SKRIPSI
Oleh:
Hakim Tampubolon
180160110
Pasar tradisional merupakan salah satu ruang public karena pengunjung bebas
masuk dan keluar pasar. Menurut (Ii, 2018) Peran pasar tradisonal sebagai ruang
publik mencerminkan identitas dan karakter dari konteks yang melingkupinya.
Kehadiran pasar tradisional juga dapat menjadi wadah interaksi sosial budaya bagi
masyarakat. Menurut (Brata, 2019) seperti dikutip dalam (Sibarani & Sinabariba,
2022) Pada umumnya, pasar tradisional menghadapi masalah seperti terbatasnya
ruang pada lahan yang sempit, tidak teratur, tidak sehat, kotor, kurangnya tempat
sampah, terlalu banyaknya pedagang di pinggir jalan, lemahnya pengelolaan, dan
fasilitas penyimpangan, dengan infrastruktur yang tidak memadai. Meningkatnya
aktivitas pasar mengakibatkan pasar terlihat kumuh, kotor, kebersihan tidak
terjamin, tidak ada tempat pembuangan sampah yang layak dan ruang jalan yang
sempit mempersulit barang beredar di pasaran dan kurang nyaman.
Namun, pasar tradisional juga memiliki beberapa keunggulan seperti lokasi
yang strategis, area penjualan yang luas, pilihan barang yang lengkap, harga yang
murah dan tawar – menawar yang menunjukkan kedekatan penjual dan pembeli.
Menurut Mike E Miles (1999:225) seperti dikutip dalam (Rahantoknam et al.,
2015), factor – factor yang mempengaruh dalam pemilihan lokasi pasar adalah 1.
Zoning (peruntukan lahan) 2. Fisik (physical features) 3. Utilitas 4. Transportasi 5.
Parkir 6. Dampak lingkungan social 7. Pelayanan public 8. Penerimaan / respon
masyarakat (termasuk perubahan perilaku) 9. Permintaan dan penawaran
(pertumbuhan penduduk, penyerapan tenaga kerja, distribusi pendapatan).
Berdasarkan dari uraian diatas maka penelitian ini dilakukan untuk dapat
mengetahui fenomena pasar tradisional dikota Balige. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat berguna sebagai data dan pedoman untuk pemerintah serta pihak
lainnya dalam perencanaan dan Pemanfaatan Ruang para pedagang pada bangunan
bersejarah. Agar tidak terjadinya perubahan bentuk dan warna serta nilai – nilai
sejarahnya. Dengan adanya penelitian ini juga diharapkan dapat memperkuat
identitas Kota Balige sebagai salah satu kota di wilayah Indonesia yang kaya akan
nilai sejarahnya dan dapat menjadi media pembelajar untuk generasi sekarang dan
yang akan datang.
Latar Belakang
Fenomena Pasar tradisional yang menempati bangunan bersejarah Pengguna pasar dalam
sebagai bangunan cagar budaya yang memiliki desain yang unik yang memproduksi bangunan
bersejarah sebagai tempat
dimanfaatkan sebagai tempat beraktivitas oleh pelaku pasar.
beraktivitas Menurut Henry Lefebvre dalam
Pertumbuhan pedagang dan meningkatnya aktivitas yang berjualan di Production of space (1991), Ruang
mengalami perubahan nila
pasar dapat mempengaruhi fungsi dan bentuk perubahan kawasan
bangunan bersejarah akibat aktivitas para pedagang. Pengguna pasar dan ruang
Rumusan masalah
Pengguna pasar dan
Bagaimana pelaku pasar tradisional memproduksi ruang sehari- produksi ruang Menurut Henry Lefebvre dalam
harinya dikompleks bangunan bersejarah?
Production of space (1991),
pembentukan ruang dengan perwujudan
dari relasi produksi yang berakibat pada Bagaimana pasar
praktik kehidupan sosial tradisional dalam
Perilaku dan keseharian
Tujuan penelitian beraktivitas didalam
bangunan pasar tradisional
Untuk mengetahui bagaimana ‘pelaku pasar’ memproduksi ruang
sejalan atau selaras dengan
sehari-hari mereka dan hal hal yang mendasari dan mempengaruhi Produksi ruang pasar tradisional pada aturan pasar tradisional
proses produksi. bangunan sejarah berada dikompleks
Bangunan bersejarah
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Fenomenologi
Fenomenologi adalah cara pandang bahwa hasrat yang kuat untuk
mengetahui yang sebenarnya dan keyakinan bahwa pengertian itu dapat dicapai jika
kita mengamati fenomena atau pertemuan kita dengan realitas. Dalam Bahasa
Indonesia fenomenologi bisa dipakai istilah gejala. Istilah fenomena mengacu
kepada segala sesuatu yang dapat di persepsi dan dihadirkan melalui kesadaran.
Struktur kesadaran tersebut meliputi aktivitas maupun pasivitas. Fenomena dapat
dipahami dengan cara di persepsi (perceive) melalui indra, di bayangkan (conceive)
melalui pikiran, yang kemudian melahirkan konsep (concept)
pemahaman.(Hanifati & Harjoko, 2020)
Menurut (Hasbiansyah, 2008) Fenomenologi berasal dari Bahasa Yunani,
phainestai, berarti menunjukkan dirinya sendiri atau menampilkan. Fenomenologi
juga berasal dari Bahasa Yunani, pahainomenon, yang secara harfiah berarti
“gejala”atau”apa yang telah menampakkan diri”. Menurut Fenememonologi berarti
imu (logos), tentang sesuatu yang tampak (phenonenom), atau sama dengan :
fantasi, fantom, fosfor,foto,yang artinya, sinar, cahaya (Mu’ammar2017). Menurut
Bertens,(1982:201) yang di kutip (Hasbiansyah, 2008), fenomenologi berarti
gambaran atau pembahasan tentang suatu fenomena atau sesuatu yang akan
muncul. Dalam menghadapi fenomena itu manusia melibatkan kesadaran, dan
kesadaran selalau berarti kesadaran akan sesuatu (realitas). (Hasbiansyah, 2008)
Fenomena dapat dikategorikan menjadi fenomena alam yang ada tanpa
campur tangan manusia, fenomena sosial yang muncul dari sekelompok orang,
fenomena psikologis yang terjadi pada manusia, dan fenomena visual yang dapat
dicerap oleh citra. Arsitektur dapat dipahami dengan kategori fenomena yang ada
sebagai fenomena fisik tetapi merupakan hasil/produk dari kehadiran manusia
(Hanifati & Harjoko, 2020)
2.2 Fenomenologi teori Edmund Husserl
Fenomenologi adalah aliran filsafat yang dikembangkan oleh seorang filsof
berkembangsaan jerman, Edmunt Husserl, istilah fenomenologi secara etimologi
brasal dari kata fenomena dan logos. Fenomena berasal dari kata kerja Yunani
“phainesthail” yang berarti menampak, dan terbentuk dari akar akar kata fantasi,
fantom, dan fosfor yang artinya sinar atau cahaya.metode (Hasbiansyah, 2008)
1. Epoche
Epache adalah tentang upaya untuk mengurangi atau menunda penilaian untuk
mengangkat pengetahuan di atas segala kemungkinan keraguan. Husserl
berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari intu. Epoche merupakan Bahasa
yunani, yang artinya menyaring semua keputusan diantara tanda yang terjadi pada
objek realitas yang diamati. Penyaringan segala semua penlaian, seperti teori dan
hipotesis yang ada, yang pada akhirnya membuang setiap tradisi yang mencoba
membahas dan membuat penilaian tentang objek ini.(“Hardiansyah A,” 2013)
2. Konstitusi
4. Kesadaran
1. Ruang absolut
Ruang absolut diartikan sebagai ruang yang natural dan organic. Karakter
dari ruang absolut di tentukan oleh keunikan lahannya yang memiliki dimensi
khusus dan kekuatan simbolis yang unik. Ruang absolut ditandai sebagai
ruang yang memiliki factor intrinsik yang kuat, homogeny dalam kefungsian,
sehingga membentuk makna simbolis yang dapat dipahami dengan mudah
oleh masyrakat (makna tunggal). Ruang absolut memiliki makna tunggal
sebelum dimasuki makna –makna yang bersifat kapitalis.
2. Ruang abstrak
3. Ruang kontradiktif
Ruang kontradiktif terbentuk jika ruang mempunyai lebih dari satu makna
yang kuat dan saling bertentangan atau di pertentangkan. Misalnya ruang
pedagang yang mulai menggeser ruang – ruang di pantai yang dapat
dimanfaatkan gratis oleh semua masyarakat, sehingga semakin kontradiktif
kedua makna tersebut.
4. Ruang diferensial
1. perceived space
Ruang yang dapat dirasakan atau ruang yang memiliki aspek perspektif
yang dapat ditangkap oleh panca Indra. Ruang ini tersusun dari benda-benda
material yang ada dan dapat ditata menjadi sebuah ruang. Aspek ini
merupakan komponen integral dari setiap praktik sosial, terdiri dari segala
seuatu yang bias di cerap oleh panca indra, tidak hanya didengar tetapi
didengar, dicium, disentuh, dan dirasa.
2. Conceived space
Jika sesuatu hanya merasakan ruang, itu tidak membuatnya lebih jelas
atau lebih pengertian. Tetapi jika kita memahami ruang itu sendiri, itu
menjadi jelas dan lebih memahami.
3. Lived space
1. Lantai
Lantai adalah sebagai bidang alas atau the base, pengaruhnya terhadap
pembentukan ruang sangat besar, karena bidang ini erat hubungannya
dengan fungsi ruang permukaan lantai pada ruang dapat dibedakan
menjadi dua yakni keras dan lunak.
2. Dinding
Atap dan penutup disebut the overhead seperti berdiri, seperti halnya
dengan dinding terbagi dalam dua kelompok, yaitu:
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimasksud dengan
penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
ataukejadian saat sekarang. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial. Maka
dalam penelitian ini data yang dikumpulkan yaitu yang bersifat deskriptif yang
bermaksud untuk menguraikan mengenai fenomena pasar tradisional balairung di
Kota Balige.
Sumber: https://id.wikipedia.org/
Maka dalam penelitian ini data yang dikumpulkan yaitu yang bersifat
deskriptif yang bermakssud untuk menguraikan mengenai fenomena pasar
tradisional balairung di Kota Balige.
1. Observasi
2 Area parkir
3 Organisasi
ruang
Gang no 1
Gang no 2
Gang no 3
Gerbang utama
Gang no 4
Gang no 5
Gang no 6
4 Jaringan Sirkulasi
(network)
Lorong lantai 1
Lapak buah
Lapak sayur
Lapak ikan lantai 2
8 Bentuk
9 Lantai
10 Atap
dimensi
Fasad
3. Wawancara
Wawancara adala teknis dalam upaya menghimpun data yang akurat utuk
keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu, yang sesuai
dengan data. Data yang diperoleh dengan teknis ini adalah dengan cara tanya
jawab secara lisan dan bertatap muka langsung.