Anda di halaman 1dari 45

4.

1 Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang


4.1.1 PWK dan Pusat Pelayanan

Rencana struktur pemanfaatan ruang Kota Manado dilakukan dengan


membagi wilayah kota ke dalam beberapa wilayah atau kawasan yang
bertujuan untuk menciptakan kondisi struktur tata ruang Kota Manado
yang efisien dalam pemanfaatan ruang dan efektif dalam membentuk
struktur-struktur pelayanan umum serta terpadu dan bersinergis dalam
memanfaatkan semua potensi dan sumberdaya yang tersedia.

Formulasi Rencana Struktur Tata Ruang Kota Manado didasari oleh kajian
struktur tata ruang Kota Manado dalam RUTRK (1990-2010) serta arahan

IV - 1
perkembangan dan distribusi penduduk Kota Manado pada tahun 2016. pusat rekreasi keagamaan yang berlokasi di bukit doa (kawasan
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan sebagai dasar pertimbangan Gunung Tumpa).
penentuan struktur tata ruang Kota Manado, yaitu :  Pembangunan jalan ring road (jalan lingkar) tahap I, yang
 Pembagian wilayah Kota sebagai wilayah/kawasan-kawasan menghubungkan antara Jalan Raya Manado-Tomohon dan Jalan
pengembangan sebaiknya memiliki batas administrasi yang jelas Raya Manado-Bitung. Pembangunan ini akan dilanjutkan dengan
sehingga tidak menyulitkan dalam perencanaan masing-masing pembangunan jalan lingkar tahap II dan III sehingga membentuk
kawasan terutama pada saat pengerjaan rencana-rencana yang lebih jalur baru yang membentang dari kawasan selatan (Kawasan
detail (RDTRK) dan teknis (RTRK). Malalayang) sampai ke kawasan utara Kota Manado (Kawasan
 Beberapa kawasan telah berkembang fungsi-fungsi baru sehingga Mapanget-Bunaken) yang melewati kawasan timur yang berada di
perlu dipertimbangkan sebagai pusat pelayanan Kota Manado. sekitar wilayah perbatasan Kota Manado.
 Pusat kota sebagai kawasan perdagangan dan jasa mulai menyebar  Rencana pembangunan jalan Tol Manado-Bitung yang akan
ke arah kawasan reklamasi jalan Pierre Tendean (Boulevard Tahap melintasi kawasan Singkil.
I). Demikian pula dengan pola kegiatan pusat kota yang berubah  Rencana merelokasi sejumlah pasar dan terminal yang ada di
dengan kehadiran sektor informal (PKL) yang perlu diperhitungkan. Kota Manado, tentu saja akan menimbulkan pusat-pusat kegiatan
 Keberadaan jalur Trans-Sulawesi dengan kawasan Malalayang baru yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan
sebagai gerbang utama Kota Manado. perkembangan kawasan secara keseluruhan.
 Kebijakan dan program perkotaan yang berhubungan dengan :
 Penetapan Kota Manado sebagai Kota Pariwisata Dunia pada Faktor-faktor yang disebutkan diatas mempengaruhi perkembangan kota
Tahun 2010. saat ini dan dimasa yang akan datang, sehingga perlu diantisipasi dengan
 Pembangunan jembatan Soekarno dan Boulevard Tahap II yang konsep-konsep perencanaan dan pengelolaan kawasan yang memiliki
direncanakan berlokasi di sepanjang pesisir pantai utara Kota kemampuan mengadaptasi perubahan yang terjadi sebagai bagian dari
Manado sebagai bagian dari jalur Trans Sulawesi. pembangunan kota.
 Rencana reklamasi pada kawasan pesisir pantai utara yang
dimulai dari pesisir pantai Sindulang sampai dengan pesisir pantai Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka Struktur Tata Ruang Kota
sebelum PPI (Pusat Pengumpulan Ikan) di pesisir pantai Manado dibuat dengan cara membagi wilayah Kota Manado ke dalam 8
Kelurahan Tumumpa. (delapan) bagian wilayah, yang disebut Pengembangan Wilayah Kota
 Rencana pengembangan dan pembangunan beberapa kawasan (PWK). Masing-masing PWK memiliki pusat pelayanan yang
wisata dan pusat rekreasi baru, seperti : taman laut kota di diklasifikasikan berdasarkan jenis dan skala pelayanan. Pusat pelayanan
pesisir pantai kawasan reklamasi Mega Mas; taman iman sebagai merupakan sebuah kawasan, dan terdapat 10 (sepuluh) pusat pelayanan

IV - 2
di Kota Manado dimana PWK I dan PWK II selain mempunyai pusat dan kondisi eksisting, yang mana kawasan tersebut sebagai
pelayanan masing-masing, tetapi dengan adanya kawasan reklamasi inti kota dengan fungsi perdagangan.
pantai yang berlokasi di pesisir wilayah PWK I dan PWK II, membentuk 1
(satu) pusat pelayanan karena kawasan reklamasi/boulevard di pesisir PWK II : Meliputi wilayah Kecamatan Sario, dengan Pusat Pelayanan
sudah bertumbuh dengan pesat. Pusat pelayanan ini disebut sebagai Sekunder (PPS) yang terpusat di Kelurahan Sario tepatnya di
pusat pelayanan pesisir. PWK III meliputi 2 (dua) kecamatan (Singkil dan kawasan simpang tiga SPBU Sario.
Tuminting) memiliki 2 (dua) pusat pelayanan. PWK lainnya masing-masing
dengan 1 (satu) pusat pelayanan. Dengan adanya kawasan reklamasi di sepanjang pesisir
pantai yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Wenang
Tabel 4.1 (PWK I) dan Kecamatan Sario (PWK II), maka terjadi pusat
Rencana Struktur Tata Ruang Kota
pertumbuhan baru yang didominasi oleh aktivitas
Pengembangan perdagangan dan jasa dan diprediksikan akan menjadi
Delineasi Kawasan Wilayah Kota
(PWK) inti/pusat perekonomian Kota Manado di masa yang akan
Kecamatan Wenang I datang. Kawasan reklamasi (pesisir pantai) ditetapkan
Kecamatan Sario II
sebagai pusat pelayanan dengan skala pelayanan regional
Kecamatan Singkil dan
III
Tuminting (PPR).
Kecamatan Malalayang IV
Kecamatan Wanea V
Kecamatan Tikala VI PWK III : Meliputi wilayah Kecamatan Singkil dan Tuminting. Pusat
Kecamatan Mapanget VII
Kecamatan Bunaken VIII pelayanan di Kecamatan Singkil berskala pelayanan sekunder
Sumber: Hasil Analisis.
(PPS). Pusat pelayanan ini berada pada pertigaan Singkil-
Wawonasa sampai ke kawasan Sindulang dan berpeluang
Rencana struktur tata ruang wilayah Kota Manado seperti dalam
berkembang dengan adanya outlet Jembatan Soekarno dan
penjelasan di atas dibagi ke dalam 8 Pengembangan Wilayah Kota (PWK),
Boulevard Tahap II. Pusat pelayanan di Kecamatan Tuminting
yaitu :
berfungsi primer, terpusat di kawasan pasar dan Terminal
PWK I : Meliputi wilayah Kecamatan Wenang, dengan Pusat Tuminting (kawasan simpang tiga Tuminting-Sumompo).
Pelayanan Regional (PPR) yang terpusat di kawasan pusat Pusat pelayanan ini melayani kawasan utara Kota Manado.
kota lama. Penetapan pusat kota lama sebagai pusat
pelayanan dalam PWK I didasari oleh pertimbangan historis PWK IV : Meliputi wilayah Kecamatan Malalayang, dengan Pusat
Pelayanan Primer (PPP) yang terpusat di kawasan Terminal

IV - 3
Malalayang dan sekitarnya. Pusat pelayanan ini selain
melayani wilayah Kota Manado bagian selatan juga melayani
kawasan di wilayah perbatasan (Kabupaten Minahasa).

PWK V : Meliputi wilayah Kecamatan Wanea, dengan Pusat Pelayanan


Sekunder (PPS) yang terpusat di kawasan koridor Jl. Sam
Ratulangi (di Kelurahan Ranotana).

PWK VI : Meliputi wilayah Kecamatan Tikala, dengan Pusat Pelayanan


Sekunder (PPS) yang terpusat di kawasan perempatan
Patung Kuda yang ada di Kelurahan Paal Dua.

PWK VII : Meliputi wilayah Kecamatan Mapanget, dengan Pusat


Pelayanan Sekunder (PPS) yang terpusat di kawasan
pengembangan perumahan dan permukiman baru di antara
segitiga kawasan Kelurahan Kima Atas, Buha dan Bengkol.

PWK VIII: Meliputi wilayah Kecamatan Bunaken, dengan Pusat


Pelayanan Sekunder (PPS) yang terpusat di kawasan
Kelurahan Meras.

IV - 4
Gambar 4.1

PETA RENCANA
Sistem Struktur Tata Ruang Kota Manado

IV - 5
4.1.2 Distribusi Penduduk dan Kepadatan Penduduk Untuk memudahkan perhitungan ketersediaan lahan maka prediksi

Perkiraan jumlah penduduk Kota Manado pada tahun 2016 adalah pertumbuhan penduduk dan kepadatan dilakukan per kecamatan. Hasil

521.308 jiwa. Apabila dibandingkan dengan Tahun 2005 sebesar 417.879 prediksi jumlah penduduk per kecamatan di Tahun 2016 memperlihatkan

jiwa maka jumlah penduduk di Kota Manado mengalami peningkatan adanya tingkat perbedaan kepadatan yang sangat menyolok, dimana pada

sebesar 24,75% atau sekitar 103.429 jiwa. beberapa kecamatan mengalami peningkatan angka kepadatan penduduk
yang sangat signifikan sedangkan pada beberapa kecamatan lainnya

4.1.2.1 Distribusi Penduduk angka kepadatannya sangat kecil.

Tabel di bawah ini memperlihatkan penyebaran penduduk dan


kepadatannya pada Tahun 2005 dan Tahun Proyeksi 2006 per wilayah Perbedaan ini disebabkan oleh jumlah penduduk dan luas wilayah tiap-tiap

kecamatan. kecamatan, seperti pada Kecamatan Mapanget dan Bunaken yang


memiliki wilayah yang luas dan jumlah penduduk kecil. Dalam distribusi

Tabel 4.2 penduduk pada Tahun 2016 analisis dilakukan dengan memperhatikan
Proyeksi Penduduk Kota Manado Tahun 2016
ketersediaan lahan per kecamatan. Ketersediaan lahan dipengaruhi oleh

Eksisting Tahun 2005 Prediksi Tahun 2016 lahan efektif di setiap kecamatan. Lahan efektif adalah kawasan yang

No Kecamatan Jumlah Luas belum terbangun tetapi bukan merupakan kawasan lindung. Selain itu,
Kepadatan Jumlah Kepadatan
Penduduk Wilayah
(Jiwa/Ha) Penduduk (Jiwa/Ha) kawasan efektif berada pada kemiringan lahan < 25%.
(Jiwa) (Ha)

1. Malalayang 56.477 1.720,75 32,82 70.453 40,94


2. Sario 26.651 193,25 137,91 33.251 172,06 Hasil Studi RP4D (Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
3. Wanea 59.000 785,25 75,14 73.602 93,73 dan Permukiman Daerah) Kota Manado Tahun 2003, terdapat 4 (empat)
4. Wenang 39.792 398,95 99,74 49.641 124,43
kecamatan yang sudah tidak memiliki ketersediaan lahan efektif yaitu,
5. Tikala 68.291 1.511,8 45,17 85.192 56,31
Kecamatan Wenang, Sario, Tuminting dan Singkil. Sedangkan dari 5
6. Mapanget 46.874 5.820,95 8,05 58.477 10,05
kecamatan yang masih memiliki lahan efektif, diperkirakan Kecamatan
7. Singkil 48.547 467,75 103,79 60.562 129,48
8. Tuminting 51.467 431,0 119,41 64.204 148,97 Mapanget memiliki lahan efektif sekitar 55% dari luas total lahan efektif
9. Bunaken 20.780 4.396,3 4,73 25.926 6,12 yang ada. Selanjutnya Kecamatan Bunaken sekitar 15%, Kecamatan

Total/Rata-rata 417.879 15.726 26,57 521.308 33,14 Malalayang 12%, Kecamatan Tikala 10%, dan Kecamatan Wanea 8%.

Sumber: Hasil Analisis.

Berdasarkan penjelasan di atas, dari jumlah 103.429 jiwa yang


merupakan ketambahan penduduk (Tahun 2005) hasil prediksi sampai

IV - 6
dengan Tahun 2016, maka distribusi penyebarannya di tiap kecamatan
adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3
Distribusi Ketambahan Penduduk Per Kecamatan
di Kota Manado (sesuai ketersediaan lahan efektif)
Tahun 2016

Distribusi
Total
No Kecamatan Jumlah
Penduduk
Penduduk

1. Malalayang 12.411 12 %

2. Sario - -
3. Wanea 8.274 8%
4. Wenang - -
5. Tikala 10.343 10 %
6. Mapanget 56.886 55 %
7. Singkil - -
8. Tuminting - -
9. Bunaken 15.515 15 %

Jumlah 103.429 100%


Sumber: Hasil Analisis.

IV - 7
Gambar 4.2

PETA Kawasan Efektif KOTA MANADO

IV - 8
4.1.2.2 Kepadatan Penduduk Tabel 4.4
Perkiraan Penyebaran Jumlah dan Angka Kepadatan Penduduk Kota Manado Tahun
Sesuai hasil prediksi (sebelum dilakukan distribusi penyebaran penduduk 2016

berdasarkan ketersediaan lahan efektif) angka kepadatan penduduk di


Eksisting Tahun 2005 Prediksi Tahun 2016
tiap-tiap kecamatan pada Tahun 2016 (lihat tabel 4.2) dapat
No Kecamatan Jumlah Luas
Kepadatan Distribusi Jumlah
diklasifikasikan sebagai berikut : Penduduk Wilayah Kepadatan
(Jiwa/Ha) Penduduk Penduduk
(Jiwa) (Ha)
 Kepadatan Tinggi
1. Malayang 56.477 1.720,75 32,82 12.411 68.888 40,03
(kepadatan di atas 100 jiwa/ ha) 2. Sario 26.651 193,25 137,91 - 26.651 137,91
 Kecamatan Sario 172,06 Jiwa/ ha 3. Wanea 59.000 785,25 75,14 8.274 67.247 85.63
 Kecamatan Wenang 124,43 Jiwa/ ha 4. Wenang 39.792 398,95 99,74 - 39.792 99,74

 Kecamatan Singkil 129,48 Jiwa/ ha 5. Tikala 68.291 1.511,8 45,17 10.343 78.634 52,01
6. Mapanget 46.874 5.820,95 8,05 56.886 103.760 17,83
 Kecamatan Tuminting 148,97 Jiwa/ ha
7. Singkil 48.547 467,75 103,79 - 48.547 103,79
 Kepadatan Sedang
8. Tuminting 51.467 431,0 119,41 - 51.467 119,41
(kepadatan di antara 50 - 100 jiwa/ ha)
9. Bunaken 20.780 4.396,3 4,73 15.515 36.295 8,26
 Kecamatan Wanea 93,73 Jiwa/ ha
Total/Rata-rata 417.879 15.726 26,57 103.429 521.308 33,15
 Kecamatan Tikala 56,31 Jiwa/ ha
Sumber: Hasil Analisis.
 Kepadatan Rendah
(kepadatan di bawah 50 jiwa/ ha)
4.1.3 Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota
 Kecamatan Malalayang 40,94 Jiwa/ ha
Penentuan rencana sistem pusat pelayanan kota dilakukan dengan
 Kecamatan Mapanget 10,05 Jiwa/ ha
memperhatikan rencana sistem struktur tata ruang Kota Manado yang
 Kecamatan Bunaken 6,12 Jiwa/ ha
dikaji berdasarkan perkembangan dan distribusi penduduk sampai dengan
tahun 2016 serta kondisi eksisting struktur tata ruang kota saat ini.
Setelah dilakukan analisis penyebaran penduduk berdasarkan
ketersediaan lahan efektif, maka memperlihatkan angka kepadatan
Tujuan pembagian pusat-pusat pelayanan dalam kota adalah agar terjadi
penduduk Kota Manado di Tahun 2016 seperti yang tertera pada tabel
pemerataan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan pada seluruh
berikut ini :
wilayah. Rencana sistem pusat pelayanan di Kota Manado ditetapkan
dengan hirarki sebagai berikut :
PPR = Pusat Pelayanan Regional
PPP = Pusat Pelayanan Primer

IV - 9
PPS = Pusat Pelayanan Sekunder  Posisi strategis ditinjau dari beberapa aspek dan kebijakan
PPT = Pusat Pelayanan Tersier perkembangan kota;
 Aksesibilitas tinggi;
Pusat Pelayanan Regional (PPR), adalah kawasan atau wilayah yang  Jumlah penduduk dan kepadatan;
menjadi pusat pelayanan berskala regional, jadi tidak hanya terbatas  Kemampuan melayani wilayah sekitar;
kepada seluruh wilayah kota tetapi juga memberikan pelayanan kepada  Daya dukung lahan dan lingkungan.
kawasan-kawasan kota lainnya yang berada atau berbatasan langsung
dengan wilayah kota. Dengan dasar pertimbangan di atas, maka di Kota Manado terdapat 2
(dua) PPR, 2 (dua) PPP dan 6 (enam) PPS, sebagai berikut :
Pusat Pelayanan Primer (PPP), adalah kawasan atau wilayah dimana selain
memberikan pelayanan terhadap kawasannya sendiri juga memberikan PPR (Pusat Pelayanan Regional) :
pelayanan kepada kawasan-kawasan yang secara hirarki berada di Kecamatan Wenang (pusat kota lama) dan Kawasan Reklamasi (pesisir
bawahnya yaitu kawasan yang termasuk dalam Pusat Pelayanan Sekunder pantai).
(PPS) dan Pusat Pelayanan Tersier (PPT). Jadi satu Kawasan PPP bisa
melayani beberapa kawasan PPS dan PPT. PPP (Pusat Pelayanan Primer) :
Pusat Pelayanan Sekunder (PPS), adalah kawasan atau wilayah selain Kecamatan Malalayang (kawasan Terminal Malalayang) dan Kecamatan
memberikan pelayanan terhadap kawasannya sendiri juga memberikan Tuminting (kawasan pertigaan terminal/pasar Tuminting-Sumompo).
pelayanan kepada kawasan yang secara hirarki berada di bawahnya yaitu
kawasan yang termasuk dalam Pusat Pelayanan Tersier (PPT). Jadi satu PPS (Pusat Pelayanan Sekunder) :
kawasan PPS bisa melayani beberapa kawasan PPT. Kecamatan Sario (Pertigaan SPBU Sario-Kampus), Kecamatan Wanea
(Kawasan Kelurahan Ranotana), Kecamatan Tikala (Kawasan Perempatan
Pusat Pelayanan Tersier (PPT), adalah kawasan atau wilayah yang hanya Patung Kuda), Kecamatan Mapanget (Kawasan Segitiga Kima Atas, Buha
bertujuan memberikan pelayanan kepada kawasannya sendiri atau dan Bengkol), Kecamatan Bunaken (Kawasan Meras) dan Kecamatan
berskala pelayanan lingkungan. Singkil (kawasan pertigaan Singkil-Wawonasa).

Beberapa pertimbangan terpilihnya kawasan-kawasan tersebut sebagai PPT (Pusat Pelayanan Tersier) :
pusat pelayanan adalah, yaitu : Kawasan-kawasan yang secara hirarki berada di bawah PPS yang cakupan
 Peluang tumbuh dan berkembang kawasan; wilayah pelayanannya terbatas.

IV - 10
 Perdagangan, yang mencakup pusat-pusat perbelanjaan utama
Tabel 4.5 seperti kompleks pertokoan dan mall, pasar, bank, dan pelayanan-
Rencana Sistem Pusat Pelayanan dan Fungsi Kawasan
pelayanan jasa lainnya yang berskala wilayah.
Pengembangan  Prasarana dan sarana utama agropolitan berskala lokal.
Fungsi Kawasan Kecamatan Wilayah Kota
(PWK)  Transportasi, terminal pusat dan parkir umum berskala lokal.
Pusat Pelayanan Regional Wenang & Kawasan
I
(PPR) Reklamasi (pesisir pantai)
Pusat Pelayanan Primer Tuminting III 4.1.3.2 Fungsi-fungsi Pelayanan Sekunder
(PPP) Malalayang IV Fungsi-fungsi pelayanan sekunder mencakup pelayanan :
Sario II
Wanea V  Pendidikan, yang mencakup pendidikan tertinggi berupa pendidikan
Pusat Pelayanan Sekunder Singkil III akademik dan sekolah tinggi serta perpustakaan.
(PPS) Tikala VI
Mapanget VII  Kesehatan, mencakup rumah sakit tipe B dan C dan rumah sakit
Bunaken VIII bersalin.
Sumber: Hasil Analisis
 Gedung serbaguna berskala kawasan.
 Olahraga dan rekreasi, meliputi gedung olahraga mini (tunggal) dan
4.1.3.1 Fungsi-fungsi Pelayanan Primer
bioskop, taman kawasan dan taman pekuburan.
Fungsi-fungsi pelayanan primer mencakup pelayanan :
 Perdagangan, yang mencakup pusat perbelanjaan, pasar dan
 Pendidikan, yang mencakup pelayanan berjenjang pendidikan tinggi
pertokoan/ruko terbatas.
dan setingkatnya serta perpustakaan berskala wilayah.
 Prasarana dan sarana penunjang agropolitan.
 Kesehatan, yang mencakup pelayanan Rumah Sakit bertipe A dan B
 Transportasi, terminal yang bersifat transit dan parkir umum.
dan Rumah sakit bersalin.
 Sarana peribadatan yang berskala kota.
4.1.3.3 Fungsi-fungsi Pelayanan Tersier
 Olahraga dan Rekreasi, meliputi kompleks gelanggang olahraga,
Fungsi-fungsi pelayanan sub-sekunder mencakup pelayanan :
sarana-sarana (gedung), hiburan dan kesenian, bioskop, taman kota,
 Pendidikan, yang mencakup pendidikan SLTA dan setingkatnya.
dan lain-lain yang berskala kota dan wilayah.
 Kesehatan, mencakup pelayanan puskesmas dan apotik/toko obat.
 Pemerintahan, meliputi fasilitas pemerintahan kota, kantor pos
 Gedung serbaguna berskala lokal.
wilayah, kantor-kantor pelayanan lainnya yang bersifat pelayanan
 Olahraga dan rekreasi, lapangan olahraga dan taman kawasan.
wilayah seperti kantor Telkom, PDAM, PLN, kantor pemadam
 Perdagangan, yang mencakup tempat perdagangan pasar berskala
kebakaran dan kebersihan.
lokal dan pertokoan, warung yang sangat terbatas.
 Gedung pertemuan umum dan sarana budaya berskala wilayah.

