas PAD dan Rasio

Efisiensi Keuangan Daerah) berpengaruh signifikansi terhadap variabel

dependen (Belanja Modal) artinya hipotesis diterima.

52

Universitas Sumatera Utara


Hasil analisis uji t atau parsial dengan menggunakan bantuan program

SPSS 22.0 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.8
Hasil Uji t
a
Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -5.076 1.265 -4.012 .000

RKKD -.022 .040 -.042 -.548 .585


1
REPAD .351 .064 .442 5.471 .000
REKD 1.444 .289 .400 4.991 .000

a. Dependent Variable: BM

Sumber : Hasil Output SPSS 22.0

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, hasil pengujian hipotesis masing-masing

variabel independen secara parsial terhadap variabel dependennya dapat dianalisis

sebagai berikut :

a. Uji hipotesis pengaruh Rasio Kemandirian Keuangan daerah terhadap

belanja modal.

Hipotesis 1 (H1) : rasio kemandirian keuangan daerah berpengaruh

signifikan terhadap belanja modal.

Dari perhitungan uji t (parsial) diperoleh nilai t hitung rasio kemandirian

keuangan daerah yakni sebesar -0,548 dengan signifikansi 0,000. Nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,548 > 0,05).

Maka dapat dikatakan bahwa rasio kemandirian keuangan daerah tidak

berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal sehingga hipotesis yang

53

Universitas Sumatera Utara


menyatakan bahwa rasio kemandirian keuangan daerah (RKKD) memiliki

pengaruh signifikan terhadap Belanja Modal (Y) tidak dapat diterima.

b. Uji hipotesis pengaruh rasio efektivitas pendapatan asli daerah terhadap

belanja modal.

Hipotesis 2 (H2) : Rasio efektivitas PAD berpengaruh signifikan terhadap

belanja modal.

Dari perhitungan uji t (parsial) diperoleh nilai t hitung rasio efektivitas PAD

daerah yakni sebesar 5,471 dengan signifikansi 0,000. Nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05 (0,00 <0,05).

Maka dapat dikatakan bahwa rasio efektivitas PAD berpengaruh signifikan

terhadap Belanja Modal sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa rasio

efektivitas PAD (REPAD) memiliki pengaruh signifikan terhadap Belanja

Modal (Y) dapat diterima.

c. Uji hipotesis pengaruh rasio efisiensi keuangan daerah terhadap belanja

modal.

Hipotesis 3 (H3) : Rasio efisiensi keuangan daerah berpengaruh signifikan

terhadap belanja modal.

Dari perhitungan uji t (parsial) diperoleh nilai thitung rasio efisiensi keuangan

daerah yakni sebesar 4,991 dengan signifikansi 0.000. Nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05).

Maka dapat dikatakan bahwa rasio efisiensi keuangan daerah berpengaruh

signifikan terhadap Belanja Modal sehingga hipotesis yang menyatakan

54

Universitas Sumatera Utara


bahwa rasio efisiensi keuangan daerah (REKD) memiliki pengaruh

signifikan terhadap Belanja Modal (Y) dapat diterima.

4.2.3.3 Uji F atau Uji Simultan

Uji statistik F atau uji simultan (F-Test) pada dasarnya menunjukkan

apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil perhitungan Uji

F ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.9
Hasil Uji F

a
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


b
Regression 4.007 3 1.336 26.590 .000

1 Residual 4.772 95 .050

Total 8.780 98

a. Dependent Variable: BM
b. Predictors: (Constant), REKD, RKKD, REPAD

Sumber : Hasil Output SPSS 22.0

Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh nilai Fhitung sebesar 26,590 dengan nilai

probabilitas (sig.) = 0,000. Nilai sig. lebih kecil dari 0,05 atau nilai p= 0,000 <

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variable independen yaitu rasio kemandirian

keuangan daerah, rasio efektivitas Pendapatan asli daerah, dan rasio efisiensi

keuangan daerah secara bersama-sama atau secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap variable dependen yaitu Belanja Modal.

