Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi menjadi kunci penting dalam perkembangan sebuah wilayah. Propinsi Jawa Timur dengan jumlah penduduk mencapai 33 juta jiwa, menjadi salah satu propinsi dengan kerapatan penduduk yang padat. Sebagai pintu gerbang Indonesia Timur, Jawa Timur juga memegang kunci penting laju industri dan perdagangan. Jawa Timur memiliki beberapa pulau kecil, dimana salah satunya adalah pulau Madura yang letaknya berdekatan dengan Surabaya sebagai ibukota Jawa Timur. Pulau Madura juga merupakan bagian dari wilayah Jawa Timur yang mengalami kondisi kurang menguntungkan. Laju pertumbuhan ekonominya lambat dan pendapatan perkapita relatif rendah. Satu-satunya akses menuju pulau Madura dari Surabaya adalah dengan menggunakan kapal Ferry Perak-Kamal. Namun beberapa tahun terakhir, keadaan ini sudah jauh lebih baik dengan dibangunnya infrastruktur jembatan Suramadu yang berdampak meningkatnya kelancaran arus lalu lintas barang dan jasa. Dengan semakin lancarnya arus lalu lintas barang dan jasa berarti terjadi penghematan waktu dan biaya serta merangsang tumbuhnya aktivitas perekonomian di pulau Madura. Di pulau Madura memiliki kegiatan perekonomian yang masih bertumpu pada sektor pertanian primer (tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan). Pertanian atau sektor tradisional menjadi sektor andalan yang nampak dari perolehan PDRB terbesar dibandingkan dengan sektor lain. Sektor lainnya adalah sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas, air bersih, bangunan, perdagangan, hotel, restoran, angkutan, pos, komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sejalan dengan berdirinya jembatan Suramadu, Pemerintah Daerah di Madura (Pemkab. Bangkalan, Sumenep, Pamekasan, Sampang) diharapkan segera memetakan perekonomiannya baik jangka pendek maupun jangka panjang

pasca mega proyek Suramadu supaya Madura memiliki kerangka pembangunan yang jelas. Hal ini diperlukan supaya perekonomian Madura berkembang sesuai perencanaan. Pengembangan wilayah di pulau Madura dengan pendekatan pusat pertumbuhan tepat digunakan untuk mengurangi ketimpangan-ketimpangan pertumbuhan antara kabupaten karena sumberdaya yang tidak merata di masingmasing daerah. Untuk dapat tumbuh secara cepat maka tiap-tiap kabupaten di pulau Madura perlu menentukan hubungan pusat-daerah yang memiliki potensi yang paling kuat sehingga diharapkan dapat memicu pertumbuhan di daerahdaerah lain yang lemah. Untuk itu perlu dianalisis kabupaten mana di pulau Madura yang berpotensi kuat dalam pengembangannya dan potensi apa yang memungkinkan untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah 1. Kabupaten manakah yang memiliki potensi untuk saling berinteraksi dalam pertumbuhan ekonomi di Pulau Madura sebagai Growth Pole? 2. Potensi apa yang dimiliki oleh tiap-tiap kabupaten di Pulau Madura?

1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kabupaten yang berpotensi dalam pertumbuhan ekonomi 2. Untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh tiap-tiap kabupaten di Pulau Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pembangunan daerah adalah bagian yang integral dalam pembangunan nasional. Karena itu diharapkan bahwa hasil pembangunan akan dapat terdistribusi dan teralokasi ke tingkat regional. Untuk mencapai keseimbangan regional terutama dalam perkembangan ekonominya maka diperlukan beberapa kebijaksanaan dan program pembangunan daerah yang mengacu pada kebijaksanaan regionalisasi atau perwilayahan. 2.1 Landasan Teori

2. 1.1. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pada hakekatnya teori pembangunan ekonomi secara nasional mempunyai definisi dan tujuan yang sama dengan teori pembangunan ekonomi daerah. Perbedaannya hanya terletak pada ruang lingkup

wilayahnya, oleh sebab itu sebelum membahas masalah pembangunan daerah ada baiknya dibahas terlebih dahulu pengertian daerah (regional). Daerah adalah suatu areal geografis yang merupakan suatu kesatuan. Di Indonesia daerah administratif dikenal sebagai propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa. 2.1.4. Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole Theory) Teori ini dikemukakan oleh Perroux pada tahun 1955, atas dasar pengamatan terhadap proses pembangunan. Perroux mengakui kenyataan bahwa pembangunan tidak terjadi dimana-mana secara serentak, tetapi muncul ditempat-tempat tertentu dengan intensitas yang berbeda. Tempattampat itulah yang dinamakan titik-titik dan kutub-kutub pertumbuhan. Dari titik-titik dan kutub-kutub pertumbuhan itulah pembangunan akan menyebar melalui berbagai saluran dan mempunyai akibat akhir yang berlainan pada perekonomian secara keseluruhan.

