Anda di halaman 1dari 67

BAB 2

TINJAUAN KEBIJAKAN DAN ANALISIS REGIONAL

2.1 Tinjauan Kebijakan


Dalam tinjauan kebijakkan ini membahas mengenai kebijakkan Provinsi Jawa Barat
dan Kabupaten Purwakarta baik itu secara makro ataupun mikro, dan yang yang dibahas
di dalamnya yaitu RTRW, RPJPD, dan RPJMD baik itu provinsi, kabupaten dan
kecamatan.

2.1.1 Kebijakan RTRW Provinsi Jawa Barat


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), sistem perkotaan nasional terdiri atas Pusat Kegiatan
Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Penetapan PKN dan PKW di Provinsi Jawa Barat mengacu pada RTRWN, yang terdiri
dari:
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) terletak di Bodebek, Bandung dan Cirebon.
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) terletak di Sukabumi, Palabuhanratu,
Pangandaran, Kadipaten, Cikampek-Cikopo, Tasikmalaya dan Indramayu.

Berdasarkan peraturan tersebut, Kabupaten Purwakarta termasuk ke dalam Pusat


Kegiatan Lokal (PKL). Dalam upaya mendorong perkembangan fungsi Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) dan kaitannya dengan desa pusat produksi, rencana pengembangan sistem
perkotaan menetapkan PKL dalam sistem perkotaan provinsi sebagai pendukung
berfungsinya PKW dan mengurangi pergerakan dari desa pusat produksi langsung ke
PKN. PKL diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal di setiap
kabupaten dan/atau beberapa kecamatan terdekat. PKL yang ditetapkan terdiri dari pusat
kegiatan lokal perkotaan dan pusat kegiatan lokal perdesaan.
PKL perkotaan adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. Sedangkan Kabupaten
Purwakarta sendiri masuk ke dalam Wilayah Pengembangan (WP) Purwasuka
(Purwakarta – Subang – Karawang) dengan fokus kepada pengembangan sektor industri
non polutif dan non ekstraktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala internasional, nasional atau beberapa provinsi. Kriteria
penentuan PKN adalah kawasan perkotaan yang mempunyai potensi untuk mendorong
pertumbuhan daerah sekitarnya, pusat jasa-jasa keuangan dengan cakupan pelayanan
nasional atau beberapa provinsi, pusat pengolahan atau pengumpul barang dalam skala
nasional atau beberapa provinsi, simpul transportasi skala nasional atau beberapa
provinsi, pusat jasa pemerintahan dan jasa publik lainnya dengan skala nasional atau
beberapa provinsi.

14
15

Fasilitas minimum yang tersedia di PKN adalah:


a. Perhubungan : pelabuhan udara dan/atau pelabuhan laut dan/atau
terminal tipe A
b. Ekonomi : pasar induk antar wilayah
c. Kesehatan : rumah sakit umum tipe A atau B
d. Pendidikan : perguruan tinggi
Pusat Kegiatan Nasional – Provinsi (PKNp) adalah kawasan perkotaan yang berpotensi
pada bidang tertentu dan memiliki pelayanan skala internasional, nasional atau beberapa
provinsi. Fasilitas minimum yang tersedia di PKNp adalah pusat bisnis kegiatan utama
yang akan dikembangkan berskala nasional maupun internasional, serta akan diusulkan
menjadi PKN.
Tabel 2.1
Wilayah Pengembangan Kabupaten Purwakarta
Sektor
Wilayah
Tema Arah Unggulan dan
Pengembangan Fokus Pengembangan
Pengembangan Pengembangan Potensial
(WP)
Wilayah

WP Purwasuka Mendorong  Melengkapi Pertanian,


pengembangan fasilitas perkebunan,
kawasan dengan pendukung PKW kehutanan,
tetap dan PKL peternakan,
mengendalikan  Mengembangka  PKW perikanan,
sawah di n infrastruktur Cikampek-Cikopo diarahkan untuk bisnis kelautan,
Pantura strategis memenuhi fungsinya sebagai PKW industri
 Mengembangka dengan melengkapi sarana dan
pengolahan,
n pertanian prasarana minimal yang terintegrasi
pariwisata, dan
tanaman dengan wilayah pengaruhnya;
pertambangan.
pangan,  Kabupaten
agroindustri, Purwakarta diarahkan pada kegiatan
industri industri non-polutif dan non-ekstraktif
manufaktur non atau tidak mengganggu irigasi dan
polutif dan non cadangan air, industri kreatif, pariwisata
ekstraktif, dan agroindustri, serta kegiatan
industri kreatif pertambangan mineral logam dan non
dan multimedia, logam;
bisnis kelautan
yang berdaya
saing tinggi dan
berorientasi
ekspor

Sumber: Dokumen RTRW Jawa Barat Tahun 2009 - 202


16

Gambar 2.1
Peta Struktur Ruang Provinsi Jawa
Barat

16
17

Rencana pengembangan infrastruktur wilayah terdiri dari pengembangan


infrastruktur jalan dan perhubungan, pengembangan infrastruktur sumberdaya air dan
irigasi berbasis DAS, pengembangan infrastruktur energi dan kelistrikan, pengembangan
infrastruktur telekomunikasi, pengembangan infrastruktur permukiman. Tujuan
pengembangan infrastruktur wilayah provinsi adalah menyediakan infrastruktur wilayah
yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya melalui :

1. Penyediaan infrastruktur jalan dan perhubungan yang handal dan terintegrasi untuk
mendukung tumbuhnya pusat pertumbuhan
2. Penyediaan infrastruktur sumber daya air dan irigasi yang handal berbasis DAS untuk
mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta
pengendalian daya rusak air
3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur energi dan kelistrikan
4. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur telekomunikasi
5. Peningkatan penyediaan infrastruktur permukiman.

Tabel 2.2
Rencana Pengembangan Infrastruktur Jalan dan Perhubungan
No Infrastruktur Rencana Pengembangan Wilayah Arah Pengembangan
1 Infrastruktur Jalan Pengembangan jaringan jalan WP Purwasuka  Pengembangan infrastruktur jalan
primer sebagai penghubung mencakup peningkatan kapasitas
antara pusat-pusat kegiatan, dan kondisi ruas jalan strategis
baik antar PKN, PKN dan  Pembangunan jalan lingkar
PKW, antar PKW, PKW dan Karawang di Kabupaten
PKL, maupun dengan kawasan Karawang
strategis nasional dan provinsi.
Pengembangan jaringan jalan WP  Pembangunan jalan Tol
tol dalam kota maupun antar Bodebekpunjur Cileunyi–Sumedang-Dawuan
kota sebagai penghubung -WP (CISUMDAWU) dan jalan Tol
antar pusat-pusat kegiatan Purwasuka- Cikopo/Cikampek-Palimanan
utama WP KK (CIKAPALI)
Cekungan
Bandung –WP
Ciayumajakuni
ng
2 Infrastruktur Pengembangan jaringan WP Purwasuka  Pembangunan Shortcut Jalur KA
Perhubungan kereta api yang berfungsi Antar Kota Cibungur-Tanjungrasa
sebagai penghubung antar di Kab. Karawang dan Kab.
PKN, antara PKN dan PKW, Purwakarta
serta antar PKW.  Peningkatan keandalan sistem
jaringan jalur KA lintas selatan
yang menghubungkan kota-kota
Cikampek-Purwakarta
 Peningkatan jalur KA lintas
Cikampek-Padalarang, termasuk
peningkatan spoor emplasemen
 Pembangunan rel ganda parsial
antara Purwakarta-Ciganea
 Elektrifikasi rel ganda KA Antar
Kota Cikarang-Cikampek
 Peningkatan keandalan sistem
jaringan KA lintas utara Jakarta-
Cikampek
 Pembangunan jalur KA cepat
lintas Jakarta-Surabaya
Pengembangan transportasi WP Purwasuka Peningkatan fasilitas dan prasarana
terpadu dalam rangka lalu lintas jalan
mendukung pengembangan
pusat-pusat kegiatan utama
Sumber: Dokumen RTRW Jawa Barat Tahun 2009 – 2029
18

2.1.1.2 Pola Ruang


Rencana pola ruang wilayah provinsi meliputi rencana pola ruang kawasan lindung
dan rencana pola ruang kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis provinsi

a. Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan
nilai sejarah serta budaya bangsa, guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Pengembangan kawasan lindung di Kabupaten Purwakarta bertujuan untuk mewujudkan
kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga
keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan
berkelanjutan di Kabupaten Purwakarta.
Tabel 2.3
Kawasan Lindung di Kabupaten Purwakarta
Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria
Fisik
1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya
Kawasan Hutan Hutan Lindung Hutan  Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelerengan
berfungsi lindung lapangan, jenis tanah, dan curah hujan dengan
nilai skor lebih dari 125; dan/atau;
 Kawasan hutan yang mempunyai kelerengan
lapangan 40% atau lebih, dan pada daerah
yang keadaan tanahnya peka terhadap erosi dg
kelerengan lapangan lebih dari 25%; dan/atau
 Kawasan hutan yg mempunyai ketinggian 2.000
meter atau lebih diatas permukaan laut.
2. Kawasan perlindungan setempat
Sempadan Sungai Non Hutan  Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar
sepanjang kaki tanggul di luar kawasan
perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang
kaki tanggul di dalam kawasan perkotaan
 Sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri sungai
besar dan 50 meter di kanan-kiri sungai kecil
yang tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan
 Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai
untuk yang mempunyai kedalaman tidak lebih
besar dari 3 m
 Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai
untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih
dari 3 m - 20 m
 Sekurang-kurangnya 20 m dari tepi sungai
untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih
dr 20 m
Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk
sungai yang terpengaruh oleh pasang surut air
laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau
Kawasan Sekitar Non Hutan Daratan sepanjang tepian waduk dan situ yang
Waduk dan danau/situ lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi
fisik waduk dan situ sekurang-kurangnya 50 m dari
titik pasang tertinggi ke arah darat.

Kawasan Sekitar Mata Non Hutan Kawasan dengan radius sekurang-kurangnya 200
Air m di sekitar mata air
3. Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan tanah Non Hutan  Kawasan berbentuk lereng yang rawan
longsor terhadap perpindahan material pembentuk
lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah
atau material campuran;
 Kawasan yang diidentifikasi sering dan
berpotensi mengalami kejadian tanah longsor.
4. Kawasan Lindung Geologi
Kawasan Kars Non Hutan Pengertian : Kawasan Kars merupakan bentang
alam yang unik dan langka. Karena terbentuk
dengan proses yang berlangsung lama dan hanya
dijumpai pada daerah-daerah tertentu, sudah tentu
kawasan kars menjadi objek eksplorasi dan
eksploitasi manusia.
19

Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria
Fisik
5. Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan Non Hutan  Kawasan yang berpotensi dan/atau pernah
gempa bumi tektonik mengalami gempa bumi dengan skala VII
sampai dengan XII Modified Mercally Intensity
(MMI);
 Kawasan yang mempunyai sejarah kegempaan
yang merusak;
 Kawasan yang dilalui oleh patahan aktif
daerah yang mempunyai catatan kegempaan
dengan kekuatan (magnitudo) lebih besar dari
5 pada skala richter;
 Kawasan dengan batuan dasar berupa endapan
lepas seperti endapan sungai, endapan pantai
dan batuan lapuk;
 Kawasan lembah bertebing curam yang disusun
batuan mudah longsor.
6. Kawasan Lindung Lainnya
Kawasan Perlindungan Non Hutan  Areal yang ditunjuk memiliki jenis plasma nutfah
plasma nuftah eks-situ tertentu yang belum terdapat di dalam kawasan
konservasi yang telah ditetapkan;
 Merupakan areal tempat pemindahan satwa
yang merupakan tempat kehidupan baru bagi
satwa tersebut mempunyai luas cukup dan
lapangannya tidak membahayakan.
 Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ
adalah kawasan di luar kawasan suaka alam
dan pelestarian alam yang diperuntukkan bagi
pengembangan dan pelestarian pemanfaatan
plasma nutfah tertentu.

Sumber: Dokumen RTRW Jawa Barat Tahun 2009 – 2029

b. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan. Pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten
Purwakarta difokuskan pada kawasan industri, tetapi ada pula fungsi lainnya seperti
kawasan pertanian pangan, kawasan perkebunan, kawasan perikanan, dan kawasan
pariwisata.
Tabel 2.4
Kawasan Budidaya di Kabupaten Purwakarta
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Arah Pengembangan
Kawasan Industri Non Pertanian  Memperhatikan keseimbangan dan  Mengoptimalkan kawasan
kelestarian sumberdaya alam serta industri yang telah ada di
mencegah timbulnya kerusakan dan koridor Cikarang-
pencemaran lingkungan hidup Cikampek
 Dilengkapi dengan unit pengolahan  Mengembangkan
limbah kawasan industri di
 Memperhatikan pasokan air bersih koridor Bandung-Cirebon
dari sumber air permukaan dan koridor Sukabumi-
 Industri ramah lingkungan dan Bogor
memenuhi kriteria ambang limbah  Mendorong
sesuai ketentuan peraturan pengembangan industri
perundang-undangan kreatif dan telematika di
 Pengelolaan limbah secara terpadu WP KK Cekungan
untuk industri dengan lokasi Bandung
berdekatan  Memprioritaskan
pengembangan industri
yang berteknologi tinggi,
ramah lingkungan, dan
membangkitkan kegiatan
ekonomi
 Memprioritaskan
pengembangan industri
yang menerapkan
manajemen dan kendali
mutu, clean development
mechanism, serta
20

Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Arah Pengembangan


produksi bersih
 Mendorong pertumbuhan
dan perkembangan
industry mikro, kecil, dan
menengah yang ramah
lingkungan, hemat lahan
dan dapat menyerap
tenaga kerja lokal
Kawasan Pertanian  Memiliki kesesuaian lahan untuk  Mempertahankan
Pertanian Pangan dikembangkan sebagai kawasan kawasan pertanian
pertanian pangan irigasi teknis
 Terutama berada dalam di lahan  Mendukung ketahanan
beririgasi teknis pangan provinsi dan
 Memiliki kesesuaian lahan untuk nasional
pengembangan kawasan  Meningkatkan
hortikultura dan memperhatikan produktivitas melalui pola
aspek penetapan kawasan intensifikasi, diversifikasi,
hortikultura sesuai ketentuan dan pola tanam yang
peraturan perundangan sesuai dengan kondisi
tanah dan perubahan
iklim
 Ditunjang dengan
pengembangan
infrastruktur sumberdaya
air yang mampu
menjamin ketersediaan
air
 Meningkatkan
kesejahteraan petani dan
pemanfaatan yang lestari.
Kawasan Pertanian  Memiliki kesesuaian lahan untuk  meningkatkan
Perkebunan dikembangkan sebagai kawasan pembangunan lintas
perkebunan sektor dan subsektor,
 Memiliki potensi untuk serta kegiatan ekonomi
dikembangkan sebagai kawasan sekitarnya
perkebunan  meningkatkan
pendapatan daerah
 meningkatkan
kesempatan kerja
masyarakat setempat
 mendorong terciptanya
keterkaitan sektor hulu
dan hilir perkebunan yang
dapat menstimulasi
pengembangan ekonomi
wilayah
 meningkatkan nilai ekspor
 mendukung keberlanjutan
ekosistem di wilayah
sekitarnya, terutama yang
berfungsi lindung.
Kawasan Non Pertanian  Memiliki potensi untuk  meningkatkan produksi
Perikanan dikembangkan sebagai kawasan ikan;
perikanan  meningkatkan konsumsi
ikan;
 meningkatkan ekspor
hasil pertanian;
 meningkatkan
kesempatan berusaha
dan kesempatan kerja;
 meningkatkan
pendapatan pembudidaya
ikan dan udang; dan
 meningkatkan
pengelolaan dan
pelestarian sumberdaya
perikanan.
Kawasan Non Pertanian  Memiliki potensi untuk
Pariwisata dikembangkan sebagai kawasan
pariwisata
Sumber: Dokumen RTRW Jawa Barat Tahun 2009 – 2029
21

Gambar 2.2 Peta Pola Ruang

21
22

2.1.2 Kebijakkan Kabupaten


Dalam kebijakkan kabupaten membahas mengenai RTRW, RPJPD dan RPJMD
di dalam Provinsi Jawa Barat.

2.1.2.1 Kebijakkan RTRW Kabupaten Purwakarta


Rencana struktur ruang wilayah kabupaten memuat rencana struktur ruang yang
ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi yang terkait dengan wilayah Kabupaten. Berdasarkan karakteristik fisik
serta fungsinya, rencana sistem pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Purwakarta dapat
dibedakan menjadi dua rencana pengembangan yaitu rencana pengembangan sistem
perkotaan dan rencana pengembangan sistem perdesaan.
Rencana struktur ruang untuk pertanian yang mempunyai kegiatan utama adalah
pertanian bukan dari perdagangan dan jasa, sedangkan untuk kawasan perkotaan
mempunyai fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan, distribusi
pelayanan pemrintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Tabel 2.5
Perbandingan Kawasan Perkotaan dengan Kawasan Pertanian
Kawasan Perkotaan Kawasan Pertanian
Kawasan Perkotaan di Kabupaten Purwakarta adalah Kota Purwakarta Kawasan Pertanian dapat dilihat dari
dan ibukota kecamatan misalnya Kota Babakancikao, Campaka, bagaimana suatu kawasan tersebut
Bungursari, Cibatu, Pondoksalam, Jatiluhur, Pasawahan, Wanayasa, terbangun, atau dapat dilihat dari fungsi
Kiarapedes, Plered, Maniis, Sukatani, Tegalwaru, Bojong, Darangdan kawasannya misalnya pada kawasan
dan Sukasari. Meskipun begitu tidak menutup kemungkinan bahwa ada Kecamatan Bungursari terdapat desa yang
desa – desa di Kecamatan yang berubah fungsi menjadi Kota misalnya masih banyak pertaniannya yaitu Desa
pada Desa Ciwangi dan Desa Cibening telah berubah fungsi menjadi Cibungur.
kota. Sebagai contohnya di Desa Ciwangi dimana pada desa ini
terdapat pusat perbelanjaan seperti mall, sedangkan Cibening ada
Rumah Sakit type B yaitu rumah sakit Siloam.

