Anda di halaman 1dari 8

ORGANISASI DAN KADERISASI

A. ORGANISASI

Organisasi adalah sebuah bentuk perkumpulan atau perserikatan manusia yang


berakal sehat terstruktur, tersistem, terkoordinir dan secara formal terikat
diantara satu dan lainnya dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah
disepakati bersama.

Berbicara terkait organisasi tidak lepas dari tiga komponen yang mesti harus kita
ketahui, yaitu,Leadershif atau Kepemimpinan, Manajemen, dan Kaderisasi, baik
buruknya sebuah organisasi bergantung pada tiga hal pokok tersebut. Organisasi
tanpa Leadershif atau Kepemimpinan akan lumpuh dan tak akan “berbuah”,
Organisasi tanpa Manajemen bisa amburadul dan kalang kabut, dan Organisasi
tanpa kaderisasi akan “patah” di tengah jalan dan pada akhirnya akan punah.
Oleh karenya di dalam Organisasi sangat dibutuhkan seorang Leader atau
Pemimpin yang cakap, cermat dan bertanggung jawab, kecermatan dan
kecakapan tersebut tentunya harus ditunjang dengan instrument manajemen
yang baik, sehingga dapat mengorbitkan dan melahirkan sumber daya kader –
kader yang handal serta mumpuni guna mewujudkan cita – cita dan tujuan
organisasi.

Kita sebagai komponen bangsa secara sadar sudah terlibat dalam sebuah sistem
Negara yang merupakan organisasi terbesar melalui pilar demokrasi, yakni
Organisasi Partai Politik, yang dalam hal ini adalah Partai Gerakan Indonesia Raya
(GERINDRA). Untuk itu merupakan sebuah kewajiban bagi kita untuk dapatnya
memahami fungsi Organisasi, Leadershif, Manajemen dan Kaderisasi secara benar
agar apa yang menjadi cita-cita Partai Gerakan Indonesia Raya dapat tercapai.

Prinsif Organisasi

Ada empat prinsif dasar di dalam organisasi, yang di sebut POAC. Yaitu :

1. Plaining : Merupakan sebuah proses penyusunan kerangka kerja atau


rencana yang obyektif guna mencapai sebuah tujuan.
2. Organizing ; Setelah menyusun kerangka kerja dan rencana, selanjutnya
proses mengatur tim, divisi atau bagian-bagian (seksi-seksi), dan mengatur
jadwal kerja, disamping itu juga mengelompokan setiap individu-individu
sesuai dengan kapasitas serta kemampuannya.
3. Actuating ; Mengimplementasikan kerangka kerja dan rencana dalam
bentuk aksi atau kegiatan oleh divisi-divisi atau bagian-bagian (seksi-seksi)
sesuai dengan tugasnya masing-masing.
4. Controlling ; Melakukan control dan evaluasi guna memastikan alur dan
hasil kerja, apakah sudah sesuai dengan kerangka kerja dan rencana

Terkait empat prinsif tersebut akan kita jelaskan lebih lanjut pada materi
Manajemen.

B. LEADERSHIF/KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin


(leader) dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh unsur unsur di
dalam kelompok atau organisasinya untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang
diinginkan sehingga menghasilkan kinerja pegawai/anggota yang maksimal.
Dengan meningkatnya kinerja pegawai/anggota berarti tercapainya hasil kerja
seseorang atau pegawai/anggota dalam mewujudkan tujuan organisasi.

Kemampuan dan keterampilan dari seorang pimpinan adalah faktor penting


dalam memotivasi pegawai/anggotanya agar lebih bekerja dengan baik. Dalam
hal ini pengaruh seorang pimimpinan sangat menentukan arah tujuan dari
organisasi, karena untuk merealisasikan tujuan organisasi perlu menerapkan
peran dalam memimpin kerja yang konsisten terhadap situasi kerja yang dihadapi.
Selain itu seorang pemimpin didalam melaksanakan tugasnya harus berupaya
menciptakan dan memelihara hubungan yang baik dengan bawahannya agar
mereka dapat bekerja secara produktif. Dengan demikian, secara tidak langsung
motivasi dari pegawai/anggota semakin meningkat.

