Anda di halaman 1dari 68

ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI SULAWESI


BARAT TAHUN 2018-2020

Diajukan Oleh

PUTRI NURJANNAH MUHAMMAD


4519013104

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Kinerja Anggaran Belanja pada Komisi


Pemilihan
Umum Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2018-2020
Nama Mahasiswa : Putri Nurjannah Muhammad
Stambuk/NIM : 4519013104
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Akuntansi

Telah Disetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Herminawati Abubakar, SE.,M.Si Indah Syamsuddin, SE.,M.Ak

Mengetahui dan Mengesahkan:


Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana ekonomi pada Universitas Bosowa Makassar

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ketua Program Studi


Universitas Bosowa Akuntansi

Dr. H.A. Arifuddin Mane, SE.,M.Si.,SH.,MH Dr. Firman Menne, SE.,M.Si.Ak.,CA

Tanggal Pengesahan ........

ii
PERNYATAAN KEORISINILAN SKRIPSI

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : PUTRI NURJANNAH MUHAMMAD
Stambuk/NIM : 4519013104
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Judul : Analisis Kinerja Anggaran Belanja pada Komisi Pemilihan
Umum Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2018-2020

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan


hasil penelitian, pemikiran, dan pemaparan asli dari saya adalah karya ilmiah saya
sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak pernah
diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik disuatu perguruan
tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan
dalam sumber kutipan daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan dapat tanpa
paksaan sama sekali.
Makassar, 24 Agustus 2021

Mahasiswa yang bersangkutan

PUTRI NURJANNAH MUHAMMAD

iii
ANALYSIS OF BUDGET PERFORMANCE AT THE ELECTION
COMMISSION OF WEST SULAWESI PROVINCE IN 2018-2020

By:
PUTRI NURJANNAH MUHAMMAD
Accounting Departement, Faculty of Economics and Business
Bosowa University
ABSTRACT
PUTRI NURJANNAH MUHAMMAD. 2021. Scription. Analysis of Budget
Performance at the Election Commission of West Sulawesi Province in 2018-2020 was
guided by Dr. Hj. Herminawati Abubakar, SE., M.Si and Indah Syamsuddin, SE., M.Ak.
The purpose of this study is to find out the realization of spending budgets at the
Election Commission of West Sulawesi Province and to find out the performance of the
budget at the Election Commission of West Sulawesi Province.
The object of this study is the Election Commission of West Sulawesi Province.
The analysis tool used is budget performance analysis tool.
The results showed that the performance of the spending budget has been
implemented well, the growth of spending is positive and efficient, but in terms of the
compatibility of spending, the Election Commission of West Sulawesi Province needs to
increase capital expenditure.

Keywords: Budget, Budget Performance Analysis

iv
ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA KOMISI
PEMILIHANUMUM PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2018-2020

Oleh:
PUTRI NURJANNAH MUHAMMAD
Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Bosowa
ABSTRAK
PUTRI NURJANNAH MUHAMMAD. 2021. Skripsi. Analisis Kinerja
Anggaran Belanja pada Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2018-
2020 dibimbing oleh Dr. Hj. Herminawati Abubakar, SE.,M.Si dan Indah Syamsuddin,
SE.,M.Ak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perealisasian anggaran belanja
pada Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Barat dan untuk mengetahui kinerja
anggaran belanja pada Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Barat.
Objek penelitian ini adalah Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Barat.
Alat analisis yang digunakan yaitu alat analisis kinerja belanja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja anggaran belanja telah dilaksanakan
dengan baik, pertumbuhan belanja positif dan efisien, namun dalam hal keserasian
belanja, Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Barat perlu meningkatkan belanja
modal.

Kata Kunci : Anggaran Belanja, Analisis Kinerja Anggaran

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan berkah dan hidayah-Nya serta teriring sholawat dan salam kepada

baginda Rasulullah Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini sebagai tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Bosowa Makassar,

dengan mengambil judul “Analisis Kinerja Anggaran Belanja pada Komisi

Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2018-2020” tepat pada

waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

1. Ucapan terima kasih penulis kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Saleh Pallu,

M.Eng selaku Rektor Universitas Bosowa

2. Bapak Dr. H.A. Arifuddin Mane, SE., M.Si., SH., MH selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bosowa Makassar.

3. Bapak Dr. Firman Manne, SE. M.Si., Ak. CA selaku ketua jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bosowa

Makassar.

4. Ibu Dr. Hj. Herminawati Abubakar, SE.,M.Si selaku dosen

pembimbing I dan Ibu Indah Syamsuddin, SE.,M.Ak selaku

pembimbing II yang telah memberikan bantuan, pikiran serta

vi
meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam melakukan

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

5. Terkhusus kepada kedua orang tua tercinta, Ayah Muhammad dan Ibu

Muliyati serta Kakak Annisa yang senantiasa memberikan doa, restu,

dukungan dan kasih sayang yang tiada henti-hentinya agar penulis

dapat meraih dan menyelesaikan pendidikan setinggi-tingginya serta

menjadi orang yang selalu bermanfaat bagi keluarga, agama, bangsa

dan negara

6. Bapak Dr.Bakhtiar,M.Pd selaku Sekretaris KPU Provinsi Sulawesi

Barat yang telah memberikan kesempatan dan waktu kepada penulis

dalam melakukan penelitian di KPU Provinsi Sulawesi Barat.

7. Bapak Sahwan Susetyo, S.Sos, Kak Hasdadillah, S.IP, Kak Kartini,

A.Md dan Kak Wahid Rasyidin, S.IP serta staf KPU Provinsi Sulawesi

Barat yang telah memberi bantuan, informasi, serta meluangkan

waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan Skripsi ini.

8. Kak Maya, Kak Enni, dan Dinda yang selalu memberi motivasi,

bantuan, saling menguatkan dan mendoakan untuk mencapai titik ini.

Demikian skripsi ini dibuat, penulis menyadari bahwa masih terdapat

banyak kekurangan dalam skripsi ini dikarenakan keterbatasan ilmu dan

kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik

serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini sebagai

perbaikan pada masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

vii
penulis dan para pembaca. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila

terdapat kekurangan dan kekeliruan.

Makassar, 24 Agustus 2021

Penulis

DAFTAR ISI

hlm.

HALAMAN SAMPUL..............................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................ii

PERNYATAAN KEORISINILAN SKRIPSI.........................................................................iii

ABSTRAK...............................................................................................................................iv

KATA PENGANTAR.............................................................................................................vi

DAFTAR ISI..........................................................................................................................vii

DAFTAR TABEL...................................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ........................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................................7
1.4.1 Manfaat Teoritis..............................................................................................7
1.4.2 Manfaat Praktis...............................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................. 8

2.1 Akuntansi.................................................................................................................8
2.1.1 Konsep Akuntansi...........................................................................................8

viii
2.1.2 Akuntansi Pemerintahan.................................................................................9
2.2 Belanja....................................................................................................................10
2.2.1 Konsep Belanja.............................................................................................10
2.2.2 Klasifikasi Belanja........................................................................................10
2.2.3 Jenis Belanja pada Komisi Pemilihan Umum..............................................13
2.3 Akuntansi Anggaran...............................................................................................15
2.4 Laporan Realisasi Anggaran..................................................................................17
2.5 Kinerja....................................................................................................................20
2.6 Kinerja Anggaran Belanja......................................................................................20
2.7 Kerangka Pikir.......................................................................................................22
2.8 Hipotesis.................................................................................................................25

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................................25

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................................25


3.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 26
3.2.1 Dokumentasi.................................................................................................26
3.2.2 Observasi......................................................................................................26
3.3 Sumber dan Jenis Data...........................................................................................27
3.3.1 Sumber Data.................................................................................................27
3.3.2 Jenis Data......................................................................................................27
3.4 Populasi Responden dan Sampel...........................................................................27
3.4.1 Populasi.........................................................................................................27
3.4.2 Sampel..........................................................................................................28
3.5 Metode Analisis Data.............................................................................................28
3.6 Definisi Operasional...............................................................................................29
3.7 Jadwal Kegiatan.....................................................................................................30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................32

4.1 Gambaran Instansi..................................................................................................32


4.1.1 Sejarah Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Barat ........................32
4.1.2 Visi dan Misi.................................................................................................34
4.1.3 Susunan Organisasi dan Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum....................34

ix
4.1.4 Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat KPU Provinsi Sulawesi
Barat..............................................................................................................37
4.2 Hasil Penelitian......................................................................................................38

BAB V PENUTUP.................................................................................................................46

5.1 Kesimpulan..........................................................................................................46
5.2 Saran....................................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................49

x
DAFTAR TABEL

hlm.