55

Universitas Sumatera Utara


4.2.4 Regresi Linear Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh rasio

kemandirian keuangan, rasio efektivitas Pendapatan asli daerah, dan rasio efisiensi

keuangan daerah terhadap belanja modal. Perhitungan analisis regresi linear

berganda dilakukan dengan bantuan program SPSS 22.0 dan hasil dari analisis

tersebut disajikan dalam tabel berikut

Tabel 4.10
Uji Regresi Linear Berganda

a
Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -5.076 1.265 -4.012 .000

RKKD -.022 .040 -.042 -.548 .585


1
REPAD .351 .064 .442 5.471 .000

REKD 1.444 .289 .400 4.991 .000

a. Dependent Variable: BM
Sumber : Hasil Output SPSS 22.0

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dapat diketahui besarnya koefisien regresi

masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

1. Koefisien regresi konstanta (α) = -5,076

2. Koefisien regresi rasio kemandirian keuangan daerah = -0,022

3. Koefisien regresi rasio efektivitas PAD = 0,351

4. Koefisien regresi rasio efisiensi keuangan daerah = 1,444

56

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan angka-angka hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS

22.0 pada tabel 4.9 di atas, maka dapat disusun suatu persamaan regresi linear

berganda sebagai berikut :

Y = α + b₁RKKD + b₂RE-PAD + b3REKD + b4RK + b5RP + ε

Maka rumus regresi linear berganda pada penelitian ini adalah :

BM = (-5,076)+ (-0,022RKKD )+ 0,351REPAD +1,444REKD + ε

Persamaan regresi yang telah dihasilkan tersebut, selanjutnya dapat

diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Konstanta sebesar -5,076;

artinya jika rasio kemandirian keuangan daerah (RKKD), rasio efektivitas

PAD (REPAD), rasio efisiensi keuangan daerah (REKD) bernilai 0 maka

Belanja Modal (Y) mengalami penurunan sebesar 5,076.

2. Koefisien regresi rasio kemandirian keuangan daerah sebesar -0,022;

artinya jika rasio kemandirian (RKKD) mengalami penurunan, maka

Belanja Modal (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,022. Koefisien

bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara rasio kemandirian

keuangan daerah (RKKD) dengan Belanja Modal.

3. Koefisien regresi rasio efektivitas PAD sebesar 0,351;

artinya jika rasio efektivitas PAD (REPAD) mengalami kenaikan, maka

kinerja Belanja Modal (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,351.

Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara rasio

efektivitas PAD dengan belanja modal.

4. Koefisien regresi rasio efisiensi keuangan daerah sebesar 1,444;

57

Universitas Sumatera Utara


artinya jika rasio efisiensi keuangan daerah (REKD) mengalami kenaikan,

maka Belanja Modal (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 1,444.

Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara rasio

efisiensi keuangan daerah (REKD) dengan belanja modal.

4.3 Analisis Hasil Pengujian Hipotesis

1. Hubungan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah terhadap Belanja Modal

Hipotesis pertama adalah rasio kemandirian keuangan daerah tidak

berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Hasil pengujian hipotesis

diketahui nilai thitung dari variabel rasio kemandirian keuangan daerah adalah

sebesar -0,548, dengan signifikansi 0,585. Karena tingkat signifikansi

menunjukkan nilai di atas 0,05 (0,585 < 0,05), berarti tidak terdapat pengaruh

signifikan dari variabel rasio kemandirian keuangan daerah terhadap Belanja

Modal. Dengan demikian H1 ditolak dan Ho diterima.

Penelitian ini sama dengan hasil penelitian Assyurriani (2015) yang

menyatakan bahwa adalah rasio kemandirian keuangan daerah tidak berpengaruh

signifikan terhadap Belanja Modal.

2. Hubungan Rasio Efektivitas PAD terhadap Belanja Modal

Rasio efektivitas PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja modal .

Hasil pengujian hipotesis diketahui nilai thitung dari variabel rasio efektivitas PAD

adalah sebesar 5,471 dengan signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi

menunjukkan nilai dibawah 0,05 (0,000 < 0,05) berarti terdapat pengaruh

58

Universitas Sumatera Utara


signifikan dari variabel rasio efektivitas PAD terhadap belanja modal. Dengan

demikian H1 diterima dan Ho ditolak.

Penelitian ini sama dengan penelitian Ardhini (2011:17) yang menyatakan

bahwa rasio efektivitas PAD berpengaruh terhadap Belanja Modal.Kemampuan

kabupaten dan kota di daerah Provinsi Sumatera Utara jika dilihat dari rasio

efektivitas PAD tergolong sangat efektif. Hal ini terlihat dari nilai persentase yang

diperoleh dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh peneliti. Rata-rata persentase

efektivitas PAD selama periode 2014 sampai dengan 2016 yang diperoleh adalah

sebesar 104.993%. Sesuai dengan kategori efektivitas PAD yang dinyatakan

dalam Mahmudi (2010:143) bahwa tingkat efektivitas PAD >100% termasuk

dalam kategori sangat efektif.

3. Hubungan Rasio Efisiensi Keuangan daerah terhadap Belanja Modal

Rasio efisiensi keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap Belanja

Modal. Hasil pengujian hipotesis diketahui nilai t hitung dari variabel rasio efisiensi

keuangan daerah adalah sebesar 4,991 dengan signifikansi 0.000. Karena tingkat

signifikasi menunjukkan nilai dibawah 0,05 (0,000 >0,05) berarti terdapat

pengaruh signifikan dari variabel rasio efisiensi keuangan daerah terhadap Belanja

Modal. Dengan demikian H1 diterima dan Ho ditolak.

Kemampuan kabupaten dan kota di daerah Provinsi Sumatera Utara jika

dilihat dari rasio efisiensi keuangan daerah tergolong efisien. Hal ini terlihat dari

nilai persentase yang diperoleh dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh

peneliti. Rata-rata persentase efisiensi keuangan daerah selama periode 2014

sampai dengan 2016 yang diperoleh adalah sebesar 94.802%. Sesuai dengan

59

Universitas Sumatera Utara


kategori efisiensi keuangan daerah yang dinyatakan dalam Mahmudi (2010:143)

bahwa kriteria efisiensi keuangan daerah <100% termasuk dalam kategori efisien.

Penelitian ini sama dengan Novianto (2016:8) yang menyatakan bahwa rasio

efisiensi berpengaruh terhadap belanja modal.

4. Hubungan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas PAD,

dan Rasio Efisiensi Keuangan daerah secara bersama-sama terhadap

Belanja Modal

Hipotesis terakhir menunjukkan bahwa secara simultan seluruh variabel

independen yakni rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas PAD, rasio

efisiensi keuangan daerah terhadap Belanja Modal.

Hasil uji F yang menunjukkan bahwa nilai signifikansinya lebih kecil dari

0,05 yaitu sebesar 0,000 (0,000 < 0,05). Dengan demikian hal ini menjelaskan

bahwa rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas PAD, dan rasio

efisiensi keuangan daerah secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

Belanja Modal Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara periode 2014

sampai dengan 2016. Dengan demikian H1 diterima dan Ho ditolak

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Novianto (2016:8) yang

membuktikan bahwa rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas PAD

dan rasio efisiensi keuangan daerah secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap belanja modal.

60

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil analisis data, maka kesimpulan yang dapat diambil

dari hasil penelitian ini adalah :

1. Rasio kemandirian keuangan daerah tidak berpengaruh signifikan

terhadap Belanja Modal. Hal ini dibuktikan dari hasil uji t yang

menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 yaitu 0,585

(0,585 < 0,05). Kemandirian keuangan daerah di Provinsi Sumatera

Utara dari tahun 2014 sampai dengan 2016 tergolong sangat rendah

dengan menunjukkan pola hubungan instruktif yang berarti peranan

pemerintah pusat lebih dominan daripada kemandirian pemerintah

daerah (daerah yang tidak mampu melaksanakan otonomi daerah).

Penelitian ini sama dengan hasil penelitian Assyurriani (2015) yang

menyatakan bahwa rasio kemandirian keuangan daerah tidak

berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Dengan Demikian H1

ditolak dan H0 diterima.

2. Rasio efektivitas PAD berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.

Hal ini dibuktikan dari hasil uji t yang menunjukkan nilai probabilitas

lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Penelitian ini berbeda dengan

penelitian Ardhini (2011:17) yang menyatakan bahwa rasio efektivitas

PAD berpengaruh terhadap Belanja Modal. Efektivitas Pendapatan

Asli Daerah di Provinsi Sumatera Utara pada periode 2014 sampai

61

Universitas Sumatera Utara


dengan 2016 tergolong sangat efektif. Rata-rata persentase efektivitas

PAD selama periode 2012 sampai dengan 2014 yang diperoleh adalah

sebesar 109.153%. Sesuai dengan kategori efektivitas PAD yang

dinyatakan dalam Mahmudi (2010:143) bahwa tingkat efektivitas

PAD >100% termasuk dalam kategori sangat efektif. Dengan

Demikian H1 diterima dan H0 ditolak.

3. Rasio efisiensi keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap

Belanja Modal. Hasil pengujian hipotesis diketahui nilai signifikansi

sebesar 0,000. Karena tingkat signifikansi menunjukkan nilai dibawah

0,05 (0,000 < 0,05) berarti terdapat pengaruh signifikan dari variabel

rasio efisiensi keuangan daerah terhadap Belanja Modal. Penelitian ini

sama dengan Novianto (2016:8) yang menyatakan bahwa rasio

efisiensi berpengaruh terhadap Belanja Modal. Rata-rata persentase

efisiensi keuangan daerah selama periode 2014 sampai dengan 2016

yang diperoleh adalah sebesar 99.298% Sesuai dengan kategori

efisiensi keuangan daerah yang dinyatakan dalam Mahmudi

(2010:143) bahwa kriteria efisiensi keuangan daerah <100% termasuk

dalam kategori efisien. Maka Belanja Modal di daerah Provinsi

Sumatera Utara pada periode 2014 sampai dengan 2014 berdasarkan

rasio efisiensi keuangan daerah tergolong efisien. Dengan Demikian

H1 diterima dan H0 ditolak

6. Rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas PAD, dan rasio

efisiensi keuangan daerah secara bersama-sama berpengaruh

62

Universitas Sumatera Utara


signifikan terhadap Belanja Modal. Hal ini dilihat dari hasil uji F yang

menunjukkan bahwa nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu

sebesar 0,000 (0,000 < 0,05). Dengan Demikian H1 diterima dan H0

ditolak

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Pemerintah

Bagi Pemerintah diharapkan dapat mengalokasikan belanja langsung

khususnya belanja modal dengan lebih baik agar dapat meningkatan

kesejahteraan masyaraka sesuai dengan asas otonomi daerah. Selain

itu, pemerintah daerah diharapkan bisa meningkatkan dan melampaui

Rasio efektivitas PAD, Rasio Efisiensi keuangan daerah serta Rasio

kemandirian keuangan daerah sesuai sehingga diharapkan belanja

modal juga dapat teralokasi dengan lebih baik lagi.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih rinci lagi dalam

menggunakan berbagai macam rasio yang lebih banyak dan bisa

menggambarkan keadaan keuangan daerah yang sebenarnya. Selain

itu, diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk menambah jangka

waktu periode penelitiannya. Peneliti selanjutnya disarankan untuk

memperluas lingkup wilayah penelitian, tidak hanya mengambil satu

provinsi saja tetapi lebih luas lagi.

63

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ardhini. 2011. “Pengaruh Rasio Keuangan Daerah Terhadap Belanja Modal


Untuk Pelayanan Publik Dalam Perspektif Teori Keagenan Studi Pada
Kabupaten Dan Kota Di Jawa Tengah”. Jurnal Universitas Diponegoro,
Semarang. Online 26 November 2013.

Assyurriani, Raja. 2015. “Pengaruh Rasio tingkat kemandirian daerah, rasio


efektifitas, rasio efektifitas, rasio aktifitas, rasio pertumbuhan secara
bersamaan berpengaruh terhadap belanja modal di Pemerintah Kabupaten
dan Pemerintah Kota di Kepulauan Riau Tahun 2010-2013”. Jurnal,
Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.

Bhuono Agung, Nugroho. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
dengan SPSS. Yogyakarta : ANDI.

Erlina. 2008. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi
Kedua. Medan: USU Press.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi
Ketujuh. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hafidh, Aula Ahmad. 2013. “Analisis Rasio Keuangan Daerah dalam


Mempengaruhi Belanja Modal Publik bagi Pertumbuhan Ekonomi”. Jurnal,
Universitas Negeri Yogyakarta.

Halim, Abdul. 2008, Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi 3.Jakarta : Salemba


Empat

Hersey, Paul and Blanchard, Kenneth. 2003. Management of Organizational


Behavior. Utilizing Human Resouces. New Jersey: Practice-Hall.
Inc.Engliwood Cliffs.

Indratno, Novianto . 2016. “Pengaruh Rasio kemandirian daerah, Rasio


efektivitas, Rasio efisiensi dan Rasio ketergantungan daerah terhadap
alokasi belanja modal pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun
2012-2014”. Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi,


Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Erlangga: Jakarta.

64

Universitas Sumatera Utara


Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah-Panduan Bagi
Eksekutif, DPRD, dan Masyarakat Dalam Pengambilan Keputusan
Ekonomi, Sosial, dan Politik,Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS:
Andi Yogyakarta, Yogyakarta

Priyatno, Duwi. 2014. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Andi. Yogyakarta.

