Anda di halaman 1dari 98

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia khususnya dalam sektor perdagangan
saat ini sangat berpengaruh terhadap sarana dan prasarana yang tersedia. Hal ini
dapat dilihat dengan berbagai macam kebutuhuan akan fasilitas-fasilitas
perbelanjaan yang berkembang dikota-kota besar maupun kota-kota kecil, yang
dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Pertumbuhan itu juga ditopang oleh
perkembangan sentra-sentra perdagangan dan jasa. Hal ini juga memberikan
dampak terhadap meningkatnya taraf hidup masyarakat.
Dampak dari perkembangan ekonomi wilayah yang cukup tinggi terjadi
terhadap pertambahan pendapatan masyarakat di Kabupaten Halmahera Selatan,
khususnya Labuha. Perekonomian Kabupaten Halmahera Selatan pada tahun 2022
tumbuh sebesar 30,64 persen, merupakan yang tertinggi di Kabupaten Halmahera
Selatan. Berdasarkan data atas dari dinas Pendapatan Asli Daerah (PAD). Ini di
tunjukan dengan meningkatnya kebutuhan dan aktifitas perdagangan dalam 4
(empat) tahun terakhir di Kabupaten Halmahera Selatan. Dengan pertumbuhan
ekonomi yang semaking meningkat, kebutuhan akan fasilitas perdagangan berupa
pusat-pusat perbelanjaan juga ikut bekembang. Untuk menunjang hal tersebut maka
pusat-pusat perbelanjaan sangat di butuhkan guna meningkatkan pelayanan dalam
sektor perdagangan. Dalam memenuhi permintaan pasar, sarana, perdagangan
berupa pusar-pusat perbelanjaan juga perlu di bangun dan di benahi lebih maksimal.
Minat berbelanja konsumen di Indonesia termasuk tinggi, bahkan cenderun
terus mengalami peningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan makin bertambahnya
jumlah tempat perbelanjaan di Indonesia. Tempat perbelanjaan yang ada pun sangat
beragam kondisi dan kelasnya. Berbelanja adalah salah satu kegiatan untuk
menenuhi kebutuhan sehari-hari kebutuhan tersebut dapat di peroleh dari warung,
toko, pasar tradisional ataupun pusat perbelanjaan yang tersedia. Bertambahnya
jumlah penduduk perilaku yang semakin maju, berkembang dan kejenuhan dalam
berbelanja yang menonton menimbulkan permasalahan baru, di antaranya
1
keinginan akan tersedianya suatu fasilitas pusat perbelanjaan yang mampu
menampung dan melayani kebutuhan, serta memberikan pelayanan kebutuhan-
kebutuhan baik berupa pelayanan secara fisik maupun psikis, bukan hanya sekedar
berbelanja tetapi juga untuk menghilangkan kejenuhan setelah beraktifitas.
Berdasarkan kondisi di atas, maka “Perancangan Pusat Perbelanjaan Di
Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan Dengan Pendekatan Arsitektur Neo-
Vernakular“ merupakan salah satu alternatif untuk mewadahi kebutuhan-
kebutuhan tersebut.
Aktivitas pusat perbelanjaan yang berkonsep neo-vernakuler biasa lebih
kearah gaya tradisional dan moderen yang sedang berkembang saat ini. Dari tempat
nongkrong di kafe dan restoran sampai toko yang berkaitan dengan kebutuhan
masyarakat baik itu berupa kebutuhan sehari-hari sampai pada kebutuhan yang
berupah hibuhan dan gaya hidup, misalnya barang teknologi, tempat bermain anak,
bioskop, olaraga, toko permak-permik, barang kerajinan hingga taman terbuka
tempat interaksi dan pertunjukan terangkum dalam satu wadah. Hal ini cukup
berhasil di terapkan oleh beberapa pusat perbelanjaan yang ada di Indonesia.
Kabupaten Halmahera Selatan yang merupakan salah satu Kabupaten yang
ada di Maluku Utara saat ini masih sangat minim akan fasilitas perbelanjaan seperti
disebutkan diatas, dalam arti ketersediaan akan sebuah fasilitas publik yang
kompleks guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Di samping itu ketersediaan
ruang publik sebagai ruag interaksi sosial masih sangat terbatas.
Dengan adanya “Perancangan Pusat Perbelanjaan Di Labuha, Kabupaten
Halmahera Selatan Dengan Pendekatan Arsitektur (Neo-Vernakular)“
diharapkan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk berbelanja.
Pusat Perbelanjaan dirancang sebagai tempat untul berbelanja, berinteraksi
sosial, hiburan, tempat bermain dan bersosialisasi untuk anak-anak dan juga
melayani aktifitas masyarakat yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan maupun
masyarakat yang datang dari luar daerah.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari beberapa permasalahan latar belakang diatas, maka yang
akan di bahas dalam perancangan pusat perbelanjaan dapat di ungkap sebagai
berikut :
a. Bagaimana merancang pusat perbelanjaan di Kabupaten Halmahera
Selatan dengan pendekatan arsitektur (Neo-Vernakular) ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Perancangan


1.3.1 Tujuan Perancangan
a. Untuk merancang pusat perbelanjaan di Kabupaten Halmahera
Selatan dengan pendekatan arsitektur (Neo-Vernakular) sebagai
pedoman yang dapat manampung dan melayani kegiatan
perbelanjaan masyarakat akan barang-barang primer, sekunder
maupun tersier dan juga sebagai sarana rekreasi dan hiburan bagi
pengunjung.
b. Untuk merancang pusat perbelanjaan yang memliki ciri khas
arsitektur Neo-Vernakular.
c. Uuntuk mengembangkan konsep Neo-vernkular perancangan
fasilitas perbelanjaan, sebagai pemenuhuan tuntutan ruang
belanja yang nyaman dan kreatif.
d. Untuk memberikan masukan bagi pengembangan dalam rangka,
mengatasi ketersediaan ruang-ruang publik, khususnya pada
sektor wilayah Kabupaten Halmahera Selatan
1.3.2 Manfaat Perancangan
a. Agar pengunjung pusat perbelanjaan tidak hanya datang untuk
berbelanja, tetapi juga dapat berrekreasi.
b. Sebagai reflesing pemerintah dan wisatawan lokal maupun
mancanegara

3
1.4 Ruang Lingkup Perancangan
Lingkup perancangan yang akan di bahas pada perancangan (Shopping
Mall) dengan fungsi sebagai wadah yang dapat manampung dan melayani kegiatan
perbelanjaan masyarakat akan barang-barang primer, sekunder maupun tersier dan
juga sebagai sarana rekreasi dan hiburan bagi pengunjung adalah seluruh aspek fisik
dari perancngan bangunan yang menyangkut dengan pola interior pada bangunan,
pembentukan ruang, sirkulasi luar ke arah bangunan pada perancangan.

1.5 Sistimatis Penulisan


Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Perancangan, Ruang Lingkup Perancangan, dan Sistematika Penulisan, serta
kerangka pikir.

BAB II TINJAUAN TEORI


Menguraikan Pengertian Objek Rancangan, Penggunaan Literatur, dan Teori
Arsitektur yang berkaitan dengan tema prancangan, serta Studi Komparasi.
BAB III METODE PERANCANGAN
Menguraikan tahapan dalam proses penelitian guna menghasilkan objek
rancangan yang sesuai dengan target yang ingin dicapai.
BAB IV TINJAUAN OBJEK PERANCANGAN
Menguraikan tentang tinjauan lokasi perancangan dan tinjauan khusus objek
rancangan.
BAB V ANALISA DAN KONSEP PERANCANGAN
Menguraikan tentang tinjauan tahapan-tahapan dalam menganalisis data
sehingga menghasilkan konsep yang sesuai dengan tujuan perancangan.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang dimana kesimpulan
menguraikan tentang hasil dari keseluruhan penulisan, serta saran di fokuskan pada

4
pendalaman, pengkajian serta langkah-langkah strategis terkait dengan
pengembangan objek rancangan.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Objek Perancangan
Objek dari perancangan ini adalah Perancangan Pusat Perbelanjaan Di
Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan Dengan Pendekatan Arsitektur (Neo-
Vernakular) dengan pengertian yang di jelaskan secara rinci sebagai berikut :
2.1.1 Pengertian Perancangan Pusat Perbelanjaan Di Kabupaten
Halmahera Selatan Dengan pendekatan Arsitektur (Neo-
Vernakular)
A. Perancangan
Perancangan adalah sebuah proses untuk mendefinisikan sesuatu
yang akan dikerjakan dengan menggunakan teknik yang bervariasi
serta didalamnya melibatkan deskripsi mengenai arsitektur serta
detail komponen dan juga keterbatasan yang akan dialami dalam
proses pengerjaannya. (Soetam Rizky, 2011 : 140)
B. Pusat
Menurut (KBBI) pusat merupakan tempat yang letaknya di bagian
tengah, pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan, tumpuan pada
suatu titik berbagai urusan, hal.
C. Perbelanjaan
Menurut (KBBI) perbelanjaan adalah perihal (uang) belanja.
Perbelanjaan berasal dari kata dasar belanja.
D. Kabupaten Halmahera Selatan
Kabupaten Halmahera Selatan adalah salah
satu kabupaten di provinsi Maluku Utara, Indonesia. Ibu
kota kabupaten ini terletak di Kota Labuha.
E. Arsitektur Neo-Vernakular
Arsitektur neo–vernakular adalah salah satu konsep dari aliran post
modern. Neo-vernakular adalah gabungan dari dua konsep yang
berbeda yaitu modern dan vernakular. Arsitektur neo - vernakular

6
dapat diartikan sebagai arsitektur asli daerah tersebut yang dibangun
oleh masyarakat setempat, dengan menggunakan material lokal,
mempunyai unsur adat istiadat atau budaya dan disatu padukan
dengan sentuhan modern yang mendukung nilai dari vernacular itu
sendiri (Purnomo, 2017).

2.2 Tinjauan Tentang Pusat Perbelanjaan dan Perkembangannya


Nomor 112 tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional
pusat perbelanjaan dan toko modern. Tentang penataan dan pembinaan pasar
tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, pasal 1 ayat 3. Tentang pusat
Perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa
bangunan yang didirikan secara vertikal dari satu atau beberapa bangunan yang
didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada
pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang
dan jasa.
Pusat perbelanjaan merupakan adalah bangunan tempat sekelompok penjual
enceran dan usahawan komersial lainnya umumnya dengan satu atau lebih toko
serba ada, toko grosir dan tempat parker yang merencanakan, mengembangkan,
mendirikan, memiliki dan mengelola sebuah properti tunggal.

2.3 Pengertian Pusat Perbelanjaan


Keberadaan sebuah tempat perbelanjaan dalam suatu suatu kota selalu
menjadi tempat yang menarik dan muda di ingat karena termasuk tempat yang
selalu menjadi kebiasaan masyarakat perkotaan. Istilah pusat perbelanjaan memiliki
beberapa pengertian di antaranya adalah:
a. Bentuk usaha perdagangan individu yang di lakukan secara bersama
melalui penyatuan dengan tujuan efektifitas komersial (Beddington,
Desain of shoppinf center).
b. Kompleks perbelanjaan terencana, dengan pengelola yang bersifat
pusat dengan sistem menyewakan unit-unit kepada pedagan individu,

7
sedangkan pengawasannya diclakukan oleh pengelola yang
bertanggung jawab secara menyeluruh (Beddington, Desain of shoppinf
center).
c. Sekolompok kesatuan tempat perdagangan yang di bangun dan berikan
dan dirikan pada sebuah lokasi yang akan di rencenakan dan diatur
menjadi sebuah kesatuan operasi (operation unit), beruhubungan
dengan lokasi, ukuran, tipe toko, dan area perbelanjaan dan unit
tersebut. Unit ini juga menyediakan parkir yang di buat berhubungan
dengan tipe dan ukuran total toko (Urban land institute, shopping center
development handbook) jual beli beli, juga berfungsi sebagai tempat
untuk berkumpul atau berekreasi (Beddington, Desain of shoppinf
center).
Dari berbagai pengertian diatas, terdapat beberapa kata kunci yang terkait
dengan pusat perbelanjaan, yaitu :
a. Adanya kegiatan jual beli atau pertukaran barang dan jasa.
b. Dapat berfungsi juga sebagai tempat berkumpul dan berekreasi.

2.4 Tinjauan Umum Pusat Perbelanjaan


Pusat perbelanjaan adalah wadah yang menampung segala bentuk
perdagangan baik barang maupun jasa, dan merupakan suatu kelompok pertokoan
yang dikelola secara professional dan membentuk satu kesatuan.
Pada pusat perbelanjaan barang-barang yang di perdagangkan bersifat
enceran dan berbentuk produk sekuder yaitu mulai dari kebutuhan sehari-hari,
kebutuhan berkala, sampai barang-barang mewah atau lux.
Menurut Jeffrey D. Fisher, Robert, Martin dan Paige Mosbaugh, definisi pusat
perbelanjaan adalah sebuah bangunan yang terdiri dari beberapa toko eceran, yang
umumnya dengan satu atau lebih toko serba ada,toko grosir dan tempat parkir.
(1991 : 121)
Hal ini di dukung oleh Mason, Mayer dan Wilkinson (1993:771) yang
menyatakan pusat perbelanjaan adalah sekelompok pedagang eceran yang berada

8
dalam satu bangunan yang bersama-sama menyediakan berbagai macam produk,
yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan konsumen dengan kenyamanan
berbelanja yang disediakan seperti di rumah atau tempat kerja mereka sendiri.
Sementara Bloch, Ridgway dan Nelson (1991:445 ± 456) mengatakan bahwa
pusat perbelanjaan telah menjadi pusat perkumpulan, menawarkan daya tarik
rekreasi pada pengunjung seperti musik, bioskop, permainan, aktivitas seperti
makan di luar, menghadiri pertemuan dan bertemu teman. definisi yang
diungkapkan oleh Bloch, Ridgway dan Nelson adalah mungkin yang paling
menggambarkan kondisi pusat perbelanjaan saat ini.

