Anda di halaman 1dari 25

AZAS PERANCANGAN ARSITEKTUR II

‘Bangunan Perbelanjaan’

DOSEN : THEODORA M. TUALAKA. ST ., M., Arch

MAHASISWA: KATHARINA NATASHA NUE

NIM : 1906090051

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

JURUSAN ARSITEKTUR

SEMESTER 3

2020
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberkati saya sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Saya juga ingin mengucapkan
terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan laporan ini dan
berbagai sumber yang telah saya pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.

Saya mengakui bahwa saya adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna.
Begitu pula dengan laporan ini yang telah saya selesaikan. Tidak semua hal dapat saya
deskripsikan dengan sempurna dalam laporan ini. Saya melakukannya semaksimal mungkin
dengan kemampuan yang saya miliki.

Maka dari itu, saya bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman.
Saya akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki laporan saya di masa datang.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………...

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………


1.2 Rumusan Masalah …………………………………..........
1.3 Tujuan …………………………………………..
1.4 Manfaat ………………………………………….

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Bangunan …………………………………………..


2.2 Struktur Bangunan …………………………………………..
2.3 Estetika Bangunan …………………………………………..
2.4 Studi Kasus …………………………………………..

BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan ………………………………………….

Daftar Pustaka ………………………………………….


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian dari pusat perbelanjaan adalah kompleks toko ritel dan fasilitas yang
direncanakan sebagai kelompok terpadu untuk memberikan kenyamanan berbelanja yang
maksimal kepada pelanggan dan pentaan barang dagangan yang terekspose secara maksimal
24. Menurut International Council of Shopping center ICSC tahun 2013, Pusat Perbelanjaan
sendiri memiliki arti sekelompok pengusaha eceran retailer dan kegiatan komersil lainnya yang
direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan dioperasikan dalam satu unit bisnis, pada umumnya
menyediakan tempat parkir.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang
Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern
menyebutkan bahwa pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau
beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal dari satu atau beberapa bangunan yang
didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha
atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pusat perbelanjaan adalah suatu


kompleks bangunan komersil yang dirancang dan 24 Chiara, J. D. Crosbie , M. J., 2001. Time
Saver Standart For Building Types. 4th penyunt. Singapore: McGraw - Hill Book Co. hlm.119
Konsep Citywalk 2-2 direncanakan beserta retail-retail dan fasilitas pendukungnya untuk
memberikan kenyamanan dalam aktifitas perdagangan yang diwadahinya. Aktifitas
perdagangan dalam pusat perbelanjaan modern ini tidak disertai tawar menawar barang
seperti halnya pasar tradisional. Pusat perbelanjaan modern merupakan pusat perbelanjaan
dengan sistem pelayanan mandiri atau dilayani pramuniada, menjual berbagai jenis barang
secara eceran.Pusat perbelanjaan modern biasanya terdiri dari tenant-tenant yang disewakan
kepada pelaku usaha serta terdapat anchor tenant yang berupa departement store atau
supermarket.

Pada kesempatan ini, jenis bangunan perbelanjaan yang akan dibahas yaitu berupa mall.
Mall dapat diartikan sebagai suatu fasilitas komersial dengan wujud arsitektural berupa ruang
rekreasi (jalan) yang ditata sedemikian rupa untuk menghubungkan dua titik keramaian atau
lebih dengan dikelilingi retail atau tempat penjualan berbagai kebutuhan. Dalam mall
pengunjung melakukan rekreasi dengan berjalan-jalan dan sesekali melihat barang yang dijual
oleh retail sebelum memutuskan untuk memasuki retail tersebut. Sehingga dengan demikian
esensi dari mall bukan sebagai pertokoan padat barang, namun lebih kepada sebuah tempat
penjualan dengan menonjolkan rekreasi dan kenyamanan berbelanja. Hal inilah yang
mengakibatkan harga barang di mall relatif lebih tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana fungsi, struktur, dan estetika dari sebuah bangunan perbelanjaan (Mall) ?

1.3 Tujuan

Membahas mengenai bagaimana fungsi, struktur, dan estetika dari bangunan (Mall).

1.4 Manfaat

Dengan membuat laporan yang membahas mengenai bagaimana fungsi, struktur, dan
estetika dari bangunan (Mall) ini, dapat memberikan kita pengetahuan dan menambah
pemahaman kita dalam merancang suatu bangunan mall, sehingga dapat bermanfaat bagi kita
dan orang lain.
BAB II
TINJAUAN MATERI

2.1. Fungsi Bangunan

Untuk fungsi arsitektur terdapat beberapa elemen di dalamnya seperti syarat fisik dan
psikis dari jenis suatu bangunan. Setiap ruang menuntut syarat-syarat yang penting sekali
untuk dipenuhi.

Untuk syarat fisik :

1. Syarat ukuran luas dan tinggi ruang untuk memenuhi suatu kegiatan tertentu. Ada
syarat minimum yang efisien dan syarat maksimum yang masih dapt dijangkau manusia.
2. Syarat luas gerak perorangan maupun kelompok, standar minimum statis gerak.
3. Syarat luas untuk perlengkapan kelompok kebutuhan lain.
4. Syarat hubungan dan pemisahan antar bagian dalam ruang itu sendiri atau dengan
luasnya.
5. Pola hubungan antar ruang (organisasi).
6. Syarat kemudahan pemeliharaan dan perlengkapan mekanis (jika perlu).

Sedangkan syarat psikis, menurut Ishar (1992 :7-8) bahwa : Syarat psikis ialah syarat suasana
atau kesan lingkungan ruang yang harus diciptakan menurut kebutuhan fungsinya. Ini lebih
sukar karena sifatnya lebih abstrak, meliputi masalah penerangan, ventilasi, akustik,
pemandangan keluar, bentuk ruang, bentuk bagian-bagiannya, bentuk garis-garis dalam ruang,
dan warna. Untuk itu kita hanya dapat berlatih untuk mempertajam kepekan kita.

Maka pada pembahasan ini kita membahas mengenai fungsi dari bangunan mall. Kita
tahu mall tidaklah hanya sebagai tempat untuk kegiatan perdagangan dan berbelanja saja, akan
tetapi masyarakat juga menjadikan mall sebagai tempat refreshing bersama keluarga ataupun
teman, tempat kehidupan publik dan menjadi wadah interaksi sosial.

Dilihat dari fungsinya maka mall dapat digolongkan kedalam jenis bangunan hiburan
yaitu bangunan berupa gedung atau beberapa gedung pada daerah yang luas, dimana mall ini
harus memberikan kesan yang ceria dan gembira. Pada mall, ruang publik dan sirkulasi
memegang peranan yang sangat penting, sedangkan untuk ruang servis dan ruang pribadi tetap
ada namun sedikit.

Dari fungsinya, Mall dapat dikasifikasikan sebagai berikut.

 Berdasarkan International Council of shopping Center (1999) mengklasifikasikan


shopping mall menjadi dua bagian berdasarkan fisiknya yaitu :
1. Strip Mall / Open Mall

Strip mall atau biasa dengan disebut shoping plaza adalah pusat perbelanjaan
terbuka dengan deretan unit-unit retail pada umumnya terdiri dari 1-2 lantai yang
bersusunan sejajar (berderet lurus maupun yang membentuk konfigurasi L atau U)
dengan area pejalan kaki di tengahnya yang menghubungkan antar unit-unit retail
yang saling berhadapan. Dengan semakin minimnya lahan terutama di daerah
perkotaan, tipe strip mall ini berubah menjadi unit-unit retail dengan parkir
kendaraan yang terletak di depannya, menyesuaikan dan mengoptimalisasi lahan
yang ada.
2. Shopping Mall / Closed Mall

Shopping mall yang biasa disebut dengan mall adalah tipikal pusat perbelanjaan
yang bersifat tertutup/indoor yang berisi unit-unit retail dan pada umumnya
disewakan. Biasanya mall merupakan multy-Storey building atau terdiri lebih dari 2
lantai, yang dikarenakan mall dibangun di tengah kota dimana lahannya yang sangat
terbatas tetapi tuntutan fungsinya tetap banyak, sehingga pembangunan mall harus
dilakukan secara vertical. Dan untuk menambah kenyaman pengunjung, mall sudah
menggunakan bantuan teknologi seperti pengatur suhu ruangan (AC),
materialmaterial yang bagus untuk dipandang, dll.

 Berdasarkan luas area pelayanan berdasarkan U.L.I standard shopping center


Planning, Development & admministratition, Edgar Lion P. Eng dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Regional Shopping center

Luas areal antara 27.870- 92.900 m2, terdiri dari dua atau lebih yang seukuran
dengan department store. Skala pelayanannya Antara 150.000-400.000
penduduk, terletak pada lokasi strategis, tergabung dengan lokasi perkantoran,
rekreasi, dan seni.
2. Commmmunity Shoppingn Center

Luas areal antara 9.290-23.225 m2, terdiri dari junior department store.
Supermarket dengan jangkauan antara 40.000-150.000 penduduk terletak pada
lokasi dekat dengan pusat-pusat kota (wilayah).
3. Neigbourhood Shopping Center

Luas areal antara 2.720- 9.290 m2, jangkauan pelayanannya antara 5.000-40.000
penduduk, unit terbesarnya berbentuk supermarket, berada pada lingkungan
tertentu.
 Berdasarkan dari jenis barang yang dijual (Design for shopping Centers Nadine
Beddington):
1. Demand (permintaan) , yaitu yang menjual kebutuhan sehari-hari yang merupakan
kebutuhan pokok.
2. Semi demand (setengah permintaan), yaitu menjual barang-barang untuk
kebutuhan tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
3. Implus (barang yang menarik), yaitu yang menjual barang-barang mewah yang
menggerakkan hati konsumen pada waktu tertentu untuk membelinya.
4. Drugery, yaitu menjual barang-barang higienis seperti sabun, parfum, dll.

 Berdasarkan bauran jenis usahanya :


1. Pusat perbelanjaan berorientasi keluarga
Pusat perbelanjaan ini menyediakan seluruh hal kebutuhan dalam satu atap (all
under one roof family- oriented shopping centre). Dengan luas bersih area yang
disewakan sekitar 400.000-500.000 kaki persegi dan didominasi oleh
hypermarket, pusat hiburan, cinema, bowling, dan billiard.
2. Pusat perbelanjaan spesialis (specialist shopping center)
Pusat perbelanjaan ini lebih kecil dari pada pusat perbelanjaan berorientasi
keluarga dan hanya menawarkan satu jenis perdagangan utama yang dilengkapi
dengan sejumlah toko yang mendukung bisinis utama tersebut, seperti toko
makanan, toko minuman, dan toko pelayanan lainnya.
3. Pusat perbelanjaan gaya hidup (Life style Shopping center)
Pusat perbelanjaan ini melayani para profesional muda yang bekerja di wilayah kota.
Dan menawarkan produk tematis yang berkaitan dengan gaya hidup. Luas area pada
pusat perbelanjaan ini sekitar 100.000-200.000 kaki persegi.

 Berdasarkan cara pelayanan :


1. Shopping existing personal services
Pembeli dilayani langsung oleh para pelayan. Setelah transaksi, pelayan langsung
meminta pembayaran dan membungkus barang tersebut.
2. Self selection
Pembeli dapat memilih dan membeli barang-barang, kemudian mengumpulkan
ke pelayan dan meminta bon pembayaran, lalu ke kasir untuk membayar atau
mengambil barang.
3. Self services
Pembeli dapat memilih dan mengambil barang-barang yang dibutuhkan, kemudian
diletakkan pada keranjang atau kereta keranjang yang telah disediakan, lalu
dibawa ke kasir untuk pembayaran dan pembungkusan.

2.2 Struktur Bangunan


Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk
menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan di atas tanah.

 Pondasi : kontruksi yang paling terpenting pada suatu bangunan.


 Kolom berfungsi menerima beban yang ada diatas kolom dan meneruskan ke bawah
atau ke pondasi.
 Tangga : salah satu bagian dari bangunan yang berfungsi sebagai penghubung antara
lantai pada bangunan bertingkat.
 Balok : bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk menompang lantai
diatasnya

Sistem struktur pada bangunan gedung secara garis besar menggunakan beberapa sistem
utama seperti dibawah berikut ini :

a. Struktur Rangka atau Skeleton

Struktur kerangka atau skeleton terdiri atas komposisi dari kolom-kolom dan balok-
balok. Kolom sebagai unsur vertikal berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya menuju
tanah, sedangkan balok adalah unsur horisontal yang berfungsi sebagai pemegang dan
media pembagian beban dan gaya ke kolom. Kedua unsur ini harus tahan terhadap
tekuk dan lentur. Selanjutnya dilengkapi dengan sistem lantai, dinding, dan komponen
lain untuk melengkapi kebutuhan bangunan untuk pembentuk ruang. Sistem dan
komponen tersebut diletakkan dan ditempelkan pada kedua elemen rangka bangunan.
Dapat dikatakan bahwa elemen yang menempel pada rangka bukanlah elemen
struktural. Bahan yang umumnya dipakai pada sistem struktur rangka adalah kayu, baja,
beton termasuk beton pra-cetak . Saat ini bahan yang paling banyak digunakan adalah
baja dan beton bertulang karena mampu menahan gaya-gaya tersebut dalam skala yang
besar. Untuk bahan pengisi non-strukturalnya dapat digunakan bahan yang ringan dan
tidak mempunyai daya dukung yang besar, seperti susunan bata, dinding kayu, kaca dan
lainnya. Sistem struktur rangka banyak berkembang untuk aplikasi pada bangunan tinggi
(multi-storey structure) dan bangunan dengan bentang lebar (long-span structure).b.

b. Struktur Rangka Ruang

Sistem rangka ruang dikembangkan dari sistem struktur rangka batang dengan
penambahan rangka batang kearah tiga dimensinya. Struktur rangka ruang adalah
komposisi dari batang-batang yang masing-masing berdiri sendiri, memikul gaya tekan
atau gaya tarik yang sentris dan dikaitkan satu sama lain dengan sistem tiga dimensi
atau ruang. Bentuk rangka ruang dikembangkan dari pola grid dua lapis (doubel-layer
grids), dengan batang-batang yang menghubungkan titik-titik grid secara tiga
dimensional.

c. Struktur Permukaan Bidang


Struktur permukaan bidang termasuk juga struktur form-active biasanya digunakan
pada keadaan khusus dengan persyaratan struktur dengan tingkat efisiensi yang tinggi.
Struktur-struktur permukaan bidang pada umumnya menggunakan material-material
khusus yang dapat mempunyai kekuatan yang lebih tinggi dengan ketebalan yang
minimum.

Beberapa jenis struktur ini antara lain:


1. Struktur bidang lipat
Struktur bidang lipat dibentuk melalui lipatan-lipatan bidang datar dengan
kekakuan dan kekuatan yang terletak pada keseluruhan bentuk itu sendiri.
2. Struktur cangkang
Struktur cangkang adalah sistem dengan pelat melengkung ke satu arah atau
lebih yang tebalnya jauh lebih kecil daripada bentangnya.
3. Struktur membrane
Struktur membran mempunyai prinsip yang sama dengan struktur cangkang,
tetapi dengan bahan bidang permukaan yang sangat tipis.

d. Struktur Kabel dan Jaringan

Struktur kabel dan jaringan dikembangkan dari kemampuan kabel menahan gaya tarik
yang tinggi. Dengan menggunakan sistem tarik maka tidak diperlukan sistem penopang
vertikal untuk elemen horisontalnya (lantai atau atap), sehingga daerah di bawah
elemen horisontal (ruang) memiliki bentangan yang cukup besar. Sistem yang
dikembangkan pada struktur kabel antara lain: Struktur atap tarik dengan kolom
penunjang, Struktur kabel tunggal, Struktur kabel ganda.

Dan untuk mall sendiri, merupakan bangunan tinggi dimana pada bangunan tinggi memiliki
system struktur sebagai berikut :

A. Stabilitas bangunan Tinggi


Bangunan tinggi umumnya mempunyai bentuk dasar segiempat, segitiga, bujur sangkar,
bulat, elips, atau kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut. Bangunan tinggi yang dengan
bentuk dasar empat persegi panjang apabila menerima beban geser (beban gempa)
akan terguling.
Agar supaya stabil, maka pada bangunan diberi :

1. Diberi podium, sehingga memperbesar jarak titik berat masa bangunan dengan titik
guling.
2. Diberi tiang pancang, sehingga bangunan mempunyai “akar” yang terikat dengan
tanah.
3. Dengan basement, sehingga menambah ketahanan nilai momen guling.
4. Penggabungan podium dan basement ( atau dengan tiang pancang).

B. Unsur-unsur dasar bangunan tinggi


1. Bentuk linier, berupa kolom, balok yang mampu menahan gaya rotasi dan gaya
aksial.
2. Bentuk bidang/permukaan, berupa:
 dinding, padat maupun berlubang atau berangka, mampu menahan gaya
rotasi dan aksial (gaya yang bekerja tegak lurus)
 plat atau beruas,ditumpu pada rangka lantai, mampu memikul beban
didalam dan tegak lurus pada bidang tersebut.
3. Bentuk spasial, terdiri dari fasade atau inti (core), dengan mengikat agar berlaku
satu kesatuan.

Yang bila unsur-unsur ini disatukan, akan membentuk struktur tulang bangunan yang
menghasilakan system struktur yang mamapu menahan beban pada bangunan.

C. Penyaluran beban
Beban vertikal dapat ditahan oleh balok-balok (beban mati dan beban hidup) sedangkan
beban horizontal dapat ditahan kolom (angin).
1. Penyalur beban vertical / tegak / gravitasi
Beban gravitasi merupakan beban yang berasal dari beban mati struktur dan beban
hidupnya yang bekerja pada suatu bangunan dengan cara menyebarkan beban
gravitasi kolom, balok, dinding, lantai dan disalurkan ke pondasi/tanah.
2. Penyalur beban horizontal / datar
Beban ini merupakan pengaruh dari beban hidup, termasuk beban angina yang
menyebabkan struktur melengkung sampai tumbang. Untuk mengatasinya dibuatlah
bidang geser atau disebut dinding geser (shear wall) dapat menahan gaya horizontal.

3. Struktur lantai
Merupakan penahan beban gravitasi dan merupakan bagian terbesar yang perlu
dipertimbangkan pemilihannya, diantaranya :
a) Makin ringan beban lantai, makin berkurang dimensi kolom dan
pondasinya dan memungkinkan untuk bentang yang lebih besar.
b) Kapasitas lantai untuk memikul beban pada saat pekerjaan konstruksi
c) Dapat menyediakan tempat/ruang bagi saluran utuilitas yang diperlukan.
d) Memenuhi persyaratan bagi ketahanan api
e) Memungkinkan bagi kesinambungan pekerjaan konstruksi (waktu)
f) Mengurangi penggunaan alat bantu pekerjaan dalam pembuatan pelat
lantai.

Sistem struktur lantai:

1) Pelat satu arah (one way slab) : ditumpu balok anak yang sejajar satu sama
lainnya,pelat dianggap sebagai balaok tipis yang ditumpu banyak tumpuan.
2) Pelat rusuk satu arah (one way rib/joist slab) : ditumpu rusuk, jarak antar anak
balok sangat berdekatan.
3) Pelat dua arah (two way slab on beam) : ke-empat sisinya ditumpu oleh balok.
4) Pelat tanpa balok-tanpa kolom (flat plate) : tanpa penebalan disekeliling
kolom,beban vertikal langsung dipikul kolom dari segala arah.
5) Pelat tanpa balok-dengan kepala kolom (flat slab) : terdapat penebalan kepala
kolom dan pelat lantai pada puncak kolom, sehingga dapat menimbulkan gaya
lateral & Momen lentur.
6) Pelat rusuk dua arah (waffle slab) : pelat lantai yang langsung ditumpu oleh balok
2 arah dengan jarak yang dekat, kekakuan cukup besar dapat memikul beban
vertikal sehingga bisa untuk bentang yang lebih besar.

4. Sistem penahan gaya lateral


Gaya lateral adalah gaya angin dan gempa. Beban angin terkait dengan dimensi
ketinggian bangunan, sedangkan beban gempa terkait dengan massa bangunan.
 Rangka pengaku (braced frame) : terdiri dari kolom dan balok yang diberi
pengaku diagonal,bisa berbentuk X atau K.
 Dinding geser (shear wall) : komponen vertikal yang sangat kaku boleh
mempunyai bukaan ±5%. Fungsi dinding geser dapat berubah menjadi
dinding penahan beban (bearing wall) apabila menerima beban tegak lurus
dinding geser.
 Pada bangunan tinggi, lebih sering dipakai gabungan portal penahan beban
dan dinding geser.

D. Pengelompokkan system struktur bangunan tinggi


Struktur yang digunakan pada bangunan bertingkat tinggi dan menengah adalah :

1) Sistem struktur rangka (frame)


Terdiri dari balok-balok horizontal dan kolom sebagai unsur tegak,yang tersusun
teratur dan tegak lurus yang dapat menahan beban yang disalurkan ke pondasi.
Agar bangunan tetap stabil akibat gaya lateral, maka hubungan antara balok dan
kolom diberi :

a) Hubungan kaku (joint rigidty), menciptakan sambungan kaku antara


bagian rangka.
b) Triangulasi (triangulation), menjadikan rangka menjadi system segitiga
(diberi ikatan angin tau bracing).

c) Dinding geser (shear wall), mengakukan rangka dengan diberi dinding


geser. Sistem tersebut akan menyebabkan kekakuan pada rangka.

E. Sistem Dilatasi Bangunan


Pengertian dilatasi adalah sebuah sambungan/garis pada sebuah bangunan yang karena
sesuatu hal memiliki sistim struktur berbeda. Fungsi Dilatasi gunanya untuk menghindari
kerusakan atau retak-terak pada bangunan yang ditimbulkan oleh gaya Vertikal dan
horizontal, seperti pergeseran tanah, gempa bumi, dan lain - lain.
Bangunan yang mempunyai tingkat tekanan yang berbeda. Maka bangunan yang
mendapat tekanan yang rendah akan berbeda strukturnya dengan bangunan yang
mempunyai tekanan yang lebih tinggi walaupun dalam satu gedung. Proses dilatasi
dilakukan dengan membuat struktur bangunan tidak memakai satu dinding sebagai
pemisah. Bangunan yang satu memakai dinding sendiri dan bangunan sampingnya
makai dinding sendiri. Sehingga walaupun terlihat menyatu sebenarnya terpisah. Ini
dilakukan untuk mengurangi efek samping dari bencana gempa.
Dilatasi bangunan biasanya diterapkan pada :
1. Bangunan yang mempunyai tinggi berbeda–beda. ( pertemuan antara bangunan
yang rendah dengan yang tinggi ).
2. Pemisah bangunan induk dengan bangunan sayap.
3. Bangunan yang memiliki kelemahan geometris.
4. Bangunan yang memiliki panjang >30m.
5. Bangunan yang berdiri diatas tanah yang kurang rata.
6. Bangunan yang ada didaerah gempa.
7. Bangunan yang mempunyai bentuk denah bangunan L, T, Z, O, H, dan U.

Sistem dilatasi digunakan pada pertemuan antar bangunan yang memiliki tinggi yang
berbeda. Hal ini dikarenakan beban gaya yang diterima bangunan berbeda–beda antara
bangunan yang tinggi dengan bangunan yang lebih rendah. Sistem dilatasi yang sering
digunakan adalah system dilatasi kolom.

Sistem ini digunakan untuk bangunan–bangunan yang panjang. Sistem ini juga
mempunyai kelebihan yaitu mampu menahan gaya horizontal yang timbul (gempa
bumi). Selain itu juga relative aman, dan apabila ada kerusakan–kerusakan tidak terlalu
vatal.

2.3 Estetika Bangunan


Pembangunan mal telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan. Pergi ke
mal adalah kebutuhan mandiri tanpa ikatan emosional dengan orang lain.

Sebagai area publik, mall telah berupaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan
seperti memperbesar lapangan kerja serta menyediakan pusat hiburan bagi pengunjung. Bagi
sebagian besar masyarakat perkotaan, mal dianggap sebagai solusi bagi seluruh anggota
keluarga. Itu adalah satu tujuan untuk semua.

Elemen mall terdiri dari anchor, secondary anchor, street mall, dan landscaping. Mereka
dibangun dengan komposisi yang sempurna untuk mengedepankan tujuan utama dari
bangunan mal sebagai tempat perdagangan modern.

Desain interior bangunan mall tidak hanya untuk mengaplikasikan finishing tetapi juga
memberikan pengalaman estetika bagi pengunjungnya. Keseruan dikelilingi material yang
indah, warna-warna menarik pada bangunan mewah merupakan beberapa dampak yang
memberikan pengalaman estetika pada bangunan mall. Hal ini dimaksudkan agar konsumen
tertarik untuk membeli produk tersebut.

Fenomena pembangunan mall adalah meskipun fungsi bangunan mall telah memenuhi
kebutuhan masyarakat perkotaan, namun juga telah memanfaatkan ruang hijau dan merusak
resapan air. Untuk mengatasi permasalahan yang sesuai dengan situasi tersebut, merancang
sebuah mal terintegrasi dengan konsep green building harus menjadi solusinya. Solusinya harus
didukung dengan regulasi pemerintah yang dilandasi kesadaran ramah lingkungan, memadukan
gedung mal dengan ruang terbuka dengan penataan lansekap yang dirancang dengan baik akan
menawarkan tempat berkumpul baru bagi masyarakat perkotaan.

2.4 Studi Kasus


1. SHOPPING CENTER PASAR 45 & GEDUNG PARKIR

 Konsep Site Development

 ZonaPubliktempatkansaling berdekatan antarasite A shopping center dan site


B gedung parkirdengan dibatasi oleh Jl. Dotulolong Lasutkarena akses masuk
dari arah Jl Si Singa Mangaraja, Jl.Siswomihardjo dan Jl. D. I. Panjaitan.Untuk
zona penempatan ruang publik seperti restaurant dancafé pada zonasi
bangunangedung Shopping Center dangedung parkir diarahkan pada
bagianbaratagar mendapat view Pelabuhan Manado/laut dan arah selatan
untuk mendapat view TKB (icon kotaManado).
 Zona Semi Publik diarahkan kearah selatan dan timur di Jl. Walanda Maramis
dan Jl.Siswomihardjo.
 Untukprivate danservis diarahkan ke arahutaratapak dekat Jl.Lembong dan Jl.
Gang Pogedan.
 Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai penyangga kebisinganserta sebagai
pengelolaan danpenghubung dari icon-icon Kota Manado yang berada di
kawasan ini agar kawasan ini bias hidupkembali.

 Konsep Ruang Dalam


Basement: ruang parkir, ruang tunggu, toilet dan ruang MEE.
Lantai 1: lobby, exhibition hall, information center, retail, mini anchor, anchor,
café,toilet, ruang MEE, loading dock, gedung parkir.
Lantai 2&3: retail, mini anchor, anchor, café, restaurant, toilet, gedung parkir.
Lantai 4: retail, mini anchor, game zone, food court, toilet.
Lantai 5: retail, tempat jajanan, kids zone, mini teather.
Lantai 6: kantor pengelola, ruang chiller.

 Untuk sirkulasi berkonsep mall yang jalur utamanya menghadap dua atau
lebih magnet pertokoandapat menjadi poros massa, dan dalam ukuran
besar dapat berkembang menjadi sebuah atrium danjalur ini menjadi
sirkulasi utama, karena menghubungkan dua titik magnet atau anchor
yangmembentuk sirkulasi utama.
 Untuk koridor menggunakan sistem koridor tunggal.Lebar koridoryang dipakai 5
meter.
 Terdapat jembatansebagai penghubungdua massa yang terpisah.
 Entranceke dalam gedung dapat dicapai dari dua arah.
 Terdapat atrium dalam bangunan.
 Akses pengunjung ke seluruh ruangan dapat dicapai dengan menggunakan lift
dan eskalator.
 Tersedianya pelayanan yang memadai, tempat rekreasi sebagai fasilitas
penunjang dan fasilitas-fasilitas lainnya.

 Konsep Struktur Bangunan


Struktur dan material bangunan merupakan pemecahan dan persoalan teknik dan
persoalanestetika. Untuk itu, pendekatan konsep struktur dan material bangunan
harus berdasarkan kriteria sebagai berikut.
1. Fleksibilitas dan Kapabilitas
Fleksibilitas meliputi kemudahan ruang untuk di akses dankemudahan untuk di
tata kembali ke masa depan. Kapabilitas menyangkut jumlah orang yangdapat di
tampung saat melakukan kegiatan.
2. Efektivitas dan efisiensi
Suatu bangunan sangat dipengaruhi oleh faktor waktu, sehinggaefektivitas dan
efisiensi memegang peranan penting. Bagaimana sistem struktur harus
memnuhisyarat dalam segi kekuatan dan kekakuan bangunan dengan
memperhatikan juga efisiensi biaya(ekonomis).
3. Keamanan dan Keselamatan
Keamanan dan keselamatan berhubungan dengan pelaku dalammelakukan
kegiatan. Hal ini lebih berhubungan pada fisik ruang (standar modul), pemilihan
bahandanproporsi bangunan (menyangkut besarnya bentangan dan sambungan
antar komponen,khususnya terkait dengan elemen alam gaya angin).
4. Kenyamanan
Kenyamanan bangunan objek rancangan meliputi kenyamanan pengelola
danpengunjung umum dalam menggunakan fasilitasdan bersirkulasi dalam
bangunan. Maka hal iniberhubungan dengan sirkulasi vertical dengan
pertimbangan sebagai berikut:
 Pencapaian vertikal dengan tangga: <4 lantai
 Pencapaian vertikal dengan lift: >4 lantai

Sistem struktur yang akan dipakai pada objek perancangan, yaitu :

 Lower Structure (struktur bangunan bawah) adalah bagian struktur bangunan


yang di bawahlantaidasar yang terletak pada tanah yang menerima dan
meneruskan beban statis dandinamis kedalam tanah. Struktur bangunan
bawah yang akan di gunakan sebagai alternatif perancangan adalahpondasi tiang
pancang, dengan pertimbangan sebagai berikut.

 Pondasi ini cocok digunakan untuk gedung bertingkat banyak.


