Website: http:/www.ums.ac.id
==============================================
BAB 1
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
(1) Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
(2) Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar maruf nahi mungkar berasas
Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Persyarikatan Muhammadiyah
adalah Badan Hukum berdasar Besluit Pemerintah Hindia Belanda No. 81 tahun 1914,
No. 40 tahun 1920 dan No. 36 tahun 1921, serta Surat Dirjen Pembinaan Hukum
Departemen Kehakiman RI No. J.A.5/160/4 tanggal 8 September 1971.
(4) Statuta adalah pedoman dasar penyelenggaraan kegiatan sebagai acuan perencanaan,
pengembangan program, dan penyelenggaraan kegiatan fungsional sesuai tujuan
universitas yang berisi dasar rujukan pengembangan peraturan akademik, dan prosedur
operasional. Untuk selanjutnya yang dimaksud adalah statuta adalah statuta Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
(5) Pola Ilmiah Pokok (PIP) adalah arah kebijakan dan strategi pengembangan yang
dimanifestasikan dalam seluruh aktivitas pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni sehingga menjadikan unggulan dan karakteristik pembeda antara UMS dengan
perguruan tinggi lainnya.
(6) Universitas adalah perguruan tinggi yang terdiri dari sejumlah fakultas yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau profesional dalam sejumlah disiplin
ilmu tertentu. Untuk selanjutnya yang dimaksud dengan universitas dalam statuta ini
adalah Universitas Muhammadiyah Surakarta, disingkat UMS.
(7) Pendidikan akademik adalah pendidikan sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan
terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
(8) Pendidikan profesi adalah pendidikan yang diselenggarakan setelah program sarjana,
yang diarahkan terutama pada kesiapan menerapkan keahlian tertentu.
(9) Pendidikan vokasi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu.
(10) Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah nilai dan kegiatan utama yang diemban oleh
perguruan tinggi yang meliputi bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.
(13) Badan Pelaksana Harian-UMS (BPH-UMS) adalah badan yang dibentuk oleh
Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk melaksanakan secara langsung tugas BP-PTM
sehari-hari dalam penyelenggaraan UMS.
(15) Senat universitas adalah badan normatif dan perwakilan tertinggi tingkat universitas.
(16) Sivitas akademika adalah kesatuan yang terdiri dari dosen dan mahasiswa.
(17) Karyawan adalah semua tenaga akademik dan tenaga non-akademik universitas.
(18) Tenaga dosen adalah karyawan yang diangkat dengan tugas utama merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
ilmiah dan pengabdian kepada masyarakat.
(19) Tenaga administratif adalah karyawan yang diangkat dengan tugas utama pelayanan
dibidang administrasi akademik, umum, dan keuangan.
(20) Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan menempuh pendidikan di UMS.
(21) Alumni adalah seseorang yang telah menyelesaikan studi pada jenjang pendidikan
tertentu.
(22) Busana akademik adalah busana yang dipakai anggota senat dan wisudawan secara
formal dalam upacara sidang senat terbuka.
(23) Kopertis VI adalah Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VI Jawa Tengah.
(24) Kopertis X adalah Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Islam Wilayah X Jawa
Tengah.
BAB II
IDENTITAS
Pasal 2
(1) UMS adalah perguruan tinggi swasta di bawah persyarikatan Muhammadiyah yang
terletak di wilayah Surakarta; alamat: Jl. A. Yani, Pabelan Kartasura Tromol Pos I
Sukoharjo PO. BOX 1 Telp. (0271) 717417, 719417; Fax. 0271-715448 Surakarta 57102.
(2) UMS berdiri berdasarkan SK Mendikbud RI No. 0330/0/1981 tanggal 24 Oktober
1981; sebagai kelanjutan dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di Surakarta
sejak tahun 1958. PTM yang berdiri sejak tahun 1958 adalah FKIP Universitas
Muhammadiyah Jakarta Cabang Surakarta, dan pada tahun 1965 dikembangkan menjadi
IKIP Muhammadiyah Surakarta dan Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAIM)
Surakarta.
Pasal 3
Pasal 4
Logo UMS berbentuk segi lima berbingkai, di dalamnya gambar padi, kapas, dan simbol
Muhammadiyah, dengan makna:
Padi dan kapas, mempunyai makna memberikan manfaat bagi kesejahteraan bangsa dan
negara.
Simbol Muhammadiyah mempunyai makna bahwa UMS mengemban visi dan misi
Persyarikatan Muhammadiyah.
Pasal 5
(1) Bendera universitas berwarna dasar biru tua dengan “Lambang Muhammadiyah”
berwarna putih perak bertuliskan Muhammadiyah dengan huruf arab warna hitam, padi
warna kuning, dan kapas warna hijau-putih.