Tabel 1.1 Anggaran Belanja KPU Provinsi Sulawesi Barat.....................................................4

Tabel 1.2 Realisasi Belanja KPU Provinsi Sulawesi Barat......................................................5

Tabel 4.1 Analisis Varian Belanja KPU Provinsi Sulawesi Barat..........................................39

Tabel 4.2 Pertumbuhan Belanja KPU Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019.........................40

Tabel 4.3 Pertumbuhan Belanja KPU Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2020.........................41

Tabel 4.4 Analisis Belanja Operasi Terhadap Total Belanja Tahun 2018-2020....................42

Tabel 4.5 Analisis Belanja Modal Terhadap Total Belanja Tahun 2018-2020......................43

Tabel 4.6 Analisis Efisiensi Belanja.......................................................................................44

xi
DAFTAR GAMBAR

hlm.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir...........................................................................................................24

Gambar 4.1 Struktur Komisioner KPU Provinsi...........................................................................36

xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada tahun 1999 pemerintah melakukan reformasi dibidang Pemerintahan

Keuangan Daerah dan Pengelolaan Keuangan dengan ditetapkannya Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang- Undang

Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah. Kedua Undang-Undang tersebut membawa perubahan fundamental

dalam hubungan Tata Pemerintahan dan Pengelolaan Keuangan Daerah. (Draise

2008: 1)

Reformasi Keuangan Negara ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan

akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara yang akuntabel dan transparan

yang hasilnya digunakan untuk kemakmuran rakyat. Reformasi tersebut ditandai

dengan terbitnya paket tiga Undang Undang (UU) Bidang Keuangan Negara

yakni a) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, b) UU No. 15 Tahun

2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,

c) UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Dalam pelaksanaan reformasi keuangan negara tersebut, setiap instansi

pemerintah mengelolah keuangan sendiri salah satunya dalam hal penganggaran

secara modern serta berbasis kinerja (Performance Based Budgeting-PBB) serta

berpatokan pada tujuan dari Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Arah anggaran

(penggunaan dana pemerintah) tidak lagi berorientasi pada input, tetapi lebih pada

output. Perubahan ini merupakan momentum yang penting dalam rangka proses
2

pembelajaran untuk menggunakan sumber daya pemerintah yang lebih efektif,

efisien dan produktif, tetapi tetap dapat memenuhi kebutuhan dana yang makin

tinggi seiring dengan keterbatasan sumber dana yang ada.

Pelaksanaan anggaran pada instansi pemerintah dapat dilihat dalam

laporan keuangan. Laporan keuangan yang dihasilkan antara lain, laporan realisasi

anggaran (LRA) yang dipublikasikan untuk memberikan informasi yang

bermanfaat bagi penilaian kinerja keuangan. Dalam laporan realisasi anggaran

memuat semua aktivitas perealisasian angaran. Oleh karena itu Laporan Realisasi

Anggaran menjadi salah satu laporan pertanggung jawaban keuangan yang

utama.

Anggaran dalam pemerintahan merupakan tulang punggung (backbone)

penyelenggaraan pemerintahan. Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

tersebut pembaca laporan dapat membuat analisis kinerja laporan keuangan

berupa analisis pendapatan, analisis belanja, dan analisis pembiayaan. (Mahmudi

2010: 135). Anggaran memiliki peran penting dalam penyelenggaraan semua

aktivitas pemerintahan dan sebagai alat stabilisasi, distribusi, alokasi sumber daya

publik, perencanaan dan pengendalian organisasi serta penilaian kinerja.

Anggaran merupakan pedoman yang sangat penting untuk perencanaan dan

pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi. Suatu anggaran

operasi biasanya meliputi waktu satu tahun dan menyatakan pendapatan dan

beban yang direncanakan untuk tahun itu. Dengan anggaran manajemen dapat

menentukan efektifitas dan efisiensi suatu operasi dengan membandingkan antara

anggaran dengan hasil aktual (realisasi terkini) yang dicapai.


3

Maka dari itu instansi pemerintah yang merupakan pemegang kuasa

pengelolaan dan penggunaan anggaran yang berpatokan pada tujuan Rencana

Kerja Pemerintah (RKP) tidak lepas dari kinerja anggaran yang merupakan

penilaian dan pengukuran terhadap pelaksanaan atau perealisasian anggaran

melalui laporan keuangan. Pengukuran kinerja merupakan suatu proses sistematis

untuk menilai apakah program/kegiatan yang telah direncanakan sesuai dan

mencapai keberhasilan yang telah ditargetan pada saat perencanaan. Pengukuran

kinerja dimulai dengan proses penetapan indikator kinerja agar unit kerja sektor

publik menerima informasi untuk memonitor kinerjanya dalam menghasilkan

output dan outcome terhadap masyarakat. Pengukuran kinerja sangat penting

untuk membantu para pengambil keputusan dalam memonitor dan memperbaiki

kinerja dan berfokus pada tujuan instansi serta untuk menilai akuntabilitas instansi

bahwa anggaran telah dilaksanakan secara efektif, efisien, dan ekonomis dan

pimpinan dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik.

Berdasarkan Permenkeu 225/PMK.05/2019 tentang Kebijakan Akuntansi

Pemerintah Pusat Kebijakan Akuntansi Beban, Belanja dan Transfer Belanja

adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara yang mengurangi

Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan dan tidak akan

diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Salah satu titik strategis

penyelenggaraan pemerintahan adalah belanja negara. Mekanisme belanja harus

disusun sedemikian rupa sehingga proses belanja dapat dilakukan secara

terkendali. Auditor pemerintah juga memberi perhatian lebih pada audit atas

belanja, karena pada kenyataannya sebagian besar kebocoran APBN terletak pada
4

pelaksanaan belanja. Kebocoran tersebut dapat disebabkan oleh adanya praktik

KKN maupun karena ketidakpahaman penyelenggara negara dalam melakukan

proses belanja. Klasifikasi belanja pada Komisi Pemilihan Umum yaitu belanja

pegawai, belanja modal dan belanja barang.

Analisis pada belanja sangatlah penting karena belanja merupakan

aktivitas rutin yang dilaksanakan oleh pemerintah. Serta menjadi komponen yang

penting bagi masyarakat selaku pemberi dana publik (publc fund) melalui pajak

daerah unuk mengetahui dan menilai apakah anggaran belanja yang dikelolah

pemerinah telah digunakan dengan semestinya, efisien, efektif dan berorientasi

pada kepentingan publik. Karena mengingat sifat belanja yang relatif mudah

dilakukan dan rentan akan terjadinya inefisiensi dan kebocoran, maka

perencanaan pengendalian dan pengawasan terhadap belanja sangat penting

dilakukan. Setelah dibelanjakan dan dilaporkan dalam Laporan Realisasi

Anggaran, analisis terhadap belanja ini pun mutlak harus dilakukan untuk

dijadikan dasar evaluasi, koreksi dan perbaikan ke depan. (Mahmudi 2010:155).

Berikut ini disajikan anggaran dan realisasi belanja KPU Provinsi

Sulawesi Barat tahun 2018-2020:

Tabel 1.1 Anggaran Belanja KPU Provinsi Sulawesi Barat


Tahun Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal

2018 Rp 3.929.634.000 Rp 13.166.919.000 Rp 508.015.000

2019 Rp 4.943.424.000 Rp 18.994.521.000 Rp 838.595.000

2020 Rp 4.175.692.000 Rp 2.656.356.000 Rp 74.000.000

Sumber: Aplikasi Monitoring SPAN Kementerian Keuangan


5

Berdasarkan tabel 1.1 diatas menunjukkan anggaran belanja pegawai,

belanja barang, dan belanja modal mengalami kenaikan pagu dari tahun 2018 ke

tahun 2019 kemudian mengalami penurunan pagu pada tahun 2020. Hal ini belum

dapat menjelaskan apakah anggaran belanja pegawai, belanja barang dan belanja

modal menunjukkan hasil yang baik atau sebaliknya.

Tabel 1.2 Realisasi Belanja KPU Provinsi Sulawesi Barat


Tahun Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal

2018 Rp 3.916.403.322 Rp 11.303.222.924 Rp 490.287.900

2019 Rp 3.925.157.815 Rp 17.769.062.691 Rp 520.679.545

2020 Rp 4.139.034.703 Rp 2.439.791.303 Rp 73.954.000

Sumber: Aplikasi Monitoring SPAN Kementerian Keuangan

Berdasarkan tabel 1.2 diatas menunjukkan realisasi belanja pegawai,

belanja barang, dan belanja modal mengalami kenaikan dari tahun 2018 ke 2019

kemudian mengalami penurunan pada tahun 2020. Hal ini belum dapat

menjelaskan apakah realisasi belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal

menunjukkan hasil yang baik atau sebaliknya.

