Kriteria pemilihan objek penelitian ini didasarkan pada kriteria Benda Cagar Budaya UU
No. 11 Tahun 2010, yakni 1. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih; 2. mewakili masa gaya
paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun; 3. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan 4. memiliki nilai budaya bagi
penguatan kepribadian bangsa.
Selain itu, terdapat juga beberapa pertimbangan lain terhadap kriteria pemilihan objek
penelitian, mengacu pada pendapat Pontoh (1992: 37), yakni 1. Kriteria Arsitektural: Suatu kota
atau kawasan yang akan dipreservasikan atau konservasikan memiliki kriteria kualitas arsitektur
yang tinggi, disamping memiliki proses pembentukan waktu yang lama atau keteraturan dan
kebanggaan (elegance). 2. Kriteria Historis: Kawasan yang dikonservasikan memiliki nilai
historis dan kelangkaan yang memberikan inspirasi dan referensi bagi kehadiran bangunan baru,
meningkatkan vitalitas bahkan menghidupkan kembali keberadaannya yang memudar; dan 3.
Kriteria Simbolis: Kawasan yang memiliki makna simbolis paling efektif bagi pembentukan citra
suatu kota.
Instrumen Pengumpulan Data
Variabel penelitian merupakan berbagai hal yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari,
sehingga dapat diperoleh sebuah informasi mengenai data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan
didapatkan kesimpulan. Varibel tersebut perlu didefinisikan dengan jelas, sehingga dapat
memudahkan dalam pengaplikasiannya. Pengolahan data dilakukan dengan mencari dan
mengumpulkan berbagai variabel yang berhubungan dengan objek penelitian.
Pemilihan variabel penelitian dilakukan berdasarkan berbagai pendapat yang telah dikutip pada
Bab II. Variabel tersebut diharapkan dapat mempermudah untuk melakukan pengelompokan data
dan sampel. (Tabel 1).
Tabel 1. Variabel Konsep, Faktor, dan Indikator
Konsep
Faktor
Indikator
Karakter Visual
Dinding
Tekstur, perubahan
Warna, perubahan
Material, perubahan
Ornamen, perubahan
Atap
Bentuk, perubahan
Material, perubahan
Jendela
Bentuk, perubahan
Material, perubahan
Warna, perubahan
Ventilasi
Bentuk, perubahan
Material, perubahan
Warna, perubahan
Pintu
Bentuk, perubahan
Material, perubahan
Warna, perubahan
Jumlah, perubahan
Fasade
Komposisi: simetri,
ritme/perulangan,
kontras kedalaman,
proporsi dan skala.
Karakter Spasial
Denah
Massa Bangunan
Penyusunan hasil kajian ini didukung oleh adanya suatu data yang berkaitan langsung
dengan objek, baik berupa data primer maupun data sekunder. Dalam memperoleh data tersebut
digunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu:
Data primer
Data primer merupakan data pokok yang didapat langsung dari objek
penelitian, yakni data kualitatif. Data kualitatif,adalah data yang tidak diukur secara nominal
(data fisik bangunan, yang meliputi karakter visual dan karakter spasial), serta kondisi
bangunan.(Tabel 2.)
Tabel 2. Jenis Data Primer, Sumber Data, dan Kegunaan
Jenis Survei
Primer
Literatur terkait
Untuk
mengetahui
karakter
bangunan sebagai penentu upaya
pelestarian bangunan
Data kualitatif
Data
bangunan
fisik
Hasil survei
Arsip bangunan
Perkembangan dan
perubahan
fisik
bangunan
Literatur terkait
Hasil survei
Arsip bangunan
Kuisioner
Pengelola bangunan
Pengguna bangunan
Instansi terkait
menggunakan kamera digital, terdiri dari gambar fasade bangunan, kawasan sekitar
bangunan, dan interior bangunan. Dengan melakukan pengambilan gambar bertujuan juga
untuk mengetahui berbagai aktifitas dalam bangunan yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam upaya konservasi bangunan.
