BAB 5
KONSEP DASAR PERANCANGAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
BAB 5 -- 1
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014
Konsep perancangan struktur tata bangunan dan lingkungan adalah suatu gagasan
perancangan dasar pada skala makro, mulai dari intervensi desain struktur tata bangunan
dan lingkungan yang akan dicapai pada kawasan perencanaan. Hal ini terkait dengan
struktur keruangan yang terintegrasi terhadap kawasan sekitarnya secara luas dengan
mengintegrasikan seluruh komponen perancangan kawasan yang ada.
Konsep perancangan kawasan yaitu dengan mengintegrasikan kawasan perencanaan
dengan kawasan di sekitarnya. Konsep dasar konektivitas kawasan yaitu dengan
pengembangan jalur transportasi kota yang melalui jalan arteri kawasan. Dalam kawasan
perencanaan di konsep eco-city diterapkan pengembangan sentra bisnis secara linier
dengan pengembangan jalur Eco Coridor sebagai jalur parade kota serta penunjang potensi
atraktif kawasan. Selain itu, pengembangan kawasan tepi sungai yang banyak melintas di
kawasan perencanaan dijadikan sebagai ruang terbuka hijau publik sekaligus sebagai
pengendali pemanfaatan lahan di area sempadan sungai.
Pola pemanfaatan ruang yang terpusat pada satu titik menyembabkan perkembangan
kawasan kecamatan Pakualaman menjadi terpusat pada satu titik di daerah alun-alun
(sebelah utara kawasan perencanaan), pembangunan kawasan pusat Pemerintah
kabupaten (sebelah selatan kawasan perencanaan), dan pusat pendidikan yang di
rencanakan dalam RDTR di Kawasan Cipasung (Timur kawasan perencanaan) membuat
kawasan perencanaan berada diantara 3 magnet besar dan khususnya 2 magnet besar
yang tentunya akan memberikan dampak petumbuhan yang besar pula baik dari sisi
pertumbuhan bangunan dan jaringan jalan.
Dalam kedudukanya terhadap beberapa magnet kawasan disekitar kawasan perencanaan
dibagi atas 2 kriteria penentuan pembagian kawasan yaitu :
BAB 5 -- 2
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014
b. Blok Ndalem
Blok Ndalem berbatasan dengan komplek Puro Pakualaman. Blok ini merupakan blok
dimana terdapat sebaran bangunan – bangunan ndalem . program penanganan di blok
Ndalem ini antara lain:
1. Pemugaran bangunan – bagunan ndalem sesuai bentuk semula
2. Penataan ruang terbuka sekitar komplek ndalem menjadi RTH dan ruang komunal skala
lingkungan
3. Penerapan elemen – elemen khas Mataram pada bangunan – bangunan terutama yang
berada pada keliling blok untuk memperkuat citra khas kawasan Pakualaman
4. Penataan area komersil jalan Gajahmada, Jalan Suryo Pranoto, dan Jalan Sultan Agung
5. Pembuatan jalur sepeda yang terintegrasi dengan jalur pedestrian dan pembuatan jalur
sepeda sampai dengan jalan lingkungan
6. Perencanaan jalur Eco Coridor tepi jalan
7. mengintegrasi kawasan dengan rencana moda transportasi serta fasilitasnya seperti
halte-halte seperti jalur Trans Jogja dan jalur Tram ( dalam wacana )
8. perencanaan jaringan drainase
9. perencanaan lighting jalan sesuai dengan ciri khas Mataraman.
10. perencanaan street furniture sesuai dengan ciri khas Mataraman.
11. Penataan signage kawasan ( papan reklame, penunjuk arah, papan informasi public,
gapura penanda masuk lingkungan, scluptutre )
BAB 5 -- 3
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014
Blok berada di sisi blok ndalem. Secara eksisiting kawasan permukiman dengan kepadatan
tinggi yang terbentuk dalam kampung – kampung kota. program penanganan di blok ini
antara lain:
1. Pembuatan jalan baru sebagai jalan penghubung setiap blok
2. Penataan area komersil pada sekitar jalan pemda bojong koneng dan sekitar kawasan
3. Penataan area komersil sepajang koridor
4. Penataan lansekap dalam kawasan
5. Penataan jalur pedestrian dan sepeda sampai dengan jalan lingkungan
6. perencanaan street furniture
7. perencanaan jaringan drainase
8. perencanaan jaringan listrik
9. perencanaan jaringan telekomunikasi
d. Blok Kolonial
Blok Kolonial merupakan blok yang menempati sisi selatan korodor Sultan Agung. Secara
eksisiting kawasan berupa kawasan hunian dan bangunan perkantoran, sekolah, LP, Museum,
dan komersial dengan cirri khas utama karakter bangunan – bangunan gaya Indish. Adapun
program penanganan di blok ini adalah :
BAB 5 -- 4
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014
Area Permukiman dibagi menjadi 2 kelompok yaitu area yang hanya sebagai fungsi
tempat tinggal dan kawasan temat tinggal yang bercampur (mixuse) dengan kawasan komersil.