(2) Bendera fakultas adalah bendera universitas yang dibedakan oleh warna dasar sebagai
berikut:
Pasal 6
(1) Hymne UMS berjudul Hymne Universitas Muhammadiyah karya Bimbo, aransemen
R. Wardoyo.
(2) Mars UMS berjudul Mars Universitas Muhammadiyah karya Bimbo, aransemen R.
Wardoyo.
Pasal 7
Busana akademik UMS adalah toga dengan topi berwarna dasar hitam, dan samir
berwarna sesuai dengan identitas fakultas.
Pasal 8
Sidang senat terbuka dalam rangka wisuda diploma, sarjana, dan pasca sarjana UMS.
BAB III
Pasal 9
Visi UMS adalah sebagai pusat unggulan (center of exellence) dalam pengembangan
ipteks dan sumberdaya manusia berdasarkan nilai-nilai keislaman dan tuntutan zaman,
serta memberi arah pada perubahan.
Pasal 10
Misi UMS:
Memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berlandaskan nilai-nilai keislaman dan
tuntutan zaman dalam rangka membangun masyarakat Indonesia sebagai masyarakat
utama.
a. Terwujudnya universitas yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
Pasal 12
(1) Pola Ilmiah Pokok (PIP) UMS adalah aktualisasi ajaran Islam melalui pengembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sebagai upaya peningkatan martabat manusia.
BAB IV
SUSUNAN ORGANISASI
BAGIAN PERTAMA
Pasal 13
Organisasi universitas terdiri dari:
b. Senat Universitas.
Pasal 14
(1) Badan Penyelenggara UMS (BP-UMS) adalah Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang
kewenangan pelaksanaannya dilimpahkan kepada Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
b. Menetapkan kebijakan dasar (statuta) dan kebijakan strategis yang tertumpu pada
Qoidah PTM.
Pasal 15
(1) Badan Pelaksana Harian UMS (BPH-UMS) adalah badan yang dibentuk oleh
Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk melaksanakan fungsi dan tugas sehari-hari badan
penyelenggara.
(2) BPH-UMS terdiri dari unsur Pimpinan Pusat wilayah Muhammadiyah sebanyak 2
(dua) orang, Pimpinan daerah Muhammadiyah sebanyak 2 (dua) orang, dosen,/karyawan
UMS sebanyak 3 (tiga) orang.
Pasal 16
Fungsi BPHL:
b. Mewakili BP dalam hal yang berhubungan dengan Kopertis dan atau Kopertis serta
pihak eksternal lainnya.
c. Mengangkat dan memberhentikan dosen tetap dan karyawan administrasi tetap atas
usul rektor berdasarkan aturan dan prosedur yang berlaku.
d. Memberikan penghargaan dan sanksi kepada dosen tetap dan karyawan administrasi
tetap atas usul rektor.
Pasal 17
Tugas BPH:
Pasal 18
Masa jabatan keanggotaan BPH adalah 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali
sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali periode berturut-turut.
BAGIAN KEDUA
Senat Universitas
Pasal 19
(1) Senat universitas adalah badan normatif dan perwakilan tertinggi tingkat universitas.
(2) Senat universitas terdiri dari guru besar tetap aktif, pimpinan universitas, dekan,
direktur pasca sarjana, dan wakil dosen.
(3) Senat universitas diketuai oleh rektor, didampingi oleh seorang sekretaris yang dipilih
dari anggota senat.
(4) Masa jabatan keanggotaan senat universitas dari wakil rektor adalah 4 (empat) tahun
dan dapat diangkat kembali satu masa jabatan berikutnya.
(5) Anggota senat universitas dari wakil dosen yang sudah menjabat dua periode berturut-
turut dapat diangkat kembali setelah masa selang sekurang-kurangnya satu periode.
(7) Anggota senat dari wakil dosen yang meninggal dunia, berhalangan tetap, dan
berhalangan sehingga tidak dapat menjalankan tugas dapat diganti atas usul fakultas.
Pasal 20
a. Memilih dan menetapkan calon rektor dan mengusulkannya kepada Pimpinan Pusat
Muhammdiyah.
Pasal 21
(2) Dalam melaksanakan tugas pokoknya senat universitas dapat membentuk komisi-
komisi sesuai dengan kebutuhan pengembangan.
(3) Struktur, keanggotaan, dan tata kerja senat universitas secara terinci diatur dengan
ketentuan tersendiri.
BAGIAN KETIGA
Pimpinan Universitas
Pasal 22
(2) Rektor diangkat dan diperhentikan oleh Pimpinan Pusat Muhammdiyah atas usul
Majelis Diktilitbang berdasarkan usulan dari senat universitas, setelah memperoleh
peretujuan/rekomendasi Pimpinan Wilayah Muhammdiyah.
Bersama BPH membuat keputusan, prosedur, mekanisme, dan tata cara rekruitmen dosen
dan karyawan administrasi.
