BERDASARKAN PERILAKU
(Studi Kasus: Pasar Tradisional Balige)
SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
Pasar tradisional sebagai ruang publik yang hampir setiap hari digunakan
oleh manusia, memiliki dampak pada perilaku manusia dan memiliki peran penting
dalam ekonomi Kota. Pasar tradisional menanggapi stigma pasar yang terlihat
kumuh dalam pemanfaatan ruang, ini menjadi perhatian dalam revitalisasi untuk
meningkatkan kualitas dan kenyamanan pasar tradisional. Namun, masih ada
program revitalisasi pasar tradisional berada di Napitupulu Bagasan, Kecamatan
Balige, Kabupaten Toba yang menunjukkan kurangnya keberhasilan, dimana ruang
yang dirancang dan direncanakan tetapi tidak dimanfaatkan sepenuhnya untuk
tujuan dan fungsinya yang sudah ditetapkan. Pola yang mempengaruhi perilaku
pengguna ruang dan pemanfaatan ruang pasar tradisional dibahas dalam skripsi ini.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan metode
observasi untuk mengumpulkan setting ruang pasar, pemetaan untuk mengetahui
pola aktifitas yang terjadi, dan wawancara untuk mengetahui permasalahan yang
dialami pengguna ruang. Setting ruang Berdasarkan pengamatan pada pasar
tradisional Balige, dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik ruang yaitu ukuran dan
bentuk, perabot dan penataan, ruang kios dan los mempengaruhi perilaku pedagang
dan pembeli sehingga mengakibatkan pedagang memilih untuk berdagang di area
sirkulasi utama dan di luar ruangan pasar tradisional.
i
DAFTAR ISI
2.2 Ruang........................................................................................................ 9
ii
2.4.4 Kondisi Pasar Tradisional ............................................................... 18
iii
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 75
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Arsitektur Membentuk Perilaku Manusia ..................... 9
Gambar 2.2 Diagram Perilaku Membentuk Manusia ..................................... 9
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ......................................................................... 21
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Toba ..................................................... 28
Gambar 4.2 Peta lokasi penelitian .................................................................... 30
Gambar 4.3 Peta Pasar Tradisional Balige ....................................................... 32
Gambar 4.4 Ruang Tidak Dimanfaatkan (a) Kios (b) Los ............................... 33
Gambar 4.5 Kondisi Pasar Tradisional Balige ................................................ 34
Gambar 4.6 Persebaran Ruang Pedagang Kawasan Pasar Tradisional Balige 35
Gambar 4.7 Fasad bangunan Pasar Tradisional Balige .................................... 36
Gambar 4.8 Pintu Masuk (a) Timur (b) Barat dan (c) Utara ............................ 37
Gambar 4.9 (a) Parkir Bangunan Kios dan Los (b) Parkir di Pinggir Jalan..... 38
Gambar 4.10 Saluran Drainase ........................................................................ 39
Gambar 4.11 Kondisi Toilet Pasar Tradisional Balige ............................. 40
Gambar 4.12 Ruang Mushola .......................................................................... 40
Gambar 4.13 Gambar Mekanikal Elektrikal .................................................... 41
Gambar 4.14 Peta Titik Lkasi Pengguna ruang pasar tradisional Balige ......... 42
Gambar 4.15 Sifat, klasifikasi dan Komoditas Ruang Dagang Kios dan Los . 44
Gambar 4.16 Jenis Pedagang Kios dan Los lantai 1 ........................................ 46
Gambar 4.17 Jenis Pedagang Kios dan Los Lantai 2 ....................................... 47
Gambar 4.18 (a), (b), (c) dan (d) Bentuk Pemanfaatan Ruang Kios Pasar
Tradisional Balige ............................................................................................ 49
Gambar 4.19 (a), (b), (c) dan (d) Bentuk Pemanfaatan Ruang Los Pasar
Tradisional Balige ............................................................................................ 50
Gambar 4.20 Bentuk dan Penataan Ruang Kios dan Los ................................ 51
Gambar 4.21 (a), (b), (c) dan (d) Bentuk Pemanfaatan Ruang Balerong......... 52
Gambar 4.22 Bentuk Pemanfaatan Ruang di Pinggir Jalan ............................. 53
Gambar 4.23 Bentuk dan Penataan Ruang Balerong dan Pinggir Jalan ......... 55
Gambar 4.24 Bentuk dan penataan Sarana Pedagang (a) Kios (b) Los ........... 58
Gambar 4.25 (a) dan (b) Bentuk Sarana PKL ................................................. 59
Gambar 4.26 (a) dan (b) Bentuk Sarana Balaerong ......................................... 59
Gambar 4.27 Place Centered Mapping Pedagang di Pinggir Jalan (PKL) ...... 62
Gambar 4.28 Place Centered Mapping Pedagang di Pinggir Jalan (PKL) ...... 63
Gambar 4.29 Gambar 4. 30 Place Centered Mapping (PKL).......................... 64
Gambar 4.31 Place Centered Mapping Pedagang di Pinggir Jalan (PKL) ...... 65
Gambar 4.32 Place Centered Mapping ............................................................ 67
Gambar 4.33 Ruang pedagang Kios dan Los ................................................... 69
Gambar 4.34 Ruang Pedagang di Luar Bangunan Pasar Tradisional Balige ... 70
Gambar 4.35 Bentuk dan ukuran (a) Ruang Kios (b) Los ............................... 71
Gambar 4.36 Kondisi Pedagang Basah dan Kering di Luar Bangunan .......... 73
Gambar 4.37 Kondisi Pedagang basah dan kering di dalam kios dan los........ 73
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pasar tradisional merupakan ruang transaksi komoditas kebutuhan subsisten
yang prosesnya yang masih kental dengan tradisi suasana ekonomi dan budaya yang
kuat. Pasar tradisional dapat diartikan sebagai tempat dimana pedagang dan
pembeli melakukan transaksi dan tawar menawar antara penjual dan pembeli
(Brata, 2016). Pasar tradisional dilengkapi dengan ruang kios, los dan area terbuka
yang di atur oleh pengelola pasar dan pedagang. Berbagai jenis barang yang
diperdagangkan diantaranya ikan, buah, sayur, pakaian, dan lain-lain yang
memenuhi kebutuhan masyarakat (SCP & Widiyatmoko, 2018). Manfaat ruang
sangat mempengaruhi perilaku manusia karena ruang yang digunakan merupakan
tempat terbentuknya pola aktivitas manusia yang difungsikan setiap hari.