Kawasan tempat tinggal yang bercampur dengan area komersil pada pusat kota memerlukan
penataan khusus sehingga tidak terrjadi penurunan kkualitas hidup dan lingkungan pada
kawasan tersebut yang mempengaruhi perkemebangan kota secara luas. Penaataan tanda
(signed) berupa baliho, nama jalan, dan enclosure dengan mempertimbagkan nilai local
sehingga dapat mencirikan karakter kawasan kacamatan singaparna sebagai ibu kota
tasikmalaya.
Integrasi setiap fungsi kawasan yang di mulai dari pintu gerbang (gate) menuju kedalam kota
(inner city), yang terdiri dari beberapa fungsi yang perlu di tambahkan , diperbaiki maupun
dipindah guna penataan kawasan yang lebih baik.
BAB 5 -- 5
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014
namun belum bersifat spesifik sehingga dalam dokumen RTBLS ini perlunya kembali dikaji
secara mendalam untuk mendapatkan kesesuaian lahan yang mampu mewadahi
perkembangan kawasan.
Secara detail penentuan fungsi lahan atau tata guna lahan bersumber dari dokumen
RDTR sehinga bentuk penataan ini merupakan turunan dari perencanaan komprehensif RDTR
dan didetailkan berdasarkan hasil analisis. Bentuk perubahan yang ada hanya terdapat pada
tarikan sistem jaringan jalan yang lebih detail beserta fungsinya hal ini tentuya akan lebih
memudahkan perencanaan secara mendetail baik dari sisi perencanaan fisik dan investasi.
Perubahan dari lahan pertanian menjadi kawasan aktif pendukung kegiatan strategis
tentunya menjadi penting dalam analisis kesesuaian lahan karena bersifat mengatur dan
menata untuk wewujudkan kawasan yang lebih baik. Pertimbangan kegiatan pusat komersial
disepanjang koridor baru (Jalan Raya Pemda Bojong Koneng) merupakan bentuk magnet linier
pemecah kegiatan komersial yang ada pada kawasan CBD dan bentuk komersial yang ada
terkait dengan koridor formal atau sekaligus sebagai koridor yang membawa wajah baru
Singaparna dimasa mendatang.
BAB 5 -- 6
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014
Fungsi permukiman ditempatkan dilayer kedua dan saling isi dengan fungsi ruang terbuka hijau
sebagai filter utama ekologi dalam skala lingkungan permukiman. Dalam kebutuhan 20 tahun
kedepan dan hadirnya beberapa perencanaan strategis diluar kawasan perencanaan seperti
adanya jalur lingkar, pemindahan terminal, dikembangkanya 5 pusat kegiatan tetnuya akan
berdampak kepada struktur jaringan perkotaan. Berdasarkan rekomendasi dari RDTR dan
analisa peruntukan lahan untuk kawasan perencanaan tetap mempertahankan ruang hijau
dengan fungsi pertanian dan sekaligus sebagai lahan cadangan (stock land) perluasan ruang
kawasan.
1.
2.
3.
4.
BAB 5 -- 7
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014
Dalam blok permukiman umumnya memiliki panjang dan lebar blok 100-200m x 75-150.
Blok – blok yang ada di kawasan Pakualaman umumnya mempunyai dimensi diantara
tersebut terutama di zona inti Puro Pakualaman, zona Ndalem, dan Zona Kolonial.
Dalam perhitungan intensitas bangunan dapat diatur berdasarkan koefisien terbangun dan
koefisien hijau yang ada dalam setiap fungsi lahan. Dalam kawasan perencanaan khususnya
fungsi-fungsi tertentu perlu pengaturan dan pengendalian koefisiennya sebagai berikut:
1) Fungsi perdagangan dan jasa ditentukan 80 - 90% terbangun dan 5 – 10 % ruang tidak
terbangun. Penjelasan 80 – 90 % terbangun adalah bangunan beserta perkerasan
(perkerasan atau lahan parkir wajib menempatkan biopori sebagai jalur resapan),
penjelasan 10 – 20 % ruang tidak terbangun adalah ruang hijau dengan soft material
yang memiliki daya resapan serta ditanami perdu dan pohon
2) Fungsi Pariwisata ditentukan 80% terbangun dan 20% ruang tidak terbangun.
Penjelasan 60% adalah bangunan yang terbangun beserta perangkat perekerasan,
penjelasan 40% adalah ruang hijau yang diisi oleh pohon dan perdu.
3) Fungsi permukiman kepadatan tinggi ditentukan 80% terbangun dan 20% ruang hijau.
Penjelasan 80% terbangun adalah hunian/ rumah yang sudah terhitung dengan carport,
penjelasan 20% berupa ruang resapan, hijau, dan ditanami minimal 1 pohon. Ruang
hijau dapat ditutup oleh perkerasan yang tetap dapat berfungsi sebagai resapan misal :
grass block atau paving yang berongga.
