Anda di halaman 1dari 5

TERM OF REFERENCES

Nama Kegiatan TRAINING WALI JAMA’AH PERADILAN 2019

Tema Keluarga Mahasiwa UII dulu,kini dan esok

Landasan
A. Sejarah Kelembagaan KM UII
Pemikiran
 Senat Mahasiswa – HMI, Pada saat UII hendak pindah ke
Yogyakarta, Mahasiswa STI menjadikan momen kepindahan
tersebut sebagai kebangkitan mahasiswa dengan mendirikan 2
lembaga, Pertama Senat Mahasiswa (legislative) , Kedua
Himpunan Mahasiswa Islam (Eksekutif), kemudian sidang umum
berhubung tata kerja dan struktur yang sempit, keputusan SU
membentuk MPM - DEMA
 MPM (Majelis Permusyawaratan Mahasiswa) – Dema
(Dewan Mahasiswa), MPM sebagai Lembaga Legislatif, DEMA
sebagai Lembaga Eksekutif.
 NKK – BKK, NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus), BKK
( Badan Kordinasi Kemahasiswaan), Pada saat reformasi
banyaknya pergerakan mahasiswa yang terus membungkam rezim
soeharto. Kemudian rezim soeharto mengeluarkan kebijakan
NKK untuk membtasi pergerakan mahasiswa dan menata kembali
Lembaga – Lembaga mahasiswa. Konsep NKK ditolak oleh UII,
UGM, IKIP (UNY). Lalu munnculah BKK (Legislatif) dan KUA
(Eksekutif). Kemudian SU dan menghasilkan membentuk,
 DPM – LEM. Dewan Permusyawaratan Mahasiswa ditingkat
Universitas sebgai Lembaga Legislatif dan Lembaga Eksekutif
Mahasiswa ditingkat Universitas sebagai Lembaga eksekutif.
Sedangkan ditingkat fakultas Dewan Perwakilan Mahasiswa
Fakultas dan Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas.

B. Student Government
Ciri khas utama yang melekat pada KM UII adalah dikenalnya istilah
“student government” sebagai dasar pelaksanaan sistem kelembagaan
di KM UII. Secara umum, student government bermakna
pemerintahan dari, untuk dan oleh mahasiswa. Dengan demikian
maka pelaksanaan atau sistem kelembagaan di KM UII dilakukan
oleh mahasiswa UII, dari mahasiswa UII untuk mahasiswa UII itu
sendiri. Pelaksanaan sistem kelembagaan yang demikian itu
mensyaratkan adanya dua aspek, yakni kemandirian dan independensi
dalam berlembaga. Kemandirian dimaknai sebagai sesuatu yang
berdiri sendiri dan tidak bergantung kepada pihak manapun.
Sementara independensi bermakna bebas dan merdeka. Organisasi
KM UII tidak terikat secara struktural dengan UII, tidak berada
dibawah Rektorat maupun Dekanat. Namun demikian, bukan berarti
bahwa KM UII terpisah dengan UII, karena KM UII merupakan
bagian dari UII yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara KM
UII dengan UII dijalankan secara koordinatif. Untuk itu dalam
pelaksanaannya sangat mengedepankan hubungan yang sinergis dan
harmonis antara lembaga mahasiswa dengan pihak UII, baik dalam
lingkup universitas maupun fakultas. KM UII memiliki sikap politik
yang bebas dan merdeka. Hal ini menegaskan bahwa dalam
menentukan sikap politik, tidak ada pihak manapun yang dapat
mengintervensi atau mempengaruhinya.

C. Peristiwa penting Tahun 1989 ( Peristiwa Slamet Suroyo)


Slamet Suroyo merupakan aktivis mahasiswa UII yang bersal dari
Fakultas Teknis Sipil dan Pembangunan, merupakan kader
organisasi eksternal yaitu HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) .
Pada saat itu Dewa Mahasiswa (DEMA) yang dipimpin oleh
Suparman Marzuki membentuk tim investigasi (Tim Re-evaluasi
pembangunan Kampus). Tim ini bertujuan untuk mengusut
adanya dugaan KKN di tubuh struktur pimpinan UII dan Badan
Wakaf yang pada saat itu sedang membangun atau mengerjakan
pembangunan Kampus Antara ( sekarang FE).
Lalu, Slamet Saroyo selaku ketua tim mencium adanya tindakan
KKN tersebut yang dilakukan oleh Pembantu Rektor 3 yang
bernama Efendi Ari, rector saat itu Prof. Ace Partadirejo.
Singkatnya, terjadi bentrokan fisik antara Slamet Saroyo dan
kawan-kawan timinvestigasi melawan orang-orang suruhan Ari di
daerah Kaliurang, sekitar setelah magrib.
Pada kejadian tersebut, Slamet Saroyo terbunuh dan pihak
effendi ari juga terbunuh satu orang.

D. Fungsi Mahasiwa
1. Mahasiswa Sebagai Agen Of Change
Mahasiswa sebagai “agent of change”, sesuai dengan artinya
agen perubahan, kita sebagai mahasiswa juga berperan
sebagai agen perubahan untuk masyarakat , sebab mahasiswa
itu sebagai langkah terakhir kita untuk para pelajar untuk
penempuh pendidikan yang lebih tinggi, dari yang dulu kita
berstatus sebagai siswa sekarang sudah berstatus mahasiswa,
dari namanya saja maha-siswa, mahasiswa itu seperti
ditinggikan. Dengan gelar kita para mahasiswa sebagai agen
perubahan, kita harus bersungguh-sungguh dalam menuntut
ilmu setinggi-tingginya agar kita bisa mengaplikasikan gelar
yang telah diberikan atau dipercaya oleh masyarakat kepada
kita sebagai agen perubahan bangsa yang lebih maju. Bukan
malah membuat gelar itu hanya menempel dinama kita
sebagai mahasiswa, sebab gelar yang telah diberikan kepada
mahasiswa sebagai agen perubahan itu bukan diberikan begitu
saja tetapi didalam gelar itu terdapat sebuah harapan untuk
perubahan bangsa kita ini, darai bangsa ynag tidak terarah
menjadi bangsa yang lebih terarah. 

2. Mahasiswa Sebagai Social Control


Mahasiswa sebagai “social control”, sebagia mahasiswa kita
harus berperan sebagai pengontrol kehidupan social. Dalam
hal ini kita bias mengontrol kehidupan masyarakat, dengan
cara kita sebagai mahasiswa menjadi jembatan antara
masyarakat dengan pemerintah.  Menyampaikan aspirasi yang
telah dikeluarkan oleh masyarakat kepada pemerintah.
Mahasiswa juga sebagai gerakan yang mengkritisi kebutuhan
politik ketika ada kebijakan diberikan oleh pemerintah yang
tidak baik atau tidak bijak bagi masyarakat. Cara mahasiswa
mengkritisi pemerintahan tersebut juga dengan banyak cara,
contohnya dengan menyampaikan aspirasi lewat media massa
maupun dengan berdemonstrasi, dll.

3. Mahasiswa Sebagai Iron Stock


Mahasiswa sebagai “iron stock”, kita sebagai mahasiswa
diharapkan menjadi manusia –manusia yang memiliki
kemampuan dan ahlak yang mulia, disini kita berperan
sebagagi pengganti generasi-generasi sebelumnya. Yaitu kita
sebagai cikal bakal atau cadangan untuk masa yang akan
memajukan bangsa kita ini. Karna kalau bukan kita generasi-
generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa, maka siapa
lagi yang akan memajukan bangsa kita yang tercinta ini tanah
air Indonesia. Kemudian dalam dunia kampus dari
kemahasiswaanya menjadi momentum yang sangat bagus
untuk mengkaderisasi penerus-penerus bangsa nantinya. Oleh
karena itu peran kita sebagai mahasiswa sangat penting disini.

4. Mahasiswa Sebagai Moral Force


Mahasiswa sebagai “moral force”, kita sebagai mahasiswa
berperan sebagai kekuatan moral. Gelar moral force ini
diberikan kepada kita sebagai mahasiswa oleh masyarakat,
sebab kitalah yang akan menjadi kekuatan moral untuk negri.
Kijta sebagai mahasiswa harus memiliki acuan dasar dalam
berprilaku. Acuan dasar itu adalah tingkah laku, perkataan,
cara berpakaian, cara bersikap, dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan moral yang baik. Semua acuan itu harus
kita perbaiki agar kita memiliki moral yang baik, bukanya
moral yang buruk. Disinilah kita dituntut untuk
keintelektualan kita dalam kekuatan moral kita didalam
masyarakat.

Pembicara Muhammad Iqrak Zain

- Mewujudkan Mahasiswa yang Paham Akan Sejara KM UII serta


Target
Perkembangannya hingga Sekarang

- Terwujudnya Mahasiswa yang Paham Akan Sejarah KM UII


Tujuan
serta Perkembangannya hingga sekarang
Hari/Tanggal : Minggu/18 Agustus 2019

Waktu : 13.00 -14.00 WIB


Pelaksanaan
Tempat : Ruang TS 2.9 Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia

Pelaksana Pekan Raya dan Silahturahmi Perkenalan (Peradilan) 2019

Penanggung jawab Komisi B Peradilan 2019

Anda mungkin juga menyukai