Lingkungan luar juga membawa perilaku ini dalam interaksinya. Arsitektur yang
berfokus pada hubungan antara perilaku manusia dan lingkungannya disebut
arsitektur perilaku (Marlina & Ariska, 2019). Interaksi antara penjual dan pembeli
di pasar tradisional tidak hanya memenuhi kebutuhan ekonomi tetapi juga
kebutuhan sosial. Interaksi antara penjual dan pembeli di pasar tradisional
menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri.
1
2
dengan cara merelokasikan pedagang yang berada di pinggir jalan, pada beberapa
program revitalisasi yang menunjukkan kurangnya keberhasilan. Pembangunan
pasar tradisional yang tidak berhasil atau tidak sesuai dengan fungsi adalah
pembangunan pasar yang tidak sesuai dengan perancangan. Dalam Ekpmadyo, A,
S & Hdayatsyah, S (2012) tempat-tempat yang nyaman, ramai dan mudah diakses
yang memungkinkan aktivitas ekonomi sosial dan kultur lokal ditunjukkan oleh
pasar tradisional yang berhasil. Menurut fungsionalisme, arsitek harus membangun
bangunan berdasarkan fungsinya, sehingga keindahan arsitekturnya akan sesuai
dengan fungsinya (Desain et al., 2020).
Adapun gambaran fenomena di pasar ini adalah ruang yang dirancang dan
direncanakan tetapi tidak digunakan, ada juga ruang yang sudah digunakan tetapi
tidak digunakan dengan baik. Salah satunya adalah ketika pedagang mulai
berdagang di area selasar dan koridor jalan. Pemanfaatan ruang di luar bangunan
pasar tradisional dan di area selasar sebagai tempat berjualan menyebabkan banyak
kios dan los yang seharusnya digunakan sebagai tempat berjualan kini tidak di
gunakan lagi. Hasil pengamatan awal pada pasar tradisional menunjukkan adanya
ruang yang tidak digunakan, seperti ruang kosong, dan ruang yang tidak optimal,
seperti area selasar di bangunan inti pasar yang digunakan oleh pedagang berjualan,
Ini akan menimbulkan berbagai masalah, seperti terjadinya kepadatan di satu titik
3
yaitu pada area selasar, membuat kondisi ruang pasar semakin tidak teratur atau
semrawut, dan secara visual menjadikan ruang dan lingkungan pasar menjadi tidak
menarik karena terlalu padat.
Adapun yang menarik untuk diteliti pada penelitian ini adalah untuk
mengetahui pola pengguna memanfaatkan ruang pasar, serta bagaimana kondisi
fisik pasar yang menyebabkan ruang-ruang di dalam pasar tidak berfungsi dan tidak
dimanfaatkan oleh pengguna dengan maksimal untuk kebutuhan dan fungsi yang
sudah direncanakan terlebih dahulu. Oleh karena itu, diharapkan bahwa penelitian
ini akan membantu di masa depan dalam merancang dan memperbaiki ruang pasar.
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari pengamatan awal, rumusan permasalahan penelitian dapat
diuraikan sebagai berikut:
Tujuan Penelitian
Diharapkan bahwa penelitian akan bermanfaat untuk tujuan berikut:
Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
Batasan Penelitian
Adapun batasan penelitian ini dibatasi dengan ketentuan sebagai berikut:
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah urutan atau susunan tulisan yang digunakan
dalam skripsi untuk membuatnya lebih mudah dipahami. Dalam sistematika
penulisan, peneliti membagi skripsi dalam 5 Bab.
BAB 1 PENDAHULUAN:
Bab kedua membahas teori, elemen penelitian, dan variabel dari penelitian
sebelumnya. Ini juga mencakup tinjauan literatur yang digunakan dalam penelitian
yang digunakan sebagai sumber data sekunder untuk penelitian.
Bab ketiga membahas subjek, waktu, dan lokasi penelitian, serta metode dan
sumber data yang digunakan. Ini juga membahas tahapan penelitian, variabel
penelitian, sumber data, dan teknik pengumpulan dan analisis data yang digunakan.
BAB 5 KESIMPULAN
Bab kelima menyampaikan hasil diskusi dan kesimpulan, serta saran untuk
organisasi pemerintah dan masyarakat.
6
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir bertujuan untuk menggambarkan urutan penyelesaian masalah dengan menggabungkan antara teori dengan variabel penelitian yang berguna untuk membentuk kesimpulan sementara.
p
KAJIAN PUSTAKA
Arsitektur Perilaku
Haryadi & setiawan, 2010 menjelaskan Arsitektur perilaku merupakan
cabang pengetahuan yang berfokus kepada behavioural setting (tempat berperilaku
yang berkepentingan dengan hal properties dan setting adalah karakteristik
intrinsic, suatu sifat benda sesuai yang ada. Properties adalah fasilitas sarana
prasarana pelengkap suatu ruang. Setting adalah perilaku arsitektural lebih
menjelaskan hal keruangan yang berkaitan dengan perilaku (Angkouw1 & Herry
Kapugu2, 2012).
7
8
`
arsitektur dapat berfungsi sebagai salah satu penggerak atau penghalang acara
tersebut berperilaku. (TANDAL & EGAM, 2011). Maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua macam ditinjau dari bentuk respon terhadap stimulus berikut
penjelasannya (Notoatmodjo, 1993):
a. Perilaku tertutup
b. Perilaku terbuka
Gambar 2.1 Diagram Arsitektur Membentuk Perilaku Manusia (Tandal dan Egam,
2011)
Gambar 2.2 Diagram Perilaku Membentuk Manusia (Tandal dan Egam, 2011)
Ruang
Perkembangan Kota menyebabkan peningkatan jumlah kegiatan yang
membutuhkan ruang untuk mewadahinya. Karena itu, ruang yang digunakan untuk
melakukan dan melaksanakan kegiatan tersebut terbatas pada dimensi nya,
sehingga muncul kebutuhan akan ruang yang dapat diakses oleh publik. Secara
umum, manusia memilki dua kebutuhan ruang yaitu fisik dan emosional. Manusia
akan mencari perlindungan di dalam bangunan secara fisik. Sedangkan secara
emosional selera dan pengalaman ruang individu menentukan seberapa indah
warna, tekstur, permainan bidang, tinggi plafon, dan elemen lainnya (Sutedjo &
10
`
Ruang yang tidak bisa dilepas dari manusia dikarenakan manusia yang selalu
berada dan bergerak di dalamnya, sehingga jika ruang yang tidak ada penghuninya
atau manusia maka ruang itu akan tidak memilik arti (Angkouw1 & Herry
Kapugu2, 2012). (Hakim dan Utomo, 2003: 52) menjelaskan jika ruang dengan
kehidupan manusia memiliki hubungan di manapun pun mereka berada dipengaruhi
dimensi, psikologis, dan emosional. Manusia yang tidak bisa lepas dari ruang,
manusia bergerak, berpikir, merasakan, serta membentuk ruang untuk memenuhi
kehidupan mereka. Dalam arsitektur, hubungan yang saling mendukung antara
ruang dalam dan luar sangat penting. Ruang tidak dapat memisahkan manusia
karena di dalamnya manusia selalu bergerak dan melakukan aktivitas.