2.5 Sejarah Perkembangan Pusat Perbelanjaan


Sejarah perkembangan pusat perbelanjaan di mulai pada abad
pertengahan.Pada waktu itu orang melakukan jual beli di bawah pohon yang
membentuk suatu deretan atau garis memanjang. Karena jumlah penduduk semakin
bertambah, maka kualitas dan kuantitas barang yang di perdagangkan juga semakin
meningkat. Akibat dari hal tersebut bertambah luasnya tempat-tempat yang menjadi
tempat perbelanjaan. Perkembangan fisik tempat-tempat tersebut menyesuaikan
kebutuhan dan tuntutan masyarakat pada masa itu. Jalan-jalan yang semula hanya
di teduhi oleh pohon-pohon yang berderet lalu berubah menjadi suatu jalan dengan
gedung-gedung disebelah kanan dan kirinya.
Perkembangan fisik ini dapat dilihat pada pusat perdagangan di Cologne,
Jerman Barat, yang menutup suatu jalan untuk kegiatan berbelanja, sehingga orang
dapat berbelanja dengan berjalan kaki tanpa adanya gangguan dari kendaraan. Di
sini terlihat bahwa perkembangan tingkat ekonomi, sosial, dan budaya sangat
berpengaruh pada urban design-nya.
Dengan kemajuan teknologi, khususnya dibidang transportasi, keamanan
dan kenyamanan berbelanja tersebut sulit dicapai oleh masyarakat perkotaan. Hal
ini disebabkan karena jalan-jalan yang digunakan sebagai pedestrian way dan
kegiatan berbelanja sudah dipenuhi oleh kendaraan bermotor. Akhirnya orang
menjadi jenuh dengan suasana kota yang tidak lagi bersahabat dengan alam. Jalan-

9
jalan yang dulu dipakai bersantai sambil berbelanja tidak dapat ditemuai lagi.
Hampir semua jalan tersebut dipadati oleh berbagai macam alat transportasi.
Dengan adanya fenomena tersebut, maka orang akan rindu suasana yang dulu
pernah ada, sehingga timbul gagasan untuk mengembalikan bentuk pusat
perbelanjaan tersebut ke dalam pusat perbelanjaan.
Perkembangan pertama terjadi pada abad ke-19 yaitu dengan dibangunnya
Barton Arcade di kota Manchester. Bangunan berlantai empat yang memiliki arcade
ini sebenarnya mempunyai satu koridor yang bagian atasnya ditutupi kaca. Sebelum
bentuk arcade ini muncul, koridor yang terdapat dalam suatu pusat pertokoan
merupakan koridor terbuka/ pusat perbelanjaan terbuka. Bentuk ini biasanya
digunakan di negara-negara Eropa, menggunakan landscape untuk menutup jalan
yang akan digunakan sebagai pedestrian way yang terletak diantara toko-toko.
Tetapi bentuk ini tidak menguntungkan bila dilihat dari faktor iklimnya. Sebagai
langkah pemecahannya, timbul shelter sebagai pelindung dari panas, dingin, dan
hujan. Untuk semi-shelter digunakan sebagai kios, cafe, dsb, yang memberikan
kenyamanan dimusim gugur.
Pusat perbelanjaan tersebut ditutup dengan bahan yang tembus cahaya
matahari (sky light), sehingga orang yang berada di dalam pusat perbelanjaan
tersebut merasa seperti berada di alam bebas / alam terbuka. Dengan didukung alat
pengontrol iklim dan keamanan, maka pembeli dan pengunjung benar-benar dapat
berbelanja dengan santai. Konsep inilah yang mendasari adanya pusat
perbelanjaan.

Gambar 2.1. Perkembangan Pusat Perbelanjaan


(Sumber : www.flickr.com)

10
Beberapa Pusat Perbelanjaan di Pusat Kota (S/D Th.2005)
Tabel 2.1. Beberapa Pusat Belanja Di Pusat Kota
No Nama Lokasi Luas(M2) Operasi(Th)
1. Sarinah Thamrin 21.000 1965
2. Duta Merlin Gaja Mada 13.000 1979
3. Gaja Mada Plaza Gaja Mada 38.000 1982
4. Metro Ps. Baru Pasar Baru 16.000 1985
5. Herco Ps. Baru Pasar Baru 20.000 1986
6. King’s Plaza Pasar Baru 20.000 1988
7. Plaza Indonenesia Thamrin 42.000 1990
8. Golden Truly Pasar Baru 20.000 1991
9. Mall Blok M Blok M 12.000 1993
10. Mall Menara Jakarta Kemayoman 90.000 2000
(sumber : Prolease, property Indonesia Edisi 2007)

7 RITEL ASING DI INDONESIA


Tabel 2.2. Daftar Retail Asing Di Indonesia
No Nama Ritel/Asal Perusahan Lokal Lokasi Gerai/Outlet
1. THE Body Shopy/inggris PT. Monoca Hijau Mall pondok indah,
Lestari Mall kelapa Gading,
Mall Ciputra, Adorama
Kemang*, Lippo Super
Mall, Plaza Senayang,
Mega Mall, Mega
Pasaraya, Mall Taman

11
Anggrek, Bandung,
Surabaya (2) Denpasar.
2. J.C Penney/AS (Grup Lippo) PT. Multipolar Lippo Super Mall**,
Lokasindo Mall Pondok Indah,
Plaza Blok M, Mega
Pasaraya (seribu), Mall
Kelapa Gading, Plaza
Senayan, Mega Mall,
Mall Taman Anggrek.
3. Marco Belanda (Grosir)* PT. Karabha Unggul Pasar Rebo, Kelapa
Gading, Maruya,
Ciputat, Surabaya,
Bandung, Alam Sutera,
Bekasi.
4 Mark & Spencer (inggris) PT. Maikalindo Plaza Blok M, Mall
Aneka Cipta Pondok Indah, Mall
Kelapa Gading, Plaza
Menteng*, Mall Taman
Anggrek.
5. Metro/Singapura (Toserba) PT. Metropolitan Mall pondok indah*,
Retailment (Grup Plaza Senayan**.
Rajawali)
6. Seibu/Jepan (Toserba) PT. Pasaraya Mega Pasaraya**
Nusakarya (A Latief
Corpertion)
7. Sogo/Jepan PT. Panen Lestari Plaza Indonesia**, Mall
Internusa (Grup Gaja Kelapa Gading**
Tinggal)
*
Keterangan : Tidak ada dalam perbelanjaan
**
Penyewa utama

12
2.6 Pengertian dan Batasan Mall
a. Jalur pejalan kaki yang di lengkapi dengan toko retail (eceran) dan
menghubungkan magnet-magnet kegiatan.
b. Suatu tempat dimana orang dapat berjalan dengan santai : dimana sebelah
kiri dan kananya berjejer toko-toko serta dapat dengan mudah dicapai
dari tempat parkir kendaraan pengunjung.
c. Suatu bentuk dan jalur jalan yang dialih fungsikan sebagai jalur pejalan
kaki dengan prasarana baru, pada daera bisnis dipusat kota yang di
berorientasi pada pendestetian yang dilayani oleh transportasi umum.
d. Suatu plaza bagi masyarakat umum, jalan atau jalur jalan yang dilengkapi
dengan pepohonan atau pengerasan baru yang dirancanakan sebagai
daerah pendesterian. Berdasarkan beberapa pergantian tersebut di atas,
maka dapat di ambil suatu batasan, bahwa mall tersebut :
“Suatu selasar/jalur pejalan kaki yang bebas dari arus lalu lintas di mana
sebelah kiri dan kananya terdapat sederetan toko-toko retail yang menghubungkan
beberapa magnet yang mana magnet itu berupa supermarket, departemen store serta
dilengkapi dengan fasilitas rekreasi lainnya seperti bioskop, restorant, food cort dan
lainnya.”

2.7 Klarisifikasi Pusat Perbelanjaan


Secara umum klarisifikasi pusat perbelanjaan dapat dibagi atas beberapa
dasar yaitu :
2.7.1 Berdasarkan Bentuk Fisik Dan Lokasi

Berdasarkan bentuk fisik lembaga perdagangan dapat di


kelompokkan sebagai berikut :

a. Pasar (market)
Merupakan kelompok fasilitas perbelanjaan sederhana (los, toko,
kios, dan sebagainya) bentuk pertokoan yang tertua, terdiri atas
rangkaian petak yang dia atur berderet-deret di ruang terbuka atau

13
tertutup dan biasanya berada dekat Kawasan permukiman, yang
melayani kebutuhan sehari-hari masyarakat di sekitarnya.
b. Pertokoan Sepanjang Jalan (shooping Street)
Pertokoan yang terletak di sepanjang kiri dan kanan jalan,
mempunyai gudang dan service di bagian belakang. Area
perbelanjaan ini merupakan jenis pasar yang berlokasi di sepanjang
tepi jalan. Jenis perbelanjaan seperti ini berkembang di kawasan-
kawasan wisata, atau kawasan pertokoan yang menarik dan di
jadikan tempat singgah untuk berbelanja. Kegiatan ini lintas
pengunjung dan arus barang di muka pertokoaan menjadi salah satu
dengan lalu lintas umum.
c. Chain Store
Chain store adalah kelompok kios-kios/toko yang menjual berbagai
macam barang yang berlokasi pada suatu bangunan toko/ruang
tertutup.
d. Decentralized Center
Decentralized center adalah kelopmpok pertokoan yang menjual
berbagai macam barang yang berlokasi pada persimpangan jalan.
e. Areal Perbelanjaan
Merupakan perkembangan bentuk dari toko berjejer. Untuk
menghindari terganggunya pengujung dari lalu-lintas kendaraan,
jalan ditutup sebagai jalur pedestrian. Akibatnya timbul bentuk
kelompok toko yang berorientasi pada suatu ruang bebas ditengah
yang khususkan bagi pejalan kaki.
f. Departemen Store
Merupakan pertokoan yang diusahakan oleh suatu badan usaha yang
mejual bermacam-macam barang. Depertemen store atau toko serba
ada, merupakan wadah perbelanjaan bermacam-macam barang atau
satu macam/jenis barang, berbentuk toko dalam skala besar yang
dikelolah oleh suatu perusahan niaga. Barang yang diperdagangkan

14
tidak membawa nama perusahan pengelolah departemen store.
Barang yang diperdagangkan adalah barang kebutuhan berkala
sampai kebutuhan khusus.
g. Supermarket
Pertokoan dengan ruangan yang luas, dimana terdapat kelompok
penjualan bermacam-macam barang. Supermarket atau pasar
swalayan merupakan wadah perbelanjaan barang kebutuha sehari-
hari (bersifat kering dan basah dalam bentuk kemasan), barang
kebutuhan berkala, sebagai barang khusus/atau mewah.secara umum
sifat pelayanan supermarket bentuk self service dengan harga yang
sudah ditetapkan.
h. Pusat perbelanjaan
Merupakan perkembangan dan gabungan dari beberapa perusahan
dagang enceran milik perorangan yang Bersama-sama menjalankan
usaha di dalam suatu wadah fisik dan di lengkapi dengan fasilitas-
fasilitas penunjang. Barang-barang yang di perdagangkan adalah
mulai dari dari barang kebutuhan sehari-hari sampai pada kebutuhan
berkala.
i. Mall
Merupakan pengembangan dari pusat perbelanjaan yang di padukan
dengan sarana rekreasi dan hiburan. Dan umumnya bentuknya
berupa selasar yang panjang. Barang yang di perdagangkan adalah
barang yang berkebutuhan sehari-hari sampai berkebutuhan khusus.

2.8 Tipe-tipe Pusat Perbelanjaan (Shopping Mall)


Menurut Hervey M. Rubenston, Centeral City Malls, A Weley Intersience
Publication, 1973 Tipe mall digolongkan menjadi dalam 3(tiga) bagian yaitu :
2.8.1 Mall Terbuka (The Open Mall Centre)
Awal perkembangan di eropa, daya tarik dari tipe mall ini terletak
pada façade bangunan yang mendapat jalur pendestrian. Mall tipe ini juga

15
memberikan kesan alami, hal ini terlihat pada arcade seperti pohon, semak-
semak, bangunan dan kursi taman. Tipe mall ini juga mempunyai kelemahan,
utamanya bagi negara yang memiliki 4 (empat) musim. Yaitu adanya
hambatan dari iklim, sehingga kegiatan perbelanjaan tidak dapat berlangsung
sepanjang tahun. Mall terbuka dapat dibedakan lagi atas 3 (tiga) jenis, yaitu:
Full Mall, Transit Mall, dan Semi Mall.
a. Full Mall
Full Mall di hasilkan oleh jalan tertutup yang dulunya digunakan
oleh lalu-lintas kendaraan dan kemudian mengembangkan
pendestrian atau plaza dengan paving, pohon-pohon, tempat duduk,
penerangan dan kenyamanan-kenyamanan lainnya seperti sculpture
dan batu-batuan.
b. Transit Mall
Transit Mall di kembangkan dan pemindahan lalu-lintas automobil
dan truk pada site jalan dan hanya membiarkan lalu-lintas publik
seperti bus dan taxi. Parkir pada jalan dilarang, jalur penjalan kaki di
perlebar dan asesories lainnya ditambahkan.
c. Semi Mall
Semi mall jumlah lalu-lintas dan parkir dikurangi. Pengembangan
area pendestrian yang akan dihasilkan akan di lengkapi dengan
pepohonan, tempat duduk, penerangan dan asesories liannya.
2.8.2 Mall Tertutup (The Closed Mall Centre)
Mall tertutup memiliki konsep yang lengkap dimana penjual dan
pembeli terlindung dalam satu area tertutup (bangunan) dan tempat
pengaturan pengkondisian ruang, sehingga kegiatan jual beli dapat
berlangsung sepanjang tahun.

Mall tertutup dapat menjadi community centre bagi kegiatan sosial


seperti kegiatan promosi, eksebisi, sekedar tempat bejalan-jalan dan lain-
lainnya.

16
Pada dasarnya Mall tertutup menerapkan konsep mall dalam
bangunan. Konsep ini door stereet ini diterapkan secara konsekuen, sehingga
elemen-elemen luar dan elemen jalan seperti lampu-lampu jalan hadir secara
nyata dalam mall tertutup. Selain terdapat dalam pengaturan pengkondisian
ruang, jenis mall ini juga menggunakan pecahan buatan (artificial lighting)
untuk membantu menciptakan suasana yang diinginkan, tetapi ada juga yang
mengunakan skylight sebagai salah satu elemen utama mall. Dalam
merencanakan mall tertutup, dapat beberapa faktor yang harus diperhatikan,
yaitu:
a. Magnet/anchor
Dalam menghidupkan suasana dan minat pengunjunng, maka suatu
perbelanjaan haruslah dibuat unsur penarik yang di sebut magnet
atau anchor. Magnet tersebut dapat berupa supermarket atau fasilitas
rekreasi lainnya seperti cineplex, food court/restorant, playground.
Penempatan dari magnet ini dapat bermacam-macam. Tetapi
umumnya penerapan megnet menggunakan pola ‘Pimpong
Effect/Dumb Bell’. Dengan adanya pimpong effect tersebut,
membuat mall menjadi daerah pergerakan aktivitas yang tinggi
sehingga tidak ada retail shop yang tidak dilalui oleh pengunjung.
b. Tenant Mix
Pengaturan dari pihak-pihak penyewa yang akan menempati retail
shop dan anchor, ditempatkan sesuai dengan tingkat ekonomi
mayoritas pengunjung dan selera dari pengunjung. Pengaturan dan
penempatan jenis-jenis retail tersebut harus sesuai dengan
penempatannya, sehingga antara retail yang satu dengan yang
lainnya tidak saling mengganggu. Perbandingan jumlah antara
anchor dan retail-ratail tersebut adalah 40:60. Hal ini di
pertimbangkan dari infestasi dan pengambilan modal.
c. Desain Kriteria

17
Dalam perencanaan suatu mall haruslah terdapat kriteria-kriteria
tertentu bagi para penyewa dalam mengatur retail yang disewanya,
agar dapat membentuk satu kesatuan dengan retail-retail lainnya.
Juga haruslah memperhatikan orientasi mall kedalam dan tidak
banyak bukaan-bukaannya.
Perancangan suatu mall harus memperlihatkan kesan santai atau
rilex, menyenangkan dan mudah dilalui juga harus diperhatikan
pintu masuk yang jelas dan pintu keluar dari unit utamanya. Lay Out
dari mall dibuat secara sederhana, mudah didefenisikan serta tidak
membosankan.
2.8.3 Gabungan Mall Terbuka Dan Tertutup (The Composite Mall
Centre)
Merupakan mall yang Sebagian terbuka dan Sebagian tertutup
maksudnya yaitu bahwa selasar di sepanjang arcade toko-toko
ditutup oleh atap tembus pandang dan atap penghubung antara toko-
toko yang saling berhadapan. Sehingga tidak semua pendestrian mall
perlu di tutup. Hal ini untuk mengantisipasi keadaan musim dingin.