IV - 11
4.1.4 Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Kota Manado perkembangannya sangat dibatasi oleh kondisi topografis Gambar 4.3
Konsep Pengembangan Jaringan Jalan Kota Manado
pada bagian timur dan selatan kota. Daerah berbukit di timur dan selatan
kota menghalangi perkembangan kota ke arah wilayah ini. Kondisi
lingkungan ini menjadi salah satu sebab sehingga kegiatan kota sangat
Pusat kota
Garis pantai
terkonsentrasi di pusat kota dan menimbulkan permasalahan transportasi.
Kemacetan terjadi di pusat kota disebabkan oleh pertemuan arus yang
merupakan dampak dari pola jalan radial yang menuju ke pusat kota,
Jalan kolektor
seperti : Jalan lingkar dalam

- Jl. Piere Tendean Pusat


Pertumbuhan Baru
- Jl. Sam Ratulangi Jalan radial/arteri
Kawasan
- Jl. Martadinata, dan Pengembangan
Jalan lokal
Jalan lingkar luar/outer ring-road
- Jl. Hasanudin

Pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai 12,7% perlu mendapat Fungsi jalan lingkar disamping mengalihkan lalu lintas menerus, antar
perhatian, dan harus dikendalikan untuk menghindari dampak buruk yang wilayah yang berbatasan dengan Kota Manado juga menjadi penghubung
akan ditimbulkan kemudian. Hal ini akan semakin membebani Kota antar kawasan yang berada diantara jalan-jalan radial. Perkembangan
Manado, mengingat kondisi topografis yang sangat membatasi kawasan di antara jalan radial di Kota Manado relatif sulit, mengingat
perkembangan kota secara merata ke arah timur dan selatan. Reklamasi kondisi topografisnya. Kawasan ini, juga menjadi daerah atas dari Kota
pantai sementara ini dianggap sebagai salah satu solusi untuk mendapat Manado yang harus dikendalikan perkembangannya, mengingat dampak
lahan yang murah, dengan aksesibilitas baik dan mudah dibangun, tetapi buruk yang mungkin timbul bagi daerah di bawahnya.
penataan jaringan jalan pada daerah reklamasi harus mutlak dilakukan
yaitu dengan membangun jalan baru pada kawasan reklamasi sebagai Untuk mengurangi tekanan terhadap pusat kota sebagai pusat kegiatan,
pembagi arus jalan Boulevard. maka perlu dipertimbangkan untuk mengembangkan pusat-pusat kegiatan
baru, yang diharapkan dapat menyebarkan pergerakan lalu lintas secara
4.1.4.1 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan lebih merata ke bagian kota lainnya. Dan jalan lingkar diharapkan
Konsep pengembangan jaringan jalan, sesuai dengan kondisi dan menghubungkan antar pusat-pusat pertumbuhan baru yang mungkin
kecenderungan perkembangan ruang Kota Manado saat ini, adalah dikembangkan di daerah pinggiran kota.
sebagai berikut :

IV - 12
Ring-road yang sedang dibangun saat ini, sesuai dengan konsep Fungsi dan peranan jalan berhubungan erat dengan hirarki sistem jaringan
pengembangan yang ditawarkan dapat dianggap sebagai jalan outer ring- jalan dimana harus diselaraskan dan dipadukan dengan hirarki aktivitas-
road. Untuk menjamin akses yang lebih baik antar kawasan diantara ruas aktivitas dan pergerakan kota baik sistem primer maupun sekunder.
jalan radial, perlu dikembangkan jalan-jalan kolektor/lokal yang ada Hirarki jalan harus dimantapkan lagi berdasarkan rencana pembangunan
hingga membentuk “inner ring-road”. dan pengembangan Kota Manado di masa yang akan datang. Rencana
struktur jaringan transportasi ini didukung pula oleh rencana
Jalan berdasarkan peranan dan fungsinya dapat dibedakan menjadi jalan pembangunan terminal.
primer dan jalan sekunder. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang (UU)
No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan khususnya pada pasal 8, dimana : 4.1.4.2 Rencana Pengembangan Pelayanan Angkutan Umum
(1) Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan Pola jaringan trayek angkutan umum ikut menentukan sistem pelayanan
arteri, jalan kolektor, jalan lokal dan jalan lingkungan. angkutan umum dan memberi konstribusi pula terhadap permasalahan
(2) Jalan arteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan transportasi secara umum. Pola jaringan trayek angkutan umum yang
jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna angkutan umum menyebabkan
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh pengguna angkutan umum.
jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Hal ini dapat menyebabkan mereka beralih ke moda angkutan yang lebih
(3) Jalan kolektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan murah, seperti sepeda motor (bentor). Pola jaringan trayek dapat pula
jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau menyebabkan tumpang tindih trayek, dan menyebabkan kemacetan.
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. Beberapa pola jaringan trayek dapat disebutkan disini:
(4) Jalan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan a. radial criss-cross;
umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri b. trunk line with feeders;
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah c. grid;
jalan masuk tidak dibatasi. d. radial.
(5) Jalan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-
rata rendah.

IV - 13
dipadati oleh kendaraan angkutan umum dan sangat mempengaruhi
Gambar 4.4
Pola Trayek Angkutan Umum kelancaran lalu lintas.

Secara skematis posisi terminal dan jaringan trayek di Kota Manado dapat
digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4.5
Skematis Posisi Terminal dan Jaringan Trayek di Kota Manado

Terminal Malalayang Pusat kota


Garis pantai

b. Trunk Line With Feeders


a. Radial Criss-Cross
Terminal Tuminting

Terminal Paal 2
Terminal Karombasan
Terminal
Jalan radial/arteri

Daerah
Pemukiman
Jalan lingkar luar/outer ring-road

c. Grid Arah trayek

d. Radial

Pola jaringan trayek angkutan umum akan menentukan letak terminal


Pola terminal di Kota Manado merupakan gabungan dari central
sebagaimana terlihat pada gambar di atas. Letak terminal sebagai titik
terminating dan near-side terminating. Untuk Kota Manado sebaiknya
ikat trayek-trayek selayaknya dipertimbangkan secara matang. Saat ini
mengikuti pola near-side terminating dan menghapus posisi pusat kota
tercatat ada 4 terminal di Kota Manado dan masing-masing terletak di
sebagai titik awal/akhir trayek. Kedua pola terminal dapat digambarkan
daerah/ kawasan kota yang tersebar di empat kawasan yang berbeda. Ke
sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini.
empat terminal tersebut adalah Terminal Malalayang (tipe A), Terminal
Karombasan (tipe B), Terminal Paal 2 (tipe B) dan Terminal Tuminting
(tipe B). Sebagian besar trayek ini memiliki titik awal/akhir di pusat kota
(22 trayek dari 25 trayek), sehingga dapat dimengerti bila pusat kota

IV - 14
Gambar 4.6 Sesuai dengan pola ini, maka trayek-trayek saling menghubungkan
Pola Pengembangan Terminal dan Pelayanannya
diantara ke empat terminal dan masing-masing trayek hanya
menyinggung di pusat kota. Dengan pola ini hanya ada 7 trayek yang
akan melayani kebutuhan penduduk Kota Manado. Trayek-trayek ini
Terminal diharapkan seminimal mungkin tumpang tindih dan dapat disebarkan
secara merata ke jalan-jalan yang sejajar jalan radial/arteri, sehingga
Terminal

memberi pelayanan daerah hunian sebaik mungkin.


Terminal

Arus lokal Arus lokal


Terminal Karombasan, Paal 2 dan Tuminting saat ini dirasakan terlalu
Batas kota
dekat dengan pusat kota, sehingga disarankan untuk digeser ke arah

Terminal
pinggir, hingga ke pertemuan dengan jalan lingkar.

a. Central Terminating b. Near-Side Terminating


(Arus internal-eksternal (Arus internal-eksternal 4.1.4.3 Transportasi Laut
dan eksternal-internal) dan eksternal-internal)
Sebagai kota yang berada di tepi pantai yang memiliki garis pantai dan
Untuk Kota Manado disarankan pola terminal dan jaringan trayek adalah beberapa wilayah pulau, maka wajar apabila di Kota Manado tumbuh dan
sebagaimana terlihat pada skema di bawah ini. berkembang aktivitas-aktivitas kebaharian termasuk dengan kelengkapan
prasarana dan sarananya. Salah satu sarana yang dapat dijadikan sebagai
Gambar 4.7
Konsep dan Pengembangangan Sistem Transportasi di potensi pengembangan lalulintas laut kota di masa yang akan datang
Kota Manado
adalah sarana jeti.
Terminal Malalayang Pusat kota
Garis pantai

Saat ini di wilayah Kota Manado terdapat 5 lokasi jeti, yaitu di PPI
Terminal Tuminting
Tumumpa, Kawasan Megamas, Lokasi NDC (Molas), Santika Hotel
Terminal Karombasan Terminal Paal 2 (Tongkaina) dan di Pulau Bunaken.

Terminal
Jalan radial/arteri Keberadaan jeti yang ada di beberapa lokasi dalam wilayah Kota Manado
Daerah
Pemukiman
dapat dikembangkan untuk membentuk sistem transportasi laut sebagai
Jalan lingkar luar/outer ring-road
jalur sirkulasi baru melalui laut. Namun, mempertimbangkan bahwa jetti
Trayek Angkutan Digeser ke arah jalan
Umum lingkar
yang ada sekarang mayoritas adalah milik swasta, maka untuk

IV - 15
menciptakan sistem transportasi umum/laut perlu dilakukan Pemilihan lokasi pusat pengembangan jetti (transportasi laut) sebagai
pembangunan jeti-jeti baru. berikut :
 berada pada kawasan yang dianggap memiliki nilai lokasi strategis;
Dalam konsep pengembangan transportasi umum/laut, diambil empat titik  kawasan dengan aksesibilitas cukup tinggi (terdapat pergantian
lokasi jetti yang dianggap mewakili sebagai pusat pergantian antar moda moda);
(darat-laut) yaitu, yang pertama berada di pusat kota (kompleks  kawasan harus berfungsi umum sehingga masyarakat dapat dengan
pelabuhan lama) dan dua lainnya berada di bagian selatan (sekitar mudah menggunakan sarana transportasi laut tersebut;
Terminal Malalayang) dan di bagian utara Kota Manado (sekitar Meras)
serta, Bunaken sebagai pusat parawisata bahari. Di bawah ini Penempatan jetti pada lokasi-lokasi tersebut bertujuan agar dapat
diperlihatkan skema Konsep Pengembangan Transportasi Laut. melayani dengan mudah wilayah kota Manado dan ke kawasan pariwisata
(Bunaken).
Gambar 4.8
Konsep Pengembangan Transportasi Laut di Manado
Wilayah Barat Kota Manado
4.1.5 Rencana Sistem Jaringan Utilitas
(Kawasan Bunaken)
4.1.5.1 Listrik
Sampai dengan tahun 2005 ini seluruh wilayah Kota Manado telah
terlayani oleh jaringan listrik. Diperkirakan sampai dengan tahun 2016
seiring dengan terjadinya pertambahan penduduk, maka pelayanan
kelistrikan harus memadai, apalagi dengan adanya rencana pembangunan
dan pengembangan kawasan-kawasan baru.

Wilayah Selatan Kota Manado


(Kawasan Terminal Malalayang) Wilayah Utara Kota manado
(Kawasan Meras)
 Tujuan Pengembangan Bidang Listrik
 Terlayaninya semua jenis konsumen di Kota Manado.
Alih Moda Transportasi Alih Moda Transportasi
Darat - Laut Darat - Laut
 Meningkatkan keandalan sistem kelistrikan Kota Manado yang
merupakan bagian dari Sistem Minahasa – Kotamobagu.
 Meningkatkan kinerja sistem layanan kelistrikan di Kota Manado.

Alih Moda Transportasi


Darat - Laut Wilayah Tengah Kota Manado  Rencana Pengembangan Bidang Listrik
(Kawasan Pelabuhan Manado)

 Untuk dapat melayani perkembangan kebutuhan konsumen di


Kota Manado terutama di bagian barat/selatan, direncanakan

IV - 16
akan dibangun Gardu Induk (GI ) Malalayang (70/20) pada tahun 4.1.5.3 Telekomunikasi
2009. Pengembangan media telekomunikasi di Kota Manado yaitu berupa
 Selain itu GI yang sudah ada juga akan ditingkatkan telepon, telex, faksimili dan segala pemenuhan kebutuhan sarana dan
kapasitasnya. prasarana telekomunikasi tersebut, dari segi kualitas dan kuantitas jumlah
sambungannya sepenuhnya disediakan oleh PT Telkom. PT Telkom
4.1.5.2 Air Bersih merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak
 Tujuan Pengembangan Bidang Air Bersih dalam pelayanan jasa telekomunikasi.
 Tersedianya air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.
 Terlayaninya 90% warga Kota Manado akan air bersih. Dalam kaitannya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Manado,
 Tersedianya air bersih yang terjangkau oleh kemampuan hendaknya pelayanan dan pemasangan jaringan telepon di masa
masyarakat. mendatang akan mengikuti dan menyesuaikan dengan Rencana Tata
 Waktu pelayanan 24 jam/ hari. Ruang Wilayah yang telah disusun agar dapat mendukung sepenuhnya
pola tata ruang sebagaimana yang telah direncanakan. Namun demikian
 Rencana Pengembangan Bidang Air Bersih
pihak PT. Telkom sendiri sejauh ini telah menyusun rencana
 Peningkatan kapasitas sumber dengan mengoptimalkan air baku
pengembangan pelayanannya, baik dari segi persiapan teknik
dari sungai Tondano. Selain itu diupayakan memanfaatkan air
pemasangan maupun jumlah unit sambungan yang akan terpasang.
yang berasal dari mata air di daerah Malalayang dan Kalasey
untuk menekan ongkos produksi.
Dari segi teknologi komunikasi, sekarang ini sudah berkembang jaringan
 Intake air baku dari S. Tondano dibuat lebih ke hulu dari posisi
telepon tanpa kabel, sehingga tumbuhnya permintaan baru akan cukup
sekarang dengan maksud untuk mendapatkan kualitas air baku
mudah untuk dipenuhi tanpa mengubah struktur spasial dari infrastruktur
yang lebih baik lagi.
lainnya.
 Menambah reservoir untuk mengatasi pemakaian pada jam-jam
puncak.
4.1.5.4 Air Limbah
 Menambah jaringan sesuai dengan perkembangan kota dan
Saat ini dengan tidak adanya IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
kebutuhan konsumen di Kota Manado.
terpadu di Kota Manado, maka dengan jumlah produksi air limbah per hari
 Menertibkan sambungan liar dan menekan kebocoran yang terjadi
yang semakin meningkat akan sangat berbahaya terhadap kondisi kualitas
sehingga menjadi minimal 20%.
lingkungan sehingga dikhawatirkan akan mengalami degradasi lingkungan
 Mempopulerkan budaya “hemat air”.
yang berujung pada terancamnya kehidupan masyarakat kota. Dengan
kenyataan tersebut maka sudah selayaknyalah apabila di Kota Manado

IV - 17
direncanakan pembangunan sarana IPAL terpadu dengan peningkatan jaringan sebagai dampak dari kurangnya pengawasan pembangunan
kualitas dan kapasitas pelayanan terhadap jaringan air kotor. saluran drainase ini.

