REPUBLIK INDONESIA
KEYNOTE SPEECH
RUKIJO
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
www.kemenkeu.go.id
3
PENDAHULUAN (2): URGENSI OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI FISKAL
Desentralisasi Fiskal sebagai bagian dari pelaksanaan Otonomi Daerah, memiliki arti penting dalam
mewujudkan tujuan kebijakan fiskal.
www.kemenkeu.go.id
4
KEBIJAKAN FISKAL DAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA (1):
PERAN STRATEGIS KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan fiskal memiliki peran sentral dalam pengelolaan ekonomi makro yang kuat, sehat, inklusif, dan
berkelanjutan melalui penguatan fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
Instrumen meningkatkan efisiensi, efektivitas,
dan produktivitas penggunaan dan alokasi
sumber daya antarbidang/program/ kegiatan
dan sektor.
ALOKASI
FUNGSI • Instrumen memelihara dan
mengupayakan keseimbangan
Instrumen mewujudkan KEBIJAKAN fundamental perekonomian.
pemerataan dan keadilan FISKAL • Instrumen meredam krisis,
menstabilkan fluktuasi
antarkelompok penghasilan
perekonomian, dan menjaga
masyarakat dan antarwilayah. stabilitas harga.
DISTRIBUSI STABILISASI
www.kemenkeu.go.id
5
KEBIJAKAN FISKAL DAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA (2): PERAN STRATEGIS APBN
APBN menjadi instrumen kebijakan fiskal yang efektif sebagai jangkar dalam menciptakan stabilitas makroekonomi dan
memberikan stimulus fiskal yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Instrumen
Belanja kebijakan
Negara fiskal yang
yang Produktif
efektif
dan Berkualitas
Stimulus
Pengelolaan yang optimal
Menciptakan bagi
Pembiayaan
yang Prudent
Pertumbuhan Ekonomi pertumbuhan
yang Inklusif dan ekonomi
Berkelanjutan 6
www.kemenkeu.go.id
TANTANGAN PEMBANGUNAN NASIONAL (1): PROYEKSI DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL
Dalam mengelola kebijakan fiskal dan keuangan publik yang sound, pemerintah perlu memerhatikan perkembangan
perekonomian global dan risikonya. Perekonomian global diproyeksikan terus membaik, dimana prediksi pertumbuhan
ekonomi dunia tahun 2018 dan 2019 telah direvisi naik 0,2% menjadi 3,9%.
Namun masih terdapat tantangan dan risiko yang harus dihadapi perekonomian domestik pada 2019.
www.kemenkeu.go.id
7
TANTANGAN PEMBANGUNAN NASIONAL (2): TANTANGAN PEMBANGUNAN DALAM NEGERI
TANTANGAN
PEMBANGUNAN Ketimpangan layanan Penurunan IPM yang masih PISA Score Ketimpangan Malnutrisi
NASIONAL publik antardaerah, a.l tingkat perlu Indonesia antarkelompok menjadi
akses sanitasi kemiskinan yang ditingkatkan. termasuk masyarakat dan masalah
Kota Pangkal Pinang (97%) melambat 70,18 rendah. wilayah. serius.
vs. Kab. Asmat (14%) 10,12% rank 62 of 69 0,39 27,6%
www.kemenkeu.go.id
8
TANTANGAN PEMBANGUNAN NASIONAL (3): TANTANGAN PEMBANGUNAN JAKARTA
Kinerja perekonomian, pelayanan publik, dan kesejahteraan di Jakarta, jauh lebih baik dibandingkan dengan dengan rata-rata
kawasan perkotaan dan rata-rata nasional. Namun, ketimpangan pendapatan antarkelompok masyarakat masih perlu untuk
diperbaiki tingkat pemerataannya.
Tingkat Kemiskinan
10,12 11,00 3,77 71,1 71,0 92,4
Akses Air Minum
(%) (%)
Data 2017 (BPS, diolah) Data 2016 (BPS, diolah)
* Data 2016
www.kemenkeu.go.id
9
TANTANGAN PEMBANGUNAN NASIONAL (4): PERBANDINGAN KOTA JAKARTA DAN ASEAN
Kinerja pembangunan di Jakarta perlu untuk ditingkatkan agar dapat lebih baik dibandingkan dengan ibukota
negara lain di ASEAN
Green Cities Index (2016)
Jakarta masuk dalam kategori “average”, bersama dengan Kuala Lumpur dan Bangkok.
Konsumsi energi masyarakat Jakarta terendah dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara.
PELAKSANAAN APBN 2018 masih terkendali, meski ada risiko deviasi asumsi makro
APBN
Growth 5,4 Pendapatan Negara dan Hibah Belanja Negara
www.kemenkeu.go.id
12
STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (3): ARTI PENTING DAN STRATEGIS TAHUN 2019
Tahun 2019 memiliki arti penting dan sangat strategis, karena merupakan pelaksanaan tahun terakhir Nawa Cita Kabinet Kerja
dan tahun politik, sehingga berimplikasi pada arah kebijakan dan penentuan program, kegiatan, dan anggaran
Lifting gas ( ribu barel setara minyak per hari ) 1.142 1.200
1.200 1.210-1.300
1.210 – 1.300
www.kemenkeu.go.id
14
STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (5): STRATEGI KEBIJAKAN FISKAL TAHUN 2019
STRATEGI KEBIJAKAN
Menjaga Kesehatan Kebijakan Fiskal FISKAL 2019
Fiskal Mendorong Iklim
Investasi
Produktif
To help
Daya Tahan EKSPANSIF, TERARAH, DAN TERUKUR
Efisien To serve
Suistanable To support
www.kemenkeu.go.id
15
STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (6): POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL TAHUN 2019
Kebijakan Fiskal Tahun 2019 diarahkan untuk mengoptimalkan pendapatan negara, memperkuat penerapan
konsep value for money pada pelaksanaan belanja, dan pembiayaan negara yang prudent dan terukur untuk
akselerasi pertumbuhan dan kesejahteraan.
“Optimalisasi pendapatan dengan tetap “Penguatan value for money: efisiensi dan efektivitas
menjaga iklim investasi” untuk akselerasi pertumbuhan dan kesejahteraan”
POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENDAPATAN NEGARA
POKOK-POKOK KEBIJAKAN BELANJA NEGARA
Optimalisasi penerimaan pajak, cukai, dan PNBP dan Fokus pada infrastruktur
menjaga iklim yang kondusif bagi kegiatan ekonomi Meningkatkan efektivitas Bantuan Sosial, Subsidi dan TKDD
Insentif perpajakan untuk peningkatan daya saing dan Meningkatkan kualitas SDM
investasi Mendorong birokrasi yang efektif dan efisien
Dukungan fiskal untuk sektor unggulan
Transparansi informasi di bidang perpajakan Mengantisipasi ketidakpastian (stabilitas keamanan dan politik)
www.kemenkeu.go.id
16
STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (7): ARAH KEBIJAKAN TKDD TAHUN 2019
Pengalokasian dan pengaturan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang mendorong penggunaan belanja
Daerah secara efektif dan efisien, berlandaskan value for money, serta sinergi antara belanja pusat dan daerah
742,02 766,2 Alokasi anggaran TKDD terus meningkat (naik 33,1% dari tahun 2014 ke
710,86
2018) seiring dengan komitmen Pemerintah untuk memperkuat Otonomi
623,33 Daerah dan Desentralisasi Fiskal.
573,77
Pengalokasian TKDD diarahkan untuk meningkatkan ekualisasi
kemampuan keuangan antardaerah, antar Jawa dan Luar Jawa,
sehingga terwujud pemerataan pembangunan, karena setiap daerah
memiliki kesempatan yang sama untuk membangun dan mengembangkan
potensi daerahnya.
www.kemenkeu.go.id
17
STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (8): ALOKASI TKDD UNTUK PROV. DKI JAKARTA
www.djpk.kemenkeu.go.id
Alokasi Transfer ke Daerah ke DKI Jakarta terus meningkat dari tahun ke tahun.
Tahun 2018 porsi alokasi Dana Perimbangan untuk Prov. DKI Jakarta Rp21,4 triliun, setara dengan 38% dari pagu alokasi
DAU untuk seluruh provinsi (Rp56,1 triliun)
(dalam miliar Rp)
2014 2015 2016 2017 2018 Selisih
Transfer ke Daerah 12.358,80 8.654,19 15.355,23 18.989,98 21.401,86 2.411,87
Dana Perimbangan 12.358,80 8.654,19 15.355,23 18.989,98 21.401,86 2.411,87
Dana Transfer Umum 9.851,21 5.887,27 12.404,80 16.868,18 18.265,23 1.397,05
DAU 85,99
DBH 9.765,23 5.887,27 12.404,80 16.868,18 18.265,23 1.397,05
Dana Transfer Khusus 2.507,59 2.766,92 2.950,43 2.121,80 3.136,63 1.014,83
DAK Nonfisik 2.507,59 2.766,92 2.950,43 2.121,80 3.136,63 1.014,83
Sinergi perpajakan antara DKI Jakarta dengan pemerintah pusat perlu ditingkatkan mengingat komponen terbesar dari
Transfer ke Daerah di DKI Jakarta adalah DBH PPh.
Peran terhadap perbaikan kemudahan berusaha: Rata-rata growth penerimaan pajak pusat di Jakarta dalam tiga
o Perbaikan perizinan dalam: tahun terakhir (10,4%) tidak jauh berbeda dengan growth PDRD
Growth dan Starting a business DKI Jakarta (10,9%). Namun, pajak pusat pada 2017 mengalami
Stabilitas
Dealing with construction permit
Registering Property
Optimalisasi penurunan sebesar 0,5%, sedangkan PDRD naik 9,3%, sehingga
Ekonomi o Pemberian Insentif Perpajakan: Penerimaan perlu ditingkatkan sinergi antara Pusat dan DKI Jakarta berupa:
Penurunan tarif BPHTB dari 5% menjadi 2,5%
Telah dicabutnya Retribusi Izin Gangguan
Perpajakan Sinergi pertukaran data perpajakan
Sinergi pemungutan Pajak Pusat dan Pajak Daerah, seperti:
Penghentian pungutan daerah yang tidak Pemungutan BPHTB dengan PPh atas pengalihan hak atas
menghasilkan penerimaan yang signifikan . tanah dan/atau bangunan
Peran terhadap penguatan UMKM
Pemungutan PPN dengan Pajak Hotel dan Restoran
18
www.kemenkeu.go.id
ISU DAN TANTANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH(1): STRUKTUR APBD PROV. DKI JAKARTA
Kemandirian fiskal DKI Jakarta jauh di atas daerah lainnya dengan kontribusi PAD terhadap total pendapatan mencapai 66,4%.
Namun, pengelolaan belanja masih perlu ditingkatkan efisiensi dan efektivitasnya.
Tahun 2017, peranan PAD terhadap APBD DKI Jakarta 66,4%
dan peranan TKDD sebesar 30,4%. Sedangkan secara nasional,
peranan PAD terhadap APBD hanya 23% dan TKDD sebesar
70,6%.
Tahun 2017, porsi belanja modal dalam APBD DKI Jakarta 25%,
lebih tinggi dari rata-rata nasional (20%), sedangkan porsi
belanja pegawai 36,5%, lebih rendah dari rata-rata nasional
(37%).
Tahun 2018, peranan PAD terhadap APBD DKI Jakarta naik
sedikit menjadi 67,5%, porsi belanja pegawai dan belanja
modal turun menjadi 32,7% dan 24%, sedangkan belanja
lainnya naik menjadi 43,4%.
(dalam miliar Rp) Defisit Tahun 2018 naik Rp3,99 T menjadi Rp5,1 T yang ditutup
dengan SILPA tahun sebelumnya (Rp6,8 T) dan penerusan
pinjaman JICA – MRT (Rp3,6 T), sama seperti defisit 2017 yang
juga ditutup dengan SILPA (Rp5,7 T) dan penerusan pinjaman
JICA – MRT (Rp2,0 T)
Perbandingan belanja APBD/APBN terhadap PDRB/PDB (2017):
APBD DKI (Rp63,6 T) : PDRB DKI (Rp2.410,4 T) 2,6% thd PDRB
APBN (Rp2.080,5 T) : PDB (Rp13.588 T) 15,3% thd PDB
Sumber: data yg diunggah
pemda ke SIKD per 28
www.kemenkeu.go.id
maret 2018 19
ISU DAN TANTANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (2): PENGUATAN PAJAK DAERAH
Untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah maka perlu dilakukan optimalisasi pemungutan pajak
daerah, khususnya Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Penerangan Jalan, dan Pajak Air Tanah.
www.kemenkeu.go.id
20
ISU DAN TANTANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (3): PENGUATAN RETRIBUSI DAERAH
Peranan Retribusi Daerah masih relatif kecil (1,83% dari total PAD), walaupun jumlahnya sudah meningkat tajam 47%
dibandingkan tahun sebelumnya. Masih terdapat beberapa jenis retribusi daerah yang potensial untuk dikembangkan.
www.kemenkeu.go.id
21
ISU DAN TANTANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (4): OPTIMALISASI PEMBIAYAAN KREATIF
Pemerintah daerah dapat menggunakan instrumen pembiayaan kreatif untuk akselerasi pembangunan daerah, melalui
mekanisme pinjaman dari bank atau nonbank, termasuk Regional Infrastructure Development Fund (RIDF) dari PT. SMI,
penerbitan obligasi daerah, pengembangan KPBU, dan pemanfaatan Pembiayaan Investasi Non-Anggaran (PINA).
www.kemenkeu.go.id
22
ISU DAN TANTANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (5): BELANJA UNTUK PELAYANAN PUBLIK
“Pelayanan pada masyarakat sudah menjadi fokus dari belanja DKI Jakarta tahun 2018”
65,53% 2,21%
dari Total Belanja Daerah dari Total Belanja Daerah
atau sebesar Rp46,64 triliun atau sebesar Rp1,57 triliun
*) layanan pendidikan, kesehatan, perhubungan, dan *) layanan pendapatan, pengelolaan keuangan,
infrastruktur kesekretariatan, audit internal, dan perencanaan
• Belanja SKPD Layanan Masyarakat terbesar adalah Dinas Pendidikan Rp19,29 triliun (27,11% dari APBD)
• Belanja SKPD Pendukung terbesar adalah Badan Pajak dan Retribusi Daerah Rp924,21 Miliar (1,30% dari APBD)
www.kemenkeu.go.id
23
ISU DAN TANTANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (6): SEDIKIT PROGRAM AGAR LEBIH FOKUS
Program dan kegiatan yang fokus pada penyelesaian masalah dan tantangan perekonomian, pelayanan publik, dan
kesejahteraan masyarakat akan meningkatkan kualitas pengelolaan belanja daerah
Jumlah Program & Kegiatan APBD 2018 10 Besar Program dalam miliar Rp
Rata-Rata Prov. DKI Nonprogram
20.526,34
22.464,47
Lainnya
Nasional Jakarta
Program 201 228 Wajar 12 Th Angkutan Perumahan
7.353,17 Pengendalian Umum Kantor Urusan Rakyat Sarpras Jalan Jaminan Sumber Daya
Banjir
4.080,62 3.476,53 Kesehatan Pendidikan Jembatan Kesehatan Kesehatan
Kegiatan 1.513 3.518 3.119,17 2.598,53 2.216,43
2.081,86 1.682,38 1.570,15
• Jumlah program dalam belanja APBD DKI Jakarta sedikit lebih banyak
dibanding jumlah rata-rata nasional, sedangkan jumlah kegiatan jauh lebih
banyak dibandingkan jumlah rata-rata nasional, karena anggaran
Pemprov DKI Jakarta meliputi pemerintahan kab./kota di dalamnya
• Program & kegiatan diharapkan dapat lebih fokus untuk mengurangi
ketimpangan pendapatan antarkelompok dan penggalian potensi PAD
• Nonprogram masih mempunyai porsi nilai terbesar (Rp20,5 T) yang hampir
keseluruhan berupa belanja pegawai (setipe dengan program
pengembangan dan pemberdayaan sumber daya kesehatan)
• Program wajib belajar mempunyai nilai terbesar kedua (Rp7,4 T) dengan
komposisi terbesar berupa belanja bansos untuk KJP (Rp3,98 T)
• Program dengan komposisi belanja modal terbesar: pembangunan &
peningkatan jalan/ jembatan, peningkatan sarpras pendidikan,
penyediaan & pemeliharaan perumahan, dan pengendalian banjir.
www.kemenkeu.go.id
24
ISU DAN TANTANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (8): PEMENUHAN MANDATORY SPENDING
Provinsi DKI. Jakarta telah memenuhi mandatory spending pada APBD 2018. Pemenuhan mandatory
spending akan meningkatkan layanan kepada masyarakat
PENDIDIKAN 20%
KESEHATAN 10%
Sudah memenuhi mandatory, yaitu
Sumber: data yg
sebesar 19,41% diunggah Pemda DKI ke
pada APBD 2018
www.kemenkeu.go.id
SIKD per 28 maret 2018
25
ISU DAN TANTANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (9): TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APBD
Tata kelola keuangan daerah yang tidak transparan dan akuntabel menjadi rawan terhadap
penyalahgunaan, penyelewengan, dan praktek-praktek koruptif
Dampak finansial (LHP BPK 2016) Sistem Pengendalian Internal (LHP BPK 2016)
Permasalahan Utama:
1. Adanya kelebihan pembayaran dan penjaminan pelaksanaan kegiatan
2. Kelebihan pembayaran gaji dan Tunjangan Kinerja Daerah (TKD)
3. Pengadaan (alat berat penunjang) tidak sesuai dengan ketentuan
www.kemenkeu.go.id
26
ISU DAN TANTANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (10): PENGUATAN KINERJA APBD
Prov. DKI Jakarta berpotensi untuk memperoleh alokasi Dana Insentif Daerah (DID) sebesar Rp56 miliar tahun 2018, karena berkinerja
baik dalam pengelolaan keuangan daerah, pelayanan dasar publik, pelayanan pemerintahan umum, dan kesejahteraan masyarakat.
Namun, Prov. DKI Jakarta tidak berhasil memperoleh DID tersebut, karena Opini BPK atas LKPD Tahun 2016 masih WDP.
(dalam juta rupiah)
*Alokasi yang seharusnya didapat (berdasarkan penilaian kinerja) apabila memenuhi kriteria utama
www.kemenkeu.go.id
27
STRATEGI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (1): PRINSIP GOOD GOVERNANCE & VALUE FOR MONEY
Pengelolaan keuangan daerah perlu berpedoman pada prinsip-prinsip good governance dan value for money
yang merupakan necessary condition terwujudnya pemerintahan yang bersih (clean government) dan pro rakyat
PRINSIP-PRINSIP APBD BERASASKAN GOOD GOVERNANCE
www.kemenkeu.go.id 28
STRATEGI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (2): SINERGI DENGAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL
Sinergi antara program daerah dan proyek strategis nasional perlu dilakukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan di DKI Jakarta dengan didukung pengelolaan keuangan daerah yang efisien, efektif, dan produktif.
29
www.kemenkeu.go.id
STRATEGI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (3): SINERGI PEMBANGUNAN DKI DENGAN DAERAH LAIN
Kerjasama dan sinergi dengan daerah lain, khususnya yang berbatasan langsung perlu dilakukan untuk mengatasi tantangan,
permasalahan, dan eksternalitas pembangunan dalam rangka mewujudkan keharmonisan dan keterpaduan pembangunan antardaerah.
www.kemenkeu.go.id
30
STRATEGI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (4): PEMBANGUNAN PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN
Pengelolaan keuangan daerah di DKI Jakarta perlu juga diarahkan untuk mendukung pembangunan DKI Jakarta sebagai perkotaan yang
kompetitif dan berkelanjutan sesuai dengan konsep Urban Value dan Smart City.
Percepatan penerapan konsep Urban Value dan Smart City melalui pemanfaatan teknologi informasi dan inovasi, yang diarahkan untuk
meningkatkan kinerja, efisiensi, dan melibatkan partisipasi masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik, memperkuat
kedudukan sebagai ibukota negara, dan sebagai benchmarking bagi kota lain di Indonesia atau bahkan di dunia.
New Urban Agenda (HABITAT III) – SDG’s No.11 6 PILAR SMART CITY
Mewujudkan kota sehat layak huni dan kemudahan
1 Hak yang sama untuk perumahan yang layak; 1 SMART LIVING terhadap fasilitas kesehatan, pendidikan, pariwisata,
2 Akses yang sama ke air minum dengan harga terjangkau; dan keamanan.
3 Akses yang sama untuk semua barang publik dan layanan 2 SMART ENVIRONMENT Kualitas lingkungan yang sehat melalui
pengelolaan sumber daya alam.
yang berkualitas;
4 Mendorong keterlibatan masyarakat dalam partisipasi Tata kelola pemerintahan yang transparan,
3 SMART GOVERNANCE informatif dan responsif terhadap
politik dan kebebasan dalam berekspresi;
kebutuhan masyarakatnya.
5 Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;
4 SMART PEOPLE Peningkatan Sumber Daya manusia.
6 Mengurangi resiko bencana;
7 Pertumbuhan ekonomi yang Sustainable dan Penyediaan sistem transportasi massa
inclusive; dan 5 SMART MOBILITY dan infrastruktur teknologi informasi yang
terintegrasi.
8 Melindungi lingkungan dan habitat alami.
6 SMART ECONOMY Pengembangan inovasi untuk mencapai
produktivitas yang tinggi.
www.kemenkeu.go.id
31
PENUTUP: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
2 Kemandirian fiskal DKI Jakarta sudah tinggi, namun masih diperlukan optimalisasi
terhadap potensi pajak daerah dan retribusi daerah yang masih belum terpungut
dengan maksimal.
3 Kualitas pengelolaan belanja di DKI Jakarta masih perlu ditingkatkan lagi agar dapat
mengatasi berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan
pembangunan.
4 Jakarta sebagai ibukota Indonesia dengan status kota megapolitan harus aware akan
pentingnya pembangunan kota yang berkelanjutan melalui percepatan penerapan
smart city dan konsep urban value, sehingga mampu meningkatkan kualitas pelayanan
publik, memperkuat kedudukan sebagai ibukota negara, dan menjadi contoh
(benchmarking) bagi kota lain di Indonesia atau bahkan di dunia.
www.kemenkeu.go.id
32
TERIMA KASIH