Data sekunder
Data sekunder merupakan data pelengkap yang berisi mengenai hal-hal yang dapat
mendukung dan mempunyai hubungan dengan data primer. Data sekunder juga berfungsi
sebagai bahan arahan dan pertimbangan dalam proses komparasi. Data sekunder tersebut
antara lain(Tabel 3): a. Konservasi bangunan yang berhubungan dengan bangunan;
b. Sejarah dan perkembangan bangunan; dan c. Karakteristik bentuk asitektural pada
bangunan.
Tabel 3. Jenis Data Sekunder, Sumber Data, dan Kegunaan
Jenis Survei
Sekunder
Sumber
Sekunder
Data
Studi Literatur
Karakter Arsitektural
Data literatur
Pelestarian Bangunan
Makna
Bangunan
Kultural
Mengetahui
makna
kultural
bangunan dalam upaya menentukan
elemen-elemen objek studi yang
layak untuk dilestarikan
Data literatur
Strategi Pelestarian
Bangunan
Data literatur
Instansi Terkait
Penngelola bangunan
Wawancara
Mengetahui
perubahan
perkembangan bangunan.
dan
Data literatur
Arsip bangunan
Bappeda Kota
RTRW Kota
RDTRK Kecamatan
Kota
Mengetahui
pedoman-pedoman
dalam upaya pelestarian, serta
arahan kebijakan pengembangan
pelestarian
dalam
skala
kawasan/kota
Zoning
RegulationKawasan
Strategis Kota
Data literatur
Berdasarkan kebutuhan data, dalam penelitian ini dibagi data yang digunakan terbagi menjadi
dua kategori, antara lain data umum dan data pustaka:
Data umum
Data umum dibagi menjadi dua macam: 1. Data fisik, berupa informasi yang
berhubungan dengan bangunan, seperti: a. Sejarah perkembangan bangunan dan berbagai
alasan yang melatar-belakangi pembangunannya; dan b. Identifikasi/analisis ciri-ciri dan
karakter pembentuk bangunan. Data ini akan digunakan sebagai bahan analisa komparasi
karakter bangunan; dan 2. Data non-fisik: Data non-fisik merupakan informasi yang didapat
yang bersifat kualitatif (tidak terukur) berupa kondisi di lapangan, yang meliputi kondisi
politik, ekonomi, sosial, serta nilai-nilai historis bangunan.
Data pustaka
Data pustaka merupakan data yang diperoleh melalui studi literatur yang
berhubungan dengan objek penelitian, misal buku-buku mengenai arsitektur kolonial, jurnal
dan penelitian sejenis yang dilakukan sebelumnya oleh orang lain. Data pustaka tersebut
digunakan sebagai konsep dasar untuk memperkuat analisis, sehingga dapat dihasilkan
sebuah analisa yang jelas.
Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan suatu alat yang digunakan dalam pembahasan dan
penyelesaian rumusan masalah yang bertujuan untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang
menjadi dasar bagi penyelesaian suatu keputusan. Analisis data adalah proses penyederhanaan
data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diintrepretasikan (Singarimbun, 1995).
Analisis data yang dilaukan dalam upaya pelestarian bangunan menggunakan analisis kualitatif.
Metode pendekatan menggunakan deskriptif analisis (pemaparan kondisi), metode evaluatif
(pembobotan) dan metode development.