Mengingat pengamatan diatas teori ini menyarankan keperluan untuk memusatkan investasi dalam sejumlah sektor kecil sebagai sektor kunci di beberapa tempat tertentu. Dalam memusatkan usaha pada sejumlah sektor dan tempat yang kecil diharapkan pembangunan akan menjalar pad sektor lain pada seluruh wilayah, dengan demikian sumber-sumber material dan manusiawi yang digunakan dapat dimanfaatkan lebih baik dan lebih efisien. Jadi pada dasarnya teori kutub pertumbuhan menerangkan akibat dari sekelompok kesatuan-kesatuan yang memimpin atau karena polarisasi.

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengambil obyek penelitian daerah-daerah tingkat II di Pulau Madura untuk menentukan interaksi yang paling kuat antar pusat kota (kabupaten Sumenep, atas dasar PDRB tertinggi) dengan daerah-daerah sekitarnya yaitu kabupaten Bangkalan, kabupaten Pamekasan, dan kabupaten Sampang. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan periode pengamatan tahun 2005-2009. Data yang diperlukan adalah data PDRB (berdasarkan harga konstan 2000) masing-masing Kabupaten di Pulau Madura dan PDRB Madura, pendapatan per kapita masing-masing , jumlah penduduk, dan jarak antar wilayah. Data ini kami peroleh dari kantor Biro Pusat Statistik (BPS) daerah tingkat I Jawa Timur.

Analisis data yang digunakan adalah: 1. Analisis gravitasi dan model interaksi ruang. Analisis ini digunakan untuk mencari wilayah mana di pulau Madura yang berpotensi kuat dalam pertumbuhannya. Adanya interaksi kedua wilayah menunjukkan eratnya hubungan antara wilayah 1 dengan wilayah 2 sebagai konsekuensi interaksi sebagai pusat pertumbuhan (growth pole). Adapun rumus untuk menghitung interaksi dalam hubungan antar kedua wilayah adalah (Suwarjoko,1994)

I1,2 = a (W1P1) (W2P2) / Jb1,2


Keterangan : I1,2 W1 W2 P1 P2 : Interaksi dalam wilayah 1 dan 2 : pendapatan perkapita wilayah 1 : pendapatan perkapita wilayah 2 : Jumlah penduduk wilayah 1 : Jumlah penduduk wilayah 2

J1,2 a b

: jarak antara wilayah 1 dan 2 (dalam meter) : konstanta yang nilainya 1 : konstanta yang nilainya 2

2. Analisis Location Quotient (LQ) Pendekatan LQ merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk menentukan potensi spesialisasi produk (barang dan jasa) suatu daerah terhadap aktifitas ekonomi utama atau untuk menentukan sektor unggulan yaitu sektor yang dapat memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan daerah lain.

LQ = vi/vt : Vi/Vt
Keterangan : vi vt Vi Vt = pendapatan sektor tertentu pada suatu daerah. = total pendapatan daerah tersebut. = pendapatan sektor tertentu secara regional atau nasional = total pendapatan regional atau nasional.

Berdasarkan formulasi di atas maka apabila : LQ >1 berarti daerah mempunyai basis pada sektor tersebut dan ada kelebihan hasil yang dapat dipasarkan ke daerah lain. LQ = 1 berarti hasil sektor tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan daerah yang bersangkutan. LQ < 1 berarti daerah tidak mempunyai basis pada sektor tersebut dan ada kekurangan hasil yang harus didatangkan dari daerah lain.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1

Gambaran Umum Kabupaten Di Madura

Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.250 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali), dengan penduduk sekitar 4 juta jiwa. Madura dibagi menjadi empat kabupaten, yaitu Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep. Kabupaten Bangkalan yang secara geografis berada di bagian paling barat dari Pulau Madura, Kabupaten Bangkalan dengan luas wilayah 1.260,14 km2. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sampang di sebelah timur, Selat Madura dan/Kabupaten Gresik di sebelah barat, Laut Jawa di sebelah utara dan Selat Madura dan/Kota Surabaya di sebelah selatan. Kabupaten Bangkalan secara administratif terdiri dari 18 kecamatan, 273 desa dan 8 kelurahan. Letak Bangkalan yang berada di ujung Pulau Madura sangat menguntungkan karena berdekatan dengan kota Surabaya yang merupakan pusat perdagangan di Jawa Timur. Kabupaten Bangkalan merupakan daerah Pengembangan Pembangunan GERBANG KERTASUSILA. Dengan

dibangunnya jembatan SURAMADU yang menghubungkan jalur darat antara Surabaya dan Bangkalan serta pelabuhan laut internasional dan terminal peti kemas di Bangkalan sangat berdampak positif bagi pembangunan ekonomi khususnya investasi di Kabupaten Bangkalan.