._______. 2004. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah. Republik Indonesia.
._______. 2004. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Republik Indonesia.
._______. 2006. Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 53. Republik Indonesia.
._______. 2006. Peraturan Menteri dalam Negri Tahun 2006. Republik Indonesia
._______. 2006. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No.02 Paragraf 37.
Republik Indonesia
._______. 2019. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan
retribusi daerah. Republik Indonesia
._______. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Belanja
Modal. Republik Indonesia
._______. 2014. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah. Republik Indonesia.
Rudianto. 2012. Akuntansi Pengantar. Jakarta : Penerbit Erlangga

Sudarmanto,R. Gunawan.2013. Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan


Program IBM SPSS Statistics 19. Jakarta : PT Mitra Wacana Media.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT


Alfabet.

65

Universitas Sumatera Utara


Sularso, havid dan Yanuar E. Restianto. 2011. “Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Alokasi Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/kota di Jawa Tengah”. Jurnal Riset Akuntansi, Vol 1, No.2,
Agustus 2011.

Sekaran, Uma. 2011. Research Methods for business Edisi I and 2. Jakarta:
Salemba Empat.

66

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1
Daftar Kabupaten/Kota Sampel
NO Nama Kabupaten/Kota
1. Kab. Asahan
2. Kab. Dairi
3. Kab. Deli Serdang
4. Kab. Tanah Karo
5. Kab. Labuhan Batu
6. Kab. Langkat
7. Kab. Mandailing Natal
8. Kab. Nias
9. Kab. Simalungun
10. Kab. Tapanuli Selatan
11. Kab. Tapanuli Tengah
12. Kab. Tapanuli Utara
13. Kab. Toba Samosir
14. Kota Binjai
15. Kota Medan
16. Kota Pematang Siantar
17. Kota Sibolga
18. Kota Tanjung Balai
19. Kota Tebing Tinggi
20. Kota Padang Sidempuan
21. Kab. Pakpak Bharat
22. Kab. Nias Selatan
23. Kab. Humbang Hasundutan
24. Kab. Serdang Bedagai
25. Kab. Samosir
26. Kab. Batu Bara
27. Kab. Padang Lawas
28. Kab. Padang Lawas Utara
29. Kab. Labuhanbatu Selatan
30. Kab. Labuhanbatu Utara
31. Kab. Nias Utara
32. Kab. Nias Barat
33. Kota Gunung Sitoli

67

Universitas Sumatera Utara


Lampiran II
Data Penelitian

1. Belanja Modal
Nama Kabupaten/Kota 2014 2015 2016
Kab. Asahan 424,188,251,104 227,438,269,630 237,676,952,256
Kab. Dairi 155,712,106,277 180,098,060,210 217,941,187,120
Kab. Deli Serdang 553,705,889,983 491,710,226,083 561,285,600,327
Kab. Tanah Karo 155,665,020,656 300,098,182,224 231,098,360,315
Kab. Labuhan Batu 209,025,598,008 185,515,383,315 285,089,741,793
Kab. Langkat 329,542,794,732 497,257,525,402 626,295,461,427
Kab. Mandailing Natal 181,768,173,957 238,677,824,662 248,898,511,516
Kab. Nias 158,098,310,646 194,330,739,832 227,559,502,344
Kab. Simalungun 226,370,774,680 185,676,905,078 210,953,244,334
Kab. Tapanuli Selatan 222,350,225,386 303,915,012,639 307,152,296,664
Kab. Tapanuli Tengah 102,210,555,843 223,714,622,144 169,402,708,868
Kab. Tapanuli Utara 146,464,311,063 240,549,906,381 238,928,406,088
Kab. Toba Samosir 156,147,145,528 154,106,801,573 181,212,965,236
Kota Binjai 153,284,846,162 174,972,076,727 202,943,191,598
Kota Medan 783,883,177,722 916,888,037,908 936,599,131,961
Kota Pematang Siantar 112,533,368,893 152,228,322,901 199,557,080,622
Kota Sibolga 105,880,982,815 126,724,781,839 185,382,143,913
Kota Tanjung Balai 140,251,264,228 106,723,068,954 131,747,679,415
Kota Tebing Tinggi 163,582,124,045 158,487,242,001 203,355,262,407
Kota Padang Sidempuan 104,032,327,870 121,667,415,160 159,508,881,421
Kab. Pakpak Bharat 144,433,402,509 156,407,389,643 164,178,919,569
Kab. Nias Selatan 198,944,304,991 184,978,091,040 122,786,141,237
Kab. Humbang Hasundutan 223,948,003,511 196,275,196,973 223,630,077,622
Kab. Serdang Bedagai 183,438,585,022 198,977,836,649 291,118,162,785
Kab. Samosir 167,757,876,129 181,611,818,940 235,234,249,682
Kab. Batu Bara 210,018,299,450 227,967,032,209 320,423,994,640
Kab. Padang Lawas 103,210,294,314 226,709,432,657 218,859,096,616
Kab. Padang Lawas Utara 171,951,494,868 170,639,984,392 228,440,427,691
Kab. Labuhanbatu Selatan 244,955,647,450 262,030,817,625 294,626,135,833
Kab. Labuhanbatu Utara 213,674,388,745 217,437,966,471 256,257,019,320
Kab. Nias Utara 219,043,273,818 233,739,122,399
Kab. Nias Barat 153,329,905,708 186,499,821,897 156,180,257,609
Kota Gunung Sitoli 179,745,680,182 209,493,626,276 260,138,208,349
Rata-rata 236,031,898,472

