Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN SPASIAL DAERAH PINGGIRAN KOTA SEMARANG BERDASARKAN

RPJMD TAHUN 2010 – 2015


Teguh Prihanto
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102

Abstract : Semarang has a geostrategic position because they are on the path of economic traffic
island of Java , and is a development corridor in Central Java . In the implementation of the
management and development of the city , Semarang City Government has strategic plans set out
in the Medium Term Development Plan (RPJMD ) Year 2010-2015 . RPJMD is one document that
contains the Municipal Government policy during a period of 5 years , adjusted to the tenure of the
Mayor of Semarang . But there are times when each policy was accompanied by deviations or
adjustments in the field , both technically , economically and politically . Physical elements that are
often experienced deviation function is the spatial pattern of change ( land ) , especially Suburbs
Semarang , among which are the sub Ngaliyan and Tembalang . The second area is experiencing
dynamic growth and change in the use of spatial functions , modes of movement , trade and
economic development . In the District Ngaliyan spatial changes that form concentric spatial pattern
changes because of the main access , which is a class 1 road connecting or cutting suburban
communities ( urban fringe ) . While the District Tembalang spatial changes that shape the spatial
dispersion pattern changes due to the uneven spatial distribution of a group of urban fringe
communities , as dibangunya impact of feeder roads ( the environment ) .

Keywords : spatial , suburban areas , RPJMD

Abstrak: Kota Semarang memiliki posisi geostrategis karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi
pulau Jawa, dan merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah. Dalam pelaksanaan pengelolaan
dan pengembangan kota, Pemerintah Kota Semarang memiliki rencana-rencana strategis yang
tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2010-2015.
RPJMD adalah salah satu dokumen yang berisi kebijakan Pemerintah Kota selama kurun waktu 5
tahun yang disesuaikan dengan masa jabatan Walikota Semarang. Namun ada kalanya setiap
kebijakan juga dibarengi dengan penyimpangan atau penyesuaian di lapangan, baik secara teknis,
ekonomis maupun politis. Unsur fisik yang sering kali mengalami penyimpangan fungsi adalah pola
perubahan spasial (lahan), terutama Kawasan Pinggiran Kota Semarang, di antaranya adalah
wilayah Kecamatan Ngaliyan dan Tembalang. Kedua wilayah ini mengalami perkembangan
dinamis dalam pemanfaatan dan perubahan fungsi spasial, pergerakan moda, perkembangan
perdagangan serta perekonomian. Di wilayah Kecamatan Ngaliyan mengalami perubahan spasial
yang membentuk pola perubahan konsentris spasial karena adanya akses utama, yakni berupa
jalan kelas 1 yang menghubungkan atau memotong komunitas daerah pinggiran kota (urban
fringe). Sedangkan wilayah Kecamatan Tembalang mengalami perubahan spasial yang
membentuk pola perubahan dispersi spasial karena adanya pembagian spasial secara merata dari
suatu kelompok komunitas urban fringe, sebagai dampak dibangunya jalan-jalan penghubung
(jalan lingkungan).

Kata Kunci: spasial, kawasan pinggiran kota, RPJMD

PENDAHULUAN dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Dalam


Kota Semarang merupakan koridor perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah,
pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari Semarang sangat berperan terutama dengan
empat simpul pintu gerbang yakni koridor pantai adanya pelabuhan, jaringan transport darat
Utara; koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis (jalur kereta api dan jalan) serta transport udara
seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang yang merupakan potensi bagi simpul
dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota
Timur ke arah Kabupaten Demak/ Grobogan; Transit Regional Jawa Tengah.

Kajian Spasial Daerah Pinggiran Kota Semarang Berdasarkan RPJMD Tahun 2010 – 2015 – Teguh Prihanto 75
Gunungpati, dan Tembalang.
Kebijakan-kebijakan kota yang diambil
Pemerintah Kota Semarang tentu saja
berdasarkan pertimbangan matang dan
kompleks dari berbagai tenaga ahli yang
berkompeten di bidang perkotaan. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Tahun 2010-2015 adalah salah satu
dokumen yang berisi kebijakan Pemerintah Kota
Gambar 1. Peta Adminstratif Kota Semarang selama kurun waktu 5 tahun yang disesuaikan
dengan masa jabatan Walikota Semarang.
Rencana Tata Ruang Kota Semarang
Namun ada kalanya setiap kebijakan juga
Tahun 2010-2030 pembagian BWK (Batas
dibarengi dengan penyimpangan atau
Wilayah Kota) ditetapkan sebagai berikut untuk
penyesuaian di lapangan, baik secara teknis,
masing-masing kecamatan: BWK I (Semarang
ekonomis maupun politis. Secara kasat mata, di
Tengah, Semarang Timur dan Semarang
lapangan dapat dilihat penggunaan ruang-ruang
Selatan), BWK II (Candisari dan
kota yang membentuk pola spasial kawasan, di
Gajahmungkur), BWK III (Semarang Barat dan
mana di atasnya terjadi beragam aktivitas dan
Semarang Utara), BWK IV (Genuk), BWK V
kepentingan. Penyimpangan tidak hanya terjadi
(Gayamsari dan Pedurungan), BWK VI
di kawasan pusat kota, namun juga kawasan
(Tembalang), BWK VII (Banyumanik), BWK VIII
pinggiran kota.
(Gunungpati), BWK IX ( Mijen) dan BWK X
Dalam Dokumen RPJMD 2010 – 2015,
meliputi (Ngaliyan dan Tugu).
salah satu misi Kota Semarang adalah
Sedangkan rencana pendistribusian
mewujudkan Tata Ruang Wilayah dan
fasilitas pelayanan regional dimasing-masing
Infrastruktur yang Berkelanjutan (Bab V):
BWK meliputi : (a) Perkantoran, perdagangan
1. Meningkatkan penataan lahan kritis,
dan jasa di BWK I, II, dan III; (b) Pendidikan
penataan lahan bekas galian C dan
kepolisian dan olah raga di BWK II; (c)
penataan kawasan pantai dan
Perkantoran, transportasi udara dan transportasi
pengembangan kegiatan perlindungan dan
laut di BWK III; (d) Industri di BWK IV dan BWK
konservasi, rehabilitasi dan pemulihan
X; (e) Pendidikan di BWK VI dan BWK VIII; (f)
cadangan sumberdaya alam dan
Perkantoran militer di BWK VII; (g) Kantor
pengendalian polusi
pelayanan publik di BWK IX. Penetapan
2. Peningkatan kualitas dan kuantitas
wilayah-wilayah yang termasuk ke dalam
prasarana dan sarana pengelolaan sampah
daerah pinggiran kota adalah wilayah yang
serta pengembangan kegiatan penanganan
masih memiliki area pertanian dan bukan
sampah
berfungsi utama sebagai kawasan perdagangan
3. Pengembangan kualitas dan kuantitas
atau perkantoran. Wilayah-wilayah tersebut
Ruang Terbuka Hijau (RTH), dengan
antara lain Kecamatan : Tugu, Ngaliyan, Mijen,
sasaran pembangunan

76 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 15 – Januari 2013, hal: 75 – 86
4. Perwujudan struktur tata ruang yang City = kota
Suburban = sub
seimbang, peningkatan pemanfaatan ruang daerah perkotaan
dan pengendalian pemanfaatan ruang yang Suburban fringe =
jalur tepi sub daerah
konsisten dengan rencana tata ruang yang perkotaan
Urban fringe = jalur
ditetapkan tepi daerah
5. Pengembangan pengelolaan manajemen perkotaan terluar
Rural urban fringe =
pelayanan transportasi jalur batas desa kota
Rural = pedesaan
6. Pengembangan manajemen pola
pergerakan angkutan barang yang Gambar 2. Zona Kota-Desa

terintegrasi antar moda angkutan darat dan


Pola spasial permukiman di daerah
laut
pinggiran kota pada awalnya terbentuk dari
7. Pengembangan struktur jaringan jalan yang
aktivitas penduduk tani di desa, dengan ciri-ciri
sistematis sesuai dengan Rencana Tata
sebagian besar daerahnya adalah berupa
Ruang
lahan-lahan pertanian yang kemudian mengarah
8. Pengembangan kelengkapan jalan (street
pada pola spasial kota (Subroto, 1997). Adapun
furniture)
pola yang terbentuk adalah
9. Penyediaan perumahan yang layak huni
1. Pola perubahan konsentris spasial (a
bagi masyarakat dan masyarakat
pattern of spatial concentric)
berpenghasilan rendah (MBR) dan fasilitas
Pola ini terbentuk oleh adanya akses
pendukungnya
utama, yakni berupa jalan klas 1 yang
10. Pengembangan sarana dan prasarana
menghubungkan atau memotong
penanganan sistem jaringan drainase
komunitas daerah pinggiran kota (urban
11. Pengembangan sarana dan prasarana
fringe). Pola perubahan konsentris ini terdiri
penyediaan air baku masyarakat dan
dari beberapa lapis lingkaran, di mana
kerjasama antar wilayah, hulu hilir dan
masing-masing pola spasialnya diisi oleh
antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan
berbagai ragam kegiatan yang berbeda.
Kota dalam pengelolaan air baku, dengan
Area di sekitar akses utama, umumnya
sasaran pembangunan
menjadi inti kelompok komunitas urban
Menurut Subroto (1997), kawasan
fringe yang berkembang menjadi area
pinggiran kota (urban fringe) yang terbentuk
bisnis (komersial dan industri). Bangunan
akibat perumbuhan kota merupakan daerah
permukiman yang tumbuh pada lapis
peralihan atau transisi antara kenampakan
kedua, mengelilingi inti kelompok
perkotaan dan pedesaan, sehingga kawasan ini
komunitas urban fringe. Sedangkan pada
memiliki ciri baik perkotaan maupun pedesaan
lapis ketiga /lapisan luar adalah area
terutama penggunaan lahannya. Bintarto (1984)
pertanian (vegetasi) sebagai ciri khas
memberikan gambaran posisi urban fringe
perdesaan.
terhadap area-area kota lainnya dalam bentuk
2. Pola perubahan dispersi (pembubaran)
zona kota-desa.
spasial

Kajian Spasial Daerah Pinggiran Kota Semarang Berdasarkan RPJMD Tahun 2010 – 2015 – Teguh Prihanto 77
Pola ini terbentuk oleh adanya METODE
pembagian spasial secara merata dari Lokasi penelitian ini adalah daerah
suatu kelompok komunitas urban fringe, pinggiran Kota Semarang, dengan memilih
akibat dibangunya jalan-jalan penghubung wilayah Kecamatan Ngaliyan dan Tembalang.
(jalan lingkungan). Dengan adanya jaringan Dasar pemilihan wilayah ini adalah
jalan tersebut, maka terjadilah perubahan perkembangan dinamis yang terjadi seiring
pola spasial yang mengarah pada dengan perkembangan kota inti Semarang.
diskordansi spasial (perpecahan keruangan Perkembangan tersebut meliputi pemanfaatan
antar kelompok komunitas permukiman), dan perubahan fungsi spasial, pergerakan
sehingga membentuk kantong-kantong moda, perkembangan perdagangan dan
area permukiman dan lahan pertanian. perekonomian. Adapun variabel penelitian
Pola ini dapat disebut juga dengan istilah adalah:
model katak lompat (leap frog model). 1. Variabel kebijaksanaan tata ruang.
Dengan menyimak konsep-konsep tentang Konsep pokok dari variabel ini adalah
daerah perkotaan, perdesaan dan daerah menunjuk kepada serangkaian kegiatan
pinggiran (urban fringe) ditemui adanya yang dijalankan oleh pemerintah Kota
kenampakan, bahwa jaringan jalan dan Semarang dalam bentuk peraturan guna
open space dalam sebuah permukiman mengatur penataan ruang di seluruh
adalah sesuatu yang harus ada (conditio wilayah kota.
zine quanon). 2. Variabel fisik kota. Variabel ini meliputi
kecenderungan perubahan spasial,
pertumbuhan lahan kritis, perubahan
lingkungan, dan ancaman bahaya alam
lainnya yang berkaitan dengan
megaurban dan dinamika kependudu-
kan.
Dalam tahap analisis, berbagai dokumen
kebijakan dianalisis setelah dikaitkan dan
digabungkan dengan fakta-fakta dan data lain
seperti hasil wawancara mendalam, data
perubahan fisik, misalnya dari data foto udara
tentang perubahan lahan dan kebijakan tata
ruang lainnya. Data yang banyak tersebut akan
dikompilasi, direduksi, dan ditabulasi
Pola Perubahan Pola Perubahan
berdasarkan jenis, baik yang kualitatif maupun
Konsentris Spasial Dispersi Spasial
kuantitatif, sebagai dasar untuk analisis dan
Gambar 3. Pola Perubahan Spasial penarikan kesimpulan serta menghasilkan satu
(Sumber: Subroto, 1997:48)
teori pengembangan guna keperluan ilmiah
maupun praktis.

78 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 15 – Januari 2013, hal: 75 – 86
Gambar 3. Bagan Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Wilayah Kecamatan Ngaliyan


Hasil Kecamatan Ngaliyan memiliki luas
Lokasi penelitian berada di dalam 2 3.260,584 ha dan menjadi akses penting
kawasan kecamatan dan masing-masing yang menghubungkan antara pusat kota
kecamatan diambil 2 titik. Adapun kecamatan- Semarang dan Kecamatan Mijen serta
kecamatan yang menjadi lokasi penelitian sebagian wilayah Kabupaten kendal bagian
adalah Kecamatan: Ngaliyan dan Tembalan. timur. Selain itu, keberadaan Institut Agama
Kedua kawasan ini dipilih karena berada di Islam Negeri (IAIN) Wali Songo juga turut
kawasan pinggiran kota yang memiliki potensi memicu pertumbuhan kawasan. Di sektor
pertumbuhan yang signifikan. industri, perkembangan wilayah sebagai
kawasan industri juga diiringi oleh
pertumbuhan aspek-aspek pendukung
lainnya, seprti permukiman dan fasilitas
sosial ekonomi lain. Berdasarkan Perda
No. 05 Tahun 2004 Tentang RTRW Kota
Semarang, Kecamatan Ngaliyan termasuk
ke dalam BWK X dengan fungsi: (1)
Industri; (2) Permukiman; (3) Perdagangan
dan jasa; (4) Tambak; (5) Rekreasi; dan (6)
Pergudangan. Berikut ini adalah
Gambar 4. Titik Lokasi
perkembangan guna lahan yang terjadi di

Kajian Spasial Daerah Pinggiran Kota Semarang Berdasarkan RPJMD Tahun 2010 – 2015 – Teguh Prihanto 79
Kecamatan Ngaliyan dalam kurun waktu 14 perkembangan kawasan sebagai area
tahun. perumahan oleh para pengembang.
Tabel 1 Guna Lahan Kecamatan Ngaliyan Keberadaan kawasan BSB (Bukit
Tahun Semarang Baru) sebagai kota mandiri yang
Guna Lahan
1994 1999 2002 2006 2008 mengubah kawasan non perumahan
Pekarangan &
418 418 508 746 912 menjadi sebuah kawasan perumahan elit
Bangunan
1.300 1.297 979 969 949
dengan beragam sarana prasarana
Tegalan & Kebun
Padang Gembala 5 0 10 10 0 pendukungnya turut andil dalam perubahan
Tambak/kolam 0 0 0 0 0 guna lahan di wilayah Kecamatan Ngaliyan
Rawa 1 0 0 0 0 bagian selatan.
Lain-lain 1.542 1.546 1.774 1.546 1.400
Lebih lanjut untuk mengetahui guna
Sumber: BPS
lahan di wilayah Kecamatan Ngaliyan,
lokasi penelitian terbagi menjadi 2
Mengacu pada Tabel 1 dapat dilihat
kawasan, yaitu: (1) Kawasan Ngaliyan 1:
bahwa telah terjadi pergeseran guna lahan,
berada di kawasan BSB; (2) Ngaliyan 2:
dimana lahan untuk pekarangan.bangunan
berada di kawasan Pasar Ngaliyan.
semakin meningkat. Sementara lahan
Gambar 4.8 dan gambar 4.10 berikut ini
tegalan dan kebun mengalami
adalah guna lahan di kawasan tersebut:
penyempitan. Faktor peningkatan luas
lahan permukiman adalah dampak

Kawasan Ngaliyan 1

80 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 15 – Januari 2013, hal: 75 – 86
Kawasan Ngaliyan 2
Gambar 5. Kawasan Kecamatan Ngaliyan

2. Wilayah Kecamatan Tembalang Tabel 2 Guna Lahan Kecamatan


Tembalang
Kecamatan Tembalang memiliki
Guna Tahun
luas 4.420,057 ha. Secara akses, wilayah Lahan 1994 1999 2002 2006 2008
Kecamatan Tembalang menghubungkan Pekarangan
1.572 2.082 2.085 2.130 2.185
Wilayah Semarang bagian tenggara dan & Bangunan
Tegalan &
selatan, selain itu juga dilintasi jalan tol 2.000 1.007 2.085 1.501 1.001
Kebun
Banyumanik – Jatingaleh yang cukup
Lain-lain 848 1.331 250 789 1.234
startegis. Pemicu utama pertumbuhan Sumber: BPS
kawasan adalah keberadaan Kampus Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat
terpadu Universitas Diponegoro (Undip). digambarkan pertumbuhan bangunan dam
Dampak keberadaan kampus ini adalah pekarangan selama kurun waktu 14 tahun.
pertumbuhan di berbagai sektor antara lain: Sebaliknya guna lahan untuk tegalan dan
perdagangan dan jasa, perumahan, kebun cenderung menurun. Fungsi- fungsi
parasarana umum dan akses transportasi. lahan untuk pengembangan perumahan
Berdasarkan Perda No. 05 Tahun 2004 menjadi sangat dominan di wilayah
Tentang RTRW Kota Semarang, Kecamatan Tembalang ini. Lokasi dengan
Kecamatan Tembalang termasuk ke dalam topografi yang berbukit, masih tersedianya
BWK X dengan fungsi: (1) Permukiman; (2) udara segar dan terletak pada posisi yang
Perguruan Tinggi; (3) Perdagangan dan strategis dengan dilaluinya jalan tol
jasa; (4) Perkantoran; (5) Campuran Semarang – Solo semakin mendorong
Perdagangan dan jasa, Permukiman; dan pertumbuhan perumahan diwilayah ini.
(6) Konservasi. Gambar 4.13 adalah guna lahan di
Kawasan Tembalang 1, yaitu berada di
kawasan sekitar Kampus Undip. Guna
lahan didominasi oleh hunian dengan
fungsi ganda dan bangunan komersil.

Kajian Spasial Daerah Pinggiran Kota Semarang Berdasarkan RPJMD Tahun 2010 – 2015 – Teguh Prihanto 81
Kawasan Tembalang 1

Kawasan Tembalang 2

Gambar 6. Kawasan Kecamatan Tembalang


Pembahasan hasil penelitian, bahwa setiap kehadiran pusat
Perkembangan Kota Semarang dengan perdagangan, industri dan perguruan tinggi
berbagi sektor memberikan dampak yang besar akan menumbuhkan kawasan dengan beragam
terhadap fisik spasial, dimana secara teknis sarana prasarana pendukungnya.
setiap perkembangan kota praktis berkaitan Di Kecamatan Tembalang, sesuai dengan
langsung dengan guna lahan. Pertumbuhan kebijakan Pemerintah Kota dalam RPJMD 2010-
sektor industri, perdagangan dan pendidikan 2015 pada pendistribusian fasilitas pelayanan
tinggi menjadi pemicu setiap perkembangan regional BWK VI diarahkan sebagai kawasan
kawasan. Hal ini dapat dicermati berdasarkan pendidikan. Pertumbuhan kawasan ini di

82 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 15 – Januari 2013, hal: 75 – 86
dominasi oleh perkembangan Kampus Beberapa alasan yang melatarbelakangi
Universitas Diponegoro (Undip) dan Politeknik pertumbuhan perumahan adalah jarak lokasi
Negeri Semarang (Polines) yang memiliki yang reatif dekat dengan pusat kota dan jalan
dampak signifikan pada pertumbuhan fasilitas tol, udara kawasan yang masih segar, masih
pendukung yang lain, yaitu sektor perdagangan banyak area pertanian yang sangat cocok untuk
dan jasa yang melayani kebutuhan hidup relaksasi dan istirahat di rumah.
mahasiswa. Pertumbuhan kawasan juga Spasial yang berkembang di Kecamatan
dibarengi dengan perubahan spasial, dari Tembalang termasuk ke dalam jenis Pola
pertanian ke perumahan. Kebutuhan akan Perubahan Dispersi Spasial, baik pada area
perumahan yang semakin besar didukung oleh Tembalang 1 maupun Tembalang 2. Hal
nilai strategis kawasan, memicu penggunaan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
lahan perumahan semakin meningkat.

Area Tembalang 1
Area Tembalang 2
Gambar 7. Pola Spasial Area Tembalang
Pola ini terbentuk oleh adanya pembagian ada di wilayah Kecamatan Ngaliyan ini.
spasial secara merata dari suatu kelompok Pertumbuhan ini seiring dengan arah
komunitas urban fringe, akibat dibangunya pengembangan kawasan di RPJMD 2010-2015
jalan-jalan penghubung (jalan lingkungan). yang masuk wilayah BWK X yaitu sebagai
Dengan adanya jaringan jalan tersebut, maka kawasan industri. Demikian juga perkembangan
terjadilah perubahan pola spasial yang perumahan yang cukup pesat didorong oleh
mengarah pada perpecahan keruangan antar alasan-alasan kebutuhan perumahan bagi
kelompok yang membentuk kantong. warga pendatang yang bekerja di Kecamatan
Hal serupa juga terjadi di wilayah Ngaliyan, kawasan perbukitan yang aman dari
Kecamatan Ngaliyan. Perbedaannya adalah, banjir, ketersediaan udara yang cukup bersih
bahwa pertumbuhan Kecamatan Ngaliyan lebih dan segar, dan harga lahan daerah pinggiran
ke arah industri yaitu berupa bangunan pabrik- kota yang lebih murah di bandingdi pusat kota.
pabrik. Sehingga pertumbuhan sektor-sektor Spasial yang berkembang di Kecamatan
yang ada lebih ke arah dukungan guna Ngaliyan memiliki Pola Perubahan Konsentris
memenuhi kebutuhan pegawai pabrik/karyawan. Spasial baik pada area Ngaliyan 1 dan Ngaliyan
Jumlah karyawan yang cukup banyak 2 dapat dilihat pada gambar berikut:
mendorong sektor perdagangan dan jasa yang

Kajian Spasial Daerah Pinggiran Kota Semarang Berdasarkan RPJMD Tahun 2010 – 2015 – Teguh Prihanto 83
Area Ngaliyan 1 Area Ngaliyan 2
Gambar 8. Pola Spasial Area Ngaliyan
Pola ini terbentuk oleh adanya akses utama, yang berbeda.
yakni berupa jalan kelas 1 yang Sesuai misi Kota Semarang dalam
menghubungkan atau memotong komunitas RPJMD 2010-2015 tentang tata ruang wilayah
daerah pinggiran kota (urban fringe). Pola dan infrastruktur yang berkelanjutan, ada
perubahan konsentris ini terdiri dari beberapa beberapa hal yang dapat ditangkap pada
lapis lingkaran, di mana masing-masing pola Kecamatan Tembalang dan Ngaliyan. Yaitu:
spasialnya diisi oleh berbagai ragam kegiatan

Tabel 3. Implementasi RPJMD 2010-2015 Terhadap Tata Ruang Wilayah dan Infrastruktur yang
Berkelanjutan
No Aspek Implementasi Kec. Tembalang Kec. Ngaliyan

1 Pengelolaan dan Masih belum maksimal, Masih belum maksimal, terutama


penataan lahan kritis terutama pada daerah yang pada daerah yang memiliki
memiliki tingkat kecuraman tingkat kecuraman yang tinggi,
yang tinggi, yaitu di yaitu di kawasan tepi BSB
kawasan sigar bencah
2 Pengendalian dan Perkembangan hunian (perumahan/ kos/ rumah kontrak /
pengunaan air bawah penginapan/ ruko) yang pesat meningkatkan penggunaan
tanah (ABT) ABT, hal ini masih belum dapat dikendalikan dengan baik
3 Pengawasan Perkembangan Kampus Masih belum optimal
pelaksanaan AMDAL belum sepenuhnua sesuai pelaksanaan AMDAL, terutama
dengan AMDAL, terutama pada area pabrik-pabrik yang
pada area-area resapan air memiliki pengaruh langsung bagi
dan area hijau lingkungan, yang meliputi limbah
cair, polusi udara dan suara
4 Skala pelayanan Pelayanan menjangkau Pelayanan menjangkau
penanganan sampah perkotaan dengan tingkat perkotaan dengan tingkat
layanan 100% dengan layanan 60% dengan pelayanan

84 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 15 – Januari 2013, hal: 75 – 86
No Aspek Implementasi Kec. Tembalang Kec. Ngaliyan

pelayanan 12 keluarahan. 6 kelurahan dari 10 keluarahan


yang ada
5 RTH Kawasan Luas RTH 806 ha dari luas Luas RTH 976 ha dari luas 3260
Perkotaan total wilayah 4420 ha ha (30%). Kurang lebih sesuai
(18,24%). Masih belum dengan fungsi lahan perbukitan
(Nurhayati H, 2012)
memenuhi target RPJMD sebagai daerah resapan air
sebesar 20%
6 Pemanfaatan ruang Perkembangan kawasan Perkembangan kawasan
sesuai dengan fungsi dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh perkembangan
kawasan perkembangan kampus pabrik dan industri sesuai fungsi
sesuai fungsi kawasan kawasan
7 Sarana dan prasarana Belum ada transportasi Telah ada BRT, namun masih
transportasi massal massal (BRT) yang belum mencukupi kebutuhan.
beroperasi di kawasan. Sehingga masyarakat masih
Saat ini hanya angkutan cenderung menggunakan
kota yang seringkali transportasi pribadi
menimbulkan kemacetan
karena belum optimal
dikelola, baik terhadap
pergerakan maupun waktu
8 Struktur jaringan jalan Perkembangan jaringan Perkembangan jaringan jalan
yang sistematis sesuai jalan sesuai dengan sesuai dengan karakter wilayah
dengan Rencana Tata karakter wilayah dengan dengan pola konsentris spasial,
Ruang pola dispersi spasial yatu mengikuti perkembangan jalan
dengan memecah kawasan utama Ngaliyan - Mijen
padat dengan jalan-jalan
kecil/gang
9 Sarana prasarana Tingkat kepadatan tinggi Belum ada sistem jaringan
penanganan sistem masih memerlukan drainase yang ramah lingkungan
jaringan drainase peninjauan ulang terhadap dengan meningkatkan potensi
sistem jaringan drainase resapan air ke dalam tanah
yang diindikasikan banjir
saat musim hujan tiba
Sumber : Analisis, 2012

SIMPULAN DAN SARAN komunitas urban fringe, sebagai dampak


Simpulan dibangunya jalan-jalan penghubung (jalan
Kota Semarang berkembang sebagai lingkungan). Sedangkan di Kecamatan Ngaliyan
kota besar di bidang industri, perdagangan, jasa mengalami perubahan spasial yang membentuk
dan pendidikan memiliki pengaruh terhadap pola perubahan konsentris spasial karena
kawasan-kawasan pinggiran kota, terutama adanya akses utama, yakni berupa jalan kelas 1
pada perubahan spasial (keruangan). Di yang menghubungkan atau memotong
Kecamatan Tembalang mengalami perubahan komunitas daerah pinggiran kota (urban fringe).
spasial yang membentuk pola perubahan Pengembangan kawasan sesuai dengan
dispersi spasial karena adanya pembagian fungsi pengembangan kawasan yang telah
spasial secara merata dari suatu kelompok ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

Kajian Spasial Daerah Pinggiran Kota Semarang Berdasarkan RPJMD Tahun 2010 – 2015 – Teguh Prihanto 85
(RTRW) 2010-2030 Kota Semarang, yaitu untuk DAFTAR PUSTAKA
Kecamatan Tembalang (BWK VI) sebagai
Bintarto, 1984. ”Interaksi Desa-Kota dan
kawasan pendidikan dan Kecamatan Ngaliyan
Permasalahannya”. Jakarta: Ghalia
(BWK X) sebagai kawasan industri. Indonesia
Perkembangan di kedua wilayah yang cukup
Rahadini, Ari. 2008. ” Dampak Keberadaan
pesat yang memiliki potensi menimbulkan Kampus Universitas Negeri Semarang
dampak negatif bagi lingkungan terutama pada Terhadap Perkembangan Pemanfaatan
Spasial Kawasan Sekaran”. Penelitian
ketersediaan air tanah, ruang terbuka hijau, Dosen Muda. Semarang: Universitas
polusi lingkungan (pertumbuhan kepemilikan Negeri Semarang

kendaraan bermotor) dan penyelewengan fungsi Rencana Pembangunan Jangka Menengah


lahan yang tidak sesuai dengan peraturan. Daerah (RPJMD) Tahun 2010-2015 Kota
Semarang. Pemerintah Kota Semarang
Semarangkota.go.id: “Rencana Pembangunan
Saran Jangka Menengah Daerah Tahun 2010 -
2015”. Semarang: Pemerintah Kota
Perkembangan Kota Semarang sebagai Semarang
kota besar tidak dapat dihindari lagi sebagai
Subroto, YW. 1997. “ Proses Transformasi
konsekuensi kebijakan yang telah ditetapkan Spasial dan Sosio-Kultural Desa-Desa Di
Pemerintah Kota. Untuk menghindari terjadinya Pinggiran Kota (Urban-Fringe) Di
Indonesia”. Laporan Penelitian
dampak negatif perkembangan kota, perlu Pengkajian dan Penelitian Ilmu
upaya sebagai berikut: Pengetahuan Dasar TA 1996/1997.
Yogyakarta: Pusat Studi Lingkungan
1. Konsisten terhadap perencanaan kawasan Hidup Universitas Gadjah Mada.
yang telah ditetapkan
2. Mengutamakan kepentingan lingkungan
hidup dan daya dukung kawasan
3. Pengendalian kawasan berdasarkan
prioritas pengembangannya

86 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 15 – Januari 2013, hal: 75 – 86

Anda mungkin juga menyukai