‘Bangunan Perbelanjaan’
NIM : 1906090051
JURUSAN ARSITEKTUR
SEMESTER 3
2020
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberkati saya sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Saya juga ingin mengucapkan
terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan laporan ini dan
berbagai sumber yang telah saya pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.
Saya mengakui bahwa saya adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna.
Begitu pula dengan laporan ini yang telah saya selesaikan. Tidak semua hal dapat saya
deskripsikan dengan sempurna dalam laporan ini. Saya melakukannya semaksimal mungkin
dengan kemampuan yang saya miliki.
Maka dari itu, saya bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman.
Saya akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki laporan saya di masa datang.
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
Pengertian dari pusat perbelanjaan adalah kompleks toko ritel dan fasilitas yang
direncanakan sebagai kelompok terpadu untuk memberikan kenyamanan berbelanja yang
maksimal kepada pelanggan dan pentaan barang dagangan yang terekspose secara maksimal
24. Menurut International Council of Shopping center ICSC tahun 2013, Pusat Perbelanjaan
sendiri memiliki arti sekelompok pengusaha eceran retailer dan kegiatan komersil lainnya yang
direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan dioperasikan dalam satu unit bisnis, pada umumnya
menyediakan tempat parkir.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang
Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern
menyebutkan bahwa pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau
beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal dari satu atau beberapa bangunan yang
didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha
atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang.
Pada kesempatan ini, jenis bangunan perbelanjaan yang akan dibahas yaitu berupa mall.
Mall dapat diartikan sebagai suatu fasilitas komersial dengan wujud arsitektural berupa ruang
rekreasi (jalan) yang ditata sedemikian rupa untuk menghubungkan dua titik keramaian atau
lebih dengan dikelilingi retail atau tempat penjualan berbagai kebutuhan. Dalam mall
pengunjung melakukan rekreasi dengan berjalan-jalan dan sesekali melihat barang yang dijual
oleh retail sebelum memutuskan untuk memasuki retail tersebut. Sehingga dengan demikian
esensi dari mall bukan sebagai pertokoan padat barang, namun lebih kepada sebuah tempat
penjualan dengan menonjolkan rekreasi dan kenyamanan berbelanja. Hal inilah yang
mengakibatkan harga barang di mall relatif lebih tinggi.
Bagaimana fungsi, struktur, dan estetika dari sebuah bangunan perbelanjaan (Mall) ?
1.3 Tujuan
Membahas mengenai bagaimana fungsi, struktur, dan estetika dari bangunan (Mall).
1.4 Manfaat
Dengan membuat laporan yang membahas mengenai bagaimana fungsi, struktur, dan
estetika dari bangunan (Mall) ini, dapat memberikan kita pengetahuan dan menambah
pemahaman kita dalam merancang suatu bangunan mall, sehingga dapat bermanfaat bagi kita
dan orang lain.
BAB II
TINJAUAN MATERI
Untuk fungsi arsitektur terdapat beberapa elemen di dalamnya seperti syarat fisik dan
psikis dari jenis suatu bangunan. Setiap ruang menuntut syarat-syarat yang penting sekali
untuk dipenuhi.
1. Syarat ukuran luas dan tinggi ruang untuk memenuhi suatu kegiatan tertentu. Ada
syarat minimum yang efisien dan syarat maksimum yang masih dapt dijangkau manusia.
2. Syarat luas gerak perorangan maupun kelompok, standar minimum statis gerak.
3. Syarat luas untuk perlengkapan kelompok kebutuhan lain.
4. Syarat hubungan dan pemisahan antar bagian dalam ruang itu sendiri atau dengan
luasnya.