oleh tekstur dan kepadatan material di bawah kaki kita. Hakim dan Utomo (2003)
mengatakan komponen berikut dapat membentuk ruang:
Pasar Tradisional
Pasar tradisional dibentuk dan diatur oleh pengelola, pemerintah, pemerintah
daerah, serta perusahaan swasta. Pasar tradisional dibentuk oleh ruang toko, kios,
los, dan pedagang kecil yang berada di ruang terbuka yang di jual dengan proses
tawar menawar (Peraturan Presiden RI No. 112, 2007).
Pasar tradisional adalah pasar di mana aktivitas dan proses transaksi tetap
tradisional. Pedagang dengan pembeli melakukan interaksi dengan tawar-menawar
pada saat bertemu (Jeklin, 2016).
a. Pasar Kota adalah pasar yang berada di lingkungan atau berada di wilayah
Kota dan jenis barang yang diperdagangkan lengkap.
b. Pasar wilayah (distrik), adalah pasar yang mencakup berbagai area
perumahan dan menjual lebih banyak barang daripada pasar lingkungan.
c. Pasar lingkungan adalah pasar di mana barang-barang yang dijual utamanya
adalah barang kebutuhan sehari-hari, dan mencakup area permukiman
sekitarnya.
d. Pasar regional adalah pasar yang memiliki lingkup yang luas yaitu kawasan
Ibu Kota atau Provinsi.
1. Berdasarkan waktu kegiatannya, pasar digolongkan menjadi empat jenis.
a. Pasar siang, yang buka dari pukul 04.00 hingga pukul 16.00 WIB
b. Pasar malam hari buka dari pukul 16.00 sampai dengan pukul 04.00 WIB.
c. Pasar siang malam buka dari pagi siang sampai malam tidak ada berhenti,
buka dalam 24 jam.
d. Pasar liar, pasar yang memanfaatkan ruang terbuka atau pinggir jalan dan
dilaksanakan dalam kegiatan hari tertentu.
2. Menurut status kepemilikannya, pasar digolongkan menjadi tiga jenis yaitu.
a. Pasar pemerintah adalah dimiliki dan dikuasi oleh pemerintah pusat maupun
daerah.
16
`
b. Pasar swasta adalah pasar dimiliki dan dikuasai oleh badan hokum yang
diberi izin oleh pemerintah setempat
c. Pasar liar terdiri dari pasar individu dan pasar desa. Pasar liar merupakan
dikelola oleh perorangan karena fasilitas pasar yang kurang dan tata letak
pasar tidak merata.
Dinas menerapkan klasifikasi pasar yang disebutkan pada ayat (2) dengan
memperhatikan:
b. Luas lahan
Luas lahan pasar biasanya merujuk merujuk pada luas kotor seluruh area,
yang merupakan jumlah total dari seluruh area lantai yang dibangun di
dalam bangunan. Luas kotor dihasilkan dari kombinasi luas lahan dan rasio
plot yang ditetapkan oleh otoritas perencanaan bangunan atas lahan
tersebut.
c. Kualitas bangunan
Kualitas bangunan pasar yang baik itu memiliki bentuk yang simetris dan
tidak memiliki sudut tajam, proyeksi menonjol, atau cekungan dan area
yang cukup luas untuk kebutuhan taman, bongkar muat, dan parkir.
Pengendalian dan evaluasi pasar tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. Pengguna (user)
b. Jenis-jenis kegiatan
c. Tempat atau lokasi
d. Waktu berlangsungnya aktivitas atau kegiatan
Peneliti Terdahulu
Pemanfaatan ruang berdasarkan perilaku pada ruang pasar sudah banyak dibahas baik dalam jurnal maupun skripsi. Berikut ini ringkasan penelitian terdahulu sebagai contoh:
No. Peneliti Judul /objek Penelitian Permasalahan Metode Penelitian Hasil Penelitian
Tandal dan Egam Kajian Tata Ruang Dalam Pasar Arsitektur dan perilaku terdapat hubungan Metode Kualitatif Permasalahan terbentuknya ruang-ruang mati pada pasar singosari
(2011 Tradisional Pada Pasar Singosari, erat, hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek dengan teknik disebabkan oleh tata ruang dalam dan akses visual, sehingga rekomendasi
) Kabupaten Malang pembentuk perilaku manusia akibat overlay (teknik terhadap permasalahan penelitian adalah menginterpretasikan elemen
lingkungan atau bentuk arsitektur dan lapis) fisik tata ruang dengan membagi hirarki jalur sirkulasi menurut bentuk
sebaliknya. bangunannya, dan menata/membagi zonifikasi vertical dan horizontals
sesuai dengan kedekatan sifat komoditas, serta memperbaiki system
penanda
Effan Fahrizal, Analisa Perilaku Dan Ruang Mengetahui faktor yang membuat pedagang Metode deskriptif Hasil penelitian menunjukkan bahwa ruang bagian dalam pasar buah
Fanul A.Fitri Arsitektur Pada Bangunan Pasar tidak menempati ruang dalam. Dan kualitatif tidak terpakai karena faktor pembeli yang sedikit karena sepi pembeli
(2020) Buah mengetahui bagaimana kondisi fisik maka pedagang lebih banyak. Selain faktor fisik bangunan bagian dalam
kurang cahaya dan peghawaan sehingga membuat pedagang tidak
nyaman berada di dalam ruang.
S.Darmawan, T. Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Adanya issue permasalahan Deduktif Kampong kota terjadi hubungan masyarakat yang masih memiliki sifat
Utami:P. Pada Permukiman Kampung Kota berkembangnya permukiman pinggiran Kualitatif dengan kekerabatan yang erat dan saling mempengaruhi satu sama lain baik
Asitektur et al. kota, maka perlu ada kebijakan yang Metode behaviour dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun antar individu
mengatur pengembangan permukiman mapping dan kelompok, pada ruang umum yang pada dasarnya merupakan suatu
wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu dari masyarakatnya.
Steward Pemanfaatan Ruang Para Pedagang Mengkaji pemanfaatan ruang para Metode analisis Hasil Penelitian memperlihatkan terdapat korelasi lokasi pedagang,
Rahantokhnam, Di Pasar Tradisional Bahu, Manado pedagang dan pengaruhnya terhadap deskriptif dan penataan pedagang, mobilitas pedagang dengan kemacetan di pasar
Linda Tondobala Dan Pengaruhnya Terhadap kondisi kondisi aksesibilitas kawasan kualitatif tradisional bahu, kemacetan terpanjang di jalan wolter wongensidi di saat
Raymond ch. aksesibilitas Kawasan. waktu sibuk pasar yang terjadi di pagi hari pada jam 0.6-0.0.9.00 WIB.
Tarore (2015)
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dilakukan melalui observasi
lapangan langsung untuk mengamati dan memahami fenomena di pasar tradisional
Balige. Penelitian kualitatif didukung oleh pendekatan deskriptif, yang bertujuan
untuk mendeskripsikan objek secara sistematis, dan akurat. Pendekatan deskriptif
memungkinkan penelitian untuk memperoleh pemahaman tentang fenomena pada
subjek penelitian melalui penjelasan kata-kata dan penggunaan berbagai teknik
alamiah (Moleong & Surjaman, 1989). Pemakaian metode kualitatif untuk
penelitian ini merupakan metode yang tepat untuk digunakan oleh peneliti untuk
memahami tentang pola penggunaan ruang dan pemanfaatan ruang pasar tradisional
Balige dengan pendekatan arsitektur perilaku. Metode ini digunakan untuk melihat
kasus yang ditinjau yaitu, bagaimana kondisi fisik ruang dalam pasar yang
menyebabkan ruang los dan kios yang tersedia tidak berfungsi sebagai mana
mestinya. Bagaimana pengguna terhadap ruang yang merupakan bukan untuk
fungsinya malah dimanfaatkan oleh sekelompok pedagang sebagai pola aktivitas
perdagangan.
Lokasi penelitian
Lokasi dari penelitian ini yaitu berada di Balige adalah sebuah kecamatan dan
juga merupakan ibukota Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara, Indonesia. Pasar
tradisional Balige ini menjadi acuan mata pencarian serta sebagai sarana kebutuhan
hiudup masyarakat sehari-hari, adapun barang dagangan yang dijual dipasar ini
kebanyakan hasil dari produsen langsung sehingga barang yang dijual masih segar
dan cenderung lebih murah. Pasar tradisional Balige terdiri dari pasar basah dan
kering.
20
21
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian (Google Maps Dan Peta Wilayah Balige, 2023)
pada lapangan dengan tidak ikut serta secara langsung dalam kegiatan,
tetapi hanya mengamati dari jauh. Hal tersebut dapat memudahkan
peneliti dalam mendokumentasikan keragaman aktivitas yang sedang
terjadi pada tata ruang area kios dan los pasar tradisional Balige.
2. Pemetaan, pada metode pemetaan menggunakan teknik Behaviour
mapping, peneliti akan melakukan pemetaan dengan pengambilan
langsung dengan instrument kamera dan pengambilan menggunakan
metode pemetaan berdasarkan tempat (place centered maping) yaitu
untuk mengetahui bagaimana pengguna ruang memanfaatkan,
mengakomodasikan, perilakunya dalam suatu waktu di tempat tertentu.
Langkah – langkah yang harus dilakukan di teknik ini adalah membuat
persebaran jenis aktivitas, membuat kelompok pelaku kegiatan, membuat
kelompok setting waktu dengan jenis kegiatan dan pelakunya.
3. Wawancara dan kuesioner adalah proses dalam memperoleh data dengan
tujuan menemukan permasalahan yang sedang di teliti, dan untuk
mengetahui permasalahan yang dialami pengguna ruang. Wawancara
yang di tujukan kepada tiga pihak yaitu pengembang atau pengelola pasar
(Perindagkop Kabupaten Toba), pedagang dan pembeli. Wawancara yang
di tuju untuk pengembang atau pengelola pasar dilakukan untuk
mengetahui pola tata ruang pasar sedangkan untuk pedagang dan
pengunjung untuk mengetahui kenyamanan pedagang dalam
menggunakan ruang dari bentuk dan ukuran, perabot dan penataan, warna
dan suara temperature dan pencahayaan yang dirasakan selama
melakukan aktivitas di pasar tradisional Balige. Kemudian penyebaran
kuesioner yang dilakukan kepada pengunjung dan pedagang untuk
menggali pengalaman dari setting fisik dan aktivitas di dalam pasar.
Berikut (tabel 3.2) yang menunjukkan pertanyaan wawancara kepada
pengelola dan pedagang pasar. Adapun tujuan wawancara dalam
penelitian ini adalah untuk mendapatkan data non fisik terkait faktor yang
mempengaruhi pergeseran ruang pasar di luar ruang lingkupnya.
24
b. Penyajian data, merupakan data-data yang telah tersusun secara rinci untuk
memberikan gambaran pada penelitian secara lengkap. Data-data yang telah
terkumpul seluruhnya akan dicari pola hubungannya guna memperoleh
Kesimpulan yang tepat dan akan disusun secara sistematis dalam bentuk
uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.
c. Kesimpulan atau verifikasi, merupakan tahapan akhir dalam proses analisis
data penelitian. Proses ini dimulai dengan data lapangan atau data mentah
yang kemudian direduksi dalam bentuk kategorisasi data.
a. Pedagang
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, untuk pengambilan sampel
diambil jumlah responden adalah sebanyak 50 orang pedagang yang berdagang
di ruang dalam pasar
b. Pembeli/pengunjung
Jumlah sampel yang mewakili konsumen adalah sebanyak 50 orang responden
dan akan digunakan quota random sampling, di mana jumlah sampel telah
ditentukan sebelumnya.
27
Variabel Penelitian
Berdasarkan dari teori yang di paparkan sebelumnya, maka ditemukan
beberapa variabel pada penelitian ini yang dapat di urakan sebagai berikut:
Hasil dan analisis objek dan tujuan penelitian akan dibahas dalam bab ini.
Analisis ini akan dilakukan dengan menggunakan tinjauan pustaka dan metode
yang digunakan untuk penelitian ini, yang dibahas dalam bab sebelumnya. Fokus
penelitian akan terletak pada tujuan penelitian dan rumusan masalah, pola
pemanfaatan dan pengguna ruang serta bagaimana aktivitas dilakukan di ruang
pasar tradisional Balige.
28
29
Luas wilayah daratan Kabupaten Toba 2.021,8 km2, serta jumlah penduduk
Kabupaten Toba sebanyak 320,542 jiwa dan terdapat 16 kecamatan. Luas setiap
Kecamatan dapat dilihat pada table 4.1.
Tabel 4.1 Luas Setiap Kecamatan Kabupaten Toba (Badan Pusat Statistik
Kabupaten Toba)
pendatang maupun yang akan menyeberang dengan menawarkan jasa dan bisnis
dagang, serta membangun kios dan toko yang memenuhi kebutuhan masyarakat.
Penelitian ini dilakukan di jalan Sisingamangaraja, Napitupulu Bagasan, Balige,
Kabupaten Toba.
Gambar 4.2 Peta lokasi penelitian (Google Earth Dan Wilayah Peta Balige, 2023)
Berdasarkan letak Geografis nya, Balige berada pada 2o15- 2o21’ Lintang
Utara dan 99o40 – 99o11’ Bujur Timur. Berdasarkan letak geografis nya, Balige
berada diantara yaitu:
Pasar Tradisional Balige atau biasa disebut Onan Balerong dibangun oleh
Belanda pada tahun 1936. Pada awalnya dibangun oleh belanda sebagai tempat
pertemuan dan tempat untuk teater atau opera. Bangunan ini dialihfungsikan
menjadi pasar tradisional ketika Belanda meninggalkan Indonesia pada tahun 1942
(Siahaan, 2015). Bangunan Balerong dipilih sebagai lokasi pasar atau onan di pusat
Kota Balige karena lokasinya yang strategis, di pusat Kota Balige, memungkinkan
orang-oang di sekitar dan di luar Balige untuk bertransaksi.
Wilayah pasar memiliki banyak aktivitas. Karena lokasinya yang dekat dengan
pusat perdagangan dan pemerintahan di jalur lintas Sumatera, Kota Balige
berkembang untuk memenuhi kebutuhan pendatang dan pengunjung dengan
menawarkan jasa dan bisnis di pasar tradisional Balige. Pemanfaatan ruang pasar
tradisional Balige yang tersebar, terdapat pada lokasi pasar ini sebagai tempat
berjualan, lalu-lalang pengguna hingga kendaraan dan sebagai tempat parkir untuk
mobil pedagang dan pembeli setempat. Sehingga pemerintah melakukan
pengembangan pasar atau revitalisasi dengan melakukan penambahan ruang seperti
ruang rias pria dan wanita, ruang substansi, ruang laktasi, musholla serta ruang
lainnya, penambahan ruang untuk kegunaan baru itu mengakibatkan pengurangan
lokasi dagang dan perubahan bentuk dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
33
(a) (b)
Gambar 4.4 Ruang Tidak Dimanfaatkan (a) Kios (b) Los (Dokumentasi, 2023)
34
(a) (b)
Gambar 4.5 Kondisi Pasar Tradisional Balige (a) Kondisi Fisik Genangan air (b)
Kesesakan Pada Sirkulasi Pintu masuk Pasar (Dokumentasi, 2023)
Gambar 4.6 Persebaran Ruang Pedagang Kawasan Pasar Tradisional Balige (Analisa, 2023)
36
Pasar tradisional Balige bangunan kios dan los dilengkapi Fasilitas yang
terbagi atas dua jenis yaitu fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Fasilitas utama
terdiri dari kios, los (petak), dan fasilitas pendukung terdiri dari, Kantor pengelola,
Area parkir, Air bersih, Sanitasi/drainase, mushola, Toilet umum, Hidran dan
fasilitas pemadam kebakaran, dan Panteraan. Berikut merupakan kondisi pasar
tradisional Balige.
1. Fasad Bangunan
Pasar Tradisional Balige merupakan bangunan yang menerapkan arsitektur
tradisional pada bangunan yaitu terlihat pada bentuk fasad dan ornamen yang
menyerupai Ruma Bolon atau rumah adat suku batak Toba. Material pada bangunan
yaitu menggunakan baja yang dibentuk menyerupai atap Ruma Bolon. Fasad
bangunan pasar tradisional memiliki bukaan yang lebar yang dapat memasukkan
cahaya dan udara dari luar ke dalam ruangan.
(a) (b)
Gambar 4.7 Fasad bangunan Pasar Tradisional Balige (a) Balerong dan (b) Kios
dan Los ( Dokumentasi, 2023)
2. Pintu Masuk
Pintu masuk pada pasar tradisional Balige terdapat 3 bagian yaitu arah utara,
selatan dan timur, yang masing - masing di apit oleh bangunan ruko. Pada bagian
pintu masuk sebelah timur dihuni oleh pedagang ikan dan sayur-mayur, Pada arah
37
utara dihuni oleh pedagang ikan, sayur dan rempah-rempah dan pada arah barat
dihuni oleh pedagang ikan sayur-mayur dan rempah-rempah, di bagian pintu masuk
bangunan pasar tradisional Balige berbentuk semi permanen, dimana tidak terlihat
peralihan entrance dan koridor menuju ruang pasar. Bagian depan ruang pasar yaitu
tepatnya pada pintu masuk ke dalam pasar tidak tertata dengan baik, dimana tidak
teratur nya lapak pedagang sehingga menutupi area masuk ke dalam ruang pasar.
Kondisi pintu masuk pasar tradisional Balige dapat dilihat pada gambar 4.7`
3. Area Parkir
(a) (b)
Gambar 4.9 (a) Parkir Bangunan Kios dan Los (b) Parkir di Pinggir Jalan
Kondisi saluran air kotor pada pasar tradisional Balige cukup baik. Pada lapak
pedagang basah dirancang dengan membuat saluran air kotor bagi pedagang
pangan basah agar lebih mudah membuang air ke drainase dan mengalirkan ke
saluran pembuangan air kotor. Dengan adanya drainase khususnya pada pedagang
basah yang ada di lantai satu menjadikan Lapak pedagang tidak becek.
39
5. Toilet
Sebagian Toilet pasar tradisional Balige memiliki kondisi ruang yang tidak
terawat menjadikan toilet menjadi kotor dan tidak teratur. Pada pintu masuk toilet
terdapat pedagang yang meletakkan barang dagangan sehingga menutupi area
pintu masuk ke toilet. Pada toilet ditemukan pintu yang ditutup atau dipalang
dengan seng agar tidak ada yang bisa masuk. Hasil wawancara dengan pedagang
yang berada di dekat toilet tersebut mengatakan pintu toilet di palang karena
adanya orang yang menggunakan toilet tidak dibersihkan menyebabkan bau dan
ketidaknyamanan bagi ruang pedagang di dekat toilet
(b)
(a)
40
(c) (d)
Gambar 4.11 Kondisi Toilet Pasar Tradisional Balige (a) Toilet berfungsi
dengan baik, (b) dan (c) Pintu toilet di palang (d) Pintu masuk toilet terdapat
barang pedagang (Dokumentasi, 2023)
6. Mushola
Bangunan kios dan los pasar tradisional Balige memiliki ruang mushola
berada di lantai 1 berukuran 3 x 3 m. Mushola pada bangunan pasar tradisional
Balige di sediakan untuk pengguna pasar tradisional Balige yaitu pengunjung
dan pedagang.
7. Mekanikal Elektrikal
Pada bangunan tradisional Balige setiap kios dan los dilengkapi dengan
lampu dan stop kontak yang bisa di gunakan pedagang untuk kebutuhan
berdagang dan sebagai penerangan ruang untuk memudahkan pengguna dalam
menjalani aktivitas sehari- hari.
Gambar 4.14 Peta Titik Lokasi Pengguna ruang pasar tradisional Balige
43
Gambar 4.15 Sifat, klasifikasi dan Komoditas Ruang Dagang Kios dan Los Pasar Tradisional Balige (Kepala Dinas Koperasi UKM Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Toba)
45
Berdasarkan observasi dengan ruang kios dan los pedagang pasar tradisional
di dapatkan bentuk ruang, ukuran, perabot dan jenis dagangan serta jumlah ruang-
ruang yang digunakan. Ruang kios/los dilantai 1 dan 2 terdapat ruang kosong dan
ruang terisi.
Bentuk ruang Los yang disediakan adalah berbentuk persegi dengan ukuran
1,5m x 1,5m. Pada lantai 1 terdapat 204 Los sedangkan di lantai 2 berjumlah 232
Los yang telah disediakan. Pada lantai 1 Los yang telah digunakan berjumlah 80
Los sedangkan Los yang kosong berjumlah 152 los yang di dominasi oleh pedagang
Basah yaitu pedagang ikan, sayur, kelontong, dan daging sedangkan Los pada lantai
2 berjumlah 232 dan terdapat Los yang kosong berjumlah 232 atau pada ruang los
lantai 2 sama sekali tidak ada yang menempati.
Jenis komoditas ruang kios dan los Pada lantai 1 di dominasi komoditas
basah yaitu, sayur, daging, ikan, aksesoris, sepatu, makanan, kelontong, perabot,
dan tas, terdapat penumpukan barang oleh pedagang pada ruang kios dan los,
diakibatkan pedagang yang menggunakan ruang kios dan los melebihi kapasitas
ruang yang mengisi area ruang sirkulasi. Pada lantai 2 terdapat komoditas kering
yaitu, kain, pakaian, sepatu, aksesoris, dan kain ulos. Lantai 2 ruang kios dan los
terdapat jumlah pedagang yang paling sedikit dikarenakan pengunjung yang jarang
datang ke lantai dua. Lebih jelas jenis pedagang dalam pemanfaatan ruang kios dan
los dapat dilihat pada gambar 4.8 dan 4.9 dibawah ini.
46
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4.18 (a), (b), (c) dan (d) Bentuk Pemanfaatan Ruang Kios Pasar
Tradisional Balige (Dokumentasi, 2023)
Bentuk ruang los yang di sediakan adalah berbentuk persegi dengan ukuran
1,5m x 1,5m memiliki tata letak yang berdempetan dan sudah dipisahkan sesuai
jenis dagangan oleh selasar. Setiap selasar terhubung untuk mengatur pasar dan
membantu pengunjung menemukan barang yang diinginkan. Tipe barang yang
dijual, perilaku pedagang, dan jenis furniture yang digunakan dalam penjualan
mempengaruhi luas ruang los. Perilaku pedagang diruang los; pedagang membuat
kolam ikan dari kayu dan terpal, rak, meja dan keranjang mereka sendiri. Sirkulasi
utama pasar menjadi tidak efektif karena pedagang sering meletakkan barang
mereka diarea sirkulasi utama. pedagang basah termasuk pedagang ikan, sayur,
50
daging dan kelontong, memiliki akses air bersih dan drainase untuk memenuhi
kebutuhan los. Untuk lebih jelas bisa dilihat gambar 4.4 dibawah ini perilaku
pemanfaatan ruang los.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4.19 (a), (b), (c) dan (d) Bentuk Pemanfaatan Ruang Los Pasar
Tradisional Balige (Dokumentasi, 2023)
Selain itu, di dalam gedung kios dan los terdapat fasilitas pendukung
lainnya. Ini termasuk Kantor pengelola, area parkir, air bersih, mushola, toilet,
hidran, dan lampu dalam memenuhi kebutuhan beraktivitas di ruang kios dan los.
Tata letak kios dan los yang digunakan di pasar tradisional Balige dapat dilihat pada
gambar 4.14.
51
(a) (b)
(d)
(c)
Gambar 4.21 (a), (b), (c) dan (d) Bentuk Pemanfaatan Ruang Balerong
(Dokumentasi, 2023)
Pedagang pinggir jalan adalah mereka yang berdagang di jalan atau tempat
umum. Pedagang pinggir jalan di pasar tradisional Balige menjual berbagai barang,
termasuk pakaian, sayur, ikan, rempah-rempah, dan kelontong. Sarana perdagangan
yang digunakan oleh pedagang di pinggir jalan sangat beragam. Jenis sarana
53
dipengaruhi oleh jenis barang yang dijual dan sangat mudah dipindah-pindah.
Dalam pasar tradisional Balige, pedagang kaki Lima menggunakan terpal tenda
sebagai atap dan menempatkan barang dagangannya di atas kain, tikar, meja, dan
rak kayu yang berbentuk meja. Aktivitas mereka tersebar sepanjang jalan dan
terdapat pedagang yang menjual area di pintu masuk, sehingga pintu masuk tidak
terlihat jelas. Berikut gambaran kondisi pedagang di area luar bangunan pasar
tradisional Balige dapat dilihat pada gambar 4.8.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4.22 (a), (b), (c) dan (d) Bentuk Pemanfaatan Ruang di Pinggir Jalan
(Dokumentasi, 2023)
dengan display barang dagangan yang ditata berderet memanjang dan berhadap-
hadapan.
Gambar 4.23 Bentuk dan Penataan Ruang Balerong dan Pinggir Jalan (Analisa, 2023)
56
Tabel 4. 2 Tempat dan jenis pedagang pasar tradisional Balige (Analisa, 2023)
dan pedagang PKL berjumlah 144 orang yang tersebar di area luar bangunan pasar
tradisional Balige.
Jenis tempat berdagang dari ketiga lokasi pedagang yang mendominasi atau
yang banyak digunakan adalah area luar bangunan 144 pedagang yaitu yang
mendominasi pedagang sayur dan pakaian berjumlah 43 pedagang dan 36
pedagang, pada Balerong 29 pedagang yang mendominasi pedagang pakaian 6
orang. Sementara pada kios dan Los terdapat 93 orang di kios dan 44 orang di los,
yang didominasi pedagang pakaian dan sepatu. Dapat disimpulkan bahwa tempat
yang paling disukai pedagang atau banyak pedagang terdapat pada area luar
bangunan pasar.
Bentuk penataan perabot pedagang menata pada area sirkulasi utama atau
selasar kios dan los mengakibatkan kesesakan pada area sirkulasi utama pasar.
Pedagang menggunakan ruang pada selasar yang merupakan sirkulasi horizontal
yang menyebabkan sirkulasi horizontal untuk pengunjung menjadi sempit dan tidak
sesuai dengan standar kebutuhan ruang sirkulasi. Pada gambar 4.20 dapat dilihat
bentuk dan penataan perabot ruang kios dan los.
58
(a) (b)
Gambar 4.24 Bentuk dan penataan Sarana Pedagang (a) Kios (b) Los (Analisa,
2023)
dan sering terjadi kemacetan. Pada gambar 4.21 dan 4.22 bentuk dan sarana PKL
dan Balerong
(a) (b)
Gambar 4.25 (a) dan (b) Bentuk Sarana PKL (Dokumentasi, 2023)
(a) (b)
Gambar 4.26 (a) dan (b) Bentuk Sarana Balaerong (Dokumentasi, 2023)
Dari hasil pengamatan perabot dan penataan pasar tradisional Balige demi
memenuhi kebutuhan pedagang maka pedagang membangun perabot. Perabot
tersebut perlahan membentuk perilaku dan pola pengguna serta membatasi
60
pengguna untuk bergerak sesuai dengan ruang yang telah dibangun. Hal ini juga
mempengaruhi cara pengguna dalam menjalani kehidupan sosialnya.
Aktivitas Pedagang
Berdasarkan hasil observsasi metode place centered mapping dilakukan pada
waktu operasional pasar yaitu pukul 06.30-08.00 WIB, 10.00-12.00 WIB, 13.00-
15.00 WIB, 16.00-18.00 WIB pada lokasi penelitian di temukan bahwa aktivitas
pasar tradisional Balige di mulai pukul 06.30-18.00 WIB hal ini dikarenakan pasar
tradisional Balige beroperasi dari jam 06.30-18.30. Setelah jam 18.30 gerbang pasar
tradisional Balige di tutup. Aktivitas pedagang pada pukul 06.30 WIB didominasi
jenis dagangan sayur, bumbu dapur, sedangkan kan aktivitas pada pukul 08.00-
18.00 didominasi jenis dagangan sayur, bumbu dapur, kosmetik, ikan, sepatu,
makanan dan pada lantai 2 pakaian, kosmetik, sepatu, tas dan perhiasan. Adapun
pola aktivitas pasar tradisional Balige cenderung dimulai dengan datang ke pasar
tradisional Balige dengan menggunakan kendaraan umum atau menggunakan
kendaraan pribadi baik roda dua, roda tiga, dan roda empat yang kemudian di
parkirkan di area parkir pedagang dan di area pinggir jalan kegiatan pertama yang
61
Pada pagi hari 06.30-08.00 WIB, aktivitas yang paling mendominasi atau
banyak dilakukan warga sekitar masyarakat sekitar Balige. Aktivitas banyak terjadi
di area Balerong dan area luar bangunan yang didominasi oleh pedagang sayur
mayur, bumbu dapur, dan ikan sebagai kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitar.
Pada pukul 10.00-12.00 WIB lebih ramai dikarenakan banyak pedagang dan
pengunjung dari sekitar Balige maupun dari luar kecamatan Balige yang datang
sehingga aktivitas banyak terjadi.
Pada siang hari 13.00 WIB-15.00 WIB aktivitas di pasar tradisional Balige
intensitas keramaian mulai bertambah yaitu pengunjung remaja, dan orang dewasa
yang datang dari sekitar Balige dan juga dari luar kecamatan Balige, yang mana
pola aktivitas pengguna terdapat di area kios/los, Balerong dan area luar bangunan
yang didominasi oleh pedagang pakaian, perabot, kosmetik, ikan, sayur mayur,
ikan, buah, dan sepatu.
Pada sore hari 16.00-18.00 WIB aktivitas di pasar tradisional mulai berkurang
yang mana aktivitas kegiatan terpusat di area luar bangunan dan aktivitas yang
didominasi pada area luar bangunan dekat dengan bahu jalan.
