Anda di halaman 1dari 76

STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020

KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA


KOTA MALANG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan di Kota Malang dewasa ini semakin kompleks dan dinamis (Iriani,
2013). Hal tersebut dapat dibuktikan dari jumlah penduduk di Kota Malang yang setiap
tahunnya semakin meningkat. Pertumbuhan penduduk di Kota Malang tercatat sebesar
1,23 persen setiap tahunnya dengan kepadatan penduduk 8.718 jiwa/km2 (Kota Malang
Dalam Angka, 2020). Dampak dari peningkatan pertumbuhan penduduk perkotaan adalah
semakin perlunya ketersediaan prasarana dan sarana perkotaan dan berbagai fasilitas
pelayanan ekonomi maupun sosial dalam jumlah yang cukup besar serta kualitas pelayanan
umum yang cukup memadai (Nurfitriati, 2011). Wilayah Studi yang akan dikaji adalah
Koridor Jalan Semeru – Kahuripan – Kertanegara terletak di Kecamatan Klojen yang
termasuk dalam BWP Malang Tengah. Sesuai dengan Rencana Detail dan Tata Ruang
BWP Malang Tengah memiliki tujuan penataan BWP, yaitu pemantapan fungsi BWP
Malang Tengah sebagai pusat perdagangan/jasa skala regional, pusat heritage, dan pusat
kegiatan pemerintahan, yang ditunjang oleh aksesibilitas dan kenyamanan kawasan menuju
kota kompak. Sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Malang tentang Penetapan Cagar
Budaya, terdapat beberapa cagar budaya yang tereletak di Koridor Jalan Semeru –
Kahuripan – Kertanegara. Cagar budaya tersebut yaitu struktur jembatan Kahuripan,
bangunan SMAN 4 Kota Malang, bangunan SMAN 1 Kota Malang, bangunan SMAN 3
Kota Malang dan terdapat kawasan bersejarah sesuai dengan RDTR BWP Malang Tengah,
yaitu Stasiun Kereta Api Malang Kota Baru, Balai Kota, Gedung Sekolah Menengah
Kristen (Christ MULO School), dan komplek Stadion Gajayana.
Koridor Jalan Semeru merupakan akses jalur utama dari arah timur ke barat yang
direncanakan sebagai penghubung kawasan Alun-Alun Tugu dengan kawasan Jl. Ijen.
Perkembangan koridor Jl. Semeru sangat dipengaruhi oleh rencana perluasan
pembangunan Kota Malang ke arah barat untuk mengantisipasi pertumbuhan terus
menerus yang terjadi pada arah utara ke selatan Kota Malang dan menarik perkembangan
ke arah barat (Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-
JM) Bidang PU / Cipta Karya Kota Malang Tahun 2015-2020). Berdasarkan latar belakang
atau sejarah koridor Jalan Semeru – Kahuripan – Kertanegara, koridor tersebut terkenal
dengan adanya taman olah raga yang didirikan dari zaman eropa hingga sekarang masih
ada dan berfungsi sebagai sarana olah raga masyarakat Kota Malang dan adanya

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

bangunan-bangunan tua pada zaman eropa yang dijadikan sebagai cagar budaya
(Antariksa, 2004). Penggunaan lahan di sepanjang sumbu timur–barat telah mengalami
banyak perubahan. Semula kawasan timur dan barat yang termasuk dalam rencana
perluasan Kota Malang adalah untuk perluasan kawasan pemerintahan dan kawasan
permukiman, sekarang koridor Jalan Kahuripan–Semeru telah didominasi oleh kawasan
perdagangan. Pada contoh detailnya terdapat bangunan kembar yang terletak sebelah
kanan dan kiri yang dibangun pada Tahun 1963 oleh arsitek Karel Bos dan
menggambarkan pintu gerbang menuju arah Jalan Semeru dan terlihat pemandangan
Gunung Kawi. Bangunan kembar tersebut memiliki menara di atas bangunan yang
berfungsi sebagai pengamatan sekitar, namun sekarang bangunan tersebut sudah tidak
terlihat lagi seperti bangunan kembar karena sudah mengalami banyak perubahan baik
pada bangunan tersebut maupun di sekitar bangunan tersebut.
Keberadaannya Koridor Jalan Semeru – Kahuripan – Kertanegara yang terletak di
pusat kota, menyebabkan bangunan dan kawasan bersejarah tersebut sangat rentan
terhadap perubahan akibat modernisasi. Jumlah bangunan kuno pada pusat kota semakin
berkurang dan mengalami penurunan aktivitas, sehingga perlu diadakan upaya pelestarian
dan revitalisasi untuk menunjang kegiatan wisata kota sehingga mampu memberikan
kontribusi terhadap perekonomian Kota Malang (Rencana Terpadu Program Investasi
Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang PU / Cipta Karya Kota Malang Tahun
2015-2020). Suatu solusi untuk dapat mencegah adanya permasalahan baik terkait
ketahanan fungsi bangunan, permasalahan lingkungan seperti kurang diperhatikannya
keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), sarana olahraga, ruang publik, maupun degradasi
kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota,
maka diperlukan rencana yang disusun untuk mengendalikan hal tersebut. RTBL
berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang
bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan
ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program
bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi,
ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan
lingkungan/kawasan.
Dengan adanya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan diharapkan kawasan
tersebut tetap sesuai dengan fungsi yang ada di Rencana Detail Tata Ruang BWP Malang
Tengah, yaitu tersedianya aksesibilitas yang tinggi dan baik antar wilayah dan dalam

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

kawasan perkotaan, tersedianya prasarana transportasi yang baik dan memadahi,


tersedianya sarana prasarana pendukung kegiatan perdagangan dan jasa, tertatanya
intensitas bangunan di sekitar kawasan perdagangan dan jasa, tertatanya Pedagang Kaki
Lima (PKL) dan penyediaan tempat penampungan PKL baru, tersedianya RTH yang
memadai di wilayah Malang Tengah, dan terkendalinya pertumbuhan wilayah melalui
peraturan zonasi. Selain itu pada Rencana Pola Ruang RDTR BWP Malang Tengah,
diharapkan penataan Koridor Jalan Semeru – Kahuripan – Kertanegara direncanakan
melalui pelaksanaan heregistrasi ulang cagar budaya, penetapan status benda cagar budaya,
perlindungan cagar budaya yang telah ada, pengembangan cagar budaya yang telah ada,
dan pemanfaatan cagar budaya sebagai sumber daya ekonomi lokal dan daya tarik wisata
budaya.

1.2 Maksud, Tujuan, dan Sasaran


1.2.1 Maksud
Maksud dari penyusunan dokumen Rencana Tata Ruang Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) Koridor Jalan Semeru – Kahuripan – Kertanegara yaitu sebagai
dokumen panduan yang bersifat umum dan menyeluruh serta memiliki kepastian hukum
terkait dengan tata bangunan dan lingkungan di Koridor Jalan Semeru – Kahuripan –
Kertanegara.
1.2.2 Tujuan
Berikut merupakan tujuan penyusunan dokumen Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) Koridor Jalan Semeru – Kahuripan – Kertanegara:
1. Menyusun panduan rancangan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang
sesuai agar tetap sesuai dengan fungsi yang ada di Rencana Detail Tata Ruang
BWP Malang Tengah.
2. Menyusun panduan rancangan yang dapat mempertahankan kawasan bangunan
bersejarah dalam kawasan perkotaan.
3. Menyusun ketentuan pengendalian penggunaan ruang kota yang serasi terhadap
lingkungan dan memenuhi ketersediaan sarana prasarana pendukung dengan tetap
mempertahankan citra kawasan bersejarah.
1.2.3 Sasaran
Berikut merupakan tujuan penyusunan dokumen Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) Koridor Jalan Semeru – Kahuripan – Kertanegara:

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

1. Menyusun panduan rancangan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang


sesuai agar tetap sesuai dengan fungsi yang ada di Rencana Detail Tata Ruang
BWP Malang Tengah.
2. Menyusun panduan rancangan yang dapat yang dapat mempertahankan kawasan
bangunan bersejarah dalam kawasan perkotaan.
3. Menyusun ketentuan pengendalian penggunaan ruang kota yang serasi terhadap
lingkungan dan memenuhi ketersediaan memenuhi ketersediaan sarana prasarana
pendukung dengan tetap mempertahankan citra kawasan bersejarah.
1.3 Isu Strategis
Penyusunan RTBL Koridor Jalan Semeru – Kahuripan – Kertanegara memiliki
berbagai macam masalah dan rencana pengembangan kawasan berdasarkan kajian serta
pengamatan langsung di lapangan. Isu strategis tersebut kemudian menjadi dasar dalam
penentuan tema koridor, Adapun isu strategis Koridor Jalan Semeru-Kahuripan-
Kertanegara adalah sebagai berikut:
1. Rencana pelestarian kawasan cagar budaya pada Kawasan Alun-Alun Tugu yang
terdiri dari Stasiun Kereta Api Malang, Gedung HBS/AMS di JP. COEN PLEIN
(Alun-alun Bunder), Balai Kota dan Koridor Jl. Semeru-Jl. Ijen yang terdiri dari
Gedung Sekolah Menengah Kristen (Christ MULO School), dan Komplek Stadion
Gajayana (RDTR BWP Malang Tengah 2016-2036)
2. Rencana kawasan pariwisata sejarah/budaya meliputi wisata bangunan dan
lingkungan cagar budaya pada Kawasan Alun-Alun Tugu dan Koridor Jl. Semeru-
Jl. Ijen (RDTR BWP Malang Tengah 2016-2036)
3. Rencana ruang bagi kegiatan sektor informal di Malang Tengah berupa sentral PKL
dikembangkan di kawasan Pasar TUGU (pasar pagi pada hari sabtu-minggu di
Jalan Semeru) (RDTR BWP Malang Tengah 2016-2036)
4. Arahan pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa pada kawasan cagar budaya
di Jalan Semeru (RDTR BWP Malang Tengah 2016-2036)
5. Pelestarian bangunan cagar budaya yang terdapat pada koridor Jalan Semeru-
Kahuripan-Tugu-Ijen yang terdiri atas bangunan Balai Kota Malang, Stasiun Kota
Baru, SMAN 1, SMAN 3, SMAN 4, Struktur Jembatan Kahuripan, Bank
Commonwealth (Surat Keputusan Walikota Malang tertanggal 12 Desember 2018)
6. Pengembangan Taman Teknologi di Alun-Alun Tugu (RTRW Kota Malang 2011-
2031)

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan


Ruang lingkung kegiatan pada penyusunan dokumen Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) pada Koridor Jalan Semeru – Kahuripan – Kertanegara ditentukan
untuk mencari cakupan dan batasan pada pembahasan penelitian. Ruang lingkup kegiatan
penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi.
Berikut adalah pembahasan dari kedua ruang lingkup yang disebutkan.
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam penyusunan dokumen Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) pada Koridor Jalan Semeru – Kahuripan – Kertanegara, Kota Malang,
yaitu seluas 10,7 Hektar. Dengan memiliki batas fisik berupa:
Sebelah Utara : Kelurahan Oro-Oro Dowo dan Kelurahan Klojen
Sebelah Timur : Jalan Sriwijaya
Sebelah Selatan : Kelurahan Kauman dan Kelurahan Kidul Dalam
Sebelah Barat : Kelurahan Oro-Oro Dowo dan Kelurahan Kauman
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), materi utama dalam
penyusunan dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah sebagai
berikut:
1. Program Bangunan dan Lingkungan
a. Analisis kawasan dan wilayah perencanaan
b. Analisis pengembangan pembangunan berbasis masyarakat
c. Konsep dasar perancangan tata bangunan dan lingkungan
2. Rencana Umum dan Panduan Rancangan
a. Struktur peruntukan lahan
b. Intensitas pemanfaatan lahan
c. Tata bangunan
d. Sistem sirkulasi dan jalur penghubung
e. Sistem ruang terbuka dan tata hijau
f. Tata kualitas lingkungan
g. Sistem prasaranan dan utilitas lingkungan
3. Rencana Investasi
4. Ketentuan Pengendalian Rencana
5. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

1.5 Dasar Hukum


Dasar-dasar hukum yang digunakan untuk penyusunan dokumen Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman
2. Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
3. Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
4. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah
5. Undang-undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
6. Undang-undang Republik Indonesia No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak
dan Kewajiban Serta Masyarakat dalam Penataan
7. Undang-undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
8. Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1992 tentang Bangunan Cagar
Budaya
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29 Tahun 2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30 Tahun 2006 tentang Persyaratan Teknis
Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
dan Pelaksanaan Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan
Undang-undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya
15. Peraturan Daerah Kota Malang No. 1 Tahun 2018 tentang Cagar Budaya
16. Peraturan Daerah Kota Malang No. 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030
17. Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Bagian Wilayah Perkotaan
Malang Tengah

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

1.6 Sistematika Pembahasan


Sistematika pembahasan berisi tentang penjelasan tahap-tahap yang dilakukan dalam
penyusunan laporan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di Koridor Jalan
Semeru – Kahuripan – Kertanegara.
BAB I PENDAHULUAN
Bab I berisi latar belakang, maksud, tujuan, sasaran, isu strategis, ruang lingkup
wilayah dan ruang lingkup materi, dasar hukum, serta sistematika pembahasan penyusunan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Koridor Jalan Semeru-Kahuripan-
Kertanegara.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II berisi literatur yang berkaitan dengan tinjauan kebijakan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang yang berisi tentang kebijakan struktur ruang, pola
ruang, sistem transportasi, dan penetapan Kawasan strategis. Selain tinjauan kebijakan
RTRW, terdapat juga tinjauan kebijakan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang berisi
tujuan penataan ruang, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, rencana jaringan
prasarana. Tinjauan kebijakan tersebut dilengkapi dengan Undang-undang dan Peraturan
Daerah yang memuat kebijakan terkait penyusunan dokumen Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab III berisi tentang ruang lingkup dan langkah kegiatan, jenis kebutuhan data,
deleniasi kawasan perencanaan, metode pengumpulan data, teknik analisis data yang
umumnya meliputi analisis kawasan perencanaan, potensi masalah, serta konsep dasar
perancangan, diagram alir, desain survei, dan kerangka analisis.
BAB IV GAMBARAN UMUM
Bab IV berisi tentang penjelasan dari gambaran umum wilayah studi yang meliputi
kondisi fisik dasar, fisik binaan, sosisal kependudukan.
BAB V KERANGKA ORGANISASI
Bab V berisi tentang pembagian struktur organisasi deskripsi tugas dan tanggung
jawab, jadwal kegiatan survei, serta tahapan pelaksanaan kegiatan dalam penyusunan
laporan RTBL Koridor Jalan Semeru – Kahuripan – Kertanegara

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

BAB II
KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KOTA

2.1 Kajian Literatur


2.1.1 Pengertian Rencana tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Menurut Peraturan Menteri Pekerja Umum Nomor 06/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, Dokumen Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu
lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang,
penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program
bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi,
ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan
lingkungan/kawasan. Dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) memuat
beberapa materi pokok, yaitu:
a. Program bangunan dan lingkungan;
b. Rencana umum dan panduan rancangan;
c. Rencana investasi;
d. Ketentuan pengendalian rencana; dan
e. Pedoman Pengendali Pelaksanaan.
Penyusunan dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
dilaksanakan pada suatu kawasan/lingkungan pada bagian wilayah kota/kabupaten,
kawasan perkotaan/perdesaan meliput hal-hal berukut ini:
a. Kawasan baru berkembang cepat;
b. Kawasan terbangun;
c. Kawasan dilestarikan;
d. Kawasan rawan bencana; dan
e. Kawasan gabungan keempat jenis kawasan (a), (b), (c), dan (d).
2.1.2 Kedudukan RTBL
Menurut Peraturan Menteri Pekerja Umum Nomor 06/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) tentang kedudukan
RTBL dalam pelaksanaannya sesuai kompeksitas permasalahan kawasannya, RTBL juga
bisa berupa :
a. Rencana aksi/kegiatan komunitas (community-action plan/CAP),
b. Rencana penataan lingkungan (neighbourhood-development plan/NDP),

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

c. Panduan rancang kota (urban-design guidelines/UDGL).


Seluruh kegiatan dalam penyusunan Dokumen RTBL harus merujuk pada pranata
pembangunan yang lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan, kota, maupun wilayah.
Berikut merupakan kedudukan RTBL dalam pengendalian bangunan gedung dan
lingkungan:
Gambar 2. 1 Kedudukan RTBL

Sumber: PERMEN PU Nomor 06/PRT/M/2007


2.1.3 Kawasan Perencanaan
Kawasan perencanaan menurut Peraturan Menteri Pekerja Umum Nomor
06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) mencakup suatu lingkungan/kawasan dengan luas antara 5-60 Ha dan memiliki
ketentuan sebagai berikut:
1. Kota metropolitan dengan luasan minimal 5 Ha.
2. Kota besar/sedang dengan luasan 15-60 Ha.
3. Kota kecil/desa dengan luasan 30-60 Ha.
Menurut Peraturan Menteri Pekerja Umum Nomor 06/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) kawasan perencanaan

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

juga menentukan batas dan luasan kawasan perencanaan atau disebut diliniasi, penentuan
kawasan tersebut berdasarkan point-point dibawah ini:
1. Administratif, seperti wilayah RT, RW, kelurahan, kecamatan, dan bagian
wilayah kota/desa.
2. Non-administratif, yang ditentukan secara kultural tradisional (traditional
cultural-spatial units), seperti desa adat, gampong, dan nagari.
3. Kawasan yang memiliki kesatuan karakter tematis, seperti kawasan kota
lama, lingkungan sentra perindustrian rakyat, kawasan sentra pendidikan, dan
kawasan permukiman tradisional.
4. Kawasan yang memiliki sifat campuran, seperti kawasan campuran antara
fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial-budaya dan/atau keagamaan serta
fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district), industri, dan
kawasan bersejarah.
5. Jenis kawasan, seperti kawasan baru yang berkembang cepat, kawasan
terbangun yang memerlukan penataan, kawasan dilestarikan, kawasan rawan
bencana, dan kawasan gabungan atau campuran.
2.1.4 Struktur dan Sistematika Dokumen RTBL
Struktur dan sistemastis dokumen RTBL sudah sesuai dengan ketentuan yang
tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung pasal 27
ayat (2), struktur dan sistematika dokumen RTBL digambarkan pada gambar berikut ini:

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Gambar 2. 2 Struktur dan Sistematika Dokumen RTBL

Sumber : Peraturan Menteri Pekerja Umum Nomor 06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman


Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

2.1.5 Konsep Dasar perencanaan tata Bangunan dan Lingkungan


Konsep dasar Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungan adalah hasil tahapan
analisis program bangunan dan lingkungan. Di dalam isinya memuat gambaran dasar
penataan pada lahan perencanaan yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan penjabaran
gagasan desain secara lebih detail dari masing-masing elemen desain. Manfaat konsep
dasar ini adalah mengarahkan penyusunan visi dan karakter perancangan, megendalikan
suatu intervensi desain lingkungan sehingga berdampak baik, terarah dan terukur terhadap
suatu Kawasan yang direncanakan, mengintegrasikan desai elemen-elemen kota yang

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

berpengaruh pada suatu perencanaan kawasan, dan mengarahkan indikasi program dan
desain penataan yang tepat pada tiap subbagian kawasan.
A. Konsep Dasar Perancangan
1. Visi Pembangunan
Merupakan gambaran spsifik karakter lingkungan di masa mendatang yang
akan dicapai sebagai hasil akhir penataan suatu kawasan yang akan
direncanakan, disesuaikan dengan seluruh kebijakan dan rencana tata ruang
yang berlaku pada daerah tersebut.
2. Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan
Merupakan gagasan perancangan dasar pada skala makro, dari intervensi desai
struktur tata bangunan dan lingkungan yang hendak dicapai pada kawasan
perencanaan, terkait dengan struktur keruangan yang berintegrasi dengan
kawasan sekitarnya secara luas, dan dengan mengintegrasikan semua
komponen perancangan kawasasn yang ada.
3. Konsep Komponen Perancangan Kawasan
Merupakan suatu gagasan perancangan dasar yang dapat merumuskan
komponen-komponen perancangan kawasan (peruntukan, intensitas, dan lain-
lain).
4. Blok-blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya
Merupakan pembagian suatu kawasan perencanaan menjadi blok-blok
pengembangan yang lebih kecil sehingga strategi dan program
pengembangannya bisa lebih terarah dan lebih rinci.
B. Kriteria Penyusunan Komponen Dasar Perancangan
1. Kriteria Penetapan Isi dari Visi Pembangunan:
a. Spesifik mengacu pada konteks setempat;
b. Memiliki spirit untuk membentuk/memperkuat karakter dan identitas suatu
tempat;
c. Memperkuat/memperjelas struktur ruang lingkungan/kawasan dalam
konteks makro;
d. Realistis dan rasional: penetapan visi yang memungkinkan dicapai pada
kurun waktu penataan dan secara rasional memungkinkan untuk dicapai
berdasarkan konteks dan potensi yang ada;
e. Kinerja dan sasaran terukur;
f. Mempertimbangkan berbagai sumber daya dukung lingkungan;

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

g. Memperhatikan kepentingan masyarakat pengguna/masyarakat lokal.


2. Kriteria Penyusunan Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan
Lingkungan:
a. Merupakan perwujudan realistis dari Visi Pembangunan.
b. Merupakan sintesa dari identifikasi permasalahan, potensi dan prospek
kawasan perencanaan yang dilakukan pada tahapan analisis.
c. Membentuk/memperkuat karakter dan identitas suatu tempat.
d. Memperhatikan keterkaitan makro dengan struktur ruang kota, dan
keterkaitan mikro dengan lingkungan eksisting sekitarnya.
e. Mengintegrasikan seluruh elemen rancang lingkungan.
3. Kriteria Penyusunan Konsep Komponen Perancangan Kawasan:
a. Struktur peruntukan lahan;
b. Intensitas pemanfaatan lahan;
c. Tata bangunan;
d. Sistem sirkulasi dan jalur penghubung;
e. Sistem ruang terbuka dan tata hijau;
f. Tata kualitas lingkungan;
g. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan;
h. Pelestarian bangunan dan lingkungan.
4. Kriteria Penetapan Blok-blok Pengembangan Kawasan dan Program
Penanganan:
a. Secara fungsional:
- Kesamaan fungsi, karakter eksisting atau pun karakter yang ingin
diciptakan;
- Kesamaan dan potensi pengembangan;
- Kebutuhan pemilahan dan organisasi pekerjaan serta strategi
pengembangannya.
b. Secara fisik:
- Morfologi blok;
- Pola/pattern blok;
- Kemudahan implementasi dan prioritas strategi.
c. Dari sisi lingkungan (daya dukung dan kelestarian ekologi lingkungan):
- Keseimbangan dengan daya dukung lingkungan, dan perwujudan sistem
ekologis yang berkelanjutan;

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

- Peningkatan kualitas kehidupan ruang publik melalui penyediaan


lingkungan yang aman, nyaman, sehat dan menarik serta berwawasan
ekologis.
d. Dari sisi pemangku kepentingan:
Tercapainya keseimbangan berbagai kepentingan yang ada antarpara
pelaku.
2.1.6 Rencana Umum dan Panduan Perancangan
Rencana umum dan panduan rancangan adalah ketentuan-ketentuan tata bangunan
dan lingkungan pada suatu lingkungan atau kawasan yang memuat rencana peruntukan
lahan makro dan mikro rencana perpetakan, rencana sistem pergerakan, rencana tapak,
rencana aksesibilitas lingkungan, rencana prasarana dan sarana lingkungan, rencana wujud
visual bangunan, dan ruang terbuka hijau. Panduan rancangan sifatnya melengkapi dan
menjelaskan lebih rinci dari rencana umum yang telah ditetapkan sebelumnya, meliputi
ketentuan dasar implementasi rancangan dan prinsip-prinsip pengembangan rancangan
kawasan. Adapun manfaat dari rencana umum serta panduan rancangan adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat rencana umum:
a. Memberi arahan lugas dan sistematis bagi implementasi ketentuan dasar dari
perancangan tata bangunan dan lingkungan.
b. Memberi gambaran simulasi bangunan secara keruangan (3-dimensional)
sebagai model penerapan seluruh arahan materi pokok rencana tata bangunan
dan lingkungan.
c. Memudahkan pengembangan desain sesuai dengan visi dan arahan karakter
lingkungan yang telah ditetapkan.
d. Memudahkan pengelolaan, pengendalian pelaksanaan dan pengoperasian
kawasan sesuai dengan visi dan arahan karakter lingkungan yang telah
ditetapkan.
e. Mencapai intervensi desain kawasan yang berdampak baik, terarah dan terukur
pada suatu kawasan yang direncanakan.
f. Mencapai integrasi elemen-elemen desain yang berpengaruh pada suatu
perancangan kawasan.
2. Manfaat Panduan Rancangan

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

a. Memberi arahan ringkas dan sistematis bagi implementasi ketentuan dasar serta
ketentuan detail dari perancangan tiap bangunan, kaveling, subblok dan blok
pengembangan dalam dimensi yang terukur.
b. Memberi gambaran simulasi bangunan secara keruangan (3-dimensional)
sebagai model penerapan seluruh rencana tata bangunan dan lingkungan dalam
tiap kaveling, subblok dan blok.
c. Memudahkan pengembangan desain pada tiap kaveling/subblok sesuai dengan
visi dan arahan karakter lingkungan yang telah ditetapkan.
d. Memudahkan pengelolaan dan pengendalian kawasan sesuai dengan visi dan
arahan karakter lingkungan yang telah ditetapkan.
e. Mencapai intervensi desain kawasan yang berdampak positif, terarah dan terukur
pada suatu kawasan yang direncanakan.
f. Mencapai integrasi elemen-elemen desain yang berpengaruh kawasan yang
direncanakan.
Materi rencana umum perlu mempertimbangkan potensi mengakomodasi
komponen-komponen rancangan suatu kawasan sebagai berikut:
1. Struktur Peruntukan Lahan
Merupakan komponen rancangan kawasan yang berperan penting dalam alokasi
penggunaan dan penguasaan lahan/tata guna lahan yang telah ditetapkan dalam
suatu kawasan perencanaan tertentu berdasarkan ketentuan dalam rencana tata
ruang wilayah. Salah satu manfaatnya adalah Meningkatkan keseimbangan kualitas
kehidupan lingkungan dengan membentuk ruang-ruang kota/lingkungan yang hidup
secara fisik (vibrant) dan ekonomi (viable), layak huni dan seimbang, serta
meningkatkan kualitas hidup pengguna dan kualitas lingkungan. Komponen
penataan struktur peruntukan lahan adalah sebagai berikut:
a. Peruntukan Lahan Makro
b. Peruntukan Lahan Mikro
c. Peruntukan Lantai Dasar, Lantai Tas, maupun Lantai Basement
d. Peruntukan Lahan Tertentu
2. Intensitas Pemanfaatan Lahan
Meerupakan tingkat alokasi dan distribusi luas laintai maksimum bangunan
terhadap lahan/tapak peruntukannya.Salah satu manfaatnya adalah Mencapai
efisiensi dan efektivitas pemanfaatan lahan secara adil. Komponen penataan
intensitas pemanfaatan lahan adalah sebagai berikut:

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)


b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
c. Koefisien Daerah Hijau (KDH)
d. Koefisien Tapak Besmen (KTB)
e. Sistem Insentif-Disinsentif Pengembangan
f. Sistem Pengalihan Nilai Koefisien Lantai Bangunan (TDR=Transfer of
Development Right)
3. Tata Bangunan
Merupakan produk dari penyelenggaraan bangunan Gedung beserta lingkungannya
sebagai wujud pemanfaatan ruang yang meliputi berbagai aspek termasuk
pembentukan citra/karakter fisik lingkungan, besaran, an konfigurasi dari elemen-
elemen: blok, kaveling/petak lahan, bangunan, serta ketinggian dan elevasi lantai
bangunan, yang dapat menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas ruang
kota yang akomodatif terhadap keragaman kegiatan yang ada, terutama yang
berlangsung dalam ruang-ruang publik. Salah satu manfaatnya adalah Mewujudkan
kawasan yang selaras dengan morfologi perkembangan area tersebut serta
keserasian dan keterpaduan pengaturan konfigurasi blok, kaveling dan bangunan.
Komponen penataan tata bangunan adalah sebagai berikut:
a. Pengaturan Blok Lingkungan
b. Pengaturan Kaveling/Petak Lahan
c. Pengaturan Bangunan
d. Pengaturan Ketinggian dan Elevasi Lantai bangunan
4. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung
Terdiri dari jaringan jalan dan pergerakan, sirkulasi kendaraan umum, sirkulasi
kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan informal setempat dan 30 sepeda, sirkulasi
pejalan kaki (termasuk masyarakat penyandang cacat dan lanjut usia), sistem dan
sarana transit, sistem parkir, perencanaan jalur pelayanan lingkungan, dan sistem
jaringan penghubung. Salah satu manfaatnya adalah mengoptimalkan efisiensi
pemanfaatan prasarana jalan dengan jenis arus pergerakan yang terjadi. Komponen
penataan sistem sirkulasi dan jalur penghubung adalah sebagai berikut:
a. Sistem jaringan jalan dan pergerakaan
b. Sistem sirkulasi kendaraan umum
c. Sistem sirkulasi kendaraan pribadi
d. Sistem sirkulasi kendaraan umum informal setempat

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

e. Sistem pergerakan transit


f. Sistem parkir
g. Sistem perencanaan jalur servis/pelayanan lingkungan
h. Sistem sirkulasi pejalan kaki dan sepeda
i. Sistem jaringan jalur penghubung terpadu (pedestrian linkage).
5. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau
Merupakan komponen rancang kawasan yang tidak sekedar terbentuk sebagai
elemen tambahan atau pun elemen sisa setelah proses rancang arsitektural
diselesaikan, melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu
lingkungan yang lebih luas. Penataan sistem ini diatur melalui pendekatan desain
tata hijau yang membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik
secara ekologis, rekreatif dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki
karakter terbuka sehingga mudah diakses sebesar-besarnya oleh publik. Salah satu
manfaatnya adalah meningkatkan kualitas kehidupan ruang kota melalui penciptaan
lingkungan yang aman, nyaman, sehat, menarik dan berwawasan ekologis.
Komponen penataan sistem ruang terbuka dan tata hijau adalah sebagai berikut:
a. Sistem Ruang Terbuka Umum
b. Sistem Ruang Terbuka Pribadi
c. Sistem Ruang Terbuka Privat yang dapat diakses oleh Umum
d. Sistem Pepohonan dan Tata Hijau
e. Bentang Alam
f. Area Jalur Hijau
6. Tata Kualitas Lingkungan
Merujuk pada upaya rekayasa elemen-elemn kawasan yang sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu kawasan atau subarea dengan sistem lingkungan yang
informatif, berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu. Salah satu manfaatnya
adalah Mencapai kualitas lingkungan kehidupan manusia yang aman, nyaman,
sehat dan menarik, serta berorientasi kepada lingkungan mikro. Konsep penataan
tata kualitas lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Konsep Identitas Lingkungan
b. Konsep Orientasi Lingkungan
c. Wajah Jalan
7. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Merupakan kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang pengadaannya


memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana
semestinya. Sistem ini mencakup jaringan air bersih dan air limbah, jaringan
drainase, jaringan persampahan, jaringan gas dan listrik, serta jaringan telepon,
sistem jaringan pengamanan kebakaran, dan sistem jaringan jalur penyelamatan
atau evakuasi. Salah satu manfaatnya adalah Mencapai keseimbangan antara
kebutuhan dan daya dukung lingkungan sehingga terwujud sistem keberlanjutan
(sustainability) pada lingkungan. Komponen penataan sistem prasarana dan utilitas
lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Sistem Jaringan Air Bersih
b. Sistem Jaringan Air Limbah dan Air kotor
c. Sistem Jaringan Drainase
d. Sistem Jaringan Persampahan
e. Sistem Jaringan Listrik
f. Sistem Jaringan Telepon
g. Sistem Jaringan Pengamanan Kebakaran
h. Sistem Jaringan Jalur Penyelamatan atau Evakuasi

2.2 Tinjauan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang 2010-2030
2.2.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Malang
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang tahun 2010-
2030, tujuan penataan ruang wilayah Kota Malang adalah:
1. Mewujudkan Kota Malang sebagai kota pendidikan yang berkualitas dengan
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang didukung sektor penunjang pariwisata
serta sektor industri, perdagangan dan jasa agar tercipta kota yang aman, nyaman,
produktif dam berkelanjutan;
2. Terwujudnya prasarana dan sarana kota yang berkualitas, dalam jumlah yang layak,
berkesinambungan dan dapat diakses seluruh warga kota.
2.2.2 Kebijakan Struktur Ruang Wilayah Kota Malang
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang tahun 2010-
2030, kebijakan struktur ruang wilayah Kota Malang meliputi :
1. Pemantapan Kota Malang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN);
2. Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Berskala Regional;

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

3. Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Kawasan Andalan Malang


Raya;
4. Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Kota Malang;
5. Pengembangan Prasarana Wilayah Kota, terdiri dari :
a. Sistem dan jaringan transportasi;
b. Sistem prasarana sumber daya air; dan
c. Sistem dan Jaringan Utilitas Perkotaan
2.2.3 Kebijakan Pola Ruang Wilayah Kota Malang
Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang 2010-2030,
kebijakan pola ruang wilayah kota Malang meliputi kebijakan-kebijakan yang terkait
dengan penetapan dan pengembangan kawasan lindung, serta pengembangan dan
pengendalian kawasan budidaya. Berikut merupakan uraian kebijakan pola ruang kota
Malang.
A. Kebijakan dan Strategi Kawasan Lindung
1. Kebijakan penetapan dan pengembangan kawasan lindung diarahkan pada
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan pengendalian pencemaran serta kerusakan
lingkungan hidup untuk mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan.
2. Strategi penetapan dan pengembangan kawasan lindung, meliputi:
a. Menetapkan kawasan lindung dengan menjaga dan mengembalikan fungsi
kawasan.
b. Membatasi kegiatan di kawasan lindung yang telah digunakan.
c. Mengarahkan pemanfaatan kawasan lindung wilayah kota untuk kegiatan jalur
hijau dan RTH.
d. Menyediakan RTH kota minimal 30% dari luas wilayah kota, dengan upaya:
- Melakukan pengadaan lahan untuk dijadikan RTH kota
- Tidak mengalihfungsikan RTH eksisting
- Merevitalisasi dan memantapkan kualitas RTH eksisting
- Mengarahkan pengembangan untuk menyerahkan fasilitas RTHnya menjadi
RTH publik kota
- Menata dan menyediakan RTH sesuai fungsinya: ekologis, sosial-ekonomi,
dan arsitektural
- Menanam pohon dengan jenis yang disesuaikan dengan karakteristik RTH
- Menempatkan RTH sebagai pendukung identitas kawasan

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

- Mengelompokkan RTH sesuai fungsi, hierarki, dan skala ruang


lingkungannya
- Membangun hutan kota, lapangan olahraga terbuka, kebin bibit, taman kota,
dan taman lingkungan
- Membangun RTH pada ruas jalan utama kota
- Membangun RTH pada lokasi fasilitas umum kota
- Membangun RTH pada sempadan sungai, sempadan rel kereta api, dan
sempadan jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
- Menghijaukan halaman/kavling rumah, perkantoran, dan perdagangan
e. Mengarahkan orientasi pembangunan sepanjang sungai dengan menjadikan
sungai sebagai bagian dari latar depan.
f. Memantapkan kawasan resapan air dengan meningkatkan populasi vegetasi di
kawasan lindung sesuai dengan fungsi kawasan.
g. Mengamankan kawasan lindung dari kegiatan yang cenderung mengganggu
penggunaan kawasan tersebut.
h. Mendorong pemanfaatan kawasan lindung yang tidak mengganggu sistem
ekologi yang telah berjalan.
i. Meningkatkan kerja sama antar instansi pemerintah yang berwenang dalam
penyelenggaraan kegiatan yang bertujuan kelestarian dan berkelanjutan kawasan
lindung.
j. Meningkatkan kerja sama antar daereah otonom yang berbatasan, khususnya
terkait Daerah Aliran Sungai.
k. Mendorong dan meningkatkan peran serta dan kepedulian masyarakat terhadap
kelestarian kawasan lindung.
l. Menerapkan inovasi penyediaan RTH antara lain melalui peningkatan jumlah
tegakan, memperbanyak taman atap (roof garden) pada bangunan tinggi, dinding
hijau (green wall) pada kawasan padat bangunan, dan taman mini pada setiap
lahan terbuka.
B. Kebijakan dan Strategi Kawasan Budidaya
1. Kebijakan pengembangan dan pengendalian kawasan budidaya diarahkan pada
alokasi ruang untuk kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat kota serta
pertahanan dan keamanan.
2. Strategi pengembangan dan pengendalian kawasan budidaya, meliputi:
a. Tidak mengalihfungsikan RTH.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

b. Mengembangkan kawasan perumahan dengan menerapkan pola pembangunan


hunian berimbang berbasis pada konservasi air yang berwawasan lingkungan.
c. Mengembangkan kawasan perumahan formal dan informal sebagai tempat
hunian yang aman, nyaman, dan produktif dengan didukung sarana dan
prasarana permukiman yang memadai.
d. Mengembangkan perumahan secara vertikal.
e. Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa secara merata sesuai skala
pelayanan.
f. Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa secara vertikal yang
memperhatikan aspek ekologis.
g. Mengembangkan komplek perkantoran pemerintah maupun swasta secara
vertikal
h. Mengarahkan komplek industri dan pergudangan pada perbatasan kota.
i. Mengendalikan intensitas kegiatan industri dan pergudangan pada sub wilayah
kota yang telah ada.
j. Mengembangkan komplek industri dan pergudangan yang mempertimbangkan
aspek ekologis.
k. Mengarahkan terbentuknya kawasan ruang terbuka non hijau untuk menamping
kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat, secara merata pada sub
wilayah kota.
l. Mengarahkan dan menata kawasan bagi kegiatan sektor informal, dengan upaya:
- Mengatur persebaran pedagang pada wilayah-wilayah tertentu sesuai dengan
jenisnya
- Memberikan kemudahan dalam proses penyediaan modal dan bantuan teknis
untuk sektor informal
- Mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak lain agar sektor informal lebih
berkembang
- Menetapkan regulasi bagi keberadaan sektor informal
m. Menetapkan kawasan ruang evakuasi bencana.
n. Mengembangkan fasilitas umum dan sosial meliputi pelayanan umym,
pendidikan, kesehatan, dan perubadatan, dengan upaya:
- Mengarahkan pendistribusian pembangunan fasilitas umum secara merata
pada sub wilayah kota
- Meningkatkan kualitas tiap fasilitas umum yang sudah ada

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

- Membangun pusat pelayanan baru dengan memperhatikan sistem pelayanan


wilayah kot
- Meningkatkan skala pelayanan fasilitas yang memenuhi arahan untuk fasilitas
dengan skala pelayanan regional, kota, serta lokal yang menciptakan fungsi
kegiatan primer, sekunder, dan tersier
- Menciptakan efisiensi serta efektofotas pelayanan yang ada sehingga mampu
menjangkau seluruh penduduk di semua sub wilayah kota yang ada dengan
cara:
a.) Membatasi dan mengarahkan perkembangan fasilitas yang berkelompok
pada pusat pelayanan tertentu
b.) Melakukan upaya pemerataan penyediaan fasilitas pada sub wilayah kota
yang memerlukan dengan pertimbangan konsentrasi penduduk
- Mendukung pemanfaatan kawasan militer.
- Membatasi pemanfaatan kawasan budidaya yang mengganggu ekosistem
yang ada.
2.2.4 Rencana Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Kota Malang
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang 2010-2030
kebijakan dan strategi penetapan kawasan strategis wilayah kota malang adalah sebagai
berikut:
1. Kebijakan penetapan kawasan strategis wilayah kota diarahkan pada aspek
pertumbuhan ekonomi (kawasan perdagangan dan jasa, pariwisata, industri) dan
sosial budaya (kawasan cagar budaya dan bangunan bersejarah).
2. Strategi penetapan kawasan strategis wilayah kota, meliputi:
a. Menetapkan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
ekonomi, sosial budaya, dan dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
ligkungan hidup.
b. Mengembangkan sentra-sentra industri rumah tangga dan industri kecil non
polutan sebagai kawasan strategis ekonomi.
c. Menetapkan kawasan strategis sosial budaya yang menunjukkan jati diri maupun
penanda budaya kota.
d. Menetapkan bangunan-bangunan yyang memiliki nilai sejarah dan kriteria benda
cagar budaya yang menunjukkan penanda kota dan aset wisata budaya.
e. Mempertahankan dan mengembangkan lingkungan dan bangunan cagar budaya
untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan kepariwisataan.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

f. Mempercepat revitalisasi kawasan kota yang terjadi penurunan fungsi sehingga


menjadi pusat kegiatan pariwisata sejarah dan budaya.
g. Membangun prasarana pariwisata.

2.3 Tinjauan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Malang Tengah 2013-2033
2.3.1 Tujuan Penataan Kawasan BWP Malang Tengah
Tujuan penataan BWP Malang Tengah sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang
BWP Malang Tengah adalah mewujudkan BWP Malang Tengah sebagai pusat
pemerintahan dan perdagangan jasa ditunjang oleh kegiatan periwisata yang terintegerasi
dengan kegiatan lainnya. Secara rinci, guna mewujudkan tujuan tersebut, maka terdapat
prinsip sebagai berikut:
a. Tersedianya aksesibilitas yang tinggi dan baik antar wilayah dan dalam kawasan
perkotaan
b. Tersedianya prasarana transportasi yang baik dan memadahi
c. Tersedianya sarana prasarana pendukung kegiatan perdagangan dan jasa
d. Tertatanya intensitas bangunan di sekitar kawasan perdagangan dan jasa
e. Tertatanya pedagangang Kaki Lima (PKL) dan penyedian tempat penampungan
PKL baru
f. Tersedianya RTH yang memadai di wilayah Malang Tengah
g. Terkendalinya pertumbuhan wilayah melalui peraturan zonasi
2.3.2 Kebijakan Struktur Ruang BWP Malang Tengah
Rencana sistem pusat perwilayahan di Malang Tengah dibagi menjadi 3 yaitu
kegiatan sentra primer (pelayanan skala wilayah/kota), kegiatan sentra sekunder
(pelayanan skala kecamatan) dan kegiatan tersier/lokal (pelayanan skala lingkungan).
1. Rencana Kegiatan Sentra Primer adalah meliputi:
a. Pusat Kegiatan Pemerintahan dan Perkantoran
Pusat kegiatan Pemerintahan ini berada di sekitar kawasan Alun-alun Tugu,
tepatnya berada di Kelurahan Klojen dan Kidul Dalem. Adapun kegiatan
pemerintahan ini didukung dan diperkuat dengan keberadaan pusat kantor
pemerintahan kota Malang yang saat ini lokasinya berada di sekitar kawasan
tugu.
b. Pusat Kegiatan Perdagangan dan Jasa
Pusat kegiatan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional dapat
ditemukan di beberapa titik lokasi yang ditandai dengan keberadaan pusat-pusat

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

perdagangan jasa serta Mall-Mall yang ada. Untuk pemusatan kegiatan


perdagangan jasa skala regional, yaitu di Kawasan Alun-alun Merdeka, kawasan
Pasar Besar, Mall Malang Olimpic Garden (MOG) serta di kawasan Kayu
Tangan tepatnya di koridor Jl. Basuki Rahmad, serta Kawasan perdagangan dan
jasa sepanjang koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto.
c. Pusat Pelayanan Umum
Perkembangan Fasilitas Umum dan sosial yang ada di kecamatan Klojen,
meliputi perkembangan fasilitas kesehatan, peribadatan dan Olahraga.
Fasilitas Kesehatan dengan skala besar yaitu RS. Syaiful Anwar yang terdapat
di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto, RS. Lavallete yang terdapat di Jl. WR.
Supratman, serta RS. Panti Waluyo yg terdapat di Kelurahan Kasin tepatnya di
Koridor Jl. Nusa Kambangan. Perkembangan Kegiatan peribadatan skala
regional yang ada di Kecamatan Klojen terdapat di beberapa titik lokasi, yaitu
di kawasan Alun-alun Merdeka dengan ditandai keberadaan Masjid Jami‟ Kota
Malang serta Gereja GPIB Immanuel serta Gereja Paroki Hati Kudus. Untuk
fasilitas olahraga berada di Lapangan Olahraga Stadion Gajayana. Pusat
kegiatan pendidikan yang ada di Kecamatan Klojen berkembang di sepanjang
koridor Jl. Ijen, di kawasan Tugu, serta di Kelurahan Kauman tepatnya di
sekitar Perguruan Tinggi IKIP Budi Utomo yang merupakan kompleks
pendidikan dan sepanjang koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto.
2. Rencana Kegiatan Sentra Sekunder adalah meliputi:
a. Pusat Kegiatan Perdagangan dan Jasa
Pusat kegiatan perdagangan dan jasa dengan skala kota ditemukan hampir di
tersebar di semua wilayah Kecamatan Klojen, antara lain di koridor Jl. Jaksa
Agung Suprapto, Jl. Panjaitan, Jl. Trunojoyo, Jl. Cokroaminoto, Jl. Tumenggung
Suryo, Jl. Halmahera, Jl. Raya Dieng, serta Jl. Kawi. Selain itu terdapat pula
beberapa pasar yang berkembang pada tiap-tiap kelurahan di yang memiliki
skala pelayanan kota, yaitu seperti Pasar Comboran, Pasar Mergan, Pasar
Klojen.
b. Pusat Pelayanan Umum (Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan)
Kegiatan pelayanan umum skala kota berkembang di seluruh wilayah kelurahan,
dengan keberadaannya pada umumnya pada koridor arteri sekunder.
c. Permukiman

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Perkembangan kegiatan permukiman yang di Kecamatan Klojen, berkembang di


seluruh wilayah kecamatan. Baik yang berupa permukiman organis (tumbuh
secara alamiah) maupun permukiman anorganis (direncanakan).
d. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Sebaran RTH di kecamatan Klojen, tersedia dalam beberapa bentukan yaitu
Hutan Kota, Taman, lapangan olahraga serta Jalur Hijau. RTH Kota saat ini
yaitu Hutan Kota Malabar yg terdapat di Kelurahan Oro-oro Dowo, serta
Lapangan Olahraga. Sementara untuk RTH di lokasi lainnya lebih berkembang
dalam bentuk taman dan jalur hijau.
3. Rencana Kegiatan Sentra Tersier di BWP Malang Tengah (Kecamatan Klojen)
adalah berupa fasilitas perdagangan, fasilitas umum (fasilitas kesehatan,
peribadatan dan pendidikan) dapat ditemukan pada masing-masing kelurahan yang
menyatu dengan kawasan pemukiman penduduk.
Selain rencana perwilayahan atau sistem kegiatan wilayah, terdapat rencana
jaringan prasarana pada tinjauan rencana struktur ruang dari Rencana Detail Tata Ruang
BWP Malang Tengah. Detail dari rencana prasarana RDTR BWP Malang Tengah adalah
sebagai berikut:
1. Rencana Jalan Kereta Api meliputi peningkatan pelayanan dengan perbaikan
stasiun kereta api dan penambahan beberapa rute atau jalur.
2. Rencana pengembangan Jalan kereta api dilakukan dengan:
a. Pengembangan pemanfaatan lahan di sekitar stasiun untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas pelayanan kepada masyarakat pengguna moda; dan
b. Mendukung rencana jalur „Double Track‟ rute Surabaya – Malang
3. Rencana lokasi halte adalah ditetapkan di sepanjang kawasan kayutangan, di Jalan
Veteran, Jalan Kawi, di sekitar Pasar Besar, di Pasar Comboran, Jalan Mayjen
Panjaitan, Jl. Trunojoyo, di sekitar Alun-alun Merdeka dan di sekitar Alun-alun
Tugu
4. Rencana penyeberangan adalah mempertahankan jembatan penyeberangan yang
ada di Jl. Merdeka Timur dan direncanakan berupa pengembangan zebra cross pada
beberapa ruas jalan yang sekitarnya terdapat fasilitas perkantoran, fasilitas
pendidikan dengan fasilitas umum dan sosial dan kawasan strategis lainnya di
sekitar lokasi halte. Sedangkan jembatan penyeberangan dapat direncanakan di
kawasan kayu tangan dan Jalan Kawi.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

5. Rencana trotoar adalah direncanakan di semua ruas jalan yaitu di semua ruas jalan
arteri primer, ruas jalan kolektor dan ruas jalan lokal. Rencana pelebaran trotoar di
kawasan yang berfungsi sebagai perdagangan dan jasa seperti di Alun-alun
Merdeka dan sekitarnya, Pasar Besar dan sekitarnya serta rencana perbaikan totoar
di semua ruas jalan. Penyediaan trotoar harus terintegrasi dengan perabot jalan
lainnya seperti rambu-rambu lalu lintas, tempat sampah, lampu penerangan, pot
bunga, halte dan zebra cross.
6. Rencana sistem parkir di Malang Tengah adalah direncanakan dengan sistem parkir
on – street, sistem parkir off – street dan penetapan tarif parkir.
a. Rencana sistem parkir on – street hanya diperbolehkan pada ruas jalan dengan
fungsi jalan kolektor dan/atau lokal dengan memperhatikan kondisi jalan dan
lingkungannya; kondisi lalu lintas; aspek keselamatan, ketertiban dan kelancaran
lalu lintas. Desain parkir on-street dilakukan dengan penentuan sudut parkir;
pola parkir; dan larangan parkir.
b. Rencana sistem parkir off – street ditempatkan berdasarkan fasilitas parkir untuk
umum dan fasilitas parkir sebagai penunjang. Rencana pengembangan parkir off
– street di kawasan perdagangan Pasar Besar direncanakan dengan
meningkatkan kapasitas fasilitas parkir untuk umum yang juga dapat
dimanfaatkan untuk pertokoan yang ada disekitarnya, sedangkan pada kawasan
pertokoan, bangunan perkantoran dan perhotelan serta fasilitas umum lainnya
dilakukan melalui penyediaan fasilitas parkir sebagai penunjang. Desain parkir
off – street dilakukan dengan taman parkir dan gedung parkir menurut kriteria
tertentu.
c. Pemberlakuan tarif parkir berdasarkan jenis fasilitas dapat digolongkan menjadi:
golongan A, golongan B dan golongan C menurut kriteria tertentu.
7. Rencana rute angkutan di Kecamatan Klojen direncanakan melalui optimalisasi rute
angkutan umum yang sudah ada saat ini dengan mengikuti jalur yang telah
ditetapkan.
 Penambahan dan perubahan rute angkutan umum ditetapkan kembali sesuai
dengan perkembangan kawasan di Malang Tengah
8. Rencana Normalisasi Drainase dilakukan pada saluran-saluran yang mengalami
penyumbatan baik itu oleh sampah maupun oleh endapan seperti di saluran yang
ada di Jalan Pajajaran, Jalan Kertanegara, Jalan Veteran, Pertigaan Jalan Veteran –

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Jalan Bogor, Jalan Jaksa Agung Suprapto dan Jalan Panglima Sudirman dan semua
saluran tersier yang ada dalam kawasan permukiman.
9. Rehabilitasi saluran drainase dilakukan dengan pelebaran saluran terhadap wilayah-
wilayah yang mengalami genangan dan banjir seperti saluran di Jalan Trunojoyo
(terutama di sekitar stasiun KA yang menjadi titik pertemuan air dari Jalan
Trunojoyo dan Jalan Kertanegara), Jalan Tugu, Jalan Veteran, Jalan Maratadinata
dan Jalan Kyai Tamin.
2.3.3 Kebijakan Pola Ruang BWP Malang Tengah
Kebijakan Pola Ruang berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang BWP Malang
Tengah tahun 2013 – 2033 didasarkan pada penggambaran peruntukan ruang sehingga
terbagi menjadi 2 bagian besar yakni dengan fungsi utama lindung dan budidaya.
A. Kebijakan dan Strategi Pemantapan Kawasan Lindung
Kebijakan dan Strategi Pemantapan Kawasan Lindung BWP Malang Tengah
tahun 2013 -2033 ditetapkan fungsi utamanya untuk melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta
budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan Lindung yang
terdapat di BWP Malang Tengah terdiri dari Zona Perlindungan Setempat, Zona Suaka
Alam dan Cagar Budaya Dan Zona Rawan Bencana Alam.
1. Zona Perlindungan Setempat
Zona Perlindungan Setempat yaitu peruntukkan bagian dari kawasan lindung yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan terhadap sempadan sungai,
sempadan irigasi dan sempadan rel kereta api. Pada BWP Malang Tengah yang
berupa zona lindung setempat terdiri dari sempadan sungai dan sempadan rel kereta
api. Adapun pada BWP Malang Tengah sebagian besar merupakan kawasan
konservasi sungai ini dimanfaatkan untuk zona perumahan penduduk, terutama
pada sungai-sungai yang terletak di sekitar pusat kota.
2. Zona Suaka Alam dan Cagar Budaya
Zona Suaka Alam dan Cagar Budaya merupakan peruntukan bagian dari kawasan
lindung yang memiliki ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan,
satwa dan ekosistemnya beserta nilai budaya dan sejarah bangsa. Adapun pada
BWP Malang Tengah Zona Suaka Alam dan Cagar Budaya meliputi:
a. Koridor Jl. Semeru-Jl. Ijen yang terdiri dari Gedung Sekolah Menengah Kristen
(Christ MULO School), dan Komplek Stadion Gajayana.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

b. Kawasan Kayu Tangan yang terdiri dari kompleks pertokoan di sepanjang


koridor Kajoetangan straat, dan pertokoan di perempatan Kajoetanganstraat-
Semeroestraat.
c. Kawasan Alun-alun Tugu yang terdiri dari Stasiun Kereta Api Malang, Gedung
HBS/AMS di JP. COEN PLEIN (Alun-alun Bunder), dan Gedung Balai Kota.
Adapun untuk kebijakan zona suaka alam dan cagar budaya adalah sebagai berikut:
a. Pelestarian dan perawatan terhadap benda cagar budaya yang ada.
b. Melakukan herigritasi ulang benda cagar budaya yang ada dalam persil
penduduk.
3. Zona Rawan Bencana Alam
Zona Rawan Bencana Alam merupakan peruntukan ruang yang memiliki ciri khas
tertentu baik di darat maupun di perairan yang sering atau berpotensi tinggi
mengalami tanah longsor, gelombang pasang/tsunami, banjir, letusan gunung
berapi, dan gempa bumi. Adapun salah satu contoh zona rawan bencana alam di
BWP Malang Tengah adalah Zona Rawan Bencana Longsor di Sempadan Sungai.
Adapun untuk kebijakan penanganan zona rawan bencana terbagi menjadi:

a. Penanganan sebelum terjadinya bencana adalah kesiapsiagaan dan mitigasi


b. Penanganan saat terjadinya bencana adalah upaya pertolongan bantuan dan
respons.
c. Penanganan Setelah terjadinya bencana adalah rehabilitasi dan rekonstruksi.
4. Zona Ruang Terbuka Hijau
Zona Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang yang mensyaratkan pengembangan ruang terbuka hijau
(RTH) dengan luas paling sedikit 30% dari luas Zona perkotaan dan Permendagri
No. 1 Tahun 2007 tentang Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Zona Perkotaan
meliputi penyediaan RTH sebesar 30% dari luas wilayah kota yang terbagi atas
RTH privat 10% dan RTH publik 20%. Oleh karena itu pengembangan RTH di
wilayah perencanaan ditujukan untuk memenuhi prosentase standart yang
ditetapkan.
B. Kebijakan dan Strategi Pemantapan Kawasan Budidaya
Kebijakan dan Strategi Pemantapan Kawasan Budidaya BWP Malang Tengah
tahun 2013 - 2033 meliputi kebijakan rencana zona perumahan, perdagangan dan jasa,

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

perkantoran, zona sarana pelayanan umum (SPU), beserta zona peruntukan lainnya seperti
zona pariwisata dan zona peruntukkan khusus.
1. Kebijakan dan Strategi Pemantapan Zona Perumahan
Konsep kebijakan dan strategi yang diusulkan untuk Zona perumahan di wilayah
perencanaan adalah mempertahankan pola yang sudah ada serta meningkatkan
kualitas infrastruktur yang ada, antara lain:
a. Infiltrasi
Infiltrasi merupakan pengembangan permukiman dengan cara mengisi kantong-
kantong kosong. Model ini sangat cocok untuk diterapkan pada permukiman
yang tidak direncanakan. Keuntungan dari model ini adalah pada lahan-lahan
kosong di permukiman dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan
mengurangi pemanfaatan lahan pada Zona lain. Dengan demikian maka
keberadaan lahan terbuka masih dapat dipertahankan. Untuk pengembangan
konsep infiltrasi di BWP Malang Tengah lebih diarahkan pada Zona diluar pusat
kota seperti di Kelurahan Kasin, Kelurahan Bareng, Gading Kasri, Kelurahan
Oro-oro Dowo.
b. Penyatuan
Suatu bentuk atau model menyatukan bangunan permukiman antar blok-blok
permukiman menjadi satu kesatuan Zona permukiman. Model ini bisa
diterapkan untuk permukiman perkampungan maupun perumahan yang
dikembangkan oleh developer. Untuk pengembangan konsep penyatuan lebih
cocok diterapkan pada perumahan.
c. Ketersediaan sarana dan prasarana perumahan yang memadai
Zona perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dan
harus sesuai dengan kriteria layak huni (sanitasi lingkungan). Hal ini terkait
dengan kualitas lingkungan pada Zona Pusat Kota dan merupakan upaya
pemenuhan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, maka ketersediaan sarana dan
prasarana penunjang pada Zona perumahan harus dilengkapi.
d. Perbaikan kondisi perumahan kampung padat
Kampung padat yang terdapat di BWP Malang Tengah yaitu, di perumahan
kampung di pusat kota (Sekitar Zona Perdagangan Jasa, sekitar Sempadan
Sungai Brantas, Sekitar Rel Kereta), Kondisi ini akan berpengaruh terhadap
kondisi kualitas lingkungan Zona Kota secara keseluruhan.
2. Kebijakan dan Strategi Pemantapan Zona Perdagangan dan Jasa

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Kebijakan Rencana sub zona perdagangan dan jasa deret meliputi:


a. Sub zona perdagangan dan jasa dengan kegiatan ruko yang sudah ada terdapat di
Sub BWP I blok I-A, blok I-B, blok I-C, dan blok I-D, Sub BWP II blok II-A,
blok II-B, blok II-C, dan II-D, sub BWP III di blok III-A, blok III-B, blok III-C
dan III-D.
b. Sub zona perdagangan dan jasa deret dengan kegiatan ruko yang ada di BWP
Malang Tengah sekarang dipertahankan, untuk kedepannya pengembangan sub
zona perdagangan dan jasa deret di BWP Malang Tengah dibatasi.
c. Pengembangan sentra PKL pada setiap pusat kegiatan yang berfungsi sebagai
sub zona perdagangan dan jasa.
3. Kebijakan dan Strategi Pemantapan Zona Perkantoran
Adapun untuk strategi dan kebijakan pemantapan zona perkantoran sebagai berikut:
a. Penyediaan lahan untuk menampung tenaga kerja dalam wadah berupa
perkantoran baik pemerintah maupun swasta
b. Penyediaan ruang yang cukup bagi penempatan kelengkapan dasar fisik berupa
sarana penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan
kegiatan perkantoran.
c. Penyediaan ruang yang cukup bagi sarana umum, terutama untuk melayani
kegiatan perkantoran agar dapat meningkatkan perekonomian daerah.
4. Kebijakan dan Strategi Pemantapan Zona Sarana Pelayanan Umum
Konsep kebijakan dan Strategi Pemantapan Zona Sarana Pelayanan Umum
bertujuan untuk:
a. Menyediakan ruang untuk pengembangan kegiatan pendidikan, kesehatan,
peribadatan, sosial budaya, olahraga dan rekreasi, dengan fasilitasnya dalam
upaya memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan jumlah penduduk yang
dilayani dan skala pelayanan fasilitas yang akan dikembangkan;
b. Menentukan pusat-pusat pelayanan lingkungan sesuai dengan skala pelayanan
sebagaimana tertuang di dalam rtrwk; dan
c. Mengatur hierarki pusat pusat pelayanan sesuai dengan RTRWK.
5. Kebijakan dan Strategi Pemantapan Zona Peruntukan Lainnya dan Zona
Peruntukkan Khusus
Adapun untuk konsep kebijakan dan strategi pemantapan zona peruntukan lainnya
seperti zona pariwisata, dan zona khusus seperti zona peruntukkan khusus militer.
Konsep Kebijakan dan Strateginya antara lain adalah:

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

a. Pembatasan penggunaan tanah yang memiliki intensitas kegiatan tinggi dan


menimbulkan multiplier effect seperti perdagangan dan jasa, dan industri.
b. Mencari alternatif jalan keluarnya diperlukan adanya musyawarah mufakat
antara pihak militer, masyarakat dan pemerintah
2.3.4 Rencana Penetapan Kawasan Perkotaan BWP Malang Tengah
Penetapan Kawasan Perkotaan BWP Malang Tengah mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1. Sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana
jaringan prasarana, penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya,
penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang, penyusunan peraturan zonasi; dan
2. Menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan BWP Malang Tengah
dengan RTRW.
Adapun konsep struktur ruang Kawasan Perkotaan BWP Malang Tengah didasarkan
pada kecenderungan perkembangan fasilitas dan infrastruktur di Kota Malang, kedudukan
Pusat kota yang berada di sekitar alun-alun dan sekitarnya akan mengalami pergeseran ke
arah Klojen, untuk itu terjadi perubahan pusat kota dari IIIA menjadi II sebagai pusat
pelayanan Kota Malang. Maka upaya pembentukan pusat kota Malang yang telah
mengalami pergeseran perlu ditingkatkan dan direalisasikan.
Adapun terlepas dari semua itu maka hierarki Pusat dan Sub Pusat perkotaan di
Kota Malang sampai dengan saat ini (eksisting) adalah sebagai berikut;
1. Pusat Pelayanan Kota adalah Klojen sebagai pusat dari segala kegiatan di Kota
Malang.
2. Sub Pusat Pelayanan Kota I meliputi; Kotalama, Sawojajar, Tanjungrejo, Oro-Oro
Dowo, Samaan, Pandanwangi, Purwantoro, Bunulrejo, Lowokwaru.
3. Sub Pusat Pelayanan Kota II meliputi; Mergosono, Ciptomulyo, Bandungrejosari,
Sukun, Sukoharjo, Bareng, Kauman, Dinoyo, Sumbersari, Tulusrejo, Mojolangu.
4. Sub Pusat Pelayanan Kota III meliputi; Buring , Gadang, Pisangcandi, Karang
Besuki, Kasin, Kiduldalem, Gadingkasri, Rampal Celaket, Penanggungan, Arjosari,
Purwodadi, Blimbing, Ksatrian, Polehan, Jodipan, Merjosari, Jatimulyo, Tlogomas,
Tunggulwulung, Tasikmadu.
5. Sub Pusat Pelayanan Kota IV meliputi; Arjowinangun, Tlogowaru, Wonokoyo,
Bumiayu, Kedungkandang, Madyopuro, Lesanpuro, Cemorokandang, Bakalan
Krajan, Kebonsari, Mulyorejo, Bandulan, Balearjosari, Polowijen, Ketawanggede,
Tunjungsekar.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

BAB III
METODOLOGI PENYUSUNAN

3.1 Diagram Alir


3.2 Ruang Lingkup dan Langkah Kegiatan
Ruang lingkup merupakan penentuan batasan dalam suatu penelitian agar lebih
efektif dan efisien dalam penentuan sebuah objek penelitian. Adapun ruang lingkup dalam
penyususnan dokumen rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) Koridor Jalan
Semeru – Kahuripan dan Kertanegara ini terdiri dari dua ruang lingkup, yakni ruang
lingkup wilayah dan ruang lingkup langkah kegiatan. Adapun berikut merupakan
penjelasan terkait dua ruang lingkup tersebut:
3.2.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah studi pada penyusunan dokumen rencana tata bangunan dan
lingkungan (RTBL) Koridor Jalan Semeru – Kahuripan - Kertanegara yang terletak di
Kota Malang, Kecamatan Klojen dan terletak diantara dua kelurahan yaitu Kelurahan Oro-
Oro Dowo dan Kelurahan Kauman dengan luas wilayah 21,46 Hektare dan memiliki batas
fisik berupa.
Sebelah Utara : Kelurahan Oro-Oro Dowo dan Kelurahan Klojen
Sebelah Timur : Jalan Sriwijaya
Sebelah Selatan : Kelurahan Kauman, Kelurahan Kidul Dalam, dan
Kelurahan
Gading Kasri
Sebelah Barat : Jalan Wilis dan Jalan Gading Kasri
3.2.2 Ruang Lingkup Langkah Kegiatan
Adapun untuk ruang lingkup langkah kegiatan yang terdapat di dalam penyusunan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Koridor Jalan Semeru – Kahuripan –
Kertanegara, Kota Malang adalah sebagai berikut :
A. Persiapan Survei
B. PenyusunanLaporan Pendahuluan
C. Survei dan Observasi Lapangan
D. Penyusunan Laporan Fakta dan Analisa
E. Penyusunan Laporan Rencana
F. Penyusunan Laporan Akhir

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

3.3 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang diperlukan dalam penyusunan RTBL dibagi menjadi dua yaitu, data
primer dan data sekunder. Adapun berikut ini merupakan penjelasan dari data primer dan
data sekunder yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan.
3.3.1 Data Primer
Data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari sumber di wilayah
studi oleh para peneliti (Husein,2008). Teknik pengumpulan ini dapat dilakukan dengan
cara observasi wilayah studi, wawancara kepada pihak terkait, dokumentasi, maupun
membagikan kuisioner.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan melalui sumber lain untuk
menujang suatu penelitian yang sedang di lakukan. menurut Sugiyono (2015) adalah
sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat
orang lain atau lewat dokumen. Berikut adalah data yang di perlukan dalam penyusunan
RTBL Koridor Jalan Semeru – Kahuripan – Kertanegara :
1. Kebijakan terkait
a. RTRW Kota Malang
2. Dokumen pemerintah
a. Dokumen pemerintah kota
b. Kota Malang dalam angka
c. Rencana sistem jaringan prasarana
3. Peta wilayah

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2013). Metode
pengumpulan data yang biasa dilakukan oleh para peneliti adalah survei. Penelitian yang
dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari
sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative,
distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel, sosiologis maupun psikologis
(Sugiyono, 2011). Berikut merupakan tipe dalam metode survei.
3.4.1 Survei Primer
Survei primer adalah data yang didapatkan atau dikumpulkan oleh penelitu secara
langsung dari sumber data yang dibutuhkan. Data primer disebut juga sebagai data asli atau

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

data yang memiliki sifat up to date. Data primer dapat diperoleh melalui beberapa cara
semisal observasi, wawancara, ataupun kuisioner. Berikut merupakan penjelasan dari cara-
cara tersebut :
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan ciri spesifik yang tidak
terbatas pada orang tetapi dapat berupa obyek-obyek. Observasi adalah cara
pengambilan data dengan menggunakan indra pengelihatan untuk keperluan
penelitian. Observasi sendiri dapat dilakukan menggunakan media bantuan sepersi
form pengamatan. Berikut merupakan form pengamatan yang digunakan di wilayah
studi :
a. Form Survei Bangunan
b. Form Jaringan Prasarana
c. Form Jalan
d. Form Lintas Harian Rata-rata (LHR) pada ruas jalan
e. Form Jalur Pejalan Kaki
f. Form LHR Pedestrian
g. Form Parkir
h. Form Ruang Terbuka Hijau (RTH)
i. Form Behavior Mapping
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik yang dilakukan untuk mendapatkan data yang
direncanakan secara cermat dan sangat terstruktur. Wawancara dilakukan bisa
secara individu ataupun kelompok dengan cara tanya jawab, dimana pewawancara
menanyakan pertanyaan dan responden menjawab pertanyaan.
3. Kuisioner
Kuesioner mengacu pada formulir yang berisi serangkaian pertanyaan survei yang
dirancang sedemikian rupa dengan maksud untuk mengekstraksi informasi tertentu
dari responden. metode kuesioner merupakan cara terbaik dalam mendapatkan
opini atau pun persepsi dari masyarakat (Chopper dan Schindler, 2003).
3.4.2 Survei Sekunder
Survei sekunder merupakan suatu kegiatan untuk mendapatkan data atau informasi
dengan secara tidak langsung untuk menunjang suatu penelitian yang sedang dikerjakan.
Data yang diambil seperti kajian literatur, jurnal, karya ilmiah, laporan, data intansi yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

3.5 Teknik Analisis


3.5.1 Analisis Kependudukan
Analisis Kependudukan adalah analisis yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan perubahan demografi seperti pertumbuhan dan komposisi jumlah penusuk
serta kondisi sosial kependudukan dalam memberikan gambaran struktur dan karakteristik
penduduk. Analisis Adapun analisis ini berhubungan erat dengan potensi dan kualitas
penduduk, mobiltasnya, tingkat pelayanannya, serta ketersediaan kebutuhan sektoral.
Berikut merupakan analisis kependudukan yang digunakan diantaranya adalah:
A. Analisis Pertumbuhan Penduduk
Analisis pertumbuhan penduduk digunakan untuk mengetahui penyebaran jumlah
pertumbuhan penduduk beserta perpindahan pendduk dari daerah pedesaan ke
daerah perkotaan.
Rumus 3. 1 Pertumbuhan Penduduk

……………………………………………….……………………(3-1)
Keterangan:
Pt : Jumlah Penduduk di tahun akhir perhitungan
Po : Jumlah Penduduk di tahun awal perhitungan
L : Jumlah Kelahiran
M : Jumlah Kematian
B. Analisis Proyeksi Penduduk
Analisis Proyeksi Penduduk adalah suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada
asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran,
kematian, dan perpindahan. Ketiga komponen inilah yang menentukan besarnya
jumlah penduduk dan struktur umur penduduk di masa yang akan datang
(Bappenas, BPS dan UNFPA, 2013). Agar dapat mengetahui proyeksi jumlah
penduduk, metode yang digunakan adalah metode model linier atau biasa disebut
dengan model aritmatik. Model linier menurut Klosterman (1990) adalah teknik
proyeksi yang paling sederhana dari seluruh model trend. Adapun berikut
merupakan persamaan yang digunakan untuk menentukan proyeksi penduduk :
Rumus 3. 2 Proyeksi Penduduk
……………………………………….…………………………………..(3-2)
Keterangan :
Pt : Penduduk pada tahun proyeksi t

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

α : Interecept (penduduk tahun dasar)


β : Koefisien (rata – rata pertambahan penduduk)
t : Periode waktu proyeksi (selisih tahun proyeksi dengan tahun dasar)
C. Analisis Kepadatan Penduduk
Analisis Kepadatan penduduk dilakukan dengan tujuan mengetahui konsentrasi
penduduk di suatu daerah. Angka kepadatan penduduk merupakan rata rata
penduduk setiap 1 km², dengan semakin besar angka semakin padat wilayah. Angka
kepadatan penduduk merupakan rata – rata penduduk setiap 1 km2, dengan semakin
besar angka semakin padat wilayah tersebut. Perhitungan tersebut dapat dilakukan
pada keseluruhuan wilayah maupun perdaerah. Berikut adalah rumus perhitungan
kepadatan penduduk menurut BPS.
Rumus 3. 3 Kepadatan Penduduk
…………………………………………………………………...……………..(3-3)
Keterangan:
KP : Kepadatan Penduduk
P : Jumlah Penduduk
L : Luas Wilayah
3.5.2 Analisis Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Analisis prospek pertumbuhan ekonomi adalah gambaran sektor pendorong
berkembangnya ekonomi, kegiatan usaha, prospek investasi pembangunan dan
perkembangan penggunaan tanah, produktivitas kawasan, dan kemampuan pendanaan
pemerintah daerah. Analisis ini dilakukan dengan melihat perkembangan ekonomi
kawasan selama 5 (lima) tahun terakhir hingga proyeksi 5 (lima) tahun kedepan dan jeni-
jenis kegiatan penggerak ekonomi pada kawasan tersebut. Adapun hasil dari analisis
prospek pertumhuhan ekonomi ini dapat digunakan untuk mengetahui potensi kegiatan
ekonomi yang mungkin dapat dikembangkan pada kawasan tersebut.
3.5.3 Analisis Historis Kawasan
Membahas mengenai sejarah dari koridor tersebut terdiri dari aktivitas apa saja
yang biasanya dilakukan pada koridor tersebut dan mengapa ada koridor tersebut serta
sejarah mengenai bangunan cagar budaya
3.5.4 Analisis Struktur Peruntukan Lahan
Analisis struktur peruntukan lahan terdiri dari analisis peruntukan lahan mikro dan
analisis peruntukan lahan makro.
A. Analisis Peruntukan Lahan Makro

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Rencana alokasi penggunaan dan pemanfaatan lahan pada suatu wilayah tertentu
yang juga disebut dengan tata guna lahan.
B. Analisis Peruntukan Lahan Mikro
Rincian penggunaan lahan (termasuk secara vertikal) berdasarkan prinsip
keragaman yang seimbang dan saling menentukan.
3.5.5 Analisis Intensitas Pemanfaatan Lahan (Amplop Ruang)
Intensitas pemanfaatan lahan adalah distiribusi luas lahan maksimal terhadap luas
kavling. Analisis ini menjadi salah satu komponen rancangan yang wajib ada dalam
penyusunan RTBL. Dalam penyusunan RTBL, komponen intensitas pemanfaatan lahan
yang wajib dikaji adalah sebagai berikut (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 6 Tahun
2007):
A. Analisis KDB
Koefisien dasar bangunan merupakan perbandingan luas bangunan dengan luas
kavling. Penentuan KDB maksimum suatu kawasan didasarkan atas jenis guna
lahan.
B. Analisis KLB
Koefisien lantai bangunan adalah perbandingan luas seluruh lantai bangunan yang
diizinkan dibangun dengan luas kavling. Penentuan KLB maksimum menentukan
jumlah lantai yang diperbolehkan dalam suatu kawasan.
C. Analisis KDH
KDH merupakan perbandingan luas tanah yang berupa lahan hijau dengan luas
kavling. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 5 tahun 2008, luas
KDH minimum yang harus dibangun dalam suatu kavling privat adalah minimal 10
% dari luas total kavling. Koefisien dasar hijau tidak memperhitungkan luas kavling
sisa yang berupa perkerasan/non hijau.
D. Analisis GSB
Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah garis yang membatasi jarak bebas
minimum dari sisi terluar sebuah massa bangunan terhadap batas lahan yang
dikuasai. Cara untuk menghitung GSB dilakukan dengan cara observasi garis
sempadan yang dimiliki oleh suatu bangunan kemudian membandingkan garis
sempadan tersebut dengan kebijakan garis sempadan bangunan yang berlaku.
Kemudian dapat dilakukan pengelompokkan bangunan tersebut ke dalam bangunan
pelanggar garis sempadan bangunan atau tidak.
E. Analisis KTB

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Koefisien tapak bangunan merupakan persentase perbandingan antara luas basemen


dengan luas kavling total.
3.5.6 Analisis Tata Bangunan
Analisis tata bangunan terdiri dari analisis perpetakan lahan, analisis garis langit
bangunan (skyline), dan analisis fasade bangunan.
A. Analisis Perpetakan Lahan
Berdasarkan Peraturan Menteri PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, pengaturan kavling atau petak lahan
merupakan salah satu komponen penataan di dalam tata bangunan. Pengaturan
kavling atau petak lahan adalah perencanaan pembagian lahan dalam blok menjadi
sejumlah kavling atau konfigurasi tertentu. Analisis perpetakan lahan dilakukan
dengan pengklasifikasian bentuk dan ukuran kavling, pengelompokan dan
konfigurasi kavling, serta pengaturan ruang terbuka dan tata hijau. Tujuan dari
pengaturan perpetakan lahan adalah untuk menentukan dan membatasi
keberagaman bentuk dan ukuran petak lahan yang tidak terkontrol untuk mencapai
keseimbangan, keterkaitan, dan keterpaduan di antaranya. Berikut adalah klasifikasi
ukuran kavling berdasarkan Kepmen Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002
Tabel 3. 1 Klasifikasi Perpetakan Lahan
Klasifikasi Blok Peruntukan Ukuran Petak Keterangan
Klasifikasi I >2500 m2 Sistem Blok
Klasifikasi II 1000-2500 m2 Sangat Besar
Klasifikasi III 600-1000 m2 Besar
Klasifikasi IV 250-600 m2 Sedang
Klasifikasi V 100-250 m2 Kecil
Klasifikasi VI 50-100 m2 Sangat Kecil
Klasifikasi VII 50 m2 Tanpa Kavling
Klasifikasi VIII Rumah susun/flat -
Sumber: Kepmen Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002
Petak lahan yang telah diklasifikasikan kemudian akan dibandingkan dengan SNI
03-1733-2004 untuk mengetahui kesesuaian dari standar terkait ukuran kavling
minimal yang telah ditetapkan untuk pengaturan perpetakan lahan.
B. Analisis Garis Langit Bangunan (Skyline)
Skyline adalah suatu garis pertemuan antara massa yang berdiri di atas tanah atau
garis tanah dengan langit yang memiliki keterkaitan antara bentuk, massa
bangunan, ketinggian bangunan, dan topografinya (Handayani, 2018). Analisis
garis langit bangunan dilakukan dengan melakukan pengamatan kondisi visual tata
bangunan eksisting atau deret bangunan pada sepanjang koridor. Untuk mengetahui
bentuk garis langit bangunan dengan jelas maka diperlukan pembuatan bayangan

