Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasar merupakan wadah bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan
perdagangan yang menjadi pondasi dasar perekonomian di setiap wilayah.
Secara umum, terdapat dua jenis pasar yaitu pasar modern dan pasar rakyat
(tradisional). Keduanya mempunyai ciri yang berbeda jika dilihat dari
fasilitas, tempat berjualan, dan sistem jual beli yang dilakukan. Pasar modern
menyediakan banyak pilihan produk dengan mekanisme swalayan. Pembeli
memilih barang secara mandiri dan kemudian membayar di kasir dengan
harga pasti. Sementara itu, di pasar rakyat harga barang dicapai setelah
adanya tawar menawar antar pedagang dengan pembeli.
Pasar rakyat merupakan suatu lembaga ekonomi yang mempunyai fungsi
strategis, diantaranya sebagai simpul kekuatan ekonomi lokal, memberikan
kontribusi terhadap perekonomian daerah, meningkatkan kesempatan kerja,
menyediakan sarana penjualan terutama bagi pelaku usaha mikro kecil dan
menengah, menjadi referensi harga bahan pokok yang mendasari perhitungan
tingkat inflasi dan indikator kestabilan harga, meningkatkan pendapatan asli
daerah (PAD). Pasar rakyat juga berperan sebagai salah satu sarana
keberlanjutan budaya setempat, serta merupakan hulu sekaligus muara dari
perekonomian informal yang menjadi tulang punggung perekonomian
Indonesia.
Data Badan Pusat Statistik 2019 menyatakan bahwa jumlah pasar rakyat
di Indonesia sebanyak 15.627 unit. Provinsi dengan persebaran pasar rakyat
terbanyak terdapat di Jawa Timur (2.249 unit), Jawa Tengah (1.910 unit), dan
Sumatera Utara (858 unit), diikuti oleh Jawa Barat (817 pasar), dan Sulawesi
Selatan (768 unit).  Sementara itu, pasar modern dengan total jumlah 23.000
unit, yang terdiri dari pusat perbelanjaan 9.000 unit dan toko swalayan
sebanyak 14.000 unit.
Data di atas sesuai dengan survei AC Nielsen pada tahun 2003 (dalam
Nasichin K, 2010) yang menyatakan bahwa pasar modern telah tumbuh
sebesar 31,4%. Bersama dengan itu, pasar tradisional (rakyat) telah tumbuh
secara negatif sebesar 8%. Sedangkan efek dari penurunan pasar rakyat
berimplikasi juga terhadap penurunan pendapatan asli daerah (PAD)
meskipun pendapatan domestik regional bruto (PDRB) justru mengalami
kenaikan akibat adanya pasar modern, hal ini dimungkinkan hilangnya jenis
dan sejumlah pungutan pajak dan retribusi daerah dimana rata-rata pasar
rakyat menggunakan aset daerah (Sitepu, 2011).
Pasar rakyat memainkan peran ekonomi dengan secara langsung
mendukung aktivitas ekonomi masyarakat atau wilayah, dan menghasilkan
keuntungan finansial bagi yang terlibat dalam perdagangan maupun
pendapatan bagi daerah setempat. Pasar rakyat tidak semata mewadahi
kegiatan ekonomi, akan tetapi pelaku juga dapat mencapai tujuan-tujuan lain
(Pamardhi, 1997). Di samping fungsi utamanya itu, pasar rakyat mengemban
misi sebagai fasilitas perbelanjaan bagi wilayah pelayanan, serta berperan
sebagai wahana kegiatan sosial budaya dan rekreasi (Reardon, 2003). Pasar
rakyat juga terkait dengan konsepsi hidup dan interaksi sosial budaya, pasar
rakyat mempunyai karakter humanis sehingga mampu membangun kedekatan
dan hubungan “kekeluargaan” antara pedagang dengan pembeli. Dengan
