BAB 2
KAJIAN KEBIJAKAN
PERMUKIMAN
Bagian ini terdiri atas kebijakan terhadap dokumen tata ruang, baik itu skala kabupaten
(RTRW, RPJM Kab) maupun kecamatan (Rencana Detail Tata Ruang Kec/ Kalianget).
Fungsi utama pada bab ini yaitu agar perencanaan yang dilakukan ini, tidak saling tumpang
tindih kebijakan, sehingga perencanaan tingkat desa ini merupakan turunan dari payung
hukum diatasnya, tanpa ada permasalahan di belakangnya.
Tabel 2.1
Pembagian Administrasi Provinsi Jawa Timur
Sumber: Provinsi Jawa Timur dalam Angka 2010
No Kabupaten/Kota Luas (Ha) Kecamatan Desa
38 Kabupaten Sumenep 199.854,00 25,00 332,00
8.413,0
4.779.975,00 640,00
TOTAL 0
Dari segi kependudukan, terdapat ketidakmerataan persebaran penduduk
sebagai human capital untuk modal pembangunan. Sebagian besar penduduk
terkonsentrasi di Kota Surabaya (18,88%) dan Kabupaten Sidoarjo (10,83%),
sementara kabupaten/kota lainnya memiliki jumlah penduduk dengan proporsi
kurang dari kurang dari 6%, bahkan Kepulauan Madura, Kabupaten Ngawi, dan
Kabupaten Pacitan memiliki konsentrasi penduduk terendah, yaitu kurang dari 0,8%
dari total penduduk Jawa Timur. Besaran Surabaya ditinjau dari jumlah penduduk
adalah dua kali Sidoarjo sebagai kabupaten terbesar kedua, dan hampir 4 kali Kota
dan Kabupaten Malang. Surabaya dibandingkan kabupaten terkecil di Jatim, yakni
Pacitan, besarannya hampir enam puluh kali lipat. Demikian, kesenjangan yang
sangat besar terkait dengan besaran kota dan modal sumberdaya manusia untuk
pembangunan.
Keterangan nomor Kabupaten dan Kota:
No. Indeks No. Indeks Nama
Nama Kab/Kota
Kab/Kota Fasilitas Kab/Kota Fasilitas Kab/Kota
37 18.88 Kota Surabaya 2 1.41 Kab. Ponorogo
5 1.83 Kab. Blitar 29 0.77 Kab. Sumenep
sisinya yaitu Sisi Surabaya terletak di ujung Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan
Kenjeran, sedangkan pada sisi Madura berlokasi di desa Sukolilo Barat, Kecamatan
Labang, Kabupaten Bangkalan, secara otomatis akan menjadi pintu gerbang utama
masuknya sirkulasi barang dan orang sehingga dapat mengenerate kegiatan ekonomi
di wilayah tersebut dan kemudian memberikan multiplier effect ke kawasan
sekitarnya pada lingkup lokal dan regional sehingga tercipta suatu kawasan pusat
pertumbuhan baru. Jadi, kawasan kaki SURAMADU sisi Madura menjadi pusat
pertumbuhan yang terkoneksi dengan Gerbangkertosusila dan wilayah
dibelakangnya diantaranya yaitu kawasan industri (EJIIZ) di Kecamatan Tragah dan
Burneh, Kawasan Bangkalan Utara yang memiliki fasilitas regional yaitu Bandara
Udara di Tanjung Bumi dan Pelabuhan Internasional di Klampis, dan sebagai
penarik investasi menuju kawasan Madura Timur (Sampang-Pamekasan-Sumenep).
Rencana struktur ruang wilayah Madura dan kepulauan
Gambar 2.2
Rencana Struktur Ruang Wilayah Madura
Tabel 2.2
Sumenep Makin Sejahtera di sini memiliki dua makna, potensi sumber daya
(resources) alam yang melimpah dan kaya khazanah kebudayaan. SDA seperti migas,
pertanian, kelautan, perkebunan dan sektor industri (home industri). Untuk
mendukung visi pembangunan tersebut, kaitannya dengan Visi penataan ruang
adalah: “memajukan Kabupaten Sumenep sebagai pusat kawasan minapolitan
yang didukung dengan pengembangan kawasan agropolitan, pariwisata dan
industri untuk mendukung perwujudan Kabupaten Sumenep sebagai Kawasan
Gerbang Timur Pulau Madura “.
Untuk mewujudkan Visi penataan ruang, maka tujuan penataan ruang
Kabupaten Sumenep adalah “mewujudkan ruang wilayah Kabupaten sebagai
pusat kawasan minapolitan yang didukung dengan pengembangan kawasan
agropolitan, pariwisata, dan industri”.
1. Jaringan Jalan Mengembangkan jalur jalan lokal primer sebagai jalur akses tengah
Kabupaten Sumenep, mulai dari arah timur (Perkotaan Sumenep)
hingga masuk ke wilayah Kabupaten Pamekasan melalui jalur :
Kecamatan / Perkotaan Sumenep – Kecamatan / Perkotaan Batuan
– Kecamatan / Perkotaan Lenteng – Kecamatan Ganding dan
Kecamatan / Perkotaan Guluk-guluk.
Mengembangkan jalur jalan penghubung kawasan Agropolitan
Perkotaan Rubaru ke arah utara (menuju Kecamatan/perkotaan
Ambunten), selatan (Kecamatan / Perkotaan Ganding) dan timur
(Kecamatan / Perkotaan Sumenep).
Perbaikan dan peningkatan kualitas jalan yang diprioritaskan pada
jaringan jalan utama khususnya yang saat ini mengalami
kerusakan atau mengarah pada kondisi rusak.
