BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
d. Fungsi Kota Tangerang yang diarahkan untuk kegiatan perumahan, perdagangan dan
jasa skala nasional, industri nonpolutan dan berorientasi pasar, dan difungsikan
sebagai pusat pengembangan kegiatan ekonomi unggulan.
2- 1
KKN 2021
2- 2
KKN 2021
a. WPK I diarahkan dengan fungsi utama untuk kegiatan pemerintahan skala kota
serta perdagangan dan jasa skala pelayanan kota, regional serta internasional;
b. WPK II diarahkan dengan fungsi utama untuk penunjang kegiatan bandar udara;
c. WPK III diarahkan dengan fungsi utama untuk perdagangan dan jasa skala
pelayanan kota dan regional serta perumahan dan permukiman dengan kepadatan
menengah-rendah;
d. WPK IV diarahkan dengan fungsi utama untuk perumahan dengan kepadatan
menengah dan fasilitas penunjangnya; dan
e. WPK V diarahkan dengan fungsi utama untuk pengembangan kegiatan industri
terpadu berwawasan lingkungan dengan fasilitas penunjangnya.
Pengembangan sistem pusat pelayanan terdiri dari pusat pelayanan kota, sub pusat
pelayanan kota, dan pusat lingkungan.
Pusat pelayanan kota sebagai pembentuk struktur ruang meliputi:
a. Kawasan Pusat Kota Baru (Kecamatan Tangerang) sebagai pusat pemerintahan
Kota Tangerang, perkantoran, perdagangan dan jasa, taman kota dengan konsep
green heart (pusat pelayanan kota berwawasan lingkungan) serta Kawasan Kota
Lama yang merupakan pusat pelayanan primer eksisting;
b. Kawasan Lippo Karawaci Utara (Kecamatan Cibodas) sebagai perkantoran,
perdagangan dan jasa dengan konsep green heart (pusat pelayanan kota
berwawasan lingkungan);
c. Kawasan Alam Sutra (Kecamatan Pinang) sebagai perkantoran, perdagangan dan
jasa dengan konsep green heart (pusat pelayanan kota berwawasan lingkungan);
dan
d. Kawasan Pusat Pelayanan Kota Cipondoh (Kecamatan Cipondoh) sebagai
perkantoran, perdagangan dan jasa dengan konsep green heart (pusat pelayanan
kota berwawasan lingkungan).
2- 3
KKN 2021
Pusat lingkungan sebagai pembentuk struktur ruang ditetapkan pada 6 lokasi yaitu:
a. Kecamatan Larangan terletak di Kelurahan Kreo;
b. Kecamatan Karang Tengah terletak di Kelurahan Karang Mulya;
c. Kecamatan Batuceper terletak di Kelurahan Batuceper;
d. Kecamatan Neglasari terletak di Kelurahan Neglasari;
e. Kecamatan Karawaci terletak di Kelurahan Cimone; dan
f. Kecamatan Jatiuwung terletak di Kelurahan Jatake.
2- 4
KKN 2021
WPK II dapat berupa industri ringan non polutan dan fasilitas penunjang
kegiatan kota seperti: kawasan fasilitas olah raga, tempat pembuangan sampah
akhir, area pemakaman;
2- 5
KKN 2021
Untuk lebih jelas mengenai sistem pusat pelayanan Kota Tangerang dapat dilihat
pada Tabel 2.1. dan Gambar 2.1.
2- 6
KKN 2021
PUSAT PELAYANAN /
SKALA
No. SUB PUSAT PELAYANAN / FUNGSI
PELAYANAN
UNIT LINGKUNGAN
A. PUSAT KOTA
1. PUSAT KOTA BARU Pusat pemerintahan Kota Regional & Kota
Tangerang
Pusat Perdagangan dan Jasa
Perkantoran
Permukiman
2. PUSAT KOTA LIPPO Perkantoran Regional & Kota
KARAWACI UTARA Pusat perdagangan dan jasa
Permukiman
3. PUSAT KOTA ALAM Perkantoran Regional & Kota
SUTRA Pusat perdagangan dan jasa
Permukiman
4. PUSAT KOTA CIPONDOH Perkantoran Regional & Kota
Pusat perdagangan dan jasa
Permukiman
B. SUB PUSAT KOTA
1. CILEDUG Perdagangan dan Jasa Kota dan Lokal
Permukiman
2. PERIUK Perdagangan dan jasa Kota dan Lokal
Permukiman
Industri Non Polutan
3. BENDA Perdagangan dan Jasa Regional & Kota
Permukiman
Pergudangan dan Industri ringan
non polutan
C. PUSAT LINGKUNGAN
1. KARAWACI Permukiman Kota dan Lokal
Perdagangan dan Jasa
Industri eksisting Regional
2. BATUCEPER Permukiman Kota dan Lokal
Perdagangan dan jasa
Industri non polutan Regional
3. NEGLASARI Perdagangan dan jasa Kota dan lokal
Permukiman
Industri ringan non polutan dan
pergudangan
4. LARANGAN Permukiman Kota dan lokal
Perdagangan dan jasa
Wisata Belanja Cipadu Regional
5 KARANG TENGAH Permukiman Kota dan Lokal
Perdagangan dan jasa
Pusat Tanaman Hias Regional
2- 7
KKN 2021
PUSAT PELAYANAN /
SKALA
No. SUB PUSAT PELAYANAN / FUNGSI
PELAYANAN
UNIT LINGKUNGAN
2- 8
KKN 2021
2- 9
KKN 2021
Sistem Jaringan Transportasi Darat Sistem Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
2 - 10
KKN 2021
(1) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf a
meliputi:
a. Jaringan jalan arteri primer meliputi ruas jalan Batas Kota dengan DKI
Jakarta – Jalan Daan Mogot – Jalan Merdeka – Jalan Gatot Subroto – Batas
Kota dengan Kabupaten Tangerang, Jalan Jendral Sudirman, dan Jalan
M.H. Thamrin;
b. Jaringan jalan arteri sekunder meliputi ruas Jalan Benteng Betawi, Jalan
Imam Bonjol, Jalan Oto Iskandardinata, Jalan M. Toha, Jalan Prabu
Kiansantang, Jalan Prabu Siliwangi, Jalan Pajajaran, Jalan Teuku Umar,
Jalan Proklamasi, Jalan Soebandi, Jalan Galeong, Jalan Benua Indah, Jalan
KS. Tubun, Jalan Bouraq (Lio Baru), Jalan Pembangunan 3, Jalan Juanda,
Jalan Merpati, Jalan Garuda, Jalan Halim Perdanakusuma, Jalan Husein
Sastranegara, Jalan AMD, dan Jalan Raden Saleh;
c. Jaringan jalan kolektor primer meliputi Jalan KH. Hasyim Ashari, Jalan
HOS. Cokroaminoto – Batas Kota dengan DKI Jakarta, dan Jalan Raden
Fattah – Jombang Raya – Batas Kota dengan Kota Tangerang Selatan;
d. Jaringan jalan kolektor sekunder tercantum dalam lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini;
e. Jaringan jalan lokal sekunder meliputi ruas-ruas jalan yang
menghubungkan antar pusat-pusat permukiman;
f. Jaringan jalan lingkungan sekunder meliputi ruas-ruas jalan yang
menghubungkan antar persil dalam wilayah kota, kecuali yang
dikategorikan sebagai jalan arteri, kolektor, dan lokal;
g. Jaringan jalan tol meliputi ruas Jalan Tol Jakarta – Tangerang, Jalan Tol
Prof. Dr. Sedyatmo ruas Batas Kota dengan DKI Jakarta – Bandar Udara
Soekarno Hatta, Rencana Jalan Tol JORR II ruas Bandar Udara
Internasional Soekarno Hatta – Batuceper – Kunciran – Serpong, Rencana
Jalan Tol JORR II ruas Teluknaga – Batuceper; dan
h. Jaringan jalan lokal sekunder dan lingkungan sekunder akan diatur lebih
lanjut dalam rencana rinci tata ruang yang terdiri dari rencana detail tata
ruang dan rencana tata ruang kawasan strategis.
2 - 11
KKN 2021
Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas sistem jaringan jalan nasional,
jaringan jalan provinsi, jaringan jalan di dalam kota, lokasi terminal,
pengembangan prasarana dan sarana angkutan umum, dan sistem jaringan jalur
kereta api.
A. Sistem Jaringan Jalan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, telah ditetapkan
mengenai sistem, fungsi dan status jalan di wilayah perkotaan. Dalam
peraturan tersebut ditetapkan fungsi jalan yang dikelompokkan ke dalam
jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan, baik dalam
2 - 12
KKN 2021
sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Sedangkan
menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi,
jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
Jalan nasional terdiri atas jalan arteri primer, jalan kolektor primer yang
menghubungkan antaribukota provinsi, jalan tol, dan jalan strategis nasional.
Jalan provinsi terdiri atas jalan kolektor primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota, jalan kolektor primer
yang menghubungkan antaribukota kabupaten atau kota, dan jalan strategis
provinsi. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder
yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan
pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta
menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
Di dalam RTRW Kota Tangerang tidak semua fungsi jalan ditetapkan hanya
pada tingkatan jalan arteri dan jalan kolektor, dengan perincian :
1. Jalan Arteri Primer adalah jalan nasional dalam sistem jaringan jalan
primer, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat
kegiatan, yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna.