2.9 Unsur-unsur Pembentuk Lay Out Pusat Perbelanjaan dan Hiburan


(Shopping Mall
2.9.1 Paths
Paths adalah jalur sirkulasi atau jalur pergerakan.
Contonya : Jalan, pendestrian, dan jalur kereta.
Paths juga berfungsi sebagai penghubung antara beberapa nodes.
2.9.2 Nodes
Nodes adalah pusat dari aktivitas. Baik berupa pertemuan dari paths
maupun persilangan dari beberapa paths, atau menujukan pada suatu
konsentrasi tertentu seperti plaza. Yang dimaksud dengan nodes
pada bangunan mall adalah anchor tenant (penyewa utama) yang
menjadi nyata terik pada konsumen.

18
Perletakan nodes disetiap pengakhiran poreder yang terdapat
disetiap lantai suatu mall. Jarak maksimal antara magnet tersebut
disetiap lantainya maksimal 200 meter, sedangkan jarak
optimumnya 180 meter.

2.10 Berdasarkan Skala Pelayanan


2.10.1 Pusat Perbelanjaan Lingkungan (Neighborhood Shopping
Centers)
a. Pealyanan meliputi kelurahan dengan radius pelayanan ± 0,8 km.
b. Penduduk pendukung minimum 20.000 jiwa.
c. Lokasi berada pada jalan utama lingkungan, mengelompok dengan
pusat perdagangan lingkungan.
d. Luas area perbelanjaan bersekitar 2.700 m2 – 9.000 m2.
e. Mewadahi 5-25 toko eceran, supermarket merupakan penyewa
ruang utama serta di lengkapi dengan ruang untuk perdagangan jasa.
2.10.2 Pusat Perbelanjaan Kawasan Wilayah (Community Shopping
Centers)
a. Radius pelayanan kurang lebih 3,2 km
b. Penduduk pendukung minimum 120.000 jiwa
c. Lokasi mengelompok dengan pusat-pusat pelayanan kecamatan
d. Luas area perbelanjaan berkisar 9.000 m2 – 25.000 m2
e. Mewadahi 15-50 toko yang terdiri dari junior departemen store,
supermarket, conviencen store, kantor dan bank.
2.10.3 Pusat Perbelanjaan Beskala Kota (Regional Shopping Centers)
a. Jangkauan pelayanan meliputi seluruh wilayah kota dan daerah luas
kota.
b. Penduduk pendukung 150.000 jiwa sampai 400.000 jiwa atau lebuh.
c. Lokasi berada pada pusat pelayanan kota.
d. Luas area perbelanjaan berkisar 25.000 m2 – 90.000 m2.

19
e. Terdiri dari sejumlah department store, supermarket, junior
supermarket, toko-toko eceran, variety shop, convince store,
speciality store, bank, restorant dan beberapa fasilitas penunjang.

2.11 Berdasarkan Sistem Penjualan dan Pelayanan


2.11.1 Perdagangan Barang
Menurut sistem pelayanan dapat digolongkan menjadi :
a. Berdasarkan kuantitatif barang, meliputi perdagangan besar/grosir
dan perdagangan kecil/retail.
b. Berdasarkan jenis barang yang diperdagangkan terdiri dari :
1. Demand Store
Demand store/pertokoan yang menjual macam barang kebutuhan
pokok, misalnya peralatan rumah tangga,sendang pangan dan
barang pecah belah.
2. Convince Shop (Semi Demand)
Convince Shop/pertokoan yang menjual barang kebutuhan
penunjang.
3. Impluse Store
Impluse Store/pertokoan yang menjual barang-barang kebutuhan
tambahan (tergolong dalam kebutuhan akang barang-barang
mewah).
c. Menurut sifat penjualannya dapat digolongkan di atas :
1. Convience System
Yaitu, dengan cara tawar-menawar antar pedaganf dengan
konsumen dimana ruang antara pedangang dan konsumen terlihat
jelas.
2. Self Service System
Yaitu, dengan cara memilih dan melayani sendiri dengan harga
yang telah ditentukan (harga mati). Pada sistim ini ruang antara
pedagang dan konsumen tidak terpisah.

20
2.11.2 Perdagangan Jasa
Jasa Hiburana, yakni bioskop, theatre, billiard, bar/restorant, night
Club. Jasa Pelayanan, yakni barber shop/salon, bengkel reparasi
barang elektronik, peralatan rumah tangga, dan lain-lain.
a. Berdasarkan ruang lingkup pelayanan.
Perdagangan luar negeri, meliputi perdagangan eksport, import
dan transit. Perdagangan dalam negeri, meliputi perdagangan
lokal dan regional.
b. Berdasarkan cara penyampaiannya.
Perdagangan langsung, dimana barang-barang yang telah dibeli
dapat langsungdimiliki secara fisik.
Perdagangan tidak langsung, dimana barang-barang yang telah dibeli
tidak dimiliki secara langsung.
a. Sistem Distribusi Barang
System distribusi barang pada bangunan perbelanjaan dari produsen
ke konsumen merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan
dalam perencanaan suatu bangunan perbelanjaan.
Dalam sistem distribusi ini sangat berperan dalam pendistribusian
barang yaitu :
1. Produsen
Produsen bertindak sebagai penghasil barang, dimana dapat
bersumber dari pabrik atau importir. Produsen lalu
mendistribusikan barang ke distributor.
2. Distributor
Distributor bertindak sebagai penyalur barang ke dealer. Dalam
beberapa hal distributor dapat menjual barang langsung ke
konsumen.
3. Dealer/penyalur

21
Dealer menjual barang-barang langsung ke konsumen ataupun
kepada Sub dealer ( toko yang tidak mempunyai ikatan dengan
distributor ). Arus distribusi barang tersebut dapat digambarkan
dengan pihak-pihak yang terkait dalam distribusi tersebut yaitu :

Produsen importir distributor

Dealer konsumen

Skema Arus Ditibutor Barang


(Sumber : Diolah Penulis 2023)

b. Sistem Pemelikan Dana Pemasaran Dan Pengelolaan


1. Investor/pemilik adalah perusahan berbadan hukum yang
menyediakan pemodalan untuk membangun mall sebagai suatu
wadah perbelanjaan untuk di perdagangkan.
2. Dana proyek dapat berasal dari dana investor sendiri dan bekerja
sama dengan pihak mall serta juga memanfaatkan uang muka
yang dibayar oleh calon penyewa.
3. Pemasaran adalah kegiatan usaha yang menyangkut penetapan
harga jual, penempatan berikut hasil-hasilnya dan pengaturan
harga jual ruang usaha.
4. Pengelolaan bangunan mencakup bidang-bidang :
a. Teknis
Mencakup kegiatan pengadaan, pemeliharaan, pengawasan
serta perbaikan terhadap kelengkapan teknis yang ada
dalam tapak bangunan.
b. Administratif

22
Pengelolaan administratif mencakup kegiatan pelayanan
terhadap penyewa, pengaturan area penjualan atau promosi,
pengawasan pegawai, pembebanan pungutan kegiatan
keuangan lainnya.
c. Hukum
Membantu penyewa/pedagang dalam proses mendapatkan
surat penunjukan tempat berdagang, membantu menangani
urusan kontrak penyewa/pedagang.
d. Keamanan
Meliputi kegiatan keamanan manusia, barang dagangan dan
tempat usaha dari ancaman kebakaran, persyaratan udara,
iklim maupun pencurian.
c. Sistem Pemilikan Ruang
Sistem Pemilikan Ruang pada bangunan perbelanjaan dapat
berbentuk :
1. Sistem Sewa
Sistem pemilikan dalam bentuk sewa/kontrak untuk jangka
waktu ertentu, merupakan sistem yang dapat membantu
meringankan beban calon penyewa ruang khususnya yang
bermodal kecil.
Kelemahan dari sistem ini adalah pengelolah dapat menaikkan
tarif pada masa kontrak selanjutnya.
2. Sistem Kredit
Pada sistem ini kredit calon pemilik dapat memiliki ruang
dengan cara mencicil selama jangka waktu yang telah ditetapkan
oleh pengelolah. Beban yang ditanggung oleh calon pemilik agak
lebih berat bila dibandingkan dengan sistem Sewa, tetapi
keuntungannya adalah calon pemilik dapat memilikinya dan
mengembalikan cicilan dengan nilai tetap tanpa adanya
kemungkinan perubahan harga seperti sistem sewa.

23
3. Sistem Pembayaran Tunai.
4. Pada sistem ini calon pemilik dapat langsung memiliki ruang
setelah membayar tunai/kontan sesuai dengan harga jual yang
telah ditetapkan oleh pengelolah.
d. Sistem Manajemen dan Penjualan
1. Sistem manajemen
Sistem manajemen pada mali dapat berbentuk sebagai berikut :
a) Independent Trade : merupakan sistem dimana masing-
masing pedagang mengurus dan mengusahakan sendiri
segala kebutuhan. Khususnya yang berkaitan dengan
pengadaan barang dagangan.
b) Cooperative Sociaties : merupakan sistem dimana para
pedagang membentuk suatu organisasi atau lembaga
dengan tujuan melayani kebutuhan anggotanya.
c) Multiple Shop : merupakan sistem dimana pengusaha
pertokoan / pengelolah mengurus dan mengusahakan
kebutuhan para pedagang dengan cara membeli barang
dalam jumlah besar, kemudian didistribusikan ke toko-toko
yang berada dalam mall.
2. Sistem Penjualan
Pada umumnya sistem penjualan yang diterapkan pada mall
dibedakan atas :
a. Conventional Shop, yaitu sistem penjualan barang dengan
cara tawar-menawar antara pembeli dengan penjual.
b. Self Service Shop, yaitu sistem penjualan dimana pembeli
memilih dan melayani sendiri dengan harga yang sudah
ditetapkan.
c. Mail Order, yaitu sistem penjualan barang dimana barang
tersebut iantar langsung kerumah, berdasarkan pesanan
pembeli.

24
e. Unsur Pelaku Kegiatan
Unsur-unsur pelaku kegiatan adalah para pelaku yang
berkepentingan didalam suatu bangunan perbelanjaan. Pelaku
kegiatan digolongkan atas dua bagian, yaitu :
1. Pelaku Kegiatan Utama Pelaku Kegiatan Utama adalah pelaku
kegiatan yang melakukan aktifitas dan terlibat secara langsung.
a. Pengunjung
Pengunjung adalah masyarakat umum yang datang
berkunjung pada mall tersebut untuk melihat dan mencari,
memilih, menawar serta membeli suatu atau beberapa jenis
barang berdasarkan kebutuhannya dengan motivasi yang
kuat atau dengan maksud untuk melihat atau sekedar
berekreasi
b. Pedagang
Pedagang adalah pelaku kegiatan, baik perorangan maupun
berbentuk badan usaha yang menyewa ruang yang ada dalam
mall dan mempergunakan ruang tersebut untuk menyediakan
dan memberikan jasa penjualan materi perdagangan.
2. Pelaku Kegiatan Penunjang
a) Pengelola/investor
1. Investor adalah kelompok atau perorangan (dapat
berbentuk badan usaha ) yang menyediakan penanaman
modal untuk pengadaan mall.
2. Pengelola adalah badan atau usaha berupa kelompok atau
perorangan yang ditunjuk oleh pihak investor untuk
mengelolah dan mengawasi kegiatan administrasi dan
operasional mall yang bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap investor atas kelangsungan usaha investor pada
mall tersebut.
b) Produsen

25
Peranan dari produsen dalam mall adalah dari segi produksi
dan pengadaan barang, menjamin mutu dan kwalitas barang
yang dihasilkan.
1. Bank
Bank merupakan lembaga sosial yang memberikan
pelayanan atau bantuan kepada masyarakat. Pelayanan
yang diberikan berupa pinjaman modal atau fasilitas
kredit.
2. Pemerintah
Pemerintah berperan sebagai pengarah, khususnya dalam
pengembangan pusat perbelanjaan dalam mall. Peranan
pemerintah juga tidak lepas dari masalah pengontrolan
pada efek sosial yang ditimbulkan dari pengadaan mall,
pengontrolan terhadap kestabilan harga, perpajakan serta
segala masalah yang berhubungan dengan peraturan
pemerintah.
3. Hubungan Antara Pelaku Kegiatan
a. Hubungan investor dengan pemerintah dalam hal
perizinan mendirikan usaha dan kewajiban membayar
pajak.
b. Hubungan pengelolah dengan pemerintah dalam hal
perpajakan kestabilan harga dan keamanan.
c. Hubungan produsen dengan pengelolah dalam hal
produksi dan promosi.
d. Hubungan produsen dengan pedagang dalam hal jual
beli atau distribusi barang.

26
2.12 Bentuk Shopping Mall Menurut Komposisi dan Bentuk.
2.12.1 Shopping Mall Dalam Bentuk L
Bentuk L merupakan shopping yang menghadap jalan utama dan ke
samping menghadap tempat parkir.

Gambar 2.2. Bentuk L (L Shaped)


(Sumber : http://www.concordiarealty.com)

2.12.2 Shopping Mall Dalam Benruk Jalur (Strip Shaped)


Pusat strip dapat dikonfigurasi dalam garis lurus (menghadap jalan
utama); Bentuk "Bar-Bell" (menghadap jalan utama dengan
penyewa jangkar di ujung jalur

Gambar 2.3. Bentuk Jalur (Strip Shaped)


(Sumber : http://www.concordiarealty.com)

27
2.12.3 Shopping Mall dalam Bentuk U
Bentuk U merupakan Shopping mall menghadap jalan utama dan
kedua sisi menghadap tempat parkir

Gambar 2.4. Bentuk U (U Shaped)


(Sumber : http://www.concordiarealty.com)

2.13 Bentuk Shopping Mall Berdasarkan Sistem Parkir


2.13.1 Strip Center With Curb Parking

Gambar 2.5. Strip Center With Curb Parking

(sumber : Shopping Mall Interchange Terminal Amplas. 2010.)

28
2.13.2 Double-Strip Center With Off-Street Parking

Gambar 2.6. Double-Strip Center With Off-Street Parking

(sumber : Shopping Mall Interchange Terminal Amplas. 2010.)

2.13.3 Mall Center With Only One Magnet

Gambar 2.7. Strip Center With Only One Magnet

(sumber : Shopping Mall Interchange Terminal Amplas. 2010.)

2.13.4 Mall Center With Magnet Centrally Placed

Gambar 2.8. Mall Center With Magnet Centrally Placed

29
(sumber : Shopping Mall Interchange Terminal Amplas. 2010.)

2.13.5 Cluster-Type Center

Gambar 2.6. Cluster-Type Center


(sumber : Shopping Mall Interchange Terminal Amplas. 2010.)

2.14 Tinjauan Arsitektur


2.14.1 Pola Hubungan Ruang
Pendekatan hubungan ruang menurut Francir D.K Ching (1979:
195 202), yaitu sebagai berikut :
1. Ruang di dalam ruang
a. Kontiunitas visual dan ruang di antara kedua ruang tadi dapat
terpenuhi
b. Ruang yang besar berfungsi sebagai kawasan tiga dimensi
untuk ruang di dalamnya.

Gambar 2.7. Pola Ruang Dalam Ruang


(Sumber : www.academia.edu)

30
2. Ruang-ruang yang saling berkaitan
a. Masing-masing ruang mempertahankan identitasnya dan
batasan sebagai suatu ruang
b. Bagian yang saking berkaitan dari dua ruang dapat
digunakan Bersama secara seimbang, maupun melebur
menjadi bagian integral dari ruang satunya, maupun
berfungsi sebagai penghubung bagi kedua ruang aslinya.

Gambar 2.8. Pola Ruang Yang Saling Berkaitan


(Sumber : www.academia.edu)

3. Ruang-ruang yang saling bersebelahan


a. Respon dan definisi masing-masing ruang menjadi jelas
terhadap fungsi dan persyaratannya.
b. Ruang perantara dapat berbeda bentuk dan orientasi
dibanding dua ruang lainnya.
c. Ruang perantara dapat menjadi ruang dominan dalam
hubungan dan mamppu mengorganisir sejumlah ruang

Gambar 2.9. Pola Ruang Yang Saling Besebelahan


(Sumber : www.academia.edu)

31
4. Ruang-ruang yang dihubungkan oleh ruang Bersama
a. Dua buah ruang yang terbagi oleh jarak dihubungkan
eleh ruang ke tiga
b. Ruang perantara dapat berbeda bentuk dan orientasi
dibanding dua ruang lainnya.
c. Ruang perantara dapat menjadi ruang dominan dalam
hubungan dan mampu mengorganisir sejumlah ruang.

Gambar 2.10. Pola Ruang Yang Saling Bersamaan


(Sumber : www.academia.edu)

2.14.2 Pola Organisasi Ruang


Setiap kategori organisasi ruang selalu didahului oleh bagian yang
berkaitan karekter bentuk, hubungan-hubungan ruang, dan tanggapan
lingkungannya. Dengan kata lain, pertimbangannya adalah program ruang
dan besaran ruang, pola hubungan ruang dan tata ruang, serta bentuk fisik
dan luas tapak yang tersedia. Pendekatan yang digunakan adalah pola
organisasi ruang dari francis (1979 : 205-244), yang terdidi atas:

a. Pola Terpusat :
1. Suatu ruang dominan dimana pengelompokkan sejumlah ruang
sekunder dihadapkan
2. Bersifat stabil, dimana ruang pusat sebagai ruang pemersatu dari
organisasi terpusat
3. Perbedaan antara ruang sekunder memungkinkan terbentuk
organisasi terpusat untuk tangap terhadap kondisi tapak yang
bermacam-macam.

32
Gambar 2.11. Pola Terpusat
(Sumber : www.academia.edu)

b. Organisasi Linear
1. Suatu urutan linear dari ruang-ruang yang berulang
2. Tiap-tiap ruang di sepanjang deretannya memiliki hubungan
dengan ruang luar.
3. Menunjukkan suatu arah dan menggambarkan gerak, pemekaran
dan pertumbuhan

Gambar 2.12. Pola Lenier


(Sumber : www.academia.edu)
c. Organisasi Radial
1. Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisasi ruang
menurut bentuk jari-jari.
2. Lengan-lengan radialnya dapat berbeda bentuk satu sama diri
dengan persyaratan fungsional.

Gambar 2.13. Pola Radial

33
(Sumber : www.academia.edu)

d. Organisasi Cluster
1. Ruang-ruang dikelompokkan berdasarkan adanya hubungan atau
bersama-sama memanfaatkan ciri atau hubungan visual.
2. Bentuk organisasi luwes dan dapat dapat menerima pertumbuhan
dan perubahan langsung tanpa mempengaruhi karakternya.

Gambar 2.14. Pola Cluster


(Sumber : www.academia.edu)

e. Organisasi Grid
1. ruang-ruang diorganisir dalam kawasan grid structural atau grid dimensi
lainnya
2. Teratur dan keutuhan pola-pola menjadi ciri khas organisasi grid
3. Ketidakaturan grid dapat menimbulkan satu hierarki modul-modul yang
dibedakan oleh ukuran, proporsi atau lokasinya.

Gambar 2.15. Pola Grid


(Sumber : www.academia.edu)

2.14.3 Pola Sirkulasi Bangunan Dan Parkir


a. Sirkulasi Pada Bangunan
Sirkulasi mempunyai pengertian sebagai peredaran di satu tempat ke
tempat lain Sedang sirkulasi adalah suatu tipe gerakan melalui ruang.
34
Ruang tempat kita bergerak / ruang sirkulasi diartikan sebagai tali
pergerakan yang terlihat menghubungkan ruang-ruang suatu bangunan
atau bagian yang satu dengan yang lain di dalam maupun di luar
bangunan.
Menurut D.K Ching Persimpangan atau perlintasan jalan selalu
merupakan titik pengambilan putusan bagi orang yang mendekatinya.
Kontinuitas dan skala dari masing-masing jalan pada sebuah
persimpangan dapat menolong kita membedakan antara jalan utama
menuju ruang-ruang utama dan jalan sekunder yang menuju ruang-
ruang sekunder.
Jika jalan-jalan pada suatu perlintasan adalah seimbang satu sama
lain, harus disediakan ruang yang cukup agar memungkinkan orang
berhenti sejenak dan mengarahkan dirinya Pola sirkulasi ruang dibagi
menjadi 5 :
1. Pola Linier
Suatu pola sirkulasi ruang melalui garis yang mempunyai arah
sehingga dapat menjadi unsur pembentuk deretan ruang. Pola ini
sangat mudah ditemui karena banyak dipergunakan Contoh: jalan
raya, jalan tol, sirkuit, lorong sekolah dan rumah sakit dll.

Gambar 2.16. Pola Linier


(Sumber : www.academia.edu)
2. Pola Radial
Suatu pola sirkulasi ruang melalui penyebaran atau
perkembangan dari titik pusat. Biasa nya pola radial ini
mempunyai sifat mempunyai banyak ruang pergerakan. Karena
pola yang digunakan sama seperti pola tang digunakan pada jari
– jari sepeda. Contoh: Gym, stadium dsb.

35
Gambar 2.17. Pola Radial
(Sumber : www.academia.edu)

3. Pola Spiral
Suatu pola sirkulasi ruang dengan cara berputar menjauhi titik
pusat Pola sirkulasi ini sangat berguna pada lahan yang
mempunyai luas terbatas dan pada lahan yang mempunyai kontur
tanah yang curam Contoh: ram parkiran di mal, jalan didaerah
pegunungan dsb.

Gambar 2.18. Pola Spiral


(Sumber : www.academia.edu)

4. Pola Network
Suatu pola sirkulasi ruang melalui jaringan (penyatuan) dari
beberapa ruang gerak untuk menghubungkan titik – titik terpadu
dalam suatu ruang. Umum nya pola ini dipergunakan pada ruang
– ruang gedung perkantoran dimaksudkan agar setiap orang bisa
dengan mudah beraktivitas. Contoh: Ruang perkantoran.

Gambar 2.19 Pola Network


36
(Sumber : www.academia.edu)

5. Pola Campuran
Suatu pola sirkulasi ruang yang terdiri dari gabungan 4 pola
(linier, Radial, Spiral dan Network) untuk menciptakan suatu pola
yang berbeda menimbulkan kesan harmonisasi dari perpaduan 4
pola. Akan tetapi untuk menciptakannya amat sulit. Apabila tidak
sesuai akan menimbulkan kesan membingungkan.

Gambar 2.20. Pola Campuran


(Sumber: www.academia.edu)

2.14.4 Sistem Sirkulasi Manusia

Menurut standard City of Seattle Fire Station Program Manual


adalah:

1. Menyediakan sirkulasi yang jelas dan tearah ke Apparatus Bay


dari administration area, R. makan (beanery), dan asrama (dorm).
Rute sirkulas ini harus berada pada satu garus lurus untuk
membantu mempercepat pemberangkatan petugas pemadam.
2. Menurut standard Whole Building Design Guide adalah:
3. Sirkulasi utama linier yang mengakibatkan susunan peletakan
ruang ruang bersebelahan mengikuti alur sirkulasi yang ada .

37
Gambar 2.21. Siste Sirkulasi Mansia
(Sumber : Whole Build Design Guide)

2.14.5 Sistem Sirkulasi Vertikal


Secara umum, alat sirkulasi vertikal sangat banyak, di antaranya
adalah: tangga (stair), elevator (Lift, tangga bergerak (escalator), lubang
luncur (sliding pole), lift barang (Dumbwaiter) dan landaian (Ramp) jalur
vertikal yang dapat diakses oleh tuna daksa.
1. Tangga (Stair)
Tangga menyediakan sarana untuk berpindah dari satu
tingkat ke tingkat lain dan oleh karena itu merupakan mata rantai
penting dalam keseluruhan skema sirkulasi suatu bangunan.
Apakah memiliki volume 2 tingkat ataupun menjulang melalui
shaft yang sempit, sebuah tangga menyita kebutuhan ruang yang
signifikan. Landasan-landasan tangga harus secara logis
terintegrasi dengan sistem structural untuk menghindari kondisi
rangka yang rumit. Keselamatan dan kemudahan mengakses pada
akhirnya merupakan pertimbangan yang paling penting dalam
desain dan penempatan tangga (Francis D.K. Ching dan
Cassandra Adams dalam buku Ilustrasi Konstruksi Bangunan.
1993. Hal. 296).
Dimensi tinggi dan lebar pijakan anak tangga harus
proporsional untuk mengakomodasi pergerakan tubuh kita.
Tanjakan yang terlalu curam dapat melelahkan Proses pendakian
secara fisik, memberikan kesan tidak mengundang secara
psikologis, Serta dapat membahayakan. Jika tanjakannya rendah,
maka pijakannya harus cukup tebar untuk lebar langkah kita.
38
Untuk kenyamanan, dimensi tinggi dan lebar pijakan anak tangga
dapat Untuk kenyamanan, dimensi tinggi dan lebar pijakan anak
tangga dapat proporsinya berdasarkan salah satu rumus berikut:
1) Lebar + 2x tinggi - 24-25 (inci)
2) Tinggi x lebar 72-75 (inci)
Tangga eksterior pada umumnya tidak securam tangga
interior, khususnya pada kondisi-kondisi yang berbahaya
(misalnya adanya hujan, salju, dll) (Francis D.K. Ching dan
Cassandra Adams dalam buku lustrasi Konstruksi Bangunan.
1993. Hal. 297).
2. Lubang Luncur (Sliding Pole)
Untuk jenis alat sirkulasi lubang luncur (sliding pole),
besarnya disesuaikan dengan ukuran tubuh manusia. Menurut
George H. Tryon dan Gordon P. Mc Kinnon dalam bukunya Fire
Protection Handbook, sebagaimana dikutip oleh Joseph de Chiara
dan John Handock Calender, 1982: 516 (Tuwino, 1998),
menyebutkan bahwa diameter sebuah lubang luncur adalah 96,52
cm (1'-7') (Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagian
lampuran D).
3. Lift Penumpang
Lift penumpang dibagi menjadi 2 bagian yaitu lift tertutup
dan tembus pandang. Dari kedua jenis ini yang menbedakan ialah
material penutupnya. Pada lift tertutup biasanya material
penutupnya ialah kaca tembus biasanya lift tersebut diarahkan
terhadap view yang bagus diluarnya, bentuknya pun bermacam-
macam mulai dari segi lima, segi empat, bulat dan sebagainya
sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada.

39
Gambar 2.22. Detail Pembagian Ruang Lift
(Sumber: Sukamita,2015:21)

4. Lift Barang/Untuk Kebakaran


Lift tersebut khusus digunakan untuk kebakaran dang
pengangkutan barang. Rangka dan interiornya harus tahan
terhadap kebakaran minimal 2 jam. Bukan hanya rangka lift
namun juga dinding struktu ruang luncur juga harus tahan api dan
dijangkau langsung dari luar.
5. Lift Uang/Makanan
Lift uang atau mkanan sering di sebut juga sebagai dumb
waiter.
Dumbwaiter, adalah sejenis lift yang berfungsi untuk
memindahkan barang-barang yang relatif kecil dan ringan dari
lantai satu ke lantai yang lain. Di pusat perbelanjaan misalnya,
unit ini biaya digunakan untuk memindahkan persediaan barang
dari gudang ke kios penjualan., atau di rumah sakit untuk
mengantarkan makanan, obatobatan, keperluan rawat inap
(seprei, selimut, dll), atau pada restoran berlantai banyak untuk
mengantarkan pesanan makanan dari dapur dan memindahkan
peralatan bekas pakai/kotor ke tempat cuci.

40
Gambar 2.23. Dumb Waiter Untu Lift Makanan
(Sumber: Sukamita, 2015:22)

6. Landaian (Ramp)
Ramp adalah transisi halus atau landaian antar lantai sebuah
bangunan. Untuk mendapatkan kemiringan yang nyaman,
diperlukan jarak yang relatif panjang. Ramp digunakan untuk
mengakomodasi perubahan ketinggian sepanjang rute yang dapat
diakses atau untuk menyediakan akses bagi peralatan beroda.
Ramp yang pendek dan lurus bersifat seperti balok, dapat dibuat
dari kayu, baja, atau sistem lantai beton. Ramp yang panjang atau
memutar biasanya dibuat dari baja ataubeton yang diperkuat
(Francis D.K. Ching dan Cassandra Adams dalam buku Ilustrasi
Konstruksi Bangunan. 1993. Hal. 299).
7. Escalator
Escalator merupakan alat angkat yang menyerupai tangga,
namaun dapat berjalan sehingga penggunanya tidak perlu berlu
berjalan. Sudut kemiringan yang sesuai dengan standar ialah 30-
35 derajat. Selain itu, terdapat alat angkut dengan konveyor yang
bentuk jalurnya melingkar/berbelok-belok.

2.14.6 Sistem Sirkulasi Pada Kendaraan


Alur sirkulasi dapat diartikan sebagai tali yang mengikat ruang-
ruang suatu bangunan atau suatu deretan ruang dalam maupun luar, menjadi
saling berhubungan. Dalam perencanaan sirkulasi ruang luar, kenyamanan
dpat berkurang akibat dari penataan sirkulasi yang kurang baik, maka untuk
41
hal tersebut hendaknya diadakan pembagian sirkulasi kendaraan dan
sirkulasi manusia.

a. Sirkulasi Kendaraan

Secara hirarki dapat dibagi menjadi 2 (dua) jalur, yaitu :

1) Jalur distirbusi, untuk perpindahan lokasi (jalur cepat).


2) Jalur akses, jalaur untuk melayani bangunan-bangunan (jalur
lambat). Keduanya harus terpisah sehingga kelancaran
lalulintas dapat terjamin. Fasilitas penunjang yang diperlukan
antara lain rambu-rambu lalulintas dan ruang parkir.

2.14.7 Sistem Parkir


a. Pengertian Parkir
Lalu lintas yang bergerak baik yang bergerak lurus maupun belok
pada suatu saat akan berhenti. Setiap perjalanan akan sampai
ketempat tujuan, dan kendaraan yang dibawa oleh akan di parkir atau
bahkan akan tinggal pemiliknya di ruang parkir. Beberapa defenisi
parkir dari beberapa sumber diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Menurut Poerwadarmita (1976), parkir adalah tempat
pemberhentian kendaraan beberap saat.
2) Pignataro (1973) dan Sukanto (1985), menjalaskan bahwa
parkir adalah memberhentikan dan menyimpan kendaraan
(mobil, sepeda motor, sepeda, dan sebagainya) untuk
sementara waktu pada suatu ruang tertutup. Ruang tersebut
dapat berupa tepi jalan, garasi atau pelataran yang disediakan
untuk menampung kendaraan dalam jangka waktu yang lama
atau sebentar tergantung kendaraan dan kebutuhan.
b. Kriteria Parkir
Dalam penentuan tata letak parkir, mempunyai beberapa kriteria
antara lain sebagai berikut :

42
1) Parkir terletak pada muka tapak yang datar
2) Tempat parkir diusahakan berada pada permukaan yang datar.
Apabila permukaan tanah asal mempunyai kemiringan, maka
perlu dipikirkan penggunaan grading dengan sistem cut and
fill. Lokasi permukaan yang datar pada area parkir
dimaksudkan untuk menjaga keamanan kendaraan agar parkir
dengan aman dan tidak menggelinding.
3) Parkir terletak tidak terlalu jauh dari pusat kegiatanHubungan
pencapaian antara parkir dengan bangunan atau tempat
kegiatan diusahakan tidak terlalu jauh. Bila jarak antara tempat
parkir dengan pusat kegiatan cukup jauh, maka diperlukan
sirkulasi yang jelas dan terarah menuju area parkir.
c. Standar Kendaraan

Gambar 2.24. Standar Ukuran Kendaraan Roda Dua


(Sumber : Neufert 2002 : 100)

Gambar 2.5. Standar Ukuran Kendaraan Roda Dua


(Sumber : Neufert 2002 : 100)

43
Gambar 2.27. Standar Ukuran Truk
(Sumber : Neufert 2002 : 101)

d. Bentuk Pola Parkir


1) Parkir Tegak Lurus (Perpandicular)

Gambar 2.28. Parkir Tegak Lurus


(Sember : Rustam Hakim, 2002)

2) Parkir Sudut (Angle)

Gambar 2.29. Parkir Sudut


(Sumber : Rustam Hakim, 2002)

3) Parkir Pararel (Parallel)

44
Gambar 2.30. Parkir Paralel
(Sumber : Rustam Hakim, 2002)

4) Parkir Khusus Bagi Penderita Cacat

Gambar 2.31. Parkir Khusus Bagi Penderita Cacat


(Sumber : Rustam Hakim, 2002)

2.14.8 Sistem Utilitas


a. Sistem Pencahayaan
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada
sebuah bidang permukaan. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan
didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan rata-rata pada bidang kerja,
dengan bidang kerja yang dimaksud adalah sebuah bidang horizontal
imajiner yang terletak setinggi 0,75 diatas meter lantai pada seluru
ruangan (SNI Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan Pada
Bangunan, 2002).
Terkait dengan sistem pencahayaan sebagai kelengkapan bangunan,
perlu di pertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :

45
1. Tingkat pencahayaan atau penerangan disesuaikan dengan
kebutuhan kuat terang yang diinginkan sesuai aktifitas yang
dilakukan.
2. Teknik pencahayaan yang dirancang dapat sekaligus dimanfaatkan
untuk mendapat citra bangunan.
3. Distibusi jaringan elektial yang mendukung sistem pencahayaan
dapat diletakan diatas langit-langit ruangan, dibawah lantai pada
sturktur lantai yang diangkat (Rising Floor), atau pun ditanam
didalam dinding.
Adapun sumber cahaya, menjadi 2 macam yaitu :
1) Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang memiliki sumber
cahaya yang berasal dari alam, seperti mathari, bintang, dll.
Matahari adalah sumber pencahayaan alami yang paling utama,
namun sumber pencahayaan ini kepada waktu (siang hari atau
malam hari), musim dan cuaca (curah, mendung, berawan dll).
2) Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber
cahaya selain cahaya alami, contohnya lampu listrik, lampu minyak
tanah, gas, dan lain-lain.

b. Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan terbagi atas dua sebagai berikut :

1. Penghawaan Alami
Arah dan kecepatan angin adalah pertimbangan penting pada
sebuah tapak disemua iklim. Variasi angin musiman dan harian harus
dipertimbangkan secara hati-hati dalam mengevaluasi potensi untuk
ventilasi ke interior ruangan dan halaman luar gedung pada saat cuaca
panas, menyebabkan kehilangan panas pada saat cuaca dingin dan akan

46
mempengaruhi beban lateral pada struktur bangunan. Angin antar benua
dan samudera serta akibatnya. Angin antar benua/samudera adalah
penyebab utama adanya siklus musim kemarau dan musim hujan di
daerah-daerah. Kecenderungan udara untuk mengalir dari tempat
bertekanan tinggi kearah yang bertekanan rendah. Kecenderungan
angin-angin dari daerah-daerah lintang utara untuk berserong ke kanan
bila mengalir ke khatulistiwa. Peta angin dan hujan bulan Pebruari (J.H.
Houbolt :Iklim di Indonesia” Bandung 1954).
a. Pengudaraan/penghawaan alami
Orientasi bangunan diletakkan antara lintasan matahari dan angin.
Letak gedung yang paling menguntungkan apabila memilih arah
dari timur ke barat. Bukaan-bukaan menghadap Selatan dan Utara
agar tidak terpapar langsung sinar matahari.

Gambar 2.32. Orientasi Bangunan Terhadap Matahahari


(Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id)

b. Letak gedung tegak lurus terhadap arah angina

Gambar 2.33. Letak gedung terhadap arah angin


(Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id)
47
c. Bangunan sebaiknya berbentuk persegi panjang, hal ini
menguntungkan dalam penerapan ventilasi silang

Gambar 2.34. Ventelasi Silang


(Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id)

d. Menghadirkan pohon peneduh di halaman yang dapat


menurunkan suhu

Gambar 2.35. Penggunaan Vegetasi Sebagai Filter Cahaya Matahari


(Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id)

e. Berikut ini ada beberapa prinsip dalam penghawaan alami


1. Penempatan bukaan secara horizontal maupun vertikal
2. Penempatan ruangan yang lebih besar ke arah aliran angin
3. Hindari penempatan bukaan dengan jarak yang terlalu dekat,
hal ini menyebabkan perputaran angin telalu cepat
4. Hindari penempatan bukaan yang benar-benar berseberangan,
hal ini menyebabkan angin yang masuk langsung keluar begitu
saja
5. Memperhatikan orientasi jendela terhadap matahari, misalnya
ruang tidur tidak boleh menghadap ke barat
48
6. Memakai menara angin, yang berfungsi menangkap dan
menghisap angin, sehingga udara dapat terus bersirkulasi
7. Memakai material alami yang lebih banyak menyerap panas,
seperti perlengkapan interior dari kayu, pagar dan dinding
tanaman.
8. Plafon yang ditinggikan, agar udara dapat bergerak lebih
bebas.
f. Beberapa cara untuk meningkatkan kualitas udara di dalam
bangunan:
1. Penataan ruang yang tepat
2. Memakai bahan bangunan dan bahan perabot yang
mengandung bahan kimia sedikit
3. Memastikan tidak ada jamur pada elemen bangunan dan
perabot akibat kelembaban tinggi
4. Memperbanyak penanaman tumbuhan hijau
5. Membatasi merokok di dalam ruangan
6. Mamakai konsep secondary skin pada fasad untuk meredam
panas matahari.
7. Menyediakan lahan terbuka di dalam bangunan
8. Menggunakan Insulator panas di bawah material atap
Meletakkan Kolam air pada lingkungan bangunan
g. Pengendalian aliran angin dan optimalisasi pemanfaatannya
terhadap bangunan:
Konfigurasi Dalam Bangunan

49
Gambar 2.36. Konfigurasi ruang Tipis Dan Tebal
( Sumber. https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id)

Pada gambar Pertama merupakan Konfigurasi ruang Tipis


memungkinan pergerakan udara lebih dinamis sedangkan pada gambar
ke dua merupakan konfigurasi ruang tebal menghalangi pergerakan
udara

h. Mengalirkan udara panas dari bawah ke atas

Gambar 2.37. Pergerakan Udara Padas


(Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id)

Penempatan bukaan pada bagian bawah dinding di atas penutup lantai.

Gambar 2.38. Pergerakan Udara


(Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id)

Bukaan pada atap difungsikan sebagai pengalir panas.

i. Wind tunnel

50
Gambar 2.39. Pergerakan Udara
(Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id)

Konsep wind tunnel sebagai pengarah aliran udara lebih tepat


digunakan pada ruang-ruang terbuka. angin yang dialirkan ke area yang
sempit dari tempat terbuka yang luas memiliki kecepatan yang lebih
tinggi dan tekanan yang lebih besar sehingga hembusan angin
diharapkan menjangkau ke daerah yang lebih jauh.

j. Ventilasi silang

Gambar 2.40. Denah Ventelasi Silang


(Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id)

Menempatkan bukaan pada sisi yang berseberangan: angin dapat


menjangkau ke seluruh ruangan.

Gambar 2.41. Bukaan Pada Sisi Yang Bersebrangan


(Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id)

51
Menempatkan bukaan pada sisi yang bersebrangan: Aliran angina
tidak dapat menjangkau ke seluruh ruangan.

Gambar 2.42. Bukaan Pada Sisi Yang Bersebrangan Lebih Banyak


(Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id)

Menempatkan bukaan pada sisi yang bersebrangan lebih banyak di


bandingkan sisi yang lain : Aliran angina dapat menjangkau ke seluruh
ruangan.

2. Penghawaan Buatan
Buatan Untuk mendapatkan kondisi ruangan yang memenuhi
thermal comfort atau kondisi yang harus memenuhi persyaratan
tertentu sesuai dengan yang kita inginkan, tanpa adanya
ketergantungan dengan lingkungan luar, maka digunakan penghawaan
buatan(airconditioning). Penghawaan buatan di sini memiliki
pengertian bahwa udara dalam ruang dikondisikan berdasarkan beban
kalor yang terjadi pada ruangan tersebut. Agar didapatkan suatu sistim
serta kapasitas pendingin yang tepat, maka perlu diketahui besarnya
beban kalor pada ruang/bangunan (karena fungsi AC adalah untuk
menghapus beban kalor tersebut) sehingga suhu dan kelembaban
udara tetap nyaman. Besar beban kalor yang terjadi ditentukan oleh:
hantaran panas radiasi matahari, hantaran panas secara transmisi,
hantaran panas ventilasi atau infiltrasi, beban panas intern (manusia
dan peralatan elektronik atau mesin).

a. AC Central
52
Mesin penyegaran udarah sentral suatu sistem penyegaran udara
untuk mendinginkan udara pada ruangan yang besar sehingga unit
mesinnya memerlukan ruangan tersendiri. Untuk menyalurkan
udara dingin atau udara yang Kembali, mesin tersebut
menggunakan pipa-pipa ducting dan berakhir pada lubang-lubang
di langit-langit tersebut difusser. Unit-unit pengelolah udara ini
berkapasitas besar yang disebut pengelolah udara (AHU). Unit-
unit untuk mesin kompresor dan kondensor diletakan jauh dari
terpisah yang disebut chiler dan dibantu oleh pompa. Mesin
penyegaran udara-udara sentral ini banyak digunakan untuk
penyegaran hotel maka perlu dibantu dengan alat dingin (cooling
tower).

Gambar 2.43 Skema Peyegaran Udara-Udara Senral Dengan Cooling Tower


(Sumber. https://engfac.cooper.edu)

b. Mesin Pendingin Pada Bangunan


Mesin pendingin yang digunakan untuk mendinginkang udara
pada bangunan bertingkat tinggi harus mempunyai kekuatan dan
kapasitas yang besar. Mesin pendingin tersebut berisi kompresor,
kondensor, evaporator dan kipas udara yang diletakkan diruang
tertutup. Mesin diletakkan diatas lantai yang berpondasi kuat
untuk mencegah getaran mesin terhadap bangunan, ruangan

53
diberi lapisan peredam suara agar tidak menimbulkan kebisingan
yang mengganggu ruangan lain.

Gambar 2.44. Mesin Pendingin Udara


(Sumber : https://images.search.yahoo.com)

2.14.9 Sistem Pengelolaan Air Kotor Dan Air Bersih


a. Pemanfaatan Air Bersih
Salah satu kelengkapan bangunan yang perlu disediakan adalah
jaringan distribusi air bersih erat kaitannya dengan kesehatan
pengguna bangunan. Secara umum sistem distribusi air bersih dalam
bangunan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Up Feed System (sistem distibusi keatas), arah aliran air
direncanakan dari arah keatas sehingga sumber atau
tampungan air harus berada lebih rendah dari lubang
distribusi.
2. Down Feed System (sistem distribusi kebawah) merupakan
sistem air bersih dimana aliran air diarahkan kebawah,
biasanya menggunakan bantuan gaya gravitasi. Pada sistem
ini, air diambil dari sumur atau sumber air yang biasanya
terletak dibawah.
b. Penanggulangan Air Kotor
54
Bangunan yang dihuni manusia tak lepas dari masalah
kotoran atau limbah, termasuk limbah organis. Kotoran tersebut
harus segera dibuang sebelum zat-zat berbahaya yang
dikandungnya mempengaruhi kesehatan penghuninya. Sistem
pembuangan air kotor adalah suatu sistem pembuangan yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan dan menjamin pembuangan
semua zat cair dan kotoran yang timbul sebagai aktivitas yang
dilakukan.

Menurut cara pembuangannya, sistem pembuangan air kotor


dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Sistem buangan campuran, yaitu sistem pembuangan dimana
segala jenis buangan dikumpulkan ke dalam satu saluran dan
dialirkan keluar gedung, tanpa memperhatikan jenis air
bangunan
2. Sistem buangan terpisah, yaitu sitem buangan dimana segala
jenis air bangunan dikimpilkan dan dialirkan keluar gedung
secara terpisah.
3. Sistem pembuangan air secara tak langsung, yaitu sistem
pembunagan air dimana pembuangan air dari beberapa
gedung digabungkan dalam kelompok, baru kemudian
dialirkan ke pembuangan secara bersama-sama.

2.14.10 Sistem Pengelolaan dan Penanganan Sampah

Penanganan limbah yang baik akan menjamin kenyamanan bagi


semua orang. Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran
lingkungan meliputi 2 (dua) cara pokok yaitu :

a. Pengendalian non teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi


pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan
perundang-undangan yang dapat merencanakan, mengatur,

55
menguasai segala bentuk kegiatan industri dan bersifat mengikat
sehingga dapat memberi sanksi hukum bagi pelangarnya.
b. Pengendalian teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi
pencemaran lingkungan dengan cara-cara yang berkaitan dengan
proses produksi seperti perlu tidaknya mengganti proses,
mengganti produksi seperti perlu tidaknya mengganti proses,
mengganti sumber energi/bahan bakar, instalasi pengolah limbah
atau menambah alat yang lebih modern/canggih. Dalam hal ini
yang perlu diperhatikan adalah :
1. Mengutamakan keselamatan manusia
2. Teknologinya harus sudah dikuasai dengan baik
3. Secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan

2.14.11 Sistem Keamanan Pada Bangunan.


a. CCTV (Close Circuit Television )

System keamanan elektriks yaitu dengan memakai control TV


monitor CCTV di pasang pada beberapa titik kawasan dan
bangunan.

Gambar 2.45. Sistem Jaringan CCTV


(Sumber : www.google\sistem-jaringan.keamanan.com)

56
b. APAR / Fire Extinguishers / Racun Api
Alat pemadam api ringan (fire extinguisher) atau APAR adalah
alat yang sangat penting, itu karena APAR berfungsi mematikan api
pada saat pertama kali muncul. Pengguna APAR yang efektif akan
mampu mencegah terjadinya bahaya kebakaran. Ada banyak faktor
yang memperngaruhi efektifitas pencegahan kebakaran di tempat
kerja. Bukan saja pemilihan jenis alat pemadam api yang harus tepat,
akan tetapi harus diperhatikan pula faktor pemasangannya dan
pemeliharaannya.

Gambar 2.41. Fire Extinguishers


(Sumber : www.google\fire-protection.com,)

Pemerintah republik Indonesia, melalui Peraturan Menteri


Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per-04/MEN/1980 tentang
syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api
ringan (APAR), telah memberikan petunjuk teknis yang jelas
mengenai hal tersebut diatas. Dalam peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No.Per-04/MEN/1980 tersebut dijelaskan
mengenai hal-hal pokok yang berkaitan dengan cara pemasangan
dan pemeliharaan alat pemadam api ringa. Adapun beberapa hal
penting yang tercantum dalam Peraturan Menteri tersebut antara
lain sebagai berikut:
1. Tanda untuk menyatakan tempat alat pemadam api ringan
yang dipasang pada dinding.

57
2. Tanda untuk menyatakan tempat alat pemadam yang
dipasang pada tiang kolom.
3. Kebakaran dan jenis alat pemadam api ringan yang dapat
digunakan.
4. Jangka waktu pemeriksaan, pengisian kembali dan percobaan
tekan.
5. Cara dan konstruksi pemasangan alat pemadam api.
6. Suhu maksimum tempat penyimpanan alat pemedam.
7. Checklist item pemeriksaan alat pemadam.
8. Prosedur pemeriksaan alat pemadam.
9. Prosedur pengisian kembali tabung alat pemadam api ringan.
10. Sanksi pidana yang akan dikenakan terhadap pihak-pihak
yang tidak melaksanakan Peraturan Menteri ini.

c. Hydrant

Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran halaman dan hydran kota, sesuai
namanya hydran ditempatkan dalam gedung, untuk hydran halaman
ditempatkan di halaman, sedangkan hydran kota biasanya
ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan unit pemadam
kebarakan suatu kota mengambil cadangan air.

Gambar 2.46. Hydrant


(Sumber : www.google\fire-protection.com )

58
1. Detektor Asap/ Smoke DetectorPeralatan yang
memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan
kepada setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah maka
alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam
gedung.

Gambar 2.47. Smoke Detector


(Sumber : www.google\smoke-detectore.com )

2. Fire AlarmPeralatan yang dipergunakan untuk


memberitahukan kepada setiap orang akan adanya kebakaran
pada suatu tempat.

Gambar 2.48. Fire Alarm


(Sumber : www.google\fire-alarm.com. )

3. Sprinkler

59
Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang
akan memancarkan air secara otomatis apabila terajdi
pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah dimana ada
sprinkler tersebut.

Gambar 2.49. Sprinkler


(Sumber : www.google\sprinkler.com,)

2.14.12 Ruang luar


Ruang mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Ruang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik secara psiklogis
emosional maupun dimensional. Ruang adalah suatu wadah yang tidak
nyata akan tetapi dapat dirasakan manusia. Untuk menyatakan bentuk
dunianya, manusia menciptakan ruang tersendiri dengan dasar fungsi dan
keindahan yang disebut ruang arsitektur. Ruang arsitektur menyangkut
ruang dalam dan ruang luar. Kajian kali ini akan membahas mengenai
penataan ruang luar. Kajian terhadap ruang luar meliputi pengertian ruang
luar, proses terjadinya ruang luar, elemen ruang luar, perencanaan ruang
luar, enclosure dan hirarki ruang luar.
a. Pengertian Ruang Luar
Terdapat beberapa pengertian mengenai dengan ruang luar namun
hanya beberapa yang perlu d ambil, antara lain :

60
- Ruang luar adalah ruang yang terjadi dengan membatasi alam
hanya pada bidang alas dan dindingnya, sedangkan pada
bidang atapnya, tidak terbatas.
- Arsitektur tampa atap, tetapi di batasi oleh dua bidang, yaitu
dinding dan lantai atau ruang yang terjadi dengan
menggunakan dua elemen pembatas. Hal itu menyebabkan
lantau dan dinding menjadi elemen yang penting dalam
merancang ruang luar.
Ruang luar memiliki fungsi sebagai wadah dari aktivitas di ruang
terbuka, sirkulasi antar bangunan, jalur masuk ke dalam bangunan dan
parkir. Ruang luar dipengaruhi terutama oleh konteks lingkungan alami,
lingkungan terbangun serta fungsi bangunan dalam tapak.
b. Proses Terjadinya Ruang Luar
Ruang luar terbentuknya karena adanya ruang mati, ruang terbuka
dan ruanng positif.
1. Ruang mati (death space)
Ruang mati merupakan kebalikan dari ruang hidup. Ruang
hidup adalah ruang yang memiliki bentuk dah hubungan
yang benar serta komposisi dan struktur yang
direncanakan dengan baik. Sedangkan ruang mati adalah
ruang yang terbentuk dengan tidak direncanakan, tidak
terlingkup dan tidak dapat digunakan dengan baik. (ruang
yang terbentuk tidak dengan disengaja atau ruang yang
tersisa).

61
Gambar 2.50. Ruang Hidup dan Ruang Mati
(Sumber : Tata Ruang Luar (Prabawasari & Suparman, 1999)

2. Ruang terbuka
Ruang terbuka merupakan suatu wadah yang dapat
menampung kegiatan baik secara individu maupun
kelompok. Bentuk rung terbuka terganttung pada pola dan
susunan masa bangunan. Terdapat beberapa batasan pola
ruanng ruang terbuaka antara lain :
a. Bentuk dasar dari pada ruang terbuka di luar
bangunan
b. Dapat digunakan oleh public (setiap orang)
c. Memberi kesempatan untuk bermacam-macam
kegiatan

Gambar 2.51. Ruang Tebuka


(Sumber : Tata Ruang Luar (Prabawasari & Suparman, 1999)

3. Ruang positif
Ruang positf merupakan ruang yang diolah dengan
peletakan massa bangunan atau objek pelingkup yang
menimbulkan sifat positif. Biasanya terdapat kepentingan
manusia di dalamnya. Sedangkan ruang negatif
merupakan ruang terbuka yang menyebar dan tidak
62
berfungsi dengan jelas. Ruang negatif terajadi secara
spontan dan pada awalnya tidak dimaksudkan untuk
kegiatan manusia. Setiap ruangnya tidak direncanakan,
tidak dilingkumpi atau tidak dimaksudkan untuk kegiatan
manusia merupakan ruang negatif.

Gambar 2.52. Ruang Positif dan Ruang Negatif


(Sumber : Tata Ruang Luar (Prabawasari & Suparman, 1999)

c. Elemen Ruang Terbuka


Dalam penataan ruang luar, terdapat elemen-elemen perancangan
secara visual yang menonjol untuk mendukung perancangan
ruang luar tersebut yang dikategorikan menjadi 4 (empat) bagian,
antara lain :
1. Skala
Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara
elemen bangunan atau ruang dengan suatu elemen tertentu
dengan ukurannya bagi manusia. Skala ini merupakan
suatu kualitas yang menghubungkan bangunan atau ruang
dengan kemampuan manusia dalam memahami bangunan
atau ruang tersebut. Terdapat dua macam skala, yaitu :
c. Skala manusia, yaitu perbandingan ukuran elemen
bangunan atau ruang dengan dimensi tubuh manusia.

63
d. Skala generik, yaitu perbandingan ukuran elemen
bangunan atau ruang terhadap elemen lain yang
berhubungan dengannya sekitarnya.

Gambar 2.53. Skala Sebagai Elemen Ruang luar


(Sumber : Tata Ruang Luar (Prabawasari & Suparman, 1999)

2. Tekstur
Fungsi dari tekstur adalah untuk memberikan kesan pada
persepsi manusia melalui penglihatan visual.
Terkstur menurut bentuknya dapat di bedakan menjadi 2
(dua) di antaranya :
a. Tekstur Halus, permukaannya di bedakan oleh
elemen-elemen yang halus atau warna.
b. Tekstur Kasar, permukaannya terdiri dari elemen yang
berbeda baik corak, bentuk maupun warna.

Oleh karena itu untuk suatu bidang luas pada ruang


luar, tektur dapat dibedakan atas 2 (dua), yaitu :

- Tekstur primer, yaitu tekstur yang terdapat bahan,


yang hanya dilihat dari jarak dekat.
- Tekstur sekunder, yaitu tekstur yang di buat dalam
skala tertentu untuk memberikan kesan visual yang
proporsional dari jarak jauh.

64
Gambar 2.54. Tekstur primer dan Tekstur Sekunder
(Sumber : Tata Ruang Luar (Prabawasari & Suparman, 1999)

3. Warna
Menurut teori prag, secara psikologis warna terdapat
dibedakan menjadi 3 dimensi, yaitu :
a. Hue : Semacam tempramen mengenai
panas/dinginnya warna
b. Value : Mengenai gelap terangnya warna
c. Insensity : Mengenai cerah redupnya warna

Selain itu juga terdapat pembagian kelas warna antara


lain :

a. Primary, merupakan warna pokok/utama yaitu


merah, kuning, biru.
b. Binary (Secondary), yaitu warna kedua yang
terbentuk melalui perpaduan duan warna primary,
antara lain :
- Merah + biru = violet/ungu
- Merah + kuning = oranye
- Kuning + biru = hijau
c. Warna antara (Intermediary), yaitu percampuran
antara warna primary dan binary.

65
d. Quarternary, yaitu pencampuran dari dua warna
tertiary.
e. Tertiary (warna ketiga), merupakan campuran dari
dua warna binary.
Selain elemen perancangan secara visual, terdapat pula
elemenelemen lingkungan yang juga harus diperhatikan
dalammelakukan perencanaan dan perancangan ruang luar
atau lansekap. Elemenelemen tersebut, antara lain :

1. Pembatas Ruang
Terdapat 3 (tiga) elemen pembentukan ruang antara
lain :
a. Bidang atas/lantai (the base plane)
Berdaarkan teksturnya, permukaan lantai pada
ruang luar dapat di bedakan menjadi 2 ( dua)
yaitu :
- Tekstur keras, seperti : batu, kerikil, pasir,
beton, aspal, dan sebagainya
- Tekstur lunak, seperti : rumput, tanah, dan
sebagainya

Selain tekstur, perbedaan ketinggian pada bidang lantai


dapat membentuk kesan dan fungsi ruang yang berbeda
tanpa mengganggu hubungan visual antar ruang yang
memiliki perbedaan ketinggian tersebut. Perbedaan
ketinggian ini juga dilakukan dalam upaya mengurangi rasa
monoton pada persepsi manusia dan menciptakan kesan
ruang yang ebih manusiawi.

66
Gambar 2.55. Bidang Alas dengan Perbedaan ketinggian
(Sumber : Tata Ruang Luar (Prabawasari & Suparman, 1999)

b. Bidang pembatas atau dinding (the vertical


space divicer)
Terdapat 3 (tiga) macam dinding dalam miring
tau vertikal (dinding alami), ataupun beerupa
pasangan batu bata, beton, dan sebagainya
1. Dinding masif, berupa permukaan tanah yang
miring atau vertikal (dinding alami), ataupun
berupa pasangan batu bata, beton, dan
sebagainya.
2. Dinding transparant, misalnya penggunaan
pagar bambu, logam, kayu ataupun pohon
dan semak yang ditata renggang.
3. Dinding semu, yaitu dinding yang terbentuk
melalui pengamatan obyek, misalnya
terbentuk dari gari-garis batas air sungai, air
laut, dan sebagainya.

67
Gambar 2.56. Dinding Sebagai Pembatas Ruang
(Sumber : Tata Ruang Luar (Prabawasari & Suparman, 1999)

Pembatas ruang dalam perencanaan pengolahan ruang


luar memiliki peranan antara lain :
1. Sebagai pemberi arah dan suasana, dengan cara
penerapan deretan vegetasi yang direncanakan
dan diatur.
2. Sebagai penerang, untuk membentuk adanya
kesan “undangan” misalnya melalui penggunaan
gerbang.
3. Sebagai pengontrol, baik mengontrol angin, cara,
temperatur dan suara.
4. Sebagai pembatas fisik atau pembatas
pemandangan, dengan tujuan membentuk privasi
atau unsur keamanan ruang.
5. Sebagai penghalang suara, misalnya dampak dari
kebisingan kendaraan.
2. Tata Hijau
Tanaman sebagai salah satu elemen ruang luar
tidak hanya mempunyai nilai estetis, tetapi juga
berfungsi untuk menambah kualitas lingkungan.
Beberapa dari tanaman antara lain :

68
a. Visual kontrol (kontrol pandangan), yaitu
sebagai penahan silau yang ditimbulkan
matahari, lampu, pantulan sinar, ataupun
sebagai greens screen yaitu penghalang
pandangan terhadap hal-hal yang tidak
menyenangkan untuk dilihat misalnya :
sampah, galian, pembangunan, dan
sebagainya.
b. Pembatas fisik, untuk mengarahkan
pergerakan manusia.
c. Pengendali iklim, baik suhu, radiasi matahari,
angin dan kelembaban.
d. Pencegah erosi
e. Pemberi nilai etetis dan menambah kualitas
lingkungan.

2.14.13 Penggunaan Material Dalam Ruang Luar (Soft Material dan


Hard Material)

Ruang terbuka public pada pusat perbelanjaan menyangkut beberapa


bagian seperti landscape, taman dan jalan-jalan yang menggunakan elemen-
elemen berbagai macam materialpendukung seperti hard dan soft material.
Hard material merupakan material yang mempunyai elemen bahan yang
keras sedangkan soft material yang dimaksud adalah jenis-jenis tanaman.
Adapun contoh elemen-elemen hard material dan soft material dapat dilihat
pada table berikut:

69
Tabel 2.3 : Elemen Soft Material

No Soft Gambar Keterangan


Material
1 Peneduh
1. Percabangan 2 m di
atas tanah

2. Bentuk percabangan
batang tidak merunduk

3. Bermassa daun padat


Pohon Kiara Payung
4. Ditanam secara
berbaris

5. Tidak mudahbtumbang
2 Peredam
1. Terdiri dari pohon,
kebisingan
perdu/semak;

2. Membentuk massa;

3. Bermassa daun rapat;


Berbagai bentuk tajuk
Teh tehan
1. Tanaman tinggi,
3 Pengarah
perdu/semak;
jalan
2. Bermassa daun padat;
3. Ditanam berbaris atau
membentuk massa;

4. Jarak tanam rapat < 3


Pohon Cemara
m.

70
4 Pemecah 1. Tanaman tinggi,
angin perdu/semak;

2. Bermassa daun padat;

3. Ditanam berbaris atau


membentuk massa;
Pohon Mahoni
4. Jarak tanam rapat < 3 m

5 Tanaman 1. Tanaman semak


Hias
2. Perlu cukup air.

3. Butuh sinar matahari.

4. Tempat cukup teduh.

5. Tinggi 0,5 - 3 m.
Kembang Kertas
6. Berbunga.

7. Berdaun hias.
Merambat
Sember : Diolah Penulis 2023

Tabel 2.4 : Elemen Hard Material

No Haord Material Gambar

1 Grass Block

2 Gazebo

71
3 Lampu taman

4 Bangku taman

Sember : Diolah Penulis 2023

2.14.14 Sistem Struktur Pada Bangunan


Struktur merupakan salah satu edentitas fisik yang memliki sifat
keseluruhan yang dapat dipahami sebagai suatu organisasi unsur-unsur
pokok yang ditempatkan dalam ruang yang didalamnya karakter
keseluruhan itu mendominasi interelasi bagian-bagian. (Daniel L. Schodek).