(2) Dalam menjalankan tugas, rektor dibantu oleh tiga (wakil) rektor yang bertanggung
jawab kepada rektor.
(3) Untuk kepentingan pengembangan universitas, rektor dapat menunjuk wakil rektor
lebih dari 3 (tiga) orang.
(4) Bilamana rektor berhalangan tidak tetap, Wakil Rektor Bidang Akademik bertindak
sebagai pelaksana harian rektor.
(5) Bilamana rektor berhalangan tetap, Badan Penyelenggara menunjuk pejabat rektor
paling lama 3 (tiga) bulan atas pertimbangan senat universitas, sampai ditetapkan rektor
definitif.
Pasal 24
Pasal 25
b. Wakil Rektor II, membantu tugas rektor dalam memimpin pelaksanaan kegiatan
bidang administrasi umum dan keuangan, serta pembinaan dan pengembangan tenaga
administrasi.
c. Wakil Rektor III, membantu tugas rektor dalam memimpin pelaksanaan kegiatan
kemahasiswaan dan alumni.
BAGIAN KEEMPAT
Senat Fakultas
Pasal 26
(1) Senat fakultas adalah badan normatif dan perwakilan tertinggi tingkat fakultas.
(2) Senat fakultas terdiri dari guru besar aktif, pimpinan fakultas, dan wakil dosen.
(4) Senat fakultas diketuai oleh dekan atau anggota senat yang dipilih dan didampingi
seorang sekretaris yang dipilih dari anggota senat.
(6) Struktur dan tata kerja senat fakultas diatur dengan ketentuan tersendiri.
BAGIAN KELIMA
Pasal 27
Fakultas
(1) Fakultas adalah unit pelaksana kegiatan akademik program strata satu, profesi dan
diploma.
(2) Fakultas dipimpin oleh seorang dekan yang bertanggung jawab kepada rektor.
(3) Unsur-unsur fakultas adalah program studi, laboratorium, kelompok tenaga pengajar,
dan tata usaha.
(4) Untuk menunjang kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat fakultas dapat membentuk pusat studi.
Pasal 28
(2) Dekan diangkat dan diperhentikan oleh Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat
Muhammadiyah atas ajuan rektor berdasarkan usul senat fakultas dan rekomendasi
PWM.
(3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, dekan dibantu oleh wakil dekan/sekretaris.
Pasal 29
(1) Wakil dekan/sekretaris fakultas diangkat dan diberhentikan oleh rektor atas usul
dekan.
(3) Fungsi, tata kerja, dan rincian tugas wakil dekan/sekretaris fakultas diatur dalam
ketentuan sendiri.
Pasal 30
(3) Program studi pada fakultas yang hanya terdiri dari 1 (satu) program studi dipimpin
oleh dekan.
(4) Dalam menjalankan tugasnya, ketua program studi dapat dibantu oleh seorang
sekretaris program studi.
(6) Ketua program studi dan sekretaris program studi diangkat dan diberhentikan oleh
rektor atas usul dekan berdasarkan hasil pemilihan dosen tetap program studi.
(7) Fungsi, tata kerja, dan rincian tugas ketua/sekretaris program studi diatur dalam
ketentuan tersendiri.
Pasal 31
(1) Program profesi adalah unsur fakultas yang menyelenggarakan pendidikan khusus
yang berbasis keahlian khusus sarjana (S1).
(2) Program profesi dalam pelaksanaannya mengacu pada ketentuan dan standar kualitas
yang ditetapkan oleh asosiasi profesi.
(3) Program profesi dipimpin oleh seorang ketua program profesi yang berkualifikasi
sesuai dengan ketentuan asosiasi profesi atau seorang yang keahliannya memenuhi
persyaratan tertentu.
(4) Dalam menjalankan tugasnya ketua program profesi dapat dibantu seorang sekretaris
program profesi.
(5) Ketua dan sekretaris program profesi bertanggung jawab kepada ketua program
studi/dekan.
(6) Ketua dan sekretaris program profesi diangkat dan diberhentikan oleh rektor atas usul
ketua program studi/dekan.
(7) Fungsi, tata kerja, dan rincian tugas ketua dan atau sekretaris program profesi diatur
dalam ketentuan tersendiri.
Pasal 32
(1) Program studi diploma adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu.
(3) Dalam menjalankan tugasnya, ketua program studi diploma dapat dibantu oleh
seorang sekretaris.
(5) Ketua dan sekretaris program studi diploma diangkat dan diberhentikan oleh rektor
atas usul dekan berdasarkan hasil pemilihan dosen tetap program studi diploma.
(6) Fungsi, tata kerja, dan rincian tugas kepala dan skretaris program studi diploma diatur
dalam ketentuan tersendiri.
