Anda di halaman 1dari 14

Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman

Kota Yogyakarta 2014

BAB 5
KONSEP DASAR PERANCANGAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

5.1. Konsep Dasar Pengembangan Kawasan


Kawasan Puro Pakualaman berkembang secara berkelanjutan menjadi bagian kawasan perkotaan
dan menjadi kawasan yang terus mengalami pertumbuhan, terutama pada aktivitas pedagangan,
jasa dan perkantoran. Tidak kalah pentingnya adalah perkembangan dalam kegiatan pariwisata.
Perkembangan aktivitas yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan ruang perlu diantisipasi
dengan cara menyiapkan rencana tata ruang. Hal ini dimaksudkan agar proses perkembangan dapat
terkendali dan terarah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota yang telah ditetapkan sebelumnya.
Mengingat kawasan Pakulaman telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya, dengan potensi
penyebaran objek cagar budaya baik yang bersifat fisik maupun non fisik dan dengan terjadinya
perkembangan fungsi tata ruang, maka untuk mencapai tujuan pengembangan kawasan di
kemudian hari, perlu diupayakan juga untuk menyiapkan masyarakat baik dalam aspek sosial,
ekonomi dan budaya.
Skenario pengembangan kawasan, diawali dengan mengupayakan kawasan inti yaitu Puro
Pakualaman sebagai titik tolak (magnet) pengembangannya. Bagaimana caranya agar dalam
kompleks Puro Pakualaman dapat berlangsung kegiatan-kegiatan, terlebih yang terkait dengan
ativitas perekonomian. Hal ini dimaksudkan agar dapat menghidupkan suasana dan terpakainya
bangunan-bangunan di sekitar kompleks Puro Pakualaman. Pengembagan dari aktivitas tersebut
haruslah dalam konteks konservasi, dengan demikian upaya-upaya tersebut tidak terbatas pada
menyelesaikan persoalan fisik saja, tetapi merupakan penggabungan antara fisik dan non fisik yang
meliputi seni, tradisi dan budaya yang berkembang di masyarakat Puro Pakualaman. Magnet ini
diharapkan nantinya dapat sebagai pemicu sekaligus percontohan dari munculnya magnet-magnet
baru dengan skala kegiatan yang lebih kecil dari pusatnya pada objek objek bangunan cagar budaya
yang banyak tersebar di sekitar kawasan penyangga.
Pada akhirnya, diharapkan akan tercipta suatu kondisi kawasan inti, Puro Pakualaman sebagai
pusatnya dan kawasan penyangga dengan kegiatan-kegiatan pendukungnya menjadi bagian-bagian
yang menyatu membentuk karakteristik ruang.

5.1.1. Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan

BAB 5 -- 1
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014

Konsep perancangan struktur tata bangunan dan lingkungan adalah suatu gagasan
perancangan dasar pada skala makro, mulai dari intervensi desain struktur tata bangunan
dan lingkungan yang akan dicapai pada kawasan perencanaan. Hal ini terkait dengan
struktur keruangan yang terintegrasi terhadap kawasan sekitarnya secara luas dengan
mengintegrasikan seluruh komponen perancangan kawasan yang ada.
Konsep perancangan kawasan yaitu dengan mengintegrasikan kawasan perencanaan
dengan kawasan di sekitarnya. Konsep dasar konektivitas kawasan yaitu dengan
pengembangan jalur transportasi kota yang melalui jalan arteri kawasan. Dalam kawasan
perencanaan di konsep eco-city diterapkan pengembangan sentra bisnis secara linier
dengan pengembangan jalur Eco Coridor sebagai jalur parade kota serta penunjang potensi
atraktif kawasan. Selain itu, pengembangan kawasan tepi sungai yang banyak melintas di
kawasan perencanaan dijadikan sebagai ruang terbuka hijau publik sekaligus sebagai
pengendali pemanfaatan lahan di area sempadan sungai.
Pola pemanfaatan ruang yang terpusat pada satu titik menyembabkan perkembangan
kawasan kecamatan Pakualaman menjadi terpusat pada satu titik di daerah alun-alun
(sebelah utara kawasan perencanaan), pembangunan kawasan pusat Pemerintah
kabupaten (sebelah selatan kawasan perencanaan), dan pusat pendidikan yang di
rencanakan dalam RDTR di Kawasan Cipasung (Timur kawasan perencanaan) membuat
kawasan perencanaan berada diantara 3 magnet besar dan khususnya 2 magnet besar
yang tentunya akan memberikan dampak petumbuhan yang besar pula baik dari sisi
pertumbuhan bangunan dan jaringan jalan.
Dalam kedudukanya terhadap beberapa magnet kawasan disekitar kawasan perencanaan
dibagi atas 2 kriteria penentuan pembagian kawasan yaitu :

5.1.2. Blok -Blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya


Blok pengembangan dibagi dalam 5 blok atau zona perencanaan, dipisah untuk
mempermudah dalam pelaksanaannya sehingga bisa dikerjakan secara bersamaan maupun
bergantian tidak harus berurutan yang terdiri dari :

a. Blok Inti Puro Pakualaman


Blok Inti Puro Pakualaman berada di pusat kawasn dengan fungsi utama sebagai pusat
kebudayaan dan tempat Jumenengnya KGPAA PA IX . Program penanganan di blok Inti Puro
Pakualaman ini antara lain:

BAB 5 -- 2
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014

1. Penataan hunian tempat tinggal di sisi barat sekitar lapangan panah.


2. Merevitalisasi ruang – ruang terbuka di dalam komplek Puro Pakualaman yang memiliki
luasan cukup signifikan menjadi RTH.
3. Mengembalikan cirri khas bangunan – banguna di dalam komplek dengan penerapan
warna – warna khas Mataram.
4. Mengendalikan perkembangan pemukiman maupun bagunan fungsi lain di dalam
komplek Puro pakualaman sehingga tidak mengganggu karakter yang sudah terbentuk.
5. Penataan jalur pedestrian dan sepeda di dalam dan sekitar komplek Puro
6. perencanaan street furniture di dalam dan sekitar komplek Puro

b. Blok Ndalem
Blok Ndalem berbatasan dengan komplek Puro Pakualaman. Blok ini merupakan blok
dimana terdapat sebaran bangunan – bangunan ndalem . program penanganan di blok
Ndalem ini antara lain:
1. Pemugaran bangunan – bagunan ndalem sesuai bentuk semula
2. Penataan ruang terbuka sekitar komplek ndalem menjadi RTH dan ruang komunal skala
lingkungan
3. Penerapan elemen – elemen khas Mataram pada bangunan – bangunan terutama yang
berada pada keliling blok untuk memperkuat citra khas kawasan Pakualaman
4. Penataan area komersil jalan Gajahmada, Jalan Suryo Pranoto, dan Jalan Sultan Agung
5. Pembuatan jalur sepeda yang terintegrasi dengan jalur pedestrian dan pembuatan jalur
sepeda sampai dengan jalan lingkungan
6. Perencanaan jalur Eco Coridor tepi jalan
7. mengintegrasi kawasan dengan rencana moda transportasi serta fasilitasnya seperti
halte-halte seperti jalur Trans Jogja dan jalur Tram ( dalam wacana )
8. perencanaan jaringan drainase
9. perencanaan lighting jalan sesuai dengan ciri khas Mataraman.
10. perencanaan street furniture sesuai dengan ciri khas Mataraman.
11. Penataan signage kawasan ( papan reklame, penunjuk arah, papan informasi public,
gapura penanda masuk lingkungan, scluptutre )

c. Blok Rumah Tradisional Rakyat

BAB 5 -- 3
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014

Blok berada di sisi blok ndalem. Secara eksisiting kawasan permukiman dengan kepadatan
tinggi yang terbentuk dalam kampung – kampung kota. program penanganan di blok ini
antara lain:
1. Pembuatan jalan baru sebagai jalan penghubung setiap blok
2. Penataan area komersil pada sekitar jalan pemda bojong koneng dan sekitar kawasan
3. Penataan area komersil sepajang koridor
4. Penataan lansekap dalam kawasan
5. Penataan jalur pedestrian dan sepeda sampai dengan jalan lingkungan
6. perencanaan street furniture
7. perencanaan jaringan drainase
8. perencanaan jaringan listrik
9. perencanaan jaringan telekomunikasi
d. Blok Kolonial
Blok Kolonial merupakan blok yang menempati sisi selatan korodor Sultan Agung. Secara
eksisiting kawasan berupa kawasan hunian dan bangunan perkantoran, sekolah, LP, Museum,
dan komersial dengan cirri khas utama karakter bangunan – bangunan gaya Indish. Adapun
program penanganan di blok ini adalah :

1. Konservasi dalam bentuk rehabilitasi bangunan – bangunan indish


2. Pengaturan setback bangunan baru sepanjang koridor
3. Penataan area komersial jalan Sultan Agung
4. Penataan PKL sepanjang jalan Sultan Agung
5. Penataan lansekap dalam kawasan
6. Penataan jalur pedestrian dan sepeda sampai dengan jalan lingkungan
7. Penataan street furniture
8. mengintegrasi kawasan dengan rencana moda transportasi serta fasilitasnya seperti
halte-halte seperti jalur Trans Jogja dan jalur Tram ( dalam wacana )
9. Penataan signage kawasan ( papan reklame, penunjuk arah, papan informasi public,
gapura penanda masuk lingkungan, scluptutre )
e. Blok Jagalan
Blok Jagalan merupakan blok yang menempati bantaran sungai Code. Secara eksisiting
kawasan berupa hunian padat bangunan. Adapun program penanganan di blok ini adalah :

1. Pengaturan setback bagunan tepian sungai

BAB 5 -- 4
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014

2. Penataan fungsi dan sempadan sungai Code


3. Pengembangan RTH tepian sungai
4. Pengembangan RTH lingkungan
5. Pengembangan Ruang public skala lingkungan
6. Pengembangan permukiman khusus ( bangunan komersial komoditi daging sapi )
7. Penataan jalur pedestrian dan sepeda sampai dengan jalan lingkungan
8. Pengembangan vertical housing ( low rise building ) untuk mengurangi KDB
9. Pengembangan septictank komunal untuk Penataan system pengelolaan limbah
rumah tangga.

Area Permukiman dibagi menjadi 2 kelompok yaitu area yang hanya sebagai fungsi
tempat tinggal dan kawasan temat tinggal yang bercampur (mixuse) dengan kawasan komersil.
Kawasan tempat tinggal yang bercampur dengan area komersil pada pusat kota memerlukan
penataan khusus sehingga tidak terrjadi penurunan kkualitas hidup dan lingkungan pada
kawasan tersebut yang mempengaruhi perkemebangan kota secara luas. Penaataan tanda
(signed) berupa baliho, nama jalan, dan enclosure dengan mempertimbagkan nilai local
sehingga dapat mencirikan karakter kawasan kacamatan singaparna sebagai ibu kota
tasikmalaya.

Kawasan singaparna merupakan ibukota kabupten singaparna yang merupakan salah


satu area tujuan pintu gerbang sebagai salah satu identitas menuju kawasan tertentu seperti
danau atau area heritage yang bisa dimanfaatkan dan di kemebangkan sebagai embrio
pariwisata kawasan pada kawasan singaparna.

Integrasi setiap fungsi kawasan yang di mulai dari pintu gerbang (gate) menuju kedalam kota
(inner city), yang terdiri dari beberapa fungsi yang perlu di tambahkan , diperbaiki maupun
dipindah guna penataan kawasan yang lebih baik.

5.2. Konsep Guna Lahan


Berdasarkan kondisi eksisting dalam gambaran umum kawasan dapat dilihat bahwa
kawasan perencanaan dominan sebagai fungsi pertanian dan beberapa fungsi permukiman.
Fungsi baru kawasan pusat pemerintahan kabupaten yang berada disisi selatan kawasan
perencanaan secara perediksi tentunya akan mengubah struktur dan fungsi lahan yang
sebelumnya ada. Dalam konteks RDTR secara umum kawasan ini sudah diplotkan fungsi lahan

BAB 5 -- 5
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014

namun belum bersifat spesifik sehingga dalam dokumen RTBLS ini perlunya kembali dikaji
secara mendalam untuk mendapatkan kesesuaian lahan yang mampu mewadahi
perkembangan kawasan.

Dalam tataran konseptual fungsi lahan pembagian penggal kawasan perencanaan


sudah ditentukan prioritas kawasan berdasarkan kriteria sebelumnya. Perencanaan dengan
regulasi tinggi di tempatkan pada penggal 2 (dua). Sedangkan perencanaan penggal lainnya
secara konseptual terdiri atas 3 (tiga) fungsi umum yaitu permukiman, komersial, dan ruang
terbuka hijau yang mana terdapat pada zona sempadan sungai dan dalam skala perumahan.

Secara detail penentuan fungsi lahan atau tata guna lahan bersumber dari dokumen
RDTR sehinga bentuk penataan ini merupakan turunan dari perencanaan komprehensif RDTR
dan didetailkan berdasarkan hasil analisis. Bentuk perubahan yang ada hanya terdapat pada
tarikan sistem jaringan jalan yang lebih detail beserta fungsinya hal ini tentuya akan lebih
memudahkan perencanaan secara mendetail baik dari sisi perencanaan fisik dan investasi.

Perubahan dari lahan pertanian menjadi kawasan aktif pendukung kegiatan strategis
tentunya menjadi penting dalam analisis kesesuaian lahan karena bersifat mengatur dan
menata untuk wewujudkan kawasan yang lebih baik. Pertimbangan kegiatan pusat komersial
disepanjang koridor baru (Jalan Raya Pemda Bojong Koneng) merupakan bentuk magnet linier
pemecah kegiatan komersial yang ada pada kawasan CBD dan bentuk komersial yang ada
terkait dengan koridor formal atau sekaligus sebagai koridor yang membawa wajah baru
Singaparna dimasa mendatang.

BAB 5 -- 6
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014

Fungsi permukiman ditempatkan dilayer kedua dan saling isi dengan fungsi ruang terbuka hijau
sebagai filter utama ekologi dalam skala lingkungan permukiman. Dalam kebutuhan 20 tahun
kedepan dan hadirnya beberapa perencanaan strategis diluar kawasan perencanaan seperti
adanya jalur lingkar, pemindahan terminal, dikembangkanya 5 pusat kegiatan tetnuya akan
berdampak kepada struktur jaringan perkotaan. Berdasarkan rekomendasi dari RDTR dan
analisa peruntukan lahan untuk kawasan perencanaan tetap mempertahankan ruang hijau
dengan fungsi pertanian dan sekaligus sebagai lahan cadangan (stock land) perluasan ruang
kawasan.

1.

2.

3.

4.

5.2.1. Pola Penataan Blok Kawasan


Berdasarkan jaringan jalan yang ada sehingga pendekatan dalam penentuan blok kawasan
umumnya dilandaskan berdasarkan blok yang sudah ada. Adapun pertimbangan lain secara
ideal bilamana kedua aspek tersebut tidak sesuai dengan perencanaan dalam skala yang
lebih luas sehingga perlu penyesuaian keduanya. Sistem jaringan dan blok kawasan yang
diterapkan kedalam kawasan perencanaan merupakan sistem grid. Sistem grid diterapkan
untuk memperjelas struktur kawasan khsusunya kawasan sekitar zona inti Puro
Pakualaman sekaligus mempermudah dalam pembagian kelas jalan seperti kolektor,
lingkungan dan lokal. Dalam penataan blok kawasan dasar pertimbangan berdasarkan dari
tata guna lahan dan sistem jaringan yang direncanakan dalam kawasan. Blok kawasan
merupakan bentuk pendukung dari sistem jaringan jalan lama yang sudah terbentuk
sebelum tahun 1925 yang mana sebagai jaringan jalan lama dengan fungsi umum
perdagangan dan jasa.
Sistem Blok umumnya merupakan sistem layer yang mana pada layer terdekat dengan
jalan adalah fungsi komersial ataupun fungsi pelayanan umum dan di layer selanjutnya
adalah fungsi permukiman dengan pusat ruang terbuka sebagai pusat kegiatan bersama.