5. Pola hubungan antar ruang (organisasi).
6. Syarat kemudahan pemeliharaan dan perlengkapan mekanis (jika perlu).
Sedangkan syarat psikis, menurut Ishar (1992 :7-8) bahwa : Syarat psikis ialah syarat suasana
atau kesan lingkungan ruang yang harus diciptakan menurut kebutuhan fungsinya. Ini lebih
sukar karena sifatnya lebih abstrak, meliputi masalah penerangan, ventilasi, akustik,
pemandangan keluar, bentuk ruang, bentuk bagian-bagiannya, bentuk garis-garis dalam ruang,
dan warna. Untuk itu kita hanya dapat berlatih untuk mempertajam kepekan kita.
Maka pada pembahasan ini kita membahas mengenai fungsi dari bangunan mall. Kita
tahu mall tidaklah hanya sebagai tempat untuk kegiatan perdagangan dan berbelanja saja, akan
tetapi masyarakat juga menjadikan mall sebagai tempat refreshing bersama keluarga ataupun
teman, tempat kehidupan publik dan menjadi wadah interaksi sosial.
Dilihat dari fungsinya maka mall dapat digolongkan kedalam jenis bangunan hiburan
yaitu bangunan berupa gedung atau beberapa gedung pada daerah yang luas, dimana mall ini
harus memberikan kesan yang ceria dan gembira. Pada mall, ruang publik dan sirkulasi
memegang peranan yang sangat penting, sedangkan untuk ruang servis dan ruang pribadi tetap
ada namun sedikit.
Strip mall atau biasa dengan disebut shoping plaza adalah pusat perbelanjaan
terbuka dengan deretan unit-unit retail pada umumnya terdiri dari 1-2 lantai yang
bersusunan sejajar (berderet lurus maupun yang membentuk konfigurasi L atau U)
dengan area pejalan kaki di tengahnya yang menghubungkan antar unit-unit retail
yang saling berhadapan. Dengan semakin minimnya lahan terutama di daerah
perkotaan, tipe strip mall ini berubah menjadi unit-unit retail dengan parkir
kendaraan yang terletak di depannya, menyesuaikan dan mengoptimalisasi lahan
yang ada.
2. Shopping Mall / Closed Mall
Shopping mall yang biasa disebut dengan mall adalah tipikal pusat perbelanjaan
yang bersifat tertutup/indoor yang berisi unit-unit retail dan pada umumnya
disewakan. Biasanya mall merupakan multy-Storey building atau terdiri lebih dari 2
lantai, yang dikarenakan mall dibangun di tengah kota dimana lahannya yang sangat
terbatas tetapi tuntutan fungsinya tetap banyak, sehingga pembangunan mall harus
dilakukan secara vertical. Dan untuk menambah kenyaman pengunjung, mall sudah
menggunakan bantuan teknologi seperti pengatur suhu ruangan (AC),
materialmaterial yang bagus untuk dipandang, dll.
Luas areal antara 27.870- 92.900 m2, terdiri dari dua atau lebih yang seukuran
dengan department store. Skala pelayanannya Antara 150.000-400.000
penduduk, terletak pada lokasi strategis, tergabung dengan lokasi perkantoran,
rekreasi, dan seni.
2. Commmmunity Shoppingn Center
Luas areal antara 9.290-23.225 m2, terdiri dari junior department store.
Supermarket dengan jangkauan antara 40.000-150.000 penduduk terletak pada
lokasi dekat dengan pusat-pusat kota (wilayah).
3. Neigbourhood Shopping Center
Luas areal antara 2.720- 9.290 m2, jangkauan pelayanannya antara 5.000-40.000
penduduk, unit terbesarnya berbentuk supermarket, berada pada lingkungan
tertentu.
Berdasarkan dari jenis barang yang dijual (Design for shopping Centers Nadine
Beddington):
1. Demand (permintaan) , yaitu yang menjual kebutuhan sehari-hari yang merupakan
kebutuhan pokok.
2. Semi demand (setengah permintaan), yaitu menjual barang-barang untuk
kebutuhan tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
3. Implus (barang yang menarik), yaitu yang menjual barang-barang mewah yang
menggerakkan hati konsumen pada waktu tertentu untuk membelinya.
4. Drugery, yaitu menjual barang-barang higienis seperti sabun, parfum, dll.
Sistem struktur pada bangunan gedung secara garis besar menggunakan beberapa sistem
utama seperti dibawah berikut ini :
Struktur kerangka atau skeleton terdiri atas komposisi dari kolom-kolom dan balok-
balok. Kolom sebagai unsur vertikal berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya menuju
tanah, sedangkan balok adalah unsur horisontal yang berfungsi sebagai pemegang dan
media pembagian beban dan gaya ke kolom. Kedua unsur ini harus tahan terhadap
tekuk dan lentur. Selanjutnya dilengkapi dengan sistem lantai, dinding, dan komponen
lain untuk melengkapi kebutuhan bangunan untuk pembentuk ruang. Sistem dan
komponen tersebut diletakkan dan ditempelkan pada kedua elemen rangka bangunan.
Dapat dikatakan bahwa elemen yang menempel pada rangka bukanlah elemen
struktural. Bahan yang umumnya dipakai pada sistem struktur rangka adalah kayu, baja,
beton termasuk beton pra-cetak . Saat ini bahan yang paling banyak digunakan adalah
baja dan beton bertulang karena mampu menahan gaya-gaya tersebut dalam skala yang
besar. Untuk bahan pengisi non-strukturalnya dapat digunakan bahan yang ringan dan
tidak mempunyai daya dukung yang besar, seperti susunan bata, dinding kayu, kaca dan
lainnya. Sistem struktur rangka banyak berkembang untuk aplikasi pada bangunan tinggi
(multi-storey structure) dan bangunan dengan bentang lebar (long-span structure).b.
Sistem rangka ruang dikembangkan dari sistem struktur rangka batang dengan
penambahan rangka batang kearah tiga dimensinya. Struktur rangka ruang adalah
komposisi dari batang-batang yang masing-masing berdiri sendiri, memikul gaya tekan
atau gaya tarik yang sentris dan dikaitkan satu sama lain dengan sistem tiga dimensi
atau ruang. Bentuk rangka ruang dikembangkan dari pola grid dua lapis (doubel-layer
grids), dengan batang-batang yang menghubungkan titik-titik grid secara tiga
dimensional.
Struktur kabel dan jaringan dikembangkan dari kemampuan kabel menahan gaya tarik
yang tinggi. Dengan menggunakan sistem tarik maka tidak diperlukan sistem penopang
vertikal untuk elemen horisontalnya (lantai atau atap), sehingga daerah di bawah
elemen horisontal (ruang) memiliki bentangan yang cukup besar. Sistem yang
dikembangkan pada struktur kabel antara lain: Struktur atap tarik dengan kolom
penunjang, Struktur kabel tunggal, Struktur kabel ganda.
Dan untuk mall sendiri, merupakan bangunan tinggi dimana pada bangunan tinggi memiliki
system struktur sebagai berikut :
1. Diberi podium, sehingga memperbesar jarak titik berat masa bangunan dengan titik
guling.
2. Diberi tiang pancang, sehingga bangunan mempunyai “akar” yang terikat dengan
tanah.
3. Dengan basement, sehingga menambah ketahanan nilai momen guling.
4. Penggabungan podium dan basement ( atau dengan tiang pancang).
Yang bila unsur-unsur ini disatukan, akan membentuk struktur tulang bangunan yang
menghasilakan system struktur yang mamapu menahan beban pada bangunan.
C. Penyaluran beban
Beban vertikal dapat ditahan oleh balok-balok (beban mati dan beban hidup) sedangkan
beban horizontal dapat ditahan kolom (angin).
1. Penyalur beban vertical / tegak / gravitasi
Beban gravitasi merupakan beban yang berasal dari beban mati struktur dan beban
hidupnya yang bekerja pada suatu bangunan dengan cara menyebarkan beban
gravitasi kolom, balok, dinding, lantai dan disalurkan ke pondasi/tanah.
2. Penyalur beban horizontal / datar
Beban ini merupakan pengaruh dari beban hidup, termasuk beban angina yang
menyebabkan struktur melengkung sampai tumbang. Untuk mengatasinya dibuatlah
bidang geser atau disebut dinding geser (shear wall) dapat menahan gaya horizontal.
3. Struktur lantai
Merupakan penahan beban gravitasi dan merupakan bagian terbesar yang perlu
dipertimbangkan pemilihannya, diantaranya :
a) Makin ringan beban lantai, makin berkurang dimensi kolom dan
pondasinya dan memungkinkan untuk bentang yang lebih besar.
b) Kapasitas lantai untuk memikul beban pada saat pekerjaan konstruksi
c) Dapat menyediakan tempat/ruang bagi saluran utuilitas yang diperlukan.
d) Memenuhi persyaratan bagi ketahanan api
e) Memungkinkan bagi kesinambungan pekerjaan konstruksi (waktu)
f) Mengurangi penggunaan alat bantu pekerjaan dalam pembuatan pelat
lantai.
1) Pelat satu arah (one way slab) : ditumpu balok anak yang sejajar satu sama
lainnya,pelat dianggap sebagai balaok tipis yang ditumpu banyak tumpuan.
2) Pelat rusuk satu arah (one way rib/joist slab) : ditumpu rusuk, jarak antar anak
balok sangat berdekatan.
3) Pelat dua arah (two way slab on beam) : ke-empat sisinya ditumpu oleh balok.
4) Pelat tanpa balok-tanpa kolom (flat plate) : tanpa penebalan disekeliling
kolom,beban vertikal langsung dipikul kolom dari segala arah.
5) Pelat tanpa balok-dengan kepala kolom (flat slab) : terdapat penebalan kepala
kolom dan pelat lantai pada puncak kolom, sehingga dapat menimbulkan gaya
lateral & Momen lentur.
6) Pelat rusuk dua arah (waffle slab) : pelat lantai yang langsung ditumpu oleh balok
2 arah dengan jarak yang dekat, kekakuan cukup besar dapat memikul beban
vertikal sehingga bisa untuk bentang yang lebih besar.
Sistem dilatasi digunakan pada pertemuan antar bangunan yang memiliki tinggi yang
berbeda. Hal ini dikarenakan beban gaya yang diterima bangunan berbeda–beda antara
bangunan yang tinggi dengan bangunan yang lebih rendah. Sistem dilatasi yang sering
digunakan adalah system dilatasi kolom.
Sistem ini digunakan untuk bangunan–bangunan yang panjang. Sistem ini juga
mempunyai kelebihan yaitu mampu menahan gaya horizontal yang timbul (gempa
bumi). Selain itu juga relative aman, dan apabila ada kerusakan–kerusakan tidak terlalu
vatal.
Sebagai area publik, mall telah berupaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan
seperti memperbesar lapangan kerja serta menyediakan pusat hiburan bagi pengunjung. Bagi
sebagian besar masyarakat perkotaan, mal dianggap sebagai solusi bagi seluruh anggota
keluarga. Itu adalah satu tujuan untuk semua.
Elemen mall terdiri dari anchor, secondary anchor, street mall, dan landscaping. Mereka
dibangun dengan komposisi yang sempurna untuk mengedepankan tujuan utama dari
bangunan mal sebagai tempat perdagangan modern.
Desain interior bangunan mall tidak hanya untuk mengaplikasikan finishing tetapi juga
memberikan pengalaman estetika bagi pengunjungnya. Keseruan dikelilingi material yang
indah, warna-warna menarik pada bangunan mewah merupakan beberapa dampak yang
memberikan pengalaman estetika pada bangunan mall. Hal ini dimaksudkan agar konsumen
tertarik untuk membeli produk tersebut.
Fenomena pembangunan mall adalah meskipun fungsi bangunan mall telah memenuhi
kebutuhan masyarakat perkotaan, namun juga telah memanfaatkan ruang hijau dan merusak
resapan air. Untuk mengatasi permasalahan yang sesuai dengan situasi tersebut, merancang
sebuah mal terintegrasi dengan konsep green building harus menjadi solusinya. Solusinya harus
didukung dengan regulasi pemerintah yang dilandasi kesadaran ramah lingkungan, memadukan
gedung mal dengan ruang terbuka dengan penataan lansekap yang dirancang dengan baik akan
menawarkan tempat berkumpul baru bagi masyarakat perkotaan.
Untuk sirkulasi berkonsep mall yang jalur utamanya menghadap dua atau
lebih magnet pertokoandapat menjadi poros massa, dan dalam ukuran
besar dapat berkembang menjadi sebuah atrium danjalur ini menjadi
sirkulasi utama, karena menghubungkan dua titik magnet atau anchor
yangmembentuk sirkulasi utama.
Untuk koridor menggunakan sistem koridor tunggal.Lebar koridoryang dipakai 5
meter.
Terdapat jembatansebagai penghubungdua massa yang terpisah.
Entranceke dalam gedung dapat dicapai dari dua arah.
Terdapat atrium dalam bangunan.
Akses pengunjung ke seluruh ruangan dapat dicapai dengan menggunakan lift
dan eskalator.
Tersedianya pelayanan yang memadai, tempat rekreasi sebagai fasilitas
penunjang dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Untuk selubung bangunan digunakan material yaitu cladding dan kaca transparan
pada fasade dengan area-area bukaan yang mendukung pada tata letak ruang agar
view yang baik dapatdilihat dari dalambangunan. Konsep skylight pada atap
bangunan dapat membantu pemecahan masalah pencahayaanyang kurang dari
bangunan yang lama. Dengan skylight diharap bisa menjadi sarana penghawaan
dan pencahayaan alami.
Konsep Ruang Luar dan Ragam Elemennya
Ruang luar tidak kalah pentingnya dengan ruang dalam, sehingga sangat perlu
untuk dipertimbangkanbagaimana menatanya dengan baik. Akan diadakan RTH
berupa taman (ruang luar) didalam site yangdilengkapi dengan elemen-elemen
ruang luar/street furnite seperti lampu taman dan lampu jalan,bangku taman,
tempat sampah, papan petunjuk/informasi, air mancur dan penggunaan
vegetasi/pepohonan sebagai peneduh dan pengarah serta pemberi nilai estetis di dalam
site.
Hasil Perancangan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/26572540/SISTEM_STRUKTUR_BANGUNAN_TINGGI
http://kbbi.web.id/struktur
rachmat-arsitektur.blogspot.com/2011/02/elemen-elemen-sistem-struktur-bangunan.html
http://documents.tips/documents/sistem-struktur-bangunan-tinggi03.html
http://muchlisryanbekti.blogspot.co.id/2012/04/sistem-dilatasi-bangunan.htm
https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-b-d&sxsrf=ALeKk003n-fv6HdhAkP-
bG7RImC_ZgBYRg
%3A1606353023081&ei=fwC_X47MBKW0mgei5rvgAQ&q=+syarat+psikis+arsiktektur+dari+ban
gunan+perbelanjaan&oq=+syarat+psikis+arsiktektur+dari+bangunan+perbelanjaan&gs_lcp=CgZ
wc3ktYWIQAzoECAAQRzoECCEQCjoICCEQFhAdEB46BwghEAoQoAE6BQghEKABOgQIIRAVUMR0
WIeqAmCorQJoAHABeACAAbsBiAGPJZIBBDQuMzaYAQCgAQGqAQdnd3Mtd2l6yAEIwAEB&sclie
nt=psy-ab&ved=0ahUKEwjOh8yqg5_tAhUlmuYKHSLzDhwQ4dUDCAw&uact=5