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

atau silhouette dari deretan bangunan yang ada pada koridor. Pengambilan
bayangan deret bangunan dilakukan pada masing-masing sisi jalan dan
mengabaikan detail-detail elemen ruang. Setelah mendapatkan gambaran garis
langit bangunan, selanjutnya akan dianalisis terkait karakteristik visual tata
bangunan berdasarkan pada bentuk atap, ketinggian bangunan, kepadatan, serta
jarak antar bangunan. Analisis skyline memiliki tujuan untuk dapat mengetahui
keteraturan dari ketinggian, bentuk, dan massa bangunan, sehingga dapat
ditentukan kualitas visual bangunan terhadap lingkungan
C. Analisis Fasade Bangunan
Fasade merupakan tampak depan dari suatu bangunan yang dapat memberikan
ekspresi secara visual. Menurut Sastra (2013) dalam buku “Inspirasi Fasade
Rumah Tinggal” penampilan dan citra sebuah bangunan sangat dipengaruhi oleh
berbagai elemen pembentuk karakter bangunan, karena komposisi dan konfigurasi
elemen-elemen pembentuk karakter pada bangunan tersebut akan menghasilkan
sebuah citra tertentu. Citra inilah yang kemudian dimunculkan pada fasade
bangunan sebagai penunjang kualitas visual lingkungan. Elemen pembentuk
karakter bangunan terdiri dari elemen bukaan ruang, bidang penyusun fasade,
material fasade, jenis dan metode finishing fasade, dan teknik pengolahan warna.
Menurut DK Ching (1979) terdapat komposisi visual yang dapat dievaluasi untuk
menganalisis trend dan citra pada bangunan. Komposisi tersebut ialah geometri,
simetri, kontras kedalaman, ritme, proporsi, dan skala bangunan. Analisis fasade
bangunan dilakukan dengan pengamatan ciri visual fasade atau tampak depan
bangunan berdasarkan pada elemen dan komposisi visual tersebut. Analisis ini
bertujuan untuk menganalisis citra bangunan atau karakter visual yang terdapat
pada fasade bangunan di wilayah perencanaan.
3.5.7 Analisis Sistem Sirkulasi Dan Jalur Penghubung
Analisis sistem sirkulasi dan jalur penghubung terdiri dari analisis kondisi jalan,
analisis tingkat pelayanan, analisis fasilitas pelengkap jalur pedestrian, analisis kapasitas
dan kebutuhan parkir, analisis indeks walkability, dan analisis behaviour mapping
A. Analisis Kondisi Jalan
Kualitas jalan atau Kondisi jalan dibagi menjadi dua, yaitu kualitas yang ditentukan
langsung oleh penentuan program penanganan pemeliharaan jalan berpenutup aspal
atau beton semen dan juga berpenutup tidak aspal atau beton semen. Penentuan
program penanganan pemeliharaan jalan akan disajikan dalam tabel berikut:

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Tabel 3. 2 Penentuan Program Penanganan Pemeliharaan Jalan Berpenutup Aspal atau


Beton Semen
Prosentase Batasan Kerusakan (persen
Kondisi Jalan terhadap luas lapis perkerasan Program Penanganan
permukaan)
Baik (B) <6% Pemeliharaan Rutin
Sedang (S) 6 - < 11 % Pemeliharaan Rutin / Berkala
Rusak Ringan Pemeliharaan Rehabilitasi
11 - < 15 %
(RR)
Rusak Berat Rekonstruksi / Peningkatan
>15%
(RB) Struktur
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 13/PRT/M/2011
Kualitas jalan menurut penentuan program penanganan pemeliharaan jalan
berpenutup aspal atau beton semen jalan terbagi menjadi empat, yaitu baik (B)
dengan presentase batasan kerusakan dibawah 6%, sedang (S) dengan presentase
batasan kerusakan antara 6-11%, rusak ringan (RR) dengan presentase batasan
kerusakan antara 11-15%, dan rusak berat (RB) dengan presentase batasan
kerusakan lebih dari 15%. Di setiap kondisi jalan tersebut telah memiliki program
penanganannya masing-masing. Untuk kualitas jalan baik memiliki program
penanganan pemeliharaan rutin, untuk sedang memiliki program penanganan
pemeliharaan rutin atau berkala, rusak ringan memiliki program penanganan
pemeliharaan rehabilitasi, dan untuk rusak berat memiliki program penanganan
rekontruksi atau peningkatan struktur.
Tabel 3. 3 Penentuan Program Penanganan Pemeliharaan Jalan Tidak Berpenutup Aspal
atau Beton Semen
Kondisi Jalan Prosentase Batasan Kerusakan (persen Program Penanganan
terhadap luas lapis perkerasan
permukaan)
Baik (B) < 11 % Pemeliharaan Rutin
Sedang (S) 11 - < 16 % Pemeliharaan Rutin /
Rusak Ringan (RR) 16 - < 23 % Berkala
Pemeliharaan Rehabilitasi
Rusak Berat (RB) >23 % Rekonstruksi / Peningkatan
Struktur
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 13/PRT/M/2011
Kualitas jalan menurut penentuan program penanganan pemeliharaan jalan tidak
berpenutup aspal atau beton semen dibagi menjadi empat, yaitu baik (B) dengan
presentase batasan kerusakan dibawah 11%, sedang (S) dengan presentase batasan
kerusakan antara 11-16%, rusak ringan (RR) dengan presentase batasan kerusakan
antara 16-23%, dan rusak berat (RB) dengan presentase batasan kerusakan lebih
dari 23%. Di setiap kondisi jalan tersebut telah memiliki program penanganannya
masing-masing. Untuk kualitas jalan baik memiliki program penanganan
pemeliharaan rutin, untuk sedang memiliki program penanganan pemeliharaan rutin

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

atau berkala, rusak ringan memiliki program penanganan pemeliharaan rehabilitasi,


dan untuk rusak berat memiliki program penanganan rekontruksi atau peningkatan
struktur.
B. Analisis Tingkat Pelayanan Jalan
Tingkat pelayanan jalan (LOS) adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui
persepsi pengemudi tentang kualitas berkendara pada ruas jalan tersebut. Analisis
LOS merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengetahui kualitas suatu
ruas jalan tertentu dalam melayani arus lalu lintas yang melintas. Terdapat beberapa
factor yang mempengaruhi tingkat pelayanan suatu rus jalan yaitu waktu tempuh,
biaya perjlanan, dan keamanan dan kenyaman penumpang dalam berkendara
(MKJI, 1997). Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2005
tentang Karakteristik Tingkat Pelayanan atau Level of Services (LOS) adalah
sebagai berikut:
Tabel 3. 4 Penentuan Program Penanganan Pemeliharaan Jalan Tidak Berpenutup Aspal
atau Beton Semen
Tingkat Batas
Pelayanan Karakteristik Lingkup
(LOS) V/C
Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi, pengemudi
A 0,0 – 0,20
memilih kecepatan yang diinginkan tanpa hambatan
Arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh
B kondisi lalu lintas. Pengemudi memiliki kebebasan yang 0,21 – 0,44
cukup untuk memilih kecepatan
Arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan
C 0,45 – 0,74
dikendalikan, pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatan
Arus mendekati tidak stabil, kecepatan masih dikendalikan,
D 0,75 – 0,84
Q/C masih dapat ditolerir
Volume lalu lintas mendekati/berada pada kapasitas arus
E 0,85 – 1,00
tidak stabil, terkadang berhenti
Arus yang dipaksakan/macet, kecepatan rendah, V diatas
F kapasitas, antrian panjang dan terjadi hambatan-hambatan > 1,00
yang besar
Sumber : MKJI 1997

Rumus 3. 4 Tingkat Pelayanan Jalan


………………………………………………………………………………...(3-4)

Keterangan:
LOS : Tingkat Pelayanan Jalan
V : Volume Lalu Lintas
C : Pencacahan Lalu Lintas
a. Pencacahan Lalu Lintas
Pencacahan lalu lintas adalah perhitungan lalu lintas kendaraan atau pejalan
kaki yang dilakukan di sepanjang jalan, jalur, dan persimpangan tertentu.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Perhitungan lalu lintas tersebut dapat dilakukan secara otomatis yaitu dengan
menggunakan alat perekam lalu lintas elektronik permanen/sementara atau
dengan observasi manual dengan cara menghitung atau merekam lalu lintas
menggunakan alat elektroik atau menggunakan lembar perhitungan.
Perhitungan lalu lintas dapat digunakan untuk mengetahui rute jalan mana yang
paling paling sering dilalui oleh kendaraan . Selain itu perhitungan lalu lintas
dapat meningkatkan kualitas jalan atau menyediakan jalan alternative jika
volume lalu lintas dalam keadaan padat. (U.S. Department of Transportation:
Federal Highway Administration, 2016).
b. Volume Lalu Lintas
Menurut MKJI (1997) Volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang
melintasi suatu titik jalan pada satuan tertentu. Satuan volume lalu lintas yang
umum adalah volume Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR), yaitu volume lalu
lintas rata-rata dalam satu hari. LHR adalah hasil bagi jumlah kendaraan yang
diperoleh selama pengamatan dengan lamanya pengamatan. Adapun satuan
volume lalu lintas dalam satu tahun, yaitu volume Lalu Lintas Harian Rata-
Rata Tahunan (LHRT). Berikut disajikan rumus LHR dan LHRT
Rumus 3. 5 Lalu Lintas Harian Rata-rata

……………………………………...(3-5)

Rumus 3. 6 Lalu Lintas Harian Rata-rata Tahunan

………………………………………….(3-6)

C. Analisis Fasilias Pelengkap Jalur Pedestrian


Menurut Kemetrian Pekerjaan Umum (2011), fasilitas pelengkap jalan merupakan
salah satu sarana pendukung jalur pejalan kaki yang penyediaannya disesuaikan
berdasarkan fungsi kawasan. Bangunan dan fasilitas pelengkap jalan adalah
kebutuhan primer terhadap jalan yang akan dioperasikan. Dengan adanya fasilitas
pelengkap jalan yang lengkap, maka jalan tersebut dikategorikan sebagai jalan yang
berkeselamatan (Fahirah, 2018). Berikut macam-macam fasilitas pelengkap jalan.
1. Trotoar
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 trotoar
atau jalur pejalan kaki adalah ruang dari koridor sisi jalan yang dikhususkan
untuk area pejalan kaki. Ruang jalur pejalan kaki merupakan ruang yang
diperlukan pejalan kaki untuk berdiri dan berjalan yang dihitung berdasarkan

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

dimensi tubuh manusia pada saat membawa barang atau berjalan bersama
dengan pejalan kaki lainnya baik dalam kondisi diam maupun bergerak. Ruas
pejalan kaki harus dibebaskan dari seluruh rintangan, berbagai objek yang
menonjol dan penghalang vertikal minimal 2,5 meter dari permukaan jalur
pejalan kaki yang berbahaya bagi pejalan kaki dan bagi yang memiliki
keterbatasan indera penglihatan. Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga
Nomor 007/T/BNKT/1990 1999, tinggi bebas trotoar tidak kurang dari 2,5
meter dan kedalaman bebas trotoar tidak kurang dari satu meter dari
permukaan trotoar, lebar trotoar harus dapat melayani volume pejalan kaki
yang ada, dan struktur trotoar agar dapat memberikan pelayanan optimal
terhadap pejalan kaki maka trotoat perlu diperkeras, diberi pembatas dan diberi
elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan.
2. Rambu Lalu Lintas
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 Tahun 2014 rambu lalu
lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang, huruf, angka,
kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan,
perintah, atau petunjuk bagi Pengguna Jalan. Rambu lalu lintas berdasarkan
jenisnya terbagi atas rambu peringatan, rambu larangan, rambu perintah, dan
rambu petunjuk. Fungsi dari rambu lalu lintas adalah untuk memberikan
informasi kondisi jalan, memberikan informasi keadaan lalu lintas, dan untuk
mendukung kelancaran serta keselamatan pengguna jalan.
3. Zebra Cross
Zebra Cross adalah fasilitas penyeberangan jalan yang ditandai dengan garis-
garis berwarna putih searah arus kendaraan dan dibatasi garis melintang lebar
jalan. Zebra Cross biasanya ditempatkan di jalan dengan arus kendaraan yang
relative rendah sehingga penyeberang masih mudah memperoleh kesempatan
yang aman untuk menyeberang (Eka Mulyawati, 2016).
4. Lampu Lalu Lintas
Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 lampu lalu lintas adalah lampu
pengendali arus lalu lintas yang terpasang di persimpangan jalan, tempat
penyeberangan pejalan kaki, dan tempat arus lalu lintas lainnya. Fungsi dari
lampu lintas adalah mengatur pergerakan transportasi pada masing-masing
kelompok pergerakan transportasi agar dapat bergerak secara teratur. Dengan
adanya lampu lalu lintas dapat mengurangi resiko kecelakaan lalu lintas.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

5. Penerangan Jalan Umum


Penerangan jalan umum atau penerangan lampu jalan adalah salah satu sistem
penerangan yang berada diluar gedung. Sistem penerangan jalan yang baik
merupakan bagian dari tata pencahayaan yang berguna untuk menunjang
keselamatan bagi pengguna trotoar jalan maupun pengemudi kendaraan
(Mahardika, 2016). Penerangan Jalan Umum (PJU) adalah lampu yang
digunakan untuk penerangan jalan dimalam hari sehingga mempermudah
pejalan kaki, pesepeda dan pengendara kendaraan dapat melihat dengan lebih
jelas jalan yang dilalui pada malam hari, hal tersebut dapat meningkatkan
keselamatan lalu lintas dan keamanan dari para pengguna jalan dari
kegiatan/aksi criminal. Penerangan jalan di kawasan perkotaan mempunyai
fungsi menghasilkan kekontrasan antara obyek dan permukaan jalan, sebagai
alat bantu navigasi pengguna jalan, meningkatkan keselamatan dan
kenyamanan pengguna jalan, khususnya pada malam hari, mendukung
keamanan lingkungan, mendukung keamanan lingkungan, dan memberikan
keindahan lingkungan jalan (SNI 7391:200).
6. Marka Jalan
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 34
TAhun 2014 marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan
atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang
membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang
berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah
kepentingan lalu lintas. Marka jalan dibagi menjadi lima yaitu Marka
membujur, marka melintang, marka serong, marka lambing dan marka kotak
kuning. Marka jalan memiliki 3 warna yaitu, jalan berwarna putih untuk
menyatakan bahwa pengguna jalan wajib mengikuti perintah atau larangan
sesuai dengan bentuknya, marka jalan berwarna kuning menyatakan bahwa
pengguna jalan dilarang berhenti pada area tersebut, dan marka jalan berwarna
merah untuk menyatakan keperluan atau tanda khusus.
7. Halte
Halte merupakan tempat di mana penumpang dapat naik ke dan turun dari
angkutan umum dan tempat di mana angkutan umum dapat berhenti untuk
menaikan dan menurunkan penumpang, sesuai dengan pengaturan operasional
(Mardiana, 2009).

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

8. Fire Hydrant
Menurut National fire Protection Assosiation (NFPA) fire hydrant adalah
sebuah alat yang memiliki saluran air bertekanan, yang terdiri dari reservoir,
pompa, saluran distribusi, dan perangkat outputnya untuk memadamkan api.
Fire hydrant ini dibuat dengan warna mencolok bertujuan agar ketika terjadi
kebakaran maka orang atau pemadam kebakaran akan langsung bisa dengan
mudah untuk menggunakannya. Sistem fire hydrant juga dibuat dengan saluran
air lebih dari satu atau sistem melingkar.yang berfungsi untuk mempermudah
pemadam kebakaran menemukan sumber air terdekat.
9. Delineator
Delineator adalah tiang-tiang atau patok tikungan. Delineator merupakan
suatu unit konstruksi yang diberi lapisan yang dapat memantulkan cahaya.
Fungsi dari lapisan ini adalah untuk pengarah dan sebagai peringatan bagi
pengendara pada waktu malam hari. Menurut Fajar (2015) delineator (garis
pembatas jalan) yang khusus digunakan pada waktu malam hari dan dilengkapi
dengan cat yang dapat memantulkan cahaya tonggak di tepi jalan, mata kucing
dan marka dengan cat yang dapat memantulkan cahaya.
10. Bak Sampah
Bak sampah adalah tempat yang digunakan untuk menampung berbagai
macam sampah secara sementara. Bahan yang biasa digunakan dalam
pembuatan bak sampah adalah berbahan dasar logam atau plastik, karet, dan
lain-lain (Alya, 2015).
11. Papan Nama Jalan
Menurut Menteri Perhubungan Nomor KM 61 Tahun 1993 tentang Rambu-
rambu Lalu Lintas di jalan, papan nama jalan ditempatkan pada awal sisi ruas
jalan dengan tujuan untuk memberikan informasi nama jalan di persimpangan
tiga tipe T, papan nama jalan ditempatkan di seberang jalan menghadap arus
lalu lintas sedang. Tiang papan nama jalan dan atau gang dipasangkan di
sebelah kanan jalan dan atau gang yang dapat dilihat dari arah orang atau
kendaraan yang memasuki suatu jalan dan atau gang. Berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 16 Tahun 2006 tentang Pedoman Pemberian Nama Jalan, Gang,
Gedung, Taman dan Tempat Rekreasi, ketentuan untuk papa nama jalan atau
gang adalah sebagai berikut.
- Bahan dari plat besi

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

- Ukuran 60 x 20 cm (gang), ukuran 60 x 40 (jalan)


- Tebal 2 cm
- Warna cat dasar hijau
12. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)
Menurut UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan, Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) adalah lampu yang mengendalikan arus
lalu lintas yang terpasang di persimpangan jalan, tempat penyeberangan
pejalan kaki (zebra cross), dan tempat arus lalu lintas lainnya. APILL
menandakan kapan kendaraan harus berjalan dan berhenti secara bergantian
dari berbagai arah. Pengaturan lalu lintas di persimpangan jalan berfungsi
untuk mengatur pergerakan kendaraan pada masing-masing kelompok
pergerakan kendaraan agar dapat bergerak secara bergantian dan teratur
sehingga tidak saling mengganggu antar arus yang ada.
D. Analisis Kapasitas Dan Kebutuhan Parkir
Analisis kapasitas dan kebutuhan parkir merupakan suatu analisis yang digunakan
untuk menganalisa kapasitas dan kebutuhan parkir yang di peroleh di wilayah studi
dan dapat mengoptimalkan lahan parkir yang tersedia di wilayah studi tersebut.
Untuk menganalisis kapasitas dan kebutuhan parkir membutuhkan perhitungan
berupa volume parkir, akumulasi parkir, durasi parkir, kapasitas parkir, dan indeks
parkir. Berikut merupakan penjelasan dan cara perhitungannya.
1. Volume parkir
Volume parkir merupakan jumlah kendaraan yang termasuk kedalam beban
parkir, yaitu kendaraan per periode waktu tertentu. Berikut merupakan rumus
yang digunakan
Rumus 3. 7 Volume Parkir
………………………………………………………………..(3-7)
Keterangan:
Qin : Jumlah kendaraan yang masuk lokasi parkir
X : Kendaraan yang sudah ada
2. Akumulasi parkir
Akumulasi parkir adalah jumlah kendaraan yang parkir pada suatu tempat pada
selang waktu tertentu, dimana jumlah kendaraan parkir tidak akan pernah sama
pada suatu tempat dengan tempat lainnya dari waktu ke waktu (Suwardi,
2008). Berikut merupakan rumus yang digunakan

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Rumus 3. 8 Akumulasi Parkir


………………………………………………….(3-8)
Keterangan
Qin : Jumlah kendaraan yang masuk lokasi parkir
Qout : Jumlah kendaraan yang keluar lokasi parkir
Qs : Jumlah kendaraan yang telah berada di lokasi parkir sebelum pengamatan
dilakukan
3. Durasi parkir
Durasi parkir menyatakan rentang waktu sebuah kendaraan parkir di suatu
tempat dalam satuan menit atau jam (Hobbs, 1995). Berikut merupakan rumus
yang digunakan:
Rumus 3. 9 Durasi Parkir
……………………………………………………………..(3-9)
Keterangan:
Tin : Waktu kendaraan yang masuk lokasi parkir
Tout : Waktu kendaraan yang keluar lokasi parkir
4. Kapasitas parkir
Kapasitas menyatakan banyaknya kendaraan yang dapat dilayani oleh suatu
lahan parkir selama waktu pelayanan (Sugita, 2011). Menurut Suthanaya
(2010) berikut merupakan rumus untuk menghitung kapasitas parkir
Rumus 3. 10 Kapasitas Parkir
…………………………………………………………………………..(3-10)

Keterangan:
KP : Kapasitas parkir (kendaraan/jam)
S : Jumlah petak resmi yang tersedia di lokasi
D : Rata-rata lama parkir (jam/kendaraan)
5. Indeks parkir
Indeks parkir merupakan perbandingan antara akumulasi parkir dengan
kapasitas parkir. Nilai ini menunjukan seberapa besar kapasitas parkir yang
telah terisi, serta memberikan gambaran tentang besarnya permintaan parkir
pada waktu tertent (Sugita, 2011). Berikut merupakan rumus yang digunakan
Rumus 3. 11 Indeks Parkir

…………………………………………………….(3-11)

Jika:

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

a. Nilai IP < 100% menyatakan, bahwa permintaan ruang parkir lebih kecil
dari kapasitas yang ada.
b. Nilai IP = 100% menyatakan, bahwa permintaan ruang parkir seimbang
kapasitas yang ada.
c. Nilai IP > 100% menyatakan, bahwa permintaan ruang parkir lebih besar
dari kapasitas yang ada.
E. Analisis Indeks Walkability
Indeks Walkability merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kelayakan berjalan yang diukur secara kualitatif (Natalia et al., 2017). Analisis
indeks walkability ditentukan oleh persepsi para pejalan kaki. Teknik yang
digunakan dalam analisis ini adalah menggunakan kuisioner yang disebarkan
kepada para pejalan kaki dengan cara sampling.
F. Analisis Behaviour Mapping
Behavior mapping adalah teknik observasi sistematis yang digunakan untuk
merekam aktivitas seseorang atau sekelompok orang di suatu tempat (ruang) dalam
jangka waktu tertentu. Analisis behavior mapping merupakan analisis yang
penggambaran perilaku atau aktivitas dalam suatu tempat. Desain behavior setting
yang baik adalah yang sesuai dengan struktur perilaku penggunanya sehingga
desain arsitektur dapat diadaptasikan, fleksibel, dan terbuka. Terdapat tiga tipe
dasar pola ruang yang direkomendasikan untuk menunjang fleksibilitas suatu ruang
untuk macam-macam setting yaitu ruang berbatas tetap, ruang berbatas semi tetap,
dan ruang informal (Laurens, 2007). Tujuan dari behavior mapping adalah untuk
menggambarkan perilaku dalam peta, mengidentifikasikan jenis dan frekuensi
perilaku, serta menunjukkan kaitan antara perilaku tersebut dengan wujud
perancangan yang spesifik.
3.5.8 Analisis Sistem Ruang Terbuka Dan Tata Hijau
Analisis ini merupakan penilaian terhadap seluruh bidang tanah yang tidak
ditempati bangunan. Adapun analisis ini meliputi analisis ruang terbuka hijau dan ruang
terbuka non hijau, Analisis kebutuhan lokasi dan ruang terbuka hijau serta analisis sebaran
vegetasi. Adapun berikut merupakan penjabaran dari masing – masing analisis.
A. Analisis Ruang Terbuka Hijau Dan Ruang Terbuka Non Hijau
Analisis Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Terbuka Non Hijau adalah analisis
berupa penilaian terhadap seluruh bidang tanah yang tidak ditempati bangunan.
Contoh ruang terbuka hijau antara lain: pedestrian, taman, makam, lapangan olah

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

raga, dan atau semua ruang luar komunal. Beberapa fungsi dari ruang terbuka hijau
adalah sebagai berikut.
1. RTH Berdasarkan Fungsi Estetika
2. RTH Berdasarkan Fungsi Fasilitas
3. RTH Berdasarkan Fungsi Penyangga
4. RTH Berdasarkan Fungsi Kawasan Khusus
5. RTH Berdasarkan Fungsi Konservasi
Adapun selain 5 fungsi utama juga terdapat fungsi sebagai taman, tempat bermain
dan lapangan olahraga, ruang terbuka hijau dapat memberikan kesegaran pada kota
serta dapat menetralisasi polusi udara. Adapun aspek – aspek yang termasuk dalam
kategori ruang terbuka hijau meliputi:
1. Taman (untuk 250 penduduk)
Setiap 250 penduduk dibutuhkan minimal 1 (Satu) taman dan sekaligus tempat
bermain anak-anak dengan sekurang-kurangnya 250 m2 atau dengan standard:
1 m2/penduduk.
2. Taman (untuk 2.500 penduduk)
Penyediaan taman diperlukan untuk jumlah penduduk sebanyak 2.500
penduduk. Daerah terbuka sebaiknya taman yang dapat digunakan untuk
aktivitas-aktivitas olehraga seperti volley, badminton dan lain sebaginya. Luas
area yang diperlukan untuk ini adalah: 1.250 m2 atau dengan standard: 0,5 m2/
penduduk. Lokasinya dapat disatukan dengan pusat kegiatan RW dimana
terdapat TK, pertokoan, pos hansip, balai pertemuan dan lain-lain.
3. Taman dan Lapangan Olahrga (Untuk 30.000 penduduk)
Taman dan lapangan olahraga disediakan untuk kelompok dengan 30.000
penduduk. Taman dan lapangan olahraga dapat melayani aktivitas-aktivitas
kelompok di area terbuka, misalnya: pertandingan olahraga, apel dan lain-lain.
Sebaiknya berbentuk taman yang dilengkapi dengan lapangan olahraga/ sepak
bola sehingga berfungsi serba guna dan harus tetap terbuka. Untuk peneduh
dapat ditanam pohon-pohon di sekelilingnya. Luas area yang dibutuhkan untuk
sarana inii adalah: 9.000 m2 atau dengan standard: 0,3 m2/ penduduk. Lokasi
tidak harus di pusat lingkungan tetapi sebaiknya digabung dengan sekolah
sehingga bermanfaat untuk murid-murid sekaligus berfungsi sebagai peredam
gaduh (buffer).
4. Taman dan lapangan olahraga (untuk 120.000 penduduk)

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Setiap kelompok 120.000 penduduk sekurang-kurangnya harus memiliki satu


lapangan hijau yang terbuka. Sarana ini berfungsi juga seperti pada kelompok
30.000 penduduk. Begitu juga bentuknya hanya lengkap dengan sarana-sarana
olahraga yang diperkeras seperti tenis, bola basket, tempat ganti pakaian dan
WC umum. Luas area yang diperlukan untuk sarana-sarana ini adalah 24.000
m2 = 2,4 Ha atau dengan standard: 0,2 m2/ penduduk.
5. Taman dan lapangan olahraga (untuk 480.000 penduduk)
Sarana ini untuk melayani penduduk sejumlah 480.000 penduduk. Luas tanah
yang dibutuhkan untuk aktivitas ini adalah: 144.000 m2 = 14,4 Ha atau dengan
standard: 0.3 m2/ penduduk.Berbentuk suatu kompleks yang terdiri dari: a.
Stadion b. Taman-taman/ tempat bermain c. Area parkir d. Bangunan-
bangunan fungsional
6. Jalur hijau
Jalur-jalur hijau diperlukan penyediaannya dikarenakan sebagai cadangan/
sumber-sumber alam. Besar dari jalur-jalur hijau adalah 15 m2 / penduduk.
Lokasinya bisa menyebar dan sekaligus merupakan filter dari daerah-daerah
industri dan daerah-daerah yang menimbulkan polusi.
7. Kuburan/makam
Kuburan atau makam merupakan sarana yang dapat berfungsi sebagai daerah
terbuka. Besar/luas kuburan sangat tergantung dari sistem penyempurnaan
yang dianut sesuai dengan agama dan kepercayaan masing – masing.
B. Analisis Kebutuhan Dan Lokasi Ruang Terbuka Hijau
Analisis Kebutuhan dan Lokasi Ruang Terbuka Hijau adalah analisis yang
digunakan unntuk mengetahui kebutuhan ruang terbuka hijau. Adapun untuk
mengetahui tentang pedoman kebutuhan fasilitas ruang terbuka hijau tersebut dapat
dilihat pada table berikut:
Tabel 3. 5 Standar Kebutuhan Fasilitas Ruang Terbuka Hijau
Unit Luas Luas
No. Lingkungan Tipe RTH Minimal/ Minimal/ Lokasi
(jiwa) Unit (m2) Kapita (m2)
Ditengah lingkungan
Taman RT, Tempat
1 250 250 1,0 RT/kelompok
bermain
perumahan
Taman RW,
2 2.500 1.250 0,5 Di pusat kegiatan RW
Tempat bermain
Taman Kelurahan,
Dikelompokkan
Tempat bermain
3 30.000 9.000 0,3 dengan sekolah/ pusat
dan lapangan
kelurahan
olahraga.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Taman Kecamatan,
Dikelompokkan
Tempat bermain
24.000 0,2 dengan sekolah/pusat
4 120.000 dan lapangan
kecamatan
olahraga
Pemakaman Disesuaikan 1,2 Tersebar
Taman Kota,
Tempat bermain
144.000 0,3 Dipusat wilayah/ kota
dan lapangan
olahraga
5 480.000
Di dalam/kawasan
Hutan Kota Disesuaikan 4,0
pinggiran
Untuk fungsi – Disesuaikan dengan
Disesuaikan 12,5
fungsi tertentu kebutuhan
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008
C. Analisis Sebaran Vegetasi
Analisis sebaran vegetasi adalah salah satu analisis deskriptif yang merupakan
salah satu elemen dari analisis ruang terbuka dan tata hijau yang digunakan untuk
mengidentifikasi persebaran vegetasi apa saja yang berada di ruang terbuka dan tata
hijau pada wilayah studi. Analisis sebaran vegetasi dilakukan dengan cara
mengidentifikasi persebaran vegetasi apa saja yang berada di ruang terbuka dan tata
hijau pada wilayah studi
3.5.9 Analisis Sistem Prasarana Dan Utilitas Lingkungan
Analisis sistem prasarana dan utilitas lingkungan terdiri dari analisis jaringan air
bersih, analisis jaringan drainase, analisis jaringan air limbah, analisis jaringan
persampahan, anaisis jaringan listrik, serta analisis jaringan telekomunikasi
A. Analisis Jaringan Air Bersih
Berisi mengenai sumber air yang digunakan oleh masyarakati di wilayah studi dan
apakah terdapat permasalahan mengenai pengaliran air bersih.
B. Analisis Jaringan Drainase
Terdapat analisis debit air limpasan, analisis debit air kotor, analisis kapasitas
saluran drainase, analisis debit air total, analisis kemampuan drainase. Berisi
mengenai kondisi fisik drainase dan apakah ada permasalahan umum terkait
drainase.
C. Analisis Jaringan Air Limbah
Berisi mengenai masyarakat sudah memiliki MCK dan septictank seluruhnya atau
belum lalu sistem pembuangan limbahnya seperti apa, apakah sudah ada IPAL atau
belum serta permasalahannya.
D. Analisis Jaringan Persampahan

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Berisi mengenai pewadahan, pengumpulan, pemindahan, dan pengangkutan


sampah pada wilayah studi serta permasalahannya.
E. Analisis Jaringan Listrik
Analisis jaringan listrik dilakukan dengan meninjau kondisi eksisting sebaran
jaringan kelistrikan yang antara lain adalah sistem distribusi (SUTT, SUTR,
SUTM, SUTET), pelayanan gardu induk, fasilitas pelengkap kelistrikan (Gardu,
Trafo), jumlah pengguna dan tingkat pelayanan listrik
F. Analisis Jaringan Telekomunikasi
Analisis proyeksi kebutuhan jaringan prasarana telekomunikasi dilakukan dengan
meninjau kondisi eksisting dari jaringan telekomunikasi yang terdapat di
Kabupaten Gresik terkhusus Kecamatan Gresik. Analisis ini akan mencakup
analisis terhadap jaringan kabel telepon, stasiun telepon, dan persebaran titik
menara telekomunikasi (BTS).
3.5.10 Analisis Tata Kualitas Lingkungan
Analisis tata kualitas lingkungan terdiri dari analisis identitas lingkungan, analisis
wajah jalan, analisis aktivitas pendukung, analisis signage, dan analisis street furniture
A. Analisis Identitas Lingkungan
Identitas merupakan objek-objek atau elemen yang berada pada suatu kota yang
dapat membedakan dengan kota lainnya. Pemahaman seseorang tentang suatu kota
akan lebih mendalam daripada sekedar kesan visual. Pada suatu kota terdapat
banyak elemen seperti keindahan, kenangan, pengalaman, harapan, keramaian
banyak orang, keragaman bangunan serta drama kehidupan dan kematian,
mempengaruhi setiap orang yang mendiami dan memahami suatu kota (Spreigen,
1965). Analisis identitas lingkungan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi
elemen-elemen kota yang membangun citra kawasan studi. Kevin Lynch (1960)
menjabarkan elemen-elemen yang dimaksud antara lain adalah district, nodes,
landmark, path, dan edges.
1. District
Distrik merupakan pusat kegiatan dari kawasan studi. Kawasan distrik
memiliki ciri kahs yang serupa dari segi bentuk, pola, dan wijudnya, juga
terdapat ciri khas dari bataan dimana suatu distrik mulai dan berakhir.
2. Nodes

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Nodes adalah simpul dari suatu kaasan yang ditandai dengan sebuah
persimpangan jalan. Bangunan-bangungan yang berada pada simpul seringkali
dirancang secara khusus untuk memberikan citra tertentu atau identitas ruang.
3. Path
Path adalah sebuah jalur penghubung yang dilakukan untuk melakukan sebuah
pergerakan.
4. Landmark
Landmark adalah suatu penanda fisik yang dapat menjadi penanda dari
identitas lingkungan suatu kawasan. Landmark suatu kawasan dapat menjadi
petunjuk arah dan diimplementasikan dalam bentuk bangunan, arsitekturalm
dan tata letak.
5. Edges
Merupakan suatu elemen identitas lingkungan yang berfungsi sebagai batas
sebuah kawasan dengan bentuk linear misalnya jalan, rel kereta api, tembok,
sungai, pantai.
B. Analisis Wajah Jalan
Menurut PERMEN PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum RTBL, wajah
jalan merupakan salah satu komponen penataan kualitas lingkungan yang
pengaturannya terdiri atas pengaturan wajah penampang jalan dan bangunan,
perabot jalan (street furniture), jalur dan ruang bagi pejalan kaki (pedestrian), tata
hijau pada penampang jalan, tata informasi dan rambu pengarah pada penampang
jalan serta papan reklame. Analisis wajah jalan memiliki tujuan untuk mengetahui
keteraturan penataan elemen-elemen pembentuk wajah jalan pada suatu ruas jalan
di kawasan perencanaan. Analisis ini dilakukan dengan menganalisis kesesuaian
penataan elemen-elemen pembentuk jalan pada penampang jalan dengan standar
yang berlaku.
C. Analisis Signage
Menurut PERMEN PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum RTBL, signage
merupakan salah satu elemen dalam perancangan tata kualitas lingkungan. signage
berfungsi untuk memberikan identitas pada suatu kawasan. Penataan signage
memiliki tujuan untuk mengarahkan atau memberi tanda pengenal suatu bangunan
atau lingkungan sehingga pengguna dapat mengenali karakter lingkungan yang
dikunjungi atau dilaluinya dan memudahkan pengguna kawasan untuk berotasi dan
bersirkulasi. Berdasarkan fungsinya, signage terbagi menjadi dua jenis yakni

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

signage sebagai sistem tata informasi untuk menjelaskan berbagai informasi dan
petunjuk terkait tempat tersebut sehingga memudahkan pengguna untuk mengenali
lokasi dirinya terhadap kingkungannya, dan sebagai sistem tata rambu pengarah
untuk mengarahkan pengguna bersirkulasi dan berorientasi baik menuju manapun
dari bangunan atau tempat tujuannya. Analisis signage berfungsi untuk
mengidentifikasi kondisi signage yang ada di koridor wilayah perencanaan terkait
dari ada atau tidaknya kerusakan, jelas dan tidaknya signage menurut peletakan
posisi, keseragaman model desain antar signage, jelas atau tidaknya informasi yang
tersampaikan, dan hal-hal lain yang menjelaskan kondisi signage. Tujuan dari
analisis ini adalah untuk mengetahui kondisi signage yang ada di lapangan
sehingga dapat direncanakan untuk meningkatkan fungsi kawasan yang informatif,
mudah dikenali, serta memiliki visual dan karakter lingkungan yang menunjang
kualitas kawasan.
D. Analisis Street Furniture
Berdasarkan pada PERMEN PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum
RTBL, Street furniture atau perabot jalan merupakan salah satu elemen yang
diperlukan dalam penataannya untuk mencapai kesatuan fungsi dan estetika
sehingga mampu membentuk karakter lingkugan dan dapat menggambarkan citra
kawasan. Untuk mencapai tujuan terkait fungsi maka diperlukan perabot jalan yang
sesuai dengan standar yang berlaku sehingga tercapai keteraturan dan mampu
berperan dalam meningkatkan kualitas kawasan. Analisis street furniture bertujuan
untuk mengidentifikasi kesesuaian perabot jalan yang ada pada koridor kawasan
perencanaan terhadap standar yang berlaku. Analisis ini dilakukan dengan
membandingkan kondisi eksisting perabot jalan dengan standar dalam PERMEN
PU No. 03/PRT/M/2014 tentang Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan
Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaku di Kawasan Perkotaan dan juga dalam
SNI 7391:2008 tentang Spesifikasi Penerangan Jalan di Kawasan Perkotaan.
E. Analisis Aktivitas Pendukung
Menurut Adwitya (2017), aktivitas pendukung adalah bagian dari elemen
perancangan yang dalam perkembangannya akan memberikan dampak atau
berpengaruh pada elemen-elemen perancangan lainnya seperti guna lahan (land
use), bentuk dan massa bangunan (building form and massing), sirkulasi dan
perparkiran, ruang terbuka (open space), pedestrian, dan signage. Tujuan dari
analisis ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari adanya kegiatan pendukung

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

terhadap elemen-elemen perancangan kawasan pada koridor wilayah perencanaan.