BAB 5 -- 7
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014

Dalam blok permukiman umumnya memiliki panjang dan lebar blok 100-200m x 75-150.
Blok – blok yang ada di kawasan Pakualaman umumnya mempunyai dimensi diantara
tersebut terutama di zona inti Puro Pakualaman, zona Ndalem, dan Zona Kolonial.

5.2.2. Intensitas Bangunan


Pertimbangan analisis ini menjadi penting dimasukan berkaitan kawasan yang merupakan
kawasan cagar budaya ( KCB ) perlu pengaturan tentang kepadatan dan ketinggian bangunan
yang semestinya sangat ketat. Berdasarkan hasil analisis tata guna lahan dan ketinggian
bangunan tingkat kepadatan bangunan dapat dikategorikan kedalam 4 (empat) penggal
kawasan perencanaan yang memuat intensitas tinggi, sedang, rendah.

a. Koefisien Bangunan (KDB)

Dalam perhitungan intensitas bangunan dapat diatur berdasarkan koefisien terbangun dan
koefisien hijau yang ada dalam setiap fungsi lahan. Dalam kawasan perencanaan khususnya
fungsi-fungsi tertentu perlu pengaturan dan pengendalian koefisiennya sebagai berikut:
1) Fungsi perdagangan dan jasa ditentukan 80 - 90% terbangun dan 5 – 10 % ruang tidak
terbangun. Penjelasan 80 – 90 % terbangun adalah bangunan beserta perkerasan
(perkerasan atau lahan parkir wajib menempatkan biopori sebagai jalur resapan),
penjelasan 10 – 20 % ruang tidak terbangun adalah ruang hijau dengan soft material
yang memiliki daya resapan serta ditanami perdu dan pohon
2) Fungsi Pariwisata ditentukan 80% terbangun dan 20% ruang tidak terbangun.
Penjelasan 60% adalah bangunan yang terbangun beserta perangkat perekerasan,
penjelasan 40% adalah ruang hijau yang diisi oleh pohon dan perdu.
3) Fungsi permukiman kepadatan tinggi ditentukan 80% terbangun dan 20% ruang hijau.
Penjelasan 80% terbangun adalah hunian/ rumah yang sudah terhitung dengan carport,
penjelasan 20% berupa ruang resapan, hijau, dan ditanami minimal 1 pohon. Ruang
hijau dapat ditutup oleh perkerasan yang tetap dapat berfungsi sebagai resapan misal :
grass block atau paving yang berongga.
4) Fungsi Inti cagar budaya ditentukan 80% terbangun dan 20% ruang hijau. Penjelasan
80% terbangun, penjelasan 20% berupa ruang resapan, hijau, dan. Ruang hijau dapat
ditutup oleh perkerasan yang tetap dapat berfungsi sebagai resapan misal : grass block
atau paving yang berongga. Saat ini koefisien dasar bangunan blok inti Cagar Budaya

BAB 5 -- 8
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014

Puro Pakualaman adalah 60 % terbangun dan 40 % ruang terbuka yang didominasi


RTH. Proporsi ini dianjurkan untuk dipertahankan namun jika perlu penambahan
bangunan – bangunan penunjang keberadaan Puro Pakualaman maka koefisiennya
harus sesuai dengan yang diatas ( 80 % terbangun dan 20% ruang hijau )
5) Fungsi Perkantoran ditentukan ditentukan 80% terbangun dan 20% ruang hijau.
Penjelasan 80% terbangun adalah hunian/ rumah yang sudah terhitung dengan
perkerasan lahan parkir, penjelasan 20% berupa ruang resapan, hijau, dan ditanami
bertajuk lebar. Ruang hijau dapat ditutup oleh perkerasan yang tetap dapat berfungsi
sebagai resapan misal : grass block atau paving yang berongga.

Pertimbangan lain yang dihadirkan dalam kawasan perencanaan adalah konteks koridor
formal yang direncanakan sekaligus gerbang utama kawasan pusat pemerintahan. Dalam
pendekatan aspek visual kawasan didapat pembagian 4 penggal yang terkait dengan
penentuan koefisien bangunan. pembagian nilai koefisien secara umum terbagi menjadi 2 (dua)
yaitu penggal 1,3, dan 4 sebagai kawasan pendukung kegaitan dan kawasan perluasan
perkotaan. Yang kedua yaitu penggal 2 yang mana konteks dalam penggal ini lebih kepada
menjebatani antara kawasan CBD dengan kawasan pusat pemerintahan yang ada disisi selatan
kawasan perencanaan.

Berdasarkan hasil analisa ditentukan nilai koefisien bangunan yang ada pada penggal 2
memiliki koefisien terbangun yang lebih rendah dari penggal lainya dan wajib mengadirkan
atmosfer lokal baik dari tata bangunan maupun tata lansekapnya.

b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

KLB perlu ditetapkan sesuai dengan pertimbangan daya dukung dan situasi-kondisi yaitu
pengalaman-pengalaman bencana yang pernah melanda di kawasan Salakan, untuk itu KLB
direkomendasikan bervariasi antara 1,8 hingga 2,4. Pertimbangan lain terkait dengan koridor
formal dapat dibagi menjadi 2 (dua) kategori yang dijelaskan sebagai berikut:
Penggal 1,3, dan 4
1) Fungsi Perdagangan dan Jasa memiliki ketinggian lantai maksimal 7 lantai atau garis
batas pada ketinggian 29m
2) Fungsi pelayanan umum memiliki ketinggian maksimal 4 lantai atau garis batas pada
ketinggian 17m

BAB 5 -- 9
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014

3) Fungsi permukiman memiliki ketingian maksimal 2 lantai atau garis batas pada
ketinggian 9m
Penggal 2
1) Fungsi Perdagangan dan Jasa memiliki ketinggian lantai maksimal 5 lantai atau garis
batas pada ketinggian 22m
2) Fungsi pelayanan umum memiliki ketinggian maksimal 3 lantai atau garis batas pada
ketinggian 13m
3) Fungsi permukiman memiliki ketingian maksimal 1 lantai atau garis batas pada
ketinggian 7m

c. Koefisien Daerah Hijau (KDH)


Sesuai dengan peraturan perundangan maka Koefisien Daerah Hijau yang merupakan
perbandingan luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan ataupun pernghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
dikuasai ditetapkan minimal 30%. Penjelasan 30% terbagi atas 20% publik dan 10% privat.
Penjelasan 20% dalam kawasan perencanaan dapat meliputi zona buffer/ sempadan sungai,
taman kota, taman komplek dan eko koridor sedangkan 10% adalah kewajiban warga
menyediakan ruang hijau yang terkait erat dengan koefisien ruang hijau khususnya 40% yang
minimal ditanami 1 pohon dan ruang berupa soft material yang dapat berfugsi sebagai resapan.

d. Sistem Insentif-Disinsentif Pengembangan


Kedepan kebijaksanaan untuk mengendalikan pemanfaatan lahan sesuai dengan
peruntukannya maka ditetapkan sistem insentif-disinsentif dengan melibatkan berbagai pihak
yang terkait, antara lain Dinas Cipta Karya/tata ruang dengan Dinas Pendapatan Daerah terkait
dengan penetapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