Obyek penelitian dalam penelitan ini adalah Komisi Pemilihan Umum

Provinsi Sulawesi Barat. Obyek ini dipilih karena Komisi Pemilihan Umum

Provinsi Sulawesi Barat adalah Kementerian/Lembaga yang mewakili

Kementerian Komisi Pemilihan Umum RI dalam mengemban tugas melaksanakan

pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden,Gubernur dan Wakil Gubernur dan

Legislatif, Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Barat juga di beri

tanggung jawab untuk mengelolah dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara


6

(APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang akan di

digunakan untuk melaksanakan semua aktivitas sesuai dengan rencana kerja

pemerintah (RKP) yang sudah disusun oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi

Sulawesi Barat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Kinerja Anggaran Belanja pada Komisi Pemilihan Umum

Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2018-2020.” Hasil penelitian diharapkan dapat

menjadi masukan dalam pelaksanaan Kinerja Anggaran Belanja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

a. Bagaimanakah Realisasi Anggaran Belanja pada Komisi Pemilihan

Umum Provinsi Sulawesi Barat tahun 2018-2020?

b. Bagaimanakah Kinerja Anggaran Belanja pada Komisi Pemilihan

Umum Provinsi Sulawesi Barat tahun 2018-2020?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah Untuk Mengetahui Perealisasian Anggaran

belanja pada Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Barat dan Untuk

Mengetahui Kinerja Anggaran Belanja pada Komisi Pemilihan Umum Provinsi

Sulawesi Barat.
7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian ini secara teoritis berguna bagi dua pihak:

a. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan mengenai

Kinerja Anggaran pada Komisi Pemilihan Umum.

b. Bagi Penulis

Sebagai bahan pembelajaran dalam bidang akuntansi dan sebagai syarat

menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada Komisi

Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Barat dalam pelaksanaan Kinerja Anggaran.


8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akuntansi

2.1.1 Konsep Akuntansi

Definisi akuntansi menurut Financial Accounting Standards Board

(FASB) (2017) merupakan kegiatan jasa yang berfungsi menyediakan suatu

informasi kuantitatif yang kemudian digunakan untuk pengambilan keputusan

ekonomi.

Menurut Paul Gradi (2017) akuntansi yaitu sebagai fungsi organisasi


secara sistematis, dapat dipercaya dan original dalam mencatat, mengklasifikasi,
memproses, membuat ikhtisar, menganalisa, menginterprestasi seluruh transaksi
dan kejadian serta karakter keuangan yang terjadi dalam operasional perusahaan
sebagai pertanggung jawaban atas kinerjanya.

Sumarsan (2017:1) mengemukakan bahwa akuntansi adalah suatu seni


untuk mengumpulkan, mengidentifikasi, mengklasifikasikan, mencatat transaksi,
serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan, sehingga dapat menghasilkan
informasi keuangan atau suatu laporan keuangan yang dapat digunakan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Suwardjono (2014:5) bahwa:

“akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkassan


transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan
dalam bentuk satuan uang dan penginterpretasian hasil proses tersebut. Seni dalam
definisi tersebut untuk menunjukkan bahwa akuntansi bukan merupakan ilmu
pengetahuan eksakta atau sains karena dalam proses penalaran dan perancangan,
akuntansi banyak terlibat unsur pertimbangan (judgment)”.

Berdasarkan uraian diatas akuntansi mengandung pengertian:

a) Akuntansi merupakan suatu system yang mengolah data keuangan dan

menghasilkan informasi akuntansi yang digunakan untuk mengevaluasi

kegiatan organisasi.
b) Akuntansi merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan,

pelaporan dan penganalisaan data suatu organisasi.


9

2.1.2 Akuntansi Pemerintahan

Dalam pelaksanaan akuntansi pemerintah, diperlukan sebuah hukum yang

dijadikan sebagai dasar pelaksanaan. Dasar hukum yang digunakan merupakan

tolak ukur legalitas formal suatu aktivitas yang berkaitan dengan akuntansi suatu

lembaga, perusahaan maupun dengan para akuntan. Dasar hukum akuntansi

pemerintah adalah sebagai berikut :

a) Pasal 23 UUD 1945 tentang keuangan

b) Peraturan tentang cara pengurusan dan pertanggungjawaban keuangan

negara yang ditetapkan dengan Indische Comptabiliteitswet atau ICW

yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Undang-Undang

Perbendaharaan Indonesia.

Berikut ini pengertian Akuntansi Pemerintahan menurut para ahli.

Pramudiana (2017:12) mendefinisikan bahwa Akuntansi pemerintahan


sebagai suatu proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian,
pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan, serta
penginterprestasian atas hasil dari proses yang dilakukan pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Sujarweni (2015:18) menjelaskan bahwa Akuntansi pemerintahan adalah

akuntansi yang bersangkutan dengan bidang keuangan negara, dari anggaran

sampai dengan pelaksanaan dan pelaporannya, termasuk segala pengaruh yang

ditimbulkannya.

Dalam akuntansi pemerintahan, data akuntansi digunakan untuk

memberikan informasi mengenai transaksi ekonomi dan keuangan yang

menyangkut organisasi pemerintahan dan organisasi-organisasi lain yang tidak


10

bertujuan mencari laba. Fungsi akuntansi pemerintahan biasanya lebih ditekankan

pada pencatatan pelaksanaan anggaran negara serta pelaporan realisasinya. Karena

fungsinya demikian, akuntansi pemerintahan kadang-kadang disebut juga sebagai

akuntansi anggaran.

2.2 Belanja

2.2.1 Konsep Belanja

Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening Kas Umum

Negara/Daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun

anggaran bersangkutan yang tidak akan di peroleh pembayaran kembali oleh

pemerintah. SAP 2010 (2011: 331) menyatakan belanja diakui pada saat

terjadinya pengeluaran dari rekening Kas Umum Negara/Daerah.

Menurut Mahmudi (2016:153), “Belanja adalah kewajiban pemerintah

daerah yang mengurangi kekayaan bersih yang terjadi akibat transaksi masa lalu”.

Faud (2016: 29) berpendapat bahwa:

“Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas umum
daerah negara/daerah. Belanja (basis kas) adalah suatu pengeluran oleh bendahara
umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan 19 diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah. Belanja (basis akrual) adalah kewajiban pemerintah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih”.

2.2.2 Klasifikasi Belanja

Menurut Prof. Dr. Abdul Halim, MBA, Ak, belanja diklasifikasikan

menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi.


11

a) Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang di dasarkan

pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ini

meliputi belanja operasi, belanja modal, belanja tidak terduga, dan

transfer.

b) Klasifikasi organisasi, yaitu klasifikasi berdasarkan unit organisasi

pengguna anggaran.

c) Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada

fungsi-fungsi utama pemda dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat, dibagi menjadi pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan

ketentraman, ekonomi, perlindungan lingkungan hidup, perumahan dan

pemukiman, kesehatan, pariwisata dan budaya, agama, pendidikan, dan

perlindungan sosial.

Menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

a) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Dalam Pasal 15 ayat

(5) dan Pasal 20 ayat (5) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara, disebutkan bahwa APBN yang telah disetujui oleh DPR terinci

sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis

belanja.

b) PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Belanja

diklasifikasikan menurut ekonomi (jenis belanja), organisasi dan fungsi.

Klasifikasi ekonomi untuk Pemerintah Pusat meliputi belanja operasi


12

(belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial),

belanja modal, belanja lain-lain.

Menurut jenis belanja Pasal 11 ayat (4) UU No. 17 Tahun 2003 menyebutkan

bahwa belanja negara dalam APBN digunakan untuk keperluan penyelenggaraan

tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara

pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah :

a) Belanja Pemerintah Pusat

1. Belanja Pegawai

2. Belanja Barang

3. Belanja Modal

4. Pembayaran Bunga Utang

5. Subsidi

6. Hibah

7. Bantuan Sosial

8. Belanja Lain-Lain

b) Transfer ke Daerah

1. Dana Perimbangan (dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana

alokasi khusus)

2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Belanja Pegawai adalah

belanja kompensasi baik dalam bentuk uang maupun barang yang

ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

diberikan kepada Pejabat Negara, PNS dan pegawai yang


13

dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai

imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan

yang berkaitan dengan pembentukan modal. Contoh : gaji,

tunjangan, honorarium, lembur, kontribusi sosial dan lain-lain yang

berhubungan dengan pegawai.

2.2.3 Jenis Belanja pada Komisi Pemilihan Umum

Komisi Pemilihan Umum yang merupkan lembaga non Kemeterian

memiliki jenis belanja sebagai berikut:

a) Belanja pegawai adalah kompensasi dalam bentuk uang maupun barang

yang diberikan kepada pegawai negeri, pejabat negara, dan pensiunan serta

pegawai honorer yang akan diangkat sebagai pegawai lingkup

pemerintahan baik sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan

dalam rangka mendukung tugas dan fungsi unit organisasi pemerintah

b) Belanja barang adalah pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk

memproduksi barang dan jasa serta pengadaan barang yang dimaksudkan

untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan.

