Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

BAGIAN I KETENTUAN UMUM


A. PENGERTIAN
Stasiun Tugu adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Kelurahan
Sosromenduran, Kêmantrèn Gedongtengen, Kota Yogyakarta pada ketinggian +113 meter.
Stasiun ini merupakan stasiun utama di Kota Yogyakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta dan
dalam pengelolaan Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi VI Yogyakarta, KAI Commuter
(KCI), dan KAI Bandara (Railink). Bangunan stasiun beserta rel KA yang membujur dari barat
ke timur berada di Kêmantrèn Gedongtengen. Stasiun Yogyakarta merupakan titik tengah antara
Stasiun Gambir dan Stasiun Surabaya Gubeng yang melayani pemberangkatan dan kedatangan
kereta api kelas eksekutif dan hampir semua kelas campuran yang berada di jalur lintas tengah
dan selatan Pulau Jawa disertai dengan Commuter Line Yogyakarta-Solo. Stasiun besar lainnya
di Kota Yogyakarta, yaitu Stasiun Lempuyangan, dikhususkan untuk melayani kelas ekonomi,
sebagian kecil kelas campuran dan juga Commuter Line Yogyakarta-Solo. Sebagai stasiun utama
di Yogyakarta, stasiun ini merupakan stasiun ujung bagi KRL Yogyakarta–Solo, dan beberapa
kereta api antar kota dan lokal.

B. MAKSUD, TUJUAN, DAN MANFAAT


1. Maksud
a. Menjadi kawasan pusat komersial karena berada dekat dengan Pecinan dan Pasar
Beringhargo
b. Area serbaguna karena berada di posisi strategis
c. Menyediakan berbagai fasilitas publik untuk mempermudah menunjang area pusat wisata
d. Aksesibilitas
2. Tujuan
Untuk memadukan berbagai fungsi yang saling berkaitan dengan manusia, kegiatan,
bangunan, dan ruang publik yang bertujuan untuk mengoptimalkan akses terhadap transportasi
publik sehingga dapat menunjang daya angkut penumpang. Kawasan Stasiun Tugu Yogyakarta
termasuk ke dalam RTBL kawasan terbangun dan dilestarikan dalam penyusunan RTBL, meliputi:
a. Perbaikan kawasan
b. Pengembangan kembali kawasan
c. Pembangunan baru kawasan
d. Pelestarian/perlindungan kawasan
3. Manfaat
a. Mengarahkan jalannya pembangunan stasiun Tugu sejak dini
b. Mewujudkan pemanfaatan ruang stasiun Tugu secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan
konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
c. Melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung kawasan stasiun Tugu
d. Mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan
lingkungan/kawasan stasiun Tugu
e. Mengendalikan pertumbuhan fisik suatu lingkungan/kawasan stasiun Tugu
f. Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat
dalam pengembangan lingkungan/kawasan yang berkelanjutan di stasiun Tugu
g. Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pasca pelaksanaan karena adanya rasa memiliki
dari masyarakat terhadap semua hasil pembangunan stasiun Tugu

C. DASAR HUKUM
1. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 2128 Tahun 2018 tentang Rencana Induk
Perkeretaapian Nasional
2. Perda DIY Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DIY 2019-2039
3. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2017 Tentang Rencana
Induk Perkeretaapian Provinsi Tahun 2017– 2036
4. Perda Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031
5. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Yogyakarta 2010-2029
6. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 04 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2010 – 2030

D. KEDUDUKAN RTBL DAN KAWASAN PERENCANAAN


1. Kedudukan RTBL
Dalam pelaksanaan, sesuai kompleksitas permasalahan kawasannya, RTBL juga dapat berupa:
a. rencana aksi/kegiatan komunitas (community-action plan/CAP),
b. rencana penataan lingkungan (neighborhood-development plan/NDP),
c. panduan rancang kota (urban-design guidelines/UDGL).

Seluruh rencana, rancangan, aturan, dan mekanisme dalam penyusunan Dokumen RTBL harus
merujuk pada pranata pembangunan yang lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan, kota, maupun
wilayah. Kedudukan RTBL dalam pengendalian bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana
digambarkan dalam diagram 1 pada halaman berikut:
Diagram 1: Kedudukan RTBL dalam Pengendalian Bangunan Gedung dan Lingkungan

Kawasan Perencanaan
Kawasan perencanaan mencakup suatu lingkungan/kawasan dengan luas 5-60 hektar (Ha),
dengan ketentuan sebagai berikut:
• kota metropolitan dengan luasan minimal 5 Ha.
• kota besar/sedang dengan luasan 15-60 Ha.
• kota kecil/desa dengan luasan 30-60 Ha.
Kawasan yang kelompok kami pilih adalah kawasan stasiun Tugu yang merupakan kawasan kota
besar dan merupakan kawasan terbangun.

E. STRUKTUR DAN SISTEMATIKA DOKUMEN RTBL

Sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung pasal 27 ayat (2), struktur dan sistematika dokumen RTBL sebagaimana digambarkan
dalam diagram 2 pada halaman berikut:
Diagram 2: Struktur dan Sistematika Dokumen RTBL
BAGIAN II PROGRAM BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
A. UMUM
Stasiun Kereta Api Tugu terletak di sisi sebelah barat jalan poros Keraton-Tugu Pal Putih atau
berada di sebelah barat Stasiun Lempuyangan. Sampai sekarang Stasiun Tugu menjadi stasiun
utama di Kota Yogyakarta. Keberadaan bangunan tersebut menjadi landmark atau penanda
kawasan yang menonjol. Bentuk bangunan Stasiun Tugu Yogyakarta memiliki ciri khas
tersendiri. Bangunan stasiun diapit oleh jalur-jalur kereta api dan terowongan bawah tanah yang
menghubungkan peron utara dengan peron selatan. Bagian depan bangunan yang sekaligus pintu
masuk utama stasiun ini menghadap ke arah timur, tepatnya ke arah jalan Mangkubumi (Margo
Utomo) yang merupakan poros Kota Yogyakarta. Dari awal pembangunannya, Stasiun Tugu
terletak di lokasi strategis yang merupakan pusat perekonomian Yogyakarta yaitu daerah Pecinan
dan Pasar Beringharjo. Stasiun ini memiliki beberapa bangunan penunjang seperti gudang muat
tinggi sisi selatan, bangunan telekomunikasi, bangunan rumah sinyal, pusat reservasi tiket kereta
api, bangunan induk stasiun, gedung kantor kas, dipo induk kereta, dipo lokomotif, bengkel
lokomotif, gedung muat tinggi sisi utara, bangunan resort jalan, jembatan, dan rel.

B. ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN


1. Pengertian

Gambar 1. Pembagian Kawasan


Kawasan sekitar Stasiun Tugu keseluruhan yang masuk ke dalam plotingan memiliki luas 37 ha.
Plotingan dibagi menjadi 4 kawasan dengan kawasan A adalah kawasan perbaikan yaitu Pasar
Kembang, kawasan B pengembangan kembali kawasan adalah Stasiun Tugu, kawasan C
pembangunan baru kawasan adalah Malioboro di sisi timur, dan kawasan D
pelestarian/perlindungan kawasan.

2. Manfaat
a. Menjadi kawasan pusat komersial karena berada dekat dengan Pecinan dan Pasar
Beringhargo
b. Area serbaguna karena berada di posisi strategis
c. Menyediakan berbagai fasilitas publik untuk mempermudah menunjang area pusat wisata
d. Aksesibilitas

3. Komponen-komponen Analisis
a. Perkembangan Sosial-Kependudukan
Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya Kota Yogyakarta sudah penuh penduduk dan
banyak yang sudah menjadi area pemukiman tinggi. Stasiun Tugu masuk kedalam
daerah Kota Yogyakarta dengan Gedongtengen sebagai kecamatannya. Pada tahun 2020,
menurut databoks daerah Gedongtengen memiliki jumlah penduduk 16.484 jiwa. Mata
pencaharian masyarakat adalah pegawai kantor dan pengusaha seperti di bidang jasa,
FnB, dll.

b. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Daerah sekitar stasiun Tugu merupakan daerah perdagangan dan jasa juga perkantoran,
ditandai oleh ramainya perekonomian disana dengan adanya beberapa hotel dan toko
pusat oleh-oleh Jogja, rumah makan, dan sebagainya. Menurut tabel disamping, daerah
sekitar stasiun Tugu ditandai dengan warna abu-abu yang berarti daerah perdagangan dan
jasa. Terdapat daerah kepadatan sedang dan tinggi di selatan dan utara stasiun tugu
berhimpitan dengan perdagangan dan jasa.

Gambar 2. Prospek Ekonomi


c. Daya Dukung Fisik dan Lingkungan
d. Aspek Legal Konsolidasi Lahan Perencanaan
e. Daya Dukung Prasarana dan Fasilitas Lingkungan
f. Kajian Aspek Signifikansi Historis Kawasan

4. Prinsip-prinsip Analisis
5. Hasil Analisis

C. ANALISIS PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN BERBASIS PERAN MASYARAKAT


1. Pengertian
2. Manfaat
3. Prinsip Utama
4. Tahapan Perencanaan Partisipatif
5. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat
6. Proses Partisipasi Masyarakat
D. KONSEP DASAR PERANCANGAN TATA BANGUNAN DAN
LINGKUNGAN
1. Pengertian
2. Manfaat
3. Komponen Dasar Perancangan
4. Kriteria Penyusunan Komponen Dasar Perancangan

BAGIAN III RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN


A. UMUM
B. RENCANA UMUM
1. Pengertian
2. Manfaat
3. Komponen Rancangan
a. Struktur Peruntukan Lahan
i. Pengertian
ii. Manfaat
iii. Komponen Penataan
iv. Prinsip-prinsip Penataan
b. Intensitas Pemanfaatan Lahan
i. Pengertian
ii. Manfaat
iii. Komponen Penataan
iv. Prinsip-prinsip Penataan
c. Tata Bangunan
i. Pengertian
ii. Manfaat
iii. Komponen Penataan
iv. Prinsip-prinsip Penataan
d. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung
i. Pengertian
ii. Manfaat
iii. Komponen Penataan
iv. Prinsip-prinsip Penataan
e. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau
i. Pengertian
ii. Manfaat
iii. Komponen Penataan
iv. Prinsip-prinsip Penataan
f. Tata Kualitas Lingkungan
i. Pengertian
ii. Manfaat
iii. Komponen Penataan
iv. Prinsip-prinsip Penataan
g. Sistem Prasarana dan Utilitas
Lingkungan
i. Pengertian
ii. Manfaat
iii. Komponen Penataan
iv. Prinsip-prinsip Penataan
C. PANDUAN RANCANGAN
1. Pengertian
2. Manfaat
3. Ketentuan Dasar Implementasi Rancangan
4. Prinsip-prinsip Pengembangan Rancangan
a. Panduan Rancangan Tiap Blok Pengembangan
b. Simulasi Rancangan Tiga Dimensional

BAGIAN IV RENCANA INVESTASI


A. UMUM
B. SKENARIO STRATEGI RENCANA INVESTASI
C. POLA KERJA SAMA OPERASIONAL INVESTASI
BAGIAN V KETENTUAN PENGENDALIAN RENCANA
A. UMUM
B. STRATEGI PENGENDALIAN RENCANA
C. ARAHAN PENGENDALIAN RENCANA
BAGIAN VI PEDOMAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN
A. UMUM
B. PENGENDALIAN PELAKSANAAN
1. Aspek-aspek Pengendalian
2. Kriteria dan Pertimbangan Pengendalian
C. PENGELOLAAN KAWASAN
1. Tujuan Pengelolaan Kawasan
2. Lingkup Pengelolaan
3. Aset Properti yang Dikelola
4. Pelaku Pengelolaan
5. Aspek-aspek Pengelolaan
6. Sistematika Pedoman Pengelolaan
BAGIAN VII PEMBINAAN PELAKSANAAN
A. U MUM
B. PERAN PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH

BAGIAN VIII KETENTUAN PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai