Anda di halaman 1dari 81

KKN 2021

BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG

2.1. ARAHAN KEBIJAKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)


KOTA TANGERANG

Arahan kebijakan pembangunan digunakan sebagai pendekatan dalam mencapai


tujuan pembangunan, didasarkan pada pengamatan perkembangan kota yang dipengaruhi
oleh faktor – faktor baik dalam maupun dari luar, baik yang sudah ada saat ini maupun
kecenderungan di masa yang akan datang.

2.2.1. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Tangerang

Dalam Sistem Perkotaan Nasional, Kota Tangerang ditetapkan sebagai Pusat


Kegiatan Nasional (PKN) sebagaimana yang dikemukakan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional yang telah ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2008, yang disusun berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007. Penetapan Kota Tangerang
sebagai PKN ini sudah tertuang di dalam Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang serta
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Provinsi Banten Tahun 2010-2030.
Beberapa faktor yang mendasari penetapan Kota Tangerang sebagai PKN tersebut
adalah :
a. Kota Tangerang sebagai bagian dari Kawasan Megapolitan Jabodetabek;
b. Kota Tangerang sebagai pintu gerbang provinsi dari segi transportasi udara;
c. Kota Tangerang sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang
menuju kawasan internasional karena adanya Bandar Udara Internasional Soekarno-
Hatta; dan

d. Fungsi Kota Tangerang yang diarahkan untuk kegiatan perumahan, perdagangan dan
jasa skala nasional, industri nonpolutan dan berorientasi pasar, dan difungsikan
sebagai pusat pengembangan kegiatan ekonomi unggulan.

2- 1
KKN 2021

2.2.2. RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PUSAT PELAYANAN

Rencana sistem pusat pelayanan dimaksudkan untuk memperjelas hirarki kota


sesuai dengan struktur kota yang ditetapkan sehingga diperoleh suatu sistem pemanfaatan
ruang yang optimal untuk setiap bagian kota. Dalam realitanya, pengembangan sistem
pusat pelayanan akan mempermudah masyarakat kota untuk mendapatkan pelayanan
sarana dan prasarana perkotaan.
Pembagian sistem pusat pelayanan dilakukan atas dasar pertimbangan sebagai
berikut :
 Fungsi Kota Tangerang yang diarahkan untuk kegiatan perumahan,
perdagangan dan jasa skala nasional, industri nonpolutan dan berorientasi
pasar, dan difungsikan sebagai pusat pengembangan kegiatan ekonomi
unggulan.
 Penetapan Kota Tangerang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dalam
Rencana Sistem Perkotaan Nasional
 Jangkauan pelayanan secara fungsional
 Aksesibilitas antar kawasan dan antar wilayah
 Kelengkapan dan pemusatan sarana dan prasarana
 Efisiensi pemanfaatan lahan

Dalam pengembangan ke depannya, Kota Tangerang direncanakan dikembangkan


dalam 5 Wilayah Pengembangan Kota (WPK), yaitu :
a. WPK I meliputi seluruh wilayah Kecamatan Tangerang dan sebagian wilayah
Kecamatan Pinang, Karawaci, dan Cibodas;
b. WPK II meliputi seluruh wilayah Kecamatan Neglasari, Benda dan sebagian
wilayah Kecamatan Batuceper;
c. WPK III meliputi seluruh wilayah Kecamatan Cipondoh dan sebagian wilayah
Kecamatan Pinang, Batuceper, Karang Tengah;
d. WPK IV meliputi seluruh wilayah Kecamatan Ciledug, Larangan, dan sebagian
wilayah Kecamatan Karang Tengah dan Pinang; dan
e. WPK V meliputi seluruh wilayah Kecamatan Periuk, Jatiuwung, dan sebagian
wilayah Kecamatan Karawaci dan Cibodas.

Dengan Arahan fungsi dan peranan masing-masing WPK meliputi:

2- 2
KKN 2021

a. WPK I diarahkan dengan fungsi utama untuk kegiatan pemerintahan skala kota
serta perdagangan dan jasa skala pelayanan kota, regional serta internasional;
b. WPK II diarahkan dengan fungsi utama untuk penunjang kegiatan bandar udara;
c. WPK III diarahkan dengan fungsi utama untuk perdagangan dan jasa skala
pelayanan kota dan regional serta perumahan dan permukiman dengan kepadatan
menengah-rendah;
d. WPK IV diarahkan dengan fungsi utama untuk perumahan dengan kepadatan
menengah dan fasilitas penunjangnya; dan
e. WPK V diarahkan dengan fungsi utama untuk pengembangan kegiatan industri
terpadu berwawasan lingkungan dengan fasilitas penunjangnya.

Pengembangan sistem pusat pelayanan terdiri dari pusat pelayanan kota, sub pusat
pelayanan kota, dan pusat lingkungan.
Pusat pelayanan kota sebagai pembentuk struktur ruang meliputi:
a. Kawasan Pusat Kota Baru (Kecamatan Tangerang) sebagai pusat pemerintahan
Kota Tangerang, perkantoran, perdagangan dan jasa, taman kota dengan konsep
green heart (pusat pelayanan kota berwawasan lingkungan) serta Kawasan Kota
Lama yang merupakan pusat pelayanan primer eksisting;
b. Kawasan Lippo Karawaci Utara (Kecamatan Cibodas) sebagai perkantoran,
perdagangan dan jasa dengan konsep green heart (pusat pelayanan kota
berwawasan lingkungan);
c. Kawasan Alam Sutra (Kecamatan Pinang) sebagai perkantoran, perdagangan dan
jasa dengan konsep green heart (pusat pelayanan kota berwawasan lingkungan);
dan
d. Kawasan Pusat Pelayanan Kota Cipondoh (Kecamatan Cipondoh) sebagai
perkantoran, perdagangan dan jasa dengan konsep green heart (pusat pelayanan
kota berwawasan lingkungan).

Sub pusat pelayanan kota ditetapkan meliputi:


a. Pusat kegiatan sekunder Ciledug terletak pada Kecamatan Ciledug dan kecamatan
Karang Tengah yang akan melayani Kecamatan Ciledug, Larangan dan Karang
Tengah.
b. Pusat kegiatan sekunder Periuk terletak pada Kecamatan Periuk yang akan

2- 3
KKN 2021

melayani Kecamatan Periuk dan Jatiuwung.


c. Pusat kegiatan sekunder Benda terletak pada Kecamatan Benda yang akan menjadi
penunjang kegiatan Bandar Udara Soekarno – Hatta.

Pusat lingkungan sebagai pembentuk struktur ruang ditetapkan pada 6 lokasi yaitu:
a. Kecamatan Larangan terletak di Kelurahan Kreo;
b. Kecamatan Karang Tengah terletak di Kelurahan Karang Mulya;
c. Kecamatan Batuceper terletak di Kelurahan Batuceper;
d. Kecamatan Neglasari terletak di Kelurahan Neglasari;
e. Kecamatan Karawaci terletak di Kelurahan Cimone; dan
f. Kecamatan Jatiuwung terletak di Kelurahan Jatake.

1. WPK I (WPK Pusat)


WPK ini meliputi seluruh wilayah Kecamatan Tangerang dan sebagian
wilayah Kecamatan Pinang, Karawaci, dan Cibodas yang secara fisik dibatasi
oleh jalan tol JORR2 (di sebelah timur), Kota Tangerang Selatan dan
Kabupaten Tangerang (di sebelah selatan), Saluran Mookervart (di sebelah
utara) dan Jl. Imam Bonjol – Jl. Otto Iskandardinata (di sebelah barat). WPK I
diarahkan dengan fungsi utama untuk kegiatan perdagangan dan jasa
(komersial) skala pelayanan kota, regional serta internasional dan fungsi
tambahan untuk kegiatan perumahan dan fasilitas penunjangnya yang memiliki
kualitas layanan sesuai dengan fungsi keseluruhan WPK I serta pengembangan
fungsi pelestarian kawasan bersejarah;

2. WPK II (WPK Utara)


WPK ini meliputi seluruh wilayah Kecamatan Neglasari, Benda dan sebagian
wilayah Kecamatan Batuceper yang secara fisik WPK II dibatasi oleh
Kabupaten Tangerang (di sebelah utara), Kota Jakarta Barat (di sebelah timur),
Saluran Mookervart (di sebelah selatan) dan Sungai Cisadane (di sebelah
barat). WPK II diarahkan dengan fungsi utama untuk penunjang kegiatan
bandara, baik berupa perumahan, perdagangan dan jasa, pergudangan, maupun
area ruang terbuka hijau yang sekaligus berfungsi sebagai area pembatas
(buffer zone) kawasan bandara dan fungsi tambahan yang dikembangkan di

2- 4
KKN 2021

WPK II dapat berupa industri ringan non polutan dan fasilitas penunjang
kegiatan kota seperti: kawasan fasilitas olah raga, tempat pembuangan sampah
akhir, area pemakaman;

3. WPK III (WPK Timur)


WPK ini meliputi seluruh wilayah Kecamatan Cipondoh dan sebagian wilayah
Kecamatan Pinang, Batuceper, Karang Tengah yang secara fisik WPK III
dibatasi oleh Saluran Mookervart (di sebelah utara), Kota Jakarta Barat (di
sebelah timur), jalan tol Jakarta-Merak (di sebelah selatan) dan jalan tol
JORR2 (di sebelah barat). WPK III diarahkan dengan fungsi utama untuk pusat
pelayanan kota, perumahan dan permukiman dengan kepadatan menengah-
rendah dan kawasan lindung setempat dan fungsi tambahan yang
dikembangkan di WPK III adalah industri rumahan (home industry) non
polutan dan pariwisata;

4. WPK IV (WPK Selatan)


WPK ini meliputi seluruh wilayah Kecamatan Ciledug, Larangan, dan
sebagian wilayah Kecamatan Karang Tengah dan Pinang yang secara fisik
WPK IV dibatasi oleh jalan tol Jakarta-Merak (di sebelah utara), Kota Jakarta
Barat dan Kota Jakarta Selatan (di sebelah timur), Kota Tangerang Selatan (di
sebelah selatan), dan jalan tol JORR2 (di sebelah barat). WPK IV diarahkan
dengan fungsi utama untuk perumahan dengan kepadatan menengah dan
fasilitas penunjangnya dan fungsi tambahan yang dikembangkan di WPK
adalah perdagangan dan jasa serta industri rumahan (home industry) non
polutan; dan

5. WPK V (WPK Barat)


WPK ini meliputi seluruh wilayah Kecamatan Periuk, Jatiuwung, dan sebagian
wilayah Kecamatan Karawaci dan Cibodas yang secara fisik WPK V dibatasi
oleh Kabupaten Tangerang (di sebelah utara, selatan, dan barat), Sungai
Cisadane dan Jl. Imam Bonjol (di sebelah timur). WPK V diarahkan dengan
fungsi utama untuk pengembangan kegiatan industri terpadu berwawasan
lingkungan dengan fasilitas penunjangnya dan fungsi tambahan yang

2- 5
KKN 2021

dikembangkan di WPK V adalah perumahan penunjang industri dan fasilitas


penunjangnya, serta perdagangan dan jasa.

Ke-5 Wilayah Pengembangan Kota tersebut menjadi dasar dalam menentukan


Sistem Pusat Pelayanan Kota Tangerang 20 tahun depan, dimana direncanakan
4 Pusat Pelayanan Kota, 3 Sub Pusat Pelayanan Kota, dan 6 Pusat Lingkungan
yaitu :

1. Pusat Kota Baru


2. Pusat Kota Lippo Karawaci Utara
3. Pusat Kota Alam Sutra
4. Pusat Kota Cipondoh
5. Sub Pusat Kota Ciledug
6. Sub Pusat Kota Periuk
7. Sub Pusat Kota Benda
8. Pusat Lingkungan Karawaci
9. Pusat Lingkungan Batuceper
10. Pusat Lingkungan Neglasari
11. Pusat Lingkungan Larangan
12. Pusat Lingkungan Karang Tengah
13. Pusat Lingkungan Jatiuwung

Untuk lebih jelas mengenai sistem pusat pelayanan Kota Tangerang dapat dilihat
pada Tabel 2.1. dan Gambar 2.1.

2- 6
KKN 2021

Tabel 2.1 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PUSAT PELAYANAN KOTA


TANGERANG

PUSAT PELAYANAN /
SKALA
No. SUB PUSAT PELAYANAN / FUNGSI
PELAYANAN
UNIT LINGKUNGAN

A. PUSAT KOTA
1. PUSAT KOTA BARU  Pusat pemerintahan Kota  Regional & Kota
Tangerang
 Pusat Perdagangan dan Jasa
 Perkantoran
 Permukiman
2. PUSAT KOTA LIPPO  Perkantoran  Regional & Kota
KARAWACI UTARA  Pusat perdagangan dan jasa
 Permukiman
3. PUSAT KOTA ALAM  Perkantoran  Regional & Kota
SUTRA  Pusat perdagangan dan jasa
 Permukiman
4. PUSAT KOTA CIPONDOH  Perkantoran  Regional & Kota
 Pusat perdagangan dan jasa
 Permukiman
B. SUB PUSAT KOTA
1. CILEDUG  Perdagangan dan Jasa  Kota dan Lokal
 Permukiman
2. PERIUK  Perdagangan dan jasa  Kota dan Lokal
 Permukiman
 Industri Non Polutan
3. BENDA  Perdagangan dan Jasa  Regional & Kota
 Permukiman
 Pergudangan dan Industri ringan
non polutan
C. PUSAT LINGKUNGAN
1. KARAWACI  Permukiman  Kota dan Lokal
 Perdagangan dan Jasa
 Industri eksisting  Regional
2. BATUCEPER  Permukiman  Kota dan Lokal
 Perdagangan dan jasa
 Industri non polutan  Regional
3. NEGLASARI  Perdagangan dan jasa  Kota dan lokal
 Permukiman
 Industri ringan non polutan dan
pergudangan
4. LARANGAN  Permukiman  Kota dan lokal
 Perdagangan dan jasa
 Wisata Belanja Cipadu  Regional
5 KARANG TENGAH  Permukiman  Kota dan Lokal
 Perdagangan dan jasa
 Pusat Tanaman Hias  Regional

2- 7
KKN 2021

PUSAT PELAYANAN /
SKALA
No. SUB PUSAT PELAYANAN / FUNGSI
PELAYANAN
UNIT LINGKUNGAN

6 JATIUWUNG  Industri Non Polutan  Regional


 Perdagangan dan jasa  Kota dan lokal
 Permukiman
Sumber : Hasil Rencana, 2010

2- 8
KKN 2021

Gambar 2.1 PETA RENCANA WILAYAH PENGEMBANGAN KOTA TANGERANG

2- 9
KKN 2021

2.2.3. RENCANA SISTEM PRASARANA WILAYAH KOTA


2.2.4. RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI
Transportasi merupakan kegiatan yang berperan sebagai urat nadi kehidupan
ekonomi maupun sosial. Oleh karenanya kegiatan tersebut perlu diarahkan pada
terwujudnya sistem jaringan transportasi yang andal, berkemampuan tinggi dan
diselenggarakan secara terpadu, tertib, aman, lancar, nyaman, efisien dan selamat
dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan,
mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta mendukung pola distribusi.
Dalam rangka mengembangkan sistem jaringan transportasi Kota Tangerang yang
efektif dan efisien memang secara ideal seluruh program dapat dilaksanakan secara
simultan namun hal tersebut sudah barang tentu sangat sulit untuk diwujudkan
mengingat berbagai keterbatasan baik dari segi waktu maupun penganggaran, oleh
karena itu guna mewujudkan kegiatan transportasi dapat berjalan sesuai yang
diharapkan maka rencana dalam mengembangkan sistem jaringan transportasi
Kota Tangerang adalah sebagai berikut:
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. rencana pengembangan sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan;
b. rencana pengembangan sistem jaringan perkeretaapian; dan
c. rencana pengembangan simpul transportasi udara.
(2) Rencana Pengembangan sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. sistem jaringan jalan;
b. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan
c. jaringan pelayanan angkutan jalan.
(3) Rencana sistem jaringan transportasi Kota Tangerang dijelaskan lebih rinci
dalam peta Rencana Sistem Jaringan Transportasi sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan
daerah ini.