Belanja barang ini terdiri dari belanja pengadaan barang dan jasa adalah

pengeluaran yang antara lain dilakukan untuk membiayai keperluan kantor

sehari-hari, pengadaan barang yang habis pakai seperti Alat Tulis Kantor

(ATK), pengadaan/penggantian peralatan kantor, langganan daya dan jasa,

lain-lain pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang bersifat non-fisik

dan secara langsung menunjang tugas pokok fungsi


14

Kementerian/Lembaga, pengadaan kantor yang nilainya tidak memenuhi

syarat nilai kapitalisasi minimum yang diatur Pemerintah Pusat dan

pengeluaran jasa nonfisik (contoh biaya pelatihan dan penelitian).

c) Belanja modal adalah pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka

memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang memberi

manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal

kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang ditetapkan pemerintah.

Suatu belanja dikategorikan sebagai belanja modal apabila :

1. pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan asset tetap atau

asset lainnya yang menambah masa umur, manfaat, dan kapasitas.

2. pengeluaran tersebut melebihi minimum kapitalisasi asset tetap atau

asset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

3. perolehan asset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.

4. pengeluaran tersebut dilakukan sesudah perolehan asset tetap atau

asset lainnya dengan syarat pengeluaran mengakibatkan masa

manfaat, kapasitas, kualitas dan volume asset yang dimiliki bertambah

serta pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimum nilai

kapitalisasi asset tetap/asset lainnya.

Ada 5 (lima) kategori utama belanja modal yaitu :

1. belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk

pengadaan/pembelian/pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa

tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah,


15

pembuatan sertifikat tanah, serta lain-lain yang bersifat administratif

sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah

tersebut siap pakai.

2. belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran yang

diperlukan untuk pengadaaan alat-alat dan mesin-mesin yang

dipergunakan dalam kegiatan pembentukan modal termasuk biaya

untuk penambahan, penggantian dan peningkatan kualitas peralatan

dan mesin, serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih

dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud

dalam kondisi siap pakai.

3. belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran yang

digunakan untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan

pembentukan modal untuk pembangunan gedung dan bangunan yang

menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan

4. Pertambahan masa manfaat adalah bertambahnya umur ekonomis

yang diharapkan dari asset tetap yang sudah ada. Misalnya gedung

direnovasi sehingga menambah umur ekonomis gedung tersebut.

5. Peningkatan kapasitas adalah bertambahnya kapasitas atau

kemampuan asset tetap yang sudah ada misalnya peningkatan

kapasitas generator listrik.

2.3 Akuntansi Anggaran


16

Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (satuan jumlah) periodik yang

disusun berdasarkan program yang telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan

rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara

kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan

uang, tetapi dapat juga dinyatakan dalam sautuan barang/jasa. Anggaran

merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan. Jadi, anggaran bukan tujuan

dan tidak dapat menggantikan manajemen.

Ada beberapa pengertian yang berbeda mengenai anggaran menurut para

ahli :

Pengertian anggaran menurut Halim dan Kusufi (2016:48) adalah sebagai

berikut: “Anggaran adalah dokumen yang berisi estimasi kinerja, baik berupa

penerimaan dan pengeluaran, yang disajikan dalam ukuran moneter yang akan

dicapai pada periode waktu tertentu dan menyertakan data masa lalu sebagai

bentuk pengendalian dan penilaian kinerja”.

Sasongko dan Parulian (2015:2), berpendapat bahwa “Anggaran adalah

rencana kegiatan yang akan dijalankan oleh manajemen dalam satu periode yang

tertuang secara kuantitatif. Informasi yang dapat diperoleh dari anggaran di

antaranya jumlah produk dan harga jualnya untuk tahun depan”.

Sedangkan Munandar (2015:1) mendefinisikan anggaran (budget) sebagai

“Suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan

perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter yang berlaku untuk

jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”.


17

Anggaran adalah pengoprasionalan rencana dalam bentuk pengkuantifikasian,

biasanya dalam unit moniter, untuk kurun waktu tertentu (Halim, dkk, 2017:73)

Anggaran merupakan suatu rencana jangka pendek yang disusun berdasarkan

rencana kegiatan jangka panjang yang telah ditetapkan dalam proses penyusunan

program.

Ada tiga fungsi anggaran (budget) menurut Munandar (2015:10), yaitu

sebagai berikut:

a) Sebagai Pedoman Kerja Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan


memberikan arah serta sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai
oleh kegiatankegiatan perusahaan diwaktu yang akan datang.
b) Sebagai Alat Pengkoordinasi Kerja Anggaran berfungsi sebagai alat untuk
mengkoordinasikan kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat didalam
perusahaan dapat saling menunjang, saling bekerja sama dengan baik, untuk
menuju kesasaran yang lebih ditetapkan. Dengan demikian kelancaran jalannya
perusahaan akan lebih terjamin.
c) Sebagai Alat Pengawasan Kerja Anggaran berfungsi pula sebagai alat ukur
serta sebagai alat perbandingan untuk menilai (mengevaluasi) realisasi kegiatan
perusahaan nanti yaitu dengan membandingkan antara apa yang tertuang
didalam anggaran dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan,
dapatlah dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja atau kah kurang sukses
bekerja.

Anggaran dalam instansi pemerintah merupakan tulang punggung

penyelenggaraan semua aktivitas pemerintah. Anggaran memiliki peran penting

sebagai alat stabilisasi, distribusi, alokasi sumber daya publik, perencanaan dan

pengendalian organisasi serta penilaian kinerja. Oleh karena itu Laporan Realisasi

Anggaran menjadi salah satu laporan pertanggungjawaban keuangan daerah yang

utama.

2.4 Laporan Realisasi Anggaran


18

Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam

memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan

pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan

laporan secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran dapat menyediakan

informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan

penggunaan sumber daya ekonomi:

1. Telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat;

2. Telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD); dan

3. Telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos

sebagai berikut sebagaimana yang disebutkan dalam PSAP N0. 02:

1. Pendapatan

2. Belanja

3. Transfer

4. Surplus atau defisit

5. Penerimaan pembiayaan

6. Pengeluaran pembiayaan

7. Pembiayaan neto; dan

8. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA)

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Unsur yang dicakup dalam laporan

realisasi anggaran terdiri dari Pendapatan, Belanja, Transfer, dan Pembiayaan.

Adapun definisi masing-masing unsur adalah:


19

1. Pendapatan adalah semua penerimaan oleh Bendahara Umum

Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya

yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran

yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah, dan tidak

perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah. Pendapatan terdiri dari

Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer, dan Lain-Lain

Pendapatan yang Sah.

2. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum

Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran

Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan

diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. Belanja

terdiri dari Belanja Operasi, Belanja Modal, dan Belanja Tidak

Terduga.

3. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran oleh suatu entitas

pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil .

4. Pembiayaan adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak

berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali

dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran

bersangkutan maupun tahun anggaran berikutnya, yang dalam

penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup

defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.


20

5. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan

hasil divestasi.

6. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran

kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan

penyertaan modal pemerintah.

2.5 Kinerja

Menurut Fahmi (2018: 142) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang

dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan

dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

Kinerja merupakan hasil kerja atau perbandingan secara kualitas dan

kuantitas baik yang bersifat fisik atau mental, fisik atau non mental, gambaran

kondisi keuangan perusahaan baik menyangkut penghimpunan dan penyaluran

dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan

profitabilitas, dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi dalam

meningkatkan perusahaan.

2.6 Kinerja Anggaran Belanja

Halim (2017:177) berpendapat bahwa “Anggaran kinerja sektor publik

adalah sistem penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan

yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan ouput dan outcome yang

diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapain outcome dari output tersebut”


21

Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat

keberhasilan individu atau kelompok individu mempunyai kriteria keberhasilan

yang telah di tetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-

target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau strategi, kinerja

seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak

ukurnya.

