Anda di halaman 1dari 7

GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 2503-3344)

PENERAPAN KONSEP ECO-LIVING PADA GEDUNG PUSAT PERBELANJAAN


DI KOTA KENDARI
1*
Nita Wahyuni, 2Santi, 3Hapsa Rianty
1,2,3
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo Kendari
1*
Nitawahyuni12@gmail.com; 2Santi_ft@uho.ac.id; 3hapsarianty71@gmail.com

ABSTRAK
Pusat perbelanjaan yang ada pada zaman ini tentunya harus mengikuti tren perilaku berbelanja masyarakat, dimana
masyarakat menginginkan sebuah Pusat Perbelanjaan yang memiliki fungsi sebagai tempat berbelanja, berkumpul
sekaligus rekreasi. Untuk dapat menunjang kenyamanan pengunjung, wujud rancangan bangunan harus memberikan
sesuatu dampak yang positif bagi para pelaku kegiatan pusat perbelanjaan dan lingkungan sekitar, seperti sirkulasi udara
yang mengalir dengan baik dan sejuk, pemenuhan pencahayaan ruang yang memadai, utilitas bangunan sesuai dengan
standard. Konsep Eco-Living adalah sebuah gerakan berkelanjutan yang mencita-citakan terciptanya perancangan dari
tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian material yang ramah lingkungan serta penggunaan energi dan sumber daya
yang efektif dan efisien. Rancangan dilakukan dengan metode pengumpulan data lapangan dan studi pustaka maupun studi
literatur. Kemudian dilanjutkan dengan analisis data yang menghasilkan konsep perancangan, desain, serta maket.
Penerapan Eco-Living dalam bangunan yaitu dengan menghadirkan suasana alam yang kental, dan bertujuan agar
masyarakat lebih menikmati kegiatan yang dilakukan. Penerapan pendekatan Eco-Living dalam perencanaan pusat
berbelanja diharapkan mampu memenuhi kegiatan berbelanja, berkumpul dan berekreasi yang nyaman bagi masyarakat dan
dapat menjadi daya tarik bagi para pengunjung.

Kata kunci: Pusat Perbelanjaan, Eco-Living, Berbelanja, Berkumpul, Rekreasi

ABSTRACT
Certainly in this era a shopping mall must follow people’s trend of shopping behavior, where people want a shopping
mall which has a place for shopping, gathering and recreation. The design form of building must give a positive value to
support the luxury for shopping mall’s visitors and surrounding environment, such as a comfortable and proper air
circulation flows, a satisfying space lighting for a whole space, building’s utilities in accordance with the standards. The
concept of Eco-Living is a sustainable movement that aspires to the creation of design from the stage of planning,
implementation and use of friendly environmental materials as well as an effective and efficient usage of energy and
resources. The design is done with a field data collection and literature review nor study of literature. Data analysis is
done next which results in planning, design and mock-up. The implementation of Eco-Living in building is by presenting a
strong natural atmosphere and intends to give people comfort in doing activities. The implementation of Eco-Living
approach in the shopping mall design is expected to give a comfortable activity of shopping, gathering and recreation for
people and can be an allure for visitors.

Keywords: Shopping Mall, Eco-Living, Shopping, Gathering, Recreation.

PENDAHULUAN telah berkembang menjadi salah satu industri yang


menjanjikan keuntungan ekonomi yang cukup besar.
A. Latar Belakang
Saat ini,Kota Kendari memiliki 3 pusat perbelanjaan
Berbelanja merupakan salah satu bagian dari
yang umum nya sering di kunjungi oleh masyarakat
kebutuhan manusia. Bahkan berbelanja menjadi bagian
Kota Kendari yaitu Lippo Plaza Kendari,Briliyant Plaza
yang tak bisa terlepas dari kehidupan manusia dan telah
dan Mall Mandonga, yang pada waktu tertentu seperti
menjadi salah satu kebiasaan hidup tersendiri bagi
Libur akhir pekan, Hari-hari libur dan akhir tahun
manusia saat ini. Definisi berbelanja yang dimaksud
mengalami peningkatan pengunjung yang
adalah berbelanja (membeli) kebutuhan, baik kebutuhan
mengakibatkan terjadi kepadatan didalam pusat
primer (utama) maupun kebutuhan sekunder dan tersier.
berbelanjaan. Kepadatan didalam pusat perbelanjaan
Di Indonesia, konsumsi rumah tangga sepanjang
dapat menambah masalah-masalah baru,seperti sulitnya
tahun 2019 tumbuh 5,1% dibanding tahun sebelumnya.
bagi pengunjung untuk mermarkir kendaraan,potensi
Pengeluaran konsumsi masyarakat terbesar pada tahun
criminal didalam pusat perbelanjaan meningkat dan
ini untuk memenuhi kebutuhan makanan dan minuman,
penumpukan antrian pembayaran.Untuk itu perlu adanya
yaitu sebesar Rp 872,66 triliun (39,46%), diikuti
penambahan pusat perbelanjaan di Kota kendari,agar
transportasi dan komunikasi Rp 505 triliun (22,84%).Hal
kepadatan yang terjadi akibat kurangnya pusat
ini dapat dibuktikan dengan makin bertambahnya jumlah
perbelanjaan dapat teratasi, sehingga dapat mengurangi
tempat perbelanjaan di Indonesia. Tempat perbelanjaan
kepadatan yang hanya terpusat di 3 pusat perbelanjaan
yang ada pun sangat beragam kondisi dan kelasnya.
yang umumnya sering dikunjungi sebagian masyarakat
Sehingga sangat memungkinkan jika berbelanja kini
Kota Kendari.

Volume 5 No. 3 | December 2020 280


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 2503-3344)

Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin dengan image bangunan yang direncanakan. Pusat
bertambah banyak memberikan pengaruh besar tehadap berbelanja memiliki fungsi yaitu sebagai pendukung
keseimbangan ekosistem lingkungan yang ditandai dinamisasi perekonomian kota dan wadah penampungan
dengan berkurangnya area hijau. Karena itulah dan penyaluran produksi dari produsen untuk kebutuhan
diperlukannya gerakan suistanable design, yaitu masyarakat (Maitland, B., 1985).
kemampuan untuk melakukan sesuatu secara terus Berdasarkan International Council of shopping
menerus agar sumber daya yang ada selalu tersedia dan Center (1999) mengklasifikasikan shopping mall
diusahakan untuk tidak rusak atau habis. Hal ini dapat menjadi dua bagian berdasarkan fisiknya, yaitu:
dilakukan dengan memperhatikan bagaimana cara 1. Strip Mall / Open Mall
memelihara dan meningkat Strip mall atau biasa dengan disebut shopping plaza
adalah pusat perbelanjaan terbuka dengan deretan unit-
B. Rumusan Masalah unit retail pada umumnya terdiri dari 1-2 lantai yang
1. Bagaimana mewujudkan kawasan Pusat Perbelanjaan bersusunan sejajar (berderet lurus maupun membentuk
sebagai sarana perbelanjaan serta rekreasi yang konfigurasi U atau L) dengan area pejalan kaki yang
mampu mewadahi segala aktifitas pengunjung? terbuka ditengahnya yang menghubungkan antar unit-
2. Bagaimana mewujudkan Pusat Perbelanjaan dengan unit retail yang saling berhadapan.
menenerapkan Konsep Eco-Living? 2. Shopping Mall / Closed Mall
Shopping mall biasanya disebut dengan mall adalah
C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan tipikal pusat perbelanjaan yang bersifat tertutup / indoor
1. Tujuan Pembahasan yang berisi unit-unit retail dan pada umumnya
untuk merencanakan pusat perbelanjaan di Kota disewakan.
Kendari yang nyaman dan efisien dengan perancangan Pada proses pembentukan tampilan bangunan/fasade
yang mengarah pada Arsitektur Eco-Living. bangunan, setidaknya terdapat delapan elemen yang
dapat digunakan untuk membentuk fasade bangunan,
2. Sasaran Pembahasan yaitu:
Adapun sasaran pembahasan dari penelitian ini 1. Struktur bangunan.
adalah dapat merumuskan konsep perancangan yang 2. Etalase pada fasade bangunan berfungsi sebagai
meliputi lokasi perancangan, identifikasi aktivitas yang fasilitas promosi pada sebuah bangunan pusat
akan diwadahi, konsep, penzoningan, sirkulasi dan perdagangan. Etalase biasanya diletakkan di tempat
organisasi ruang, lay out, struktur dan utilitas. yang mudah dilihat konsumen sehingga dapat
sekaligus dimanfaatkan sebagai pembentuk fasade
D. Lingkup Pembahasan bangunan.
Ruang lingkup pembahasan meliputi hal-hal yang 3. Pintu masuk bangunan pada sebuah pusat
berkaitan dengan judul perancangan Pusat Perbelanjaan perbelanjaan perlu dirancang cukup menonjol
dan hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan Eco- sehingga mudah dikenali oleh calon pengunjung.
living. Pembahasan perancangan Pusat Perbelanjaan 4. Material bangunan selain dapat membentuk image
yaitu mengenai fasilitas perbelanjaan dan fasilitas- bangunan juga berpengaruh terhadap nilai ekonomi
fasilitas penunjang yang mendukung aktivitas bangunan.
perbelanjaan. Sedangkan, pembahasan Eco-living 5. Warna
mengenai hal-hal penerapan nya dalam efisiensi 6. Bukaan
penggunaan energi, lahan dan material pada bangunan. 7. Ornamen perlu direncanakan dengan irama tertentu.
8. Elemen lansekap (vegetasi, air)
KAJIAN LITERATUR
A. Kajian Pusat Perbelanjaan B. Kajian Eco-Living
Pusat Perbelanjaan merupakan suatu wadah tempat Pengertian Eco-Living adalah konsep rancangan
masyarakat yang menghidupkan kota atau lingkungan desain atau bangunan yang mengutamakan kelestarian
setempat. Selain berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan ekosistem antara manusia dan lingkungan sekitarnya.
berbelanja atau transaksi jual beli, juga berfungsi sebagai Sedangkan yang dimaksud dengan kelestarian ekosistem
tempat untuk berkumpul atau berekreasi (Beddington, adalah kita sebagai pengolah, mengolah atau mengambil
1982). sumber daya dari alam dengan tidak secara berlebihan
Sedangkan, menurut Chiara, J. D. & Crosbie, M. J., dan tidak menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan.
2001 menjelaskan bahwa Pengertian dari pusat Konsep Eco-Living diwujudkan dalam bentuk desain
perbelanjaan adalah kompleks toko ritel dan fasilitas yang mengutamakan keseimbangan alam dan
yang direncanakan sebagai kelompok terpadu untuk lingkungan.
memberikan kenyamanan berbelanja yang maksimal Dalam menerapkan desain bangunan yang eco-green,
kepada pelanggan dan pentaan barang dagangan yang Brenda dan Robert Vale, 1991. Mengungkapkan bahwa
terekspose secara maksimal. terdapat prinsip-prinsip yang diterapkan dalam
Perancangan sebuah pusat perbelanjaan merupakan suatu perencanaan pembangunan, yaitu:
kegiatan yang sangat kompleks berhubungan dengan 1. Conserving energy ( hemat energi )
berbagai aspek yang secara keseluruhan akan 2. Working with climate (memanfaatkan kondisi iklim
menentukan daya tarik sebuah bangunan pusat dan alam lingkungan)
perbelanjaan terhadap pengunjung. Tampilan bangunan 3. Respect for site (menanggapi tapak bangunan)
komersial harus dirancang semenarik mungkin sesuai 4. Respect for user (menanggapi pengguna bangunan)

Volume 5 No. 3 | December 2020 281


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 2503-3344)

5. Limitting new resources (meminimalkan penggunaan


sumber daya baru) 2. View
View seluruhnya mengarah ke pepohonan dan
hamparan tumbuhan hijau. Ini merupakan nilai
METODE PENELITIAN
tambah dari site karena tersedianya view alami
Metode pembahasan yang digunakan adalah metode dengan banyaknya vegetasi sehingga memberikan
deskriptif yang dilakukan dengan mengumpulkan data, kesan sejuk, alami, dan memperkuat kesan asri dan
yakni : nyaman pada perencanaan.
A. Mengumpulkan teori-teori dari berbagai literatur, Fasad bangunan diarahkan ke arah ruang luar
yaitu dengan menelusuri sumber-sumber tulisan yang disekitar tapak yang menjadi rekreasi bagi para
pernah dibuat sebelumnya baik itu melalui buku pengunjung
ataupun internet.
B. Survey lapangan, yaitu metode yang digunakan
dengan cara turun langsung ke lapangan untuk
mendapatkan data.
C. Studi literatur, yaitu dengan mengambil contoh
bangunan yang dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan dalam proses perancangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Lokasi Proyek
1. Gambaran Umum Site Gambar 3. View
Peruntukan: Kawasan Perdagangan dan jasa
Luas Tapak : 4 Ha
Koefisien dasar bangunan: 40%

Gambar 3. View depan tapak

Gambar 1. Lokasi Proyek

2. Lokasi dan Site Terpilih


Lokasi perencanaan Pusat Perbelanjaan di Kendari
berada di Jalan Y Wayong Pondambea, Kelurahan Lepo-
Lepo. Adapun batas-batas tapak yakni:
Utara : Lahan Kosong
Timur : Lahan Kosong
Selatan : Lahan Kosong
Barat : SPBU Baruga
Gambar 4. View kanan tapak
B. Konsep Pengolahan Tapak
1. Orientasi Matahari
Orientasi tapak terhadap matahari akan berpengaruh
pada kenyamanan di dalam bangunan baik kenyamanan
termal dan kenyamanan visual.

MATAHARI TERBENAM
DALAM RENTAN WAKTU MATAHARI PADA
ANTARA 17.50 – 18.10
WITA
PUKUL 7 – 10
PAGI TIDAK
PANAS DAN
MENYILAUKAN

PUKUL
ADALAH
12 SIANG
WAKTU MATAHARI
Gambar 5. View kiri tapak
DIMANA BUMI TERBIT DALAM
MENDAPATKAN RENTAN WAKTU
RADIASI MATAHARI
ANTARA 5.30 –
TERTINGGI,
DAN SUHU TERPANAS 5.50 WITA
YAITU PADA JAM 2
SIANG,
SETELAH JAM 2 SIANG
SUHU AKAN MENURUN. Gambar 2. Orientasi Matahari Pada Tapak

Volume 5 No. 3 | December 2020 282


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 2503-3344)

Jenis parkir yang digunakan yakni parkir 90° untuk


kendaraan pengunjung maupun kendaraaan pengelola
guna memudahkan dalam mobiltas yang disesuaikan
dengan bentuk jalur sirkulasi.

SIDE KELUAR
ENTRANCE PARKIR
BASEMENT

MASUK
Gambar 6. View Belakang tapak PARKIR
BASEMENT

3. Pencapaian dan Sirkulasi


Lokasi tapak merupakan lokasi yang tidak sulit
dicapai karena berada pada jalan umum yang sering
dilalui kendaraan khususnya pribadi. Akses pencapaian MAIN
OUT
ke tapak melalui dua jalur yakni dari arah wua-wua, ENTRANCE
ENTRANCE
melalui Jl.Y.Wayong, dari arah Jl.Panjaitan dan Jl.Poros
Bandara Halu Oleo.
Gambar 9. Area parkir

C. Bentuk dan Tampilan Bangunan


Bentuk dasar bangunan dibentuk dari
penggabungan bentuk dasar persegi dan lingkaran,
dengan pertimbangan ruang- ruang didalam
bangunan dapat menerima pencahayaan alami
sebagai salah satu solusi dalam mengatasi
permasalahan pada bangunan. pencahayaan alami
dapat diterima bangunan dengan baik. Transformasi
betuk dasar diambil dari perpaduan lingkaran
Gambar 7. Pencapaian dan sirkulasi
dengan bentuk persegi panjang. Bentuk persegi
panjang dilambangkan dengan efisiensi dari fungsi
4. Penzoningan bangunan itu sendiri dalam hal ini retail retail,
sedangkan lingkaran dilambangkan dengan kesan
lebih dinamis tidak monoton
MELIPUTI
SELURUH AREA
PERBELANJAAN
DAN CAFÉ
OUTDOOR
MELIPUTI
RUANG:
-PARKIRAN
MELIPUTI RUANG:
PENGELOLA
-TAMAN PUBLIK
-AREA
-PARKIRAN MOTOR
BONGKAR
-PARKIRAN MOBIL
MUAT
-ATM
-POS JAGA

Gambar 8. Penzoningan

Penzoningan dalam tapak terbagi atas:


a) Zona Publik : Mencakup area Taman,
Pedestrian way dan rea parkiran luar
b) Zona Semi Publik : Mencakup area perbelanjaan
c) Zona Private : Mencakup area jalur masuk Gambar 10. Transformasi Bentuk Dasar
pengelola, parkiran pengelola dan area service.
Tampilan bangunan mengikuti bentuk dasar, dan
5. Sistem Parkir mengalami perubahan bentuk yaitu penambahan void
Parkir dipisahkan menjadi parkir mobil, parkir motor diarea tengah. Penambahan void ditengah bangunan,
dan parkir basement. Diletakkan berdekatan dengan jenis dimaksudkan sebagai pencahayaan alami bangunan,yang
peruntukan entrance masing-masing pada bagian merupakan upaya penerapan Eco-Living dalam bangunan
bangunan yang sesuai dengan fungsinya, serta itu sendiri, yaitu pengurangan pemakaian lampu disiang
dipisahkan berdasarkan parkir pengelola dan parkir hari.
pengunjung.
Volume 5 No. 3 | December 2020 283
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 2503-3344)

TANAMAN RAMBAT
SEBAGAI SHADING

Gambar 14. Penggunaan Sun Shiding

Gambar 11. Transformasi Tampilan Bangunan


b. Penghawaan
Penghawaan pada ruang menggunakan berbagai
jenis Air Conditioner (AC).
D. Ruang Dalam
1) AC central
Konsep perancangan ruang dalam mengambil tema
dari perpaduan konsep Urban dan Green. Konsep 2) AC split khusus ruang pengelola
interior gaya urban dipilih hal ini sesuai dengan
karakteristik masyarakat perkotaan yang dinamis, E. Ruang Luar
bergaya muda, menghadirkan estetika ruangan yang Pada ruang luar bangunan terdapat beberapa
lembut, nyaman, alami dan modern. area yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna
bangunan yaitu:
1. Main Enterance Bangunan
Pada area depan bangunan terdapat gerbang
masuk pada tapak (main enterance)

Gambar 12.Ruang Dalam


Gambar 15. Main Enterance
1. Pengkondisian Ruang
a. Pencahayaan Pada area depan bangunan juga terdapat jalur
Pencahayaan alami bangunan memanfaatkan pejalan kaki bagi pengunjung yang menggunakan
sinar matahari dengan adanya perlakuan khusus kendaraan angkutan umum dan ingin masuk
yaitu: kedalam bangunan.
1) Menggunakan Secondary skin agar bagian
dalam bangunan tetap menerima cahaya
matahari langsung secukupnya.

Gambar 16. Pedestrian way

Gambar 13. Penggunaan Secondary Skin 2. Side Enterance


Side Enterance terdapat di sisi belakang bangunan,
2) Penggunaan tanaman-tanaman pelindung Side enterance ini diperuntukan sebagai jalur masuk
sebagai Sun shiding sebagai filter sinar khusus pengelola dan kendaraaan sevice.
matahari

Volume 5 No. 3 | December 2020 284


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 2503-3344)

Untuk area Ruang Luar, penanaman vegetasi


dihampir seluruh tapak, sehingga suasana dalam
bangunan dan luar bangunan tetap sejuk, sehingga
pengunjung akan lebih nyaman saat melakukan aktivitas
di dalam bangunan maupun diluar bangunan.

G. Besaran Ruang
Besaran ruang berdasarkan kelompok kegiatan:
1. Kelompok Kegiatan Utama
Tabel 1. Besaran Ruang
Gambar 17. Side Enterance
Besaran Ruang Lantai 1
No Jenis Ruang Jumlah Besaran Luas Terbangun
3. Ruang Terbuka Hijau
Pada area depan bangunan, selain pemanfaatan untuk 1 Big Retail 5 146.88 734,4
lahan parkir, area depan bangunan juga digunakan Medium 6 103.68
2 622.08
sebagai RTH berupa taman untuk beristirahat dan Retail
berkumpul. 3 Small Terail 5 51.84 259.2
4 Hypermarket 1 1555.2 1555.2
5 Core 2 105 210
6 Lavatory 2 124.44 248.88
7 Sirkulasi 8293.44
Total 11923,0
Besaran Ruang Lantai 2
No Jenis Ruang Jumlah Besaran Luas Terbangun
1 Big Retail 6 146.88 881.2
2 Medium Retail 8 103.68 829.44
3 Small Retail 6 51.84 311.04
Departemen 1 1555.2
4 1555.2
Store
5 Core 2 105 210
6 Lavatory 2 124.44 248.88
7 Sirkulasi+Void 7888.2
Total 11923,0
Gambar 18. Taman depan Bangunan
Besaran Ruang Lantai 3
F. Penerapan Konsep Eco-Living No Jenis Ruang Jumlah Besaran Luas Terbangun
Pada pusat perbelanjaan penerapan Eco-Living dapat
1 Big Retail 3 146.88 440.64
terlihat pada area lantai 1, yaitu penambahan material
Air yang berupa kolam dan penambahan beberapa 2 Medium Retail 6 103.68 622.08
vegetasi, ini dimaksudkan agar pengunjung dapat 6 51.84
3 Small Retail 311.04
merasakan suasan alam sehingga pengunjung dapat
menikmati kegiatan berbelanja didalam bangunan. 4 Departemen Store 1 1555.2 1555.2
5 Game Center 1 675.52 675.52
6 Core 2 105 210
7 Lavatory 2 124.44 246.88
8 Sirkulasi+Void 7859.84
Total 11923,0
Besaran Ruang Lantai 4
No Jenis Ruang Jumlah Besaran Luas Terbangun
1 Small Retail 6 51.84 311.04
2 foodcourt 1 505.44
505.44
Gambar 19. Kolam pada Lantai 1
3 Ruang Pengelola 414.72 414.72
4 Bioskop 1 1555.2
Dan juga penggunaan tanaman rambat, selain sebagai 1555.2
penghalau silau matahari, tanaman rambat juga dapat 5 Mushola 1 56.25 103.68
menambah estetik dalam bangunan dan juga menambah 6 ATM 1 26
26
kesan alam yang lebih kental.
Volume 5 No. 3 | December 2020 285
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 2503-3344)

No Jenis Ruang Jumlah Besaran Luas Terbangun


2 105 Modul struktur yang digunakan yaitu modul grid dan
7 Core 210
terpusat dengan bentangan 720x720cm.
8 Lavatory 2 124.44 246.88
9 Sirkulasi+Void 515.04 2. Upper Struktur
Menggunakan struktur space frame dengan material
Total 3888,0
Besaran Ruang Basement besi.

No Jenis Ruang Jumlah Besaran Luas Terbangun


1 Pelayanan Teknis 1 414.72 414.72
Area Penyimpanan
2 1 414.72
Barang 206.7
3 Core 2 105 210
4 Lavatory 2 124.44 246.88
5 Parkiran+Sirkulasi 2601.68 Gambar 22. Upper Struktur
Total 3888,0

H. Perbandingan Antara Open Space (OS) dan KESIMPULAN


Building Coverage (BC) Berdasarkan hasil analisis mengenai perencanaan dan
perancangan Pusat Perbelanjaan di Kota Kendari dengan
Luas OS = Luas Site – Luas Lantai Dasar pendekatan Eco-Living, maka dapat ditarik kesimpulan:
= 40.000 m2 – 11.923 m2 Untuk mewadahi fungsinya sebagai Pusat
= 28.077 m2 Perbelanjaan sekaligus rekreasi, maka Area ruang luar
BC = Luas Lantai Dasar x 100 Pusat Perbelanjaan dibuat senyaman mungkin dengan
Luas Site penanaman beberapa pohon peneduh.
= 11.923 x 100 Berdasarlan hasil analisis, Pendekatan Eco-Living
40.000 diterapkan pada bangunan ini dengan pertimbangan
= 29.8% untuk membawa kesan alami dan nyaman bagi para
= 30% (Pembulatan) pengunjung, yakni dengan cara penambahan vegetasi
= Luas OS x 100 dan kolam pada interior bangunan, sebagai penguat
Luas Site kesan Alam pada bangunan dan penerapan shading
= 28.077 x 100 device untuk menghalau panas matahari langsung.
40.000 Shading device yang dapat diterapkan pada bangunan
= 70.2% adalah Secondary Skin dan Sun Shiding
= 70% (Pembulatan)
BC : OS = 30 : 70
DAFTAR REFERENSI
I. Struktur Bangunan Beddington, Nadine. 1982. Design for Shopping Centres.
1. Sub Struktur Butterworth Scientific. London.
Sub struktur menggunakan pondasi bor pile dan rakit Brenda, Robert Vale, 1991, Green Architecture Design fo
Sustainable Future
Chiara, J. D. & Crosbie, M. J., 2001. Time Saver Standart
For Building Types. 4th penyunt. Singapore: McGraw
- Hill Book Co. hlm.119
International Council of Shopping Center, 1999. ICSC
Shopping Center Definitions: Basic Configurations
Gambar 20. Sub Struktur
and Types. Tersedia: https://www.icsc.org/
2. Super Struktur Maitland, B., 1985. Shopping Malls-Planing and Design.
Super struktur menggunakan sistem rangka kaku. New York: Langman Group Limited.(Dalam tugas
Ukuran kolom bnagunan 80 cm x 80 cm, dan akhir Wibowo, A. S., 1999. Shopping Street.
menggunakan deletasi balok. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. hlm2).
Waskita, Selvi Fitria. 2009. Shopping Center Di
Yogyakarta. S1 Thesis, Uajy

Gambar 21. Struktur Rangka kaku

Volume 5 No. 3 | December 2020 286

Anda mungkin juga menyukai