2. Jaringan Listrik Adapun rencana pengembangan sistem jaringan listrik di Kabupaten
Sumenep adalah sebagai berikut :
Untuk rencana pengembangan jaringan listrik diarahkan untuk
pengadaan listrik di wilayah pedesaan yang belum terlayani serta
kawasan kepulauan di Kabupaten Sumenep dengan mengikuti
jaringan utama yang telah ada untuk menekan biaya pengadaan
listrik.
Sedangkan untuk gardu induk tetap menggunakan gardu induk
yang ada. Kawasan di sekitar gardu induk diberi pagar sehingga
tidak digunakan untuk perumahan maupun pembangunan
bangunan lainnya dan juga tanda bahaya.
Untuk jaringan udara tegangan tinggi yang melintas Kabupaten
Sumenep, guna menjaga keselamatan dan keamanan, maka dalam
radius 25 meter sekitar SUTT ini merupakan kawasan bebas
bangunan. Namun pada kondisi tertentu bila sekitar jalur SUTT ini
akan digunakan sebagai kawasan terbangun maka diarahkan agar
kanan dan kiri jalur SUTT digunakan untuk jalan sejajar sehingga
tidak langsung berhubungan dengan kawasan terbangun.
3. Jaringan Pembangunan sistem prasarana telekomunikasi jaringan kabel dan
Telekomunikasi seluler.
4 Menara BTS Rencana pengembangan menara telekomunikasi ini lebih
diarahkan untuk aspek teknis seperti harus sesuai dengan standar
baku Pembangunan Menara untuk menjamin keamanan
lingkungan dengan memperhitungkan faktor-faktor yang
menentukan kekuatan dan kestabilan konstruksi Menara dengan
penitikberatan pada prinsip-prinsip penggunaan Menara Bersama
serta aspek non teknis yang terkait dengan masalah perijinan,
kebijakan penggunaan menara bersama, mekanisme pengawasan
dan lain sebagainya.
1. Sempadan Sungai Perlindungan pada sungai besar minimum 100 meter dan
anak sungai minimum 50 meter diukur dari tepi sungai.
2. Sempadan Jaringan Perlindungan saluran irigasi minimum 1 meter untuk debit
Irigasi air kurang dari 1 m3/detik, minimum 2 meter untuk debit
air antara 1-4 m3/detik, dan minimum 3 meter untuk debit
air lebih dari 4 m3/detik diukur dari tepi saluran irigasi.
3. Sempadan Waduk Perlindungan pada waduk minimum 50 meter diukur dari
titik pasang tertinggi ke arah darat.
4. Kawasan SUTT Perlindungan kawasan SUTT berjarak 20 meter dan
dan SUTET kawasan SUTET berjarak 25 meter diukur dari kanan dan
kiri menara tower.
5. Kawasan Jaringan Perlindungan kawasan jaringan rel kereta api minimum 12
Rel Kereta Api meter diukur dari rel kereta api terluar.
6. Kawasan Ruang Pengadaan kawasan ruang terbuka hijau seluas 30% dari
Terbuka Hijau luas kawasan perkotaan, meliputi 20% RTH publik dan
10% RTH privat.
7. Kawasan Rawan Pengoptimalan fungsi kawasan lindung dan resapan air.
Bencana Alam Pengkoordinasian pengelolaan dan pengembangan
drainase.
Sumber: RTRW Kabupaten Sumenep Tahun 2013-2033
Sumenep sedang luas kawasan budidaya adalah 160.077,5 Ha atau 82,44 % dari luas
wilayah Kabupaten Sumenep. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 2.5
Rencana Pola Ruang Kabupaten Sumenep Tahun 2033
Prosentase
Rencana Pola Ruang Luas (Ha)
(%)
B. Arahan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) Kota Sumenep Tahun 2009-
2029
3. Agamis di sini dalam pengertian bahwa semua proses dan output pembangunan
di Kabupaten Sumenep tidak semata-mata dikembangkan untuk tujuan meraih
kesejahteraan ekonomi, namun harus diimbangi dengan pendekatan spiritual
(Agama) untuk membentuk masyarakat Sumenep ber-akhlaqul karimah.
4. Nasionalis adalah kesadaran dan sikap politik yang tidak mengedepankan ego
kewilayahan dan jati diri masyarakat yang sempit, melainkan sebuah sikap politik
yang menyadari sepenuhnya bahwa masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten
Sumenep adalah bagian dari wilayah Provinsi Jawa Timur, dan merupakan bagian
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
5. Transparan atau keterbukaan untuk umum sebagai salah satu unsur penting
dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih (good government). Good
Governance di sini dimaknai sebagai pengejawantahan nilai-nilai luhur dalam
mengarahkan warga negara (citizen) kepada masyarakat dan pemerintahan yang
berkeadaban melalui wujud pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
6. Adil adalah ikhtiar politik pembangunan di Sumenep untuk meminimalisir
‘ketimpangan’ distribusi pembangunan antara daratan dan Kepulauan. Keadilan di
sini tidaklah bersifat kuantitatif fifty-fifty, namun pola distribusi hasil-hasil
pembangunan dikembangkan secara proporsional berdasar kebutuhan (need
assesment) masyarakat.
7. Profesional bahwa semua proses dan pelaksanaan pembangunan Sumenep
dilakukan secara profesional yang mengarah kepada kemampuan skill dan sesuai
dengan keahlian masing-masing pihak. Penegasan ini penting agar pelaksanaan
pembangunan lebih terarah, fokus dan tepat sasaran sesuai dengan perencanaan.
Secara garis besar Misi Prioritas Pembangunan Kabupaten Sumenep Tahun 2016-
2021 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Melalui Pendidikan,
Kesehatan dan Pengentasan Kemiskinan.
2. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Wilayah Kepulauan dan Daratan
yang Didukung Pengelolaan SDA serta Lingkungan.