Mahmudi (2010: 156) menyatakan berdasarkan informasi pada Laporan


Realisasi Anggaran, kita dapat membuat analisis anggaran khususnya analisis
belanja antara lain berupa :
1. Analisis Varians Belanja.
Analisis varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisis antara
realisasi belanja dengan anggaran. Berdasarkan Laporan Realisasi
Anggaran yang disajikan, pembaca laporan dapat mengetahui secara
langsung besarnya varians anggaran dengan realisasinya yang bias
dinyatakan dalam bentuk nilai nominalnya atau persentasenya. Selisih
anggaran belanja dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu 1) Selisih disukai
(favourable variance) dan 2) selisih tidak disukai (unfavourable variance).
Dalam hal realisasi belanja lebih kecil dari anggarannya maka disebut
favourable variance, sedangkan jika realisasi belanja lebih besar dari
anggarannya maka dikategorikan unfavourable variance.
2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui pertumbuhan
belanja dari tahun ke tahun positif atau negatif. Pada umumnya belanja
memiliki kecenderungan selalu naik. Alasan kenaikan belanja biasanya
dikaitkan dengan penyesuaian terhadap inflasi, perubahan kurs rupiah,
perubahan jumlah cakupan layanan, dan penyesuaian faktor makro
ekonomi. Pertumbuhan belanja harus diikuti dengan pertumbuhan
pendapat yang seimbang
3. Analisis Keserasian Belanja.
Analisis keserasian belanja bermanfaat untuk mengetahui keseimbangan
antar belanja. Hal ini terkait dengan fungsi anggaran sebagai alat
distribusi, allokasi, dan stabilisasi. Agar fungsi anggaran tersebut berjalan
dengan baik, maka pemerintah daerah perlu membuat harmonisasi belanja.
Analisis keserasian belanja antara lain berupa:
a. Analisis Belanja Operasi terhadap Total Belanja merupakan
perbandingan antara total belanja operasi dengan total belanja
daerah. Rasio ini menginformasikan mengenai porsi belanja daerah
yang dialokasikan untuk belanja opersasi. Belanja operasi
22

merupakan belanja yang manfaatnya habis dikonsumsi dalam satu


tahun anggaran, sehingga belanja operasi sifatnya jangka pendek
dan dalam hal tertentu sifatnya rutin atau berulang.
b. Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja merupakan
perbandingan antara total reallisasi belanja modal dengan total
belanja daerah. Berdasarkan rasio ini, pembaca laporan dapat
mengetahui porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi
dalam bentuk belanja modal pada tahun anggaran bersangkutan.
Berbeda dengan belanja operasi yang besifat jangka pendek dan
rutin, pengeluaran belanja modal yang dilakukan saat ini akan
memberikan manfaat jangka menengah dan panjang.
4. Rasio Efisiensi Belanja.
Rasio efesiensi belanja merupakan perbandingan antara realisasi belanja
dengan anggaran belanja. Rasio efesiensi belanja ini digunakan untuk
mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah.
Angka yang dihasikan dari rasio efisiensi ini tidak bersifat absolut, tetapi
relatif. Artinya tidak ada standar baku yang dianggap baik untuk rasio ini.
Kita hanya dapat mengatakan bahwa tahun ini belanja pemerintah daerah
relatif lebih efisien dibandingkan tahun lalu. Pemerintah daerah dinilai
telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari
100%. Sebaliknya jika melebihi 100% maka mengindikasikan terjadinya
pemborosan anggaran.

2.7 Kerangka pikir

Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu

instansi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu. Anggaran

memiliki peran penting dalam penyelenggaraan semua aktivitas pemerintahan dan

berfungsi sebagai alat stabilisasi, distribusi, alokasi sumber daya publik,

perencanaan dan pengendalian organisasi serta penilaian kinerja. Salah satunya

pada aktivitas belanja instansi. Belanja didefinisikan sebagai semua pengeluaran

oleh bendahara umum negara/daerah yang mengurangi ekuitas dana jangka

pendek dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh pemerintah. Belanja yang merupakan aktivitas rutin

yang dilaksanakan oleh pemerintah rentan akan terjadinya inefisiensi dan


23

kesalahan dalam penggunaannya, serta merupakan komponen yang penting bagi

masyarakat selaku pemberi dana publik (public fund) melalui pajak daerah untuk

mengetahui dan menilai apakah anggaran belanja yang dikelolah pemerintah telah

digunakan dengan semestinya, efisien, efektif dan berorientasi pada kepentingan

publik.

Setelah dibelanjakan dan dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran,

analisis terhadap belanja ini pun mutlak harus dilakukan untuk dijadikan dasar

evaluasi, koreksi dan perbaikan. Maka dilakukan analisis terhadap realisasi

anggaran belanja dengan metode analisis varians belanja, analisis pertumbuhan

belanja, analisis keserasian belanja serta rasio efisiensi belanja. Diilustrasikan

dalam bagan berikut ini.


24

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Komisi Pemilihan
Umum Provinsi
Sulawesi Barat

Anggaran Belanja

Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Realisasi Anggaran Belanja
pada Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Sulawesi Barat tahun 2018-2020?
2. Bagaimanakah Kinerja Anggaran Belanja
pada Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Sulawesi Barat tahun 2018-2020?

Metode Analisis Kinerja Belanja dengan


Mix Method (Kualitatif dan Kuantitatif)

Hasil

Saran/Kesimpulan

Rekomendasi
25

2.8 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan dasar teori maka hipotesis penelitian ini

sebagai berikut:

1. Kinerja Anggaran Belanja pada KPU Provinsi Sulawesi Barat tahun 2018-

2020 dilihat dari varians belanja baik berupa Selisih disukai (favourable

variance) atau selisih tidak disukai (unfavourable variance).

2. Kinerja Anggaran Belanja pada KPU Provinsi Sulawesi Barat tahun 2018-

2020 dilihat dari Analisis Pertumbuhan Belanja positif

3. Kinerja Anggaran Belanja pada KPU Provinsi Sulawesi Barat tahun 2018-

2020 dilihat dari Keserasian Belanja seimbang antar belanja operasi dan

belanja modal.

4. Kinerja Anggaran Belanja pada KPU Provinsi Sulawesi Barat tahun 2018-

2020 dilihat dari Rasio Efisiensi Belanja efisien dari tahun ke tahun.
26
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan adalah pada Komisi Pemilihan Umum

Provinsi Sulawesi Barat Jl. Soekarno Hatta No. 297, Karema, Mamuju, Sulawesi

Barat. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2021 sampai dengan bulan

Agustus 2021.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan

Kinerja Anggaran KPU dilakukan dengan dokumentasi dan observasi.

3.2.1 Dokumenasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang

digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip,

dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang

dapat mendukung penelitian.

Dokumentasi yang digunakan untuk mengumpulkandata kemudiaan

ditelaah dalam penelitian ini yaitu berupa Rencana Kerja Anggaran, Laporan

Realisasi Anggaran, dan data pegawai.

3.2.2 Observasi
Observasi yaitu Teknik yang digunakan dalam meneliti dengan melakukan

pengamatan secara langsung di lapangan pada KPU Provinsi Sulawesi Barat .


27

memperoleh informasi secara luas dan relevan mengenai kinerja anggaran belanja

KPU Provinsi Sulawesi Barat.

3.3 Sumber dan Jenis Data

3.3.1 Sumber Data

Data sekunder ini berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah

tersusun dalam arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan

berupa laporan realisasi anggaran KPU provinsi Sulawesi Barat, serta data yang

diperoleh dari buku-buku, majalah, dan sumber tertulis lainnya, seperti jurnal dan

referensi lainnya.

3.3.2 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif yang

merupakan data atau informasi yang di dapatkan dalam bentuk angka. Data

kuantitatif dapat di proses menggunakan rumus matematika atau dapat juga di

analisis dengan sistem statistik.

3.4 Populasi Responden dan Sampel

3.4.1 Populasi Responden

Responden dalam penelitan ini adalah pegawai KPU Provinsi Sulawesi

Barat dan populasi dalam penelitian ini yaitu pegawai Sub bagian Keuangan, sub

bagian data dan informasi serta sub bagian SDM KPU Provinsi Sulawesi Barat.
28

3.4.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah 1 (satu) orang pegawai pada sub

bagian keuangan sebagai bendahara pengeluaran, 1 (satu) orang pada sub bagian

data dan informasi serta 1 (satu) orang pada sub bagian SDM pada KPU Provinsi

Sulawesi Barat.

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data menurut Sugiyono (2017:232) adalah sebagai berikut:


“Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul. Kegiatan analisis data adalah mengelompokkan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel
dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan.”

Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan

variabel dan jenis data, menyajikan data berdasarkan setiap variabel yang diteliti,

melakukan perhitungan terhadap data yang akan dianalisis serta menyimpulkan

hasil akhir dari data yang telah diperoleh. Metode analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu analisis data kuantitatif dan kualitatif.

Adapun metode analisis dalam penelitian ini menggunakan Alat Analisis

kinerja belanja (Mahmudi 2010: 156).

1. Analisis Varians Belanja (Selisih Belanja)

Analisis Varians Belanja = Realisasi Belanja – Anggaran Belanja

2. Analisis Pertumbuhan Belanja


29

Belanja Thnt – BelanjaThnt −1


Pertumbuhan Belanja Tahunt = x 100 %
Realisasi BelanjaThnt−1

3. Analisis Keserasian Belanja

a) Analisis belanja operasi terhadap total belanja

Total BelanjaOperasi
Rasio belanja operasi terhadap belanja= x 100 %
Total Belanja

b) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja

Total Belanja Modal


Rasio Belanja Modal Terhadap Belanja= x 100 %
Total Belanja

4. Rasio Efisiensi Belanja

Realisasi Belanja
Rasio Efisiensi Belanja = x 100 %
Anggaran Belanja

3.6 Definisi Operasional

1. Komisi Pemilihan Umum

Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai penyelenggara pemilihan

umum yang dilaksanakan oleh suatu komisi pemilihan umum, selanjutnya

disebut Komisi Pemilihan Umum (KPU), yang bersifat nasional, tetap, dan

mandiri. 

2. Belanja

Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening Kas Umum

Negara/Daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun

anggaran bersangkutan yang tidak akan di peroleh pembayaran kembali oleh

pemerintah.
30

3. Anggaran

Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu

organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan

umumnya dinyatakan dalam satuan uang, tetapi dapat juga dinyatakan dalam

sautuan barang/jasa.

4. Kinerja Anggaran

Mahsun (2009: 25) Kinerja (performa) adalah gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan

sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategi planning

suatu organisasi.

5. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam

memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai

kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara

menyajikan laporan secara komparatif.

No Kegiatan Juni 2021 Juli 2021 Agustus 2021


31

. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyampaian kepada
1
dosen pembimbing

2 Persiapan

Usulan penelitian dan


3
konsultasi
Seminar usulan
4
penelitian
Pengumpulan/
5
melengkapi data
Penulisan BAB II Dan
6
konsultasi
Penulisan BAB III Dan
7
Konsultasi
Ujian proposal
8
penelitian
Penulisan BAB IV Dan
9
BAB V

10 Penelitian

11 Ujian hasil

3.7 Jadwal Penelitian


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Instansi


4.1.1 Sejarah Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Barat

Sebagai lembaga Pemerintah yang mandiri, KPU memiliki tugas dan fungsi

sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun 2011tentang

Penyelenggara Pemilu. Peraturan ini merupakan peraturan pengganti dari

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 yang sejatinya mengalami

penyempurnaan dalam konsep birokratis, terutama pada konsep kemandirian

penyelenggara pemilu. Penyempurnaan aturan tersebut hendak mempertegas

bahwa Komisi Pemilihan Umum merupakan lembaga negara yang sangat penting

secara konstitusional (constitutional importance) dan memiliki kelembagaan yang

bersifat nasional, tetap dan mandiri dalam menyelenggarakan pemilihan umum

yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Sebelum memisahkan diri dari Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat

merupakan Daerah Pemilihan VII Sulawesi Selatan. Uniknya, proses Pemilu 2004

dilaksanakan oleh KPU Provinsi Sulawesi Selatan, namun pengisian Anggota

DPRD Hasil Pemilu 2004 dilaksanakan oleh KPU Provinsi Sulawesi Barat.

Keputusan KPU Nomor 07/SK//KPU/TAHUN 2005 merupakan legal standing

berdirinya KPU Provinsi Sulawesi Barat. Telah melaksanakan dua kali Pilkada,

dua kali Pileg dan dua kali Pilpres sejak berdirinya pada tanggal 1 Februari 2005.
33

Berikut Daerah Pemilihan dan Jumlah Kursi di Sulawesi Barat berdasarkan

Keputusan KPU No : 271/SK/KPU/I/Tahun 2005 tentang Penetapan daerah

Pemilihan dan Jumlah Kursi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

yang dibentuk setelah pemilihan umum tahun 2004 di wilayah Provinsi Sulawesi

Barat:

1. Wilayah Provinsi Sulawesi Barat dibagi atas 5 (lima) Daerah Pemilihan,

yaitu:

a. Daerah Pemilihan Sulawesi Barat I meliputi Kabupaten Mamasa;

b. Daerah Pemilihan Sulawesi Barat II meliputi Kabupaten Polewali

Mandar;

c. Daerah Pemilihan Sulawesi Barat III meliputi Kabupaten Majene;

d. Daerah Pemilihan Sulawesi Barat IV meliputi Kabupaten Mamuju;

e. Daerah Pemilihan Sulawesi Barat V meliputi Kabupaten Mamuju Utara;

2. Jumlah kursi Anggota DPRD Provinsi yang telah dibentuk setelah Pemilu

2004 adalah 35 (tiga puluh lima) kursi, yang terdiri atas:

a. Daerah Pemilihan Sulawesi Barat I meliputi Kabupaten Mamasa

berjumlah 5 kursi;

b. Daerah Pemilihan Sulawesi Barat II meliputi Kabupaten Polewali

Mandar berjumlah 12 kursi;

c. Daerah Pemilihan Sulawesi Barat III meliputi Kabupaten Majene

berjumlah 5 kursi;
34

d. Daerah Pemilihan Sulawesi Barat IV meliputi Kabupaten Mamuju

berjumlah 10 kursi;

e. Daerah Pemilihan Sulawesi Barat V meliputi Kabupaten Mamuju Utara

berjumlah 3 kursi.

4.1.2 Visi dan Misi

1. Visi

Menjadi Penyelenggara Pemilihan Umum Serentak yang Mandiri,

Profesional, dan Berintegritas

2. Misi

a. Meningkatkan kompetensi penyelenggara Pemilu Serentak dengan

berpedoman kepada perundang-undangan dan kode etik penyelenggara

pemilu ;

b. Menyusun peraturan di bidang Pemilu Serentak yang memberkan

kepastian hukum, progresif, dan partisipasif;

c. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilu Serentak yang efektif dan

efisien, transparan, akuntabel, seta aksesible;

d. Mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dalam

menyelenggarakan pemilu serentak

4.1.3 Susunan Organisasi dan Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum Provinsi

didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2018. Struktur Organisasi
35

Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang

bersifat nasional, tetap, dan mandiri. KPU RI, KPU Provinsi, dan KPU

Kabupaten/Kota bersifat hierarkis. Keanggotaan KPU terdiri dari seorang Ketua

merangkap anggota dan anggota, yang disebut Komisioner. Jumlah anggota KPU

RI sebanyak 7 (tujuh) orang, anggota KPU Provinsi sebanyak 5 (lima) orang, dan

anggota KPU Kabupaten/Kota sebanyak 5 (lima) orang. Dalam menjalankan

tugasnya, KPU dibantu oleh Sekretariat Jenderal, KPU Provinsi dan KPU

Kabupaten/Kota masing-masing dibantu oleh Sekretariat, yang diisi dari unsur

Aparatur Sipil Negara (ASN). Sekretariat Jenderal KPU dipimpin oleh Sekretaris

Jenderal KPU (eselon Ia), Sekretariat KPU Provinsi dipimpin oleh Sekretaris KPU

Provinsi (eselon IIa), dan Sekretaris KPU Kabupaten/Kota dipimpin oleh

Sekretaris KPU Kabupaten/Kota (eselon IIIa).

Adapun struktur organisasi Sekretariat KPU Provinsi terdiri atas 1 (satu)

Sekretaris, dan 3 (tiga) Bagian yaitu Program, Data, Organisasi dan SDM, bagian

Keuangan, Umum dan Logistik; dan bagian Hukum, Teknis dan Hupmas, dan 6

(enam) Subbagian, yakni Subbagian SDM, Subbagian Program dan Data,

Subbagian Umum dan Logistik, Subbagian Keuangan, Subbagian Hukum, dan

Subbagian Teknis dan Hupmas.


36

Gambar 4.1 Struktur Komisioner KPU Provinsi

Ketua KPU Provinsi


Divisi Keuangan, Umum,
Logistik dan Rumah Tangga

Anggota KPU Provinsi Anggota KPU Provinsi Anggota KPU Provinsi


Anggota KPU Provinsi
Divisi Teknis Divisi Sosialisasi, Divisi Perencanaan, Divisi Hukum dan
Penyelenggara Pendidikan Pemilih, Data dan Informasi Pengawasan
Partisipasi Masyarakat
dan SDM
Sumber: Renstra KPU Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2020-2024

Gambar 4.2 Struktur Sekretariat KPU


37

Sumber: Renstra KPU Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2020-2024

4.1.4 Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat KPU Provinsi Sulawesi Barat

Sekretariat KPU Provinsi mempunyai tugas:

1. membantu penyusunan program dan anggaran Pemilu;

2. memberikan dukungan teknis administratif;

3. membantu pelaksanaan tugas KPU Provinsi dalam menyelenggarakan

Pemilu;

4. membantu pendistribusian perlengkapan penyelenggaraan Pemilu

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden;

5. membantu perumusan dan penyusunan rancangan keputusan KPU

Provinsi;

6. memfasilitasi penyelesaian masalah dan sengketa Pemilu Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah Provinsi;

7. membantu penyusunan laporan penyelenggaraan kegiatan dan

pertanggungjawaban KPU Provinsi; dan

8. membantu pelaksanaan tugas-tugas lainnya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Sekretariat KPU Provinsi menyelenggarakan fungsi :

1. membantu penyusunan program dan anggaran Pemilu di Provinsi;


38

2. memberikan pelayanan teknis pelaksanaan Pemilu di Provinsi;

3. memberikan pelayanan administrasi yang meliputi ketatausahaan,

kepegawaian, anggaran, dan perlengkapan Pemilu di Provinsi;

4. membantu perumusan dan penyusunan rancangan keputusan KPU

Provinsi;

5. membantu perumusan, penyusunan dan memberikan bantuan hukum

serta memfasilitasi penyelesaian sengketa Pemilu di Provinsi;

6. membantu pelayanan pemberian informasi Pemilu, partisipasi dan

hubungan masyarakat dalam penyelenggaraan Pemilu di Provinsi;

7. membantu pengelolaan data dan informasi Pemilu di Provinsi

8. membantu pengelolaan logistik dan distribusi barang/jasa keperluan

Pemilu di Provinsi;

9. membantu penyusunan kerjasama antar lembaga di Provinsi;

10. membantu penyusunan laporan penyelenggaraan Pemilu dan

pertanggungjawaban KPU Provinsi.

