Rika Savitri
ABSTRAK
Kota Pontianak merupakan salah satu ibukota di Indonesia yang sektor perekonomiannya sedang
berkembang. Perkembangan aktivitas perekonomiannya dilihat dengan muncul beragam jenis
perdagangan dan jasa. Melihat data Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) yang berdiri dalam 10
tahun terakhir, sistem Mall yang digunakan memiliki jenis bangunan yang hanya terfokus di
dalam bangunan tanpa memiliki hubungan dengan alam luar. Hal tersebut menyimpang dari
konsep dasar pusat perbelanjaan yaitu menyatukan hubungan antara kegiatan dalam bangunan
dengan alam terbuka. Dengan melakukan pembangunan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall)
dengan penekanan ruang terbuka publik pada kawasan pinggiran Sungai Kapuas dapat
mengembalikan esensi dari konsep dasar pusat perbelanjaan, serta dapat mengembangkan
perekonomian dan memperdayagunakan sumber daya alam Kota Pontianak. Hasil perancangan
ini menunjukkan pemecahan massa bangunan menjadi 2 bagian untuk menciptakan jalur
pedestrian dan jalan utama pada tengah zona gedung utama. Jalur tersebut memberikan ruang
bebas pandang mulai dari pintu masuk hingga ke Sungai Kapuas. Area yang menghadap ke sungai
dijadikan sebagai area publik dengan menjadikan sungai sebagai magnet view, sehingga
konektivitas dapat terwujud. Selain itu, terdapat ramp yang dapat diakses melalui taman untuk ke
rooftop, sehingga hubungan antara taman sebagai area terbuka publik dan bangunan tidak
terputus.
Kata kunci: Pusat Perbelanjaan Modern (Mall), Ruang Terbuka Publik, Sungai Kapuas,
Mall dengan Ruang Terbuka Publik
ABSTRACT
Pontianak City is one of capitals in Indonesia whose economical sector is developing. The
development of economic activity is seen by emerging various types of trade and services.
Looking from the data of Mall that was established in the last 10 years, the Mall system used has
a type of building without having a relation with nature. It is deviate from the basic concept of
mall, which is to unite the relation between activities in building and nature. By design a Modern
Shopping Centre with public open space concern on the river bank of Kapuas River, it can restore
the essence of the concept of mall and can develop the economy and utilize the natural resource
of Pontianak City. The result of this design show the breakdown of the building mass into 2 parts
to create a pedestrian path and the main road in the middle of the main building zone. The line
provides free space view from the entrance to the Kapuas River. The waterfront area is used as a
public open space by making the river as a magnet view, so that the connectivity can be realized.
In addition, there is a ramp that can be accessed through the park to the rooftop of the building,
so that the relation between the park as a public open space and the building is still in line.
Keywords: Modern Shopping Centre (Mall), Public Open Space, Kapuas River,
Mall with Public Open Space Concern
1. Pendahuluan
Pusat perbelanjaan menurut Rubenstein (1978) dalam Utama (2016), secara tradisional dapat
diartikan sebagai suatu daerah berbentuk memanjang yang dinaungi oleh pohon-pohon dan biasanya
dijadikan sebagai area berjalan publik. Menurut Maitland (1985), pusat perbelanjaan dimulai pada
abad pertengahan yang menjadikan lokasi di tepi jalan pada bawah pohon sebagai tempat jual beli
dengan membentuk suatu deretan atau garis memanjang. Seiring bertambahnya jumlah penduduk,
kualitas dan kuantitas barang yang diperdagangkan semakin meningkat, sehingga timbullah perluasan
Akses masuk ke dalam lokasi perancangan dapat melalui darat, yaitu Jalan Bardan Nadi dan Jalan
Kapten Marsan yang akses utamanya melalui Jalan Tanjungpura, dan melalui air yaitu melalui 2 titik
dermaga di area jalur pedestrian yang bersinggungan dengan tapak. Seperti yang terlihat pada
Gambar 3, jalur yang diwakili dengan warna abu-abu merupakan jalur yang dilalui oleh kendaraan
dan jalur yang diwakili oleh warna merah merupakan jalur yang biasa dilalui oleh pejalan kaki di
lingkungan sekitar.
4. Landasan Konseptual
Dari hasil penjabaran data tapak perancangan, selanjutnya dilakukan analisis internal maupun
analisis eksternal tapak. Proses analisis internal dimulai dari menganalisis pelaku dan aktivitas pelaku,
analisis kebutuhan ruang, analisis hubungan ruang, analisis organisasi ruang, analisis persyaratan
ruang, dan analisis besaran ruang. Proses analisis eksternal dimulai dari menganalisis gubahan bentuk
untuk mendapatkan gambaran konsep kawasan perancangan, menganalisis luas tapak terbangun
untuk mendapatkan koefisien dasar bangunan berdasarkan peraturan yang berlaku, menganalisis
zonasi untuk menentukan area pada tapak perancangan, menganalisis perletakan yang digunakan
sebagai pertimbangan dalam meletakkan fungsi-fungsi bangunan yang dipengaruhi oleh hubungan
ruang, view lingkungan sekitar, kebisingan, sirkulasi, dan pemanfaatan lahan, menganalisis orientasi
untuk mendapatkan arah hadap muka bangunan dengan mengacu pada kondisi fisik lingkungan
sekitar, menganalisis sirkulasi dalam tapak perancangan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
meliputi kondisi sirkulasi eksisting, pencapaian/aksesibilitas, perletakan pada kawasan, dan orientasi
bangunan, serta menganalisis perletakan vegetasi dengan mempertimbangkan vegetasi eksisting,
orientasi, perletakan, dan sirkulasi kawasan. Hasil proses analisa di atas menghasilkan konsep
perancangan.
Pada analisis internal didapat 82 jenis ruang, di antaranya 16 jenis ruang publik, 1 jenis ruang
semi publik, 3 jenis ruang semi privat, 21 jenis ruang privat untuk pengelola, 8 jenis ruang privat
untuk penyewa retail, dan 32 jenis ruang servis. Selain itu, totalan besaran ruang adalah seluas
20.895,62 m2, jika ditambah dengan total kebutuhan
2
parkir adalah sebesar 34.008,99
2
m2, dengan
total KLB minimal adalah sebesar 48.328 m dan KLB maksimal sebesar 55.232 m . Maka dari itu
dibutuhkan gedung parkir untuk memenuhi kebutuhan. Selanjutnya, hasil dari analisis internal dapat
digunakan sebagai pengacu dalam analisis eksternal.
Lantai dasar gedung Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) memiliki 2 zona dasar, yaitu zona publik
dan zona servis. Zona publik tersebut dibagi lagi menjadi 3 area, yaitu area makanan, area retail
pakaian, dan area anchor tenant. Pada gedung mall sebelah kiri, area makanan berada di seluruh sisi
atrium yang menghadap ke arah sungai diwakili dengan warna merah, area retail pakaian berada di
bagian tengah yang diwakili dengan warna coklat, dan area anchor tenant berada di atrium bagian
bawah denah yang diwakili dengan warna toska. Sedangkan pada gedung mall sebelah kanan hanya
terdapat area makanan dan area retail pakaian. Zona servis pada lantai dasar gedung mall terdiri dari
toilet wanita dan toilet pria yang masing-masingnya terfasilitasi dengan toilet disabilitas, janitor,
nursery room, tangga darurat, mushola, tempat wudu, ATM Center, dan gudang. Mushola, tempat
wudu, dan ATM Center terdapat di masing-masing gedung mall sehingga mempermudah akses
Pada lantai 1 gedung mall dan lantai seterusnya memiliki zona dasar yang sama, yaitu zona
publik, zona privat, dan zona servis. Pada lantai 1 gedung mall bagian kiri, terdapat 3 pembagian zona
publik, yaitu area makanan yang terdapat pada sisi atrium bagian menghadap ke sungai diwakili
dengan warna merah, area kecantikan pada bagian tengah gedung yang terdiri dari retail kosmetik
dan retail aksesoris diwakili dengan warna ungu, serta anchor tenant berupa drugstore yang berada
pada bagian tengah gedung dan anchor tenant berupa hypermarket yang berada di bagian bawah
denah diwakili dengan warna toska. Pada lantai 1 gedung mall bagian kanan hanya terdapat 2
pembagian zona publik, yaitu area makanan yang terdapat pada sisi atrium bagian menghadap ke
sungai dan area kecantikan pada bagian tengah gedung yang terdiri dari salon dan barbershop. Zona
servis yang berada di lantai 1 dan seterusnya hanya terdiri dari toilet wanita dan toilet pria yang
masing-masingnya terfasilitasi dengan toilet disabilitas, janitor, nursery room, tangga darurat, dan
gudang. Sedangkan untuk ruang mushola, tempat wudu, dan ATM Center hanya terdapat pada lantai
dasar. Sedangkan zona privat yang berada di lantai 1 yaitu terdiri dari ruang karyawan dan ruang loker
hypermarket.
Pada lantai 1 dan 2 gedung parkir hanya terdapat 2 zona, yaitu zona publik dan zona semi publik.
Zona publik terdiri dari tempat parkir dan jalur kendaraan, sedangkan zona semi publik hanya terdiri
dari lobi pengelola yang dapat juga dapat diakses pengunjung yang ingin menggunakan lift atau
tangga untuk mengakses lantai selanjutnya atau sebelumnya tanpa keluar dari gedung parkir. Gedung
mall dan gedung parkir memiliki konektivitas untuk menciptakan jalur sirkulasi tidak terputus dengan
diberikan jembatan di setiap sisi yang berhadapan, sehingga pengunjung yang memarkirkan
kendaraan di gedung parkir dapat langsung masuk ke gedung mall melalui pintu masuk alternatif.
Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 239
Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
Lantai 2 gedung mall memiliki zona dasar yang serupa dengan lantai sebelumnya, perbedaannya
hanya pada pembagian zona publik, yaitu terdapat area makanan di bagian atrium yang menghadap
ke sungai diwakili dengan warna merah, zona pakaian di bagian tengah yang diwakili dengan warna
coklat, dan zona anchor tenant yang berbeda di masing-masing gedung yang diwakili dengan warna
toska. Jenis anchor tenant pada lantai 2 ini diberi zona khusus untuk keperluan rumah tangga dan
sehari-hari. Maka dari itu, pada gedung mall bagian kiri, anchor tenant yang digunakan berupa
department store, sedangkan gedung mall bagian kanan digunakan anchor tenant berupa hardware
store. Sedangkan untuk lantai 3 dan 4 gedung parkir memiliki tata letak ruang yang identik dengan
lantai sebelumnya.
Lantai 4 gedung mall memiliki zona dasar yang serupa dengan lantai sebelumnya, perbedaannya
terdapat pada pembagian zona publik, yaitu area makanan di bagian atrium yang menghadap ke
sungai diwakili dengan warna merah, area teknologi dengan jenis penjualan berupa gadget, berbagai
jenis game, dan alat elektronik yang diwakili dengan warna hijau, area bayi dan balita dengan jenis
penjualan berupa permainan anak-anak dan perlengkapan bayi balita yang diwakili dengan warna
biru, serta anchor tenant pada masing-masing gedung mall yang diwakili dengan warna toska. Anchor
tenant di gedung mall bagian kiri berupa area video game karena retail-retail di depannya memiliki
tema teknologi, sedangkan anchor tenant di gedung mall bagian kanan berupa playground karena
retail-retail di depannya memiliki tema penjualan permainan anak dan perlengkapan bayi.
Lantai 7 gedung parkir memiliki tata letak ruang yang identik dengan lantai sebelumnya,
sedangkan sebagian dari lantai 8 gedung parkir merupakan area pengelola sehingga terdapat zona
privat yang diperuntukkan sebagai area ruang-ruang pengelola. Lantai 8 gedung parkir memiliki 5
zona, yaitu zona publik yang berisi tempat parkir pengunjung dan jalur sirkulasi kendaraan, zona semi
publik hanya terdiri dari lobi pengelola yang juga dapat diakses pengunjung untuk menggunakan lift
atau tangga ke lantai sebelumnya, zona semi privat merupakan area bagian depan dari kantor
pengelola, sehingga tidak persinggungan langsung antara lobi pengelola yang masih dapat diakses
pengunjung dengan ruang-ruang kantor, zona privat yang terdiri dari ruang-ruang pengelola seperti
ruang manajer, ruang sekretaris, ruang berkas, ruang kepala-kepala bidang, ruang staf, dan ruang
rapat, serta terdapat zona servis yang merupakan fasilitas penunjang dari ruang-ruang pengelola
seperti pantry, toilet, mushola, dan tempat wudu. Perletakan ruang pengelola di lantai paling atas
gedung parkir bertujuan yakni untuk memisahkan antara kegiatan pengelola dan kegiatan
pengunjung sehingga sirkulasi dan suasana dalam bangunan tertata rapi. Selain itu, pemaksimalan
ruang pada lantai teratas gedung parkir yang tidak memiliki visual ke sungai yang baik juga menjadi
landasan perletakan ruang pengelola.
Ketinggian lantai pada gedung mall dan gedung parkir memiliki ketinggian yang berbeda, hal
tersebut dikarenakan kedua jenis gedung tersebut memiliki ketentuan dan kebutuhan yang berbeda.
Gedung mall membutuhkan ketinggian lantai yang besar sehingga interior dalam bangunan terlihat
megah dan jangkauan penglihatan lebih luas, sedangkan gedung parkir tidak membutuhkan
kebutuhan tersebut. Gedung parkir hanya membutuhkan ketinggian lantai yang masih dapat dilalui
manusia dan kendaraan dengan standar kenyamanan yang sesuai.
Gedung parkir memiliki persyaratan ketinggian lantai minimal 2,5 meter dari lantai ke plafon. Jika
besar balok induk pada gedung parkir adalah sebesar 30 cm x 80 cm, maka minimal ketinggian lantai
dari lantai satu ke lainnya adalah sebesar 3,3 meter. Sedangkan gedung mall memiliki standar
ketinggian plafon untuk gedung komersial yaitu 3-4 meter dari lantai ke plafon. Maka dari itu, jika
besar balok induk pada gedung mall adalah sebesar 30 cm x 80 cm, maka ketinggian lantai dari lantai
satu ke lainnya adalah sebesar 4,5 meter. Mengacu pada Gambar 14 (dokumen penulis, 2018),
terlihat perbedaan ketinggian lantai antara gedung mall dan gedung parkir. Lantai 1 gedung parkir
dapat mengakses lantai gedung mall. Lantai 2 gedung parkir dapat akses ke lantai 1 dan 2 gedung mall,
lantai 3 gedung parkir dapat mengakses lantai 2 dan 3 gedung mall, lantai 4 gedung parkir dapat
mengakses lantai 3 gedung mall, lantai 5 gedung parkir dapat mengakses lantai 3 dan 4 gedung mall,
dan lantai 6 gedung parkir dapat mengakses lantai 4 gedung mall.
Pada Gambar 15, terlihat pada bagian kiri dan kanan terdapat atrium dengan void di lantai ke
atasnya, serta terdapat void di bagian tengah dengan menggunakan skylight pada bagian atapnya.
Cahaya alami dari sinar matahari dimasukkan dari sisi dinding di sekeliling yang menggunakan
material kaca agar hanya cahaya langit yang masuk ke dalam bangunan. Jika cahaya alami dimasukkan
ke bangunan melalui atap dak, selain beresiko merembes, cahaya yang masuk terlalu banyak dan
mengandung kalor yang besar. Maka dari itu, pemilihan pembukaan bidang untuk memasukkan
cahaya alami dipilih pada bagian dinding.
Pada gambar di atas terlihat bagian ramp di gedung parkir yang terpotong. Ramp pada gedung
parkir difungsikan sebagai transportasi bangunan untuk kendaraan mencapai lantai-lantai berikutnya.
Mengacu pada Gambar 17, terlihat gambar memotong gedung mall di bagian atrium. Terlihat
lantai di mulai dari lantai 1 hingga lantai atap void, dan bagian atapnya menggunakan atap kubah atau
dome. Pada sekeliling void menggunakan railing kaca sebagai sistem keamanan agar pengunjung
tidak terjatuh. Di bagian tepi luar bangunan terdapat beberapa bagian yang menggunakan balok
kantilever, hal ini bertujuan untuk mengikuti konsep bentuk bangunan. Jembatan yang
menghubungkan gedung mall satu dan lainnya menggunakan baja WF ukuran 100x50 dengan
bentang sejauh 11,295 meter dan 16,898 meter.
Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik dirancang di tapak
yang berlokasi di tepian Sungai Kapuas, hal tersebut menjadi potensi bagi ruang terbuka publik
karena memiliki magnet view yang ikonik. Maka dari itu, area tapak yang bersinggungan langsung
dengan area waterfront dirancang menggunakan konsep ruang terbuka publik yang menjadikan
sungai sebagai orientasi sudut pandang.
Selain itu, gedung mall itu sendiri juga satu konsep dengan ruang terbuka publik, sehingga
banyak bukaan besar dan ruang-ruang outdoor yang berorientasi ke sungai. Terdapat pula jembatan-
jembatan penghubung dari satu massa gedung mall ke gedung lainnya, sehingga pengguna bangunan
tetap dapat merasakan langsung atmosfer dan suasana luar bangunan ketika melewati jembatan
penghubung tersebut. Di bagian depan gedung mall kiri, terdapat ramp yang dapat diakses melalui
taman untuk mengakses ke rooftop bangunan, sehingga konektivitas antara taman sebagai area
terbuka publik dan bangunan tidak terputus.
Selain ramp, terdapat tribun pada area terbuka publik juga yang berada di sebelah kanan
bangunan, seperti yang terlihat pada Gambar 20. Tepatnya berada dekat dengan pintu keluar
kawasan. Tribun ini langsung menghadap ke sungai yang semakin memperkuat konektivitas antara
kawasan perancangan dengan alam sekitar.
Tribun yang berundak-undak membuat pandangan pengunjung di tiap lantainya tidak terhalang
oleh pengunjung lainnya, sehingga menciptakan pandangan yang tidak terbatas untuk menikmati
keindahan tepi sungai. Di bagian depan tribun juga diberikan plaza yang luas tempat untuk orang-
orang berlalu lalang, berkumpul, dan bermain. Di bagian teratas dari lantai tribun diberi vegetasi
seperti tanaman peneduh dan rumput gajah, serta di bagian kiri dan kanannya ditata sesuai dengan
konsep taman.
Pada Gambar 22, terlihat mulai dari gerbang pintu masuk pengunjung kendaraan, jalur sirkulasi
yang diciptakan seolah-olah membelah bangunan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) menjadi 2
bagian untuk menciptakan jalur pedestrian dan jalan utama pada tengah zona gedung utama. Selain
itu, diberikan ruang bebas pandang untuk menciptakan ruang yang dapat menjual alam dengan baik.
Hal ini juga bertujuan untuk menjaga fungsi Jalan Bardan Nadi yang sebelumnya merupakan akses
Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 244
Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
menujuk ke sungai, sehingga tidak menghilangkan sifat kawasan eksisting dan menjadikan kawasan
tetap hidup. Tampak pula jembatan penghubung di setiap massa bangunan yang mengaplikasikan
sifat fleksibel dari gelombang air untuk menyambung sirkulasi agar tidak terputus.
Pada tampak sisi bagian kanan terlihat pintu keluar pengunjung kendaraan roda dua dan
kendaraan roda empat, serta pintu masuk kendaraan servis. Pada sisi bagian ini, area eksisting sekitar
merupakan ruko-ruko dan pasar yang padat, sehingga fasad bangunan tidak dapat terlihat dengan
baik, sehingga perletakan fungsi kawasan pada bagian ini lebih difokuskan kepada fungsi-fungsi
penunjang seperti gedung parkir, sirkulasi kendaraan, area servis, dan tempat parkir kendaraan roda
dua. Di area taman juga diberi dinding setinggi 1,2 meter dan taman seluas 3 meter ke dalam
kawasan untuk menjadi barrier kawasan dari kawasan luar yang padat. Tampak pula pepohonan yang
menjadi penunjuk arah alami sepanjang sirkulasi kendaraan sekaligus menjadi pohon vegetasi
peneduh untuk kendaraan roda.
6. Kesimpulan
Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan penekanan ruang terbuka publik ini merupakan salah
satu jenis gedung komersial di Kota Pontianak yang memiliki konektivitas antara kegiatan dalam
bangunan, kegiatan luar bangunan, dan alam sekitar. Dengan diberikannya ruang terbuka publik
mulai dari jalur pedestrian yang membelah massa bangunan hingga taman yang bersinggungan
langsung dengan waterfront Sungai Kapuas dapat mengembalikan esensi dari pusat perbelanjaan
yang memiliki konsep dasar keterhubungan dengan alam sekitar. Selain itu, juga dapat meningkatkan
perekonomian daerah dalam bidang perdagangan dan jasa.
Ucapan Terima kasih
Ucapan rasa syukur dan terima kasih sebesar-besarnya kepada Allah SWT, kepada kedua orang
tua, dosen-dosen pembimbing Proyek Tugas Akhir yang telah memberikan masukan dan saran kepada
penulis, kepada dosen penguji Proyek Tugas Akhir yang telah memberikan kritik yang membangun,
kepada seluruh kerabat dekat dan teman-teman yang telah banyak memberikan semangat dan
dorongan hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan Proyek Tugas Akhir ini.
Referensi
Cahyani, Maudy Indah. 2018. Gedung Seni Teater Pontianak. Universitas Tanjungpura. Pontianak
Gibbert, Frederick. 1959. Town Design. The Architectural Press. London
Hakim, Rustam. 2004. Arsitektur Lansekap, Manusia, Alam dan Lingkungan. FALTL Universitas Trisakti. Jakarta
Lesil, Steven Michael. 2016. Pontianak Waterfront City sebagai Objek Wisata Ruang Terbuka Publik. Universitas Atma Jaya.
Yogyakarta
Maitland, Barry. 1985. Shopping Mall: Planning and Design. Langman Group Limited. New York
Marlina, Endy. 2008. Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Andi. Yogyakarta
Sari, G. T. 2014. Prinsip-prinsip Perancangan Pusat Perbelanjaan Mall. Universitas Tanjungpura. Pontianak
Sekretariat Daerah Kota Pontianak. 2013. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 2 Tahun 2013 tentang Tata Ruang
Wilayah Kota Pontianak Tahun 2013-2033. Sekretariat Daerah Kota Pontianak. Pontianak
Utama, I Wayan Parsika. 2016. Alur Desain Beach Mall di Gianyar. Universitas Udayana. Denpasar
Yempormase, Aloysius Angga. 2013. Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Jogja City Walk sebagai Kawasan
Ciri Khas Wisata Kuliner dan Fashion yang Berkonsep Green Architecture di Yogyakarta. Universitas Atma Jaya.
Yogyakarta