68

Universitas Sumatera Utara


2. Persentase Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Nama Kabupaten/Kota 2014 2015 2016


Kab. Asahan 6.58 10.18 4.39
Kab. Dairi 7.57 9.33 8.60
Kab. Deli Serdang 21.61 32.92 29.03
Kab. Tanah Karo 7.94 10.31 9.61
Kab. Labuhan Batu 14.64 14.28 12.52
Kab. Langkat 7.00 8.82 7.66
Kab. Mandailing Natal 3.81 7.45 6.67
Kab. Nias 15.10 13.48 13.55
Kab. Simalungun 6.33 8.97 8.19
Kab. Tapanuli Selatan 12.02 14.59 8.13
Kab. Tapanuli Tengah 7.54 8.66 8.35
Kab. Tapanuli Utara 8.16 10.86 10.59
Kab. Toba Samosir 3.75 5.15 7.42
Kota Binjai 12.29 12.96 13.01
Kota Medan 52.08 109.89 80.77
Kota Pematang Siantar 12.53 15.68 13.42
Kota Sibolga 11.40 12.47 12.92
Kota Tanjung Balai 13.14 12.96 11.74
Kota Tebing Tinggi 14.10 17.82 16.86
Kota Padang Sidempuan 9.41 12.35 11.76
Kab. Pakpak Bharat 3.52 3.78 4.27
Kab. Nias Selatan 2.04 2.39 2.27
Kab. Humbang Hasundutan 4.47 5.94 5.87
Kab. Serdang Bedagai 7.44 9.24 10.03
Kab. Samosir 7.17 6.57 6.63
Kab. Batu Bara 6.76 7.74 6.87
Kab. Padang Lawas 6.04 6.67 5.49
Kab. Padang Lawas Utara 4.15 5.24 4.13
Kab. Labuhanbatu Selatan 6.64 5.68 5.81
Kab. Labuhanbatu Utara 4.82 5.41 5.18
Kab. Nias Utara 3.33 4.27
Kab. Nias Barat 2.86 3.79 3.64
Kota Gunung Sitoli 3.90 4.95 4.76
Rata-rata 11.13

69

Universitas Sumatera Utara


3. Persentase Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah

Nama Kabupaten/Kota 2014 2015 2016


Kab. Asahan 154.691 137.924 49.773
Kab. Dairi 219.990 97.206 89.894
Kab. Deli Serdang 76.568 81.699 85.240
Kab. Tanah Karo 108.272 163.646 107.829
Kab. Labuhan Batu 128.760 69.056 77.786
Kab. Langkat 93.857 110.654 115.055
Kab. Mandailing Natal 75.931 97.150 82.337
Kab. Nias 145.787 112.123 119.342
Kab. Simalungun 87.627 99.537 110.485
Kab. Tapanuli Selatan 123.734 111.084 84.531
Kab. Tapanuli Tengah 170.629 136.681 112.114
Kab. Tapanuli Utara 172.194 165.507 141.081
Kab. Toba Samosir 111.132 90.510 145.231
Kota Binjai 104.743 88.332 109.772
Kota Medan 91.328 88.714 84.025
Kota Pematang Siantar 156.517 73.430 91.345
Kota Sibolga 146.131 99.927 105.185
Kota Tanjung Balai 164.332 111.795 101.059
Kota Tebing Tinggi 156.949 122.652 109.224
Kota Padang Sidempuan 138.319 120.888 113.472
Kab. Pakpak Bharat 146.580 106.147 123.063
Kab. Nias Selatan 16.756 40.667 115.253
Kab. Humbang Hasundutan 109.393 126.972 120.122
Kab. Serdang Bedagai 122.553 110.665 121.065
Kab. Samosir 155.004 128.959 127.552
Kab. Batu Bara 153.551 118.802 117.772
Kab. Padang Lawas 84.027 86.526 78.697
Kab. Padang Lawas Utara 93.412 100.495 94.675
Kab. Labuhanbatu Selatan 102.109 80.920 103.251
Kab. Labuhanbatu Utara 113.490 113.408 119.731
Kab. Nias Utara 56.413 85.188
Kab. Nias Barat 102.981 72.464 65.070
Kota Gunung Sitoli 67.480 70.740 104.234
Rata-rata 109.153