Sistem Jaringan Transportasi Darat Sistem Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan

2 - 10
KKN 2021

(1) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf a
meliputi:
a. Jaringan jalan arteri primer meliputi ruas jalan Batas Kota dengan DKI
Jakarta – Jalan Daan Mogot – Jalan Merdeka – Jalan Gatot Subroto – Batas
Kota dengan Kabupaten Tangerang, Jalan Jendral Sudirman, dan Jalan
M.H. Thamrin;
b. Jaringan jalan arteri sekunder meliputi ruas Jalan Benteng Betawi, Jalan
Imam Bonjol, Jalan Oto Iskandardinata, Jalan M. Toha, Jalan Prabu
Kiansantang, Jalan Prabu Siliwangi, Jalan Pajajaran, Jalan Teuku Umar,
Jalan Proklamasi, Jalan Soebandi, Jalan Galeong, Jalan Benua Indah, Jalan
KS. Tubun, Jalan Bouraq (Lio Baru), Jalan Pembangunan 3, Jalan Juanda,
Jalan Merpati, Jalan Garuda, Jalan Halim Perdanakusuma, Jalan Husein
Sastranegara, Jalan AMD, dan Jalan Raden Saleh;
c. Jaringan jalan kolektor primer meliputi Jalan KH. Hasyim Ashari, Jalan
HOS. Cokroaminoto – Batas Kota dengan DKI Jakarta, dan Jalan Raden
Fattah – Jombang Raya – Batas Kota dengan Kota Tangerang Selatan;
d. Jaringan jalan kolektor sekunder tercantum dalam lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini;
e. Jaringan jalan lokal sekunder meliputi ruas-ruas jalan yang
menghubungkan antar pusat-pusat permukiman;
f. Jaringan jalan lingkungan sekunder meliputi ruas-ruas jalan yang
menghubungkan antar persil dalam wilayah kota, kecuali yang
dikategorikan sebagai jalan arteri, kolektor, dan lokal;
g. Jaringan jalan tol meliputi ruas Jalan Tol Jakarta – Tangerang, Jalan Tol
Prof. Dr. Sedyatmo ruas Batas Kota dengan DKI Jakarta – Bandar Udara
Soekarno Hatta, Rencana Jalan Tol JORR II ruas Bandar Udara
Internasional Soekarno Hatta – Batuceper – Kunciran – Serpong, Rencana
Jalan Tol JORR II ruas Teluknaga – Batuceper; dan
h. Jaringan jalan lokal sekunder dan lingkungan sekunder akan diatur lebih
lanjut dalam rencana rinci tata ruang yang terdiri dari rencana detail tata
ruang dan rencana tata ruang kawasan strategis.

2 - 11
KKN 2021

(2) Pengembangan dan pembangunan jaringan jalan meliputi:


a. Pengembangan rencana jalan tidak sebidang meliputi Jalan Jenderal
Sudirman – Jalan Pembangunan 3, Simpang Sangian, Simpang Jatake,
Jalan STA.11 dengan Jalan Daan Mogot, dan Jalan STA.11 dengan Jalan
Benteng Betawi dan Rel KA;
b. Pembangunan Jalan STA 11, Jalan Sepanjang Sisi kanan kiri Tol Jakarta –
Tangerang (Frontage Tol), Jalan Sepanjang Sisi Kanan Kiri Sungai
Cisadane, Jalan Sisi Utara Rel Kereta Api, Jalan Sisi Selatan Mookervart,
Jalan Cadas Kedaung, Jalan Tembus Prabu Kiansantang – Pajajaran dan
Jalan Lingkar Selatan (ruas Jalan Adam Malik – Jalan Taman Asri Lama –
Jalan Cipto Mangunkusumo – Jalan Raden Fattah – Jalan Puri Kartika –
Jalan Graha Raya);
c. Pembangunan jembatan meliputi Jembatan Ks. Tubun - Lio Baru dan
Jembatan Veteran – Iman Bonjol;
d. Penataan perempatan dan persimpangan jalan; dan
e. Sistem jaringan jalan didesain dan dapat difungsikan sebagai jalur angkutan
umum massal serta pada lokasi persilangan dengan jalur kereta api
diarahkan menjadi persilangan tidak sebidang.
(3) Rencana sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan wilayah Kota
Tangerang digambarkan dalam peta Rencana Jaringan Jalan Kota Tangerang
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas sistem jaringan jalan nasional,
jaringan jalan provinsi, jaringan jalan di dalam kota, lokasi terminal,
pengembangan prasarana dan sarana angkutan umum, dan sistem jaringan jalur
kereta api.
A. Sistem Jaringan Jalan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, telah ditetapkan
mengenai sistem, fungsi dan status jalan di wilayah perkotaan. Dalam
peraturan tersebut ditetapkan fungsi jalan yang dikelompokkan ke dalam
jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan, baik dalam

2 - 12
KKN 2021

sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Sedangkan
menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi,
jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
Jalan nasional terdiri atas jalan arteri primer, jalan kolektor primer yang
menghubungkan antaribukota provinsi, jalan tol, dan jalan strategis nasional.
Jalan provinsi terdiri atas jalan kolektor primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota, jalan kolektor primer
yang menghubungkan antaribukota kabupaten atau kota, dan jalan strategis
provinsi. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder
yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan
pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta
menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
Di dalam RTRW Kota Tangerang tidak semua fungsi jalan ditetapkan hanya
pada tingkatan jalan arteri dan jalan kolektor, dengan perincian :
1. Jalan Arteri Primer adalah jalan nasional dalam sistem jaringan jalan
primer, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat
kegiatan, yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna.

2. Jalan Kolektor Primer adalah jalan provinsi dalam sistem jaringan jalan
primer, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat provinsi, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat
kegiatan, yang berfungsi melayani angkutan pengumpulan atau pembagi
dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.

3. Jalan Arteri Sekunder adalah jalan kota dalam sistem jaringan jalan
sekunder, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kota, dengan menghubungkan antarpusat pelayanan
dalam kota, yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri

2 - 13
KKN 2021

perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna.

4. Jalan Kolektor Sekunder adalah jalan kota dalam sistem jaringan jalan
sekunder, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kota, dengan menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota, yang berfungsi melayani
angkutan pengumpulan atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

Atas dasar pengertian-pengertian tersebut di atas dan rencana sistem pusat


pelayanan kota, maka direncanakan pengembangan jalan sebagai berikut :
1. Ruas-ruas jalan yang direncanakan berfungsi sebagai Jalan Arteri
Primer (Jalan Nasional) meliputi:
a. Jalan Tol ruas Tangerang – DKI Jakarta;
b. Rencana Jalan Tol ruas Serpong – Kunciran – Bandara;
c. Rencana Jalan Tol ruas Batuceper – Teluknaga;
d. Jalan arteri primer ruas Jakarta – Tangerang – Bitung meliputi Jalan
Daan Mogot, Jalan Merdeka, dan Jalan Gatot Subroto;
e. Mengembangkan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan M.H. Thamrin
menjadi jalan arteri primer; dan
f. Rencana Jalan STA 11 ruas Daan Mogot – Benda menjadi jalan arteri
primer.
2. Ruas-ruas jalan yang direncanakan berfungsi sebagai Jalan Kolektor
Primer (Jalan Provinsi) meliputi:
a. Jalan KH. Hasyim Ashari;
b. Jalan HOS. Cokroaminoto; dan
c. Jalan Raden Fattah – Jombang Raya.
3. Ruas-ruas jalan yang direncanakan berfungsi sebagai Jalan Arteri
Sekunder (Jalan Kota) meliputi:
a. Jalan Benteng Betawi;
b. Jalan Imam Bonjol – Jalan Oto Iskandar Dinata;
c. Jalan Dr. Sutomo;
d. Jalan Husein Sastranegara;

2 - 14
KKN 2021

e. Jalan AMD;
f. Jalan Pajajaran;
g. Jalan Prabu Kiansantang;
h. Jalan Prabu Siliwangi – Pasar Kemis;
i. Jalan M. Toha – Jalan KS. Tubun – Jalan Bouroq (Lio baru) – Jalan
sisi Selatan Saluran Mookervart;
j. Jalan Teuku Umar – Jalan Proklamasi;
k. Jalan Karang Sari Raya (Pembangunan III);
l. Jalan Frontage sisi utara Jalan Tol ruas Tangerang – Jakarta;
m. Jalan STA 11 ruas Karang Tengah – Daan Mogot; dan
n. Jalan Lingkar Utara (Cadas – Kedaung - Selatan Pagar Bandara).
4. Ruas-ruas jalan yang direncanakan berfungsi sebagai Jalan Kolektor
Sekunder (Jalan Kota) dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Berdasarkan pengembangan sistem jaringan jalan serta sistem pusat
pelayanan yang dikembangkan di Kota Tangerang, maka dapat diwujudkan
rencana struktur ruang kota sebagaimana terlihat pada Gambar 2.2.

2 - 15
KKN 2021

Gambar 2.2 PETA RENCANA STRUKTUR RUANG KOTA TANGERANG

2- 16
KKN 2021

Tabel 2.2 RENCANA PENGEMBANGAN JALAN KOLEKTOR SEKUNDER

NO NAMA JALAN

1 Jl. Adam Malik


2 Jl. Wahid Hasyim
3 Jl. dr. Cipto Mangunkusomo
4 Jl. Pondok Kacang
5 Jl. Lingkar Selatan
6 Jl. Muchtar Raya
7 Jl. Swadaya (Perumahan Larangan Indah)
8 Jl. Puri Beta Utara (Perumahan Puri Beta)
9 Jl. Bazoka Raya
10 Jl. Raden Saleh
11 Jl. Tembus Kr. Tengah - Larangan
12 Jl. Graha Raya
13 Jl. KH. Mas Mansyur
14 Jl. Sultan Ageng Tirtayasa
15 Jl. Gempol Raya
16 Jl. Kyai Maja
17 Jl. Alam Sutra (Perumahan Alam Sutra)
18 Jl. HR. Rasuna Said
19 Jl. Frontage Tol JORR II
20 Jl. H. Mansur
21 Jl. KH. Ahmad Dahlan
22 Jl. Ki Hajar Dewantara
23 Jl. Tembus Polsek Cipondoh-Pikun
24 Jl. Maulana Hasanudin
25 Jl. Sisi Barat Maulana Hasanudin
26 Jl. Tembus Komplek Garuda - Poris Indah
27 Jl. Poris Jaya
28 Jl. Poris Indah

2 - 17
KKN 2021

NO NAMA JALAN
29 Jl. Panglima Polim
30 Jl. Permata Raya ( Perumahan Taman Royal)
31 Jl. KH. Agus Salim
32 Jl. Sisi Utara Rel Kereta
33 Jl. Frontage Tol JORR II
34 Jl. Wijaya Kusuma (Perumahan Banjar Wijaya)
35 Jl. Taman Golf Boulevard (Perumahan Modernland)
36 Jl. Modern Golf Boulevard (Perumahan Modernland)
37 Jl. Hartono Boulevard (Perumahan Modernland)
38 Jl. Honoris Raya (Perumahan Modernland)
39 Jl. Kampung Kelapa
40 Jl. Tembus Modernland - Frontage
41 Jl. TMP Taruna
42 Jl. Moh. Yamin
43 Jl. Veteran
44 Jl. Kisamaun
45 Jl. Perintis Kemerdekaan
46 Jl. Nyimas Melati
47 Jl. Maulana Yusuf
48 Jl. Tembus Veteran - Merdeka
49 Jl. MT. Haryono
50 Jl. Dimyati
51 Jl. Kiasnawi
52 Jl. Ahmad Yani
53 Jl. Dewi Sartika - Satria
54 Jl. Windu Karya - Siswa Dalam
55 Jl. Liem Si Liong
56 Jl. Tembus Husein - Perancis
57 Jl. Perancis
58 Jl. Atang Sanjaya
59 Jl. Husein Sastranegara

2 - 18
KKN 2021

NO NAMA JALAN
60 Jl. Halim Perdanakusuma
61 Jl. Saluran Irigasi Cisadane Timur
62 Jl. Garuda
63 Jl. Merpati
64 Jl. Juanda
65 Jl. Pembangunan 1
66 Jl. Pembangunan 2
67 Jl. Adisucipto
68 Jl. dr. Sitanala
69 Jl. Marsekal Suryadarma
70 Jl. Iskandar Muda
71 Jl. Tembus I Suryadarma - Iskandar Muda
72 Jl. Tembus II Suryadarma - Iskandar Muda
73 Jl. Tembus III Suryadarma - Iskandar Muda
74 Jl. Promenade Sungai Cisadane
75 Jl. KS.Tubun
76 Jl. Saluran Induk Cisadane Barat
77 Jl. Arya Kemuning
78 Jl. Benua Indah
79 Jl. Galeong
80 Jl. Soebandi
81 Jl. Aria Santika
82 Jl. Sasmita
83 Jl. Aria Wasangkara
84 Jl. Beringin Raya (Perumnas I)
85 Jl. Kavling Pemda
86 Jl. Karet (Perumnas I)
87 Jl. Prambanan (Perumnas II)
88 Jl. Dipati Unus
89 Jl. Empu Gandring Raya
90 Jl. Borobudur (Perumnas II)

2 - 19
KKN 2021

NO NAMA JALAN
91 Jl. Dipati Ukur
92 Jl. Dharma Wangsa
93 Jl. Prabu Siliwangi
94 Jl. Kali Sabi
95 Jl. Palem Manis 3-4
96 Jl. Palem Manis Raya
97 Jl. Manis Raya
98 Jl. Telesonik
99 Jl. Jalan Industri
100 Jl. Gajah Tunggal
101 Jl. Caplang
102 Jl. Tembus Caplang - Mutiara Pluit
103 Jl. Duta Indah Residen
104 Jl. Doyong
105 Jl. Purati
Vila Tangerang Raya (Perumahan Vila Tangerang
106
Jl. Regensi)
107 Jl. Mutiara Pluit Utama (Perumahan Mutiara Pluit)
108 Jl. Taman Elang
109 Jl. Kota Bumi

B. Lokasi Terminal
1. Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan meliputi terminal
angkutan penumpang dan terminal angkutan barang. Terminal
angkutan penumpang meliputi:
a. Terminal Tipe A meliputi Terminal Poris Plawad dengan konsep
pengembangan sebagai terminal terpadu dan Terminal Jatiuwung;
b. terminal Tipe B meliputi pembangunan terminal antar kota
diperbatasan yaitu Terminal Ciledug dan/atau Larangan, Terminal
Imam Bonjol di Kecamatan Cibodas dan Terminal Cadas dan/atau

2 - 20
KKN 2021

Periuk; dan terminal Tipe C meliputi pengembangan terminal


dalam kota.
2. Rencana terminal penumpang tipe C dijelaskan lebih rinci dalam
Rencana Detail Tata Ruang.
3. Rencana terminal angkutan barang terletak di Kecamatan Jatiuwung.

Rencana pengembangan terminal angkutan umum di Kota Tangerang


meliputi pengembangan Terminal Poris Plawad sebagai terminal terpadu dan
rencana pembangunan terminal perbatasan. Pembangunan terminal
perbatasan dilakukan sebagai upaya membatasi angkutan umum khususnya
bus antar kota antar propinsi masuk ke dalam kota. Terminal perbatasan yang
akan direncanakan terdiri dari Terminal Ciledug/Larangan, Terminal
Jatiuwung, Terminal Cibodas (yang lokasinya terletak di Jalan Imam
Bonjol), dan Terminal Cadas/Periuk. Pengembangan terminal di wilayah
Ciledug dan sekitarnya sudah sangat mendesak. Hal ini dikarenakan Ciledug
dan sekitarnya merupakan wilayah perdagangan dan jasa serta pemukiman
yang padat, oleh karenanya Ciledug merupakan pusat bangkitan dan tarikan
lalu lintas yang tinggi yang berdampak pada tingginya tingkat mobilitas di
wilayah tersebut dan hal tersebut tidak dibarengi penyediaan kapasitas jalan
yang memadai sehingga seringkali terjadi kemacetan lalu lintas.
Kondisi Ciledug yang merupakan salah satu titik rawan kemacetan lalu lintas
semakin diperparah dengan kesemrawutan lalu lintas yang disebabkan oleh
angkutan umum yang mangkal/parkir di tiap sudut bagian wilayah Ciledug.
Hal tersebut dikarenakan terminal Lembang yang ada sudah tidak berfungsi
lagi mengingat lokasi tersebut untuk saat ini telah difungsikan sebagai pasar
tradisional.
Dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di wilayah Ciledug yang kian hari
bertambah parah maka Pemerintah Kota telah melakukan penanganan dengan
membangun underpass persimpangan Ciledug, dimana diharapkan dengan
adanya simpang susun akan mereduksi titik konflik arus lalu lintas sehingga
kelancaran lalu lintas dapat terwujud.
Namun demikian persoalan kemacetan lalu lintas tidak hanya disebabkan
oleh konflik lalu lintas di persimpangan Ciledug saja tetapi hal yang perlu

2 - 21
KKN 2021

dipertimbangkan adalah banyaknya lokasi-lokasi yang dijadikan sebagai


terminal bayangan dari angkutan umum yang beroperasi di wilayah Ciledug
sehingga sangat mempengaruhi sekali terhadap tingkat kelancaran lalu lintas.
Sebagai informasi angkutan umum yang beroperasi di wilayah Ciledug
terdiri dari ± 14 trayek dengan jumlah kendaraan ± 1.750 unit.
Dengan demikian untuk mengatasi permasalahan kemacetan dan
kesemrawutan lalu lintas di wilayah Ciledug dan sekitarnya harus
dilaksanakan secara komprehensif. Hal yang sangat perlu dipertimbangkan
adalah dengan mengembangkan Terminal angkutan penumpang umum di
wilayah Ciledug yang difungsikan sebagai berikut:
a) Adanya terminal Ciledug akan berfungsi sebagai salah satu alat
pengendali lalu lintas dimana angkutan umum yang beroperasi di
wilayah tersebut memiliki orientasi asal dan tujuan sebagai titik
transfer penumpang sehingga dengan lokasi terminal yang
representatif dapat menghilangkan terminal bayangan dan pada
akhirnya dapat berkonstribusi terhadap kelancaran lalu lintas di
wilayah Ciledug.
b) Berdasarkan informasi yang ada, oleh Pemerintah Propinsi DKI
Jakarta akan dikembangkan Koridor Bus way Blok M – Ciledug maka
dengan adanya pengembangan terminal Ciledug dapat digunakan
sebagai terminal asal/tujuan bus way, dimana dengan masuknya bus
way ke wilayah Ciledug secara signifikan dapat berkonstribusi pada
peningkatan kelancaran lalu lintas mengingat munculnya harapan
adanya peralihan penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum.
Supaya keberadaan terminal nantinya dapat beroperasi secara optimal, maka
pengembangan terminal dilengkapi dengan penyediaan fasilitas parkir
kendaraan pribadi dengan konsep park and ride untuk berpindah angkutan di
terminal.
Selain mengembangkan terminal angkutan umum, akan direncanakan
pembangunan terminal angkutan barang yang berlokasi di Kecamatan
Jatiuwung, karena kecamatan ini merupakan wilayah dengan dominasi
kegiatan industri. Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh angkutan
barang adalah belum tersedianya terminal angkutan barang dan jaringan

2 - 22
KKN 2021

lintas yang representatif dimana pilihan jalur untuk lalu lintas angkutan
barang pada jaringan jalan kota terbatas.
Adapun konsep dasar pengembangan program pengembangan jaringan lintas
dan terminal angkutan barang adalah sebagai berikut:
a) Dalam mengembangkan jaringan lintas angkutan barang sumber daya
yang dibutuhkan adalah adanya sistem jaringan jalan yang
menghubungkan langsung ke pusat-pusat kegiatan pembangkit dan
penarik distribusi barang (industri, pergudangan, bandara)
b) Berdasarkan perencanaan sistem jaringan jalan yang ada sesuai
dokumen RTRW Kota Tangerang menunjukkan sistem jaringan jalan
yang terbentuk sangat menunjang konsep tersebut, dimana secara
makro adanya pola jalan circular yang memungkinkan
pengembangan jaringan lintas angkutan barang melalui ruang-ruang
kegiatan distribusi barang dan kondisi demikian akan sangat
mengeliminir lalu lintas angkutan barang yang selama ini menjadi
salah satu komponen utama yang berkonstribusi pada kurang
lancarnya arus lalu lintas di pusat-pusat kota.
c) Selain dari pengembangan jaringan lintas maka guna
mengoptimalkan distribusi barang perlu diwujudkan adanya terminal
angkutan barang yang memiliki jaringan pelayanan yang terintegrasi
dengan sistem kepelabuhan sehingga kecepatan, kepastian dan biaya
distribusi barang menjadi lebih efisien.
d) Dengan terbentuknya sistem jaringan lintas dan terminalisasi
angkutan barang diharapkan lebih menjamin kelancaran distribusi
barang sehingga pada akhirnya dapat memberikan nilai tambah bagi
kota Tangerang untuk berkompetisi dalam menarik investor.

C. Pengembangan Prasarana dan Sarana Angkutan Umum


 Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal
Jaringan pelayanan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (2) huruf c meliputi sistem angkutan massal dalam kota sebagai
moda angkutan umum pada jalan-jalan utama yang memiliki nilai

2 - 23
KKN 2021

strategis dan angkutan umum massal terintegrasi dengan Sistem


Angkutan Umum Massal JABODETABEK.

Pengembangan potensi sistem angkutan umum massal (SAUM) di


wilayah Kota Tangerang dilaksanakan berdasarkan pertimbangan sebagai
berikut bahwa konsep sistem angkutan umum massal (SAUM) adalah
mengedepankan passenger traffic daripada vehicle traffic yakni:
a) Melayani tingginya tingkat mobilitas masyarakat dengan penyediaan
jumlah angkutan umum terbatas namun sesuai kebutuhan,
b) adanya angkutan umum massal dapat memberikan pilihan bagi pelaku
perjalanan yang selama ini dalam melakukan mobilitasnya dengan
menggunakan kendaraan pribadi diharapkan beralih ke angkutan
umum massal sebagai sarana angkut alternatif,
c) terlaksananya kedua kondisi tersebut diatas, diharapkan dapat
berkonstribusi terhadap penurunan kepadatan lalu lintas di koridor-
koridor utama wilayah Kota Tangerang.
Adanya perubahan kebijakan transportasi umum di wilayah DKI Jakarta
yang difokuskan pada pengembangan angkutan massal, maka berdampak
pula terhadap pola mobilitas masyarakat daerah penyangga termasuk
Kota Tangerang mengingat sebagian besar pola pergerakan masyarakat
daerah penyangga merupakan pelaku perjalanan komuter. Oleh karena itu
Sistem Angkutan Umum Massal Kota Tangerang dapat memberikan
peluang kemudahan berupa transportasi umum yang andal, dimana selain
dapat menghubungkan kawasan permukiman di wilayah Kota Tangerang
dengan pusat-pusat kegiatan lainnya secara aman, nyaman, tepat waktu
dan teratur juga dapat terintegrasi dengan pelayanan angkutan massal di
wilayah lainnya seperti Trans Jakarta Bus Way.
Pengembangan angkutan massal diharapkan selain dapat meningkatkan
kualitas pelayanan transportasi umum, juga diharapkan dapat menekan
biaya transportasi karena tarif yang dikenakan angkutan massal lebih
rendah dibanding dengan angkutan non massal.
Pengembangan potensi angkutan umum massal dengan sistem bus
prioritas sangat memungkinkan dikembangkan di Kota Tangerang

2 - 24
KKN 2021

terutama di Koridor Jalan Daan Mogot – Jalan Sudirman – Jalan MH.


Thamrin.
Namun demikian agar pengembangan sistem bus priority ini dapat
dilaksanakan secara optimal, maka pengembangan sistem bus priority
kiranya dapat diarahkan dengan memperpanjang Koridor 3 jalur busway
Harmoni – Kalideres ke Terminal Poris Plawad dengan pertimbangan
sebagai berikut:
a) Pengembangan koridor bus way Harmoni – Kalideres ke Terminal
Poris Plawad akan sangat mendudukkan wilayah Tangerang semakin
strategis mengingat koridor tersebut akan menghubungkan langsung ke
pusat Harmoni Central Busway sehingga masyarakat Tangerang dapat
diberikan kemudahan mencapai seluruh wilayah DKI Jakarta.
b) Keberadaan busway ke Terminal Poris Plawad memberikan daya tarik
tersendiri pada sebagian penumpang komuter untuk melakukan
transfer kendaraan umum di Terminal Poris Plawad dan hal tersebut
pada akhirnya dapat mewujudkan sinergi antara sistem busway
dengan trayek angkutan Kota Tangerang yang berorientasi di
Terminal Poris Plawad sebagai trayek pengumpan jalur Busway
(Feeder Busway) sehingga diharapkan penggunaan Terminal Poris
Plawad sebagai central terminating menjadi lebih optimal.
c) Sistem Pengembangan angkutan massal ke Kota Tangerang yang
menyatu dengan sistem busway koridor Harmoni – Kalideres akan
menjadi lebih efisien mengingat bahwa penumpang dari Tangerang ke
Jakarta atau sebaliknya dilakukan hanya sekali perjalanan.
 Pengembangan Sistem Primer Jaringan Pelayanan Angkutan
Penumpang Umum
Pada hakekatnya pengembangan sistem primer jaringan pelayanan
angkutan penumpang umum merupakan perubahan yang mendasar pola
pelayanan angkutan penumpang umum terutama angkutan AKAP dan
Bus Kota yang beroperasi di wilayah Kota Tangerang.
Adapun konsep dasar pengembangan program ini adalah sebagai berikut:
a. Dengan terbangunnya jaringan jalan STA 11 yang menghubungkan
Tol Jakarta Merak – Benteng Betawi – Tol Prof Sedyatmo ataupun

2 - 25
KKN 2021

terbangunnya jaringan jalan STA 15 yang dikenal sebagai JORR 2


yang menghubungkan BSD – Tol Jakarta Merak – Bandara Soekarno
Hatta merupakan sumber daya dalam mengembangkan sistem primer
jaringan pelayanan angkutan penumpang umum dimana Bus AKAP
dan Bus Kota yang menghubungkan Kota Tangerang dengan daerah
lain diarahkan pada jaringan jalan dimaksud menuju ke Terminal Poris
Plawad.
b. Konsep tersebut akan berdampak mengurangi kepadatan lalu lintas
yang melintas di pusat kota yakni Jalan Jendral Sudirman dan Jalan
M.H. Thamrin.
c. Selain dari itu konsep tersebut dapat secara signifikan mengoptimalkan
fungsi Terminal Poris Plawad sebagai central terminating akibat
adanya perubahan pola pergerakan angkutan, dimana akan
menghilangkan transfer penumpang di sepanjang ruas Jalan Jendral
Sudirman dan Jalan MH. Thamrin sehingga para penumpang secara
sistem diarahkan melakukan pindah moda angkutan di Terminal Poris
Plawad.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.3.

2 - 26
KKN 2021

Gambar 2.3 PETA RENCANA JARINGAN TRANSPORTASI

2- 27
KKN 2021

D. Sistem Jaringan Jalur Kereta Api


1. Sistem jaringan perkeretapian meliputi:
a. perkeretaapian umum; dan
b. perkeretaapian khusus.
2. Perkeretaapian umum antarkota yang melayani angkutan penumpang
double track Tangerang – Jakarta.
3. Perkeretaapian khusus melayani angkutan penumpang dengan jalur
Bandara Udara Soekarno Hatta – Tangerang – Serpong dan Bandar
Udara Soekarno Hatta – Jakarta.
4. Pengembangan prasarana dan sarana baru jaringan jalur kereta api intra
kota.
5. Stasiun kereta api di Kota Tangerang terdiri atas pengembangan stasiun
kereta api eksisting meliputi Stasiun Tangerang, Stasiun Tanah Tinggi,
Stasiun Poris Plawad, dan Stasiun Poris, serta pembangunan stasiun baru
pada rencana jalur kereta api Bandara Udara Soekarno Hatta –
Tangerang – Serpong.

Sistem jaringan jalur kereta api sebagai salah satu moda transportasi tidak
dapat dipisahkan dari moda-moda transportasi lain. Transportasi sistem
jaringan jalur kereta api, dibanding dengan transportasi jalan, mempunyai
keunggulan tersendiri. Sistem jaringan jalur kereta api mempunyai
karakteristik pengangkutan secara massal dan memakai ruang secara lebih
efisien. Karena itu, moda ini perlu lebih dikembangkan potensinya dan
ditingkatkan peranannya sebagai penghubung antar wilayah dan sebagai
penunjang, pendorong dan penggerak pembangunan demi peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Kota Tangerang dilalui jalur kereta api Tangerang (Pasar Anyar) – Jakarta
(Duri) sejauh 6,80 km. Optimalisasi penggunaan moda angkutan kereta api
merupakan salah satu alternatif terbaik untuk mengatasi masalah kongesti
lalu lintas jalan raya, di samping melakukan peningkatan kondisi jaringan
jalan.
Arahan pengembangan sistem jaringan jalur kereta api meliputi
pengembangan jalur kereta api dalam skala regional, pengembangan jalur

2 - 28
KKN 2021

kereta api untuk keperluan penyelenggaraan kereta api bagi, serta


pengembangan jalur kereta api baru.
Rencana pengembangan jaringan jalur kereta api terdiri atas:
(1) Meningkatkan aksesibilitas prasarana dan sarana jaringan jalur kereta api
double track Tangerang – Jakarta.
(2) Pembangunan prasarana dan sarana baru jaringan jalur kereta api
Serpong – Tangerang – Bandara Soekarno Hatta.
(3) Pengembangan prasarana dan sarana baru jaringan jalur kereta api Jakarta
– Tangerang menuju Karawaci.
(4) Pengembangan jaringan kereta api akses Bandara Soekarno Hatta –
Jakarta.
(5) Persilangan jaringan jalan dan jaringan jalur kereta api diarahkan menjadi
persilangan tidak sebidang.
(6) Pengembangan jaringan jalur kereta api tidak sebidang (subway atau fly
over).

2.2.4.1 Sistem Jaringan Transportasi Udara

Rencana pengembangan simpul transportasi udara meliputi:


a. mendukung pengembangan Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta yang
ditetapkan sebagai bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer;
b. ruang udara untuk penerbangan akan ditetapkan lebih lanjut oleh instansi
pengelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. penataan dan pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar Bandar Udara
Soekarno Hatta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Kondisi sistem jaringan transportasi udara lebih diarahkan untuk meningkatkan


interaksi antar kawasan, sehingga arahan pengembangan bandar udara di Kota
Tangerang adalah:
1. Mengembangkan pelayanan sarana, prasarana dan sistem pengoperasian
bandara Soekarno Hatta sesuai dengan fungsinya sebagai bandara pusat

2 - 29
KKN 2021

penyebaran primer yang secara langsung melayani pergerakan orang dan


barang dari dan ke luar negeri.

2. Mewujudkan pengembangan Bandar Udara Cargo untuk mendukung


pertumbuhan kebutuhan pelayanan ekspor impor angkutan barang.

3. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan pada


kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) dan kawasan kebisingan.

Untuk mendukung kelancaran pergerakan orang dan barang dari dan ke Kota
Tangerang dan sekitarnya dengan menggunakan Bandar Udara Soekarno-Hatta,
maka yang diperlukan adalah rencana pembangunan jalan bebas hambatan dan
jaringan jalur kereta api untuk meningkatkan aksesibilitas ke Bandar Udara
Internasional Soekarno-Hatta.

2.2.4.2 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN ENERGI DAN


KELISTRIKAN
(1) Sistem jaringan energi/kelistrikan diarahkan agar terjamin keandalan dan
kesinambungan penyediaannya.
(2) Sistem jaringan energi terdiri atas:
a. Jaringan pipa minyak dan gas bumi; dan
b. Jaringan tenaga listrik.
(3) Jaringan pipa minyak dan gas bumi terdiri atas:
a. Pengembangan pelayanan wilayah jaringan distribusi energi gas kota sesuai
dengan Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi
Nasional;
b. Pengembangan pelayanan energi gas untuk transportasi melalui pengadaan
Stasiun Pengadaan Bahan Bakar Gas (SPBBG);
c. Pengembangan energi alternatif bagi masyarakat dengan pendistribusian
gas melalui perpipaan; dan
d. Penyediaan dan pemanfaatan jaringan pipa minyak dan gas diatur lebih
lanjut oleh penyelenggara minyak dan gas bumi.
(4) Jaringan tenaga listrik terdiri atas:
a. Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik meliputi:

2 - 30
KKN 2021

1. Jaringan transmisi saluran udara tegangan ekstra tinggi (sutet) dari


station pln di kembangan jakarta barat ke kecamatan karang tengah –
kecamatan ciledug –kecamatan pinang dan pltu 3 banten ke kecamatan
priuk – kecamatan neglasari – kecamatan batuceper – kecamatan
cipondoh – kecamatan pinang – kecamatan tangerang – kecamatan
cibodas – kecamatan jatiueung;
2. Gardu induk di kelurahan batujaya kecamatan batuceper, gardu induk di
kelurahan cikokol kecamatan tangerang, gardu induk di kelurahan
gandasari kecamatan jatiuwung, dan gardu induk di kelurahan periuk
jaya kecamatan periuk, pengadaan gardu distribusi di seluruh wilayah
kota; dan
3. Pengembangan jaringan transmisi bawah tanah;
b. Pemerataan pelayanan penerangan jalan umum pada seluruh lingkungan
permukiman dan peningkatan kualitas penerangan jalan umum pada jalan
protokol, jalan penghubung, taman serta pusat-pusat aktifitas masyarakat;
c. Penyediaan energi listrik alternatif yang berwawasan lingkungan dengan
memanfaatkan tenaga surya, angin, dan sumber lainnya terutama untuk
bangunan-bangunan dengan kebutuhan energi listrik yang besar; dan
d. Penyediaan dan pemanfaatan jaringan tenaga diatur lebih lanjut oleh
penyelenggara kelistrikan.
(5) Rencana sistem jaringan energi/kelistrikan wilayah Kota Tangerang
digambarkan dalam peta Rencana Jaringan Transmisi dan Distribusi Jaringan
Listrik Kota Tangerang sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Penetapan rencana pelayanan kebutuhan prasarana listrik di masa mendatang perlu


memperhatikan ketentuan penetapan jaringan kabel harus mengikuti koridor jalan
utama maupun lingkungan, dan perkiraan kebutuhan listrik 5 – 10 tahun
mendatang, dengan didasarkan pada kebutuhan sebagai berikut:
a. Diasumsikan tiap keluarga terdiri dari 4 – 5 jiwa
b. Standar kebutuhan listrik antara 450 – 1200 watt untuk rumah tangga
c. Standar kebutuhan kegiatan sosial dan ekonomi 250% dari kebutuhan rumah
tangga

2 - 31
KKN 2021

d. Daya listrik untuk industri besarnya disesuaikan dengan kebutuhan.


Pengembangan sistem jaringan energi dan kelistrikan diarahkan agar terjamin
keandalan dan kesinambungan penyediaannya. Pengembangan sistem jaringan
energi dan kelistrikan dilakukan melalui:
a. Pengembangan pelayanan dan penambahan jaringan distribusi energi gas
terutama di kawasan industri, perdagangan dan jasa, serta perumahan;
b. Pengembangan pelayanan energi gas untuk transportasi melalui pemerataan
pengadaan stasiun pengadaan bahan bakar gas (spbbg);
c. Pengembangan jaringan distribusi listrik melalui saluran kabel bawah tanah
untuk kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa, industri dan perumahan;
d. Memperluas pengadaan gardu distribusi;
e. Pemerataan pelayanan penerangan jalan umum pada seluruh lingkungan
permukiman dan peningkatan kualitas penerangan jalan umum pada jalan
protokol, jalan penghubung, taman serta pusat-pusat aktifitas masyarakat; dan
f. Penyediaan energi listrik alternatif yang berwawasan lingkungan terutama
untuk bangunan-bangunan dengan kebutuhan energi listrik yang besar,
memanfaatkan tenaga surya, angin, dan sumber lainnya.

2.2.4.3 RENCANA SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI


Rencanan pengembangan sistem jaringan telekomunikasi meliputi:
a. Sistem jaringan telekomunikasi meliputi pengembangan komunikasi sistem
kabel, seluler dan satelit;
b. Arahan pengembangan prasarana telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada
huruf a, harus dialokasikan pada suatu titik-titik tertentu secara terpadu sesuai
dengan perencanaan (cell planning);
c. Pengembangan jaringan telekomunikasi bawah tanah untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas ruang kota;
d. Pembangunan, penataan dan pengendalian menara telekomunikasi dengan
sistem penggunaan menara bersama telekomunikasi (bts) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
e. Ketentuan penggunaan frekuensi pemancar radio untuk menjamin kelancaran
dan keamanan arus penerbangan ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

2 - 32
KKN 2021

Penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib menjamin terselenggaranya


telekomunikasi melalui jaringan yang diselenggarakannya dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Dalam penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, penyelenggara jaringan
telekomunikasi wajib membangun dan atau menyediakan jaringan
telekomunikasi;
b. Penyelenggara jaringan telekomunikasi dalam membangun jaringan
telekomunikasi wajib memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
c. Penyelenggara jaringan telekomunikasi dalam membangun dan atau
menyediakan jaringan telekomunikasi, wajib mengikuti ketentuan teknis dalam
Rencana Dasar Teknis;
d. Ketentuan mengenai Rencana Dasar Teknis ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi terdiri atas:
f. Pengembangan sistem pelayanan telekomunikasi melalui penerapan teknologi
telekomunikasi yang memadai;
g. Pengembangan jaringan bawah tanah untuk menjaga dan meningkatkan
kualitas ruang kota;
h. Pembangunan menara komunikasi dengan sistem penggunaan menara bersama
yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota; dan
i. Ketentuan penggunaan frekuensi pemancar radio untuk menjamin kelancaran
dan keamanan arus penerbangan ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2.2.4.4 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA


AIR
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air terdiri atas:
a. sungai/kali/saluran pembuang;
b. situ/rawa;
c. saluran irigasi; dan
d. tandon air.

2 - 33
KKN 2021

(2) Sungai/kali/saluran pembuang meliputi:


a. sungai/kali/saluran pembuang lintas provinsi meliputi Sungai Cisadane,
Kali Angke, dan Saluran Pembuang Mookervart;
b. sungai/kali/saluran pembuang lintas kabupaten kota meliputi Kali Cirarab,
Kali Sabi, Kali Cantiga, dan Saluran Pembuang Perancis dan/atau Dadap;
dan
c. sungai/kali/saluran pembuang dalam wilayah kota meliputi Kali Ledug,
Kali Wetan, dan Saluran Pembuang Cipondoh.
(3) Situ/rawa meliputi:
a. Situ Cipondoh dengan luas 126,17 hektar;
b. Situ Bulakan dengan luas 22,00 hektar;
c. Situ Gede dengan luas 5,07 hektar;
d. Situ Cangkring dengan luas 5,17 hektar;
e. Situ Bojong dengan luas 0,60 hektar; dan
f. Situ Kunciran dengan luas 0,30 hektar.
(4) Saluran irigasi meliputi:
a. Saluran Induk Irigasi Cisadane Utara;
b. Saluran Induk Irigasi Cisadane Barat;
c. Saluran Induk Irigasi Cisadane Timur; dan
d. Saluran Induk Tanah Tinggi.
(5) Tandon air yang terdiri dari tandon air buatan untuk air baku dan
pengendalian banjir yang tersebar di wilayah kota.
(6) Pemanfaatan situ sebagai sumber air baku, pengendali banjir, dan pariwisata
dan/atau rekreasi air.
(7) Arahan untuk keberadaan saluran irigasi meliputi:
a. menunjang penyediaan air bagi lahan pertanian yang terdapat di Kecamatan
Periuk, Kecamatan Neglasari, dan Kecamatan Benda; dan
b. pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan
pendayagunaan sumber daya air yang didasarkan pada keterkaitan antara
air hujan, air permukaan, dan air tanah secara terpadu dengan
mengutamakan pendayagunaan air permukaan.
(8) Rencana sistem jaringan sumber daya air wilayah Kota Tangerang dilengkapi
dengan peta Rencana Jaringan Irigasi Kota Tangerang sebagaimana tercantum

2 - 34
KKN 2021

dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan


daerah ini.

Sistem jaringan sumber daya air merupakan sistem sumber daya air pada setiap
wilayah sungai/kali, situ/rawa, saluran irigasi, dan tandon air. Pada wilayah Kota
Tangerang terdapat beberapa sungai/kali utama yang terdiri dari Sungai Cisadane,
Kali Cirarab, Kali Sabi, Kali Angke, Kali Cantiga, Kali Wetan, Saluran Pembuang
Mookervart, Saluran Pembuang Cipondoh, dan Saluran Pembuang
Perancis/Dadap. Sedangkan untuk situ di wilayah Kota Tangerang terdiri dari Situ
Cipondoh, Situ Gede, Situ Cangkring, Situ Bulakan, Situ Bojong, dan Situ
Kunciran. Untuk tandon air di wilayah Kota Tangerang terdiri dari tandon air
buatan untuk air baku dan pengendalian banjir.
Di Kota Tangerang masih terdapat beberapa saluran irigasi utama yang terdiri dari
Saluran Induk Irigasi Cisadane Barat, Saluran Induk Irigasi Cisadane Timur,
Saluran Induk Irigasi Cisadane Utara, dan Saluran Induk Tanah Tinggi.
Keberadaan saluran irigasi yang diarahkan untuk menunjang penyediaan air bagi
lahan pertanian yang terdapat di kawasan utara, timur dan barat Kota dengan
kriteria pengembangan sistem jaringan irigasi adalah:
a. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan
pendayagunaan sumber daya air yang didasarkan pada keterkaitan antara air
hujan, air permukaan, dan air tanah secara terpadu dengan mengutamakan
pendayagunaan air permukaan.
b. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan prinsip
satu sistem irigasi satu kesatuan pengembangan dan pengelolaan, dengan
memperhatikan kepentingan pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi
di bagian hulu, tengah, dan hilir secara selaras.
c. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang dilaksanakan oleh
pemerintah wajib melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan
mengutamakan kepentingan dan peran serta masyarakat.
Arahan pemanfaatan ruang pada wilayah di sekitar sungai, situ/rawa, dan saluran
irigasi sebagai ruang terbuka dan jalur hijau utama kota untuk menjamin
keseimbangan ekologi kota.

2 - 35
KKN 2021

2.2.4.5 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM INFRASTRUKTUR


PERKOTAAN
Rencanan pengembangan sistem infrastruktur perkotaan terdiri atas:
a. pengembangan sistem penyediaan air minum;
b. pengembangan sistem pengelolaan air limbah;
c. pengembangan sistem persampahan;
d. pengembangan sistem drainase/pengendali banjir;
e. penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki
dan jalur sepeda;
f. jalur evakuasi bencana;
g. sistem proteksi kebakaran; dan
h. sistem perparkiran.

2.2.4.6 Sistem Prasarana Air Bersih Pengembangan Sistem Penyediaan Air


Minum
(1) Sistem penyediaan air minum meliputi:
a. Jaringan perpipaan; dan
b. Jaringan non-perpipaan.
(2) Pengembangan sistem penyediaan air minum meliputi:
a. Pendistribusian air minum untuk seluruh lapisan masyarakat melalui
sistem perpipaan dengan memperhatikan batasan maksimal pemanfaatan
air agar tidak mengganggu keseimbangan hidrologi;
b. Pengembangan penyediaan air minum dilakukan untuk memenuhi
cakupan pelayanan minimal 80% dari seluruh jumlah penduduk;
c. Pengembangan jaringan pipa distribusi air minum diprioritaskan pada
daerah yang rawan air tanah meliputi Kecamatan Jatiuwung dan
Kecamatan Batuceper;
d. Pengurangan pemakaian air tanah untuk wilayah yang sudah terlayani
jaringan pipa distribusi air bersih meliputi Kecamatan Karawaci,
Kecamatan Cibodas, dan Kecamatan Tangerang; dan
e. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air (IPA) pada Saluran Induk
Cisadane Timur di Kecamatan Benda dan Batuceper, Saluran Induk
Tanah Tinggi, Suplesi Bendung Nerogtog Kali Angke, dan Rawa/Situ

2 - 36
KKN 2021

Cipondoh di Kecamatan Cipondoh dan Saluran Induk Cisadane Barat


dan Rawa Bulakan di Kecamatan Periuk.
(3) Jaringan non-perpipaan meliputi sumur dangkal dan sumur dalam akan
diatur lebih lanjut oleh Peraturan Walikota Tangerang.
(4) Rencana pengembangan pelayanan jaringan air minum dilengkapi dengan
peta Rencana Pengembangan Pelayanan Jaringan Air Minum Kota
Tangerang sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, demikian pula
dengan kota Tangerang. Warga kota harus dapat mengakses air bersih dengan
harga yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke
bawah.
Pemerintah Kota Tangerang perlu mengupayakan ketersediaan air bersih guna
memenuhi kebutuhan warganya. Untuk itu perlu menyusun rencana sebaik
mungkin.
Hal utama dalam penyediaan air bersih adalah ketersediaan sumber air baku yang
tersedia di kota Tangerang atau daerah terdekat. Sumber air yang dapat
digunakan untuk air bersih adalah mata air, namun tidak tersedia di daerah
Tangerang. Yang ada adalah sumber air baku dari sungai Cisadane dan Situ-situ.
Salah satu yang dapat dijadikan sumber air baku adalah air dari bendungan
Karian dengan pengolahan penjernihan air di Parungpanjang. Air tanah tidak
disarankan untuk diambil, apalagi dalam jumlah yang besar, karena akan
merusak lingkungan.
Kriteria pengembangan sistem prasarana air bersih adalah sebagai berikut:
a. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dan swasta selain pemerintah dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan prasarana air bersih.
b. Melindungi masyarakat berpendapatan rendah melalui subsidi, peningkatan
blok tarif, hibah dan insentif lain yang bisa meningkatkan penyediaan air
bersih.
c. Memperkuat kapasitas komunitas untuk meningkatkan sumber financial,
manajemen air dan penyediaan fasilitas air bersih.

2 - 37
KKN 2021

d. Rehabilitasi dan perlindungan air yang didasarkan pada ekosistem untuk


memperbaiki kualitas dan kuantitas sumber air.
e. Penyediaan prasarana air bersih dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Rencana pengembangan sistem prasarana air bersih diarahkan kepada:
1. Terlaksananya pendistribusian air bersih untuk seluruh lapisan
masyarakat dengan meningkatkan aksesibilitas terhadap penyediaan air
bersih dengan memperhatikan batasan maksimal pemanfaatan air agar
tidak mengganggu keseimbangan hidrologi;
2. Pengembangan prasarana air bersih dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan seluruh penduduk pada Tahun 2030 dengan tingkat konsumsi
rata-rata sebesar 100 liter/orang/hari dengan cakupan pelayanan minimal
80% dari seluruh jumlah penduduk;
3. Pengembangan jaringan pipa distribusi air bersih diprioritaskan pada
daerah yang rawan air tanah;
4. Pengurangan pemakaian air tanah untuk kawasan yang sudah terlayani
jaringan pipa distribusi air bersih;
5. Pengembangan peran serta masyarakat dan swasta dalam upaya
penyediaan air bersih untuk mencapai target pelayanan air bersih bagi
seluruh penduduk;
6. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air (IPA) pada saluran induk
Cisadane Timur di Kecamatan Benda dan Batuceper, Saluran Induk
Tanah Tinggi, Suplesi bendung Nerogtog Kali Angke, dan Rawa/Situ
Cipondoh di Kecamatan Cipondoh dan saluran induk Cisadane Barat dan
rawa Bulakan di Kecamatan Periuk.

2.2.4.7 Sistem Pengelolaan Air Limbah


(1) Pengembangan sistem pengelolaan air limbah meliputi:
a. Pengembangan prasarana air limbah terdiri atas pengembangan prasarana air
limbah domestik yang dihasilkan oleh kegiatan di kawasan perumahan,
permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, serta prasarana air limbah industri,
dan rumah sakit;

2 - 38
KKN 2021

b. Peningkatan akses pelayanan air limbah domestik hingga mencapai cakupan


pelayanan minimal 80% dari seluruh jumlah penduduk dengan memprioritaskan
penggunaan sistem off-site atau sewerage dan on site;
c. Pengembangan pelayanan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) pada daerah
yang telah memiliki sistem off-site di WPK II, WPK IV dan WPK V;
d. Air limbah industri dan rumah sakit harus diproses dalam instalasi pengolahan air
limbah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
e. Prasarana limbah industri terpusat untuk mencegah pencemaran tanah dan sumber
air melalu sistem jaringan perpipaan tertutup, khususnya bagi industri kecil dan
menengah yang memiliki kemampuan terbatas dalam mengelola limbah cair yang
dihasilkannya; dan
f. Pemanfaatan air limbah domestik dari permukiman dan limbah industri melalui
proses daur ulang air limbah sebagai upaya pengurangan eksploitasi sumber daya
air dengan membuat IPAL.
(2) Sistem pengelolaan air limbah B3 diatur melalui peraturan perundang-undangan.
(3) Rencana sistem pengelolaan air limbah Kota Tangerang dijelaskan lebih rinci dalam
peta Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Pengelolaan air limbah rumah tangga yang berasal dari kakus (black water)
penduduk Kota Tangerang sebagian besar adalah dengan menggunakan
pengolahan setempat (on site), yaitu berupa tangki septik dan sistem peresapan di
halaman rumahnya. Sedangkan untuk air limbah yang berasal dari mandi, cuci
dan dapur (grey water), umumnya dibuang langsung ke saluran drainase yang
ada di depan rumah. Namun sebagian masyarakat juga masih melakukan
pembuangan air limbah langsung ke badan air seperti sungai dan pantai, terutama
bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan tersebut.
Kriteria pengembangan sistem pengelolaan air limbah adalah:
a. Pengembangan prasarana air limbah diarahkan untuk meminimalkan tingkat
pencemaran pada badan air dan air tanah, serta meningkatkan sanitasi kota
melalui pemisahan antara sistem jaringan air limbah domestik, air limbah
industri dan air limbah rumah sakit dan sistem drainase;

2 - 39
KKN 2021

b. Pengembangan prasarana air limbah diarahkan untuk mencapai integrasi


antara rencana penyediaan air bersih dengan pengelolaan limbah sehingga
setiap limbah yang dihasilkan dari pemanfaatan air bersih dapat langsung
terkelola dengan baik.
c. Pembangunan prasarana air limbah domestik skala komunitas berbasis
masyarakat diarahkan pada kawasan kumuh perkotaan, masyarakat
pendapatan rendah dan rawan sanitasi.
d. Pembangunan prasarana air limbah industri diarahkan sebagaimana pasal 34.
e. Pengembangan instalasi pembuang lumpur tinja (IPLT) untuk dapat
mengolah tinja sistem setempat (on site) di WP II, WP IV, dan WP V.
f. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam upaya
pengembangan sistem pengelolaan air limbah di permukiman dan kawasan
industri dan rumah sakit.
g. Pelaksanaan penanganan air limbah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Rencana pengembangan sistem pengelolaan air limbah diarahkan kepada:
b. Pengembangan prasarana air limbah terdiri atas pengembangan prasarana air
limbah domestik yang dihasilkan oleh kegiatan di kawasan perumahan,
permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, serta prasarana air limbah
industri, dan rumah sakit;
c. Peningkatan akses pelayanan air limbah domestik hingga mencapai cakupan
pelayanan minimal 80% dari seluruh jumlah penduduk dengan
memprioritaskan penggunaan sistem off-site atau sewerage dan on site;
d. Pengembangan pelayanan pengolahan lumpur tinja (IPLT) daerah yang telah
memiliki sistem on-site, di WPK II, WPK IV dan WPK V;
e. Pengembangan prasarana limbah industri terpusat untuk mencegah
pencemaran tanah dan sumber air melalu sistem jaringan perpipaan tertutup
dengan sistem cluster, khususnya bagi industri kecil dan menengah yang
memiliki kemampuan terbatas dalam mengelola limbah cair yang
dihasilkannya dengan rincian sebagai berikut :
1. IPAL Terpusat 1 yang melayani Cluster 1 yaitu industri yang berada di
daerah sekitar Kali Sabi dan Sungai Cirarab yang berdekatan dengan
Sungai Cisadane sebelah selatan;

2 - 40
KKN 2021

2. IPAL Terpusat 2 yang melayani Cluster 2 yaitu industri yang berada di


daerah sekitar Saluran Mookervart yang berdekatan dengan Sungai
Cisadane sebelah utara.
f. Pemanfaatan air limbah domestik dari permukiman dan limbah industri
melalui proses daur ulang air limbah sebagai upaya pengurangan eksploitasi
sumber daya air dengan membuat IPAL.

2.2.4.8 Sistem Pengelolaan Sampah


(1) Pengembangan sistem persampahan meliputi:
a. peningkatan akses pelayanan pengelolaan persampahan hingga mencapai
cakupan minimal 80% dari seluruh jumlah penduduk;
b. pengembangan usaha pemilahan dan minimalisasi sampah dengan
pemanfaatan kembali oleh masyarakat secara swadaya dengan konsep
3R (reduce, reuse dan recycling) maupun dengan mengundang investor
pemanfaat sampah;
c. upaya reduksi timbulan sampah terdiri atas:
1. penetapan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka
waktu tertentu;
2. penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
3. kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
4. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
d. mengoptimalkan pemanfaatan tempat pemrosesan akhir sampah (TPA)
Rawa Kucing dengan teknologi yang tepat guna dan berwawasan
lingkungan;
e. pengadaan lokasi tempat penampungan sementara atau TPS terpadu
pada setiap kelurahan;
f. pengembangan prasarana pemrosesan sampah yang memiliki kandungan
bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan teknologi dan metode
pemrosesan yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
dan
g. meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dan swasta dalam
upaya pengembangan sistem pengelolaan persampahan kota dengan
teknologi yang berwawasan lingkungan.

2 - 41
KKN 2021

(2) Rencana pengembangan sistem persampahan Kota Tangerang dijelaskan


lebih rinci dalam peta Rencana Sistem Persampahan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
peraturan daerah ini.

Sampah adalah pencerminan wajah kota. Kota yang bersih tanpa terlihat sampah,
akan meningkatkan citra sebuah kota.
Untuk memperoleh citra tersebut, perlu disusun rencana sebagai berikut:
a. Pengelolaan angkutan sampah dari sumbernya (perumahan/industri/
pertokoan) ke tempat pembuangan akhir.
b. Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir.
c. Pengolahan sampah menjadi barang bernilai ekonomis, antara lain dengan
memproduksi gas metane dari sampah organik selain pembuatan kompos
d. Pengurangan Volume Sampah
Kriteria pengembangan sistem persampahan adalah:
a. Sistem pengelolaan persampahan diselenggarakan berdasarkan asas tanggung
jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas
kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.
b. Pengembangan persampahan diarahkan untuk meminimalkan volume sampah
sejak dari sumbernya dan pengembangan prasarana pengolahan sampah
dengan teknologi yang tepat guna dan berwawasan lingkungan.
c. Mendorong penggunaan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit
mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh
proses alam.
d. Pelaksanaan penanganan sampah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Rencana pengembangan sistem persampahan diarahkan kepada:
h. Peningkatan akses pelayanan pengelolaan persampahan hingga mencapai
cakupan minimal 80% dari seluruh jumlah penduduk.
i. Pengembangan usaha pemilahan dan minimasi sampah dengan pemanfaatan
kembali oleh masyarakat secara swadaya dengan konsep 3R (reduce, reuse
dan recycling) maupun dengan mengundang investor pemanfaat sampah.
j. Upaya reduksi timbulan sampah dilaksanakan melalui:

2 - 42
KKN 2021

1. penetapan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka


waktu tertentu;
2. penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
3. kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
4. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
k. Mengoptimalkan pemanfaatan tempat pembuangan akhir Rawa Kucing
dengan teknologi yang tepat guna dan berwawasan lingkungan.
l. Pengadaan lokasi tempat penampungan sementara atau TPS terpadu pada
setiap kelurahan.
m. Pengembangan prasarana pengelolaan sampah yang memiliki kandungan
bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan teknologi dan metode pengelolaan
yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
n. Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dan swasta dalam upaya
pengembangan sistem pengelolaan persampahan kota dengan teknologi yang
berwawasan lingkungan.

2.2.4.9 Sistem Drainase dan Pengendali Banjir


(1) Pengembangan sistem drainase/pengendali banjir meliputi:
a. Sistem jaringan drainase meliputi jaringan drainase makro dan mikro;
b. Jaringan drainase makro sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan (contoh: merupakan bagian dari sistem pada masing-masing
DAS di Kota Tangerang)
c. Jaringan drainase mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari
drainase primer, sekunder, dan tersier
d. Pengembangan prasarana pengendalian banjir dan drainase dilakukan
melalui:
1. normalisasi aliran sungai dan saluran pembuang;
2. normalisasi dan/atau pengerukan rawa/situ;
3. penataan dan/atau pelebaran sungai dan saluran pembuang;
4. penurapan dan pompanisasi; dan
5. pembuatan polder dan/atau tandon air dan/atau kolam resapan dan
sumur resapan.

2 - 43
KKN 2021

e. penataan kembali sempadan sungai dan rawa/situ sejalan dengan


penataan sungai dan rawa/situ menurut fungsinya yaitu sebagai
pengendali banjir, drainase dan penggelontor;
f. pembangunan, peningkatan dan pengembangan fungsi rawa/situ, tandon
air, kolam resapan dan sumur resapan sebagai lokasi tempat
penampungan air terutama di bagian hulu dan daerah cekungan secara
terbatas dan lahan terbuka;
g. pengembangan drainase diarahkan sebagai saluran air hujan yang
merupakan saluran drainase utama sungai, drainase lingkungan, dan
drainase jalan; dan
h. pembangunan polder/tandon/kolam dan sumur resapan yang terintegrasi
dengan sistem drainase lingkungan perumahan dan pengembangan
kawasan.
(2) Rencana sistem jaringan drainase wilayah Kota Tangerang digambarkan
dalam peta Rencana Jaringan Drainase Kota Tangerang sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari peraturan daerah ini.

Kriteria pengembangan sistem drainase dan pengendali banjir adalah sebagai


berikut:
a. Pengembangan penanganan genangan melalui pembangunan sistem drainase
perkotaan yang terintegrasi dengan prasarana dan sarana kota lainnya dengan
prinsip terdesentralisir, efisien, efektif dan terpadu.
b. Pengembangan sistem jaringan drainase harus terpisah dengan sistem
jaringan air limbah karena dapat membawa pada penurunan kualitas air
permukaan.
c. Pengembangan sistem jaringan drainase perkotaan yang mengarah pada
konservasi air dan berlandaskan konsep drainase yang berwawasan
lingkungan yaitu konsep tanpa peningkatan run-off (zero delta Q) melalui
upaya menahan air hujan sebanyak-banyaknya sebelum akhirnya masuk ke
badan air penerima seperti rawa/situ, tandon air, dan sumur resapan.

2 - 44
KKN 2021

d. Pengembangan sistem drainase harus menggunakan pendekatan sistem


penanganan dari hulu ke hilir, tidak secara parsial dengan memperhatikan
debit banjir rencana.
e. Pengemnbangan system jaringan drainase dengan pelebaran sungai/saluran
pembuang dengan menghitung debit banjir rencana dan mempertahankan
garis sempadan sungai/saluran pembuang
f. Penyediaan sistem drainase dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Rencana pengembangan sistem drainase dan pengendali banjir adalah sebagai
berikut:
b. Pengembangan prasarana pengendalian banjir dan drainase diarahkan untuk :
1. Menciptakan lingkungan kota yang terhindar/berkurang dari banjir dan
genangan air;
2. Menata daerah aliran sungai utama dan saluran pembuang sebagai bagian
penting dari unsur kota dengan menghitung debit banjir rencana dan
pengamanan garis sempadan sungai; dan
3. Mengoptimalkan dan memadukan fungsi jaringan saluran makro/utama,
sub makro, mikro dan lokasi tampungan air (rawa/situ, tandon air, kolam
resapan dan sumur resapan) dalam pengelolaan sistem kawasan.
c. Pengembangan prasarana pengendalian banjir ditujukan untuk meningkatkan
kapasitas prasarana pengendalian banjir 5, 10, 25 dan 50 tahunan dengan
tetap mempertimbangkan debit banjir rencana;
d. Pengembangan prasarana sebagaimana dimaksud pada huruf a pasal ini
dilakukan melalui :
1. Normalisasi aliran sungai dan saluran pembuang;
2. Normalisasi/pengerukan rawa/situ;
3. Penataan/pelebaran sungai dan saluran pembuang;
4. Penurapan dan pompanisasi; dan
5. Pembuatan polder/tandon air/kolam resapan dan sumur resapan.
e. Penataan kembali sempadan sungai dan rawa/situ sejalan dengan penataan
sungai dan rawa/situ menurut fungsinya yaitu sebagai pengendali banjir,
drainase dan penggelontor.

2 - 45
KKN 2021

f. Pembangunan, peningkatan dan pengembangan fungsi rawa/situ, tandon air,


kolam resapan dan sumur resapan sebagai lokasi tempat penampungan air
terutama di bagian hulu dan daerah cekungan secara terbatas dan lahan
terbuka.
g. Pengembangan drainase diarahkan sebagai saluran air hujan yang merupakan
saluran drainase utama sungai, drainase lingkungan, dan drainase jalan.
h. Badan air berupa saluran, kali, sungai, rawa/situ, tandon air dan kolam
resapan tidak dapat diubah peruntukkannya.
i. Potensi pengembangan polder/tandon/kolam dan sumur resapan yang
terintegrasi dengan sistem drainase lingkungan perumahan dan
pengembangan kawasan.

2 - 46
KKN 2021

Gambar 2.4 PETA RENCANA JARINGAN INFRASTRUKTUR

2- 47
KKN 2021

Gambar 2.5 PETA RENCANA JARINGAN DRAINASE

2- 48
KKN 2021

2.2.4.10 RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN PRASARANA


DAN SARANA JARINGAN JALAN PEJALAN KAKI
1. Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki
dan jalur sepeda meliputi jalur pejalan kaki dan sarana penyeberangan orang.
2. Sarana penyeberangan orang meliputi jembatan penyeberangan orang dan sebra
cros yang diatur berdasarkan volume kendaraan bermotor dan volume pejalan
kaki.
3. Rencana pengembangan dan penataan jalur pejalan kaki meliputi:
a. penyediaan jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman pada kawasan
perdagangan dan jasa, perkantoran, sekolah dan rekreasi/wisata serta
mengkaitkannya dengan lokas-lokasi pemberhentian angkutan umum (halte);
b. penyediaan jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman pada setiap
pengembangan jaringan jalan arteri dan kolektor dan diintegrasikan dengan
pengembangan ruang terbuka hijau;
c. penyediaan jalur pejalan kaki yang aman nyaman dapat diakses oleh
penyandang cacat sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan
d. penyediaan jalur pejalan kaki yang menghubungkan antar perumahan di jalan
lingkungan maupun di jalan kolektor.
4. Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jalur sepeda yaitu
mengembangkan fasilitas jalur sepeda yang memadai dalam bentuk ruang lalu
lintas untuk sepeda di sisi jalan atau di ruang milik jalan dengan lajur khusus, di
sisi air, di kawasan komersial/perkantoran dan di RTH.
5. Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki
digambarkan dalam peta Rencana Pedestrian (tempat pejalan kaki) Kota
Tangerang sebagaimana tercantum dalam Lampiran X yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Skenario pengembangan pendestrian untuk Kota Tangerang adalah memposisikan


pedestrian sebagai kepanjangan dari sistem angkutan umum berjadwal dan
memiliki rute tetap. Pengembangan sistem pedestrian di sini tidak akan (tidak
perlu) mengubah tatanan dan pengaturan pemanfaatan ruang yang sudah
ditetapkan.

2 - 49
KKN 2021

Rencana pengembangan jalur-jalur pedestrian Kota Tangerang tahun 2010-2030,


dengan lebar sekurang-kurangnya 2 (dua) meter, adalah untuk mendukung
pengembangan sistem pedestrian di kawasan pusat kota dan sub pusat kota,
melalui rencana-rencana sebagai berikut.
1. Rencana peningkatan fasilitas pedestrian yang sudah ada (berupa trotoar di
jalan-jalan di kawasan pusat kota dan sub pusat kota), yang menghubungkan
antar kawasan fungsional di pusat kota utamanya kawasan perdagangan,
perkantoran, sekolah dan rekreasi/wisata, serta mengkaitkannya dengan lokasi-
lokasi perhentian angkutan umum (halte).
2. Rencana peningkatan fasilitas pedestrian yang sudah ada (berupa trotoar di
jalan-jalan di luar kawasan pusat kota), menghubungkan antar kawasan
fungsional sekitar utamanya kawasan perumahan, sekolah dan rekreasi/wisata,
serta mengkaitkannya dengan tempat perhentian angkutan umum (halte).
3. Rencana pengembangan jalur pedestrian yang baru (berupa trotoar di jalan-
jalan di luar kawasan pusat kota), menghubungkan antar kawasan fungsional
sekitar utamanya kawasan perumahan, sekolah, dan rekreasi/wisata dan
mengkaitkannya dengan tempat perhentian angkutan umum (halte).
Rencana pengembangan jalur pedestrian yang baru dapat dilaksanakan sesuai
kondisi spesifik kawasan dengan kemungkinan sebagai berikut.
a. Penyediaan lahan bagi jalur pedestrian dilakukan dengan cara melalui
pembebasan lahan pekarangan/bangunan dan membangun trotoar jalan.
b. Penyediaan lahan bagi jalur pedestrian yang baru dapat dilakukan bersamaan
dengan rencana peningkatan jalan (rencana-rencana pelebaran jalan yang telah
disusun oleh Pemkot Tangerang).

2.2.4.11 Jalur Evakuasi Bencana


1. Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf f meliputi
escape way dan melting point baik dalam skala kota, kawasan, maupun
lingkungan.
2. Kawasan ruang evakuasi bencana meliputi ruang terbuka atau ruang-ruang
lainnya yang dapat berubah fungsi menjadi melting point ketika bencana terjadi
yang ada disetiap wilayah.

2 - 50
KKN 2021

3. Ruang terbuka yang dapat berubah fungsi menjadi ruang evakuasi bencana
dilengkapi dengan standar pelayanan minimum prasarana pendukung ruang
evakuasi.
4. Jalan-jalan yang ditetapkan sebagai jalur penyelamatan (escape way)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jalan-jalan disekitar wilayah
rawan banjir dan jalan-jalan yang mengarah ke lapangan terbuka yang ada
disetiap wilayah.
5. Jalur evakuasi bencana digambarkan dalam peta Jalur Evakuasi Bencana Kota
Tangerang sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

2.2.4.12 Sistem Proteksi Kebakaran


(1) Pengembangan sistem proteksi kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22 huruf g dimaksudkan untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran
dalam lingkup kota, lingkungan, dan bangunan.
(2) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencerminkan layanan yang disepakati oleh pemangku kepentingan yang
meliputi layanan:
a. pecegahan kebakaran;
b. pemberdayaan peran masyarakat;
c. pemadam kebakaran; dan
d. penyelamatan jiwa dan harta benda.
(3) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur
lebih lanjut dalam Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota
Tangerang.

2.2.4.13 Sistem Perparkiran

Pengembangan sistem perparkiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf h


meliputi:
a. penyediaan parkir diluar badan jalan (off street parking), untuk kegiatan
perdagangan dan jasa, perkantoran, industri dan pergudangan dan kegiatan
pelayanan umum meliputi area parkir, taman parkir dan gedung parkir;

2 - 51
KKN 2021

b. pembatasan dan penataan parkir pada jalan (on street parking) pada kawasan-
kawasan tertentu;
c. penyediaan fasilitas parkir kendaraan pribadi dengan konsep park and ride
untuk berpindah angkutan di terminal dan di stasiun; dan
d. Jumlah minimal parkir yang harus disediakan pada setiap jenis kegiatan yang
menimbulkan bangkitan perjalanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.2.5. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang


Rencana pola pemanfaatan ruang adalah pengalokasian aktifitas kedalam suatu ruang
berdasarkan struktur pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara umum,
pola ruang di Kota Tangerang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kawasan lindung dan
kawasan budidaya.
2.2.5.1. RENCANA KAWASAN LINDUNG
Rencana pengembangan kawasan lindung di Wilayah Kota Tangerang meliputi:
a. kawasan perlindungan setempat;
b. ruang terbuka hijau;
c. kawasan cagar budaya; dan
d. kawasan rawan bencana alam.

Pengertian Kawasan Lindung berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990, adalah


kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan
hidup, baik itu berupa sumber daya alam maupun sumber daya buatan.
Kawasan lindung yang direncanakan di Kota Tangerang terdiri dari :
1. Kawasan Perlindungan Setempat, dan
2. Kawasan Ruang Terbuka Hijau.

2.2.5.2. KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT


(1) Kawasan perlindungan setempat meliputi:

i. kawasan sekitar sempadan situ/rawa yang ditetapkan sekurang-


kurangnya 50 (lima puluh) meter dari titik pasang tertingi ke arah darat,
meliputi Situ Cipondoh, Situ Gede, Situ Bulakan, Situ Cangkring, Situ
Bojong, dan Situ Kunciran;

2 - 52
KKN 2021

j. kawasan sekitar sempadan sungai/kali/saluran pembuang meliputi


Sungai Cisadane, Kali Angke, Kali Cirarab, Kali Sabi, Kali Cantiga,
Kali Ledug, Kali Wetan, Saluran Pembuang Perancis/Dadap, Saluran
Pembuang Mookervart, Saluran Pembuang Cipondoh, dan kali/saluran
yang terdapat di kawasan permukiman;
k. kawasan sekitar sempadan saluran irigasi meliputi Saluran Induk Irigasi
Cisadane Timur, Saluran Induk Irigasi Cisadane Barat, Saluran Induk
Irigasi Cisadane Utara, dan Saluran Induk Tanah Tinggi.
(2) Arahan pemanfaatan ruang pada wilayah situ/rawa, sungai/kali/saluran
pembuang, dan saluran irigasi sebagai ruang terbuka hijau dan jalur hijau
utama kota untuk menjamin keseimbangan ekologi kota.

(3) Penataan kawasan sempadan sungai/kali dapat difungsikan sebagai daerah


konservasi dan taman kota serta kegiatan lain yang tidak mengganggu dan atau
memutus fungsi ekologis dan ekosistem sungai.

Yang dimaksud dengan kawasan lindung setempat meliputi:


e. kawasan situ beserta sempadannya, dan
f. kawasan sungai beserta sempadannya.
Arah pemanfaatan ruang kawasan situ/rawa dan sekitarnya meliputi :
a. Konservasi ekosistem situ/rawa dan keanekaragaman hayati dengan melakukan
pengamanan situ/rawa sebagai upaya awal agar jumlah dan luasannya tidak
semakin berkurang akibat kegiatan alih fungsi atau pemanfaatan lahan
situ/rawa secara illegal.
b. Daerah resapan air melalui proses rehabilitasi dengan mengembalikan situ-situ
kepada luasan dan fungsi awal, dengan luas areal situ sekarang adalah sebagai
berikut:
1. Situ Cipondoh dengan luas 126,17 Ha
2. Situ Bulakan dengan luas 22,00 Ha
3. Situ Gede dengan luas 5,07 Ha
4. Situ Cangkring dengan luas 5,17 Ha
5. Situ Bojong dengan luas 0,60 Ha
6. Situ Kunciran dengan luas 0,30 Ha

2 - 53
KKN 2021

Luasan areal tersebut belum termasuk garis sempadan situ.


c. Pemanfaatan situ sebagai sumber air baku, pengendali banjir, dan
pariwisata/rekreasi air.
d. Pemanfaatan sempadan situ sebagai ruang terbuka hijau dengan pengendalian
secara konsisten terhadap kegiatan alih fungsi atau pemanfaatan lahan
sempadan situ secara illegal yang dapat memutus dan mengganggu fungsi
ekologis ekosistem situ/rawa.
e. Menata kawasan Situ Cipondoh, Situ Gede, Situ Bulakan, Situ Cangkring Situ
Bojong, dan Situ Kunciran sebagai ruang terbuka utama kota untuk menjamin
keseimbangan ekologi kota termasuk garis sempadannya.
f. Mengoptimalkan penataan ruang daerah sekitar situ/rawa sehingga dapat
dimanfaatkan secara ramah lingkungan dan mendukung upaya konservasi
ekosistem kawasan situ/rawa.
Garis sempadan situ yang ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter
dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Arah pemanfaatan ruang kawasan sungai dan sekitarnya meliputi:
a. Konservasi kawasan sungai sebagai sumber air baku dalam penyediaan air
bersih bagi masyarakat Kota Tangerang.
b. Meningkatkan kualitas air sungai dengan mengembalikan kepada peruntukkan
dan kelas semula yang telah ditetapkan sesuai peraturan yang berlaku.
c. Penataan kawasan sempadan sungai dapat difungsikan sebagai daerah
konservasi dan taman kota serta kegiatan lain yang tidak mengganggu dan atau
memutus fungsi ekologis ekosistem sungai.
Garis sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria:
a. Garis sempadan sungai bertanggul (tanggul jalan inspeksi) di dalam kawasan
perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 m di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul jalan inspeksi.
b. Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanggul dapat diperkuat,
diperlebar dan ditinggikan yang dapat berakibat bergesernya garis sempadan
sungai.
c. Garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
ditetapkan sebagai berikut:

2 - 54
KKN 2021

1. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m, garis sempadan


ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai pada waktu
ditetapkan;
2. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m garis sempadan
ditetapkan sekurang-kurangnya 15 m dihitung dari tepi sungai pada waktu
ditetapkan dan khusus untuk Sungai Cisadane garis sempadan ditetapkan
20 m dari tepi sungai.
d. Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan adalah
tepi bahu jalan yang bersangkutan dengan ketentuan konstruksi dan
penggunaan harus menjamin kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan
sungai.

2.2.5.3. KAWASAN RUANG TERBUKA HIJAU


(1) RTH kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b terdiri dari RTH
Publik dan RTH Privat.
(2) Prosentase luas keseluruhan RTH sampai akhir tahun perencanaan sekurang-
kurangnya ditetapkan 30 % dari luas wilayah Kota Tangerang terdiri dari 20%
RTH publik dan 10% terdiri dari RTH privat yang mana penyediaan RTH
Publik 20 % dilakukan secara bertahap.
(3) RTH Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi:
a. RTH Taman yang meliputi:
1. taman lingkungan perumahan dan permukiman yang tersebar diseluruh
wilayah Kota Tangerang;
2. taman kelurahan yang akan dikembangkan pada setiap kelurahan;
3. taman kecamatan yang akan dikembangkan pada setiap kecamatan;
4. taman kota yang akan dikembangkan pada kawasan pusat-pusat
pelayanan kota,
5. hutan kota, dan
6. sabuk hijau (green belt) merupakan pembatas antara kegiatan industri
dan kegiatan perumahan yang terdapat di Kecamatan Jatiuwung,
Kecamatan Periuk, Kecamatan Cibodas, Kecamatan Karawaci, dan
Kecamatan Batuceper;

2 - 55
KKN 2021

b. RTH Jalur Hijau Jalan yang meliputi pulau jalan dan median jalan, jalur
pejalan kaki, dan ruang di bawah jalan layang yang tersebar di seluruh
wilayah Kota Tangerang; dan
c. RTH Fungsi Tertentu yang meliputi:
1. RTH sempadan rel kereta api;
2. jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi;
3. RTH saluran irigasi terdiri dari Saluran Induk Irigasi Cisadane Timur,
Saluran Induk Irigasi Cisadane Barat, Saluran Induk Irigasi Cisadane
Utara, dan Saluran Induk Tanah Tinggi;
4. RTH lapangan olah raga terdiri dari Stadion Benteng, Lapangan Ahmad
Yani, dan lapangan olah raga yang tersebar di seluruh kecamatan;
5. RTH halaman bangunan pemerintahan terdiri dari halaman Gedung
Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, halaman penkantoran
pemerintahan, dan RTH halaman sekolahan; dan
6. pemakaman yang terdiri dari TPU Selapajang, pemakaman cina di
Kecamatan Karawaci dan Kecamatan Neglasari, dan pemakaman yang
ada di seluruh wilayah Kota Tangerang.
(4) RTH Privat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi:
a. RTH Pekarangan yang meliputi pekarangan rumah tinggal, halaman
perkantoran swasta, pusat perbelanjaan, pertokoan, dan tempat usaha,
halaman industri dan pergudangan;
b. Lapangan golf; dan
c. RTH di dalam kawasan Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta.
(5) RTH Publik dan RTH Privat tidak dapat diubah fungsi dan peruntukkannya.
(6) Mengembangkan RTH pada lokasi cekungan atau wilayah dengan kontur
rendah yang ada di setiap wilayah kota.
(7) Optimalisasi pengunaan mekanisme KDH dalam perijinan untuk pencapaian
penyediaan RTH publik dan RTH privat.

Berdasarkan UU 26 Tahun 2007, Ruang Terbuka terdiri dari ruang terbuka hijau
dan non hijau, diperinci lebih lanjut bahwa Ruang Terbuka Hijau terdiri dari Ruang
Terbuka Hijau Publik 20% dan Ruang Terbuka Hijau Privat 10% . Penyediaan

2 - 56
KKN 2021

Ruang Terbuka Hijau di Kota Tangerang secara khusus bertujuan untuk fungsi
ekologis dan fungsi ekonomi dan fungsi estetika maupun fungsi tertentu yang
mana Ruang Terbuka Hijau ini tidak akan dikembangkan sebagai ruang terbangun.
Ruang Terbuka Hijau yang akan dikembangkan di Kota Tangerang adalah sebagai
berikut :
1. RTH Publik meliputi :
 RTH Taman yang meliputi taman RT, taman RW, taman kelurahan, taman
kecamatan, taman kota, hutan kota, dan sabuk hijau (green belt);
 RTH Jalur Hijau Jalan yang meliputi pulau jalan dan median jalan, jalur
pejalan kaki, dan ruang di bawah jalan layang; dan
 RTH Fungsi Tertentu yang meliputi RTH sempadan rel kereta api, jalur
hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungai, RTH
sempadan situ, dan pemakaman.
2. RTH Privat meliputi :
 RTH Pekarangan yang meliputi pekarangan rumah tinggal, halaman
perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha, taman atap bangunan (roof
garden);
 RTH Taman yang meliputi taman RT, taman RW, taman kelurahan, dan
taman kecamatan; dan
 RTH Jalur Hijau Jalan yang meliputi pulau jalan dan median jalan, jalur
pejalan kaki.
RTH Publik dan RTH Privat tidak dapat diubah fungsi dan peruntukkannya.
Penentuan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan mengalikan
antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH perkapita sesuai
peraturan yang berlaku.
Arah pemanfaatan ruang terbuka hijau meliputi :
1. RTH Publik meliputi :
a. RTH Taman yang meliputi taman lingkungan perumahan dan permukiman,
taman kelurahan, taman kecamatan, taman kota, hutan kota, dan sabuk
hijau (green belt);
b. RTH Jalur Hijau Jalan yang meliputi pulau jalan dan median jalan, jalur
pejalan kaki, dan ruang di bawah jalan layang; dan

2 - 57
KKN 2021

c. RTH Fungsi Tertentu yang meliputi RTH sempadan rel kereta api, jalur
hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungai, RTH
sempadan situ, RTH saluran irigasi, RTH lapangan olah raga, RTH
halaman bangunan pemerintahan, RTH halaman sekolahan dan
pemakaman.
2. RTH Privat meliputi :
a. RTH Pekarangan yang meliputi pekarangan rumah tinggal, halaman
perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha, halaman industri dan
pergudangan;
b. RTH taman atap bangunan (roof garden);
c. RTH lapangan golf, dan
d. RTH di dalam kawasan bandar udara.
3. Mengembangkan RTH pada lokasi cekungan atau wilayah dengan kontur
rendah yang ada di setiap wilayah kota.
4. Optimalisasi pengunaan mekanisme KDH dalam perijinan untuk pencapaian
penyediaan RTH publik dan RTH Privat.
Prosentase luas keseluruhan RTH sampai akhir tahun perencanaan sekurang-
kurangnya ditetapkan 30 % dari luas wilayah Kota Tangerang yang mana
penyediaan RTH Publik 20 %.

2.2.5.4. KAWASAN CAGAR BUDAYA


Kawasan cagar budaya yang berada di Kota Tangerang meliputi:
a. Masjid Tua Kali Pasir;
b. Kelenteng Boen Tek Bio;
c. Kelenteng Boen San Bio;
d. Lembaga Pemasyarakatan Pemuda;
e. Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria;
f. Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita; dan
g. Bendungan Pintu Air Sepuluh.

2 - 58
KKN 2021

2.2.5.5. KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM


Yang dimaksud dengan kawasan rawan bencana alam di Kota Tangerang adalah
kawasan rawan banjir, yang tersebar di beberapa bagian wilayah Kota Tangerang
terutama Kecamatan Ciledug dan Kecamatan Periuk.

2.2.5.6. RENCANA KAWASAN BUDIDAYA


Rencana pengembangan kawasan budidaya terdiri atas:
a. kawasan perumahan;
b. kawasan perdagangan dan jasa;
c. kawasan perkantoran pemerintahan;
d. kawasan peruntukan industri;
e. kawasan pariwisata;
f. kawasan ruang terbuka non hijau;
g. kawasan ruang evakuasi bencana;
h. kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal;
i. kawasan peruntukan lainnya, meliputi kawasan pertanian, kawasan pelayanan
umum, kawasan fasilitas penunjang bandar udara, kawasan bandar udara dan
kawasan pertahanan dan keamanan.

2.2.5.7. KAWASAN PERKANTORAN PEMERINTAHAN


(1) Pengembangan kawasan perkantoran pemerintahan adalah kawasan yang
difungsikan untuk kegiatan kepemerintahan dari tingkat kelurahan sampai
tingkat kota.
(2) Kawasan perkantoran ditetapkan pada kawasan pusat kota baru di Kecamatan
Tangerang, koridor Jalan KS. Tubun, koridor Jalan Sitanala, dan tersebar
disetiap kecamatan untuk kantor kecamatan, serta tersebar disetiap kelurahan
untuk kantor kelurahan.

2 - 59
KKN 2021

2.2.5.8. KAWASAN PARIWISATA


Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana meliputi:
a. pengembangan wisata alam dan rekreasi dikembangkan di Sungai Cisadane,
Situ Cipondoh dan Situ Bulakan;
b. revitalisasi kota lama dengan fungsi campuran yaitu hunian, perdagangan,
fasilitas publik, dan wisata budaya di Kecamatan Tangerang;
c. pengembangan wisata belanja di Kawasan Cipadu;
d. pengembangan wisata kuliner di kawasan pasar lama;
e. pengembangan wisata berbasis budaya lokal di Kecamatan Neglasari dan
Kecamatan Pinang; dan
f. pengembangan kegiatan agro wisata di Kecamatan Pinang dan Kecamatan
Karang Tengah.

2.2.5.9. KAWASAN RUANG TERBUKA NON HIJAU


(1) Kawasan RTNH bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan sirkulasi sistem
perkotaan yang selaras dan seimbang dalam penataan kawasan perkotaan di
Kota Tangerang.
(2) Kawasan RTNH merupakan ruang terbuka yang tidak ditanami pepohonan
yang dipergunakan untuk berbagai kegiatan terdiri atas:
a. pelataran parkir;
b. trotoar/pedestrian;
c. lapangan upacara; dan
d. lapangan bermain.
(3) Kawasan RTNH ditetapkan sepanjang jalan-jalan di Kota Tangerang yang
memiliki jalur pejalan kaki, pelataran parkir pada perkantoran pemerintahan,
perdagangan dan jasa, lapangan upacara pada sarana pendidikan, dan lapangan
bermain disetiap kelurahan.

2 - 60
KKN 2021

2.2.5.10. KAWASAN RUANG EVAKUASI BENCANA


(1) Kawasan ruang evakuasi bertujuan untuk menyediakan lokasi dan ruang
terbuka yang dikembangkan sebagai kawasan penyelamatan dan wilayah yang
aman apabila terjadi bencana alam di Kota Tangerang.
(2) Kawasan ruang evakuasi bencana ditetapkan di Lapangan Ahmad Yani dan
Stadion Benteng.

4.1. KAWASAN PERUNTUKAN RUANG BAGI KEGIATAN SEKTOR


INFORMAL
(1) Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal sebagaimana dimaksud
dalam pasal 37 huruf h bertujuan untuk lebih menertibkan dan mengurangi
ketidakteraturan dan kemacetan pada kawasan pusat kota.
(2) Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikelompokkan dalam satu kawasan dengan kemudahan akses dan
ketersediaan sarana dan prasarana penunjangnya.
(3) Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan di:
a. kawasan perdagangan dan jasa skala besar;
b. Jalan Kisamaun dan Jalan Kiasnawi di wilayah Kecamatan Tangerang.

4.2. KAWASAN PERUNTUKAN LAINNYA


(1) Pengembangan kawasan peruntukan lainnya di wilayah Kota Tangerang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf i terdiri atas:
a. kawasan pertanian;
b. kawasan pelayanan umum;
c. kawasan peruntukan fasilitas penunjang bandara;
d. kawasan bandar udara; dan
e. kawasan pertahanan dan keamanan.
(2) Pengembangan kawasan pertanian di wilayah Kota Tangerang sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a mencakup tanaman pangan, hortikultura,
peternakan dan perikanan.

2 - 61
KKN 2021

(3) Pengembangan kawasan peruntukan pertanian meliputi:


a. pengembangan kawasan wisata agro.
b. mempertahankan lahan pertanian/sawah irigasi teknis sebagai kawasan
pertanian pangan berkelanjutan di wilayah Kecamatan Periuk, Kecamatan
Neglasari, dan Kecamatan Benda;
c. pengembangan kegiatan tanaman hortikultura meliputi tanaman buah di
Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang; tanaman sayuran di
Kecamatan Neglasari, Kecamatan Benda, dan Kecamatan Periuk; tanaman
hias di Kecamatan Karang Tengah, Kecamatan Cipondoh, dan Kecamatan
Pinang.
d. pengembangan kegiatan peternakan terintegrasi dengan kegiatan pertanian
di Bayur Kecamatan Periuk.
e. pengembangan kegiatan perikanan dengan memanfaatkan wilayah
perairan.
(4) Pengembangan kawasan pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf b meliputi:
a. pengembangan sarana pendidikan di setiap wilayah kecamatan dan
Penataan Kawasan Pendidikan Cikokol;
b. pengembangan sarana peribadatan di setiap wilayah kecamatan;
c. pengembangan sarana pelayanan kesehatan di setiap wilayah kecamatan
dan Pembangunan RSUD;
d. pengembangan kawasan pelayanan pemerintahan tingkat kota di
Kecamatan Tangerang dan tingkat wilayah di setiap wilayah kecamatan;
dan
e. pengembangan kawasan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Rawa
Kucing di Kecamatan Neglasari.
(5) Pengembangan kawasan peruntukan fasilitas penunjang bandar udara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c meliputi:
a. kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas sesudah jarak 1.100 m dari
ujung landasan dan kawasan kebisingan tingkat 2 dan 3 yang terletak di
Kecamatan Neglasari dan Kecamatan Benda;
b. kawasan peruntukan fasilitas penunjang bandar udara merupakan kawasan
sekitar bandar udara yang ditetapkan sebagai kawasan budi daya prioritas;

2 - 62
KKN 2021

c. pengembangan kawasan peruntukan fasilitas penunjang bandar udara


diarahkan untuk kegiatan fasilitas yang menunjang secara langsung atau
tidak langsung kegiatan bandar udara dan pembangunan kampung haji;
d. pengembangan kawasan peruntukan fasilitas penunjang bandar udara
harus memperhatikan ketentuan di dalam KKOP dan Kawasan
Kebisingan; dan
e. pada kawasan kebisingan tingkat 2 dan 3 sebagaimana dimaksud pada
huruf a pemanfaatan ruangnya diarahkan sebagai berikut :
a. pada kawasan kebisingan tingkat 3 yaitu tanah dan ruang udara yang
dapat dimanfaatkan untuk membangun fasilitas bandar udara yang
dilengkapi insulasi suara dan dapat dimanfaatkan sebagai jalur hijau
atau sarana pengendalian Iingkungan dan pertanian yang tidak
mengundang burung; dan
b. pada kawasan kebisingan tingkat 2 yaitu tanah dan ruang udara yang
dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan
kecuali untuk jenis kegiatan dan/atau bangunan sekolah, rumah sakit
dan rumah tinggal.
(6) Pengembangan kawasan bandar udara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d
diarahkan sesuai dengan Rencana Induk Bandar Udara Internasional Soekarno –
Hatta yang telah ditetapkan.
(7) Perluasan Bandar Udara Internasional Soekarno – Hatta ke arah utara dari pagar
bandar udara seluas + 101 Ha berada di Kecamatan Neglasari dan ke arah utara dan
timur dari pagar bandar udara seluas + 130,5 Ha berada di Kecamatan Benda, dan
perluasan ke arah selatan sejauh 50 m dari pagar bandar udara seluas + 22,9 Ha
berada di Kecamatan Benda dan seluas + 9,6 Ha berada di Kecamatan Neglasari.
(8) Pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf e diarahkan untuk mempertahankan kawasan militer yang terdapat di
Kecamatan Jatiuwung dan Kecamatan Neglasari.

Kawasan budidaya adalah ruang yang dapat dimanfaatkan untuk mewadahi


berbagai aktifitas yang dilakukan manusia. Rencana kawasan budidaya diarahkan
di luar kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung.
Klasifikasi peruntukan Kawasan budidaya di Kota Tangerang meliputi :

2 - 63
KKN 2021

 Kawasan Peruntukan Pertanian,


 Kawasan Peruntukan Perumahan,
 Kawasan Peruntukan Perdagang dan Jasa,
 Kawasan Peruntukan Industri,
 Kawasan Peruntukan Pariwisata,
 Kawasan Peruntukan Pelayanan Umum,
 Kawasan Peruntukan Fasilitas Penunjang Bandar Udara,
 Kawasan Peruntukan Bandar Udara, dan
 Kawasan Peruntukan Militer.

2.2.5.11. KAWASAN PERUNTUKAN PERTANIAN


Kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;
b. ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;
c. mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau
d. dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.
Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian tanaman harus memanfaatkan potensi
tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan
aspek kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya. Kawasan
pertanian tanaman lahan basah dengan irigasi teknis tidak boleh dialihfungsikan.
Kawasan pertanian tanaman lahan kering tidak produktif dapat dialihfungsikan
dengan syarat-syarat tertentu yang diatur oleh pemerintah daerah setempat. Upaya
pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering tidak produktif
(tingkat kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain harus dilakukan tanpa
mengurangi kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan pertanian yang akan dikembangkan di Kota Tangerang berorientasi
pada komoditi yang memiliki added value dan berfungsi sebagai wisata agro.
Pengembangan kawasan peruntukan pertanian diarahkan pada:
a. Fungsi sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;
b. Pengembangan kegiatan tanaman hias di Kecamatan Cipondoh, Pinang,
Larangan, Ciledug, Karang Tengah;

2 - 64
KKN 2021

c. Mempertahankan lahan pertanian/sawah irigasi teknis sebagai “Cagar


Pertanian” di wilayah Kecamatan Periuk, Kecamatan Neglasari, dan
Kecamatan Benda; dan
d. Penanaman tanaman buah pada area ruang terbuka hijau di Kecamatan Periuk,
Kecamatan Neglasari, Kecamatan Cipondoh, dan Kecamatan Pinang.
Sedangkan untuk pengembangan kegiatan Peternakan terintegrasi dengan kegiatan
pertanian di Bayur Kecamatan Periuk.

2.2.5.12. KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN


1. Pengembangan kawasan perumahan diarahkan tersebar di seluruh wilayah kota
meliputi:
a. perumahan dengan kepadatan tinggi meliputi perumahan pada WPK I di
Kecamatan Tangerang dan sebagian Kecamatan Pinang, WPK II di
sebagian Kecamatan Benda, WPK IV di Kecamatan Larangan, dan WPK V
di Kecamatan Cibodas dan Kecamatan Periuk;
b. perumahan dengan kepadatan sedang meliputi perumahan pada WPK II di
Kecamatan Neglasari, WPK III di Kecamatan Cipondoh, WPK IV di
Kecamatan Ciledug dan Kecamatan Karang Tengah, dan WPK V di
Kecamatan Karawaci dan Kecamatan Jatiuwung; dan
c. perumahan dengan kepadatan rendah meliputi perumahan pada WPK II di
sebagian Kecamatan Benda dan Kecamatan Batuceper, WPK III di
sebagian Kecamatan Batuceper dan Kecamatan Pinang, dan WPK IV di
sebagian Kecamatan Pinang.
2. Pengembangan kawasan perumahan meliputi:
d. mengintegrasikan struktur ruang dan jaringan infrastruktur kota antar
kawasan perumahan.
e. meregenerasi kawasan perumahan di sebagian Kecamatan Karawaci,
sebagian Kecamatan Cibodas dan sebagian Kecamatan Periuk dengan
mengatur arah perkembangan fungsi perdagangan dan perbaikan
infrastruktur dan fasilitas kota (jaringan transportasi, ruang terbuka hijau,
fasilitas olah raga dan rekreasi).
f. peningkatan intensitas ruang dan kepadatan penduduk di seluruh kawasan
perumahan.

2 - 65
KKN 2021

g. pengembangkan hunian vertikal dengan KDB rendah, sebagai strategi


mengoptimalkan dan mengefisienkan fungsi lahan kota.
h. melengkapi secara bertahap prasarana, sarana dan utilitas setiap kawasan
perumahan dan permukiman dengan jenis dan jumlah yang disesuaikan
dengan standard berdasarkan jumlah penduduk pendukung.

Kawasan peruntukan perumahan ditetapkan dengan kriteria:


a. di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan rencana;
b. memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau
c. memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.
Kriteria teknis kawasan peruntukan perumahan adalah sebagai berikut:
a. Kawasan peruntukan perumahan harus memiliki prasarana jalan dan terjangkau
oleh sarana tranportasi umum;
b. mengembangkan permukiman dan perumahan yang berwawasan lingkungan.
c. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan perumahan harus didukung
oleh ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas;
d. Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada;
e. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;
f. Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara
dengan jumlah yang cukup;
g. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi);
h. Pengembangan sistem drainase yang terintegrasi dengan lingkungan
sekitarnya;
i. Membangun kolam dan sumur resapan di lingkungan perumahan;
j. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/danau/saluran pengairan/rel
kereta api dan daerah aman penerbangan;
k. Tidak berada pada kawasan lindung;
l. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;
m. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas
lahan yang ada, dan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan
karakteristik serta daya dukung lingkungan;

2 - 66
KKN 2021

n. Kepadatan bangunan tidak bersusun dalam satu kawasan pengembangan


perumahan baru maksimum 50 unit rumah/ha dan dilengkapi dengan prasarana,
sarana, dan utilitas yang memadai; dan
o. Untuk perumahan baru dilengkapi dengan sarana pengelolaan air limbah secara
on site dan off site dengan spesifikasi teknis yang tidak mengakibatkan
terjadinya pencemaran lingkungan.
p. Dalam rangka pengendalian banjir membuat kolam resapan minimal 3% dari
luas areal kawasan perumahan.
Arahan pengembangan kawasan peruntukan perumahan meliputi :
1. Pengembangan kawasan peruntukan perumahan direncanakan tersebar di
seluruh wilayah kota. Pengembangan permukiman dilakukan dengan pola
intensifikasi kawasan permukiman.
2. Mengintegrasikan struktur ruang dan jaringan infrastruktur kota antar kawasan
perumahan.
3. Mengatur arah perkembangan fungsi perdagangan dan perbaikan infrastruktur
dan fasilitas kota (jaringan transportasi, ruang terbuka hijau, fasilitas olah raga
dan rekreasi) sebagai upaya regenerasi kawasan perumahan perumnas di
Kecamatan Karawaci dan Kecamatan Cibodas.
4. Peningkatan intensitas ruang dan kepadatan penduduk di seluruh kawasan
perumahan.
5. Mengembangkan hunian vertikal dengan KDB rendah, sebagai strategi
mengoptimalkan dan mengefisienkan fungsi lahan kota.
6. Melengkapi secara bertahap prasarana, sarana dan utilitas setiap kawasan
perumahan dan permukiman dengan jenis dan jumlah yang disesuaikan dengan
standard berdasarkan jumlah penduduk pendukung.
7. Prasarana perumahan dan permukiman antara lain:
a. jaringan jalan;
b. jaringan saluran pembuangan air limbah;
c. jaringan saluran pembuangan air hujan (drainase) dilengkapi dengan sumur
resapan; dan
d. tempat pembuangan sampah dengan sistem terpilah.
8. Sarana perumahan dan permukiman antara lain:
a. sarana pendidikan;

2 - 67
KKN 2021

b. sarana kesehatan;
c. sarana peribadatan;
d. sarana rekreasi dan olah raga;
e. sarana pelayanan umum dan pemerintahan;
f. sarana perniagaan/perbelanjaan;
g. sarana pemakaman;
h. sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau; dan
i. sarana parkir.
9. Utilitas perumahan dan permukiman antara lain:
a. jaringan air bersih;
b. jaringan listrik;
c. jaringan telepon;
d. jaringan gas;
e. jaringan transportasi;
f. pemadam kebakaran; dan
g. sarana penerangan jalan umum.

2.2.5.13. KAWASAN PERUNTUKAN PERDAGANGAN DAN JASA


(1) Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa meliputi:
a. Pasar tradisional;
b. Pusat perbelanjaan dan/atau pertokoan;
c. Toko modern;
d. Kawasan perdagangan khusus; dan
e. Kegiatan jasa.
(2) Pengembangan pengelolaan pasar tradisional meliputi:
a. Pengembangan direncanakan pada pusat-pusat lingkungan;
b. Melakukan penataan pasar tradisional yang ada agar dapat bersaing dengan
toko modern;
c. Peningkatan kualitas pelayanan diantaranya dengan memperbaiki sistem
sanitasi lingkungan, persampahan, menyediakan ruang parkir yang cukup,
dan RTH;
d. Meningkatkan aksesibilitas menuju pasar tradisional baik pengembangan
jaringan jalan maupun penyediaan moda transportasi; dan

2 - 68
KKN 2021

e. Menyediakan ruang khusus untuk tempat berjualan pedagang kaki lima


disekitar pasar.
(3) Pengembangan pusat perbelanjaan meliputi:
a. pengembangan pusat perbelanjaan pada kawasan pusat pelayanan kota dan
sub pusat pelayanan kota disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku; dan
b. menyediakan areal parkir sesuai dengan standar yang berlaku, RTH, dan
ruang untuk kegiatan sektor informal.
(4) Pengembangan toko modern meliputi:
a. penataan dan pengembangan toko modern sesuai dengan peraturan
perindang-undangan yang berlaku;
b. menyediakan areal parkir sesuai dengan standar yang berlaku, RTH, dan
memperhatikan aksesibilitas keluar masuk kendaraan serta utilitas yang
dibutuhkan; dan
c. memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan pasar
tradisional, usaha kecil dan menengah yang ada di wilayah yang
bersangkutan.
(5) Pengembangan kawasan perdagangan khusus pengembangan pasar tekstil di
Kelurahan Cipadu, Kelurahan Cipadu Jaya Kecamatan Larangan.
(6) Pengembangan kegiatan jasa meliputi kegiatan perkantoran swasta, perhotelan,
dan juga beberapa fungsi yang dikenal dengan konsep MICE (meeting,
incentive, convention and event/exhibition) serta jasa lainnya.
(7) Kegiatan jasa dapat digabung dengan perdagangan dengan konsep mixuse atau
superblok.

Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa ditetapkan dengan kriteria:


a. tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan bencana alam;
b. Terdiri dari perdagangan lokal, regional, dan antar regional;
c. Lokasinya strategis dan mudah dicapai dari seluruh penjuru kota.
Kriteria teknis kawasan peruntukan perdagangan dan jasa adalah sebagai berikut:
a. Pembangunan hunian diijinkan hanya jika bangunan komersial telah berada
pada persil atau merupakan bagian dari Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
b. Penggunaan hunian dan parkir hunian dilarang pada lantai dasar di bagian

2 - 69
KKN 2021

depan dari perpetakan, kecuali untuk zona-zona tertentu;


c. Perletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
disesuaikan dengan kelas konsumen yang akan dilayani;
d. Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara lain:
 bangunan usaha perdagangan (ritel dan grosir): toko, warung, tempat
perkulakan, pertokoan, dan sebagainya;
 bangunan penginapan: hotel, guest house, motel, hostel, dan penginapan
lainnya;
 bangunan penyimpanan: gedung tempat parkir, show room, gudang;
 bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi;
 bangunan pariwisata/rekreasi (di ruang tertutup): bioskop, area bermain.
e. Dilengkapi dengan sarana antara lain tempat parkir umum, bank/ATM, pos
polisi, pos pemadam kebakaran, kantor pos pembantu, tempat ibadah, sarana
penunjang kegiatan komersial serta kegiatan pengunjung, dan sarana
pengumpulan dan pemilahan sampah.
Pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa diarahkan pada:
1. Kawasan pusat pelayanan kota untuk kegiatan perdagangan dan jasa skala kota
dan regional.
2. Kawasan sub pelayanan kota untuk kegiatan perdagangan dan jasa skala kota.
3. Kawasan pusat lingkungan untuk kegiatan perdagangan dan jasa skala
kecamatan atau lingkungan.
4. Koridor jalan arteri untuk kegiatan perdagangan dan jasa menengah besar.
5. Koridor jalan kolektor untuk kegiatan perdagangan dan jasa skala menengah
kecil.
6. Fungsi perdagangan dan jasa menengah besar (minimal 5.000 m²) diarahkan
pada pusat-pusat pelayanan kota.
7. Menata koridor fungsi perdagangan dan jasa di beberapa jalan utama kota.
8. Mengarahkan lokasi pedagang kaki lima secara terlokalisir dan/atau
terintegrasi.
9. Melakukan penataan dan pengembangan pasar tradisional.

2 - 70
KKN 2021

2.2.5.14. KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI

Pengembangan kawasan peruntukan meliputi:

1. Industri rumah tangga (home industry);


2. Industri kecil;
3. Industri sedang atau industri menengah; dan
4. Industri besar.

Kegiatan industri rumah tangga (home industry) dan industri kecil dapat dikembangkan
pada kawasan peruntukan perumahan dengan ketentuan kegiatan tidak menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan dan kawasan sekitarnya.

Kegiatan industri sedang atau industri menengah dan industri besar, meliputi:
a) mempertahankan kegiatan industri sedang atau industri menengah dan industri besar
yang sudah ada di Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Batuceper dan Kecamatan
Periuk serta mengembangkan industri yang ramah lingkungan;
b) membatasi perkembangan industri sedang atau industri menengah dan industri besar
hanya pada industri yang sudah ada di Kecamatan Karawaci, Kecamatan Tangerang,
dan Kecamatan Cibodas;
c) menataan kawasan peruntukan industri di Jatiuwung dengan menambah hunian
vertikal, instalasi pengolah limbah terpadu, dan jaringan angkutan umum dan
barang;
d) membatasi perkembangan industri sedang atau industri menengah dan industri besar
yang ada di sepanjang Sungai Cisadane dengan mengarahkan kepada industri non
polutan;

Mengembangkan kegiatan industri kecil dan industri sedang atau menengah yang ramah
lingkungan pada kawasan pergudangan dengan menyediakan unit pengolahan limbah,
RTH dan fasilitas penunjangnya di Kecamatan Benda dan Neglasari.
Mengembangkan kegiatan industri kreatif di seluruh wilayah Kota Tangerang dengan
ketentuan kegiatan industri tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan
kawasan sekitarnya.

2 - 71
KKN 2021

Kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan kriteria:


a. berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri;
b. tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan/atau
c. tidak mengubah lahan produktif.

Jenis industri yang dikembangkan harus mampu menciptakan lapangan kerja dan dapat
meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat. Untuk itu jenis industri yang
dikembangkan harus memiliki hubungan keterkaitan yang kuat dengan karakteristik lokasi
setempat, seperti kemudahan akses ke bahan baku dan atau kemudahan akses ke pasar.
Kriteria teknis kawasan peruntukan industri adalah sebagai berikut:
a. Harus memperhatikan kelestarian lingkungan;
b. Harus dilengkapi dengan unit pengolahan limbah;
c. Harus memperhatikan suplai air bersih;
d. Jenis industri yang dikembangkan adalah industri yang ramah lingkungan dan
memenuhi kriteria ambang limbah yang ditetapkan;
e. Pengelolaan limbah untuk industri yang berkumpul di lokasi berdekatan sebaiknya
dikelola secara terpadu;
f. Pembatasan pembangunan perumahan baru di kawasan peruntukan industri;
g. Harus memenuhi syarat AMDAL atau UKL/UPL sesuai dengan ketentuan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku;
h. Memperhatikan penataan kawasan perumahan di sekitar kawasan industri;
i. Penggunaan lahan pada kawasan industri terdiri dari penggunaan kaveling industri,
jalan dan saluran, ruang terbuka hijau minimal 10%, dan fasilitas penunjang seperti
kantin, guest house, tempat ibadah, fasilitas olahraga, tempat pengolahan air bersih,
gardu induk, rumah telekomunikasi.

Arahan pengembangan kawasan peruntukan industri adalah:


1. Mempertahankan kawasan peruntukan industri yang sudah ada di Kecamatan
Jatiuwung, Kecamatan Batuceper dan Kecamatan Priuk serta mengembangkan industri
yang ramah lingkungan;

2 - 72
KKN 2021

2. Revitalisasi kawasan peruntukan industri di Jatiuwung dengan menambah hunian


vertikal, ruang terbuka hijau, instalasi pengolah limbah terpadu, dan jaringan angkutan
umum;
3. Membatasi perkembangan industri hanya pada industri yang sudah ada di Kecamatan
Karawaci, Kecamatan Tangerang, dan Kecamatan Cibodas;
4. Mengembangkan kawasan pergudangan dan industri ringan non polutan pada
Kecamatan Benda dan Neglasari.
5. Membatasi perkembangan industri yang ada di sepanjang Sungai Cisadane dengan
mengarahkan kepada industri non polutan;
6. Pembentukan zona-zona industri tersebut menjadi cluster industri yang bertujuan
untuk mempermudah pelayanan pengelolaan limbah padat dan cair yang dihasilkan;
7. Kegiatan industri rumahan (home industry) non polutan dapat dikembangkan dalam
kawasan perumahan.

2.2.5.15. KAWASAN PERUNTUKAN PARIWISATA


Kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki objek dengan daya tarik wisata; dan/atau
b. mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.
Kegiatan kepariwisataan diarahkan untuk memanfaatkan potensi keindahan alam,
budaya, dan sejarah di kawasan peruntukan pariwisata guna mendorong
perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya,
adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam serta kelestarian fungsi
lingkungan hidup. Kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan harus memiliki
hubungan fungsional dengan kawasan industri kecil dan industri rumah tangga
serta membangkitkan kegiatan sektor jasa masyarakat.
Pada kawasan peruntukan pariwisata, fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi
jaringan listrik, telepon, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase,
dan saluran air kotor. Harus bebas polusi.
Jenis-jenis usaha sarana pariwisata alam yang dapat dilakukan meliputi kegiatan
usaha:
a) akomodasi seperti pondok wisata, bumi perkemahan, karavan, dan penginapan;
b) makanan dan minuman;
c) sarana wisata tirta;

2 - 73
KKN 2021

d) angkutan wisata air;


e) cenderamata;
f) sarana wisata budaya.
Dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya setempat, pemerintah daerah dapat
menetapkan kawasan, lingkungan dan atau bangunan sebagai lingkungan dan
bangunan cagar budaya sebagai kawasan pariwisata budaya. Penetapan kawasan,
lingkungan dan atau bangunan bersejarah sebagai kawasan pariwisata oleh
Pemerintah Kota berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pemanfaatan lingkungan dan bangunan cagar budaya untuk kepentingan
pariwisata, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan agama harus
memperhatikan kelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya tersebut dan
pemanfaatan tersebut harus memiliki izin dari Pemerintah Daerah. Pengelolaan dan
perawatan bangunan cagar budaya adalah tanggung jawab Pemerintah/Pemerintah
Daerah. Setiap orang dilarang mengubah bentuk dan atau warna, mengambil atau
memindahkan bangunan cagar budaya dari lokasi keberadaannya.
Pelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya yang dijadikan kawasan
pariwisata harus mengikuti prinsip-prinsip pemugaran yang meliputi keaslian
bentuk, penyajian dan tata letak dengan memperhatikan nilai sejarah, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan.Pengembangan lahan yang berada dalam kawasan
lingkungan cagar budaya harus mengikuti peraturan perundangan yang berlaku.
Kriteria, tolak ukur, dan penggolongan lingkungan cagar budaya berdasarkan
kriteria nilai sejarah, umur, keaslian, kelangkaan, tengeran/landmark, dan
arsitektur. Kriteria dan tolak ukur tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Nilai sejarah dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa perjuangan, ketokohan,
politik, sosial, budaya yang menjadi simbol nilai kesejarahan tingkat nasional
dan atau daerah masing-masing;
(2) Umur dikaitkan dengan batas usia sekurang-kurangnya 50 tahun;
(3) Keaslian dikaitkan dengan keutuhan baik sarana dan prasarana lingkungan
maupun struktur, material, tapak bangunan dan bangunan di dalamnya;
a. Kelangkaan dikaitkan dengan keberadaannya sebagai satu-satunya atau
yang terlengkap dari jenisnya yang masih ada pada lingkungan lokal,
nasional, atau dunia;

2 - 74
KKN 2021

b. Tengeran dikaitkan dengan keberadaan sebuah bangunan tunggal


monumen atau bentang alam yang dijadikan simbol dan wakil dari suatu
lingkungan;
c. Arsitektur dikaitkan dengan estetik dan rancangan yang menggambarkan
suatu zaman dan gaya tertentu.
Arahan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata adalah:
a. Pengembangan wisata alam dan rekreasi dikembangkan di Sungai
Cisadane, Situ Cipondoh dan Situ Bulakan;
b. Pengembangan wisata belanja di daerah Cipadu;
c. Pengembangan wisata berbasis heritage untuk melestarikan budaya lokal;
d. Pengembangan kegiatan agro wisata di lokasi kawasan pertanian.

2.2.5.16. KAWASAN PERUNTUKAN PELAYANAN UMUM


Kawasan peruntukan pelayanan umum ditetapkan dengan kriteria:
a. sarana pemerintahan dan pelayanan umum disesuaikan dengan kondisi
setempat;
b. jumlah penduduk yang berada pada satuan-satuan administrasi pemerintahan
menjadi dasar pendekatan untuk sarana pemerintahan dan pelayanan umum;
c. peruntukan pelayanan umum terdiri dari kantor-kantor administrasi
pemerintahan, kantor polisi, kantor pos, kantor telepon, pemadam kebakaran,
PLN, PAM, Gas, pendidikan, kesehatan, dan peribadatan.
Arah pengembangan kawasan peruntukan pelayanan umum adalah:
1. Pengembangan sarana pendidikan di setiap wilayah kecamatan dan Penataan
Kawasan Pendidikan Cikokol;
2. Pengembangan sarana peribadatan di setiap wilayah kecamatan;
3. Pengembangan sarana pelayanan kesehatan di setiap wilayah kecamatan dan
Pembangunan RSUD;
4. Pengembangan kawasan pelayanan pemerintahan tingkat kota di Kecamatan
Tangerang dan tingkat wilayah di setiap wilayah kecamatan; dan
5. Pengembangan kawasan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Rawa
Kucing di Kecamatan Neglasari.

2 - 75
KKN 2021

2.2.5.17. KAWASAN PERUNTUKAN FASILITAS PENUNJANG BANDAR


UDARA
Pengembangan kawasan peruntukan fasilitas penunjang bandar udara diarahkan
pada kawasan ancangan pendaratan dan Iepas landas sesudah jarak 1.100 m dari
ujung landasan dan kawasan kebisingan tingkat 2 dan 3 yang terletak di Kecamatan
Neglasari dan Kecamatan Benda.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang
Kawasan Jabodetabekpunjur pada Pasal 46 ayat (1) dan ayat (2) kawasan sekitar
bandar udara merupakan kawasan budidaya prioritas karena antara lain memiliki
potensi strategis yang memberikan keuntungan dalam pengembangan sosial dan
ekonomi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2010 tentang
Tatanan Kebandarudaraan Nasional pada Pasal 17 ayat (1) kebutuhan fasilitas
bandar udara terdiri dari fasilitas pokok dan fasilitas penunjang bandar udara.
Pengembangan kawasan peruntukan fasilitas penunjang bandar udara diarahkan
untuk kegiatan fasilitas yang menunjang secara langsung atau tidak langsung
kegiatan bandar udara dan pembangunan kampung haji.
Pengembangan kawasan peruntukan fasilitas penunjang bandar udara harus
memperhatikan ketentuan di dalam KKOP dan Kawasan Kebisingan. Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan yang selanjutnya disebut KKOP adalah wilayah
daratan dan/atau perairan serta ruang udara di sekitar bandar udara yang digunakan
untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan
penerbangan. Kawasan kebisingan adalah kawasan tertentu di sekitar bandar udara
yang terpengaruh gelombang suara mesin pesawat udara dan yang dapat
mengganggu lingkungan.
Di dalam KKOP salah satunya terdapat kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan
merupakan sebagian dari kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas yang
berbatasan langsung dengan ujung-ujung landasan dan mempunyai ukuran tertentu,
yang dapat menimbulkan kemungkinan terjadi kecelakaan. Sehingga tidak
diperkenankan adanya bangunan yaitu sejauh 1.100 m setelah ujung landasan yang
peruntukannya diarahkan untuk ruang terbuka hijau dan jalan.

2 - 76
KKN 2021

Untuk mendirikan, mengubah, atau melestarikan bangunan, serta menanam atau


memelihara pepohonan di dalam KKOP tidak boleh melebihi batas ketinggian
KKOP.
Pemanfaatan ruang darat dan atau udara pada KKOP harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1. Tidak menimbulkan gangguan terhadap isyarat-isyarat navigasi penerbangan
atau komunikasi radio antar bandar udara dan pesawat udara;
2. Tidak menyulitkan penerbang membedakan lampu-lampu rambu udara dengan
lampu-lampu lain;
3. Tidak menyebabkan kesilauan pada mata penerbang yang menggunakan
bandar udara;
4. Tidak melemahkan jarak pandang sekitar bandar udara; dan
5. Tidak menyebabkan timbulnya bahaya burung atau dengan cara lain dapat
membahayakan atau mengganggu pendaratan, lepas landas atau gerakan
pesawat yang bermaksud mempergunakan bandar udara.
Pada kawasan kebisingan pemanfaatan ruangnya diarahkan sebagai berikut :
a. Pada kawasan kebisingan tingkat 3 yaitu tanah dan ruang udara yang dapat
dimanfaatkan untuk membangun fasilitas bandar udara yang dilengkapi
insulasi suara dan dapat dimanfaatkan sebagai jalur hijau atau sarana
pengendalian Iingkungan dan pertanian yang tidak mengundang burung;
b. Pada kawasan kebisingan tingkat 2 yaitu tanah dan ruang udara yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan kecuali untuk
jenis kegiatan dan/atau bangunan sekolah, rumah sakit dan rumah tinggal; dan
c. Pada kawasan kebisingan tingkat 1 yaitu tanah dan ruang udara yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan kecuali untuk
jenis bangunan sekolah dan rumah sakit.

2.2.5.18. KAWASAN PERUNTUKAN BANDAR UDARA


Pengembangan Bandar Udara Internasional Soekarno – Hatta ke arah utara
di wilayah Kecamatan Neglasari dengan luas + 101 Ha dan ke arah utara dan timur
Kecamatan Benda dengan luas + 130, 5 Ha serta 50 m ke arah selatan dari pagar
bandara yang terletak di Kecamatan Benda seluas 22,9 Ha dan Kecamatan
Neglasari seluas 9,6 Ha.

2 - 77
KKN 2021

2.2.5.19. KAWASAN PERUNTUKAN MILITER

Arah pengembangan kawasan peruntukan militer adalah mempertahankan


kawasan militer yang terdapat di Kecamatan Jatiuwung dan Kecamatan Neglasari.
Secara keseluruhan Rencana Kawasan Lindung dan Rencana Kawasan Budidaya
digambarkan dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Tangerang Tahun 2030,
yang dapat dilihat pada Gambar. 2.7. dan luasannya masing-masing dapat dilihat
pada Tabel. 2.1.

2 - 78
KKN 2021

Gambar 2.6 PETA RENCANA POLA RUANG KOTA TANGERANG

2- 79
KKN 2021

Gambar 2.7 PETA RENCANA RUANG TERBUKA HIJAU

2- 80
KKN 2021

Tabel 2.3 RENCANA POLA RUANG KOTA TANGERANG TAHUN 2030

LUAS PERUNTUKKAN
No JENIS PERUNTUKKAN LAHAN
(Ha) (%)
A Kawasan Lindung 4.050 22,28
1 Sungai/Situ 405 2,23
2 Sempadan Sungai/Situ 710 3,91
3 Ruang Terbuka Hijau 2.935 16,14
B Kawasan Budi Daya 14.131 77,72
1 Kawasan Peruntukan Pertanian 113 0,62
2 Kawasan Peruntukan Perumahan 6.091 33,50
Kawasan Peruntukan Perdagangan dan
3 Jasa 2.636 14,50
4 Kawasan Peruntukan Industri 2.381 13,10
5 Kawasan Peruntukan Pariwisata 187 1,03
6 Kawasan Peruntukan Pelayanan Umum 84 0,46
Kawasan Peruntukan Fasilitas Penunjang
7
Bandara 627 3,45
8 Kawasan Peruntukan Bandar Udara 1.956 10,76
- Terbangun 1.230
- Ruang Terbuka Hijau 725
9 Kawasan Peruntukan Militer 56 0,31
Total 18.181 100,00
Sumber : Hasil Rencana

2 - 81

Anda mungkin juga menyukai