Berikut merupakan pola aktivitas berdasarkan waktu yang terjadi pada pasar tradisional Balige:
Gambar 4.27 Place Centered Mapping Pedagang di Pinggir Jalan (PKL) (Analisa, 2023)
63
Gambar 4.28 Place Centered Mapping Pedagang di Pinggir Jalan (PKL) (Analisa, 2023)
64
Gambar 4.29 Gambar 4. 30 Place Centered Mapping Pedagang di Pinggir Jalan (PKL) (Analisa, 2023)
65
Gambar 4.31 Place Centered Mapping Pedagang di Pinggir Jalan (PKL) (Analisa, 2023)
66
4.6.1 Ruang
Fungsi dan penggunaan ruang memberikan pengaruh terbesar terhadap
perilaku manusia. Perancangan fisik mempengaruhi perilaku pengguna. Ruang
pasar tradisional Balige digunakan oleh pedagang yang menjual pedagang basah
dan kering. Tidak ada aturan yang mengatur bagaimana tempat berdagang barang
basah dan kering di dalam ruang pasar, karena pedagang basah dan kering
berdagang di bahu jalan dan hanya ada beberapa kios atau los yang terpakai.
Gambar 4.34 Ruang Pedagang di Area Luar Bangunan Pasar Tradisional Balige
(Dokumentasi, 2023)
Pada gambar 4.11 menunjukkan ukuran dan bentuk bangunan kios/los pasar
tradisional Balige. Karena material nya terbuat dari beton, bentuk ruangnya tetap
atau fleksibel. Meskipun aktivitasnya dianggap tidak berubah, ruang dagang kios
berukuran 2m x 2m dengan los 1,5m x 1,5m.
71
(a) (b)
Gambar 4.35 Bentuk dan ukuran (a) Ruang Kios (b) Los (Analisa, 2023)
Terkait kondisi bentuk dan ukuran ruang kios dan los, hasil wawancara pada
ruang kios dan los, untuk kenyamanan berjualan di ruang terdapat 85.3% orang
tidak setuju dan 17% orang pedagang memilih setuju. Mayoritas pedagang
mengatakan bahwa ukuran dan bentuk ruang kios dan los tidak nyaman untuk
melakukan aktivitas. Serta bentuk bangunan dan lapak pedagang kios dan los
belum memenuhi kebutuhan pedagang pasar tradisional Balige. Ukuran dan bentuk
lapak meja-meja atau bentuk los, masih kurang memadai untuk digunakan untuk
berdagang.
Gambar 4.37 Kondisi Pedagang basah dan kering di dalam kios dan los
(Dokumentasi, 2023)
4.6.4 Warna
Warna membentuk suasana ruang dan mendorong tindakan tertentu. Warna
putih pada dinding pasar tradisional Balige memberikan kesan luas dan bersih.
74
Hasil observasi, warna pasar tradisional Balige tidak terlihat karena pedagang
mengisi ruang kios dengan rak kayu atau gantungan baju di dalam dan luar.
Akibatnya, warna yang terlihat pada dinding pasar tradisional Balige adalah warna
barang yang dijual.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan berdasarkan rumusan
masalah, pola pemanfaatan ruang ditinjau dari variabel-variabel yang
mempengaruhi perilaku pengguna pasar adalah sebagai berikut:
75
76
4.2 Saran
. Saat membangun pasar, pengembang harus selalu mempertimbangkan
pedagang, pengunjung, dan orang-orang di sekitar mereka. Ini dilakukan untuk
memastikan bahwa hal itu dapat diterima oleh pihak-pihak tersebut dan agar pasar
dapat berkembang sesuai dengan harapan.
77
DAFTAR PUSTAKA
Angkouw1, R., & Herry Kapugu2. (2012). Ruang Dalam Arsitektur Berwawasan
Perilaku. Media Matrasain, 9(1), 60–64.
Brata, I. (2016). Pasar Tradisional Di Tengah Arus Budaya Global. Jurnal Ilmu
Manajemen Mahasaraswati, 6(1), 102449.
Dafrina, A., Novianti, Y., Arsitektur, P. S., Teknik, F., & Malikussaleh, U. (2022).
KAJIAN ARSITEKTUR PERILAKU PADA SIRKULASI PENGGUNAAN
RUANG PASAR TRADISIONAL LAWE SIGALA-. 236–246.
Desain, J., Arsitektur, D., Fadjri, M., & Harapan, A. (2020). Kriteria Standar Pasar
Tradisional Puloampel. DESA Jurnal Desain Dan Arsitektur, 1(2), 66–76.
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/desa/index
Marlina, H., & Ariska, D. (2019). Arsitektur Perilaku. Jurnal Rumoh, 9(18), 47–49.
https://ojs.unmuha.ac.id/index.php/rumoh/article/view/81/46
Pardede, S. C., Eirene Debora Simanullang, S., Marissa Sinaga, S., & Jenni Hariaty
78
Tarigan, S. (n.d.). Profil Potensi Kabupaten Toba.
Peraturan Presiden RI No. 112. (2007). Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007
Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan
Toko Modern. Peraturan Presiden Republik Indonesia, 1, 22.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/42157/perpres-no-112-tahun-2007
Rahantoknam, S., Tondobala, L., & Tarore, R. ch. (2015). Pemanfaatan Ruang Para
Pedagang Di Pasar Tradisional Bahu,Manado Dan Pengaruhnya Terhadap
Kondisi Aksesibilitas Kawasan. Spasial, 2(3), 131–141.
Suminar, L., Khadijah, S., & Nugroho, R. H. (2021). Pola Aktivitas Pemanfaatan
Ruang Terbuka Publik Di Alun-Alun Karanganyar. Arsir, 1.
https://doi.org/10.32502/arsir.v0i0.3644
Sutedjo, S. P., & Suriawidjaja, E. P. (1986). Persepsi bentuk dan konsep arsitektur:
laporan Seminar Tata Lingkungan, tahun 1982, Fakultas Tehnik, Universitas
Indonesia, Jurusan Arsitektur. Djambatan.
Tirta, R. B., & Lissimia, F. (2020). Kajian Penerapan Arsitektur Perilaku Pada
Bangunan Pasar Ikan Di Muara Baru. Jurnal Arsitektur PURWARUPA, 04,
55–62.
79
80