Anda di halaman 1dari 27

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kota Medan sebagai Kota Metropolitan merupakan salah satu kota Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, dalam pengembangan
keruangan nasional perlu dipersiapkan untuk mampu memiliki daya saing dan keunggulan
serta mampu mendukung penciptaan penataan ruang dalam kerangka wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauan berciri Nusantara.
Penataan ruang Kota Medan sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut,
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, perlu
ditingkatkan upaya pengelolaanya secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna
dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang dapat wilayah
nasional dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum dan
keadilan sosial sesuai dengan landasan konstitusional Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


khususnya pasal 11 menyebutkan bahwa kewenangan penataan ruang di kabupaten/kota
menjadi wewenang pemerintahan kabupaten/kota. Setiap daerah Kabupaten/Kota perlu
menyusun Rencana Tata Ruang (selanjutnya ditulis RTR) sebagai arahan pelaksanaan
pembangunan. Hal ini sejalan dengan penerapan desentralisasi dan otonomi daerah
sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004.

Sesuai dengan tingkat kedalaman pembahasan materi, RTRW Kota dibedakan


dalam dua jenis rencana, yaitu : Rencana Umum dan Rencana Rinci yang terdiri dari
Rencana Detail dan Rencana Teknik dan bersifat operasional dan aplicable. Sejalan
dengan semakin pesatnya laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota Medan
serta sisi lain rencana kota yang dipakai selama ini berupa; Rencana Sub-Sub Wilayah
(RSSW) dengan tingkat kedalaman peta skala 1 : 5.000 (setara RDTR) sebagai rencana

BAB I - Pendahuluan
I-1
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

yang disahkan pada tahun 1979 sudah tidak relevan lagi digunakan sebagai pedoman
pembangunan terutama dalam perizinan mendirikan bangunan.

Selain itu, tahun 2006 telah disusun RTRW Kota Medan dan secara bersamaan
pada tahun 2008 juga dilakukan penyempurnaan berkaitan penyesuaian terhadap Undang-
Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. RTRW tersebut perlu dan harus
ditindaklanjuti oleh rencana lebih rinci sebagai panduan operasional pengendalian
pemanfaatan ruang. Karena itu, perlu dipersiapkan kerangka Rencana Rinci berupa
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Medan. Rencana Detail, merupakan pengaturan
yang memperlihatkan keterkaitan antar blok-blok penggunaan kawasan untuk menjada
keserasian pemanfaatan ruang dengan manajemen transportasi dan pelayanan utilitas kota.
Secara umum, RDTR Kota merupakan pemanfaatan ruang Bagian Wilayah Kota secara
terperinci yang disusun untuk penyiapan perwujduan ruang dalam rangka pelaksanaan
program-program pembangunan kota. Rencana ini menetapkan blok-blok peruntukan
dalam kawasan fungsional Kota sebagai penjabaran ‘kegiatan’ ke dalam wujud ruang
dengan memperhatikan keterkaitan antar kegiatan dalam kawasan fungsional agar tercipta
lingkungan yang harmonis antar kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.
Produk RDTR tersebut harus dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan
pembangunan daerah dan telah menjadi hasil kesepakatan semua stakeholders di daerah.
Namun dalam kenyataanya, ada kalanya produk RDTR belum sepenuhnya dapat
diimplementasikan dalam pelaksanan pembangunan sektoral dan pembangunan wilayah
karena beberapa faktor seperti :

1. Adanya perubahan kebijakan daerah yang sangat mendasar;

2. Proses penyusunanya tidak melalui prosedur dan komitmen yang lengkap;

3. Data dan informasi yang dipergunakan tidak lengkap;

4. Perumusan muatan rencana tidak sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku;

5. Produk rencana tata ruang belum disyahkan menjadi suatu peraturan yang mengikat
bagi seluruh pelaku pembangunan;

6. Produk rencana kurang operasional sebagi rujukan pengendalian pembangunan karena


tidak disertai dengan aturan pemanfaatan ruang yang lengkap, dsb.

Untuk dapat mengefektifkan pelaksanaan dan pengendalian pembangunan, RDTR


Kota Medan yang akan disusun ini, perlu didukung oleh pelaksanaan penyusunan yang taat

BAB I - Pendahuluan
I-2
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

azas dan tepat sasaran sehingga dapat digunakan sebagai alat operasional penataan ruang
tersebut. Untuk itu penyusunan RDTR ini diarahkan kepada pihak yang mampu menjamin
pemecahan 6 (enam) permasalahan di atas. Jangka waktu Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan perkotaan ini adalah 20 tahun dan dituangkan ke dalam peta rencana dengan
skala 1 : 5.000 atau lebih sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007.

Sebagai instansi teknis/Satuan Kerja Perangkat Daerah di bidang penataan ruang,


Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan pada tahun 2008 telah melaksanakan
penyusunan Rencan Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan terhadap 7 (tujug) wilayah
kecamatan di Kota Medan, dan pada tahun 2009 sebagai lanjutannya Pemerintah Kota
Medan akan melaksanakan kembali penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kecamatan, terhadap 14 (empat belas) wilayah kecamatan di lingkungan wilayah
administrasi Kota Medan. Produk ini diharapkan menjadi acuan bagi Pemerintah Kota
Medan dalam melaksanakan bidang penataan ruang dan menjadi alat pengendali untuk
pembangunan.

Pada tahun anggaran 2006, Pemerintah Kota Medan telah melakukan penyusunan
kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan untuk masa berlaku tahun 2006-2016.
Namun rencana tersebut disusun masih mengacu kepada UU No. 24 tahun 1992 tentang
Penataan Ruang. Dengan dikeluarkannya UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
yang baru sebagai pengganti UU No. 24 Tahun 1992, maka semua rencana tata ruang yang
telah disusun sebelum undang-undang tersebut dikeluarkan harus dilakukan penyesuaian
kembali. Dengan demikian maka secara bersamaan pada tahun 2008 ini juga dilakukan
penyempurnaan RTRW Kota Medan, yang berkaitan atas penyesuaian terhadap Undang-
undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Pelaksanaan penyempurnaan/penyesuaian RTRW Kota Medan tersebut perlu dan
harus ditindaklanjuti oleh penyusunan rencana lebih rinci sebagai panduan operasional
pengendalian pemanfaatan ruang. Sesuai dengan tingkat kedalaman pembahasan materi,
RTRW Kota dibedakan dalam tiga jenis rencana, yaitu: Rencana Umum, dan Rencana
Rinci yang terdiri Rencana Detail dan Rencana Teknik dan bersipat operasional dan
aplicable. Maka perlu dipersiapkan kerangka Rencana Rinci berupa Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kota Medan.

BAB I - Pendahuluan
I-3
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

1.1.1 Kondisi dan Permasalahan Penataan Ruang Kota Medan

Dengan adanya pengembangan wilayah kota Medan ada beberapa potensi yang bisa
diandalkan diantaranya sebagai berikut:

1. Lengkapnya fasilitas kesehatan, pendidikan maupun olahraga seperti adanya


Rumah Sakit Umum Pirngadi dengan Type Kelas A (Rumah Sakit Umum Pusat),
Rumah Sakit Jiwa, perguruan-perguruan tinggi yang sudah dikenal secara Nasional
seperti USU, IAIN, dan Dharma Agung serta Lapangan Sepak Bola bertaraf
Internasional, yaitu Stadion Teladan.

2. Sebuah Asrama Haji yang besar dan megah dengan pelayanan hajinya
setiap tahun sering mendapat penghargaan secara Nasional.

3. Adanya beberapa jenis terminal, antara lain Terminal Terpadu Amplas dan
Terminal Terpadu Pinang Baris sebagai terminal keluar masuknya mobil angkutan
penumpang antar kota dan antar propinsi ke Kota Medan.

4. Bandara Internasional Polonia sebagai Pelabuhan udara yang mampu


dilandasi jenis pesawat berbadan lebar seperti Air Bus dan mempunyai jalur
penerbangan ke berbagai daerah/Kota secara Regional maupun Internasional.

5. Stasiun Kereta Api Medan yang dikenal dengan "Stasiun Besar" sebagai
salah satu sarana transportasi darat antar kota dan antar daerah dari dan ke Kota Medan
dan bengkel khusus kereta api yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia Eksploitasi
Sumatera Utara (PT.KAI-ESU).

6. Pelabuhan Belawan yang merupakan pelabuhan primer yang berfungsi


untuk perdagangan internasional, regional, dan nasional. Pelabuhan Belawan ini
merupakan urat nadi perekonomian Sumatera Utara khususnya arus keluar masuk
barang dan penumpang melalui angkutan laut, sehingga Kota Medan dikenal dengan
pintu gerbang Indonesia bagian Barat.

7. Terminal Peti Kemas Konvensional Gabion Belawan yang merupakan pintu


gerbang ekspor dan impor barang Indonesia bagian Barat.

8. Kawasan Industri Medan (KIM) terletak di Kelurahan Mabar Kecamatan


Medan Deli dengan luas 514 Ha merupakan salah satu kawasan industri yang
menyiapkan fasilitas investasi yang relatif lengkap. Keberadaan KIM ini dapat
mendukung Kota Medan sebagai Kota Industri dan Jasa.

BAB I - Pendahuluan
I-4
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

9. Prospek baik dalam jenis usaha agroindustri karena tanahnya yang subur
serta lahan kosongnya yang masih luas serta potensial bagi para investor yang bergerak
dibidang Real Estate, disamping itu juga sangat berpotensi dibidang agrobisnis dan
pendidikan.

10. Produk Unggulan dari industri-industri rumah tangga, industri menengah


dan industri besar seperti Konveksi Pakaian Jadi, Roti Bika Ambon, Syrup marquisa,
Produksi Inti Sawit, dan Makanan Ternak.

11. Adanya Balai Pembibitan Pertanian yang terletak di Kecamatan Medan


Marelan dan Medan Johor.

12. Bangunan peninggalan sejarah kejayaan Kesultanan Deli masa dahulu, yaitu
Istana Maimun, Mesjid Raya dan Mesjid Labuhan yang terletak di Kelurahan Sukaraja,
Kecamatan Medan Maimun.

13. Objek wisata yang amat langka, yaitu penangkaran Buaya di Kelurahan
Asam Kumbang, Kecamatan Medan Sunggal.

14. Sebuah tempat rekreasi yang sedang dikembangkan, yaitu Danau Siombak,
merupakan Danau buatan yang indah, dengan luas areal 40 Hektare. Jaraknya 15 Km
dari Pusat Kota Medan.

Namun selain memiliki potensi pengembangan, Kota Medan juga memiliki


permasalahan di dalam pengembangannya. Beberapa permasalahan pengembangan Kota
Medan, dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Permasalahan internal penataan ruang di Kota Medan, meliputi :

 Produk perencanaan meliputi poduk RUTR Kota Medan 1995 – 2005 yang telah
berakhir dan terbitnya UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang serta produk
Rencana Sub-Sub Wilayah yang tidak dapat menampung perkembangan dan
pertumbuhan aktifitas sosial ekonomi yang cepat dan dinamis.

 Pemanfaatan dan pengelolaan rencana yang tidak diprioritaskan diterapkan atau


belum mampu diterapkan secara optimal.

 Rendahnya kualitas ini dapat disebabkan karena tidak diikutinya proses teknis dan
prosedur kelembagaan rencana tata ruang.

BAB I - Pendahuluan
I-5
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

 Terbatasnya pengertian dan komitmen aparat yang terkait dengan tugas penataan
ruang, fungsi dan kegunaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dalam pelaksanaan
pembangunan.

 Adanya perubahan atau pergeseran nilai/norma dan tuntutan hidup yang berlaku
dalam masyarakat.

 Lemahnya aparatur yang berwenang dealam bidang pengendalian pemanfaatan


ruang.

2. Permasalahan Pembangunan di Kota Medan terkait dengan Penataan Ruang


menurut RTRW Kota Medan adalah sebagai berikut :

(1) Bidang Fisik dan Prasarana

a. Penyebaran fungsi dan pusat-pusat yang belum merata, belum adanya integrasi
antara sistem transport dan tata guna lahan sehingga pusat-pusat kegiatan tidak
memiliki ruang untuk perpindahan moda transport dan sebaliknya terminal dan
titik-titik moda transport tidak ditetapkan sebagai pusat-pusat kegiatan kota.

b. Pengembangan Pusat-pusat kegiatan baru seperti Bandara Kwala Namu, CBD


Polonia, EPZ di Belawan, membutuhkkan pembangunan prasarana jalan dan
kereta api. CBD Polonia sebagai pusat perdagangan dan jasa berskala regional
dan internasional harus memiliki akses langsung jalan tol pusat kota dan kereta
api serta monorail atau subway untuk menghubungkannya dengan pusat-pusat
kegiatan kota yang lain dan membangun jalan arteri dan jalan lingkar.

c. Kota Medan sebagai kota yang menuju kepada Kota metropolitan memerlukan
transportasi massal, untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di Kota Medan.
Wacana tentang transportasi massal telah cukup lama bergulir. Salah satu studi
terakhir yang dilakukan oleh Depertemen Perhubungan Ditjend. Perkeretaapian
menyimpulkan bahwa kereta api komuter di Kawasan Mebidang layak untuk
dikembangkan. Dengan adanya potensi jalur kereta api yang telah ada dan
intergrasi denganmoda transportasi massal yang lain seperti monorail dan
busway. Selain optimalisasi transportasi massal, untuk penataan jaringan
transportasi juga perlu dilakukan penataan hirarki jalan Kota Medan yang
terintegrasi dengan hirarki jalan kawasan metropolitan Mebidang.

BAB I - Pendahuluan
I-6
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

d. Dalam bidang utilitas, yang menjadi isu pokok adalah :

 Krisis energi listrik, untuk itu selain perlu penambahan pembangkit tenaga
listrik juga perlu direncanakan kota yang hemat energi dengan
menumpukan moda pergerakan menggunakan transportasi massal dan
pejalan kaki serta bangunan hemat energi.

 Untuk masalah limbah, perlu segera dioptimalisasi pengolahan limbah kota


yang telah ada serta mengendalian limbah industri dan domestik yang
langsung mencemari Sungai Deli dan Sungai Babura serta sungai-sungai di
Kota Medan dan sekitarnya.
 Persampahan juga akan merupakan masalah serius dalm jangka panjang,
oleh karena itu perlu dibuka wacana baru dan inovasi untuk penanganan
sampah antara lain pengolahan sampah menjadi energi listrik atau bahan-
bahan daur ulang.

e. Keterbatasan ruang terbuka hijau baik berupa :

 RTH Publik seperti taman, lapangan olahraga, hutan kota, taman tempat
bermain, RTH yang bersatu dengan fasilitas (konsep KDB), jalur hijau
(daerah industri, jalur kereta api, gas, kuburan, dll) dan RTH privat;

 RTH konservasi (lindung) di Kota Medan berupa daerah resapan, sempadan


sungai, sempadan pantai, kawasan hutan mangrove, dll.

f. Sistem rencana penyediaan fasilitas yang tidak diikuti oleh pengelolaan dan
pemanfaatan perencanaan. Kebutuhan fasilitas tidak dijadikan acuan dalam
penyediaan di lapangan akibatnya minimnya kualitas dan fasilitas yang ada,
misal sekolah-sekolah negeri baru yang jarang bertambah juga fasilitas
kelengkapan dan mutu pendidikan yang rendah mengakibatkan biaya
pendidikan tinggi karena masyarakat yang mampu beralih ke swasta, bagi yang
tidak mampu sering tidak tertampung di sekolah negeri banyak yang tidak
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

g. Mahalnya harga tanah dan pembangunan rumah vertikal yang belum


membudaya seperti apartemen, kondominium atau flat (rumah susun)
menyebabkan penduduk banyak yang bermigrasi ke daerah pinggiran atau ke

BAB I - Pendahuluan
I-7
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

lokasi-lokasi dengan harga tanah yang masih murah menyebabkan pemborosan


waktu, biaya dan tenaga yang mahal.

h. Keberadaan Bandara Polonia yang akan dipindahkan akan memacu


pembangunan fisik di kawasan tersebut khususnya dan Kota Medan umumnya
karena akan diikuti oleh gedung-gedung pencakar langit hal ini harus diimbangi
dengan perencanan kawasan eks Bandara Polonia dengan rencana tiga dimensi
sampai ke blok plan dan review rencana penyediaan luasan dan lebar jalan kota
akibat gedung-gedung pencakar langit.

i. Kawasan pinggiran yang kumuh seperti Kawasan Belawan dan kawasan-


kawasan kumuh lainnya di Kota Medan yang perlu peremajaan atau Kawasan
Utara umumnya karena menghadapi masalah lingkungan perlu perencanaan
untuk Kawasan Utara sampai tiga dimensi karena Kawasan Utara direncanakan
sebagai salah satu pusat pertumbuhan dan sebagai kawasan industri.

j. Tidak adanya acuan arsitektur Kota Medan yang khas yang harus diikuti
sehingga arsitektur yang khas di Kota Medan tidak ditemukan.

(2) Bidang Ekonomi

Dalam bidang ini, masalah dan tantangan yang dihadapi masih bersifat klasik yaitu
pengangguran dan kemiskinan. Walaupun terjadi penurunan angka pengangguran
terbuka, kemiskinan, perubahan struktur pasar yang lebih modern, dan distribusi
kegiatan sosial ekonomi lebih luas selama lima tahun terakhir, namun hal ini tetap
menjadi masalah dan tantangan pembangunan kota. Oleh sebab itu kebijakan dan
program pembangunan kota pada masa yang akan datang, haruslah merupakan
bagian penting dari upaya menciptakan lapangan kerja, sehingga mampu
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.

(3) Bidang Sosial Budaya

Dalam bidang ini, masalah dan tantangan pokok yang memerlukan perhatian dan
solusi adalah akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan, serta
secara bersamaan terus memperbaiki manajemen dan meningkatkan mutu
pelayanan dasar yang disediakan. Selain bidang kesehatan dan pendidikan, masalah
dan tantangan di bidang sosial budaya adalah kenakalan remaja, tindak kriminal,

BAB I - Pendahuluan
I-8
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

anak jalanan, kawasan kumuh, dan kurangnya pembinaan kekayaan seni budaya
lokal.

1.1.2 Amanah Undang-Undang Penataan Ruang

Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 tahun 2007 sebagai


pengganti Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992, membawa perubahan yang cukup
mendasar bagi pelaksanaan kegiatan penataan ruang, salah satunya pada aspek
pengendalian pemanfaatan ruang, selain pemberian insentif dan disinsentif juga pemberian
sanksi yang merupakan salah satu upaya sebagai perangkat tindakan penertiban atas
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.
Perubahan mendasar juga terjadi pada jangka waktu perencanaan, yaitu dari semula 10
(sepuluh) tahun berubah menjadi 20 (dua puluh) tahun. Dengan berlakunya Undang-
Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka semua Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota harus disusun atau
disesuaikan kembali paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak undang-undang tersebut
diberlakukan.

Menurut Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang khususnya


pasal 11 bahwa kewenangan penataan ruang di Kabupaten/Kota menjadi wewenang
Pemerintah Kabupaten/Kota. Setiap daerah Kabupaten/Kota perlu menyusun Rencana Tata
Ruang (RTR) sebagai arahan pelaksanaan pembangunan. Hal ini sejalan dengan penerapan
desentralisasi dan otonomi daerah sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah. Karena itu, Pemerintah Daerah adalah pelaksana
utama pembangunan, termasuk melaksanakan penataan ruang kota.

Pada pasal 14 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
dinyatakan bahwa perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan Rencana Umum
Tata Ruang dan Rencana Rinci Tata Ruang. Rencana Umum, secara hirarkisnya, bisa
berupa:
• Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
• Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi,
• Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten atau Kota.

Sedangkan rencana rinci tata ruang, merupakan penjabaran dari rencana umum tata
ruang di atas, yaitu terdiri dari :

BAB I - Pendahuluan
I-9
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

 Rencana Tata Ruang Pulau atau Kepulauan dan Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Nasional;
 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi;
 Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota dan Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Kabupaten/Kota.
Rencana Detail Tata Ruang yang disusun merupakan dasar bagi penyusunan
peraturan zonasi. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan
peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona
pemanfaatan ruang. Peraturan zonasi ditetapkan dengan:

a. Peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional

b. peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi; dan

c. peraturan daerah kabupaten/kota untuk peraturan zonasi.

Untuk lebih jelasnya mengenai kedudukan RDTR dalam hirarki perencanaan tata
ruang kota dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1
Kedudukan RDTR Kota dalam Hirarki Perencanaan Tata Ruang Kota

BAB I - Pendahuluan
I - 10
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

1.1.3 Kebutuhan Rencana Detail di Kecamatan Medan Tuntungan

Perkembangan fisik pada wilayah Kecamatan Medan Tuntungan terjadi secara


signifkan sejak tahun 1980-an yang diawali pembangunan jaringan jalan kota yang
melewatinya dan pembangunan kawasan perumahan di sekitar kawasan jalan tersebut.
Perkembangan fisik kawasan mewujudkan peningkatan kegiatan perekonomian kawasan
yang merupakan indikator perkembangan kualitas dan kuantitas kesejahteraan masyarakat
kota dan kawasan tersebut.

Pembangunan pada kawasan tersebut menyebabkan perubahan stuktur ruang


kawasan hingga di tingkat lingkungan serta menciptakan pergeseran pola ruang cukup
pesat dan tidak terkendali yang menyebabkan berbagai permasalahan. Perkembangan di
Kecamatan Medan Tuntungan memerlukan penyesuaian dan pengendalian terhadap
perubahan fisik yang terjadi maupun yang diperkirakan terjadi terutama pada kawasan
yang cepat berkembang seperti kawasan sekitar jalan lingkar luar, kawasan koridor Jalan
Setia Budi, kawasan yang berdekatan dengan lokasi rencana pengembangan Polonia
sebagai Pusat Primer Kota,

Untuk mengantisipasi berbagai permasalahan tersebut, maka Pemerintah Kota


Medan melalui Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan, sebagai Instansi
Teknis/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dibidang penataan ruang pada tahun
anggaran 2009 ini, akan melaksanakan kegiatan “Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
Kecamatan Medan Tuntungan”. Produk ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi
Pemerintah Kota Medan dalam melaksanakan bidang penataan ruang dan menjadi alat arah
pembangunan fisik yang dilakukan Pemerintah Kota dan alat pengendali untuk
pembangunan kota khususnya dalam perizinan pembangunan.

1.2 PENGERTIAN RDTR

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) mempunyai wilayah perencanaan mencakup


sebagian atau seluruh wilayah administrasi kota yang dapat merupakan satu atau beberapa
kawasan tertentu dalam peta rencana skala 1 : 5.000 dengan penggambaran geometrik yang
dibantu dengan titik-titik kendali. Rencana ini memuat rumusan kebijaksanaan
pemanfaatan ruang kota yang disusun dan ditetapkan untuk menyiapkan perwujudan
ruang-ruang bagian wilayah kota dalam rangka pelaksanaan program dan pengendalian

BAB I - Pendahuluan
I - 11
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

pembangunan kota baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat dalam jangka
panjang maupun menengah. Rencana detail tata ruang kota memuat hal-hal berikut:

1. Kebijaksanaan Pengembangan Penduduk: Arahan distribusi penduduk menurut blok-


blok peruntukan sampai akhir tahun perencanaan

2. Rencana Struktur Kota, mencakup pelayanan kegiatan kota yang berupa arahan
hubungan tata jenjang antar fungsi pelayanan lingkungan dalam wilayah perencanaan.

3. Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Kota: mencakup arahan hubungan tata jenjang
antara fungsi-fungsi pelayanan lingkungan dalam wilayah perencanaan.

4. Rencana Sistem Jaringan Pergerakan: Arahan pola jaringan pergerakan seluruh sistem
jariangan jalan atau sistem jaringan jalan primer dan sekunder, maupun alur pelayaran.

5. Rencana Pemanfatan Ruang: Arahan pemanfaatan ruang ditinjau dari peruntukan ruang
dan besaran ruang dalam wilayah perencanaan untuk setiap blok peruntukan.

6. Rencana Sistem Jaringan Utilitas: Identifikasi sumber-sumber daya air dan energi serta
arahan pola jaringan primer, sekunder dan tersier untuk sistem jaringan seperti jaringan
air bersih, telepon, listrik, air limbah dan air hujan serta pengelolaan sampah.

7. Rencana Kepadatan Bangunan: Arahan perbandingan luas lahan yang tertutup


bangunan dan atau bangunan-bangunan yang terletak dalam tiap petak peruntukan
dengan luas lahan petak peruntukannya dalam tiap blok peruntukan.

8. Rencana Ketinggian Bangunan: Arahan ketinggian maksimum bangunan atau


maksimum dan minimum bangunan dan bangun-bangunan untuk setiap blok
peruntukan.

9. Rencana Perpetakan Bangunan, berkaitan dengan petak-petak peruntukan bangunan


yang terdapat pada masing-masing blok peruntukan dalam wilayah perencanaan.

10. Rencana Garis Sempadan: Penetapan garis sempadan bangunan untuk setiap blok
peruntukan, ditetapkan berdasarkan pertimbangan keamanan, keselamatan dan
kesehatan. Garis sempadan ini terbagi dalam garis sempadan muka bangunan samping
bangunan atau belakang bangunan serta garis sempadan pagar.

11. Rencana Penanganan Bangunan: Arahan jenis-jenis penanganan bangunan, jaringan


pergerakan dan utiitas dalam wilayah perencanaan yang terdiri dari pembangunan baru,
peningkatan, perbaikan, pembaharuan, pemugaran dan perlindungan.

BAB I - Pendahuluan
I - 12
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

12. Rencana tahapan pelaksanaan pembangunan bagian wilayah kota: mencakup arahan
tahapan pelaksanaan dalam pengendalian peruntukan pelaksanaan program proyek.

13. Pengelolaan penanganan lingkungan: Mencakup arahan jenis-jenis penanganan


lingkungan dalam bagian-bagian wilayah kota yang terdiri dari: peningkatan,
perbaikan, pembaharuan, pemugaran, peremajaan, perlindungan lingkungan dan
manajemen pertanahan serta arahan pengoperasian aparat pelaksanaan dan pengendali
RDTR pada tingkat pemerintah wilayah kecamatan.

1.2.1 Pengertian Tata Ruang

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan merupakan penjabaran dari


Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten ke dalam rencana pemanfaatan
ruang Kawasan Perkotaan. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan adalah
pemanfaatan Ruang Bagian Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan secara Terperinci yang
disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program-program
pembangunan perkotaan.

Rencana Detail Kawasan Perkotaan juga merupakan rencana yang menetapkan


blok-blok peruntukkan pada kawasan fungsional perkotaan, sebagai penjabaran kegiatan ke
dalam wujud ruang, dengan memperhatikan keterkaitan antara kegiatan dalam kawasan
fungsional, agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan
penunjang dalam kawasan fungsional tersebut. Jangka waktu Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Perkotaan ini adalah 20 tahun dan dituangkan ke dalam peta rencana dengan
skala 1 : 5.000 atau lebih.

Adapun beberapa pengertian dasar dari tata ruang yaitu :


1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara
sebagai suatu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan
melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya;
2. Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan
maupun tidak;
3. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang;
4. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional;

BAB I - Pendahuluan
I - 13
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

5. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budi daya;
6. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan;
7. Kawasan budi daya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya buatan;
8. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung
baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal/ lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan;
9. Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi;
10. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan
dan distribusi jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi;
11. Kawasan tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai
strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan;
12. Masyarakat adalah orang seorang, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat,
adat atau badan hukum.
13. Peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas
kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat untuk berminat dan bergerak
dalam penyelenggaraan penataan ruang.
14. Izin Lokasi (IL) adalah izin yang diberikan kepada badan usaha pembangunan
perumahan dan permukiman atau kelompok masyarakat untuk memperoleh dan
memanfaatkan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah.
15. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah penataan bangunan
perumahan dan permukiman yang tepat sesuai dengan peraturan bangunan yang telah
disahkan dan diberikan izin perencanaannya kepada badan usaha pembangunan

BAB I - Pendahuluan
I - 14
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

perumahan dan permukiman atau masyarakat dalam rangka memanfaatkan tanah


untuk pembangunan perumahan dan permukiman.
16. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah izin yang diberikan untuk mendirikan
bangunan rumah secara fisik berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun
1963 dan yang telah memperoleh izin perencanaannya.
17. Hak atas ruang adalah hak-hak yang diberikan atas pemanfaatan ruang daratan, ruang
lautan dan ruang udara.
18. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan.
19. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi.
20. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk
mewujudkan visi dan misi.
21. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk
mencapai tujuan.
22. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan
serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan
oleh instansi pemerintah.

1.2.2 Azas dan Tujuan Penataan Ruang

Dalam Kerangka Negara Kesatuan Repuplik Indonesia, penataan ruang


diselenggarakan berdasarkan azas:
1. Keterpaduan
2. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
3. Keberlanjutan
4. Keberdayagunaan dan keberhasilan
5. Ketebukaan
6. Keterbukaan
7. Kebersamaan dan kemitraan
8. Perlindungan kepentingan umum

BAB I - Pendahuluan
I - 15
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

9. Kepastian hukum dan keadilan


10. Akuntabilitas

Adapun tujuan penataan ruang berdasar UU No.26 Tahun 2007 adalah


mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Tujuan inilah yang menjadi
visi penataan ruang sekaligus visi dalam setiap penyusunan rencana tata ruang di
Indonesia. Adapun makna dari tujuan tersebut antara lain :

• Aman : masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupannya kesehariannya


dengan terlindungi dari berbagai ancaman.

• Nyaman : memberi kesempatan yang luas bagi seluruh masyarakat untuk


mengartikulasikan nilai-nilai sosial dan budaya serta fungsinya sebagai
manusia dalam suasana yang tenang dan damai.

• Produktif : proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien sehingga mampu
memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat
sekaligus meningkatkan daya saing.

• Berkelanjutan :Kualitas lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan,


tidak hanya untuk kepentingan generasi saat ini, namun juga generasi
yang akan datang.

Adapun tujuan pelaksanaan penyusunan RDTR ini mengacu pada tujuan umum
penataan ruang sebagaimana tercantum dalam UU. No. 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, yaitu :

1. Mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional sesuai karakter dan
kekuatan lokal, dengan:

a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap


lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

BAB I - Pendahuluan
I - 16
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

2. Memberikan terjemahan secara lebih rinci/detail kebijakan RTRW Kota Medan


sebagai landasan operasional pembangunan dan komponen fisik perwujudan kebijakan
visi dan misi Kota Medan.

1.2.3 Pemahaman Tentang Rencana Detail

Dasar hukum pedoman penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan


Perkotaan yang masih berlaku adalah Kepmen. Kimpraswil No. 327/KPTS/2002 tentang
Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang pada lampiran V (Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan). Diuraikan bahwa RDTR Kawasan
Perkotaan sebagai pedoman untuk:

 Pemberian advis planning

 Pengaturan bangunan setempat

 Penyusunan rencana teknis ruang kawasan perkotaan atau rencana tata bangunan
dan lingkungan

 Pelaksanaan program pembangunan

Adapun muatan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, meliputi:

1. Tujuan pengembangan kawasan fungsional perkotaan;


Tujuan pengembangan kawasan fungsional perkotaan dirumuskan sesuai dengan
permasalahan dan arahan kebijakan berdasarkan urgensi/keterdesakan penanganan
kawasan tersebut.

2. Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan, meliputi:

a. Struktur pemanfaatan ruang, yang meliputi distribusi penduduk, struktur pelayanan


kegiatan kawasan perkotaan, sistem jaringan pergerakan, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan energi, dan sistem prasarana pengelolaan
lingkungan;

b. Pola pemanfaatan ruang, yang meliputi pengembangan kawasan fungsional


(kawasan permukiman, perdagangan, jasa, pemerintahan, pariwisata,
perindustrian) dalam blok-blok peruntukan.

3. Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan fungsional perkotaan meliputi:

a. Arahan kepadatan bangunan (net density/KDB) untuk setiap blok peruntukan;

BAB I - Pendahuluan
I - 17
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

b. Arahan ketinggian bangunan (maximum height/KLB) untuk setiap blok peruntukan;

c. Arahan garis sempadan bangunan untuk setiap blok peruntukan;

d. Rencana penanganan lingkungan blok peruntukan;

e. Rencana penanganan jaringan prasarana dan sarana.

4. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang kawasan fungsional perkotaan.

Dalam penyusunan dan penetapan rencana tata ruang, ditempuh langkah-langkah


penentuan kawasan perencanaan, identifikasi potensi dan masalah pembangunan,
perumusan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, dan penetapan Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan Perkotaan.

a. Penentuan kawasan perencanaan perkotaan;

Dalam menentukan kawasan perencanaan perkotaan dilakukan berdasarkan tingkat


urgensi/prioritas/keterdesakan penanganan kawasan tersebut di dalam konstelasi
Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan.

b. Identifikasi permasalahan pembangunan dan perwujudan ruang kawasan :

 Analisis yang didasarkan atas tuntutan pelaksanaan pembangunan suatu kegiatan


perkotaan yang selanjutnya didukung keputusan strategis dari pemerintah daerah
setempat untuk pengembangannya;

 Terdapat suatu permasalahan dalam perwujudan ruang kawasan seperti masalah


rumah kumuh, urban heritage, kota tepi air, dsb.

5. Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan;

Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan didasarkan atas hasil analisis


kependudukan, sektor/kegiatan potensial, daya dukung lingkungan, kebutuhan
prasarana dan sarana lingkungan, sasaran pembangunan kawasan yang hendak dicapai,
dan pertimbangan efisiensi pelayanan

Perkiraan kebutuhan tersebut mencakup:


 Perkiraan kebutuhan pengembangan kependudukan;
 Perkiraan kebutuhan pengembangan ekonomi perkotaan;
 Perkiraan kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi perkotaan;
 Perkiraan kebutuhan pengembangan lahan perkotaan;

BAB I - Pendahuluan
I - 18
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

- kebutuhan ekstensifikasi;
- kebutuhan intensifikasi;
- perkiraan ketersediaan lahan bagi pengembangan.
 Perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan.

6. Perumusan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan

Perumusan ini berdasarkan pada perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan dan


pemanfaatan ruang.

7. Penetapan rencana tata ruang

Untuk mengoperasionalisasikan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, perlu


adanya suatu upaya penetapan rencana tata ruang dalam bentuk Surat Keputusan
Walikota/Bupati dalam hal Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan sebagai
penjabaran RTRW Kota/Kabupaten.

Dalam hal terjadi perubahan fungsi kawasan sebagai akibat dari dinamika
perkembangan perkotaan yang cukup tinggi, maka Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Perkotaan yang bersangkutan ditetapkan dengan persetujuan DPRD dalam
bentuk Peraturan Daerah. Hal ini selanjutnya menjadi masukan bagi peninjauan
kembali dan penyempurnaan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota/Kabupaten.

1.3 MAKSUD TUJUAN DAN SASARAN PENYUSUNAN

Maksud dari penyelenggaraan kegiatan ini adalah : menyusun acuan operasional


pelaksanaan pembangunan yang meliputi pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Adapun hasil yang hendak dicapai adalah penyusunan Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) Kota Medan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku
sehingga dapat digunakan sebagai arahan praktis dalam penataan ruang, terutama dalam
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Tujuan pelaksanaan penyusunan RDTR ini mengacu pada tujuan umum penataan
ruang sebagaimana tercantum dalam UU. No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
yaitu :

1. Sebagai pedoman operasional bagi Pemerintah Kota Medan dalam pelaksanaan,


pengawasan dan pengendalian pembangunan yang dalam praktek sehari-hari

BAB I - Pendahuluan
I - 19
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

merupakan kegiatan pelayanan masyarakat seperti Keterangan Rencana Peruntukan


(advis planning) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Dimana peraturan perizinan
tersebut akan mengikat sehubungan dengan usaha-usaha penertiban terhadap
pelanggaran yang terjadi dalam pembangunan fisik kota.

2. Sebagai pedoman bagi Pemerintah Kota Medan/Kecamatan dalam mendistribusikan


kegiatan, penduduk dan tenaga kerja sehingga tercapai pemanfaatan ruang secara
optimal, nyaman, sehat, aman dan tertib.

3. Sebagai dasar bagi Pemerintah Kota Medan untuk menyusun program dan proyek
pembangunan unsur-unsur kota terutama yang erat kaitannya dengan sistem prasaran
dan sarana yang bersifat strategis. Dengan kata lain, Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) bertujuan menjadi landasan penyusunan Rencana Teknik Ruang Kota
(RTRK).

Sasaran dari penyelenggaraan kegiatan adalah sasaran-sasaran penting penyusunan


Rencana Detail Tata Ruang (RTDR) Kecamatan di Kota Medan guna mencapai tujuan di
atas di arahkan kepada :

1. Tersusunnya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Medan yang sesuai prosedur
dan komponen berdasarkan ketentuan yang berlaku.

2. Terumuskannya muatan-muatan RDTR sesuai dengan Kepmen PU No.


327/KPTS/M/2002 :

a. Tujuan pengembangan kawasan fungsional

b. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang

c. Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan fungsional

d. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang

e. Indikasi program pembangunan

f. Dan kebijaksanaan-kebijaksanan lain sesuai ketentuan yang berlaku dan sesuai


kebutuhan kawasan perencanaan.

3. Tersedianya album peta Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Skala 1:5.000 disertai
dengan ketentuan zonasinya.

BAB I - Pendahuluan
I - 20
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

1.4 LANDASAN HUKUM

Dasar hukum penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Medan Tuntungan
ditinjau dari aspek hukum legalitas adalah:

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pusat Dan Daerah.

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan


Permukiman (LNRI Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan LNRI Nomor 3469).

6. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTS/M/2002


tentang Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang.

7. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan.

8. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 1986 tentang Pelaksanaan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1986 tentang Penetapan Batas Wilayah Kota di
Seluruh Indonesia.

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3293).

10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1982 tentang ketentuan-


ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup (LNRI Tahun 1982 No.12). Secara
garis besarnya memuat lingkungan hidup, pengelolaan lingkungan hidup, pengelolaan
lingkungan hidup ekosistem, daya dukung lingkungan.

11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (LNRI
Tahun 1980 No.83, tambahan LNRI Nomor 3186). Berisikan nama bagian jalan seperti
garis sempadan jalan, garis sempadan pagar dan garis sempadan bangunan. Pembagian

BAB I - Pendahuluan
I - 21
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

daerah jalan seperti daerah manfaat jalan (Damaja), daerah milik jalan (Damija) dan
daerah pengawasan jalan (Dawasja).

12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok


Pemerintahan di Daerah (LNRI Tahun 1974 No.2043). Secara garis besarnya memuat
pengertian umum, pembagian wilayah, pembentukan dan susunan daerah otonom,
pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah serta hak, wewenang dan kewajiban
Kepala Daerah.

13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043).

14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi dan
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Pengelolaan (LNRI Tahun 1990 Nomor
49, Tambahan LNRI Nomor 3419).

1.5 RUANG LINGKUP PERENCANAAN

1.5.1 Lingkup Wilayah mencakup wilayah data, wilayah analisa dan perencanaan

Lingkup wilayah perencanaan adalah seluruh wilayah administrasi Kecamatan


Medan Tuntungan yang meliputi 9 (sembilan) kelurahan dalam luas wilayah total sebesar
2.158 Ha (BPS Kota Medan). Akan tetapi berdasarkan hasil pengukuran lapangan, peta
garis dan foto udara, wilayah administrasi Kecamatan Medan Tuntungan seluas 2783,57
Ha. Kecamatan Medan Tuntungan yang terletak di ketinggian 16 m diatas permukaan laut.
Kecamatan Medan Tuntungan sendiri berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kecamatan Medan Selayang

Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang

Kecamatan Medan Selayang terdiri dari 9 kelurahan, seperti yang diuraikan pada tabel
berikut.

BAB I - Pendahuluan
I - 22
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

Tabel I.1
Daftar Kelurahan Pada Kecamatan Medan Tuntungan
dan Luas Wilayah

BPS Peta Garis


NO Kelurahan Luas Persentase Luas (Ha) Persentase
(Ha) (%) (%)
1 Mangga 280 12.97 394.65 14.18%
2 Tanjung Selamat 300 13.90 565.26 20.31%
3 Lau Cih 150 6.95 400.97 14.40%
4 Namo Gajah 101 4.68 137.92 4.95%
5 Sido Mulyo 87 4.03 188.32 6.77%
6 Baru Ladang Bambu 135 6.26 244.18 8.77%
7 Kemenangan Tani 150 6.95 201.78 7.25%
8 Simalingkar B 443 20.53 468.82 16.84%
9 Simpang Selayang 512 23.73 181.68 6.53%
Jumlah 2158 100 2783.57 100.00%

Sumber : Kecamatan Medan Tuntungan Dalam Angka Tahun 2009 dan peta garis Bappeda kota Medan

Di samping wilayah perencanaan tersebut untuk memasukkan pertimbangan kondisi dan


perkembangan lingkungannya ditetapkan bahwa termasuk memasukkan wilayah sejauh
sekitar 500 meter diluar garis wilayah perencanaan sebagai wilayah kajian.

1.5.2 Lingkup Waktu

Penyusunan Rencana Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Medan Tuntungan ini
dikerjakan dalam jangka waktu 4 (empat) bulan terhitung sejak SPMK diterbitkan.
Sedangkan, jangkauan waktu perencanaan dan umur data yang dipergunakan sesuai
dengan standar minimal, yaitu :

1. Waktu perencanaan RDTR adalah kurun waktu proyeksi kondisi penataan ruang
selama 20 (dua puluh) tahun yaitu tahun 2009-2029;

2. Waktu perencanaan meyangkut indikasi program pembangunan adalah setiap 5 (lima)


tahun dan hanya bersipat rekomendasi;

BAB I - Pendahuluan
I - 23
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

Lingkup waktu usia data adalah paling lama data yang digunakan adalah data tahun
2006, sedangkan data yang digunakan selayaknya data time series tiap tahun selama 5
(lima) tahun atau time series berkala selama jangka menengah (>10 tahun), tetapi untuk
data yang tidak memerlukan proyeksi dapat disajikan data satu tahun terakhir yang tersedia
saja.

1.5.3 Lingkup Materi

Ruang lingkup materi substansi pekerjaan RDTR harus mengacu kepada Undang-
undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Keputusan Menteri
Kimpraswil Nomor 327/KPTS/M/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Dalam Bidang
Penataan Ruang, serta disesuaikan dengan kebutuhan proses penyusunan seperti yang
dijelaskan pada KAK. Secara umum ruang lingkup materi Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kecamatan Medan Tuntungan yang harus tertuang , terdiri dari :

1. Tujuan pengembangan kawasan fungsional perkotaan;

2. Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan, meliputi:


a. Struktur pemanfaatan ruang, yang meliputi distribusi penduduk, struktur pelayanan
kegiatan kawasan perkotaan, sistem jaringan pergerakan, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan energi, dan sistem prasarana pengelolaan
lingkungan;
b. Pola pemanfaatan ruang, yang meliputi pengembangan kawasan fungsional
(kawasan permukiman, perdagangan, jasa, pemerintahan, pariwisata,
perindustrian) dalam blok-blok peruntukan.

3. Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan fungsional perkotaan meliputi:


a. Arahan kepadatan bangunan (net density/KDB) untuk setiap blok peruntukan;
b. Arahan ketinggian bangunan (maximum height/KLB) untuk setiap blok peruntukan;
c. Arahan garis sempadan bangunan untuk setiap blok peruntukan;
d. Rencana penanganan lingkungan blok peruntukan;
e. Rencana penanganan jaringan prasarana dan sarana.

4. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang kawasan fungsional perkotaan.

BAB I - Pendahuluan
I - 24
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

1.6 SISTEMATIKA PELAPORAN

Untuk mempermudah dan memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap, maka isi
dari laporan ini, disajikan dalam 5 (lima) bab dengan garis besar isi setiap bab dapat
diuraikan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan
Menguraikan latar belakang, pengertian RDTR, Landasan Hukum,
maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup dan sistematika penulisan
laporan.

Bab II Issu dan Permasalahan Pembangunan Kecamatan Medan


Tuntungan

Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa perkembangan wilayah


perencanaan baik itu analisa fisik, perekonomian, sosial kependudukan
dan analisa fasilitas umum dan utilitas kota.

Bab III Konsep dan Strategi Pengembangan Kecamatan Medan Tuntungan


Tahun 2009-2029

Menguraikan tentang strategi dan konsep awal rencana dalam


penyusunan RDTR Kecamatan Medan Tuntungan ini terutama pada
pada konsep pengembangan kawasan budidaya, pengembangan struktur
ruang dan konsep penyediaan sarana dan prasarana di Kecamatan
Medan Tuntungan.

Bab IV Rencana Struktur Ruang Kecamatan Medan Tuntungan Tahun


2009-2029

Bab ini akan membahas pembagian lingkungan, blok peruntukan, dan


juga rencana struktur ruang Kecamatan Medan Tuntungan, rencana
pengembangan sistem transportasi, rencana jaringan utilitas kota yang
mencakup jaringan listrik, telepon, persampahan dan lainnya.

BAB I - Pendahuluan
I - 25
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

Bab V Rencana Pola Ruang Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009-


2029

Menguraikan tentang rencana penggunaan lahan, baik itu penggunaan


lahan untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Bab VI Pedoman Pemanfaatan Ruang Kecamatan Medan Tuntungan

Menguraikan tentang arahan penanganan bangunan baik itu kepadatan,


ketinggian, perpetakan bangunan, rencana penanganan fasilitas dan
utilitas, serta indikasi program prioritas pembangunan.

Bab VII Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kecamatan

Medan Tuntungan

Menguraikan tentang penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian


insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi.

BAB I - Pendahuluan
I - 26
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
APBD TA 2009
LAPORAN AKHIR

Diagram 1.1

Kerangka Pemikiran Penyusunan RDTR

Kecamatan Medan Tuntungan

BAB I - Pendahuluan
I - 27

Anda mungkin juga menyukai