Analisis ini dilakukan melalui survei pengamatan untuk kemudian dianalisis
mengenai dampak atau pengaruh yang mungkin ditimbulkan oleh adanya aktivitas
pendukung tersebut terhadap elemen-elemen perancangan kawasan.
F. Analisis Mental Mapping
Menurut Robert Downs dan David Sea (1973) mental map adalah proses yang
dapat memungkinkan seseorang untuk mengumpulkan, mengorganisasikan,
menyimpan dalam ingatan, dan menguraikan kembali informasi tentang suatu
lokasi atau lingkungan geografis yang pernah dikunjunginya. Analisis mental
mapping bertujuan untuk mengetahui identitas dari suatu lokasi/kawasan/bangunan
berdasarkan pada sudut pandang masyarakat baik yang berada dalam kawasan
maupun dari luar kawasan yang memiliki keterkaitan dengan lokasi tersebut.
Analisis ini dilakukan dengan pemberian kuisioner kepada masyarakat.
3.5.11 Analisis Figure Ground
Analisis Figure Groud adalah analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi
sebuah tekstur dan pola-pola tata ruang perkotaan dan mengidentifikasi keteraturan massa
atau ruang perkotaan. Pendekatan fgure ground adalah suatu bentuk usaha untuk
memanipulasi atau mengolah pola existing figure ground dengan cara penambahan,
pengurangan, atau pengubahan pola geometris dan juga merupakan bentuk analisa
hubungan antara massa bangunan dengan ruang terbuka.
3.5.12 Analisis Makna Kultural
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Cagar Budaya Pelestarian merupakan upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan
cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan dan
memanfaatkannya. Pelestarian bangunan yang bersifat fisik terbagi dalam dua cara yaitu
penggunaan kembai yang adaptif dan petunjuk pelestarian. Penggunaan kembali yang
adaptif dilakukan sebagai alternatif untuk melindungi dan menjaga bangunan bersejarah
dengan langkah mengalihkan fungsi lama menjadi fungsi baru yang lebih bermanfaat bagi
penduduk sekitar maupun kawasan itu sendiri. Konsep ini tidak hanya mengembalikan
tampilan fisik arsiteksur, melainan berusaha menghormati dan menghargai nilai sejarah
yang tersirat didalamnya (Retdia, 2014). Sedangkan petunjuk pelestarian adalah standar
khusus dalam pengubahan bentuk bangunan dan Teknik pelestarian.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

3.5.13 Analisis Tingkat Kerusakan Bangunan Cagar Budaya


Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, kerusakan
pada bangunan cagar budaya diartikan sebagai deteriorasi atau fenomena penurunan
karakteristik dan kualitas Benda Cagar Budaya, baik akibat faktor fisik (air, api, dan
cahaya), mekanis (retak, dan patah), kimiawi (asam keras dan basa keras), maupun biologis
(jamur, bakteri dan serangga). Analisis tingkat kerusakan bangunan cagar budaya
merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik terkait intensitas
kerusakan pada bangunan cagar budaya sebagai tahap awal untuk melakukan pelestarian.
Menurut Kriswandhono dan Pradana (2014) faktor kerusakan bangunan cagar budaya
terdiri dari dua jenis yakni faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.
1. Faktor intrinsik
Faktor intrinsik merupakan faktor yang berkaitan dengan keberadaan alami bahan
bangunan yang dugunakan untuk mendirikan bangunan.
a. Posisi; kondisi geografis sangat mempengaruhi stabilitas bangunan
b. Teknologi konstruksi; teknologi yang berbeda yang digunakan pada saat itu
untuk membanguna bangunan cagar budaya
c. Karakteristik bahan bangunan yang digunakan; bahan bangunan yang digunakan
biasanya tersusun atas bahan organik dan non-organik dengan berbagai kualitas.
Pada umumnya bahan non-organik lebih tahan lama, namun bangunan cagar
budaya lebih umum menggunakan bahan organik sehingga rentan terhadap
lingkungan dan mempercepat proses degradasi bahan bangunan tersebut.
2. Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor-faktor yang berkaitan dengan lingkungan luar
dimana bangunan tersebut berada. Faktor ekstrinsik terbagi atas faktor biotik dan
faktor non-biotik
a. Faktor biotik; faktor biotik berperan dalam proses pelapukan bahan bangunan
dengan pertumbuhan mikro organik pada permukaan bahan bangunan
b. Faktor non-biotik; merupakan faktor yang penyebab kerusakannya dapat dilihat
langsung oleh indera, seperti bencana alam, perubahan iklim, dan aktivitas
manusia.
Analisis kerusakan bangunan cagar budaya dilakukan dengan pengamatan kondisi
fisik bangunan terkait konstruksi bangunan, kualitas material, serta tingkat intensitas
renovasi bangunan cagar budaya.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

3.5.14 Analisis Visual Impact Assesment


Analisis visual impact assessment bertujuan mengukur peranana visual seuatu
bentang alam terhadap lokasi rencana, menemukan potensi dan permasalahan visual lokasi
rencana, dan menentukan Tindakan yang sesuai dalam pengembangan potensi visual lokasi
rencana sesua dengan konsep perencanaan. Analisis visual impact assessment mempunyai
beberapa elemen yaitu Color, form, line, texture, scale, dan Spatial Character. Pada hasil
akhir penilaian analisi VIA akan didapatkan nilai akhir dari tingkat dampak visual yang
kemudian dikategorikan sangat lemah hingga sangat kontras.
3.5.15 Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan atau sering dikenal dengan analisis konten merupakan suatu
aktivitas membuat kebijakan. Untuk mebuat kebijakan tersebut dibutuhkan sebab, akibat
dan kinerja kebijakan, serta program publik yang baik. Analisis kebijakan berfungsi untuk
kebijakan serta arahan dalam menyusun RTBL Koridor Jalan Semeru – Kahuripan –
Kertanegara.
3.5.16 Analisis Potensi Masalah
Analisis potensi dan masalah adalah penjelasan mengenai potensi dan masalah yang
ada di lokasi studi. Analisis potensi masalah didapatkan dari observasi ke lokasi studi yang
ditentukan. Analisi potensi masalah merupakan salah satu dasar pertimbangan perencanaan
untuk menyusun strategi perencanaan dimana potensi yang ada akan digunakan sebagai
arahan pengembangan dan masalah yang ada akan diajukan kepada pemerintah terkait
guna diperbaiki.
3.5.17 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 2009). Analisis
SWOT biasanya digunakan untuk mengetahui kondisi lokasi, ekonomi, dan sosial dalam
suatu wilayah sehingga mendapatkan hasil berupa potensi dan masalah yang ada pada
lokasi tersebut.
Menurut Rangkuti (2004), Diperlukan alat berupa matriks untuk menyusun analisis
SWOT yang akan digunakan menjadi sebuah strategi. Mariks ini digunakan guna melihat
adakah peluang atau ancaman baik secara internal ataupun eksternal yang disesuaikan
dengan potensi dan masalah yang ada pada lokasi studi. Berikut merupakan strategi yang
dapat digunakan dalam menentukan analisis SWOT :

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

1. Strategi S-O
Strategi S-O digunakan dengan menggunakan seluruh kekuatan yang ada (potensi)
untuk membuat suatu peluang yang sangat menguntungkan.
2. Strategi S-T
Strategi S-T digunakan dengan menggunakan kekuatan yang ada (potensi) untuk
menghalau seluruh ancaman yang ada.
3. Strategi W-O
Strategi W-O digunakan dengan memanfaatkan suatu peluang yang ada dan
memikirkan cara untuk sebisa mungkin mengecilkan kelemahan yang ada.
4. Strategi W-T
Strategi W-T digunakan dengan cara memikirkan cara untuk bisa sekecil mungkin
kelemahan yang ada serta menghindari dari ancaman yang ada.

3.6 Delineasi Kawasan Perencanaan


Deliniasi Kawasan Perencanaan berisi tentang ruang deliniasi kawasan beserta
parameter penentuan deliniasi dan pembagian segmen pengamatan pada deliniasi kawasan
perencanaan Berikut merupakan penjelasan dari deliniasi kawasan perencanaan
3.6.1 Ruang Delineasi Kawasan
Koridor Jalan Semeru-Kahuripan-Kertanegara merupakan bagian dari BWP
Malang Tengah. Koridor ini didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa dengan nuansa
situs cagar budaya yang kental dengan gaya arsitektur peninggalan zaman kolonial
Belanda. Ruang lingkup wilayah dalam penyusunan dokumen Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) pada Koridor Jalan Semeru – Kertanegara, Kota Malang, yaitu seluas
21,46 Hektare. Dengan memiliki batas fisik berupa.
Sebelah Utara : Kelurahan Oro-Oro Dowo dan Kelurahan Klojen
Sebelah Timur : Jalan Sriwijaya
Sebelah Selatan : Kelurahan Kauman, Kelurahan Kidul Dalam, dan
Kelurahan
Gading Kasri
Sebelah Barat : Jalan Wilis dan Jalan Gading Kasri
Deliniasi koridor didasarkan pada kebijakan-kebijakan yang terdapat pada Kota
Malang yang terdiri atas:
A. RDTR BWP Malang Tengah 2016-2036

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Deliniasi koridor didasarkan pada beberapa arahan rencana RDTR BWP Malang
Tengah 2016-2036, yang terdiri atas:
7. Rencana pelestarian kawasan cagar budaya pada Kawasan Alun-Alun Tugu
yang terdiri dari Stasiun Kereta Api Malang, Gedung HBS/AMS di JP. COEN
PLEIN (Alun-alun Bunder), Balai Kota dan Koridor Jl. Semeru-Jl. Ijen yang
terdiri dari Gedung Sekolah Menengah Kristen (Christ MULO School), dan
Komplek Stadion Gajayana (RDTR BWP Malang Tengah 2016-2036)
8. Rencana kawasan pariwisata sejarah/budaya meliputi wisata bangunan dan
lingkungan cagar budaya pada Kawasan Alun-Alun Tugu dan Koridor Jl.
Semeru-Jl. Ijen (RDTR BWP Malang Tengah 2016-2036)
9. Rencana ruang bagi kegiatan sektor informal di Malang Tengah berupa sentral
PKL dikembangkan di kawasan Pasar TUGU (pasar pagi pada hari sabtu-
minggu di Jalan Semeru) (RDTR BWP Malang Tengah 2016-2036)
10. Arahan pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa pada kawasan cagar
budaya di Jalan Semeru (RDTR BWP Malang Tengah 2016-2036)
B. RTRW Kota Malang 2011-2031
Selain RDTR, dokumen perencanaan tata ruang yang lain yang mempengaruhi
deliniasi adalah RTRW Kota Malang 2011-2031 dengan arahan pengembangan
Taman Teknologi di Alun-Alun Tugu Kota Malang
C. Surat Keputusan Walikota Malang Tahun 2018
SK Walikota Malang tahun 2018 telah menetapkan 32 bangunan heritage yang
harus dilestarikan di Kota Malang. Dari 32 bangunan heritage tersebut, bangunan
heritage yang terdapat pada Koridor Jalan Semeru-Kahuripan-Kertanegara antara
lain adalah:
1. Bangunan Balai Kota
Balai Kota Malang dirancang oleh HF Horn. Balai Kota mulai dibangun pada
1927 dan selesai September 1929. Gedung ini menghabiskan biaya 287 ribu
gulden. Dengan motto Voor de burgers van Malang (untuk warga Malang).
2. Bangunan SMAN 1 Kota Malang
SMAN 1 adalah salah satu sekolah peninggalan zaman Belanda di Indonesia.
Sekolah ini dibangun pada tahun 1931 di dekat kawasan Alun-Alun Bunder
(Alun-Alun Tugu). Gedung ini dirancang oleh Ir. W. Lemei
dari Landsegebouwendienst(Jawatan Gedung Negara) Jawa Timur.
3. Bangunan SMAN 3 Kota Malang

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Merupakan bangunan peninggalan Belanda yang dibangun tahun


1931.Dulunya sekolah ini diberi nama AMS dan HBS. HBS (HoogereBurger
School) adalah Sekolah Tinggai Warga Negara atau Sekolah Menengah untuk
Belanda, sementara AMS (Algemeene Middlebare School) adalah Sekolah
Menengah untuk Umum.
4. Bangunan Sekolah SMA 4
SMA Negeri 4 Malang terletak di sebelah utara Balaikota Malang. SMA ini
dirancang oleh Ir. W. Lemei dan Landsegebouwendiest.
5. Bangunan Stasiun Kota Baru
Stasiun Malang dibangun ketika jalur kereta api Surabaya-Malang dan
Pasuruan mulai dirintis di tahun 1870. Tujuannya adalah untuk mengangkut
hasil bumi dan perkebunan dari daerah pedalaman Jatim, khususnya dari
Malang ke Pelabuhan Tanjung Perak.
6. Bangunan Bank Commonwealth
Bangunan yang saat ini digunakan sebagai Bank Commonwealth ini beraliran
Nieuwe Bouwen. Gaya bangunan sesudah tahunan 1920-an adalah Nieuwe
Bouwen yang merupakan penganut dari aliran International Style.
7. Struktur Jembatan Kahuripan
Jembatan Kahuripan adalah jembatan penghubung Jl. Semeru dan Jl.
Kahuripan. Jembatan ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan prasarana
warga sekitar. Jembatan ini tidak terlalu panjang tapi cukup luas pada masanya.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Peta 3. 1 Delineasi Koridor Jalan Semeru-Kahuripan-Kertanegara

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

3.6.2 Pembagian Segmen Pengamatan


Pembagian segmen dilakukan untuk menentukan arahan dan konsep revitalisasi
berdasarkan karakteristik pada tiap segmen. Pada Koridor Jalan Raya Semeru - Kahuripan
– Kertanegara, segmen dibagi berdasarkan batas fisik dan karakteristiknya. Terdapat dua
fungsi dominan yaitu perumahan serta perdagangan dan jasa. Fungsi perdagangan dan jasa
dibagi kembali menjadi dua karakteristik yakni formal dan informal, dengan perjas formal
berada pada Segmen 4, serta perjas informal berada di sepanjang tepi badan jalan dan
taman di kedua sisi koridor.

3.7 Kerangka Analisis

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

3.8 Desain Survei


Tabel 3. 6 Desain Survei Koridor Jalan Semeru-Kahuripan-Kertanegara
Metode
Data yang Metode
No. Tujuan Variabel Sub Variabel Sumber Data Pengumpulan Output
DIbutuhkan Analisis
Data

Sumber : Hasil Pemikiran, 2020

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

BAB IV
GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Kota Malang


4.1.1 Karakteristik Fisik Dasar Kota Malang
A. Kondisi Geografis
Berdasarkan Kota Malang dalam Angka, Kota Malang merupakan salah satu kota
tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki (Kota
Malang Dalam Angka, 2020). Kota Malang terletak di tengah-tengah wilayah
Kabupaten Malang, yang secara astronomis terletak pada posisi 112.06° 112.07°
bujur timur dan 7.06° 8.02° lintang selatan. Luas kota Malang adalah sebesar
110,06 yang terbagi dalam lima kecamatan, yaitu: Kecamatan
Kedungkandang, Kecamatan Sukun, Kecamatan Klojen, Kecamatan Blimbing, dan
Kecamatan Lowokwaru dengan batas-batas wilahaynya sebagai berikut.
Sebelah utara : Kecamatan Singosari dan Kecamatan Karangploso,
Kabupaten Malang.
Sebelah timur : Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang, Kabupaten
Malang.
Sebelah selatan : Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji, Kabupaten
Malang.
Sebelah barat : Kecamatan Wagir dan Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
B. Kondisi Topografi
Potensi alam yang dimiliki Kota Malang adalah letaknya yang cukup tinggi yaitu
445-526 meter di atas permukaan air laut. Salah satu lokasi yang paling tinggi
adalah Pegunungan Buring yang terletak di sebelah timur Kota Malang.
C. Kondisi Geologi
Batuan Jenis batuan yang ada adalah batuan sedimen yang berasal dari sedimen
kwarter berupa napal, batu kapur, kerikil dan sebagainya. Batuan pasir dan batu
kapur dapat digunakan untuk bahan bangunan, misalnya pembuatan jalan,
bendungan, jembatan, rumah dan lain-lain. Tanah Jenis tanah di Wilayah Kota
Malang dapat dikelompokan menjadi empat: Alluvial Terbentuk oleh bahan alluvial
dan koluvial. Topografinya datar sampai sedikit bergelombang di daerah dataran,
daerah cekung dan daerah aliran sungai. Tekstur tanahnya liat dan berpasir.
Konsistensi teguh (lembab) plastik bila basah dan keras bila kering. Kepekaan

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

erosinya besar. Kandungan organik rendah. Permeabilitas rendah. Pemanfaatan


tanah ini untuk persawahan dan tanah pertanian.
Daya dukung untuk kepentingan militer, dalam kondisi tanah yang kering bagus,
dapat dilalui oleh semua jenis kendaraan militer karena bertekstur pasir. Untuk
tanah yang basah, dapat menghambat gerakan pasukan, terutama pasukan kavaleri
dan artileri medan. Persebaran tanah ini terdapat di seluruh wilayah Blimbing,
Kedungkandang, Lowokwaru, Sukun dan Klojen. Tanah Litosol Terbentuk oleh
batuan beku,sedimen keras, bahan induknya tuff vulkan. Topografinya
bergelombang. Tekstur aneka, berpasir. Konsistensi teguh (Lembab), lekat/lengket
bila basah dan keras bila kering. Kepekaan erosi besar, kandungan organic rendah.
Permeabilitas beraneka. Persebaran tanah ini terdapat di wilayah Kedungkadang.
Tanah Andosol Terbentuk oleh abu dan tuff vulcano, topografinya datar,
bergelombang melandai dan berbukit. Tekstur tanah lempung hingga debu,liat
menurun. Konsistensi gembur, licin rasanya dijari. Struktur tanah, makin kebawah
agak gumpal. Kepekaan erosi besar baik terhadap erosi air, angin. Kandungan
mineral tanah sedang. Permeabilitas sedang dan persebarannya di daerah
Lowokwaru dan Sukun. Komplek Mediteran Bahan induknya terbentuk oleh batu
kapur keras, batuan sedimen dan tuf volkan basa. Topografinya berombak hingga
berbukit. Tekstur tanahnya lempung hingga liat. Konsistensi gembur hingga teguh.
Struktur gumpal hingga gumpal bersudut. Kepekaan erosi besar Kandungan unsur
hara tergantung dari bahan induk umumnya relatif tinggi kadarnya. Permeabilitas
sedang. Kepekaan erosi besar hingga sedang, dan persebarannya. di Klojen, Sukun
dan Lowokwaru (RPI2JM Kota Malang Tahun 2015-2020).
D. Kondisi Hidrologi
Hidrologi ialah ilmu yang membicarakan tentang air yang ada di bumi, yaitu
mengenai kejadian, perputaran dan pembagiannya, sifat-sifat fisik dan kimia, serta
reaksinya terhadap lingkungan termasuk hubungannya dengan kehidupan (Linsley,
1996). Berdasarkan laman resmi Kota Malang, secara hidrologi akumulasi air tanah
di cekungan Malang dijumpai pada lapisan akuifer yang dapat dipisahkan menjadi
3 kelompok, yaitu:
a. Kelompok akuifer dengan kedalaman kurang dari 40 m
b. kelompok akuifer dengan kedalaman antara 40 – 100 m
c. kelompok akuifer dengan kedalaman antara 100 – 150 m

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

E. Kondisi Klimatologi
Berdasarkan laman resmi Kota Malang, kondisi iklim Kota Malang selama tahun
2008 tercatat rata-rata suhu udara berkisar antara 22,7°C – 25,1°C. Sedangkan suhu
maksimum mencapai 32,7°C dan suhu minimum 18,4°C. Rata-rata kelembaan
udara berkisar 79% – 86%. dengan kelembaban maksim um 99% dan minimum
mencapai 40%. Seperti pada umumnya daerah lain di Indonesia, Kota Malang
mengikuti perubahan putaran dua iklim, musim hujan dan musim kemarau. Dari
hasil pengamatan stasiun klimatologi Karangploso, curah hujan yang relatif tinggi
terjadi pada bulan Februari, November, dan Desember. Sedangkan pada bulan Juni
dan September curah hujan relatif rendah. Kecepatan angin maksimum terjadi di
bulan Mei, September, dan Juli
4.1.2 Karakteristik Fisik Binaan Kota Malang
A. Sarana Pendidikan
Tabel 4. 1 Jumlah Sarana Pendidikan Menurut Tingkat Pendidikan
TK/RA SD/MI SMP/MTS SMA/MA SMK Jumlah
Kecamatan
(unit) (unit) (unit) (unit) (unit) (unit)
Kedungkandang 108 79 32 13 10 242
Sukun 92 75 22 8 12 209
Klojen 72 50 32 24 11 189
Blimbing 86 65 23 6 11 191
Lowokwaru 109 69 32 18 13 241
Total 467 338 141 69 57 1072
Sumber: Kota Malang dalam Angka, 2020
Tabel 4. 2 Jumlah Taman Kanak-kanak (TK) Menurut Kecamatan
Kecamatan Sekolah Negeri (unit) Sekolah Swasta (unit) Total (unit)
Kedungkandang 1 71 72
Sukun 1 72 73
Klojen 1 67 68
Blimbing 1 68 69
Lowokwaru - 82 82
Total 4 360 364
Sumber: Kota Malang dalam Angka, 2020
Tabel 4. 3 Jumlah Raudatul Athfal (RA) Menurut Kecamatan
Kecamatan Sekolah (unit)
Kedungkandang 36
Sukun 19
Klojen 4
Blimbing 17
Lowokwaru 27
Total 103
Sumber: Kota Malang dalam Angka, 2020
Tabel 4. 4 Jumlah Sekolah Dasar (SD) Menurut Kecamatan
Kecamatan Sekolah Negeri (unit) Sekolah Swasta (unit) Total (unit)
Kedungkandang 45 11 56
Sukun 42 19 61
Klojen 19 25 44
Blimbing 44 15 59