Sumber: Dokumen RTRW Kabupaten Purwakarta 2011 – 2031

a. Pusat Kegiatan Wilayah


Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan fungsi pelayanan untuk melengkapi sarana
dan prasarana yang terintegrasi dengan wilayah pengaruhnya (hinterland) terletak di
Cikopo – Cikampek. PKW ditetapkan dengan kriteria (PP No 26 Tahun 2008 RTRWN (
Rencana Tata Ruang Wiayah:

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua


kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;
b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa
kabupaten; dan/atau
c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
Fasilitas minimum yang tersedia di PKW adalah:
1. Pasar induk regional
2. Rumah sakit umum tipe B
3. Pusat kebudayaan
4. Kawasan olahraga
23

 Pusat Kegiatan Lokal (Perda Jabar No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Prov Jabar)
a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Perkotaan dengan fungsi pelayanan sebagai
pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pendidikan, industri kecil, dan
pariwisata terletak di Kecamatan Purwakarta. Kriteria PKL perkotaan adalah
kawasan perkotaan yang berperan sebagai pusat kegiatan lokal dengan
fungsi ekonomi utama berupa perdagangan dan jasa
Fasilitas minimum yang tersedia di PKL adalah:
- Sarana pendidikan setingkat SMA
- Rumah sakit umum tipe C
- Sarana olahraga
b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Penetapan Kecamatan Plered dan Kecamatan
Wanayasa sebagai PKL Perdesaan dengan fungsi pelayanan sebagai pusat
pemerintahan, perdagangan, jasa, pendidikan, agropolitan, minapolitan,
industri kecil, dan pariwisata terletak di Kecamatan Plered dan Kecamatan
Wanayasa.
Fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal yang menghubungkan
desa sentra produksi baik di kecamatan yang bersangkutan maupun
kecamatan yang berdekatan.
Pengembangan PKL perdesaan, meliputi:
1. Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di desa tertinggal,
desa terpencil, dan kawasan rawan bencana;
2. Penataan kawasan permukiman perdesaan dengan prinsip
konservasi dan pengelolaan bencana;
3. Pembangunan sarana olahraga dan pusat kegiatan belajar; dan
4. Pembangunan puskesmas.
 Pusat Kegiatan Lokal Promosi
PKL promosi dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan industri, perdagangan, dan
jasa di Kecamatan Cibatu dan Sawit di Kecamatan Darangdan. Kriteria Pusat Kegiatan
Lokal promosi (PKLp) adalah :
1. Kawasan perkotaan yang berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa
yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa Kecamatan;dan/atau
2. Kawasan perkotaan yang berpotensi sebagai simpul transportasi yang
melayani skala kabupaten/kota atau beberapa Kecamatan.
 Pusat Pelayanan Kawasan
PPK Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dengan fungsi pelayanan sebagai pusat
pemerintahan, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan olahraga. Kriteria (PPK) adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kecamatan atau
beberapa desa. Untuk Wilayah Kecamatan Bungursari Secara Keseluruhan Kecamatan
Bungursari masuk kedalam struktur ruang Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK).
24

Gambar 2.3 Peta Rencana Struktur Ruang


Wilayah Kab. purwakarta

24
25

2.1.2.2 Pola Ruang (RTRW Purwakarta)


Dalam pola ruang menjelaskan tentang kawasan lindung dan budidaya yang
terdapat di Kabupaten Purwakarta.
A. Rencana Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam,
sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan Kawasan lindung Kabupaten Purwakarta meliputi :
a. Kawasan hutan lindung.
b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
berupa kawasan resapan air.
c. Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas:
1. Sempadan sungai
2. Kawasan sekitar danau/waduk
3. Kawasan sekitar mata air
4. Ruang terbuka hijau perkotaan
d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, terdiri atas:
1. Kawasan cagar alam
2. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
e. Kawasan rawan bencana alam, terdiri atas:
1. Kawasan rawan banjir
2. Kawasan rawan bencana kegagalan waduk
f. Kawasan lindung geologi, terdiri atas :
1. Kawasan cagar alam geologi berupa kawasan karst
2. Kawasan rawan bencana alam geologi, meliputi:
- Kawasan rawan letusan gunung berapi
- Kawasan rawan gerakan tanah
g. Kawasan lindung lainnya berupa kawasan perlindungan terhadap plasma
nutfah. Arahan pengembangan kawasan lindung meliputi:
a. Menetapkan kawasan lindung Daerah sebesar 49,58 (empat puluh
sembilan koma lima delapan) persen dari luas seluruh wilayah
Daerah yang meliputi kawasan lindung berupa kawasan hutan dan
kawasan lindung di luar kawasan hutan, yang ditargetkan untuk
dicapai pada tahun 2031;
b. Mempertahankan kawasan resapan air atau kawasan yang
berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air;
dan
c. Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan lindung yang berada
di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung.
Fungsi Kawasan Lindung Kawasan hutan lindung mampu memberikan
perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya yaitu sebagai
pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi, serta memelihara kesuburan
tanah.
Kriteria lokasi Kawasan Hutan Berfungsi Lindung:
 Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelerengan lapangan, jenis tanah, dan
curah hujan dengan nilai skor lebih dari 125; dan/atau;
26

 Kawasan hutan yang mempunyai kelerengan lapangan 40% atau lebih,


dan pada daerah yang keadaan tanahnya peka terhadap erosi dg
kelerengan lapangan lebih dari 25%; dan/atau
 Kawasan hutan yg mempunyai ketinggian 2.000 meter atau lebih diatas
permukaan laut.
Luas peruntukan kawasan hutan lindung di Kabupaten Purwakarta
direncanakan hingga tahun 2031 kurang lebih 373 (tiga ratus tujuh puluh tiga)
hektar. Untuk mewujudkan kawasan hutan lindung sesuai dengan rencana,
dibutuhkan berbagai upaya atau program, diantaranya:
1. Penyusunan rencana pengelolaan hutan lindung;
2. Penetapan batas kawasan hutan lindung;
3. Pengawasan dan pemantauan pelestarian kawasan hutan lindung;
4. Pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya;
5. Perwujudan kawasan hutan lindung untuk ekowisata dan jasa
lingkungan;
6. Pemberian insentif pengelolaan kawasan; dan
7. Pelaksanaan program pembinaan dan sosialisasi pelestarian
kawasan hutan lindung.

a. Kawasan Resapan Air


Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi
untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi
(akifer) yang berguna sebagai sumber air.
Kriteria lokasi kawasan resapan air adalah:
 Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1000 mm/tahun;
 Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 1/16 mm;
 Mempunyai kemampuan meluluskan air dengan kecepatan lebih dari 1
m/hari;
 Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap permukaan tahan
setempat;
 Kelerengan kurang dari 15%;
 Kedudukan muka air tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air
tanah dalam.
Luas peruntukan Kawasan resapan air di Kabupaten Purwakarta
direncanakan hingga tahun 2031 kurang lebih 31.695,4 (tiga puluh satu ribu
enam ratus sembilan puluh lima koma empat) hektar. Upaya yang dibutuhkan
untuk kawsan resapan air adalah sebagai berikut :
a. Penetapan batas kawasan lindung yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya;
b. Pengendalian kegiatan budi daya;
c. Pemberian insentif terhadap kegiatan budi daya yang menunjang fungsi
lindung kawasan;
d. Pengaturan kegiatan di kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya yang dimiliki masyarakat;
e. Pengendalian kegiatan yang bersifat menghalangi masuknya air hujan
ke dalam tanah;
f. Pengolahan sistem terasering dan vegetasi yang mampu menahan dan
meresapkan air; dan
27

g. Pelaksanaan program pembinaan dan sosialisasi pelestarian kawasan.

b. Kawasan Lindung Setempat


Pada kawasan lindung setempat terdapat berbagai macam kawasan yang
dilindungi yaitu meliputi :
1. Kawasan Sempadan Sungai
Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai,
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
2. Kawasan Sekitar Situ, Danau, atau Waduk
Kawasan sekitar danau/waduk adalah kawasan tertentu di sekeliling
danau/waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi danau atau waduk. Sedangkan kawasan perlindungan
setempat berupa situ di Kabupaten Purwakarta yaitu:
1. Situ Cibeber berada di Kecamatan Wanayasa;
2. Situ Cibodas berada di Kecamatan Bungursari;
3. Situ Cigangsa berada di Kecamatan Campaka;
4. Situ Cikamar berada di Kecamatan Campaka;
5. Situ Wanayasa berada di Kecamatan Wanayasa;
6. Situ Buleud berada di Kota Purwakarta;
7. Situ Cisaat berada di Kecamatan Campaka; dan
8. Situ Cikumpay berada di Kecamatan Campaka.
Untuk mewujudkan kawasan sekitar situ, danau atau waduk
membutuhkan upaya atau program, antara lain:
1. Penetapan batas kawasan danau atau waduk serta sempadannya;
2. Penetapan batas kawasan pasang surut;
3. Penghijauan; dan
4. Pelaksanaan program pembinaan dan sosialisasi pelestarian
kawasan.
3. Kawasan Sekitar Mata Air
Kawasan sekitar mata air adalah Kawasan di sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
mata air. Untuk mewujudkan kawasan sekitar mata air membutuhkan
upaya atau program:
1. penetapan batas sempadan sumber mata air;
2. penghijauan; dan
3. pelaksanaan program pembinaan dan sosialisasi pelestarian
kawasan.
4. Ruang Terbuka Hijau
Untuk mewujudkan kawasan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan
membutuhkan upaya atau program:
1. Pengembangan taman kota dan lingkungan sesuai skala
pelayanannya;
2. Pemeliharaan rth kawasan perkotaan; dan
3. Pelaksanaan program pembinaan dan sosialisasi pelestarian
kawasan.
28

B. Rencana Kawasan Budidaya


Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 Tentang
Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten, Kawasan budi daya kabupaten
adalah kawasan budi daya yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan. Rencana penetapan Kawasan Budidaya di
Kabupaten Purwakarta didasarkan pada:
a. Hasil analisis kesesuaian lahan yang meliputi kesesuaian fisik tekstur
tanah, jenis tanah, ketinggian, topografi, erosi, curah hujan, dan lain-
lain.
b. Kondisi penggunaan lahan kawasan lindung eksisting.
c. Kebijaksanaan Pemerintah dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Rencana kawasan budidaya di Kabupaten Purwakarta meliputi; rencana
kawasan budidaya pertanian dan rencana kawasan budidaya non pertanian.
a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Hutan produksi terbagi menjadi hutan produksi tetap, terbatas, dan
diskonversi. Fungsi dari hutan produksi adalah :
1. Penghasil kayu dan bukan kayu;
2. Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;
3. Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat;
4. Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil)
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
b. Kawasan peruntukkan hutan produksi terbatas
Peruntukan lahan untuk hutan produksi terbatas direncanakan seluas
3.237 Ha dengan luas peruntukan menyebar di Kecamatan Campaka,
Kecamatan Cibatu, Kecamatan Jatiluhur, Kecamatan Kiarapedes,
Kecamatan Maniis, Kecamatan Plered, Kecamatan Pondoksalam,
Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukatani; dan Kecamatan Tegalwaru.
c. Kawasan Hutan Produksi Tetap
Kawasan hutan produksi tetap dengan luas kurang lebih 14.270 ha meliputi
1. Kecamatan Bojong;
2. Kecamatan Campaka;
3. Kecamatan Cibatu;
4. Kecamatan Cibungur;
5. Kecamatan Darangdan;
6. Kecamatan Jatiluhur;
7. Kecamatan Kiarapedes;
8. Kecamatan Maniis;
9. Kecamatan Plered;
10. Kecamatan Pondok Salam;
11. Kecamatan Purwakarta;
12. Kecamatan Bungursari
13. Kecamatan Sukasari;
14. Kecamatan Sukatani;
15. Kecamatan Wanayasa.
29

d. Kawasan Peruntukkan Pertanian


Kawasan peruntukan pertanian yang direncanakan di Kabupaten
Purwakarta meliputi kawasan budidaya tanaman pangan, kawasan
budidaya hortikultura, kawasan budidaya perkebunan, dan kawasan
budidaya peternakan. Fungsi utama kawasan peruntukan pertanian
memiliki fungsi antara lain:
1. Menghasilkan bahan pangan, palawija, tanaman keras, hasil
peternakan dan perikanan;
2. Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;
3. Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
e. Kawasan Budidaya Tanaman Pangan
Kawasan budidaya tanaman pangan adalah kawasan yang diperuntukkan
bagi tanaman pangan lahan basah (padi sawah) dimana pengairannya
diperoleh secara teknis (irigasi teknis dan irigasi setengah teknis) maupun
alamiah (tadah hujan). Kebijaksanaan pengembangan dan pengelolaan
pertanian tanaman pangan lahan basah meliputi :
1. Pemanfaatan semua lahan-lahan yang telah mendapatkan
pengairan/irigasi tetapi belum dimanfaatkan sebagai lahan sawah;
2. Mengoptimalkan produktivitas lahan-lahan sawah yang sudah ada
melalui program intensifikasi;
3. Mempertahankan luas pertanian padi sawah yang ada saat ini;
4. Evaluasi terhadap rencana pembangunan prasarana pengairan yang
dinilai tidak atau kurang mencapai sasaran;
5. Pencegahan dan membatasi alih fungsi lahan sawah produktif untuk
kegiatan budidaya lainnya, seperti, industri, perumahan skala besar,
kecuali untuk penyediaan prasarana umum, dengan mengacu kepada
Surat Edaran Menteri BPN dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
tentang Larangan terhadap Alih Fungsi Lahan Pertanian Tanaman
Pangan Lahan Basah Irigasi Teknis; dan
6. Pemantapan prosedur dan mekanisme dalam setiap perubahan
kegiatan budidaya khususnya dari kegiatan pertanian menjadi kegiatan
budidaya lainnya.
Kawasan budidaya tanaman pangan dengan luas kurang lebih 10.071 hektar
meliputi:
1. Kecamatan Purwakarta;
2. Kecamatan Bungursari;
3. Kecamatan Pasawahan;
4. Kecamatan Campaka;
5. Kecamatan Plered;
6. Kecamatan Darangdan;
7. Kecamatan Wanayasa; dan
8. Kecamatan Pondoksalam.

f. Kawasan Budidaya Holtikultura


Kawasan budidaya hortikultura dengan luas kurang lebih 6.287 hektar
meliputi:
1. Kecamatan Wanayasa;
2. Kecamatan Plered;
30

3. Kecamatan Campaka;
4. Kecamatan Sukatani;
5. Kecamatan Pasawahan;
6. Kecamatan Pondoksalam;
7. Kecamatan Bojong;
8. Kecamatan Maniis;
9. Kecamatan Kiarapedes;
10. Kecamatan Bungursari;
11. Kecamatan Darangdan; dan
12. Kecamatan Tegalwaru.

g. Kawasan Budidaya Pekebunan


Kawasan budidaya perkebunan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi
tanaman tahunan atau tanaman perkebunan yang menghasilkan baik
bahan pangan dan bahan baku industri. Kebijaksanaan pengelolaan
kawasan ini meliputi :
1. Pengembangan kegiatan diarahkan pada lahan-lahan yang memiliki
potensi/kesesuaian lahan sebagai lahan perkebunan/tahunan secara
optimal;
2. Pengendalian perluasan tanaman perkebunan untuk memelihara
kelestarian lingkungan;
3. Mengoptimalkan produktivitas lahan-lahan perkebunan baik melalui
intensifikasi maupun ekstensifikasi;
4. Pemilihan jenis komoditi unggulan sesuai potensi lahan.
Kawasan budidaya perkebunan dengan luas kurang lebih 13.388 hektar
meliputi :
1. Kecamatan Kiarapedes;
2. Kecamatan Sukatani;
3. Kecamatan Plered;
4. Kecamatan Maniis;
5. Kecamatan Darangdan;
6. Kecamatan Campaka:
7. Kecamatan Cibatu;
8. Kecamatan Bungursari;
9. Kecamatan Wanayasa dan
10. Kecamatan Bojong
h. Kawasan Untuk Perikanan
Kawasan perikanan ini meliputi kawasan perikanan budidaya dan kawasan
perikanan tangkap. Kawasan perikanan tangkap adalah kawasan yang
diperuntukkan bagi perikanan, baik berupa pertambakan/kolam maupun
perairan darat lainnya. Kriteria pengelolaan kawasan perikanan adalah
sebagai berikut :
1. Pengelolaan kawasan perikanan dilakukan untuk memanfaatkan
potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan perikanan, dalam
meningkatkan produksi perikanan dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan untuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan.
2. Kriteria Penetapan Kriteria pengelolaan kawasan perikanan meliputi :
31

- Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan


perikanan serta tidak mengganggu kelestarian lingkungan.
- Terdapat peningkatan produktivitas lahan dari penggunaan lahan
sebelumnya.
- Diupayakan untuk membentuk kawasan yang kompak.
Kawasan perikanan tangkap diarahkan pada badan air terdiri atas:
1. Waduk;
2. Situ; dan
3. Sungai.
Kawasan perikanan tangkap pada badan air berupa waduk meliputi:
1. Kecamatan Jatiluhur;
2. Kecamatan Tegalwaru;
3. Kecamatan Sukasari; dan
4. Kecamatan Maniis.
Kawasan perikanan tangkap pada badan air berupa situ meliputi:
1. Kecamatan Bungursari;
2. Kecamatan Campaka;
3. Kecamatan Wanayasa; dan
4. Kecamatan Purwakarta.
Kawasan budidaya perikanan dengan luas kurang lebih 8.192 (delapan ribu
seratus sembilan puluh dua) hektar meliputi:
1. Kecamatan Jatiluhur;
2. Kecamatan Sukatani;
3. Kecamatan Darangdan;
4. Kecamatan Pondoksalam;
5. Kecamatan Pasawahan;
6. Kecamatan Maniis;
7. Kecamatan Plered; dan
8. Kecamatan Wanayasa.

i. Kawasan Untuk Pertambangan


Kawasan peruntukan pertambangan adalah wilayah yang memiliki potensi
sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas
berdasarkan peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi
penelitian, penyelidikan umum, eksplorasi, operasi produksi/eksploitasi dan
pasca tambang, baik itu di wilayah daratan maupun perairan, serta tidak
dibatasi oleh penggunaan lahan, baik kawasan budidaya maupun kawasan
lindung.
Menurut PP no. 22 tahun 2010 Wilayah Pertambangan (WP) merupakan
kawasan yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara, baik di
permukaan tanah maupun di bawah tanah, yang berada dalam wilayah
daratan atau wilayah laut untuk kegiatan pertambangan. Wilayah yang
dapat ditetapkan sebagai Wilayah Pertambangan (WP) memiliki kriteria
adanya:
32

1. Indikasi formasi batuan pembawa mineral dan/atau pembawa batubara;


dan/atau
2. Potensi sumber daya bahan tambang yang berwujud padat dan/atau
cair.

Fungsi kawasan peruntukan pertambangan adalah


1. Menghasilkan barang hasil tambang yang meliputi mineral, batubara,
minyak bumi dan gas serta panas bumi;
2. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja;
3. Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil)
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
Kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Purwakarta terdiri atas:
1. Kawasan pertambangan mineral logam terletak di Kecamatan
Sukatani;
2. Kawasan pertambangan mineral non logam meliputi :
- Kecamatan Plered;
- Kecamatan Sukatani; dan
- Kecamatan Tegalwaru.
3. Kawasan pertambangan batuan meliputi:
1. Kecamatan Plered;
2. Kecamatan Sukatani;
3. Kecamatan Tegalwaru;
4. Kecamatan Jatiluhur;
5. Kecamatan Campaka;
6. Kecamatan Kiarapedes;
7. Kecamatan Cibatu;
8. Kecamatan Babakancikao; dan
9. Kecamatan Bungursari.
4. Kawasan pertambangan migas terletak di Kecamatan Kiarapedes
dan Cibatu.
5. Kawasan pertambangan panas bumi meliputi:
1. Kecamatan Kiarapedes;
2. Kecamatan Wanayasa; dan
3. Kecamatan Bojong.

j. Kawasan Untuk Industri


Kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukan
bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan
Industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah
memiliki Izin Usaha Kawasan Industri. Pembangunan Kawasan Industri
bertujuan untuk:
33

1. Mengendalikan pemanfaatan ruang;


2. Meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan
lingkungan;
3. Mempercepat pertumbuhan industri di daerah;
4. Meningkatkan daya saing industri;
5. Meningkatkan daya saing investasi; dan
6. Memberikan kepastian lokasi dalam perencanaan dan pembangunan
infrastruktur, yang terkoordinasi antar sektor terkait.
Kawasan peruntukan industri meliputi:
1. Kawasan peruntukan industri besar;
2. Kawasan peruntukan industri menengah; dan
3. Kawasan peruntukan industri kecil dan mikro.
Jenis atau klasifikasi industri pada kawasan peruntukan industri, yaitu:
1. Industri besar, merupakan industri yang memiliki ciri-ciri: modal
sangat besar, teknologi canggih dan modern, organisasi teratur,
tenaga kerja dalam jumlah banyak dan terampil, pemasarannya
berskala nasional atau internasional. Misalnya: industri barang-
barang elektronik, industri otomotif, industri transportasi, dan industri
persenjataan.
2. Industri menengah, merupakan industri yang memiliki ciri-ciri: modal
relatif besar, teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja
antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak tetap, dan lokasi
pemasarannya relative lebih luas (berskala regional). Misalnya:
industri bordir, industri sepatu, dan industri mainan anak-anak.
3. Industri kecil dan mikro, merupakan industri yang memiliki ciri-ciri:
modal relatif kecil, teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10
orang biasanya dari kalangan keluarga, produknya masih sederhana,
dan lokasi pemasarannya masih terbatas (berskala lokal). Misalnya:
industri kerajinan dan industri makanan ringan.
Kawasan peruntukan industri besar dan industri menengah dengan luas
kurang lebih 7.848 (tujuh ribu delapan ratus empat puluh delapan) hektar
meliputi:
1. Kecamatan Babakancikao;
2. Kecamatan Bungursari;
3. Kecamatan Jatiluhur;
4. Kecamatan Cibatu;
5. Kecamatan Campaka;
6. Kecamatan Sukatani;
7. Kecamatan Plered;
8. Kecamatan Tegalwaru; dan
9. Kecamatan Maniis.
34

Tabel 2.6
Kawasan Lindung Kecamatan Bungursari
Kawasan Lindung Kriteria Fungsi
Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan sekitar situ, danau, dan Untuk mewujudkan kawasan
waduk sekitar situ, danau atau waduk
membutuhkan upaya atau
program, antara lain:
1. penetapan batas kawasan
danau atau waduk serta
sempadannya;
2. penetapan batas kawasan
pasang surut;
3. penghijauan; dan
4. pelaksanaan program
pembinaan dan sosialisasi
pelestarian kawasan.