4) Fungsi Inti cagar budaya ditentukan 80% terbangun dan 20% ruang hijau. Penjelasan
80% terbangun, penjelasan 20% berupa ruang resapan, hijau, dan. Ruang hijau dapat
ditutup oleh perkerasan yang tetap dapat berfungsi sebagai resapan misal : grass block
atau paving yang berongga. Saat ini koefisien dasar bangunan blok inti Cagar Budaya
BAB 5 -- 8
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014
Pertimbangan lain yang dihadirkan dalam kawasan perencanaan adalah konteks koridor
formal yang direncanakan sekaligus gerbang utama kawasan pusat pemerintahan. Dalam
pendekatan aspek visual kawasan didapat pembagian 4 penggal yang terkait dengan
penentuan koefisien bangunan. pembagian nilai koefisien secara umum terbagi menjadi 2 (dua)
yaitu penggal 1,3, dan 4 sebagai kawasan pendukung kegaitan dan kawasan perluasan
perkotaan. Yang kedua yaitu penggal 2 yang mana konteks dalam penggal ini lebih kepada
menjebatani antara kawasan CBD dengan kawasan pusat pemerintahan yang ada disisi selatan
kawasan perencanaan.
Berdasarkan hasil analisa ditentukan nilai koefisien bangunan yang ada pada penggal 2
memiliki koefisien terbangun yang lebih rendah dari penggal lainya dan wajib mengadirkan
atmosfer lokal baik dari tata bangunan maupun tata lansekapnya.
KLB perlu ditetapkan sesuai dengan pertimbangan daya dukung dan situasi-kondisi yaitu
pengalaman-pengalaman bencana yang pernah melanda di kawasan Salakan, untuk itu KLB
direkomendasikan bervariasi antara 1,8 hingga 2,4. Pertimbangan lain terkait dengan koridor
formal dapat dibagi menjadi 2 (dua) kategori yang dijelaskan sebagai berikut:
Penggal 1,3, dan 4
1) Fungsi Perdagangan dan Jasa memiliki ketinggian lantai maksimal 7 lantai atau garis
batas pada ketinggian 29m
2) Fungsi pelayanan umum memiliki ketinggian maksimal 4 lantai atau garis batas pada
ketinggian 17m
BAB 5 -- 9
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014
3) Fungsi permukiman memiliki ketingian maksimal 2 lantai atau garis batas pada
ketinggian 9m
Penggal 2
1) Fungsi Perdagangan dan Jasa memiliki ketinggian lantai maksimal 5 lantai atau garis
batas pada ketinggian 22m
2) Fungsi pelayanan umum memiliki ketinggian maksimal 3 lantai atau garis batas pada
ketinggian 13m
3) Fungsi permukiman memiliki ketingian maksimal 1 lantai atau garis batas pada
ketinggian 7m
BAB 5 -- 10
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014
Sistem sirkulasi yang direncanakan akan memuat moda transportasi publik seperti bus,
angkutan kota, dan ojek yang saling terintegrasi. Dalam perencanaan sistem sirkulasi diarahkan
menjadi dua jalur dari jaringan utama sampai dengan jaringan terendah (jalan lingkungan).
Sistem jaringan dalam kawasan perencanaan tetap memfasilitasi gang namun setiap gang
mampu menyediakan kantung parkir sesuai dengan kapasitas lingkungan gang khususnya
parkir roda empat. Dalam skema besar sitem transportasi perencanaan perlu diperhatikan
beberapa poin penting untuk mendukung kesesuaian kawasan yaitu:
BAB 5 -- 11
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014
Berdasarkan hasil analisis terkait dengan sistem sirkulasi skala mikro yang berhubungan
dengan jalur pesepeda dan jalur pejalan kaki menjadi penting direncanakan dalam kawasan.
Hasil analisis menunjukan tingkat intensitas pengguna sepeda terbanyak pada kawasan
pendidikan khususnya kawasan pesantren yang mana pada sisi timur kawasan perencanaan
terkait erat dengan konteks ini. Jalur pesepeda dapat diintegrasikan dengan jalur pejalan kaki
dan jaringan jalan sehingga jaringan dapat terkoneksi seluruh kawasan baik lingkup kawasan
pusat pendidikan hingga kawasan pusat pemerintahan.
a. Jalur Pesepeda
BAB 5 -- 12
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014
7) Jalur pejalan kaki khususnya di kawasan fungsi permukiman dapat terintegrasi dengan
sistem utilitas.
Dengan demikian maka kebijakan pengembangan fasilitas dan utilitas kawasan mengacu kepada arahan
kegiatan/ zoning kegiatan yang akan diterapkan di Kawasan Pakualaman. Arahan pengembangan
jaringan utilitas secara garis besar dibagi dalam beberapa arahan yaitu:
BAB 5 -- 13
Laporan Antara Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Dokumen Rencana tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pakualaman
Kota Yogyakarta 2014
BAB 5 -- 14