Pemimpin berfungsi untuk memandu, menuntun, membimbing, membangunkan


motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin komunikasi yang baik,
melakukan pengawasan secara teratur, dan mengarahkan pada bawahannya
kepada sasaran yang ingin dituju. Berhubungan dengan itu menjadi kewajiban
dari setiap pemimpin agar bawahannya termotivasi untuk bekerja lebih baik lagi.
Peran kepemimpinan juga merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang
untuk mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan
berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu organisasi baik secara keseluruhan
maupun sebagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung
pada efektivitas kepemimpinan untuk membangkitkan motivasi atau semangat
kerja pegawai/anggota terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

Ada beberapa model Kepemimpinan ;

1. Otokratis ; Model kepemimpinan semacam ini bersifat otoriter, yakni


memusatkan kekuasaan penuh pada pemimpin, keputusannya bersifat
mutlak dan tidak bisa diganggu gugat, tak ada kesempatan diskusi atau
menyampaikan pendapat pada anggota atau bawahannya.
2. Demokratis ; Kepemimpinan ini bersifat terbuka dan komunikatif terhadap
anggotanya, setiap pengambilan keputusan selalu melibatkan anggotanya
guna mencapai tujuan bersama.
3. Birokratis ; Seorang pemimpin tidak sekedar menjadi atasan , tapi ia harus
bisa memastikan bahwa semua regulasi atau peraturan harus dipatuhi oleh
bawahan, semua kinerja atas dasar peraturan.
4. Dan masih banyak lagi model kepemimpinan lainnya.

C. MANAJEMEN

Secara umum Manajemen dapat di fahami sebagai suatu proses, meiihat


bagaimana cara orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah di tetapkan
terlebih dahulu. Namun menurut para ahli, Manajemen adalah sebuah
perencanaan, pengimplementasian serta pengendalian dari setiap kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan atau organisasi dengan menetapkan sasaran yang
disempurnakan sesuai dengan kondisi (Elji Ogawa). Ada juga yang berpendapat
bahwa Manajemen merupakan bidang ilmu pengetahuan yang berupaya secara
sistematis bertujuan untuk memahami bagaimana serta mengapa manusia
bekerja sama dalam menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. (Luther Gullck)

Fungsi dan Proses Manajemen

Pada awal abad ke-20 seorang industriawan perancis yang bernama Henry fayol
mengusulkan bahwa semua manajer melaksanakan 5 (lima) fungsi manajemen,
yaitu: Merancang, mengorganisasikan, memerintah, mengkoordinasi dan
mengendalikan. Pada pertengahan tahun 1950-an, dua professor UCLA
memanfaatkan karya Fayol tersebut dan meringkas fungsi manajemen menjadi 4
(empat), yaitu:

1) Fungsi perencanaan (Planning)


Rencana-rencana di butuhkan untuk memberikan kepada organisasi tujuan-
tujuannya dan menetapkan prosedur terbaik untuk pencapaian tujuan-
tujuan tersebut. Dengan adanya rencana, maka memungkinkan: a.
Organisasi bisa memperoleh dan mengikat sumber-daya yang diperlukan
mencapai tujuan-tujan. b. Para anggota organisasi untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang konsisten dengan berbagai tujuan dan prosedur
yang ada. c. Kemajuan dapat terus dimonitoring dan diukur, sehingga
tindakan korektif dapat diambil bila tingkat kemajuan tidak memuaskan.
2) Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
Fungsi ini menciptakan struktur formal di mana pekerja ditetapkan, di bagi
dan dikoordinasikan, pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang
didalamnya terdiri dari: a. Penentuan sumber daya dan kegiatan yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. b, Perancangan dan
pengembangan suatu organisasi yang akan membawa hal-hal tersebut
untuk mencapai tujuan c. Penugasan tanggung jawab tertentu. d.
Pendelegasian wewenang kepada individu-individu tertentu untuk
melaksanakan tugas-tugas.
3) Fungsi pengarahan (Actuating)
Setelah rencana disusun, mengorganisir sumber daya yang ada, maka
fungsi selanjutnya adalah menggerakan atau mengarahkan anggota untuk
bergerak dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Fungsi ini secara
sederhana adalah bagaimana membuat anggota organisasi melakukan apa
yang diinginkan organisasi. Dengan demikian fungsi ini sangat melibatkan
kualitas, gaya kepemimpinan, motivasi, komunikasi dan budaya organisasi.
Fungsi manajemen seperti perencanaan dan pengorganisasi menyangkut
aspek-aspek yang abstrak dalam organnisasi sedangkan fungsi pengarahan
sangat berkaitan langsung dengan anggota dalam organisasi
4) Fungsi pengawasan (Controlling)
Semua fungsi yang ada tidak akan berjalan efektif tanpa ada pengawasan.
Pengawasan ini merupakan penerapan suatu cara atau tools yang mampu
menjamin bahwa rencana yang telah dilaksanakan telah sesuai dengan
yang di tetapkan. Pengawasan dapat terjadi dalam dua sisi, yaitu
pengawasan positif dimana mencoba mengetahui apakah tujuan organisasi
dicapai dengan efektif dan efesien. Pengawasan negatif dimana mencoba
menjamin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan atau dibutuhkan tidak
akan terjadi kembali.
Pada fungsi pengawasan, terdapat 4 unsur yang harus dilakukan, yaitu: 1.
Penetapan standar pelaksanaan. 2. Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan.
3. Pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkan dengan standar
yang telah di tetapkan. 4. Pengambilan tindakan koreksi yang di perlukan
pelaksanaan menyimpang dari standar

