Anda di halaman 1dari 17

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

PUSAT PERBELANJAAN MODERN (MALL)


DENGAN PENEKANAN RUANG TERBUKA PUBLIK

Rika Savitri

Mahasiswa, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura, Indonesia


rksvtr5@gmail.com

ABSTRAK

Kota Pontianak merupakan salah satu ibukota di Indonesia yang sektor perekonomiannya sedang
berkembang. Perkembangan aktivitas perekonomiannya dilihat dengan muncul beragam jenis
perdagangan dan jasa. Melihat data Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) yang berdiri dalam 10
tahun terakhir, sistem Mall yang digunakan memiliki jenis bangunan yang hanya terfokus di
dalam bangunan tanpa memiliki hubungan dengan alam luar. Hal tersebut menyimpang dari
konsep dasar pusat perbelanjaan yaitu menyatukan hubungan antara kegiatan dalam bangunan
dengan alam terbuka. Dengan melakukan pembangunan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall)
dengan penekanan ruang terbuka publik pada kawasan pinggiran Sungai Kapuas dapat
mengembalikan esensi dari konsep dasar pusat perbelanjaan, serta dapat mengembangkan
perekonomian dan memperdayagunakan sumber daya alam Kota Pontianak. Hasil perancangan
ini menunjukkan pemecahan massa bangunan menjadi 2 bagian untuk menciptakan jalur
pedestrian dan jalan utama pada tengah zona gedung utama. Jalur tersebut memberikan ruang
bebas pandang mulai dari pintu masuk hingga ke Sungai Kapuas. Area yang menghadap ke sungai
dijadikan sebagai area publik dengan menjadikan sungai sebagai magnet view, sehingga
konektivitas dapat terwujud. Selain itu, terdapat ramp yang dapat diakses melalui taman untuk ke
rooftop, sehingga hubungan antara taman sebagai area terbuka publik dan bangunan tidak
terputus.

Kata kunci: Pusat Perbelanjaan Modern (Mall), Ruang Terbuka Publik, Sungai Kapuas,
Mall dengan Ruang Terbuka Publik

ABSTRACT

Pontianak City is one of capitals in Indonesia whose economical sector is developing. The
development of economic activity is seen by emerging various types of trade and services.
Looking from the data of Mall that was established in the last 10 years, the Mall system used has
a type of building without having a relation with nature. It is deviate from the basic concept of
mall, which is to unite the relation between activities in building and nature. By design a Modern
Shopping Centre with public open space concern on the river bank of Kapuas River, it can restore
the essence of the concept of mall and can develop the economy and utilize the natural resource
of Pontianak City. The result of this design show the breakdown of the building mass into 2 parts
to create a pedestrian path and the main road in the middle of the main building zone. The line
provides free space view from the entrance to the Kapuas River. The waterfront area is used as a
public open space by making the river as a magnet view, so that the connectivity can be realized.
In addition, there is a ramp that can be accessed through the park to the rooftop of the building,
so that the relation between the park as a public open space and the building is still in line.

Keywords: Modern Shopping Centre (Mall), Public Open Space, Kapuas River,
Mall with Public Open Space Concern

1. Pendahuluan
Pusat perbelanjaan menurut Rubenstein (1978) dalam Utama (2016), secara tradisional dapat
diartikan sebagai suatu daerah berbentuk memanjang yang dinaungi oleh pohon-pohon dan biasanya
dijadikan sebagai area berjalan publik. Menurut Maitland (1985), pusat perbelanjaan dimulai pada
abad pertengahan yang menjadikan lokasi di tepi jalan pada bawah pohon sebagai tempat jual beli
dengan membentuk suatu deretan atau garis memanjang. Seiring bertambahnya jumlah penduduk,
kualitas dan kuantitas barang yang diperdagangkan semakin meningkat, sehingga timbullah perluasan

Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 229


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
lokasi untuk memenuhi kebutuhan pusat perbelanjaan tersebut. Sistem yang semula hanya diteduhi
oleh pepohonan yang berderet, menuntut perkembangan fisik pusat perbelanjaan menjadi gedung-
gedung yang berada di sisi kiri dan kanan jalan yang menyesuaikan kebutuhan masyarakat pada masa
itu.
Seiring perkembangan kebutuhan dan gaya hidup manusia secara global, definisi pada pusat
perbelanjaan semakin kompleks dan berubah sesuai tuntutan kebutuhan penggunanya. Menurut
Maitland (1985) dalam Utama (2011) Pusat Perbelanjaan Modern atau Mall adalah pusat
perbelanjaan yang berintikan satu atau beberapa department store besar sebagai daya tarik terhadap
retail-retail kecil dan rumah makan dengan tipologi bangunan, seperti toko yang menghadap ke
koridor utama Mall atau pedestrian yang merupakan unsur utama dari sebuah Pusat Perbelanjaan
Modern (Mall), dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai ruang komunal bagi terselenggaranya
interaksi antar pengunjung dan penjual.
Kota Pontianak merupakan salah satu ibukota di Indonesia yang sektor perekonomiannya sedang
berkembang. Perkembangan aktivitas perekonomian Kota Pontianak dilihat dengan muncul
beragamnya perdagangan dan jasa. Perdagangan dan jasa tersebut dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis yaitu, kompleks pertokoan, pertokoan linier, pujasera (foodcourt), pasar tradisional,
pusat perbelanjaan modern (mall), dan lain sebagainya. Menurut Peraturan Daerah Kota Pontianak
Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Tahun 2013-2033 pada
Pasal 24 ayat (3) pusat perbelanjaan di Kota Pontianak yaitu, pusat perdagangan grosir di Jalan Pasar
Tengah, sekitar Jalan Tanjungpura, dan Jalan Gajahmada; Pusat Perbelanjaan Kawasan Ayani; Pusat
Perbelanjaan Sungai Jawi; Pusat Perbelanjaan Matahari Mall Jalan Jendral Urip; Pusat Perbelanjaan
Jalan Gajahmada; dan Pusat Perbelanjaan Pasar Siantan di Kecamatan Pontianak Utara. Sedangkan
menurut Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kota Pontianak (2012), Pusat
Perbelanjaan Modern (Mall) yang terdapat di Kota Pontianak yaitu, Ramayana Mall yang berlokasi di
Jalan Tanjungpura, Matahari Mall yang berlokasi di Jalan Jenderal Urip, dan Ayani Mega Mall yang
berlokasi di Jalan Jenderal Ahmad Yani.
Menurut Maitland (1985) dalam Yempormase (2013), bentuk Mall dibagi menjadi 3 jenis yaitu
Open Mall (Pusat Perbelanjaan Modern Terbuka), Enclosed Mall (Pusat Perbelanjaan Modern
Tertutup), dan Integrated Mall (Pusat Perbelanjaan Modern Terpadu). Menurut data jumlah Pusat
Perbelanjaan Modern pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kota Pontianak,
sudah kurang lebih dari 10 tahun pemerintah Kota Pontianak tidak mengadakan pembangunan Pusat
Perbelanjaan Modern (Mall) dan system yang digunakan dalam Pusat Perbelanjaan Modern (Mall)
yang berdiri dalam 10 tahun terakhir pada Kota Pontianak hanya memiliki bangunan berjenis Pusat
Perbelanjaan Modern Tertutup atau Closed Mall Centre, sehingga kegiatan berbelanja hanya terfokus
dan berputar di dalam bangunan tanpa memiliki hubungan dengan alam luar. Seperti yang dijelaskan
sebelumnya, konsep dasar dari pusat perbelanjaan yaitu menjadikan sebuah pusat perbelanjaan yang
tetap menyatukan hubungan antara kegiatan dalam bangunan dengan alam terbuka walaupun jenis
pusat perbelanjaan tersebut adalah Pusat Perbelanjaan Tertutup. Namun yang terjadi pada desain
Pusat Perbelanjaan Modern pada Kota Pontianak melupakan esensi dari konsep dasar tersebut,
sehingga hubungan antara kegiatan dalam bangunan dengan alam luar hilang.
Menurut Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Pontianak Tahun 2013-2033 Pasal 1 ayat 13, terdapat perencanaan mengenai kawasan
tepian sungai (waterfront) yang mengoptimalkan potensi sempadan sungai/pantai dengan cara
mengarahkan orientasi bangunan menuju sungai dan menjadikan daerah sempadan sungai sebagai
ruang terbuka publik untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pemanfaatan badan air.
Peraturan tersebut kemudian dilanjutkan dengan Pasal 5 ayat (5) huruf d yang menjelaskan mengenai
pengembangan kegiatan pariwisata, rekreasi, dan perlindungan alam di kawasan pinggiran dan badan
Sungai Kapuas dengan konsep waterfront city. Maka dari itu, dengan melakukan pembangunan Pusat
Perbelanjaan Modern dengan penekanan ruang terbuka publik pada kawasan pinggiran Sungai
Kapuas dapat meningkatkan perekonomian Kota Pontianak dengan melihat respon masyarakat dan
belum ada pembangunan Pusat Perbelanjaan Modern yang berada di pinggiran Sungai Kapuas yang
dapat mengembangkan pariwisata dan memperdayagunakan sumber daya alam yang ada di Kota
Pontianak. Selain itu, ruang terbuka publik yang dikolaborasikan dengan Pusat Perbelanjaan Modern
juga dapat menampung acara-acara kebudayaan yang sedang gencar dilakukan oleh pemerintah Kota
Pontianak. Telah disebutkan pula dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Pontianak Tahun 2013-2033 Bagian Ketiga mengenai Strategi Penataan Ruang
Wilayah Kota Pasal 5 ayat (6) yang menjelaskan strategi pengembangan kawasan perdagangan dan
jasa secara merata di pusat-pusat kegiatan kota, yang salah satu wujud pelaksanaannya dengan
mengembangkan perdagangan dan jasa skala regional pulau Kalimantan di pusat kota dengan
dilengkapi dengan ruang terbuka, sarana dan prasarana, serta aktivitas yang mendukung kegiatan
pariwisata.
2. Kajian Literatur
Menurut Levy dan Weitz (2004) dalam Sari (2014), pusat perbelanjaan juga dapat didefinisikan
sebagai penyewa utama (anchor tenant), luas kotor area yang disewakan (gross leaseable area) dan
wilayah bisnis. Sedangkan menurut The Urban Land Institue (1977) dalam Kowinski (1985) dalam Sari
(2014), definisi pusat perbelanjaan adalah sekelompok bangunan komersial dengan arsitektur
terpadu yang dibangun pada lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimiliki dan dikelola sebagai
sebuat unit operasional.
Menurut Marlina (2008), klasifikasi pusat perbelanjaan berdasarkan sistem transaksi yaitu, toko
grosir dan toko eceran. Menurut Gibbert (1959), klasifikasi pusat perbelanjaan berdasarkan bentuk

Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 230


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
fisik yaitu, market (pasar), shopping street (toko berjejer), shopping precint, shopping centre,
department store, supermarket, superstore, hypermarket, dan shopping mall. Menurut The Urban
Land Institue (1977), klasifikasi pusat perbelanjaan berdasarkan skala pelayanan yaitu, neighborhood
center (pusat perbelanjaan lokal), community center (pusat perbelanjaan distrik), dan main center
(pusat perbelanjaan regional).
Menurut Maitland (1985), mall merupakan pusat perbelanjaan yang berintikan satu atau
beberapa department store besar sebagai daya tarik retail-retail kecil dan rumah makan dengan
tipologi bangunan seperti toko yang menghadap ke koridor utama mal atau pedestrian yang
merupakan unsur utama dan sebuah shopping mall, dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai
ruang komunal bagi terselenggaranya interaksi antar pengunjung dan pedagang. Mall dapat
disimpulkan sebagai pusat perbelanjaan dengan kombinasi plaza sebagai kelompok satuan komersil
yang dibangun pada lokasi yang direncanakan dan diorientasikan untuk pejalan kaki sehingga
menjadikan pedestrian sebagai unsur utama.
Menurut Beddington (1982) dalam Ma’aruf (2005) dalam Sari (2014), tipe mall digolongkan
dalam 3 (tiga) bagian, yaitu the open center (mall terbuka) yang memiliki daya tarik pada fasad
bangunan yang mengapit jalur pedestrian, the closed mall center (mall tertutup) yang memiliki
konsep penjual dan pembeli terlindung dalam suatu area tertutup dan tempat pengaturan
pengkondisian ruang, sehingga kegiatan jual beli dapat berlangsung sepanjang tahun, dan the
composite mall center (gabungan mall terbuka dan tertutup).
Menurut Beddington (1982) dalam Sari (2014), elemen yang terdapat dalam mall yaitu, atrium,
magnet primer, magnet sekunder, koridor, dan street furniture. Menurut Rubenstein (1978), elemen
pusat perbelanjaan juga dihubungkannya dengan elemen perkotaan, yaitu anchor sebagai nodes dan
landmark, secondary anchor sebagai district, street mall sebagai paths, dan landscaping sebagai
edges. Selain itu, fasilitas yang ada pada bangunan mall, yaitu entrance, horizontal circulation, vertical
circulation, anchor tenant, tenant mix, restaurant row, foodcourt, street picture, decoratiove lighting,
skylight roof, dan toilets.
Menurut Interior (2014) dalam Utama (2016), sistem sirkulasi dalam penataan pola retail mall
dapat dibagi dalam (tiga) sistem yaitu, sistem banyak koridor yang memanfaatkan ruang sebanyak
mungkin untuk dapat menaruh barang sehingga tidak ada ruang yang terbuka, sistem plaza yang
memanfaatkan adanya ruang kosong (void) sebagai ruang bagi pengunjung untuk melihat semua
barang yang dijual, dan sistem mall yang menggunakan pedestrian di sisinya berderet retail tempat
berjualan barang.
Menurut Carr (1992) dalam Lesil (2016), ruang publik adalah ruang milik bersama dimana publik
dapat melakukan berbagai macam aktivitas dan tidak dikenakan biaya untuk memasuki area tersebut.
Aktivitas yang terjadi dapat berupa rutinitas sehari-hari, kegiatan pada musim tertentu atau
sebuah event. Rutinitas sehari-hari adalah seperti bersantai atau sekedar menikmati suasana
lingkungan sedangkan kegiatan musiman biasanya diselanggarakan sebuah komunitas dalam
periode tertentu. Ruang ini juga seringkali menjadi titik pertemuan sehingga menciptakan interaksi
publik yang tinggi. Hal-hal tersebut menyatakan bahwa ruang publik adalah faktor penting dalam
rutinitas kehidupan, ruang pergerakan, titik pertemuan, dan ruang untuk bersantai dan rekreasi.
Menurut Hakim (2004), beberapa fungsi yang dimilik ruang terbuka publik, yaitu fungsi umum
sebagai tempat bermain dan berolahraga, tempat bersantai, tempat interaksi sosial baik secara
individu ataupun kelompok, tempat peralihan dan tempat menunggu, sebagai ruang terbuka, sebagai
sarana penghuung ke lokasi lain, serta sebagai pembatas di antara massa bangunan, dan fungsi
ekologis sebagai penyegaran udara dan pelembut arsitektur bangunan. Jenis fasilitas yang umum
terdapat dalam ruang publik yaitu, fasilitas pusat perbelanjaan, faslitas rekreasi, fasilitas umum,
fasilitas layanan jasa, dan fasilitas penunjang seperti pengelola dan servis.
3. Lokasi Perancangan

sumber: (Analisis penulis, 2018)


Gambar 1: Lokasi perancangan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 231


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
Lokasi tapak perancangan berada di Kota Pontianak, tepatnya pada Kecamatan Pontianak Kota di
Jalan Bardan Nadi dan Jalan Kapten Marsan (Gambar 1). Lokasi berada di tepian Sungai Kapuas dan
bersinggungan langsung dengan jalur pedestrian waterfront. Akses menuju lokasi perancangan dapat
melalui Jalan Tanjungpura. Tapak perancangan memiliki luasan tapak sebesar 17.260 m2. Berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang W0ilayah Kota
Pontianak Tahun 2013-2033 Pasal 7 Ayat (2), terdapat rencana struktur ruang wilayah Kota Pontianak
yang mengatur mengenai Sistem Pusat Pelayanan Kota (PPK) yang meliputi di dalamnya, sebagian
Kelurahan Benua Melayu Darat di Kecamatan Pontianak Kota yang memiliki fungsi salah satunya
adalah perdagangan dan jasa.
Menurut Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Pontianak Tahun 2013-2033 Pasal 1 Ayat 13, perencanaan kawasan tepian sungai
(waterfront) adalah perencanaan yang mengoptimalkan potensi sempadan sungai/pantai dengan cara
mengarahkan orientasi bangunan menuju sungai dan menjadikan daerah sempadan sungai sebagai
area terbuka publik untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pemanfaatan badan air.
Selain itu, disebutkan pula dalam Pasal 5 Ayat (7) Hurud D, kawasan tepian sungai dimaksudkan untuk
dilakukan perencanaan pengoptimalisasian potensi sempadan sungai adalah Sungai Kapuas,
dikarenakan pada peraturan tersebut menegaskan mengenai pengembangan kegiatan pariwisata,
rekreasi, dan perlindungan alam di kawasan pinggiran dan badan Sungai Kapuas dengan konsep
waterfront city. Maka dari itu, lokasi tapak perancangan yang berada di tepian Sungai Kapuas, sesuai
dengan rencana pembangunan daerah.
Terdapat beberapa bangunan-bangunan besar yang berada di sekitar lokasi perancangan, di
antaranya adalah bank, pasar, pusat perbelanjaan, ruko, dan hotel. Selain itu, terdapat pula fasilitas
pendukung di lingkungan sekitar yang dapat menunjang akomodasi lokasi perancangan, yaitu
jembatan penyebrangan yang menghubungkan jalur pedestrian pada tepian Sungai Kapuas yang
terbentang dari Pelabuhan Senghie hingga ke Taman Alun Kapuas. Untuk lebih jelasnya, bangunan
yang tertaut lokasi dalam dilihat pada Gambar 2.

sumber: (Analisis penulis, 2018)


Gambar 2: Tautan Lingkungan Lokasi Perancangan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall)
dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Akses masuk ke dalam lokasi perancangan dapat melalui darat, yaitu Jalan Bardan Nadi dan Jalan
Kapten Marsan yang akses utamanya melalui Jalan Tanjungpura, dan melalui air yaitu melalui 2 titik
dermaga di area jalur pedestrian yang bersinggungan dengan tapak. Seperti yang terlihat pada
Gambar 3, jalur yang diwakili dengan warna abu-abu merupakan jalur yang dilalui oleh kendaraan
dan jalur yang diwakili oleh warna merah merupakan jalur yang biasa dilalui oleh pejalan kaki di
lingkungan sekitar.

Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 232


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
Arus kendaraan pada Jalan Kapten Marsan tergolong padat pada jam kegiatan bongkar muat
berlangsung. Jalan Kapten Marsan merupakan jalan satu arah yang akses keluarnya dapat melalui
Jalan Gusti Ngurah Rai kemudian keluar ke Jalan Tanjungpura ataupun melalui Jalan Sultan
Muhammad yang juga dapat tembus ke Jalan Tanjungpura. Selain itu, pada bahu jalan di Jalan Bardan
Nadi, Jalan Kapten Marsan, dan Jalan Gusti Ngurah Rai, tampak digunakan oleh kendaraan-kendaraan
roda empat sebagai spot parkir, sehingga arus lalu lintas dapat terhambat.

sumber: (Analisis penulis, 2018)


Gambar 3: Data Jalur Sirkulasi pada Tapak Lokasi Perancangan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall)
dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

4. Landasan Konseptual
Dari hasil penjabaran data tapak perancangan, selanjutnya dilakukan analisis internal maupun
analisis eksternal tapak. Proses analisis internal dimulai dari menganalisis pelaku dan aktivitas pelaku,
analisis kebutuhan ruang, analisis hubungan ruang, analisis organisasi ruang, analisis persyaratan
ruang, dan analisis besaran ruang. Proses analisis eksternal dimulai dari menganalisis gubahan bentuk
untuk mendapatkan gambaran konsep kawasan perancangan, menganalisis luas tapak terbangun
untuk mendapatkan koefisien dasar bangunan berdasarkan peraturan yang berlaku, menganalisis
zonasi untuk menentukan area pada tapak perancangan, menganalisis perletakan yang digunakan
sebagai pertimbangan dalam meletakkan fungsi-fungsi bangunan yang dipengaruhi oleh hubungan
ruang, view lingkungan sekitar, kebisingan, sirkulasi, dan pemanfaatan lahan, menganalisis orientasi
untuk mendapatkan arah hadap muka bangunan dengan mengacu pada kondisi fisik lingkungan
sekitar, menganalisis sirkulasi dalam tapak perancangan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
meliputi kondisi sirkulasi eksisting, pencapaian/aksesibilitas, perletakan pada kawasan, dan orientasi
bangunan, serta menganalisis perletakan vegetasi dengan mempertimbangkan vegetasi eksisting,
orientasi, perletakan, dan sirkulasi kawasan. Hasil proses analisa di atas menghasilkan konsep
perancangan.
Pada analisis internal didapat 82 jenis ruang, di antaranya 16 jenis ruang publik, 1 jenis ruang
semi publik, 3 jenis ruang semi privat, 21 jenis ruang privat untuk pengelola, 8 jenis ruang privat
untuk penyewa retail, dan 32 jenis ruang servis. Selain itu, totalan besaran ruang adalah seluas
20.895,62 m2, jika ditambah dengan total kebutuhan
2
parkir adalah sebesar 34.008,99
2
m2, dengan
total KLB minimal adalah sebesar 48.328 m dan KLB maksimal sebesar 55.232 m . Maka dari itu
dibutuhkan gedung parkir untuk memenuhi kebutuhan. Selanjutnya, hasil dari analisis internal dapat
digunakan sebagai pengacu dalam analisis eksternal.

Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 233


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

sumber: (Analisis penulis, 2018)


Gambar 4: Analisis Zonasi Perancangan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall)
dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

sumber: (Analisis penulis, 2018)


Gambar 5: Analisis Perletakan dan Orientasi Perancangan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall)
dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 234


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

sumber: (Analisis penulis, 2018)


Gambar 6: Analisis Sirkulasi dan Vegetasi Perancangan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall)
dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

sumber: (d Analisis penulis, 2018)


Gambar 7: Gubahan Bentuk Perancangan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall)
dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 235


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
Konsep arsitektur lingkungan pada Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang
Terbuka Publik terdiri dari 3 bagian, meliputi penghawaan, akustika, dan pencahayaan. Konsep
penghawaan dalam bangunan menggunakan 2 sistem, yaitu penghawaan alami dan penghawaan
buatan. Penghawaan alami dilakukan dengan memanfaatkan angina dominan yang berhembus dari
arah sungai, sehingga area yang menghadap ke sungai diberi ruang-ruang outdoor untuk dapat
menikmati hawa alami dari ruang tersebut. Terdapat pula plaza di tengah kawasan yang memiliki
vegetasi peneduh dan tanaman hias yang juga dapat menetralisir debu, sehingga diberi bukaan pada
sisi bangunan yang menghadap ke plaza. Gedung bagian dalam menggunakan penghawaan buatan
agar temperature tetap terjaga kenyamanannya. Konsep akustika menggunakan dinding berjenis
curtain wall dengan bahan kaca, sehingga kebisingan yang bersumber dari luar site tidak mengganggu
kegiatan dalam bangunan. Untuk konsep pencahayaan dalam bangunan menggunakan 2 sistem, yaitu
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami dengan membuka bukaan pada
bangunan menggunakan kaca besar pada dinding bangunan sehingga cahaya matahari/cahaya langit
dapat masuk ke dalam bangunan. Terdapat pula zona outdoor yang tidak memiliki dinding. Selain itu
penggunaan skylight pada void dan atrium mall, sehingga cahaya langit dapat masuk menjadi
pencahayaan alami pada bangunan ketika siang hari. Selain itu, pencahayaan buatan tetap digunakan
pada ruang-ruang yang tidak terkena bukaan dan skylight, serta pada seluruh ruangan ketika malam
hari.
Kawasan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) terdiri dari 3 massa bangunan, yaitu 2 bangunan
fungsi mall dan 1 bangunan gedung parkir. Ukuran modulasi gedung parkir menggunakan 8 m x 8 m
dan pada gedung fungsi mall menggunakan modulasi dengan bentang 8-10 meter. Jenis fondasi yang
digunakan adalah fondasi beton bertulang dengan jenis fondasi titik pelat bertiang pancang. Jenis
tiang pancang yang digunakan adalah minipile dengan dimensi 20/20 dan kedalaman 27 meter,
karena lokasi berada di tepi Sungai Kapuas yang memiliki jenis Tanah Lunak (Soft Soil) dan memiliki
bentang per kolom yang lebar. Perkuatan pada tanah taman menggunakan cerucuk dengan diameter
8 hingga 10 cm dan panjang 2 meter yang dipancang setiak jarak 0,5 meter dan terletak di bawah
paving block yang berada pada ruang terbuka publik dan jalur pedestrian.
Sistem struktur atas atau upper structure menggunakan rangka beton yang sesuai dengan modul,
sehinggal didapat perhitungan balok induk sebesar 0,3 m x 0,8 m, balok anak sebesar 0,2 m x 0,6 m,
dan ukuran kolom sebesar 0,5 m x 0,5 m, namun dikarenakan bangunan memiliki pertimbangan
jumlah lantai dan lebar bentang yang cukup jauh sehingga ukuran kolom yang digunakan melebihi
hasil perhitungan minimal, yaitu menjadi 0,55 m x 0,55 m. Kolom menggunakan 2 jenis bentuk, yaitu
bentuk kolom persegi pada gedung parkir dan kolom silinder pada gedung mall. Jenis struktur atap
yang dipilih adalah struktur baja berbentuk kubah dikombinasikan dengan struktur atap dak.
Pertimbangan atap baja yaitu mampu menahan beban besar dan menyesuaikan desain.
Dikombinasikan dengan atap dak karena fleksibilitas bentuk atap tersebut. Jenis pelapis lantai yang
digunakan pada bangunan memiliki 4 jenis pelapis yaitu, L1 merupakan jenis pelapis Stone Tile
berukuran 40 cm x 40 cm, yang digunakan pada lantai lobi dan koridor mall. L2 merupakan keramik
polished berukuran 60 cm x 60 cm yang digunakan sebagai lantai pada retail-retail yang disewakan. L3
merupakan keramik unpolished berukuran 30 cm x 30 cm yang digunakan pada lantai ruang servis,
serta L4 merupakan beton ekspos yang digunakan pada pemolaan lantai di lobi dan koridor serta
pada seluruh lantai di gedung parkir. Material plafon yang digunakan adalah menggunakan Plafond
GRC dengan menggunakan baja hollow sebagai rangka yang mengikuti bentukan rencana pola per
ruangan. Sedangkan untuk perkerasan jalan pada tapak perancangan, area ruang terbuka publik dan
jalur pedestrian menggunakan perkerasan paving block, serta jalan yang dilintasi kendaraan dan
ruang untuk parkir kendaraan pada kawasan menggunakan lapisan perkerasan lentur yaitu aspal.
Konsep jaringan air bersih pada Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang
Terbuka Publik ini memiliki 2 sumber air bersih, yaitu melalui PDAM dan air hujan yang kedua sumber
ini kemudian ditampung pada Ground Water Tank yang berada di bawah gedung parkir. Berdasarkan
hasil perhitungan kapasitas Ground Water Tank, kapasitas minimal untuk dapat memenuhi kebutuhan
satu hari bangunan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) ini adalah sebesar 56,4 m3, yaitu setara
dengan 6 m x 5 m dalam kedalaman 2 meter. Sistem sanitasi pada Pusat Perbelanjaan Modern (Mall)
dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik3 dilakukan dengan menggunakan tangki septik biotank.
Tangki tersebut memiliki kapasitas 50 m yaitu dapat digunakan untuk 400 orang/unit, dengan
diameter 2,75 meter dan panjang 8,5 meter. Sistem jaringan listrik untuk kawasan perancangan
berasal dari PLN sebagai sumber listrik utama dan genset bila jaringan listrik PLN mengalami
gangguan. Panel listrik pada Ruang Panel yang terdapat di gedung parkir lantai dasar. Panel-panel
tersebut terhubung ke shaft yang berada di masing-masing gedung dan terhubung kabel yang
menyebar di tiap lantai. Sistem pemadam kebakaran menggunakan springkler yang memiliki sensor
melalui Smoke Detector dan Heat Detector. Pada gedung utama, terdapat Hydran Box yang tersebar
setiap jarak 30 meter. Sumber air hydran box dan springkler tersebut memiliki pompa dikhususkan
untuk sistem pemadam kebakaran. Sistem keamanan pada kawasan menggunakan CCTV yang
dipasang di sudut yang dapat mencakup seluruh area dan disalurkan ke monitor yang berada di ruang
staf keamanan. Sistem penghawaan pada perancangan menggunakan sistem pendingin AC VRV yang
merupakan sistem pendinginan secara gabungan dengan memiliki pipa induk per lantai. AC outdoor
unit diletakkan pada atap dak tiap gedung dan penggunaan indoor unit dengan jenis cassete.
Kapasitas ourdoor unit dapat menyumplai 9 indoor unit, sehingga dengan jumlah keseluruhan indoor
unit pada bangunan utama sebelah kiri sebanyak 405 titik, maka jumlah outdoor unit yang diletakkan
pada dak yaitu sebanyak 45 mesin. Pada bangunan utama sebelah kanan memiliki titik indoor unit
sebanyak 225 titik, sehingga jumlah outdoor unit yang diletakkan pada dak yaitu sebanyak 25 mesin.
Pada gedung parkir memiliki 72 titik indoor unit, sehingga memiliki outdoor unit yang diletakkan pada
dak yaitu sebanyak 8 mesin.

Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 236


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
5. Hasil Perancangan
Tapak perancangan memiliki 3 massa bangunan dengan landscape taman yang berada di daerah
tepi sungai untuk menciptakan konektivitas antara tapak perancangan dengan alam sekitar. Selain itu
juga untuk menciptakan keselarasan dengan konsep area waterfront yang direncanakan oleh
pemerintah. pola pelapis perkerasan pada taman mengikuti irama dari lekukan bangunan yang
memiliki konsep gelombang air. Taman juga diberi kolam-kolam kecil dengan air mancur yang
mengikuti pola lekukan perkerasannya untuk menciptakan suasana ruang terbuka publik yang sejuk
akibat terserapnya kalor dari hawa panas sinar matahari. Selain itu, terdapat juga tempat-tempat
duduk yang menyatu dengan landscape taman untuk membuat pengunjung merasa nyaman
menikmati keindahan tepi sungai. Tepat di bagian belakang tempat duduk tersebut diberi tanaman
hias dan bagian taman yang tidak beri perkerasan ditanami dengan tanaman peneduh. Di bagian sisi
sebelah kanan taman, diberi tempat duduk berbentuk tribun agar pengunjung dapat menikmati
sungai dari beberapa sudut pandang. Di bagian teratas dari tribun ditanami rumput-rumput gajah
agar tanah terkesan lebih rapi serta ditanami tanaman penyerap debu karena area tribun berdekatan
dengan jalur sirkulasi kendaraan. Terdapat pula plaza yang berada di tengah antara gedung mall
bagian kiri dan bagian kanan. Plaza dapat diakses langsung melalui pintu masing-masing gedung mall
dan jalur pedestrian yang berasal dari taman juga terhubung langsung ke plaza tersebut. Plaza dibuat
sebagai tempat berkumpul dan tempat bersantai pengunjung kawasan.
Jalur masuk dan jalur keluar untuk pengunjung pada site menggunakan jalur satu arah agar tidak
menimbulkan kemacetan. Agar sirkulasi tetap berjalan dengan semestinya dan mempermudah
pengguna jalur kendaraan bersirkulasi di dalam site, maka dari itu diberi 2 bundaran pada tapak yang
bertujuan untuk mempermudah kendaraan melakukan gerakan belok. Selain itu, terdapat jalur
masuk dan jalur keluar sekunder yang hanya dapat diakses oleh karyawan, pengelola, dan pelaku
servis. Pembedaan jalur tersebut dilakukan untuk memperjelas jalur pengunjung yang berkelok-kelok
dan tidak menimbulkan bentrok antara kendaraan pengunjung dan kendaraan servis yang dapat
mengganggu visualisasi. Jalur masuk pengunjung memiliki 2 pintu masuk, yaitu jalur masuk pada
Jalan Bardan Nadi yang dapat diakses oleh kendaraan roda dua, kendaraan roda empat, dan pejalan
kaki, serta jalur masuk pada area waterfront yang hanya dapat diakses oleh pejalan kaki yang berasal
dari jalur pedestrian waterfront. Sedangkan jalur keluar kendaraan pengunjung langsung dapat keluar
ke arah Jalan Kapten Marsan.

sumber: (Penulis, 2018)


Gambar 8: Siteplan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 237


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
Pada awal masuknya kendaraan roda empat melalui jalur masuk yang berasal dari pintu masuk
Jalan Bardan Nadi terdapat 2 opsi jalur yaitu, jalur yang langsung dapat mengakses hingga ke area
drop off gedung utama perancangan dan jalur masuk ke gedung parkir. Pada akhir jalur ke arah drop
off, terdapat bundaran untuk kendaraan memutar haluan yang dapat langsung menuju ke jalur keluar
ataupun kembali ke gedung parkir. Sedangkan untuk kendaraan roda dua memiliki jalurnya sendiri,
yaitu langsung mengitari jalur tepi site dan langsung terakses ke tempat parkir khusus kendaraan roda
dua yang memiliki 2 area yaitu pada sisi bagian kanan gedung Pusat Perbelanjaan Modern (Mall)
serta area dekat pintu keluar dan berdekatan dengan tribun. Jalur masuk untuk pejalan kaki
terbentang di antara 2 massa gedung Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) hingga ke ruang terbuka
publik yang terdapat di sisi bagian tepi sungai. Jalur masuk dan jalur keluar sekunder menggunakan
jalur dua arah karena intensitas pengguna jalur tidak tinggi dan memiliki akses masuk melalui Jalan
Kapten Marsan, sehingga tidak terjadi bentrokan arus dengan kendaraan pengunjung.
Bangunan pada rancangan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang Terbuka
Publik ini memiliki 3 bentukan massa, yaitu 2 massa untuk gedung Pusat Perbelanjaan Modern (Mall)
dan 1 massa untuk gedung parkir. Massa gedung mall ini dipecah menjadi 2 massa bangunan sesuai
dengan konsep bangunan. Gedung Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) memiliki 7 pintu masuk yaitu, 3
pintu di gedung bagian kiri dan 4 pintu di gedung bagian kanan. Pintu akses masuk gedung bagian kiri
terdapat pada area drop off, plaza, dan sisi yang berhadapan langsung dengan gedung parkir.
Sedangkan pintu akses masuk gedung bagian kanan terdapat pada area drop off, plaza, sisi yang
berhadapan dengan gedung parkir, dan area yang berhadapan dengan tempat parkir kendaraan roda
dua. Gedung parkir memiliki 1 pintu masuk dan 2 pintu keluar. Terdapat 2 pintu keluar bertujuan
untuk membedakan jalur kendaraan yang kembali ke drop off untuk menjemput penumpang dan
kendaraan yang langsung ke arah pintu keluar.

