Disusun oleh:
Sani Okta Yusup 5112416002
Dimmy Ilham 51124160
Dimas Kurniawan 51124160
Aisyah Zahidah 5112416013
Jamiatus Sholihah 5112416016
Ryan Dwiyantoro 5112416019
Fransisca R Manurung 5112416020
Novan Iriawan 51124160
Naufal Fahri 51124160
Ervina Prihandani 5112416039
Halaman Judul
FAKULTAS TEKNIK
2019
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................ i
ii
2.3.3 Peningkatan Mutu dan Pembenahan Sarana Fisik Pasar ...................... 13
iii
5.1 Desain Fisik Pasar Bulu ............................................................................... 37
5.4 Keterkaitan Desain Fisik dengan Kegiatan Jual Beli di Pasar Bulu ............. 37
iv
DAFTAR GAMBAR
v
1 BAB I
PENDAHULUAN
1
lapak-lapak pedagang liar yang ada di luar pasar membuat transaksi jual beli di dalam
pasar berkurang. Penempatan area pasar utama (bahan pangan) di lantai dua,
menyebabkan para pengunjung lebih memilih lapak pedagang yang berada di belakang
area pasar.
Selain itu, bangunan baru Pasar Bulu Semarang dirasa kurang nyaman bagi
pedagang dan pembeli karena penempatan ruang yang kurang efisien, sirkulasi antar
kios yang terlalu sempit, dan kurangnya fasilitas pedagang untuk bongkar muat barang
dagangannya menyebabkan motor masuk ke dalam bangunan pasar hingga ke lantai
tiga. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara
desain fisik bangunan Pasar Bulu dengan aktivitas jual beli didalamnya.
2
1.4 Sistematika Penulisan
Kerangka bahasan Laporan Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Hotel
Resort di Kabupaten Semarang ini adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Berisikan Latar Belakang, Tujuan dan Sasaran, Manfaat, Ruang Lingkup
Pembahasan, Metode Penulisan, Sistematika Pembahasan, dan Alur Pikir.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Membahas mengenai literatur yang berhubungan dengan pasar, aktivitas jual
beli, standarisasi bangunan pasar, dan Pasar Bulu.
BAB III: TUJUAN DAN MANFAAT
Menguraikan mengenai tujuan dan manfaat atas penelitian ini.
BAB IV: METODOLOGI PENELITIAN
Membahas mengenai metodologi penelitian yang akan dilakukan.
BAB V: HASIL DAN PEMBAHASAN
Membahas mengenai hasil dari penelitian yang meliputi kajian hubungan
desain fisik bangunan pasar bulu dan pengaruhnya terhadap aktivitas jual beli.
BAB VI: PENUTUP
Memuat kesimpulan dan saran dari seluruh isi tulisan ini.
3
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
4) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Menurut KBBI, pengertian pasar adalah sekumpulan orang yang
melakukan kegiatan transaksi jual-beli. Pasar merupakan sebuah tempat untuk
kegiatan jual-beli yang diselenggarakan oleh sebuah organisasi atau
perkumpulan dengan maksud untuk mencari derma.
Dari penjelasan tersebut, maka kita dapat menyimpulkan bahwa pasar adalah
tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual dan beli.
2.1.2 Sejarah Pasar dan Perkembangan Pasar
5
Adanya proses permintaan dan tawar menawar
Terjadinya interaksi antara pembeli dan penjual
Transaksi terjadi ketika ada kesepakatan antaran penjual dan pembeli
2.1.4 Klasifikasi Pasar Secara Umum
6
Pasar modern adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
melakukan transaksi. Namun, di pasar modern tidak terjadi proses tawar menawar
karena barang yang dijual sudah diberi label harga pas.
Bentuk pasar modern ini berada di dalam bangunan dimana para
pelayanannya dilakukan secara mandiri atau swalayan, dan bisa juga dilayani oleh
seorang pramuniaga. Barang-barang yang dijual di pasar tradisional biasanya
kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang tahan lama. Contoh pasar pasar
modern; minimarket, supermarket, dan lain sebagainya.
2.1.5 Jenis-Jenis Pasar di Indonesia
Jenis-jenis pasar dapat kita bedakan berdasarkan cara transaksi, bentuk
kegiatan, berdasarkan waktunya, dan berdasarkan jenis barang yang dijual.
Jenis pasar yang satu ini dapat kita ketahui dengan melihat sifat dan waktu
kegiatannya. Pasar tersebut diantaranya adalah:
7
Pasar harian: pasar yang kegiatannya dilakukan setiap hari, misalnya pasar
tanah abang.
Pasar mingguan: pasar yang kegiatannya hanya terjadi sekali dalam
seminggu, misalnya pasar minggu.
Ada Pasar tahunan: pasar yang kegiatannya hanya terjadi sekali dalam satu
tahun, misalnya Pasar Raya Jakarta (PRJ)
Pasar Temporer: pasar yang kegiatannya hanya pada waktu tertentu saja,
misalnya bazar murah
2) Pasar Berdasarkan Wujudnya
Jenis pasar ini bisa kita kenali dengan melihat wujudnya. Diantaranya
adalah:
Pasar konkret (pasar nyata): pasar dimana terjadi hubungan langsung antara
penjual dan pembeli, misalnya pasar tradisional dan pasar swalayan
Pasar Abstrak (pasar tak nyata): pasar dimana terjadi pertemuan langsung
antara penjual dan pembeli, namun barang yang diperjualbelikan tidak
secara langsung, misalnya pasar modal.
3) Pasar Berdasarkan Jangkauannya
8
Jenis pasar dapat kita kenali dari bentuk dan strukturnya, diantaranya adalah:
Pasar Persaingan Sempurna (Perfect Competition Market): Pasar yang di
dalamnya terdapat banyak pembeli dan penjual dan mereka sudah paham
tentang keadaan pasar tersebut
Pasar Persaingan Tidak Sempurna (Inperfect Competition Market): Pasar
yang terdiri dari beberapa penjual yang menguasai pasar, jumlah penjual
biasanya tidak terlalu banyak.
Lebih lanjut, pasar persaingan tidak sempurna dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
pasar oligopoli, pasar monopoli, dan pasar monopolistik.
- Bentuk Pasar Oligopoli: pasar yang terdiri dari dari beberapa penjual
yang memasarkan barang khusus, dimana masing-masing penjual
dapat saling mempengaruhi harga, misalnya perusahaan semen dan
industri telekomunikasi.
- Pasar Monopoli: pasar dimana seluruh penawaran terhadap permintaan
telah dikuasai oleh satu organisasi penjual tertentu.
- Pasar Monopolistik: pasar yang di dalamnya terdapat banyak penjual
dengan produk yang berbeda. Biasanya pasar jenis ini banyak dijumpai
pada retailer dan jasa, misalnya apotik, toko kelontong.
2.1.6 Peran dan Fungsi Pasar di Masyarakat
Secara umum, ada 5 fungsi dan peran pasar bagi masyarakat, diantaranya
adalah:
1) Menetapkan harga; menetapkan harga suatu barang/ jasa sesuai dengan
permintaan dan penawaran di pasar.
2) Mengorganisir produksi; menentukan metode produksi yang paling sesuai
dengan memaksimalkan rasio antara output produk dengan input sumber
daya.
3) Mendistribusikan produksi; pasar berperan sebagai distributor pembayaran
kepada para pelaku pasar, dalam hal ini tenaga kerja sesuai produktifitasnya.
9
4) Menyelenggarakan penjatahan; bertujuan untuk membatasi konsumsi dari
produksi yang tersedia. Masing-masing pembeli mendapatkan jatah sesuai
dengan daya belinya.
5) Menyediakan barang dan jasa untuk masa depan; pasar turut berperan
sebagai fasilitator dalam hal pengelolaan tabungan dan investasi. Pasar yang
memfasilitasi investasi dan tabungan adalah pasar modal.
