14
15
Gambar 2.1
Peta Struktur Ruang Provinsi Jawa
Barat
16
17
1. Penyediaan infrastruktur jalan dan perhubungan yang handal dan terintegrasi untuk
mendukung tumbuhnya pusat pertumbuhan
2. Penyediaan infrastruktur sumber daya air dan irigasi yang handal berbasis DAS untuk
mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta
pengendalian daya rusak air
3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur energi dan kelistrikan
4. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur telekomunikasi
5. Peningkatan penyediaan infrastruktur permukiman.
Tabel 2.2
Rencana Pengembangan Infrastruktur Jalan dan Perhubungan
No Infrastruktur Rencana Pengembangan Wilayah Arah Pengembangan
1 Infrastruktur Jalan Pengembangan jaringan jalan WP Purwasuka Pengembangan infrastruktur jalan
primer sebagai penghubung mencakup peningkatan kapasitas
antara pusat-pusat kegiatan, dan kondisi ruas jalan strategis
baik antar PKN, PKN dan Pembangunan jalan lingkar
PKW, antar PKW, PKW dan Karawang di Kabupaten
PKL, maupun dengan kawasan Karawang
strategis nasional dan provinsi.
Pengembangan jaringan jalan WP Pembangunan jalan Tol
tol dalam kota maupun antar Bodebekpunjur Cileunyi–Sumedang-Dawuan
kota sebagai penghubung -WP (CISUMDAWU) dan jalan Tol
antar pusat-pusat kegiatan Purwasuka- Cikopo/Cikampek-Palimanan
utama WP KK (CIKAPALI)
Cekungan
Bandung –WP
Ciayumajakuni
ng
2 Infrastruktur Pengembangan jaringan WP Purwasuka Pembangunan Shortcut Jalur KA
Perhubungan kereta api yang berfungsi Antar Kota Cibungur-Tanjungrasa
sebagai penghubung antar di Kab. Karawang dan Kab.
PKN, antara PKN dan PKW, Purwakarta
serta antar PKW. Peningkatan keandalan sistem
jaringan jalur KA lintas selatan
yang menghubungkan kota-kota
Cikampek-Purwakarta
Peningkatan jalur KA lintas
Cikampek-Padalarang, termasuk
peningkatan spoor emplasemen
Pembangunan rel ganda parsial
antara Purwakarta-Ciganea
Elektrifikasi rel ganda KA Antar
Kota Cikarang-Cikampek
Peningkatan keandalan sistem
jaringan KA lintas utara Jakarta-
Cikampek
Pembangunan jalur KA cepat
lintas Jakarta-Surabaya
Pengembangan transportasi WP Purwasuka Peningkatan fasilitas dan prasarana
terpadu dalam rangka lalu lintas jalan
mendukung pengembangan
pusat-pusat kegiatan utama
Sumber: Dokumen RTRW Jawa Barat Tahun 2009 – 2029
18
a. Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan
nilai sejarah serta budaya bangsa, guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Pengembangan kawasan lindung di Kabupaten Purwakarta bertujuan untuk mewujudkan
kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga
keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan
berkelanjutan di Kabupaten Purwakarta.
Tabel 2.3
Kawasan Lindung di Kabupaten Purwakarta
Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria
Fisik
1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya
Kawasan Hutan Hutan Lindung Hutan Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelerengan
berfungsi lindung lapangan, jenis tanah, dan curah hujan dengan
nilai skor lebih dari 125; dan/atau;
Kawasan hutan yang mempunyai kelerengan
lapangan 40% atau lebih, dan pada daerah
yang keadaan tanahnya peka terhadap erosi dg
kelerengan lapangan lebih dari 25%; dan/atau
Kawasan hutan yg mempunyai ketinggian 2.000
meter atau lebih diatas permukaan laut.
2. Kawasan perlindungan setempat
Sempadan Sungai Non Hutan Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar
sepanjang kaki tanggul di luar kawasan
perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang
kaki tanggul di dalam kawasan perkotaan
Sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri sungai
besar dan 50 meter di kanan-kiri sungai kecil
yang tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan
Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai
untuk yang mempunyai kedalaman tidak lebih
besar dari 3 m
Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai
untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih
dari 3 m - 20 m
Sekurang-kurangnya 20 m dari tepi sungai
untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih
dr 20 m
Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk
sungai yang terpengaruh oleh pasang surut air
laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau
Kawasan Sekitar Non Hutan Daratan sepanjang tepian waduk dan situ yang
Waduk dan danau/situ lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi
fisik waduk dan situ sekurang-kurangnya 50 m dari
titik pasang tertinggi ke arah darat.
Kawasan Sekitar Mata Non Hutan Kawasan dengan radius sekurang-kurangnya 200
Air m di sekitar mata air
3. Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan tanah Non Hutan Kawasan berbentuk lereng yang rawan
longsor terhadap perpindahan material pembentuk
lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah
atau material campuran;
Kawasan yang diidentifikasi sering dan
berpotensi mengalami kejadian tanah longsor.
4. Kawasan Lindung Geologi
Kawasan Kars Non Hutan Pengertian : Kawasan Kars merupakan bentang
alam yang unik dan langka. Karena terbentuk
dengan proses yang berlangsung lama dan hanya
dijumpai pada daerah-daerah tertentu, sudah tentu
kawasan kars menjadi objek eksplorasi dan
eksploitasi manusia.
19
Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria
Fisik
5. Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan Non Hutan Kawasan yang berpotensi dan/atau pernah
gempa bumi tektonik mengalami gempa bumi dengan skala VII
sampai dengan XII Modified Mercally Intensity
(MMI);
Kawasan yang mempunyai sejarah kegempaan
yang merusak;
Kawasan yang dilalui oleh patahan aktif
daerah yang mempunyai catatan kegempaan
dengan kekuatan (magnitudo) lebih besar dari
5 pada skala richter;
Kawasan dengan batuan dasar berupa endapan
lepas seperti endapan sungai, endapan pantai
dan batuan lapuk;
Kawasan lembah bertebing curam yang disusun
batuan mudah longsor.
6. Kawasan Lindung Lainnya
Kawasan Perlindungan Non Hutan Areal yang ditunjuk memiliki jenis plasma nutfah
plasma nuftah eks-situ tertentu yang belum terdapat di dalam kawasan
konservasi yang telah ditetapkan;
Merupakan areal tempat pemindahan satwa
yang merupakan tempat kehidupan baru bagi
satwa tersebut mempunyai luas cukup dan
lapangannya tidak membahayakan.
Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ
adalah kawasan di luar kawasan suaka alam
dan pelestarian alam yang diperuntukkan bagi
pengembangan dan pelestarian pemanfaatan
plasma nutfah tertentu.
b. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan. Pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten
Purwakarta difokuskan pada kawasan industri, tetapi ada pula fungsi lainnya seperti
kawasan pertanian pangan, kawasan perkebunan, kawasan perikanan, dan kawasan
pariwisata.
Tabel 2.4
Kawasan Budidaya di Kabupaten Purwakarta
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Arah Pengembangan
Kawasan Industri Non Pertanian Memperhatikan keseimbangan dan Mengoptimalkan kawasan
kelestarian sumberdaya alam serta industri yang telah ada di
mencegah timbulnya kerusakan dan koridor Cikarang-
pencemaran lingkungan hidup Cikampek
Dilengkapi dengan unit pengolahan Mengembangkan
limbah kawasan industri di
Memperhatikan pasokan air bersih koridor Bandung-Cirebon
dari sumber air permukaan dan koridor Sukabumi-
Industri ramah lingkungan dan Bogor
memenuhi kriteria ambang limbah Mendorong
sesuai ketentuan peraturan pengembangan industri
perundang-undangan kreatif dan telematika di
Pengelolaan limbah secara terpadu WP KK Cekungan
untuk industri dengan lokasi Bandung
berdekatan Memprioritaskan
pengembangan industri
yang berteknologi tinggi,
ramah lingkungan, dan
membangkitkan kegiatan
ekonomi
Memprioritaskan
pengembangan industri
yang menerapkan
manajemen dan kendali
mutu, clean development
mechanism, serta
20
21
22
Pusat Kegiatan Lokal (Perda Jabar No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Prov Jabar)
a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Perkotaan dengan fungsi pelayanan sebagai
pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pendidikan, industri kecil, dan
pariwisata terletak di Kecamatan Purwakarta. Kriteria PKL perkotaan adalah
kawasan perkotaan yang berperan sebagai pusat kegiatan lokal dengan
fungsi ekonomi utama berupa perdagangan dan jasa
Fasilitas minimum yang tersedia di PKL adalah:
- Sarana pendidikan setingkat SMA
- Rumah sakit umum tipe C
- Sarana olahraga
b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Penetapan Kecamatan Plered dan Kecamatan
Wanayasa sebagai PKL Perdesaan dengan fungsi pelayanan sebagai pusat
pemerintahan, perdagangan, jasa, pendidikan, agropolitan, minapolitan,
industri kecil, dan pariwisata terletak di Kecamatan Plered dan Kecamatan
Wanayasa.
Fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal yang menghubungkan
desa sentra produksi baik di kecamatan yang bersangkutan maupun
kecamatan yang berdekatan.
Pengembangan PKL perdesaan, meliputi:
1. Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di desa tertinggal,
desa terpencil, dan kawasan rawan bencana;
2. Penataan kawasan permukiman perdesaan dengan prinsip
konservasi dan pengelolaan bencana;
3. Pembangunan sarana olahraga dan pusat kegiatan belajar; dan
4. Pembangunan puskesmas.
Pusat Kegiatan Lokal Promosi
PKL promosi dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan industri, perdagangan, dan
jasa di Kecamatan Cibatu dan Sawit di Kecamatan Darangdan. Kriteria Pusat Kegiatan
Lokal promosi (PKLp) adalah :
1. Kawasan perkotaan yang berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa
yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa Kecamatan;dan/atau
2. Kawasan perkotaan yang berpotensi sebagai simpul transportasi yang
melayani skala kabupaten/kota atau beberapa Kecamatan.
Pusat Pelayanan Kawasan
PPK Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dengan fungsi pelayanan sebagai pusat
pemerintahan, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan olahraga. Kriteria (PPK) adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kecamatan atau
beberapa desa. Untuk Wilayah Kecamatan Bungursari Secara Keseluruhan Kecamatan
Bungursari masuk kedalam struktur ruang Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK).
24
24
25
3. Kecamatan Campaka;
4. Kecamatan Sukatani;
5. Kecamatan Pasawahan;
6. Kecamatan Pondoksalam;
7. Kecamatan Bojong;
8. Kecamatan Maniis;
9. Kecamatan Kiarapedes;
10. Kecamatan Bungursari;
11. Kecamatan Darangdan; dan
12. Kecamatan Tegalwaru.
Tabel 2.6
Kawasan Lindung Kecamatan Bungursari
Kawasan Lindung Kriteria Fungsi
Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan sekitar situ, danau, dan Untuk mewujudkan kawasan
waduk sekitar situ, danau atau waduk
membutuhkan upaya atau
program, antara lain:
1. penetapan batas kawasan
danau atau waduk serta
sempadannya;
2. penetapan batas kawasan
pasang surut;
3. penghijauan; dan
4. pelaksanaan program
pembinaan dan sosialisasi
pelestarian kawasan.
Tabel 2.7
Kawasan Budidaya Kecamatan Bungursari
Kawasan Budidaya Kriteria Fungsi
Kawasan Hutan Produksi Kriteria Hutan Produksi : Hutan produksi
1. Keadaan fisik areal hutan merupakan kawasan hutan yang
dimungkinkan untuk dilakukan dimanfaatkan untuk memproduksi
eksploitasi secara ekonomis hasil hutan.
2. Lokasinya secara ekonomi
mudah dikembangkan
sebagai hutan produksi.
3. Hutan produksi dapat berupa
area kosong
4. Tidak merugikan dari segi
ekologi
Kawasan Budidaya Tanaman Kawasan yang memang Berfungsi sebagai ketahanan
Pangan diperuntukkan untuk tanaman pangan, mendayagunakan
pangan lahan basah yang investigasi irigasi teknis, dan
pengairannya melalui alamiah mengembangkan produktivitas
(tadah hujan). lahan.
Kawasan Budidaya Holtikultura
Kawasan Budidaya Perkebunan
Sumber: Dokumen RTRW Kabupaten Purwakarta 2011 – 2031
35
35
36
"PURWAKARTA BERKARAKTER”
Tabel 2.8
Identifikasi Isu – Isu Strategis
Isu Strategis
Lokal
Dinamika Regional
Dinamika Internasional Dinamika Nasional (Kabupaten
(Jawa Barat)
Purwakarta)
(1) (2) (3) (4)
Tujuan Pembangunan Prioritas Pembangunan Tujuan Inti Melanjutkan Program
Milleium/Millenium Nasional dalam RPJMN : Pembangunan Jawa RPJMD Tahap Ke-2,
Development Goals Barat (Common Goals) Dengan Tekanan2
(MDGs): dalam RPJMD Provinsi Pada:
Jawa Barat :
Isu Strategis
Lokal
Dinamika Regional
Dinamika Internasional Dinamika Nasional (Kabupaten
(Jawa Barat)
Purwakarta)
(1) (2) (3) (4)
5. Meningkatkan 5. Ketahanan Pangan 5. Peningkatan Kinerja 5. Peningkatan
kesehatan ibu Aparatur Kualitas Kesehatan
c. Program Pioritas
Prioritas Pembangunan Kabupaten Purwakarta untuk Tahun 2014
merupakan tindak lanjut atau dalam rangka mendukung program pembangunan
lanjutan yang nantinya akan dituangkan dalam Rencana pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2013 – 2018. Prioritas pembangunan tersebut
dirumuskan dalam “9 Tangga Cinta Purwakarta Istimewa “ yang terdiri atas :
40
Makna Visi :
Makna “Visi Pembangunan : Purwakarta Berkarakter” sesungguhnya secara sederhana
merupakan pencerminan dari aspek kepribadian; ciri khas (branded); kumpulan peran;
43
mandiri; berdaya saing; tangguh; serta maju sesuai dengan tata nilai masyarakat
Purwakarta yang berlandaskan religi keislaman dan tata nilai lokal pilemburan (local
values).
Makna Misi :
1. Mengembangkan pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal, yang
berorientasi pada keunggulan pendidikan, kesehatan, pertanian, industri,
perdagangan dan jasa :
Untuk mewujudkan Visi Pembangunan : “Purwakarta Berkarakter” pada aspek
kualitas sumber daya manusia dan tatanan kehidupan ekonomi masyarakat, maka
Pemerintah Kabupaten Purwakarta mempunyai misi untuk senantiasa
mengembangkan pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal, yang berorientasi
pada keunggulan pendidikan, kesehatan, pertanian, industri, perdagangan dan jasa.
Pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal yang berorientasi pada keunggulan
pendidikan, kesehatan, pertanian, industri, perdagangan dan jasa dimaksud
tercermin, antara lain :
(1) Di bidang pendidikan, perlu dilakukannya penguatan nilai-nilai lokal (kearifan lokal,
local value), baik yang bersifat geografis, teritorial maupun yang bersifat capacity
intelectual. Hal ini sebagai bagian dari upaya optimalisasi potensi domestik, baik
yang bersifat kultur, regional, lokal maupun menciptakan keunggulan personal,
yang memiliki kearifan intelektual, emosional dan spiritual, sehingga dapat
membentuk generasi Purwakarta yang sesui dengan tata nilai : cageur, bageur,
bener, pinter, jeung singer.
(2) Di bidang kesehatan, perlu dibangunnya sarana pelayanan pengobatan
masyarakat berupa Puskesmas yang memadai di seluruh kecamatan, untuk
mendekatkan fungsi pelayanan negara terhadap masyarakat. Pola hubungan
yang dibangun adalah pola kemitraan yang terstruktur berdasarkan kualitas
ekonomi rakyat untuk membangun dan mengintegrasikan hubungan timbal balik
(feed-back) antara ekonomi atas, menengah dan bawah.
(3) Di bidang pertanian, perlu diupayakan penguatan basis pertanian organisme,
dengan mewujudkan integrasi potensi pertanian, peternakan, perikanan,
kehutanan dan pariwisata yang disebut gerakan balik ka lembur, serta
membangun kekuatan lumbung pedesaan melalui penguatan jaringan ketahanan
pangan desa, sebagai bagian dari menjaga ketahanan pangan masyarakat secara
makro. Dengan pengembangan upaya tersebut, diharapkan dapat terwujud
swasembada pangan daerah serta sesuai dengan gambaran filosofi Sunda : bru
di juru, bro di panto, ngalayah di tengah imah, rea ketan, rea keton, buncir
leuit, loba duit, di hareup undeureun, di tukang alaeun, di pipir petikeun, di
kolong aya si jambrong, na parango aya si jago.
(4) Di bidang investasi dan industri, perlu dibukanya areal zona industri maupun
kawasan industri yang dikuasai oleh pemerintah daerah sebagai bagian dari
kemudahan investor, dan simbiosis investasi antara negara dengan pelaku
industri, dengan orientasi kemakmuran rakyat. Rancang bangun ini merupakan
bagian dalam membangun hubungan perubahan sosialisme-kapitalisme atau
dinamakan dengan istilah bumi manjing ka langitna, ti langit seah hujana,
lembur subur, kota bagja, masjid jeung diri ngahiji, harta geus ngawujud
44
(2) Mengembalikan kondisi sumber air, sungai dan danau sebagai sumber kehidupan
masyarakat, menjaga kualitas airnya, menjaga kualitas lingkungannya, agar
terjaga dari berbagai bentuk ambisi kepentingan ekonomi, yang pada akhirnya
menghancurkan sistem nilai hayati dan nabati yang terkandung di dalamnya.
Karena pada hakikatnya, sumber air, sungai dan danau yang ada di Purwakarta
merupakan cermin watak peradaban masyarakat Purwakarta secara keseluruhan.
4. Mengembangkan struktur pemerintahan yang efektif, yang berorientasi kepada
kepuasan pelayanan publik, mengembangkan potensi kewirausahaan birokrasi
yang berorientasi kemakmuran rakyat.
Untuk mewujudkan Visi Pembangunan : “Purwakarta Berkarakter” pada aspek
birokrasi dan otonomi daerah, maka Pemerintah Kabupaten Purwakarta mempunyai misi
untuk senantiasa mengembangkan struktur pemerintahan yang efektif, yang berorientasi
kepada kepuasan pelayanan publik, mengembangkan potensi kewirausahaan birokrasi
yang berorientasi kemakmuran rakyat. Misi tersebut antara lain tercermin dari upaya :
(1) Pengembangan tatanan birokrasi dan aparatur daerah, sehingga mampu terwujud
lembaga birokrasi dan aparatur daerah yang mencerminkan tata nilai dan prinsip
kesundaan : landung kandungan, laer aisan, leuleus jeujeur liat tali, hade
congcot, gede bacot, someah hade ka semah.
(2) Perwujudkan otonomi desa melalui penguatan otonomi kultural dan struktural
masyarakat perdesaan, serta desentralisasi pembangunan desa dan
desentralisasi pengelolaan anggaran perimbangan desa, yang mencerminkan
semangat keadilan, atau gemah ripah, repeh rapih, sugih mukti lemah cai,
wibawa karta raharja.
(3) Membangun kekuatan hukum yang memberikan perlindungan menyeluruh
terhadap masyarakat dengan berorientasi pada produk hukum yang cerdas,
tanggap terhadap perubahan dan berkembang sesuai dengan nalar, lingkungan
alam dan masyarakat.
2.2 Teori Pertumbuhan Wilayah dan Perdesaan
Dalam sub bab ini akan membahas mengenai bagaimana pertumbuhan dan
perkembangan suatu wilayah dan perdesaan, berikut adalah teori maupun penjelasannya
:
2.2.1 Pertumbuhan Wilayah
Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah
adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait
kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan
atau aspek fungsional. Menurut Rustiadi, et al. (2006) wilayah dapat didefinisikan sebagai
unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu dimana komponen-komponen wilayah
tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional. Sehingga batasan wilayah
tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis. Komponen-
komponen wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumberdaya buatan (infrastruktur),
manusia serta bentukbentuk kelembagaan. Dengan demikian istilah wilayah menekankan
interaksi antar manusia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam
suatu batasan unit geografis tertentu. Mengklasifikasikan konsep wilayah ke dalam tiga
kategori, yaitu:
46
digunakan dan dapat pula tidak digunakan dalam kegiatan pengembangan wilayah
tergantung kemauan politis pemegang kekuasaan. Suatu pendekatan yang sudah dipilih
dan diputuskan oleh pengambil keputusan politis maka “harus” dilaksanakan oleh para
pelaksana di lapangan dan “tidak boleh” menggunakan yang lain. Produk politik seperti itu
biasa disebut Undang Undang atau berbagai peraturan lainnya. Tulisan ini mencoba
melakukan elaborasi sistim pembangunan yang berlaku saat ini dengan menggunakan
pendekatan geografi.
Konsepsi pembangunan wilayah pada dasarnya adalah pembangunan proyek
proyek berdasarkan hasil analisa data spasial (Sandy dalam Kartono, 1989). Karena yang
disajikan adalah fakta spasial maka ketersediaan peta menjadi mutlak diperlukan. Karena
keseluruhan proyek berada di tingkat kabupaten/kota maka pemerintah kabupaten/kota
mutlak perlu menyiapkan peta peta fakta wilayah dalam tema tema yang lengkap. Dalam
lingkup pekerjaan inilah antara lain dituntut peran aktif para ahli geografi.
Pengwilayahan data spasial untuk menetapkan proyek pembangunan disebut
wilayah subyektif, sedang wilayah yang ditetapkan untuk suatu bidang kehidupan sebagai
tujuan pembangunan (penetapan wilayah pembangunan) disebut wilayah obyektif.
Implementasi wilayah pembangunan pada umumnya tidak sesuai dengan aspirasi
masyarakat. Produk akhir dari analisis data spasial disebut “wilayah geografik” sedang
cakupan ruang muka bumi yang dianalisis disebut “area/geomer/daerah”.
Saat ini semakin dapat dirasakan bahwa perkembangan suatu daerah tertentu
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh daerah sekitarnya mulai dari daerah tetangga
sampai daerah yang lebih jauh jaraknya bahkan pengaruh dari bagian bumi lainnya.
Dampak globalisasi telah membuktikan hal itu. Oleh karena itu, wilayah sebagai system
spasial dalam lingkup kegiatan pengembangan wilayah merupakan subsistem spasial
dalam lingkup yang lebih luas. Sebuah kabupaten/kota, dalam kegiatan pengembangan
wilayah, di samping menganalisis data spasial kabupaten/kota yang bersangkutan, juga
perlu memperhatikan paling tidak bagaimana perkembangan daerah sekitarnya
(interregional planning). Sebuah kabupaten/kota tidak dapat hidup sendiri dan oleh
karena itu perlu mengadakan kerja sama dengan daerah tetangganya.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, suatu proyek pembangunan daerah
dilaksanakan pada tingkat kabupaten/kota sebagai unit terrendah dalam hirarki
pembangunan. Proyek terkait dengan jenisnya dan dananya. Setelah jenis dan dananya
disediakan maka tahap berikutnya adalah menetapkan di bagian mana dari daerah
kabupaten/kota proyek tersebut akan dilaksanakan. Ada beberapa cara untuk
menetapkan proyek pembangunan. Cara penetapan proyek biasanya dilakukan, pada
tahap awal, melalui suatu kajian akademis antara lain berdasarkan pendekatan geografi,
pendekatan ekonomi dan lainnya.
Pendekatan geografi dilakukan melalui tahapan penetapan masalah,
pengumpulan data dan analisis data mulai dari kegiatan penyaringan, pengelompokan,
klasifikasi data, kegiatan pengwilayahan, korelasi dan analogi. Oleh karena adanya
keragaman berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, berdasarkan kemampuan
keuangan pemerintah dan skala waktu pelaksanaan, disusun skala prioritas proyek.
Hasil korelasi secara spasial (tumpang tindih atau overlay peta wilayah) dapat ditunjukan
masalah apa sebagai prioritas proyek dan di mana lokasi proyek tersebut dilaksanakan.
Dalam pelaksanaanya, pendekatan geografi tidaklah sesederhana itu.
Beberapa cara lain untuk menetapkan proyek pembangunan dapat disebutkan
antara lain dengan menerapkan teori Economic Base, Multiplier Effect yang berkaitan
dengan teori input-output dan penerapan teori lokasi,(Location Theory), teori pusat
48
(Central Place Theory) dan penerapan teori Kutub Pengembanngan (Growth Pole
Theory). .
Sedangkan pengertian desa dalam kehidupan sehari-hari atau secara umum sering
di istilahkan dengan kampung,yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari keramaian
kota,yang di huni sekelompok masyrakat di mana sebagian besar mata pencaharianya
sebagai petani sedangkan secara atmininistrastif desa adalah yang terdiri dari satu atau
lebih atau dusun di gabungkan hingga menjadi suatu daerah yang berdiri sendiri atao
berhak mengatur rumah tangga sendiri (otonomi).
Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan pedesaan diperlukan kerjasama yang
erat antar daerah dalam satu wilayah dan antar wilayah. Dalam hubungan ini perlu selalu
diperhatikan kesesuaian hubungan antar kota dengan daerah pedesaan sekitarnya, dan
antara suatu kota dengan kota-kota sekitarnya. Hal ini disebabkan karena pada umumnya
lokasi industri, lokasi kegiatan pertanian atau sektor-sektor lain yang menunjang/terkait
cenderung terkonsentrasi hanya pada beberapa daerah administrasi yang berdekatan.
Dengan kerjasama antar daerah, maka daerah-daerah yang dimaksud dapat tumbuh
secara serasi dan saling menunjang. Melalui kerjasama antara daerah-daerah/wilayah-
wilayah dapat diusahakan keseimbangan pertumbuhan antara sektor pertanian dan
sektor-sektor lain baik dari segi nilai tambah maupun dari segi penyiapan tenaga kerja.
Seperti dalam pembangunan ekonomi pada umumnya, maka dalam mewujudkan tujuan
pembangunan pedesaan, terdapat paling sedikit empat jenis strategi, yaitu
a. Strategi pertumbuhan,
Strategi pertumbuhan umumnya dimaksudkan untuk mencapai peningkatan
secara cepat dalam nilai ekonomis melalui -peningkatan pendapatan perkapita,
produksi dan produktivitas sektor pertanian, permodalan, kesempatan kerja dan
peningkatan kemampuan partisipasi masyarakat pedesaan.
b. Strategi kesejahteraan,
Strategi kesejahteraan pada dasarya dimaksudkan untuk memperbaiki tanaf hidup
atau kesejahteraan penduduk pedesaan melalui pelayanan dan peningkatan
program-program pembangunan sosial yang berskala besar atau nasional, seperti
peningkatan pendidikan, perbaikan kesehatan dan gizi, penanggulangan
urbanisasi, perbaikan permukiman penduduk, pembangunan fasilitas transportasi,
penyediaan prasarana dan sarana sosial lainnya.
c. Strategi yang responsif terhadap kebutuhan masyanakat,
Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang dimaksudkan
untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan pembangunan yang
dirumuskan oleh masyarakat sendini mungkin saja dengan bantuan pihak luar
49
(self need and assistance) untuk memperlancar usaha mandiri melalui pengadaan
teknologi dan tersedianya sumber-sumber daya yang sesuai kebutuhan di
pedesaan.
d. Strategi terpadu atau strategi yang menyeluruh.
Strategi terpadu dan menyeluruh ini ingin mencapai tujuan-tujuan yang
menyangkut kelangsungan pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan dan
partisipasi aktif masyarakat secara simultan dalam proses pembangunan
pedesaan. Secara konsepsional terdapat tiga prinsip yang membedakannya
dengan strategi lain,
2.2.2.1 Tujuan
Tujuan pembangunan pedesaan jangka panjang adalah peningkatan
kesejahteraan masyarakat pedesaan secara langsung melalui peningkatan kesempatan
kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan berdasarkan pendekatan bina lingkungan,
bina usaha dan bina manusia, dan secara tidak langsung adalah meletakkan dasar-dasar
yang kokoh bagi pembangunan nasional.
2.2.2.2 Sasaran
Sasaran pembangunan pedesaan adalah terciptanya:
i. Peningkatan produksi dan produktivitas
ii. Percepatan pertumbuhan desa
iii. Peningkatan keterampilan dalam berproduksi dan pengembangan lapangan kerja
dan lapangan usaha produktif.
iv. Peningkatan prakarsa dan partisipasi masyarakat.
v. Perkuatan kelembagaan.
- Partisipatif,
- Dapat dinikmati mayarakat,
- Dapat dipertanggungjawabkan (akuntabilitas),
- Berkelanjutan (sustainable). Kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilakukan
dapat dilanjutkan dan dikembangkan ke seluruh pelosok daerah, untuk seluruh
lapisan masyarakat.
a. Desa swadaya (desa terbelakang) adalah suatu wilayah desa yang masyarakat
sebagian besar memenuhi kebutuhannya dengan cara mengadakan sendiri. Desa ini
umumnya terpencil dan masyarakatnya jarang berhubungan dengan masyarakat luar,
sehingga proses kemajuannya sangat lamban karena kurang berinteraksi dengan wilayah
lain atau bahkan tidak sama sekali.
c. Desa swasembada (desa maju) adalah desa yang sudah mampu mengembangkan
semua potensi yang dimiliki secara optimal. Hal ini ditandai dengan kemampuan
masyarakatnya untuk mengadakan interaksi dengan masyarakat luar, melakukan tukar-
menukar barang dengan wilayah lain (fungsi perdaganagan) dan kemampuan untuk
saling mempengaruhi dengan penduduk di wilayah lain. Dari hasil interaksi tersebut,
masyarakat dapat menyerap teknologi baru untuk memanfaatkan sumber dayanya
sehingga proses pembangunan berjalan dengan baik.
Pembangunan pedesaan dilakukan dengan pendekatan secara multisektoral
(holistik), partisipatif, berlandaskan pada semangat kemandirian, berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan serta melaksanakan pemanfaatan sumberdaya pembangunan secana
serasi dan selaras dan sinergis sehingga tercapai optimalitas. Ada tiga prinsip pokok
pembangunan pedesaan, yaitu:
stabilitas yang sehat dan dinamis, diterapkan di setiap sektor, temasuk desa
dan kota, di setiap wlayah dan antar wilayah secara saling terkait, serta
dikembangkan secara selaras dan terpadu.
2. Kedua, Pembangunan desa dilaksanakan dengan prinsip-prinsip pembangunan
yang berkelanjutan. Penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan
mensyaratkan setiap daerah lebih mengandalkan sumber-sumber alam yang
terbaharui sebagai sumber pertumbuhan. Disamping itu setiap desa perlu
memanfaatkan SDM secara luas, memanfaatkan modal fisik, prasarana mesin-
mesin, dan peralatan seefisien mungkin.
3. Ketiga, Meningkatkan efisiensi masyarakat melalui kebijaksanaan deregulasi,
debirokratisasi dan desentralisasi dengan sebaik-baiknya.
a. Teori Keynes
Teori ini dicetuskan oleh Keynes Dalam aliran Keynes mengemukakan bahwa karena
upah bergerak lamban, sistem kapitalisme tidak akan secara otomatis menuju
keseimbangan penggunaan tenaga secara penuh (full employment equilibrium).
Akibat yang ditimbulkan adalah justru sebaliknya, equilibrium deemployment yang
dapat diperbaiki melalui kebijakan fiskal atau moneter untuk meningkatkan
permintaaan agregat.
52
Gambar 2.5
Keseimbangan Pasar Barang Teori Keynes
Sumber : Teori Keynes, source google.com
b. Teori Neoklasik
Salah satu teori pengembangan wilayah dan kota menyatakan bahwa salah satu
pertumbuhan ekonomi adalah satu proses yang gradual di mana pada satu saat
kegiatan manusia semuanya akan terakumulasi.
c. Teori “inter” dan “intra” wilayah oleh Mirdal (Era tahun 1950)
Dalam teori ini terdapat Pengertian ”backwash effects” dan ”spread effects”
Backwash effects contohnya adalah makin bertambahnya permintaan masyarakat
suatu wilayah kaya atas hasil-hasil dari masyarakat miskin berupa bahan makanan
pokok seperti beras yang sumbernya dari pertanian masyarakat wilayah miskin.
Sementara Spread effects contohnya adalah makin berkurangnya kualitas pertanian
masyarakat miskin akibat dampak negatif dari polusi yang disebabkan oleh
masyarakat wilayah kaya.
- Wilayah analisis bersifat terisolir sehingga tidak terdapat pengaruh pasar dari kota
lain.
- Tipe pemukiman adalah padat di pusat wilayah (pusat pasar) dan makin
berkurang kepadatannya apabila menjauhi pusat wilayah.
- Seluruh fasilitas model memiliki iklim, tanah dan topografi yang seragam.
- Fasilitas pengangkutan adalah primitif (sesuai pada zamannya) dan relatif
seragam.
- Ongkos ditentukan oleh berat barang yang dibawa kecuali perbedaan jarak ke
pasar, semua
- faktor alamiah yang mempengaruhi penggunaan tanah adalah seragam dan
konstan.
Gambar 2.6
Teori Lokasi Pusat
Sumber : Teori Lokasi Pusat, source google.com
2.4.1 Topografi
Berdasarkan kondisi topografinya, Kabupaten Purwakarta terletak pada ketinggian
< 500 m dpl meliputi 101 desa/ kelurahan, ketinggian 500-700 m dpl meliputi 69 desa dan
ketinggian > 700 m dpl meliputi 22 desa. Kabupaten Purwakarta memiliki morfologi yang
55
Untuk Lebih Jelas Mengenai Topografi dapat dilihat pada Gambar 2.5 Peta
Ketinggian dan Gambar 2.6 Peta Kemiringan / lereng
Peta 2.7
Peta Ketinggian Kab. Purwakarta
57
58
Peta 2.8
Peta Kemiringan Kab. Purwakarta
58
59
Peta 2.9
Peta Geologi Kab. Purwakarta
59
60
Peta 2.10
PetaJenis Tanah Kab. Purwakarta
60
61
Peta 2.11
Peta Curah Hujan Kab. Purwakarta
61
62
a. Sosial
Pada Wilayah Kabupaten Purwakarta, Penyebaran penduduk kurang merata,
umumnya terkonsentrasi di bagian utara di sekitar Kota Purwakarta serta pusat-pusat
permukiman utama atau Ibukota Kecamatan. Dependency ratio (tingkat ketergantungan
terhadap penduduk produktif) menunjukan nilai yang cukup tinggi yaitu 54,44 % atau
setiap 100 orang usia kerja menanggung 54 orang usia non produktif. Menurunnya laju
pertumbuhan penduduk yang bekerja pada sub sektor pertanian tanaman pangan,
sebagai dampak dari banyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun dan
juga karena izin-izin lokasi. Serta Tingkat pelayanan sarana umum dan sarana sosial
pada umumnya masih rendah, terkonsentrasi di Kabupaten Bagian Utara dan di sekitar
Kota Purwakarta dan Ibukota Kecamatan. Maka dari itu, Analisis sosial ini perlu dilakukan
untuk mengetahui bagaimana menangani masalah sosial di Kabupaten Purwakarta ini.
Salah satunya adalah Pendidikan, Pada tahun 2015 di Kabupaten Purwakarta terdapat
675 sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Umum
(SMU), baik negeri maupun swasta dengan jumlah Guru 8.233 orang.
b. Kependudukan
Di kependudukan membahas bagaimana kepadatan penduduk, pertumbuhan
penduduk, proyeksi jumlah penduduk, komposisi penduduk, tingkat pendidikan penduduk,
dan tenaga kerja yang ada di Kecamatan Bungursari
Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di Kabupaten Purwakarta selama periode 2011-2015
mengalami peningkatan dari 893 jiwa/km² menjadi 948 jiwa/km² atau terjadi
peningkatan kepadatan sebesar 55 jiwa/km². Kepadatan penduduk di Kabupaten
Purwakarta tahun 2015 mencapai 948 jiwa/km² dengan rata-rata jumlah penduduk
per rumah tangga 4 orang.
Tabel 2.10
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
di Kabupaten Purwakarta, 2011-2015
2 2
Tahun Luas Wilayah (Km ) Penduduk Kepadatan Per Km
d. Tenaga Kerja
Jumlah pencari kerja di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2015 adalah
20.349 jiwa didominasi oleh pencari kerja lulusan SMU dam sederajat
sebesar 12.884 jiwa, kemudian pencari kerja lulusan SMP dan Sederajat
sebesar 5.188 jiwa, lulusan SD sebesar 1.295 jiwa, lulusan universitas
sebesar 602 jiwa, dan lulusan akademi sebesar 380 jiwa.
64
2.4.3 Ekonomi
a. Peranan Ekonomi Dalam Lingkup Regional
Penghitungan Statistic neraca nasional mengikuti buku petunjuk yang diterbitkan
oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dikenal sebagai Sistem Neraca Nasional (SNN).
SNN adalah rekomendasi internasional tentang bagaimana menyusun ukuran aktivitas
ekonomi yang sesuai dengan standar neraca baku yang didasarkan pada prinsip-prinsip
ekonomi. Perubahan tahun dasar Produk Domestik Bruto (PDB) dilakukan seiring dengan
mengadopsi rekomendasi PBB yang tertuang dalam Sistem Neraca Nasional 2008 (SNA
2008).
I. Sektor Primer
Pertanian,
1. Kehutanan, dan 2.469,30 2.598,8 2.909,34 3.112,59 3.508,56
Perikanan
Pengadaan Air,
5 Pengelolaan 8,92 9,94 11,32 12,07 13,25
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
Keuangan,
9 Persewaan & 3.614,26 2.576,87 2.957,32 3.366,86 3.846,35
Jasa
Perusahaan
PDRB KABUPATEN
31.209,02 35.592,40 40.591,66 45.491,33 50.141,22
PURWAKARTA
Keterangan : *) = Angka Perbaikan **) = Angka sementara
Sumber : BPS Kabupaten Purwakarta 2011-2015
I Sektor Primer
Pertanian,
1 Kehutanan, dan 2 345,59 2 312,78 2 391,66 2 396,86 2 459,47
Perikanan
II Sektor Sekunder
Pengadaan Air,
5 Pengelolaan 8,55 9,17 9,58 10,14 10,68
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
Bangunan/ 2
6 1806,30 2 196,33 2 362,22 2 687,29
Konstruksi 515,96
Keuangan,
9 Persewaan & 2375,31 2293,26 2484,41 2647,24 2856,07
Jasa Perusahaan
PDRB KABUPATEN 36
29 893,01 31 934,34 34 166,42 37 892,71
PURWAKARTA 172,91
Keterangan : *) = Angka Perbaikan **) = Angka sementara
Sumber : BPS Kabupaten Purwakarta 2011-2015
d. Pertumbuhan Ekonomi
Selama periode tahun 2000-2009 rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Purwakarta sebesar 3,95 % per tahun. Sektor yang mengalami pertumbuhan rata-rata
terbesar adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (6,38 %), sektor jasa-
jasa (4,87 %), sektor perdagangan hotel dan restoran (4,19 %) dan sektor pertanian
(4,00%).
Tabel 2.13
Tabel Perkembangan Jalan Kabupaten Purwakarta
1992 1999 Pertumbuhan
Uraian Per Tahun
Nasional Propinsi Kabupaten Lainnya Jumlah Nasional Propinsi Kabupaten Lainnya Jumlah
(%)
Jenis Pemukiman
Aspal 38,644 21,220 114,074 147,327 321,265 38,644 59,820 330,800 120,700 549,964
Kerikil 11,300 201,454 212,754 74,300 90,210 164,510
Tanah 3,500 41,700 45,200
3,34
Belum
diklasifikasi
Jumlah 38,644 21,220 114,074 147,327 321,265 38,644 59,82 330,8 120,7 549,964
Kondisi Jalan
Baik 38,644 21,220 85,159 103,065 248,088 77,500 44,300 121,800
Sedang 15,515 24,720 40,235 18,644 21,020 163,600 81,560 284,824
Rusak 18,400 211,996 230,396 20,000 38,800 62,300 80,050 201,150
3,34
Rusak
9,800 50,700 60,500 99,700 5,000 104,700
Berat
Jumlah 38,644 21,220 119,074 339,781 518,719 38,644 59,82 303,4 205,91 607,774
Kelas Jalan
Kelas I
Kelas II 38,644 21,220 59,864 38,644 59,820
Kelas
43,724 43,724
III/IIIA
3,34
Kelas IIIB 46,100 80,180 98,464
Kelas IIIC 294,730 12,450 126,280
Kelas IV 27,050 27,050 62,270 118,280 307,180
Kelas V 17,500 17,500 180,550
70
Pembangunan Terminal
Rencana pengembangan terminal di Kabupaten Purwakarta terdiri dari :
a. Pembangunan terminal penumpang tipe A di PKW Cikopo ( Berada Pada
Kecamatan Bungursari)
b. Pembangunan terminal penumpang tipe C meliputi:
1. Terminal Wanayasa di Kecamatan Wanayasa;
2. Terminal Darangdan di Kecamatan Darangdan;
3. Terminal Citeko di Kecamatan Plered;
4. Terminal Sadang dan Simpang di Kecamatan Purwakarta; dan
c. Pengembangan terminal penumpang tipe C berupa Terminal Ciganea di
Kecamatan Jatiluhur.
Rencana Pengembangan Sistem Angkutan Umum
Pengembangan jaringan trayek angkutan penumpang terdiri atas:
a. Angkutan Penumpang Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) melayani perkotaan
Purwakarta dengan kota-kota lain di luar Provinsi Jawa Barat;
b. Angkutan Penumpang Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) melayani
perkotaan Purwakarta ke kota-kota lain di dalam Provinsi Jawa Barat
meliputi:
1. Purwakarta-Bandung;
2. Purwakarta-Subang;
3. Purwakarta-Karawang;
4. Purwakarta-Bekasi;
5. Purwakarta-Bogor; dan
6. Purwakarta-Cianjur.
c. Angkutan kota yang melayani pergerakan penduduk dalam wilayah
Kabupaten Purwakarta meliputi:
1. Sadang-Jl.Veteran-Jl.Sudirman-Jl.RE.Martadinata-Jl.Kapt.Halim-
Jl.Siliwangi-Jl.KK.Singawinata-Jl.Kapt.Halim-Simpang-Jl.Kapt.Halim-
Jl.Siliwangi-Jl.KK.Singawinata-Jl.Jend.Sudirman-Jl.Ipik.Gandamanah-
Sadang;
2. Sadang-Jl.IpikGandamanah-Jl.Jend.Sudirman-Jl.KK.Singawinata-
Jl.Kapt.Halim-Simpang-Jl.Kapt.Halim-Jl.RE.Martadinata-
Jl.Jend.Sudirman-Jl.Veteran-Sadang;
3. Ciganea-Jl.Pemuda-Jl.Basuki.Rahmat-Jl.Kapt.Halim-Jl.Siliwangi-
Jl.KK.Singawinata-Jl.Kapt.Halim-Simpang-Jl.Kapt.Halim-
Jl.Siliwangi-Jl.KK.Singawinata-Jl.Jend.Sudirman-
Jl.Taman.Pahlawan-Jl.Ibrahim.S-Jl.Jend.A.Yani-
Jl.Basuki.Rahmat-Ciganea;
4. Ciganea-Jl.Pemuda-Jl.Basuki.Rahmat-Jl.A.Yani-Jl.Ibrahim.S-
Jl.Taman.Pahlawan-Jl.Jend.Sudirman-Jl.KK.Singawinata-
Jl.Kapt.Halim-Simpang-Jl.Kap.Halim-Jl.Basuki.Rahmat-Ciganea;
5. Sadang-Jl.Veteran-Jl.Taman.Pahlawan-Jl.Ibrahim.S-Jl.A.Yani-
Jl.Basuki.Rahmat-Jl.Pramuka-Ciganea-Jl.Basuki.Rahmat-
71
Jl.RE.Martadinata-Jl.Sudirman-Jl.Veteran-Sadang;
6. Sadang-Jl.Veteran-Jl.Jend.Sudirman-Jl.RE.Martadinata-
Jl.Basuki.Rahmat-Jl.Pramuka-Ciganea-Jl.Basuki.Rahmat-Jl.A.Yani-
Jl.Ibrahim.S-Jl.Taman.Pahlawan-Jl.Veteran-Sadang;
7. Cilangkap-Jl.Industri-Jl.Taman.Pahlawan-Jl.Jend.Sudirman-
Jl.KK.Singawinata-Jl.Kapt.Halim-Simpang-Jl.Kapt.Halim-
Jl.Basuki.Rahmat-Jl.A.Yani-Jl.Ibrahim.S-Jl.Taman.Pahlawan-
Jl.Industri-Cilangkap;
8. Cilangkap-Jl.Industri-Jl.Taman.Pahlawan-Jl.Kopi-Perum.Griyamukti-
Jl.Baru-Jl.Kemuning-Jl.Ipik.Gandamanah-Jl.Kol.Rahmat-Warungkadu-
Pasawahan; dan
9. Ciganea-Cilegong-Jatiluhur-Service PP.
- Kebutuhan rumah tipe A (kecil) adalah 138.373 unit dengan luas lahan
sebesar 2.767 Ha,
- Kebutuhan rumah tipe B (sedang) adalah 69.187 unit dengan luas lahan
sebesar 4.151 Ha,
- Kebutuhan rumah tipe C (besar) adalah 23.062 unit dengan luas lahan
sebesar 4.612 Ha
- Kebutuhan total rumah di Kabupaten Purwakarta adalah 230.622 Ha
dengan luas lahan sebesar 11.531 Ha.
Fasilitas Pendidikan
- Fasilitas pendidikan pada tahun 2015 di Kabupaten Purwakarta terdapat
675 sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah
Menengah Umum (SMU), baik negeri maupun swasta.
- Proyeksi kebutuhan fasilitas pendidikan di Kabupaten Purwakarta tahun
2031 adalah:
TK dibutuhkan 1.320 unit dengan kebutuhan luas lahan sebesar
158,43 ha.
SD dibutuhkan 496 unit dengan kebutuhan luas lahan 178,49 ha.
SLTP dibutuhkan sebanyak 231 unit dengan kebutuhan luas lahan
62,44 ha.
SLTA dibutuhkan sebanyak 275 unit dengan kebutuhan luas lahan
74,32 ha.
Total kebutuhan fasilitas pendidikan adalah 2.323 unit dan luas lahan yang
dibutuhkan 473,68 ha.
Fasilitas Kesehatan
- Fasilitas kesehatan di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2008 meliputi:
Rumah sakit sebanyak 4 unit dengan indeks pelayanan 68%,
Rumah sakit bersalin sebanyak 18 unit dengan indeks pelayanan
7,62%,
Puskesmas sebanyak 19 unit dengan indeks pelayanan 26,81%,
Puskesmas pembantu sebanyak 49 unit dengan indeks pelayanan
34,57%
Apotik sebanyak 40 unit dengan indeks pelayanan 13,55%.
- Proyeksi kebutuhan fasilitas kesehatan di kabupaten Purwakarta tahun
2031 adalah:
Rumah sakit sebanyak 2 unit dengan luas kebutuhan lahan 16,46 ha.
Rumah sakit bersalin adalah sebanyak 218 unit dengan total
kebutuhan lahan adalah 34,31 ha.
Puskesmas sebanyak 52 unit dengan total kebutuhan luas lahan
adalah 7,78 ha.
73
Fasilitas Peribadatan
- Fasilitas peribadatan di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2008 meliputi:
Masjid sebanyak 1.554 unit dengan indeks pelayanan sudah
mencukupi,
Surau/langgar sebanyak 1.046 unit dengan indeks pelayanan 18,45%,
Gereja protestan sebanyak 12 unit dengan indeks pelayanan 25%,
Gereja katolik sebanyak 1 unit dengan indeks pelayanan 2%,
Pura/kelenteng sebanyak 2 unit
Vihara tidak ada.
- Proyeksi kebutuhan fasilitas peribadatan di kabupaten Purwakarta tahun
2031 adalah:
Masjid sudah terpenuhi
Surau/langgar sebanyak 4.623 unit dengan total kebutuhan lahan
adalah 138,69 ha.
Gereja protestan sebanyak 35 unit dengan total kebutuhan luas lahan
adalah 42,29 ha.
Gereja katolik 46 unit dengan total kebutuhan lahan 55,49 ha.
Pura/kelenteng sebanyak 45 unit dengan total kebutuhan luas lahan
54,29 ha.
Vihara sebanyak 47 unit dengan kebutuhan luas lahan adalah 56,69
ha.
Total kebutuhan fasilitas peribadatan di Kabupaten Purwakarta adalah
4.796 unit dengan luas lahan 347,45 Ha.
Fasilitas Perekonomian
Jumlah pasar di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2008 adalah:
Pasar Tradisional 6 unit,
Pasar Modern 37 unit,
Pasar desa 10 unit.
Proyeksi kebutuhan fasilitas perekonomian di Kabuptaen Purwakarta tahun
2031 adalah:
Pertokoan sebanyak 567 unit dengan luas kebutuhan lahan 68,03 ha.
Pusat perbelanjaan lingkungan 47 unit dengan luas kebutuhan lahan
sebesar 63,77 ha.
Pusat perbelanjaan dan niaga 12 unit dengan luas kebutuhan lahan
sebesar 42,52 ha.
Total kebutuhan luas lahan untuk fasilitas perekonomian di Kabupaten
Purwakarta adalah 174,32 ha.
74
b. Prasarana
Air Minum
Proyeksi kebutuhan air bersih di Kabupaten Purwakarta tahun 2031
dengan menggunakan proyeksi jumlah penduduk (skenario I) adalah
sebanyak 428 liter/detik atau 36.964 m3/hari atau 13.491.769 m3/tahun.
Kecamatan Purwakarta merupakan kecamatan yang paling tinggi
membutuhkan air bersih yaitu 103 liter/detik atau 8893 m3/hari atau
3.245.877 m3/tahun.
Kecamatan yang paling rendah dalam kebutuhan air bersih adalah
Kecamatan Sukasari yaitu 5 liter/detik atau 446 m3/hari atau 162.724
m3/tahun.
Listrik
Jumlah kebutuhan listrik rumah tangga Kabupaten Purwakarta tahun 2031
adalah 1.615.621,68 KVA,
Kebutuhan listrik untuk fasilitas pada tahun 2031 adalah 484.686,50 KVA
dan
Kebutuhan listrik untuk jalan umum adalah 32.312,43 KVA.
Total kebutuhan listrik di Kabupaten Purwakarta Tahun 2031 adalah
2.132.620,62 KVA.
Telepon
Kebutuhan telepon untuk fasilitas perumahan pada tahun 2031 sebesar
283.442 unit.
Kebutuhan telepon untuk fasilitas dan pelayanan umum pada tahun 2031
dibutuhkan 56.688 unit dan kebutuhan telepon umum sebanyak 14.172
unit.
Air Limbah
Proyeksi timbulan air limbah di Kabupaten Purwakarta tahun 2031 dengan
menggunakan metode eksponensial (skenario I) adalah 114.794.253
m3/hari,
Penghasil timbulan air limbah terbesar adalah Kecamatan Purwakarta yaitu
sebesar 27.617.436 m3/hari dan
Penghasil timbulan air limbah paling kecil adalah Kecamatan Sukasari
1.384.533 m3/hari.
75
Persampahan
Proyeksi timbulan sampah di Kabupaten Purwakarta tahun 2031 dengan
menggunakan metode eksponensial (skenario I) adalah 3.543 m3/hari.
Penghasil timbulan sampah terbesar adalah Kecamatan Purwakarta yaitu
sebesar 852 m3/hari dan
Penghasil timbulan sampah paling sedikit adalah Kecamatan Sukasari
sebesar 43 m3/hari.
Tabel 2.15
Target dan Realisasi Belanja dan Pengeluaran Kabupaten Purwakarta Menurut Jenis
Pengeluaran Tahun Anggaran 2015 (dalam Rupiah)
Jenis Belanja Anggaran Realisasi
1.1 Belanja Tidak Langsung 1.151.173.569.994 1.035.908.139.150
Belanja Pegawai 924.319.313.139 826.640.334.738
Belanja Hibah 50.000.000.000 49.721.218.000
Belanja Bantuan Sosial 7.000.000.000 3.320.275.000
Belanja Bagi Hasil 11.977.699.055 4.791.079.622
76
2.4.7 Kelembagaan
Aspek Kelembagaan ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu lembaga formal
pemerintahan daerah kabupaten dan lembaga fungsional.
a. Lembaga formal pemerintahan daerah kabupaten adalah unit yang
bertanggung jawab dalam penataan ruang, yang dalam hal ini adalah
Bappeda Kabupaten Purwakarta sebagai lembaga formal yang menangani
penataan ruang wilayah Kabupaten Purwakarta.
b. Lembaga fungsional adalah Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
(BKPRD) yang beranggotakan dinas/ badan/ lembaga kabupaten yang terkait
dengan penataan ruang. Tim ini ditetapkan oleh bupati dalam bentuk surat
keputusan.
Tugas dan tanggung jawab koordinasi penataan ruang Kabupaten Purwakarta
dilakukan oleh Bupati. Bupati membentuk dan menugaskan BKPRD untuk melaksanakan
tugas Koordinasi Penataan Ruang Daerahnya. Tugas BKPRD adalah :
a. Merumuskan dan mengkoordinasikan berbagai Kelompok kerja pengendalian
Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud agari kebijakan penataan ruang
Nasional dan Provinsi.
b. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
c. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang dan Rencana
Tata Ruang Kawasan sebagai jabaran lebih lanjut Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten.
d. Mengintegrasikan dan memaduserasikan penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang berbatasan.
e. Memaduserasikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Tahunan
yang dilakukan Pemerintah Kabupaten/Kota, Masyarakat dan Dunia Usaha
dengan Rencana Tata Ruang .
f. Mengoptimalkan penyelenggaraan penertiban, pengawasan (pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan) dan perizinan pemanfaatan ruang.
g. Melaksanakan kegiatan pengawasan yang meliputi pelaporan evaluasi, dan
pemantauan penyelenggaraan pemanfaatan ruang.
h. Memberikan rekomendasi penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang.
i. Memberikan rekomendasi perizinan tata ruang Kabupaten
j. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
k. Mengembangkan data dan informasi penataan ruang Kabupaten untuk
kepentingan pengguna ruang dijajaran pemerintah, masyarakat, dan swasta.
77
Sekretariat DPRD
Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD yang dipimpin oleh
sekretaris SPRD yang dalam melaksanakan tugasnya secara teknis operasional berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan DPRD dan secara administratif
bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah. Sekretariat DPRD
paling banyak terdiri dari 4 bagian dan masing-masing bagian terdiri dari paling banyak 3
subbagian.
Inspektorat
Inspektorat Daerah merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang dipimpin oleh inspektur. Inspektur dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab langsung kepada Bupati/Walikota dan secara teknis administratif
mendapat pembinaan dari sekretaris daerah.
a. Dinas Daerah
Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh
Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab
kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas Daerah mempunyai tugas
membantu Bupati/Walikota melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah. Pada Dinas Daerah dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas
untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang
yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan. Pembentukan Unit
Pelaksana Teknis Dinas ditetapkan dengan peraturan Bupati/Walikota setelah mendapat
persetujuan dari Gubernur.
c. Badan Daerah
Badan Daerah merupakan unsur penunjang urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah yang dipimpin oleh Kepala Badan yang bertanggung jawab
kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah. Badan Daerah dapat dibentuk Unit
Pelaksana Teknis Badan untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau
kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan.
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas ditetapkan dengan peraturan Bupati/Walikota.
Urusan penunjang pemerintah meliputi perencanaan; keuangan; kepegawaian;
pendidikan dan pelatihan; penelitian dan pengembangan; dan fungsi lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Badan Daerah diklasifikasikan dalam 3 (tiga) tipe yakni :
Badan tipe A dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan fungsi penunjang urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dengan beban kerja yang besar
(dengan total skor variabel lebih dari 800). Terdiri dari 1 sekretariat dan paling
banyak 4 bidang. Sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang
terdiri dari paling banyak 3 subbidang atau jabatan fungsional.
Badan tipe B dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan fungsi penunjang urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dengan beban kerja yang
sedang (dengan total skor variabel 601 sampai dengan 800). Terdiri dari 1
sekretariat dan paling banyak 3 bidang. Sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan
masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 2 subbidang atau jabatan
fungsional.
Badan tipe C dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan fungsi penunjang urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dengan beban kerja yang kecil
(dengan total skor variabel kurang dari 400). Terdiri dari 1 sekretariat dan paling
banyak 2 bidang. Sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang
terdiri dari paling banyak 2 seksi.
Unit Pembantu Teknis Badan terdiri dari 1 subbagian tata usaha dan kelompok
jabatan fungsional.
d. Kecamatan
Kecamatan dipimpin oleh Camat yang berkedudukan dibawah dan bertanggung
jawab kepada Bupati/Walikota melalui sekretaris daerah. Camat diangkat oleh
Bupati/Walikota dari PNS/ASN yang menguasai teknis pemerintahan dan memenuhi
80
Kecamatan tipe A dibentuk untuk kecamatan dengan beban kerja yang besar.
Terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 5 seksi, sekretariat terdiri dari 3
subbagian.
Kecamatan tipe B dibentuk untuk kecamatan dengan beban kerja yang kecil.
Terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 3 seksi, sekretariat terdiri dari 3
subbagian.
Kelurahan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 seksi.
e. Lembaga Lain
Lembaga lain merupakan pembentukan lembaga tertentu berdasarkan perintah
peraturan perundang-undangan. Lembaga tersebut dijadikan bagian dari Perangkat
Daerah yang ada setelah dikonsultasikan kepada Menteri dan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pendayagunaan aparatur negara.