sumber: (Penulis, 2018)


Gambar 9: Denah Lantai Dasar Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Lantai dasar gedung Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) memiliki 2 zona dasar, yaitu zona publik
dan zona servis. Zona publik tersebut dibagi lagi menjadi 3 area, yaitu area makanan, area retail
pakaian, dan area anchor tenant. Pada gedung mall sebelah kiri, area makanan berada di seluruh sisi
atrium yang menghadap ke arah sungai diwakili dengan warna merah, area retail pakaian berada di
bagian tengah yang diwakili dengan warna coklat, dan area anchor tenant berada di atrium bagian
bawah denah yang diwakili dengan warna toska. Sedangkan pada gedung mall sebelah kanan hanya
terdapat area makanan dan area retail pakaian. Zona servis pada lantai dasar gedung mall terdiri dari
toilet wanita dan toilet pria yang masing-masingnya terfasilitasi dengan toilet disabilitas, janitor,
nursery room, tangga darurat, mushola, tempat wudu, ATM Center, dan gudang. Mushola, tempat
wudu, dan ATM Center terdapat di masing-masing gedung mall sehingga mempermudah akses

Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 238


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
pengunjung. Di gudang pada masing-masing gedung mall memiliki lift barang sendiri dan loading
dock.
Pada lantai dasar gedung parkir terdapat 4 zona, yaitu zona publik, zona semi publik, zona privat,
dan zona servis. Tempat parkir dan jalur sirkulasi kendaraan termasuk ke dalam zona publik. Di
tengah-tengah gedung terdapat ramp kendaraan sebagai transportasi bangunan ke lantai berikutnya.
Zona semi publik adalah lobi pengelola yang menjadi akses masuk pengelola ke area ruang-ruang
pengelola di lantai paling atas. Lift dan tangga yang terdapat di dalam lobi pengelola juga dapat
digunakan oleh pengunjung yang ingin mengakses lantai berikutnya tanpa keluar dari gedung parkir.
Zona pribat terdiri dari ruang-ruang staf pengelola, yaitu ruang petugas keamanan dan parkir, serta
ruang petugas MEE. Selain itu terdapat power house, IPAL, dan ruang panel yang termasuk ke dalam
zona servis. Mesin-mesin penunjang ruang pada gedung mall seperti genset dan pompa diletakkan di
area power house. Ruang petugas MEE diletakkan dekat dengan power house dan ruang panel
sehingga mempermudah pengawasan dan pemeliharaan mesin.

sumber: (Penulis, 2018)


Gambar 10: Denah Lantai 1 Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Pada lantai 1 gedung mall dan lantai seterusnya memiliki zona dasar yang sama, yaitu zona
publik, zona privat, dan zona servis. Pada lantai 1 gedung mall bagian kiri, terdapat 3 pembagian zona
publik, yaitu area makanan yang terdapat pada sisi atrium bagian menghadap ke sungai diwakili
dengan warna merah, area kecantikan pada bagian tengah gedung yang terdiri dari retail kosmetik
dan retail aksesoris diwakili dengan warna ungu, serta anchor tenant berupa drugstore yang berada
pada bagian tengah gedung dan anchor tenant berupa hypermarket yang berada di bagian bawah
denah diwakili dengan warna toska. Pada lantai 1 gedung mall bagian kanan hanya terdapat 2
pembagian zona publik, yaitu area makanan yang terdapat pada sisi atrium bagian menghadap ke
sungai dan area kecantikan pada bagian tengah gedung yang terdiri dari salon dan barbershop. Zona
servis yang berada di lantai 1 dan seterusnya hanya terdiri dari toilet wanita dan toilet pria yang
masing-masingnya terfasilitasi dengan toilet disabilitas, janitor, nursery room, tangga darurat, dan
gudang. Sedangkan untuk ruang mushola, tempat wudu, dan ATM Center hanya terdapat pada lantai
dasar. Sedangkan zona privat yang berada di lantai 1 yaitu terdiri dari ruang karyawan dan ruang loker
hypermarket.
Pada lantai 1 dan 2 gedung parkir hanya terdapat 2 zona, yaitu zona publik dan zona semi publik.
Zona publik terdiri dari tempat parkir dan jalur kendaraan, sedangkan zona semi publik hanya terdiri
dari lobi pengelola yang dapat juga dapat diakses pengunjung yang ingin menggunakan lift atau
tangga untuk mengakses lantai selanjutnya atau sebelumnya tanpa keluar dari gedung parkir. Gedung
mall dan gedung parkir memiliki konektivitas untuk menciptakan jalur sirkulasi tidak terputus dengan
diberikan jembatan di setiap sisi yang berhadapan, sehingga pengunjung yang memarkirkan
kendaraan di gedung parkir dapat langsung masuk ke gedung mall melalui pintu masuk alternatif.
Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 239
Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

sumber: (Penulis, 2018)


Gambar 11: Denah Lantai 2 Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Lantai 2 gedung mall memiliki zona dasar yang serupa dengan lantai sebelumnya, perbedaannya
hanya pada pembagian zona publik, yaitu terdapat area makanan di bagian atrium yang menghadap
ke sungai diwakili dengan warna merah, zona pakaian di bagian tengah yang diwakili dengan warna
coklat, dan zona anchor tenant yang berbeda di masing-masing gedung yang diwakili dengan warna
toska. Jenis anchor tenant pada lantai 2 ini diberi zona khusus untuk keperluan rumah tangga dan
sehari-hari. Maka dari itu, pada gedung mall bagian kiri, anchor tenant yang digunakan berupa
department store, sedangkan gedung mall bagian kanan digunakan anchor tenant berupa hardware
store. Sedangkan untuk lantai 3 dan 4 gedung parkir memiliki tata letak ruang yang identik dengan
lantai sebelumnya.

sumber: (Penulis, 2018)


Gambar 12: Denah Lantai 3 Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 240


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
Lantai 3 gedung mall memiliki zona dasar yang serupa dengan lantai sebelumnya, perbedaannya
terdapat pada pembagian zona publik, yaitu area makanan di bagian atrium yang menghadap ke
sungai dan area bagian tengah gedung mall kanan yang diwakili dengan warna merah, zona olahraga
pada bagian tengah gedung mall kiri yang diwakili dengan warna abu-abu, dan anchor tenant pada
masing-masing gedung mall yang diwakili dengan warna toska. Gedung mall bagian kanan lantai 3
memiliki zona yang seluruhnya diperuntukkan untuk zona makanan, sehingga anchor tenant yang
terdapat pada gedung mall bagian kanan lantai 3 berupa foodcourt. Sedangkan anchor tenant pada
gedung mall bagian kiri masih tipikal dengan lantai sebelumnya, yaitu berupa department store.
Sedangkan untuk lantai 5 dan 6 gedung parkir memiliki tata letak ruang yang identik dengan lantai
sebelumnya.

sumber: (Penulis, 2018)