hubungan yang ramah dan saling mengenal antara pedagang dan pembeli,
menjadi karakteristik yang khas bagi pasar rakyat (Rahadi, 2012).
Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi
Selatan yang kaya akan budaya dan kearifan lokalnya. Alamnya didominasi
oleh pegunungan dan perbukitan dengan tanah yang subur. Tedapat 37 pasar
rakyat di Tana Toraja, dengan Pasar Sentral Makale sebagai pasar terbesar.
Bangunan Pasar Makale berdiri sejak 1945 dan menjadi sarana berdagang
bagi sekitari 450 pedagang (Kantor Pasar Makale, 2019).
Ada banyak komoditas yang diperdagangkan di Tana Toraja dan yang
paling menonjol adalah komoditas konsumsi yang diproduksi secara massal.
Komoditas yang dihasilkan dan diperdagangkan di Tana Toraja adalah sayur
mayur ( sawi, kangkung, kentang, tomat, cabai dan lainnya), buah-buahan
( mangga, salak, dan markisa), kue tradisional, dan hasil pertanian ( kopi,
kakao dan cengkeh) serta barang kerajinan. Komoditas untuk perdagangan
kopi merupakan salah satu yang telah menembus pasar dunia termasuk
Jepang. Bahkan beberapa tahun terakhir pasar Amerika dan Eropa semakin
merasa tertarik untuk memperoleh kopi dari Toraja (Rose, 2021). Keunikan
lain dari Pasar Sentral Makale adalah keberadaan pasar hewan hidup, yaitu
babi. Babi merupakan hewan yang wajib ada dalam kegiatan upacara adat
Toraja, sementara Pasar Sentral Makale merupakan lokasi utama perdagangan
babi, baik yang masih hidup maupun berupa daging babi (pangrera).
Sebagai sarana perdagangan, Pasar Sentral Makale memiliki peran vital
bagi perekonomian masyarakat Tana Toraja dalam memenuhi suplai berbagai
kebutuhan, tapi lebih daripada itu juga menjadi wadah untuk berinteraksi
sosial dan pelestarian budaya. Pasar Makale menjadi muara utama bagi
masyarakat Tana Toraja untuk memperdagangakan barang kerajinan seni
budaya sebagai cinderamata dengan nilai tinggi.
Masalah yang kini terjadi di Pasar Makale yakni kondisi gedung yang
kurang layak dalam artian terkesan kumuh dan secara penampilan kurang
menarik. Selain itu, lokasi kurang strategis mengakibatkan akses
pencapaiannya kurang memadai menjadi penyebab kemacetan. Seiring
berkembangnya zaman, kiprah komoditas asli daerah telah tergerus oleh
komoditas-komoditas yang diproduksi dan diimpor ke dalam Tana Toraja.
Menurut Rencana Tata Kota dan Wilayah (RTRW) Tana Toraja 2011-
2031, Pasar Makale akan direlokasi dan menjadi terpadu dengan kawasan
Terminal Makale. Adanya kebijakan ini, menjadi harapan agar adanya
fasilitas yang layak sekaligus wadah bagi para pedagang dan pelaku usaha
lainnya untuk berkreasi untuk meningkatkan nilai barang dan jasa.
Perancangan Pasar Makale merupakan usaha untuk mewujudkan suatu
fasillitas pusat kegiatan perekonomian yang menyediakan sarana berdagang
jual-beli, sebuah lingkungan usaha dengan iklim yang mendorong kemajuan
ekonomi di Tana Toraja.
Perancangan Pasar Makale ini diharapkan juga menjadi suatu karya
arsitektur yang tidak hanya menekankan pada bidang pemajuan
perekonomian masyarakat, namun juga sebagai wujud arsitektur neo-
vernakular dengan menyerap unsur lokalitas arsitektur Tana Toraja, sehingga
dapat menjadi pelestari dan penggerak peradaban masyarakat Tana Toraja
yang maju melangkah dengan bangga menjaga budayanya.

B. Rumusan Masalah
1. Non-Arsitektural
Terdapat beberapa masalah non-arsitektural yang dihadapi dalam
perancangan Pasar Makale yaitu sebagai berikut:
a. Bagaimana mewujudkan fasilitas pasar yang mampu mewadahi
kegiatan perdagangan yang mampu meningkatkan perekonomian
masyarakat Tana Toraja?
b. Bagaimana merencanakan pasar sebagai lingkungan usaha kondusif
meningkatkan nilai barang dan jasa?

2. Arsitektural
Masalah arsitektural yang dihadapi dalam perancangan Pasar
Makale ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana mengolah tapak baru Pasar Makale yang akan terpadu
dengan Terminal Makale?
b. Bagaimana merancang suatu falisitas yang mampu mewadahi
kegiatan jual beli yang layak dan nyaman secara teknis dan fungsi?
c. Bagaimana merencanakan penataan lingkungan, akses dan sirkulasi
pejalan kaki dan kendadaraan agar aman, teratur, dan nyaman?
d. Bagaimana merencanakan struktur, utilitas, eksterior, dan interior
dalam perancangan Pasar Makale dengan pendekatan Neo-
Vernakular?
C. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam
perancangan ini adalah:
a. Menghasilkan rancangan Pasar Makale sebagai fasilitas jual beli
dengan lingkungan yang mendorong meningkatkan perekonomian
masyarakat Tana Toraja.
b. Menerapkan konsep arsitektur Neo-Vernakular ke dalam rancangan
Pasar Makale.

2. Sasaran Perancangan
a. Mewujudkan tata massa bangunan pada rancangan Pasar Makale
sebagai fasilitas jual beli dan edukasi yang menampilkan
karakteristik arsitektur Neo-Vernakular.
b. Mewujudkan karakteristik desain fisik Pasar Makale.

D. Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dalam perancangan Pasar Makale ini adalah
sebagai berikut:

1. Ranah Ilmu Arsitektur


a. Mampu menjadi pedoman dan acuan dasar dalam melakukan
perancangan sehingga rancangan selanjutnya menjadi lebih baik lagi.
b. Menjadi sarana edukasi untuk lebih mengenal Neo-Vernakularitas
arsitektur Toraja.

2. Ranah Praktisi Arsitektur


a. Penerapan arsitektur Neo-Vernakular pada sarana publik bisa
menjadi acuan dalam perancangan bangunan lain dengan menyerap
kearifan lokal citra khas lingkungan sekitar dengan tetap
mengedapankan fungsi bangunan.
b. Mengembangkan wawasan ilmu arsitektur dalam hal penataan ruang
sesuai fungsinya dan untuk kedepannya hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi referensi perencanaan sejenisnya.
3. Ranah Pembuatan Kebijakan
Perancangan sarana publik yang meningkatkan citra kawasan Kota
Makale.

E. Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan terfokus pada:
1. Perancangan Pasar Makale di Kab. Tana Toraja dengan pendekatan
arsitektur Neo-Vernakular.
2. Membuat konsep sebagai hasil dari analisis teori dan data.
3. Cara penerapan arsitektur Neo-Vernakular ke dalam perancangan Pasar
Makale.

F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dibagi dalam beberapa tahap pembahasan
sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan
Merupakan tahap pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan sasaran pembahasan, manfaat, lingkup pembahasan, dan
sistematika pembahasan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Menguraikan tentang tinjauan umum dan studi banding kutipan pustaka
mengenai pembagian pengertian, fungsi, jenis, kegiatan pokok, dan studi
banding dari beberapa pasar. Kemudian kutipan akan dikaji untuk memberi
kesimpulan, batasan, dan anggapan.
BAB III Metode Perancangan
Metode perancangan terdiri atas dua pokok pembahasan yaitu pertama
menjelaskan pendekatan/tema spesifik perancangan berdasarkan tinjauan
teoritis, kedua membahas tentang tinjauan Kab. Tana Toraja dan kebutuhan
sesuai lokasi berupa data-data fisik dan non-fisik seperti letak geografi, luas
wilayah, serta kebijakan RTRW dan RTBL Kab. Tana Toraja.
Bab IV Pendekatan Konsep Perancangan
Berisi analisis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan perancangan Pasar
Makale dengan pendekatan arsitektur Neo-Vernakular di Tana Toraja yang
mencakup analisis kegiatan dan ruang, analisis site dan analisis visual bentuk
bangunan yang menjadi dasar konsep perancangan.
Bab V Konsep Perancangan
Merupakan kesimpulan mengenai hal-hal yang akan dijadikan sebagai
konsep dasar acuan dalam merancang Pasar Makale. Pada bab ini akan
menjelaskan mengenai konsep dasar mulai dari konsep bentuk, konsep
interior dan eksterior, konsep lansekap, konsep struktur, hingga konsep
utilitas dan kelengkapan bangunan.

Anda mungkin juga menyukai