e-ISSN 2541-3805
Abstract — Providing appropriate development plans to boost UMKM setempat khususnya Dusun Sendari. Dua tahun lalu
tourism, which has an effect on the economy, is one of ketika realisasi taman Embung Senja diberlakukan,
architecture's key roles in the development of the tourism showroom kerajinan memiliki pergeseran desain hingga
industry. His craft showroom in Embung Senja Tirtoadi has a relokasi pada penataannya. Menurut pengrajin bamboo
number of architectural and functional issues, and he learned
Sendari pada wawancara 25 maret 2022, dampak yang
about these issues through interviews and observations, which
he then used as research for his design solution. Users who ditimbulkan oleh relokasi dan penataan yang kurang
have been utilizing the current showroom conditions provided strategis pada kawasan wisata Embung Senja adalah
recommendations for a number of showroom remodel designs. peluang usaha yang menurun.
Problems with the craft showroom at Sendari Village are Saat ini, showroom kerajinan memiliki berbagai
addressed by the design for integrating it into a tourism facility permasalahan baik secara fungsional maupun arsitektural
and repairing the building's condition. This essay attempts to yang berpengaruh pada pengembangan wisata secara
explore the design process and outcomes of a community-based berlanjut. Berbagai masalah tersebut tentunya perlu direspon
participatory craft showroom. There have been attempts to untuk memperoleh pendekatan maksimal dalam mendesain
create a participatory design process. By combining the entry
showroom yang dapat meningkatkan wisata dan ekonomi.
and parking paths, the renovation aims to integrate with the
Embung Senja tourist destination. By making things easier to Tulisan ini bertujuan mendiskusikan proses dan hasil desain
reach and predicting dead spots that could lead to showroom kerajinan secara partisipatif oleh stakeholder dan
uncomfortable conditions for purchasing and selling, efforts masyarakat setempat. Redesain showroom kerajinan ini
are made to boost the economy. adalah untuk memberikan berbagai rancangan yang
bermanfaat yakni sebagai berikut:
Keywords— architecture, craft, redesign, showroom, tourism 1. Memberikan showroom yang layak bagi pelaku UMKM,
2. Meningkatkan peluang usaha bagi pelaku UMKM,
3. Memberikan peluang usaha yang sama antar UMKM.
I. PENDAHULUAN
A. Tinjauan tentang Showroom
Saat ini, pengembangan kawasan wisata dapat dilihat dari
pembangunan fasilitas yang tepat. Fasilitas ini akan Showroom, atau dalam Bahasa Indonesia disebut ruang
pamer, biasa didefinisikan sebagai tempat untuk
berpengaruh pada kemajuan ekosistem wisata. Bentuk
fasilitas layanan di dalam suatu destinasi antara lain: memamerkan produk tertentu, seperti otomotif, furnitur, dan
akomodasi, transportasi di lokasi destinasi, restoran, fasilitas lain-lain yang berfungsi untuk meningkatkan pemasaran.
olahraga dan aktivitas, serta outlets retails [6]. Salah satu Showroom kerajinan yang ada di Dusun Sendari ini
pengembangan yang penting ialah pada sector industri. merupakan area pamer yang lebih berorientasi seperti pasar
karena bangunan bermaterial bambu sederhana. Selain itu
Sektor industri dipersiapkan agar mampu menjadi
aktivitas tawar-menawar yang ada di pasar tradisional
penggerak (leading sector) perkembangan sector
perekonomian lainnya [1]. Hal ini berarti bahwa tercipta di showroom kerajinan Dusun Sendari.
pembangunan wisata pada sektor industri merupakan bagian Dalam pemahaman ekonomi, pasar menitikberatkan
penting dalam meningkatkan wisata dan ekonomi. aktivitas jual dan beli. Pada prinsipnya, aktivitas
Kabupaten Sleman memiliki salah satu potensi wisata perekonomian yang terjadi di pasar didasarkan pada adanya
kebebasan dalam bersaing, baik itu untuk pembeli maupun
pada sektor kerajinan bambu yang berada di Cebongan.
penjual. Unsur kegiatan pada pasar yang utama ialah
Kerajinan ini memiliki showroom pada area kawasan wisata
Embung Senja, showroom kerajinan ini diisi oleh pelaku aktivitas tawar-menawar, namun penunjang pelayanan
Prosiding Sendimas VII Tahun 2022 p-ISSN 2541-559X
e-ISSN 2541-3805
untuk hal tersebut berawal dari proses distribusi barang, Sementara itu, sejak tahun 1960-an di Amerika dan Eropa
penyimpanan barang dagangan, dan penyajian barang telah tumbuh gerakan menentang pendekatan perencanaan
dagangan. Selain itu, intensitas pengunjung dan tatanan juga dan perancangan teknis rasional yang dominan pada masa
mempengaruhi peluang usaha yang ada di pasar. Lokasi itu, serta juga memperjuangkan terbentuknya praktik
yang menimbulkan pergerakan populasi/ orang. Pasar-pasar profesional baru yang memiliki unsur moral dan politik,
sangat peka pada sirkulasi, konsentrasi dari pejalan kaki, berkeadilan sosial, dan memberi kekuasaan pengambilan
lalu lintas, dan hal yang paling berhasil dari sebuah pasar keputusan pada masyarakat (citizen empowerment). Gerakan
adalah karena begitu dekat dengan massa. Studi yang sama ini kemudian menghasilkan beberapa paradigm perencanaan
mengemukakan bahwa pasar yang berhasil berada di dan perancangan partisipatif seperti Community
Central Businness District, kumpulan pedagang formal yang Architecture [3].
lain, pusat/ konsentrasi industri, sekitar terminal transportasi Desain berbasis komunitas ialah proses perencanaan yang
umum (terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya) dilakukan dengan melibatkan pihak terkait untuk
atau lokasi yang memiliki kepadatan tinggi [12]. mengetahui masalah yang ada, dijadikan tolak ukur, dan
Masih menurut studi tersebut, masalah yang paling sering dipecahkan secara bersama. Setelah itu, data tersebut dimuat
dijumpai berhubungan dengan penataan (lay out) fisik ruang untuk dijadikan tindakan dalam pendekatan merancang
pasar adalah masalah ruang terpinggirkan atau spatial desain. Beberapa metode dalam desain partisipatif adalah
marginalization. Menurutnya, ruang terpinggirkan dan melakukan FGD (focus group discussion), observasi, dan
jarang dikunjungi disebut dead spots. Bentuk dead spots wawancara bersama pihak terkait, wawancara khususnya
terbagi menjadi beberapa bentuk yaitu sebagai berikut: berguna untuk mendapatkan gambaran di balik pengalaman-
1. Dead spots (Gambar 1) disebabkan oleh bentuk pasar pengalaman partisipan [8].
yang tidak bersebelahan atau terpecah (caused by a non- Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan dengan cara
contiguous, fragmented market form). observasi secara mandiri. Observasi merupakan proses
pengamatan sistematis dari aktivitas manusia dan
pengaturan fisik dengan kegiatan tersebut berlangsung
secara terus-menerus dari lokus aktivitas bersifat alami
untuk menghasilkan fakta [4]. Pengamatan dilakukan untuk
mengetahui masalah yang terjadi di kawasan Embung Senja
Gambar 1. Bentuk pasar yang tidak bersebelahan atau terpecah khususnya pada showroom kerajinan. Pengamatan
dilakukan dengan cara berkunjung pada area showroom
2. Dead spots (Gambar 2) yang disebabkan oleh banyaknya
untuk mengetahui masalah arsitektural maupun fungsional.
pertemuan jalur sirkulasi pengunjung.
II. METODE PELAKSANAAN
TABEL II Menuntaskan √
DAFTAR OBJEK OBSERVASI masalah showroom
No Aspek Keterangan Di area showroom √
1 Akses Koneksi showroom pada sebuah akan ditambahkan
showroom kawasan wisata (pengamatan akses kuliner dan toilet
showroom) Menjadikan √
2 Kondisi Kondisi fisik bangunan terkait atap, masterplan dan RAB
bangunan material lantai, penghawaan, ukuran untuk acuan
showroom ruang pembangunan
3 Sirkulasi Jalur pembeli (selasar toko) Ingin menjadikan √
pengunjung Embung Senja
4 Area parkir Konfigurasi ruang parkir pada sebagai taman ramah
kawasan wisata terpadu anak
3 Carik Masalah di showroom √
Desain kemudian dibuat sesuai dengan data yang diperoleh. Tirtoadi sulit dituntaskan
karena pendekatan
Pada prosesnya, redesain kemudian ditunjukkan kepada
pada pengrajin begitu
stakeholder setempat melalui sesi presentasi dan kepada sulit
publik melalui pameran untuk mendapatkan feedback. Tidak ada koperasi √
melainkan usaha
III. HASIL DAN PEMBAHASAN individu pengrajin
A. Pengumpulan Data Permasalahan Sebenarnya sudah √
ada sampel desain
Berdasarkan temuan data, redesain showroom kerajinan namun apakah nanti
diperlukan karena berbagai masalah yang mengakibatkan tepat
menurunnya sektor wisata dan pendukungnya seperti pada Sulitnya kerjasama √
aspek jual beli kerajinan. Agar lebih terperinci dan terurai, dengan pengrajin
maka dalam pembahasan ini akan disajikan sesuai dengan karena mereka tidak
permasalahan yang diteliti. Data tersebut dapat ditilik pada mau bekerja secara
Tabel III. Hasilnya permasalahan dapat digolongkan kolektif, padahal itu
untuk mereka sendiri
menjadi masalah desain dan non-desain. Presentasi
4 Direktur Wisata Embung √
dilakukan pada tanggal 3 Juni 2022 sedangkan pameran Bumdes Senja tidak berelasi
dilaksanakan pada tanggal 26 Juni 2022. dengan showroom
TABEL III Komunikasi dengan √
DATA HASIL WAWANCARA pengrajin begitu sulit
karena dinamika
No Subyek Gagasan Aspek sosial yang telah ada
Desain Non- Akses keluar dan √
Desain masuk dipisah
1 Pengrajin Penataan haruslah √ Tidak adanya fasilitas √
tepat. yang memadai bagi
Ukuran toko 4x6m² √ wisata Embung Senja
terlalu kecil sehingga Pengelolaan yang √
beralih pada 5x8m² kurang karena
supaya furnitur dan perhatian dari
barang yang dijual pemerintah desa tidak
dapat berjumlah lebih ada
banyak
Penataan haruslah √
Berdasarkan Tabel III diperoleh kesimpulan bahwa
sama peluang
usahanya masalah terhadap showroom adalah sulitnya kolaborasi
Bengkel √ dengan pengrajin dalam menemukan solusi desain, koneksi
produksi/workshop showroom sebagai kesatuan wisata tidak ada. Selain itu
tetap ada karena terdapat gagasan terhadap showroom yang berkaitan dengan
menjadi area untuk desain yaitu mengenai ukuran toko, penataan toko, dan
perbaikan produk implementasi ruang workshop.
ketika terdapat Masalah tersebut kemudian dilengkapi dengan hasil
kerusakan observasi langsung ke lokasi. Hasil observasi dapat dilihat
2 Lurah Ingin membangun √ pada Tabel IV.
Tirtoadi showroom bagi
pengrajin
Prosiding Sendimas VII Tahun 2022 p-ISSN 2541-559X
e-ISSN 2541-3805