Gambar 13: Denah Lantai 4 Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Lantai 4 gedung mall memiliki zona dasar yang serupa dengan lantai sebelumnya, perbedaannya
terdapat pada pembagian zona publik, yaitu area makanan di bagian atrium yang menghadap ke
sungai diwakili dengan warna merah, area teknologi dengan jenis penjualan berupa gadget, berbagai
jenis game, dan alat elektronik yang diwakili dengan warna hijau, area bayi dan balita dengan jenis
penjualan berupa permainan anak-anak dan perlengkapan bayi balita yang diwakili dengan warna
biru, serta anchor tenant pada masing-masing gedung mall yang diwakili dengan warna toska. Anchor
tenant di gedung mall bagian kiri berupa area video game karena retail-retail di depannya memiliki
tema teknologi, sedangkan anchor tenant di gedung mall bagian kanan berupa playground karena
retail-retail di depannya memiliki tema penjualan permainan anak dan perlengkapan bayi.
Lantai 7 gedung parkir memiliki tata letak ruang yang identik dengan lantai sebelumnya,
sedangkan sebagian dari lantai 8 gedung parkir merupakan area pengelola sehingga terdapat zona
privat yang diperuntukkan sebagai area ruang-ruang pengelola. Lantai 8 gedung parkir memiliki 5
zona, yaitu zona publik yang berisi tempat parkir pengunjung dan jalur sirkulasi kendaraan, zona semi
publik hanya terdiri dari lobi pengelola yang juga dapat diakses pengunjung untuk menggunakan lift
atau tangga ke lantai sebelumnya, zona semi privat merupakan area bagian depan dari kantor
pengelola, sehingga tidak persinggungan langsung antara lobi pengelola yang masih dapat diakses
pengunjung dengan ruang-ruang kantor, zona privat yang terdiri dari ruang-ruang pengelola seperti
ruang manajer, ruang sekretaris, ruang berkas, ruang kepala-kepala bidang, ruang staf, dan ruang
rapat, serta terdapat zona servis yang merupakan fasilitas penunjang dari ruang-ruang pengelola
seperti pantry, toilet, mushola, dan tempat wudu. Perletakan ruang pengelola di lantai paling atas
gedung parkir bertujuan yakni untuk memisahkan antara kegiatan pengelola dan kegiatan
pengunjung sehingga sirkulasi dan suasana dalam bangunan tertata rapi. Selain itu, pemaksimalan
ruang pada lantai teratas gedung parkir yang tidak memiliki visual ke sungai yang baik juga menjadi
landasan perletakan ruang pengelola.
Ketinggian lantai pada gedung mall dan gedung parkir memiliki ketinggian yang berbeda, hal
tersebut dikarenakan kedua jenis gedung tersebut memiliki ketentuan dan kebutuhan yang berbeda.
Gedung mall membutuhkan ketinggian lantai yang besar sehingga interior dalam bangunan terlihat
megah dan jangkauan penglihatan lebih luas, sedangkan gedung parkir tidak membutuhkan
kebutuhan tersebut. Gedung parkir hanya membutuhkan ketinggian lantai yang masih dapat dilalui
manusia dan kendaraan dengan standar kenyamanan yang sesuai.

Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 241


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

sumber: (Penulis, 2018)


Gambar 14: Potongan A-A Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Gedung parkir memiliki persyaratan ketinggian lantai minimal 2,5 meter dari lantai ke plafon. Jika
besar balok induk pada gedung parkir adalah sebesar 30 cm x 80 cm, maka minimal ketinggian lantai
dari lantai satu ke lainnya adalah sebesar 3,3 meter. Sedangkan gedung mall memiliki standar
ketinggian plafon untuk gedung komersial yaitu 3-4 meter dari lantai ke plafon. Maka dari itu, jika
besar balok induk pada gedung mall adalah sebesar 30 cm x 80 cm, maka ketinggian lantai dari lantai
satu ke lainnya adalah sebesar 4,5 meter. Mengacu pada Gambar 14 (dokumen penulis, 2018),
terlihat perbedaan ketinggian lantai antara gedung mall dan gedung parkir. Lantai 1 gedung parkir
dapat mengakses lantai gedung mall. Lantai 2 gedung parkir dapat akses ke lantai 1 dan 2 gedung mall,
lantai 3 gedung parkir dapat mengakses lantai 2 dan 3 gedung mall, lantai 4 gedung parkir dapat
mengakses lantai 3 gedung mall, lantai 5 gedung parkir dapat mengakses lantai 3 dan 4 gedung mall,
dan lantai 6 gedung parkir dapat mengakses lantai 4 gedung mall.

sumber: (Penulis, 2018)


Gambar 15: Potongan B-B Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Pada Gambar 15, terlihat pada bagian kiri dan kanan terdapat atrium dengan void di lantai ke
atasnya, serta terdapat void di bagian tengah dengan menggunakan skylight pada bagian atapnya.
Cahaya alami dari sinar matahari dimasukkan dari sisi dinding di sekeliling yang menggunakan
material kaca agar hanya cahaya langit yang masuk ke dalam bangunan. Jika cahaya alami dimasukkan
ke bangunan melalui atap dak, selain beresiko merembes, cahaya yang masuk terlalu banyak dan
mengandung kalor yang besar. Maka dari itu, pemilihan pembukaan bidang untuk memasukkan
cahaya alami dipilih pada bagian dinding.

sumber: (Penulis, 2018)


Gambar 16: Potongan C-C Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Pada gambar di atas terlihat bagian ramp di gedung parkir yang terpotong. Ramp pada gedung
parkir difungsikan sebagai transportasi bangunan untuk kendaraan mencapai lantai-lantai berikutnya.

Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 242


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
Standar kemiringan ramp untuk kendaraan adalah sebesar 7 derajat, sehingga dengan ketinggian
lantai gedung parkir setinggi 3,3 meter maka dibutuhkan bentang sebesar 24 meter untuk ramp
dapat mencapai ke lantai berikutnya.

sumber: (Penulis, 2018)


Gambar 17: Potongan D-D Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Mengacu pada Gambar 17, terlihat gambar memotong gedung mall di bagian atrium. Terlihat
lantai di mulai dari lantai 1 hingga lantai atap void, dan bagian atapnya menggunakan atap kubah atau
dome. Pada sekeliling void menggunakan railing kaca sebagai sistem keamanan agar pengunjung
tidak terjatuh. Di bagian tepi luar bangunan terdapat beberapa bagian yang menggunakan balok
kantilever, hal ini bertujuan untuk mengikuti konsep bentuk bangunan. Jembatan yang
menghubungkan gedung mall satu dan lainnya menggunakan baja WF ukuran 100x50 dengan
bentang sejauh 11,295 meter dan 16,898 meter.
Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik dirancang di tapak
yang berlokasi di tepian Sungai Kapuas, hal tersebut menjadi potensi bagi ruang terbuka publik
karena memiliki magnet view yang ikonik. Maka dari itu, area tapak yang bersinggungan langsung
dengan area waterfront dirancang menggunakan konsep ruang terbuka publik yang menjadikan
sungai sebagai orientasi sudut pandang.

sumber: (dokumen penulis, 2018)


Gambar 18: Tampak Depan Bangunan Sisi Bagian Sungai Pusat Perbelanjaan Modern (Mall)
dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Selain itu, gedung mall itu sendiri juga satu konsep dengan ruang terbuka publik, sehingga
banyak bukaan besar dan ruang-ruang outdoor yang berorientasi ke sungai. Terdapat pula jembatan-
jembatan penghubung dari satu massa gedung mall ke gedung lainnya, sehingga pengguna bangunan
tetap dapat merasakan langsung atmosfer dan suasana luar bangunan ketika melewati jembatan
penghubung tersebut. Di bagian depan gedung mall kiri, terdapat ramp yang dapat diakses melalui
taman untuk mengakses ke rooftop bangunan, sehingga konektivitas antara taman sebagai area
terbuka publik dan bangunan tidak terputus.

