Anda di halaman 1dari 10

GARIS BESAR PROGRAM KERJA

HIMPUNAN MAHASISWA ARSITEKTUR “mimar”


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Manusia pada hakikatnya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT
dengan derajat paling tinggi. Manusia adalah makhluk pilihan yang dimuliakan oleh
Allah SWT dengan segala keistimewaan yang ada pada manusia seperti akal yang
mampu membedakan antara baik dan buruk kemudian memilihnya. Al-Quran sebagai
satu-satunya kitab yang dijamin keasliannya oleh Allah SWT. Kondisi tersebut menjadi
pondasi bagi manusia sehingga memiliki keleluasaan dalam bertindak dan menjalankan
ibadah sesuai tuntutan Allah SWT.
Islam merupakan agama yang diturunkan untuk menjamin kebaikan dan
kesejahteraan bagi seluruh umat manusia yang didalamnya mencakup semua aspek
tentang kehidupan manusia. Ibadah yang dijalankan umat islam baik berbentuk ritual
maupun mu’amalah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan
menjadi sebuah prinsip Islam sebagai suatu norma yang mengatur hubungan kepada
Allah SWT juga sesama manusia agar terhindar dari hal-hal yang merusak tatanan
sosial. Perguruan tinggi sebagai wadah untuk mencerdaskan manusia sudah
sepantasnya selalu mengarahkan pendidikannya agar berorientasi pada realita sosial
sehingga dapat membentuk kaum intelektual yang memiliki kepekaan sosial.
Perguruan tinggi merupakan pemangku amanat sebagai alat untuk
mencerdaskan manusia dan memberi kebebasan terhadap ketidaktahuan dan
penindasan, perguruan tinggi semestinya menunjukan ilmu pengetahuan dan
pendidikan supaya dapat memahami realitas pada masyarakat. Oleh karena itu, sistem
pendidikan diperlukan untuk mendidik dan membangun kaum intelektual agar
memiliki kepekaan terhadap kehidupan sosial yang meningkat, kemudian tidak hanya
mampu menanggapi ancaman arus modernisasi dunia, tetapi juga dapat
mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan pada keseimbangan yang jitu dan ideal.
Mahasiswa memiliki tugas mulia yaitu sebagai penyalur dan penyampai
pendidikan kepada masyarakat yang dikenal sebagai agent of chance. Perubahan
sebuah bangsa merupakan salah satu kelebihan mahasiswa. Sebagai seorang mahasiswa
dituntut untuk memiliki akhlak yang mulia. Dengan kelebihan yang dimiliki mahasiswa
tersebut maka perbaikan nasib bangsa berada pada tangan mahasiswa.
Sebagai seorang mahasiswa tidak sepatutnya bila tidak memiliki kepekaan
terhadap realita sosial yang berkembang di masyarakat. Mahasiswa harus mampu
bertindak ketika sebuah kebijakan yang muncul dalam suatu organisasi dan birokrasi
tidak sesuai dengan kaidah sosial yang ada pada masyarakat karena bila mahasiswa
tidak dapat bertindak dapat mengakibatkan sebuah perpecahan. Oleh karena itu
diharapkan nilai-nilai ideal dan normatif selaras dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Al-Quran.
Berdasarkan pada narasi di atas disusunlah GBPK HMA “mimar” yang
memuat konsepsi tentang penyelenggaraan Himpunan Mahasiswa Arsitektur “mimar”
, dengan harapan agar ada kebijakan yang terintegrasi, tertib, dan mampu memberikan
kontribusi positif bagi anggota, dan mahasiswa. Maka disusunlah arah penyelenggaraan
Himpunan Mahasiswa Arsitektur “mimar” dalam bentuk Garis Besar Program Kerja
HMA “mimar”
B. Pengertian
Garis Besar Program Kerja Keluarga Himpunan Mahasiswa Arsitektur “mimar”
adalah haluan dalam penyelenggaraan kebijakan di internal Keluarga Himpunan
Mahasiswa Arsitektur “mimar” dalam bentuk garis besar sebagai manifestasi
keinginan keluarga Himpunan Mahasiswa Arsitektur “mimar”, yang ditetapkan
oleh Himpunan Mahasiswa Arsitektur “mimar” dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
Keluarga Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia.
C. Sistematika
Naskah Garis Besar Program Kerja Himpunan Mahasiswa Arsitektur “mimar”
disusun menurut sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KONDISI UMUM
BAB III VISI DAN MISI
BAB IV ARAH KEBIJAKAN DAN PROYEKSI MASA DEPAN
BAB V KAIDAH PELAKSANAAN
BAB VI PENUTUP

BAB II
KONDISI UMUM
A. Sejarah Lembaga Kemahasiswaan
Sekolah Tinggi Islam yang berdiri pada hari ahad tanggal 27 Rajab 1364 bertepatan
dengan tanggal 8 Juli 1945 dan kini bernama Universitas Islam Indonesia. Seiring
berjalannya waktu dan seiring pula kepindahannya STI ke Yogyakarta (10 April 1946),
mahasiswa STI terus berkarya dan menjadikan momentum kepindahan tersebut sebagai
kebangkitan mahasiswa STI dengan mendirikan dua lembaga kemahasiswaan:
Pertama, Senat Mahasiswa STI. Kedua, Himpunan Mahasiswa Islam. Senat STI
dipimpin oleh: Ketua I (Penanggung Jawab Umum Djanamar Adjam, ketua II (aktiva
kemasyarakatan dan agama) Amin Syahri, Ketua III (kemahasiswaan) Lafran Pane.
Karena posisinya Lafran Pane sebagai ketua yang membidangi kemahasiswaan itulah,
maka Lafran Pane berinisiatif mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam. Sedangkan
perkembangan senat mahasiswa tingkat fakultas dinamakan komisariat senat
mahasiswa, akan tetapi karena tata kerja dan struktur yang sempit, maka pada tanggal
21 September 1950 diadakan Sidang Umum yang kemudian menghasilkan keputusan
dengan dibentuknya Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) dan Dewan
Mahasiswa (DEMA) dengan merujuk pada konsep negara, MPM sebagai lembaga
legislatif, dan DEMA sebagai lembaga eksekutif. Inilah yang dinamakan Student
Government dan tanggal 21 September 1950 diperingati sebagai hari kelahiran
Keluarga Mahasiswa Universitas Islam Indonesia.

Era BKK-KUA
Sudah 20 tahun lebih lembaga kemahasiswaan UII menggunakan konsep student
government dengan nama MPM dan DEMA. Tanggal 23 Januari 1974 dikeluarkannya
SK menteri Pendidikan dan Kebudayaan Syarif Tayep atau terkenal dengan nama SK
029-74 mengenai dibekukannya seluruh kegiatan-kegiatan Dewan Mahasiswa di
universitas/perguruan tinggi/institut karena banyak timbul gerakan mahasiswa di
kampus-kampus di bawah bendera masing-masing Dewan Mahasiswa. Menjelang
Sidang Umum MPR 1978, suhu politik Indonesia naik dan kampus- kampus di
Indonesia melakukan aksi-aksi demonstrasi di bawah bendera Dewan Mahasiswa
masing-masing. Hal ini menyebabkan dikeluarkannya SK Kepala Staf
PANGKOPKAMTIB No. SKEP-02/KOPKAM/I/1978 pada tanggal 21 Januari 1978,
yang berisi perintah pembekuan kegiatan Dewan Mahasiswa dari semua universitas,
perguruan tinggi, dan institut. Di Yogyakarta seluruh DEMA bersatu, menuntut
pemerintah yang sudah berjalan menyimpang. Akibatnya sebagian dari mahasiswa
ditangkap dan diajukan ke pengadilan. Salah satu mahasiswa yang ditahan dari UII
adalah Maqdir Ismail, mantan ketua departemen ekstern DEMA UII (sekarang
berprofesi sebagai advokat di Jakarta, dengan gelar DR. Maqdir Ismail, SH., L..LM).
Salah satu upaya pemerintah menghadapi gejolak tersebut adalah mengeluarkan
kebijakan dengan nama Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). NKK lahir lewat SK
No. 0156/U/1978 tanggal 19 April 1978, dengan disusul instruksi Direktur Jenderal
Pendidikan tinggi tanggal 17 Mei 1978, dengan nomor 002/DJ/Inst/1978, yang pada
intinya berisi perintah “untuk menata kembali lembaga- lembaga kemahasiswaan di
perguruan tinggi sesuai dengan pedoman NKK”. Konsep ini jelas ditolak oleh
mahasiswa, di Yogyakarta mahasiswa di wakili oleh UII, UGM, IKIP (UNY)
mendatangi DPR RI untuk menolak konsep NKK tersebut. Penolakan gagal dilakukan,
akhirnya Rektor UII dengan desakan-desakan dari pemerintah maupun Koordinator
Perguruan Tinggi Swasta (KOPERTIS) mengeluarkan SK No. 718/B.VI/1978 tentang
pedoman pelaksanaan NKK di UII yang berisi: 1. Likuidasi seluruh lembaga
kemahasiswaan yang ada di UII. 2. Likuidasi dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan
Mahasiswa (MPM) dan harus selesai paling lambat minggu III bulan Desember 1978.
3. Mengadakan pemilu mahasiswa sesuai dengan instruksi Dirjen Perguruan Tinggi.
Berdasarkan hal tersebut maka dibentuklah Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK)
dan Koordinator Unit Aktivitas, masing-masing sebagai pemegang legislatif dan
eksekutif, namun untuk BKK diketuai oleh Pembantu Rektor III dengan anggota
Pembantu Dekan di lingkungan UII dan wakil mahasiswa yang terpilih melalui pemilu
mahasiswa.

Era DPM-LEM
Pada tanggal 15 Mei 1993, sidang umum XXII menghasilkan keputusan dibentuknya
Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM) dan Lembaga Eksekutif Mahasiswa
(LEM) untuk tingkat universitas serta Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) dan Senat
Mahasiswa Fakultas (SMF) di tingkat fakultas. Kemudian pada Sidang Umum XXV
tahun 1998 terjadi perubahan nama untuk tingkat fakultas, untuk eksekutif bernama
Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas (LEMF) dan legislatif bernama Dewan
Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPMF). Konsep inilah yang bertahan sampai
sekarang. Pada tahun 1998 KM UII juga ikut berperan dalam menggulingkan rezim
Soeharto, dan melahirkan orde reformasi.

ERA Himpunan Mahasiswa Arsitektur “mimar”


Dahulu Himpunan Mahasiswa Arsitektur “mimar” dikenal dengan Himpunan
Mahasiswa Teknik Arsitektur (HMTA). Kemudian pada tahun 1998 Himpunan
Mahasiswa Teknik Arsitektur (HMTA), diubah menjadi HMA “mimar” dibawah
kepemimpinan Ranu Haryangsah. Kata “mimar” itu sendiri berasal dari Bahasa Arab
yang memiliki makna Arsitek.

Era Transisi HMA “mimar”

Pada tahun 2005, himpunan memulai cara pandang MAPALA yang tegas dan keras.
Pada tahun 2010, dalam pembentukan kader kader mahasiswa, himpunan
menghilangkan kontak secara fisik dan digantikan secara verbal dimana pengucapan
kalimat lebih tegas namun tanpa cacian dan makian. Pada tahun 2012 sampai 2015,
himpunan mengalami permasalahan dengan jurusan sehingga banyak kegiatan
himpunan yang tidak mendapatkan persetujuan jurusan. Pada tahun 2015, ketua
himpunan terpilih mengundurkan diri.

Era Baru HMA “mimar”

Pada tahun 2018 himpunan memulai lembaran baru, dengan menjadikan himpunan
lebih tertata, pada tahun ini himpunan mulai mendapatkan kembali kesuksesannya
dibawah kepemimpinan Muhammad Nauval. A, Muhammad Luthfi Yoga Hastommy,
dan Ibnu Dwi Mustofa. Pada era ini terjadi peristiwa besar yaitu pandemi COVID-19
yang dimulai tahun 2020 sampai sekarang. Pada masa ini, terjadi perubahan kegiatan
yang dulunya luring menjadi daring sehingga kegiatan dalam himpunan juga
menerapkan daring.
B. Realita Kemahasiswaan
Sejak adanya kebijakan setelah NKK yang dipengaruhi oleh era globalisasi berdampak
pada pendidikan di Perguruan Tinggi yang semakin kental dengan sistem kurikulum
yang feodalistik diantaranya adalah: pertama, materi pembelajaran lebih di perkental
daripada aspek pengembangan pikiran, kedua; lebih mementingkan formalisasi materi
daripada substansi materi yang berujung pada pengembangan kepribadian dan identitas
individual, ketiga; tidak menempatkan peserta didik sebagai mitra belajar, keempat,
tidak menghormati nilai-nilai pilihan pribadi pelajar.

1. Dinamika kelembagaan & kemahasiswaan


Di abad 21 ini indonesia memasuki era disruption yang mana desakan revolusi industri
kian meningkat, terobosan demi terobosan untuk menjadikan unggul, efisien, dan
canggih menjadi misi pelaku industri hari ini. Lalu apakah dinamika kelembagaan dan
kemahasiswaan mengalami demikian, ini yang menjadi catatan besar pada setiap
barisan orang-orang yang ingin mengabdikan dirinya pada organisasi.

Dalam realita kemahasiswaan Arsitektur UII ada beberapa perbedaan yang paling
terlihat dalam lingkup Mahasiswa aktif Arsitektur UII, dimana beberapa mahasiswa
memiliki ketertarikan yang lebih dalam bidang akademik, dan sebagian diantaranya
memiliki ketertarikan dalam bidang non-akademik salah satunya dalam hal
berorganisasi. Akan tetapi, masih terbilang banyak yang tidak tertarik dalam
berorganisasi karena yang terlihat himpunan kurang dalam menarik simpati anggotanya
untuk tetap aktif di bidang akademik maupun non-akademik.

Dengan demikian ini menjadi evaluasi lembaga di periode 2022-2023 untuk terus
meningkatkan dan mengembalikan marwah HMA “mimar” agar menjadi daya tawar
dan serap aspirasi mahasiswa yang komprehensif guna memperjuangkan hak-hak
mahasiswa yang berada pada pihak birokrat kampus. HMA “mimar” harus menjadi
lebih elegan, solid, inovatif, dan kolaborasi berkelanjutan untuk terus mengakomodir
kepentingan mahasiswa dengan menciptakan konsep-konsep baru sesuai
perkembangan zaman. Meskipun banyak rintangan maupun cobaan, HMA “mimar”
melakukan upaya regenerasi ke arah yang lebih baik dan lebih baik lagi.
1. Transformasi keilmuan dan perkembangan zaman
Dalam upaya continue untuk terus membenahi tubuh HMA “mimar” dari setiap
periode ke periode selanjutnya perlu dilakukan transformasi. Hal ini dikarenakan
kualitas SDM yang berbeda sehingga perlu rancangan strategis dan transformasi
pengetahuan agar yang belum selesai pada periode sebelumnya dapat terus dilanjutkan
di periode selanjutnya.
Himpunan memang telah memberikan beragam tempat untuk mengasah kualitas SDM
di lingkungan mahasiswa arsitektur UII, akan tetapi masih belum menjadikan HMA
“mimar” sebagai pusat informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Dengan demikian
diharapkan HMA “mimar” pada periode 2022-2023 menjadi sebuah tempat informasi
yang berhubungan dengan internal maupun eksternal menjadi lebih maksimal.

BAB III
VISI DAN MISI

VISI
Menjadikan HMA “mimar” sebagai himpunan yang unggul, bertanggung jawab dan
berintegritas, serta sebagai wadah dalam mengembangkan minat dan bakat mahasiswa
Arsitektur UII baik dibidang akademik maupun non-akademik guna mewujudkan
HMA “mimar” yang terampil dan berkompeten sehingga bermanfaat bagi masyarakat
luas dan diridhoi allah swt.

MISI
1. Mengoptimalkan HMA “mimar” sebagai wadah aspirasi mahasiswa
2. Mewadahi Mahasiswa Arsitektur UII untuk mengembangkan potensi diri dalam
berorganisasi
3. Mewadahi Mahasiswa Arsitektur UII dalam mengembangkan bakat dan
potensinya dalam bidang akademik
4. Menjadikan HMA “mimar” menjadi media informasi yang aktif dan kreatif
5. Membangun relasi dan komunikasi yang baik kepada pihak eksternal maupun
internal
BAB IV
PROYEKSI MASA DEPAN DAN ARAH KEBIJAKAN

Arah kebijakan tidak terlepas dari proyeksi perjalanan mahasiswa arsitektur UII, dengan
memperhatikan pada kondisi umum di atas maka perlu adanya proyeksi pada tiap periode,
adalah sebagai berikut :
2020/ 2021: Membentuk pengurus HMA “mimar” UII yang profesional, produktif, inovatif,
kreatif, mampu menjaga kebersamaan, menampung dan mewujudkan aspirasi mahasiswa
arsitektur uii, peka terhadap isu sosial dan mengedepankan nilai-nilai islam dalam pengambilan
keputusan. Diharapkan mahasiswa arsitektur dapat lebih aktif dalam keorganisasian yang
berada di kampus dan juga dapat mengembangkan / menciptakan pola pikir kritis pada
mahasiswa arsitektur UII.
2021/ 2022: Optimalisasi Himpunan Mahasiswa Arsitektur “mimar” FTSP UII sebagai
lembaga yang bersinergi guna membangun kembali mahasiswa yang inovatif, berkomitmen,
dan berkapabilitas demi terwujudnya tatanan masyarakat yang diridhio Allah Swt.

A. Kelembagaan
1. Pembentukan dan peningkatan kader mahasiswa secara sistematis
dengan sistem student government.
2. Berkontribusi dalam mewujudkan rasa kekeluargaan dan loyalitas
antar Mahasiswa

B. Keilmuan
1. Memberikan fasilitas mahasiswa guna meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan dan wawasan mahasiswa terutama dalam
bidang arsitektur.
2. Pembentukan wadah diskusi bidang arsitektur bagi mahasiswa
arsitektur secara kritis dan sikap intelektual.

C. Minat dan Bakat


1. Mengoptimalkan bakat non-akademik mahasiswa.
2. Mengoptimalkan peran serta fungsi untuk memberdayakan UKM.
3. Memajukan aktivitas minat dan bakat mahasiswa.
D. Hubungan Masyarakat
1. Berperan sebagai jembatan komunikasi yang proaktif, penjaga relasi,
dan silaturahmi dengan seluruh elemen dalam internal HMA “mimar”,
alumni, hingga organisasi kemahasiswaan Arsitektur luar UII dan pihak
eksternal lainnya.
E. Media Informasi
1. Media penyebaran informasi di lingkup HMA “mimar”UII.
2. Mewadahi potensi Mahasiswa Arsitektur aktif di Universitas Islam
Indonesia di bidang multimedia dan jurnalistik.
F. Badan Usaha
1. Penghimpun dana penunjang kegiatan mahasiswa.
2. Mewadahi mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan pada bidang
kewirausahaan.

BAB V
KAIDAH PELAKSANAAN
Garis Besar Program Kerja Himpunan Mahasiswa Arsitektur “mimar” merupakan arah
penyelenggaraan aktivitas bagi seluruh kegiatan kemahasiswaan. Untuk itu perlu ditetapkan
kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut :
1. Himpunan Mahasiswa Arsitektur “mimar” berkewajiban melaksanakan GBPK
HMA “mimar” ini sesuai dengan fungsi, tugas, dan wewenangnya
berdasarkan hasil Musyawarah Besar
2. Himpunan Mahasiswa Arsitektur “mimar”, wajib menyusun struktur
kepengurusan berdasarkan kebutuhan dalam GBPK HMA “mimar”, serta
disusun secara derivatif di tingkat himpunan, yang dalam pelaksanaan kerjanya
secara otomatis dipimpin oleh Ketua Umum, Wakil Ketua Umum dan Kepala
Departemen.
3. Dalam penyelenggaraannya, Himpunan Mahasiswa Arsitektur “mimar”
berkewajiban untuk membuat program kerja sebagai terobosan dan sebagai
acuan penyelenggaraan kerja kemahasiswaan.
4. Himpunan mahasiswa arsitektur “mimar” yang dipimpin oleh Ketua Umum
dan dibantu oleh Wakil Ketua Umum serta Kepala Departemen menjalankan
tugas penyelenggaraan aktivitas kemahasiswaan, dan berkewajiban untuk
mengerahkan semua potensi dan kekuatan secara hierarki di tingkat himpunan.

BAB VI
PENUTUP
Garis Besar Program Kerja Himpunan Mahasiswa Arsitektur “mimar” berlaku sejak tanggal
ditetapkan sampai ditetapkannya kembali GBPK HMA “mimar” hasil Musyawarah Besar
HMA “mimar” dan akan ditinjau kembali apabila terjadi kekeliruan.

Anda mungkin juga menyukai