4.2 Hasil Penelitian

Adapun metode analisis dalam penelitian ini menggunakan Alat Analisis

kinerja belanja (Mahmudi 2010: 156).

1. Analisis Varians Belanja (Selisih Belanja)


39

Analis varians merupakan analisis Analisis varians merupakan analisis

perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran (Mahmudi

2010: 157).

Analisis Varians Belanja = Realisasi Belanja – Anggaran Belanja

Tabel 4.1 Analisis Varians Belanja KPU Provinsi Sulawesi Barat

Tahun Realisasi Belanja Anggaran Belanja Varians Belanja %

2018 Rp 15.709.914.146 Rp 17.604.568.000 Rp 1.894.653.854 89,24%

2019 Rp 22.214.900.051 Rp 24.776.540.000 Rp 2.561.639.949 89,66%

2020 Rp6.652.780.006 Rp6.906.048.000 Rp 253.267.994 96,33%

Sumber : Data Diolah, 2021

Berdasarkan perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja yang tampak

pada tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat selisih antara realisasi dan

anggaran yang ada. Dapat dilihat bahwa pada tahun 2018, 2019 dan 2020 jumlah

realisasi belanja lebih kecil daripada anggaran belanja yang sudah ditetapkan.

Pada tahun 2018 nilai varians sebesar Rp 1.894.653.854 atau 89,24% dari total

pagu APBN, tahun 2019 nilai varians sebesar Rp 2.561.639.949 atau 89,66% dari

total pagu APBN, dan tahun 2020 nilai varians sebesar Rp 253.267.994 atau

96,33% dari total pagu APBN.

Secara umum terjadinya selisih antara realisasi dan anggaran karena

kurang tepatnya saat melakukan perencanaan anggaran untuk satu periode atau

karena tidak terlaksananya suatu program atau kegiatan yang telah direncanakan

dalam anggaran maka penghematan dari sisa anggaran tersebut dilakukan


40

penggeseran pada pos-pos belanja yang masih kurang. Anggaran belanja

merupakan batas tertinggi dalam pengeluaran yang boleh dilakukan. Kinerja

instansi pemerintah dinilai baik apabila mampu melakukan efisiensi belanja

dengan tidak melebihi batas anggaran yang telah ditetapkan, namun sebaliknya

jika belanja yang dilaksanakan melebihi anggaran maka dapat mengindifikasikan

terjadinya inefiensi belanja sehingga kinerja instansi pemerintah kurang baik.

2. Analisis Pertumbuhan Belanja

Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui

perkembangan belanja dari tahun ke tahun.

Belanja Thnt – BelanjaThnt −1


Pertumbuhan Belanja Tahunt = x 100 %
Realisasi BelanjaThnt −1

Tabel 4.2 Pertumbuhan Belanja KPU


Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019
Pertumbuhan
Realisasi Belanja Realisasi Tahun
Uraian kenaikan/ %
Tahun 2019 2018
penurunan
Belanja Operasi:

 Belanja Pegawai Rp 3.925.157.815 Rp 3.916.403.322 Rp 8.754.493 0,22%

 Belanja Barang Rp 17.769.062.691 Rp 11.303.222.924 Rp 2.439.791.303 57,20%

Belanja Modal Rp 520.679.545 Rp 490.287.900 Rp 73.954.000 6,20%

Sumber : Data Diolah, 2021

Berdasarkan table pertumbuhan belanja 4.2 dapat dilihat bahwa pada tahun

2019 terjadi kenaikan perealisasian anggaran belanja pada belanja pegawai


41

sebesar Rp 8.754.493 atau 0,22%, belanja barang sebesar Rp 2.439.791.303 atau

57,20% dan belanja modal sebesar Rp 73.954.000 atau 6,20%.

Tabel 4.3 Pertumbuhan Belanja KPU


Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2020
Pertumbuhan
Realisasi Belanja Realisasi Tahun
Uraian kenaikan/ %
Tahun 2020 2019
penurunan
Belanja Operasi:

 Belanja Pegawai
Rp 4.139.034.703 Rp 3.925.157.815 Rp 213.876.888 5,45%

 Belanja Barang
Rp 2.439.791.303 Rp 17.769.062.691 -Rp 15.329.271.388 -86,27%

Belanja Modal Rp 73.954.000 Rp 520.679.545 -Rp 446.725.545


-85,80%

Sumber : Data Diolah, 2021

Berdasarkan tabel pertumbuhan belanja 4.3 dapat dilihat bahwa pada tahun

2020 terjadi kenaikan perealisasian anggaran belanja pada belanja pegawai

sebesar Rp 213.876.888 atau 5,45%, namun mengalami penurunan pada belanja

barang sebesar -Rp 15.329.271.388 atau -86,27% dan belanja modal sebesar -Rp

446.725.545 atau -85,80%.

Penyebab terjadinya kenaikan belanja biasanya dikaitkan dengan

penyesuaian terhadap inflasi, perubahan kurs rupiah, perubahan jumlah cakupan

layanan, dan penyesuaian faktor makro ekonomi. Pertumbuhan anggaran belanja

tertentu bisa saja negatif atau lebih kecil dari tahun sebelumnya jika memang
42

belanja tersebut tidak prioritas untuk tahun sekarang. Pertumbuhan belanja harus

diikuti dengan pertumbuhan pendapatan yang seimbang.

3. Analisis Keserasian Belanja

Analisis keserasian belanja bermanfaat untuk mengetahui keseimbangan

antara belanja. Hal ini terkait dengan fungsi anggaran sebagai alat distribusi,

alokasi,

dan stabilisasi (Mahmudi 2010: 162).

a. Analisis belanja operasi terhadap total belanja

Analisis belanja operasi terhadap total belanja merupakan perbandingan

antara total realisasi belanja operasi dengan total belanja. Rasio ini

memberikan informasi mngenai porsi belanja daerah yang dialokasikan

untuk belanja operasi pada tahun anggaran bersangkutan (Mahmudi 2010:

164).

Total BelanjaOperasi
Rasio belanja operasi terhadap belanja= x 100 %
Total Belanja

Tabel 4.4 Analisis Belanja Operasi Terhadap


Total Belanja Tahun 2018-2020
Rasio Belanja
Tahun Total Belanja Operasi Total Belanja
Operasi

2018
Rp 15.219.626.246 Rp 15.709.914.146 96,88%

2019
Rp 21.694.220.506 Rp 22.214.900.051 97,66%
43

2020
Rp 6.578.826.006 Rp 6.652.780.006 98,89%

Sumber : Data Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat hasil analisis belanja operasi

tahun 2018-2020, secara umum dapat dikatakan Sebagian besar APBN

dialokasikan untuk belanja operasi. Hal ini ditunjukkan dengan angka rata-rata

sebesar 97,81% untuk rasio belanja operasi terhadap total belanja. Rasio belanja

operasi terhadap total belanja tertinggi terjadi pada tahun 2020 yaitu 98,89%,

sedangkan rasio belanja operasi terhadap total belanja terendah terjadi pada tahun

2018 yaitu 96,88%.

b. Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja

Analisis belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan

antara total realisasi belanja modal dengan total belanja. Rasio ini

memberikan informasi mengenai porsi belanja daerah yang dialokasikan

untuk belanja modal pada tahun anggaran bersangkutan (Mahmudi 2010:

164).