BAB 5 -- 10
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014

5.2.3. Sistem Sirkulasi


Berdasarkan hasil analisa kecamantan secara makro didapat bahwa umumnya sistem
sirkulasi dua arah merupakan sistem umum yang ada dalam jaringan kawasan namun terdapat
beberapa kondisi buka tutup jalan dan terjadinya kemacetan seperti acara pemberangkantan
haji, menjelang hari raya, tahun ajaran baru, dan beberapa acara keagamaan yang mana lebar
jalan secara umum tidak dapat menampung jumlah moda yang ada. Berangkat dari analisa
makro ini terdapat keuntungan lebih dalam kawasan perencanaan yang masih bersifat baru dan
hanya terdapat beberapa jaringan embrional serta ditambah adanya perencanaan jaringan jalan
utama selebar 30m yang tentunya sistem sirkulasi dua arah akan lebih terakomodasi. Lebar
jalan lingkungan yang di terapkan dalam kawasan perencanaan adalah 8m dan memakai
sistem grid sehingga bilamana terdapat acara keagamaan ataupun yang bersifat menimbulkan
kemacetan para pengguna masih dapat memilih alternatif jalan lain.

Sistem sirkulasi yang direncanakan akan memuat moda transportasi publik seperti bus,
angkutan kota, dan ojek yang saling terintegrasi. Dalam perencanaan sistem sirkulasi diarahkan
menjadi dua jalur dari jaringan utama sampai dengan jaringan terendah (jalan lingkungan).
Sistem jaringan dalam kawasan perencanaan tetap memfasilitasi gang namun setiap gang
mampu menyediakan kantung parkir sesuai dengan kapasitas lingkungan gang khususnya
parkir roda empat. Dalam skema besar sitem transportasi perencanaan perlu diperhatikan
beberapa poin penting untuk mendukung kesesuaian kawasan yaitu:

1) Sistem sirkulasi adalah sistem sirkulasi dua arah.


2) Moda yang transporasi publik berupa bus dan angkutan kota yang terdapat pada jalan
utama dan sekunder.
3) Moda transportasi ojek melayani jalan sekunder sampai dengan jalan terkecil dalam
kawasan.
4) Sistem sikulasi jalan utama memuat halte dan terminal angkot yang terintegrasi.
5) Sistem sirkulasi diatur dan didetailkan oleh dinas perhubungan terkait dengan rekayasa
lalu lintas kedepannya.
6) Sistem sirkulasi memuat sistem pedestrian dan jalur pesepeda dimulai dari jalan utama
sampai dengan jalan berskala lingkungan.
7) Sistem sirkulasi dapat mendukung wajah baru Pakualaman.

BAB 5 -- 11
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014

Berdasarkan hasil analisis terkait dengan sistem sirkulasi skala mikro yang berhubungan
dengan jalur pesepeda dan jalur pejalan kaki menjadi penting direncanakan dalam kawasan.
Hasil analisis menunjukan tingkat intensitas pengguna sepeda terbanyak pada kawasan
pendidikan khususnya kawasan pesantren yang mana pada sisi timur kawasan perencanaan
terkait erat dengan konteks ini. Jalur pesepeda dapat diintegrasikan dengan jalur pejalan kaki
dan jaringan jalan sehingga jaringan dapat terkoneksi seluruh kawasan baik lingkup kawasan
pusat pendidikan hingga kawasan pusat pemerintahan.

Dalam perencanaannya terdapat beberapa poin penting dalam perencanaan jalur


pesepeda dan penjalan kaki yaitu:

a. Jalur Pesepeda

1) Jalur pesepeda terhubung keseluruh kawasan


2) Jalur pesepeda di garis pembatas atau di beri warna khusus (biru/hijau) untuk
memperjelas jalur
3) Jalur pesepeda dapat tergabung dengan jalur pejalan kaki bila mana dalam kondisi tidak
ada ruang lagi untuk membaginya
4) Jalur pesepeda steril dari sektor informal / PKL dan lahan parkir sehingga perlu
pengendalian dan kontrol oleh pihak satuan pamong praja
5) Jalur pesepeda memiliki parkir sepeda yang disediakan ditempat umum seperti fungsi
pendidikan, pelayanan umum, fungsi pemerintahan dan halte

b. Jalur Pejalan Kaki


1) Jalur pejalan kaki memiliki lebar minimal 1.20m
2) Jalur pejalan kaki terhubung dan memfasilitasi jalur defabel baik jalur dan ramp
3) Ramp yang ada dijalur pedestrian memiliki kemiringan dibawah 10 derajat
4) Jalur pejalan kaki bebas dari fungsi parkir dan PKL
5) Jalur pejalan kaki terintegrasi dengan halte dan parkir sepeda
6) Jalur pejalan kaki pada jaringan utama diapit oleh pohon tajuk besar dan memiliki
teduhan

BAB 5 -- 12
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014

7) Jalur pejalan kaki khususnya di kawasan fungsi permukiman dapat terintegrasi dengan
sistem utilitas.

5.3. Tata Kualitas Lingkungan


Pengembangan desain kawasan perencanaan diarahkan agar dapat mencitrakan sebagai
gerbang kawasan formal yang mempunyai citra kawasan caga budaya .Peningkatan
kualitas lingkungan juga dengan perencanaan street furniture di ruang- ruang publik (plaza/
jalur pedestrian). Tata hijau sepanjang kawasan perencanaan yang mengadopsi konsep
eco coridor sehingga berkelanjutan. median jalan dengan tata hijau dengan vegetasi
pengarah dan tata hijau di bahu jalan. Perlu juga perencanaan rambu lalu lintas dan street
furniture seperti lampu jalan dan papan informasi di zona amenitas berupa lampu jalan,
papan penunjuk, pot tanaman. Di jalur komersial di siapkan ruang untuk meletakan papan
iklan yang tidak menggangg ruang jalan dan tidak mengganggu kualitas visual kawasan
konsep eco-corriodor merupakan salah satu bagian dari upaya memperbanyak ruang hijau
dalam kawasan perencanaan. Upaya lainnya adalah menciptakan ruang publik yang
terintegrasi dengan ruang hijau sehingga ruang publik selain dapat berfungsi sebagai ruang
sosial juga berfungsi sebagai ruang ekologis. Ruang publik hijua adalah bagian penting
dalam pendekatan konsep eco-city yang diterapkan dalam RTBL ini sehingga dalam
kawasan perencanaan perlunya dihadirkan ruang terbuka publik hijau baik dalam skala
besar maupun skala kawasan. Selain ruang terbuka publik hijau perlu juga perhatian
terhadap potensi biru kawasan yaitu sungai-sungai yang melintas dalam kawasan
perencanaan. Sungai Code dikonsepkan sebagai zona waterfront activity yang tidak lain
sebagai ruang terbuka publik dan sekaligus ruang ekologis sungai.

5.4. Sistem Utilitas


Arah kebijakan dalam pengembangan utilitas Kawasan Puro Pakualaman sebagai bagian dari Kota
Yogyakarta ditujukan pada pertimbangan efisiensi jangkauan pelayanan bagi kepentingan penduduk di
sekitar kawasan. Sebagai upaya untuk pengembangan sistem kegiatan kawasan/ kota, maka jaringan
utilitas perlu diintegrasikan dengan pusat-pusat kegiatan di kawasan.

Dengan demikian maka kebijakan pengembangan fasilitas dan utilitas kawasan mengacu kepada arahan
kegiatan/ zoning kegiatan yang akan diterapkan di Kawasan Pakualaman. Arahan pengembangan
jaringan utilitas secara garis besar dibagi dalam beberapa arahan yaitu:

 Pengembangan jaringan utilitas untuk pelayanan ruang-ruang publik komersial

BAB 5 -- 13
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014

 Pengembangan jaringan utilitas untuk pelayanan sosial


 Pengembangan jaringan utilitas untuk permukiman/ rumah tinggal
Jaringan Utilitas dalam Kawasan Pakualaman mencakupi jaringan air
bersih,jaringan drainase jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi secara terpadu.
Jaringan utilitas kawasan Pakualaman meliputi jalur utama pada jalur sekunder
pada area permukiman. Lebar jalur drainase pada mempunyai lebar 2 m. sehingga
dapat menampung limpahan drainase dari kawasan pemukiman dengan lebar 1-2m
.

BAB 5 -- 14

Anda mungkin juga menyukai