sumber: (Penulis, 2018)


Gambar 19: Tampak Sisi Kiri Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 243


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
Seperti yang terlihat pada Gambar 19, ramp juga dipergunakan sebagai media untuk
menghubungkan kawasan perancangan dengan alam sekitar. Hal tersebut dikarenakan view yang
dipandang dari sudut orang berdiri di ramp dapat menglihat ke arah sungai dengan baik dan dapat
memiliki sudut foto yang baik dengan background sungai. Ramp tersebut mengelilingi gedung mall
bagian kiri hingga tampak ke pintu masuk bangunan dari sisi jalan, sehingga pejalan kaki yang hendak
ke rooftop juga dapat menikmati pemandangan kota dari lantai atas.

sumber: (Penulis, 2018)


Gambar 20: Tampak Depan Kawasan Sisi Bagian Sungai Pusat Perbelanjaan Modern (Mall)
dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Selain ramp, terdapat tribun pada area terbuka publik juga yang berada di sebelah kanan
bangunan, seperti yang terlihat pada Gambar 20. Tepatnya berada dekat dengan pintu keluar
kawasan. Tribun ini langsung menghadap ke sungai yang semakin memperkuat konektivitas antara
kawasan perancangan dengan alam sekitar.

sumber: (Penulis, 2018)


Gambar 21: Tribun pada Area Terbuka Publik Pusat Perbelanjaan Modern (Mall)
dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Tribun yang berundak-undak membuat pandangan pengunjung di tiap lantainya tidak terhalang
oleh pengunjung lainnya, sehingga menciptakan pandangan yang tidak terbatas untuk menikmati
keindahan tepi sungai. Di bagian depan tribun juga diberikan plaza yang luas tempat untuk orang-
orang berlalu lalang, berkumpul, dan bermain. Di bagian teratas dari lantai tribun diberi vegetasi
seperti tanaman peneduh dan rumput gajah, serta di bagian kiri dan kanannya ditata sesuai dengan
konsep taman.

sumber: (Penulis, 2018)


Gambar 22: Tampak Depan Sisi Bagian Jalan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall)
dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Pada Gambar 22, terlihat mulai dari gerbang pintu masuk pengunjung kendaraan, jalur sirkulasi
yang diciptakan seolah-olah membelah bangunan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) menjadi 2
bagian untuk menciptakan jalur pedestrian dan jalan utama pada tengah zona gedung utama. Selain
itu, diberikan ruang bebas pandang untuk menciptakan ruang yang dapat menjual alam dengan baik.
Hal ini juga bertujuan untuk menjaga fungsi Jalan Bardan Nadi yang sebelumnya merupakan akses
Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 244
Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
menujuk ke sungai, sehingga tidak menghilangkan sifat kawasan eksisting dan menjadikan kawasan
tetap hidup. Tampak pula jembatan penghubung di setiap massa bangunan yang mengaplikasikan
sifat fleksibel dari gelombang air untuk menyambung sirkulasi agar tidak terputus.

sumber: (Penulis, 2018)


Gambar 23: Tampak Sisi Kanan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan Penekanan Ruang Terbuka Publik

Pada tampak sisi bagian kanan terlihat pintu keluar pengunjung kendaraan roda dua dan
kendaraan roda empat, serta pintu masuk kendaraan servis. Pada sisi bagian ini, area eksisting sekitar
merupakan ruko-ruko dan pasar yang padat, sehingga fasad bangunan tidak dapat terlihat dengan
baik, sehingga perletakan fungsi kawasan pada bagian ini lebih difokuskan kepada fungsi-fungsi
penunjang seperti gedung parkir, sirkulasi kendaraan, area servis, dan tempat parkir kendaraan roda
dua. Di area taman juga diberi dinding setinggi 1,2 meter dan taman seluas 3 meter ke dalam
kawasan untuk menjadi barrier kawasan dari kawasan luar yang padat. Tampak pula pepohonan yang
menjadi penunjuk arah alami sepanjang sirkulasi kendaraan sekaligus menjadi pohon vegetasi
peneduh untuk kendaraan roda.
6. Kesimpulan
Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) dengan penekanan ruang terbuka publik ini merupakan salah
satu jenis gedung komersial di Kota Pontianak yang memiliki konektivitas antara kegiatan dalam
bangunan, kegiatan luar bangunan, dan alam sekitar. Dengan diberikannya ruang terbuka publik
mulai dari jalur pedestrian yang membelah massa bangunan hingga taman yang bersinggungan
langsung dengan waterfront Sungai Kapuas dapat mengembalikan esensi dari pusat perbelanjaan
yang memiliki konsep dasar keterhubungan dengan alam sekitar. Selain itu, juga dapat meningkatkan
perekonomian daerah dalam bidang perdagangan dan jasa.
Ucapan Terima kasih
Ucapan rasa syukur dan terima kasih sebesar-besarnya kepada Allah SWT, kepada kedua orang
tua, dosen-dosen pembimbing Proyek Tugas Akhir yang telah memberikan masukan dan saran kepada
penulis, kepada dosen penguji Proyek Tugas Akhir yang telah memberikan kritik yang membangun,
kepada seluruh kerabat dekat dan teman-teman yang telah banyak memberikan semangat dan
dorongan hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan Proyek Tugas Akhir ini.
Referensi
Cahyani, Maudy Indah. 2018. Gedung Seni Teater Pontianak. Universitas Tanjungpura. Pontianak
Gibbert, Frederick. 1959. Town Design. The Architectural Press. London
Hakim, Rustam. 2004. Arsitektur Lansekap, Manusia, Alam dan Lingkungan. FALTL Universitas Trisakti. Jakarta
Lesil, Steven Michael. 2016. Pontianak Waterfront City sebagai Objek Wisata Ruang Terbuka Publik. Universitas Atma Jaya.
Yogyakarta
Maitland, Barry. 1985. Shopping Mall: Planning and Design. Langman Group Limited. New York
Marlina, Endy. 2008. Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Andi. Yogyakarta
Sari, G. T. 2014. Prinsip-prinsip Perancangan Pusat Perbelanjaan Mall. Universitas Tanjungpura. Pontianak
Sekretariat Daerah Kota Pontianak. 2013. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 2 Tahun 2013 tentang Tata Ruang
Wilayah Kota Pontianak Tahun 2013-2033. Sekretariat Daerah Kota Pontianak. Pontianak
Utama, I Wayan Parsika. 2016. Alur Desain Beach Mall di Gianyar. Universitas Udayana. Denpasar
Yempormase, Aloysius Angga. 2013. Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Jogja City Walk sebagai Kawasan
Ciri Khas Wisata Kuliner dan Fashion yang Berkonsep Green Architecture di Yogyakarta. Universitas Atma Jaya.
Yogyakarta

Volume 6 / Nomor 2 / September 2018 Hal 245

Anda mungkin juga menyukai