Melalui penggunaan fasilitas sanitasi yang memadai sistem pengelolaan air Rencana pengembangan prasarana drainase di Kota Manado adalah
limbah yang dapat diterapkan di daerah yang mempunyai penduduk yang sebagai berikut :
cukup padat. Selain yang ada saat ini yaitu sistem setempat (on site)  Menyempurnakan dan meningkatkan jaringan drainase mikro yang
secara individual, juga perlu dikembangkan sistem komunal untuk lima ada serta mengembangkan jaringan drainase mikro yang baru secara
tahun pertama. Pada lima tahun berikutnya, perlu adanya sistem terpusat terpadu pada tempat-tempat yang belum terlayani. Jaringan drainase
di luar lokasi (off site) atau lebih dikenal dengan instalasi pengolahan mikro merupakan jaringan yang terdapat di sisi kiri-kanan jalan atau
limbah terpusat. drainase jalan. Pada saat ini masih banyak jaringan drainase mikro
yang tidak terhubungkan satu dengan yang lain, sehingga perlu
4.1.5.5 Drainase pengembangan jaringan yang terpadu atau terintegrasi.
Prinsip dasar utama perencanaan pengembangan jaringan air hujan  Meningkatkan fungsi pelayanan drainase makro. Drainase makro
adalah agar air hujan yang berada di atas permukaan tanah dengan umumnya berupa sungai atau anak sungai. Pada saat ini banyak
secepatnya dapat dialirkan dengan mudah ke saluran-saluran pengumpul sungai di Kota Manado yang fungsinya mengalami penurunan, yang
dan pembuangan termasuk ke badan-badan sungai, untuk mencegah disebabkan karena penurunan kapasitas. Penurunan kapasitas ini
terjadinya genangan air tanah yang dapat berujung pada sumber penyakit disebabkan oleh beberapa hal, seperti pembuangan sampah ke sungai
dan pengikisan badan-badan jalan. dan erosi.

Terjadinya genangan dan banjir di Kota Manado pada umumnya 4.1.5.6 Sistem Persampahan
disebabkan oleh beberapa hal : Sistem pembuangan sampah di Kota Manado adalah sebagian besar
 Masih kurangnya drainase mikro, sementara drainase mikro yang ada dibuang di TPS (Tempat Pembuangan Sampah Sementara) dan akan
tidak optimal karena penyumbatan dan tidak terintegrasi degan baik diangkut oleh petugas kebersihan dari tempat pembuangan sampah
pada beberapa bagian kawasan terputus karena tidak adanya sementara (TPS) ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Lainnya
jaringan. ditimbun, dibakar, dan disamping itu ada juga masyarakat yang
 Penurunan kapasitas drainase makro, karena adanya tingkat endapan membuang sampah ke selokan dan sungai. Jenis sampah tersebut
yang cukup tinggi serta kerusakan yang banyak terdapat pada sistem umumnya terdiri dari sampah basah yang mudah hancur dan terurai.
jaringan yang ada. Selain itu banyak terjadi pengecilan badan-badan Sisanya berupa kertas, plastik, kaca, logam dari kemasan barang-barang
konsumsi dan kebutuhan rumah tangga.

IV - 18
sebagai dasar dalam pemanfaatan ruang, aturan-aturan yang dimaksud
Daerah pelayanan sampah dapat dibagi dalam beberapa wilayah yaitu : seperti peraturan pembangunan setempat, kajian rancangan (design

1. Wilayah dengan pelayanan tinggi/intensif adalah daerah di jalan review), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Panduan

utama kota, pusat kota, daerah komersial dan kawasan permukiman. Rancang Kota (design guidelines) dan standar teknis yang ditetapkan

2. Wilayah dengan pelayanan menengah adalah kawasan kompleks lainnya.

perumahan dan perkantoran.


3. Wilayah dengan pelayanan rendah adalah daerah yang memiliki 4.2.1 Kawasan Budidaya Perkotaan

kepadatan penduduk rendah. 4.2.1.1 Perumahan dan Permukiman


Ketersediaan perumahan dan permukiman sebagai dampak dari adanya

Tujuan pengelolaan sampah adalah untuk mencegah pencemaran tanah, pertumbuhan dan peningkatan jumlah penduduk di tiap-tiap kecamatan,

air dan udara/bau, menghindarkan tempat berkembang biaknya berbagai akan berpengaruh terhadap angka kepadatan bangunan secara umum

vektor penyakit dan organisme patogen serta menciptakan kota Manado pada masing-masing kecamatan tersebut. Dengan demikian, faktor

yang bersih, asri dan bebas sampah. potensi dan ketersediaan lahan untuk pengembangan perumahan dan
permukiman ini menjadi faktor yang vital dalam mengeluarkan konsep-

Sistem penanganan sampah akhir (TPA) di Kota Manado adalah sistem konsep rencana pemanfaatan dan pengelolaan ruang (khususnya untuk

open dumping, sistem tersebut berpotensi terhadap pencemaran air, perumahan dan permukiman).

pencemaran udara dan bau, juga menjadi tempat berkembang biaknya


berbagai vektor penyakit dan organisme patogen serta mengurangi Dari hasil kajian sebelumnya diketahui jumlah rumah yang harus

keindahan kota. disediakan sampai dengan tahun 2016 adalah sebanyak 41.102 rumah.

4.2 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota

Rencana pola pemanfaatan ruang wilayah kota merupakan bentuk


pemanfaatan ruang kota yang menggambarkan pengaturan pola
pemanfaatan ruang dalam ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia
dan atau kegiatan alam.

Untuk mengarahkan pemanfaatan ruang kepada pola yang dikehendaki


perlu diatur dan ditata dalam suatu aturan-aturan yang nantinya dijadikan

IV - 19
Tabel 4.6
Distribusi Penduduk dan Kebutuhan Pembangunan Rumah Baru Tabel 4.7
di Kota Manado Tahun 2016 Ketersediaan Lahan dan Konsep Pengembangan Kawasan
Perumahan dan Permukiman
Jumlah Jumlah Total
Jumlah Angka Kebutuhan Kebutuhan
Jumlah Total
No Kecamatan Penduduk Backlog Rumah Baru Rumah Baru
Luas Kebutuhan Konsep
Tahun 2016 Tahun 2003 Pada Tahun Pada Tahun Ketersediaa
No Kecamatan Lahan Rumah Baru Pengembanga
2016 2016 n Lahan
(Ha) Pada Tahun n
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 2016
1. Malalayang 68.888 2.802 2.878 5.680 1. Malalayang 1.720,75 5.680 Ada Lisiba

2. Sario 193,25 1.354 - 1.354 2. Sario 193,25 1.354 Tidak Intensifikasi


3. Wanea 67.247 2.145 1.918 4.063 3. Wanea 785,25 4.063 Ada Lisiba
4. Wenang 398,95 2.388 - 2.388 4. Tikala 1.511,8 4.895 Ada Lisiba
5. Tikala 78.634 2.497 2.398 4.895 5. Wenang 398,95 2.388 Tidak Intensifikasi
6. Mapanget 103.760 679 13.189 13.868 6. Singkil 467,75 3.097 Tidak Intensifikasi
7. Singkil 467,75 3.097 - 3.097
7. Tuminting 431,0 2.042 Tidak Intensifikasi
8. Tuminting 431,0 2.042 - 2.042
8. Mapanget 5.820,95 13.868 Ada Kasiba, Lisiba
9. Bunaken 36.295 118 3.597 3.715
9. Bunaken 4.396,3 3.715 Ada Kasiba, Lisiba
Jumlah 521.308 17.122 23.980 41.102
Total 15.726 41.102
Sumber: Hasil Analisis.
Sumber: Hasil Analisis.

Berdasarkan hasil kajian kesesuaian lahan dan analisis terhadap peluang


(daya dukung lingkungan) dan potensi (ketersediaan lahan) yang dimiliki
setiap kecamatan dalam mengembangkan lahan permukimannya, maka
akan terdapat beberapa konsep dan arahan sesuai dengan karakteristik
kawasan dalam melakukan pembangunan dan pengembangan di bidang
perumahan dan permukiman.

IV - 20
Gambar 4.9

PETA RENCANA
Persebaran Perumahan dan Permukiman dan
Kepadatan Bangunan

IV - 21
4.2.1.2 Jasa dan Perdagangan  Kecamatan Tuminting :
a. Jasa/Perdagangan skala regional Pusat pelayanan jasa perdagangan
Lokasi atau kawasan yang direncanakan sebagai pusat pelayanan jasa direncanakan pada kawasan persimpangan
perdagangan berskala regional berada di Pusat Kota atau berada di Tuminting-Sumompo (saat ini sebagai Pasar
Kecamatan Wenang yang merupakan pusat kota saat ini yang meliputi dan Terminal Tuminting), yang termasuk
Kelurahan Calaca, Wenang Utara, Istiqlal, dan Pinaesaan. dalam wilayah Kelurahan Tuminting dan
melayani bagian utara Kota Manado sampai
Namun, dengan perkembangan bisnis yang sedang terjadi saat ini wilayah perbatasan Kab. Minahasa Utara
maka pelayanan perdagangan berskala regional juga direncanakan (Wori, Kima Bajo, Budo-Darunduno, dst)
pada kawasan reklamasi pantai yang memang telah tumbuh menjadi
kawasan CBD (Central Bussiness District) baru di Kota Manado. c. Jasa/Perdagangan skala sebagian kota atau lokal
Pengembangan pelayanan jasa perdagangan dengan skala sebagian
b. Jasa/Perdagangan skala kota kota atau lokal diarahkan pada kawasan yang direncanakan sebagai
Berdasarkan rencana sistem pusat pelayanan, maka untuk kawasan Pusat Pelayanan Sekunder atau berada di Kecamatan Sario,
yang diarahkan sebagai lokasi pengembangan pelayanan jasa Kecamatan Singkil, Kecamatan Wanea dan Kecamatan Tikala,
perdagangan berskala kota, selain kawasan pusat kota di Kecamatan Kecamatan Mapanget dan Kecamatan Bunaken.
Wenang dan pesisir pantai (daerah reklamasi), juga kawasan-  Kecamatan Sario :
kawasan yang diarahkan sebagai kawasan pusat pelayanan primer Persimpangan (simpang tiga) di dekat SPBU
yang direncanakan dikembangkan di Kecamatan Malalayang dan di Sario, tepatnya berada di Kelurahan Sario
Kecamatan Tuminting. Tumpaan dan Kleak. Pusat jasa perdagangan
 Kecamatan Malalayang : ini melayani seluruh kecamatan Sario sampai
Pusat pelayanan jasa perdagangan wilayah kampus- Tanjung Batu dan Bahu.
direncanakan pada kawasan koridor Bahu-
Malalayang, yang terpusat di Kawasan Kecamatan Singkil :
Terminal Malalayang melayani seluruh wilayah Berada di pertigaan Singkil-Wawonasa dan
Kecamatan Malalayang dan daerah perbatasan Boulevard Tahap II (pesisir pantai Sindulang),
Kalasey-Tateli-Bulo. merupakan pusat jasa dan bisnis melayani
seluruh Kecamatan Singkil sampai ke kawasan
Boulevard dan reklamasi Tahap II.