Metode deskriptif analisis
Metode deskriptif analisis merupakan suatu metode yang menggunakan penjelasan data
berupa kondisi objek penelitian yang telah diperoleh melalui hasil survey lapangan, yaitu
pengamatan dan wawancara. Dari hasil survey lapangan tersebut akan ditemukan kemungkinan
perubahan pada unsur-unsur pembentuk karakter bangunan, baik dari tinjauan gaya bangunan,
atap, interior, eksterior, dan lain sebagainya. Beberapa aspek yang akan dilakukan
analisismenggunakan metode deskriptif analisis ini, yaitu 1) Identifikasi Karakter
Bangunan: Pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui karakter bangunan yang didapat dari
berbagai sumber, baik melalui obeservasi lapangan maupun wawancara. Dalam tahap ini
diperlukan analisis yang membahas mengenai: a. Usia Bangunan, menunjukan bahwa bangunan
tersebut masuk ke dalam kategori pelestarian; b. Fungsi Bangunan, menunjukan bahwa
bangunan tersebut masih memiliki fungsi yang sama seperti pada saat pertama kali dibangun;
dan c. Kondisi Fisik Bangunan, menunjukkan tingkat keterawatan dan keaslian
bangunan; 2) Kondisi Bangunan: Analisis bangunan dilakukan pada seluruh bagian bangunan.
Analisis tersebut meliputi luas bangunan, jumlah dan pola tata ruang serta orientasi bangunan.
Analisis secara khusus dilakukan untuk mengetahui kriteria bangunan, yaitu meliputi gaya
bangunan, fungsi dan bahan. Hasil analisisberupa gambaran umum kondisi bangunan yang
sekarang dibandingkan dengan kondisi asli bangunan: dan 3) Masalah Pelestarian: Analisis
mengenai permasalahan ini bertujuan untuk mengetahui kendalakendala yang terdapat pada
kegiatan pelestarian dan juga konservasi bangunanbangunan tua yang dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat. Permasalahan fisik, yaitu kesadaran dan inisiatif, dasar
implementasi (dasar hukum), konsep dan rencana, organisasi dan realisasi serta pendanaan
kegiatan. Hasil pada tahap ini akan digunakan dalam pertimbangan upaya konservasi yang akan
dilakukan.
Metode evaluatif
No
Kriteria
Definisi
Tolak ukur
1.
Estetika
bahan
2.
Keluarbiasaan
Peran
kehadirannya
dapat
meningkatkan kualitas serta citra
dan karakter bangunan
3.
Peranan sejarah
Berkaitan
dengan
peristiwa
bersejarah
sebagai
hubungan
simbolis peristiwa dahulu dan
sekarang
4.
Kelangkaan
5.
Karakter
Bangunan
6.
Memperkuat citra
kawasan
Masingmasing kriteria tersebut dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang dan
rendah. Yang sesuai dengan kondisi bangunan ditinjau dari makna kultural elemenelemen
bangunan. Setiap tingkatan mempunyai bobot nilai tertentu.
Bobot penilaian ini juga dapat digunakan pada bobot nilai yang berbeda juga. Penelitian ini
menggunakan scoring dengan tiap kriteria dibagi menjadi tiga tingkatan mulai rendah, sedang
dan tinggi, yaitu 1,2 dan 3.
Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai bobot dan penilaian makna kultural bangunan serta
batasan yang digunakan pada tiap tingkatan sebagai berikut:
1. Estetika
Estetika bangunan terkait dengan variabel konsep dan kondisi bangunan. Penilaian estetika
berdasarkan terpeliharanya elemenelemen bangunan dari suatu perubahan, sehingga bentuk dan
gaya serta elemenelemen bangunan masih sama dengan bentuk dan gaya bangunan
asli. (Tabel5)
Tabel 5. Kriteria Penilaian Estetika Bangunan
No.
Penilaian
Bobot Nilai
Keterangan
1.
Rendah
2.
Sedang
3.
Tinggi
2. Keluarbiasaan
Kriteria keluarbiasaan terkait erat dengan bentuk bangunan serta elemen elemennya
terutama yang berhubungan dengan ukuran, sehingga menjadi faktor pembentuk karakter
bangunan. (Tabel 6)
Tabel 6. Kriteria Penilaian Keluarbiasaan Bangunan
No.
Penilaian
Bobot Nilai
Keterangan
1.
Rendah
2.
Sedang
3.
Tinggi
3. Peranan Sejarah
keberadaan
No.
Penilaian
Bobot Nilai
Keterangan
1.
Rendah
2.
Sedang
3.
Tinggi
4. Kelangkaan
Kelangkaan bangunan serta elemenelemen bangunan sangat terkait dengan aspek bentuk,
gaya dan struktur yang tidak dimiliki oleh bangunan lain pada kawasan studi, sehingga
menjadikan bangunan tersebut satusatunya bangunan dengan ciri khas tertentu yang terdapat
pada kawasan studi. (Tabel 8)
Tabel 8. Kriteria Penilaian Kelangkaan Bangunan
No.
Penilaian
Bobot Nilai
Keterangan
1.
Rendah
2.
Sedang
3.
Tinggi
5. Karakter Bangunan
No.
Penilaian
Bobot Nilai
Keterangan
1.
Rendah
2.
Sedang
3.
Tinggi
No.
Penilaian
Bobot
Nilai
Keterangan
11
Rendah
22.
Sedang
33
Tinggi
Nilai pada masingmasing elemen bangunan untuk tiap kriteria selanjutnya akan
dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total yang dimiliki oleh masingmasing elemen. Nilai
inilah yang menjadi patokan dalam klasifikasi elemen yang selanjutnya menjadi dasar dalam
penentuan arahan pelestarian.
Langkahlangkah dalam penilaian makna kultural bangunan sebagai berikut: - Menjumlahkan
hasil dari masingmasing kriteria:
- Menentukan total nilai tertinggi dan terendah. Total nilai tertinggi sesuai dengan penilaian
makna kultural pada bangunan dalam penelitian ini adalah 18, sedangkan total nilai
terendah adalah 6
- Menentukan jumlah penggolongan kelas pada data dengan rumus Sturgess:
k= 1 + 3,22 log n
Keterangan:
k = jumlah kelas
n = jumlah angka yang terdapat pada data
- Menentukan pembagian jarak interval dengan cara mencari selisih antara total nilai tertinggi
dan total nilai terendah untuk kemudian dibagi dengan jumlah kelas.
i= jarak: k
Keterangan:
i = interval kelas
jarak = rentang nilai tertinggi dan terendah
k = 1 + 3,322 log n
- Mendistribusikan setiap total nilai ke dalam klasifikasi sesuai dengan jarak interval.
Nilai rata rata tersebut akan dibagi dalam tiga interval untuk kemudian digolongkan
dalam kelompok potensi bangunan dilestarikan. Pengelompokkan tersebut terbagi atas nilai
potensial rendah,sedang dan tinggi (Tabel 11).
Tabel 11 Kelompok Penilaian
Penilaian
Keterangan
Nilai < 10
Potensial rendah
Nilai 11 15
Potensial sedang
Nilai > 16
Potensial tinggi
Metode development
Klasifikasi
Elemen
Bangunan Potensial
Preservasi
Sangat kecil
Konservasi
Kecil
Konservasi
Kecil
Rehabilitasi
Sedang Besar
Potensial Tinggi
Potensial Sedang
Rehabilitasi
Sedang Besar
Rekonstruksi
Besar
Potensial Rendah
Arahan tindakan fisik tersebut berfungsi untuk menentukan batas-batas perubahan fisik
yang diperbolehkan bagi setiap elemen-elemen bangunan. Setelah batas perubahan fisik
ditentukan, kemudian akan ditentukan tindakan teknis pelestarian berdasarkan tiap tingkat
perubahan yang diperbolehkan bagi setiap elemen pembentuk karakter bangunan. Penentuan
strategi dan arahan pelestarian yang ditetapkan melalui metode development terkait dengan hasil
yang didapat dari penilaian pada metode evaluasi berupa penilaian makna kultural bangunan
terbagi atas tiga kategori, yakni bangunan yang berpotensi tinggi, sedang dan rendah. Penilaian
yang diperoleh tidak hanya pada keseluruhan bangunan namun juga pada tiap elemenelemen
bangunan yang memungkinkan memiliki potensi yang berbeda. Perbedaan pada tingkat potensi
bangunan berpengaruh pada arahan pelestarian fisik yang akan dilakukan. Bangunan yang
memiliki potensi tinggi perlakuan preservasi maupun restorasi sangat disarankan untuk
mengembalikan wujud asli bangunan maupun elemen-elemen bangunan yang memiliki nilai
tinggi dan telah banyak berubah. Pengembalian elemen tersebut disarankan menggunakan bahan
maupun material yang sama atau mendekati agar dapat menghasilkan nilai bangunan sesuai
kondisi aslinya. Bangunan maupun elemen yang memiliki potensi sedang dilakukan usaha
konservasi untuk melestarikan kondisi bangunan dan mengatur arah perkembangannya. Upaya
konservasi juga berkaitan dengan usaha pemeliharaan bangunan yang dapat dilakukan dengan
pemeliharaan secara rutin maupun berkala. Elemen bangunan yang memiliki potensial rendah
dapat dilakukan upaya rehabilitasi yakni penggantian bagian bagian yang rusak agar dapat
berfungsi kembali. Pengembalian kondisi bangunan tersebut tidak harus menggunakan bahan
material maupun motif dan gaya yang sama, yang lebih ditekankan kesan bangunan harus
tampak sama. Pada upaya rehabilitasi elemen bangunan yang berpotensi rendah dimungkinkan
untuk melakukan penambahan-penambahan elemen baru yang dapat disesuaikan dengan fungsi
bangunan.
Desain Survei
Untuk menghasilkan suatu hasil penelitian yang valid dan sesuai dengan tujuan penelitian
yang diharapkan, maka perlu dibuat suatu desain survei yang merupakan rencana mengenai cara
pengumpulan dan analisis data.
Daftar Pustaka
Attoe, W. 1989. Perlindungan Benda Bersejarah. Dalam Catanese, Anthony J. dan Snyder, James
C. (Editor). Perencanaan Kota: 413-438. Jakarta: Erlangga.
Basuki, S. 2006. Metode Penelitian. Wedatama Widya Sastra. Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Jakarta: UI
Budihardjo, E. 1985. Arsitektur dan Pembangunan Kota di Indonesia. Bandung: Alumni.
Budiharjo, E. 1997. Arsitektur Pembangunan dan Konservasi. Jakarta: Djambatan
Budiharjo, E. 1997. Arsitektur sebagai Warisan Budaya. Jakarta: Djambatan
Dobby, Al. 1984. Conservation and Palnning. London: Hunchinson
Farchan, A. 1992. Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif. Usaha Nasional. Surabaya.
Fitch, J.M. 1992. Historic Preservation:Curatorial Management of The Build World. New York:
Mc Graw Hill Book company.
Hastijanti,
R.
2008. Analisis
Penilaian
Bangunan
Cagar
Budaya.http://saujana17.wordpress.com/2008/analisis-penilaian-bangunan-cagar-budaya .ht
ml.(diakses 27 Februari 2011)
Kerr, J. 1982. The Conservation Plan: A Guide to the Preparation of Conservation Plans for
European Cultural Significant. New South Wales: The National Trust of Australia.
Krier, R. 1988. Komposisi Arsitektur. Jakarta: Erlangga.
Marzuki. 1977. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE UII.
Mills, E. 1876. Planning: Building for Education, Culture, and Science. London: NewnesButterworth.
Mills, E. 1994. Building Maintenance and Preservation: a Guide for Design and
Management.Oxford: Butterworth-Heinemann.
Moelyono, P., Abdy, D., Djaya,
Penelitian. Jakart :Penerbit Fero.
H.,
&
Ghufron,
M.
1988. Pengantar
Metode