Anda di halaman 1dari 3

SHELLA RAFSANJANI

16.22.100

TINJAUAN PUSTAKA SHOPPING CENTER

 Pengertian dari pusat perbelanjaan adalah kompleks toko ritel dan fasilitas yang
direncanakan sebagai kelompok terpadu untuk memberikan kenyamanan berbelanja yang
maksimal kepada pelanggan dan pentaan barang dagangan yang terekspose secara maksimal.
 Menurut International Council of Shopping center (ICSC) tahun 2013, Pusat perbelanjaan
sendiri memiliki arti sekelompok pengusaha eceran (retailer) dan kegiatan komersil lainnya
yang direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan dioperasikan dalam satu unit bisnis, pada
umumnya menyediakan tempat parkir.
 Menurut situs online Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2012, pusat perbelanjaan adalah
tempat yang diperuntukkan bagi pertokoan yang mudah dikunjungi pembeli berbagai lapisan
masyarakat.
 Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun
2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan Toko
Modern menyebutkan bahwa pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari
satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal dari satu atau beberapa
bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan
kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang.
 Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pusat perbelanjaan
adalah suatu kompleks bangunan komersil yang dirancang dan direncanakan beserta retail-
retail dan fasilitas pendukungnya untuk memberikan kenyamanan dalam aktifitas
perdagangan yang diwadahinya. Aktifitas perdagangan dalam pusat perbelanjaan modern
ini tidak disertai tawar menawar barang seperti halnya pasar tradisional.
Pusat perbelanjaan modern merupakan pusat perbelanjaan dengan sistem
pelayanan mandiri atau dilayani pramuniada, menjual berbagai jenis
barang secara eceran.Pusat perbelanjaan modern biasanya terdiri dari
tenant-tenant yang disewakan kepada pelaku usaha serta terdapat anchor
tenant yang berupa departement store atau supermarket

Klasifikasi Shopping Center


Klasifikasi shopping center antara lain :
a. Dilihat dari luas areal pelayanan berdasarkan U.L.I. standar (Shopping Centers,
Planning, Development & Administration, Edgar Lion P.Eng)
1) Regional Shopping Centers :
Luas areal antara 27.870–92.900 m2, terdiri dari 2 atau lebih yang seukuran
dengan department store. Skala pelayanan antara 150.000–400.000 penduduk,
terletak pada lokasi yang strategis, tergabung dengan lokasi perkantoran,
rekreasi dan seni.
2) Community Shopping Centre :
Luas areal antara 9.290 – 23.225 m2, terdiri at as junior departmen store,
supermarket dengan jangkauan pelayanan antara 40.000-150.000 penduduk,
terletak pada lokasi mendekati pusat-pusat kota (wilayah).
3) Neigbourhood Shopping Centre :
Luas areal antara 2.720 – 9.290 m2. Jangkauan pelayanan antara 5.000-40.000
penduduk. Unit terbesar berbentuk supermarket, berada pada suatu lingkungan
tertentu.

b. Dilihat dari jenis barang yang dijual (Design for Shopping Centers, Nadine
Beddington)

1) Demand (permintaan), yaitu yang menjual kebutuhan sehari-hari yang juga


merupakan kebutuhan pokok.
2) Semi Demand (setengah permintaan), yaitu yang menjual barang barang
untuk kebutuhan tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
3) Impuls (barang yang menarik), yaitu yang menjual barang-barang mewah
yang menggerakkan hati konsumen pada waktu tertentu untuk membelinya.
4) Drugery, yaitu yang menjual barang-barang higienis seperti sabun, parfum
dan lain-lain.
c. Berdasarkan Bauran Jenis Usaha
Berdasarkan bauran jenis usahanya, pusat perbelanjaan dibedakan menjadi :
1) Pusat Perbelanjaan Berorientasi Keluarga
Pusat perbelanjaan ini menyediakan semua hal dalam satu atap (all under one
roof family–oriented shopping centre), dengan luas bersih area yang disewakan
sekitar 400.000 – 500.000 kaki persegi. Dimana didominasi oleh hy
permarket, pusat hiburan, cinema, area bowling dan biliar.
2) Pusat Perbelanjaan Spesialis (Specialist Shopping Centre)
Jenis pusat perbelanjaan ini lebih kecil dari pada pusat perbelanjaan
berorientasi keluarga dan hanya menawarkan satu jenis perdagangan utama,
yang dilengkapi sejumlah toko lain yang mendukung bisnis utama, seperti
makanan, minuman dan pelayanan pendukung lainnya

Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

UMKM didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara
dan aspek-aspek lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan tinjauan khusus
terhadap definisi-definisi tersebut agar dapat diperoleh pengertian yang sesuai
tentang UMKM, yakni menganut ukuran kuantitatif yang sesuai dengan kemajuan
ekonomi. Di Indonesia, terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UMKM
berdasarkan kepentingan lembaga yang memberi definisi, definisi tersebut
diantaranya :
a. Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UU No. 9 Tahun 1995),
yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI)
adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- .
Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga
negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih antara Rp 200.000.000 s.d.
Rp10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan.

b. Badan Pusat Statistik Nasional (BPS)


BPS memberikan definisi UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil
merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d. 19 orang,
sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20
s.d. 99 orang

c. Bank Indonesia (BI)


UMKM adalah perusahaan atau industri dengan karakteristik berupa:
1. Modalnya kurang dari Rp. 20 juta.
2. Untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juta.
3. Memiliki aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan.
4. Omzet tahunan ≤ Rp 1 miliar.
d. Keppres No. 16/1994:
UKM adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 400 juta.

e. Departemen Perindustrian dan Perdagangan mendefinisikan dapat dikatakan UMKM


jika memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan memiliki aset maksimal Rp 600 juta di luar tanah dan
bangunan
2. Perusahaan memiliki modal kerja di bawah Rp 25 juta

Anda mungkin juga menyukai