2.2 Kegiatan Jual Beli
Widjaja dan Muljadi (2003: 7), berpendapat bahwa jual beli merupakan suatu
bentuk perjanjian yang melahirkan kewajiban atau perikatan untuk memberikan
sesuatu, yang dalam hal ini terwujud dalam bentuk penyerahan kebendaan yang dijual
oleh penjual, dan penyerahan uang oleh pembeli kepada penjual. Kegiatan jual beli
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan ilmu sosial karena adanya interaksi
antara dua orang atau lebih. Pihak yang pertama sebagi penjual dan pihak kedua
sebagai pembeli. Pihak penjual akan menawarkan dagangan yang dimiliki dan pihak
pembeli akan membeli barang yang diinginkan.
Bertemunya dua pihak ini memerlukan fasilitas dan tempat yang nyaman dan
aman untuk keberjalanan transaksi jual beli. Maka perlu diperhatikan tingkat
kenyamanyan pada suatu pasar. Jika tempat transaksi atau pasar yang ada tidak layak
untuk bertransaksi, maka yang terjadi ada dua kemungkinan, yaitu pembeli tidak ingin
membeli sesuatu di pasar tersebut dan membeli kebutuhannya di tempat lain meskipun
tempat itu mungkin lebih kumuh atau kotor, atau penjual akan pindah ke tempat yang
sekiranya akan banyak yang membeli jualannya, walaupun tempat itu kotor dan kumuh
seperti misalnya di pinggir jalan dekat pasar tersebut. Jika hal ini terjadi, maka fungsi
pasar yaitu untuk fasilitas untuk kegiatan jual beli akan tidak adalagi, dan akan
terciptalah pasar-pasar dadakan yang berada di pinggir jalan yang lebih ramai dan
hidup yang akan menimbulkan dampak yang buruk terhadap lingkungan sekitarnya,
seperti akan terjadi kemacetan karena tidak adanya tempat untuk parkir.
10
2.3 Prinsip, Kebutuhan / Standar Perencanaan dan Standar Perancangan
Pasar.
2.3.2 Indikator Pengelolaan Pasar yang Berhasil
Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia, (Pangestu, 2009) indikator
pengelolaan pasar yang berhasil adalah sebagai berikut:
d. Ketertiban
Tercipta ketertiban di dalam pasar. Ini terjadi karena para pedagang telah
mematuhi semua aturan main yang ada dan dapat menegakkan disiplin serta
bertanggung jawab atas kenyamanan para pengunjung dan pembeli.
e. Pemeliharaan
11
Pemeliharaan bangunan pasar dapat dilakukan baik oleh pedagang maupun
pengelola. Dalam hal ini telah timbul kesadaran yang tinggi dari pedagang
untuk membantu manajemen pasar memelihara sarana dan prasarana pasar
seperti saluran air, ventilasi udara, lantai pasar, kondisi kios dan lainnya.
Pasar yang merupakan berkumpulnya orang – orang dari berbagi suku di tanah
air menjadi saran yang penting untuk berinteraksi dan berekreasi. Tercipta
suasana damai dan harmonis di dalam pasar.
a) Pukul 05.30 s/d 09.00 aktivitas pasar diperuntukkan bagi para pedagang
kaki lima khusus makanan sarapan/ jajanan pasar.
c) Pukul 06.00 s/d 24.00 aktivitas pasar diperuntukkan bagi para pedagang
ruko.
d) Pukul 16.00 s/d 01.00 aktivitas pasar diperuntukkan bagi para pedagang
cafe tenda.
h. Promosi
Daya tarik pasar tercipta dengan adanya karakteristik dan keunikan bagi
pelanggan. Daya tarik ini harus dikemas dalam berbagai hal, mulai dari jenis
barang dan makanan yang dijual hingga pada berbagai program promosi.
12
2.3.3 Peningkatan Mutu dan Pembenahan Sarana Fisik Pasar
Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia, (Mari Elka Pangestu,
2009) yang harus diperhatikan dalam peningkatan mutu dan pembenahan sarana
fisik pasar adalah sebagai berikut :
13
j. Tempat pemotongan daging yang terpisah dari ruang utama
2) Arsitektur bangunan
Dibutuhkan lahan atau ruang yang besar dengan rencana bangunan sebagai
berikut:
a. Bangunan pasar yang ideal terdiri dari 1 lantai namun dapat dibuat
minimal 2 (dua) lantai. Diupayakan lantai dasarnya bersifat semi-
basement sehingga untuk naik tangga ke lantai atas (lantai 2) tidak
terasa tinggi.
4) Kualitas konstruksi
14
a. Prasarana jalan menggunakan konstruksi rigid.
d. Rolling door untuk kios dan dinding plester aci dengan finishing cat.
6) Penanggulangan sampah
15
dari setiap blok untuk di angkut menuju tempat penampungan utama. Dari
tempat penampungan utama ini, pengangkutan sampah keluar pasar dilakukan
oleh pihak terkait dengan menggunakan truk / container.
16
Gambar 2.4 Standar Ruang Untuk Pengguna Kursi Roda.
Sumber : Panero, 2003
17
Gambar 2.6 Standar Sirkulasi.
Sumber : Panero, 2003
18
Gambar 2.8 Standar Perabotan Pada Display Los.
Sumber : Panero, 2003
19
1) Setiap kios adalah tempat strategis, sehingga setiap blok hanya terdiri dari 2
(dua) deret yang menjadikan kios memiliki 2 (dua) muka. Kios paling luar
menghadap keluar, sehingga fungsi etalase menjadi maksimal. Pola pembagian
kios diatas (hanya 2 deret kios) terkadang terkendala oleh keterbatasan lahan
dan harga bangunan menjadi tinggi. Solusinya adalah dapat dibuat 4 (empat)
deret yang memungkinkan bagi pemilik kios yang lebih dari 1 kios dapat
bersebelahan.
2) Koridor
Koridor utama merupakan akses utama dari luar pasar. Lebar ideal 2-3 meter.
Sedangkan koridor penghubung antara kios menimalnya adalah 180 cm.
20
4) Selasar luar
Untuk mengoptimalkan strategisnya kios, terdapat selasar yang dapat juga
sebagai koridor antar kios.
21
Setiap barang membutuhkan lingkungan yang spesifik untuk
mengoptimalkan penjualannya seperti butuh pencahayaan, butuh
penataan khusus seperti pakaian, sepatu, dsb.
b. Ruang Terpinggirkan
Masalah yang paling sering dijumpai berhubungan dengan layout fisik
ruang adalah problem ruang terpinggirkan/spatial marginalization (Dewar dan
Vanessa dalam Hermanto, 2009). Layout ini berhubungan dengan pergerakan
populasi pengunjung di dalam sebuah pasar yang terkait dengan tata ruang los
atau kios-kiosnya.
Ada 4 bentuk dari dead spots ini yang perlu diperhatikan untuk diamati
pada sebuah pasar yakni:
Dead spots disebabkan oleh bentuk pasar yang tidak bersebelahan atau
terpecah (caused by a non contiguous, fragmented market form).
22
Selain masalah dead spots, panjang kios / los (stalls) dan lebar jalur
sirkulasi berpengaruh pada pergerakan konsumen pasar, adapun hubungan
beberapa contoh fenomenanya adalah sebagai berikut :
Secara harfiah, ruang (space) berasal dari bahasa Latin, yaitu spatium yang
berarti ruangan atau luas (extent). Jika dilihat dalam bahasa Yunani dapat diartikan
sebagai tempat (topos) atau lokasi (choros) yaitu ruang yang memiliki ekspresi
kualitas tiga dimensi. Menurut Aristoteles, ruang adalah suatu yang terukur dan
23
terlihat, dibatasi oleh kejelasan fisik, enclosure yang terlihat sehingga dapat
dipahami keberadaanya dengan jelas dan mudah.
Dalam arsitektur, ruang terbagi menjadi ruang dalam dan ruang luar. Salah satu
ruang yang ada dalam arsitektur adalah ruang terbuka publik. Ruang terbuka publik
sendiri terbagi menjadi ruang eksterior dan ruang interior. Untuk ruang eksterior
(Alexander et al, 1977), terdapat dua bagian tipe ruang, yaitu:
Positif: yaitu ruang yang mempunyai batas yang pasti dan jelas. Ruang ini dapat
dirasakan dan dapat diukur dengan seksama. Sebagai bayangan, ruangan ini dapat
diisi oleh air untuk menunjukan keberadaannya. Ruang ini dibentuk dari bangunan
yang berada disekitarnya.
Negatif: yaitu ruang yang tidak mempunyai bentuk yang jelas. Jenis ruang ini sulit
dibayangkan serta keberadaannya sulit dirasakan.
24
an Pasar Bulu dibangun dan diperluas lagi dan hingga sekarang ini memiliki luas
lahan 13.733 m2. Sedangkan batas-batas wilayah Pasar Bulu adalah:
25
Gambar 2.11 Tampak Depan Pasar Bulu Semarang
Sumber: Dokumetasi peibadi
26
2.5.2 Kemilikan dan Struktur Organisasi Pengelola Pasar Bulu
Hak kepemilikan Pasar Bulu dimiliki oleh Pemerintah Kota Semarang yang
memberikan kewenangan kepada Kantor Dinas Pasar Semarang sebagai pihak yang
bertanggung jawab mengurusi aktifitas dan perkembangan Pasar Bulu. Oleh Dinas
Pasar Kota Semarang tugas tersebut tidak diemban secara langsung dari kantor
pusat melainkan melalui perwakilannya yaitu Kantor Cabang Wilayah III yang
dikepalai oleh Bapak Samdono SH. Akan tetapi aktifitas administrasi pasar secara
langsung ditangani oleh Kantor Pasar – yang merupakan lembaga di bawah Kantor
Cabang – yang diketuai oleh Bapak T. Sunarto yang dibantu oleh para seksi. Untuk
lebih jelasnya, maka di bawah ini akan dipaparkan bagan struktur organisasi Pasar
Bulu.
Masing-masing seksi memiliki anggota dan kewajiban yang berbeda. Seksi
Pemungutan Retribusi memiliki tugas untuk menarik retribusi dari para pedagang
yang dilakukannya setiap hari. Jumlah anggota seksi Pemungutan Retribusi adalah
sebanyak 7 orang. Seksi Kebersihan memiliki anggota sebanyak 15 orang dan
memiliki tanggung jawab dalam hal kebersihan lingkungan pasar. Sedangkan Seksi
Keamanan dan Ketertiban yang bertanggung jawab terhadap keamanan dan
ketertiban lingkungan Pasar Bulu beranggotakan 9 orang.
27
Sumber: Yulianty: 2006
28
2.1.4 Jumlah Klasifikasi Pedagang
Dalam melakukan klasifikasi pedagang tidak begitu banyak hal yang
dijadikan patokan oleh pengelola Pasar Bulu. Mereka hanya melakukan klasifikasi
pedagang berdasarkan pada jenis tempat usaha dan jenis usahanya. Sedangkan
klasifikasi menurut agama, jenjang pendidikan, maupun suku bangsa tidak mereka
ikut sertakan. Menurut jenis tempat usahanya, dari 783 pedagang dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yakni:
a. Kelompok pedagang kios: 123 pedagang
b. Kelompok pedagang los: 311 pedagang
c. Kelompok pedagang dasaran terbuka: 249 pedagang Sedangkan menurut jenis
usahanya pedagang Pasar Bulu dapat dikelompokkan ke dalam 15 kelompok
pedagang (Gambar 2.12)
29
Gambar 2.14 Tabel Pengelompokan Pedagang
30
3 BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT
3.1 Tujuan
Perkembangan suatu kota sudah tentu dipengaruhi oleh keadaan dan aktivitas
ekonomi pada kota tersebut. Perkembangan kota tersebut salah satunya tidak terlepas
dari keberadaan pasar tradisional yang dapat membentuk struktur ekonomi kota. Pasar
tradisional terbentuk sejak manusia mengenal sistem perdagangan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya yang pada awalnya hanya sebatas pada pelayanan yang
berada di lingkungan permukiman. Seiring dengan perkembangannya, pasar menjadi
salah satu pusat pelayanan kota yang tidak hanya melayani satu tempat atau fungsi
(Wasilah dkk, 2017).