70

Universitas Sumatera Utara


4. Persentase Rasio Efisiensi Keuangan Daerah

Nama Kabupaten/Kota 2014 2015 2016


Kab. Asahan 93.352 99.196 97.063
Kab. Dairi 97.275 97.570 93.473
Kab. Deli Serdang 96.389 98.328 96.565
Kab. Tanah Karo 88.007 90.235 105.883
Kab. Labuhan Batu 106.195 100.660 93.507
Kab. Langkat 95.432 95.662 103.257
Kab. Mandailing Natal 94.141 102.452 102.420
Kab. Nias 99.367 96.523 97.328
Kab. Simalungun 100.231 94.510 98.488
Kab. Tapanuli Selatan 96.787 102.808 97.403
Kab. Tapanuli Tengah 89.596 98.417 102.024
Kab. Tapanuli Utara 93.512 98.210 104.451
Kab. Toba Samosir 101.256 98.438 103.166
Kota Binjai 100.027 104.919 98.023
Kota Medan 92.121 102.722 105.040
Kota Pematang Siantar 93.099 99.189 86.828
Kota Sibolga 99.962 97.499 110.622
Kota Tanjung Balai 135.006 102.247 101.578
Kota Tebing Tinggi 97.676 99.959 107.450
Kota Padang Sidempuan 112.866 103.012 104.615
Kab. Pakpak Bharat 89.810 103.446 106.715
Kab. Nias Selatan 111.795 104.952 80.287
Kab. Humbang Hasundutan 97.141 99.746 98.864
Kab. Serdang Bedagai 92.653 87.802 102.252
Kab. Samosir 90.026 100.745 104.021
Kab. Batu Bara 90.097 98.304 103.278
Kab. Padang Lawas 86.716 109.522 96.971
Kab. Padang Lawas Utara 97.444 95.565 98.947
Kab. Labuhanbatu Selatan 97.613 105.590 97.854
Kab. Labuhanbatu Utara 97.023 100.806 99.612
Kab. Nias Utara 102.676 103.256
Kab. Nias Barat 99.385 104.491 111.304
Kota Gunung Sitoli 96.532 93.929 99.969
Rata-rata 99.298

71

Universitas Sumatera Utara


5. Persentase Belanja Modal

Nama Kabupaten/Kota 2014 2015 2016


Kab. Asahan 30.558 16.295 15.825
Kab. Dairi 20.886 20.749 21.940
Kab. Deli Serdang 23.445 17.974 18.676
Kab. Tanah Karo 17.497 22.617 14.987
Kab. Labuhan Batu 22.879 18.193 23.870
Kab. Langkat 20.528 25.699 27.383
Kab. Mandailing Natal 18.686 19.169 17.053
Kab. Nias 30.844 29.135 28.567
Kab. Simalungun 13.734 10.174 9.654
Kab. Tapanuli Selatan 25.787 27.155 26.099
Kab. Tapanuli Tengah 13.529 23.129 15.530
Kab. Tapanuli Utara 17.937 21.924 19.096
Kab. Toba Samosir 20.256 18.190 17.931
Kota Binjai 19.058 19.766 21.463
Kota Medan 21.052 20.958 20.697
Kota Pematang Siantar 14.532 17.218 21.226
Kota Sibolga 20.319 21.313 26.880
Kota Tanjung Balai 24.527 18.200 19.710
Kota Tebing Tinggi 26.641 23.769 26.733
Kota Padang Sidempuan 15.527 15.291 18.658
Kab. Pakpak Bharat 34.676 31.966 29.978
Kab. Nias Selatan 27.669 21.628 15.159
Kab. Humbang Hasundutan 31.954 25.414 25.360
Kab. Serdang Bedagai 18.211 17.854 19.862
Kab. Samosir 30.364 26.569 29.027
Kab. Batu Bara 26.534 25.236 28.395
Kab. Padang Lawas 20.152 28.848 22.624
Kab. Padang Lawas Utara 29.221 24.352 21.997
Kab. Labuhanbatu Selatan 28.344 34.006 34.091
Kab. Labuhanbatu Utara 28.379 25.234 26.246
Kab. Nias Utara 35.579 33.326
Kab. Nias Barat 41.350 38.305 27.737
Kota Gunung Sitoli 36.464 35.815 36.847
Rata-rata 23.006