 Pondasi ini dipakai untuk memikul beban-beban yang berat dengan
lapisan tanah kerasnyamelebihi 8 meter s/d 20. Lokasi yang akan dibangun
berada pada kondisi tanah yang kerasnyasangat dalam dan tanah merupakan
bekas timbunan maka pondasi cocok untuk dipakai.
 Mampu menerima beban lateral yang diakibatkan oleh gempa maupun
angin.

 Upper Structure (struktur bangunan atas) adalah bagian struktur bangunan


di atas lantai dasaryang membentuk suatu kesatuan untuk meletakkan
komponen bangunan yang lain, menerima danmeneruskan beban statis
dandinamis ke struktur bangunan bawah. Sistem struktur yang
akandigunakan adalah sistem struktur rangka kaku baja dikarenakan
bangunan bentang lebar. Dalammekanismenya kolom sebagai penopang yang
didalamnya terdapat baja sebagai beban vertical danbalok sebagai beban
horizontal.
 Pemanfaatan core (inti bangunan). Core pada bangunan tinggi dapat
dimanfaatkan untukfungsi sistem utilitas. Bagian core pada bangunan ini
berupa lift, perpipaan, tangga, shaftsampah, shaft elektrikal (jalur vertikal
untuk kabel-kabel), shaft sistem AC.
 Pemanfaatan Lantai dan Plafond. Ruangan antara plafond dan lantai pada
bangunanbertingkat tinggi dapat dimanfaatkan sebagai fungsi sistem utilitas :
-Kabel-kabel (lampu, telekomunikasi, kebutuhan elektrikal lainnya)
-Pipa pemadamkebakaran (supply untuk sprinkler head)
-Perpipaan air bersih dan air kotor (jalur horizontal)
-Ducting AC
 Pemanfaatan atap kaca skylight. Dalam pemanfaatan atap ini
diharapkan dapatmeningkatkan intensitas cahaya pada bangunan dan
pemakaian lampu yang tidak berlebihan.Untuk material yang dipakai
dari struktur atap baja dan untuk penutup digunakan tempered.

 Konsep Selubung Bangunan

Untuk selubung bangunan digunakan material yaitu cladding dan kaca transparan
pada fasade dengan area-area bukaan yang mendukung pada tata letak ruang agar
view yang baik dapatdilihat dari dalambangunan. Konsep skylight pada atap
bangunan dapat membantu pemecahan masalah pencahayaanyang kurang dari
bangunan yang lama. Dengan skylight diharap bisa menjadi sarana penghawaan
dan pencahayaan alami.
 Konsep Ruang Luar dan Ragam Elemennya

Ruang luar tidak kalah pentingnya dengan ruang dalam, sehingga sangat perlu
untuk dipertimbangkanbagaimana menatanya dengan baik. Akan diadakan RTH
berupa taman (ruang luar) didalam site yangdilengkapi dengan elemen-elemen
ruang luar/street furnite seperti lampu taman dan lampu jalan,bangku taman,
tempat sampah, papan petunjuk/informasi, air mancur dan penggunaan
vegetasi/pepohonan sebagai peneduh dan pengarah serta pemberi nilai estetis di dalam
site.

 Hasil Perancangan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/26572540/SISTEM_STRUKTUR_BANGUNAN_TINGGI

http://kbbi.web.id/struktur
rachmat-arsitektur.blogspot.com/2011/02/elemen-elemen-sistem-struktur-bangunan.html

http://documents.tips/documents/sistem-struktur-bangunan-tinggi03.html

http://muchlisryanbekti.blogspot.co.id/2012/04/sistem-dilatasi-bangunan.htm

https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-b-d&sxsrf=ALeKk003n-fv6HdhAkP-
bG7RImC_ZgBYRg
%3A1606353023081&ei=fwC_X47MBKW0mgei5rvgAQ&q=+syarat+psikis+arsiktektur+dari+ban
gunan+perbelanjaan&oq=+syarat+psikis+arsiktektur+dari+bangunan+perbelanjaan&gs_lcp=CgZ
wc3ktYWIQAzoECAAQRzoECCEQCjoICCEQFhAdEB46BwghEAoQoAE6BQghEKABOgQIIRAVUMR0
WIeqAmCorQJoAHABeACAAbsBiAGPJZIBBDQuMzaYAQCgAQGqAQdnd3Mtd2l6yAEIwAEB&sclie
nt=psy-ab&ved=0ahUKEwjOh8yqg5_tAhUlmuYKHSLzDhwQ4dUDCAw&uact=5

Anda mungkin juga menyukai