2. Jalan Kolektor Primer adalah jalan provinsi dalam sistem jaringan jalan
primer, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat provinsi, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat
kegiatan, yang berfungsi melayani angkutan pengumpulan atau pembagi
dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Arteri Sekunder adalah jalan kota dalam sistem jaringan jalan
sekunder, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kota, dengan menghubungkan antarpusat pelayanan
dalam kota, yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
2 - 13
KKN 2021
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna.
4. Jalan Kolektor Sekunder adalah jalan kota dalam sistem jaringan jalan
sekunder, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kota, dengan menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota, yang berfungsi melayani
angkutan pengumpulan atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
2 - 14
KKN 2021
e. Jalan AMD;
f. Jalan Pajajaran;
g. Jalan Prabu Kiansantang;
h. Jalan Prabu Siliwangi – Pasar Kemis;
i. Jalan M. Toha – Jalan KS. Tubun – Jalan Bouroq (Lio baru) – Jalan
sisi Selatan Saluran Mookervart;
j. Jalan Teuku Umar – Jalan Proklamasi;
k. Jalan Karang Sari Raya (Pembangunan III);
l. Jalan Frontage sisi utara Jalan Tol ruas Tangerang – Jakarta;
m. Jalan STA 11 ruas Karang Tengah – Daan Mogot; dan
n. Jalan Lingkar Utara (Cadas – Kedaung - Selatan Pagar Bandara).
4. Ruas-ruas jalan yang direncanakan berfungsi sebagai Jalan Kolektor
Sekunder (Jalan Kota) dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Berdasarkan pengembangan sistem jaringan jalan serta sistem pusat
pelayanan yang dikembangkan di Kota Tangerang, maka dapat diwujudkan
rencana struktur ruang kota sebagaimana terlihat pada Gambar 2.2.
2 - 15
KKN 2021
2- 16
KKN 2021
NO NAMA JALAN
2 - 17
KKN 2021
NO NAMA JALAN
29 Jl. Panglima Polim
30 Jl. Permata Raya ( Perumahan Taman Royal)
31 Jl. KH. Agus Salim
32 Jl. Sisi Utara Rel Kereta
33 Jl. Frontage Tol JORR II
34 Jl. Wijaya Kusuma (Perumahan Banjar Wijaya)
35 Jl. Taman Golf Boulevard (Perumahan Modernland)
36 Jl. Modern Golf Boulevard (Perumahan Modernland)
37 Jl. Hartono Boulevard (Perumahan Modernland)
38 Jl. Honoris Raya (Perumahan Modernland)
39 Jl. Kampung Kelapa
40 Jl. Tembus Modernland - Frontage
41 Jl. TMP Taruna
42 Jl. Moh. Yamin
43 Jl. Veteran
44 Jl. Kisamaun
45 Jl. Perintis Kemerdekaan
46 Jl. Nyimas Melati
47 Jl. Maulana Yusuf
48 Jl. Tembus Veteran - Merdeka
49 Jl. MT. Haryono
50 Jl. Dimyati
51 Jl. Kiasnawi
52 Jl. Ahmad Yani
53 Jl. Dewi Sartika - Satria
54 Jl. Windu Karya - Siswa Dalam
55 Jl. Liem Si Liong
56 Jl. Tembus Husein - Perancis
57 Jl. Perancis
58 Jl. Atang Sanjaya
59 Jl. Husein Sastranegara
2 - 18
KKN 2021
NO NAMA JALAN
60 Jl. Halim Perdanakusuma
61 Jl. Saluran Irigasi Cisadane Timur
62 Jl. Garuda
63 Jl. Merpati
64 Jl. Juanda
65 Jl. Pembangunan 1
66 Jl. Pembangunan 2
67 Jl. Adisucipto
68 Jl. dr. Sitanala
69 Jl. Marsekal Suryadarma
70 Jl. Iskandar Muda
71 Jl. Tembus I Suryadarma - Iskandar Muda
72 Jl. Tembus II Suryadarma - Iskandar Muda
73 Jl. Tembus III Suryadarma - Iskandar Muda
74 Jl. Promenade Sungai Cisadane
75 Jl. KS.Tubun
76 Jl. Saluran Induk Cisadane Barat
77 Jl. Arya Kemuning
78 Jl. Benua Indah
79 Jl. Galeong
80 Jl. Soebandi
81 Jl. Aria Santika
82 Jl. Sasmita
83 Jl. Aria Wasangkara
84 Jl. Beringin Raya (Perumnas I)
85 Jl. Kavling Pemda
86 Jl. Karet (Perumnas I)
87 Jl. Prambanan (Perumnas II)
88 Jl. Dipati Unus
89 Jl. Empu Gandring Raya
90 Jl. Borobudur (Perumnas II)
2 - 19
KKN 2021
NO NAMA JALAN
91 Jl. Dipati Ukur
92 Jl. Dharma Wangsa
93 Jl. Prabu Siliwangi
94 Jl. Kali Sabi
95 Jl. Palem Manis 3-4
96 Jl. Palem Manis Raya
97 Jl. Manis Raya
98 Jl. Telesonik
99 Jl. Jalan Industri
100 Jl. Gajah Tunggal
101 Jl. Caplang
102 Jl. Tembus Caplang - Mutiara Pluit
103 Jl. Duta Indah Residen
104 Jl. Doyong
105 Jl. Purati
Vila Tangerang Raya (Perumahan Vila Tangerang
106
Jl. Regensi)
107 Jl. Mutiara Pluit Utama (Perumahan Mutiara Pluit)
108 Jl. Taman Elang
109 Jl. Kota Bumi
B. Lokasi Terminal
1. Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan meliputi terminal
angkutan penumpang dan terminal angkutan barang. Terminal
angkutan penumpang meliputi:
a. Terminal Tipe A meliputi Terminal Poris Plawad dengan konsep
pengembangan sebagai terminal terpadu dan Terminal Jatiuwung;
b. terminal Tipe B meliputi pembangunan terminal antar kota
diperbatasan yaitu Terminal Ciledug dan/atau Larangan, Terminal
Imam Bonjol di Kecamatan Cibodas dan Terminal Cadas dan/atau
2 - 20
KKN 2021
2 - 21
KKN 2021
2 - 22
KKN 2021
lintas yang representatif dimana pilihan jalur untuk lalu lintas angkutan
barang pada jaringan jalan kota terbatas.
Adapun konsep dasar pengembangan program pengembangan jaringan lintas
dan terminal angkutan barang adalah sebagai berikut:
a) Dalam mengembangkan jaringan lintas angkutan barang sumber daya
yang dibutuhkan adalah adanya sistem jaringan jalan yang
menghubungkan langsung ke pusat-pusat kegiatan pembangkit dan
penarik distribusi barang (industri, pergudangan, bandara)
b) Berdasarkan perencanaan sistem jaringan jalan yang ada sesuai
dokumen RTRW Kota Tangerang menunjukkan sistem jaringan jalan
yang terbentuk sangat menunjang konsep tersebut, dimana secara
makro adanya pola jalan circular yang memungkinkan
pengembangan jaringan lintas angkutan barang melalui ruang-ruang
kegiatan distribusi barang dan kondisi demikian akan sangat
mengeliminir lalu lintas angkutan barang yang selama ini menjadi
salah satu komponen utama yang berkonstribusi pada kurang
lancarnya arus lalu lintas di pusat-pusat kota.
c) Selain dari pengembangan jaringan lintas maka guna
mengoptimalkan distribusi barang perlu diwujudkan adanya terminal
angkutan barang yang memiliki jaringan pelayanan yang terintegrasi
dengan sistem kepelabuhan sehingga kecepatan, kepastian dan biaya
distribusi barang menjadi lebih efisien.
d) Dengan terbentuknya sistem jaringan lintas dan terminalisasi
angkutan barang diharapkan lebih menjamin kelancaran distribusi
barang sehingga pada akhirnya dapat memberikan nilai tambah bagi
kota Tangerang untuk berkompetisi dalam menarik investor.
2 - 23
KKN 2021
2 - 24
KKN 2021
2 - 25
KKN 2021
2 - 26
KKN 2021
2- 27
KKN 2021
Sistem jaringan jalur kereta api sebagai salah satu moda transportasi tidak
dapat dipisahkan dari moda-moda transportasi lain. Transportasi sistem
jaringan jalur kereta api, dibanding dengan transportasi jalan, mempunyai
keunggulan tersendiri. Sistem jaringan jalur kereta api mempunyai
karakteristik pengangkutan secara massal dan memakai ruang secara lebih
efisien. Karena itu, moda ini perlu lebih dikembangkan potensinya dan
ditingkatkan peranannya sebagai penghubung antar wilayah dan sebagai
penunjang, pendorong dan penggerak pembangunan demi peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Kota Tangerang dilalui jalur kereta api Tangerang (Pasar Anyar) – Jakarta
(Duri) sejauh 6,80 km. Optimalisasi penggunaan moda angkutan kereta api
merupakan salah satu alternatif terbaik untuk mengatasi masalah kongesti
lalu lintas jalan raya, di samping melakukan peningkatan kondisi jaringan
jalan.
Arahan pengembangan sistem jaringan jalur kereta api meliputi
pengembangan jalur kereta api dalam skala regional, pengembangan jalur
2 - 28
KKN 2021
2 - 29
KKN 2021
Untuk mendukung kelancaran pergerakan orang dan barang dari dan ke Kota
Tangerang dan sekitarnya dengan menggunakan Bandar Udara Soekarno-Hatta,
maka yang diperlukan adalah rencana pembangunan jalan bebas hambatan dan
jaringan jalur kereta api untuk meningkatkan aksesibilitas ke Bandar Udara
Internasional Soekarno-Hatta.
2 - 30
KKN 2021
2 - 31
KKN 2021
2 - 32
KKN 2021
2 - 33
KKN 2021
2 - 34
KKN 2021
Sistem jaringan sumber daya air merupakan sistem sumber daya air pada setiap
wilayah sungai/kali, situ/rawa, saluran irigasi, dan tandon air. Pada wilayah Kota
Tangerang terdapat beberapa sungai/kali utama yang terdiri dari Sungai Cisadane,
Kali Cirarab, Kali Sabi, Kali Angke, Kali Cantiga, Kali Wetan, Saluran Pembuang
Mookervart, Saluran Pembuang Cipondoh, dan Saluran Pembuang
Perancis/Dadap. Sedangkan untuk situ di wilayah Kota Tangerang terdiri dari Situ
Cipondoh, Situ Gede, Situ Cangkring, Situ Bulakan, Situ Bojong, dan Situ
Kunciran. Untuk tandon air di wilayah Kota Tangerang terdiri dari tandon air
buatan untuk air baku dan pengendalian banjir.
Di Kota Tangerang masih terdapat beberapa saluran irigasi utama yang terdiri dari
Saluran Induk Irigasi Cisadane Barat, Saluran Induk Irigasi Cisadane Timur,
Saluran Induk Irigasi Cisadane Utara, dan Saluran Induk Tanah Tinggi.
Keberadaan saluran irigasi yang diarahkan untuk menunjang penyediaan air bagi
lahan pertanian yang terdapat di kawasan utara, timur dan barat Kota dengan
kriteria pengembangan sistem jaringan irigasi adalah:
a. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan
pendayagunaan sumber daya air yang didasarkan pada keterkaitan antara air
hujan, air permukaan, dan air tanah secara terpadu dengan mengutamakan
pendayagunaan air permukaan.
b. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan prinsip
satu sistem irigasi satu kesatuan pengembangan dan pengelolaan, dengan
memperhatikan kepentingan pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi
di bagian hulu, tengah, dan hilir secara selaras.
c. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang dilaksanakan oleh
pemerintah wajib melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan
mengutamakan kepentingan dan peran serta masyarakat.
Arahan pemanfaatan ruang pada wilayah di sekitar sungai, situ/rawa, dan saluran
irigasi sebagai ruang terbuka dan jalur hijau utama kota untuk menjamin
keseimbangan ekologi kota.
2 - 35
KKN 2021
2 - 36
KKN 2021
Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, demikian pula
dengan kota Tangerang. Warga kota harus dapat mengakses air bersih dengan
harga yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke
bawah.
Pemerintah Kota Tangerang perlu mengupayakan ketersediaan air bersih guna
memenuhi kebutuhan warganya. Untuk itu perlu menyusun rencana sebaik
mungkin.
Hal utama dalam penyediaan air bersih adalah ketersediaan sumber air baku yang
tersedia di kota Tangerang atau daerah terdekat. Sumber air yang dapat
digunakan untuk air bersih adalah mata air, namun tidak tersedia di daerah
Tangerang. Yang ada adalah sumber air baku dari sungai Cisadane dan Situ-situ.
Salah satu yang dapat dijadikan sumber air baku adalah air dari bendungan
Karian dengan pengolahan penjernihan air di Parungpanjang. Air tanah tidak
disarankan untuk diambil, apalagi dalam jumlah yang besar, karena akan
merusak lingkungan.
Kriteria pengembangan sistem prasarana air bersih adalah sebagai berikut:
a. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dan swasta selain pemerintah dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan prasarana air bersih.
b. Melindungi masyarakat berpendapatan rendah melalui subsidi, peningkatan
blok tarif, hibah dan insentif lain yang bisa meningkatkan penyediaan air
bersih.
c. Memperkuat kapasitas komunitas untuk meningkatkan sumber financial,
manajemen air dan penyediaan fasilitas air bersih.
2 - 37
KKN 2021
2 - 38
KKN 2021
Pengelolaan air limbah rumah tangga yang berasal dari kakus (black water)
penduduk Kota Tangerang sebagian besar adalah dengan menggunakan
pengolahan setempat (on site), yaitu berupa tangki septik dan sistem peresapan di
halaman rumahnya. Sedangkan untuk air limbah yang berasal dari mandi, cuci
dan dapur (grey water), umumnya dibuang langsung ke saluran drainase yang
ada di depan rumah. Namun sebagian masyarakat juga masih melakukan
pembuangan air limbah langsung ke badan air seperti sungai dan pantai, terutama
bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan tersebut.
Kriteria pengembangan sistem pengelolaan air limbah adalah:
a. Pengembangan prasarana air limbah diarahkan untuk meminimalkan tingkat
pencemaran pada badan air dan air tanah, serta meningkatkan sanitasi kota
melalui pemisahan antara sistem jaringan air limbah domestik, air limbah
industri dan air limbah rumah sakit dan sistem drainase;
2 - 39
KKN 2021
2 - 40
KKN 2021
2 - 41
KKN 2021
Sampah adalah pencerminan wajah kota. Kota yang bersih tanpa terlihat sampah,
akan meningkatkan citra sebuah kota.
Untuk memperoleh citra tersebut, perlu disusun rencana sebagai berikut:
a. Pengelolaan angkutan sampah dari sumbernya (perumahan/industri/
pertokoan) ke tempat pembuangan akhir.
b. Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir.
c. Pengolahan sampah menjadi barang bernilai ekonomis, antara lain dengan
memproduksi gas metane dari sampah organik selain pembuatan kompos
d. Pengurangan Volume Sampah
Kriteria pengembangan sistem persampahan adalah:
a. Sistem pengelolaan persampahan diselenggarakan berdasarkan asas tanggung
jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas
kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.
b. Pengembangan persampahan diarahkan untuk meminimalkan volume sampah
sejak dari sumbernya dan pengembangan prasarana pengolahan sampah
dengan teknologi yang tepat guna dan berwawasan lingkungan.
c. Mendorong penggunaan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit
mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh
proses alam.
d. Pelaksanaan penanganan sampah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Rencana pengembangan sistem persampahan diarahkan kepada:
h. Peningkatan akses pelayanan pengelolaan persampahan hingga mencapai
cakupan minimal 80% dari seluruh jumlah penduduk.
i. Pengembangan usaha pemilahan dan minimasi sampah dengan pemanfaatan
kembali oleh masyarakat secara swadaya dengan konsep 3R (reduce, reuse
dan recycling) maupun dengan mengundang investor pemanfaat sampah.
j. Upaya reduksi timbulan sampah dilaksanakan melalui:
2 - 42
KKN 2021
2 - 43
KKN 2021
2 - 44
KKN 2021
2 - 45
KKN 2021
2 - 46
KKN 2021
2- 47
KKN 2021
2- 48
KKN 2021
2 - 49
KKN 2021
2 - 50
KKN 2021
3. Ruang terbuka yang dapat berubah fungsi menjadi ruang evakuasi bencana
dilengkapi dengan standar pelayanan minimum prasarana pendukung ruang
evakuasi.
4. Jalan-jalan yang ditetapkan sebagai jalur penyelamatan (escape way)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jalan-jalan disekitar wilayah
rawan banjir dan jalan-jalan yang mengarah ke lapangan terbuka yang ada
disetiap wilayah.
5. Jalur evakuasi bencana digambarkan dalam peta Jalur Evakuasi Bencana Kota
Tangerang sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.
2 - 51
KKN 2021
b. pembatasan dan penataan parkir pada jalan (on street parking) pada kawasan-
kawasan tertentu;
c. penyediaan fasilitas parkir kendaraan pribadi dengan konsep park and ride
untuk berpindah angkutan di terminal dan di stasiun; dan
d. Jumlah minimal parkir yang harus disediakan pada setiap jenis kegiatan yang
menimbulkan bangkitan perjalanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2 - 52
KKN 2021
2 - 53
KKN 2021
2 - 54
KKN 2021
2 - 55
KKN 2021
b. RTH Jalur Hijau Jalan yang meliputi pulau jalan dan median jalan, jalur
pejalan kaki, dan ruang di bawah jalan layang yang tersebar di seluruh
wilayah Kota Tangerang; dan
c. RTH Fungsi Tertentu yang meliputi:
1. RTH sempadan rel kereta api;
2. jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi;
3. RTH saluran irigasi terdiri dari Saluran Induk Irigasi Cisadane Timur,
Saluran Induk Irigasi Cisadane Barat, Saluran Induk Irigasi Cisadane
Utara, dan Saluran Induk Tanah Tinggi;
4. RTH lapangan olah raga terdiri dari Stadion Benteng, Lapangan Ahmad
Yani, dan lapangan olah raga yang tersebar di seluruh kecamatan;
5. RTH halaman bangunan pemerintahan terdiri dari halaman Gedung
Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, halaman penkantoran
pemerintahan, dan RTH halaman sekolahan; dan
6. pemakaman yang terdiri dari TPU Selapajang, pemakaman cina di
Kecamatan Karawaci dan Kecamatan Neglasari, dan pemakaman yang
ada di seluruh wilayah Kota Tangerang.
(4) RTH Privat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi:
a. RTH Pekarangan yang meliputi pekarangan rumah tinggal, halaman
perkantoran swasta, pusat perbelanjaan, pertokoan, dan tempat usaha,
halaman industri dan pergudangan;
b. Lapangan golf; dan
c. RTH di dalam kawasan Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta.
(5) RTH Publik dan RTH Privat tidak dapat diubah fungsi dan peruntukkannya.
(6) Mengembangkan RTH pada lokasi cekungan atau wilayah dengan kontur
rendah yang ada di setiap wilayah kota.
(7) Optimalisasi pengunaan mekanisme KDH dalam perijinan untuk pencapaian
penyediaan RTH publik dan RTH privat.
Berdasarkan UU 26 Tahun 2007, Ruang Terbuka terdiri dari ruang terbuka hijau
dan non hijau, diperinci lebih lanjut bahwa Ruang Terbuka Hijau terdiri dari Ruang
Terbuka Hijau Publik 20% dan Ruang Terbuka Hijau Privat 10% . Penyediaan
2 - 56
KKN 2021
Ruang Terbuka Hijau di Kota Tangerang secara khusus bertujuan untuk fungsi
ekologis dan fungsi ekonomi dan fungsi estetika maupun fungsi tertentu yang
mana Ruang Terbuka Hijau ini tidak akan dikembangkan sebagai ruang terbangun.
Ruang Terbuka Hijau yang akan dikembangkan di Kota Tangerang adalah sebagai
berikut :
1. RTH Publik meliputi :
RTH Taman yang meliputi taman RT, taman RW, taman kelurahan, taman
kecamatan, taman kota, hutan kota, dan sabuk hijau (green belt);
RTH Jalur Hijau Jalan yang meliputi pulau jalan dan median jalan, jalur
pejalan kaki, dan ruang di bawah jalan layang; dan
RTH Fungsi Tertentu yang meliputi RTH sempadan rel kereta api, jalur
hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungai, RTH
sempadan situ, dan pemakaman.
2. RTH Privat meliputi :
RTH Pekarangan yang meliputi pekarangan rumah tinggal, halaman
perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha, taman atap bangunan (roof
garden);
RTH Taman yang meliputi taman RT, taman RW, taman kelurahan, dan
taman kecamatan; dan
RTH Jalur Hijau Jalan yang meliputi pulau jalan dan median jalan, jalur
pejalan kaki.
RTH Publik dan RTH Privat tidak dapat diubah fungsi dan peruntukkannya.
Penentuan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan mengalikan
antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH perkapita sesuai
peraturan yang berlaku.
Arah pemanfaatan ruang terbuka hijau meliputi :
1. RTH Publik meliputi :
a. RTH Taman yang meliputi taman lingkungan perumahan dan permukiman,
taman kelurahan, taman kecamatan, taman kota, hutan kota, dan sabuk
hijau (green belt);
b. RTH Jalur Hijau Jalan yang meliputi pulau jalan dan median jalan, jalur
pejalan kaki, dan ruang di bawah jalan layang; dan
2 - 57
KKN 2021
c. RTH Fungsi Tertentu yang meliputi RTH sempadan rel kereta api, jalur
hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungai, RTH
sempadan situ, RTH saluran irigasi, RTH lapangan olah raga, RTH
halaman bangunan pemerintahan, RTH halaman sekolahan dan
pemakaman.
2. RTH Privat meliputi :
a. RTH Pekarangan yang meliputi pekarangan rumah tinggal, halaman
perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha, halaman industri dan
pergudangan;
b. RTH taman atap bangunan (roof garden);
c. RTH lapangan golf, dan
d. RTH di dalam kawasan bandar udara.
3. Mengembangkan RTH pada lokasi cekungan atau wilayah dengan kontur
rendah yang ada di setiap wilayah kota.
4. Optimalisasi pengunaan mekanisme KDH dalam perijinan untuk pencapaian
penyediaan RTH publik dan RTH Privat.
Prosentase luas keseluruhan RTH sampai akhir tahun perencanaan sekurang-
kurangnya ditetapkan 30 % dari luas wilayah Kota Tangerang yang mana
penyediaan RTH Publik 20 %.
2 - 58
KKN 2021
2 - 59
KKN 2021
2 - 60
KKN 2021
2 - 61
KKN 2021
2 - 62
KKN 2021
2 - 63
KKN 2021
2 - 64
KKN 2021
2 - 65
KKN 2021
2 - 66
KKN 2021
2 - 67
KKN 2021
b. sarana kesehatan;
c. sarana peribadatan;
d. sarana rekreasi dan olah raga;
e. sarana pelayanan umum dan pemerintahan;
f. sarana perniagaan/perbelanjaan;
g. sarana pemakaman;
h. sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau; dan
i. sarana parkir.
9. Utilitas perumahan dan permukiman antara lain:
a. jaringan air bersih;
b. jaringan listrik;
c. jaringan telepon;
d. jaringan gas;
e. jaringan transportasi;
f. pemadam kebakaran; dan
g. sarana penerangan jalan umum.
2 - 68
KKN 2021
2 - 69
KKN 2021
2 - 70
KKN 2021
Kegiatan industri rumah tangga (home industry) dan industri kecil dapat dikembangkan
pada kawasan peruntukan perumahan dengan ketentuan kegiatan tidak menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan dan kawasan sekitarnya.
Kegiatan industri sedang atau industri menengah dan industri besar, meliputi:
a) mempertahankan kegiatan industri sedang atau industri menengah dan industri besar
yang sudah ada di Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Batuceper dan Kecamatan
Periuk serta mengembangkan industri yang ramah lingkungan;
b) membatasi perkembangan industri sedang atau industri menengah dan industri besar
hanya pada industri yang sudah ada di Kecamatan Karawaci, Kecamatan Tangerang,
dan Kecamatan Cibodas;
c) menataan kawasan peruntukan industri di Jatiuwung dengan menambah hunian
vertikal, instalasi pengolah limbah terpadu, dan jaringan angkutan umum dan
barang;
d) membatasi perkembangan industri sedang atau industri menengah dan industri besar
yang ada di sepanjang Sungai Cisadane dengan mengarahkan kepada industri non
polutan;
Mengembangkan kegiatan industri kecil dan industri sedang atau menengah yang ramah
lingkungan pada kawasan pergudangan dengan menyediakan unit pengolahan limbah,
RTH dan fasilitas penunjangnya di Kecamatan Benda dan Neglasari.
Mengembangkan kegiatan industri kreatif di seluruh wilayah Kota Tangerang dengan
ketentuan kegiatan industri tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan
kawasan sekitarnya.
2 - 71
KKN 2021
Jenis industri yang dikembangkan harus mampu menciptakan lapangan kerja dan dapat
meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat. Untuk itu jenis industri yang
dikembangkan harus memiliki hubungan keterkaitan yang kuat dengan karakteristik lokasi
setempat, seperti kemudahan akses ke bahan baku dan atau kemudahan akses ke pasar.
Kriteria teknis kawasan peruntukan industri adalah sebagai berikut:
a. Harus memperhatikan kelestarian lingkungan;
b. Harus dilengkapi dengan unit pengolahan limbah;
c. Harus memperhatikan suplai air bersih;
d. Jenis industri yang dikembangkan adalah industri yang ramah lingkungan dan
memenuhi kriteria ambang limbah yang ditetapkan;
e. Pengelolaan limbah untuk industri yang berkumpul di lokasi berdekatan sebaiknya
dikelola secara terpadu;
f. Pembatasan pembangunan perumahan baru di kawasan peruntukan industri;
g. Harus memenuhi syarat AMDAL atau UKL/UPL sesuai dengan ketentuan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku;
h. Memperhatikan penataan kawasan perumahan di sekitar kawasan industri;
i. Penggunaan lahan pada kawasan industri terdiri dari penggunaan kaveling industri,
jalan dan saluran, ruang terbuka hijau minimal 10%, dan fasilitas penunjang seperti
kantin, guest house, tempat ibadah, fasilitas olahraga, tempat pengolahan air bersih,
gardu induk, rumah telekomunikasi.
2 - 72
KKN 2021
2 - 73
KKN 2021
2 - 74
KKN 2021
2 - 75
KKN 2021
2 - 76
KKN 2021
2 - 77
KKN 2021
2 - 78
KKN 2021
2- 79
KKN 2021
2- 80
KKN 2021
LUAS PERUNTUKKAN
No JENIS PERUNTUKKAN LAHAN
(Ha) (%)
A Kawasan Lindung 4.050 22,28
1 Sungai/Situ 405 2,23
2 Sempadan Sungai/Situ 710 3,91
3 Ruang Terbuka Hijau 2.935 16,14
B Kawasan Budi Daya 14.131 77,72
1 Kawasan Peruntukan Pertanian 113 0,62
2 Kawasan Peruntukan Perumahan 6.091 33,50
Kawasan Peruntukan Perdagangan dan
3 Jasa 2.636 14,50
4 Kawasan Peruntukan Industri 2.381 13,10
5 Kawasan Peruntukan Pariwisata 187 1,03
6 Kawasan Peruntukan Pelayanan Umum 84 0,46
Kawasan Peruntukan Fasilitas Penunjang
7
Bandara 627 3,45
8 Kawasan Peruntukan Bandar Udara 1.956 10,76
- Terbangun 1.230
- Ruang Terbuka Hijau 725
9 Kawasan Peruntukan Militer 56 0,31
Total 18.181 100,00
Sumber : Hasil Rencana
2 - 81