Total Belanja Modal


Rasio Belanja Modal Terhadap Belanja= x 100 %
Total Belanja

Tabel 4.5 Analisis Belanja Modal Terhadap


Total Belanja Tahun 2018-2020
Rasio Belanja
Tahun Total Belanja Modal Total Belanja
Modal

2018
Rp 490.287.900 Rp 15.709.914.146 3,12%

2019
Rp 520.679.545 Rp 22.214.900.051 2,34%
44

2020
Rp 73.954.000 Rp 6.652.780.006 1,11%

Sumber : Data Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat hasil analisis belanja modal tahun

2018-2020, secara umum dapat dikatakan sebagian kecil APBN dialokasikan

untuk belanja modal. Hal ini ditunjukkan dengan angka rata-rata sebesar 2,19%

untuk rasio belanja modal terhadap total belanja. Rasio belanja modal terhadap

total belanja tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu 3,12%, sedangkan rasio

belanja modal terhadap total belanja terendah terjadi pada tahun 2018 yaitu

1,11%.

4. Rasio Efisiensi Belanja

Pemerintah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya

kurang dari 100%. Sebaliknya, jika melebihi 100% maka mengindikasikan

terjadinya pemborosan anggaran.

Realisasi Belanja
Rasio Efisiensi Belanja = x 100 %
Anggaran Belanja

Tabel 4.6 Analisis Efisiensi Belanja

Kriteria
Tahun Realisasi Belanja Anggaran Belanja Rasio Efisiensi
Kemampuan

2018
Rp 15.709.914.146 Rp 17.604.568.000 89,24% Efisiensi

2019
Rp 22.214.900.051 Rp 24.776.540.000 89,66% Efisiensi

2020
Rp 6.652.780.006 Rp 6.906.048.000 96,33% Efisiensi

Sumber: Data Diolah, 2021


45

Berdasarkan tabel 4.6 analisis efisiensi belanja menunjukkan bahwa KPU

Provinsi Sulawesi Barat telah melakukan efisiensi belanja untuk tahun 2018-2020.

Hal ini ditunjukkan dari realisasi belanja yang tidak melebihi anggaran belanja.

Sesuai dengan pendapat Mahmudi (2010:166) Pemerintah dinilai telah melakukan

efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%. Dapat dilihat pada

tahun 2018 rasio efisiensi belanja sebesar 89,24% sebagai rasio efisensi terendah,

tahun 2019 sebesar 89,66% dan tahun 2020 sebesar 96,33% sebagai rasio efisensi

tertinggi.
46
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan melalui

pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan alat analisis

kinerja belanja maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada tahun 2018, 2019 dan 2020 terdapat selisih antara realisasi belanja

dengan anggaran belanja yang sudah ditetapkan. Pada tahun 2018 nilai

varians sebesar Rp 1.894.653.854 atau 89,24% dari total pagu APBN, tahun

2019 nilai varians sebesar Rp 2.561.639.949 atau 89,66% dari total pagu

APBN, dan tahun 2020 nilai varians sebesar Rp 253.267.994 atau 96,33%

dari total pagu APBN. Pada perhitungan pertumbuhan belanja dapat dilihat

bahwa pada tahun 2019 terjadi kenaikan perealisasian anggaran belanja

pada belanja pegawai sebesar Rp 8.754.493 atau 0,22%, belanja barang

sebesar Rp 2.439.791.303 atau 57,20% dan belanja modal sebesar Rp

73.954.000 atau 6,20%. Kemudian pada tahun 2020 terjadi kenaikan

perealisasian anggaran belanja pada belanja pegawai sebesar Rp

213.876.888 atau 5,45%, namun mengalami penurunan pada belanja barang

sebesar -Rp 15.329.271.388 atau -86,27% dan belanja modal sebesar -Rp

446.725.545 atau -85,80%. Berdasarkan hasil analisis belanja operasi,


secara umum dapat dikatakan Sebagian besar APBN dialokasikan untuk

belanja operasi.
47

Hal ini ditunjukkan dengan angka rata-rata sebesar 97,81% untuk rasio

belanja operasi terhadap total belanja. Rasio belanja operasi terhadap total

belanja tertinggi terjadi pada tahun 2020 yaitu 98,89%, sedangkan rasio

belanja operasi terhadap total belanja terendah terjadi pada tahun 2018 yaitu

96,88%. Jika dilihat dari hasil analisis belanja modal, secara umum dapat

dikatakan sebagian kecil APBN dialokasikan untuk belanja modal,

ditunjukkan dengan angka rata-rata sebesar 2,19% untuk rasio belanja

modal terhadap total belanja. Rasio belanja modal terhadap total belanja

tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu 3,12%, sedangkan rasio belanja

modal terhadap total belanja terendah terjadi pada tahun 2018 yaitu 1,11%.

Berdasarkan hasil analisis efisiensi belanja menunjukkan bahwa KPU

Provinsi Sulawesi Barat telah melakukan efisiensi belanja untuk tahun

2018-2020. Hal ini ditunjukkan dari realisasi belanja yang tidak melebihi

anggaran belanja yaitu pada tahun 2018 rasio efisiensi belanja sebesar

89,24% sebagai rasio efisensi terendah, tahun 2019 sebesar 89,66% dan

tahun 2020 sebesar 96,33% sebagai rasio efisensi tertinggi.

2. Sesuai dengan perhitungan hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja

anggaran belanja KPU Provinsi Sulawesi Barat tahun 2018-2020 telah

dilaksanakan dengan baik, pertumbuhan belanja positif atau meningkat,

seimbang serta efisien.


48

5.2 Saran

1. Bagi KPU Provinsi Sulawesi Barat

Penggunaan anggaran belanja pada KPU Provinsi Sulawesi Barat telah

dilaksanakan dengan baik, dan efisien namun dalam hal keselarasan belanja

KPU Provinsi Sulawesi Barat perlu lebih meningkatkan belanja modal.

Karena dengan melakukan belanja modal terhadap asset-aset yang memiliki

masa manfaat jangka panjang akan berguna pada masa yang akan datang dan

dapat menunjang kinerja KPU

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk menjadikan penelitian ini menjadi acuan agar dapat meneliti kinerja

anggaran belanja secara lebih rinci sehingga kekurangan dalam penelitian ini

mendapat perbaikan kearah yang lebih baik.


49

Daftar Pustaka

Halim, Abdul, dan Muhammad Syam Kusufi. 2016, Teori, Konsep dan Aplikasi
Akuntansi Sektor Publik Dari Anggaran Hingga Laporan Keuangan Dari
Pemerintah hingga Tempat ibadah. Jakarta : Salemba Empat, Hal 227.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah.


Jakarta : Salemba Empat.

Halim, Abdul. 2017. Analisis Investasi Edisi Kedua. Salemba Empat.: Jakarta.
B. Lumapow, Grandy. 2015. Analisis Kinerja Anggaran Belanja Pada Komisi
Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2010-2014. Politeknik
Negeri Manado.

Draise, Nurlan. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah (Akuntansi Sektor Publik). PT


Indeks. Jakarta.

Fahmi, Irham. 2017. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta.


Faud, Ramli Muhammad. 2016. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Ghalia Indonesia. Bogor.
Financial Accounting Standards Board (FASB) dalam Statement of Financial
Concept (SFAC) No. 1
Friska Palilingan, Anastasia dkk. (2015). Analisis Kinerja Belanja Dalam Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) Pada Dinas Pendapatan Kota Manado.
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Grady, Paul. 2017. Teori Akuntansi. Jakarta : Erlangga.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat:


Jakarta.
Kementerian Keuangan. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 123/KMK.01/2012. Program Reformasi Penganggaran Dan
Perbendaharaan Negara.

Kementerian Keuangan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun


2004 Pasal 51 ayat (2). Perbendaharaan Negara.
Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Unit Penerbit
dan Percetakan STIM YKPN. Yogyakarta.
Mahmudi. 2016. Analisis Laporan keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
50

Munandar., (2015), Budgeting Perencanaan Kerja Pengkoordinasian Kerja dan


Pengawasan Kerja, BPFE, Yogyakarta.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225/PMK.05/2019 tentang Kebijakan


Akuntansi Pemerintah Pusat
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. 2005. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. 2010. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Pramudiana, Agatha Arne. 2017. Evaluasi Penyajian Laporan Keuangan


Organisasi Sektor Publik. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Sasongko dan Parulian., 2015., Anggaran. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:


Alfabeta.

Sujarweni, V Wiratna. 2015. Akuntansi Sektor Publik. Pustaka Baru Press,


Yogyakarta.
Sumarsan, Thomas. 2017. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Indeks.

Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi (Perekayasaan Pelaporan Keuangan) Edisi


Ketiga. Yogyakarta: BPFE.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 9 tentang Keuangan

Youlli Karinda, Chrisman dkk. (2012). Analisis Kinerja Anggaran Belanja pada
Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi
Utara. Sulawesi Utara

Anda mungkin juga menyukai