Dosen Pengampu:
Tri Joko Daryanto, S. T., M. T.
Oleh:
Evaluasi Pasca Huni (EPH) adalah kegiatan dalam rangka penilaian tingkat
keberhasilan suatu bangunan dalam memberikan kepuasan dan dukungan kepada penghuni,
terutama dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya. Kegiatan EPH dilakukan untuk
menilai tingkat kesesuaian antara bangunan dan lingkungan binaan dengan nilai – nilai dan
kebutuhan penghuni bangunan, disamping itu juga untuk memberikan masukan dalam
merancang bangunan yang mempunyai fungsi yang sama. EPH bermanfaat untuk acuan
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang serta memberikan dukungan untuk
meningkatkan kepuasan penghuni atas bangunan dan lingkungan binaan yang dihuni
(Suryadhi, 2005).
Menurut Preiser (1998) Evaluasi Pasca Huni (EPH) didefinisikan sebagai pengkajian
atau penilaian tingkat keberhasilan suatu bangunan dalam memberikan kepuasan dan
dukungan kepada pemakai, terutama nilai – nilai dan kebutuhannya. Penggunaan EPH adalah
untuk menilai tingkat kesesuaian antara bangunan (lingkungan binaan) dengan nilai-nilai dan
kebutuhan penghuni/ pemakainya dan sebagai masukan dalam merancang bangunan dengan
fungsi yang sama.
BAB II
Adapun langkah-langkah yang diambil dalam kajian literatur ini adalah sebagai
berikut:
ANALISIS DATA
Objek pada penelitian ini adalah ruang keluarga dan kamar tidur utama pada rumah
tinggal. Pemilihan ruang tersebut karena merupakan ruang yang paling sering digunakan oleh
penghuni rumah setiap harinya.
A. Ruang Keluarga
Ruang keluarga merupakan ruang yang digunakan sebagai tempat berkumpulnya semua
anggota keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga berkumpul di ruang keluarga pada sore
atau malam hari setelah melakukan aktifitas masing-masing di pagi dan siang hari
Ruang keluarga ini memiliki luas sekitar 5m x 3m. Ruang keluarga berada di tengah
rumah dan menjadi ruang penyatu antara kamar – kamar anak dan kamar utama. Furniture
yang terdapat di ruang keluarga tidak terlalu banyak, hanya terdapat lemari buffet TV dan
bangku kayu untuk menonton tv. Lemari buffet TV juga difungsikan sebagai dinding partisi
pemisah antara ruang tamu dan ruang keluarga. Pada dasarnya ruang keluarga ini tidak
memiliki dinding yang pasti sebagai pemisah ruangnya, ruang ini langsung menyatu dengan
ruang makan, jadi penghuni rumah bisa memakan sambil berkumpul menonton TV.
Analisa ruang keluarga tersebut dalam aspek perilaku yang pertama adalah warna
ruang. Ruang keluaga tersebut memiliki dinding berwarna putih, Putih diartikan sebagai
kemurnian, kebersihan, dan netralitas. Warna putih cenderung menambah kejernihan mental
Anda, mendorong kita untuk membersihkan kekacauan atau hambatan, dan membersihkan
pikiran atau tindakan. Warna pada ruang tersebut termasuk sudah ideal karena ruang keluarga
diharapkan dapat menjadi tempat istirahat dan berkumpul Bersama untuk menjernihkan
pikiran setelah seharian beraktifitas di luar rumah.
Analisis yang kedua yaitu interior ruang. Perabot atau furniture pada ruang keluarga
tersebut masih belum lengkap untuk dapat mewadahi aktifitas berkumpul Bersama di ruang
keluarga. Ruang keluarga tersebut tidak memiliki sofa untuk duduk Bersama sambal
menonton TV atau sekedar berbincang ringan.
Ruang kamar utama ditinggali oleh pasangan suami istri pemilik rumah, kamar ini
merupakan tipikal ruang kamar yang paling besar dibanding ruang kamar anak.
Ruang kamar ini memiliki luas 4mx4m, ruang kamar ini berada di bagian depan rumah di
samping ruang tamu. Pada ruang kamar ini terdapat kamar mandi, kamar ini juga memiliki
jendela yang langsung menghadap keluar rumah, sehingga matahari pagi bisa langsung
masuk ke kamar. Furniture yang ada di dalamkamar yaitu Kasur berukuran double bed, meja
rias, lemari kayu, lemari plastic, dan meja kerja. Cat interior kamar bewarna putih membuat
kamar terlihat lebih terang ketika lampu dinyalakan. Kamar juga dilengkapi dengan air
conditioner.
Analisa warna ruang pada kamar tidur hampir sama dengan ruang keluarga yang
memiliki warna sama yaitu putih. Warna ini sangat cocok untuk kamar tidur karena memberi
bersih dan netral, kamar menjadi terlihat bersih dan rapi.
Ukuran ruang cukup luas untuk ditempati olrh 2 orang, sehingga memberikan kesan
luas dan tidak sesak. Masih banyak space kosong dalam kamar yang tidak diisi furniture, hal
ini menjadikan kamar sedikit kesan minimalis.
Interior ruang kurang cukup memadai, karena tidak ada bangku untuk duduk, namun
selain itu semua furniture dalam kamar dapat mendukung aktifitas penghuni seperti Kasur
yang luas, lemari dan meja rias.
Elemen lingkunan pada kamar tidur yang pertama adalah pencahayaan. Kamar tidur
mendapatkan cahaya alami karena memiliki jendela yang langsung menghadap ke utara,
sehingga sinar matahari tidak terlalu terik dan cocok untuk kamar. Kebisingan pada kamar
memiliki tingkat sedang, karena kamar berada di bagian depan rumah, sehingga
bersampingan dengan area luar. Hal tersebut dapat dievaluasi karena akan menganngu
kegiatan istirahat penghuni pada saat tidur. Kamar tidur sebaiknya ditempatkan di bagian
dalam rumah agar tingkat kebisingan rendah, karena kamar tidur merupakan area paling
privat di dalam rumah.
BAB V
Hasil analisis pada ruang keluarga dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa hal
yang perlu dievaluasi untuk menigkatkan kenyamanan penghuni terutama dalam aspek
perilaku. Furniture seperti sofa dapat dilengkapi pada ruang keluarga untuk dapat mewadahi
kegiatan berkumpul sehingga penghuni dapat menikmati waktu Bersama keluarga dengan
maksimal. Pencahayaan juga dapat dioptimalkan dengan memberi skylight pada ruang
keluarga, agar pengguna ruang dapat merasa lebih segar Ketika berada di ruang keluarga
Pada lamar tidur utama secara keseluruhan sudah baik, namun hanya beberapa yang
masih perlu diperhatikan. Pertama yaitu penambahan furniture berupa kursi dirasa perlu
karena dengan ukuran kamar yang cukup luas, ruang terasa kurang optimal jika tidak ada
kursi untuk duduk dan penunjang meja rias yang telah ada. Kedua yaitu tingkat kebisingan
yang cukup terasa karena kamar tidur berada di bagian depan rumah. Kamar tidur baiknya
ditempatkan di bagian tengah atau dalam rumah yang jauh dari area luar apalagi jalanan,
untuk mereduksi tingkat kebisingan.
DAFTAR PUSTAKA
Birren, Faber. 2010. Color Psychology and Color Theraphy : A Factual Study of the
Influence of Color on Human Life .Whitefish. Kessinger Publishing L.L.C.
Halim, D. (2005). Psikologi Arsitektur Pengantar Kajian Lintas Disiplin. Jakarta: Grasindo.
Laurens, Joyce Marcella. (2004). Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.