72
a. Strukrur Bawah
Struktur bawah adalah struktuur yang berhubungan dengan
pondasi, adapun pondasi merurut penggunaannya adalah:
1. Pondasi Dalam, pondasi ini digunakan ketika tanah tidak
stabil atau tidak mempunyai kapasitas daya dukung yang
mencukupi.

Gambar 2.57. Jenis Pondasi


(Sumber : www.google\jenis-pondasi.com, )

2. Pondasi Dangkal, pondasi dangkal digunkan ketika terdapat


tanah yang cukup stabil, dengan daya dukung yang cukup
relatif dekat dengan permukaan tanah.

Gambar 2.58. Jenis Pondasi


(Sumber : www.google\jenis-pondasi.com, )

Dalam memilih dan mendesain tipe sistem pondasi ada beberapa


faktor yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Pola dan besarnya beban bangunan.
2. Kondisi air tanah dan air permukaan.
73
3. Topografi tapak.
4. Dampak pada lahan disekitarnya.
5. Ketentuan peraturan kode bangunan.
6. Metode konstruksi dan resiko.
b. Struktur Tengah
1. Struktur Dinding
2. Dinding adalah konstruksi vertikal pada bangunan yang
melingkupi, memisahkan dan melindungi ruang-ruang
interiornya. Dinding dpat berupa struktur penopang dengan
konstruksi homogen atau komposit yang dirancang untuk
mendukung beban dari lantai dan akar.
3. Struktur Kolom
Kolom berfungsi sebagai penopang beban atap yang menerima
gaya dari balok.

Gambar 2.59. Struktur Kolom


(Sumber : www.google\struktur.kolom.com, )
c. Struktur Atas
Struktur atas adalah struktur atap pada bangunan yang merupakan
perpanjangan vertikal bangunan itu sendiri diatas pondasi. Bentuk dan
kemiringan atap harus sesuai dengan jenis atap, konstruksi atap juga
harus mengontrol aliran uap, infiltrasi udara, aliran panas dan radiasi
sinar matahari tergantung pada jenis konstruksi yang ditentukan oleh
peraturan.
Terdapat dua jenis atap yang umum, yaitu :
74
1. Atap Datar
a. Atap datar memerlukan material memberan untuk
menutup atap yang kontinu.
b. Kemiringan minimal yang disarankan adalah 1/4 per kaki
(1:50).
c. Kemiringan atap dapat dibentuk dengan mencondongkan
bagian struktural dek atap, atau memiringkan lapisan
isolasi thermal.
d. Kemiringan biasanya mengarah pada saluran drainase
interior, lubang drainase tapi atap dapat digunakan untuk
mengalirkan air hujan.
e. Atap datar menutup bangunan secara efisien pada setiap
dimensi horizontal, dan dapat didesain untuk berfungsi
aebagai ruangan outdoor.
2. Struktur atap datar terdiri dari :
a. Plat beton bertulang
b. Rangka truss baja atau kayu datar
c. Balok dan Dek baja atau kayu
d. Kasau baja atau kayu dan lapisan penutupnya
3. Atap Miring
a. Struktur atap miring terdiri dari
b. Rusuk baja atau kayu dalam lapisannya serta
c. Dek, gording, dan balok baja atau kayu.
d. Truss baja atau kayu.

75
2.15. Tinjauan Tema
Tema yang dipilih untuk diterapkan dalam perancangan pusat perbelanjaan
ini adalah tema arsitektur post modern. Ada beberapa teori yang mengungkapkan
aspek-aspek mengenai tema arsitektur post modern, dari aspek-aspek tersebut akan
dipilih kembali untuk diterapkan pada objek perancangan pusat perbelanjaan. Salah
satunya Arsiterktur Neo-Vernakuler.
2.15.1 Pengertian Arsitektur Neo-Vernakuler
Arsitektur Neo Vernakular adalah salah satu konsep arsitektur yang
berkembang pada era Post Modern. Post modern adalah aliran arsitektur yang
muncul pada pertengahan tahun 1960-an, adanya post modern dikarenakan
adanya sebuah Gerakan yang dilakukan oleh beberapa arsitek salah satunya
adalah Charles Jencks untuk mengkritisi arsitektur modern. Hal tersebut
dilakukan dikarenakan arsitek-arsitek ingin memberikan sebuah konsep baru
yang lebih menarik dari arsitektur modern yang mempunyai bentuk-bentuk
yang monoton(Makassar et al., 2013)
Dimana menurut (Budi A Sukada, 1988) terdapat enam aliran yang
ada pada zaman arsitektur post modern salah satunya adalah arsitektur neo-
vernakuler. Dari semua aliran yang berkembang pada Era Post Modern ini
memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri Arsitektur sebagai berikut.
1. Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer.
2. Membangkitkan kembali kenangan historik.
3. Berkonteks urban.
4. Menerapkan kembali teknik ornamentasi.
5. Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).
6. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).
7. Dihasilkan dari partisipasi.
8. Mencerminkan aspirasi umum.
9. Bersifat plural.
10. Bersifat ekletik.

76
Untuk dapat disebut sebagai post modern, bangunan tersebut tidak
harus memiliki keseluruhan dari ciri-ciri tersebut. Cukup dengan menerapkan
dari enam sampe tujuh cari dapat di katakana sebagai arsitektur post modern.
Charles Jenks Seorang tokoh pencetus lahirnya post modern menyebut
tiga alasan yang mendasari timbulnya era post modern(Fajrine et al., 2017),
yaitu.
a. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa
batas, ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru
manusia.
b. Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat
pribadi.
c. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau
daerah, sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang.
Dilihat dari ketiga alasan tersebut maka dapat disimpilkan bahwa
arsitektur post modern dan arsitektur yang ada didalamnya adalah arsitektur
yang menerapkan sebuah konsep arsitektur tradisional dengan arsitektur
modern sehingga konsep tersebut menjadi sebuah kesatuan untuk mengkritisi
bentuk arsitektur modern. Dalam perkembangan arsitektur, bentuk arsitektur
tradisional adalah bentuk-bentuk yang sangat berbeda dengan bentuk
arsitektur modern yang monoton.
Selain Charles A. Jencks yang menggunakan konsep arsitektur neo
vernacular pada bangunananya. Masih banyak arsitek professional yang
menggunkan konsep arsitektur neo vernacular sebgai konsep desain
bangunan mereka salah satunya adalah bangunan istana budaya yang ada di
Malaysia.

77
Gambar 2.60. Istana Budaya, Malaysia
(Sumber : Malaysia Travel,2019)

Bangunan istana budaya ini adalah salah satu bangunan yang


menggunakan konsep neo-vernacular pada desainnya. Bangunan yang
difungsikan sebagai teater ini memperlihatkan desain yang melekat dengan
kebudayaan Malaysia. Kebudayaan yang diambil adalah bentuk rumah
tradisional Malaysia yang menggunakan atap pelana yang sangat tinggi.
Bangunan teater yang berkapasitas 2000 orang ini sangat terliahat perpaduan
antara konsep arsitektur vernacular dengan arsitektur modern yang diliahat
dari material yang digunakan pada bangunannya.(Hospitality, n.d.)
contoh lain dari karya arsitek yang desain bangunannya menggunakan
konsep neo-vernacular adalah bangunan yang ada di afrika yaitu
Mapungubwe interpretation center. Bangunan tersebut di desain oleh arsitek
peter rich. Bangunan ini berada di daerah cultureal heritage yang ada di afrika
selatan.

Gambar 2.61. Mapungubwe Interpretation Center, Afrika Selatan

78
(Sumber : Arcdaily,2010)

Bangunan Mapungubwe interpretation center ini adalah bangunan


musium dari artefak dan sejarah yang ada di daerah tersebut. Bangunan ini
mempunyai desain atap berbentuk lengkung yang mengikuti bentuk atap
rumah yang ada di daerah sekitar. Bentuk melekung dibuat dengan konstruksi
lokal guna untuk menciptakan bangunan yang ramah lingkungan dengan
lingkungan sekitar. Bangunan ini juga menggunakan material-material lokal.
Arsitektur Neo-Vernakular merupakan salah satu konsep aristektur
yang berasal dari aliran arsitektur post moders. Arsitektur neo-vernakular ini
adalah salah satu konsep yang mempunyai sebuah konsep yang mengkrirtisi
konsep arsitektur modern. Arsitektur Neo-Vernakular merupakan arsitektur
yang prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah perturan daerah serta
budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan,
alam, dan lingkungan. pada intinya arsitektur Neo-Vernakular merupakan
perpaduan antara bangunan modern dengan bangunan lokal.(Fasilitas & Dan,
n.d.)
Dari pernyataan Charles Jencks dalam bukunya “language of Post-
Modern Architecture (1990)” mengatakan arsitektur neo-vernacular adalah
arsitektur yang menggunakan batu bata, keramik dan material tradisional
lainnya dan juga bentuk vernacular adalah sebuah reaksi untuk melawan
arsitektur internatiol modern pada 1960-an dan 1970-an. (Wuisang, n.d.) Dan
maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur NeoVernakular sebagai berikut :
a. Selalu Menggunakan Bentuk Atap Bubungan.
b. Penggunaan Material Lokal
c. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional
d. Kesatuan Antara Interior dengan Lingkungan
e. Warna-warna yang kuat dan kontras

79
2.15.2 Sejarah Perkembangan Arsitektur Neo-Vernakuler
Dari waktu ke waktu tentu zaman terus berkembang dan
lebih modern. Sama halnya dengan banngunan yang mengalami
perubahan dan perkembang dalam segi bentuk, material, dan makna.
Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya sebuah proses
adaptasi terhadap lingkungan dan zaman yang terus berkembang.
Seperti halnya pada struktur bangunan yang dulunya menggunakan
tanah.
Sama halnya dengan konsep arsitektur neo-vernakular. Neo-
vernakular itu sendiri berasal dari interpretasi konsep arsitektur
tradisional dan vernakular. Yang mana berawal dari tradisional lalu
berkembang menjadi vernakular dan perkembangan terakhir neo -
ernacular. Perkembangan tersebut dilakukan agar ciri khas dari
daerah tersebut tidak hilang begitu saja. Butuh adanya sebuah
pertahanan diri sebagai cara untuk mempertahankan budaya yaitu
dengan cara mengikuti alur zaman yang berkembang.

Arsitektur tradisional berasal dari kata “tradisi” dan


“arsitektur tradisional” memiliki pengertian yang berbeda. Tradisi
merupakan sebuah kata sifat, sedangkan arsitektur tradisional
merupakan sebuah objek. Tradisi dengan arsitektur vernakular
memiliki hubungan sebab-akibat. Menurut Christopher Alexander
seorang filsafat mengenai ilmu arsitektur dan
design,mengungkapkan “tradisi membentuk sebua arsitektur
vernakular melalui kesinambungan tatanan sebuah arsitektur
menggunakan sistem persepsi ruang yang tercipta, bahan, dan jenis
konstruksinya”. Arsitektur tradisional dan arsitektur vernakular
merupakan objek, oleh karena itu kedua kata tersebut memiliki
objektif yang sama, namun dengan tujuan yang berbeda.(Suharjanto,
2011)

80
Kata tradisi berasal dari bahasa Latin traditionem, dari
traditio yang berarti "serah terima, memberikan, estafet", dan
digunakan dalam berbagai cara berupa kepercayaan atau kebiasaan
yang diajarkan atau ditularkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya, biasanya disampaikan secara lisan dan turun temurun.
Sebagai contoh adalah kegiatan-kegiatan keagamaan dan kegiatan-
kegiatan yang sering dilakukan oleh masyarakat dan dilakukan setiap
waktu.(Pengajar et al., 2011).
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tradisi
yang sangat beragam. Sehingga tradisi tersebut menciptakan sebuah
karya-karya bangunan yang mempunyai nilai tersendiri bagi daerah
tersebut. Contoh kecil bangunan vernacular yang ada di indonesia
seperti rumah adat Sumatera Barat yaitu rumah gadang dan juga
rumah adat bali seperti yang ada pada gambar dibawah ini. Bangunan-
bangunan tersebut lahir dikarenakan adanya tradisi-tradisi yang turun
menurun dilakukan dari generasi ke generasi sehingga menghasilkan
bangunan yang sangat bernilai harganya.
Namun, harga dari tradisi tersebut kian menghilang karena
adanya perkembangan zaman yang mengakibatkan tradisi tersebut
kian menghilang. Arsitektur vernacular tradisional mulai ditinggalkan
dan arsitektur vernacular modern mulai berkembang mengikuti zaman
yang bisa disebut dengan nama arsitektur neo-vernacular.

81
2.16 Studi Komparasi Objek Sejenis
2.16.1 Komparasi Bangunan Sejenis Berdasarkan Fungsi
1. Pakuwon Mall

Gambar 2.62. Tampilan Bangunan Pakuwon Mall


(Sumber : http://pakuwonmall.com/)

Pakuwon Mall adalah pusat perbelanjaan terbesar di Indonesia


dengan luas NLA sebesar 200.000 m2. Pusat perbelanjaan ini
berdampingan dan menyatu dengan Pakuwon Trade Center (atau
biasa disingkat PTC). Pusat perbelanjaan ini terletak di Jalan Puncak
Indah Lontar no 2, Kompleks Perumahan Pakuwon Indah, Lontar,
Sambikerep, Kota Surabaya dan merupakan bagian dari Pakuwon
Indah Superblock dengan total luas 30 hektar, tepat di pusat CBD
Surabaya Barat.
Pusat perbelanjaan ini pertama kali beroperasi pada bulan
November 2003 di bawah naungan Pakuwon Permai, anak
perusahaan dari PT Pakuwon Jati Tbk, dua tahun setelah Pakuwon
Group meresmikan Tunjungan Plaza 4.
Mal ini terdiri atas 3 lantai basement, 6 lantai di Pakuwon
Mall serta 1 lantai untuk exhibition hall, PTC terdiri atas 3 lantai
(Lantai 1 di PTC termasuk sebagai bagian dari area Pakuwon Mall).
Pakuwon Mall dan Pakuwon Trade Center memiliki 300+tenant dan

82
25 toko induk, baik dari lokal maupun internasiona. Lahan parker
dapat menampung 5000 mobil. penyewa besar pakuwon mall antara
lain Hypermart, Matahari, Lotte Mart, Timezone, Gramedia, XXI,
The Premiere, IMAX, dll.
a. Profil ojek :
Nama ojek : Pakuwon Mall
Lokasi : Jalan Puncak Indah Lontar 2,
Surabaya
Pengembang : Pakuwon Jati
Pemilik : Grup Pakuwon
Jumlah toko : 300+ dan 25 Toko Induk
Luas pertokoan : 200.000 M 2
Jumlah lantai : 6 Lantai
Luas : 30 hektar
b. Fasiltitas Pakuwon Mall
- Supermarket
- Toko Elektronik
- Toko Fashion
- Spa Kecantikan
- Toko buku
- Game arcade
- Ruangan Bioskop
- Klinik kesehatan
- Fasilitas Umum dan hiburan
- Surabaya Convention center
- Counter makanan dan restoran
- Area Rekreasi
- Atm center
- Gymnastic

83
2. Manado Town Square Mall

Gambar 2.63. Tampilan Bangunan Manado Town Square Mall


(Sumber : https://lh5.googleusercontent.com/ucmix-
7SRuNJkyzWZik_ENjlx5zs_5UDrrUwtySESi49LF6zoDtEyQ_e8E3xUfr19AJHzxiB95S2icty)

Manado Town Square adalah sebuah mal di Manado. Mal ini


terletak di pusat kota Manado tepatnya di Jalan Pierre Tendean. Mal
ini terdiri atas dua lantai. Mal ini dibuka pada tahun 2006 Manado
Town Square 1 Manado Town Square 2 Manado Town Square 3.

Mall terpanjang di Indonesia sampai saat ini adalah Manado


Town Squere (Mantos) yang berada di Jalan Piere Tendean Kota
Manado. Mall tersebut terdiri dari Mantos 1, 2, dan 3. Setelah
diluncurkan Rabu 21 Oktober sampai saat ini Mantos menjadi Mall
terpanjang di Indonesia dengan panjang 430 meter, luas 150 ribu
meter persegi di lahan seluas enam hectare.
Mantos III nantinya akan ada apartemen enam lantai, hotel
bintang empat, mall dengan luas 44.000 meter persegi dengan
kurang lebih 86 tenant. Sedangkan untuk parkir bagi pengunjung tak
perlu khawatir. Di Mantos III terdapat enam lantai untuk parkir
dengan luas 28.000 meter persegi, yang bisa menamung 950 unit
mobil. Mantos juga memiliki sekitar 150+ tenant, seperti Coconut

84
IslandD, unkin Donuts, Excelso, Levi's, Matahari, J&W Restaurant
& Bar, Optik Tunggal, Planet Surf, dll.
a. Profil ojek :
Nama ojek : Manado Town Square
Lokasi : Jl. Pierre Tendean Boulevard,
Manado, Sulawesi Utara
Pengembang : PT Gerbang Nusa Perkasa.
Pemilik : Hengky Wijaya
Jumlah toko : 86 tenant-150+ tenant
Luas pertokoan : 150.000 M 2
Jumlah lantai : 2 Lantai
Luas : 6 hectare.
b. Fasiltitas Pakuwon Mall
- Supermarket
- Toko Elektronik
- Toko Fashion
- Spa Kecantikan
- Toko buku
- Timezone
- Ruangan Bioskop
- Counter makanan dan restoran
- Atm center
- Gymnastic
- Fasilitas Umum
3. Ala Moana Centre

85
Gambar 2.64. Bangunan Ala Moana Center
(Sumber : https://www.lightingdesignalliance.com/wp-
content/uploads/2018/01/CRTKL_AlaMoaEW24.jpg)

Ala Monna Centre, adalah pusat perbelanjaan regional


pertama di Hawaii, dibuka pada 13 Agustus 1959. Menjelang 1966,
ketika ekspansi fase kedua menggandakan ukurannya menjadi
hampir 1,4 juta SF, ia menjadi pusat perbelanjaan terbuka terbesar
di dunia dengan lebih banyak pertahun dari Disneyland.

Gambar 2.65. Toko Neiman Marcus di Ala Moana Center


(Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/Ala_Moana_Center#/media/File:Nieman_Marcus_Ala_Moana.jpg)
Beberapa dekade berikutnya akan melihat Ala Moana Centre
melalui banyak ekspansi dan penambahan dalam bentuk sayap baru,
86
penyewa department store dan parkir yang diperluas. CRTKL
memasuki lokasi tersebut pada tahun 2008 dengan penambahan
sayap Mauka, sebuah department store Nordstrom dan desain ulang
yang lengkap dari sistem pencarian jalan dan rute kendaraan
bermooar.dan pejalan kaki

Gambar 2.66. Kawasan pejalan kaki pusat Ala Moana Center


(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Ala_Moana_Center#/media/File:Ala_Moana.JPG)
a. Profil ojek :
Nama ojek : Ala Moana Centre
Lokasi : 1450 Ala Moana Boulevard
Pengembang : Don Graham
Pemilik : Properti Brookfield
Jumlah toko : 350
Luas pertokoan : 2.400.000 kaki persegi (220.000
m2)
Jumlah lantai : 4 Lantai
Luas : 22 H

87
b. Lokasi di Honolulu, Hawaii
Ala Moana Centre berlokasi di Honolulu, Hawaii dan
menawarkan 357 toko - Gulir ke bawah untuk informasi
belanja Pusat Ala Moana: daftar toko (direktori), lokasi, jam
mal, kontak dan alamat. Alamat dan lokasi: 1450 Ala Moana
Boulevard, Honolulu, Hawaii - HI 96814. Bagikan pendapat
Anda dengan pengguna dan masukkan peringkat dan ulasan
mal untuk Ala Moana Centre

Gambar 2.67. Lantai Bangunan Ala Moana Centre


(Sumber : https://id.pinterest.com/pin/691724823996376439/)

c. Parkiran
Ala Moana Centre menyediakan parkir gratis yang luas
untuk memastikan kenyamanan lengkap saat Anda
menikmati pengecer favorit, tempat makan, dan pilihan
hiburan. Parkir gratis tambahan tersedia di Gedung Ala
Moana setelah pukul 16:00 pada hari kerja dan setelah pukul
12:00 siang pada hari Sabtu dan pada hari Minggu. Tempat
parkir tambahan tersedia di lantai enam hingga sembilan
dari Parkir Mauka Ewa, dapat diakses melalui jalan Piikoi.

88
Gambar 2.67. Area Parkir Ala Moana Centre
(Sumber : http://2.bp.blogspot.com/-5MkBDsyx2Hk/UyxjbrJ-
UMI/AAAAAAAAk3U/jozbWE1rW8w/s1600/05b_Ala+Moana_1966.JPG/)

d. Tenant
SEMUA TOKO (360)
a. Aksesori (39)
b. Pakaian Anak-Anak (24)
c. Department Store (8)
d. Elektronik & Hiburan (13)
e. Makanan (105)
f. Kesehatan & Kecantikan (28)
g. Peralatan Rumah & Rumah Tangga (3)
h. Perhiasan & Arloji (21)
i. Pakaian Pria (53)
j. Layanan Profesional (1)
k. Sepatu (19)
l. Khusus (49)
m. Olahraga & Kebugaran (8)
n. Pakaian Wanita (75)

89
2.17 Kesimpulan Studi Komparasi
Tabel 2.5. Perbandingan Studi Komparasi
Jenis Pakuwon Mall Manado Ala Moana Kesimpulan
Perbandinga Town Centre
n Square
Mall
Pakuwon Mall Manado Ala Moana Dari ke 3 (tiga)
adalah pusat Town adalah pusat Objek bangunan
perbelanjaan
perbelanjaan Square di atas sama-sama
terbesar
Funsi terbesar di adalah mengusun fungsi
kedelapan di
Bangunan Indonesia sebuah mal bengunan yang
Amerika
dengan luas di Manado. Serikat dan mana tidak hanya
NLA sebesar Mal ini pusat sebagai tempat
200.000 m2. terletak di perbelanjaan berbelanja,
Pusat pusat kota terbuka bersantap, tetapi
terbesar di
perbelanjaan ini Manado juga tempat
dunia.
berdampingan tepatnya di rekreasi atau
dan menyatu Jalan Pierre hiburan
dengan Tendean.
Pakuwon Trade Mal ini
Center (atau terdiri atas
biasa disingkat dua lantai.
PTC). Pusat Mal ini
perbelanjaan ini dibuka pada
terletak di Jalan tahun 2006
Puncak Indah Manado
Lontar no 2, Town
Kompleks Square 1
Perumahan Manado
Pakuwon Indah, Town

90
Lontar, Square 2
Sambikerep, Manado
Kota Surabaya Town
dan merupakan Square 3.
bagian dari
Pakuwon Indah
Superblock
dengan total
luas 30 hektar,
tepat di pusat
CBD Surabaya
Barat.

Luas Lahan 30 hektar 6 hectare. 22 H -


Jumlah 6 Lantai 2 Lantai 4 Lantai -
Lantai
Jumlah 300+ dan 25 86 tenant- 350 -
Toko Toko Induk 150+ tenant
Kategori : Kategori : Kategori : Dari ketiga objek
Supermarket Supermarke Aksesori (39) bangunan di atas
Toko t Pakaian Anak- dapat di
Elektronik Toko Anak (24) simpulkan
Fasilitas Toko Fashion Elektronik Department fasilitas bangunan
Spa Kecantikan Toko Store (8) yang akan di
Toko buku Fashion Elektronik & gunakan yaitu
Game arcade Spa Hiburan (13) dibagi beberapa
Ruangan Kecantikan Makanan kategori :
Bioskop Toko buku (105) Pakaian
Klinik Timezone Aksesoris
kesehatan Eloktronik

91
Fasilitas Umum Ruangan Kesehatan & Hiburan dan
dan hiburan Bioskop Kecantikan Makan
Surabaya Counter (28)
Convention makanan Peralatan
center dan restoran Rumah &
Counter Atm center Rumah
makanan dan Gymnastic Tangga (3)
restoran Fasilitas Perhiasan &
Area Rekreasi Umum Arloji (21)
Atm center Pakaian Pria
Gymnastic (53)
Layanan
Profesional (1)
Sepatu (19)
Khusus (49)
Olahraga &
Kebugaran (8)
Pakaian
Wanita (75)

Tertutup Tertutup Indoor- Untuk tipe


Outdoor bangunan yang
(komposit) akan digunakan
nantinya
Tipe Pusat memadukan tipe
Perbelanjaa komposit yang
n mana ada
bangunan yang
terbuka juga
tertutup di

92
karenakan jika
hanya
membangun tipe
tertutup kurang
memdapat udapat
udara yang alami
dari luar.

Sember : Diolah Penulis 2023

Berdasarkan penjabaran studi komparasi dari kedua objek bangunan maka


yang akan di terapkan pada perancangan nantinya berupa
1. Tipe bangunan yang mana menggunakan tipe komposit
2. Untuk segi fungsi sama yaitu berbelanja,rekreasi dan bersantap
3. Fasilita
Untuk segi fasilitas sendiri yang akan diterapka pada perancangan di bagi
beberapa bagian diantaranya adalah sebagai beriku
a. Aksesoris
b. Pakaian Anak-Anak
c. Department Store
d. Elektronik & Hiburan
e. Makanan
f. Kesehatan & Kecantikan
g. Peralatan Rumah & Rumah Tangga
h. Perhiasan & Arloji
i. Pakaian Pria
j. Sepatu
k. Olahraga & Kebugaran

93
BAB III
METODE PERANCANGAN
3.1 Lokasi Perancangan
Lokasi Perancngan ini berada di kota Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan
di desa Labuha, Kecamatan Bacan.

3.2 Jenis Perancangan


Perancangan ini menggunakan metode kualitatif, dimana metode ini
mendeskriptifkan teori arsitektur neo-vernakular yang dikaitkan dengan judul
perancngan Pusat Perbelanjaan di Labuha Kabupaten Halmahera Selatan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Dalam mengumpilkan data teknik yang di gunakan sebagai berikut :
3.3.1 Observasi
Observasi merupakan penelitian yang bersifat pengamatan
langsung ke lokasi perancangan, dan tahapan kegiatan observasi
dilakukan dengan terstruktur dan tersusun dengan baik, guna
mendapatkan data-data yang memiliki relevansi dengan objek
rancangan. Adapun data hasil observasi diantaranya :
1. Luas lokasi perancangan
2. Kondisi fisik eksisting site
3. Permasalahan pada objek perancangan
4. Kondisi dan jumlah fasilitas
5. Kondisi utilitas kawasan
6. Sirkulasi kawasan (pajalan kaki dan parkir)
3.3.2 Interview
Interview adalah wawancara yang dilakukan secara terbuka
dan terstruktur serta berkembang. Teknik ini digunakan untuk
menggali dan memperoleh data atau informasi yang terkait dengan

94
objek rancangan .Teknik interview yang dilakukan yaitu peneliti
melakukan wawancara terhadap kepada pihak-pihak terkait.

3.3.3 Studi Pustaka


Untuk menunjang perancangan ini dan melengkapi penulisan di awali dengan
pengecekan informasi, penelitian awal di lapangan dan penyusunan
desain perancangan, penulis mengadakan studi pustaka dengan
mengkaji berbagai literatur dan buku-buku juga melalui internet yang
berkaitan dengan penelitian ini serta berbagai bahan perbandingan,
tinjauan objek sejenis dan teori pendukung masalah ini. Literatur dan
buku –buku yang di kaji dalam studi kepustakaan yang berkaitan
langsung dengan permasalahan dalam perancangan.

3.4 Sumber Data


Data yang di perbolehkan dari penelitian meliputi data primer dan data
sekunder :
3.4.1 Data Primer
Merupakan data yang diperoleh secara langsung dilokasi
penelitian dengan cara pengamatan langsung di lokasi tapak, serta
dokumentasi secara visual maupun audio visual.
3.4.2 Data Sekunder
Yakni data yang diperoleh melalui studi literatur berupa
tinjauan pustaka dari sumber-sumber informasi seperti buku
panduan,majalah, internet, data- data statistic dari instansi-instansi
tertentu dan sumber pustaka lainnya.

3.5 Teknik Analisa Data


Analisa data yang dipakai dalam menganalisa data-data yang berhubungan
dngan objek perancangan adalah sebagai berikut :

95
3.5.1 Analisa Aspek Manusia
Analisa aspek manusia yaitu menganalisis tentang perilaku,
aktifitas, dan kebutuhan ruang pengguna, antara lain :
1. Analisa Aktifitas
Analisa aktifitas adalah sebuah analisa untuk mengenal aktifitas yang
dilakukan oleh pengguna sehingga diketahui pola perilaku pada tiap-
tiap kelompok aktifitas, sehingga dengan adanya analisa aktifitas
diharapkan akan menghasilkan kebutuhan ruang, penzoningan ruang
dan kedekatakan/hubungan ruang.
2. Analisa Besaran Ruang
Analisa ruang merupakan analisa yang dilakukan untuk memperoleh
persyaratan-persyaratan ruang, standar ukuran ruang, kebutuhan
ruang, jumlah ruang. Berdasarkan analisis dan data yang diperoleh
agar pengunjung dan pengelola mendapatkan kenyamanan dan
kelayakan sesuai dengan fungsi observarium.
3.5.2 Analisa Aspek Lingkungan
Analisa aspek lingkungan terdiri dari :
1. Analisa Pilihan Site
2. Analisa Exsisting Site
3. Analisa Klimatologi
4. Analisa View
5. Analisa Vegetasi
6. Analisa Kebisingan
7. Analisa Sirkulasi
8. Analisa Ruang Luar
9. Analisa Penzoningan 57
10. Analisa Sistem Parkir
3.5.3 Analisa Aspek Bangunan
Analisa aspek manusia terdiri dari :
1. Analisa Pilihan Material Bangunan

96
2. Analisa Utilitas Bangunan
3. Analisa Sirkulasi dalam Bangunan
4. Analisa Bentuk Dasar Bangunan
5. Analisa Parkir dan konsep penataan
6. Analisa konsep Bangunan
7. Konsep Gubahan Bentuk Bangunan
8. Konsep Bentuk Ornamen Bangunan
9. Konsep Bentuk Lanskap
3.5.4 Analisa Konsep Dan Tampilan Bangunan
Konsep perancangan adalah gagasan atau ide yang di ambil dan di
terapkan pada objek perancangan. Tampilan bangunan biasanya didapatkan
setelah di lakukan analisis bentuk dan gubahan bentuk sebelumnya sehingga
kesesuaian bangunan dengan konsep dapat terlihat.

3.6 Alur Perancangan

97
Gambar 3.1. Alur Perancangan
(Sumber : Penulis,2023)

98

Anda mungkin juga menyukai