Sumber: Dokumen RTRW Kabupaten Purwakarta 2011 – 2031

Tabel 2.7
Kawasan Budidaya Kecamatan Bungursari
Kawasan Budidaya Kriteria Fungsi
Kawasan Hutan Produksi Kriteria Hutan Produksi : Hutan produksi
1. Keadaan fisik areal hutan merupakan kawasan hutan yang
dimungkinkan untuk dilakukan dimanfaatkan untuk memproduksi
eksploitasi secara ekonomis hasil hutan.
2. Lokasinya secara ekonomi
mudah dikembangkan
sebagai hutan produksi.
3. Hutan produksi dapat berupa
area kosong
4. Tidak merugikan dari segi
ekologi
Kawasan Budidaya Tanaman Kawasan yang memang Berfungsi sebagai ketahanan
Pangan diperuntukkan untuk tanaman pangan, mendayagunakan
pangan lahan basah yang investigasi irigasi teknis, dan
pengairannya melalui alamiah mengembangkan produktivitas
(tadah hujan). lahan.
Kawasan Budidaya Holtikultura
Kawasan Budidaya Perkebunan
Sumber: Dokumen RTRW Kabupaten Purwakarta 2011 – 2031
35

Gambar 2.4 Peta Rencana Pola Ruang


Wilayah Kab. Purwakarta

35
36

2.1.2.3 RPJP dan RPJM Kabupaten Purwakarta


Dalam sub bab ini menjelaskan bagaimana Rencana Pembangunan Jangka
Panjang dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Purwakarta
a. Visi dan Misi

"PURWAKARTA BERKARAKTER”

Visi Pembangunan Kabupaten Purwakarta Tahun 2013-2018 ini menjadi


arah cita-cita bagi pembangunan yang secara sistematis bagi penyelenggara
pemerintahan daerah dan segenap pemangku kepentingan pembangunan di
Kabupaten Purwakarta. Adapun Penjelasan dari Visi “PURWAKARTA
BERKARAKTER” ini adalah merupakan pola pembangunan terintegrasi yang
didasarkan pada persenyawaan nilai dasar tanah, air, udara dan matahari
sebagai basis penciptaan manusia yang tercermin dari tata kota dan bangunan,
tata kelola pemerintahan, tata kehidupan masyarakat yang berorientasi pada
kemanunggalan, keparipurnaan dan kemuliaan sebagai bentuk
pertanggungjawaban keterwakilan manusia di muka bumi yang dipilih oleh Allah
SWT sebagai makhluk yang istimewa.

Visi Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Purwakarta


berdasarkan Perda Nomor 16 Tahun 2008 adalah “PURWAKARTA CERDAS,
SEHAT DAN BERAKHLAKUL KARIMAH”. Dalam mewujudkan Visi tersebut
maka disusun 5 Misi Pembangunan Purwakarta Tahun 2005 – 2025, yaitu :

1. Meningkatkan Kualitas SDM yang Berpendidikan dan Berakhlakul Karimah.


2. Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat dan Kualitas Lingkungan
Hidup.
3. Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Yang Berdaya Saing dan Berbasis
Potensi Lokal.
4. Meningkatkan Ketersediaan Infrastruktur dan Penataan Wilayah.
5. Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Yang Efektif, Efisien,
Bersih dari KKN dan Memiliki Kepedulian Terhadap Masyarakat.
a. Arah Pengembangan dan Kebijakkan Kabupaten Purwakarta
Secara umum arah pengembangan wilayah sebagaimana tertuang dalam
RTRW Kabupaten Purwakarta Tahun 2011-2013 ditujukan dalam rangka
mewujudkan Kabupaten Purwakarta sebagai pusat pengembangan industri,
pertanian, dan pariwisata yang terpadu, berdaya saing, dan berwawasan
lingkungan. Tujuan pengembangan wilayah tersebut selanjutnya dijabarkan
kedalam 6 (enam) kebijakan penataan ruang, yaitu :
1. Pengembangan Kegiatan Industri Secara Teraglomerasi Terutama di Bagian
Utara Wilayah Kabupaten dan sekitar pintu tol (Interchange);
2. Pengembangan Sentra Produksi Pertanian Terintegrasi Dalam Sistem
Kawasan Agropolitan dan/atau Minapolitan di Bagian Selatan Wilayah
Kabupaten;
3. Pengembangan Kawasan Wisata Bersinergi Dengan Kegiatan Pertanian
dan Industri;
4. Pengembangan Sistem Pelayanan dan Permukiman Secara Berhierarki,
Didukung Infrastruktur Wilayah Terpadu, Serta Bersinergi Dengan Sistem
Perkotaan dan Kawasan Strategis;
37

5. Pemantapan Pelestarian dan Perlindungan Kawasan Lindung Guna


Mempertahankan Daya Dukung Lingkungan Serta Meminimalkan Resiko
Bencana dan Efek Pemanasan Global; dan
6. Peningkatan Fungsi Kawasan Untuk Pertahanan dan Keamanan Negara.
Berkaitan tujuan dan kebijakan diatas, serta selaras dengan arah
pengembangan RTRW Nasional dan Provinsi, telah dirumuskan rencana
pengembangan wilayah yang meliputi rencana struktur ruang, rencana pola ruang,
dan rencana kawasan strategis.

b. RPJM Kabupaten Purwakarta


 Issue Strategis
Isu Strategis dalam RPJMD Kabupaten Purwakarta Tahun 2013-2018
dirumuskan terlebih dah ulu dengan menggali dan mengindentifikasi
permasalahan pembangunan di Kabupaten Purwakarta lalu dikaitkan dengan isu
global, nasional, regional dan lokal. Isu Strategis RPJMD tersebut akan menjadi
salah satu dasar penentuan prioritas pembangunan dalam kurun waktu 5 (lima)
tahun mendatang.
Mengingat permasalahan pembangunan di Kabupaten Purwakarta masih
dirasakan sangat banyak dan kompleks seperti yang telah diuraikan diatas,
maka untuk menentukan permasalahan yang akan dijadikan bahan isu strategis
perlu diidentifikasikan terlebih dahulu isu global, nasional, regional dan lokal
sesuai dinamika yang berkembang saat ini. Adapun isu strategis yang
diidentifikasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.8
Identifikasi Isu – Isu Strategis
Isu Strategis
Lokal
Dinamika Regional
Dinamika Internasional Dinamika Nasional (Kabupaten
(Jawa Barat)
Purwakarta)
(1) (2) (3) (4)
Tujuan Pembangunan Prioritas Pembangunan Tujuan Inti Melanjutkan Program
Milleium/Millenium Nasional dalam RPJMN : Pembangunan Jawa RPJMD Tahap Ke-2,
Development Goals Barat (Common Goals) Dengan Tekanan2
(MDGs): dalam RPJMD Provinsi Pada:
Jawa Barat :

1. Memberantas 1. Reformasi Birokrasi dan 1. Peningkatan Kualitas 1. Penuntasan


kemiskinan dan Tata Kelola Pendidikan Program Wajib
kelaparan Belajar Dua Belas
Tahun

2. Mencapai pendidikan 2. Pendidikan 2. Peningkatan Kualitas 2. Pengurangan


dasar untuk semua Kesehatan Jumlah
Pengangguran

3. Mendorong kesetaraan 3. Kesehatan 3. Peningkatan Daya Beli 3. Penataan


jender dan Masyarakat Infrastruktur
pemberdayaan Perdesaan
perempuan
4. Menurunkan angka 4. Penanggulangan 4. Kemandirian Pangan 4. Peningkatan
kematian anak Kemiskinan Kualitas Pendidikan
38

Isu Strategis
Lokal
Dinamika Regional
Dinamika Internasional Dinamika Nasional (Kabupaten
(Jawa Barat)
Purwakarta)
(1) (2) (3) (4)
5. Meningkatkan 5. Ketahanan Pangan 5. Peningkatan Kinerja 5. Peningkatan
kesehatan ibu Aparatur Kualitas Kesehatan

6. Memerangi HIV/AIDS, 6. Infrastruktur 6. Pengembangan 6. Optimalisasi Aspek


malaria dan penyakit Infrastruktur Wilayah Pemerintahan
menular lainnya Umum dan
Administrasi
Pemerintah Hingga
Tingkat Desa
7. Memastikan 7. Iklim Investasi dan 7. Kemandirian Energi
kelestarian Usaha Dan Kecukupan Air
lingkungan hidup Baku
8. Mengembangkan 8. Energi 8. Penanganan Bencana
kemitraan global dan Pengendalian
untuk pembangunan Lingkungan Hidup
9. Lingkungan Hidup dan 9. Pembangunan
Bencana Perdesaan
10. Daerah Tertinggal, 10.Pengembangan
Terdepan, Terluardan Budaya Lokal dan
Pasca Konflik Destinasi Wisata
11. Kebudayaan,
Kreativitas, dan
Inovasi Teknologi
Sumber: Dokumen RPJMD Kabupaten Purwakarta 2013 – 2018

Berdasarkan permasalahan dan identifikasi isu-isu strategis yang terjadi di


tingkat global, nasional, regional dan lokal maka isu strategis yang menjadi
prioritas pembangunan di Kabupaten Purwakarta dalam 5 (lima) tahun kedepan
adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan Kualitas Pendidikan
Kualitas layanan pendidikan di semua jenjang masih belum optimal dan
belum secara merata dapat memenuhi standar pelayanan nasional
pendidikan.Oleh karenanya kedepan perlu di prioritaskan upaya pemenuhan
kebutuhan pelayanan pendidikan pada semua jenjang yang sesuai dengan
tuntutan Standar Nasional Pendidikan.

2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendidikan yang Berkualitas


Masih Terbatas.
Masih rendahnya sarana dan prasarana pendidikan yang ada mulai dari
ruang kelas dan ruang penunjang lain seperti Perpustakaan, Laboratorium,
Sarana olahraga, ketersediaan MCK/sanitasi belum bisa sesuai dengan ratio
jumlah siswa. Oleh karenanya kedepan perlu dilakukan langkah-langkah untuk
memenuhi ketersediaan ruang kelas yang mampu menampung anak usia
sekolah pada semua jenjang yang sesuai dengan standar pelayanan.
Pemenuhan kebutuhan ruang penunjang lain serta ketersediaan sarana
sanitasi/MCK yang sesuai dengan ratio siswa mutlak diperlukan untuk
mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat dan bermutu.
39

3. Peningkatan Kualitas Kesehatan


Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat perlu dilakukan melalui
peningkatan kualitas layanan di tingkat dasar dan di tingkat rujukan. Revitalisasi
Posyandu, Pengembangan Pukesmas Pembantu dan Puskesmas Rawat Inap
kedepan masih perlu dilakukan disamping penyediaan obat-obatan dan
peralatan kesehatan yang memadai. Peningkatan pelayanan kesehatan ditingkat
rujukan juga akan menjadi prioritas melalui pemenuhan ruang perawatan yang
baik dan layak, penyediaan peralatan kesehatan yang memadai di rumah sakit,
ketersediaan obat-obatan yang cukup, serta kesiapan tenaga kesehatan yang
cukup dan memiliki kompetensi. Hal lain yang juga perlu mendapatkan prioritas
adalah upaya untuk menyadarkan masyarakat agar terbiasa dengan pola hidup
bersih dan sehat untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di
Purwakarta.

4. Permasalahan Pengangguran dan Kemiskinan


Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi
Kabupaten Purwakarta perkembangan jumlah pengangguran (pencari kerja yang
terdaftar) di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2012 mencapai sebesar
24.481orang atau sebesar 6,11 % dibandingkan dengan jumlah Angkatan Kerja.
Hal tersebut memerlukan penanganan serius dari pemerintah. Oleh karenanya
kedepan perlu dilakukan penguatan dan revitalisasi Sektor-Sektor Pertanian,
Peternakan, dan Perikanan sebagai potensi domestik yang menjanjikan untuk
menyerap tenaga kerja, sehingga intervensi pemerintah pada Sektor
Peternakan, Pertanian dan Perikanan mutlak diperlukan.
Hal yang tidak kalah penting adalah upaya penyiapan tenaga kerja terampil
dan kompeten untuk menjawab kebutuhan Sektor Industri serta Perdagangan
Barang dan Jasa. Upaya penanggulangan kemiskinan kedepan perlu dilakukan
secara sistemik mulai dari pembenahan mental dan karakter masayarakat,
pemenuhan kebutuhan dasar mereka mulai dari kesehatan, pendidikan dan
tempat tinggalnya serta pemenuhan akses ekonomi serta ketersediaan
infrastruktur yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi semua masyarakat.

5. Penataan Infrastruktur di Perkotaan dan Perdesaan


Penataan insfrastruktur di perdesaan sampai dengan saat ini belum
memadai dan merata ke seluruh wilayah di Kabupaten Purwakarta, termasuk
dalam hal ini tingkat kemantapan jaringan dan kualitas jalan, kurangnya saluran
drainase, kurangnya infrastruktur pengelolaan sampah dan air limbah,
infrastruktur air bersih dan infrastruktur irigasi yang belum dimanfaatkan secara
optimal.

c. Program Pioritas
Prioritas Pembangunan Kabupaten Purwakarta untuk Tahun 2014
merupakan tindak lanjut atau dalam rangka mendukung program pembangunan
lanjutan yang nantinya akan dituangkan dalam Rencana pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2013 – 2018. Prioritas pembangunan tersebut
dirumuskan dalam “9 Tangga Cinta Purwakarta Istimewa “ yang terdiri atas :
40

1. Peningkatan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah melalui


bantuan pembangunan rumah tidak layak huni, pemberian bantuan modal
peternakan / modal usaha.
2. Perlindungan jaminan kesehatan, hari tua dan kematian bagi seluruh
masyarakat, peningkatan kualitas puskesmas rawat inap dan
pembentukan Bank Gizi di setiap puskesmas.
3. Pengembangan sistem penyelenggaraan pendidikan yang berbasis
kearifan lokal yang bernilai religiositas melalui pengenalan baca tulis Al-
Qur`an sejak dini, integrasi pendidikan dasar 9 tahun, penguatan nilai 7
hari istimewa, pendidikan gratis bagi masyarakat berpenghasilan rendah
sampai tingkat SLTA, beasiswa bagi siswa / mahasiswa berprestasi
istimewa, optimalisasi bantuan kelembagaan sosial dan keagamaan
sebagai basis ketahanan kultur / tradisi serta peningkatan kualitas hidup
para pendidik tradisi (guru ngaji, muazin, imam jum`at, khotib dan lain-
lain).
4. Pengembangan sistem pertanian organik di 17 kecamatan yang
terintegrasi dengan sistem kehutanan, perkebunan, peternakan,
perikanan dan ketahanan energi serta penguatan pusat pengobatan
tradisional dan lumbung obat tradisional di Kecamatan Pasawahan,
Pondoksalam, Wanayasa, Kiarapedes dan Darangdan.
5. Penyempurnaan pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, irigasi,
jaringan listrik, drainase perkotaan serta pengembangan sistem dan
jaringan air bersih siap minum bagi masyarakat.
6. Pengembangan layanan administrasi pemerintahan yang berbasis
perdesaan melalui penguatan Sistem E - Government sampai tingkat RT,
Penguatan peran desa sebagai basis otonom Negara melalui program
investasi desa, serta Peningkatan kualitas hidup Kepala Desa / Perangkat
Desa, Bamusdes, LPM, Karang Taruna, Tim Penggerak PKK, Linmas,
Kader Posyandu, Kadus, RW dan RT.
7. Pengembangan program investasi melalui penguatan dan pembukaan
kawasan industri baru meliputi Kecamatan Bungursari, Campaka, Cibatu,
Babakan Cikao, Jatiluhur, Sukatani, Plered, Tegalwaru, serta
pengembangan Kawasan Kota Hijau (Green City) di Kecamatan
Pondoksalam, Sukatani, Darangdan, Bojong dan Wanayasa.
8. Pengembangan Purwakarta sebagai Kabupaten Pariwisata melalui
penataan ruang publik, penataan bangunan perkantoran, penataan
kawasan GOR Purnawarman, penyempurnaan Masjid Agung Purwakarta,
pengembangan pusat kuliner berbasis tradisi, penataan kawasan
perdagangan ciri khas Purwakarta Kecamatan Sukatani dan Bungursari,
pengembangan Jatiluhur, Sukasari, Tegalwaru, Sukatani, sebagai daerah
pariwisata berbasis hutan dan air, penataan Situ Bungursari,
penyempurnaan kawasan Situ Buleud, Situ Wanayasa, Situ Cikumpay,
Situ Cigangsa, serta Penataan Kawasan Wisata Hutan Cirende,
Wanawali dan Cibukamanah.
9. Penguatan ekonomi masyarakat melalui pengembangan Pasar
Tradisional Leuwipanjang, Maniis, Sukatani, Bojong, Wanayasa,
Pasawahan, Darangdan, Cibatu dan Campaka serta Penyempurnaan
penataan pusat perbelanjaan Pasar Jumat.
41

2.1.3 Kebijakkan Kecamatan


Dalam kebijakkan kecamatan membahas mengenai Rencana Detail Tata Ruang
Kecamatan Bungurasari (RDTR).

2.1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah


Lingkup wilayah perencanaan yang akan dijadikan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Perkotaan Bungursari merupakan sistem perkotaan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Purwakarta yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW) dengan fungsi pelayanan untuk melengkapi sarana dan prasarana yang
terintegrasi dengan wilayah pengaruhnya (hinterland) terletak di Cikopo – Cikampek dan
Pusat-Pusat Kegiatan (PPK) Bungursari dengan fungsi pelayanan sebagai pusat
pemerintahan, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan olahraga.
Dilihat dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Purwakarta peruntukan pola
ruang Kawasan Perkotaan Bungursari, antara lain: sebagai kawasan industri, sebagai
kawasan permukiman perkotaan, serta sebagai kawasan hutan produksi tetap. Ada
beberapa hal di Kawasan Perkotaan Bungursari yang menjadikan Kecamatan Bungursari
sebagai kawasan perkotaan, diantaranya: terdapat 2 tol gate (Cikopo dan Sadang),
adanya pembangunan tol Cikapali dan shortcut rel kereta api menuju Cirebon.
Adanya tol gate dan rencana tol Cikopo-Palimanan Cirebon ke arah timur dengan
titik pangkal adalah pintu tol Sadang. Diharapkan dengan keberadanya tol gate dan tol
Cikopo-Palimanan di Kecamatan Bungursari ini menjadikan kawasan Bungursari menjadi
semakin maju dan berkembang. Nilai sebuah kawasan tidak hanya ditentukan oleh
adanya akses pintu tol saja, tetapi oleh perkembangan pertumbuhan fasilitas-fasilitas
komersial dan akses infrastruktur yang memadai. Ketika sebuah ases telah dapat
memberikan nilai bagi suatu kawasannya, maka kegiatan komersial akan tumbuh dan
berkembang sejalan dengan itu nilai properti disekitar kawasan tersebut akan naik.
Pembangunan shortcut jalur kereta api Cibungur-Tanjungrasa diharapkan dapat
mengatasi kerusakan jalan di jalur tengah yang sering di lewati oleh truk-truk pengangkut
batubara. Jalur pintas ini dibangun untuk mengurangi beban jalur Bandung-Sumedang-
Cirebon yang macet dan rusak berat karena angkutan batubara. Selain itu dibangunnya
jalur shortcut gunanya untuk mempercepat waktu tempuh kereta api jalur utara,
pembangunan jalur pintas diproyeksikan pula untuk menjadi angkutan batubara.
Pembangunan jalur pintas rel kereta api dari Stasiun Cibungur ke Tanjungrasa bisa
mengurangi waktu tempuh perjalanan dibandingkan apabila masuk ke Stasiun Cikampek
terlebih dahulu.
Ada beberapa kriteria untuk deliniasi kawasan perkotaan: yaitu: kawasan
terbangun dan kawasan pengembangan pembangunan. Deliniasi suatu kawasan
perkotaan dilihat dari trigger pergerakan yang ada disuatu kawasan, dimana di Kawasan
Perkotaan Bungursari yang mempunyai fungsi ruangnya, berdasarkan: adanya tol gate
(Cikopo dan Sadang), adanya rencana tol Cikopo-Palimanan, serta adanya shortcut rel
kereta api menuju Cirebon. Setelah dilihat dari beberapa sudut pandang, maka ditentukan
satu Kecamatan Bungursari merupakan suatu hal yang tidak dapat di pisahkan untuk
pendeliniasian kawasan, karena semuanya saling keterkaitan satu dengan yang lainnya.
Kawasan perkotaan di Kabupaten Purwakarta adalah Kota Purwakarta dan kota-
kota ibukota kecamatan lainnya seperti Kota Babakancikao, Campaka, Bungursari,
Cibatu, Pondoksalam, Jatiluhur, Pasawahan, Wanayasa, Kiarapedes, Plered, Maniis,
Sukatani, Tegalwaru, Bojong, Darangdan dan Sukasari.
Fungsi kawasab Bungursari menurut RTRW Kabupaten Purwakarta adalah sebagai
berikut :
42

1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)


Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan fungsi pelayanan untuk melengkapi sarana
dan prasarana yang terintegrasi dengan wilayah pengaruhnya (hinterland) terletak di
Cikopo – Cikampek.

2. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)


Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dengan fungsi pelayanan sebagai pusat
pemerintahan, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan olahraga meliputi:
a. Kecamatan Babakancikao;
b. Kecamatan Campaka;
c. Kecamatan Jatiluhur;
d. Kecamatan Sukatani;
e. Kecamatan Tegalwaru;
f. Kecamatan Maniis;
g. Kecamatan Sukasari;
h. Kecamatan Pasawahan;
i. Kecamatan Pondoksalam
j. Kecamatan Bojong;
k. Kecamatan Kiarapedes; dan
l. Kecamatan Bungursari.

2.1.3.2 Kebijakkan RPJMD Kecamatan Bungursari


Rumusan Visi dan Misi Pembangunan Tahun 2008-2013 didasarkan atas inspirasi
dari analisis terhadap lingkungan dan isu strategis lokal Kabupaten Purwakarta.
Gambaran Lingkungan Strategis dan Isu Strategis harus dapat disikapi secara
proporsional berdasarkan potensi dan kemampuan daerah.
Atas pemikiran dan tekad yang kuat untuk mewujudkan “Purwakarta Digjaya”
serta didorong dengan itikad Ngawujudkeun Purwakarta Nagri Raharja, berikut Visi dan
Misi Pembangunan Kabupaten Purwakarta Tahun 2008-2013, sebagai arah utama
pembangunan jangka menengah daerah :
Tabel 2.9
Visi dan Misi RPJMD Kecamatan Bungursari
Visi Purwakarta Berkarakter
Misi 1. Mengembangkan pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal, yang
berorientasi pada keunggulan pendidikan, kesehatan, pertanian, industri,
perdagangan dan jasa.
2. Mengembangkan infrastruktur wilayah yang berbasis nilai-nilai kearifan
lokal dan berorientasi pada semangat perubahan kompetisi global.
3. Meningkatkan keutuhan lingkungan baik hulu maupun hilir, fisik maupun
sosial.
4. Mengembangkan struktur pemerintahan yang efektif, yang berorientasi
kepada kepuasan pelayanan publik, mengembangkan potensi
kewirausahaan birokrasi yang berorientasi kemakmuran rakyat.
Sumber : RDTR Kecamatan Bungursari, 2014 – 2034

Makna Visi :
Makna “Visi Pembangunan : Purwakarta Berkarakter” sesungguhnya secara sederhana
merupakan pencerminan dari aspek kepribadian; ciri khas (branded); kumpulan peran;
43

mandiri; berdaya saing; tangguh; serta maju sesuai dengan tata nilai masyarakat
Purwakarta yang berlandaskan religi keislaman dan tata nilai lokal pilemburan (local
values).
Makna Misi :
1. Mengembangkan pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal, yang
berorientasi pada keunggulan pendidikan, kesehatan, pertanian, industri,
perdagangan dan jasa :
Untuk mewujudkan Visi Pembangunan : “Purwakarta Berkarakter” pada aspek
kualitas sumber daya manusia dan tatanan kehidupan ekonomi masyarakat, maka
Pemerintah Kabupaten Purwakarta mempunyai misi untuk senantiasa
mengembangkan pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal, yang berorientasi
pada keunggulan pendidikan, kesehatan, pertanian, industri, perdagangan dan jasa.
Pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal yang berorientasi pada keunggulan
pendidikan, kesehatan, pertanian, industri, perdagangan dan jasa dimaksud
tercermin, antara lain :
(1) Di bidang pendidikan, perlu dilakukannya penguatan nilai-nilai lokal (kearifan lokal,
local value), baik yang bersifat geografis, teritorial maupun yang bersifat capacity
intelectual. Hal ini sebagai bagian dari upaya optimalisasi potensi domestik, baik
yang bersifat kultur, regional, lokal maupun menciptakan keunggulan personal,
yang memiliki kearifan intelektual, emosional dan spiritual, sehingga dapat
membentuk generasi Purwakarta yang sesui dengan tata nilai : cageur, bageur,
bener, pinter, jeung singer.
(2) Di bidang kesehatan, perlu dibangunnya sarana pelayanan pengobatan
masyarakat berupa Puskesmas yang memadai di seluruh kecamatan, untuk
mendekatkan fungsi pelayanan negara terhadap masyarakat. Pola hubungan
yang dibangun adalah pola kemitraan yang terstruktur berdasarkan kualitas
ekonomi rakyat untuk membangun dan mengintegrasikan hubungan timbal balik
(feed-back) antara ekonomi atas, menengah dan bawah.
(3) Di bidang pertanian, perlu diupayakan penguatan basis pertanian organisme,
dengan mewujudkan integrasi potensi pertanian, peternakan, perikanan,
kehutanan dan pariwisata yang disebut gerakan balik ka lembur, serta
membangun kekuatan lumbung pedesaan melalui penguatan jaringan ketahanan
pangan desa, sebagai bagian dari menjaga ketahanan pangan masyarakat secara
makro. Dengan pengembangan upaya tersebut, diharapkan dapat terwujud
swasembada pangan daerah serta sesuai dengan gambaran filosofi Sunda : bru
di juru, bro di panto, ngalayah di tengah imah, rea ketan, rea keton, buncir
leuit, loba duit, di hareup undeureun, di tukang alaeun, di pipir petikeun, di
kolong aya si jambrong, na parango aya si jago.
(4) Di bidang investasi dan industri, perlu dibukanya areal zona industri maupun
kawasan industri yang dikuasai oleh pemerintah daerah sebagai bagian dari
kemudahan investor, dan simbiosis investasi antara negara dengan pelaku
industri, dengan orientasi kemakmuran rakyat. Rancang bangun ini merupakan
bagian dalam membangun hubungan perubahan sosialisme-kapitalisme atau
dinamakan dengan istilah bumi manjing ka langitna, ti langit seah hujana,
lembur subur, kota bagja, masjid jeung diri ngahiji, harta geus ngawujud
44

harti, hukum geus ngawujud adil, nyanding pamingpin ka rakyat, pandita


ajeg wiwaha, ucap jeung langkah sarua, pitutur ngawangun subur, ayat
ngawujud Adab.
(5) Di bidang ekonomi kerakyatan, optimalisasi potensi ekonomi kerakyatan perlu
ditingkatkan yaitu melalui ketauladanan untuk mencintai berbagai produk rakyat,
baik yang sudah tersentuh oleh pemerintah maupun yang belum tersentuh oleh
pemerintah yang merupakan potensi keunggulan daerah.
(6) Di bidang perdagangan dan jasa, perlu dilakukannya upaya pengembangan,
proteksi dan fasilitasi terhadap pedagang kecil dan pasar tradisional sebagai
penggerak ekonomi masyarakat. Pada bidang jasa pariwisata, perlu dilakukan
upaya intesifikasi dan ekstensifikasi potensi pariwisata daerah, dengan lebih
mengedepankan objek wisata alam dan wisata budaya sebagai wisata unggulan
Purwakarta.
2. Mengembangkan infrastruktur wilayah yang berbasis nilai-nilai kearifan lokal
dan berorientasi pada semangat perubahan kompetisi global.
Untuk mewujudkan Visi Pembangunan : “Purwakarta Berkarakter”, maka Pemerintah
Kabupaten Purwakarta mempunyai misi untuk senantiasa mengembangkan infrastruktur
wilayah yang berbasis nilai-nilai kearifan lokal dan berorientasi pada semangat
perubahan kompetisi global. Pembangunan infrastruktur wilayah yang berbasis nilai-nilai
kearifan lokal dan berorientasi pada semangat perubahan kompetisi global dimaksud
tercermin, antara lain dari upaya :
(1) Mengembangkan jaringan jalan, arsitektur rumah, penataan perkantoran serta
sarana dan prasarana lainnya yang berbasis nilai-nilai kearifan lokal dan
berorientasi pada semangat perubahan dan kompetisi global. Sehingga kita tidak
kehilangan jatidiri dan orientasi masa depan sebagai masyarakat yang berbudaya.
(2) Di bidang transportasi darat dan air, perlu dioptimalkannya berbagai sarana
transportasi darat dan air yang mendekatkan hubungan antar daerah. Pola
hubungan yang dibangun dalam konteks pembangunan sarana transportasi darat
adalah pola simbiosis antar pemerintah, masyarakat dan dunia usaha mulai dari
pembangunan sampai pemeliharaan, dengan prinsip sareundeuk sa igel, sa
bobot sa pihanean, ka cai jadi sa leuwi, ka darat jadi sa logak.
3. Meningkatkan keutuhan lingkungan baik hulu maupun hilir, fisik maupun sosial.
Untuk mewujudkan Visi Pembangunan : “Purwakarta Berkarakter” pada aspek
lingkungan, maka Pemerintah Kabupaten Purwakarta mempunyai misi untuk senantiasa
meningkatkan keutuhan lingkungan baik hulu maupun hilir, fisik maupun sosial.
Pembangunan lingkungan dimaksud antara lain tercermin dari upaya :
(1) Penegakan berbagai peraturan ataupun membuat peraturan baru, untuk
melindungi berbagai areal yang menjadi kebutuhan publik secara luas. Seperti:
perlindungan terhadap hutan, perlindungan terhadap sumber mata air,
perlindungan terhadap areal persawahan, perlindungan terhadap keanggunan
gunung, dan perlindungan terhadap daerah aliran sungai. Hal ini sebagai bagian
dalam menjaga keutuhan lingkungan hidup serta kehidupan sosial lainnya yang
merupakan upaya terciptanya simbiosis mutualisme antara manusia dan alam
lingkungannya.
45

(2) Mengembalikan kondisi sumber air, sungai dan danau sebagai sumber kehidupan
masyarakat, menjaga kualitas airnya, menjaga kualitas lingkungannya, agar
terjaga dari berbagai bentuk ambisi kepentingan ekonomi, yang pada akhirnya
menghancurkan sistem nilai hayati dan nabati yang terkandung di dalamnya.
Karena pada hakikatnya, sumber air, sungai dan danau yang ada di Purwakarta
merupakan cermin watak peradaban masyarakat Purwakarta secara keseluruhan.
4. Mengembangkan struktur pemerintahan yang efektif, yang berorientasi kepada
kepuasan pelayanan publik, mengembangkan potensi kewirausahaan birokrasi
yang berorientasi kemakmuran rakyat.
Untuk mewujudkan Visi Pembangunan : “Purwakarta Berkarakter” pada aspek
birokrasi dan otonomi daerah, maka Pemerintah Kabupaten Purwakarta mempunyai misi
untuk senantiasa mengembangkan struktur pemerintahan yang efektif, yang berorientasi
kepada kepuasan pelayanan publik, mengembangkan potensi kewirausahaan birokrasi
yang berorientasi kemakmuran rakyat. Misi tersebut antara lain tercermin dari upaya :
(1) Pengembangan tatanan birokrasi dan aparatur daerah, sehingga mampu terwujud
lembaga birokrasi dan aparatur daerah yang mencerminkan tata nilai dan prinsip
kesundaan : landung kandungan, laer aisan, leuleus jeujeur liat tali, hade
congcot, gede bacot, someah hade ka semah.
(2) Perwujudkan otonomi desa melalui penguatan otonomi kultural dan struktural
masyarakat perdesaan, serta desentralisasi pembangunan desa dan
desentralisasi pengelolaan anggaran perimbangan desa, yang mencerminkan
semangat keadilan, atau gemah ripah, repeh rapih, sugih mukti lemah cai,
wibawa karta raharja.
(3) Membangun kekuatan hukum yang memberikan perlindungan menyeluruh
terhadap masyarakat dengan berorientasi pada produk hukum yang cerdas,
tanggap terhadap perubahan dan berkembang sesuai dengan nalar, lingkungan
alam dan masyarakat.
2.2 Teori Pertumbuhan Wilayah dan Perdesaan
Dalam sub bab ini akan membahas mengenai bagaimana pertumbuhan dan
perkembangan suatu wilayah dan perdesaan, berikut adalah teori maupun penjelasannya
:
2.2.1 Pertumbuhan Wilayah
Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah
adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait
kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan
atau aspek fungsional. Menurut Rustiadi, et al. (2006) wilayah dapat didefinisikan sebagai
unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu dimana komponen-komponen wilayah
tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional. Sehingga batasan wilayah
tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis. Komponen-
komponen wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumberdaya buatan (infrastruktur),
manusia serta bentukbentuk kelembagaan. Dengan demikian istilah wilayah menekankan
interaksi antar manusia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam
suatu batasan unit geografis tertentu. Mengklasifikasikan konsep wilayah ke dalam tiga
kategori, yaitu:
46

a. Wilayah homogen (uniform/homogenous region);


b. Wilayah nodal (nodal region);
c. Wilayah perencanaan (planning region atau programming region).
Sejalan dengan klasifikasi tersebut, (Glason, 1974 dalam Tarigan, 2005) berdasarkan
fase kemajuan perekonomian mengklasifikasikan region/wilayah menjadi :
a. Fase pertama yaitu wilayah formal yang berkenaan dengan
keseragaman/homogenitas. Wilayah formal adalah suatu wilayah geografik yang
seragam menurut kriteria tertentu, seperti keadaan fisik geografi, ekonomi, sosial
dan politik.
b. Fase kedua yaitu wilayah fungsional yang berkenaan dengan koherensi dan
interdependensi fungsional, saling hubungan antar bagian-bagian dalam wilayah
tersebut. Kadang juga disebut wilayah nodal atau polarized region dan terdiri dari
satuan-satuan yang heterogen, seperti desa-kota yang secara fungsional saling
berkaitan.
c. Fase ketiga yaitu wilayah perencanaan yang memperlihatkan koherensi atau
kesatuan keputusan-keputusan ekonomi.
Menurut Saefulhakim, dkk (2002) wilayah adalah satu kesatuan unit geografis yang antar
bagiannya mempunyai keterkaitan secara fungsional. Wilayah berasal dari bahasa Arab
“wala-yuwali-wilayah” yang mengandung arti dasar “saling tolong menolong, saling
berdekatan baik secara geometris maupun similarity”. Contohnya: antara supply dan
demand, hulu-hilir. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan pewilayahan (penyusunan
wilayah) adalah pendelineasian unit geografis berdasarkan kedekatan, kemiripan, atau
intensitas hubungan fungsional (tolong menolong, bantu membantu, lindung melindungi)
antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Wilayah Pengembangan adalah
pewilayahan untuk tujuan pengembangan/pembangunan/development. Tujuan-tujuan
pembangunan terkait dengan lima kata kunci, yaitu: (1) pertumbuhan; (2) penguatan
keterkaitan; (3) keberimbangan; (4) kemandirian; dan (5) keberlanjutan.
2.2.1.1 Wilayah Perencanaan
Sedangkan konsep wilayah perencanaan adalah wilayah yang dibatasi
berdasarkan kenyataan sifat-sifat tertentu pada wilayah tersebut yang bisa bersifat
alamiah maupun non alamiah yang sedemikian rupa sehingga perlu direncanakan dalam
kesatuan wilayah perencanaan. Pembangunan merupakan upaya yang sistematik dan
berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai
alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik.
Sedangkan menurut Anwar (2005), pembangunan wilayah dilakukan untuk mencapai
tujuan pembangunan wilayah yang mencakup aspek-aspek pertumbuhan, pemerataan
dan keberlanjutan yang berdimensi lokasi dalam ruang dan berkaitan dengan aspek
sosial ekonomi wilayah. Pengertian pembangunan dalam sejarah dan strateginya telah
mengalami evolusi perubahan, mulai dari strategi pembangunan yang menekankan
kepada pertumbuhan ekonomi, kemudian pertumbuhan dan kesempatan kerja,
pertumbuhan dan pemerataan, penekanan kepada kebutuhan dasar (basic need
approach), pertumbuhan dan lingkungan hidup, dan pembangunan yang berkelanjutan.

2.2.1.2 Pengembangan Wilayah


Kegiatan pengembangan wilayah adalah suatu kegiatan yang memiliki dua sifat
yaitu sifat akademis dan sifat birokratis dalam mengelola wilayah. Sifat akademis
biasanya menggunakan istilah “seyogyanya” dan sifat terapan biasanya menggunakan
istilah “seharusnya”. Dengan demikian, pendekatan geografi, dalam tulisan ini, dapat
47

digunakan dan dapat pula tidak digunakan dalam kegiatan pengembangan wilayah
tergantung kemauan politis pemegang kekuasaan. Suatu pendekatan yang sudah dipilih
dan diputuskan oleh pengambil keputusan politis maka “harus” dilaksanakan oleh para
pelaksana di lapangan dan “tidak boleh” menggunakan yang lain. Produk politik seperti itu
biasa disebut Undang Undang atau berbagai peraturan lainnya. Tulisan ini mencoba
melakukan elaborasi sistim pembangunan yang berlaku saat ini dengan menggunakan
pendekatan geografi.
Konsepsi pembangunan wilayah pada dasarnya adalah pembangunan proyek
proyek berdasarkan hasil analisa data spasial (Sandy dalam Kartono, 1989). Karena yang
disajikan adalah fakta spasial maka ketersediaan peta menjadi mutlak diperlukan. Karena
keseluruhan proyek berada di tingkat kabupaten/kota maka pemerintah kabupaten/kota
mutlak perlu menyiapkan peta peta fakta wilayah dalam tema tema yang lengkap. Dalam
lingkup pekerjaan inilah antara lain dituntut peran aktif para ahli geografi.
Pengwilayahan data spasial untuk menetapkan proyek pembangunan disebut
wilayah subyektif, sedang wilayah yang ditetapkan untuk suatu bidang kehidupan sebagai
tujuan pembangunan (penetapan wilayah pembangunan) disebut wilayah obyektif.
Implementasi wilayah pembangunan pada umumnya tidak sesuai dengan aspirasi
masyarakat. Produk akhir dari analisis data spasial disebut “wilayah geografik” sedang
cakupan ruang muka bumi yang dianalisis disebut “area/geomer/daerah”.
Saat ini semakin dapat dirasakan bahwa perkembangan suatu daerah tertentu
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh daerah sekitarnya mulai dari daerah tetangga
sampai daerah yang lebih jauh jaraknya bahkan pengaruh dari bagian bumi lainnya.
Dampak globalisasi telah membuktikan hal itu. Oleh karena itu, wilayah sebagai system
spasial dalam lingkup kegiatan pengembangan wilayah merupakan subsistem spasial
dalam lingkup yang lebih luas. Sebuah kabupaten/kota, dalam kegiatan pengembangan
wilayah, di samping menganalisis data spasial kabupaten/kota yang bersangkutan, juga
perlu memperhatikan paling tidak bagaimana perkembangan daerah sekitarnya
(interregional planning). Sebuah kabupaten/kota tidak dapat hidup sendiri dan oleh
karena itu perlu mengadakan kerja sama dengan daerah tetangganya.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, suatu proyek pembangunan daerah
dilaksanakan pada tingkat kabupaten/kota sebagai unit terrendah dalam hirarki
pembangunan. Proyek terkait dengan jenisnya dan dananya. Setelah jenis dan dananya
disediakan maka tahap berikutnya adalah menetapkan di bagian mana dari daerah
kabupaten/kota proyek tersebut akan dilaksanakan. Ada beberapa cara untuk
menetapkan proyek pembangunan. Cara penetapan proyek biasanya dilakukan, pada
tahap awal, melalui suatu kajian akademis antara lain berdasarkan pendekatan geografi,
pendekatan ekonomi dan lainnya.
Pendekatan geografi dilakukan melalui tahapan penetapan masalah,
pengumpulan data dan analisis data mulai dari kegiatan penyaringan, pengelompokan,
klasifikasi data, kegiatan pengwilayahan, korelasi dan analogi. Oleh karena adanya
keragaman berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, berdasarkan kemampuan
keuangan pemerintah dan skala waktu pelaksanaan, disusun skala prioritas proyek.
Hasil korelasi secara spasial (tumpang tindih atau overlay peta wilayah) dapat ditunjukan
masalah apa sebagai prioritas proyek dan di mana lokasi proyek tersebut dilaksanakan.
Dalam pelaksanaanya, pendekatan geografi tidaklah sesederhana itu.
Beberapa cara lain untuk menetapkan proyek pembangunan dapat disebutkan
antara lain dengan menerapkan teori Economic Base, Multiplier Effect yang berkaitan
dengan teori input-output dan penerapan teori lokasi,(Location Theory), teori pusat
48

(Central Place Theory) dan penerapan teori Kutub Pengembanngan (Growth Pole
Theory). .

2.2.2 Pertumbuhan Perdesaan


Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bermukim sutau masyarakat yang
berkuasa dan masyarakat tersebut mengadakan pemerintah sendiri. Unsure-unsur dalam
desa meliputi :

- Daerah (lingkungan geografis)


- Penduduk, yang meliputi berbagai hal tentang kependudukan seperti : jumlah,
persebaran, mata pencaharian dll
- Tata kehidupan, meliputi segala hal yang yang menyangkut seluk beluk kehidupan
masyarakat desa.

Sedangkan pengertian desa dalam kehidupan sehari-hari atau secara umum sering
di istilahkan dengan kampung,yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari keramaian
kota,yang di huni sekelompok masyrakat di mana sebagian besar mata pencaharianya
sebagai petani sedangkan secara atmininistrastif desa adalah yang terdiri dari satu atau
lebih atau dusun di gabungkan hingga menjadi suatu daerah yang berdiri sendiri atao
berhak mengatur rumah tangga sendiri (otonomi).
Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan pedesaan diperlukan kerjasama yang
erat antar daerah dalam satu wilayah dan antar wilayah. Dalam hubungan ini perlu selalu
diperhatikan kesesuaian hubungan antar kota dengan daerah pedesaan sekitarnya, dan
antara suatu kota dengan kota-kota sekitarnya. Hal ini disebabkan karena pada umumnya
lokasi industri, lokasi kegiatan pertanian atau sektor-sektor lain yang menunjang/terkait
cenderung terkonsentrasi hanya pada beberapa daerah administrasi yang berdekatan.
Dengan kerjasama antar daerah, maka daerah-daerah yang dimaksud dapat tumbuh
secara serasi dan saling menunjang. Melalui kerjasama antara daerah-daerah/wilayah-
wilayah dapat diusahakan keseimbangan pertumbuhan antara sektor pertanian dan
sektor-sektor lain baik dari segi nilai tambah maupun dari segi penyiapan tenaga kerja.
Seperti dalam pembangunan ekonomi pada umumnya, maka dalam mewujudkan tujuan
pembangunan pedesaan, terdapat paling sedikit empat jenis strategi, yaitu

a. Strategi pertumbuhan,
Strategi pertumbuhan umumnya dimaksudkan untuk mencapai peningkatan
secara cepat dalam nilai ekonomis melalui -peningkatan pendapatan perkapita,
produksi dan produktivitas sektor pertanian, permodalan, kesempatan kerja dan
peningkatan kemampuan partisipasi masyarakat pedesaan.
b. Strategi kesejahteraan,
Strategi kesejahteraan pada dasarya dimaksudkan untuk memperbaiki tanaf hidup
atau kesejahteraan penduduk pedesaan melalui pelayanan dan peningkatan
program-program pembangunan sosial yang berskala besar atau nasional, seperti
peningkatan pendidikan, perbaikan kesehatan dan gizi, penanggulangan
urbanisasi, perbaikan permukiman penduduk, pembangunan fasilitas transportasi,
penyediaan prasarana dan sarana sosial lainnya.
c. Strategi yang responsif terhadap kebutuhan masyanakat,
Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang dimaksudkan
untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan pembangunan yang
dirumuskan oleh masyarakat sendini mungkin saja dengan bantuan pihak luar
49

(self need and assistance) untuk memperlancar usaha mandiri melalui pengadaan
teknologi dan tersedianya sumber-sumber daya yang sesuai kebutuhan di
pedesaan.
d. Strategi terpadu atau strategi yang menyeluruh.
Strategi terpadu dan menyeluruh ini ingin mencapai tujuan-tujuan yang
menyangkut kelangsungan pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan dan
partisipasi aktif masyarakat secara simultan dalam proses pembangunan
pedesaan. Secara konsepsional terdapat tiga prinsip yang membedakannya
dengan strategi lain,
2.2.2.1 Tujuan
Tujuan pembangunan pedesaan jangka panjang adalah peningkatan
kesejahteraan masyarakat pedesaan secara langsung melalui peningkatan kesempatan
kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan berdasarkan pendekatan bina lingkungan,
bina usaha dan bina manusia, dan secara tidak langsung adalah meletakkan dasar-dasar
yang kokoh bagi pembangunan nasional.

Tujuan pembanguan pedesaan jangka pendek adalah untuk meningkatkan


efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan ekonomi dan pemanfaatan sumberdaya manusia
dan sumberdaya alam.
Tujuan pembanguan pedesaan secara spasial adalah terciptanya kawasan
pedesaan yang mandiri, berwawasan lingkungan, selaras, serasi, dan bersinergi dengan
kawasan-kawasan lain melalui pembangunan holistik dan berkelanjutan untuk
mewujudkan masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan
sejahtera.

2.2.2.2 Sasaran
Sasaran pembangunan pedesaan adalah terciptanya:
i. Peningkatan produksi dan produktivitas
ii. Percepatan pertumbuhan desa
iii. Peningkatan keterampilan dalam berproduksi dan pengembangan lapangan kerja
dan lapangan usaha produktif.
iv. Peningkatan prakarsa dan partisipasi masyarakat.
v. Perkuatan kelembagaan.

Pembangunan pedesaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan masalah yang


dihadapi, potensi yang dimiliki, serta aspirasi dan prioritas masyarakat pedesaan.
Pengembangan pedesaan mempunyai ruang lingkup, yakni:

- Pembangunan sarana dan prasarana pedesaan (meliputi pengairan, jaringan


jalan, lingkungan permukiman dan lainnya).
- Pemberdayaan masyarakat.
- Pengelolaan sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM).
- Penciptaan lapangan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan
(khususnya terhadap kawasan-kawasan miskin).
- Penataan keterkaitan antar kawasan pedesaan dengan kawasan perkotaan (inter
rural-urban relationship).

Pembangunan pedesaan seharusnya menerapkan pninsip-prinsip yaitu:


- Transaparansi (keterbukaan),
50

- Partisipatif,
- Dapat dinikmati mayarakat,
- Dapat dipertanggungjawabkan (akuntabilitas),
- Berkelanjutan (sustainable). Kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilakukan
dapat dilanjutkan dan dikembangkan ke seluruh pelosok daerah, untuk seluruh
lapisan masyarakat.

2.2.2.3 Potensi Perkembangan Perdesaan


Potensi Perkembangan Desa Potensi suatu desa tidaklah sama, tergantung pada
unsur-unsur desa yang dimiliki. Kondisi lingkungan geografis dan penduduk suatu desa
dengan desa lainnya berbeda, maka potensi desa pun berbeda.
Potensi yang tersimpan dan dimiliki desa seperti potensi sosial, ekonomi,
demografis, agraris, politis, kultural dan sebagainya merupakan indikator untuk
mengadakan suatu evaluasi terhadap maju mundurnya suatu desa (nilai desa). Dengan
adanya indikator ini, maka berdasarkan tingkat pembangunan dan kemampuan
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki, desa diklasifikasikan menjadi desa
swadaya, desa swakarya, dan desa swasembada.

a. Desa swadaya (desa terbelakang) adalah suatu wilayah desa yang masyarakat
sebagian besar memenuhi kebutuhannya dengan cara mengadakan sendiri. Desa ini
umumnya terpencil dan masyarakatnya jarang berhubungan dengan masyarakat luar,
sehingga proses kemajuannya sangat lamban karena kurang berinteraksi dengan wilayah
lain atau bahkan tidak sama sekali.

b. Desa swakarya (desa sedang berkembang), keadaannya sudah lebih maju


dibandingkan desa swadaya. Masyarakat di desa ini sudah mampu menjual kelebihan
hasil produksi ke daerah lain, di samping untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Interaksi
sudah mulai nampak, walaupun intensitasnya belum terlalu sering.

c. Desa swasembada (desa maju) adalah desa yang sudah mampu mengembangkan
semua potensi yang dimiliki secara optimal. Hal ini ditandai dengan kemampuan
masyarakatnya untuk mengadakan interaksi dengan masyarakat luar, melakukan tukar-
menukar barang dengan wilayah lain (fungsi perdaganagan) dan kemampuan untuk
saling mempengaruhi dengan penduduk di wilayah lain. Dari hasil interaksi tersebut,
masyarakat dapat menyerap teknologi baru untuk memanfaatkan sumber dayanya
sehingga proses pembangunan berjalan dengan baik.
Pembangunan pedesaan dilakukan dengan pendekatan secara multisektoral
(holistik), partisipatif, berlandaskan pada semangat kemandirian, berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan serta melaksanakan pemanfaatan sumberdaya pembangunan secana
serasi dan selaras dan sinergis sehingga tercapai optimalitas. Ada tiga prinsip pokok
pembangunan pedesaan, yaitu:

1. Pertama, Kebijaksaan dan langkah-langkah pembangunan di setiap desa


mengacu kepada pencapaian sasaran pembangunan berdasarkan Trilogi
Pembangunan. Ketiga unsur Trilogi Pembangunan tersebut yaitu
 pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
 pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi,
51

 stabilitas yang sehat dan dinamis, diterapkan di setiap sektor, temasuk desa
dan kota, di setiap wlayah dan antar wilayah secara saling terkait, serta
dikembangkan secara selaras dan terpadu.
2. Kedua, Pembangunan desa dilaksanakan dengan prinsip-prinsip pembangunan
yang berkelanjutan. Penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan
mensyaratkan setiap daerah lebih mengandalkan sumber-sumber alam yang
terbaharui sebagai sumber pertumbuhan. Disamping itu setiap desa perlu
memanfaatkan SDM secara luas, memanfaatkan modal fisik, prasarana mesin-
mesin, dan peralatan seefisien mungkin.
3. Ketiga, Meningkatkan efisiensi masyarakat melalui kebijaksanaan deregulasi,
debirokratisasi dan desentralisasi dengan sebaik-baiknya.

Pengembangan wilayah merupakan bagian penting dari pembangunan suatu


daerah terutama di perdesaan yang sangat rentan dan berat menghadapi perubahan
yang berskala global. Perubahan ini, jika tidak didukung suatu perencanaan wilayah yang
baik dengan mempertimbangkan aspek internal, sosial dan pertumbuhan ekonomi akan
berakibat semakin bertambahnya desa-desa tertinggal.
Karena pada dasarnya kegiatan pengembangan wilayah diarahkan untuk sebesar
besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, lahir dan batin, argument dari sudut
pandang ekonomi, social budaya dan keamanan tidak dapat diabaikan dalam
pengembangan wilayah.

2.3 Desain – Desain Tematik Pengemabangan Ruang


Secara garis besar, teori perkembangan wilayah di bagi atas 4 (empat) kelompok
yaitu: Kelompok pertamaadalah teori yang memberi penekanan kepada kemakmuran
wilayah (local prosperity). Kelompok kedua menekankan pada sumberdaya lingkungan
dan faktor alam yang dinilai sangat mempengaruhi keberlanjutan sistem kegiatan
produksi di suatu daerah (sustainable production activity). Kelompok ini sering disebut
sebagai sangat perduli dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Kelompok ketiga memberikan perhatian kepada kelembagaan dan proses pengambilan
keputusan di tingkat lokal sehingga kajian terfokus kepada governance yang bisa
bertanggung jawab (resposnsible) dan berkinerja bagus (good). Kelompok keempat
perhatiannya tertuju kepada kesejahteraan masyarakat yang tinggal di suatu lokasi
(people prosperity). Berikut adalah teori dan bentuk desain dari pengembangan wilayah
ruang :

a. Teori Keynes
Teori ini dicetuskan oleh Keynes Dalam aliran Keynes mengemukakan bahwa karena
upah bergerak lamban, sistem kapitalisme tidak akan secara otomatis menuju
keseimbangan penggunaan tenaga secara penuh (full employment equilibrium).
Akibat yang ditimbulkan adalah justru sebaliknya, equilibrium deemployment yang
dapat diperbaiki melalui kebijakan fiskal atau moneter untuk meningkatkan
permintaaan agregat.
52

Gambar 2.5
Keseimbangan Pasar Barang Teori Keynes
Sumber : Teori Keynes, source google.com

b. Teori Neoklasik
Salah satu teori pengembangan wilayah dan kota menyatakan bahwa salah satu
pertumbuhan ekonomi adalah satu proses yang gradual di mana pada satu saat
kegiatan manusia semuanya akan terakumulasi.

c. Teori “inter” dan “intra” wilayah oleh Mirdal (Era tahun 1950)
Dalam teori ini terdapat Pengertian ”backwash effects” dan ”spread effects”
Backwash effects contohnya adalah makin bertambahnya permintaan masyarakat
suatu wilayah kaya atas hasil-hasil dari masyarakat miskin berupa bahan makanan
pokok seperti beras yang sumbernya dari pertanian masyarakat wilayah miskin.
Sementara Spread effects contohnya adalah makin berkurangnya kualitas pertanian
masyarakat miskin akibat dampak negatif dari polusi yang disebabkan oleh
masyarakat wilayah kaya.

d. Teori Trickle down Effect (Hirschman) EraTahun 1950


Trickle down effects adalah perkembangnan meluasnya pembagian pendapatan.
Teori “trickle down effects” dari pola pembangunan yang diterapkan di wilayah miskin
di negara berkembang dirasa tidak berhasil memecahkan masalah pengangguran,
kemiskinan dan pembagian pendapatan yang tidak merata, baik di dalam negara
berkembang masing maupun antara negara maju dengan negara berkembang.
Misalnya yang terjadi antara negara Indonesia (dalam hal ini dikategorikan wilayah
miskin) dan negara Jepang (wilayah kaya). Indonesia merupakan salah satu
pemasok bahan baku untuk Jepang, sementara kenyataan yang terjadi Jepang
semakin kaya dan Indonesia semakin miskin. Maksudnya, tingkat kemiskinan di
Indonesia lebih tinggi daripada tingkat kemiskinan di Jepang.

e. Teori Tempat Sentral oleh Walter Christaller tahun 1933


Pada tahun 1933, Walter Christaller memusatkan perhatianya terhadap penyebaran
pemukiman, desa dan kota-kota yang berbeda-beda ukuran luasnya. Penyebaran
tersebut kadang-kadang bergerombol atau berkelompok dan kadang-kadang terpisah
jauh satu sama lain. Atas dasar lokasi dan pola penyebaran pemukiman dalam ruang
ia mengemukakan teori yang disebut Teori Tempat Yang Sentral (Central Place
Theory) (Nursid Sumaatmadja, 1981).
53

f. Teori Von Thunen


Membahas tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar
perbedaan sewa tanah (pertimbangan ekonomi). Asumsi-asumsi dalam model Von
Thunen:

- Wilayah analisis bersifat terisolir sehingga tidak terdapat pengaruh pasar dari kota
lain.
- Tipe pemukiman adalah padat di pusat wilayah (pusat pasar) dan makin
berkurang kepadatannya apabila menjauhi pusat wilayah.
- Seluruh fasilitas model memiliki iklim, tanah dan topografi yang seragam.
- Fasilitas pengangkutan adalah primitif (sesuai pada zamannya) dan relatif
seragam.
- Ongkos ditentukan oleh berat barang yang dibawa kecuali perbedaan jarak ke
pasar, semua
- faktor alamiah yang mempengaruhi penggunaan tanah adalah seragam dan
konstan.

g. Teori lokasi biaya minimum oleh Max Weber tahun 1929


Teori ini menganalisis lokasi kegiatan industri. Asumsi-asumsi yang digunakan
Weber:
- Unit telaahan adalah suatu wilayah terisolasi, iklim yang homogen, konsumen
terkonsentrasi pada beberapa pusat, dan kondisi pasar adalah persaingan
sempurna.
- Beberapa sumber daya alam seperti air, pasir dan batu bara tersedia dimana-
mana dalam jumlah yang memadai.
- Material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang tersedia secara
sporadis dan hanya terjangkau pada beberapa tempat terbatas.
- Tenaga kerja tidak tersebar merata tapi berkelompok pada beberapa lokasi dan
dengan mobilitas yang terbatas.
h. Teori lokasi pendekatan pasar (Losch)
Teori ini melihat persoalan dan sisi permintaan (pasar). Lokasi penjual sangat
berpengaruh terhadap jumlah konsumen. Makin jauh dari pasar, konsumen enggan
karena biaya transportasi tinggi.
i. Teori polarization effect dan Trickle down effect (Hirchmant)
Dalam teori ini berpandapat bahwa perkembangan suatu wilayah tidak terjadi secara
bersamaan. Dalam teori ini terdapat system polarisasi perkembangan suatu wilayah
yang kemudian akan memberikan efek ke wilayah lainnya, atau dengan kata lain,
suatu wilayah yang berkembang akan membuat wilayah di sekitarnya akan ikut
berkembang.
j. Teori Lokasi Pusat / Central Place (Walter Christaller)
Atas dasar lokasi dan pola penyebaran pemukiman dalam ruang yang diamati oleh
Walter Christaller, ia berhasil mengamati penyebaran pemukiman, desa dan kota-
kota yang berbeda-beda ukuran luasnya. Penyebaran tersebut kadang-kadang
bergerombol atau berkelompok dan kadang-kadang terpisah jauh satu sama lain.
Dari hasil pengamatannya tersebut ia mencetuskan teori tempat sentral.
Bunyi teori Christaller adalah Jika persebaran penduduk dan daya belinya sama
baiknya dengan bentang alam, sumber dayanya, dan fasilitas tranportasinya,
54

semuanya sama/seragam, lalu pusat-pusat pemukiman mennyediakan layanan yang


sama, menunjukkan fungsi yang serupa, dan melayani area yang sama besar, maka
hal tersebut akan membentuk kesamaan jarak antara satu pusat pemukiman dengan
pusat pemukiman lainnya.
Teori Christaller mampu menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah
kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller ini merupakan suatu
sistem geometri yang menjelaskan model area perdagangan heksagonal dengan
menggunakan jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi yang dinamakan range
dan threshold. Gambaran dari teori ini menjelaskan area pusat-pusat kegiatan jasa
pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah membentuk pola segi enam dan bisa
memberikan keuntungan optimal pada kegiatan tersebut. Tempat – tempat pusat
tersebut berfungsi sebagai tempat yang menyediakan barang dan jasa-jasa bagi
penduduk daerah belakangnya.

Gambar 2.6
Teori Lokasi Pusat
Sumber : Teori Lokasi Pusat, source google.com

k. Teori dari Ir. Sutami tahun 1970


Beliau berpendapat bahwa pembangunan infrastruktur yang intensif untuk
mendukung pemanfaatan potensi sumber daya alam akan mampu mempercepat
pengembangan wilayah. Era transisi meberikan kontribusi lahirnya konsep hirarki
kota-kota dan dan hirarki prasarana jalan melalui orde kota

l. Teori Kutub Pertumbuhan oleh Perroux tahun 1955


Teori ini dikemukakan oleh Perroux pada tahun 1955, atas dasar pengamatan
terhadap proses pembangunan. Perroux mengakui kenyataan bahwa pembangunan
tidak terjadi dimana-mana secara serentak, tetapi muncul ditempat-tempat tertentu
dengan intensitas yang berbeda.

2.4 Analisis Kabupaten Purwakarta


Dalam sub bab ini akan menjelaskan mengenai analisis-analisis dari beberapa
aspek mulai dari fisik dan non fisiknya yang terdapat di Kabupaten Purwakarta. Untuk
lebih detail akan dijelaskan sebagai berikut.

2.4.1 Topografi
Berdasarkan kondisi topografinya, Kabupaten Purwakarta terletak pada ketinggian
< 500 m dpl meliputi 101 desa/ kelurahan, ketinggian 500-700 m dpl meliputi 69 desa dan
ketinggian > 700 m dpl meliputi 22 desa. Kabupaten Purwakarta memiliki morfologi yang
55

bervariasi, kemampuan lahan dengan morfologi sedang yaitu 38015,48 Ha (39,12%)


merupakan luas lahan yang paling tinggi dan dapat dikembangkan. Adapun Kemampuan
lahan dengan morfologi tinggi dan cukup yaitu 20527,66 Ha (21,13%) dan 10880,56
(11,20%) cocok di jadikan sebagai kawasan lindung atau kawasan wisata yang bersifat
lindung. Dilihat dari bentuk lerengnya, Kabupaten Purwakarta berada pada kemiringan
lereng yang bervariasi, yaitu:

a) Kemiringan lereng 0-8 % seluas 20.190 Ha (20,78 %) : Datar


b) Kemiringan lereng >8-15% seluas 10.430 Ha (10,73 %) : Landai
c) Kemiringan lereng >15-25% seluas 37.565 Ha (38,66 %) : Agak Curam
d) Kemiringan lereng >25-40% seluas 8.970 Ha (9,23 %) : Curam
e) Kemiringan lereng >40% seluas 12.044 Ha (12,40 %) : Terjal

Untuk Lebih Jelas Mengenai Topografi dapat dilihat pada Gambar 2.5 Peta
Ketinggian dan Gambar 2.6 Peta Kemiringan / lereng

a. Geologi dan Jenis Tanah


Kondisi geologi di Kabupaten Purwakarta terdiri dari batuan sedimen klasik, berupa:
batu pasir, batu gamping, batu lempung, batuan vulkanik (turf, breksi vulkanik, batuan
beku terobosan, batu lempung napalan, konglemerat dan napal). Batuan beku terobosan
terdiri dari andesit, diorit, vetrofir, basal dan gabro. Batuan tersebut umumnya bertebaran
di sebelah Barat Daya wilayah Kabupaten Purwakarta.
Jenis batuan napal, batu pasir kuarsa merupakan batuan yang tertua di Kabupaten
Purwakarta dengan lokasi sebaran di tepi Waduk Ir. H. Juanda dan batu lempung yang
berumur lebih muda (Miosen) tersebar di wilayah Barat Laut bagian Timur Kabupaten
Purwakarta dengan luas 36.373,27 Ha (37,43%) dan endapan gunung api tua yang
berasal dari Gunung Burangrang, Gunung Sunda berupa tuf, lava andesit basalitis, breksi
vulkanik dan lahar seluas 24.155,11 Ha (24,86%). Di atas batuan ini diendapkan pula
hasil erupsi gunung api muda yang terdiri dari batu pasir, lahar, lapili, breksi, lava basal,
aglomerat tufan, pasir tufa, lapili dan lava scoria.
Jenis Tanah di Kabupaten Purwakarta dominasi kedalaman efektif tanahnya yaitu
lebih dari 90 cm, dengan luas mencapai 87,29 % dari total luas wilayah kabupaten (tidak
termasuk luas waduk 8.939 Ha) terdapat di seluruh kecamatan. Wilayah dengan
kedalaman efektif tanah 60 – 90 cm dapat dijumpai sebagian pada Kecamatan Bojong,
Darangdan, Wanayasa, Tegalwaru, Jatiluhur, Pondoksalam dan Kecamatan Pasawahan.
Kedalaman efektif tanah antara 30 – 60 cm banyak ditemukan di sekitar Waduk Ir. H.
Juanda (Kecamatan Jatiluhur) dan sekitar Waduk Cirata (Kecamatan Maniis). Sedangkan
kedalaman efektif kurang dari 30 cm hanya ditemui di Kecamatan Babakan Cikao. Jenis
tanah Latosol merupakan jenis tanah yang memiliki luas paling tinggi yaitu 69.142,02 Ha
(71,15%) sedangkan regosol merupakan jenis tanah yang memiliki luas paling kecil yaitu
295,55 Ha (0,30%). Untuk lebih jelas mengenai jenis tanah dapat dilihat pada Gambar
2.7 Peta Jenis Tanah Kabupaten Purwakarta

b. Hidrologi dan Hidrogeologi


a. Air Permukaan (Hidrologi)
1. Sumber daya air dalam wilayah Kabupaten Purwakarta sebagai bagian dari
Wilayah Sungai (WS) Citarum sebagai wilayah sungai lintas provinsi.
2. Di wilayah Kabupaten Purwakarta terdapat dua Daerah Aliran Sungai (DAS)
yaitu DAS Citarum dan DAS Cilamaya.
56

3. Wilayah Kabupaten Purwakarta dilalui oleh 2 sungai utama lintas kabupaten,


yaitu:
- Sungai Citarum sepanjang 270 Km dengan luas 6.503,31 Km2.
- Sungai Cilamaya sepanjang 184,7 Km dengan luas 390,01 Km2.
4. Sungai-sungai besar yang ada di dalam wilayah Kabupaten meliputi :
- Sungai Cikao.
- Sungai Cilangkap.
- Sungai Ciampel.
- Sungai Ciherang.
- Sungai Cilalawi.
5. Di wilayah Kabupaten Purwakarta terdapat Daerah Irigasi sebagai berikut:
- Daerah irigasi yang menjadi kewenangan pemerintah, yaitu:
 Daerah Irigasi Selatan Jatiluhur dengan luas 11.052 Ha.
 Daerah Irigasi Tarum Timur 2 dengan luas 118 Ha.
- Daerah irigasi yang menjadi kewenangan provinsi, yaitu:
 Daerah Irigasi Cisomang dengan luas 2.117 Ha melayani Kecamatan
Darangdan dan Plered,
 Daerah Irigasi Pondoksalam 1.553 Ha melayani Kecamatan
Pasawahan dan Purwakarta,
 Daerah Irigasi Wanayasa 1.074 Ha melayani Kecamatan Wanayasa.
 Daerau Irigasi Pundong dengan luas 1.111 Ha.
- Daerah irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten
Purwakarta sebanyak 63 (enam puluh tiga) daerah irigasi.
- Kabupaten Purwakarta memiliki 18 danau/situ termasuk Waduk
Jatiluhur dan Waduk Cirata tersebar di 7 Kecamatan dan lebih dari 16
desa.
c. Air Tanah (Hidrogeologi)
Zona air tanah yang terdapat di Kabupaten Purwakarta didominasi oleh akuifer
dengan produktivitas rendah seluas 48.522,99 Ha (34,53%) dan sedang 31.037, 89 Ha
(34,53%). Jumlah mata air di Kabupaten Purwakarta berdasarkan penelitian 2010
sebanyak 96 buah mata air.

d. Iklim dan Curah Hujan


Kondisi iklim di Kabupaten Purwakarta termasuk pada zona iklim tropis, yang
terbagi ke dalam 2 zona, yaitu: zona dengan suhu berkisar antara 22o-28o C (di bagian
Utara) dan zona dengan suhu berkisar 17o-26o C (di bagian Selatan). Kondisi curah hujan
di Kabupaten Purwakarta berkisar antara 1.500 mm sampai dengan 5.500 mm per tahun.
Curah hujan tertinggi meliputi wilayah seluas 1.361 Ha (1,40 %) terdapat di Kecamatan
Wanayasa, sedangkan curah hujan terendah meliputi wilayah seluas 48.552 Ha (49,95
%) terdapat di kecamatan di sebelah Utara dan Barat. Untuk lebih jelas mengenai Curah
Hujan dapat dilihat pada Gambar 2.8 Peta Curah Hujan Kabupaten Purwakarta.
57

Peta 2.7
Peta Ketinggian Kab. Purwakarta

57
58

Peta 2.8
Peta Kemiringan Kab. Purwakarta

58
59

Peta 2.9
Peta Geologi Kab. Purwakarta

59
60

Peta 2.10
PetaJenis Tanah Kab. Purwakarta

60
61

Peta 2.11
Peta Curah Hujan Kab. Purwakarta

61
62

2.4.2 Sosial Kependudukan


Dalam sub bab ini membahas tentang bagaimana anlisis dari sosial dan
kependudukan di Kecamatan Bungursari

a. Sosial
Pada Wilayah Kabupaten Purwakarta, Penyebaran penduduk kurang merata,
umumnya terkonsentrasi di bagian utara di sekitar Kota Purwakarta serta pusat-pusat
permukiman utama atau Ibukota Kecamatan. Dependency ratio (tingkat ketergantungan
terhadap penduduk produktif) menunjukan nilai yang cukup tinggi yaitu 54,44 % atau
setiap 100 orang usia kerja menanggung 54 orang usia non produktif. Menurunnya laju
pertumbuhan penduduk yang bekerja pada sub sektor pertanian tanaman pangan,
sebagai dampak dari banyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun dan
juga karena izin-izin lokasi. Serta Tingkat pelayanan sarana umum dan sarana sosial
pada umumnya masih rendah, terkonsentrasi di Kabupaten Bagian Utara dan di sekitar
Kota Purwakarta dan Ibukota Kecamatan. Maka dari itu, Analisis sosial ini perlu dilakukan
untuk mengetahui bagaimana menangani masalah sosial di Kabupaten Purwakarta ini.
Salah satunya adalah Pendidikan, Pada tahun 2015 di Kabupaten Purwakarta terdapat
675 sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Umum
(SMU), baik negeri maupun swasta dengan jumlah Guru 8.233 orang.
b. Kependudukan
Di kependudukan membahas bagaimana kepadatan penduduk, pertumbuhan
penduduk, proyeksi jumlah penduduk, komposisi penduduk, tingkat pendidikan penduduk,
dan tenaga kerja yang ada di Kecamatan Bungursari
 Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di Kabupaten Purwakarta selama periode 2011-2015
mengalami peningkatan dari 893 jiwa/km² menjadi 948 jiwa/km² atau terjadi
peningkatan kepadatan sebesar 55 jiwa/km². Kepadatan penduduk di Kabupaten
Purwakarta tahun 2015 mencapai 948 jiwa/km² dengan rata-rata jumlah penduduk
per rumah tangga 4 orang.
Tabel 2.10
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
di Kabupaten Purwakarta, 2011-2015
2 2
Tahun Luas Wilayah (Km ) Penduduk Kepadatan Per Km

2011 971,72 867.828 893


2012 971,72 882.799 908
2013 971,72 898.001 924
2014 971,72 910.007 936
2015 971,72 921.598 948
Sumber : KDA Purwakarta, 2011-2015
 Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu dan dapat
dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi
menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan
penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan
sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan
penduduk.
63

 Proyeksi Jumlah Penduduk


Penduduk Kabupaten Purwakarta bersarkan proyeksi penduduk tahun 2015
sebanyak 921.598 jiwa yang terdiri atas 469.180 jiwa penduduk laki-laki dan
452.418 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi penduduk
tahun 2014, penduduk Purwakarta mengalami pertumbuhan sebesar 2,32%
dengan masing-masing persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar
1,76% dan penduduk perempuan sebesar 2,86%
- Proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Purwakarta pada tahun 2031 dengan
menggunakan metode eksponensial sebesar 1.417.212 jiwa. Sedangkan
proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Purwakarta tahun 2031 dengan
menggunakan regresi linier sebesar 1.089.420 jiwa.
- Pada tahun 2031 jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan
Purwakarta yaitu 340.956 jiwa dan terendah di Kecamatan Sukasari yaitu
17.093 jiwa.
- Proyeksi kepadatan penduduk di Kabupaten Purwakarta tahun 2031 sebesar
1.417 jiwa/ha. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan
Purwakarta yaitu 13.732 jiwa/ha dan terendah terdapat di Kecamatan
Sukasari yaitu 186 jiwa/ha.
 Komposisi Penduduk
a. Jenis Kelamin
Pada tahun 2011, struktur penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten
Purwakarta adalah laki-laki 443.912 jiwa dan perempuan 423.916 jiwa
dengan sex ratio 104,72. Pada tahun 2015, struktur penduduk menurut jenis
kelamin di Kabupaten Purwakarta adalah laki-laki 469.180 jiwa dan
perempuan 452.418 jiwa dengan sex ratio 103,70.
b. Kelompok Umur
Pada tahun 2015, struktur penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten
Purwakarta didominasi oleh kelompok umur 10 – 14 tahun sebesar 86.403
jiwa (9,38), kelompok umur 0 – 4 tahun sebesar 85.788 jiwa (9,31 %), dan
kelompok umur 15-19 tahun sebesar 84.088 jiwa (9,12 %).
c. Tingkat Pendidikan Penduduk
Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Purwakarta
pada tahun 2008 adalah Belum Sekolah sebanyak 113.289 jiwa (13,63 %),
Tidak Tamat SD sebanyak 21.320 jiwa (2,56 %), SD sebanyak 344.673
jiwa (41,46 %), SLTP sebanyak 105.380 jiwa (12,68 %), SLTA sebanyak
111.796 jiwa (13,45 %), Perguruan Tinggi sebanyak 134.923 jiwa (16,23
%).

d. Tenaga Kerja
Jumlah pencari kerja di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2015 adalah
20.349 jiwa didominasi oleh pencari kerja lulusan SMU dam sederajat
sebesar 12.884 jiwa, kemudian pencari kerja lulusan SMP dan Sederajat
sebesar 5.188 jiwa, lulusan SD sebesar 1.295 jiwa, lulusan universitas
sebesar 602 jiwa, dan lulusan akademi sebesar 380 jiwa.
64

2.4.3 Ekonomi
a. Peranan Ekonomi Dalam Lingkup Regional
Penghitungan Statistic neraca nasional mengikuti buku petunjuk yang diterbitkan
oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dikenal sebagai Sistem Neraca Nasional (SNN).
SNN adalah rekomendasi internasional tentang bagaimana menyusun ukuran aktivitas
ekonomi yang sesuai dengan standar neraca baku yang didasarkan pada prinsip-prinsip
ekonomi. Perubahan tahun dasar Produk Domestik Bruto (PDB) dilakukan seiring dengan
mengadopsi rekomendasi PBB yang tertuang dalam Sistem Neraca Nasional 2008 (SNA
2008).

b. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dan Konstan (2000=100)


Pada tahun 2011, perekonomian Kabupaten Purwakarta tumbuh sebesar 6,40
persen lebih rendah dibandingkan pertumbuhan Jawa Barat yang mencapai 6,48 persen.
Selama periode 2011, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Purwakarta
yang dihitung atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 17,49 Triliun atau mengalami
peningkatan sebesar 9,64 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar
Rp. 15,95 triliun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 mengalami
peningkatan sebesar 6,40 persen dari Rp. 7,24 Triliun pada tahun 2010 meningkat
menjadi Rp. 7,70 Triliun pada tahun 2011.
Tabel 2.11
PDRB Kabupaten Purwakarta Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2011-2015 (juta rupiah)
No Lapangan Usaha 2011 2012 2013. 2014 2015

I. Sektor Primer

Pertanian,
1. Kehutanan, dan 2.469,30 2.598,8 2.909,34 3.112,59 3.508,56
Perikanan

2. Pertambangan 31,67 33,32 36,56 39,37 41,59


dan Penggalian

II. Sektor Sekunder

3. Industri 18.347,50 20.797,18 23.709,96 26.803,24 29.332,17


Pengolahan
4. Listrik, Gas dan 207,53 206,70 198,87 224,12 268,61
Air Bersih

Pengadaan Air,
5 Pengelolaan 8,92 9,94 11,32 12,07 13,25
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang

6 Bangunan/ 1.951,40 2.562,64 2.976,39 3.328,56 3.702,52


Konstruksi

III. Sektor Tersier

4.291,9 4.993,11 5.712,32 6.180,46 6.599,8


7 Perdagangan,
Hotel & Restoran
65

1.103,87 1.161,07 1.319,44 1.557,97 1.853,64


8 Pengangkutan &
Komunikasi

Keuangan,
9 Persewaan & 3.614,26 2.576,87 2.957,32 3.366,86 3.846,35
Jasa
Perusahaan

10 Jasa-jasa 570,00 652,78 760,13 866,10 974,71

PDRB KABUPATEN
31.209,02 35.592,40 40.591,66 45.491,33 50.141,22
PURWAKARTA
Keterangan : *) = Angka Perbaikan **) = Angka sementara
Sumber : BPS Kabupaten Purwakarta 2011-2015

Dari Tabel diatas, sektor ekonomi yang menunjukkan Nilai Tambah


Bruto (NTB) terbesar adalah sektor industri pengolahan yang mencapai Rp.
29.332,17 Juta atau memiliki andil sebesar 58,50 persen terhadap total PDRB
pada Tahun 2015. Kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar
Rp. 6.599,8 Juta (12,17 persen). Kedua sektor tersebut memiliki andil besar
terhadap pembentukan PDRB. Sedangkan sektor yang memiliki peranan
relatif kecil dalam pembentukan PDRB adalah sektor Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah serta pertambangan dan penggalian sebesar
Rp. 13,25 Juta (0,03 persen) dan Rp. 41,59 Juta (0,08 persen) pada tahun
2015.
Pengelompokan sembilan sektor ekonomi dalam PDRB menjadi tiga
sektor yaitu sektor primer, sekunder, dan tersier. Tampak bahwa kelompok
sektor sekunder masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di
Kabupaten Purwakarta pada lima tahun terakhir. Total Nilai Tambah Bruto
(NTB) atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor sekunder pada tahun
2011 mencapai 65,73% dan 66,45% pada tahun 2015. Dapat disimpulkan
bahwa terjadi peningkatan PDRB sebesar 0,72 pada lima tahun terakhir.
Pada kelompok sektor tersier mengalami peningkatan sebesar 0,23
persen yaitu dari 26,25 % pada tahun 2011 menjadi 26,48 % di tahun 2015,
sedangkan kelompok sektor primer mengalami penurunan 0,93 % dari 8,01 %
di tahun 2011 menjadi 7,08 % di tahun 2015.
Tabel 2.12
PDRB Kabupaten Purwakarta Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2011-2015 (juta rupiah)
No Lapangan Usaha 2011 2012 2013. 2014 2015

I Sektor Primer
Pertanian,
1 Kehutanan, dan 2 345,59 2 312,78 2 391,66 2 396,86 2 459,47
Perikanan

2 Pertambangan 29,74 29,71 30,54 31,15 31,27


dan Penggalian

II Sektor Sekunder

3 Industri 17689,44 18 746,68 20 154,30 21 22 283,43


Pengolahan 419,44
66

4 Listrik, Gas dan 201,37 210,37 214,00 221,68 222,80


Air Bersih

Pengadaan Air,
5 Pengelolaan 8,55 9,17 9,58 10,14 10,68
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang

Bangunan/ 2
6 1806,30 2 196,33 2 362,22 2 687,29
Konstruksi 515,96

III Sektor Tersier

7 Perdagangan, 4077,01 4423,93 4691,71 4895,88 5072,67


Hotel & Restoran

8 Pengangkutan & 1075,19 1122,43 1189,34 1331,17 1499,01


Komunikasi

Keuangan,
9 Persewaan & 2375,31 2293,26 2484,41 2647,24 2856,07
Jasa Perusahaan

10 Jasa-jasa 543,72 589,69 638,65 703,39 769,71

PDRB KABUPATEN 36
29 893,01 31 934,34 34 166,42 37 892,71
PURWAKARTA 172,91
Keterangan : *) = Angka Perbaikan **) = Angka sementara
Sumber : BPS Kabupaten Purwakarta 2011-2015

c. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)


Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan dibanding tahun
sebelumnya yaitu sebesar 4,75 persen.

d. Pertumbuhan Ekonomi
Selama periode tahun 2000-2009 rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Purwakarta sebesar 3,95 % per tahun. Sektor yang mengalami pertumbuhan rata-rata
terbesar adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (6,38 %), sektor jasa-
jasa (4,87 %), sektor perdagangan hotel dan restoran (4,19 %) dan sektor pertanian
(4,00%).

e. Struktur Perekonomian dan Pergeserannya


Sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian serta pertambangan dan
penggalian, menunjukkan kontribusi yang semakin menurun dari sekitar 8,01% pada
tahun 2011 menurun menjadi sekitar 7,08% pada tahun 2015. Sektor sekunder
merupakan sektor yang paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Purwakarta
kontribusinya selama periode 2011-2015 tersebut sebesar 66,45% hingga 66,45%. Dalam
Sektor sekunder, sektor yang paling dominan adalah sektor industri pengolahan non
migas yang kontribusinya mencapai sekitar 58,50% terhadap total kontribusi sektor
ekonomi.
Pergeseran sektor sekunder dalam struktur ekonomi Kab. Purwakarta sebagai
sektor dominan berfluktuasi. Pada tahun 2011 kontribusinya mencapai 58,79%, kemudian
menurun pada tahun 2012 dan 2013 menjadi masing-masing 58,43% dan 58,41%. Dan
meningkat kembali pada tahun 2014 menjadi 58,92%, menurun kembali pada tahun 2015
67

menjadi 58,50%. Perubahan dalam pertumbuhan sektor sekunder akan berpengaruh


besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kab. Purwakarta.
Sektor tersier merupakan sektor dominan ke dua dalam kontribusinya terhadap
perekonomian Kab. Purwakarta. Selama periode tersebut sektor ini memberikan
kontribusi 26,25% sampai dengan 26,48% terhadap perekonomian. Didalam sektor
tersier, sebagai sektor yang paling dominan adalah sub sektor perdagangan hotel dan
restoran yang memberikan kontribusi sekitar 12,64% pada tahun 2011 namun menurun
pada tahun 2015 menjadi 12,17% terhadap perekonomian.

2.4.4 Sistem transportasi / Pergerakan


a. Prediksi Bangkitan
 Pada tahun 2008, penduduk Kabupaten Purwakarta yang melakukan bangkitan
pergerakan adalah sebanyak 47,95% atau 452.886 pergerakan. Bangkitan
pergerakan yang paling tinggi berasal dari Kecamatan Purwakarta yaitu
119.102 pergerakan dan bangkitan yang paling rendah berasal dari Kecamatan
Pondoksalam sebanyak 4.503 pergerakan sedangkan bangkitan yang berasal
dari luar Ka/bupaten Purwakarta adalah sebanyak 2.095 pergerakan.
 Proyeksi bangkitan pergerakan di Kabupaten Purwakarta tahun 2031 adalah
718.674 pergerakan. Bangkitan pergerakan yang paling tinggi berasal dari
Kecamatan Purwakarta yaitu 176.330 bangkitan dan bangkitan yang paling
sedikit beras al dari Kecamatan Pondoksalam yaitu 6.870 pergerakan
sedangkan bangkitan pergerakan yang berasal dari luar Kabupaten
Purwakarta sebanyak 3.038 pergerakan.
b. Distribusi Pergerakan
Distribusi pergerakan antar kecamatan di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2009
yang terbesar berasal dari dan menuju Kecamatan Purwakarta (28,81 %), sedangkan
pergerakan terkecil terdapat di Kecamatan Pondoksalam (1.13 %). Sementara itu
pergerakan di kecamatan lainnya umumnya di bawah 10 %.
Demikian pula untuk prediksi ditribusi pergerakan antar kecamatan di Kabupaten
Purwakarta tahun 2031, yang terbesar dari dan menuju Kecamatan Purwakarta (32,40
%), dan pergerakan terkecil terdapat di Kecamatan Pondoksalam (0,5 %). Sementara itu
pergerakan di kecamatan lainnya umumnya di bawah 10 %.

 Tingkat Pelayanan Jaringan Jalan


Pada tahun 2009, jumlah ruas jalan yang terdapat di Kabupaten Purwakarta
adalah 309 ruas dengan tingkat pelayanan sebagai berikut:
- 77,6 % termasuk klasifikasi tingkat pelayanan A (V/C = 0-0,2). Artinya,
kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi, pengemudi dapat memilih
kecepatan yang diinginkan tanpa hambatan.
- 18,44 % termasuk klasifikasi tingkat pelayanan B (V/C = 0,2-0,44). Artinya,
Arus stabil, tetapi kecepatan operasi muai dibatasi oleh kondisi lalu lintas,
- 2,5 % termasuk klasifikasi tingkat pelayanan C (V/C = 0,45-0,74). Artinya,
Arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan,
pengemudi dalam memilih kecepatan,
68

- 0,3 % termasuk klasifikasi tingkat pelayanan D (V/C = 0,75-0,84). Artinya,


Arus mendekati stabil, kecepatan masih dikendalikan V/C masih dapat
ditolerir,
- 0,09 % termasuk klasifikasi tingkat pelayanan E (V/C = 0,75-0,84). Artinya,
Volume lalu lintas mendekati/berada pada kapasitas atau tidak stabil
kecepatan terkadang terhenti, terutama ruas jalan di Kecamatan
Purwakarta dan Kecamatan Plered.

 Tingkat Pelayanan Terminal


Pada tahun 2009, di Kabupaten Purwakarta terdapat 5 buah terminal tipe C
dengan tingkat pelayanan sebagai berikut:
- Terminal Babakancikao (Kecamatan Babakancikao), terminal ini melayani
pergerakan yang cukp besar, terutama di wilayah barat kabupaten, namun
belum dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai,
- Terminal Wanayasa (Kecamatan Wanayasa), terminal ini berfungsi
sebagai simpul yang menghubungkan dengan kecamatan lain di
sekitarnya. Namun, belum berfungsi secara optimal karena sebagian besar
angkutan tidak masuk terminal.
- Terminal Plered (Kecamatan Plered), terminal ini dilalui oleh jalur
pergerakan dengan frekuensi angkutan yang sangat tinggi. Namun, belum
berfungsi secara optimal karena sebagian besar angkutan tidak masuk
terminal.
- Terminal Gembong (Kecamatan Pasawahan), terminal ini belum berfungsi
secara optimal karena sebagian besar angkutan tidak masuk terminal.
- Terminal Sawit (Kecamatan Darangdan), terminal ini jarang digunakan oleh
angkutan umum penumpang resmi, lebih banyak di gunakan angkutan
preman.

 Dampak Jalan Tol


- Umum
1. Sebelum adanya jalan tol pergerakan penumpang yang hanya melewati
Kabupaten Purwakarta sebesar 96,70% sedangkan yang mempunyai
tujuan di Purwakarta sebesar 3,30%. Sementara itu, untuk angkutan
barang yang hanya melewati Kabupaten Purwakarta sebesar 97,87% dan
yang berhenti di Purwakarta sebesar 2,13%.
2. Setelah beroperasinya jalan tol, untuk kendaraan penumpang sebanyak
66,75% menggunakan jalan tol dan sebanyak 33,25% menggunakan jalan
yang ada saat ini. Demikian pula halnya dengan angkutan barang,
sebanyak 61% beralih menggunakan jalan tol dan sisanya sebanyak 39%
menggunakan jalan yang ada saat ini
3. Kesimpulan yang diperoleh adalah dengan dibangunnya jalan tol
Cipularang mengakibatkan penurunan arus lalu lintas di wilayah Kabupaten
Purwakarta sebesar lebih kurang 60 %. Kondisi ini tidak terjadi secara
permanen, karena pengalaman dengan dibangunnya jalan tol Jagorawi,
Padaleunyi, dan Jakarta-Merak menunjukkan bahwa pertumbuhan
pengguna jalan pada ruas jalan lama juga mengalami peningkatan sejalan
dengan pembangunan wilayah di sekitarnya.
69

 Dampak Terhadap Kegiatan Ekonomi


1. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sub sektor toko
kelontong/makanan dan minuman mempunyai perkembangan yang cepat
sedangkan sektor lainnya yaitu hotel dan rumah makan besar berkembang
secara lambat, sementara rumah makan kecil berspesialisasi secara cepat
dibandingkan sekor lainnya.
2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa salah satu dampak jalan tol
terhadap perkembangan kegiatan ekonomi di Kabupaten Purwakarta
adalah menurunnya kegiatan ekonomi pada sub sektor hotel dan rumah
makan besar.

 Dampak Terhadap Pola Guna Lahan


Salah satu dampak yang teridentifikasi dari beroperasinya jalan tol Cipularang
terhadap pola guna lahan di Kabupaten Purwakarta adalah adanya perubahan
penggunaan lahan di sekitar jalan tol . Salah satu perubahan yang spesifik
adalah perubahan dari lahan non terbangun menjadi terbangun, perubahan
dari permukiman menjadi perdagangan dan jasa terutama di sekitar gerbang tol
Jatiluhur dan Sadang. Kondisi demikian secara langsung dan tidak langsung
menyebabkan pergeseran perkembangan kawasan terbangun yang
terkonsentrasi di sekitar gerbang tol.

 Perkembangan Jalan di Kab. Purwakarta


Pembangunan jalan di Kabupaten Purwakarta dapat dibilang konstan, dapat
dilihat pada tabel perkembangan jalan bahwa angka pertumbuhan per tahun
memiliki jumlah persentase yang sama yaitu 3,34 %.

Tabel 2.13
Tabel Perkembangan Jalan Kabupaten Purwakarta
1992 1999 Pertumbuhan
Uraian Per Tahun
Nasional Propinsi Kabupaten Lainnya Jumlah Nasional Propinsi Kabupaten Lainnya Jumlah
(%)
Jenis Pemukiman
Aspal 38,644 21,220 114,074 147,327 321,265 38,644 59,820 330,800 120,700 549,964
Kerikil 11,300 201,454 212,754 74,300 90,210 164,510
Tanah 3,500 41,700 45,200
3,34
Belum
diklasifikasi
Jumlah 38,644 21,220 114,074 147,327 321,265 38,644 59,82 330,8 120,7 549,964
Kondisi Jalan
Baik 38,644 21,220 85,159 103,065 248,088 77,500 44,300 121,800
Sedang 15,515 24,720 40,235 18,644 21,020 163,600 81,560 284,824
Rusak 18,400 211,996 230,396 20,000 38,800 62,300 80,050 201,150
3,34
Rusak
9,800 50,700 60,500 99,700 5,000 104,700
Berat
Jumlah 38,644 21,220 119,074 339,781 518,719 38,644 59,82 303,4 205,91 607,774
Kelas Jalan
Kelas I
Kelas II 38,644 21,220 59,864 38,644 59,820
Kelas
43,724 43,724
III/IIIA
3,34
Kelas IIIB 46,100 80,180 98,464
Kelas IIIC 294,730 12,450 126,280
Kelas IV 27,050 27,050 62,270 118,280 307,180
Kelas V 17,500 17,500 180,550
70

Kelas VI 40,600 337,181 377,781


Belum
53,300 53,300
Diklasifikasi
Jumlah 38,644 21,220 128,874 390,481 579,219 38,644 59,820 403,100 210,910 712,474
Sumber : RUJTJ (Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan) Kabupaten purwakarta

 Pembangunan Terminal
Rencana pengembangan terminal di Kabupaten Purwakarta terdiri dari :
a. Pembangunan terminal penumpang tipe A di PKW Cikopo ( Berada Pada
Kecamatan Bungursari)
b. Pembangunan terminal penumpang tipe C meliputi:
1. Terminal Wanayasa di Kecamatan Wanayasa;
2. Terminal Darangdan di Kecamatan Darangdan;
3. Terminal Citeko di Kecamatan Plered;
4. Terminal Sadang dan Simpang di Kecamatan Purwakarta; dan
c. Pengembangan terminal penumpang tipe C berupa Terminal Ciganea di
Kecamatan Jatiluhur.
 Rencana Pengembangan Sistem Angkutan Umum
Pengembangan jaringan trayek angkutan penumpang terdiri atas:
a. Angkutan Penumpang Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) melayani perkotaan
Purwakarta dengan kota-kota lain di luar Provinsi Jawa Barat;
b. Angkutan Penumpang Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) melayani
perkotaan Purwakarta ke kota-kota lain di dalam Provinsi Jawa Barat
meliputi:
1. Purwakarta-Bandung;
2. Purwakarta-Subang;
3. Purwakarta-Karawang;
4. Purwakarta-Bekasi;
5. Purwakarta-Bogor; dan
6. Purwakarta-Cianjur.
c. Angkutan kota yang melayani pergerakan penduduk dalam wilayah
Kabupaten Purwakarta meliputi:
1. Sadang-Jl.Veteran-Jl.Sudirman-Jl.RE.Martadinata-Jl.Kapt.Halim-
Jl.Siliwangi-Jl.KK.Singawinata-Jl.Kapt.Halim-Simpang-Jl.Kapt.Halim-
Jl.Siliwangi-Jl.KK.Singawinata-Jl.Jend.Sudirman-Jl.Ipik.Gandamanah-
Sadang;
2. Sadang-Jl.IpikGandamanah-Jl.Jend.Sudirman-Jl.KK.Singawinata-
Jl.Kapt.Halim-Simpang-Jl.Kapt.Halim-Jl.RE.Martadinata-
Jl.Jend.Sudirman-Jl.Veteran-Sadang;
3. Ciganea-Jl.Pemuda-Jl.Basuki.Rahmat-Jl.Kapt.Halim-Jl.Siliwangi-
Jl.KK.Singawinata-Jl.Kapt.Halim-Simpang-Jl.Kapt.Halim-
Jl.Siliwangi-Jl.KK.Singawinata-Jl.Jend.Sudirman-
Jl.Taman.Pahlawan-Jl.Ibrahim.S-Jl.Jend.A.Yani-
Jl.Basuki.Rahmat-Ciganea;
4. Ciganea-Jl.Pemuda-Jl.Basuki.Rahmat-Jl.A.Yani-Jl.Ibrahim.S-
Jl.Taman.Pahlawan-Jl.Jend.Sudirman-Jl.KK.Singawinata-
Jl.Kapt.Halim-Simpang-Jl.Kap.Halim-Jl.Basuki.Rahmat-Ciganea;
5. Sadang-Jl.Veteran-Jl.Taman.Pahlawan-Jl.Ibrahim.S-Jl.A.Yani-
Jl.Basuki.Rahmat-Jl.Pramuka-Ciganea-Jl.Basuki.Rahmat-
71

Jl.RE.Martadinata-Jl.Sudirman-Jl.Veteran-Sadang;
6. Sadang-Jl.Veteran-Jl.Jend.Sudirman-Jl.RE.Martadinata-
Jl.Basuki.Rahmat-Jl.Pramuka-Ciganea-Jl.Basuki.Rahmat-Jl.A.Yani-
Jl.Ibrahim.S-Jl.Taman.Pahlawan-Jl.Veteran-Sadang;
7. Cilangkap-Jl.Industri-Jl.Taman.Pahlawan-Jl.Jend.Sudirman-
Jl.KK.Singawinata-Jl.Kapt.Halim-Simpang-Jl.Kapt.Halim-
Jl.Basuki.Rahmat-Jl.A.Yani-Jl.Ibrahim.S-Jl.Taman.Pahlawan-
Jl.Industri-Cilangkap;
8. Cilangkap-Jl.Industri-Jl.Taman.Pahlawan-Jl.Kopi-Perum.Griyamukti-
Jl.Baru-Jl.Kemuning-Jl.Ipik.Gandamanah-Jl.Kol.Rahmat-Warungkadu-
Pasawahan; dan
9. Ciganea-Cilegong-Jatiluhur-Service PP.

d. Angkutan perdesaan yang melayani pergerakan penduduk antara perkotaan


Purwakarta dengan ibukota kecamatan di wilayah Kabupaten Purwakarta
meliputi:
1. Cikopo-Campaka-Cibatu-Kiarapedes-Wanayasa;
2. Purwakarta-Sukatani-Jatiluhur-Plered-Tegalwaru-Maniis;
3. Ciganea-Ubrug;
4. Ciganea-Sukatani-Plered;
5. Ciganea-Cilegong-Cikaobandung;
6. Simpang-Pasawahan-Wanayasa;
7. Simpang-Taringgullandeuh-Ciheulang;
8. Simpang-Pasawahan-Ciherang;
9. Sadang-Wanakerta (Perum BIC);
10. Sadang-Ciparungsari;
11. Sadang-Cisantri-Tanjunggarut;
12. Terminal Plered-Simpang-Warungjeruk;
13. Terminal Plered-Cilangkap-Warungjeruk;
14. Plered-Sawit-Bojong-Wanayasa;
15. Terminal Plered-Cisomang;
16. Babakancikao-Cilangkap-Curug;
17. Simpang-Wanawali; dan
18. Plered-Maniis.

e. Angkutan perbatasan yang melayani pergerakan penduduk antara


perbatasan Purwakarta dengan perbatasan di wilayah kabupaten lain
meliputi:
1. Terminal Wanayasa-Sagalaherang-Jalancagak di Kabupaten Subang;
2. Simpang-Pasawahan-Wanayasa-Sagalaherang di Kabupaten Subang;
3. Sadang-Cipeundeuy-Pabuaran di Kabupaten Subang;
4. Plered-Cipeundeuy di Kabupaten Bandung Barat; dan
5. Plered-Cikalong Kulon di Kabupaten Cianjur.

2.4.5 Infrastrukur (Sarana dan Prasarana)


a. Sarana
 Perumahan
Proyeksi kebutuhan rumah di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2031,
dilakukan dengan menggunakan asumsi sebagai berikut :
72

- Setiap kepala keluarga (KK) membutuhkan 1 unit rumah.


- Bahwa setiap rumah tangga (KK) diasumsikan terdiri dari 5 orang.
- Mengikuti pola 1 : 3 : 6.
Dengan mengacu kepada proyeksi penduduk tahun 2031 maka kebutuhan
perumahan di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2031 adalah sebagai
berikut:

- Kebutuhan rumah tipe A (kecil) adalah 138.373 unit dengan luas lahan
sebesar 2.767 Ha,
- Kebutuhan rumah tipe B (sedang) adalah 69.187 unit dengan luas lahan
sebesar 4.151 Ha,
- Kebutuhan rumah tipe C (besar) adalah 23.062 unit dengan luas lahan
sebesar 4.612 Ha
- Kebutuhan total rumah di Kabupaten Purwakarta adalah 230.622 Ha
dengan luas lahan sebesar 11.531 Ha.
 Fasilitas Pendidikan
- Fasilitas pendidikan pada tahun 2015 di Kabupaten Purwakarta terdapat
675 sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah
Menengah Umum (SMU), baik negeri maupun swasta.
- Proyeksi kebutuhan fasilitas pendidikan di Kabupaten Purwakarta tahun
2031 adalah:
 TK dibutuhkan 1.320 unit dengan kebutuhan luas lahan sebesar
158,43 ha.
 SD dibutuhkan 496 unit dengan kebutuhan luas lahan 178,49 ha.
 SLTP dibutuhkan sebanyak 231 unit dengan kebutuhan luas lahan
62,44 ha.
 SLTA dibutuhkan sebanyak 275 unit dengan kebutuhan luas lahan
74,32 ha.
Total kebutuhan fasilitas pendidikan adalah 2.323 unit dan luas lahan yang
dibutuhkan 473,68 ha.

 Fasilitas Kesehatan
- Fasilitas kesehatan di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2008 meliputi:
 Rumah sakit sebanyak 4 unit dengan indeks pelayanan 68%,
 Rumah sakit bersalin sebanyak 18 unit dengan indeks pelayanan
7,62%,
 Puskesmas sebanyak 19 unit dengan indeks pelayanan 26,81%,
 Puskesmas pembantu sebanyak 49 unit dengan indeks pelayanan
34,57%
 Apotik sebanyak 40 unit dengan indeks pelayanan 13,55%.
- Proyeksi kebutuhan fasilitas kesehatan di kabupaten Purwakarta tahun
2031 adalah:
 Rumah sakit sebanyak 2 unit dengan luas kebutuhan lahan 16,46 ha.
 Rumah sakit bersalin adalah sebanyak 218 unit dengan total
kebutuhan lahan adalah 34,31 ha.
 Puskesmas sebanyak 52 unit dengan total kebutuhan luas lahan
adalah 7,78 ha.
73

 Puskesmas pembantu adalah 93 unit dengan total kebutuhan lahan


13,91 ha.
 Apotik adalah sebanyak 255 unit dengan total kebutuhan luas lahan
68,92 ha.
Total kebutuhan fasilitas kesehatan di Kabupaten Purwakarta adalah 527
unit dengan total kebutuhan lahan 141,98 ha.

 Fasilitas Peribadatan
- Fasilitas peribadatan di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2008 meliputi:
 Masjid sebanyak 1.554 unit dengan indeks pelayanan sudah
mencukupi,
 Surau/langgar sebanyak 1.046 unit dengan indeks pelayanan 18,45%,
 Gereja protestan sebanyak 12 unit dengan indeks pelayanan 25%,
 Gereja katolik sebanyak 1 unit dengan indeks pelayanan 2%,
 Pura/kelenteng sebanyak 2 unit
 Vihara tidak ada.
- Proyeksi kebutuhan fasilitas peribadatan di kabupaten Purwakarta tahun
2031 adalah:
 Masjid sudah terpenuhi
 Surau/langgar sebanyak 4.623 unit dengan total kebutuhan lahan
adalah 138,69 ha.
 Gereja protestan sebanyak 35 unit dengan total kebutuhan luas lahan
adalah 42,29 ha.
 Gereja katolik 46 unit dengan total kebutuhan lahan 55,49 ha.
 Pura/kelenteng sebanyak 45 unit dengan total kebutuhan luas lahan
54,29 ha.
 Vihara sebanyak 47 unit dengan kebutuhan luas lahan adalah 56,69
ha.
Total kebutuhan fasilitas peribadatan di Kabupaten Purwakarta adalah
4.796 unit dengan luas lahan 347,45 Ha.

 Fasilitas Perekonomian
 Jumlah pasar di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2008 adalah:
 Pasar Tradisional 6 unit,
 Pasar Modern 37 unit,
 Pasar desa 10 unit.
 Proyeksi kebutuhan fasilitas perekonomian di Kabuptaen Purwakarta tahun
2031 adalah:
 Pertokoan sebanyak 567 unit dengan luas kebutuhan lahan 68,03 ha.
 Pusat perbelanjaan lingkungan 47 unit dengan luas kebutuhan lahan
sebesar 63,77 ha.
 Pusat perbelanjaan dan niaga 12 unit dengan luas kebutuhan lahan
sebesar 42,52 ha.
Total kebutuhan luas lahan untuk fasilitas perekonomian di Kabupaten
Purwakarta adalah 174,32 ha.
74

 Fasilitas Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Proyeksi kebutuhan fasilitas ruang terbuka hijau di Kabupaten Purwakarta
tahun 2031 adalah:
 Taman sebanyak 567 unit dengan luas kebutuhan lahan sebesar 70,86
ha.
 Taman dan lapangan olah raga untuk standar penduduk 30.000 jiwa
sebanyak 47 unit dengan luas kebutuhan lahan adalah 42,52 ha.
 Taman dan lapangan olah raga untuk standar penduduk 120.000 jiwa
sebanyak 12 unit dengan luas kebutuhan lahan sebesar 28,34 ha.
 Jalur hijau adalah 2125,82 ha

b. Prasarana
 Air Minum
 Proyeksi kebutuhan air bersih di Kabupaten Purwakarta tahun 2031
dengan menggunakan proyeksi jumlah penduduk (skenario I) adalah
sebanyak 428 liter/detik atau 36.964 m3/hari atau 13.491.769 m3/tahun.
 Kecamatan Purwakarta merupakan kecamatan yang paling tinggi
membutuhkan air bersih yaitu 103 liter/detik atau 8893 m3/hari atau
3.245.877 m3/tahun.
 Kecamatan yang paling rendah dalam kebutuhan air bersih adalah
Kecamatan Sukasari yaitu 5 liter/detik atau 446 m3/hari atau 162.724
m3/tahun.
 Listrik
 Jumlah kebutuhan listrik rumah tangga Kabupaten Purwakarta tahun 2031
adalah 1.615.621,68 KVA,
 Kebutuhan listrik untuk fasilitas pada tahun 2031 adalah 484.686,50 KVA
dan
 Kebutuhan listrik untuk jalan umum adalah 32.312,43 KVA.
 Total kebutuhan listrik di Kabupaten Purwakarta Tahun 2031 adalah
2.132.620,62 KVA.
 Telepon
 Kebutuhan telepon untuk fasilitas perumahan pada tahun 2031 sebesar
283.442 unit.
 Kebutuhan telepon untuk fasilitas dan pelayanan umum pada tahun 2031
dibutuhkan 56.688 unit dan kebutuhan telepon umum sebanyak 14.172
unit.
 Air Limbah
 Proyeksi timbulan air limbah di Kabupaten Purwakarta tahun 2031 dengan
menggunakan metode eksponensial (skenario I) adalah 114.794.253
m3/hari,
 Penghasil timbulan air limbah terbesar adalah Kecamatan Purwakarta yaitu
sebesar 27.617.436 m3/hari dan
 Penghasil timbulan air limbah paling kecil adalah Kecamatan Sukasari
1.384.533 m3/hari.
75

 Persampahan
 Proyeksi timbulan sampah di Kabupaten Purwakarta tahun 2031 dengan
menggunakan metode eksponensial (skenario I) adalah 3.543 m3/hari.
 Penghasil timbulan sampah terbesar adalah Kecamatan Purwakarta yaitu
sebesar 852 m3/hari dan
 Penghasil timbulan sampah paling sedikit adalah Kecamatan Sukasari
sebesar 43 m3/hari.

2.4.6 Pembiayaan Pembangunan


a. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Purwakarta
Besarnya pendapatan asli daerah (PAD) yang diterima oleh daerah merupakan
salah satu ukuran tingkat kemandirian suatu daerah, semakin besar PAD yang diterima
oleh suatu daerah berarti semakin mandiri daerah yang bersangkutan. Untuk suatu
daerah otonom, disyaratkan memiliki PAD minimum sebesar 26 % dari total Penerimaan
daerah.
Tabel 2.14
Target dan Realisasi Pendapatan Kabupaten Purwakarta Menurut Jenis Penerimaan
Tahun Anggaran 2015 (dalam Rupiah)
Jenis Pendapatan Anggaran Realisasi
1. PENDAPATAN DAERAH
1.1 Pendapatan Asli Daerah 653.055.854.831 331.073.426.247
1.1.1 Hasil Pajak Daerah 495.414.753.944 184.745.870.520
1.1.2 Hasil Retribusi 41.017.004.000 32.020.538.321
Daerah
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 4.153.427.062 4.225.737.486
yang Dipisahkan
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 112.470.669;825 110.081.279.920
1.2 Dana Perimbangan 953.321.900.361 923.601.621.411
1.2.1 Bagi Hasil Pajak/Non Pajak 101.252.086.361 71.531.807.411
1.2.2 Dana Alokasi Umum 808.114.494.000 808.114.494.000
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 43.955.320.000 43.955.320.000
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 515.700.299.721 504.681.564.083
1.3.1 Pendapatan Hibah 1.755.232.000 812.837.700
1.3.2 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan 147.250.165.321 143.494.478.212
Pemerintah Daerah Lainnya
1.3.3 Dana Penyesuaian dan Otonomi Daerah 283.393.587.000 283.077.767.000
1.3.4 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau 83.301.315.400 77.296.481.171
Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah/Total 2.122.078.054.913 1.759.356.611.741
Sumber : BPS Kabupaten Purwakarta, 2015

b. Belanja Kabupaten Purwakarta

Tabel 2.15
Target dan Realisasi Belanja dan Pengeluaran Kabupaten Purwakarta Menurut Jenis
Pengeluaran Tahun Anggaran 2015 (dalam Rupiah)
Jenis Belanja Anggaran Realisasi
1.1 Belanja Tidak Langsung 1.151.173.569.994 1.035.908.139.150
Belanja Pegawai 924.319.313.139 826.640.334.738
Belanja Hibah 50.000.000.000 49.721.218.000
Belanja Bantuan Sosial 7.000.000.000 3.320.275.000
Belanja Bagi Hasil 11.977.699.055 4.791.079.622
76

Jenis Belanja Anggaran Realisasi


Belanja Bantuan Keuangan 157.376.557.800 151.420.089.590
Belanja Tidak Terduga 500.000.000 15.142.200
1.2 Belanja Langsung 984.060.709.795 767.373.048.228
Belanja Pegawai 126.235.041.773 116.970.634.280
Belanja Barang dan Jasa 367.513.229.734 292.512.031.074
Belanja Modal 490.312.438.288 357.890.382.874
Jumlah/Total 2.135.234.279.789 1.803.281.187.378
Sumber : BPS Kabupaten Purwakarta, 2015

2.4.7 Kelembagaan
Aspek Kelembagaan ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu lembaga formal
pemerintahan daerah kabupaten dan lembaga fungsional.
a. Lembaga formal pemerintahan daerah kabupaten adalah unit yang
bertanggung jawab dalam penataan ruang, yang dalam hal ini adalah
Bappeda Kabupaten Purwakarta sebagai lembaga formal yang menangani
penataan ruang wilayah Kabupaten Purwakarta.
b. Lembaga fungsional adalah Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
(BKPRD) yang beranggotakan dinas/ badan/ lembaga kabupaten yang terkait
dengan penataan ruang. Tim ini ditetapkan oleh bupati dalam bentuk surat
keputusan.
Tugas dan tanggung jawab koordinasi penataan ruang Kabupaten Purwakarta
dilakukan oleh Bupati. Bupati membentuk dan menugaskan BKPRD untuk melaksanakan
tugas Koordinasi Penataan Ruang Daerahnya. Tugas BKPRD adalah :
a. Merumuskan dan mengkoordinasikan berbagai Kelompok kerja pengendalian
Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud agari kebijakan penataan ruang
Nasional dan Provinsi.
b. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
c. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang dan Rencana
Tata Ruang Kawasan sebagai jabaran lebih lanjut Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten.
d. Mengintegrasikan dan memaduserasikan penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang berbatasan.
e. Memaduserasikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Tahunan
yang dilakukan Pemerintah Kabupaten/Kota, Masyarakat dan Dunia Usaha
dengan Rencana Tata Ruang .
f. Mengoptimalkan penyelenggaraan penertiban, pengawasan (pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan) dan perizinan pemanfaatan ruang.
g. Melaksanakan kegiatan pengawasan yang meliputi pelaporan evaluasi, dan
pemantauan penyelenggaraan pemanfaatan ruang.
h. Memberikan rekomendasi penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang.
i. Memberikan rekomendasi perizinan tata ruang Kabupaten
j. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
k. Mengembangkan data dan informasi penataan ruang Kabupaten untuk
kepentingan pengguna ruang dijajaran pemerintah, masyarakat, dan swasta.
77

l. Mensosialisasikan dan menyebar luaskan informasi penataan ruang


Kabupaten.
m. Mengkoordinasikan penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul
dalam penyelenggaraan penataan ruang Kabupaten/Kota, dan memberikan
pengarahan serta saran pemecahannya.
n. Melaksanakan fasilitasi, supervisi kepada Dinas/Instansi, masyarakat dan
dunia usaha berkaitan dengan penataan ruang.
o. Menterpadukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang Kabupaten/Kota dengan Kabupaten /Kota
yang berbatasan.
p. Melakukan evaluasi tahunan atas kinerja penataan ruang Kabupaten /Kota.
q. Menjabarkan petujuk Bupati/Walikota berkenaan dengan pelaksanaan fungsi
dan kewajiban Koordinasi Penyelenggaran Penataan Ruang Kabupaten/Kota.
r. Menyampaikan laporan pelaksanan tugas BKPRD Kabupaten/Kota secara
berkala kepada Bupati/Walikota.
Susunan keanggotaan tim BKPRD di tingkat kabupaten, antara lain sebagai berikut:

Penanggung Jawab : Bupati


Ketua : Wakil Bupati
Ketua Harian : Sekretaris Daerah Kabupaten
Sekretaris : Kepala Bappeda Kabupaten
Wakil Sekretaris : Kepala Dinas yang mengurusi tata ruang
Anggota ; Disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan
potensi daerah

Berdasarkan peraturan Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah maka terdapat beberapa perubahan dan penyesuaian
terhadap Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota sehingga perlu dilakukannya
perubahan. Selain itu PP Nomor 41 Tahun 2007 yang hingga saat ini mengatur
pembentukan organisasi perangkat daerah dianggap belum cukup memberikan pedoman
menyeluruh bagi penyusunan dan pengendalian organisasi perangkat daerah yang
menangani seluruh urusan pemerintahan.
Menurut UU Pemerintahan Daerah, Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota
terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, Dinas, Badan, Lembaga
Lain, dan Kecamatan. Penjelasan mengenai Perangkat Daerah Kabupaten/Kota dapat
dibaca pada tulisan Bentuk Organisasi Perangkat Daerah. Ketentuan mengenai
pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota ini sesuai denganDraft PP
tentang Organisasi Perangkat Daerah berdasar pada UU 23 Tahun 2014 yang dikelurkan
oleh Kementerian Dalam Negeri. Ketentuan pembentukan Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten/Kota dimaksud adalah sebagai berikut. Jumlah perangkat daerah ditetapkan
berdasarkan kriteria karakteristik daerah atau yang disebut dengan variabel faktor umum
yang terdiri dari variabel jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah APBD dan jumlah
wilayah bawahan. Sedangkan kriteria variabel faktor teknis meliputi unsur-unsur substansi
masing-masing urusan, ketersediaan SDM, sarana prasarana penunjang tugas, luas
cakupan tugas dan beban kerja.
78

a. Rancangan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota


 Sekretariat Daerah
Sekretariat Daerah merupakan unsur staf yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah dan
bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota. Sekretaris Daerah memiliki tugas
membantu Bupati/Walikota dalam penyusunan kebijakan dan pengoordinasian
administratif terhadap pelaksanaan tugas perangkat daerah serta pelayanan administratif.
Sekretariat Daerah terdiri dari paling banyak 4 asisten dan paling banyak 12 bagian
dengan masing-masing bagian terdiri dari paling banyak 3 subbagian.

 Sekretariat DPRD
Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD yang dipimpin oleh
sekretaris SPRD yang dalam melaksanakan tugasnya secara teknis operasional berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan DPRD dan secara administratif
bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah. Sekretariat DPRD
paling banyak terdiri dari 4 bagian dan masing-masing bagian terdiri dari paling banyak 3
subbagian.

 Inspektorat
Inspektorat Daerah merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang dipimpin oleh inspektur. Inspektur dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab langsung kepada Bupati/Walikota dan secara teknis administratif
mendapat pembinaan dari sekretaris daerah.

a. Dinas Daerah
Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh
Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab
kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas Daerah mempunyai tugas
membantu Bupati/Walikota melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah. Pada Dinas Daerah dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas
untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang
yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan. Pembentukan Unit
Pelaksana Teknis Dinas ditetapkan dengan peraturan Bupati/Walikota setelah mendapat
persetujuan dari Gubernur.

b. Dinas Daerah diklasifikasikan dalam 3 (tiga) tipe yakni :


 Dinas tipe A dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah dengan beban kerja yang besar (dengan total skor
variabel lebih dari 800). Terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang.
Sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari
paling banyak 3 seksi.
 Dinas tipe B dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah dengan beban kerja yang sedang (dengan total skor
variabel 601 sampai dengan 800). Terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak
3 bidang. Sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri
dari paling banyak 2 seksi.
 Dinas tipe C dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah dengan beban kerja yang kecil (dengan total skor
variabel kurang dari 400). Terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 2
79

bidang. Sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri


dari paling banyak 2 seksi.
Unit Pembantu Teknis Dinas terdiri dari 1 subbagian tata usaha dan kelompok
jabatan fungsional. Dinas yang melaksanakan urusan wajib yang berkaitan dengan
pelayanan dasar ditetapkan dengan tipe A dan tidak digabungkan dengan urusan
pemerintahan lainnya. Penentuan jumlah bidang harus berdasarkan analisis jabatan dan
analisis beban kerja.
Dinas Daerah melaksanakan urusan pemerintahan yang terdiri dari urusan wajib
dan urusan pilihan. Penjelasan terkait urusan pemerintahan dapat dilihat pada
artikel Pembagian Urusan Pemerintahan Daerah – UU No. 23/2014. Khusus untuk urusan
Ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat diwadahi dalam bentuk
satuan polisi pamong praja. Penggabungan beberapa urusan dalam satu dinas ditetapkan
dengan prinsip memiliki kesamaan dan/atau kesesuaian fungsi

c. Badan Daerah
Badan Daerah merupakan unsur penunjang urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah yang dipimpin oleh Kepala Badan yang bertanggung jawab
kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah. Badan Daerah dapat dibentuk Unit
Pelaksana Teknis Badan untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau
kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan.
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas ditetapkan dengan peraturan Bupati/Walikota.
Urusan penunjang pemerintah meliputi perencanaan; keuangan; kepegawaian;
pendidikan dan pelatihan; penelitian dan pengembangan; dan fungsi lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Badan Daerah diklasifikasikan dalam 3 (tiga) tipe yakni :
 Badan tipe A dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan fungsi penunjang urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dengan beban kerja yang besar
(dengan total skor variabel lebih dari 800). Terdiri dari 1 sekretariat dan paling
banyak 4 bidang. Sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang
terdiri dari paling banyak 3 subbidang atau jabatan fungsional.
 Badan tipe B dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan fungsi penunjang urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dengan beban kerja yang
sedang (dengan total skor variabel 601 sampai dengan 800). Terdiri dari 1
sekretariat dan paling banyak 3 bidang. Sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan
masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 2 subbidang atau jabatan
fungsional.
 Badan tipe C dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan fungsi penunjang urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dengan beban kerja yang kecil
(dengan total skor variabel kurang dari 400). Terdiri dari 1 sekretariat dan paling
banyak 2 bidang. Sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang
terdiri dari paling banyak 2 seksi.
Unit Pembantu Teknis Badan terdiri dari 1 subbagian tata usaha dan kelompok
jabatan fungsional.

d. Kecamatan
Kecamatan dipimpin oleh Camat yang berkedudukan dibawah dan bertanggung
jawab kepada Bupati/Walikota melalui sekretaris daerah. Camat diangkat oleh
Bupati/Walikota dari PNS/ASN yang menguasai teknis pemerintahan dan memenuhi
80

persyaratan kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


Camat dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh perangkat Kecamatan yakni
Kelurahan.
Kelurahan dibentuk dengan peraturan daerah yang dipimpin oleh lurah selaku
perangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada camat. Lurah diangkat oleh
Bupati/Walikota atas usul sekretaris daerah yang memenuhi persyaratan dari aspek
teknis pemerintahan dan administratif serta pertimbangan dari camat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, Kecamatan diklasifikasikan dalam 2 (dua) tipe
yakni :

 Kecamatan tipe A dibentuk untuk kecamatan dengan beban kerja yang besar.
Terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 5 seksi, sekretariat terdiri dari 3
subbagian.
 Kecamatan tipe B dibentuk untuk kecamatan dengan beban kerja yang kecil.
Terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 3 seksi, sekretariat terdiri dari 3
subbagian.
 Kelurahan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 seksi.

e. Lembaga Lain
Lembaga lain merupakan pembentukan lembaga tertentu berdasarkan perintah
peraturan perundang-undangan. Lembaga tersebut dijadikan bagian dari Perangkat
Daerah yang ada setelah dikonsultasikan kepada Menteri dan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pendayagunaan aparatur negara.

Ketentuan dalam penggabungan 2 (dua) urusan pemerintahan dan fungsi-fungsi tertentu


sebagai berikut.

 Penggabungan 2 urusan pemerintahan hanya dapat dilakukan apabila nilai


variabel faktor umum dan faktor teknis kurang dari 600;
 Penggabungan 2 urusan pemerintahan dengan nilai variabel faktor umum dan
faktor teknis antara 500 sampai dengan 600 dibentuk dinas/badan tipe B;
 Penggabungan 2 urusan pemerintahan dengan nilai variabel faktor umum dan
faktor teknis kurang dari 500 dibentuk dinas/badan tipe C.

Anda mungkin juga menyukai