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Lowokwaru 45 17 62
Total 195 87 282
Sumber: Kota Malang dalam Angka, 2020
Tabel 4. 5 Jumlah Mdrasah Ibtidaiyah (MI) Menurut Kecamatan
Kecamatan Sekolah (unit)
Kedungkandang 23
Sukun 14
Klojen 6
Blimbing 6
Lowokwaru 7
Total 56
Sumber: Kota Malang dalam Angka, 2020
Tabel 4. 6 Jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Menurut
Kecamatan Sekolah Negeri (unit) Sekolah Swasta (unit) Total (unit)
Kedungkandang 6 11 17
Sukun 3 16 19
Klojen 8 19 27
Blimbing 4 16 20
Lowokwaru 6 18 24
Total 27 80 107
Sumber: Kota Malang dalam Angka, 2020
Tabel 4. 7 Jumlah Madrasah Tsanawiyah (MTS) Menurut Kecamatan
Kecamatan Sekolah (unit)
Kedungkandang 15
Sukun 3
Klojen 5
Blimbing 3
Lowokwaru 8
Total 34
Sumber: Kota Malang dalam Angka, 2020
Tabel 4. 8 Jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) Menurut Kecamatan
Kecamatan Sekolah Negeri (unit) Sekolah Swasta (unit) Total (unit)
Kedungkandang 3 4 7
Sukun - 6 6
Klojen 5 14 19
Blimbing - 5 5
Lowokwaru 3 10 13
Total 11 39 50
Sumber: Kota Malang dalam Angka, 2020
Tabel 4. 9 Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menurut Kecamatan
Kecamatan Sekolah (unit)
Kedungkandang 10
Sukun 12
Klojen 11
Blimbing 11
Lowokwaru 13
Total 57
Sumber: Kota Malang dalam Angka, 2020
Tabel 4. 10 Jumlah Madrasah Aliyah (MA) Menurut Kecamatan
Kecamatan Sekolah Negeri (unit) Sekolah Swasta (unit) Total (unit)
Kedungkandang - 6 6
Sukun 1 2 2
Klojen - 4 5
Blimbing - 1 1
Lowokwaru - 4 5

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Total 1 17 19
Sumber: Kota Malang dalam Angka, 2020
Tabel 4. 11 Jumlah Perguruan Tinggi Menurut Kecamatan
Kecamatan Jumlah (unit)
Kedungkandang 4
Sukun 5
Klojen 8
Blimbing 5
Lowokwaru 11
Total 33
Sumber: Kota Malang dalam Angka, 2020
Berdasarkan pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah sarana pendidikan di
Kota Malang berjumlah 1072 unit. Tabel 4.2 hingga Tabel 4.11 merupakan uraian
jumlah sarana pendidikan berdasarkan pada tingkat pendidikan tertentu pada
masing-masing kecamatan di Kota Malang. Sarana pendidikan TK/RA, SD/MI,
SMP/MTS, SMA/MA, SMK dan Perguruan Tinggi telah tersebar secara merata di
tiap kecamatan Kedungkandang, kecamatan Sukun, kecamatan Klojen, kecamatan
Blimbing, dan kecamatan Lowokwaru. Jumlah sarana pendidikan tertinggi terdapat
pada kecamatan Kedungkandang yakni 242 unit.
B. Sarana Perdagangan dan Jasa
Tabel 4. 12 Jumlah Sarana Perdagangan dan Jasa Menurut Kecamatan
Rumah
Guest Tempat Usaha
Makan/ Hotel Wisma Pasar Total
Kecamatan House (Toko, Kios,
Restoran (unit) (unit) (unit) (unit)
(unit) Warung) (unit)
(unit)
Kedungkandang 97 1 - - 6 1815 1919
Sukun 134 3 1 2 3 3409 3552
Klojen 686 46 6 11 13 8027 8789
Blimbing 130 15 1 1 2 2656 2805
Lowokwaru 397 8 2 3 1 1114 1525
Total 1444 73 10 17 26 17021 18590
Sumber: Kota Malang dalam Angka, 2020
Berdasarkan pada Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa sarana perdagangan dan jasa
tersebar pada seluruh kecamatan di Kota Malang. Jenis sarana perdagangan dan
jasa yang paling mendominasi adalah tempat usaha seperti toko, kios, dan warung.
Kecamatan Klojen memiliki jumlah sarana perdagangan dan jasa paling tinggi
yakni 8789 unit. Sedangkan kecamatan Lowokwaru memiliki jumlah sarana
perdagangan dan jasa paling sedikit yakni 1525 unit.
C. Sarana Peribadatan
Tabel 4. 13 Jumlah Sarana Peribadatan Menurut Kecamatan
Musholla/
Masjid Gereja Klenteng Vihara Pura Total
Kecamatan Langgar
(unit) (unit) (unit) (unit) (unit) (unit)
(unit)
Kedungkandang 161 193 25 - 4 - 383

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Sukun 199 451 33 - 1 1 685


Klojen 118 385 10 1 - 1 515
Blimbing 211 229 10 - 1 - 451
Lowokwaru 208 164 28 - 3 3 406
Total 897 1422 106 1 9 5 2440
Sumber: Kota Malang dalam Angka, 2020
Dapat dilihat pada Tabel 4.13 bahwa sarana peribadatan berupa masjid,
musholla/langgar, dan gereja telah terdapat dan tersebar pada semua kecamatan di
kota Malang. Sarana peribadatan berupa klenteng hanya terdapat sebanyak satu unit
yang berada di kecamatan Klojen. Kecamatan klojen tidak memiliki sarana
peribadatan vihara, sedangkan kecamatan Kedungkandang dan kecamatan
Blimbing tidak memiliki sarana peribadatan pura.
D. Sarana Kesehatan
Tabel 4. 14 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kecamatan
Puskes
Rumah
Rumah Puskes mas Pos Apo
Sakit Klinik Total
Kecamatan Sakit mas Pem yandu tek
Bersalin (unit) (unit)
(unit) (unit) bantu (unit) (unit)
(unit)
(unit)
Kedungkandang 4 2 10 3 9 142 9 179
Sukun 1 - 12 3 10 154 9 189
Klojen 12 6 27 3 2 97 11 158
Blimbing 4 3 17 4 4 147 9 188
Lowokwaru 4 1 19 3 7 112 11 157
Total 25 12 85 16 32 652 49 871
Sumber: Kota Malang dalam Angka, 2020
Tabel 4.14 menjelaskan jumlah dan sebaran sarana kesehatan pada kota Malang.
Sarana kesehatan pada kota Malang telah tersebar di seluruh kecamatan. Jumlah
sarana kesehatan paling rendah adalah kecamatan Lowokwaru dengan 157 unit
sarana kesehatan. Kecamatan Sukun memiliki jumlah unit sarana kesehatan paling
tinggi yakni 189 unit, namun pada kecamatan Sukun belum terdapat rumah sakit
bersalin, dan hanya memiliki satu unit rumah sakit.
4.1.3 Karakteristik Kependudukan Kota Malang
Berdasarkan Kota Malang Dalam Angka 2020, Penduduk Kota Malang pada tahun
2019 sebesar 865.118 Jiwa. Adapun kepadatan penduduk Kota Malang adalah sebesar
7.870 Jiwa/Km2. Adapun Karakteristik Kependudukan Kota Malang dapat diketahui
melalui tabel dibawah ini:
Tabel 4. 15 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Malang
Jumlah Penduduk
Kecamatan Luas (Km2) Kepadatan (Jiwa/ Km2)
Jumlah Laki- Laki Perempuan
Kedungkandang 39,89 192.316 95.662 96.654 4.821
Sukun 20,97 194.321 95.516 97.805 9.267
Klojen 8,83 102.584 48.833 53.751 11.618

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Blimbing 16,15 180.104 89.209 90.895 10.135


Lowokwaru 20,53 196.793 96.858 99.935 8.708
Kota Malang 110,06 865.118 426.078 439.040 7.870
Sumber: Kota Malang Dalam Angka, 2020

4.2 Gambaran Umum BWP Malang Tengah


4.2.1 Karakteristik Fisik Dasar BWP Malang Tengah
A. Topografi
Kondisi topografi kawasan perencanaan dipengaruhi oleh kondisi topografi Kota
Malang yang terletak pada ketinggian 440 - 460 meter dari permukaan laut dengan
kemiringan rata-rata merupakan wilayah dataran yaitu 8% - 15%. Adapun secara
detail mengenai letak tiap-tiap kelurahan dari permukaan laut di BWP Malang
Tengah adalah sebagai berikut.
Tabel 4. 16 Topografi Wilayah BWP Malang Tengah
No. Kelurahan Luas Wilayah (Ha) Ketinggian (mdpl)
1 Kasin 98 444
2 Sukoharjo 55 440
3 Kiduldalem 49 444
4 Kauman 82 444
5 Bareng 107 467
6 Gadingkasri 91 444
7 Oro-oro Dowo 138 444
8 Klojen 81 444
9 Rampal Celaket 51 444
10 Samaan 53 440
Jumlah 805 -
Sumber : Kecamatan Klojen Dalam Angka, 2019
Sesuai dengan konfigurasi medannya, BWP Malang Tengah merupakan bagian
pusat Kota Malang yang didominasi oleh daerah dataran. Sebagian besar
kelerengan di Wilayah BWP Malang Tengah berkisar pada 0–15% yang merata
pada sebagian besar wilayah Kecamatan.
B. Geologi dan Jenis Tanah
Jenis tanah di BWP Malang Tengah termasuk dalam jenis tanah Regosol Coklat
dengan tingkat kesuburan yang cukup baik akibat pengaruh dari debu vulkanis dari
gunung berapi yang ada pada Kabupaten Malang (RDTR BWP Malang Tengah
2016-2036)
C. Kemampuan Tanah
Kemampuan tanah yang akan dijelaskan adalah kedalaman efektif tanah dan tekstur
tanah. Untuk kedalaman efektif tanah rata – rata diatas 90 cm, sehingga cocok
untuk vegetasi mengoptimalkan pertumbuhan akarnya. Sedangkan untuk tekstur

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

tanah termasuk dalam tekstur tanah halus dengan jenis tanah litosol dan regosol
yang mencakup sebagian besar wilayah. Hal ini berarti tanah yang ada mempunyai
kemampuan menahan dan mengikat air cukup besar. Selain itu tekstur sedang yang
sifatnya kurang mampu menahan air, namun jika dilihat dari penyediaan unsur hara
maka tekstur halus ini relatif baik dibandingkan tekstur sedang (RDTR BWP
Malang Tengah 2016-2036)
D. Hidrologi
BWP Malang Tengah memiliki sungai besar yang melintas. Sungai tersebut yang
utama adalah Sungai Brantas yang mengalir dari arah utara menuju ke timur dan
selatan. Sungai ini seperti pada umumnya di kota-kota di Indonesia berfungsi pula
sebagai saluran pembuangan yang mengalir di tengah Kota (RDTR BWP Malang
Tengah 2016-2036)
E. Klimatologi
Keadaan iklim di wilayah BWP Malang Tengah ditandai dengan keadaan curah
hujan dan intensitas hujan sedangkan kondisi iklim sendiri ditandai dengan keadaan
dimana wilayahnya mempunyai keadaan bulan basah dan bulan kering. BWP
Malang Tengah juga merupakan wilayah dengan iklim tropis dengan musim yang
hampir sama dengan wilayah yang ada di sebagian besar Kota Malang, yaitu terdiri
atas musim kemarau dan musim penghujan.
a. Curah Hujan
Curah hujan merupakan salah satu indikator wilayah terhadap yang dapat
mengetahui kondisi tanah dalam suatu wilayah. Keadaan cuaca ini banyak
mempengaruhi semua kegiatan pembangunan, baik yang berhubungan
langsung dengan kegiatan yang bersangkutan dengan wadah pembangunan itu
sendiri yang berupa tanah. Curah hujan disuatu tempat antara lain di pengaruhi
oleh keadaan iklim, keadaan kelembaban udara, serta perputaran / pertemuan
arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan setiap daerah selalu beragam
dari bulan ke bulan. Curah hujan di BWP Malang Tengah sangat beragam
menurut bulan. Curah hujan rata-rata tahunan di BWP Malang Tengah sebesar
1.998 mm/tahun.
b. Iklim

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Seperti halnya kondisi di wilayah lainnya di Kota Malang, di BWP Malang


Tengah mempunyai kondisi iklim yang hampir sama. Kondisi tersebut
menggambarkan :
- Temperatur rata-rata 22,7° C - 25,1° C
- Temperatur minimum 21° C
- Temperatur maksimum 32° C
Rata-rata kelembaban udara berkisar 79% - 86%, dengan kelembaban
maksimum 99% dan minimum mencapai 40%. Curah hujan yang relatif tinggi
terjadi pada bulan Februari, November, dan Desember. Sedangkan pada bulan
Juni dan September curah hujan relatif rendah. Kecepatan angin maksimum
terjadi di bulan Mei, September dan Juli.
4.2.2 Karakteristik Fisik Binaan BWP Malang Tengah
Karakteristik fisik binaan yang berada di Malang Tengah berbagai macam mulai
dari sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana perdagangan dan jasa, dan masih banyak
lagi, berikut adalah jabaran dari setiap sarana yang berada di Malang Tengah.
A. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan merupakan suatu tempat yang sangat berfungsi penting untuk
kemajuan wilayah tersebut. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses
kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan
melangsungkan kehidupan sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat
penting. Berikut adalah persebaran sarana pendidikan yang berada di Malang
Tengah:
Tabel 4. 17 Sarana Pendidikan Malang Tengah
Jenis Sarana Pendidikan
Desa/Kelurahan Perguruan
SD MI SMP MTs SMA MA SMK
Tinggi
Kasin 5 2 3 3 1 2 1 1
Sukoharjo 4 0 5 0 4 0 0 0
Kidul Dalem 5 0 1 0 1 0 0 0
Kauman 7 2 3 1 2 1 1 1
Bareng 5 0 2 0 2 0 1 2
Gadingkasri 2 0 1 0 0 0 2 1
Oro Oro Dowo 2 1 3 0 3 0 2 2
Klojen 4 0 4 0 5 0 1 1
Rampal Celaket 4 0 1 0 0 0 1 1
Samaan 3 0 2 0 1 0 1 0
Total 41 5 25 4 19 3 10 9
Sumber : Kecamatan Klojen Dalam Angka 2020

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat dilihat jika SD paling banyak terdapat di Kelurahan
Kauman berjumlah 7 unit, MI paling banyak berada di Kelurahan Kasin dan

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Kauman berjumlah 2 unit, SMP paling banyak terdapat di Kelurahan Sukoharjo


berjumlah 5 unit, MTs paling banyak terdapat di Kelurahan Kasin berjumlah 3 unit,
SMA paling banyak terdapat di Kelurahan Klojen berjumlah 5 unit, MA paling
banyak terdapat di Kelurahan Kasin berjumlah 2 unit, SMK paling banyak terdapat
di Kelurahan Gadingkasri dan Oro Oro Dowo berjumlah 2 unit, dan Perguruan
Tinggi paling banyak terdapat di Kelurahan Bareng dan Oro Oro Dowo berjumlah 2
unit.
B. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan merupakan salah satu sarana yang cukup berperan penting dalam
suatu wilayah. Sarana kesehatan memiliki fungsi utama untuk menyembuhkan
orang yang sakit khususnya yang berada di wilayah tersebut. Berikut merupakan
persebaran sarana kesehatan yang berada di Malang Tengah:
Tabel 4. 18 Sarana Kesehatan Malang Tengah
Jenis Sarana Kesehatan
Rumah Puskesmas
Rumah
Desa/Kelurahan Sakit Poliklinik Rawat Tanpa Rawat Apotek
Sakit
Bersalin Inap Inap
Kasin 2 0 2 0 0 2
Sukoharjo 0 0 0 0 0 6
Kidul Dalem 0 0 3 0 0 3
Kauman 2 2 3 0 1 2
Bareng 0 0 1 0 1 3
Gadingkasri 0 2 1 0 0 6
Oro Oro Dowo 0 1 6 0 0 8
Klojen 1 0 2 0 0 1
Rampal Celaket 1 1 3 0 1 4
Samaan 0 0 2 0 0 1
Jumlah 6 6 23 0 3 36
Sumber : Kecamatan Klojen Dalam Angka 2020
Berdasarkan Tabel 4.16 dapat dilihat jika Rumah Sakit paling banyak terdapat di
Kelurahan Kasin dan Kauman berjumlah 2 unit, Rumah Sakit Bersalain paling
banyak berada di Kelurahan Kauman Gadingkasri berjumlah 2 unit, Poliklinik
paling banyak terdapat di Kelurahan Oro Oro Dowo berjumlah 6 unit, Puskesmas
Tanpa Rawat Inap paling banyak terdapat di Kelurahan Kasin, Bareng, dan Rampal
Celaket berjumlah 1 unit, dan Apotek paling banyak terdapat di Kelurahan Oro Oro
Dowo berjumlah 8 unit.
C. Sarana Perdagangan dan Jasa
Sarana perdagangan dan jasa merupakan sesuatu yang biasanya menjadi komponen
tambahan yang berada suatu wilayah. Sarana perdagangan dan jasa biasanya
merupakan suatu tempat atau sarana yang dibuat untuk menunjang suatu kegiatan

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

yang berada di wilayah tersebut. Berikut merupakan persebaran dari sarana


perdagangan dan jasa yang berada di Malang Tengah:
Tabel 4. 19 Sarana Perdagangan dan Jasa Malang Tengah
Jenis Sarana Perdagangan dan Jasa
Toko / Restoran Wisma /
Desa/Kelurahan Minimarket
Warung / Rumah Warung Hotel Losmen
/ swalayan
Klontong Makan /Motel
Kasin 7 140 6 202 2 2
Sukoharjo 1 109 5 306 8 2
Kidul Dalem 1 88 5 85 3 4
Kauman 2 94 25 210 8 3
Bareng 2 181 2 125 2 4
Gadingkasri 8 110 54 195 1 12
Oro Oro Dowo 6 78 43 139 7 13
Klojen 3 50 15 126 9 3
Rampal Celaket 5 63 8 120 8 2
Samaan 1 144 0 95 2 2
Jumlah 36 1057 163 1603 50 47
Sumber : Kecamatan Klojen Dalam Angka 2020
Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat jika minimarket / swalayan paling banyak
terdapat di Kelurahan Gadingkasri berjumlah 8 unit, Toko paling banyak berada di
Kelurahan Bareng berjumlah 181 unit, Restoran paling banyak terdapat di
Kelurahan Gadingkasri berjumlah 54 unit, Warung paling banyak terdapat di
Kelurahan Sukoharjo berjumlah 306 unit, Hotel paling banyak terdapat di
Kelurahan Sukoharjo dan Kauman berjumlah 8 unit, dan Wisma paling banyak
terdapat di Kelurahan Oro Oro Dowo berjumlah 13 unit.
4.2.3 Karakteristik Kependudukan BWP Malang Tengah
Malang Tengah merupakan bagian wilayah perencanaan yang terdiri atas
Kelurahan Kasin, Kelurahan Sukoharjo, Kelurahan Kiduldalem, Kelurahan Kauman,
Kelurahan Bareng, Kelurahan Gadingkasri, Kelurahan Oro-oro Dowo, Kelurahan Klojen,
Kelurahan Rampal Celaket, dan Kelurahan Samaan. Malang Tengah memiliki jumlah
penduduk 90.386 jiwa dengan kepadatan penduduk 11.228 jiwa/km2. Jumlah penduduk
paling tinggi terdapat pada Kelurahan Bareng dengan jumlah 13.826 jiwa sedangkan
jumlah penduduk paling sedikit berada pada Kelurahan Klojen yakin sejumlah 5.357 jiwa.
Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kelurahan Samaan sedangkan kepadatan
penduduk terendah terdapat di Kelurahan Klojen. Berikut merupakan tabel jumlah dan
kepadatan penduduk Kecamatan Klojem di tahun 2019.
Tabel 4. 20 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Malang Tengah Tahun 2019
Kelurahan Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (/km2)
Kasin 11.739 12.034
Sukoharjo 7.954 14.462
Kiduldalem 5.889 12.018

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA


STUDIO PERANCANGAN KOTA 2020
KORIDOR JALAN SEMERU-KAHURIPAN-KERTANEGARA
KOTA MALANG

Kauman 8.580 10.463


Bareng 13.862 12.955
Gadingkasri 10.677 11.733
Oro-oro Dowo 11.087 8.034
Klojen 5.357 6.614
Rampal Celaket 5.589 10.959
Samaan 9.598 18.109
Total 90.386 11.228
Sumber: Kecamatan Klojem dalam Angka, 2020

4.3 Gambaran Umum Kawasan Perencanaan

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Anda mungkin juga menyukai