72

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3
Hasil Output Pengolahan Statistik SPSS 22.0

1. Uji Statistik Deskriptif


Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

BM 99 2.27 3.72 3.1309 .29932


RKKD 99 .71 4.58 2.2436 .80054
REPAD 99 3.03 5.39 4.6029 .41206
REKD 99 4.39 4.91 4.5954 .08983
Valid N (listwise) 99

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 99

a,b
Mean 0E-7
Normal Parameters
Std. Deviation .22067716
Absolute .051
Most Extreme Differences Positive .032
Negative -.051
Kolmogorov-Smirnov Z .509
Asymp. Sig. (2-tailed) .958

a. Test distribution is Normal.


Calculated from data.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

BM RKKD REPAD REKD

N 99 99 99 99

a,b
Mean 3.1309 2.1426 4.6099 4.5940
Normal Parameters
Std. Deviation .29932 .58752 .37680 .08285
Absolute .072 .051 .126 .116
Most Extreme Differences Positive .028 .039 .082 .112
Negative -.072 -.051 -.126 -.116
Kolmogorov-Smirnov Z .714 .504 1.251 1.154
Asymp. Sig. (2-tailed) .689 .961 .088 .140

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

73

Universitas Sumatera Utara


b. Uji Multikolinearitas
a
Coefficients

Model Unstandardized Standardize t Sig. Collinearity


Coefficients d Statistics
Coefficients

B Std. Error Beta Toleranc VIF


e

(Constant) -5.076 1.265 -4.012 .000

RKKD -.022 .040 -.042 -.548 .585 .951 1.051


1
REPAD .351 .064 .442 5.471 .000 .876 1.142

REKD 1.444 .289 .400 4.991 .000 .892 1.121

a. Dependent Variable: BM

c. Uji Heteroskedastisitas
Correlations

RKKD REPAD REKD Absre


s

Correlation Coefficient 1.000 .164 .039 -.012

RKKD Sig. (2-tailed) . .105 .700 .905

N 99 99 99 99

Correlation Coefficient .164 1.000 .174 -.010

REPAD Sig. (2-tailed) .105 . .085 .922

N 99 99 99 99
Spearman's rho
Correlation Coefficient .039 .174 1.000 -.023

REKD Sig. (2-tailed) .700 .085 . .817

N 99 99 99 99

Correlation Coefficient -.012 -.010 -.023 1.000

absres Sig. (2-tailed) .905 .922 .817 .

N 99 99 99 99

d. Uji Autokorelasi
b
Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate
a
1 .676 .456 .439 .22413 1.904

a. Predictors: (Constant), REKD, RKKD, REPAD


b. Dependent Variable: BM

74

Universitas Sumatera Utara


3. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi


b
Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate
a
1 .676 .456 .439 .22413 1.904

a. Predictors: (Constant), REKD, RKKD, REPAD


b. Dependent Variable: BM

b. Uji t
a
Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -5.076 1.265 -4.012 .000

RKKD -.022 .040 -.042 -.548 .585


1
REPAD .351 .064 .442 5.471 .000

REKD 1.444 .289 .400 4.991 .000

a. Dependent Variable: BM

c. Uji F
a
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


b
Regression 4.007 3 1.336 26.590 .000

1 Residual 4.772 95 .050

Total 8.780 98

a. Dependent Variable: BM
b. Predictors: (Constant), REKD, RKKD, REPAD

4. Uji regresi linear berganda


a
Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -5.076 1.265 -4.012 .000

RKKD -.022 .040 -.042 -.548 .585


1
REPAD .351 .064 .442 5.471 .000

REKD 1.444 .289 .400 4.991 .000


a. Dependent Variable: BM

75

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai