Anda di halaman 1dari 30

RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

BAB II
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
PERUMAHAN DAN KAWASAN
PERMUKIMAN

A. KEBIJAKAN DALAM SPATIAL PLAN


1. RTRW PROVINSI SULAWESI BARAT
Secara umum pusat kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan
pemerintahan berada di kawasan perkotaan. Secara umum pula
diketahui bahwa kebutuhan hasil pertanian diproduksi di
kawasan perdesaan untuk memenuhi kebutuhan wilayah Provinsi
Sulawesi Barat dan wilayah luarnya, baik berupa bahan mentah
maupun barang siap konsumsi. Sebaliknya, kebutuhan barang
hasil industri manufaktur diproduksi atau disalurkan melalui
kawasan perkotaan. Agar interkoneksitas antar pusat kegiatan,
serta pelayanan prasarana wilayah efisien dan efektif maka perlu
diwujudkan sistem interkoneksitas antar kawasan perkotaan dan
perdesaan yang berdaya guna besar. Sistem perkotaan Provinsi
Sulawesi Barat dibangun dengan beberapa kawasan perkotaan
berupa kota, ibukota kabupaten, ibukota kecamatan dan
kawasan pusat pertumbuhan industri dan perdagangan yang
padat dengan kegiatan pekotaan dan fasilitas permukiman.
Untuk mewujudkan interkoneksitas antar kawasan yang berdaya
guna besar, maka dalam rencana tata ruang wilayah Provinsi
Sulawesi Barat memuat rencana struktur ruang wilayah provinsi
meliputi:

 Rencana sistem jaringan rencana sistem perkotaan;

II - 1 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

 Rencana sistem jaringan prasarana utama; dan

 Rencana sistem jaringan prasarana lainnya.

a. Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Perkotaan

1) Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan


Hirarki sistem perkotaan ditentukan dengan menetapkan:
a) Kota Pusat Kegiatan I adalah Kota Mamuju yang berfungsi
sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Barat;
b) Kota Pusat Kegiatan II adalah Kota Pasangkayu yang
berfungsi sebagai Ibukota Kabupaten Mamuju Utara
(Matra); Kota Mamuju yang juga berfungsi sebagai ibukota
Kabupaten Mamuju; Kota Majene yang berfungsi sebagai
ibukota Kabupaten Majene; Kota Polewali yang berfungsi
sebagai Ibukota Kabupaten Polewali Mandar (Polewali
Mandar); Kota Mamasa yang berfungsi sebagai ibukota
Kabupaten Mamasa; Kota Tobadak yang berfungsi sebagai
Ibukota Kabupaten Mamuju Tengah dan pusat
pengembangan KTM Tobadak; Selain dari pada itu
Wonomulyo dan Kota pelabuhan, industri dan perdagangan
Belang-Belang dikembangkan menjadi pusat kegiatan yang
sepadan dengan Kota Pusat Kegiatan II.
c) Kota Pusat Kegiatan III adalah ibukota-ibukota kecamatan;
d) Kota Pusat Kegiatan IV adalah pusat-pusat kegiatan
pemerintahan dan perdagangan (agribisnis) desa, serta
kawasan terpadu pelabuhan, industri, pergudangan dan
perdagangan di pelabuhan veeder dapat dilayani sepadan
dengan Kota Pusat Kegiatan IV.
e) Berdasarkan fungsi utama dan pendukungnya kawasan
perkotaan di Provinsi Sulawesi Barat dapat digolongkan
seperti tabel berikut.

II - 2 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

Tabel 2.1
Kriteria Pusat Kegiatan Kota di Provinsi Sulawesi Barat

Sumber: RTRW Provinsi Sulawesi Barat. 2014

Berdasarkan jaring aspirasi melalui seminar-seminar maka


RTRWP Sulawesi Barat mengakomodasi kemungkinan peralihan
status Ibukota Kabupaten Mamuju menjadi Kota Mamuju,
ibukota Kabupaten Polewali Mandar menjadi Kota Polewali
Mandar, sehingga ibukota Kabupaten Mamuju akan dipindahkan
ke Kalukku, ibukota Kabupaten Polewali Mandar akan
dipindahkan ke Wonomulyo, serta terbentuknya Kabupaten
Mamuju Tengah dengan ibukota di Tobadak dan rencana
pembentukan Kabupaten Balannipa dengan ibukota di Palipis.
Sistem perkotaan direncanakan sinergis dengan sistem
perdesaan terutama dengan sentra produksi komoditas lokalnya.
Sinergitas sistem perkotaan ini didukung oleh sistem
perhubungan dan komunikasi dengan keterpaduan sistem
transportasi, sistem energi listrik, sistem informasi dan
telekomunikasi, sistem pelayanan air bersih, sistem alokasi

II - 3 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

permukiman sehingga dapat tumbuh berkembang sistem


perkotaan sesuai jenjang masing-masing.

2) Kriteria Sistem Perkotaan


a) Rencana Pusat-Pusat Kegiatan
Secara umum pusat kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan
pemerintahan berada di kawasan perkotaan maupun di kawasan
perdesaan. Secara umum pula kebutuhan hasil pertanian
diproduksi di kawasan perdesaan untuk memenuhi kebutuhan
wilayah Provinsi Sulawesi Barat dan wilayah lain, baik berupa
bahan mentah maupun barang siap konsumsi. Begitu juga
sebaliknya kebutuhan barang hasil industri manufaktur
diproduksi atau disalurkan melalui kawasan perkotaan. Agar
interkoneksitas antar pusat pusat kegiatan, serta pelayanan
prasarana wilayah efisien dan efektif maka perlu diwujudkan
sistem Interkoneksi kawasan perkotaan dan perdesaan yang
sinergis simbiosis mutualistis. Berdasarkan PP No 26 Tahun 2008
tentang RTRW Nasional sistem perkotaan ditentukan sebagai
berikut:
 Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berupa kawasan perkotaan
dengan skup pelayanan nasional atau beberapa provinsi yang
fungsi kota dan prasarana wilayahnya strategis. RTRWN tidak
menempatkan satupun PKN di wilayah Sulawesi Barat. Untuk
Mengantisipasi perkembangan Mamuju sebagai Ibukota
Provinsi Sulawesi Barat yang memiliki posisi yang strategis,
maka kawasan Mamuju dipromosikan sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKNp). Mamuju sebagai Ibukota Provinsi – Bandara
Tampapadang – Pelabuhan Belang-Belang yang selanjutnya
disebut MATABE, akan berfungsi sebagai simpul utama
kegiatan industri, perdagangan dan transportasi skala

II - 4 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

Nasional atau melayani beberapa Provinsi dan simpul utama


kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan
internasional,
 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) berupa Kawasan perkotaan
dengan skup pelayanan provinsi atau beberapa kabupaten
dan atau kota dengan fungsi dan prasarana wilayahnya
strategis. RTRWN menentukan Mamuju, Majene dan
Pasangkayu sebagai PKW. Walaupun demikian berdasarkan
pada potensi geografis, pelabuhan alam dan kebijakan
nasional untuk pengembangan agropolitan terpadu mandiri
Tobadak, maka rencana pengembangan terpadu pelabuhan,
industri, pergudangan dan perdagangan menjadikan Belang-
Belang potensil tumbuh berkembang menjadi PKW dalam
kurun waktu lima tahun pertama dan pada 10 tahun
mendatang potensil menjadi PKN;
 Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) berupa kawasan
perkotaan yang dipromosikan dengan skup pelayanan provinsi
atau beberapa kabupaten dan atau kota dengan fungsi dan
prasarana wilayahnya strategis. Ibukota Kabupaten Polewali
Mandar yaitu Polewali yang berfungsi atau berpotensi sebagai
pusat kegiatan industri, perdagangan dan jasa dan Ibukota
Kabupaten Mamasa sebagai pusat pariwisata budaya dan
alam merupakan wilayah yang dipromosikan menjadi PKWp.
 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) merupakan pusat-pusat kegiatan
skala kabupaten dan atau kota, sebagai pusat administrasi,
pusat kegiatan industri dan jasa, serta simpul transportasi
yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
Wilayah Kecamatan Wonomulyo dan Ibukota Kabupaten
Mamuju Tengah yaitu Tobadak telah memenuhi syarat
sebagai PKL.
II - 5 LAPORAN DATA DAN ANALISIS
RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

3) Kriteria PKN, PKW dan PKL


a) Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
PKN minimal memenuhi fungsinya sebagai: (i) pusat jasa
pelayanan keuangan/perbankan yang cakupan pelayanannya
berskala nasional atau beberapa provinsi; (ii) pusat
pengolahan/ pengumpul barang secara nasional/ beberapa
provinsi, (iii) simpul transportasi skup pelayanan nasional/
beberapa provinsi; (iv) jasa pemerintahan nasional/ beberapa
provinsi; (v) jasa publik lainnya yang skup pelayanannya
nasional/ beberapa provinsi; (vi) berdaya dorong pertumbuhan
wilayah sekitarnya; (vii) potensil menjadi pintu gerbang
internasional.
Ketersediaan minimal fasilitas umum:
 Perhubungan: bandar udara
pengumpul, dan atau pelabuhan utama
atau terminal tipe A.
 Ekonomi: pasar induk antar wilayah,
perbankan skup nasional dan internasional.
 Kesehatan: rumah sakit umum tipe A.
 Pendidikan: perguruan tinggi.

b) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)


PKW minimal berfungsi sebagai: (i) pusat jasa pelayanan
keuangan/perbankan yang melayani beberapa kabupaten; (ii)
pusat pengolahan/pengumpulan barang yang melayani
beberapa kabupaten; (iii) simpul transportasi yang melayani
beberapa kabupaten; serta (iv) pusat pelayanan publik lainnya
untuk beberapa kabupaten.
Fasilitas minimal yang harus tersedia di PKW:

II - 6 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

 Perhubungan: bandar udara pengumpan, dan atau


pelabuhan pengumpul dan atau terminal
tipe B.
 Ekonomi: pasar induk regional, perbankan skup
provinsi dan nasional.
 Kesehatan: rumah sakit umum tipe B.
 Pendidikan: perguruan tinggi.

c) Pusat Kegiatan Lokal (PKL)


PKL minimal berfungsi sebagai: (i) pusat
pengolahan/pengumpulan barang yang melayani kabupaten
dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga; (ii) simpul
transportasi yang melayani kabupaten dan beberapa
kecamatan kabupaten tetangga; (iii) jasa pemerintahan
kabupaten/kota; serta (iv) pusat pelayanan publik lainnya
untuk kabupaten dan bebarapa kecamatan kabupaten
tetangga.
Fasilitas minimal yang harus tersedia di PKL:
 Perhubungan: bandar udara pengumpan,
dan atau pelabuhan Pengumpan dan atau
terminal tipe C.
 Ekonomi: pasar induk kabupaten/kota,
perbankan skup kabupaten/kota.
 Kesehatan: rumah sakit umum tipe C.
 Pendidikan: SLTA
Selanjutnya sistem struktur ruang Provinsi Sulawesi Barat
disusun terutama berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Sistem struktur Pulau
Sulawesi, RTRW Provinsi Sulawesi Tengah, RTRW Provinsi

II - 7 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

Sulawesi Selatan, dan sistem perkotaan Provinsi Sulawesi


Barat.
b. Rencana Pola Ruang Provinsi Sulawesi Barat

1) Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya


Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya di Wilayah
Provinsi Sulawesi Barat sesuai dengan yang ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, terdiri dari Kawasan
Budidaya Nasional (kawasan budidaya yang mempunyai nilai
strategis nasional, meliputi kawasan andalan Mamuju dengan
sektor unggulan perkebunan, pertanian, kehutanan,
agroindustri dan perikanan) dan Kawasan Budidaya Provinsi
(kawasan budidaya yang mempunyai nilai strategis provinsi).
Kawasan Budidaya Provinsi yang memiliki nilai strategis
yaitu:

 merupakan kawasan budidaya yang dipandang sangat


penting bagi upaya pencapaian visi pembangunan Provinsi
Sulawesi Barat yaitu ”Terwujudnya Sulawesi Barat yang
sejahtera maju dan Malaqbi”, dan/atau

 menurut peraturan perundang-undangan perizinan


dan/atau pengelolaannya merupakan kewenangan
Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Barat.
Rencana kawasan budidaya provinsi meliputi:
a) Kawasan hutan produksi (Hutan Produksi, Hutan Produksi
Terbatas dan Hutan Produksi Konversi)
b) Kawasan Hutan Rakyat.
c) Kawasan pertanian
d) Kawasan perikanan
e) Kawasan peternakan
f) Kawasan pertambangan

II - 8 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

g) Kawasan Industri
h) Kawasan Perdagangan
i) Kawasan Pariwisata
j) Kawasan Permukiman, dan
k) Kawasan peruntukan lainnya
2) Rencana Kawasan Permukiman
a) Rencana Kawasan Permukiman Perkotaan
Permukiman perkotaan didominasi oleh kegiatan non
agraris dengan konsekwensi kepadatan bangunan, penduduk
serta prasarana dan sarana perkotaan yang sangat intensif
dalam pemanfaatan ruang darat, perairan maupun udaranya.
Walaupun demikian agar masih tetap tumbuh berkembang
hubungan harmonis sosial antar manusia, hubungan simbiosis
mutualistis antar manusia dengan alam dan hubungan
transendental yang kondusif antar manusia dengan Tuhan,
maka tatanan kawasan permukiman perkotaan yang terdiri dari
sumber daya buatan seperti perumahan, fasilitas sosial,
fasilitas umum, prasarana dan sarana perkotaan seperti jalan,
drainase, prasarana limbah cair maupun padat dan gas
diarahkan pembangunannya tetap menjaga interkoneksi
tersebut di atas. Bangunan-bangunan permukiman di tengah
kawasan perkotaan seperti tengah kota Polewali Mandar,
Wonomulyo, Majene, Tobadak, dan Pasangkayu diarahkan
berorientasi vertikal seperti rumah susun dan gedung-gedung
bertingkat. Khusus bangunan di Mamuju dan Mamasa yang
dilalui garis sesar gempa harus diperhitungkan kekuatan
bangunannya agar tahan terhadap gempa sampai 6 skala
richter. Pola permukiman perkotaan di daerah pantai
Kabupaten Majene harus menyediakan tempat evakuasi
pengungsi bencana alam tsunami baik berupa lapangan terbuka
II - 9 LAPORAN DATA DAN ANALISIS
RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

di tempat ketinggian ≥ 30m dpl atau berupa bukit


penyelamatan (escape hill).
b) Rencana Kawasan Permukiman Perdesaan
Permukiman perdesaan didominasi oleh kegiatan agraris
dengan kondisi kepadatan bangunan, penduduk serta
prasarana dan sarana perkotaan yang rendah, dan kurang
intensif dalam pemanfaatan lahan untuk keperluan non agraris.
Walaupun demikian agar selalu tetap terjaga atmosfir tumbuh
berkembangnya hubungan harmonis sosial antar manusia,
hubungan simbiosis mutualistis antar manusia dengan alam
dan hubungan transendental yang kondusif antar manusia
dengan Tuhan, maka tatanan kawasan permukiman perdesaan
yang terdiri dari sumber daya buatan seperti perumahan,
fasilitas sosial, fasilitas umum, prasarana dan sarana perdesaan
seperti jalan, irigasi, drainase, prasarana pengolahan limbah
cair maupun padat diarahkan pembangunannya tetap menjaga
kelestarian alam dan harmonisasi interkoneksi tersebut di atas.
Bangunan-bangunan perumahan diarahkan menggunakan nilai
kearifan budaya lokal seperti pola rumah kebun dengan
bangunan berlantai panggung. Khusus bangunan perdesaan di
Mamuju dan Mamasa yang dilalui garis sesar gempa harus
diperhitungkan kekuatan bangunannya agar tahan terhadap
gempa sampai 6 skala richter. Seperti pola permukiman
perkotaan di daerah pantai Kabupaten Majene, maka
permukiman perdesaannya juga harus menyediakan tempat
evakuasi pengungsi bencana alam tsunami baik berupa
lapangan terbuka di tempat ketinggian ≥ 30m dpl atau berupa
bukit penyelamatan (escape hill).

II - 10 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

c) Kriteria Kawasan Permukiman


 Aman terhadap bencana alam (banjir, longsor, gempa,
tsunami).
 Kemiringan permukaan tanah ≤ 15 persen.
 Ketersediaan atau kecukupan dalam pemenuhan kebutuhan
air bersih.
 Ketersediaan energi.
 Kecukupan fasilitas umum dan fasilitas sosial seperti
fasilitas kesehatan, pendidikan dan perbelanjaan (Standar
Perumahan dan Permukiman).
 Aksesibilitas tinggi atau potensial ditingkatkan tanpa
menimbulkan degradasi kualitas lingkungannya.
3) Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan Rawan Bencana Alam (KRBA) di wilayah Provinsi
Sulawesi Barat meliputi:
a) Rawan Gempa di Kabupaten Mamuju (Kecamatan
Tappalang, Kecamatan Mamuju, Kecamatan Kalukku,
kecamatan Singkep, Kecamatan Bonehau, Kecamatan
Belang-Belang, Kecamatan Papalang, dan Kecamatan
Sampaga);di Kabupaten Mamuju Tengah (Kecamatan
Pangale, dan Budong-Budong); Kabupaten Polewali Mandar
(Kecamatan-Kecamatan Tutallu, Wonomulyo); Kabupaten
Mamuju Utara (Bambalamotu, Bambaira, Pasangkayu,
Baras, Sarudu), Kabupaten Mamuju (Mamuju, Simboro
Kepulauan, Tapalang Barat, Sampaga, dan Papalang);
Kabupaten Mamuju Tengah (Budong-Budong, Topoyo dan
Karossa), Majene (Malunda, Sendana, Pamboang, Banggae)
dan Polewali Mandar(Tinambung, Campalagian,
Limboro,Balanipa, Luyo, Mapilli, Wonomulyo, Anreapi dan
Polewali).
II - 11 LAPORAN DATA DAN ANALISIS
RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

b) Tsunami di Kabupaten Mamuju Utara (Bambaira,


Bambaloka, Pasangkayu, Sarudu, Lariang, Tikke), Mamuju
Tengah (Karossa, Topoyo, Budong-Budong); Mamuju
(Sampaga, Papalang, Kalukku, Mamuju, Balabalakang,
Simkep, Tapalang Barat dan Tapalang), Majene (Malunda,
Sendana, Banggae, Pamboang) dan Polewali Mandar
(Tinambung, Balanipa, Campalagian, Mapilli, Wonomulyo,
Matakali, Polewali dan Binuang).

c) Rawan Longsor di Kabupaten Mamuju (Kalumpang,


Bonehau, Kalukku, Simkep, Tapalang Barat), Majene
(Ulumanda, Malunda, Tubo, Tammerodo, Pamboang,
Banggae), Mamasa (seluruh kecamatan) dan Polewali
Mandar(Tutar, Matangnga, Limboro, Allu, Luyo, Anreapi dan
Bulo).

d) Rawan Banjir di Kabupaten Mamuju Utara (Sarjo,


Bambalamotu, Pasangkayu, Lariang, Tikke dan Sarudu),
Kabupaten Mamuju (Mamuju, Kalukku, Sampaga,
Papalang); Mamuju Tengah (Topoyo dan Budong- Budong,
dan Karossa), Majene (Banggae, Banggae Timur, Pamboang,
Sendana dan Malunda) dan Polewali Mandar (Allu, Limboro,
Tinambung, Balanipa, Campalagian, Mapilli, Wonomulyo,
Matakali, Binuang dan Polewali).

e) Rawan Abrasi di Kabupaten Mamuju Utara (Bambaira,


Bambaloka, Pasangkayu, Sarudu, Lariang, Tikke), Mamuju
Tengah (Karossa, Topoyo, Budongbudong); Mamuju
(Sampaga,Papalang, Kalukku, Mamuju, Bala-Balakang,
Simkep, Tapalang Barat dan Tapalang), Majene (Malunda,
Sendana, Banggae, Pamboang) dan Polewali Mandar

II - 12 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

(Tinambung, Balanipa, Campalagian, Mapilli, Wonomulyo,


Matakali, Polewali dan Binuang).

f) Kawasan rawan tenggelamnya pantai dan pulau-pulau kecil


akibat penurunan permukaan tanah aluvial pantai dan
kenaikan permukaan air laut di seluruh pantai Provinsi
Sulawesi Barat, di kepulauan Bala-Balakang Kabupaten
Mamuju dan pulau Lere-Lerekang di Kabupaten Majene
Pada mitigasi bencana jangka pendek lebih ditujukan
kearah penyelamatan jiwa dan harta benda, sedangkan mitigasi
bencana jangka panjang ditujukan kearah program pengaturan
fenomena keairan baik pada kondisi berlebih maupun kondisi
kurang. Mitigasi banjir jangka pendek umumnya terdiri dari
kegiatan sesaat sebelum, selama, dan sesudah (misal deskrit
waktu harian). Sedangkan mitigasi bencana jangka panjang
terdiri dari kegiatan perencanaan untuk jangka sepuluh tahun
(Tahun 2014 – 2024) atau dua puluh tahun mendatang (Tahun
2014 – 2034).
Untuk mitigasi bencana jangka panjang, alternatif
kegiatan yang dominan (misalnya) berupa pengembangan
program konservasi dan pengendalian banjir, pengembangan
program penataan kawasan (sistem lahan dan sistem alur),
pengembangan program operasi dan pemeliharaan jaringan
drainase makro dan mikro termasuk instrumentasi early
warning sistem, serta pemberdayaan sumberdaya manusia.
Target-target pengembangan program konservasi dan
pengendalian banjir misalnya perlu diantisipasi dengan
bijaksana, memungkinkan adanya perubahan, tetapi tidak
bersifat total. Sedangkan program pengembangan sumberdaya
manusia (SDM) perlu diformulasikan dengan baik, yang betul-

II - 13 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

betul dapat memberikan nilai tambah pada SDM dimaksud.


Pengembangan SDM secara menyeluruh diartikan pada
penumbuhan persepsi/sikap/keterampilan bagaimana
mengantisipasi bencana. Hal ini berlaku bagi semua lapisan
masyarakat baik ditingkat birokrat ataupun ditingkat awam.
Upaya yang sebaiknya dilakukan:
 Pembentukan Pokja Antisipasi Penyimpangan Iklim (banjir/
kekeringan) di tingkat Provinsi dan Kabupaten.
 Melakukan konservasi air di lahan pertanian antara lain
dengan membangun embung dan chek dam yang tersebar di
provinsi ini. Upaya ini dilakukan untuk menyimpan air di
musim hujan guna dimanfaatkan di musim kemarau.
 Rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usaha tani (swadaya
masyarakat)
 Mensosialisasikan gerakan hemat air, yaitu upaya
menyadarkan semua pihak untuk memanfaatkan air secara
hemat dan efisien, terutama dengan melibatkan P3A.
 Mensosialisasikan informasi perkiraan cuaca/iklim yang
bersumber dari BMG dan telah diolah oleh pokja pusat
kepada penyuluh dan petani, sehingga akses petani
terhadap informasi iklim menjadi lebih baik.
 Memberdayakan pokja antisipasi penyimpangan iklim di
Provinsi dan Kabupaten.
 Melakukan langkah-langkah penyesuaian pola tanam
mengacu kepada ketersediaan air dan curah hujan termasuk
penggunaan varietas genjah yang tahan kekeringan.
 Penyiapan benih / bibit yang memenuhi kriteria 5 tepat
(waktu, jumlah, mutu, harga dan tempat).

II - 14 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

 Pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi (utama dan


tingkat usaha tani) berkoordinasi dengan Departemen
Kimpraswil.
 Upaya konservasi air di lahan pertanian dengan membangun
embung dan chek dam.
Beberapa kawasan yang diidentifikasi berpotensi rawan
bencana di Provinsi Sulawesi Barat berupa gerakan tanah
terutama pada Daerah Tobadak, Budong-Budong,Tommo,
Kalumpang, Bonehau, Mamasa, Sumarorong dan Polewali,
berupa Longsor bahan rombakan terutama pada Daerah
Malunda, dan Batu Takuk, potensi tsunami terutama pada
Daerah Campalagian, Sabang Subbik, Topoyo, Karossa dan
Sarudu, potensi pusat gempa terutama pada Daerah Tutallu,
Sumarorong, Mambi dan Wonomulyo, potensi pusat longsor
bongkah terutama pada daerah Tutallu, Malunda dan Mambi,
dan potensi wilayah kegempaan terutama pada daerah
Mamasa, Mambi, Tappalang, Mamuju, Kalukku, Singkep,
Bonehau, Belang-Belang, Papalang, Sampaga, Pangale dan
Budong-Budong. Potensi frekuensi banjir tinggi terutama pada
DAS Budong-Budong (Daerah Topoyo sampai mempengaruhi
jalan arteri primer), DAS Karama, wilayah hulu DAS Mamasa,
DAS Mapilli dan wilayah hulu DAS Saddang.
4) Rencana Pengembangan Sistem Mitigasi Longsor
Kawasan tertentu di Sulawesi Barat tergolong rentan
terhadap longsor. Hampir di semua DAS/kelompok DAS
ditemukan kawasan rawan longsor yang luas. Karena itu,
menjadi sangat penting untuk membangun suatu sistem
peringatan dini, prasarana pengamanan dan evakuasi, serta
prosedur pengamanan di daerah-daerah yang dikategorikan
rawan bencana longsor.
II - 15 LAPORAN DATA DAN ANALISIS
RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

Tabel 2.2 Pola Ruang Provinsi Sulawesi Barat


Kab. Kab. Kab.
Kab. Kab. Kab. Total
No. Pemanfaatan Lahan Mamuju Mamuju Polewali
Majene Mamasa Mamuju (Km2)
Tengah Utara Mandar
1 Hutan Lindung 439,07 841,02 1.383,92 172,01 1.053,08 705,53 4.594,63
2 Hutan Produksi 0,07 - 427,33 321,53 21,21 - 770,14
Hutan Produksi
3 Konversi - 4,37 119,87 59,76 90,81 - 274,82
Hutan Produksi
4 Terbatas 75,46 498,24 881,03 1.103,38 543,33 242,25 3.343,70
5 Kawasan Suaka Alam - 685,11 901,94 537,55 6,19 15,56 2.146,36
6 Kawasan Lindung 0,11 - - - 1,40 8,98 10,49
7 Kawasan Hutan Rakyat - - - - 94,16 6,05 100,22
8 Kawasan Pariwisata 0,05 - 1,46 - 0,03 - 1,54
9 Kawasan Perikanan - - - 0,07 17,52 - 17,58
10 Kawasan Perkebunan 299,87 913,45 657,38 490,48 888,18 723,61 3.972,97
11 Kawasan Permukiman 11,78 4,37 23,34 7,33 33,88 64,27 144,97
12 Kawasan Pertanian 66,71 45,04 402,93 392,44 203,47 247,47 1.358,06
13 Kawasan Tambak 1,36 - 3,22 1,93 0,75 44,45 51,72
14 Perairan 5,71 12,93 29,95 21,44 34,18 24,62 128,83
Total (km2) 900,19 3.004,53 4.832,39 3.107,93 2.988,19 2.082,79 16.916,03
Sumber: RTRW Provinsi Sulawesi Barat, 2014

II - 16 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

c. Rencana Kawasan strategis Provinsi Sulawesi Barat

1) Penentuan Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional belum
menetapkan kawasan strategis Nasional di wilayah Sulawesi
Barat. Walaupun demikian, berdasarkan kriteria kawasan
strategis dan potensi wilayah ini, maka ada beberapa kawasan
strategis provinsi yang layak ditetapkan sebagai berikut:
a) Kawasan Lumbung beras
Untuk kepentingan ketahanan pangan berupa padi dan
berdasarkan potensi dan kesesuaian lahan serta teknokultur
masyarakat, maka ditetapkan pengembangan kawasan sawah
irigasi teknis di Kabupaten Mamuju Utara, Pengembangan
irigasi Teknis Tommo di Kabupaten Mamuju, Pengembangan
Kawasan Terpadu Mandiri Tobadak di Kabupaten Mamuju
Tengah, dan pengembangan kawasan sawah irigasi teknis di
Kabupaten Polewali Mandar, yang dipadu selaraskan dengan
perencanaan dan manajemen Daerah Aliran Sungai yang
potensil menyediakan air sepanjang tahun. Sungai-sungai yang
potensil mendukung sistem irigasi teknis persawahan di
Kabupaten Mamuju Utara, Kabupaten Mamuju Tengah, dan
Kabupaten Mamuju seperti S. Kaluku, S. Karosa, S. Budong-
Budong, S. Karama, S. Babalang, S. Tomo, S. Lariang. Sungai-
sungai yang potensil mendukung sistem irigasi teknis
persawahan di Kabupaten Polewali Mandar seperti S. Sa’dang
Maloso, S. Mandar dan S. Mapili.
b) Kawasan Perkebunan
Untuk pertumbuhan ekonomi, dalam sektor perkebunan,
berdasarkan potensi dan kesesuaian lahan dan teknokultur

II - 17 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

masyarakat lokal maka direncanakan pengembangan beberapa


alternatif kawasan budidaya komoditas seperti: sentra-sentra
perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mamuju Utara,
Kabupaten Mamuju Tengah, dan Kabupaten Mamuju, sentra-
sentra perkebunan kakao di seluruh wilayah Provinsi Sulawesi
Barat, sentra-sentra perkebunan jeruk di wilayah perbatasan
Kabupaten Mamuju Utara, Kabupaten Mamuju Tengah, dan
Kabupaten Mamuju, sentra-sentra perkebunan kelapa
disepanjang pesisir Selat Makassar, sentra-sentra perkebunan
kopi, teh dan hortikultura di Kabupaten Mamasa.
2) Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Pendayagunaan
Sumberdaya Alam dan/atau teknologi tinggi
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan
sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi meliputi:
 Kawasan Blok minyak Suremana, Pasangkayu dan Kuma di
Kabupaten Mamuju Utara;
 Blok minyak Karama dan Budong-Budong di Kabupaten
Mamuju Tengah;
 Blok minyak Sibuku di P. Lerelerekang Kabupaten Majene;
 Blok minyak Malunda dan Karana di Kabupaten Mamuju dan
Kabupaten Majene;
 Blok minyak Shout Mandar dan Blok minyak Mandar di
Kabupaten Majene dan Kabupaten Polewali Mandar;
 PLTA Karama di Mamuju;
 PLT Hydrogen di Mamuju;
 PLTU Mamuju di Kecamatan Kalukku;
 KSP Bendungan-bendungan yang terdiri atas Bendungan
Sekka-Sekka di Kabupaten Polewali Mandar dan Bendungan
Tommo di Kabupaten Mamuju.

3) Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya


Kawasan strategis untuk pengembangan kepentingan
sosial budaya terdapat di setiap kabupaten. Pengembangan
II - 18 LAPORAN DATA DAN ANALISIS
RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

kawasan budaya di Kabupaten Mamuju seperti rumah adat


mamuju di Kota Mamuju dan pengembangan kerajinan tenun
ikat Sekomandi. Di Kabupaten Majene terdapat Kompleks
Pemakaman Raja-raja Mandar, Museum Majene, Makam
pahlawan Mandar, Makam I Mannyambungi, Makam Syech Al
Ma’ruf, Monumen Hj. Andi Depu. Kawasan wisata budaya dan
alam di Kabupaten Mamasa, yang budaya dan karakter
alamnya mirip dengan Tana Toraja terdapat Kompleks Makam
Tedong-Tedong dan lokasi lokasi perayaan adat.
Pengembangan kawasan pariwisata Mamasa dipadu selaraskan
dengan rute wisatawan mancanegara dan nasional dari Bandara
Baharuddin Lopa ke Kabupaten Tana Toraja dan sebaliknya
yang melewati Kabupaten Mamasa.
4) Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi dan Daya
Dukung
Untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
ditetapkan Kawasan Lindung Nasional (KLN) Suaka Margasatwa
Mampie dan Lampoko sebagai suaka margasatwa dan
margasatwa laut, begitu juga dengan Suaka Margasarwa
Kalumpang yang ada di Kabupaten Mamuju, Taman Nasional
Ganda Dewata di Kabupaten Mamuju dan Mamasa serta
kawasan perlindungan laut di sekitar P. Karampuang, P.
Balabalakang di Kabupaten Mamuju dan P. Lere-lerekang di
Kabupaten Majene.
5) Penetapan Kawasan Andalan
Berdasarkan RTRWN, maka kawasan andalan Provinsi
Sulawesi Barat yaitu Mamuju dan sekitarnya yang terdiri atas
Mamuju, Tampa Padang dan Belang-Belang dengan sektor
unggulan perkebunan, pertanian, kehutanan, agroindustri,

II - 19 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

perikanan, industri, perdagangan dan simpul transportasi laut


maupun udara.

B. KEBIJAKAN DEVELOPMEN PLAN


1. RPJPD PROVINSI SULAWESI BARAT
a. Visi
Visi yang ingin diwujudkan oleh pemerintah Provinsi
Sulawesi Barat adalah “Terwujudnya Sulawesi Barat yang
sejahtera, Maju dan Malaqbi” yang dijabarkan sebagai
berikut:
 Sulawesi Barat yang Sejahtera dapat dimaknakan
sebagai pencapaian kondisi kehidupan yang lebih baik,
yang ditandai oleh terpenuhinya hak-hak dasar dan
meningkatnya taraf hidup masyarakat secara
berkelanjutan.

 Sulawesi Barat yang Maju dapat diartikan sebagai


kemampuan daerah ini untuk mampu sejajar dengan
provinsi lainnya di Indonesia. Visi ini penting mengingat
bahwa Provinsi Sulawesi Barat merupakan provinsi yang
baru terbentuk (pemekaran Provinsi Sulawesi Selatan).
Dukungan sumberdaya alam dan akar budaya yang kuat,
menjadi pondasi yang kuat untuk menuju Sulawesi Barat
yang Maju.

 Sulawesi Barat yang Malaqbi lebih dimaknakan sebagai


kemampuan manusia daerah ini untuk mencapai derajat
sebagai manusia mulia dan bermartabat. Manusia mulia
dan bermartabat dimaksud merupakan manifestasi dari
nilai-nilai budaya dan agama masyarakat Sulawesi Barat.

II - 20 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

Visi ini sekaligus ingin menegaskan bahwa manusia


merupakan muara dari seluruh aktivitas pembangunan.
b. Misi
Misi Provinsi Sulawesi Barat yang tertuang dalam RPJPD
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005-2025 adalah sebagai
berikut:
 Mendorong pemenuhan hak-hak dasar melalui pertumbuhan
ekonomi, perluasan lapangan kerja, dan peningkatan akses
penduduk terhadap sumberdaya.

 Mendorong kemajuan daerah secara merata melalui


optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
lokal serta pengembangan kerjasama antar daerah dan
kemitraan antar pelaku dalam pengelolaan sumberdaya.

 Meningkatkan kualitas manusia melalui peningkatan


kehidupan beragama, perbaikan kualitas pendidikan dan
kesehatan, pengembangan seni budaya dan olah raga.

c. Arah Pembangunan Daerah


Sebagai sebuah daerah dengan persentase penduduk
miskin yang relatif besar, posisi Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) yang menempati urutan lima terbawah, dan taraf hidup
penduduk yang secara umum relatif rendah, mengharuskan
pembangunan di Provinsi Sulawesi Barat harus diorientasikan
pada peningkatan kesejahteraan dan perbaikan kualitas hidup
masyarakat. Hanya dengan cara ini, masyarakat Sulawesi Barat
dapat hidup lebih layak seperti halnya daerah-daerah maju
lainnya di Indonesia.

2. RPJMD PROVINSI SULAWESI BARAT


II - 21 LAPORAN DATA DAN ANALISIS
RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

a. Visi RPJMD
Visi RPJMD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017-2022
yaitu:
“Sulawesi Barat Maju dan Malaqbi “
Makna yang terkandung dalam visi tersebut dijabarkan
Sebagai berikut:
 Sulawesi Barat Maju: Komitmen untuk menjadikan
Provinsi Sulawesi Barat yang sejajar dengan provinsi
lainnya yang didukung oleh konektivitas wilayah dan daya
saing yang tinggi serta berorientasi pada lingkungan.
 Sulawesi Barat Malaqbi: Komitmen untuk mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik berlandaskan kearifan
lokal dengan dukungan masyarakat yang berpengetahuan,
berketerampilan, berbudaya dan religius.
Rumusan visi tersebut menjadi tujuan akhir dari
pelaksanaan periode RPJMD Tahun 2017-2022 nantinya, yang
dilaksanakan melalui serangkaian tahapan dan rumusan
kebijakan berupa Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Arah
Kebijakan sampai kepada Program dan Kegiatan.
b. Misi RPJMD
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah, dijelaskan bahwa misi merupakan
rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
Sesuai dengan hasil evaluasi terhadap pencapaian target
RPJMD tahun lalu yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
kendala dan permasalahan yang dihadapi menjadi isu-isu
II - 22 LAPORAN DATA DAN ANALISIS
RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

strategis pembangunan untuk masuk dalam agenda


pembangunan pada periode RPJMD 2017-2022. Hal tersebut
juga didukung oleh pedoman arah pembangunan daerah
periode RPJMD III (2015-2020) sebagaimana tertuang dalam
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005-2025, yang
menekankan pada pemantapan pencapaian kesejahteraan
ekonomi, kemajuan daerah serta keunggulan dan
kemartabatan manusia dan masyarakat Sulawesi Barat.
Dalam rangka pencapaian visi pembangunan daerah Tahun
2017-2022 yang telah ditetapkan dengan memperhatikan
kondisi dan permasalahan yang ada, tantangan kedepan, serta
memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka ditetapkan 5
(lima) misi pembangunan sebagai berikut:
Misi Pertama : Membangun Sumber Daya Manusia
Berkualitas,
Berkepribadian dan Berbudaya
Misi Kedua : Mewujudkan Pemerintahan yang
Bersih, Modern, dan Terpercaya
Misi Ketiga : Membangun dan Menguatkan
Konektivitas Antar Wilayah Berbasis
Unggulan Strategis
Misi Keempat : Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
yang Inovatif dan Berdaya Saing
Tinggi
Misi Kelima : Mendorong Pengarusutamaan
Lingkungan Hidup untuk
Pembangunan Berkelanjutan
c. Arah Kebijakan
Arah kebijakan dan program pembangunan disusun yang
disesuaikan dengan target dan pencapaian Visi Gubernur dan
Wakil Gubernur Sulawesi Barat periode 2017-2022 yaitu
Sulawesi Barat Maju dan Malaqbiq yang dijabarkan kedalam

II - 23 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

Misi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Barat periode


2017- 2022 yaitu:
1) Membangun sumber daya manusia berkualitas
berkepribadian dan berbudaya;
2) Mewujudkan pemerintahan yang bersih, modern dan
terpercaya;
3) Membangun dan menguatkan konektivitas antara wilayah
berbasis unggulan strategis;
4) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inovatif dan
berdaya saing tinggi, serta;
5) Mendorong pengarusutamaan lingkungan hidup untuk
pembangunan berkelanjutan.

C. TINJAUAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN


1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan Dan Kawasan Permukiman
Penataan perumahan dan pemukiman menurut Undang-
Undang perumahan dan kawasan permukiman berdasarkan
pada asas kesejahteraan, keadilan dan pemerataan,
kenasionalan, koefisienan dan kemanfaatan, keterjangkauan
dan kemudahan, kemitraan, keserasian dan keseimbangan,
keterpaduan, kesehatan, kelestarian dan keberlanjutan, serta
keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan. Penataan
perumahan dan kawasan permukiman memiliki tujuan sebagai
berikut:
a. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggraan
perumahan dan kawasan permukiman guna memenuhi
kebutuhan rumah;
b. Mendukung penataan dan penyebaran penduduk yang
proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian;
II - 24 LAPORAN DATA DAN ANALISIS
RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

c. Meningkatkan hasil sumber daya guna alam bagi


pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan;
d. Memberdayakan pemangku kepentingan bidang
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;
e. Menunjang pembangunan bidang ekonomi, sosial, dan
budaya;
f. Menjamin terwujudnya rumah layak huni dan terjangkau
dengan lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur,
terencana, terpadu, dan keberlanjutan.
Menurut peraturan perundang-undangan, perumahan
merupakan kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman
dengan dilengkapi prasarana, sarana, dan utilitas umum. Untuk
kawasan permukiman merupakan bagian dari lingkungan di luar
kawasan lindung sebagai lingkungan hunian.
Dalam penyelenggaran perumahan dan kawasan permukiman,
pemerintah wajib melakukan pembinaan yang meliputi
menetapkan kebijakan tentang pemanfaatan hasil teknologi
bidang perumahan dan kawasan permukiman, pengelolaan
Kasiba dan Lisba, memfasilitasi penyediaan perumahan dan
kawasan permukiman bagi masyarakat, menyelenggarakan
fungsi operasionalisasi dan koordinasi, mendorong penelitian
pengembangan penyelenggraan perumahan dan kawasan
permukiman, melakukan sertifikasi dan administrasi lainnya
terhadap badan penyelenggaran perumahan, dan
menyelenggarakan pelatihan bidang perumahan dan kawasan
permukiman.
Penyelenggaran perumahan meliputi:
a. Perencanaan perumahan, yang terdiri dari

II - 25 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

1) Perencanaan dan perancangan rumah, baik rumah


komersial, umum, swadaya, khusus, dan rumah negara
guna menciptakan rumah yang layak huni, mendukung
uoaya pemebuhan kebutuhan rumah oleh masyarakat dan
pememrintah, dan meningkatkan tata bangunan dan
lingkungan yang terstruktur.
2) Perencanaan prasarana, sarana, sarana, utilitas umum yang
meliputi rencana penyediaan kaveling tanah untuk
perumahan sebagai bagian dari permukiman dan rencana
kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan.
3) Penyediaan kavling tanah untuk meningkatkan hasil guna
tanah bagi kavling siap bangun.
b. Pembangunan perumahan. Pembanguan perumahan skala
besar terdiri dari hunian berimbang seperti rumah sederhana,
menengah, dan mewah. Tannggung jawab pemerintah
diberikan kepada pembangunan rumah umum, khusus, dan
Negara melalui lembaga yang ditugaskan. Pembangunan
perumahan meliputi:
1) Peningkatan kualitas perumahan.
2) Pengembangan teknologi dan rancang bangunan yang
ramah lingkungan.
c. Pemanfaatan perumahan yang meliputi pemanfaatan rumah,
pemanfaatan dan pelestarian prasarana dan sarana
perumahan, dan pelestarian perumahan.
d. Pengendalian perumahan Untuk penyelenggara kawasan
permukiman berfungsi untuk memenuhi hak orang atas
tinggal dan mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai
lingkungan hunian sesuai rencana tata ruang. Penyelenggara

II - 26 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

kawasan permukiman di perkotaan maupun pedesaan dapat


melalui:
1) Pengembangan yang telah ada dengan meningkatkan
potensi lingkungan hunian melalui fungsi kota,
meningkatkan pelayanan lingkungan hunian, keberadaan
prasarana, sarana, dan utilitas umum, tanpa menambah
tumbuhnya lingkungan hunian yang tidak terencana atau
permukiman kumuh.
2) Pembangunan lingkungan hunian baru melalui penyediaan
lokasi permukiman, prasarana, sarana, dan utilitas umum.
Pembangunan kembali berfungsi untuk memulihkan fungsi
lingkungan hunian perkotaan dan pedesaan sesuai
rencana tata ruang dengan persyaratan sebagai berikut:
 Kesesuaian dnegan rencana tata ruang wilayah
nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan
rencana tata ruang wilayah kabupaten/ kota.
 Kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan
lingkungan.
 Kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas
umum yang memenuhi persyaratan dan tidak
membahayakan penghuni.
 Tingkat kepadatan bangunan.
 Kualitas bangunan.
 Kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.
3) Pembangunan kembali dapat dilakukan dengan
rehabilitasi, rekonstruksi, dan peremajaan.
Untuk melakukan penanganan terhadap perumahan dan
kawasan permukiman kumuh dapat dilakukan melalui
peningkatan kualitas dan pencegahan. Pencegahan yang

II - 27 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

dilakukan berfungsi untuk mengendalikan kepadatan bangunan,


penurunan kualitas perumahan, permukiman, sarana, dan
prasarana serta pembangunan rumah yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang. Pencegahan dapat dilakukan melalui
pengawasan dan pemberdayaan masyarakat.
Untuk peningkatan kualitas terhadap perumahan dan
kawasan permukiman kumuh dapat dilakukan melalui:
• Pemugaran menjadi permukiman yang layak huni.
• Peremajaan untuk mewujudkan kondisi perumahan dan
kualitas permukiman yang lebih baik atau meningkatkan
kualitas rumah dengan terlebih dahulu menyediakan tempat
tinggal bagi masyarakat yang terdampak.
• Permukiman kembali yang dilakukan untuk memindahkan
masyarakat yang terdampak dari lokasi yang tidak mungkin
dibangun kembali karena tidak sesuai dengan rencana tata
ruang dengan lokasi yang telah ditetapkan pemerintah.
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
a. Daerah provinsi selain berstatus sebagai Daerah juga
merupakan Wilayah Administratif yang menjadi wilayah kerja
bagi gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dan wilayah
kerja bagi gubernur dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan umum di wilayah Daerah provinsi.
b. Daerah kabupaten/kota selain berstatus sebagai Daerah juga
merupakan Wilayah Administratif yang menjadi wilayah kerja
bagi bupati/wali kota dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan umum di wilayah Daerah kabupaten/kota.
c. Klasifikasi Urusan Pemerintahan:
1) Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan
absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan
pemerintahan umum.
II - 28 LAPORAN DATA DAN ANALISIS
RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

2) Urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud


adalah Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat.
3) Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud
adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota.
4) Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke
Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.
5) Urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud
adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Presiden sebagai kepala pemerintahan.
d. Pembangunan Daerah
1) Daerah melaksanakan pembangunan untuk peningkatan
dan pemerataan pendapatan masyarakat, kesempatan
kerja, lapangan berusaha, meningkatkan akses dan
kualitas pelayanan publik dan daya saing Daerah.
2) Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud merupakan
perwujudan dari pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang
telah diserahkan ke Daerah sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional.
3) Kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian
berdasarkan pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yang
tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan
Pemerintahan Pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 melakukan sinkronisasi dan harmonisasi dengan
Daerah untuk mencapai target pembangunan nasional.
Pembagian urusan pemerintahan di bidang perumahan dan
kawasan permukiman antara pemerintah pusat, pemerintah

II - 29 LAPORAN DATA DAN ANALISIS


RP3KP

Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Provinsi Sulawesi Barat

daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota


diuraikan sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.3
Pembagian Urusan Pemerintahan Di Bidang Perumahan
dan Kawasan Permukiman
N Daerah Kabupaten/
Sub Urusan Pemerintah Pusat Daerah Provinsi
o Kota
1 Perumahan a.Penyediaan rumah a.Penyediaan dan a.Penyediaan dan
bagi masyarakat rehabilitasi rumah rehabilitasi rumah korban
berpenghasilan korban bencana bencana kabupaten/kota.
rendah (MBR). provinsi. b.Fasilitasi penyediaan
b.Penyediaan dan b.Fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat
rehabilitasi rumah rumah bagi yang terkena relokasi
korban bencana masyarakat yang program Pemerintah
nasional. terkena relokasi Daerah kabupaten/kota.
c. Fasilitasi penyediaan program Pemerintah c. Penerbitan izin
rumah bagi Daerah provinsi. pembangunan dan
masyarakat yang pengembangan
terkena relokasi perumahan.
program Pemerintah d.Penerbitan sertifikat
Pusat. kepemilikan bangunan
d.Pengembangan gedung (SKBG).
sistem pembiayaan
perumahan bagi
MBR.
2 Kawasan a.Penetapan sistem Penataan dan a.Penerbitan izin
Permukiman kawasan peningkatan kualitas pembangunan dan
permukiman. kawasan permukiman pengembangan kawasan
b.Penataan dan kumuh dengan luas 10 permukiman.
peningkatan kualitas (sepuluh) ha sampai b.Penataan dan
kawasan dengan di bawah 15 peningkatan kualitas
permukiman kumuh (lima belas) ha. kawasan permukiman
dengan luas 15 (lima kumuh dengan luas di
belas) ha atau lebih. bawah 10 (sepuluh) ha.

3 Perumahan - - Pencegahan perumahan


dan Kawasan dan kawasan permukiman
Permukiman kumuh pada Daerah
Kumuh kabupaten/kota.
4 PSU Penyelenggaraan PSU Penyelenggaraan PSU Penyelenggaraan PSU
di lingkungan hunian permukiman. perumahan.
dan kawasan
permukiman.
Sumber: UU No. 23 Tahun 2014

II - 30 LAPORAN DATA DAN ANALISIS

Anda mungkin juga menyukai