Anda di halaman 1dari 6

Composite Mall di Klungkung

PROPOSAL SEMINAR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penyusunan Seminar Tugas Akhir Pada
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universita Udayana

Disusun Oleh :

Putu Arik Defana Putra

NIM: 1304205063

Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik

Universitas Udayana
PROPOSAL SEMINAR

1. JUDUL
Composite Mall di Klungkung

2. Latar Belakang
Berbelanja merupakan salah satu bagian dari kebutuhan manusia. Bahkan
berbelanja menjadi bagian yang tak bisa terlepas dari kehidupan manusia dan telahn
menjadi salah satu kebiasaan hidup (lifestyle1) tersendiri bagi manusia saat ini.
Definisi berbelanja yang dimaksud adalah berbelanja (membeli) kebutuhan, baik
kebutuhan primer (utama) maupun kebutuhan sekunder dan tersier (sumber :
www.wikimu.com). Berbelanja menjadi hal yang sangat akrab dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Manusia berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sekaligus sebagai sarana
hiburan dan rekreasi. Minat berbelanja konsumen di Indonesia termasuk tinggi, bahkan
cenderung terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan makin
bertambahnya jumlah tempat perbelanjaan di Indonesia. Tempat perbelanjaan yang ada
pun sangat beragam kondisi dan kelasnya. Sehingga sangat memungkinkan jika
berbelanja kini telah berkembang menjadi salah satu industri yang menjanjikan
keuntungan ekonomi yang cukup besar.
Perkembangan industri dari pusat perbelanjaan atau yang biasa disebut mall
sendiri juga sangat pesat. Setiap mall saling berinovasi dalam memberikan desain
maupun fasilitas-fasilitas rekreasi selain fasilitas utama sebagai sarana jual beli. Saat ini
perkembangan Mall di Bali hanya berpusat di daerah Badung, dan Denpasar. Hal tersebut
mengakibatkan perkembangan Mall di Bali menjadi tidak merata sehingga di kabupaten
lain menjadi minim fasilitas rekreasi.
Composite Mall merupakan salah satu jenis Mall yang terdiri dari gabungan Mall
terbuka dan Mall tertutup. Penerapan composite Mall ini akan lebih menunjang aktivitas
yang terdapat pada Mall karena lebih hemat energi karena di beberapa sisi akan menjadi
mall yang terbuka sehingga meminimalisir penggunaan listrik untuk AC maupun
penerangan.
Salah satu kabupaten yang bisa dipertimbangkan dalam mengembangkan Mall
adalah Kabupaten Klungkung. Kabupaten Klungkung merupakan daerah yang memiliki
luas terkecil di Bali. Walaupun begitu, Kabupaten Klungkung memiliki banyak potensi di
dalamnya. Dua di antaranya adalah Sejarah dan Keseniannya melalui beberapa tempat
wisata seperti monumen perjuangan dan Kertagosa. Berdasarkan data BPS Kabupaten
Klungkung, kunjungan wisatawan Asing ke Pusat Kota Klungkung mengalami
penurunan dari tahun 2014-2015.
Adanya Mall atau suatu sarana rekreasi dan pusat perbelanjaan di Kabupaten
Klungkung akan menjadi landmark tersendiri yang mampu menarik masyarakat sekitar
maupun luar daerah untuk berkunjung dan berekreasi karena di Kabupaten Klungkung
sendiri tidak terdapat Fasilitas untuk melakukan aktivitas Jual Beli dan rekreasi dalam
suatu pusat perbelanjaan. Selain itu, pusat perbelanjaan tersebut akan mampu dalam
meningkatkan perekonomian di Kabupaten Klungkung.

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Merancang Mall yang kompleks untuk memenuhi segala fasilitas jual beli
dan rekreasi untuk semua umur?
2. Bagaimana Merancang Mall sehingga mampu menjadi Landmark bagi Kabupaten
Klungkung?

4. Tujuan
Adapun Tujuan yang diharapkan dari pemecahan masalah adalah:
1. Terciptanya sebuah fasilitas rekreasi yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan
masyarakat di segala umur.
2. Menghasilkan rancangan yang mampu untuk menjadi landmark bagi Kabupaten
Klungkung.

5. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penyusunan proposal ini antara lain
5.1 Metode pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan adalah :
a. Metode Wawancara dan Diskusi
Dengan mengadakan tanya jawab dengan pihak yang memiliki keterlibatan.
b. Observasi
Melakukan pengamatan lapangan.
c. Studi Literatur (Kepustakaan)
Mempelajari literature terkait sebagai bahan pedoman dalam merancang
composite mall dan membandingkan antara teori yang ada dengan kebutuhan
perancangan.

5.2 Metode Pembahasan


Metode pembahasan yang digunakan adalah :
a. Metode Deskriptif
Dapat memaparkan dan menjelaskan berbagai proses perancangan composite
mall.
b. Metode Komparatif
Yaitu teori-teori yang didapat pada kuliah maupun literatur-literatur yang ada,
digunakan sebagai pembanding pada kebutuhan di lapangan.

6. Pemahaman Terhadap Proyek


Mall adalah pusat perbelanjaan yang berintikan satu atau beberapa department
store besar sebagai daya tarik dari retail-retail kecil dan rumah makan dengan tipologi
bangunan seperti took yang menghadap ke koridor mall atau pedestrian yang merupakan
unsur utama dari sebuah pusat perbelanjaan dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai
ruang komunal bagi terselenggaranya interaksi antar pengunjung dan pedagang (Maitland
dalam Marlina, 2008:215). Esensi utama dari mall tidak hanya sebagai pertokoan yang
padat, namun lebih menonjolkan kepada rekreasi dan kenyaman pengunjung ketika akan
berbelanja.
Sebagai pusat perbelanjaan, bangunan ini akan menjadikan wadah daripada
pemilik industri menengah untuk menjual barang-barangnya di retail-retail yang tersedia
dengan modul yang berbeda-beda. Modul tersebut berdasarkan kepada kebutuhan luasan
yang dibutuhkan oleh jenis barang yang akan dijual. Barang-barang yang dijual tersebut
bisa berupa makanan, pakaian, aksesoris, dan sebagainya. Sehingga membutuhkan
spesifikasi retail yang berbeda pula.
Sebagai penunjang terhadap kegiatan jual beli di mall, terdapat beberapa sarana
untuk rekreasi yang bisa dimanfaatkan untuk daya tarik dari mall tersebut. fasilitas
penunjang tersebut antara lain: gamezone, bioskop, food corner, karaoke dan lain-lain.
Sarana penunjang tersebut akan memberikan arena rekreasi yang lebih variatif di dalam
bangunan.
Menjadikan fasilitas utama (retail-retail) dan fasilitas penunjang harus disatukan
menjadi satu kesatuan yang dinamis. Hal ini dikarenakan pengunjung yang datang akan
menghabiskan waktu di mall dengan berjalan kaki sehingga diperlukan penataan yang
dinamis dan tidak monoton. Selain itu, untuk meningkatkan mood terhadap pengunjung,
suasana yang dibuat haruslah nyaman dan menarik sehingga pengunjung yang datang ke
mall tidak bosan dalam melakukan aktivitasnya. Walau dibuat konsep yang dinamis
dalam penataan mall, namun haruslah menghasilkan desain yang mudah untuk diakses
oleh para pengunjung
Berdasarkan data tersebut, jadi titik utama dalam perancangan mall ini terletak
pada penataan fungsi-fungsi utama dan pendukung yang kompleks sehingga
menghasilkan rancangan yang dinamis namun memiliki aksebilitas yang mudah sehingga
pengunjung menikmati aktivitas di dalam mall.
7. Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik kabupaten Klungkung. 2016. Klungkung Dalam Angka.
Denpasar: BPS Kabupaten Klungkung.
Ketchum, Morris. 1957. Shopes & Stores. U.S.A: Reinhold Publishing Corporation
McKeveer, J.Ross, dkk. 1948. Shopping Centers Development Handbook. Washington
DC: The Urban Land Institute
Marlina, Endy. 2008. Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Yogyakarta: CV.
Andi.
Rathbun Davis, Robert. 1988. Shopping Centers and Malls Book 2. New York: Retail
Reporting Corporation.
Sumber internet:
https://id.wikipedia.org/wiki/Mal [diakses 14 September 2016]

Anda mungkin juga menyukai