Fasilitas perpasaran adalah tempat, sarana, atau alat yang disediakan sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari bangunan pasar guna mendukung kegiatan
perpasaran. Fasilitas adalah hal yang sangat dipentingkan guna menunjang kegiatan
pedagang dalam berdagang begiu juga dengan pembeli pasar. Fasilitas yang terawat
akan menandakan bahwa pasar tersebut bersih dan terawat dan akan jauh dari kesan
kumuh. Pasar tradisional banyak ditinggalkan dan beralih ke pasar modern seperti
supermarket atau mall salah satunya karena fasilitas pasar yang kurang memadai dan
31
kurang terawat yang menyebabkan banyak orang tidak betah lama-lama di pasar
apalagi untuk berbelanja. Namun, ketika pasar terawat, teratur serta bersih maka
pengunjung akan mulai berdatangan karena pasar tradisional semakin nyaman
(Peranginangin dkk, 2015).
Tujuan dari penelitian ini sebenarnya adalah untuk mengkaji hubungan desain
fisik bangunan Pasar Bulu dengan kegiatan jual beli di dalamnya. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui korelasi standar desain serta konseptual perancangan suatu sistem
yang efisien sehingga dapat menjadi aktivitas perdagangan yang nyaman bagi
masyarakat terkait dengan aktivitas jual beli yang ada di Pasar Bulu Semarang.
3.2 Manfaat
Berikut adalah manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini.
a. Manfaat Subyektif
Untuk memenuhi salah satu Tugas Arsitektur dan Perilaku di Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
b. Manfaat Obyektif
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perancangan sistem
yang ada di Pasar Bulu, Semarang.
c. Manfaat bagi pemerintah
Untuk menunjang revitalisasi perdagangan dengan menunjang konsep
perencanaan pasar yang dinilai berpengaruh terhadap aktivitas jual beli
masyarakat.
d. Manfaat bagi masyarakat
Untuk dapat meningkatkan pelayanan perdagangan masyarakat dalam
melakukan aktivitas jual beli di pasar tradisional agar lebih efektif dalam hal
penataan dan mampu meningkatkan kenyamanan dalam jual beli.
32
4 BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
33
4.3 Lokasi Penelitian
Penelitian Ini ditujukan untuk bangunan Pasar bulu yang berlokasi di kota
Semarang yang didasarkan pada beberapa pertimbangan:
Bangunan pasar bulu Semarang merupakan bangunan yang direkontruksi untuk
kepentingan pasar tetapi dalam aspek kegunaan dan fasilitas masih banyak kesalahan
kesalahan dalam analisa sebelum pembangunan yang berdampak pada perilaku
pengguna.
34
yang menyangkut latar penelitian dan dalam penelitian ini menggunakan teknik
observasi yang pertama dimana pengamat bertindak sebagai partisipan.
Pada jenis penelitian kualitatif ini, pengolahan data tidak harus dilakukan
setelah data terkumpul atau pengolahan data data selesai. Dalam hal ini, data sementara
yang terkumpulkan, data yang sudah ada dapat diolah dan dilakukan analisa data secara
bersamaan.
Pada saat analisa data, dapat kembali lagi ke lapangan untuk mencari tambahan
data yang dianggap perlu dan mengolahnya kembali, Suyanto dan Sutinah (2006: 173),
mengatakan pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara
mengklarifikasikan atau mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema sesuai
fokus penelitiannya.
35
Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajia data.
Penyajian data merupakan merupakan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.(Miles dan Huberman,1992:17).
Thap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang telah
diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah
usaha untuk mencari atau memahami makna, keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur
sebab akibat atau proporsi. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan
analisis data. Penarikan kesimpulan ini merupakan tahap akhir dari pengolahan data.
36
5 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
6 6 BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
Yulianti, Eny. 2006. Studi Analisis Tentang Aqidah Pedagang Sembako di Pasar Bulu
Semarang (Skripsi: Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang)
Umah, R. A., Huda, T. F., & PGRI, P. S. N. F. U. 2018. Pergeseran Bentuk dan Fungsi
Rumah Joglo di Wilayah Banyuwangi.
Sumber Internet
http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-fungsional/
https://kbbi.web.id/disfungsi
https://arsitekturbicara.wordpress.com/2011/08/13/makna-ruang/
https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-pasar.html
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-pasar-dan-sejarah-lengkapnya/
38