(1) Laboratorium adalah unit sumberdaya dasar bagi pengembangan disiplin ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
(2) Laboratorium terdiri dari laboratorium yang dikoordinasi oleh universitas dan
laboratorium fakultas/program studi.
(3) Laboratorium dipimpin oleh seorang kepala yang berasal dari dosen yang keahliannya
telah memenuhi syarat tertentu.
(4) Kepala laboratorium yang dikoordinasi oleh universitas bertanggung jawab kepada
rektor, sedangkan kepala laboratorium fakultas/program studi bertanggung jawab kepada
dekan/ketua program studi.
(5) Kepala laboratorium fakultas/program studi diangkat dan diberhentikan oleh rektor
atas usul dekan/ketua program studi melalui dekan, sedangkan kepala laboratorium yang
dikoordinasi oleh universitas diangkat dan diberhentikan oleh rektor atas usul
fakultas/program studi pemakai laboratorium tersebut.
(6) Dalam menjalankan tugasnya, ketua laboratorium dibantu oleh asisten atau laboran
dan pekarya.
(7) Fungsi, tata kerja, dan rincian tugas kepala laboratorium diatur dalam ketentuan
tersendiri.
Pasal 34
(1) Program pasca sarjana adalah penyelenggara dan pelaksana kegiatan akademik strata
dua dan strata tiga.
(2) Program pasca sarjana dipimpin oleh seorang direktur setingkat dekan dan
bertanggung jawab kepada rektor.
(3) Unsur program pasca sarjana adalah program studi, laboratorium, kelompok tenaga
pengajar dan tata usaha.
Pasal 35
(1) Direktur adalah penanggung jawab terlaksananya kegiatan pendidikan dan pengajaran
jenjang strata dua dan strata tiga, serta kegiatan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat.
(2) Direktur diangkat dan diberhentikan oleh Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat
Muhammadiyah atas usul rektor setelah mendapat rekomendasi PWM.
(3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, direktur dapat dibantu oleh seorang
sekretaris.
Pasal 36
(1) Sekretaris direktur diangkat dan diberhentikan oleh rektor atas usul direktur pasca
sarjana.
(3) Fungsi, tata kerja, dan rincian tugas sekretaris direktur diatur dalam ketentuan
tersendiri.
Pasal 37
(1) Program studi pasca sarjana adalah unsur pelaksana akademik pada jenjang program
pasca sarjana.
(3) Dalam menjalankan tugasnya, ketua dapat dibantu oleh seorang sekretaris.
(4) Ketua program studi pasca sarjana dan atau sekretaris program studi pasca sarjana
bertanggung jawab kepada direktur.
(5) Ketua program studi pasca sarjana dan atau sekretaris program studi pasca sarjana
diangkat dan diberhentikan oleh rektor atas usul direktur dan dekan terkait.
BAGIAN KEENAM
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Pusat Studi, Lembaga Studi Islam dan
Kemuhammadiyahan, dan Lembaga Bahasa
Pasal 38
(1) Lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat adalah unsur pelaksanaan akademik
di lingkungan universitas yang mengkoordinasi, memantau dan menilai pelaksanaan
kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh pusat-pusat
studi.
(2) Pusat studi dikoordinir oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
adalah Pusat Studi Kependudukan, Pusat Studi Lingkungan, Pusat Studi Gender, dan
Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial.
(4) Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat dipimipn oleh ketua dan dua
wakil ketua yang masing-masing meng-koordinasi kegiatan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat.
(5) Ketua/wakil ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, dan kepala
pusat studi diangkat dan diberhentikan oleh rektor.
(6) Prosedur, mekanisme, tata kerja, dan kegiatan Lembaga Penelitian dan Pengabdian
pada Masyarakat diatur dengan ketentuan tersendiri.
Pasal 39
(1) Lembaga Studi Islam dan Kemuhammadiyahan (LSIK) adalah lembaga khusus yang
menangani masalah-masalah Keislaman dan Kemuhammadiyahan, serta pengembangan
kader Muhammadiyah sebagai ciri khusus Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
(2) LSIK dipimpin oleh seorang ketua dibantu oleh seorang sekretaris.
(3) LSIK terdiri dari beberapa pusat studi yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan
pengembangan.
(4) Pusat studi dipimpin oleh kepala dan dibantu oleh sorang sekretaris.
(5) Ketua/sekretaris LSIK dan kepala/sekretaris pusat studi diangkat dan diberhentikan
oleh rektor.
(6) Prosedur, mekanisme, dan tata kerja LSIK diatur dalam ketentuan tersendiri.
Pasal 40
Lembaga Bahasa
(1) Lembaga bahasa adalah unit akademik yang bertugas merencanakan, menyiapkan
bahan ajar, dan melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran bahasa baik untuk
mahasiswa maupun dosen/karyawan.
(3) Kepala dan sekretaris Lembaga Bahasa diangkat dan diberhentikan oleh rektor.
(5) Prosedur, mekanisme, dan tata kerja lembaga bahasa diatur dalam ketentuan
tersendiri.
BAGIAN KETUJUH
Pasal 41
(2) Pejabat struktural akademik sebagaimana dimaksud ayat (1) yang sudah berturut-turut
dapat diangkat kembali setelah masa selang sekurang-kurangnya satu periode.
(3) Pergantian jabatan struktural akademik antar waktu dilaksanakan sampai berakhirnya
masa jabatan.
(4) Masa jabatan pejabat struktural akademik antar waktu tidak diperhitungkan sebagai
periode jabatan.
BAGIAN KEDELAPAN
Biro Administrasi
Pasal 42
(1) Biro adalah unsur pelaksana administrasi, pembantu pimpinan universitas dibidang
pelayanan teknis administratif yang meliputi administrasi umum, administrasi akademik
dan kemahasiswaan, dan administrasi keuangan.
(2) Biro dipimpin oleh seorang kepala diangkat dan diberhentikan oleh rektor.
(5) Jumlah dan jenis bagian maupun sub-bagian disesuaikan dengan kebutuhan.
Pasal 43
(1) Biro Administrasi Umum (BAU) adalah unit penyelenggara pelayanan teknis dan
administratif seluruh unsur di lingkungan universitas.
(2) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya BAU berada di bawah koordinasi Wakil
Rektor Bidang Administrasi dan Keuangan
Pasal 44
(2) Struktur, mekanisme, dan rincian tugas BAU diatur dengan ketentuan tersendiri.
Pasal 45
(1) Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) adalah unit penyelenggara
pelayanan teknis dan administrasi akademik dan kemahasiswaan di lingkungan
universitas.
(2) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BAAK berada di bawah koordinasi Wakil
Rektor Bidang Akademik dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni.
Pasal 46
(3) Struktur, mekanisme, tata kerja, dan rincian BAAK diatur dengan ketentuan
tersendiri.
Pasal 47
(1) Biro Administrasi Keuangan (BKU) adalah unit penyelenggara pelayanan teknis dan
administrasi keuangan seluruh unsur di lingkungan universitas.
(2) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya BKU berada di bawah koordinasi Wakil
Rektor Bidang Administrasi dan Keuangan.
Pasal 48
(2) Struktur, mekanisme, tata kerja, dan rincian tugas BKU diatur dengan ketentuan
tersendiri.
BAGIAN KESEMBILAN
Pasal 49
(1) UPT terdiri dari perpustakaan, laboratorium yang dikoordinasi universitas, pusat
komputer, kebun percobaan dan bengkel, poliklinik, biro konsultasi, apotek, penerbitan,
dan unit-unit lain sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan.
(2) UPT dipimpin oleh seorang kepala dibantu oleh tenaga teknis laboratorium.
(5) Struktur, fungsi, tata kerja, dan rincian tugas UPT diatur dengan ketentuan tersendiri.
BAB V
KETENAGAKERJAAN
BAGIAN PERTAMA
Dosen
Pasal 50
(1) Dosen adalah seorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya diangkat dengan
tugas utama melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
(2) Dosen UMS berdasarkan statusnya dikelompokkan menjadi dosen tetap, dan dosen
tidak tetap.
(3) Dosen tetap adalah dosen yang diangkat oleh persyarikatan (yayasan) atau pemerintah
(diperkerjakan-DPK) yang ditugaskan sebagai tenaga tetap di UMS.
(4) Dosen tidak tetap terdiri dari dosen kontrak, dosen emiritus, dosen luar biasa, dan
dosen tamu.
(5) Dosen kontrak adalah yang diangkat oleh persyarikatan (yayasan) dalam jangka
waktu 2 (dua) tahun.
(6) Dosen emiritur adalah dosen yang pensiunan yang diangkat oleh persyarikatan
(yayasan) selama jangka waktu tertentu.
(7) Dosen luar biasa adalah dosen yang diangkat oleh rector sebagai tenaga tidak tetap.
(8) Dosen tamu adalah seseorang yang diundang untuk mengajar bidang-bidang keilmuan
tertentu.
Pasal 51
(1) Pengangkatan dosen didasarkan atas urgensi kebutuhan, kemampuan finansial, dan
prospek program studi.
(2) Prosedur, mekanisme, dan tata cara rekruitmen dosen ditetapkan dengan Keputusan
Bersama Rektor dan BPH.
(3) Calon dosen yang dinyatakan lulus seleksi diangkat sebagai dosen kontrak dan
dengan pertimbangan tertentu dapat diperpanjangan kontraknya atau ditetapkan sebagai
dosen kontrak.
(4) Guru Besar atau tenaga yang dimiliki keahlian istimewa/khusus yang telah purna
tugas/tidak terikat dengan instansi lain dapat dipertimbangkan untuk diangkat menjadi
doesn tidak tetap (emiritus).
BAGIAN KEDUA
Pasal 52
(1) Tenaga penunjang akademik adalah tenaga yang dengan keahliannya diangkat untuk
membantu kelancaran kegiatan akademik.
(2) Tenaga penunjang akademik terdiri dari tenaga pengajar, peneliti, pengembang
bidang pendidikan, medis, pustakawan, pranata komputer, laboran, dan teknisi
laboratorium.
(3) Prosedur, mekanisme, dan tata cara pengangkatan penunjang akademik ditetapkan
dengan keputusan Bersama Rektor dan BPH.
BAGIAN KETIGA
Tenaga Administrasi
Pasal 53
(1) Tenaga administrasi adalah tenaga yang diangkat untuk melaksanakan pelayanan
teknis dan administrasi.
(2) Tenaga administrasi terdiri dari tenaga administrasi tetap, reguler, kontrak, dan harian
lepas.
(3) Prosedur, mekanisme, dan tata cara rekruitmen tenaga administrasi tetap ditetapkan
dengan keputusan Bersama Rektor dan BPH.
BAGIAN KEEMPAT
Pasal 54
(1) Tenaga edukatif dan tenaga administrative mempunyai hak dan kewajiban sesuai
dengan fungsinya masing-masing.
(2) Hak dan kewajiban sebagai tenaga edukatif dan tenaga administrative diatur dalam
peraturan tersendiri.
Pasal 55
(1) Universitas berhak memberikan penghargaan dan sanksi terhadap tenaga edukatif dan
tenaga administrasif.
(2) Pemberian penghargaan dan sanksi terhadap tenaga edukatif dan tenaga
administrative dikeluarkan oleh BPH.
(3) Ketentuan dan tata cara pemberian penghargaan dan sanksi diatur dalam peraturan
tersendiri.
BAB VI
Pasal 56
(1) Pengembangan sarana dan prasarana diarahkan untuk mendukung kelancaran dalam
penyelenggaraan dan peningkatan kualitas akademik.
(2) Pengelolaan sarana dan prasarana dilakukan dengan optimal, efektif, dan efisien oleh
kepala unit kerja dibawah Koordinasi Biro Administrasi Umum.
(3) Pengadaan dan pengelolaan sarana dan prasarana dilakukan sesuai dengan prosedur
dan mekanisme sebagaimana diatur dalam keputusan bersama Rektor dan BPH.
BAB VII
Pasal 57
a. APB.
b. Sisa APB.
c. Tabungan yang direncanakan.
Pasal 58
(1) RAPB Universitas disusun dalam bentuk anggaran Rutin, anggaran pengembangan
akademik, dan dana abadi.
(2) RAPB Universitas disusun oleh pimpinan universitas dan BPH, dan selanjutnya
dimintakan pengesahan kepada Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah
setelah mendapatkan persetujuan senat universitas.
Pasal 59
(2) Realisasi penggunaan anggaran yang sudah disyahkan, diatur sesuai dengan skala
prioritas.
Pasal 60
(1) Pengawasan pelaksanaan anggaran dan kekayaan universitas dilakukan oleh tim
pengawasan fungsional sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yang terdiri dari:
BAB VIII
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Pasal 62
(1) UMS menyelenggarakan program pendidikan akademik dan pendidikan profesi dan
pendidikan vokasi dalam berbagai jenjang dan jenis disiplin ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni sesuai dengan wacana keilmuan dan keislaman.
Pasal 63
(1) Satu tahun akademikterdiri atas dua semester, dimulai bulan September dan diakhiri
bulan Agustus.
(2) Penerimaan mehasiswa baru dilaksanakan setiap awal tahun akademik, dan dapat pula
dilaksanakan setiap awal semester.
(3) Upacara wisuda diselenggarakan 4 (empat) kali dalam satu tahun akademik.
Pasal 64
(2) Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar sesuai dengan kepentingan
jurusan, program studi, atau kepentingan lain yang menunjang kegiatan-kegiatan
akademik.
(3) Bahasa Daerah dapat dipakai sebagai bahasa pengantar sejauh diperlukan untuk
menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan yang berkaitan dengan bahasa daerah itu.
(4) Ketentuan mengenai pemakaian bahasa pengantar diatur melalui Surat Keputusan
Rektor.
Pasal 65
BAB IX
BAGIAN PERTAMA
Pasal 66
(1) Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
isi maupun bahan kajian dan pelajaran, serta penyampaian dan penilaiannya yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di perguruan
tinggi.
(2) Kurikulum pendidikan tinggi yang menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan tinggi
terdiri atas kurikulum inti dan kurikulum institusional.
Pasal 67
b. Jenjang Diploma Tiga minimal 110 SKS, diselesaikan dalam waktu 6 – 10 semester.
c. Jenjang Diploma Empat 144 – 146 SKS, diselesaikan dalam waktu 8 – 14 semester.
d. Jenjang Strata satu minimal 146 SKS, diselesaikan dalam waktu 8 – 14 semester.
e. Jenjang Strata Dua minmal 36 SKS setelah sarjana, diselesaikan dalam waktu 4 – 10
semester.
f. Jenjang Strata Tiga minmal 54 SKS setelah magister, diselesaikan dalam waktu 5 – 11
semester.
BAGIAN KEDUA
Pelaksanaan Kurikulum
Pasal 68
(3) Kelompok matakuliah MKK, MKB dan MPB dikoordinasi oleh program studi dan
fakultas/program pasca sarjana.
(4) Jabaran kurikulum dalam bentuk matakuliah dituangkan dalam Buku Pedoman
Fakultas/Program Pasca Sarjana.
BAGIAN KETIGA
Pasal 69
(1) Evaluasi kemajuan belajar mahasiswa dilakukan melalui penilaian secara berkala
dalam bentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan pengamatan dosen.
(2) Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian tengah semester, akhir semester, akhir
program studi, ujian skripsi, tesis, dan disertasi.
(5) Predikat kelulusan dinyatakan dengan: memuaskan, sangat memuaskan, dan lulus
dengan pujian (cumlaude) yang dinyatakan dalam transkip akademik.
(6) Predikat kelulusan sebagaimana ayat (5) dituangkan dalam Buku Pedoman
Fakultas/Buku Pedoman Program Pasca Sarjana.
BAGIAN KEEMPAT
Ijazah
Pasal 70
(1) Ijazah adalah surat tanda bukti keberhasilan studi yang diberikan kepada mahasiswa
yang telah menyelesaikan semua persyaratan kelulusan pendidikan akademik (sarjana,
magister, dan doctor), vokasi (diploma), dan profesi.
(2) Lulusan pendidikan akademik berhak menggunakan gelar akademik, dan lulusan
pendidikan vokasi dan profesi berhak menggunakan gelar profesional.
(3) Ijazah pendidikan akademik, vokasi, dan profesi ditulis dalam bahasa Indonesia
dengan bentuk, ukuran, dan redaksi berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku,
dan ditandatangani oleh dekan fakultas/direktur pasca sarjana/ketua program diploma
masing-masing dan rector.
(4) Setiap ijazah disertai transkip hasil studi yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan
dapat ditulis dalam bahasa Inggris/bahasa lain sesuai dengan kebutuhan.
BAB X
BAGIAN PERTAMA
Pasal 71
(1) Lulusan UMS meimiliki hak menggunakan gelar dan sebutan lulusan perguruan
tinggi.
Pasal 72
Sebutan Profesional
(1) Gelar untuk pendidikan profesi diatur bersama antara organisasi profesi dan
universitas, dan ditulis di belakang nama yang berhak.
a. Diploma dua dengan sebutan Ahli Muda (A.Ma), ditulis dibelakang nama yang berhak.
b. Diploma tiga dengan sebutan Ahli Madya (A.Md), ditulis di belakang nama yang
berhak.
c. Diploma empat dengan sebutan Sarjana Sains Terapan (SST), ditulis dibelakang nama
yang berhak.
BAGIAN KEDUA
Penghargaan
Pasal 73
(1) UMS dapat memberikan penghargaan tanda jasa kepada anggota masyarakat yang
telah berjasa terhadap pengembangan universitas.
(2) Tanda jasa yang dimaksud dalam ayat (1) dianugerahkan oleh rector berdasarkan
pertimbangan Badan Pelaksana Harian.
(3) Batasan, bentuk dan jenis penghargaan, serta tata upacara pemberian penghargaan
tanda jasa diatur berdasarkan Surat Keputusan Rektor.
(4) Pemberian penghargaan tanda jasa dilakukan pada saat peringatan hari jadi UMS.
BAB XI
BAGIAN PERTAMA
Mahasiswa
Pasal 74
(1) Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan mengikuti pendidikan di UMS.
(2) Prosedur, mekanisme, dan syarat menjadi mahasiswa ditetapkan dengan Surat
Keputusan Rektor.
(3) Warga negara asing dapat menjadi mahasiswa setelah memenuhi persyaratan dan
prosedur yang telah ditetapkan pemerintah.
Pasal 75
Hak, kewajiban, penghargaan dan sanksi mahasiswa diatur dalam peraturan tersendiri.
BAGIAN KEDUA
Organisasi Kemahasiswaan
Pasal 76
(1) Organisasi kemahasiswaan adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa
ke arah perluasan wawasan untuk dapat meningkatkan penalaran, minat, bakat, dan
kesejahteraan mahasiswa.
Pasal 77
Pasal 78
Pasal 79
Struktur, mekanisme, dan tata kerja organisasi kemahasiswaan secara rinci diatur dalam
ketentuan tersendiri.
BAGIAN KETIGA
Alumni
Pasal 80
(1) Alumni adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan studi pada jenjang pendidikan
tertentu.
(2) Alumni UMS dibentuk dalam suatu organisasi alumni bernama Ikatan Alumni
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(3) Ketentuan, hak dan kewajiban alumni diatur dalam ketentuan tersendiri.
BAB XII
BAGIAN PERTAMA
Kebebasan Akademik
Pasal 81
(1) Kebebasan akademik adalah kebebasan yang memiliki anggota sivitas akademika
UMS untuk secarabertanggungjawab dan mandiri melaksanakan kegiatan yang terkait
dengan pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
(2) Pimpinan universitas mengupayakan dan menjamin agar setiap sivitas akademika
dapat melaksanakan kebebasan akademik dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya
secara mandiri sesuai dengan aspirasi pribadi yang dilandasi oleh norma dan kaidah
keilmuan dan keislaman.
Pasal 82
BAGIAN KEDUA
Pasal 83
BAGIAN KETIGA
Otonomi Keilmuan
Pasal 84
(1) Otonomi keilmuan adalah kebebasan yang dimiliki universitas untuk mengupayakan
terlaksananya kegiatan pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
atas dasar norma dan kaidah keilmuan dan keislaman.
(2) UMS maupun sivitas akademikanya secara mandiri tidak dibatasi untuk menetapkan
arah dan sasaran pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sepanjang tidak
bertentangan dengan norma dan kaidah keilmuan, serta kepentingan dan kesejahteraan
umum.
BAB XIII
KERJASAMA
BAGIAN PERTAMA
Pokok-Pokok Kerjasama
Pasal 85
(1) UMS dapat menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi dan atau lembaga lain baik
dalam negeri maupun luar negeri.
(2) Kerjasama yang dilakukan bersifat kelembagaan dan rector sebagai penanggung
jawab.
(3) Kerjasama yang dilakukan bersifat saling menguntungkan, tidak bertentangan dengan
Islamiyah, kepentingan nasional, dan peraturan perundangan yang berlaku.
Pasal 86
(1) Pembiayaan kerjasama yang dilakukan universitas dengan perguruan tinggi atau
lembaga lain dapat berupa hibah (bantuan murni), pinjaman, dan pembiayaan bersama
sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
(2) Kerjasama dalam bentuk pembiayaan hibah atau pembiayaan bersama dikenakan
institusional fee tertentu yang diatur tersendiri.
Pasal 87
Tujuan Kerjasama
Pasal 88
(2) Meningkatkan dan pengembangan kinerja UMS dalam rangka memelihara, membina,
memberdayakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
BAGIAN KETIGA
Bentuk Kerjasama
Pasal 89
c. Kegiatan penelitian.
e. Penerbitan.
f. Kegiatan lain.
(2) Bentuk kerjasama yang dilakukan universitas dapat berujud kerjasama manajemen,
program kembaran, program pemindahan kredit, tukar-menukar dosen atau mahasiswa,
pemanfaatan sumberdya dalam pelaksanaan akademik, penerbitan karya ilmiah,
pelatihan, pengembangan studi Islam, dan kerjasama lain yang dipandang perlu.
(3) Tata cara dan bentuk kerjasama secara terinci diatur dalam ketentuan tersendiri.
BAB XIV
Pasal 90
(2) Evaluasi diri dilakukan sebagai upaya untuk mengarah kepada standar minimal
penyelenggaraan perguruan tinggi dan sebagai tolak ukur terhadap pencapaian visi, misi,
tujuan, dan strategi yang telah ditetapkan.
(3) Evaluasi akademik penyelenggaraan program studi dilakukan setiap akhir semester.
(5) Untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu akademik dibentuk unit Peningkatan
dan Pengendalian Mutu Akademik (Quality Assurance Office).
BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 91
(1) hal-hal yang belum diatur dalam statuta ini tetapi sudah ada ketentuan di dalam
Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Tinggi, Qoidah Perguruan Tinggi
Muhammadiyah, dan lain-lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan PTS/PTM
dinyatakan tetap berlaku dan menjadi pedoman operasional.
(2) Hal-hal yang belum diatur dalam statuta ini masih memerlukan rincian lebih lanjut
diatur dalam peraturan pelaksanaan.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 92
(1) Statuta ini dapat ditinjau kembali setelah 4 (empat) tahun terhitung sejak tanggal
ditetapkan.
(2) Statuta ini mulai berlaku setelah mendapatkan pengesahan dari Majelis Diktilitbang
Pimpinan Pusat Muhammadiyah.