IV - 22
Kecamatan Wanea : pelayanan ini melayani seluruh Kecamatan
Pusat pelayanan jasa perdagangan dan wilayah kepulauan.
direncanakan pada kawasan Koridor Jalan 4.2.1.3 Industri
Sam Ratulangi yaitu dari bundaran Patung Kota Manado berkembang sebagai kota perdagangan dan jasa. Sektor
Sam Ratulangi sampai ke pertigaan jalan ekonomi ini memberi kontribusi hampir 50% dari PDRB Kota Manado.
masuk ke Stadion Klabat. Pusat pelayanan ini Perkembangan ini, umumnya akan mendorong pergeseran kegiatan
melayani seluruh Kecamatan Wanea, sampai industri ke luar wilayah kota.
Winangun dan perbatasan Pineleng dan
sekitarnya. Pola pengembangan dan pembangunan kawasan industri, direncanakan
 Kecamatan Tikala : dengan memperhatikan potensi dan daya dukung lahan serta rencana
Pusat pelayanan jasa dan perdagangan penggunaan lahan kota secara keseluruhan.
direncanakan pada kawasan sekitar bundaran
Patung Kuda dan kawasan sekitar pasar dan Pola pemanfaatan ruang dalam wilayah Kota Manado untuk
Terminal Paal 2, yang termasuk dalam wilayah pengembangan kawasan indsutri haruslah yang bersifat :
Kelurahan Paal 2 dan Perkamil, Taas dan  aman dari gangguan aktivitas lain maupun dari gangguan alam
seluruh wilayah Kecamatan Tikala. (bahaya bencana);
 Kecamatan Mapanget :  tidak memberikan ancaman terhadap degradasi lingkungan;
Pusat pelayanan jasa perdagangan  memiliki jalur transportasi/ sirkulasi yang baik;
direncanakan pada kawasan perbatasan  berpotensi untuk dikembangkan.
antara Kelurahan Kima Atas, Kelurahan
Bengkol dan Kelurahan Buha. Kawasan ini Dari dasar pertimbangan di atas, maka rencana pemanfaatan ruang kota
berada di sebelah barat dari bandara Sam untuk kawasan industri, yaitu :
Ratulangi yang juga diarahkan sebagai pusat  Kecamatan Malalayang yang diarahkan di Kelurahan Malalayang II
pengembangan perumahan dan permukiman yang berupa industri pergudangan;
baru.  Kecamatan Tuminting yang diarahkan dikembangkan di Kelurahan
 Kecamatan Bunaken : Maasing dan Bitung Karang Ria yang berupa aneka industri kecil;
Pusat pelayanan jasa perdagangan diarahkan  Kecamatan Tikala yang diarahkan dikembangkan pada setiap
pada kawasan Kelurahan Meras. Pusat kelurahan yang ada dengan jenis usaha yang berupa aneka industri

IV - 23
kecil, serta usaha pergudangan yang diarahkan dikembangkan di kawasan yang direncanakan sebagai kawasan terbangun yang
Kelurahan Kairagi I; baru.
 Kecamatan Sario dikembangkan pada setiap kelurahan dengan jenis  Untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan penggunaan lahan
usaha aneka industri; kota maka pembangunan sarana-sarana pendidikan dapat
 Kecamatan Mapanget yang berupa usaha aneka industri kecil dan dipadukan atau digabungkan beberapa sarana pendidikan
menengah yang diarahkan untuk dikembangkan di Kelurahan Pandu tersebut kedalam satu kompleks persekolahan.
dan Bengkol, serta usaha pergudangan yang diarahkan dikembangkan  Untuk memaksimalkan penggunaan lahan kota dan mencegah
di Kelurahan Mapanget Barat dan sekitar Ring road arah pintu keluar pembangunan sarana pendidikan yang berlebihan sebagai
Maumbi. jawaban terhadap kebutuhan pengembangan, maka perlu
diantisipasi dengan konsep-konsep intensifikasi mekanisme
4.2.1.4 Pelayanan Umum pendidikan dan pengajaran seperti pemberlakuan jam sekolah
a. Pendidikan pagi-siang dan siang-sore untuk meningkatkan kapasitas dan
Rencana pembangunan dan pengembangan di bidang pelayanan daya tampung dari suatu sekolah serta penambahan jumlah kelas
pendidikan diarahkan dengan memperhatikan kebutuhan dan rencana paralel.
pengembangan kependudukan sampai tahun 2016 serta rencana
sistem pusat pelayanan pendidikan.  Perguruan Tinggi
Pengembangan pelayanan pendidikan khususnya pendidikan tinggi di
Pelayanan pendidikan di Kota Manado sesuai dengan hasi kajian Kota Manado saat ini dirasakan telah berjalan dengan baik, ditandai
maka, terdapat beberapa arahan pengembangan, dimana faktor dengan daya tampung dan kapasitas perguruan tinggi melebihi dari
utama dalam penentuan dan penetapan arah pengembangan tersebut jumlah peminat, akan tetapi di lain pihak terdapat beberapa fakultas
adalah pencapaian dan lingkup pelayanan untuk memberikan (bidang keilmuan tertentu) yang peminatnya sangat kurang.
pelayanan pendidikan yang maksimal dan menyeluruh kepada seluruh
masyarakat kota. Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas maka Berdasarkan pada kondisi yang ada tersebut, sehingga
rencana pola pemanfaatan ruang kota untuk pengembangan sarana pengembangan pelayanan pendidikan tinggi diarahkan pada
pendidikan adalah sebagai berikut : pendidikan dengan bidang keilmuan baru yang disesuaikan dengan
 Rencana pengembangan sarana pendidikan diarahkan pada kondisi dan kebutuhan tenaga penggerak pembangunan di Kota
seluruh kawasan yang menjadi wilayah Kota Manado termasuk Manado. Selain itu, perlu dilakukan upaya-upaya pengembangan dan
pada kawasan-kawasan pinggiran (perbatasan) dan kawasan- peningkatan daya saing dari tiap perguruan tinggi baik swasta dan

IV - 24
negeri untuk bersaing dan berkompetisi meningkatkan mutu masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan tetapi tidak termasuk
pelayanannya. dalam wilayah Kota Manado.

Arahan lokasi untuk pengembangan pelayanan pendidikan tinggi


sesuai dengan rencana struktur sistem pusat pelayanan pendidikan  Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
diarahkan untuk dikembangkan pada semua kecamatan. Adapun Pengembangan pelayanan pendidikan SLTP diarahkan pada pelayanan
maksud dari arahan penentuan lokasi ini adalah untuk menciptakan yang maksimal dan ruang lingkupnya mencapai seluruh lapisan
pemerataan agar tidak terjadi penumpukan pelayanan pendidikan masyarakat sama dengan pelayanan pendidikan SLTA.
tinggi pada satu kawasan yang dapat berdampak pada masalah-
masalah sosial yang timbul dari aktivitas mahasiswa yang sering Dari hasil analisis dan kajian terhadap data dan proyeksi penduduk
terjadi. sampai dengan tahun 2016 dengan jumlah penduduk sebesar 521.308
jiwa membutuhkan 87 buah sarana SLTP. Kondisi eksisiting yang ada
 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) saat ini sebanyak 78 buah sarana SLTP sehingga dibutuhkan
Rencana pengembangan pelayanan pendidikan SLTA diarahkan pada pengembangan SLTP baru sebanyak 9 buah.
pelayanan yang maksimal dan ruang lingkupnya mencapai seluruh
lapisan masyarakat. Lokasi pembangunan dan pengembangan sarana pendidikan SLTP
pada umumnya diarahkan untuk dikembangkan di semua wilayah kota
Dari hasil analisis dan kajian terhadap data dan proyeksi penduduk dengan memperhatikan lokasi-lokasi pengembangan perumahan dan
sampai dengan tahun 2016 dengan jumlah penduduk sebesar 521.308 permukiman baru yang rencananya akan dikembangkan di Kecamatan
jiwa, maka dibutuhkan pengembangan SLTA baru sebanyak 16 buah. Mapanget, Kecamatan Malalayang, Kecamatan Tikala, Kecamatan
Untuk kondisi eksisting yang ada saat ini sebanyak 71 SLTA dengan Bunaken dan Kecamatan Wanea.
perincian 46 SMA dan 26 SMK.
 Sekolah Dasar (SD)
Lokasi pembangunan sarana pendidikan yang berupa SLTA baru Pengembangan pelayanan pendidikan SD diarahkan pada pelayanan
diarahkan untuk dikembangkan pada seluruh kawasan kota yang yang maksimal dan ruang lingkupnya mencapai seluruh lapisan
meliputi sembilan kecamatan. Hal penting yag perlu diperhatikan masyarakat sama dengan pelayanan pendidikan yang lainnya.
secara khusus adalah pengembangan pada kawasan-kawasan
pinggiran kota yang sekaligus dapat memberikan pelayanan kepada Hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam rencana pembangunan
dan pengembangan sarana pendidikan SD adalah pada faktor jarak

IV - 25
pelayanan dan radius pelayanan yang harus berada dekat dengan pendidikan TK memberikan dampak pada tidak terlayaninya seluruh
kawasan perumahan dan permukiman sekitar 1.000 meter. Dari hasil kawasan permukiman kota sehingga banyak anak-anak sekolah yang
kajian dan analisis data untuk kondisi eksisiting sebaran sarana memasuki pendidikan sekolah dasar tanpa melalui pendidikan awal di
pendidikan SD di Kota Manado telah berlangsung dengan baik hanya TK.
yang perlu diperhatikan adalah pada kawasan-kawasan pinggiran Kota
Manado. Dengan dasar pertimbangan tersebut maka arahan Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan
pengembangan dan pembangunan sarana pendidikan SD baru tetap dan pengembangan pelayanan pendidikan khususnya sarana
direncanakan untuk dikembangkan di seluruh wilayah Kota Manado. pendidikan TK adalah faktor jarak pelayanan dan radius pelayanan
yang hanya sekitar 500 meter.
Dari hasil analisis dan kajian terhadap data dan proyeksi penduduk
sampai dengan tahun 2016 dengan jumlah penduduk sebesar 521.308 Dengan dasar pertimbangan di atas, maka arahan pembangunan dan
jiwa membutuhkan 290 buah sarana SD. Kondisi eksisiting yang ada pengembangan sarana pendidikan TK direncanakan pada kawasan-
saat ini sebanyak 262 buah sarana SD sehingga dibutuhkan kawasan yang menjadi pusat pengembangan kawasan perumahan
pengembangan SD baru sebanyak 28 buah. dan permukiman atau dapat dilakukan pengembangan bersama-sama
 Taman Kanak-kanak (TK) dengan sarana pendidikan SD pada satu lokasi bersama.
Dari hasil analisis dan kajian terhadap data dan proyeksi penduduk
sampai dengan tahun 2016 dengan jumlah penduduk sebesar 521.308 b. Rekreasi dan Olah Raga
jiwa membutuhkan 522 buah sarana TK. Kondisi eksisiting yang ada Dari hasil kajian pada kondisi eksisting saat ini, sistem pusat pelayanan
saat ini sebanyak 129 buah sarana TK sehingga dibutuhkan dibidang keolahragaan terpusat pada kawasan selatan kota dengan fungsi
pengembangan TK baru sebanyak 393 buah. pelayanan berskala regional (Kompleks Gedung Olahraga KONI dan
Stadion Klabat).
Salah satu indikasi keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan
adalah pelayanan yang maksimal dan menyeluruh kepada seluruh Pengembangan pola pemanfaatan ruang wilayah untuk sarana rekreasi
lapisan masyarakat. Pelayanan pendidikan diberikan juga dengan tak dan olah raga direncanakan mengacu pada rencana pembagian wilayah
terkecuali kepada anak-anak pra sekolah atau yang berada pada usia kota kedalam delapan wilayah pengembangan dengan fungsinya masing-
persiapan memasuki sekolah dasar dengan tujuan memberikan masing. Selain itu pengembangan sarana rekreasi dan olah raga turut
pemahaman dan pengenalan awal terhadap kehidupan dunia dipadukan dengan pengembangan kawasan terbuka hijau.
pendidikan. Pada kenyataannya, kondisi tersebut tidak terjadi dan
berlangsung dengan baik di Kota Manado. Sangat minimnya sarana

IV - 26
 Untuk kawasan pusat kota (PK), pengembangannya diarahkan hanya o Untuk pengembagan wilayah kota (PWK) VI yang merupakan
untuk pelayanan yang bersifat rekreasi dan sekaligus dapat berfungsi wilayah Kecamatan Tikala arahan pengembangan sarana rekreasi
sebagai ruang terbuka kota (kawasan hijau), direncanakan dan olah raga pada wilayah Perkamil dan di sekitar daerah baru
dikembangkan di Taman Kesatuan Bangsa (TKB) dan ruang terbuka Ring road.
hijau disepanjang tepi pantai pelabuhan Kota Manado yang berada di o Untuk pengembangan wilayah kota (PWK) VII yang merupakan
Kelurahan Calaca. wilayah Kecamatan Mapanget arahan pengembangan sarana
 Untuk kawasan pusat pelayanan primer (PPP) pengembangan sarana rekreasi dan olah raga direncanakan akan dikembangkan disekitar
rekreasi dan olah raga diarahkan pada : jalan utama yang berada pada kawasan yang diarahkan untuk
o Pengembangan Wilayah Kota (PWK) II yang merupakan wilayah pengembangan kawasan perumahan dan permukiman baru,
Kecamatan Sario, arahan lokasi untuk sarana rekreasi dan olah tepatnya berada di Kelurahan Kima Atas.
raga direncanakan tetap pada fungsi yang sudah ada saat ini o Untuk pengembangan wilayah kota (PWK) VIII yang merupakan
yaitu di Kompleks Olah Raga Sario (kelurahan Sario). wilayah Kecamatan Bunaken arahan pengembangansarana
o Pengembangan Wilayah Kota (PWK) III yang merupakan wilayah rekreasi dan olahraga direncanakan akan dikembangkan di
Kecamatan Tuminting-Singkil, arahan lokasi untuk sarana Kelurahan Meras dengan ruang-ruang terbuka hijau pada
rekreasi dan olah raga direncanakan akan dikembangkan di beberapa lokasi pesisir pantai.
pinggiran jalan boulevard tahap II (beberapa lokasi di pesisir
pantai dan diantara Kelurahan Bitung Karang Ria dan Kelurahan c. Kesehatan
Maasing) yang sekaligus difungsikan sebagai ruang terbuka hijau. Rencana pengembangan dan pola pemanfaatan fasilitas kesehatan di Kota
 Kawasan dengan fungsi sebagai pusat pelayanan sekunder (PPS) dan Manado adalah sebagai berikut:
pusat pelayanan tersier (PPT) diarahkan untuk dikembangkan sarana
 Pengembangan fasilitas kesehatan baru di Pengembangan Wilayah
rekreasi dan olah raga yang berskala kawasan atau bagian kota.
Kota VII (Kecamatan Mapanget bagian barat, yang jauh dari
o Untuk pengembangan wilayah kota (PWK) IV yang merupakan
keberadaan bandar udara Sam Ratulangi) dan PWK VIII (Kecamatan
wilayah Kecamatan Malalayang arahan pengembangan sarana Bunaken).
rekreasi dan olah raga direncanakan akan dikembangkan di  Pengembangan sarana pengolah limbah (IPAL) pada tiap rumah sakit
lapangan Bantik. dan sarana kesehatan lainnya yang dinilai menimbulkan limbah yang
o Untuk pengembangan wilayah kota (PWK) V yang merupakan berbahaya bagi terjadinya degradasi lingkungan.
wilayah Kecamatan Wanea arahan pengembangan sarana
rekreasi dan olah raga direncanakan dikompleks Stadion Klabat.

IV - 27
 Merelokasi sarana-sarana kesehatan yang sudah tidak layak lagi dan keamanan serta pelayanannya yang maksimal kepada
karena berada pada kawasan yang padat aktivitas serta berada dalam masyarakat.
lingkungan perumahan yang padat.
c. Peribadatan Rencana pembangunan terminal baru diarahkan pada kawasan
Pada dasarnya pengembangan sarana peribadatan dilakukan secara yang menjadi pusat-pusat pelayanan atau pada kawasan-
merata di seluruh wilayah Kota Manado sebagai upaya untuk menciptakan kawasan pinggiran kota dekat dengan rencana pengembangan
kemudahan dan pelayanan yang maksimal dari sarana-sarana peribadatan jaringan-jaringan jalan baru, yaitu :
tersebut tanpa ada yang merasa keberatan.  Terminal Paal Dua direncanakan untuk dipindahkan ke
kawasan Liwas yang berjarak kurang lebih 1 Km dari jalan
d. Perkantoran ring road.
Arahan pola pemanfaatan ruang wilayah Kota Manado untuk fungsi  Terminal Tuminting direncanakan direlokasikan ke kawasan
perkantoran pemerintahan tetap diarahkan dengan mengacu kepada Kelurahan Meras.
rencana tata guna lahan eksisting, dimana berada pada kawasan Jalan 17  Terminal Karombasan direncanakan direlokasikan ke kawasan
Agustus. Sedangkan sarana perkantoran lain yang keberadaannya Kelurahan Winangun yang berada pada daerah pinggiran
tersebar di wilayah Kota Manado selama tidak menimbulkan permasalahan kota.
atau sebelum adanya rencana pembangunan gedung baru tetap
dipertahankan dengan melakukan perbaikan dan peningkatan kondisi fisk  Parkir
dan kualitas bangunan. Pengembangan parkir di Kota Manado memperhatikan :
 Kepadatan lalulintas : tidak diperkenankan parkir di tepi jalan
Apabila akan dilakukan pengembangan lahan perkantoran pemerintahan yang merupakan koridor-koridor utama di Kota Manado.
baru maka diarahkan untuk dikembangkan di kawasan Pengembangan  Ketersediaan lahan : pada kawasan perdagangan dan jasa
Wilayah Kota (PWK) VII yang merupakan wilayah Kecamatan Mapanget yang sudah tidak memiliki lahan yang cukup maka setiap
tepatnya berada di Kelurahan Paniki Bawah. pembangunan harus disertai dengan tempat parkir
(basement);
e. Transportasi  Gedung parkir : disiapkan pada kawasan dengan kepadatan
 Terminal bangunan dan ekonomi tinggi khususnya pada kawasan-
Rencana pengembangan terminal dilakukan dengan kawasan yang menjadi pusat-pusat pelayanan utama.
memperhatikan faktor efektif pergantian moda transport, sirkulasi
f. Taman Pekuburan

IV - 28
Pembangunan sarana dan prasarana pekuburan umum diarahkan pada Kota Manado masih memiliki potensi untuk pengembangan tanaman
setiap Wilayah Pengembangan Kota yang berada pada kawasan-kawasan lahan kering khususnya di daerah Kecamatan Mapanget. Dari data
pinggiran yang masih memiliki lahan yang cukup untuk dikembangkan yang ada, sekitar 72% lahan di Kota Manado digunakan untuk
TPU. pertanian/ perkebunan. Disisi lain, sekitar 5-8 % penduduk kota
Manado adalah petani (atau 5.570 Rumah Tangga Petani, RTP) namun
Jadi rencana pengembangan pekuburan umum di Kota Manado nantinya hanya 25% dari antaranya sebagai petani pemilik lahan dengan luas
berada di kawasan WPK IV (Malalayang), WPK V (Wanea), WPK VI pemilikan kecil, lainnya sebagai petani penggarap.
(Tikala), WPK VII (Mapanget), dan WPK VIII (Bunaken). Jadi ada 5 lokasi Pengembangan tanaman pertanian lahan kering bertujuan untuk :
pengembangan TPU, dimana 4 lokasi merupakan rencana pengembangan - memberikan kontribusi bagi keindahan kota Manado dalam
baru, sedangkan satu lokasi yaitu yang ada di WPK V (Wanea) tetap menunjang program pariwisata.
mempertahankan lokasi TPU yang sudah ada yaitu di Teling atau - meningkatkan produktivitas pertanian lahan kering yang
Pekuburan Teling di Jalan Tololiu-Supit. berkelanjutan tanpa mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya
alam dan lingkungan hidup,
g. TPA (Tempat Pembuangan Sampah Akhir) - meningkatkan produksi pertanian,
Tempat pembuangan sampah akhir (TPA) telah tersedia di Kelurahan - meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam,
Sumompo dengan sistem terbuka (open dumping sistem). Lokasi tersebut - meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat/petani,
sudah tidak mampu menampung lagi produksi sampah yang dihasilkan - meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
oleh keseluruhan sisa hasil aktivitas Kota Manado. Oleh karena itu, perlu - meningkatkan peluang ekspor.
penambahan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) ke wilayah lain dan
memperbaiki sistem pengelolaannya. Rencana pembangunan dan Secara umum, dengan mempertimbangkan iklim dan ketinggian
pengembangan lokasi TPA baru, disarankan agar sebelum kegiatan TPA tempat maka semua daerah dataran yang saat ini sedang ditanami
tersebut beroperasi, harus dilakukan kajian lingkungan sesuai Keputusan tanaman pangan dapat dikembangkan dengan tanaman pangan
Menteri Lingkungan Hidup No. Kep 17 Tahun 2001. Rencana lokasi seperti kedelai, kacang tanah, kacang hijau, padi, jagung dan umbi-
pengembangan TPA baru berada di kawasan Taas. umbian.

4.2.1.5 Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan, dan  Lahan Basah


Perikanan Usaha pertanian lahan basah yang ada di Kota Manado adalah
a. Pertanian Tanaman Pangan persawahan yang jumlahnya sangat terbatas, karena sebagian besar
 Lahan Kering telah mengalami perubahan fungsi menjadi kawasan terbangun.

IV - 29
Usaha pertanian lahan basah sebagian besar berada di Kecamatan
Mapanget.
c. Peternakan
Pengembangan pertanian tanaman pangan lahan basah di Kota Permasalahan yang menonjol dalam kegiatan peternakan adalah
Manado bertujuan untuk : lokasi peternakan yang berdekatan dengan pemukiman dan
- memberikan kontribusi bagi keindahan kota Manado dalam penanganan limbah yang kurang baik yang dapat menimbulkan
menunjang program pariwisata. pencemaran lingkungan hidup. Di samping itu, tidak adanya tempat
- meningkatkan produktivitas pertanian lahan basah yang penampungan dan pemotongan hewan khususnya ayam dan babi
berkelanjutan tanpa mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya yang pada umumnya hanya ditampung dan dipotong di rumah-rumah
alam dan lingkungan hidup, penduduk.
- meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, RPH Sapi dan Babi yang saat ini berada di Tikala perlu
- memenuhi kebutuhan lokal akan pangan khususnya beras, dipertimbangkan untuk segera ditutup. Lokasi tersebut tidak layak
- meningkatkan pendapatan masyarakat, secara lingkungan, mengingat letaknya berada di tengah-tengah
- menciptakan kesempatan kerja dan berusaha, pemukiman yang hanya berjarak < 100 m dari pemukiman terdekat
- meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (sesuai aturan minimal sekitar 1 (satu) km dari pemukiman). Untuk
itu perlu relokasi RPH ke arah pinggiran kota seperti di Kecamatan
b. Perkebunan Tuniminting atau di Kecamatan Mapanget. RPH Babi yang sudah
Pengembangan tanaman tahunan/perkebunan bertujuan untuk : diarahkan ke Taas namun belum beroperasi, dapat ditinjau lagi dari
- meningkatkan produktivitas tanaman tahunan/perkebunan yang segi kelayakan teknis dan lingkungan.
berkelanjutan tanpa mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya
alam dan lingkungan hidup, Tujuan/sasaran pengembangan sektor peternakan adalah
- meningkatkan produksi perkebunan, memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan peternakan
- meningkatkan sumber devisa negara, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Pengembangan
- meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam, peternakan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yaitu
- meningkatkan pendapatan masyarakat, protein hewani berupa daging dan telur.
- meningkatkan peluang ekspor,
- menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan kesempatan d. Perikanan dan Kelautan
berusaha bagi masyarakat. Berdasarkan uraian fakta dan analisa yang dipaparkan pada laporan
Perkebunan masyarakat tersebar di Kecamatan Mapanget. sebelumnya, maka dalam mewujudkan Visi Kota Manado sebagai kota

IV - 30
tujuan turis pada tahun 2010 sekaligus sebagai kota jasa dan
perdagangan, sudah tentu, rencana pengembangan sektor perikanan
dan kelautan harus disusun dalam rangka mewujudkan visi tersebut.

Pembangunan sektor ini harus berorientasi pada peningkatan


kesejahteraan nelayan dan masyarakat pada umumnya dengan suatu
sistim ekonomi wilayah berbasis perikanan dan kelautan melalui
beberapa rencana pola pemanfaatan ruang, diuraikan sebagai berikut:
 Peningkatan/perluasan daerah perlindungan laut khusus untuk
Bunaken, Manado Tua dan Siladen.
 Pengaturan zona alur laut untuk pelayaran rakyat, alur taksi laut
lokal, zona rekreasi pantai dan laut untuk masyrakat, daerah
perlindungan laut/taman laut kota, daerah konservasi hutan
bakau
 Penetapan lokasi diving baru di area reklamasi Manado.
 Pembangunan dan penetapan sentra budidaya laut dan air tawar.

Rencana kegiatan pembangunan infrastruktur dasar yang dapat menujang


kegiatan usaha perikanan, mencakup :
 Pembangunan/pengembangan pelabuhan funai serta area docking
di TPI Tumumpa.
 Pembangunan pabrik es mini, cold storage, serta instalasi air
bersih di pusat kegiatan nelayan (TPI, PPI dan pasar higienis).
 Pembangunan pusat pemasaran hasil laut yang memenuhi
standar sanitasi dan higienis seperti pasar higienis.
 Pembangunan dan penetapan sentra pengolahan tradisional,
khususnya untuk produk cakalang fufu dan bakasang.
 Pembangunan pusat pemasaran hasil laut yang memenuhi
standar sanitasi dan higienis seperti pasar seafood higienis.

IV - 31
Gambar 4.10

PETA Rencana Pengelolaan Kawasan Pesisir

IV - 32
keunikan masing-masing. Dengan mengacu pada Keppres No. 32 thn
4.2.2 Kawasan Lindung 1990, maka Kawasan lindung yang akan dimantapkan di wilayah Kota
Manado yang dinyatakan sebagai kawasan non budidaya adalah meliputi
Berdasarkan Kepres Nomor 32 Tahun 1990, Kawasan Lindung adalah
keempat kawasan yaitu :
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahnya;
lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan
a. Hutan lindung
dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan
b. Kawasan resapan air
berkelanjutan. Pemanfaatan ruang pada kawasan lindung akan
2. Kawasan perlindungan setempat;
diarahkan pada pemantapan terhadap kawasan yang berfungsi lindung.
a. Sempadan pantai
Kawasan lindung meliputi :
b. Sempadan sungai
1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya,
c. Kawasan sekitar mata air
2. Kawasan perlindungan setempat,
3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya;
3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, dan
a. Kawasan pantai berhutan bakau
4. Kawasan rawan bencana alam.
b. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
4. Kawasan rawan bencana alam;
Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya terdiri dari:
a. Kawasan rawan banjir
Kawasan hutan lindung, kawasan bergambut dan kawasan resapan air.
b. Longsor
c. Gempa bumi
Kawasan perlindungan setempat terdiri dari : sempadan pantai, sempadan
d. Gelombang pasang/tsunami
sungai, kawasan sekitar danau/waduk dan kawasan sekitar mata air.

Kawasan suaka alam dan cagar budaya terdiri dari : kawasan suaka alam,
kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan
bakau, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam dan
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

Pemantapan kawasan lindung sejalan dengan Keppres No. 32 thn 1990,


tentang pengelolaan kawasan lindung, dalam pelaksanaannya disesuaikan
dengan kondisi biogeofisik wilayah yang mempunyai karakteristik dan

IV - 33
Gambar 4.11

PETA Tata Guna Hutan Kesepakatan

IV - 34
b. Kawasan Resapan Air
4.2.2.1 Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Bagi Kawasan Di Kawasan resapan air adalah areal-areal lahan yang antara lain terdapat di
bawahnya bukit-bukit dan ruang terbuka hijau. Kawasan tersebut berfungsi sebagai
a. Hutan Lindung Gunung Tumpa penyimpan air, oleh karena itu strategi pemanfaatan dan pengelolaan
Gunung Tumpa terletak di sebelah utara dari wilayah kajian Kota Manado kawasan ini adalah pengendalian kegiatan budidaya dan penerapan sistem
dan secara administratif terletak pada 2 (dua) wilayah yaitu Kota Manado pengelolaan kawasan resapan air dengan membangun sistem resapan air
dan Minahasa Utara. Selain fungsinya sebagai pensuplai air bagi penduduk alternatif di kawasan yang telah terbangun.
Kota Manado dan beberapa desa di Kabupaten Minahasa Utara, juga
sebagai kawasan penyangga hutan dan kemungkinan meluasnya daerah Perlindungan terhadap kawasan resapan air bertujuan untuk memberikan
kritis serta menjaga kelestarian taman Nasional Bunaken. ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk
keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir,
Palenewen, dkk. (1994) melaporkan bahwa terinventarisasi 156 jenis baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.
pohon yang meliputi 88 genus, di antaranya jenis yang dilindungi dan
bersifat endemic seperti: Caryota sp, Livistonia rotundifolia, Pigafetta
Berdasarkan kondisi saat ini dan tujuan perlindungan yang ingin dicapai
filaris, Balanophora sp., Diospyros sp., Dilenia celebica dan Osmoxylon
maka disusun beberapa alternatif pengembangan kawasan resapan air
masarangense.
sebagai berikut :

- Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah, antara lain mempercepat


Luas Gunung Tumpa sekitar 215 Ha (Profil Lingkungan Kota Manado,
pemulihan kawasan resapan dengan penghijauan.
2001). Gunung Tumpa yang sangat potensial ini mendapat ancaman
- Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan
serius dengan adanya kegiatan-kegiatan antara lain perladangan liar,
resapan air.
pencurian kayu dan lain-lain menyebabkan merosotnya ketersediaan lahan
- Pemantapan kawasan resapan air, bila berada dalam kawasan hutan
hutan lindung di Gunung Tumpa.
dikembalikan fungsinya sebagai hutan lindung untuk menjamin
keberadaan kawasan hutan dan fungsi hutan.
Data peta penggunaan lahan BPN Tahun 2005 bahwa luas hutan lindung
Gunung Tumpa = 140,37 Ha ini berarti bahwa kurun waktu 4 (empat) - Mengembangkan hutan rakyat untuk menyediakan kebutuhan

tahun luas hutan lindung Gunung Tumpa telah berkurang sebesar 74,63 domestik akan kayu bangunan dan melakukan penghijauan dengan

Ha atau sebesar 34,71%. menanam jenis-jenis kayu hutan dan tanaman buah-buahan guna
mengendalikan erosi, memperbesar infiltrasi tanah dan mencegah
banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.

IV - 35
4.2.2.2 Kawasan Perlindungan Setempat  Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan
a. Sempadan Pantai sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter
Kawasan sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya  Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter sebagai berikut :
dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Bagian barat daerah survei - Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga)
berbatasan langsung dengan Laut Sulawesi. Oleh karena itu perlu meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10
ditetapkan kawasan sempadan pantai untuk melidungi wilayah pantai dari (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan
kegiatan yang menganggu kelestarian fungsi pantai. - Sungai kecil, yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran
sungai seluas kurang dari 500 (lima ratus) km 2, ditetapkan
sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai pada
b. Sempadan Sungai
waktu ditetapkan.
Sempadan sungai adalah kawasan yang sekurang-kuranganya 50 meter di
 Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan
kiri kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman dan sekitar 10-15
sebagai berikut :
meter di kiri kanan anak sungai yang berada di kawasan permukiman.
- Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga)
Perlindungan terhadap sempadan sungai bertujuan untuk melindungi
meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10
sungai dari kegiatan manusia antara lain buangan limbah yang dapat
(sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan
menyebabkan pencemaran sungai dan aktifitas lainnya yang dapat
- Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter
mengganggu dan merusak kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta
sampai dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan
mengamankan aliran sungai.
sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi
sungai pada waktu ditetapkan
Kawasan yang termasuk dalam kawasan lindung di daerah perencanaan
- Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua
merupakan kawasan perlindungan setempat sebagaimana yang diatur
puluh) meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30
dalam Kepres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
(tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu
Lindung, dan PERMEN PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan
ditetapkan.
Sungai, daerah manfaat sungai, daerah penguasaan sungai dan bekas
 Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis
sungai ditetapkan berdasarkan kondisi, lokasi dan hal-hal yang
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari
berpengaruh terhadap sungai pada saat ditetapkan yaitu:
tepi sungai dan berfungsi sebagai jalur hijau
 Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-
 Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan
kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul
jalan adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan, dengan ketentuan

IV - 36
konstruksi dan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian Perlindungan terhadap kawasan suaka alam dilakukan dengan tujuan
dan keamanan sungai serta bangunan sungai. untuk melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan
keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan

Perlindungan terhadap sempadan sungai bertujuan untuk melindungi pembangunan pada umumnya.

sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak


kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta a. Kawasan Cagar Budaya

mengamankan aliran sungai. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah tempat serta ruang
di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan

c. Kawasan Sekitar Mata Air dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk

Garis sempadan di kawasan sekitar mata air adalah ditetapkan sekurang- pengembangan ilmu pengetahuan. Perlindungan terhadap kawasan cagar

kurangnya 200 (dua ratus) meter di sekitar mata air. Perlindungan budaya dan ilmu pengetahuan dilakukan untuk melindungi kekayaan

terhadap kawasan mata air bertujuan untuk melindungi mata air dari budaya bangsa berupa peninggalan-peninggalan sejarah, bangunan

kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kuantitas air arkeologi dan monumen nasional, dan keragaman bentuk geologi, yang

kondisi fisik kawasan sekitarnya. berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuandari ancaman kepunahan
yang disebabkan oleh alam maupun manusia.

4.2.2.3 Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya


Di Kota Manado terdapat beberapa peninggalan bersejarah yang memiliki
a. Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam
nilai tinggi seperti Monumen Perang Dunia yang terdapat di Kompleks
Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di
Gereja Sentrum yang juga merupakan warisan peninggalan kolonial,
darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
Monumen pendaratan Batalyon H.V Worang yang ada di pusat kota,
pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.
gedung eks bioskop star di Jalan Sarapung yang merupakan bangunan
Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Perairan Propinsi Sulawesi Utara
kolonial klasik, bangunan eks bioskop benteng dan bangunan eks kantor
Skala 1 : 250.000 (Lampiran Keputusan Menteri Kehutanan dan
angkatan laut (juga eks gedung Parlemen Minahasa Tua) di Jalan Sam
Perkebunan Nomor 452/Kpts-II/99 tanggal 17 Juni 1999), kawasan suaka
Ratulangi yang bersebelahan dengan Gedung Juang, dan sebagainya.
alam dan pelestarian alam di Kota Manado adalah kawasan Taman
Pada umumnya objek-objek cagar budaya tersebut saat ini menjadi aset
Nasional Bunaken yang terdiri atas kawasan Pulau Manado Tua, Pulau
di sektor kepariwisataan.
Bunaken, Pulau Siladen dan sebagian wilayah pesisir pantai utara Kota
Manado.

IV - 37
4.2.2.4 Kawasan Rawan Bencana kawasan kepulauan yang berada di bagian barat wilayah Kota Manado
Dari hasil kajian, daerah ini sangat berpotensi terhadap bencana tanah yang berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi sangat rawan terhadap
longsor karena topografi daerah yang berbukit dan bergunung, gempa gelombang pasang.
bumi karena aktivitas pergerakan lempeng Laut Maluku dan Halmahera
yang menunjam ke arah barat di bawah busur Minahasa-Sangihe, juga Dari data yang ada, gempa dengan magnitude 4,0-5,0 SR terjadi
rawan terhadap terjadinya bahaya banjir karena terdapat beberapa sungai sebanyak 107 kali (36,03%), dengan magnitude 5,1-6,0 SR sebanyak 163
besar yang melintasi wilayah Kota Manado, serta rawan bencana tsunami kali (54,88%), 6,1-7.0 SR sebanyak 26 kali (8,75%), dan maginitude 7,1
karena berada ditepi pantai. sebanyak 1 kali (0,34%). Umumnya pusat gempa terletak di Laut Maluku.

Tabel 4.8
Dengan adanya beberapa daerah perencanaan termasuk dalam kawasan Gempabumi yang dirasakan di Daerah Sulawesi Utara
dan sekitarnya selang Tahun 1990-2005 (September)
rawan bencana, maka perlu dilakukan pemantapan kawasan rawan
bencana ini sebagai kawasan lindung yang bertujuan untuk melindungi Kekuatan Gempa (skala
Richter)
Tahun Jumlah
manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam 4,0-5,0
5,1- 6,1- 7,1-
6,0 7,0 8,0
maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. 1990 14 7 0 0 21
1991 9 1 1 0 11
1992 11 19 1 0 31
1993 4 21 3 0 28
a. Rawan Gempa dan Tsunami
1994 5 9 0 0 14
Daerah perencanaan diidentifikasi berpotensi tinggi/rawan gempa bumi. 1995 5 7 0 0 12
1996 0 6 2 0 8
Kegiatan penunjaman Lempeng Maluku ke arah barat di bawah busur 1997 3 7 2 0 12
1998 10 9 3 0 22
Sangihe yang masih aktif sampai sekarang dapat mengakibatkan 1999 2 11 4 0 17
2000 5 11 3 0 19
terjadinya gempa bumi tektonik. Demikian juga dengan aktivitas gunung 2001 4 11 4 0 19
berapi dapat menimbulkan gempa volkanik. Data gempa bumi yang 2002 10 11 0 1 22
2003 7 11 1 0 19
dirasakan di daerah Sulawesi Utara antara tahun 1990 dan September 2004 8 7 0 0 15
2005 10 15 2 0 27
2005 tercatat sebanyak 297 kali dengan kisaran magnitude 4,0-7,1 skala Jumlah 107 163 26 1 297
% 36.03 54.88 8.75 0.34 100
Richter (SR). Sumber: Stasiun Geofisika Manado, 2005.

Gempa dapat mengakibatkan gelombang pasang/tsunami yang


mengancam daerah pesisir pantai yang landai. Kota Manado termasuk
salah satu daerah yang rawan bencana gelombang pasang/tsunami karena
topografi sebagian besar daerah pesisir pantai relatif datar demikian juga

IV - 38
Gambar 4.12

PETA Penyebaran Pusat Gempa di Sulawesi Utara

IV - 39
b. Rawan Longsor
Di Kota Manado terdapat lahan dengan kemiringan lereng > 15%. Lokasi yang berpotensi untuk penambangan tanah urug (tanah untuk
Kedalaman tanah berkisar 10-25 cm dengan kandungan unsur hara yang reklamasi) juga berpotensi longsor, erosi dan sedimentasi di badan air
rendah. Vegetasi yang mendominasi adalah semak belukar, rumput dan (sungai) apabila penambangan tanah tidak disertai usaha pengelolaan
pada beberapa tempat berupa pertanian lahan kering atau kebun lingkungan.
campuran (NKLH Kota Manado, 2003).
Potensi penambangan tanah urug di Kota Manado adalah sebagai berikut:
Tingkat erosinya sedang sampai sangat berat, sehingga tidak produktif 1) Tikala baru volume tanah sekitar 5.124.000 m3
lagi untuk pengembangan pertanian tanaman semusim. Selain itu lahan 2) Kairagi Kecamatan Mapanget seluas 12. Ha, dengan volume +
ini rawan longsor, sehingga dapat diketegorikan sebagai lahan yang kritis. 36.000.000 m3
Daerah-daerah yang termasuk lokasi bahaya longsor seperti pada tabel di 3) Winangun Kecamatan Malalayang seluas 1,2 ha, volume tanah urug
bawah ini. + 6.112.000 m3.
(Sumber: NKLH Kota Manado, 2003)
Tabel 4.9
Lokasi Bahaya Rawan Longsor di Kota Manado

No Kecamatan Desa/Kelurahan Keterangan Lokasi penggalian tanah pada umumnya berstatus milik perorangan,
1. Bumi beringin Rawan-sangat rawan dimana penggalian/ penambangan tanah dilakukan dengan cara
2. Mahakeret barat Rawan-sangat rawan
1. Kec. Wenang 3. Mahakeret timur Rawan-sangat rawan
4. Teling bawah Rawan-sangat rawan
menggunakan alat-alat berat seperti excavator, louder, dan dum truck.
5. Tikala kumaraka Rawan-sangat rawan
1. Teling atas Rawan-sangat rawan Penambangan dilakukan dengan sistem penterasan atau tambang terbuka.
2. Ranotana weru Rawan-sangat rawan
2. Kec. Wanea 3. Karombasan Rawan-sangat rawan Mula-mula dibangun jalan tambang yang dapat dilalui kendaraan alat-alat
4. Bumi Nyiur Rawan-sangat rawan
5. Pakowa Rawan-sangat rawan berat, kemudian kegiatan penambangan dimulai dari elevasi tertinggi, dan
1. Kleak/Batu kota Rawan-sangat rawan
3. Kec. Malalayang
2. Malayang I barat Rawan-sangat rawan selanjutnya dibuat dalam bentuk terasering atau berbentuk seperti anak
3. Winangun I Rawan-sangat rawan
4. Winangun II Rawan-sangat rawan tangga (bertingkat), serta yang perlu digarisbawahi adalah pekerjaan
1. Kombos Rawan-sangat rawan
4. Kec. Singkil 2. Singkil Rawan-sangat rawan penambangan/penggalian ini tidak menggunakan bahan peledak.
3. Wawonasa Rawan-sangat rawan
5. Kec. Tuminting Tuminting Rawan-sangat rawan
Bantang Rawan-sangat rawan
6. Kec. Bunaken
Bailang Rawan-sangat rawan
1. Dendengan luar Rawan-sangat rawan
Penambangan/penggalian pasir juga dilakukan pada tempat-tempat yang
2. Kairagi weru Rawan-sangat rawan
3. Ranomuut Rawan-sangat rawan tersebar di sepanjang aliran sungai antara lain Sungai Tikala dan Sungai
7. Kec. Tikala 4. Malendeng Rawan-sangat rawan
5. Paal II Rawan-sangat rawan Tondano yang melintas di jembatan Mahakam. Produksi pasir + 10
6. Ranomuut Rawan-sangat rawan
7. Taas Rawan-sangat rawan m3/hari (Sumber: NKLH Kota Manado, 2003).
8. Kec. Mapanget Kairagi II Rawan-sangat rawan
Sumber Data : Pedoman Operasional RTRW Kota Manado Tahun 2000-2010.

IV - 40
Jika penambangan/ penggalian pasir di kawasan-kawasan tersebut di atas berbahaya, yaitu Sungai Bailang, Sungai Tondano, Sungai Sawangan/
tidak dihentikan atau tidak adanya upaya pengendalian dan pengelolaan Tikala dan Sungai Sario.
lingkungan, maka dapat menimbulkan bahaya erosi terhadap tebing
sungai. Selain daerah-daerah tersebut, ada juga daerah-daerah lain baik yang
berada di dataran rendah maupun dataran tinggi, penyebab utama
c. Rawan Banjir terjadinya banjir adalah karena adanya cekungan dan sistem drainase
Berdasarkan catatan pada stasiun AWLR (Automatic Water Level Recorder) yang dipenuhi lumpur dan sampah (limbah padat) sehingga saluran air
Kairagi antara tahun 1985 hingga tahun 1998 (14 tahun) menunjukkan tidak berfungsi maksimal.
puncak-puncak muka air maksimum harian terjadi di bulan Februari dan
Nopember. Daerah-daerah cekungan yang rawan banjir, diantaranya: Kompleks
Gereja Elim – Malalayang, Kompleks Lembah Sari - Winangun II,
Banjir sesaat yang pernah terjadi tercatat tertinggi sesaat antara tanggal Kompleks Stadion Klabat – Ranotana, Ranotana Weru, Kompleks
4-6 bulan Februari 1996 yaitu 5,6 m di stasiun AWLR Kairagi atau Perumahan Kejaksaan Tingkulu – Banjer- Tikala Baru- Bumi Nyiur,
Ketinggian + 7,04 meter dari permukaan laut. Luas genangan di Kota Kampung Loyang – Teling Bawah, Taas, Wawonasa, Tumumpa dan
Manado mencapai 761 Ha terutama daerah pemukiman di sekitar Tuminting.
bantaran sungai (Sub Dinas Pengairan, 2000).
Untuk kawasan yang sistem drainasenya tersumbat, diantaranya:
Berdasarkan data yang ada jika diasumsikan kejadian Februari 1996 Ranotana, Kompleks Sario, Pusat Kota, Kawasan Jalan Sam Ratulangi,
sebagai banjir periode ulang 100 tahun, maka muka air tertinggi sesaat Kompleks SD Don Bosco, Kawasan Tikala Kumaraka, Kawasan Patung
adalah 5,63 meter atau + 7,07 meter dari permukaan laut. Debit sesaat Walanda Maramis, Kompleks Teling Atas dan Kawasan Tingkulu.
yang dihasilkan pada muka air tersebut sebesar 437,58 m 3/det dan
kemungkinan besar banjir di daerah hilir lebih disebabkan kontribusi dari
anak-anak sungai Tondano.

Data dari Kantor BPLH (Balai Pengelola Lingkungan Hidup) dan Bidang
Program Pemerintah Kota Manado, menyebutkan di Kota Manado ada 21
lokasi yang rawan banjir, dimana daerah-daerah yang rawan banjir
tersebut berada di kawasan daerah aliran sungai (DAS) 4 sungai yang

IV - 41
Gambar 4.13

Peta Kawasan Banjir dan Jaringan Sungai

IV - 42
4.2.3 Kawasan Taman Nasional Bunaken (TNB)  Habitat mangrove dan padang lamun
Kawasan tertentu di Kota Manado adalah kawasan Taman Nasional Pencegah erosi garis pantai; kaya dengan berbagai jenis kepiting,
Bunaken (TNB). Status Taman Nasional Bunaken ditetapkan tahun 1991 umang, mollusca dan ikan-ikan muda; sebagai tempat ikan bertelur
luas total sekitar 3.452 ha berupa hutan mangrove, tersebar sekitar 1.435 dan berkembang, juga merupakan habitat bagi jenis duyung, penyu
ha di Pulau Mantehage, 267 ha di Molas - Wori, dan sisanya sekitar 931 ha laut dan burung laut.
di pantai selatan (Rap-rap, Sondaken dan Wawontulap).
 Habitat pantai pasir
Gambar 4.14 Dengan pantai pasir putih yang bertopografi landai; kaya dengan
Pulau Bunaken
kehidupan berbagai jenis umang, kepiting dan udang.

 Habitat terumbu karang


Hamparan terumbu karang ini, terutama yang terletak di perairan
Pulau Bunaken, lebarnya dapat mencapai 2,5 km. Yang sangat
spesifik adalah formasinya yang dimulai dengan karang datar di
kedalaman + 5 meter, kemudian membentuk bukit-bukit di bawah air,
sampai ke tebing vertikal ke bawah (drop off) yang ratusan meter
(underwater greatwalls). Di habitat ini, terutama pada tebing bawah
air, memiliki banyak sekali gua, ceruk dan rekahan yang tertutup
sponge beraneka warna, dan dihuni berbagai jenis vertebrata dan
Pulau invertebrata laut. Selain karang, terdapat pula biota laut lainnya
Bunaken seperti akar bahar, karang kipas, karang lunak, hydroid penyengat,
cacing laut, bintang laut, teripang. Habitat ini dihuni oleh beraneka
Sumber: Dewan Pengelola Taman Nasional Bunaken (DPTNB).
macam ikan yang jumlahnya mencapai lebih dari 2.000 jenis seperti

Taman Nasional ini memiliki potensi-potensi yang spesifik, sebagai jenis ikan Napoleon, dan jenis ikan purba yaitu Ikan Raja Laut

berikut: (Coellacanth) yang semula diperkirakan sudah punah, dan sejauh ini

 Potensi biologis daratan diketahui habitatnya hanya ada di perairan Kepulauan Grande

Kaya dengan berbagai jenis flora kelapa, palma, sagu, silar, dan Comorro dan Anjou di lepas pantai Afrika. Habitat terumbu karang

woka, dengan fauna spesifik, yaki (kera hitam Sulawesi) dan kuskus. merupakan zona wisata yang paling atraktif dan menarik.

IV - 43
 Habitat laut dalam
Salah satu keunikan lain Taman Nasional Bunaken adalah kedalaman
laut yang memisahkannya dengan dataran Sulawesi yang kedalamnya
dapat mencapai 1.000 meter. Kedalaman ini menjadi semacam barrier
yang mengurangi tingkat kerusakan Taman Nasional Bunaken sebagai
akibat pengotoran yang berasal dari daratan Kota Manado.

Gambar 4.15
Pulau Manado Tua Termasuk Dalam Kawasan TNB

Sumber: Dewan Pengelola Taman Nasional Bunaken (DPTNB).

IV - 44
Gambar 4.16

PETA Rencana Penggunaan Lahan/Pola


Pemanfaatan Ruang KOTA MANADO

IV - 45

Anda mungkin juga menyukai