Kegagalan atau kesuksesan suatu organisasi sangat tergantung dari kemampuan


manajer atau pemimpin untuk melasanakan fungsi-fungsi tersebut dengan efektif
dalam satu tujuan organisasi

D. KADERISASI

Kaderisasi merupakan sebuah proses pencarian bakat atau pencarian sumber


daya manusia yang handal untuk melanjutkan tongkat estafet perjuangan
organisasi. Tanpa adanya kaderisasi yang baik, maka kehancuran organisasi
tersebut tinggal menunggu waktu, ibarat sebuah gunung es yang sewaktu-waktu
dapat hancur dan mencair. Setiap organisasi membutuhkan kader-kader yang
berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian, organisasi dapat
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan diri (Budiardjo,
2008 : 39). Kaderisasi adalah proses penyiapan sumber daya manusia agar kelak
mereka menjadi pemimpin yang mampu membangun peran dan fungsi organisasi
secara lebih baik. Dari berbagai masalah kebangsaan yang muncul, kaderisasi
merupakan salah satu persoalan yang rumit. Kemacetan kaderisasi telah
melingkupi segala sektor kehidupan baik di pemerintahan, organsasi politik,
pemuda maupun sektor-sektor lainnya di Indonesia (Sholikhah. 2008 : 1).

Fungsi kaderisasi atau pencetakan calon pemimpin tidak telepas dari penanaman
ideologi,etika, budaya,pengetahuan dan lainnya. Kaderisasi merupakan salah satu
media rekrutmen, pemantapan komitmen dan penguatan terhadap ideologi
organisasi yang berkaitan serta pemahaman terhadap pencapaian visi dan
misinya. Proses kaderisasi sebagai penguatan organisasi merupakan sebuah
orientasi jangka panjang. Sehingga proses kaderisasi tersebut harus secara terus
menerus dilakukan untuk memperkuat ikatan dalam sebuah organisasi.

Ada beberapa hal yang sepatutnya di miliki seorang kader :

1. Ideologis ; Sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan


kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau
sosial ekonomi. (Karl Marx). Sementara menurut Gunawan Setiarjo ;
merupakan seperangkat ide dasar atau asasi tentang manusia dan seluruh
realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.

Sebagai kader harus memiliki, mengetahui serta memahami sebuah


ideologi, karena ideologi merupakan cara pikir seseorang atau kelompok
masyarakat yang sekaligus dapat membentuk seseorang atau kelompok
masyarakat menuju dan meraih cita-citanya. Ideologi merupakan sesuatu
yang dihayati menjadi keyakinan dan merupakan suatu pilihan yang jelas
membawa komitmen atau keterikatan untuk mewujudkannya. Semakin
mendalam kesadaran idelogi seseorang atau kelompok masyarakat,maka
semakin tinggi pula komitmennya untuk melaksanakannya, sebuah
komitmen dapat tercermin dari sikap seseorang yang meyakini ideologinya
sebagai ketentuan yang mengikat, yang harus ditaati dalam kehidupannya,
baik dalam kehidupan individual maupun sosial.
2. Berfikir analisis ; Kemampuan mencermati dan menganalisa suatu
problimatika yang berkembang atas dasar informasi dan data baik yang
bersifat kompleks atau konprehensif, dan di “pecah” menjadi
informasi/data prinsif dan mendasar.Namun yang menjdi catatan, berfikir
analisis tidak akan timbul tanpa adanya pelatihan
Dalam menerapkan cara pikir analisis harus melalui tiga langkah dasar yang
patut difahami, yaitu ; Pengumpulan informasi/data, Mengidentifikasi
masalah, Menetukan langkah/solusi.
a. Pengumpulan informasi/data ; Berbagai informasi/data yang diperoleh
di analisa dan di evaluasi berdasarkan analisis yang obyektif, sehingga
dapat menghasilkan informasi/data yang sistimatis dan terukur.
b. Mengindentifiksi masalah ; Setelah mendapatkan informasi/data yang
penting dan mengolahnya, lalu menentukan masalah yang pokok dan
mendasar.
c. Menetukan langkah/solusi ; Setelah di dapatkan masalah yang pokok
dan mendasar,selanjutnya menentukan langkah/solusi yang tepat.
3. Bersikap dan berfikir kritis ; Berpikir kritis merupakan keinginan yang
berulang-ulang untuk menelaah sesuatu dengan hati-hati dengan
menggunakan akal budi untuk memahami masalah secara mendalam,
memiliki pikiran yang terbuka terhadap perbedaan keputusan dan
pendapat orang lain, berusaha mengerti dan mengevaluasi secara benar
informasi yang diterima sebelum mengambil keputusan, serta mampu
menemukan hubungan antara sebab-akibat sehingga mampu memecahkan
masalah yang dihadapi.

Ciri-ciri Pemikir Kritis ;


a. Berpikir terbuka ,yakni menghindari pemikiran sempit, membiasakan
mengeksplorasi opsi-opsi yang ada.
b. Rasa ingin tahu secara intelektual, yaitu ditunjukan dengan kebiasaan
bertanya, merenungkan, menyelidiki dan meneliti.
c. Perencanaan dan strategi, yaitu menyusun rencana, menentukan
tujuan, mencari arah untuk menciptakan hasil.
d. Kehati-hatian intelektual ,yakni adanya upaya mengecek ketidak
akuratan atau kesalahan, bersikap cermat dan teratur

Berpikir kritis adalah salah satu sisi menjadi orang kritis. Pikiran harus
terbuka, jelas dan berdasarkan fakta. Seorang pemikir kritis harus mampu:
a) memberi alasan atas pilihan keputusan yang diambilnya, b) menjawab
pertanyaan mengapa keputusan seperti itu diambil, c) terbuka terhadap
perbedaan keputusan dan pendapat orang lain, serta d) sanggup menyimak
alasan-alasan mengapa orang lain memiliki pendapat dan keputusan yang
berbeda.

4. Punya Kesadaran ; Ada tiga kesadaran yang harus di miliki seorang kader.
Pertama, sadar bahwa dirinya secara langsung sudah menjadi bagian dalam
sebuah organisasi, Kedua, sadar bahwa dirinya sudah menjadi aktivis
organisasi, Ketiga, sadar akan posisinya di dalam organisasi. Dengan
kesadaran tersebut, maka timbul rasa tanggung jawab terhadap kewajiban
organisasi.
5. Memiliki Kemampuan dan Kamauan ; Seorang kader harus mempunyai
kemampuan, baik kemampuan akademik maupun non-akademik.
Kemampuan menyerap informasi dan mengelolahnya dan menterjemahkan
informasi tersebut dalam dunia nyata, disamping kader harus memiliki
kemauan yang guna mewujudkan cita-citanya.

Demikian sekelumit paparan tentang Organisasi,Leadershif,Manajemen dan


Kaderisasi, semoga hal tersebut dapat menjadi tambahan pengetahuan dalam
berorganisasi, dengan harapan semoga Partai Gerakan Indonesia Raya dapat
mengorbitkan kader-kader handal dan selalu bergerak untuk membela
kepentingan bangsa dan Negara. Ami

Disampaikan di acara Workshop DPC Partai Gerindra Kabupaten Jember


Tanggal 5 Desember 2021 di Green Hill Hotel Jember. Oleh: Moh.Sholeh

Anda mungkin juga menyukai