Kabupaten Sampang, wilayah Kabupaten Sampang di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bangkalan dan sebelah selatan berbatasan dengan Selat Madura. Luas wilayah Kabupaten Sampang 1.233 km2 yang terbagi menjadi dua belas kecamatan dengan Sampang sebagai ibukota dari Kabupaten Sampang. Kabupaten Pamekasan, wilayah Kabupaten Pamekasan di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sumenep sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sampang dan sebelah selatan berbatasan dengan Selat Madura. Luas wilayah Kabupaten Pamekasan 792,30 km2 yang terbagi menjadi tiga belas kecamatan dengan Pamekasan sebagai ibukota dari Kabupaten Pamekasan. Sektor Pertanian Kabupaten Pamekasan selalu mengalami peningkatan. Dengan Luas areal Pertanian Kabupaten Pamekasan keseluruhnya mencapai 74.467,167 Ha yang terdiri luas tegalan 62.013,769 Ha, sawah irigrasi 6.649,5 Ha dan sawah tadah hujan 5.803,898 Ha. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pamekasan khususnya di titik beratkan sektor pertanian dengan pengembangannya pada sektor industri. Kabupaten Sumenep, wilayah Kabupaten Sumenep memiliki batas-batas sebagai berikut, Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Madura, Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan, Sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa / Laut Flores. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.093.45 km dan populasi 1 juta jiwa. Ibu kotanya ialah Kota Sumenep dan wilayahnya terbagi menjadi dua puluh tujuh kecamatan. Kabupaten sumenep merupakan penghasil utama jagung di Jatim. Tanaman berambut cokelat ini merupakan jantung kehidupan masyarakat kabupaten ini. Selain untuk bahan pangan jagung ini juga menjadi pakan ternak dan benih yang di ekspor ke Hongkong, Taiwan, Jepang dan Amerika Serikat.

4.2

Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Gravitasi dan Model Interaksi Ruang


DAERAH SumenepBangkalan SumenepSampang 2005 699.376.356.2 30.667 1.339.779.021. 048.780 2006 617.200.891. 096.029 1.458.698.47 2.655.110 2007 678.272.041. 027.197 1.591.968.19 0.823.130 2008 738.446.292. 065.615 1.734.678.24 7.894.300 2009 803.156.02 2.166.278 1.882.820.3 78.232.350

SumenepPamekasan

2.730.014.899. 716.210

2.973.361.84 7.899.010

324.559.923. 4041.430

3.552.360.87 0.644.550

3.885.003.8 40.933.530

(Sumber : Data BPS diolah)

Pusat-pusat yang pada umumnya merupakan kotakota tidak hanya berkembang sangat pesat, akan tetapi mereka bertindak sebagai pompa-pompa pengisap dan memiliki daya penarik yang kuat bagi wilayah-wilayah belakangnya yang relatif statis. Wilayah-wilayah pinggiran di sekitar pusat secara berangsurangsur berkembang menjadi masyarakat dinamis. Terdapat arus penduduk, modal, dan sumberdaya ke luar wilayah belakang yang dimanfaatkan untuk menunjang perkembangan pusat-pusat dimana pertumbuhan ekonominya sangat cepat dan bersifat kumulatif. Sebagai akibatnya, perbedaan pendapatan antara pusat dan wilayah pinggiran cenderung lebih besar. Hakekat pembangunan regional adalah memandang pusat kota sebagai tempat sentral bagi titik pertumbuhan inti dan menentukan tingkat perkembangan ekonomi keseluruhan daerah. Dengan demikian terjadi interdependensi antara pusat kota dengan daerah-daerah di sekitarnya. Daerah Sumenep dalam ruang pembangunan Pulau Madura telah ditetapkan sebagai kawasan andalan dan kawasan pertumbuhan cepat yang diharapkan mampu menggerakkan kegiatan ekonomi di daerah Sumenep dan daerah daerah sekitarnya dengan tingkat PDRB tertinggi di kawasan Pulau Madura. Berdasarkan perhitungan tabel di atas menunjukkan indeks gravitasi selama

periode pengamatan,yakni dari tahun 2005 2009 nilai indeks gravitasi Kabupaten Sumenep dengan Pamekasan menunjukkan nilai indeks gravitasi yang tertinggi dan memiliki kecendurungan (trend) yang meningkat dari tahun ke tahun. Tingginya nilai indeks gravitasi ini juga menunjukkan keterkaitan hubungan dan interaksi antara Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Pamekasan. Dengan demikian daerah yang berpotensi paling kuat untuk dikembangkan adalah daerah Sumenep dan Pamekasan sebagai pusat pertumbuhan yang nantinya dapat memberikan spread effect terhadap daerah daerah sekitarnya di Pulau Madura. 4.2.2 Analisis LQ

Pamekasan
Sektor Pertanian Pertambangan&Penggalian Industri Pengolahan Listrik,gas&air bersih Konstruksi Perdagangan,hotel&restoran Pengangkutan&komunikasi Keuangan,persewaan&jasa perush. Jasa-jasa 2005 1,11 0,30 0,42 2,00 1,31 0,63 0,95 1,35 1,29 2006 1,12 0,34 0,42 1,85 1,27 0,64 0,93 1,29 1,27 2007 1,13 0,33 0,42 2,16 1,22 0,64 0,95 1,28 1,26 2008 1,12 0,32 0,42 2,00 1,26 0,64 1,00 1,00 1,27 2009 1,12 0,30 0,39 2,2 1,26 0,64 1,04 1,29 1,27

Bangkalan
Sektor Pertanian Pertambangan&Penggalian Industri Pengolahan Listrik,gas&air bersih Konstruksi Perdagangan,hotel&restoran Pengangkutan&komunikasi Keuangan,persewaan&jasa perush. Jasa-jasa 2005 0,70 0,40 1,73 1,29 1,55 1,43 1,68 1,12 1,18 2006 0,69 0,43 1,79 1,29 1,63 1,41 1,70 1,11 1,20 2007 0,68 0,42 1,79 1,50 1,71 1,39 1,68 1,09 1,19 2008 0,69 0,39 1,75 1,33 1,68 1,36 1,64 0,82 1,17 2009 0,71 0,37 1,78 1,4 1,73 1,36 1,52 1,02 1,16

10

Sumenep
Sektor Pertanian Pertambangan&Penggalian Industri Pengolahan Listrik,gas&air bersih Konstruksi Perdagangan,hotel&restoran Pengangkutan&komunikasi Keuangan,persewaan&jasa perush. Jasa-jasa 2005 1,14 1,04 1,08 0,14 0,59 0,87 0,78 0,91 0,83 2006 1,15 1,02 1,04 0,14 0,57 0,87 0,78 0,91 0,83 2007 1,16 0,98 1,00 0,17 0,53 0,87 0,80 0,93 0,83 2008 1,15 0,95 1,00 0,16 0,51 0,87 0,80 0,74 0,83 2009 1,15 1,02 1,04 0,16 0,53 0,87 0,83 0,97 0,84

Sampang
Sektor Pertanian Pertambangan&Penggalian Industri Pengolahan Listrik,gas&air bersih Konstruksi Perdagangan,hotel&restoran Pengangkutan&komunikasi Keuangan,persewaan&jasa perush. Jasa-jasa 2005 1,00 2,15 0,34 1,28 0,93 0,98 0,53 0,79 0,90 2006 1,00 2,20 0,37 1,28 0,83 1,00 0,56 0,77 0,88 2007 0,98 2,00 0,37 1,50 0,64 1,02 0,48 0,78 0,83 2008 0,97 2,30 0,37 1,50 0,67 1,03 0,60 0,61 0,88 2009 0,96 2,30 0,38 1,60 0,83 1,03 0,47 0,81 0,88

Berdasarkan hasil analisis LQ di atas, maka dapat ditentukan beberapa sektor yang berpotensi untuk dikembangkan di wilayah-wilayah tersebut. Adapun secara rinci sektor-sektor yang merupakan sektor basis (sektor dengan nilai LQ > 1) adalah sebagai berikut : y y Kabupaten Pamekasan : sektor listrik, gas dan air bersih, konstruksi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa Kabupaten Bangkalan : sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, konstruksi, perdagangan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa Kabupaten Sumenep : sektor pertanian, pertambangan, dan industri pengolahan Kabupaten Sampang : sektor pertanian, pertambangan, listrik, gas dan air bersih serta sektor perdagangan.

y y

11

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Dari kedua analisis di atas (LQ dan Analisis Gravitasi) dapat dilihat bahwa

5.2

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai