a) Definisi Kepemimpinan
• Kepemimpinan berasal dari kata “Pemimpin” yang artinya orang yang
memimpin.
• Suradinata (1997:11) berpendapat bahwa pengertian pemimpin adalah orang
yang memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun
keluarga.
• Kata “Pemimpin”, dibangun dari kata dasar “Pimpin” yang berarti dibimbing;
dituntun.
• Kepemimpinan adalah segala hal yang bersinggungan dengan “pemimpin” atau
dengan kata lain tidak lepas dari “perihal pemimpin”
b) Tipe-tipe Kepemimpinan
• Kharismatik
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan
pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia
mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang
bisa dipercaya.
• Demokratis
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau
mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para
spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas
setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
• Birokratis
Perilaku memimpin yang ditandai dengan adanya keketatan pelaksanaan suatu
prosedur yang telah berlaku untuk pemimpin dan anak buahnya. Pemimpin yang
birokratis, secara umum akan membuat segala keputusan itu berdasarkan dari
aturan yang telah berlaku dan tidak ada lagi fleksibilitas.
• Otoriter
Gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil
dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab
dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan
hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
• Paternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang
kebapakan. Mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum
dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, sehingga mereka bersikap
terlalu melindungi. Mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk mengambil keputusan sendiri dan hampir tidak pernah memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif. Mereka memberikan atau
hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk
mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri. Tipe
kepemimpinan paternalistik selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
• Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak
berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan
tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya
berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai
wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan
koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif.
Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan,
suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang
dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
• Dll. ( peserta boleh menambahkan tipe kepemimpinan lainnya yang dipahami)
c) Definisi Kepemimpinan Kristen
Kepemimpinan Kristen ialah kepemimpinan yang dimotivasi oleh kasih dan
disediakan khusus untuk melayani. Itu merupakan kepemimpinan yang telah
diserahkan kepada kekuasaan Kristus dan teladan-Nya ( Yakob Tomatala, 2002: 12 –
15).
d) Karakteristik Kepemimpinan Kristen
• Para pemimpin Kristen yang terbaik memerlihatkan sifat-sifat yang penuh
dengan:
Dedikasi tanpa pamrih dimungkinkan karena orang Kristen tahu bahwa Allah
memunyai strategi besar di mana ia menjadi bagiannya.
Keberanian diperbesar oleh kekuatan yang datang dari Roh yang berdiam di
dalam hati kita.
Ketegasan datang karena mengetahui bahwa tanggung jawab akhir tidak
terletak pada dirinya.
Kepandaian persuasif didasarkan pada kesetiaan kepada satu alasan yang
melampaui segala alasan lainnya.
Kerendahan hati berasal dari kesadaran bahwa Allahlah yang melakukan
pekerjaan tersebut.
Controlling
Controlling atau pengawasan atau juga pengendalian adalah kegiatan
menajemen meliputi pemerikasaan apakah semua berjalan sesuai dengan
rencana yang dibuat, instruksi-instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-
prinsip yang telah ditetapkan. Ini di maksudkan untuk menemukan adanya
kelemahan dan kesalahan kemudian membenarkannya dan mencegah
perulangan.
Controlling sendiri berfungsi untuk mengawasi dan mengendalikan
aktivitas-aktivitas kegiatan agar sesuai dengan apa yang telah di rencanakan,
sesuai dengan instruksi yang di keluarkan dan sesuai dengan prinsip-prinsip
yang telah di tetapkan.
Tujuan controlling adalah untuk mengetahui hambatan atau kendala apa saja
yang di hadapi dalam organisasi dan seberapa jauh program tersebut
terlaksana dan yang belum di laksanakan.
Evaluating
Evaluasi adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam
membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang
telah ditetapkan kemudian dibuat suatu kesimpulan dan penyusunan saran
pada setiap tahap dari pelaksanaan program (Azwar, 1996).
Fungsi evaluasi adalah meningkatkan mutu program, memberikan
justifikasi atau penggunaan sumber-sumber yang ada dalam kegiatan,
memberikan kepuasan dalam pekerjaan dan menelaah setiap hasil yang telah
direncanakan.
Suprihanto (1988), mengatakan bahwa tujuan evaluasi antara lain:
a) sebagai alat untuk memperbaiki dan perencanaan program yang akan
datang,
b) untuk memperbaiki alokasi sumber dana, daya dan manajemen saat ini
serta dimasa yang akan datang,
c) memperbaiki pelaksanaan dan dan faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan program perencanaan kembali suatu program melalui
kegiatan mengecek kembali relevansi dari program dalam hal
perubahan kecil yang terus-menerus dan mengukur kemajuan target
yang direncanakan.